Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016

IDENTITAS LOKAL VS SENTRALISASI UDARA BERJARINGAN DI KOTA MAKASSAR

Andi Ayuni Dara Uleng1, Muliadi Mau2 12Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin

Abstract The purpose of the research are to know the comparison between the local identity and national identity of in Makassar: to know the efforts by the radio network in representing local identity. The research is in Makassar, which is in Radio Delta FM, Smart FM, Prambors FM and I-Radio. The methods that used in this research is descriptive qualitative. Informants in this study were selected through purposive sampling technique based on certain criteria. The data collection methods in this research are interview, observation, documentation, and referencing to some previous studies and literatures on this subject. The collected data are analyzed through Milles and Huberman’s interactive model. The results of this study shows the comparison between the local identity and national identity of the radio network in Makassar has already suitable to the standard of SSJ regulation only in the duration of airing. Whereas in terms of programs, most of the radio network tends to play more songs with an interludes of common topics without any local content. This research also shows that there are differences in the efforts to represent the local identity of each radio network. Delta FM Makassar and Prambors FM Makassar represented their locality through duration of airing, while Smart FM Makassar and I-Radio Makassar also representing them through local content.

Keywords: local identity; radio network; SSJ regulation

Abstrak Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara identitas lokal dan identitas nasional radio berjaringan di Kota Makassar; untuk mengetahui upaya yang dilakukan radio berjaringan dalam merepresentasikan identitas lokalnya. Studi ini dilaksanakan di Kota Makassar, yaitu di Radio Delta FM, Smart FM, Prambors FM dan I-Radio. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif kualitatif. Informan dalam studi ini dipilih melalui teknik purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam studi ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan dengan mengkaji buku-buku, hasil studi, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan studi tersebut. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perbandingan antara identitas lokal dan identitas nasional radio berjaringan di Kota Makassar sudah sesuai dengan standar regulasi SSJ dalam hal durasi siaran saja. Sedangkan dari segi program siaran, sebagian besar radio berjaringan tersebut cenderung lebih banyak memutarkan lagu dengan selingan topik ringan tanpa adanya muatan lokal. Studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan upaya yang dilakukan dalam merepresentasikan identitas lokal masing-masing radio berjaringan. Delta FM Makassar dan Prambors FM Makassar merepresentasikan lokalitasnya melalui total jam siaran lokal, sedangkan Smart FM Makassar dan I-Radio Makassar merepresentasikannya melalui jam siaran dan muatan konten lokal.

Keywords: identitas lokal; radio berjaringan; regulasi SSJ

PENDAHULUAN bagi masyarakat. Memasuki era digital, radio dituntut untuk mampu bersaing di Radio merupakan alat komunikasi tengah kepungan sumber informasi alternatif penting sejak negara Indonesia baru berdiri. yang semakin beragam. Hingga saat ini, Radio digunakan secara luas di bidang radio sebagai media komunikasi massa politik dan menjadi sumber informasi utama dipercaya lebih mudah diakses dan aktual

1 dalam mengakomodasi kebutuhan membuka peluang terjadinya degradasi masyarakat terhadap perwujudan fungsi identitas lokal. media massa itu sendiri. Dari segi prinsip keberagaman, penulis Selain itu, kondisi geografis Indonesia akan lebih fokus pada konsep diversity of yang terdiri dari sekitar 17.500 pulau, juga content radio berjaringan di Kota Makassar menjadi tantangan tersendiri bagi yang juga masih samar-samar dalam perkembangan industri radio. Radio pengimplementasiannya. Muatan lokal diharapkan mampu mendistribusi informasi seringkali hanya sebagai pelengkap dari secara luas dan merata, sesuai dengan konten-konten nasional. Hal ini sejalan segmentasi masing-masing radio, baik dari dengan apa yang diungkapkan Triyono segi demografi, geografi, maupun Lukmantoro (Tempo Interaktif, 2009) psikografi. bahwa selama ini masyarakat di tingkat Maka dari itu, untuk menjawab hal-hal lokal selalu dipaksa untuk melihat tontonan problematis tersebut, Komisi Penyiaran gaya hidup dan persoalan-persoalan yang Indonesia (KPI) yang bertugas mengatur terjadi di . Tidak hanya itu, dari semesta penyiaran di negeri ini, aspek bahasa pun sangat jelas bahwa radio diamanatkan untuk merealisasikan prinsip berjaringan di Makassar justru berkiblat diversity of ownership dan diversity of pada gaya berbicara khas Jakarta. content melalui UU Penyiaran No. 32 Berdasarkan uraian di atas, muncullah Tahun 2002 dan Pedoman Perilaku terminologi baru yakni sentralisasi udara Penyiaran dan Standar Program Siaran dimana pemusatan siaran tidak hanya dari (P3SPS) tentang Sistem Stasiun Jaringan segi geografis, tetapi juga arus informasi (SSJ). publik bersumber dari Jakarta, sehingga Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa mempersulit terealisasinya demokratisasi perjuangan menjadikan dunia penyiaran penyiaran. Seperti yang dijelaskan oleh sebagai ruang publik bisa dilakukan dengan Sudibyo (2004:xvii) bahwa semakin jaringan penyiaran dan mengubah regulasi beragam isi siaran sesuai target pendengar, dari sistem penyiaran terpusat dan dikuasai maka semakin demokratislah ranah Jakarta menjadi sistem penyiaran lokal penyiaran kita. berjaringan (Sudibyo, 2004:10). Makassar yang kaya akan kearifan Kebijakan Sistem Stasiun Berjaringan lokalnya justru tidak begitu mendapat sendiri berangkat dari semangat otonomi tempat dalam manajemen penyiaran radio daerah dan desentralisasi. Penulis melihat berjaringan. Padahal sudah kewajiban bagi bahwa keberadaan radio berjaringan di radio lokal untuk memberdayakan potensi Makassar belum mampu mengakomodir daerah yang bersangkutan. Mengingat dengan baik kebutuhan pendengar akan bahwa jangakauan siaran yang terbatas informasi yang berskala lokal. Dalam sehingga konten yang relevan dengan praktek bisnis media, para pengelola radio pendengar adalah yang berkaitan dengan justru menyajikan konten yang bersifat daerah itu sendiri. Masyarakat juga tentu universal dan Jakarta-sentris, sehingga saja membutuhkan selingan informasi yang

2

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 sifatnya nasional maupun global tanpa METODE mencederai local content itu sendiri. Waktu dan Lokasi Studi Tak dapat dipungkiri pula bahwa Studi ini berlangsung selama kurang kehadiran radio berjaringan juga lebih tiga bulan, mulai dari Maret 2016 mempermudah radio lokal dari segi hingga Mei 2016. Adapun lokasi studi ini ekonomi. Pengelola radio di daerah tidak dilaksanakan di Kota Makassar, yaitu di perlu menganggarkan budget yang besar kantor pengelola radio berjaringan Delta untuk programming karena sebagian besar FM, I-Radio, Prambors FM dan Smart FM. program maupun iklan berasal dari mother station. Selain efisien, hal tersebut juga Tipe Studi menjadi solusi bagi terbatasnya SDM yang Studi ini menggunakan metode deskriptif bekerja di industri radio. kualitatif, penulis berusaha memberikan Meski demikian, kelebihan tersebut tidak gambaran mengenai perbandingan antara dapat begitu saja dijadikan pembenaran atas identitas lokal dan identitas nasional radio pembatasan informasi yang didapatkan oleh berjaringan di Kota Makassar, serta upaya pendengar. Dalam hal ini, masyarakat tidak yang dilakukan untuk merepresentasikan bisa terus menerus dilihat sebagai produk identitas lokal masing-masing radio media semata yang akan menyerap begitu berjaringan. saja setiap konten yang disiarkan. Pendengar berhak memperoleh informasi yang sesuai Teknik Pengumpulan Data dengan kondisi sosial kultural di sekitarnya. 1. Data Primer Studi serupa yang membahas tentang Penulis terlebih dahulu melakukan identitas radio sudah cukup banyak. Penulis observasi untuk mendapatkan gambaran merasa bahwa studi ini berbeda karena yang lebih jelas mengenai objek yang belum ada studi yang secara khusus sedang diteliti, sekaligus memahami konsep mengangkat radio berjaringan di Kota dasar terkait identitas lokal dan sentralisasi Makassar sebagai objek studi. Selain itu, udara radio berjaringan di Kota Makassar. identitas lokal dan kaitannya dengan Selanjutnya, penulis akan melakukan regulasi Sistem Stasiun jaringan belum wawancara mendalam (in depth interview) banyak dikaji dalam studi tentang identitas secara tatap muka untuk memperoleh radio tersebut. informasi yang lebih rinci dari narasumber. 2. Data Sekunder Permasalahan Data sekunder digunakan untuk a. Bagaimana perbandingan antara melengkapi data primer yang telah identitas lokal dan identitas nasional diperoleh. Data ini dapat berbentuk jurnal, radio berjaringan di Kota Makassar? skripsi, buku, maupun artikel yang b. Bagaimana upaya radio berjaringan di bersumber dari internet. Kota Makassar dalam merepresentasikan identitas lokal?

3

Teknik Penentuan Informan Teknik Analisis Data

Informan dalam studi ini ditentukan Analisis data dalam studi kualitatif menggunakan teknik purposive sampling. dilakukan sejak sebelum turun ke lapangan, Dengan menggunakan teknik ini, penulis saat berada di lapangan dan setelah selesai akan mewawancarai informan yang di lapangan. memiliki pengetahuan yang luas terkait Analisis sebelum turun di lapangan dapat dengan masalah yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara menganalisis terlebih dalam studi ini. Informan yang telah dahulu studi pendahuluan maupun data diwawancarai dalam studi ini adalah: sekunder yang telah diperoleh. Penulis membutuhkan pemahaman dasar terkait Tabel: Identitas Informan masalah dan objek yang diteliti agar Nama Jabatan memudahkan ketika berada di lapangan. Analisis data yang dilakukan saat terjun Operation Manager langsung ke lapangan dilakukan secara Adhie Wangsyah dan Program interaktif dan berlangsung secara terus Director Delta FM menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam Makassar. analisis data tersebut, meliputi: a. Pengumpulan Data (Data Collection) Feby Tamiya Announcer Delta FM Seluruh data yang diperoleh setelah Makassar melakukan obsservasi dan wawancara Emil Fariz Produser Smart FM mendalam akan disatukan dan dirangkum. Apabila data tersebut dianggap belum Makassar memuaskan, maka penulis akan melanjutkan Novika Ayu Announcer Smart pertanyaan yang lebih spesifik, kemudian FM Makassar beralih kepada informan selanjutnya, sampai data yang diperoleh dianggap lebih rinci dan Program Director valid. Putri Atika dan Announcer b. Reduksi Data (Data Reduction) Prambors FM Setelah mengumpulkan seluruh data yang dibutuhkan, penulis akan mereduksi data Makassar yang ebrarti merangkum, memilih hal yang Program Director pokok dan relevan dengan masalah yang Benny Wahyu dan Announcer diteliti. Hal ini akan mempermudah penulis dalam mendapatkan gambaran yang lebih I-Radio Makassar jelas terkait dengan studi dan memudahkan Abdi Rahmat Kasubag Program penulis dalam mengumpulkan data yang KPID Sulsel dianggap masih kurang. c. Penyajian Data (Data Display) Andy Mangara Ketua APRASI Data tidak hanya dapat disajikan dalam Sulsel bentuk teks deskriptif (uraian singkat), tetapi

4

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 juga dalam bentuk grafik, matrik, tabel dan Indonesia merupakan negara yang sejenisnya. Hal ini mempermudah dalam pluralistik dan beragam, setiap masyarakat memahami apa yang terjadi di lapangan dan yang menetap di berbagai daerah berbeda membantu penulis dalam menentukan dalam hal konteks budaya, politik dan langkah kerja berikutnya. ekonomi. Maka dari itu, radio dan televisi d. Penarikan Kesimpulan dan memiliki kewajiban untuk memenuhi Verifikasi (Conclusion Drawing and kebutuhan masyarakat akan informasi yang Verification) memiliki unsur proximity (kedekatan). Setelah keseluruhan data dianggap cukup Studi ini fokus pada pelaksanaan Sistem dan kredibel, maka akan mudah untuk Stasiun Jaringan industri radio di Kota menarik kesimpulan berdasarkan apa yang Makassar. Hingga saat ini, terdapat empat ditemukan di lapangan. Apabila data-data radio berjaringan yang mengudara di Kota tersebut mendukung studi yang dilakukan, Makassar, yaitu Delta FM, Prambors FM, makan kesimpulan yang diperoleh bersifat Smart FM dan I-Radio. valid. PEMBAHASAN HASIL Perbandingan Identitas Lokal dan Identitas

Nasional Regulasi yang mengatur semesta UU Penyiaran No.32/2002 adalah upaya penyiaran di Indonesia telah diatur dalam politik untuk mendudukkan kembali media Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun penyiaran sebagai bagian dari eksistensi 2002. UU ini lahir dengan semangat masyarakat, eksistensi komunitas, tanpa mewujudkan demokratisasi di ranah adanya intervensi sistem ekonomi dan penyiaran. Meski demikian, tujuan mulia birokrasi secara terbatas. Spirit dasar UU tersebut menghadapi banyak kontroversi, Penyiaran adalah mengeliminir determinasi berbagai polemik dan pro kontra sistem (bisnis dan birokrasi) pada berbagai bermunculan sejak disahkannya UU ini oleh dimensi kehidupan penyiaran. Dengan DPR. mentransformasikan urusan penyiaran dari Kebijakan Sistem Stasiun Jaringan (SSJ) sekedar urusan bisnis dan birokrasi menjadi yang termaktub dalam UU Penyiaran adalah urusan publik, UU Penyiaran adalah sebuah yang paling banyak mengundang perdebatan upaya transisi dari state-based powers panjang oleh pihak-pihak yang menuju public-based powers (Sudibyo, berkepentingan. Sistem ini sendiri pada 2004). dasarnya berangkat dari semangat otonomi Menurut Splichal, suatu transisi menuju daerah dan desentralisasi. Melalui regulasi demokrasi diperlukan pengaturan kembali tersebut, setiap lembaga penyiaran swasta, secara tegas soal kepemilikan (diversity of baik jasa penyiaran televisi maupun radio ownership) dan keragaman isi siaran wajib menerapkan Sistem Stasiun Jaringan. (diversity of content), sehingga tidak hanya Hal ini bertujuan agar industri penyiaran di dikuasai oleh segelintir orang (Tompo, daerah semakin maju. 2010: 2).

5

Istilah identitas sendiri memiliki serta dalam P3SPS (Pedoman Perilaku pengertian yang beragam dan berkenaan Penyiaran dan Standar Program Siaran) dengan tujuan konsep identitas itu pasal 16: digunakan. Kaplan menegaskan bahwa 1. Bahasa pengantar utama dalam identitas merupakan sebuah konsep yang penyelenggaraan program siaran harus kompleks, memiliki ciri dan pandangan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. yang berbeda-beda di dalam mengartikan 2. Bahasa daerah dapat digunakan sebagai diri. Biasanya diasosiasikan dengan perilaku bahasa pengantar dalam penyelenggaraan kebudayaan. Contohnya pada bahasa, adat program siaran muatan lokal dan apabila istiadat, keyakinan, sejarah, pakaian dan diperlukan, untuk mendukung mata acara budaya. Identitas merupakan suatu konsep tertentu. yang kompleks, di dalamnya terdapat 3. Bahasa asing hanya dapat digunakan identitas individu yang terhubung dengan sebagai bahasa pengantar sesuai dengan identitas kelompok sebagai bagian dari keperluan suatu mata acara siaran. karakteristik-karakteristik umum seperti Berdasarkan hasil studi di atas, nasionalitas, gender, sosial-ekonomi, menunjukkan bahwa radio berjaringan di keluarga, agama, etnis dan budaya. Kota Makassar sudah memenuhi standar Menunjukkan kompleksitas identitas dan bahasa siaran sesuai regulasi yang ada. dapat dilekatkan pada banyak aspek Namun, hal ini tidak berlaku bagi Radio tergantung tujuan dari konsep identitas Prambors FM Makassar yang tetap digunakan (Salam, 2010: 2). menggunakan dialek Jakarta pada program Identitas yang direpresentasikan oleh lokal. Radio tersebut bahkan mengakui radio sendiri dapat ditinjau melalui gaya bahwa penggunaan dialek/bahasa daerah penyiaran, tagline radio, maupun muatan sengaja diminimalisir. Sementara semua siaran. Identitas ini selanjutnya dibagi ke radio baik lokal maupun jaringan, dalam dua bagian, yaitu identitas lokal dan diwajibkan menggunakan Bahasa Indonesia identitas nasional. Salah satu tujuan dari sebagai bahasa utama dalam siaran. studi ini adalah untuk melihat perbandingan Penggunaan bahasa asing oleh penyiar antara kedua identitas tersebut dalam Prambors FM Makassar pun juga cukup industri radio berjaringan di Kota Makassar. sering digunakan dibanding dengan radio- Ruang gerak radio berjaringan telah radio jaringan lainnya. diatur melalui beberapa regulasi terkait Prambors FM Makassar sebagai anggota Sistem Stasiun Jaringan. Regulasi ini juga radio jaringan yang mengudara di wilayah menguraikan unsur-unsur yang wajib lokal justru berkomitmen untuk mengurangi dipenuhi sehingga identitas radio tersebut penggunaan bahasa daerah (dialek dapat diklasifikasikan dengan mudah. Makassar) dalam siarannya. Pemilihan Penggunaan bahasa siaran adalah salah tagline pun juga menggunakan bahasa satu unsur penting dalam mengidentifikasi inggris dan mengikut pada stasiun induknya, identitas radio dan telah diatur dalam UU yaitu number one hits music station. Penyiaran pasal 37 dan 38 ayat (1, 2, dan 3), Prambors FM Makassar adalah salah satu

6

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 radio anak muda, sehingga tagline ini dapat mempengaruhi penerimaan, perilaku, bertujuan untuk memperkuat image dan perasaan dan kecenderungan untuk positioning Radio Prambors FM di kalangan menanggapi dunia sekeliling (Liliweri, anak muda Makassar. 2002: 151). Penggunaan bahasa inggris sebagai Bahasa adalah unsur yang penting dalam tagline juga merupakan bentuk ketaatan mengidentifikasi identitas sebuah radio, Prambors FM Makassar terhadap Standard terutama bagi mereka yang melakukan Operating Procedure atau SOP nasional. siaran relai dan lokal. Sebagai alat Selain Prambors FM Makassar, Smart FM komunikasi dalam masyarakat ia memiliki Makassar juga memilih menggunakan peran yang besar dalam mempertahankan bahasa inggris pada tagline-nya, yaitu The budaya suatu masyarakat. Karena bahasa Spirit of Indonesia. Pemilihan tagline ini memanfaatkan tanda-tanda yang ada di juga masih dipengaruhi oleh standarisasi lingkungan suatu masyarakat, kearifan lokal yang ditetapkan oleh stasiun induk dari suatu daerah bisa tercermin dari bahasa yang Radio Smart FM. digunakan. Oleh karena itu setiap bahasa daerah memiliki nilai luhur untuk Berbeda dengan dua radio berjaringan menciptakan masyarakatnya berkehidupan sebelumnya, Delta FM Makassar memilih lebih baik. untuk menggunakan tagline dengan Bahasa Bahasa menjadi sesuatu yang sangat Indonesia, yakni 100% Lagu Enak. Meski mempengaruhi lokalitas suatu radio. Hal ini demikian, tagline ini masih merupakan tidak lepas dari karakter dari media radio station call yang digunakan oleh Delta FM sendiri. Radio adalah media yang tidak Jakarta (mother station). Delta FM mempunyai gambar dan tidak memiliki Makassar memutuskan tidak menggunakan tulisan. Ia hanya mengandalkan suara atau tagline yang berbeda di unitnya dengan auditory. Selain musik, maka perbincangan tujuan ingin memberikan kenyamanan atau talk show adalah materi utama siaran kepada seluruh pendengarnya. Delta FM radio. Bahasa lisan menjadi alat penyampai Makassar justru menginginkan agar tidak pesan dari stasiun radio kepada ada pembeda antara siaran pusat dan unit pendengarnya. Selain itu karakter radio yang yang sampai kepada pendengar. memiliki kedekatan emosional dengan I-Radio Makassar kembali menjadi satu- pendengar. Ekspresi suara penyiar bisa satunya radio berjaringan yang membuat pesan lebih mudah dimengerti menggunakan tagline berbahasa daerah, oleh pendengar, dan tidak terjadi yaitu I-nakke, I-katte, I-Radio. Hal tersebut ambiguitas. sejalan dengan tujuan dari radio ini untuk Penggunaan dialek dan aksen gaya bisa menjadi radio khusus bagi orang bahasa daerah tertentu dalam media massa Makassar. Bahasa daerah perlu dilestarikan bisa menjadi kreatifitas dalam program karena bahasa terkait dengan budaya suatu siaran yang dilakukan oleh pengelola stasiun daerah. Bahasa daerah adalah simbol dan radio. Bahasa maupun dialek suatu daerah nilai dari suatu budaya. Bahasa merupakan tidak seharusnya dihindari, ataupun komponen budaya yang sangat penting yang

7 dilakukan penyeragaman gaya siaran dengan jam siarannya saja. Namun, apakah program induk jaringan. Justru adanya gaya bahasa lokal yang dimaksud telah sesuai standar siaran lokal daerah tertentu, hal tersebut bisa yang diterapkan? menjadi identitas dari satu daerah hingga Andy Mangara menegaskan bahwa perlu menjadi daya tarik tersendiri. adanya persamaan persepsi dalam memaknai Seperti yang telah dipaparkan pula oleh muatan lokal yang wajib disiarkan oleh Andy Mangara bahwa perlu adanya radio berjaringan. Definisi tentang muatan pembeda antara siaran yang direlai dari lokal sendiri berbeda-beda. Ada yang dibuat pusat dan siaran yang asli dari Makassar. oleh dan untuk masyarakat lokal, ada juga Perbedaan keduanya dapat diperlihatkan dari yang mengatakan bahwa program boleh penggunaan bahasa yang digunakan oleh dibuat di Jakarta dengan konten siaran yang penyiar. Hal tersebut telah lokal, atau boleh juga keduanya. diimplementasikan oleh Smart FM, Delta Abdi Rahmat berpendapat bahwa yang FM, maupun I-Radio Makassar yang dimaksud dengan konten lokal adalah senantiasa menggunakan Bahasa Indonesia seharusnya memuat budaya bahasa lokal, yang baku dengan bumbu-bumbu dialek tata krama, mematuhi kode etik penyiaran. khas Makassar. Harus dipahami pula bahwa kebutuhan Selain penggunaan bahasa siaran, pendengar Makassar dan Jakarta sangat jauh identitas sebuah radio juga dapat ditinjau berbeda. berdasarkan muatan program atau siarannya. Diah dalam Fauzia (2015: 67) Sebagai radio berjaringan, tentu ada menjelaskan bahwa kriteria program lokal perbandingan porsi siaran antara relai dan yang dimaksudkan oleh KPID adalah yang lokal. Ketentuan ini juga telah diatur dalam isinya mengandung konten lokal, yang regulasi Sistem Stasiun Jaringan yaitu dalam dikerjakan oleh SDM lokal, juga disiarkan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar langsung oleh pihak lokal. Program lokal Program Siaran (P3SPS) yang dibuat oleh pusat dianggap tidak sesuai Pasal 46: Lembaga penyiaran dalam dengan regulasi. sistem siaran berjaringan wajib menyiarkan Lebih lanjut dalam Peraturan Komisi program lokal. Penyiaran Indonesia No. 02/P/KPI/12/2009 Pasal 68 ayat (1): Program siaran lokal tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3), wajib diproduksi dan ditayangkan dengan pasal 1 ayat (12) dijelaskan yang dimaksud durasi paling sedikit 10% (sepuluh per dengan program siaran lokal adalah: seratus) untuk televisi dan paling sedikit program siaran dengan muatan lokal, baik 60% (enam puluh per seratus) untuk radio program faktual maupun non-faktual, yang dari seluruh waktu siaran berjaringan per mencakup peristiwa, isu-isu, latar belakang hari. cerita, dan sumber daya manusia, dalam Berdasarkan hasil wawancara dengan rangka pengembangan budaya dan potensi masing-masing radio jaringan di Kota daerah setempat. Makassar, ketentuan tersebut di atas telah Delta FM Makassar bersiaran selama 24 terpenuhi jika hanya ditinjau berdasarkan jam setiap harinya. Program relai yang

8

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 disiarkan yaitu Asri Stenny in the Morning terhadap stasiun radio di Jakarta. Kontrak (07.00-11.00) dan Sore-sore Seru (17.00- kerjasama yang telah dilakukan antara radio 21.00), dengan total siaran relai 8 jam dan pusat di Jakarta dengan radio jaringan di lokal 12 jam. Meski secara durasi Delta FM daerah bisa membatasi kreatifitas siaran Makassar telah memenuhi regulasi SSJ, radio daerah. Mereka hanya bisa siaran namun tidak demikian dengan konten lokal program lokal atas izin dari radio pusat. yang disiarkan. Akibatnya kejeniusan lokal dan kreatifitas Delta FM Makassar menyiarkan program lokal dalam program siaran sulit 50 menit Zona Gila (11.00-17.00) dan Cerita berkembang (Morissan, 2008: 115-116). Lagu Cinta bareng Iwa K (21.00-01.00), Prambors FM Makassar mengudara serta Kilas Santai yang secara penuh selama 18 jam dan 4 jam siaran relai pada memutarkan lagu hingga pukul 07.00 pagi. program Desta Gina in the Morning dan Kedua program di atas adalah program yang Top40 (07.00-11.00). Selama 14 jam siaran ‘dilokalkan’, yang berarti program tersebut lokal, Prambors FM Makassar menyiarkan diproduksi oleh stasiun induk dan disiarkan beragam program diantaranya program oleh masing-masing anggota jaringan Delta ListenUp (11.00-14.00) yang memutarkan FM, termasuk yang berada di Makassar. Di lagu dan info seputar musik, gaya hidup, sela-sela program tersebut juga dimasukkan teknologi, dan lain-lain; program After beberapa insertion Agenda Makassar dan School (14.00-16.00) yang khusus Delta Flash berdurasi 2-3 menit yang berisi menghadirkan siswa-siswi SMA di info-info terbaru seputar Makassar. Program Makassar untuk menjadi penyiar dan yang disiarkan Delta FM Makassar pada bercerita tentang kegiatan sekolah sehari- Hari Sabtu dan Minggu adalah siaran ulang hari; program Hip Hip Sore (16.00-19.00) dan lagu untuk para pendengarnya. yang menyiarkan laporan lalu lintas dan Maka dari itu, penjelasan di atas topik ringan seputar info-info terbaru; menunjukkan bahwa Delta FM Makassar program Hotmilk (19.00-22.00) yang belum sepenuhnya menjalankan regulasi SSJ mengundang entrepreneur muda Makassar terkait dengan pemuatan konten lokal. Radio untuk berbicara tentang usahanya; Prambors ini hanya terfokus pada pemenuhan jam 3x60 (22.00-01.00) yang memutarkan lagu- siaran lokal daripada menyiarkan program- lagu favorit dan mengundang komunitas program yang mengangkat identitas lokal Makasssar. Makassar. Delta FM Makassar dengan Berdasarkan jam siaran, Prambors FM keterbatasan siarannya dalam menyiarkan juga telah memenuhi regulasi SSJ yang telah program lokal, mengakui bahwa hal tersebut ditetapkan. Akan tetapi, dari segi konten disebabkan oleh regulasi dari pusat yang lokal yang disiarkan masih sangat kurang. harus mereka ikuti. Informasi yang disajikan Prambors FM Hal inilah yang dijelaskan sebagai Makassar masih bersifat umum dan belum kelemahan dari radio berjaringan. benar-benar mengangkat isu-isu lokal yang Diantaranya adalah ketergantungan yang ada di Makassar. sangat besar dari stasiun radio daerah

9

Smart FM Makassar bersiaran selama 24 topik tentang kuliner atau tempat wisata jam dengan total jam relai sebanyak 8 jam yang ada di Sulewesi Selatan; program dan selebihnya diberikan kepada unit lokal Siaran Tengah Malam yang berkolaborasi untuk menyiarkan program-programnya. dengan Aan Mansyur yang merupakan Konten lokal disiarkan di luar jam prime penulis asal Makassar; insertion yang time, seperti Smart Business Hour (09.00- menggunakan bahasa daerah yaitu Goccang 12.00) yang diisi dengan talkshow bersama (Gombalan Canggih dan Kencang) dan KPK narasumber dari Makassar yang ahli di (Kamis Piti Kana Kanai). Melalui program- bidang bisnis dan ekonomi. Selain itu, ada program tersebut, secara jelas pula program Jurnal Makassar (14.00-15.00) memperlihatkan bahwa I-Radio Makassar yang menyiarkan berita maupun informasi telah menjalankan regulasi SSJ dengan seputar Makassar. Selanjutnya, jam siaran di sangat baik, baik dari segi jam siaran luar kedua program tersebut diisi dengan maupun konten lokalnya. konten-konten ringan seputar Makassar, Regulasi selanjutnya mengatur tentang maupun talkshow bersama klien lokal. program lokal yang wajib disiarkan pada Smart FM Makassar juga sangat peduli waktu prime time. Pasal 68 ayat (2): dengan pengembangan dan pemberdayaan Program siaran lokal sebagaimana yang SDM lokal dan hal ini diwujudkan melalui dimaksud pada ayat (1) di atas paling sedikit banyaknya program yang mengundang 30% (tiga puluh per seratus) di antaranya narasumber dari Makassar (baik di studio wajib ditayangkan pada waktu prime time maupun outdoor), serta produksi iklan yang waktu setempat. memiliki porsi lebih besar di unit lokal. Berdasarkan regulasi di atas, hanya I- Baik dari segi jam siaran maupun konten, Radio Makassar yang memenuhi ketentuan Smart FM sudah memenuhi regulasi SSJ prime time tersebut. Sedangkan ketiga radio yang telah diatur dalam undang-undang. jaringan lainnya justru merelai program Sama seperti Prambors FM Makassar, I- pada waktu prime time. Radio Makassar juga membatasi siarannya Hal ini sudah jelas bertentangan dengan hingga pukul 01.00. Selama 19 jam siaran, I- pernyataan Akbar Abu Tholib selaku Radio hanya merelai program mulai pukul koordinator bagian isi siaran KPID Sulsel 11.00 hingga 17.00 dan 21.00-23.00, yang mendefinisikan program lokal sebagai selebihnya radio ini menyiarkan program program acara yang yang dibuat oleh SDM lokal. Dua diantara program lokal tersebut lokal, disiarkan di wilayah yang lokal dan disiarkan pada jam prime time, yaitu Pagi- disiarkan pada jam-jam prime time lokal. pagi dan Sorelam. Sekali lagi, industri radio berjaringan ini Total siaran lokal selama 8 jam tersebut, menghadapi hambatan yang sama, yakni digunakan I-Radio Makassar untuk regulasi yang mengikat dari induk jaringan memaksimalkan lokalitasnya melalui masing-masing radio. Seperti yang telah program maupun segmen yang sarat akan dipaparkan sebelumnya terkait kelemahan identitas lokal, seperti program Sabtu jaringan, menjadi radio yang bernaung di Minggu Siaran yang biasanya mengangkat bawah stasiun induk, memberikan peluang

10

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 yang besar akan terbatasnya ruang gerak yang memiliki unsur proximity masih saja radio anggota jaringan di daerah. sulit terpenuhi. Selain itu, bakat-bakat di daerah juga kurang tersalurkan, isu-isu Representasi Identitas Lokal Radio kedaerahan kurang terangkat, dan bahkan Berjaringan di Kota Makassar nilai-nilai budaya daerah menjadi UU Penyiaran yang awalnya cukup terabaikan. kontroversial akhirnya disahkan menjadi Tidak terpenuhinya ketentuan pemuatan produk hukum yang mengikat bagi industri program siaran lokal oleh radio berjaringan radio maupun televisi. Pada dasarnya di Kota Makassar, salah satunya dipicu oleh diterbitkannya UU Penyiaran No 32 tahun perbedaan setiap radio dalam memaknai 2002 merupakan suatu usaha untuk identitas lokal itu sendiri. Misalnya, Delta meniadakan monopoli informasi dan FM Makassar menganggap bahwa identitas kepemilikan modal. lokal dari radio sudah terepresentasikan Hal ini sejalan dengan Joseph R. melalui jam siaran lokal yang lebih banyak Dominick yang mengemukakan The daripada siaran relai. Pervasive Presence Theory, teori ini Hal yang sama juga diungkapkan oleh mengungkapkan bahwa media penyiaran Prambors FM Makassar. Selain jam siaran, mempunyai pengaruh yang besar dengan lokalitas radio tersebut juga hanya variasi-variasi pesan yang dimilikinya. diperlihatkan melalui insertion atau segmen Dengan penetrasi yang besar bahkan terkait Makassar yang durasinya 2-3 menit menembus pada wilayah pribadi, perlu saja. Meski disiarkan secara berkala tiap diatur agar semua kepentingan masyarakat jamnya, tetap saja program tersebut tidak dapat terlindungi dan terwadahi (Mardiana, memenuhi standar sebagai muatan lokal. 2011: 17). Berbeda dengan Smart FM Makassar dan Gandjar Suwargani dalam Mufid (2005: I-Radio Makassar, kedua radio ini justru 191) mengatakan bahwa secara teknis sulit sepakat untuk lebih memberdayakan potensi bagi kalangan radio untuk melakukan siaran lokal. Menurut mereka, identitas lokal dari nasional. Selain itu, dari sisi content juga radio jaringan direpresentasikan melalui akan rugi, karena pada dasarnya bisnis program-program yang mengundang orang- penyiaran radio sangat terkait dengan orang lokal dengan topik yang lokal pula. kebiasaan (habit) dan keakraban pendengar. Hingga saat ini Smart FM masih Karakter pendengar menentukan pola senantiasa menghadirkan narasumber yang komunikasi yang dikembangkan oleh setiap berasal dari Makassar untuk membahas stasiun radio. Masyarakat Bandung topik-topik hangat seputar ekonomi dan misalnya, tidak akan cocok dengan siaran bisnis. Sedangkan I-Radio Makassar setia radio yang memiliki karakter Betawi. dengan visi mereka untuk menjadikan I- Pemaparan di atas justru berbanding Radio sebagai radionya orang Makassar terbalik dengan yang terjadi di industri radio melalui kolaborasi siaran dengan orang- berjaringan di Kota Makassar saat ini. orang yang cukup berpengaruh di Makassar Meskipun regulasi sudah diatur sedemikian rupa, kebutuhan masyarakat akan informasi

11 dan dukungan terhadap kegiatan-kegiatan berjaringan saat ini disebabkan karena menarik yang ada di Makassar. pelaksanaan dan penegakan aturan yang Andy Mangara melihat perbedaan cara semakin lemah. Persoalan utama juga ada di dalam merepresentasikan identitas lokal ini pusat yang hanya memperhitungkan faktor disebabkan oleh pelaku media yang seolah keuntungan saja. Selanjutnya, ia tidak ingin tahu tentang semangat menambahkan bahwa KPID justru desentralisasi penyiaran. Tidak ada niatan melakukan pembiaran terhadap sama sekali untuk memajukan industri pelanggaran-pelanggaran terhadap regulasi penyiaran di daerah. Sistem Stasiun Jaringan. Menurut Andy, persoalannya adalah Apabila desentralisasi tidak ditegakkan, meski sudah dibuatkan regulasi, pelanggaran maka akan terjadi resentralisasi. Ditambah itu masih terus terjadi. Banyak yang tidak lagi dengan ketidaksiapan daerah dan pusat memenuhi persentasenya, kebanyakan hanya yang tidak serius dalam mewujudkan cita- sekedar untuk memenuhi kewajiban. Akan cita memajukan penyiaran daerah. Untuk tetapi, semangat memajukan industri radio memajukan industri penyiaran itu sendiri belum ada. harus memenuhi komponennya yang Ruh UU Penyiaran adalah desentralisasi meliputi SDM yang baik, ekonomi yang (diversity of content dan diversity of bergerak, konten yang laku secara komersil ownership). Desentralisasi itu memiliki tetapi tetap memiliki unsur mendidik. Yang makna untuk memajukan dan menguatkan terpenting adalah pelaku, konten, maupun penyiaran di daerah. Hal tersebut semacam proses produksinya harus bersifat lokal, sahutan bahwa selama ini indsutri penyiaran, seperti muatan nilai luhur kekayaan budaya termasuk radio terlalu sentralistik. Semua lokal yang harus lebih disebarluaskan lagi. serba di Jakarta, kue iklannya dinikmati di Andy berharap, pihak KPID harus lebih Jakarta, dan yang maju adalah penyiaran di serius menanggapi masalah ini. Jangan Jakarta. Sementara daerah juga adalah sampai identitas bertutur menggunakan bagian yang sama di negara ini. dialek daerah hilang. Cita-cita demokratisasi Menurut Andy, sudah ada kompromi penyiaran harus segera diwujudkan. dalam tanda kutip, bagi radio yang sudah Di sisi lain, Abdi Rahmat mengatakan terlanjur bersiaran secara nasional dan ingin bahwa pihak KPID sendiri masih terus didengarkan di seluruh Indonesia, melakukan pengawasan terhadap konsepnya harus berjaringan dengan implementasi SSJ radio berjaringan di Kota memenuhi syarat syarat yang telah Makassar. Hal ini dibuktikan melalui ditentukan. Akan tetapi, masih ada saja yang pemanggilan pimpinan pusat Radio Delta lebih memilih untuk merelai siaran karena FM terkait porsi iklan nasional yang pengawasan regulasi yang tidak ketat. berlebihan. Ia juga mengakui bahwa KPID Meskipun sebenarnya wajar saja antara masih memiliki sangat banyak pekerjaan regulasi dan pelaksanaan pasti berbeda. rumah. Ia juga berharap ke depannya radio Andy Mangara beranggapan bahwa berjaringan yang ada di Kota Makassar bisa problematika yang dihadapi radio

12

Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 memenuhi aturan yang ada terkait pemuatan Prambors FM Makassar hanya menganggap konten lokal (local genius). total jam siaran yang lebih banyak diberikan kepada anggota jaringan sudah cukup untuk KESIMPULAN mewakili lokalitas radionya. Sedangkan Smart FM Makassar dan I-Radio Makassar Sistem Stasiun Jaringan hadir dengan merepresentasikan identitas lokalnya cita-cita terwujudnya demokratisasi melalui tagline, pemberdayaan SDM lokal, penyiaran melalui keberagaman isi (diversity serta muatan program yang khusus of content) dan keberagaman kepemilikan mengangkat isu-isu lokal. (diversity of ownership). Impelementasi regulasi ini diharapkan mampu mendorong DAFTAR RUJUKAN industri penyiaran di daerah agar lebih maju Arini, Siska Dewi. 2010. Tanggapan dan kebutuhan masyarakat akan informasi Industri Pertelevisian Terhadap Penerapan yang berimbang dapat terpenuhi. Sistem Televisi Berjaringan. Skripsi Tidak Berdasarkan hasil studi dari wawancara Diterbitkan. Makassar: Fakultas Ilmu Sosial dan pengumpulan data di radio berjaringan dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. yang ada di Kota Makassar, dapat ditarik kesimpulan: Bungin, Burhan. 2006. Konstruksi Sosial 1. Perbandingan identitas lokal dan Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada identitas nasional radio berjaringan di Kota Media Group. Makassar belum berimbang. Meski secara persentase jam siaran sudah memenuhi Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi.. Jakarta: PT Raja Grafindo regulasi Sistem Stasiun jaringan, namun dari Persada. segi konten program masih cenderung memutarkan lebih banyak lagu dengan Destivani, Aghni Rizkika. 2014. Quo Vadis diselingi topik-topik ringan yang bersifat Industri Radio di Kota Makassar. Skripsi umum. Sedangkan konten yang mengangkat Tidak Diterbitkan. Fakultas Ilmu Sosial dan tema tentang Makassar masih sangat kurang. Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Berdasarkan studi di atas, hanya Smart FM Makassar dan I-Radio Makassar yang Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori berkomitmen untuk lebih memberdayakan dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra potensi lokal yang dimiliki, sedangkan Delta Aditya Bakti. FM Makassar dan Prambors FM Makassar cenderung belum mampu untuk Fauzia, Luthfi. 2015. Implementasi Regulasi mengeksplor lokalitasnya lebih dalam lagi Penyiaran Tentang Sistem Stasiun Televisi Berjaringan di Kompas TV Makassar. karena terikat dengan regulasi dari induk Skripsi Tidak Diterbitkan. Makassar: jaringannya. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2. Upaya yang dilakukan masing-masing Universitas Hasanuddin. radio berjaringan di Kota Makassar dalam merepresentasikan identitas lokalnya Lukmantoro, Triyono. 2009. Stasiun Televisi berbeda-beda. Delta FM Makassar dan berjaringan mendesak

13 diimplementasikan.(http://nasional.tempo.co Media. Jakarta: PT Kompas Media /read/news/2009/12/14/058213649/stasiun- Nusantara. televisi-berjaringan-mendesak- diimplementasikan). Diakses pada 10 Siregar, Ashadi. 2006. Etika Komunikasi. Januari pukul 17.00 WITA. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.

Mangara, Andy. 2006. Radio an Obsession Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Dari Hobi ke Profesi. Makassar: Komisi Media Penyiaran. Jakarta: Institude Studi Penyiaran Indonesia Daerah Sulawesi Arus Informasi. Selatan. Sukoyo, Joko. 2010. ‘Alih Kode dan Mardiana, Lisa. 2011. Ekonomi Politik Campur Kode Pada Tuturan Penyiar Acara Regulasi Penyiaran: Implementasi Radio Campursari Radio Pesona FM’. Kebijakan Sistem Stasiun Jaringan. Skripsi Jurnal Bahasa dan Sastra Lingua. Vol. 6 Tidak Diterbitkan. Semarang: Fakultas Ilmu No. 1. Komputer Universitas Dian Nuswantoro. Suryadi. 2005. ‘Identity, Media and the Morrisan. 2008. Manajemen Media Margins: Radio in Pekanbaru, Riau’. Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Journal of Southeast Asian Studies. 36 (1): Televisi Edisi Revisi. Jakarta: Prenada Media 131-151. Group. Tompo, Rusdin. 2010. Menegakkan Mufid, Muhammad. 2005. Komunikasi dan Demokratisasi Penyiaran. Makalah Seminar Regulasi Penyiaran. Jakarta: Prenada Media Tidak Diterbitkan. Group. Tondo, Fanny Henry. 2009. Kepunahan Prayudha, Harley. 2004. Radio: Suatu Bahasa-Bahasa Daerah: Faktor Penyebab Pengantar untuk Wacana dan Praktik dan Implikasi Etnolinguistis. Jurnal Penyiaran. Malang: Bayumedia Publishing. Masyarakat dan Budaya. Vol. 2 No. 2.

Rahayu. 2006. ‘Problem Lokalitas dalam Wiryawan, Hari. 2007. Dasar-dasar Hukum Bisnis Radio Network’. Jurnal Ilmu Sosial Media. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar. dan Ilmu Politik. Vol. 9 No. 3: 355-368.

Rahim, Samsuddin A & Latiffah Pawanteh. 2010. ‘The Local Content Industry and Cultural Identity in Malaysia’. Journal of Media and Communication Studies. Vol. 2 (10): 215-220.

Rasyid, Mochammad Riyanto. dkk. 2013. Kedaulatan Frekeuensi: Regulasi Penyiaran, Peran KPI dan Konvergensi

14