BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Media massa bergerak maju beriringan dengan zaman yang terus

mengalami perkembangan. Media audio visual, audio, maupun cetak, bersama

berjalan untuk dapat tetap menemani para penikmatnya. Mulai dari televisi,

surat kabar, majalah, buletin, hingga . Radio sendiri berkembang pesat

dari masa ke masa, seiring dengan teknologi informasi dan komunikasi yang

semakin canggih. Mulai dari jenis, jangkauan, sampai inovasi pembaharuan

karakter berbagai macam radio yang tersebar di berbagai daerah. Merebaknya

radio dari wilayah Ibu Kota, kota-kota besar, sampai beberapa kota kecil,

membuat perluasan distribusi radio menjadi perhatian tersendiri. Persaingan

antar radio satu dengan yang lainnya memang semakin marak terjadi.

Pasalnya, tidak hanya radio swasta nasional atau beberapa sering disebut juga

sebagai radio jaringan, yang menjadi pioneer di belantika radio Indonesia,

namun radio lokal juga tetap berusaha untuk mempertahankan eksistensinya.

Di tengah arus deras kapitalis yang terjadi, radio lokal dan radio jaringan tetap

bersaing untuk tetap ada dan berkembang hingga saat ini.

1

Dominick, Messere, dan Sherman (2004:11) dalam (Rahayu, 2008) memandang bahwa membuat produksi, distribusi, dan konsumsi program dapat dilakukan secara efisien dan efektif. Motif ini yang menjadi pemicu pebisnis radio di Indonesia saat ini menjadi begitu antusias mengembangkan bisnis radio network. Dengan sistem dikembangkan, pendirian radio network dinilai memungkinkan melakukan produksi program secara massal, yang dapat menekan ongkos produksi termasuk aplikasi teknologi dan sumber daya manusia (SDM). Produksi massal (massification of product) merupakan ciri terpenting dari kapitalisme karena proses tersebut memungkinkan barang-barang diproduksi dalam jumlah besar dan berlipat ganda dengan sistem pembiayaan produksi yang efisien.

Adanya kapitalis dari radio jaringan yang melebarkan sayap hingga ke berbagai kota di Indonesia, membuat eksistensi radio lokal harus diperjuangkan lebih gencar lagi. Bermodal nama yang sudah hangat bagi khalayak luas, membuat radio jaringan mudah dikenal dan diterima di daerah perluasan jangkauan. Meluasnya jangkauan radio jaringan, secara tidak langsung dikhawatirkan mengambil pangsa pasar radio lokal dengan format yang sama. Memang, semakin luasnya jangkauan radio jaringan hingga ke beberapa daerah, maka semakin besar pula pangsa pasar yang berusaha dikuasai olehnya. Radio lokal dituntut untuk terus memunculkan inovasi dan mempertebal karakter, agar tetap dapat bertahan pada ciri khas yang menjadi

2 eksistensinya, namun juga terus mengikuti era. Terkhusus, radio lokal di

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan sekitarnya inilah yang menjadi perhatian khusus, terhadap bermunculannya radio jaringan dari Ibu Kota.

Hal-hal yang menjadi sorotan khusus dalam pengambilan studi kasus pada penelitian ini adalah dari sekian banyak stasiun radio di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, Swaragama FM dan Prambors FM Yogyakarta memiliki profil pendengar anak muda yang serupa, yaitu antara 18-30 tahun untuk

Swaragama FM dan 15-29 tahun untuk Prambors FM Yogyakarta. Keduanya menggunakan Contemporary Hit Radio (CHR) atau Top 40 sebagai format station-nya. Selain itu, Swaragama FM dan Prambors FM Yogyakarta selalu konsisten dalam menyajikan konten yang sesuai dengan karakter radionya.

Karakter yang tebal terbukti dengan tinjauan tagline masing-masing radio, seperti Prambors FM Yogyakarta yang memiliki slogan “Indonesia Number

One Hit Music Station”, yang berarti Prambors FM Yogyakarta memposisikan dirinya sebagai stasiun radio nomor satu dalam menyajikan lagu-lagu hits. Sedangkan, Swaragama FM yang mempunyai slogan “The

Soundtrack of Your Life”¸ yang menunjukkan bahwa Swaragama FM memposisikan dirinya sebagai pemutar soundtrack hidup pendengarnya.

Pemantauan rating jumlah pendengar, baik Swaragama FM maupun

Prambors FM Yogyakarta, keduanya menggunakan data peringkat dari

Nielsen. Nielsen merupakan perusahaan yang bergerak di bidang media dan

3 informasi global serta berfokus dalam penelitian dan melakukan riset dalam memberikan informasi mengenai konsumen, pemasaran, televisi, dan meriset terhadap media yang lain. Nielsen yang rutin melakukan survei setiap tiga bulan sekali ini menyatakan bahwa Swaragama FM dan Prambors FM

Yogyakarta memiliki peringkat atas pada kategori radio anak muda berformat

Top 40.

Rating Nama Radio Rating Nama Radio

1 Pop 11 Petra

2 Yasika 12 Delta

3 Best 13 Geronimo

4 Retjo Buntung 14 Jogja Family

5 Persatuan 15 UTY

6 Prambors 16 RRI Pro 2

7 Swaragama 17 Unisi

8 MBS 18 Rakosa

9 GCD 19 Jiz

10 I-Radio 20 Medari

Tabel 1. Survei Nielsen Oktober-Desember 2017 (Semua Kategori)

Nielsen menyatakan bahwa Swaragama FM berada di peringkat ketujuh, sedangkan Prambors FM Yogyakarta pada posisi keenam untuk semua kategori. Oleh karena itu, baik dari kategori sejenis maupun semua kategori,

4

Swaragama FM merupakan radio lokal yang paling dekat untuk head to head dengan Prambors FM Yogyakarta. Begitu juga sebaliknya.

Rating Nama Radio Rating Nama Radio

1 Prambors 4 UTY

2 Swaragama 5 Unisi

3 Geronimo 6 Jiz

Tabel 2. Survei Nielsen Oktober-Desember 2017 (Kategori Sejenis)

Survei keempat selama tahun 2017, yaitu periode Oktober-Desember 2017 dan untuk kategori yang sama, Swaragama FM berada pada posisi kedua setelah Prambors FM Yogyakarta berada di peringkat pertama. Disusul oleh

Geronimo FM pada peringkat ketiga, UTY FM pada posisi keempat, Unisi

FM di posisi kelima, dan Jiz FM pada posisi keenam.

Berdasarkan rating pada Nielsen, jika dilihat dari sisi Prambors FM

Yogyakarta, maka Swaragama FM merupakan radio lokal yang paling sesuai, kalau dibandingkan dengan radio-radio lokal di Yogyakarta lainnya. Sebagai contoh, Pop FM yang meskipun posisinya tertinggi, namun berfokus memutarkan musik dangdut. Begitu pula dari perspektif Swaragama FM, maka Prambors FM Yogyakarta adalah radio jaringan yang paling related, jika dibandingkan dengan radio-radio jaringan di Yogyakarta lainnya. Seperti

I-Radio FM yang berfokus hanya pada konten dan lagu Indonesia dan Sonora

FM yang berfokus pada pemberitaan saja. Maka, radio-radio tersebut dapat

5 dikatakan tidak memiliki kesamaan format station, seperti halnya Swaragama

FM dan Prambors FM Yogyakarta.

Selain berdasarkan data dari Nielsen, data yang diperoleh dari website radio streaming untuk wilayah Yogyakarta, yaitu pada www.jogjastreamers.com, Swaragama FM berada di posisi tertinggi untuk semua jenis format radio. Hasil rating yang diperoleh dari dua sumber tersebut menunjukkan bahwa Swaragama FM maupun Prambors FM

Yogyakarta memiliki kesamaan lain, yaitu posisi yang kuat bagi pendengarnya.

Gambar 1. Top Listener Jogja Streamers

Kemiripan format station, profil pendengar, rating¸ dan ketebalan identitas adalah alasan kuat diambilnya kedua radio tersebut sebagai studi kasus pada penelitian ini. Akan tetapi, keduanya tetap memiliki karakter yang berbeda. Kedua radio tersebut memiliki unique selling point yang dibutuhkan

6

oleh pendengar, termasuk di dalamnya strategi programming. Strategi

programming inilah yang akan diteliti, baik Swaragama FM sebagai radio

lokal yang dikhawatirkan pangsa pasarnya terdesak oleh radio jaringan yang

memiliki format sama, maupun Prambors FM Yogyakarta sebagai radio

jaringan yang sudah memiliki nama besar, namun posisinya sebagai

pendatang di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana strategi programming radio lokal (Radio Swaragama 101.7

FM) dan radio jaringan (Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM) di Yogyakarta

dalam mempertahankan eksistensi jumlah pendengar?

C. Tujuan Masalah

Tujuan peneliti mengadakan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan penerapan strategi programming

radio lokal (Radio Swaragama 101.7 FM) dan radio jaringan (Radio

Prambors Yogyakarta 95.8 FM) di Yogyakarta dalam mempertahankan

eksistensi jumlah pendengar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan strategi

programming radio lokal (Radio Swaragama 101.7 FM) dan radio

jaringan (Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM) di Yogyakarta dalam

mempertahankan eksistensi jumlah pendengar.

D. Manfaat Penelitian

7

Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan manfaat baik secara teoritis atau akademis, praktis, dan bagi masyarakat atau umum.

Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis atau Akademis

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan

ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang .

b. Penelitian ini dapat menjadi referensi atau contoh untuk ke depannya

mengenai strategi programming antara radio lokal dan radio jaringan.

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian

selanjutnya dan menjadi bahan tambahan evaluasi untuk Radio

Swaragama 101.7 FM dan Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM

mengenai strategi programming.

b. Penelitian ini dapat menjadi saran yang informatif dan membangun

untuk Radio Swaragama 101.7 FM dan Radio Prambors Yogyakarta

95.8 FM.

3. Manfaat Masyarakat atau Umum

a. Penelitian ini dapat menjadi gambaran mengenai radio lokal dan radio

jaringan di Yogyakarta beserta seluk beluk mengenai strategi

programming keduanya.

b. Penelitian ini sebagai sarana untuk menambah wawasan dan

pengetahuan dalam bidang radio, khususnya strategi programming.

8

E. Kajian Teori

Peneliti menggunakan teori-teori untuk menjelaskan strategi programming

radio lokal dan radio jaringan di Yogyakarta dalam mempertahankan

eksistensi jumlah pendengar.

1. Strategi Programming

Aktivitas programming memerlukan strategi dan taktik. Strategi

menurut Andrews (1971) merupakan pola sasaran, tujuan, dan kebijakan

atau rencana umum untuk meraih tujuan yang ditetapkan, yang dinyatakan

dengan mendefinisikan apa bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, atau

apa yang seharusnya dijalankan oleh perusahaan. Sedangkan, menurut

Chandler (1962) strategi adalah penentuan tujuan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan (Kuncoro, 2002: 1).

Kata strategi sendiri mempunyai pengertian yang terkait dengan hal-

hal kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut hal-hal

yang berkaitan dengan mampu tidaknya perusahaan atau organisasi

menghadapi tekanan yang muncul dari dalam maupun luar (Kasali, 1994:

35).

Strategi dapat juga didefinisikan sebagai pola tanggapan organisasi

terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Definisi ini mengandung arti

setiap organisasi selalu mempunyai strategi walaupun tidak pernah secara

9 ekspelisit dirumuskan. Strategi menghubungkan SDM dan berbagai sumber daya lainnya dengan tantangan dan resiko yang harus dihadapi dari lingkungan di luar perusahaan (Morissan, 2009: 136).

Perencanaan strategis adalah proses pemilihan tujuan organisasi, penentuan strategi, kebijaksanaan, dan program strategis yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut dan penetapan metode yang diperlukan untuk menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan.

Perencanaan strategis stasiun penyiaran meliputi kegiatan: a. Membuat keputusan mengenai sasaran dan tujuan program penyiaran. b. Melakukan identifikasi dan sasaran audien. c. Menetapkan kebijakan atau aturan untuk menentukan strategi yang

akan dipilih. d. Memutuskan strategi yang akan digunakan (Seloot M Cutlip, 2000:

373).

Thesa dalam Dasar-Dasar Penyiaran mengungkapkan bahwa terdapat strategi perancangan program yang digunakan stasiun penyiaran agar tetap bersaing, sepuluh strategi tersebut antara lain: a. Day Parting

Satu langkah dalam perencanaan yang membagi setiap hari dalam

beberapa slot waktu yang dinilai cocok untuk diudarakan. Program ini

sangat memperhatikan target audien pada slot waktu tertentu.

10 b. Theming

Penentuan tema tertentu yang diudarakan pada saat khusus. c. Stripping

Penayangan satu program sindikasi jenis series setiap hari dalam

seminggu. Program sindikasi adalah program berjaringan yang

ditayangkan tidak langsung atau merupakan delay programme. d. Stacking

Satu teknik yang digunakan untuk memengaruhi audiensi dengan

mengelompokkan bersama beberapa program dengan tema yang mirip

dalam rangka melihat (sweep) penonton selama penayangan satu

program dengan program berikutnya. e. Counterprogramming

Langkah perancangan satu program tandingan terhadap satu

program yang berhasil dari stasiun penyiaran lain pada satu periode

tayang tertentu dengan tujuan menarik audiensi dari stasiun pesaing

tersebut. f. Bridging

Digunakan bila satu stasiun penyiaran mencoba mencegah

audiensi untuk berpindah kanal dalam jeda waktu (the main evening

11

breaks) di mana semua stasiun penyiaran berhenti dengan

programnya. g. Tentpoling

Langkah perencanaan slot waktu program acara yang baru,

sebelum dan setelah satu promgram unggulan yang mempunyai

audiensi besar. h. Hammocking

Langkah perencanaan slot waktu yang mirip dengan tentpoling,

tetapi satu program baru atau show tersebut ditempatkan di antara dua

program unggulan yang mempunyai audiensi cukup besar.

Penempatan program baru ini membuat audiensi berkesempatan

melihat tayangan cuplikannya. i. Crossprogramming

Pemilihan jenis program berikut dalam urutan jadwalnya dari

penayangan satu program yang mempunyai relevansi tema. Langkah

ini dapat diperoleh dengam cara mengevaluasi cerita dari dua episode

atau dua program yang berbeda. j. Hoptswitching

Penentuan jeda komersial yang tepat oleh programmer pada satu

program sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan audien

mengubah kanal yang ditonton berpindah ke kanal televisi yang lain

untuk menghindari jeda komersial tersebut.

12

Dalam mempersiapkan strategi dan rencana program, pengelola harus

melakukan analisis dengan cermat terhadap adanya pesaing stasiun

penyiaran dan program acara yang ada pada segmen tertentu. Suatu

persaingan terdiri atas persaingan langsung dan tidak langsung. Salah satu

aspek penting dalam perencanaan strategi program adalah meneliti

keuntungan kompetitif, yaitu suatu hal khusus yang dimiliki atau

dilakukan stasiun penyiaran yang memberikan keunggulan dibandingkan

kompetitor (Morissan, 2009: 237).

2. Radio Lokal dan Radio Jaringan

Jenis-jenis radio di Indonesia yang telah diakui, seperti radio publik,

radio swasta (yang di dalamnya terdapat radio lokal dan radio jaringan),

radio komunitas, dan radio berlangganan.

Berdasarkan luas jangkauannya radio dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Radio Lokal

Radio lokal adalah radio yang hanya menjangkau pendengar lokal,

dikelola oleh individu yang hanya memiliki satu radio (Masduki,

2004: 32).

Dalam konteks ini, radio lokal dapat disebut juga radio swasta

karena radio lokal juga merupakan radio yang berusaha mencari

keuntungan walaupun tetap dalam lingkup wilayah jangkauannya.

Radio lokal merupakan radio yang dimiliki oleh perseorangan yang

13

sifatnya komersil. Sehingga, sumber penghasilan untuk operasional

radio lokal ini sepenuhnya berasal dari iklan. Walaupun demikian,

radio lokal masih berada di bawah perundang-undangan mengenai

penyiaran yang disepakati melalui lisensi pemerintahan.

Undang-Undang Penyiaran menyatakan bahwa stasiun penyiaran

lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah Republik

Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi

tersebut. Syaratnya adalah lokasi sudah ditentukan dan jangkauan

siaran terbatas (Morissan, 2008). b. Radio Jaringan

Radio berjaringan (networking) adalah fenomena ekonomi dan

politik radio berupa ekspansi pasar pendengar dan perluasan cakupan

(coverage), bargaining iklan satu pintu, sentralisasi pesan siaran. Di

negara-negara otoriter, radio berjaringan tumbuh untuk memperkuat

integrasi politik dan doktrinasi.Definisi radio berjaringan adalah dua

atau lebih stasiun penyiaran radio yang saling berhubungan

(interkoneksi) dalam berbagai cara dan kepentingan.

Radio jaringan terbentuk di Indonesia memiliki beberapa latar

belakang objektif, yaitu: (Masduki, 2004: 31)

1) Regulasi Longgar

14

Hal tersebut memperbolehkan pengembangan jaringan siaran

untuk radio yang mampu secara bisnis dan produksi program.

Kelompok Prambors FM dan Trijaya FM adalah pionirnya.

2) Kebijakan untuk Propaganda, Sosial, dan Komersial

Kebijakan nasionalisasi program informasi dan hiburan untuk

kepentingan propaganda, sosial, dan komersial. RRI FM sebagai

pionirnya diikuti oleh KBR 68H Jakarta. Nasionalisasi pesan

sosial-politik radio yang lokalistik.

3) Ekspansi Bisnis Radio

Perluasan pasar oleh individu atau kelompok pemilik radio

"kapitalis" untuk ekspansi bisnis radio ke kota-kota tertentu yang

ekonomi dan politik potensial.

4) Krisis Manajemen Radio Lokal

Akibat krisis keuangan dan konflik pemilikan radio lokal di

tengah masih kuatnya kebutuhan pendengar.

5) Modernisasi, Segmentasi, dan Reorganisasi Manajemen Radio

Siaran

Radio lokal tertentu yang tumbuh pesat sudah tidak lagi

mampu menampung SDM profesional, sehingga perlu dikaryakan

ke radio baru dengan basis serupa. Tingginya potensi pendengar

terhadap radio tertentu di kawasan baru. Perkembangan teknologi

yang memperluas jangkauan siaran.

15

Tipe radio berjaringan ada tiga, yaitu:

1) Marketing Networking (Promosi dan Pemasaran Bersama)

2) Program Networking (Produksi dan Penyiaran Bersama)

3) Owned Networking (Kepemilikan Beberapa Radio oleh Satu

Pribadi)

Bentuk-bentuk teknis jaringan tersebut adalah:

1) Produksi Acara Bersama Bergiliran

Contoh: produksi “Yogyakarta Top Hits” di Yogyakarta.

2) Afiliasi Penyiaran Acara Tertentu (Relay)

Contoh: relay berita RRI oleh radio swasta, penyiaran paket

berita produksi, Internews atau KBR 68H oleh radio swasta, relay

siaran berita BBC-VOA-ABC oleh radio di Indonesia.

3) Pemusatan Kepemilikan dan Manajemen Pengelolaan Radio

Contoh: Trijaya FM.

4) Pemasaran Bersama Acara atau Stasiun Radio Secara Nasional

Contoh: acara yang diorganisir oleh PRSSNI.

Ragam materi yang disiarkan oleh radio berjaringan adalah:

1) News (Agency dan Non-Agency)

Contoh: berita-berita dari KBR 68H Jakarta disiarkan Unisi

FM dan dua ratus lebih radio lain di luar Jakarta.

2) Sport and Music

16

Contoh: siaran langsung “Pentas Jazz” Trijaya FM Jakarta

disiarkan pula oleh radio-radio jaringannya di Yogyakarta,

Semarang, , dan Surabaya.

3. Talk Show

Contoh: “Obrolan Merdeka” Elshinta FM Jakarta disiarkan

oleh Unisi FM Yogyakarta.

Proses terjadinya radio berjaringan antara lain melalui:

1) Akuisisi radio lama yang hampir bangkrut oleh pemilik radio baru

yang sudah berjaringan.

2) Pendirian radio baru oleh pemilik radio jaringan dengan membeli

frekuensi kosong di suatu daerah atau join kepemilikan saham

bersama.

Dampak sistem jaringan terhadap kinerja stasiun radio antara lain:

1) Pola Pemasaran dan Beriklan Terpusat

Pemasaran dan beriklan sistemnya menjadi nasional atau satu

pintu.

2) Pola Produksi Siaran Simultan Nasional

3) Pola Pengembangan SDM Setara dalam Mutu

Membuka peluang rotasi SDM setara dalam hal mutu dan antar

stasiun sehingga tidak hanya terpusat di satu stasiun.

17

Dampak sistem jaringan terhadap produksi siaran radio antara lain:

1) Nasionalisasi Materi Siaran

2) Peningkatan kualitas SDM-produksi radio lokal anggota jaringan

3) Efisiensi produksi (biaya, tenaga, waktu, dan kualitas audio)

Radio jaringan memiliki cara-cara membuat program, yaitu:

1) Network Radio Programming

Program jaringan adalah tempat stasiun membagikan

kontennya sendiri di antara situs. Hal ini biasanya terjadi ketika

stasiun dimiliki oleh perusahaan induk yang sama dan beroperasi

dengan merek tunggal.

Jaringan telah menjadi hal yang biasa di radio karena

membantu pemilik mencapai keluaran berkualitas, namun dengan

biaya lebih sedikit. Jaringan maupun sindikat sebenarnya sama-

sama menekan biaya, namun berbeda cara pelaksanaannya. Jenis

siaran jaringan radio adalah sistem jaringan yang mendistribusikan

pemrograman ke beberapa stasiun secara bersamaan atau sedikit

tertunda, dengan tujuan memperluas jangkauan total di luar batas

sinyal siaran tunggal. Audien berkembang untuk pemrograman

radio atau informasi menerapkan manfaat produksi massal kepada

perusahaan penyiaran.

18

Sebagian besar jaringan radio juga menghasilkan banyak pemrograman mereka. Jaringan radio awalnya memiliki beberapa atau semua stasiun yang menyiarkan program format radio jaringan. Namun saat ini, banyak jaringan yang tidak memiliki stasiun dan memproduksi dan/ atau mendistribusikan pemrograman. Demikian pula kepemilikan stasiun radio tidak selalu menunjukkan afiliasi jaringan. Sebuah perusahaan mungkin memiliki stasiun radio di beberapa pasar dan membeli pemrograman dari berbagai jaringan.

Merujuk pada pendapat Wilby dan Conroy (1994: 259) radio network beroperasi di level regional atau nasional dengan ciri hubungan kerjasama antar radio (individual radio station) dalam bentuk pembagian sumber daya material atau output. Sumber daya yang dimaksud meliputi manajemen, finansial, SDM, iklan atau materi program.

Sementara itu, Head dan Sterling (1987: 343) menambahkan, radio network menyediakan program dan iklan yang akan disiarkan oleh stasiun-stasiun afiliasinya dengan prosedur pembayaran jam siaran oleh stasiun network atau mother station kepada stasiun lokal.

Kedua definisi tersebut memberi pengertian jika konsep radio network berhubungan dengan kerjasama antar stasiun radio dalam

19 bentuk sharing sumber daya dengan sistem operasi terpusat pada mother station (Rahayu, 2006).

Pendefinisian yang lebih spesifik dan rinci oleh Vivian (2002) dengan membagi radio network ke dalam dua bentuk, yaitu: a) Affiliate-Network

Affiliate-Network digunakannya untuk mendefinisikan pola

jaringan antara mother station dan afiliasinya dengan sistem

kontrak programming dan iklan. Pola ini mother station tidak

memiliki kaitan dengan kepemilikan modal di stasiun lokal

(radio afiliasinya), karenanya manajemen di masing-masing

stasiun radio terpisah. Biasanya network hanya akan

bekerjasama dengan satu stasiun saja di suatu wilayah untuk

mempertahankan eksklusifitas program siarannya. Contoh

bentuk network ini adalah Elshinta FM dan 68H. b) Network Owned dan Operated (o-n-o-'s)

Network Owned dan Operated (o-n-o-'s) dimaksudkan

menyebut hubungan mother station dengan anggota jaringan

yang didasarkan atas sentralisasi kepemilikan modal,

karenanya mother station tidak hanya mengendalikan

programming, tapi keseluruhan aspek manajerial, termasuk

finansial serta format radio dan programming. Beberapa

20

contoh yang mengembangkan pola ini adalah Trijaya FM,

Ramako, dan Delta FeMale (Rahayu, 2006).

2) Syndicated Radio Programming

Penyiaran sindikasi berbeda dengan penyiaran jaringan.

Penyiaran sindikasi adalah lisensi untuk menyiarkan program

televisi dan program radio oleh beberapa stasiun televisi dan

stasiun radio, tanpa melalui jaringan siaran. Sindikasi kurang

merupakan praktik di beberapa tempat karena kebanyakan negara

memiliki jaringan terpusat atau stasiun televisi tanpa afiliasi lokal.

3. Konsep S-T-P-F-P

Keberhasilan suatu media dapat ditinjau berdasarkan kemampuan

pengelolanya dalam memahami target audien. Maka dari itu, digunakan

konsep Segmenting, Targetting, Positioning, Formatting, dan

Programming.

a. Segmenting

Radio merupakan media penyiaran yang mayoritas telah sangat

tersegmentasi. Berdasar riset, stasiun radio di kota besar tidak lagi

menjadi media yang bersifat umum yang membidik seluruh lapisan

masyarakat. Stasiun radio di kota besar membidik segmen secara

terbata misalnya: kalangan remaja, perempuan, kalangan pebisnis, dan

lain-lain (Morissan, 2013: 177).

21

“Dividing up a market into distinct groups that (1) have common needs and (2) will respond similary to a market action.” (Eric Berkowitz dalam Morissan, 2013: 178). Hal tersebut berarti membagi suatu pasar ke dalam kelompok- kelompok yang jelas yang (1) memiliki kebutuhan yang sama dan (2) memberikan respon yang sama terhadap suatu tindakan pemasaran.

Oleh karena itu, perspektif audien penyiaran menuntut agar segmentasi pasar menjadi suatu pengelompokan audien menjadi lebih homogen. Pengelola program penyiaran harus memilih satu atau beberapa segmen audien saja yang memiliki karakter yang sama dan mendesain program secara efektif.

Morissan (2013: 181-192) membagi segmentasi melalui empat pendekatan, yaitu segmentasi demografis, segmentasi geografis, segmentasi geodemografis, dan segmentasi psikografis.

1) Segmentasi Demografis

Segmentasi berdasarkan demografi merupakan segmentasi

yang berbasis peta kependudukan, seperti agama, suku, tingkat

penghasilan, jenis kelamin, pendidikan tertinggi, usia, besarnya

anggota keluarga, dan lain-lain. Data demografi untuk

mengantisipasi perubahan-perubahan audien menyangkut

bagaimana media penyiaran menilai potensi audien yang tersedia

dalam setiap area geografi yang dapat dijangkau.

22

2) Segmentasi Geografis

Segmentasi ini membagi audien berdasarkan jangkauan

geografis. Pasar audien dibagi ke beberapa wilayah geografis yang

mencakup wilayah negara, provinsi, kabupaten, kota, hingga ke

lingkungan perumahan. Pemasang iklan menggunakan segmentasi

ini karena konsumen memiliki kebiasaan belanja yang dipengaruhi

tempat tinggal.

3) Segmentasi Geodemografis

Segmentasi ini adalah gabungan dari segmentasi demografis

dan geografis. Dalam konsep ini dinyatakan bahwa mereka yang

menempati geografis yang sama cenderung mempunyai karakter-

karakter demografis yang sama pula, tetapi wilayah tempat tinggal

mereka harus sesempit mungkin, seperti kawasan-kawasan

pemukiman atau kelurahan di kota-kota besar.

4) Segmentasi Psikografis

Segmentasi bedasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia.

Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya

menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Gaya hidup

mencerminkan cara seseorang menghabiskan waktu dan uangnya

yang dinyatakan dalam berbagai opini, aktivitas, dan minat.

23

Menurut Rhenald Kasali terdapat lima keuntungan yang diperoleh

dengan melakukan segmentasi pasar, yaitu:

1. Mendesain program-program yang lebih sensitif terhadap

kebutuhan pasar

2. Menganalisis pasar

3. Menemukan peluang

4. Menguasai posisi yang superior dan kompetitif

5. Menentukan strategi komunikasi yang efektif dan efisien (Kasali,

2001: 121)

Dengan adanya segmentasi pendengar, maka media penyiaran

dapat mendesain program-progam yang lebih responsif terhadap

kebutuhan audien. Media penyiaran menempatkan audiennya di

tempat yang utama dan menyesuaikan programnya untuk

memuaskannya (Morissan, 2005: 162). b. Targetting

Targetting atau target audien merupakan proses lanjutan dari

segmentasi, targetting merupakan suatu proses di mana dilakukannya

pemilihan sasaran pasar. Proses targetting sendiri akan menghasilkan

suatu target market atau pasar sasaran. Hal tersebut merupakan salah

satu dari segmen pasar yang akan menjadi fokus dari kegiatan

pemasaran (Kasali, 1999: 371).

24

Menurut (Morissan, 2008: 193) bahwa target audien adalah memilih satu atau beberapa segmen audien yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan pemasaran program dan promosi.

Menurut Clancy dan Shulman yang dikutip oleh Rhenald Kasali

(1999: 375) terdapat empat kriteria yang harus dipenuhi agar proses targetting berjalan optimal, yaitu:

1) Responsif

Produk yang dihasilkan dan dipasarkan harus dapat membuat

pasar adanya produk tersebut. Oleh karena itu, pengelola media

harus menentukan sasaran audien secara jelas agar produknya

mendapat respon baik dari pendengar.

2) Potensi Penjualan

Potensi penjualan harus luas, sehingga dapat menjangkau

jumlah populasi yang ada serta dapat menimbulkan daya beli dan

keinginan untuk mempunyai produk yang dipasarkan.

3) Pertumbuhan Memadai

Proses pertumbuhan pasar harus secara perlahan, namun pada

akhirnya tetap dapat meningkat secara signifikan dan pesat,

sehingga dapat mencapai puncaknya dan diterima oleh masyarakat

luas.

4) Jangkauan Iklan

25

Pemilihan media secara tepat dalam mempromosikan dan

memperkenalkan produk yang dihasilkan akan menghasilkan

target pasaran yang optimal. Dibutuhkan seorang marketer yang

kreatif dan memahami kebutuhan pasar untuk mencapai target

pasar yang optimal (Kasali, 1999: 375).

Bagi sebuah stasiun radio, usaha untuk meraih audien sebanyak- banyaknya bisa menjadi bumerang, karena bisa jadi sesuatu yang menarik bagi seseorang mungkin dijauhi oleh yang lain. Seorang programmer harus dapat menentukan mana khalayak sasaran yang diinginkan dan yang tidak. Tingkat kompetisi yang tinggi membuat radio semakin mengarah ke sosialisasi.

Sasa Djuarsa Sendjaja dalam makalahnya yang disampaikan dalam raker penyempurnaan pola dasar pendidikan dan latihan Ad Hoc bidang litbang dan pendidikan PRSSNI mengungkapkan bahwa:

“Spesialisasi adalah jawaban, karena dengan spesialisasi memungkinkan adanya variasi atau keragaman dalam berbagai macam jasa. Informasi bisa sama, tapi cara pengemasan yang berbeda, disesuaikan dengan karakteristik audien masing- masing. Sekali lagi kata kunci yang tepat untuk menghadapi kompetisi yang semakin ketat ini adalah spesialisasi” (Sendjaja, 1994: 3).

Suatu stasiun radio harus menentukan target yang dituju. Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui profil pendengar program acaranya. Sebuah stasiun radio dalam membuat programming yang

26

menarik khalayak sasarannya, haruslah melakukan penelitian.

Penelitian terhadap profil pendengar suatu program acara penting

untuk membuat langkah dalam programming yang dapat menarik

khalayak sasaran. Penelitian profil pendengar dapat dilakukan lebih

spesifik, seperti penelitian profil pendengar program acara.

c. Positioning

Positioning merupakan strategi komunikasi yang bertujuan untuk

menempatkan suatu produk, program, merek dalam ingatan khalayak

(Morissan, 2009: 189).

Sedangkan, menurut Hiebing dan Cooper (1997), positioning

adalah proses membangun persepsi produk di dalam pasar sasaran

relatif terhadap persaingan (Hiebing dan Cooper dalam Morissan,

2009: 189).

Menurut Philip Kotler, penetapan positioning adalah tindakan

merancang tawaran dan citra perusahaan, sehingga menempati posisi

yang khas (dibandingkan para pesaing) di dalam benak pelanggan

sasarannya (Kotler, 2006: 288).

Suatu media atau program acara menjadi terlihat berbeda karena

konsumen menganggapnya berbeda, bukan karena barang itu sendiri

berbeda (Morissan, 2005: 162).

27

Kartajaya (2007:14-16) menyatakan bahwa ada empat hal yang

perlu diingat dalam positioning yaitu:

1) Positioning harus dipersepsi secara positif oleh konsumen dan

menjaga reason to buy mereka.

2) Positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan

kompetitif perusahaan.

3) Positioning harus bersifat unik, sehingga dapat dengan mudah

mendiferensikan diri dari para pesaing.

4) Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan

berbagai perubahan dalam lingkungan bisnis, baik perubahan

persaingan, perilaku konsumen, perubahan sosial-budaya, dan

sebagainya. d. Formatting

Menurut Munthe dalam bukunya Media Komunikasi Radio

menyebutkan bahwa formatting adalah sebuah proses pengemasan

yang disajikan oleh suatu stasiun radio. Format dapat menjadi ciri khas

dari suatu stasiun radio. Formatting dalam suatu stasiun radio akan

mempunyai peranan penting dan berhubungan dengan segmentasi

khalayak (Munthe, 1996: 54).

Keith (2007: 92-101) menjelaskan beberapa kategori format radio

paling terkenal di dunia, yaitu Adult Contemporary (AC), Country,

Easy Listening atau Smooth Jazz, Rock and Alternative atau Album

28

Oriented Rock (AOR), News, Talk, dan Sports, Classic atau Oldies,

Urban Contemporary (UC), dan Contemporary Hit Radio (CHR).

“In 1965 the Top 40 format was refined by progremmer Bill Drake, who felt it had became flabby and listless. Drake’s plan was to rentalize the format by getting rid of unnecess ary clutter. Spot loads reduced, dead air was regarded as anathema. The idea was to keep the hit’s rolling as a means of retaining the interest of the easily distracted teen listeners” (Keith, 1991: 60).

Pada format CHR adalah perkembangan dari format Top 40.

Format Top 40 ini ditemukan tahun 1955 oleh programmer Todd

Storz dan Bill Stewart dari KOWH- AM di Omaha, Nebreska, dan mencapai puncak kejayaannya di akhir tahun 1960-an. Tahun 1965,

Drake merevitalisasi format ini dengan menghilangkan bagian-bagian kosong sewaktu on air, mengurangi spot iklan, dan meningkatkan fungsi penyiar sebagai penyambung lagu. Ide dasarnya adalah sebanyak mungkin mengalirkan lagu-lagu terkini untuk memelihara kesetiaan pendengar muda yang mudah terganggu perhatiannya.

Format CHR mengacu pada hal-hal sebagai berikut:

1) Isi

Isi format CHR meliputi segi musik, produksi, dan

programming yang penyusunannya didasarkan pada kebijakan

masing-masing 20 stasiun radio. Fokus perhatiannya pada program

musiknya. Sumber mengenai informasi musik didapat dari toko

kaset, majalah industri musik seperti Billboard.

29

2) Durasi

Format CHR di dalam durasinya lebih fleksibel dan cenderung

menyesuaikan dengan kebiasaan dan gaya hidup pendengarnya

yang berubah-ubah dari waktu ke waktu.

3) Cara Penyajian

Lagu-lagu dalam playlist disajikan sedemikian rupa hingga

tetap segar. Menjadi stasiun radio pertama dalam memutar lagu-

lagu terbaru adalah daya tarik yang utama dari format ini. Jenis

musik yang diputar sangat beragam. Musik harus diputar sambung

menyambung, agar pendengar tidak melompat ke stasiun radio

lain. Bagi radio CHR, berita dianggap membuat pergi pendengar.

Sebaliknya, segala yang bersifat trendy sangatlah menguntungkan

(Masduki, 2002: 30).

Kategori penyusunan format CHR dalam playlist adalah:

Contemporary Hit Radio (CHR)

Hit New Entry Hit Bound Established Hit Power Pick

Lagu hit yang Lagu hit yang Lagu hit mapan, Lagu yang

baru masuk sedang yaitu lagu hit relatif sudah dalam Top 40 menanjak yang sudah lama lama dirilis tapi

masuk Top 4-0 masuk Top 40

dan cenderung karena meroket

30

sedang menurun popularitasnya

Tabel 3. Karakteristik Format Contemporary Hit Radio (CHR)

4) Penyiar

Format CHR yang target sasarannya 15-25 tahun, maka

diperlukan gaya yang agresif dalam bahasa tuturnya. Penyiar

diperlukan hanya di saat-saat tertentu, dengan materi yang telah

dipersiapkan. Penyiar lebih berfungsi menjaga kesinambungan dari

lagu-lagu yang diputar.

Format CHR dapat terlihat jelas pada program-program

acaranya di mana memutar lagu-lagu bertipe Top 40. Keputusan

seseorang untuk menentukan pilihan mengenai stasiun radio yang

dipilih adalah keputusan yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan

pergaulannya atau kelompok refensinya. Kelompok referensi

merupakan kelompok sosial yang menjadi ukuran individu untuk

membentuk kepribadian. Tidak kalah penting adalah faktor status

sosial ekonomi. Status sosial ekonomi adalah kedudukan dan

kemampuan tertentu seseorang dalam lingkungan sosialnya.

31

Keadaan ekonomi dan sosial seseorang besar pengaruhnya

terhadap pilihan radionya (Helper, 1991: 37).

Umumnya, penentuan format dari stasiun radio dilakukan saat

awal pendiriannya, dengan melakukan riset pada target pendengar.

Seputar kebutuhan mereka terhadap siaran dan studi kelayakan

terhadap potensi kompetisi siaran radio yang sudah lama. Dari sini

dipilih format yang sesuai. Format bisa berubah sewaktu-waktu,

mengingat sejarah radio yang identik dengan medium hiburan atau

lebih sederhana medium musik. Maka, pemberian identitas format

lebih didominasi nama atau jenis musik, sehingga, perbincangan

mengenai format radio identik dengan perbincangan tentang

format musik (Masduki, 2002: 35).

e. Programming

Programming atau lengkapnya broadcast programming adalah

pengorganisasian program radio dan televisi dalam periode harian,

mingguan, atau satu bulanan. Dalam Bahasa Indonesia, programming

adalah penjadwalan program yang diudarakan (to be aired) yang

mempunyai sinonim dengan scheduling. Stasiun penyiaran harus dapat

menyusun schedulling yang tepat sasaran dengan memperhatikan

pergantian jadwal. Perencanaan program yang dilakukan oleh stasiun

penyiaran harus strategis untuk merebut perhatian audien, baik

32 pemirsa maupun pendengar, sehingga tetap menjaga ketertarikan tanpa mengganti ke channel yang berbeda. Biasanya stasiun penyiaran akan menghadirkan program siaran sesuai dengan yang diminati audien berdasarkan fakta dan data (Thesa, 2016: 2).

Menurut Coddington (1969: 159) programming adalah aspek yang paling vital dan penting bagi stasiun radio. Tidak ada resep khusus yang secara otomatis akan menjamin jumlah pendengar yang banyak di pasaran. Program stasiun radio adalah bentuk untuk menarik audien.

Jika program menarik, maka audien akan banyak yang mendengar dan pemasang iklan juga akan tertarik untuk memasang iklan. Stasiun radio juga harus membuat program acara semenarik mungkin agar pendengar selalu setia mendengar program acara radio tersebut.

Menurut Prayudha (Prayudha, 2004: 44), programming memiliki beberapa fungsi dalam proses produksi suatu program acara radio antara lain:

1) Penjadwalan Program Siaran

Pembagian penjadwalan waktu siaran program acara penting

bagi pihak pengelola radio untuk aspek kerapihan sekaligus

kelancaran setiap program.

2) Program Siaran Berkesinambungan

Dalam melakukan proses siaran, harus terdapat kesinambungan

yang biasanya suatu stasiun radio tidak hanya menyajikan satu

33

atau dua saja setiap harinya. Hal itu dilakukan untuk

mengembangkan jumlah pendengar agar semakin bertambah untuk

mendengarkan program acara.

3) Mengantisipasi Persaingan Radio

Mengantisipasi persaingan radio yang semakin ketat membuat

stasiun penyiaran radio dituntut untuk terus berinovasi dengan

tetap konsisten dengan karakter yang ada.

4) Menjaga Stabilitas Jadwal Program

Penjadwalan program harus dijaga stabilitasnya untuk

mengembangkan kebiasaan pendengar dalam mendengarkan

program acara yang disiarkan.

5) Mencari dan Memperoleh Ide serta Materi Kreatif

Mencari dan memperoleh ide kreatif dalam proses

programming. Hal itu dilakukan untuk membuat para pengelola

radio dapat menghasilkan ide-ide kreatif dan inovatif dalam

pengembangan program acara untuk ke depannya.

6) Fungsi Spekulasi Sangat Tinggi

Melakukan spekulasi dalam perencanaan suatu program. Pihak

pengelola radio harus berani dalam mengambil keputusan untuk

menyiarkan suatu program acara (Prayudha, 2004: 44).

34

Menurut Sydney W. Head dalam Programming Radio terdapat lima cakupan elemen pada radio yaitu: (Emma, 2005: 18)

1) Compatibiliy (Kesesuaian)

Radio harus membuat program-program acara yang sesuai

dengan kegiatan sehari-hari pendengar yang berbeda dari waktu ke

waktu. Hal tersebut dilakukan dengan cara menjadwalkan program

acara yang berbeda jenis untuk menyesuaikan situasi dan kondisi

yang dialami pendengar.

2) Habit Formation (Membangun Kebiasaan)

Semakin lama waktu pendengar mengikuti program acara, maka

akan berdampak pada lamanya pemasang iklan untuk melakukan

promosi. Selain itu, hal tersebut juga berfungsi sebagai acuan

dalam merencanakan program-program acara yang akan dibuat ke

depannya. Oleh karena itu, masing-masing radio harus dapat

membangun kebiasaan mendengarkan kepada target

pendengarnya.

3) Control of Audience Flow (Mengontrol Aliran Pendengar)

Berusaha memaksimalkan jumlah pendengar yang

mendengarkan dan meminimalisir jumlah pendengar yang

berpindah gelombang ke radio lain. Dapat dilakukan dengan

metode countering, yaitu menyajikan acara berbeda dengan radio

35

lain atau menggunakan metode blinting, yaitu menyajikan program

acara serupa atau mirip dengan radio siaran lain.

4) Conversation of Program Resources (Pemeliharaan Sumber Daya

Program)

Jam siaran yang berulang setiap harinya, maka ini

membutuhkan ketersediaan materi dan aspek-aspek lainnya yang

harus diperhatikan. Misalnya, pengemasan ulang suatu materi

dengan menggunakan pendekatan dan cara penyajian berbeda.

5) Breath of Appeal (Daya Tarik yang Luas)

Radio harus memperhatikan perbedaan minat dan kesukaan

dari para pendengarnya. Sehingga harus diupayakan program-

program acara yang menarik serta dapat mengkoordinir semua

minat dan kesukaan pendengar. Tujuan program radio adalah

bersifat komersil yaitu dengan memberikan suguhan serta

menyajikan sesuatu yang biasa menarik hati khalayak pendengar.

Ini yang menjadi landasan dan syarat bagaimana program yang

disiarkan bersifat layak atau tidaknya dijual kepada pengiklan.

6) Aktivitas Off Air

Selain on air, aktivitas yang harus dilakukan suatu radio adalah

aktivitas off air. Ini penting dilakukan demi membuat branding

suatu radio melalui kegiatan yang dapat dilihat oleh audien. Ada

beberapa kegiatan off air radio, seperti mengadakan event, konser,

36

membagikan hadiah, serta membuat branding melalui visual dan

grafis seperti memasang baliho dan poster di tempat umum.

“Program planing involve the development of short-, medium-, and long range plans to permit the station its programming and financial objectives,” (Pringle Star dkk dalam Morissan, 2009)

Hal tersebut berarti bahwa perencanaan program mencakup pekerjaan mempersiapkan rencana jangka pendek, menengah, dan panjang yang memungkinkan stasiun radio untuk mendapatkan tujuan program dan finansialnya.

“The program must be new in the sense that it must have fresh and updated content and contain the element of surprise. The program becomes boring when its content is too predictable, yet it fails when its structure is obscure. It is not enough simply to offer the advice “keep the format consistent but vary the content”. Ceritainly, this is impartant but there must be consistencies too in the intellectual level and emotional appeal of the material,” (Mcleish, Robert 2005: 171) Hal tersebut berarti bahwa program harus baru dalam arti harus memiliki konten segar dan diperbaharui sekaligus mengandung elemen kejutan. Program ini menjadi membosankan ketika isi atau kontennya merupakan hal-hal yang mudah ditebak tapi beralur tidak jelas. Memang, tidak cukup hanya menjaga format yang konsisten tetapi bervariasi isi, namun harus terdapat konsistensi juga di dalam intelektual dan emosional material.

37

Di dalam menjaga konsistensi program, maka diperlukan beberapa faktor yang harus tetap konstan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam program sequence adalah judul program, nama atau gelombang tune, waktu transmisi, presenter, gaya siaran, informasi konten, struktur program yang jelas, dan program yang variatif.

Peningkatan mutu terhadap suatu stasiun radio beserta program- programnya, maka diperlukan adanya program evaluation. Evaluasi program dimaksudkan untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki, melanjutkan apa yang perlu dilanjutkan, mengembangkan apa yang dapat dikembangkan, dan menghilangkan apa yang pantas dihilangkan. Untuk meningkatkan mutu suatu program sudah menjadi tugas seorang produser yang mengevaluasi program yang bersifat regular, ini bersifat penting karena untuk kelangsungan suatu radio tersebut ke depannya.

Menurut Robert Mcleish, dalam mengevaluasi suatu program terdapat tiga hal penting, yaitu: (Mcleish, Robert 2005: 300)

1) Evaluasi Produksi dan Kualitas

Evaluasi produksi terdapat hal-hal yang dapat dievaluasi, yaitu:

a) Teknis

38

Memantaskan dan mengevaluasi standart alat-alat on air.

Kualitas, tanpa distorsi, kendala alat, software, dan semua hal

teknis operasional. b) Tujuan Program

Mengetahui tujuan utama dari program ini dibuat.

Memastikan bahwa suatu program masih dalam suatu tujuan

yang telah ditetapkan, untuk siapa program dibuat, dan

program itu harus diformulasikan agar tepat sasaran dan

mempunyai target yang spesifik, apa yang dapat suatu program

tersebut berikan kepada pendengar. c) Evaluasi Profesional dari Konten dan Format

Mengevaluasi karakter penyiar, seperti mengenai tingkatan

komunikatif antara penyiar radio dan pendengar yang telah

dijalin di udara selama ini seperti apa, kilas balik atau review

mengenai berjalannya program selama ini, pengembangan

program ke depannya, ide atau inovasi baru, pemecahan

masalah tentang program yang sudah berjalan tersebut.

Hal-hal yang diperhatikan tentang evaluasi kualitas, yaitu: a) Kepantasan

39

Cara bertutur dan berkomunikasi dengan target audience

selama ini sudah terdapat kesesusaian atau belum, berdasarkan

latar belakang, sosial budaya, dan pendidikan pendengar. b) Kreativitas

Evaluasi tentang kreativitas program yang original yang

baru dan segar serta pengembangan program untuk ke

depannya. c) Akurasi

Kebenaran disampaikan dengan isu yang dibahas secara

fair dengan memandang dari sudut pandang yang berbeda. d) Kualitas

Pembahasan mengenai kualitas suatu program acara radio

dan evaluasi terhadap program tersebut. e) Holistik

Suatu program berkualitas dapat dipahami oleh rasa dan

harus menarik untuk indera lainnya, sehingga menimbulkan

bangkitnya emosi yang lebih dalam. f) Teknis

Aspek kualitas terletak pada inovasi teknis yang berani,

baik dalam metode produksi atau cara di mana penonton

terlibat.

40

g) Tambahan Pengetahuan Pribadi

Efek keseluruhan program untuk memperkaya pengalaman

pendengar. Menambah pengetahuan dan dapat untuk

memprovokasi atau menjadi tantangan ke depannya.

h) Hubungan Pribadi

Suatu program sebaiknya menciptakan rasa kedekatan

dengan audien dengan pembuat program tersebut.

2) Evaluasi Pendengar

Evaluasi pendengar radio, baiknya suatu radio mengadakan

riset yang ditujukan kepada pendengar mengenai program yang

telah dijalankan selama ini. Hal-hal penting seperti tingkat

kesukaan pendengar terhadap program yang disajikan, respon atau

tanggapan positif maupun negatif tentang program, dan lain-lain.

3) Evaluasi Biaya

Program adalah faktor paling penting dalam mendukung

keberhasilan finansial stasiun penyiaran, di mana program yang

membawa audien. Seberapa besar program acara suatu radio

memerlukan biaya. Mulai dari biaya untuk penyiar dan segala hal

yang berkaitan dengan program tersebut.

41

Tiap-tiap program siaran ini menempati slot waktu tertentu dengan durasi tertentu yang biasanya tergantung dari jenis programnya. Slot waktu dirancang sesuai dengan tema program terkait, sehingga menjadi satu jadwal siaran.

Pembagian penempatan waktu suatu program radio, yaitu:

1) Regular Time

Dunia radio saat ini terdapat mayoritas radio membuat program

acara bersifat panjang dan reguler.

“A sequence or strip program is the lengthy slot-generally between two and four hours-often daily, such as the morning show or drive-time, using music with wide audience appeal, and with and emphasis on the presentation” (Mcleish, Robert 2005: 171).

Berdasarkan pendapat Robert Mcleish tersebut, maka dapat

dijelaskan bahwa program yang bersifat reguler disebut sebagai

program sequence dan biasanya berdurasi dua sampai empat jam.

Biasanya program ini seperti program yang pada pagi hari

menggunakan musik dengan daya tarik khalayak luas dan dengan

penekanan pada presentasi. Tipe program seperti ini diharuskan

adanya pemrograman yang baik, agar acara yang berlangsung

selama berjam-jam tersebut tidak membosankan bagi pendengar.

42

2) Prime Time

Morissan dalam bukunya yang berjudul Manajemen Media

Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi mengatakan

bahwa prime time merupakan waktu yang paling banyak menarik

audience (2008).

Alice Klever dalam bukunya “Behavioral Targeting: An

Online Analysis for Efficient Media Planning” mengatakan bahwa:

“Prime Time targeting is time based meaning that on a fixed location on a web page varying advertisement can be shown different times of the day or week. Based on the assumption that different target groups are using the web at different times and detailed ad server reporting proving which advertisement performs best aat what time the targeting can be more effective.”

Berdasarkan pendapat dari Alice Klever tersebut, maka dapat

diartikan bahwa sasaran dari jam tayang utama adalah berbasis

waktu yang berarti bahwa pada lokasi tetap pada halaman web,

iklan yang bervariasi dapat ditunjukkan pada waktu dan hari yang

berbeda. Berdasarkan asumsi bahwa kelompok sasaran yang

berbeda menggunakan web pada waktu yang berbeda dan

pelaporan server iklan terperinci yang membuktikan iklan mana

yang berkinerja paling baik, kapan penargetannya bisa lebih

efektif.

43

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian kali ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut

Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2001: 3).

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian kali ini

adalah dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

menurut Whitney (1960) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang

tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam

masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-

situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-

sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Banyak ahli

menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif (Nazir,

2005).

Tujuan penelitian deskriptif menurut Jalaludin Rakhmat adalah:

a. Mengumpulkan informasi aktual secara terperinci yang melukiskan

semua gejala yang ada

b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi serta praktek-

praktek yang dilakukan

44

c. Membuat perbandingan atau evaluasi

d. Menentukan apa yang dilakukan oleh pihak lain dalam menghadapi

masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka dalam

menetapkan rencana dan keputusan yang akan datang (Rakhmat, 2001:

25)

Teknik analisis pengumpulan data dari penelitian ini diperoleh dengan

teknik wawancara, studi dokumentasi, dan studi pustaka. Jangka waktu

pengambilan data dalam penelitian ini adalah dimulai dari September

2017 sampai April 2018.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini di PT. Radio Swara Gadjah Mada atau Radio

Swaragama 101.7 FM yang berlokasi di Jalan Bulaksumur Blok H Nomor

5 Yogyakarta dan di Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM yang berlokasi

di Jalan Palagan Tentara Pelajar Nomor 35 Gang Menur, Jongkang,

Sariharjo, Sleman, Yogyakarta 55581.

3. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk

memaksimalkan dan menghasilkan data yang akurat tentang strategi

programming Radio Swaragama 101.7 FM dan Radio Prambors

Yogyakarta 95.8 FM.

45

Berikut adalah teknik pengumpulan data dalam penelitian ini: a. Teknik Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk pengumpulan data yang

bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan berkaitan

dengan penelitian dengan cara bertanya langsung dengan orang yang

berkaitan dengan penelitian ini (Romli, 2014: 118).

Wawancara adalah proses untuk memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanggung jawab sambil bertatap muka

antara pewawancara dengan responden terkait yang menggunakan alat

berupa interview guide atau panduan wawancara (Nazir, 1988: 234).

Wawancara yang dilakukan kepada informan dilakukan dengan

cara menggunakan prosedur yang telah ada. Setelah itu, terdapat

prosedur dalam memulai wawancara dengan informan yang baik

(Nazir, 1988: 242).

1) Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian

2) Menjelaskan alasan kepada responden yang terpilih untuk

diwawancarai

3) Menjelaskan institusi atau badan yang melaksanakan penelitian

tersebut

4) Menerangkan bahwa wawancara merupakan suatu hal yang

confidential

46

Kriteria responden yang akan diwawancarai adalah:

1) Direktur atau karyawan tetap di Radio Swaragama 101.7 FM dan

Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM

2) Memiliki kapasitas untuk menjelaskan programming Radio

Swaragama 101.7 FM dan Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM

3) Mengetahui proses pembentukan program Radio Swaragama 101.7

FM dan Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM

4) Telibat dalam proses pembentukan program Radio Swaragama

101.7 FM dan Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM

5) Mengetahui kegiatan on air dan off air sebagai strategi

programming Radio Swaragama 101.7 FM dan Radio Prambors

Yogyakarta 95.8 FM

6) Mengetahui proses branding dan kerjasama klien Radio

Swaragama 101.7 FM dan Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka pihak yang diwawancarai adalah orang yang bersangkutan dengan programming, yaitu Program

Director dan Announcers highlight program Radio Swaragama 101.7

FM serta Network Contributor Radio Prambors Yogyakarta 95.8 FM dan Content Director Radio Prambors FM Jakarta 102.2 FM.

47

b. Studi Dokumentasi

Data yang diperoleh pada pengumpulan data dapat dari website,

arsip, literatur-literatur, dan sumber lain yang memuat informasi sesuai

dengan kebutuhan penelitian ini agar tetap relevan dan dapat

dipertanggungjawabkan. Dokumen merupakan bukti tertulis yang

dipersiapkan tidak untuk karena adanya permintaan seorang peneliti,

yang berupa data-data pendukung lainnya yang akan membantu dalam

penelitian ini yang dapat berbentuk artikel, majalah, dan teori

pendukung (Moleong, 2001: 161).

c. Studi Pustaka

Data diperoleh dari buku, jurnal, makalah, dan bentuk tulisan lain.

4. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data (Moleong, 2001: 103).

Pendapat lain menyebutkan bahwa analisis data adalah proses

penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan (Singarimbun, 1989: 263).

Miles dan Huberrnan (1994) dalam (Pawito, 2001: 104)

mendefinisikan bahwa teknik analisis data pada penelitian kualitatif terdiri

48 dari tiga komponen, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan. a. Reduksi Data

Tahap pertama melibatkan langkah editing, pengelompokkan, dan

meringkas data. Tahap kedua menyusun kode dan catatan, termasuk

aktivitas serta proses, maka peneliti menemukan tema, kelompok, dan

pola data. Tahap ketiga menyusun rancangan, konsep, dan penjelasan

tema, pola, atau kelompok bersangkutan. b. Penyajian Data

Mengorganisasikan data, yaitu menjalin antar kelompok data satu

dengan yang lain, sehingga data secara keseluruhan yang dianalisis

dapat benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan dan akan dikaitkan

sesuai dengan kerangka teori yang dipakai. c. Penarikan serta Pengujian Kesimpulan

Mengimplementasikan prinsip induktif dengan

mempertimbangkan pola data atau kecenderungan display data

sekaligus konfirmasi, mempertajam, atau merevisi kesimpulan untuk

sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah

mengenai gejala atau realita yang diteliti (Pawito, 2001: 105-106).

49