Rediscovering the Treasures of Malay Culture

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Rediscovering the Treasures of Malay Culture PROCEEDING INTERNATIONAL SEMINAR OF SOUTHEAST ASIA MALAY ARTS FESTIVAL Rediscovering the Treasures of Malay Culture ISI Padangpanjang Press 2012 i PROSIDING SEMINAR INTERNASIONAL FESTIVAL SENI MELAYU ASIA TENGGARA EditoR: Prof. Dr. H. Mahdi Bahar, S. Kar., M.Hum. Dr. Febri Yulika, M.Hum. Dr. Nursyirwan, S.Pd., M.Sn. Dr. Erlinda, M.Sn. Dr. Rosta Minawati, M.Si. Roza Muliati, M.Si. DITERBITKAN OLEH: ISI Padangpanjang Press bekerjasama dengan Gre Publishing Yogyakarta Percetakan: Kanisius Yogyakarta Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Padangpanjang, ISI Padangpanjang Press, 2012 ISBN 978-602-17588-0-9 Copyright © 2012 CETAKAN PERTAMA, Desember 2012 Seluruh buku ini atau sebagiannya tidak boleh direproduksi dalam bentuk apapun, disimpan dalam suatu sistem, atau ditransmisikan dalam bentuk apapun dengan tujuan apapun – elektronik, mekanik, fotokopi, rekaman, atau yang lain – tanpa ijin tertulis dari penerbit atau pengarang. ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala, zat yang Maha Terpuji, atas izin dan ridha-Nya kegiatan Seminar Internasional yang bertema “Rediscovering the Treasures of Malay Culture” telah terselenggara dengan baik dan lancar. Seminar Internasional ini merupakan bagian dari kegiatan Festival Seni Melayu Asia Tenggara yang diselenggarakan oleh Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Seni Indonesia (BKS-PTSI) dan Institut Seni Indonesia Padangpanjang pada tanggal 25 -29 November 2012. Kegiatan seminar yang berlangsung selama dua hari (28-29 November 2012) tersebut, menghadirkan 10 orang narasumber, terutama para akademisi yang concern dalam pengkajian Melayu baik dari dalam maupun luar negeri, seperti Prof. Margaret Kartomi (Monash University), Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Henri Chambert-Loir (Peneliti Manuskrip Melayu dari Perancis), Prof. Datuk Wira Dr. Abdul Latiff bin Abu Bakar (University Pendidikan Sultan Idris Malaysia), Suryadi, M.A (Leiden University Institute for Area Studies), Prof. Dr. Abdul Hadi, WM (Universitas Paramadina Jakarta), Prof. Dr. Yusmar Yusuf (Universitas Riau) Prof. Dr. H. Mahdi Bahar, S.Kar., M.Hum (ISI Padangpanjang), Prof. Dr. Sri Hastanto, S.Kar (ISI Surakarta), dan Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A (ISI Denpasar). Selain narasumber tersebut, prosiding seminar ini juga memuat makalah-makalah partisipan (call pappers) yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Seminar yang dihadiri oleh 350 orang peserta ini, dimaksudkan sebagai upaya untuk menggali, memetakan dan mendefinisikan kembali Melayu dalam ruang lingkup yang sesungguhnya, yakni sebagai sebuah dunia Melayu dengan keberagaman etnis, budaya dan geografis, yang dirajut oleh latar belakang nilai-nilai humanistik yang sama. Wacana mengenai kemelayuan justru seringkali mengecilkan peran dan arti penting peradaban Melayu. Sejumlah pihak malah menyatakan klaim iii sebagai pemilik sah kebudayaan Melayu, yang nyatanya menjadi milik komunal rumpun bangsa Melayu itu sendiri, yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan Nusantara khususnya sejak zaman Melayu Tua (proto Melayu) sampai Melayu Muda (deutro Melayu). Persepsi mengenai Melayu pun kemudian menjadi sangat lokal dan spesifik. Hal ini tentunya sangat merugikan dan memecah-belah masyarakat dan peradaban Melayu itu sendiri Prosiding Seminar Internasional ini disusun sebagai dokumentasi dari sebuah diskursus keilmuan, yang pada akhirnya dapat menjadi salah satu sumber pemikiran dan informasi mengenai dunia Melayu dalam perspektif seni dan budaya. Oleh karena itu, panitia memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada seluruh narasumber yang telah menyumbangkan ide, gagasan dan pemikirannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah berperan aktif dalam menyukseskan kegiatan seminar ini. Akhirnya, sebuah ungkapan pribahasa Melayu mengatakan “tiada gading yang tak retak”, maka Prosiding ini pun beserta ide besar di dalamnya tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. Kritik dan saran dari segenap pembaca sangat diharapkan. Padangpanjang, Desember 2012 Ketua Panitia, dto. Dr. Febri Yulika, M.Hum. iv SCHEDULE OF INTERNATIONAL SEMINAR “REDISCOVERING THE TREASURES OF MALAY CULTURE” Padangpanjang, November 28–29, 2012 Wednesday, November 28, 2012 TIME ACTIVITIES REMARKS 07.00-07.30 Leave to Padangpanjang The Hills Hotel, Jl. Laras Datuk Bandaro Bukittinggi (0752) 35000 07.30-08.30 Registration Ruang Sidang DPRD Padangpanjang 08.30-09.00 Opening Ceremony Dr. Febri Yulika, Report by committe M.Hum Welcoming Speech Prof. Dr. H. Mahdi by Rector ISI Bahar, S.Kar.,M.Hum. Padangpanjang 09.00-12.00 Session 1 Malay Power as a Prof. Dr. Azyumardi Region of Political Azra, M.A. Power in the Past Prof. Margaret Kartomi Mapping of Malay Culture Henri Chambert-Loir Traces of Malay Culture in Manuscript Prof. Dr. Soeprapto Moderator Soejono 12.30-13.30 Lunch Break v 13.30-16.30 Session 2 Prof. Dr. H. Mahdi Islam as an Ideal Bahar, S.Kar., M.Hum. Foundation of Malay Culture Prof. Datuk Wira Dr. Politics of Malay Abdul Latiff bin Abu Identity Bakar The Role of Malay Suryadi, M.A Literature in Nation Character Building Dr. Nyak Ina Raseuki Moderator Thursday, November 29, 2012 TIME ACTIVITIES REMARKS 07.00-08.30 Leave to Padangpanjang The Hills Hotel, Jl. Laras Datuk Bandaro Bukittinggi (0752) 35000 08.30-09.00 Registration Ruang Sidang DPRD Padangpanjang 09.00-12.00 Prof. Dr. Abdul Hadi, Malay Aesthetics WM Prof. Dr. Yusmar Yusuf Development of Popular Malay Culture Prof. Dr. I Wayan Rai S, Influence of Malay M.A. Culture on the Formation of Indonesian Local Arts and Culture vi Prof. Dr. Sri Hastanto, Influence of Malay S.Kar. Culture on the Formation of Indonesian Local Arts and Culture Dr. Febri Yulika, Moderator M.Hum. 12.00-13.30 Lunch Break 13.30-16.30 Panel Call for Paper Dr. Karen S K Thomas The Pesona of Sakura Mask Theatre in West Lampung, Sumatera Nadia Widyawati The Influence of the Madzhi, M.A., (Ph.D Malay Culture on the Candidate) Melanau Musical Arts Tari Melayu Dr. Erlinda, M.Sn. Minangkabau, Antara Ada dan Tiada Sejarah Tamaddun Dr. Sudirman Shomary, Melayu dan Jawa: M.A Perbandingan Sastra Sejarah Traditional Malay Hanisa Hassan, M.A. Attire in Contemporary Malay Society. vii viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ~ iii SCHEDULE OF INTERNATIONAL SEMINAR ~ v DAFTAR ISI ~ ix TEMA PERTAMA PEMETAAN DAN DINAMIKA PERADABAN MELAYU ~ 1 Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Dinamika Peradaban Melayu Nusantara: Kuasa Politik, Ekonomi dan Intelektual ~ 3 Prof. Margareth Kartomi Mapping the Music-Cultures of the Sumatra Malays: Some Musico-Lingual and Historical Perspectives ~ 15 Prof. Dr. H. Mahdi Bahar, S.Kar., M.Hum. Islam Membentuk Seni Pertunjukan Budaya Melayu Nusantara ~ 33 Prof. Datuk Wira Dr. Abdul Latiff bin Abu Bakar Gagasan Melayu Serumpun Dalam Konteks “Geo-Budaya” ~ 69 Prof. Dr. Yusmar Yusuf Melayu dan Seni Kontemporer ~ 81 ix TEMA KEDUA BAHASA DAN SASTRA MELAYU ~ 93 Henri Chambert-Loir Jejak Budaya dalam Naskah ~ 95 Prof. Dr. Abdul Hadi WM Jagad Estetika Sastra Melayu ~ 101 Suryadi, M.A. Peran Sastra Melayu dalam Pembentukan Karakter Bangsa ~ 119 Dr. Sudirman Shomary, M.A. Sejarah Tamaddun Melayu dan Jawa: Perbandingan Sastra Sejarah ~ 159 Dr. Febri Yulika, M.Hum. Peranan Tulisan Jawi (Arab Melayu) dalam Budaya Melayu Minangkabau ~ 201 Sahrul N, S.S., M.Si. Memaknai Nilai Budaya Melayu Lewat Estetika Membumi ~ 221 TEMA TIGA KERAGAMAN SENI DAN BUDAYA MELAYU ~ 237 Prof. Dr. Sri Hastanto, S.Kar. Pengaruh Kebudayaan Melayu dalam Pembentukan Seni Budaya Lokal Nusantara ~ 239 Prof. Dr. I Wayan Rai S, M.A. The Influence of Malay Culture to Balinese ~ 251 Dr. Karen S.K Thomas Enchanting the Audience: The Pesona of Sakura Mask Theatre in West Lampung, Sumatera ~ 253 Hanisa Hassan, M.A. Traditional Malay Attire in Contemporary Malay Society ~ 259 x Nadia Widyawati Madzhi, M.A., (Ph.D Candidate) The Influence of the Malay Culture on the Melanau Musical Arts ~ 279 Dr. Erlinda, M.Sn. Tari Melayu Minangkabau: Antara Ada dan Tiada ~ 287 Dr. Nursyirwan, S.Pd., M.Sn. Histoire Totale: Gamelan dan Talempong ~ 303 Ediwar, S.Sn., M.Hum., Ph.D. Islam Sebagai Dasar Pembentukan Musik Melayu dan Kebudayaan di Minangkabau ~ 323 Roza Muliati, S.S., M.Si. Menelusuri Silek Kurambik sebagai Permainan Anak Nagari di Talang Babungo, Sumatera Barat ~ 339 Rustim, S.Pd., M.A. Interaksi Seni Pertunjukan dalam Tradisi Bagurau Saluang Dendang di Minangkabau ~ 355 Drs. Hajizar, M.Sn. Dimensi Spiritual dalam Konser Nyanyian Religius Barzanji oleh Penganut Tarekat Syattariyah di Nagari Bunga Tanjung, Melayu Minangkabau ~ 373 Dr. Rosta Minawati, S.Sn., M.Si. Kebudayaan Karo Sumatera Utara: Cerminan Kekayaan Budaya Nusantara ~ 391 Alipuddin, S.Sn., M.Sn. Aksara Incung Ciri Khas Motif Batik Kerinci ~ 409 LAMPIRAN FOTO ~ 425 RANGKUMAN HASIL SEMINAR ~ 435 TENTANG PENULIS ~ 441 xi xii TEMA PERTAMA PEMETAAN DAN DINAMIKA PERADABAN MELAYU 1 2 Rediscovering the Treasures of Malay Culture DINAMIKA PERADABAN MELAYU NUSANTARA: Kuasa Politik, Ekonomi, dan Intelektual Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagian besar sarjana dan peneliti yang mengkaji Islam di Dunia Melayu, atau Nusantara sependapat, sejak era formatif pada masa awalnya, melewati masa penjajahan yang penuh kepedihan, dan masa kemerdekaan yang membukakan berbagai tantangan dan peluang sampai masa kini, Islam memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah, sosial budaya, intelektual, politik, dan ekonomi Dunia Melayu, Nusantara atau Asia Tenggara umumnya. Sepanjang perjalanan sejarah itu, peradaban Melayu-Nusantara
Recommended publications
  • The Revival of Tradition in Indonesian Politics
    The Revival of Tradition in Indonesian Politics The Indonesian term adat means ‘custom’ or ‘tradition’, and carries connotations of sedate order and harmony. Yet in recent years it has suddenly become associated with activism, protest and violence. Since the resignation of President Suharto in 1998, diverse indigenous communities and ethnic groups across Indonesia have publicly, vocally, and sometimes violently, demanded the right to implement elements of adat in their home territories. This book investigates the revival of adat in Indonesian politics, identifying its origins, the historical factors that have conditioned it and the reasons for its recent blossoming. The book considers whether the adat revival is a constructive contribution to Indonesia’s new political pluralism or a divisive, dangerous and reactionary force, and examines the implications for the development of democracy, human rights, civility and political stability. It is argued that the current interest in adat is not simply a national offshoot of international discourses on indigenous rights, but also reflects a specifically Indonesian ideological tradition in which land, community and custom provide the normative reference points for political struggles. Whilst campaigns in the name of adat may succeed in redressing injustices with regard to land tenure and helping to preserve local order in troubled times, attempts to create enduring forms of political order based on adat are fraught with dangers. These dangers include the exacerbation of ethnic conflict, the legitimation of social inequality, the denial of individual rights and the diversion of attention away from issues of citizenship, democracy and the rule of law at national level. Overall, this book is a full appraisal of the growing significance of adat in Indonesian politics, and is an important resource for anyone seeking to understand the contemporary Indonesian political landscape.
    [Show full text]
  • A Moving History of Middle Sumatra, 1600–
    VU Research Portal A moving history of middle Sumatra, 1600-1870 Colombijn, F. published in Modern Asian Studies 2005 DOI (link to publisher) 10.1017/S0026749X04001374 document version Publisher's PDF, also known as Version of record Link to publication in VU Research Portal citation for published version (APA) Colombijn, F. (2005). A moving history of middle Sumatra, 1600-1870. Modern Asian Studies, 39(1), 1-38. https://doi.org/10.1017/S0026749X04001374 General rights Copyright and moral rights for the publications made accessible in the public portal are retained by the authors and/or other copyright owners and it is a condition of accessing publications that users recognise and abide by the legal requirements associated with these rights. • Users may download and print one copy of any publication from the public portal for the purpose of private study or research. • You may not further distribute the material or use it for any profit-making activity or commercial gain • You may freely distribute the URL identifying the publication in the public portal ? Take down policy If you believe that this document breaches copyright please contact us providing details, and we will remove access to the work immediately and investigate your claim. E-mail address: [email protected] Download date: 23. Sep. 2021 Modern Asian Studies 39, 1 (2005) pp. 1–38. C 2005 Cambridge University Press DOI: 10.1017/S0026749X04001374 Printed in the United Kingdom A Moving History of Middle Sumatra, 1600–18701 FREEK COLOMBIJN Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), Leiden Introduction The history of the early modern Malay world has been told largely in terms of processes of Islamization, the rise and demise of states, European voyages of discovery, trade with China, India and Europe, and colonial conquest.
    [Show full text]
  • Masyarakat Kesenian Di Indonesia
    MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Muhammad Takari Frida Deliana Harahap Fadlin Torang Naiborhu Arifni Netriroza Heristina Dewi Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara 2008 1 Cetakan pertama, Juni 2008 MASYARAKAT KESENIAN DI INDONESIA Oleh: Muhammad Takari, Frida Deliana, Fadlin, Torang Naiborhu, Arifni Netriroza, dan Heristina Dewi Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Dilarang memperbanyak buku ini Sebahagian atau seluruhnya Dalam bentuk apapun juga Tanpa izin tertulis dari penerbit Penerbit: Studia Kultura, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara ISSN1412-8586 Dicetak di Medan, Indonesia 2 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu kami tim penulis buku Masyarakat Kesenian di Indonesia, mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkah dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku ini pada tahun 2008. Adapun cita-cita menulis buku ini, telah lama kami canangkan, sekitar tahun 2005 yang lalu. Namun karena sulitnya mengumpulkan materi-materi yang akan diajangkau, yakni begitu ekstensif dan luasnya bahan yang mesti dicapai, juga materi yang dikaji di bidang kesenian meliputi seni-seni: musik, tari, teater baik yang tradisional. Sementara latar belakang keilmuan kami pun, baik di strata satu dan dua, umumnya adalah terkonsentasi di bidang etnomusikologi dan kajian seni pertunjukan yang juga dengan minat utama musik etnik. Hanya seorang saja yang berlatar belakang akademik antropologi tari. Selain itu, tim kami ini ada dua orang yang berlatar belakang pendidikan strata dua antropologi dan sosiologi. Oleh karenanya latar belakang keilmuan ini, sangat mewarnai apa yang kami tulis dalam buku ini. Adapun materi dalam buku ini memuat tentang konsep apa itu masyarakat, kesenian, dan Indonesia—serta terminologi-terminologi yang berkaitan dengannya seperti: kebudayaan, pranata sosial, dan kelompok sosial.
    [Show full text]
  • The Forming Factors of the Gendang Sakti Dance As Renewal from Welcoming Dance in Palembang
    American Research Journal of Humanities & Social Science (ARJHSS)R) 2020 American Research Journal of Humanities & Social Science (ARJHSS) E-ISSN: 2378-702X Volume-03, Issue-10, pp 13-25 October-2020 www.arjhss.com Research Paper Open Access The Forming Factors of The Gendang Sakti Dance as Renewal from Welcoming Dance in Palembang Damri Aprizal Magister Program Indonesia Institute of Arts Surakarta Ki Hajar Dewantara Street, Number 19 Surakarta 57126, Indonesia (0271) 647658, *Corresponding Author: Damri Aprizal ABSTRACT:- This study entitled “The Forming Factors of The Gendang Sakti Dance as Renewal From Welcoming Dance in Palembang” is a research that examines the factors and the formation of the renewal of the Gending Sakti Dance from the internal and external aspects. This study uses the Eric Hobsbawm’s theory as the idea of changing form or renewal, In the form of this dance, it is classified as a group choreography with nine dancers who function as a welcoming dance or opening ceremony. The choreography presents a tradition that has been passed down from generation to generation, namely sekapur sirih which is a symbol of respect and appreciation for the guest of honor. Gending Sakti dance is one of the new welcoming dances in Palembang City because there are two different cultural elements that make up the Gending Sakti dance as a new welcoming dance for guests. This Gending Sakti dance is a type of qualitative research that uses an ethnocoreological approach with seven methods of kurath in the by R.M Pramutomo. The analysis uses form analysis. Therefore, it can be interpreted that dance is an expression of the human soul that is expressed through movement and applied to society as a cultural supporter.
    [Show full text]
  • Daftar Tarian Kabupaten/Kota Di Aceh
    DAFTAR TARIAN KABUPATEN/KOTA DI ACEH NO KAB/KOTA NAMA TARIAN KETERANGAN I BANDA ACEH 1 Tari Rebana 2 Tari Bungong Jeumpa 3 Tari Poh Kipah 4 Tari Bungong Sie Yung-yung 5 Meusaree-saree 6 Ranub Lampuan 7 Tron U Laot 8 Tari Ramphak Beusare 9 Tari Peumulia Jame 10 Tari Piasan Raya 11 Tari Geudumbak 12 Likok Dara 13 Phok Teupeuen 14 Tari Marhaban 15 Punca Utama 16 Tari Prang Sabilillah 17 Rampo Aceh 18 Tari Sange 19 Tari Perang 20 Muda Ban Keumang II SABANG 1 Sendratari "Srikandi Aceh" 2 Bungong Rampoe 3 Trieng Meususu 4 Murratal 5 Geulumbang Tujoeh 6 Meu'een Ija Kroeng 7 Likok Puloe III ACEH BESAR 1 Seurune Kale 2 Ratoh Duek/Ratoh Taloe 3 Rapai Pulot 4 Nasib 5 Sendratari Cakradonya Iskandar Muda 6 Tari Peuron Eungkot 7 Likok Pulo Aceh IV PIDIE 1 Tarian Seudati Aceh Pidie 2 Geundrang 3 Grempheng 4 Lapeih 5 Meuteuot 6 Laweut 7 Drop Darut NO KAB/KOTA NAMA TARIAN KETERANGAN V BIREUEN 1 Tari Rencong Pusaka 2 Tari Ratoh Bruek 3 Tari Seudati 4 Tari Ramphak Beusare 5 Tari Mengeundum Beude 6 Tari Lapan Sikarang 7 Tari Rebana 8 Rapai Bruek 9 Meurukon 10 Dalael Khairat 11 Kreasi Baru 12 Rebani Wahid 13 Biola 14 Saman 15 Rapai Leupek 16 Rapai Daboh 17 Tarian Magic Yogya Atraksi 18 Rapai Likee 19 Rapai grimpheng 20 Zikir Maulid 21 Kontemporer VI ACEH UTARA 1 Rapai Pase 2 Geudrang Pase 3 Alee Tunjang 4 Tari Tarek Pukat 5 Tari Tanah Lon Sayang 6 Tari Meu-idang 7 Tari Poh kIpah 8 Tari Gaseh seutia 9 Tari Dom Drien 10 Tari Limong Sikarang 11 Tari Rapai aceh VII ACEH TIMUR 1 Saman Lokop 2 Tari Ular Lembing 3 Bines Lokop 4 Cuwek 5 Tari Likok rampou 6 Tari Zapin
    [Show full text]
  • Teater ‘Uraong Ulu WARGA MOTAC Hatinya Luke Lagih’ Oleh Kumpulan Kesenian Uraong Ulu (Keulu) Telah I Memenangi Tempat Ketiga Dalam Festival Teater Malaysia 2006
    3 FESTIVAL OF ASEAN CULTURAL EXPRESSIONS Festival Kesenian 2015 Orang Asli dan Peribumi Antarabangsa 2015 JKKN MENERAJUI HARI SUKAN NEGARA Teater ‘Uraong Ulu WARGA MOTAC Hatinya Luke Lagih’ Oleh Kumpulan Kesenian Uraong Ulu (Keulu) Telah i Memenangi Tempat Ketiga Dalam Festival Teater Malaysia 2006. Sudut Berita JKKN SEKILAS TINTA EDITOR YBhg. Datuk Norliza Rofli Ketua Pengarah YBrs. En. Mohamad Razy Mohd Nor Timbalan Ketua Pengarah (Sektor Dasar dan Perancangan) YBrs. Tn. Hj. Mesran Mohd Yusop Timbalan Ketua Pengarah (Sektor Kebudayaan dan Kesenian) Editor Assalamualaikum dan Salam 1Malaysia. Mohd Zin Mohd Sahid Penolong Editor Seni Budaya Malaysia semakin mengalami ketirisan. Membina masyarakat Zuriah Mohamad yang berbudaya dan berkeperibadian tinggi adalah menjadi tanggungjawab SIDANG EDITORIAL setiap rakyat Malaysia kerana setiap kita adalah pemimpin diperingkat sidang redaksi Penulis masing-masing. Peristiwa-peristiwa negatif yang pernah berlaku akibat • Mohd Zin Mohd Sahid kebiadaban segelintir rakyat yang tidak bertanggungjawab, seharusnya • Zuriah Mohamad • Muhammad Haqkam Hariri dijadikan iktibar agar tidak berulang dan menjadi gejala yang memusnahkan • Ismarizal Zulamran bangsa Malaysia. Kebiadaban tersebut seharusnya dibendung supaya ia • Muhammad Faizal Ruslee tidak menjadi gejala kepada masyarakat keseluruhannya. Hanya dengan • Siti Anisah Abdul Rahman • Fauziah Ahmad disiplin, kesedaran dan keimanan yang jitu pada setiap insan sahaja yang akan dapat mengatasinya. Pereka Grafik/Kreatif Bafti Hera Abu Bakar Sama-samalah kita menjadikan iktibar dan pengajaran bahawa salah Jurufoto Zaman Sulieman satu sebab kejatuhan kerajaan Melayu Melaka pada tahun 1511 ialah ‘angkara sikitul yang menjual maklumat kepada portugis’ ketika itu. Jika SIDANG REDAKSI kita sama-sama berpegang teguh kepada rukun negara dan disiplin • Unit Komunikasi Korporat diri, InshaAllah seni budaya Malaysia akan terus relevan selaras dengan • Bahagian Khidmat Pengurusan ungkapan ‘Tidak akan Melayu hilang di dunia’.
    [Show full text]
  • B. Barendregt the Sound of Longing for Homeredefining a Sense of Community Through Minang Popular Music
    B. Barendregt The sound of longing for homeRedefining a sense of community through Minang popular music In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 158 (2002), no: 3, Leiden, 411-450 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/23/2021 02:24:12PM via free access BART BARENDREGT The Sound of 'Longing for Home' Redefining a Sense of Community through Minang Popular Music Why, yes why, sir, am I singing? Oh, because I am longing, Longing for those who went abroad, Oh rabab, yes rabab, please spread the message To the people far away, so they'll come home quickly (From the popular Minangkabau traditional song 'Rabab'.) 1. Introduction: Changing mediascapes and emerging regional metaphors Traditionally each village federation in Minangkabau had its own repertoire of musical genres, tunes, and melodies, in which local historiography and songs of origin blended and the meta-landscape of alam Minangkabau (the Minangkabau universe) was depicted.1 Today, with the ever-increasing disper- sion of Minangkabau migrants all over Southeast Asia, the conception of the Minangkabau world is no longer restricted to the province of West Sumatra. 1 Earlier versions of this article were presented at the 34th Conference of the International Council of Traditional Music, Nitra, Slovakia, August 1996, and the VA/AVMI (Leiden Uni- versity) symposium on Media Cultures in Indonesia, 2-7 April 2001. Its present form owes much to critical comments received from audiences there. I would like to sincerely thank also my colleagues Suryadi, for his suggestions regarding the translations from the Minangkabau, and Robert Wessing, for his critical scrutiny of my English.
    [Show full text]
  • 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajaan Koto Besar diperkirakan telah ada sejak akhir abad ke-17 Masehi.1 Koto Besar tumbuh dan berkembang bersama daerah-daerah lain yang berada di bekas wilayah Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi).2 Daerah-daerah ini merupakan kerajaan kecil yang bercorak Islam dan berafiliasi dengan Kerajaan Pagaruyung, seperti Pulau Punjung yang dikenal sebagai camin taruih (perpanjangan tangan) Pagaruyung untuk daerah Hiliran Batanghari, serta penguasa lokal di ranah cati nan tigo, yaitu Siguntur, Sitiung dan Padang Laweh.3 Koto Besar menjadi satu-satunya kerajaan di wilayah ini yang tidak berpusat di pinggiran Sungai Batanghari.4 Lokasi berdirinya kerajaan-kerajaan tersebut merupakan daerah rantau dalam konsep alam Minangkabau.5 Pepatah adat Minangkabau mengatakan, 1 Merujuk pada tulisan yang tercantum pada stempel peninggalan Kerajaan Koto Besar yang berangkakan tahun 1697 Masehi. 2 Kerajaan Melayu Dharmasraya (Swarnabumhi) adalah sebuah kerajaan yang bercorak Hindu Buddha dan merupakan kelanjutan dari Kerajaan Melayu Jambi yang bermigrasi dari muara Sungai Batanghari. Kerajaan Melayu Dharmasraya hanya bertahan sekitar dua abad (1183 – 1347), setelah dipindahkan oleh Raja Adityawarman ke pedalaman Minangkabau di Saruaso. Bambang Budi Utomo dan Budhi Istiawan, Menguak Tabir Dharmasraya, (Batusangkar : BPPP Sumatera Barat, 2011), hlm. 8-12. 3 Efrianto dan Ajisman, Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Dharmasraya, (Padang: BPSNT Press, 2010), hlm. 84. 4 Menurut Tambo Kerajaan Koto Besar dijelaskan bahwa Kerajaan Koto Besar berpusat di tepi Sungai Baye. Hal ini juga dikuatkan oleh catatan Kontroler Belanda Palmer van den Broek tanggal 15 Juni 1905. Lihat, Tambo Kerajaan Koto Besar, “Sejarah Anak Nagari Koto Besar yang Datang dari Pagaruyung Minangkabau”. Lihat juga, “Nota over Kota Basar en Onderhoorige Landschappen Met Uitzondering van Soengei Koenit en Talao”, dalam Tijdschrift voor Indische, “Taal, Land en Volkenkunde”, (Batavia: Kerjasama Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen dan Batavia Albrecht & Co., 1907), hlm.
    [Show full text]
  • The Values of Minangkabau Culture's Found in The
    THE VALUES OF MINANGKABAU CULTURE’S FOUND IN THE MALIN KUNDANG A PAPER BY NURHAYATI REG. NO. 102202002 DIPLOMA-III ENGLISH STUDY PROGRAM FACULTY OF CULTURE STUDY UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN 2013 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Approved by Supervisor, Drs. Chairul Husni, M.Ed.TESOL. NIP: 195703081984031004 Submitted to Faculty of Culture Study University of Sumatera Utara In partial fulfillment of the requirements for Diploma-III in English Study Program Approved by Head of Diploma III English Study Program, Dr. Matius C.A. Sembiring, M.A. NIP. 19521126198112 1 001 Approved by the Diploma III English Study Program Faculty of Culture Study, University of Sumatera Utara As a Paper for the Diploma (D-III) Examination UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Accepted by the Board of Examiner in partial of the requirements for the D-III Examination of the Diploma-DIII of English Study Program, Faculty of Culture Study, University of Sumatera Utara. The Examination is held on June 2013 Faculty of Culture Study University of Sumatera Utara Dean, Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP. 19511013197603 1 001 Board of Examiners Signature 1. Dr. Matius C.A. Sembiring, M.A. (Head of ESP) 2. Dra. Syahyar Hanum, DPFE (Supervisor) 3. Drs. Marzaini Manday, M.SPD. (Reader) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA AUTHOR'S DECLARATION I, NURHAYATI declare that I am the sole author of this paper. Except where the reference is made in the text of this paper, this paper contains no material published elsewhere or extracted in whole or in part from a paper by which I have qualified for or awarded another degree.
    [Show full text]
  • KAJIAN KASUS PROGRAM MINOR SENI TARI UPSI Neros
    Koreografi Di Malaysia... KOREOGRAFI DI MALAYSIA DALAM KONSEP MULTIKULTURAL: KAJIAN KASUS PROGRAM MINOR SENI TARI UPSI Nerosti Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang email: [email protected] Abstract This study used a descriptive method with qualitative approach by studying the library, (library research), observation, and interviews, as well as using the theory of choreography. The research findings prove THAT seventeen works of Minor Dance students have met the elements of choreography as follows: (a) selecting a theme or idea of arrangements through the initial stimuli, ie stimulus ideas, kinesthetic, auditory and visual. (b) exploration and improvisation, (c) smoothing and composition. Elements of composition has also been described, which include: (1) the structure of arrangements; (2) dancers‘ motion and passage; (3) the pattern of the floor; (4) music and lighting; (5) costumes and make-ups.The study also found that the students‘ eleven dances have applied the concept of multiculturalism in ethnical and classical themes. Multiculturalism is understood as various ethnic diversity and distinctiveness, reflected in the work of each indibiduals that are limited by the historical and social context, as well as local culture, including ethnic Malay, Minangkabau, Javanese, Sabah and Sarawak, Kelantan, India, and China. Keywords: multiculturalism, dance as Minor Learning, and choreography Abstrak Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui kajian perpustakaan, (library research), observasi, dan wawancara, serta menggunakan teori koreografi, maka hasil penyelidikan membuktikan bahwa tujuh belas karya mahasiswa Minor Seni Tari telah memenuhi elemen-elemen koreografi yaitu: (a) pemilihan tema atau ide garapan melalui rangsang awal, yaitu rangsangan ide dan gagasan, kinestetik, auditif dan visual.
    [Show full text]
  • Nilai-Nilai Etik Dan Moral Dalam Tari Gending Sriwijaya Dan Kaitannya Dengan Pendidikan Budi Pekerti Di Sekolah Menengah Pertama Kota Palembang
    NILAI-NILAI ETIK DAN MORAL DALAM TARI GENDING SRIWIJAYA DAN KAITANNYA DENGAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA PALEMBANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Surtia Ningsih NIM 09209241032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 MOTTO “ Hidup cuma sekali, mati pun hanya sekali” “Buatlah hidup lebih bermakna” “selalu bersyukur” “ Berbahagialah karena bahagia itu sederhana, sesederhana tuhan menciptakan satu hati yang bisa mencintai banyak orang”. vii HALAMAN PERSEMBAHAN Kupanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, dan Nabi Muhammad Saw Atas rahmat dan karuniannya. Ku persembahkan tulisan ini untuk seorang wanita yang kusinggahi rahimnya selama sembilan bulan dan ku persembahkan kepada seorang sosok laki-laki, senantiasa membanting tulang dan memeras keringat, demi mewujudkan mimpi- mimpi anak perempuannya ini. Kehadiran kedua sosok ini mengajarkan bahwa aku tak sendirian di dunia ini, selalu ada kasih sayang yang mengalir deras dalam setiap langkah langit. Beliau adalah Ayah dan Ibu tercinta, yang selalu mendo’akan dalam lantunan nafas airmatanya, dan membanting tulang dalam perasan keringatnya. Aku menyayangimu Ayah, Ibu Terimakasih Keluarga ku tercinta semuanya yang selalu memberi dukungan, terimakasih. Pak Minto yang menuntunku dalam penulisan ini memberi semangat, Bu Titik sebagai pembimbing yang tak kenal lelah membimbingku Sahabat-sahabatku Indy, Tiwi, Cindy, Niluh, Desy, Ega, dan seluruh warga Seni Tari FBS UNY kalian yang terbaik, Terimakasih telah bersama dalam menapaki perjalanan di waktu ini. Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kalian semua. Amien ya rabb viii KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, karena berkat Inayah Nya, diberi kesehatan, kesempatan dan kekuatan.
    [Show full text]
  • Periodisasi Sastra Indonesia
    PERIODISASI SASTRA INDONESIA 1. Zaman Peralihan Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban. Ciri-ciri : a. individualis dan tidak anonym lagi b. progresif, tetapi masih tradisional dal;am bentuk dan bahasanya c. menulis apa yang dilihat dan dirasakan d. sudah mulai masyarakat sentris e. temanya tentang kisah perjalanan, biografi, adat- istiadat, dan didaktis Hasil karya sastra pada zaman ini antara lain: . Kisah Abdullah ke Malaka Utara . Perjalanan Abdullah ke Kelantan dan Tenggano . dan Hikayat Abdullah . Hikayat Puspa Wiraja . Hikayat Parang Punting . Hikayat Langlang Buana . Hikayat Si Miskin . Hikayat Berma Syahdan . Hikayat Indera Putera . Hikayat Syah Kobat . Hikayat Koraisy Mengindera . Hikayat Indera Bangsawan . Hikayat Jaya Langkara . Hikayat Nakhoda Muda . Hikayat Ahmad Muhammad . Hikayat Syah Mardan . Hikayat Isma Yatim . Hikayat Puspa Wiraja . ANGKATAN BALAI PUSTAKA Angkatan Balai Pustaka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang dikeluarkan oleh penerbit “Bali Pustaka”. Prosa (roman, novel,cerpen, dan drama) dan puisi mulai menggantikan kedudukan mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam, hikayat, dan kazhanah sastra di Indonesia pada masa ini Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan liar yang dihasilkan sastra melayu rendah yang tidak menyoroti pernyaian (cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam 3 bahasa yaitu bahasa Melayu tinggi, bahasa Jawa, dan bahasa Sunda, dan dalam jumlah yang terbatas dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
    [Show full text]