5/23/2016
MANAJEMEN ANGKUTAN UMUM
Latar Belakang
Angkutan Umum sebagai Obat Mujarab Permasahalan Transportasi Perkotaan
1 5/23/2016
3
Singapura di Tahun 1970-an
2 5/23/2016
Singapura Saat Ini
5
Korea tahun 1990-an
6
3 5/23/2016
Korea Saat Ini
7
PROGRAM PEMBANGUNAN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN
TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN SEBAGAI PROGRAM NASIONAL (NKRI) (Bukan hanya program Kemenhub, bukan hanya program Pemda, dan bukan hanya program Perum DAMRI/PPD)
Merupakan visi dan misi Sesuai Dengan Pemerintahan Jokowi-JK Dituangkan dalam Amanat UU 22/2009 (Nawa Cita) sebagai satu- RPJMN 2015-2019 & PP 74/2013 satunya visi Pemerintah dan (Perpres No. 2/2015) Pemda
Telah dituangkan dalam Seharusnya Seharusnya didukung dan Renstra Kemenhub didukung dalam program dituangkan dalam Renstra 2015-2019 Kementerian/Lembaga 2015-2019 di Pemda terkait (KM No. KP.430/2015) terkait
4 5/23/2016
KEWAJIBAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM
UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LLAJ “ Pasal 139 ”
• Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota antarprovinsi serta lintas batas negara; • Pemerintah Daerah Provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam provinsi; • Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. • Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RPJMN 2015-2019
6.6.2 MEMBANGUN TRANSPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN
SASARAN 1. MENINGKATKAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN A. MODAL SHARE (PANGSA PASAR) ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI KOTA MEGAPOLITAN/METROPOLITAN/BESAR MINIMAL 32 PERSEN B. JUMLAH KOTA YANG MENERAPKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS JALAN DAN/ATAU REL PADA 34 KOTA 2. MENINGKATNYA KINERJA LALU LINTAS JALAN PERKOTAAN YANG DI UKUR DENGAN KECEPATAN LALU LINTAS JALAN NASIONAL DI KOTA-KOTA METROPOLITAN/BESAR MINIMAL 20 KM/JAM
5 5/23/2016
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN
3.1.2. ISU STRATEGIS 2 : MEMBANGUN TRASPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN
3.1.2.1 MENGEMBANGKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL YANG MODERN DAN MAJU DENGAN ORIENTASI KEPADA BUS MAUPUN REL SERTA DILENGKAPI DENGAN FASILITAS ALIH MODA TERPADU Untuk mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus dan rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu, beberapa strategi yang dilakukan mencakup: 1. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT di wilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang 2. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: batam, medan, palembang, jakarta, bandung, semarang, yogyakarta, surabaya, denpasar dan makassar 3. Pengembangan BRT di 34 kota besar beserta fasilitas pendukungnya antara lain Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, Dan Ambon 4. Penyediaan dana subsidi/PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019
4.1.3 KAPASITAS TRANSPORTASI
4.1.3.1 MENINGKATNYA KAPASITAS SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI DAN KETERPADUAN SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA/MULTIMODA 1. PENINGKATAN KAPASITAS PRASARANA 2. PENINGKATAN KAPASITAS SARANA, DENGAN TARGET CAPAIAN S/D TAHUN 2019 SEBESAR 3.955 BUS/UNIT/KAPAL, MELIPUTI: A. JUMLAH PENGADAAN BUS BRT YANG ADA PADA BASELINE TAHUN 2014 SEBANYAK 303 BUS DAN DI TARGETKAN SEBANYAK 3.473 BUS SAMPAI TAHUN 2019
4.1.3.3 MENINGKATNYA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN UNTUK MENCAPAI SASARAN KEMENHUB MENETAPKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015-2019, YAITU: 1. JUMLAH WILAYAH PERKOTAAN YANG MENERAPKAN SISTEM ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN DAN KERETA API, DENGAN TARGET CAPAIAN S/D TAHUN 2019 SEBANYAK 47 LOKASI : TRANSPORTASI DARAT MELALUI PENGADAAN BUS BRT DENGAN BASELINE 2014 SEBANYAK 18 LOKASI DAN DITARGETKAN SAMPAI 2019 SEBANYAK 34 LOKASI
6 5/23/2016
PREDICT AND PROVIDE VS. PREDICT AND MANAGE “PREDICT AND PROVIDE”
“PREDICT AND MANAGE”
PUSH AND PULL POLICY
Kebijakan Efek Dorong (PUSH): Kebijakan Efek Tarik (PULL) Kebijakan pembatasan Kebijakaan keberpihakan pada penggunaan kendaraan pribadi angkutan umum; Kebijakan pembatasan parkir Kebijakan penyediaan fasilitas Dll. pejalan kaki dan NMT. Dll.
7 5/23/2016
5 PILAR KEBIJAKAN (Sesuai Renstra Kemenhub 2015-2019)
Peningkatan Manajemen Transportation Peran Pengembangan dan Rekayasa Penurunan Polusi Demand Angkutan Non Motorized Lalu Lintas Udara dan Suara Management Umum Transport (NMT) (MRLL) (TDM) (Prioritasi)
Pengembangan Perbaikan Gasifikasi ERP Pengembangan Transit System atau Kapasitas Fasilitas Pejalan TOD Jalan Pemanfaatan Perparkiran Kaki Energi Alternatif Pengembangan (Parking Policy) Jaringan dan Penerapan Pengembangan Penerapan Dis-incentive using infrastruktur ATCS / ITS Teknologi Ramah Jalur Sepeda private car Angkutan Umum Lingkungan Masal Manajemen (green transport - Car free day Lalu Lintas environmentally Perbaikan friendly) Intermodalitas dan ANDALALIN Aksesibilitas Angkutan Umum
Perbaikan Sistem Kepemilikan Angkutan Umum
8 5/23/2016
EVOLUSI BRT
PARATRANSIT SEMI BRT FULL BRT
• KAPASITAS ANGKUT • BELUM TERSEDIA LAJUR KHUSUS • LAJUR KHUSUS RENDAH (< 1.000 • MASIH ADA RUTE ANGKUTAN • FEEDER SMP/JAM/ARAH) PARALEL, TETAPI TERBATAS • RUTE DAN KORIDOR TEIRNTEGRASI • RUTE TIDAK • KAPASITAS ANGKUT MASSAL • TIDAK ADA RUTE ANGKUTAN UMUM TERKOORDINASI (1.000-3.000 PNP/JAM/ARAH) PARALEL (> 60%) • TIDAK ADA SHELTER • SHELTER KHUSUS • KAPASITAS ANGKUT MASSAL ( 6.000-20.000 KHUSUS • KENDARAAN NYAMAN PNP/JAM/ARAH) • KURANG NYAMAN • SMART CARD-TICKETING • HIGHER QUALITY STATIONS • MARKETING IDENTITY • DIDUKUNG PARK N RIDE DAN JALUR SEPEDA
UPAYA-UPAYA DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM BRT
1. REFORMASI INSTITUSI Membentuk Badan Pengelola Angkutan Umum, yang bertugas: • Menyediakan pelayanan angkutan umum melalui operator; • Mengumpulkan pendapatan dari angkutan umum (melalui pihak ketiga); • Membayar layanan yang diberikan operator. 2. REFORMASI FINANSIAL • Penetapan tarif berdasarkan skema “Public Service Obligation-PSO/Standar Pelayanan Minimal ”; • Pendanaan dari transportasi untuk transportasi (Parkir, Pajak KB, dll). 3. REFORMASI PERIJINAN • Ijin berdasarkan “Quality Licencing”; • Pemberian ijin melalui tender terbuka. 4. REFORMASI PENGELOLAAN/MANAJEMEN • Operator menyediakan layanan sesuai kontrak yang diperoleh; • Tidak ada transaksi uang dengan awak kendaraan; • Awak kendaraan adalah pegawai perusahaan
9 5/23/2016
MANAJEMEN PENGELOLAAN BRT BERBASIS BUY THE SERVICE DAN QUALITY LICENSING
PENERIMAAN BADAN PENGELOLA ANGKUTAN UMUM NON OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL & PENGELUARAN PENDAPATAN NON OPERASIONAL OPERASIONAL PENERIMAAN PEMBAYARAN OPERASIONAL
MANAJEMEN Produksi: kend - km
menagih PENGEMBANGAN SUBSIDI SISTEM (JIKA DEFISIT) (JIKA SURPLUS) Biaya operasi: kend-km x Rp/km
PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL OPERATOR RUTE 1
PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL OPERATOR RUTE 1
PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL OPERATOR RUTE 1
UPAYA-UPAYA DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM BRT
5. UPGRADE SARANA • Keamanan dan Kenyamanan • Kapasitas Angkut (Konfigurasi/Layout Tempat duduk dan Ruang Berdiri) • Konservasi Energi (Hemat Bahan Bakar, Ramah Lingkungan) • „‰Display Informasi, Fasilitas penyandang cacat. 6. UPGRADE PRASARANA • Jalur (bebas dari gangguan – gangguan(parkir, kendaraan lambat, PKL), Ekslusif Lane/Mixed Traffic) • Kelengkapan (Rambu, Marka, Warning Light) 7. UPGRADE FASILITAS PENDUKUNG • Halte BRT Reguler, Terbuka, Semi Terutup, Tertutup (Permukaan Lantai Tinggi/Sejajar dengan Tinggi Lantai Bus) • Penyediaan “PARK and RIDE” 8. PENINGKATAN MEKANISME OPERASI • SCHEDULE / JADWAL PERJALANAN • TICKETING (Smart Card) • TARIF (Umum / Pelajar) • SUBSIDI / NON SUBSIDI
10 5/23/2016
UPGRADE SARANA (BUS GANDENG, BUS BESAR DAN BUS SEDANG)
TRANS JABODETABEK TRANS JAKARTA
T R A N S M U S I - PALEMBANG TRANS METRO PEKANBARU
CONTOH 1000 BUS BESAR BRT TA. 2015
Hal 22
11 5/23/2016
JALUR DAN LAJUR KHUSUS BRT
12 5/23/2016
“SEKILASWAJAH WAJAH” TRANSPORTASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI KOTA JAKARTA
JUMLAH KENDARAAN > RUANG JALAN
13 5/23/2016
TIDAK SEIMBANG ANTARA SUPPLY VS DEMAND (2012) SUPPLY . Panjang jalan 6.936 km = 48,4 Km2 JARINGAN . Road ratio 7,3% (dari luas wilayah DKI Jakarta) JALAN . Pertumbuhan panjang jalan ± 0,01%/Thn
DEMAND . 25,7 Juta Perjalanan/hari (di Jakarta termasuk Komuter) KEBUTUHAN . 75% (± 19,2 juta perjalanan PERJALANAN menggunakan kendaraan pribadi dari BIAYA Bodetabek) KEMACETAN Diperkirakan . Jumlah kendaraan bermotor di DKI ± Rp. 45.2 Trilyun/ thn 8,37 juta unit (terdiri dari KENDARAAN − Kendaraan pribadi : 8,078 juta (96,5%) pemborosan BBM, BERMOTOR − Angkutan umum : 294 ribu ( 3,5%) biaya operasional . Pertumbuhan rata2. 5 tahun terakhir kendaraan, time (2008-2012) : 8,1% per-thn value, economic value dan . Menggunakan Kendaraan pribadi (R4 & pencemaran energi) MODAL R2) 98% dari Bodetabek. . Menggunakan Angkutan umum 2 % dari SHARE Bodetabek
kemacetan yang luar biasa dengan jumlah perjalanan harian ke dan dari DKI Jakarta sebesar 25,7 juta perjalanan/hari terdiri dari 18,8 juta perjalanan/hari di DKI Jakarta dan 6,9 juta perjalanan/hari Bodetabek ke Jakarta (5,2 juta perjalanan didominasi oleh angkutan pribadi sebanyak 98%,sedangkan proporsi angkutan umum hanya 2% sehingga menyebabkan kemacetan di pintu-pintu masuk jalan ke Jakarta).
PERSENTASE PEMENUHAN KEBUTUHAN PERJALANAN DI DKI JAKARTA
PERBANDINGAN MODAL SHARE TAHUN 2002 DAN 2010
14 5/23/2016
PERDA PROVINSI DKI JAKARTA NO. 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030
Pasal 22 ayat (2) : Untuk mewujudkan sistem dan jaringan transportasi darat yang efisien, terpadu dan menyeluruh ditetapkan target 60% (enam puluh persen) perjalanan penduduk menggunakan angkutan umum dan meningkatkan kecepatan rata-rata jaringan jalan minimum 35 km/jam.
60 % perjalanan orang Min. 35 km/jam
Menggunakan kecepatan rata2 angkutan umum jaringan jalan
IMPLEMENTASI POLA TRANSPORTASI MAKRO
MRT/Subway+KA PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM LRT/Monorail MASSAL BRT/Busway
Pembatasan Penggunaan Kendaraan Bermotor POLA Road Pricing/ERP TRANSPORTASI PEMBATASAN LALU LINTAS MAKRO (PTM) Pengendalian Parkir
Fasilitas Park n Ride
ITS
PENINGKATAN Pelebaran Jln/FO/UP KAPASITAS JARINGAN Pengemb. Jaringan Jln •Pergub No. 103/2007 Pedestrianisasi
Peraturan Gubernur No,103 tahun 2007 tentang Pola Transportasi Makro disusun untuk meningkatkan pelayanan dan penyediaan jasa transportasi yang aman, terpadu, tertib, lancar, nyaman, ekonomis, efisien, efektif, dan terjangkau oleh masyarakat, yang bertujuan untuk menetapkan Rencana Induk Sistem Jaringan Transportasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai perwujudan Tatanan Transportasi Wilayah
15 5/23/2016
PEMBANGUNAN BRT/BUSWAY
BRT BT (BUS RAPID TRANSIT) (BUS TRANSIT) BUS TRANSJAKARTA
• Lajur tidak prioritas • Lajur prioritas (busway) • Waktu tempuh lama • Halte & Bus deck tinggi • Kurang nyaman • Waktu tempuh lebih cepat • Lebih nyaman
STRATEGI RPJMD UNTUK BRT
Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013 – 2017
• Pemenuhan kebutuhan armada busway hingga tahun 2017 direncanakan terpenuhi sebanyak 1.289 SAB (setara articulated bus) dan diharapkan dengan jumlah tersebut dapat mencapai headway 3 menit • Transformasikan Kelembagaan pengelolaan busway menjadi BUMD PT. Transjakarta
32
16 5/23/2016
Upaya Pembangunan Jaringan Sistim BRT/Busway
Saat ini sudah beroperasi
5 10 12 koridor 9
12 3 1 Blok M - Kota 2 2 P.Gadung – Harmoni 3 Kalideres - Harmoni 1 4 4 P.Gadung – Dukuh Atas 5 Kp.Melayu - Ancol 6 Ragunan – Kuningan 11 13 7 Kp.Melayu – Kp.Rambutan 8 Lebak Bulus – Harmoni 9 8 Pinangranti - Pluit 10 Cililitan - Tanjung Priok 6 7 Ciledug - Blok M Kalimalang - Blok M Depok - Manggarai 11 Pulo Gebang – Kp.Melayu 12 Koridor 13 (Ciledug – Blok Tanjung Priok - Pluit M/Tendean) masa konstruksi elevated
OPERASIONAL TRANSJAKARTA SAAT INI
Jumlah koridor : 12 Panjang Koridor : ± 210,31 Km (12 Koridor) Jumlah halte : 233 halte Jumlah Operator : 8 perusahaan sudah operasi + 2 perusahaan sedang membangun bus + Unit pengelolaan Bus Transjakarta Busway Jumlah Pool Bus : 13 pool Jumlah Bus Operasional : 850 unit (termasuk 6 bus tingkat) Produksi km : ± 43-44 juta kilometer pertahun SPBG : 7 lokasi (3 PGN + 4 Pertamina) Tarif Tiket : Rp.3.500 & Rp.2.000 (pagi jam 5-7) & tarif gratis untuk bus tingkat Penumpang saat ini +/- 282.000 per hari (rata-rata)
17 5/23/2016
RP/KM dan Operator Bus Transjakarta
Kontrak dengan Operator Bus di Transjakarta Busway ada beberapa skema : • Skema Operator Bus dengan investasi menyediakan Armada bus dan penyediaan jasa (Rp per km lebih tinggi karena ada nilai investasi). • Skema Operator Bus hanya penyediaan jasa operasional saja (Rp per km lebih rendah karena tidak ada investasi), Bus dari Pemprov DKI . SAAT INI OPERATOR BUS TRANSJAKARTA ADALAH : I. Operator Bus Konsorsium 1. PT. Trans Batavia 2. PT. Jakarta Trans Metropolitan 3. PT. Jakarta Mega Trans 4. PT. Trans Mayapada Busway II. Operator Bus Non Konsorsium (lelang) 1. PT. Eka Sari Lorena Transport 2. PT. Primajasa Perdanarayautama 3. PT. Bianglala Metropolitan 4. Perum Damri 5. Perum PPD 6. PT. Prima Lestari Wisata 7. PT. Mayasari Bakti III. Operator Bus Swakelola (dikelola oleh PT Transportasi Jakarta)
DASAR PERHITUNGAN RP/Km (Mulai Oktober 2015 via e- katalog lkpp)
BIAYA INVESTASI HARGA BUS PER TAHUN SUKU BUNGA NILAI KURS RP/$
DEPRESIASI
NILAI RESIDU KILOMETER TEMPUH KONSUMSI BBG/BBM BIAYA per tahun OPERASIONAL BUS KONSUMSI MINYAK PELUMAS KONSUMSI BAN PER TAHUN dan DIPERHITUNGKAN DENGAN MODEL PEMELIHARAAN SUKU CADANG BIAYA PRAMUDI MEMPERHITUNGKAN PANJANG BIAYA MEKANIK KORIDOR BIAYA SDM
OPERASIONAL KANTOR MEMPERHITUNGKAN PERKIRAAN WAKTU TEMPUH DAN JUMLAH BIAYA OVERHEAD OPERASIONAL BENGKEL ARMADA PER TAHUN PAJAK DAN KIR ASURANSI
PEMELIHARAAN POOL DAN BENGKEL
DEPRESIASI POOL DAN BENGKEL
PEMELIHARAAN BANGUNAN DAN PERALATAN
DEPRESIASI BANGUNAN DAN PERALATAN
18 5/23/2016
STERILISASI JALUR BUSWAY
Penjagaan & Operasi sterilisasi REALITA : o PELANGGARAN LAJUR BUSWAY MASIH TETAP TERJADI o SANKSI DENDA MASIH TERLALU RINGAN o SAAT TIDAK ADA PETUGAS Pemasangan portal TERJADI PELANGGARAN LAJUR BUSWAY o MASYARAKAT TAKUT PADA PETUGAS, BUKAN TAKUT PADA PERATURAN. o BELUM MENIMBULKAN EFEK Separator ditinggikan JERA
PENERAPAN DENDA MAKSIMAL DINAS PERHUBUNGAN DKI
OPERASI STERILISASI LAJUR BUSWAY
|
19 5/23/2016
RENCANA ELEVATED BUSWAY UNTUK 3 KORIDOR SELANJUTNYA
Koridor CONTOH ELEVATED BRT 13. Ciledug – Blok M (XIAMEN-CHINA) (14,6 Km)
14.Kali Malang – Blok M (17,7 Km)
15. Depok – Manggarai (17 Km)
DINAS PERHUBUNGAN DKI
LOKASI PARK & RIDE
Integrasi dengan Busway TJ. PRIOK Koridor 11 (Kp. Melayu – ANCOL Pulo Gebang) 1 KOTA 3 5 2
PULOGADUNG KALIDERES PULO GEBANG HI 4 PULOGEBANG
KP. MELAYU
BLOK M
Integrasi dengan Busway Koridor 3 (Harmoni– Kali Deres) Integrasi dengan Busway Koridor 7 7 (Kp. Melayu – Kp. Rambutan) LEBAK BULUS KP. RAMBUTAN Integrasi dengan Busway Koridor 8 6 (Lebak Bulus - Harmoni) RAGUNAN RAGUNAN KP. RAMBUTAN
Integrasi dengan Busway Koridor 6 (Ragunan–Dukuh Atas)
20 5/23/2016
Sistem Tiket Elektronik Transjakarta
UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN BUSWAY
STERILISASI LAJUR : BUS TRACKING SPBBG ARMADA BUS • Penjagaan oleh SYSTEM (BTS) : Koordinasi dengan • Peremajaan armada petugas Dishub, Pembangunan ITS Pemerintah Pusat busway, Polisi dan Kogartap sebagai central (Kementerian ESDM) untuk dukungan : • Single bus diganti • SEPARATOR room yang salah • Articulated bus DITINGGIKAN satunya adalah BTS. Revitalisasi SPBBG yang ada, • Saat ini sudah Akan ada • Pembangunan SPBBG penambahan bus baru terkoneksi 3 koridor baru dan/atau SPBBG busway. sistim mother-daughter; • Harga jual gas khusus untuk busway • DKI menyediakan lahan untuk SPBBG baru (BPKD) DINAS PERHUBUNGAN DKI
21 5/23/2016
PEMASANGAN SEPARATOR BUSWAY TAHUN 2012
Koridor 5 Koridor 6 (Jalan kramat raya) (Jalan mampang)
Koridor Lokasi Panjang (m)
2 (Dari Halte Galur s/d U- Turn Halte ASMI) 5.958 3 (Dari Sp. Terminal Kali Deres s/d Sp. Pedongkelan) 6.469 5 (Dari Sp. Slamet Riyadi s/d Sp. Kramat 5 (U-Turn Polres Jakpus) ) 5.932 6 (Dari Sp. Duren 3 Selatan s/d Sp Mampang Prapatan) 5.847 8 (Dari Sp. Permata Hijau s/d Sp. Duri Raya) 5.918
DINAS PERHUBUNGAN DKI
Jaringan Terintegrasi dan Terkonsolidasi
Sistem LRT Terintegrasi dan Komplementer dengan Sistem Angkutan Umum Masal yang telah/ sedang dikembangkan dan yang Pluit direncanakan. Sistem ini direncanakan untuk menyediakan aksesibilitas dari pemukiman menuju pusat-pusat kegiatan ekonomi. Jembatan Dua Kelapa Gading Kota Tua Pesing Kemayoran 15 Koridor Transjakarta Busway Boulevar KG Pulomas Galur Meruya Slipi Senen BI MRT Lebak Bulus Kota Pramuka Palmerah Manggarai MRT Timur - Barat Pos Pengumben Setiabudi
Kuningan Tebet JABOTABEK RAILWAY Senayan Kebayoran Lama
Rencana LRT
RENCANA JALUR LRT = 115.7 km Stasiun Transfer LRT Stasiun Transfer LRT – BRT Stasiun Transfer LRT - 1. Kebayoran Lama – Kelapa Gading - 21,6 km – KRL Jabotabek Pluit Tebet MRT Kebayoran Lama Pesing Pramuka 2. Tanah Abang – Pulo Mas - 17,6 km Setiabudi 3. Joglo – Tanah Abang - 11 km Palmerah Meruya Pulo Mas Bank Indonesia 4. Puri Kembangan – Tanah Abang - 9,3 km Tanah Abang Pos Pengumben Cempaka Mas 5. Pesing – Kelapa Gading - 20,7 km Senen Slipi Senen 6. Cempaka Putih – Ancol - 5 km Pesing Jembatan Dua Matraman 7. Bandara Soetta – Kemayoran - 30,5 km Kota Bank Indonesia Kuningan Setia Budi
22 5/23/2016
Program Revitalisasi Angkutan Umum Non-BRT di Provinsi DKI Jakarta
Latar Belakang Revitalisasi Angkutan Umum
• Layanan angkutan umum non-BRT yang kurang nyaman dan aman • Kendaraan tua yang tidak terawat dengan baik berkontribusi pada kemacetan dan polusi • Pembatasan kendaraan pribadi dan peningkatan penggunaan angkutan umum hanya bisa dilakukan jika angkutan umum berkualitas • Peningkatan kualitas layanan bus di Jakarta dapat menjadikan angkutan umum alternatif transportasi bagi masyarakat pada saat penerapan sistem ERP
23 5/23/2016
Pembagian Tanggung Jawab di Masa Depan TRANSJAKARTA • Memilih operator yang tepat untuk tiap trayek melalui proses tender kompetitif • Negosiasi kontrak dengan pemenang tender • Monitoring operasi tiap trayek untuk memastikan kepatuhan dengan ketentuan dan standar ijin yang DISHUB ditetapkan Dishub • Merencanakan jaringan trayek (dengan • Menyediakan data operasional ke Dishub sebagai- update berkala) mana diperlukan untuk tujuan monitoring • Menetapkan kapasitas/frekuensi layanan tiap trayek • Menetapkan tipe bus tiap trayek • Menerbitkan ijin untuk operator • Monitoring kinerja TransJakarta dalam OPERATOR memastikan penyediaan layanan sesuai • Membeli dan memelihara bus spesifikasi Dishub • Memperkerjakan pengemudi, kondektur, staf • Menegakkan regulasi terkait (pengujian administratif, pengawasan, dan pemeliharaan, kendaraan, penggunaan pemberhentian seluruhnya dengan sistem gaji bus, dll.) • Mengoperasikan trayek sesuai dengan jadwal, ketentuan, dan standar yang ditetapkan oleh Dishub (dan termuat dalam kontrak) • Menyediakan data operasional ke TransJakarta sebagaimana diperlukan untuk tujuan monitoring
Proyek Percontohan S66 Revitalisasi Angkutan Umum Non-BRT DKI Jakarta Elemen Revitalisasi: 1. Layanan efisien dioperasikan terjadwal sesuai demand 2. Sistem setoran digantikan pembayaran Rp/km 3. Kendaraan eksisting diganti bus kota dengan spesifikasi lantai-rendah 4. Pemberhentian bus disediakan di lokasi yang tepat dan disertai penegakan penggunaannya 5. Rekayasa lalu lintas untuk prioritas bus 6. Manajemen armada disertai sistem tiket elektronik dan sistem informasi
24 5/23/2016
Perbaikan infrastruktur dan Jaringan Penyediaan Pemberhentian Bus Perencanaan Pemberhentian Bus Pertimbangan : • Kebutuhan penumpang • Kondisi jalan dan penyeberangan • Lokasi pemberhentian eksisting • Persinggungan dengan layanan BRT • Dampak lalu lintas Fase 1: • Rambu dan marka pemberhentian • Penegakan penggunaan Fase 2: Evaluasi dan penyesuaian sesuai kebutuhan
Implementasi awal di koridor Jl. Rasuna Said: •Pendirian rambu pemberhentian bus •Penyediaan marka pemberhentian bus
25