Indonesia - Jilid 3 3 Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia • Institusi Dan Gerakan •

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Indonesia - Jilid 3 3 Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia • Institusi Dan Gerakan • Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3 3 Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia • Institusi dan Gerakan • i Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Institusi dan Gerakan JILID 3 Editor Jilid 3 Azyumardi Azra Jajat Burhanuddin Taufik Abdullah Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015 Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3 SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM INDONESIA Jilid 3 Pengarah: 1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2. Direktur Jenderal Kebudayaan Penanggung Jawab: Endjat Djaenuderadjat Amurwani Dwi Lestariningsih Penulis: Muhammad Iskandar Azyumardi Azra Muhammad Hisyam Zulkifli Setyadi Sulaiman Ahmad Najib Burhani Jajat Burhanudin Yon Machmudi Didi Ahmadi Moeslich Hasbullah MUhammad Wildan Asep Saepudin Jahar M. Dien Madjid Riset Ilustrasi: Isak Purba, Agus Widiatmoko, Siti Sari, Hermasari Ayu Kusuma, Tirmizi, Budi Harjo Sayoga, Maemunah, Esti Warastika, Dian Andika Winda, Bariyo, Haryanto, Rina Pujiarti, Wastilah, Putri Arum Setyawati, Suniarti, Mulyadi Amir, Mawanto Tata Letak & Desain: Iregha Kadireja Martina Safitry Keterangan Cover: Kiai sedang mengajar kitab kepada para santri di lingkungan Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. Sumber Cover: Dokumentasi Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya. Sumber Peta: KITLV Penerbit Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Gedung E, Lantai 9, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta - 10270 Tel./Fax.: 021-572 5044 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG UNDANG: Dilarang mengutip seluruh atau sebagian isi buku tanpa izin dari penerbit CETAKAN 2015 ISBN: 978-602-1289-00-6 ISBN: 978-602-1289-12-9 ii Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3 BAB X Gerakan Islam Kampus: Sejarah dan Dinamika Gerakan Mahasiswa Muslim alam sejarah Indonesia, tercatat ada tiga periode penting menyangkut Tiga periode penting gerakan Islam oleh kalangan pemuda dan mahasiswa. Pertama, masa dalam gerakan Islam pergerakan, gerakan tersebut dicirikan dengan berdirinya kelompok oleh kalangan pemuda D dan mahasiswa di kajian Islam di kalangan kaum muda terpelajar, yakni Jong Islamieten Bond (JIB) Indonesia. Pertama, dan Studenten Islamic Studiesclub (SIS). Kedua, masa kemerdekaan, di mana masa pergerakan, muncul gerakan mahasiswa dengan semangat nasionalisme dan keislaman, berdirinya kelompok yakni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia kajian Islam di (PMII), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)—dua terakhir ini adalah kalangan kaum muda terpelajar. Kedua, organisasi mahasiswa di bawah masing-masing ormas NU dan Muhammadiyah. masa kemerdekaan, Terakhir, perode 1980-an hingga kini, di mana muncul gerakan mahasiswa munculnya gerakan dengan semangat Islamisme yang tinggi, seperti Lembaga Dakwah Kampus mahasiswa dengan semangat nasionalisme (LDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). dan keislaman. Ketiga, periode 1980-an kini muncul gerakan Munculnya gerakan Islam di kampus ini dipicu oleh faktor yang berbeda di mahasiswa dengan setiap periode. Meskipun, gerakan-gerakan itu mempunyai beberapa kesamaan semangat Islamisme terutama dalam hal pola-pola pergerakannya. Tulisan ini berusaha untuk melihat yang tinggi. sejarah munculnya masing-masing gerakan mahasiswa Islam tersebut, aktivitas gerakan di ranah politik dan dakwah, pola perjuangannya, serta tantangan dan hambatan masing-masing. 425 Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3 Dengan tulisan, gerakan-gerakan Islam kampus sejak Indonesia merdeka hingga dewasa ini bisa dipetakan. Walaupun rentang waktunya cukup panjang, tulisan ini berusaha melihat benang merah dari berbagai gerakan mahasiswa Islam tersebut, dan kemudian bisa diambil hikmahnya sebagai pelajaran bagi akademisi dan juga aktivis gerakan kemahasiswaan di masa-masa yang akan datang. Gerakan Mahasiswa Muslim: Beberapa Perspektif Penjelasan Secara umum bisa dikatakan bahwa gerakan Islam (termasuk gerakan Islam kampus) muncul sebagai respon terhadap sebuah realitas sosial. Sejarah mencatat bahwa gerakan-gerakan Islam kampus muncul sebagai respon pemuda dan mahasiswa Muslim atas kondisi sosial-keagamaan dan politik yang berlaku. Perubahan sosial-keagamaan dan politik, termasuk reformasi, menuntut keterlibatan sekelompok orang yang ingin terlibat dalam perubahan tersebut. Herbert Blummer mendefinisikan gerakan Herbert Blummer mendefinisikan gerakan sosial sebagai usaha-usaha kolektif sosial sebagai usaha- untuk menciptakan sebuah aturan hidup baru dalam masyarakat.1 Sebagai usaha kolektif untuk menciptakan sebuah sebuah gerakan sosial, gerakan Islam kampus bertujuan untuk membuat aturan hidup baru perubahan dalam tatanan sosial di masyarakat, khususnya di kalangan dalam masyarakat. mahasiswa. Gerakan Islam kampus sebagai gerakan sosial bisa dilihat dari Teori deprivasi relatif melihat kemunculan berbagai perspektif. Teori deprivasi relatif melihat kemunculan sebuah gerakan sebuah gerakan sosial berawal dari sekelompok orang yang tidak puas dengan perubahan sosial sosial berawal dari yang terjadi, atau termarginalisasi secara politik atau ekonomi. Secara singkat, sekelompok orang yang tidak puas dengan teori deprivasi relatif menjelaskan bahwa jika ada perbedaan antara yang perubahan sosial diharapkan dan kenyataan, maka deprivasi sosial terbentuk. Deprivasi relatif ini, yang terjadi, atau bila terbentuk secara kolektif, berpotensi menimbulkan enjadi sebuah gerakan termarginalisasi secara 2 politik atau ekonomi. sosial. Teori pilihan rasional (rational choice theory), Teori lain yang bisa membantu untuk mengupas dinamika gerakan Islam kampus adalah tindakan seseorang mengarah adalah teori pilihan rasional (rational choice theory). Teori yang dikembangkan pada suatu tujuan oleh James S. Coleman ini berprinsip bahwa keterlibatan orang-orang dalam tertentu dan tujuan suatu organisasi berdasarkan pilihan secara rasional, bukan emosional. Dengan ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi) kata lain, gagasan dasar teori ini adalah tindakan seseorang mengarah pada suatu tujuan tertentu dan tujuan itu ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi). Para 426 Buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia - Jilid 3 pengikut sebuah organisasi secara rasional memahami tujuan gerakan sosial dan bagaimana mencapai tujuan mereka. Dengan teori ini, sebuah gerakan sosial dibedakan apakah mempunyai struktur primordial atau berdasarkan tujuan tertentu.3 Dengan teori ini dinamika sebuah gerakan sosial keagamaan bisa diungkap, tidak hanya bagaimana sebuah gerakan Islam kampus muncul tapi juga keberhasilannya menggerakkan massa dan mencapai tujuan. Gerakan-gerakan Islam di berbagai perguruan tinggi di Indonesia berdiri dan berkembang karena disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, faktor ideologis. Gerakan-gerakan Islam Ideologi merupakan faktor yang sangat signifikan dalam membentuk kepribadian di berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan menggerakkan massa. Di berbagai perguruan tinggi, khususnya perguruan berdiri dan berkembang tinggi umum, gerakan Islam menjadi sebuah alternatif untuk menunjukkan karena disebabkan identitas mahasiswa Muslim. Tidak sedikit mahasiswa Muslim terpanggil aktif oleh beberapa faktor. Pertama, faktor di gerakan Islam kampus untuk menyebarkan pemahaman ideologis mereka. ideologis. Ideologi Persaingan dengan gerakan/organisasi mahasiswa agama lain dan juga merupakan faktor organisasi non-agama menjadi faktor ideologis yang mendorong munculnya yang sangat signifikan dalam membentuk gerakan Islam di kampus. Jong Islamieten Bond (JIB), seperti akan dijelaskan kepribadian dan nanti, muncul sebagai antitesa terhadap Jong Java yang kurang mengakomodir menggerakkan massa. aspirasi mahasiswa Muslim.4 Kedua, munculnya gerakan mahasiswa juga didorong oleh Islam menjadi identitas yang harus ditampilkan seiring dengan munculnya faktor politik. Ketiga, identitas ideologis yang lain. Munculnya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) faktor globalisasi juga berpengaruh dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang hanya beberapa tahun secara signifikan setelah Indonesia merdeka, juga didorong oleh keinginan mahasiswa Muslim terhadap kemunculan untuk terlibat dalam pembangunan karakter dan mental mahasiswa Muslim dan perkembangan gerakan Islam kampus. Indonesia. Di era kontemporer, faktor ideologis juga kental dalam mendorong Keempat, faktor munculnya gerakan Islam seperti LDK dan KAMMI. Maraknya gerakan-gerakan terakhir yang menjadi Islam kampus tersebut juga bisa disebut sebagai ”gerakan protes” terhadap pemicu munculnya gerakan Islam kampus gerakan Islam kampus yang sudah ada yang dipandang berbeda haluan dan adalah yang disebut ideologis. dengan political opportunity structure (POS) atau struktur Kedua, munculnya gerakan mahasiswa juga didorong oleh faktor politik. Hal kesempatan politik. ini terutama berlaku untuk kasus HMI dan PMII. Di tengah maraknya gerakan organisasi nasionalis, mahasiswa Muslim merasa terpanggil untuk terlibat dalam mewarnai sikap-sikap politik, walaupun gerakan-gerakan tersebut bukan merupakan onderbouw dari partai politik Islam. Walaupun demikian, secara politik Islam, gerakan mahasiswa Islam tersebut tidak bisa dikategorikan sebagai gerakan Islamisme karena tidak satupun dari gerakan-gerakan tersebut mendukung perjuangan Piagam Jakarta atau membawa isu Syari’ah Islam atau bahkan Khilafah Islamiyah.5 LDK dan KAMMI yang terlihat paling konservatif diantara gerakan-gerakan yang lain juga tidak menyuarakan isu-isu Islamisme. Ketiga, faktor globalisasi juga
Recommended publications
  • BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah Intelektual Di Indonesia Ketika “ Bahasa” Ditemukan Atau Ketika “Bahasa “
    BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah Intelektual di Indonesia ketika “ bahasa” ditemukan atau ketika “bahasa “ menemukan penuturnya, maka saat itulah dengan sendirinya hadir seorang Intelektual atau sekelompok orang intelegensia yang bisa disebut cendikiawan, artinya sebelum masuknya istilah Intelektual di Indonesia pada dasarnya di Indonesia sudah ada Intelektual. Istilah intelektual Muslim mulai di kenal sejak Syarekat Dagang Islam (SDI) muncul pada tahun 1905 dan SI pada 1911. Kehadiran Intelektual Muslim Indonesia dapat di rasakan pada era tahun 60-an, saat itu Indonesia mengalami booming para sarjana Muslim yang berasal dari alumni Jong Islamieten Bond ( JIB), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pelajar Islam Indonesia (PII). Sehingga kehidupan intelektual seperti tradisi diskusi, kepenulisan buku, seminar mulai berkembang di indonesia. Lafran pane terilhami oleh hasrat intelektual Muslim generasi terdahulu yang telah mendirikan organisasi-organisasi seperti Jong Islamieten Bond atau JIB pada 1925 dan Student Islamieten Studiclub atau SIS pada 1934. Lafran Pane berasal dari kampung Pangurabaan, kecamatan Sipirok- Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Lafran Pane adalah anak keluarga Sutan Pangurabaan Pane, ayahnya Sutan Pangurabaan Pane termasuk salah seorang pendiri Muhammadiyah di Spirok pada 1921. Kakeknya adalah seorang ulama bernama Syekh Badurrahman. Lafran adalah adik dari sastrawan dan seniman terkenal yaitu 1 Sanusi Pane dan Armijn Pane. Lafran yang saat itu merupakan mahasiswa ketua III Senat di sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta, dan pada saat itu Lafran masih bersatus sebagai pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY). Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Indonesia dikenal dengan “kota Pelajar”. Namun akibat dari penjajahan Belanda dunia pendidikan dan kemahasiswaan di Indonesia telah dipengaruhi unsur-unsur dan sistem pendidikan Barat yang mengarah kepada kurangnya ilmu agama pada setiap kehidupan manusia.
    [Show full text]
  • Page : Date : Time : 02/04/2018 15:20:43 1 AS AT
    PT CAPITALINC INVESTMENT TBK REGISTER OF SHAREHOLDERS Date : 02/04/2018 MENARA JAMSOSTEK, MEN.SELATAN LT.10 DAFTAR PEMEGANG SAHAM Time : 15:20:43 SORT BY : NAME Page : 1 JL.JEND. GATOT SUBROTO NO. 38 AS AT : 31/03/2018 Total Share Issued : 31,842,082,852 Seq. Ledger Shareholder Name & GroupTotal Share Participant Name Persentase No. No. Shareholder Address Status Total SKS Citizenship 1 80002546-7 A DANOL DEWANTOJ9 65,000 YJ 0.0002 JL.KELAPA TIGA NO.22 IND 0 PT Lotus Andalan Sekuritas RT004/006 KEL.LENTENG AGUNG INA KEC.JAGAKARSA 2 80003142-0 A TIE J9 100,000 YU 0.0003 JL.SETIABUDI NO.21 IND 0 PT. CIMB SECURITIES INDONESIA RT008 RW004 KEL. LUBUK PAKAM PEKAN INA KEC. LUBUK PAKA 3 80000670-1 A YOSPANTOROJ9 85,000 CP 0.0003 CITRA VILLA BLOK K 18 NO.13 RT.007 IND 0 PT VALBURY ASIA SECURITIES RW.028 KEL.MANGUNJAYA KEC.TAMBUN INA SELATAN 4 00004882-4 A'AN HERNAWANJ2 30 0.0000 JL. SAWAH LIO II DLM RT.010/008 IND 6 JAKARTA BARAT INA 5 80001906-8 A. HARRISUSANTOJ9 30,030 OD 0.0001 JL. KEAMANAN NO 32 RT 002 RW 005 IND 0 PT DANAREKSA SEKURITAS KEL PONDOK BAMBU KEC DUREN SAWIT INA 6 80001968-8 A. SAWERIGADINGJ9 100 PC 0.0000 JL. A. MAKKASAU, RT.002/RW.001 IND 0 PT PAC SEKURITAS INDONESIA INA 7 80000540-7 A. ZAENAL ABIDINJ9 681,900 CC 0.0021 DS. PEKALONGAN RT 003 RW 002, IND 0 PT MANDIRI SEKURITAS PEKALONGAN, WINONG INA 8 80000078-9 A.A GEDE ARI SUDHANA DALEMJ9 20,000 AI 0.0001 JL.PADANG GALERIA II/123 DPS PADANG IND 0 PT UOB KAY HIAN SECURITIES SUMBU TENGAH KEL.PADANGSAMBIAN INA KELOD KEC.DENPASAR 9 80001723-1 A.A ISTRI MANIK NOVITA DEWIJ9 20,000 NI 0.0001 LINGK./BR UMA KAPAL IND 0 PT BNI SECURITIES KAPAL MENGWI INA 10 80002018-5 A.K.PRAHASTA SAMIAJI, ST.MSCJ9 200,000 PD 0.0006 JLN AGUNG JAYA 3 BLOK D ID/5 RT.
    [Show full text]
  • The Discourse of Muslim Intellectuals
    THE DISCOURSE OF MUSLIM INTELLECTUALS AND `ULAMA’> IN INDONESIA A Historical Overview Khoirun Niam IAIN Sunan Ampel, Surabaya - Indonesia Abstract: Muslim intellectuals and `ulama’> are two notions necessary for attempts to get deep understanding of particularly Indonesian Muslim scholars. This paper analyses the discourse of Muslim intellectuals and `ulama’> in Indonesia before the independence period. The focus is on the practices and vectors which paved the way for the Muslim intellectuals and `ulama’> to come to the forefront in socio-political and cultural arena of Indonesia. The paper argues that the emergence of Indonesian intellectuals was not only influenced by Muslim organisations but also by Study Clubs. It further argues that irrespective of the diverse identification of Muslims intellectuals, those with secular educational background dominated the public spehere of Indonesia in the pre-independence period than those trained in pesantren or traditional Islamic education. This codition was a result of the nexus of the colonial contribution through so-called ethical policy, the rise of socio-political and cultural association, and the emergence of study club, which gave rise to Muslim intellectuals with secular educational background. Keywords: Muslim intellectuals, `ulama’> , Study Club, Ethical Policy. Introduction Research on ‘ulamā’ and Muslim intellectuals dates back to colonial times and is still of interest to scholars taking different approaches and extents. At the end of the nineteenth century, Christian Snouck Journal of Indonesian Islam; ISSN1978-6301 Published by the Institute for the Study of Religion and Society (LSAS) and the Postgraduate Program (PPs), the State Institute for Islamic Studies (IAIN) Sunan Ampel Surabaya - Indonesia Khoirun Niam Hurgronje1 did research on Indonesian pilgrims in Mecca, whom he referred to as jawah ‘ulamā’.
    [Show full text]
  • Tuan Guru and Ahmadiyah in the Redrawing of Post-1998 Sasak-Muslim Boundary Lines in Lombok
    CONTESTED IDENTITIES: TUAN GURU AND AHMADIYAH IN THE REDRAWING OF POST-1998 SASAK-MUSLIM BOUNDARY LINES IN LOMBOK BY SITTI SANI NURHAYATI A thesis submitted to Victoria University of Wellington in fulfilment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy Victoria University of Wellington 2020 i Abstract This study examines what drives the increasing hostility towards Ahmadiyah in post- Suharto Lombok. Fieldwork was undertaken in three villages – Pemongkong, Pancor and Ketapang – where Ahmadiyah communities lived and experienced violent attacks from 1998 to 2010. The stories from these villages are analysed within the context of a revival of local religious authority and the redefinition of the paradigm of ethno-religious identity. Furthermore, this thesis contends that the redrawing of identity in Lombok generates a new interdependency of different religious authorities, as well as novel political possibilities following the regime change. Finally, the thesis concludes there is a need to understand intercommunal religious violence by reference to specific local realities. Concomitantly, there is a need for greater caution in offering sweeping universal Indonesia-wide explanations that need to be qualified in terms of local contexts. ii iii Acknowledgements Alhamdulillah. I would especially like to express my sincere gratitude and heartfelt appreciation to my primary supervisor, Professor Paul Morris. As my supervisor and mentor, Paul has taught me more than I could ever give him credit for here. My immense gratitude also goes to my secondary supervisors, Drs Geoff Troughton and Eva Nisa, for their thoughtful guidance and endless support, which enabled me, from the initial to the final stages of my doctoral study, to meaningfully engage in the whole thesis writing process.
    [Show full text]
  • BAB U SEII\YAI\G PAI{DANG TENTANG HMI Kemerdekaan Yang
    BAB U SEII\YAI\G PAI{DANG TENTANG HMI A. Sejereh ewal berdirinye ttMt ditengah kancah revolusi fisik l. Situasi Ncgara Republik Indonesia Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal, 17 Agustus 1945 oleh Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang dilukiskan oleh Bung Karno sebagai jembatan emas untuk mewujudkan cita-citanya membangun bangsa yang adil, makmur, maju dan modern sejajar dengan bangsa-bangsa modern lainnya di dunia ini. di peroleh dengan harga yang sangst mahal. Sejarah mencatat bahwa kemerdekaan yang mahal itu, tidaklah diperoleh dengan mudah, apalagi sebagai hadiah Jepang. tetapi ia merupakan usaha yang sangat meletihkan setelah melewati rentang waktu + 350 tahun terjajah. Setelah kemerdekaan itu diperoleh. Perjuangan untuk mempertahankan dan mengisinya justru jauh lebih berat. Sebab, setelah itu, Belanda datang lagi dan hendak melanjutkan dinasti penjajahannya; menguras habis kekayaan bangsa Indonesia , seraya membawa Missi Zending, di samping peradaban barat yang liberalis itu. Sebenarny4 kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilihat secara terpisalt dengan situasi internasional, dimana pada saat itu gelombang perang kemerdekaan 12 13 relatif terjajah, terutama dunia dari segenap bangsa-bangsa dunia ketiga yang masing-masing, yaitu upaya Islam untuk merebut dan menunutut kemerdekaannya serta ikut membebaskan diri untuk menentukan nasib dan kedaulatannya menentukan peradaban dunia umunnya' yang.tak Kemerdekaan bagi bangsa ini dirasakan sebagai karunia Allah panjang rakyat yang tertandingkan
    [Show full text]
  • The Nationality Movement in Gorontalo
    Analisa Journal of Social Science and Religion Website Journal : http://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/analisa https://doi.org/10.18784/analisa.v3i02.678 THE NATIONALITY MOVEMENT IN GORONTALO Hamzah Harun Al-Rasyid1 and Saprillah2 1Alaudin Islamic State University, ABSTRACT Makassar, Sulawesi 2Office of Religious Research and Religion and nationalism are two terms that are closely related with one another. Development, Ministry of Religious In Indonesia, the debate about religion and nationalism has narrowed down to two Affairs, Makassar Sulawesi major issues: The first is the integration of religion and nationalism in the form of a religious state. The second is religious accommodation within the country. The [email protected] Indonesian founding fathers have agreed to choose the accommodation model [email protected] by making Pancasila as the foundation of the country, whose core is based on the Paper received: 04 September 2018 universal values ​​of religion, such as divinity, humanity, unity, deliberation and Paper Revised:: 04 - 08 December 2018 social justice. This research was conducted in Gorontalo city and applies qualitative Paper approved: 22 December 2018 method. Data collection was carried out using interview techniques and document studies. Interviews were conducted with informants ranging from religious leaders, historians, and academics. This paper aims to illustrate that the choice to accommodate religion in the country is the right action, given the national movement in Indonesia is based on religious movements. The independence movement in 1942 in Gorontalo was the culmination of the movement of nationalist movement such as Sinar Budi and Islamic-based organizations such as Syarikat Islam (SI), Muhammadiyah, Nahdlatus Sjafiiah, which had been carried out 10-20 years earlier.
    [Show full text]
  • DE-ISLAMIZATION in JAVA DURING the DUTCH COLONIAL PERIOD from 1800 to 1942 by FEBRI PRIYOYUDANTO a Dissertation Submitted In
    DE-ISLAMIZATION IN JAVA DURING THE DUTCH COLONIAL PERIOD FROM 1800 TO 1942 BY FEBRI PRIYOYUDANTO A dissertation submitted in fulfilment of requirement for the degree of Master of Human Sciences in History and Civilization Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences International Islamic University Malaysia DECEMBER 2016 ABSTRACT A very long period of Dutch colonialism in Indonesia still has a very significant impact on Indonesia, including Java as a part of Nusantara. Javanese people as the largest population in Indonesia were greatly affected of a de-Islamization process during the Dutch colonial period. This process not only made Javanese people estranged from Islamic values, but also, the culture of Hindu-Buddhism is still seen as a major variable in Javanese culture. Although, the Dutch colonists persuade systematic de-Islamization efforts, Javanese Muslims provided the resistance in many ways to prevent it. This thesis intends to elaborate and analyze the de-Islamization efforts in Java during the Dutch colonial period. The thesis will focus on the Javanese ethnic group on Java Island, Indonesia. This thesis will be useful in understanding the patterns and strategy for de-Islamization which were created by the Dutch during the colonial period. The method of data collection used in this thesis is documentary research. The information was gathered from books, journals, and websites pertaining to the Dutch colonial history of Java will be utilized. In order to enhance comprehension of this thesis, the author will survey Javanese culture, educational and cultural de-Islamization, Islamic revivalism and resistance political de-Islamization in Java during the Dutch colonial period.
    [Show full text]
  • Tesis Implikasi Sistem Multipartai Dalam Sistem Pemerintahan Presidensiil Di Indonesia
    TESIS IMPLIKASI SISTEM MULTIPARTAI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DI INDONESIA Dosen Pembimbing: Prof. DR. H. Dahlan Thaib, SH, M.Si. Hj. Ni’matul Huda, SH, M.HUM. Disusun oleh NAMA : LUTHFI AJI ASMORO NIM : 03 M 00 36 BKU : HTN/HAN Program Studi : Ilmu Hukum PROGRAM MAGISTER (S-2) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009 I LEMBAR PENGESAHAN IMPLIKASI SISTEM MULTIPARTAI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DI INDONESIA Disusun oleh NAMA : LUTHFI AJI ASMORO NIM : 03 M 00 36 BKU : HTN/HAN Program Studi : Ilmu Hukum TELAH DISETUJUI OLEH: Pembimbing I Prof. DR. H. Dahlan Thaib, SH, M,Si. Tanggal …………………… Pembimbing II Hj. Ni’matul Huda, SH, M.Hum Tanggal …………………… Mengetahui, Ketua Program II DR. Ridwan Khairandy, S.H., M.H Tanggal …………………….. LEMBARAN PENGESAHAN PENGUJI IMPLIKASI SISTEM MULTIPARTAI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DI INDONESIA TESIS Oleh: LUTHFI AJI ASMORO Nomor Mahasiswa : 03 M 00 36 BKU : HTN/HAN Program Studi : Ilmu Hukum Telah dipertahankan di hadapan Dewan penguji Pada tanggal 07 Januari 2009 dan dinyatakan LULUS Tim Penguji: Ketua, Prof. DR. H. Dahlan Thaib, SH, M,Si. Tanggal ……………… Anggota Hj. Ni’matul Huda, SH, M.Hum. Tanggal ……………… Anggota, Sri Hastuti Puspitasari, S.H., M.Hum. Tanggal ……………… Mengetahui, Direktur Program III Dr. Ridwan Khairandy, S.H.,M.H. Tanggal ……………… ABSTRAKSI IMPLIKASI SISTEM MULTIPARTAI DALAM SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL DI INDONESIA Pasca jatuhnya Orde Baru, terjadi dua perubahan dalam praktek ketatanegaraan di Indonesia, diantaranya adalah kebebasan berpolitik masyarakat dan adanya perubahan UUD 1945. Perubahan kebebasan politik memunculkan lahirnya partai-partai politik peserta pemilu dan perubahan UUD 1945 menguatkan sistem pemerintahan presidensiil. Tesis ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sistem kepartaian dan sistem pemerintahan di Indonesia dan implikasi dari kombinasi sistem multipartai dalam sistem pemerintahan presidensiil di Indonesia serta untuk mencari model sistem pemerintahan yang sesuai dengan negara Indonesia.
    [Show full text]
  • Laporandekandiesnatal Iske 5 4 , Fakultasilmusosialuny , 1
    L A P O R A N D E K A N D I E S N A T A L I S K E 5 4 , F A K U L T A S I L M U S O S I A L U N Y , 1 4 S E P T E M B E R 2 0 1 9 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua o Yang saya hormati, Rektor UNY, Bapak Prof. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. o Yang saya hormati, Bapak/Ibu sesepuh/Dekan Senior, Fakultas Ilmu Sosial UNY ke 10. Bapak Sardiman AM, M.Pd. o Yang saya hormati, Bapak Prof. Dr. Irwan Abdullah, yang akan memberikan pidato ilmiah pada hari ini dengan tema “I Don’t Care: The Lost of Social Engagement in Post-Truth Era of Indonesia” o Yang saya hormati, Bapak Ketua dan Sekretaris Senat UNY o Yang saya hormati, Bapak-bapak Wakil Rektor UNY o Yang saya hormati, Bapak Ketua/Sekretaris Dewan Pertimbangan UNY o Yang saya hormati, Ibu Ketua BPPU UNY o Yang saya hormati, Bapak Ketua Satuan Pengawas Internal o Yang saya hormati, Bapak Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat FIS UNY o Yang saya hormati, para Dekan se lingkungan UNY o Yang saya hormati, Direktur Pascasarjana UNY o Yang saya hormati, Ketua Lembaga (LPPM dan LPPMP) o Yang saya hormati, Bapak Ibu Pimpinan PT Mitra FIS UNY o Yang saya hormati, para Wakil Dekan FIS dan FE UNY o Yang saya hormati, Bapak Ibu Kajur/Kaprodi FIS UNY o Yang saya hormati, Bapak/Ibu dosen, Ibu Kabag FIS dan FE, dan Bapak/Ibu Kasubag FIS dan FE, serta tendik FIS UNY o Yang saya hormati, Bapak/Ibu Muspika Kec.
    [Show full text]
  • Multicultural Narratives in Indonesian Education Historiography: Study Discourse-Historical Approach History Textbook of Senior High School
    The 2nd International Conference on Technology, Education, and Social Science 2018 (The 2nd ICTESS 2018) Multicultural Narratives in Indonesian Education Historiography: Study Discourse-Historical Approach History Textbook of Senior High School Akhmad Dwi Afiyadi, Leo Agung S, Sunardi Department of History Education, Sebelas Maret University, Solo, Indonesia Correspondence: [email protected] Abstract: This research tries to trace the multicultural narrations produced by government through textbooks of history lesson (high school) as compulsory subjects. This research is based on the theory of multiculturalism which states that multiculturalism is the recognition of cultural diversity including ethnic, religious, racial and intergroup diversity. On the other hand this articles attempts to look at the multicultural narrations produced by the government in the textbooks of historical pursuits and the political context of education in the production of multicultural narratives. The multicultural narratives described in the textbook of the history lessons ideally depict the territory of Indonesia which has a diversity of tribes, religions, race and groups. The result of this study are expected to find whether the narrative textbooks of history lessons have revealed historical facts that reflect the diversity of Indonesian society and see how the political context of education, whether to position the textbook as a way of controlling the official historical narratives that students, educators and policy makers education. Keywords: [Multicultural Narratives, History Textbook, Discourse-Historical Approach, Education Historiography] 1. INTRODUCTION not be separated from the political interests of the government. State political conditions The lesson of history is the lessons affect the curriculum and textbook material. taught at the school from the elementary to This is because history textbooks in schools the secondary level.
    [Show full text]
  • The Case Political Crime “Papa Asking Stock of PT. Freeport Indonesia”
    26 International Journal of Criminology and Sociology, 2020, 9, 26-36 Corruption Culture on Managing Natural Resources: The Case Political Crime “Papa asking Stock of PT. Freeport Indonesia” Bambang Slamet Riyadi1,2,* and Muhammad Mustofa2 1Lecture of Law at Faculty of Law, Universitas Nasional, Jakarta, Indonesia; Student of Doctoral Criminology, Departement of Criminology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Indonesia, Campus Universitas Indonesia Depok, Depok City, West Java, Indonesia; Student of Law Program Doctoral, Faculty of Law, Universtas Gadjah Mada, Yogyakarta Indonesia 2Profesor of Criminolgy at Departement Criminology, Faculty of Social and Political Science, Universitas Indonesia, Campus Universitas Indonesia Depok, Depok City, West Java, Indonesia Abstract: This research is the result criminology study on corruption culture of abusing the office and power involved the political elite and state officials in case of 'papa asking the stock’ related to the extension of mining contract of PT. Freeport Indonesia. This research is based on the concept of corruption culture, criminological theories and views of some economic and political observers. The research findings revealed the existence of corruption culture on political crime agreement scenario in case of “Papa Asking The Stock” that are provoking the extension of concentrates export license, diversion of issues and political lobbying to suppress stock divestment and smelter development. The nature of social structures and socio-cultural situations, responses to social situations and relationships with the perpetrators affecting individuals and groups crime behavior. A previous social culture behavior encourages learning in behavior at the society afterwards. State creates the crime laws to protect and maintain its power. The perpetrators rationalize the criminal act on securing and save their interests.
    [Show full text]
  • Mohammad Natsir (1948) in M E M O R Ia M : M O H a M M a D N a T S Ir (1907- 1993)
    Mohammad Natsir (1948) In M e m o r ia m : M o h a m m a d N a t s ir (1907- 1993) George McT. Kahin On February 6,1993 Mohammad Natsir died in Jakarta at the age of 84. Last of the giants among Indonesia's nationalist and revolutionary political leaders, he undoubtedly had more influence on the course of Islamic thought and politics in postwar Indonesia than any of his contemporaries. By nature extraordinarily modest and unpretentious, he had a well deserved reputation for personal integrity and political probity. He always lived sim­ ply with respect to house and attire, even in 1950 as prime minister. (When I first met him in 1948 and he was the Republic's minister of information, I found a man in what was surely the most mended shirt of any official in Yogyakarta; it was his only shirt, and the staff of his office a few weeks later pooled their resources to get him a new one in order, they told me, that their boss would look like "a real minister.") Bom of Minangkabau parents in the West Sumatran town of Alahan Panjang ( some 30 miles south of Solok) on July 17,1908, Natsir grew up in what he remembered to be a very religious area. It was also agriculturally prosperous—in contrast, he recalled, to the impov­ erished nearby Silungkung district which was a center of the Communist uprising of 1927. His father was a clerk in a government office in Alahan Panjang who had graduated from an Indonesian language primary school and did not know Dutch (HIS schools had not yet been established in the area).
    [Show full text]