NILAI MORAL DALAM NASKAH DRAMA CIPOA KARYA PUTU WIJAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh : Shidqi Dhaifan Riadhi 1111013000099

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH 2018 LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

NILAI MORAL DALAM NASKAH DRAMA CIPOA KARYA PUTU WIJAYA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SMA

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

Shidqi Dhaifan Riadhi

1111013000099

Mengetahui Dosen Pembimbing

Rosida Erowati, M. Hum NIP. 19771030 200801 2 009

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

ABSTRAK Shidqi Dhaifan Riadhi (NIM:1111013000099). “Nilai Moral dalam Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Rosida Erowati, M.Hum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai moral yang terdapat dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya yang diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan mimetik yang menitikberatkan kajiannya pada hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra. Berdasarkan temuan dan hasil analisis yang dilakukan terhadap naskah drama ini, diketahui bahwa naskah drama Cipoa memuat nilai moral melalui interaksi maupun tingkah laku dari setiap tokoh yang ada. Penelitian nilai moral ini dilakukan dengan menggunakan teori moral Burhan Nurgiantoro yang membagi nilai moral menjadi tiga bagian, yaitu: nilai moral individu, makhluk sosial, dan nilai moral religius. Nilai moral tersebut meliputi; nilai moral individu: pantang menyerah, bertanggungjawab, disiplin, optimis, nilai moral sebagai makhluk sosial: patuh kepada pemimpin, bekerjasama, dan nilai moral religius: kejujuran. Sesuai dengan kompetensi dasar menganalisis nilai-nilai moral naskah drama baik secara lisan maupun tulisan dengan indikator pencapaian kompetensi siswa mampu menentukan nilai-nilai moral yang terdapat pada teks drama. Mengenai implikasinya terhadap pembelajaran sastra di sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan siswa tentang nilai moral untuk kehidupan sehari-hari mereka.

Kata kunci: Nilai Moral, Naskah Drama Cipoa, Putu Wijaya, Pembelajaran Sastra.

i

ABSTRACT Shidqi Dhaifan Riadhi (NIM: 1111013000099). "Moral Values in Cipoa’s Drama by Putu Wijaya and Its Implication on Indonesian Language and Literature Learning in Senior High School". Indonesian Education and Literature Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher’s Training. Islamic State University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Rosida Erowati, M. Hum This study aims to determine the moral value contained in the script Cipoa’s drama by Putu Wijaya that are expected to be used as a learning material in school. The method used in this study is a qualitative method with a mimetic approach that focuses his study on the relationship of literary works to the reality outside of literary works. Based on the findings and the results of the analysis done on this drama script, it is known that theCipoa’s drama script contains moral values through the interaction and behavior of every character that exists. This moral value research is done by using the moral theory of Burhan Nurgiyantoro which divides moral values into three parts, namely: the moral values of individuals, social beings, and religious moral values. The moral values include; the moral values of individuals: unyielding, responsible, disciplined, optimistic, moral values as social beings: obedient to leaders, collaboration, and religious moral values: honesty. Regarding its implications for literary learning in schools, the results of this study are expected to provide benefits and increase students' knowledge of moral values for their daily lives.

Keywords: Moral Value, Cipoa’s Drama, Putu Wijaya, Literature Learning.

ii

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Nilai Moral dalan Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”. Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, semoga syafaatnya selalu menyertai kita semua hingga akhir zaman.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Skripsi ini pun tidak lepas dari banyak kekurangan dan kekeliruan namun penulis berusaha untuk menyajikan skripsi terbaik. Tanpa bantuan dan peran berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2. Dr. Makyun Subuki, M. Hum. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu melancarkan proses penyelesaian skripsi. 3. Toto Edidarmo, M.A. Selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu melancarkan proses penyelesaian skripsi. 4. Rosida Erowati, M. Hum. Selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen penasehat akademik yang sangat sabar membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas arahan, bimbingan dan kesabaran serta waktu luang Ibu selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, 5. Orang tua tercinta Bapak Eddy Supriady dan Ibu Amaliah Kurniasih yang selalu memberikan doa restu dan dukungan kepada penulis agar tetap bersemangat dalam penyusunan skripsi. 6. Istriku tercinta, Astri Pertiwi, yang selalu setia membantu dan menemani penulis menyelesaikan skripsi ini. Kamu istri yang luar biasa. 7. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2011, meskipun sudah lulus lebih awal tetapi tetap memberikan motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

iii

8. Serta berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu melancarkan penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua bantuan, dukungan dan partisipasi yang diberikan kepada penulis, mendapat balasan yang baik dan berlipat ganda dari Allah SWT. Aamiin.

Jakarta, Januari 2018

Penulis

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii DAFTAR ISI ...... vi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Identifikasi Masalah...... 5 C. Pembatasan Masalah ...... 5 D. Rumusan Masalah ...... 5 E. Tujuan Penelitian ...... 5 F. Manfaat Penelitian ...... 5 G. Metodologi Penelitian ...... 6 H. Teknik Analisis Data ...... 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Nilai Moral ...... 9 1. Pengerian Nilai ...... 9 2. Pengertian Moral ...... 10 B. Hakikat Naskah Drama ...... 11 1. Pengertian Drama ...... 11 2. Unsur Intrinsik Drama ...... 13 C. Hakikat Sosiologi Sastra ...... 18 1. Pengertian Sosiologi Sastra ...... 18 D. Pembelajaran Sastra ...... 19 E. Penelitian Relevan ...... 20 BAB III BIOGRAFI TOKOH ...... A. Biografi Putu Wijaya ...... 21

vi

B. Sinopsis Drama Cipoa ...... 24 BAB IV PEMBAHASAN A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Cipoa ...... 26 1. Tema ...... 26 2. Latar ...... 31 3. Alur ...... 40 4. Tokoh dan Penokohan ...... 46 5. Gaya Bahasa ...... 55 B. Analisis Nilai Moral dalam Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya . 58 C. Implikasi terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah ...... 66 BAB V PENUTUP A. Simpulan ...... 72 B. Saran ...... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LEMBAR UJI REFRENSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia yang dianggap sebagai bangsa yang memiliki sopan santun dan keramahan, nyatanya akhir-akhir ini mengalami penurunan moral yang cukup memprihatinkan. Dilihat dari sisi pemerintahannya, Indonesia menjadi negara yang menduduki peringkat ke-90 sebagai negara terkorup di dunia versi TI (Tranparency Internasional). Korupsi di Indonesia sudah memasuki gejala akut, bagaimana tidak, peringkat pertama korupsi justru terjadi di kalangan birokrasi, DPRD dan kepala daerah. Bentuk korupsi yang dilakukan bukan lagi sekedar manipulasi uang transportasi, hotel dan uang saku, tetapi seperti pemerasan, mark-up pengadaaan barang hingga pengelakan pajak.1

Kemudian penurunan nilai moral tidak hanya dapat dilihat dari sisi pemerintahan, kehidupan remaja di Indonesia juga sudah memasuki gejala yang memprihatinkan dan menimbulkan berbagai persoalan. Sebut saja penyalahgunaan obat-obatan terlarang, tawuran, sampai pergaulan bebas. Hal ini disebabkan oleh para remaja yang tidak bisa bertahan dari dampak negatif perkembangan zaman dan budaya globalisasi yang telah masuk ke Indonesia.

Era globalisasi juga telah masuk ke dalam dunia pendidikan. Hal itu menyebabkan berubahnya gaya hidup para peserta didik. Budaya hedonisme dan konsumtif menjadi sebuah tren baru di kalangan mereka. Hal ini berpengaruh terhadap perilaku peserta didik yang lebih menyukai bermain gadget daripada berinteraksi dengan temannya. Akibat populernya gadget di kalangan pelajar, mereka mendapat jalan pintas untuk masuk ke dunia tanpa batas seperti internet.

1 Eva Mazrieva, https://www.voaindonesia.com/a/indeks-persepsi-korupsi-ri-turun- /3692750.html, diunduh tgl 15 Februari 2017

1

2

Dalam internet, para pelajar dapat mengakses apa saja yang mereka inginkan, salah satunya tayangan kekerasan. Seperti kasus yang terjadi akhir-akhir ini peserta didik yang berani menentang gurunya, orang tuanya, bahkan bersikap kasar terhadap teman sebayanya. Kasus kecurangan peserta didik yang rela mendapatkan nilai bagus secara ”instan” dengan membeli jawaban ujian melalui aplikasi daring yang mereka miliki.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan harus bisa menanamkan nilai moral kepada peserta didiknya, karena salah satu cara untuk membangun bangsa yang kuat adalah melalui para generus bangsa, yaitu para peserta didik. Salah satu cara untuk membina moral peserta didik yaitu melalui buku bacaan sastra. Karya sastra mempunyai peran sebagai salah satu alat pendidikan yang seharusnya dimanfaatkan untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian anak. Karya sastra hadir dengan menawarkan berbagai macam model kehidupan, yaitu berpikir, bertindak, dan berempati. Karya sastra tidak hanya menampilkan unsur estetika saja, tetapi juga menampilkan unsur moral dalam kehidupan. Salah satu karya sastra yang mengandung unsur tersebut adalah drama.

Drama mempunyai strategi penyampaian yang menyenangkan bagi peserta didik. Penyampaian tersebut bisa mereka dapatkan melalui pementasan drama (menyimak) dan membaca teks drama (membaca), karena peserta didik cenderung lebih antusias dalam menerima pembelajaran ketika pembelajaran itu dengan metode yang menyenangkan. Melalui cerita dan tingkah laku tokoh-tokoh dalam drama tersebut pembaca atau penonton dapat mengambil hikmah dan pesan moral yang disampaikan atau diamanatkan. Drama merupakan sarana bagi pengarang untuk menyampaikan nilai-nilai kebaikan. Nilai kebaikan itu salah satunya adalah dulce et utile atau mendidik dan menghibur.

Salah satu drama yang mengandung nilai moral adalah naskah drama Cipoa. Naskah ini menggambarkan rakyat Indonesia yang tengah mengalami degradasi moral, digambarkan penuh dengan aksi tipu menipu serta permasalahan pada sistem “berbohong demi kebaikan dan kebajikan” yang dengan mudahnya dijadikan kedok untuk mendapatkan hal yang diinginkan.

3

Drama Cipoa ini dibuat dengan sangat sederhana, tetapi dengan amanat yang dalam, menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dimengerti oleh khalayak luas. Walaupun bahasanya cenderung ceplas-ceplos yang akrab dengan para pekerja pertambangan, drama ini juga bermaksud untuk menyampaikan pesan lewat sindiran atau kritik sosial terhadap pemerintah yang terlihat pada kasus korupsi saat itu (tahun 2006) masih belum hilang hingga sekarang.

Penggambaran tokoh dalam drama ini juga sangat menarik, melalui itu pengarang berusaha memunculkan realita karakter masyarakat Indonesia yang menganggap dirinya pintar hanya karena harta kekayaan, kemudian rela berbuat hal yang konyol dan bodoh demi meraihnya. Penggambaran karakteristik tersebut dalam Cipoa tidak hanya pada tokoh pemimpin tetapi juga para penambang yang dibuat sama-sama mementingkan diri sendiri dengan mengatasnamakan “demi kesejahteraan”. Peristiwa ini menggambarkan bahwa hal ini tidak hanya terjadi pada kalangan elit saja, tetapi telah menyebar ke semua lapisan masyarakat.

Dalam dunia sastra di Indonesia, Putu Wijaya merupakan salah satu sastrawan yang sangat produktif dalam menghasilkan karya sastra. Putu Wijaya sudah menghasilkan banyak karya, di antaranya kurang lebih 30 novel, 40 naskah drama, sekitar seribu cerpen, ratusan esei, artikel, dan kritik drama. Yang membuat Putu Wijaya istimewa ialah beliau juga mahir membuat skenario film dan sinetron. Skenario sinetron yang pernah ia tulis di antaranya Keluarga Rahmat, Warung Tegal, Dukun Palsu (komedi terbaik pada FSI 1995). Beliau telah mendapatkan banyak penghargaan ; dua kali meraih piala Citra di Festival Film Indonesia (FFI). Putu Wijaya juga mendirikan Teater Mandiri yang telah memainkan banyak sekali pementasan drama salah satunya yaitu, Cipoa. Melalui naskah drama Cipoa yang dikarangnya, Putu Wijaya berani menuangkan kritiknya terhadap keadaan sosial saat naskah itu dibuat. Menurut Putu Wijaya, melalui koran Pelita, “Sastrawan harus tampil jujur dalam segala keadaan, ketika suasananya keruh, sastrawan harus menyampaikan kekeruhan itu. Demikian halnya dalam kondisi yang tidak menentu, harus disampaikan secara gamblang”2. Hingga saat ini sastra tidak hanya berfungsi

2 Koran, Pelita, 12 Oktober 2000. Hlm 7

4

sebagai hiburan dan bacaan, tetapi untuk perlawanan dan kritik terhadap pemerintah. Bagi Teater Mandiri, memiliki filosofi berupa Teror Mental; karena tontonan tidak semata-mata bertujuan menghibur, tontonan juga harus bisa mengguncang batin sehingga tercipta pengalaman spiritual.

Pandangan Putu Wijaya mengenai kasus korupsi yang terjadi di Indonesia Putu Wijaya sampaikan dalam website berjudul “Putu Wijaya Usung Cipoa ke Jakarta”. “korupsi bukan hanya dilakukan oleh pejabat yang menggondol uang negara, tetapi juga oleh masyarakat kita secara tanpa sadar karena melihat perilaku pemimpinnya yang korup”.3 Dalam kasus ini, rakyat terpaksa melakukan “korupsi” di kalangan mereka karena terhimpit kehidupan yang semakin lama semakin tidak layak akibat kurangnya perhatian dari pemerintah, kebutuhan hidup yang terus bertambah tetapi tidak berbanding lurus dengan pendapatan.

Sehubungan dengan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk meneliti nilai moral dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya yang mampu memberikan penggambaran mengenai moral yang dimiliki masyarakat Indonesia khususnya sejak naskah ini dibuat pada tahun 2006 yang masih relevan hingga saat ini dengan judul “Nilai Moral dalam Drama Cipoa karya Putu Wijaya dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.” Drama ini dibuat sebagai potret degradasi moral masyarakat Indonesia pada tahun 2006 dan masih relevan hingga kini, sehingga diharapkan dapat menjadi pelajaran untuk mengkaji nilai moral, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dalam drama.

Hal inilah yang membuat penulis ingin memaparkan nilai-nilai moral yang terdapat dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya dan dikaitkan dengan fenomena moral peserta didik dalam judul skripsi “Nilai Moral dalam Drama Cipoa Karya Putu Wijaya dan Implikasinya Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA”.

3 Yunita Rachmawati, http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/putu-wijaya-usung-cipoa-ke- jakarta-lyo940o.html. Diunduh pada 18 Januari 2017.

5

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penlis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Degradasi moral menjadi bagian dari kehidupan remaja. 2. Kurangnya pemahaman atas nilai-nilai moral yang terdapat dalam karya sastra, khususnya naskah drama. 3. Kurangnya pengkajian terhadap naskah Cipoa sebagai sumber pembelajaran tentang nilai moral. C. Pembatasan Masalah Dari beberapa identifikasi masalah, maka permasalahan akan dibatasi pada nilai moral drama Cipoa karya Putu Wijaya dan implikasinya pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimanakah nilai moral yang ditunjukkan melalui unsur pembangun dalam drama Cipoa? 2. Bagaimanakah implikasi nilai moral dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA? E. Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan nilai moral yang ditunjukkan melalui unsur pembangun dalam drama Cipoa. 2. Mendeskripsikan implikasi nilai moral dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya pada pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan tentang sastra Indonesia, terutama bagi penikmat drama, khususnya karya Putu Wijaya.

6

b. Sebagai acuan dalam ranah pembelajaran sastra Indonesia yang bertujuan untuk memberikan edukasi tentang nilai moral dalam kehidupan sehari hari. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pembaca/mahasiswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembanding dan contoh bagi penelitian selanjutnya. b. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan mengenai moral dalam karya sastra dan dapat menjadi acuan untuk membangun dan mengembangkan karakter. c. Bagi Guru, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman edukasi moral di dalamnya sehingga dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan mimetik, merupakan pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap hubungan karya sastra dengan kenyataan di luar karya sastra.4

Beberapa prinsip umum dalam penganalisisan drama dengan menggunakan pendekatan mimesis adalah sebagai berikut:5

1. Karya sebagai sesuatu yang otonom tidaklah berati tidak boleh dihubungkan dengan realitas objektif. 2. Hubungan rekaan dengan kenyataan tidaklah berlangsung secara keseluruhan, tetapi berhubungan antara bagian rekaan dengan bagian kenyataan. 3. Kondisi kehidupan sosial budaya seperti dalam kenyataan realitas objektif tidaklah terpilah-pilah sebagai kondisi ekonomi semata, atau kondisi agama, kondisi politik, kondisi hankam.

4 Wahyudi Siswanto. Pengantar Teori Sastra. (Jakarta:Grasindo. 2008). Hlm. 188 5 Ibid. Hlm. 120-121

7

4. Besar atau kecil hubungan antara kenyataan drama dengan realitas objektif tidaklah dapat dijadikan tolok ukur berhasilnya atau gagalnya sebuah karya drama. 5. Unsur drama yang berhubungan dan penting ditelusuri hanyalah unsur isi drama, yaitu penokohan, alur, peristiwa, dan motif, latar dan ruang, serta konflik. 6. Secara garis besar ada dua metode yang dikembangkan dalam meninjau hubungan kenyataan drama dengan kenyataan realitas objektif. Pertama, dari perumusan permasalahan dunia rekaan ditelusuri ke permasalahan yang terdapat dalam realitas objektif. Kedua, dari rumusan permasalahan realitas objektif ditentukan permasalahan dalam drama.

Pendekatan mimetik dilakukan dalam penelitian ini karena data yang dihasilkan dari naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya dalam penelitian ini akan dihubungkan dengan realitas di masyarakat.

2. Metode Penelitian Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.6 3. Teknik Pengumpulan Data Agar memperoleh data yang sesuai dengan tema penelitian, diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan objek penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data menggunakan kajian kepustakaan dengan mengacu pada buku-buku, artikel, dokumen lain yang berhubungan dengan naskah drama dan nilai moral. a. Teknik Inventarisasi

Melakukan pencarian dan pengumpulan data yang medukung penelitian mengenai nilai moral dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya.

6 Juliansyah noor. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 33-34

8

b. Teknik Baca Simak Dilakukan dengan membaca sumber dan data yang berkaitan dengan penelitian nilai moral dan drama. c. Teknik Pencatatan Setelah melakukan teknik baca simak dan inventarisasi hasil yang di dapat dicatat untuk mengisi dan melengkapi data-data mengenai nilai moral dan drama. H. Teknik Analisis Data Metode Analisis Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang melibatkan sejumlah besar gejala sosial. Dengan metode ini peneliti akan menemukan unsur intrinsik dan nilai moral dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya. Unsur yang dianalisis dalam drama ini adalah tema, penokohan/perwatakan, plot/alur, setting, dialog, amanat, kemudian peneliti akan mendeskripsikan tentang bergesernya pemahaman nilai moral dan degradasi moral dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya. Langkah selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan bagaimana implikasi nilai moral naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Nilai Moral 1. Pengertian Nilai

Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia dalam menjalani kehidupan, baik dalam bermasyarakat maupun keilmuan. Istilah nilai dalam bidang filsafat dipakai untuk menunjuk kata benda abstrak yang artinya “keberhargaan” (Worth) atau kebaikan (Goodness), kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.1

Nilai menurut Kamus Poerwadarminto (dalam Kabul Budiyono) berarti: sifat- sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. 2

Diketahui bahwa nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik lahir maupun batin. Bagi manusia, nilai dijadikan landasan untuk berperilaku dan menentukan keputusan baik disadari maupun tidak.

Menurut pandangan Notonagoro ada tiga macam nilai pokok yaitu :1) Nilai material, apabila ia berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan (beraktivitas). 2) Nilai keindahan, yang bersumber pada unsur rasa (eststis) manusia. 3) Nilai Religius, yang bersumber pada kepercayaan manusia dengan disertai penghayatan melalui akal dan budi nuraninya.3

Berdasarkan beberapa definisi nilai di atas dapat dikatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga dan berguna bagi manusia. Sesuatu dikatakan bernilai jika memiliki fungsi yang baik bagi kehidupan manusia. Meskipun kata nilai hanyalah

1 Kaelan M. S, Pendidikan Pancasila, (:Paradigma,2008) 2 Kabul Budiyono, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Alfabeta,2010). Hlm. 139 3 Ibid. Hlm. 142

9

10

sebuah kata yang abstrak dan tidak nyata ataupun konkret, namun dalam menetapkan perbuatannya, manusia menjadikan nilai sebagai suatu motivasi dan tolok ukur, menggunakan budi nuraninya dengan dibantu akal, indera, perasaan, kehendak dan keyakinan.

2. Pengertian Moral

Setiap perbuatan manusia pasti memiliki ukuran dalam segi baik dan buruk, hal itu biasa disebut dengan moral. Moral menurut Kamus Poerwodarminto (dalam Kabul Budiyono) berarti: ajaran tentang baik-buruknya perbuatan dan kelakuan (akhlak,kewajiban dan sebagainya).4

Menurut Franz Magnis Suseno, kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia.5Ukuran baik buruk ini menggunakan acuan baik buruknya manusia, bukan baik buruknya manusia yang memiliki peran seperti satpam, penjual, atau pembeli. Sedangkan Bertens memberikan definisi moral yaitu nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.6

Secara umum menurut Nurgiyantoro, moral menunjukan pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti, susila.7 Moral memberikan aturan kepada manusia bagaimana ia harus hidup, bertindak sebagai manusia yang baik, melakukan kewajibannya dan menghindari hal-hal yang buruk.

Dari beberapa definisi di atas terdapat kesamaan inti dari moral, bahwa nilai moral merupakan suatu ajaran untuk mengukur baik buruk tingkah laku manusia, agar dapat menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila sesama manusia. Ciri-ciri manusia yang memiliki kesadaran moral adalah ia akan selalu berpegang teguh

4 Ibid. Hlm. 140 5 Franz Magnis Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta:Kanisius, 1987). Hlm. 19 6 K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007), hlm.7 7 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Press). Hlm. 429

11

pada nilai-nilai yang diyakini sekalipun tidak ada orang lain yang mengawasinya karena keyakinan tumbuh dalam dirinya dan tanpa paksaan dari siapapun.

Moral dalam sastra merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca. Istilah bermoral misalnya, tokoh bermoral tinggi, berarti memunyai pertimbangan baik dan buruk yang terjaga dengan penuh kesadaran. Namun tidak jarang pengertian baik buruk itu sendiri dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. Artinya hal baik yang dipandang baik oleh orang yang satu atau bangsa pada umumnya, belum tentu sama bagi orang yang lain atau bangsa lain. 8

B. Hakikat Naskah Drama 1. Pengertian Drama Drama ditulis oleh pengarangnya tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk dinikmati secara artistik imajinatif oleh pembacanya, namun mesti diteruskan untuk dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan. Kekhususan drama inilah yang menyebabkan pengertian drama sebagai suatu genre sastra lebih terfokus sebagai suatu karya yang lebih berorientasi pada seni pertunjukan dibanding sebagai genre sastra. Drama atau sandiwara adalah seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan seseorang dengan menggunakan ;aku jasmani dan ucapan kata-kata. 9Kata drama berasal dari kata Yunani draomai (Haryamawan,1988,1, dalam Hasanuddin) yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi dan sebagainya, jadi drama berarti perbuatan atau tindakan. 10 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia drama adalah komposisi syair atau prosa yang diharapkan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan; cerita atai kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Jika dalam novel, watak maupun konflik dipaparkan melalui narasi yang dibuat oleh

8 Ibid. Hlm. 429 9 Rendra, Seni Drama untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press). Hlm. 73 10 Hasanuddin, Drama Karya Dalam Dua Dimensi, (Bandung:Angkasa, 1996). Hlm. 2

12

pengarang, maka dalam drama watak maupun konflik dijelaskan melalui dialog- dialog para tokoh. Meskipun berbentuk dialog, dilihat dari kemungkinan untuk dipentaskan ada naskah yang dapat dan akan menarik perhatian orang jika dipentaskan yang disebut drama pentas atau drama saja, dan banyak pula yang tidak memberikan kemungkinan untuk dipentaskan dan disebut sebagai drama baca.11

Drama, like poetry and fiction, is an art of words-mainly words of dialogue. People talking is the basic dramatic situation. The talk may be interrupted by wordless activity-sword-play, love-making-but such activity will derive its significance from its context of dialogue. If not, we are deadling with pantomime and not with drama.12 (Drama, seperti halnya puisi dan fiksi, drama merupakan sebuah seni yang terdiri dari kata-kata, dan hal tersebut berupa dialog. Dialog antar masyarakat adalah situasi yang paling mendasar dari drama. Pembicaraan tersebut dapat diganggu oleh aktivitas tanpa selain kata-kata seperti penggunaan pedang, dan percintaan. Namun aktivitas di atas dapat membawa cerita secara signifikan dari konteks cerita. Jika tidak, lakukanlah pantomim dan bukan dengan drama).

Menurut Ferdinan Brunetiere dan Balthazar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku.13Misalnya pengarang ingin menggambarkan sebuah kondisi kehidupan yang keras disebuah lokasi tertentu, pengarang dapat memberikan gambaran situasi melalui dialog yang menggunakan kosa kata tingkat bawah.

Dari beberapa definisi drama di atas dapat disimpulkan bahwa drama adalah sebuah karya sastra yang dapat dipertontonkan dengan gerak-gerik dan dialog yang melukiskan sifat dan sikap manusia dalam masyarakat.

11 Melani Budianta, dkk, Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi, (Magelang: Indonesia Tera, 2006), hlm. 112. 12 Nine Plays, Modern Drama, (Boston: Little, Brown and Company, 1962). Hlm. ix 13 Hasanuddin, Op. Cit., hlm. 2

13

2. Unsur Intrinsik Drama

Jika dibandingkan dengan fiksi, maka unsur intrinsik drama dapat dikatakan “kurang sempurna”. Di dalam drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita, sebagaimana terdapat di dalam fiksi. Di dalam fiksi, unsur pemaparan dan pembeberan merupakan sarana ampuh pengarang dalam mengembangkan daya imajinasinya dalam membentuk satuan-satuan peristiwa. Dengan begitu, alur di dalam fiksi terasa lebih mengalir, menyentuh wawasan dan dataran yang lebih tak terbatas jika dibandingkan dengan karya drama. Namun begitu, tidaklah berarti bahwa dengan hilangnya unsur pemaparan dan pembeberan, drama menjadi karya yang terbatas sama sekali. Justru aspek ini jugalah letak kekuatan karya drama.

Unsur drama sebagai seni pertunjukan adalah plot, karakterisasi, dialog, tata artistik, dan gerak. Sedangkan unsur-unsur teks drama hampir sama dengan prosa rekaan yaitu.

a. Tema Tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukakan pengarang dalam karyanya.14 Tema merupakan gagasan sentral yang mmenjadi dasar tolak penususnan dan yang sekaligus menjadi sasaran atau tujuan karangan itu.15 Dalam tema boleh dikatakan belum terlihat kecenderunagn pengarang untuk memihak. Oleh karena itu, masalah apa saja dapat dijadikan tema dalam cerita atau karya sastra.16 Kategori tema berdasarkan tingkat keutamaannya, yaitu ada tema utama dan tema tambahan.17 Sebuah karya (drama) memungkinkan memiliki tema lebih dari satu interpretasi. Menentukan tema pokok merupakan aktivitas memilih, mempertimbangkan, dan menilai, diantara sejumlah makna yang ditafsirkan ada dalam kerya sastra bersangkutan. Makna cerita pada bagian tertentu dapat dikatan sebagai makna bagian atau

14 Hasanuddin, Op. Cit., hlm. 103 15 Ni Nyoman Karmini, Teori Pengkajian Prosa Fiksi dan Drama, (: Pustaka Larasan,2011). Hlm. 45 16 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008). Hlm. 169 17 Ni Nyoman Karmini, Op.Cit., Hlm. 51

14

makna tambahan. Makna-makna tambahan inilah yang disebut sebagai tema tambahan atau tema minor. Tema minor ini merupakan tema yang mendukung dan mempertegas eksistensi makna utama sebuah cerita atau tema utama merangkum berbagai makna tambahan dalam sebuah cerita.18 b. Tokoh dan Penokohan Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.19 Tokoh-tokoh yang dihadirkan pengarang, untuk dapat membangun persoalan dan menciptakan konflik- konflik, biasanya melalui peran-peran tertentu yang harus mereka lakukan. Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita. Tokoh-tokoh dalam sebuah cerita dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus sesuai dengan posisi seorang tokoh. Dalam Nurgiyantoro tokoh dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain.

1. Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan Tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita adalah tokoh utama.tokoh ini yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Kemudian tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya dimunculkan sesekali atau beberapa kali dalam cerita.20 2. Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero tokoh (dalam Nurgiyantoro). Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh

18 Ibid. 19 Wahyudi Siswanto, Op.Cit., Hlm. 163 20 Nurgiyantoro, Op. Cit., hlm. 259

15

yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tidak langsung, bersifat fisik ataupun batin. Tokoh antagonis yang lebih akrab dikenal orang adalah tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik. 21 3. Tokoh sederhana dan Tokoh bulat Tokoh sedeerhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu watak tertentu saja. Sifat, sikap dan tingkah laku tokoh sederhana bersifat datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu misalnya “ia seorang yang miskin, tetapi jujur” atau “ia seorang yang kaya tetapi kikir”. Tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat saja memiliki watak tertentu yang dapat bermacam-macam, bahkan mungkin tampak bertentangan dan sulit ditebak. 22 4. Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang Tokoh statis adalah tokoh cerita yang tidak mengalami perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa yang terjadi. Dalam tokoh statis dikenal adanya tokoh hitam (sebagai tokoh jahat) yaitu tokoh yang statis hitam atau yang hitam tidak pernah berunsur putih sejak awal hingga akhir cerita dan ada tokoh statis putih (tokoh baik) tokoh yang statis putih atau yang putih tidak pernah berunsur hitam sejak awal hingga akhir cerita. 23 5. Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit keadaan individualitasnya dan lebih banyak ditonjolkan pekerjaan atau kebangsaannya. Tokoh tipikal menggambarkan pencerminan atau penunjukan terhadap sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga.

21 Ibid., hlm. 261 22 Ibid., hlm. 265 23 Ibid., hlm. 272

16

Tokoh netral adalah tokoh cerita yang c. Alur (Plot) Menurut Abrams dalam Melani Budianta mengatakan alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.24 Dalam Hasanuddin mengatakan alur atau plot ialah hubungan antara satu peristiwa atau sekelompok peristiwa dengan peristiwa yang lain. Alur sebagai rangkaian peristiwa-peristiwa atau sekelompok peristiwa yang saling berhubungan secara kausalitas akan menunjukan kaitan sebab-akibat. Alur yang baik adalah alur yang memiliki sebab-akibat sesama peristiwa yang ada di dalam sebuah (teks) drama.25 Jadi dapat dikatakan bahwa alur merupakan serangkaian peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Aristoteles (dalam Nurgiyantoro) mengemukakan bahwa sebuah plot haruslah terdiri dari tahap awal (Beginning), tahap tengah (middle), tahap akhir (end). Tahap awal, tahap awal sebuah cerita biasanya disebut sebagai tahap perkenalan. Tahap perkenalan pada umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya. Tahap tengah, tahap tengah cerita yang dapat juga disebut sebagai tahap pertikaian menampilkan pertentangan dan atau konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi semakin meningkat, semakin menegangkan. Tahap akhir, tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut tahap pelarian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita atau menyarankan pada hal bagaimanakah akhir sebuah cerita. d. Latar Cerita Latar merupakan permasalahan drama sebagai karya fiksionalitas yang secara samar diperlihatkan penokohan dan alur. Jika

24 Melani Budianta, Op. Cit., hlm. 159 25 Hasanuddin, Op. Cit., hlm. 90

17

permasalahan drama sudah diketahui melalui alur atau penokohan, maka latar dan ruang memperjelas suasana tempat, serta waktu peristiwa itu berlaku. Latar dan ruang di dalam drama memeperjelas pembaca untuk mengidentifikasikan permasalahan drama.26Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.27 Dalam karya sastra, latar tidak mesti realitas objektif, tetapi bisa jadi realitas imajinatif. Artinya latar yang digunakan hanya ciptaan pengarang, yang kalau dilacak kebenarannya tidak akan bertemu sebagaimana diceritakan.28 Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial-budaya. 1. Latar Tempat Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas. Latar tempat yang tanpa nama jelas biasanya hanya berupa penyebutan jenis dan sifat umum tempat-tempat tertentu, misalnya desa, sungai, jalan, hutan, kota kecamatan, dan sebagainya. Untuk dapat mendeskripsikan suatu tempat secara meyakinkan pengarang perlu menguasai medan. 2. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

26 Hasanuddin, Op. Cit., hlm. 94 27 Nurgiyantoro, Op. Cit., hlm. 303 28 Atmazaki, Ilmu Sastra dan Terapan, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1990), hlm. 62

18

3. Latar Sosial-Budaya Latar sosial-budaya menunjuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual. Disamping itu latar ini juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas. 29 e. Gaya Bahasa Bahasa dalam karya sastra dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya unsur bahan, alat dan sarana yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih” daripada sekadar bahannya itu sendiri.30 Bahasa dapat menjadi sarana pengungkapan sastra. Dalam sastra, gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa.31 Dalam Hasanuddin, gaya bahasa dikelompokan menjadi empat jenis, yaitu. a. Gaya bahasa perbandingan terdiri dari beberapa macam seperti, metafora, personifikasi, dan asosiasi. b. Gaya bahasa sindiran terdiri dari beberapa macam seperti ironi, sarkasme, dan sinisme. c. Gaya bahasa penegasan terdiri dari pleonasme, repetisi, dan retoris. d. Gaya bahasa pertentangan seperti paradoks dan antitesis.32 C. Hakikat Sosiologi Sastra 1. Pengertian Sosiologi Sastra Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari akar kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) yang bermakna masyarakat dan ‘logi’ atau logos yang artinya ilmu.33 Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu

29 Ibid., hlm. 322 30 Ibid., hlm. 364 31 Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Hlm. 61 32 Hasanuddin, Op. Cit., hlm. 100 33 Ekarini Saraswati, Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal, (Malang: UMM Press). Hlm 2

19

pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra dari akar kata sas (sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik. 34 Sebagai produk budaya yang berupa tulisan bermedia bahasa, sastra tidak lepas dengan genetisnya, yaitu manusia sebagai pengarang. Sastra eksis karena ada manusia yang menulisnya (penulis), dan penulis itu hidup dalam sistem sosial masyarakat yang menjadi kajian sosiologi. Oleh karena itu sastra selalu hidup dan dihidupi oleh masyarakat sebagai produk budaya. 35 Dengan demikian, sosiologi sastra di sini objek kajian utamanya adalah sastra, yang berupa karya sastra, sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami gejala sosial yang ada di dalam sastra, baik penulis, masyarakat yang digambarkan, dan pembaca sebagai individu. Kajian sosiologi sastra ini mengutamakan analisis karya sastra sebagai bahan penelaahan. Metode yang dipergunakan dalam sosiologi sastra ini adalah analisis karya sastra untuk mengetahui strukturnya, yang kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial di luar sastra. Inilah yang oleh Damono (1979) (dalam Heru Kurniawan : sosiologi sastra) disebut sastra menjadi fenomena pertama. Artinya, analisis sosiologi dalam struktur karya sastra dilakukan untuk memahami dan memaknai struktur sosial masyarakat di luarnya.36 D. Pembelajaran Sastra Pembelajaran sastra dapat diterapkan disemua jenjang sekolah mulai dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi yang tentunya harus disesuaikan dengan kompetensi yang hendak dicapai. Pendidikan sastra adalah pendidikan yang mencoba mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif sastra.37 Dalam pembelajaran sastra peserta didik dapat diajak untuk terlibat

34 Nyoman Kuta Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2009). Hlm, 1 35 Heru Kurniawan, Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012). Hlm. 6 36 Ibid., hlm. 13 37 Wahyudi Siswanto, Op.cit., Hlm. 168

20

langsung dalam proses pembelajaran seperti, membaca, memahami, menganalisis, dan menikmati karya sastra secara langsung. Sastra sesungguhnya dapat memperhalus perasaan dan jiwa peserta didik. Melalui sastra, mereka akan mengenal hidup, toleran dan anti kekerasan.38 Ketepatan dalam pengajaran sastra tersebut dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta, rasa dan menunjang pembentukan watak.39 E. Penelitian yang Relevan Penelitian relevan digunakan untuk menghindari adanya praktik plagiarisme. Untuk menghindari hal tersebut penulis akan paparkan beberapa penelitian sebelumnya untuk dijadikan perbandingan. Skripsi berjudul “Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya dalam Perspektif Pementasan” merupakan skripsi karya Ajeng Herlin Listyaningrum mahasiswa Fakultas Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang tahun 2015. Penelitian tersebut memaparkan tentang struktur naskah drama Cipoa dalam perspektif pementasan. Hasil penelitian tersebut yaitu, terdapat perbedaan pada naskah yang dipentaskan. Sebuah naskah yang dipentaskan akan mengalami perbedaan, perbedaan tersebut dapat berupa perubahan, pengurangan, penambahan dialog maupun adegan, atau adanya parodi tokoh. 40 Berdasarkan penelitian oleh Ajeng Herlin Listyaningrum dengan yang penulis lakukan memiliki perbedaan dari segi subjek yang diteliti. Selanjutnya penelitian dari jurnal berjudul “Struktur Kepribadian Tokoh Tivri Dalam Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya” karya Rahmayanti mahasiswa UNTAD (Universitas Tadulako Sulawesi Tengah) tahun 2016. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui atau mendeskripsikan struktur kepribadian tokoh Tivri dalam nakah drama Cipoa karya Putu Wijaya. Hasil dari penelitian tersebut adalah

38 Taufik Ismail, Pelajaran Bahasa Indonesia Harus Tekankan Apresiasi Sastra, (Kompas, 2001), Hlm. 9 39 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta:Kanisius, 1998), Hlm. 16 40 Ajeng Herlin Listyaningrum , http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra- indonesia/article/view/47370 , Skripsi berjudul: “Naskah drama Cipoa Karya Putu Wijaya dalam Perspektif Pementasan”, 2015, hlm. i

21

dapat diketahui bahwa kepribadian tokoh Tivri yang dipengaruhi oleh id adalah kemauan untuk memiliki bongkahan emas, ego yaitu sikap Tivri yang mematuhi Juragan untuk tidak memberitahukan kepada para pekerja bahwa harta karun telah ditemukan dan super ego adalah Tivri yang akhirnya menyadarkan Juragan untuk tidak berkata bohong lagi.41 Berdasarkan beberapa penelitian relevan tersebut dapat diketahui bahwa belum ditemukan penelitian lain yang sama dengan penelitian yang penulis lakukan.

41 Rahmayanti, http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/7694, diunduh pada tgl 15-02-2017

BAB III

BIOGRAFI TOKOH

A. Biografi Putu Wijaya Dibesarkan dalam lingkungan keluarga puri, I Gusti Ngurah Putu Wijaya yang lahir pada tanggal 11 April 1944 di Puri Anom, Saren, Kanginan, Tabanan, merupakan anak ketiga sekaligus anak bungsu dari I Gusti Ngurah Raka dan Mekel Erwati. Dari ibunya sendiri yang merupakan istri kedua ayahnya Putu Wijaya mempunyai seorang abang, yaitu I Gusti Ngurah Oke Winartha, dan seorang kakak Ni Sagung Rai Wiratni. Dari ibu yang lain yang merupakan istri pertama ayahnya Putu mempunyai seorang abang, yaitu I Gusti Ngurah Degi.1 Ketertarikan Putu terhadap sastra dimulai ketika kelas 3 atau 4 SD, Putu menunjukan bakatnya dalam mengarang walaupun belum sepenuhnya menggunakan karangan sendiri. Putu masih berimprofisasi dengan cerita karya orang lain dengan cara masukan cerita yang sudah ada “Misalnya ketika kelas 3 atau 4 SD, biasanya kalau disuruh bercerita kita pasti akan menceritakan dongeng yang sudah ada. Tetapi saya tidak, saya ngarang cerita. Ketika saya harus mendongeng di depan kelas, saya nggak ngikutin cerita yang biasa itu. Cerita yang sudah ada saya belok-belokan”.2 Saat memasuki jenjang SMP Putu mulai mahir menulis , Putu sudah memperlihatkan bakatnya dalam mengarang dengan menulis cerpen yang pertama kali dikoran lokal Seluruh Indonesia dengan judul Etsa yang terinspirasi dari sajak Oto Sudarto Bachtiar. Tidak hanya terinspirasi karya itu, Putu mulai menggunakan imajinasinya untuk mengarang dengan membuat cerita dengan judul Mimbar Indonesia, yang berisikan apa yang Putu lihat dan imajinasikan dan cerita dengan judul Firasat. Ketika memasuki masa SMA di Singaraja Putu mulai terjun dalam kegiatan sandiwara. Berawal ketika sekolahnya mempunyai proyek untuk membuat

1 Sri Rahayu Prihatmi, Karya-karya Putu Wijaya Perjalanan Pencarian Diri, (Jakarta: Grasindo. 2001). Hlm. 93 2 Majalah Sarinah, Mengarang Itu Berjuang, 28 Januari-10 Februari 1991. Hlm. 85

21

22

malam kesenian dan ingin mementaskan drama yang disutradarai oleh Kirdjomuljo, saat itu Putu dipilih untuk bermain peran. Sejak saat itu Putu mulai sering bermain drama dengan banyak judul, salah satunya drama Anton Chekov dengan judul “Badak”. Setelah selesai SMA, ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta (1972-1978). Selain kuliah di Fakultas Hukum UGM ia juga mempelajari seni lukis di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI), drama di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi), dan meningkatkan kegiatannya bersastra. Dari Fakultas Hukum UGM, ia meraih gelar sarjana hukum (1969), dari Asdrafi ia gagal dalam penulisan skripsi, dan dari kegiatan berkesenian ia mendapatkan identitasnya sebagai seniman. Selama bermukim di Yogyakarta kegiatan sastranya lebih terfokus pada teater. Ia pernah tampil bersama Bengkel Teater pimpinan W.S. Rendra dalam beberapa pementasan, antara lain dalam pementasan Bip-Bop (1968) dan Menunggu Godot (1969). Ia juga pernah tampil bersama kelompok Sanggar Bambu. Selain itu ia juga (telah berani) tampil dalam karyanya sendiri yang berjudul Lautan Bernyanyi (1969). Ia adalah penulis naskah sekaligus sutradara pementasan itu. Setelah kira-kira tujuh tahun tinggal di Yogyakarta, Putu pindah ke Jakarta. Di Jakarta ia bergabung dengan Teater Kecil asuhan sutradara ternama Arifin C. Noer dan Teater Populer. Disamping itu, ia juga bekerja sebagai redaktur majalah Ekspres (1969). Setelah majalah itu mati, ia menjadi redaktur majalah Tempo (1971-1979). Bersama rekan-rekannya di majalah Tempo, Putu mendirikan Teater Mandiri (1974). Adapun konsep teaternya adalah teror mental. Baginya, teror adalah pembelotan, pengkhianatan, kriminalitas, tindakan subversif terhadap logika-tapi nyata. Teror tidak harus keras, kuat, dahsyat, menyeramkan; bahkan bisa berbisik, mungkin juga sama sekali tidak berwarna. Ia menegaskan, “teater bukan sekadar bagian dari kesusastraan, melainkan suatu tontonan”. Naskah sandiwaranya tidak dilengkapi petunjuk bagaimana harus dipentaskan. Agaknya, memberi kebebasan bagi sutradara lain menafsirkan.3

3 Tokoh Indonesia, http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/176- sastrawan-serba-bisa. Diunduh pada tanggal 26-02-2016

23

Tahun 1973 selama 7 bulan tinggal di Ittoen, Jepang dan selama itu ia ikut bertani dan berkeliling bersama rombongan sandiwara mereka. Tahun 1974 mendapat kesempatan mengikuti International Writing Program di Lowa Amerika. Tahun 1975 ikut bermain drama dalam festival teater sedunia di Nancy, Perancis dengan bantuan himpunan drama setempat yang bernama Temps Fort. 4 Ia mempunyai pengalaman bermain drama di luar negeri, antara lain dalam Festival Teater Sedunia di Nancy Prancis (1974) dan dalam Festival Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985). Ia juga membawa Teater Mandiri berkeliling Amerika dalam pementasan drama Yel dan berpentas di Jepang (2001). Selain menekuni dunia teater dan menulis, Putu juga menjadi sutradara film dan sinetron serta skenario sinetron. Film yang disutradarainya ialah film Cas Cis Cus, Zig Zag, dan Plong. Sinetron yang disutradarainya ialah Dukun Palsu, PAS, None, Warteg, dan Jari-jari. Skenario yang ditulisnya ialah , , Serta . Ketiga skenario itu memenangkan Piala Citra. Pada 1977, ia menikah dengan Renny Retno Yooscarini alias Renny Djajusman yang dikaruniai seorang anak, Yuka Mandiri. Pernikahannya tidak berlangsung mulus dan Putu memutuskan untuk berpisah dengan Renny Djajusman tahun 1984. Tetapi ia tidak lama menduda. Pertengahan 1985, ia menikahi gadis sunda, Dewi Pramunawati, karyawati majalah Medika. Bersama Dewi, Putu Wijaya selanjutnya hidup di Amerika Serikat selama setahun dan memiliki anak bernama Taksu. Dalam karirnya di Indonesia Putu pernah menorehkan beberapa prestasi, Putu mengawali karirnya dengan memenangkan sayembara penulisan naskah sandiwara DKJ. Dewan juri yang terdiri dari Haryadi S. Hartowardoyo, Goenawan Mohamad, Taufiq Ismail, Pramono Padmodarmoyo dan Syu’bah Asa telah menetapkan pertimbangan mereka sbb : pemenang ke-1, naskah “Dag Dig Dug” oleh Putu Wijaya, pemenang ke-2 “Aduh”, juga oleh Putu Wijaya.5 Selain memenangkan sayembara penulisan naskah sandiwara DKJ, Putu Wijaya pernah

4 Waspada, Album Seniman, (Medan: 1976). 5 Sinar Harapan, Putu Wijaya Menang Lagi, 1954. Hlm. 8

24

mendapatkan penghargaan Dharma Kusuma tahun 1997 dari Pemda Bali. Penghargaan itu, kata Kepala Dinas Kebudayaan Bali Drs. IB. Pengdjdja, merupakan wujud pengakuan atas jasa, prestasi dan karya seni para pembina, seniman, budayawan, dan ilmuwan. Sebagai orang teater, Putu Wijaya lewat karya- karyanya,dianggap berjasa dalam mengembangkan budaya Bali. Putu Wijaya telah menuliskan kurang lebih 30 buah novel, 40 naskah drama, 1000 buah cerpen, ratusan esei. Diantara karyanya itu, yang dinilai berhubungan dengan budaya dan masyarakat Bali yakni film Anak-anak Bangsa (Nyoman dan Presiden), Cas Cis Cus, Zig-zag, Plong dan sinetron Api Cinta Antonio Blanco.6 Pada tahun 2005 Putu juga mendapatkan penghargaan Satya Lencana Bidang Kesenian dari Pemerintah Republik Indonesia.7 B. Sinopsis Drama Cipoa Drama Cipoa menceritakan tentang kehidupan para penambang yang diperintahkan oleh Juragan untuk mengeksplorasi pertambangan mencari bongkahan emas. Berawal di depan tambang, Tivri meniup peluit agar para pekerja keluar dari tambang. Setelah para pekerja meninggalkan tambang, datanglah juragan, Alung dan istrinya sambil berteriak dengan dalih ada gempa dengan kekuatan enam koma sembilan skala richter agar Tivri pergi meninggalkan tambang tersebut dan mereka bisa mencari emasnya sendiri. Mereka bertiga bermaksud untuk menjual emas yang telah ditemukan kepada orang asing agar para pekerja tidak mengetahuinya dan terus bekerja mencari harta yang lain. Tetapi secara tidak sengaja para pekerja melihat juragan menjual harta tersebut kepada orang asing, para pekerja ingin membalas juragan dengan cara mencari harta sendiri, kemudian di jual dan mereka nikmati sendiri hasilnya. Niat tersebut malah berbalik merugikan para pekerja karena juragan mengetahui kalau para pekerja telah menemukan batu besar yang sebenarnya itu adalah emas yang disamarkan menyerupai batu. Karena dikiranya itu batu kemudian Juragan menjualnya kepada orang asing dengan harga batu.

6 Harian Republika, Putu Wijaya Dapat Penghargaan dari Pemda Bali, (12 Agustus 1997). Hlm. 19 7 Koran C & R, Satya Lencana untuk Putu Wijaya, (Jakarta: 2005). Hlm. 34

25

Akhirnya semua merasa menyesal tidak mengakui bahwa itu adalah emas yang sangat besar, tetapi terlanjur dijual oleh juragan dengan harga batu. Semua pekerja pun jatuh pingsan satu persatu dan menimbulkan penyesalan karena telah saling menipu dan mengakibatkan kerugian untuk semua orang.

BAB IV PEMBAHASAN

A. Unsur Intrinsik Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya 1. Tema Setiap karya sastra selalu memiliki tema yang merupakan pangkal dari isi cerita yang dipaparkan. Tema merupakan ide yang mendasari suatu cerita/gagasan penulis melalui karya sastra.Dalam sebuah drama terdapat banyak peristiwa yang masing- masingnya mengemban permasalahan, tetapi hanya ada sebuah tema sebagai intisari dari permasalahan-permasalahan tersebut. Permasalahan ini bisa juga muncul melalui perilaku para tokoh. Tema-tema yang kerap diangkat oleh Putu Wijaya ialah kritik-kritik sosial, dengan mengangkat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Indonesia khususnya tentang kebobrokan mental bangsa Indonesia yang semakin hari semakin terkikis karena keserakahan masyarakatnya, baik di kalangan pemimpin negeri sampai di kalangan masyarakat biasa. Untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka melakukan segala cara tanpa memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Karya-karya Putu Wijaya berisi protes terhadap fenomena sosial yang terjadi di Indonesia namun dikemas secara cerdas sehingga tidak terlihat mengintimidasi suatu golongan, tidak mengejek, juga tanpa memihak. Tiap adegannya berjalan tangkas, kadang meletup, diselingi humor cerdas khas Putu Wijaya. Hal tersebut terlihat dalam karyanya seperti Cipoa dan Aduh, juga dituangkan oleh Putu Wijaya dalam salah satu ungkapannya “menggorok leher tanpa menyakiti.” Drama Cipoa ini memiliki tema mayor dan minor. Tema mayor dalam naskah drama Cipoa adalah hubungan antarmanusia yang cenderung saling memperdaya atau saling menipu. Tema tersebut muncul melalui melalui kisah Juragan yang ingin memiliki emas hanya bersama Alung (bawahannya) dan istrinya sehingga ia tidak memberitahu kepada para pekerja bahwa ia telah menemukan emas. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

26

27

Juragan : Berhasil!!!! Ketemu!!!! Istri : Ya tuhan, berhasil! Istri pingsan Alung : Astaga ternyata ramalan Mbah Joyo beneran!! Juragan : Cepat tolong! Jangan bengong! Nanti ketahuan!1 Juragan : Awas jangan sampai ketahuan! Istri : (Terharu dan menangis) Ya Tuhan, Pak, aku sudah bosan miskin. Kita kaya-raya sekarang Pak! Menangis tersedu Juragan : Jangan ribut2

Kutipan di atas merupakan peristiwa ketika ketiga tokoh menemukan emas tanpa sepengetahuan para pekerja. Dialog Juragan memperlihatkan sikap merahasiakan dan penuh kewaspadaan agar para pekerja tidak mengetahui emas yang telah mereka temukan. Dialog Istri Juragan dan Alung menggambarkan kebahagiaan dan terkejut melihat emas yang telah ditemukan Juragan. Dalam keadaan senang, juragan merasa khawatir jika para pekerja melihat emas yang telah ia temukan. Berkali-kali Juragan mengatakan “jangan sampai ketahuan” mengindikasikan bahwa juragan sangat tidak ingin ada pekerja lain yang menemukan emas yang telah ditemukan. Peristiwa ini digambarkan melalui suasana heboh, terkejut, dan bahagia. Peristiwa ini terletak di antara peristiwa para pekerja sudah selesai bekerja yang emosi karena ejekan Tivri (sebelum peristiwa pada kutipan di atas) dan peristiwa ketika Tivri memergoki Juragan, Istri dan Alung telah menemukan emas. Seperti dijelaskan pada kutipan berikut: Tivri : Lho, lho apa-apaan ini? Istri : Waduh sialan, kita ketahuan, Pak.3 [...] Istri : Harus dikatakan dengan cara lain, Pak. Pak Tivri ini memang harta karun yang kita cari itu tapi...”

1 Naskah Drama Cipoa karya Putu Wijaya, 2006, hlm. 4 2Ibid., hlm. 5 3Ibid., hlm 6

28

Juragan :Tapi kalau sampai ketahuan semua orang, nanti pasti ribut. Akhirnya semuanya mau minta bagian. Harta ini akan diperebutkan. Kalau sudah pembagian harta biasanya mana ada yang merasa adil. Dalam sejarah pembagian warisan selalu berakhir dengan perkelahian. Tetap saja semuanya minta lebih banyak. Jadi? 4 [...] Juragan :Sttt! Jadi demi keutuhan persatuan, sebaiknya kita bilang saja kepada mereka semua, hartanya belum ketemu, masih terus kita cari.5

Kutipan di atas menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh tokoh Juragan, dan Istri saat kepergok oleh Tivri ketika menemukan emas. Mereka berdalih dengan berbagai cara agar dapat lolos dari Tivri. Suasana pada peristiwa di atas berubah dari senang (saat menemukan emas) menjadi heboh karena kejadian ketahuannya Juragan, Alung dan Istri. Karena peristiwa ketahuannya ketiga tokoh tersebut, mereka melakukan kebohongan untuk menutupi emas tersebut. Berdasarkan kutipan di atas, apa yang dilakukan oleh Juragan tidak mencerminkan seorang pemimpin yang baik, pemimpin yang baik akan selalu amanah dalam segala hal termasuk dalam hal kejujuran. Peristiwa ini mendukung tema mayor. Setelah peristiwa di atas, kemudian terjadi peristiwa kecewanya para pekerja kepada Juragan karena telah ditipu soal emas yang baru ditemukan, sebagaimana terlihat dalam kutipan berikut: Pemimpin pekeja : Dari dulu kita ditipu, katanya harta pusaka belum ketemu padahal sudah dijual. Kalau sekarang kita jujur, harta pusaka akan kembali diambil dan dijual. Pekerja : Kalau Juragan datang, jangan bilang kita sudah menemukan harta pusaka. Tivri : Itu namanya bohong dong? Pekerja : Memang. Tapi kan untuk kebaikan.”6

4 Ibid., hlm. 8 5Ibid., hlm. 9 6Ibid., hlm 28

29

Kutipan dialog tersebut menggambarkan rasa kesal, dan jengkel para pekerja yang sudah bersusah payah mencari emas namun ternyata mereka ditipu oleh Juragan. Mereka berniat untuk membalas Juragan dengan tidak memberitahu bahwa mereka sudah menemukan emas. Juragan telah menipu para pekerja dan kini para pekerja balas menipu Juragan. Adegan ini semakin memperjelas tema mayor dalam drama Cipoa yaitu hubungan antarmanusia yang cenderung saling memperdayai. Dilihat dari tema mayor yang telah dipaparkan di atas, naskah drama ini memiliki beberapa tema minor. Tema minor pertama yaitu juragan yang mengeksploitasi bawahan. Hal itu terbukti pada kutipan berikut ini: Juragan : Jangan sampai ketahuan!7 Pekerja : Waduh kita lebih dahulu dari matahari. Bang, kenapa kita mesti datang terlalu pagi?8

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa para pekerja harus memulai bekerja sebelum matahari terbit. Memberlakukan jam mulai bekerja terlalu pagi merupakan salah satu tindakan pengeskploitasian terhadap orang lain. Juragan memperkerjakan mereka selama belasan jam tanpa memberikan imbalan yang pantas. Mereka tidak diberikan bagian ketika Juragan menemukan emas. Pengeksploitasian tersebut menyebabkan adanya rasa kesal para pekerja kepada Juragan sehingga mereka ingin melakukan balas dendam. Juragan yang pandai menipu bawahannya, ternyata dapat diperdaya pula oleh bawahannya. Tema minor yang kedua muncul ketika para pekerja memanipulasi emas yang mereka temukan menjadi batu agar tidak ketahuan oleh Juragan sebagai aksi balas dendam mereka, seperti kutipan berikut: Tivri : Tapi bagaimana bisa bohong emasnya besar begini? Pemimpin pekerja: Bohong itu paling gampang, tidak bisa habis. Siap semua! Para pekerja : Siap Pemimpin pekerja: Bim salabim berubah! emas langsung ditutupi dengan kain hitam

7 Ibid., hlm. 5 8 Ibid., hlm. 12

30

pemimpin pekerja: Dalam sekejap emas menjadi batu.

Perbuatan para pekerja ini memang suatu hal yang tidak asing. Kebanyakan manusia jika telah merasa dibohongi maka mereka merasa ingin melakukan hal sama agar yang membohongi jera berbohong. Berbeda halnya dengan peristiwa dalam drama Cipoa ini, mereka menipu juragannya hanya demi keuntungan mereka sendiri, tanpa bermaksud membuat Juragan jera membohongi mereka. Manipulasi yang dilakukan para pekerja hanya sebatas untuk kepentingan kelompok mereka, agar mereka menjadi kaya raya. Hal yang tidak baik seperti ini memang tidak pantas untuk dicontoh, namun dalam drama Cipoa ini tidak hanya menggambarkan kecurangan yang dilakukan oleh para tokohnya namun memberikan pelajaran mengenai kekompakan, kerjasama yang baik, dan semangat untuk mencapai tujuan. Seperti pada kutipan berikut ini: Pemimpin Pekerja: Karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, tidak boleh punya keragu-raguan. Kita harus tetap apa? Pekerja : Pantang Mundur! Semangat menyala-nyala!

Dari kutipan tersebut terlihat semangat para pekerja yang tidak kenal lelah untuk mendapatkan apa yang selama ini mereka cari. Meskipun pekerjaan mereka berat namun semangat mereka tetap menggebu-gebu, menjaga kekompakan, saling menyemangati, dan tidak mudah putus asa. Berdasarkan peristiwa di atas terdapat tema minor ketiga, yaitu kekompakan para pekerja untuk keluar dari kemiskinan. Tema-tema minor yang terdapat dalam drama Cipoa ini dapat mempertegas tema mayor yang telah dipaparkan terlebih dahulu yaitu mengenai hubungan antarmanusia yang cenderung saling memperdaya, sehingga tema-tema minor pun tidak jauh melenceng dari aksi tipu menipu. Namun demikian tidak hanya hal negatif yang terdapat dalam drama Cipoa ada pula hal positif yang ada dalam drama tersebut, yaitu mengenai kekompakan dalam bekerja sama dan pantang menyerah.

31

2. Latar Latar merupakan identitas permasalahan drama sebagai karya fiksi. Berbagai permasalahan tersebut tentunya memerlukan sesuatu sebagai landasan tumpu seperti dimana, kapan, dan pada kondisi budaya yang seperti apa mereka dikisahkan. Penyajian latar yang jelas dan menarik dapat memberikan nilai lebih terhadap karya sastra itu sendiri. Penyajian latar dalam drama berbeda dengan penyajian latar dalam karya sastra lain (novel atau cerpen). Dalam drama, penyajian latar seperti latar tempat tidak selalu disebutkan secara jelas oleh penulis, tetapi dapat pula melalui dialog antartokoh dan petunjuk laku. Di bawah ini akan disajikan analisis drama Cipoa karya Putu Wijaya. a. Latar Tempat Latar tempat menunjuk pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Dalam drama Cipoa Putu Wijaya tidak disebutkan langsung tempat terjadinya peristiwa, melainkan latar tempat dapat diketahui melalui dialog antartokoh dan juga petunjuk laku. Latar tempat dalam drama Cipoa yaitu di sebuah pertambangan emas. Setiap kejadian di babak pertama terjadi di dalam dan di depan pertambangan. Seperti pada kutipan berikut: Layar besar seperti bukit batu. Nampak dalam siluet banyak orang bekerja menggali dalam berbagai ukuran. Di depan nampak Tivri sang penjaga tambang masih tidur. Kabut mulai turun tanda malam akan tiba. Juragan muncul dan memperhatikan.9

Pengarang tidak menciptakan perpindahan latar tempat sebab permasalahan yang diangkat dalam drama ini seputar kehidupan para penambang yang terjadi sehari-hari. Pengarang berusaha membawa semua kejadian hanya ke satu titik tempat. Pada kutipan di atas menggambarkan kemunculan Juragan di awal cerita dalam bentuk petunjuk pemanggungan. Terlihat pada kutipan di atas, digambarkan para pekerja yang sedang bekerja menggali emas, dengan pengenalan Tivri sang penjaga tambang dan Juragan yang muncul di awal cerita. Petunjuk pemanggungan tersebut menjelaskan bahwa kejadian itu terjadi di depan dan di dalam pertambangan.

9 Ibid.,hlm. 2

32

Selain di depan pertambangan, pada babak pertama terjadi pula peristiwa di dalam pertambangan. Peristiwa tersebut yaitu: Juragan yang ada di dalam tambang dalam silhuet berhenti bekerja. Juragan : Tambahin sedikit lagi asepnya ini sudah hampir dapat. Tambahin asepnya nanti ketahuan sama mereka.10

Kutipan di atas menunjukan bahwa peristiwa tersebut terjadi di dalam pertambangan, sebab kegiatan penggalian emas pasti terjadi di dalam pertambangan, bukan di depan pertambangan. Kutipan tersebut pun secara eksplisit menyebutkan bahwa latar tempat di dalam pertambangan. Latar tempat dalam drama ini tidak hanya memperlihatkan lokasi tempat pencarian tambang saja tetapi juga setelah emas itu ditemukan. Meski hanya satu lokasi (di depan tambang) namun peristiwa yang disajikan di depan tambang sangat luas, mulai dari peristiwa pencarian emas (peristiwa sebelumnya), sampai transaksi jual beli hasil tambang. Seperti kutipan di bawah ini: Di depan tambang, nampak bongkahan emas itu ditutupi oleh kain hitam....11 Juragan : Jangan! Tidak boleh disentuh sebelum dibayar. Istri : Ada uang barang dibawa, tidak ada uang Tuan tidak boleh comot apa-apa. Pembeli kaya : Awas minggir! Mereka sudah diprogram untuk ngetes tidak bisa dibatalkan.... Pembeli kaya : Bagus-bagus. Aku bayar kontan. Ini duitnya.12

Kutipan di atas memperlihatkan semua proses kegiatan pertambangan, mulai dari pencarian emas hingga kegiatan jual beli emas pun dilakukan di area pertambangan. Hal ini dilakukan tidak hanya sebatas meminimalkan latar, namun agar setiap peristiwa dalam drama ini dapat saling berkaitan mulai dari awal cerita hingga akhir cerita. Dengan dilakukannya transaksi jual beli di area pertambangan, kebohongan Juragan hampir saja terbongkar. Maka melalui latar ini pun alur cerita

10 Ibid., hlm. 3 11 Ibid., hlm 12 12 Ibid., hlm 14-15

33

dapat berkembang menuju tahap selanjutnya. Area pertambangan ini tidak hanya menjadi latar tempat untuk mereka mencari emas, namun di area pertambangan ini pun konflik terjadi, mereka melakukan aksi tipu-menipu hingga penipuan mereka terbongkar. Seperti pada kutipan berikut ini: Pemimpin pekerja : kita tertipu lagi. Barang pusakanya ternyata sudah ketemu. Pekerja 1 : makanya Pak, jangan terlalu percaya sama si Tivri.13 (babak kedua) Semuanya bangun. Kemudian menyanyi, lalu masuk ke dalam tambang untuk bekerja. (babak ketiga)14[...] Para pekerja : Harta pusaka di tangan kita!15[...] Pekerja : Kami hanya menemukan batu Juragan. (babak keempat) Juragan : memang ini bukit batu, isinya tentu saja batu. Pembeli kaya : mana batunya? Mana batunya? [...] Pemimpin pekerja : tidak usah dites, ini hanya batu. Sumpah ini hanya batu. Juragan : awas! Pembeli kaya : Teeeesssss! ... Bagus. Ini bayar kontan [...] Juragan : kenapa belum mulai bekerja? Tivri : semuanya kena serangan jantung, Juragan karena Juragan sudah menjual harta karun itu. Juragan : harta karun apa? ... Gila kalau begini caranya, aku kapok, mulai sekarang aku perintahkan jangan ada kata bohong lagi! tidak boleh ada dusta diantara kita! semua harus jujur! Jujur krpada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada pemimpin, jujur kepada diri sendiri, jujur kepada....16[...]

Latar pada kutipan di atas masih tetap di area pertambangan. Kutipan tersebut merupakan ringkasan proses aksi tipu menipu yang dilakukan oleh para pekerja tambang. Juragan yang awalnya menipu para pekerja akhirnya mendapat balas dari para bawahannya. Secara simbolik peristiwa di atas menggambarkan kekuatan modal melawan kekuatan manusia dan alam, bagaimana modal dapat membuat

13 Ibid., hlm 16 14 Ibid., hlm 25 15 Ibid., hlm 27 16 Ibid., hlm 29-35

34

manusia mengeksploitasi alam untuk mendapatkan keuntungan. Ringkasan ini dimaksudkan untuk menguatkan bahwa latar tempat dalam drama ini hanya terpusat pada satu tempat, yaitu area pertambangan. Dari kutipan di atas pula maka dapat disimpulkan bahwa pengarang hanya memunculkan satu latar tempat dalam drama ini agar semua kejadian cerita dapat terpusat dan saling berkaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya pada babak pertama hingga babak keempat (babak akhir). b. Latar Waktu

Latar waktu menunjukan latar belakang waktu terjadinya peristiwa, adegan, dan babak itu terjadi. Dalam drama, latar waktu bisa dilakukan dengan mencermati dialog-dialog yang disampaikan oleh para tokoh dalam adegan atau dalam petujunjuk laku, misalnya analisis waktu dalam arti yang sebenarnya (siang,malam,pagi,sore) dapat pula waktu yang menunjukan sebuah musim (hujan, kemarau,dingin). Dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya terdapat latar waktu yang secara gamblang ditunjukan mulai dari awal cerita sampai penyelesaian. Pemunculan latar waktu dalam drama ini terdapat pada dialog berikut ini: a. Sore Hari Juragan : Ya Tuhan, mereka sudah hampir menemukannya.[...] Tivri : Tapi harta karun belum ketemu Juragan! Juragan : Tidak apa, berhenti dulu. Kalau terlambat keluar mereka bisa disekap dalam tambang. Nanti dikawin sama setan. Mau nggak punya keturunan kepalanya monyet? Tivri : Nggak! (ketawa lalu meniup sempritan) Oiiii sudah pukul lima, kabut sudah turun. Walau harta karun belum ketemu, berhenti semua. Kalau terlambat keluar bisa dikawin sama setan. Mau punya keturunan kepalanya Monyet?17

17 Ibid., hlm. 1

35

Pada awal cerita ini, latar waktu yang pertama kali dimunculkan oleh pengarang yaitu pukul lima sore. Pukul lima merupakan waktu yang ditetapkan oleh pengarang sebagai waktu untuk berhenti bekerja. Berdasarkan dialog “Oiiii sudah pukul lima, kabut sudah turun. Walau harta karun belum ketemu, berhenti semua. Kalau terlambat keluar bisa dikawin sama setan. Mau punya keturunan kepalanya Monyet”, para pekerja masih percaya dengan takhayul dan mistis serta mitos-mitos di sekitar masyarakat zaman dahulu. Pengarang memilih memunculkan latar waktu sore hari pada babak pertama (bagian pengenalan) karena ia bermaksud untuk menunjukan bahwa akan ada kelicikan yang dilakukan oleh Juragan, hal itu terlihat pada dialog awal Juragan yang mengatakan “Ya Tuhan, mereka sudah hampir menemukannya.” Dialog tersebut merupakan dialog pembuka pada babak pertama. Dialog tersebut menggambarkan kekhawatiran Juragan karena rahasianya akan terbongkar. Dengan demikian jika Juragan menghentikan kegiatan penambangan pada siang hari maka akan menimbulkan kecurigaan para pekerja dan Juragan tidak dapat melakukan penggalian emas (untuk dirinya sendiri). Maka, pemilihan latar waktu sore hari di awal cerita terasa sangat tepat sebab dapat memengaruhi peristiwa yang akan terjadi selanjutnya, yaitu peristiwa ketika Juragan menemukan emas. b. Malam Hari Tivri : Kabut sudah turun. Malam sudah tiba. Harta karun tetap belum ketemu tapi besok pagi semua harus tetap bekerja demi masa depan bangsa!18

Dalam kutipan dia atas menunjukan bahwa hari sudah malam, waktunya para pekerja beristirahat guna mengisi tenaga untuk kembali bekerja esok hari. Tidak hanya dalam cerita saja, dalam kehidupan nyata pun waktu malam hari memang digunakan untuk berisitirahat. Dalam kutipan di atas terkandung makna tersirat bahwa pekerjaan yang setiap hari dilakukan bukan semata untuk kepentingan diri

18 Ibid., hlm 11

36

sendiri melainkan juga untuk kepentingan bangsa. Penghasilan atau harta yang kita dapatkan tentu dikenai pajak, dari pajak itu kita dapat “membangun” negara. Dalam kutipan tersebut Tivri mengulangi ucapannya untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang masih bekerja di dalam tambang ketika malam hari, terlebih agar para pekerja tidak melihat emas yang telah ditemukan oleh Juragan. c. Pagi Hari Pekerja :Waduh kita lebih dahulu dari matahari. Bang, kenapa kita mesti datang terlalu pagi? Pemimpin Pekerja : Inilah perjuangan! Harta karun tidak akan ketemu kalau kamu malas. Pekerja : Kenapa anak buah harus selalu datang duluan, padahal Bapak Pemimpin masih kelonan sama istrinya?19

Dalam kutipan latar waktu di atas Putu Wijaya menggambarkan pagi hari adalah waktu para penambang untuk memulai bekerja. Putu Wijaya menggambarkan latar waktu pagi hari sebagai waktu untuk memulai bekerja dengan ditambahkan obrolan tentang keluh-kesah para pekerja tambang yang masih merasa lelah setelah sebelumnya bekerja keras mencari emas namun harus mulai bekerja sebelum matahari terbit. Kalimat “waduh kita lebih dahulu dari matahari.” tidak dimunculkan sebagai penanda waktu pagi hari saja, namun pengarang memberi informasi bahwa para pekerja tambang bekerja lebih awal dari para pekerja umumnya. Mereka bekerja lebih pagi dari pada para pekerja pada umumnya bahkan mereka mulai bekerja sebelum matahari muncul. Iri hati pun terlintas dalam diri mereka, meskipun demikian mereka harus tetap semangat untuk dapat menemukan emas yang selama ini mereka cari. d. Siang Hari Tivri : Sudah siang ko masih teler-teleran. Ayo cepat kerja!

Berdasarkan dialog di atas, dapat terlihat bahwa latar waktu yang ditampilkan adalah siang hari. Waktu siang hari adalah waktu yang melelahkan bagi para

19 Ibid.,hlm. 12

37

pekerja. Para pekerja seharusnya mencari emas, namun dalam kutipan di atas terlihat para pekerja sedang bermalas-malasan. Pada babak kedua (halaman 13-21) para pekerja telah mengetahui tindakan Juragan menyembunyikan emas sehingga mereka menjadi malas untuk bekerja. Sikap para pekerja itu merupakan bentuk protes mereka kepada tindakan curang yang dilakukan oleh Juragan. Latar waktu siang hari merupakan latar waktu yang lebih sering muncul dibandingkan dengan latar waktu pagi, sore, dan malam. Pemunculan latar waktu siang hari yang lebih dominan sebab aktivitas penambangan memang terjadi sepanjang siang hari. Oleh sebab itu latar waktu siang hari lebih sering muncul dibandingkan dengan latar waktu yang lainnya. Latar tempat yang hanya berpusat pada lokasi penambangan membuat cerita dalam drama ini sangat padat, sehingga dalam cerita ini menceritakan kejadian yang berlangsung selama 2 dua hari namun terdapat banyak peristiwa di dalamnya. c. Latar Sosial-Budaya Latar sosial budaya menunjuk pada hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat dalam cerita, latar ini dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Sebagai salah satu contoh, dalam latar waktu di atas pengarang memilih latar waktu sore hari (jam 5) untuk berhenti bekerja. Hal tersebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Di samping itu latar sosial budaya juga berhubungan dengan status sosial tokoh-tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, atau atas20. Dalam naskah drama Cipoa digambarkan latar sosial dan budaya para pekerja di daerah pertambangan, bahasa yang digunakan, sikap para tokoh, dan termasuk status sosial para tokohnya. Hal itu dapat ditunjukkan pada kutipan berikut. Tivri : Tapi harta karun belum ketemu juragan! Juragan : Tidak apa, berhenti dulu. Kalau terlambat keluar mereka bisa disekap dalam tambang. Nanti dikawin sama setan. Mau punya keturunan kepalanya monyet?21

20 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2013). Hlm. 322 21 Ibid., hlm. 2

38

Kutipan di atas menggambarkan adanya perbedaan status sosial dalam drama Cipoa. Seperti yang telah dijelaskan di atas, latar sosial budaya pun berkaitan dengan status sosial. Drama Cipoa menggambarkan kehidupan para buruh pertambangan, panggilan juragan pasti ada dalam cerita yang berlatar sosial kehidupan buruh. Tokoh Tivri tergolong sebagai bawahan (rendah) sebab memanggil seseorang dengan panggilan “juragan”. Kata Juragan sendiri biasa digunakan oleh bawahan untuk memanggil orang-orang yang memiliki kelebihan dalam segi materi dan jabatan. Sebutan Juragan ini diprediksi muncul pada masa kolonial Belanda. Di mana pada masa itu, kolonialisme menciptakan batasan antara si kaya (Juragan) dan si miskin. Kita bisa melihat pada novel yang dibuat pada era kolonial karya Pramudia Ananta Toer dengan judul “Bumi Manusia”. Kata Juragan menjadi kata ungkapan yang sering banyak disebutkan. Kata Juragan berkembang menjadi sebutan seorang pembantu kepada majikannya. Lalu berkembang lagi menjadi sebutan untuk seorang teman yang menghormati teman lainnya dengan esensi masih meninggikan orang yang dipanggil.22 Panggilan juragan setara dengan bos dan tuan. Sebutan tersebut seakan menjadi budaya di Indonesia untuk sebutan bawahan kepada atasan sebagai ungkapan rasa hormat kepada orang yang memiliki materi dan jabatan yang lebih tinggi. Pada bagian di bawah ini juga muncul penyebutan lain yang mengindikasikan adanya tingkatan sosial. Juragan : Lihat sendiri buktinya. Asli! Istri : Kami juga tidak percaya sebelum percaya. Ini emas tua, harta warisan leluhur tuan.23

Kutipan di atas menjelaskan juragan yang memiliki hubungan sosial di atas para pekerja tambang memanggil pembeli kaya dengan sebutan “tuan”. Penggunaan kata tuan merupakan sebuah kata ganti untuk menyapa orang yang tidak terlalu dikenal (dalam kasus ini Juragan kepada pembeli kaya) dengan tujuan

22 Tohir, http://juragancipir.com/arti-juragan-cipir-versi-bahasa-dan-sastra/, diunduh tanggal 27-09-2016 23 Ibid., hlm. 15

39

untuk memberikan penghormatan, dengan penggunaan kata “tuan” secara tidak langsung menjadi penggambaran hubungan sosial juragan yang masih berada di bawah pembeli kaya. Latar sosial budaya dapat pula diperkuat dengan menggunakan bahasa atau dialek-dialek tertentu. Bahasa yang digunakan pengarang akan mencerminkan latar sosial karyanya. Pemilihan bahasa untuk kaum pekerja tambang pasti akan berbeda dengan bahasa para pekerja kantoran meskipun sama-sama terdapat hubungan sosial di dalamnya. Seperti pada kutipan berikut ini! Pekerja 1 : Harta karun tai kucing”24 Alung :Bajingan! Gemes aku! Kesabaranku terbatas!25 Pekerja 2 : Sialan!26

Dari kutipan di atas terlihat bahwa bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang kurang santun yang mencerminkan latar sosial kehidupan para buruh pertambangan. Para pekerja tambang terbiasa atau akrab dengan kata-kata seperti pada kutipan dia atas, sebab mereka menjalani kehidupan yang lebih keras dari pada sepatah kata cacian yang mereka ucapkan. Bagi mereka kata-kata seperti itu merupakan hal sepele dan tidak akan mempengaruhi hubungan mereka sebagai sesama pekerja. Bukan hanya penggunaan kata yang dapat memperkuat latar sosial budaya dalam suatu karya, tingkah laku dan sikap tokoh pun dapat lebih memperkuat latar sosial budaya yang terdapat dalam suatu karya sastra. Tingkah laku dan sikap para tokoh dalam drama Cipoa pun dapat memperkuat latar sosial yang pengarang tampilkan. Seperti pada kutipan berikut: Pemimpin Pekerja : (Langsung mendekat dan menampar)Apa yang kau bilang tadi bensye!? Pekerja 3 : Aku tidak bilang apa-apa Bos, kenapa mulutku ditampar? Pemimpin pekerja :(Menampar sekali lagi) Karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, ....27

24 Ibid., hlm. 2 25 Ibid., hlm. 7 26 Ibid., hlm 19 27 Ibid., hlm. 12

40

Tingakah laku dan sikap yang ditunjukan dalam kutipan di atas, menggambarkan kehidupan dengan latar sosial di pertambangan yang sangat kejam, sedikit saja bawahan melakukan kesalahan maka orang yang memiliki jabatan lebih tinggi dari yang lainnya tidak segan untuk melakukan apapun yang ia kehendaki termasuk melakukan kekerasan fisik pada bawahannya. Hal itu dilakukan agar para pekerja tidak ada yang berani membantah perintah dan tujuan mereka dapat tercapai. Dilihat dari segi sosial, penggunaan kata, dan tingkah laku serta sikap para tokoh dalam drama Cipoa dan kepaduan antara latar waktu dan tempat semakin memperkuat latar sosial budaya yang pengarang munculkan dalam drama ini. 3. Alur Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur fiksi yang lain. Kesederhanaan alur berarti kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti kemudahan cerita untuk dimengerti. Naskah drama Cipoa ini menggunakan alur yang jelas dan mudah dalam struktur alur maju. Tahapan alur tersebut menurut Burhan Nurgiyantoro dibagi menjadi tiga bagian yaitu tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir. Berikut ini akan dipaparkan tahapan alur naskah drama Cipoa. a. Tahap Awal Awal: Babak I Tahap awal sebuah cerita disebut sebagai tahap perkenalan. Pada tahap ini umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap-tahap berikutnya seperti deskripsi latar. Selain itu, tahap ini juga sering dipergunakan untuk pengenalan tokoh-tokoh cerita. 28 Dalam naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya, tahap awal terdapat pada halaman 2, terlihat di kutipan berikut : “Layar besar seperti bukit batu. Nampak dalam siluet banyak orang bekerja menggali dalam berbagai ukuran. Di depan nampak Tivri

28 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Jogjakarta: Gajah Mada University Press,2013), hlm. 201-202

41

sang penjaga tambang masih tidur. Kabut mulai turun tanda malam akan tiba. Juragan muncul dan memerhatikan.” Juragan :Ya tuhan, mereka sudah hampir menemukannya “Juragan mengambil lempengan besi dan pemukulnya yang ada di dekat Tivri tidur lalu memukulnya lima kali. Tivri tersentak bangun. Lalu cepat-cepat mengancingkan baju dan celananya lalu otomatis meniup sempritan seperti mesin.”29

Tahap awal atau pengenalan drama Cipoa memperkenalkan tokoh secara eksplisit melalui penyebutan nama dan status sosial. Putu Wijaya membuat tahap awal ini padat namun tetap memberikan gambaran latar kejadian cerita (melalui petunjuk pemanggungan). Tanpa basa-basi, pada tahap awal ini Putu Wijaya langsung memunculkan peristiwa yang akan mengantarkan pada konflik awal. Pada babak pertama Putu Wijaya langsung memulai cerita dengan memunculkan kegelisahan pada diri Juragan karena emas akan ditemukan oleh para pekerjanya. Perasaan gelisah yang dirasakan Juragan merupakan hal yang tidak wajar, karena seharusnya Juragan merasa senang jika para pekerjanya akan menemukan emas yang selama ini mereka cari. Gaya bercerita Putu Wijaya membuat penonton mudah mengetahui maksud tersembunyi di balik kegelisahan yang dialami oleh tokoh Juragan. Pada tahap awal, pengenalan tokoh memang tidak terlalu banyak dan dimunculkan secara langsung hal itu membuat alur cerita yang berpola “sembunyi- sembunyi” dapat ditebak oleh pembaca. Pada tahap awal dalam drama Cipoa terdapat akhir dari tahap awal yang merupakan pengenalan tokoh dan penjelasan latar tempat kejadian. Pada akhir dari tahap awal ini terdapat peristiwa yang akan memicu konflik antara Juragan dengan para pekerja, terlihat pada kutipan berikut: Tivri : (menoleh ke layar dan terkejut, karena nampak silhuet juragan yang sedang bekerja) [...] Juragan : Tambahin sedikit lagi asapnya ini sudah hampir dapat. Tambahin asepnya nanti ketahuan mereka.”

29 Ibid., hlm. 1

42

Istri Juragan : (berteriak) tambahin asepnya! Alung menyemprotkan asap. Kabut yang ternyata asap buatan itu bertambah. Istri sampai batuk-batuk. IstriJuragan : sudah Pak Juragan : Tambah lagi! Nanti kelihatan sama mereka!30

Kutipan di atas merupakan peristiwa ketika Juragan berusaha mencari emas sendiri tanpa sepengetahuan para pekerja, serta memperlihatkan cara Juragan untuk mengelabui para pekerjanya. Peristiwa inilah yang menjadi pemicu terjadinya konflik awal antara Juragan dengan para pekerja, serta para pekerja dengan Tivri. Kutipan ini merupakan akhir dari tahap awal (tahap pengenalan). Alur dalam tahap awal ini merupakan alur kompleks. b. Tahap Tengah Tahap tengah dapat disebut pula tahap pertikaian yang menampilkan pertentangan atau pemicu konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin meningkat dan semakin menegangkan. Dalam tahap tengah inilah klimaks ditampilkan. Pada tahap awal sudah dimunculkan peristiwa yang memicu konflik. Peristiwa itu yakni ketika Juragan mencari emas tanpa sepengetahuan para pekerja tambang. Akibat peristiwa itulah timbul konflik seperti pada kutipan berikut ini: Tivri : Lho, lho apaan ini? Istri : Waduh sialan, kita ketahuan pak. Alung : Aku sikat saja dia! Juragan : Sabar, banyak cara lain. Tivri mendekat Tivri : Lho ini bukannya harta karun yang kita cari sama-sama itu?Sudah ketemu ya? Juragan : Bukan, ini bukan harta karun yang kita cari itu. Yang itu tidak ketemu. Tivri : Yang ini? Juragan :Yang ini yang lain, yang baru kami ketemukan. Tivri : Apa bedanya? Alung datang dengan senjata dan mau menghabisi Tivri Alung : Ini bedanya!31

30 Ibid., hlm. 4 31 Ibid., hlm. 7

43

Kutipan di atas menggambarkan peristiwa ketika Tivri tidak sengaja memergoki Juragan, Alung dan istri Juragan yang telah menemukan emas namun berusaha menutupinya. Tivri dengan kepolosannya terus menekan Juragan dengan pertanyaan yang membuat mereka panik dan membuat Alung kesal. Peristiwa tersebut merupakanlah klimaks. Di mana ketegangan mulai terjadi akibat ulah Tivri. Maka terjadilah kehebohan antara mereka berempat. Kehebohan tersebut terjadi karena adanya perbedaan tindakan antara mereka berempat. Juragan tidak ingin ada pekerja lain yang mengetahui emas yang sudah ditemukan dengan mengatakan bahwa itu bukan emas yang mereka cari tetapi Tivri sulit ditipu (karena sifat polosnya yang selalu bertanya) dan tetap menganggap bahwa itu adalah emas yang selama ini dicari sehingga menimbulkan kecemasan pada Juragan dan memicu emosi Alung. Alur pada tahap tengah ini merupakan alur kompleks yang mana peristiwa di atas tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa lainnya (peristiwa sebelum atau sesudah peristiwa tersebut ). Konflik pada peristiwa di atas merupakan konflik eksternal, yaitu konflik yang terjadi antara tokoh yang satu dengan yang lainnya dalam cerita. c. Tahap Akhir Tahap akhir sebuah cerita atau dapat juga disebut tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Tahap akhir ini berisi bagaimana kesudahan cerita. Dalam tahap akhir inilah akan dipaparkan kesudahan drama Cipoa. Para pekerja tambang akhirnya kena akibatnya karena berusaha membalas kebohongan juragan dengan kebohongan lainnya. Mereka hanya bisa melihat harta karun yang ditemukan dijual seharga batu oleh juragan. Peristiwa ini awal dari tahap akhir. Pekerja 2 : ya tuhan harta pusaka kita dibawa Pekerja 1 : dijual hanya harga batu Pemimpin pekerja: Bodoh! Bodoh! Kalian semua kerbau! Kenapa harta pusaka dibiarkan dibawa pergi?

44

Tivri : itu akibatnya kalau berbohong! Coba kalau dari tadi bilang itu harta pusaka, masak juragan tega menjual kiloan seperti batu32

Kutipan di atas menunjukan para pekerja yang merasa kesal dan kecewa karena harta yang telah mereka temukan dan pertahankan untuk mereka sendiri dijual oleh Juragan. Hal itu memperlihatkan bahwa jika kebohongan dibalas dengan kebohongan, tidak akan pernah ada yang menang, walaupun salah satu pihak merasa telah dirugikan. Peristiwa di atas termasuk ke dalam peristiwa kompleks. Berdasarkan peristiwa di atas, para pemain merasakan akhir cerita yang mengecewakan dimana semua tokoh merasa gagal, namun mengandung kelucuan melihat penyebab mereka mendapatkan kegagalan tersebut. Sehingga dapat dikatakan efek yang tercipta dari alur akhir ini adalah parodi. Setelah peristiwa di atas ketika para pekerja kecewa mengetahui emas yang telah mereka temukan dijual oleh Juragan, kali ini giliran Juragan yang terkejut ketika mengetahui yang dia jual seharga batu adalah emas, dapat dilihat pada kutipan berikut: Juragan : kenapa belum mulai bekerja? Tivri : semuanya kena serangan jantung, juragan, karena juragan sudah menjual harta karun itu. Juragan : harta karun apa? Tivri : lho juragan tidak tahu? Juragan : tidak tahu apa? Tivri : yang tadi juragan jual itu bukan batu tapi harta karun Juragan : harta karun? Istri : ya tuhan harta karun sebesar gajah? Diangkut ke luar negeri sebagai batu? Aku juga jantungan Istri tumbang

Peristiwa di atas menggambarkan keadaan keterkejutan dan kekecewaan para pekerja setelah mengetahui emas yang mereka temukan telah dijual oleh Juragan, juga menggambarkan keadaan heboh Juragan ketika diberitahu bahwa yang telah dijualnya (dengan harga murah) adalah emas. Juragan terlihat sangat terkejut ketika

32 Ibid., hlm. 33

45

mengetahui bahwa emas yang dijualnya adalah emas yang besar dan lebih bernilai dari emas yang terdahulu (berdasarkan dialog centeng hlm 31). Peristiwa selanjutnya merupakan akhir dari tahap akhir. Pada tahap akhir ini semua tokoh berkumpul dalam satu tempat (pekerja ada pada dialog sebelumnya). Juragan, Tivri dan istri, semua heboh menyesali emas yang telah dijual, terlihat pada kutipan berikut: Juragan : jadi aku sudah menjual harta karun sebagai batu? Tivri : lho aku kira juragan tahu! Juragan : habis mereka bilang batu, bagaimana aku tahu! Aku pingsan Alung : sebentar dibersihkan ada batunya. Membereskan Nah silahkan juragan Juragan : kau saja duluan! Alung : apa kata juragan! Si Alung Pingsan! Alung pingsan Juragan : gila kalau begini caranya, aku kapok, mulai sekarang aku perintahkan jangan ada kata bohong lagi. Tidak boleh ada dusta di antara kita! Semua harus jujur! Jujur kepada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada pemimpin, jujur kepada diri sendiri. Jujur kepada.....33

Peristiwa di atas menggambarkan penyesalan Juragan karena telah berbohong mengenai emas yang ia temukan dan emas yang telah ia jual. Ia tersadar bahwa bohong bukanlah jalan yang tepat untuk mendapatkan sesuatu. Alur pada peristiwa ini merupakan alur kompleks. Tahap ini juga berisi bagaimana penyelesaian cerita dan perubahan peristiwa dari klimaks yang terjadi di tahap tengah menjadi tahap penurunan (penyelesaian). Drama Cipoa termasuk jenis cerita komedi yang mengandung kritik, sebab pada tahap akhir memperlihatkan nasib tokoh Juragan dan para pekerja yang merasa rugi, gagal serta menyesal akibat aksi tipu-menipu yang telah mereka lakukan. Peristiwa ini tidak hanya memperlihatkan penyesalan namun pada tahap ini terdapat

33 Ibid., hlm. 35

46

nilai didaktik yang disampaikan pengarang bahwa menipu dapat merugikan diri sendiri. 4. Tokoh dan Penokohan Tokoh dan penokohan merupakan dua unsur yang saling berkaitan. Sebab melalui dua unsur tersebut dapat diketahui bagaimana peranan tiap tokoh dalam cerita. Tokoh biasanya ditandai dengan nama sedangkan penokohan atau karakter biasanya ditandai dengan sikap dan watak. Baldic dalam Nurgiantoro menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau drama, sedang penokohan adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakan. Dalam Cipoa terdapat banyak tokoh yang terlibat yaitu Juragan, Tivri, Alung, istri juragan, istri Tivri, pemimpin pekerja, pekerja tambang 1, 2, 3, pembeli kaya, centeng 1 dan centeng 2. Para tokoh yang terdapat dalam drama Cipoa merupakan tokoh yang mempengaruhi jalannya cerita. Masing-masing tokoh memiliki peranan serta karakter berbeda yang memperkuat jalannya cerita di setiap babak. Berdasarkan peran dan pentingnya seorang tokoh dalam cerita keseluruhan, tokoh dibedakan ke dalam tokoh utama; tokoh utama yang utama dan tokoh utama tambahan serta tokoh tambahan; tokoh tambahan utama dan tokoh tambahan yang tambahan. Macam- macam tokoh tersebut terdapat dalam setiap karya sastra termasuk drama, begitu pula dalam Cipoa. Berikut ini akan dipaparkan tokoh dan penokohan dalam drama Cipoa berdasarkan macam-macam tokoh yang telah disebutkan. a. Tokoh utama yang utama Tokoh utama yang utama adalah tokoh yang paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Tokoh utama yang utama merupakan tokoh yang sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan. Ia selalu hadir sebagai pelaku atau orang yang dikenai kejadian atau konflik. Dilihat dari awal cerita dalam drama Cipoa, yang masuk ke dalam kategori tokoh utama yang utama adalah Juragan. Sebab tema dari drama Cipoa ini terlihat melalui dialog-dialog Juragan di setiap peristiwa. Selain itu peristiwa yang dialami

47

oleh Juragan disampaikan secara tuntas. Dimulai dari pengenalan dirinya melalui dialog di awal cerita sekaligus sebagai pembuka cerita dan hal-hal yang dia lakukan menjadi awal konflik dalam cerita. Penggunaan nama Juragan pun tentu memiliki arti tersendiri agar memberikan dampak psikologis terhadap para pekerja. Dengan nama tersebut pengarang ingin maksud dari cerita dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat atau para penikmat karyanya. Nama “Juragan” dalam pandangan masyarakat luas biasa digunakan sebagai panggilan kepada orang yang memiliki peran, jabatan, atau kelebihan dari segi materi, bertindak semaunya atau sekehendaknya sendiri. Kutipan dialog Tivri di bawah ini memperlihatkan tindakan Juragan menggali sendiri emas yang ada di dalam tambang karena ingin memiliki emas tersebut seorang diri. Menoleh ke tambang dan terkejut, karena nampak siluet Juragan yang sedang bekerja Tivri : Lho Juragan Kok malah kerja. Juragaaaaaaann! Semua sudah keluar Juragan, Juragaaaaann!!

Berdasarkan kutipan petunjuk laku di atas, terlihat tindakan semaunya sendiri dari seorang Juragan. Hal ini juga menggambarkan bagaimana fisik Juragan masih prima karena masih bisa bekerja menggali emas. Selain bertindak semaunya sendiri, Juragan juga memiliki sifat yang licik dan serakah, terlihat pada kutipan berikut ini: Juragan : jangan ribut! Istri : ini bukan ribut, aku terharu! Nangis lagi tambah keras, hingga suaminya cepat memberangusnya. Alung : dasar anak tukang bakso tidak bisa diajak kaya! Juragan : stttt! Nanti mereka dengar! Ayo cepat kita bawa pulang!”34 [...] Tivri : kalau begitu namanya berbohong dong juragan.

34 Ibid., hlm 6-7

48

Juragan : itu bukan bohong! Berbohong demi kebaikan itu bukan bohong tapi kebajikan. Apa lagi berbohong demi perdamaian, demi persatuan dan keamanan untuk stabilitas dan kesejahteraan bersama, itu penting! Dan adalah itu tugasmu yang mulia35

Juragan yang memiliki jabatan lebih tinggi dalam hubungan sosial di lingkungan pertambangan dibanding para pekerja dan Tivri, Juragan memanfaatkannya dengan melakukan kecurangan yang dilakukannya bersama dengan Alung dan istrinya. Dia berusaha untuk mencari dan menyembunyikan harta yang ia temukan, layaknya seorang atasan yang menganggap dirinya adalah segalanya, menganggap dirinya yang paling berkuasa dan berhak melakukan apa saja. Berdasarkan peristiwa di atas juga terlihat bahwa Juragan masih memiliki fisik yang prima karena dia terlihat ingin membawa sendiri bongkahan emas yang ditemukannya. Sikap Juragan terhadap Tivri pada peristiwa di atas yang terlihat tenang saat tertangkap tangan telah menemukan harta adalah sikap dasar seorang yang licik, dia lebih memilih bermain “kata” kepada Tivri dibandingkan fisik. Dia melakukan permainan kata dan berdalih kepada Tivri dengan mengatakan berbohong demi kebaikan adalah kebajikan karena untuk stabilitas dan kesejahteraan bersama, walau sebenarnya yang dimaksud Juragan dengan kesejahteraan bersama adalah hanya Juragan, istrinya dan Alung. Tokoh Juragan dalam drama ini tidak mengalami perubahan atau statis, sejak awal hingga akhir cerita. b. Tokoh utama tambahan Tokoh utama tambahan adalah tokoh yang kadar kehadirannya hampir sama penting dengan tokoh utama yang utama. Tokoh utama tambahan memiliki hubungan yang erat baik dengan tokoh utama yang utama, tokoh tambahan, dan dengan alur sekalipun. Tokoh utama tambahan ini hadir sebagai pelengkap dalam perkembangan alur.

35 Ibid., hlm. 10

49

Dalam drama Cipoa yang menjadi tokoh utama tambahan adalah Tivri, sebab kehadiran Tivri dalam drama ini adalah sebagai tokoh yang menjembatani antara tokoh Juragan dan tokoh pekerja tokoh Tivri juga yang memunculkan klimaks pada tahap tengah drama Cipoa. Tokoh Tivri digambarkan sebagai tokoh dengan sifat polos. Terlihat dari kutipan berikut: Juragan dan istri menolong. Ketiganya lalu mengangkat bongkah emas besar itu. Waktu itu Tivri muncul lagi. Tivri : lho,lho apa-apaan ini? Istri : waduh sialan, kita ketahuan pak. Alung : aku sikat saja dia. Juragan : sabar, banyak cara lain. Tivri mendekat Tivri : lho ini bukannya harta karun yang kita cari sama-sama itu? Sudah ketemu ya? Juragan : bukan, ini bukan harta karun yang kita cari itu. Yang itu tidak ketemu. Tivri : yang ini? Juragan : yang ini yang lain, yang baru kami ketemukan. Tivri : apa bedanya? Alung datang dengan senjata dan mau menghabisi Tivri Alung : ini bedanya! Mengangkat skop tapi dicegah oleh juragan36

Pada peristiwa ini Tivri digambarkan seolah-olah dia tidak peduli dengan ancaman Alung dengan terus bertanya mengenai harta yang baru ditemukan Juragan, sebagai penjaga tambang pastilah dia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tetapi tindakannya itu malah memberitahukan sikap Tivri sebagai seorang yang polos dan mudah dibodohi oleh siasat-siasat yang dilakukan Juragan. Arti polos itu sendiri menurut KBBI dapat dikatakan sangat sederhana, atau apa adanya37. Sikap polos sendiri dalam kehidupan sehari-hari lebih sering diartikan sebagai sifat bodoh, sifat polos menjadi seperti bodoh karena mudahnya ia untuk dibohongi atas ketidaktahuannya.38 Tidak sampai di situ saja sikap polos

36 Ibid., hlm. 8 37 http://kbbi.web.id/polos 38 Firsty Inayaki Sakina, http://www.kompasiana.com/fie.sakina/polos-dan-bego- samakah_55090e03813311be1cb1e4f6, diunduh pada tanggal 29-11-16.

50

yang ditunjukan oleh Tivri, ia menunjukan kepolosan lainnya melalui kutipan berikut: Tivri ketawa Juragan : kamu kok ketawa? Tivri : karena sekarang aku mengerti bahwa aku tidak mengerti39 Ketawa. Semua ketawa

Melalui dialog di atas terlihat jelas sikap polos Tivri yang membuat Tivri selalu diperalat oleh Juragan. Berdasarkan hubungannya dalam lingkungan pekerja tambang Tivri hanyalah seorang bawahan Juragan, lebih tepatnya hanya seorang penjaga tambang, tidak memiliki kekuasaan apa-apa sehingga ia harus selalu menuruti Juragan. Sifat Tivri yang polos membuat ia mau melakukan apa saja yang diperintahkan kepadanya, sebab ia menganggap bahwa itu semua demi Juragannya. Karena sifat polosnya itu ia jadi terlihat bodoh sehingga selalu saja “pasrah” apapun hal yang dilakukan terhadapnya, baik itu oleh Alung atau para pekerja. Dapat dilihat berdasarkan kutipan berikut : Pekerja : sialan pakai ngritik lagi! Sikat! Salah seorang mau memukul, tapi Tivri sudah duluan berteriak kesakitan dan jatuh. Semuanya ketawa dan kembali menyanyi sambil pergi. Tivri kemudian bangun lagi.40 [...] Pemimpin pekerja : sikat saja lemper ini! seorang pekerja membekuk Tivri dan mencekeknya. Yang lain langsung ikut membekuk dan membalikkan kepala Tivri ke bawah.

Berdasarkan kutipan di atas, terlihat pada pekerja dan pemimpin pekerja yang membuat kontak fisik dengan Tivri tetapi tidak ada perlawanan sedikit pun dari Tivri, baik itu perlawanan fisik maupun verbal. Hal itu menggambarkan bagaimana fisik Tivri yang sebenarnya masih prima (masih dapat bekerja sebagai penjaga tambang) tetapi terlihat lemah dan bodoh karena sifat polosnya. Tokoh Tivri sejak

39 Op.cit., hlm. 11 40 Op.cit., hlm. 2

51

awal tidak mengalami perubahan karakterisasi, jadi Tivri tergolong sebagai tokoh yang statis. c. Tokoh tambahan yang utama Tokoh tambahan yang utama adalah tokoh pelengkap yang kehadirannya dapat mempengaruhi perkembangan cerita. Dengan kehadirannya dapat menimbulkan peristiwa baru bagi tokoh utama. Tokoh tambahan yang utama dalam drama Cipoa ini, yaitu pemimpin pekerja dan para pekerja tambang 1, 2, 3, 4, dan 5. Pemimpin dan para pekerja dianggap sebagai tokoh tambahan yang utama sebab kehadiran mereka memberikan peristiwa baru dan konflik baru dalam drama ini. Dengan dihadirkannya tokoh pemimpin pekerja dan para pekerja tambang menambah keutuhan cerita. Munculnya tokoh- tokoh ini menjadi satu kesatuan dalam “massa” para pekerja yang harus bekerja sepanjang waktu dan harus mematuhi perintah Juragan dan pemimpin pekerja. Putu Wijaya membuat penokohan pemimpin pekerja tambang sebagai sosok yang berwibawa, memiliki semangat yang tinggi, berpengaruh dan ditakuti oleh para pekerja. Terlihat pada kutipan berikut: Pemimpin pekerja: itu namanya pengorbanan! Jangan membanding-bandingkan nasib! Pemimpin tanggungjawabnya banyak, hidupnya harus lebih enak. Ini perjuangan tanpa pamrih, tahu? Pekerja 1 : bagaimana kalau harta pusaka ternyata tidak ada? Pemimpin pekerja: eeeee siapa lagi itu yang mabok? Pekerja 1(yang tadi bicara menunjuk orang lain): ini dia orangnya pak. Pemimpin pekerja(langsung mendekat dan menampar):apa yang kau bilang tadi bensye!? Pekerja 3 : aku tidak bilang apa-apa bos, kenapa mulutku ditampar? Pemimpin pekerja: karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, tidak boleh punya keragu-raguan. Kita harus tetap apa? Pekerja 3 : pantang mundur! Semangat menyala-nyala Pemimpin pekerja: bagus! Kalau pantang mundur, semangat terus menyala-nyala dan percaya kepada bapak, batu pun bisa jadi emas.41

41 Op.cit., hlm. 12

52

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa pemimpin pekerja memiliki wibawa untuk mengendalikan para pekerja, pemimpin pekerja juga ditunjukkan memiliki semangat dan kepercayaan yang tinggi terhadap Juragan (bapak). Sifat itu pun ia tanamkan kepada para pekerja agar dapat mengubah sesuatu yang tidak bernilai menjadi bernilai. Pada kutipan di atas juga terlihat bahwa para pekerja sangat percaya terhadap Juragan. Tetapi di akhir cerita, para pekerja berusaha menipu Juragan dengan mencari emas dan menyembunyikannya. Terlihat pada kutipan berikut : Pemimpin pekerja: dari dulu kita ditipu, katanya harta pusaka belum ketemu padahal sudah dijual. Kalau sekarang kita jujur, harta pusaka akan kembali diambil dan dijual. Jadi Pekerja : kalau Juragan datang, jangan bilang kita sudah menemukan harta pusaka? Tivri : itu namanya bohong dong? Pekerja : memang. Tapi kan untuk kebaikan Tivri : kebaikannya apa? Pemimpin pekerja: harta pusaka akan jadi milik kita dan bisa kita bagi rata. Kita semua akan naik mobil dan Juragan tidak akan dapat apa-apa.

Dua kutipan di atas menggambarkan perubahan sifat para pekerja tambang yang awalnya sangat percaya kepada Juragan (dialog pemimpin pekerja hlm. 50), tetapi kemudian berbalik ingin menipu Juragan karena merasa ditipu oleh Juragan. Karena perubahan sifat itu dapat dikatakan bahwa para pekerja memiliki sifat dinamis. Kutipan di atas menggambarkan juga penokohan para pekerja tambang secara umum sebagai sosok pekerja keras, fisik mereka prima, patuh terhadap pemimpin, dan harus mau memberikan pengabdian kepada Juragannya. d. Tokoh tambahan yang tambahan Jika terdapat tokoh tambahan yang utama tidak menutup kemungkinan akan dihadirkan tokoh tambahan yang tambahan. Tokoh tambahan yang tambahan kehadirannya hanya sebagian kecil dari keseluruhan cerita. Meskipun

53

kemunculannya hanya sesekali, namun kehadiran tokoh tambahan yang tambahan ini pun tetap memilik perannya tersendiri. Tokoh tambahan yang tambahan dalam drama Cipoa ini yaitu Istri Juragan, Istri Tivri, Pembeli Kaya, Centeng 1, dan centeng 2. Mereka menjadi tokoh tambahan yang tambahan walaupun kemunculannya hanya sebagian kecil dari keseluruhan drama, tetapi mereka juga memberikan pengaruh dalam berjalannya beberapa peristiwa. Sebagai tokoh istri, baik Istri Juragan maupun Istri Tivri mereka selalu mendukung apapun yang dilakukan suami mereka dan melindungi apapun yang terjadi pada suami mereka. hal itu terlihat dalam kutipan berikut: Istri Juragan : harus dikatakan dengan cara lain pak. Pak Tivri, ini memang harta karun yang kita cari itu tapi...42

Berdasarkan dialog di atas terlihat istri juragan berusaha untuk membantu juragan dalam memberikan alasan kepada Tivri yang telah memergoki mereka menemukan harta karun. Hal itu dilakukannya karena Juragan adalah suaminya, kemudian hal itu dilakukan karena istri juga ingin ikut menikmati harta yang mereka temukan. Hal itu pun berlaku bagi istri Tivri sebagaimana terlihat pada kutipan berikut: Pemimpin pekerja: sttt! Jadi kalau sudah tahu kenapa dia bohong? Istri Tivri : disuruh juragan dan ibu. Katanya biarin jangan dikasih tahu yang lain, nanti nggak ada yang mau kerja lagi. Kalau tahu harta karun sudah ketemu, nanti malah gontok-gontokan. Mereka kan pemalas semua! Pekerja : Kurang ajar! Istri Tivri : itu kata Juragan bukan kata suami saya! 43

Berdasarkan kutipan di atas istri Tivri melakukan pembelaan terhadap suaminya yang saat itu terkena amukan para pekerja tambang yang sadar telah dibohongi Tivri selama bertahun-tahun. Naluri istri Tivri terlihat ingin melindungi

42 Op.cit., hlm. 9 43 Op.cit., hlm. 19

54

suaminya sehingga dia berani mengakui bahwa suaminya berbohong karena suruhan Juragan dan istrinya. Berdasarkan kutipan di atas, para tokoh istri memiliki sifat yang dinamis sejak awal hingga akhir cerita. Kutipan berikutnya menunjukan pengeksploitasian hasil tambang oleh orang asing yang bersedia membeli apapun hasil dari tambang tersebut. Hal itu terlihat pada kutipan berikut: Pembeli kaya : mana batunya? Mana batunya? Juragan : selamat datang bos. Ini dia kebetulan batu yang ente pesan sudah ada. Pembeli kaya : bagus! Bagus! Coba tes! Tes!44 [...] Pembeli kaya : kalau ada batu yang lebih keras sms ya. Daaaaaag! Tarikkkkkkk!

Kutipan di atas menunjukkan tokoh pembeli kaya sebagai orang asing yang menguasai sumber daya di pertambangan. Mereka orang yang selalu membeli hasil dari pertambangan walaupun hanya bongkahan batu berukuran besar mereka dengan senang hati membelinya. Pembeli kaya memiliki sifat penokohan yang statis. Kutipan selanjutnya adalah memperlihatkan penokohan centeng 1 dan centeng 2 yang merupakan orang suruhan dari pembeli kaya yang ingin membeli harta dari Juragan. Kedua centeng sangat menghormati dan patuh terhadap apa yang pembeli kaya perintahkan kepada mereka. Terlihat pada kutipan berikut: Langsung mendorong bapak dan mengampiri serta memeluk istri agar terhindar. Kedua centeng itu menubruk dengan keras pakai kepalanya bongkah emas dan terjungkal jatuh. Centeng 1 : aduh asli tuan, tapi gigiku copot semua! Centeng 2 : busyet, berokku turun lagi!45

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bagaimana patuhnya para centeng terhadap pembeli kaya, mereka menuruti saja perintah pembeli kaya sampai-sampai menubruk emas yang ingin dibeli. Watak ini sering terlihat dalam kehidupan nyata, di mana seorang atasan bebas memberikan perintah dan bawahan harus melakukan

44 Op.cit., hlm. 31 45 Op.cit., hlm. 15

55

apapun yang diperintah atasan. Karena sifat yang selalu menurut terhadap atasan, para centeng ini memiliki sifat penokohan yang statis. Dalam drama Cipoa para tokoh memiliki andil yang besar untuk membangun cerita meskipun kadar keutamaannya tidak sama, namun tokoh-tokoh tersebut saling berkaitan dan memiliki fungsinya masing-masing. Drama Cipoa ini secara keseluruhan menggunakan alur maju/kompleks dan menggunakan karakterisasi tokoh yang cenderung statis. 5. Gaya bahasa Bahasa dalam seni sastra dapat disamakan dengan cat air dalam seni lukis. Keduanya merupakan unsur, bahan, alat dan sarana yang diolah untuk dijadikan sebuah karya yang mengandung “nilai lebih”. Dalam naskah drama Cipoa Putu Wijaya menggunakan bahasa sehari-hari sehingga pembaca lebih mudah untuk memahami maksud dari cerita yang disajikan. Selain penggunaan gaya bahasa sehari-hari, ada beberapa penggunaan majas yang dominan seperti majas ironi, sinisme, dan sarkasme. Dapat terlihat pada beberapa kutipan berikut: Sarkasme Sarkasme merupakan majas sindiran yang paling kasar. Tivri : Jailah giliran istirahat semua menyanyi, kalau mulai semua sakit gigi! Dasar manusia tidak tahu diri! Kurang... Pekerja 1 : harta karun tai kucing!46 Istri : jangan berisik nanti kedengaran orang, dasar anak tukang bakso, nggak bisa diajak kaya!47 Alung : dasar anak tukang bakso tidak bisa diajak kaya!48 Tivri : tapi gede kaya setan begini, masak belum ketemu, tolol apa? Kalau mereka lihat kan ketelihatan?49 Juragan : brengsek! Jangan itu tidak dijual! Pekerja : kau yang luntur, pengkhianat!50

Kutipan di atas menggambarkan bahasa pekerja tambang. Kata-kata yang digunakan para pekerja dan orang-orang yang ada di sekitar pertambangan turut

46 Op.cit., hlm. 2 47 Op.cit., hlm. 5 48 Op.cit., hlm. 6 49 Op.cit., hlm. 9 50 Op.cit., hlm. 17

56

menggunakan kata-kata kasar. Jika ada hal yang membuat mereka kesal atau marah, mereka secara langsung memaki orang tersebut dengan kata-kata kasar, seperti kata “tidak tahu diri, tolol, brengsek, pengkhianat” dan lain sebagainya. Hal itu menggambarkan secara jelas majas sarkasme pada gaya bahasa drama Cipoa. Ironi Merupakan majas yang menyatakan hal yang bertentangan dengan maksud menyindir seseorang. Alung : Sepinter kebo Pekerja 1 : biarin. Enakan juga tua tidak perlu kerja!

Kutipan di atas menggambarkan gaya bahasa sindiran pekerja tambang. Walaupun unsur gaya bahasa sarkasme mendominasi, tetapi mereka juga menggunakan bahasa-bahasa sindiran yang terbilang lebih halus. Dapat terlihat pada dialog Alung yang mengatakan “sepinter kebo” yang bertentangan pada kenyataannya bahwa kerbau sama sekali tidak pintar. Metafora Majas ini berfungsi menggambarkan suasana kejiwaan tokoh. Dalam naskah drama Cipoa ini menggambarkan tokoh para pekerja di bagian kedua ketika mereka terlihat sangat bersemangat. Pekerja 3 (yang ditampar): pantang mundur! Semangat menyala-nyala. Pemimpin pekerja: bagus! Kalau pantang mundur, semangat terus menyala-nyala dan percara kepada bapak, batu pun bisa jadi emas.51

Berdasarkan kutipan di atas terdapat majas metafora pada kalimat semangat menyala-nyala. Semangat merupakan perasaan yang ada dalam diri setiap orang, dan menyala biasanya digunakan pada sebuah lampu (lampu ini menyala atau tidak). Yang dimaksud dengan kalimat “semangat menyala-nyala” yaitu orang yang sedang memiliki semangat luar biasa, dalam hal ini para pekerja yang telah

51 Op.cit., hlm. 13

57

dimotivasi oleh pemimpin pekerja menjadi semakin bersemangat untuk percaya kepada Juragan bahwa Juragan bisa memberikan mereka kesejahteraan. Antitesis Majas antitesis merupakan majas yang menggunakan pasangan kata yang artinya berlawanan. Dalam naskah drama Cipoa terdapat pada kalimat pekerja 2 pada babak kedua. Pekerja 2 : yang tidak ada akan jadi ada. Kemalangan akan berubah menjadi keberuntungan! Betul tidak kawan-kawan?52

Berdasarkan kutipan di atas terlihat majas antitesis pada kalimat “yang tidak ada pun akan jadi ada” dan pada kalimat “kemalangan akan berubah menjadi keberuntungan”. Pada kalimat itu memiliki pasangan kata yang berbeda arti sebagaimana sesuai dengan majas antitesis. Pada dasarnya, penggarapan bahasa di dalam drama akan memberikan gambaran lain tentang keberadaan unsur-unsur yang berkaitan erat dengan latar suasana, waktu dan tempat, salah satunya seperti terlihat pada penggambaran gaya bahasa metafora yang menggambarkan semangat para pekerja tambang. Oleh sebab itu, penggarapan gaya bahasa oleh pengarang di dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya ini merupakan bagian penting untuk menunjang pemahaman para penikmat drama.

52 Op.cit., hlm. 13

58

B. Analisis Nilai Moral dalam Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mengandung unsur kebaikan, bersifat menghibur, dan mendidik. Berdasarkan analisis unsur intrinsik sebelumnya dapat diketahui perilaku para tokoh dalam lingkungan pertambangan, keadaan tiap tokoh yang bersikap sesuai “peran” mereka, bersikap “baik” dengan cara menerima apapun yang mereka alami. Pada analisis selanjutnya mengacu pada definisi yang dikemukakan oleh Nurgiantoro, terutama mengenai pandangannya tentang nilai moral pada karya sastra. Nurgiantoro mengemukakan moral sebagai aspek dalam kehidupan manusia mengenai pertimbangan baik atau buruk terkait manusia sebagai individu, makhluk sosial, dan makhluk religius (kepada tuhannya). a. Nilai Moral Individu Nilai moral individu mencakup hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Nilai moral ini menitikberatkan pada pilihan baik buruk yang diambil manusia sebagai makhluk individu yang menyangkut pilihan tentang dirinya sendiri. Nilai moral individu yang terdapat pada drama Cipoa antara lain pantang menyerah, bertanggung jawab, disiplin dan optimis. 1. Pantang Menyerah Sikap pantang menyerah sudah menjadi hal yang familiar bagi masyarakat Indonesia. Sikap pantang menyerah merupakan hal yang penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai moral semacam ini pada drama Cipoa ditunjukkan oleh para pekerja tambang. Untuk menemukan harta yang sedang mereka cari tidaklah mudah dilihat dari kehidupan para pekerja tambang yang keras, medan yang sulit, tetapi mereka semua pantang menyerah sebelum menemukan harta. Walaupun pada akhirnya mereka ditipu oleh Juragan, mereka tetap tidak menyerah untuk mencari harta (walaupun hanya untuk dirinya sendiri). Pemimpin Pekerja : Karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, tidak

59

boleh punya keragu-raguan. Kita harus tetap apa? Pekerja : Pantang mundur! Semangat menyala-nyala! [...] Semuanya bangun. Kemudian menyanyi, lalu masuk ke dalam tambang untuk bekerja.53 [...] Tiba-tiba kabut muncul. Keduanya terkejut. Lalu mendengar sorak para pekerja di dalam bukit. Para Pekerja : Harta pusaka di tangan kita! Nampak silhuet para pekerja mengangkat harta pusaka lebih besar lagi dari emas yang didapat sebelumnya. 54

Nilai moral pantang menyerah dari para pekerja tambang merupakan cerminan masyarakat Indonesia. Pada kondisi teraktual, meskipun zaman sudah maju dan teknologi semakin canggih, tetapi masih ada masyarakat yang belum bisa menikmati kemudahan- kemudahan tersebut, tak terkecuali sebagian masyarakat di daerah perkotaan. Misalnya di Jakarta yang menjadi ibu kota negara Indonesia, masih banyak masyarakatnya yang termasuk golongan kurang mampu, mereka bekerja apa saja demi mencukupi hidup meskipun pekerjaan yang mereka tekuni bisa dikatakan kurang layak, namun mereka pantang menyerah dan berusaha dengan sekuat tenaga, dijalani dengan ikhlas dan senang hati seperti para pekerja tambang ketika ingin masuk ke dalam goa (bekerja). Dialog dari pemimpin pekerja pada kutipan di atas menggambarkan bahwa memang ketika kita tidak menyerah karena keadaan maka kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Kebahagiaan para pekerja tergambar dari sorak yang terdengar ketika menemukan harta, itu merupakan hasil kerja keras dan sikap pantang menyerah yang ditunjukkan oleh para pekerja.

53 Op.cit., hlm. 25 54 Op.cit., Hlm. 26

60

2. Bertanggung Jawab Pada dasarnya, manusia dan tanggung jawab itu berada dalam satu naungan atau berdampingan. Tanggung jawab adalah suatu kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan atas perbuatannya. Salah satu tanggung jawab yang ada dalam diri manusia ialah tanggung jawab terhadap diri sendiri.55 Dalam kasus ini yaitu tanggung jawab pekerja tambang terhadap pekerjaannya dan untuk bertahan hidup. Sebagai seorang pekerja, para pekerja tambang dalam drama Cipoa termasuk pekerja yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka (bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri). Mereka tidak meninggalkan kewajibannya untuk mencari harta. Meskipun sempat mengeluh, mereka tetap menjalankan apa yang diamanatkan kepada mereka sebagai pencari harta, terlihat pada kutipan berikut: Para Pekerja : Harta pusaka ditangan kita! Nampak silhuet para pekerja mengangkat harta pusaka lebih besar lagi dari emas yang didapat di dalam bukit [...] Pemimpin Pekerja : Dari dulu kita ditipu, katanya harta pusaka belum ketemu padahal sudah dijual. Jadi... Pekerja : Kalau Juragan datang, jangan bilang kita sudah menemukan harta pusaka!

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa para pekerja bekerja dengan penuh tanggung jawab (tanggung jawab untuk kepentingan mereka sendiri), mereka berhasil menemukan harta yang selama ini dicari, hal ini menggambarkan bahwa jika seseorang

55 Yogie Arif Fadillah, https://yogiearieffadillah.wordpress.com/2013/06/04/makalah-manusia- dan-tanggung-jawab/, diunduh pada tanggal 26-02-2017

61

bertanggung jawab terhadap tugasnya, maka dia akan mendapatkan apa yang dicari. Namun dalam drama Cipoa ini mereka melaksanakan tugasnya bukan semata-mata karena merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaannya, melainkan untuk dapat mengisi perut mereka atau bertahan hidup. Jika mereka melakukan pekerjaannya dengan baik maka mereka akan mendapat imbalan dari juragan. Dari imbalan itulah mereka bisa mengisi perut mereka. Sikap bertanggung jawab yang dihadirkan dalam drama Cipoa ini dapat dikatakan sebagai simbiosis mutualisme56. Para pekerja melaksanakan pekerjaannya dengan baik, mereka mendapat imbalan dari Juragan, dan Juragan mendapatkan harta yang ia cari. Walaupun nilai moral bertanggung jawab yang terdapat dalam drama ini dapat dikatakan hanya untuk kepentingan perorangan, patut kita contoh sikap bertanggung jawab dari para pekerja yang tidak berhenti bekerja sebelum tugas yang diberikan kepada mereka itu terselesaikan. Lebih dari sekedar menunjukkan suatu keadaan yang saling menguntungkan, Putu Wijaya mengungkapkan bahwa tanggung jawab yang ia maksudkan adalah bahwa sebagai warga negara, terutama pemimpin, harus dapat bertanggung jawab atas tugas yang telah dilimpahkan kepada mereka. Dalam Cipoa, sosok pemimpin pekerja mempunyai “aura” yang baik untuk menjadi pemimpin sehingga dia bisa memerintah bawahannya agar patuh.

56 Ken Pandu Negara, http://www.ebiologi.net/2015/12/contoh-simbiosis-mutualisme.html, diunduh pada tanggal 26-02-2017. Istilah dalam Ilmu Pengetahuan Alam yang artinya hubungan timbal balik antar 2 makhluk hidup yang saling menguntungkan.

62

3. Disiplin Sikap disiplin yang dimiliki para pekerja tambang jelas sangat terlihat, bagaimana mereka patuh terhadap peraturan yang ada, kapan mereka harus mulai bekerja dan kapan mereka harus berhenti bekerja. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut: Pekerja : Waduh kita lebih dulu dari matahari. Bang, kenapa kita mesti datang terlalu pagi? Pemimpin pekerja : Inilah perjuangan! Harta karun tidak akan ketemu kalau kamu malas. Tivri : Oiiiii sudah pukul lima, kabut sudah turun. Walaupun harta karun belum ketemu, berhenti semua. Kalau terlambat keluar bisa dikawin sama setan. Mau punya keturunan kepalanya monyet?57

Kutipan di atas menggambarkan keadaan ketika para pekerja datang ke pertambangan di pagi hari dan pulang tepat pukul lima sore. Sikap disiplin yang mereka tunjukkan menandakan bahwa mereka serius dengan tujuannya yaitu mencari emas. Disiplin disini ialah bekerja profesional sesuai waktu atau jam kerja yang telah disepakati. Dewasa ini masyarakat mulai kehilangan apa yang seharusnya menjadi hak mereka. Banyak pekerja yang harus berangkat lebih cepat dari jam yang telah ditentukan dan pulang lebih lambat. Padahal dalam Cipoa dijelaskan, meskipun pekerjaan belum dapat diselesaikan para pekerja harus tetap pulang untuk beristirahat agar esok hari bisa kembali bekerja dengan optimal. Hal ini bisa dikatakan sebagai profesionalisme dan disiplin bekerja dalam versi drama Cipoa, karena memberikan pekerjaan berlebihan dapat dikatakan sebagai eksploitasi terhadap bawahan. Hal ini terdapat pada tema minor drama Cipoa, yaitu eksploitasi terhadap bawahan. Berdasarkan sikap disiplin yang ditujukan oleh para pekerja, Putu mengisyaratkan bahwa displin ini merupakan hal yang baik dan

57 Op.cit., Hlm. 1

63

harus dilakukan oleh setiap orang, baik sebagai pekerja ataupun pemimpin. 4. Optimis Menemukan harta karun tidaklah mudah, para pekerja mengalami banyak sekali masalah, baik dari para pekerja sendiri saat salah satu dari mereka merasa ragu dengan Juragan, hingga penipuan yang dilakukan oleh Juragan. Walaupun demikian mereka tetaplah optimis bahwa jika mereka terus bekerja keras maka akan mendapatkan balasan yang setimpal. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut: Pemimpin pekerja : Karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, tidak boleh punya keragu- raguan. Kita harus tetap apa? Pekerja : Pantang mundur! Semangat menyala-nyala! 58

Kutipan di atas menggambarkan sikap optimis para pekerja mencari harta di dalam goa yang sebenarnya bukanlah hal mudah karena di dalam goa dipenuhi oleh bebatuan. Tetapi para pekerja tetap optimis bahwa mereka bisa menemukan harta tersebut. Berdasarkan hal ini Putu Wijaya mencoba untuk mengkritisi sikap optimis masyarakat Indonesia dalam mencapai “tujuan” mereka. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang mengalami kegagalan sebab mereka tidak optimis terhadap apa yang mereka inginkan, tidak berani mencoba karena mereka berpikir bahwa yang mereka lakukan itu tidak akan berhasil. Sikap optimis pun ditunjukkan oleh Putu Wijaya melalui para pekerja yang tetap optimis mencari harta meskipun yang ada di sekeliling mereka hanyalah bebatuan tetapi para pekerja berhasil menemukan emas tersebut.

58 Ibid., hlm. 12

64

b. Makhluk sosial

Manusia disebut sebagai makhluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Dalam drama Cipoa, nilai moral makhluk sosial merupakan nilai yang mencakup hubungan manusia yang satu dengan manusia lain. Nilai moral dalam naskah drama Cipoa akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Patuh Kepada Pemimpin Pada drama Cipoa patuh kepada pemimpin digambarkan melalui sosok Juragan dan pemimpin pekerja. Kedua tokoh tersebut memiliki peranan yang berbeda dalam memimpin. Juragan memimpin pertambangan secara keseluruhan, sedangkan pemimpin pekerja hanya memimpin para pekerja tambang. Walaupun begitu, semua bawahannya patuh terhadap pemimpinnya seperti yang terlihat pada kutipan berikut: Juragan : Tambahin lagi asepnya ini sudah hampir dapat. Tambahin asepnya nanti ketahuan sama mereka! Istri Juragan : Tambahin asepnya (berteriak) [...] Alung : Asep-asep terus! Solar mahal sekarang bos! [...] Pemimpin Pekerja : Karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, tidak boleh punya keragu- raguan. Kita harus tetap apa? Pekerja : Pantang mundur! Semangat menyala-nyala!

Kutipan di atas merupakan kepatuhan para bawahan kepada atasannya ketika ingin mencari emas. Kedua pemimpin berdasarkan kutipan di atas merupakan gambaran bahwa atasan dan bawahan bisa saling menguntungkan. Juragan bisa mendapatkan emas yang sedang dicarinya, sedangkan para pekerja (termasuk pemimpin pekerja) bisa mendapatkan upah dari hasil mereka menemukan harta. Dalam hal ini melalui drama Cipoa Putu Wijaya mencoba mengkritik atasan yang

65

menggunakan jabatannya untuk memerintah hal yang tidak baik, sehingga bawahannya itu terpaksa melakukan yang diperintahkan oleh atasannya karena tidak ingin kehilangan penghasilan. 2. Bekerja Sama Bekerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang sering digunakan oleh beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai pandangan sama untuk mencapai tujuan tertentu. Bekerja sama dapat digunakan oleh siapa saja, tidak terkecuali dalam drama Cipoa yang mengandalkan kerja sama untuk menemukan harta karun. Hal itu dapat dilihat berdasarkan kutipan berikut: Tiba-tiba kabut muncul. Keduanya terkejut lalu mendengar sorak para pekerja di dalam bukit. Para Pekerja : Harta pusaka di tangan kita! Nampak silhuet para pekerja mengangkat harta pusaka lebih besar lagi dari emas yang didapat sebelumnya.

Kutipan di atas merupakan penggambaran kerja sama yang dilakukan para pekerja saat menggali harta. Mereka sangat bersemangat karena itu menyangkut pendapatannya sehari-hari. Jika tidak bekerja sama, maka pekerjaan mencari harta itu tidak akan selesai bahkan gagal, dan para pekerja serta Juragan tidak mendapatkan apa-apa. Hal ini menjadi bahan kritik bagi Putu Wijaya untuk para petinggi yang melakukan kerja sama untuk hal yang negatif, bahkan membohongi rakyat kecil dengan dalih kebaikan untuk sesama. c. Nilai moral religius Nilai moral religius merupakan nilai moral yang menjunjung tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang dalam harkat dan martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia. Nilai moral religius dalam drama Cipoa antara lain sebagai berikut. Kejujuran merupakan salah satu kunci kesuksesan seseorang selain berusaha yang giat. Berbicara jujur merupakan cara seseorang agar dapat dipercaya oleh orang lain. Drama

66

Cipoa menggambarkan beberapa nilai moral mengenai kejujuran seperti berikut: Istri Tivri : Begini jadinya kalau jujur bang. Mereka kaya, kita tidak dapat apa- apa. Tivri : Memang, tapi hatiku tenang. Untuk apa kaya kalau banyak dosa. [...] Tivri : Itu beraarti kita harus tetap jujur dan mesti jujur! [...] Pemimpin Pekerja : Dari dulu kita ditipu, katanya harta pusaka belum ketemu padahal sudah di jual. Kalau sekarang kita jujur, harta pusaka akan kembali diambil dan di jual. Jadi ...

Kutipan di atas merupakan gambaran moral kejujuran yang ditunjukan oleh Tivri. Tivri menginginkan kejujuran yang sebenarnya dan dia ingin hidup tenang tanpa berbohong lagi, karena akibat yang diterima oleh tokoh Tivri akibat berbohong tergambar jelas dalam drama ini, dipukuli oleh pekerja dan ditipu Juragan. Berbeda halnya dengan para pekerja yang merasa lelah berkata jujur, mereka ingin berbohong untuk menutupi harta yang telah mereka temukan dari Juragan. Karena semua pekerja berlagak pintar ingin membohongi Juragan, mereka terkena akibatnya, kebohongan ini malah menimbulkan kerugian bagi semua tokoh. Melalui moral kejujuran ini Putu Wijaya mengkritisi budaya kejujuran yang masih minim di zaman sekarang. Kejujuran menjadi hal yang langka dan sulit ditemukan, jika pun ada orang jujur, mereka diperdayai untuk mencapai tujuan tertentu. C. Implikasi Analisis Nilai Moral dalam Drama Cipoa karya Putu Wijaya Pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dalam proses pembelajaran, setiap peserta didik harus mempunyai sebuah tujuan yang ingin dicapai agar terjadi perubahan dalam diri mereka setelah mengikuti proses pembelajaran. Dengan adanya tujuan atau motivasi dalam

67

pembelajaran, diharapkan agar peserta didik dapat mengerjakan dan memecahkan masalah yang dihadapinya dengan mandiri. Pengajaran sastra dapat dikatakan sebagai membina, menumbuhkan dan menikmati sastra serta bertujuan mengembangkan kepekaan siswa terhadap nilai moral, nilai sosial, ataupun gabungan keseluruhannya. Selain itu, pengajaran sastra dapat melatih keterampilan berbahasa para siswa, seperti keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis melalui kegiatan apresiasi sastra. Kegiatan apresiasi sastra merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk mengenal dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra. Di sekolah pembelajaran apresiasi sastra direncanakan oleh sekolah dan dirancang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan. Apabila dikaitkan dengan naskah drama Cipoa karya Putu Wijaya dalam pembelajaran mengulas secara kritis teks film/drama guru dapat memberikan rujukan siswa untuk menyimak dan menganalisis unsur intrinsik yang terdapat dalam drama, serta menemukan nilai-nilai moral yang terdapat dalam drama tersebut, karena drama Cipoa memberikan pembelajaran mengenai pantang menyerah, disiplin, bertanggung jawab, serta kejujuran dan optimis dalam kehidupan. Semua itu beberapa nilai moral yang dapat mengembangkan karakter siswa. Oleh karena itu, hal tersebut dapat diterapkan pada pembelajaran sastra tingkat SMA kelas XI (sebelas), dengan kompetensi dasar, mengidentifikasi teks film/drama baik secara lisan maupun tulisan serta menjabarkan nilai-nilai positif dalam drama. Drama Cipoa juga menggambarkan sikap pantang menyerah dalam meraih apa yang diinginkannya yaitu mendapatkan harta karun. Walaupun terdapat beberapa tindakan para tokoh yang tidak layak ditiru, misalnya berbohong atau menipu, hal ini dapat dijadikan pelajaran bagi peserta didik bahwa sikap seperti itu bukanlah sikap yang patut dicontoh. Siswa dapat mengambil pelajaran dari penggambaran tokoh tersebut membuat siswa dapat mengerti akibat buruk dari kebohongan yang dilakukan oleh tokoh dalam drama tersebut sehingga siswa mampu menghindari perbuatan buruk tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

68

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Drama ini memiliki tema mayor yaitu tentang hubungan antar manusia yang saling menipu. Selain memiliki tema mayor, drama ini memiliki beberapa tema minor yaitu pemimpin yang mengeksploitasi bawahan dan pekerja yang menipu pemimpinnya (Juragan). Tema minor dalam drama Cipoa tidak semua mengenai tipu menipu tapi juga mengajarkan kekompakan dan pantang menyerah. Dalam naskah drama Cipoa terdapat nilai moral pantang menyerah pada peristiwa ketika tokoh tambahan yang utama yaitu para pekerja berusaha mendapatkan harta yang mereka cari. Meskipun mereka tau telah ditipu oleh tokoh utama yaitu juragan, tetapi para pekerja tetap mencari harta untuk mereka sendiri. Selanjutnya terdapat nilai moral bertanggung jawab pada peristiwa ketika para pekerja berhasil menemukan emas yang mereka cari. Berdasarkan peristiwa tersebut dapat diketahui jika seseorang bertanggung jawab penuh maka dia akan mendapatkan apa yang dicari. Selanjutnya terdapat nilai moral disiplin pada peristiwa ketika para pekerja datang lebih awal (pagi-pagi buta) untuk bekerja mencari harta. Selanjutnya terdapat nilai moral optimis pada peristiwa ketika pemimpin pekerja meyakinkan anak buahnya (para pekerja) untuk yakin pada apa yang mereka kerjakan hingga mendapatkan apa yang mereka cari. Selanjutnya terdapat nilai moral patuh kepada pemimpin pada peristiwa ketika juragan menyuruh tokoh tambahan Alung untuk membuat asap agar tidak ketahuan ketika mencari emasnya sendiri. Patuh kepada pemimpin akan menjadi baik ketika dilakukan untuk melakukan hal yang baik, tetapi jika dilakukan untuk memenuhi ambisi pemimpin yang tidak baik, maka akan menghasilkan sesuatu yang tidak baik. Selanjutnya terdapat nilai moral bekerja sama pada peristiwa ketika para pekerja bersama-sama menggali harta pusaka yang telah mereka temukan. Jika tidak dilakukan bersama-sama, maka harta itu tidak akan bisa ditemukan. Selanjutnya

72

73

terdapat nilai moral kejujuran pada peristiwa ketika tokoh tambahan yang utama yaitu Tivri tidak mau lagi berbohong untuk menutupi keburukan juragan, karena Tivri merasa berbohong itu sangat merugikan bagi dirinya dan hanya menguntungkan juragan. Karena semua hal yang didasari kebohongan tidak ada yang berakhir dengan baik. 1. Dengan demikian, nilai moral dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya ini terbagi menjadi, 1) nilai moral terhadap diri sendiri (individu) yang terlihat dari sikap pantang menyerah, bertanggung jawab, disiplin dan optimis, 2) nilai moral terhadap orang lain (makhluk sosial) yaitu patuh terhadap pemimpin dan bekerja sama, 3) dan nilai moral terhadap tuhan (religius) yaitu kejujuran yang dilakukan oleh para pekerja tambang. Mereka merasa bahwa kejujuran adalah hal yang harus dilakukan agar kehidupan mereka berjalan lebih baik (tentram). 2. Analisis nilai moral dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya dapat diimplikasikan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah menengah atas kelas XI semester genap dalam silabus kurikulum 2013. Terdapat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu menguraikan nilai-nilai moral dalam teks film/drama Cipoa. Kemudian Indikator Pencapaian Kompetensi yang harus dicapai peserta didik yaitu mengidentifikasi macam-macam nilai moral dalam teks film/drama Cipoa.

B. Saran Berdasarkan analisis dan simpulan yang telah diuraikan, ada beberapa saran yang disajikan, yaitu. 1. Diharapkan guru cermat dalam hal pemilihan drama yang bermutu, sesuai usia peserta didik, serta yang dapat menginspirasi dan relevan terhadap kehidupan masa kini. Salah satu teks drama yang cocok dijadikan referensi pembelajaran adalah Cipoa karya Putu Wijaya. 2. Dari pengalaman yang terjadi pada tokoh di dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya, diharapkan peserta didik lebih menghargai dan peduli terhadap nilai-nilai moral yang ada dan berlaku di masyarakat.

74

3. Melalui kisah Juragan, Tivri, para pekerja dan tokoh lain yang terjadi dalam drama Cipoa karya Putu Wijaya khususnya tentang kejujuran, diharapkan dapat memberikan pemahaman mengenai makna “jujur” yang seharusnya dilakukan setiap individu.

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki, Ilmu Sastra dan Terapan, (Padang: Angkasa Raya Padang, 1990) Budianta, Melani dkk, Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi, (Magelang: Indonesia Tera, 2006). Budiyono, Kabul. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Alfabeta, 2010). Bertens. K, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007). Hasanuddin, Drama Karya Dalam Dua Dimensi, (Bandung: Angkasa, 1996). Ismail Taufik, Pelajaran Bahasa Indonesia Harus Tekankan Apresiasi Sastra, (Kompas, 2001). Karmini Nyoman Ni, Teori Pengkajian Prosa dan Drama, (Bali: Pustaka Larasan, 2011). Kurniawan, Heru. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra, (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012). Naskah Drama Cipoa karya Putu Wijaya, 2006.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012).

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press).

Plays, Nine. Modern Drama, (Boston: Little, Brown and Company, 1962).

Prihatmi, Sri Rahayu, Karya-karya Putu Wijaya Perjalanan Pencarian Diri, (Jakarta: Grasindo. 2001).

Rahmanto. B, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta:Kanisius, 1998).

Ratna Kuta Nyoman. Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2009).

Rendra, Seni Drama untuk Remaja, (Jakarta: Burungmerak Press).

S M, Kaelan. Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008).

Sinar Harapan, Putu Wijaya Menang Lagi, 1954.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. (Jakarta: Grasindo. 2008).

Suseno Magnis Franz, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 1987).

Harian Republika, Putu Wijaya Dapat Penghargaan dari Pemda (Bali, 12 Agustus 1997). Koran Pelita, 12 Oktober 2000. Majalah Sarinah, Mengarang Itu Berjuang, 28 Januari-10 Februari 1991. Rahmayanti, http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/7694 Robert Stanton, Teori Fiksi Robert Stanton, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007). Ekarini Saraswati, Sosiologi Sastra Sebuah Pemahaman Awal, (Malang: UMM Press). Enslikopedi tokoh Indonesia http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285- ensiklopedi/176-sastrawan-serba-bisa. FadillahAriefYoggie,https://yogiearieffadillah.wordpress.com/2013/06/04/makala h-manusia-dan-tanggung-jawab/ KBBI Online, http://kbbi.web.id/polos Listyaningrum Herlin Ajeng, Skripsi berjudul: “Naskah drama Cipoa Karya Putu Wijaya dalam Perspektif Pementasan”, 2015. http://karya- ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra-indonesia/article/view/47370. Murdaningsih Dwi, http://www.republika.co.id/berita/trendtek/fun-science- math/17/08/07/ouahtr368-tim-indonesia-raih-prestasi-di-lomba-matematika- di-singapura. Rachmawati Yunita http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/putu-wijaya- usung-cipoa-ke-jakarta-lyo940o.html. Sakina, Firsty Inayakie, http://www.kompasiana.com/fie.sakina/polos-dan-bego- samakah_55090e03813311be1cb1e4f6 Tohir, http://juragancipir.com/arti-juragan-cipir-versi-bahasa-dan-sastra/ Waspada, Album Seniman, (Medan: 1976).

UJI REFERENSI

Nama : Shidqi Dhaifan Riadhi NIM : 1111013000099 Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Judul Skripsi : Nilai Moral Dalam Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Dosen Pembimbing : Rosida Erowati, M. Hum

No. Judul Buku dan Pengarang Paraf

Budianta, Melani dkk, Membaca Sastra Pengantar Memahami Sastra 1. untuk Perguruan Tinggi, (Magelang: Indonesia Tera, 2006).

Budiyono, Kabul. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, 2. (Bandung: Alfabeta, 2010).

Hasanuddin, Drama Karya Dalam Dua Dimensi, (Bandung: 3. Angkasa, 1996).

Ismail Taufik, Pelajaran Bahasa Indonesia Harus Tekankan 4. Apresiasi Sastra, (Kompas, 2001).

Kurniawan, Heru. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra, 5. (Yogyakarta; Graha Ilmu, 2012). 6. Naskah Drama Cipoa karya Putu Wijaya, 2006. 7. Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2012). Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah 8. Mada University Press). Plays, Nine. Modern Drama, (Boston: Little, Brown and Company, 9. 1962). Prihatmi, Sri Rahayu, Karya-karya Putu Wijaya Perjalanan 10. Pencarian Diri, (Jakarta: Grasindo. 2001). Rahmanto. B, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta:Kanisius, 11. 1998). Ratna Kuta, Nyoman. Paradigma Sosiologi Sastra, (Yogyakarta; 12. Pustaka Pelajar, 2009). 13. S M, Kaelan. Pendidikan Pancasila, (Yogyakarta: Paradigma, 2008). 14. Sinar Harapan, Putu Wijaya Menang Lagi, 1954. Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. (Jakarta: Grasindo. 15. 2008). Suseno Magnis Franz, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat 15. Moral, (Yogyakarta: Kanisius, 1987). Harian Republika, Putu Wijaya Dapat Penghargaan dari Pemda 16. (Bali, 12 Agustus 1997). 17. Koran Pelita, 12 Oktober 2000. Majalah Sarinah, Mengarang Itu Berjuang, 28 Januari-10 Februari 18. 1991. Rahmayanti, 19. http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/7694 Adhie, http://www.money.id/digital/tuai-kontroversi-begini-awal- 20. mula-kisah-taksi-online-di-indonesia-160316g/grabcar-dan- uber.html. Enslikopedi tokoh Indonesia 21. http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/176- sastrawan-serba-bisa. Fadillah Arief Yoggie, 22. https://yogiearieffadillah.wordpress.com/2013/06/04/makalah- manusia-dan-tanggung-jawab/ 23. KBBI Online, http://kbbi.web.id/polos Listyaningrum Herlin Ajeng, Skripsi berjudul: “Naskah drama Cipoa Karya Putu Wijaya dalam Perspektif Pementasan”, 2015. 24. http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sastra- indonesia/article/view/47370. Mahatma Rhein, https://buattokoonline.id/data-statistik-mengenai- 25. pertumbuhan-pangsa-pasar-e-commerce-di-indonesia-saat-ini/. Masriadi, 26. http://regional.kompas.com/read/2015/08/21/18273331/Guru.Tak.Dis iplin.Komite.Tutup.Sekolah. Murdaningsih Dwi, http://www.republika.co.id/berita/trendtek/fun- 27. science-math/17/08/07/ouahtr368-tim-indonesia-raih-prestasi-di- lomba-matematika-di-singapura. Rachmawati Yunita, http://www.kapanlagi.com/showbiz/selebriti/putu-wijaya-usung- 28. cipoa-ke-jakarta-lyo940o.html.

Sakina, Firsty Inayakie, 29. http://www.kompasiana.com/fie.sakina/polos-dan-bego- samakah_55090e03813311be1cb1e4f6 Tempo, 30. https://nasional.tempo.co/read/news/2017/08/15/173900136/hut-ri- ke-72-bj-habibie-ingatkan-soal-pancasila-dan-agama. Tempo, 31. https://nasional.tempo.co/read/news/2017/08/15/173900192/upacara- bendera-17-agustus-tamu-istana-diminta-pakai-baju-daerah. Tohir, http://juragancipir.com/arti-juragan-cipir-versi-bahasa-dan- 32. sastra/

33. Waspada, Album Seniman, (Medan: 1976). Wahyuningsih Agustin, https://www.brilio.net/ilmiah/dua-anak-desa- 34. ini-buktikan-kulit-singkong-bisa-bangun-pesawat-kapal- 160501f.html LEMBAR UJI REFERENSI Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian skripsi berjudul “Nilai Moral Dalam Naskah Drama Cipoa Karya Putu Wijaya dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA” yang disusun oleh SHIDQI DHAIFAN RIADHI, NIM : 1111013000099, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah disetujui kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada .

Jakarta, Dosen Pembimbing

Rosida Erowati, M. Hum NIP. 19771030 2008012 009

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SMA

Kelas / Semester : XI / Genap

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Materi Pokok : Teks film/ drama

Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit

A. Kompetensi Inti (KI) 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, pantang menyerah, optimis, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran damai) santun, responsif, proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengatuhan, teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan diri yang dipelajarinya disekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.5 Mengidentifikasi struktur film/drama 3.5.1 Menganalisis struktur nilai-nilai moral teks baik secara lisan maupun tulisan film/drama baik secara lisan maupun tulisan

1

3.6 Menganalisis nilai-nilai moral teks 3.6.1 Menentukan nilai-nilai moral yang ada di film/drama baik secara lisan maupun dalam teks film/drama baik secara lisan maupun tulisan tulisan

C. Tujuan Pembelajaran 1. Menghayati dan mengamalkan materi drama sebagai bentuk penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menguasai materi nilai-nilai moral dalam drama dengan menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, pantang menyerah, optimis, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran damai) santun, responsif, proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusia, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian materi drama yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari materi drama yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. D. Materi Pembelajaran Fakta Topik: Drama • Isi drama • Nilai-nilai moral dalam drama

Konsep Unsur intrinsik drama

• Tema, alur, latar, tokoh, penokohan, kebahasaan dan amanat

2

Prinsip Fungsi sosial • Nilai moral dalam drama E. Pendekatan, Model, Strategi dan Metode Pembelajaran 1. Pendekatan : Scientific Learning (Mengamati, Menanya, Menalar, Mencoba) 2. Model : Discovery Learning 3. Metode : Diskusi, penugasan, tanya jawab

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal 1. Pendidik memberi salam dan mempersilahkan salah satu (10 menit) dari peserta didik untuk memimpin doa bersama. 2. Pendidik mengecek kehadiran peserta didik. 3. Pendidik menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran. Kegiatan Inti Mengamati (75 menit) 1. Peserta didik mengamati isi dan bentuk teks drama yang berjudul “Cipoa” dengan saksama. 2. Peserta didik membaca materi mengenai unsur intrinsik dan nilai-nilai moral. (dilakukan di rumah sebelum pembelajaran berlangsung). 3. Peserta didik mencari dan menganalisis nilai-nilai moral dalam teks drama yang berjudul “Cipoa” Menanya 1. Peserta didik menanyakan hal-hal yang sulit dipahami setelah membaca dan memahami teks drama. 2. Peserta didik menanyakan hal-hal penting yang berkaitan dengan langkah-langkah menganalisis nilai moral teks film/drama

3

Mengeksplorasi 1. Peserta didik membentuk kelompok (1 kelompok terdiri dari 4 peserta didik). 2. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari struktur atau unsur intrinsik drama. 3. Peserta didik diberi kesempatan untuk mencari dan membaca contoh-contoh teks drama dari internet sebagai bahan untuk mengabstraksi teks drama yang berjudul “Cipoa”. 4. Peserta didik diberikan kesempatan untuk mencari dan membaca contoh analisis nilai moral teks drama lain sebagai bahan untuk menganalisis teks drama yang berjudul “Cipoa” Mengasosiasi 1. Peserta didik secara berkelompok mengabstraksikan/merangkum pokok-pokok isi teks film/drama yang berjudul “Cipoa” sesuai struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan. 2. Peserta didik secara berkelompok menganalisis nilai-nilai moral yang ada dalam teks film/drama yang berjudul “Cipoa” sesuai kaidah yang telah mereka baca sebelumnya. Mengomunikasikan 1. Setelah diundi, perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil rangkumannya. 2. Peserta didik menanggapi presentasi kelompok lain dengan santun. 3. Pendidik memberi penguatan terhadap hasil kerja peserta didik. Kegiatan Akhir 1. Pendidik dan peserta didik secara bersama-sama (5 menit) membuat simpulan hasil kerja peserta didik.

4

2. Pendidik melakukan refleksi dengan peserta didik. 3. Pendidik memberikan tugas PR kepada peserta didik untuk merangkum pokok-pokok isi teks film/drama dari internet. 4. Pendidik mengakhiri kegiatan pembelajaran dan memberikan pujian serta pesan agar peserta didik selalu rajin belajar.

G. Alat , Media dan Sumber Belajar 1. Alat : Teks film/drama yang berjudul “Cipoa” 2. Media : Laptop, Infocus, Lembar Kerja Siswa, 3. Sumber Belajar : a. Bahasa Indonesia SMA/SMK. Ekspresi Diri dan Akademik 2013, Jakarta : Kemendikbud. b. Internet: http://bandarnaskah.blogspot.co.id/2011/02/cipoa-putu-wijaya.html http://ardiwasilachandra.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-unsur-ciri-drama.html H. Penilaian 1. Penilaian Sikap a. Teknik Penilaian : Observasi b. Bentuk Instrumen : Rubrik Penilaian Sikap, Lembar Pengamatan

Indikator perkembangan sikap berbahasa yang diamati meliputi tanggung jawab, responsif/peduli, santun, dan jujur.

Rubrik Penilaian Sikap

Skor Kualitas Kriteria Penilaian 1 Kurang BT (Belum Tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas. 2 Sedang MT (Mulai Tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas, tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten

5

3 Baik MB (Mulai Berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten.

4 Sangat Baik MK (Membudaya jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan konsisten.

Bubuhkan tanda cek (√) pada kolom sesuai hasil lembar pengamatan No. Nama Nilai Aspek

Jujur Tanggung Peduli Kerja Sama Jumlah Jawab Skor

SB B S K SB B S K SB B S KsSB B S K

1

2

3

4

5

2. Penilaian Pengetahuan a. Teknik Penilaian : Penugasan b. Bentuk Instrumen : Pekerjaan Rumah

Indikator Pencapaian Kompetensi Instrumen

3.5.1 Merangkum teks drama baik secara Tugas: lisan maupun tulisan 1. Carilah contoh teks drama di internet kemudian buatlah rangkuman pokok-pokok isi cerita sesuai dengan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan! 3.6.1 Menganalisis nilai moral dalam naskah 2. Analisislah struktur teks drama tersebut! drama 3. Analisislah nilai moral dalam drama tersebut!

6

Kunci: Untuk mengerjakan tugas ini peserta didik harus terlebih dahulu mencari contoh teks film/drama untuk 10 orang di internet. Kemudian peserta didik membuat rangkuman cerita yang terdapat dalam teks film/drama yang ditemukannya secara berurutan sesuai dengan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.

3. Penilaian Keterampilan a. Teknik Penilaian : Tes Proyek b. Bentuk Instrumen : Lembar Penilaian

Tes Proyek

Amati dan pahamilah teks film/drama yang berjudul “Cipoa” kemudian abstraksilah teks tersebut!

Lembar Penilaian Hasil Akhir Kemampuan Mengabstraksi Teks Film/Drama

NO NAMA SISWA KRITERIA PENILAIAN TANDA CEK

YA TIDAK

1 Sudah tepatkah pemahaman terhadap isi dan bahasa teks drama?

2 Sudah tepatkah abstraksi teks drama tersebut?

3 Apakah penggunaan bahasa dalam mengabstraksi teks drama sesuai dengan kaidah bahasa dan EYD?

4 Sudah tepatkah analisis struktur teks drama tersebut? 5 Sudah tepatkah analisis nilai moral teks drama tersebut?

7 8

LAKON CIPOA PUTU WIJAYA

BAGIAN PERTAMA

LAYAR BESAR SEPERTI BUKIT BATU. NAMPAK DALAM SILHUET BANYAK ORANG BEKERJA MENGGALI DALAM BERBAGAI UKURAN. DI DEPAN NAMPAK TIVRI SANG PENJAGA TAMBANG MASIH TIDUR. KABUT MULAI TURUN TANDA MALAM AKAN TIBA. JURAGAN MUNCUL DAN MEMPERHATIKAN,

JURAGAN Ya Tuhan, mereka sudah hampir menemukannya.

JURAGAN MENGAMBIL LEMPENGAN BESI DAN PEMUKULNYA YANG ADA DI DEKAT TIVRI TIDUR LALU MEMUKULNYA LIMA KALI. TIVRI TERSENTAK BANGUN. LALU CEPAT-CEPAT MENGANCINGKAN BAJU DAN CELANANYA LALU OTOMATIS MENIUP SEMPRITAN SEPERTI MESIN.

TIVRI (Setelah Meniup Sempritan Lalu Bicara Dengan Corong) Lho apa sudah pukul tepat pukul lima!

JURAGAN Kabut sudah turun. Malam akan tiba. Semua harus berhenti kerja!

TIVRI Tapi harta karun belum ketemu Juragan!

JURAGAN Tidak apa, berhenti dulu. Kalau terlambat keluar mereka bisa disekap dalam tambang. Nanti dikawin sama setan. Mau nggak punya keturunan kepalanya monyet?

TIVRI Nggak!

(Ketawa Lalu Meniup Sempritan)

Oiiii sudah pukul lima, kabut sudah turun. Walaupun harta karun belum ketemu, berhenti semua. Kalau terlambat keluar bisa dikawin sama setan. Mau punya keturunan kepalanya monyet?

SEMUA BERHENTI BEKERJA DAN MEMBAWA PERALATANNYA KELUAR SAMBIL MENYANYI. DENGAN GEMBIRA DAN BERSEMANGAT./

JURAGAN Bagus!

LALU MASUK KE DALAM TAMBANG. PARA PEKERJA MUNCUL SAMBIL MENYANYI LALU MELEMPARKAN BARANG-BARANGNYA DENGAN GEMBIRA KE ATAS AMBEN TEMPAT TIDUR TIVRI TADI.

1

TIVRI Jailah giliran istirahat semua menyanyi, kalau mulai semua sakit gigi! Dasar manusia tidak tahu diri! Kurang ……

MAU MEMAKI TAPI TAK JADI

PEKERJA Kurang apa?!

(Mengancam Mau Memukul Dengan Skop)

Ayo lanjutkan kurang apa Dodol!

TIVRI Lho begitu saja marah. Pemarah cepat tua!

PEKERJA Biarin. Enakan juga tua tidak perlu kerja!

TIVRI Tapi harta karun sudah ketemu belum?

PEKERJA Harta karun tai kucing!

TIVRI Lho kok marah!

PEKERJA Habis kamu enak-enakan tiduran, kita disuruh ngambil harta karun, padahal disitu hanya ada batu!

TIVRI Makanya kerja keras sampai ketemu!

PEKERJA Sialan, pakai ngritik lagi! Sikat!

(SALAH SEORANG MAU MEMUKUL, TAPI TIVRI SUDAH DULUAN BERTERIAK KESAKITAN DAN JATUH. SEMUANYA KETAWA DAN KEMBALI MENYANYI SAMBIL PERGI. TIVRI KEMUDIAN BANGUN LAGI.

TIVRI Payah. Anak-anak zaman sekarang gampang berangasan! Lain dengan dulu, semuanya manut!

(Menoleh Ke Layar Dan Terkejut, Karena Nampak Silhuet Juragan Yang Sedang Bekerja)

Lho Juragan kok malah kerja. Juragaaaaaan! Semua sudah keluar Juragan!!!

2

Juragaaaaan!!!!!

TIBA-TIBA ISTRI JURAGAN MUNCUL DAN MEMANGGIL.

ISTRI Pak! Pak! Ada gempa Pak!

TVRI Gempa?

ISTRI JURAGAN PURA-PURA OLENG.

ISTRI Pak! Ada gempa!

TVRI Gempa? Di mana? Berapa skala richter

ISTRI Enam koma sembilan

TIVRI Jailah maut. Lariiiiiiii!

TIVRI MELONCAT LARI. ISTRI MEMPERHATIKAN.

ISTRI Bagus! Pakkkkkkk! Orangnya sudah kabur Pak!

JURAGAN YANG ADA DI DALAM TAMBANG DALAM SILHUET BERHENTI BEKERJA.

JURAGAN Tambahin sedikit lagi asepnya ini sudah hampir dapat. Tambahin asepnya nanti ketahuan sama mereka!

ISTRI (Berteriak) Tambahin asepnya!

ALUNG MENYEMPROTKAN ASAP. KABUT YANG TERNYATA ASAP BUATAN ITU BERTAMBAH. ISTRI SAMPAI BATUK-BATUK.

ISTRI Sudah Pak!

JURAGAN Tambah lagi! Nanti kelihatan sama mereka!

ISTRI (Berteriak Lagi) Tambahin lagi Lung!

3

ALUNG SI PEMBANTU MUNCUL.

ALUNG Asep-asep terus! Solar mahal sekarang Bos!

ISTRI Masa baru dua kali nyemprot sudah habis, korupsi kamu!!

ALUNG Sumpah mati!

TIBA-TIBA BAPAK BERTERIAK

JURAGAN (Berteriak) Berhasil !!!!! Ketemu!!!!

ISTRI DAN ALUNG MENOLEH. NAMPAK DALAM SILHUET BAPAK MENGANGKAT SEBUAH BONGKAH EMAS YANG BESAR SEKALI. ISTRI TERPEKIK

ISTRI Ya Tuhan, berhasil!

ISTRI PINGSAN

ALUNG Astaga ternyata ramalan Mbah Joyo beneran!!

JURAGAN NONGOL DI LUBANG BUKIT.

JURAGAN Cepat tolong! Jangan bengong! Nanti ketahuan!

ALUNG Caranya?

JURAGAN Ya sini kamu angkat!

ALUNG Pakai apa?

JURAGAN Ya pakai pakai gundulmu itu? Pemalas! Cepet nanti ketahuan orang banyak.

ALUNG Bu!

ISTRI JURAGAN TETAP BERBARING PINGSAN. ALUNG LARI MASUK KE DEKAT TAMBANG. JURAGAN SUDAH MEROBEK LUBANG GUA DAN

4

MULAI MEMASUKKAN BONGKAH EMAS RAKSASA ITU KELUAR. ALUNG CEPAT MENAMPUNGNYA.

ALUNG Bu tolong Bu, aku kepencet!

(Ibu Tidak Bergerak)

Ya sudah, yang pingsan tidak dapat bagian!

ISTRI JURAGAN CEPAT BANGUN DAN SEGERA MEMBANTU.

ALUNG Lho bukannya tadi pingsan?

ISTRI Yang kebanyakan mulut tidak dapat bagian!

ALUNG Enak aja!

BONGKAH EMAS DIDORONG KELUAR. ALUNG MENAHAN TAPI TAK SANGGUP DAN KEPENYET.

ALUNG Aduh beratnya, ini emas atau batu? Paling tidak aku akan jadi milyuner tidak usah ikut kuis di televisi!

MENYANYI

ISTRI Jangan berisik nanti kedengaran orang, dasar tukang bakso, nggak bisa diajak kaya!

JURAGAN NONGOL DI LUBANG DI ATAS BUKIT

JURAGAN Awas jangan sampai ketahuan!.

ISTRI (Terharu Dan Menangis) Ya Tuhan, Pak, aku sudah bosan miskin. Kita kaya-raya sekarang Pak.

MENANGIS TERSEDU

JURAGAN Jangan ribut!

ISTRI Ini bukan ribut, aku teharu!

NANGIS LAGI TAMBAH KERAS, SEHINGGA SUAMINYA CEPAT

5

MEMBERANGUS

ALUNG Dasar anak tukang bakso tidak bisa diajak kaya!

JURAGAN Sttt! Nanti mereka dengar! Ayo cepat kita bawa pulang!

ALUNG Tulungin aku kepencet! Udah pecah kali satu ini!

JURAGAN DAN ISTRI CEPAT MENOLONG. KETIGANYA LALU MENGANGKAT BONGKAH EMAS BESAR ITU. WAKTU ITU TIVRI MUNCUL LAGI.

TIVRI Lho, lho apa-apaan ini?

ISTRI Waduh sialan, kita ketahuan Pak.

ALUNG Aku sikat saja dia!

JURAGAN Sabar, banyak cara lain.

TIVRI MENDEKAT.

TIVRI Lho ini bukannya harta karun yang kita cari sama-sama itu? Sudah ketemu ya?

JURAGAN Bukan, ini bukan harta karun yang kita cari itu. Yang itu tidak ketemu.

TIVRI Yang ini?

JURAGAN Yang ini yang lain, yang baru kami ketemukan.

TIVRI (Ketawa) Apa bedanya? ALUNG DATANG DENGAN SENJATA DAN MAU MENGHABISI TIVRI.

ALUNG Ini bedanya!

MENGANGKAT SKOP TAPI DICEGAH OLEH JURAGAN

6

ALUNG Gemes, gemes aku!

JURAGAN Tenang.

(Kepada Tivri)

Tivri, ini bukan harta karun yang kita cari itu, ini harta karun yang aku temukan sendiri. Jadi lain.

TIVRI Lainnya apa?

ALUNG Ah sikat saja, sikat saja!

MAU MEMUKUL TAPI DICEGAH JURAGAN

TIVRI Lho kok aku mau disikat?

JURAGAN Begini.

MENGELUARKAN DOMPETNYA DAN MELETAKKAN UANG DI TANGAN TIVRI

TIVRI Kenapa aku disogok?

ALUNG Bajingan! Gemes aku! Kesabaranku terbatas!

LANGSUNG MAU MUKUL. TIVRI MENJERIT SIAP MAU PINGSAN. CEPAT UANG DIAMBIL LAGI OLEH JURAGAN DAN DIKASIH PADA ALUNG. ALUNG JADI DIAM.

ALUNG Tenang sudah aku kuasai keadaan

JURAGAN Payah kamu.

LANGSUNG MEREBUT DUIT DARI ALUNG

ALUNG Eh

MAU MEREBUT TAPI DICEGAH OLEH ISTRI JURAGAN. TIVRI KETAWA

7

ALUNG Apa ketawa?

TIVRI Ternyata mata duitan!

ALUNG Apalagi kamu!

ISTRI Harus dikatakan dengan cara lain, Pak. Pak Tivri, ini memang harta karun yang kita cari itu tapi...

JURAGAN Tapi kalau sampai ketahuan semua orang, nanti pasti ribut. Akhirnya semuanya mau minta bagian. Harta ini akan diperebutkan. Kalau sudah pembagian harta biasanya mana ada yang merasa adil. Dalam sejarah pembagian warisan selalu berakhir dengan perkelahian. Tetap saja semuanya minta lebih banyak. Jadi ?

TIVRI Buat apa kita akan gontok-gontokan karena harta.

JURAGAN Tahu akibatnya kalau gontok-gontokan terus?

ALUNG Tahu!

ISTRI Bukan kamu!

JURAGAN (Pada Tivri) Apa?

TIVRI Harta kita ini akan dicuri orang kalau kita terus gontok-gontokan. Ya kan?

JURAGAN Bener!

TIVRI Kenapa? JURAGAN KETAWA.

JURAGAN Bagus.

(Kepada Alung)

Dia sudah mulai pinter ya?

8

ISTRI Pinter sekali

ALUNG Sepinter kebo

JURAGAN Sttt! Jadi demi keutuhan persatuan, sebaiknya kita bilang saja kepada mereka semua, hartanya belum ketemu, masih terus kita cari.

TIVRI Tapi gede kayak setan begini, masak belum ketemu, tolol apa? Kalau mereka lihat kan kelihatan?

JURAGAN Itu gampang sekali. Tinggal kita kubur lagi. Ayo kubur lagi!

ALUNG DAN ISTRI CEPAT MENUTUPI BONGKAH EMAS ITU DENGAN KAIN HITAM YANG SUDAH DISIAPKAN.

JURAGAN Lihat, tidak kelihatan lagi?!

TIVRI Kalau begitu namanya berbohong dong, Juragan.

JURAGAN Itu bukan bohong! Berbohong demi kebaikan itu bukan bohong tapi kebajikan. Apalagi berbohong demi perdamaian, demi persatuan dan keamanan untuk stabilitas dan kesejahteraan bersama, itu penting! Dan adalah itu tugasmu yang mulia

ISTRI Itu namanya pengabdian!

TIVRI Berbohong itu pengabdian?

JURAGAN Bukan, berbohong itu bukan berbohong tapi siasat pembangunan tahu?

ALUNG (GALAK) Kalau nggak tahu-tahu juga gua masukin skop ini ke mulut Ente sekarang. Berani?

ISTRI Demi mencegah keributan, berbohong itu perlu, Pak Tivri.

JURAGAN Wajib

TIVRI KETAWA

9

JURAGAN Kamu kok ketawa

TIVRI Karena sekarang aku mengerti bahwa aku tidak mengerti

KETAWA. SEMUA KETAWA

JURAGAN Jadi apa yang harus kamu katakan kalau mereka nanti bertanya?

TIVRI Bertanya apa?

ISTRI Apakah harta karun sudah diketemukan?

TIVRI Kan sudah?

ALUNG Diem!

MEMUKUL TAPI DIPUKUL DULUAN OLEH JURAGAN JADI TERDIAM

JURAGAN Jadi kamu harus bilang apa?

TIVRI Apa ya?

ALUNG Awas, kalau salah ngomong gua gebukin sampai gepeng

JURAGAN Kamu harus bilang …….

TIVRI Harta karun sudah.....

ALUNG Awas!

JURAGAN Harta karun sudah apa?

ALUNG Sudah apa?!!!!

10

TIVRI Sudah dicari …… tapi belum ketemu.

SEMUA Bagus!

JURAGAN Itu namanya CS, aku sayang sama orang yang setia!

KABUT YANG SEBENARNYA DATANG.

ISTRI Kabut sudah datang, Pak!

JURAGAN Ayo cepat kita bawa pulang! Tiup sempritan kamu Tivri, siapa tahu masih ada yang di dalam!

TIVRI CEPAT MENGGAPAI PELUITNYA.

TIVRI (Bicara Dengan Corong) Kabut sudah turun. Malam sudah tiba. Harta karun tetap belum ketemu tapi besok pagi semua harus tetap bekerja demi masa depan bangsa!

JURAGAN, ISTRI DAN ALUNG MENEPUK-NEPUK BAHU TIVRI.

JURAGAN Bagus. Sekali lagi!

TIVRI Harta karun belum ketemu, tapi kita semua tetap harus bekerja!

11

BAGIAN KEDUA

DI DEPAN TAMBANG, NAMPAK BONGKAH EMAS ITU DITUTUPI OLEH KAIN HITAM. SAMBIL MEMBAWA LENTERA BARISAN PEKERJA DATANG KE TAMBANG DENGAN MENYANYI DAN BERSEMANGAT. TAK ADA YANG SADAR BAHWA ITU BONGKAH EMAS.

PEKERJA Waduh kita lebih dahulu dari matahari. Bang, kenapa kita mesti datang terlalu pagi?

PEMIMPIN PEKERJA Inilah perjuangan! Harta karun tidak akan ketemu kalau kamu malas.

PEKERJA Kenapa anak buah harus selalu datang duluan, padahal Bapak Pemimpin masih kelonan sama istrinya?

PEMIMPIN PEKERJA Itu namanya pengorbanan! Jangan membanding-bandingkan nasib! Pemimpin tanggungjawabnya banyak, hidupnya harus lebih enak. Ini perjuangan tanpa pamrih, tahu?

PEKERJA Bagaimana kalau harta pusaka ternyata tidak ada?

PEMIMPIN PEKERJA Eeee siapa lagi itu yang mabok?

PEKERJA (Yang Tadi Bicara Menunjuk Orang Lain) Ini dia orangnya Pak.

PEMIMPIN PEKERJA (Langsung Mendekat Dan Menampar) Apa yang kau bilang tadi bensye!?

PEKERJA Aku tidak bilang apa-apa Bos, kenapa mulutku ditampar?

PEMIMPIN PEKERJA (Menampar Sekali Lagi) Karena di dalam perjuangan tidak boleh membantah, tidak boleh punya keragu- raguan. Kita harus tetap apa?

PEKERJA (Yang Ditampar) Pantang mundur! Semangat menyala-nyala!

PEMIMPIN PEKERJA Bagus! Kalau pantang mundur, semangat terus menyala-nyala dan percaya kepada Bapak, batu pun bisa jadi emas.

12

PEKERJA Yang tidak ada pun akan jadi ada. Kemalangan akan berubah menjadi keberuntungan! Betul tidak kawan-kawan?

PEKERJA Betul sekali!

PEKERJA (Melihat Sesuatu) Stttt!

MENUNJUK. SEMUANYA TERTEGUN. PEMIMPINNYA MEMBERIKAN ISYARAT SUPAYA DIAM.

PEKERJA Siapa itu?

PEMIMPIN PEKERJA Sttt!

PEKERJA Lho itu bukannya Juragan?

PEMIMPIN PEKERJA Diem!

PEKERJA Ibu juga ikut. Ada apa?

PEMIMPIN PEKERJA Diem

PEKERJA (Memanggil) Juragaaaan!

LANGSUNG MULUTNYA DIBEKUK OLEH PEMIMPIN, LALU SEMUANYA DIPAKSA SEMBUNYI DI BALIK BONGKAH EMAS YANG DITUTUP KAIN HITAM.

JURAGAN DAN IBU DAN SEORANG PEMBELI WARGA ASING SERTA DUA ORANG CENTENGNYA MUNCUL.

JURAGAN Ini harta karun emas asli 1000 karat Tuan.

PEMBELI KAYA (Suaranya Bule) Ah masak

JURAGAN Tidak salah lagi. Coba disingkap Bu!

13

ISTRI Kalau bukan emas nanti duitnya boleh kembali Tuan!

JURAGAN DAN ISTRI MENARIK KAIN HITAM KE BELAKANG BONGKAH EMAS DAN KELIHATANLAH BONGKAH EMAS .

JURAGAN Lihat sendiri buktinya. Asli!

ISTRI Kami juga tidak percaya sebelum percaya. Ini emas tua, harta warisan leluhur Tuan.

PEMBELI KAYA (Mengeluarkan Kaca Pembesar) Ini seperti batu yang disepuh. Boleh dites!

JURAGAN Masak Tuan tidak percaya sama kita orang?

ISTRI Silahkan tapi cepet sebab sebentar lagi mereka keburu datang semua nanti jadi kasus.

PEMBELI KAYA Coba tes! Siap!

KEDUA CENTENG PEMBELI LANGSUNG MENGAMBIL ANCANG-ANCANG HENDAK MENUBRUK BONGKAH EMAS ITU. BAPAK DAN ISTRI LANGSUNG MENGHADANG.

JURAGAN Jangan! Tidak boleh disentuh sebelum dibayar.

ISTRI Ada uang barang dibawa, tidak ada uang Tuan tidak boleh comot apa-apa.

PEMBELI KAYA Awas minggir ! Mereka sudah diprogram untuk ngetes, tidak bisa dibatalkan.

LANGSUNG MENDORONG BAPAK DAN MENGHAMPIRI SERTA MEMELUK ISTRI AGAR TERHINDAR. KEDUA CENTENG ITU MENUBRUK DENGAN KERAS PAKAI KEPALANYA BONGKAS EMAS DAN TERJUNGKAL JATUH.

CENTENG 1 Aduh asli Tuan, tapi gigiku copot semua!

CENTENG 2 Busyet, berokku turun lagi!

JURAGAN Makanya jangan curiga, ini emas asli, harta pusaka!

14

PEMBELI KAYA MASIH TETAP MEMELUK ISTRI DAN TERTAWA PUAS

PEMBELI KAYA Bagus-bagus. Aku bayar kontan. Ini duitnya!

(Mengulurkan Duit Dan Langsung Memerintah Centengnya)

Cepet angkat itu harta pusaka nanti kita tertangkap basah!!

CENTENG 2 Siap!

CENTENG 1 Tunggu ituku ketinggalan satu!

PEMBELI KAYA Cepet kapal terbangnya sudah mau nunggu! Nanti kau operasi plastik saja!

KEDUANYA LALU MENGANGKAT BONGKAH EMAS DAN PERGI. PARA PEKERJA YANG BERADA DIBALIK BONGKAH EMAS TADI YANG MENUTUPI DIRINYA DENGAN KAIN HITAM, MENGINTIP. PEMBELI KAYA MASIH TETAP MEMELUK ISTRI LALU MENGULURKAN TANGAN PADA BAPAK YANG MASIH MENGHITUNG UANG.

PEMBELI KAYA Tidak usah dihitung, kalau lebih, nanti ente terpaksa kembalikan. Good Bye

JURAGAN O ya betul. Terimakasih Tuan, Selamat jalan.

PEMBELI KAYA Kalau nanti ada emas pusaka yang lebih gede lagi kasih tahu cepet ya! Tapi jangan sampai kunyuk-kunyuk itu tahu, bahaya nanti semuanya minta persenan. Kita bisa rugi. Oke? Sampai jumpa!

PEMBELI KAYA PERGI SAMBIL TERUS MEMELUK ISTRI JURAGAN DAN MEMBAWANYA PERGI. JURAGAN TERSENYUM DAN MELAMBAI SAMPAI KEDUANYA PERGI. ALUNG MUNCUL DAN MELIHAT UANG DI TANGAN JURAGAN.

JURAGAN Apa kau ngintip-ngintip?!

ALUNG Juragan

JURAGAN Ah kau ini masih pagi belum waktunya kerja!

15

JURAGAN Juragan! Apa Ibu juga ikut dijual ?

JURAGAN Apa?

ALUNG Itu bukan hanya harta pusaka, istri Ente juga mau dinaikkan ke atas kapal terbang!

JURAGAN (Terkejut) Ya Tuhan!! Yang itu tidak dijual! Tuan!!! Tunggu!

(Kepada Alung)

Cepat kejar!

ALUNG Kirain dari tadi emang ikut dijual. Tahu gitu saya sikat dari tadi.

LARI TAPI KE ARAH LAIN

JURAGAN Bukan ke situ!! ke sana!!

ALUNG Ya tapi kita juga pamitan sama istri dulu, Bos. Siapa tahu!

KABUR

JURAGAN Brengsek. Jangan itu tidak dijual!

JURAGAN GELAGAPAN MENGEJAR. PARA PEKERJA YANG TERTUTUP KAIN HITAM KELUAR SEMUANYA DARI KAIN MAJU DAN MELIHAT DENGAN BENGONG.

JURAGAN Itu tidak dijual!!!

PARA PEKERJA BENGONG. BINGUNG

PEMIMPIN PEKERJA Kita tertipu lagi. Barang pusakanya ternyata sudah ketemu!

PEKERJA Makanya Pak, jangan kita terlalu percaya sama si TIVRI!

PEMIMPIN PEKERJA Kenapa?

16

PEKERJA Mulutnya sudah distel, kita dikibulin terus bekerja supaya Juragan bisa jual harta pusaka! Jangan-jangan Bapak juga

PEMIMPIN PEKERJA MAU MENGGAMPAR. TANGANNYA CEPAT DIPEGANG TEMANNYA.

PEKERJA Bapak kan pemimpin kita, jangan kebiasaan main gampar aja, aku kan tadi mau bilang

PEMIMPIN PEKERJA Habis aku dituduh sudah kena suap!

PEKERJA Lho siapa yang nuduh, Bapak terlalu sensitif

PEMIMPIN PEKERJA Kalau aku tahu itu sogokan pasti aku tolak aku kira itu hanya.....

PEKERJA Sttttttt!

KABUT DATANG. MATAHARI MULAI NAMPAK DI BELAKANG LAYAR BESAR. TIVRI MUNCUL MEMBAWA LENTERA SAMBIL MENYANYIKAN LAGU BEKERJA. KEMUDIAN DIA MENIUP SEMPRITAN DAN MEMUKUL LONCENG LIMA KALI. SEMUANYA LALU DUDUK PROTES.

TIVRI Siapa yang tidak mau kerja tanda tidak sayang sama bangsa dan negara. Bangun, hari sudah siang, harta pusaka harus digali!

PARA PEKERJA YANG WAJAHNYA NAMPAK LESU MALAH KEMUDIAN BERBARING TIDUR

TIVRI Sudah siang kok masih teler-teleran. Ayo cepat kerja!

PEKERJA Ngapain capek-capek kerja

TIVRI Wah semangat kamu sudah luntur.

PEKERJA Kau yang luntur, Pengkhianat!

TIVRI Lho kok marah?

17

PEMIMPIN Sikat saja lemper ini!

SEORANG PEKERJA MEMBEKUK TIVRI DAN MENCEKEKNYA. YANG LAIN LANGSUNG IKUT MEMBEKUK DAN MEMBALIKKAN KEPALA TIVRI KE BAWAH.

TIVRI Lho-lho apa-apaan ini

PEKERJA Kapok tidak?

TIVRI Kapok apa?

PEKERJA Ngaku tidak?

TIVRI Ngaku apa?

PEMIMPIN PEKERJA Telanjangin!

SEMUANYA MERUBUNG MAU MENELANJANGI TIVRI. ISTRINYA MUNCUL.

ISTRI TIVRI Jangan, jangan telanjangin suamiku

PEKERJA Supaya jadi pelajaran!

ISTRI TIVRI Menelanjangi kok pelajaran

PEMIMPIN PEKERJA Diam. Suamimu ini penipu. Masak dia suruh kita kerja terus, padahal harta karun sudah ketemu dan sudah laku dijual

ISTRI TIVRI Masa?

PEMIMPIN PEKERJA Suruh dia membuat pengakuan dosa! Koar-koar nyuruh kita kerja padahal harta sudah dilego

SALAH SEORANG MAU MENAMPAR. ISTRI TIVRI MENJERIT

18

PEKERJA Lho yang ditampar di sini kok kamu yang menjerit?

TIVRI MAU NGOMONG, CEPAT SALAH SATU MEMLESTER MULUT TIVRI

ISTRI TIVRI Maaf Bang!

PEKERJA Maaf, maaf, tapi misoa kamu ngibulin terus

ISTRI TIVRI Ini yang terakhir, nanti tidak bakalan lagi

PEMIMPIN PEKERJA Tidak bakalan lagi ngapain?

ISTRI TIVRI Tidak bakalan berbohong lagi.

PEKERJA Jadi betul dia sudah berbohong?! Sikaaaaaat!

PEMIMPIN PEKERJA Tenang!

(Kepada Istri Tivri)

Apa saja kebohongan misoa kamu?

ISTRI TIVRI Suami saya sebenarnya sudah tahu dan melihat dengan mata kepala sendiri, harta karun itu sudah ketemu. Gede lagi, cukup buat makan kita semua lima tahun.

PEKERJA Sialan!

PEMIMPIN PEKERJA Sttt! Jadi kalau sudah tahu kenapa dia bohong?

ISTRI TVRI Disuruh Juragan dan Ibu. Katanya biarin jangan dikasih tahu yang lain, nanti nggak ada yang mau kerja lagi. Kalau tahu harta karun sudah ketemu, nanti malah gontok- gontokkan. Mereka kan pemalas semua!

PEKERJA Kurangajar!

ISTRI TIVRI Itu kata Juragan bukan kata suami saya!

19

PEMIMPIN PEKERJA Kok kamu tahu?

ISTRI TIVRI Kata suami saya

PEKERJA Kurangajar, masa kita dibilang pemalas. Yang pemalas itu kita atau dia!!?

PEKERJA Amuuuuk!

PEMIMPIN PEKERJA Tunggu!

(Kepada Semua)

Kalau begitu kita disuruh kerja supaya tidak melihat Juragan menjual harta pusaka!? Kerbau! Aduh kenapa kamu semua bodo sekali?

PEKERJA Bapak juga.

PEMIMPIN PEKERJA Terutama kalian. Kenapa semua tidak tahu!

ISTRI TIVRI Lho jadi Bapak tidak tahu?

PEMIMPIN PEKERJA Tidak tahu apa?

ISTRI TIVRI Suami saya berbohong karena dipaksa Juragan!

PEKERJA Nah ketahuan sekarang belangnya. Jadi

(Kepada Tivri) terbukti sekarang kamu sudah bohong!

(Kepada Istri Tivri)

Kamu berani sumpah suami kamu sudah bohong?!

ISTRI TIVRI Lho Bapak tidak tahu?

20

PEMIMPIN PEKERJA Mana kita tahu

ISTRI TIVRI Kenapa tidak tahu

PEKERJA Kan kita bodoh

ISTRI TIVRI Ya Tuhan, kirain tahu, kalau begitu kenapa saya bilangin. Aduh maafkan aku suamiku. Aku salah ngomong lebih baik pingsan saja!

ISTRI TIVRI JATUH PINSAN.

PEKERJA Kurangajar. Jadi kita semua ditipu mentah-mentah, biarin saja dia pingsan. Sembelih saja si Gembrot ini!

TIVRI MAU DISEMBELIH.

PEMIMPIN PEKERJA Kenapa kamu sampai hati mengkhianati bangsamu sendiri!? Jawab!

PEKERJA Tidak akan bisa menjawab karena mulutnya diplester!

PLESTER DIBUKA.

PEMIMPIN PEKERJA Jadi kamu selama ini sudah berbohong kepada kita?

TIVRI Ya

PEKERJA Berapa kali

TIVRI Tujuh kali.

PEMIMPIN PEKERJA Hanya tujuh kali?

TIVRI Tujuh kali, kali satu minggu, kali satu bulan, kali sepuluh tahun

PEKERJA Sialan, kalau begitu seumur hidup. Habisin saja!

21

LANGSUNG MAU DITAMPAR, TAPI PEMIMPIN MENCEGAH.

PEKERJA Kita tidak perlu jawaban karena ketakutan.

(Mengulurkan Tangan. Tivri Heran Tapi Menyambut. Lalu Pekerja Berkata Lembut)

Mengapa ente bohong!!?

TIVRI Karena kalau tidak begitu aku tidak bisa makan

PEKERJA Kami juga tidak makan tapi tidak berbohong! Gebukin!

SEMUANYA BETERIAK HISTERIS KARENA MARAH. SEMUA MAU MENGGEBRAK, TAPI ALUNG MUNCUL

ALUNG Stoppppp! Jangan berantem.

SEMUANYA BERHENTI DAN MELIHAT KEPADA ALUNG

ALUNG istri Juragan meninggal karena bunuh diri, tidak sudi dijual. Harap semuanya tenang. Mari kita selesaikan ini secara musyawarah. Kita sebenarnya semua saudara bukan? Bapak menyesal sudah berbohong walaupun itu demi kebaikan. Harta karun tidak dijual, tetapi diselamatkan. Yang dijual itu duplikatnya.

KETAWA

PEMIMPIN PEKERJA O ya? Jadi Bapak bisa ngibulin tuan-tuan penjajah kita dulu itu

ALUNG O ya, namanya saja Bapak. Pasti akalnya banyak!

SEMUA BERTERIAK

PEMIMPIN PEKERJA Hidup kita!!!! Mari kita bantu Bapak!

SEMUA BERLARI MENYUSUL. TINGGAL TIVRI

ALUNG (Mengedipkan Mata Sama Tivri) Dasar bodoh tetap saja bisa kita tipu! Teruskan perjuanganmu menipu Tivri!

KETAWA DAN KELUAR

22

TIVRI Aduh, kalau begini aku kapok jadi tukang bual! Aku berhenti! Lebih baik cari uang halal untuk anak bini. (Melihat Istrinya Berbaring) Ya Tuhan! Istriku mati? Kalau dia mati, aku lebih baik bunuh diri!

MENGAMBIL PISAU HENDAK MENUSUK DIRINYA SENDIRI. ISTRI TIVRI BANGUN.

ISTRI TIVRI Jangan Bang!

TIVRI (Tertawa) Tertipu lagi! Dasar suka nipu! aku jadi ahli. Tapi mulai sekarang aku berjanji akan berhenti!

23

BAGIAN KETIGA

SEMUANYA MASIH TIDURAN MALAS DI ATAS BALAI-BALAI. TIVRI JUGA IKUT TIDURAN. ISTRI MUNCUL DAN TERKEJUT.

ISTRI Sudah siang mengapa semua masih tiduran? Paakk!

JURAGAN Ada apa?

ISTRI Tidak ada yang mau kerja Pak!

JURAGAN Cilaka Tiga Belas!

(Membangunkan Tivri)

Ayo pemalas, pukul loncengnya!

TIVRI BANGUN TAPI TIDUR LAGI

JURAGAN Bangun!

ISTRI JURAGAN MEMUKUL LONCENG SAMBIL NAIK KE ATAS BALAI- BALAI, TAPI TIDAK ADA YANG BANGUN. DIA MENIUP SEMPRITAN DEKAT DENGAN TELINGA TIVRI, TAPI TIVRI JUGA TIDUR.

JURAGAN Kenapa kamu ikut teler? JURAGAN DAN ISTRINYA MEMUKUL LONCENG DAN MENIUP SEMPRITAN BISING. ISTRI MENYANYI.

JURAGAN Harta karun pusaka bangsa harus dicari, digali, kalau tidak bisa dicuri!

TIVRI BANGUN

TIVRI Tidak akan berhasil Juragan!

JURAGAN Kenapa?

TIVRI Mereka sudah tahu, mereka sudah ditipu. Kecuali...

24

JURAGAN Kecuali apa?

TIVRI Kalau kita berkata jujur

JURAGAN Masa?

ISTRI Jangan dengarkan omongannya!

TIVRI Ya sudah, saya juga tidak sanggup lagi berkata bohong. Emang gampang berbohong?

TIVRI TIDUR LAGI

JURAGAN Waduh bahaya

ISTRI Biar saja Pak, malah bagus

JURAGAN Tapi kalau mereka tidak bekerja, mereka akan tahu kita banyak duit sudah jual pusaka. Kita tidak akan ada kesempatan berbelanja. Mereka pasti marah kalau lihat kamu pakai mobil mewah

ISTRI Masa? Kalau gitu lebih baik mereka terus kerja.

TIVRI Kalau gitu bicara yang jujur dong! JURAGAN Ya sudah, kami bilang jujur saja, tapi jamin mereka akan mau kerja lagi. Jamin?

TIVRI Jamin!

JURAGAN Oke kalau begitu bangunkan mereka.

TIVRI CEPAT MENGAMBIL CORONG LALU MENIUP SEMPRITAN.

TIVRI Tambang harta pusaka isinya hanya batu. Harta Pusaka tidak pernah ada. Tetapi bangsa yang besar adalah bangsa yang terus berjuang dan bisa mengubah batu menjadi emas. Singsingkan lengan baju!! Majuuuuuu!!

SEMUANYA BANGUN. KEMUDIAN MENYANYI, LALU MASUK KE DALAM

25

TAMBANG UNTUK BEKERJA.

TIVRI Benar kan juragan?

SEMUA ORANG KEMBALI BEKERJA DI DALAM LAYAR, NAMPAK DI DALAM SILHUET.

JURAGAN Ternyata kamu betul.

ISTRI Kalau begitu sekarang aku bisa beli mobil mewah, rumah mewah dan makan mewah?

JURAGAN Bisa!

ISTRI Tidak ada yang akan sirik?

JURAGAN Tidak. Kan tidak ada yang lihat. Itu hikmahnya kalau kita berkata jujur! Terimakasih Tivri. Mulai sekarang kamu harus terus berkata jujur! Keluarkan mobilnya Alung!

TERDENGAR BUNYI MENDERAM. ALUNG KELUAR DENGAN MOBIL MEWAH.

ISTRI Itu mobilku?

JURAGAN Bukan ini mobilku.

ALUNG Mobil Ibu lebih mewah lagi.

ISTRI Keluarkan cepat.

JURAGAN MENGAMBIL MOBIL, ALUNG MENGAMBIL MOBIL YANG LEBIH MEWAH.

ISTRI Itu mobilku?

ALUNG Ini mobil Ibu!

ISTRI BERSORAK DAN MENGAMBIL MOBIL.

26

ISTRI Ayo Pak kita jalan-jalan ke luar negeri!

JURAGAN Ayo!

KEDUANYA MENGENDARAI MOBIL HAMPIR MENYEREMPET TIVRI. KEMUDIAN MENYUSUL SEBUAH MOBIL LAGI DINAIKI ALUNG LEBIH MEWAH LAGI.

ALUNG Dan ini mobilku, lebih mewah!

KETAWA DAN MENYUSUL, SAMBIL MENABRAK TIVRI. ISTRI TIVRI MUNCUL DAN MENOLONG SUAMINYA BANGUN.

ISTRI TIVRI Begini jadinya kalau jujur Bang. Mereka kaya, kita tidak dapat apa-apa.

TIVRI Memang, tapi hatiku tenang. Untuk apa kaya kalau banyak dosa.

TIBA-TIBA KABUT MUNCUL. KEDUANYA TERKEJUT. LALU TERDENGAR SORAK PARA PEKERJA DI DALAM BUKIT.

PARA PEKERJA Harta Pusaka di tangan kita!

NAMPAK SILHUET PARA PEKERJA MENGANGKAT HARTA PUSAKA LEBIH BESAR LAGI DARI EMAS YANG DIDAPAT SEBELUMNYA.

TIVRI Ya Tuhan Harta Pusaka ternyata ada!

27

BAGIAN KEEMPAT

DALAM KABUT, PARA PEKERJA DATANG SAMBIL MENGANGKAT HARTA PUSAKA. BONGKAH EMAS YANG LEBIH BESAR DARI SEBELUMNYA. TIVRI MENARIKNYA DENGAN TALI, SEDANG ISTRINYA IKUT MENGANGKAT.

TIVRI Akhirnya! Selamat atas kemenangan ini!

PEKERJA Kita berhasil membuat batu menjadi emas

TIVRI Itu berkat perjuangan yang tidak kenal lelah

PEMIMPIN PEKERJA Juga karena kejujuran Ente Tivri!

TIVRI Itu berarti kita harus tetap jujur, selalu jujur dan mesti jujur!

PEKERJA Tapi ada perekecualiannya.

TIVRI Perkecualian apa?

PEKERJA Kalau menghadapi orang yang tidak jujur.

TIVRI Maksudnya?

PEMIMPIN PEKERJA Dari dulu kita ditipu, katanya harta pusaka belum ketemu padahal sudah dijual. Kalau sekarang kita jujur, harta pusaka akan kembali diambil dan dijual. Jadi...

PEKERJA Kalau juragan datang, jangan bilang kita sudah menemukan harta pusaka!

TIVRI Itu namanya bohong dong?

PEKERJA Memang. Tapi kan untuk kebaikan.

TIVRI Kebaikannya apa?

28

PEMIMPIN PEKERJA Harta Pusaka akan jadi milik kita dan bisa kita bagi rata. Kita semua akan naik mobil dan Juragan tidak dapat apa-apa.

TIVRI Wah itu tidak adil.

PEKERJA Memang keadilan itu tidak merata, karena datangnya bergantian jadi nampak seperti tidak adil. Tapi inilah keadilan yang sejati.

TIVRI Tapi bagaimana bisa bohong emasnya besar begini.

PEMIMPIN PEKERJA Bohong itu paling gampang, tidak bisa habis. Siap semua!

PARA PEKERJA Siap!!!

PEMIMPIN PEKERJA Bim Salabim berubah!

EMAS LANGSUNG DITUTUPI DENGAN KAIN HITAM.

PEMIMPUN PEKERJA Dalam sekejap emas menjadi batu.

PEKERJA Kalau Juragan datang, bilang saja kita hanya dapat batu, sebab memang dari awal maunya menggali batu. Malah kita akan diberi upah sebab sudah bisa mengeluarkan batu sebesar ini.

PEMIMPIN PEKERJA Oke?

TIVRI Tapi...

ISTRI TIVRI Oke

PEKERJA Bagus. Kaum istri memang lebih cepat mengerti! Demi kebaikan berbohong itu perlu!

TIVRI Tetapi aku masih punya tetapi yang lain. Aku sudah bersumpah pada diriku aku tidak mau lagi berkata bohong. Kita harus jujur kepada rakyat, tapi kita harus jujur kepada pemimpin. Kita...

29

SALAH SEORANG MENUTUP MULUT TIVRI.

PEKERJA Stttttt!

TERDENGAR BUNYI KLAKSON. SEBUAH MOBIL MEWAH BERHENTI. LALU JURAGAN ISTRI DAN ALUNG TURUN. MEREKA MEMAKAI PAKAIAN MEWAH.

JURAGAN Lho belum pukul lima mengapa sudah berhenti kerja?

TIVRI Habis mereka

PEKERJA MENUTUP MULUT TIVRI

PEKERJA Kami hanya ketemu batu juragan.

JURAGAN Memang ini bukit batu, isinya tentu saja batu.

ISTRI Bekerja itu jangan cuma ngitung hasilnya.

JURAGAN Ini perjuangan menunjukkan kita manusia yang gigih. Itu apa??

MENUNJUK HARTA PUSAKA

PEKERJA Batu Juragan.

JURAGAN Buat apa membawa batu. Ayo kembali semua masuk ke dalam tambang. Kerja! Alung singkirkan batu itu!

ALUNG Untuk apa batu Juragan?

JURAGAN Aku bilang singkirkan, bawa pulang ke rumahku!

PEKERJA Tapi Juragan

JURAGAN Batu kok dibawa keluar! Ayo Alung tarik. Tarik Bu biar mereka bisa bekerja lagi! Ayo!

30

JURAGAN MENGAMBIL TALI DAN MENARIK BARU ITU.

ALUNG Tapi Juragan

JURAGAN Tarik!

ISTRI Tapi Pak…

JURAGAN (Membentak) Tarik!

ALUNG Aduh sudah biasa naik mobil, narik batu aku jadi merasa hina!!

JURAGAN Jangan bicara, tarik!

JURAGAN IKUT MENARIK. SEMUA MENARIK. PARA PEKERJA BERBISIK- BISIK.

PEKERJA Juragan, biar kami saja yang menariknya Juragan!

JURAGAN Tidak usah. Kamu kerja saja terus!

PEKERJA Tapi itu hanya batu juragan.

JURAGAN Tidak apa. Pembeli yang suka batu juga ada.

PEMIMPIN PEKERJA Tapi ini berat Juragan, nanti kami carikan batu yang lebih baik.

JURAGAN Tidak usah! Ini sudah ada yang mau beli. Itu dia orangnya.

PEMBELI KAYA DAN KEDUA CENTENGNYA MUNCUL

PEMBELI KAYA Mana batunya? Mana batunya?

JURAGAN Selamat datang Bos. Ini dia kebetulan batu yang Ente pesan sudah ada.

31

PEMBELI KAYA Bagus! Bagus! Coba tes! Tes!

CENTENG Siap!

PARA PEKERJA MENCOBA MENGHALANGI. MEREKA BERJAJAR DI DEPAN BATU.

PEMIMPIN PEKERJA Tidak usah dites ini hanya batu. Sumpah ini hanya batru.

JURAGAN Awas!

PEMBELI KAYA Tesssssssss!

KEDUA CENTENG MENUBRUKKAN KEPALANYA. PARA PEKERJA BERLOMPATAN MENYELAMATKAN DIRI. KEDUA GENTENG TERPENTAL. DAN JATUH.

CENTENG Wah operasi plastikku ambrol. Asli Tuan.

CENTENG Lebih asli dari yang dulu.

PEMBELI KAYA Bagus. Ini bayar kontan!

PEMBELI KAYA MEMBERI JURAGAN DUIT, LALU MENYAMBAR ISTRI JURAGAN.

PEMBELI KAYA Kalau ada lagi batu yang lebih keras SMS ya. Daaaaaag! Tarikkkkkkkk!

SEMUANYA MENARIK BATU ITU KELUAR. ALUNG CEPAT MENGHAMPIRI JURAGAN YANG MENGHITUNG UANG.

ALUNG Juragan ini beneran dijual?

JURAGAN Hus diem!

ALUNG Ini jual batu atau jual istri?

32

JURAGAN Apa?

ALUNG Itu bukan hanya batu, istri Ente juga dibawa.

JURAGAN (Kaget) Ya Tuhan itu tidak dijual! Kejar!

ALUNG MAU LARI KE TEMPAT LAIN TAPI DITARIK OLEH JURAGAN.

JURAGAN Itu tidak dijuaaalll!!!

ALUNG DISERET JURAGAN UNTUK MENGEJAR ISTRINYA. TINGGAL PARA PEKERJA BENGONG.

PEKERJA Ya Tuhan harta pusaka kita dibawa

PEKERJA Dijual hanya harga batu

PEMIMPIN PEKERJA Bodo! Bodo! Kalian semua kerbau! Kenapa harta pusaka dibiarkan dibawa pergi?

TIVRI Itu akibatnya kalau berbohong! Coba kalau dari tadi bilang itu harta pusaka, masak Juragan tega menjual kiloan seperti batu.

PEKERJA Bener juga. Ayo jujur sekarang! Jujur!

PEMIMPIN PEKERJA Cepat jujur!

TIVRI Bener? Aku boleh bicara jujur sekarang?

PEMIMPIN PEKERJA Boleh!

TIVRI Tidak akan menyesal?

PEKERJA Ngapaian menyesal.

TIVRI Konsekuen?

33

PEKERJA Konsekuen!

TIVRI Transparan?

PEKERJA Banyak mulut kamu! Cepet bilangin itu emas! Supaya jangan terlanjur dibawa keluar negeri!

TIVRI Tapi, beneran berani jujur kepada rakyat dan jujur kepada pemimpin?

PEKERJA Berani!

(Mengambil Corong)

Ayo teriak sebelum keburu dinaikkan ke kapal!

TIVRI Tapi salaman dulu!

PEKERJA Sialan! Cepet!

TIVRI Kalau tidak jujur dalam berkata jujur tidak akan pernah mujur!

PEKERJA Cepat!

TIVRI Tidak usah dikatakan, Juragan sudah tahu itu emas, makanya buru-buru dijual.

SEMUA BENGONG.

PEKERJA O nasib!

SEMUA PEKERJA AMBRUK. TIVRI BENGONG. JURAGAN, ISTRI DAN ALUNG MUNCUL.

JURAGAN Kenapa belum mulai bekerja?

TIVRI Semuanya kena serangan jantung, Juragan, karena juragan sudah menjual harta karun itu.

34

JURAGAN Harta karun apa?

TIVRI Lho Juragan tidak tahu?

JURAGAN Tidak tahu apa?

TIVRI Yang tadi Juragan jual itu bukan batu tapi harta karun?

JURAGAN Harta karun?

ISTRI Ya Tuhan harta karun sebesar gajah? Diangkut ke luar negeri sebagai batu? Aku juga jantungan!

ISTRI TUMBANG.

JURAGAN Jadi aku sudah menjual harta karun sebagai batu?

TIVRI Lho aku kira Juragan tahu!

JURAGAN Habis mereka bilang batu, bagaimana aku tahu! Aku pingsan.

ALUNG Sebentar dibersihkan dulu ada batunya.

(Membereskan)

Nah silakan Juragan.

JUARAGAN Kau saja duluan!

ALUNG Apa kata Juragan! Si Alung pingsan!

ALUNG PINGSAN.

JURAGAN Gila kalau begini caranya, aku kapok, mulai sekarang aku perintahkan jangan ada kata bohong lagi. Tidak boleh ada dusta diantara kita! Semua harus jujur! Jujur kepada siapa saja! Jujur kepada rakyat, jujur kepada pemimpin, jujur kepada diri sendiri. Jujur kepada …….

35

TIVRI MEMUKUL BEL DAN MENGAMBIL CORONG, SEMENTARA JURAGAN TERUS BICARA.

TIVRI Para pemirsa di seluruh Tanah Air mulai saat ini kita memasuki era baru satu kata dengan perbuatan. Kita bersumpah dalam berkata selamanya jujur!

TERDENGAR LAGU KERJA. KABUT MULAI DATANG LAGI DAN DI BUKIT NAMPAK SILHUET ORANG-ORANG BEKERJA.

SELESAI

Jakarta 6 Agustus 06

36

RIWAYAT HIDUP PENULIS Shidqi Dhaifan Riadhi lahir di Jakarta pada tanggal 02 Juni 1993. Anak pertama dari pasangan Bapak Eddy Supriady dan Ibu Amaliah Kurniasih ini memulai pendididikan di Taman Kanak-kanak Aisyiah 32 Srengseng Sawah, lalu melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03 Pagi Lenteng Agung, kemudian melanjutkan ke MTs N 4 Jakarta. Sebelum melanjutkan keperguruan tinggi, penulis menempuh pendidikan di MAN 13 Jakarta kemudian akhirnya memilih untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi Universitas Islam Negeri Jakarta. Keingintahuan penulis untuk mendalami bahasa dan sastra Indonesia yang menjadi motivasi bagi penulis untuk memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan mengambil jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis termasuk orang yang menyukai olahraga outdoor dan futsal sehingga rutin ikut meramaikan acara yang diadakan jurusan PBSI yaitu PBSI Cup. Penulis pernah menjuarai turnamen futsal PBSI Cup tahun 2011. Sampai saat ini penulis masih rutin melakukan kegiatan olah raga tersebut. Penulis yang kini sudah menyandang status suami dari wanita bernama Astri Pertiwi dan sedang giat merintis usaha dibidang percetakan dan advertising dengan nama perusahaan Star Production.