Analisis Semiotika Teori Roland Barthes Pada Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO Edisi 10 Desember 2020 Terhadap Representasi Perilaku Nepotisme)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Representasi Perilaku Nepotisme dalam Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO Edisi 10 Desember 2020 (Analisis Semiotika Teori Roland Barthes pada Ilustrasi Sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO edisi 10 Desember 2020 terhadap Representasi Perilaku Nepotisme) Dhika Chandra Devi Monika Sri Yuliarti Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract The phenomenon of the participation of two members of the President's family, Gibran Rakabuming Raka and Bobby Nasution in the 2020 regional elections, led to many assumptions in the community. One of them is the allegations related to the practice of nepotism conducted by the President's family. Many news reports have emerged related to the existence of the phenomenon. Therefore, this study aims to find out how the representation of nepotism behavior contained in the illustration on the cover of TEMPO Weekly News Magazine issue of December 10, 2020 entitled "Keluarga Berjaya" related to the phenomenon of participation of two members of the Presidential family in the 2020 elections. This study used qualitative methods with semiotic analysis of Roland Barthes models to explore denotative, connotative, and mythical meanings. As a result, some of the objects contained in the illustration have a pseudo meaning, especially in the object of rice and cotton emblems that contain the meaning of justice and prosperity. When viewed from the events that occurred and the track record of the President's performance to date, many assumptions that arise related to the purpose of the concept of justice and prosperity itself, whether for the public at large or for certain circles only. Illustrations in the form of caricatures are also able to cause bias meaning in the reader when connected with various political phenomena that occur in Indonesia today. With this caricature, MBM TEMPO strives to encourage the public to be more critical in monitoring the government's performance. Keywords: Nepotism Behavior, MBM TEMPO, Semiotics Roland Barthes Pendahuluan Kondisi Politik Indonesia yang tidak stabil seperti saat ini membuat kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah semakin luntur. Tantangan ketahanan persatuan dan kesatuan negara pun mengalami cobaan berat. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, salah satunya adalah praktik dinasti politik. Pemilihan Kepala Daerah serentak tahun 2020 yang dilakukan di tengah masa Pandemi Covid-19 menimbulkan polemik lantaran seperlima dari seluruh peserta Pilkada adalah bagian dari dinasti politik tingkat lokal maupun nasional. Pada pemilihan Kepala Daerah tersebut terdapat dua calon yang menjadi sorotan, yaitu anak dan menantu Presiden Joko Widodo. Kedua Calon Kepala Daerah tersebut adalah, Gibran Rakabuming Raka yang mencalonkan diri di Kota Solo dan Bobby Afif Nasution yang mencalonkan diri di Kota Medan. Dugaan Presiden Joko Widodo menerapkan perilaku nepotisme dalam pilkada pun muncul seiring terjadinya fenomena tersebut. Sehingga, peneliti tergugah untuk membahas masalah tersebut untuk menjadi dasar pada penelitian ini. Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara (Government of Indonesia 1999). Pada praktiknya, peneliti melihat politik nepotisme menjadi hal yang wajar seakan-akan hal tersebut telah menjadi budaya dalam kepemimpinan di Indonesia. Perilaku nepotisme bahkan tidak ditindak secara tegas sehingga rantai perilaku ini belum dapat terputus. Secara umum, perilaku nepotisme menjadi tonggak awal terjadinya korupsi. Menurut data indikator pemerintahan global (The World Bank 2020), indeks kontrol terhadap korupsi di Indonesia mengalami peningkatan. Meskipun demikian, peningkatan tersebut dinilai tidak signifikan dan masih dibawah rata-rata negara di ASEAN. Untuk itu, peneliti menganggap nepotisme menjadi permasalahan yang cukup serius dan dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan bernegara di Indonesia. Keikutsertaan kedua anggota keluarga Presiden Jokowi ini ramai diperbincangkan masyarakat hingga media-media nasional pun menjadikannya sebagai headline dalam berita. Salah satu media yang mengangkatnya yaitu Majalah Berita Mingguan (MBM) TEMPO edisi 10 Desember 2020. Pada edisi tersebut, MBM TEMPO menerbitkan sebuah ilustrasi berupa karikatur yang membahas tentang keikutsertaan Gibran dan Bobby pada Pilkada Serentak 2020. Sumadiria mendefinisikan karikatur sebagai gambar wajah dan karakteristik seseorang yang diekspresikan secara berlebih-lebihan (Sumadiria 2005). Menurut Lukman dalam Sumadiria, karikatur juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik (Sumadiria 2005). Peneliti melihat terdapat berbagai tanda yang memiliki maksud dan makna tersendiri yang terkandung dalam karikatur tersebut. Oleh sebab itu, peneliti bermaksud untuk menggali lebih dalam tentang bagaimana MBM TEMPO menggambarkan perilaku nepotisme melalui ilustrasi pada sampul majalahnya menggunakan penelitian kualitatif dengan analisis semiotika. Menurut Roland Barthes dalam Sobur, semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Barthes mengkaji tanda-tanda melalui dua pendekatan, yakni makna denotatif (eksplisit) dan makna konotatif (implisit), serta tiga tahapan yaitu, denotasi, konotasi dan mitos (Sobur 2013). Oleh karena itu, peneliti menganggap metode analisis semiotika Roland Barthes merupakan metode analisis yang paling tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, sehingga peneliti dapat mengkaji tanda-tanda secara mendalam. Dalam hal ini, peneliti akan mengkaji makna dari tanda-tanda yang disampaikan oleh sang karikaturis. Secara khusus, peneliti akan menggali tanda- tanda yang merepresentasikan perilaku nepotisme serta mencari tahu bagaimana media, dalam hal ini MBM TEMPO, merespon suatu fenomena yang terjadi. Dalam kaitannya dengan dunia jurnalistik, serta melihat sifat media yang dapat membawa pengaruh luas, peneliti bermaksud untuk mengetahui bagaimana MBM TEMPO menyampaikan pandangannya melalui ilustrasi pada sampulnya. Rumusan Masalah Bagaimana representasi perilaku nepotisme dalam ilustrasi sampul Majalah Berita Mingguan TEMPO edisi 10 Desember 2020 dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes? Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) Menjadi rujukan untuk penelitian dengan permasalahan atau topik yang sama di kemudian hari. b) Menjadi referensi bagi penelitian studi semiotika dalam kajian ilmu komunikasi dengan menggunakan metode semiotika Roland Barthes. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a) Menjadi referensi tentang bagaimana MBM TEMPO merespon keikutsertaan Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Afif Nasution dalam Pilkada serentak 2020 melalui ilustrasi pada sampul edisi 10 Desember 2020. b) Bermanfaat bagi praktisi komunikasi, khususnya disiplin ilmu jurnalistik dalam memahami pemaknaan simbol dan tanda dalam suatu halaman sampul. c) Menjadi bentuk respon terhadap ilustrasi pada sampul MBM TEMPO edisi 10 Desember 2020 tentang representasi perilaku nepotisme. 3. Manfaat untuk Masyarakat Peneliti berharap hasil dari penelitian ini mampu membuka kesadaran masyarakat akan arti nepotisme yang sesungguhnya. Dengan demikian masyarakat mampu berperan aktif dalam mengawasi sistem politik di Indonesia. Landasan Teori 1. Perilaku Nepotisme Sigmund Freud mendefinisikan perilaku sebagai hasil interaksi subsistem dalam kepribadian manusia yaitu Id, Ego, dan Superego (Sobur 2011). Perilaku memiliki 2 jenis, yaitu Perilaku tertutup yang merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Perilaku terbuka (over behavior) yang berupa tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Walgito 2003). Secara etimologis, istilah “nepotisme” berasal dari bahasa Latin, yaitu “Nepos” yang artinya keponakan atau cucu. Sehingga kata nepotisme dapat didefinisikan sebagai tindakan pemilihan orang bukan berdasarkan kemampuannya, tetapi atas dasar hubungan kekeluargaan atau kedekatan semata. Menurut KBBI, nepotisme merupakan kecenderungan untuk mengutamakan (menguntungkan) sanak saudara sendiri, terutama dalam jabatan, pangkat di lingkungan Pemerintah (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2016). Nepotisme adalah sikap seseorang (pemimpin) yang menggunakan keistimewaan terkait dengan posisinya untuk memihak kerabatnya. Praktik ini diamati secara luas di lembaga dan organisasi publik (Id 2018). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku nepotisme merupakan tindakan yang dilakukan oleh suatu individu yang dinilai dapat menguntungkan kerabat atau keluarganya terutama dalam jabatan di lingkup pemerintahan. Biasanya perilaku nepotisme ditandai dengan adanya kesenjangan dan ketidakadilan dalam pelaksanaan pemberian fasilitas. Perilaku nepotisme juga kerap mengabaikan kesempatan orang yang lebih kompeten dalam bidangnya dengan tujuan menguntungkan anggota keluarganya. 2. Jurnalistik Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Onong Uchjana Effendy mengemukakan, secara sederhana jurnalistik