Manajemen Angkutan Umum
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
5/23/2016 MANAJEMEN ANGKUTAN UMUM Latar Belakang Angkutan Umum sebagai Obat Mujarab Permasahalan Transportasi Perkotaan 1 5/23/2016 3 Singapura di Tahun 1970-an 2 5/23/2016 Singapura Saat Ini 5 Korea tahun 1990-an 6 3 5/23/2016 Korea Saat Ini 7 PROGRAM PEMBANGUNAN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN SEBAGAI PROGRAM NASIONAL (NKRI) (Bukan hanya program Kemenhub, bukan hanya program Pemda, dan bukan hanya program Perum DAMRI/PPD) Merupakan visi dan misi Sesuai Dengan Pemerintahan Jokowi-JK Dituangkan dalam Amanat UU 22/2009 (Nawa Cita) sebagai satu- RPJMN 2015-2019 & PP 74/2013 satunya visi Pemerintah dan (Perpres No. 2/2015) Pemda Telah dituangkan dalam Seharusnya Seharusnya didukung dan Renstra Kemenhub didukung dalam program dituangkan dalam Renstra 2015-2019 Kementerian/Lembaga 2015-2019 di Pemda terkait (KM No. KP.430/2015) terkait 4 5/23/2016 KEWAJIBAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 2009 TENTANG LLAJ “ Pasal 139 ” • Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota antarprovinsi serta lintas batas negara; • Pemerintah Daerah Provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam provinsi; • Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota. • Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan PERATURAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RPJMN 2015-2019 6.6.2 MEMBANGUN TRANSPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN SASARAN 1. MENINGKATKAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN A. MODAL SHARE (PANGSA PASAR) ANGKUTAN UMUM PERKOTAAN DI KOTA MEGAPOLITAN/METROPOLITAN/BESAR MINIMAL 32 PERSEN B. JUMLAH KOTA YANG MENERAPKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL BERBASIS JALAN DAN/ATAU REL PADA 34 KOTA 2. MENINGKATNYA KINERJA LALU LINTAS JALAN PERKOTAAN YANG DI UKUR DENGAN KECEPATAN LALU LINTAS JALAN NASIONAL DI KOTA-KOTA METROPOLITAN/BESAR MINIMAL 20 KM/JAM 5 5/23/2016 KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KELEMBAGAAN 3.1.2. ISU STRATEGIS 2 : MEMBANGUN TRASPORTASI UMUM MASSAL PERKOTAAN 3.1.2.1 MENGEMBANGKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL YANG MODERN DAN MAJU DENGAN ORIENTASI KEPADA BUS MAUPUN REL SERTA DILENGKAPI DENGAN FASILITAS ALIH MODA TERPADU Untuk mengembangkan sistem angkutan umum massal yang modern dan maju dengan orientasi kepada bus dan rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu, beberapa strategi yang dilakukan mencakup: 1. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT di wilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang 2. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: batam, medan, palembang, jakarta, bandung, semarang, yogyakarta, surabaya, denpasar dan makassar 3. Pengembangan BRT di 34 kota besar beserta fasilitas pendukungnya antara lain Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo, Dan Ambon 4. Penyediaan dana subsidi/PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 430 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 4.1.3 KAPASITAS TRANSPORTASI 4.1.3.1 MENINGKATNYA KAPASITAS SARANA DAN PRASARANA TRANSPORTASI DAN KETERPADUAN SISTEM TRANSPORTASI ANTARMODA/MULTIMODA 1. PENINGKATAN KAPASITAS PRASARANA 2. PENINGKATAN KAPASITAS SARANA, DENGAN TARGET CAPAIAN S/D TAHUN 2019 SEBESAR 3.955 BUS/UNIT/KAPAL, MELIPUTI: A. JUMLAH PENGADAAN BUS BRT YANG ADA PADA BASELINE TAHUN 2014 SEBANYAK 303 BUS DAN DI TARGETKAN SEBANYAK 3.473 BUS SAMPAI TAHUN 2019 4.1.3.3 MENINGKATNYA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM MASSAL PERKOTAAN UNTUK MENCAPAI SASARAN KEMENHUB MENETAPKAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2015-2019, YAITU: 1. JUMLAH WILAYAH PERKOTAAN YANG MENERAPKAN SISTEM ANGKUTAN MASSAL BERBASIS JALAN DAN KERETA API, DENGAN TARGET CAPAIAN S/D TAHUN 2019 SEBANYAK 47 LOKASI : TRANSPORTASI DARAT MELALUI PENGADAAN BUS BRT DENGAN BASELINE 2014 SEBANYAK 18 LOKASI DAN DITARGETKAN SAMPAI 2019 SEBANYAK 34 LOKASI 6 5/23/2016 PREDICT AND PROVIDE VS. PREDICT AND MANAGE “PREDICT AND PROVIDE” “PREDICT AND MANAGE” PUSH AND PULL POLICY Kebijakan Efek Dorong (PUSH): Kebijakan Efek Tarik (PULL) Kebijakan pembatasan Kebijakaan keberpihakan pada penggunaan kendaraan pribadi angkutan umum; Kebijakan pembatasan parkir Kebijakan penyediaan fasilitas Dll. pejalan kaki dan NMT. Dll. 7 5/23/2016 5 PILAR KEBIJAKAN (Sesuai Renstra Kemenhub 2015-2019) Peningkatan Manajemen Transportation Peran Pengembangan dan Rekayasa Penurunan Polusi Demand Angkutan Non Motorized Lalu Lintas Udara dan Suara Management Umum Transport (NMT) (MRLL) (TDM) (Prioritasi) Pengembangan Perbaikan Gasifikasi ERP Pengembangan Transit System atau Kapasitas Fasilitas Pejalan TOD Jalan Pemanfaatan Perparkiran Kaki Energi Alternatif Pengembangan (Parking Policy) Jaringan dan Penerapan Pengembangan Penerapan Dis-incentive using infrastruktur ATCS / ITS Teknologi Ramah Jalur Sepeda private car Angkutan Umum Lingkungan Masal Manajemen (green transport - Car free day Lalu Lintas environmentally Perbaikan friendly) Intermodalitas dan ANDALALIN Aksesibilitas Angkutan Umum Perbaikan Sistem Kepemilikan Angkutan Umum 8 5/23/2016 EVOLUSI BRT PARATRANSIT SEMI BRT FULL BRT • KAPASITAS ANGKUT • BELUM TERSEDIA LAJUR KHUSUS • LAJUR KHUSUS RENDAH (< 1.000 • MASIH ADA RUTE ANGKUTAN • FEEDER SMP/JAM/ARAH) PARALEL, TETAPI TERBATAS • RUTE DAN KORIDOR TEIRNTEGRASI • RUTE TIDAK • KAPASITAS ANGKUT MASSAL • TIDAK ADA RUTE ANGKUTAN UMUM TERKOORDINASI (1.000-3.000 PNP/JAM/ARAH) PARALEL (> 60%) • TIDAK ADA SHELTER • SHELTER KHUSUS • KAPASITAS ANGKUT MASSAL ( 6.000-20.000 KHUSUS • KENDARAAN NYAMAN PNP/JAM/ARAH) • KURANG NYAMAN • SMART CARD-TICKETING • HIGHER QUALITY STATIONS • MARKETING IDENTITY • DIDUKUNG PARK N RIDE DAN JALUR SEPEDA UPAYA-UPAYA DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM BRT 1. REFORMASI INSTITUSI Membentuk Badan Pengelola Angkutan Umum, yang bertugas: • Menyediakan pelayanan angkutan umum melalui operator; • Mengumpulkan pendapatan dari angkutan umum (melalui pihak ketiga); • Membayar layanan yang diberikan operator. 2. REFORMASI FINANSIAL • Penetapan tarif berdasarkan skema “Public Service Obligation-PSO/Standar Pelayanan Minimal ”; • Pendanaan dari transportasi untuk transportasi (Parkir, Pajak KB, dll). 3. REFORMASI PERIJINAN • Ijin berdasarkan “Quality Licencing”; • Pemberian ijin melalui tender terbuka. 4. REFORMASI PENGELOLAAN/MANAJEMEN • Operator menyediakan layanan sesuai kontrak yang diperoleh; • Tidak ada transaksi uang dengan awak kendaraan; • Awak kendaraan adalah pegawai perusahaan 9 5/23/2016 MANAJEMEN PENGELOLAAN BRT BERBASIS BUY THE SERVICE DAN QUALITY LICENSING PENERIMAAN BADAN PENGELOLA ANGKUTAN UMUM NON OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL & PENGELUARAN PENDAPATAN NON OPERASIONAL OPERASIONAL PENERIMAAN PEMBAYARAN OPERASIONAL MANAJEMEN Produksi: kend - km menagih PENGEMBANGAN SUBSIDI SISTEM (JIKA DEFISIT) (JIKA SURPLUS) Biaya operasi: kend-km x Rp/km PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL OPERATOR RUTE 1 PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL OPERATOR RUTE 1 PENDAPATAN OPERASIONAL PENGELUARAN OPERASIONAL OPERATOR RUTE 1 UPAYA-UPAYA DALAM IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM BRT 5. UPGRADE SARANA • Keamanan dan Kenyamanan • Kapasitas Angkut (Konfigurasi/Layout Tempat duduk dan Ruang Berdiri) • Konservasi Energi (Hemat Bahan Bakar, Ramah Lingkungan) • „‰Display Informasi, Fasilitas penyandang cacat. 6. UPGRADE PRASARANA • Jalur (bebas dari gangguan – gangguan(parkir, kendaraan lambat, PKL), Ekslusif Lane/Mixed Traffic) • Kelengkapan (Rambu, Marka, Warning Light) 7. UPGRADE FASILITAS PENDUKUNG • Halte BRT Reguler, Terbuka, Semi Terutup, Tertutup (Permukaan Lantai Tinggi/Sejajar dengan Tinggi Lantai Bus) • Penyediaan “PARK and RIDE” 8. PENINGKATAN MEKANISME OPERASI • SCHEDULE / JADWAL PERJALANAN • TICKETING (Smart Card) • TARIF (Umum / Pelajar) • SUBSIDI / NON SUBSIDI 10 5/23/2016 UPGRADE SARANA (BUS GANDENG, BUS BESAR DAN BUS SEDANG) TRANS JABODETABEK TRANS JAKARTA T R A N S M U S I - PALEMBANG TRANS METRO PEKANBARU CONTOH 1000 BUS BESAR BRT TA. 2015 Hal 22 11 5/23/2016 JALUR DAN LAJUR KHUSUS BRT 12 5/23/2016 “SEKILASWAJAH WAJAH” TRANSPORTASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI KOTA JAKARTA JUMLAH KENDARAAN > RUANG JALAN 13 5/23/2016 TIDAK SEIMBANG ANTARA SUPPLY VS DEMAND (2012) SUPPLY . Panjang jalan 6.936 km = 48,4 Km2 JARINGAN . Road ratio 7,3% (dari luas wilayah DKI Jakarta) JALAN . Pertumbuhan panjang jalan ± 0,01%/Thn DEMAND . 25,7 Juta Perjalanan/hari (di Jakarta termasuk Komuter) KEBUTUHAN . 75% (± 19,2 juta perjalanan PERJALANAN menggunakan kendaraan pribadi dari BIAYA Bodetabek) KEMACETAN Diperkirakan . Jumlah kendaraan bermotor di DKI ± Rp. 45.2 Trilyun/ thn 8,37 juta unit (terdiri dari KENDARAAN − Kendaraan pribadi : 8,078 juta (96,5%) pemborosan BBM, BERMOTOR − Angkutan umum : 294 ribu ( 3,5%) biaya operasional . Pertumbuhan rata2. 5 tahun terakhir kendaraan, time (2008-2012) : 8,1% per-thn value, economic value dan . Menggunakan Kendaraan pribadi (R4 & pencemaran energi) MODAL R2) 98% dari Bodetabek. Menggunakan Angkutan umum 2 % dari SHARE Bodetabek kemacetan yang luar biasa dengan jumlah