BERES Majalah Pusat Edisi 8.Indd
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PUSAT MAJALAH SASTRA pendapa PUSAT Majalah Sastra astra sebagaimana sering didengar mengacu ke hal-hal Diterbitkan oleh Syang oleh sebagian masyarakat dianggap hanya sebatas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa omong kosong yang tidak artinya sama sekali di zaman ini. Jalan Daksinapati Barat IV Apapun yang dilontarkan sastrawan seringkali hanya menjadi Rawamangun, Jakarta 13220 Pos-el: [email protected] cemooh bagi masyarakatnya. Seolah-olah sastra tidak berpe- Telp. (021) 4706288, 4896558 ran apa pun apabila dihubungkan dengan identitas, nasiona- Faksimile (021) 4750407 lisme, dan kebangsaaan; apalagi jika dihubungkan dengan ke- ISSN 2086-3934 multikulturan di tengah bangsa kita. Ahmadun Yosi Herfanda dalam “Cubitan”, sastra dapat berperan penting untuk dapat Pemimpin Umum ikut mereaktualisasikan, memasyarakatkan, dan membudaya- Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa kan nilai-nilai Pancasila karena sastra sudah lama diakui me- miliki potensi besar untuk membawa masyarakat ke arah pe- Manager Eksekutif Sekretaris Badan rubahan sosial dan budaya. Sastra bahkan sudah lama diakui sebagai sumber spirit kebangkitan suatu bangsa, spirit cinta Pemimpin Redaksi Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan pada tanah air, dan sumber semangat patriotik untuk me- lawan segala bentuk penjajahan. Wakil Pemimpin Redaksi Mu’jizah Dalam konteks itu, tidak salah apabila ada harapan besar terhadap peran sastra dalam menata bangsa Indonesia yang Konsultan Agus R. Sarjono beraneka ragam suku, bahasa, dan tradisinya. Harapan besar Abdul Hadi WM terhadap peran sastra tersebut, seperti yang disampaikan oleh Redaktur Pelaksana Ayu Sutarto, adalah sebagai sebuah keniscayaan. Menurutnya, Erlis Nur Mujiningsih sastra berkemungkinan besar dapat menata sebuah bangsa. Dewan Redaksi Oleh karena itu, susastra yang menggunakan bahasa sebagai Budi Darma mediumnya dimungkinkan menjadi entitas yang sentral un- Hamsad Rangkuti Putu Wijaya tuk menggambarkan, memahami, dan menata bangsa beserta Manneke Budiman mimpi-mimpinya. Dengan kata lain, upaya menata bangsa me- Bambang Widiatmokoi lalui karya sastra bukan cuma isapan jempol. Staf Redaksi Abdul Rozak Zaidan Multikulturalisme mengemuka ketika Indonesia “terle- Ganjar Harimansyah pas” dan “terbebas” dari pemerintahan otoriter orde baru. Saksono Prijanto Puji Santosa Saat itu terjadi eforia demokrasi yang kemudian memuncul- kan berbagai keberagaman yang pada akhirnya memunculkan Penata Artistik Efgeni pula kegamangan pada konsep identitas nasional. Hal itu ter- Nova Andryasah jadi karena setiap etnis yang ada di Indonesia mencoba untuk Redaktur Bahasa menonjolkan “kelokalan” masing-masing—yang kemudian Siti Zahra Yundiafi memunculkan ide untuk kembali menengok mitos-mitos yang Sekretariat dapat membangun kembali keindonesiaan. Nur Ahid Prasetyawan Setidaknya, ada kesadaran membangkitkan kesadaran Dina Amalia Susakto Ferdinandus Moses kolektif bangsa Indonesia tentang pentingnya pembangunan kawasan laut untuk mengembalikan identitas keindonesiaan Keuangan Bagja Mulya yang mulai terancam dan tergerus oleh arus global. Hal itu juga Siti Sulastri yang akan mengedepankan fungsi sastra sebagai pembangun Distribusi identitas kebangsaan di Indonesia yang beraneka suku, bera- M. Nasir neka bahasa, dan beraneka tradisi. Lince Siagian PUSAT NO. 08/2014 1 D A F T A R I S I MATA AIR Abdul Malik Bertahta di Mahkota Bahasa 4 TELAAH TAMAN M Yoesoef 6 Cerpen Mohammad Diponogoro Konteks Sosial, Politik, Potret Seorang Prajurit dan Budaya dalam Sastra 15 Drama Tahun 1970-an Puisi-Puisi Husen Arifi n Dekade ‘70-an merupakan masa Kuburan di Kota Tua pengkonsentrasian potensi- potensi sosial, poliƟ k, ekonomi, Lintasan di Kepalaku dan budaya ke dalam satu Roda 20 tatanan baru, yang mengoreksi sistem yang diterapkan Puisi-Puisi Fitri Yani pemerintahan di bawah Pangeran Riya Soekarno. Berbekal landasan Sebuah Pengakuan ideologis, Pancasila1 dan UUD Jeplin dan Gadis Pantai ’45, yaitu menyejahterakan 22 bangsa yang adil dan makmur, pemerintah Orde Baru Puisi-Puisi Syafrizal Sahrun melakukan pembangunan Ikan-ikan di Piyamaku kehidupan bernegara dengan Di Pinggiran Sungai modal potensi-potensi tersebut Doa Ikan di Kuali 25 di atas. Pemerintah Orde Baru dengan dukungan penuh DRAMA dari militer memprioritaskan pembangunan di bidang Ipit Saefi dier Dimyati ekonomi dan poliƟ k. Peranan Monolog Nyanyian 27 militer diperlukan dalam Seorang Pecundang mengelola dan memecahkan konfl ik-konfl ik sosial-poliƟ k yang PUMPUNAN berkem-bang pada masa itu. Ayu Sutarto 72 Menata Bangsa melalui Susastra MOZAIK SECANGKIR TEH Yoseph Yapi Taum 88 Trias Yusuf 89 Berbagai Mitos tentang Laut: Goenawan Mohamad Mengungkap Konsep Bahari Bangsa Indonesia ProdukƟ vitas dan kreaƟ vitas Goenawan Jika kita ingin mengkaji dan mengungkap- Mohamad Ɵ dak hanya pada tulisan kan bagaimana ‘laut’ diimaginasikan dalam esai yang melihat persoalan dunia itu kesadaran kolekƟ f bangsa kita, pertama- bercarut-marut dalam simbiosis poliƟ s tama kaitkan dengan konsep tanah air. dan kerakusan. Semua harus dipandang Bangsa Indonesia menyebut tanah air dari satu sisi, yaitu Islam, yang mutlak. sebagai “ibu perƟ wi.” Dalam imaginasi Apakah dari kemutlakan itu tumbuh bangsa Indonesia, laut pun merupakan karya-karya perenungan. Ternyata hal itu ‘ibu’ dengan segala kelembutan, kasih muncul juga dalam berbagai kumpulan sayang, dan pemberi kehidupan puisinya. 2 PUSAT NO. 08/2014 CUBITAN Ahmadun Yosi Herfanda 62 BRUNEI DARUSSALAM Sastra di Tengah Doa Seorang Istri Dialektika Multikultural Cerita Pendek Mas Osman LINGKAR SASTRA Utusan terapung Kritik Politik Sosial 33 Puisi Seribadi Brunei dalam Lakon “Demonstram” (teater Koma 33 tahun) Suara Puisi Maimon Rahman PUSTAKA 36 - 43 Dini Alfi yanti 78 Bulan Kebabian: Prospek Karya Sastra Berkualitas dari Kampus MALAYSIA Bunyi Desi Wahyuni Cerpen Saiff ulizan Yahya Keberagaman Apresiasi 80 Dalam Persekitaran Kata-Kata dalam Pelangi Sastra Puisi Baha Zain Novel Si Parasit Lajang Selamat Berpisah Wahai Dalangku Ayu Utami 82 Puisi Rosli K MOZAIK Di Balik Kebijaksanaan Tun Sri Lanang Yoseph Yapi Taum Noriah Taslim Berbagai Mitos Tentang Laut: Mengungkap Konsep Bahari 88 44 - 54 Bangsa Indonesia GLOSARIUM INDONESIA Suyono Suyatno 96 Bromocorah Sajak Parodi Cerpen Mochtar Lubis Monumen KemaƟ an Puisi Evi Idawati KeƟ ka Engkau Bersembahyang Puisi Emha Ainun Nadjib 55 - 61 Embun Novi Dyah Haryanti 69 Novel dan Ekranisasi Ada banyak cara untuk mengmengapresiasi karya sastra, selain membaca bukunya kita juga bisa menonton filmnya. Hal itulah yang membuat sutradara menjadikan karya sastra sebagai salah satu sumber inspirasi dalam membuat film. Alihwahana merupakan perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian yang lain (Damono, 2005). Salah satu yang paling sering dialihwahakan ialah novel ke film, pun sebaliknya. PUSAT NO. 08/2014 3 MATA AIR Bertahta di Mahkota Bahasa ABDUL MALIK alau hati diibaratkan keraja- Raja Ali Haji (RAH) dalam Gu- hendak mengatakan bahwa bang- an, maka budi menjadi tah- rindam Dua Belas (GDB), Pasal yang sa yang besar adalah bangsa yang Ktanya dan bahasa menjadi Kelima menghadiahi kita dengan memelihara budi bahasanya. Lebih mahkotanya. Hati yang terpelihara kepoktaan dan keteralaan budi ba- dari itu, suatu bangsa akan mam- akan memancarkan budi yang pa- hasa. Pasal yang masih bertutur ten- pu menjadi besar dan mulia jika tut dikenang untuk selanjutnya me- tang akhlak dan disepadusepadan- bangsa itu menjadikan budi bahasa lahirkan bahasa yang menawan. Se- kan dengan muamalah ini pada bait warisan terala (luhur)-nya sebagai batian hati, budi, dan bahasa yang 1 langsung menyirami sukma, “Jika kekuatan jati diri bangsanya. Nah, terbela membuat jasad —siapa pun hendak mengenal orang berbangsa, jika hendak dibilangkan nama, pe- yang empunya— rela tertawan tan- lihatlah kepada budi dan bahasa.” liharalah budi bahasa. pa perlawanan. Itulah keperkasaan Bangsa yang dimaksudkan RAH Apakah kunci kebahagiaan? orang perseorangan, yang semes- di sini taklah semata-mata sebatian GDB Pasal V, bait 2 memberikan tinya dipupuk dan dibina di dalam orang-orang seasal keturunan, sea- pedoman, “Jika hendak mengenal diri supaya dapat tampil sebagai dat-sebudaya, dan sepengalaman orang yang berbahagia, sangat me- sosok seorang bangsawan. Itulah sejarah. Jelaslah bangsa itu juga meliharakan yang sia-sia.” Untuk kekuatan magis sebuah bangsa, mencakupi konsep keturunan atau memahami bait ini, tentulah kita yang seyogianya diolah sedemikian kedudukan yang mulia. Perihal budi tak boleh bersandar pada ungka- rupa untuk menjadi perekat per- pula jelaslah tiada lain dari unsur pan yang harfiahnya. Pasal apa? satuan dan kesatuan. Itulah yang batiniah yang berupa sebatian akal Jika kandungan harfiahnya sesungguhnya bagi kita menjadi dan nurani untuk menjelmakan pi- yang diikuti, tentulah seolah-olah “pakaian” yang paling padu, pa- kiran, perasaan, sikap, sifat, dan orang akan berbahagia jika dia me- tut, dan padan —yang kalau ada perilaku yang baik. Dari situlah te- lakukan kerja (memelihara) yang kenyakinan yang kuat untuk mem- serlahnya bahasa yang memesona, sia-sia yaitu sesuatu yang tak ber- belanya— dapat menjadi pakaian yang tak hanya bernas kandungan guna, tak bermanfaat. Jelaslah yang yang pokta (terelok dan terindah) isinya, elok cara penuturannya, dimaksudkan oleh bait ini justeru sehingga menjadi bangsa yang te- tetapi juga indah budi bicaranya. sebaliknya, orang akan berbahagia rala (paling mulia). Dalam bahasa yang populer, RAH jika dia memelihara dirinya dari 4 PUSAT NO. 08/2014 berbuat yang sia-sia atau melaku- berhak atas gelar itu.