HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4 (2). 2021. 151-158. DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v4i2.32879

Available online at HISTORIA; Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah website: https://ejournal.upi.edu/index.php/historia HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4 (2). 2021. 151-158

RESEARCH ARTICLE

PERAN INTELIJEN DAN PERANG PSIKOLOGIS PADA AGRESIVITAS KAMPANYE MILITER KEKAISARAN GENGHIS

Novky Asmoro, Syaiful Anwar, Syamsul Maarif1 1Prodi. Ilmu Pertahanan, Universitas Pertahanan Republik Indonesia [email protected]

To cite this article: Asmoro, N., ANwar, S., & Maarif, S. (2021). Peran Intelijen dan perang psikologis pada agresivitas kampanye militer kekaisaran . HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4 (2). 2021. 151-158, DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v4i2.32879.

Naskah diterima : 21 Maret 2021, Naskah direvisi : 5 April 2021, Naskah disetujui : 20 April 2021

Abstract The , which prevailed in the 13th to 14th centuries, was one of the largest empires known in the history of world conquest. The stretch of the empire formed by Genghis Khan almost covers all of Eurasia, whose success story cannot be separated from the exploits of intelligence and psychological warfare that have been applied just like modern wars centuries after. Historical Research analysis in this article will try to juxtapose intelligence theories and psychological warfare so that the story of the Mongolian empire can be a valuable lesson for the study of strategy and philosophy of war as a reference for modern military strategy. The historical analysis process is expected to achieve the research objectives, namely to reveal the extent to which the role of intelligence and psychological warfare has an important position in supporting the successful expansion and success of the empiric Genghis Khan. The success of the Mongols in expanding their colonies was due to several factors, including the strength of leadership and Genghis Khan’s ingenuity in mobilizing intelligence processes and psychological warfare based on elements of terrain and climate, infrastructure, the confidentiality of information and regulations. On the other hand, three factors caused the Mongol empire to collapse: internal conflicts, a change in vision from psychological warfare due to cultural acculturation, and the emergence of new nations that were more resilient in utilizing military alliances, geographical advantages, and more modern war strategies.

Keywords: Defense Strategy; Genghis Khan; Intelligence; Military Campaign; Mongol Empire; Psychological Warfare.

Abstrak Kekaisaran Mongol yang berjaya pada masa abad 13 hingga 14 adalah salah satu imperium terluas yang dikenal dalam sejarah penaklukan dunia. Bentangan kekaisaran bentukan Genghis Khan ini hampir meliputi seluruh Eurasia yang kisah suksesnya tidak lepas dari sepak terjang intelijen dan perang psikologis yang sudah diterapkan selayaknya perang-perang modern berabad abad setelahnya. Analisis Historical Research pada artikel ini akan mencoba menyandingkan teori-teori intelijen dan Perang Psikologis sehingga kisah imperium tersebut dapat menjadi pelajaran berharga bagi kajian strategi dan ilmu filsafat perang sebagai referensi strategi militer modern. Proses analisis sejarah diharapkan mampu mencapai tujuan penelitian yakni mengungkap sejauh mana peran intelijen dan perang psikologis memiliki posisi penting dalam mendukung keberhasilan ekspansi dan kejayaan empirium Genghis Khan. Kesuksesan bangsa Mongol memperluas wilayah jajahannya disebabkan beberapa faktor diantaranya kekuatan leadership dan kecerdikan Genghis Khan dalam menggalang proses intelijen dan perang psikologis berdasarkan unsur medan dan iklim, infrastruktur, kerahasiaan berita dan regulasi. Di sisi lainnya, ada 3 faktor yang menyebabkan kekaisaran Mongol runtuh yakni konflik internal, perubahan visi dari perang psikologis akibat alkulturasi budaya dan munculnya bangsa-bangsa baru yang lebih tangguh dalam memanfaatkan aliansi militer, keunggulan geografis serta strategi perang yang lebih modern.

Kata Kunci: Genghis Khan; Intelijen; Kampanye Militer; Kekaisaran Mongol; Perang Psikologis; Strategi Pertahanan.

HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 151 Novky Asmoro, Syaiful Anwar, Syamsul Maarif Peran Intelijen dan Perang Psikologis pada Agresivitas Kampanye Militer Kekaisaran Genghis Khan

PENDAHULUAN hampir sudah tidak dapat dijumpai lagi kecuali di negara Mongolia saat ini yang wilayah telah jauh menyusut dari Mendiskusikan referensi dari sebuah strategi sebelumnya. militer tentunya tidak bisa lepas dari analisis sejarah Selain fenomena relatif singkatnya usia negeri yang menyandarkan diri dari berbagai milestones Mongol kuno ini, Genghis Khan seperti disampaikan peristiwa perang-perang kontemporer dunia. Dari pada penelitian Carl (2012) merupakan tokoh pendobrak sekian peristiwa kampanye militer yang populer di aristokrasi dan feodalisme serta mengusung keseteraan dunia, sejarah penaklukan bangsa Mongol lewat sang dalam pemerintahan melalui sistem meritokrasi yang pemimpin agungnya Genghis Khan seolah tidak habis kuat. Jenghis menghancurkan sistem feodal berdasarkan dikisahkan. Jika dirangkai, menurut Cleves (1949) keistimewaan bangsawan dan menggantinya dengan imperium ini meliputi wilayah Afghanistan, capaian prestasi, kesetiaan, dan keterikatan dengan Tengah, China, Asia Tengah, Asia Timur (kecuali hukum. Jepang), , Ukraina, Polandia, Hungaria hingga Diyakini bahwa sepak terjang pasukan Mongol Bulgaria. Penaklukan dikenal sebagai penaklukan yang gemilang pada masa itu memang tidak luput dari tersukses di dunia lewat darat (Kavaleri binatang ternak) kuatnya karakter sang pemimpin Genghis Khan dalam disamping imperium Inggris Raya sebagai penaklukan mempromosikan meritokrasi pada sistem pemerintahan tersukses lewat jalur laut (Lane, 2004). dan militernya. Kaisar yang terlahir dengan nama Temujin, yang berarti “Besi” ini secara jenius telah merancang strategi perang yang nilai strategisnya jauh melampaui masanya. Adanya perencanaan dan misi-misi intelijen juga diyakini sebagai faktor utama dari kesuksesan di hampir semua peperangan tanpa melawatkan kekalahan-kekalahan fatal tersebut. Selain mengorganisir pasukan, kemampuan Genghis Khan dalam menekan serta merusak psikologis pasukan lawan juga menjadi fenomena yang unik. Keberadaan perang psikologis atau Psychological Gambar 7.1. Wilayah Imperium Mongol di Masa Penaklukan dan Warfare memang telah bertranformasi dari waktu Negara Mongolia Saat Ini ke waktu. Efektivitas perang ini penting dalam Sumber: Mc Kinney (2020), Mongols Map-Mongol Empire mempengaruhi cepatnya kemenangan sebuah pertempuran dapat diraih. Sebagaimana disampaikan Keberhasilan Genghis Khan mengorganisir Anwar (2021) pada masa perang klasik, seperi kampanye pasukan menjadikan kekaisaran ini sangat cepat militer Genghis Khan, peran perang psikologis dalam menaklukan daerah-daerah yang menjadi target digunakan pasukan Mongol unutk menyebarkan teror penguasaannya. Hampir semua peperangan pimpinan dan ketakutan. Selain penaklukan Mongol, pada sejarah Genghis Khan dan keturunannya selalu diwarnai Romawi Kuno juga dikenal efektivitas perang psikologis pertempuran-pertempuran berdarah dan mematikan. ini ketika terjadi keterbatasan kemampuan tempur. Kisah penghancuran dinasti Muslim Abbasiyah Menurut Różycki (2014) pemimpin militer Romawi di Baghdad tahun 1258 mungkin akan dikenang pada masa itu terus menyemangati dengan pesan-pesan sebagai penaklukan paling dramatis yang pernah ada. heroik sehingga bala tentaranya memiliki semangat Secepat kilat, dinasti yang telah berkuasa hampir 3 berlipat ganda di medan pertempuran. abad itu runtuh ketika Hulaghu Khan menyerbu dan Pada era perang modern pun, eksistensi perang menguasainya hingga kejayaan ilmu pengetahuan serta psikologis juga menjadi faktor penting. Dicantumkannya peradaban Islam pun turut meredup (Jackson, 1978). operasi informasi dengan konten psychological warfare Namun demikian, fenomena menarik juga dan cyber warfare adalah bukti bahwa perang di masa didapatkan ketika imperium yang telah dibangun depan akan lebih banyak beraksi di domain tersebut. Genghis Khan terutama di wilayah-wilayah China, Doktri Angkatan Bersenjata Amerika Serikat secara Persia, Asia Tengah dan Rusia juga berumur relatif khusus menyebutkan bahwa Psychological Operation pendek yakni 90 tahun hingga sekitar 1 abad saja. (PSYOPS) penting dalam mempengruhi kebiasaan dari Penelitian dari Biran (2019) mengindikasikan bahwa pemerintah, grup, aktor, organisasi, dan individu yang sisa-sisa kebudayaan Mongol sebagai bangsa penakluk terlibat dalam masa perang dan damai (US Department yang seharusnya tersisa di daerah-daerah taklukannya of Defene, 2010). Secara spesifik dinyatkana bahwa

HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 152 HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4 (2). 2021. 151-158. DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v4i2.32879 perang psikologis tersebut merupakan penggunaan penting, yaitu: Heuristik, Kritik Sumber, Interperetasi, propaganda terencana dan tindakan psikologis lainnya dan Historiografi (Gottschalk, 1975). Hal ini terkait yang mempunyai tujuan utama mempengaruhi bahwasannya misi pasukan Mongol secara Time Lines pendapat, emosi, sikap, dan perilaku kelompok asing telah berlangsung dalam periode Genghis Khan hingga yang bermusuhan guna mendukung pencapaian tujuan beberapa cucu dari klan Khan terakhir. Untuk itu perlu nasional. adanya upaya analisis yang berangkat dari awal sejarah Secara tegas pula, khusus bagi TNI aspek psikologis penaklukan sehingga untuk meng-capture seoptimal ini sangat penting dalam fungsi pembinaan kemampuan mungkin data serta kronologis peristiwa yang ada. TNI dalah hal Penangkalan. Pada Doktrin TNI Tri Melalui pendekatan tersebut diharapkan akan terkumpul Dharma Eka Karma, fungsi Penangkalan mempunyai data empririk yang relevan dengan obyek penelitian aspek psikologis untuk diperhitungkan oleh musuh atau sehingga mampu menganalisis beberapa dampak lawan sehingga mereka mengurungkan niatnya untuk dan tren yang akan berkembang dalam menguraikan melakukan tindakan yang akan mengancam kedaulatan permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa sebagai upaya antisipatif di masa mendatang (Gay, (Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018) 1996). Disamping itu, analisis juga akan mengkaitkan Gerakan intelijen pasukan Mongol harus sabar beberapa fenomena menarik yang terjadi semenjak melewatkan waktu penggalangan hingga puluhan tahun sepak terjang Genghis Khan dalam mempersatukan sehingga menghasilkan kemenangan-kemenangan telak. suku-suku Mongol, mengorganisir strategi intelijen Jenderal Mongol yakni dan Subutai masyhur dan perang psikologis hingga mencapai kejayaan serta memiliki satuan intelijen yang mampu menjalankan berakhir pada kehancuran yang tragis. fungsinya dalam memenangkan perang di wilayah Eropa Metode yang digunakan adalah metode historis dan Romawi. Kedua panglima tersebut mengorganisir sebagai proses pengkajian, penjelasan, dan penganalisaan pasukan dengan jalan membuat dugaan ilmiah tentang secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa kemauan masing-masing kerajaan untuk membantu lampau (Sjamsuddin, 2007). Proses yang terjadi pada yang lain, dan kemampuan mereka untuk melawan pendekatan ini adalah pencarian sumber, penilaian, sendiri atau bersama. mengartikan, dan menafsirkan fakta-fakta masa lalu Beberapa pengorganisasian dan taktik dijalankan untuk kemudian dianalisis serta didapatkan kesimpulan pasukan Mongol antara lain mengalihkan sungai dari dari peristiwa sejarah tersebut. Sebagaimana disampaikan kota, menutup perbekalan ke kota dan menunggu Kuntowijoyo (2005), penelitian sejarah mempunyai lima penduduknya menyerah, mengumpulkan warga tahap, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan sumber, sipil dari daerah terdekat untuk mengisi garis depan verifikasi, interpretasi: analisia sintesis, dan historiografi. penyerangan kota sebelum memanjat tembok, dan Tahapan tersebut antara lain menjarah daerah sekitarnya. Upaya merusak psikis Pertama, tahap heuritik dimana peneliti terlebih daearah-daerah jajahan dilakukan dengan membunuh dahulu mencari sumber-sumber untuk mendapatkan beberapa orang, kemudian membiarkan beberapa yang data atau evidensi sejarah (Sjamsuddin, 2007). Pada selamat melarikan diri ke pusat kota untuk melaporkan tahap ini peneliti mulai mencari sumber-sumber data kerugian mereka kepada penduduk utama untuk yang relevan dalam penulisan artikel ini. Pencarian melemahkan perlawanan, sekaligus menguras sumber dan pengumpulan data ini didapatkan dengan jalan daya kota. Berbekal kombinasi dengan perang psikologis membaca serta mempelajari beberapa data sekunder yang efektif, hampir semua daerah taklukan selalu melalui bahan bacaan artikel pada jurnal nasional didapati kondisi psikologis pasukan lawan sehingga maupun internasional, buku, e-book dan produk bacaan sekutu-sekutu Genghis Khan justru banyak berasal dari lainnya. Upaya tersebut diikuti juga dengan mendatangi pasukan-pasukan yang seharusnya menjadi lawannya. perpustakaan dan sumber bacaan untuk kemudian materi yang relevan akan dipilah dan dicatat dari mulai buku, dokumen ataupun artikel yang berhubungan METODE dengan topik penelitian. Guna mengeksplorasi terkait analisis tentang Kedua adalah tahap kritik sumber. Pada tahap peran intelijen dan perang psikologis pada agresivitas ini memiliki tantangan tersendiri ketika ini sejarawan kampanye militer kekaisaran Genghis Khan maka dihadapkan pada kesulitan yang sangat besar dalam ditetapkan bentuk metode historis. Langkah-langkah penelitian sejarah, karena kebenaran sejarah itu sendiri penelitian tersebut mengacu pada proses metodologi tidak bisa didapatkan secara langsung dan karena penelitian sejarah yang mengandung empat langkah sifat sumber sejarah yang tidak lagi lengkap dan sulit HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 153 Novky Asmoro, Syaiful Anwar, Syamsul Maarif Peran Intelijen dan Perang Psikologis pada Agresivitas Kampanye Militer Kekaisaran Genghis Khan menemukan sumber-sumber yang diperlukan serta rangka mengkontruksi peristiwa-peristiwa atau kejadian dapat dipercaya (Ismaun, 2005). Tahap kritik sumber di masa lampau agar dapat didajikan kesimpulan dalam mimiliki dua macam kritik yang, yakni kritik eksternal bentuk tulisan sejarah. untuk meneliti ontentisitas sumber, dan kritik internal Guna mendapatkan theoritical sense yang lebih untuk meneliti kredibilitas sumber (Kuntowijoyo, 2005). tepat maka pengumpulan data dari berbagai responden. Oleh sebab itu, sumber yang sudah dikumpulkan akan Penelitian sejarah yang menitikberatkan pada proses dipilah melalui dua proses yaitu, kritik eksternal dan wawancara memerlukan kejelian menetapkan responden internal guna menilai keaslian dan ottentifikasi sumber atau narasumber. Sebagian adalah responden yang data atau narasumbernya. Pada langkah ini, peneliti memiliki latar belakang ahli sejarah militer, sejarawan melakukan kritik eksternal terhadap beberapa buku perang klasik, dosen ilmu sejarah perang hingga sejarah yang mengulas gearakan ekspansi kekaisaran dosen strategi pertahanan kontemporer. Kesemuanya Mongol dan salah satunya adalah buku berjudul Dari merupakan expert advice. Sebagai sample terhadap unit Puncak Barbar Penaklukan Mongol Ke Dunia Islam analisis akan tepat dalam merepresentasikan efektifitas Hingga Menjadi Muslim karangan Peter Jackson (2019). pasukan Mongol dalam menaklukan bangsa-bangsa Buku ini dinilai kredibel karena penulis buku tersebut koloninya. adalah sejarawan internasional yang professional Analisis penelitian sejarah tetap memenuhi kaidah meneliti terkait sejarah Mongol. Oleh karenanya penulis penelitian kualitatif yang menerapkan prinsip validitas dinilai mumpuni pengetahuan serta wawasannya dalam data diantaranya construct validity dimana penelitia memahami sejarah penaklukan imperium Mongol. akan membuktikan bahwa sebuah penelitian kualitatif Berikutnya adalah tahap interpretasi. Penulis bukanlah penelitian yang subyektif. Penelitian kualitatif melakukan interpretasi terhadap fakta-fakta yang harus memiliki derajat kesesuaian dengan teori atau didapatkan baik dari sumber tertulis. Fakta-fakta yang definisi yang ada selayaknya sebuah penelitian ilmiah. telah dikumpulkan akan dihubungkan satu dengan Hal ini akan menjadikan sebuah penelitian kualitatif lainnya, sehingga setiap fakta menjadi rangkaian memiliki obyektifitas yang kuat berdasarkan teori yang peristiwa yang saling berhubungan. Pada tahapan ini ada (theoretical sense). Pada interval validity, proses dilaksanakan pemilahan dan penerjemahan setiap fakta triangulasi adalah faktor yang terpenting baik yang dan data yang telah diperoleh dan dianggap relevan berdasarkan keragaman sumber data, investigator, lokasi dalam mendukung penelitian ini. Pada prinsipnya tahap dan sebagainya (Denzin dan Lincoln, 1994). interpretasi ini merupakan langkah antisipasi terhadap Oleh sebab itu peneliti melakukan pengumpulan penyimpangan data dalam hal relevansinya dengan topik data primer maupun sekunder yang valid dari berbagai yang akan diteliti dan kemudian dituliskan tersebut. responden yang juga reliable tingkat kepakarannya. Tahap terakhir adalah tahap historiografi. dimana Sedangkan external validity, peneliti akan membuat hasil seorang sejarawan menggunakan kemampuan daya penelitian yang mampu digeneralisir sebagai perspektif pikirnya. Upaya tersebut tidak hanya terkait kemampuan umum dari objek penelitian bahkan mampu diatribusi penggunaan kutipan, catatan-catatan tetapi juga cara pada peristiwa sejarah lainnya. Guna mencapai reliabilitas berfikir kritis dan analisanya. Pada akhirnya langkah ini data yang tinggi, penelitan kualitatif sejarah dengan akan menghasilkan pemikiran sintesis dari keseluruhan metode interpretasi akan mengkonfirmasi hasil olahan hasil penemuan atau penelitian secara utuh (Sjamsuddin, datanya berdasarkan proses Triangulasi baik terkait, 2012). Historiografi sebagai upaya penulisan kembali metode, sumber responden dan waktu sehingga akurasi sejarah merupakan tahapan penelitian, dan pelaporan hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan. hasil yang dipaparkan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan. Gottschalk (2008) menyatakan bahwa historiografi adalah proses membangun imajinasi PEMBAHASAN dari masa lalu dengan didasarkan pada fakta dan Data dan fakta yang dianalisis serta dielaborasi secara data yang telah didapatkan dengan menggunakan spesifik diharapkan akan menghasilkan lesson learned metode sejarah. Sementara itu Abdurahman (2007) yang dapat diambil manfaatnya guna pengembangan menyampaikan bahwa histografi adalah sebuah usaha kajian strategi kampanye militer kontemporer. penelitian dan memaparkan atau pelaporan hasil dari Menjadi tantangan tersendiri ketika Historical Research penelitian sejarah. Berdasarkan hal tersebut, maka berdasarkan fenomena sejarah masa lalu harus dapat dapat dikatakan bahwa historiografi merupakan langkah dianalisis secara akurat guna proyeksi masa depan (Gay, yang dilakukan oleh peneliti untuk berimajinasi dalam 1996)

HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 154 HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4 (2). 2021. 151-158. DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v4i2.32879

Faktor yang Mempengaruhi Intelijen dan Perang titik lemah, sifat dan sistem kepemimpinannya, orang- Psikologis orang kepercayaannya, daya dukung yang dimiliki baik Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses yang berasal dari diri sendiri atau diperoleh dari sumber- intelijen dalam suatu operasi intelijen modern dapat sumber lain, termasuk sumber daya manusia, keuangan, dikelompokkan menjadi beberapa bagian, antara lain kesenjataan, bahan baku. Dengan memiliki pengetahuan medan dan iklim, infrastruktur, kerahasiaan berita tentang kelemahan atau kekuatan lawan, artinya sudah dan regulasi (Thambrata, 2012). Jika mempelajari setengah berhasil menaklukkan lawan. Oleh sebab itu, petualangan bangsa Mongol ketika menaklukan negeri- efektivitas operasi intelijen pasukan Genghis Khan negeri jajahannya, akan ditemukan hal menarik yakni begitu superior ketika peran intelijennya berjalan secara sebaran pasukan ini dapat menyasar daerah-daerah yang sistematis. berbeda kondisi iklim serta medannya. Selain faktor iklim dan medan, fakta menarik yang Jika dijabarkan lebih lanjut, keterkaitan antara masih terkait iklim dan medan bahwa ada kontradiksi faktor keberhasilan operasi intelijen dan perang teoritis. Walaupun secara fisiologis, orang-orang Mongol psikologis terhadap keberadaan medan operasi yakni lebih banyak mendiami wilayah Asia Tengah dengan iklim bahwa medan tersebut dapat memperkuat proses hangat dan basah, namun ternyata budaya nomaden yang intelijen yang mengalihkan sumber daya dan perhatian membuat gerak Genghis Khan dan prajuritnya seakan kepada dukungan bagi para pasukan di medan tempur tanpa batas. Faktor iklim pada kasus tersbut seakan secara berjangka panjang (Jemadu, 2007). Oleh karena bukan penghalang terhadap keberhasilan intelijen dan itu, peran intelijen dapat menjadi sangat penting dalam perang psikologis. Sebut saja, ketika pasukan Mongol pembuatan keputusan dan tindakan pasukan Genghis menduduki wilayah-wilayah stepa di Rusia, maka secara Khan dalam mengenali situasi dan kegiatan dari bakal hampir bersamaan kelompok lain dapat menundukkan negeri-negeri yang akan diokupasinya. Namun, sesuai Xia Barat, Dinasti Jin dan Dinasti Song di China antara kaidah operasi intelijen, kegiatan pengumpulan data dan tahun 1209-1279. Di penjuru lainnya, pasukan-pasukan analisa intelijen prajurit Mongol tetap menjadi misi yang berkuda Mongol tanpa ampun menghancurkan teritori memerlukan kekuatan komando dari jenderal-jenderal beriklim dingin di Eropa Timur, Siberia hingga Turki. di medan tempur. Berbekal perencanaan, kesabaran dan penguasaan medan yang dominan, menjadi faktor yang penting ketika hampir seluruh penghancuran wilayah yang dilalui Mongol tanpa ada perlawanan berarti. Menghubungkan efektivitas intelijen dengan pengaruh medan dan iklim, maka penggunaan intelijen akan memahamkan pasukan Mongol akan pentingnya intelijen dengan keberhasilan operasi. Potensi yang dimiliki intelijen ini utamanya adalah untuk menggali informasi dan mengenali musuh. Hal ini filosof dan ahli strategi Sun Tzu (Laszlo, 2000) mengatakan: Gambar 7.2. Pola Serangan Mongol dalam Battle of Mohi di Sungai …siapa yang memiliki pengetahuan mendalam Sajo Hungaria tentang diri sendiri dan diri musuhnya, akhirnya Sumber: Ervin (1985), Military History of Hungary akan memenangkan semua pertempuran. Siapa yang mengenal diri sendiri, tetapi tidak mengenal Pertempuran Mohi di tahun 1241 adalah bukti kehebatan diri musuhnya, hanya mempunyai peluang sama kekaisaran Mongol mampu meluluh lantakkan Hungaria besar untuk menang. Siapa yang tidak mengenal meskipun dalam kondisi musim dingin. Kemenangan diri sendiri atau diri musuhnya akan kalah di semua pada Battle of Mohi semakin tak membendung ambisi medan pertempuran….Kenali musuhmu dan Subutai, salah satu jenderal terbaik Mongol untuk dirimu, maka kemenangan takkan tergoyahkan, dan menguasai Eropa Timur secara keseluruhan (Laszlo, dengan mengenal medan dan cuaca, kemenanganmu 2000). akan lengkap Peperangan di masa lalu, membuat keberadaan intelijen hanya mengandalkan infrastruktur dan sumber Sebagaimana pemikiran filsuf dan ahli militer klasik daya manusia saja. Situasi ini terkait dengan sumber daya Sun Tzu bahwa mengenali lawan adalah hal yang utama. militer di masa lalu termasuk kekaisaran Mongol yang Setiap ingin menghancurkan lawan perlu mengetahui saat itu belum mengenal teknologi sistem komunikasi dan informasi seperti saat ini. HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 155 Novky Asmoro, Syaiful Anwar, Syamsul Maarif Peran Intelijen dan Perang Psikologis pada Agresivitas Kampanye Militer Kekaisaran Genghis Khan

Belum terpenuhinya teknologi tersebut, praktis perang generasi kedua diciptakan oleh militer AS sistem komando dan kendali pasukan masih sangat pada tahun 1989. sederhana termasuk operasi intelijen yang hanya dipenuhi 3. Peperangan generasi ketiga berfokus pada lewat manuver-manuver prajurit dalam memanfaatkan penggunaan taktik yang diturunkan dari teknologi penguasaan medan, keterampilan keprajuritannya modern akhir untuk meningkatkan kecepatan dan semata dan kekuatan leadership Genghis Khan di teknologi material siluman, untuk melewati garis masa awal imperium ini. Kehandalan prajurit Mongol musuh dan menghancurkan pasukan dari belakang. dengan kemampuan mobilitas tinggi serta ketangguhan Pada dasarnya, ini adalah akhir dari peperangan penguasaan medannya menopang kesabaran para aktor linier pada tingkat taktis, dengan unit-unit yang intelijen sehingga terbukti efektif ketika harus selama berusaha tidak hanya untuk bertemu satu sama berpuluh tahun menyatu dengan masyarakat di wilayah- lain secara langsung tetapi untuk saling bersiasat wilayah akan menjadi taklukannya. Sebagaimana mendapatkan keuntungan terbesar. disampaikan Ratchnevsky (1991) kehandalan pasukan 4. Peperangan generasi keempat seperti yang Mongol membuktikan bahwa berbekal kepemimpinan disajikan oleh Lind et al. dicirikan oleh kembalinya para panglima Mongol yang tangguh, turut membentuk “post-modern” ke bentuk-bentuk perang yang kemahiran prajurit di bidang seni pertempuran dan terdesentralisasi, kaburnya garis antara perang dan intelijen. Sementara kebengisan dalam menghabisi politik, kombatan dan warga sipil karena hilangnya setiap lawan adalah representasi dari tempaan alami negara-bangsa atas dominasi dari hampir-seluruh sebagai bangsa nomaden yang selalu diwarnai konflik- kekuatan pasukan tempur. konflik kesukuan. Oleh sebab itu, jika merujuk pada generasi perang di atas, maka era dinasti Genghis Khan dan para klannya berada pada teknologi perang generasi ke- 1. Secara umum selain peran intelijen, kemampuan perang psikologi Mongol juga membawa nilai strategis tersendiri. Salah satu kekhasan psywar-nya adalah memancing musuh untuk menyerang ke posisi yang rentan, kemudian menghilang ke dalam hutan atau di balik bukit sementara pasukan sayap Mongol yang sudah berada di posisi strategis akan muncul entah dari kiri, kanan dan/atau dari belakang pasukan lawannya. Gambar 7.3. Sebaran Serangan Pasukan Genghis Khan Sumber: https://historiarex.com Pendadakan tersebut umumnya berakhir dengan pembantaian brutal ke penduduk negeri-negeri koloni Sebagai ilustrasi, sebelum invasi ke Eropa, Batu kekaisaran Mongol. Tindakan prajurit Mongol tersebut dan Subutai, militer Mongol telah mengirim mata- benar-benar sukses merusak psikis dan mental lawan. mata selama hampir sepuluh tahun ke jantung Eropa, Ketika pasukan Mongol membiarkan sebagian penduduk membuat peta dari jalan-jalan Romawi, melihat rute dengan sengaja untuk tidak dihabisi seluruhnya, semata- perdagangan, dan menentukan tingkat kemampuan mata hanya sebagai cara menebar teror ke wilayah yang masing-masing kerajaan untuk melawan invasi. Hasil menjadi tempat pelarian para pengungsi tersebut. dari kesabaran itu adalah taktik serbuan kilat pasukan Mongol menghabisi setiap wilayah koloninya. Kejayaan dan Keruntuhan Kekaisaran Mongol Terkait masalah kerahasiaan berita dan aturan Gerak agresif bangsa Mongol dalam membumi peperangan, hal ini berhubungan dengan generasi hanguskan setiap daerah yang dilewati memang semakin peperangan dengan klasifikasi (Lind, et.al., 1989): tak terbendung. Penaklukan demi penaklukan tidak 1. Peperangan generasi pertama mengacu pada pernah berhenti ketika para klan keturunan Genghis pertempuran Kuno dan Pasca-klasik yang Khan seperti , Ilkhanat, Chagatai dan bertempur dengan banyak tenaga, menggunakan (Gerombolan Emas) semakin meluaskan daerah-daerah taktik alat perlindungan tameng, garis dan kolom kekuasaan imperium Mongol terutama di wilayah Rusia, dengan tentara berseragam yang diatur oleh negara. China, Persia, Asia Tengah hingga anak benua India. 2. Peperangan generasi kedua adalah taktik modern Strategi pertempuran modern yang dikombinasikan awal yang ditandai dengan penemuan senapan dengan kuatnya leadership para jenderal pasukan dan senjata dan berlanjut melalui pengembangan Mongol adalah kunci kisah kesuksesan bangsa Mongol. senapan mesin dan tembakan tidak langsung. Istilah HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 156 HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, 4 (2). 2021. 151-158. DOI: https://doi.org/10.17509/historia.v4i2.32879

Tingkat keberhasilan penaklukan Mongol dapat Selain rongrongan pengkhianatan yang terus dilihat dari beberapa indikator antara lain luasnya menerus menerpa dinasti Khan, semakin lama wilayah koloni, kecepatan serbuan hingga efektivitas agresivitas para panglima Mongol sudah tidak seberingas sistem meritokrasi dalam struktur organisasi militer sebelumnya. Ada semacam pergeseran visi perang maupun pemerintahan (Manz, 2011). Keberadaan psikologis yang terjadi di masa akhir kekaisaran Mongol. luasnya cakupan imperium dan taktik sapuan kilat Daya dobrak kampanye militer pasukan Mongol untuk Mongol memang menjadi hal mengagumkan dalam menghabisi secara total seluruh daerah yang akan sejarah peperangan dunia. Semakin menarik lagi ketika dijarahnya seolah mulai mengendur ketika terjadi sistem meritokrasi yang awalnya dipandang skeptis interaksi sosial budaya. Di Cina, bangsa Mongol semakin karena melawan kebiasaan aristokrasi Asia justru membaur dengan suku asli bangsa Han. Mereka bahkan membawa kegemilangan bagi Mongol. Banyak dijumpai juga turut menyerap kepercayaan orang Cina, seperti bahwa ternyata para panglima perang Mongol yang pada ajaran Konfunsianisme, Taoisme ataupun Buddha, dan awalnya adalah musuh-musuh Genghis Khan berbalik meninggalkan Shamanisme serta Tengirisme ataupun mendukung ketika berhasil dikondisikan dengan sistem ajaran pagan asli nenek moyang mereka. meritokrasi ini. Di India, Asia Tengah dan Persia, orang Mongol Ketangguhan pasukan Mongol terus menunjukkan justru menjadi Muslim. Mereka bahkan memiliki andil dominasi ketika akhirnya di sekitar tahun 1260, berawal penting dalam mengembangkan kerajaan-kerajaan dari terdesaknya prajurit-prajurit Mongol dalam bercorak Islam di wilayah tersebut. Pada masa itu menghadapi pasukan Muslim Mamluk, tanda-tanda berjaya satu dinasti Muslim yang sangat luas wilayahnya kemunduran mulai nampak. Ekspedisi demi ekspedisi yakni Kesultanan Mughal (sebutan Mongol dalam versi tidak mendapatkan hasil baik ketika gerak maju Mongol Indo-aryan) yang berkuasa lebih dari 2 abad di wilayah gagal menguasai Jepang, sebagian Eropa Timur dan Hindustan, Asia Selatan. Lamanya Dinasti Mughal Eropa Barat. Memang tidak seluruhnya kegagalan itu bahkan lebih panjang dari masa pemerintahan imperium disebabkan taktik militer, terhentinya laju ekspansi ke Mongol sebagai bangsa leluhurnya. Eropa Barat diyakini karena sang kaisar saat itu Ogadai Kegagalan Mongol menaklukan beberapa wilayah Khan meninggal dunia di tahun 1242. Paling tidak ada seperti Volga Bulgaria di tahun 1223, Dai Vet tahun 3 faktor yang menyebabkan kekaisaran Mongol sirna 1257, 1285 & 1288 dan Champa (Vietnam) tahun 1283 antara lain konflik internal, perubahan visi dari perang adalah bukti bahwa bala tentara tersebut juga tidak luput psikologis dan munculnya kekuatan baru. dari kekalahan-kekalahan tragis. Negeri-negeri yang Walaupun kekaisaran Mongol berjaya dengan memiliki strategi bertempur, geografis dan sekutu yang sistem meritokrasi yang diwariskan Genghis Khan kuat menjadi lawan terberat Mongol. Taktik serangan namun ternyata upaya ini tidak sepenuhnya diterima darat, pengepungan dan berbagai upaya intelijen serta fihak klan lainnya. Puluhan pemberontakan dan perang disepsi pada kampanye militer Mongol dinilai sudah saudara pecah yang mengakibatkan ketidakstabilan usang dan mudah dipatahkan. Kehadiran bangsa dan pemerintahan Mongol. Kebijakan Genghis Khan yang kerajaan besar yang kuat seperti Tsar Rusia, Dinasti membagi wilayah Mongol menjadi empat kekuasaan Ming di China, Kekhalifahan Islam Turki Utsmani untuk putra dan kerabatnya seolah menjadi pintu masuk dan Kesultanan Mughal di India turut mempercepat meluasnya upaya pemberontakan tersebut. lenyapnya kekaisaran Mongol secara mutlak di abad ke- Pada saat itu, berkuasa empat imperium Mongol 19. yang masyhur yakni Jochi/Yuan (Cina), Kekhanan Chagatai (Asia Tengah), Ikhanate (Timur Tengah) dan SIMPULAN The Golden Horde (Eropa). Kekalahan Mongol di Ain Kekaisaran Mongol akan selalu dikenang bahwa Jalut oleh pasukan muslim Malmuk, kegagalan Kubilai kejayaan dan kehancuran negeri yang besar karena Khan menundukkan Jawa dan mundurnya prajurit pertempuran akan membawa pelajaran tersendiri Mongol di jazirah Arab dan Israel adalah indikasi terutama dari aspek strategi militer. Ada pun kekuatan pasukan tersebut sudah menurun. Ironisnya kesimpulan dari kisah penaklukan Imperium Mongol keporak-porandaan Mongol kala itu justru disebabkan terkait peran intelijen dan perang psikologis antara dua aktor kerabat Khan yang lain, yakni Khan lain bahwa kesuksesan bangsa Mongol memperluas yang menghalau Hulaghu Khan di Timur Tengah dan dan menancapkan dominasi di wilayah jajahannya Timurleng menamatkan riwayat pasukan Chagatai Khan diawali oleh faktor kecerdikan Genghis Khan dalam di Asia Tengah. menggalang proses intelijen dan perang psikologis

HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 157 Novky Asmoro, Syaiful Anwar, Syamsul Maarif Peran Intelijen dan Perang Psikologis pada Agresivitas Kampanye Militer Kekaisaran Genghis Khan yang menyandarkan diri dari unsur medan dan iklim, Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018, infrastruktur, kerahasiaan berita dan regulasi. Doktrin TNI Tri Dharma Eka Karma Disamping itu taktik pertempuran kavaleri darat para Lane, G. (2004). Genghis khan and mongol rule. Westport, panglima perang Mongol terkait pengepungan, serangan CT: Greenwood lambung, desepsi, tipu muslihat dan pemberangusan László, Markó (2000). Great honours of the hungarian serta penjarahan yang dikombinasikan dengan leadership state. Budapest: Magyar Könyvklub. dan sistem Meritokrasi adalah kunci keberhasilan Lind, W. S., Nightengale, K., Schmitt, John F., Sutton, Mongol dalam setiap pertempurannya dengan hasil Joseph W., Wilson, Gary I. (1989). The changing gemilang. Pada akhirnya Kekaisaran Mongol yang efektif face of war: into the fourth generation. Marine Corps dengan serangan cepatnya ternyata tidak cukup berhasil Gazette, pp. 22–26 mempertahankan kelanggengan kekuasaannya. Paling Liptai, E. (1985). Military history of hungary. Budapest: tidak ada 3 faktor yang menyebabkan kekaisaran Mongol Zrínyi Katonai Kiadó. lenyap antara lain konflik internal para klan dinasti Lykke Jr. A. F. (1998). Military strategy: theory and Khan, perubahan visi dari perang psikologis akibat application carlisle. PA: U.S. Army War College. alkulturasi budaya dan munculnya bangsa-bangsa baru Manz, B. F. (2011). The new cambridge . yang lebih tangguh dalam memanfaatkan aliansi militer, Cambridge University Press. keunggulan geografis serta strategi perang yang lebih Mutopo, W. I. (2017). Psychologycal operations (psyops) modern. adalah untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat. Diakses dari https://www.kemhan. REFERENSI go.id, diakses pada tanggal 13 Maret 2021. Anwar, S. (2021). Materi mata kuliah sejarah perang: Ratchnevsky, P. (1991). Genghis khan: his life and invasi dan penaklukan mongolia: genghis khan dan legacy [Čingis-Khan: sein Leben und Wirken]. strategi peperangan. Jakarta: Unhan RI. Thomas Nivison Haining. Oxford, UK; Cambridge, Biran, M (ed.). (2019). Mobility Transformations and Massachusetts, US: B. Blackwell. cultural exchange in mongol eurasia. Journal of the Rolington, Alfred (2013). Strategic intelligence for the Economic and Social History of the Orient, 62 21st century: the mosaic method. Oxford University Carl, B. M. (2012). The laws of genghis khan. Law and Press. Business Review of the Americas. Volume 18, No. 2 Różycki, Ł. (2014). Fear-elements of slavic psychological Cleves, F.W (1949). The mongol names and terms in warfare in the context of selected late roman the history of the nation of the archers by grigor of sources. Journal of Ancient History and Archeology akanc. Harvard Journal of Asiatic Studies, XII No. 2.1/2015 Deibel, T. L. (2014). Foreign affairs strategy: logic for Stark, B. (2016). Intelligence101: the intelligence cycle: american statecraft. The National War College: an introduction to direction, collection, analysis & Cambridge University Press. dissemination of intelligence, diakses dari http:// Denzin, N. K. & Lincoln, Yvonna S. (1994). Handbook of www.intelligence101.com. Pada tanggal 13 Maret qualitative research. Sage Publications. 2021. Gay, L.R (1996). Educational research: competencies Sternberg, R. J. (2019). A theory of adaptive intelligence for analysis and application, Retrieved March and its relation to general intelligence. Journal of 7, 2021, diakses dari http://www.cedu.niu. Intelligence. edu/~sorensen/502/criteria_sets/lrgay.htm, pada Thambrata (2016).Artikel pertahanan: intelijen untuk tanggal 6 Maret 2021 kepentingan pertahanan negara. Lembaga Kajian Jackson, Peter (2017). Dari puncak barbar, penaklukan Pertahanan Strategis (Keris), https://lembagakeris. mongol ke dunia islam hingga menjadi muslim. net. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta. Tippe, S. (2017). Ilmu pertahanan: sejarah, konsep, Jackson, Peter (1978). The dissolution of the mongol teori dan implementasi. Depok: Penerbit Salemba empire. Central Asiatic Journal, 32 Humanika. Jemadu, A. (2007). Praktek-Praktek intelijen dan Townshend, C. (2000). The oxford history of modern war. pengawasan demokratis-pandangan Praktis, Oxford University Press. Kelompok Kerja Intelijen DCAF, Geneva Centre For Wahyuni, S. (2012). Qualitative research method : theory The Democratic Control of Armed Forces (DCAF), and practice. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Publikasi DCAF-FES SSR Vol. II Yin, R.K. (2003). The case study research design and methods. London, Sage Publication Inc.

HISTORIA: Jurnal Pendidik dan Peneliti Sejarah, p-issn:2620-4789 | e-issn:2615-7993 158