Analisis Semiotika Teori Roland Barthes Pada Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO Edisi 10 Desember 2020 Terhadap Representasi Perilaku Nepotisme)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Analisis Semiotika Teori Roland Barthes Pada Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO Edisi 10 Desember 2020 Terhadap Representasi Perilaku Nepotisme) Representasi Perilaku Nepotisme dalam Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO Edisi 10 Desember 2020 (Analisis Semiotika Teori Roland Barthes pada Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO edisi 10 Desember 2020 terhadap Representasi Perilaku Nepotisme) Dhika Chandra Devi Monika Sri Yuliarti Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The phenomenon of the participation of two members of the President's family, Gibran Rakabuming Raka and Bobby Nasution in the 2020 regional elections, led to many assumptions in the community. One of them is the allegations related to the practice of nepotism conducted by the President's family. Many news reports have emerged related to the existence of the phenomenon. Therefore, this study aims to find out how the representation of nepotism behavior contained in the illustration on the cover of TEMPO Weekly News Magazine issue of December 10, 2020 entitled "Keluarga Berjaya" related to the phenomenon of participation of two members of the Presidential family in the 2020 elections. This study used qualitative methods with semiotic analysis of Roland Barthes models to explore denotative, connotative, and mythical meanings. As a result, some of the objects contained in the illustration have a pseudo meaning, especially in the object of rice and cotton emblems that contain the meaning of justice and prosperity. When viewed from the events that occurred and the track record of the President's performance to date, many assumptions that arise related to the purpose of the concept of justice and prosperity itself, whether for the public at large or for certain circles only. Illustrations in the form of caricatures are also able to cause bias meaning in the reader when connected with various political phenomena that occur in Indonesia today. With this caricature, MBM TEMPO strives to encourage the public to be more critical in monitoring the government's performance. Keywords: Nepotism Behavior, MBM TEMPO, Semiotics Roland Barthes Pendahuluan Kondisi Politik Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini membuat kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah semakin luntur. Tantangan ketahanan persatuan dan kesatuan negara pun mengalami cobaan berat. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah praktik dinasti politik. Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2020 yang dilakukan di tengah masa Pandemi Covid-19 menimbulkan polemik lantaran seperlima dari seluruh peserta Pilkada adalah bagian dari dinasti politik tingkat lokal maupun nasional. Pada pemilihan Kepala Daerah tersebut terdapat dua calon yang menjadi sorotan, yaitu anak dan menantu Presiden Joko Widodo. Kedua Calon Kepala Daerah tersebut adalah, Gibran Rakabuming Raka yang mencalonkan diri di Kota Solo dan Bobby Afif Nasution yang mencalonkan diri di Kota Medan. Dugaan Presiden Joko Widodo menerapkan perilaku nepotisme dalam pilkada pun muncul seiring terjadinya fenomena tersebut. Sehingga, peneliti tergugah untuk membahas masalah tersebut untuk menjadi dasar pada penelitian ini. Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara (Government of Indonesia 1999). Pada praktiknya, peneliti melihat politik nepotisme menjadi hal yang wajar seakan-akan hal tersebut telah menjadi budaya dalam kepemimpinan di Indonesia. Perilaku nepotisme bahkan tidak ditindak secara tegas sehingga rantai perilaku ini belum dapat terputus. Secara umum, perilaku nepotisme menjadi tonggak awal terjadinya korupsi. Menurut data indikator pemerintahan global (The World Bank 2020), indeks kontrol terhadap korupsi di Indonesia mengalami peningkatan. Meskipun demikian, peningkatan tersebut dinilai tidak signifikan dan masih dibawah rata-rata negara di ASEAN. Untuk itu, peneliti menganggap nepotisme menjadi permasalahan yang cukup serius dan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bernegara di Indonesia. Keikutsertaan kedua anggota keluarga Presiden Jokowi ini ramai diperbincangkan masyarakat hingga media-media nasional pun menjadikannya sebagai headline dalam berita. Salah satu media yang mengangkatnya yaitu Majalah Berita Mingguan (MBM) TEMPO edisi 10 Desember 2020. Pada edisi tersebut, MBM TEMPO menerbitkan sebuah ilustrasi berupa karikatur yang membahas tentang keikutsertaan Gibran dan Bobby pada Pilkada Serentak 2020. Sumadiria mendefinisikan karikatur sebagai gambar wajah dan karakteristik seseorang yang diekspresikan secara berlebih-lebihan (Sumadiria 2005). Menurut Lukman dalam Sumadiria, karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik (Sumadiria 2005). Peneliti melihat terdapat berbagai tanda yang memiliki maksud dan makna tersendiri yang terkandung dalam karikatur tersebut. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana MBM TEMPO menggambarkan perilaku nepotisme melalui ilustrasi pada sampul majalahnya menggunakan penelitian kualitatif dengan analisis semiotika. Menurut Roland Barthes dalam Sobur, semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Barthes mengkaji tanda-tanda melalui dua pendekatan, yakni makna denotatif (eksplisit) dan makna konotatif (implisit), serta tiga tahapan yaitu, denotasi, konotasi dan mitos (Sobur 2013). Oleh karena itu, peneliti menganggap metode analisis semiotika Roland Barthes merupakan metode analisis yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, sehingga peneliti dapat mengkaji tanda-tanda secara mendalam. Dalam hal ini, peneliti akan mengkaji makna dari tanda-tanda yang disampaikan oleh sang karikaturis. Secara khusus, peneliti akan menggali tanda- tanda yang merepresentasikan perilaku nepotisme serta mencari tahu bagaimana media, dalam hal ini MBM TEMPO, merespon suatu fenomena yang terjadi. Dalam kaitannya dengan dunia jurnalistik, serta melihat sifat media yang dapat membawa pengaruh luas, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana MBM TEMPO menyampaikan pandangannya melalui ilustrasi pada sampulnya. Rumusan Masalah Bagaimana representasi perilaku nepotisme dalam ilustrasi sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO edisi 10 Desember 2020 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes? Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) Menjadi rujukan untuk penelitian dengan permasalahan atau topik yang sama di kemudian hari. b) Menjadi referensi bagi penelitian studi semiotika dalam kajian ilmu komunikasi dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) Menjadi referensi tentang bagaimana MBM TEMPO merespon keikutsertaan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Afif Nasution dalam Pilkada serentak 2020 melalui ilustrasi pada sampul edisi 10 Desember 2020. b) Bermanfaat bagi praktisi komunikasi, khususnya disiplin ilmu jurnalistik dalam memahami pemaknaan simbol dan tanda dalam suatu halaman sampul. c) Menjadi bentuk respon terhadap ilustrasi pada sampul MBM TEMPO edisi 10 Desember 2020 tentang representasi perilaku nepotisme. 3. Manfaat untuk Masyarakat Peneliti berharap hasil dari penelitian ini mampu membuka kesadaran masyarakat akan arti nepotisme yang sesungguhnya. Dengan demikian masyarakat mampu berperan aktif dalam mengawasi sistem politik di Indonesia. Landasan Teori 1. Perilaku Nepotisme Sigmund Freud mendefinisikan perilaku sebagai hasil interaksi subsistem dalam kepribadian manusia yaitu Id, Ego, dan Superego (Sobur 2011). Perilaku memiliki 2 jenis, yaitu Perilaku tertutup yang merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka (over behavior) yang berupa tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Walgito 2003). Secara etimologis, istilah “nepotisme” berasal dari bahasa Latin, yaitu “Nepos” yang artinya keponakan atau cucu. Sehingga kata nepotisme dapat didefinisikan sebagai tindakan pemilihan orang bukan berdasarkan kemampuannya, tetapi atas dasar hubungan kekeluargaan atau kedekatan semata. Menurut KBBI, nepotisme merupakan kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan Pemerintah (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2016). Nepotisme adalah sikap seseorang (pemimpin) yang menggunakan keistimewaan terkait dengan posisinya untuk memihak kerabatnya. Praktik ini diamati secara luas di lembaga dan organisasi publik (Id 2018). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku nepotisme merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu individu yang dinilai dapat menguntungkan kerabat atau keluarganya terutama dalam jabatan di lingkup pemerintahan. Biasanya perilaku nepotisme ditandai dengan adanya kesenjangan dan ketidakadilan dalam pelaksanaan pemberian fasilitas. Perilaku nepotisme juga kerap mengabaikan kesempatan orang yang lebih kompeten dalam bidangnya dengan tujuan menguntungkan anggota keluarganya. 2. Jurnalistik Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Onong Uchjana Effendy mengemukakan, secara sederhana jurnalistik
Recommended publications
  • Medan's 2020 Mayoral Election
    ISSUE: 2021 No. 48 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE ANALYSE CURRENT EVENTS Singapore | 20 April 2021 Medan’s 2020 Mayoral Election: Dynastic Politics Versus Underperforming Incumbency Deasy Simandjuntak* In this picture, Bobby Nasution (centre), son-in-law of Indonesia's President Joko Widodo, and his wife Kahiyang Ayu (left) cast their votes in Medan on December 9, 2020, as Indonesia held its nationwide elections. Bobby Nasution, won Medan’s 2020 mayoral election. Picture: Albert Ivan Damanik, AFP. *The author is Associate Fellow at ISEAS – Yusof Ishak Institute and Visiting Associate Fellow at the Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS), Academia Sinica. 1 ISSUE: 2021 No. 48 ISSN 2335-6677 EXECUTIVE SUMMARY • President Joko Widodo’s son-in-law, businessman Bobby Nasution, won Medan’s 2020 mayoral election on 9 December 2020. Meanwhile, the President’s son Gibran Rakabuming Raka won Solo’s mayoral election in Central Java. In South Tangerang, Banten, all three mayoral candidates have family ties with established elites. Many observers have therefore deemed these local elections as a perpetuation of “dynastic politics”. • Bobby’s victory in Medan is especially interesting since President Jokowi did not win here in the 2019 presidential election. A key factor could be the rapprochement between Jokowi and Prabowo after the 2019 election, resulting in Bobby’s candidacy being backed by parties in the governing coalition at the national level, while his rival was aligned with the weaker and fragmented opposition parties. Voters who previously supported Prabowo’s cause became less averse to voting for Bobby. • Bobby’s campaign clearly benefited from his personal link to the President’s family.
    [Show full text]
  • Capital Comparison of Candidates from Political Dynasties in the 2020 Mayoral and Deputy Mayoral Election in Indonesia
    Journal of Social Political Sciences JSPS Vol. 2, No. 2, May, 2021 CAPITAL COMPARISON OF CANDIDATES FROM POLITICAL DYNASTIES IN THE 2020 MAYORAL AND DEPUTY MAYORAL ELECTION IN INDONESIA Siti Sadiyatunnimah Department of Political Science, Faculty of Social & Political Sciences, Universitas Nasional. Jakarta, Indonesia Email: [email protected] Abstract : This study was conducted to compare the capital owned by candidates from political dynasties in the 2020 mayor and deputy mayor elections and make a generalization about which capital turns out to be the most influential in the election. The study is a comparative research which uses the Large-N, a method that compares cases in a broad area and a large number, with 28 candidates from political dynasties as the objects. The conclusion of this study is that the dynasties owned by candidates do not seem to mean much in the 2020 mayor and deputy mayor elections. The victories of candidates from political dynasties were influenced by various combinations of capital. No capital is more influential than other capital because ownership of capital will not mean much if the candidate does not have a good enough strategy in using that capital to attract voters. Key words: Economic Capital, Election, Political Capital, Political Dynasty, Social Capital Submission : Feb, 11th 2020 Revision : April 18th 2021 Publication : May 28th 2021 INTRODUCTION Indonesia is a country that adheres to a democratic system and conducts General Elections as a direct implementation of democracy. The holding of regional head and deputy regional head elections (local election) is an important part in a democratic country like Indonesia, as stated in Article 18 of the 1945 Constitution.
    [Show full text]
  • Hal B.Indd 1 7/29/2020 8:54:44 PM
    INTERNATIONAL MEDIA, KAMIS 30 JULI 2020 Bertemu Mendagri, DKPP Polhukam B Laporkan Perkembangan Kasus IDN/ANTARA Evi Novida Ginting Manik JAKARTA (IM) - Dewan Jokowi, Pengacara Minta Evi PERTEMUAN Kehormatan Penyelenggara Novida Dikembalikan sebagai Pemilu ( DKPP) bertemu den- Komisioner KPU Diberitakan, ZULKIFLI HASAN gan Menteri Dalam Negeri perkara ini bermula ketika (Mendagri) Tito Karnavian, pertengahan Maret 2020 lalu DAN AHY Rabu (29/7). Dalam pertemuan DKPP melalui Putusan No- Ketua Umum PAN itu, salah satunya dibahas peri- mor 317/2019 memecat Evi Zulkifl i Hasan (kiri) hal perkembangan kasus peme- Novida Ginting Manik sebagai melakukan salam catan Evi Novida Ginting Man- Komisioner KPU. ik sebagai komisioner Komisi Evi dinilai melanggar kode dengan Ketua Umum Pemilihan Umum (KPU). etik penyelenggara pemilu Partai Demokrat Agus “Iya ada diskusi itu ya, jadi dalam perkara pencalonan Harimurti Yudhoyono Pak Mendagri enggak pernah anggota DPRD Provinsi Kali- bertanya secara formal infor- mantan Barat daerah pemilihan (kanan) saat per- mal. Tapi diskusi berkembang Kalimantan Barat 6 yang me- temuan di kantor DPP bahwa saya sampaikan ada ini libatkan caleg Partai Gerindra PAN, Jakarta, Rabu dan beliau mendengarkan saja,” bernama Hendri Makaluasc. ujar Muhammad di Kantor Ke- Menindaklanjuti Putuaan (29/7). Pertemuan mendagri, Rabu (29/7). DKPP, Presiden Jokowi menge- tersebut membahas “Intinya kami sampaikan luarkan Surat Keputusan Nomor sejumlah isu nasional dalam konstruksi UU 7 ta- 34/P Tahun 2020 yang member- termasuk pemba- hun 2017 disebutkan bahwa hentikan Evi secara tidak hormat putusan DKPP itu fi nal dan per tanggal 23 Maret 2020. Usai hasan rencana koalisi mengikat. Mengikat bagi siapa? pemberhentian itu, Evi meng- pada Pilkada 2020.
    [Show full text]
  • The South Kalimantan Gubernatorial Election: Oligarchic, Bureaucratic and Dangdut Politics
    ISSUE: 2021 No. 7 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE ANALYSE CURRENT EVENTS Singapore | 28 January 2021 The South Kalimantan Gubernatorial Election: Oligarchic, Bureaucratic and Dangdut Politics Norshahril Saat* Voters put on plastic gloves as they queue up at a polling station in Surabaya, Jawa, on December 9, 2020, as Indonesia kicked off its nationwide elections. Unlike Jawa and Sumatera, regional elections in South Kalimantan did not elicit much attention from observers. Photo: Juni Kriswanto (AFP). *Norshahril Saat is Senior Fellow at ISEAS – Yusof Ishak Institute, and Co-coordinator of the Indonesia Studies Programme. He wishes to thank Mr Muhajir Ahmad, PhD Candidate of Department of Political and Social Change, Australian National University (ANU), and Mr Made Supriatma, Visiting Fellow at ISEAS – Yusof Ishak Institute, for their comments. 1 ISSUE: 2021 No. 7 ISSN 2335-6677 EXECUTIVE SUMMARY • The regional election in South Kalimantan (Kalimantan Selatan or Kalsel) did not elicit much attention from observers before the 9 December polls. The focus was instead on the contests in Jawa and Sumatera. • In Kalimantan Selatan, the gubernatorial contest was between incumbent Haji Sahbirin Noor, who paired with his former rival Haji Muhidin; and Denny Indrayana and Difriadi Drajat. The Sahbirin-Muhidin pair had always been the favorites to win, having received backing from more political parties and rich businesses than their rivals. • During the campaign, the Denny-Rifdiadi team lodged several complaints against their opponent to the local election commission for breaching electoral regulations laws. The main complaint was that Sahbirin took advantage of his position as incumbent to garner votes, including claiming credit for nationwide Covid-19 aid distributed to the masses.
    [Show full text]
  • CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 Ii LEGISLASI MASA PANDEMI: CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 I
    CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 ii LEGISLASI MASA PANDEMI: CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 i LEGISLASI MASA PANDEMI: CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 ii LEGISLASI MASA PANDEMI: CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 iii iv LEGISLASI MASA PANDEMI: CATATAN KINERJA LEGISLASI DPR 2020 Legislasi Masa Pandemi: Catatan Kinerja Legislasi DPR 2020 © 2021 KOORDINATOR TIM PENULIS Nabila Jusuf TIM PENULIS Agil Oktaryal Antoni Putra Estu Dyah Arianti Fajri Nursyamsi Giri Ahmad Tauk Gita Putri Damayana M. Nur Sholikin Muhammad Faiz Aziz Ronald Roandri EDITOR Rizky Argama Auditya Firza Saputra DESAIN SAMPUL DAN ISI Ardi Yunanto 13,8 x 20,3 cm; i-xiv + 210 halaman ISBN: 978-623-92150-1-9 Edisi pertama, Juli 2021 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang PENERBIT Y S H K I (YSHK) Puri Imperium Oce Plaza Unit G-9, Jl. Kuningan Madya Kav. 5-6, Jakarta Selatan 12980 Telp. 021-83701809 www.pshk.or.id v Daftar Isi K P • xi BAB 1. PENDAHULUAN • 3 1.1. Perencanaan Tak Matang sebagai Problem Berulang • 3 1.2. Capaian Rendah, Legitimasi Minim • 7 1.3. Evaluasi dan Degradasi Fungsi Prolegnas • 11 1.4. Tinjauan Kualitas Legislasi • 13 1.5. Tinjauan Proses Legislasi • 18 BAB 2. MENGURAI UNDANG-UNDANG • 25 2.1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 • 25 2.2. Perubahan atas Undang-Undang tentang Pertambangan Mineral dan Batubara • 40 2.3 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota • 58 2.4. Perubahan Ketiga atas Undang-Undang tentang Mahkamah Konstitusi • 67 2.5.
    [Show full text]
  • Wagub Pimpin Sidak Ke PT. Kahatex Karawang Diduga Jadi Lokasi
    FAJAR INDONESIA NETWORK KAMIS 13 FEBRUARI 2020 MAJU BERSAMA KORAN JUARA! HARGA RP 3.000 10 Rumah Tertimbun Longsor lam sepenuhnya dalam kubang- Dudi menyebutkan, 8 rumah timbun, dampak longsor da- Titik awal longsor yang ber- 80 Rumah Lainnya an lumpur hingga menutupi yang tertimbun sebagian ju- ri bukit di pinggir Jalan Tol jarak kurang lebih 10 meter BERSIHKAN bagian atap, sedangkan sisanya ga tidak bisa ditinggali lagi Purbaleunyi itu juga meng- dari bahu Jalan Tol Purbale- BARANG: Ikut Terancam mengalami kerusakan total. lantaran rawan ambruk dan ancam 80 rumah lainnya, unyi, merupakan tebing den- Seorang petugas BPBD saat - Sedikitnya “Jadi yang sepenuhnya membahayakan pemiliknya. serta menimbun 3 hektare gan ketinggian 15 meter dan NGAMPRAH membersihkan 10 unit rumah milik warga tenggelam akibat longsor itu “Lokasinya kita sterilkan sawah, dan 4 kolam ikan. lebar mencapai 30 meter. barang yang di Kampung Hegarmanah, 2 rumah, 8 rumah lainnya semua. Pemilik rumahnya “Semua warga dari 80 rumah “Kontur tanahnya memang tertimpa longsor RT 03/04, Desa Sukatani, juga tertimbun tapi tidak se- sudah kita ungsikan, alham- yang terancam sudah kita labil karena persawahan, di- di Kampung Kecamatan Ngamprah, Ka- penuhnya. Jadi sebagian ru- dulillah tidak ada korban jiwa. ungsikan juga ke tempat aman, tambah lagi dengan rembesan Hegarmanah, bupaten Bandung Barat, mahnya saja hanya kategorinya Kita sempat bantu pemiliknya salah satunya itu Masjid Nurul air dari genangan di seberang- Desa Sukatani, tertimbun longsor pada Se- rusak parah,” kata Kepala untuk ambil surat berharga, Huda. Kesulitan yang kami nya. Tanahnya bergerak hing- Kecamatan lasa (11/2) malam. Pelaksana BPBD KBB, Dudi tapi itu juga sulit dan berba- hadapi saat evakuasi ini pe- ga menyapu sawah dan rumah Ngamprah, Dari 10 rumah yang tertimbun, Prabowo, ditemui di lokasi haya,” tuturnya.
    [Show full text]
  • The High Political Costs in Local Head Election (Case Study in Indonesia)
    European Journal of Molecular & Clinical Medicine ISSN 2515-8260 Volume 7, Issue 11, 2020 The High Political Costs in Local Head Election (Case Study in Indonesia) Sitti Aminah1, Tini Apriani2,Melati Ayuning Pranasari3,Dian Martha Indarti4,Maria Herlina 5 1,2,3,4 Affiliates: Ministry of Home Affairs Research and Development Agency 1 [email protected] Abstract: The most crucial issue of money politics in the election is the high cost of contestation borne by candidates in the election process. The study's objective is to analyze the causes of high political costs in regional head elections in Indonesia and the steps to reform the regional election system in the future. The study used a qualitative-descriptive method with a desk study technique, namely examining data sourced from literature and regulations and those related to the elections. The study found that political costs are high in regional head elections because, first, oligarchs control political parties because of the party's power to recruit candidates. In practice, recruiting candidates by political parties and coalitions of political parties are closed, elitist, and undemocratic. Party elites or oligarchs have the power to select and determine candidate pairs to fight in the regional elections. The nomination of candidates is not an arena for contesting capacities and capabilities, but rather an arena for capital struggle, popularity, and closeness to oligarchs or political party elites. Second, there are loopholes in regulations that open up space for high-cost politics, namely (1) a centralized nominating system; (2) Requirements for nomination at the political party level are too high and (3) The requirements for nomination by independent candidates are too stringent.
    [Show full text]
  • The Solo 2020 Election: Jokowi's Dynasty Begins?
    ISSUE: 2021 No. 18 ISSN 2335-6677 RESEARCHERS AT ISEAS – YUSOF ISHAK INSTITUTE ANALYSE CURRENT EVENTS Singapore | 25 February 2021 The Solo 2020 Election: Jokowi’s Dynasty Begins? A. Harimurti and Made Supriatma* Gibran Rakabuming Raka (centre), the son of Indonesia's President Joko Widodo, rides a bicycle to meet supporters after declaring victory in the mayoral election in Solo on December 9, 2020. Photo: Anwar Mustafa, AFP . * A. Harimurti is Lecturer in the Psychology Department at Sanata Dharma University, Yogyakarta. Made Supriatma is Visiting Fellow with the Indonesia Studies Programme at ISEAS – Yusof Ishak Institute. Made’s research focus is on Indonesian politics, civil-military relations, and ethnic/identity politics and he is also a free-lance journalist. 1 ISSUE: 2021 No. 18 ISSN 2335-6677 EXECUTIVE SUMMARY • The regional elections in Solo held on 9 December 2020 attracted much attention because President Jokowi's first son, Gibran Rakabuming, ran for mayor with the support of PDIP, which controls 60% of the seats in the local parliament. • In nominating Gibran, PDIP sacrificed its local candidate Achmad Purnomo, the incumbent vice maJor who had long served the party’s grassroots. Initially, Gibran faced resistance from the local party apparatus, but clinched the nomination with endorsement from party chief Megawati Sukarnoputri and provincial party officials. Gibran rallied a large coalition and secured support from all political parties in the local parliament (40 out of 45 seats) except for the Islamist party, PKS. • Following Gibran’s nomination, an independent candidate pair, Bagyo Wahyono and FX Suparjo, emerged to challenge him. These two were largely unfamiliar faces in Solo, with little prospect of withstanding Gibran's political machine, backed as it was by Indonesia’s most powerful politician.
    [Show full text]
  • Dinasti Politik Dalam Pemilihan Kepala Daerah Tahun 2020
    1 RISET NAGARA INSTITUTE: DINASTI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2020 Tim Peneliti: Dini Nur Fadhillah Febriansyah Ramadhan Teguh Triesna Dewa Desain Grafis: Dandy Hakim Pradana Expert Review: Yoes C. Kenawas Goris Sahdan Dewan Kurator Dr. Mulyadi Tadampali, S. Sos, M.Si. Sulfikar Amir, Ph.D Zuhairi Misrawi Direktur Eksekutif: Dr. Akbar Faizal, M.Si. NAGARA INSTITUTE, JAKARTA Jalan Dukuh Patra Nomor 57, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Email: [email protected] Oktober, 2020. 1 DAFTAR ISI 1. EXECUTIVE SUMMARY 3 2. PENGANTAR 5 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 8 a. Pelaksanaan pilkada 2020 b. Calon kepala daerah/wakil kepala daerah yang memiliki hubungan kekerabatan/dinasti politik dengan pejabat publik atau elit partai politik c. Jumlah calon kepala daerah/wakil yang bukan kader partai pengusung 4. PENUTUP 30 DAFTAR DIAGRAM 1. DIAGRAM 1: Calon Kepala Daerah / Calon Wakil Kepala Daerah berdasarkan gender 2. DIAGRAM 2: Perkembangan Dinasti Politik Dari Tahun Ke Tahun 3. DIAGRAM 3: Sebaran Dinasti Politik dalam Pilkada Berdasarkan Jabatan 4. DIAGRAM 4: Calon Kepala Daerah / Calon Wakil Kepala Daerah Dinasti Politik berdasarkan Petahana dan Pendatang Baru. 5. DIAGRAM 5: Calon Kepala Daerah / Calon Wakil Kepala Daerah Dinasti Politik berdasarkan gender 6. DIAGRAM 6: Persentase Partai Politik Pengusung Dinasti Politik 7. DIAGRAM 7: Sebaran Dinasti Politik di Seluruh Indonesia Dalam Pilkada 2020 8. Diagram 8: Kepala Daerah yang Bukan dari kader partai politik pengusung 9. DIAGRAM 9: Partai Politik yang Tidak Mengusung Kadernya dalam Pilkada 2020 DAFTAR GAMBAR Sebaran Dinasti Politik Di Seluruh Indonsia Dalam Pilkada 2020 DAFTAR TABEL Istri kepala daerah yang maju dalam pilkada 2020 2 Executive Summary RISET NAGARA INSTITUTE TENTANG DINASTI POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2020 ▪ Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak episode ke-4 akan kembali digelar pada 9 Desember 2020 mendatang.
    [Show full text]
  • Majalah Majelis Edisi Maret 2018
    Daftar Isi EDISI NO.03/TH.XII/MARET 2018 39 SELINGAN 78 Profil Industri Film Indonesia Hamka Haq Pengantar Redaksi ...................................................... 04 08 MAJELIS KHUSUS Opini ................................................................................... 06 Sidang Paripurna MPR RI Kolom ................................................................................... 20 Bicara Buku ...................................................................... 47 MPR menggelar sidang paripurna penetapan dan pengucapan sumpah tiga pimpinan baru. Penambahan tiga Gema Pancasila .............................................................. 48 pimpinan baru MPR ini diharapkan bisa meningkatkan kepercayaan publik pada MPR. Debat Majelis ............................................................... 68 Aspirasi Masyarakat ..................................................... 70 Varia MPR ......................................................................... 71 Wawancara ..................................................... 72 Figur .................................................................................... 74 Ragam ................................................................................ 76 Catatan Tepi .................................................................... 82 12 Majelis Utama Menyelamatkan Bangsa dari Bahaya Narkoba COVER 30 Edisi No.03/TH.XII/Maret 2018 Nasional Kreatif: Jonni Yasrul - Foto: Istimewa Kunjungan Delegasi Ketua Senat Republik Kazakstan EDISI NO.03/TH.XII/MARET 2018 3 PENASEHAT
    [Show full text]
  • The Comparison of Jokowi and Prabowo Subianto Exposed on Youtube
    Redi Panuju: The Comparison of Jokowi and PrabowoJurnal IlmuSubianto Sosial Exposed dan Ilmu on YouTube Politik Volume 22, Issue 3, March 2019 (245-258) ISSN 1410-4946 (Print), 2502-7883 (Online) doi: 10.22146/jsp.33172 The Comparison of Jokowi and Prabowo Subianto Exposed on YouTube Redi Panuju Faculty of Communication Science of Dr Soetomo University Surabaya (email: [email protected]) Abstract This article reviews the exposure ratio of Jokowi and Prabowo in the YouTube channel. Joko Widodo’s alias, Jokowi, is the President of the Republic of Indonesia 2014-2019. He will re-join the 2019 presidential election, while Prabowo Subianto is a challenger who is supported by the Gerindra Party and the Prosperous Prosperity Party. The analytical method uses the semiotic concept of Strauss and John Fiske, who view the video as a sign system. The sign system is parsed through five political codes: lifestyle, transfer of power, existence, ideology and vision. This study finds that, in general, Jokowi’s videos were more visited and preferred than Prabowo’s videos, but Prabowo excelled in the transfer code of power, existence and ideology. In the video, Jokowi tends to impress himself as a person who has several characters. As the President of Indonesia, Jokowi displays a diligent character. As a political activist, Jokowi reinforces his ideology as a nationalist. As a citizen, Jokowi imitates the figure who adheres to the values of tradition As a man, Jokowi impressed himself as a humanist. Prabowo tends to feature a lavish lifestyle with equestrian sport with a historical background of the descendants of an economic Democrat Prof Sumitro Djojohadikusumo and associates himself like Soekarno.
    [Show full text]
  • Bentuk Dan Faktor Campur Kode Dalam Video Youtube
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BENTUK DAN FAKTOR CAMPUR KODE DALAM VIDEO YOUTUBE “KAESANG” TAHUN 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Oleh Nisya Ayu Ariesta NIM: 154114052 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BENTUK DAN FAKTOR CAMPUR KODE DALAM VIDEO YOUTUBE “KAESANG” TAHUN 2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Oleh Nisya Ayu Ariesta NIM: 154114052 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Karya sederhana ini kupersembahkan untuk mereka yang sangat kusayangi dan selalu ada mendukungku Ibu, Patricia Sri Maryanti & Bapak, Purnama vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Learn from every mistake because every experience particularly your mistakes are there to teach you and force you into being more of who you are.” - Oprah Winfrey “Pinter aja mung minteri sesama, ning pinter ngawicaksani ing kabeh insani Sugih aja mung sugihing bandha, ning sugiha kaselehing ati Ayu aja mung ayuning rupa, ning ayu kalengkap padhange nurani Bagus aja mung bagusing saderma, ning kasampurnan dikancani kaperduli kasyukur sedaya ditampi Gusti” - Handoyo Wibowo “Orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapatkan kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” Yesaya 40:31 vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
    [Show full text]