Identitas Lokal Vs Sentralisasi Udara Radio Berjaringan Di Kota Makassar
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 IDENTITAS LOKAL VS SENTRALISASI UDARA RADIO BERJARINGAN DI KOTA MAKASSAR Andi Ayuni Dara Uleng1, Muliadi Mau2 12Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Abstract The purpose of the research are to know the comparison between the local identity and national identity of radio network in Makassar: to know the efforts by the radio network in representing local identity. The research is in Makassar, which is in Radio Delta FM, Smart FM, Prambors FM and I-Radio. The methods that used in this research is descriptive qualitative. Informants in this study were selected through purposive sampling technique based on certain criteria. The data collection methods in this research are interview, observation, documentation, and referencing to some previous studies and literatures on this subject. The collected data are analyzed through Milles and Huberman’s interactive model. The results of this study shows the comparison between the local identity and national identity of the radio network in Makassar has already suitable to the standard of SSJ regulation only in the duration of airing. Whereas in terms of programs, most of the radio network tends to play more songs with an interludes of common topics without any local content. This research also shows that there are differences in the efforts to represent the local identity of each radio network. Delta FM Makassar and Prambors FM Makassar represented their locality through duration of airing, while Smart FM Makassar and I-Radio Makassar also representing them through local content. Keywords: local identity; radio network; SSJ regulation Abstrak Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui perbandingan antara identitas lokal dan identitas nasional radio berjaringan di Kota Makassar; untuk mengetahui upaya yang dilakukan radio berjaringan dalam merepresentasikan identitas lokalnya. Studi ini dilaksanakan di Kota Makassar, yaitu di Radio Delta FM, Smart FM, Prambors FM dan I-Radio. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif kualitatif. Informan dalam studi ini dipilih melalui teknik purposive sampling berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam studi ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi kepustakaan dengan mengkaji buku-buku, hasil studi, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan studi tersebut. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman. Hasil studi ini menunjukkan bahwa perbandingan antara identitas lokal dan identitas nasional radio berjaringan di Kota Makassar sudah sesuai dengan standar regulasi SSJ dalam hal durasi siaran saja. Sedangkan dari segi program siaran, sebagian besar radio berjaringan tersebut cenderung lebih banyak memutarkan lagu dengan selingan topik ringan tanpa adanya muatan lokal. Studi ini juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan upaya yang dilakukan dalam merepresentasikan identitas lokal masing-masing radio berjaringan. Delta FM Makassar dan Prambors FM Makassar merepresentasikan lokalitasnya melalui total jam siaran lokal, sedangkan Smart FM Makassar dan I-Radio Makassar merepresentasikannya melalui jam siaran dan muatan konten lokal. Keywords: identitas lokal; radio berjaringan; regulasi SSJ PENDAHULUAN bagi masyarakat. Memasuki era digital, radio dituntut untuk mampu bersaing di Radio merupakan alat komunikasi tengah kepungan sumber informasi alternatif penting sejak negara Indonesia baru berdiri. yang semakin beragam. Hingga saat ini, Radio digunakan secara luas di bidang radio sebagai media komunikasi massa politik dan menjadi sumber informasi utama dipercaya lebih mudah diakses dan aktual 1 dalam mengakomodasi kebutuhan membuka peluang terjadinya degradasi masyarakat terhadap perwujudan fungsi identitas lokal. media massa itu sendiri. Dari segi prinsip keberagaman, penulis Selain itu, kondisi geografis Indonesia akan lebih fokus pada konsep diversity of yang terdiri dari sekitar 17.500 pulau, juga content radio berjaringan di Kota Makassar menjadi tantangan tersendiri bagi yang juga masih samar-samar dalam perkembangan industri radio. Radio pengimplementasiannya. Muatan lokal diharapkan mampu mendistribusi informasi seringkali hanya sebagai pelengkap dari secara luas dan merata, sesuai dengan konten-konten nasional. Hal ini sejalan segmentasi masing-masing radio, baik dari dengan apa yang diungkapkan Triyono segi demografi, geografi, maupun Lukmantoro (Tempo Interaktif, 2009) psikografi. bahwa selama ini masyarakat di tingkat Maka dari itu, untuk menjawab hal-hal lokal selalu dipaksa untuk melihat tontonan problematis tersebut, Komisi Penyiaran gaya hidup dan persoalan-persoalan yang Indonesia (KPI) yang bertugas mengatur terjadi di Jakarta. Tidak hanya itu, dari semesta penyiaran di negeri ini, aspek bahasa pun sangat jelas bahwa radio diamanatkan untuk merealisasikan prinsip berjaringan di Makassar justru berkiblat diversity of ownership dan diversity of pada gaya berbicara khas Jakarta. content melalui UU Penyiaran No. 32 Berdasarkan uraian di atas, muncullah Tahun 2002 dan Pedoman Perilaku terminologi baru yakni sentralisasi udara Penyiaran dan Standar Program Siaran dimana pemusatan siaran tidak hanya dari (P3SPS) tentang Sistem Stasiun Jaringan segi geografis, tetapi juga arus informasi (SSJ). publik bersumber dari Jakarta, sehingga Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa mempersulit terealisasinya demokratisasi perjuangan menjadikan dunia penyiaran penyiaran. Seperti yang dijelaskan oleh sebagai ruang publik bisa dilakukan dengan Sudibyo (2004:xvii) bahwa semakin jaringan penyiaran dan mengubah regulasi beragam isi siaran sesuai target pendengar, dari sistem penyiaran terpusat dan dikuasai maka semakin demokratislah ranah Jakarta menjadi sistem penyiaran lokal penyiaran kita. berjaringan (Sudibyo, 2004:10). Makassar yang kaya akan kearifan Kebijakan Sistem Stasiun Berjaringan lokalnya justru tidak begitu mendapat sendiri berangkat dari semangat otonomi tempat dalam manajemen penyiaran radio daerah dan desentralisasi. Penulis melihat berjaringan. Padahal sudah kewajiban bagi bahwa keberadaan radio berjaringan di radio lokal untuk memberdayakan potensi Makassar belum mampu mengakomodir daerah yang bersangkutan. Mengingat dengan baik kebutuhan pendengar akan bahwa jangakauan siaran yang terbatas informasi yang berskala lokal. Dalam sehingga konten yang relevan dengan praktek bisnis media, para pengelola radio pendengar adalah yang berkaitan dengan justru menyajikan konten yang bersifat daerah itu sendiri. Masyarakat juga tentu universal dan Jakarta-sentris, sehingga saja membutuhkan selingan informasi yang 2 Jurnal Komunikasi KAREBA Vol. 5 No.1 Januari - Juni 2016 sifatnya nasional maupun global tanpa METODE mencederai local content itu sendiri. Waktu dan Lokasi Studi Tak dapat dipungkiri pula bahwa Studi ini berlangsung selama kurang kehadiran radio berjaringan juga lebih tiga bulan, mulai dari Maret 2016 mempermudah radio lokal dari segi hingga Mei 2016. Adapun lokasi studi ini ekonomi. Pengelola radio di daerah tidak dilaksanakan di Kota Makassar, yaitu di perlu menganggarkan budget yang besar kantor pengelola radio berjaringan Delta untuk programming karena sebagian besar FM, I-Radio, Prambors FM dan Smart FM. program maupun iklan berasal dari mother station. Selain efisien, hal tersebut juga Tipe Studi menjadi solusi bagi terbatasnya SDM yang Studi ini menggunakan metode deskriptif bekerja di industri radio. kualitatif, penulis berusaha memberikan Meski demikian, kelebihan tersebut tidak gambaran mengenai perbandingan antara dapat begitu saja dijadikan pembenaran atas identitas lokal dan identitas nasional radio pembatasan informasi yang didapatkan oleh berjaringan di Kota Makassar, serta upaya pendengar. Dalam hal ini, masyarakat tidak yang dilakukan untuk merepresentasikan bisa terus menerus dilihat sebagai produk identitas lokal masing-masing radio media semata yang akan menyerap begitu berjaringan. saja setiap konten yang disiarkan. Pendengar berhak memperoleh informasi yang sesuai Teknik Pengumpulan Data dengan kondisi sosial kultural di sekitarnya. 1. Data Primer Studi serupa yang membahas tentang Penulis terlebih dahulu melakukan identitas radio sudah cukup banyak. Penulis observasi untuk mendapatkan gambaran merasa bahwa studi ini berbeda karena yang lebih jelas mengenai objek yang belum ada studi yang secara khusus sedang diteliti, sekaligus memahami konsep mengangkat radio berjaringan di Kota dasar terkait identitas lokal dan sentralisasi Makassar sebagai objek studi. Selain itu, udara radio berjaringan di Kota Makassar. identitas lokal dan kaitannya dengan Selanjutnya, penulis akan melakukan regulasi Sistem Stasiun jaringan belum wawancara mendalam (in depth interview) banyak dikaji dalam studi tentang identitas secara tatap muka untuk memperoleh radio tersebut. informasi yang lebih rinci dari narasumber. 2. Data Sekunder Permasalahan Data sekunder digunakan untuk a. Bagaimana perbandingan antara melengkapi data primer yang telah identitas lokal dan identitas nasional diperoleh. Data ini dapat berbentuk jurnal, radio berjaringan di Kota Makassar? skripsi, buku, maupun artikel yang b. Bagaimana upaya radio berjaringan di bersumber dari internet. Kota Makassar dalam merepresentasikan identitas lokal? 3 Teknik Penentuan Informan Teknik Analisis Data Informan dalam studi ini ditentukan Analisis data dalam studi kualitatif menggunakan teknik purposive sampling. dilakukan sejak sebelum turun ke lapangan, Dengan