Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - CESD Vol 02, No 2 Desember 2019

E-ISSN : 2621-4164

Vol. 02 No 2 Desember 2019

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango – Sukabumi

*Dika Saputra1, Prima Jiwa Osly1, Wita Meutia1 1Program Studi Teknik Sipil Universitas Pancasila

Abstract

Kota Bogor dan Kota Sukabumi dua wilayah penting di Jawa Barat yang memiliki hubungan erat satu sama lain. Sehingga terdapat kebutuhan pergerakan yang besar pada kedua wilayah tersebut. Keterbuhungan antar kedua wilayah tersebut, difasilitasi oleh kereta api Pangrango Bogor – Sukabumi. Kereta api Pangrago yang diresmikan pada November 9, 2013 diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan pergerakan pada kedua wilayah tersebut. Kereta api Pangrango digunakan untuk perjalanan kerja, berdagang maupun berlibur.. Maksud dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi waktu henti dan waktu tempuh serta menganalisa kenyamanan kereta api Pangrango Bogor – Sukabumi. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan survei kinerja dan wawancara. Analisis yang digunakan adalah analisa jumlah responden dan analisis metode Importance Performance Analysis (IPA). Hasil dari kinerja rata – rata waktu tempuh dari stasiun Bogor Paledang – Sukabumi selama suvei sebesar 121 menit dan hasilnya sama sesuai GAPEKA 2017 yaitu 121 menit. Rata – rata waktu tempuh dari stasiun Sukabumi – Bogor Paledang selama survei sebesar 122.66 dan hasilnya hampir mendekati GAPEKA 2017 yaitu 123 menit. Rata – rata waktu henti dari stasiun Bogor Paledang – Sukabumi selama survei sebesar 23 menit dan hasilnya sesuai GAPEKA 2017 yaitu 23 menit. Rata – rata waktu henti dari stasiun Sukabumi – Bogor Paledang selama survei sebesar 23 menit dan hasilnya sesuai GAPEKA 2017 yaitu 23 menit. Hasil dari metode Importance Performance Analysis (IPA) diperoleh rata – rata nilai tingkat kepuasan dan kepentingan dari keseluruhan atribut pelayanan kereta api Pangrango Bogor Paledang – Sukabumi sebesar 6603 dan 8275. Dengan nilai kesesuain sebesar 79.79%. Dari hasil GAP ANALYSIS (kesenjangan) didapatkan nilai rata – rata dibawah 0, berarti atribut – atribut yang sudah tertera di kuersioner belum memenuhi harapan para pengguna kereta Api Pangrango Bogor – Sukabumi.

Keywords: Perkeretaapian,Pangrango, IPA, GAP analisis

Abstrak

Bogor and Sukabumi are the substantial regions of West , therefore, they needs a great movement of development. The regions facilitated by Pangrango Bogor – Sukabumi railways. Pangrango railway that inaugurated on November 9th 2013 is expected to supporting the development of both regions. Pangrango Railway is a choice for their citizens. The purpose of this study are to identifiy stopping time, travelling time and to analyze the amenity of Pangrango Bogor – Sukabumi. The data used in this study are survey data and questionnaire data. The analysis of this study are the number of respondents analysis and Importance Performance Analysis (IPA) method. The results of this study are the average of travelling time from Bogor Paledang Station – Sukabumi is 121 minutes and that represents GAPEKA 2017. The average of travelling time from Sukabumi Station – Bogor Paledang is 122.66 minutes and it verges GAPEKA 2017 that is 123 minutes. The average of stopping time from Bogor Paledang Station – Sukabumi is 23 minutes and that represents GAPEKA 2017. The average of stopping time from Sukabumi Station – Bogor Paledang is 23 minutes and it represents GAPEKA 2017. The results of the Importance Performance Analysis (IPA) method obtains the average level of all services in Pangrango Bogor Paledang – Sukabumi is 6603/8275. The suitability value is 79,79%. The result of GAP Analysis obtains the average value under 0, it means that the attributes attached in questionnaire have not fulfill the expectation of railway passengers Pangrango Bogor – Sukabumi.

Kata kunci: Railway, Pangrango, IPA, GAP Analysis

66

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 02, No 2 Desember 2019

Pendahuluan adalah kegiatan yang dapat menyumbangkan pengertian yang besar nilainya dan dapat pula Kota Bogor dan Kota Sukabumi dua wilayah membantu penyempurnaan pelaksanaan kebijakan penting di Jawa Barat yang memiliki hubungan beserta perkembangannya). Dari pengertian erat satu sama lain. Sehingga terdapat kebutuhan tersebut menjelaskan bahwa kegiatan evaluasi pergerakan yang besar pada kedua wilayah dapat mengetahui apakah di dalam pelaksanaan tersebut. Keterhubugan antar kedua wilayah suatu program sudah sesuai dengan tujuan utama, tersebut, difasilitasi oleh kereta api Pangrango yang kemudian selanjutnya kegiatan evaluasi Bogor-Sukabumi. tersebut dapat menjadi suatu tolak ukur apakah kebijakan atau kegiatan tersebut dapat dikatakan Kereta api Pangrango yang diresmikan pada layak diteruskan, perlu diperbaiki atau dihentikan November 9, 2013 diharapkan dapat membantu kegiatannya memenuhi kebutuhan pergerakan pada kedua wilayah tersebut. Kereta api Pangrango digunakan Metode Importance Peformance Analysis (IPA) untuk perjalanan kerja, berdagang, maupun terdiri atas dua komponen yaitu analisis kuadran berlibur. Dengan harga tiket Rp. 30.000 untuk dan analisis kesenjangan (gap). Dengan analisis kelas ekonomi dan Rp. 70.000 untuk kelas kuadran dapat diketahui respon konsumen terhadap eksekutif. Kereta api Pangrango merupakan pilihan variabel yang diplotkan berdasarkan tingkat kinerja bagi masyarakat Bogor dan Sukabumi. dan harapan dari variabel tersebut. Sedangkan analisis kesenjangan (gap) digunakan untuk Kendala-kendala yang ada pada kereta api melihat kesenjangan kinerja suatu variabel Pangrango pada saat beroperasi adalah waktu henti dengan harapan pengguna terhadap variabel yang lama pada stasiun-stasiun tarik dan tulangan tersebut. pada nomer kereta tertentu yang berpotensi menyebabkan keterlambatan pada kereta api Analisis kesenjangan digunakan untuk Pangrango. Kurangnya bentuk informasi kepada mengevaluasi tiap – tiap aspek atau atribut penumpang apabila terjadi kendala dan pernyataan yang diteliti. Melalui analisis keterlambatan juga menjadi permasalahan yang kesenjangan dapat diketahui nilai antara kenyataan cukup dirasakan oleh penumpang. Berdasarkan atau kinerja dan harapan dari pengguna. Untuk permasalahan yang dijelaskan, maka perlu mengetahui nilai antara kinerja dan harapan dari dilakukan kajian terhadap kinerja operasional pengguna jasa diperoleh dengan cara menghitung kereta api jalur Bogor – Sukabumi. selisih nilai rata-rata dari tingkat kinerja atau persepsi dan nilai rata – rata dari tingkat harapan Maksud dari penelitian ini adalah untuk pengguna atau preferensi. menganalisis kinerja operasional kereta api pangrango Bogor – Sukabumi. Tujuan Setelah mendapatkan hasil dari semua perhitungan dilakukannya penelitian mengidentifikasi waktu yang sudah dilakukan, maka tiap atribut henti dan waktu tempuh dari kereta api pangrango pernyataan dapat diplotkan ke dalam diagram Bogor – Sukabumi dan menganalisis kenyamanan kartesius berikut ini, (Zeithaml, 1999): dari kereta api pangrango Bogor – Sukabumi berdasarkan persepsi pengguna.

Metode

Evaluasi di dalam kamus besar bahasa adalah penilaian; hasil. Menurut Bryan & White (1987), evaluasi adalah upaya untuk mendokumentasi dan melakukan penilaian tentang apa yang terjadi dan juga mengapa hal itu terjadi, evaluasi yang paling sederhana adalah mengumpulkan informasi tentang keadaan sebelum dan sesudah pelaksanaan suatu Gambar 1. Diagram alir penelitian program/rencana. Diagram kartesius pada metodeImportance Pengertian evaluasi menurut Charles O. Jones Performance Analysis (IPA) ini terdiri dari empat dalam Aprilia (2009) adalah “evaluation is an kuadran, (Zeithaml V. A., 1990) yaitu: activity which can contribute greatly to the a. Kuadran I. Wilayah yang memuat item-item understanding and improvement of policy dengan tingkat harapan yang relatif tinggi development and implementation” (Evaluasi tetapi kinerjanya belum sesuai dengan harapan

67

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 2, No 02 Desember 2019

pengguna. Item-item yang masuk kuadran ini harus segera ditingkatkan kinerjanya. b. Kuadran II.Wilayah yang memuat item-item yang memiliki tingkat kinerja relatif tinggi dengan tingkat kepuasan yang relatif tinggi pula. Item yang masuk kuadran ini dianggap sebagai faktor penunjang bagi kepuasan pengguna sehingga harus tetap dipertahankan karena semua item ini menjadikan produk atau jasa tersebut unggul di mata pengguna. c. Kuadran III.Wilayah yang memuat item – item dengan tingkat kinerja yang relatif rendah Gambar 3. Lokasi penelitian dan tidak terlalu istimewa dengan tingkat harapan yang relatif rendah pula. Item yang Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2016, layanan masuk kuadran ini memberikan pengaruh kelas eksekutif pada KA Pangrango dihapus, jadi sangat kecil terhadap manfaat yang dirasakan KA Pangrango hanya membawa kereta ekonomi oleh pengguna. saja. Namun atas desakan dari para penumpang d. Kuadran IV.Wilayah yang memuat item-item rute Bogor – Sukabumi dan sebaliknya, maka PT dengan tingkat harapan yang relatife rendah KAI Daerah Operasi I memutuskan dan kinerja yang dirasakan oleh pengguna kembali menyediakan layanan kelas Eksekutif terlalu berlebihan dan relatif tinggi. Biaya pada Perjlanan KA Pangrango mulai yang digunakan untuk menunjang item yang keberangkatan tanggal 21 Januari 2016. masuk kuadran ini dapat dikurangi agar dapat menghemat biaya pengeluaran. Data primer yang didapat dari hasil survei adalah data waktu henti, waktu tempuh, dan kuesioner Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan kerangka IPA. Data sekunder yang didapat dari daerah kerja atau diagram alur pada Gambar 2 berikut ini operasional 1 Jakarta (DAOP) adalah data . okupansi penumpang, jadwal kereta api, dan karakteristik sarana dan prasarana.

Tabel 1. Stamformasi Kereta Api Pangrango.

Nama Kereta Api Pangrango Kereta Stasiun Bogor Paledang-Stasiun Rute Sukabumi Lokomotif CC206 1 Kereta Eksekutif ( K1 JAKK) Rankaian 1 Kereta Makan dan Pembangkit Ekonomi (KMP3 BD) 4 Kereta Ekonomi (K3 RK) 474 tempat duduk (1 K1 JAKK + 4 Kapasitas K3 RK) . Jumlah penumpang pertiga bulan terakhir.

Gambar 2. Diagram alir penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan survei terhadap penumpang yang akan menggunakan armada kereta api Pangrango tujuan Bogor – Sukabumi.

Gambar 4. Jumlah penumpang

68

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 2, No 02 Desember 2019

Pada bulan Januari rencana penumpang dari PT (122 menit+124menit+122 menit)/3=122.66 menit KAI sebesar 37.410 tetapi pada realisasi sebesar 39.840, kenaikkan terjadi sebesar 6% dari rencana Pada hasil perbandingan rata – rata waktu tempuh bulan Januari. Pada bulan Februari, rencana dari stasiun Sukabumi ke stasiun Bogor Paledang penumpang dari PT KAI sebesar 31.782 tetapi selama survei pada tanggal 06 April 2018, 26 Mei pada realisasi sebesar 23.315, terjadi penurunan 2018 dan 30 Juni 2018 sebesar 122.66 menit dan sebesar 23% dari rencana bulan Februari. Pada hasilnya hampir mendekati jadwal GAPEKA 2017 bulan Maret rencana penumpang 36.596 tetapi yaitu 123 menit. pada realisasi sebesar 37.203, kenaikkan terjadi sebesar 1,1% dari rencana bulan Maret. Waktu henti

Hasil dan Pembahasan Tabel 3. Waktu henti Bogor – Sukabumi

GA 26 30 Waktu tempuh 6-Apr- Stasiun PE Mei Mei 18 Tabel 2. Waktu tempuh Bogor – Sukabumi KA 2018 2018 Bogor GA 26 30 Batu Tulis 2 2 2 2 6-Apr- Stasiun PE Mei Mei Maseng 2 2 2 2 18 KA 2018 2018 Cigombong 2 2 2 2 Bogor Cicurug 4 4 4 4 Batu Tulis 11 10 10 10 Kuda 3 3 3 3 Maseng 30 28 28 28 Cibadak 3 3 3 3 Karang Cigombong 44 39 39 39 2 2 3 2 Cicurug 59 56 56 56 Tengah Parung Kuda 76 72 72 72 Cisaat 5 5 5 5 Cibadak 88 84 84 84 Sukabumi Karang Jumlah 23 23 23 23 98 95 95 95 Tengah Cisaat 114 110 110 110 (23 menit+23 menit+23 menit)/3=23 menit Sukabumi 124 121 121 121 Pada hasil perbandingan rata – rata waktu henti (121 menit+121 menit+121 menit)/3=121 menit dari stasiun Bogor ke stasiun Sukabumi selama survei pada tanggal 06 April 2018, 26 Mei 2018 Pada hasil perbandingan rata – rata waktu tempuh dan 30 Juni 2018 sebesar 23 menit dan hasilnya dari stasiun Bogor Paledang ke stasiun Sukabumi sesuai dengan GAPEKA yaitu sebesar 23 menit. selama survei pada tanggal 06 April 2018, 26 Mei 2018 dan 30 Juni 2018 sebesar 121 menit dan hasilnya lebih cepat 3 menit dari jadwal GAPEKA Tabel 4. Waktu henti Sukabumi – Bogor GA 26 30 2017 yaitu 124 menit. 6-Apr- Stasiun PE Mei Mei 18 Tabel 3. Waktu tempuh Sukabumi – Bogor KA 2018 2018 Bogor GA 26 30 Batu Tulis 2 2 2 2 6-Apr- Stasiun PE Mei Mei Maseng 2 2 2 2 18 KA 2018 2018 Cigombong 2 2 2 2 Sukabumi Cicurug 4 4 4 4 Cisaat 10 11 14 11 Parung Kuda 3 3 3 3 Karang Cibadak 3 3 3 3 21 22 25 22 Karang tengah 2 2 3 2 Cibadak 37 32 35 32 Tengah Parung Kuda 49 45 48 45 Cisaat 5 5 5 5 Cicurug 66 64 67 64 Sukabumi Cigombong 81 78 80 78 Jumlah 23 23 23 23 Maseng 94 89 91 89 Batu Tulis 113 112 114 112 (23 menit+23 menit+23 menit)/3=23 menit Bogor 123 122 124 122 Pada hasil perbandingan rata – rata waktu henti

69

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 2, No 02 Desember 2019

dari stasiun Sukabumi ke stasiun Bogor Paledang selama survei pada tanggal 06 April 2018, 26 Mei 2018 dan 30 Juni 2018 sebesar 23 menit dan hasilnya sesuai dengan GAPEKA yaitu sebesar 23 menit.

Analisa jumlah responden

Jumlah populasi dalam studi ini diambil dari jumlah penumpang terbanyak pada satu hari penuh pada saat keberangkatan dan kepulangan penumpang Kereta Api Pangrango Bogor – Sukabumi. Dari data survei pendahuluan, didapat jumlah Gambar 6. Karakteristik jenis kelamin responden penumpang terbanyak pada satu hari penuh adalah 2.844 penumpang pada tanggal 6 April 2018. Untuk responden jenis kelamin antara perempuan Berdasarkan data di atas besarnya jumlah sampel dan laki – laki yaitu 50%. dapat ditentukan dengan rumus slovin sebagai berikut:

Maka Jumlah sampel (n) didapat dari :

Sehinnga n atau jumlah sampel atau jumlah responden yang akan dibagikan kuesioner adalah 120 responden untuk para pengguna Kereta Api

Bogor – Sukabumi. Gambar 7. Pendidikan responden Analisa karakteristik responden Jumlah responden terbanyak setingkat D3 s/d S1 yaitu 43.33%, jumlah responden untuk setingkat SMA yaitu34.16%, jumlah responden S1 keatas yaitu 19.16% dan setingkat SD yaitu 3.4%.

Gambar 5. Karakteristik usia responden

Responden terbanyak berumur 10 – 25 tahun yaitu 58.33%, responden 26 – 40 tahun yaitu 24.16%, Gambar 8. Karakteristik pekerjaan responden responden 41 – 55 tahun yaitu 12.5% dan responden diatas 55 tahun yaitu 5%. Jumlah responden pekerjaan responden terbanyak adalah pelajar yaitu 53.34%, jumlah responden pegawai yaitu 25%, jumlah responden wiraswasta yaitu 12.% dan jumlah responden lainnya yaitu 9.16%.

70

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 2, No 02 Desember 2019

diharapkan oleh pengguna, atribut - atribut tersebut telah sesuai dengan yang dirasakan. Atribut pada kuadran II yang juga dapat diurutkan sesuai tingkat prioritas untuk dipertahankan adalah sebagai berikut : a. Kebersihan fasilitas di kereta api. b. Kenyamanan kursi di kereta api. c. Lampu penerangan atau pencahayaan memenuhi standar. d. Kenyamanan perjalanan tanpa adanya pengamen dan pengemis.

Gambar 9. Karakteristik lamanya pengguna KA.

Jumlah responden lebih dari 1 tahun sebanyak 61.66%, jumlah responden 5 – 12 bulan sebanyak 18.33%, jumlah responden 1 – 5 bulan sebanyak 13.33% dan jumlah responden kurang dari 1 bulan sebanyak 6.67%.

Analisis kuadran

Tabel 5. Hasil analisa kuadran

PERTANYAAN Xi Yi Tki Gambar 10. Diagram kartesius Kebersihan fasilitas di Kereta api 498 580 85,9 4,15 4,83

CCTV di dalam gerbong memenuhi 3. Kuadran III terdapat faktor – faktor yang 429 549 78,1 3,58 4,58 syarat dianggap mempunyai tingkat persepsi atau kinerja aktual yang rendah dan tidak terlalu penting atau Kenyamanan kursi di Kereta api 461 572 80,6 3,84 4,77 tidak terlalu diharapkan oleh pengguna. Urutan atribut sesuai tingkat prioritas untuk diperbaiki Pelayanan informasi secara dua arah 408 550 74,2 3,40 4,58 sebagai berikut : a) CCTV di dalam gerbong memenuhi syarat. Kelengkapan brosur informasi 386 539 71,6 3,22 4,49 mengenai layanan Kereta api b) Pelayanan informasi secara dua arah. c) Kelengkapan brosur informasi mengenai Waktu keberangkatan Kereta sesuai 424 564 75,2 3,53 4,70 dengan jadwal layanan Kereta api.

Waktu pengamanan terdapat setiap d) Waktu pengamanan terdapat setiap gerbong. 419 548 76,5 3,49 4,57 gerbong e) Terdapat colokan listrik di baris tempat duduk. Terdapat colokan listrik di baris tempat 428 544 78,7 3,57 4,53 duduk f) Getaran Kereta ketika berjalan tidak Nomor tempat duduk sudah berurutan 462 536 86,2 3,85 4,47 mengganggu. atau sesuai Getaran Kereta ketika berjalan tidak 413 547 75,5 3,44 4,56 g) Jumlah perjalanan kereta yang cukup. mengganggu Lampu penerangan atau pencahayaan 445 554 80,3 3,71 4,62 h) Adanya lapisan peredam disetiap kaca jendela memenuhi standar Kenyamanan perjalanan tanpa adanya 514 561 91,6 4,28 4,68 pengamen dan pengemis Adanya tirai disetiap jendela gerbong 4. Pada kuadran IV mempunyai tingkat 453 540 83,9 3,78 4,50 kereta Jumlah perjalanan kereta yang cukup 431 550 78,4 3,59 4,58 kepentingan yang rendah, tetapi memiliki tingkat Adanya lapisan peredam disetiap kaca 432 541 79,9 3,60 4,51 jendela pelaksanaan kinerja tinggi. Urutan atribut yang 6603 8275 55,03 68,96 berada pada kuadran IV sesuai tingkat prioritas adalah sebagai berikut : Berdasarkan analisis diperoleh: a) Nomor tempat duduk sudah berurutan atau Kuadran I merupakan kuadran yang memiliki sesuai. tingkat kepuasan yang masih sangat rendah b) Adanya tirai disetiap jendela gerbong kereta. sehingga menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan. Atribut waktu keberangkatan kereta GAP ANALYSIS sesuai dengan jadwal masuk dalam kuadran I. Analisis kesenjangan digunakan untuk Kuadran II merupakan kuadran yang paling mengevaluasi tiap – tiap aspek atau atribut

71

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 2, No 02 Desember 2019

pernyataan yang diteliti. – Sukabumi sebesar 6603 dan 8275. Dengan nilai kesesuain sebesar 79.79%. Dari hasil nilai GAP Tabel 6. Hasil analisa kesenjangan (GAP) ANALYSIS (kesenjangan) didapatkan nilai rata – rata dibawah 0, berarti atribut – atribut yang sudah YANG DIRASAKAN YANG DIHARAPKAN tertera di kuesioner belum memenuhi harapan para PERNYATAAN SP P CP TP STP Rata SS S CS S STS Rata GAP Total Total 5 4 3 2 1 Rata 5 4 3 2 1 rata pengguna Kereta Api Pangrango Bogor – Kebersihan fasilitas di Kereta api 36 66 18 0 0 498 4,15 102 16 2 0 0 580 4,83 -0,68 Sukabumi. CCTV di dalam gerbong memenuhi 6 61 49 4 0 429 3,58 76 37 7 0 0 549 4,58 -1,00 syarat Kenyamanan kursi di Kereta api 19 65 34 2 0 461 3,84 94 24 2 0 0 572 4,77 -0,93 Daftar Pustaka Pelayanan informasi secara dua arah 8 37 70 5 0 408 3,40 76 38 6 0 0 550 4,58 -1,18 Kelengkapan brosur informasi 3 28 81 8 0 386 3,22 68 43 9 0 0 539 4,49 -1,28 mengenai layanan Kereta api 2007, U.-u. R. (n.d.). Waktu keberangkatan Kereta sesuai 12 45 58 5 0 424 3,53 90 24 6 0 0 564 4,70 -1,17 dengan jadwal 2007, U.-u. R. (n.d.). Waktu pengamanan terdapat setiap 8 46 63 3 0 419 3,49 78 32 10 0 0 548 4,57 -1,08 Ahmad, I. K. (2014). Perancangan Jumlah Kasir gerbong Terdapat colokan listrik di baris 12 54 44 10 0 428 3,57 73 38 9 0 0 544 4,53 -0,97 Optimal Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan tempat duduk Nomor tempat duduk sudah Dengan Model Antrian. Jakarta: 17 68 35 0 462 3,85 71 34 15 0 0 536 4,47 -0,62 berurutan atau sesuai Getaran Kereta ketika berjalan tidak Teknik Industri Universitas Tarumanegara. 8 39 71 2 0 413 3,44 75 37 8 0 0 547 4,56 -1,12 mengganggu Lampu penerangan atau 17 52 50 1 0 445 3,71 78 38 4 0 0 554 4,62 -0,91 pencahayaan memenuhi standar Mazidah, A. R. (2015). Evaluasi Panjang Antrian Kenyamanan perjalanan tanpa 49 56 15 0 514 4,28 85 31 4 0 0 561 4,68 -0,39 adanya pengamen dan pengemis Kendaraan Pada Pelayanan Pintu Keluar Parkir Di Adanya tirai disetiap jendela 27 40 52 1 0 453 3,78 72 36 12 0 0 540 4,50 -0,73 Hartono Lifestyle Mall Solo Baru. Jurnal Matriks gerbong kereta Jumlah perjalanan kereta yang 8 56 55 1 0 431 3,59 75 40 5 0 0 550 4,58 -0,99 Teknik Sipil. cukup Adanya lapisan peredam disetiap 14 46 58 2 0 432 3,60 76 29 15 0 0 541 4,51 -0,91 kaca jendela Alimul, H. D. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Dari Tabel 6 diatas dapat diketahui hasil dari GAP mempunyai nilai rata-rata dibawah 0, dapat Aprilia. (2009). Evaluasi Kinerja Operasional disimpulkan bahwa nilai kinerja Kereta Api Angkutan Kereta Api Kamandaka Jurusan Pangrango belum sesuai dengan harapan para - Purwokerto, 13. pengguna kereta tersebut. Atribut yang dirasakan paling tidak sesuai dengan harapan adalah atribut Wibowo, A. W. (2015). Evaluasi Kinerja Waktu No.5 dengan nilai GAP -1.28, atribut No.4 dengan Tempuh Kereta Api Segmen Bojonegoro - nilai GAP -1.18 dan atribut No.6 dengan nilai GAP Kandangan . Jurnal Rekayasa Sipil Volume 9 No.1 -1.17. Dengan demikian perlu adanya perbaikan , 78. untuk meningkatkan kualitas pelayanan kereta api tersebut. Bonnett, C. F. (1996). Practical Railway Engineering. London: Imperial College Press. Kesimpulan Darat, D. J. (2002).

Rata – rata waktu tempuh dari stasiun Bogor Setijowarno, D. R. B. (2003). Pengantar Rekayasa Paledang ke stasiun Sukabumi selama survei Dasar Transportasi. : Jurusan Teknik Sipil sebesar 121 menit dan hasilnya lebih cepat 3 menit Universitas Katolik Soegijapranata. dari jadwal GAPEKA 2017 yaitu sebesar 124 menit. Rata – rata waktu tempuh dari stasiun Inkantriani, B. P. (2008). Evaluasi Daya Dukung Sukabumi ke stasiun Bogor Paledang selama Lingkungan Zona Industri Genuk Semarang. survei sebesar 122.66 menit dan hasilnya hampir Semarang: Universitas Diponegoro. mendekati jadwal GAPEKA 2017 yaitu sebesar 123 menit. Rata – rata waktu henti dari stasiun Dimyati, M. I. (1992). Operations Research Bogor Paledang ke stasiun Sukabumi selama Model-Model Pengambilan Keputusan. Bandung: survei sebesar 23 menit dan hasilnya sama sesuai CV. Sinar Baru Bandung. jadwal GAPEKA 2017 yaitu sebesar 23 menit. Rata – rata waktu henti dari stasiun Sukabumi ke Jembatan, S. J. (2004). Buku Jarak Antarstasiun stasiun Bogor Paledang selama survei sebesar 23 dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api. menit dan hasilnya sama sesuai jadwal GAPEKA 2017 yaitu sebesar 23 menit Kramadibrata, S. (2006). Perencanaan Berdasarkan metode Importance Performance Perkeretaapian. Bandung: Institut Teknologi analysis (IPA) diperoleh rata – rata nilai tingkat Bandung. kepuasan dan kepentingan dari keseluruhan atribut pelayanan Kereta Api Pangrango Bogor Paledang

72

Analisis Kinerja Operasional Kereta Api Pangrango - Sukabumi CESD Vol 2, No 02 Desember 2019

Kurniawan, M. (2002). Transportasi Kereta Api. Putra, I. G. (2015). Analisis Daya Dukung Lahan Semarang: Universitas Diponogoro. Berdasarkan Total Nilai Produksi Pertanian Di Warpani, S. P. (2002). Pengelolaan Lalu lintas dan Mulyono, S. (1991). Operations Research. Jakarta: Angkutan Jalan. Jakarta: ITB. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. White, B. d. (1987). Manajemen Pembangunan Munawar, A. (2005). Dasar-Dasar Teknik Untuk Negara Berkembang, cetakan pertama alih Transportasi. Jogjakarta: Beta Offset. bahasa Rusyanto L. Jakarta.

Nugrahini, Y. (2012). Analisi Kinerja Pelaksanaan Ispurwanto, V. W. (2011). Analisi Kepuasan Kewajiban Pelayanan Publik Bidang Angkutan Penumpang Gerbong Kereta Khusus Wanita Kereta Api Penumpang Kelas Ekonomi. Menggunakan Model Servqua. Humaniora Vol.2 Perencanaan Wilayah Dan Kota Vol. 23 No. 1, 24. No.1 , 549. Nursihan, S. H. (2015). Analisis Sistem Pelayanan Di Stasiun Tawang Semarang Dengan Metode Zeithaml, V. (1999). Delivering Quality Service : Antrian. GAUSSIAN, Volume 4, Nomor 2, 375- Balancing Customer Perceptions and Expectation. 382. New York: hal 79.

Perhubungan, P. M. (2011). Tata Cara Standar Zeithaml, V. A. (1990). In Delivering Quality Pembuatan Grafik Perjalanan Kereta Api. Service Balancing Customer Perceptions And Expectations (p. 75). New York : New York Free Press 1990. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Supriadi. (2008). Perencanaan Perjalanan Kereta Api dan Pelaksanaannya. Bandung: PT Kereta Api (Persero).

Utomo, S.H (2014). Jalan Rel. : Beta Offset.

Siagian, P. (1987). Penelitian Operasional Teori Dan Praktek. : Universitas Indonesia.

Tjiptono, F. (2011). Service, Quality & Satisfaction, 28.

Ulyahuna, U. R. (n.d.). Penerapan Model Antrian Untuk Mengetahui Utilitas Pelayanan Pada Loket Ekspedisi.

Said, A. (2011). Perkembangan Kualitas Pelayanan Perkeretaapian, 1.

Setiawan, D. (2016). Kajian Kecepatan dan Kapasitas Lintas Jalur.

Vuchic, V. R. (1981). Urban Public Transportation: systems and technology. Prentice Hall PTR.

Rangkuti, F. (2003). Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur & Strategi Meningkatkan Kepuasaan Pelanggan & Analisis Kasus PLN JP. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Kabupaten Gianyar. : Universitas Udayana.

73