SUMATERA UTARA TRADITIONAL VILLAGE RESORT

( ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR )

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2012/2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

FALEXIUS

080406024

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

Universitas Sumatera Utara

SUMATERA UTARA TRADITIONAL VILLAGE RESORT

( ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR )

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 - STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2012/2013

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

FALEXIUS

080406024

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2013

i

Universitas Sumatera Utara SUMATERA UTARA TRADITIONAL VILLAGE RESORT

( ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR )

Oleh :

FALEXIUS

080406024

Medan, 24 April 2013

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Morida Siagian, MURP Firman Eddy, ST., MT

NIP. 196008021986012004 NIP. 196910182000031001

Ketua Departemen Arsitektur

Ir.N.Vinky Rahman, MT NIP. 196 60622 199702 1001

ii

Universitas Sumatera Utara SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Falexius NIM : 080406024 Judul Proyek Tugas Akhir : Sumatera Utara Traditional Village Resort Tema : Neo-Vernakular

Rekapitlasi Nilai

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

Waktu Paraf Paraf Koordinator No Status Pengumpulan Pembimbing Pembimbing TKA-490 Laporan I II

1 Lulus Langsung

2 Lulus Melengkapi

3 Perbaikan Tanpa Sidang

4 Perbaikan Dengan Sidang

5 Tidak Lulus

Medan, 24 April 2013

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TKA-490

Ir. N. Vinky Rahman, MT Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc NIP. 196 60622 199702 1001 NIP. 196201091987012001001

iii

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Perkembangan jaman menyebabkan keadaan perkotaan yang sibuk dan padat dengan rutinitas masyarakatnya sehari-hari. Masyarakat kota memiliki aktifitas pekerjaan yang tinggi sekaligus juga memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Sejalan dengan meningkatnya ekonomi. Meningkat pula berbagai kebutuhan hidup. Termasuk kebutuhan akan rekreasi. Kebutuhan akan akomodasi saat ini harus mampu memberikan kualitas dan inspirasi bagi pengguna jasa pariwisata, karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh wisatawan untuk berekreasi. Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumatera Utara pada bulan Mei 2011 mencapai 19.133 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 11,29 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Begitu pun bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah wisman yang datang meningkat 19,89 persen. Sebuah Resort yang memiliki citra arsitektur lokal yang dapat menjadi sahabat lingkungannya diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara lingkungan dan alam, dan juga meningkatkan kelas akomodasi. Keberadaaan Tujuh suku di Sumatera Utara yaitu Suku Melayu, Suku Karo, Suku Batak Toba, Suku Batak Mandailing/Angkola, Suku Batak Simalungun, Suku Batak Pakpak, dan Suku dengan aristektur daerah masing-masing semakin memperkaya arsitektur lokal yang seharusnya kita wariskan kegenerasi mendatang dan menjadi daya tarik bagi wisatawan yang akan berkunjung. Sumatera Utara Traditional Village Resort adalah resort yang dibangun dengan menggunakan pendekatan perkampungan tradisional sumatera utara. Dimana Cottage dibangun sebanyak tujuh kelompok berdasarkan ciri dan bentuk khas tiap suku yang ada di Sumatera Utara

Kata Kunci : kebutuhan akan rekreasi, Resort yang memiliki citra arsitektur lokal, Sumatera Utara Traditional Village Resort adalah resort yang dibangun dengan menggunakan pendekatan perkampungan tradisional sumatera utara.

iv

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih yang berkelimpahan, penyertaan dan hikmat yang diberikan-Nya dalam memulai dan menyelesaikan proyek Tugas Akhir pada tahun 20012 ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Saya mengucap syukur untuk setiap hal baik kesukaan maupun kesukaran dalam menjalani langkah demi langkah dengan penyertaan-Nya. Banyak suka duka yang saya alami selama proses pengerjaan tugas akhir ini. Tetapi semua ini dapat saya jalani karena Tuhan mengirimkan orang-orang terkasih yang selalu mendukung saya. Terimakasih kepada orang tua saya yang sangat saya sayangi karena dari awal saya tugas akhir mereka memberikan perhatian yang sangat lebih dari biasanya kepada saya. Juga kepada kedua abang dan kedua adik saya, untuk setiap doa dan dukungan yang sangat berarti. Terima kasih karena telah menjadi keluarga dan sahabat yang terbaik. Terimakasih untuk doa yang selalu dipanjatkan kepada saya, agar saya tidak mengalami kesulitan dalam setiap tahap pengerjaan tugas akhir ini, juga untuk bantuan materi yang tak terbatas agar tugas akhir ini mendapat hasil yang sangat baik. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibu Ir. Morida Siagian, MURP sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Firman Eddy, ST., MT sebagai Dosen Pembimbing II, untuk semua dedikasi dan bimbingan yang sangat berarti, dukungan moral dan konsistensi, membuka wawasan berpikir, dan memberi yang terbaik sejak awal sampai akhir. 2. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc dan Bapak Hajar Suwantoro, ST, MT sebagai Dosen Penguji, untuk semua saran dan kritik yang berguna, serta bimbingan yang sangat berarti sejak awal sampai akhir. 3. Bapak Ir. Vinky Rachman, MT selaku Ketua Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc. dan Wahyu Abdillah, ST selaku koordinator Tugas Akhir Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. 5. Para staf dosen pengajar dan pegawai tata usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur untuk semua kerja sama yang baik. 6. Buat kakak dan sahabat terbaik kak Ika, kak Juli, yang sudah membantu saya dalam memberi masukan dan semangat. 7. Terima kasih buat Semua teman - teman seperjuangan Tugas Akhir Semester A TA 2012/2013, lae-lae dan eda-eda yang luar biasa, ada lae Bulsem, Mora, Adit, Tomi,

iv

Universitas Sumatera Utara Ite, Maik, Rozi, Tumpal, Baneng, Guntur, Leo, Hadli, dan eda-eda yang tidak kalah luar biasanya lagi, Asri, Lucia, Morina, Rabita, Rizka, Eka, Juga teman-teman angkatan 2008 Rido, Yudha, Ririn, Ruth Belo, Heni, Maria, dan juga adek-adek awak Sesil, Gery, Erick, Roger, serta teman-teman yang paling luar biasa Marta, Dewi, Debi, Ruth, Dewi deng, Rachel, Satahi, Andreas, atas dukungan, dan pendapat dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, April 2013 Hormat saya,

Falexius NIM 080406024

v

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

Halaman Judul Dalam i Lembar Pengesahan ii Surat Hasil Penilaian Proyek Akhir iii Kata Pengantar iv Daftar Isi vi Daftar Tabel ix Daftar Gambar x Daftar Diagram xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Maksud dan Tujuan 3 1.3. Masalah Perancangan 3 1.4. Metoda Pendekatan 4 1.5. Lingkup/Batasan Proyek 4 1.6. Kerangka Berpikir 5 1.7. Sistematika Laporan 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1. Pengertian Judul 7 2.2. Pemilihan Lokasi 8 2.3. Studi Kelayakan 9

2.3.1. Kondisi Wilayah 9 2.3.2. Potensi Kepariwisataan Kabupaten Karo 10 2.3.3. Sarana dan Prasarana 14 2.3.4. Arus Kunjungan Wisatawan 15

2.4. Tinjauan Umum 17 2.4.1. Pengertian Resort 17

2.4.2. Faktor Penyebab Timbulnya Resort 17 2.4.3. Karakteristik Resort 18 2.4.3. Klasifikasi Resort 19

vi

Universitas Sumatera Utara 2.5. Tinjauan Khusus 20 2.5.1. Perkampungan Tradisional Sumatera Utara 20 2.5.2. Pola Perkampungan 21 2.6. Program Kegiatan 39 2.6.1. Program Kegiatan 39 2.7. Studi Banding Proyek Sejenis 40 2.7.1. Putri Duyung Cottage Ancol 40 2.7.2. Lumbung Cottage (Gili Trawangan, ) 43

BAB III ELABORASI TEMA 3.1. Elaborasi Tema 45 3.2. Interpretasi Tema 47 3.2.1 Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular 47 3.2.2 Prinsip Desain Arsitektur Neo – Vernakular 47 3.2.3 Penerapan Resort dengan Konsep Neo Vernakular 48 3.3 Studi Banding Tema Sejenis 53 3.3.1 Samosir Villa Resort 56 3.3.2 Simalem Resort 57

BAB IV ANALISA 4.1 Lokasi 57 4.2 Pencapaian 57 4.3 Analisa Tapak 59 4.3.1 Kondisi Existing Lahan 59 4.3.2 Topografi 60 4.3.3 Iklim dan Curah Hujan 61 4.3.4 Hidrologi 61 4.4 Batas dan Ukuran Tapak 62 4.5 Analisis View 64 4.5.1 View ke luar tapak 64 4.5.2 View ke dalam tapak 65 4.6 Analisis Kebisingan 66 4.7 Analisis Lintasan Matahari 68 4.8 Analisis Angin 69 4.9 Analisis Sirkulasi 69

vii

Universitas Sumatera Utara 4.9.1 Sirkulasi Pejalan Kaki 70 4.9.2 Analisa Kendaraan 72 4.10 Analisis Ruang Luar 73 4.11 Analisis Aksesibilitas 74 4.12 Analisa Bangunan Tradisional Sumatera Utara 75 4.13. Analisis Material Bangunan 77 4.14 Analisa Bahan Bangunan 78 4.15. Analisa Struktur 78 4.16. Analisis Fungsi 78

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Dasar 84 5.2 Konsep Tapak 84 5.2.1 Zoning Tapak 85 5.2.2 Pencapaian 86 5.2.3 Main Entrance dan Side Entrance 87 5.2.4 Parkir 87 5.2.5 Sirkulasi 88 5.2.6 Vegetasi 89 5.2.7 View 90 5.3 Konsep Utilitas 56 5.3.1 Elektrikal 90 5.3.2 Sanitasi 91 5.3.3 Penanggulangan Kebakaran 92 5.4 Konsep Bangunan 92 5.4.1 Bentukan Massa 92 5.4.2 Peletakan Bangunan 93 5.4.3 Material Bangunan 93 5.5 Konsep Vernakular 94

BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Gambar Hasil Rancangan 95 6.2 Foto-foto Maket 129

DAFRTAR PUSTAKA

viii

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo 16 Tabel 2.2 Tabel Nilai-Nilai yang terkandung dalam setiap bagian bangunan 34 Tabel 3.1 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular 51 Tabel 3.2 Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular 52 Tabel 4.1 Perbandingan Bentuk Bangunan 76 Tabel 4.2 Kriteria Bentuk Massa Tunggal dan Bentuk massa majemuk 77 Tabel 4.3 Kebutuhan Ruang 80

ix

Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Karo 3 Gambar 2.1 Perbatasan Kabupaten Karo 9 Gambar 2.2 Potensi Wisata yang Berada Disekitar Lokasi 12 Gambar 2.3 Pola Perkampungan Adat Batak Toba yang Menyerupai Benteng dengan Dua Gerbang 21 Ga mbar 2.4 Potongan Melintang Rumah Bolon 22 Gambar 2.5 Denah Rumah Bolon 22 Gambar 2.6 Aksonometri Konstruksi Atap Rumah Bolon 23 Gambar 2.7 Bangunan Lumbung () 23 Gambar 2.8 Struktur Pola Perkampungan Nias 24 Gambar 2.9 Pola Perkampungan Nias 24 Gambar 2.10 Rumah Raja dan Rumah Sila 24 Gambar 2.11 Tempat Pertemuan Warga Desa 25 Gambar 2.12 Rumah Tradisional Karo 26 Gambar 2.13 Pondasi Karo 26 Gambar 2.14 Bagian Atap Rumah Adat Karo 27 Gambar 2.15 Rumah Adat Melayu 28 Gambar 2.16 Pola Perkampungan 28 Gambar 2.17 Bagas Godang di Huta Godang, Kec. Ulu Pungkut 31 Gambar 2.18 Sopo Godang di Huta Godang, Kec. Ulu Pungkut 31 Gambar 2.19 Sopo Godang Habincaran, Ulu Pungkut 31 Gambar 2.20 Bagas Godang Pakantan Lombang, Kec. Pakantan 32 Gambar 2.21 Rumah Lama, Diperkirakan Berdiri Tahun 1931, di Kompleks Bagas Godang Huta Godang, Ulu Pungkut 32 Gambar 2.22 Sopo Godang Pakantan Lombang Kec. Pakantan 33 Gambar 2.23 Bagas Godang Habincaran, Ulu Pungkut 33 Gambar 2.24 Gambar Rumah Adat Simalungun di Pematang Purba 36 Gambar 2.25 Gambar Pembagian Ruangan di Rumah Adat Simalungun 38 Gambar 2.26 Putri Duyung Cottage Ancol 40 Gambar 2.27 Lumbung Cottage (Gili Trawangan, Indonesia) 43 Gambar 2.28 Swimming Pool Lumbung Cottage 44 Gambar 2.29 Fasilitas Lumbung Cottage (Gili Trawangan, Indonesia) 44 Gambar 3.1 Samosir Villa Ressort 53 Gambar 3.2 View Lain dari Samosir 54 Gambar 3.3 Swimming Pool Samosir Villa Ressort 54 Gambar 3.4 Taman yang ada 55

x

Universitas Sumatera Utara Gambar 3.5 Simalem Resort 56 Gambar 3.6 Salah Satu Restaurant di Simalem Resort 56 Gambar 4.1 Peta Lokasi Resort 57 Gambar 4.2 Peta Pencapaian Lokasi 58 Gambar 4.3 Kendaraan yang dapat Digunakan untuk Mencapai Lokasi Resort 59 Gambar 4.4 Kondisi Existing Lahan 59 Gambar 4.5 Topografi pada Tapak 60 Gambar 4.6 Keberadaan Sungai 61 Gambar 4.7 Batas – batas Lokasi 62 Gambar 4.8 Pembatas dengan Vegetasi 63 Gambar 4.9 View ke luar Tapak 64 Gambar 4.10 View ke dalam Tapak 65 Gambar 4.11 Analisa Kebisingan 66 Gambar 4.12 Zoning untuk Mengatasi Kebisingan 67 Gambar 4.13 Analisa Lintasan Matahari 68 Gambar 4.14 Streetscape 71 Gambar 4.15 Sirkulasi Kendaraan 72 Gambar 4.16 Akses Jalan Menuju Lokasi 73 Gambar 4.17 Gambar Sirkulasi Pengunjung dan Sirkulasi Pengelola 74 Gambar 5.1 Konsep Ruang Luar Aktif 84 Gambar 5.2 Konsep Ruang Luar Pasif 85 Gambar 5.3 Konsep Zoning Tapak 86 Gambar 5.4 Konsep Pencapaian 86 Gambar 5.5 Konsep Main Entrance dan Side Entrance 87 Gambar 5.6 Konsep Area Parkir 87 Gambar 5.7 Sirkulasi Pejalan Kaki 88 Gambar 5.8 Konsep Sirkulasi Kendaraan 88 Gambar 5.9 Konsep Vegetasi 89 Gambar 5.10 Konsep View 90 Gambar 5.11 Arah View 90 Gambar 5.12 Konsep Elektrikal 90 Gambar 5.13 Rencana Sumur Bor 91 Gambar 5.14 Letak Fire Hydran 92 Gambar 5.15 Peletakan Bangunan 93 Gambar 5.16 Konsep Vernakular 94

xi

Universitas Sumatera Utara DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Kerangka Berfikir 3 Diagram 2.1 Kegiatan Pengunjung 39 Diagram 2.2 Kegiatan Pengelola 39 Diagram 4.1 Alur Sirkulasi Tamu Resort 70 Diagram 5.1 Distribusi Air Bersih 91 Diagram 5.2 Pengolahan Limbah 91

xii

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman menyebabkan keadaan perkotaan yang sibuk dan padat dengan rutinitas masyarakatnya sehari-hari. Hal ini menyebabkan kesesakan dan kebisingan di tengah hiruk pikuk kota. Juga ketegangan yang timbul akibat tingkat polusi udara yang tinggi, rutinitas pekerjaan yang membosankan, kemacetan lalu lintas, serta kurangnya waktu bersantai guna melepas kejenuhan. Masyarakat kota memiliki aktifitas pekerjaan yang tinggi sekaligus juga memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Sejalan dengan meningkatnya ekonomi. Meningkat pula berbagai kebutuhan hidup. Termasuk kebutuhan akan rekreasi. Dengan kondisi mental masyarakat kota seperti ini maka rekreasi menjadi kebutuhan yang sangat penting. Berlibur merupakan aktifitas yang paling diminati oleh setiap manusia. Banyaknya kesibukan di hari biasa membuat orang ingin bersantai dan menyempatkan diri berlibur di akhir pekan. Menurut penelitian, berlibur merupakan salah satu cara untuk menghilangkan rasa stress pada seseorang. Kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumatera Utara hingga triwulan III 2012 naik 9,82% atau menjadi 173.369 orang. "Hampir tiap bulan jumlah wisman (wisatawan mancanegara) Sumut naik dan itu memacu pertumbuhan yang tinggi hingga triwulan III sebesar 9,82% dibandingkan periode sama 2011 atau menjadi 173.369 orang," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, di Medan. Turis mancanegera terbanyak hingga dewasa ini tetap dari Malaysia yang mencapai 101.515 orang atau 58,55% dari total kunjungan wisman hingga September. Kunjungan terbanyak lainnya adalah dari Singapura dan Belanda yang masing-masing sebanyak 8.643 orang dan 5.686 orang. Pintu masuk wisman terbesar ke Sumut juga masih tetap yaitu Bandara Polonia Medan atau 85,22%.1 Resort adalah tempat untuk relaksasi atau rekreasi, menarik pengunjung untuk berlibur. Resort juga tempat, kota atau kadang-kadang bangunan komersial yang dioperasikan oleh suatu perusahaan. Resort sendiri menyediakan banyak keinginan pengunjung seperti makanan, minuman, penginapan, olahraga, hiburan, dan perbelanjaan.

1 http://www.indonesia.go.id/in/pemerintah-daerah/provinsi-sumatera-utara/1539- pariwisata/11848-kunjungan-wisman-ke-sumatera-utara-naik-982-persen

1

Universitas Sumatera Utara Kebutuhan akan akomodasi saat ini harus mampu memberikan kualitas dan inspirasi bagi pengguna jasa pariwisata, karena keterbatasan waktu yang dimiliki oleh wisatawan untuk berekreasi. Pembangunan di bidang akomodasi menjadi salah satu faktor penting keberhasilan pariwisata di kawasan Merek. Kecamatan Merek beribukota di desa Merek dan memiliki tipografi berbukit dan merupakan sentra penghasil kopi arabika, sayur mayur, kawasan hutan pinus serta merupakan lokasi stasiun terminal agrobisnis pendukung program nasional agropolitan yang terletak di desa Bandar Tongging (dikenal dengan nama desa Tambusan).2 Sebuah Resort yang memiliki citra arsitektur lokal yang dapat menjadi sahabat lingkungannya diharapkan mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara lingkungan dan alam, dan juga meningkatkan kelas akomodasi di kawasan danau Toba. Pada tahun 2009 jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Karo mencapai 92.832 orang yang terdiri dari 15.308 orang wisatawan mancanegara dan 77.524 orang wisatawan Nusantara. Berdasarkan statistik tingkat penghunian tempat tidur selama tahun 2009 untuk seluruh hotel rata-rata sebesar 25,31%. Tingkat penghunian tempat tidur yang paling tinggi adalah hotel bintang 1, rata-rata sebesar 31,36 persen, kemudian hotel bintang 4 rata-rata 27,60 persen, dan hotel bintang 2 rata-rata 11,28 persen sedangkan hotel melati sebesar 25,35 persen.3 Sebagai daerah yang berada di sekitar Gunung Sinabung, Sibayak dan Danau Toba, Kabupaten Karo menjadi salah satu tujuan wisata di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi tidak kalah baik dengan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia. Namun potensi yang ada tersebut belum dapat di manfaatkan secara optimal karena keterbatasan dana dalam pembangunan dan pengembangannya. Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Karo dalam memasuki era otonomi dan globalisasi berupaya membenahi kepariwisataan Karo dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam menunjang pembangunan Daerah. Agar potensi kepariwisataan dapat berkembang dan dapat dijadikan sebagai produk andalan yang layak dijual di pasar global, harus ditangani oleh tenaga profesional di bidang kepariwisataan. Tenaga profesional diartikan bahwa tenaga-tenaga aparatur pemerintah pengelola pariwisata yang mampu membawa dan menggerakkan organisasi pariwisata dan masyarakat membangun sektor kepariwisataan dengan mengacu kepada

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Merek,_Karo 3 http://www.karokab.go.id/i/attachments/category/130/StatDaKaro2010.pdf

2

Universitas Sumatera Utara visi pembangunan yang telah ditetapkan, serta mengadopsi prinsip-prinsip “Good Governance” didalam melaksanakan pelayanan masyarakat.

Gambar 1.1 Peta Kabupaten Karo Sumber : http;//karokab.go.id Hal inilah yang melatar belakangi dipilihnya judul tugas akhir ini, yaitu : Sumatera Utara Tradisional Village Hotel Resort. Dengan adanya resort di daerah ini, para wisatawan akan semakin banyak yang menyempatkan diri untuk berlibur dan berekreasi di tempat tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah : 1. Menarik para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berlibur ke daerah ini. 2. Mengembangkan daerah wisata samosir khususnya daerah Kabupaten Karo khususnya kecamatan Merek. Tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah : 1. Membuat resort yang nyaman 2. Membuat resort yang memiliki nilai jual utama.

1.3 Masalah Perancangan Untuk dapat merencanakan sebuah resort haruslah mempunyai standard-standard perencanaan. Adapun masalah yang di hadapi di dalam perancangan resort ini adalah : 1. Level tanah pada site yang sedikit berkontur. 2. Lingkungan sekitar site yang masih di kelilingi hutan dan perumahan warga 3. Bagaimana membuat bangunan yang dapat disesuaikan dengan lingkungannya baik bentuk, fungsi maupun gaya bangunannya yang sesuai dengan kebutuhan pengguna nantinya.

3

Universitas Sumatera Utara 4. Fungsi bangunan yang kompleks sebagai sarana rekreasi sekaligus sarana relaksasi.

1.4 Metoda Pendekatan Pendekatan dalam perencanaan dan pengembangan konsep dilakukan dengan metode studi banding, studi literature dan survey lokasi. Adapun pendekatan masalah yang dapat dilakukan untuk pemecahan masalah perancangan ini adalah : 1. Pemilihan lokasi, lokasi yang dipilih yang berada di kawasan kabupaten karo yaitu kecamatan merek. Survey-survey langsung ke lokasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang akurat dari lokasi tersebut disertai dengan mengadakan studi literatur sebagai penambah dari data-data yang didapat di lokasi tersebut. 2. Literatur, mengambil data-data dari berbagai sumber bacaan sebagai tambahan untuk melanjutkan laporan perancangan.

1.5 Lingkup / Batasan Proyek Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep merencanakan dan merancang sebuah resort. Adapun batasan perencanaan proyek ini adalah bangunan sebagai tempat bersantai untuk para wisatawan. Lingkup perencanaannya adalah : 1. Perancangan resort / tempat wisata yang yang mencakup untuk tempat menginap, restoran, dan taman untuk bermain. 2. Bangunan ini didesain dengan menggunakan unsur-unsur perancangan arsitektur, antara lain aspek fisik dan perancangan khusus proyek bangunan, yang berkaitan dengan lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan arus sirkulasi dalam dan luar bangunan pada lokasi tapak perancangan, dan selanjutnya akan diterapkan ke dalam perancangan bangunan, sehingga dapat menciptakan suatu bentuk yang indah, memiliki daya tarik bagi masyarakat, dan terutama menghasilkan banyak keuntungan.

4

Universitas Sumatera Utara 1.6 Kerangka Berpikir

Latar Belakang 1. Perkembangan jaman menyebabkan keadaan perkotaan yang sibuk dan padat dengan rutinitas masyarakatnya sehari-hari.

2. Masyarakat kota memiliki aktifitas pekerjaan yang tinggi sekaligus juga memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik 3. Pembangunan di bidang akomodasi menjadi salah satu faktor penting keberhasilan pariwisata di kawasan Merek 4. Sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana strategis dalam menunjang pembangunan Daerah

Maksud dan Tujuan Maksud dilaksanakannya studi kasus proyek ini adalah : Judul Perancangan 1. Menarik para wisatawan lokal

Sumatera Utara Tradisional Village Hotel Resort maupun mancanegara untuk berlibur Tema Perancangan ke daerah ini. Arsitektur Neo-Vernakular 2. Mengembangkan daerah wisata samosir khususnya daerah Kabupaten Karo khususnya kecamatan Merek. Tujuan dilaksanakannya studi kasus proyek Masalah Perancangan Adapun masalah yang di hadapi di dalam perancangan ini adalah : resort ini adalah : 1. Membuat resort yang nyaman 1. Level tanah pada site yang sedikit berkontur. 2. Membuat resort yang memiliki nilai jual 2. Lingkungan sekitar site yang masih di kelilingi utama.

hutan dan perumahan warga 3. Bagaimana membuat bangunan yang dapat disesuaikan dengan lingkungannya baik bentuk, Data Perencanaan fungsi maupun gaya bangunannya yang sesuai - Data tapak

dengan kebutuhan pengguna nantinya. - Studi Literatur 4. Fungsi bangunan yang kompleks sebagai sarana - Studi Banding - Survey Lapangan rekreasi sekaligus sarana relaksasi. - Wawancara

Analisa Tapak (Analisa Fisik) V iew, Sirkulasi, Orientasi, dll Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik) Konsep Perancangan Pengguna, alur kegiatan, dll Konsep Ruang Luar, ruang dalam, Programming Desain Perancangan massa, tema, struktur, dan utilitas. Program Ruang dalam dan ruang luar Hubungan antar ruang 1.7

Diagram 1.1 Kerangka Berfikir

5

Universitas Sumatera Utara 1.7 Sistematika Laporan Sistematika pembahasan ini meliputi: Bab I Pendahuluan Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan. Bab II Deskripsi Proyek Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis. Bab III Elaborasi Tema Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis. Bab IV.Analisa Perancangan Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan. Bab V Konsep Perancangan Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. Bab VI Hasil Rancangan Merupakan hasil gambar rancangan arsitektur dan maket. Daftar Pustaka, berisikan daftar pustaka yang digunakan sebagai sumber literatur dalam proses perencanaan dan perancangan proyek.

6

Universitas Sumatera Utara BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Pengertian Judul Ada pun judul resort ini adalah Sumatera Utara Traditional Village Resort. . Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, Indonesia. Penduduk Sumatera Utara menurut golongan etnis terdiri dari penduduk asli Sumatera Utara, penduduk asli pendatang dan penduduk asing. Yang termasuk penduduk asli ialah: suku Melayu, Batak Karo, Simalungun, Fak-fak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Pesisir dan Nias. . Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yg selalu berpegang teguh pd norma dan adat kebiasaan yg ada secara turun-temurun; menurut tradisi (adat) . Village dalam bahasa indonesia artinya Kampung merupakan kelompok rumah yg merupakan bagian kota (biasanya dihuni orang berpenghasilan rendah); desa; dusun; kesatuan administrasi terkecil yg menempati wilayah tertentu, terletak di bawah kecamatan; terkebelakang (belum modern); berkaitan dengan kebiasaan di kampung; kolot . Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan kepentingan yang berhubungan dengan kegiata olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya; tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di pegunungan yang banyak dikunjungi; tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya; sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resor, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar resort ini; sebuah kawasan yang terrencana yang tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. Maka Sumatera Utara Traditional Village Resort adalah resort yang dibangun dengan menggunakan pendekatan perkampungan tradisional sumatera utara.

7

Universitas Sumatera Utara 2.2 Pemilihan Lokasi Lokasi : Merek, Kabupaten Tanah karo Dalam pemilihan tapak perancangan bangunan sebagai Sumatera Utara Traditional Village Resort, beberapa hal tentang pemilihan lokasi tapak, antara lain : 1. Kemudahan Potensi Memunculkan Karakter Bangunan Kemudahan untuk memunculkan karakter bangunan berkaitan dengan konsep bangunan yang akan dimunculkan yaitu berusaha untuk menampilkan karakter Resort. Hal tersebut membutuhkan sebuah daerah dimana lokasi tersebut merupakan kawasan dengan potensi alam dan wisata yang bagus. 2. Kedekatan dengan Fasilitas-fasilitas Penunjang lainnya Dari beberapa fasilitas yang diwadahi maka perlu adanya fasilitas-fasilitas penunjang lainnya yang berada di kawasan tapak perancangan yang mendukung objek perancangan. Keberadaan fasilitas seperti pasar, pom bensin, tempat rekreasi, terletak pada jalan utama di dekat lokasi tapak memudahkan pengunjung melakukan kunjungan ke sana. 3. Potensi alam yang menguntungkan Perancangan Resort ini sangat tepat karena potensi alamnya dan letak geografisnya yang mendukung, selain itu hotel resort ini mempunyai karakter khusus dari bentuk dan perancangannya karena mengaplikasikan nilai-nilai Rumah-rumah adat yang ada di Sumatera Utara. Jika ditinjau dari segi lokasi dan latak geografisnya dan letak tapak dekat dengan tempat rekreasi dan didukung geografis puncak gunung memberikan pemandangan yang indah menuju danau toba. Dari segi geografis juga diuntungkan oleh keindahan alam daerah sekitarnya seperti Sipiso-piso terletak lebih kurang 5 km dari lokasi Resort, merupakan air terjun yang terkenal dengan ketinggian lebih kurang 360 kaki sebelum mengalir ke Danau Toba. Daerah ini memiliki pemandangan yang indah seperti daerah Tao Silalahi yang berada di dekatnya dan terletak di bagian utara Danau Toba. Pemilihan Lokasi juga didasarkan pada : 1. Lokasi merupakan salah daerah yang menjadi tempat kunjungan wisata yang ada di Sumatera Utara yaitu kabupaten Tanah Karo 2. Berada di tengah provinsi sumatera utara 3. Pencapaian menuju ibu kota Provinsi dapat ditempuh ± 4 jam yang merupakan pintu utama masuknya wisatawan domestic maupun mancanegara 4. Tersedianya sarana dan prasarana yang cukup baik untuk menjangkau lokasi

8

Universitas Sumatera Utara 5. Potensi wisata yang berada di sekitar lokasi

Kota Kota Medan

Merek

(Lokasi Resort)

pintu utama masuknya wisatawan domestic maupun mancanegara

Kota Siantar

Nias Kota Prapat Kota Kota Tarutung

Gambar 2.1 Perbatasan Kabupaten Karo

2.3 Studi Kelayakan 2.3.1 Kondisi Wilayah 1. Merek merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Merek beribukota di desa Merek dan memiliki topografi berbukit dan merupakan sentra penghasil kopi arabika, sayur mayur, kawasan hutan pinus serta merupakan lokasi stasiun terminal agrobisnis pendukung program nasional agropolitan yang terletak di desa Bandar Tongging (dikenal dengan nama desa Tambusan). Penduduknya didominasi suku Simalungun dan suku Karo karena berbatasan langsung dengan kabupaten Simalungun dan sebagian berbatasan langsung dengan kabupaten Dairi. 2. Tanah Karo merupakan dataran tinggi Karo dengan ibu kota Kabanjahe, terletak 77 km dari kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara. Luas daerah Kabupaten Karo sekitar 2.127,25 kilometer persegi yang terbentang di dataran tinggi dengan ketinggian 140 sampai 1400 meter di atas permukaan laut. Memiliki jumlah penduduk 276.763 jiwa, dengan kepadatan penduduk 130

9

Universitas Sumatera Utara jiwa/km pendapatan PDRB/kapita US$491. Karena berada di ketinggian tersebut Tanah Karo Simalem mempunyai iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celsius dengan curah hujan 1.000 – 4.000 mm/tahun dan kelembapan udara 82%. Potensi yang dimiliki Kabupaten Karo antara lain komoditas sayur-mayur dan buah-buahan, sumber daya hutan (kayu gergajian, long pinus), bahan galian C (dolomite dan belerang, batu, pasir) dan sektor pariwisata (pemandangan alam, udara yang sejuk, bukit-bukit). Karena potensi yang dimilikinya maka Kabupaten Karo memiliki peluang yaitu industri pengolahan buah-buahan dan sayur-mayur, investasi industri hasil hutan (kayu lapis), pembangunan kawasan wisata, hotel, dan restoran. Daerah ini merupakan hulu sungai, serta potensi sumber-sumber mineral dan pertambangan yang ada didaerah ini cukup potensial akan tetapi masih memerlukan penjajakan.

Kabupaten Karo mempunyai 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Adapun curah hujan di daerah ini adalah : 1. Angin berhembus dari arah barat kira-kira pada bulan Oktober s.d. bulan Maret setiap tahunnya. 2. Angin berhembus dari arah timur dan tenggara antara bulan April s.d. bulan September setiap tahunnya.

2.3.2 Potensi Kepariwisataan Kabupaten Karo Kabupaten Karo adalah salah satu dari ketujuh belas Kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki potensi kepariwisataan yang cukup berpotensi dan banyak. Daerah ini berhawa sejuk yang dikelilingi oleh Bukit Barisan dan memilki pemandangan yang sangat menarik untuk dinikmati bagi turis asing maupun domestik. Di Kabupaten Karo terdapat dua gunung berapi aktif yaitu Gunung Sibayak dan Gunung Sinabung yang banyak dikunjungi oleh para turis lokal maupun manca negara. Potensi Kepariwisataan yang dimiliki oleh Kabupaten Karo adalah sebagai berikut: 1. Berastagi Berastagi merupakan tujuan wisata utama di Tanah Karo yang terletak di ketinggian sekita 4.594 kaki dari permukaan laut dikelilingi barisan gunung- gunung. Memiliki udara yang sejuk dari hamparan perladangan pertaniannya yang indah, luas, hijau. Berastagi merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, golf dan lain-

10

Universitas Sumatera Utara lain sampai kepada hotel yang tarifnya relatif dapat terjangkau. Berastagi juga dikenal dengan julukan kota “Markisa & Jeruk Manis”. Selain buah-buahan, Berastagi juga terkenal sebagai penghasil berbagai jenis sayur-sayuran, buah- buahan dan bunga-bunga. Kegiatan-kegiatan lain yang sering dilakukan oleh wisatawan adala hiking, fishing, dan refreshing. Pada hari Minggu kota Berastagi padat dikunjungi oleh wisatawan nusantara terutama dari kota Medan yang mana ingin berakhir Minggu di kota ini. Biasanya mereka melakukan kegiatan shopping (bunga, buah, dan sayuran). Salah satu kegiatan pariwisata yang digemari wisatawan (usia produktif) adalah pendakian gunung, jalan lintas hutan (jungle track) dan kemping (campingground). Di Berastagi juga terdapat layanan pariwisata (informasi wisata) yang siap memberikan informasi-informasi tentang objek wisata dan daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Karo. Selain itu juga tersedia taxi rental untuk melakukan perjalanan (sightseeting) dan sado untuk melakukan perjalanan di sekitar kota Berastagi. Angkutan sado yang merupakan kendaraan langka untuk mengangkut penumpang dalam kota seperti dari Berastagi ke Gundaling atau ke hotel dan lain-lain. Kereta sado ini sangat dinikmati oleh wisatawan domestik, masyarakat, dan wisatawan manca negara. Di Berastagi juga banyak terdapat sarana akomodasi, restoran, souvenir shop dengan pelayanan yang cukup memadai. Bukit Kubu adalah salah satu hotel di Berastagi yang memiliki arsitektur peninggalan zaman kolonial yang mempunyai arena atau lapangan golf, tennis dan kebun bunga yang indah. Bukit Kubu sering dikunjungi oleh turis-turis dari Eropa khususnya wisatawan asal Belanda, untuk berakhir pekan dan untuk mengenang keadaan zaman Kolonial masa lalu.

2. Pesta Tahunan (kerja Tahunan) Kerja tahun merupakan aktivitas tradisi turun temurun yang dilaksanakan oleh masyarakat Karo. - Danau Lau Kawar Danau Lau Kawar terletak 27 km dari Berastagi dan berada di kaki Gunung Sinabung yang memiliki panorama yang indah dengan airnya yang jernih dan dingin dan dikelilingi atau ditumbuhi hutan belantara yang lebat dengan padang rumput hijau yang luas. Kegiatan yang sering dilakukan di tempat ini adalah hicking, fishing, dan menikmati matahari terbenam (sunset). - Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan

11

Universitas Sumatera Utara Tahura Bukit Barisan terletak 4 km dari kota Berastagi merupakan sebuah taman yang mempunyai kebun binatang dan pondok-pondok wisata untuk para pengunjung serta tersedia gajah tunggangan untuk anak-anak. Jalan setapak menuju hutan juga tersedia untuk pengunjung yang ingin meneliti atau sekedar melihat tumbuh-tumbuhan hutan, anggrek liar, pakis besar, kayu-kayu liar yang ditutupi lumut dan jamur, serta berbagai jenis kupu- kupu, kera, dan lain-lain. - Rumah Adat Tradisional Karo (Desa Budaya) Kabupaten Karo terdapat rumah-rumah tradisional yang umumnya sudah ratusan tahun dengan arsitektur yang tinggi. Rumah tradisional ini terdapat di desa Peceran, Lingga, Barus Jahe dan Dokan. Rumah tradisional ini terkenal dengan Rumah Adat Siwaluh Jabu diisi oleh delapan keluarga dalam satu rumah, demikian juga Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu dihuni oleh dua belas keluarga dalam satu rumah. - Lau Debuk-Debuk Tempat pemandian air panas yang mengandung belerang. Tempat ini selalu disinggahi wisatawan setelah mendaki Gunung Sibayak, tidak heran jika para wisatawan berendam lama di pemandian ini karena air panas tersebut selain mengusir hawa dingin juga berkhasiat menyembuhkan penyakit kulit. - Desa Tongkoh Desa Tongkoh terletak sekitar 5 km dari kota Berastagi. Di desa ini terdapat pabrik markisa dan perkebunan bunga. Mereka menjual bibit bunga beraneka ragam dan sangat digemari oleh wisatawan.

Merek (Lokasi Resort)

Gunung Sibayak

Air Terjun Sipiso-piso

Taman Wisata Iman Dairi

Gambar 2.2 Potensi Wisata yang Berada Disekitar Lokasi Danau Toba

12

Universitas Sumatera Utara Secara umum objek wisata dan daya tarik wisata sebagai salah satu potensi kepariwisataan Kabupaten Karo dibagi atas tiga bagian besar, yaitu : 1. Objek dan daya tarik wisata alam Objek wisata Bukit Gundaling, Kecamatan Berastagi, jarak 2 km. Objek wisata air terjun Sikulikep, Kecamatan Tiga Panah, jarak 15 km. ObjekwWisata air terjun Sipiso-Piso, Kecamatan Merek, jarak 37 km. Objek wisata air panas Lau Debuk-debuk, Kecamatan Berastagi, jarak 7 km. Objek wisata gunung Sibayak, Kecamatan Simpang Empat, jarak 16 km. Objek wisata gunung Sinabung, Kecamatan Payung, jarak 27 km. Objek wisata Gunung Sipiso-piso, Kecamatan Merek, jarak 42 km. Objek wisata danau Lau Kawar, Kecamatan Simpang Empat, jarak 27 km. Objek wisata Tahura Bukit Barisan, Kecamatan Tiga Panah, jarak 4 km. Objek wisata Goa Ling-Ling, Gara Kecamatan Tiga Nderket, jarak 100 km. Objek wisata Goa Ling-Lahar, Kecamatan Kuta Bulu, jarak 110 km. Catatan: Jarak diukur dari kota berastagi sebagai pusat kepariwisataan Kabupaten Karo. (Sumber : DISPARDA KAB.KARO)

2. Objek dan daya tarik wisata budaya Objek wisata Rumah Adat Tradisional Karo, Kecamatan Peceran, jarak 2 km. Objek wisata Rumah Adat Tradisional Karo, Kecamatan Lingga, jarak 15 km. Objek wisata Rumah Adat Tradisional Karo, Kecamatan Serdang, jarak 15 km. Objek wisata Rumah Adat Tradisional Karo, Kecamatan Barus Jahe, Jarak 19 km. Objek wisata Rumah Adat Tradisional Karo, Kecamatan Dokan, jarak 16 km. Objek wisata Pesta Mejuah-Juah Karo, Kecamatan Berastagi, jarak 0 km. Objek wisata Pesta Buah dan Bunga, Kecamatan Berastagi, jarak 0 km. Objek wisata Puntungan Meriam Putri Hijau, KecamatanSukanalu, jarak 0 km Objek wisata Guro-guro Aron, Kecamatan semua desa, jarak ---- Catatan: Jarak diukur dari kota Berastagi sebagai pusat kepariwisataan Kabupaten Karo. (Sumber : DISPARDA KAB.KARO)

3. Objek dan daya tarik wisata agro Lokasi Kebun Jeruk Jenis Objek Wisata Bukit jarak 8 km, Surbakti jarak 8 km, Basam jarak 7 km, Tanjung Barus jarak 10 km, Batu Karang 24 km.

13

Universitas Sumatera Utara Lokasi Bunga jenis Objek wisata Berastagi jarak 0 km, Tongkoh jarak 4 km, Seberaya jarak 9 km, Dolat Raya jarak 4 km, Suka jarak 18 km. Lokasi penyemaian dan pengolahan Holtikultura jenis objek wisata Kuta gadang jarak 3 km. Lokasi Kol jenis objek wisata Berastagi jarak 0 km, Simpang Empat jarak 7 km, Toga Panah jarak 15 km. Lokasi Asparagus jenis objek wisata Suka jarak 18 km. Lokasi Marquisah jenis objek wisata Sempa Jaya/Lau Gendek. Catatan: Jarak diukur dari kota berastagi sebagai pusat kepariwisataan Kabupaten Karo. (Sumber : DISPARDA KAB.KARO)

2.3.3 Sarana dan Prasarana a. Sarana Sarana pokok kepariwisataan (Main Uprastructure) antara lain adalah : 1. Biro Perjalanan Wisata (BPW) 2. Hotel 3. Restoran 4. Angkutan Wisata, yang mana menjadi sarana penting bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan untuk mencapai salah satu objek wisata yang ingin dikunjungi. Di Kabupaten Karo sekarang ini telah disediakan angkutan wisata selain mobil carteran yaitu “Ferry Carteran” yang terdapat di Desa Tongging. Ferry ini digunakan untuk wisatawan yang ingin mengelilingi Danau Toba dengan kapasitas 30 pax. 5. Objek dan atraksi wisata Semua sarana-sarana pokok di atas telah digunakan untuk mendukung sektor kepariwisataan di Kabupaten Karo. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementary Tourism Suprastructure) seperti fasilitas : . Kegiatan rekreasi . Olah raga, dan yang telah disediakan oleh Kabupaten Karo menjadi sarana tersebut adalah : lapangan golf, tennis meja, kolam renang, kuda untuk sarana kegiatan olah raga menunggang kuda. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure), yaitu salah satu sarana kepariwisataan yang berfungsi sebagai perangsang yang dilengkapi fasilitas-fasilitas dalam pemenuhan kebutuhan tambahan atau hiburan bagi

14

Universitas Sumatera Utara wisatawan agar tinggal lebih lama (Length of Stay). Hal ini mengakibatkan jumlah pengeluaran wisatawan akan bertambah. Adapun yang menjadi sarana-sarana penunjang kegiatan kepariwisataan tersebut antara lain : 1. Tersedianya fasilitas hotel berbintang dan restoran sebagai akomodasi utama bagi kebutuhan perjalanan wisata. 2. Tersedianya Biro Perjalanan Wisata sebagai pengantar perjalanan wisata. 3. Dan juga tersedianya souvenir shop sebagai pelengkap penyedia kepuasan perjalanan wisatawan.

b. Prasarana Prasarana yang terdapat di Kabupaten Karo yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar dalam pemenuhan kebutuhan- kebutuhan wisatawan adalah sebagai berikut : 1. Prasarana umum yang meliputi jaringan jalan raya, jembatan, air bersih, listrik, telekomunikasi, dan lain-lain. 2. Prasarana yang menyangkut dasar kebutuhan hidup oleh wisatawan, seperti : rumah sakit dan apotek, pusat perbelanjaan, kantor polisi, bank (money changer), pemadam kebakaran, kantor pos, dan lain-lain.

2.3.4 Arus Kunjungan Wisatawan Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang berkunjung ke Sumatera Utara pada bulan Mei 2011 mencapai 19.133 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 11,29 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Begitu pun bila dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya, jumlah wisman yang datang meningkat 19,89 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, Suharno, mengatakan, jumlah wisman yang berkunjung ke Sumut melalui tiga pintu masuk pada bulan Mei 2011 mencapai 19.133 orang, mengalami peningkatan sebesar 11,29 persen dibanding yang datang pada bulan April 2011 yang mencapai 17.192 orang. Demikian pula, jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2010, jumlah wisman pada bulan Mei 2011 mengalami peningkatan sebesar 19,89 persen, yaitu dari 15.959 orang menjadi 19.133 orang. "Peningkatan jumlah wisman pada bulan Mei 2011 dibanding bulan sebelumnya terjadi di tiga pintu masuk, yaitu pintu masuk Bandara Polonia dengan persentase peningkatan sebesar 11,00 persen, pintu masuk Pelabuhan Laut Belawan meningkat sebesar 8,96 persen, dan

15

Universitas Sumatera Utara Pelabuhan Tanjung Balai Asahan ini mengalami peningkatan sebesar 23,93 persen," katanya, Senin (4/7). Dia menjelaskan, lima negara yang warganya menjadi pengunjung terbanyak di Sumatera Utara pada bulan Mei 2011 adalah Malaysia 11.856 orang (61,97 persen), Singapura 980 orang (5,12 persen), Belanda 469 orang (2,45 persen), Amerika Serikat 275 orang (1,44 persen), dan Australia 269 orang (1,41 persen). Dikatakannya, peningkatan jumlah wisman di bulan Mei 2011 dibanding bulan sebelumnya, antara lain disebabkan oleh naiknya jumlah wisman dari Korea Selatan sebesar 39,53 persen, Taiwan sebesar 37,41 persen, Belanda sebesar 25,74 persen, Amerika Serikat sebesar 20,09 persen, Malaysia sebesar 17,68 persen, Singapura sebesar 9,99 persen, dan Jerman sebesar 3,02 persen. Sedangkan wisman dari Inggris, Australia dan Jepang mengalami penurunan yaitu masing-masing sebesar 25,96 persen, 13,23 persen, dan 11,30 persen. Perkembangan jumlah arus kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Karo jika dilihat pada grafik perkembangan dapat dilihat tahun 1990-1998 arus kunjungan wisatawan masih dalam kondisi yang stabil. Penurunan drastis terjadi sekitar krisis moneter di Indonesia yang didukung oleh banyaknya negara, kondisi ekonomi, dan lain-lain; sehingga semakin menampakkan pengaruh yang negatif yang akhirnya membuat wisatawan menjadi enggan untuk datang ke Indonesia. Hal ini juga sangat memberi pengaruh bagi kepariwisataan di Kabupaten Karo.

TAHUN DOMESTIK WISMAN JUMLAH TOTAL (*) 2005 218,963 8,365 227,328 295,526 2006 374,233 4,665 378,898 492,567 2007 395,923 6,242 402,165 522,815 2008 405,875 6,483 412,358 536,065 2009 434,641 6,491 441,132 573,472 2010 402,102 5,796 407,898 530,267

Tabel 2.1 Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo

(*) catatan : total kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo dihitung dari jumlah Kunjungan Wisatawan yang memasuki obyek wisata ditambah dengan jumlah Wisatawan yang tidak memasuki obyek wisata (diperkirakan 30% dari jumlah Kunjungan Wisatawan). (Sumber : Disparda Kabupaten Karo)

16

Universitas Sumatera Utara 2.4 Tinjauan Umum 2.4.1 Pengertian Resort a. Menurut Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah air Indonesia, hal.13, November, 1988, Resort adalah suatu perubahan tempat tinggal untuk sementara bagi seseorang di luar tempat tinggalnya dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kesegaran jiwa dan raga serta hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga dikaitkan dengan Universitas Sumatera Utara kepentingan yang berhubungan dengan kegiata olah raga, kesehatan, konvensi, keagamaan serta keperluan usaha lainnya. b. Menurut John M. Echols, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia, Jakarta, 1987, Resort adalah tempat peristirahatan di musim panas, di tepi pantai/di pegunungan yang banyak dikunjungi. c. Menurut A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974 , Resort adalah tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi orang dimana pengunjung datang untuk menikmati potensi alamnya. d. Menurut Nyoman.S. Pendit. Ilmu Pariwisata, Jakarta : Akademi Pariwisata Trisakti, 1999 , Resort adalah sebuah tempat menginap dimana mempunyai fasilitas khusus untuk kegiatan bersantai dan berolah raga seperti tennis, golf, spa, tracking, dan jogging, bagian concierge berpengalaman dan mengetahui betul lingkungan resor, bila ada tamu yang mau hitch-hiking berkeliling sambil menikmati keindahan alam sekitar resort ini. e. Menurut Chuck Y. Gee, Resort Development and Management, Watson-Guptil Publication 1988 , Resort adalah sebuah kawasan yang terrencana ydab tidak hanya sekedar untuk menginap tetapi juga untuk istirahat dan rekreasi. Sebuah resort seharusnya berada di kawasan wisata, dan juga terletak di daerah pegunungan atau pun pantai dikarenakan fungsinya yaitu sebagai tempat bersantai ataupun relaksasi.

2.4.2 Faktor Penyebab Timbulnya Resort Sesuai dengan tujuan dari keberadaan resort yaitu selain untuk menginap juga sebagai sarana rekreasi. Oleh sebab itu timbulnya resort disebabkan oleh faktor- faktor berikut : a. Berkurangnya waktu istirahat Bagi masyarakat kota khususnya kota Medan kesibukan mereka akan pekerjaan selalu menyita waktu mereka untuk dapat beristirahat dengan tenang dan nyaman.

17

Universitas Sumatera Utara b. Kebutuhan manusia akan rekreasi Manusia pada umumnya cenderung membutuhkan rekreasi untuk dapat bersantai dan menghilangkan kejenuhan yang diakibatkan oleh aktivitas mereka. c. Kesehatan Gejala-gejala stress dapat timbul akibat pekerjaan yang melelahkan sehingga dapat mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Untuk dapat memulihkan kesehatan baik para pekerja maupun para manula membutuhkan kesegaran jiwa dan raga yang dapat diperoleh di tempat berhawa sejuk dan berpemandangan indah yang disertai dengan akomodasi penginapan sebagai sarana peristirahatan. d. Keinginan menikmati potensi alam Keberadaan potensi alam yang indah dan sejuk sangat sulit didapatkan di daerah perkotaan yang penuh sesak dan polusi udara. Dengan demikian keinginan masyarakat perkotaan untuk menikmati potensi alam menjadi permasalahan, oleh sebab itu hotel resort menawarkan pemandangan alam yang indah dan sejuk sehingga dapat dinikmati oleh pengunjung ataupun pengguna hotel tersebut.

2.4.3 Karakteristik Resort Ada 4 (empat) karakteristik resort, yaitu : a. Lokasi Umumnya berlokasi di tempat-tempat berpemandangan indah, pegunungan, tepi pantai dan sebagainya, yang tidak dirusak oleh keramaian kota, lalu lintas yang padat dan bising, “Hutan Beton” dan polusi perkotaan. Pada Hotel Resort, kedekatan dengan atraksi utama dan berhubungan dengan kegiatan rekreasi merupakan tuntutan utama pasar dan akan berpengaruh pada harganya. (Fred Lawson, Hotel and Resort, Planning, Design and Refubishment, Watson-Guptil, 1995 ) b. Fasilitas Motivasi pengunjung untuk bersenang-senang dengan mengisi waktu luang menuntut ketersedianya fasilitas pokok serta fasilitas rekreatif indoor dan outdoor. Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi. Fasilitas rekreasi outdoor meliputi kolam renang, lapangan tennis dan penataan landscape.( Manuel-Bory Boid and Fred Lawson, Tourism and Recreation Development, The Achithectur Ltd, London, 1977 ) c. Arsitektur dan Suasana

18

Universitas Sumatera Utara Wisatawan yang berkunjung ke sebuah Resort cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya. Wisatawan pengguna hotel resort cenderung memilih suasana yang nyaman dengan arsitektur yang mendukung tingkat kenyamanan dengan tidak meninggalkan citra yang bernuansa etnik. d. Segmen pasar Sasaran yang ingin dijangkau adalah wisatawan / pengunjung yang ingin berlibur, bersenang-senang, menikmati pemandangan alam, pantai, gunung dan tempat- tempat lainnya yang memiliki panorama yang indah.

2.4.4 Klasifikasi Resort Jenis – jenis resort berdasarkan kelengkapan atraksi wisata antara lain : a. Resort Gabungan ( Integrated Resort ) Resort gabungan berorientasi khusus pada keistimewaan alam seperti pantai , laut , lereng ski , pemandangan gunung , atau keistimewaan lain seperti sejarah , lapangan golf , dan fasilitas olahraga lainnya , termasuk di dalamnya perkampungan pedesaan untuk berlibur. Resort gabungan dapat memiliki variasi menurut ukuran dari satu hotel dengan hotel lainnya , menurut keseluruhan jumlah kamar , menurut fasilitas pelayanan seperti olahraga , rekreasi , atau konferensi. Beberapa resort gabungan juga dibedakan menurut tingkat pelayanan akomodasi , misalnya tipe hotel dan cottage dengan pelayanan pribadi , apartemen , town house dan villa. Contoh resort di kepulauan Hawai.

b. Resort Perkotaan ( Town Resort ) Resort perkotaan menggabungkan penggunaan lahan dan aktivitas pada komunitas perkotaan , tetapi secara ekonomi difokuskan pada aktivitas resort yang memiliki akomodasi seperti hotel dan pelayanan wisata. Contoh resort di kota – kota Eropa , Amerika Utara , pantai australia , dan Jepang.

c. Resort Retreat ( Retreat Resort ) Skala resort retreat lebih kecil , kira – kira 20 – 25 kamar , tetapi direncanakan dengan analisa dan kelayakan yang hati – hati. Karena karakter khusus resort ini yang akses pencapaiannya terbatas , melayani tamu yang menginginkan ketenangan , lingkungan yang menyendiri , tetapi diikuti oleh aktivitas rekreasi,

19

Universitas Sumatera Utara seperti berburu , menyelam , memancing. Contoh resort – resort di karibia dan pulau – pulau Pasifik. Beberapa resort yang termasuk dalam jenis resort berdasarkan lokasi dan kelengkapan atraksi wisata : 1. The Beach, Golf and Tennis Resort Resort di sepanjang pantai yang selain menyediakan unit hunian yang baik juga menyediakan fasilitas tenis dan golf serta variasi fasilitas olahraga dan kebugaran ( fitness ) yang diharmonisasikan dengan suasana pantai atau pegunungan. 2. The Vacation Village ( Dusun Wisata ) Bentuk bangunan dusun wisata meniru bentuk bangunan setempat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan merupakan sebuah kompleks bangunan besar dan modern yang meniru konsep dusun. 3. The Health Spa Resort Resort yang menawarkan fasilitas tambahan berupa perawatan dan penyembuhan penyakit tertentu dengan air mineral. 4. The Marina Hotel Biasa disebut juga Floating Hotel, yakni bentuk penginapan yang terdapat di tepi sungai atau laut yang membutuhkan akses pencapaian yang mandiri dan memiliki jumlah tamu tertentu selama perjalanan

2.5 Tinjauan Khusus 2.5.1 Perkampungan Tradisional Sumatera Utara Sejak dibukanya perkebunan tembakau di Sumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di Utara, sebagai berikut : 1. Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat 2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo 3. Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir 4. Suku Batak Pesisir : Tapanuli Tengah, Kota Sibolga 5. Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan Mandailing Natal 6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun

20

Universitas Sumatera Utara 7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat 8. Suku Nias : Pulau Nias 9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat 10. Suku Aceh : Kota Medan 11. Suku Jawa : Pesisir Timur & Barat 12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur & Barat.

2.5.2 Pola Perkampungan 1. Batak Toba a. Perkampungan Suku Batak Toba mengikuti pola berbanjar dua,yaitu suatu tata ruang lingkungan dengan komunitas yang utuh dan mantap. Desanya disebut lumban / huta yang dilengkapi 2 pintu gerbang (bahal) di sisi utara dan selatan huta. Sekeliling kampong dipagar batu setinggi 2.00 m, yang disebut parik. Di setiap sudut dibuatmenara untuk mengintai musuh. Menurut sejarahnya, antar sesama suku Batak sering sekali berperang. Itu sebabnya bentuk kampungnya menyerupai benteng.

Gambar 2.3 Pola Perkampungan Adat Batak Toba yang Menyerupai Benteng dengan Dua Gerbang

Arsitektur Batak Toba terdiri atas rumah dan sopo (lumbung) yang saling berhadapan. Ruma dan sopo dipisahkan oleh pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang bersama warga huta. Lantai rumah kadang-kadang sampai 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah dipergunakan untuk kandang. Dahulu pintu masuk mempunyai 2 macam daun pintu, yaitu daun pintu yang horizontal dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai

21

Universitas Sumatera Utara lagi. Untuk memasuki rumah harus menaiki tangga yang terletak di tengah- tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak masuk rumah Batak Toba harus menundukkan kepala agar tidak terbenturpada balok yang melintang, hal ini diartikan tamu harus menghormati sipemilik rumah. b. Struktur Bangunan

Gambar 2.4 Potongan Melintang Rumah Bolon Sumber. Soeroto (2003: 104-105)

Tinggi bangunan mulai dari batu fondasi sampai ke puncakatapnya (ulu paung) sekitar 13,00 m. Rumah panggung dengankonstruksi kayu ini berdiri di atas tiang-tiang yang diletakkan di atasbatu ojahan (fondasi). Tiang-tiang rumah terdiri atas tiang panjang(basiha rea) dan tiang pendek (basi pandak). Bentuknya bulatberdiameter 50 - 70 cm, sehingga terkesan sangat kokoh.

Gambar 2.5 Denah Rumah Bolon Sumber. Soeroto (2003: 104-105)

22

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.6 Aksonometri Konstruksi Atap Rumah Bolon

Bangunan lumbung (sopo) dibangun berhadapan dengan rumah. Sopo dibedakan menurut jumlah tiangnya, yaitu antara 4 sampai 12 tiang. Sopo juga merupakan bangunan panggung yang melambangkan tri-tunggal banua. Bagian kolongnya tempat ternak, bagian tengah tempat menenun dan bersantai, sedang bagian atasnya tempat menyimpan padi. Dalam ukuran yang lebih kecil, bentuk arsitektur sopo sama persis dengan ruma bolon, hal ini sebagai bukti penghargaan yang diberikan pada lumbung sebagai sumber pangan dan kehidupan.

Gambar 2.7 Bangunan Lumbung (Sopo)

2. Nias a. Perkampungan Pada perkampungan tradisional Nias, ada pola-pola tertentu yang sering tampak sebagai orientasi perkampungan itu sendiri. Orientasi yang umum

23

Universitas Sumatera Utara dari perkampungan ini adalah mengarah ke empat arah mata angin (Utara – Selatan atau Timur – Barat), walaupun jika benar – benar diukur tidak selalu tepat (mungkin akan menyimpang beberapa derajat), namun dapat dikatakan orientasi itu sebagai arah utama. Orientasi arah mata angin ini juga didasari dari konsep yang mengacu kepada matahari. Jika diamati dari beberapa perkampungan tradisional di Nias, sebagian besar kampung-kampung ini terletak di dataran tinggi/bukit. Selain itu perkampungan tradisional memiliki halaman yang berteras-teras yang terbuat dari kumpulan batu-batu sungai. Susunan rumah berhadap-hadapan dan berdempet-dempetan. Melihat pola pemukiman kampung tradisional Nias tampaknya ada satu keterkaitan antara sistem peletakan bangunan antar hunian, sehingga tatanan tersebut menjamin hubungan yang tetap lancar dan konsisten antara hunian (masyarakat) dan pimpinan desa (raja).

Gambar 2.8 Struktur Pola Perkampungan Nias

Gambar 2.9 Pola Perkampungan Nias Arsitektur Nias tidak mengenal konsep pondasi yang ditanam di dalam tanah. Bangunan – dengan demikian hanya diletakkan begitu saja di atas batu sebagai alasnya.

Rumah Raja ()

Rumah Siila (satu tingkat dibawah raja)

Gambar 2.10 Rumah Raja dan Rumah Sila

24

Universitas Sumatera Utara Rumah adat dari kepala desa adat Bawömataluo ini terletak tepat pada sumbu jalan di sana. Suatu fasilitas yang hanya diberikan pada seorang kepala desa yang harus memberi mengawasi dan jaminan keamanan pada seluruh warga desanya.

Gambar 2.11 Tempat Pertemuan Warga Desa

Omo Sebua di Bawömataluo, dipotret dari bale di seberangnya. Omo Sebua sebagai rumah terbesar di desa Nias, nampak terbingkai dalam keagungannya.

b. Struktur Bangunan Rumah-rumah di Nias dibuat dari bahan kayu yang diberi corak seperti kapal perang.Atap yang curam dengan bukaan atap yang dapat dibuka, berfungsi memasukkan sinar matahari ke ruang dalam serta memberikan sirkulasi udara yang baik. Atap ini memiliki kekhasan tersendiri karena tidak ditemukan di bagian Nusantara lainnya. Atap rumah dibangun tinggi dari bahan serat palem, yang kemudian seiring masuknya pengaruh modernitas mulai ditinggalkan dan beralih ke atap seng. Dibagian kaki bangunan kolom- kolom terbagi menjadi dua jenis, yaitu kolom struktur utama yang berdiri dalam posisi tegak dan kolom penguat yang terletak dalam posisi silang- menyilang membentuk huruf X miring. Balok kayu ataupun batu besar sengaja diletakkan di sela- sela kolom penguat sebagai pemberat untuk menahan bangunan dari terpaan angin.

3. Karo a. Perkampungan Orientasi dan Pola Perkampungan suku Karo mengikuti arah aliran-aliran sungai yang terdapat di sekitarnya. Bangunan selalu mengarah ke utara dan

25

Universitas Sumatera Utara selatan. Alasan pembangunan rumah tradisional Batak Karo menghadap utara dan selatan dan juga mengikuti arah aliran sungai adalah karena masih adanya kepercaan mereka terhadap kekuatan-kekuatan gaib yang dapat mengganggu mereka apabila pembangunan rumah tidak seperti yang telah ditetapkan. b. Arsitektur Bangunan Rumah Tradisional Karo merupakan jenis rumah panggung dengan ketinggian bangunan dari tanah mencapai 12m. Maksud dari pembuatan rumah panggung ini adalah untuk menghindari ancaman dari binatang buas. Dinding rumah dibuat miring, berpintu dan jendela yang terletak di atas balok keliling. Atap rumah berbentuk segitiga dan bertingkat tiga. Pada setiap puncak dan segitiga-segitiga terdapat kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiaminya.

Gambar 2.12 Rumah Tradisional Karo c. Struktur Bawah Bangunan Rumah Adat Karo ini biasanya memiliki 16 kolom. Delapan diantaranya menahan beban atap dan delapan-nya lagi menahan beban struktur lantai. Kayu ini berdiameter 40 cm dan kayu ini di ambil dari hutan setempat.

Gambar 2.13 Pondasi Rumah Adat Karo

26

Universitas Sumatera Utara Pondasi Rumah Adat Karo disebut Palas. Palas ini terbuat dari batu alam yang terdapat di gunung atau sungai. Karena palas ini sering di sebut yang paling dasar pada rumah, maka orang karo sudah melazimkan kata palas untuk batu yang di gunakan untuk pondasi rumah adat karo ini.

d. Struktur Atas Bangunan Atap rumah berbentuk segitiga dan bertingkat tiga. Pada setiap puncak dan segitiga-segitiga terdapat kepala kerbau yang melambangkan kesejahteraan bagi keluarga yang mendiaminya. Pinggiran atap sekeliling rumah di semua arah sama, menggambarkan bahwa penghuni rumah mempunyai perasaan senasib sepenanggungan. Bagian atap yang berbentuk segitiga terbuat dari anyaman bambu disebut lambe-lambe.

Gambar 2.14 Bagian Atap Rumah Adat Karo Penutup atap rumah adat karo ini terbuat dari ijuk yang bersusun-susun sehingga mencapai tebal 20 cm. rangkanya sendiri terbuat dari bamboo yang di belah 1x3 cm dan di ikat dengan rotan dan dari bambu yang satu dengan yang satunya lagi mempunyai jarak 4 cm. Tunjuk Langit adalah tiang pemikul bubungan atap yang terbuat dari kayu berukuran 7x15 cm dan itu letaknya paling atas atap dengan

4. Melayu a. Perkampungan Masyarakat tinggal dipinggir-pinggir sungai dan laut sebagai sumber mata pencaharian mereka. Selain itu, berburu, menyadap karet merupakan mata pencaharian lainnya. Batas tanah antar seseorang dengan yang lainnya ditanam pohon pinang atau pohon-pohon keras lainnya pada sekeliling

27

Universitas Sumatera Utara tanahnya. Apabila letaknya tidak ditepi pantai, maka kampung melayu umumnya dilalui sungai, atau setidaknya dekat dengan sungai. Setiap kampung Melayu dilengkapi dengan sarana seperti : mesjid, makhtab, perkuburan (tanah wakaf). Luas tanah tiap orang di kampung Melayu tidak sama, disebabkan dan pembukaan kampung, dimana seseorang yang lebih kuat membuka hutan maka memiliki tanah yang lebih banyak. b. Pola Perkampungan 1. Hidup berkelompok pada satu lokasi tertentu, baik di daerah pegunungan maupun di pesisir pantai, sesuai dengan pekerjaan utama bertani / berladang dan nelayan. 2. Pola permukiman secara khusus tidak memiliki konsep yang baku namun prinsip dasarnya adalah memanjang mengikuti arah jalan atau sungai sebagai sarana trasnposrtasi (bandingkan dengan perkampungan Nias atau Batak Toba, yang memiliki konsep tertentu yang kuat).

Gambar 2.15 Rumah Adat Melayu

Gambar 2.16 Pola Perkampungan

28

Universitas Sumatera Utara c. Arsitektur Bangunan Tipologi Rumah adalah: 1. Bumbung Panjang, rumah asli dengan bumbung / rabung memanjang, denah berbentukpersegi panjang dan memiliki tebal layar (tembok layar) dinding segitiga pada samping atap. 2. Bumbung Lima, dipengaruhi oleh budaya barat (abad-19) dengan atap dengan bumbung / rabung 5 yaitu 1 rata dan 4 miring kecucuran atap sert tidak memiliki ujung atap tempat hiasan, tanpa tebal layar. 3. Bumbung Limas, perkembangan dan bumbung lima namun atapnya lebih rendah, dan paling digemari masyarakat Melyu, banyak dipengaruhi oleh Budaya Bugis dan Belanda (modern) tanpa tebal layar. Limas berasal dari kata Lima dan Emas. 4. Bumbung Perak, disebut juga Runiah Potong Perak atau Belanda yang berkembang abad-20 dengan Bumbung searah panjang rumah serta ad bukaan di ujung bumbung ada tebal layar. Model ini dipengaruhi oleh perkembangan kebudayaan Eropa melalui penjajah Belanda, dengan pemakaian aterial bangunan yang lebih modern, seperti seng dan logam / besi. Masih banyak dipergunakan sampai saat ini dan relative lebih mudah dan murah pembangunannya. d. Struktur Bangunan Struktur, Konstruksi dan material Bangunan: 1. Material Bangunan utama adalah kayu untuk papan dan balok, atap sirap, rumbia, bamboo dan sebagian pohon palma / kelapa. 2. Struktur dan konstruksi menerapkan prinsip pasak dan jepit. 3. Sistem pintu geser sangat tidak umum di masyarakat Melayu yang dipakai adalah engsel.

Adapun karakteristik dari Melayu adalah sebagai berikut: 1. Rumah terbuat dari kayu Rumah Melayu dahulu berada di suatu perkampungan yang dikelilingioleh hutan, sehingga masyarakat menggunakan kayu sebagai bahan dasar pembuatan rumah. 2. Bertiang tinggi

29

Universitas Sumatera Utara Alasan dan masyarakat Melayu membuat rumah dengan tiang tinggi adalah karena lingkungan pada masa itu disekitar masih berupa hutan lebat sehingga untuk menghindari dari binatang-binatang buas. Selain itu kolong dapat digunakan sebagai tempat perkakas alat-alat kerja dan berfungsi sebagai terowongan ruang udara dan bawah. Untuk rumah- rumah yang terletak di tepi pantai atau sungai biasanyauntuk menghindari bahaya banjir dan tanah yang berawa-rawa. 3. Bentuk empat persegi panjang. 4. Bentuk hampir mirip mirip dengan bangsal tetapi besarnya relatif lebih kecil. 5. Atap terbuat dari nipah atau rumbia. 6. Dinding terbuat dan buluh bambu atau nipah. 7. Tidak mempunyai plafon yang permanen. Tetapi mempunyai ‘para-para’ yang disebut loteng sebagai tempat anak gadis tidur pun tempat menyimpan alat-alat kenduri dan lain-lain. Jika ada acara, pada bagian bawah direntangkan kain sedangkan jika acara telah selesai kain tersebut dilipat kembali. 8. Lantai rumah tidak sama tingi pada tiap-tiap ruangan.Hal in menyebabkan terjadi lantai yang bertingkat-tingkat. 9. Penempatan dapur bermacam-macam tergantung kepada keperluannya. Masyarakat Melayu bertempat tinggal dengan cara satu kelompok keluarga. Anak laki-laki yang sudah berumah tangga tetap tinggal dengan orang tuanya sedangkan anak prempuan yang telah berumah tangga tinggal bersama orang tua dan suaminya.

5. Mandailing a. Perkampungan Halaman yang luas masih tampak pada tempat berdirinya bangunaan saat ini berbentuk hamparan datar yang terdapat didepan bangunaan. Halaman pada dasarnya berfungsi sebagai tempat kegiatan adat dan pada masa lampau halaman bnerfungsi sebagai tempat perlindungan.

b. Arsitektur Bangunan Jenis bangunan rumah adat yang ditemukan di daerah Mandailing, pada umumnya terdiri dari dua macam jenis bangunan yakni Bagas Godang dan

30

Universitas Sumatera Utara Sopo Godang. Di luar kedua jenis bangunan ini adalah rumah biasa sebagai pelengkap dari lingkungan sekitar rumah Raja. Letak bangunan Bagas Godang tetap sama seperti pada saat sebelum renovasi. Dimana bangunan ini dibangun menghadap barat dengan bentuk menyerupai persegi panjang dan harus seperti tanduk kerbau, atau lebih persis seperti bentuk perahu yang telah di sampaikan diatas. Bagas Godang, yang disebut juga bagas adat, sebagai tempat tinggal raja huta atau tunggane ni huta, sebagai pemimpin desa (huta), mengatur desa, menegakkan keadilan (hukum) dan menjaga adat ( Basral Hamidy, 1987 ), disebut juga gelar Raja Panusunan Bulung.

Gambar 2.17 Bagas Godang di Huta Gambar 2.18 Sopo Godang di Huta Godang, Kec. Ulu Pungkut Godang, Kec. Ulu Pungkut

Gambar 2.19 Sopo Godang Habincaran, Ulu Pungkut

Bangunan hopuk sebagai lumbung padi, juga memiliki arti perlambangan yakni lambang kesejahteraan sosial, di mana setiap anggota masyarakat kampung yang kekurangan pangan (makanan, yang sumber makanan pokok adalah beras), dapat meminta bantuan kepada raja (namora), berupa padi yang diambil dari hopuk tersebut. Berdasarkan fungsi bangunan rumah adat serta bangunan hopuk tadi, dapat kita temukan betapa tingginya tatanan adat dan kehidupan sosial yang diperlihatkan oleh masyarakat Mandailing.

31

Universitas Sumatera Utara Hubungan yang harmonis antara raja (namora) dengan rakyatnya maupun hubungan di antara sesama anggota keluarga masyarakat dalam satu ikatan adat. Apabila diperhatikan dari kedua jenis bangunan rumah adat ini, akan terlihat perbedaan struktur dan bentuk bangunan. Bagas Godang memiliki ukuran yang lebih besar dan indah, serta memiliki variasi bangunan yang dilengkapi ruang-ruang dan dapur. Dan kadang-kadang bentuk atap bangunan memiliki empat sudut yang dilengkapi tutup ari dan dilengkapi masing-masing ornamen sebagai perlambang adat. Sedangkan bangunan Sopo Godang, bentuk dan struktur bangunannya lebih kecil dan sederhana. Tidak semua badan bangunan ditutupi oleh dinding, kecuali ruang penyimpanan alat-alat kesenian. Persamaan yang ditemukan pada bangunan Bagas Godang dan Sopo Godang, terletak pada pola bentuk atapnya serta penerapan maupun penggunaan ornamen pada bagian tutup ari (alo angin).

Gambar 2.20 Bagas Godang Pakantan Lombang, Kec. Pakantan

Gambar 2.21 Rumah Lama, Diperkirakan Berdiri Tahun 1931, di Kompleks Bagas Godang Huta Godang, Ulu Pungkut

32

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.22 Sopo Godang Pakantan Lombang Kec. Pakantan

Gambar 2.23 Bagas Godang Habincaran, Ulu Pungkut

Bangunan Bagas Godang di Panyabungan Tonga memiliki beberapa ciri. Ciri-ciri tersebut diantaranya memiliki atap yang mengarah keempat mata angin. Pada bagian puncak atap menggunakan garis lengkung yang menghubungkan empat tutup ari. Adapun pada saat sebelum direnovasi bahan atap terbuat dari ijuk, namun saat ini sudah diganti dengan seng. Dibawah atap bangunan diletakkan tutup ari yang berbentuk segi tiga.dan diletakan di keempat arah atap. Pada dasarnya pembagian ruangan dan penyusunaan Bagas Godang berpatok pada keperluan bangunan dan luas bangunan. Setiap ruangan Bagas Godang memiliki fungsi tersendiri.

No Bagian Rumah Nilai yang terkandung 1 Bentuk atap Adanya nilai-nilai yang terkandung bahwa tanda maupun bentuk atap Bagas Godang yang memiliki ciri khas dan sejarah dari masa Raja pertama, yang mencerminkan sifat dan keagungan Raja dalam memimpin huta /kampung

2 Rumah Panggung Ada nilai sebuah rumah panggung Bagas Godang yang dipercaya Raja yang dimuliakan oleh semua masyarakatnya.

33

Universitas Sumatera Utara Karena Raja yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan harus panggung agar jauh dari gangguan binatang buas. 3 Tiang penyangga Ada nilai pada tiang penyangga harus berjumlah ganjil tidak berjumlah ganjil boleh genap. Karena dipercaya apabila jumlahnya genap akan banyak gangguan yang terjadi di lingkungan masyarakat, makanya harus berjumlah ganjil agar aman dari gangguan alam sekitar 4 Bahan tiang yang Bahan ini yang terbuat dari kayu, yang mengandung nilai terbuat dari kayu tetapi tidak terlalu diperhatikan. Karena dari dahulu sudah terbuat dari kayu sampai sekarang. Tanpa meninggalkan bentuk aslinya. 5 Bahan dasar Bahan dasar dinding harus terbuat dari kayu alami yang di dinding rumah bentuk menjadi papan dinding rumah. 6 Pewarnaan Pewarnaan harus tetap berdasarkan adat yang yang dipercaya dan yang ada di Mandailing 7 Halaman yang Harus memiliki halaman yang luas dan tetap berada di depan Luas Bagas Godang. Sebagai bentuk pelindung oleh Raja kepada masyarakatnya 8 Letak bangunan Dari dahulu bangunan Bagas Godang Pidoli Dolok ini sudah menghadap kebarat dari dahulu hingga sekarang. Karena dipercaya ada sebuah kuburan yang dikeramatkan oleh Raja dahulunya. 9 Ornamen pada Ornamen yang melekat di atap bangunan dari dahulu hingga bagian atap Bagas sekarang ini harus tetap seperti aslinya. Ornamen inilah Godang merupakan lambang simbol yang di percaya oleh masyarakat dan pewaris bahwa lambang dari simbol itu adanya sifat dan adanya kerajaan di Mandailing

Tabel 2.2 Tabel Nilai-Nilai yang terkandung dalam setiap bagian bangunan

6. Pak – pak a. Arsitektur Bangunan Salah satu ciri unik dari rumah adat Pakpak adalah pintu masuk yang diletakkan di bagian kolong rumah, dimana hal ini melambangkan sikap rendah hati dan tidak sombong. Bentuk atap yang melengkung oleh suku pakpak dianggap sebagai keberanian dalam menjunjung tinggi adat walaupun menghadapi resiko yang berat. Di atas lengkungan atap, diletakkan tanduk kerbau yang secara tradisi merupakan lambang keberanian, jiwa ksatria, serta kepahlawanan. Dua buah ‘binangun’ alias tiang besar diletakkan di depan rumah sebagai simbol sepasang suami istri yang rukun dalam kehidupan berumahtangga, sementara satu balok besar

34

Universitas Sumatera Utara alias ‘melmellon’ yang dipasang di bagian depan rumah merupakan simbol dari semangat persatuan, gotong royong dan musyawarah untuk mufakat.

b. Bubungan Atap Secara fisik dapat dijelaskan bahwa Rumah Adat Pakpak memiliki bentuk bubungan atap melengkung berbentuk seperempat lingkaran. Pada bagian paling atas terdapat sebuah Caban (red-Cawan) yang diletakkan tepat ditengah atas bubungan atap. Simbol ini bermakna simbol kepercayaan Pakpak yang pada kehidupan lama masyarakat Pakpak terdapat kepercayaan kepada Debata Kase-kase (Pasca masuknya agama Tuhan Yang Maha Esa). Dua Buah Tiang Besar pada bagian muka Rumah Adat Pakpak yang disebut Binangun. Simbol ini memberikan arti kerukunan rumah tangga antara suami dan istri. Satu buah Balok besar yang dinamai Melmellen yang posisinya terletak pada bagian samping muka rumah. Balok besar tersebut melekat menggambarkan kesatuan dan persatuan dalam segala bidang pekerjaan melalui musyawarah atau dalam istilah umum disebut Gotong- royong. Tangga rumah pada Rumah Adat Pakpak biasanya terdiri dari bilangan ganjil yakni 3 (Tiga), 5 (Lima) dan 7 (Tujuh). Hal ini bermakna bahwa penghuni rumah ini adalah keturunan raja (Marga tanah), sebaliknya yang memakai tangga rumah genap, yang menandakan penghuni rumah tersebut bukan keturunan marga tanah (Genengen). Pintu masuk dari bagian bawah kolong rumah, menunjukkan kerendahan hati dan kesiapsiagaan

7. Simalungun Fungsi dari bangunan ini seperti yang ada di Pematang Purba, tampaknya telah menyimpang dari penggunaan aslinya dan terlihat pada tungku perapiannya. Arsitektur tradisional dari suku Batak Simalungun masih dapat dipelajari dari empat jenis bangunan yang masih ada, dalam bentuk Balai Buttu (pintu gerbang rumah), (gudang), Bolon adat (rumah raja) dan Balai Bolon Adat (gedung pertemuan dan pengadilan). Balai Buttu dicapai dengan anak tangga dari kayu, luasnya kira-kira 6m2 dan tingginya 6 m. Dasarnya adalah balok-balok horisontal yang dibangun dalam bentuk persegi, di susun di atas empat buah batu kali dengan alas ijuk diantara

35

Universitas Sumatera Utara batu dan papan . Jambur digunakan untuk menyimpan beras, tetapi dipakai juga sebagai tempat tinggal tamu laki-laki dan tempat dimana para bujangan tidur. Bagian atas menunjukkan bahwa kegunaan utamanya telah menjadi tempat tinggal dan bukan dipergunakan sebagai tempat penyimpanan beras. Bangunan ini kira-kira luasnya 25 m2 dan tingginya 7m. Strukturnya di atas dua belas batu kali yang tiga menyilang ke depan dan empat dari depan ke belakang. Lantai yang lebih rendah hanya 75 cm dari tanah dan ditopang tiga lapis palang balok. Lumbung digantungkan di atas tungku di tingkat atas, dimana penggunaan utama dari bangunan tersebut tetap sebagai tempat penyimpanan beras. Balai Balon Adat sistem pembangunannya sama seperti Balai Buttu, tetapi dalam skala lebih besar. Perbedaan utamanya adalah pada tiang penyangga struktur atap yang diletakkan di atas balok lantai. Tiang berdiameter 35 cm dan dibuat dari kayu yang sangat keras. Bagian depan (Timur) adalah pintu, lebarnya 80 cm dan tingginya 1,5 m, dikelilingi dengan ukiran, lukisan dan tulisan dan dengan dua kepala pada ambang pintu. Potongan yang lebih rendah dari dinding yang miring pada setiap sisi pintunya dipenuhi dengan papan tiang jendela vertikal yang membiarkan masuknya cahaya dan angin. Rumah Balon Adat (rumah raja) terbagi menjadi dua bagian, yaitu yang besar dibangun pada tiang-tiang vertikal, sedangkan yang kecil disusun pada tumpukan balok horisontal, pintu masuk pada sisi sebelah Timur diapit oleh balkon atas dan bawah, menopang pada sambungan dari bagian atap ke bagian depan bangunan. Ujung atapnya sederhana, dua puluh tiang yang menopang lantai dibentuk menjadi ortogal dan dicat dengan motifgeometris hitam putih.

Gambar 2.24 Gambar Rumah Adat Simalungun di Pematang Purba

36

Universitas Sumatera Utara Tidak seperti bangunan lainnya, bangunan ini mempunyai lantai ganda dengan gang yang menurun ke pusat pada lantai yang lebih rendah. Lantai yang rendah berada 2,80 m dari tanah dan gang digantungkan dengan rota yang diikat pada dua pusat kayu, dilengkapi dengan kumpulan papan yang terbentuk dengan indah sebagai dekorasinya. Penutup atap keseluruhan adalah jalinan ijuk pada kaso dan papan kecil dari bambu. Bumbungan dikat dengan ijuk dengan hiasan kepala kerbau pada puncaknya. Rumah adatnya berbentuk panggung dengan lantai yang sebagian disangga balok-balok besar berjajar secar horizontal bersilangan. Balok-balok ini menumpu pada pondasi umpak. Dinding rumah agak miring dan memilliki sedikit bukaan/jendela. Atapnya memilliki kemiringan yang curam dengan bentuk perisai pada sebagian besar sisi bawah, sedang sisi atas berbentuk pelana dengan gevel yang miring menghadap ke bawah. Pada ujung atas gevel biasanya dihiasi dengan kepala kerbau. Tanduknya dari kerbau asli dan kepalanya dari injuk yang dibentuk. Bangunan Rumah Bolon pematang Purba ini bekas istana Raja, terdiri dari dua bagian. Bagian depaan disebut Lopou berukuran 12 m x 8,5 m. Dipakai tempat tinggal Raja dan tamu-tamunya. Rumah Bolon ini menghadap ke timur berdiri di atas umpak batu. Diatas umpak batu terdapat gelondongan kayu yang disusun secara horizontal. Jumlah gelondongan kayu 10 buah disebut halang/galang. Rumah ini tidak mempunyai jendela, tetapi dibuat berjeruji. Terdapat pintu masuk dari depan dan belakang, akan tetapi tangga naiknya ada di bagian depan dengan tangga kayu dan terdapat pegangan yang terbuat dari rotan disebut Hotang Bulo. Di tiang kiri dan kanan pintu masuk terdapat hiasan bohi-bohi (bentuk muka manusia yang menyeramkan). Di bagian dinding terdapat hiasan berupa cecak yang terbuat dari cat (dulu terbuat dari jalinan ijuk). Pada bangunan Simalungun susunan strukturnya terdiri dari tiang-tiang bergaris tengah 40 sampai 50 cm. Sebagian besar adalah balok-balok dan tiang-tiang yang dibiarkan dalam potongan bundar yang ditebang dari hutan. Kayu yang digunakan pada umumnya adalah kayu keras, kayu tongkang dan kadang- kadang keseluruhan bambu digunakan dalam jalinan ijuk yang diikat dengan rotan atau bambu belah. Struktur tersebut ditata di atas batu-batu kali yang besar kecuali untuk rumah raja. Tiang-tiangnya ditanam di dalam tanah. Pusat tiang

37

Universitas Sumatera Utara terpenting dari gedung pertemuan diukir dari kayu keras yang tebal. Paku tidak digunakan dalam konstruksi, hanya pasak dan tali ijuk baji (sentung).

a. Ruang Di ruang dalam Rumah Bolon bagian depan disebut Lopou dipakai Raja dan tamunya. Di ruang ini terdapat dua buah gon, di kiri dan kanan pintu masuk terdapat para-para tempat menyimpan senjata.. Di kanan kiri pintu masuk terdapat tungku yang di atasnya terdapat Parasanding (tempat menyimpan bumbu dan alat dapur). Di sudut kiri belakang terdapat kamar tidur Raja. Di tengah ruang terdapat tiang tempat meletakkan tanduk kerbau sebagi tanda penabalan Raja yang jumlahnya 13 tanduk sesuai jumlah raja di pematang purba.

Di ruang dalam Rumah Bolon bagian depan disebut Lopou dipakai Raja dan tamunya

Bagian belakang Rumah Bolon berfungsi sebagi tempat tinggal Isteri raja

Gambar 2.25 Gambar Pembagian Ruangan di

Rumah Adat Simalungun

Bagian belakang Rumah Bolon berfungsi sebagi tempat tinggal Isteri raja dan ruang ini tidak mempunyai sekat. Masing-masing menempai sisi kiri dan kanan dan masing-masing mempunyai tungku dan didalam rumah ini masih banyak terdapat berbagai peninggalan sejah berupa benda-benda alat rumah tangga, peti mati, benda pusaka dan lain-lain.

38

Universitas Sumatera Utara 2.6 Program Kegiatan 2.6.1 Program Kegiatan

Datang Pulang

Parkir

Administrasi Check in ------Check out

Istirahat di Cottage

Makan / Minum S antai Menikmati Alam Berenang

Diagram 2.1 Kegiatan Pengunjung

Datang Pulang

Parkir

Bekerja MengelolaResort

Kegiatan Administratif Kegiatan Operasional Kegiatan Keamanan Kegiatan Pengawasan

Diagram 2.2 Kegiatan Pengelola

39

Universitas Sumatera Utara 2.7 Studi Banding Proyek Sejenis 2.7.1 Putri Duyung Cottage Ancol Jakarta Hotel, Indonesia terletak di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta teluk dengan panorama pantai, Putri Duyung Ancol dari Cottage dalam kondisi cuaca baik Anda dapat melihat pulau terdekat Pulau Ayer dan juga anda bisa melihat aktivitas seasport sekitar teluk Jakarta, kapal berangkat dari Marina Ancol, selancar angin, jetski. Penginapan Hotel Ancol ini didirikan dengan desain arsitektur etnik dan artistik dan interior mewah dan berkualitas tinggi dengan sentuhan Timur Indonesia, Putri Duyung Ancol membawa suasana yang unik dalam kehidupan modern Jakarta. Suasana tropis di setiap sudut resort akan memanjakan perasaan Anda, sifat damai sejati pantai.

Gambar 2.26 Putri Duyung Cottage Ancol

Putri Duyung Ancol Cottage merupakan daerah resor dekat Ancol - Jakarta Bay City, dengan fasilitas standar internasional semalam untuk pariwisata dan bisnis. Terletak di pantai, Putri Duyung Ancol dilengkapi dengan bungalow yang unik dan artistik ke laut dan kamar dengan pemandangan panorama laut yang indah untuk. Temukan bungalow ini nyaman dan biarkan diri Anda terpesona oleh gelombang dan irama suasana pulau. Putri Duyung Ancol berada diatas lahan seluas 70.000 meter persegi bentuk sebuah semenanjung kecil yang dikelilingi oleh laut dan Ancol Danau. Putri Duyung Ancol dibangun dengan konsep kenyamanan bagi keluarga dan mengacu pada

40

Universitas Sumatera Utara lingkungan yang nyaman. Ini ketenangan pantai damai, dengan lingkungan pepohonan hijau di sekitar cottage dan desain arsitektur yang unik yang akan membawa ketenangan penghuninya. Fasilitas Putri Duyung Ancol Cottage 1. Cabana Beach Bar 2. Romantis Mengambang Restoran 3. Marlin Pantai Barbeque 4. Cabana Beach Club, menyediakan fasilitas olahraga air (selancar angin, dll jet ski) 5. Fasilitas Associate: Dunia Fantasi, Atlantis Water Adventures, Gelanggang 6. Samudra Ancol Olahraga fasilitas: kolam renang berbentuk perahu, lapangan tenis, jogging track 7. Nyiur Café 8. Taman Bermain Anak 9. Bisnis Cente 10. Spa

Hotel yang berlokasi di tepi pantai ini mempunyai luas lahan ±16 hektar dengan bentuk “cottage”. Setiap cottage terdiri dari 2 (dua) sampai 9 (sembilan) bangunan yang berbeda tipe kamarnya. Kamar tidur pada Hotel Resort Putri Duyung berjumlah 125 kamar dengan spesifikasi sebagai berikut : 1. Kamar tipe Standart (Standard Room) : - Cottage Kerang jumlah kamar 10 buah - Cottage Bawal jumlah kamar 10 buah - Cottage Hiu jumlah kamar 10 buah - Cottage Kepiting jumlah kamar 12 buah - Cottage Penyu jumlah kamar 14 buah - Cottage Kakap jumlah kamar 10 buah

2. Kamar tipe Deluxe (Unique Deluxe Room) : - Cottage Kole-kole jumlah kamar 2 buah - Cottage Leva-leva jumlah kamar 2 buah - Cottage Mayang jumlah kamar 2 buah - Cottage Leti-leti jumlah kamar 2 buah - Cottage Kuda Laut jumlah kamar 5 buah

41

Universitas Sumatera Utara 3. Kamar tipe Suite (Deluxe Suite Room) : - Cottage Kerapu jumlah kamar 3 buah - Cottage Tongkol jumlah kamar 4 buah

4. Kamar tipe Keluarga (Family Room) : Golden Room - Cottage Cucut jumlah kamar 3 buah - Cottage Teripang jumlah kamar 3 buah - Cottage Udang jumlah kamar 3 buah - Cottage Ubur-ubur jumlah kamar 3 buah - Cottage Rajungan jumlah kamar 4 buah - Cottage Tenggiri jumlah kamar 3 buah - Cottage Cakalang jumlah kamar 4 buah - Cottage Lumba-lumba jumlah kamar 9 buah Duyung Room - Cottage Duyung jumlah kamar 5 buah Marlin - Cottage Marlin 400 jumlah kamar 1 buah - Cottage Marlin 500 jumlah kamar 1 buah - Cottage Marlin 600 jumlah kamar 1 buah - Cottage Marlin 700 jumlah kamar 1 buah - Cottage Marlin 800 jumlah kamar 1 buah Paus - Cottage Paus 100 jumlah kamar 1 buah - Cottage Paus 200 jumlah kamar 1 buah - Cottage Paus 300 jumlah kamar 1 buah

Kesimpulan : Berdasarkan analisa di atas dapat disimpulkan bahwa mendesain sebuah hotel selain harus sesuai dengan prinsip desain hotel, harus memperhatikan klasifikasi hotel dan juga standart hotel. Iklim dan lingkungan sekitar sangat berpengaruh terhadap kenyamanan sebuah hotel yang memerlukan tingkat privacy yang tinggi, terutama untuk hotel resort. Studi kasus yang penulis tampilkan dalam hal ini hotel resort Putri Duyung Cottage-Ancol merupakan contoh sebuah hotel resort dengan arsitektur tropis yang terletak di tengah kota Jakarta. Akhir kata semoga apa yang

42

Universitas Sumatera Utara penulis tampilkan dalam pembahasan ini dapat berguna bagi pembaca. Kritik dan saran sangat diharapkan agar penulisan ini lebih baik lagi.

2.7.2 Lumbung Cottage (Gili Trawangan, Indonesia).

Gambar 2.27 Lumbung Cottage (Gili Trawangan, Indonesia) Sumber ; http://www.lumbungcottage.com/

Kami memiliki 22 bungalow. Ini adalah tempat yang menyenangkan dan nyaman untuk bersantai selama liburan di pulau ini indah. Lokasi kami di 100meters dari pelabuhan. Kami menawarkan Anda dengan kamar tradisional Gaya Lombok Lumbung Sasak. Bahan utama kami adalah kayu dan semak dengan ornamens batu beberapa. kami juga menawarkan lingkungan yang tenang.

a. lokasi Untuk mendapatkan lokasi kami, Anda dapat mengambil transportasi umum dari Bandara Ngurah Rai ke Pelabuhan Benoa. Dan setelah itu gunakan fastboat untuk pergi ke Gili Trawangan. Perkiraan waktu 2 jam. Alternatif rute (perjalanan panjang). Dari Bandara Ngurah Rai mengambil transportasi umum untuk pergi ke Padang Bay. Menggunakan perahu publik untuk pergi ke Lombok Lembar, ketika Anda tiba di sana, mengambil mobil sewa atau taksi untuk Bangsal. Akhirnya, mengambil perahu publik atau perahu carter ke Gili Trawangan. Perkiraan waktu 8 Jam.

b. Ruang fasilitas 1. Television DVD Player 2. Air Conditioner 3. Panas dan Dingin Air

43

Universitas Sumatera Utara 4. WIFI 5. Swiming pool 6. Laundry Layanan dan sepeda

Gambar 2.28 Swiming Pool Lumbung Cottage http://www.lumbungcottage.com/

Gambar 2.29 Fasilitas Lumbung Cottage (Gili Trawangan, Indonesia) Sumber ; http://www.lumbungcottage.com/

44

Universitas Sumatera Utara BAB III ELABORASI TEMA

3.1 Pengertian Tema Tema yang digunakan pada Sumatera Utara Traditional Village Resort ini menggunakan arsitektur neo-vernakular.

Pengertian arsitektur : Ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan,struktur-sturuktur lain yang fungsional, terkonstruksi dengan baik, memiliki nilai ekonomis serta nilai estetika1; Hasil upaya manusia menciptakan lingkungan yang utuh untuk menampung kebutuhan tempat tinggal, berusaha atau bersosial budaya2; Seni atau pengetahuan tentang bangunan, khususnya, seni bangunan permukiman, gereja, jembatan, dan dengan struktur yang lainnya, untuk tujuan kehidupan sipil, yang sering dibilang arsitektur sipil. (Architecture is the art or science of building, especially, the art of building houses, bridges, and other structures, for the purposes of civil life; often called civil architecture)3; seni merancang gaya bangunan.4

Pengertian Neo-Vernacular Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Maka arsitektur vernacular dapat diartikan sebagai arsitektur asli yang dibangun oleh masyarakat setempat. Dapat diartikan juga sebagai suatu seni dalam merancang suatu bangunan dengan cara memasukkan langgam ciri khas daerah tertentu yang di kemas ke dalam style yang lebih baru. Dalam perkembangan arsitektur modern, ada suatu bentuk-bentuk yang mengacu pada bahasa setempat denganmengambil elemen-elemen arsitektur yang ada dalambentuk modern (buku pegangan arsitektur vernakular UGM Haryadi & hatmoko adi, 1999), Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post- Modern yang lahir sebagai respon dan kritik atas modernisme yang mengutamakan

1 Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 2, PT. Cipta Adi Pustaka, Jakarta, 1988, hal 272 2 Ir. Rahadi B“, Arsitektur “eagai Warisa Budaya, Djaata, 1977, hal 3 3 www.dictionary.com 4 Poerwadaminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka

45

Universitas Sumatera Utara nilai rasionalisme dan fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-Vernacular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan lingkungan. “Pada intinya arsitektur Neo-Vernacular merupakan perpaduan antara bangunan modern dengan bangunan bata pada abad 19”. Batu-bata dalam kutipan diatas ditujukan pada pengertian elemen-elemen arsitektur lokal, baik budaya masyarakat maupun bahan- bahan material lokal. “Aliran Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dan memiliki kelengkapan berikut ini : hampir selalu beratap bubungan, detail terpotong, banyak keindahan dan bata-bata. Bata itu manusiawi, jadi slogannya begitu manusiawi. Dari pernyataan Charles Jencks dalam bukunya “language of Post-Modern Architecture” maka dapat dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernacular sebagai berikut : 1. Selalu menggunakan atap bumbungan 2. Atap bumbungan menutupi tingkat bagian tembok sampai hampir ke tanah sehingga lebih banyak atap yang di ibaratkan sebagai elemen pelidung dan penyambut dari pada tembok yang digambarkan sebagai elemen pertahanan yang menyimbolkan permusuhan. 3. Batu bata (dalam hal ini merupakan elemen konstruksi lokal) Bangunan didominasi penggunaan batu bata abad 19 gaya Victorian yang merupakan budaya dari arsitektur barat. 4. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan dengan proporsi yang lebih vertikal. 5. Kesatuan antara interior yang terbuka melalui elemen yang modern dengan ruang terbuka di luar bangunan. 6. Warna-warna yang kuat dan kontras.

Dari ciri-ciri di atas dapat dilihat bahwa Arsitektur Neo-Vernacular tidak ditujukan pada arsitektur modern atau arsitektur tradisional tetapi lebih pada keduanya. Hubungan antara kedua bentuk arsitektur diatas ditunjukkan dengan jelas dan tepat oleh Neo- Vernacular melalui trend akan rehabilitasi dan pemakaian kembali. 1. Pemakaian atap miring 2. Batu bata sebagai elemen lokal 3. Susunan masa yang indah.

46

Universitas Sumatera Utara Mendapatkan unsur-unsur baru dapat dicapai dengan pencampuran antara unsur setempat dengan teknologi modern, tapi masih mempertimbangkan unsur setempat. Kriteria-kriteria yang mempengaruhi arsitektur Neo Vernakular adalah sebagai berikut : 1. Bentuk-bentuk menerapkan unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, detail, struktur dan ornamen) 2. Tidak hanya elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen nonfisik yaitu budaya pola pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. 3. Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip-prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilan visualnya) Jadi latar belakang penerapan tema arsitektur neo vernakular pada Sumatera Utara Tradisional Village Resort berkeinginan melestarikan unsur-unsur atau ciri arsitektur lokal dengan unsur-unsur modern yang berkembang saat ini agar lebih menarik pengunjung.

3.2 Interpretasi Tema 3.2.1 Pendekatan Arsitektur Neo – Vernakular Yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan dalam arsitektur neo- vernacular adalah Interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur setempat yang dimasukkan kedalam proses perancangan yang terstruktur lalu kemudian diwujudkan dalam bentuk yang termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang. Ragam dan corak desain yang digunakan adalah dengan pendekatan simbolisme, aturan, dan tipologi untuk memberikan kedekatan dan kekuatan pada desain. Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan yang ada didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai dengan fungsi bangunan.

3.2.2 Prinsip Desain Arsitektur Neo - Vernakular Adapun prinsip-prinsip desain arsitektur Neo-Vernakular secara terperinci, yaitu : 1. Hubungan Langsung: merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai/fungsi dari bangunan sekarang.

47

Universitas Sumatera Utara 2. Hubungan Abstrak: meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur. 3. Hubungan Lansekap: mencerminkan dan menginterprestasikan lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim. 4. Hubungan Kontemporer: meliputi pemilihan penggunaan teknologi, bentuk ide yang relevan dengan program konsep arsitektur 5. Hubungan Masa Depan: merupakan pertimbangan mengantisipasi kondisi yang akan datang.

3.2.3 Penerapan Resort dengan Konsep Neo Vernakular Banyak orang berfikir bahwa resort hanya memiliki bentuk fasad dengan arsitektur tropis. Pendapat ini tidak sepenuhnya benar, namun tidak juga salah karena kebanyakan resort memang dibangun dengan konsep arsitektur vernacular yang cantik dan penuh nuansa alam serta etnik. Banyak orang yang tidak mengenal konsep arsitektur vernacular, padahal konsep tersebut telah menjadi favorit dalam perkembangan gaya arsitektur banyak daerah wisata di Indonesia. Resort dengan konsep Neo Vernakular tentu saja memiliki kelebihan dan daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Hal inilah yang mendasari banyaknya resort yang memilih konsep Neo Vernakular untuk menyajikan nuansa alam dan etnik local khususnya yang ada di Sumatera Utara yaitu yang termasuk penduduk asli ialah: suku Melayu, Karo, Simalungun, Fak-fak/Dairi, Toba, Mandailing, dan Nias. Meskipun budaya Indonesia banyak dikagumi oleh bangsa-bangsa lain, namun sungguh ironis sekali karena banyak generasi muda-mudi Indonesia pada zaman sekarang kurang memperdulikan atau kurang tertarik dengan keanekaragaman budaya yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Padahal apabila budaya Indonesia terus dilestarikan, bukan tidak mungkin itu malah mendatangkan devisa bagi masyarakat setempat. Seperti orang-orang yang masih mempertahankan rumah adat ataupun tarian adat bali maupun budaya asli Bali, sehingga banyak sekali turis-turis mancanegara yang tiap tahunnya banyak berkunjung ke Bali. Tentunya hal seperti itu juga akan mendatangkan devisa yang sangat besar untuk kemajuan masyarakat setempat. Kehadiran konep arsitektur neo vernacular dianggap sebagai sebuah solusi bagi kerinduan manusia modern akan nuansa arsitektur tradisional namun konsep dengan berbagai material, elemen yang modern dan lebih canggih. Konsep vernacular sendiri sebenarnya sudah lama dikenal oleh masyarakat dunia sejak

48

Universitas Sumatera Utara tahun 1960-an, namun masih dipandang sebelah mata dan tidak banyak dilirik orang. Namun, saat arsitektur yang ramah lingkungan mulai menjadi isu penting dan menjadi headline di dunia arsitektur, maka konsep vernacular menjadi sebuah jawaban yang menenangkan. Konsepnya merupakan bentuk evolusi dari arsitektur tradisional. Dengan konsep modern namun memiliki bungkus dan filosofi yang diambil dari alam maka arsitektur vernacular menjadi perbincangan di semua media di dunia. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa penerapan arsitektur Neo-Vernakular terdiri dari 2 aspek yaitu: aspek fisik dan non fisik, dimana kedua aspek tersebut diterapkan dalam implementasi terhadap perancangan bangunan, baik sendiri- sendiri maupun secara bersamaan membentuk suatu komposisi rancang bangun yang komprehensif. a. Aspek Fisik Yang dimaksud aspek fisik disini adalah bentuk tampilan bangunan yang dilihat keberadaanya dengan mata dan mempunyai wujud dan bentuk tertentu. Kemudian bila kita kaitkan dengan aspek fisik dalam penerapan arsitektur Neo-Vernakular yang meliputi lokasi dan tapak, bentuk bangunan, bahan bangunan dan kontruksi. Berarti bahwa elemen-elemen tersebut yang merupakan suatu respon terhadap alam pada bangunan tradisional masa lalu, ditampilkan kembali pada bangunan modern dengan fungsi pada elemen-elemen tersebut tetap sama yaitu sebagai suatu usaha/ respon sebuah bangunan modern terhadap kondisi lingkungan dan iklim setempat. b. Non Fisik Yang dimaksud aspek non fisik adalah yang terkait didalam tradisi, adat istiadat, maupun aktivitas dari masyarakat yang erat dengan budaya setempat. Elemen-elemen yang dapat dieksplorasi ke dalam arsitektur modern meliputi : 1. Bentuk bangunan Pada masa lalu bangunan rumah tradisional umumnya mempunyai atap yang tinggi dan tritisan yang lebar, hal ini sebagai salah satu cara mengatasi curah hujan yang tinggi dan mengantisipasi terhadap panas matahari. Kemudian implementasi dalam bangunan modern penggunaan atap yang tinggi dan lebar merupakan suatu bentuk transformasi dari bentuk-bentuk vernacular. 2. Ornamen

49

Universitas Sumatera Utara Setiap Suku maupun etnik kebudayaan tertentu pasti memiliki ornamen yang menjadi karakter ataupun ciri khas dari suatu kebudayaan. Dimana setiap ornamen terkandung makna/ arti tertentu yang merupakan implementasi dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga ornamen sebagai elemen yang dapat dieksplorasi dapat memberikan kekhasan terhadap bangunan yang akan dirancang sesuai dengan unsur kebudayaan yang terkandung. 3. Material Pemilihan material yang akan digunakan juga sangat menentukan arsitektur tradisional yang dipilih karena melalui pemilihan material yang tepat, maka dapat dikatakan bangunan tersebut merupakan refleksi dari suatu arsitektur tradisional.

Perbandingan Tradisional Vernakular Neo Vernakular Ideologi Terbentuk oleh Terbentuk oleh Penerapan elemen tradisi yang tradisi turun arsitektur yang diwariskan secara temurun tetapi sudah ada dan turun-temurun, terdapat pengaruh kemudian sedikit berdasarkan kultur dari luar baik fisik atau banyaknya dan kondisi lokal. maupun nonfisik, mengalami bentuk pembaruan perkembangan menuju suatu arsitektur karya yang tradisional. modern. Prinsip Tertutup dari Berkembang Arsitektur yang perubahan zaman, setiap waktu bertujuan terpaut pada satu untuk melestarikan kultur kedaerahan, merefleksikan unsur-unsur lokal dan mempunyai lingkungan, ya ng telah peraturan dan norma- budaya dan terbentuk secara norma keagamaan sejarrah dari empiris oleh yang kental daerah dimana tradisi dan arsitektur tersebut mengembangkann berada. ya menjadi suatu Transformasi dari langgam yang

50

Universitas Sumatera Utara situasi kultur modern. homogen ke Kelanjutan dari situasi yang lebih arsitektur heterogen. vernakular Ide Desain Lebih mementingkan Ornamen sebagai Bentuk desain fasat atau bentuk, pelengkap, tidak lebih modern ornamen sebagai meninggalkan suatu keharusan. nila- nilai setempat tetapi dapat melayani aktifitas masyarakat di dalam.

Tabel 3.1 Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernakular dan Neo Vernakular (Sumber : Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo)

Perbandingan Regionalisme Neo Vernakular Pengertian Region adalah daerah Neo berarti baru, masa dan Ismeadalah paham, jadi peralihan dan vernakular faham bersifat kedaerahan adalahNative/asli/bahasa setempat, jadi peralihan dari bentuk setempat Ideologi Menciptakan arsitektur yang Fokus kepada penerapan kontekstual yang tanggap elemen arsitektur yang sudah terhadap kondisi lokal dan ada dari hasil vernakular dan senantiasa mengacu pada kemudian sedikit atau tradisi, warisan sejarah serta banyaknya mengalami makna ruang dan tempat pembaruan menuju suatu karya yang modern. Prinsip Mengarah pada pemenuhan Arsitektur yang bertujuan kepuasan dan ekspresi jati melestarikan unsur-unsur lokal diri yang mengacu pada masa yang telah terbentuk secara lalu, sekarang dan masa yang empiris oleh tradisi dan akan datang dan masih mengembangkannya menjadi

51

Universitas Sumatera Utara tergantung suatu langgam yang modern padavernakularisme dan kelanjutan dari arsitektur vernakular. Konsep Desain Masih cenderung hanya Bentuk desain lebih modern meniru bentuk fisik, ragam dan mencoba menampilkan dan gaya-gaya tradisional karya baru. yang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat. Kriteria · Menggunakan bahan· Bentuk-bentuk menerapkan bangunan lokal deengan unsur budaya, lingkungan teknologi modern. termasuk iklim setempat · Tanggap dalam mengatasi diuungkapkan dalam bentuk pada kondisi iklim setempat fisik arsitektural (tata letak · Mengacu pada tradisi, denah, detail, struktur dan warisan sejarah serta makna ornamen) ruang dan tempat. · Tidak elemen fisik yang · Mencari makna dan diterapkan dalam bentuk substansi cultural, bukan modern, tetapi juga elemen gaya/style sebagai produk nonfisik yaitu budaya pola akhir pikir, kepercayaan, tata letak yang mengacu pada makro kosmos, religius dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan. · Produk pada bangunan ini tidak murni menerapkan prinsip- prinsip bangunan vernakular melainkan karya baru (mengutamakan penampilaan visualnya)

Tabel 3.2 Perbandingan Regionalisme dengan Neo Vernakular Dalam(Su Arsitekturmber : Aplikasi Neo-Vernakular, regionalism dan tidakNeo Vernakular hanya menerapkan dalam desain elemen-elemen bangunan. fisik Agus Dharma dan Hasan Sadli, http://staffsite.gunadharma.ac.id yang diterapkan dalam bentuk modern tapi juga elemen non fisik seperti budaya, pola piker, kepercayaan, tata letak, religi, dan lain-lain.

52

Universitas Sumatera Utara Arsitektur Neo-Vernakular dimaksudkan agar tetap dapat melestarikan unsur-unsur budaya lokal dengan lapisan modernisasi. Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, banyak ditemukan bentuk-bentuk yang sangat modern, namun dalam penerapannya masih menggunakan konsep lama daerah setempat yang dikemas dalam bentuk yang modern. Arsitektur Neo-Vernakular ini menunjukkan suatu bentuk yang modern tetapi masih memiliki image daerah setempat walaupun material yang digunakan adalah bahan modern seperti kaca dan logam. Dalam Arsitektur Neo-Vernakular, ide bentuk-bentuk diambil dari vernakular aslinya yang dikembangkan dalam bentuk modern.

3.3 Studi Banding Tema sejenis 3.3.1 Samosir Villa Resort Samosir Villa Resort adalah Villa Resort baru di daerah Tuk-Tuk Pulau Samosir. Berlokasi di salah satu area yang strategis dan dinamis karena tepat disisi Danau Toba. Bayangkanlah sebuah pulau tepat berada ditengah-tengah danau vulkanik terbesar didunia, Danau Toba. Bangun tidaur dengan memandang langsung kedanau yang hanya berjarak beberapa langkah dari tempat tidur anda, gambaran yang sempurna dari surga tropis.

Gambar 3.1. Samosir Villa Ressort

Design villa resort yang elegan menyelimuti villa, cottage, design unik restoran, kolam renang (masih dalam rancangan), play ground, tempat parkir. Beberapa villa luasnya lebih dari ukuran satu-kamar suite, dengan ruang tamu yang terpisah, balkon, kulkas, TV, 1 kamar mandi dengan bathtub dan taman. Kami dengan bangga memperkenalkan Samosir Villa Resort dan seluruh staf hotel kami berharap hotel kami dapat menjadi salah satu villa yang kontemporer, villa berkelas di

53

Universitas Sumatera Utara Pulau Samosir. Apakah kunjungan anda berikutnya untuk bisnis, berlibur ataupun hanya untuk berakhir pekan, staf hotel kami akan menyambut anda baik wisatawan dari dalam maupun wisatawan asing untuk menikmati Samosir Villa Resort.

Gambar 3.2. View Lain dari Samosir

Gambar 3.3. Swimming Pool Samosir Villa Ressort

3.3.2 Simalem Resort Salah satu objek wisata terbaru & termegah di Provinsi Sumatera Utara, Terletak di kawasan Bukit Merek,Sidikalang objek wisata ini menghadirkan pemandangan Danau Toba dari sudut pandang yang sangat luas. Luas areal kawasan wisata ini mencapai 206 ha dgn lebih dr 25 ha telah ditanami tanaman buah jeruk, biwa, markisa, terong belanda, alpukat,dll. Taman Simalem ini dikembangkan oleh PT MEREK INDAH LESTARI (perusahaan yang terkait dgn Hotel Sibayak Berastagi) dan NEXUS INVESTMENT Pte Ltd(perusahaan investasi dr Singapore). Dilengkapi berbagai fasilitas modern dan pilihan rekreasi a.l. wisata alam, agrowisata, lounge-cafe, dan resort/villa yang masih dalam rencana pembangunan sampai thread ini ditulis. Objek wisata ini akan berprospek tinggi karna didukung

54

Universitas Sumatera Utara fasilitas yg sgt modern dengan objek alam yg spektakuler (Tao Toba sbg danau terbesar di Asia Tenggara & terdalam di dunia serta air terjun kembar & hutan alami). Fasilitas-fasilitas Taman Simalem yangg sudah rampung : 1. Pangambatan Valley {pusat pembibitan bunga dan gazebo tepi sungai untuk berpiknik} 2. Biwa,Marquisa & Orange Farm {Kebun buah2 an yang ditanam secara alami} 3. Kodon-kodon Cafe {Gazebo dengan pemandangan Danau Toba yg indah} 4. Toba Cafe {layanan cepat saji dengan pemandangan lapangan golf} 5. Karo Agrotourism Farm {pusat penelitian & pengembangan sayuran, buah dan bunga} 6. Tongging Cafe {sajian makanan ringan} 7. Management Office {kantor pengelola dan pusat informasi} 8. Jungle Track & Camping Ground {hutan belantara, air terjun kembar, tempat perkemahan} 9. Helipad{area parkir helikopter}

Gambar 3.4 Taman yang ada Fasilitas-fasilitas yang masih dalam proses pembangunan : 1. Lapangan Golf Gorat Ni Padang {lapangan golf nine-hole ditengah kebun teh & kopi} 2. Merek Funland {area rekreasi dan hiburan keluarga} 3. Pangambatan Zoopark {taman satwa interaktif dan alami} 4. Waterfall Lodge {hunian eksklusif tepi sungai di dalam hutan alami} 5. Tongging Lodge & Convention and Spa {hotel & kos2an dgn fasilitas konvensi} 6. Cable car {transportasi penghubung Taman Simalem ke tepian Danau Toba}

55

Universitas Sumatera Utara 7. One Tree Hill Villa Resort {hunian khusus member} 8. Buddhist Temple {arsitekur vihara Tiongkok Kuno}.

Untuk mencapai tempat tujuan dari Kota Medan selama 2,5 jam perjalanan dgn kendaraan bermotor (Bus, kendaraan pribadi) dan 45 menit dari Berastagi.

Gambar 3.5 Simalem Resort

Gambar 3.6 Salah Satu Restaurant di Simalem Resort

56

Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA

4.1 Lokasi Lokasi Resort yang direncanakan adalah di Merek yang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Indonesia. Kecamatan Merek beribukota di desa Merek dan memiliki topografi berbukit dan merupakan sentra penghasil kopi arabika, sayur mayur, kawasan hutan pinus serta merupakan lokasi stasiun terminal agrobisnis pendukung program nasional agropolitan yang terletak di desa Bandar Tongging (dikenal dengan nama desa Tambusan).

Gambar 4.1 Peta Lokasi Resort

4.2 Pencapaian Dapat dicapai melalui tiga pencapaian dari kota yang berbeda, yaitu : 1. Medan

57

Universitas Sumatera Utara Medan – Pancur Batu – Sembahe – Sibolangit – Bandar Baru – Berastagi – Kabanjahe – Tiga Panah – Merek dapat ditempuh dalam waktu ± 4jam 2. Sidikalang Sidikalang – Merek dapat ditempuh dalam waktu ± 1 jam 3. Siantar Siantar – Merek dapat ditempuh dalam waktu ± 2 jam

Dari Sidikalang

Dari Siantar

Gambar 4.2 Peta Pencapaian Lokasi

58

Universitas Sumatera Utara Pencapaian dapat dilakukan dengan menggunakan kendaraan bermotor baik angkutan umum maupun pribadi serta sepeda motor.

Gambar 4.3 Kendaraan yang dapat Digunakan untuk Mencapai Lokasi Resort Pencapaian menuju lokasi sangat dipengaruhi oleh kondisi jalan yang dilalui. Pencapaian yang mudah dan keadaan jalan yang baik menjadi daya tarik sehingga pengunjung bersedia datang ke resort ini.

4.3 Analisa Tapak 4.3.1 Kondisi Existing Lahan Kondisi existing lahan berupa pepohonan hutan yang masih tumbuh subur. Kondisi tanah yang berkontur, dan di aliri oleh aliran sungai.

Gambar 4.4 Kondisi Existing Lahan

Kondisi fisik dasar merupakan langkah awal sebuah kebutuhan adanya wadah untuk menampung sebuah kehidupan, sehingga fisik dasar mempunyai pengaruh pada kegiatan atau aktivitas yang tertampung didalamnya.

59

Universitas Sumatera Utara 4.3.2 Topografi

Titik terendah + 1486,43

Titik tertinggi + 1554,19

Gambar 4.5 Topografi pada Tapak

Kondisi topografi yang memiliki kontur membuat kondisi tanah bergelombang sehingga menimbulkan cekungan-cekungan serta kemiringan. Berdasarkan kondisi topografi pada tapak, analisis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Membiarkan lahan yang berkontur sebagai potensi perancangan tapak. Kelebihan Tidak ada biaya tambahan dalam perancangan, lahan berkontur lebih mampu menerima angin secara maksimal untuk Bangunan. Kekurangan Membutuhkan waktu lebih banyak dalam proses pembangunan dengan lahan berkontur. 2. Perataan lahan dengan cut and fill Kelebihan Proses pembangunan akan lebih mudah dan cepat. Kekurangan Membutuhkan biaya untuk proses tersebut dan akan menghilangkan potensi kontur. 3. Perataan lahan dengan cara menggali dan dibuang Kelebihan Cepat dan praktis dalam perencanaan bangunan. Kekurangan Boros, tidak efisien dan menghilangkan potensi kontur.

60

Universitas Sumatera Utara Kesimpulan 1. Kelebihan yaitu menambah keindahan dan keunikan pada kawasan perancangan. 2. Kekurangan yaitu membutuhan biaya dalam pengolahannya (missal dengan cut and fill).

4.3.3 Iklim dan Curah Hujan Selain dipengaruhi oleh topografi dan hidrologi kawasan Merek dipengaruhi letak geografis, curah hujan suhu. Berdasarkan data iklim dan curah hujan di Kawasan merek, maka analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut : Curah hujan yang relatif tinggi memungkinkan adanya penampungan air hujan pada kawasan perancangan. Kelebihan Dapat menghemat penggunaan air karena air sudah tertampung, hal ini akan mempengaruhi biaya pengeluaran. Kekurangan Perlu adanya pembuatan bak penampung air hujan yang tentunya membutuhkan biaya cukup mahal

4.3.4 Hidrologi Terdapat sungai yang yang berada dekat resort. Kondisi hidrologi berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan jenis tanaman.

Gambar 4.6 Keberadaan Sungai

Berdasarkan kondisi hidrologi kawasan resort, maka dapat dianalisis beberapa hal sebagai berikut:

61

Universitas Sumatera Utara 1. Memanfaatkan aliran Sungai untuk pola aliran darainase dan pembuangan air hujan. Kelebihan Mmemudahkan pengaturan arah saluran drainase dan pembuangan air hujan sehingga distribusi pembuangan tidak terlalu jauh. Kekurangan Adanya pencemaran air sungai akibat limbah buangan dari bangunan jika tidak ada pengolahan internal didalam perancangan. 2. Memanfaatkan sumber air dari PDAM di dalam perancangan. Kelebihan Pengadaan sumber air lebih mudah dan efektif karena saluran air sebelumnya sudah tersedia. Kekurangan Biaya yang dikeluarkan cukup mahal jika dibandingkan dengan pemanfaatan sumber dari galian air sumur. 3. Memungkinkan adanya penggalian sumur sebagai sumber air dalam kawasan perancangan. Kelebihan Biaya yang dikeluarkan tidak terlalu mahal selama proses berlangsung. Kekurangan Perlu memperhitungkan kedalaman titik air karena jika sumber air dalam maka memakan waktu penggalian cukup lama.

4.4 Batas dan Ukuran Tapak

Gambar 4.7 Batas – batas Lokasi

62

Universitas Sumatera Utara Ukuran Tapak : ± 3 Ha Batasan-batasan tapak pada perancangan sebagai berikut : 1. Sebelah timur : Jalan 2. Sebelah barat : Hutan 3. Sebelah selatan : Kebun Jeruk 4. Sebelah Utara : Hutan Berdasarkan kondisi eksisting mengenai batas tapak, analisis yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Memberi pembatas berupa vegetasi yang member kesan open space/terbuka Kelebihan Jika area terbuka, maka fungsi resort pun member kesan welcome, selain itu juga mampu membantu penyegaran udara di sekitar lokasi. Kekurangan Penggunaa pembatas berupa vegetasi masih kurang aman. 2. Memberi pembatas berupa dinding masif disekeliling tapak Kelebihan Keamanan lebih terjaga Kekurangan Memberi kesan tertutup sehingga tidak terlalu mencerminkan sebuah bangunan untuk fasilitas publik. Dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membangun pembatas masif mengelilingi bangunan. 3. Menggunakan pembatas masif vegetasi

Menggunakan bamboo

Menggunakan pohon pinus

Gambar 4.8 Pembatas dengan Vegetasi Kelebihan Kesan keterbukaan masih terasa tanpa meninggalkan kesan privasi. Perbedaan fungsi ruang semakin jelas

63

Universitas Sumatera Utara Kekurangan Dibutuhkan biaya memenuhi kebutuhan tersebut, berupa material bahan masif dan jenis vegetasi yang sesuai.

4.5 Analisis View Pada tapak perancangan, terdapat beberapa view yang mendukung beberapa diantaranya adalah view pada arah timur dan selatan area lading jeruk. Pandangan keluar berupa jalan raya yang dimanfaatkan sebagai orientasi bangunan. Gambaran view pada tapak adalah sebagai berikut:

4.5.1 View ke luar tapak

Gambar 4.9 View ke luar Tapak Sedangkan analisis mengenai mengenai view ke luar adalah sebagai berikut 1. Material transparan berupa kaca yang dapat menghadirkan view keluar bangunan. Kelebihan Dapat memperoleh pandangan keluar dengan leluasa Kekurangan Kekuatan kaca mungkin tidak terlalu kuat 2. Menggunakan bukaan pada fasad bangunan Kelebihan Dapat memperoleh pandangan keluar Kekurangan Bukaan akan menimbulkan tampias air hujan dan membawa udara panas ke dalam bangunan. 3. Menggunakan lubang cahaya pada dinding sebagai olahan fasad

64

Universitas Sumatera Utara Kelebihan Selain sebagai penambah aliran udara disekitar, juga sebagai efek permainan cahaya. Kekurangan Pandangan kurang jelas karena tersekat, perawatan (pembersihan) cukup sulit. 4. Menciptakan taman yang dapat dinikmati pengunjung dari dalam ruangan Kelebihan Menambah keindahan visual pada perancangan. Kekurangan Membutuhkan biaya dalam pengolahan lahan dan perawatan

4.5.2 View ke dalam tapak

Gambar 4.10 View ke dalam Tapak

View masuk paling potensial ke tapak adalah dari arah Selatan dan timur yakni jalan, sedangkan dari arah Utara, timur dan barat view masuk sangat kurang karena masih berupa lahan kosong, persawahan, sungai Brantas sehingga nantinya façade bangunan yang paling banyak mendapat view masuk akan diolah secara lebih maksimal, agar bisa menjadi point of view yang dapat menarik minat masyarakat yang mlewati daerah iini. View ke dalam tapak adalah berupa lahan berkontur. Analisis mengenai view ke dalam adalah sebagai berikut :

65

Universitas Sumatera Utara 1. Tidak meletakkan pembatas yang tertutup pada area ini karena mengurangi pandangan dari arah luar Kelebihan Dapat member kesan keterbukaan Kekurangan Keamanan kurang terjaga 2. Memberi penanda pintu masuk agar dapat memudahkan pengunjung Kelebihan Pengunjung mudah mengenali dengan adanya penanda tersebut. Kekurangan Perlu adanya desain gate yang menarik karena jika tidak maka akan kurang menarik perhatian. 3. Menambah sculpture atau taman sehingga mampu menarik perhatian pengunjung Kelebihan Menarik pengunjung untuk mendekat ke tapak Kekurangan Perlu adanya biaya tambahan untuk pembuatan serta lahan untuk taman. 4. Membuat desain yang sedikit berbeda dari bangunan sekitar tanpa menghilangkan nilai lokalitas dari kondisi sekitar. Kelebihan Bangunan akan mudah dikenali oleh pengunjung Kekurangan Desain yang sedikit menonjol memberi kesan individualis

4.6 Analisis Kebisingan

Kebisingan rendah Kebisingan tinggi karena merupakan berasal dari jalan kawasan hutan karena dilalui oleh kendaraan bermotor

Gambar 4.11 Analisa Kebisingan

66

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil pengamatan maka diketahui bahwa sumber kebisingan adalah berasal dari jalan raya yang beraa di sebelah timur tapak. Sedangkan di area bagian Utara, Timur, dan Barat kebisingan sangat minim karena berupa hutan dan ladang jeruk. Dari kondisi tersebut, hasil analisis atas kebisingan pada tapak yaitu : 1. Adanya penzoningan pada tapak

Zona Area Publik dekat dengan jalan raya Zona Area Semi Publik

Zona Area Cottage

Gambar 4.12 Zoning untuk Mengatasi Kebisingan

2. Penataan vegetasi untuk filter kebisingan Kelebihan Vegetasi mampu membantu membantu kebisingan dan memberikan kesan terbuka pada kawasan Kekurangan Kebisingan tidak terserap secara sempurna 3. Adanya jarak antara bangunan dengan jalan sehingga kebisingan tidak terlalu mengganggu Kelebihan Kebisingan teredam dan masih memberi kesan terbuka Kekurangan Kebisingan tidak terserap secara sempurna

4.7 Analisis Lintasan Matahari Analisis matahari berpengaruh pada perancangan yang berkaitan dengan tingkat kenyamanan pengunjung resort. Seperti cahaya matahari pada pukul 07.00-10.00

67

Universitas Sumatera Utara sangat bermanfaat bagi tubuh, sedangkan pada pukul 10.00-15.00 cahaya matahari cenderung dihindari karena mengandung pancaran radiasi.

Gambar 4.13 Analisa Lintasan Matahari

Dari kondisi tersebut, hasil analisis matahari pada tapak adalah : 1. Bentuk bangunan dibuat memanjang searah dengan arah sirkulasi matahari, dengan demikian hanya sedikit permukaan bangunan yang akan menerima panas matahari. Kelebihan Permukaan dinding yang terkena sinar sedikit sehingga suhu dalam ruangan tidak begitu tinggi. Kekurangan Penataan bangunan agak sulit karena harus mempertimbangkan arah matahari dan bentuk tapak. 2. Bentuk bangunan memanjang ke arah Utara Selatan memotong arah sirkulasi matahari. Kelebihan Dengan penataan seperti ini maka cukup sesuai dengan arah bentukan tapak. Kekurangan Banyak bagian bangunan yang menerima panas matahari sehingga hal ini bisa mengakibatkan suhu dalam bangunan menjadi panas. 3. Bukaan dominan pada bagian utara dan selatan bangunan, cahaya yang masuk bukan cahaya langsung etapi hanya berupa cahaya pantulan. Kelebihan Dapat mengurangi radiasi matahari secara langsung. Hal ini selain bisa mengurangi panas, cahaya pantulan merupakan cahaya yang bagus, tidak menyebabkan silau.

68

Universitas Sumatera Utara Kekurangan Bangunan kurang mendapatkan pencahayaaan alami 4. Bukaan dominan pada bagian Timur atau Barat, cahaya yang masuk dalam bangunan berupa cahaya langsung dan disiasati dengan shading. Kelebihan Bangunan mendapatkan pencahayaan alami. Pemberian shading dapat menghalau sinar matahari pada bangunan. Kekurangan Dapat menyebabkan silau, dan suhu dalam ruangan meningkat, Biaya untuk pembelian solar lite cukup mahal. 5. Penanaman vegetasi guna menghalangi atau mengurangi sinar matahari langsung mengenai bangunan. Kelebihan Bangunan mendapatkan pencahayaan alami Kekurangan Dapat menyebabkan silau, dan suhu dalam ruangan meningkat

4.8 Analisis Angin Angin yang berhembus dimanfaatkan sebagai penghapus panas pada bangunan. Analisis mengenai angin adalah sebagai berikut : 1. Pemanfaatan vegetasi untuk pengendali, pengarah, maupun penyerapan angin Kelebihan Memiliki manfaat bagi bangunan (sebagai penghapus panas) Mampu menyaring kotoran dan debu yang terbawa angin 2. Penataan bangunan yang dapat membelokkan angin Kelebihan Angin akan tersebar merata Kekurangan Tatanan massa kurang menyatu

4.9 Analisis Sirkulasi Sirkulasi pada perancangan tapak terbagi menjadi 2, yaitu sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki. Kendaraan menggunakan jalan perkerasan yang terdapat pada tapak dan pada area parkir. Sedangkan pejalan kaki menggunakan trotoar, jalan setapak serta pada area terbuka.

69

Universitas Sumatera Utara Sirkulasi Tamu Resort

Tamu

Menggunakan Menggunakan Datang kendaraan umum kendaraan umum

Parkir

Entrance

Lobby

Restaurant Indoor Sport

Cafe

Outdoor Sport Minimarket

Cottage

Diagram 4.1 Alur Sirkulasi Tamu Resort

4.9.1 Sirkulasi Pejalan Kaki Analisis yang dilakukan pada pengunjung adalah sebagai berikut : 1. Memisahkan antara jalur pejalan kaki dengan kenderaan Kelebihan Keamanan akan terjamin Kekurangan Perlu membangun pedestrian Jika membangun pedestrian maka ada pertimbangan yang perlu diperhatikan yaitu : a. Fungsi pedestrian

70

Universitas Sumatera Utara Harus sesuai dengan fungsinya, untuk warga berjalan kaki, bukan untuk tempat pedagang kaki lima atau tempat parkir motor atau juga mobil. b. Kualitas pedestrian Pedestrian harus tidak boleh untuk dipakai motor berjalan, yang sehingga menjadi rusak dan tidak berfungsi untuk warga berjalan kaki c. Dimensi pedestrian Kecuali pedestrian di sepanjang jalan protocol, pedestrian seharusnya mempunyai lebar sedikitnya 2,5 meter sampai 3 meter, dimana konsepnya, antara pejalan kaki dari 2 arah masing2 untuk 2 orang ( jadi 4 orang untuk sekali berpapasan ) dan masing2 orang lebar 60 cm ( standard Neufert ) sehingga : 4 orang x 60 cm = 240 cm, ditambah tempat tanda2 lalu lintas dan pepohonan ( pot atau tanah asli ) menjadi 300 cm. d. Streetscape Merupakan asesoris yang harus ada : tanda2 lalu lintas, pot2 pohon / tanaman atau pepohonan asli dalam tanah yang khusus di buat, serta tempat sampah. Tetapi ada juga ’streetscape’ yang tidak harus ada, seperti bunga2 cantik atau artwork / patung serta ‘bench / tempat duduk untuk pejalan kaki

Gambar 4.14 Streetscape

2. Memudahkan para pengunjung untuk mengakses menuju entrance Kelebihan Akses lebih mudah Kelemahan Seluruh aktivitas seolah-oleh terpusat pada satu area 3. Memberikan peneduh seperti selasar bagi pengunjung Kelebihan Kenyamanan pengunjung terpenuhi

71

Universitas Sumatera Utara Kekurangan Membutuhkan biaya untuk pengadaan selasar 4. Menyediakan ramp sebagai fasilitas tambahan bagi pengunjung Kelebihan member kenyamanan pengunjung (khususnya bagi yang cacat)

4.9.2 Analisa Kendaraan Analisis yang dilakukan pada kendaraan adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan beberapa area parkir Kelebihan Sirkulasi antara pejalan kaki dan kendaraan terpisah, akses menuju area yang dituju lebih mudah Kekurangan Penataan massa menjadi kurang teratur 2. Memusatkan area parkir Kelebihan Penataan massa teratur Kekurangan Jarak tempuh pada suatu area tertentu menjadi cukup jauh 3. Menyediakan jalur lambat, misalnya pada area di bagian depan lobby

Gambar 4.15 Sirkulasi Kendaraan

Kelebihan Dapat menghindari kemacetan dan keamanan dapat terjaga Kekurangan Jalur pada pintu masuk menjadi padat

72

Universitas Sumatera Utara 4.10 Analisis Ruang Luar Analisa ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari sebuah lingkungan pada tapak yang dikembangkan untuk menciptakan suasana baru yang mendukung bangunan. Ruang luar berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Ruang luar aktif adalah ruang luar yang digunakan untuk mendukung kegiatan yang ada dalam bangunan, seperti pengadaan lahan parkir. 2. Ruang luar pasif adalah ruang luar yang biasanya digunakan sebagai lahan hijau, resapan air, ditanam tumbuhan untuk peredam bising, dan tempat perletakan lampu taman untuk penerangan.

Ketentuan ruang luar adalah : 1. Keberadaan ruang luar harus harus menyokong kegiatan yang ada di dalam bangunan. 2. Penghijauan merupakan keutamaan dalam bangunan maupun lingkungan sekitar. 3. Elemen-elemen pendukung disesuaikan dengan bentukan bangunan secara umum, sehingga ada kesesuaian antara bangunan dengan ruang luar.

4.11 Analisis Aksesibilitas Dasar Analisa Main Entrance dan Side Entrance: 1. Lokasi berada di tempat yang sangat strategis, berada di dekat dengan Taman Simalem Resort dimana jalan sudah ada sehingga memudahkan untuk pencapaiannya. Untuk menuju resort dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. 2. Kondisi jalan yang baik sehingga memudahkan akses menuju lokasi Resort ini sehingga sangat tepat jika kita bangun sebuah Resort di lokasi ini yang bisa digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi orang-orang yang ingin berlibur ataupun sedang melakukan perjalanan antar kota.

Gambar 4.16 Akses Jalan Menuju Lokasi

73

Universitas Sumatera Utara

Untuk mendapat kenyamanan pengunjung resort dan pengelola maka pintu masuk dibedakan menjadi 2, yaitu:

Keterangan:

Sirkulasi kendaraan pengelola

Sirkulasi kendaraan pengunjung

Gambar 4.17 Gambar Sirkulasi

1. Pintu masuk untuk pengunjung 2. Pintu masuk pengelola Sedangkan untuk penentuan pencapaian harus disediakan posisi Main Entrance (ME) didasarkan beberapa criteria, antara lain :

 Pencapaian dari akses utama  Pencapaian menuju fasilitas-fasilitas dalam tapak  Pembagian keseimbangan terhadap pembagian tapak  Kemudahan tertangkap secara visual dari akses utama

Berdasarkan kondisi eksisting mengenai batas dan bentuk tapak, bentuk kontur maka analisis yang dilakukan memunculkan beberapa alternatif tanggapan sebagai berikut : 1. Peletakan posisi ME dan SE terletak tepat berada pada tikungan. Kelebihan Dekat dengan akses jalan datang sehingga pengunjung tidak jauh-jauh untuk memasuki resort. Kekurangan Kondisi jalan raya sebagai jalan utama sehingga intensitas kendaraan akan meningkat dan karena letaknya tepat pada tikungan, maka dikhawatirkan rawan kecelakaan.

74

Universitas Sumatera Utara 2. Perletakan posisi ME dan SE Kelebihan Dapat meminimallisir kecelakaan karena letaknya pada tengah yang termasuk jalur aman karena tidak berada pada tikungan. Kekurangan Karena letaknya tengah sehingga pengunjung agak sedikit lebih jauh. 3. Perletakan posisi ME dan SE berada diujung Barat Kelebihan Aman karena letaknya termasuk jalan yang lurus, tidak macet Kekurangan Karena letaknya paling ujung sehingga terlalu jauh bagi para pengunjung.

4.12 Analisa Bangunan Tradisional Sumatera Utara a. Bentuk Bangunan Bentuk dasar bangunan disesuaikan dengan karakteristik bangunan. Penyesuaian bentuk dasar dengan karakteristik bangunan harus disesuaikan dengan sifat bentuk bangunan adat yang ada di sumatera utara

No Suku Bentuk 1 Karo

Bagian atap yang menjadi cirri khas rumah lebih dominan daripada bagian lainnya

2 Nias

Bagian atap yang menjadi cirri khas rumah lebih dominan daripada

bagian lainnya

3 Toba Bagian atap yang menjadi cirri khas rumah lebih dominan daripada bagian lainnya

75

Universitas Sumatera Utara 4 Pak – pak Bagian atap yang menjadi cirri

khas rumah lebih dominan daripada bagian lainnya.

5 Simalungun Bagian atap yang menjadi

cirri khas rumah lebih dominan daripada bagian lainnya

6 Mandailing Bagian atap yang menjadi cirri khas rumah lebih dominan daripada bagian

lainnya

7 Melayu Bagian atap yang menjadi

cirri khas rumah lebih dominan daripada bagian lainnya.

Tabel 4.1 Perbandingan Bentuk Bangunan

KRITERIA MASSA TUNGGAL MULTI MASSA Hubungan dan Pengelompokkan ruang jelas Pengelompokkan ruang jelas sifat kegiatan Hubungan antar ruang lebih Hubungan antar kegiatan terpisah erat Pengawasan lebih sulit Mudah diawasi Bentuk Site Lebih sulit Lebih fleksibel Massa dan sistem struktur Massa dan sistem struktur sangat bergantung pada mengikuti pola site topografi site Luas lahan Lebih kecil karena fasilitas Lebih luas karena setiap massa

76

Universitas Sumatera Utara digunakan secara bersama memiliki fasilitas masing-masing

Struktur Lebih sulit karena adanya Lebih mudah karena sistem faktor modul, dilatasi, fungsi, struktur yang digunakan dapat dan besaran ruang yang berbeda-beda sesuai fungsi dan berbeda besaran ruang Bentuk Lebih sulit karena adanya Lebih mudah karena sistem bangunan faktor modul dan struktur struktur yang digunakan dapat berbeda-beda sesuai fungsi dan besaran ruang Sirkulasi dan Lebih mudah dan sederhana Lebih sulit karena adanya beberapa pencapaian pencapaian dan jalur sirkulasi

Orientasi Lebih jelas Kurang jelas karena adanya

beberapa pencapaian dan jalur

sirkulasi

Efisiensi Lebih cepat dan hemat Lebih sulit dan boros

Iklim Pemanfaatan energi alam ke Energi alam dapat dimanfaatkan

dalam bangunan sangat secara penuh

terbatas

Tabel 4.2 Kriteria Bentuk Massa Tunggal dan Bentuk massa majemuk

4.13. Analisis Material Bangunan Material Dominan Pembentuk Tampilan Bangunan a. Material penutup dinding b. Material Lantai Lapisan permukaan keras 1. Tegel Tekstur. Kasar : digunakan untuk sirkulasi aktif, seperti; koridor dan KM/WC Halus : digunakan untuk sirkulasi tenang 2. Permukaan : kilap dan doff Warna bermotif polos sebaiknya digunakan untuk permukaan lantai tangga agar tidak menimbulkan kesan membingungkan. Warna bermotif kacau digunakan pada teras yang dekat dengan taman

77

Universitas Sumatera Utara 3. Susunan batu biasanya digunakan pada teras dekat taman lapisan permukaan lunak dan permukaan kasar 4. Karpet sifatnya menghangatkan, meredam suara, dan memperindah ruang. Diletakkan pada ruang-ruang yang memerlukan kenyamanan lebih dan terhindar dari kebisingan, seperti : ruang rapat, auditorium, dan kamar hotel. c. Material Praktisi Non Permanen

4.14 Analisa Bahan Bangunan Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pemakaian bahan dan finishing pada bangunan Resort antara lain adalah: 1. Kemudahan pemasangan dan pemakaian 2. Kemudahan perawatan 3. Aspek estetika dan kesan yang ditimbulkan Selain itu juga pemakaian bahan bangunan harus memperhatikan kesan dan karakter yang ingin ditampilkan dalam tampilan bangunan karena pemilihan bahan bangunan secara langsung akan memperlihatkan tekstur dari tampilan bangunan tersebut.

4.15. Analisa Struktur Dasar pertimbangan pemilihan struktur adalah : 1. Kemudahan pelaksanaan 2. Fleksibilitas dan efektivitas ruang 3. Daya tahan terhadap kebakaran 4. Mampu membuat massa bangunan dengan banyak jendela, karena rumah sakit membutuhkan pertukaran udara 5. Mampu dipasang saluran utilitas yang banyak sekali

4.16. Analisis Fungsi a. Analisis Fungsi Ruang Berdasarkan aktivitas yang akan diwadahi hotel resort ini, maka fasilitas bangunan memberikan berbagai jenis pelayanan yang terbagi menjadi tiga kebutuhan, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Perwujudan atau penyediaannya dari ketiga kebutuhan tersebut di setarakan dengan Tema Vernakular. Sedangkan untuk

78

Universitas Sumatera Utara Fungsi-fungsi yang diwadahi berdasarkan kebutuhan tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Fungsi primer, merupakan fungsi utama dari bangunan, diantaranya Hunian . Merupakan fungsi pokok dari proyek ini, yaitu tempat hunian (kamar tidur) bagi wisatawan yang berkunjung berupa cottage, yang tujuannya adalah memberikan nilai positif wahana rekreatif dan kebugaran fikiran yang merupakan penarik daya tarik bagi wisatawan, selain itu juga memberikan kelengkapan fasilitas hunian yang lebih memadai. Hiburan dan rekreasi : Fungsi yang terwadahi diantaranya adalah: gardu padang, kolam renang, gazebo dan open stage, galeri seni, spa dan sauna center.

2. Fungsi sekunder, merupakan fungsi yang di akibatkan karena adanya kegiatan digunakan untuk mendukung egiatan utana, diantaranya: Pengelolaan atau administrasi: Merupakan fungsi pengetolaan hotel resort secara menyluruh. Yang meliputi ruang kepala: (administrasi, tata usaha), dan penunjang lainnya. Pelayanan komersil: Merupakan fasilitas-fasilitas guna mendukun mutu dan kwalitas hotel, meliputi restaurant, café, tempat penjualan barang-barang tradisional dan mini market. Promosi: Memamerkan jenis-jenis kerajinan tradisional, selain bertujuan untuk menginap di hotel, tetapi juga menikmati hasil kerajinan tradisional masyarakat Olah raga: Merupakn fungsi dari tempat hunian di dalam menjaga kesehatan tubuh misalnya: kolam rengang, fitness, olah raga air.

3. Fungsi tersier, merupakan kegiatan yang mendukung fungsi kegiatan, baik primer maupun sekunder, diantaranya: Pelayanan servis Merupakn fasilitas yang menunjang keseluruhan fungsi dan fasilitas yang di sediakan. Kegiatan-kegiatan servis yang meliputi kegiatan rraintenance, perbaikan bangunan, kegiatan kamanan bangunan dari bahaya kebakaran.

79

Universitas Sumatera Utara Fungsi servis Fungsi ini memberikan pelayanan kepada tamu hotel, segala kebutuhan tamu akan berkaitan dengan fungsi servis ini, di dalam fungsi ini di wadahi fasilitas-fasilitas berupa dapur utama, engginering, tempat ibadah, parkir kendaraan. Selain itu fungsi servis juga memberikan pelayanan, berupa dapur utama, Dengan adanya fasilitas dari hotel resort trsebut di atas, maka dapat di ambil kesimpulan, bahwa kebutuhan ruang ditentukan oleh fungsi bangunan itu sendiri dengan tujuan agar dapat mewadahi semua aktifitas yang ada didalamnya.

b. Kebutuhan Ruang Pengunjung yang diharapkan adalah 125 orang per harinya. Pada akhir pekan dan hari libur terjadi peningkatan pengunjung diasumsikan sebanyak 20 % sehingga : Pengunjung yang diharapkan : 125 orang perhari Kenaikan 20% x 125 : 25 orang Total : 150 orang

Maka pengunjung yang datang ke resort ini adalah 150 perharinya dan disediakan kapasitas pelayanan untuk 150 orang perharinya.

Kebutuhan Sub. Kebutuhan Standart Sumber Kapasitas Luasan Total Ruang ruang Entrance Hall/Lobby 1m 2/orang NAD 50 orang 50 m2 building Receptionist 1,2m 2/orang NAD 4 orang 4,8 m2 Coffe shop - ruang duduk/ 1,2m2/orang NAD 50 Seat 65 m2 143,6 m2 makan - pantry 1/3 dapur NAD 4.3 m2 - dapur 20% NAD 13 m2 - gudang r.makan NAD 6.5 m2 50% dapur Informasi wanita 1,5 m2/org 4 orang 6 m2 ATM 1,6 m2/org 4 unit 6,4 m2 Money Changer 9 m2

80

Universitas Sumatera Utara Kantor Pengelola - Ruang pimpinan 14–18,5 NAD 1 orang 16 m2 115m2 - Ruang kerja staff m2/org NAD 10 orang 50 m2 - Ruang rapat 4,5 - 5 NAD 8 orang 19,2 m2 - Ruang istirahat m2/org ASS 9 m2 2,4 m2/org

Musholla - Ruang wudhu 1,25 m2/org NAD 10 orang 12,5 m 50m2 pria NAD 10 orang 12,5 m - Ruang wudhu 1,25 m2/org NAD 20 orang 25 m2 wanita - Ruang sholat 0,651 – 1,25 m2/org Klinik Kesehatan - Ruang tunggu 1,6 m2/org HMC 10 orang 16 m2 50m2 - Ruang praktek 18 m2 NAD 2 orang 18 m2 - Receptionist 5 m2/org TSS 1 orang 5 m2 Toilet Pria - WC 1,04 m2/org NAD 4 unit 4,16 m2 10m2 - Wastafel 0,6 m2/org NAD 3 unit 0,9 m2 - Urinoir 0,6 m2/unit NAD 5 unit 3 m2 Toilet Wanita - WC 1,04 m2/org NAD 5 unit 5,2 m2 10m2 - Wastafel 0,6 m2/org NAD 4 unit 2,4 m2 Total luas + 20% sirkulasi = 528 m2 Restaurant - Ruang Makan 1,6 m2/kursi NAD 100 orang 200 m2 - Ruang saji 15% dari ASS 25 m2 ruang duduk - Toilet pria - WC 0,96 m2/unit NAD 3 unit 4.90 m2 22m2 - Wastafel 0,6 m2/unit NAD 2 unit 1.2 m2 - Urinoir 0,6 m2/unit NAD 5 unit 3 m2 - Toilet Wanita - WC 0,96 m2/org NAD 2 unit 1.92 m2 14m2 - Wastafel 0,6 m2/org NAD 3 unit 1.8 m2 - Dapur 20% ruang NAD 1 unit 40 m2 makan NAD 1 unit 15 m2 - Gudang 50%R. ASS 1 unit 4 m2 - Ruang terima dan dapur ASS 1 unit 6 m2 Kontrol barang - Gudang alat

81

Universitas Sumatera Utara Total luas + 20% sirkulasi =728 m2 x 2 = 1456 m2 Fasilitas - Ruang Tunggu 1,6 m2/org HMC 10 orang 16 m2 Beauty - Receptionist 5 m2/org TSS 2 orang 5 m2 Treatment - Salon - Ruang 4,8 m2/org NAD 15 orang 72 m2 pelayanan hair and body treatment - Ruang ganti 1 m2 / org NAD 10 orang 10 m2 - Loker 0,8 - NAD 10 orang 10 m2 - Ruang sauna 1m2/org NAD 20 orang 10 m2 - Ruang massage 0,5 m2/org NAD 20 orang 36 m2 (out door) 1,9 m2 / org - Jacuzzi outdoor - Toilet pria NAD 4 unit 36 m2 - WC 9 m2/unit - Wastafel NAD 2 unit 1,92 m2 - Urinoir 0,96 m2/org NAD 2 unit 1,2 m2 - Toilet wanita 0,6 m2/org NAD 4 unit 2,4 m2 - WC 0,6 m2/unit - Wastafel NAD 4 unit 3,84 m2 - Gudang 0,96 m2/org NAD 2 unit 1,2 m2 - Ruang pegawai 0,6 m2 NAD 1 unit 7,5 m2 - Ruang loker - Ruang istirahat NAD 20 orang 10 m2 0,5 m2/org HP 20 orang 20 m2 1 m2/org Total luas + 20% sirkulasi = 226 m2 Kolam - Kolam Renang 4 m2/org NAD 50 orang 200 m2 Renang dewasa - Kolam Renang 4 m2/org NAD 20 orang 80 m2 anak @15orang - Dua ruang ganti & 0,8–1 NAD 20 orang 15 m2 Loker m2/org - Shower NAD 2 unit 21 m2 - Toilet pria 1,04 m2/org - WC NAD 2 unit 1,92 m2 - Wastafel 0,96 m2/org NAD 5 unit 1,2 m2 - Urinoir 0,6 m2/org NAD 5 unit 3 m2 - Toilet Wanita 0,6 m2/org - WC NAD 2 unit 4,8 m2 - Wastafel 0,96 m2/org NAD 1 unit 1,2 m2 - Ruang utilitas 0,6 m2/or SBT 20 m2

82

Universitas Sumatera Utara Total luas + 20% sirkulasi = 418 m2 Fasilitas - Retail Souvenir 12 m2 ASS 7 unit 84 m2 16 penunjang - Retail money TSS 2 unit m2 Changer dan ATM - Area playground - Lap volley pantai Total luas + 20% sirkulasi = 327m2 Service - Laundry Washer 1 m2 ASS 50m 2 and Dryer - Ruang Linen 1 m2/ org ASS 1 unit 50 m2 - Lost & found 0,5 m2/org ASS 30 orang 6 m2 - Ruang istirahat 0,96 m2/org NAD 30 orang 30 m2 - Ruang loker 0,96 m2/org NAD 3 unit 15 m2 - Toilet pria 0,68x1,25m2 NAD 3 unit 2,88m2 - Toilet wanita /org NAD 15 orang 2,88m2 - Musholla NAD 18,75m2 Total luas + 20% sirkulasi = 212m2 Utilitas - Genset ASS 9 m2 - Ruang pompa ASS 16 m2 - Ruang trafo ASS 8 m2 - Ruang panel ASS 8 m2 Total luas + 20% sirkulasi = 50 m2 Cottage - Standart room - 1 KM Bak 8,75 m2- NAD 3 orang 13,5 m2 rendam 13,5 m2 / NAD 2 orang 3,8 m2 - Balkon / Teras unit NAD 2 orang 2,5 m2 santai 3,8 m2 / unit 2,5 m2

Total luas + 20% sirkulasi = 2233 m2 Total keseluruhan = 5885 m2

Tabel 4.3 Kebutuhan Ruang

83

Universitas Sumatera Utara BAB V KONSEP

5.1 Konsep Dasar Bangunan yang dirancang adalah resort dimana konsep tradisional diwujudkan dalam Cottage - cottage dengan Arsitektur Neo Vernacular yang mewakili tujuh suku asli sumatera utara

Rumah – rumah tradisional Cottage

5.2 Konsep Tapak Berdasarkan analisa dapat dikembangkan untuk menciptakan suasana baru yang mendukung bangunan, yaitu berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Ruang luar aktif adalah ruang luar yang digunakan untuk mendukung kegiatan yang ada dalam bangunan, seperti pengadaan lahan parkir.

Area Parkir Pengunjung

Pelataran/halaman

Area Parkir Pengelola

Pelataran/halaman Pelataran/halaman

Gambar 5.1 Konsep Ruang Luar Aktif

84

Universitas Sumatera Utara 2. Ruang luar pasif adalah ruang luar yang biasanya digunakan sebagai lahan hijau, resapan air, ditanam tumbuhan untuk peredam bising, dan tempat perletakan lampu taman untuk penerangan. Tanaman sebagai pembatas/peredam bising Ruang terbuka hijau juga sebagai daerah resapan air

Ruang terbuka hijau juga sebagai daerah resapan air

Ruang terbuka hijau juga sebagai daerah resapan air Tanaman sebagai pembatas/peredam bising

Gambar 5.2 Konsep Ruang Luar Pasif

Ketentuan ruang luar adalah : 1. Keberadaan ruang luar harus harus menyokong kegiatan yang ada di dalam bangunan. 2. Penghijauan merupakan keutamaan dalam bangunan maupun lingkungan sekitar. 3. Elemen-elemen pendukung disesuaikan dengan bentukan bangunan secara umum, sehingga ada kesesuaian antara bangunan dengan ruang luar.

5.2.1 Zoning Tapak Area Privasi – Bangunan Cottage Area Semi Publik – Bangunan Pengelola Area Publik – Ruang Parkir, lobby, restaurant, serta fasilitas lainnya

85

Universitas Sumatera Utara

Publik

Semi Publik

Privat

Gambar 5.3 Konsep Zoning Tapak

5.2.2 Pencapaian

Pencapaian menuju site dapat ditempuh menggunakan kendaraan bermotor baik beroda dua maupun beroda empat

Area Parkir Pengunjung Area Parkir Pengelola

Gambar 5.4 Konsep Pencapaian

86

Universitas Sumatera Utara 5.2.3 Main Entrance dan Side Entrance

Merupakan Main Entrance dimana dikhususkan untuk kegiatan pengunjung dimulai dari kegiatan drop-off sampai

memarkirkan kendaraan

Merupakan Side Entrance dimana dikhususkan untuk kegiatan pengelola

Gambar 5.5 Konsep Main Entrance dan Side Entrance

5.2.4 Parkir

Parkir Pengunjung

Parkir Pengelola

Gambar 5.6 Konsep Area Parkir

87

Universitas Sumatera Utara 5.2.5 Sirkulasi Pejalan Kaki

Terdapat area untuk pejalan kaki dimana memungkinkan Untuk menuju pengunjung yang memarkirkan cottage dapat kendaraanya dapat berjalan di dicapai dengan area ini berjalan kaki

Kecuali pedestrian di sepanjang jalan protocol, pedestrian seharusnya mempunyai lebar sedikitnya 2,5 meter sampai 3 meter, dimana konsepnya, antara pejalan kaki dari 2 arah masing2 untuk 2 orang ( jadi 4 orang untuk sekali berpapasan ) dan masing2 orang lebar 60 cm ( standard Neufert ) sehingga : 4 orang x 60 cm = 240 cm, ditambah tempat tanda2 lalu lintas dan pepohonan ( pot atau tanah asli ) menjadi 300 cm.

Gambar 5.7 Sirkulasi Pejalan Kaki

Kendaraan

Area yang hanya dicapai oleh Merupakan area kendaraan pengunjung khusus yang dilalui oleh kendaraan hotel untuk mengangkut penumpang menuju ke cottage

Area yang dicapai oleh kendaraan

untuk menunjang segala kegiatan pengelola, misalnya kegiatan servce, loading barang, dll.

Gambar 5.8 Konsep Sirkulasi Kendaraan

88

Universitas Sumatera Utara 5.2.6 Vegetasi

2. Memberi pembatas berupa 1. Memberi pembatas berupa vegetasi dinding masif disekeliling yang member kesan open tapak space/terbuka Kelebihan Kelebihan Keamanan lebih terjaga Jika area terbuka, maka fungsi resort Kekurangan pun member kesan welcome, selain

Memberi kesan tertutup itu juga mampu membantu sehingga tidak terlalu penyegaran udara di sekitar lokasi. mencerminkan sebuah Kekurangan bangunan untuk fasilitas Penggunaa pembatas berupa vegetasi publik. Dibutuhkan biaya masih kurang aman. yang tidak sedikit untuk membangun pembatas masif mengelilingi bangunan.

Menggunakan pembatas masif vegetasi Kelebihan Kesan keterbukaan masih terasa tanpa meninggalkan kesan privasi. Perbedaan fungsi ruang semakin jelas Kekurangan Dibutuhkan biaya memenuhi kebutuhan tersebut, berupa material bahan masif dan jenis vegetasi yang sesuai.

Gambar 5.9 Konsep vegetasi

89

Universitas Sumatera Utara 5.2.7 View Aliran sungai yang menjadi daya tarik

Hampir seluruh view merupakan view yang positif namun karena keberadaan sungai yang sangat kuat sehingga view dominan mengarah ke sungai

Gambar 5.10 Konsep view

Mengarah ketempat yang

lebih rendah untuk mendapatkan pemandangan yang menarik

Gambar 5.11 Arah view 5.3 Konsep Utilitas 5.3.1 Elektrikal

Pembangkit listrik utama Yang kemudian

Stasiun penyalur disalurkan ke tiap cottage

Gambar 5.12 Konsep elektrikal

90

Universitas Sumatera Utara 5.3.2 Sanitasi

Rencana sumur bor

Gambar 5.13 Rencana sumur bor

Konsep Sistem Air Bersih Sistem Distribusi air bersih berasal dari Sumur Bor. Air dari Sumur bor terlebih dahulu disimpan dalam bak penampungan sementara kemudian disalurkan ke resevoir di atas atap. Setelah dari atap kemudian dialirkan ke setiap bangunan melewati shaft air bersih.

Diagram 5.1 Distribusi air bersih

Konsep Sistem Pengelolaan Limbah Air kotor terbagi atas dua bagian yaitu air kotor padat dan cair. Air kotor pada dialirkan dalam pipa yang letaknya pada shaft air kotor di satu zona kemudian disalurkan ke bak kontrol kemudian ke septik tank.

Diagram 5.2 Pengolahan Limbah

91

Universitas Sumatera Utara 5. 3.3 Konsep Penanggulangan Kebakaran Sistem pencegahan kebakaran menggunakan : 1. Smoke detector, diletakkan diplafon 2. Fire hydrant / FHC ( fire house Cabinet ), syarat-syarat pemasangan hydrant yaitu: a. Sumber persediaan air hydrant kebakaran harus diperhitungkan pemakaian selama 30-60 menit dengan daya pancar 200 galon / menit. b. Selang kebakaran dengan diameter 1,5”-2” harus terbuat dari bahan yang tahan panas , dengan panjang selang 20-30 m. c. Penempatan hydrant harus terlihat jelas , mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak terhalang oleh benda-benda / barang lain.

Letak Fire Hidran

Gambar 5.14 Letak Fire Hydran

3. Fire Extinguisher, ditempatkan pada titik tertentu dengan posisi yang terlihat jelas dan mudah dijangkau. Vent dan Exhaust, alat ini dipasang pada tempat- tempat khusus seperti ditangga kebakaran.

5.4 Konsep Bangunan 5.4.1 Bentukan Massa Bentukan massa diambil dari bentukan geometris seperti segi empat yang terdiri dari beberapa massa bangunan yang mengikuti berbagai bentuk rumah tradisional Sumatera Utara.

92

Universitas Sumatera Utara 5.4.2 Peletakan Bangunan

Kelompok suku yang terdiri atas

cottage

Gambar 5.15 Peletakan bangunan

Bangunan yang ada pada Ressort ini adalah bangunan multimassa dimana terdapat 7 (tujuh) zona/kelompok yang dibagi berdasarkan jumlah suku yang terdapat di setiap zona/kelompok. Masing-masing zona memiliki ciri khas konsep vernakular setiap suku yang ada di Sumatera Utara. Di Setiap zona/kelompok bangunan terdapat 5 (lima) massa bangunan yang terdiri dari 5 (lima) mess/penginapan bagi pengunjung.

5.4.3 Material Bangunan Material Dominan Pembentuk Tampilan Bangunan a. Material penutup dinding b. Material Lantai Lapisan permukaan keras 1. Tegel Tekstur. Kasar : digunakan untuk sirkulasi aktif, seperti; koridor dan KM/WC Halus : digunakan untuk sirkulasi tenang 2. Permukaan : kilap dan doff Warna bermotif polos sebaiknya digunakan untuk permukaan lantai tangga agar tidak menimbulkan kesan membingungkan. Warna bermotif kacau digunakan pada teras yang dekat dengan taman

93

Universitas Sumatera Utara 3. Susunan batu biasanya digunakan pada teras dekat taman lapisan permukaan lunak dan permukaan kasar 4. Karpet sifatnya menghangatkan, meredam suara, dan memperindah ruang. Diletakkan pada ruang-ruang yang memerlukan kenyamanan lebih dan terhindar dari kebisingan, seperti : ruang rapat, auditorium, dan kamar hotel. c.Material Praktisi Non Permanen

5.5 Konsep Vernakular

Atap adalah menjadi bagian yang paling dominan pada rumah

Pada bagian bawah / pondasi yaitu sebagai alas

Gambar 5.16 Konsep vernakular

Konsep pada bangunan ini memakai konsep vernakular. karena memiliki unsur keterkaitan terhadap adat budaya setempat yang kental dengan khas berbagai suku yang terdapat di Sumatera Utara, mulai dari suku batak toba, batak karo, batak simalungun, batak mandailing, batak pakpak, melayu dan nias. Dapat dilihat dari bentukan atap, warna dan ornamen yang terdapat di setiap massa bangunan. Selain itu, konsep vernakular ini juga direncanakan pada setiap massa bangunan akan memperhatikan karakter lingkungan sekitar, agar tetap kontekstual dengan keadaan sekitar. Sumatera Utara Traditional Village Ressort merupakan suatu tempat yang mampu menjadi fungsi rekreasi bagi masyarakat sekitar, tentunya dengan didukung oleh fasilitas yang ditawarkan, dan ekspresi bangunan harus menarik sehingga para pengunjung berminat untuk menghampirinya.

94

Universitas Sumatera Utara BAB VI HASIL RANCANGAN

6.1 Gambar Hasil Rancangan

95

Universitas Sumatera Utara

96

Universitas Sumatera Utara

97

Universitas Sumatera Utara

98

Universitas Sumatera Utara

99

Universitas Sumatera Utara

100

Universitas Sumatera Utara

101

Universitas Sumatera Utara

102

Universitas Sumatera Utara

103

Universitas Sumatera Utara

104

Universitas Sumatera Utara

105

Universitas Sumatera Utara

106

Universitas Sumatera Utara

107

Universitas Sumatera Utara

108

Universitas Sumatera Utara

109

Universitas Sumatera Utara

110

Universitas Sumatera Utara

111

Universitas Sumatera Utara

112

Universitas Sumatera Utara

113

Universitas Sumatera Utara

114

Universitas Sumatera Utara

115

Universitas Sumatera Utara

116

Universitas Sumatera Utara

117

Universitas Sumatera Utara

118

Universitas Sumatera Utara

119

Universitas Sumatera Utara

120

Universitas Sumatera Utara

121

Universitas Sumatera Utara

122

Universitas Sumatera Utara

123

Universitas Sumatera Utara

124

Universitas Sumatera Utara

125

Universitas Sumatera Utara

126

Universitas Sumatera Utara

127

Universitas Sumatera Utara Perspektif

128

Universitas Sumatera Utara 6.2 Foto Maket

129

Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

E.H. Tambunan. 1982.Sekelumit Mengenai Masyarakat Batak Toba Dan Kebudayaannya . Bandung.Soeroto, Myrtha. 2003. Dari Arsitektur Tradisional Menuju Arsitektur Indonesia. Ghalia Indonesia: JakartaSumintardja, Djauhari. Maret 1981.Kompendium Sejarah Arsitektur .Bandung. Manuel-Bory Boid and Fred Lawson, Tourism and Recreation Development, The Achithectur Ltd, London, 1977 ) Fred Lawson, Hotel and Resort, Planning, Design and Refubishment, Watson-Guptil, 1995 ) Dennis L. Foster, Sales & Marketing Hotel, Motel and Resort, Jakarta, 2003. Bangun, Payung. 1999. “Kebudayaan Batak”, dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbitan Djambatan, hal. 94—117 Berutu, Lister. 1994. Upacara Menanda Tahun dalam Perladangan Orang Pakpak di Dairi Sumatera Utara. Berutu, Lister dan Nurbani Padang. 2006. Mengenal Upacara Adat pada Masyarakat Pakpak di Sumatera UtarA., Medan: PT Grasindo Monoratama Hasanuddin, dkk. 1997/1998. Ornamen/Ragam Hias Rumah Adat Batak Toba. Medan: Bagian Proyek Hasibuan, Jamaluddin S. 1985. Art Et Culture/ Seni Budaya Batak. Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset Herskovits, Melville J. 1999. “Organisasi Sosial: Struktur Masyarakat”, dalam Pokok- pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, hal. 82--110 Jenks, Chris. 2008. Kebudayaan. Medan: Penerbit Bina Media Perintis Koentjaraningrat. 1985. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat Kusumawati, Ayu. 2010. “Sumba Pusat Tradisi Megalitik Berlanjut di Indonesia Timur”, dalam Forum Arkeologi nomor I. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar, hal. 192--213 Manik, Tindi Radja. 2002. Kamus Pakpak Indonesia. Medan: Bina Media Prinst, Darwan S.H., 2004. Adat Karo. Medan: Penerbit Bina Media Perintis Sipayung, Hernauli. 1995/1996. Peralatan Upacara Religi Batak Toba. Medan: Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara Sipayung, Hernauli dan S. Andreas Lingga. 1995/1996. Simalungun Traditional – House Ornaments. Sitepu, A.G. 1995. Ragam Hias Karo Seri: A. Medan: Penerbit Ulih Saber

Universitas Sumatera Utara Dirjen Pariwisata, Penyempurnaan Kriteria Klasifikasi Hotel, Jakarta, 1995 Sihite, Richard, S.Sos, Hotel Management, Jakarta, 2000 Prinsip Hotel Resort , Studi Kasus : Putri Duyung Cottage , Ancol, Jakarta Utara Kep. Men. Kebudayaan dan Pariwisata No. KM.3/HK 001/MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel, Jakarta, 2002 Perda DKI Jakarta No. 12 tahun 1997 tentang Usaha Pariwisata di DKI Jakarta Dirjen Pariwisata, Pariwisata Tanah Air Indonesia, November, 1988 A.S. Hornby, Oxford Leaner’s Dictionary of Current English, Oxford University Press, 1974 Soedewo, Ery, dkk. 2009. Berita Penelitian Arkeologi No 21: Situs dan Objek Arkeologi di Kabupaten Sugono, Dendy, dkk., 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Sutaba, I Made. 1997. “Unsur-unsur Prehistorik pada Bale Agung di Desa Manikliyu, Kintamani, Wiradnyana, Ketut. 2010. Legitimasi Kekuasaan pada Budaya Nias, Paduan Penelitian Arkeologi dan http://pariwisatakaro.blogspot.com/2008/06/obyek-wisata-kabupaten-karo.html http://limamarga.blogspot.com/2012/04/menelusuri-objek-wisata-kabupaten-karo.html http://www.sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_3_Sejarah-Sumatera-Utara.html http://sumut.bps.go.id/ http://indonesia-liek.blogspot.com/2010/12/budaya-sumatera-utara-seni- kebudayaan.html http://www.sejarahbangsaindonesia.co.cc/1_3_Sejarah-Sumatera-Utara.html http://www.bpkp.go.id/sumut/konten/236/profil-sumut.bpkp Sumber: Front Office Management oleh Dr. Adi Soenarno, MBA http://www.wisatakandi.com/2011/03/tipe-jenis-hotel-berdasarkan-lokasi.html http://dwar4tune.wordpress.com/2012/01/02/hotel-dan-klasifikasinya/

Universitas Sumatera Utara