“TRADISI KEMBAR MAYANG DALAM PROSESI PERNIKAHAN ADAT JAWA DI DESA MINGKUNG JAYA KECAMATAN SUNGAI GELAM KABUPATEN MUARO JAMBI”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Sejarah Peradaban Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh DIAN AGUSTINA NIM. AS.160942

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2021

MOTTO ُخ ِذ ا ْلعَ ْف َو َوأْ ُم ْز بِا ْلعُ ْز ِف َوأَ ْع ِز ْض َع ِه ا ْل َجا ِه ِلي َه Artinya : Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan perdulikan orang-orang yang bodoh (Q.s. Al- A’raf: 199)1

1 Departemen Agama RI, Abdus Sami, Dkk, Al-Qur’an Dan Terjemahnya : Juz 09, (Jakarta: LESTARI BOOKS 2004) , hlm 176

PERSEMBAHAN

بِ ْس ِم ا ّّللِ ا َّل َز ْحم ِه ال َّز ِحي ِم

Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan karunia-Nya yang telah memberikan ku kekuatan serta membekaliku dengan ilmu pengetahuan sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini .

Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari beliau.Aamiin..

Teristimewa kupersembahkan karya kecil ini kepada cahaya hidup yang sangat kusayangi Ayahanda (Suparmin) dan (Suparti) tercinta, terkasih, dan yang tersayang sebagai tanda bakti, hormat dan terimakasih yang setulusnya.Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha, do’a, semangat dan materi yang telah diberikan untuk penyelesaian tugas akhir ini dibangku perkuliahan. Semoga ini menjadi awal untuk membuat Ibunda dan Ayahanda bahagia.

Seluruh keluarga besarku yang tercinta, untuk adikku yang tercinta (Habib Mustaqim) terimakasih atas do’a, cinta, kasih sayang dan bantuan kalian selama ini. Serta keponakan-keponakan kutersayang terimakasih untuk senyum dan tawanya. Hanya karya kecil ini yang dapatku persembahkan, semoga dapat menjadi kebanggaan kalian semua.

Terkhusus untuk Almamater dan kampus biru tercinta.

Tak lupa untuk sahabat dan teman seperjuangan SPI’16.

Serta sahabat, kawan-kawan sehidup, seperjuangan dan sependeritaan dikontrakan, Terimakasih untuk do’a, nasehat, hiburan, kerjasama, ide, traktiran, tebengan dan semangat yang kalian berikan selama ini. Sukses untuk kita semua

Aaminn….

KATA PENGANTAR

بِ ْس ِم ا ّّللِ ا َّل َز ْحم ِه ال َّز ِحي ِم

Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulilah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis berupa kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi” serta teriring sholawat dan salam kepada nabi akhirul kalam yakni nabi besar Nabi Muhammad SAW.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan kendala yang penulis hadapi dalam upaya penyelesaian skripsi ini. Namun, berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya hambatan dan kendala tersebut dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis yaitu Bapak Syamsu Hadi, J. M. Hi selaku pembimbing I dan Mina Zahara, S. Hum. MA. selaku pembimbing II. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar sarjana di Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah memeberikan bimbingan dan bantuan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini, terimakasih saya ucapkan. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengaturkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta Ibunda Suparti dan Ayahanda Suparmin, yang telah memberikan kasih sayang, do’a yang tiada hentinya, dukungan, dan masukan selama ini, agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini. 2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Su’aidi As’ari, M.A.Ph.D, selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 3. Yth. Ibu Dr. Rofiqoh Ferawati, SE, M.EI, Yth. Bapak Dr, As’ad Isma, M. pd, Yth. Bapak Dr. Bahrul Ulum, S.Ag, MA, selaku Wakil Rektor I, II dan III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 4. Yth. Ibu Prof. Dr. Halimah Dja’far, S.Ag, M.FiI.I, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan thaha Saifuddin Jambi. 5. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag,Yth. Bapak Dr. Alfian , S.Pd, M.Ed, Yth. Ibu Dr. Raudhoh, S,Ag, SS selaku wakil Dekan I, II dan III Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 6. Yth. Bapak Agus Fiadi, S,Ip, M.Si selaku ketua jurusan Sejarah Peradaban Islam UIN Sulthan thaha saifuddin Jambi. 7. Yth. Bapak Syamsul Hadi,J, M.Hi selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Mina Zahara, S. Hum, MA selaku Dosen Pembimbing II yang banyak sekali membantu peneliti dalam penulisan skripsi ini, dan juga ucapan terima kasih yang sangat besar peneliti ucapkan. 8. Yth. Bapak Ali Muzakir, M.Ag selaku Dosen pembimbing Akademi 9. Yth. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi khususnya Dosen Jurusan Sejarah Peradaban Islam yang telah banyak membantu dan mengajarkan ilmunya. 10. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 11. Yth. Kepada perpustakaan, pustakawan, staf perpustakaan yang ada di Dinas perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jambi yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian serta memerikan informasi yang penulis butuhkan.

12. Yth. Ibu Nurlaeni selaku ketua Museum Siginjei dan Yth. Ibu mala selaku budayawan di Museum Siginjei yang telah memeberikan ilmunya dan membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 13. Yth. Bapak Selamet Baharuddin dan Yth. Ibu Anis Rif’atin selaku pengasuh Pondok Pesantren dan Yth. Seluruh Guru-guru di Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Kota Jambi. 14. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a yang tiada hentinya agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini. 15. Mas Nurul Huda, yang selalu memberikan semangat serta do’a yang tiada hentinya agar penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana. 16. Sahabat terbaik Dwi Maryati Asmarita yang selalu memberikan semangat dan do’a baiknya kepada penulis agar penulis segera menyelesaikan skripsinya dengan baik. 17. Sahabat-sahabat SPI’16 yang sama-sama berjuang di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Khususnya kelas SPI/A yang telah menjadi patner diskusi yang baik bagi penulis. Penulis mengucapakan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisispasi dalam penyususnan skripsi ini, semoga Allah, SWT memeberikan keberkahan kita semua. Akhir kata penulis sangat berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan penulis keberkahan dunia dan akhirat. Wasalamu’alaikum Wr, Wb. Jambi, 01 Maret 2021 Penulis

Dian Agustina AS 160942

ABSTRAK

Agustina, Dian, 2020. “Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan Adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi”. Skripsi, Jurusan Sejarah Peradaban Islam, Fakultas Adab Dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Pembimbing I: Syamsu Hadi, J, M. Hi, Pembimbing II: Mina Zahara, S. Hum.MA. Penelitian ini dilatar belakangi dengan adanya permasalahan yang menarik untuk penulis teliti mengenai Tradisi Kembar Mayang yang masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Mingkung Jaya kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Penulis membahas beberapa poin yaitu tentang pelestarian Kembar Mayang, makna-makna filosofi yang terkandung didalam Kembar Mayang, dan prosesi upacara tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa Tengah dan Jawa Timur yang ada di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Tujuan penelitian ini untuk untuk mendeskripsikan bagaimana prosesi pernikahan suku Jawa dengan menggunakan Kembar Mayang, makna-makna filosofi yang terkandung didalam Kembar Mayang, dan latar belang dari Kembar Mayang tersebut yang menjadikan tradisi ini masih sangat dilestarikan dan dijaga dengan baik kemurniannya di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif, menggambarkan dan menceritakan apa saja yang dialami penulis dengan mendeskripsikan dalam sebuah tulisan pada Tradisi Kembar Mayang, data yang diperoleh adalah hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi mendalam bertempat di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi Kembar Mayang merupakan warisan leluhur nenek moyang yang biasanya dipakai dalam upacara pernikahan maupun kematian apabila masih berstatus lajang. Tradisi ini bukan hanya upacara biasa melainkan memiliki nilai-nilai, fungsi dan makna yang bermanfaat bagi calon pengantin. Makna-makna filosofi yang terkandung dalam Kembar Mayang memberi pesan atau nasehat-nasehat kebaikan dalam mengarungi bahtera rumah tangga calon pengantin. jika dilihat dari asal usul atau sejarah dari Kembar Mayang ini berasal dari agama animism dan hinduisme tetapi sangat diterima baik oleh masyarat Jawa yang bersuku Jawa di Desa Mingkung Jaya ini, bahkan salah satu pembuat Kembar Mayang di desa ini merupakan tokoh agama, beliau berpendapat jika boleh-boleh saja Kembar Mayang ada dalam upacara pernikahan suku Jawa tetapi jangan sampai berlebih-lebihan sampai menyalahi aturan agama islam.

Kata Kunci : Prosesi, Pelestarian, Pernikahan dan Adat Jawa

DAFTAR ISI

NOTA DINAS………………………………………….……..…………………..i PENGESAHAN ……………………………..……………………..………...... ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS………….………………..……....iii MOTTO………………..……..………………………………………………….iv PERSEMBAHAN……………………….…………………………………....….v KATA PENGANTAR……….…………………………………………………..vi ABSTRAK ………………………………...………………………………...... vii DAFTAR ISI……………………………..……………………………...…..….iix DAFTAR TABEL…………………………..…………………………...……....ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …….…………..……………..…….1 B. Rumusan Masalah …………………………………..……….10 C. Batasan Masalah ………….………………...………….……10 D. Tujuan Penelitian…………..……...……………………..…..11 E. Manfaat Penelitian ………….…………………………..…..11 F. Tinjauan Pustaka …………………….….………………...... 12 BAB II KERANGKA TEORI A. Kerangka Teori…………….……………………….……..… 14 1. Kebudayaan……….………………………………..…….14 2. Tradisi ………...………….……………………………...16 3. Kembar Mayang………………………………………….17 4. Adat Pernikahan …………………………………………18 5. Makna………….………………………………………....20 6. Pelestarian Kebudayaan ……………………………..…..21 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ……………………....…....22 B. Lokasi Penelitian …………………….…………….…….…..22 C. Sumber Data………………..……………………….………..22 1. Sumber Data Primer………………………..…………….23

2. Sumber Data Sekunder..……………………..……..…….23 D. Metode Pengumpulan Data.………………………………….24 1. Observasi …………………………………….…………..24 2. Wawancara ………………………………………………25 3. Dokumentasi……………..………………………..……..26 4. Penentuan Informan ………………………….…………26 E. Taknik Analisis Data ………………………………………...27 1. Analisis Domain………………………………………….27 2. Analisis Taksonomi .…………………..………..………..28 3. Analisis Komponen…………….……………..………….29 4. Analisis Tema Dan Budaya……………………………....29 F. Triangulasi Data……………………………..…...……..……30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………….…31 1. Asal Usul Desa Mingkung Jaya ………………………..…….….31 2. Letak Geografis……………………………………….………….32 B. Hasil Dan Pembahasan 1. Prosesi Pelaksanaan Tradisi Kembar Mayang………………….. 42 a. Pembentukan panitia……………………………………..………43 b. Persediaan Peralatan Perlengkapan…………….……….………..43 c. Pembuatan Kembar Mayang……………………….…….………45 d. Prosesi upacara Kembar Mayang………………………...……..50 2. Makna Filosifi Kembar Mayang a. Sejarah Kembar Mayang…………………………………..……..54 b. Makna filosofi yang terkandung pada Kembar Mayang…..…….55 3. Pelestarian tradisi Kembar mayang di Desa Mingkung Jaya a. Pelestarian tradisi Kembar Mayang ………………………..……59 b. Pandangan masyarakat terhadap adanya Tradisi Kembar Mayan..61 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………...64 B. Saran……….……………………………………………..67 C. Kata Penutup ……………………………………….……68

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN GAMBAR LAMPIRAN II KARTU KONSULTASI LAMPIRAN III DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, kemajemukan ini ditandai dengan adanya perbedaan golongan, suku bangsa dan etnik mempunyai kebudayaan sendiri secara bersama-sama hidup dalam satu wadah dan berada dibawah naungan sistem dan kebudayaan nasional Indonesia yang berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat dengan tingkat keragaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan keanekaragaman dicatat sebagai masyarakat multikultural. Ketika kita mengenal masyarakat sebagai sekelompok orang yang telah hidup cukup lama dengan bekerja sama sehingga mereka mampu mengorganisir diri dan menganggap dirinya sebagai sosial dengan batas-batas tertentu. 2 Kebudayaan menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin atau akal budi manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Pengertian yang lainnya adalah hasil kegiatan batin atau akal untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan. 3 Hal itu karena nilai budaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada didalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga, penting dalam kehidupan sehingga berfungsi sebagai sesuatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan masyarakat. Kebudayaan mengandung makna yang sangat luas, yang merupakan suatu manifestasi serta implementasi buah pikiran, perasaan, watak, kehendak

2 Middya Botty, Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu Dengan Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kelurahan Sukajadi Kecamatan Sukarami Palembang, Volume 1, No 2 Tahun 2017 (Palembang : Super Sukses), Pukul 10:42, hlm. 4 3 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka 2011), hlm. 1087

manusia dalam segala daya upaya dapat memberi kemanfaatan atau berdaya guna untuk hidupnya maupun untuk kehidupan orang lain atau masyarakat

banyak. Kebudayaan sebagai perwujudan ungkapan kreatifitas dari berbagai aspek kehidupan manusia terdiri atas beberapa corak dan ragam yang bersifat rohaniah. Sifat material tentunya yang mengangkut pengadaan bentuk sandang, pangan dan perumahan serta sifat kebendaan lainnya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat rohaniah menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak seperti halnya keindahan. 4 Seperti yang dikutip oleh Roger M.Keesing didalam bukunya yang berjudul antropologi budaya menurut Edward B. tylor budaya merupakan suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang di pelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.5 Sedangkan definisi lain menyebutkan bahwa kebudayaan adalah semua perangkat sistem gagasan, tindakan, hasil atau benda-benda manusia yang di peroleh dengan cara belajar dalam rangka hidup bermasyarakat dan dimiliki oleh manusia.6 Dari beberapa penjelasan diatas tentang kebudayaan maka posisi kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan budaya dari nenek moyang yang menjadi tradisi turun temurun dari generasi ke generasi dan dipertahankan hingga saat ini. Jika tradisi Kembar Mayang hilang atau tidak digunakan dalam upacara pernikahan adat Jawa maka hilang pulalah wujud kebudayaan masyarakat suku Jawa yang ada di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Karena tradisi Kembar Mayang ini merupakan salah satu peninggalan nenek moyang sejak dahulu. Dengan demikian segala hasil kegiatan budaya yang diakui sebagai milik bersama oleh suatu bangsa atau suatu suku bangsa, yang demikian itu sering didudukkan sebagai salah satu tanda bagi jati diri bangsa atau suku bangsa yang bersangkutan. Seperti halnya budaya suku Jawa yaitu tradisi Kembar Mayang.

4 Olan Simatupang, Seni Rupa Islam: Pertumbuhan Dan Perkembangannya, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm.1-2 5 Roger M.Keesing, Antropologi Budaya, (Jakarta:Erlangga,1998), hlm. 68 6 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 180 2

Kebudayaan adalah suatu yang hidup, berkembang, dan bergerak menuju titik tertentu. 7 Seperti yang dikutip oleh Hari Poeranto didalam bukunya yang berjudul kebudayaan dan lingkungan, dalam perspektif antropologi, C.Geertz mengatakan bahwa kebudayaan merupakan hasil dari proses sosial dan bukan proses perorangan.8 Dapat disimpulkan bahwasannya kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi dari nenek moyang terdahulu yang masih di lestarian secara turun-temurun dan diterima baik oleh masyarakat di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Provinsi Jambi tumbuh dan berkembang sebagai Kota perdagangan, serta semakin memiliki berbagai prasarana dan sarana, telah menjadi tarikan bagi kegiatan imigrasi kekawasan tersebut. Disamping kondisi tersebut, perkembangan pluralisme di Kota Jambi juga di dukung oleh karakter masyarakat asli yang cenderung membuka atau menerima pendatang serta budaya-budaya dari luar. Karakter ini yang sudah menjadi bagian perjalanan perkembangan Kota Jambi, karena Kota Jambi di bentuk oleh kebudayaan material dan spiritual dari berbagai etnik, strata sosial, ekonimi dan sistem pemerintahan pada masa lalu. 9 Masyarakat pendatang khususnya suku Jawa kebanyakan mendiami daerah-daerah transmigrasi dan daerah perkebunan seperti perkebunan teh, kopi, karet, sawit dan ada juga di daerah pertambangan minyak. 10 Menurut pakar antropologi Amerika Clifford Geetz membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok yaitu ; Kaum Santri, Abangan dan Priyayi. Menurutnya Kaum Santri adalah penganut agama yang ta’at, kaum Abangan adalah penganut agama islam secara nominal atau penganu

7 Swardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Gadja Mada University Press, 2006), hlm. 01 8 Hari Poeranto, Kebudayaan Dan Lingkungan, Dalam Perspektif Antropologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset, 2000), hlm 58 9 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2017, Investarisasi Dan Identifikasi Keragaman Etnis Dan Budaya Kota Jambi, hlm. 1 10 Hartono Margono, dkk, Sejarah Sosial Jambi, Jambi Sebagai Kota Dagang (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1984), hlm, 22 3

kejawen, sedangkan kaum Priyayi adalah kaum bangsawan (keluarga keraton). 11 dari pembagian tiga kelompok masyarakat Jawa tersebut tradisi Kembar Mayang bisa masuk kedalam kategori kaum abangan dan kaum priyai karena tradisi Kembar Mayang ini salah satu tradisi kepercayaan kejawen yang masih sangat dilestarikan oleh mayoritas suku Jawa Tengah dan Jawa Timur, kemudian bisa dikatakan kaum priyai karena tradisi tersebut dahulu selalu dipakai dalam upacara pernikahan kaum bangsawan atau keturunan darah biru kraton Surakarta dan kraton Yogyakarta. Masyarakat Jawa juga di bedakan atas dasar keagamaan dalam dua kelompok yaitu: a. Jawa kejawen yang sering disebut abangan yaitu mereka yang dalam kesadaran dan cara hidupnya ditentukan oleh tradisi Jawa pra-islam. Kaum priyayi tradisional hampir seluruhnya dianggap Jawa kejawen, walaupun secara resmi mengaku Islam. Contoh dari masyarakat Jawa kejawen ini sangat mempercayai mitos-mitos dari leluhurnya antara lain yaitu weton kelahiran anak yang akan menikah dihitung, jika hasilnya sesuai maka boleh melanjutkan pernikahan apabila tidak sesuai maka tidak akan dilanjutkan, masyarakat Jawa kejawen juga mempercayai mitos jika anak pertama tidak boleh menikah dengan anak ketiga atau anak pertama menikah dengan anak pertama dan orang tuanya juga anak pertama, dipercayai akan banyak musibah yang menimpa kehidupannya dan kehidupan orangtuanya. b. Santri yaitu mereka yang memahami dirinya sebagai islam atau orientasinya yang kuat terhadap agama islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran agama islam.12 Sejak zaman awal kehidupan Jawa (masa pra Hindu- Buddha) masyarakat Jawa telah memiliki sikap spiritual sendiri. Pada zaman kuno, masyarakat Jawa menganut kepercayaan animisme-dinamisme, yang terjadi sebenarnya adalah : masyarakat Jawa saat itu telah memiliki kepercayaan

11 Clifford Geetz, The Religion Of Java (Glencoe : The Free Press, 1960), Hlm. 133 12 Franz Magniz Suseno, Etika Jawa: Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Cetakan Ke-8, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 55 4

akan adanya kekuatan yang bersifat tak terlihat (ghoib), besar dan menakjubkan. Mereka menaruh harapan agar mendapat perlindungan, dan juga harapan agar tidak diganggu kekuatan ghoib lain yang jahar (roh-roh jahat). 13 Kehidupan masyarakat Jawa memiliki berbagai macam upacara adat, antara lain dalam bentuk berbagai model upacara tradisional turun-temurun selama berabad-abad, sebagian tradisi itu sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat di seluruh lapisan sosial, baik yang berbeda dalam mata pencaharian, agama, maupun dalam masyarakat perkotaan maupun pedesaan. Tradisi daerah yang sudah membudaya dalam masyarakat luas dan yang hingga sekarang masih didukung dan di lestarikan oleh masyarakat tradisional setempat, baik di perkotaan maupun di pedesaan, di kalangan bangsawan dan rakyat biasa, terutama adalah upacara tradisional yang berhubungan dengan daur hidup, seperti upacara pernikahan, selamatan wanita hamil, melahirkan, selapanan, sunatan dan upacara yang berkaitan dengan kematian.14 Bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang memang kaya akan budaya, bangsa Indonesia adalah suatu bangsa yang memiliki masyarakat yang banyak, baik dari aspek agama, suku bangsa, budaya, tradisi, dan lain sebagainya. Termasuk juga pernikahan, terdapat banyak sekali berbagai macam adat istiadat dalam prosesi pernikahan. Pernikahan memiliki keterkaitan yang sangat erat terhadap suatu kebudayaan yang mana didalam suatu pernikahan tidak hanya terdiri dari ijab dan qobul saja, akan tetapi terdapat berbagai macam adat istiadat dalam kebudayaan yang bisa disebut dengan tradisi yang dipercaya dari zaman dahulu dan sudah menjadi turun temurun serta hal tersebut harus dipenuhi oleh keluarga, dan masyarakat setempat. Pernikahan adalah suatu yang sakral, agung, dan monumental bagi setiap pasangan hidup. Pernikahan juga merupakan suatu ikatan lahir antara

13 Sutan Takdir Alisjahbana, Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat Dari Segi Nilai-Nilai (Jakarta: Balai Bahasa, 2005), hlm, 20 14 Sri Widayanti, Makna Filosofi Kembar Mayang Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa, Jurnal Filsafat, Volume 18, No 2, Agustus 2008. (Jakarta : Balai Pustaka). Pukul 21:12, hlm. 116 5

dua orang, laki-laki dan perempuan, untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga dan keturunan yang dilangsungkan menurut ketentuan-ketentuan syari’at Islam.15 Adapun dasar hukum pernikahan berdasarkan Al-Qur’an dan hadist adalah sebagai berikut : َفا ْو ِك ُح ْوا َما َطا َب َل َك ْم ِم َه الىِّ َسا ِء مثْىَى َوثُ َل َث َو ُربَا َع َف ِا ْن ِخ ْفتُ ْم اَالَّ تَ ْع ِد لُ ْوا َف َوا ِحدَةً )الىسأ:3( Artinya : “…Maka kawinilah perempuan-perempuan yang kamu sukai, dua, tiga, empat, tetapi kalau kamu khawatir tidak dapat berlaku adil (antara perempuan-perempuan itu), hendaklah satu saja…” (QS. An-Nisa’: 3)16

Dijelaskan dalam ilmu antropologi , pernikahan merupakan salah satu dari siklus kehidupan (life cycle) yang di lewati oleh manusia setelah ia menempuh masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja dan masa pubertas.17 Pernikahan bagi orang Jawa merupakan sesuatu yang sakral dan dianggap sangat penting karena dalam pelaksanaan pernikahan penuh dengan ritual-ritual yang apabila ditelaah memiliki banyak makna yang dapat di tafsirkan sebagai suatu perwujudan do’a agar kedua mempelai selalu mendapat hal-hal yang baik dalam bahtera rumah tangganya. Dalam upacara adat pernikahan Suku Jawa memiliki tata cara yang sudah ditentukan dan harus di laksanakan bagi masyarakat Jawa tengah dan Jawa timur. Tradisi merupakan konsep kompleks serta aturan yang mantap dan tertanam kuat dari sistem budaya dari suatu kebudayaan yang belum jadi tindakan manusia dalam kehidupan sosial kebudayaan itu sendiri. 18 Tradisi juga merupakan suatu budaya dan adat istiadat yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan melestarikan peninggalan meraka. Tradisi ini bisa dilihat dalam bentuk upacara. Selain upacara kelahiran dan

15 Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, ( Semarang: Toha Putra 1978), hlm. 453 16 Departemen Agama RI, Abdus Sami, Dkk, Al-Qur’an Dan Terjemahnya : Juz 05, (Jakarta: LESTARI BOOKS 2004) , hlm 77 17 Koentjaraningrat, Beberapa Pokok Antropologi Sosial, (Jakarta: Rt. Dian Rakyat, 1992), hlm. 92 18 Koentjaraningrat, dkk, Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta: Progres, 2003), hlm. 2 6

kematian, masyarakat juga memiliki tradisi dalam pernikahan. Proses upacara tersebut berbeda-beda, lain daeran lain pula tradisi dan prosesinya. Pada hakikatnya tradisi dalam pernikahan adalah bagian dari kebudayaan. karena dalam tradisi, pernikahan akan tampak biasa-biasa saja dan tidak sama sekali memiliki kemeriahan dalam acara tersebut. Pernikahan bukan semata-mata urusan pribadi yang berlangsung sendiri, melainkan pernikahan juga melibatkan masyarakat banyak agar pernikahan tidak nampak biasa-biasa saja. Kalangan masyarakat pada umunya tidak cukup hanya melakukan pernikahan menurut ketentuan agama saja, namun dengan melaksanakan upacara adat atau tradisi baik dalam bentuk sederhana atau dalam bentuk yang sangat meriah guna menghormati warisan leluhur. Hal tersebut menunjukan bahwa upacara pernikahan dan tradisi yang melengkapi pernikahan tersebut adalah hal yang sangat penting bagi masyarakat tertentu dan bahkan menjadi suatu keharusan yang ada dalam upacara pernikahan tersebut. Upacara tradisional adalah kegiatan sosial yang melibatkan para warga masyarakat dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan keselamatan bersama, dan merupakan bagian yang integral dari kebudayaan masyarakat pendukungnya. Upacara berarti hal melakukan suatu perbuatan menurut adat kebiasaan atau menurut agama itu secara turun temurun dan diselenggarakan oleh masyarakat sejak dahulu sampai sekarang dalam bentuk tata cara yang relatif tetap, pendukung upacara tradisional tersebut dilakukan oleh setiap warga masyarakat karena dirasakan dapat memenuhi suatu kebutuhan baik secara individu maupun kelompok. Kerja sama yang terjalin dalam penyelenggaraan upacara tradisional jelas dapat mengikat rasa solidaritas para warga, dan mencapainya hanya dimungkinkan dengan kerja sama dengan orang lain, bahkan sering pula mereka merasa berasal dari leluhur yang

7

sama,sehingga rasa solidaritas itu semakin tebal.19 Upacara timbul karena adanya dorongan perasaan manusia untuk melakukan berbagai perbuatan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia ghaib. Hubungan antara manusia dengan kekuatan ghaib tersebut terjadi karena kepercayaan bahwa keselamatan hidup manusia sangat tergantung kepada kekuatan ghaib. Oleh karena itu, hubungan tersebut sangat dijaga dengan sebaik-baiknya, seperti masyarakat Jawa masih melestarikan kejawen salah satunya yaitu tradisi Kembar Mayang.Tradisi Kembar Mayang masih sangat di percayai oleh dukun-dukun manten dan orang yang dituakan untuk selalu menggunakan Kembar Mayang dalam setiap upacara pernikahan adat Jawa. Kembar Mayang adalah dua buah rangkaian hiasan yang terdiri dari dedaunan yang paling dominan adalah daun kelapa yang masih muda yang biasanya disebut dengan janur yang ditancapkan pada sebuah potongan batang pisang. Daun kelapa yang muda tersebut dirangkai menjadi beberapa bentuk yaitu bentuk gunung, keris, cambuk, belalang, burung, terompet dan kitiran. Selain janur juga dilengkapi dengan dedaunan seperti daun beringin dan daun puring. Kembar Mayang tidak hanya dipakai dalam prosesi upacara pernikahan saja melainkan dalam upacara kematian. Bagi pengantin yang sudah bukan jejaka atau gadis tidak dibuatkan Kembar Mayang. misalnya duda menikah dengan gadis atau jejaka menikah dengan janda tetap dibuatkan Kembar Mayang salah satu dari keduannya yang belum pernah menikah sebagai lambang gugurnya salah satu diantara kedua mempelai tersebut. Kembar Mayang juga dibuatkan untuk orang yang meninggalnya masih dalam keadaan gadis atau jejaka. Tradisi Kembar Mayang lebih dominan dipakai didalam prosesi pernikahan. Karena prosesi kematian bagi yang masih gadis atau jejaka sangat langka dikalangan masyarakat di Desa Mingkung Jaya.

19 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Upacara Tradisional Dalam Kaitannya Dengan Peristiwa Dan Kepercayaan Daerah Jambi, Proyek Inventarisasi Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jambi, hlm. 1 8

Tadisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya ini tidak hanya dipakai dalam pernikahan masyakat sekitar yang berstatus suku Jawa melainkan hampir semua suku yang ada di Desa Mingkung Jaya ini melakukan tradisi tersebut didalam prosesi pernikahannya Bahkan bisa dikatakan tradisi suku-suku lain semakin lama semakin hilang tidak di lestarikan dan tidak dipakai dalam prosesi pernikahan sanak saudaranya. Seperti yang penulis ketahui bahwasanya suku Sunda memiliki tradisi sendiri yaitu adanya makanan tradisional yang disebut dengan ayam bakakak yaitu ayam yang di panggang berbentuk ingkung dan dihias seindah mungkin kemudian dipakai dalam prosesi pernikahan suku Sunda tersebut. Namun tradisi dalam prosesi pernikahan suku Sunda hilang dan tidak ada satupun masyarakat Sunda yang melaksanakannya. Masyarakat Mingkung Jaya masih menggunakan tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa karena masyarakat menganggap tradisi Kembar Mayang ini sangat penting dan sakral. Masyarakat Mingkung Jaya masih sangat meyakini apabila melakukan upacara penikahan tidak menggunakan Kembar Mayang maka pengantin yang akan mengarungi bahtera hidup baru dalam keadaan bahaya. Kebiasaan suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lainnya. Kebiasaan yang telah berpuluh- puluh tahun dianut oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa itu dikenal sebagai tradisi kelompok masyarakat atau suku bangsa bersangkutan.20 Suku Jawa sendiri dikenal sebagai salah satu suku bangsa di Indonesia yang memiliki tradisi kokoh yang masih bertahan sampai saat ini, seperti persoalan lain yang ada di Desa Tegalsari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi. Masyakat Tegalsari masih mempertahankan tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan, yang mana tradisi Kembang Mayang ini dilakukan pada pagi dan juga siang hari, personil yang mendukung ritual

20 Budiono Herusatoto, Mitologi Jawa Pendidikan Moral Dan Etika Tradisional (Depok: Oncor Semesta Ilmu, 2011), hlm. 1 9

berjumlah tujuh orang minimal lima orang, penunjukan personil ini didasarkan pada kemampuan menguasai tembang macepat.21 Tembang macepat ini harus dilakukan oleh orang yang berbahasa Jawa dengan baik, kemampuan spiritual dan teaterika.22 Pada penjelasan diatas bahwasanya tradisi Kembar Mayang juga dilakukan di daerah lain seperti pada penjelasan sebelumnya. Dari yang peneliti ketahui tradisi Kembar Mayang ini dilakukan oleh mayoritas suku Jawa yang tersebar di seluruh Indonesia namun ada perbedaan dalam bahan, waktu pembuatan, makna, isi sesajen, dan bentuk-bentuk Kembar Mayang disetiap daerah. Kembar Mayang adalah semacam susunan bunga dan dedaunan yang disusun rapi dan indah dilihat seperti bentuk boket (bouquette). Ada beberapa jenis dedaunan dan Bunga yang harus ada dalam pembuatan Kembar Mayang ini antara lain sebagai berikut: daun kelapa yang masih muda (janur) dibuat dengan beberapa macam bentuk dan memiliki arti yang berbeda-beda, dengan beberapa jenis dedaunan dan bunga Mayang (bunga pinang) atau bunga pudak ( seperti pandan), dari beberapa jenis dedaunan dan bunga tersebut memiliki makna kehidupan yang akan dijalani kedepannya oleh pengantin yang menikah. Kembar Mayang tersebut berjumlah empat buah yang bentuk dan isinya sama, biasanya dibawa oleh dua laki-laki dan dua perempuan dalam prosesi pernikahan suku Jawa. dan bermakna sebagai pohon kehidupan yang dapat memberikan segala hajat yang diinginkan.23 Jika dilihat dari bentuk dan fungsinya, hiasan yang terdapat dalam Kembar Mayang merupakan hal yang kurang dipahami oleh masyarakat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi terutama generasi-generasi muda. Kurangnya pengetahuan masyarakat

21 Tembang Macepat Adalah Puisi Klasik Jawa Yang Biasa Dilakukan Untuk Menyambut Si Empu Dalam Proses Pembuatan Kembang Mayang 22 Marina yantim, Tradisi Upacara Tebus Kembar Mayang Di Desa Tegalsari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi, Haluan Sastra Budaya, Volume 2, No 1 1 Juni 2018. ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar) Pukul 21:00, hlm. 12 23Gondowasito, Tata Cara Adat Dan Upacara Pengantin Jawa, (Jakarta: Majalah Dian Public Relation, 1965), hlm. 8 10

terhadap bentuk dan fungsi dari Kembar Mayang ini mengakibatkan masyarakat dan pemuda-pemuda beranggapan bahwa Kembar Mayang ini hanya sekedar hiasan dekoratif yang terdapat dalam tradisi suku Jawa. Tetapi sebaliknya bentuk dan fungsi yang terkandung dalam Kembar Mayang ini memiliki pesan penting dalam melangsungkan kehidupan berumah tangga pengantin tersebut. Kembar Mayang merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam upacara tradisional Jawa, biasanya digunakan pada upacara pernikahan maupun kematian apabila orang yang meninggal itu masih lajang atau belum pernah menikah. Dalam tradisi Kembar Mayang terdapat beberapa tahapan didalam prosesinya antara lain yaitu bahan-bahan terlebih dahulu harus di persiapkan oleh si pembuat, kemudian si pembuat Kembar Mayang datang kerumah orang yang mengadakan hajatan pernikahan pada malam hari sekitar jam Sembilan atau jam sepuluh. Kembar Mayang tidak langsung dibuat pada jam Sembilan atau jam sepuluh malam melainkan di buat pada tengah malam sekitar jam satu atau jam dua (2) malam. Ada pun di Desa lain Kembar Mayang dibuat pada siang hari mulai dari jam 9 sampai jam 12 siang, dan bentuk-bentuk dari Kembar Mayang itu sendiri berbeda-beda yaitu ada yang berbentuk dari dedaunan dan bunga-bungaan termasuk dalam Kembar Mayang yang berasal dari Keraton Surakatra. Jika Kembar Mayang yang dibuat dari dedaunan dan memiliki hiasan buah-buahan itu adalah Kembar Mayang yang berasal dari Keraton Yogyakarta. Dalam proses pembuatannya pun si pembuat harus disiapkan satu ingkung dan sesajen-sesajen yang disiapkan oleh dukun pengantin, dipercayai akan memperlancar pembuatan Kembar Mayang dan terbuat dengan indah dan rapi. Adapun masyarakat yang mengharuskan Kembar Mayang ada disetiap upacara pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya tersebut karena kepercayaan leluhur kejawen mengharuskan adanya Kembar Mayang tersebut, mitos yang dipercayainya jika tidak ada Kembar Mayang di pernikahannya maka hubungan antara mempelai laki-laki dan perempuan tidak harmonis atau akan mudah bercerai. Dilihat dari makna Kembar Mayang sendiri ialah “ pohon kehidupan” maka dari situ sebagian masyarakat

11

mengharuskan adanya Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa. Dari fenomena diatas maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muara Jambi’’. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka peneliti merumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi? 2. Bagaimana prosesi pernikahan adat Jawa dengan menggunakan Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi? 3. Bagaimana nilai-nilai filosofi islam yang terkandung dalam Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi? C. Batasan Masalah Supaya pembahasan tidak melebar apalagi menyimpang dari tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka sangat diperlukan batasan permasalahan yang hendak diJawab agar penelitian ini lebih fokus dan terarah. Adapun batasan dalam penelitian ini hanya terfokus pada tradisi. Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi,bagaimana prosesi pernikahan adat Jawa dengan menggunakan Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, apa nilai-nilai filosofi islam yang terkandung dalam Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi.

12

D. Tujuan Penelitian Setelah mengetahui pokok-pokok permasalahan dari penelitian ini, maka tujuan yang ingin penulis capai dari kajian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. 2. Untuk mengetahui prosesi pernikahan adat Jawa dengan menggunakan Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. 3. Untuk mengetahui nilai-nilai filosofi islam yang terkandung dalam Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. E. Manfaat penelitian Sebagaimana tujuan yang ingin dicapai dari peneliti ini, maka manfaat yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis ingin menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan tentang sejarah dan budaya, khususnya tentang tradisi dari Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa. 2. Secara praktis a. Untuk menambah wawasan atau informasi bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya yang ingin mengetahui tentang prosesi tokoh agama tentang tradisi Kembar Mayang tersebut. b. Untuk menambah referensi perpustakaan serta dapat digunakan dalam penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas dan waktu yang akan datang. c. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Humaniora pada jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

13

d. Sebagai pendokumentasian tradisi Kembar Mayang dalam upacara pernikahan adat Jawa. F. Tinjauan pustaka Tinjauan merupakan salah satu usaha untuk memperoleh data yang sudah ada, Karena data merupakan salah satu hal yang penting dalam ilmu pengetahuan, yaitu untuk menyimpulkan fakta-fakta, meramalkan gejala- gejala baru mengisi yang sudah ada atau sudah terjadi. Untuk mengetahui apakah yang saya teliti dalam karya ini sudah ada yang melakukan penelitian sebelumnya atau belum ada yang melakukan penelitian, maka diperlukan suatu kajian penelitian terdahulu. Pada penelitian sebelumnya, meskipun tidak identik sama namun ada beberapa penelitian yang mengungkap tentang masalah tradisi penikahan, antaranya: Pertama, skripsi yang ditulis oleh Asykar Wildan Zaid, yang merupakan mahasiswa fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta pada tahun 2016, yang berjudul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Tebus Kembar Mayang Dalam Resepsi Pernikahan (Studi Kasus Di Kelurahan Suryodiningratan Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta)”. Tadisi tebus Kembar Mayang yang dilakukan dalam resepsi pernikahan ini memiliki pergeseran makna simbolis rituan antara pernikahan suku Jawa pada zaman dahulu dan pada zaman sekarang yaitu makna lebih modern. Kemudian peneliti lebih memfokuskan kepada tijauan hukum islam terhadap tradisi Kembar Mayang yang mana peneliti mencari tahu apakah tradisi Kembar Mayang ini bertentangan atau tidak dengan ajaran agama islam. 24 Kedua, skripsi yang ditulis oleh Rossy Indiarti Bias Purnamasari, yang merupakan mahasiswi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitan Muhammadiyah Surakarta 2011, yang berjudul “Aspek Pendidikan Nilai Religius Pada Kembar Mayang Dalam Perkawinan Adat Jawa (Studi Kasus di

24 Asykar Wildan Zaid, Tijauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Tebus Kembar Mayang Dalam Resepsi Pernikahan Studi: Kasus Di Kelurahan Suryodiningrat Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta, Skripsi, (Yogyakarta: Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016), hlm. 27-29. 14

Desa Cangakan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar)”. Pada tradisi Kembar Mayang ini peneliti bertujuan untuk mengetahui dari proses pembuatan Kembar Mayang, alat-alat, serta lebih memfokuskan kepada nilai-nilai religius yang terkandung didalam tradisi tersebut. 25 Ketiga, skripsi yang ditulis oleh Usfatun Zannah, yang merupakan mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau 2014, yang berjudul “Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timur Sebagai Kearifan Lokal (Pendekatan Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Tebus Kembar Mayang Di Desa Jatibarukecamatan Bungaraya Kebupaten Siak Provinsi Riau. Peneliti pertujuan untuk mengetahui makna prosesi perkawinan adat Jawa Timur sebagai kearifan lokal melalui pendekatan etnogtafi komunikasi, kemudian untuk mengetahui nilai-nilai lokal yang terkandung didalam upacara tebus Kembar Mayang. 26

25 Rossy Indiarti Bias Purnamasari, Aspek Pendidikan Nilai Religius Pada Kembar Mayang Dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa : Studi Kasus di Desa Cangakan Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar, Skripsi, (Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), hlm. 16. 26 Usfatun Zannah, Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timur Sebagai Kearifan Lokal (Pendekatan Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Tebus Kembar Mayang di Desa Jatibaru Kecamatan Bunga Raya Kabupaten Siak Provinsi Riau), Skripsi, ( Riau: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, 2009), hlm. 03. 15

BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ditujukan untuk mempermudah kajian ini dalam memberikan pengertian yang terdapat dalam kajian ini, maka perlu untuk mengemukakan kajian secara konseptual yang berhubungan dengan judul masalah penelitian. Kerangka teori bertujuan untuk memberikan gambaran atau batsan- batasan tentang teori-teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang dilakukan. Landasan menganalisa, menelaah, dan mengkaji serta menjabarkan permasalahan yang diteliti maka diperlukan suatu rujukan dan konsep para ahli atau dalam bidang sesuai dengan yang diteliti. A. Tradisi Pengertian tradisi berasal dari bahasa latin yaitu tradition yang berarti diteruskan atau kebiasaan. Dalam pengertian yang lebih sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Dalam kamus antropologi budaya dijelaskan bahwa tradisi adalah kompleks konsep serta aturan yang mantap dan terintegrasi kuat dalam sistem budaya dari suatu kebudayaan yang menata tindakan manusia dalam kehidupan sosial kebudayaan itu. 27 Dalam hal ini, hal yang paling mendasar dalam tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisidapat punah. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu hingga menjadi suatu kebiasaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tradisi diartikan sebagai adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.28 Bisa dikatanya sikap dan cara bertindak dan berfikir yang selalu berpegang teguh kepada norma-norma, dan adat kebiasaan secara turun temurun yang terdapat dalam sekelompok masyarakat.

27 Koentjaraningrat, Kamus Antropologi Budaya, hlm. 2 28 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 22 16

Tradisi bukan hanya sekedar kebiasaan orang zaman dahulu yang diturunkan atau diwariskan kepada cucu dan cicit melainkan tradisi memiliki nilai budaya yang tinggi dan ajaran-ajaran dan tujuan-tujuan agar tidak salah faham dalam mengambil keputusan dalam kehidupan modern. Dilihat dari segi sejarah, adat istiadat Jawa telah tumbuh dan berkembang lama, baik dilingkungan kraton maupun diluar kraton. Adat istiadat tersebut memuat sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan kehidupan masyarakat, yang kini masih diakrabi dan dipatuhi oleh orang Jawa yang masih ingin melestarikannya sebagai warisan kebudayaan yang dianggap luhur dan agung. Dalam usahanya melestarikan adat istiadat, masyarakat Jawa melaksanakan tata upacara tradisi sebagai wujud perencanaan, tindakan, dan perbuatan dari tata nilai yang telah diatur. 29 sistem tata nilai, norma, pandangan maupun aturan diwujudkan dalam upacara tradisi yang pada prinsispnya adalah penerapan dari tata kehidupan masyarakat Jawa yang ingin selalu lebih berhati-hati, agar setiap tutur kata, sikap, dan tingkah lakunya mendapatkan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan jasmaniah maupun rohaniah. Maka dari itu, sebuah tradisi sangat layak dilestariakan dan dipertahankan oleh semua masyarakat. salah satunya tradisi dari suku Jawa yaitu tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa Di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Tradisi Kemabar Mayang ini adalah salah satu tradisi suku Jawa yang masih dipertahankan dan dilestarikan, karena tradisi ini menjadi salah satu ciri khas suku Jawa. Kembar Mayang ini sendiri peninggalan dari leluhur yang harus ada dalam prosesi pernikahan suku Jawa. B. Adat Pernikahan suku Jawa Adat adalah gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma, kebiasaan dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Adat menurut kamus antropologi adat adalah kebiasaan yang bersifat religius dari kehidupan suatu penduduk asli yang meliputi antara lain,

29 Darmoko, “Budaya Jawa Dalam Lintas Sejarah”, Jurnal Wacana, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia .12 Agustus 2010. (Sintang : STKIP Persada Khatulistiwa). hlm. 87 17

mengenai nilai budaya, norma-norma hukum dan aturan-aturan yang saling berkaitan dan kemudian menjadi suatu sistem atau peraturan tradisional. 30 Adat biasanya diartikan sebagai kebiasaan suatu tempat yang mengatur interaksi antara anggota-anggota masyarakat tertentu. Sedangkan adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya sebagai warisan serta menyangkut pola interaksinya dengan pola prilaku masyarakat. setiap daerah tentu memiliki berbagai macam adat istiadat, salah satunya adalah adat pernikahan. Adat pernikahan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, dimana perkawinan merupakan salah satu hukum yang turut menjaga kestabilan masyarakat. Melakukan pernikahan menurut syariat islam yang disemarakan dengan adat istiadat setempat berarti menjunjung tinggi hukum yang telah mengatur tata cara melakukan pernikahan. Setiap masyarakat pada dasarnya mempunyai adat istiadat tersendiri, sehingga melalui adat istiadat itu pula kita dapat mengenal ciri khas suatu bangsa. Demikian pula dengan masyarakat Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan al- qur’an dan as-sunah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang islami. Pernikahan juga disebut sebagai ikatan yang sakral (suci) yang mengikat dua pihak pengantin lahir batin. Dengan jalan memenuhi ketentuan adat syarat dan sekarang ditambah lagi dengan undang-undang pernikahan.31 Demikian juga pernikahan menerima status baru dengan sederetan hak dan kewajiban yang baru oleh orang lain. Penghargaan islam terhadap ikatan pernikahan sangat besar sekali, sampai-sampai ikatan tersebut di tetapkan sebanding dengan pengaruh agama. Allah SWT telah menciptakan manusia

30 Koentjaraningrat, Kamus Istilah Antropologi, (Jakarta: Progress, 2003), hlm. 2 31 Zuriah Nurdin, Pelestarian Budaya Perkawinan Suku Lembak di Kota Bengkulu ( Studi Analisis Pemahaman Ushul Fiqh), Jurnal Kebudayaan Dan Sejarah Islam, Volume 03, No 01, Juni 2018, ( Bengkulu : Pagar Dewa). Pukul 07:50, hlm. 75 18

berpasang-pasangan dan terdiri dari berbagai macam suku dan adat, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Hujurat ayat 13. Di dalam ilmu antropologi, pernikahan merupakan pemerician dari sistem kekerabatan.32 Dan sistem kekerabatan merupakan suatu subunsur khusus dalam rangka organisasi sosial yang merupakan bagian dari unsur- unsur yang dapat disebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia, unsur-unsur kebudayaan tersebut adalah : a. Bahasa b. Sistem pengetahuan c. Organisasi sosial d. Sistem peralatan hidup dan teknologi e. Sistem mata pencaharian hidup f. Sistem religi g. Kesenian.33 Masyarakat Jawa memiliki budaya tradisional yang beragam, walaupun keberadaanya berbeda, jika kita lihat nilai-nilai filosofi yang terkandung memilki makna yang sangat baik dalam kehidupan. Salah satunya adalah upacara adat pernikahan. Setiap upacara adat pernikahan memiliki makna, nilai, pesan yang baik bagi masyarakat pemiliknya. Dapat peneliti simpulkan bahwasanya penjelasan diatas tentang adat pernikahan sangatlah penting, karena tradisi Kembar Mayang ini adalah tradisi upacara pernikahan suku Jawa yang menjadi salah satu warisan turun temurun dari nenek moyang terdahulu yang masih di lestarikan hingga saat ini. C. Tradisi Kembar Mayang Dalam Pernikahan Suku Jawa Menurut Koentjaraningrat menjelaskan bahwasanya kebudayaan mempunyai tiga wujud kebudayaan yaitu: pertama, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan. Wujud kebudayaan yang pertama ini hanya bisa dirasakan dalam

32 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 169 33 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 165 19

kehidupan sehari-hari yang berwujud dalam bentuk norma, adat istiadat, agama, dan hukum atau undang-undang, contohnya adalah aturan atau norma sopan santun dalam berbicara kepda orang yang lebih tua dan aturan bertamu di rumah orang lain. Kedua, wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud kebudayaan yang kedua menjelaskan tentang aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan saling berhubungan secara baik dengan sesamanya, contohnya adalah upacara pernikahan atau upacara lainnya yang melibatkan suatu aktivitas anggota masyarakat. Ketiga, wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan ini adalah berupa kebudayaan fisik yang merupakan hasil karya manusia berupa benda, contohnya adalah benda-benda artefak, wayang golek, kain ulos dari suku batak dll. Tradisi Kembar Mayang merupakan kolektivitas suku bangsa, yang mana merupakan aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Artinya dalam beraktivitas manusia sudah diatur oleh pola-pola tertentu yang diwarisi oleh nenek moyang sebelum mereka kemudian dilakukan secara turun temurun. Aktivitas tersebut juga dikenal dengan sebutan adat istiadat atau tradisi yang merupakan wujud kebudayaan kedua. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya posisi kebudayaan yang penulis teliti adalah sebagai warisan tradisi nenek moyang terdahulu yang mana apabila tradisi ini dihilangkan maka hilang pula wujud kebudayaan yang ada di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. D. Difusi Difusi Menurut Koentjaraningrat adalah proses penyebaran kebudayaan yang disertai dan adaptasi fisik dan sosial budaya manusia dalam waktu yang cukup lama. Difusi kebudayaan terjadi saat adanya penyebaran sifat-sifat budaya dan norma-norma dari satu masyarakat atau lingkungan hidup ke lingkungan hidup yang lainnya. Saat ini, difusi kebudayaan telah

20

menjadi proses utama dan memiliki peran yang sangat besar di seluruh dunia. 34 Proses difusi yaitu penyebaran kebudayaan secara geografi, terbawa oleh perpindahan bangsa-bangsa di muka bumi. Proses difusi dapat dikatakan penyebaran manusia. Ilmu paleontropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropical di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hamper seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adaptasi fisik dan sosial budaya. Proses difusi bisa saja terjadi dalam beberapa proses antara lain: a. Melalui migrasi atau perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya. Pada saat perpindahan itulah unsur-unsur kebudayaan yang bersangkutan “ikut pindah” dan berdifusi pada kebudayaan setempat. b. Unsur-unsur kebudayaan tertentu bisa menyebar terlepas dari masyarakat penduduknya. Unsur-unsur ini dibawa orang lain dari tempat yang satu ke tempat-tempat yang lain secara beruntun, sampai ke tempat-tempat yang lain. 35 Salah satu contoh difusi kebudayaan adalah tradisi Kembar Mayang yang sampai saat ini masih di lestarikan dan disebarluaskan dilingkungan pedesaan.

34 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, hlm. 195-196 35 Indrijati DKK, Antropologi SMA Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter, (Kota Batu Jawa Timur: PPPPTK Pkn Dan IPS) Hlm. 22 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, yang terdapat dalam sebuah penelitian ini yaitu tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataannya secara benar, dibantu oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan data dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Jenis pendekatan penelitian didalam skripsi ini adalah pendekatan penelitian emik . pendekatan penelitian emik merupakan esensi yang tertentu, pendekatan ini relevan sebagai usaha untuk mengungkap pola kebudayaan menurut persepsi pemilik budaya. Pendekatan emik menegaskan bahwa emik lebih natural dalam mempresentasikan fenomena budaya. 36 B. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Pemilihan terhadap lokasi penelitian dilakukan secara purposive yakni memilih secara sengaja dengan maksud mendapatkan sebuah lokasi yang dianggap relevan dengan tujuan dan manfaat penelitian. Fokus penelitian ini adalah tentang tradisi Kembar Mayang dalam prosesi prnikahan adat Jawa di desa mingkung jaya kecamatan sungai gelam kabupaten muaro jambi. C. Jenis dan Sumber Data Data adalah keterangan yang dapat dijadikan dasar penelitian atau segala hal yang dapat digunakan sebagai bahan penyusunan informasi dan penulisan sebuah penelitian.

36 Swardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan , (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hlm. 56-57 22

1. Jenis data Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data Primer yaitu, data yang dikumpulkan, diolah, dan di sajikan oleh peneliti dan sumber pertama atau utama.37 Seperti yang dikutip oleh Lexy J. Meleong didalam bukunya yang berjudul Metode penelitian kualitatif Lofland mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan yang dimaksud adalah kata-kata dan tindakan orang-orang yang di amati atau diwawancarai yang dicatat melalui catatan tertulis atau melaului perekam vidio/audio tapes. Pengambilan foto atau film.38 Data primer tersebut adalah data utama hasil pengataman, wawancara, dan dokumentasi yang dilakukan oleh penulis berkaitan dengan tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya. Penulis menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung dari masyarakat setempat mengenai tradisi Kembar Mayang. b. Data Sekunder Data Sekunder ialah yang yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam publikasi atau jurnal.39 Jadi data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari data yang terdokumentasi dan mempunyai

37 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan Humaniora (Jambi, UIN STS Jambi, 2018), hlm. 45 38 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2014), hlm. 157 39 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan Humaniora (Jambi, UIN STS Jambi, 2018), hlm. 45.

23

hubungan dengan permasalahan yang diteliti. Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah buku, jurnal, skripsi, majalah dan dokumen. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini berasal dari subjek dimana data diperoleh Apabila penelitian menggunakan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut Responden yaitu orang yang menJawab pertanyaan peneliti atau orang yang merespon dengan baik tertulis maupun lisan. a. Sumber data berupa lisan, yaitu hasil wawancara dengan masyarakat, orang yang ahli dalam membuat Kembar Mayang dan ahli pembuat sesajen manten yang berada di Desa Mingkung Jaya. b. Sumber data berupa dokumen tertulis, yaitu dokumentasi yang berhubungan dengam permasalahan penulis. Penetapan sumber data diatas menggunakan teknik sampel purposive atau teknik sampel yang bertujuan untuk pemilihan informasi atau situasi sosial tertentu atas dasar apa yang kita ketahui tentang elemen-elemen yang ada. Apabila dalam proses pengumpulan data suatu topik tidak ditemukan lagi, maka peneliti perlu melanjutkannya dengan mencari informasi atau sampel baru. Artinya jumlah sampel sangat sedikit. D. Metode Pengumpulan Data Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini, ada beberapa teknik yang peneliti gunakan untuk pengumpulan data, diantaranya: a. Observasi Observasi merupakan metode pengamatan yang didukung dengan pengumpulan dan pencatatan data secara sistematis terhadap obyek yang akan diteliti. Metode ini juga disebut dengan pengamatan merupakan

24

kajian pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera manusia.40 Observasi atau disebut dengan pengamatan merupakan kegiatan pemuatan perhatian semua objek dengan menggunakan seluruh indera.41 Berdasarkan situasinya, observasi terbagi dalam beberapa macam yaitu: a) Free situation: adalah observasi yang dijalankan dalam situasi bebas, tidak ada hal-hal atau faktor-faktor yang membatasi jalannya observasi. b) Manipulated stuation: adalah observasi yang situasinya dengan sengaja diadakan, sifatnya terkontrol (dalam pengontrolan observasi) c) Partially controlled situation: adalah campuran dari keadaan observasi free situation dan manipullated stuation. Penulis menggunakan bentuk observasi free situation dan merupakan observasi aktif dalam proses tradisi yang dilaksanakan. Peneliti melakukan observasi di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi mulai dari malam midodareni yaitu malam sakral nya pengantin, malam pembuatan Kembar Mayang sampai pada acara upacara tebus Kembar Mayang setelah ijab qobul dilaksanakan. Semua ini peniliti lakukan karena ingin mendapatkan data selengkap-lengkapnya. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti tidak ada faktor yang membatasi jalannya observasi. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu; pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan Jawaban atas pertanyaan.42 Demi lancarnya jalannya wawancara dan mendapat informasi yang akurat, maka dalam proses wawancara dilakukan dengan santai, tidak tergesa

40 Mukhtar, Bimbingan Skripsi, Thesis Dan Artikel Ilmiah, ( Jambi: Sulthan Thaha Press 2007), hlm. 90 41 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Insan Madani, 2009), hlm, 234 42Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 186. 25

gesa, tenang, nyaman artinya tidak ada yang tertekan antara pewawancara dan yang di wawancarai. Wawancara yang peneliti menggunakan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan adat Jawa. Dalam hal ini penulis mewawancarai tokoh adat atau sesepuh yang mengetahui tradisi Kembar Mayang, dukun manten atau sesepuh yang membuat sesajen pengantin dan sesajen untuk ritual upacara kemudian masyarakat-masyarakat setempat. Kembar Mayang tersebut. Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan bentuk wawancara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara dimana wawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan, wawancara ini terkesan kaku, namun lebih terarah.43 Dalam wawancara peneliti menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, dengan tujuan mempermudah komunikasi antara narasumber dan informan dalam mendapatkan informasi. Oleh karena itu, ada hal-hal atau ungkapan-ungkapan tertentu yang harus diungkapkan dalam bahasa Jawa, nantinya dialih bahasakan kedalam bahasa Indonesia untuk memudahkan analisis dan pembacanya. Dalam hal ini peneliti mewawancarai sesepuh Desa, dukun manten, pembuat Kembar Mayang serta beberapa masyarakat Desa Mingkung Jaya yang memahami tentang Tradisi Kembar Mayang ini. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam proses wawancara yaitu: a) Peneliti akan menentukan siapa orang pertama yang akan diwawancarai terlebih dahulu. b) Kemudian peneliti akan melanjutkan kepada informan yang lain untuk diwawancarai sehingga informasi yang didapat utuh dan jelas.

43Suwardi Endaswara.Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi (Jakarta: Pustaka Widyatama,2006), hlm.166. 26

c) Peneliti tidak mengadakan perjanjian waktu, hari dan tempat dengan informan yang akan diwawancarai tetapi langsung datang kerumah informan untuk melakukan wawancara. d) Proses mewawancarai informan dilakukan secara terbuka tanpa ada paksaan atau tekanan antara pewawancara dan yang diwawancarai. e) Pertanyaan yang diajukan kepada informan tidak terstuktur melainkan hanya pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum. f) Dalam proses wawancara peneliti menggunakan bahasa Jawa. Adapun bahasa Indonesia digunakan dalam waktu tertentu saja jika memungkinkan untuk dipakai untuk mendapatkan informasi tentang tradisi Kembar Mayang. g) Seberapa lama waktu wawancara tidak ditentukan, jika informasi sudah tidak ada lagi dari informan maka wawancara dianggap selesai. h) Untuk mendokumentasikan hasil wawancara peneliti menggunakan HP sebagai alat perekam dan kamera (foto). i) Pencatatan data wawancara (tanggal wawancara, nama informan, data informan), pertanyaan dan Jawaban informan menggunakan alat perekam dan catatan tersendiri oleh peneliti untuk keperluan analisis data. c. Dokumentasi Dokumentasi adalah sebagai cara untuk mencari data dan mengurangi hal-hal atau variable-variabel yang merupakan catatan manuskrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan lain sebagainnya.44 Dokumentasi merupakan teknik akhir yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini. Dokumentasi yaitu teknik pencarian data melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip yang berhubungan dengan objek penelitian. Hal ini dapat membantu proses analisis. Dokumentasi ini untuk memperkuat kepada wawancara dan

44 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta. 2010), hlm. 274 27

Sampel adalah sumber informasi data itu sendiri, sampel dapat berupa peristiwa, manusia, situasi, dan sebagainya.45 teknik pengambilan sampel menggunakan model purposive (purposive sampling), sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Sampel model purposive sampling artinya sampel yang bertujuan. Penyampelan dilakukan dengan menyesuaikan gagasan, asumsi, sasaran, tujuan, manfaat yang hendak dicapai oleh peneliti.46 Menurut James P. Spradley seorang informan adalah seorang membicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi.47 Sedangkan penentuan informan dilakukan berdasarkan informasi yang diperoleh dari sesepuh Desa, dukun manten, pembuat Kembar Mayang dan masyarakat yang memahami tentang tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi yang mana data informan tersebut sebagai berikut:

45 Swardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hlm. 206 46 Swardi Endraswara, Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2006), hlm, 115 47 James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007), hlm. 39 28

a. Bapak Heri Sukamto (bapak kepala Desa Mingkung Jaya) b. Mbah Rukinem (dukun manten di Desa Mingkung Jaya) c. Mbah Ahmat (sesepuh di Desa Mingkung Jaya) d. Bapak Ma’sum (tokoh agama dan pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya) e. Bapak Dwi Yanto (pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya) f. Bapak Saji (pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya) g. Ibu wiwik (masyarakat Desa Mingkung Jaya) h. Ibu Ismini (masyarakat Desa mingkung Jaya) i. Bapak Khoirul Anwar (masyarakat Desa Mingkung Jaya) j. Bapak Putu Ageng (masyarakat Desa Mingkung Jaya) k. Ibu Ayu (masyarakat Desa Mingkung Jaya) l. Mas Farid (pemuda Desa Mingkung Jaya) m. Mbak ulya (pemuda Desa Mingkung Jaya) E. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.48 Dengan menganalisa data-data yang diperoleh dari perpustakaan atau hasil penelitian lapangan. 1) Analisis Domain Analisis Domain merupakan langkah pertama dalam penelitian kualitatif yang pada umumya dilakukan untuk meperoleh gambaran umum yang menyeluruh tetang situasi sosial yang diteliti atau objek penelitian. Hasilnya berupa gambaran umum objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah diketahui. Dalam analisis ini informasi yang diperoleh belum mendalam, masih dipertemukan, namun sudah

48 Neong Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Surasin, 1991), hlm. 183 29

menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang diteliti. 49 Analisis domain ini digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari tempat penelitian yatu tantang tradisi Kembr Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. 2) Analisis Taksonomis Analisis Taksonomi dilakukan setelah analisis domain, dengan cara menggunakan pertanyaan struktural dapat membuktikan domain- domain dan memperoleh data yang akan diteliti yang termasuk kedalam domain-domain itu sendiri. Dengan analisis taksonomi akan mengarahkan perhatian pada struktur internal dari domain-domain tersebut. 50 Analisis taksonomi adalah keseluruhan data yang terkumpul berdasarkan domain yang telah ditetapkan. Dengan demikian domain yang ditetapkan menjadi cover oleh penelitian duraikan secara lebih terinci dan mendalam melalui analisis taksonomi ini. 51 Setelah selesai analisis domain, dilakukan pengamatan dan wawancara terfokus berdasarkan focus yang sebelumnya telah diperoleh peneliti. Hasil terpilih untuk untuk memperoleh data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan, yang bersumber langsung dari tempat penelitian yaitu tentang tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa. 3) Analisis Komponensial Analisis komponensial merupakan suatu pencarian sistematis sebagai komponen makna yang berhubungan dengan symbol-simbol budaya.52 Analisis koponensial ini didapat setelah adanya analisis

49 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 147 50 James P. Spradley, Metode Etnografi, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya , 1997), hlm185 51 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 154 52 James P. Spradley , Metode Etnografi, hlm. 330 30

domain dan analisi taksonomi yang mampu menJawab permasalah- permasalahan mengenai judul yang diteliti oleh peneliti itu sendiri. 4) Analisis tema dan budaya Analisis tema budaya yaitudengan cara mncari tema konseptual yang dipelajari oleh annggota masyarakat dan hubungan antar ranah, konsep tema jauh berakar pada ide, dan bukan sekedar potongan tingkah laku atau tren, atau kebiasaan, atau kumpulan potongan- potongan tersebut, tema budaya merupakan konsep kognitif yang berulang muncul dalam ranah dan berfungsi sebagai penghubung antara sub system kultural dan tema budaya merupakan tingkat generalisasi yang tinggi.53 Analisis tema budaya sesunguhny merupakan upaya mencari “benang merah” yang mengintegrasikan lintas domain yang ada. Dengan ditemukannya benang merah dari hasil analisis domain, taksonimi, maka selanjutnya akan dapat tersususn suatu “ konstruksi bangunan” situasi social atau obyek penelitian yang sebelumnya masih ggelap atau remang-remang, dan setelah dilakukan penelitian, maka menjadi lebih jelas dan terang.54 F. Triangulasi Data Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan dan kebenaran data yang memanfaatkan susuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Uji keabsahan melalui triangulasi ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Denzim telah mengemukan empat model triangulasi yaitu dengan penggunaan sumber, metode, peneliti dan teori yang ganda atau berbeda. Dalam hal ini peneliti memilih triangulasi sumber, pernelitian dengan sumber ini dapat dilakukan dengan cara:

53 Swardi Endaswara , Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan, hlm 177 54 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, hlm 158 31

1. Membandingkan data hasil observasi dengan data wawancara. 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang di katakan secara pribadi 3. Membandingkan apa yang dilakukan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarkat seperti di Desa Mingkung Jaya 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Berkaitan dengan triangulasi tersebut, maka dimaksud untuk mengetahui kebenaran data-data yang diperoleh dilapangan tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. G. Jadwal penelitian Penelitian ini idealnya dilakukan selama tiga bulan, mulai dari pembuatan judul, proposal hingga penulisan laporan (skripsi). Penelitian dilakukan mulanya dengan konsultasi judul dengan pihak program studi., dilanjutkan penunjukan dosen pembimbing dan perbaikan proposal. Kemudian seminar proposal, perbaikan hasil seminar dan turun kelapangan untuk mengumpulkan data-data. Penelitian dilapangan, setelah dilakukan teknik analisis data dan sebagainya, selanjutnya di munaqasahkan.

32

Tabel 1 Jadwal Peneliatian

BULAN DAN TAHUN

No TAHAP PENELITIAN Nov 2019 Des 2019 Jan 2019 April 2019 July 2020 August 2020 Maret 2021 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan Proposal Skripsi x x X x x x 2 Pengajuan Proposal Skripsi x X

3 Penunjukan Dosen Pembimbing x X

4 Konsultasi Dosen Pembimbing X X x x

5 Seminar Proposal X

6 Perbaikan Hasil Seminar X X X

7 Pengesahan Judul X

8 Permohonan Izin Riset X x

9 Pengumpulan Data x x x x

10 Penyusunan Data x x X x

11 Analisis Data x x X x

12 Penulisan Draf Skripsi X

13 Penyusunan dan.Penggandaan x

14 Ujian Skripsi (munaqasah) x

33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Asal Usul Desa Mingkung Jaya Desa Mingkung Jaya adalah Desa yang berada dalam Wilayah Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, tepatnya diwilayah Kecamatan Sungai Gelam, Desa Mingkung Jaya pada mulanya adalah berasal dari EX Transmigrasi penempatan Tahun 1995 Sebanyak 515 KK melalui program pemerintahan kala itu.55 Pada tahun 2008 Desa Mingkung menjadi Desa yang definitif berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 10 Tahun 2008, dan diresmikan pada tanggal 18 Juli 2009 oleh Bupati Muaro Jambi H. Burhanudin Mahir SH. Untuk pertama kalinya Mingkung Jaya dipimpin oleh PJS Kepala Desa yang di jabat oleh Sutrisno, Masyarakat Desa Mingkung Jaya melaksanakan pesta demokrasi yang pertama yakni pemilihan kepala Desa pada Tahun 2010 Terpilihlah Sutrisno untuk mengemban amanah menjadi Kepala Desa Periode 2010 s/d 2015 belum selesai menjalankan tugas selaku Kepala Desa Sutrisno mendaftarkan diri menjadi calon anggota Legislatif. Sehingga berdasarkan peraturan yang ada, Sutrisno harus mengundurkan diri dari jabatan Kepala Desa Mingkung Jaya pada tahun 2013. Untuk mengisi jabatan Kepala Desa yang kosong, Camat Sungai Gelam atas nama Bupati Muaro Jambi kembali melantik Pjs. Kepala Desa atas nama Edy Suranto yang kala itu menjabat Sekretaris Desa. Masih tahun 2013 6 bulan berselang dari pelantikan Pjs Kepala Desa Mingkung Jaya, kembali dilaksanakan pemilihan Kepala Desa pemilihan Kepala Desa untuk yang kedua kalinya, sehingga terpilihnya Girah Purnomo untuk meneruskan tampuk kepemimpinan di Desa. Dan pada bulan Januari 2014 dilantik menjadi Kepala Desa Mingkung Jaya untuk mengemban Amanah Periode 2014

55 Arsip Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2018 34

s/d 2020. Dan pada bulan November 2019 dilaksanakan kembali pemilihan Kepala Desa yang ketiga dan terpilihlah Heri Sukamto sebagai Kepala Desa Mingkung Jaya dan pada Januari 2020 dilantik menjadi Kepala Desa Mingkung Jaya.56 Berikut adalah silsilah kepemimpinan Desa Mingkung Jaya; Tabel 2 Pemimpin Desa Mingkung Jaya

No Nama Masa Jabatan 1 Sutrisno 2010-2013 2 Girah Purnomo 2014-2020 3 Heri Sukamto 2020 Sekarang

2. Letak Geografis Untuk menguraikan geografi di Desa Mingkung Jaya ini penuis mengemukakan sebagai berikut. a. Letak dan Batas Desa Secara geografis Desa Mingkung Jaya terletak bersebelahan dengan Desa Petaling Jaya. Secara administratif Desa Mingkung Jaya termasuk salah satu Desa yang ada di Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi dengan luas wil`ayah 1,142,57 Ha adapun batas-batas wilayah Desa Mingkung Jaya yaitu sebagai berikut: 1) Sebelah Utara : Desa Sungai Gelam 2) Sebelah Selatan : Provinsi Sumatera Selatan 3) Sebelah Barat : Desa Petaling Jaya dan Desa Sido Mukti 4) Sebelah Timur : Desa Sungai Gelam Luas wilayah Desa Mingkung Jaya adalah: 1) Tanah Ladang dan Tegalan : 1.027,85 Ha 2) Tanah pemukiman : 72,6 Ha 3) Tanah yang dipergunakan jalan umum (Desa) : 54,20 Km 4) Tanah perkantoran : 0,4 Ha

56Arsip Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 35

5) Tanah sekolah : 2,78 Ha 6) Tanah lapangan sepak bola : 1 Ha57 Selain letak geografis Desa Mingkung Jaya yang cukup luas, Desa tersebut memiliki banyak lahan pertanian dan perkebunan sehingga masyarakat Desa Mingkung Jaya tidak mengalami tingginya tingkat kemiskinan. Hal tersebut selaras dengan pelestarian tradisi Kembar Mayang yang sampai sekarang masih tetap di pertahankan. b. Orbitasi atau Jarak Desa Orbitasi jarak Desa Mingkung Jaya pusat pemerintahan tidak terlalu jauh dan tidak memakan waktu yang begitu lama. Hal tersebut membuat tradisi Kembar Mayang semakin dikenal dan menjadi ciri khas salah satu tradisi suku Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jarak antara Desa Mingkung Jaya ke pusat Kecamatan, Kabupaten dan Provinsi tidak terlalu jauh. Alat transportasi pun sudah maju, sehingga perkembangan zaman dengan mudah masuk Desa Mingkung Jaya. Baik dari segi makanan (sembako), budaya, pola prilaku dan teknologi. Hal ini yang membuat tradisi Kembar Mayang mayoritas selalu dipakai dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Sedangkan jarak Desa Mingkung Jaya dengan pusat pemerintahan: 1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 20 Km 2. Jarak dari pusat pemerintahan Kabupaten : 70 Km 3. Jarak dari pusat pemerintahan Provinsi : 45 Km58 c. Jumlah penduduk Jumlah penduduk Desa Mingkung Jaya adalah sebanyak 3.120 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) 811 KK. Mayoritas

57 Arsip Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 58 Grafik Orbitasi Desa Mingkug Jaya Tahun 2018 36

penduduk Desa Mingkung Jaya ini adalah suku Jawa yang berjumlah 2.652 jiwa dan selebihnya 20% adalah masyarakat yang ber suku sunda, batak, melayu dll. Desa Mingkung Jaya terdiri dari 3 dusun dan 24 Rt. Agar dapat menjadi dasar pembangunan, maka jumlah penduduk yang besar harus disertai kualitas SDM yang tinggi. Penanganan kependudukan sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi pandangan dalam pembangunan masyarakat Desa Mingkung Jaya. Berkaitan dengan jumlah penduduk, aspek yang penting antara lain: Tabel 3 Jumlah penduduk Desa Mingkung Jaya

Laki-Laki Perempuan Jumlah Total 1.364 Jiwa 1.756 Jiwa 3.120 Jiwa Sumber : arsip pemerintah Desa Mingkung Jaya 201859 Penduduk Desa Mingkung Jaya termasuk jumlah penduduk yang cukup banyak yaitu terdiri dari 3.120 jiwa. Dengan jumlah yang cukup banyak tentu saja memiliki banyak macam pola prilaku yang berbeda-beda. Selain itu penduduk yang cukup banyak membuat tradisi Kembar Mayang dilestarikan dan menjadi ciri khas Desa tersebut. d. Sejarah Transmigrasi Masyarakat Jawa di Desa Mingkung Jaya Awal mula transmigrasi masyarakat Jawa di Desa Mingkung Jaya pada tahun 1995 sebanyak 515 KK melalui program pemerintah yang dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti faktor pendorong yang membuat masyarakat Jawa bersedia mengikuti transmigrasi. Faktor pendorong yang paling utama adalah faktor ekonomi. Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat. orang Jawa melakukan transmigrasi ke Desa Mingkung jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi karena dari segi ekonomi pulau Jawa kurang menguntungkan, selain itu penghasilan petani semakin tidak mencukupi kebutuhan hidup, lahan

59 Grafik Orbitasi Desa Mingkung Jaya Tahun 2018 37

pertanian juga semakin sempit yang diakibatkan padatnya pembangunan dan padatnya penduduk. Lapangan pekerjaan yang semakin sulit, selain itu juga kebutuhan pendidikan anak-anak mereka yang semakin meningkat dan harus diatasi. Nilai positif yang didapat ketika masyarakat Jawa transmigrasi ke Desa Mingkung Jaya yaitu sebagian besar masyarakat Jawa menyebar luaskan kebudayaannya dan melestarikan hingga saat ini. Bahkan bukan hanya dilestarikan oleh suku Jawa sendiri namun suku-suku yang ada di Desa Mingkung Jaya juga ikut serta dalam pelestariannya, salah satu contoh yaitu tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan suku Jawa. Tradisi tersebut juga sering kali dilaksankan dalam prosesi pernikahan suku lainnya yaitu suku sunda, suku melayu dan suku batak.60 e. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di Desa Mingkung Jaya sebagian besar masih berada di sektor pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian memegang peranan penting dalam bidang ekonomi masyarakat. Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam masalah ekonomi umumnya dan masalah penduduk khususnya. Karena disamping berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi penduduk juga akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Mingkung Jaya ini mengalami pasang surut karena mata pencaharian utama masyarakat adalah sebagai petani kelapa sawit dan petani karet, ketika harga stabil maka masyarakat akan tenang dan nyaman sebaliknya, jika harga anjlok maka masyarakat akan menjerit. Perekonomian masyarakat Desa Mingkung Jaya bergantung pada pertanian kelapa sawit dan karet. Selain itu mata pencaharian

60 Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2016 38

di bidang lain juga ada seperti petani, pedagang, peternak, serabutan, wiraswasta, PNS, ibu rumah tangga, dan bengkel. 61 Tabel 4 Mata pencarian penduduk Desa Mingkung Jaya

Jumlah Persentase dari No Mata Pencaharian (Orang) jumlah penduduk 1 Petani 1067 34,2 % 2 Pedagang 56 1,8 % 3 Peternak 50 1,6 % 4 Serabutan 20 0,6 % 5 Wiraswasta 183 5,9 % 6 PNS/TNI/Polri/Honorer 47 1,5 % 7 Ibu Rumah Tangga 824 26,4 % 12 Bengkel 6 0,2 % 13 belum bekerja 791 25,4 % 14 Tidak bekerja 76 2,4 %

Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa mata pencaharian di Desa Mingkung Jaya masih sangat mimim. Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Desa Mingkung Jaya secara umum juga mengalami peningkatan, hal ini dinilai dari bertambahnya jumlah penduduk yang memiliki usaha atau pekerjaan walaupun jenis pekerjaan tersebut pada umumnya belum dapat dipastikan bersumber dari hasil usaha yang dilakukan bisa juga diperoleh dari pinzaman modal usaha dari pemerintah. Dapat dilihat dari tabel diatas bahwa mata pencaharian masyarakat Desa Mingkung Jaya cukup baik dan tidak mengalami kesusahan dalam mencari pekerjaan, hal ini membuat minimnya tingkat kemiskinan di Desa Mingkung Jaya.62 f. Agama Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari hubungan sesama manusia dan hubungan dengan sang pencipta.

61 Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2020 62 Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2020 39

Oleh karena itu harus ada keserasian antara keduanya dalam menjalani kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk-Nya yang mempunyai kedudukan martabat yang sama dimana sang kholik dan semua manusia mempunyai hak dan menentukan kehidupannya sendiri, diantaranya hak asasi untuk memeluk agama yang diyakini dan hidup bertoleransi. Indonesia sebagai Negara demokrasi yang memberikan hak asasi kepada setiap warga negaranya untuk memeluk agama yang diyakininya. Dalam kenyataannya Indonesia mengenal agama yang diakui sebagai berikut : Islam, Kriten, , Hindu, Budha, Katholik dan Konghucu. Berdasarkan pengamatan lokasi penelitian bahwasannya secara keseluruhan masyarakat Desa Mingkung Jaya memeluk agama Islam. Masyarakat hidup rukun saling bertoleransi dengan agama lain. Tabel 5 Penganut agama di Desa Mingkung Jaya No Agama Jumlah penduduk 1 Islam 2.742 2 Kristen 324 3 Hindu 54 4 Budha - 5 Katholik - 6 Konghucu - Sumber : Kantor Kepala Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam.63

Penduduk Desa Mingkung Jaya mayoritas beragama Islam, dalam kehidupan beragama kesadaran melaksanakan ibadah keagamaan khususnya agama Islam berkemang sangat baik, antara lain ditandai dengan meningkatnya jumlah sarana peribadatan seperti masjid dan mushola. Jumlah sarana peribadatan di Desa Mingkung jaya ialah: terdapat empat masjid, sepuluh musholla atau surau, dan

63 Arsip Pemerintah Desa Mingkung Jaya Tahun 2020 40

tidak terdapat tempat peribadatan agama lain. Masyarakat yang beragama selain Islam biasanya melakukan sembahyang di luar Desa Mingkung Jaya. Peningkatan sarana ibadah disebabkan beberapa faktor diantaranya : 1) Peningkatan jumlah penduduk (pemeluk agama) 2) Peningkatan kesadaran penduduk agama ( swadaya masyarakat) 3) Bantuan dari pihak pemerintah. g. Pendidikan Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa, sebab maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan generasi penerus bangsa tersebut. Oleh karena itu dari pemerintah selalu berusaha meningkatkan mutu pendidikan anak-anak bangsa. Hal ini sesuai dengan tujuan peningkatan pengetahuan serta proses terciptanya masyarakat yang cerdas dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri. Keadaan pendidikan di Desa Mingkung Jaya dapat dikatakan sudah cukup baik dari kondisi sebelumnya hal ini terlihat pada sarana pendidikan yang terus bertambah, jika sebelumnya hanya terdapat TK dan SD saja namun pada tahun 2009 dibangunlah SMP sebagai sarana pendidikan lanjutan. Kemudian pada tahun 2017 kembali lagi dibangun sarana pendidikan anak usia dini (PAUD), pada tahun 2019 dibangun kembali sarana pendidikan Madrasah ibdidaiyyah. Jika dilihat dari segi pendidikan tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat Desa Mingkung Jaya yang berpendidikan rendah lebih banyak dibandingkan masyarakat yang berpendidikan tinggi. Sebab hal itulah masyarakat antusias sekali ingin mendirikan sarana pendidikan agar anak-anak mereka bisa sekolah setinggi mungkin. Untuk mengetahui pendidikan di Desa Mingkung Jaya Kecamatan

41

ungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, dapat dilihat dari data Desa tahun 2018 sebagai berikut: Tabel 6 Sarana pendidikan di Desa Mingkung Jaya

No Jenis sekolah dan tenaga pengajar Keterangan Taman kanak- kanak / TK 1 Unit 1 Jumlah tenaga pengajar 6 Orang SD 1 Unit 2 Jumlah tenaga pengajar 17 Orang MI 1 Unit 3 Jumlah tenaga pengajar 10 Orang SMP 1 Unit 4 Jumlah tenaga pengajar 10 Orang

Menurut tabel diatas sangat jelas bahwa tingkat pendidikan di Desa MIngkung Jaya cukup baik dan terdapat cukup banyak tenaga pengajar. Hanya saja Desa tersebut belum memiliki sarana pendidikan SMA/Aliyah. Oleh sebab itu masyarakat Desa Mingkung Jaya yang berpendidikan rendah lebih sedikit dari pada yang berpendidikan tinggi. Hal ini membuat tradisi Kembar Mayang semakin dilestarikan oleh masyarakat setempat dan dikenalkan oleh generasi-generasi yang akan meneruskan tradisi tersebut. 64 h. Keadaan sosial Keadaan sosial di Desa Mingkung Jaya ini cukup baik, dibandingkan sebelumnya. Sasaran akhir dari setiap pembangunan bermuara pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). SDM merupakan subjek dan sekaligus objek pembangunan mencangkup seluruh siklus kehidupan manusia, sejak masih dalam kandungan hingga meninggal dunia. Oleh karena itu pembangunan kualitas manusia harus menjadi perhatian penting. Banyaknya

64 Dokumen Desa Mingkung Jaya Tahun 2020 42

kegiatan Ormas (Organisasi Masyarakat) di Desa Mingkung Jaya. Seperti Karang Taruna, Jamiyah Yasin, Tahlil, PKK Dharma wanita, Posyandu, Kelompok Arisan merupakan aset Desa yang bermanfaat untuk dijadikan media penyampaian informasi dalam setiap proses pembangunan Desa pada masyarakat. i. Budaya Pada bidang kebudayaan, masyarakat Desa Mingkung Jaya terdapat berbagai Suku Seperti: Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Batak. Masyarakat hidup berdampingan dan saling tolong menolong antara satu dengan yang lainnya, karena masyarakat sangat menjujung tinggi prinsipi “Bhinneka tunggal ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Adapun mayoritas penduduk Desa Mingkung Jaya adalah suku Jawa. Masyarakat Desa Mingkung Jaya ini sangat menjunjung tinggi budaya dan adat istiadat, salah satunya adalah Kembar Mayang yang selalu ada disetiap prosesi pernikahan suku Jawa. Hal ini mmbuktikan masih berlakunya tatanan budaya serta kearifan lokal pada setiap daur kehidupan yakni prosesi syukuran kelahiran anak, prosesi pernikahan dan prosesi kematian. Untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya, masyarakat Desa Mingkung Jaya ini mempertahankan salah satu taradisi nya yaitu Kembar Mayang ini harus ada disetiap pernikahan suku Jawa, dan para pemangku adat tidak lupa pula untuk mewarisi tradisi tersebut kepada anak-anak muda, agar tradisi ini tidak hilang begitu saja.65 B. Hasil dan Pembahasan 1. Latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya a) Sejarah Kembar Mayang Wawancara bapak Ma’sum :

65 Wawancara ( 23 Agustus 2020. Puku: 10:19 WIB) Heri Sukamto. 43

Awal mula penggunakan Kembar Mayang sebenarnya meniru atau mengikuti penyelenggaraan kesakralan, kemeriahan, keagungan dan keindahan acara pernikahan anak-anak bangsawan pada zaman dahulu. Karena hal tersebut dianggap baik dan memiliki makna, maka tradisi ini kemudian menjadi kebudayaan yang sakral bagi masyarakat Jawa. Cerita ini bermula dari legenda pewayangan dalam cerita mahabarata, yaitu Dewi sebrada adik perempuan dari Sri Krisna bersedia dinikahkan oleh Arjuna dari keluarga Pandawa dengan memberikan syarat yang lengka. Kemudian sang Dewi pun meminta Kembar Mayang khayangan yaitu berupa pohon kalpataru yang biasa disebut pohon kehidupan yang berpengaruh baik bagi lingkungan oleh masyarakat Jawa. Kemudian para pandawa menyanggupi permintaan atau syarat dari sang Dewi. Pandawa pun meminjam Kembar Mayang dari gurunya selaku penguasa khayangan. 66 Dari cerita tersebut masyarakat Jawa pada umumnya mengikuti cerita pewayangan yang mengisahkan tentang Kembar Mayang. masyarakat Jawa mempercayai bahwa Kembar Mayang dianggap sebagai pohon kehidupan yang berpengaruh baik terhadap lingkungan seperti yang didambakan Dewi Sembarada. Selain itu juga masyarakat Jawa mengikuti kesakralan, keagungan, kemeriahan dan keindahan pernikahan para bangsawan dan raja- raja. Oleh karena itu, masyarakat Jawa yang masih sangat kental akan kejawennya masih sangat melestarikan dan menggunakan Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Kembar Mayang adalah rangkaian bunga dan dedaunan yang dibentuk serapi mungkin seperti susunan bunga yang berciri khas bunga Jawa dan juga tercatat dalam sejarah. Hal ini dapat dilihat bahwasanya bentuk Kembar Mayang ini memiliki ukiran pada candi prambanan yang biasa disebut dengan nama kalpataru. Karena bentuk Kembar Mayang menyerupai pohon

66 Hasil Wawancara Bapak Susanto Ma’sum, Sebagai Pembuat Kembar Mayang Dan Tokoh Agama, 02 Desember 2020. Pukul 19:20 WIB. 44

kalpataru atau disebut juga pohon Jawa. Kembar Mayang juga diartikan sebagai bunga kehidupan. 67 Yang melatar belakangi munculnya Tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya ini adalah adanya imigrasi masyarakat Jawa ke Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi kemudian menyebarkan tradisi tersebut sehingga diterima dengan baik oleh pendatang- pendatang berikutnya dan dilestarikan hingga saat ini. Tradisi Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya juga sangat diterima baik oleh suku-suku lainnya yang mendiami pedesaan tersebut antara lain yaitu Suku Sunda, Suku Melayu, dan Suku Batak. b) Pelestarian tradisi Kembar Mayang Derasnya arus globalisasi yang dipicu oleh kemajuan zaman harus diantisipasi dengan memperkuat identitas bangsa yaitu budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Dalam rangka memperkuat identitas bangsa sebaiknya pemerintah bersama-sama melindungi, menyelamatkan, dan melestarikan budaya-budaya bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan warisan nenek moyang yang harus dilestarikan kemurniannya, karena itulah peran masyarakat sangatlah penting. Pada konteks sosial budaya masyarakat Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi merupakan masyarakat yang berbaur dengan berbagai etnis, suku dan adat daerah lain. Budaya juga merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya. Seperti halnya tradisi Kembar Mayang yang masih sangat dilestarikan dan dijaga kemurniannya oleh masyarakat setempat terutama masyarakat Jawa. Tradisi tebus Kembar Mayang tidak hanya dipakai dalam pernikahan suku Jawa saja melainkan ada beberapa suku lain yang sudah sangat lama bertempat tinggal di Desa Mingkung Jaya juga menggunakan Kembar Mayang dalam upacara pernikahannya, Kembar Mayang juga tidak hanya dipakai didalam upacara

67 Hasil Wawancara Bapak Susanto Ma’sum, Sebagai Pembuat Kembar Mayang Dan Tokoh Agama, 15 September 2020. Pukul 13:25 WIB. 45

pernikahan suku Jawa, jikasalah satu mempelai berbeda suku tetap boleh dipakai misalnya pernikahan suku Jawa dan suku Melayu itu boleh dipakai namun tidak diwajibkan seperti masyarakat Jawa pada umumnya. Tradisi upacara Kembar Mayang ini bisa dibilang sangat diwajibkan oleh masyarakat setempat dalam acara pernikahan suku Jawa. Namun ada beberapa perubahan dalam bentuk dan rangkaian Kembar Mayang yang saat ini banyak bermunculan Kembar Mayang dibentuk secara kreatif dan modern. Boleh-boleh saja jika bentuknya dibu.at lebih modern namun harus tetap menjaga kemurnian komposisi yang terdapat pada Kembar Mayang, karena Kembar Mayang bukan hanya dinilai bentuknya saja melainkan memiliki makna yang sangat mendalam, oleh sebab itu jangan sampai mengurangi komposisi yang terdapat pada Kembar Mayang walaupun hanya sedikit saja. Wawancara bapak Ahmad: “Tradisi Kembar Mayang iki dilesrekne karo kabeh masyarakat seng enek neng Desa Mingkung Jaya , karena podo percoyo nek tradisi iki ora bertentangan karo agama, makane kui tradisi iki diterimo apik karo masyarakat sekitar”. Terjemahannya: “Tradisi Kembar Mayang ini di lestarikan oleh semua masyarakat yang ada di Desa Mingkung Jaya, karena masyarakat percaya bahwa tradisi tersebut tidak bertentangan dengan agama, maka dari itu tradisi diterima baik oleh masayarakat sekitar”

Berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti simpulkan bahwasanya tradisi Kembar Mayang tidak memiliki pengaruh buruk terhadap masyarakat setempat.

Wawancara mbah rukinem: “ Tradisi iki wes ono zaman nenek moyang tapi alhamdulilahe tradisi iki ditrimo apik karo masyarakat Desa Mingkung Jaya dan di lestarikan kemurinane karo suku-suku lain seng enek neng Desa Mingkung Jaya. Malah suku lain seneng amergo tradisi iki malah nambahi meriah acaran”. Terjemahannya: “Tradisi ni sudah ada sejak zaman nenek moyang namun alhamdulilah diterima baik oleh masyrakat Desa Mingkung Jaya dan di lestarikan kemurniannya dengan suku-suku lain yang ada di Desa Mingkung Jaya. Bahkan suku lain senang karena tradisi ini membuat acara semakin meriah”.

46

Berdasarkan hasil wawancara dapat peneliti simpulkan bahwasannya tradisi ini bukan hanya dijaga kemurniannya oleh suku Jawa, melainkan oleh suku-suku lainnya juga. Tradisi ini juga mebuat acara pernikahan semakin meriah. c) Pandangan masyarakat terhadap adanya Tradisi Kembar Mayang Pandangan masyarakat terhadap tradisi Kembar Mayang, yang beranggapan bahwa tradisi Kembar Mayang adalah suatu tradisi yang bersumber dari leluhur.

Wawancara ibu Ismini :

“Nek menurut bude tradisi iku turun temurun wes enek sejak zaman mbien waktu nenek moyang jek podo urep. Dadi awak e dewe sebagai penerus mau gak mau ya harus mengikuti meskipun gak ono hukumanne, tapi Jowo iku kudu meluni adate amergo Jowo iku tradisi nek ditinggalne balak e teko. Contohe seng cilik ae angger weton dilanggar pasti urepe ra bakal langgeng, ra bakal mulyo, pasti ono ae masalah seng teko. Iku mau yo podo karo tradisi Kembar Mayang seng dipercoyo sejarah lan makna ne apik makane dilestarikan nganti saiki”.68 Terjemahannya: “Kalau menurut saya tradisi itu turun temurun sudah ada sejak zaman dahulu ketika nenek moyang masih hidup. Jadi kita semua sebagai penerus mau tidak mau harus mengikuti meskipun tidak ada hukumannya, namun suku Jawa itu harus mengikuti tradisi kalau ditinggalkan akan datang balaknya. Contoh kecilnya yaitu jika hitungan perjodohan (weton) disepelekan pasti hidupnya tidak akan harmonis dan tidak akan bahagia, pasti ada saja masalah yang datang. Itu juga sama dengan tradisi Kembar Mayang yang dipercaya sejarah dan maknanya memilki nilai postif maka dari itu sampai sekarang masih dilestarikan.

Penjelasan dari ibu Ismini dapat penulis simpulkan bahwasannya pandangan menutut ibu ismini ini yang beranggapan bahwa tradisi Kembar Mayang adalah suatu tradisi yang bersumber dari leluhur.

68Hasil Wawancara Ibu Ismini, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 17 September 2020. Pukul 09:10 WIB. 47

Wawancara bapak Ahmat : “Nek menurut saya tradisi Kembar Mayang dilaksanane iku amergo pengen ngungkapne roso bahagia lan sebagai ungkapan roso syukur kepada Allah SWT. Amego wes dipercoyo ndue hajat mantokne anak. Tardisi iki dilakoni seakan bahwa tenan nek hambane bersyukur enok nikmate gustiallah”.69 Terjemahannya: “Kalau menurut saya tradisi Kembar Mayang dilakukan itu karena ingin mengungkapkan rasa bahagia dan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Karena sudah dipercaya untuk mengadakan hajatan menikahkan anaknya. Tradisi ini dilakukan seakan bahwa benar-benar kalau hambanya bersyukur mendapat nikmat-Nya”

Berdasarkan hasil wawancara, penulis berkesimpulan bahwa tradisi Kembar Mayang merupakan budaya masyarakat Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi sebagai warisan nenek moyang mereka yang masih dilaksanakan setiap upacara pernikahan suku Jawa sebagai ungkapan rasa kegembiraan dan rasa bersyukur kepada Allah SWT.

Pandangan masyarakat Bali yang bertempat tinggal di Desa Mingkung Jaya tentang pelestarian Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa. Wawancara bapak Putu Ageng : “Masyarakat Bali yang agamane hindu utowo islam neng desa Mingkung Jaya iki mayoritas panggah nganggo tradisi Kembar Mayang iki neng upacara nikahane anak-anake iku karno faktor sejarah zaman mbiene bahwa Kembar Mayang iku yo dipake neng sak kabehane uapacrane agomone kami iki, arep kepiye pun kami panggah menghargai warisan turun temurun peninggalane nenek moyang kita semua. Kembar Mayang iki asline nek didelok songko cerito-cerito nenek moyange kami zaman mbiyen iku adalah salah siji benda seng harus enek neng segala upacara peribadahan kami misale lungo neng pure harus gowo, acara nikahan harus enek dan lain-laine. Kembar Mayang iku sebenere peninggalane agama animisme dan hindu senajan gak enek pengaruh elek e dadi gak ono konflik lan perdebatan neng tradisi Kembar Mayang iki”

69 Hasil Wawancara Bapak Ahmat, Sebagai Tokoh Adat Yang Dituakan Di Desa Mingkung Jaya, 20 September 2020. Pukul 19:45 WIB. 48

Terjemahannya: “Masyarakat Bali yang beragama hindu maupun Islam di Desa Mingkung Jaya ini mayoritas menggunakan tradisi Kembar Mayang dalam pernikahan anak-anaknya itu dikarenakan faktor sejarah zaman dahulu bahwasannya Kembar Mayang juga dipakai dalam segala upacaranya agama kami ini, bagaimana menghargai warisan turun temurun nenek moyang kita semua. Kembar Mayang ini sendiri aslinya jika dilihat dari cerita-cerita nenek moyang kami teradahulu itu adalah salah satu benda yang harus ada dalam segala upacara peribadahan kami misalnya jika pergi ke Pure, acara pernikahan juga harus ada dan acara yang lainnya. Kembar Mayang itu sebenarnya peninggalan agama animiseme dan hindu namun karena tidak berpengaruh apapun maka tidak ada konflik dan perdebatan dalam pelaksanakan tradisi itu”.70 Penjelasan dari bapak Putu Ageng dapat penulis simpulkan bahwasannya beliau meyakini bahwa tradisi Kembar Mayang karena tradisi tersebut memiliki sejarah yang berasal dari hinduisme.

Wawancara Ibu Ayu “Menurut saya pandangan mengenai tradisi Kembar Mayang ini memiliki makna yang baik dalam kehidupan masyarakat Desa Mingkung Jaya yang akan atau baru menjalani bahtera rumah tangga. Bahkan tradisi Kembar Mayang ini bukan hanya dilaksanakan oleh suku Jawa saja namun suku-suku yang lainnya pun mengikuti tadisi tersebut dalam prosesi pernikahannya. Contonya adalah saya sendiri yang bersuku sunda, sebenarnya suku sunda juga memiliki tradisi sendiri dalam prosesi pernikahannya namun karena mayoritas suku di Desa Mingkung Jaya ini adalah suku Jawa jadi masyakarat setempat yang bersuku lain juga mengikuti tradisi tersebut, karena mereka beranggapan bahwa tradisi Kembar Mayang tidak bertentangan dengan agama atau kepercayaan yang dianut dan tradisi Kembar Mayang juga memiliki nilai-nilai kehidupan yang baik”.71

Penjelasan dari Ibu Ayu dapat penulis simpulkan bahwasanya beliau berpandangan bahwa Kembar Mayang adalah tradisi yang berkembang di dalam masyarakat Desa Mingkung Jaya bukan hanya dipakai oleh suku Jawa saja, melainkan suku sunda juga ikut melaksanakan tradisi tersebut.

Wawancara mas Farid selaku pemuda Desa Mingkung Jaya “Menurut saya pribadi ya mbak, tradisi ini merupakan peninggalan warisan nenek moyang, maka dari itu masyarakat Desa Mingkung Jaya sangat melestarikan tradisi tersebut jika tradisi tidak menyeleweng dari

70 Hasil Wawancara Bapak Putu Ageng, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 23 Desember 2020. Pukul 10:11 WIB. 71 Hasil Wawancara Ibu Ayu, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 30 Januari 2021. Pukul 20:00 Nwib 49

ajaran agama Islam ini. Kalau kita berbicara pro dan kontra pasti ada karena tradisi Kembar Mayang ini sendiri tidak dari ajaran agama islam atau ajaran Nabi kita Nabi Muhammad SAW. Namun pro dan kontra disini bukan seperti adu fisik ataupun adu mulut tetapi dengan adanya masyarakat yang tetap melaksanakan tradisi Kembar Mayang dan ada yang tidak memakainya dalam acara pernikahannya, biasanya yang tidak memakai tradisi tersebut adalah masyarakat yang sering mengatakan apapun dengan kata “bid’ah” yaitu sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi, namun ada pada zaman sekarang ini”. 72

Penjelasan dari Mas Farid sebagai salah satu pemuda yang ada di Desa Mingkung Jaya maka penulis simpulkan bahwa tradisi Kembar Mayang masih tidak ada pro dan kontra yang kurang baik, masyakaat yang tidak menyukai tradisi tersebut hanya tidak menggunakan tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahannya.

Wawancara mbak Ulya “Kembar Mayang sejauh ini menjadi tradisi di masyarakat Desa Mingkung Jaya, mayoritas penduduk Desa Mingkung Jaya kannya dalam prosesi pernikahan adapun masyarakat sini notabene masyarakat suku Jawa yang masih sangat kental dengan sebuah tradisi yang mana telah ada sejak nenek moyang kita. Adapun tradisi demikian adanya disini sah-sah saja dan membuat senang masyarakatnya, bahwa tradisi nenek moyang kita masih dilaksanakan. Sebuah tradisi yang mana tidak bertentangan dengan agama itu tidak apa-apa. Kepercayaan masyarakat bagi siapapun yang memegang atau membawa dalam prosesi acara tersebut maka akan cepat mendapat jodoh.73

Penjelasan yang diuraikan oleh Mbak Ulya sebagai salah satu pemudi yang ada di Desa Mingkung Jaya maka penulis menyimpulkan bahwa tradisi Kembar Mayang tidak memiliki pengaruh buruk pada masyarakat. Masyarakat setempat juga masih melestarikan dan menjaga baik kemurniannya. Masyarakat juga masih melestarikan tradisi tersebut karena tradisi Kembar Mayang tidak bertentangan dengan agama maka dari itu bagi mereka sah-sah saja jika dilaksanakan dalam prosesi pernikahannya.

72 Hasil Wawancara Mas Farid, Selaku Pemuda Desa Mingkung Jaya, 12 Februari 2021. Pukul 15:00 WIB 73 Hasil Wawancara Mbak Ulya, Selaku Pemudi Desa Mingkung Jaya, 13 Februari 2021. Pukul 20:00 WIB 50

2. Prosesi pelaksanaan pernikahan menggunakan Kembar Mayang Tata cara pelaksanaan tradisi Kembar Mayang ini peneliti dapatkan melalui hasil observasi secara langsung dengan mengikuti prosesi pelaksanaan resepsi pernikahan dari pasangan yang bernamasulastri dan arif pada tanggal 31 Juli 2020, kemudian dari pasangan Eko Saputra dan Anggaraini Novita pada 17 Oktober 2020 di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. a. Pembentukan panitia Sebelum melaksanakan upacara tebus Kembar Mayang ini, tuan rumah atau pemilik hajat beserta orang yang dipercaya untuk membentuk panitia terlebih dahulu ketika akan melaksanakan tradisi tebus Kembar Mayang ini. Dalam pembentukan panitia ini biasanya dilaksanakan jauh-jauh hari dari waktu acara kisarannya 3-5 hari sebelum acara berlangsung. Salah satu tujuan pembentukan panitia ini agar dalam pelaksanakan upacara tradisi tebus Kembar Mayang ini berlangsung dengan baik yang diinginkan oleh tuan rumah atau si pemilik hajat. Ada beberapa panitia yang ikut dilibatkan dalam tradisi tebus Kembar Mayang ini antara lain sebagai berikut: 1) Panitia pemberi sambutan 2) Panitia penasehat 3) Panitia ketua kompangan 4) Panitia pemimpin do’a 5) Panitia menyiapkan siraman 6) Panitia penerima tamu 7) Panitia panggeh atau upacara tebus Kembar Mayang 8) Panitia konsumsi b. Persediaan peralatan perlengkapan Peralatan yang harus disiapkan sebelum upacara tebus Kembar Mayang berlangsung yitu: 1) Menyiapkan empat buah Kembar Mayang 2) Kompangan atau hadrohan

51

3) Microfon 4) Kain panjang atau jarik Jawa 2 helai 5) Daun sirih 6) Payung manten 7) Bahan ritual upacara seperti air, bunga, telur, dan beras kuning atau biasa disebut dengan kembang setaman (bunga setaman).74 Menu makanan yang disiapkan disetiap meja untuk hidangan dari awal acara upacara hingga akhir yaitu: 1) Makanan ringan Kembang goyang, bolu klemben, kue bawang, brownis kering dan bolu pandan. 2) Makanan pokok Soto, tekwan, nasi putih, rendang, acar, sambal telur, sop ayam, lele goring, dan sambal terong bulat. 3) Minuman Air putih dan es buah timun. Dalam rangkaian upacara pernikahan adat Jawa Tengah dan Jawa Timur Kembar Mayang adalah salah satu property yang tidak akan pernah terlupakan. Dalam proses pembuatan Kembar Mayang melibatkan berbagai personil dengan perannya masing-masing. Seorang yang memimpin pembuatan Kembar Mayang ialah sesepuh Desa atau orang yang dituakan di Desa. Prosesi pelaksanaan upacara tradisi Kembar Mayang adalah salah satu acara inti dari pernikahan suku Jawa di Desa Mingkung Jaya. Pelaksanakan tradisi Kembar Mayang ini dilakukan setelah ijab qobul dan pengantin pun mengganti pakaiannya menggubakan pakaian pernikahan suku Jawa yang biasa disebut dengan pakaian mantenan paes Jawa. Sebelum pernikahan dilakukan ada beberapa proses atau tahapan yang harus dilakukan oleh tuan rumah yang akan melakukan hajatan atau menikahkan anaknya. Baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan, tetapi kebanyakan prosesi Kembar Mayang ini dilaksanakan ketika acara pernikahan dipihak

74 Wawancara ( 30 Agustus 2020. Pukul: 16. 22 WIB) Khoirul Anwar 52

mempelai wanita, jika pihak pengantin pria juga melakukan pesta resepsi Kembar Mayang juga dipakai sebelum resepsi dirumah mempelai pria berlangsung. Sebelum upacara tradisi Kembar Mayang ini ada beberapa tahap yaitu: c. Proses pembuatan Kembar Mayang Pada tahap pembuatan Kembar Mayang dilaksanakan pada malam hari ketika malam midodareni (malam sebelum upacara pernikahan adat berlangsung). Kembar Mayang dibuat oleh sesepuh Desa atau orang yang dituakan di Desa yang ahli dalam membuat Kembar Mayang atau diikuti dengan dukun manten. Pembuatan Kembar Mayang ini biasanya dibantu oleh tiga atau empat orang, dalam pembuatan Kembar Mayang ini harus dalam keadaan suci dan menjalani puasa selama satu hari. Hal ini dipercaya agar pembuatan Kembar Mayang berjalan dengan lancer. Ketika upacara tebus Kembar Mayang akan dimulai, dua buah Kembar Mayang dikeluarkan dari rumah mempelai wanita oleh orang yang dipercaya untuk menjemput mempelai pria, kemudian Kembar Mayang yang duanya lagi diambil dan dibawa oleh dua wanita yang ditunjuk oleh dukun manten yang disebut dengan putri domas.

Wawancara bapak Dwi Yanto selaku pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya : “Proses gawe Kembar Mayang niki tuan rumahe (seng ndue hajatan) ngumpulke uwong-uwong utowo tonggo-tonggo ne nek arep ndue hajatan ( ngrabene anake) ben podo ewang-ewang neng kono, lan njaluk tetulung karo wong seng ahli gae Kembar Mayang kon gawekne ge upacara anake neng hari H ne sesok. Kemar Mayang iki lumayan sakral, biasane nek neng desane awak dewe iki kudhu digae bengi kisaran jam-jam siji utowo jam loroan. Tuan rumahe yo diharusne gae ingkung, nasi tumpeng seng dihias neng talam, iku isine macem-macem biasane yo isine ayam ingkung, sego kuneng digae tumpeng, buah pisang rojo, nanas, jeruk, endok entah,degan papat, lan kembang, wong-wong nek nyebut biosone sesajen utowo syarate ge lek-lekan gae Kembar Mayang. bahan-bahan e Kembar Mayang iki lumayan okeh: janur kuneng seng dipendet mboten sios

53

nyentuh siti. Janur kuning iki dipendet enjing-enjing neng omahe dewe utow nengomahe uwong lio tapi syarate kudu tumbas, janure dipotong neng pucuk diiket trus didunke alon-alon karo tali wong neng ngisor seng nampani ojo nganti nyentuh siti. , godong beringin, godong puring, debok pisang, pucuk godong pisang, godong andong iki biasane jumuk neng kuburan utowo neng omahe uwong tapi kudu ge syarat di tumbas, kembang mayang iku kembang pinang seng jek kuncup biasane seng manjat jumuk neng pohone pemuda seng wes pinter manjat. Nek bahan wes kekumpul kabeh diserahne karo tuan rumah seng ndue hajat, disimpen neng tempat seng aman”.75

Terjemahannya : “Proses pembuatan Kembar Mayang ini tuan rumah yang memiliki hajat mengumpulkan orang-orang dan tetangga-tetangga memberi kabar bahwa akan memilihi hajat (menikahkan anaknya) agar masyarakat dapat berkumpul membantu dalam proses acara disitu). Dan meminta tolong kepada ahli pembuat Kembar Mayang agar dibuatkan Kembar Mayang pada acara hari H anaknya besok. Kembar Mayang iki dipercoyo sakral bagi suku Jawa, biasanya kalau didesa Kembar Mayang ini dibuat pada malam hari sekitar jam satu sampai jam dua. Tuan rumah juga harus membuatkan ingkung ayam, nasi tumpeng yang dihias dileser besar, isinya buah pisang raja, nanas, jeruk, telur, kelapa empat biji, bunga-bungaan, biasanya disebut dengan sesajen atau syarat untuk melekan kumpul sesepuh pembuat Kembar Mayang. Bahan-bahannya untuk membuat Kembar Mayang ini lumayan banyak yaitu: janur kelapa yang diambil langsung dari pohonnya tidak boleh menyentuh tanah, janur kelapa ini di ambil dipohonnya pada saat pagi hari dirumah orang yang punya hajat atau dirumah tetangganya dengan syarat membeli, janurnya diikat dari atas kemudian diturunkan secara pelan-pelan kemudian dari bawah di terima dengan baik jangan sampai menyentuk tanah. Bahan selanjutnya daun beringin, daun puring, bunga andong biasanya mengambil dikuburan atau dirumah tetangganya dengan syarat membeli, kemudian bunga pinang yang belum mekar biasanya yang mengambil pemuda yang sudah ahli memanjat. Jika bahan sudah terkumpul semua diserahkan kepada tuan rumah yang memiliki hajat, kemudian disimpan ditempat yang aman”.

Dari yang dipaparkan oleh bapak Dwi Yanto penulis berkesimpulan bahwa dari awal proses pencarian bahan, pembuatannya dan upacara tebus Kembar Mayang sangatlah sakral,banyak hal-hal yang tidak boleh ditentang. Bahan-bahan juga harus disiapkan sampai lengkap, waktu pembuatan juga pada jam-jam tertentu pada saat malam sebelum ijab qobul berlangsung yang biasa disebut oleh

75Hasil Wawancara Dengan Bapak Dwi Yanto , Sebagai Pembuat Kembar Mayang, 30 Agustus 2020. Pukul 20:00 Wib. 54

suku Jawa yaitu malam midodareni yang artinya malam sebelum ijab qobul berlangsung, malam dimana para saudara menemani sang pengantin didalam kamar, pengantin tidak boleh tidur sebelum jam 12 malam, dan malam itu juga para saudara menemani tidur sang pengantin wanita.

Wawancara mbah Rukinem (pembuat sesajen manten) : “Manggone sajen tak dudohi ya. Sek dewe ya neng gone Kembar Mayang, trus nenggone kamare rias manten, trus nanggone beras (tunggu beras), nanggone tukang masak sayur, seng siji masak sego, siji ne get temu manten, jadi enem ya. Isine podo tapi manggone bedo-bedo. Bahan-bahane seng ge Kembar Mayang iku:baskom, beras 2kg, pisang 2 sisir kapok opo rojo temen, pisang rong sisir artine iku nyuwun ridha ne gustiallah, kelopo satu biji didekek tengange pisang, beras, kelopo, rokok, trus takir kae mau isine brambang, bawang, jahe, kunyit, cabe, duwit nek neng rias iku isine limangewu-limangewu, jajan sak werna ne leh gae jajan, endok, kembang kantil, mawar, kenongo, trus kembang liyane kembang paku-paku ngono lo mbak, kembang kertas, kembang kantel itu artine mantene ben kintil, kembang mawar iku ben wangi, sitik- sitik rodok apal maknane, kelopo iku ono reno telu artine kulite, isine, duduhe, iki rezekine ngumpul neng knono, enek maksute aku erohe ko kyai ponorogo. Ngono kui mbak isine, masio podo isine kabeh neng gon beras yo podo, neng gon sajen manten yo podo, tukang masak podo. Nek seng neng gon manten seng dienggo temu manten iku yo podo tapi duek e rongewu, rokok e sakutil ae karna dicelup banyu,endok e dibuntel plastik ben ojo pecah ngeneki jarike, dadi coro pecah ben neng jero plasti sakiki ngono kui, trus gek ngono segone manten dirias, dicepaki ngombene kae, aku ki gaene nyepaki ngono kui mbak, sajen temu manten iku disebut kembang setaman mbak mergone sak enek e kembang masuk ge upacara. Siji ne sego sak lawuhe enek panggange neng enggon rias karo gon nebus Kembar Mayang. bahan-bahane temu manten iku banyu seng dikei kembang setaman, kloso, sapu, jarek e loro, sapu ki seng ono tangkene trus tiker digelar pas temu manten, trus jarek e ge lemek klosok seng siji dienggo gendong nek arep digowo neng tmpat mantene, wes dadi anak e dadi digendong disandingne neng dekore kae. Beras kuneng iku nek ge gae sholawatan dibyurne, sawatane yo enek seng isine duek dibuntel suruh”. Jarek seng dienggo temu manten engke disimpen ngko nek lahiran dienggo ben diparingi gangsal.saiki aku ora patek kuat poso dadi tak sholati malam ae sholat hajat, sholat tahajud, moco sholawat seng akehe peng sewu, mugo-mugo gustiallah ngijabahi ngelantaranke panyuwune wong seng ndue gae kae mau”. 76

76 Hasil Wawancara Dengan Mbah Rukinem, Sebagai Pembuat Sesajen Manten, 08 September 2020. Pukul 11:42 WIB. 55

Terjemahannya : “Tempatnya sesajen saya kasih tau ya. Yang paling terdahulu itu di tempat Kembar Mayang, kemudian ditempat kamar pengantin atau tempat merias pengantin, kemudian ditempat beras ( tempat menunggu beras), kemudian ditempat masak sayur, dan satu lagi ditempat bertemunya manten ketika upacara Kembar Mayang berlangsung, jadi sesajennya ada enam buah. Isinya sama hanya saja tempatnya yang berbeda-beda. Bahan-bahan untuk membuat Kembar Mayang yaitu: baskom, pisang dua sisir harus pisang kepok atau pisang raja arti dari piasang dua sisir ini adalah meminta ridha kepada Allah SWT, kemudian kelapa satu biji diletakkan ditengahnya pisang dua sisir tadi, beras 2kg, rokok, kemudian takir yang berisi bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, lengkuas, cabe, uang, uang yang ada pada sesajen kamar pengantian uang Rp.5000, jajan yang dihidangkan dimeja tamu, telur, bunga kantil, bunga mawar, bunga kenanga,bunga kertas, bunga paku-pakuan dan lain-lain. Bunga kantil itu artinya pengantinnya agar slalu romantis, bunga mawar yang artinya agar selalu berbau harum, kelapa itu ada tiga macam artinya yaitu ada kulit, isinya, dan airnya artinya rezekinya berkumpul didalam, saya taunya dari kyai ponorogo. Seperi itu isinya, ditempat beras sama, ditempat kamar pengantin sama, ditempat masak sama. Di tempat kamar pengantin untuk temu manten atau upacara tebus Kembar Mayang tetap sama tetapi uangnnya Rp 2000, rokoknya satu biji karna akan dimasukan kealam air, telur dibungkus plastik bening jika pecah tidak kotor mengenai jarik pngantin, jadi jika pecah biar didalam pastik tersebut, kemudian nnasi kuning pengantin dihias, disiapkan minumnya. Sesajen untuk upacara pertemuan pengantin laki-laki dan pengantin perempuan disebut bunga setaman, bunga setaman artinya adalah semua bunga yang ada masuk kedalam sesajen pertemuan pengantin tersebut. Bahan-bahan pertemuan pengantin yaitu: air yang diberi bunga setaman, tikar, sapu, kain panjang batik (jarik) dua helai, sapu yang ada tangkainnya, tikarnya digelar ketika akan pertemuan, kemudian kain panjang batik Jawa digelar diatas tikar dan satu kain lagi untuk menggendong ketika akan dibawa kepelaminan, diibaratkan sudah menjadi anaknya, beras kuning yang ditabur-taburkan diiringi dengan sholawatan, yang ditabur- taburkan itu uang Rp.2000 yang dibungkus daun sirih. Kain panjang batik Jawa yang dipakai dalam upacara ini harus disimpan dan dipakai ketika melahirkan anak pertamanya nanti dipercayai selalu diberi selamat dan kemudahan. Dalam pembuatan sesajen ini harusnya berpuasa, tetapi saya sudah tidak kuat dalam berpuasa jadi saya ganti dengan shalat malam yaitu shalat hajat, shalat tahajud, membaca shalawat sebanyak 1000x, mudah-mudahan Allah mengijabahi hajat yang saya saya sampaikan do’anya kepada Allah SWT”.

Penulis menyimpulkan dari apa yang dipaparkan oleh mbah Rukinem selaku pembuat sesajen manten. Dari beberapa sesajen yang memiliki makna masing- 56

masing penulis bisa menyimpulkan bahwa tidak semua sesajen memiliki nilai negative, contohnya sesajen manten yang dibuat oleh mbah Rukinem ini sangat memiliki makna yang kuat kaitannya dengan agama Islam, kemudian pada saat proses pencarian bahan, pembuatan sesajen, dan peletakan sesajen juga tetap berkaitan dengan ibadah-ibadah yang dianjurkan oleh agama Islam. Pembuatan sesajen ini juga harus dalam keadaan suci karena dukun manten menjadi perantara memintanya do’a-do’a baiknya orang yang memiliki hajat atau orang yang memiliki acara tersebut. Wawancara ibu wiwik : “Nek wong mantu ki enek seng njaluk biasa enek seng njaluk digaene sesajenan mbak, la nek seng biasa iku yo ra ngenggo sesajen koyok bude kalim kae karna dia sudah tau agama nian corone yo gak nganggo kyok ngono, nek ngene-ngene ki i jek termasuk enek Jawane budaya corone karena enek wong seng meyakini. Kyok-koyok o seperti wong jaulak, muhammadiyah sudah tidak mempercayai seperti itu. Kene ki pun angger arep poso, bodho, mbah amat yo jek gaeni sesajen, sesajen iki yo gak bertentangan karo Agama”.77

Terjemahannya : “Kalau ada orang yang punya hajat menikahkan anaknya itu tergantung permintaannya, ada yang biasa dan ada yang minta dibuatkan sesajen, jika yang biasa itu tidak menggunakan sesajen seperti ditempat bude kalim yang tidak menggunakan sesajen karena beliau sudah memiliki ilmu agamanya yang sangat mendalam dan tidak mempercayai hal-hal yang tidak berbau agama Islam. Kalau masih memakai sesajen ini ibaratnya masih sangat percaya kejawen atau budaya-budaya Jawa yang masih sangat dijaga kemurniannya. Misalnya orang-orang jaulak, muhammadiyah itu sudah tidak mempercayai seperti itu. Disini juga setiap awal puasa, malam takbir, si mbah dan keluarga saya selalu membuat sesajen. Sesajen ini tidak bertentangan dengan agama”.

Penjelasan dari ibu wiwik dapat disimpulkan bahwasanya sesajen juga dinilai negative pada orang-orang tertentu yang ilmu agama nya sudah sangat dalam, orang-orang seperti ini biasanya sangat taat dalam ibadahnya dan ilmu- ilmunya sudah sangat mendalam sehingga tidak lagi mempercayai kejawen atau kepercayaan-kepercayaan suku Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini.

77 Hasil Wawancara Ibu Wiwik, Sebagai Masyarakat Desa Mingkung Jaya, 16 September 2020. Pukul 11:34 WIB. 57

Bukan hanya kejawen saja melainkan semua kepercayaan yang tidak mengandung unsur ajaran agama Islam. d. Prosesi pelaksanakan upacara tebus Kembar Mayang Prosesi pelaksanaan tradisi Kembar Mayang dilakukan di Desa Mingkung Jaya Kecamtan Sungai Gelam Kaabupaten Muaro Jambi. Peneliti turun kelapangan ikut menghadiri upacara tradisi tersebut untuk mencari data yang berkaitan dengan penelitian. prosesi pernikahan menggunakan tradisi Kembar Mayang hampir di semua daerah sama saja, namun ada beberapa yang membedakannya yaitu pada waktu pembuatannya dan bahan-bahan yang digunakan. Ada beberapa poin yang dilakukan sebelum upacara tebus Kembar Mayang berlangsung antara lain yaitu: 1. Malam midodareni Malam midodareni atau adalah malam menjelang hari pernikahan. Acara pada malam midodareni ini diikuti oleh keluarga atau teman-teman terdekat pengantin wanita. Masyarakat Jawa sangat mempercayai malam midodareni ini permohonan agar para bidadari turun dari kayangan untuk menjenguk dan memberi restu kepada calon pengantin, bertujuan agar pengantin esok hari bisa secantik para bidadari. Malam midodareni ini calon pengantin tidak boleh tidur sebelum jam 12 malam. Saat malam midodareni dilaksanakan akan banyak nasehat-nasehat serta do’a - do’a dari orang yang dituakan. Pada malam itu juga Kembar Mayang diletakkan dikamar pengantin dan banyak sesajen-sesajenan yang diletakan didalam kamar calon pengantin 2. Ijab qobul atau akad nikah Ijab qobul atau Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yaitu pihak laki-laki maupun pihak perempuan yang melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qobul. Ijab adalah penyerahan dari pihak pertama, sedangkan qobul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab qobul ini prosesnya sama dengan ijab qobul dalam prosesi pernikahan dalam agama islam. Prosesinya ada yang dilaksanakan di masjid, di KUA dan dirumah

58

mempelai wanita. Ijab qobul diucapkan oleh pengantin laki-laki dihadapan wali mempelai wanita, saksi dan imam nikah. 3. Persiapan pengantin wanita Sebelum acara resepsi dimulai pengantin wanita terlebih dahulu dirias secantik mungkin untuk melaksanakan upacara panggih temu manten, dirias menggunakan pakaian adat Jawa. Setelah selesai dirias pengantin wanita dijemput oleh kedua orangtuanya atau keluarganya untuk bersiap-siap melaksanakan prosesi upacara tebus Kembar Mayang. Panitia akan memberitahu jika pengantin pria sudah hampir dekat dari rumah pihak pengantin wanita. Pengantin pria juga tidak boleh terlalu dekat dengan rumah pengantin wanita, biasanya menunggu di perempatan rumah pengantin wanita dan harus menunggu dari arah barat. 4. Upacara tebus Kembar Mayang Sebelum upacara tebus Kembar Mayang ini berlangsung ada beberapa yang harus disiapkan antara lain yaitu Kembar Mayang disiapkan atau dikeluarkan dari rumah mempelai wanita, dua dibawa oleh pria dan dua lagi dibawa oleh wanita yang perbawanya ini ditunjuk oleh dukun manten. Kemudian dukun manten menyiapkan kain panjang atau jarik yang di buka lebar untuk jalannya pertemuan antara mempelai wanita dan mempelai pria, dukun manten menyiapkan sesajen-sesajen yang diletakkan diatas kain yang sudah digelar dan disiapkan sapu lidi dan kain merah. Dalam pelaksanakan tebus Kembar Mayang ini diiringi gending berirama Jawa agar berkesan nyaman di dengar dan indah dilihat. Dalam upacara tebus Kembar Mayang yang sebelumnya melalui beberapa tahap yang harus disiapkan, yaitu tahap persiapan perlengkapan, tahap pembuatan, tahap upacara pernikahan mempunyai nilai yang tersebunyi yaitu: a) Nilai budaya b) Nilai ekonomi c) Nilai sosial d) Nilai agama

59

e) Nilai pendidikan Tebus Kembar Mayang ini juga merupakan penanda bahwasanya pernikahan masyarakat Jawa Tengah dan Jawa Timur di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. 5. Sungkeman manten Pernikahan suku Jawa sangat menjunjung tinggi hubungan anak dan orang tua. Salah satunya hubungan itu terwujud dalam prosesi sungkeman manten. Sungkeman kerap menjadi momen mengharukan bagi suami istri yang meminta restu kepada orang tua. Pada momen sungkem menjadi kesempatan bagi anak untuk mengucapkan maaf dan terimakasih kepada orang tuanya. Pada prosesi sungkeman manten ini, orang tua duduk dikursi pelaminan atau ditempat yang lebih tinggi, sedangkan kedua mempelai dengan posisi berjongkok lutut menyentuh lantai. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua yang telah merawat dan memeberi kasih sayangnya hingga hari pernikahan tiba.

Wawancara bapak Saji : “Upacara tebus Kembar Mayang iki biasane dilangsungne neng gone acarane pengantin pihak setri, karena opo? Hakikate Kembar Mayang iku mung oleh dienggo karo wong seng jek lajang gadis utowo bujang. Mergo biasane acara resepsi digawe gone seng setri, la nek wes acara ngunduh mantu gone seng lanang kae yo gak ngenggo Kembar Mayang karna opo? Yo karena wes podo ora lajang meneh. Pas temu mantene kae yo seng lanang dikon nunggu neng prapatan iso madep nganan opo ngiri iku seng eroh itungane wong seng pinter ilmu kejawen, nah masio acara resepsine gone seng lanang kyok eko karo novita wingi kae yo eko panggah kudu digowo neng prapatan. iku pertondo nek Jowo menghormati kaum hawa, karena hakikate wong setri iku nunggu lan seng lanang iku marani. Neng acara temu manten upacara tebus Kembar Mayang iki setri seng nunggu diiringi karo saudara-saudarane lan seng lanang melaku diiringi saudara-saudarane songko prapatan sampek tepat neng tengah-tengan ngarep panggon lingguhe manten”78

Terjemahannya: “Upacara tebus Kembar Mayang ini biasanya dilangsungkan dirumah pengantin pihak wanita, karena apa? Hakikatnya Kembar Mayang itu

78 Hasil Wawancara Bapak Saji, Sebagai Pembuat Kembar Mayang, 27 Agustus 2020. Pukul 11:20 WIB. 60

hanya boleh dipakai untuk orang yang masih lajang gadis ataupun bujang. Maka dari itu acara resepsi dilakukan dirumah pengantin wanita, jika sudah acara ngunduh mantu dirumah pengantian pria itu juga tidak memakai Kembar Mayang, karena apa? Ya karena sudah tidak berstatus lajang lagi. Ketika acara bertemunya pengantin wanita dan pengantin pria itu juga pengantin pria disuruh menunggu diperempatan jalan bisa menghadap kekanan ataupun menghadap kekiri itu yang tahu hanya orang yang pintah ilmu kejawen, walaupun acara resepsi ditempat pengantin pria seperti contohnya pernikahan Eko dan Novita kemarin itu juga Eko harus dibawa keperempatan jalan. Itu pertanda kalau suku Jawa sangat menghormati kaum wanita, karena hakikatnya kaum wanita itu menunggu dan yang pria itu mendatangi. Dalam acara bertemunya pengatin upacara tebus Kembar Mayang ini pengantin wanita ang menunggu diiringi oleh saudara-saudaranya dan pengantin pria berjalan diiringi dengan saudara-saudaranya dari perempatan jalan sampai tepat ditengah-tengah di depan tempat duduk pengantin”.

Penulis menyimpulkan dari apa yang dipaparkan oleh bapak Saji bahwasannya Kembar Mayang ini adalah salah satu tradisi yang sangat dijaga kesakralannya oleh masyarakat setempat. Kembar Mayang ini hanya boleh dipakai dalam acara tertentu dan tidak sembarang orang bisa memakai dalam acara pernikahan melainkan hanya boleh dipakai dalam acara pernikahan orang- orang yang masih lajang. Dalam upacara tebus Kembar Mayang ini menggambarkan bahwa suku Jawa sangat menjunjung tinggi dan menghormati kaum wanita, dan juga memberi pelajaran kepada kita semua bahwa wanita lebih baik menunggu untuk didatangi pria, karena sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholiha. e. Nilai-nilai filosofi islam yang terkandung didalam Kembar Mayang Tradisi Kembar Mayang ini adalah tadisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa yang bertempat tinggal di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. Tradisi ini memiliki sejarah dan makna yang mengandung hal-hal positif antara lain sebagai beriku: a. Makna dan bentuk yang terdapat pada Kembar Mayang.

1) Janur yaitu berasal dari bahasa arab “ja’a nur” yang artinya telah datang cahaya. Yang memiliki makna pengantin tersebut supaya terang seperti cahaya dhohir dan batinnya, selamat dunia dan akhiratnya.

61

Selanjutnya janur dibentuk dengan beberapa bentuk antara lain sebagai berikut: a) Janur berbentuk burung Bentuk tersebut bermakna supaya pengntin memiliki sifat seperti burung merpati yaitu memiliki sifat kesetiaan yang luar biasa. Walaupun dalam kehidupannya nanti akan banyak bertemu dengan orang-orang yang bukan pasangannnya, namun ia tetap setia kepada pasangannya atau istrinya.

b) Janur berbentuk keris Kata keris sendiri berasal dari bahasa arab yaitu kharisun yang artinya menjaga. Yang memiliki makna saling menjaga hubungan sang pengantin dari kejahatan, fitnah, marabahaya dll. Manusia juga mengikuti ajaran Nabi supaya kehidupan rumah tangga nya sakinah, mawadah, dan warahmah.

62

c) Janur berbentuk gunung atau candi Janur yang dibuat berbentuk gunung atau candi ini memiliki makna agar pernikahannya sangat kokoh dan kuat seperti gunung atau candi tersebut walaupun berbagai rintangan menghampiri bahtera rumah tangganya namun akan tetap kuat dan tidak goyah imannya. Pada dasarnya manusia hidup untuk selalu beriman kepada Allah SWT.

d) Janur bentuk pecut-pecutan Pecut yang berarti cambuk yang bersifat lentur, luwes dan ulet. memiliki makna bahwa manusia harus fokus, pikirannya harus optimis dan kreatif, manusia juga dalam bergaul harus bisa menempatkan diri dalam masyarakat. Karena setelah menikah para pengantin akan memiliki rumah sendiri maka dari itu harus benar-benar bisa bergaul dalam suatu kelompok masyarakat. e) Janur bentuk walang-walangan Walang yang berarti belalang, yaitu binatang yang sangat lincah. Hal ini mengandung makna bahwa manusia harus memiliki sifat lincah dalam bertindak maupun berfikir. Janur berbentuk belalng ini mengajarkan bahwa kehidupan yang akan dijalani nanti harus memiliki sifat dan sikap yang dewasa agar semua permasalahan bisa dihadapi dengan kepala dingin.

63

f) Janur bentuk kinciran Janur yang dibentuk menyerupai kinciran ini diibaratkan seperti kinciran yang selalu berputar mengikuti arus angin. Makna yang terkandung didalam janur berbentuk kinciran agar manusia atau para pengantin mampu menghadapi tantangan hidup baik suka mau duka.

2) Pohon beringin Pohon beringin memiliki daun yang rindang, akar yang kuat dan panjang, sejuk jika dipakai berteduh. Pohon beringin juga salah satu pohon yang slalu ditaman di alun-alun kraton Yogyakarta maupun kraton Surakarta. Pohon beringin memiliki makna walaupun besar atau tinggi kedudukannya, jabatannya, kecerdasannya, namun tetap memikirkan rakyat kecil. Dari makna pohon beringin kita belajar bahwa kehidupan manusia tidak selalu diatas, maka dari itu selalu berbuat kebaikan dimanapun dan apapun jabatannya.

64

3) Pohon Andong Pohon Andong yang artinya dalam bahasa arab yaitu ajak-ajak. Bermakna bahwa seorang suami setiap kepala keluarga diwajibkan untuk mengajak keluarganya kejalan yang benar dan saling mengajak beribadah didalam rumah tangganya. 4) Pohon Pisang Yang dapat diambil pelajarannya dari pohon pisang ialah pohon pisang belum atau tidak akan mati sebelum beranak dan memberikan hasil atau berbuah terlebih dahulu. Memiliki makna bahwa manusia harus menyelesaikan tanggung Jawabnya sebelum meninggal, dan mengajarkan perkara-perkara kebaikan menurut agama. Biasanya yang dipaka adalah batang pohon raja yang memiliki makna setinggi-tingginya kedudukan seorang raja tetap harus melihat kebawah kepada masyarakat kecil, seperti layaknya batang pisang yang diletakkan dibawah bertujuan agar pengantin tidak memilki rasa sombong diri. 5) Kelapa muda hijau Kelapa muda hijau sendiri memiliki berfungsi untuk mencegah keracunan. Pohon kelapa juga merupakan salah satu pohon yang memiliki manfaat yang sangat luar biasa, yaitu, buah, batang, daun nya sangat bermanfaat bagi manusia. Makna yang terkandung didalam nya yaitu agar manusia terhindar dari racun-racun dunia dan bermanfaat bagi semua orang Secara keseluruhan Kembar Mayang memilki makna sebagai pohon kehidupan. Dalam hal ini Kembar Mayang adalah sebagai saksi peristiwa, penangkal dan penjaga jika bahaya datang. Memilki makna sebagai pohon kehidupan karena semua makna yang terkandung didalam Kembar Mayang menjelaskan tentang cara menjalani kehidupan yang baik dan sejahtera.

65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi mengenai tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan suku Jawa masih sangat di jaga dan di lestarikan kemuniannya, karena tradisi ini adalah salah satu budaya warisan leluhur nenek moyang suku Jawa yang harus dikenalkan kepada anak cucu mereka. Selain itu tradisi Kembar Mayang juga dipercayai akan mendatangkan kebaikan-kebaikan di kehidupan yang akan berlangsung. Kegiatan kebudayaan sebagai tradisi turun temurun yang dilaksanakan dalam pernikahan khususnya pada suku Jawa ini. Dalam pandangan hukum Islam tradisi tersebut ialah boleh dilaksanakan asalkan tidak berlebih-lebihan atau menyeleweng dari ajaran agama Islam sendiri. Karena adanya tradisi Kembar Mayang maupun tidak adanya sebuah pernikahan tetap dikatakan sah. 2. Prosesi Upacara tebus Kembar Mayang ini diawali dengan pembentukan panitia, selanjutnya menyiapkan peralatan dan bahan-bahan untuk membuat Kembar Mayang yaitu janur kuning, batang pisang, pucuk daun kelapa, bunga pinang, bunga Mayang dan beserta sesajen-sesajen yang harus disiapkan terlebih dahulu sebelum upacara dilaksanakan. Kemudian mempersiapkan orang-orang yang akan membawa Kembar Mayang, dua pria dan dua wanita yang masih gadis, lalu mempersiapkan pengantin pria dan pengantin wanita dengan memakai pakaian adat Jawa. Kemudian melaksanakan upacara tebus Kembar Mayang yang diikuti oleh keluarga kandung nya yang paling utama ialah orangtua dari pihak pengantin pria dan pengantin wanita. 3. Nilai-nilai filosofi islam yang terkandung didalam Kembar Mayang sebagai nilai dalam kehidupan yang akan dijalani oleh para pengantin.

66

Namun nilai-nilai islam yang terkandung didalam Kembar Mayang tersebut bisa diartikan setiap masing-masing bahannya, misalnya yang sangat dominan adalah daun kelapa yang muda atau sering disebut janur, janur ini tidak lain berasal dari bahasa Arab yaitu “ ja’a nur” yang artinya telah datang cahaya yang memiliki makna agar pengantin diberikan cahaya atau selamat dunia dan akhiratnya. Kembar Mayang juga sangat dominan pada bahan janur namun memiliki bentuk dan nilai-nilai islam yang berbeda-beda. B. Saran-saran Setelah selesai dan mengungkapkan tentang tradisi Kembar Mayang dalam prosesi pernikahan adat Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi ini, sedikit banyaknya kita semua dapat mengambil pelajaran bahwa tadisi Kembar Mayang ini termasuk tradisi yang bernilai positif. Oleh karena itu penulis ingin memberi sedikit masukan atau saran yaitu: 1. Pemerintah setempat hendaknya dapat lebih melestarikan tradisi Kembar Mayang, karena tradisi Kembar Mayang terdapat nilai-nilai pendidikan, kebudayaan, dan sosial. 2. Bagi Dinas Kebudayaan diharapkan peransertanya dalam membina dan menjaga serta melestarikan salah satu budaya Jawa. Karena hal ini dapat menjadikan budaya tersebut sebagai ciri khas suku Jawa yang terdapat di Desa Mingkung Jaya. 3. Bagi generasi muda termasuk saya peneliti agar mempelajari, mempraktekkan dan dilestarikan agar bisa dikenalkan kepada semua orang bahwa masyarakat Desa Mingkung Jaya mempunyai ciri khas atau budayanya sendiri yang juga bisa dicontoh oleh masyarakat-masyarakat lain.

67

C. Penutup Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta Hidayahnya berupa kesehatan, kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi. Tentunya banyak sekali terdapat kesalahan dan kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak dmi menuju kesempurnaan skripsi. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dari segi materi maupun non materi, sejak dari penulisan, penggarapan sampai dengan selesai pembuatan skripsi ini. Semoga kebaikannya mendapat imbalan yang berlimpah dari Allah yang maha baik, dan dicatat sebagai amal sholih. Sebagai kata penutup, penulis harapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembacanya. Aamiin yaa rabbal alamiin.

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Departemen Agama RI, Abdus Sami, Dkk,2004. Al-Qur’an Dan Terjemahnya : Juz 05. Jakarta: LESTARI BOOKS Alisjahbana, Takdir Sutan. 2005. Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat Dari Segi Nilai-Nilai. Jakarta: Balai Bahasa Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Insan Madani . 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,. Jakarta: Rineka Cipta Endaswara, Swardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan, Ideologi,Epistemologi, Dan Aplikasi. Jakarta: Pustaka Widyatama . 2006. Metode Teori Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Widyatama . 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideology, Epitemologi, Dan Aplikasi. Jakarta: Pustaka Widyatama . 2006. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadja Mada University Press Geetz, Clifford. 1960. The Religion Of Java. Glencoe : The Free Press Gondowasito. 1965. Tata Cara Adat Dan Upacara Pengantin Jawa. Jakarta: Majalah Dian Public Relation Herusatoto, Budiono. 2011. Mitologi Jawa Pendidikan Moral Dan Etika Tradisional. Depok: Oncor Semesta Ilmu Indrijati DKK, Antropologi SMA Terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter, Kota Batu Jawa Timur: PPPPTK Pkn Dan IPS

Koentjaraningrat Dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta: Progres . Kamus Antropologi Budaya. Jakarta: Rineka Cipta

69

. 1996. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta ______.1992. Beberapa pokok antropologi sosial (Jakarta: RI. Dian Rakyat Komariah Aan Dan Satori Djam’an. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Pt Remaja Rosda Karya M. Keesing, Roger. 1998. Antropologi Budaya. Jakarta: Erlangga Maleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya Mukhtar. 2007. Bimbingan Skripsi Thesis Dan Artikel Ilmiah. Jambi: Sulthan Thaha Press Neong Muhadjir, Neong. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Surasin, 1991 P Spradley, James. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Poeranto, Hari. 2000. Kebudayaan Dan Lingkungan, Dalam Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset Poerwadarminta, W.J.S. 2011. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka Rifa’i, Moh.1978. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang: Vc. Karya Toha Putra Simatupang, Olan. 1993. Seni Rupa Islam: Pertumbuhan Dan Perkembangannya. Bandung : Angkasa Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta Suseno, Franz Magniz. 2001. Etika Jawa : Sebuah Analisis Falsafi Tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, Cetakan Ke-8. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Tim Penyusun. 2018. Pedoman Penulisan Proposal Dan Skripsi Fakultas Adab Dan Humaniora Jambi, Uin Sts Jambi

70

Skripsi : Purnama, Bias Indiarti Rossy. 2011. Aspek Pendidikan Nilai Religius Pada Kembar Mayang Dalam Upacara Perkawinan Adat Jawa Studi Kasus di Desa Cangakan, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar. Surakarta: Universitan muhammadiyah Surakarta. Zaid, Wildan Asykar. 2016. Tijauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Tebus Kembar Mayang Dalam Resepsi Pernikahan Studi Kasus di Kelurahan Suryodiningrat, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Zannah, Usfatun. 2009. Makna Prosesi Perkawinan Jawa Timurr Sebagai Kearifan Lokal (Pendekatan Etnografi Komunikasi Dalam Upacara Tebus Kembar Mayang di Desa Jatibaru, Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau). Riau: Universitas Riau.

Jurnal: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2017, Investarisasi Dan Identifikasi Keragaman Etnis Dan Budaya Kota Jambi Hlm. 1 Botty, Middya. 2017. Masyarakat Multikultural : Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu Dengan Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kelurahan Sukajadi Kecamatan Sukarami Palembang. Tahun 2017. Vol 1, No. 2. Hlm. 4. Palembang: Super Sukses Darmoko. 2010. Budaya Jawa Dalam Lintas Sejarah”, Jurnal Wacana, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia (12 Agustus 2010),Vol 2. No 1. Hlm, 87. Sitang: STKIP Persada Khatulistiwa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia

71

Geri. A, Suparno Dkk. 2018. Mempertahankan Eksistensi Budaya Lokal Nusantara Ditengah Arus Globalisasi Melalui Pelestarian Tradisi Gawai Gayak Sintang, Jurnal Pekan, Vol 3, No 1 April 2018, Hlm, 44. Margono, Hartono Dkk. Sejarah Sosial Jambi, Jambi Sebagai Kota Dagang (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Sejarah Nasional Jakarta 1984), Hlm, 22. Jakarta: Buku Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Widayanti, Sri. 2008. Makna Filosofi Kembar Mayang Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa, Jurnal Filsafat, Volume 18, No 2, Agustus 2008, Hlm. 116. Jakarta : Balai Pustaka Yantim, Marina. 2018. Tradisi Upacara Perkawinan Tebus Kembar Mayang Di Desa Tegalsari Kecamatan Tegaldlimo Kabupaten Banyuwangi, Haluan Sastra Budaya, Volume 2, No 1 1 Juni 2018. Hlm. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

72

LAMPIRAN I

Gambar 1: Sesajen yang disiapkan oleh dukun manten Hasil wawancara mbah rukinem sebagai pembuat sesajen manten

73

Gambar 2 : Bahan-bahan dan bentuk Kembar Mayang sebelum dibuat menjadi rangkai menjadi seperti buqet yang tersusun rapi. Wawancara bapak ma’sum sebagai tokoh agama dan pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Mayang

Gambar 3 : Proses pembuatan Kembar Mayang pada malam hari Hasil wawancara bapak Dwi yanto sebagai pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya

75

Gambar 4 : Rangkaian bentuk Kembar Mayang yang sudah selesai dibuat Wawancara bapak saji sebagai pembuat Kembar Mayang di Desa Mingkung Jaya

76

Gambar 5 : Sesajen yang dipakai dalam upacara tebus Kembar Mayang Wawancara bapak mbah Rukinem selaku pembuat sesajen manten dan ibu Wiwik sebagai masyarakat Desa Mingkung Jaya

.

Gambar 6 : Para pemuda pemudi yang dipilih untuk membawa Kembar Mayang dalam upacara temu manten suku Jawa Dokumentasi peneliti secara langsung ke lapangan

77

Gambar 7 : Pertemuan antara pengantin pria dan pengantin wanita yang akan melaksanakan upacara tebus Kembar Mayang Dokumentasi eneliti secara langsung ke lapanga

78

Gambar 8 : Ketika upacara tebus Kembar Mayang berlangsung Dokumentasi peneliti secara langsung ke lapangan

Gambar 9 : Ketika upacara Kembar Mayang sudah selesai, kemudian pengantin dibawa keatas pelaminan yang sudah disiapkan.

79

80

81

DAFTAR NAMA-NAMA INFORMAN 1. Nama : Heri Sukamto Umur : 50 Tahun Pekerjaan : kepala Desa Mingkung Jaya 2. Nama : Ahmat Umur : 84 Tahun Pekerjaan : Petani 3. Nama : Rukinem Umur : 69 Tahun Pekerjaan : IRT 4. Nama : Susanto Ma’sum Umur : 60 Tahun Pekerjan : Tani 5. Nama : Dwi Yanto Umur : 50 Tahun Pekerjaan : Tani 6. Nama : Saji Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Tani 7. Nama : Wiwik Umur : 37 Tahun Pekerjaan : IRT 8. Nama : Ismini Umur : 59 Tahun Pekerjaan : IRT 9. Nama : Khoirul Anwar Umur : 45 Tahun Pekerjaan : Tani 10. Nama : Putu Ageng Umur : 70 Tahun Pekerjaan : Tani

82

11. Nama : Ibu Ayu Umur : 50 Tahun Pekerjaan : IRT 12. Nama : Mas Farid Umur : 26 Tahun Pekerjaan : Guru 13. Nama : Mbak Ulya Umur : 27 Pekerjaan : MUA

83

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) Judul Skripsi : Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan Suku Jawa di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi. A. Observasi 1. Mencari Data Tentang Latar Belakang Munculnya Tradisi Kembar Mayang Di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 2. Mengamati Prosesi Pelaksanaan Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan Suku Jawa Di Desa Mingkung Jaya Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi 3. Mengamati Dan Mencari Data Tentang Nilai-Nilai Filosofi Islam Yang Terkandung Di Dalam Kembar Mayang B. Wawancara Wawancara Kepala Desa, Sesepuh Desa, Pembuat Kembar Mayang, Pembuat Sesajen Manten, Dan Masyarakat Desa Mingkung Jaya 1. Apakah masyarakat Desa Mingkung Jaya masih melaksanakan tradisi Kembar Mayang? 2. Bagaimana latar belakang munculnya tradisi Kembar Mayang? 3. Apa bahan dan alat yang diperlukan dalam tradisi Kembar Mayang? 4. Bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi Kembar Mayang? 5. Apa arti nilai-nilai filosofi islam yang terkandung pada tradisi Kembar Mayang? 6. Bagaimana pandangan pro dan kontra masyarakat tekait dengan adanya tradisi Kembar Mayang? 7. Bagaimana asal usul atau sejarah adanya tradisi Kembar Mayang? 8. Apa saja bahan dan diletakan dimana saja sesajen manten? C. Dokumentasi 1. Foto-foto 2. Video 3. Arsip Desa

84

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dian Agustina Tempat Dan Tanggal Lahir : Bunga Raya, 20 Agustus 1998 Nim : As.160942 Fakultas : Adab dan Humaniora Jurusan : Sejarah Peradaban Islam Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum Menikah Nama Ayah : Suparmin Nama Ibu : Suparti Anak Ke : 1 (Pertama) Dari 2 (Dua) Bersaudara Alamat Asal : Desa Mingkung Jaya, Rt.13 Kadus II Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi Nomor Telepon : 082292544761 E-Mail : [email protected] Alamat Sekarang : Perumahan Villa Karya Mandiri No 20 JENJANG PENDIDIKAN Tahun 2003 – 2004 : TK Handayani VII Mingkung Petaling Jaya Tahun 2004 – 2011 : SDN 221/IX Mingkung Tahun 2011 – 2013 : MTS Mamba’ul Ulum Kota Jambi Tahun 2013 – 2016 : MAS Mamba’ul Ulum Kota Jambi Tahun 2016 – 2021 :UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

85