KOMODIFIKASI MNC MUSLIM ANALISIS EKONOMI POLITIK MEDIA PADA MNC GROUP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Yudid Dwi Septyarini 109051000131

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H./2013 M. LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 16 September 2013

Yudid Dwi Septyarini

KOMODIFIKASI MNC MUSLIM ANALISIS EKONOMI POLITIK MEDIA PADA MNCGROUP

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Yudid Dwi Septyarini 109051000131

Pembimbing,

Dr. Gun Gun Heryanto, M. Si NIP. 19760812 2005011 005

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIFEOCDAYATULLAH JAKARTA 1434 D./2013 M.

ABSTRAK

Yudid Dwi Septyarini Komodifikasi MNC Muslim: Analisis Ekonomi Politik Media pada MNC Group

MNC Muslim merupakan channel religi yang dimiliki oleh MNC Group. Kehadiran MNC Muslim yang notabene adalah media bernuansa Islami yang merupakan bagian dari MNC Group, harus berbenturan dengan nilai kapitalisme sebagai bagian dari bisnis media saat ini. Melihat persoalan tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana komodifikasi isi yang dilakukan oleh MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group? Kedua, bagaimana komodifikasi khalayak yang dilakukan oleh MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group? Ketiga, Bagaimana komodifikasi pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group? Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian eksplanatif. Sumber data yang diperoleh adalah dari hasil observasi tidak berstruktur (unstructure observation) dan wawancara mendalam. Selain itu, data yang diperoleh juga dari data resmi dari pihak MNC Channels, buku, jurnal, makalah, artikel, dan hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori ekonomi politik media yang dikemukakan oleh Vincent Mosco. Terdapat tiga entry concept dalam teori ini, yaitu komodifikasi, spasialisasi, dan strukturasi. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan kerangka konsep komodifikasi, baik itu komodifikasi isi, khalayak, dan pekerja. Hasil penelitian dan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa konten program yang ditayangkan di MNC Muslim, terlihat adanya komodifikasi Islam, di mana simbol dan nilai-nilai keislaman dimodifikasi sedemikian rupa agar menjadi komoditas yang dapat diperjualbelikan untuk mendapat keuntungan. Adanya re-run program pun dilakukan agar mampu memaksimalkan pendapatan dengan menayangkan kembali program-program yang masih diminati. Selain itu, peran khalayak juga sangat besar karena sumber pemasukan terbesar dari MNC Channels adalah dari iuran berlangganan pemirsa MNC Sky Vision (MSV). Ditambah lagi, MSV adalah pay-tv terbesar di Indonesia, sehingga pemasukan dari iuran berlangganan pun sangat besar. Komodifikasi pekerja pun terlihat dalam hal produksi MNC Muslim yang dilaksanakan oleh MNC TV. Jadi, komodifikasi yang dilakukan oleh MNC Muslim, jika dilihat dari segi komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja, dilakukan karena ada kepentingan bisnis di dalamnya, di mana MNC Group memaksimalkan kekuatan group yang dimiliki, demi menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur tak henti-hentinya peneliti panjatkan atas segala nikmat sehat, ilmu, pengetahuan, dan karunia yang telah Allah SWT berikan kepada peneliti, hingga akhirnya peneliti mampu menyelesaikan pendidikan perkuliahan dan memperoleh gelar sarjana ini. Tanpa adanya ridho, kekuatan, dan hidayah yang telah Allah berikan, peneliti tak akan bisa melewati dan menyelesaikan segala tantangan, hambatan, cobaan, dan masalah yang ditemui. Cucuran keringat dan air mata yang menetes telah menjadikan peneliti sebagai hamba Allah yang makin kuat dalam menjalani hidup. Peneliti semakin percaya bahwa Allah tidak akan memberikan masalah di luar kemampuan hamba-Nya, asalkan hambanya mau berusaha, berdoa, dan selalu memohon kepada-Nya. Peneliti menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi, peneliti menemui banyak cobaan dan hambatan untuk dilalui. Tetapi, hal tersebut dapat diatasi dan terselesaikan dengan baik atas bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan beribu terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Pembantu Dekan I Bidang Akademik, Drs. Wahidin Saputra, M.A., Pembantu Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Mahmud Jalal, M.A., serta pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study Rizal L.K., M.A. 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Drs. Jumroni, M.Si beserta Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Umi Musyarofah, M.A. 3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan kepada peneliti selama menempuh masa perkuliahan. Semoga ilmu yang diberikan dapat selalu bermanfaat bagi peneliti dan masyarakat, serta ii

menjadi amal sholeh yang akan terus mengalir bagi bapak dan ibu sekalian. 4. Dr. Gun-Gun Heryanto, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk selalu membimbing, memberikan koreksi, saran, dan masukan kepada peneliti, sehingga peneliti mampu menghasilkan karya yang terbaik. 5. Zakaria, M.A, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan masukan, semangat, dan jalan keluar yang menenangkan untuk peneliti dalam menghadapi setiap masalah dalam proses penyelesaian skripsi ini. 6. PT Media Nusantara Cipta, Tbk. dalam hal ini adalah MNC Channels dan MNC TV sebagai tempat penelitian skripsi. Terima kasih atas wawancara, bantuan, dan segala data-data yang peneliti butuhkan untuk melengkapi skripsi ini. Terima kasih Pak Edi, Pak Budi, Mbak Nisa, Mas Abdik, Mas Irwan, Mas Aryo, Ka Selly, dan pegawai MNC lainnya. 7. Bapak Moch Diono dan Ibu Zulaechah, selaku orang tua yang sangat berarti dalam hidup peneliti. Terima kasih untuk kasih sayang yang tulus, segala pengorbanan, cucuran keringat, tetesan air mata dalam setiap untaian doa dan harapan yang selalu Bapak dan Ibu berikan kepada anak- anaknya. Skripsi ini ananda persembahkan sebagai wujud terima kasih yang tak terhingga untuk Bapak dan Ibu. 8. Kakak perempuan peneliti, Nurina Rahmadika, yang selalu memberikan semangat dengan cara yang berbeda. Semoga adik dapat membalas semua kebaikan yang telah kakak berikan selama ini. Untuk adik lelaki peneliti, Muhammad Riza Yuliardi. Terima kasih untuk kasih sayang yang selalu kau tunjukkan dengan cara yang berbeda. Semoga skripsi kakak dapat memotivasimu untuk selalu memberikan yang terbaik dan mampu membanggakan orang tua kita. 9. Keluarga besar peneliti, Mbah Usman, Mbah Aminah, alm. Mbah Mahmudah, Pakde-Bude, Om-Tante, dan sepupu-sepupu yang selalu mendoakan untuk kelancaran selama penelitian dan penulisan skripsi ini iii

10. Teruntuk sahabat-sahabat terhebat, Noflim Trisna Ayuningsih, Nur Oktaviani, Yulia Nur Rohmah, Zakiyah Al-Wahdah, dan Muhammad Bushairi. Terima kasih untuk senyum, tawa, canda, air mata, dan segala pelajaran hidup yang sangat berharga yang telah kalian berikan untuk peneliti. Semoga persahabatan ini akan terus terjaga selamanya. 11. Kawan-kawan terbaik KPI D 2009 yang telah bersama selama 4 tahun ini, Bintang, Reza Fahlevi, Yusuf, Arkho, Rizki Maulana, Eko, Zidni, Mahdi, Bayu, Tika, Tari, Fitri, Fajrin, Hidayati “Ririn”, Devi, Yuli, Dina, Nur Fajrina, Bowo, Ryan, Nofal, Fadli, Ijal, Ridwan, Erik, dan Riza. 12. Teman-teman, senior, dan junior jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta jurusan lain di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Senang sekali menjadi bagian dari keluarga besar Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi ini. 13. Kawan-kawan “KKN KITA”, Nurul, Nabila, Nani, Nia, Nenden, Desi, Iis, Sapta, Amri, Anam, Ipul, Rama, Saughie, Kevin, Budi, Ershad, Hairul, Imron, serta warga Desa Sukajadi, Cariu, Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendapatkan pengalaman baru nan sangat berharga yang tidak akan pernah terlupakan. 14. Seluruh pihak yang selalu mengingatkan dan membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan, baik berupa saran maupun kritik yang membangun yang nantinya diharapkan mampu memberikan pelajaran untuk ke depannya. Peneliti berharap semoga apa yang telah peneliti tuliskan dalam skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi peneliti pada khususnya serta bagi pembaca pada umumya.

Ciputat, September 2013

Yudid Dwi Septyarini iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR GAMBAR ...... vii DAFTAR TABEL ...... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 8 C. Tujuan Penelitian ...... 9 D. Manfaat Penelitian ...... 10 E. Tinjauan Pustaka ...... 10 F. Metodologi Penelitian ...... 12 G. Sistematika Penulisan ...... 17

BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Ekonomi Politik Media 1. Definisi Ekonomi Politik Media ...... 18 2. Entry Concept Teori Ekonomi Politik Media ...... 23 3. Bentuk-bentuk Komodifikasi ...... 26 B. Konseptualisasi Lembaga Penyiaran Televisi ...... 29 C. Konseptualisasi Televisi Berlangganan 1. Jenis-jenis Lembaga Penyiaran Berlanggan...... 34 2. Televisi Berlangganan di Indonesia ...... 36 D. Media dan Kepentingan Bisnis ...... 39

BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah PT Media Nusantara Cipta, Tbk (MNC) ...... 46 B. Visi dan Misi MNC ...... 49 v

C. Struktur Organisasi MNC ...... 50 D. Struktur Perusahaan MNC ...... 52 E. Profil MNC Muslim ...... 59 F. Visi dan Misi MNC Muslim ...... 60 G. Struktur Organisasi Divisi Programming MNC Channels ...... 60 H. Program-program MNC Muslim ...... 61

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Komodifikasi Isi MNC Muslim 1. Konten MNC Muslim ...... 62 2. Logika Profit dalam Siaran Program MNC Muslim ...... 70 B. Analisis Komodifikasi Khalayak MNC Muslim 1. Target Khalayak MNC Muslim ...... 73 2. Strategi Persuasi Khalayak ...... 77 3. Komodifikasi Khalayak ...... 83 C. Analisis Komodifikasi Pekerja MNC Muslim 1. Posisi Pekerja di MNC Muslim ...... 86 2. Pola Hubungan Pekerja di MNC Muslim ...... 87 3. Komodifikasi Pekerja di MNC Muslim ...... 93 D. Analisis Komodifikasi Isi, Khalayak, dan Pekerja di MNC Muslim ...... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...... 101 B. Saran ...... 103

DAFTAR PUSTAKA ...... 105 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 109

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Grafik Tren Televisi Berlangganan di Indonesia ...... 3 Gambar 2 Diagram Jumlah Pelanggan Televisi Berlangganan di Asia Pasifik (2011) ...... 4 Gambar 3 Konsumen Media ...... 41 Gambar 4 Struktur Organisasi PT Media Nusantara Cipta, Tbk. (MNC) ..... 50 Gambar 5 Struktur Perusahaan MNC ...... 52 Gambar 6 Struktur Organisasi Department Planning Scheduling Research & Development, Divisi Programming, MNC Channels ...... 60 Gambar 7 Header Facebook MNC Muslim ...... 78 Gambar 8 Header Twitter MNC Muslim (@MNCMuslim) ...... 78 Gambar 9 Timeline Twitter MNC Muslim (@MNCMuslim) ...... 80 Gambar 10 Timeline Facebook MNC Muslim ...... 81 Gambar 11 Komentar pada Facebook MNC Muslim ...... 82 Gambar 12 Posisi Dominan dalam Industri TV-Berlangganan di Indonesia .. 84

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Televisi Berlangganan di Indonesia ...... 38 Tabel 2 Dewan Komisaris dan Direksi PT Media Nusantara Cipta, Tbk. . 51 Tabel 3 Saluran Program dalam MNC Channels ...... 57 Tabel 4 Fresh Programs MNC Muslim ...... 65 Tabel 5 TOP 20 Program MNC Muslim Q1 (Jan-Mar) 2013 ...... 69 Tabel 6 Audience Share Channel Religi MNC Channel (Januari-Maret 2013) ...... 74 Tabel 7 Audience Target MNC Muslim ...... 75 Tabel 8 Tugas Utama Planning Officer, Divisi Programming MNC Channels ...... 90 Tabel 9 Tugas Utama Scheduling Officer, Divisi Programming MNC Channels ...... 91 Tabel 10 Komodifikasi Isi, Khalayak, dan Pekerja di MNC Muslim ...... 100

viii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini industri media di Indonesia berkembang dengan sangat pesat.

Terlihat dengan munculnya berbagai macam perusahaan media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, sekarang mulai merambah ke era digital. Hal ini jelas tak dapat terlepas dari peran UU no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran. Undang- undang ini jelas telah berhasil mendorong demokratisasi informasi, mengeluarkannya dari „penjara otoriter‟ penguasa Orde Baru, sekaligus membuka pasar media yang luas.

Selama Orde Baru, bisnis media hanya terkonsentrasi kepada segelintir pelaku bisnis dan aktor politik yang mempunyai akses kuat ke lingkar kekuasaan.

Pada saat itu, lembaga penyiaran yang ada hanya TVRI dan RRI. Kedua media tersebut berada di bawah kekuasaan negara dan hanya sebagai corong pemerintahan Orde Baru semata. Namun saat ini, berdasarkan data dari Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI), ada 11 stasiun televisi nasional dengan berbagai kategori yang telah beroperasi dan lebih dari 80 stasiun regional swasta yang masing-masing memegang satu ijin penyiaran untuk satu provinsi.

Selain televisi nasional dan lokal yang ada saat ini, kehadiran televisi berlangganan juga turut meramaikan industri pertelevisian di Indonesia. Televisi berlangganan adalah jasa penyiaran saluran televisi yang dilakukan khusus untuk pemirsa yang bersedia membayar (berlangganan) secara berkala.

1

2

Bermula pada tahun 1948, warga Pennsylvania, Amerika Serikat kesulitan menerima siaran televisi karena terhalang perbukitan. Hal inilah yang kemudian menyebabkan John Walson, seorang salesman televisi, mendirikan sebuah menara di gunung untuk menangkap sinyal dari Philadelphia ke kotanya di Mahanoy City,

Pennsylvania. Lama kelamaan, semakin banyak orang yang mengetahui tentang sistem yang dilakukan oleh Walson. Warga setempat kemudian mulai mengikutinya dengan memasang antena untuk menangkap sinyal UHF yang dipakai dalam penyiaran program dengan cara menarik kabel dari antena tersebut dan memasangnya ke rumah-rumah. Sistem televisi kabel lokal ini, kemudian disebut dengan CATV (community antenna television).1 Peristiwa inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya televisi berlangganan di dunia, hingga akhirnya sampai di Indonesia.

PT MNC Sky Vision (MSV) adalah pelopor industri televisi berlangganan di

Indonesia yang didirikan pada tanggal 8 Agustus 1988. MSV mulai memasarkan televisi berbayar mereka yang berbasis satelit pada awal tahun 1994 dengan nama

Indovision. Indovision juga dikenal sebagai televisi berlangganan yang pertama kali menggunakan satelit penyiaran langsung (Direct Broadcast Satellite (DBS)), yaitu layanan analog dengan menggunakan satelit Palapa C-2.2

Meningkatnya teknologi informasi saat ini, diiringi oleh kebutuhan masyarakat akan kebutuhan informasi yang lebih luas. Namun, hal ini tidak sejalan dengan adanya peningkatan ragam tayangan yang disajikan oleh televisi

1 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta: Kencana, 2009), h. 91-92. 2 Indovision TV, “Company Profile,” diakses pada 22 Februari 2013, pukul 22.15 dari http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile. 3

lokal maupun nasional (free to air) yang ada. Oleh karena itu, masyarakat yang membutuhkan informasi yang lebih luas, baik itu dari dalam maupun luar negeri, serta dalam hal keberagaman content itu sendiri, kemudian cenderung untuk memilih televisi berlangganan yang memiliki pilihan tayangan yang cukup banyak, walaupun harus mengeluarkan biaya.

Kehadiran televisi berbayar bukan lagi menjadi hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Ini terbukti dari meningkatnya jumlah pelanggan televisi berlangganan dari tahun ke tahun, seperti yang ditunjukkan dalam grafik berikut:

Gambar 1 Grafik Tren Televisi Berlangganan di Indonesia

Sumber: Public Expose Kinerja PT MNC Sky Vision, Tbk. Tahun 2012, h.3.

Meningkatnya jumlah pelanggan televisi berlangganan menyebabkan semakin banyaknya industri televisi berlangganan di Indonesia. Hingga saat ini, sudah banyak industri televisi berlangganan, mulai dari yang menggunakan kabel, 4

satelit, hingga yang terbaru adalah IPTV (internet protocol television). Di antaranya adalah Indovision dan Top TV (PT MNC Sky Vision, Tbk.), OkeVision

(PT Nusantara Vision), TelkomVision dan Groovia (PT Telekomunikasi

Indonesia, Aora (PT Karyamegah Adijaya), Skynindo (PT Cipta Skynindo), First

Media (PT First Media, Tbk.), Orange TV (PT Mega Media Indonesia),

Nexmedia (Grup Emtek), Centrin TV (PT Cental TV Digital), Max 3 Biznet

(Biznet Networks), serta Topas TV (Grup Mayapada).3

Gambar 2 Diagram Jumlah Pelanggan Televisi Berlangganan di Asia Pasifik (2011)

Sumber: Public Expose Kinerja PT MNC Sky Vision, Tbk. Tahun 2012, h.3.

Seiring dengan terjadinya revolusi teknologi penyiaran dan informasi, korporasi-korporasi media terbentuk dan menjadi besar dengan cara kepemilikan saham, penggabungan dalam joint-venture, pembentukan kerja sama, atau

3 Indonesia TV Guide, “List TV Berbayar,” diakses pada 18 Mei 2013, pukul 14.18 dari http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/. 5

pendirian kartel komunikasi raksasa yang memiliki puluhan bahkan ratusan media.4 Hal ini yang saat ini banyak dilakukan oleh banyak perusahaan media untuk mempertahankan bisnis mereka. Bahkan, banyak pula yang melakukan konsolidasi dengan cara merger dan akuisisi guna membentuk konglomerasi media yang lebih besar.

Konsolidasi dan penggabungan kembali di industri televisi telah terjadi pada

5 tahun yang lampau. Pemain utama di industri ini termasuk: (1) MNC Group dengan 3 stasiun nasional (RCTI, MNCTV, dan Global TV); (2) Emtek dengan 2 stasiun TV nasional (SCTV dan ); (3) Para Group dengan 2 stasiun TV nasional (Trans TV dan Trans 7); dan Visi Asia Media dengan tambahan 2 stasiun

( dan TV One).5

Dapat dilihat dari data di atas bahwa PT Media Nusantara Cipta, Tbk merupakan salah satu perusahaan media di Indonesia yang melakukan konglomerasi dan memiliki jangkauan yang sangat luas. MNC Group memiliki 3 televisi Free-To-Air (FTA), yakni RCTI, MNCTV, dan GlobalTV, serta 16 channel yang diproduksi oleh MNC yang disiarkan di televisi berlangganan. Saat ini MNC juga memiliki basis media dan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendukung bisnis inti MNC. Bisnis pendukung tersebut terdiri dari radio, media cetak, media online, talent management, dan rumah produksi.6

Banyaknya industri media yang muncul saat ini, membuat persaingan semakin ketat. Perusahaan media berlomba-lomba dalam hal produksi, reproduksi

4 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah. Metode, & Terapan di Dalam Media Massa, ed. ke-5, cet. ke-5 (Jakarta: Kencana, 2011), h. 434. 5 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2011, h.74. 6 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.37. 6

program, penguasaan pasar, sampai pada persaingan teknologi media yang diharapkan mampu menaikkan rating program mereka. Semakin tinggi rating suatu program, maka semakin banyak perolehan iklannya. Perolehan iklan inilah yang digantungkan oleh pebisnis media untuk membiayai jalannya bisnis tersebut.

Vincent Moscow (1995) menyebutkan bahwa iklan dan strategi pemasaran menjadi kekuatan utama dalam mendesain program kreatif televisi, yang kemudian menyebabkan program-program televisi diproduksi hanya untuk kepentingan komersial semata. Moscow menyatakan bahwa dalam kajian ekonomi politik klasik, produk-produk yang mempunyai nilai memberikan kepuasan terhadap kebutuhan spesifik manusia yang disebut dengan „nilai kegunaan‟, kemudian didasarkan pada kemampuan tukarnya, yang disebut sebagai

„nilai tukar‟. Inilah yang disebut dengan konsep “komodifikasi”.7

Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama Islam. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam.8 Pemirsa muslim yang menginginkan program-program religi pun juga besar. Dari data Nielsen Media Research, pada pertengahan tahun

2011, jumlah rata-rata penonton religi meningkat 41% dari rata-rata 215 ribu orang menjadi 303 ribu orang. Tidak mengherankan jika saat ini banyak program- program bernuansa religius karena jika potensi pasar (pemirsa) besar, maka potensi iklan di sana pun besar. Melihat potensi pasar yang besar itulah, selain program religius, saat ini semakin banyak pula media religius yang bermunculan.

7 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi (Jakarta: Kencana, 2012), h. 133. 8 Badan Pusat Statistik, “Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Agama yang Dianut,” diakses pada 20 Mei 2013, pukul 10.32 dari http://sp2010.bps.go.id/. 7

Media religius adalah salah satu dari sekian banyak jenis dan segmentasi media yang berkembang. Media ini menjadikan konsumen dengan ciri religiusitas tertentu sebagai targetnya dan membawa misi dakwah agama. Eksistensi media ini sebenarnya cukup lama dan bentuk yang berkembang adalah radio dan media cetak, seperti majalah dan tabloid. Namun pada saat sekarang media televisi juga dapat menjadi salah satu pilihan dari media dengan ciri religiusitas.9 Hal inilah yang kemudian mendasari MNC Group kemudian membuat sebuah saluran program televisi berlangganan dengan nuansa religi, salah satunya adalah MNC

Muslim.

MNC Muslim adalah sebuah saluran program televisi berlangganan bernuansa religi yang tayang selama 24 jam. MNC Muslim merupakan saluran milik yang hanya dapat disaksikan melalui televisi berlangganan, yaitu pada channel 92 Indovision. Saluran ini sangat kental dengan program-program yang bernuansakan nilai-nilai Islami, mulai dari talkshow, berita, video klip, drama, dokumentasi, serta hiburan lainnya.

Di sini peneliti melihat ada beberapa hal yang menarik untuk diteliti.

Pertama, yaitu komodifikasi yang dilakukan oleh suatu media. Di dalamnya akan terlihat bagaimana hubungan antara media, penonton, dan pengiklan, di mana suatu media akan membuat program semenarik mungkin untuk menarik sebanyak mungkin penonton. Dengan banyaknya penonton, itu berarti rating program mereka tinggi yang kemudian akan mendatangkan pihak pengiklan.

9 Isna Siskawati, “Komodifikasi Nilai-Nilai Agama dalam Sinetron: Analisis Wacana Kritis terhadap Sinetron Takdir Ilahi di TPI,” (Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2006), h. 47. 8

Kedua, jika diterapkan dalam MNC Muslim, di mana MNC Muslim yang notabene adalah media bernuansa Islami harus berbenturan dengan nilai kapitalisme sebagai bagian dari bisnis media saat ini. Dalam hal ini agama akan menjadi suatu komoditas yang dijual untuk pangsa pasar tertentu untuk memperoleh keuntungan. Secara tidak langsung, nilai-nilai agama yang ditampilkan pun bergeser dari tujuan utama untuk kepentingan agama menjadi tujuan bisnis agar memperoleh profit finansial sebanyak-banyaknya.

Ketika nilai-nilai Islam yang disampaikan melalui kegiatan dakwah harus berbenturan dengan nilai kapitalisme yang sangat mementingkan keuntungan bagi suatu media, maka hal tersebut bertentangan dengan apa yang telah Allah sampaikan dalam Q.S. Hud/11: 29

“Dan (dia berkata): “Hai kaumku, aku tiada meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali- kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Rabbnya akan tetapi aku memandangmu sebagai kaum yang tidak mengetahui.””

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, kemudian peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Komodifikasi MNC Muslim:

Analisis Ekonomi Politik Media pada MNC Group”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

peneliti membatasi masalah agar ruang lingkup pembahasan pada penelitian

ini dapat lebih fokus, jelas, terarah, dan tidak meluas. Adapun batasan 9

masalahnya adalah pada komodifikasi yang dilakukan oleh MNC Muslim,

baik itu komodifikasi isi, khalayak, dan pekerja.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana komodifikasi isi yang dilakukan oleh MNC Muslim

sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

2. Bagaimana komodifikasi khalayak yang dilakukan oleh MNC Muslim

sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

3. Bagaimana komodifikasi pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim

sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pembatasan dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana komodifikasi isi yang dilakukan oleh MNC

Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC Group.

2. Untuk mengetahui bagaimana komodifikasi khalayak yang dilakukan oleh

MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC

Group.

3. Untuk mengetahui bagaimana komodifikasi pekerja yang dilakukan oleh

MNC Muslim sebagai saluran program televisi berlangganan pada MNC

Group. 10

D. Manfaaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Akademis

a. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan ilmiah ataupun sebagai

referensi dalam pengembangan ilmu komunikasi, khususnya pada

tataran kajian ekonomi politik media.

b. Mengetahui sejauh mana teori-teori komunikasi massa yang

dikemukakan oleh beberapa ahli dapat diterapkan, sehingga penelitian

dapat dijadikan pembuktian teori komunikasi massa dalam kenyataan

yang sebenarnya.

2. Manfaat Praktis

Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang

positif dalam perkembangan studi tentang analisis media saat ini,

khususnya bagi peneliti dan bagi akademisi, maupun praktisi komunikasi

media yang lain, pada umumnya.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti melakukan tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan untuk mengetahui apakah penelitian di bidang yang sama sudah dilakukan. Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama dan Perpustakaaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti menemukan beberapa 11

skripsi yang menggunakan analisis teori Ekonomi Politik (ekopol) Media di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pertama adalah skripsi milik Sagita Ning Tyas. Sagita menemukan bahwa konglomerasi kepemilikan media di Indonesia lebih didorong oleh persaingan dalam perebutan iklan serta efisiensi produksi.10 Persamaan dengan penelitian ini adalah pada teori yang digunakan, yaitu teori Ekonomi Politik Media menurut

Vincent Mosco dan objek penelitian tentang MNC Group. Sedangkan perbedaannya, penelitian ini hanya berfokus pada salah satu entry concept teori ekonomi politik media, yaitu pada level komodifikasi dan hanya pada satu channel pada MNC Channels, yaitu MNC Muslim.

Kedua adalah skripsi milik Aimmatunnisa. Aimmatunnisa menyimpulkan bahwa kemiskinan pada program reality show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV telah direduksi menjadi suatu komoditas yang merupakan anak kandung kapitalisme.11 Persamaan dengan penelitian ini adalah pada teori yang digunakan dan sama-sama hanya berfokus pada level komodifikasi. Perbedaannya, dalam penelitian ini yang diteliti adalah komodifikasi isi, khalayak, dan pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim sebagai salah satu saluran televisi berlangganan pada MNC Group, sedangkan Aimmatunnisa meneliti komodifikasi kemiskinan pada program “Jika Aku Menjadi” di Trans TV.

10 Sagita Ning Tyas, “Konglomerasi Industri Media Penyiaran di Indonesia: Analisis Ekonomi Politik pada Group Media Nusantara Citra (MNC),” (Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010). 11 Aimmatunnisa, “Komodifikasi Kemiskinan dalam Perspektif Ekonomi Politik Media: Studi pada Program Reality Show “Jika Aku Menjadi” di Trans TV,” (Skripsi, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012). 12

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian lebih berbicara mengenai bagaimana cara peneliti

untuk melihat dan mempelajari suatu gejala atau realitas sosial, yang

kesemuanya didasari pada asumsi dasar dari ilmu sosial.12 Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Bogdan dan Tylor

mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan sejumlah data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dengan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini individu

atau organisasi harus dipandang sebagai bagian dari suatu keseluruhan.

Artinya tidak boleh diisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis.13

2. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk ke dalam jenis

penelitian eksplanatif. Jenis penelitian dengan tipe eksplanatif bertujuan

untuk menjelaskan sebuah permasalahan yang telah memiliki gambaran yang

jelas dan bermaksud menggali secara mendalam.14 Penelitian eksplanatif juga

bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau

objek. Hubungan tersebut bisa berbentuk hubungan korelasional atau saling

hubungan, sumbangan atau kontribusi suatu objek terhadap objek lainnya.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengkaji lebih dalam bagaimana

12 Bambang Prasetyo dan Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h. 42. 13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. ke-26 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 4. 14 Ipah Farihah, Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006). 13

hubungan antara media, khalayak, dan pengiklan yang merupakan komponen

dalam proses komodifikasi media, dalam hal ini adalah pada MNC Muslim.

3. Paradigma Penelitian

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.

Secara makro, Golding dan Murdock mengatakan bahwa perspektif ekonomi

politik bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu liberal dan kritikal. Liberal

political economy berfokus pada proses pertukaran di pasar, di mana

konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih komoditas-komoditas yang

sedang berkompetisi berdasarkan manfaat dan kepuasan yang ditawarkan.

Sebaliknya, critical political economy tertarik pada interaksi umum antara

organisasi ekonomi dan kehidupan politik, serta sosial dan budaya. Dengan

mengikuti Marx, critical political economy berfokus pada pengorganisasi

properti dan produksi industri budaya atau industri lainnya, bukan seperti

liberal political economy yang berfokus pada proses pertukaran.15 Golding

dan Murdock pun menempatkan perspektif ekonomi politik media dalam

paradigma kritis.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kritik sosial yang berfokus pada

hubungan antara struktur ekonomi, dinamika industri media, dan konten

ideologis media di mana akan terlihat dari hubungan antara media, khalayak,

dan pengiklan. Oleh karena itu, paradigma ekonomi politik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah paradigma kritis.

15 Graham Murdock dan Peter Golding, “Culture, Communications and Political Economy,” dalam James Curran dan Michael Gurevitch, ed., Mass Media and Society (London: Bloomsbury Academic, 2005), h. 60-61. 14

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang programming MNC Channels yang

berlokasi di Komplek RCTI Studio 4 lantai 3,5 dan bertemu dengan Bapak

Sri Budi Santoso, selaku Head of Programming MNC Channels pada hari

Kamis, 17 Mei 2013. Sedangkan untuk bagian produksi, peneliti melakukan

penelitian di Studio 1 MNC TV, yang bertempat di Jalan Pintu II Taman Mini

Indonesia Indah (TMII) dan bertemu dengan Bapak Edi Santoso, selaku

produser program MNC TV pada hari Kamis, 11 April 2013.

5. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah MNC Muslim sebagai saluran

program televisi berlangganan pada MNC Group. Adapun objek

penelitiannya adalah komodifikasi, baik itu komodifikasi isi, khalayak, dan

pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim.

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan, yaitu:

a. Wawancara Mendalam (depth interview)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara mendalam

(depth interview), melalui metode tanya jawab berupa pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan langsung baik dengan menggunakan atau tanpa

menggunakan pedoman wawancara (interview guide) kepada key person.

Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada para narasumber yang 15

berhubungan dan menguasai tema yang relevan dengan substansi utama

penelitian agar mendapatkan data yang lengkap dan mendalam.

Informan dalam penelitian ini antara lain adalah Bapak Sri Budi

Santoso, selaku Head of Programming MNC Channels; Bapak Edi

Santoso, Produser program MNCTV; serta Abdik Destriana dan Andika

Aryo, selaku Scheduling and Planning Section Head MNC Channels.

b. Unstructure Observation

Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung –tanpa

mediator– sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang

dilakukan objek tersebut.16 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

observasi tidak berstruktur (unstructure observation), yaitu observasi

langsung yang tidak berstruktur dengan mengamati secara langsung

kinerja pada MNC Muslim sebagai salah satu saluran program televisi

berlangganan pada MNC Group. Dalam hal ini, peneliti hanya bertindak

sebagai observer (pengamat).

c. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen tertulis. Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk mengumpulkan,

membaca, dan mempelajari berbagai macam bentuk data yang diperoleh,

baik itu data yang diperoleh di lapangan, maupun data-data lain yang

berupa telaah dari berbagai buku, jurnal, makalah, artikel, bahkan hasil

16 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, cet. ke-3 (Jakarta: Kencana, 2008), h.108. 16

penelitian yang sudah ada sebelumnya yang relevan dengan penelitian

ini.

7. Teknik Analisis Data

Menurut John W Creswell, analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri

dari langkah persiapan dan pengorganisasian data (data tekstual ke transkrip,

data gambar ke dalam potograf) untuk dianalisis, kemudian mengurangi yang

tidak penting, mengelompokkan data ke dalam tema-tema tertentu (koding),

dan mempersingkat kode-kode dan menyajikan data ke dalam gambaran,

tabel, atau sebuah pembahasan.

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun secara sistematis data yang telah

diperoleh dari dokumentasi, hasil wawancara, dan catatan lapangan dengan

cara mengorganisasikan data ke dalam kategori yang sesuai dengan kerangka

konsep komodifikasi pada Ekonomi Politik Media menurut Vincent Mosco

untuk menjawab perumusan masalah dalam penelitian ini. Kemudian,

menjabarkan ke dalam unit-unit, yang terdiri dari komodifikasi isi, khalayak,

dan pekerja yang dilakukan oleh MNC Muslim. Terakhir, membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

8. Teknis Penulisan

Untuk teknik penulisan, peneliti akan berpedoman pada penulisan skripsi

berdasarkan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi)”, karya Hamis Nasuhi, dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center

for Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2007. 17

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini, penulis secara sistematis membagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan meliputi; Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,

Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Landasan Teori, di dalamnya diuraikan tentang Teori Ekonomi Politik

Media, Konseptualisasi Lembaga Penyiaran Televisi, Konseptualisasi

Televisi Berlangganan, Media dan Kepentingan Bisnis.

BAB III : Gambaran Umum, yang mengemukakan tentang Sejarah, Visi, Misi,

dan Tujuan, Struktur Organisasi, Struktur Bisnis Utama MNC Group,

serta Profil, Visi, Misi, serta Program-program MNC Muslim.

BAB IV : Temuan dan Analisis Data, di dalamnya diuraikan tentang hasil

temuan lapangan sesuai dengan pendekatan ekonomi politik media

Vincent Mosco, yang terdiri dari komodifikasi isi, khalayak, dan

pekerja pada MNC Muslim.

BAB V : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran. BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Ekonomi Politik Media

1. Definisi Ekonomi Politik Media

Secara historis, Vincent Mosco mencatat sebelum menjadi disiplin ilmu,

dan sebelum dikukuhkan sebagai deskripsi intelektual bagi sistem produksi,

distribusi, dan pertukaran, ekonomi politik mengandung makna „tradisi

sosial‟ (social custom), praxis, dan pengetahuan untuk mengatur, pertama

rumah tangga, dan kemudian masyarakat. Secara khusus, term „ekonomi‟

didasarkan pada kosakata Greek, oikos yang berarti „rumah‟ dan nomos yang

berarti „hukum‟. Oleh karena itu, pada mulanya ekonomi merujuk pada

pengertian pengaturan rumah tangga. Sementara politik muncul dari kosa kata

Greek polis yang mengandung pemahaman city-state, unit dasar organisasi

politik semasa periode klasik. Oleh karena itu, terminologi ekonomi politik

asalnya dipakai dalam manajemen rumah tangga keluarga dan politik.1

Ekonomi politik saat ini terinspirasi dari karya abad kesembilan belas

politik ekonomi Karl Marx. Marx menulis, masyarakat berdasarkan pada

hubungan antara mereka yang memiliki alat-alat produksi dan masyarakat

yang bekerja untuk mereka. Dalam hal ini kepentingan pemilik tercermin dari

media dan budaya, karena kelompok dominan dalam masyarakat–biasanya

mereka yang memiliki perusahaan besar– ingin membuat konsensus yang

1 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, 2nd ed. (London: SAGE Publications, 2009), h. 22-23. 18

19

mendasar, atau hegemoni, dari ideologi yang mendukung dominasi lanjutan

mereka.2

Menurut Mosco, pengertian ekonomi politik dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu pengertian sempit dan luas. Dalam pengertian sempit,

ekonomi politik berarti kajian tentang relasi sosial, khususnya relasi

kekuasaan, yang bersama-sama saling membentuk produksi, distribusi, dan

konsumsi sumber daya, terutama sumber daya komunikasi. Sedangkan dalam

pengertian luas, ekonomi politik berarti kajian mengenai kontrol dan

pertahanan kehidupan sosial. Proses kontrol ini secara luas bersifat politik

karena dalam proses tersebut melibatkan pengorganisasian sosial hubungan-

hubungan dalam sebuah komunitas. Proses bertahan (survival processes)

secara mendasar bersifat ekonomis karena berhubungan dengan persoalan

produksi dan reproduksi.3

Mosco merumuskan empat karakteristik ekonomi politik, antara lain

sebagai berikut4:

a. Ekonomi politik media merupakan studi tentang perubahan sosial dan

transformasi sejarah. Sedangkan varian lain yang lebih bersifat kritikal,

konteks sosial, dan kesejarahan secara khusus lebih tertarik dalam

menginvestigasi dan mendeskripsikan late capitalism. Isu dan fokusnya

terutama mengenai cara-cara bagaimana aktivitas komunikasi

2 Joseph Straubhaar, et.al., Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, 7th ed. (Boston: Wadsworth, 2012), h. 39. 3 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan (Jakarta: Kompas, 2009), h. 14. 4 Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, cet. ke-2 (Jakarta: Kencana, 2007), h. 84-85.

20

distrukturkan oleh distribusi yang tidak merata mengenai sumber daya

material dan simbolik. b. Ekonomi-politik juga bermaksud untuk „menguji‟ relasi-relasi sosial

yang memengaruhi aspek ekonomi, politik, sosial, atau kultural. Bagi

Mosco, relasi sosial yang dimaksud berarti bahwa ekonomi politik

merupakan studi mengenai aturan-aturan yang menata hubungan individu

dan kelembagaan. Oleh karena itu, seluruh bidang sosial pada dasarnya

merupakan bidang analisis ekonomi-politik. c. Ekonomi politik berhubungan dengan nilai moral secara filosofis, artinya

mengacu kepada nilai-nilai sosial (wants about wants) dan konsepsi

mengenai praktek sosial. Prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan dan public

goods merupakan reference utama dari pertanyaan moral yang mendasari

ekonomi politik. Perhatian ini tidak hanya ditujukan pada “what is” (apa

itu), tetapi “what ought be” (apa yang seharusnya). d. Ekonomi politik memiliki karakteristik praxis, yakni suatu ide mengacu

kepada aktivitas manusia dan secara khusus mengacu pada aktivitas

kreatif dan bebas di mana orang menghasilkan dan mengubah dunia dan

diri mereka.

Secara makro, Golding dan Murdock mengatakan bahwa perspektif ekonomi politik bisa dibedakan menjadi dua macam, yaitu liberal dan kritikal.

Liberal political economy berfokus pada proses pertukaran di pasar, di mana konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih komoditas-komoditas yang sedang berkompetisi berdasarkan manfaat dan kepuasan yang ditawarkan.

21

Sebaliknya, critical political economy tertarik pada interaksi umum antara

organisasi ekonomi dan kehidupan politik, serta sosial dan budaya. Dengan

mengikuti Marx, critical political economy berfokus pada pengorganisasi

properti dan produksi industri budaya atau industri lainnya, bukan seperti

liberal political economy yang berfokus pada proses pertukaran.5

Golding dan Murdock pun menempatkan perspektif ekonomi politik

media dalam paradigma kritis. Menurut mereka, perspektif ekonomi politik

kritis ini berbeda dengan arus utama dalam ilmu ekonomi dalam hal

holistisisme, historisisme, keseimbangan antara usaha kapitalis dengan

intervensi publik, serta keterkaitannya dengan persoalan-persoalan moralitas

semacam keadilan, kesamaan, dan kebaikan publik.6

Teori ekonomi politik (political economy theory) adalah pendekatan

kritik sosial yang berfokus pada hubungan antara struktur ekonomi dan

dinamika industri media, serta konten ideologis media. Dari sudut pandang

ini, lembaga media dianggap sebagai bagian dari sistem ekonomi yang

berhubungan erat dengan sistem politik.7

Teori ekonomi politik kritis berasumsi bahwa: (a) logika dan kontrol

ekonomi merupakan faktor determinan; (b) struktur media cenderung

mengarah pada konsentrasi; (c) terjadinya integrasi global media; (d)

terjadinya komodifikasi isi dan khalayak media; (e) penurunan keberagaman;

5 Graham Murdock dan Peter Golding, “Culture, Communications and Political Economy,” dalam James Curran dan Michael Gurevitch, ed., Mass Media and Society (London: Bloomsbury Academic, 2005), h. 60-61. 6 Eduardus Dosi, Media Massa dalam Jaring Kekuasaan (Flores: Ledalero, 2012), h. 75. 7 Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa McQuail, ed. 6, buku 1, Penerjemah Putri Iva Izzati (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 105.

22

(f) suara-suara alternatif dan oposisional dipinggirkan; (g) kepentingan publik pada komunikasi disubordinasikan oleh kepentingan swasta.8

Persoalan media massa pada umumnya terkait dengan aspek budaya, politik, dan ekonomi. Dari aspek budaya, media massa merupakan institusi sosial pembentuk definisi dan citra realitas sosial, serta ekspresi identitas yang dihayati bersama secara komunal. Dari aspek politik, media massa memberikan ruang dan arena kepentingan berbagai kelompok sosial yang ada di masyarakat dengan tujuan akhir untuk menciptakan pendapat umum sebagaimana diinginkan oleh masing-masing kelompok sosial tersebut. Dari aspek ekonomi, media massa merupakan institusi bisnis yang dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara material bagi pendirinya.9

Namun, perspektif ekonomi politik melihat persoalan ekonomi berada dalam hubungan dengan kehidupan politik, sosial, dan budaya serta memberikan penekanan pada relasi sosial (social relation) dan kekuasaan

(power). Institusi media harus dipandang sebagai bagian dari sistem ekonomi yang mempunyai hubungan dekat dengan sistem politik. Karakter utama dari apa yang diproduksi media dapat dijelaskan secara luas melalui pertukaran nilai dari bermacam isi media di bawah tekanan untuk memperluas pasar, dan melalui kepentingan ekonomi para pemilik dan pengambil keputusan.10

Oleh karena itu, ekonomi politik media sebenarnya adalah pertarungan bagaimana aspek-aspek ekonomi dan politik telah memengaruhi produksi dan

8 Dosi, Media Massa Dalam Jaring Kekuasaan, h. 72. 9 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, h. 14. 10 Dosi, Media Massa Dalam Jaring Kekuasaan, h. 71-72.

23

reproduksi budaya sebagai komoditas media massa. Pendekatan ekonomi

politik media lebih melihat bagaimana konsepsi materialisme didistribusikan

dan disirkulasikan dalam praktik pelaksanaan produksi kultural.11

Pendekatan ekonomi-politik menekankan bahwa masyarakat kapitalis

terbentuk menurut cara-cara dominan dalam produksi yang menstrukturkan

institusi dan praktik sesuai dengan logika komodifikasi dan akumulasi

kapital. Produksi dan distribusi budaya dalam sistem kapitalis haruslah

berorientasi pada pasar dan profit.12

2. Entry Concept Teori Ekonomi Politik Media

Bagi Mosco, ada tiga entry konsep dalam penerapan ekonomi-politik

media, antara lain:

a. Commodification (komodifikasi)

Komodifikasi merupakan proses transformasi nilai guna (use value)

menjadi nilai tukar (exchange value), yang nilainya ditentukan oleh

kemampuan mereka untuk memenuhi kebutuhan individu dan sosial ke

dalam produk yang nilainya ditetapkan oleh harga pasar. Menurut Mosco,

komodifikasi yaitu proses mengubah makna dari sistem fakta atau data

yang merupakan pemanfaatan isi media dilihat dari kegunannya sebagai

komoditi yang dapat dipasarkan.13

11 Henry Subiakto dan Rachmah Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi (Jakarta: Kencana, 2012), h. 134. 12 Sunarto, Televisi, Kekerasan, dan Perempuan, h. 16. 13 Mosco, The Political Economy of Communication, h. 132.

24

Dalam identifikasi Vincent Mosco, terdapat tiga bentuk komodifikasi

dalam media14:

1. Komodifikasi isi, yakni proses mengubah pesan dan sekumpulan data

ke dalam sistem makna sedemikian rupa sehingga menjadi produk

yang dapat dipasarkan.

2. Komodifikasi khalayak, yakni proses media menghasilkan khalayak

untuk kemudian "menyerahkan" kepada pengiklan.

3. Komodifikasi tenaga kerja merupakan proses pemanfaatan pekerja

sebagai penggerak kegiatan produksi, sekaligus distribusi dalam

rangka penghasilan komoditas barang dan jasa.

b. Spatialization (spasialisasi)

Spasialisasi, yakni proses untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu

dalam kehidupan sosial oleh perusahaan media dalam bentuk perluasan

usaha. Bahasan Mosco tentang spasialisasi adalah mengenai integrasi

secara horizontal dan vertikal.

Integrasi horizontal adalah ketika sebuah perusahaan yang berada di

jalur media yang sama membeli sebagian besar saham pada media lain,

yang tidak ada hubungannya langsung dengan bisnis aslinya atau ketika

perusahaan mengambil alih sebagian besar saham dalam suatu perusahaan

yang sama sekali tidak bergerak dalam bidang media.15

14 Mosco, The Political Economy of Communication, h. 133-141. 15 Gun Gun Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra (Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2010), h. 282.

25

Integrasi vertikal adalah konsentrasi perusahaan dalam satu jalur

usaha atau garis bisnis yang memperluas kendali sebuah perusahaan atas

produksi. Pada prakteknya, integrasi vertikal adalah cross-ownership

(kepemilikan silang) beberapa jenis media seperti surat kabar, stasiun

radio, majalah, dan tabloid oleh suatu grup perusahaan media massa.

c. Structuration (strukturasi)

Strukturasi, yakni proses penggabungan agensi manusia (human

agency) dengan proses perubahan sosial ke dalam analisis struktur-

struktur. Dengan memberikan posisi-posisi jabatan struktur yang ada

dalam kelompok tersebut, diharapkan dapat memainkan peranan penting

dalam setiap bidang yang telah diembannya.

Strukturasi ini menyeimbangkan kecenderungan dalam analisis

ekonomi politik media untuk menggambarkan struktur seperti lembaga

bisnis dan pemerintahan dengan menunjukkan dan menggambarkan ide-

ide agensi, hubungan sosial, proses, dan praktek sosial. Agensi manusia

merupakan konsepsi sosial fundamental yang mengacu kepada peran para

individu sebagai aktor sosial yang perilakunya dibangun oleh matriks

hubungan sosial dan positioning termasuk kelas, ras, dan gender.16 Proses

strukturasi ini mengkonstruksi hegemoni, sesuatu yang apa adanya, masuk

akal, dialamiahkan dan cara berfikir tentang dunia termasuk segala sesuatu

16 Heryanto, Komunikasi Politik di Era Industri Citra, h. 215.

26

dari kosmologi melalui etika. Pada praktek sosial yang digambarkan dan

dikontekskan dalam kehidupan struktur.

3. Bentuk-bentuk Komodifikasi

Terkait dengan komodifikasi yang terjadi di media, Mosco

memformulasikan tiga bentuk komodifikasi, yakni17:

a. Komodifikasi Isi

Ketika ekonom politik memikirkan bentuk komoditas dalam

komunikasi, mereka cenderung untuk memulainya dengan konten media.

Secara khusus, dari sudut pandang ini, proses komodifikasi dalam

komunikasi melibatkan transformasi pesan, mulai dari mengubah data ke

sistem pemikiran yang berarti, yang kemudian akan menjadi sebuah

produk yang dapat dipasarkan.18

Menurut pandangan Marxisme klasik, isi media merupakan

komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur

oleh apa yang akan diambil oleh pasar.19 Hal ini berarti bahwa apa yang

diproduksi oleh media adalah apa yang dikehendaki oleh pasar.

Kita dapat melihat contoh dari apa yang terjadi di media saat ini.,

yaitu adanya program-program reality show di televisi. Program tersebut

diproduksi dengan sedemikian rupa oleh media, sehingga masyarakat

benar-benar akan menyukainya, meskipun hal tersebut bukanlah fakta

17 Mosco, The Political Economy of Communication, h. 168-170. 18 Mosco, The Political Economy of Communication, h. 133. 19 Stephen W. Littlejohn dan Karen A. Foss, Teori Komunikasi, Edisi 9 (Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h.433.

27

dan kebutuhan publik. Yang terpenting bagi media adalah, mereka

mampu membuat suatu produk yang disukai dan dapat dipasarkan.

Memasuki era digital seperti saat ini, kehadiran media baru pun

semakin memperluas kesempatan mengkomodifikasi konten karena pada

dasarnya media baru didasarkan pada proses digitalisasi yang mengacu

pada transformasi komunikasi, termasuk data, kata-kata, gambar, gambar

bergerak, dan suara, menjadi bahasa umum yang dipahami saat ini.

b. Komodifikasi Khalayak

Dallas Smythe (1977) memiliki pandangan bahwa penonton adalah

komoditas utama dari media massa. Menurutnya, media massa

merupakan konsep sebuah proses yang sebenarnya memproduksi

penonton dan mengantarkannya kepada pihak pengiklan. Program media

kemudian dikreasi dan diproduksi sedemikian rupa untuk menarik

penonton.20 Dalam hal ini, sebenarnya khalayak tidak secara bebas hanya

sebagai penikmat dan konsumen dari budaya yang didistribusikan

melalui media. Khalayak pada dasarnya merupakan entitas komoditi itu

sendiri yang bisa dijual.21

Bagi Smythe, hubungan segitiga antara perusahaan media, penonton,

dan pengiklan dapat dilihat sebagai hubungan yang saling

menguntungkan. Perusahaan media menggunakan program mereka untuk

menciptakan penonton; pengiklan membayar perusahaan media untuk

20 Mosco, The Political Economy of Communication, h.136-137. 21 Rulli Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber (Jakarta: Kencana, 2012), h. 169.

28

akses ke penonton; dengan demikian, penonton dikirim ke pihak

pengiklan.22

Proses komodifikasi ini pada akhirnya berintegrasi secara

komprehensif dengan industri media ke dalam sistem ekonomi kapitalis,

tidak hanya dengan memproduksi produk yang berbau ideologis tetapi

juga memproduksi penonton secara massal dan secara khusus,

berdasarkan kondisi demografisnya yang dipakai untuk dijual kepada

pengiklan.23

c. Komodifikasi Pekerja

Pada awalnya ada suatu kecenderungan mengabaikan komoditas

pekerja dan proses yang terjadi pada titik produksi dalam komodifikasi.

Kemudian Braverman (1974) memunculkan sebuah gagasan dengan

menghadapi transformasi proses kerja dalam kapitalisme secara

langsung. Menurutnya, tenaga kerja merupakan sebuah kekuatan untuk

membayangkan, menggambarkan, mendesain suatu pekerjaan, dan

kemudian mewujudkannya dalam kenyataan.24

Ketika seseorang bekerja dalam suatu media, tetap ada kontrol

sistem birokrasi yang mengelola tentang proses-proses yang kompleks,

terutama dalam hal produksi berita. Mereka harus bekerja mengikuti

perencanaan organisasi, mulai dari mengumpulkan bahan, mengemas,

serta mendistribusikan berita dan informasi. Hal inilah yang kemudian

22 Mosco, The Political Economy of Communication, h. 137. 23 Subiakto dan Ida, Komunikasi Politik, Media, dan Demokrasi, h. 134. 24 Mosco, The Political Economy of Communication, h. 138-139.

29

dianggap penting bagi ekonomi politik yang membahas proses kerja,

karena di sini telah tergambarkan secara terperinci proses sosio-teknis

yang telah membentuk proses produksi media, serta para tenaga kerja

yang kemudian juga menjadi komoditas yang berharga.

Perusahaan media massa pada kenyataannya tak berbeda dengan

pabrik-pabrik. Para pekerja tidak hanya memproduksi konten dan

mendapatkan penghargaan dalam upaya menyenangkan khalayak melalui

konten tersebut, melainkan juga menciptakan khalayak sebagai pekerja

yang terlibat dalam mendistribusikan konten sebagai sebuah komoditas.25

B. Konseptualisasi Lembaga Penyiaran Televisi

Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.26 Televisi juga dapat dikelompokkan sebagai media yang menguasai ruang tetapi tidak menguasai waktu. Artinya, siaran televisi dapat diterima di mana saja dalam jangkauan pancarannya, tetapi siarannya tidak dapat dilihat kembali.27

Dalam Undang-undang no. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, digunakan istilah “lembaga penyiaran” yang dalam ketentuan umum Bab I Pasal (1) poin 9 disebutkan bahwa jenis stasiun lembaga penyiaran adalah penyelenggara

25 Nasrullah, Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber, h. 170. 26 Pasal 1 ayat 4, Undang-Undang Penyiaran no. 32 tahun 2002. 27 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi (Jakarta: Kencana, 2009), h. 12.

30

penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas maupun lembaga penyiaran berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. Televisi Publik (Public Television)

Dalam UU no 32 tahun 2002 tentang Penyiaran disebutkan bahwa

lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan

hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak

komersil, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Televisi publik lahir sebagai televisi alternatif atau reaksi terhadap

Televisi Pemerintah (Government Television) yang sangat mengutamakan

kepentingan pemerintah yang berkuasa dan Televisi Komersial (Commercial

Television) yang sangat mengutamakan kepentingan bisnis (keuntungan),

sehingga kedua-duanya cenderung mengabaikan kepentingan publik.

Undang-undang penyiaran kemudian memberikan tugas kepada Televisi

Republik Indonesia (TVRI) untuk memberikan pelayanan informasi,

pendidikan, hiburan yang sehaat, kontrol, dan perekat sosial serta

melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat

melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh wilayah

Indonesia.28

28 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 99.

31

TVRI sebagai organisasi memiliki kedudukan berada di bawah presiden dan bertanggung jawab kepada presiden. Stasiun pusat penyiaran TVRI berada di ibukota negara dan berdasarkan UU Penyiaran, di daerah provinsi, kabupaten atau kota dapat didirikan stasiun penyiaran publik lokal.

Organisasi TVRI terdiri atas: a) dewan pengawas; b) dewan direksi; c) stasiun penyiaran; d) stasiun pengawas intern; dan e) pusat dan perwakilan.29

Sumber pembiayaan media penyiaran publik di Indonesia berasal dari: 1) iuran penyiaran yang berasal dari masyarakat; 2) Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD); 3) sumbangan masyarakat; 4) siaran iklan.30 Televisi Publik boleh menyiarkan iklan namun dilakukan secara selektif, sehingga penerimaan

Televisi Publik dari penyiaran iklan pada umumnya tidak cukup untuk menutup biaya operasionalnya apalagi untuk biaya investasi. Kekurangan biaya operasional dan investasi tersebut menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya melalui APBN maupun APBD.

2. Televisi Swasta (Commercial Television)

Ketentuan dalam undang-undang penyiaran menyebutkan bahwa lembaga penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio atau televisi. Dalam hal ini, stasiun swasta didirikan dengan tujuan mengejar keuntungan yang sebagian besar

29 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h.99. 30 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 100.

32

berasal dari penayangan iklan dan juga usaha-usaha lainnya yang terkait

dengan penyelenggaraan penyiaran.31

Lembaga penyiara swasta mendapatkan anggaran operasional secara

swadaya melalui potensi siaran iklan dan jasa-jasa yang lain seperti

pembuatan produksi yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran. Selain

itu, lembaga penyiaran swasta mempunyai wilayah siaran secara lokal dan

berjaringan secara terbatas, yaitu hanya dapat menyelenggarakan satu siaran

dengan satu saluran siaran pada satu cakupan wilayah siaran.32

3. Televisi Komunitas (Community Televison)

Stasiun penyiaran komunitas harus berbentuk badan hukum Indonesia

yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak

komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayahnya terbatas

serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Dengan kata lain, stasiun ini

didirikan tidak untuk mencari keuntungan atau tidak menjadi bagian

perusahaan yang mencari keuntungan semata.33 Selain itu, stasiun penyiaran

komunitas mempunyai wilayah siaran yang terbatas yaitu dalam radius 2,5

km dan berdaya pancar maksimal 50 watt.

Stasiun komunitas didirikan dengan modal awal yang diperoleh dari

kontribusi komunitasnya yang berasal dari tiga orang atau lebih yang

selanjutnya menjadi milik komunitas. Stasiun ini dapat memperoleh sumber

31 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 80. 32 Hidajanto Djamal dan Andi Fachruddin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 60. 33 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 96.

33

pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang sah dan

tidak mengikat. Dalam UU penyiaran, lembaga penyiaran komunitas dilarang

untuk mendapatkan dana dari siaran iklan.

4. Televisi Berlangganan (Subscription Television)

Yang dimaksud dengan televisi berlangganan adalah siaran yang

melayani penontonnya dan untuk jasa layanan itu, penonton harus membayar

–bisa per bulan, per dua bulan, per enam bulan, atau bahkan hitungan tahun.

Berbeda dibandingkan dengan siaran televisi pada umumnya yang tidak

memungut bayaran sama sekali.34

Lembaga penyiaran berlangganan merupakan lembaga penyiaran

berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya

menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan dan wajib terlebih dahulu

memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran berlangganan. Lembaga

penyiaran berlangganan memperoleh anggaran operasional secara swadaya

melalui potensi iklan, iuran para pelanggan, dan jasa-jasa yang lain, seperti

pembuatan produksi, maupun jasa akses internet.

34 RM Soenarto, Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran (Jakarta: Fakultas Film dan Televisi-Institut Kesenian Jakarta Press, 2007), h.23.

34

C. Konseptualisasi Televisi Berlangganan

1. Jenis-jenis Lembaga Penyiaran Berlanggan

a. Lembaga penyiaran berlangganan melalui satelit

Dalam UU penyiaran no 32 tahun 2002, telah dijelaskan dalam pasal

27 bahwa lembaga penyiaran berlangganan melalui satelit harus memenuhi

beberapa ketentuan, antara lain: pertama, memiliki jangkauan siaran yang

dapat diterima di wilayah Negara Republik Indonesia; kedua, memiliki

stasiun pengendali siaran dan stasiun pemancar ke satelit yang berlokasi di

Indonesia; ketiga, menggunakan satelit yang mempunyai landing right di

Indonesia; dan keempat, menjamin agar siarannya hanya diterima oleh

pelanggan.

DBS (Direct Brodcasting Satelite) adalah siaran televisi melalui satelit

langsung ke pesawat televisi (melalui antena). Untuk satelit komunikasi

sendiri ada yang memiliki 12, 24, 62, dan atau lebih 100 transponder. Satu

transponder dapat dipergunakan untuk 1300 saluran telepon, atau 12

saluran radio siaran, atau satu saluran televisi berwarna.

Sistem DBS inilah yang saat ini banyak digunakan oleh perusahaan

televisi berlangganan di dunia, termasuk Indonesia. Mekanisme penyiaran

satelit untuk televisi berlangganan, yaitu dimulai oleh provider yang

memancarkan siarannya ke satelit (uplink), lalu sinyal tersebut ditransfer

dan dikirim lagi menuju ke bumi (downlink).

35

b. Lembaga penyiaran berlangganan melalui kabel

Dalam sistem televisi kabel terdapat tiga komponen utama yang

bekerja, yaitu: 1) CSO atau headend; 2) sistem distribusi; dan 3) saluran

rumah. CSO terdiri atas antena dan sejumlah peralatan penerima yang

berfungsi menangkap sinyal dari stasiun televisi yang lokasinya jauh dari

CSO. Namun, saat ini CSO juga menangkap sinyal program televisi yang

dikirim melalui satelit atau melalui microwave.35

Cara kerja sistem penyiaran berlangganan dengan menggunakan kabel

adalah signal listrik disalurkan melalui kabel untuk sampai ke pesawat

penerima. Dengan demikian, antara stasiun televisi kabel dan pelanggan

dihubungkan dengan kabel. Walaupun mekanisme pendistribusiannya

sederhana, sistem kabel dalam layanan televisi berlangganan

membutuhkan dana operasional yang sangat besar karena ketersediaan

layanan ini sangat bergantung pada berapa banyak kabel yang dimiliki

oleh provider dan wilayah mana saja yang akan menjadi target

pemasarannya.

c. Lembaga penyiaran berlangganan melalui teresterial

Penyiaran radio dan televisi biasanya menggunakan sistem teresterial,

yakni sistem yang penyiarannya dilakukan dengan cara memancarkan

signal di atas permukaan tanah dengan menggunakan microwave antena di

mana pancaran SHF (Super High Frequency) harus bebas hambatan.

Namun, yang dimaksud dengan sistem teresterial pada lembaga penyiaran

35 Morissan, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi, h. 92.

36

berlangganan adalah sistem yang beroperasi dengan sistem MMDS

(Multichannel Multipoint/ Microwave Distribution Services). MMDS

bekerja pada pita frekuensi 2,5 GHz dan dikenal dengan sebutan wireless

cable.36

2. Televisi Berlangganan di Indonesia

Industri televisi berlangganan di Indonesia dimulai oleh PT MNC

Skyvision (MSV) yang menjadi pelopor industri televisi berlangganan di

Indonesia. Didirikan pada tanggal 8 Agustus 1988, MSV mulai memasarkan

televisi berbayar mereka yang berbasis satelit pada awal 1994 dengan nama

merek Indovision. Indovision juga dikenal sebagai televisi berlangganan yang

pertama kali menggunakan satelit penyiaran langsung (Direct Broadcast

Satellite (DBS)), layanan analog dengan menggunakan satelit Palapa C-2.37

Pada awal kemunculannya, Indovision memang tidak secara langsung

mampu merambah pasar secara luas karena harganya yang masih mahal,

sehingga sebagian besar pelanggannya hanya masyarakat golongan menengah

ke atas. Namun, kemunculan Indovision sebagai penyedia layanan televisi

berlangganan pertama di Indonesia membawa pengaruh yang besar pada

perkembangan industri televisi berlangganan Indonesia. Hal ini terlihat dari

munculnya pemain-pemain baru dalam industri televisi berlangganan pada

tahun-tahun berikutnya.

36 Djamal dan Fachruddin, Dasar-dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi, h.42. 37 Indovision TV, “Company Profile”, artikel diakses pada 22 Februari 2013, pukul 22.15 dari http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile.

37

Hingga saat ini, sudah banyak televisi berlangganan yang ada di

Indonesia, baik itu yang melalui kabel, satelit, atau terestrial. Bahkan, saat ini muncul sebuah layanan platform yang lebih maju dari perkembangan interaksi multimedia yang ada sebelumnya, yaitu Internet Protocol Television

(IPTV) yang hanya dapat diakses melalui koneksi internet dengan menggunakan Set Top Box (STB) yang terhubung dengan Speedy. Groovia merupakan bentuk sinergi antara internet dan web kekuatan interaksi dikombinasikan dengan kekuatan media televisi.

38

Tabel 1 Televisi Berlangganan di Indonesia

Televisi No. Pemilik Jenis Berlangganan 1. Indovision PT MNC Sky Vision (MSV) Satelit (DTH)

2. First Media PT First Media, Tbk Kabel

3. Telkom Vision PT Telekomunikasi Kabel & Satelit Indonesia, Tbk (DTH)

4. Skynindo PT Cipta Skynindo Satelit (DTH)

5. Groovia TV PT Telekomunikasi IPTV Indonesia, Tbk

6. Aora PT Karyamegah Adijaya Satelit (DTH)

7. Orange TV PT Mega Media Indonesia Satelit (DTH)

8. Centrin PT Central Tivi Digital Satelit (DTH)

9. Nexmedia Grup Emtek Teresterial (DVB-T)

10. Topas TV Grup Mayapada Satelit (DTH)

11. Max 3 Biznet Biznet Networks Kabel

Sumber: http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/

39

D. Media dan Kepentingan Bisnis

Media adalah entitas yang menyiarkan berita kepada masyarakat luas. Namun tak dapat dipungkiri bahwa media tidak semata-mata sebagai wahana untuk menyediakan informasi kepada masyarakat, tetapi juga sebagai lahan bisnis

(industri) yang bisa mendatangkan keuntungan yang besar. Artinya, media

(massa) tidak semata-mata untuk kepentingan idealisme –menyediakan informasi yang akurat dan mencerahkan/ mencerdaskan kepada masyarakat, misalnya– tetapi juga pasti terselip kepentingan bisnis di dalamnya.38

Media sebagai lahan bisnis bisa terlihat dari informasi yang disampaikan oleh media dapat memengaruhi iklim berusaha (business climate). Para pelaku bisnis berkepentingan dengan iklim usaha yang kondusif, untuk pengembangan usaha mereka.39 Inilah mengapa, saat ini media dan kepentingan bisnis menjadi suatu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Bahkan, tidak heran bila ada orang yang menyebutkan bahwa membangun media berarti membangun kerajaan bisnis.

Bisnis media adalah pengelolaan media secara ekonomi, atau usaha (bisnis) media secara ekonomis dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan (konsumsi), baik individu, organisasi, maupun masyarakat, dan para pemangku kepentingan

(stakeholder) lainnya dalam rangka mencari laba.40 Namun, bisnis media berbeda dengan bisnis lainnya. Perbedaannya terletak pada fungsi dan tujuan utamanya di mana media memiliki wilayah yang tidak dimiliki oleh lahan bisnis yang lainnya.

Bisnis media saat ini selain merupakan suatu kegiatan memproduksi barang dan

38 Mohamad Nabil, “Absennya Media dalam Memperkuat Integrasi Sosial: Studi Awal Atas Media Lokal di Sumatera Utara dan Bali,” dalam Irfan Abubakar dan Muchtadlirin, ed., Media dan Integrasi Sosial: Jembatan antar Umat Beragama (Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2011), h.117. 39 Henry Faizal Noor, Ekonomi Media (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 300. 40 Noor, Ekonomi Media, h. 13.

40

jasa media untuk memuaskan konsumen, memberikan nilai tambah spesifik pada kehidupan sosial masyarakat, melalui berbagai informasi yang disiarkannya, juga digunakan untuk memuaskan pihak-pihak terkait (stakeholder) guna mendapatkan keuntungan yang besar.

Pada dasarnya, ada tiga sumber utama yang menjadi sumber penunjang kehidupan industri media, yakni41: Pertama, modal (capital), misalnya pemasukan iklan dan iuran berlangganan. Kedua, jenis isi media (type of content), misalnya acara kuis, sinetron, dan informasi. Ketiga, jenis khalayak sasaran (types of audience), misalnya berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan lain sebagainya.

Pada bisnis media, hubungan antara biaya produksi (output) dan pendapatan

(revenue) terjadi tidak langsung. Hal ini disebabkan pendapatan dari bisnis media utamanya adalah dari iklan, bukan dari output media. Para pemasang iklan akan tertarik untuk menggunakan suatu media untuk beriklan, bila rating atau peringkat acara dari media tersebut tinggi di mata konsumen. Rating acara suatu media, tidak ditentukan oleh kualitas acara yang ditayangkan, tetapi ditentukan oleh banyaknya pemirsa (audience) yang menonton acara yang disiarkan.42

Pemasangan iklan mendatangkan pendapatan pada perusahaan media. Oleh karena itu, potensi iklan sangat berperan dalam menentukan pendapatan atau hidup matinya (eksistensi atau survival) suatu media. Media yang tidak mendapat iklan tentu pedapatannya akan sangat kecil atau bahkan tidak ada, sehingga

41 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, cet. ke-3 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 275. 42 Noor, Ekonomi Media, h. 15.

41

membuat media tersebut tidak bisa survive. Artinya, sepanjang ada prospek iklan yang cukup, maka produsen media akan menawarkan produksinya ke masyarakat.

Oleh karena itu, hubungan antara konsumen, pemasang iklan, dan perusahaan media dapat terlihat seperti pada gambar berikut:

Gambar 3 Konsumen Media

Perusahaan Media

Content Iklan

Rating Content Media Pemasangan Masyarakat Iklan

Sumber: Henry Faizal Noor, Ekonomi Media (2010: 42)

Perolehan iklan yang didapat oleh perusahaan media dari pihak pemasang iklan, biasanya dilihat dari bagaimana rating program media tersebut. pada prinsipnya bagia medi televisi, TV Rating digunakan untuk melihat sukses tidaknya perolehan pemirsa atas suatu program dan atau kondisi perolehan rat-rata pemirsa suatu stasiun dibanding stasiun lain.sedangkan bagi pengiklan, TV Rating digunakan untuk menentukan penempatan iklannya pada program-program televisi yang sesuai dengan target konsumennya.

Perhitungan rating suatu program diperoleh dari jumlah pemirsa atau target pemirsa pada satu satuan waktu tertentu terhadap suatu populasi:

42

Selain rating, istilah audience share atau umumnya disingkat dengan istilah share juga dikenal dalam dunia pertelevisian. Bagi stasiun televisi, besaran rata- rata dari share digunakan untuk melihat posisi stasiun di dalam industri atau untuk melihat posisi satu program dibanding program yang lain. Sedangkan untuk pengiklan, umumnya digunakan sebagai patokan alokasi (penyebaran) belanja iklan pada masing-masing stasiun.

Selain rating dan share, ada satu istilah lagi yang dikenal yaitu program index. Angka kecenderungan kepemirsaan ini umumnya digunakan untuk memastikan apakah suatu program memang sudah tepat dengan target konsumen suatu produk atau belum. Untuk menentukan audience target, digunakan angka

100 sebagai dasarnya. Ketika angka index di atas 100, maka dianggap sudah efektif dan tepat sasaran. Jika masih di bawah 100, berarti dianggap belum efektif.

Seperti kegiatan ekonomi pada umumnya, pelaku kegiatan ekonomi media, secara umum dapat dikelompokkan menjadi beberapa pelaku, yaitu konsumen yang mengonsumsi produk media, produsen (perusahaan media), penyelenggara negara, baik pemerintah, maupun lembaga kuasi negara, seperti KPU dan KPPU,

43

yang melakukan pengaturan atau mengawasi pelaksanaan aturan yang sudah diundangkan.43

Selain itu, karakteristik ekonomi dari media:44

1. Bisnis media mengelola dua kelompok pasar yang berbeda dalam waktu yang

sama, yaitu pasar produk yang dihasilkan (pembaca, pendengar, dan pemirsa)

dan pasar pemasang iklan.

2. Bisnis media menghasilkan dua jenis produk dalam waktu yang sama, yaitu

isi (content) dan konsumen (audience). Konsumen atau audience ini yang

akan menghasilkan peringkat (rating) yang menjadi modal untuk menarik

para pemasang iklan.

3. Bisnis media tidak dibatasi oleh sumber daya dalam menghasilkan

produknya, atau sumber daya bisnis media tidak terbatas dalam menghasilkan

output-nya karena berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat setiap hari

merupakan sumber daya atau input bagi media.

4. Bisnis media, tidak spesifik menghasilkan komersial produk, tetapi

menghasilkan produk kultural (cultural product), yang memperkaya

khazanah dan keragaman budaya di masyarakat. Dengan demikian, ekonomi

media dapat berkontribusi pada pencerahan dan peningkatan wawasan

masyarakat.

5. Bisnis media menghasilkan produk yang berkaitan dengan pesan (messages)

dan makna (meaning), perlambang (attribute), serta nilai-nilai (values) di

masyarakat. Oleh karena itu, isi (content) produk media bersifat nonfisik

43 Noor, Ekonomi Media, h. 17. 44 Noor, Ekonomi Media, h. 15-16.

44

(intangible), sehingga satuan unit (unit content) dari produk media sering kali

sulit didefinisikan.

6. Bisnis media menghasilkan produk yang tidak habis, atau tidak berkurang

setelah dikonsumsi oleh konsumen, baik pembaca, pendengar, ataupun

pemirsa (it does not get used up or destroyed in the act of consumption). Bila

seseorang atau beberapa orang menonton televisi atau mendengar radio, maka

ini tidak menghilangkan kesempatan pada orang lain untuk melakukan hal

yang sama, baik pada waktu dan tempat yang sama, maupun berbeda. Dengan

demikian, produk media ini masuk klasifikasi barang pblik (public goods).

Sementara bisnis lainnya pada umumnya menghasilkan barang dan jasa privat

(private goods).

7. Bisnis media dapat menyajikan produk yang sudah dihasilkannya berkali-kali

pada konsumen yang lain.

8. Dalam menyediakan produk tambahan untuk konsumen, pertimbangan biaya

tambahan (marginal cost) tidak relevan. Pada bisnis lainnya hal ini sangat

relevan dan sangat penting, agar tambahan produk menghasilkan tambahan

keuntungan.

9. Bagi bisnis media, apabila konsumen tidak sperti yang diperkirakan, misalny

relatif kecil dari perkiraan semula, maka pengurangan biaya produksi tidak

dapat dilakukan. Adapun bisnis lainnya, bila hal seperti diatas terjadi, maka

kegiatan penghematan atau pegurangan biaya produksi dapat dilakukan,

misalnya melalui pengurangan input variable. Bagi bisnis media penyiaran

45

hal ini sama sekali sulit dilakukan, karena biaya untuk memproduksi dan

menyiarkan suatu program adalah tetap (fixed).

Selain itu, adanya bisnis penyiaran televisi, mampu memunculkan bisnis lain yang berhubungan di dalamnya, sehingga mampu menghasilkan lapangan pekerjaan baru yang lebih luas untuk masyarakat. Bisnis lain yang dapat muncul dengan adanya bisnis penyiaran televisi, antara lain:45

1. Bisnis sektor produksi dan perangkat pendukungnya.

Bisnis ini dapat berupa bisnis manajemen artis, animator, koreografer, editor,

maintenance and spare part, dan lain sebagainya.

2. Bisnis perangkat keras (hardware) dan sistem.

Bisnis ini dapat berupa bisnis rental alat-alat produksi (kamera, lighting,

dekorasi, editing), jaringan TV kabel, tower transmisi, dan lain sebagainya.

3. Bisnis manajemen televisi

Bisnis ini dapat berupa konsultan, agen promosi, jasa riset, pelatihan

(training), dan lain sebagainya.

4. Bisnis sektor kreatif

Bisnis ini dapat berupa penulisan naskah (script writer), desain panggung

(stage design), desain pencahayaan, dan tata suara, tata rias (make up artis),

dan lain sebagainya.

45 Noor, Ekonomi Media, h. 25.

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah PT Media Nusantara Cipta, Tbk (MNC)

PT Media Nusantara Cipta, Tbk. (MNC) merupakan salah satu perusahaan media terbesar dan terintegrasi di Indonesia. MNC didirikan sebagai perusahaan induk media pada tanggal 17 Juni 1997 dan memulai operasional secara komersil pada bulan Desember 2001. Sejak saat itu, MNC melakukan ekspansi secara pasti di sektor media melalui investasi yang berkelanjutan termasuk melalui akuisisi dan mendirikan bisnis baru. MNC merupakan perusahaan publik yang sahamnya telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 22 Juni 2007 dengan kode saham MNCN.1

Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) merupakan stasiun televisi swasta pertama di Indonesia. RCTI mulai mengudara dan beroperasi pada tahun 1989.

RCTI kemudian menjadi unit bisnis utama TV nasional FTA bagi MNC setelah diakuisisi pada tahun 2004. Pada tahun 1991, muncul stasiun televisi swasta nasional ketiga di Indonesia, yaitu Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang memiliki misi “menjadi pilihan pertama pemirsa Indonesia”. Pada tahun 2006,

MNC mengakuisisi 75% saham TPI dan pada akhirnya TPI berubah nama menjadi MNCTV pada tanggal 20 Oktober 2010. FTA TV ketiga yang termasuk bagian dari MNC adalah Global TV. Pada tahun 2001, MNC mengakuisisi 70% saham Global TV dan mulai menyiarkan secara eksklusif program-program MTV

1 PT Media Nusantara Cipta, Tbk. - Overview, “Sejarah dan Latar Belakang”, diakses pada 18 Mei 2013, pukul 09.24, dari http://mnc.co.id/about_us/id. 46

47

Asia selama 24 jam pada tahun 2002. Hingga akhirnya pada tahun 2005, Global

TV memperluas cakupannya untuk pangsa pasar anak muda dan keluarga dan saham MNC di Global TV pun menjadi 100%.2

Selain tiga televisi Free-To-Air (FTA) yang dimiliki MNC, sejak tahun 2005

MNC juga mulai membangun pustaka konten melalui produksi in-house dan akuisisi program-program dari pihak ketiga. MNC juga mulai mengembangkan bisnis media cetak dan radio. PT Media Nusantara Informasi (MNI) yang mengurusi print media meluncurkan koran seputar Indonesia. Selain itu, MNC juga mengakuisisi MNI Global, penerbit tabloid mingguan infotainment, Genie.

Pada tahun 2006, MNC juga menerbitkan tabloid khusus ibu dan anak,

Mom&Kiddie. Sedangkan untuk bisnis radio, dikelola oleh PT MNC Networks yang didirikan sebagai jaringan radio terbesar di Indonesia. PT MNC Networks membawahi empat radio, yakni Trijaya FM, Radio Dangdut Indonesia, V-Radio, dan Global Radio.3

Memasuki tahun 2006, MNC semakin memperluas bidang usahanya dengan meluncurkan MNC News dan MNC Entertainment yang merupakan 2 channel baru yang diproduksi keseluruhannya oleh Bisnis Konten MNC untuk ditayangkan di televisi berlangganan. Sejak saat itu, MNC terus menambah channel-channel baru yang menampilkan fokus yang berbeda, melihat bahwa potensi bisnis televisi berlangganan di Indonesia terus meningkat. Hingga akhir tahun 2012, MNC telah memiliki 16 channel yang disiarkan di televisi berlangganan, di antaranya adalah MNC News, MNC Business, MNC Muslim,

2 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.8. 3 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2011, h.19.

48

MNC Lifestyle, MNC Music, MNC Sports 1, MNC Sports 2, MNC

Entertainment, MNC Comedy, MNC International, Life, MNC Drama, MNC

Movie, MNC Fashion, MNC infotainment, dan Golf Channel. Pada tahun 2013,

MNC berencana akan menambah 6 channel baru, yaitu MNC Food & Travel,

MNC Kids, MNC Wedding, MNC Homes & Living, MNC Teens, dan MNC

Health.4

MNC merupakan salah satu perusahaan media yang selalu melihat perkembangan teknologi informasi yang sedang berkembang. Memasuki era digital, MNC pun melihat peluang bisnis yang besar di sana. Oleh karena itu pada tahun 2007, MNC mengembangkan bisnis medianya di bidang media online.

MNC meluncurkan media online pertama Okezone.com yang merupakan situs khusus berita dan hiburan.

Dari tahun ke tahun, MNC juga terus melakukan perubahan dan pengembangan bisnis medianya. Memasuki tahun 2009 MNC melakukan perubahan nama kantor MNC dari “Menara Kebon Sirih” menjadi “MNC Tower”, serta pergantian logo dan format design baru. Selain itu, Linktone Ltd dan MNC

VAS mengumumkan kerjasama untuk jasa digital di Indonesia dan kemudian mengakuisisi saham di Letang Game Ltd., perusahaan swasta yang berbasis di

RRC yang bergerak khusus di bidang mobile games dan online PC. Pada tahun

2010, majalah Just For Kids dan V-Radio pun diluncurkan.5

Tahun 2011, MNC meluncurkan strategi media untuk pasar lokal dengan nama SINDO Media 5-in-1, sebagai terobosan baru dalam mensinergikan

4 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.88-89 5 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.10.

49

beragam media platform (TV, radio, media cetak seperti koran dan majalah, serta internet) untuk lebih menargetkan pada pemirsa lokal. Kelima media tersebut terdiri dari jaringan 21 televisi lokal FTA SINDOTV (sebelumnya bernama

SunTV), koran harian Seputar Indonesia, SINDO TRIJAYA FM (sebelumnya bernama Trijaya FM), News Portal SINDOnews.com, dan majalah mingguan

Sindo Weekly.6

B. Visi dan Misi MNC7

1. Visi MNC

Menjadi grup media dan multimedia yang terintegrasi, dengan fokus pada

penyiaran televisi dan konten berkualitas yang disiarkan melalui teknologi

yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2. Misi MNC

Memberikan konsep hiburan keluarga terlengkap dan menjadi sumber

berita dan informasi terpercaya di Indonesia.

6 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2011, h.22. 7 PT Media Nusantara Cipta, Tbk. – Overview, “Visi dan Misi”, diakses pada 18 Mei 2013, pukul 09.24, dari http://mnc.co.id/about_us/id.

50

C. Struktur Organisasi MNC

Stuktur organisasi PT Media Nusantara Cipta, Tbk (MNC) yang berada di

bawah pimpinan Hary Tanoesoedibyo adalah sebagai berikut:

Gambar 4 Struktur Organisasi PT Media Nusantara Cipta, Tbk. (MNC)

Dewan Komisaris

Komite Remunerasi Komite Audit

Komite EMSOP

Direktur Utama

Hubungan Investor Audit Internal

Sekretaris Perusahaan & Hukum

Grup Penjualan Grup Produksi Grup Keuangan Grup Grup TI & Pemasaran Pemrogaman & Akuntansi Kebijakan & dan Teknik

SDM Sumber: Laporan Tahunan PT Media Nusantara Cipta, Tbk Tahun 2012, h.40.

51

Di bawah ini adalah susunan nama-nama Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan pada MNC: Tabel 2 Dewan Komisaris dan Direksi PT Media Nusantara Cipta, Tbk

DEWAN KOMISARIS Komisaris Utama Rosano Barack

Komisaris Bambang Rudijanto Adam Chesnoff Tanoesoedibjo

Komisaris Irman Gusman Drs. Sutanto Independen

DIREKSI Direktur Utama Hary Tanoesoedibjo

Direksi Agus Mulyanto Oerianto Guyandi Nana Puspa Dewi

Sumber: Laporan Tahunan PT Media Nusantara Cipta, Tbk Tahun 2012, h.107.

52

D. Struktur Perusahaan MNC

MNC terdiri dari berbagai unit bisnis yang terlindung dan dikelola di bawah payung perusahaan induk untuk membuat grup media bisnis terpadu yang dinamis, inovatif, dan memanfaatkan pada keunggulan kompetitif dalam sinergi untuk mengatasi setiap tantangan yang sangat kompetitif pada industri media saat ini. Saat ini MNC memiliki 3 televisi Free-To-Air (FTA), yaitu RCTI, MNCTV, dan Global TV, serta 16 channel yang diproduksi oleh MNC yang disiarkan di televisi berlangganan. Selain itu, MNC juga memiliki basis media dan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendukung bisnis inti MNC, yang terdiri dari radio, media cetak, talent management, dan rumah produksi.

Gambar 5 Struktur Perusahaan MNC

Sumber: Laporan Tahunan PT Media Nusantara Cipta, Tbk Tahun 2012, h.38-39.

53

Dari berbagai bisnis yang dikelola, MNC memperoleh keuntungan dari pertumbuhan yang sangat tinggi di bisnis TV FTA dan konten

1. Free-To-Air (FTA) TV

a. RCTI8

RCTI merupakan stasiun televisi FTA nasional terbesar milik MNC

yang menawarkan berbagai macam rangkaian acara yang sangat bervariasi

mulai dari sinetron, film-film box office, acara olahraga, pencarian bakat,

reality show, acara musik, hingga infotainment. Dengan misi “Bersama

kita memberikan layanan yang terbaik”, RCTI melakukan penyediaan

konten yang berkualitas dan khususnya produksi lokal sinetron yang

disiarkan di malam hari pada jam utama prime time. Inilah yang tetap

menjadi fokus utama untuk stasiun TV ini.

Jangkauan transmisi RCTI adalah yang terluas di Indonesia.

Transmiter sebanyak 48 yang berada di lokasi yang strategis untuk

menjangkau pemirsa dari Sabang hingga Merauke. Tidak mengherankan

jika RCTI menutup tahun 2012 dengan status sebagai stasiun TV nomor

satu di Indonesia. Dengan pangsa pemirsa prime time sebesar 17,6%,

selama tahun 2012 RCTI ditonton oleh 8,5 miliar pemirsa atau meningkat

sebesar 36,3% dari sebelumnya 6,3 miliar pemirsa pada tahun 2011. RCTI

memiliki fokus pemirsa pada segmen A, B dan C di kelompok usia 5+.

b. MNCTV

MNCTV adalah stasiun televisi FTA nasional nomor 2 milik MNC

yang sebelumya dikenal dengan nama TPI (Televisi Pendidikan

8 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.80-82.

54

Indonesia). Misi MNCTV adalah “menjadi pilihan pertama pemirsa

Indonesia”. Pada tahun 2012, MNCTV memiliki pangsa pemirsa prime

time sebesar 15,2% dan ditonton oleh 7,6 miliar pemirsa atau bertumbuh

sebesar 51,6% dari 5,03 miliar pemirsa pada tahun 2011. Dengan target

market yang lebih luas, yaitu segmen BCD, MNCTV menawarkan

berbagai program yang berorientasi untuk keluarga yang ditujukan untuk

mencerminkan nilai Indonesia dalam format yang menghibur serta

memberikan inspirasi. 9

Pada tahun 2011, MNCTV telah secara signifikan memperluas

jangkauan nasionalnya melalui penambahan 2 lokasi transmisi sehingga

berjumlah 34 stasiun relai di 24 provinsi dari 33 propinsi di Indonesia.

Channel ini sekarang mampu untuk menjangkau sekitar 77,8% dari jumlah

penduduk atau lebih dari 185 juta pemirsa. Per akhir tahun 2011, MNCTV

memperkerjakan 1.143 karyawan.10

c. Global TV

Global TV berada pada posisi 8 stasiun televisi FTA nasional dengan

pangsa pemirsa prime time sebesar 5,2% pada tahun 2012. Global TV juga

berhasil mencapai pertumbuhan jumlah penonton yang signifikan (33,4%)

menjadi 4,2 miliar pemirsa pada tahun 2012 dari 3,1 miliar pemirsa di

tahun 2011. Sejak tahun 2011, target pemirsa Global TV ada pada kategori

ABC 5+ dengan penekanan khusus pada target pemirsa yang lebih muda

termasuk anak-anak, remaja dan keluarga muda. Pemilihan penayangan

9 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.84. 10 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2011, h.81.

55

program Global TV pun telah diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan

segmentasi pemirsanya, seperti sinetron, film keluarga, acara memasak

bersifat edutainment, serta infotainment. Sehubungan dengan itu,

GlobalTV juga menayangkan film box office dan Nickelodeon. Langkah

tersebut tentunya juga melengkapi keanekaragaman program-program di

GlobalTV yang terdiri dari film, olahraga, kartun dan komedi, serta selaras

dengan strategi yang mengutamakan variety atau keanekaragaman konten.

Untuk jam tayang prime time, Global TV telah membidik strategi dan

fokus pada segmen pasar tertentu diantara stasiun TV FTA milik MNC.11

Prioritas dalam hal seleksi konten untuk prime time adalah

menghindari kompetisi secara langsung dengan kedua stasiun TV nasional

FTA milik MNC –RCTI dan MNCTV. Global TV telah membidik

peningkatan pada pangsa pasar untuk pemirsa yang mencari program

alternatif. Hal ini termasuk penyiaran rutin film-film Hollywood yang

menarik pemirsa muda serta program yang berorientasi pada keluarga

melalui produksi in-house MNC dan pembelian program lokal. Saat ini

Global TV melakukan siaran dari 39 stasiun relai di seluruh Indonesia

yang menjangkau 72% dari jumlah penduduk. Stasiun TV ini

memperkerjakan 946 personil.12

11 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.86. 12 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2011, h.83.

56

2. Bisnis Konten (Content Business)

a. MNC Pictures

MNC Pictures merupakan anak perusahaan MNC yang bergerak di

bidang rumah produksi televisi (in-house) yang berdiri pada tahun 2005.

MNC Pictures merupakan salah satu unit bisnis di MNC dengan

pertumbuhan tercepat. Sejak diluncurkan pada bulan Juli 2009, MNC

Pictures dengan cepat mengembangkan kapasitasnya sebagai penyedia

konten televisi berkualitas tinggi pada semua lapisan masyarakat. Hingga

saat ini, MNC Pictures telah memproduksi beragam program dengan

konten yang berkualitas tinggi dalam bentuk drama dan non drama,

meliputi film, film televisi, sinetron, variety show, reality show, musik,

dan dokumenter untuk disiarkan di ketiga stasiun TV FTA milik MNC.13

b. MNC Channels

MNC Channel adalah bisnis konten MNC yang merupakan satu-

satunya perusahaan media di Indonesia yang memproduksi channel di

industri FTA TV. MNC Channels disiarkan secara eksklusif melalui

layanan satelit pay-TV Direct-To-Home (DTH) milik PT MNC Sky Vision

(MSV), yaitu Indovision, Top TV, dan Okevision. MNC Channels adalah

realisasi komersialisasi pustaka konten milik MNC yang terdiri dari lebih

dari 120.000 jam program yang terus berkembang dengan tingkat

pertumbuhan 10.000 jam per tahun.14

13 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.90. 14 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.88.

57

Hingga pertengahan tahun 2013, MNC Channels telah meluncurkan

16 saluran televisi berlanggan, dengan fokus yang berbeda-beda, antara lain tergambar pada tabel berikut:

Tabel 3 Saluran Program dalam MNC Channels

Channel No Nama Channel Program yang Ditayangkan Indovision 1. Berita, infotainment, olahraga, Channel 84 dan gaya hidup. 2. Reality show, drama seri, film Channel 85 lokal, komedi situasi, dan hiburan lainnya.

3. Program musik Channel 91

4. Program yang ditayangkan Channel 122 berisi umum untuk distribusi starhub & internasional 123 hypp tv 5. Tren terbaru di dunia fashion, Channel 86 kesehatan kecantikan, dan berita tentang selebriti Indonesia. 6. Berita tentang pasar saham, Channel 100 serta ekonomi dan bisnis Indonesia. 7. Program Islam melalui berbagai Channel 92 klip musik, drama, berita, talkshow, dan dokumenter. 8. Tayangan rohani Kristen dan Channel 70 Katholik 9. Olahraga-olahraga internasional Channel 101

10. Olahraga-olahraga lokal Channel 102

11. Program komedi legendaris dan Channel 104 masa kini

58

12. Drama serial lokal dan sinetron Channel 94

13. Film Channel 99

14. Fashion Channel 95

15. Infotainment lokal dan Channel 96 mancanegara

16. Golf Channel 305

Sumber: indovision.tv/channel

c. Star Media Nusantara

Pertama kali didirikan pada bulan April 2005 dengan nama MNC

Talent Management dan unit bisnis ini mengganti nama menjadi PT Star

Media Nusantara di bulan Maret 2008. Star Media Nusantara (SMN)

bergerak dalam bidang manajemen artis dengan mencari,

mengembangkan, mempromosikan, dan mengelola artis-artis berbakat

untuk menjadi bintang berikutnya dalam dunia hiburan. Hingga akhir

tahun 2012, SMN mengelola sekitar 186 artis termasuk penyanyi, band,

pelawak, artis cilik, dan model. Artis di bawah SMN diberikan cukup

kesempatan untuk mengembangkan karir di platform MNC berbagai media

baik melalui media TV, radio, maupun cetak. MNC menerima pendapatan

dari presentase yang diterima artis dari hasil penampilan langsung di

panggung, penampilan di media, maupun sebagai iklan selebriti.15

15 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.90.

59

E. Profil MNC Muslim

MNC Muslim merupakan sebuah saluran program televisi berlangganan bernuansa religi yang tayang selama 24 jam. MNC Muslim merupakan saluran milik Media Nusantara Citra yang diluncurkan pada tangggal 28 Februari 2010 dan hanya dapat disaksikan melalui televisi berlangganan, yaitu pada channel 92

Indovision. Selain MNC Muslim, MNC juga mempunyai satu lagi channel religi, yaitu LIFE, yang khusus menyiarkan tayangan-tayangan rohani Kristen dan

Katholik.

MNC Muslim adalah channel yang sangat kental dengan program-program yang bernuansakan nilai-nilai Islami, mulai dari talkshow, berita, video klip, drama, dokumentasi, serta hiburan lainnya. Program-program dalam MNC

Muslim bersifat lebih mendalam dalam membahas suatu topik tertentu. Dalam hal ini MNC Muslim bekerja sama dengan lima lembaga Islam dalam hal narasumber atau untuk memperkuat setiap materi yang akan ditayangkan. Kelima lembaga tersebut antara lain NU, Muhammadiyah, Allimat, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, dan Yayasan Paramadina.

60

F. Visi dan Misi MNC Muslim

MNC Muslim mempunyai visi: “Islam adalah jawaban bagi semua Muslim

Indonesia.” Sedangkan misi dari MNC Muslim adalah menjadikan MNC Muslim sebagai channel referensi, patokan, standar, atau pilihan bagi para Muslim

Indonesia dalam segala hal berdasarkan pada Al Quran dan Sunnah.16

G. Struktur Organisasi Divisi Programming MNC Channels

MNC Muslim merupakan salah satu saluran dalam MNC Channels. Dalam pengelolaannya pun dipegang oleh divisi Programming MNC Channels. Adapun struktur organisasi Divisi Programming MNC Channels adalah sebagai berikut:

Gambar 6 Struktur Organisasi Department Planning Scheduling Research & Development Divisi Programming – MNC Channels

Sumber: Divisi Programming – MNC Channels

16 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso, Head of Programming MNC Channels, Jakarta, 17 Mei 2013.

61

H. Program-program MNC Muslim

Program-program yang ditayangkan oleh MNC Muslim terbagi menjadi dua.

Pertama, program yang diproduksi baru atau fresh program. Produksi fresh program MNC Muslim merupakan hasil kerja sama dengan MNCTV, di mana

MNCTV berperan sebagai Production House (PH) yang melakukan eksekusi produksi program untuk MNC Muslim. Kedua, yaitu program-program religi yang di-re-run dari tiga televisi free-to-air (FTA) yang ada di MNC Group, yakni

RCTI, MNCTV, dan Global TV.

Adapun program-program baru yang diproduksi oleh MNCTV adalah sebagai berikut:

1. Kecerdasan Spiritual Nabi dan Sahabat

2. Belajar Islam

3. Belajar Islam Abad 21

4. Khusnul Khotimah

5. Tafsir Surat Pilihan

6. Cafe Tausyiah

7. Nasihat Luqman

8. Mazhab-mazhab

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Komodifikasi Isi di MNC Muslim

1. Konten MNC Muslim

Proses komodifikasi pada komunikasi selalu melibatkan transformasi

pesan, mulai dari mengubah data ke sistem pemikiran yang berarti, yang

kemudian akan menjadi sebuah produk yang dapat dipasarkan.1 Dalam hal

ini, media akan memproduksi konten-konten yang nantinya akan disukai dan

dapat dipasarkan, sehingga mendatangkan keuntungan untuk mereka.

MNC Muslim merupakan channel televisi berlangganan yang dimiliki

oleh MNC Channels. Dalam hal ini, MNC Muslim yang notabene adalah

media bernuansa religi, di dalamnya akan terlihat adanya suatu transformasi

pesan-pesan atau nilai-nilai Islam menjadi sebuah produk yang dapat

dipasarkan, atau yang sekarang ini dikenal dengan nama komodifikasi Islam.

Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, komodifikasi Islam adalah

komersialisasi Islam atau mengubah keimanan dan simbol-simbolnya

menjadi komoditas yang dapat diperjualbelikan untuk mendapat keuntungan.2

Hal inilah yang terjadi pada tayangan-tayangan religi dan media religius saat

ini. Banyak nilai-nilai keislaman yang diubah dan dimodifikasi dengan

sedemikian rupa untuk menarik pemirsa, yang nantinya akan mendatangkan

1 Vincent Mosco, The Political Economy of Communication, 2nd ed. (London: SAGE Publications, 2009), h. 133. 2 Azyumardi Azra, “Komodifikasi Islam”, diakses pada 10 Juni 2013, pukul 22.41 dari http://www.uinjkt.ac.id/index.php/section-blog/28-artikel/265-komodifikasi-islam.html. 62

63

keuntungan bagi mereka. Begitu pula yang terjadi pada MNC Muslim.

Komodifikasi Islam yang terjadi pada MNC Muslim dapat terlihat dari program-program yang ada di MNC Muslim.

Program-program yang ditayangkan oleh MNC Muslim terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Fresh Program.

Fresh program merupakan program-program yang diproduksi baru.

Dalam produksi fresh program ini, MNC Muslim bekerja sama dengan

MNCTV. Di sini, MNCTV berperan sebagai Production House (PH)

yang mengerjakan produksi program untuk MNC Muslim. Dalam

ketentuan kerja sama yang ada, MNC TV bertugas untuk menyiapkan 4,5

jam per hari untuk fresh program tersebut.

Dalam program-program yang diproduksi baru, MNC Muslim

memproduksi program-program yang membahas suatu topik tertentu

secara mendalam, tidak hanya hal-hal yang biasa-biasa saja seperti yang

umumnya dibahas oleh media dan program religi di televisi tersetrial. Hal

ini seperti yang dituturkan oleh Bapak Sri Budi Santoso, selaku Head of

Programming MNC Channels berikut ini:

“Kalau di televisi terestrial ada acara religi tetapi hanya terbatas pagi hari atau tengah malam. Kalau ini kan sepanjang hari. Kita juga menaruh apapun yang berkaitan dengan akhlak, keluarga, kesehatan, maupun yang lainnya. Jadi kita punya sesuatu yang banyak. Bahkan juga politik, ekonomi, dan sosial. Kalau di terestrial, misalnya, selalu topik-topiknya adalah topik-topik yang pemirsa senang dan ringan, seperti kawin- cerai, haram-halal. Kami memberikan tempat yang seluas- luasnya, tidak hanya untuk yang populer, tetapi juga non populer. Kayak misalnya di Belajar Islam kita membahas tujuh 64

topik, ada Islam abad 21, tasawuf, perempuan, ekonomi, dll. yang belum tentu bisa masuk di televisi terestrial.”3

Seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Budi di atas bahwa

MNC Muslim memiliki lebih banyak waktu dibandingkan dengan

televisi Free-To-Air (FTA) yang harus menayangkan berbagai macam

jenis program yang universal. MNC Muslim sebagai media religius yang

memang khusus menayangkan program-program yang bernuansa Islami

selama 24 jam, akhirnya memilih untuk membahas berbagai tema

pembahasan secara mendalam. Di sini MNC Muslim diharapkan mampu

menjadi media pembelajaran bagi masyarakat yang ingin mempelajari

lebih mendalam materi-materi agama Islam, seperti yang disampaikan

oleh Bapak Edi Santoso, produser program MNCTV, sebagai berikut:

“ya kita tetap konsisten dan commit dengan visi dari acara itu, yaitu Islam yang intelek, santun, dan damai. Walaupun serius, tapi menarik gitu ya dari content-nya. Selain itu pembahasannya juga lebih dalem ya. Kalau tausyiah-tausyiah kuliah subuh kan kadang bahasannya kan.. mmm.. bukan cetek, tapi maksudnya biasanya hanya bahas tentang fiqih aja, misalnya. Kalau ini kan kita gali sejarahnya, latar belakang dalam sebuah peristiwa itu kita dalemin. Jadi kajiannya itu lebih mendalam. Jadi, pemirsa yang mau benar-benar belajar Islam itu. Selain itu pemirsa juga akan tau bahwa musik, sinetron, maupun film Islami itu seperti apa. Jadi orang dapat hiburan sekaligus dapat “ibadah”nya gitu karena dia belajar agama. Poinnya itu.”4

3 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso, Head of Programming MNC Channels, Jakarta, 17 Mei 2013. 4 Wawancara Pribadi dengan Edi Santoso, Produser Program MNCTV, Jakarta, 17 Mei 2013. 65

Berangkat dari pemikiran bahwa MNC Muslim diharapkan nantinya mampu menjadi media pembelajaran bagi pemirsa yang ingin mempelajari dan mengetahui ajaran dan nilai-nilai agama Islam secara mendalam inilah, akhirnya MNC Muslim memproduksi program- program baru dengan berbagai tema yang berbeda. Program-program tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Fresh Programs MNC Muslim No Nama Program No Nama Program 1. Kecerdasan Spiritual Nabi 5. Tafsir Surat Pilihan dan Sahabat 2. Belajar Islam 6. Cafe Tausyiah 3. Belajar Islam Abad 21 7. Nasihat Luqman 4. Khusnul Khotimah 8. Mazhab-mazhab Sumber: Data Resmi Tim Produksi Program MNC Muslim

Kedelapan program di atas memiliki format program yang sama, yaitu talkshow, di mana di dalamnya akan ada narasumber yang membahas suatu topik tertentu dan ada beberapa program yang dipandu oleh MC. Sedangkan perbedaannya terdapat dalam setiap tema, materi, atau topik yang dibahas dalam setiap program tersebut. Hal tersebut seperti yang telah diungkapkan oleh Bapak Edi, berikut ini:

“.. Ya cuma yang membedakan adalah host, set-nya, dan poin utamanya adalah materi yang dibahas. Misalkan “Cafe Tausyiah” yang menjadi titik pembedanya adalah setting-nya cafe. Ada ustadz di situ yang tausyiah dan ada tanya jawab. Kalau “Tafsir Surat Pilihan”, itu talkshow juga, tapi ustadznya membahas atau menafsirkan surat, ayat per ayat, bahkan kata per kata. Kalau “Khusnul Khotimah” itu talkshow juga tapi ustadznya ngebahas tentang bagaimana tips dan trik atau apa 66

saja yang harus dilakukan agar mencapai khusnul khotimah. Ya jadi memang perbedaannya di materinya itu saja.”5

b. Re-run Program

Re-run program merupakan program-program religi yang di-re-run

dari tiga televisi FTA yang ada di MNC Group, yakni RCTI, MNCTV,

dan Global TV. Alasan yang melatarbelakangi ditayangkannya kembali

program-program religi dari ketiga televisi FTA tersebut adalah karena

untuk memaksimalkan program inventory yang dimiliki oleh MNC

Group. MNC memiliki pustaka konten terbesar di Indonesia dengan lebih

dari 120.000 jam konten paling bernilai dan terus bertumbuh sebanyak

10.000 jam per tahun. Dari banyaknya pustaka konten yang dimiliki oleh

MNC, kemudian MNC mengemas ulang konten tersebut menjadi

channel-channel eksklusif yang ditayangkan di layanan televisi

berlangganan MNC Sky Vision. Salah satunya adalah MNC Muslim.6

Program yang di-re-run di MNC Muslim tidak sembarangan

ditayangkan begitu saja. Ada berbagai pertimbangan dalam

menayangkan kembali program-program tersebut. Menurut Abdik

Destriana, Scheduling Section Head MNC Channels, kriteria program

yang bisa ditayangkan kembali di MNC Muslim adalah sebagai berikut:

1. Isi kontennya masih sesuai dengan konsep MNC Muslim.

MNC Muslim tidak akan menayangkan program-program yang

terdapat unsur mistis di dalamnya dan isi materi yang bertentangan

5 Wawancara Pribadi dengan Edi Santoso. 6 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.4. 67

dengan ajaran Islam. MNC Muslim hanya akan menayangkan

program-program bertemakan agama Islam yang mendidik dan

menarik untuk ditonton.

2. Kualitas gambarnya masih bagus.

3. Masih memiliki nilai jual.

Program yang masih memiliki nilai jual adalah program-

program yang disukai dan ditonton oleh banyak orang. Penetapannya

bisa berdasarkan rating and share, seperti apa yang disampaikan

oleh Bapak Edi berikut ini:

“Ya penetapannya berdasarkan rating and share. Jadi, acara mana yang paling banyak disukai pemirsa, itu pasti akan di-re-run karena peluangnya lebih bagus daripada acara yang belum dikenal. Kebijakan itu, pertama karena acaranya lebih bagus. Kedua, efisiensi. Ketiga re-run disesuaikan dengan kebutuhan.”7

Dalam bisnis media, rating digunakan untuk menilai tingkat

„kesuksesan‟ sebuah program acara. Menurut Ghazali, rating

mengacu pada pemeringkatan berdasarkan berapa banyak jumlah

pemirsa atau pendengar sebuah program yang ditayangkan suatu

media penyiaran dari waktu ke waktu. Rating pun didesain untuk

mendongkrak pemasukan iklan. Artinya, ketika sebuah program

tertentu mendapat respons yang tinggi dari khalayak, maka media

dengan mudah akan menjualnya ke pengiklan.8

7 Wawancara Pribadi dengan Edi Santoso. 8 Hakim Syah, “Komodifikasi Khalayak dalam Industri Media (Telaah Kritis atas Sistem Rating Media dan Implikasinya terhadap Public Sphere,” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 8, Nomor 2 (Desember 2011), h. 36. 68

Dari pernyataan di atas, tidak mengherankan jika MNC Muslim memilih beberapa program dari ketiga televisi terestrial milik MNC

Group dengan rating tertinggi untuk ditayangkan ulang di MNC

Muslim. Di bawah ini adalah TOP 20 Program MNC Muslim, baik fresh programs maupun program re-run berdasarkan perolehan rating tertinggi selama quartal pertama (Januari-Maret 2013):

69

Tabel 5 TOP 20 Program MNC Muslim Q1 (Jan-Mar) 2013

No Nama Program TVR Share 1 Kisah Para Nabi Spc Maulid 0,62 10,19 2 Cafe Tausiyah Spc Maulid 0,54 7,14 3 Kisah Para Nabi Spc Maulid (Rr) 0,37 5,48 4 Pintu Hidayah Spc Maulid 0,35 4,84 5 Jalan Takwa 0,26 5,17 6 Tausyiah Spc Maulid: Kumandang Cinta 0,24 3,18 7 Mazhab-Mazhab 0,20 2,13 8 Omar 0,18 2,46 9 Eneng Spesial 0,18 4,23 10 Akhirnya Aku Tahu 0,18 6,15 11 Titian Semangat (Rr) 0,17 3,15 12 Tausyiah Spesial 0,17 2,88 13 Pintu Hidayah 0,17 2,80 14 Khusnul Khatimah 0,16 1,80 15 Pintu Hidayah Spesial 0,16 2,34 16 Simfoni Religi: Tabligh Uje (Rr) 0,16 2,65 17 Cafe Taussiyah 0,16 2,14 18 Indahnya Kasih Sayang 0,15 2,24 19 Maha Kasih Spesial 0,15 2,96 20 Kisah Para Nabi Spesial (Rr) 0,15 2,63 Sumber: Data Resmi Divisi Programming MNC Channels

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ada beberapa program yang ditayangkan tidak hanya satu kali, seperti contohnya untuk program “Kisah Para Nabi Special Maulid”. Untuk top 20 program saja, program tersebut ditayangkan 3 kali. Ini menggambarkan bahwa ketika suatu program memiliki rating yang tinggi, maka 70

pihak MNC Muslim pun akan menayangkan program tersebut

berulang kali.

Konten program yang disiarkan dalam MNC Muslim pun berbeda dengan apa yang ditampilkan dalam program-program religi di televisi terestrial, baik dari segi pembahasan materi, maupun penyampai materinya.

Jika di televisi terestrial mereka berlomba-lomba untuk menayangkan program-program dengan menggunakan ustadz-ustadz yang sedang populer, maka MNC Muslim lebih menampilkan ustadz-ustadz “baru” yang dianggap sudah mahir. Oleh karena itu, agar tetap bisa menjaga isi dari pembahasan program-programnya, MNC Muslim di-back up dengan lima lembaga Islam besar yang ada di Indonesia, yaitu Paramadina, UIN, NU, Muhammadiyah,

Allimat.

2. Logika Profit dalam Siaran Program MNC Muslim

Dahulu, kegiatan dakwah memang lebih banyak dilakukan di atas mimbar, di masjid-masjid, maupun lapangan, di mana seorang da‟i menyampaikan materi dakwah secara langsung kepada para mad‟u. Namun di zaman yang serba teknologi ini, manusia mulai berpikir lebih modern dan metode dakwah ceramah di mimbar yang terkesan kaku pun akhirnya mulai jarang didengarkan. Masyarakat lebih memilih mendengarkan ceramah yang ada di televisi maupun radio. Selain itu, masyarakat sekarang pun lebih selektif dalam memilih program-program yang berhubungan dengan agama. 71

Khalayak lebih suka dengan sajian program agama yang lebih interaktif dan penyampaiannya cenderung santai.

Beberapa dekade terakhir, program-program agama, baik itu yang berbentuk siraman rohani maupun sinetron mulai banyak bermunculan di televisi. Selama bulan ramadhan pun media-media elektronik berlomba- lomba menayangkan program-program religi. Namun, di sini MNC melihat ada suatu potensi pasar yang besar. Melihat bahwa mayoritas penduduk di

Indonesia merupakan potensial yang belum tergarap secara maksimal.

Terbukti dengan jam siar sajian religi di beberapa stasiun Free-To-Air (FTA) yang hanya berlangsung beberapa jam saja. Sementara masyarakat membutuhkan kajian Islam secara berbobot, mendalam dan sepanjang waktu.

Dari permasalahan tersebut, akhirnya MNC Muslim pun didirikan sebagai wujud bagian dari layanan masyarakat yang nantinya diharapkan mampu menyediakan program-program religi sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern saat ini. Hal inilah yang diungkapkan oleh Bapak Budi berikut ini:

“Pada awalnya sih kami berpikir bahwa kita perlu juga untuk membuat channel yang purely pelayanan pada masyarakat. Jadi Indovision itu tidak purely selalu komersial, tetapi juga ada channel- channel yang berhubungan dengan publik lah, seperti mencerdaskan kehidupan bangsa, memberikan sesuatu yang lebih baik. Kami berpikir bahwa sudah saatnya kami mempunyai channel muslim, mengingat penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam dan kami berpikir pasti akan diterima. Terus terang itu memang perusahaan komersil, tapi tidak melulu channel ini berkaitan dengan hal-hal yang berbau itu. Jadi, kami juga ingin channel ini bisa menjadi bagian dari layanan masyarakat.“9

9 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso. 72

MNC Muslim pun diharapkan mampu menjadi channel referensi, patokan, standar, atau pilihan bagi para muslim Indonesia yang modern dalam segala hal berdasarkan pada Al Quran dan Sunnah. Oleh karena itu, MNC

Muslim kemudian diluncurkan sebagai saluran televisi berlangganan yang disiarkan selama 24 jam dengan program-program Islami yang pembahasannya lebih mendalam. Selain itu, penyampaian materi dakwahnya pun dikemas secara lebih komunikatif dan bermutu dengan menghadirkan narasumber yang kompeten, serta penyajiannya yang lebih menarik. Hal inilah yang diungkapkan oleh Bapak Sri Budi Santoso selaku Head of

Programming MNC Channels:

“MNC Muslim sebagai suatu media pembelajaran. Tapi kalian akan melihat bahwa dalam program-program MNC Muslim ada untuk hiburan juga. Karena kalau itu purely untuk pembelajaran, pemirsa akan bored lah ya.. Nah, jadi kita kemas itu menjadi sesuatu yang menarik, khususnya to entertain. Jadi di sini inilah belajar yang dikemas secara menarik.”10

Dari pernyataan Pak Budi di atas, jelas terlihat bahwa dalam penyampaian materi-materi dan pembahasan agama di MNC Muslim tetap memperhatikan unsur entertain agar penonton tidak merasa bosan dengan penyampaian materi agama yang biasanya cenderung kaku dan membosankan. Dengan format yang lebih modern, diharapkan mampu diterima oleh masyarakat yang hidup di zaman serba modern seperti saat ini.

Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa dalam bisnis media yang besar seperti halnya MNC, tetap ada kepentingan finansial di dalamnya. Hal

10 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso. 73

tersebut didukung oleh pernyataan Bapak Edi Susanto, produser program

MNCTV, yang mengatakan:

“Tujuan didirikannya MNC Muslim ya mungkin karena potensi besar masyarakat Indonesia kan mayoritas Islam. Mungkin tujuan utamanya ke arah situ, karena faktor pasarnya yang besar. Sedangkan kalau bicara televisi berlangganan kan itu kan emang bicara bisnis. Ya, mungkin ada tujuan ideologis, tapi tujuan ekonominya juga pasti ada.”11

Dari pernyataan Bapak Edi di atas, terlihat jelas bahwa MNC melihat

pangsa pasar yang besar di dalam MNC Muslim. Walaupun tujuan awalnya

ingin menjadi bagian dari layanan masyarakat, namun ketika sudah masuk ke

dalam bisnis media, apa yang ada di MNC Muslim tidak lebih dari pertukaran

nilai-nilai dan simbol agama Islam menjadi suatu kepentingan finansial yang

didapatkan melalui iklan atau sponsor. Walaupun pembahasannya tetap

berpedoman pada AlQuran dan As-Sunnah, namun tetap saja dihadirkan

menurut relevansinya dengan akumulasi modal.

B. Komodifikasi Khalayak di MNC Muslim

1. Target Khalayak MNC Muslim

Jika berbicara tentang MNC Muslim yang merupakan saluran bernuansa

religi di televisi berlangganan, MNC Group juga mempunyai satu channel

religi lain, yaitu LIFE channel. LIFE merupakan channel yang menayangkan

tayangan-tayangan rohani Kristen dan Katholik. Di sini peneliti mencoba

membandingkan audience share dari kedua channel religi tersebut, yaitu

sebagai berikut:

11 Wawancara Pribadi dengan Edi Santoso. 74

Tabel 6 Audience Share Channel Religi MNC Channel (Januari-Maret 2013)

Channel Januari Februari Maret April MNC Muslim 1,36 1,93 1,97 1,74 LIFE 1,25 1,1 1,03 1,13 Sumber: Data Resmi Divisi Programming MNC Channels

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa audience share MNC Muslim lebih

tinggi dari LIFE channel. Salah satu faktor yang sangat jelas

memengaruhinya adalah karena mayoritas penduduk Indonesia beragama

Islam. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, 87,18% dari

237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Sedangkan

untuk pemeluk Kristen Protestan adalah 6,96% dan Katolik 2,9%.12 Inilah

yang menjadikan potensi pasar MNC Muslim lebih tinggi dari LIFE channel.

Dari potensi yang besar tersebut, MNC Muslim kemudian memproduksi

program-program yang sesuai dengan target khalayaknya. Adapun audience

target dari MNC Muslim tergambar dalam tabel berikut ini:

12 Badan Pusat Statistik, “Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Agama yang Dianut,” diakses pada 20 Mei 2013, pukul 10.32 dari http://sp2010.bps.go.id/. 75

Tabel 7 Audience Target MNC Muslim

Demographics Universe Index ALL 5+ 402.601 100 By Gender MALE 198.080 97 FEMALE 204.521 103 By SES ALL A1 29.292 186 ALL A2 373.310 93 By Age ALL, 5-9 n.a. n.a. ALL, 10-14 42.784 55 ALL, 15-19 36.355 35 ALL, 20-29 46.441 31 ALL, 30-39 81.837 47 ALL, 40-49 83.003 123 ALL, 50-59 53.914 124 ALL 60+ 39.897 276 By Occupation ALL WHITE COLLAR 146.517 79 ALL BLUE COLLAR n.a. n.a. ALL HOUSEWIFE 71.825 133 ALL STUDENT 99.881 42 ALL OTHERS 59.667 205 ACADEMY/UNIV. 160.473 106 By Education SLTA 136.312 137

SD-SLTP 38.256 44

NOT FINISH/OTHERS 67.560 44 Sumber: Data Resmi Divisi Programming MNC Channels

Audience target dapat terlihat dari angka index dalam tabel di atas.

Program Index (Index) ini digunakan untuk memastikan apakah suatu program memang sudah tepat dengan target konsumen suatu produk atau belum. Untuk menentukan audience target, digunakan angka 100 sebagai dasarnya. Ketika angka index di atas 100, maka dianggap sudah efektif dan tepat sasaran. Jika masih di bawah 100, berarti dianggap belum efektif.

Jika dilihat dari tabel audience target di atas, maka penonton dari MNC

Muslim lebih banyak adalah wanita dengan index 103 dengan pekerjaan 76

sebagai ibu rumah tangga dengan index 133. Hal tersebut sesuai dengan apa yang menjadi sasaran MNC dan MNC Sky Vision (MSV) selama ini. MNC menyadari bahwa pemirsa wanita merupakan komponen yang sangat penting, sebab mayoritas produk yang diiklankan ditujukan terutama bagi ibu rumah tangga/wanita.13

Selain itu dari segi usia, audience target dari MNC Muslim adalah penonton yang berusia di atas 40 tahun. Hal inilah yang selalu menjadi pertimbangan besar bagi MNC Muslim untuk mempertahankan dan terus memproduksi program-program yang bersifat mendalam dalam pembahasan suatu topik tertentu. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Budi berikut ini:

“Kita punya acara anak, acara wanita, khusus ibu-ibu, remaja ada juga, tapi yang general ada juga untuk orang tua, seperti acara yang „berat-berat‟. Beberapa orang senang dengan acara kami karena sangat berilmu ya, konteksnya lebih serius, jadi tidak hanya hal yang „ringan-ringan‟.”14

Dari program-program MNC Muslim yang bersifat lebih mendalam inilah yang banyak ditonton oleh khalayak yang berusia di atas 40 tahun, di mana pada usia-usia tersebut khalayak mulai menyadari bahwa mereka mulai membutuhkan asupan materi-materi agama lebih untuk memperkuat rohani mereka, dibandingkan khalayak di usia produktif yang lebih berkonsentrasi ke karier. Dari tabel audience target di atas pun terlihat bahwa penonton terbanyak adalah penonton pada usia 60+.

13 Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta, Tbk. Tahun 2012, h.3. 14 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso. 77

2. Strategi Persuasi Khalayak

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba bertanya kepada beberapa masyarakat mengenai MNC Muslim. Dari beberapa jawaban, ada yang menjawab “tahu”, “pernah mendengar”, dan masih banyak yang menjawab

“tidak tahu”. Wajar saja bila banyak masyarakat yang belum tahu tentang

MNC Muslim, mengingat MNC Muslim hanya dapat disaksikan melalui televisi berlangganan MNC Sky Vision, yaitu Indovision. Jadi, hanya mereka yang berlanggananlah yang dapat menonton MNC Muslim.

Hal tersebut juga didukung oleh jumlah orang yang “menyukai” fanpage facebook MNC Muslim dan jumlah follower dari akun twitter MNC Muslim.

Dari sekitar 47 juta pengguna facebook di Indonesia saat ini, hingga bulan

Juli 2013, hanya ada 671 orang yang menyukai fanpage facebook MNC

Muslim. Dari sekitar 19,5 juta pengguna twitter, hanya ada 497 followers akun twitter MNC Muslim. Hal ini menggambarkan bahwa secara garis besar, hanya di kisaran angka itulah jumlah orang yang baru mengetahui, sudah menonton, maupun menyukai program-program MNC Muslim.

78

Gambar 7 Header Facebook MNC Muslim

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari www.facebook.com/MNC.Muslim

Gambar 8 Header Twitter MNC Muslim (@MNCMuslim)

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari www.twitter.com/MNCMuslim

Berdasarkan dari data jumlah penonton yang belum begitu banyak, MNC

Muslim kemudian menerapkan sejumlah strategi yang dilakukan untuk menarik audience dalam hal program acara, seperti yang telah dituturkan

Abdik Destriana berikut ini: 79

1. Menjaga materi program agar tetap menarik untuk ditonton. Hal tersebut

dilakukan untuk menjaga flow pemirsa agar tidak berkurang.

2. Memberikan filler-filler menarik, seperti hijab tutorial, ayat, hadits, dsb.

agar lebih menarik pemirsa.

3. Melakukan promo on/off air serta promo melalui sosial media, seperti

Facebook maupun Twitter.

Promo melalui sosial media dianggap yang paling efektif saat ini,

mengingat jumlah pengguna jejaring sosial saat ini pun sangatlah besar,

terutama Facebook dan Twitter. Berdasarkan data dari Kementrian

Komunikasi dan Informatika pada April 2012 setidaknya telah tercatat

sebanyak 44,6 juta pengguna Facebook dan sebanyak 19,5 juta pengguna

Twitter di Indonesia.

Hal inilah yang kemudian dipilih oleh MNC Muslim sebagai salah

satu strategi untuk memperkenalkan dan menyosialisasikan MNC

Muslim kepada khalayak. MNC Muslim memiliki satu akun fanpage

facebook dengan alamat www.facebook.com/MNC.Muslim dan satu akun

twitter dengan username @MNCMuslim. Kedua akun media sosial ini

dikelola oleh bagian Marketing Communication (MarComm) MNC

Channels. Selain sebagai media untuk memperkenalkan MNC Muslim,

facebook dan twitter pun dapat digunakan sebagai media “pengingat” dan

pemberitahu acara apa saja yang akan atau sedang ditayangkan di MNC

Muslim.

80

Gambar 9 Timeline Twitter MNC Muslim (@MNCMuslim)

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari www.twitter.com/MNCMuslim

81

Gambar 10 Timeline Facebook MNC Muslim

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari www.facebook.com/MNC.Muslim

82

Selain sebagai media pemberitahu program apa saja yang sedang ditayangkan, kedua media sosial ini juga sebagai media yang digunakan oleh para pemirsa untuk berinteraksi secara langsung dengan pihak MNC Muslim, seperti menyampaikan unek-uneknya, baik itu saran, kritik, maupun program apa yang ingin mereka saksikan. Hal tersebut dapat terlihat seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 11 Komentar pada Facebook MNC Muslim

Sumber: Hasil Olahan Peneliti dari www.facebook.com/MNC.Muslim

83

Selain dari media sosial, MNC Muslim juga memiliki kekuatan lebih, yaitu berada pada group yang memiliki media promosi yang besar, sehingga mereka mempunyai wadah yang bisa mempromosikan program-program mereka dengan mudah.

3. Komodifikasi Khalayak

MNC Muslim merupakan salah satu saluran di MNC Channels.

Mayoritas dari MNC Channels berada di paket standar di MNC Sky Vision

(MSV), yaitu disiarkan melalui Indovision, Top TV, dan Okevision. Ketiga televisi berlangganan MSV ini mendominasi posisi dalam industri televisi berlangganan di Indonesia. Indovision memperoleh pangsa pasar 38% atau saat ini berada di posisi pertama televisi berlangganan di Indonesia. Diikuti oleh TOP TV yang berada di posisi ke-2 dengan pangsa pasar 24% dan

Okevision yang berada di posisi ke-5 dengan pangsa pasar 9%.15

15 Public Expose Kinerja PT MNC Sky Vision, Tbk. Tahun 2012, h.9. 84

Gambar 12 Posisi Dominan dalam Industri TV-Berlangganan di Indonesia

Sumber: Public Expose Kinerja PT MNC Sky Vision, Tbk. Tahun 2012, h.14

Posisi channel-channel dari MNC Channels yang disiarkan di pay-tv

terbesar di Indonesia menjadi kekuatan dan keuntungan tersendiri bagi

channel-channel tersebut. Secara tidak langsung, ada korelasi positif antara

audiens dan pendapatan dari MNC Channel. Semakin banyak audiens yang

berlangganan dan menonton MSV, maka pendapatan MNC Channels pun

semakin besar. Hal ini disebabkan karena setiap channel MNC memperoleh

pendapatan dari pelanggan-pelanggan MSV. Oleh karena itu, pangsa pasar

MNC Channels akan bertumbuh seiring dengan pertumbuhan pelanggan

MNC Sky Vision.

Dallas Smythe (1977) memiliki pandangan bahwa khalayak merupakan

komoditas utama dari media massa. Menurutnya, proses komodifikasi akan

melibatkan hubungan timbal balik antara media, khalayak, dan pengiklan. 85

Dalam kaitan ini, khalayak dipandang dan diposisikan sebagai pasar sekaligus komoditas.

Jika diterapkan dalam masalah ini, jelas terlihat bahwa khalayak

(audiens) MNC Muslim telah dikomodifikasi sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kepentingan media dan pengiklan. Untuk televisi FTA, penonton tidak diharuskan membayar lagi untuk menonton program-program yang ada. Namun, untuk menonton MNC Muslim, pemirsa harus membayar sejumlah uang untuk berlangganan televisi berlangganan karena MNC

Muslim hanya disiarkan melalui televisi berlangganan, yaitu Indovision.

Khalayak dianggap sangat penting karena memiliki potensi finansial

(ekonomi) yang besar. Tidak mengherankan jika pada akhirnya audiens menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar untuk MNC Muslim, selain iklan.

Sumber pemasukan selanjutnya adalah dari iklan. Walaupun dalam

Laporan Tahunan (Annual Report) PT Media Nusantara Cipta Tahun 2012 disebutkan bahwa MNC memiliki kebijakan yaitu tidak mengijinkan adanya iklan di 2 channel religi, yaitu Life dan MNC Muslim. Namun, menurut Pak

Budi, MNC Muslim masih menerima beberapa iklan, seperti yang diungkap beliau berikut ini:

“Dalam MNC Muslim kita masih menerima iklan, namun memang kita sangat membatasinya. Misalnya, kita hanya menerima produk- produk yang sepertinya tidak akan bertentangan dengan agama Islam, atau yang jauh dan tidak ada hubungannya. Kita menerima iklan-iklan yang berhubungan dengan channel ini. Misalkan, ada 86

produk Al Quran elektronik, atau misalnya ada tour haji dan umroh. Jadi kita terima iklan, iya. Tapi harus sesuai dengan kontennya.”16

Abdik Destriana, Head of Scheduling MNC Channels, juga menyebutkan

bahwa pemasukan MNC Muslim terbagi menjadi tiga, yaitu dari Commercial

Break (CB), seperti TVC, Filler, Tag on, dll., Non-Time Consuming (NTC),

seperti Super Impose, Running Text, Bugs, dll., serta dari Built in program.

Namun, pemasukan di atas besarnya tidak sebesar pemasukan dari subscriber

karena pemasukan utama terbesar MNC Muslim adalah dari biaya langganan

dari pemirsa.

Hal ini memperkuat apa yang dinyatakan Dallas Smythe bahwa pada

dasarnya media berfungsi sebagai produsen komoditas hiburan sekaligus

komoditas khalayak. Jika fungsi awal khalayak adalah sebagai konsumen

media, kemudian berubah menjadi konsumen khalayak selain media.

Khalayak yang menjadi komoditas inilah yang dipasarkan oleh industri media

kepada pengiklan. Khalayak sendiri hanya dapat mengonsumsi media,

termasuk mengonsumsi pesan iklan.

C. Komodifikasi Pekerja di MNC Muslim

1. Posisi Pekerja di MNC Muslim

Dalam hal pekerja, MNC Muslim terbagi menjadi dua bagian, yaitu

bagian programming dan produksi. MNC Muslim yang merupakan salah satu

channel dalam MNC Channels berada di dalam pengelolaan Divisi

Programming dalam Departemen Planning Scheduling Research &

16 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso. 87

Development MNC Channels. Sedangkan untuk bagian produksi sepenuhnya

dipegang oleh MNCTV, selaku Production House (PH).

Dalam proses recruitment pekerja pun dilakukan oleh masing-masing

bagian. Recruitment bagian programming dilakukan oleh MNC Channels dan

bagaian produksi dilaksanakan oleh pihak MNCTV. Info lowongan pekerjaan

dan recruitment pekerja dapat melalui website www.jobsmnc.co.id, media

sosial, seperti facebook dan twitter, serta event-event jobfair.

Dalam proses recruitment pekerja, menurut Migie Apriani, HRD MNC

Channels, ada empat tahap yang dilakukan. Pertama adalah proses sorting, di

mana bagian HRD akan memilih berdasarkan CV dan dokumen terkait yang

sesuai dengan klasifikasi yang dibutuhkan. Setelah dirasa tepat, tahapan

selanjutnya adalah pemanggilan untuk interview pekerja. Dari hasil interview,

kemudian masuk ke tahapan finalisasi dan hire pekerja, sesuai dengan posisi

yang dibutuhkan.17

Masih menurut Ibu Migie, setelah seseorang ditetapkan diterima sebagai

bagian dari MNC, wewenang selanjutnya sudah tidak dipegang oleh bagian

HRD. Proses pendistribusian pekerja selanjutnya ditentukan oleh user

masing-masing bagian. User yang akan menentukan di bagian mana yang

masih kosong dan bisa diisi oleh pekerja baru.18

17 Wawancara Pribadi dengan HRD MNC Channels, Migie Apriani, Jakarta, 3 September 2013. 18 Wawancara Pribadi dengan Migie Apriani. 88

2. Pola Hubungan Pekerja di MNC Muslim

Seperti yang telah diungkapkan di awal, pekerja di MNC Muslim terbagi

menjadi dua bagian, yaitu bagian programming dan produksi. Kedua bagian

ini saling berkesinambungan karena secara konsep ataupun ide, dipegang oleh

bagian programming. Sedangkan untuk eksekusi produksinya dilaksanakan

oleh MNCTV, seperti yang telah Abdik Destriana ungkapkan berikut ini:

“Kalau eksekusi produksi itu dipegang oleh MNCTV, tapi kalau secara konsep ataupun ide itu bagiannya programming atau nggak kita berdua.”19

a. Programming

Programming MNC Channels memiliki peranan yang penting

sebelum masuk ke tahapan eksekusi produksi program. Bagian

programming inilah yang merencanakan (concept), melakukan

budgetting, mengkordinasikan, dan menayangkan program-program

dalam setiap channel di MNC Channels, termasuk MNC Muslim.

Sama halnya dengan channel lainnya di MNC Channels, mekanisme

pembuatan sebuah program di MNC Muslim juga dimulai di bagian

programming, seperti yang dikemukakan oleh Pak Budi berikut ini:

“Pertama dari programming ya. Di sinilah yang menentukan program apa yang akan diproduksi. Jadi mau dibikin seperti apa sih pagi, siang, sore, malemnya. Kemudian manggil teman- teman dari MNC TV, sebagai produser atau PH-nya. Tolong buat ini, bentuk acaranya seperti ini, target penontonnya gini gini gini. Kami memberikan usulan produksi atau istilahnya brainstorming. Nanti mereka yang akan memproduksi, acaranya seperti ini, judulnya ini, ustadznya ini, acaranya begini begini begini. Jadi ya programming yang menentukan berdasarkan

19 Wawancara Pribadi dengan Scheduling Section Head, Abdik Destriana, Jakarta, 17 Mei 2013. 89

rating dan share bahwa performanya seperti ini atau banyak yang nonton, dari situ kita ngeliatnya. Tapi juga misalnya ada acara yang bagus tapi kok ditayangin di TV pagi, nah terus kami tayangkan kembali di jam-jam yang lebih tepat.”20

Dari pernyataan Pak Budi di atas, terlihat bahwa programming MNC

Channels lah yang membuat konsep dari suatu program. Dalam membuat

program-program tersebut juga melihat dari gambaran riset yang ada,

seperti yang diungkapkan Andika Aryo, Planning Section Head MNC

Muslim berikut:

“Secara konsep ataupun ide itu bagiannya programming atau nggak kita berdua. Jadi, biasanya ada meeting internal programming, ada baca riset dan data. Intinya sih kalau programming lebih ke logika dasar apa sih yang pengen ditonton oleh pemirsa, program jenis apa sih yang kira-kira bakal disukai sama pemirsa. Sesuai dengan trendnya, targetnya seperti apa, atau sesuai slot yang kita butuhin itu seperti apa.”21

Dari pernyataan di atas, ada beberapa tugas yang dilakukan oleh

programming MNC Channels. Oleh karena itu, Divisi Programming

MNC Channels terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Planning Section

Planning section merupakan bagian dari divisi programming

yang bertugas untuk menyiapkan program-program yang akan

ditayangkan dalam setiap channel yang ada di MNC Channels.

Tugas utama dari Planning Officer adalah sebagai berikut:

20 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso. 21 Wawancara Pribadi dengan Planning Section Head, Andika Aryo, Jakarta, 17 Mei 2013. 90

Tabel 8 Tugas Utama Planning Officer, Divisi Programming MNC Channels

No Uraian Tugas Utama Tolak Ukur Keberhasilan

1. Menyiapkan draft Pola Acara Terselesaikan dan terpenuhi Bulanan, Pola Acara Tahunan, sesuai deadline. dan Pola Acara Spesial sesuai dengan kebutuhan programming. 2. Mengelola data inventory sesuai Data inventory tersedia dengan kebutuhan programming. sesuai kebutuhan. 3. Berkoordinasi dengan promo Terselesaikan dan terpenuhi mengenai rencana promo bulanan sesuai kebutuhan dan dan mingguan dan pembuatan deadline. TVC promo. 4. Mengusulkan program yang akan Usulan program tayang, tayang, program line up, dan program line up, dan program back up. program back up sesuai dengan kebutuhan. 5. Berkoordinasi dengan library, PH Terselesaikan dan terpenuhi dan TV station terkait mengenai sesuai deadline. status dan kelayakan tayang sebuah program. 6. Menyiapkan draft budget tahunan Data budget tersedia sesuai dan bulanan dan updating actual kebutuhan. cost selama waktu berjalan. 7. Memberikan masukan/ usulan Pembelian program dapat untuk pemilihan/ pembelian sesuai dengan kebutuhan. program. Sumber: Data Resmi Divisi Programming MNC Channels

2. Scheduling Section

Tugas dari scheduling officer adalah untuk mengatur jadwal

tayang program-program pada setiap channel di MNC Channels.

Selain itu, tugas utama Scheduling Officer lainnya adalah sebagai

berikut: 91

Tabel 9 Tugas Utama Scheduling Officer, Divisi Programming MNC Channels

No Uraian Tugas Utama Tolak Ukur Keberhasilan

1. Menuangkan pola acara bulanan Grid program dan revisinya menjadi pola acara harian, (jika ada perubahan) tersedia mendistribusikan, dan dan terdistribusi dengan baik maintaning-nya selama waktu sesuai deadline. berjalan dengan update dan revisi jika ada perubahan. 2. Berkoordinasi dengan library dan Materi tayang siap sesuai provider untuk kesiapan materi kebutuhan dan deadline-nya. program tayang dan melakukan check and re-check setiap hari untuk pola acara H+4. 3. Berkoordinasi dengan Prog.Op, Waktu tayang sesuai dengan MCR, Marketing & Traffic untuk grid program. kesesuaian waktu tayang. 4. Membuat usage program. Data usage tersedia dan terupdate sesuai kebutuhan. 5. Membuat dan updating cost Data cost bulanan tersedia program monthly. dan ter-update sesuai kebutuhan. 6. Melakukan cek untuk penayangan Promo yang ditayangkan promo on air dan promo running tidak ada kesalahan dan text. sesuai dengan rencana. 7. Melakukan koordinasi dengan Hasil meeting televisi dalam group apabila ada terinformasikan dan acara siaran bersama. terlaksana dengan baik. 8. Filing data dan hard copy. Data tersedia sesuai kebutuhan. Sumber: Data Resmi Divisi Programming MNC Channels

3. Research and Development Section

Research and Development Section adalah bagian dari

programming MNC Channels yang berurusan dengan angka-angka 92

dan data-data riset. Selain itu, tugas Research and Development

Section secara lengkap adalah sebagai berikut22:

a. Mengolah, menganalisis, dan mempresentasikan data performa

channel dan program.

b. Menyiapkan evaluasi pengembangan program dan channel,

beserta rekomendasinya secara regular secara aktif memberikan

masukan untuk meningkatkan performa di minggu berikutnya

b. Produksi

Untuk bagian produksi yang dipegang oleh MNCTV, dalam setiap

produksinya terdiri dari produser, creative, PD, Production Assistant

(PA), dan UPM. Tim produksi inilah yang nantinya akan melakukan

eksekusi produksi program, mulai dari pra produksi, produksi, hingga

pasca produksi. Jadi, tim produksi inilah yang akan memproduksi fresh

program MNC Muslim.

Proses produksi seluruh fresh program MNC Muslim dimulai

dengan persiapan materi, narasumber, dan host yang dilakukan oleh tim

produksi MNCTV, khususnya untuk MNC Muslim. Namun, untuk

program “Belajar Islam”, proses pra produksinya dilakukan khusus oleh

konsorsium, seperti yang diungkapkan Pak Edi:

“Jadi MNC Muslim yang programnya diproduksi fresh, pra produksinya ditangani oleh seorang produser tiap program, yang menyiapkan narasumber. Jadi pra produksi lebih ke penyiapan materi, narasumber, host. Host itu juga nanti

22 Data Resmi Divisi Programming MNC Channels 93

disesuaikan dengan set-nya, kostumnya sama propertinya. Cuma kalo khusus untuk program belajar Islam, pra produksinya yang melaksanakan konsorsium. Jadi, pihak ketiga yang dikoordiniir oleh Yayasan Wakaf Paramadina. Mereka yang mengkordinir narasumber dari UIN, NU, Muhammadiyah, Allimat, dan Paramadina sendiri.”23

Setelah materi, tema, narasumber, properti, kostum, serta lokasi telah

ditentukan, maka langsung masuk ke proses produksi. Proses produksi

sebagian besar masih di luar dengan format EFP (Electronic Field

Production), rata-rata dengan menggunakan 3 kamera, 1 mixer audio,

clip on, dan lighting. Untuk proses produksi ini, dalam sehari tim

produksi harus mampu mencapai minimal 2-3 episode.

Setelah proses produksi selesai, tahap berikutnya adalah proses

editing, yang juga dilakukan oleh tim produksi MNC TV. Setelah selesai

diedit, kemudian diberi title, baik nama lokasi, narasumber, host, serta

sponsor kosmetik atau wardrobe jika ada. Materi yang telah siap

kemudian dibawa dari MNCTV ke MNC Muslim di Kebon Jeruk. Dari

sinilah kemudian wewenang kembali kepada tim programming untuk

proses penayangan program-program tersebut.

3. Komodifikasi Pekerja di MNC Muslim

Kerja sama yang dilakukan oleh MNC Muslim dengan MNC TV dalam hal produksi program adalah pure kerja sama dalam satu media group. Salah satu hal yang melatarbelakangi “kerja sama” ini adalah karena masih

23 Wawancara Pribadi dengan Edi Santoso. 94

sedikitnya biaya produksi yang dimiliki oleh MNC Muslim. Hal ini seperti yang telah dikemukakan oleh Bapak Budi berikut ini:

“..Ya bahwa mau nggak mau memang harus ada biaya ya. Padahal kami tidak melulu mencari profit. Tapi ya susah kalo nggak ada biaya. Oleh karena itu ya kita memang harus me-manage, salah satunya dengan kerja sama. Seperti “Belajar Islam” kita nggak membiayai, kita hanya menyediakan produksi, segala perlengkapan produksi. Tapi dari pembicara, kreatif, dan sebagainya dari mereka. Karena kita nggak sanggup bayar mereka. Kebetulan ada yang bisa kerja sama sebaik itu.”24

Dari pernyataan di atas, dapat terlihat bahwa inilah komodifikasi pekerja yang dilakukan di MNC Muslim. MNC Muslim yang notabene adalah salah satu channel di MNC Channels, berada dalam satu group media dengan MNC

TV, yang memiliki SDM-SDM yang mumpuni dalah hal produksi program religi. Hal inilah yang kemudian dipilih oleh MNC Group, yang dikenal sebagai “The Most Integrated Media”, untuk menggunakan keunggulan kompetitif tersebut melalui sinergi dalam group, salah satunya yaitu melalui

SDM-SDM yang dimilikinya agar mampu memaksimalkan biaya yang tidak terlalu besar.

“Rata-rata yang diproduksi oleh MNC Muslim itu belum ada sponsor yang spesifik ya untuk spot iklan ya. Makanya MNC muslim itu tumbuh dari bagian pembayaran iuran langganan dari Indovision. Makanya karyawannya sedikit, tapi kerjanya harus banyak.”25

Di sinilah para pekerja harus bekerja keras, tidak hanya untuk memproduksi konten untuk khalayak, tetapi juga mendistribusikan konten tersebut sebagai sebuah komoditas yang dapat dijual di pasaran, guna

24 Wawancara Pribadi dengan Sri Budi Santoso. 25 Wawancara Pribadi dengan Edi Santoso. 95

memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan menggunakan biaya

seminimal mungkin.

D. Analisis Komodifikasi Isi, Khalayak, dan Pekerja di MNC Muslim

Ketika berbicara tentang media sebagai ranah industri saat ini tidak dapat terlepas dari aspek ekonomi politik media. Dalam membahas ekonomi politik media, akan berhubungan dengan faktor produksi, distribusi, dan konsumsi. Salah satu aspek dalam ekonomi politik media adalah komodifikasi. Komodifikasi merupakan salah satu proses yang terjadi di bisnis media saat ini. Dalam hal ini, media akan melakukan proses perubahan makna dari sistem fakta atau data yang digunakan menjadi sesuatu yang nantinya akan menjadi suatu komoditi yang dapat dipasarkan.

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa ekonomi politik media berhubungan dengan faktor produksi, distribusi, dan konsumsi. Faktor produksi berhubungan dengan konten atau isi media yang diproduksi kemudian didistribusikan oleh pekerja untuk dinikmati oleh khalayak. Inilah yang yang akan menjadi pembahasan di sini yaitu komodifikasi isi, khalayak, dan pekerja yang memiliki hubungan yang saling berkesinambungan kemudian dilakukan untuk mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

Dari hasil penemuan penelitian yang telah peneliti sampaikan pada sub bab sebelumnya, peneliti menemukan bahwa komodifikasi yang dilakukan di MNC

Muslim ini jelas sangat berhubungan erat dengan kepentingan bisnis yang MNC

Group jalankan. Apa yang terjadi di dalamnya tak ubahnya adalah untuk 96

kepentingan bisnis untuk mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi MNC

Group.

Peneliti melihat komodifikasi konten yang dilakukan oleh MNC Muslim adalah komodifikasi Islam, di mana hal tersebut dapat terlihat dari pembuatan program dan program-program yang ditayangkan oleh MNC Muslim yang tetap melihat dari apa yang sedang trend di kalangan masyarakat saat ini, apa keinginan pasar, dan dari angka rating and share. MNC Muslim tetap ingin apa yang ditayangkan di MNC Muslim disukai dan diminati oleh khalayak. Di sinilah peneliti melihat bahwa berdirinya MNC Muslim sebagai saluran televisi berlangganan religi pun tak ayalnya adalah hanya untuk meningkatkan pendapatan dari MNC Group.

Selain itu, untuk memaksimalkan pendapat yang diperoleh, MNC Muslim pun melakukan re-run program religi dari tiga televisi Free-To-Air (FTA) yang dimiliki oleh MNC Group, yaitu RCTI, MNC TV, dan Global TV. Dengan melakukan re-run program, selain untuk memaksimalkan inventory program yang dimiliki, hal ini dilakukan untuk meminimalisir biaya produksi yang nantinya akan dikeluarkan, mengingat program yang diproduksi baru MNC Muslim hanya mendapat waktu 4,5 jam saja setiap harinya.

Selain dari segi konten program yang ditayangkan, khalayak juga menjadi salah satu objek yang dikomodifikasi oleh MNC Muslim. Dari latar belakang berdirinya saja, MNC Muslim telah melihat suatu potensi pasar yang besar untuk media Islami, mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan media yang bernuansa Islami, khususnya televisi, yang ada di Indonesia masih 97

sangat sedikit. Dari sini juga bisa terlihat bahwa MNC Group akan meraih pasar yang besar dari penduduk muslim di Indonesia ketika membuat MNC Muslim, yang nantinya akan menambah keuntungan bagi group.

Komodifikasi khalayak yang dilakukan di MNC Muslim ini pun terlihat dari posisi MNC Muslim sebagai salah satu saluran program televisi berlangganan di

MNC Channels. Untuk dapat menonton seluruh saluran program yang ada di

MNC Channels, khalayak diharuskan untuk berlangganan televisi berlangganan milik MNC Sky Vision (MSV), yaitu Indovision. Selain itu, posisi MSV sebagai pay-tv terbesar di Indonesia pun semakin menguntungkan MNC Channels karena sumber pendapatan dari iuran berlangganan pun juga besar.

Dalam hal ini, khalayak akhirnya dipandang dan diposisikan sebagai pasar sekaligus komoditas yang sangat penting. Khalayak dianggap sangat penting karena memiliki potensi finansial (ekonomi) yang besar. Tidak mengherankan jika pada akhirnya audiens –melalui iuran berlangganannya– menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar untuk MNC Muslim, selain iklan. Namun, pada akhirnya khalayak menjadi suatu objek eksploitasi bagi kepentingan media.

Salah satu proses yang penting, selain produksi dan konsumsi adalah proses distribusi yang dilakukan oleh pekerja. Dari proses produksi, tanpa adanya proses distribusi, tidak akan sampai ke tahap konsumsi khalayak. Dalam hal ini, pekerja tak hanya berperan dalam hal distribusi saja tetapi juga yang akan membentuk proses produksi media.

Komodifikasi pekerja di MNC Muslim pun dilakukan dengan memaksimalkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang telah dimiliki oleh MNC 98

Group. Di sini, bagian pekerja untuk MNC Muslim terbagi menjadi dua bagian, yaitu produksi dan programming. Produksi program MNC Muslim dipegang oleh

MNC TV, di mana MNC TV memang sudah dikenal memiliki SDM-SDM yang ahli dalam hal produksi program religi. Oleh karena itu, MNC Muslim tak lagi harus merekrut pegawai baru untuk produksi atau membayar Production House

(PH) sebagai pihak ketiga untuk memegang produksi MNC Muslim. Hal ini berarti bahwa biaya yang akan dikeluarkan oleh MNC Channels pun akan semakin minim. Namun yang kemudian terjadi adalah adanya eksploitasi pekerja dikarenakan dengan jumlah pekerja yang sedikit, akhirnya mereka harus bekerja keras dan melakukan lebih dari apa yang seharusnya dilakukan.

Dari komodifikasi pekerja yang terjadi di MNC Muslim tersebut, terlihat adanya suatu konvergensi media yang dilakukan oleh MNC Group. Di sini terlihat adanya penggabungan antara televisi dan satelit. Hal ini juga merupakan strategi ekonomi yang dilakukan oleh MNC Group sebagai most integrated media, dengan cara kerja sama yang dilakukan oleh media-media yang dimilikinya. Di sinilah keuntungan MNC Group dari adanya konvergensi media yang telah dilakukan, yaitu mampu memiminimalisir dana yang ada untuk mendapatkan keuntungan lebih dari media baru, dalam hal ini MNC Muslim, dengan mempergunakan media yang sebelumnya telah dimiliki, yaitu MNC TV.

Apa yang dilakukan di MNC Muslim jelas melihat dan menerapkan prinsip ekonomi, yaitu melakukan pengorbanan sekecil-kecilnya untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya. Proses produksi, distribusi, dan konsumsi program MNC

Muslim dilakukan dengan memaksimalkan dan mengeksploitasi semua kekuatan 99

dan keunggulan kompetitif yang dimiliki melalui sinergi dalam setiap bidang yang ada di MNC Group. Konten program di MNC Muslim pada akhirnya dikomodifikasi sedemikian rupa untuk menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, sehingga mampu mendatangkan keuntungan yang besar dengan memaksimalkan SDM-SDM yang ada dalam MNC Group.

Hal ini berarti, MNC Muslim sebagai media religius di mana di dalamnya ada nilai-nilai keagamaan yang sakral harus berbenturan dengan nilai kapitalisme sebagai bagian dari bisnis media saat ini. MNC Muslim sebagai media religius yang menampilkan program-program dengan nilai-nilai dasar keagamaan di dalamnya, seperti Al Quran dan Hadits, idealnya harus terbebas dari upaya komodifikasi dalam media yang akan menyebabkan kesakralannya akan hilang.

Agama sebagai sistem norma dan ideologi harusnya tetap sesuai dengan peran dan fungsinya agar nantinya tidak mengakibatkan degradasi peran agama dalam kehidupan manusia.

Namun di luar itu semua, ketiga komodifikasi yang dilakukan oleh MNC

Muslim dapat diantisipasi menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat apabila MNC

Muslim dapat meningkatkan kualitas materi pembahasan dari setiap program yang ditampilkan. MNC Muslim harus kembali pada tujuan awal didirikannya MNC

Muslim, yaitu untuk menjadi channel referensi bagi penduduk muslim modern saat ini. Narasumber yang dipilih menyampaikan materi program pun haruslah orang-orang yang sangat mengerti dan memahami nilai-nilai agama sesuai dengan bidangnya masing-masing. Selain itu, program-program berkualitas yang telah diproduksi di MNC Muslim juga dapat ditampilkan di ketiga televisi FTA milik 100

MNC Group, sehingga khalayak luas dari berbagai kalangan pun dapat belajar dari tayangan-tayangan di MNC Muslim, tidak hanya terbatas untuk mereka yang berlangganan saja.

Tabel 10 Komodifikasi Isi, Khalayak, dan Pekerja di MNC Muslim

No Jenis Komodifikasi Komodifikasi yang dilakukan oleh MNC Muslim 1. Komodifikasi Isi Konten Islam yang ada MNC Muslim dalam program- menayangkan kembali program MNC Muslim (re-run/ re-use) dikemas dengan sajian program-program religi kekinian, melihat dari dari 3 televisi Free-To- apa yang sedang Air (FTA) milik MNC menjadi trend atau Group. Hal ini disukai masyarakat dilakukan untuk sehingga nantinya memaksimalkan mampu menarik inventory program yang khalayak untuk telah dimiliki. menontonnya. 2. Komodifikasi MNC Group mampu MNC Muslim Khalayak membaca pasar, yaitu merupakan salah satu melihat penduduk channel di MNC Indonesia yang Channels yang mayoritas beragama ditayangkan di Islam dan Indovision (PT MNC membutuhkan adanya Sky Vision), pay-tv suatu media Islami. terbesar di Indonesia, sehingga pemasukan dari iuran berlangganan penonton pun besar. 3. Komodifikasi Pekerja Karyawan MNC TV Setiap karyawan harus bekerja lebih programming MNC karena harus melakukan Channels, harus eksekusi fresh program memegang lebih dari untuk MNC Muslim satu channel yang ada juga. di MNC Channels karena sedikitnya pekerja yang ada.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Program-program yang ditayangkan dalam MNC muslim terbagi menjadi

dua bagian, yaitu fresh program dan re-run program. Fresh program adalah

program-program yang diproduksi baru yang dalam hal produksinya, MNC

Muslim bekerja sama dengan MNCTV, yang berperan sebagai Production

House (PH). Sedangkan re-run program merupakan program-program religi

yang di-re-run dari tiga televisi free-to-air (FTA) yang ada di MNC Group,

yakni RCTI, MNCTV, dan Global TV. Dilihat dari konten setiap program

MNC Muslim yang ada, menggambarkan adanya komodifikasi Islam di

dalamnya, di mana simbol dan nilai-nilai keislaman dimodifikasi sedemikian

rupa agar menjadi komoditas yang dapat diperjualbelikan untuk mendapat

keuntungan.

2. Target penonton dari MNC Muslim adalah lebih kepada untuk usia di

atas 40 tahun, wanita, ibu rumah tangga, SES A1, dan Others. Hal ini didasari

karena MNC Muslim menyadari bahwa usia-usia di atas 40 tahun

membutuhkan suatu media pembelajaran agama Islam dengan program yang

bervariasi yang dibahas secara mendalam. Hal ini pun diwujudkan dengan

adanya fresh program MNC Muslim yang diproduksi dengan berbagai

101

102

macam tema pembahasan yang dibahas secara mendalam. Fresh program tersebut antara lain adalah Kecerdasan Spiritual Nabi dan Sahabat, Belajar

Islam, Belajar Islam Abad 21, Khusnul Khotimah, Tafsir Surat Pilihan, Cafe

Tausyiah, Nasihat Lukman, dan Mazhab-mazhab.

MNC Muslim memiliki kekuatan dan keuntungan yang besar karena termasuk salah satu dari 16 channel MNC Channels yang disiarkan oleh

MNC Sky Vision (MSV), pay-tv terbesar di Indonesia. Hal ini jelas berpengaruh pada tingkat pendapatan yang diperoleh MNC Channels karena setiap channel MNC memperoleh pendapatan dari pelanggan-pelanggan

MSV. Di sinilah komodifikasi khalayak terlihat. Khalayak diharuskan membayar iuran berlangganan jika ingin menonton MNC Muslim atau channel lainnya. Khalayak dianggap sangat penting karena memiliki potensi finansial (ekonomi) yang besar karena menjadi salah satu sumber pemasukan terbesar untuk MNC Muslim.

3. Produksi program MNC Muslim dilakukan oleh pihak MNC TV, yang dalam hal ini berperan sebagai Production House (PH) yang mengerjakan seluruh produksi fresh program MNC Muslim. Bentuk kerja sama yang dilakukan adalah murni kerja sama sister company karena MNC Channel dan

MNC TV berada dalam bagian MNC Group. Selain itu, MNC Group memang terkenal sebagai most integrated media yang pastinya akan menggunakan keunggulan kompetitif tersebut melalui sinergi dalam group, salah satunya melalui SDM-SDM yang dimilikinya. Komodifikasi pekerja inilah yang terlihat dalam MNC Muslim sebagai bagian dari MNC Group, di 103

mana MNC Group memaksimalkan SDM-SDM mumpuni yang dimiliki di

MNC TV untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar melalui MNC

Channels.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran sebagai berikut:

1. MNC Muslim hendaknya mampu untuk mengembangkan produksi

program MNC Muslim dengan membuat konsep program yang lebih

menarik lagi, sehingga masyarakat modern saat ini dapat semakin

menerima kehadiran MNC Muslim sebagai saluran program religi di

televisi berlangganan.

2. MNC Muslim hendaknya mulai memperluas target audiens kepada

kalangan remaja dengan konsep program yang sesuai dengan umurnya.

Kehadiran MNC Muslim sebagai channel religi di televisi berlangganan

diharapkan mampu menjadi sumber pembelajaran bagi para remaja, tidak

hanya penonton yang berusia di atas 40 tahun, karena remaja saat ini

dirasa masih perlu asupan materi rohani yang cukup, yang pastinya tidak

dapat didapatkan dari televisi Free-To-Air (FTA) yang ada saat ini.

3. Untuk mewujudkan program yang dapat menarik semakin banyak

khalayak, hal ini pastinya dapat didukung jika biaya produksinya pun

semakin ditingkatkan. Oleh karena itu, hendaknya MNC Channels dapat 104

mengalokasikan biaya yang lebih besar lagi untuk produksi program

MNC Muslim.

4. MNC Muslim harus meningkatkan strategi untuk mensosialisasikan dan

memperkenalkan MNC Muslim kepada khalayak luas, melalui berbagai

media promosi yang ada, salah satunya melalui media sosial. MNC

Muslim mungkin dapat meng-hire pegawai khusus untuk menjadi admin

media sosial yang telah dimiliki. Selain itu, MNC Muslim mungkin dapat

membuat event-event tertentu yang kemudian diharapkan mampu untuk

meningkatkan nama MNC Muslim di mata khalayak, sehingga mampu

menarik mereka untuk menonton MNC Muslim.

5. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai

sebuah acuan dalam penelitian selanjutnya dan bisa lebih dalam lagi

terutama pada tataran kajian ekonomi politik media.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar, Irfan dan Muchtadlirin. Media dan Integrasi Sosial: Jembatan antar Umat Beragama. Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2011.

Baran, Stanley J. Introduction to Mass Communication: Media Literacy and Culture, 3rd ed. New York: McGraw Hill, 2004.

Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, cet. ke-4. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010.

Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, 3rd ed. Los Angeles: SAGE Publications, 2009.

Dominick, Joseph R. The Dynamics of Mass Communication: Media in the Digital Age, 8th ed. New York: McGraw Hill, 2005.

Djamal, Hidajanto dan Fachruddin, Andi. Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

Dosi, Eduardus. Media Massa dalam Jaring Kekuasaan. Flores: Ledalero, 2012.

Farihah, Ipah. Panduan Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2006.

Fealy, Greg and White, Sally, ed. Expressing Islam: Religious Life and Politics in Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies, 2007.

Hamid, Farid dan Budianto, Heri. Ilmu Komunikasi: Sekarang dan Tantangan Masa Depan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Heryanto, Gun Gun. Komunikasi Politik di Era Industri Citra. Jakarta: PT Lasswell Visitama, 2010.

105

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, cet. ke-3. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. Teori Komunikasi, Edisi 9, Penerjemah Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika, 2011.

McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa McQuail, Edisi 6, Buku 1, Penerjemah Putri Iva Izzati. Jakarta: Salemba Humanika, 2012.

Moeleng, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, cet. ke-26. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009.

Morissan. Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi. Jakarta: Kencana, 2009.

Mosco, Vincent. The Political Economy of Communication, 2nd ed. London: SAGE Publications, 2009.

Mufid, Muhamad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, cet. ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Murdock, Graham dan Golding, Peter. “Culture, Communications and Political Economy.” Dalam James Curran dan Michael Gurevitch, ed. Mass Media and Society. London: Bloomsbury Academic, 2005.

Nabil, Mohamad. “Absennya Media dalam Memperkuat Integrasi Sosial: Studi Awal Atas Media Lokal di Sumatera Utara dan Bali,” dalam Irfan Abubakar dan Muchtadlirin, ed., Media dan Integrasi Sosial: Jembatan antar Umat Beragama. Jakarta: CSRC UIN Jakarta, 2011.

Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antarbudaya: di Era Budaya Siber. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

106

Noor, Henry Faizal. Ekonomi Media. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Prasetyo, Bambang dan Jannah, Miftahul. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

Rivers, William L, etc. Media Massa & Masyarakat Modern, ed. ke-2, cet. ke-3. Penerjemah Haris Munandar dan Dudi Priatna. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.

Severin, Werner J. dan Tankard, James W. Teori Komunikasi: Sejarah. Metode, & Terapan di Dalam Media Massa, ed. ke-5, cet. ke-5. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Siskawati, Isna. “Komodifikasi Nilai-Nilai Agama dalam Sinetron: Analisis Wacana Kritis terhadap Sinetron Takdir Ilahi di TPI.” Tesis S2 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2006.

Soenarto, RM. Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran. Jakarta: Fakultas Film dan Televisi-Institut Kesenian Jakarta Press, 2007.

Straubhaar, Joseph, et.al. Media Now: Understanding Media, Culture, and Technology, 7th ed. Boston: Wadsworth, 2012.

Subiakto, Henry dan Ida, Rachmah. Komunikasi Politik, Media, & Demokrasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Sudibyo, Agus, dkk. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LkiS. 2004.

Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010.

Sunarto. Televisi, Kekerasan, & Perempuan. Jakarta: Kompas, 2009.

Vivian, John. Teori Komunikasi Massa, ed. ke-8. Penerjemah Tri Wibowo B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008.

107

Jurnal Syah, Hakim. “Komodifikasi Khalayak dalam Industri Media (Telaah Kritis atas Sistem Rating Media dan Implikasinya terhadap Public Sphere.” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat Volume 8, Nomor 2 (Desember 2011): h. 27- 42.

Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Publikasi Elektronik Azra, Azyumardi. “Komodifikasi Islam.” Artikel diakses pada 10 Juni 2013, dari http://www.uinjkt.ac.id/index.php/section-blog/28-artikel/265-komodifikasi- islam.html.

Badan Pusat Statistik. “Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Agama yang Dianut.” Artikel diakses pada 20 Mei 2013 dari http://sp2010.bps.go.id/.

Indonesia TV Guide. “List TV Berbayar.” Artikel diakses pada 18 Mei 2013, dari http://www.infotelevisi.com/paytv-indonesia/.

Indovision. “Company Profile.” Artikel diakses pada 22 Februari 2013 dari http://www.indovision.tv/content/corporate/company-profile.

PT Media Nusantara Cipta, Tbk., “Laporan Tahunan (Annual Report)” Tahun 2012.

PT Media Nusantara Cipta, Tbk. - Overview, “Sejarah dan Latar Belakang”, diakses pada 18 Mei 2013, dari http://mnc.co.id/about_us/id.

PT MNC Sky Vision, Tbk., “Public Expose Kinerja MSKY Tahun Buku 2012”.

PT Media Nusantara Cipta, Tbk. – Overview, “Visi dan Misi”, diakses pada 18 Mei 2013, dari http://mnc.co.id/about_us/id.

108

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Sri Budi Santoso Jabatan : Head of Programming MNC Channels Waktu Wawancara : Kamis, 17 Mei 2013 Tempat Wawancara : Ruang Head of Programming MNC Channels, Komplek RCTI Studio 4 lantai 3,5.

No Pertanyaan Jawaban

1. Bagaimana latar belakang berdirinya MNC Muslim? Pada awalnya sih kami berpikir bahwa kita perlu juga untuk membuat channel yang purely pelayanan pada masyarakat. Jadi Indovision itu tidak purely selalu komersial, tetapi juga ada channel-channel yang berhubungan dengan publik lah, seperti mencerdaskan kehidupan bangsa, memberikan sesuatu yang lebih baik. Sebelumnya juga pernah ada beberapa contoh tema-tema seperti itu. Ada channel DPR, suara rakyat. Ada juga LIFE channel, untuk penonton kristiani. Dan kami berpikir bahwa sudah saatnya kami mempunyai channel muslim mengingat penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam dan kami berpikir pasti akan diterima. Terus terang itu memang perusahaan komersil, tapi tidak melulu channel ini berkaitan dengan hal-hal yang berbau itu. Jadi, kami juga ingin channel ini bisa menjadi bagian dari pelayanan masyarakatnya Indovision. 2. Apa visi, misi, dan tujuan berdirinya MNC Muslim? Visi dan misinya tentunya menjadi channel yang bisa menjadi patokan, rujukan, standar pemirsanya yang beragam Islam dalam segala hal. Bahwa kalau di televisi terestrial ada acara rohani yang terbatas pagi hari atau tengah malam. Kalau ini kan sepanjang hari. Kita juga menaruh apa pun, yang berakitan dengan akhlak, keluarga, kesehatan, apapun. Jadi kita punya slot yang banyak. Bahkan juga politik, ekonomi, sosial, itu bisa kita sediakan di situ. Kalau di terestrial misalnya selalu topik- topiknya adalah topik-topik yang pemirsa senang dan ringan, seperti kawin-cerai, haram-halal. Kami memberikan tempat yang seluas-luasnya, tidak hanya untuk yang populer, tetapi juga non populer. Kayak misalnya di Belajar Islam kita membahas tujuh topik, ada Islam abad 21, tasawuf, perempuan, ekonomi, dll. yang belum tentu bisa masuk di televisi tersetrial. 3. Apa yang membuat MNC Muslim berbeda dengan saluran Kalau televisi berlangganan lainnya bahwa itu sebagai hiburan. program televisi berlangganan lainnya? Kalau MNC Muslim sebagai suatu pembelajaran. Tapi kalian akan melihat bahwa dalam program-program tersebut ada unsur hiburan juga karena kalau itu purely untuk pembelajaran, pemirsa akan bored lah ya.. Nah, jadi kita kemas itu menjadi sesuatu yang menarik, khususnya to entertain. Jadi di sini inilah belajar yang dikemas secara menarik. Selanjutnya yang berbeda adalah untuk MNC Muslim adalah bahwa kita menerima iklan, namun kita sangat membatasinya. Misalnya, kita hanya menerima produk-produk yang sepertinya tidak akan bertentangan dengan agama Islam, atau yang jauh dan tidak ada hubungannya. Kita menerima iklan- iklan yang berhubungan dengan channel ini. Misalkan, ada produk Al Quran elektronik, atau misalnya ada tour haji umroh. Jadi kita terima iklan, iya, tapi harus sesuai dengan kontennya. 4. Siapa saja sasaran utama penonton dalam setiap program Dari anak sampai orang tua ya. Kita punya acara anak, acara MNC Muslim? wanita, khusus ibu-ibu, remaja ada juga, tapi yang general ada juga untuk orang tua, seperti acara yang „berat-berat‟. Beberapa orang senang dengan acara kami karena sangat berilmu ya, konteksnya lebih serius, jadi tidak hanya hal yang „ringan-ringan‟. 5. Apa alasan MNC Muslim melakukan re-run program dari Seperti yang saya bilang tadi. Misalnya RCTI, MNC TV, atau stasiun televisi lain dalam MNC Group? Global TV mempunyai acara untuk Islam tapi ditaruh di jam 5 pagi atau tengah malem yang belum tentu banyak pemirsa yang menontonnya. Jadi di MNC Muslim kami menaruhnya di jam yang lebih pas. Misalnya, untuk acara ibu-ibu jam 8 ketika suami sudah berangkat kerja, nah mungkin sambil mengerjakan pekerjaan rumah mereka bisa menonton. Jadi, kita lihat lalu manfaatkan dalam waktu yang lebih bagus. Selain itu, kita punya banyak koleksi-koleksi program yang masih layak ditonton tetapi sudah tidak ditayangkan lagi, mungkin karena keterbatasan waktu pada TV group. Jadi, istilahnya punya program bagus tapi kok nggak ditayangkan, sayang kan.. jadi kita re-run tapi kita juga milih-milih, program-program yang bagus yang sudah tidak ditayangkan lagi. Atau kita kumpulkan beberapa yang menarik untuk kemudian ditayangkan. 6. Bagaimana mekanisme penentuan penayangan suatu Pertama dari programming ya. Di sinilah yang menentukan program pada MNC Muslim? program apa yang akan diproduksi. Jadi mau dibikin seperti apa sih pagi, siang, sore, malemnya. Kemudian manggil teman-teman dari MNC TV, sebagai produser atau PH-nya. Tolong buat ini, bentuk acaranya seperti ini, target penontonnya gini gini gini. Kami memberikan usulan produksi atau istilahnya brainstorming. Nanti mereka yang akan memproduksi, acaranya seperti ini, judulnya ini, ustadznya ini, acaranya begini begini begini. Jadi ya programming yang menentukan berdasarkan rating dan share bahwa performanya seperti ini atau banyak yang nonton, dari situ kita ngeliatnya. Tapi juga misalnya ada acara yang bagus tapi kok ditayangin di TV pagi, nah terus kami tayangkan kembali di jam-jam yang lebih tepat. 7. Apakah pernah ada program MNC Muslim yang ditegur oleh Belum ada. KPI? 8. Bagaimana mekanisme pengelolaan MNC Muslim? Jadi, kami dapat uang dari Indovision tapi semuanya habis untuk biaya produksi, jadi sebenarnya tidak ada keuntungan. Ya karena kendala kami itu modalnya sedikit ya jadi kami tidak bisa mengundang ustadz-ustadz yang sudah besar. Dalam hal ini kami membina ustadz-ustadz baru. Alhamdulillah ada beberapa yang sudah mahir. Jadi, mungkin ini salah satu cara kami mengelola MNC Muslim. 9. Dari mana saja pemasukan/ pendapatan MNC Muslim? Terus terang masih dari subscriber, Indovision. Ya, dari pelanggan-pelanggan Indovision. 10. Ada berapa jenis spot iklan dalam MNC Muslim? Berapa Jarang ya. Jarang, sekali spot iklan. Mungkin ada ya tapi ya biayanya? tidak menonjol. 11. Apakah ada program-program yang disponsori oleh Dengan koorporasi ada ya. Jadi kita nyari dana dengan kerja perorangan/ koorporasi? sama barter. Misalnya mau ada tour ke mana, kemudian kita liput, kita dapat acaranya, kita bawa orang ke sana tapi dia yang bayarin kepergiannya. Mungkin kerja samanya seperti itu. 12. Untuk pekerja, apakah ada kriteria khusus dalam perekrutan Nggak, yang standar aja sih sesuai dengan perusahaan pada pekerja? umumnya. 13. Apakah harus beragama Islam dan menguasai dasar-dasar Ya mau nggak mau harus Islam ya. Tapi kalau kameramen atau agama Islam? yang nggak berkaitan dengan itu ya nggak harus juga. Mungkin di level tertentu seperti produser, kreatif, ya harus menguasai dasar-dasar agama. Tapi yang lain sih sama aja seperti pekerja pada umumya. 14. Apakah ada pelatihan khusus yg diberikan untuk para pekerja Nggak ada. yg baru mau bergabung maupun yg sudah bergabung di MNC Muslim? 15. Apa sajakah kendala internal dan eksternal yang dihadapi Ya bahwa mau nggak mau memang harus ada biaya ya. oleh MNC Muslim sebagai saluran televisi berlangganan Padahal kami tidak melulu mencari profit. Tapi ya susah kalo dalam persaingan industri penyiaran saat ini? nggak ada biaya. Oleh karena itu ya kita memang harus me- manage, salah satunya dengan kerja sama. Seperti “Belajar Islam” kita nggak membiayai, kita hanya menyediakan produksi, segala perlengkapan produksi. Tapi dari pembicara, kreatif, dan sebagainya dari mereka. Karena kita nggak sanggup bayar mereka. Kebetulan ada yang bisa kerja sama sebaik itu. Ke depannya sih kita pengen nyari peluang yang lebih baik lagi. 16. Apa sajakah kekuatan yang dimiliki oleh MNC Muslim dalam Kekuatannya ya masih sedikit ya channel muslim. Ditambah persaingan industri penyiaran saat ini? kami berada di pay tv terbesar –Indovision 70% menguasai pasar pay tv–, sehingga channel kami juga banyak ditonton. Selain itu, kami didukung juga oleh library dari tiga televisi FTA kami. TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Edi Santoso Jabatan : Produser Program MNC TV Waktu Wawancara : Kamis, 11 April 2013 Tempat Wawancara : Studio 1 MNC TV, Jalan Pintu II Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

No Pertanyaan Jawaban 1. Apa tujuan didirikannya MNC Muslim? Ya mungkin karena potensi besar masyarakat Indonesia kan mayoritas Islam. Mungkin tujuan utamanya ke arah situ, karena faktor pasarnya yang besar. Sedangkan kalau bicara televisi berlangganan kan itu kan emang bicara bisnis. Ya, mungkin ada tujuan ideologis, tapi tujuan ekonominya juga pasti ada. 2. Apa yang membuat MNC Muslim berbeda dengan saluran MNC Channel kan channel agama ya yang religius, jadi ya program televisi berlangganan lainnya? channel ini memang khusus menayangkan tayangan-tayangan Islami. Jadi full tuh dari pagi, 24 jam penayangannya ya isinya bahas tentang Islam. 3. Bagaimana format program dalam MNC Muslim? Formatnya macem-macem mulai dari talkshow, film, berita, ada lifestyle juga di situ. Nah, programnya dibagi dua. Ada program yang dire-run, artinya dia mengambil inventory stock dari ketiga TV yang ada di MNC Group. Jadi, acara religius dari RCTI, MNC TV, dan Global TV itu ditayangkan ulang di MNC Muslim. Jadi kayak misalkan kuliah subuh, terus film- film religi, pokoknya acara-acara Islami yang ada di tiga TV itu dipake di sana. Selain acara re-run, MNC Muslim ada acara yang diproduksi baru, yang fresh gitu ya. Nah itu yang dikerjakan oleh MNC TV. Ketentuan kerja samanya sekarang adalah kita menyiapkan 4,5 jam per hari acara yang fresh. 4,5 jam itu awalnya kita punya sekitar 15an judul. Namun, sekarang kita press jadi tinggal sekitar 9 judul aja. 4. Apa penyebab pengurangan pembuatan program tersebut? Ya kan plafon biaya yang diberikan oleh MNC Channel itu, atau MNC Muslim dalam hal ini, biayanya kan nggak besar. Akhirnya kita harus efisiensi karena dipatoknya kan sebetulnya hanya sekian ratus juta, ternyata realisasinya lebih dari itu. Nah, untuk angkanya nanti tanya Pak Budi aja boleh. Akhirnya dari 15 judul akhirnya ya terpaksa kita press jadi sekitar 9 judul aja. 5. Mengapa hampir seluruh fresh program yang diproduksi Ya karena masalah biaya. Dengan biaya yang sangat terbatas, formatnya adalah talkshow? salah satu angkanya saya kasih gambaran rata-rata satu episode itu kita hanya punya biaya sekitar 800 ribu-1 jutaan. Nah format yang bisa dikembangkan dari dana yang sebesar ini adalah talkshow. Ya cuma yang membedakan adalah host, set- nya, dan poin utamanya adalah materi yang dibahas. Misalkan Cafe Tausyiah yang menjadi titik pembedanya adalah setting- nya cafe. Ada ustadz di situ yang tausyiah dan ada tanya jawab. Kalau Tafsir Surat Pilihan, itu talkshow juga, tapi ustadznya membahas atau menafsirkan surat, ayat per ayat, bahkan kata per kata. Kalau Khusnul Khotimah itu talkshow juga tapi ustadznya ngebahas tentang bagaimana tips dan trik atau apa saja yang harus dilakukan agar mencapai khusnul khotimah. Ya jadi memang perbedaannya di materinya itu saja. 6. Apa program unggulan MNC Muslim? Kalo unggulan, setau saya di MNC Muslim itu masih sinetron religi. Kalau untuk fresh program, sempet bagus sih tafsir. Tapi tergantung suratnya juga. Kalau suratnya yang populer, bagus. Belajar Islam Abad 21 juga karena pembahasannya kekinian. Tapi sejarah juga kadang bagus kalau lagi bahas sesuatu yang secara spesifik orang pengen tau. 7. Siapa saja sasaran utama penonton dalam setiap program Umumnya kalau dilihat dari program yang dibuat, kalau MNC Muslim? sinetron sih semua umur ya. Tapi kalau yang talkshow sih umumnya dewasa ya 18+ . 8. Apa strategi MNC Muslim untuk menarik audience dalam hal Strateginya ya kita tetap konsisten dan commit dengan visi dari program acara? acara itu adalah Islam yang intelek, santun, dan damai. Walaupun serius, tapi menarik gitu ya dari content-nya. Selain itu pembahasannya juga lebih dalem ya. Kalau tausyiah- tausyiah kuliah subuh kan kadang bahasannya kan.. ehm.. bukan cetek, tapi maksudnya biasanya hanya bahas tentang fikih aja, misalnya. Kalau ini kan kita gali sejarahnya, latar belakang dalam sebuah peristiwa itu kita dalemin. Jadi kajiannya itu lebih mendalam. Jadi, pemirsa yang mau benar- benar belajar Islam itu. Selain itu pemirsa juga akan tau bahwa musik, sinetron, maupun film Islami itu seperti apa. Jadi orang dapat hiburan sekaligus dapat “ibadah”nya gitu karena dia belajar agama. Poinnya itu. 9. Apa alasan MNC Muslim melakukan re-run program dari Ya penetapannya berdasarkan rating ya. Jadi, acara mana yang stasiun televisi lain dalam MNC Group? paling banyak disukai pemirsa, itu pasti akan di rerun karena peluangnya lebih bagus daripada acara yang belum dikenal. Kebijakan itu, pertama karena acaranya lebih bagus, kedua efisiensi, ketiga rerun disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, acara pagi-pagi tengah malem MNC Muslim ngga ada yang nonton. 10. Bagaimana proses pra produksi program dalam MNC Jadi MNC Muslim yang programnya diproduksi fresh, pra Muslim? produksinya ditangani oleh seorang produser tiap program, yang menyiapkan narasumber. Jadi pra produksi lebih ke penyiapan materi, narasumber, host. Host itu juga nanti disesuaikan dengan setnya, kostumnya sama propertinya. Cuma kalo khusus untuk program belajar Islam, pra produksinya yang melaksanakan konsorsium. Jadi, pihak ketiga yang dikoordiniir oleh Yayasan Wakaf Paramadina. Mereka yang mengkordinir narasumber dari UIN, NU, Muhammadiyah, Allimat, dan Paramadina sendiri. 11. Bagaimana proses produksi program dalam MNC Muslim? Jadi tadi setelah lokasi, kostum, properti, narasumber, dan temanya itu sudah ditentukan, ya berarti kita bisa langsung masuk ke proses produksi. Proses produksinya ya kita langsung eksekusi di lapangan. Sebagian besar memang masih di luar dengan format EFP (Electronic Field Production), rata-rata dengan 3 kamera, 1 mixer audio, clip on, dan lighting. Make up dari sponsor, kostum kita bawain, terus kalau lokasi disesuaikan dengan tema ya. Proses produksinya biasanya kita shooting, sehari minimal itu yang harus dicapai 2-3 episode. 12. Bagaimana proses pasca produksi program dalam MNC Kalau proses pasca produksi karena memang banyak di luar Muslim? maka mau nggak mau kan kita harus capture dari kaset mini dv, kita capture dulu istilahnya kita rekam kita simpan ke dalam hardisk. Dari hardisk itu kita convert ke file avid ya. Proses pasca produksi itu biasanya idealnya sehari itu 2 shift 1 episode. Tapi untuk format acaranya yang talkshow yang istilahnya memakai set produksi, itu kan kita nggak perlu proses capture karena kan dari produksi nggak perlu capture dari tiga kamera. Kalau di luar kan sistem dopting, jadi satu kamera satu kaset. Kalau kameranya tiga berarti tiga kaset itu yang dicapture. Tapi kalau dari studio, kita pakai multisystem camera. Jadi istilahnya, walaupun ada tiga kamera, yang di- capture hanya satu kaset. Setelah diedit, kemudian diberi title, baik nama lokasi, narasumber, host, maupun ada sponsor kosmetik atau wardrobe. 13. Bagaimana proses penayangan setiap program dalam MNC Dari MNC TV setelah diedit materi itu akan ditransfer ke Muslim? eksternal hardisk dalam format .mov, kemudian hardisk tersebut dibawa dari MNC TV ke MNC Muslim di Kebon Jeruk. Di sana mereka transfer lagi ke database mereka. Lalu dari situ sudah siap untuk ditayangkan. 14. Dari mana saja pemasukan/ pendapatan MNC Muslim? Idealnya sih harusnya memang dari iklan. Tapi kalau sementara ini sih, iklan ada tapi belum sebanyak yang diharapkan. Rata- rata yang diproduksi oleh MNC Muslim itu belum ada sponsor yang spesifik ya untuk spot iklan ya. Makanya MNC muslim itu tumbuh dari bagian pembayaran iuran langganan dari Indovision. Makanya karyawannya sedikit, tapi kerjanya harus banyak. 15. Bagaimana mekanisme pemberian dana yang diberikan oleh Jadi sistemnya sih pembukuan. Jadi nanti dari 4,5 jam itu kita MNC Channels untuk MNC TV dalam hal produksi? akan nagih berapa biaya yang dipake untuk produksi. Tapi di sana mereka punya plafon, sebulan cuma kasih dana sekian. Gitu. Tapi umumnya sih sampai sekarang kita masih over. Jumlahnya bisa rata-rata 100 juta. 16. Apakah ada tambahan gaji untuk pekerja dari MNC TV Kalo itu sih sudah termasuk gaji dari MNC TV. Jadi kan karena dalam memproduksi program acara untuk MNC Muslim? kita istilahnya “sister company”, sodaraan, ya kita yang bayar kameramen segala macem. Cuma ya nanti kita nagih biaya produksi. Cuma waktu kita nagih kan mereka hanya punya kemampuan bayar sekian. Ya udah. Kalo yang ditagih 10 cuma dibayar 9 ya berarti kita rugi 1. Kerja samanya sih seperti itu. 17. Adakah keuntungan yang diperoleh MNC TV dalam Nggak ada ya. Hahaha. Secara kerja sama sih kita ngebantu memproduksi program untuk MNC Muslim? aja. Ya karena kita juga nggak make acara MNC Muslim di MNC TV. Ya kalo secara bisnis ya kita ngebantu aja sih. Nggak ada keuntungannya. Ya kasarannya sih nambah kerjaan aja. Hahaha.

TRANSKRIP WAWANCARA

Nama Informan : Abdik Destriana (AD) dan Andika Aryo (AA) Jabatan : Scheduling Section Head dan Planning Section Head MNC Channels Waktu Wawancara : Kamis, 17 Mei 2013 Tempat Wawancara : Ruang Programming MNC Channels, Komplek RCTI Studio 4 lantai 3,5.

No Pertanyaan Jawaban 1. Apa tujuan didirikannya MNC Muslim? AD: Tujuan didirikannya MNC Muslim adalah to complete guidance for modern moslem with modern, friendly, and comforting programs. Ya, secara garis besarnya seperti itu. 2. Apa yang membuat MNC Muslim berbeda dengan saluran AD: Yang pasti program-program yang ditayangkan di MNC program televisi berlangganan lainnya? Muslim khusus bertemakan agama Islam. 3. Apa program unggulan dari MNC Muslim? AD: Kecerdasan spiritual Nabi & Sahabat, Mazhab-Mazhab, Belajar Islam. 4. Bagaimana penentuan program unggulan tersebut? AD: Kalau penentuan program unggulan bisa dilihat dari evaluasi. Jadi, program-program yang menjadi backbone MNC Muslim itu apa aja sih dari semua program yang ada. Bisa dikatakan kalau dari riset itu, dia mengeluarkan kayak top program. AA: Bisa dilihat juga dari komponen yang diproduksi, host nya seperti apa, look nya seperti apa, atau mungkin memiliki tema yang berbeda. Nah, itu juga bisa terpilih menjadi program unggulan. Bisa juga kebalik. Kita anggap itu programnya biasa aja. Tetapi secara riset itu unggul, jadi ya tinggal kita tingkatin lagi. AD: Jadi, bisa dilihat dari dua sisi, yaitu angka dan juga kontennya. 5. Apa saja yang boleh dan tidak boleh ditayangkan dalam AD: Yang boleh ditayangkan itu pastinya program-program MNC Muslim? bertemakan agama Islam yang mendidik dan menarik untuk ditonton. Kalau untuk pelarangan dalam MNC Muslim itu untuk program-program yang terdapat unsur mistis di dalamnya dan isi materi yang bertentangan dengan ajaran Islam. 6. Siapa saja sasaran utama penonton dalam setiap program AD: Sasaran utama MNC Muslim ialah Male/Female, SES AB, MNC Muslim? 15th+, dan skewed to women. 7. Apa strategi MNC Muslim untuk menarik audience dalam hal AD: Menjaga materi program agar tetap menarik untuk program acara? ditonton, menjaga flow pemirsa , promo on / off air serta promo melalu sosial media, memberikan filler – filler menarik (hijab tutorial, ayat dan hadis) dsb. 8. Apa alasan MNC Muslim melakukan re-run program dari AD: Alasannya adalah karena untuk memaksimalkan program stasiun televisi lain dalam MNC Group? inventory yang dimiliki oleh MNC Group. Kriteria yang bisa ditayangkan: Isi konten sesuai dengan konsep MNC Muslim, kualitas gambar masih bagus, program masih memiliki nilai jual. 9. Bagaimana mekanisme pembuatan suatu program pada MNC AD: Kalau eksekusi produksi itu dipegang oleh MNCTV, tapi Muslim? kalau secara konsep ataupun ide itu bagiannya programming atau nggak kita berdua. Jadi, biasanya ada meeting internal programming, ada baca riset dan data. Intinya sih kalau programming lebih ke logika dasar apa sih yang pengen ditonton oleh pemirsa, program jenis apa sih yang kira-kira bakal disukain sama pemirsa. Sesuai dengan trendnya, targetnya seperti apa, atau sesuai slot yang kita butuhin itu seperti apa. Tapi kalo prosesnya ngga harus berurutan. Misal, bisa ada evaluasi dulu, bisa ada idenya dulu, atau mungkin bikin pilot programnya dulu. Jadi ya ngga baku, ngga harus bertahap. 10. Bagaimana proses penayangan setiap program dalam MNC AA: Kalau proses penayangan itu teknis banget. Pertama, Muslim? materi akan dikirim oleh tim library MNCTV, dari editor post produksi MNCTV. Dari library MNCTV diambil oleh library MNC Channels. Pengambilan itu biasanya dilakukan setiap hari. Setelah itu masuk ke proses segmentasi, lalu masuk ke server. 11. Siapa yang menentukan kebijakan (policy) program pada AD: Kalo di MNC Channels ya pastinya head of programming MNC Muslim? MNC Channels karena kan yang mempertanggungjawabkan program itu ya head of programming-nya. Kalau dari direktur paling cuma pengennya sih kaya gini nih, acara yang kaya gini. Untuk secara detail, policy apa aja, yang do and don’t-nya ya head of programming MNC Channels. 12. Bagaimana mekanisme pengelolaan MNC Muslim? AA: Kalau pengelolaan produksi program kan dipegang oleh MNCTV, selaku PH. Jadi pengelolaannya dari PH itu, dari tim MNC Muslim, struktur mereka seperti apa. Nah, kalau programming yang di sini lebih ke merencanakan (concept), budgetting, mengkordinasikan, dan menayangkan program- program MNC Muslim itu. 13. Dari mana saja pemasukan/ pendapatan MNC Muslim? AD: Indovision selaku subscriber dan beberapa TVC. Kalau presentasi kita belum bisa bilang ya antara TVC atau subscriber, pemasukan kita tuh lebih besar mana, kayaknya kita belum bisa jawab itu yaaa .. 14. Bagaimana mekanisme pemberian dana yang diberikan oleh AA: Jadi MNC Channels itu ngasih budget produksi yang MNC Channels untuk MNC TV dalam hal produksi? disesuaikan dengan jumlah hour yang kita minta, ada yang 5 jam sehari, ada yang baru 2 jam sehari, ada yang juga 3 jam, ada yang 10 jam, ada yang 8 jam. Jadi cost-nya disesuaikan dengan itu. Anggarannya oleh MNC Channels, yang kita dapat juga sebagian dari pemasukan dari Indovision. Jadi tiap channel ngga rata, tetap sesuai dengan biaya post produksinya. Karena mungkin lebih besar jamnya pun belum tentu lebih mahal dari yang jamnya lebih sedikit. 15. Ada berapa jenis slot iklan dalam MNC Muslim? Berapa AD: - CB/ Commercial Break, seperti TVC, Filler, Tag on, dll. biayanya? - NTC/ Non-Time Consuming, seperti Super Impose, Running Text, Bugs, dll. - Built in program 16. Untuk pekerja, apakah ada kriteria khusus dalam perekrutan AD: Harus beragama Islam agar dapat memahami, mendalami, pekerja? dan mengembangkan program-program yang akan ditayangkan. 17. Apa latar belakang pendidikannya pekerja dalam MNC AD: Diutamakan jurusan komunikasi, namun tidak menutup Muslim? Apakah harus dari jurusan komunikasi atau kemungkinan untuk jurusan lain yang memiliki minat dan brodcasting? kemampuan untuk ini. 18. Apakah ada pelatihan khusus yg diberikan untuk para AD: MNC Group mengadakan pelatihan Programming pekerja yg baru mau bergabung maupun yg sudah bergabung Academy, di mana para karyawan dapat belajar dan berbagi di MNC Muslim? ilmu mengenai dunia Programming, dan ada juga beberapa pelatihan lain yang diselenggarakan MNC Learning & Development. 19. Apa sajakah kendala internal dan eksternal yang dihadapi AA: Kalo kendala internal sih selama ini belum pernah. Ya kan oleh MNC Muslim sebagai saluran televisi berlangganan karena kita satu grup sudah terintegrasi dengan baik dan sudah dalam persaingan industri penyiaran saat ini? terorganisasi. Jadi secara internal semuanya sudah ada jobnya masing-masing, jadi tinggal mengikuti itu aja. Kalau masalah- masalah kecil sih ada, tapi ngga jadi kendala banget lah ya.. Kalau kendala eksternal, sejauh ini kita baru ada satu kompetitor, yaitu Alif TV. Tapi itu pun berbeda wadahnya dan kanalnya. Kalau MNC Muslim lebih ke tausyiah, talkshow, yang indoor, yang lebih menyampaikan isi materinya. Kalau Alif TV yang kita lihat sih mereka ke luar, lebih turun ke lingkungan. 20. Apa sajakah kekuatan yang dimiliki oleh MNC Muslim dalam- Kita di-back up dengan lima lembaga Islam besar yang ada di persaingan industri penyiaran saat ini? Indonesia, yaitu Paramadina, UIN, NU, Muhammadiyah, Allimat. Kita sengaja membawa mereka semua agar kita tetap bisa menjaga isi dari pembahasan program kita. - Kita punya kekuatan inventory dari 3 stasiun tv yang ada di group. - Kita punya media promosi yang besar juga di group, sehingga kita punya wadahnya yang bisa mempromosikan program kita. - Most integrated media - SDM-SDM yang mumpuni,

MNCY

SURAT KETERANGAN Ref. No. :317/MNCC/HRN/13

Dengan ini kami menerangkan bahwa :

Nama : Yudid Dwi Septyani NIM :109051000131 Program Studi: S1 - Komunikasi dan Pen'Yiaran Islam Universitas : Universitas Islam Negeri

adalah benar telah melaksanakan penelitian untuk bahan penulisan skripsi di PT. Media Nusantara Citra, Tbk - MNC Channel pad a tanggal16 Mei 2013.

Demikian surat keterangan ini, semoga bermanfaat bagi yang bersangkutan dan yang berkepentingan.

J~6Mei2013

Ivan~ G HR unawan Putro

Studio 4, 3A Floor, Phone: RCTI Complex (62-21) 532 0830 JI. Raya Perjuangan. Kebon Jeruk Facsimile: Jakarta Indonesia (62-21) 530 3911 KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI (UIN) ·..-.. SYARIFHIDAYATULLAHJAKARTA \.1111 FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI Telepon/Fax: (021) 7432728/ 74703580 Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: www.fdkuinjakarta.ac.id. E-mail: [email protected]

Nomor: Un.0IlF5IKM.01.3/51 1sT:> 12013 Jakarta, 11 Januari 2013 Lamp : 1 ( satu) bundel Hal : Bimhingan Skripsi

Kepada Yth. Gun Gun Heryanto, M.Si. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta

Assalamu 'alaikum Wr. Wh. Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas lImu Dakwah dan IImu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut, Nama Yudid Dwi Septyarini NomorPokok 109051000131 Jurusan ISemester Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) 1VII J udu] Skripsi Komodifikasi MNC Muslim (Analisis Ekonomi Politik Media pada Saluran Program Televisi MNC Group.

Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama.

Demikian, atas perhatian dan kesediammya kami sampaikan terima kasih. Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Tembusan : 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) 'FakultriS Ilrim Dakwah dan Ilmu Komunikasi I(EMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDA YATULLAH JAKART A FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI . (021) 7432728 /74703580 Jl. Ir. H. Juanda No. 95 15412 Indonesia Website: wwwJdkuinjakarta.ilc.id, E-m<1il ; dakwah@!,lk.uinjakilrla.ilc.id

Nomor: Un.Ol/FS/KM.01.3/ \1'5b 12013 2.t Februari 2013 Lamp Hal : Penelitian/Wawancara

Kepada Yth. Head Of Programing MNC Channel di Tempat

Assalamu 'alaikum Wr.

Dengan hormat bersama ini kami lImu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah 1m,

Nama : Yudid Dwi Septyarini Nomor Pokok : 1090 S 100013 1 JurusanlSemester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / vm

bermaksud melaksanakan penelitianlwawancara untuk bahan penulisan skripsi yang Komodifikasi MNC ~Mus1im Sebagai Saluran Televisi Berlanggancm pada MNC Group.

Sehubungan dengan kepada Bapak/IbuJSdr. kiranya berkenan menerima mahasiswa kami terse but penelitian/wawancura dimaksud.

Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami terima Wassalamu 'alczikum Wr. Wb.

or; .... Subhan, MA ~ ~9660110 199303 1004 Tembusan: 1. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI : (021) 7432728/74703580 )1. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: w,,,w.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]

Nomor: Un.01lF5/KM.01.3/5/ 1(1( 12013 Jakarta, 8 Februari 2013 Lamp Hal : PenelitianIWawancara

Kepada Yth. HRD MNC TV (MNC Muslim) di Tempat

Assalamu 'alaikum Wr. Wb. Dengan honnat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta di bawah ini,

Nama : Yudid Dwi Septyarini Nornor Pokok : 109051000131 JurusaniSemester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) I VII

bermaksud rnelaksanakan penelitianlwawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Komodifikasi MNC Muslim pada MNC Group.

Sehubungan dengan itu, kami rnernohon kepada BapaklIbu/Sdr. kiranya berkenan rnenerima mahasiswa kami tersebut dalarn pelaksanaan penelitianlwawancara dirnaksud. Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terirna kasih. Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

bhan, MA1 0110 199303 1 004 Tembusan: 1. Pembantu Dekan Bidang Akadernik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI : (021) 7432728! 74703580 JI. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website: www.fdkuinjilkarta.ilcid, E-mail: [email protected]

Nomor: Un.OllF5/KM.O 1.3/5/ i60/' /2013 Jakarta, I g Februari 2013 Lamp Hal Penelitian/Wawancara

Kepada Yth. HttD MNC Channels oi Tempat

Assalamu 'alaikum WI'. Wb.

Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas lImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN SyarifHidayatulIah Jakarta di bawah

Nama : Yudid Dwi Septyani Nomor Pokok : 109051000131 J Ul'usarJSemester : Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / '1m

bermaksud melaksanakan ptnelitianlwawancara untuk bahan penulisan skripsi yang berjudul Komodifikasi MNC Muslim sebagai Saluran Televisi Berlangganan pada A1NC Group.

Sehubungan dengan itu, kam! memohon kepada BapakJIbu/Sdr. kiranya berkenan menerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitianlwawancara dimaksud. Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih. Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Subhan, MA 110 199303 1 004} Tembusan: 1. Pembantu Dekan Bidang Akademik 2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas IImu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Top Program MNC Muslim Based on Aii Peopie - Greater Jakarta, Q1 !Jan-Mar} 2013

No PROGRAM NAME TVR Share 1 KISAH PARA NABI spe MAULID 0,62 10,19 2 CAfE Tf\lJ$\YAH $PC MAlJLIO Q,M 7,14 ! .3 K!SAH PARA NASI spe MAUUD RR I 0,37 5,48 4 PINTU FtIDAYAFI SPC MAULID D,35 4,84 5 JALAN TAKWA 0,26 5,17 6 TAUSYIAH SPC MlD: KMNDNG CNTA 0,24 3,18 ( 7 MAzHAa ­ MAZHA9 0,20 2,13 I a 'OMAR 0,18 2,46 9 ENENG SPESIAL 0,18 4,23 10 AKHIRNYA AKU TAHU 0,18 6,15 11 TITIAN SEMANGAT (RR) 0,17 3,15 I 12 TAUSYJAH SPESIAL 0,17 2,88 ( 13 !PINTU H!DAYAH 0,17 2,BD 14 KHUSNUL KHATIMAH 0,16 1,80 15 P1NTU H10AYAH SPES1AL Q,16 2,34 1 iB ,SiMFONl RELlGI: TABLlGH UJE RR 0,16 2,65 17 CAF!=. ! AUSSIYAH O,i6 254 16 lNDAHNYA KASIH SAYANG 0,15 2,24 19 MAHA KASIH SPESIAL 0,15 2,96 , 2C KJSAH PARA NABI SPESIAL (RR) 0,15 2,63 I 21 ISIRAMAN QOLBU BENGKEL HATI 0,15 r 2,35 ( 22 ENTONG SPESIAL USURAN 0.15 2,46 23 SIMFONI REUGI: TABUGH UJE (R 0,15 1,68 24 SIMFONI RELlGI: T ABUGH UJE 0,15 2,30 .... 51: SEJ,!I.J~AH ISU"'.M (RR) 0,14 7,26 6~ 26 ifu'-iUSNUL KHATIMAti (RR) 0,14 3,13 27 JALAN TAl\WA(RRj 0,14 2,13 28 MAHA KASJH SPC MAUI..JD 0,14 2,18 29 MAHAKASIH 0,14 2,68 30 jASSALAMU'ALAIKUM USTADZ 0,14 4.22 I I 31 'TITlAN SEMANGAT 0,13 ! 4.89 32 MELODI HATI (RR) 0,13 1,87 33 SINEMA UTAMA KELUARGA 0,13 1,64 34 SINEMA UTAMA KELUARGA (RR} 0,13 4,34 35 MELODI H4TI 0,13 2.39 36 01'JlAR (RR} 0,13 2,31 37 MESTINYA TAHU (RR) 0,13 1,56 3.8 NIKMATNYA SEDEKAH 0,13 2,03 39 ViSI ZAKAT {RR} 0,13

Programming MNC Channel InUlm

~ lEt TASSAI,."UF 0,10 1,22 59 KUlTUM MAGHRIS O,C9 1,16 60 CAFE SOlEH (RR) 0,09 1,38 61 MAJEUS SAKINAH 0,D9 1,39 1)2 TAFSIR SURAT: AL SAQARAH 0,09 i,06 I 1e3 81: ISLAM ABAD :21 (RR) 0,09 4,18 I 64 KCERDASAN SPIRIT NABI &SHaT 0,08 1,02 65 MAZHAB - MAZHAB (RR) 0,08 1,77 6£1 61: f\QIH 0,08 0,88 67 ro-.L.t..SIH.A,T WOMAN 0,07 1,!15 fiB sot.USt MUSLIMAH 0.07 i,65 69 SIMFONI RELlGl 0,07 0,93 70 JEJAK KEBESARANMU {RR) 0,07 0,94 71 iBI: SOSIAL EKONOMIISLAM 0,07 0,85 I 72 iMAJEUS AZ-Z!KRA 0,07 1,08 73 ASSALAMU'ALAIKUM USTADZ (RR) 0,07 1,01 74 INDAHNYA KASIH SAYANG (RR) 0,06 1,12 75 TABLIGH UJE 0,06 1,20 76 JEJAK KEBESARANMU 0,00 1,33 ( ...... B!: TASSAWUF (RR) 0,06 -,'-1/1/1 ...... 78 KISAH PARA NABI SPESIAL 0,00 1,16 79 MUSllMPEDIA 0,06 0,95 SO ISEMESTA AYAT (RR) D,OO 0,94 I 61 IPAUIi<'AN HAT! (RR) 0,00 1,10 62 st SEJARAH ISLAM 0,05 0,55 83 RENUNGAN MALAM 0,05 1,05 84 TAUSYIAH SPC MlD: INDNY PR UST 0,05 0,66 85 AL-HIRA HOME SHOPPING 0,05 0,67 86 TAFSIR SURAT: AlBAaARAH (RR) 0,05 2,05 87 CERDAS EMOSI 0,04 1,55 88 SIRAMAN QOlBU BENGKEl HATI R 0,04 2,50 an 0,," SEKltAS MUSIK 0,04 0,92 W CAFE TAUSYLAH 0,04 0,54 91 Si: ..OU I iK iSLAM 0,04 0,53 92 81: PEREMPUAN,KELUARGA&ANAK 0,04 0,42 93 SIRAMAN aOLBU BENGKEL HATI RR 0,03 0,70 94 MAZHAB - MAZHAB 0,03 0,40 95 !CERlTA SAHABAT 0,03 0,37 96 CAFE TAUSYIAH (RR) 0,03 0,75 97 SEKILAS MUSIK (RR) 0,03 0,67 96 TAIJS,"IAH SPC MW: KMNONG CNT R 0,Q3 0,(34 99 81: PEREMPUAhl,KELUflRGAaJthl,A,f( RR 0,03 1,84 100 81: ISLA,\f A8AD 21 O,OJ 0,35 101 NIKMATNYA SEDEKAH (RR) 0,03 0,61 102 BI: POUTIK ISLAM (RR} 0,02 1,47 108 TAaUGH UJE (RR) 0,02 0,50 104 ENTONG SPESJAL 0,02 0,64 105 SENANDUNG MENUJU KEMENANGAN 0,02 0,34 106 SOLUSI MUSLIMAH (RR) 0,02 0,37 107 81: SOSIAL EKONOMI ISlAM (RR) 0,02 0,95 1.08 VISIZAKAT 0,02 0,61 109 MAJEUS S.A.KIN.A.H tRR) 0,02 0,33 110 MAJELIS AZ-ZIKRA (RR) 0,02 0,40 111 CAFE. SOlE.H 0,02 0,63 112 SiRAMAl"i.QOLBU BENGKEL HATI (RR 0,01 0,61 113 OFr BROADCAST 0,01 0,28 114 TAUSYIAH SPC MLD: INDHNY CNT R 0,01 0,23 115 FILM SPESIAL: KUNFAYAKUN 0,00 0,05 PIOl}IDI11J11iTTg MNC Clwimel$ SblJICI!; NJeJsen MedJb RIlseaJ't;h

programming MNC Channel Internal Use Onlv source: NIelsen - Arlanna T4I/ Proeram lIFf Channel Based on Ail People - Gre3ter Jakarta, Q1 (Jan-Marl 2013

No PROGP.AM NAME TVR Stu!re 1 TODAYSBREAKTHROUGH 0,31 6,57 2 FILM: PAMELA PRAYER 0,30 4,28 ~ FILM: MENGGAPAI IMP IAN 3 0,19 1,53 I ~ FESTlV4L OF LIFE 2013 (LIVE) 0,17 2,14 I ! MliSIC: MERRY CHRISTM.II,S I 9,14 3,89 6 MUSIC: PRAISE & WORSHIP 0,13 2,29 7 MUSIC: OLGA VICORIA 0,13 2,43 8 FTV: RANTAI INTAN 1 0,13 2,52 9 ORANGE JUICE I OJ3 1,99 I 10 (OuAY'S BREAKTHROUGH 0,13 2,12 11 MUSIC: CINDY 0,12 2,77 12 ANUGERAH-NYA 0,12 2,14 is FTV: KAU SHAW ADA 0,12 2,14 I 14 A TIME FOR HEALING 0,12 1,95 I 15 ,",.A,RMONI KI',SIH , 0,11 1,97 I 16 FILM: JUDSON'S EYES 0,11 2,39 17 IT IS WRITTEN 0,11 1,73 18 NO BARRIERS CONFERENCE 0,11 1,83 n .. \ 19 ;CMR;STN\AS JOURNE.Y 3 VJII 1,97 ~~ NATAl CITY TOWER OJI I ~ '" ""...." 21 SEI­..1ANGAT TAHUN SARU 0,10 1,71 22 FILM: CINTA SELAMANYA 0,10 1,81 23 R.O.C.K SERIES 0,10 1,68 24 BERNAFAS MEMUJI TUHAN 0,10 2,18 211 BE THE LIGHT TAHUNBARU 0,10 1,42 26 FILM: SKlZOFRENIA 0,10 1,37 27 NATALMNC2012 0,10 1,47 28 SUARA ALFA OMEGA 0,10 1,62 29 THE CHOICE IS YOURS 0,09 1,78 3Cl MUSIC: FAVOR 0,09 1,79 31 PEUTAHATI 0,09 1,52 32 FILM: MAMA SHEKINAH 0,09 1,72 33 SAYANGANAK 0,09 2,03 34 JATZY WORSHIP 0,09 1,55 ~ IMPACTMUSiC 0,09 j,j7 ~ HiKAt KEHtDUPAN 0.09 1,41 37 DiSCOVERY: BABY KING 0,00 1,45 38 MUSIC: TAHUN BARU 0,09 1,45 39 MUSIC: AVE MARIA 0,08 1,41 !!! FILM: l'HE PUMP 0,08 1,(56 41 GAITHER HOMECOMING SERIES 0,08 1,41

~2 FILM: STEPHEN TEST 0,08 2,19 43 VOICE OF VICTORY 0,08 1,70 44 PERJALANAN MENUJU KEMULlAAN 0,08 1,42 46 NATAlMNC 0,08 1,17 46 MIRjI.,CLE SER\lICE 0,08 1,27 41 GAITHER HOMECOMING SERIES 0,08 1,36 48 RUMAH TANGGA BAHAGIA 0,08 1,20 49 FilM: MERAJUT MIMPI 0,08 1,28 50 SOLUSIUFE 0,08 1,18 6f SVARA KEBENARAN D,07 1,33 52 GiiliNG MY BES I 0,07 2,29 63 FEB I IVAL OF LIFE, PT 2 a,a7 1,16 64 G.L.OW SERIES 0,07 1,38 66 ENJO'(ING E\lER,(OA.,( LIFE 0,07 1,32 MUSIC: FRANie'( SIHDMBING 0,07 1,09 , 51" MUSIC: AWAKEN 0,07 1,52 53 MUSIC: L ..RAS 0,07 1,42 59 GOODNEWS 0,07 1,32 60 MUSIC: KEMILAU KASIH 0,07 0,87 81 LEADING THE WAY 0,07 1,26 62 FILM: AKU INGIN MEROEKA 0,07 1,66 63 INSPIRASI 0,Q7 1,15 64 FILM: COKELAT UNTUl< GILANG 0,06 1,85 86 NYANYIAN LIMA MUSIM 0,06 1,20 88 HIOUP SfHAT PILIHAN ANOA 0,00 1,09 6T DISCOVERY: JOSEPH O,

Programming MNC ChalIDe! Internal USe Only Source: Nielsen • Allanna No PROGRAM NAME TVR Share 8S MUSIC; OSLO CHOIR 0,00: 1,24 I 69 CHRISTIAN MATVRITY 0,00 0,510 TO FESTIVAL OF LIFE: DAY 2 0,06 0,68 T1 LIFE IS A GIFT 0,00 0,94 n MUSIC: TW YOUTH 0,00 0,96 73 MATAI-IATI 0,00 ~,02 74 SOOUFE 0,00 1,13 75 MUSIC: ANAK BIJAK 0,06 1,0'3 76 BE THE LIGHT 0,06 1,11 77 MUSIC: nOREMI 0,00 1,51 18 lFII..IiII: THE GODMAN 0,00 1,26 19 18ENTUHAN KASIH 0,00 0,76 au Lt:MsARAN KASIH KA iOUK 0,00 0,00 81 NBC: FRANKY SIHOMBING 0,05 1,95 82 SOMETHING FOR YOU BY NICOLE. 0,00 0,90 .,,,M f'TV: RANT A~ \NTAN 2 0,00 0,9; TU!"!:",1\! MEMBERI Y,4.NG TERSlI/K 0,05 1,:34 • "" I -8S \ ....J..":tK!NG "':f\lJTH JESUS 0,05 Q,64 lIS FILM: PEMBERIAN TERINOAH 0,05 1,10 87 FILM: BUS 0,05 1,25 n MUSIC: ADON MEDA O,OS 0,81 I IJ9 I.P.M 0,05 0,96 90 FILM: WHITE WOLF 0,05 1,7'2 91 CHRISTMAS JOURNEY 1 0,05 0,93 92 SEASON FOR PEACE 0,05 0,74 93 FILM: SIAPAKAH AKU TUHAN 0,05 0,83 Il4 f...fAWAR SARON BLESSING o,as 0,93 9& FILM: CITY FORGOT 0,05 1,1)1 96 FILM: SIERRA LEONE O,OS 0,87 97 TOOAYSBREAKTHROUGH 0,05 0,S9 98 BIJAKSANA AMSAl 0,05 0,89 SMALL ACT BIG lMPACT 0,00 0,76 ,UG" Ervt\1ANUEl HAS COME o,as 0,67 10'i MUSIC: I LIVE FOR YOU 0,04 G,OO 102 DISCOVER JESUS PARABLE 0,Q4 0,84 103 TODAYS BREAKTHROUGH 0,04 0,70 1M fiLM; WHeRE'S fAITH Q,04 Q,7e 106 FILM: JEMB.4TAN KtlSIH 2 0,04 1,06 10$ SEKOLAH ALKlTAB ANAK 0,04 0,85 107 GEMA KASIH INDONESIA 0,04 0,78 108 IMPACT MUSIC 0,Q4 0,00 101 PRECIOUS STORY 0,04 0,73 110 FILM: SUOAH TERLAMBAT 0,04 1,00 I iti FlI..M; HADIAH l"ER1NDAH 1 0,04 1,13 112 MORE THAN CONQUERORS, 0,04 0,67 113 FILM: HADIAH TERINDAH 2 0,04 0,89 114 FILM: BLACK OASIS 0,04 0,59 no BESTTAU:NT D,04 D,95 11~ fTV: liASiH TAK.SAMPAI I 0,04­ O/R 111 OIMENS! IMJiijij KRIS! IAN! 0 ..04 0,68 118 HOPE: RAHASIA KEBAHAGIAAN 0,04 0,85 119 FILM: SURAT OAR! PENJARA 0,04 0,76 UC I-t6J'f'Y 1-I0lY KIDS 0,04 0,82 121 -WHAT THE BIBtE SAYS; HEALTH 0,04 0,65 122 SELA 0,04 0,00 123 JESUS, OUR TRUE LEADER 0,04 0,49 124 FILM: STORY OF JESUS 0,04 0,61 125 DISCOVERY: NOAH 0,04 0,62 128 FILM: THE WITNESS 0,04 0,66 121 FilM: BERt AKU KESEMPATAN 1 0,04 0,76 1211 FILM: THE CROSSING 0,04 0,59 129 HOPE: KEUANGAN KELUARGA 0,04 0,80 ~ WORLD IMPACT a,03 0,71 131 fiLM: MATIUIATI f 0,03 0,55 132 FII..M:PEACE 0,03 0,59 133 HOPE FOR TODAY 0,03 0,57 , 1"" EMBUN SEPANJANG HARI 0,03 0,75 1M SOI..US! 0,03 0,62 jas FILM: AMAZING INVITATIQN 0,03 O,tlti

PtogrammlngMNC Challllel Internal Use Only Source: Nielsen • .ArIamIa No PROGRAM NAME TVR Share ) FILM; 6ERI ,'oK!) KESEMP,I\TAN Z 1;)'" 0,03 017'2 ! 1 1~B FIW; RENl)NG I;l,O~ O,~ I 139 LENTERA 0,03 0,62 140 FilM: JEMBATAN KASIH 1 0,03 0,89 141 FILM: PANGGUNG SANG AKTOR 2 0,03 0,47 142 FILM: KADO RAJ-IASIA 0,03 0,54 ! 143 RAJAWAli ClliK 0,03 0,60 144 MUSIC: OlGi', VICTORIA 0,03 0,54 144 FILM: SAUU 01 JAKARTA 0,03 0,56 148 FILM: RED BOOTS 0,02 0,41 147 Ifil.M: JONATHAN 0,02 0,51 , 1a 'Wio WORLDS 0,02 0,51 149 MUsic: RAYAKAN I 0,0:2 0,51 150 CHRISTMAS JOURNEY 2 0,02 0,43 161 FILM', MENGGI\PM IMPII\N 1 0,02 0,27 I ,~, F\LM: JEREMYS STAR 0,02 0:~7 i 1tl3 jG,~,!THER HOMECOMING SER!ES , 0,02 0,29 , 154 F~L..~~:..",.~-tA.z!NG !NV}T~" TJON 0,02 0,41 155 FILM: MENGGAPAIIMPIAN 2 0,02 0,23 156 FILM: THIRST 0,02 0,35 147 MUSIC: INDONESIA SEJAHTERA 0,Q1 0,31

1~8 SENTUHAN ILAHI 0,0; 0,38 I 159 FILM: JOHN BUNYAN 0,01 0,24 160 FILM: HJDUP ITU PlliHAN 0,01 0,18 181 FILM: CHRISTMAS IS 0,01 0,26 182 FTV; CINTA SELAMANYA 0,01 0,25 I 163 lMUSIC: FIRSTLOVE I 0,01 0,15 I 164 IfllM: YUSAK 0,01 0,15 I , , , , I 16~ FILM: MATA HATI2 0,01 0,15 188 MUSIC; NATAL DUA DUNIA 0,01 0,15 187 FESTIVAL OF LIFE, PT 3 0,01 0,07 iiiB SELA TAHUN BARU 0,01 0,13 , 1sg FfLM: 8lRTHDAY CAKE 0,01 I 0,09 i7ii MUSIC~ 8eRSAt",,'A YESUS 0,01 0,13 171 DISCOVERY: JESUS 0,01 0,15 172 FILM: PANGGUNG SANG AKTOR 1 0,01 0,08 173 filM; ERIC \..IOOI.E Q,Q1 Q,Q9 174 KANABA KIINABI SHOW 0,00 0,09 17$ DISCOVERY: RUTH 0,00 O,OS 176 MUSIC: BLESS INDONESIA 0,00 0,06 177 FILM: 70X07 0,00 O,OS 178 FILM: mE CHIMES 0,00 0,06 179 MUSIC: GLORY TO GLORY 0,00 0,03 , iliii filM: CAll HARVEST 0,00 0,04 181 FILM: PAMEI.J<:S PRAYER 0,00 0,02 182 IMMANUEL: ALLAH BESERTA KITA 0,00 0,03 183 FESTIVAL OF UFE 2, PT 1 0,00 0,01 fll4 FiLM: GERONiMO 0,00 O,D2 I 186 FiLM: IEGAR 0,00 0,112 "iss MAWAR SHARON BLESSING 0,00 O,UL 187 MUSIC: WATOTO 0,00 0,02 188 I'ILM: THE BRIDGE 0,00 0,00 1= THE QUEST OF THE AUCAS 0,00 0,00 190 FTY: INDAH PADA WAKTUNY.A. 0,00 0,00 191 FILM: INVISIBLE ENI'MY 0,00 0,00 192 FILM: JIM ELLIOT 0,00 0,00 193 FILM: JUDSON'S EYE 0,00 0,00 19& DISCOVERY: GENESIS 0,00 0,00 195 FILM: WUMBRAND 0,00 0,00 196 FTIt: AMAZING INVITATION 0,00 0,00 197 MUSIC: KEVIN & KARYN 0,00 0,00 198 FILM: JALAN BUNTU 0,00 0,00 199 FESTNAl OF LIFE 2 0,00 0,00 200 lNSP1RASI PENDEK 0,00 0,00 F~t'QMffiK\g MN'CcnaftMis _,to, NltlUnl.WilO !Ie!M'

l'1ogrammlng MNC Channel Internal Use Only Sourc,,: NIelsen • ArIanna Monthly Share Performance ... Religion Channel Based on All People - Great,er jakarta, Q1 (Jan-Mar) 2013 - ..... Channel January February Marich -Averal ~I1NC MUSLIM 1,36 1,93 1,97 1,74

------.------.~-- r--.-.-.----­ _.,,----.--_._-­ f---"~'-'--- --.~"~"'-~-- LIFE 1,25 1,1 1,03 1,13 - - Programming MNC Channels Source: Nielsen Media Research Religion Channels Performance Based on All People - Greater Jakarta, Q1 (Jan-Mar) 2013 H » n MNC I I II LIFE I Demographics Universe Muslim I I Index Index

ALL 5+ 402.601 i 100 100

By Gender MALE 198.080 97 105 FEMALE 204.521 103 96

BySES ALL A1 29.292 188 47 ALLA2 373.310 93 104

I ALL, 5-9 n.a. I n.a. n.a. Art -:.-n...t II IALL 1G-'l4 55 44 AL' ,ott:,o("\ H .,'" I 8yAge t...t (,r'{\:'J "" 40 ALL,20-29 46.441;;~~ 31 31 ALL,30-39 837 47 81 81. 1 ALL,40-49 83.003 123 64 ALL,50-59 53.914 124 188 ALL 60+ 39.897 276 320

ALL WHITE COLLAR 146.517 79 71 ALL BLUE COLLAR n.a. n.a. n.a. By Occupation ALL HOUSEWIFE 71.825 133 166 ALL STUDENT 99.881 42 33 ALL OTHERS 59.667 205 216

ACADEMY/UNtV. 160.473 106 141 By EducatIon SLTA 136.312 137 93 SD-SLTP 38.256 44 54 NOT FINISH/OTHERS 67.56G 44 44

P""G/Jfa-mmJlli MNC Ci'Ji1f1il,;;;:; Sobi~Ctf: Nl.e&?D lWEdJo ReSGIJi1.-h Summary: Penonton MNC Muslim adalah: Skewed to Female, SES Al, Age 40+, HouseWife, Others, SLT, Penonton UfE adalah: Skewed to Male, Al. Age 5Of, Housewife. Academy/Univ ~\'.' ;

DAFTAR CREW MNC MUSLIM

PIC NO NAMA PROGRAM PRODUSER CREATIVE PA PD UPM

Kecerdasan Spiritual Nabi M. Yusuf Arifiyanto 1 Ali Mahmudin Harsela Yuni Arinda Eka Wahyu nuraini Nessy Savitri daR Sahabat H. Subarkah

i Mashab Mashab Ali Mahmudin Ayu Apriani Nessy Savitri Foto 1 Dokumentasi Peneliti Dengan Bapak Edi Santoso, Produser Program MNCTV

Foto 2 Dokumentasi Peneliti Dengan Bapak Sri Budi Santoso, Head of Programming MNC Channels