LAPORAN KINERJA PEMERINTAH PUSAT DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik 2015 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 1 2 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat menyelesaikan Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2015. Laporan ini merupakan bagian dari upaya Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam rangka penguatan sistem akuntabilitas kinerja seperti tertuang dalam Inpres Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atas pelaksanaan kontrak kinerja yang telah diperjanjikan maupun pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyelenggarakan pemerintahan di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Laporan ini menyajikan target dan capaian kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015, berupa tingkat capaian Indikator Kinerja Program (IKP) Pelestarian Budaya yang digunakan untuk mengukur tingkat capaian sasaran strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun evaluasi kinerja serta dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan dan pelaksanaan program/kegiatan tahun yang akan datang.

Jakarta, Januari 2016 Sekretaris Ditjen. Kebudayaan,

Nono Adya Supriyatno

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 3i Daftar isi HALAMAN

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………… ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ……………………………………………………………………. iii

I. PENDAHULUAN ……………………………………………………………………. 1

A. Latar belakang ……………………………………………………………….. 1

B. Gambaran Direktorat Jenderal Kebudayaan …………………………. 2

C. Dasar Hukum ...... ………………………………... 2

D. Tugas dan Fungsi, serta Struktur Organisasi ...... ……………………….. 4

II. PERENCANAAN KINERJA ...... ……………………………. 9

III. AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015 …………………………………………. 11

A. Capaian Kinerja Organisasi ...... 11

B. Realisasi Anggaran ...... 41

C. Kendala, Permasalahan, dan Tindak Lanjut……………………………. 41

IV. PENUTUP …………………………………………………………………………….. 43

ii4 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Ikhtisar Eksekutif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan berisi laporan capaian kinerja (performance result) dibandingkan dengan Rencana Kinerja (performance plan) selama tahun 2015 dengan mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tahun 2015–2019 dan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Rencana kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 adalah berisi program dan kegiatan yang harus diimplementasikan sebagai jawaban atas kendala dan permasalahan pelaksanaan Program Pelestarian Budaya, meliputi kegiatan Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Kesenian, Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Sejarah, Warisan dan Diplomasi Budaya, Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya, Pengelolaan Permuseuman, Pelestarian Nilai Budaya, Pelestarian Cagar Budaya, dan Pengembangan Galeri Nasional Indonesia.

Realisasi capaian sasaran Direktorat Jenderal Kebudayaan yang diukur dengan menggunakan indikator kinerja utama yang telah ditetapkan, sebagai berikut :

REALISASI KINERJA PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN TAHUN 2015

TAHUN 2015 NO. SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA PROGRAM TARGET REALISASI %

Meningkatnya Kesadaran dan Pemahaman Masyarakat akan Keragaman Budaya (Kebhinnekaan) untuk Jumlah mata budaya yang 1 Mendukung Terwujudnya dilestarikan 96.290 108.262 112,43 Karakter dan Jatidiri Bangsa yang Memiliki Ketahanan Budaya

Jumlah negara yang menjalin Meningkatnya diplomasi hubungan kerjasama dan 2 40 51 127,5 budaya luar negeri pertukaran informasi budaya dengan Indonesia

Berdasarkan tabel realisasi capaian kinerja tersebut dapat disampaikan bahwa kinerja Program Pelestarian Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan target sebanyak 2 kinerja program, yaitu: Jumlah mata budaya yang dilestarikan, dan Jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia, dapat terealisasi melebihi target yang ditetapkan.

Pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1.693.768.273.000,- dapat terealisasi sebesar Rp 1.495.164.726.569,- atau 88,27 %. Realisasi anggaran masih jauh dari target yang direncanakan sebesar 92,67 %.

Hambatan dan kendala yang dihadapi adalah: 1. Tidak dapat dilakukannya optimalisasi anggaran sisa lelang pengadaan barang/jasa pemerintah dan sisa kegiatan swakelola karena terbitnya surat Menteri Keuangan Nomor S-798/MK.02/2015 tentang pengendalian revisi; 2. Belum selesainya struktur organisasi Museum Kepresidenan sehingga anggaran kegiatan tahun 2015 diblokir sebesar Rp 5.863.942.000,-;

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 iii5 3. Kurangnya komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Tugas Pembantuan sehingga penggunaan anggaran belum maksimal; 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 168/PMK.05/2015, tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga, efektif dapat dilaksanakan pada bulan Oktober 2015, sehingga pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan bantuan pemerintah tidak dapat dilaksanakan pada akhir tahun; 5. Tidak terlaksananya pengadaan tanah untuk pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga konservasi koleksi museum dan cagar budaya sebesar Rp 45 miliar, karena tidak tercapainya kesepakatan terkait harga dan lokasi tanah.

Melihat beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi tersebut untuk meningkatkan kinerja di tahun mendatang perlu langkah antisipasi yang akan dilakukan adalah: 1. Perlu kebijakan penggunaan sisa anggaran hasil optimalisasi untuk meningkatkan realisasi output kegiatan; 2. Peningkatan koordinasi, advokasi, dan supervisi dengan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bidang kebudayaan; 3. Perlu persiapan pelaksanaan kegiatan bantuan pemerintah sejak awal tahun untuk mempercapat realisasi bantuan pemerintah.

iv6 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Penetapan Kinerja tahun 2015

2. Tabel 2 : Target dan Realisasi Jumlah Mata Budaya yang Dilestarikan

3. Tabel 3 : Daftar Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional Tahun 2015

4. Tabel 4 : Daftar Penetapan Warisan Budaya Takbenda Tahun 2015

5. Tabel 5 : Daftar Kajian dan Revitalisasi Museum Tahun 2015

6. Tabel 6 : Daftar Kajian dan Pembangunan Museum Tahun 2015

7. Tabel 7 : Daftar Jumlah Negara yang Menjalin Hubungan Kerjasama dengan

Indonesia Tahun 2015

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Kondisi Pegawai Direktorat Jenderal Kebudayaan.

DAFTAR MATRIK

1. Matrik 1 : Sasaran Strategis 1, Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya. 2. Matrik 2 : Sasaran Strategis 2, Meningkatnya Diplomasi Budaya Luar Negeri

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 7v BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berlandaskan 4 pilar kebangsaan Indonesia yakni: Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, terdapat 24 karakter bangsa yaitu: bangga sebagai bangsa Indonesia, berpikir positif, pantang menyerah, gotong-royong, bertoleransi dan menghargai kemajemukan, cinta damai, kejar prestasi, demokratis, kerja keras, anti diskriminatif, menghargai pendapat orang lain, sopan dan santun, rendah hati, sportif, lugas, berani bersaing, setia, satu kata dalam perbuatan, bersih (jujur), hormat kepada yang dituakan, rela berkorban, bermoral dan etis, serta saling percaya.

Merujuk dari pilar kebangsaan Indonesia, pembangunan kebudayaan Indonesia seperti yang diamanahkan dalam UUD 1945 (amandemen ke-4) dan termaktub dalam Rencana Induk Nasional Pembangunan Kebudayaan, terdapat tujuh pilar pembangunan kebudayaan yaitu: hak berkebudayaan, pembangunan jatidiri dan karakter bangsa, pelestarian sejarah dan warisan budaya, pengembangan industri budaya, pengembangan diplomasi budaya, pengembangan SDM dan pranata kebudayaan, dan pengembangan sarana dan prasarana budaya.

Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan yang besar dan terluas di dunia, memiliki berbagai keunggulan dan kekayaan yang tidak dimiliki oleh negara-negara lannya di dunia, baik berupa kekayaan sumber daya alam maupun sumber daya budayanya. Sebagai negara kepulauan tersebut, Indonesia dihuni lebih dari 300 suku bangsa, serta memiliki 742 bahasa dan dialek. Keragaman etnik, bahasa dan dialek, serta dan tradisi yang hidup dalam masyarakat secara lintas generasi tersebut menjadikan Indonesia sebagai sebuah laboratorium antropologi terbesar di dunia.

Wujud karya budaya dalam bentuk warisan budaya juga memberikan gambaran kekayaan yang luar biasa. Saat ini tercatat 64.844 peninggalan purbakala di Indonesia (berupa 11.616 situs dan 53.228 benda bergerak), sekitar 1,16% atau 749 telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Tentu jumlah tersebut akan masih dapat bertambah lagi melalui proses penggalian, inventarisasi dan registrasi yang terus dilakukan oleh Pemerintah. Di antara sejumlah besar peninggalan sejarah tersebut paling tidak ada 4 yang telah diakui sebagai World Tangible Heritage Cultural Sites (yaitu : Candi Borobudur dan Lingkungannya, Kompleks Candi Prambanan, Situs Manusia Purba Sangiran, Culture Landscape), kemudian 7 yang telah diakui sebagai World Intangible Heritage Culture Elements (Wayang Kulit -Masterpiece Of Humanity 2003, terinskripsi tahun 2008; Keris -Masterpiece Of The Oral And Intangible Heritage Of Humanity 2006, terinskripsi tahun 2008; Batik Indonesia - Intangible Culture Heritage Of Humanity 2009; Angklung - Intangible Culture Heritage Of Humanity 2010; Tari – 2011; Noken - 2012), dan 3 Genre Tari Tradisi Bali – Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity.

Kekayaan sumber daya budaya baik yang bersifat tangible (benda) dan intangible (tak benda) yang dimiliki bangsa Indonesia tersebut dapat menjadi modal dasar yang sangat penting dalam kerangka membangun bangsa dalam berbagai dimensinya. Demikian halnya dalam konteks eksternal, posisi geostrategis Indonesia diharapkan akan dapat berperan dalam membangun peradaban dunia yang lebih baik lagi.

UUD 1945 Pasal 32 Ayat (1) menegaskan bahwa “negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya...

Kondisi obyektif bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang ditandai antara lain oleh keragaman suku dan budaya, sebagaimana dijelaskan di atas dapat menjadi potensi kekuatan menuju kemajuan bangsa. Pengelolaan keragaman budaya memiliki peran penting dalam upaya mewujudkan identitas nasional, serta mengembangkan nilai-nilai kearifan lokal untuk merespon modernisasi agar sejalan dengan nilai-nilai kebangsaan. Di era globalisasi, pemerintah berkewajiban melindungi dan melayani masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya agar tidak tergerus oleh nilai-nilai budaya global yang

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 1 tidak sesuai dengan karakter dan jati diri bangsa. Demikian halnya, pemahaman terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa dijadikan landasan untuk memperkuat kebersamaan dan persatuan, toleransi, tenggang rasa, gotong royong, etos kerja, dan menciptakan kehidupan yang harmonis.

B. GAMBARAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

Dalam perjalanan sejarahnya, kelembagaan kebudayaan di pemerintahan sejak masa Reformasi hingga sekarang (2014) harus mengalami beberapa kali perubahan lingkungan kerja dengan dipindahkannya bidang kebudayaan dari lingkungan pendidikan yang telah bersatu selama 55 tahun (1945-2000) ke lingkungan kerja bidang pariwisata selama 11 tahun, dan di awal tahun 2012 berfusi kembali dengan bidang pendidikan. Tentunya hal ini turut berpengaruh terhadap kinerja bidang kebudayaan itu sendiri.

Sesuai hasil Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II, melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 59/P tahun 2011, sejak tanggal 19 Oktober 2011, Kementerian Pendidikan Nasional berubah menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Urusan kebudayaan yang semula ada pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata berpindah ke Kemdiknas. Seperti diketahui, sejak tanggal itu Kembudpar sendiri berganti nama menjadi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dengan keluarnya Keppres tersebut, Kemdikbud menindaklanjutinya dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 48 Tahun 2011 tentang Perubahan Penggunaan Nama Kementerian Pendidikan Nasional Menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permen ini ditetapkan pada tanggal 24 Oktober 2011. Perubahan nama ini secara struktural disertai dengan penambahan Direktorat Jenderal Kebudayaan berikut unit-unit kerja di bawahnya.

Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 92 tahun 2011 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, fungsi kebudayaan kembali dileburkan dengan fungsi pendidikan. Tentu saja ini bukanlah babak baru dalam dunia pendidikan mengingat sebelumnya Kemdiknas adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud). Dengan kata lain Kemdikbud saat ini kembali ke wujud awalnya.

Salah satu alasan terjadinya perubahan tersebut adalah bahwa kebudayaan tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan. Pentingnya kedudukan kebudayaan dalam pendidikan sudah disadari dan pernah diungkapkan oleh Mendiknas, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.BA dalam Semiloka “Arah Baru Pengembangan Ilmu Pendidikan: Landasan Mencerdaskan Kehidupan Bangsa Berbudaya”, yang diselenggarakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, pada tahun 2007. Menurutnya, paradigma pendidikan harus diubah dari paradigma pengembangan sumber daya manusia (SDM) menjadi pendidikan yang berbudaya. Dalam paradigma pertama, manusia hanya dijadikan objek; sedangkan dalam paradigma kedua, manusia menjadi subjek, manusia yang berbudaya tentunya. Mendudukkan manusia menjadi suatu objek merupakan tindakan dehumanisasi, dan sekaligus bertentangan dengan kodrat manusia yang sebenarnya.

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019, Direktorat Jenderal Kebudayaan beada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peran strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan ini diharapkan mampu melaksanakan pembangunan kebudayaan nasional yang ditujukan untuk memperkuat jatidiri dan karakter bangsa, menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, memberikan kontribusi terhadap pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

C. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas

2 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang- undang;

3. Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman;

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya; 6. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

8. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015;

9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;

10. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

11. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014 – 2019;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

13. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

14. Pedoman Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA STRUKTUR ORGANISASI

1. Tugas Pokok dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Bab VI Pasal 472 sampai 614 menguraikan tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksaan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:

a. Perumusan kebijakan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagr budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan dan pelestarian kesenian, sejarah, dan

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 3 tradisi;

c. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemahaman nilai-nilai kesejarahan dan wawasan kebangsaan;

d. Pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengelolaan cagar budaya, warisan budaya nasional dan dunia, dan museum nasional, pembinaan dan perizinan perfilman nasional, promosi, diplomasi, dan pertukaran budaya antar daerah dan antar negara, serta pembinaan dan pengembangan tenaga kebudayaan;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

f. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

g. Pelaksaaan evaluasi dan pelaporan di bidang kebudayaan, perfilman, kesenian, tradisi, sejarah, cagar budaya, permuseuman, warisan budaya, dan kebudayaan lainnya;

h. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan; dan

i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu oleh satu Sekretariat Direktorat Jenderal dan lima Direktorat dengan tugas masing-masing sebagai berikut:

a. Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif serta koordinasi pelaksanaan tugas unit organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan.

b. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan permuseuman.

c. Direktorat Kesenian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan kesenian.

d. Direktorat Pembinaan Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan tradisi.

e. Direktorat Sejarah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang sejarah.

f. Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang warisan dan diplomasi budaya.

Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dibantu Unit Pelaksana Teknis. Berdasarkan Peraturan/Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Kebudayaan, terdiri dari:

a. Unit Pelaksana Teknis Pelestarian Cagar Budaya

1. Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh, dengan wilayah kerja: Provinsi Aceh dan Sumatera Utara

2. Balai Pelestarian Cagar Budaya Batusangkar, dengan wilayah kerja: Provinsi Sumatera

4 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Barat, Riau, dan Kepulauan Riau

3. Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi, dengan wilayah kerja: Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung

4. Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang, dengan wilayah kerja: Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat

5. Balai Pelestarian Cagar Budaya Prambanan, dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Tengah

6. Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, dengan wilayah kerja: Provinsi DI Yogyakarta

7. Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan, dengan wilayah kerja Provinsi Jawa Timur

8. Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar, dengan wilayah kerja: Provinsi Bali, NTT, dan NTB

9. Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar, dengan wilayah kerja: Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat

10. Balai Pelestarian Cagar Budaya Samarinda, dengan wilayah kerja: Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur

11. Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo, dengan wilayah kerja: Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo

12. Balai Pelestarian Cagar Budaya Ternate, dengan wilayah kerja: Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua

13. Balai Konservasi Borobudur

14. Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran b. Unit Pelaksana Teknis Pelestarian Nilai Budaya

1. Balai Pelestarian Nilai Budaya Aceh, Nangroe Aceh Darussalam

2. Balai Pelestarian Nilai Budaya Padang, Sumatera Barat

3. Balai Pelestarian Nilai Budaya Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

4. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung, Jawa Barat

5. Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta

6. Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali

7. Balai Pelestarian Nilai Budaya Pontianak, Kalimantan Barat

8. Balai Pelestarian Nilai Budaya Makassar, Sulawesi Selatan

9. Balai Pelestarian Nilai Budaya Manado, Sulawesi Utara

10. Balai Pelestarian Nilai Budaya Ambon

11. Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 5 c. Unit Pelaksana Teknis Permuseuman

1. Museum Nasional

2. Museum Kepresidenan Republik Indonesia

3. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

4. Museum Kebangkitan Nasional

5. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

6. Museum Sumpah Pemuda

7. Museum Basuki Abdullah

d. Unit Pelaksana Teknis Galeri Nasional Indonesia

Untuk menjalankan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan didukung dengan sumber daya manusia sebanyak 3.601 orang pegawai per 31 Desember 2015, dengan komposisi sebagai berikut.

Tabel 1 Jumlah Pegawai PNS dan Non PNS Ditjen Kebudayaan 2015

No. Pegawai PNS (org) % Non PNS (org)

1. Golongan IV 189 5,25 2. Golongan III 1.445 40,13 3. Golongan II 1.337 37,13 4. Golongan I 630 17,49 5. Juru Pelihara 1.785 Jumlah 3.601 100 1.785

Persentase kondisi pegawai Direktorat Jenderal Kebudayaan per golongan kepangkatan, sebagaimana grafik berikut.

6 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Grafik 1

Kondisi Pegawai Direktorat Jenderal Kebudayaan

Pada 31 Desember 2015

Untuk melaksanakan tugas fungsional Direktorat Jenderal Kebudayaan juga didukung Pegawai dengan Jabatan Fungsional Peneliti sebanyak 162 orang, terdiri dari: Peneliti Pertama 37 orang, Peneliti Muda 121 orang, Peneliti Madya 4 orang. Sedangkan jumlah juru pelihara yang merupakan pekerja honorer sebanyak 1.785 orang, dengan tugas menjaga dan memelihara cagar budaya.

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Direktorat Jenderal Kebudayaan sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai berikut.

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 7 BAB II

PERENCANAAN KINERJA

Amanah untuk menjalankan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan dalam rangka pembangunan kebudayaan dengan menggunakan anggaran APBN tahun 2015 mengacu kepada Rencana Kinerja Tahun 2015 dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015- 2019, dilakukan penetapan kinerja/kontrak kinerja Direktur Jenderal Kebudayaan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan target capaian kinerja sebagai berikut:

Tabel 1

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

TAHUN 2015 SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA ANGGARAN TARGET (Rp ribuan) Meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk Jumlah mata budaya yang 1 96.290 561.732.268 mendukung terwujudnya dilestarikan karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya Jumlah negara yang menjalin Meningkatnya diplomasi hubungan kerjasama dan 2 40 146.100.000 budaya luar negeri pertukaran informasi budaya dengan Indonesia

8 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2015

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Pelestarian budaya sebagai rangkaian kegiatan pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan serta pengelolaan kekayaan dan warisan budaya ditandai dengan meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya.

Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Jenderal Kebudayaan, ini dimaksudkan untuk menghimpun dan melaporkan capaian kinerja dan memberikan gambaran tentang keberhasilan dan hambatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dan memberikan gambaran tentang capaian kinerja dari sasaran strategis tahun 2015.

Laporan akuntabilitas kinerja memuat data dan informasi yang akurat berupa pengukuran kinerja program yaitu membandingkan rencana kinerja tahun 2015 dengan realisasi output dan outcome-nya. Pengukuran capaian sasaran dan analisis capaian sasaran tahun 2015 sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam rangka menentukan kabijakan di masa datang.

Berikut ini diuraikan realisasi pencapaian sasaran strategis Program Pelestarian Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 yang diukur menggunakan Indikator Kinerja Program yang telah ditetapkan. Capaian kinerja tersebut berdasarkan sasaran strategis, indikator kinerja, target dan capai kinerja tahun 2015 sebagai berikut:

a. Sasaran Strategis 1: meningkatnya kesadaran dan pemahaman masyarakat akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya.

Indikator kinerja sasaran strategis tersebut adalah: jumlah mata budaya yang dilestarikan. Realisasi sasaran strategis tersebut sebagaimana diuraikan dalam matrik berikut.

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 9 Matrik 1 Realisasi Sasaran Strategis Tahun 2015

Tahun 2015 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

1 Meningkatnya Kesadaran dan Pemahaman Jumlah mata budaya yang Masyarakat akan dilestarikan Keragaman Budaya (Kebhinnekaan) untuk 96.290 108.262 112,43 Mendukung Terwujudnya Karakter dan Jatidiri Bangsa yang Memiliki Ketahanan Budaya

Berdasarkan matrik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut.

Indikator Kinerja “Jumlah Mata Budaya yang Dilestarikan”

Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Seiring dengan pembangunan nasional kebudayaan, pelestarian budaya melalui upaya-upaya pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan karya dan warisan budaya (benda dan tak benda) sebagai hasil budaya bangsa untuk masa depan, diperlukan strategi tertentu untuk membentuk ketahanan budaya bangsa Indonesia,

Ketercapaian sasaran strategis dengan indikator kinerja jumlah mata budaya yang dilestarikan dengan target sebanyak 96.290 mata budaya dapat terealisasi sebanyak 108.262 mata budaya atau 125%.

Realisasi kinerja tersebut sebagaimana dalam tabel berikut ini.

10 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Tabel 2 TARGET DAN REALISASI MATA BUDAYA YANG DILESTARIKAN TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN

CAPAIAN Mata Budaya yang Dilestarikan Mata Budaya TARGET REALISASI % Jumlah Mata Indikator: 1 Budaya yang 96,290 108,262 112.43% Dilestarikan

AKTIVITAS: Pelindungan, Pengembangan, 1 1 Cagar Budaya yang Dilestarikan 2439 3036 dan Pemanfaatan Cagar Budaya

2 Cagar budaya yang dikelola 124 124

Cagar budaya yang 3 716 2617 diinventarisasi Pembangunan dan Revitalisasi Sarana 2 1 Cagar budaya yang direvitalisasi 18 18 dan Prasarana Kebudayaan Taman Budaya yang 2 6 6 direvitalisasi

3 Pembangunan Museum 15 14

4 Museum yang direvitalisasi 18 18

Kesenian dan perfilman yang 5 85 150 difasilitasi

kesenian disekolah yang 6 517 517 difasilitasi

7 Desa adat yang direvitalisasi 132 132

Komunitas budaya yang 8 348 348 difasilitasi

Rumah budaya nusantara yang 9 45 45 difasilitasi

Penetapan dan Pengelolaan Warisan budaya nasional dan 3 1 20 20 Warisan Budaya Tak dunia yang di kelola Benda

Kekayaan budaya yang 2 100 121 ditetapkan

Penyusunan Dokumen Pelestarian Cagar Budaya, Nilai Budaya, Dokumen pelestarian cagar 4 1 1465 1447 Kepercayaan budaya terhadap Tuhan YME dan Tradisi, Kesenian, dan Sejarah

Dokumen pelestarian nilai 2 357 344 budaya

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 11

Dokumen pengetahuan dan 3 ekspresi budaya kepercayaan 83 83 dan tradisi

Dokumen sumber sejarah dan 4 11 11 nilai budaya Pengkayaan materi ajar seni 5 8 8 dan film 5 Penulisan Buku Sejarah dan Budaya 1 Buku Sejarah dan nilai budaya 10 10

Buku hasil verifikasi dan 2 12 12 perumusan nilai 6 Pengakusisian dan Pengelolaan Karya Karya seni rupa yang 1 451 541 Seni Rupa dan dipamerkan Koleksi Museum

2 Karya seni rupa yang dikelola 1078 1059

3 karya senirupa yang diakuisisi 12 21

4 Karya seni yang direvitalisasi 4 4

5 Koleksi Museum yang dikelola 85,948 95,289 Koleksi museum yang 6 1344 1344 direinventarisasi

7 Koleksi museum yang di kaji 22 26

8 Koleksi museum yang diakuisisi 26 18 7 Penyusunan Kajian Pengembangan Naskah hasil kajian pelestarian Permuseuman dan 1 110 109 Kajian Pelestarian nilai budaya Nilai Budaya Naskah hasil kajian pelestarian 2 77 63 cagar budaya 8 Inventarisasi Karya Karya budaya yang Budaya 1 689 707 diinventarisasi

Data diolah dari: Aplikasi Monev DJA, Kementerian Keuangan

Realisasi kinerja ini didukung dengan beberapa kegiatan strategis pelestarian kebudayaan, sebagai berikut:

1. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Registrasi Nasional Cagar Budaya

Berdasarkan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.

Proses Registrasi Nasional Cagar Budaya diawali dengan pendaftaran yaitu upaya pencatatan

12 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 benda, bangunan, struktur, lokasi, dan/atau satuan ruang geografis untuk diusulkan sebagai cagar budaya kepada pemerintah kabupaten/kota atau perwakilan Indonesia di luar negeri dan selanjutnya dimasukkan dalam Register Nasional Cagar Budaya.

Register Nasional Cagar Budaya adalah daftar resmi kekayaan budaya bangsa berupa cagar budaya yang berada di dalam dan di luar negeri.

Penetapan cagar budaya adalah pemberian status cagar budaya terhadap benda, bangunan, struktur, lokasi, atau satuan ruang geografis yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota berdasarkan rekomendasi Tim Ahli Cagar Budaya.

Hasil pencatatan dan penetapan cagar budaya sampai tahun 2014 telah tercatat sebanyak 64.844 dan ditetapkan sebanyak 953 cagar budaya. Hasil pencatatan dan penetapan cagar budaya tahun 2015, tercatat sebanyak 23.644 cagar budaya dan telah direkomendasikan sebanyak 30 objek yang diduga sebagai cagar budaya yang memiliki kriteria sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional. Hasil penetapan sebanyak 19 Cagar Budaya Peringkat Nasional dan 11 cagar budaya masih dalam proses penetapan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga sampai tahun 2015 telah tercatat sebanyak 88.488 cagar budaya, dan ditetapkan sebanyak 972 cagar budaya nasional.

Tabel 3 Daftar Penetapan Cagar Budaya Peringkat Nasional Tahun 2015

TANGGAL NO NAMA OBJEK KATEGORI LOKASI NOMOR SK TENTANG PENETAPAN Penetapan bendera sang saka merah Bendera Sang Saka Merah Benda Istana Negara 003/M/2015 putih sebagai benda cagar budaya 9 Januari 2015 Putih peringkat nasional

Penetapan Satuan Ruang Geografis Satuan Ruang Geografis Sragen – Jawa Kawasan 019/M/2015 putih sebagai benda cagar budaya 5 Februari 2015 Sangiran Tengah peringkat nasional

Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah), dan Prasasti 9 Oktober 2015 Prasasti Ciaruteun Benda Kota Bogor 185/M/2015 Tugu dari Kerajaan Tarumanegara Masa Raja Purnawaman sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional

Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah), dan Prasasti Prasasti Kebon Kopi I 9 Oktober 2015 Benda Kota Bogor 185/M/2015 Tugu dari Kerajaan Tarumanegara (Prasasti Tapak Gajah) Masa Raja Purnawaman sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional

Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah), dan Prasasti Museum Nasional 9 Oktober 2015 Prasasti Tugu Benda 185/M/2015 Tugu dari Kerajaan Tarumanegara - Jakarta Masa Raja Purnawaman sebagai Benda Cagar Budaya Peringkat Nasional

Kompleks Percandian Gedongsongo Kompleks Percandian Semarang – Jawa Kawasan 195/M/2015 sebagai Kawasan Cagar Budaya 26 Oktober 2015 Gedongsongo Tengah Peringkat Nasional

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 13 Gedung A Museum Bangunan Jakarta 210/M/2015 5 November 2015 Nasional Kuningan – Jawa Gedung Naskah Linggajati Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Barat

Bangunan Induk Monumen Surakarta – Jawa Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Pers Nasional Tengah

Bangunan Induk Stasiun Bangunan Yogyakarta 210/M/2015 Bangunan Cagar Budaya Gedung A 5 November 2015 Kereta Api Tugu Yogyakarta Museum Nasional, Bangunan Cagar Budaya Gedung Naskah Linggajati, Pesanggarahan Bangka Barat - Bangunan Induk Monumen Pers Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Menumbing Babel Nasional, Bangunan Induk Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta, Bangunan Cagar Budaya Pesanggrahan Pesanggrahan Ngeksiganda Bangunan Sleman - DIY 210/M/2015 Menumbing, Bangunan Cagar Budaya 5 November 2015 Pesanggrahan Ngeksiganda, Bangunan Bangunan SMA dan Sekolah Menengah Atas dan Akademi Akademi Kesejahteraan Semarang – Jawa Kesejahteraan Sosial Ibu Kartini (Van Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Sosial Ibu Kartini (Van Tengah Deventer School) Semarang, Bangunan Deventer School) Cagar Budaya Wisma Ranggam, Gedung Merdeka, Rumah Pengasingan Bangka Barat - Wisma Ranggam Bangunan 210/M/2015 Bung Hatta, Rumah Pengasingan 5 November 2015 Babel Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo, Bandung – Jawa Gedung Merdeka Bangunan 210/M/2015 Rumah Pengasingan Mr. Iwa 5 November 2015 Barat Koesoemasoemantri, dan Rumah Rumah Pengasingan Bung Maluku Tengah - Pengasingan Sutan Sjahrir sebagai Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Hatta Maluku Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional

Rumah Pengasingan Dr. Maluku Tengah - Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Tjipto Mangoenkoesoemo Maluku

Rumah Pengasingan Mr. Maluku Tengah - Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Iwa Koesoemasoemantri Maluku

Rumah Pengasingan Sutan Maluku Tengah - Bangunan 210/M/2015 5 November 2015 Sjahrir Maluku Bangunan Cagar Budaya Museum Dewantara Yogyakarta – Kirti Griya dan Kompleks Situs Daerah Istimewa 243/M/2015 18 Desember 2015 Pendopo Agung Taman Yogyakarta Siswa Bangunan Cagar Budaya Museum Gereja Blenduk (Gereja Semarang – Jawa Dewantara Kirti Griya Dan Kompleks Protestan di Indonesia Situs 243/M/2015 18 Desember 2015 Tengah Pendopo Agung Taman Siswa, Bagian Barat Immanuel) Bandung – Jawa Gereja Blenduk (Gereja Protestan Di Lokasi Gedung Merdeka Situs 243/M/2015 18 Desember 2015 Barat Indonesia Bagian Barat Immanuel), Demak – Jawa Masjid Agung Demak Situs 243/M/2015 Lokasi Gedung Merdeka, Masjid Agung 18 Desember 2015 Tengah Demak, Situs Cagar Budaya Gereja Situs Cagar Budaya Gereja Jakarta Pusat – DKI Situs 243/M/2015 Katedral Jakarta, Situs Cagar Budaya 18 Desember 2015 Katedral Jakarta Jakarta Situs Cagar Budaya Percandian Panataran, Situs Cagar Situs Blitar – Jawa Timur 243/M/2015 18 Desember 2015 Percandian Panataran Budaya Taman Narmada, Situs Candi Lombok Barat – Situs Cagar Budaya Taman Cetho, Dan Situs Candi Sukuh Sebagai Situs Nusa Tenggara 243/M/2015 18 Desember 2015 Narmada Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional Barat Karanganyar – Situs Candi Cetho Situs 243/M/2015 18 Desember 2015 Jawa Tengah Karanganyar – Situs Candi Sukuh Situs 243/M/2015 18 Desember 2015 Jawa Tengah Bangunan Cagar Budaya Maluku Tengah - Bangunan 246/M/2015 21 Desember 2015 Benteng Belgica Maluku Bangunan Cagar Budaya Benteng Maluku Tengah - Belgica, Benteng Duurstede dan Benteng Duurstede Bangunan 246/M/2015 21 Desember 2015 Maluku Rumah Tjong A Fie sebagai Bangunan Medan – Sumatera Rumah Tjong A Fie Bangunan 246/M/2015 Cagar Budaya Peringkat Nasional 21 Desember 2015 Utara Situs Cagar Budaya Gresik – Jawa Situs Cagar Budaya Kompleks Makam Kompleks Makam Sunan Situs 247/M/2015 21 Desember 2015 Timur Sunan Giri dan Situs Cagar Budaya Giri Situs Cagar Budaya Lamongan – Jawa Kompleks Sendang Duwur sebagai Situs 247/M/2015 21 Desember 2015 Kompleks Sendang Duwur Timur Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional

14 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Gambar 1. Cagar Budaya yang didaftarkan secara nasional

2. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Pencatatan dan Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia

Pencatatan warisan budaya takbenda merupakan upaya penting pendataan kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia untuk menambah data karya budaya yang ada di database warisan budaya takbenda Indonesia. Pencatatan dan Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia bertujuan: 1) Merekam data secara tertulis terhadap hasil Pendaftaran Budaya Takbenda untuk ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2) Pencatatan seluruh kekayaan budaya yang ada di Indonesia untuk upaya pelindungan dari kepunahan dan membangun kesadaran dalam pelestarian kebudayaan; 3) ‘Inventory national’ sebagai syarat pengajuan nominasi WBTB untuk diakui oleh UNESCO.

Warisan budaya takbenda Indonesia dengan kategori pencatatan sebagai berikut: 1) Tradisi Lisa 2) Bahasa 3) Naskah Kuno 4) Permainan Tradisional 5) Seni Tradisi 6) Upacara/Ritus 7) Kearifan Lokal 8) Teknologi Tradisional 9) Arsitektur 10) Kain Tradisional 11) Kerajinan Tradisional 12) Kuliner Tradisional 13) Pakaian Adat 14) Senjata Tradisional

Dalam upaya percepatan pencatatan warisan budaya takbenda tahun 2015 telah dilakukan pelibatan komunitas Sobat Budaya untuk pencatatan warisan budaya secara online melalui laman warisanbudaya.info dan pencatatan Road to Campus guna menggerakkan generasi muda untuk turut aktif mencatatkan karya budaya di daerahnya, diselenggarakan di Universitas Indonesia, Depok, serta dilakukan verifikasi warisan budaya takbenda Indonesia di 8 lokasi, yaitu: Bali, Makassar, Ternate, Yogyakarta, Mamuju, Banten, Madura dan Bandung.

Warisan budaya takbenda Indonesia sampai tahun 2014 tercatat sebanyak 5.231 karya budaya dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sebanyak 173 karya budaya. Sedangkan pada tahun 2015, tercatat sebanyak 1.007 karya budaya dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sebanyak 121 karya budaya. Sehingga sampai tahun 2015 telah tercatat sebanyak 6.238 warisan budaya takbenda dan ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sebanyak 294 karya budaya.

Hasil penetapan warisan budaya takbenda Indonesia tahun 2015, sebagaimana dalam tabel berikut:

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 15 Tabel 4 Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia Tahun 2015

NAMA WARISAN BUDAYA NO PROVINSI KATEGORI TAKBENDA

1 Aceh Tari Rapa’i Geleng Seni Pertunjukan 2 Aceh Tari Dampeng Seni Pertunjukan 3 Aceh Tari Bines Seni Pertunjukan 4 Aceh Pinto Aceh Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 5 Aceh Tari Rabbani Wahid Seni Pertunjukan 6 Sumatera Utara Pustaha Lak-Lak Tradisi dan Ekspresi Lisan 7 Kep.Riau Teater Seni Pertunjukan 8 Kep.Riau Dangkong Seni Pertunjukan 9 Kep.Riau Tudung Manto Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 10 Riau Koba Seni Pertunjukan 11 Riau Pacu Jalur Tradisi dan Ekspresi Lisan Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku 12 Riau Menumbai- Pelalawan Mengenai Alam Semesta 13 Bangka Belitung Adu Kerito Surong Tradisi dan Ekspresi Lisan 14 Bangka Belitung Kain Cual Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 15 Bangka Belitung Upacara Adat Nujuh Jerami Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

16 Bangka Belitung Maras Taun Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

17 Bangka Belitung Kopiah Resam Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 18 Bangka Belitung Lempah Kuning Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 19 Bangka Belitung Tradisi Ruwah Kubur Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 20 Jambi Kompangan/ Hadrah Seni Pertunjukan 21 Jambi Kuaw Tradisi dan Ekspresi Lisan 22 Jambi Tari Anggut Seni Pertunjukan 23 Jambi Tari Besayak Seni Pertunjukan 24 Jambi Tari Piring Tujuh Seni Pertunjukan 25 Jambi Tari Pisang Seni Pertunjukan 26 Jambi Tupai Jenjang Seni Pertunjukan

27 Jambi Upacara Besale Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

28 Sumatera Barat Ulu Ambek Seni Pertunjukan 29 Sumatera Barat Rabab Seni Pertunjukan 30 Sumatera Barat Salawat Dulang Tradisi dan Ekspresi Lisan

31 Sumatera Barat Pasambahan Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

32 Sumatera Barat Batombe Seni Pertunjukan 33 Sumatera Selatan Kue Lapan Jam Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 34 Sumatera Selatan Senjang Tradisi dan Ekspresi Lisan 35 Bengkulu Kain Besurek Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 36 Bengkulu Kain Lantung Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 37 Bengkulu Uemak Potong Jang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 38 Lampung Gulai Taboh Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

39 Lampung Sekura Cakak Buah Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

40 Lampung Sulam Usus Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 41 Lampung Seruit Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

16 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 42 Lampung Cakak Pepadun Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

43 Banten Tari Cokek Seni Pertunjukan 44 Banten Angklung Buhun Seni Pertunjukan 45 Banten Seni Rampak Bedug Seni Pertunjukan 46 Banten Sate Bandeng Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

47 Banten Seba Baduy Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

48 DKI Jakarta Tanjidor Seni Pertunjukan

49 DKI Jakarta (Buka) Palang Pintu Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

50 DKI Jakarta Sohibul Hikayat Tradisi dan Ekspresi Lisan 51 DKI Jakarta Gambang Kromong Seni Pertunjukan 52 DKI Jakarta Beksi Tradisi dan Ekspresi Lisan 53 Jawa Barat Sintren Seni Pertunjukan

54 Jawa Barat Upacara Ngarot Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

55 Jawa Barat Mamaos Cianjuran Seni Pertunjukan 56 Jawa Tengah Ukir Jepara Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 57 DI Yogyakarta Rumah Joglo Yogyakarta Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 58 DI Yogyakarta Upacara Mubeng Beteng Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 59 DI Yogyakarta Gudeg Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Upacara Saparan Gamping 60 DI Yogyakarta Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan (Bekakak)

61 Jawa Timur Larung Sembonyo Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

62 Jawa Timur Seni Pertunjukan 63 Jawa Timur Wayang Beber Seni Pertunjukan 64 Jawa Timur Tanean lanjang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 65 Bali Gringsing Tenganan Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 66 Bali Endek Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 67 Bali Sangging Kamasan Bali Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 68 Bali Ket Seni Pertunjukan 69 Bali Joged Seni Pertunjukan 70 Bali Tari Kraton Seni Pertunjukan 71 Bali Dramatari Seni Pertunjukan 72 Bali Dramatari Seni Pertunjukan 73 Bali Topeng Sidakarya Seni Pertunjukan 74 Bali Baris Upacara Seni Pertunjukan 75 Bali Tari Seni Pertunjukan 76 Bali Rejang Seni Pertunjukan 77 NTB Ayam Taliwang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku 78 NTT Mbaru Niang Wae Rebo Mengenai Alam Semesta

79 NTT Pasola Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

80 NTT Etu Tradisi dan Ekspresi Lisan 81 Kalimantan Barat Kledik Seni Pertunjukan 82 Kalimantan Barat Kana/ bekana Tradisi dan Ekspresi Lisan 83 Kalimantan Barat Tenun Ikat Dayak/ Sintang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

84 Kalimantan Barat Bubur Paddas Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 85 Kalimantan Tengah Sapundu Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 86 Kalimantan Tengah Sansana Bandar Tradisi dan Ekspresi Lisan 87 Kalimantan Tengah Mamapus Lewu Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 17 Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku 88 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Mengenai Alam Semesta 89 Kalimantan Selatan Lamut Tradisi dan Ekspresi Lisan 90 Kalimantan Selatan Kuriding/ Guriding Seni Pertunjukan 91 Kalimantan Selatan Bubungan Tinggi Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

92 Kalimantan Selatan Ba’ayun Mulud/Maulid Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

93 Kalimantan Timur Upacara Adat Kwangkay Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku 94 Kalimantan Timur Undang-Undang Kerajaan Kutai Mengenai Alam Semesta 95 Kalimantan Timur Lom Plai Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 96 Kalimantan Timur Mandau Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 97 Kalimantan Timur Blontang Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Upacara Nata Umo 98 Kalimantan Utara Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan Maipunsubon Sawat Dangan 99 Kalimantan Utara Niva bi’o Mepung Tukung Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

100 Kalimantan Utara Incaut Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

101 Kalimantan Utara Bepadaw Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

102 Sulawesi Selatan Ma’badong Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan 103 Sulawesi Selatan Ganrang Seni Pertunjukan 104 Sulawesi Selatan Coto Makassar Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Loka Sattai/Loka Ro’do/Loka 105 Sulawesi Barat Kemahiran dan Kerajinan Tradisional Anjoroi 106 Sulawesi Barat Kain Tenun Sukomandi Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

107 Sulawesi Tenggara Tari Linda Seni Pertunjukan 108 Sulawesi Utara Musik Bia Seni Pertunjukan Kain Tenun Donggala (Masih 109 Sulawesi Tengah Kemahiran dan Kerajinan Tradisional harus dilengkapi)

110 Sulawesi Tengah Upacara Melabot Tumpe Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

111 Gorontalo Permainan Polo Palo Tradisi dan Ekspresi Lisan 112 Gorontalo Tradisi Lisan Tanggomo Tradisi dan Ekspresi Lisan

113 Maluku Cuci Negeri Soya Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

114 Maluku Inasua Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

115 Maluku Obor Pattimura Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan

Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku 116 Maluku Pela Mengenai Alam Semesta

117 Maluku Utara Hibualamo Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

118 Maluku Utara Tari Legu Sahu Seni Pertunjukan 119 Papua Barat Papeda Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 120 Papua Tomako Batu Kemahiran dan Kerajinan Tradisional 121 Papua Koteka Kemahiran dan Kerajinan Tradisional

18 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Gambar 2. Penetapan Warisan Budaya

3. Pelestarian Budaya Melalui Penetapan Warisan Budaya Dunia

Sidang ke-10 Komite Warisan Budaya Takbenda UNESCO di Windhoek, Namibia, pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2015, telah menetapkan 3 genre tari tradisi di Bali (Three Genre of Traditional Dance in Bali) yang terdiri dari sembilan tari tradisi di Bali ke dalam UNESCO Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity. Kesembilan tari tradisional tersebut adalah: Rejang, Sanghyang Dedari, dan Baris Upacara, yang digolongkan sebagai tarian sakral; Topeng Sidhakarya, Sendratari Gambuh, dan Sendratari Wayang Wong, yang digolongkan sebagai tarian semi sakral; serta tari Legong Kraton, Joged Bumbung, dan Barong Ket “Kunthisraya”, yang digolongkan sebagai tarian hiburan.

Inskripsi tiga genre tari tradisi di Bali yang terdiri sembilan tarian Bali ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO merupakan bentuk pengakuan dunia internasional terhadap arti penting tarian tersebut, dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Indonesia akan nilia-nilai luhur tarian Bali serta semangat untuk melestarikannya.

Inskripsi tari tradisi Bali tersebut telah menambah kepemilikan Indonesia menjadi tujuh Warisan Budaya Takbenda UNESCO setelah terdaftar sebelumnya adalah: Wayang (2008), Keris (2008), Batik (2009), Angklung (2010), Tari Saman (2011), dan Noken Papua (2012), serta satu Program Pendidikan dan Pelatihan tentang Batik (2009).

Diskripsi 9 tari tradisi Bali tersebut sebagai berikut:

1) Rejang

Rejang adalah tari keagamaan yang diadakan di Pura Marajan atau Sangga. Berdasarkan koreografinya, tarian ini tidak begitu terkait pada pedum karang seperti tarian lainnya. Tarian ini bersifat fleksibel, menyesuaikan situasi dan kondisi, khususnya pada upacara Pengider Buana, para penari mengitari sajen berputar-putar mengikuti pradaksina.

Gambar 3, Tari Rejang

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 19 2) Sanghyang Dedari

Sanghyang Dedari merupakan salah satu jenis tari Sanghyang. Tari sakral Sanghyang adalah sebuah tari kerauhan yang ditarikan dalam kondisi kesurupan. Tarian ini meiliki tujuan mistis, tidak ditampilkan di depan umum, dan ditarikan untuk melindungi desa dari wabah penyakit, bencana alam, dan sebagainya. Tarian ini merupakan tari tinggalan kebudayaan pra-Hindu yang ditarikan oleh dua gadis yang masih suci. Tarian ini tidak diiringi dengan instrumen musik, melainkan iringan beberapa orang menyanyikan lagu persembahan kepada Dewa.

Gambar 4, Tari Sanghyang Dedari

3) Baris Upacara

Baris Upacara merupakan tarian-tarian yang pada umumnya tidak memiliki lakon (lelampan) atau ceritera. Umumnya tari Baris Upacara ditarikan untuk Dewa Yadnya. Tari Baris Upacara sebagai penunjang upacara Dewa Yadnya banyak jenisnya, merupakan simbol widyadara, apsara sebagai pengawal Ida Betara Sesuhunan turun ke dunia pada saat piodalan (odalan) di Pura bersangkutan dan berfungsi pula sebagai pemendak (penyambut) kedatangan para dewa.

Gambar 5. Tari Baris Upacara

4) Topeng Sidhakarya

Tari topeng Sidhakarya biasanya ditarikan di akhir, menyimbulkan bahwa tari sakral telah selesai. Dalam sebuah hajatan ritual keagamaan tradisi Hindu (Bali), merupakan bagian tak terpisahkan dengan runtutan upacara sebagai pelengkap guna mendapatkan keyakinan dalam pencapaian ke arah kesempurnaan suksesnya sebuah yadnya.

20 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Gambar 6, Topeng Sidhakarya

5) Dramatari Gambuh

Pada umumnya fungsi Gambuh adalah sebagai tari Bebali (seremonial), yaitu sebagai pengiring upacara di pura-pura. Dramatari gambuh sebagai tari lakon klasik tertua dalam khazanah tari Bali adalah merupakan bentuk total teater yang memiliki unsur seni, drama, musik, dialog, dan tembang. Dramatari Gambuh masih memakai nama-nama tokoh penarinya diambil dari nama-nama kaum bangsawan kerajaan di Jawa Timur pada abad ke 12-14. Nama-nama itu di antaranya Demang Sompi Gontak, Tumenggung Macan Angelur, Rangga Toh Jiwa, Ario Kebo Angun-angun, Punta Tan Mundur, dan lain- lainnya. Dramatari Gambuh adalah tari dasar hampir seluruh tari-tarian yang ada di Bali. Dramatari Gambuh sangat erat hubungannya dengan pelaksanaan upacara-upacara besar terutama tingkatan upacara “mapeselang”. Tari Gambuh ditarikan pada waktu Ida Bhathara turun ke “paselang”.

Gambar 7, Tari Gambuh

6) Dramatari Wayang Wong

Dramatari Wayang Wong adalah seni pertunjukan yang pelaku-pelakunya manusia atau orang. Tarian ini merupakan perwujudan dari tari lakon Bali, perpaduan antara tari, drama, dan musik. Wayang Wong di Bali merupakan salah satu cabang seni pertunjukan yang bersifat klasik dan merupakan satu-kesatuan dari tari, tabuh, tembang dan drama dengan menggunakan tapel serta cerita/lakon yang diambil dari wiracarita Ramayana.

Gambar 8, Dramatari Wayang Wong

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 21 7) Legong Kraton

Legong Kraton adalah tari klasik yang melakonkan cerita-cerita jaman dulu seperti cerita Prabu Lasem. Tari ini biasanya ditarikan oleh tiga orang gadis dimana yang seorang berperan sebagai , dan kedua orang lainnya berperan sebagai Legong.

Gambar 9, Tari Legong Kraton

8) Joged Bumbung

Joged Bumbung merupakan salah satu jenis tari Joged yang diiringi dengan gamelan bumbung bambu dan penarinya perempuan, dan pengibing laki-laki. Joged adalah semacam tari pergaulan muda-mudi yang diiringi dengan gamelan yang terbuat dari bumbung bambu. Penari joged pada awalnya menari sendiri yang disebut ngelembar. Setelah itu penari mencari pasangannya seorang laki-laki yaitu salah seorang lelaki yang menonton dan dihampiri si penari, dan laki-laki itu kemudian diajak menari bersama- sama. Begitulah seterusnya si penari berganti-ganti pasangan yang dipilihnya. Tari Joged ini ada persamaannya dengan tari .

Gambar 10, Tari Joged Bumbung

9) Barong Ket

Barong merupakan perwujudan atau prabhawa Sanghyang Tri Murti. Warna topeng atau punggelan berbagai jenis barong yang berwarna bang (merah) adalah simbol Dewa Brahma, yang berwarna ireng (hitam) merupakan wujud Dewa Wisnu, sedangkan yang berwarna petak (putih) merupakan perwujudan Dewa Iswara. Sanghyang Tri Murti yang disimbolkan dengan berbagai jenis barong yang dilawangkan dari satu pintu ke pintu yang lain selama 35 hari diyakini dapat melindungi umat manusia khusunya umat Hindu dari kekuatan merusak yang disebabkan oleh Sanghyang Kala Tiga Wisesa sehingga selamat. Perwajahan Barong pada umumnya merupakan wajah manusia dengan berbagai warna berbeda sebagai simbol tertentu, sedangkan Barong Ket lebih menyerupai hewan.

22 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Gambar 11, Tari Barong Ket

4. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Revitalisasi Museum

Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat. Revitalisasi Museum adalah upaya untuk meningkatkan kualitas museum dalam melayani masyarakat sesuai dengan fungsinya, sehingga museum dapat menjadi tempat kunjungan yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Aspek-aspek revitalisasi museum meliputi 6 aspek yaitu: aspek fisik, untuk meningkatkan tampilan museum menjadi lebih menarik; aspek manajemen, untuk meningkatkan profesionalisme dalam pengelolaan museum dan pelayanan pengunjung; aspek program, untuk mengembangkan program yang inovatif dan kreatif; aspek jejaring, untuk mewujudkan dan memperkuat jejaring museum dan komunitas; aspek kebijakan, untuk menetapkan kebijakan pengelolaan museum; dan aspek pencitraan, untuk meningkatkan citra museum di masyarakat.

Revitalisasi Museum pada tahun 2015 telah menghasilkan 2 kajian dan 15 revitalisasi fisik museum sebagaimana dalam tabel berikut:

Tabel 5 Realisasi Revitalisasi Museum Tahun 2015

No Kegiatan

1 Kajian Museum Virtual 2 Kajian Tata Pamer Museum Mpu Purwa Malang 3 Revitalisasi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama 4 Revitalisasi Museum Kepresidenan (Balai Kirti) 5 Revitalisasi Museum Tinosidin 6 Revitalisasi Museum Mansinam 7 Revitalisasi Museum Noken 8 Revitalisasi Museum Prov. Banten 9 Revitalisasi Museum Kota Makassar 10 Revitalisasi Museum Banggai 11 Revitalisasi Museum Prov. Sumbar (Adityawarman)

12 Revitalisasi Museum Prov. Sulawesi Tengah

13 Revitalisasi Museum Prov. Maluku (Siwalima) 14 Revitalisasi Museum Perjuangan Jambi 15 Revitalisasi Museum Panglima Besar Sudirman 16 Revitalisasi Museum Prov. Nusa Tenggara Timur 17 Revitalisasi Museum Mpu Purwa

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 23 Gambar 12 .Museum yang direvitalisasi

5. Pelestarian Budaya Melalui Pembangunan Museum

Pembangunan museum-museum di Indonesia diharapkan akan mampu mewujudkan misi museum, yaitu: mewujudkan fungsi museum sebagai sarana mencerdaskan bangsa; mengembangkan peran museum sebagai tempat penguatan kepribadian bangsa; dan meningkatkan peran museum sebagai lembaga yang memperkokoh ketahanan nasional dan wawasan Nusantara.

Pembangunan museum ke depan diprioritaskan pada pembangunan museum tematik. Realisasi pembangunan museum pada tahun 2015 dengan target 17 museum yang terdiri dari kajian sebanyak 6 museum dan pembangunan museum sebanyak 11 museum.

Hasil kajian dan pembangunan museum tahun 2015 sebagaimana tabel berikut:

Tabel 6 Realisasi Kajian dan Pembangunan Museum Tahun 2015

No Kegiatan

1 Kajian Museum Kapal Dewa Ruci 2 Kajian Museum Situs Candi Prambanan dan Ratu Boko 3 Kajian Museum Dongeng 4 Kajian Museum Musik 5 Kajian Museum Situs Maros Pangkep 6 Kajian Museum Maritim 7 Museum Islam Nusantara Jombang 8 Museum Song Terus, Pacitan 9 Museum Situs Semedo Tegal 10 Museum Situs Gua Harimau 11 Museum Perang Dunia II dan Trikora 12 Museum Batik 13 Museum PDRI 14 Museum Kerinci 15 Museum Subak 16 Museum Coelacanth Ark Manado 17 Museum Keris Sriwedari Surakarta

24 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 6. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Revitalisasi Cagar Budaya

Revitalisasi cagar budaya adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan menyesuaikan fungsi ruang baru yag tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat.

Aspek penting lainnya dalam revitalisasi cagar budaya adalah pemberdayaan masyarakat di sekitar situs atau kawasan cagar budaya untuk peningkatan kesadaran masyarakat dalam melestarikan tinggalan budaya.

Revitalisasi cagar budaya bertujuan untuk: a. Melestarikan cagar budaya dan lingkungannya; b. Menguatkan informasi dan terpeliharanya cagar budaya/situs; c. Memanfaatkan bangunan cagar budaya secara adaptif dengan menata lingkungan sekitar cagar budaya/situs.

Metode pelaksanaan kegiatan revitalisasi cagar budaya diperlukan untuk memberikan gambaran atau syarat sayarat khusus pelaksanaan revitalisasi cagar budaya dengan memperhatikan baik dari segi fungsi khusus maupun segi teknis lainnya, yaitu : a. dikaitkan dengan adanya pelestarian atau konservasi bangunan yang ada; b. kesatuan perencanaan bangunan dengan lingkungan yang ada di sekitar dalam rangka implementasi penataan bangunan dan lingkungan; c. solusi dan batasan-batasan kontekstual, seperti faktor sosial, budaya setempat, geografi, klimatologi dan lain-lain.

Selain dari kriteria di atas, dalam melaksanakan perencanaan revitalisasi memperhatikan azas-azas bangunan sebagai berikut : 1) bangunan hendaknya fungsional, efisiensi, menarik tetapi tidak berlebihan; 2) kreativitas desain tidak ditekankan pada kelatahan gaya-gaya dan kemewahan material, tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara teknik dan fungsi sosial bangunan, terutama sebagai bangunan pelayan masyarakat;; 3) dengan batasan tidak mengganggu produktivitas kerja, biaya investasi dan pemeliharaan bangunan sepanjang umurnya, yang diusahakan serendah mungkin; 4) desain bangunan dibuat sedemikian rupa sehingga bangunan dapat dilaksanakan dalam waktu yang pendek dan dapat dimanfaatkan secepatnya; 5) bangunan hendaknya dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan menjadi acuan tata bangunan lingkungan di sekitarnya.

Pelaksanaan revitalisasi cagar budaya tahun 2015 telah melibatkan para pelaku dan pengelola budaya dengan hasil revitalisasi: Situs Samudera Pasai Aceh Utara; Situs Karangkamulyan, Ciamis, Jawa Barat; dan Bangunan Cagar Budaya Eks Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan, Surakarta, Jawa Tengah.

7. Pelestarian Budaya Melalui Kegiatan Revitalisasi Taman Budaya

Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, Taman Budaya telah diserahkan kepada Daerah, namun pengelolaan dan fungsionalisasi Taman Budaya menjadi sangat tidak baik. Revitalisasi Taman Budaya sebagai upaya mengembalikan fungsi Taman Budaya sebagai bengkel kerja, laboratorium, dan etalase budaya, bagi para seniman untuk melestarikan karya budaya menjadi program prioritas pemerintah. Sejak tahun 2012-2014, Revitalisasi Taman Budaya telah tersusun sebanyak 25 materplan dan DED, penguatan program, dan pengembangan sumber daya manusia.

Revitalisasi Taman Budaya tahun 2015 sebagai tindak lanjut masterplan dan DED telah dilakukan revitalisasi fisik terhadap 6 Taman Budaya yaitu: 1) Taman Budaya Banda Aceh; 2) Taman Budaya Lampung; 3) Taman Budaya Palangkaraya, Kalimantan Tengah;

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 25 4) Taman Budaya Jawa Barat; 5) Taman Budaya Jawa Tengah; 6) Taman Budaya Nusa Tenggara Barat.

8. Pelestarian budaya melalui kegiatan Pemberian Bantuan Pemerintah

Pemberian bantuan pemerintah untuk pelestarian budaya didasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 24 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Bantuan Sosial di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yakni pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi atau kesejahteraan masyarakat di bidang pendidikan dan kebudayaan. Sedangkan mekanisme pelaksanaannya didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 168/PMK.05/2015, tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga.

Resiko sosial di bidang pendidikan dan kebudayaan yang dimaksudkan dalam peraturan Mendikbud tersebut meliputi kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam, dan bencana alam, yang jika tidak diberikan bantuan sosial akan terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar di bidang pendidikan dan kebudayaan. Dalam program ini, yang dimaksud masyarakat adalah masyarakat yang melakukan pelestarian budaya baik di dunia pendidikan maupun komunitas budaya meliputi: Keraton, Komunitas Adat, Lembaga Adat, Desa Adat, Sanggar, Organisasi Penghayat Kepercayaan, serta Lembaga Keagamaan.

Realisasi pemberian bantuan pemerintah pada Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 sebagai berikut. 1) Fasilitasi Komunitas Budaya sebanyak 348 komuniats budaya; 2) Fasilitasi Alat Kesenian di Sekolah sebanyak 500 sekolah; 3) Fasilitasi Laboratorium Seni Budaya dan Film sebanyak 17 sekolah; 4) Fasilitasi Rumah Budaya Nusantara ebanyak 45 rumah budaya; 5) Fasilitasi Desa Adat sebanyak 132 desa adat.

9. Pelestarian Budaya Melalui Pemberian Anugerah Kebudayaan dan Maestro

Anugerah Kebudayaan dan Maestro merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan apresiasi dan penghargaan bagi para pelaku kebudayaan yang menunjukkan kepedulian tinggi terhadap upaya-upaya pelestarian kebudayaan.

Sasaran kegiatan ini adalah individu, komunitas, dan lembaga (pemerintah non pemerintah, dan asing) dengan target 100 peserta yang dicapai melalui pemberian penghargaan anugerah kebudayaan dan maestro seni tradisi.

26 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Gambar 13. Maestro Mael Aya

Pengharhaan Kebudayaan diberikan dengan beberapa kategori yaitu :

Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia Tanda Kehormatan dari Presiden Republik Indonesia terdiri dari 3 kategori : Bintang Maha Putra, Bintang Budaya Parama Dharma dan Satyalancana Kebudayaan. Tanda Kehormatan tersebut di atas langsung disematkan oleh Presiden Republik Indonesia dalam rangka acara peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia setiap bulan Agustus di Istana Negara. Pada tahun 2015 ada 13 orang Penerima Tanda Kehormatan sebagai berikut :

PENERIMA TANDA KEHORMATAN KATEGORI BINTANG MAHAPUTRA TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH 1 Franz Magnis-Suseno Filsuf, Budayawan DKI Jakarta

PENERIMA TANDA KEHORMATAN KATEGORI BINTANG PARAMA DHARMA TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH Goenawan Susatyo 1 Sastrawan dan Budayawan DKI Jakarta Mohamad Petrus Josephus Ahli Sastra Jawa Kuno, Penyusun Kamus 2 Yogyakarta Zoetmulder (Alm.) Jawa Kuno Inggris Komposer Musik Karawitan Jawa, KPH Notoprojo (Ki 3 Pendukung Utama Sendratari Yogyakarta Tjokrowasito) (Alm.) Ramayana

PENERIMA TANDA KEHORMATAN KATEGORI SATYALANCANA KEBUDAYAAN TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH Pencipta Tari Serampang 1 Sauti (Alm.) Sumatera Utara Dua Belas 2 Josef Prijotomo Arsitek JawaTimur Hildawati 3 Seni Rupa Keramik DKI Jakarta Soemantri(Almh) I Nyoman Tjokot 4 Perupa Bali (Alm.)

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 27 Peneliti Antropologi: M. Junus Melalatoa Nanggroe Aceh 5 Penulis Ensiklopedi Suku- (Alm.) Darussalam Suku Bangsa Indonesia Augustin Sibarani 6 Kartunis DKI Jakarta (Alm.) 7 Kotot Sukardi (Alm.) Sutradara Film DKI Jakarta

8 Suryo Sumanto (Alm.) Perintis Perfilman Indonesia Jawa Tengah

Muhammad Sjafe’i Sumatera Barat (lahir 9 Seni dan Ketrampilan (Alm.) di Banjarmasin)

Penghargaan Kebudayaan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Malam Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2015 diselenggarakan pada tanggal 23 September 2015 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pada kesempatan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan memberikan penghargaan kepada 42 penerima Anugerah Kebudayaan dari beberapa kategori sebagai berikut :

PENERIMA KATEGORI PENCIPTA, PELOPOR, DAN PEMBARU TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH Sitor Situmorang Sumatera 1 Sastrawan, Pencipta. (Alm.) Utara Wa Ode Siti Koreografer, Pencipta, Pembaru 2 DKI Jakarta Marwiyah Sipala Tari Sulawesi Selatan, Peneliti Tari. Komponis Musik, Pianis, Pelopor, Pembaru, Inspirator bagi 3 Ananda Sukarlan Jawa Barat generasi muda untuk mencintai Musik Sastrawan, Pencipta, Pelopor, dan Pembaru Teater Modern 4 Saini KM Jawa Barat berdasarkan tradisi cerita rakyat Sunda. Perancang, Pakar Desain Irvan Noe’man Komunikasi Visual, Pelopor 5 Jawa Barat (Alm.) wacana Ekonomi Kreatif, dan Pembaru gagasan desain visual.

Seniman, Pendidik dalam bidang Desain Komunikasi Visual, Syahrinur Prinka 6 Pembaru gagasan ekspresi visual Jawa Barat (Alm.) yang kritis di media massa untuk mencerdaskan bangsa.

Sastrawan, Pelopor penulisan 7 Marga T sastra populer di Indonesia pada DKI Jakarta tahun 1970-an.

28 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Fotografer, Pendidik, Pelopor komunitas fotografi jurnalistik 8 Oscar Motuloh DKI Jakarta (Galeri Fotografi Jurnalistik Antara) Konduktor musik, Komposer, 9 Avip Priatna Orkestrator, Pelopor aransemen Jawa Barat paduan suara 10 Marselli Sumarno Kritikus Film DKI Jakarta

PENERIMA KATEGORI PELESTARI TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH Sumatera 1 Anna Kumari Pemelihara Tradisi Selatan 2 Hayatinufus Tobing Ahli Kuliner Tradisional DKI Jakarta Pemelihara Tradisi, 3 Ni Ketut Arini Koreografer, dan Sindon Bali Wayang Beber Peneliti Kebudayaan dan 4 Yahya Andi Saputra DKI Jakarta Seniman Tradisi Lisan Pemelihara Tradisi/Adat/ 5 Vincentius Kirjito Jawa Tengah Ritus Alam Agus Nur Amal (Agus 6 Penerus Tradisi Lisan Aceh PM. Toh) 7 Semuel Laufa Pemelihara Tradisi Alor NTT Saur Marlina Perintis dan Pelaku 8 Manurung (Butet Pendidikan Alternatif Bagi DKI Jakarta Manurung) Masyarakat Terasing Pengrajin Perahu tradisional Sulawesi 9 Muhammad Djafar Pa’dewakang Selatan 10 Viani Subiyat Koreografer Papua

PENERIMA KATEGORI ANAK DAN REMAJA TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA BIDANG KARYA ASAL DAERAH Bathara Saverigadi Seni Tari dan 1 DIY Dewandoro Koreografi 2 Elansyah Putra Merdeka Seni Lukis Sulawesi Tengah 3 Sherina Salsabila Penulis DKI Jakarta Vicky Wahyu Hermawan 4 Seni Pedalangan Jawa Tengah Ramadhan Putri Yumna Salsabila 5 Seni Lukis Jawa Timur Uphadana

PENERIMA KATEGORI PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

NO NAMA PENERIMA ASAL DAERAH 1 Pemerintah Kabupaten SIAK Riau Pemerintah Kabupaten 2 Jawa Timur BANYUWANGI 3 Pemerintah Kota TERNATE Maluku Utara

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 29 PENERIMA KATEGORI KOMUNITAS TAHUN 2015 NAMA ASAL NO BIDANG KARYA PENERIMA DAERAH Komunitas budaya yang mengusung tradisi teks Sutasoma oleh Mpu Tantular (Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika), dengan menggelar Grebek Aksara di Maha Bajra berbagai tempat di Indonesia. Didirikan 1 Bali Sandhi sejak tahun 2000 oleh Ida Wayan Granoka, Grebek Aksara telah menjadi ajang pembelajaran ribuan anggota komunitas, ratusan desa, dan puluhan festival. Komunitas seniman yang mengeksplorasi tari kontemporer Indonesia yang kemudian berkembang sebagai salah Indonesian satu forum seni pertunjukan terpenting DKI 2 Dance dunia. Diselenggarakan sejak tahun Jakarta Festival (IDF) 1992 secara berkesinambungan dan melahirkan seniman-seniman dan karya- karya kreatif dengan idiom-idiom baru.

Komunitas budaya yang memberikan penafsiran baru dalam pembebasan tubuh dalam gerak hayati. Dirintis sejak Padepokan tahun 1986 oleh Soeprapto Soerjodarmo Jawa 3 Lemah Putih di Solo, kini meluas menjadi komunitas Tengah global melalui penyelenggaraan berbagai pertemuan (pasamuan) multikultur.

PENERIMA KATEGORI PERORANGAN ASING TAHUN 2015 NAMA NO BIDANG KARYA ASAL DAERAH PENERIMA Anthony H. Ahli sastra Indonesia modern dan 1 Australia Johns naskah-naskah Islam klasik Indonesia Berjasa besar dalam pelestarian ulos 2 Sandra Niessen (kain tenun etnis Batak) dan tenunan Canada Indonesia lainnya Ahli naskah Bima dan Melayu, ahli Henri Chambert- 3 dalam bahasa dan sastra Indonesia Perancis Loir modern

PENERIMA PENGHARGAAN MAESTRO SENI TRADISI TAHUN 2015 NO NAMA PENERIMA USIA BIDANG KARYA 1 Mael Aya 73 Karungut 2 Arang Imang 60 Pembuat dan Pemain Alat Musik Sampe

30 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Penutur Tujai (Puisi lisan berisi nasihat 3 Abdul Wahab Lihu 78 untuk kepentingan upacara daur hidup (kelahiran, perkawinan, dan kematian)) 4 Justinus Hokey 70 Pemusik dan Penyanyi Kakula 5 Jan Malibela 73 Penari, Penyair, Perupa,

Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memberikan dana tunjangan kepada 49 Maestro yang sebelumnya mendapatkan penghargaan. Berikut adalah nama-namanya :

PENERIMA MAESTRO SEBELUMNYA s.d. TAHUN 2014

NO NAMA PENERIMA BIDANG KEAHLIAN ASAL DAERAH

1 Abdullah Abdurrahman Seniman Tari NAD 2 Ibrahim Ahmad Wayang Bangsawan Kep. Riau 3 H. Ali Ahmad Kep. Riau 4 Djalaluddin Sastrawan (Folklore) Bengkulu 5 Iskandar Zakaria Pembuat Mushaf Al Quran Jambi 6 Batman Seni Campak Dalung Bangka Belitung 7 Sawir Sutan Mudo Syair dan Musik Sumbar 8 Islamidar Sampelong Sumbar Seniman Ukir Khas 9 Chan Umar Sumbar 10 Sahilin Pemantun Gitar Batanghari 9 Sumsel 11 Penutur Sastra Lisan Lampung Masnuna Lampung “Dadi” 12 Tan De Seng Peng. Kecapi Suling Jabar 13 Karna Pembuat Jabar 14 Dariah Penari Lengger Jawa Tengah 15 Suwitri Penari Topeng Slawi Jawa Tengah 16 Suyati Tarwo Sumosutargio Tari Tradisional Jawa Tengah 17 Tentrem Pembuat Gong ageng Jawa Tengah 18 Mbah Kandar Wayang Krucil Jatim 19 Jamhar Akbar Sastra Lisan (Lamut) Kalsel 20 Peder Seni Ukir Kalbar 21 Liu Jiu Tot Tari Topeng Hudog Kaltim 22 I Made Sidja Dalang Bali 23 Wayan Oka Granoka Seni Teater Bali 24 I Made Taro Tradisi Lisan Bali Bali

25 Serang Dakko Penabuh Gendang Sulsel

26 Abdul Muin Daeng Mile Musik Tradisional Gendang Sulsel 27 Daeng Manda Seni Tari Sulsel

28 Bing Leuwakabessy Pemusik Hawaien Maluku 29 Amma’ Cammana Seni Musik Sulbar

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 31 30 La Ode Kamaluddin Penyanyi Kabhanti Sultra 31 Amaq Raya Tari dan Musik Tradisional NTB 32 Jeremias Aogust Paah Musik Sasando NTT Pelatih/Penari Zepin lembut 33 Nazamuddin Kalimantan Barat tradisional 34 Petrus Pande Migo Penari Seni Tari Tradisional NTT 35 Pemain Kesenian Blenggo- Engkos Kosasih DKI Jakarta Betawi 36 Mak Cida Penari Pakarena Sulawesi Selatan 37 Baidjuri Tarmuzi (Baidjuri Seni Pertunjukan (Musik dan Bangka Belitung Tarsa) Tari) 38 Jariah Seni Tutur (Dideng) Jambi 39 Missy Ano Seni Tari Suku Sahu Maluku Utara 40 Nari (Amaq Nurmini Sastra Lontar Sasak NTB 41 Roghaya Seni Pertunjukan (Makyong) Kep. Riau 42 Salmom Oropa Seni Tari, Teater dan Seni Ukir Papua 43 H. Sanusi Pencak Silat DKI Jakarta 44 Taslim bin Faham Seni Pertunjukan (koba) Riau 45 Maria Magdalena Seni Pertunukan Karawitan Yogyakarta Rubinem Seni Pertunjukan (Gambang 46 H. Rodjali DKI Kromong) 47 Rosa Agapa Seni Kriya (Noken) Papua Seni Pertunjukan (Seni 48 Marsius Sitohang Sumatera Utara Tradisional Batak) 49 Murka’ Seni Kriya (Keris) Jawa Timur

Gambar 14. Malam Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro 2015

10. Penganugrahan Pelestari Cagar Budaya dan Permuseuman Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman merupakan amanat Undang-Undang Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Pelestarian terdiri dari pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dilakukan terhadap cagar budaya dan yang belum menjadi cagar budaya. Museum, sebagai salah satu tempat melestarikan cagar budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari cagar budaya itu sendiri. Kegiatan pelestarian cagar budaya maupun pengembangan museum selain dilaksanakan oleh pemerintah, juga dilakukan oleh perseorangan, pemerintah daerah, maupun pihak swasta.

32 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Pemerintah Pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengapresiasi pelestarian cagar budaya dan pengembangan museum yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun perseorangan. Hasil Kegiatan Penganugerahan terdiri dari Penganugerahan Pelestari Cagar Budaya dan Penganugerahan Museum.

1. Penganugerahan Pelestari Cagar Budaya

Penentuan penerima Penganugerahan Pelestari Cagar Budaya, dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 3 Agustus 2015, pukul 13.00 WIB, bertempat di Ruang Rapat Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Gedung E Lantai 11, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman Senayan. Adapun penerima anugerah Pelestari Cagar Budaya tahun 2015 adalah:

a. Kategori Juru Pelihara Cagar BudayaTerbaik : 1. Zaki Munawar (Candi Cangkuang/ BPCB Serang) 2. Rakhmad Suparman (Benteng Keraton Buton/BPCB Makassar) 3. Bondan Siswanto (Candi Penataran/BPCB Jawa Timur) 4. Jayadi (Candi Badut/BPCB Jawa Timur) 5. Sugrahanuddin (Rumah Pengasingan Bung Karno/BPCB Jambi)

b. Kategori Pelestari Cagar Budaya Terbaik : 1. Albertus Kriswandhono 2. Dwi Cahyono

c. Kategori Pemerintah Kabupaten/Kota Terbaik : 1. Pemerintah Kota : Pemerintah Kota Surakarta 2. Pemerintah Kabupaten : Pemerintah Kabupaten Blitar

Gambar 15. Para Penerima Anugerah Pelestari Budaya

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 33 2. Penganugerahan Museum

Penentuan penerima Penganugerahan Museum diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 6 Juli 2015, pukul 17.30 WIB, bertempat di Ruang Rapat Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Gedung E Lantai 11, Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman Senayan Jakarta, Adapun Penerima Anugerah Permuseuman Indonesia Tahun 2015, dengan Kategori sebagai berikut :

a. Kategori Museum Terbaik :

1. Museum Negeri Provinsi : Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara

2. Museum Kabupaten/Kota : Museum 10 November Surabaya

3. Museum Milik Kementerian/lembaga/TNI/POLRI/Universitas/BUMN : Museum Konferensi Asia Afrika, Bandung

4. Museum Swasta : Museum ARMA, Ubud Gianyar

b. Kategori Pemerintah Peduli Museum :

1. Pemerintah Provinsi : Pemerintah Provinsi Jawa Timur

2. Pemerintah Kota/Kabupaten : Pemerintah Kota Malang b. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Diplomasi Budaya Luar Negeri

Indikator kinerja sasaran strategis tersebut adalah: jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia. Realisasi sasaran strategis tersebut sebagaimana diuraikan dalam matrik berikut.

Matrik 2 Realisasi Sasaran Strategis Tahun 2015

Tahun 2015 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

2 Meningkatnya diplomasi Jumlah negara yang menjalin 40 51 127,5 budaya luar negeri hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia

34 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Berdasarkan matrik di atas dapat dijelaskan bahwa ketercapaian sasaran strategis dengan indikator kinerja jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia dengan target sebanyak 40 negara dapat terealisasi sebanyak 51 negara atau 127,5 %.

Indikator Kinerja “Jumlah Negara Yang Menjalin Hubungan Kerjasama dan Pertukaran Informasi Budaya dengan Indonesia”

Kerjasama dan pertukaran informasi bidang kebudayaan dengan negara lain sangat penting sebagai sarana soft diplomasi untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia. Realisasi kinerja jumlah negara yang menjalin kerjasama dan pertukaran informasi dengan Indonesia tahun 2015, sebagaimana dalam tabel berikut.

Tabel 7 JUMLAH NEGARA YANG MENJALIN KERJASAMA DAN PERTUKARAN INFORMASI DENGAN INDONESIA TAHUN 2015

NO NEGARA BENTUK KERJASAMA 1 AUSTRALIA 2 SPANYOL 3 JERMAN 4 INDIA 5 AUSTRIA 6 BULGARIA 7 PERANCIS 8 NEW ZEALAND 9 KANADA 10 AZERBAIJAN 11 BELANDA 12 ALJAZAIR 13 RUMANIA 14 ITALIA 15 AMERIKA SERIKAT 16 ARGENTINA 17 18 JEPANG 19 AFRIKA SELATAN Pengiriman Misi Kebudayaan melalui 20 SWEDIA Fasilitasi Kegiatan Kebudayaan di Luar 21 Negeri 22 CEKO 23 SLOWAKIA 24 INGGRIS 25 POLANDIA 26 FILIPINA 27 HUNGARIA 28 29 LITHUANIA 30 MADAGASKAR 31 BELGIA 32 KOREA SELATAN 33 SWISS 34 CHILI 35 SINGAPURA 36 NORWEGIA 37 TUNISIA 38 NAMIBIA 39 BOLOGNA 40 BRUNEI 41 KAMBOJA 42 LAOS Pengiriman delegasi Pada Kegiatan 43 VIETNAM ASEAN 44 THAILAND 45 TIMOR LESTE Pengembangan Rumah Budaya Indonesia 46 MYANMAR di Luar Negeri 47 TURKI 48 49 SOLOMON 50 NEW CALEDONIA Festival Kebudayaan Melanesia 51 PAPUA NEW GUINEA

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 35 Penguatan diplomasi budaya sebagai upaya meningkatkan kerjasama dan kemitraan lintas budaya antar bangsa, bertujuan untuk membangun kekuatan budaya dan citra Indonesia di forum internasional, dengan aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

1. Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Negara Mitra

Dalam rangka kerjasama lndonesia dengan negara-negara mitra di bidang kebudayaan telah ditandatangani perjanjian kerjasama di tahun 2015, sebagai berikut: 1) Pernyataan Kehendak Antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kementerian kebudayaan Republik Rakyat Tiongkok tentang Pendirian Pusat Budaya Timbal Balik; 2) Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Europalia International tentang Kerjasama dalam Pengorganisasian Festival Europalia Indonesia 2017; 3) Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kementerian Kebudayaan Republik Belarus tentang Kerjasama di Bidang Kebudayaan; 4) Memorandum Saling Pengertian antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan Kementerian Kebudayaan Denmark tentang Kerjasama Bidang Kebudayaan; 5) Pengaturan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kementerian Kebudayaan Republik India tentang Program Pertukaran Budaya untuk Tahun 2015- 2018.

2. Fasilitasi Kegiatan Kebudayaan di Luar Negeri

Fasilitasi Kegiatan Kebudayaan di Luar Negeri bagian dari upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan diplomasi Indonesia di luar negeri melalui kebudayaan. Adapun tujuannya untuk meningkatkan peran dan citra Indonesia di tingkat internasional dan untuk pemberdayaan pelaku budaya Indonesia untuk lebih meningkatkan pengalaman dan kualitas di luar negeri.

Even diplomasi budaya yang difasilitasi diberikan pada 391 pelaku budaya yang melaksanakan berbagai aktivitas diplomasi melalui kebudayaan di 39 negara, meliputi: Australia, Spanyol, Jerman, India, Austria, Bulgaria, Perancis, New Zealand, Kanada, Azerbaijan, Belanda, Aljazair, Rumania, Italia, Amerika Serikat, Argentina, Malaysia, Jepang, Afrika Selatan, Swedia, Portugal, Ceko, Slowakia, Inggris, Polandia, Filipina, Hungaria, China, Lithuania, Madagaskar, Belgia, Korea Selatan, Swiss, Chili, Singapura, Norwegia, Tunisia, Namibia dan Bologna.

Para pelaku kebudayaan ini dalam berbagai kunjungannya di luar negeri telah mengharumkan nama Indonesia melalui capaian prestasi yang membanggakan, antara lain:

Fasilitasi Keikutsertaan Festival Film Bergengsi : 1) Cannes Film Festival (Film “The Fox Exploits the Tigers Night“) 2) Festival Film International Venice (dalam sejarah, pertama kali Indonesia lolos kategori film panjang “A Copy of My Mind”) 3) Berlinale International Film Festival 4) Toronto International Film Festival 5) Busan Film Festival 6) Los Angeles Film Festival 7) Pengiriman Pelatih Batik, Angklung dan Guru Bahasa Indonesia ke Bulgaria, Madagaskar 8) Indonesia melalui Akademi Gastronomi Indonesia menjadi anggota Asosiasi Gastronomi Dunia Kande mendapatkan penghargaan mendapat anugerah penghargaan Herald Angel Award oleh harian nasional Skotlandia The Herald atas mutu pementasan di Fringe pada Festival Bergengsi Edinburgh Festival Fringe 9) Fasilitasi partisipasi Indonesia dalam “Venice Biennale” Pameran Seni Rupa terbesar di Dunia 10) Tim Kesenian UGM mendapat “1st Place Grand Prix Winner-Higgest Valuable Prize Folklore Category” pada festival of Folklore in Prague and XXII International Art festival Prague Stars

36 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 3. Festival Budaya Melanesia

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan Festival Budaya Melanesia, Melanesian Culture Festival (MCF), dengan tema “Celebrating the Cultural Diversity of Melanesian World”. Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, memiliki jumlah warga dari ras Melanesia dengan jumlah yang cukup banyak. Berdasarkan statistik di Indonesia terdapat 7,3 juta dari 240 juta penduduk Indonesia, atau secara persentase sekitar 3% dari total jumlah penduduk, Indonesia.

Festival Budaya Melanesia bertujuan untuk mengenalkan persebaran ras Melanesia yang ada di Indonesia yaitu: Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur, kepada negara-negara yang berada di kawasan Melanesia. Kegiatan diselenggarakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 26-30 Oktober 2015. Melanesian Culture Festival merupakan suatu forum bagi masyarakat yang mempunyai pengaruh budaya Melanesia untuk saling bertukar pengetahuan, tradisi, dan budaya dengan harapan dapat meningkatkan saling pengertian dan solidaritas di kawasan Melanesia.

Festival terdiri dari 4 (empat) program, yaitu konferensi, pertunjukan kesenian, pameran budaya, dan penayangan/festival film. Untuk pertunjukan seni budaya Melanesia menampilkan tarian dari seluruh penari dari Fiji, Indonesia, Papua Nugini, Solomon Island, Timor Leste, Vanuatu, dan New Caledonia, yang diselingi tarian dari Provinsi NTT, Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat.

Acara pemutaran film, menampilkan pertunjukan film baik nasional maupun internasional dari beberapa negara yang mengirimkan film yaitu Fiji dan New Caledonia. Indonesia sendiri memutar 2 (dua) film selama acara berlangsung, yaitu: “Cahaya dari Timur” dan “Atambua 39°C. Pameran mengambil tema “Spirit of Melanesia”, yang menceritakan bagaimana ruh budaya Melanesia menyebar hingga ke Nusa Tenggara Timur.

Hasil dari Festival Kebudayaan Melanesia : 1) Terbukanya peluang kerja sama yang baik antar 7 negara-negara Melanesia (Fiji, Indonesia, New Caledonia, Solomon Island, Papua New Guinea, Timor Leste, Vanuatu) di sektor budaya Melanesia 2) Menjadi media diplomasi untuk menepis isu-isu negatif mengenai suku bangsa Melanesia di Indonesia yang banyak dihembuskan oleh media internasional 3) Terintegrasinya kebudayaan Melanesia dengan keanekaragaman budaya masyarakat Indonesia dari ujung barat sampai ke timur. 4) Lestarinya budaya Melanesia di sejumlah daerah di Indonesia (Maluku, Maluku Utara, NTT, Papua, Papua Barat)

4. Pengembangan Rumah Budaya Indonesia di Mancanegara

Rumah Budaya Indonesia di Mancanegara merupakan wahana untuk mengenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia dalam rangka meningkatkan citra dan apresiasi masyarakat internasional terhadap Indonesia. Pendirian Rumah Budaya Indonesia di mancanegara dimaksudkan: 1) Sebagai rumah ekspresi dan presentasi seni budaya Indonesia bagi masyarakat internasional, maupun WNI yang menetap di luar negeri (Indonesian culture expression), 2) Sebagai rumah belajar budaya Indonesia bagi masyarakat internasional, maupun WNI yang menetap di luar negeri (Indonesian culture learning), dan

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 37 3) Sebagai rumah diskusi dan pengembangan citra budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas oleh masyararakat internasional maupun WNI yang menetap di luar negeri, khususnya penguatan pengakuan internasional akan icon-icon budaya Indonesia (tangible maupun intangible) (Indonesian Culture Advocacy and Promotion)

Fungsi Rumah Budaya Indonesia di Mancanegara: 1) Sebagai RUMAH EKSPRESI DAN PRESENTASI SENI BUDAYA Indonesia bagi masyakarakat internasional maupun WNI yang menetap di luar negeri. 2) Sebagai RUMAH BELAJAR BUDAYA Indonesia bagi masyarakat internasional maupun WNI yang menetap di luar negeri, seperti: Belajar Menari, Gamelan/angklung/kolintang/musik tradional lain, Bahasa, Masakan Indonesia, dll. 3) Sebagai RUMAH DISKUSI DAN PENGEMBANGAN CITRA Budaya Indonesia agar dapat lebih dikenal luas oleh masyararakat internasional maupun WNI yang menetap di luar negeri , khususnya penguatan pengakuan internasional akan icon-icon budaya Indonesia (tangible maupun intangible).

Pengembangan Rumah Budaya Indonesia di Mancanegara dengan memberikan fasilitasi dan aktivasi di Rumah Budaya Indonesia di 10 (sepuluh) negara: yaitu Amerika Serikat, Perancis, Australia, Belanda, Jepang, Jerman, Timor Leste, Turki, Myanmar, dan Singapura .

5. Pembangunan Pusat Budaya Indonesia di Timor Leste

Direktorat Jenderal Kebudayaan pada tahun anggaran 2015 melaksanakan pembangunan Pusat Budaya Indonesia (PBI) di Dili, Timor Leste. Gedung PBI dibangun di Rua Bispo de Medeiros, Mascarinhas, Vera Cruz, Dili dan peletakan batu pertama pembangunannya telah dilakukan secara resmi oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada hari Rabu tanggal 27 Agustus 2014. Presiden Yudhoyono dalam kesempatan itu didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono. Hadir pada acara itu Presiden Timor Leste dan Ibu Negara Isabel Da Costa Ferreira, Perdana Menteri Xanana Gusmao dan mantan Perdana Menteri Mari Alkatiri.

Pusat Budaya Indonesia di timor Leste berdiri di atas lahan seluas 2.500 meter dan bangunan 5.700 meter yang terdiri dari 4 lantai dan 1 basement. Pusat Budaya Indonesia ini dilengkapi dengan Rumah Pintar, ruang pameran, amphiteater, perpustakaan, mini theater, laboratorium komputer, hall pertemuan, dan kedai kopi.

Gambar 16. Pusat Budaya Indonesia di Timor Leste

38 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 B. REALISASI ANGGARAN

Pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1.693.768.273.000,- dapat terealisasi sebesar Rp 1.495.164.726.569,- atau 88,27 %. Target dan realisasi anggaran tersebut dapat digambarkan dalam grafik berikut ini.

Grafik 2 Target dan Realisasi Anggaran Tahun 2014

Realisasi anggaran per jenis belanja Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 menunjukkan bahwa Belanja Pegawai dapat terealisasi sebesar 92,91%, Belanja Barang sebesar 87,94%, dan Belanja Modal sebesar 87,08%. Sedangkan realisasi anggaran per Satuan Kerja menunjukkan bahwa Kantor Pusat sebesar 85,35%, Kantor Daerah/UPT sebesar 92,08%, dan SKPD/Tugas Pembantuan sebesar 91,81%.

Pengukuran kinerja program dan akuntabilitas keuangan Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kinerja program jumlah mata budaya yang dilestarikan dengan target sebesar 96.290 mata budaya dapat terealisasi sebesar 108.262 mata budaya, atau 112,43 %, dengan dukungan anggaran untuk merealisasikan target kinerja tersebut sebesar Rp 561.732.268.138,- dengan realisasi sebesar Rp 512.025.444.854,- atau 91,15 %

2. Kinerja program jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya dengan target 40 negara dapat terealisasi sebesar 51 negara, atau 127,50 %. Realisasi kinerja tersebut didukung anggaran sebesar Rp 146.110.000.000,- dan dapat terealisasi sebesar Rp 137.566.310.000,- atau sebesar 94,15 %.

C. KENDALA/ PERMASALAHAN DAN TINDAK LANJUT

Realisasi anggaran keseluruhan Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 sebesar 88,27 % jauh dari target yang direncanakan sebesar 92,67 %. Meskipun target kinerja yang ditetapkan dapat tercapai, namun dalam melestarikan budaya Indonesia masih dijumpai hambatan dan kendala yang dihadapi, diantaranya: 1. Tidak dapat dilakukannya optimalisasi anggaran sisa lelang pengadaan barang/jasa pemerintah dan sisa kegiatan swakelola karena terbitnya surat Menteri Keuangan Nomor S-798/MK.02/2015 tentang pengendalian revisi; 2. Belum selesainya struktur organisasi Museum Kepresidenan sehingga anggaran kegiatan

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 39 tahun 2015 diblokir sebesar Rp 5.863.942.000,-; 3. Kurangnya komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Tugas Pembantuan sehingga penggunaan anggaran belum maksimal; 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 168/PMK.05/2015, tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/ Lembaga, efektif dapat dilaksanakan pada bulan Oktober 2015, sehingga pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan bantuan pemerintah tidak dapat dilaksanakan pada akhir tahun; 5. Tidak terlaksananya pengadaan tanah untuk pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga konservasi koleksi museum dan cagar budaya sebesar Rp 45 miliar, karena tidak tercapainya kesepakatan terkait harga dan lokasi tanah.

Melihat beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi tersebut beberapa langkah antisipasi yang akan dilakukan di masa datang adalah:

1. Perlu kebijakan penggunaan sisa anggaran hasil optimalisasi untuk meningkatkan realisasi output kegiatan;

2. Peningkatan koordinasi, advokasi, dan supervisi dengan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bidang kebudayaan

3. Perlu persiapan pelaksanaan kegiatan bantuan pemerintah sejak awal tahun untuk mempercapat realisasi bantuan pemerintah.

40 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 BAB IV

P E N U T U P

Kinerja Program Pelestarian Budaya pada Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan target sebanyak 2 kinerja program dapat terealisasi melebihi target yang ditetapkan, yaitu: Jumlah mata budaya yang dilestarikan, dengan target sebanyak 96.290 mata budaya dapat terealisasi sebanyak 108.262 mata budaya, atau 112,43 %; dan Jumlah negara yang menjalin hubungan kerjasama dan pertukaran informasi budaya, dengan target 40 negara dapat terealisasi sebanyak 51 negara, atau 127,50 %.

Pelaksanaan program, kegiatan, dan anggaran Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 1.693.768.273.000,- dapat terealisasi sebesar Rp 1.495.164.726.569,- atau 88,27 %. Realisasi anggaran masih jauh dari target yang direncanakan sebesar 92,67 %. Hambatan dan kendala yang dihadapi adalah: 1. Tidak dapat dilakukannya optimalisasi anggaran sisa lelang pengadaan barang/jasa pemerintah dan sisa kegiatan swakelola karena terbitnya surat Menteri Keuangan Nomor S-798/MK.02/2015 tentang pengendalian revisi; 2. Belum selesainya struktur organisasi Museum Kepresidenan sehingga anggaran kegiatan tahun 2015 diblokir sebesar Rp 5.863.942.000,-; 3. Kurangnya komitmen Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Tugas Pembantuan sehingga penggunaan anggaran belum maksimal; 4. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Nomor 168/PMK.05/2015, tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga, efektif dapat dilaksanakan pada bulan Oktober 2015, sehingga pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan bantuan pemerintah tidak dapat dilaksanakan pada akhir tahun; 5. Tidak terlaksananya pengadaan tanah untuk pembangunan Pusat Pendidikan dan Pelatihan tenaga konservasi koleksi museum dan cagar budaya sebesar Rp 45 miliar, karena tidak tercapainya kesepakatan terkait harga dan lokasi tanah. Melihat beberapa hambatan dan kendala yang dihadapi tersebut untuk meningkatkan kinerja di tahun mendatang perlu langkah antisipasi yang akan dilakukan adalah: 1. Perlu kebijakan penggunaan sisa anggaran hasil optimalisasi untuk meningkatkan realisasi output kegiatan; 2. Peningkatan koordinasi, advokasi, dan supervisi dengan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan bidang kebudayaan; 3. Perlu persiapan pelaksanaan kegiatan bantuan pemerintah sejak awal tahun untuk mempercapat realisasi bantuan pemerintah.

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 41 LAMPIRAN

42 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015

Mata Budaya yang Dilestarikan AKTIVITAS: Indikator:

TARGET 2 1 1

Kebudayaan Prasarana Sarana dan dan Revitalisasi Pembangunan Cagar Budaya Pemanfaatan dan Pengembangan, Pelindungan, Dilestarikan Budaya yang Jumlah Mata REALISASI 2 1 3 2 1

RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN diinventarisasi Mata Budaya Cagar budaya yang dikelola Budaya yang Budaya yang budaya yang budaya yang direvitalisasi direvitalisasi Dilestarikan Taman Cagar Cagar Cagar % DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN TAHUN 201

96,290 PAGU 2439 716 124 18

6 CAPAIAN REALISASI 108,262 2617 3036 124 18

6 100.00% 100.00% 365.50% 100.00% 124.48% 112.43% 5 %

39,356,000,000 42,779,570,000 15,854,398,000 45,081,259,000 561,732,268,138 561,732,268,138 2,229,999,000

ANGGARAN 512,025,444,854 512,025,444,854 37,099,982,482 39,492,382,823 13,931,077,905 39,258,116,196 1,999,843,559

94.27% 92.32% 89.68% 87.87% 87.08% 91.15%

OUTCOME

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 43

4 3

YME dan Tradisi, Warisan Budaya terhadap Tuhan Penetapan dan Cagar Budaya, Kesenian, dan Nilai Budaya, Kepercayaan Pengelolaan Penyusunan Pelestarian Tak Benda Dokumen Sejarah

2 1 2 1 9 8 7 6 5 4 3 Warisan budaya pelestarian nilai nusantara yang Desa adat yang perfilman yang Rumah budaya disekolah yang Pembangunan Museum yang dunia yang di Kesenian dan cagar budaya nasional dan budaya yang budaya yang direvitalisasi direvitalisasi pelestarian ditetapkan Komunitas difasilitasi difasilitasi difasilitasi difasilitasi Dokumen Dokumen Kekayaan Museum kesenian budaya kelola 1465 357 100 348 132 517 20 45 85 18 15 1447 344 121 348 132 517 150 20 45 18 14 121.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 176.47% 100.00% 96.36% 98.77% 93.33% 108,082,145,000 10,218,033,000 11,910,000,000 12,312,893,000 44,587,806,000 71,546,187,000 62,005,871,000 24,739,000,000 5,232,483,000 6,410,000,000 7,034,887,000 100,443,680,175 11,351,412,500 42,223,537,685 70,606,639,100 49,563,074,400 22,995,934,081 9,711,428,841 4,249,421,241 5,555,465,120 8,399,660,523 6,554,173,682

95.04% 81.21% 86.67% 70.53% 92.19% 94.70% 98.69% 79.93% 93.17% 92.95% 92.93%

44 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015

6 5

dan Pengelolaan Karya Seni Rupa Penulisan Buku Pengakusisian Sejarah dan dan Koleksi Museum Budaya

8 7 6 5 4 3 2 1 2 1 5 4 3 direinventarisasi Koleksi Museum dan nilai budaya dan nilai budaya Koleksi museum Koleksi museum perumusan nilai materi ajar seni Karya seni yang sumber sejarah Karya seni rupa karya senirupa yang diakuisisi yang diakuisisi museum yang pengetahuan verifikasi dan yang dikelola yang dikelola Buku Sejarah kepercayaan dan ekspresi direvitalisasi dipamerkan Pengkayaan yang di kaji dan tradisi Karya seni Buku hasil rupa yang Dokumen Dokumen dan film budaya Koleksi 85,948

1344 1078 451 26 22 12 12 10 11 83 4 8 95,289 1344 1059 541 18 26 21 12 10 11 83 4 8 118.18% 100.00% 110.87% 100.00% 175.00% 119.96% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00% 69.23% 98.24% 1,047,520,000 1,785,087,000 3,028,569,000 5,599,173,000 1,279,392,000 5,816,845,000 1,801,743,000 4,578,955,000 9,798,172,000 500,000,000 373,900,000 13,825,000 3,889,138 1,034,699,000 1,571,778,165 2,641,011,357 5,309,041,325 1,135,989,700 5,745,176,200 1,555,268,260 4,288,964,355 8,473,110,880 407,739,200 328,448,000 12,799,000 3,269,307

98.78% 88.05% 92.58% 87.20% 84.06% 81.55% 87.84% 94.82% 88.79% 98.77% 86.32% 93.67% 86.48%

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 45

Negara Lain Informasi Budaya Indonesia dengan 2. Kerjasama dan Pertukaran Indonesia di Luar Negeri 1. Pengembangan Rumah Budaya AKTIVITAS: Indikator: OUTPUT 2: Pertukaran Informasi Budaya Hubungan Kerjasama dan

1 8 7

Indonesia Budaya dengan Informasi Pertukaran Kerjasama dan Hubungan yang Menjalin Jumlah Negara Pelestarian Nilai Pengembangan Permuseuman Karya Budaya Karya Penyusunan Revitalisasi dan Kajian Budaya Kajian

2 1 1 2 1

negara negara negara pelestarian nilai diinventarisasi cagar budaya budaya yang pelestarian hasil kajian hasil kajian Naskah Naskah budaya Karya

689 110 40 77

30 10

51 41 10 707 109 63

136.67% 100.00% 127.50% 102.61% 81.82% 99.09%

41,653,379,000 146,110,000,000 3,083,033,000 6,315,419,000 7,326,215,000 104,456,621,000

137,566,310,000 39,206,000,000 98,360,310,000 2,994,816,533 5,854,319,414 7,233,183,845

94.15% 97.14% 92.70% 98.73% 94.12% 94.16%

46 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 Perjanjian Kinerja Direktur Jenderal Kebudayaan Dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

TUGAS Membantu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang kebudayaan.

FUNGSI Dalam melaksanakan tugas sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan, sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan tanggung jawab saya, saya akan: 1. Merumuskan kebijakan di bidang kebudayaan; 2. Melaksanakan kebijakan di bidang kebudayaan; 3. Menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang kebudayaan; 4. Memberikan bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kebudayaan; dan 5. Melaksanakan administrasi Direktorat Jenderal Kebudayaan.

TATA CARA KERJA Dalam melaksanakan tugas sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan, saya akan: 1. Menyusun rencana aksi Direktorat Jenderal Kebudayaan tahun 2015 dan tenggat waktunya melalui koordinasi yang efektif dengan semua Unit Utama di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian/Lembaga lain yang terkait; 2. Melimpahkan sebagian kewenangan dan/atau tanggung jawab yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan kepada unit kerja dalam lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan sebagai langkah untuk menerapkan resource sharing sesuai dengan perintah Menteri; 3. Memastikan tercapainya sasaran sesuai indikator kinerja utama oleh seluruh jajaran pejabat dalam lingkup tugas saya; 4. Memberikan laporan tentang progress penyerapan anggaran dan pencapaian kinerja secara periodik, khususnya pada bulan Juni dan Desember.

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 47 TARGET CAPAIAN PROGRAM: PELESTARIAN BUDAYA

TAHUN 2015 SASARAN SRATEGIS INDIKATOR KINERJA ANGGARAN TARGET (ribuan) 1 Meningkatnya kesadaran 1. Jumlah mata budaya yang 96.290 Rp dan pemahaman masyarakat dilestarikan 561.732.268 akan keragaman budaya (kebhinnekaan) untuk mendukung terwujudnya karakter dan jatidiri bangsa yang memiliki ketahanan budaya 2 Meningkatnya diplomasi 1. Jumlah negara yang menjalin 40 Rp 146.100.00 budaya luar negeri hubungan kerja sama dan pertukaran informasi budaya dengan Indonesia

Jumlah anggaran program Kebudayaan sebesar Rp. 1.693.768.273.000,- (satu triliun enam ratus sembilan puluh tiga milyar tujuh ratus enam puluh delapan juta dua ratus tujuh puluh tiga ribu rupiah)

48 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 RENCANA PENYERAPAN ANGGARAN DITJEN KEBUDAYAAN TAHUN 2015

Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November (dalam Desemberribuan)

Penyerapan 22,864,393,000 70,847,234,000 139,745,940,000 228,975,031,000 324,301,297,000 437,025,230,000 608,343,424,000 786,961,385,000 983,843,943,000 1,163,997,501,000 1,285,570,119,207 1,559,960,579,433 Kumulatif

PenyerapanPer 22,864,393,000 47,982,841,000 68,898,706,000 89,229,091,000 95,326,266,000 112,723,933,000 171,318,194,000 178,617,961,000 196,882,558,000 180,153,558,000 121,572,618,207 274,390,460,226 Bulan

Prosentase 1.35% 4.18% 8.25% 13.52% 19.15% 25.80% 35.92% 46.46% 58.09% 68.72% 75.90% 92.10% EVALUASI DAN KONSEKUENSI

Bersedia mengambil langkah-langkah proaktif pengunduran diri atau diberhentikan dari jabatan sebagai bentuk tanggung jawab profesional apabila: 1. Hasil evaluasi tahunan jauh dari sasaran yang ditetapkan; 2. Melakukan pelanggaran dalam bentuk apapun terhadap butir-butir Kontrak Kinerja.

Jakarta,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal Kebudayaan

Anies Rasyid Baswedan Kacung Marijan

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 49 TARGET RENSTRA 2015 -2019

50 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 PELESTARIAN BUDAYA

No Sasaran Program Indikator Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kinerja Program 1 Meningkatnya Jumlah mata - 86,720 89,152 91,332 93,462 95,592 kesadaran dan budaya yang pemahaman dilestarikan masyarakat akan Jumlah - 40 43 46 49 52 keragaman budaya negara yang (kebinekaan) menjalin untuk mendukung hubungan terwujudnya karakter kerja dan jati diri bangsa sama dan yang memiliki pertukaran ketahanan budaya informasi budaya dengan Indonesia

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TEKNIS LAINNYA

No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 1 Penegakan hukum Jumlah Dokumen 6 6 6 6 6 6 dalam rangka layanan bidang peningkatan disiplin hukum dan ketaatan terhadap peraturan perundang- undangan 2 Peningkatan Dokumen perenca- 14 14 14 14 14 14 pelayanan publik naan dan evaluasi dan kualitas SDM program bidang kebudayaan Jumlah fasilitasi 34 34 34 34 34 tata kelola bidang kebudayaan Dokumen keuan- 14 15 15 15 15 15 gan Dokumen kepega- 10 10 10 10 10 10 waian Pembangunan 1 1 1 1 Pusat Pendidikan Tenaga Konservasi Koleksi Museum dan Cagar Budaya 3 Pengembangan Dokumen kerjasa- 4 4 4 4 4 4 kemitraan antara ma antar instansi pemerintah pusat Jumlah fasilitasi 20 60 60 60 60 dan daerah, program yang dii- serta pemangku nisiasi oleh masy- kepentingan lainnya arakat baik masyarakat maupun dunia usaha

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 51 No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 4 Peningkatan Dokumen kehu- 6 8 8 8 8 8 kualitas informasi masan dan basis data Dokumen data dan 5 5 5 5 5 5 kebudayaan statistik kebuda- yaan Jumlah penyuluh 150 150 150 150 150 150 budaya Jumlah bioskop ke- - 31 liling dalam rangka pembangunan ka- rakter bangsa

PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN

No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 1 Pelestarian dan Jumlah Cagar 2,522 2,500 2,500 2,500 2,502 2,505 pengelolaan warisan Budaya yang budaya benda (cagar dilestarikan budaya) Jumlah cagar 13 20 25 28 30 budaya yang direvitalisasi 2 Peningkatan Jumlah Even 13 15 9 9 9 9 kepercayaan cagar budaya antarwarga dengan dan museum ruang dialog di yang diapresiasi museum dan cagar masyarakat budaya 3 Peningkatan Kompetensi SDM 1,000 1,125 1,125 1,125 1,125 ketersediaan kualitas kebudayaan sumber daya bidang cagar manusia kebudayaan budaya dan yang tersertifikasi permuseuman (permuseuman dan (tersertifkasi) pelestarian cagar budaya) 4 Terlaksananya Jumlah Cagar 515 2,030 4,030 6,030 8,030 10,030 Pendataan aset budaya Budaya yang khususnya cagar didaftar dan budaya dan koleksi ditetapkan museum (registrasi dan ditetapkan) Jumlah Koleksi 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 10,000 museum yang diregistrasi ( didokumentasi) Jumlah 100 100 133 105 105 143 Museum yang distandarisasi

52 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 5 Pembangunan dan Jumlah Museum 9 11 10 10 10 10 revitalisasi museum yang didirikan (Non Komulatif) Jumlah Museum 30 11 15 15 15 15 yang direvitalisasi 6 Penegakkan hukum Jumlah���������� Penangan- 1 10 10 10 10 10 dalam kewenangan an kasus pelestar- pelaksanaan Undang- ian cagar budaya Undang Nomor 11 dan permuseu- tahun 2010 tentang man Cagar Budaya

PEMBINAAN KESENIAN

No Sasaran Kegiatan Indikator Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 kinerja Kegiatan 1 Peningkatan Jumlah Keseni- 92 35 100 105 110 115 kepercayaan an yang difasi- antarwarga; litasi (antara lain dengan membuka ruang dialog budaya, seni pertunjukan, festival (pengobatan tradisional, kuliner), olahraga masyarakat, permainan tradisional) 2 Pembangunan Jumlah taman 15 3 4 5 5 5 dan revitalisasi budaya yang sarana kesenian direvitalisasi Jumlah taman - 2 2 2 3 budaya yang dibangun Penyusunan - 1 1 1 1 master plan dan pembangunan pusat kesenian Indonesia 3 Pengembangan Jumlah Apre- 15 13 30 30 30 30 kreativitas dan siasi karya seni produktivitas oleh masya- pelaku seni rakat Fasilitasi ko- 148 148 148 148 munitas kese- nian

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 53 No Sasaran Kegiatan Indikator Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 kinerja Kegiatan 4 Peningkatan Kompetensi 286 320 320 320 320 ketersediaan SDM kebuda- kualitas sumber yaan bidang daya manusia kesenian kebudayaan yang tersertifikasi 5 Peningkatan ket- Kesenian di 138 180 340 510 680 850 ersediaan sarana sekolah yang dan prasarana difasilitasi kebudayaan Fasilitasi 6 28 30 40 46 seni budaya laboratorium seni budaya dan film 6 Pengembangan Pengkayaan 3 8 10 10 11 11 karakter dan jati materi ajar diri bangsa me- seni lalui materi ajar kesenian untuk menghaluskan budi pakerti siswa 7 Pendataan aset Data Kesenian - 6 5 6 6 6 budaya khusus- yang Dikelola nya kesenian 8 Pelindungan, Jumlah karya 2 2 2 3 4 5 pengembangan seni yang dire- dan aktualisasi vitalisasi nilai dan tradisi dalam rangka memperkaya dan memperku- kuh khasanah budaya bangsa

54 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 PEMBINAAN KEPERCAYAAN TERHADAP TUHAN YME DAN TRADISI

No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 1 Penguatan Jumlah komunitas 216 173 175 180 180 180 lembaga adat budaya yang (pemberdayaan difasilitasi masyarakat adat Jumlah desa adat 15 118 118 120 120 120 dan komunitas yang direvitalisasi budaya) 2 Peningkatan keper- Kepercayaan ter- 16 1,105 1,105 1110 1110 1120 cayaan antarwarga hadap Tuhan YME antara lain dengan dan tradisi yang memanfaatkan ni- diapresiasi ma- lai-nilai tradisional syarakat dan dialog dengan masyarakat adat dan kepercayaan terhadap Tuhan YME 3 Pencegahan dis- Dialog pengakuan 10 8 8 8 8 8 kriminasi dalam hak-hak sipil ko- kehidupan berma- munitas adat dan syarakat, berbang- penghayat keper- sa dan bernegara cayaan 4 Perlindungan, Pengetahuan dan 80 83 83 85 85 88 pengembangan ekspresi budaya dan aktualisasi nilai kepercayaan dan dan tradisi dalam tradisi yang direvi- rangka memperka- talisasi ya dan memperku- kuh khasanah budaya bangsa 5 Peningkatan peran Pemberdayaan 10 8 8 8 8 8 lembaga keluarga, kepercayaan dan lembaga adat dan tradisi pendidikan dalam internalisasi nilai- nilai luhur budaya bangsa 6. Pendataan aset Aset budaya 1,000 1,000 1,000 1,250 1,250 1,500 budaya khususnya kepercayaan kepercayaan dan dan tradisi yang tradisi terdata Kompetensi SDM 100 100 100 100 100 kebudayaan bidang kepercayaan dan tradisi

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 55 PENGEMBANGAN SEJARAH

No Sasaran Kegiatan Indikator Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 kinerja Kegiatan 1 Pendidikan karakter Jumlah buku 13 12 12 12 12 12 dan pekerti bangsa sejarah yang dilandasi oleh (termasuk nilai-nilai kearifan atlas dan buku lokal sejarah) Dokumen 9 11 12 12 12 12 sumber sejarah Penyusunan 6 3 3 3 buku tokoh inspiratif 2 Pemahaman pening- Kompetensi 2,413 2,413 2,413 2,413 2,413 katan kompetensi SDM kebuday- SDM tentang nilai- aan bidang nilai kesejarahan dan kesejarahan wawasan kebangsaan 3 Sinergitas antara Even sejarah 33 33 34 34 34 34 pemerintah pusat, yang difasili- daerah, masyarakat, tasi dan dunia usaha dalam pelestarian warisan budaya 4 Peningkatan pemaha- Nilai sejarah 21,000 35,000 35,000 35,000 35,000 35,000 man tentang nilai- yang diapr- nilai kesejarahan dan esiasi oleh wawasan kebang- masyarakat saaan 5 Peningkatan kualitas Data sejarah - 100 150 175 200 225 informasi dan basis yang diinven- data kebudayaan tarisir 6 Pengembangan Jumlah fasili- 15 40 45 45 45 45 rumah budaya nusan- tasi pengem- tara di dalam negeri bangan rumah budaya nusantara

56 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 PENGELOLAAN WARISAN DAN DIPLOMASI BUDAYA

No Sasaran Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan Kegiatan 1. Penguatan Peserta 1,001,900 1,201,200 1,205,000 1,207,000 1,209,000 1,211,000 karakter internalisasi nilai dan pekerti warisan budaya bangsa yang dunia dilandasi Penghargaan 5 5 5 5 5 oleh nilai- tokoh inspiratif nilai kearifan bidang lokal kebudayaan Penghargaan 15 15 15 15 15 Bintang Budaya Paramadharma dan Satyalancana Anugerah 80 80 80 80 80 Kebudayaan dan Maestro

2. Peningkatan Negara yang 32 36 43 46 49 52 diplomasi mengapresiasi budaya luar diplomasi budaya negeri Indonesia Even diplomasi 19 21 23 25 27 budaya yang difasilitasi 3. Pengemban- Negara yang men- 10 10 11 11 12 12 gan pusat gapresiasi rumah kebudayaan budaya Indonesia di luar negeri 4. Pelestarian Kekayaan budaya 50 100 150 200 250 300 dan penge- yang ditetapkan lolaan wari- Warisan budaya 8 20 22 24 26 28 san budaya nasional dan dunia (benda dan yang dikelola tak benda) Dialog dengan - 2 2 2 2 stakeholder warisan budaya nasional dan dunia yang dikelola

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 57 PENGELOLAAN PERMUSEUMAN ( UPT MUSEUM)

No Sasaran Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan Kegiatan 1. Terlaksananya Jumlah koleksi museum 61,290 76,448 78,050 78,600 79,150 79,700 pengelolaan yang dikelola (termasuk koleksi Koleksi museum yang museum direinventarisasi dan diakuisisi) 2. Meningkatnya Masyarakat yang 178,296 309,347 330,697 350,697 375,697 400,697 fungsi museum mengapresiasi museum sebagai sarana Jumlah museum yang 1 2 2 - - edukasi dan direvitalisasi rekreasi Museum nasional yang 39,000 39,000 39,000 - - dibangun dan ditata (M2/non akumulatif) 3. Meningkatnya Jumlah kajian pengem- 25 26 29 31 33 35 Kajian bangan permuseuman Pengembangan (tata pameran, pengun- Permuseuman jung, dan koleksi) Kemitraan pengelolaan - 2 2 2 3 3 Museum Kepresidenan

PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN PENINGGALAN PURBAKALA (UPT BPCB)

No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 1. Pelindungan, Jumlah cagar budaya 3,038 5,734 5,738 5,738 5,738 5,738 pengembangan, yang dilestarikan dan (termasuk didalamnya pemanfaatan Cagar Budaya cagar budaya yang dikelola dan diinventarisasi) Jumlah naskah hasil 96 77 95 95 95 95 kajian pelestarian cagar budaya Peserta internalisasi 119,743 121,918 122,000 122,000 122,000 122,000 cagar budaya Dokumen pelestarian 1,337 1,995 1,995 1,995 1,995 1,995 cagar budaya Pembebasan lahan 4 4 4 4 4 situs cagar budaya milik masyarakat

58 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 PELESTARIAN NILAI BUDAYA (UPT BPNB)

No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 1 Peningkatan Jumlah Naskah hasil 140 116 124 124 124 124 penelitian dan kajian pelestarian pengembangan sejarah dan nilai dan pemanfaatan budaya kebudayaan Dokumen 168 363 306 306 306 306 pelestarian sejarah dan nilai budaya Jumlah Karya 980 695 990 990 990 990 budaya yang diinventarisasi Peserta internalisasi 17,775 19,481 19,481 19,481 19,481 19,481 nilai budaya

Dialog Budaya 22 22 22 22 22 dengan komunitas

PENGEMBANGAN GALERI NASIONAL

No Sasaran Kegiatan Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 Kegiatan 1 Meningkatnya Jumlah Karya 1,350 450 450 450 450 450 apresiasi dan Seni Rupa yang promosi karya dipamerkan seni dan karya Jumlah Fasilitasi 24 15 9 9 9 9 budaya lainnya Kerjasama Antar Instansi Jumlah 6,760 7,000 8,000 9,000 10,000 Masyarakat yang Mengapresiasi Galeri Nasional 2 Meningkatnya Jumlah karya 1,776 3,127 3,473 3,487 3,501 3,515 pelestarian karya seni rupa yang seni rupa sebagai dikelola aset budaya Jumlah karya 10 12 12 12 12 12 bangsa seni rupa yang diakuisisi Pengembangan 371 7,925 21,228 14,695 dan pembangunan Galeri Nasional (M2) Jumlah koleksi - 10 10 10 10 Galeri Nasional yang dikaji

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 59 PENGEMBANGAN PERFILMAN INDONESIA

No Sasaran program Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 1 Peningkatan Perfilman yang 1 2 3 3 3 4 kepercayaan difasilitas antarwarga; Fasilitasi produksi film 1 2 2 2 2 2 (antara lain panjang dengan membuka ruang dialog Dialog budaya dengan 190 220 1,470 1,470 1,470 1,470 budaya, seni komunitas Perfiman pertunjukan, Indonesia festival Jumlah kecamatan 5 8 48 48 48 48 (pengobatan yang memanfaatkan tradisional, bioskop keliling untuk kuliner), olahraga Pemutaran film masyarakat, permainan Fasilitasi komunitas 5 10 36 36 36 36 tradisional) perfilman Fasilitasi produksi - - 2 2 3 3 film pendek dan dokumenter 2 Peningkatan Sarana perfilman yang 0 - 1 2 2 2 ketersediaan direvitalisasi sarana dan Sarana perfilman yang 10 25 56 56 56 57 prasarana dibangun perfilman Jumlah bioskop 0 33 33 33 34 35 keliling dalam rangka pembangunan karakter bangsa Kecamatan yang 0 3 38 38 38 38 memanfaatkan laboratorium seni budaya 3 Pengembangan Apresiasi film oleh 10 34 68 102 136 170 kreativitas dan masyarakat produktivitas pelaku film

4 Peningkatan Jumlah peserta 66 2 4 6 8 10 ketersediaan bimbingan teknis kualitas sumber perfilman daya manusia bidang perfilman 5 Pengembangan Pengkayaan materi ajar 3 2 2 3 3 3 karakter dan melalui media film jati diri bangsa melalui materi ajar untuk menghaluskan budi pekerti siswa 6 Pendataan Data perfilman yang - 10 10 10 10 aset budaya dikelola khususnya perfilman

60 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 No Sasaran program Indikator kinerja Baseline 2015 2016 2017 2018 2019 7 Penegakan Penanganan kasus - - 10 10 10 10 hukum dalam perfilman kewenangan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang Perfilman

LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 61 62 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015 63 64 LKPP Direktorat Jenderal Kebudayaan 2015