227154352.Pdf
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
06 52 ADAKAH BANGSA DALAM SASTRA? ADAKAH BANGSA DALAM SASTRA? Editor Abdul Rozak Zaidan Dendy Sugono PERPUSTAKAAN PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIUIKAN NASIONAL PENERBIT JAKARTA BEKERJA SAMA DENGAN PUSAT BAHASA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2003 00006281 PERPUSTAKAAM PUSAT BAHASA Kls^nfkasi No.!nduk: TqI Ttrt. ! Penerbit PROGRES,Jakarta bekerja sama ciengan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ADAKAH BANGSA DALAM SASTRA? Editor ; Abdul Rozak Zaidan Dendy Sugono Pcrwajahan Kulii : Sulitno Harahap Hak Pencrhiian ;kUi pada (0 2003 PROGRES & Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Hak Cipta dilindungi Undang-undang. Dilarang mengutip, memperbanyak, atau menerjemahkan sebagian atau seluruh isi tanpa izin tertulis dari penerbit. Jakarta - Indonesia 2003 Hak cipta pada Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Katalog dalam Terbitan(KDT) 899.210 6 ADA Adakah Bangsa Dalam Sastra? a Editor Abdul Rozak Zaidan dan Dendy Sugono.— Jakarta: Progrcs dan Pusat Bahasa, 2003. XIV, 196 him.; 21 cm. ISBN 979 685 310 8 1. KESLSASTRAAN INDONESIA-TEMU ILMIAH 2. KESLSASTRAAN INDONESIA-APRESIASI KATA PENGANTAR Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan balk sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang amat pesat. Kondisi itu telah mempenganihi perilaku masyarakat Indonesia. Gerakan reformasi yang berguiir sejak 1998 telah mengubah paradigma tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tatanan kehidupan yang serba sentralistik telah berubah ke desentralistik, masyarakat bawah yang menjadi sasaran (objek) kini didorong menjadi pelaku (subjek) dalam proses pembangunan bangsa. Oleh karena itu, Pusat Bahasa mengubah orientasi kiprahnya. Sejalan dengan perkembang an yang terjadi tersebut, Pusat Bahasa berupaya meningkatkan mutu pelayanan kebahasaan k "^ada masyarakat. Salah satu upaya peningkatan pelayanan itu iaiah pc.; .;diaan bahan bacaan. Penyediaan kebutuhan bacaan ini merupakan salah satu upaya peningkatan minat baca menuju perubahan orientasi dari budaya dengar-bicara ke budaya baca-tulis. Dalam upaya peningkatan mutu sumber daya manusia, Presiden telah mencanangkan "Gerakan Nasional Peningkatan Mutu Pendidikan" pada tanggal 2 Mei 2002 dan disertai dengan gerakan "Pengembangan Per- pustakaan" oleh Menteri Pendidikan Nasional serta disambut oleh Ikatan Penerbit Indonesia dengan "Hari Buku Nasional" pada tanggal 17 Mei 2002. Untuk menindaklanjuti berbagai upaya kebijakan tersebut, Pusat Bahasa berupaya menerbitkan basil pengembangan bahasa dan sastra untuk menyediakan bahan bacaan dalam rangka pengembangan per- pustakaan dan peningkatan minat baca masyarakat. Dalam upaya penyediaan bahan bacaan di tingkat pendidikan tinggi dan masyarakat pada umumnya, Pusat Bahasa menerbitkan kembali makalah pilihan yang pernah diterbitkan dalam risalah Seminar Mabbim dan Mastera yang telah diselenggarakan beberapa tahun yang lalu. Makalah yang terserak dalam berbagai risalah tersebut memiliki relevansi yang tinggi dalam upaya meningkatkan mutu dan apresiasi sastra Indonesia. Penyatuan makalah dalam satu buku Adakah Bangsa dalam Sastra? ini akan memudahkan pembaca memperoleh sumber rujukan yang relevan tentang peningkatan mutu dan apresiasi sastra Indonesia. Penerbitan buku ini juga atas permintaan sejumlah kalangan yang melihat manfaat makalah-makalah yang ada dalam buku ini sangat relevan dengan upaya pemberdayaan sastra Indonesia. Kehadiran buku ini tidak terlepas dari kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, terutama Penerbit Progres. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada para penulis yang telah menyumbangkan pikiran- nya dalam upaya merajut gagasan-gagasan pengembangan sastra Indone sia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya, dalam masyarakat Indonesia. Rasa terima kasih Juga saya sampaikan kepada Sdr. Abdul Rozak Zaidan sebagai anggota editor buku ini serta Sdr. Radiyo yang telah mempersiapkan penerbitan ini. Mudah-mudahan buku ini dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan mutu dan apresiasi sastra Indonesia dalam rangka pening katan minat baca masyarakat untuk memasuki kehidupan global abad ke- 21. Jakarta, September 2003 Dendy Sugono VI DAFTAR ISI Kata Pengantar v Daftar Isi vii Catatan Editor viii 1. Sastra Kita: Menghadapi Masa Depan 1 2. Perubahan Sosial-Budaya seperti yang Tercermin dalam Sastra 23 3. Hubungan Konsep Negara Bangsa dengan Susastra Lisan Asia Tenggara 31 4. Adakah Bangsa Dalam Sastra? 45 5. Transformasi dan Kreativitas Sastra di Asia Tenggara: Kasus Sastra di Indonesia 55 6. Sastra Melayu Alaf Baru: Strategi dan Komitmen Bersama . 63 7. Sumbangan Sastra kep Ja Kebudayaan Indonesia, Dulu, Sekarang, dan Nanti 78 8. Sastra di Indonesia Menuju Keragaman Garis Besar Beberapa Surat 90 9. Melayu: Batas Tak Berbatas 98 10. Penentangan dan Pengukuhan Adat dalam Novel Indonesia . 105 11. Peranan Sastra Indonesia dalam Perwujudan Masyarakat yang Berpikiran Terbuka 118 12. Sastra dan Interaksi Lintas Budaya 128 13. Sastra Indonesia dalam Pluralisme Budaya 149 14. Pantun 156 15. Amir Hamzah dan Relevansi Sastra Melayu 167 16. Citra Estetik Islam dalam Sajak-sajak Indonesia Mutakhir: Beberapa Catatan Awal 176 Vll CATATAN EDITOR Buku kumpulan makalah dengan judul Adakah Bangsa dalam Sastra? ini merupakan ikhtiar Pusat Bahasa menghimpun kembali seluruh karangan tentang sastra yang diperoleh dari kegiatan kesastraan yang dikelola Pusat Bahasa. Makalah yang dihimpun ini pernah dibentangkan dalam seminar dan diskusi kesa.straan pada dasawarsa 1990—2002. Makalah yang dihimpun dalam buku ini adalah makalah sa.stra yang pernah dibahas dalam rangka Seminar Mabbim dan makalah yang disaji- kan dalam rangka kerja sama kesa.straan Mastera serta .seminar kesa.stra an lainnya. Tentulah tidak semua makalah tentang sastra dalam rangka pertemuan ilmiah itu diikutkan dalam buku ini. Pertama, pemilihan didasarkan pada pertimbangan mutu dan kedua didasarkan pada keter- sediaan makalah itu. Makalah yang termuat dalam buku ini semula berserakan ada yang berupa naskah sebagai arsip dan ada yang termuat dalam buku risalah seminar. Ketensebaran karangan ini mencerminkan pula keberagaman permasalahan yang dikupas dan keberagaman pengarangnya, baik usia maupun tempat kerjanya. Demikianlah, karang an ini tampil dengan beragam persoalan dalam aneka pemikiran tentang kehidupan kesastraan di Indonesia. Beragam persoalan yang dikaji dengan pemikiran para penulis yang umumnya berprofesi sebagai pengarang, kecuali penulis makalah ke- sepuluh dan penulis makalah ke tigabelas, hakikatnya mencerminkan ke- ragaman pemikiran yang terungkap dalam sastra kita. Keragaman per soalan yang dihadapi dengan keragaman pemikiran sungguh menarik untuk dicermati. Budi Darma secara tegas mengungkapkan jantung persoalan yang dihadapi sastra kita menyangkut tiga hal, yakni pem- bentukan tradisi berpikir, tradisi kecendekiawanan, dan tradisi ilmu yang viii kuat. Ketiga hal itu memang saling berkait, yang satu dari yang lainnya, bukan hanya penting untuk sastra yang ingin berkerabang melainkan juga untuk kehidupan yang lebih baik lagi bagi bangsa ini. Tentulah pangkal tolak terbentuknya tradisi berpikir, kecendekiawanan, dan ilmu di kalangan masyarakat adalah sastra, serta sastra itu sendiri hanya dapat hidup dan berkembang dengan baik dalam masyarakat yang memiliki tradisi baca yang kuat. Sastra yang bermutu akan memperhadapkan pembacanya pada berbagai persoalan yang dihadapi bangsanya. Belenggu karya Armijn Pane, Layar Terkembang kMy2i Sutan Takdir Alisjahbana, dan Atheis karya Achdiat K. Mihardja di mata Sapardi telah membukakan pemikir- an tentang perubahan sosial dalam kehidupan yang membawa pengaruh terhadap perilaku masyarakat dengan berbagai implikasinya. Hal itu menyiratkan pentingnya berpikir dalam menguak makna sebuah teks sastra yang dihasilkan oleh pengarang yang memiliki tradisi berpikir dan kecendekiawanan yang kuat pula. Ada anggapan bahwa sastra tradisional pun memiliki manfaat yang tak kalah pentingnya daripada sastra modern. Dengan mengutip David McCleland, Sutarto menegaskan adanya virus N-ach {Need for acievement 'kebutuhan untuk berprestasi') yang dapat tumbuh dari dongeng-dongeng masa lalu. Ditambahkan bahwa dongeng itu tidak hanya mengajarkan kearifan hidup kepada anak-anak, tetapi juga dapat menyuntikkan virus mental untuk membangun prestasi dalam kehidupan mereka. Atas dasar itu Sutarto tiba pada simpulan bahwa konsep negara bangsa pun dapat mencari pijakan dari sastra tradisional. Tentulah pemikiran ini tidak hams dibantah dengan pernyataan Nirwan Dewanto yang berupa pertanyaan, Adakah bangsa dalam sastra? Nirwan memang menggugat konsep keberartian dalam sastra dalam hubungannya dengan kemanfaatan sastra seperti yang hidup dalam pandangan kelompok penganut didaktisisme. Dengan menyebut tidak adanya teladan yang baik dalam sastra seperti Saman dan karya-karya mutakhir Pramudya, Nirwan melontarkan pertanyaan yang menggugat itu. Namun, apa yang digugat Nirwan tidak memutuskan konsep kebermaknaan sastra bagi pembacanya karena memang Nirwan tidak sampai pada kehendak memutuskan konsep tersebut. IX Ada sastra Indonesia dan ada sastra-sastra di Indonesia. Sastra- sastra di Indonesia memperlihatkan keberagaman dan ini membawa pula keberagaman dalam sastra Indonesia. Yus Rusyana secara khusus menyo- roti transformasi dan kreativitas sastra dalam kehidupan sastra-sastra di Indonesia. Transformasi itu timbul karena adanya kontak budaya dengan luar yang mencakupi budaya yang menyertai agama-agama besar di Indonesia. Kontak budaya dengan