<<

Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 7, No. 2, November 2016 Hal: 117-123

UMPAN BUATAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN PANCING LAYANG-LAYANG DI SELAT BANGKA, SULAWESI UTARA

The Study of Artificial Bait on the Catch of Kite Fishing in Bangka Strait, North Sulawesi Oleh:

Alfret Luasunaung1* dan Emil Reppie1

1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Sam Ratulangi

* Korespondensi: [email protected]

Diterima: 12 November 2015; Disetujui: 28 Juli 2016

ABSTRACT (Tylosurus sp.) known locally as sako is one of the economically important fisheries resources in Bangka Strait of North Sulawesi. The success kite fishing is highly dependent on the availability of small natural bait which is caught only by lift net during the dark moon phase. Therefore, it should be attempted using artificial baits to address the issue of lack of natural bait at certain times. This study aimed to determine the effect of artificial baits toward catch of kite fishing and to identify the of needle fish caught. This research was carried out in Bangka Strait by using experimental method. Two types of baits were used, namely natural bait (rainbow sardine/Dussumieria acuta), and artificial baits such as rubber fish that widely available in the bait shop. The catch data from four units of kite fishing were analyzed using t-test. The result showed that total catch during the study were 40 consist of Tylosurus crocodiles (39) and melanotus (1). As many as 22 needlefishes caught with natural baits and 18 caught with artificial baits. The analysis showed that the used of natural baits were not significantly different from the artificial bait. During the study needlefish could be caught at wind speeds of 4- 7 knots and operated on 11.00–14.45 Mid Indonesian Time. Keywords: artificial bait, Bangka Strait, kite fishing, wind speed

ABSTRAK Ikan cendro (Tylosurus sp.) yang dikenal dengan nama lokal sebagai ikan sako adalah salah satu sumber daya ikan ekonomis penting yang dihasilkan dari perairan Selat Bangka, Sulawesi Utara. Keberhasilan penangkapan ikan dengan pancing layang-layang sangat tergantung pada ketersediaan umpan alami berukuran kecil yang tertangkap dengan alat tangkap bagan pada saat bulan gelap. Oleh karena itu, perlu dicobakan penggunaan umpan buatan untuk mengatasi persoalan kurangnya umpan alami pada waktu-waktu tertentu. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing layang-layang dan mengidentifikasi jenis ikan cendro yang tertangkap. Penelitian ini dilakukan di Selat Bangka didasarkan pada metode eksperimental. Dua jenis umpan yang digunakan, yaitu umpan alami yaitu ikan japuh (Dussumieria acuta), dan umpan buatan. Umpan buatan berupa ikan karet yang banyak tersedia di toko pancing. Data tangkapan dikumpulkan dari 4 unit pancing layang-layang, dan kemudian data dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hasil tangkapan selama penelitian berjumlah 40 ekor ikan cendro yang terdiri dari Tylosurus crocodiles (39 ekor) dan Tylosurus acus melanotus (1 ekor). Sebanyak 22 ekor ikan cendro tertangkap dengan umpan alami dan 18 ekor ikan cendro tertangkap dengan umpan 118 Marine Fisheries 7(2): 117-123, November 2016 buatan. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan umpan alami tidak berbeda nyata dengan umpan buatan pada pancing layang-layang untuk menangkap ikan cendro di perairan Selat Bangka. Ikan cendro dapat tertangkap pada kecepatan angin antara 4–7 knot dan dioperasikan pada sekitar jam 11.00-14.45 Wita. Kata kunci: umpan buatan, Selat Bangka, pancing layang-layang, kecepatan angin

PENDAHULUAN Secara teoritis Kolding and van Zwieten (2014) menyatakan bahwa fitur utama dari Salah satu sumber daya perikanan eko- pendekatan ekosistem meliputi konservasi dari nomis penting yang dihasilkan dari Selat Bang- struktur dan fungsi ekosistem. Dengan demiki- ka Sulawesi Utara adalah ikan cendro (Tylo- an anggapan lama yakni mengoptimalkan out- surus sp), dan dikenal dengan nama lokal se- put tertentu sekarang harus dikombinasikan bagai ikan sako. Ikan ini merupakan ikan pela- dengan meminimalkan dampak pada ekosis- gis yang hidup dekat permukaan dan sulit di- tem. Pendekatan ekosistem untuk perikanan tangkap dalam jumlah banyak karena pergera- menambahkan dimensi lain untuk keberlanjutan kannya sangat gesit. Makanan utama ikan cen- karena mengakui bahwa populasi tertentu mer- dro (needlefish) adalah ikan-ikan yang berukur- upakan bagian dari tropho dinamis sistem. an lebih kecil, yang ditangkap dengan menyer- – Dimana top-down (predasi, kompetisi) dan gap ke samping kepala. bottom up (makanan, produksi) memproses ter- Teknik penangkapan ikan sejak dahulu bentuknya kelimpahan dan struktur demografi. sampai sekarang relatif sama, yakni didasarkan pada pemanfaatan tingkah laku (behavior) ikan Dalam perikanan pancing, sifat ikan yang itu sendiri (Yuda et al. 2012). Sama halnya dimanfaatkan adalah rangsangan yang timbul dengan alat tangkap yang digunakan untuk dari dalam ataupun dari luar. Dari dalam ada- menangkap ikan cendro, yakni memanfaatkan lah rangsangan terhadap makanan, sedangkan kebiasaan ikan tersebut pada saat beruaya dari luar adalah tertariknya pada warna, bau, mencari makan. Disamping pancing layang- bentuk dan gerakan dari umpan yang diguna- layang, alat tangkap yang umum digunakan kan (Takapaha et al. 2010). Pancing layang- untuk menangkap ikan cendro ialah jaring in- layang merupakan alat tangkap ikan cendro sang permukaan, jaring insang hanyut, pancing tradisional, yang hanya menggunakan bahan tonda (trolling) dan pancing layang-layang (kite dan alat sederhana, tetapi mudah dioperasikan fishing). Hasil wawancara dengan nelayan di dengan hanya menggunakan perahu ukuran Selat Bangka, bahwa jaring insang dapat me- kecil. Selain itu, pengoperasian pancing layang- nangkap ikan cendro lebih banyak, tetapi layang dapat diintroduksi sebagai obyek wisata tingkat kerusakan jaring cukup tinggi. Hal ini bahari yang menarik. dikarenakan badan jaring tersangkut karang, dan untuk memperbaikinya membutuhkan wak- Keberhasilan penangkapan ikan dengan tu selama tiga hari. Oleh karena itu, alternatif pancing layang-layang, sangat bergantung pa- pilihan yang memadai adalah menggunakan da ketersediaan umpan alami yang berukuran pancing layang-layang. Disamping itu, Reppy kecil. Umpan alami tersebut tertangkap dengan (1993) menyata-kan bahwa ikan cendro bagan (lift net) pada sekitar bulan gelap. Hal ini termasuk jenis ikan permukaan yang sulit berarti bahwa pancing layang-layang tidak ditangkap karena gerakan dan lompatannya dapat dioperasikan sepanjang waktu dikare- yang gesit, jarang sekali dapat tertangkap nakan keterbatasan ketersediaan umpan. Oleh dengan jaring. Kebanyakan ikan cedro ditang- karena itu, dalam penelitian ini akan dicobakan kap dengan menggunakan pancing layang- penggunaan umpan buatan (artificial bait) untuk layang (kite fishing). Pancing tergolong alat mengetahui apakah berpengaruh terhadap tangkap yang tingkat keramahan lingku- hasil tangkapan ikan cendro?. Secara umum ngannya tinggi dalam proses penangkapannya. penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan Dimana menurut Monintja (1994), karakteristik teknologi pemanfaatan sumberdaya perikanan pemanfaatan sumberdaya hayati laut yang ikan cendro yang ramah lingkungan dan ramah lingkungan, meliputi: selektivitas tinggi, berkelanjutan. Secara khusus penelitian ini hasil tangkapan sampingan rendah, tidak me- bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis rusak lingkungan, tidak menangkap spesies umpan buatan terhadap hasil tangkapan ikan yang dilindungi, pengoperasian alat tidak cendro dengan pancing layang-layang, dan membahayakan nelayan, dan tidak beroperasi mengidentifikasi jenis-jenis ikan cendro yang di daerah terlarang. tertangkap dengan pancing layang-layang.

Luasunaung dan Reppie – Umpan Buatan dan Pengaruhnya Terhadap HT Pancing Layang-Layang 119

METODE layang-layang 15 m, sedangkan jarak antara layang-layang ke tali jerat 10 m, tergantung Penelitian ini dilakukan di perairan Selat yang diinginkan. Jarak antara layang-layang ke Bangka Kabupaten Minahasa Utara Provinsi tali, akan menentukan posisi umpan di permu- o Sulawesi Utara yang terletak pada 1 37,15’-10 kaan air dan tidak terangkat ke udara. 43,05’ LU dan 125o 02,00’-125o 06,30’ BT (Gambar 1) selang bulan Juni 2015. Data pri- Pancing layang-layang (kite line) yang mer diperoleh melalui experimental fishing yang digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan dilakukan beberapa kali, sedangkan data se- cendro di Selat Bangka Minahasa Utara terdiri kunder diperoleh melalui pencatatan dan pe- dari bagian-bagian: tangkai joran, tali ulur nelusuran pustaka.Teknik pengumpulan data (penggulung) nylon PA mono nomor 250, laya- untuk mendekati tujuan pertama dilakukan ngan daun tebang/kiter, tali jerat. Sesuai dengan mengoperasikan 4 unit alat tangkap dengan namanya, kite line mengunakan pancing layang-layang di perairan Selat Bangka layang-layang yang terbuat dari daun kiter Minahasa Utara. Dua jenis umpan yang diguna- (Polypodium quercifollum). Sebagai ganti ekor kan, yaitu umpan alami ikan tandipang, Dussu- layang-layang diikatkan tali pancing yang mata mieria acuta (rainbow sardine) (Gambar 2) dan kailnya diganti dengan jerat berumpan. Adapun umpan buatan yang terbuat dari karet berben- cara pengoperasiannya sama seperti orang tuk ikan kecil (Gambar 3). yang sedang bermain layang-layang namun dilakukan di atas sebuah perahu atau kapal Kedua jenis perlakuan tersebut ditempat- kecil. kan secara acak pada 4 unit perahu peman- cing. Setibanya di daerah penangkapan ikan, Layang-layang tersebut dinaikkan sede- perahu dijangkarkan di sekitar perairan pada mikian rupa dan diusahakan agar ujung tali kedalaman 5-10 m. Layang-layang dengan um- yang berjerat dan berumpan seakan-akan ber- pan yang diberlakukan, diterbangkan melalui main di atas air sehingga ikan yang menjadi tu- bantuan tangkai joran dan angin, kemudian di- juan tangkapannya, yaitu ikan cendro (Tylosu- ulur perlahan-lahan sampai pada jarak yang di- rus sp.) mudah untuk menangkap umpan inginkan (15-30 m). Jarak tali pancing ke tersebut.

1 = Napo putus 2 = Napo manu 3 = Napo panjang

1

2 3

Gambar 1 Peta lokasi penelitian 120 Marine Fisheries 7(2): 117-123, November 2016

Hasil tangkapan yang diperoleh selama X = X rata-rata (umpan alami) penelitian diukur panjang dan ditimbang berat- nya. Untuk kepentingan identifikasi, maka hasil Y = Y rata-rata (umpan buatan) tangkapan tersebut disortir dan dipisahkan D = beda skor pertama dan kuadrat beda setelah itu disesuaikan dengan ciri-ciri pada skor buku identifikasi yang digunakan (Alen 2000). n = jumlah hasil Untuk memenuhi persyaratan analisis data dalam menarik kesimpulan, maka HASIL dirumus-kan hipotesis sebagai berikut : Menurut Alen (2000) klasifikasi ikan H0 : Hasil tangkapan pancing layang-layang cendro adalah sebagai berikut: dengan menggunakan umpan buatan tidak berbeda nyata dengan menggunakan Kingdom : Animalia umpan alami; Phylum : Chordata

H1: Hasil tangkapan pancing layang-layang Class : Acttinopterygii dengan menggunakan umpan buatan Ordo : berbeda nyata dengan menggunakan Family : Belonidae umpan alami; : Tylosurus dimana, H0 diterima (H1 ditolak) apabila t Perahu penangkap yang digunakan hitung  t tabell H0 ditolak (H1 diterima) adalah tipe pelang empat unit dengan mesin apabila t hitung ≥ t tabel. katinting 5,5 PK; dimensi utama perahu: panjang 5,3-5,9 m, lebar 0,30-0,43 m, tinggi Selanjutnya t dihitung dengan menguna- 0,30-0,65 m. Hasil tangkapan pancing layang- kan analisis komparatif dua sampel berkorelasi layang selama penelitian berjumlah 40 ekor (Soepeno 2002), dengan rumusan sebagai ikan cendro, yang terdiri dari dua jenis yaitu beri-kut: Tylosurus crocodilus dan Tylosurus acus X  Y melanotus. Sebanyak 22 ekor ikan cendro T  D 2 tertangkap dengan umpan alami dan 18 ekor 2    D  tertangkap dengan umpan buatan. Hasil n tangkapan didominasi oleh ikan cendro spesies nn 1   Tylosurus crocodilus sebanyak 39 ekor dan keterangan: spesies Tylosurus acus melanotus hanya T = t hitung tertangkap 1 ekor.

Gambar 2 Perahu tipe pelang yang digunakan

Tylosurus acus melanotus Tylosurus crocodilus Gambar 3 Jenis ikan cendro yang tertangkap

Luasunaung dan Reppie – Umpan Buatan dan Pengaruhnya Terhadap HT Pancing Layang-Layang 121

Gambar 4 Hasil tangkapan ikan cendro 14

12

10

8

6

4

Jumlah Hasil TangkapanHasilJumlah 2

0 09:05-10:00 10:05-11:00 11:05-12:00 12:05-13:00 13:05-14:00 14:05-13:00 Jam Operasi Penangkapan

Umpan Alami Umpan Buatan Total

Gambar 5 Hubungan jumlah hasil tangkapan dan waktu operasi penangkapan

PEMBAHASAN lah satu sumber pendapatan bagi masyarakat nelayan karena memiliki nilai jual yang cukup Jenis tangkapan ikan cendro (Tylosorus tinggi, karena dipasarkan dalam keadaan se- spp.) yang diperoleh selama penelitian di Selat . Ikan cendro (Tylosurus spp.) umumnya di- Bangka ini terdiri dari dua spesies ikan cendro jual langsung dalam bentuk segar atau diolah yakni Tylosurus crocodilus dan Tylosurus acus sebagai ikan asin dan ikan asap. melanotus. Adapun hasil penelitian Takapaha et al. (2010) dilaporkan terdapat tiga spesies Pengelolaan perikanan pancing layang- ikan cendro yakni Tylosurus crocodilus, Tylosu- layang di Selat Bangka, Likupang, Sulawesi rus acus melanotus dan Strongylura incisa. Utara tidak hanya sebagai salah satu usaha Meskipun ikan cendro tergolong tangkapan penyedia protein ikani melainkan dapat menarik sampingan pada perikanan cantrang (Sudirman wisatawan yang senang akan sport fishing, se- et al. 2008) namun ikan cendro memiliki nilai hingga pengelolaannya cukup kompleks. Kom- ekonomis yang cukup tinggi di beberapa tempat pleksitas pengelolaan perikanan menurut Os- termasuk di Selat Bangka, Likupang, Sulawesi terblom et al. (2011) membutuhkan integrasi Utara. Di kawasan ini ikan cendro menjadi sa- sosial-ekologi, yang telah menunjukkan keper- 122 Marine Fisheries 7(2): 117-123, November 2016 cayaan stakeholder dan legitimasi dalam kepu- pancing layang-layang, adalah didasarkan pada tusan manajemen perikanan dan peningkatan aktivitas kehidupan hewan target yang paling tingkat kepatuhan kearah yang lebih baik. Data fundamental, yaitu mencari dan menangkap jumlah hasil tangkapan (umpan alami, umpan makanan (Lokkeborg dan Johannessen 1994). buatan dan total) dan jam operasi penangkapan disajikan pada Gambar 3. Faktor lingkungan seperti kecepatan angin juga merupakan faktor yang sangat pen- Jumlah hasil tangkapan yang menggu- ting; karena jika angin terlalu lemah, layangan nakan umpan alami sedikit lebih tinggi dari jum- tidak dapat naik ke udara untuk mengangkat lah hasil tangkapan pancing layang-layang umpan; sebaliknya jika angin terlalu kuat, la- yang menggunakan umpan buatan. Dari Gam- yangan terbang tinggi dan dapat berputar-putar, bar 3, secara total jumlah hasil tangkapan yang sehingga ikan tidak tertangkap. Kecepatan paling banyak terjadi pada jam 12:05-13:00. Hal angin pada saat penelitian diperkirakan 4-7 ini diduga karena pada jam tersebut berhembus knot, dimana pada kondisi ini ikan cendro dapat angin yang cukup stabil, sehingga dalam keber- tertangkap dan hal ini terjadi antara jam 11:00- hasilan operasi penangkapan pancing layang- jam 14:00. Berdasarkan jumlah hasil tangkapan layang sangat ditentukan oleh adanya hem- pancing layang-layang, maka umpan alami busan angin yang kontinu. relatif lebih banyak (22 ekor) dibandingkan Hasil analisis statistik menunjukan bahwa dengan umpan buatan (18 ekor), tetapi secara thitung = 0,416 < ttabel = 2,571; sehingga mene- statistik tidak berbeda nyata. Diakui bahwa rima H0 dan menolak H1. Hal ini menjelasan pemasangan tali laso pada umpan buatan bahwa penggunaan umpan alami tidak berbeda relatif lebih lama dari pada umpan alami, dan nyata dengan umpan buatan pada pancing konstruk-sinya masih perlu penyempurnaan layang-layang untuk menangkap ikan cendro di lebih lanjut. perairan Selat Bangka. Ikan cendro (Tylosurus crocodilus) hidup di lapisan permukaan dan menyendiri (soli- KESIMPULAN taire). Ukuran ikan ini dapat mencapai panjang Penggunaan jenis umpan alami dan 100 cm dan yang umum tertangkap 60-70 cm umpan buatan tidak berbeda terhadap hasil serta tergolong ikan pelagis. Penangkapan ikan tangkapan ikan cendro dengan pancing layang- cendro dilakukan dengan menggunakan pan- layang. Ikan cendro hasil tangkapan pancing cing layang-layang dan jaring insang hanyut. layang-layang terdiri dari dua jenis, yaitu Daerah penyebaran ikan cendro adalah dise- Tylosurus crocodiles dan Tylosurus acus panjang perairan pantai yang berbatasan melanotus. dengan laut dalam terutama perairan Indonesia bagian timur, selatan Jawa, barat Sumatera, dan Selat Sunda SARAN Tingkah laku ikan terhadap alat tangkap Penangkapan ikan cendro dengan pan- berumpan seperti pancing layang-layang yang cing layang-layang di Selat Bangka dapat digunakan dalam penelitian ini, sangat dipenga- meng-gunakan umpan buatan disamping ruhi oleh umpan itu sendiri selama proses ter- umpan alami; sekitar 11.00 sampai jam 14.00. tangkapnya ikan; terutama ukuran dan kece- Perlu penelitian lebih lanjut tentang penggu- rahannya karena ikan cendro mengandalkan naan beberapa jenis umpan buatan pada penglihatan dalam mengejar mangsa. Makanan pancing layang-layang untuk menangkap ikan utama semua jenis ikan cendro (needlefish) cendro. adalah ikan lebih kecil, yang ditangkap dengan menyapu kesamping kepala (http://en.Wiki- pedia.org/ wiki/ Needlefish). Dalam pancing layang-layang, umpan hidup adalah yang ter- DAFTAR PUSTAKA baik, tetapi potongan-potongan kecil umpan Alen G. 2000. Marine Fish of South Asia. juga akan memberikan hasil yang memuaskan. Singapore: Periplus. Ikan dengan warna terang dan keperak- perakan dan mempunyai daya tahan, juga Gagern A, van den Bergh J. 2013. A Critical dianggap sebagai umpan terbaik. Umumnya Re-view of Fishing Agreements with ikan-ikan predator yang hidup dekat permuka- Tropical Developing Countries. Elsevier an, mencari mangsa dengan penglihatan, oleh Journal: Marine Policy. 38(2013): 375– karena itu warna dan bentuk umpan sangat 386. penting dalam pengoperasian pancing layang- layang untuk menangkap ikan cendro. Harper S, Zeller D, Hauzer M, Pauly D, Sumaila Keberhasilannya alat tangkap berumpan seperti UR. 2013. Women and Fisheries: Contri-

Luasunaung dan Reppie – Umpan Buatan dan Pengaruhnya Terhadap HT Pancing Layang-Layang 123

bution to Food Security and Local Econo- Reppy RR. 1993. Pengoperasian Jaring “so- mies. Elsevier Journal: Marine Policy. 39 long” di Perairan Pantai Bebalang Keca- (2013): 56–63. matan Manganitu Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud [Laporan Praktek Kete- Kolding J, van Zwieten PAM. 2014. Sustainable rampilan Lapang]. Manado: Fakultas Fishing of Inland Waters. Journal Limno- Peri-kanan, Universitas Sam Ratulangi. logy. 73(1): 132-148 DOI: (Tidak dipublikasikan). 10.4081/jlimnol. 2014.818 Lokkerborg S, Johannessen T. 1994. The Sudirman, Musbir, Nurdian I, Sihbudi R. 2008. Importance Of Chemical Stimuli In Bait Deskripsi Alat Tangkap Cantrang, Fishing: Fishing Trials with Presoaked Analisis Bycatch, Discard dan Komposisi Bait. Fisheries Research Journal. 14: 21- Ukuran Ikan yang Tertangkap di Perairan 39. Takalar. Jurnal Torani. 2(18): 160-170. Monintja DR. 1994. Pengembangan perikanan Takapaha SA, Kumajas HJ, Katiandagho EM. tangkap berwawasan lingkungan. Maka- 2010. Pengaruh Jenis Umpan Terhadap lah disampaikan seminar pengembangan Hasil Tangkapan Ikan pada Pancing La- agribisnis perikanan berwawasan lingku- yang-Layang di Selat Bangka Kabupaten ngan pada Sekolah Tinggi Perikanan Minahasa Utara. Jurnal Perikanan dan Jakatra. kelautan. 6(1): 22-30. Osterblom H, Sissenwine M, Symes D, Kadin Yuda LK, Iriana D, Khan AMA. 2012. Tingkat M, Daw T, Folke C. 2011. Incentives, Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Social-Ecological Feedbacks and Bagan di Perairan Pelabuhan Ratu, European Fisheries. Marine Policy 35: Kabupaten Sukabumi. Jurnal Perikanan 568–574. dan Kelautan. 3(3): 7-13.