Pribadi Sri Sultan Hamengkubuwana Ix Sebagai Sosok Inpiring Bagi Bangsa Indonesia Dan Nilai-Nilai Ke Ips an Tang Terkadung Di Dalamnya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pribadi Sri Sultan Hamengkubuwana Ix Sebagai Sosok Inpiring Bagi Bangsa Indonesia Dan Nilai-Nilai Ke Ips an Tang Terkadung Di Dalamnya PRIBADI SRI SULTAN HAMENGKUBUWANA IX SEBAGAI SOSOK INPIRING BAGI BANGSA INDONESIA DAN NILAI-NILAI KE IPS AN TANG TERKADUNG DI DALAMNYA Gunawan Sridiyatmiko* ABSTRAK Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menemukan nilai-nilai keteladanan yang terdapat dalam sosok Sri Sultan Hamengkubuwana IX semasa hidupnya.Secara khusus bertujuan untuk mengkaji lebih mendalam bagaimana biaografi kehidupan sosial Sri Sulktan Hamnegkubuwana IX, Nilai nilai Ke IPSan apa yang dapat diambil dari sosok Sri Sultan Hamengkubuwona. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan arsip dan dokumen yang diperoleh dari Perpustakaan Kraton Yogyakarta, Data Penelitian dikumpulkan dengan mencermati isi dokumen dan wawancara mendalam dengan tokoh tokoh kraton kasultanan Yogyakarta. Kaegiatan analisa data dengan model interaktif penarikan kesimpulan melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan perpanjangan waktu kerja, dan tiangulasi data. Penlitian menemukan bahwa tentang : 1 Mengkaji kiprah tokoh seperti Sultan Hamengku Buwana IX tidak terlepas dari kata “biografi”, berkaitan dengan riwayat hidup, pemikiran, aktivitas, dan sumbangan peran-peran nya dalam berbagai bidang kehidupan., 2. konsep “tiga budi pekerti mulia” yang ditunjukkan oleh HB IX semasa hidupnya. “Tiga budi pekerti mulia” merupakan bagian dari panca laku, yang berasal dari kata panca yang berarti lima, dan laku berarti amalan, 2. keteladanan berupa sikap demokratis, keberanian, kebhinekaan, integritas dan kepemimpinan benar benar tetap terjaga dan dapat diresapi, serta dapat diteladani (inspiring) oleh generasi muda sekarang ini. Kata Kunci: Sri Sultan, Inspiring, Nilai ke IPS ABSTRACT The purpose of this study in general is to find the exemplary values contained in the figure of Sri Sultan Hamengkubuwana IX during his life. Specifically aims to examine more deeply how the social life of Sri Sulktan Hamnegkubuwana IX, what values can be taken from the figure of Sri Sri Sultan Hamengkubuwona. This research was conducted using archives and documents obtained from the Yogyakarta Palace Library. Research data were collected by examining the contents of the documents and in-depth interviews with the figures of the Yogyakarta Sultanate. Data analysis activities with an interactive model of drawing conclusions through the stages of data collection, data presentation, and drawing conclusions. The data validity technique uses the extension of work time, and data collection. Researchers found that about: 1. Assessing the gait of figures such as Sultan Hamengku Buwana IX is inseparable from the word "biography", * Gunawan Sridiyatmiko adalah Ketua Program Studi dan Dosen Program Pascasarjana Universitas PGRI Yogyakarta. 167 Jurnal Sosialita, Vol. 11, No.1, Maret 2019 Gunawan S, Pribadi Sri Sultan … relating to the life history, thoughts, activities, and the contribution of its roles in various fields of life., 2.. the concept of "three noble manners" demonstrated by HB IX during his lifetime. "Three noble manners" are part of the five practices, derived from the word panca which means five, and behavior means practice, 2. exemplary in the form of democratic attitudes, courage, diversity, integrity and leadership are truly maintained and can be absorbed, and can be absorbed, and can be exemplified (inspiring) by today's young generation. Keywords: Sri Sultan, Inspiring, Social Studies values PENDAHULUAN Perkembangan masyarakat Yogyakarta menuju masyarakat industri memiliki banyak konotasi yang berimplikasi pada perubahan dalam bidang sosial budaya. Industri sebagai kekuatan otonom yang terlepas dari masyarakat tempat berpijak, bergerak cepat menuju terwujudnya tatanan masyarakat industri. „Ketegangan‟ peradaban modern yang bersifat mekanis (masyarakat industri) dengan nilai tradisional (agraris) masyarakat Yogyakarta merupakan dua wajah (Dual Faces Society) yang timbul dalam fase menuju masyarakat modern. Implikasinya, transformasi sosial akibat arus modernitas di Yogyakarta telah membuka pintu dinamika perubahahan dengan masuknya nilai-nilai modern pada satu sisi, dan melunturnya nilai adiluhung masyrakat Yogyakarta. Pergeseran budaya menuju masyarakat industri, yang menyajikan bentuk tipologi masyarakat kapital telah mulai menggeser kelompok-kelompok masyarakat tradisional dengan berbagai wujud budaya modern. Bentuk-bentuk keramahan dan keakraban yang ditunjukkan oleh desa dan kota kecil telah digantikan dengan keangkuhan kota besar sebagai akibat perebutan kesempatan medapatkan kegiatan ekonomi. Munculnya organisasi sosial massa atau kelompok sosial semakin menegaskan bahwa hubungan sosial masyarakat Yogyakarta telah didasarkan kepada hubungan kepentingan impersonal, yaitu suatu hubungan semu formalitas yang terjalin sebagai wujud nyata dari konsep “keterasingan” atau aliensi dari Marx sebagaimana disampaikan Kuntowijoyo (1999). Globalaisasi dalam bidang industri kapital mendorong terjadinya arus perubahan dalam gerak dinamika masyarakat yang majemuk. Ketika itu, 168 Jurnal Sosialita, Vol. 11, No.1, Maret 2019 Gunawan S, Pribadi Sri Sultan … kemajemukan masyarakat yang telah menjadi ciri kota Yogyakarta mendorong berlangsungnya proses integrasi melalui kegiatan dalam segi-segi administrasi dan politik pemerintahan dan perekonomian, melalui proses interaksi sosial, serta dialog budaya. Sumardjan (1984) berpendapat laju modernisasi masyarakat Yogyakarta secara perlahan mulai bergerak dalam tiga arah bagian. Mengikuti arah modernitas atau setuju satu bagian pertama, bersikap apatis bagian kelompok ke dua, dan secara terang-terangan menolak pada kelompok bagian ke tiga. Tingkatan modernisasi Yogyakarta telah mempengaruhi nilai dan pola perilaku masyarakatnya. Perubahan perilaku kerja dan hubungan manusia dari masyarakat agraris yang agraris ke masyarakat industri modern telah merubah pola-pola hubungan kerja secara keseluruhan. Perubahan ini bersifat mendasar, berhubungan dengan landasan filosofi dan pandangan hidup masyarakat Yogyakarta pendukung secara kolektif. Pergeseran nilai budaya dalam dinamika sosial masyarakat Yogyakarta saat itu dapat ditengarai dengan gejala degradasi dan dekadensi nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang cenderung terus menajam seiring dengan kompleksitas persoalan sosial di era industri yang terus menggerus nilai-nilai adhiluhung masyarakat Yogyakarta. Globalisasi masyarakat Yogyakarta merupakan perubahan dari peradaban tradisional menuju masyarakat melenial yang memiliki implikasi perubahan nilai-nilai. Masyarakat Yogyakarta dengan tipe ekologi santun telah bergeser pada ekologi konsumerisme, melemahnya nilai nasionalisme, masa bodoh, kurang peduli sesama sebagai ciri “budaya industri”. Dalam situasi seperti ini, peneliti memnganggap penting untuk mengangkat tema keteladanan Sri Sultan Hamengkubuwana IX sebagai media membangkithidupkan semangat nasionalisme, solidaritas, rasa kepekaan sosial yang merupakan salah satu tujuan dari pebelajaran IPS di sekolah. 169 Jurnal Sosialita, Vol. 11, No.1, Maret 2019 Gunawan S, Pribadi Sri Sultan … METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Creswell, 1998) dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang lebih menekankan pada pemaknaan dan konteks pendeskripsian dari dokumen dan arsip yang ditemukan peneliti yang diperkuat dengan kegiatan wawancara guna memperteguh konfirmasi setiap makna yang terkandung dalam teks. Adapun tahap-tahap yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: pengumpulan data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi data, dalam kerangka analisis model analisis interaktif (Miles & Huberman, 1992: 20). Pendeskripsian terkait dengan pemaknaan dalam pengertian ini lebih bersifat rich and thick description (Creswell, 1989), yaitu bersifat kaya dan tebal, holistik, emik dan etik, dalam bentuk, fungsi dan makna yang tersirat dibalik suatu teks tertulis atau lisan, dan teks sosial dalam fenomena sosial di balik tindakan inividu atau masyarakat dalam dinamika sosial masyarakat Yogyakarta ketika itu. Berangkat pada uraian di atas, penelitian ini berusaha menyingkap ide- ide pemikiran dari Sri Sultan Hamegkubuwana IX nilai-nilai ke IPS an apa yang terkandung di dalam perubahan (makna yang tersirat), keterkaitan dan keberlanjutan dalam pola-pola perubahan dewasa ini yang dapat dijadikan literasi pembelajaran dari perspektif dari semua komponen kemasyarakatan dalam dinamika sosial masyarakat Yogyakarta di era global ini. Penentuan Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam Ndalem Kraton, Kraton khususnya yang berada di dalam beteng dengan pertimbangan bahwa: Pertama, wilayah tersebut merupakan tempat tinggal kaum bangsawan atau birokrat tradisional yang kental dengan kehidupan feodalistik. Kedua: Wilayah Ndalem Kraton adalah masyarakat yang sangat mendukung keberadaaan dan keberlangsungan budaya adiluhung Kasultanan Yogyakarta dalam upaya mempertahankan legitimasi politik, ekonomi, sosial dan budaya dari terpaan dunia global. 170 Jurnal Sosialita, Vol. 11, No.1, Maret 2019 Gunawan S, Pribadi Sri Sultan … Subjek dan Teknik Penelitian Subjek penelitian pemelitian ini berupa manusia dengan segala aktifitasnya, dokumen dan benda-benda sebagai instrumen penelitian lain. Dalam kegiatan penelitian maka peneliti berusaha untuk berhubungan dengan informan kunci dan informan pendukung, dokumen dan arsip. Informan yang dipilih adalah orang-orang yang dianggap memahami secara mendalam mengenai makna dan arti arsip dan dokumen yang ditemukan dalam penelitian. Mereka diseleksi dan ditunjuk sebagai informan
Recommended publications
  • Surrealist Painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 1995 Surrealist painting in Yogyakarta Martinus Dwi Marianto University of Wollongong Recommended Citation Marianto, Martinus Dwi, Surrealist painting in Yogyakarta, Doctor of Philosophy thesis, Faculty of Creative Arts, University of Wollongong, 1995. http://ro.uow.edu.au/theses/1757 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact the UOW Library: [email protected] SURREALIST PAINTING IN YOGYAKARTA A thesis submitted in fulfilment of the requirements for the award of the degree DOCTOR OF PHILOSOPHY from UNIVERSITY OF WOLLONGONG by MARTINUS DWI MARIANTO B.F.A (STSRI 'ASRT, Yogyakarta) M.F.A. (Rhode Island School of Design, USA) FACULTY OF CREATIVE ARTS 1995 CERTIFICATION I certify that this work has not been submitted for a degree to any other university or institution and, to the best of my knowledge and belief, contains no material previously published or written by any other person, except where due reference has been made in the text. Martinus Dwi Marianto July 1995 ABSTRACT Surrealist painting flourished in Yogyakarta around the middle of the 1980s to early 1990s. It became popular amongst art students in Yogyakarta, and formed a significant style of painting which generally is characterised by the use of casual juxtapositions of disparate ideas and subjects resulting in absurd, startling, and sometimes disturbing images. In this thesis, Yogyakartan Surrealism is seen as the expression in painting of various social, cultural, and economic developments taking place rapidly and simultaneously in Yogyakarta's urban landscape.
    [Show full text]
  • Fragility, Aid, and State-Building
    Fragility, Aid, and State-building Fragile states pose major development and security challenges. Considerable international resources are therefore devoted to state-building and institutional strengthening in fragile states, with generally mixed results. This volume explores how unpacking the concept of fragility and studying its dimensions and forms can help to build policy-relevant under- standings of how states become more resilient and the role of aid therein. It highlights the particular challenges for donors in dealing with ‘chronically’ (as opposed to ‘temporarily’) fragile states and those with weak legitimacy, as well as how unpacking fragility can provide traction on how to take ‘local context’ into account. Three chapters present new analysis from innovative initiatives to study fragility and fragile state transitions in cross- national perspective. Four chapters offer new focused analysis of selected countries, drawing on comparative methods and spotlighting the role of aid versus historical, institu- tional and other factors. It has become a truism that one-size-fits-all policies do not work in development, whether in fragile or non-fragile states. This should not be confused with a broader rejection of ‘off-the-rack’ policy models that can then be further adjusted in particular situations. Systematic thinking about varieties of fragility helps us to develop this range, drawing lessons – appropriately – from past experience. This book was originally published as a special issue of Third World Quarterly, and is available online as an Open Access monograph. Rachel M. Gisselquist is a political scientist and currently a Research Fellow with UNU-WIDER. She works on the politics of the developing world, with particular attention to ethnic politics and group-based inequality, state fragility, governance and democratiza- tion in sub-Saharan Africa.
    [Show full text]
  • Peran Sri Susuhunan Pakubuwono Xii Dalam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia (1945-1949)
    PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) RINGKASAN SKRIPSI Oleh: M Arief Sasono 10406244038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 2 PERAN SRI SUSUHUNAN PAKUBUWONO XII DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (1945-1949) Oleh: M Arief Sasono dan Dr .Aman, M.Pd ABSTRAK Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 bukan akhir dari perjuangan Indonesia. Rakyat Indonesia masih berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan. Tujuan dari penulisan Skripsi ini untuk: (1) mengetahui perjuangan masyarakat dan kondisi Surakarta pasca Kemerdekaan. (2) mengetahui latar belakang Sri Susuhunan Pakubuwono XII (3). Mengetahui peran Sri Susuhunan Pakubuwono XII dalam mempertahankan Kemerdekaan Metode yang digunakan dalam skripsi ini menggunakan metodelogi yang ditulis oleh Kuntowijoyo. Metode Tersebut meliputi pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi, interpretasi dan Historiografi atau penulisan sejarah. Semua metode tersebut sudah dilakukan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu (1) Perjuangan di Surakarta melibatkan KNI, pemuda, tokoh, bangsawan dan Sri Susuhunan Pakubuwono XII Dan pada akhirnya warga berhasil mengambil alih kekuasaan serta melucuti senjata tentara penjajah. (2) Pakubuwono XII lahir di Surakarta pada Selasa Legi tanggal 14 April 1925, dan diangkat menjadi raja di Keraton Surakarta pada usia yang sangat muda yaitu usia 20 tahun. Beliau juga dikenal dengan raja 3 jaman dengan lama memimpin 48 tahun. Atas pengabdiannya bagi Indonesia, maka Pakubuwana XII diberikan piagam penghargaan dan medali perjuangan angkatan ’45 yang ditetapkan oleh Dewan Harian Nasional Angkatan-45 di Jakarta. Piagam merupakan bukti kesetiaannya kepada Negara Kesatuan RI dan atas nasionalisme yang dalam di masa perjuangan kemerdekaan. (3) Peran PakuBuwono XII antara lain mengorbankan kekayaan keraton yang dimiliki seperti emas dan persenjataan yang sangat banyak, bahkan menyebabkan Keraton sendiri defisit.
    [Show full text]
  • Asia Society Presents Music and Dance of Yogyakarta
    Asia Society Presents Music and Dance of Yogyakarta Sunday, November 11, 2018 7:00 P.M. Asia Society 725 Park Avenue at 70th Street New York City This program is approximately ninety minutes with no intermission In conjunction with a visit from Hamengkubuwono X, the Sultan of Yogyakarta in Indonesia, Asia Society hosts a performance by the court dancers and musicians of Yogyakarta. The Palace of Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat is the cultural heart of the city. From generation to generation, the Sultans of Yogyakarta are the traditional governors of the city and responsible for passing on art and culture heritage. The entire royal family is involved in preserving these art forms, and the troupe must perform with a member of the royal family present. The dances from Yogyakarta will be accompanied by gamelan music native to Java. Program Golek Menak Umarmaya Umarmadi Dance Masked Dance Fragment (Wayang Wong) “Klana Sewandana Gandrung” Bedhaya Sang Amurwabhumi About the forms: Golek Menak The golek menak is a contemporary example of the seminal influence exerted by the puppet theater on other Javanese performing arts. This dance was inspired by the stick–puppet theater (wayang golek), popular in the rural area of Yogyakarta. Using the three dimensional rod-puppets, it portrays episodes from a series of stories known as menak. Unlike the high-art wayang kulit (shadow puppets), it is a village entertainment, and it did not flourish at the court. As a dance drama, golek menak focuses on imitating this rod-puppet theater with amazing faithfulness. Human dancers realistically imitate the smallest details of puppet movement, right down to the stylized breathing of the puppets.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • I KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN HAMENGKUBUWANA I DI
    KEBIJAKAN EKONOMI SULTAN HAMENGKUBUWANA I DI KASULTANAN NGAYOGYAKARTA HADININGRAT TAHUN 1755-1792 M SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh: Karunia Anas Hidayat NIM.: 12120049 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2018 i Motto: “Bila Kau Tak Tahan Lelahnya Menuntut Ilmu, Maka Kamu Akan Menanggung Perihnya Kebodohan” (Imam Syafi’i) Tuhan mengajarkan kita untuk terus belajar dan berusaha guna menggapai kesuksesan, dengan sabar dan tawakal. Kegagalan merupakan sebuah pembelajaran yang sangat keras untuk tetap berusaha hingga sukses dan tak mengulangi lagi arti sebuah kegagalan. (penulis) v PERSEMBAHAN Untuk: Bapak/ Ibu tercinta serta keluarga besarku Terimakasih atas dukungan dan doanya yang tak kunjung putus, selalu mendoakan saya hanya dengan ridha ayah dan ibu, serta ridha Allah swt., semuanya bisa terasa lebih ringan dan mudah dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk Almamater Tercinta Jurusan Sejarah Dan Kebudyaan Islam Fakultas Adab Dan Ilmu Budaya Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta vi KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah swt. Tuhan semesta alam yang telah memberikan nikmat yang sempurna, rahmat, hidayah, dan kekuatan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana strata satu di bidang Sejarah Kebudayaan Islam Fakultas Adab Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw., keluarga, serta sahabat yang telah membawa perubahan bagi peradaban dunia dengan hadirnya agama Islam sebagai agama dan peradaban bagi seluruh manusia hingga akhir zaman. Atas jasa dan jerih payahnya kita bisa menikmati iman dan merasakan indahnya Islam dan senantiasa kita tunggu syafaatnya di hari kiamat.
    [Show full text]
  • The West Papua Dilemma Leslie B
    University of Wollongong Research Online University of Wollongong Thesis Collection University of Wollongong Thesis Collections 2010 The West Papua dilemma Leslie B. Rollings University of Wollongong Recommended Citation Rollings, Leslie B., The West Papua dilemma, Master of Arts thesis, University of Wollongong. School of History and Politics, University of Wollongong, 2010. http://ro.uow.edu.au/theses/3276 Research Online is the open access institutional repository for the University of Wollongong. For further information contact Manager Repository Services: [email protected]. School of History and Politics University of Wollongong THE WEST PAPUA DILEMMA Leslie B. Rollings This Thesis is presented for Degree of Master of Arts - Research University of Wollongong December 2010 For Adam who provided the inspiration. TABLE OF CONTENTS DECLARATION................................................................................................................................ i ACKNOWLEDGEMENTS ............................................................................................................. ii ABSTRACT ...................................................................................................................................... iii Figure 1. Map of West Papua......................................................................................................v SUMMARY OF ACRONYMS ....................................................................................................... vi INTRODUCTION ..............................................................................................................................1
    [Show full text]
  • 73 Suksesi Kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta Dalam Dualitas Struktur
    Wahyuni Choiriyati, Suksesi Kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta Dalam Dualitas Struktur 73 Suksesi Kepemimpinan Kraton Ngayogyakarta dalam Dualitas Struktur Wahyuni Choiriyati Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Gunadarma Jalan Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia. Email: [email protected] Abstract King declaration was delivered by Sultan Hamengkubuwono X exposing his princess for next in order to be crowned in Yogyakarta’s palace.This raised contentious among Sultan Hamengkubuwono and his brothers. This was wrapped in cultural communication practicess in high level of context that was not easy to understand especially for society in general. This writing is to focus signifying king declaration in society in line to deep structure and culture. By phenomenology approach with critical paradigm, data gathered by in depth interviews and observation. Results of research found that king decralation was perceived as high context communication practices. This tended to economic political nuances. Nowdays, King has not dedicated to serve the society yet, but he tended to want to be respected. Power structure was maintained to secure the power legitimation including reveneu of land taxes and royal familiy businesses in palace. Each of them played the significant roles to secure and maintain in inner cirlce of power in the palace. Keywords: succession of leadership, structure, power, culture and communication Abstrak Sabdaraja yang disampaikan oleh Sultan Hamengkubuwono X mengungkapkan bahwa putri sulungnya akan diangkat menjadi penerus tahta kraton Yogyakarta. Hal ini menimbulkan ketegangan antara sultan Hamengkubuwono X dengan adik-adiknya. Semua ini dikemas dalam praktik komunikasi budaya konteks tinggi yang tidak mudah diterjemahkan masyarakat awam. Fokus tulisan ini adalah menggambarkan pemakanaan masyarakat Yogyakarta terkait sabdaraja dan segala hal yang berkaitan dengan struktur kekuasaan dan budaya yang melingkupinya.
    [Show full text]
  • THE ROLE of SULTAN HAMENGKU BUWONO IX in UPHOLDING INDONESIAN INDEPENDENCE in 1945-1950 Ony Widiarto1, Sugiyanto2, Marjono3 123H
    THE ROLE OF SULTAN HAMENGKU BUWONO IX IN UPHOLDING INDONESIAN INDEPENDENCE IN 1945-1950 Ony Widiarto1, Sugiyanto2, Marjono3 123History Education Program, The University of Jember. Email: [email protected] Abstract The background of this research is after the Indonesian nation became independent until the change of form of the Indonesian state which was originally since KMB (Konferensi Meja Bundar) is a federal state back into the form of unitary state (1945-1950). Indonesia's chaotic condition in the social, political and economic fields prompted Sultan Hamengku Buwono IX to apply the rescue action of the Republic of Indonesia. This study aims to (1) examine the background of Hamengku Buwono IX in maintaining the independence of the Republic of Indonesia; (2) to examine in depth the actions or strategies of Hamengku Buwono IX in maintaining the independence of the Republic of Indonesia in 1945-1950. This study uses historical research methods with heuristic steps, criticism, interpretation, and historiography. Sultan Hamengku Buwono IX retained the independence of the Republic of Indonesia, preventing the Dutch crime in Jakarta, which moved the capital in Yogyakarta. When the capital of Yogyakarta in the attack of Sultan Hamengku Buwono IX, became a savior and dared to arrange a counterattack. Sultan Hamengkubuwono IX accelerated the process of recognition of Indonesian independence. However, a new problem arose in the form of Westerling insurrection and Sultan Hamid II. Sultan Hamengkubuwono IX managed to prevent and make people not believe in the federalists. This is what makes the return of the state form into a unitary state. Keywords: Sultan, Defend, Independence, Republic Indonesia.
    [Show full text]
  • Implementasi Pemikiran Hamengku Buwono Ix Dalam Ekonomi Kerakyatan
    IMPLEMENTASI PEMIKIRAN HAMENGKU BUWONO IX DALAM EKONOMI KERAKYATAN STUDIUM GENERALE FAKULTAS EKONOMI UWM YOGYAKARTA, KAMIS 24 SEPTEMBER 2020 SEKILASTENTANG HAMENGKU BUWONO IX Gusti Raden Mas Dorodjatun atau Sri Sultan Hamengkubuwana IX (bahasa Jawa: Sri Sultan Hamengkubuwono IX) lahir di Ngayogyakarta Hadiningrat, pada tanggal 12 April 1912. Wafat di Washington DC, Amerika Serikat, 2 Oktober 1988 pada umur 76 tahun. Putera salah seorang Sultan yang pernah memimpin di Kasultanan Yogyakarta (1940-1988) dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta yang pertama setelah kemerdekaan Indonesia, menjabat sebagai Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun1973-1978. Dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Riwayat Pekerjaan: Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II Menteri Negara pada Kabinet Hatta I Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II Menteri Pertahanan pada masa RIS Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata Menteri Koordinator Pembangunan Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi Wakil Presiden Indonesia Riwayat Pendidikan: Rijkuniversiteit Leiden, Jurusan Indologie (Ilmu tentang Indonesia), kemudian ekonomi 2 PERAN INTERNASIONAL Pada akhir kepemimpinan Presiden Sukarno, kondisi perekonomian Indonesia mengalami kemerosotan seperti inflasi yang melambung tinggi, terkurasnya cadangan devisa, defisit anggaran belanja pemerintah dan pembayaran hutang luar negeri yang sudah jatuh tempo untuk segera dibayarkan. Awal Orde Baru berusaha untuk melakukan penyelamatan ekonomi agar segala permasalahan ekonomi akibat warisan dari pemerintahan sebelumnya bisa teratasi dan berjalan stabil. Para teknokrat pemerintahan baru tersebut adalah Suharto, Sultan Hamengku Buwono IX, dan Adam Malik.
    [Show full text]
  • 18 the Two Fulltext.Pdf
    Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (nrw, Leid.en) Henk Schulte Nordholt (xnr,u, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeto n Uniters ity) Adrian Vickers (Syd"ey IJnivers ity) Anna Tsing (University of CaLfornia Santa Crttz) VOLUME 295 The titles published in this series are listed at brtlLcom/vki Cars, Conduits, and Kampongs The Modernization of the Indonesian City, rgzo-rg6o Edited by Freek Colombijn Joost Cot6 NE c ra $ a i c, a 2 ffiri /r81 BRILL LETDEN I rosroN BRILL This is an open access title distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Noncommercial 3.o Unported (CC-By-NC 3.o) License, which permits any OPEN non-commercial use, distribution, and reproduction in any medium, piovided the original author(s) and source are credited. () KITTV The realization of this publication was made possible by the support of xrrrv (Royal Netherlands Institute ofSoutheast Asian and Caribbean Studies). Cover illustration: front page issue o (1938) of the Vereniging Groot Batavia. Library of Congress Cataloging-in-Publication Data cars, conduits, and kampongs : the modernization of the Indonesian city, 19zo-rg60 / edited by Freek Colombijn,Joost Cot6. pag€s cm - (Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde; 295) Includes index. origin ofthis book goes back ."The to the conference on'The decolonization ofthe Indonesian city in (Asian and African) comparative perspectivel held in Leiden, from z6 to zg April zoo6,, - preface. ISBN 978-9o-o4-28o69-4 (hardback : alk paper) - ISBN 978-go-o4-z8o7z-4 (e-book) r.
    [Show full text]
  • Back in Asia: the US's TPP Initiative and Its Implications for China
    Southeast Asian Journal of Social and Political Issues, Vol. 1, No. 2, March 2012 | 126 Back in Asia: the US’s TPP Initiative and its Implications for China Zhang Zhen-Jiang 张振江 (Institute of Southeast Asian Studies, Jinan University, Guangzhou, China) Abstract Trans-Pacific Partnership develops from the Pacific Three Closer Economic Partnership (P3-CEP) initiated by Chile, Singapore and New Zealand in 2002 and joined by Brunei in 2005. The four countries finally finished their talks and singed the Trans-Pacific Strategic Economic Partnership Agreement (P4) on June 3rd, 2005. American President George W. Bush announced that the US would join TPP in late 2008. It was suspended by new American President Barrack Obama for his trade policy review. However, the US government restarted its joining efforts in late 2009 and was quickly joined by several other countries. This paper aims to investigate the origin, nature and development of TPP, analyze America’s motivations, and study its possible impacts upon the East Asian Regionalism in general and upon China in particular. Finally, the author calls for China to take the active policy to join the TPP negotiating process. Keywords: TPP, America’s Trade Policy, East Asian Regionalism, China Introduction On December 14 2009, the Office of the United States Trade Representative formally notified the Congress that Obama Administration is planning to engage with the “Trans-Pacific Partnership” (thereafter “TPP”). American government formally started the first round negotiation with Australia, Brunei Darussalam, Chile, New Zealand, Peru, Singapore, and Vietnam in March 15-18, 2010 in Melbourne. Up to now, seven rounds of negotiations have been held (Round 2 in San Francisco in June 11-18 2010, Round 3 in Brunei in October 7-8 2010, Round 4 in Auckland in December 6-8, 2010, Round 5 in Santiago in February 14-18 2011, Round 6 in Singapore in April 2011, and Round 7 in Ho Chi Minh City in June 19-24 2011).
    [Show full text]