Pengaruh Penggunaan Kulit Buah Naga Merah Terhadap Kualitas Kue Lapis Tapioka
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PENGARUH PENGGUNAAN KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITAS KUE LAPIS TAPIOKA TRI ARDILLA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode: September 2017 i PENGARUH PENGGUNAAN KULIT BUAH NAGA MERAH TERHADAP KUALITASKUE LAPIS TAPIOKA Tri Ardilla1, Anni Faridah2, Rahmi Holinesti2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FPP Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan kulit buah naga merah sebanyak 20%, 35%, dan 50% terhadap kualitas bentuk, warna, aroma, tekstur dan rasa pada kue lapis tapioka. Jenis penelitian adalah eksperimen murni dengan metode rancangan acak lengkap. Penelitian dilakukan pada bulan Juni di workshop Tata Boga IKK, FPP, UNP. Variabel bebas adalah kulit buah naga merah dan variable terikat adalah kualitas kue lapis tapioka. Jenis data yaitu data primer yang bersumber dari 30 orang panelis dengan mengisi format uji organoleptik terhadap sampel. Data dianalisis dengan Analisis Varian jika Fhitung>Ftabel dilanjutkan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penggunaan kulit buah naga merah berpengaruh terhadap kualitas warna. Sedangkan pada bentuk, aroma, tekstur dan rasa tidak berpengaruh nyata. Skor pencapain tertinggi secara keseluruhan yaitu bentuk rapi 3,59(50%), bentuk seragam 3,59(50%), warna merah muda 3,68(50%), warna putih 3,61(35% dan 50%), aroma kulit buah naga 1,49 (50%), aroma santan 3,58(20%), tekstur lembut 3,73(50%), tekstur kenyal 3,59(50%), rasa manis 3,96(35%) dan rasa gurih 3,72(50%). Hasil kualitas kue lapis tapioka terbaik adalah pada perlakuan 50%. Kata Kunci: Kulit buah naga, Kue lapis tapioka, dan Kualitas THE EFFECT OF RED DRAGON FRUIT RIND USE TOWARD THE QUALITY OF TAPIOCA LAYER CAKE Abstract This study aimed to analyze the effect of red dragon fruit rind use as much as 20%, 35%, and 50% on the quality of shape, color, smell, texture and flavor on tapioca layer cake. This type of research was pure experiment with complete randomized design method.This research was conducted on June in Workshop ofCulinary Art, IKK, FPP, UNP. The independent variable was the red dragon fruit rind and the dependent variable was the quality of the tapioca layer cake.Types of data were primary data sourced from 30 panelists by filling the organoleptic test format against the sample.Data were analyzed with Variant Analysis if Fcount>Ftable continued to Duncan test. The results showed that the amount of red dragon fruit use affected the color quality. While on the form, the smell of texture and taste had no real effect.Overall,the highest achievement scores were neat form 3.59 (50%), matched 3.59 (50%), pink 3.68 (50%), white 3.61 (35% san 50%), smell of dragon fruit rind 1.49 (50%), smell of coconut milk 3.58 (20%), soft texture 3.73 (50%), chewy texture 3.59 (50%), sweet taste 3.96 (35%) and savory taste 3.72 (50%). The best quality of tapioca cake was 50%. Keywords: Dragon fruit rind, Tapioca layer cake, and Quality i A. PENDAHULUAN Kue Indonesia memiliki berbagai macam variasi rasa dan bentuk, setiap daerah memiliki nama yang berbeda-beda, banyak bahan yang sama yang terdapat diseluruh Indonesia, seperti beras ketan, macam-macam tepung, kacang-kacangan, umbi-umbian, buah-buahan. Oleh karena itu tidak heran bila terdapat kue yang sama diberbagai tempat di Indonesia dengan nama dan bentuk yang lain, tergantung pada kreasi dari masing-masing daerah. Salah satu kue Indonesia yang menarik dan sering dijumpai adalah Kue Lapis. Menurut Riesni dalam Khairunnisa (2016 : 54), “Kue Lapis merupakan jajanan khas Indonesia yang dibuat dengan dua atau lebih warna yang berbeda dan disusun secara berlapis-lapis. Biasanya kue lapis terbuat dari tepung beras, tepung sagu, atau tepung kanji”. Ciri khas dari tampilan kue lapis adalah belapis-lapis dan seragam dengan aneka warna yang menarik (Nisa Sholihah, 2015: 1). Nama dari kue lapis ini sesuai dengan bahan baku yang digunakan, seperti kue lapis yang menggunakan bahan baku tepung beras dinamakan kue lapis tepung beras, kue lapis yang menggunakan bahan baku tepung tapioka atau kanji dinamakan kue lapis tapioka. Penggunaan santan dikue ini membuat rasa dari kue lapis menjadi manis, legit dan gurih (Sisca Susanto, 2015: 7). Pewarna yang digunakan untuk kue lapis bisa terdiri dari pewarna buatan ataupun pewarna alami, pewarna yang sering digunakan adalah pewarna hijau dan sirup bunga mawar merah (Sisca Susanto, 2005: 7). Sangat disayangkan pada saat ini pewarnaan pada kue lapis masih menggunakan pewarna sintetis. Menurut Siti Marwati (2013 : 1): 1 Penambahan zat aditif makanan khususnya pewarna makanan bertujuan untuk memberikan warna yang lebih menarik. Kadang kala penggunaan zat pewarna makanan kurang memperhatikan efeknya terhadap kesehatan. Masyarakat menggunakan pewarna makanan ada yang hanya memilih cara praktis dan hasil pewarnaan yang bagus. Sebagai contoh penggunanan bahan pewarna makanan sintetis yang dapat langsung menambahkan zat tersebut kedalam makanan tanpa harus membuatnya terlebih dahulu. Meskipun penggunaan pewarna makanan sintetis ada yang aman digunakan tetapi harus memperhatikan ambang batas penggunaannya. Pewarna sintetis untuk makanan mempunyai ambang batas atau batasan maksimum yang masih dapat diterima atau ditoleransi, sedangkan penggunaan pewarna alami tidak memiliki batasan maksimal, boleh sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam penggunaan pewarna sintetis bahan yang digunakan memiliki batasan maksimum yang dijelaskan di dalam peraturan BPOM no 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimun Penggunaan Bahan Tambahan Pangan Pewarna, pewarna buatan atau sintetis tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh terlalu sering mengkomsumsi pewarna buatan setiap harinya, gunakan secukupnya saja dan itu sudah menghasilkan warna yang menarik. Untuk itu penulis ingin menggunakan kulit buah naga merah dalam pembuatan kue lapis digunakan sebagai pewarna alami, karena kulit buah naga merah merupakan bahan buangan yang tidak terpakai lagi yang mempunyai kandungan gizi yang baik dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Hal ini terbukti berdasarkan penelitian Anni Faridah dkk (2015 : 3) sebagai berikut : Selain antioksidan dan aktivitas antibakteri yang diperoleh dari pigmen, tidak ada kematian atau tanda-tanda perubahan perilaku atau toksisitas dia mati setelah pemberian oral ekstrak sampai tingkat dosis berat 48500/kg pada tikus. Ini adalah patokan bahwa pigmen ini bisa dikembangkan sebagai sumber pewarna makanan. 2 Berdasarkan pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwasanya kulit buah naga merah tidak beracun dan aman untuk dikonsumsi. Dan juga di dalam kulit buah naga merah juga terkandung zat betalain yang berfungsi sebagai pewarna merah alami dan sebagai alternative pengganti pewarna sintesis pada kue lapis. Jumlah kulit buah naga merah semakin lama semakin banyak, karena ketersediaan dan kesukaan masyarakat akan buah ini semakin meningkat. Pada umumnya masyarakat hanya mengganggap kulit buah naga merah sebagai limbah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wisesa (2014:89), “Kulit dari buah naga merah merupakan limbah yang masih sangat jarang dimanfaatkan. Padahal, kulit buah naga merah masih mengandung senyawa antioksidan yang cukup tinggi. Senyawa antioksidan mampu melawan oksidasi dalam tubuh”. Tentu sangat disayangkan jika sesuatu yang kaya manfaat hanya akan dijadikan limbah atau buangan. Sebagai wujud upaya pemanfaatan bahan buangan yang belum dimanfaatkan secara optimal, maka pengolahan lebih lanjut diperlukan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari kulit buah naga merah, serta daya gunanya bagi masyarakat untuk memanfaatkan kulit buah naga merah ini sebagai olahan kuliner, salah satunya dalam pengolahan kue lapis tapioka, karena variasi dalam pembuatan kue lapis tapioka ini belum ada serta warna bening dari tepung tapioka ketika dicampurkan dengan kulit buah naga menghasilkan warna yang cerah. Kulit buah naga merah ini bisa didapatkan dengan mengumpulkan limbah dari para penjual juice. Uraian di atas menjadi alasan terlaksananya penelitian ini. Selain itu penelitian tentang kulit buah naga merah pada kue lapis tapioka belum ada 3 sehingga penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan kulit buah naga merah terhadap kualitas kue lapis tapioka sebanyak 20%, 35%, dan 50% terhadap kualitas bentuk, warna, aroma, tekstur dan rasa kue lapis tapioka yang dihasilkan. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen murni (true eksperimen). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2017 di Workshop Tata Boga, Jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Pariwisata dan Perhotelan, Universitas Negeri Padang. Variabel bebas yaitu pengaruh penambahan kulit buah naga merah 0 % (X0), 20% (X1), 35% (X2) dan 50% (X3). Dalam penelitian ini cairan kulit buah naga merah didapat dari kulit buah naga merah yang diblender dengan santan. Variable terikat yaitu kualitas kue lapis tapioka. Jenis data yaitu data primer bersumber dari 30 panelis dengan format uji organoleptik dan sampel. Penelitian menggunakan metode rancangan acak lengkap dengan tiga kali pengulangan. Teknik analisis data dengan menggunakan anava, jika berbeda nyata akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Prosedur dan bahan dalam pembuatan kue lapis tapioka dapat dilihat pada gambar 1. 4 Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Kue Lapis Tapioka C. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan uji organoleptik (uji jenjang) yang telah dilakukan terhadap kualitas kue lapis tapioka meliputi bentuk, warna, aroma, tekstur dan rasa, maka