<<

Profil Wilayah Provinswa barat PROFIL JAWA BARAT

5.1 KARAKTERISTIK SOSIAL

5.1.1 Kependuukan

Jumlah penduduk Wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 berdasarkan hasil proyeksi dari BPS berjumlah 47,379,389 jiwa dengan rata-rata laju pertumbuhan rata-rata sebesar 1,32% pertahun. Jumlah penduduk terbesar berada di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk 46.709,6 ribu jiwa.

Tabel 0.1 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi di Wilayah Pulau Jawa- Tahun 2010-2015

Proyeksi Penduduk 2010-2015 (Jiwa) NO Wilayah Jawa Barat Laju Pertumbuhan 2000 - 2010 Laju Pertumbuhan 2010 - 2014 2010 2015 1 4,813,876 5,459,668 3.19 2.47 2 2,358,418 2,434,221 0.95 0.55 3 Cianjur 2,186,794 2,243,904 0.70 0.43 4 3,205,121 3,534,114 2.13 1.89 5 Garut 2,422,326 2,548,723 1.03 0.93 6 1,687,776 1,735,998 0.51 0.48 7 1,135,724 1,168,682 0.12 -0.18 8 1,023,907 1,055,417 -0.43 -0.14 9 2,044,181 2,126,179 -0.11 0.03 10 1,153,226 1,182,109 -0.24 -0.26 11 1,101,578 1,137,273 0.78 0.55 12 Indramayu 1,645,024 1,691,386 -0.76 -0.19 13 Subang 1,449,207 1,529,388 0.65 0.32 14 859,186 921,598 1.91 1.32 15 2,144,185 2,273,579 1.53 1.09 16 2,656,884 3,246,013 5.69 4.04 17 Bandung Barat 1,522,076 1,629,423 0.36 1.28 18 379,518 390,483 19 Kota Bogor 958,077 1,047,922 2.20 1.72 20 Kota Sukabumi 301,014 318,117 1.23 1.03 21 Kota Bandung 2,412,093 2,481,469 0.74 0.48 22 Kota Cirebon 293,206 307,494 1.12 0.21 23 Kota Bekasi 2,356,100 2,714,825 3.23 2.80 24 Kota 1,755,612 2,106,102 4.42 3.65 25 Kota 545,505 586,580 1.92 1.38 26 Kota Tasikmalaya 639,987 657,477 1.53 0.45 27 Kota Banjar 176,506 181,425 0.86 0.46 Provinsi Jawa Barat 43,227,107 46,709,569 1.58 1.32 238,518,800 255,461,700 1.49 1.4 Sumber: BPS, 2016

Kota Banjar Kota Tasikmalaya Kota Cimahi Kota Depok Kota Bekasi Kota Cirebon Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Bogor Pangandaran Bandung Barat Bekasi Karawang Purwakarta 2015 Subang 2010 Indramayu Sumedang Majalengka Cirebon Kuningan Ciamis Tasikmalaya Garut Bandung Cianjur Sukabumi Bogor - 2,000,000 4,000,000 6,000,000

Gambar 0-1 Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2015

Berdasarkan grafik diatas, Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk terbesar di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar sekitar 5,4 juta jiwa atau sekitar 12%. Sedangkan jumlah penduduk paling sedikit berada pada Kota Cirebon sebanyak 307 ribu jiwa atau sekitar 0,6% penduduk Provinsi Jawa Barat.

7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00

-1.00

Garut Bogor

-2.00 Bekasi

Ciamis

Cianjur

Subang

Cirebon

Bandung

Kuningan

Sukabumi

Karawang

Sumedang

Indramayu

Kota Bogor Kota

Purwakarta Bekasi Kota

Kota Banjar Kota

Kota Depok Kota

Majalengka

Kota Cimahi Kota

Tasikmalaya

Kota Cirebon Kota

Pangandaran

Kota Bandung Kota

Bandung BaratBandung

Kota Sukabumi Kota Kota Tasikmalaya Kota Laju Pertumbuhan 2000 - 2010 Laju Pertumbuhan 2010 - 2014

Gambar 0-2 Grafik Perubahan Laju Pertumbuhan Penduduk Provinsi di Wilayah Pulau Jawa-Bali Tahun 2000-2010 dan Tahun 2010-2015 (Sumber: BPS, 2015)

Hampir seluruh wilayah di Provinsi Jawa Barat, menurun laju penduduknya. Laju pertumbuhan penduduk paling menonjol adalah Kabupaten Bekasi, dari 5,69% pertahun (periode Tahun 2000- 2010) menjadi turun menjadi 4,04% pertahun (periode Tahun 2010-2015).

16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000

-

Garut

Bogor

Bekasi

Ciamis

Cianjur

Subang

Cirebon

Bandung

Kuningan

Sukabumi

Karawang

Sumedang

Indramayu

Kota Bogor Kota

Purwakarta

Kota Bekasi Kota

Kota Banjar Kota

Kota Depok Kota

Majalengka

Kota Cimahi Kota

Tasikmalaya

Kota Cirebon Kota

Pangandaran

Kota Bandung Kota

Bandung BaratBandung

Kota Sukabumi Kota Kota Tasikmalaya Kota

kepadatan penduduk (jiwa/ km2)

Gambar 0-3 Kepadatan Penduduk di Provinsi Jawa Barat, Tahun 2015

Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat mencapai 37,116.54 km2. Kepadatan penduduk di wilayah ini mencapai 1,258 jiwa/ km2. Kepdatan penduduk tertinggi terdapat di Kota Bandung 14,750 jiwa/ km2 yang diikuti oleh Kota Cimahi 14,237 jiwa/ km2. Sedangkan wilayah paling jarang penduduknya adalah Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sukabumi dengan kepadatan penduduk hanya 426 jiwa/ km2 dan 595 jiwa/ km2.

5.1.2 Indeks Pembangunan Manusia

IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar, yaitu: a. Umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life), yang digambarkan oleh Angka Harapan Hidup (AHH) saat lahir. b. Pengetahuan (knowledge), yang dikukur melalui indikator rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah (HLS).

c. Standar hidup layak (decent standard of living), digambarkan oleh pengeluaran per-kapita yang ditentukan dari nilai pengeluaran per-kapita dan paritas daya beli.

Manfaat IPM adalah: a. Merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).

b. Dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. c. Merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah. IPM juga digunakan sebagai salah-satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). IPM dengan metode baru yang dipublikasikan BPS pada 16 Juni 2016 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 0.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten dan Kota Tahun 2010-2015

IPM NO Wilayah Jawa Barat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Bogor 64.35 64.78 65.66 66.74 67.36 67.77 2 Sukabumi 60.69 61.14 62.27 63.63 64.07 64.44 3 Cianjur 58.58 59.38 60.28 61.68 62.08 62.42 4 Bandung 67.28 67.78 68.13 68.58 69.06 70.05 5 Garut 60.23 60.55 61.04 61.67 62.23 63.21 6 Tasikmalaya 60.21 61.05 61.69 62.4 62.79 63.17 7 Ciamis 64.64 65.48 66.29 67.2 67.64 68.02 8 Kuningan 64.4 65.04 65.6 66.16 66.63 67.19 9 Cirebon 63.64 64.17 64.48 65.06 65.53 66.07 10 Majalengka 62.3 62.67 63.13 63.71 64.07 64.75 11 Sumedang 66.04 66.16 67.36 68.47 68.76 69.29 12 Indramayu 60.86 61.47 62.09 62.98 63.55 64.36 13 Subang 63.54 64.21 64.86 65.48 65.8 66.52 14 Purwakarta 64.93 65.51 66.3 67.09 67.32 67.84 15 Karawang 64.58 65.21 65.97 66.61 67.08 67.66 16 Bekasi 67.58 68.66 69.38 70.09 70.51 71.19 17 Bandung Barat 61.34 62.36 63.17 63.93 64.27 65.23 18 Pangandaran - - - 64.73 65.29 65.62 19 Kota Bogor 71.25 71.72 72.25 72.86 73.1 73.65 20 Kota Sukabumi 67.94 68.67 69.74 70.81 71.19 71.84 21 Kota Bandung 77.49 78.13 78.3 78.55 78.98 79.67 22 Kota Cirebon 70.74 71.49 71.97 72.27 72.93 73.34 23 Kota Bekasi 76.77 77.48 77.71 78.63 78.84 79.63 24 Kota Depok 76.66 76.96 77.28 78.27 78.58 79.11

IPM NO Wilayah Jawa Barat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 25 Kota Cimahi 73.76 74.41 74.99 75.85 76.06 76.42 26 Kota Tasikmalaya 66.58 67.18 67.84 68.63 69.04 69.99 27 Kota Banjar 66.81 67.15 67.53 68.01 68.34 69.31 Provinsi Jawa Barat 66.15 66.67 67.32 68.25 68.8 69.5 Sumber: BPS, 2015

Dari 27 provinsi di wilayah Provinsi Jawa Barat, 17 kabupaten dan kota yang memiliki angka IPM di bawah IPM Provinsi Jawa Barat (69,5) dan 10 kabupaten dan kota yang diatas IPM Provinsi Jawa Barat, lihat tabel. Perbandingan IPM 27 kabupaten dan kota dan IPM Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada grafik berikut ini.

90 80 70 IPM Jabar = 69,5 60 50 40 30 20 IPM 10

0

Garut

Bogor

Bekasi

Ciamis

Cianjur

Subang

Cirebon

Bandung

Kuningan

Sukabumi

Karawang

Sumedang

Indramayu

Kota Bogor Kota

Purwakarta

Kota Bekasi Kota

Kota Banjar Kota

Majalengka Depok Kota

Kota Cimahi Kota

Tasikmalaya

Kota Cirebon Kota

Pangandaran

Kota Bandung Kota

Bandung BaratBandung Kota Sukabumi Kota Kota Tasikmalaya Kota

Gambar 0-4 Grafik IPM Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2015

Kota Bandung merupakan wilayah yang memiliki IPM tertinggi di Provinsi Jawa Barat, yang diikuti oleh Kota Bekasi dan Kota Depok dan seterusnya. Sedangkan IPM terendah di Kabupaten Cianjur, Tasikmalaya dan seterusnya.

Tabel 0.3 Urutan IPM di Provinsi Jawa Barat Menurut Kabupaten dan Kota

No Kabupaten dan Kota IPM 2015 1 Kota Bandung 79.67 2 Kota Bekasi 79.63 3 Kota Depok 79.11 4 Kota Cimahi 76.42 5 Kota Bogor 73.65 6 Kota Cirebon 73.34 7 Kota Sukabumi 71.84 8 Bekasi 71.19 9 Bandung 70.05 10 Kota Tasikmalaya 69.99 PROVINSI JAWA BARAT 69.5 11 Kota Banjar 69.31 12 Sumedang 69.29 13 Ciamis 68.02 14 Purwakarta 67.84 15 Bogor 67.77 16 Karawang 67.66 17 Kuningan 67.19 18 Subang 66.52 19 Cirebon 66.07 20 Pangandaran 65.62 21 Bandung Barat 65.23 22 Majalengka 64.75 23 Sukabumi 64.44 24 Indramayu 64.36 25 Garut 63.21 26 Tasikmalaya 63.17 27 Cianjur 62.42 Sumber: Analisis data BPS 2015

5.1.3 Kemiskinan

5.1.4 Tingkat Kemiskinan Nasional dan Provinsi di Wilayah Pulau Jawa dan Bali

Salah-satu Sub-Agenda dari 9 Agenda Prioritas (Nawa Cita) Pembangunan Jangka Menengah 2015-2019 adalah Penanggulangan Kemiskinan. Hal ini merupakan respon positif terhadap perkembangan pencapauan tujuan pembangunan milenium di Indonesia. Walaupun persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional berhasil diturunkan dari sebesar 15,10% di tahun 1990 menjadi sebesar 11,25% di tahun 2014, namun penurunan ini masih jauh dari target MDGs sebesar 7,55% di tahun 2015. Walaupun demikian indeks kedalaman kemiskinan turun dari sebesar 2,70 di tahun 1990 menjadi sebesar 1,75% di tahun 2014.1) Hal tersebut juga sejalan dengan Tujuan pertama dari 17 Tujuan Global Pem- bangunan Berkelanjutan, yaitu Menghapus segala bentuk kemiskinan dimanapun. Untuk mengakhiri kemiskinan dibutuhkan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan penduduk, yang dapat dilakukan melalui pembangunan berbagai sektor (terutama sektor-sektor unggulan pada masing-masing wilayah). Pembangunan sektor-sektor tersebut akan membutuhkan

1 Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2014, Kementerian PPN/Bappenas, 2015.

dukungan infrastruktur, baik untuk mendukung sektor itu sendiri maupun untuk mengintegrasikan pembangunan antarsektor.

Perkembangan penanganan masalah kemiskinan di wilayah Pulau Jawa-Bali salah-satunya dapat dilihat dari jumlah penduduk miskin, persentase jumlah penduduk miskin terhadap jumlah penduduk keseluruhan, dan batas garis kemiskinan di masing-masing wilayah.

Tabel 0.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, dan Garis Kemiskinan di Wilayah Pulau Jawa-Bali, 2014 dan 2015

Jumlah Penduduk Persentase Jumlah Garis Kemiskinan Karakteristik Provinsi Miskin (000) Penduduk Miskin (Rp/kapita/bulan) Wilayah Sep 2014 Sep 2015 Sep 2014 Sep 2015 Sep 2014 Sep 2015 Perkotaan 412,79 368,67 4,09 3,61 459.560 503.038 DKI Perdesaan – – – – – – Perkotaan 2.554,06 2.706,52 8,32 8,58 294.700 318.297 Jawa Barat Perdesaan 1.684,90 1 779,14 10,88 11,61 285.076 319.228 Perkotaan 1.771,53 1.789,57 11,50 11,50 286.014 308.163 Jawa Tengah Perdesaan 2.790,29 2 716,21 15,35 14,86 277.802 310.295 Perkotaan 324,43 292,64 13,36 11,93 333.561 359.470 DI Perdesaan 208,15 192,92 16,88 15,62 296.429 324.386 Perkotaan 1.531,89 1.571,15 8,30 8,41 293.391 314.320 Jawa Timur Perdesaan 3.216,53 3 204,82 15,92 15,84 286.798 318.443 Perkotaan 381,18 418,95 4,74 5,11 324.902 365.672 Perdesaan 268,01 271,71 7,18 7,12 296.241 336.592 Perkotaan 109,20 115,80 4,35 4,52 316.235 341.554 Bali Perdesaan 86,76 102,99 5,39 6,42 279.140 314.218 Perkotaan 109,20 115,80 4,35 4,52 316.235 341.554 Jawa-Bali Perdesaan 86,76 102,99 5,39 6,42 279.140 314.218 Perkotaan 10.356,69 10.619,87 8,16 8,22 326.853 356.378 Indonesia Perdesaan 17.371,09 17.893,73 13,76 14,09 296.681 333.034 Sumber: Statistik Indonesia 2016, BPS, Juni 2016.

5.1.5 Tingkat Kemiskinan di Wilayah Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2014 yang dipublikasikan BPS pada Desember 2015, dapat diperoleh gambaran yang lebih mendlam mengenai profil kemiskinan pada masing-masing kabupaten/kota dii wilayah Pulau Jawa-Bali, karena

dilengkapi dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), Indeks Keparahan

Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2), dan garis kemiskinan pada masing-masing

Tabel 0.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan Kemiskinan dan Garis Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat, Tahun 2013

Jumlah Persentase Garis Penduduk Penduduk No Kabupaten/ Kota P1 P2 Kemiskinan Miskin Miskin (Rp/Kap/bulan) (000) (%) 1 Bogor 499,1 9,54 1,39 0,33 271 970 2 Sukabumi 222,8 9,24 1,50 0,38 240 188 3 Cianjur 267,9 12,02 1,70 0,39 264 580 4 Bandung 271,7 7,94 1,13 0,25 256 733 5 Garut 320,9 12,79 1,73 0,41 226 308 6 Tasikmalaya 199,3 11,57 1,47 0,28 237 114 7 Ciamis 133,0 8,62 1,28 0,29 270 515 8 Kuningan 139,4 13,34 2,09 0,47 261 858 9 Cirebon 307,2 14,65 2,09 0,46 300 990 10 Majalengka 164,9 14,07 2,24 0,55 353 727 11 Sumedang 127,4 11,31 1,48 0,32 260 160 12 Indramayu 251,1 14,99 2,02 0,47 350 455 13 Subang 185,4 12,35 1,69 0,41 272 854 14 Purwakarta 83,6 9,28 1,41 0,32 271 270 15 Karawang 238,6 10,69 1,55 0,36 335 273 16 Bekasi 157,7 5,20 0,77 0,18 361 510 17 Bandung Barat 206,0 12,92 2,29 0,64 256 789 18 Kota Bogor 83,3 8,19 1,13 0,21 360 518 19 Kota Sukabumi 25,2 8,05 1,17 0,25 411 523 20 Kota Bandung 117,7 4,78 0,48 0,08 340 355 21 Kota Cirebon 31,9 10,54 1,11 0,20 334 439 22 Kota Bekasi 137,8 5,33 0,73 0,16 449 026 23 Kota Depok 45,9 2,32 0,26 0,06 443 302 24 Kota Cimahi 32,3 5,63 1,09 0,29 347 234 25 Kota Tasikmalaya 112,2 17,19 2,57 0,63 337 841 26 Kota Banjar 12,8 7,11 1,33 0,31 250 311 Jawa Barat 4 375,2 9,61 1,65 0,44 276 825 Sumber: Data dan Informasi Kemiskinan Kabupaten/Kota 2014, BPS Desember 2015. Keterangan:

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap Garis Kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari Garis Kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2), merupakan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

600 500 400 300 200 100

0

Garut

Bogor

Bekasi

Ciamis

Cianjur

Subang

Cirebon

Kuningan

Bandung

Sukabumi

Karawang

Sumedang

Indramayu

Kota Bogor Kota

Purwakarta

Kota Bekasi Kota

Kota Banjar Kota

Kota Depok Kota

Majalengka

Kota Cimahi Kota

Tasikmalaya

Kota Cirebon Kota

Kota Bandung Kota

Bandung BaratBandung

Kota Sukabumi Kota Kota Tasikmalaya Kota

Jumlah Penduduk Miskin (000)

Gambar 0-5 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat

20 18 16 14 12 10 % Miskin Jabar = 9,61 8 6 4 2

0

Garut

Bogor

Bekasi

Ciamis

Cianjur

Subang

Cirebon

Kuningan

Bandung

Sukabumi

Karawang

Sumedang

Indramayu

Kota Bogor Kota

Purwakarta

Kota Bekasi Kota

Kota Banjar Kota

Kota Depok Kota

Majalengka

Kota Cimahi Kota

Tasikmalaya

Kota Cirebon Kota

Kota Bandung Kota

Bandung BaratBandung

Kota Sukabumi Kota Kota Tasikmalaya Kota

Persentase Penduduk Miskin (%)

Gambar 0-6 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat

Kota Tasikmalaya merupakan wilayah paling banyak tinggi persentase penduduknya yang miskin, sekitar 112.200 jiwa atau sekitar 17,19% dari jumlah penduduk. Terdapat 13 kabupaten dan kota yang persentase penduduk miskinnya diatas persentase penduduk miskin Provinsi Jawa Barat.

5.2 KARAKTERISTIK KONDISI PEREKONOMIAN

5.2.1 PDRB

Pada tahun 2015, PDRB Wilayah Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku sebesar 1,525,149.16 milyar rupiah. Kabupaten/ kota yang memiliki jumlah PDRB terbesar adalah Kabupaten Bekasi dengan jumlah 246,046.15 milyar rupiah.

Tabel 0.6 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten dan Kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2015 (dalam milyar rupiah)

Wilayah Jawa PDRB Atas Harga Berlaku (Milyar Rupiah) NO Barat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Bogor 92,931.57 104,476.90 120,328.73 135,882.25 151,280.51 168,095.24 2 Sukabumi 28,600.53 31,349.34 33,945.18 38,470.33 42,505.53 46,934.22 3 Cianjur 19,696.93 21,758.90 23,782.93 26,513.83 28,925.21 32,361.25 4 Bandung 48,431.75 53,849.25 60,045.71 67,856.90 76,371.54 85,793.09 5 Garut 25,465.22 28,108.43 30,364.47 33,687.51 37,084.19 40,681.25 6 Tasikmalaya 15,853.36 17,558.91 19,030.09 21,272.80 23,240.16 25,675.84 7 Ciamis 13,716.20 15,275.82 16,772.58 18,674.94 20,395.46 22,886.23 8 Kuningan 9,819.54 10,867.30 11,951.48 13,459.36 14,998.75 16,992.20 9 Cirebon 21,496.57 23,823.65 26,297.83 29,410.72 32,578.10 35,748.88 10 Majalengka 12,883.19 14,135.27 15,691.23 17,543.19 19,192.94 21,249.13 11 Sumedang 14,686.78 16,392.58 18,140.28 20,260.54 22,344.04 24,827.97 12 Indramayu 47,859.83 54,157.39 59,376.51 63,312.77 67,624.85 65,390.20 13 Subang 19,817.22 22,364.30 23,052.64 24,732.54 26,814.94 29,303.98

Wilayah Jawa PDRB Atas Harga Berlaku (Milyar Rupiah) NO Barat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 14 Purwakarta 28,016.62 31,209.02 35,592.40 40,609.16 45,491.33 50,141.22 15 Karawang 99,641.32 113,180.81 124,276.54 141,630.91 156,318.62 167,121.79 16 Bekasi 154,347.80 172,406.82 188,175.43 206,069.41 227,584.54 246,046.15 17 Bandung Barat 19,322.13 21,337.03 24,144.34 27,382.96 30,675.32 33,979.15 18 Pangandaran 4,978.27 5,466.21 5,984.68 6,686.85 7,276.11 8,169.50 19 Kota Bogor 18,775.59 20,766.18 23,254.87 26,082.33 29,147.19 32,356.68 20 Kota Sukabumi 5,321.93 5,923.16 6,510.55 7,309.65 8,140.75 8,964.62 21 Kota Bandung 102,154.91 115,203.94 131,989.54 151,794.37 172,694.48 195,809.00 22 Kota Cirebon 10,093.71 11,178.43 12,284.56 13,611.97 15,037.60 16,702.17 23 Kota Bekasi 41,283.49 46,139.34 51,699.22 57,715.00 64,109.35 70,845.92 24 Kota Depok 26,601.85 29,594.66 33,283.56 38,627.20 43,806.03 48,553.16 25 Kota Cimahi 13,571.61 14,930.21 16,500.27 18,385.30 20,568.72 22,645.18 26 Kota Tasikmalaya 9,291.51 10,116.77 11,081.55 12,293.94 13,623.77 15,234.11 27 Kota Banjar 2,026.32 2,253.89 2,466.19 2,759.47 3,011.03 3,330.57 Provinsi Jawa 906,685.76 1,021,628.60 1,128,245.68 1,258,989.33 1,386,333.93 1,525,149.16 Barat Sumber: BPS 2016 Keterangan: * Angka Sementara. ** Angka Sangat Sementara.

Kota Banjar Kota Tasikmalaya Kota Cimahi Kota Depok Kota Bekasi Kota Cirebon Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Bogor Pangandaran Bandung Barat Bekasi Karawang Purwakarta Subang Indramayu Sumedang Majalengka Cirebon Kuningan Ciamis Tasikmalaya Garut Bandung Cianjur Sukabumi Bogor - 50,000.00 100,000.00 150,000.00 200,000.00 250,000.00 300,000.00

2015 2010

Gambar 0-7 Grafik Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2015 (dalam milyar rupiah)

5.2.2 PDRB Per Kapita

Pada tahun 2015, PDRB per kapita Wilayah Provinsi Jawa Barat atas dasar harga berlaku sebesar 32.650.000 rupiah. Kabupaten/ kota yang memiliki jumlah PDRB terbesar adalah Kota Bandung dengan jumlah 78,910,000 rupiah.

Tabel 0.7 PDRB Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku di Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 – 2015 (dalam juta rupiah)

No Wilayah Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014*) 2015**) 1 Kab Bogor 19.30 21.13 23.72 26.12 28.38 30.79 2 Kab Sukabumi 12.13 13.19 14.18 15.97 17.55 19.28 3 Kab Cianjur 9.01 9.89 10.74 11.91 12.94 14.42 4 Kab Bandung 15.11 16.45 17.98 19.93 22.01 24.28 5 Kab Garut 10.51 11.47 12.26 13.46 14.68 15.96 6 Kab Tasikmalaya 9.39 10.33 11.13 12.37 13.44 14.79 7 Kab Ciamis 12.08 13.37 14.60 16.16 17.55 19.58 8 Kab Kuningan 9.59 10.55 11.53 12.91 14.30 16.10 9 Kab Cirebon 10.52 11.56 12.66 14.05 15.44 16.81 10 Kab Majalengka 11.17 12.20 13.47 14.99 16.32 17.98 11 Kab Sumedang 13.33 14.77 16.23 18.01 19.75 21.83 12 Kab Indramayu 29.09 32.74 35.70 37.85 40.20 38.66 13 Kab Subang 13.67 15.27 15.57 16.52 17.72 19.16 14 Kab Purwakarta 32.61 35.77 40.20 45.22 49.99 54.41 15 Kab Karawang 46.47 52.10 56.50 63.64 69.47 73.51 16 Kab Bekasi 58.09 62.26 65.24 68.64 72.88 75.80 17 Kab Bandung Barat 12.69 13.81 15.40 17.24 19.06 20.85 18 Kab Pangandaran 13.12 14.32 15.59 17.32 18.74 20.92 19 Kota Bogor 19.60 21.26 23.37 25.75 28.28 30.88 20 Kota Sukabumi 17.68 19.44 21.11 23.44 25.84 28.18 21 Kota Bandung 42.35 47.43 53.99 61.74 69.89 78.91 22 Kota Cirebon 34.43 37.77 41.11 45.11 49.37 54.32 23 Kota Bekasi 17.52 19.01 20.69 22.45 24.26 26.10 24 Kota Depok 15.15 16.23 17.59 19.69 21.54 23.05 25 Kota Cimahi 24.88 26.94 29.32 32.20 35.52 38.61 26 Kota Tasikmalaya 14.52 15.70 17.10 18.87 20.81 23.17 27 Kota Banjar 11.48 12.69 13.80 15.36 16.68 18.36 Provinsi Jawa Barat 20.97 23.25 25.27 27.77 30.12 32.65 Sumber: BPS 2016 Keterangan: * Angka Sementara. ** Angka Sangat Sementara.

Kota Banjar Kota Tasikmalaya Kota Cimahi Kota Depok Kota Bekasi Kota Cirebon Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Bogor Kab Pangandaran Kab Bandung Barat Kab Bekasi Kab Karawang Kab Purwakarta 2010 Kab Subang 2015**) Kab Indramayu Kab Sumedang Kab Majalengka Kab Cirebon Kab Kuningan Kab Ciamis Kab Tasikmalaya Kab Garut Kab Bandung Kab Cianjur Kab Sukabumi Kab Bogor - 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

Gambar 0-8 Grafik Perkembangan PDRB per Kapita Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2015 (dalam juta rupiah)

5.2.3 Laju Pertumbuhan PDRB

Laju pertumbuhan PDRB Wilayah Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan dalam 5 tahun terakhir terlihat fluktuatif. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan pada periode 2011-2015 tidak jauh berbeda dengan rata-rata Provinsi Jawa Barat.

Tabel : 5.8 Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kabupaten dan Kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2015

No Wilayah Provinsi 2011 2012 2013 2014*) 2015**) Rata-rata 1 Kab Bogor 5.86 6.01 6.14 6.01 6.09 6.02 2 Kab Sukabumi 4.42 6.38 5.51 5.98 4.91 5.44 3 Kab Cianjur 4.89 5.60 4.89 5.06 5.46 5.18 4 Kab Bandung 5.82 6.28 5.92 5.91 5.89 5.96 5 Kab Garut 4.95 4.07 4.76 4.81 4.51 4.62 6 Kab Tasikmalaya 4.25 4.02 4.65 4.78 4.31 4.40 7 Kab Ciamis 5.23 5.41 5.34 5.07 5.58 5.33 8 Kab Kuningan 5.62 5.71 6.25 6.32 6.38 6.06 9 Kab Cirebon 5.23 5.46 4.96 5.07 4.87 5.12 10 Kab Majalengka 4.71 6.06 4.93 4.91 5.33 5.19

No Wilayah Provinsi 2011 2012 2013 2014*) 2015**) Rata-rata 11 Kab Sumedang 4.79 6.56 4.84 4.70 5.23 5.23 12 Kab Indramayu 4.06 3.18 2.86 4.93 2.16 3.44 13 Kab Subang 3.27 0.60 4.09 5.02 5.29 3.65 14 Kab Purwakarta 6.70 6.83 7.15 5.72 4.75 6.23 15 Kab Karawang 6.56 4.94 7.96 5.37 4.49 5.86 16 Kab Bekasi 6.60 6.53 6.23 5.88 4.46 5.94 17 Kab Bandung Barat 5.68 6.04 5.94 5.77 5.01 5.69 18 Kab Pangandaran 4.34 5.18 4.95 4.19 4.98 4.73 19 Kota Bogor 6.22 6.31 6.04 6.01 6.13 6.14 20 Kota Sukabumi 6.18 5.80 5.41 5.43 5.10 5.58 21 Kota Bandung 7.91 8.53 7.84 7.71 7.63 7.92 22 Kota Cirebon 5.78 5.92 4.90 5.71 5.80 5.62 23 Kota Bekasi 6.45 6.74 6.04 5.61 5.57 6.08 24 Kota Depok 6.81 8.06 6.85 7.28 6.63 7.12 25 Kota Cimahi 5.50 6.24 5.65 5.49 5.43 5.67 26 Kota Tasikmalaya 5.02 5.80 6.17 6.16 6.29 5.89 27 Kota Banjar 5.47 5.32 5.45 4.97 5.32 5.31 Provinsi Jawa Barat 6.50 6.50 6.33 5.09 5.03 5.89 Sumber: Diolah dari Tabel Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Kabupaten dan Kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2015.

Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 pada wilayah Provinsi Jawa Barat pada periode 2011-2015 dapat dilihat pada tabel dan grafik berikut. Kontribusi PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat walaupun terus mengalami peningkatan, namun angkanya tidak terlalu signifikan.

Provinsi Jawa Barat Kota Banjar Kota Tasikmalaya Kota Cimahi Kota Depok Kota Bekasi Kota Cirebon Kota Bandung Kota Sukabumi Kota Bogor Kab Pangandaran Kab Bandung Barat Kab Bekasi Kab Karawang Kab Purwakarta Kab Subang Kab Indramayu Kab Sumedang Kab Majalengka Kab Cirebon Kab Kuningan Kab Ciamis Kab Tasikmalaya Kab Garut Kab Bandung Kab Cianjur Kab Sukabumi Kab Bogor 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00

2015**) 2011

Gambar : 3.1. Grafik Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010, Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 dan 2015

Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010, yang juga merupakan gambaran laju pertumbuhan ekonomi, menunjukan bahwa laju pertumbuhan di wilayah kabupaten dan kota cukup fluktuatif dibandingkan Provinsi Jawa Barat.

Laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan tahun 2010 Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Tasikmalaya dalam 5 tahun terakhir selalu berada di bawah laju pertumbuhan Provinsi Jawa Barat.

9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00

0.00

Kab Kab Garut

Kab Kab Bogor

Kab Kab Bekasi

Kab Kab Ciamis

Kota Bogor Kota

Kab Kab Cianjur

Kota Bekasi Kota

Kota Banjar Kota

Kota Depok Kota

Kab Kab Subang

Kota Cimahi Kota

Kab Kab Cirebon

Kota Cirebon Kota

Kab Kab Bandung

Kab Kab Kuningan

Kota Bandung Kota

Kab Kab Sukabumi

Kab Kab Karawang

Kab Kab Sumedang

Kota Sukabumi Kota

Kab Kab Indramayu

Kab Kab Purwakarta

Kab Kab Majalengka

Kab Kab Tasikmalaya

Kota Tasikmalaya Kota

Kab Kab Pangandaran

Kab Bandung Kab Barat Bandung Provinsi JawaBarat Provinsi

Rata-rata

Gambar 0-9 Laju PDRB rata-rata di Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2010

Dari rata-rata laju pertumbuhan PDRB atas harga konstan tahun 2010, terdapat 16 kabupaten dan kota yang rata-rata laju pertumbuhan PDRB nya dibawah rata-rata laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat (5,9% pertahun).

5.3 KAWASAN STRATEGIS

Kawasan strategis di Provinsi Jawa Barat terkait dengan keterpaduan pengembangan infrastruktur PUPR terdiri dari bandara baru, pelabuhan baru, pelabuhan perikanan, jalur kereta api, kawasan metropolitan, pusat kegiatan nasional, dan pusat kegiatan wilayah. Adapun profil kawasan-kawasan tersebut diterngkan pada uraian berikut:

5.3.1 Bandar Udara Baru

Bandar udara baru yang akan dikembangkan di Provinsi Jawa Barat adalah Bandar Udara Kertajati di Kabupaten Majalengka dan Bandar Udara di Karawang. Progress saat ini untuk pembangunan bandara Kertajati adalah masih melengkapi pembangunan infrastruktur pendukung (rencana operasional tahun 2017), sedangkan untuk bandara Karawang saat ini masih dalam tahap persiapan menyusul telah terbitnya Kepres pembangunan bandara.

5.3.1.1 Bandara Kertajati

Bandara Kertajati atau Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) seluas 1.800 hektar akan dilengkapi dengan akses tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan, juga akses kereta. Luas terminalnya mencapai 92.000 meter persegi yang bisa menampung 5-6 juta penumpang. Terminal penumpang BIJB Bandara ini ditargetkan bisa beroperasi pada tahun 2017 termasuk segala infrastruktur pendukungnya. Untuk membangun Bandara Kertajati diperlukan dana hingga Rp 5,5 triliun.

Pembangunan Bandara ini sudah dimulai dari tahun 2015, dan pada tahun 2016 ini pengerjaannya terbagi menjadi 3 paket yaitu pembangunan infrastuktur, terminal penumpang utama, dan bangunan Jalan Tol Akses BIJB selain Kereta Api penunjang operasional.

Saat ini, progres bandara tersebut untuk pengerjaan infrastruktur sudah berjalan 7,1% untuk pembangunan terminal utama penumpang 3,2%, dan bangunan penunjang lainnya baru 0,5% (Sumber: Management Project BJIB, Indra Tjahya, 2016 dalam detik.com).

5.3.1.2 Bandara Karawang

Pembangunan bandara di Karawang bertujuan untuk menerima limpasan penumpang dan lalu lintas Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) yang sudah over capacity. Mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional bahwa Rencana Induk Nasional Bandar Udara telah menetapkan di wilayah Provinsi Jawa Barat akan dibangun bandar udara di Kabupaten Karawang sesuai rekomendasi JICA. Lokasi yang akan dijadikan bandar udara di Kabupaten Karawang tepatnya di Kecamatan Ciampel (Sumber: Studi JICA).

5.3.2 Pelabuhan

Sebagai negara kepulauan yang pertumbuhan ekonominya sangat tergantung kepada transportasi laut, beroperasinya pelabuhan secara efisien di Indonesia merupakan prioritas utama. Selain untuk memberdayakan industri angkutan laut nasional, undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran lebih lanjut mengamanatkan prioritas dalam hal peningkatan efisiensi dan kesinambungan pembangunan pelabuhan, keselamatan dan keamana pelayaran serta perlindungan maritim.

Kebijakan pelabuhan nasional merupakan bagian dalam proses integrase multimoda dan lintas sectoral. Peran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dari sistem transpotasi naisonal dan strategi pembangunan ekonomi. Oleh karena itu kebijakan tersebut lebih menekankan pada perencanaan jangka panjang dalam kemitraan antar lembaga pemerintah dan antar sector public dan swasta. Munculnya rantai pasok global sebagai bisnis yang diunggulkan, merupakan factor kunci dalam perubahan ekonomi global. Kebijakan pelabuhan nasional diarahkan dalam upaya :

 Mendorong investasi swasta  Mendorong persaingan  Pemberdayaan peran penyelenggara pelabuhan  Terwujudnya intergrasi perencanaan  Menciptakan kerangka kerja hokum dan peraturan yang tepat dan fleksibel  Mewujudkan sistem operasi pelabuhan yang aman dan terjamin  Meningkatkan perlindungan lingkungan maritim  Mengembangkan sumber daya manusia 

Tabel 5.9 Lokasi Dan Rencana Lokasi Pelabuhan/ Terminal

Kabupaten/ Pelabuhan/ Hirarki Pelabuhan/ Terminal No Kota Terminal 2011 2015 2020 2030 Provinsi Jawa Barat 1 Bekasi Muara Gembong PR PR PR PR 2 Ciamis Pangandaran PR PR PR PR 3 Cianuur Sindang Barang PL PL PR PR 4 Cirebon Cirebon PP PP PP PP 5 Cirebon Muara PR PR PR PR 6 Garut Pakenjeng PL PL PR PR 7 Indramayu Eretan PL PL PL PL 8 Indramayu Indramayu PR PR PR PR 9 Karawang Cilamaya PU PU PU PU 10 Subang Pamanukan PR PR PR PR

Kabupaten/ Pelabuhan/ Hirarki Pelabuhan/ Terminal No Kota Terminal 2011 2015 2020 2030 11 Sukabumi Pelabuhan Ratu PR PR PR PR 12 Tasikmalaya Cipatujah PL PL PL PL Sumber: Rencana Induk Pelabuhan Nasional

Penjelasan mengenai hirarki pelabuhan yang ada di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut; 1. Pelabuhan Utama (PU) Pelabuhan utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayaran antarprovinsi. Berdasarkan hierarkinya pelabuhan utama di Indonesia pada saat ini terdapat sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) Pelabuhan Utama, termasuk di dalamnya 2 (dua) Pelabuhan Utama yang berfungsi sebagai Hub Internasional (Bitung dan Kuala Tanjung). Dalam menetapkan rencana lokasi pelabuhan untuk pelabuhan utama setidaknya dapat berpedoman pada: a. Kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional; b. Kedekatan dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran nasional ± 50 mil; c. Memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil; d. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; e. Kedalaman kolam pelabuhan minimal -9 mLWS; f. Berperan sebagai tempat alih muat peti kemas/curah/general cargo/penumpang internasional; g. Melayani angkutan petikemas sekitar 300.000 TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara; h. Memiliki dermaga peti kemas/curah/general cargo minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat petikemas/ curah/ general cargo serta lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai. i. Berperan sebagai pusat distribusi peti kemas/curah/general cargo/penumpang di tingkat nasional dan pelayanan angkutan petikemas internasional. 2. Pelabuhan Pengumpul Pelabuhan pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi.

Pada saat ini terdapat sekurangnya sebanyak 240 (dua ratus empat puluh) pelabuhan yang merupakan pelabuhan pengumpul yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam menetapkan hierarki pelabuhan sebagai pelabuhan pengumpul setidaknya memperhatikan kriteria teknis sebagai berikut: a. Kebijakan pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhan wilayah; b. Memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil; c. Berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil; d. Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; e. Berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan pertumbuhan nasional; f. Kedalaman minimal -7 mLWS; g. Memiliki dermaga serbaguna (multipurpose) minimal 1 (satu) tambatan dan peralatan bongkar muat; h. Berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas/curah/general cargo/penumpang nasional; i. Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional. 3. Pelabuhan Pengumpan Pelabuhan pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angktan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. Berdasarkan hierarkiya pelabuhan pengumpan dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Pelabuhan Pegumpan Regional (PR) dan Pelabuhan Pengumpan Lokal (PL), pada saat ini terdapat sekitar 235 Pengumpan Regional dan 726 Pengumpan Lokal. Dalam penetapannya harus memperhatikan kriteria teknis sebagai berikut: a. Pelabuhan Pengumpan Regional  Berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan pembangunan antarprovinsi;  Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan peningkatan pembangunan kabupaten/kota;  Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi;  Berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Utama;  Berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke Pelabuhan

Pengumpuldan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya;  Berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam provinsi;  Memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang;  Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu)provinsi;  Berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ± 25 mil;  Kedalaman maksimal pelabuhan -7 mLWS;  Memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m;  Memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional lainnya 20 – 50 mil. b. Pelabuhan Pengumpan Lokal  Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan peningkatan pembangunan kabupaten/kota;  Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota;  Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan terlindung dari gelombang;  Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota;  Berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, dan/atan Pelabuhan Pengumpan Regional;  Berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolir, perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda transportasi laut;  Berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat disekitarnya;  Berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut regular kecuali keperintisan;  Kedalaman maksimal pelabuhan -4 mLWS;  Memiliki fasilitas tambat dan dermaga dengan panjang maksimal 70 m;  Memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal lainnya 5 – 20 mil.

5.3.2.1 Pelabuhan Baru

Pelabuhan yang direncanakan dibangun pada wilayah Provinsi Jawa Barat adalah Pelabuhan Patimban. Hal ini sesuai dengan Perpres no 3 tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional, dan perpres no 47 tahun 2016 tentang penetapan pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang sebagai proyek strategis nasional.

Menurut Bupati Kabupaten Subang, Imas Aryumningsih, rencananya tahun 2016 tahapan penyelesaian pembebasan tanah. Tahun 2017 pelaksanaan pembangunan dimulai. Kebutuhan area untuk pembangunan pelabuhan patimban ini terdiri dari dua, area pelabuhan seluas 301 hektare, dan backup area pembebasan seluas 250 hektare. Kemudian dalam rencana pembangunan Pelabuhan Patimban akan dibangun pula dua akses jalan darat dan jalan kereta api, sehingga akan membutuhkan lagi pembebasan lahan bagi dua akses jalan tersebut.

Progres Pembangaunan Pelabuhan Patimban

Pembangunan Pelabuhan Regional Patimban Kabupaten Subang sedang dalam progress. Saat ini pembangunan pelabuhan tersebut panjangnya sudah mencapai caseway 275 meter, trastle 475 meter dari rencana 1000 meter. Ditargetkan pelabuhan akan beroperasi pada Tahun 2017 (Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat).

Infrastruktur pendukung pelabuhan adalah jalur kereta dari Pelabuhan Patimban menuju Stasiun Pagaden dan pembangunan akses jalan menuju jalan nasional pantura sepanjang 10 km.

5.3.2.2 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan terdiri dari 2 jenis, yaitu Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) dan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN). Provinsi Jawa Barat tidak memiliki PPS, sedangkan PPN yang ada di Provinsi Jawa Barat adalah PPN Pelabuhan Ratu (Kabupaten Sukabumi), dan PPN Kejawanan (Kota Cirebon).

5.3.2.3 PPN Pelabuhan Ratu

Permasalahan PPN Pelabuhan Ratu yang dihadipi antara lain Pembebasan Lahan untuk peningkatan status pelabuhan menjadi PPS dan pengembangan kawasan Minapolitan karena merupakan Pionir di Jawa Barat.

Fungsi pokok pelabuhan perikanan nusantara Aktifitas PPN Pelabuhan Ratu Pelabuhan Ratu adalah sebagai prasarana pendukung aktivitas nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut, penanganan dan pengolahan hasil ikan tangkapan, dan pemasaran serta sebagai tempat untuk melakukan pengawasan kapal ikan.

Kolam pelabuhan seluas 3 ha dengan kedalaman bervariasi dari -2m, -2,5 m dan -3 m tidak mampu lagi menampung jumlah kapal sebanyak 416 unit (dari ukuran 5 - 38 gt) yang seharusnya daya muat kolam hanya 125 buah kapal (ukuran 5 - 100 gt). Hal ini terjadi karena perencanaan awalnya kurang memperhitungkan perkembangan aktivitas kapal penangkapan ikan yang akan mendarat di pelabuhan ini. Bahwa kapal penangkap ikan tidak saja berasal dari Pelabuhan Ratu tetapi juga berasal dari luar pelabuhanratu seperti dari Jakarta, Cilacap, , dan dari 6 pangkalan pendaratan ikan lainnya di Sukabumi yakni Cisolok, Cibangban, MinaJaya, Ujung Genteng, Ciwaru, dan Loji. Selain itu terjadi pendangkalan di kolam akibat masuknya sedimen dari sungai yang sering meluap pada saat banjir dan sedimen yang masuk dari mulut kolam.

Pada 2011, nilai produksi ikan di PPN Pelabuhan Ratu sebesar Rp 212,84 milyar. Jika dilihat dari sisi volume sebanyak 13.814 ton, dimana sekitar 64,64 persen (4.930) merupakan komoditas favorit tuna, tongkol, dan cakalang (TTC). Tercatat, dari bulan Januari hingga November 2012 aktivitas kapal yang masuk di PPN Pelabuhan Ratu sebanyak 5.548 unit kapal, dan kapal yang melakukan aktivitas bongkar muat sebanyak 4.636 unit kapal. Sedangkan, perputaran uang di PPN Pelabuhan Ratu berkisar Rp3- 5 miliar/hari (Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012).

5.3.2.4 PPN Kejawanan

Pembangunan PPN Kejawanan dirintis pada tahun 1976 tetapi baru intensif pelaksanaannya mulai tahun anggaran 1994/1995. Aktifitas perikanan di PPN Kejawanan seperti pendaratan ikan, pengolahan ikan, dan pemasaran ikan. Permasalahan yang dihadapi PPN Kejawanan adalah meningkatnya aktifitas bongkar muat kapal dan semakin menurunnya hasil tangkapan nelayan.

Tugas Pokok Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan: melaksanakan fasilitasi produksi dan pemasaran hasil perikanan di wilayahnya, pengawasan dan pemanfaatn sumberdaya ikan untuk pelestariannya, dan kelancaran kegiatan kapal perikanan, serta pelayanan kesyahbandaran di pelabuhan perikanan.

Kinerja PPN Kejawanan saat ini adalah (sumber: pengelola PPN Kejawanan):

1. Hasil pencapaian kinerja yang belum maksimal terdapat pada sub parameter Sistem Informasi Statistik Perikanan Tangkap Pelabuhan (SISKA), kedalaman kolam pelabuhan, fasilitas pemasaran dan distribusi ikan, produksi perikanan, frekuensi kunjungan PPN Kejawanan Cirebon kapal, pelayanan pengolahan hasil perikanan di WKOPP, dan penyerapan tenaga kerja. 2. Tingkat kepuasan nelayan menunjukan bahwa nelayan sudah merasa sangat puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak pelabuhan. Tetapi masih terdapat dua atribut yang belum memuaskan nelayan yaitu penanganan keluhan nelayan; dan petugas mengetahui, mamahami kebutuhan dan keinginan nelayan.

Kapal yang singgah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan semakin menurun jumlahnya. Mencapai 1.060 pada 2001, namun pada 2007 Pelabuhan Kejawanan hanya dikunjungi 346 kapal.

5.3.3 Kereta Api

Pengembangan jaringan dan layanan kereta api di Provinsi Jawa Barat meliputi (Sumber: Rencana Induk Perkeretaapian Nasional):

1. Pengembangan jalur ganda lintas utara (Cirebon – – Bojonegoro – ), jalur ganda lintas selatan (Cirebon – Prupuk – Purwokerto – Kroya – Kutoarjo – Solo – Madiun – Surabaya), pembangunan shortcut Parungpanjang – Citayam –Nambo – – Tanjungpriok, shortcut Cibungur – Tanjungrasa, shortcut Lebeng – Kalisabuk;

2. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api regional pada kota-kota aglomerasi seperti : Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, , Bekasi, Depok, Tangerang). 3. Pengembangan dan layanan kereta api perkotaan Bandung Raya; 4. Pengembangan jaringan dan layanan kereta Stasiun KA Bandung dan Cirebon api yang menghubungkan pusat kota dengan merupakan contoh stasiun KA di Provinsi bandara Kertajati (Majalengka); Jawa Barat 5. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api yang menghubungkan pelabuhan Cirebon dan pelabuhan Patimban; 6. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api cepat (High Speed Train) Jakarta – Bandung; 7. Peningkatan kapasitas jaringan kereta api melalui pembangunan jalur ganda dan elektrifikasi Manggarai – – Bekasi – Cikarang dan Padalarang – Bandung – Cicalengka.

Selain itu, rencana reaktivasi dan peningkatan (revitalisasi) jalur KA Sukabumi – Cianjur – Padalarang, Cicalengka – Jatinangor – Tanjungsari, Cirebon – Kadipaten, dan Banjar – Cijulang, Purwokerto – Wonosobo.

5.3.4 Metropolitan dan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

Untuk wilayah Provinsi Jawa Barat terdapat persinggungan wilayah yang termasuk kedalam kawasan metropolitan dan wilayah yang termasuk kedalam PKN, seperti: Metropolitan Jabodetabek dengan PKN Jabodetabek, Metropolitan Cekungan Bandung dengan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya.

Kawasan metropolitan didefinisikan sebagai satu kawasan dengan konsentrasi penduduk yang besar, dengan kesatuan ekonomi dan sosial yang terpadu dan mencirikan aktivitas kota, dan jumlah penduduk kawasan tersebut melebihi satu juta jiwa (Winarso, 2006).

Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi (Sumber: PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN). Menurut RTRWN, di Provinsi Jawa Barat terdapat 2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional yaitu PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya dan Cirebon.

Kawasan metropolitan di Provinsi Jawa Barat meliputi Kawasan Jabodetabek dan demikian juga untuk wilayah-wilayah yang termasuk kedalam PKN yang terdiri dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dan Cekungan Bandung yang terdiri dari Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kota Cimahi dan sebagian wilayah Kabupaten Sumedang (Sumber: PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN).

5.3.4.1 Metropolitan dan PKN Jabodetabek

Dari seluruh penghuninya diperkiran sebesar 17,9 juta orang tinggal di Jakarta, 10,7 juta orang di Bekasi, 10,4 juta orang di Tangerang, dan 10,6 juta orang di Bogor (Sumber: BPS, 2016). Populasi ini meningkat setiap tahunnya dikarenakan besarnya urbanisasi dari seluruh wilayah Indonesia. Pemerintah Indonesia memproyeksikan bahwa populasi Jabodetabek akan mencapai 40 juta orang pada tahun 2016. Menurut statistik tersebut, Jakarta akan memiliki 18 juta orang dan daerah-daerah penyangganya memiliki 25 juta orang.

Ilusterasi Peta Kawasan Jabodetabek Pada tahun 2000, jumlah perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta perjalanan/hari. Persentase moda angkutan yang digunakan: bus 52,7%; mobil pribadi 30,8%; sepeda motor 14,2%; dan kereta api 2%. Gejala komuter dari Botabek ke Jakarta sangat bergantung pada fasilitas kereta rel listrik dan jaringan jalan tol. Saat ini antara Jakarta dengan wilayah Botabek telah dihubungkan oleh beberapa jaringan jalan tol, antara lain :

1. Jalan Tol Cawang - Bogor - Ciawi 2. Jalan Tol Cawang - Cikampek 3. Jalan Tol Tomang - Merak 4. Jalan Tol Jakarta Inner Ringroad (Lingkar Dalam Kota) 5. Jalan Tol Pluit - Bandara Soekarno-Hatta 6. Jalan Tol Jakarta Outer Ringroad (Lingkar Luar Kota) 7. Jalan Tol JORR - Serpong sepanjang 15 km

Untuk industri, pengembangan dikonsentrasikan di kawasan Cibitung dan Cikarang (Kab. Bekasi) serta Cikupa (Kab. Tangerang). Untuk permukiman, pengembang-pengembang besar

banyak membangun kota-kota satelit yang dilengkapi dengan sarana pendukung kota seperti sekolah, pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan tempat hiburan. Kota-kota satelit ini banyak berkembang di Kota Bekasi, Kota Tangerang, Serpong (Kota Tangerang Selatan),Kota Depok dan Kawasan Cibubur meliputi: DKI Jakarta dan sebagian Jawa Barat, yang meliputi: Kota Depok, Commuter Line sebagai Moda transportasi Jabodetabek Bekasi, Kabupaten Bogor, Bekasi, sebagian Kotamadya Jakarta Timur, Kabupaten Karawang, Purwakarta dan Cianjur.

5.3.4.2 Metropolitan Cekungan Bandung dan PKN Bandung Raya

Metropolitan Bandung merupakan aglomerasi kawasan perkotaan di Cekungan Bandung yang terdiri dari Kabupaten Bandung (176.812 Ha), Kabupaten Bandung Barat (130.577,40 Ha), Kota Bandung (16.729,65 Ha), Kota Cimahi (4.023 Ha) dan sebagian Kabupaten Sumedang yaitu Geudung Sate sebagai Landmark Kota Bandung Kecamatan Tanjungsari, Kecamatan Jatinangor, dan Kecamatan Cimanggung dengan total luas wilayah 343.087 hektar. Kabupaten Sumedang yang masuk ke Metropolitan Bandung hanya sebagian sehingga perlu koordinasi yang kontinyu untuk mengembangkan daerah tersebut.

Gunalahan di Metropolitan Bandung terdiri dari lahan terbangun dan lahan non terbangun. Luas lahan terbangun adalah 18,45% dari total luas lahan, sisanya adalah lahan non terbangun yang terdiri dari hutan, perkebunan, kebun campuran, lading, sawah, rawa, dan badan air.

Penduduk Metropolitan Bandung pada tahun

Sektor Transportasi menjadi masalah Kota 2011 sebesar 8.122.216 jiwa, dengan Bandung

proporsi persebaran yang terbesar berada di Kabupaten Bandung sebesar 41% (3.299.988 jiwa). Kota Bandung berpenduduk sebesar 30% (2.420.146) dari jumlah seluruh penduduk Metropolitan Bandung. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 0.38 %.

Peningkatan intensitas kegiatan yang terjadi pada Kawasan Metropolitan Bandung berdampak pada timbulnya permasalahan transportasi pada kawasan tersebut. Secara umum, permasalahan sistem transportasi di Kawasan Metropolitan Bandung adalah belum terintegrasinya sistem angkutan umum secara terpadu. Hal ini mengakibatkan kualitas dan jangkauan pelayanan angkutan umum rendah sehingga berakibat pada menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap layanan transportasi umum dan pada akhirnya akan eningkatkan penggunaan kendaraan pribadi. Peningkatan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan tingkat pelayanan jalan yang baik sehingga seringkali mengakibatkan kemacetan pada beberapa ruas jalan utama di Kawasaan Metropolitan Bandung (Sumber: Afria Rahmayanti, 2004 dan Cynthia Viriyadhika, 2007).

5.3.4.3 PKN Cirebon

Kota Cirebon terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah p e r b u k i t a n n y

a . Luas Kota Cirebon adalah 37,54 km2 dengan dominasi penggunaan lahan untuk perumahan (32%) dan tanah pertanian (38%). Menurut hasil Suseda Jawa Barat Tahun 2010 jumlah penduduk Kota Cirebon telah mencapai jumlah 298 ribu jiwa. Dengan komposisi penduduk

laki-laki sekitar 145 ribu jiwa dan perempuan sekitar 153 ribu jiwa, dan ratio jenis kelamin sekitar 94,85.

Perekonomi Kota Cirebon dipengaruhi oleh letak geografis yang strategis dan karakteristik sumber daya alam sehingga struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa.

Kota Cirebon terletak di wilayah strategis, yakni titik bertemunya jalur tiga kota besar di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, dan Semarang. Semua jenis transportasi itu baik transportasi darat, laut, dan udara saling berintegrasi mendukung pembangunan di kota Cirebon. Kota Cirebon memiliki dua stasiun kereta api, yakni Stasiun Cirebon Kejaksan dan Stasiun Prujakan. Stasiun Kejaksan berarsitektur khas kolonial Belanda, stasiun ini melayani hampir semua tujuan kota - kota lainnya baik itu kota besar maupun kota kecil di pulau Jawa. Terminal angkutan darat di Kota Cirebon di antaranya terminal besar Harjamukti, letaknya di jalan By Pass Kota Cirebon.

Pelabuhan Cirebon saat ini hanya digunakan untuk pengangkutan batu bara dan kebutuhan pokok dari pulau-pulau lain di Indonesia. Bandar Udara Cakrabuana merupakan bandar udara di Kota Cirebon saat ini hanya dijadikan sebagai bandara khusus sekolah penerbangan dan militer.

Sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat, Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata sejarah tentang kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, Komplek Makam Sunan Gunung Jati di Gunung Sembung sekitar 15 km ke arah barat pusat kota, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Masjid At Taqwa, kelenteng kuno, dan bangunan-bangunan peninggalan zaman Belanda. Kota ini juga menyediakan bermacam kuliner khas Cirebon, dan terdapat sentra kerajinan rotan serta .

Tantangan pengembangan Kota Cirebon antara lain:

 Kecamatan Pasaleman Kabupaten Cirebon terancam longsor akibat terus menerus tergerus oleh aliran Sungai Cisanggarung;  Kawasan pelabuhan yang sempit menjadi hambatan dalam pengembangan ekonomi di Kota Cirebon;  Timbulan sampah yang cukup besar.

5.3.5 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota (Sumber: PP No 26 Tahun 2008 tentang RTRWN).

5.3.5.1 PKW Cianjur

Sebagian besar wilayah Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Kabupaten Cianjur, menurut Sensus Penduduk 2000, berpenduduk 1.931.480 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23 %.

Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Cianjur di sektor pertanian yaitu sekitar 62.99 %. Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu sekitar 42,80 %. Sektor lainnya yang cukup banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan jasa yaitu sekitar 14,60%. dan pengiriman pembantu 30%

Ibukota kabupaten Cianjur dilintasi jalan nasional (Jakarta-Bogor-Bandung), serta jalur kereta api Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur. Perjalanan ke Cianjur biasanya ditempuh melalui jalan darat, jika dari Jakarta bisa melewati jalur , jalur Sukabumi, jalan alternatif melalui Jonggol atau melalui Jalan Tol Purbaleunyi. Kawasan persawahan yang masih tumbuh subur di Cianjur Objek wisata yang ditawarkan : Pantai Jayanti,curug citambur, Taman Bunga Nusantara, Kebun Raya Cibodas, Situs Megalitikum Gunung Kasur, Situs Megalitikum Gunung , Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Air terjun Kab. Cianjur.

Tantangan pembangunan PKW Cianjur:

1. Kawasan Rawan Bencana (KRB) Longsor di Kecamatan Cipanas dan rawan pergerakan tanah di Kecamatan Curugkembar 2. Aksesibilitas jalan yang sudah kurang memadai 3. Rendahnya konektifitas Sukabumi - Cianjur 4. Peningkatan konektifitas jalur selatan Pulau Jawa 5. sarana sanitasi lingkungan yang masih belum mencakup seluruh wilayah

5.3.5.2 PKW Sukabumi

Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi, serta secara administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi.

Salah satu kondisi jaringan jalan di Kota Sukabumi Jumlah penduduknya sekitar 298.681 jiwa (tahun 2010) dan kondisi ekonomi ya g berkembang adalah kegiatan perhotelan didukung oleh banyaknya perusahaan akomodasi dan tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak 33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur. Beberapa kuliner khas Kota Sukabumi di antaranya adalah Nasi uduk ungu, mochi, roti priangan tradisional, bubur ayam sukabumi, bolu pisang, bandros, surabi, dan mie.

Tantangan pengembangan PKW Sukabumi adalah:

1. Konektifitas yang mengakses kawasan Pelabuhan Ratu - Kota Sukabumi yang belum memadai dan Jaringan Jalan Lintas Selatan P. Jawa yang kurang memadai 2. Saluran drainase yang sudah tidak dapat menampung limpasan air hujan 3. Permukiman kumuh perkotaan yang minim sarana dan prasarana air bersih

5.3.5.3 PKW Purwakarta

Kabupaten Purwakarta berada pada titik-temu tiga koridor utama lalu- lintas yang sangat strategis, yaitu Purwakarta-Jakarta, Purwakarta- Bandung dan Purwakarta-Cirebon.

Luas wilayah Kabupaten Purwakarta adalah 971,72 km² atau sekira 2,81% Progress pembangunan jalan lingkar barat Purwakarta dari luas wilayah Provinsi Jawa (Sumber: Kompas.com, 2016) Barat berpenduduk 845.509 jiwa

(Proyeksi jumlah penduduk tahun 2009) dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 2,28% per-tahun. Jumlah penduduk laki-laki adalah 420.380 jiwa, sedangkan jumlah penduduk perempuan adalah 425.129 jiwa.

Budaya masyarakat pada dasarnya tetap bernuansa budaya Sunda dan nilai-nilai agama, terutama agama Islam. Mayoritas penduduk Kabupaten Purwakarta adalah pemeluk Agama Islam (muslim) dan sisanya adalah non-muslim. Dengan kata lain, penduduk Purwakarta adalah masyarakat beragama.

Wilayah Purwakarta dilintasi oleh ruas Jalan tol Jakarta-Cikampek dan ruas Jalan Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang). Gerbang Tol yang berada di wilayah Kabupaten Purwakarta adalah di Cikopo (Cikampek), Sadang dan Jatiluhur.

Obyek wisata di Purwakarta adalah Waduk Jatiluhur, Waduk Cirata, Sumber Air Panas Ciracas, Situ Wanayasa , Air terjun Curug Cipurut, Badega Gunung Parang, Gua Jepang, Desa Wisata Bojong dsbnya.

Tantangan pembangunan PKW Purwakarta ini adalah:

1. Akssesibilitas kereta api menuju kawasan-kawasan sekitar yang belum memadai 2. Kebutuhan air baku yang sangat besar untuk memnuhi kawasan industri dan kawasan permukiman, serta kawasan pertanian 3. Kebutuhan jaringan sanitasi dan air bersih

5.3.5.4 PKW Cikampek

Cikampek adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Karawang. Cikampek merupakan daerah yang dilalui jalur Pantura dari Jakarta menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur, Di Cikampek terdapat Stasiun Cikampek Kota, Yang menghubungkan kereta api antara Jakarta-Bandung dan Jakarta-Cirebon. Cikampek memiliki 4 buah pasar yang berada dalam satu lingkungan dan sebuah terminal yang sebelum dibangun Jalan Tol Cikampek-Jakarta adalah terminal tersibuk di Jawa Barat, karena merupakan Stasiun Besar Cikampek persimpangan Jakarta-Bandung dan Jakarta-Cirebon. Tetapi sejak jalan tol dibangun secara berangsur-angsur fungsi terminal Cikampek berkurang (rencana pusat terminal cikampek akan dipindahkan ke jl.bypass jomin jika pembangunan tol cikampek-palimanan selesai). Terdapat 3 jalur Tol Utama di Cikampek untuk menghubungkan Transportasi ke berbagai kota di Jawa :

1. Jalan Tol Jakarta-Cikampek 2. Jalan Tol Cipularang 3. Jalan Tol Cikopo-Palimanan

Selain Itu Cikampek mempunyai 2 buah stasiun kereta api :

1. Stasiun Cikampek ( Daerah Operasi 1 Jakarta ) 2. Stasiun Dawuan ( Daerah Operasi 1 Jakarta )

Jalur Kereta Api Cikampek :

1. Jalur KA Jatinegara-Cikampek 2. Jalur KA Cikampek-Padalarang 3. Jalur KA Cikampek-Cirebon

Sumber pendapatan utama kota Cikampek ini adalah perindustrian, pertanian dan perdagangan. Kota Cikampek dikenal sebagai Sentra Perdagangan dan Industri. Perekonomian warga Cikampek sebagian besar adalah pedagang,karyawan pabrik,pegawai negeri,dan swasta. Setidaknya ada 4 Kawasan Industri besar di wilayah ini yaitu :

1. Kota Bukit Indah ( Sebagian Masuk gerbang PT. Pupuk Kujang Cikampek Kab.Purwakarta dan Sebagian Kota Cikampek) - Interchange GT Kalihurip Bukit Indah City 2. Kawasan Industri Autocar Cikampek - Interchange GT Kalihurip 3. Kawasan Industri Indotaisei - Interchange GT Kalihurip Bukit Indah City 4. Kawasan Industri Kujang Cikampek (KIKC) - Jln. Jend Dawuan tengah

Di Cikampek pada tahun 2006 telah pula dioperasikan DEPOT BBM untuk melayani konsumen di daerah timur Jakarta seperti Jakarta Timur, Kota dan Kabupaten Bekasi,Kabupaten Karawang,Kabupaten Purwakarta,Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu dan Kota dan Kabupaten Cirebon.

5.3.5.5 PKW Sumedang

Luas Wilayah Kabupaten Sumedang adalah 155.871,98 Ha sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No 2 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang Tahun 2011 - 2031 yang terdiri dari 26 kecamatan terbagi ke dalam 276 desa dan 7

kelurahan. Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua (6,91%) dari total luasan Kabupaten Sumedang, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua (1,14 %).

Jumlah penduduk di Kabupaten Sumedang tahun 2013 adalah 1.307.648 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,92% pertahun.

5.3.5.6 PKW Indramayu

Luas wilayah Indramayu yang tercatat seluas 204.011 Ha terdiri atas 110.877 Ha tanah sawah (54,35%) dengan irigasi teknis sebesar 72.591 Ha, 11.868 Ha setengah teknis 4.365 Ha irigasi sederhana PU dan 3.129 Ha irigasi non PU sedang 18.275 Ha diantaranya adalah sawah tadah hujan.

Indramayu dilintasi jalur pantura, yakni jalur utama dan terpadat di Pulau Jawa, terutama pada musim mudik lebaran. Kabupaten ini juga dilintasi oleh jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa, dengan salah

Karangsong, dulunya merupakan perumahan nelayan kumuh satu stasiun terbesarnya adalah yang saat ini sudah tertangani dengan baik Stasiun Jatibarang yang berada di kota Jatibarang, sekitar 19 km ke selatan dari pusat Kota Indramayu.

Kabupaten Indramayu dilalui jalur utama pantura, yakni jalur nomor satu sebagai urat nadi perekonomian pulau Jawa, jalur pantura Indramayu mulai dari ruas Patrol-Lohbener- Jatibarang-Kertasemaya. Juga jalur alternatif sebelah utara Indramayu-Karangampel- Krangkeng yang menuju ke arah Cirebon.

Tantangan pembangunan Kabupaten Indramayu adalah:

1. Jaringan jalan yang rusak 2. infrastruktur SDA (saluran irigasi) banyak yang rusak 3. Jaringan irigasi banyak yang rusak 4. Banjir rob yang merusak permukiman dan jaringan jalan

5.3.5.7 PKW Kuningan

Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2010 Menurut Hasil Suseda sebanyak 1.122.376 orang dengan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 0,48% pertahun dan Angka Harapan Hidup (AHH) 70,76 tahun. Penduduk laki-laki sebanyak Salah satu sudut persawahan Kuningan dengan latar belakang Gunung Ceremai 580.796 orang dan penduduk perempuan sebanyak 564.801 orang dengan sex ratio sebesar 99,3 % artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Diperkirakan hampir 25% penduduk Kuningan bersifat comuter, mereka banyak yang bermigrasi ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan sebagainya.

Penduduk Kuningan umumnya menggunakan bahasa Sunda dialek Kuningan. Mayoritas Penduduk Kuningan beragama Islam sekitar 98% (di daerah desa Manislor terdapat komunitas penduduk yang menganut aliran Ahmadiyah), lainnnya beragama Kristen Katolik yang tersebar di wilayah Cigugur, Cisantana, Citangtu, Cibunut, sedangkan sisanya beragama Protestan dan Budha yang kebanyakan terdapat di kota Kuningan. Di wilayah Cigugur juga terdapat penduduk yang menganut aliran kepercayaan yang disebut Aliran Jawa Sunda.

Sebagain besar penduduk kabupaten Kuningan bermatapencaharian sebagai petani (petani penggarap dan buruh tani), dan lainnya bekerja sebagai Pedagang, Pegawai negeri Sipil, TNI, Polisi, Wiraswasta dan sebagainya.

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Kuningan pada tahun 2011 mencapai 5,43% lebih tinggi dibanding dengan dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2009 sebesar 4,39% dan tahun 2010 sebesar 4,99%. Sedangkan Inflasi di Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat sebesar 6,70%. Sementara Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kuningan sendiri berdasarkan harga konstan tahun 2000 untuk tahun 2011 sebesar Rp. 4,2 Trilyun dan PDRB per kapita berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada tahun 2011 mencapai Rp. 3,9 juta. Tingkat daya beli masyarakat Kuningan tahun 2010 menurut data Suseda tercatat sebesar Rp. 549 ribu. Dan tingkat pengangguran di Kabupaten Kuningan angkanya cukup besar yaitu mencapai 7,6% dari total angkatan kerja. Lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Kuningan masih didominasi oleh dua sektor ekonomi yaitu sektor pertanian dan perdagangan. Sektor pertanian masih merupakan lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun

2010 dari total penduduk Kabupaten Kuningan yang bekerja, 39% bekerja di sektor pertanian dan 30% di sektor perdagangan.

5.3.5.8 PKW Tasikmalaya

Hampir 70%, pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di priangan timur dan selatan berada di kota Ini. Priangan Timur dan selatan yakni membentang dari Kota Banjar di ujung timur jawa barat, Kabupaten Ciamis, Kabupaten dan Kota Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten dan Kota Sukabumi di ujung barat jawa barat, Wilayah priangan timur dan selatan ini mencapai 40% total keseluruhan wilayah Jawa Barat, itu artinya sepertiga lebih dari pusat perekonomian yang ada di Jawa Barat berada di Kota ini.

Kota Tasikmalaya disebut juga sebagai Kota UKM. Kerajinan khas Tasikmalaya antara lain adalah Bordir Tasikmalaya yang telah mendunia, Payung Geulis yang telah menjadi ikon Jawa Barat, Kelom Geulis, sandal tradisional asli buatan bangsa Indonesia, batik Tasikmalaya yang tidak kalah dari batik-batik lainnya di Pulau Jawa dengan ciri khasnya, dan kerajinan– kerajinan lainnya.

Kota Tasikmalaya terletak di jalur selatan Jawa Barat, Kota Tasikmalaya juga memiliki terminal bus Tipe A, yang merupakan salah satu terminal bus terbesar di Jawa Barat. Jalan Zaenal Mustafa atau HZ adalah jalan utama dan menjadi KM 0 ( Kilometer 0) Kota Tasikmalaya dan menjadi sentra Pusat Kerajinan Rajapolah Kota Tasikmalaya perekonomian di kota ini.

Kota Tasikmalaya memiliki segudang potensi pariwisata, di antaranya adalah wisata alam, kerajinan, wisata belanja, wisata religi, seni, budaya, UKM, dll.

Kota ini memiliki panorama alam seperti Situ Gede, Gunung , Cipatujah, dan objek wisata lainnya ditata menjadi objek wisata alam yang menawan, sehingga sangat potensial dijadikan sebagai kota tujuan wisata di Indonesia.

Tantangan pembangunan Kota Tasikmalaya:

1. Kemacetan lalu lintas jalur selatan via Gentong, Tasikmalaya 2. Kondisi jaringan jalan masih banyak yang rusak, terutama jalan-jalan yang menjadi tulang punggung pergerakan antar kawasan 3. Volume sampah yang terus meningkat

4. Masih banyak warga Kota Tasikmalaya mengakses air bersih (hanya 27% terlayani dengan sistem pipa dari PDAM Sukapura)

5.4 KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN RAWAN BENCANA

5.4.1 Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat menurut lampiran Peraturan Daerah No 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, terdiri atas:

1. Kawasan Hutan berfungsi lindung berupa hutan lindung tereletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH): Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Kawasan Bandung Utara, Kawasan Bandung Selatan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Kuningan; 2. Sempadan pantai di Kab. Bekasi, Kab. Karawang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Subang, Kab. Garut, Kab. Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Cirebon; 3. Sempadan sungai di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS); 4. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ: a. Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta; b. Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta – Cianjur - Bandung Barat; c. Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung; d. Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat; e. Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor; f. Waduk Darma, Waduk Wulukut, Waduk Dadap Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan; g. Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di Kabupaten Cirebon; h. Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu; i. Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka; j. Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang; k. Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Bekasi; l. Situ Kamojing, terletak di Kabupaten Karawang; m. Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut; n. Situ Gede, terletak di Kabupaten Tasikmalaya;

o. Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok. 5. Kawasan Suaka Alam yang terdiri dari: a. Kawasan Cagar Alam: i. Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, terletak di Kabupaten Bogor; ii. Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Kabupaten Bogor – Cianjur; iii. Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas , dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, terletak di Kabupaten Cianjur; iv. Cagar Alam Gunung Simpang, terletak di Kabupaten Bandung - Cianjur; v. Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar, Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II, Cagar Alam Yung Hun, dan Cagar Alam Gunung Tilu, terletak di Kabupaten Bandung; vi. Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamajong, terletak di Kabupaten Bandung - Garut; vii. Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung - Subang; viii. Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut; ix. Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibanteng, Cagar Alam Tangkuban Parahu (), terletak di Kabupaten Sukabumi; x. Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten Purwakarta; xi. Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Sumedang; xii. Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten Ciamis. b. Kawasan suaka margasatwa: i. Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di Kabupaten Sukabumi ii. Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di Kabupaten Ciamis iii. Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di Kabupaten Tasikmalaya c. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya: i. Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut ii. Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis d. Kawasan pantai berhutan bakau/ payau: i. Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi ii. Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten Subang iii. Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten. Karawang iv. Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon 6. Kawasan Pelestarian Alam yang terdiri dari:

a. Taman Nasional: i. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kabupaten Sukabumi, Bogor ii. Taman Nasional Gunung Halimun terletak di Kabupaten Sukabumi dan Bogor iii. Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka b. Taman Hutan Raya: i. Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung ii. Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Depok iii. Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci di Kabupaten Sumedang c. Taman Wisata Alam: i. Taman Wisata Alam Gunung Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, terletak di Kabupaten Bogor; ii. Taman Wisata Alam Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi; iii. Taman Wisata Alam Jember, terletak di Kabupaten Cianjur; iv. Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Alam Cimanggu, terletak di Kabupaten Bandung; v. Taman Wisata Alam Curug Dago, terletak di Kota Bandung; vi. Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat - Subang; vii. Taman Wisata Alam Curug Santri, terletak di Kabupaten Karawang; viii. Taman Wisata Alam Kawah Kamojang terletak di Kabupaten Bandung - Garut; ix. Taman Wisata Alam Papandayan, Taman Wisata Alam Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, terletak di Kabupaten Garut; x. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, terletak di Kabupaten Sumedang; xi. Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan; xii. Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis; xiii. Taman Wisata Alam lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota. 7. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan: a. Bogor, Batu Tulis, dan Gedung Negara BKPP Wilayah I terletak di Kota Bogor; b. Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Padang, dan Kawasan Makam Rd. Aria di Cikundul, terletak di Kabupaten Cianjur;

c. Kawasan Gedung Sate, terletak di Kota Bandung; d. Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech Mahmud di Kabupaten Bandung e. Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat; f. Makam Sunan Gunungjati, terletak di Kabupaten Cirebon; g. Gua Sunyaragi, Keraton , Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Gedung Negara BKPP Wilayah III terletak di Kota Cirebon; h. Museum Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan; i. Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Sunan Rohmat Pamijahan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; j. Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun, Komplek Makam Dayeuh Luhur, terletak di Kabupaten Sumedang; k. Candi , Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin, dan Gedung Negara BKPP Wilayah IV, terletak di Kabupaten Garut; l. Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak di Kabupaten Bogor; m. Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong Panjalu, dan Kampung , terletak di Kabupaten Ciamis; n. Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; o. Kampung Ciptagelar, terletak di Kabupaten Sukabumi; p. Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri, dan Gedung Negara BKPP Wilayah II, terletak di Kabupaten Purwakarta; q. Kawasan Situs Candi Jiwa dan Makam Syech Quro, terletak di Kabupaten Karawang; dan r. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota. 8. Kawasan Lindung Geologi terdiri atas: a. Kawasan Konservasi Lingkungan Geologi: i. Kawasan Cagar Alam Geologi, meliputi : 1. Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat; 2. Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Kabupaten Sukabumi; 3. Kawasan Geologi Rancah, terletak di Kabupaten Ciamis; dan 4. Kawasan Geologi Pasirgintung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya. ii. Kawasan Kars, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis.

b. Kawasan Rawan Bencana Geologi: i. Kawasan rawan bencana gunung api, meliputi : 1. Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi; 2. Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi; 3. Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kabupaten Bandung; 4. Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka; 5. Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut; 6. Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Subang; 7. Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung; dan 8. Kawasan Gunung Galunggung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. ii. Kawasan rawan gempa bumi tektonik, tersebar di daerah rawan gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, daerah rawan gempa bumi Sukabumi-Padalarang- Bandung, daerah rawan gempa bumi Purwakarta-Subang-Majalengka, dan daerah rawan gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis; iii. Kawasan rawan gerakan tanah, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis; iv. Kawasan yang terletak di zona sesar aktif, tersebar di Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka); v. Kawasan rawan tsunami, tersebar di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi; dan vi. Kawasan rawan abrasi, tersebar di pantai Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. c. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah:

i. Kawasan imbuhan air tanah, tersebar di Jawa Barat ii. Kawasan sempadan mata air, tersebar di Jawa Barat. 9. Kawasan Taman Buru: Taman Buru Gunung Masigit terletak di Kabupaten Bandung, Garut, dan Sumedang; 10. Kawasan perlindungan plasma nutfah: a. Muara Gembong, terletak di Kabupaten Bekasi; b. Kebun Raya Bogor, terletak di Kota Bogor; c. Indonesia, Taman Buah Mekarsari, dan Gunung Salak Endah, terletak di Kabupaten Bogor; d. Taman Bunga Nusantara, Kebun Raya Cibodas, dan Ciogong, terletak di Kabupaten Cianjur; e. Pantai Pangumbahan dan Perairan Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi; f. Jatiluhur/Sanggabuana, terletak di Kabupaten Purwakarta; g. dan Gunung Patuha, terletak di Kabupaten Bandung; h. Kebun Binatang Bandung, terletak di Kota Bandung; i. Cimapang/Rancabuaya, terletak di Kabupaten Garut; j. Gunung Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan Gunung Galunggung terletak di Kabupaten Tasikmalaya; k. Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan Cukang Taneuh, terletak di Kabupaten Ciamis; l. Gunung Ageung, terletak di Kabupaten Majalengka; m. Muara Cimanuk dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; dan n. Kebun Raya Kuningan, terletak di Kabupaten Kuningan. 11. Terumbu Karang: a. Pantai Cilamaya, terletak di Kabupaten Karawang; b. Pantai Bobos, terletak di Kabupaten Subang; c. Pantai Majakerta dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; d. Pantai Karang Hawu, Cisolok, Citepus, Surade, Ciracap, dan Ciwaru, terletak di Kabupaten Sukabumi; e. Pantai Santolo, Cilauteureun sampai Cagar Alam Sancang, Cikelet, terletak di Kabupaten Garut; f. Pantai Cipatujah sampai Karangtawulan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; dan g. Pantai Krapyak, Pantai Timur dan Barat Cagar Alam Pananjung, Pantai Karang Jaladri, terletak di Kabupaten Ciamis. 12. Koridor satwa dan biota laut yang dilindungi: a. Tempat bertelur penyu hijau, terdapat di Ciracap dan Ujung Genteng, terletak di Kabupaten Sukabumi, serta Pantai Keusik Luhur, terletak di Kabupaten Ciamis;

b. Tempat bertelur penyu, terdapat di Pantai Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya.

5.4.2 Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana di Provinsi Jawa Barat menurut lampiran Peraturan Daerah No 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat, terdiri atas:

1. Kawasan Rawan Tanah Longsor yang tersebar di Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Bandung, Kab. Garut, Kab. Purwakarta, Kab. Sumedang, Kab.Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan & Kab. Cirebon; 2. Kawasan Gelombang Pasang yang tersebar di Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi; 3. Kawasan Rawan Banjir yang tersebar di Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bekasi.

Kawasan pantai utara provinsi ini merupakan dataran rendah, sedangkan di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa (Gunung Bukittunggul, Gunung Burangrong, Gunung Cikurai, Gunung Cireme, Gunung Galunggung, Gunung Gede, Gunung Guntur, Gunung Kancana, Gunung Malabar, Gunung Masigit, Gunung Pangrango, Gunung Papandayan, Gunung Patuha, Gunung Salak, Gunung , Gunung Telaga Bodas, Gunung Tilu, Gunung Wayang, dan Gunung Windu). Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa. Dari 26 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, 19 diantaranya berada dalam kelas risiko tinggi.

Ancaman Bencana: Banjir, Gempa bumi, Tsunami, Kebakaran Permukiman, Kekeringan, Cuaca Ekstrem, Longsor, Gunung api, Abrasi, Kebakaran Lahan dan Hutan, Gagal Teknologi, Konflik Sosial, Epidemi dan Wabah Penyakit.

Tabel 5.10 Indeks Resiko Bencana Provinsi Jawa Barat

No Kabupaten/Kota Skor Kelas Risiko .

1 Cianjur 250 Tinggi 2 Garut 238 Tinggi 3 Sukabumi 231 Tinggi 4 Tasikmalaya 225 Tinggi 5 Ciamis 215 Tinggi 6 Kota Cirebon 184 Tinggi 7 Cirebon 181 Tinggi 8 Indramayu 175 Tinggi 9 Subang 175 Tinggi

No Kabupaten/Kota Skor Kelas Risiko .

10 Karawang 175 Tinggi 11 Bandung 174 Tinggi 12 Majalengka 166 Tinggi 13 Bekasi 165 Tinggi 14 Sumedang 162 Tinggi 15 Bandung Barat 162 Tinggi 16 Kuningan 154 Tinggi 17 Kota Bandung 154 Tinggi 18 Kota Banjar 153 Tinggi 19 Bogor 152 Tinggi 20 Purwakarta 138 Sedang 21 Kota Bekasi 132 Sedang 22 Kota Cimahi 120 Sedang 23 Kota Tasikmalaya 119 Sedang 24 Kota Sukabumi 114 Sedang 25 Kota Bogor 107 Sedang 26 Kota Depok 102 Sedang Sumber: Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2013, BNPB, 2014.

Gambar 5.11 Peta Indeks Resiko Bencana di Provinsi Jawa Barat