ii

PROSIDING PENELITIAN LAPANGAN

PENULIS : DOSEN DAN MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA

PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA 2017

PROSIDING PENELITIAN LAPANGAN

Penulis : Dosen dan Mahasiswa Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata

Editor : Putu Agus Wikanatha Sagita, S.ST.Par., M.Par. Ni Made Sofia Wijaya,SST.Par,,M.Par.,PhD W. Citra JuwitaSari,S.H.,M.Par. Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par.,M.Par.

Penyunting : I Made Kusuma Negara, S.E., M.Par. Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi., M.Par.

Desain sampul dan Tata letak Putu Agus Wikanatha Sagita, S.ST.Par., M.Par.

Penerbit : Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

Redaksi : Jl. DR.R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Tel/Fax +62361 223798 Email : [email protected]

Distributor Tunggal : Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana

Cetakan pertama, Desember 2017

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana dapat menerbitkan Prosiding Penelitian Lapangan Tahun 2017.

Buku Prosiding Penelitian Lapangan Tahun 2017 memuat sejumlah artikel penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana bersama-sama Bapak/Ibu dosen. Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada : 1. Rektor Universitas Udayana, Ibu Prof. Dr. dr. AA. Raka Sudewi, Sp.S (K). 2. Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si. 3. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa penyumbang artikel hasil penelitian lapangan dalam kegiatan ini.

Semoga buku prosiding ini dapat memberi manfaat bagi civitas akademika untuk pengembangan ilmu kepariwisataan serta sebagai referensi bagi upaya pengembangan kepariwisataan nasional. Kami menyadari buku prosiding ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun kami buka untuk khalayak pembaca demi kesempurnaan buku prosiding ini.

Denpasar, 24 November 2017 Ketua,

I Made Kusuma Negara NIP. 19780529 200312 1 001

iii

DAFTAR ISI

MOTIVASI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE KABUPATEN BONDOWOSO (STUDI KASUS DESA WISATA GLINGSERAN DAN ALAS SUMUR DI KABUPATEN BONDOWOSO) Harun Arrasyid, Ni Made Oka Karini, Luh Gede Leli Kusuma Dewi ...... 1-6

POLA PERJALANAN WISATAWAN KE TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, BONDOWOSO, JAWA TIMUR I Gusti Agung Ayu Wrecika Vishnuputri, I Ketut Suwena, I Nyoman Sudiarta ...... 7-14

UPAYA PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS DI DESA WISATA LOMBOK KULON, KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN BONDOWOSO Daniella Daniel, Putu Agus Wikanatha Sagita, I Made Kusuma Negara ...... 15-20

MODA TRANSPORTASI WISATA DI KABUPATEN BONDOWOSO BESERTA PELAYANANNYA Monika Sarah Panjaitan, Luh Gede Leli Kusuma Dewi, Ni Made Sofia Wijaya ...... 21-25

PARTISIPASI MASARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ORGANIK LOMBOK KULON, KABUPATEN BONDOWOSO Ni Kadek Devi Somiari, I Made Sendra, Ni Gusti Ayu Susrami Dewi...... 26-33

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI OLEH DINAS KEPARIWISATAAN KABUPATEN BONDOWOSO DALAM MEMPROMOSIKAN DAYA TARIK WISATA Priscilla Nivili, I Wayan Suardana, I Made Sendra ...... 34-40

KEBERADAAN PRAMUWISATA LOKAL DI KABUPATEN BONDOWOSO .... Resta Indah Inayah, Yohanes Kristianto, W. Citra Juwita Sari ...... 41-47

KEBIJAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DI DESA GLINGSERANG KECAMATAN WRINGIN BONDOWOSO Fina Indana Zulfa, W. Citra Juwitasari, I Made Kusuma Negara ...... 48-53

PENGEMASAN PAKET WISATA PERDESAAN DI KABUPATEN BONDOWOSO Ni Wayan Diasputri SJ, I Gst. Putu Bgs. Sasrawan Mananda, I Putu Sudana ...... 54-57

iv

SARANA DAN PRASARANA YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN RAWA INDAH ALMOUR DI KABUPATEN BONDOWOSO Ferdinand Simbolon, I Wayan Darsana, I Ketut Suwena ...... 58-65

PENERAPAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN BONDOWOSO SEBAGAI DAYA TARIK WISATA Susana Shanti Jaimun, I Nyoman Sudiarta, Ni Gusti Ayu Susrami Dewi ...... 66-72

EKONOMI KREATIF SEBAGAI SALAH SATU POTENSI PARIWISATA PADA KABUPATEN BONDOWOSO Fitri Amalia Rhamadani, Ni Putu Eka Mahadewi, Ni Made Sofia Wijaya ...... 73-80

MOTIVASI DAN PERSEPSI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE DESA KEMIREN, BANYUWANGI JAWA TIMUR Yogiswara Darmanda Pandit, I Wayan Suardana, Ni Made Sofia Wijaya ...... 81-88

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ADAT OSING, KEMIREN Dewa Ayu Putu Putri Krisnadevi, Ni Made Oka Karini, Yohanes Kristianto ...... 89-94

PERSEPSI WISATAWAN DAN DAMPAK PENGEMBANGAN PANTAI BANGSRING SEBAGAI WISATA BAHARI DI BANYUWANGI Intan Permatasari Liyanti, I Ketut Suwena, Gusti Ayu Susrami Dewi ...... 95-100

KARAKTERISTIK, PERSEPSI, DAN KEPUASAN WISATAWAN NUSANTARA DI PANTAI BANGSRING (BERDASARKAN INDIKATOR SAPTA PESONA) Kiki Savira, I Nyoman Sudiarta, I Made Sendra ...... 101-107

DAMPAK PENGEMBANGAN HUTAN PINUS SONGGON SEBAGAI EKOWISATA Cening Suprani Gama, I Made Sendra, Ni Made Oka Karini ...... 108-114

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI DAYA TARIK WISATA HUTAN PINUS SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI I Made Cahya Narayana, Putu Agus Wikanatha Sagita, I Nyoman Sudiartha ...... 115-121

STRATEGI PEMASARAN BANGSRING UNDERWATER SEBAGAI DESTINASI WISATA DI BANYUWANGI Ni Luh Putri Utari Cahyani, IGPB Sasrawan Mananda, I Ketut Suwena ...... 122-129

v

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI WISATAWAN DI PANTAI BANGSRING Daniel Tri Wardian, Ni Putu Eka Mahadewi, I Made Kusuma Negara ...... 130-136

KUALITAS PELAYANAN DI PANTAI GRAND WATU DODOL KABUPATEN BANYUWANGI Putu Yolanda Yuniari, W. Citra Juwitasari, Luh Gede Leli Kusuma Dewi ...... 137-142

MOTIVASI DAN PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA GRAND WATUDODOL Ni Putu Eka Citra Saraswati, I Putu Sudana, Yohanes Kristianto ...... 143-148

vi

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

MOTIVASI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE KABUPATEN BONDOWOSO (Studi kasus Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso)

Harun Arrasyid1) , Ni Made Oka Karini 2) , Luh Gede Leli Kusuma Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]

Abstrak Mengetahui motivasi Pelancong untuk datang ke Bondowoso terutama ke Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Semua data dikumpulkan melalui metode observasi, kuesioner, studi kepustakaan dan beberapa dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa para pelancong yang datang ke Bondowoso di desa wisata Glingseran berdasarkan usia yang paling banyak adalah orang dewasa, dan sebagian besar jenis kelaminnya adalah perempuan. Berdasarlan pekerjaan, sebagian besar pelancong adalah siswa dengan tingkat pendidikan adalah SMA, mereka mendapatkan informasi tentang desa wisata Glingseran dari teman mereka dan mereka datang ke desa wisata Glingseran dengan datang sendiri. Kebanyakan dari mereka adalah pengunjung pertama dan transportasi yang digunakan saat para wisatawan berada di desa wisata Glingseran adalah sepeda motor. Motivasi pelancong yang datang ke desa wisata Glingseran paling banyak adalah pelancong dengan motivasi fisik atau fisiologis dengan detil untuk relaksasi yang paling banyak. Sementara di desa wisata Alas Sumur para pelancongi yang datang berdasarkan usia yang paling banyak adalah pelancong dengan usia dewasa, dan berdasarkan jenis kelamin, pelancong pria dan wanita mempunyai jumlah yang sama. Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar pelancong adalah siswa dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas, mereka mendapatkan informasi tentang desa wisata Alas Sumur dari teman mereka dan para pelancong datang ke desa wisata Alas Sumur bersama keluarga mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pengunjung pertama dan transportasi yang digunakan saat para wisatawan berada di desa wisata Alas Sumur adalah motor. Motivasi pelancong yang datang ke desa wisata Alas Sumur yang paling banyak adalah pelancong dengan Motivasi fisik atau fisiologis dengan rincian untuk relaksasi adalah yang paling banyak.

Kata kunci : pelancong, desa wisata, relaksasi.

Abstract The objectives of this research is to find out what is Excursionists motivations to came to Bondowoso especially to Glingseran and Alas Sumur as tourist villages. The types of the data are used in this research are primary data and secondary data. All data are collected through an observation method, questionnaires, literature study and some documentations. Analysis technique that is used in this research is quantitative descriptive analysis. This research result showed that the excursionists who came to Bondowoso in Glingseran tourist villages according to the age the most is excursionists is an adult, and most of the gender are female. According to the occupation, most of the excursionists are student with level educations is senior high school, they got the information about Glingseran tourist villages from their friends and they came to Glingseran tourist villages with him/her self or came alone. Most of them are the first time visitors and Mode of transportation which is used when the tourists are in Glingseran tourist villages is motorcycle. The motivation of the excursionist who came to Glingseran tourist villages the most is excursionists with the Physical or physiological motivation with details for relaxation is the most. Meanwhile in Alas Sumur tourist villages the excursionists who came according to the age the most is excursionist is an adult, and most of the gender is same between male and female. According to the occupation, most of the excursionists are student with level educations is senior high school, they got the information about Alas Sumur tourist villages from their friends and they came to Alas Sumur tourist villages with their family. Most of them are the not first time visitors and Mode of transportation which is used when the tourists are in Alas Sumur tourist villages is motorcycle. The motivation of the excursionists who came to Alas Sumur tourist villages the most is excursionist with the Physical or physiological motivation with details for relaxation is the most.

Keywords : excursionists, tourist villages, relaxation.

1

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. PENDAHULUAN Pariwisata adalah suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang dilakukan untuk liburan, bersenang-senang ataupun dengan tujuan lain yang bersifat sementara untuk menikmati suatu objek dan daya tarik wisata. S Bondowoso merupakan salah satu Kabupaten di Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Salah satu yang menarik dari kabupaten ini adalah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Salah satu potensi tersebut adalah potensi pariwisata. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan Pariwisata (Undang-undang Nomor 10 tahun 2009). Dengan potensi pariwisata yang dimiliki, Bondowoso bisa menjadi salah satu kabupaten yang maju di . Hal ini bisa dibuktikan dengan salah satu destinasi Kabupaten Bondowoso yang sudah mendunia yaitu, Kawah Ijen. Potensi wisata yang dimiliki bondowoso bukan hanya bergantung pada Kawah Ijen semata. Potensi potensi yang dimililiki Kabupaten Bondowoso sangat beragam seperti, wisata kuliner yaitu Tape Bondowoso, wisata sejarah situs megalithikum dan salah satunya desa wisata. Menurut Priasukmana & Mulyadin (2001), Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya. Salah satu desa wisata di Bondowoso adalah Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur. Kedua Desa Wisata memiliki atraksi yang berbeda-beda untuk menarik pelancong untuk berkunjung ke Bondowoso. Keberadaan desa wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso membuat daya tarik wisata menjadi semakin beragam. Keberagaman daya tarik wisata bisa menyebabkan kunjungan wisatawan atau pelancong semakin banyak. Tentunya dalam hal ini excursionist memiliki motivasi yang beragam dalam mengunjungi Kabupaten Bondowoso. Motivasi merupakan sebuah dorongan yang muncul dari dalam diri atau dari luar (lingkungan) yang menjadi faktor penggerak ke arah tujuan yang ingin dicapai. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), motivasi adalah keadaan tertekan karena dorongan kebutuhan yang “membantu” individu melakukan perilaku yang menurut anggapannya akan memuaskan kebutuhan dan mengurangi ketegangan. Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Sementara Excursionists, yaitu pelancong sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjungi, termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar/penyebrangan. Sementara itu Motivasi merupakan sebuah dorongan yang muncul dari dalam diri atau dari luar (lingkungan) yang menjadi faktor penggerak ke arah tujuan yang ingin dicapai. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007). Salah satu teori tentang motivasi yang dikemukakan oleh McIntosh (1977) dan Murphy (1985) adalah motivasi terbagi menjadi empat yaitu; Physical or physiological motivation, (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), Cultural motivation,Social motivation or interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), Fantasy motivation. Oleh karena itu, peneliti ingin tentang motivasi mengetahui pelancong yang berkunjung ke Bondowoso khususnya ke Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur.

2. METODE Dilakaukan di kabuaten Bondowoso tepatnya di dua desa yaitu Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sementara sumber data adalah data primer dan data skunder. Teknik pengambilan data adalah observasi, kuisioner, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel secara acak atau accidental sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kuantitstif.

2

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelancong yang berkunjung ke Desa wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenjang usia Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarkan jenjang usia adalah Pelancong yang berusia dewasa sebanyak 66,66 % dan usia remaja berada di urutan kedua dengan kunjungan Pelancong sebanyak 33,33 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa WisataGlingserandi Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis kelamin Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan jenis kelamin adalah Pelancong berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowso berdasarkan pekerjaan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan pekerjaan adalah Pelancong yang masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan tingkat pendidikan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan tingkat pendidikan adalah Pelancong yang hanya menyelesaikan pendidikannya hingga SMA sebanyak 3 orang dengan presentase 100%.

Pelancong yang berkunjung keDesa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan informasi mengenai destinasi wisata Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan informasi mengenai destinasi wisata ialah didapat dari teman sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %. Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan kunjungan pertama Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan kunjungan pertama yang mengatakan ya sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan transportasi yang digunakan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan transportasi yang digunakan adalah motor sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan teman kunjungan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan teman kunjungan adalah sendiri sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %

3

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Motivasi Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Bondowoso

Tabel 1.1 Motivasi Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Bondowoso

Motivasi Kunjungan Jumlah Persentase (%)

Fisik/Fisiologis 2 66,66

Sosial 1 33,33

Budaya 0 0

Fantasi 0 0

Total 3 100

Sumber; penelitian yang dilakukan di Desa Wisata Glingseran

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivasi Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang ada di bondowoso paling adalah motivasi fisik atau Fisiologis. Motivasi ini mendominasi jumlah 66,66 % sedangkan motivasi sosial berada di urutan kedua dengan persentase 33,33 % semetara motivasi sosial.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowso berdasarkan jenjang usia Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan usia yang paling banyak adalah Pelancong dengan usia remaja yaitu sebanyak 7 orang dengan persentase 70 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis kelamin Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis lelamin masing masing sebanyak 5 orang dengan persentase 50%. Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowso berdasarkan pekerjaan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah Pelancong dengan jenis pekerjaan yaitu Pelajar/Mahasiswa yaitu sebanyak 9 orang atau persentasenya sebanyak 90 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan tingkat pendidikan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah Pelancong dengan jenis pekerjaan Mahasiswsa atau pelajar yaitu sebanyak 9 orang dengan jumlah 90 %.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan informasi mengenai destinasi wisata Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan informasi mengenai destinasi wisata yang paling banyak adalah Pelancong dengan informasi mengenai destinasi dari teman yaitu sebanyak 9 orang dan brosur di ututan kedua dengan informasi mengenai destiasi dari brosur sebanyak 1 orang dengan persentase masening masing 90 dan 10 %.

4

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel1.2 Motivasi Pelancong yang berkunjung Desa Wisata Alas Sumur Motivasi Kunjungan Jumlah Persentase (%) Fisik/Fisiologis 6 60 Sosial 2 30 Budaya 1 10 Fantasi 1 10

Total 10 100

Sumber; penelitian yang dilakukan di Desa Wisata Alas Sumur

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan kunjungan pertama Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan kunjungan pertama yang paling banyak adalah Pelancong yang memang merupakan kunjungan pertama mereka yaitu sejumlah 8 orang atau persentasenya sebanyak 80% sementara sisanya adalah bukan merupkan kunjungan pertama yaitu sebanyak 20 % atau 2 orang.

Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan transportasi yang digunakan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis transportasi yang paling banyak adalah Pelancong dengan jenis trasnportasi yaitu motor dengan persentase sebanyak 70 % atau 7 orang. Sementara mobil pribadi adalah jenis transportasi paling banyak kedua setelah motor dengan persentase sebanyak 20 % atau 2 orang.

Pelancong yang berkunjung ke Desa wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan teman kunjungan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso

berdasarkan teman kunjungan yang paling banyak adalah Pelancong dengan teman kunjungan yaitu keluarga dengan total sebanyak 9 orang atau persesentasenya sebanyak 90 %.

Motivasi Pelancong yang berkunjung Desa Wisata Alas Sumur Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivasi Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur yang ada di bondowoso paling banyak adalah motivasi fisik atau Fisiologis. Motivasi ini mendominasi jumlah 60 % sedangkan motivasi sosial berada di urutan kedua dengan persentase 20 % semetara motivasi budaya dan fantasi sama sama memiliki persentase sebanyak 10 %. Motivasi Fisik atau Fisiologis Dalam hal motivasi fisik atau Fisiologis Pelancong paling banyak memilih untuk relaksasi sebagai faktor untuk mengunjungi Desa Wisata di Bondowoso dengan persentase 66,66 %. Sedangkan faktor kenyamanan menjadi faktor kedua untuk mengunjungi Desa Wisata dengan persentase sebanyak 33,33 %. Motivasi Sosial Dalam hal motivasi sosial, 20% faktor mengunjungi teman atau kerabat menjadi faktor terbanyak Pelancong dalam mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur yang ada di Bondowoso. Sementara sisanya adalah pelarian dari situasi membosankan dengan persentase 10 %. Bondowoso kurang banyak. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas dari 10 orang pengunjung, hanya 1 orang yang memilih motivasi budaya. yaitu untuk mempelajari adat istiadat dan kesenian daerh setempat.

5

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Motivasi Budaya Dalam hal motivasi budaya, Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Motivasi Fantasi Dalam hal motivasi fantasi, Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Bondowoso juga kurang banyak. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas dari 10 orang pengunjung, hanya 1 orang yang memilih motivasi fantasi.

4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Wisatawan yang melakukan kunjungan ke desa wisata alas sumur dan Gelingseran memiliki motivasi yang berbeda-beda. Berdasarkan usia, wisatawan yang mengunjungi kedua desa tersebut didominasi oleh orang dewasa yang berjenis kelamin perempuan dengan pekerjaan rata rata pelajar dan tingkat pendidikan yaitu SMA. Wisatawan yang mengunjungi dua desa tersebut rata rata pengunjung pertama, dengan sumber informasi mengenai destinasi adalah melalui teman serta transportasi yang digunakan adalah mobil pribadi. Sementara itu, untuk teman kunjungan, wisatawan yang mengunjungi desa wisata Alas sumur dan Gelingseran adalah yang paling banyak adalah sendiri. Sedangkan motivasi kunjungan wisatawan di dominasi oleh motivasi fisik atau fisiologi dengan rincian untuk relaksasi sebagai pilihan utama. Saran Bondowoso merupakan salah satu Kabupaten yang potensi wisatanya sangat bagus. Oleh sebab itu Stakeholder pengembangan pariwisata di Bondowoso harus bekerja sama dalam hal pengembangan pariwisata khususnya pengembangan desa wisata. Pengembangan pariwisata yang baik harus sesui dengan konsep kearifan lokal desa setempat. Dalam hal pengembangan pariwisata, khususnya desa wisata. Aksesibilitas menjadi sorotan penting dalam pengembangan desa wisata Glingseran dan Alas Sumur. Selanjutnya, promosi desa wisata harus lebih digencarkan lagi. Promo yang harus dilakukan dengan cara yang terstruktur dan massiv. Selanjutnya pelibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata harus lebih digencarkan lagi.

5. DAFTAR PUSTAKA Diarta, I Ketut Surya dan Pitana I Gde. 2009 . Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. Pratama, Axel Christine I G.P.B Sasrawan Mananda, I Nyoman Sudiarta, “Karakteristik, Motivasi dan Aktifitas Wisatawan Asia di Kelurahan Ubud” tahun 2016. Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi kedua. Jakarta: Pt. Indeks gramedia.

6

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

POLA PERJALANAN WISATAWAN KE TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, BONDOWOSO, JAWA TIMUR

I Gusti Agung Ayu Wrecika Vishnuputri 1) , I Ketut Suwena 2) , I Nyoman Sudiarta 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21-24 Mei 2017. Daerah Taman Wisata Kawah Ijen dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan besar peluangnya untuk mendapatkan data tentang wisatawan yang berkunjung ke Kawah Ijen. Penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui pola perjalanan wisatawan ke Kawah Ijen dan bertujuan untuk mengetahui pola perjalanan wisatawan ke Kawah Ijen. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Untuk sumber data, penulis menggunakan data primer melalui wisatawan itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang dipilih, yaitu melalui penyebaran kuisioner. Pola perjalanan yang dimaksud disini ialah,tujuan utama seseorang melakukan perjalanan wisata, pengorganisasian perjalanan, lama waktu kunjungan wisatawan, lama waktu yang ditempuh wisatawan untuk mencapai di destinasi, jarak yang ditempuh wisatawan, sumber informasi destinasi, dan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.

Kata kunci : pola perjalanan, wisatawan, kawah ijen.

Abstract The research was conducted on 21-24 May 2017. The area of Taman Wisata Kawah ljen was chosen as the research location due to the great opportunity to get the data from the tourists who visit the ljen Crater. This research was conducted to know the pattern of tourist travel to Ijen Crater and the purpose is to determine the pattern of tourist travel to the Ijen Crater. This study uses quantitative data types. For data source, the writer using primary data through the tourists themselves. The data collection technique chosen is through questionnaire distribution. The travel pattern in question here is, the main purpose of a person to travel, organize travel, duration of tourist visits, the length of time taken by tourists to reach the destination, the distance traveled by tourists, destination information sources, and the amount of expenditure incurred by tourists during the trip tours.

Keywords : trip descriptor, tourists, ijen crater.

1. PENDAHULUAN Pariwisata juga dapat diartikan sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Kegiatan pariwisata pada saat ini telah berkembang menjadi salah satu sektor industri yang memiliki dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan regional serta menjadi sebuah prioritas bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Indonesia merupakan salah satu wilayah di dunia yang memiliki keunikan dan keunggulan potensi alam, budaya serta adat-istiadat. Saat ini sadar bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Kabupaten Bondowoso adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Bondowoso. Ibu Kota Bondowoso berada di persimpangan jalur dari Besuki dan Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah laut (terkurung daratan) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso. Puncak Ijen memiliki ketinggian 2.443 mdpl dan memiliki fenomena alam yang

7

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 paling terkenal yaitu kawah Ijen dan Api Biru yang hanya ada di dua tempat di dunia. Ijen menjadi daya tarik utama wisatawan yang mengunjungi Bondowoso.

Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Wisata Alam Ijen

Tahun Jumlah Persentase Wisatawan (%) 2012 6.148 - 2013 24.402 74.80% 2014 90.068 72.90% 2015 169.445 46.84% 2016 194.203 12.74% Total 484.266 100% Rata- 329.103,6 - rata Sumber: Statistik Balai Besar KSDA Jatim 2016

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari lima tahun kebelakang, kunjungan wisatawan ke Ijen semakin meningkat. Data yang dihimpun tahun 2016 menjadi tahun teramai dalam kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Jumlah Rata-rata wisatawan yang melakukan kunjungan ke kawah Ijen adalah sebanyak 329.103,6 wisatawan. Oleh sebab itu, Taman Wisata Alam Kawah Ijen merupakan tujuan utama wisatawan di Kabupaten Bondowoso. Selain itu, kunjungan wisatawan yang meningkat membuat penulis tertarik untuk meneliti mengenai pola perjalanan wisatawan di Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Mengacu pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: (1) Bagaimana pola perjalanan wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso?

2. METODE Untuk mendapatkan data dalam penelitian lapangan I di Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kabupaten Bondowoso ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik tersebut antara lain: 1 Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dan mencatat seluruh hal yang terkait dengan apa yang diteliti. Dalam hal ini pengambilan gambar (dokumentasi) juga merupakan metode observasi; 2 Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dari buku, literatur, dan jurnal yang masih ada hubungannya dengan pola perjalanan wisatawan yang akan diteliti; 3 Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data menggunakan angket berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada wisatawan terhadap pola perjalanan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso; 4 Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada wisatawan mengenai pola perjalanannya ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso.

Metode penentuan informan ini adalah metode Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu sebuah cara penentuan sampel yang didasarkan oleh tujuan tertentu. Sampel diambil secara disengaja kepada orang/wisatawan yang dianggap mewakili dan memiliki kedalaman informasi ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso. Teknik Pengambilan informan menggunakan teknik aksidental sampling. Teknik aksidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila sesuai sebagai sumber data.

8

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Sebelum mengetahui pola perjalanan wisatawan, terlebih dahulu penulis akan mengkaji gambaran mengenai wisatawan menggunakan perbandingan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan Bennet, 1996). 1 Trip Descriptor; wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi tiga (3), yaitu: 1. Mengunjungi teman atau keluarga, 2. Perjalanan bisnis dan 3. Kelompok perjalanan lainnya (Seaton dan Bennet, 1996). serta mampu dan berkompeten dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah wisatwan yang berkunjung Kesehatan dan keagamaan juga termasuk jenis perjalanan yang berada diluar kelompok (Smith, 1995). Jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi bedasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan, jenis akomodasi/transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain. 2 Tourist Descriptor; memfokuskan segala sesuatu terhadap wisatawan. Biasanya digambarkan dengan unsur 5W 1 H (Who, Wants, What, Why, When, dan How). Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik, yaitu karakteristik Sosio- demografis, Karakteristik geografis, dan karakteristik psikografis.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola perjalanan wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso disajikan dalam dua tabel utama. Pada tabel pertama, penulis akan menyajikan beberapa tabel mengenai karakteristik wisatawan (Tourist Descriptor). Sedangkan pada tabel kedua penulis akan menyajikan beberapa tabel mengenai pola perjalanan wisatawan (Trip Descriptor). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing karakteristiknya. I. Karakteristik Wisatawan Berikut adalah karakteristik wisatawan berdasarkan jenis kelaminnya. Karakteristik Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen Berdasarkan Jenis Kelaminnya

33% Laki-laki 67% Perempuan

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan Diagram di atas, karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen berdasarkan jenis kelaminnya didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 67%. Sedangkan wisatawan perempuan yang berkunjung sebanyak 33%. Beratnya medan yang harus dilalui untuk mencapai puncak Kawah Ijen menjadi faktor utama lebih banyaknya wisatawan laki- laki dibandingkan dengan wisatawan perempuan. Berikut adalah karakteristik wisatawan berdasarkan usianya. Karakteristik ini dapat dilihat pada Diagram 4.2 berikut. Karakteristik Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen Berdasarkan Usianya 5% 9% 0% 15-20 Tahun 21-25 Tahun 43% 24% 26-30 Tahun 19% 31-35 Tahun 35-40 Tahun

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017 9

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Berdasarkan data Diagram di atas, jumlah wisatawan yang menjadi responden adalah terbanyak berusia 15 sampai 20 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau %. Disusul dengan wisatawan yang berusia 26 sampai 30 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau %, usia 21 sampai 25 tahun sebanyak 4 orang atau %, serta usia 35 sampai 40 tahun yaitu 1 orang atau % Ini berarti bahwa usia 15 sampai 20 tahun merupakan usia yang tergolong produktif atau masih mampu secara fisik untuk berwisata ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Untuk mengetahui karakteristik wisatawan mancanegara dan domestik ke Taman Wisata Alam Ijen dapat dilihat pada Diagram 4.3 berikut ini: Karakteristik Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen Berdasarkan Asalnya

48% Mancanegara 52% Domestik

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan 11 responden dari mancanegara, dapat dilihat pada Tabel di atas bahwa wisatawan yang berasal dari eropa adalah wisatawan yang paling banyak melakukan kunjungan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Wisatawan asal Prancis merupakan wisatawan yang paling banyak yaitu sebanyak 4 orang atau 37%. Disusul oleh wisatawan asal Italia dan Belanda yaitu masing-masing sebanyak 2 orang atau 18%. Serta wisatawan yang berasal dari India, Inggris, dan Belgia sebanyak masing-masing 1 orang atau 9%. Pada Diagram diatas, wisatawan asal Banyuwangi merupakan wisatawan terbanyak dengan jumlah wisatawan sebanyak 5 orang atau 50%. Kemudian ada wisatawan yang berasal dari Jakarta sebanyak 2 orang atau 20%, wisatawan asal Jember sebanyak 2 orang atau 20%, dan wisatawan asal Bali yaitu 1 orang atau 10%.

II. Pola Perjalanan Wisatawan Organisasi perjalanan adalah bagaimana cara wisatawan mengatur agar bisa sampai ke daerah tujuan wisatanya. Pada Diagram 4.4, disajikan data mengenai pola perjalanan wisatawan berdasarkan organiasi perjalanan sebagai berikut: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Organisasi Perjalanan

Travel

48% 52% Mengatur Sendiri

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan Diagram diatas, organisasi perjalanan menggunakan travel menjadi pilihan utama yaitu sebanyak 52% atau 11 orang. Sedangkan wisatawan yang mengatur perjalanannya sendiri sebanyak 48% atau 10 orang. Kurangnya informasi mengenai perjalanan di kabupaten Bondowoso dan kawasan Ijen menjadi penyebab banyaknya wisatawan yang memilih mengorganisasikan perjalanannya melalui travel. Waktu melakukan perjalanan adalah sebuah pola perjalanan yang dimana berapa lama waktu yang diperlukan oleh wisatawan tersebut melakukan perjalanan dari tempat ia

10

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

menginap sementara menuju destinasi wisata yang ia hendak kunjungi. Berikut adalah data mengenai pola perjalanan wisata berdasarkan waktu melakukan perjalanan: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Waktu Melakukan Perjalanan

1 Jam 48% 52% 2,5 Jam

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Pada Diagram 4.5 diatas, dijelaskan bahwa wisatawan yang memerlukan waktu satu jam untuk melakukan perjalanan sebanyak 11 orang atau 52%. Sedangkan jumlah wisatawan yang memerlukan waktu 2,5 jam untuk melakukan perjalanan adalah sebanyak 10 orang atau 48%.

Jarak yang ditempuh adalah bagian dari pola perjalanan yang membahas mengenai jangkauan wisatawan untuk mencapai destinasi tersebut. Disajikan data mengenai pola perjalanan wisatawan berdasarkan jarak yang ditempuh pada Diagram 4.6 sebagai berikut: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Jarak yang Ditempuh 0% 0-50 km 100% 51-100 km

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan Diagram 4.6, seluruh wisatawan yang menjadi responden menempuh perjalanan sejauh 51 sampai 100 kilometer Tujuan perjalanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan di destinasi yang ia tuju. Pada Diagram 4.7, dijelaskan bagaimana pola perjalanan wisatawan berdasarkan tujuan perjalanannya. Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Tujuan Perjalanan

0%0% Kunjungan Keluarga Bisnis

Rekreasi 100% Lainnya

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Pada Diagram di atas, dijelaskan bahwa seluruh wisatawan melakukan perjalanan dengan tujuan rekerasi. Besaran pengeluaran merupakan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan selama ia berada di destinasi tersebut. Besaran pengeluaran ini termasuk salah satu pola

11

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

perjalanan. Untuk mengetahui besar biaya yang dikeluarkan wisatawan selama melakukan perjalanan ke Taman Wisata Alam Ijen, berikut ini ditampilkan data mengenai pola perjalanan wisatawan berdasarkan besaran biaya yang dikeluarkan pada Diagram 4.8 berikut. Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Besaran Pengeluaran Biaya

0% 0% <1 Juta

43% 1-2 Juta 57% 3-4 Juta >5 Juta

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Pada Diagram 4.9, sebanyak 12 orang atau 57% wisatawan mengeluarkan biaya antara satu sampai dua juta rupiah. Sedangkan 43% atau 9 orang wisatawan mengeluarkan biaya sebanyak kurang dari satu juta rupiah.

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang memberikan informasi kepada wisatawan mengenai destinasi yang hendak mereka tuju. Pada Diagram 4.10 berikut ini dijelaskan tabel mengenai pola perjalanan wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen berdasarkan sumber informasi. Hal ini dapat dilihat pada Diagram 4.9. Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Sumber Informasi

10% Media Sosial Media 38% Cetak Media 52% Massa 0% 0% Teman

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Pada Diagram di atas, wisatawan mengetahui destinasi atas rekomendasi teman sebanyak 11 orang atau 52%. Sebanyak 8 orang atau 38% mengetahui Taman Wisata Alam Kawah Ijen melalui media sosial. Sedangkan sebanyak dua atau 10% wisatawan menjawab lainnya. Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang daru satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Pada Diagram di bawah ini dijelaskan dengan alat transportasi apa wisatawan menuju Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Berikut adalah data yang diperoleh:

12

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Alat Transportasi yang Digunakan 0% Kendaraan Pribadi 48% Travel 52% Kendaraan Umum

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan Diagram 4.10 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 orang atau 52% wisatawan menggunakan kendaraan yang dimiliki oleh travel. Sedangkan 10 orang atau 48% wisatawan menggunakan kendaraan pribadi.

4. SIMPULAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan karakteristik wisatawan, mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah berjenis kelamain laki-laki sebanyak 14 orang (67%). Usianya, mayoritas berusia 15 sampai 20 tahun sebanyak 9 orang (43%). Wisatawan asal Prancis merupakan terbanyak yaitu 4 orang (37%). Sedangkan wisatawan domestik asal Banyuwangi terbanyak yaitu sebanyak 5 orang (50%). Pola perjalanan yang dilakukan untuk berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen dengan menggunakan travel menjadi organisasi perjalanan terbanyak yaitu 11 orang (52%). Berdasarkan lama waktu melakukan perjalanannya, sebanyak 11 orang (52%) melakukan perjalanan selama satu jam. Dilihat dari jarak, wisatawan menempuh perjalanan sejauh 51 sampai 100 kilometer. Berdasarkan tujuannya, wisatawan melakukan perjalanan untuk rekreasi. Sebanyak 12 orang (57%). Wisatawan menghabiskan biaya sebesar satu sampai dua juta rupiah. Wisatawan mengetahui destinasi melalui rekomendasi teman ada sebanyak 11 orang (52%). Berdasarkan transportasinya, wisatawan menggunakan kendaraan dari travel sebanyak 11 orang (52%)

Ucapan Terimakasih Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan hasil prosiding yang berjudul “Pola Perjalanan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Bondowoso, Jawa Timur” ini dengan baik dan tepat waktu. Hasil prosidng ini berisi hasil penelitian kami mengenai pola perjanan yang dilakukan saat berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Peneliti menyadari bahwa hasil prosiding ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan laporan ini berlangsung. Pada kesempatan ini tim peneliti hendak menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. I Made Sendra, M. Si. selaku Dekan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana; 2. I Made Kusuma Negara, S. E., M. Par., selaku ketua program studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana; 3. Drs. I Ketut Suwena, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan penulis dari awal sampai akhir; 4. Dr. I Nyoman Sudiarta, S. E., M. Par., selaku dosen penguji laporan Penelitian Lapangan I yang telah memberikan nasehat serta ilmu; 5. Ni Gusti Ayu Susrami Dewi, SST. Par., M.Par. dan W. Citra Juwita Sari, S. H., M. Par., selaku coordinator Penelitian Lapangan I

13

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

6. Jajaran Dosen beserta Pegawai yang berada di lingkungan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana; 7. Segenap keluarga atas nasehat, doa dan semangat yang diberikan selama proses pengerjaan laporan penelitian lapangan I; 8. Serta rekan-rekan kelompok 2A “Pola Perjalanan Wisatawan”.

5. DAFTAR PUSTAKA ______. 2000. Tingkat dan Pola Perjalanan Wisata Berdasarkan Karakteristik Sosial dan Demografi Penduduk (Studi Kasus: Bandung) . Bandung. ______. 2009. Undang-undang Nomer 10 Kepariwisataan . Jakarta. Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dwiputra, Roby. 2014. Prefensi Wisatawan Terhadap Sarana Wisata di Kawasan Wisata Alam Erupsi Merapi . Yogyakarta. Ernita, Yulia. 2001. Karakteristik Pola Perjalanan Wisata di Obyek-obyek Wisata Tawangmangu . Karanganyar. Hidayat, Syahrul dkk. 2016. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Wisata di Kawasan Wisata Gili Trawangan . Denpasar. Iskandar Alam, Widya. 2009. Identifikasi Persepsi dan Prefensi Pengunjung tentang Objek dan Daya Tarik Wisata Situ Bagendit Kabupaten Garut . Bandung. Sadirman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Bandung: Rajawali Pers. Seaton dan Bennet. 1996. The Marketing of Tourism Product . London: International Thomson Business Press. Sumber Internet: ______. 2015. Pengertian Pariwisata . http://karyatulisilmiah.com/pengertian-pariwisata/. Badan Pusat Statistik. 2013. Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bondowoso 2013 . https://bondowosokab.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/42.

14

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

UPAYA PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS DI DESA WISATA LOMBOK KULON, KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN BONDOWOSO

Daniella Daniel 1) , Putu Agus Wikanatha Sagita 2) , I Made Kusuma Negara 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]

Abstrak Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa Wisata Lombok Kulon banyak menarik wisatawan dengan wisata organik yang dibangun oleh warga setempat, menjadikan Desa Wisata Lombok Kulon banyak dilirik oleh wisatawan untuk dapat dikunjungi. Upaya-upaya untuk lebih mempermudah akses di Desa Wisata Lombok Kulon sangat dibutuhkan baik dari pemerintah serta dari pihak pengelola, seperti bagaimana membangun suatu aksesibilitas yang baik untuk menghubungkan wisatawan dengan destinasi wisata, ketersediaan papan petunjuk jalan, kondisi jalan menuju ke desa wisata dan lain-lain. Adapun penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui upaya pengembanan aksesilitas di Desa Wisata Lombok Kulon, (2) Mengetahui kendala dalam upaya pengembangan aksesbilitas di Desa Wisata Lombok Kulon. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bagaimana kendala seperti akses jalan, penerangan desa, merubah pola pikir masyarakat untuk ikut membangun desa (jalan desa, gapura desa dan lain-lain) serta upaya yang dilakukan seperti pelebaran jalan, membeli lahan warga dll yang dalam hal ini dilakukan oleh dinas terkait dan masyarakat yang juga berperan sebagai pihak pengelola di Desa Wisata Lombok Kulon. Saran dalam penelitian ini adalah sebaiknya perhatian khusus seperti perbaikan dan perawatan jalan desa diberikan kepada Desa Wisata Lombok Kulon dan meningkatkan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat Desa Wisata Lombok Kulon dalam pengembangan aksesbilitas di Desa Wisata Lombok Kulon.

Kata kunci : desa wisata, aksesibilitas, upaya pengembangan, kendala.

Abstract This research was conducted in Lombok Kulon Tourism Village, Wonosari District, Bondowoso District. Lombok Kulon Tourism Village attracts many tourists with organic tours built by local residents, making the Tourism Village Lombok Kulon much ogled by tourists to be visited. Efforts to better access the Lombok Kulon Tourism Village are urgently needed both from the government and from the manager, as to what creates a good accessibility for tourist links with tourist destinations, street signboards, roads to tourist villages and others. The research aims to: (1) Knowing the effort of development of accessibility in Lombok Kulon Tourism Village, (2) Knowing the savings in the development of accessibility in Lombok Kulon Tourism Village. Data technique used is interview technique, observation and documentation. The technique of determining the informant using purposive sampling technique. Data analysis used is descriptive qualitative data analysis. The results of this study show how to build roads, lighting village, change the mindset of the community to follow-up village (village road, village gate and others) as well as efforts undertaken such as widening the road, buy land residents etc in this case done by the Office Related and the people who also act as the manager in Lombok Kulon Tourism Village. Suggestions in this research are special attention such as repair and maintenance of village road given to Lombok Kulon Tourism Village and increase cooperation between government and Lombok Kulon Tourism community in development of accessibility in Lombok Kulon Tourism Village.

Keywords : village tourism, accessibility, development efforts, constraints.

15

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. PENDAHULUAN Pariwisata Indonesia saat ini sedang berfokus dalam membangun destinasi wisata yang nyaman bagi wisatawan. Destinasi wisata sebagai citra atau image yang membangun suatu daerah harus dibangun dengan pemikiran yang matang sebelum destinasi wisata tersebut diperkenalkan atau dijual. Ada 4 aspek utama (4A) yang diperlukan suatu destinasi wisata menurut The World Tourism Organization (UNWTO) yaitu attraction, accessibility, amenity, ancilliary. Aksesibilitas atau accessibility adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi wisata. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tidak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Aksesibilitas sangat penting bagi wisatawan, tanpa aksesibilitas wisatawan tidak dapat mengujungi suatu destinasi atau atraksi wisata, oleh sebab itu aksesibilitas harus diberikan perhatian khusus, baik dari masyarakatnya sendiri maupun dari pemerintah. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik. Hal ini tidak lepas juga dengan aksesibilitas yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa Wisata Lombok Kulon adalah sebuah desa wisata yang terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa ini menerapkan sistem landcare dimana seluruh elemen masyarakat desa ini melakukan pertanian organik. Seluruh lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam mewujudkan pertanian organik. Pertanian yang diterapkan adalah pertanian secara luas, yakni perikanan, budidaya tanaman pangan dan kehutanan. Kini, petani Lombok Kulon adalah satu-satunya petani organik murni di Kabupaten Bondowoso, hingga dijadikan salah satu desa percontohan. Desa Wisata Lombok Kulon banyak menarik wisatawan dengan wisata organik yang dibangun oleh warga setempat, menjadikan Desa Wisata Lombok Kulon banyak dilirik oleh wisatawan untuk dapat dikunjungi. Aksesibilitas yang bagus dan nyaman merupakan salah satu indikator yang penting bagi Desa Wisata Lombok Kulon, pihak pemerintah maupun pengelola telah melakukan beberapa upaya pengembangan aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon, seperti melakukan pavingsasi yang dilakukan dari pihak pemerintah Kabupaten Bondowoso dan melakukan cor jalan yang dilakukan oleh pihak pengelola desa setempat. Namun, hal tersebut belum cukup memadai.Maka dari itu, upaya-upaya untuk lebih mempermudah akses di Desa Wisata Lombok Kulon sangat dibutuhkan baik dari pemerintah serta dari pihak pengelola, seperti bagaimana membangun suatu aksesibilitas yang baik untuk menghubungkan wisatawan dengan destinasi wisata,

2. METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Analisis deskriftif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini menjelaskan kendala dan upaya yang terjadi di Desa Wisata Lombok Kulon, sedangkan data Kuantitatif dalam penelitian ini menjelaskan tentang grafik dari jumlah masyarakat di Desa Wisata Lombok Kulon, data jenis pekerjaan, data pengelompokan usia, dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi lansung ke Desa Wisata Lombok Kulon, wawancara Pengelola Desa Wisata Lombok Kulon dan dokumentasi keadaan sekitar Desa Wisata Lombok Kulon.

16

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas public Aksesibilitas Desa Wisata Lombok Kulon berdasarkan hasil observasi di lapangan dibagi menjadi beberapa kondisi jalan, yaitu kondisi jalan poros desa dan kondisi jalan pemukiman. 1) Kondisi Jalan Poros Desa Jalan utama atau jalan poros yang diharapkan sangat membantu terhadap kelancaran kegiatan masyarakat yaitu jalan poros desa. Jalan poros desa ini bisa dikatakan sangat baik, meskipun tidak selebar jalan poros yang berada di kota, tetapi jalan poros ini mampu menjadi penghubung menuju ke beberapa tempat atau lokasi warga untuk beraktivitas. 2) Kondisi Jalan Pemukiman Adapun kondisi jalan pemukiman masyarakat Desa Wisata Lombok Kulon dulunya mengalami kerusakan sehingga mengganggu aktivitas warga desa yang melintasi jalan tersebut. Selain itu akses jalannya berdebu karena tanah atau pasir dari jalan. Sekitar tahun 2010 pelebaran jalan dilakukan di desa wisata ini, dengan melakukan cor jalan selebar 1,2 meter. “kondisi jalan desa baru ada pembangunan sekitar tahun 2010 yaitu kami pengelola melakukan pengecoran jalan selebar 1,2 meter, padahal pengecoran jalan setidaknya minimal 1,8 meter” ungkap salah satu pemuda pengurus desa – Muzamil. (Hasil Wawancara, 2017). 1. Upaya Pengembangan Aksesibilitas Desa Wisata Lombok Kulon Upaya pengembangan aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon dibagi menjadi 2 (dua) jenis upaya, yaitu upaya dari pemerintah dan upaya dari pengelola desa wisata. Berikut ini upaya dari kedua pihak tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Upaya Pemerintah Pemerintah kabupaten Bondowoso dalam hal ini oleh dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) telah bekerja sama dalam membangun aksesibilitas di kabupaten Bondowoso terutama di Desa Wisata Lombok Kulon yang berada di kecamatan Wonosari, kabupaten Bondowoso. Berikut beberapa upaya dari ketiga dinas terkait yaitu: 1. Penambahan Penerangan di Desa Wisata Lombok Kulon Pemerintah Kabupaten Bondowoso berencana ingin menambah penerangan yang ada di kecamatan Wonosari, khususnya menuju ke Desa Wisata Lombok Kulon. Selama ini telah ada penerangan atau lampu yang membantu masyarakat atau wisatawan di malam hari, namun dianggap masih kurang cukup untuk membantu warga atau wisatawan di malam hari. 2. Pelebaran Jalan. Pelebaran jalan Desa Wisata Lombok Kulon yang baru dalam tahap perencanaan pemerintah. Pemerintah memperhatikan kondisi jalan di Desa Wisata Lombok Kulon yang bisa dikatakan tidak terlalu lebar, hal ini karena akses jalan yang sangat dekat atau bersampihan dengan lahan warga desa, sehingga ketika ingin melakukan pelebaran jalan, lahan warga harus dipakai, oleh sebab itu pemerintah membutuhkan persetujuan dari warga desa agar lahannya dapat dibeli dan dibuatkan jalan. Selain itu pemerintah juga ingin memperbaiki jalanan desa yang telah diberi paving agar lebih baik lagi, karena beberapa bagian jalan yang diberipaving telah mengalami sedikit kerusakan. Seperti batu paving yang terlepas, patah ataupun retak. “Rencananya itu kalau untuk aksesbilitas yaitu dari PU pelebaran jalannya memang sudah diproses dan akan memperbaiki jalan paving yang sedikit rusak”. Ungkap Bu Intan - Dinas Pariwisata (Hasil Wawancara, 22 Mei 2017). 3. Penambahan Petunjuk Arah.

17

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Penambahan penunjuk arah jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon yang selama ini hanya ada di Kecamatan Wonosari tempat dimana desa wisata tersebut berada. Pemerintah dalam hal ini oleh Dinas Perhubungan telah membuat papan penunjuk jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon di kecamatan Wonosari namun pemerintah akan menambah juga papan penunjuk jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon di kota Bondowoso, agar memudahkan pengunjung atau wisatawan mengunjungi Desa Wisata Lombok Kulon. 4. Pavingsasi. Pemerintah selama ini telah memberikan bantuan kepada Desa Wisata Lombok Kulom terhadap akses jalan berupa bantuan paving block sebanyak 750 buah yang telah terpasang di jalan desa. Pemasangan paving untuk jalan ini diharapkan dapat mempermudah akses jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon, sehingga nantinya pengunjung atau wisatawan yang datang ke desa wisata ini menjadi lebih nyaman dan tidak mengalami kesulitan saat ingin berwisata ke Desa Wisata Lombok Kulon ini.

2) Upaya Pengelola Beberapa upaya dari pihak pengelola, seperti ketua Desa Bapak Baidhowi serta masyarakat Desa Wisata Lombok Kulon ikut membantu pembangunan di Desa Wisata Lombok Kulon. Berikut ini adalah beberapa upaya dari pihak pengelola yaitu: 1. Merubah Pola Pikir Masyarakat untuk Ikut Membangun Desa Wisata Lombok Kulon. Awalnya masyarakat atau warga desa tidak begitu tertarik untuk mengembangkan dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan desa, setelah melihat ada hasil dari desa wisata organik ini, warga satu per satu baru sadar dan mau ikut terlibat dalam kegiatan yang ada dalam pembangunan desa. 2. Membeli Lahan Warga untuk Dijadikan Akses Jalan Menuju Desa Wisata. Awalnya jalan yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon ini sangat kecil dan tidak memugkinkan untuk dilewati oleh warga desa ataupun pengunjung. Kendaraan seperti motor pun kesulitan untuk melewati jalan desa. Pihak pengelola akhirnya memutuskan untuk membeli lahan warga yaitu persawahan untuk dibangun dan dijadikan jalan, adapun dana yang digunakan dalam membeli lahan warga adalah dana atau hasil dari Desa Wisata Lombok Kulon dalam menjual paket wisata serta beberapa produk organik, seperti beras organik, sayuran organik, ikan dan gurami dan lain-lain. Setelah itu, warga desa bersama-sama membangun jalan di Desa Wisata Lombok Kulon, khususnya para pemuda desa yang bergotong royong membangun jalan dengan bantuan paving block yang telah diberikan oleh pihak pemerintah. 3. Melibatkan Masyarakat Dalam Pemasangan Paving. Setelah pemerintah memberikan bantuan pavingblock sebanyak 750 buah, warga kemudian bergotong royong untuk membangun jalan di Desa Wisata Lombok Kulon, mengingat pembangunan jalan di desa wisata mulai dilakukan tahun 2010 oleh Bapak Baidhowi dan warga yaitu pelebaran jalan dengan cor kurang lebih selebar 1 meter dan tahun 2014 dilakukan pelebaran jalan lagi dan juga membangun jalan di Desa Wisata Lombok Kulon dengan bantuan paving block yang ada.

2. Kendala Pengembangan Aksesibilitas Desa Wisata Lombok Kulon Berdasarkan upaya pengembangan di atas, maka kendala yang ditemui dalam pengembangan aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon ini juga terbagi menjadi 2 (dua) jenis kendala, yaitu kendala dari pihak pemerintah dan kendala dari pihak pengelola 1) Kendala Pemerintah Kendala-kendala yang menjadi penghambat jalannya proses pengembangan aksesibilitas adalah kurangnya dana pendapatan daerah di Kabupaten Bondowoso, dan masih ada beberapa prioritas- prioritas lain yang harus memakai dana. 2) Kendala Pengelola

18

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Adapun kendala-kendala yang dialami oleh pihak pengelola secara rinci yaitu: 1. Kendala Dalam Merubah Pola Pikir. Susahnya merubah pola pikir warga desa untuk maju bersama dalam pengembangan Desa Wisata Lombok Kulon, Hal ini dialami oleh pak Baidhowi (ketua pengelola Desa Wisata Lombok Kulon) dan rekan-rekan kerja di Desa Wisata Lombok Kulon. Bagaimana cara untuk memberdayakan warga desa dengan segala potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Lombok Kulon? Awalnya warga desa tidak ingin dilibatkan dan bersikap acuh dengan adanya pemberdayaan di desa mereka, bahkan gapura yang pernah didirikan oleh pengelola desa dirubuhkan warga desa karena tidak setuju dengan adanya desa wisata ini, namun akhirnya pihak pengelola berusaha keras dan tidak patah semangat untuk bisa melibatkan masyarakat desa dalam pemberdayaan desa dengan cara mendatangi rumah warga satu per satu dan memberikan mereka motivasi dan penjelesan tentang pembangunan desa wisata. 2. Akses Jalan yang Sempit Menuju Desa Wisata Lombok Kulon. Kendala dalam akses jalan yang sempit menyulitkan pihak pengelola, bukan hanya pihak pengelola tetapi juga warga serta wisatawan yang datang berkunjung. Sebelum ada pembangunan jalan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) dengan paving block, kondisi jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon ini masih berbatu-batu dan banyak pasir serta tanah sehingga menimbulkan banyak debu. 3. Penerangan Desa yang Masih Kurang atau Minim. Penerangan yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon ini masih tergolong sedikit, jumlah lampu jalan yang terdapat disepanjang jalan menuju pusat Desa Wisata Lombok Kulon masih sangat minim. hal itu menyebabkan susahnya akses menuju pusat Desa Wisata Lombok Kulon pada saat malam hari. Ada beberapa daerah yang belum mendapatkan penerangan menurut pengelola setempat.

4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Desa Wisata Lombok Kulon memanfaatkan kekayaan sumber daya alam, sebagai potensi yang dimiliki oleh desa ini yaitu dari segi pertanian dan perikanan organik. Upaya-upaya dalam pengembangan aksesbilitas Desa Wisata Lombok Kulon dibagi menjadi 2 (dua) yaitu upaya dari pemerintah dan upaya dari pengelola desa. Adapun upaya dari pemerintah untuk aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon adalah menambah penerangan di desa wisata, melakukan pelebaran jalan lagi di desa wisata, menambah papan penunjuk arah di kota Bondowoso serta upaya memberikan bantuan perbaikan akses jalan desa berupa paving block di Desa Wisata Lombok Kulon. Sedangkan kendala-kendala dalam pembangunan desa wisata juga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kendala dari pemerintah dan kendala dari pengelola. Kendala yang dialami pemerintah adalah terbatasnya dana pendapatan daerah untuk membangun desa wisata mengingat ada beberapa prioritas dari pemerintah kabupaten dalam pembangunan yang lain, sedangkan kendala dari pengelola yaitu susahnya merubah pola wikir warga desa untuk bisa ikut terlibat dan berpartisipasi dalam pemberdayaan yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon, susahnya akses jalan menuju ke Wisata Lombok Kulon, namun saat ini telah mengalami perkembangan dan memiliki akses jalan yang baik. Selain itu minimnya penerangan yang ada di desa juga menyulitkan warga maupun wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata Lombok Kulon. Saran 1. Perhatian khusus harus ditingkatkan terhadap aksesibilitas kawasan daerah wisata khususnya Desa Lombok Kulon di Bondowoso. Dengan cara Pemerintah memberikan masukan seperti anggaran atau ajaran kepada pengelolah Desa Wisata Lombok Kulon.Dikarenakan jika aksesibilitas dalam mencapai daerah kawasan wisata saja kurang memadai maka kegiatan pariwisata pun akan terhambat, dan wisatawan yang akan berkunjung ke desa wisata tersebut akan berkurang dan merasa tidak nyaman. Informasi yang diberikan dan dipaparkan dalam hal aksesibilitas sangat berpengaruh dalam kunjungan wisatawan. Hal ini tidak hanya berpengaruh

19

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

pada kunjungan wisatawan, akan tetapi terhadap penyediaan sarana akomodasi yang ada pada daerah kawasan wisata tersebut. 2. Perlu meningkatkan kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso, pihak pengelola, dankawasan daerah wisata beserta masyarakat desa sangat dibutuhkan. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika koordinasi dari pihak-pihak yang bersangkutan tidak relevan. Perlu adanya kesadaran dari masing-masing pihak yang bersangkutan dalam mewujudkan, mengembangkan, serta meningkatkan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso khususnya Desa Wisata Lombok Kulon. 3. Menyediakan transportasi berupa andong atau bentor (becak motor) yang digunakan untuk menuju lokasi utama Desa Wisata Lombok Kulon dari jalan poros desa. 4. Papan penunjuk arah diperbanyak lagu khusunya di Kota Bondowoso mengingat saat ini papan hanya ada di kecamatan Wonosari, tempat Desa Wisata Lombok Kulon berada. 5. Promosi terhadap Desa Wisata Lombok Kulon lebih ditingkatkan lagi baik dari pihak pemerintah maupun pihak pengelola desa tersebut, mengingat Desa Wisata Lombok Kulon cukup berkembang dalam wisata organik dan mampu menarik banyak pengunjung atau wisatawan dari dalam negeri mapun luar negeri.

UCAPAN TERIMAKASIH Adapun penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Dosent Pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dalam penulisan artikel ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada orangtua dan rekan – rekan sekelompok dalam hal Penelitian Lapangan I. Serta, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada UNUD yang telah banyak berkontribusi dalam hal Penelitian Lapangan I ini.

5. DAFTAR PUSTAKA A.Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo. Ali, Mohammad. (2010). Metodelogi dan Aplikasi. Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendekia Utama Cooper, John Fketcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. (1995). Tourism, Principles and Practice. London: Logman. Halden, D., 2000, Using accessibility measures to integrate land use and transport policy in Edinburgh and Lothians’, Transport Policy, Vol.9, pp 313-324. Kemendikbud. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Upaya. Jakarta. Diakses Pada 20 Mei 2017 Magribi, La Ode Muhamad dan Aj. Suharjo. (2004). Aksesibilitas dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan di Perdesaan: Konsep Model Sustainable Accessibility Pada Kawasan Perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam Jurnal Transportasi. Vol 4 No 2 19 Halaman Jakarta: P. N. Balai Pustaka. Satori, Djam'an dan Komariah, Aan. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Utara. Jurnal Ilmiah Pariwisata. Vol 13 No 3 Spillane, James J. (2003). Pariwisata dan Wisata Budaya, CV. Rajawali. Rochman Natawijaya dalam Sutriyanto (2009: 7),Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta. Sumaatmaja, N. (1998). Manusia Dalam Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta Sumarabawa, I Gede Arya. Dkk. 2013. Ketersediaan Aksesibilitas Serta Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi Wisatawan di Daerah Wisata Pantai Pasir Putih, Desa Prasi, Kecamatan Karangasem. Bali: Undiksha Singaraja.

20

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

MODA TRANSPORTASI WISATA DI KABUPATEN BONDOWOSO BESERTA PELAYANANNYA

Monika Sarah Panjaitan 1) , Luh Gede Leli Kusuma Dewi 2) , Ni Made Sofia Wijaya 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Pariwisata di Kabupaten Bondowoso saat ini masih dalam tahap perkembangan. Salah satu elemen penting yang dibutuhkan dalam pengembangan adalah transportasi. Namun, transportasi wisata di Kabupaten Bondowoso masih menjadi perhatian khusus. Terbatasnya moda transportasi wisata, rute pelayanan yang terbatas, dan minimnya informasi mengenai rute perjalanan dan kondisi perjalanan selama kegiatan wisata menjadikan wisatawan atau pengunjung harus menghadapi beberapa kendala dalam melakukan kegiatan wisata di Kabupaten Bondowoso. Adapun permasalahan yang diangkat antara lain: moda transportasi wisata yang terdapat di Kabupaten Bondowoso beserta pelayanannya. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi yang berarti mengenai moda transportasi wisata di Kabupaten Bondowoso beserta pelayanannya.

Kata kunci : transportasi wisata, pariwisata, pelayanan transportasi.

Abstract Tourism in Bondowoso Regency is still in the development stage. One of the important elements in development is transportation. However, tourist transportation in Bondowoso Regency is still a special concern. Limited transportation modes, limited service routes, and lack of information about travel routes and travel conditions during tourism activities make tourists or visitors have to face some obstacles in doing tourism activities in Bondowoso. The issues raised include: the mode of transportation of tourism contained in Bondowoso District and its services. The method that used is qualitative descriptive technique. This results are expected to contribute meaningful information about the mode of tourism transportation in Bondowoso regency and its services.

Keywords : tourism transportation, tourism, transportation services.

1. PENDAHULUAN Kegiatan pariwisata yang ada di Bondowoso saat ini masih dalam tahap perkembangan. Hal ini dapat dillihat dari promosi – promosi produk pariwista yang sedang ditingkatkan, baik itu dalam bentuk elektronik maupun non – elektronik. Brand pariwisata yang sedang dipromosikan adalah The Highland Paradise. Brand ini menunjukkan bahwa produk wisata yang ditawarkan oleh Kabupaten Bondowoso tidak hanya pada sektor alam saja, melainkan makanan khas asal Bondowoso, yakni tape. Aktivitas kepariwisataan yang berlangsung di Kabupaten Bondowoso, banyak tergantung pada sarana transportasi. Keberadaan transportasi wisata sangat mendukung dari adanya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bondowoso. Faktor jarak dan waktu sangat mempengaruhi keinginan orang untuk melakukan perjalanan wisata. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh pada kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso. Tidak hanya pada ketersediaan sarana transportasi yang ada di Kabupaten Bondowoso, melainkan keberagaman dari transportasi wisata juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso, khususnya ke Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Keunikan dari masing – masing jenis transportasi wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso juga akan menjadi suatu motivasi dari kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso.

21

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

2. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Adapun teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Konsep Moda Transportasi. Dalam kepariwisataan, seseorang yang ingin melakukan perjalanan wisata membutuhkan sarana pengangkut atau transportasi menuju destinasi wisata tujuan. Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya menyebabkan mereka perlu bergerak dan saling berhubungan dalam hal ini transportasi menjadi bagian integral dari suatu fungsi masyarakat yang menunjukan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, barang-barang, dan pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Morlok, 1991) . Ada beberapa unsur dari transportasi yakni : 1. Adanya muatan yang diangkut 2. Tersedianya alat untuk mengangkut 3. Adanya jalan yang dapat dilalui 4. Adanya terminal asal dan terminal tujuan 5. Sumber Daya Manusia dan organisasi dan manajemen yang menggerakan organisasi tersebut.

Fungsi utama dari transportasi dalam kepariwisataan adalah accessibility, yang berarti frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi dekat. Hal tersebut tentu akan memudahkan wisatawan untuk menuju ke destinasi wisata tujuan. Moda transportasi wisata dapat diartikan sebagai sarana transportasi yang digunakan wisatawan selama kegiatan berwisatanya. Dalam kepariwisataan ada 3 moda transportasi wisata yang biasa digunakan wisatawan yaitu : 1. Moda transportasi udara ( International flight, Domestic flight ) 2. Moda transportasi laut ( Regular lines, Charter line cruiser, Fast boat, Ferry ) 3. Moda transportasi darat ( Sepeda, Dokar, Cidomo, Sepeda Motor, Mobil, Bus, Kereta Api ) Dalam pemakaian transportasi dalam pariwisata, jarang yang menggunakan hanya satu jenis moda transportasi wisata saja. Jadi banyak yang merupakan kombinasi tergantung dari jarak dan kondisi tempat tujuan wisata. Pengaruh transportasi pariwisata sangatlah penting. Faktor jarak dan waktu mempengaruhi keinginan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Semakin terkonsepnya moda transportasi wisata sesuai dengan arah pengembangan pariwisata di suatu destinasi wisata, mendorong kemajuan kepariwisataan serta ekspansi yang terjadi dalam industri pariwisata dapat menciptakan permintaan akan transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Tinjauan penelitian sebelumnya dilakukan terhadap beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan keanekaragaman jenis – jenis transportasi wisata. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Yesser Priono dan Elis Sri Rahayu (2014) dalam jurnal Perspektif Arsitektur Vol. 9 No. 1. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah pentingnya transportasi wisata, seperti kelotok menuju kawasan wisata Taman Nasional Tanjung Puting, maka dari itu transportasi tersebut perlu mendapat perhatian, penanganan, dan pengembangan agar aksesibilitas menuju kawasan wisata menjadi lebih mudah dan nyaman. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Trisnawati dan Broto Sunaryo (2014) dalam Jurnal Teknik PWK Vol. 3 No. 4. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan teknik penentuan sampel menggunakan snowball sampling dan accidental sampling. Hasil penelitian ini adalah keberadaan moda transportasi tidak bermotor di kawasan Malioboro didukung oleh kegiatan pariwisata. Keberadaan andhong dan becak masih dipertahankan, karena merupakan bagian dari askesibilitas pariwisata. Maka dari itu, kualtitas, kemampuan, kenyamanan, keamanan, dan juga kelayakannya harus ditingkatkan.

3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripsi kualitatif dengan metode wawancara. Lokasi penelitian terletak di Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini diawali dengan membuat konsep tentang moda transportasi wisata. Langkah – langkah selanjutnya adalah menyusun pedoman wawancara. Pengumpulan data secara keseluruhan ditempuh dengan

22

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun transportasi wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso adalah : 1. Becak ( Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) Keadaan becak di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat di setiap sudut Kabupaten Bondowoso. Seperti contohnya di Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Jalur yang ditawarkan oleh becak sendiri ditentukan oleh permintaan penumpangnya. Harga yang dipatok oleh becak sendiri bervariatif, yakni menurut permintaan penumpang. Dan harga tersebut masih dikatakan terjangkau.

2. Mobil gowes (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) Ada yang menyebutnya becak gowes dan becak galau. Kendaraan ini sejenis sepeda tandem, tapi beratap seperti becak. Dihiasi lampu – lampu kerlap –kerlip dan terdapat audio yang bagus. Awalnya, hanya 1 sampai 2 becak, lalu semakin ramai peminat, semakin banyak pula penyewaan mobil gowes di seputaran Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Fenomena mobil gowes di kota kota lain sebenarnya sudah lebih dulu ada, tetapi di Kabupaten Bondowoso baru saat ini berkembang dan dapat menjadi hiburan alternatif selain naik delman wisata.

3. Bendi Wisata (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) Bendi adalah kendaraan tradisional yang banyak digunakan pada masa lampau, dengan kuda sebagai penarik utamanya. Di jaman sekarang kendaraan serupa bisa ditemukan pada dokar atau delman yang biasa di gunakan beberapa tempat di pulau Jawa. Sebagai salah satu warisan budaya, Bondowoso masih melestarikan kendaraan ini sebagai daya tarik pariwisatanya dengan mengemasnya sebagai tur menggunakan Bendi. Bendi dapat di temui di Alun-Alun Kota Bondowoso, di dekat destinasi wisata, dan juga dekat desa wisata untuk mempermudah perjalanan karena tidak semua destinasi wisata yang ada dapat di jangkau menggunakan kendaraan besar.

4. Sepur (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) Sepur di Kabupaten Bondowoso baru berkembang saat ini. Sepur sendiri mirip seperti kereta wisata yang dapat ditumpangi sekitar 5 sampai 10 orang. Sepur sendiri muncul akibat dari permintaan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso, khususnya di Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Harga yang ditawarkan juga masih dikatakan terjangkau untuk wisatawan. 5. Bus / Mobil ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, Desa Wisata Rengganis) Mobil yang terdapat di Kabupaten Bondowoso kebanyakan merupakan mobil pribadi dari penduduk lokal dan wisatawan. Jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Tidak semua jalur dapat dilalui oleh mobil, dikarenakan akses yang ingin dilalui masih sangat buruk. Sehingga penggunaan mobil hanya terfokus pada kota – kota di Kabupaten Bondowoso. Seperti di Desa Lombok Kulon itu type mobil yang bisa digunakan hanya mobil – mobil tertentu saja seperti Agya , Avanza , dan mobil – mobil kecil lainnya dikarenakan akses yang masih tidak mencukupi untuk masuknya mobil berukuran besar . Akses yang tersedia di Desa Lombok Kulon itu merupakan jalan paving oleh pemerintah yang pembangunannya pun menggunakan lahan pertanian masyarakat setempat .

6. Sepeda gunung ( Desa Wisata Lombok Kulon ) Sepeda Gunung adalah jenis transportasi yang biasa digunakan di medan berat . Ciri- cirinya adalah ringan, bentuk kerangka yang terbuat dari baja, aluminium dan yang terbaru menggunakan bahan komposit serat karbon (carbon fiber reinforced plastic) dan menggunakan shock breaker (peredam goncangan) . Desa Lombok Kulon menyediakan 15 sepeda gunung yang dapat disewa oleh wisatawan , tiap wisatawan dikenakan tarif Rp.5000,- per sekali perjalanan tanpa batasan jam . Kelebihannya yaitu kita mendapatkan tour gouide pribadi yang akan mengajak kita berkeliling desa.

23

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

7. Sepeda Motor ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, dan Desa Wisata Rengganis) Moda transportasi yang banyak digunakan di Kabupaten Bondowoso. Dikarenakan sepeda motor dapat menjangkau seluruh kawasan di Kabupaten Bondowoso, termasuk desa – desa terpencil yang ada di Kabupaten Bondowoso. Dan sepeda motor menjadi transportasi andalan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan anggaran pemerintah terhadap transportasi umum yang mengakses daerah – daerah di Kabupaten Bondowoso masih kurang. Seperti , di Desa Lombok Kulon sepeda motor menjadi sarana transportasi yang sangat banyak digunakan oleh masyarakat dikarenakan akses yang mencukupi dan gampang digunakan .

Adapun pelayanan yang diberikan dalam setiap penggunaan transportasi wisata adalah : 1. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Kota Bondowoso Sarana transportasi yang ada di Kota Bondowoso terdiri dari; bus/mobil, sepeda motor, becak, mobil gowes, sepur, bendi, dll. Sarana transportasi tersebut dapat ditemukan di sekitaran Alun-Alun Kabupaten Bondowoso. Hal ini dikarenakan belum meratanya penyebaran sarana transportasi ke seluruh daerah di Kota Bondowoso. Adapun pelayanan yang diberikan kepada wisatawan selama menggunakan transportasi wisata tersebut tidak terlalu banyak. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat setempat mengenai kepariwisataan masih belum memadai. Sehingga pelayanan yang diberikan masyarakat lokal terhadap wisatawan hanya sekedar penawaran jasa saja, baik itu dalam hal informasi mengenai Kota Bondowoso atau hal – hal lain mengenai Kota Bondowoso, khususnya pariwisata yang ada di Kota Bondowoso selama menggunakan transportasi wisata tersebut.

2. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Desa Wisata Rengganis Sarana transportasi yang dapat diakses di Desa Wisata Rengganis yaitu; bus, mobil dan sepeda motor. Sarana transportasi tersebut hanya dapat menjangkau pintu gerbang dari Desa Wisata Rengganis. Untuk mengakses Desa Wisata Rengganis, wisatawan hanya dapat berjalan kaki. Hal ini dikarenakan akses menuju Desa Wisata Rengganis masih berupa jalan setapak. Adapun pelayanan yang diberikan kepada wisatawan oleh masyarakat setempat hanya sekedar pemberian informasi mengenai Desa Wisata Rengganis, serta pelayanan berupa pemberian makanan dan minuman selama menggunakan transportasi tersebut. Jika menggunakan bus atau mobil, wisatawan dapat memilih kriteria dari mobil atau bus yang akan digunakan.

3. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Desa Wisata Alas Sumur Sarana transportasi yang dapat diakses di Desa Wisata Alas Sumur yaitu; minibus, mobil, sepeda motor, sepeda. Tetapi untuk menuju dan menikmati tempat wisata yang ada di Desa Wisata Alas Sumur tidak dapat dilalui oleh bus/mobil, dan sepeda motor, tetapi hanya dapat diakses dengan jalan kaki. Dikarenakan akses jalan menuju tempat wisata Desa Wisata Alas Sumur hanya berupa jalan setapak. Adapun pelayanan yang diberikan kepada wisatawan adalah pemberian makanan dan minuman selama menggunakan trasnportasi wisata tersebut dan wisatawan dapat memilih kriteria dari bus atau mobil yang akan digunakan untuk menuju Desa Wisata Alas Sumur.

4. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Desa Wisata Lombok Kulon Sarana transportasi yang terdapat di Desa Wisata Lombok Kulon yaitu sepeda gunung, sepeda motor, dan mobil . Jika kita mengunakan transportasi tersebut maka kita dapat mengakses sampai ke desa wisata langsung. Namun bila menggunakan bus atau mini bus dan semacamnya, wisatawan harus berjalan kaki menuju desa wisata tersebut yang jaraknya tidak terlalu jauh, dikarenakan akses yang ada hanya merupakan jalan paving yang lebarnya terbatas. Adapun pelayanan yang diberikan oleh wisatawan dalam menggunakan sepeda gunung adalah penerimaan jasa tour guide yang menemani wisatawan mengelilingi Desa Wisata Lombok Kulon yang memberikan informasi mengenai Desa Wisata Lombok Kulon. Wisatawan jugak dapat memilih kriteria dari bus atau mobil yang akan digunakan menuju Desa Wisata Lomnok Kulon.

24

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

5. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : Transportasi wisata yang terdapat di Kabupaten Bondowoso adalah : 1. Becak ( Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) 2. Mobil gowes (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) 3. Bendi Wisata (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) 4. Sepur (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) 5. Bus / Mobil ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, Desa Wisata Rengganis) 6. Sepeda gunung ( Desa Wisata Lombok Kulon ) 7. Sepeda Motor ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, dan Desa Wisata Rengganis) Sedangkan saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Perlu adanya peningkatan dan penambahan jumlah jenis – jenis transportaswi wisata darat yang ada di Kabupaten Bondowoso. Dikarenakan hal ini akan sangat membantu wisatawan dalam mengkases daerah – daerah destinasi wisata yang ada di Kabupaten Bondwoso.

2. Perhatian penuh pada aksesibililtas terhadap kawasan daerah wisata sangat diperlukan. Dikarenakan jika aksesibilitas dalam mencapai daerah kawasan wisata saja sudah tidak mendukung kegiatan pariwisata, maka motivasi wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah wisata tersebut akan semakin berkurang. Informasi yang diberikan dan diapaparkan dalam hal aksesiblitas sangat berpengaruh dalam kunjungan wisatawan. Hal ini tidak hanya berpengaruh pada kunjungan wisatawan, akan tetapi terhadap penyediaan sarana akomodasi yang ada pada daerah kawasan wisata tersebut.

3. Kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso, Kepala Desa, staf dan pengelola kawasan daerah wisata beserta masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika koordinasi dari pihak – pihak yang bersangkutan tidak relevan. Perlu adanya kesadaran dari masing – masing pihak yang bersangkutan dalam mewujudakan, mengembangkan, serta meningkatkan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso menuju brand wisata The Highland Paradise tersebut.

Ucapan Terimakasih Adapun penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Dosent Pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dalam penulisan artikel ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada orangtua dan rekan – rekan sekelompok dalam hal Penelitian Lapangan I. Serta, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada UNUD yang telah banyak berkontribusi dalam hal Penelitian Lapangan I ini.

6. DAFTAR PUSTAKA Dewi, Ni Luh Kartika Sutra, Aditya Maulana Pratama, Cipta Mulyana, I Made Cahya Narayana, dan Selly Patricia Suoth. 2017. Analisi Deskriptif Jenis dan Peran Moda Transportasi Wisata di Gili Trawangan . Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana. Priono ,Yesser ,dan Elis Sri Rahayu. 2014 . Transportasi Berkelanjutan Kawasan Wisata Taman Nasional Tanjung Puting ( TNTP) Kabupaten Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Jurnal Perspektif Arsitektur Vol. 9 No. 1, Juli 2014. Trisnawati ,Yuliana, dan Broto Sunaryo. 2014. Keberadaan Moda Transportasi Umum Tidak Bermotor dalam Mendukung Aktivitas Pariwisata di Kawasan Malioboro, Yogyakarta . Jurnal Teknik PWK Vol. 3 No. 4, 2014.

25

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PARTISIPASI MASARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ORGANIK LOMBOK KULON, KABUPATEN BONDOWOSO

Ni Kadek Devi Somiari 1) , I Made Sendra 2) , Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Email : [email protected]

Abstrak Desa wisata organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Pengembangan desa wisata di suatu daerah membutuhkan adanya partisipasi masyarakat lokal didalamnya, disamping adanya campur tangan dari pihak pemerintah pusat sebagai fasilitator. Dalam konteks pembangunan desa wisata, dalam proses perencanaan harus sejak awal melibatkan masyarakat lokal. Tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan desa wisata dapat dilihat dari segi mata pencaharian masyarakat lokal apakah sudah mengarah pada kegiatan industri pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata serta bentuk partisipasinya. Penelitian dalam tulisan ini dilakukan di desa wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bodowoso. Penelitian data dilakukan dengan wawancara mendalam sebagai data primer dan studi kepustakaan mengenai penelitian sebelumnya sebagai data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif dengan fokus penelitian mengenai bentuk-bentuk partisipasi dan kendala-kendala yang dihadapi untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan desa wisata Lombok Kulon sudah mulai melibatkan masyarakat didalamnya. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini yaitu dengan didirikannya beberapa kelompok kerja (POKJA) yang merupakan bentuk partisipasi langsung dari masyarakat seta sebagian masyarakat yang berprofesi sebagi petani yang merupakan bentuk partisipasi tidak langsung dari masyaarkat lokal desa wisata Lombok Kulon tersebut.

Kata kunci : pariwisata berbasis masyarakat, desa wisata.

Abstract Lombok Kulon Organic Tourism Village, Wonosari District, Bondowoso Regency is built by community based tourism concept. The research aims to know the forms of community participation and also the obstacles in engaging the community to participate in the development of the tourism village. It used qualitative and quantitative data types with primary and secondary data sources that obtained through observation, interview and documentation. Informants selected based on the principle of the subject. The analysis methode that used is descriptive qualitative methode. The result showed that there are Agriculture Working Group, Fishserie Working Group, Culinary Working Group, Human Resources Working Group, Tourist Attraction Working Group, Handicraft Working Group, and Homestay’s Manager as the direct participation and farmer as the indirect participation. The internal obstacle is the mind set of the community that think tourism give an negative impact to the community and the external obstacle are the rules that inhibit them to build the tourism village and the lack funds wich allocated for the development of the tourisim village by the government.

Keywords : community based tourism, tourism village.

26

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. PENDAHULUAN Bondowoso merupakan sebuah kabupaten yang memiliki beragam potensi daerah. Salah satu potensi daerah yang menjadi keunggulan Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur ini adalah pertanian. Potensi daerah Kabupaten Bondowoso dalam sektor pertanian menggerakan pemerintah Kabupaten Bondowoso mencanangkan program Bondowoso Pertanian Organik (Botanik). Salah satu desa di Kabupaten Bondowoso yang memiliki lahan organik adalah Desa Lombok Kulon. Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari memiliki 10,3 hektar lahan murni organik yang telah mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloleman (LeSOS). Dan 25 hektar lahan juga dalam tahap konversi untuk menjadi lahan yang murni organik. Berdasarkan potensi yang dimiliki, Desa Lombok Kulon dikembangkan sebagai desa wisata organik. Bupati Kabupaten Bondowoso, Amin Said Husni dalam Kalia (2014) mengatakan pengembangan desa wisata organik ini merupakan inisiatif dari masyarakat sekitar. Wisata organik ini menawarkan semua hal mulai dari padi, sayuran, hingga ikan organik yang siap konsumsi. Melihat keberadaan Desa Wisata Organik Lombok Kulon yang menerapkan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) dalam pengembangannya, yaitu dengan adanya partisipasi masyarakat lokal yang mendominasi baik dalam pengembangan maupun pengelolaannya, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso”. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali bentuk-bentuk partisipasi masyarakat lokal dan kendala yang dihadapi untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon.

2. METODE PENELITIAN Penelitian diadakan di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonsoari, Kabupaten Bondowoso. Data dikumpulkan dengan teknik observasi yaitu melakukan pengamatan langsung di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. 2) Interview, melakukan wawancara langsung dengan ketua pengembang Desa Wisata Organik Lombok Kulon dan PNS Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Bondowoso. 3) Dokumentasi, yakni pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi kegiatan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL Data yang diperoleh menunjukan adanya partisipasi langsung dan tidak langsung masyarakat lokal dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Adapun yang merupakan partisipasi langsung dapat dilihat dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari : a. Pokja Pertanian. Masyarakat lokal yang merupakan Pokja Pertanian bertugas untuk memberikan informasi dan mengajarkan para pengunjung mengenai tata cara penanaman padi maupun sayuran dengan metode organik, pembuatan pupuk organik dengan bahan yang berasal dari alam sekitar hingga pengemasan beras hasil pertanian organik. b. Pokja Perikanan merupakan pokja yang bertugas mengurus kolam-kolam ikan yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Baik mulai dari pembenihan maupun panen. Ikan-ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele dan gurame. Hasil budidaya dapat dikonsumsi yang terlebih dahulu akan diolah oleh pokja kuliner. Selain itu Pokja Perikanan bertugas untuk memberikan informasi dan pelatihan mengenai cara budidaya ikan dengan metode organik. c. Pokja kuliner merupakan pokja yang bertugas mengolah hasil pertanian maupun perikanan yang dihasilkan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon sehingga pengunjung dapat menikmati hasil pertanian dan perikanan organik. Pengunjung dapat memesan langsung makanan pada Pokja Kuliner yang ada di basecamp Desa Wisata Organik. Tersedia nasi beras merah, beras putih, beras hitam maupun nasi beras jagung. Pokja Kuliner juga dapat menyediakan hidangan secara prasmanan maupun per porsi.

27

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 d. Pokja SDM merupakan pokja yang bertugas menerima kunjungan-kunjungan wisatawan yang melakukan penelitian dan memberikan informasi mengenai Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Selain itu Pokja SDM juga bergerak dalam bidang peningkatan Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Lombok Kulon, yang dalam hal ini merupakan masyarakat lokal dengan memberikan pelatihan-pelatihan, salah satunya adalah pelatihan Bahasa Inggris dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima kunjungan wisatawan asing. e. Pokja Atraksi merupakan pokja yang bertugas untuk memandu pengunjung yang ingin menikmati atraksi wisata dan bertanggung jawab atas pengunjung selama kegiatan wisata berlangsung. Atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon adalah tubing. f. Pokja Kerajinan merupakan pokja yang bertugas dalam memberikan pelatihan bagi para pengunjung yang ingin berlatih untuk membuat kerjaninan dengan bahan dasar pelepah pisang dan kayu. Hasil kerajinan dapat langsung dibawa oleh pengunjung yang membuat kerajinan tersebut. Pokja Kerajinan dapat ditemukan di homestay Desa Wisata Lombok Kulon. Untuk dapat mengikuti pelatihan ini diperlukan pemesanan paket terlebih dahulu sehingga poka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. g. Pengelola Homestay Terdapat sebuah homestay yang khusus disediakan untuk wisatawan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon yang dikelola oleh masyarakat lokal. Di mana masyarakat selain menerima namun juga melayani wisatawan yang menginap di sana. Wisatawan dapat merasakan berinteraksi dengan kebiasaan masyarakat lokal secara langsung. Adapun Partisipasi Tidak Langsung dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon yaitu: a. Petani, Petani secara tidak langsung berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon melalui tata cara tanam yang dilakukan secara organik yaitu menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri. Selain itu keberadaan petani tentu penting adanya untuk melestarikan keberadaan sawah dan tata cara tanam yang organik sehingga desa wisata yang ada di Desa Lombok Kulon dapat menjadi desa wisata yang mengunggulkan pertanian organik secara berkelanjutan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menggalang masyarakat untuk berpartisipasi yaitu: a. Kendala internal yaitu pola pikir masyarakat yang negatif terhadap pariwisata. b. Kendala eksternal meliputi adanya banyak peraturan yang harus disesuaikan dengan PTPN Perhutani yang menghambat Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso untuk mengembangkan Desa Wisata Organik Lombok Kulon serta kurangnya dana yang dialokasikan untuk pembangunan Desa Wisata Organik Lombok Kulon.

3.2. PEMBAHASAN Desa Lombok Kulon merupakan desa yang terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa Lombok Kulon memiliki wilayah seluas 293.57 ha. Desa lombok Kulon memilki potensi sumber daya alam berupa budidaya pertanian sawah seluas 224 ha dengan sumber air yang cukup serta kawasan pekarangan produktif seluas 19,5 ha. Lahan tersebut mulai dikembangkan menjadi pertanian organik. Sebagai desa yang mengembangkan pertanian organik, Desa Lombok Kulon diarahkan menjadi desa wisata organik. Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso mulai dikembangkan pada tahun 2012 yang dimula oleh Bapak Arif dan Ibu Intan serta Bapak Baidhowi yang saat ini merupakan ketua pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Adanya pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon ini diawali dengan adanya pengembangan Kelompok Tani pada tahun 2008. Pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon terjadi atas prakarsa masyarakat yang selanjutnya didukung oleh pemerintah dengan kata lain terjadi secara bottom-up . Desa Wisata Organik Lombok Kulon sebagai destinasi wisata masih dalam tahap eksplorasi penemuan ( exploration ) yang dimana Desa Wisata Organik Lombok Kulon masih dikunjungi secara terbatas. Kunjungan yang ramai di Desa Lombok Kulon selama beberapa bulan terakhir merupakan kunjungan yang dilakukan oleh mahasiswa dan siswa taman kanak- kanak, Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu fasilitas khusus 28

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 untuk wisatawan yang disediakan oleh masyarakat masih kurang keberadaanya. Sehingga dampak sosial-budaya maupun sosial-ekonomi dari adanya pengembangan desa wisata ini belum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Desa Lombok Kulon secara merata. Pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran kalangan produktif di Desa Lombok Kulon. Dalam pengembangan Desa Lombok Kulon sebagai desa wisata diterapkan konsep pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) yang ditunjukan dengan adanya usaha-usaha untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon dalam melatih dan mempersiapkan SDM untuk menghadapi pariwisata. Data yang diperoleh menunjukan adanya partisipasi langsung dan tidak langsung masyarakat lokal dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Adapun yang merupakan partisipasi langsung dapat dilihat dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari : 1. Pokja Pertanian

Gambar 1. Gambar 1. Kelompok Tani di Desa Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Partisipasi masyarakat melalui pokja pertanian dikatakan sebagai partisipasi langsung karena adanya interaksi langsung antara wisatawan dengan masyarakat yang merupakan Kelompok Kerja (Pokja) Pertanian dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Masyarakat lokal yang merupakan Pokja Pertanian bertugas untuk memberikan informasi dan mengajarkan para pengunjung mengenai tata cara penanaman padi maupun sayuran dengan metode organik, pembuatan pupuk organik dengan bahan yang berasal dari alam sekitar hingga pengemasan beras hasil pertanian organik. 2. Pokja Perikanan

Gambar 2. Gambar 2. Pokja Perikanan di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Pokja Perikanan merupakan pokja yang bertugas mengurus kolam-kolam ikan yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Baik mulai dari pembenihan maupun panen. Ikan-ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele dan gurame. Hasil budidaya dapat dikonsumsi yang terlebih dahulu akan diolah oleh pokja kuliner. Selain itu Pokja Perikanan bertugas untuk memberikan informasi dan pelatihan mengenai cara budidaya ikan dengan metode organik.

29

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

3. Pokja Kuliner

Gambar 3. Gambar 3. Pokja Kuliner di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Pokja kuliner merupakan pokja yang bertugas mengolah hasil pertanian maupun perikanan yang dihasilkan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon sehingga pengunjung dapat menikmati hasil pertanian dan perikanan organik. Pengunjung dapat memesan langsung makanan pada Pokja Kuliner yang ada di basecamp Desa Wisata Organik. Tersedia nasi beras merah, beras putih, beras hitam maupun nasi beras jagung. Pokja Kuliner juga dapat menyediakan hidangan secara prasmanan maupun per porsi. 4. Pokja SDM

Gambar 4. Gambar 4. Pokja SDM di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Pokja SDM merupakan pokja yang bertugas menerima kunjungan-kunjungan wisatawan yang melakukan penelitian dan memberikan informasi mengenai Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Selain itu Pokja SDM juga bergerak dalam bidang peningkatan Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Lombok Kulon, yang dalam hal ini merupakan masyarakat lokal dengan memberikan pelatihan-pelatihan, salah satunya adalah pelatihan Bahasa Inggris dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima kunjungan wisatawan asing.

5. Pokja Atraksi Gambar 5. Gambar 5. Pokja Atraksi di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017

30

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 Pokja Atraksi merupakan pokja yang bertugas untuk memandu pengunjung yang ingin menikmati atraksi wisata dan bertanggung jawab atas pengunjung selama kegiatan wisata berlangsung. Atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon adalah tubing. Tubing adalah kegiatan meluncur bebas di aliran sungai yang berjeram dengan menggunakan ban. Pokja Atraksi memberi pengarahan mulai dari penggunaan pelampung, penggunaan helm dan tata cara penempatan diri dalam ban sebelum tubing dimulai. Kegiatan wisata tubing berlangsung selama 1 jam di mana Pokja Atraksi disebar di beberapa titik untuk mengawasi, menjaga dan mengambil dokumentasi pengunjung yang melakukan tubing.

6. Pokja Kerajinan

Gambar 6. Pokja Kerajinan Gambar 6. Pokja Kerajinan di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Pnelitian Lapangan I, 2017 Pokja Kerajinan merupakan pokja yang bertugas dalam memberikan pelatihan bagi para pengunjung yang ingin berlatih untuk membuat kerjaninan dengan bahan dasar pelepah pisang dan kayu. Hasil kerajinan dapat langsung dibawa oleh pengunjung yang membuat kerajinan tersebut. Pokja Kerajinan dapat ditemukan di homestay Desa Wisata Lombok Kulon. Untuk dapat mengikuti pelatihan ini diperlukan pemesanan paket terlebih dahulu sehingga poka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. 7. Pengelola Homestay

gambar 7. Gambar 7. Pokja Homestay di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Terdapat sebuah homestay yang khusus disediakan untuk wisatawan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon yang dikelola oleh masyarakat lokal. Di mana masyarakat selain menerima namun juga melayani wisatawan yang menginap di sana. Wisatawan dapat merasakan berinteraksi dengan kebiasaan masyarakat lokal secara langsung. Selain homestay yang disediakan khusus untuk wisatawan, ketika jumlah wisatawan mlebihi kapasitas homestay tersebut, rumah- rumah masyarakat lokal Desa Lombok Kulon khususnya rumah yang tidak lagi ditinggali oleh pemiliknya karena pemiliknya telah tinggal di luar kota digunakan pula sebagai homestay dengan syarat seperti memiliki kamar mandi dan tempat tidur, serta adanya masyarakat lokal yang memberikan pelayanan bagi wisatawan yang menginap.

31

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 Adapun Partisipasi Tidak Langsung dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon yaitu: 8. Petani

Gambar 8. Gambar 8. Petani di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Petani secara tidak langsung berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon melalui tata cara tanam yang dilakukan secara organik yaitu menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri. Selain itu keberadaan petani tentu penting adanya untuk melestarikan keberadaan sawah dan tata cara tanam yang organik sehingga desa wisata yang ada di Desa Lombok Kulon dapat menjadi desa wisata yang mengunggulkan pertanian organik secara berkelanjutan. Dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam menggalang masyarakat untuk berpartisipas. Kendala-kendala tersebut terdiri dari kendala internal dan kendala eksternal. Adapun yang merupakan kendala internal adalah pola pikir masyarakat yang negatif terhadap pariwisata. Kendala eksternal meliputi adanya banyak peraturan yang harus disesuaikan dengan PTPN Perhutani yang menghambat Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso untuk mengembangkan Desa Wisata Organik Lombok Kulon serta kurangnya dana yang dialokasikan untuk pembangunan Desa Wisata Organik Lombok Kulon.

4. KESIMPULAN Dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso terdapat partisipasi masyarakat yang dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu partisipasi langsung yang terdiri dari kelompok kerja pertanian, kelompok kerja perikanan, kelompok kerja kuliner, kelompok kerja sdm, kelompok kerja atraksi, kelompok kerja kerajinan serta pengelola homestay . Dan partisipasi tidak langsung yaitu petani. Adapun kendala yang dihadapi dalam menggalang masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso terdiri dari kendala internal berupa pola pikir masyarakat, dan kendala eksternal berupa hambatan pengembangan akibat adanya banyak peraturan yang harus disesuaikan dan kurangnya dana untuk pengembangan desa wisata.

Ucapan Terimakasih Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Prosiding ini tepat pada waktunya. Penulis juga menyadari bahwa dengan selesainya prosiding ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing 1 dan dosen Pembimbing 2 serta teman-teman dari kelompok yang sudah banyak berpartisipasi dan membantu dalam penyempurnaan prosiding ini

32

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 5. DAFTAR PUSTAKA Muntu, Adrianus Waranei. 2017. Partisipasi Komunitas Lokal Dalam Pengembangan Atraksi Wisata di Kota Tua Jakarta. Skripsi. Bali: Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Nurkhayani, Dewi. 2016. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Perkembangan Pariwisata di Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Skripsi. Bali: Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana. Priasukmana, Soetarso dan R. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa Wisata : Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Jurnal Informasi Sosial dan Ekonomi, Vol. 2. Raharjana, Destha Titi.2012. Membangun Pariwisata Bersama Rakyat:Kajian Partisiapas Lokal dalam Membangun Desa Wisata di Dieng Plateu.Jurnal Kawistara, Vol. 2. No 3. Safitri, Ni Putu Yessy Apriana dan Made Sukana. 2013. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Kegiatan Kepariwisataan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan. Kalia, Friska. 2014. Bondowoso Lirik Potensi Pertanian Organik. http://kbr.id/nusantara/04- 2014/bondowoso_lirik_potensi_pertanian_organik/57454.html. Diakses tanggal 15 Maret 2017. Situs Resmi Kabupaten Bondowoso. Pertanian. http://bondowosokab.go.id/potensi- daerah/pertanian. Diakses tanggal 14 Maret 2017.

33

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI OLEH DINAS KEPARIWISATAAN KABUPATEN BONDOWOSO DALAM MEMPROMOSIKAN DAYA TARIK WISATA

Priscilla Nivili 1) , I Wayan Suardana 2) , I Made Sendra 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstract Bondowoso merupakan salah satu daerah wisata yang sedang berkembang. Daerah kabupaten yang terletak di Jawa Timur ini memiliki cukup banyak potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Sebagai daerah pariwisata, Bondowoso tidak bisa melewatkan peranan pariwisata sebagai industri yang kemudian berpengaruh kepada usaha wisata. Dalam perkembangannya, usaha wisata sebagai salah satu komponen kegiatan pariwisata tidak bisa menutup diri dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dalam kepariwisataan dapat diterapkan dalam berbagai hal salah satunya sebagai penyedia layanan informasi. Keberadaan informasi dalam kegiatan pariwisata sangat penting. Informasi dalam pariwisata dibutuhkan oleh berbagai pihak. Wisatawan membutuhkan informasi untuk membantu dalam perencanaan perjalanan contohnya seperti menentukan akomodasi, menentukan moda transportasi, menentukan objek yang akan dituju, ataupun menentukan paket wisata apa yang akan diambil. Selain wisatawan, informasi juga dibutuhkan oleh stakeholder pariwisata yaitu pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. Dalam hal ini informasi tersebut dapat berupa data kunjungan wisatawan, kecenderungan pasar, dan lain sebagainya. Penggabungan antra layanan informasi dan teknologi inilah yang menciptakan suatu konsep yang dinamakan E-Tourism.

Kata kunci : teknologi, informasi, usaha wisata, e-tourism.

Abstract Bondowoso is one of the developing tourist areas. The district area located in has quite a lot of potential that can be developed as a tourist attraction. As a tourism area, Bondowoso can not miss the role of tourism as an industry that then affect the tourism business. In its development, tourism business as one component of tourism activities can not be closed from the development of technology. The development of technology in tourism can be applied in many ways one of them as information service provider. The existence of information in tourism activities is very important. Information in tourism is needed by various parties. Tourists need information to assist in planning trips such as determining accommodation, determining the mode of transportation, determining the object to go, or determining what tour package will be taken. In addition to tourists, information is also needed by tourism stakeholders namely the government and tourism business actors. In this case the information can be data of tourist visits, market trends, and so forth. Merging between information services and technology is what creates a concept called E-Tourism.

Keywords : technology, information, tourism business, e-tourism.

1. PENDAHULUAN Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabilla seorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998). Pariwisata sudah menjadi hak dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat yang diatur dalam Kode Etik Kepariwisataan Dunia. Pariwisata memberikan manfaat dalam bidang sosial, budaya, serta ekonomi untuk daerah wisata, oleh karena itu masyarakat harus menyadari manfaat dari kegiatan pariwisata untuk individu maupun daerah itu sendiri. Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo di timur, Kabupaten Jember di selatan, Kabupaten

34

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Situbondo di utara, serta Kabupaten Probolinggo dan Situbondo di barat. Bondowoso dikenal sebagai “Kota Tape” dan “Republik Kopi” dengan produk kopi “Java Ijen Raung”. Dalam pariwisatanya Bondowoso mengandalkan wisata alam dan wisata petualangan seperti trekking dan rafting . Pesona alam yang terbentang dari puncak gunung sampai ke lembah-lembah menjadikan Bondowoso dikenal sebagai surga di atas ketinggian, “The Highland Paradise”. Bondowoso merupakan daerah yang mulai gencar mengembangkan pariwisatanya. Pengembangan ini tidak bisa lepas dari peran suatu lembaga. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Bondowoso yang membidangi pariwisata kian gencar mempromosikan daya tarik wisata melalui berbagai media salah satunya media digital. Penggunaan media digital tidak bila lepas dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dan juga kendalanya yang kerap dihadapi oleh pengelola. Berdasarkan permasalahan ini penulis melakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam halnya mempromosikan daya tarik wisata oleh dinas pariwisata di Kabupaten Bondowoso.

2. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teknologi, Informasi, dan Komunikasi 1. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yangstrategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. 2. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pariwisata TIK, sangat menunjang perkembangan pariwisata, dengan TIK maka informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, efisien dan akurat yang mampu mengurangi human error. Dengan menggunakan software informasi mengenai kepastian pemesanan kamar, kepastian rekening tamu, informasi tamu yang akan datang ke hotel, tamu yang sedang tinggal di hotel dan tamu yang akan meninggalkan hotel. Informasi yang cepat, tepat dan akurat tersebut akan membuat tamu puas dan senang tinggal di hotel. Teknologi Informasi juga dapat memudahkan suatu daerah untuk memperkenalkan objek– objek wisata yang ada di daerahnya ini. Dalam dunia pariwisata perkembangan teknologi informasi mulai dirasakan dampak positifnya karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pariwisata mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang terasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Karena para wisatawan sangat mudah untuk menentukan objek wisata yang akan ingin dikunjunginya. 2.2 Konsep E-Commerce E-Commerce atau disebut juga perdagangan elektronik merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, pemasaran barang ataupun jasa dengan memanfaatkan sistim elektronik seperti internet ataupun jaringan komputer. E-commerce juga melibatkan aktivitas yang berhubungan dengan proses transaksi elektronik seperti transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistim pengolahan data inventori yang dilakukan dengan sistim komputer ataupun jaringan komputer dan lain sebagainya. Dalam teknologi informasi e-commerce dapat dikategorikan sebagai bagian dari e-business dimana e-business memiliki cakupan yang lebih luas baik dari segi aktivitas ataupun jenis jenis kegiatan yang dilakukannya. 2.3 Konsep Promosi Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.

35

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

2.4 Konsep Hambatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 385) hambatan adalah halangan atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia. Hambatan cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu hal yang dikerjakan oleh seseorang. Dalam melakukan kegiatan seringkali ada beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode wawancara. Lokasi penelitian terletak di Dinas Pariwisata Kabupaten Bondowoso (DISPAPORA). Penelitian ini diawali dengan membuat konsep tentang pemanfaatan E-Tourism oleh DISPAPORA. Langkah – langkah selanjutnya adalah menyusun pedoman wawancara. Pengumpulan data secara keseluruhan ditempuh dengan wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Media Promosi yang Digunakan dalam Memasarkan Pariwisata Bondowoso Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Bondowoso melakukan promosi untuk daya tarik wisata dengan berbagai cara. Promosi dilakukan dengan cara mengadakan pameran, roadshow yang menargetkan siswa dan mahasiswa, trip bersama para stakeholder pariwisata dan travel agent, pengadaan event berskala internasional seperti “ Ijen Trail Running 2017” , festival, dan lain sebagainya. Event-event tersebut kemudian disosialisasikan dan disiarkan melalui berbagai media. Media-media yang digunakan dalam mempromosikan pariwisata oleh DISPARPORA yaitu: 1) Media cetak : booklet “Bondowoso the Highland Paradise”, majalah “Lovely Bondowoso” dan artikel yang disiarkan melalui surat kabar seperti Jawa Pos. 2) Media elektronik : tv lokal 3) Media digital : website dan sosial media 3.2 Pemanfaatan TIK dalam Meningkatkan Pariwisata Bondowoso Dalam pemanfaatan TIK, DISPARPORA menggunakan media digital online untuk mempromosikan daya tarik wisata beserta event-event yang tengah berlangsung. Pemanfaatan media digital ini sudah dimulai dari tahun 2014 dan baru mulai aktif di tahun 2015. Ini menandakan bahwa usaha pengembangan pariwisata Bondowoso belum lama dilakukan. Media digital yang digunakan oleh DISPARPORA yaitu: 1) Website DISPARPORA memiliki website resmi http://disparpora.bondowosokab.go.id . Website ini berisikan informasi mengenai atraksi dan daya tarik wisata di Bondowoso secara umum. Tampilan website cukup baik dengan desain yang rapi dan warna yang sederhana serta informasi yang diberikan sudah cukup jelas dan objektif. Pembaruan berita pada website tidak memiliki jarak waktu yang pasti. Walau begitu, pembaruan berita pada website cukup up to date sehingga tidak ada informasi yang terlalu tertinggal untuk diikuti. Berikut adalah tabel riwayat pembaruan berita pada website DISPARPORA Bondowoso.

36

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 1 Riwayat Pembaruan Berita Website DISPARPORA Tanggal Judul Berita 1. 28 Peserta Pemuda Pelopor Kab. April Bondowoso Melaksanakan 2017 Unjian Tulis dan Presentasi 2. 2 Mei Kepala DISPARPORA 2017 Bondowoso Kembali Menjenguk Bapak Sundari/Bapak Roqi 3. 2 Mei Singo Ulung Membuat 2017 Heboh Pengunjung Bandar Udara Juanda 4. 4 Mei Pemuda Pelopor Kabupaten 2017 Bondowoso Telah Dinobatkan 5. 9 Mei Masih Dalam Rangkaian 2017 Pekan Pemuda, DISPARPORA Kab. Bondowoso Melaksanakan Lomba Tari Ojug 6. 9 Mei Kegiata Lomba Desain 2017 Dalam Rangkaian Acara Pekan Pemuda Menyambut Kreatifitas Pemuda Bondowoso Dalam Bidang Membatik 7. 31 Mei Bazar Ramadhan dan Wisata 2017 Kuliner Bondowoso 2017 Sumber: http://disparpora.bondowosokab.go.id/blog. Diakses tanggal 5 Juni 2017.

2) Media Sosial Media sosial yang dipakai untuk mempromosikan pariwisata Bondowoso ada dua yaitu Facebook dan Instagram. a. Facebook Facebook merupakan salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak di dunia. DISPARPORA memiliki akun Facebook untuk mempromosikan pariwisata dengan nama akun Pariwisata Bondowoso. Akun ini sudah diikuti oleh 3.446 pengikut (per tanggal 5 Juni 2017). Sama seperti website, Facebook Pariwisata Bondowoso cukup sering mengunggah kiriman di timeline nya. Berikut adalah riwayat pengunggahan kiriman akun Facebook Pariwisata Bondowoso

37

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 2 Riwayat Pengunggahan Kiriman Facebook Pariwisata Bondowoso No. Tanggal Keterangan 1. 8 Mei Pukul 17:40 WIB, 2017 mengunggah foto kegiatan: lomba desain 2. 8 Mei Pukul 19:42 WIB, 2017 membagikan berita dari radarbesuki.com 3. 10 Mei Pukul 19:39 WIB, 2017 membagikan berita dari timesindonesia.co.id : Ijen Trail Running 4. 10 Mei Pukul 19:40 WIB, 2017 membagikan berita dari bondowosoline.com 5. 29 Mei Pukul 16.00 WIB, 2017 membagikan kiriman dari pengikut 6. 29 Mei Pukul 16:10 WIB, 2017 mengunggah foto kegiatan: festival kuliner Bondowoso 7. 29 Mei Pukul 16:47 WIB, 2017 mengunggah video pariwisata Bondowoso Sumber: https://web.facebook.com/disparpora. Diakses Tanggal 5 Juni 2017.

b. Instagram Instagram adalah media sosial yang digunakan untuk membagikan foto dan video singkat sebagai kontennya. DISPARPORA Kabupaten Bondowoso memiliki akun Instagram dengan nama pengguna @pariwisata_bondowoso yang memiliki jumlah/ followers pengikut sebanyak 1.620 followers dengan jumlah kiriman/ posts 150 posts (per tanggal 5 Juni 2017). Foto pertama diunggah pada tahun 2015. Dibandingkan dengan Facebook, Instagram memiliki frekuensi lebih sering dalam meng upload kiriman. Berikut adalah riwayat kiriman akun Instagram Pariwisata Bondowoso. Tabel 3 Riwayat Kiriman Akun Instagram Pariwisata Bondowoso No. Tanggal Keterangan Foto 1. Repost 2. 29 Mei 2017 Festival kuliner 3. Desa wisata Rengganis 4. 1 Juni 2017 Hari jadi Pancasila 5. 2 Juni 2017 Repost 6. Repost 7. 5 Juni 2017 Kacong Jebbing Bondowoso Sumber: instagram.com/pariwisata_bondowoso. Diakses Tanggal 5 Juni 2017. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh DISPARPORA Kabupaten Bondowoso dalam mempromosikan dan memasarkan daya tarik serta atraksi wisata ikut berperan dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso. Ditinjau

38

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

dari tahun 2010 – 2016, jumlah kunjungan wisata di kabupaten Bondowoso meningkat secara signifikan. Tabel 4 Jumlah Kunjungan Wisata Bondowoso Tahun 2010 – 2016

Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso meningkat secara signifikan dilihat dari tahun 2014 – 2015 dengan selisih 64.742 kunjungan. Jumlah kunjungan tentu meningkat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Melihat kembali bahwa pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh DISPARPORA dimulai dari tahun 2014 dan mulai optimal di tahun 2015. Dengan demikian pemanfaatan TIK dalam promosi dan pemasaran daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso berperan serta dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso. Grafik 1 Jumlah Kunjungan Wisata Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 - 2016 Jumlah Kunjungan Wisata Kabupaten Bondowoso Tahun … 200000 0 2010201120122013201420152016

Jumlah Kunjungan Wisata

3.3 Kendala yang Dihadapi dalam Pemanfaatan TIK untuk Mempromosikan Pariwisata Bondowoso Dari hasil wawancara kepada narasumber, diperoleh informasi bahwa dalam pemanfaatan TIK dalam mempromosikan pariwisata masih terdapat berbagai kendala. Kendala-kendala yang dihadapi oleh DISPARPORA Kabupaten Bondowoso dalam menggunakan media digital yaitu: 1) Kurangnya tenaga kerja dalam mengoperasikan berbagai media digital yang ada. Untuk sosial media Facebook dan Instagram, hanya memiliki satu administrator yaitu salah satu Staff Seksi Promosi Wisata dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, Reza Samsu Pramuditya, S.S. Kurangnya tenaga kerja membuat info-info mengenai kegiatan menjadi terlambat untuk di update . 2) Kurangnya tenaga kreatif yang menghasilkan ide dan menciptakan konten-konten baru sebagai materi untuk mempromosikan daya tarik wisata Kabupaten Bondowoso. 3) Seksi Promosi Wisata dan Pengembangan Ekonomi Kreatif merangkap juga sebagai humas/ public relation. ini mempengaruhi optimalnya kegiatan promosi. Karena masih tergolong dinas kecil ., seksi yang ada hanya terbatas di bidang DTW, Atraksi Wisata, dan Promosi. 4) Website masih belum optimal, kunjungan website masih minim dan website masih berisi informasi-informasi umum.

4. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. DISPARPORA Kabupaten Bondowoso melakukan promosi daya tarik dan atraksi wisata melalui pameran, roadshow, trip bersama para stakeholder pariwisata dan travel agent, pengadaan event berskala internasional seperti “ Ijen Trail Running 2017” , festival, dan lain

39

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

sebagainya. Event-event tersebut kemudian disosialisasikan dan disiarkan melalui berbagai media yaitu media cetak, elektronik, dan media digital. 2. Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi, DISPARPORA khususnya seksi promosi memanfaatkan website dan media sosial sebagai media untuk mempromosikan pariwisata Bondwoso. Diketahui dari tabel riwayat unggahan dan kiriman, operator dari website dan media sosial cukup sering mengupdate berita dan kiriman mengenai aktifitas kepariwisataan di Kabupaten Bondowoso. Pemanfaatan TIK dalam promosi dan pemasaran daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso berperan serta dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2010 – 2016. 3. Kendala yang menghambat DISPARPORA dalam mempromosikan pariwisata melalui media digital adalah kurangnya tenaga kerja, kurangnya tenaga kreatif, dan belum optimalnya pengoperasian website pariwisata sehingga harus terus dievaluasi dan ditingkatkan. Sedangkan saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Menurut kelompok penulis, sebaiknya Bagian Pariwisata DISPARPORA Kabupaten Bondowoso bekerja sama dengan komunitas-komunitas pemuda untuk menciptakan event- event yang banyak diminati oleh para kaum muda dan content creator sehingga dapat dilihat potensi-potensi muda yang dapat dijadikan sebagai tenaga kreatif untuk menciptakan konten- konten baru yang segar sebagai materi promosi. 2. Menurut kelompok penulis, sebaiknya penggunaan media sosial dan media digital lainnya dioptimalkan lagi dengan sebaik mungkin. Penggunaan fitur-fitur yang disediakan oleh media sosial dengan maksimal dapat meningkatkan jangkauan promosi. Salah satu fitur yang dapat dimanfaatkan adalah Boost Post yang disediakan oleh Facebook. Ucapan Terimakasih Adapun penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penulisan artikel ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada orangtua dan rekan – rekan sekelompok dalam hal Penelitian Lapangan I. Serta, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada UNUD yang telah banyak berkontribusi dalam hal Penelitian Lapangan I ini.

5. DAFTAR PUSTAKA Arsul. 2015. E-Tourism Kabupaten Pulau Morotai . Manado: E-Journal Elektro dan Komputer Liey, Yesica. 2012. Perancangan dan Implementasi E-Tourism Kawasan Pariwisata Kota Tomohon . Salatiga: Program Studi Sistem Informasi FTI-UKSW Putera, Prakoso Bhairawa. 2010. Perbandingan Pencapaian Jejaring Informasi Pariwisata Terpadu Berbasis Web (Electronic Tourism) Dalam Mendukung Visit Indonesia Year 2010 Studi Kasus: Visit Aceh, Visit Bangka Belitung, dan Visit Baatam 2010 . Jakarta: LIPI Putra, Christia. 2011. Perancangan dan Implementasi E-Tourism pada Sistem Informasi Pariwisata Salatiga . Salatiga: Jurnal Teknologi Informasi-Aiti https://bondowosokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kabupaten-Bondowoso- 2015.pdf http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/11228/Hari%20Purnomo_1.pdf?sequence= 1

40

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

KEBERADAAN PRAMUWISATA LOKAL DI KABUPATEN BONDOWOSO

Resta Indah Inayah 1) , Yohanes Kristianto 2) , W. Citra Juwita Sari 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Email: [email protected]

Abstrak Keberadaan pramuwisata lokal di suatu destinasi sangat diperlukan. Untuk itu keberadaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Bertujuan untuk mengetahui keberadaan pramuwisata lokal dan kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso dapat dikatakan sedikit. Saat ini keberadaan pramuwisata di Bondowoso jumlahnya sangat minim karena hanya terdapat 10 anggota yang masih aktif dari jumlah anggota sebelumnya yaitu 25 orang anggota. Hal ini dikarenakan pekerjaan dalam bidang pariwisata belum dapat menjanjikan sehingga sebagian dari mereka beralih profesi untuk kelangsungan hidupnya. Dalam kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso terdapat struktur pengurus, diantaranya adanya pelindung yaitu Bupati Bondowoso, dan meliliki pembina dalam kepengurusan yang dibina oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bondowoso, terdiri dari tiga dewan yaitu Dewan Pertimbangan, Dewan Penasehat, dan Dewan Etik, serta memiliki pengurus harian yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, dan di dalam pengurus harian terdapat lima seksi yaitu seksi organisasi, seksi pendidikan dan pelatihan, seksi humas dan lingkungan hidup, seksi kesejahterahan dan seksi hukum.

Kata kunci : kepemanduan wisata, pramuwisata.

Abstract The existence of local guides in a destination is very necessary. For that, the existence of local guides in Bondowoso Regency becomes an interesting thing to be studied. The aim is to know the existence of local guides and local institutional tour guides in Bondowoso Regency. The results of this research is to indicate the presence of local guides in Bondowoso Regency. Currently, the existence of tour guides in Bondowoso is very a little. There are only 10 members who are still active from the previous member of 25 members. It happens because of the work in the field of tourism has not been able promising, so some of them switched their professions for their survival. In the institutional of local guides in the Bondowoso Regency, there is a board structure consists of management, also the protective namely Regent of Bondowoso, and has a supervisor in the stewardship supervised by Head of Department of Tourism Youth and Sports of Bondowoso Regency. Consists of three councils, there are Advisory Council, the Advisory Board, and the Ethics Council, and has a daily board consisting of the chairman, vice chairman, secretary, deputy secretary, treasurer, treasurer, and on the daily board there are five sections of the organization, Education, and training, public relations and environment section, section of welfare and legal section.

Keywords : tour guide, guides.

41

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PENDAHULUAN

Gambar 1. Peta Kabupaten Bondowoso Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang tidak memiliki wilayah laut (terkurung daratan). Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di wilayah bagian timur Propinsi Jawa Timur dengan jarak sekitar 200 km dari ibu kota Propinsi Jawa Timur, Surabaya. Kabupaten Bondowoso terletak pada posisi 7”50’10” sampai 7”56’41” Lintang Selatan dan 113”48’10” sampai 113”48’26” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bondowoso sebelah barat dan utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember. Berdasarkan data yang didapat melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso, pada tahun 2012 hingga 2016 wisatawan yang datang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso mengalami peningkatan. Hal tersebut mencerminkan bahwa Bondowoso semakin dikenal.

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Kabupaten Bondowoso Wisatawan Wisatawan Tahun Total Nusantara Mancanegara 2010 20787 6110 26897 2011 19487 1439 20926 2012 25731 2233 27964 2013 24979 18244 43223 2014 29296 28645 57941 2015 87990 34693 122683 2016 132719 31930 164649 Sumber: DISPARPORA Bondowoso

Seiring berjalannya waktu untuk membangun pariwisata yang baik di Kabupaten Bondowoso, maka pemerintah membutuhkan bantuan pramuwisata lokal untuk menangani wisatawan yang sedang berkunjung terkait dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso dari tahun ke tahun. Menyadari pentingnya keberadaan pramuwisata lokal, maka penulis tertarik untuk mengetahui keberadaan pramuwisata lokal dan kelembagaannya di Kabupaten Bondowoso.

1. METODE PENELITIAN Adapun lokasi penelitian terdapat tiga tempat yaitu Alun-alun Bondowoso, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (DISPARPORA) Bondowoso, dan Desa Wisata Almour Bondowoso. Ruang lingkup penelitian yang dibahas terdiri atas keberadaan pramuwisata lokal dan kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso. Jenis data yang digunakan yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni observasi, wawancara, dan studi pustaka. Teknik penentuan sampel secara purposive

42

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 sampling . Kriteria dari sampel yang diambil ialah orang-orang yang mengetahui tentang keberadaan pramuwisata di Kabupaten Bondowoso. Teknis analisis data yang digunakan yakni deskriptif kualitatif.

2. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah terbentuknya pramuwisata di Kabupaten Bondowoso dimulai pada tahun 2008 namun tidak diakui oleh DPD HPI Jawa Timur dikarenakan tidak sesuai prosedur. Pada awalnya, pendaftar berjumlah 60 orang setelah diseleksi melalui tes tertulis dan wawancara tersisa 25 orang lolos dan dapat mengikuti pelatihan. Kemudian, dari 25 orang tersebut diseleksi melalui materi praktek guiding sehingga tersisa menjadi 15 orang lulus berlisensi. Pada saat itu profesi pramuwisata masih dianggap belum menjanjikan. Salah satu syarat pembentukan DPC HPI yaitu harus memiliki minimal 20 orang pemandu wisata yang berlisensi. Karena tidak melampaui jumlah minimal tersebut maka HPI Bondowoso tidak diakui. Pada tahun 2010, pemandu wisata

Bondowoso mulai menjalin komunikasi dengan pemandu wisata yang ada di Jawa Timur. Akhirnya, lambat laun pemandu wisata Bondowoso mendapatkan saran dari para pemandu wisata di Jawa Timur untuk membentuk HPI Bondowoso yang resmi. Profesi pramuwisata di Bondowoso pada tahun 2009 dianggap masih belum menjanjikan sehingga hanya tersisa 10 orang yang bertahan hingga pelatihan ke-2 pada tahun 2015. Mayoritas orang yang mengikuti pelatihan pertama beranggapan bahwa masih kurangnya pekerjaan di bidang pramuwisata. Pada pelatihan kedua pada tahun 2015 terdapat 22 orang, jumlah ini mengalami peningkatan yang artinya mulai banyak yang memandang profesi pramuwisata sebagai profesi yang menjanjikan karena seringnya melihat pramuwisata bersama turis mancanegara. Pada saat ini, anggota HPI berjumlah 25 orang tetapi yang aktif hanya berjumlah 10 orang. Padahal saat ini peluang menjadi pramuwisata masih banyak diperlukan baik dari travel agent maupun wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu, dalam usaha menambah tenaga kerja sekaligus memperbaiki kualitas pramuwisata lokal, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso berencana rutin memberikan pelatihan secara gratis kepada generasi muda yang ingin menambah ilmu di bidang pramuwisata pelatihan setiap tahunnya mulai tahun 2015 lalu sesuai dengan ketersediaan anggaran yang ada. Pramuwisata lokal Bondowoso memiliki ciri khas yaitu seragam dan memiliki identitas guide legal yang berlisensi. Dalam menjalankan tugasnya, pramuwisata lokal Bondowoso memiliki tata tertib dalam berperilaku sebagai guide diantaranya ialah berpakaian rapi yaitu menggunakan seragam resmi, selalu membawa identitas atau lisensi, tidak membawa tamu yang melanggar aturan di Indonesia, dan tidak boleh memberikan kartu nama kepada tamu ketika membawa tamu travel agency . Adapun hak yang diperoleh pramuwisata lokal Bondowoso yaitu mendapatkan fee , tip, serta fasilitas sebagai anggota HPI Bondowoso dan kewajiban yang harus dilakukan yaitu mentaati tata tertib yang ada serta memberikan informasi sebanyak - banyaknya tentang daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso ketika guiding . Tahun 2017 ini mulai gencar promosi wisata Bondowoso namun tetap ada beberapa kendala seperti sarana dan prasarana yang belum maksimal. DPC HPI Bondowoso terus mengupayakan dan menyampaikan kepada Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga untuk membangun sarana dan prasarana untuk menunjang perkembangan pariwisata Bondowoso. Untuk itu dalam memaksimalkan kinerja dalam mengembangkan pariwisata, Pemerintah Kabupaten Bondowoso bersama Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso menyusun kelembagaan atau organisasi profesi. Kelembagaan atau organisasi profesi yang ada di Kabupaten Bondowoso adalah DPC HPI Bondowoso yang pada tanggal 18 Juni 2015 telah disahkan oleh DPD HPI Jawa Timur. Dalam kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso terdapat struktur pengurus, diantaranya:

43

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Bagan 1. Struktur Pengurus DPC HPI Bondowoso

Sumber: DISPARPORA Bondowoso A. Pelindung: Bupati Bondowoso Berfungsi untuk mengayomi organisasi sebagai keluarga besar tempat berkumpulnya individu – individu berprofesi pemandu wisata yang sah. B. Pembina: Kepala DISPARPORA Kabupaten Bondowoso Berfungsi untuk memberikan pembinaan melalui pemberian pendidikan dan pelatihan dengan penganggaran pemerintah untuk pemutahiran ilmu anggota serta memberi bimbingan, pertimbangan dan pandangan keorganisasian kepada para pengurus. C. Dewan Pertimbangan: Sunaryadi Adapun fungsi dari Dewan Pertimbangan yaitu: 1. Memberikan pertimbangan kepada Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya dan ditetapkan dalam Musyawarah Tertinggi. 2. Memberi saran baik diminta maupun tidak kepada Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya. 3. Apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan AD/ART oleh Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatanya, Dewan Pertimbangan berhak memberikan rekomendasi kepada seluruh anggota HPI untuk menindaklanjuti. D. Dewan Penasehat: Arif Setyo Raharjo Berfungsi untuk mengawasi kinerja para pengurus, agar sesuai dengan AD, ART dan PO organisasi, menegur dan menasehati para pengurus apabila ditemukan penyimpangan. E. Dewan Etik: Iswahyudi Berfungsi untuk menangani masalah masalah pelanggaran kode etik profesi baik yang dilakukan oleh pengurus maupun anggota memberi rekomendasi kepada ketua tentang keputusan dan atau sanksi yang akan diambil. F. Pengurus Harian 1. Ketua: Slamet Riyadi Fungsi dari ketua yaitu: a. Mengkoordinir anggotanya dalam melaksanakan tugas. b. Melaksanakan tugas - tugas keorganisasian sesuai bidangnya. c. Melaporkan hasil kegiatan kepada sekretaris dan ketua. 2. Wakil Ketua: Samsul Arifin Fungsi dari wakil ketua yaitu: a. Mewakili ketua dalam melaksanakan tugas organisasi apabila ketua berhalangan. b. Memimpin rapat-rapat atas kesepakatan ketua, serta meminta masukan kepada ketua sebelum mengambil keputusan. c. Mengoordinir dan mensinergikan ketua-ketua Biro/Seksi dalam melaksanakan kegiatan lintas sektor.

44

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

d. Dalam keadaan darurat wakil ketua berhak untuk mengambil kebijakan yang selayaknya. e. Menggantikan ketua apabila ketua keluar daerah atau berhalangan hadir berdasarkan surat mandat kerja yang diberikan oleh ketua kepada wakil ketua. 3. Sekretaris: Daniel Steven Fungsi dari sekretaris yaitu: a. Memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan kesekretariatan, pengarsipan, dokumentasi surat dan inventarisasi kekayaan. b. Mengantarkan acara sidang/rapat yang diadakan organisasi. c. Membantu ketua dalam pembuatan laporan dan surat menyurat serta pengarsipan. d. Membuat pengarsipan notulen dan daftar hadir rapat. e. Bekerjasama dengan Ketua Bidang/Biro/Seksi dalam pembuatan surat-surat dokumen. f. Mengumpulkan dan mengarsipkan semua peraturan yang berhubungan dengan kepariwisataan dan organisasi. g. Bekerja sama dengan Kabid/Karo/Kasi Organisasi untuk meng-update data base anggota. h. Menerima dan membuat file laporan kegiatan dari Ketua Bidang/Biro/Seksi. 4. Wakil Sekretaris: Joni Susanto Adapun fungsi dari wakil sekretaris yaitu: a. Mewakili sekretaris dalam melaksanakan tugas apabila sekretaris berhalangan. b. Berkoordinasi dan membantu sekretaris untuk memaksimalkan perannya. 5. Bendahara: Rini Setyawati Fungsi dari bendahara yaitu: a. Memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. b. Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan. c. Mencatat serta mengelola harta kekayaan organisasi di tingkatnya. d. Mengatur administrasi keuangan, melakukan pembayaran dan penagihan. e. Pembukaan rekening bank atas nama organisasi. f. Mencatat semua transaksi keuangan, penyimpanan, pemeriksaan dan pencarian sumber dana yang dituangkan dalam buku kas. g. Membuat rekapitulasi dan melaporkan kondisi keuangan secara berkala kepada ketua. h. Bertanggung jawab penuh terhadap pengaturan keuangan organisasi, penerimaan dan pengeluaran sesuai kebutuhan. 6. Wakil Bendahara: Elif Elia Hasan Fungsi dari wakil bendahara yaitu: a. Membantu semua kerja-kerja kebendaharaan. b. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan arahan bendahara. 7. Seksi – Seksi 1. Seksi Organisasi: Safrawi, Fathurrahman, Yanuar H. Pratama Fungsi dari seksi organisasi yaitu: a. Mengumpulkan, mengolah dan merumuskan bahan kebijakan teknis di bidang organisasi HPI Bondowoso. b. Menyusunan program kerja. c. Melaksanaan koordinasi dan membagi fasilitas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di bidang organisasi. d. Melaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang organisasi. e. Melaksanaan monitoring , evaluasi dan laporan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang organisasi. 2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan: Ahmad Sofyan, Michael Denny, Ali Mansur Fungsi dari seksi pendidikan dan pelatihan yaitu: a. Menyusun rencana dan program kerja. b. Mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran. c. Melaksanakan kebijakan umum dan teknis program pendidikan dan pelatihan bagi anggota baru HPI Bondowoso. d. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota baru HPI Bondowoso. e. Melakukan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan. 45

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

f. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan akuntabilitas kinerja. g. Melaksanakan analisis, evaluasi serta saran menngenai pelaksanaan kegiatan. 3. Seksi Humas dan Lingkungan Hidup: Fathurrasi, Yulis Rahmatullah, Minarsih Fungsi dari seksi humas dan lingkungan hidup yaitu: a. Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitar organisasi HPI Bondowoso. b. Mencari sumber dana dari luar (donator) serta menandatangani surat kerjasama. c. Mengusahakan tempat pelaksanaan kegiatan pendidikan, pelatihan, pertemuan anggota maupun kegiatan lain. d. Bekerja sama atau berkoordinasi dengan bidang publikasi dan informasi terutama mengenai hal–hal informasi yang ingin disampaikan kepada publik. e. Menyampaikan informasi kepada publik bila diperlukan. 4. Seksi Kesejahteraan: Heru Setiowibowo, Imam Fery S., Edy Sukarnadi Fungsi dari seksi kesejahteraan yaitu: a. Melaksanakan koordinasi teknis dengan pejabat dan atau satuan kerja lainnya di dalam maupun di luar lingkungan HPI Bondowoso. b. Memantau dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan bagi anggota HPI Bondowoso. c. Membina partisipasi masyarakat dalam bidang sosial. 5. Seksi Hukum: Okta Kurniawan, Hendrik Cornelis Sebo, Mulyadi Widodo Fungsi dari seksi hukum yaitu: a. Memberikan pelayanan bantuan hukum kepada anggota HPI Bondowoso. b. Memberikan pendapat dan saran hukum.

3. KESIMPULAN Keberadaan pramuwisata lokal Bondowoso saat ini masih dikatakan sedikit. Pada awal didirikannya HPI Bondowoso tahun 2008 terdapat 60 anggota yang lambat laun menyusut menjadi 15 orang hasil dari seleksi yag telah dilakukan dan pada saat itu profesi pramuwisata masih dianggap belum menjanjikan. Pada tahun 2015 profesi pramuwisata mulai dilirik karena dianggap menjanjikan. Dan pada tahun 2015 pula diadakannya reaktivasi DPC HPI Bondowoso yang pada tanggal 18 Juni 2015 telah disahkan oleh DPD HPI Jawa Timur. Hingga saat ini anggota HPI berjumlah 25 orang namun yang aktif hanya 10 orang. Ini merupakan tugas DPC HPI Bondowoso untuk merekrut anggota-anggota baru dari generasi muda yang ada di Kabupaten Bondowoso. Di Kabupaten Bondowoso terdapat kelembagaan pramuwisata lokal yang memiliki struktur pengurus, diantaranya adanya pelindung yaitu Bupati Bondowoso, dan meliliki pembina dalam kepengurusan yang dibina oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bondowoso, terdiri dari tiga dewan yaitu Dewan Pertimbangan, Dewan Penasehat, dan Dewan Etik, serta memiliki pengurus harian yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakli bendarhara, dan di dalam pengurus harian terdapat lima seksi yaitu seksi organisasi, seksi pendidikan dan pelatihan, seksi humas dan lingkungan hidup, seksi kesejahteraan dan seksi hukum.

Ucapan Terimakasih Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Lapangan I yang berjudul “Keberadaan Pramuwisata Lokal di Kabupaten Bondowoso” tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. Tidak hanya itu, penulis sampaikan terimakasih kepada kedua orang tua beserta pihak-pihak yang telah mendukung penelitian ini sampai selesai.

4. DAFTAR PUSTAKA Anggaran Rumah Tangga Himpunan Pramuwisata Indonesia 2011 Anggaran Rumah Tangga Himpunan Pramuwisata Indonesia 2016 Debora, Vera. 2009. “Pengaruh Pelayanan Pramuwisata terhadap Kunjungan Wisatawan ke Istana Maimoon”. Medan: Repository Usu. 46

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya . Jakarta: Ghalia Indonesia. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Muhadjir, Noeng. 1996. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Sarasin Sampelan, Shinta N. 2015. Pramuwisata di Kota Manado. Manado: Jurnal Holistik. Suari, Gusti Ayu Putu Putri Indra. 2016. Eksistensi dan Motivasi Pramuwisata Lokal Perempuan di Daya Tarik Wisata Alas Kedaton . Skripsi. Denpasar: Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) . Bandung : Alfabeta SKKNI 2009 Sektor Pariwisata Bidang Kepemanduan Wisata ______. 2016. Statistik Daerah Kabupaten Bondowoso 2016 . Bondowoso: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso ______. 2017. Bondowoso The Highland Paradise. Bondowoso: DISPARPORA ______. 2017. Lovely Bondowoso. Bondowoso: DISPARPORA

47

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

KEBIJAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DI DESA GLINGSERANG KECAMATAN WRINGIN BONDOWOSO

Fina Indana Zulfa 1) , W. Citra Juwitasari 2) , I Made Kusuma Negara 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Cagar budaya adalah warisan budaya yang harus dilindungi agar tidak rusak, musnah, ataupun hilang. Cagar budaya yang ada di Bondowoso merupakan benda cagar budaya peninggalan Zaman Megalitikum. Cagar budaya ini tersebar hampir diseluruh daerah di Bondowoso. Salah satu desa yag memiliki banyak situs cagar budaya adalah Desa Glingseran Kecamatan Wringin Bondowoso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cagar budaya di Desa Glingseran dan kebijakan terhadap perlindungannya . Analisis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik dalam pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara kepada juru pelihara cagar budaya, dan dokumentasi. Cagar budaya yang ada di Glingseran terdiri dari sarkofagus, menhir dan batu kenong . Sedangkan untuk pelindungan terhadap cagar budaya di Desa Glingseran ada lima tahap, yaitu penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran. Perlindungan yang dilakukan di Glingseran kepada cagar budaya masih belum sepenuhnya dilakukan dengaan benar, karena terbatas dengan; pengetahuan juru pelihara mengenai cagar budaya, kurangnya kepedulian dari masyarakat, dan kurangnya dana dari pemerintah Bondowoso.

Kata kunci : kebijakan, perlindungan, cagar budaya.

Abstract Cultural heritage is a heritage that must be protected from being damaged, destroyed, or lost. The Cultural Heritage in Bondowoso is a cultural heritage object from the Megalithic era. The Cultural heritage is spread almost throughout the region of Bondowoso. One of the villages that have many cultural heritage sites is in Glingseran Village, the sub-district of Wringin Bondowoso . This study aims to know culture heritage in Glingseran Village and the policy on the protection of cultural heritage . This research analysis uses qualitative descriptive . The techniques for gathering information are done by observation, interviews to the interpreter of cultural preservation, and documentation. Culture Heritage in Glingseran is sarcophagus, menhir, and kenong stone. Whereas to the protection of cultural heritage in Glingseran Village, there are five ways, namely rescue, security, zoning, maintenance, and restoration . The protection that is done in Glingseran to the cultural heritage is still not fully carried out properly, as it limited to; Knowledge maintenance of cultural heritage, lack of concern from the community, and lack of funding from the Bondowoso government.

Keywords : policy, protection, cultural heritage.

1. PENDAHULUAN Cagar budaya adalah warisan budaya yang penting sebagai bukti dari terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan. Definisi dari Cagar Budaya di atur dalam bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, yaitu bahwa Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/ atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dengan peraturan mengenai cagar budaya, sudah jelas bahwa Indonesia memiliki situs cagar budaya yang menarik untuk dipelajari. Salah satu daerah yang terkenal memiliki situs cagar budaya adalah Bondowoso. Situs-situs arkeologi yang menyebar di Bondowoso berupa batu besar peninggalan zaman megalitikum. Benda-benda peninggalan zaman megalitikum tersebut 48

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 merupakan benda cagar budaya yang perlu dilindungi agar tetap lestari dan aman. Untuk melindungi benda cagar budaya yang tersebar banyak di Bondowoso, Pemerintah Bondowoso mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pelestarian Cagar Budaya. Ahli sejarah dan arkeologi yang pernah meneliti wilayah ini, menemukan benda-benda bersejarah itu tersebar di lima desa dan kecamatan. Antara lain di desa-desa di Kecamatan Tlogosari, Desa Pakauman (Kecamatan Grujugan), Desa Mas Kuning Lor (Kecamatan Pujer), Desa Pakisan (Kecamatan Wonosari), dan Desa Glingseran (Kecamatan Wringin). Berdasarkan penyebaran situs megalitikum di Bondowoso, Desa Glingseran (Kecamatan Wringin) merupakan salah satu desa yang memiliki benda cagar alam dengan situs cagar budaya yang cukup banyak dengan terdapat lebih dari 50 benda megalitikum. Maka hal ini menarik untuk dikaji mengenai kebijakan terhadap perlindungan cagar budaya yang berada di Desa Glingseran.

2. METODE Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Glingseran yang terletak di sebelah barat laut dari pusat Kabupaten Bondowoso. Jarak dari Desa Glingseran ke daerah Kecamatan Wringin sekitar dua kilometer. Dan jarak Desa Dlingserang ke Kabupaten Bondowoso sendiri adalah 16 Km. Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, yaitu data yang dapat mencakup hampir semua data non-numerik. Fokus dari penelitian ini adalah benda-benda cagar budaya yang ada di Glingseran dan kebijakan terhadap perlindungannya. Situs dari penelitian ini adalah kawasan cagar budaya yang di Desa Glingseran, Dinas Pariwisata Bondowoso, dan Dinas Arkeologi Bondowoso. Sumber informasi dari penelitian ini adalah juru peliharan yang ada di Glingseran dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Arkeologi. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sumber data dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh peneliti secara langsung dari hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Nara sumber yang berperan dalam penelitian ini adalah pemelihara situs cagar budaya Kepala Dinas Kebudayaan dan Arkeologi. Data sekunder diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang di disini berupa profil Desa Glingseran. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui cagar budaya yang ada di Glingseran dan kebijakan terhadap perlindungan cagar budaya disana. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Cagar Budaya yang Ada di Desa Glingseran Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Cagar budaya memiliki kriteria umur 50 tahun atau lebih. Salah satu peninggalan yang sudah berumur lebih dari 50 tahun adalah peninggalan pada zaman megalitikum peninggalan megalitikum merupakan bagian dari cagar budaya yang patut untuk dilindungi. Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau monumen. Sedangkan megalitik adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Berdasarkan beberapa situs megalitikum yang ada di Indonesia, di Glingseran terdapat: tiga benda cagar budaya, yakni sarkofagus, menhir, dan batu kenong; dan dua kawasan cagar budaya, yakni kawasan sarkofagus dan kawasan menhir. Sarkofagus adalah kubur batu yang mempunyai tutup pada atasnya, ukuran antara bagian bawah atau wadah dengan bagian atas atau tutup biasanya sama besarnya. Sarkofagus yang ada di Glingseran letaknya berada di tengah lahan pertanian milik warga disana. Jumlahnya sekitar 50 lebih. Sedangkan untuk umur sarkofagus masih belum diketahui, karena Pak Madris selaku juru 49

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 pelihara masih belum mengetahui tentang penentuan umur sarkofagus. Sebagai situs yang harus dilindungi dibawah pengawasan pemerintah, maka pemerintah memberikan pajak kepada masyarakat yang lahannya terdapat sarkofagus. Di daerah situs sarkofagus ditemukan tengkorang besar pada tahun 1980 dan kemudian dibawa ke museum di Mojokerto sebagai upaya perlindungan. Selain itu disana juga pernah ditemukan pakaian raja dan pakaian tersebut sudah dipindahkan ke museum. Menhir adalah Menhir adalah sebuah tugu atau batu yang tegak, mempunyai fungsi sebagai media untuk menghormati orang-orang yang sudah meninggal yang di tempatkan di suatu tempat. Menhir yang ditemukan di Desa Glingseran terdapat di tengan hutan dan pinggiran sawah masyarakat. Menhir yang ditemukan masih dalam keadaan tidak baik dan tidak terawat. Hal tersebut dikarenakan masih adanya kendala sengketa tanah antara pemerintah desa dengan pemilik tanah. Jumlah menhir sendiri masih belum pasti. Dan untuk penentuan umur, Pak Munir selaku juru pelihara di situs menhir masih belum mengetahui tentang umur dari situs menhir. Batu kenong di Desa Glingseran ditemukan di sekitar rumah Kepala Desa Glingseran. Jumlah batu kenong yang ada di Desa Glingseran adalah dua. Ada dua penjelasan mengenai makna dari batu kenong. Pak Herry Kusdyanto selaku Kepala Dinas Arkeolog Bondowoso, menjelaskan bahwa makna dari batu kenong adalah sebagai tanda kesuburan. Pendapat lain yang berasal dari ketua komunitas Pokdarwis (Pak Abdahu) mengatakan bahwa batu kenong adalah penunjuk arah barang-barang harta karun. Berdasarkan dua pendapat tersebut, peneliti tidak bisa menyimpulkan apa sebenarnya makna batu kenong yang terdapat di Desa Glingseran.

3.2 Kebijakan Terhadap Perlindungan Cagar Budaya yang Berada Di Desa Glingseran Berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 tahun 2011, dijelaskan mengenai pelindungan cagar budaya dapat dilakukan dengan: 1. Penyelamatan Penyelamatan cagar budaya terdapat pada Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 tahun 2011, penyelamatan Cagar Budaya dilakukan untuk mencegah kerusakan karena faktor manusia atau alam. Jika teradapat cagar budaya yang rusak, maka haruslah dilakukan pemindahan supaya cagar budaya tersebut tidak bertambah rusak. Pemindahan Cagar Budaya dilakukan dengan tata cara yang menjamin keutuhan dan keselamatannya di bawah koodinasi Tenaga Ahli Pelestarian. Penyelamatan sarkofagus dan batu kenong dilakukan pemerintah Bondowoso dengan menunjuk juru pelihara untuk mengurus dan mengawas cagar budaya agar tidak dicuri ataupun dirusak. Sedangkan Penyelamatan terhadap menhir masih belum dilakukan oleh pemerintah karena adanya masalah tempat menhir berada, yaitu sengketa tanah antara pemilik tanah dengan pengurus desa. Berdasarkan pernyataan dari Pak Herry Kusdyanto mengatakan bahwa penyelamatan terhadap cagar budaya berada dibawah komunitas pelestarian cagar budaya yang berada di Desa Glingseran. Salah satu komunitas tersebut adalah Pokdarwis, yang secara langsung turun atas perintah pemerintah Dinas Pariwisata Bondowoso. 2. Pengamanan Pengamanan terhadap cagar budaya yang ada di Bondowoso diatur dalam Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011, bahwa Pengamanan dilakukan untuk menjaga dan mencegah Cagar Budaya agar tidak hilang, rusak, hancur, atau musnah. Sedangkan orang-orang yang dapat melakukan pengamanan, yaitu pemilik atau yang menguasainya, juru pelihara atau polisi khusus, dan Masyarakat dapat berperan serta melakukan Pengamanan Cagar Budaya. Diatur juga bahwa eseorang atau sekelompok dilarang melakukan tindak merusak, mencuri, memindahkan, dan memisahkan cagar budaya. Pengamanan berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 di Glingseran terhadap sarkofagus, menhir, dan batu kenong dilakukan dengan pengawasan secara berkala dari Pokdarwis dan juru pelihara yang ditunjuk pemerintah untuk menjaga kemananan dari situs cagar budaya. Selain itu pengamanan yang dilakukan terhadap sarkofagus, yakni membuat batasan antara tanah yang dipijaki sarkofagus dengan lahan milik masyarakat dengan batu-batu

50

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

yang disusun secara horizontal dengan membentuk persegi. Hal itu dilakukan agar mengetahui bahwa batu yang berada ditengah tersebut adalah sarkofagus. Menurut Bapak Darwis, pengamanan terhadap cagar budaya disana akan menggunakan pagar yang terbuat dari semen setinggi dada manusia. Hal itu telah diajukan dana kepada Pemerintah Bondowoso, hanya saja sampai saat itu masih belum ada tanggapan yang pasti dari Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Sehingga menghambat pengamanan terhadap situs cagar budaya agar terjaga keamananya dengan pasti. 3. Zonasi Berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 201, Zonasi terhadap cagar budaya dilakukan dengan menetapkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem Zonasi. Sedangkan orang yang dapat menetapkan zonasi terhadap cagar budaya adalah Bupati dengan mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat yang berada di sekitar cagar budaya. Desa Glingseran terdapat 3Ha untuk cagar budaya sendiri, tetapi lahan seluas itu tidak semua aktif digunakan untuk perlindungan situs cagar budaya. Hanya beberapa lahan cagar budaya yang aktif untuk dilindungi. Seperti yang dilakukan pemerintah dalam melindungi sarkofagus yang berada dilahan masyarakat dengan memberikan pajak kepada pemilik lahan agar cagar budaya tetap aman di tempat asalnya. Sedangkan menhir terletak jauh di dalam hutan dan di tengah sawah masyarakat. Dan batu kenong sendiri berada di depan rumah kepala desa. Berdasarakan pernyataan Pak Munir dan Pak Madris selaku juru pelihara situs megalitikum, mengatakan bahwa belum ada zonasi yang jelas dari pemerintah mengani batas-batas cagar budaya yang ada di Desa Glingseran. Hal tersebut karena baru adanya kesadaran dari pemerintah untuk melindungi situs megalitikum di Desa Glingseran. 4. Pemeliharaan Berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 setiap orang wajib melakukan pemeliharaan pada cagar budaya yang dimiliki atau dikuasainya. Pemeliharaan yang dapat dilakukan terhadap cagar budaya dilakukan dengan cara merawat Cagar Budaya untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan akibat pengaruh alam atau perbuatan manusia. Dan cara yang dapat digukanan untuk memelihara cagar budaya dilakukan dengan pembersihan, pengawetan, dan perbaikan atas kerusakan d terhadap cagar budaya dengan memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, dan bahan. Dan pemeliharaan yang terpenting adalah dengan menempatkan juru pelihara untuk melakukan perawatan CagarBudaya.” Perawatan cagar budaya yang ada di Glingseran dilakukan oleh juru pelihara situs cagar budaya. Perawatan untuk situs cagar budaya disini tidak dilakukan berdasarakan umur atau ukuran besar kecilnya, semuanya dilakukan dengan cara yang sama tanpa pengecualian. Sarkofagus dan batu kenong di bersihkan dengan menggunakan sikat besar dan sekitar sarkofagus dibersihkan dengan sapu lidi agar tidak kotor dan tidak ditumbuhi rumpur liar. Menhir sendiri masih belum ada perawatan khusus dari juru pelihara karena masalah sengketa tanah yang belum selesai. Sehingga untuk menhir sendiri masih sebatas pengawasan agar tidak rusak. 5. Pemugaran Pemugaran terhadap cagar budaya diatur dalam Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 bahwa pemugaran terhadap cagar budaya yang rusak dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki, memperkuat, atau mengawetkannya. Pemugaran yang dilakukan haruslah memperhatikan hal-hal yang tidak akan merusak cagar budaya. Dan pemugaran yang dilakukan haruslah mendapat izin dari pihak yang berwenang. Pemugaran yang dilakukan terhadap situs cagar budaya sarkofagus, menhir, dan batu kenong dilakukan secara tidak menentu. Maksudnya, pemugaran yang dilakukan untuk situs cagar budaya tersebut langsung dilakukan jika terdapat kerusakan dan jika sudah terlihat berbeda dari biasanya. Orang yang melakukan tindak kejahatan terhada cagar budaya seperti yang diatur dalam pasal 47 dan 48 Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 akan mendapatkan sanksi. Hal itu sudah diatur dalam pasal 105-112 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dengan pidana penjara paling singkat 1 51

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

(satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda palingsedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Perlindungan yang dilakukan di Desa Glingseran masih belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 dikarenakan dana yang diajukan kepada pemerintah pemerintah masih belum dicairkan dan juga beberapa pengajuan dari desa tidak mendapatkan respon dari pemerintah Bondowoso. Di lain sisi, juru pelihara yang ditunjuk oleh Pemerintah Bondowoso masih belum paham tentang situs megalitikum yang di lindungi. Karena mendasar kepada pernyataan mereka mengenai situs cagar budaya masih secara umum. Berdasarkan apa yang didapatkan peneliti saat terjun kelapangan, di Desa Glingseran masih terjadi kesalahpahaman , dimana masyarakat tidak mengetahui tentang upaya perlindungan terhadap cagar budaya yang akan dijadikan sebagai daya tarik wisata sejarah. Selain itu, pendidikan masyarakat yang relatif rendah membuat mereka lebih merasa nyaman dengan keadaan sebagai petani tanpa harus mengetahui tentang upaya pelestarian terhadap cagar budaya. Padahal peran serta masyarakat dalam menggarap objek-objek wisata sangat diperlukan.

4. KESIMPULAN 1. Situs cagar budaya yang ditemukan di Desa Glingseran, yaitu sarkofagus, menhir, dan batu kenong. Ketiga situs tersebut merupakan benda cagar budaya dan situs cagar budaya untuk dilindungi. Selain itu terdapat dua kawasan cagar budaya, yaitu kawasan cagar budaya sarkofagus dan kawasan cagar budaya menhir. 2. Kebijakan mengenai perlindungan cagar budaya sudah ada di Bondowoso. Perlindungan itu terdiri dari penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran. Perlindungan terhadap situs cagar budaya di Desa Glingseran masih berlandaskan kenapa Perda Kabupaten Bondowoso No 04 Tahun 2010. Implementasi terhadap perlindungan tersebut masih belum terlaksana secara keseluruhan berdasar kepada kebijakan yang ada, penyebabnya adalah juru pelihara yang ditunjuk oleh pemerintah masih sebatas mengetahui infomasi secara umum mengenai situs cagar budaya yang ada di Desa Glingseran. Selain itu, pengajuan dana yang belum dicairkan oleh pemerintah Bodowoso memperlambat pemeliharaan secara khusus terhadap situs megalitikum.

Ucapan Terimakasih Tim penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam membuat laporan, antara lain; Ibu Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par., M.Par. dan Ibu W. Citra Juwitasari, SH., M.Par. selaku Dosen mata kuliah Penelitian Lapangan; Ibu W. Citra Juwitasari, SH., M.Par. selaku pembimbing kami selama penelitian lapangan satu; dan teman- teman tim penyusun yang telah menyempatkan diri untuk menyusun laporan ini. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan berupa materi maupun ide dan gagasannya.

5. DAFTAR PUSTAKA _____. 2015. Format Isian Data Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Glingseran Kecamatan Wringin. Bondowoso, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bondowoso. _____. 2015. Format Isian Data Tingkat Perkembangan Desa Glingseran Kecamatan Wringin. Bondowoso, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bondowoso. Akbar. 2013. “Pengertian Cagar Budaya” http://www.e-jurnal.com/2013/11 (diakses pada Sabtu, 18 Maret 2017) Hadiyanta. 2014. “Penegakan Hukum Cagar Budaya : Sebuah Tantangan”. Jurnal Widya Prabha. Listiani, Dwi Ari. 2009. Sejarah Untk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Koestoro. “Situs dan Aktivitas Arkeologis bagi Pengembangan Wisata Minat Khusus”. Balai Arkeologi Medan. https://hurahura.wordpress.com (diakses pada Rabu, 14 Juni 2017) 52

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Pradana. “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Kawasan Cagar Budaya Situs Majapahit Di Trowulan Oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto” http://www.e-jurnal.com/2016/04/ (diakses pada Kamis, 13 April 2017) Rosyadi, Rozikin, dan Trisnawati. “Analisis Pengelolaan dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah (Studi Pada Pengelolaan Dan Pelestarian Situs Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto)”. Malang: Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 2, No. 5:830-836 Syaifulloh, dan Basuki Wibowo. 2016. “Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Sebagai Potensi Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Bagi Masyarakat Sekitar Di Kota Pontianak Kalimantan Barat”. Pontianak: Sejarah Dan Budaya, Tahun Kesepuluh, Nomor2. Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Wibowo. 2014. “Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Berbasis Masyarakat (Kasus Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Gampong Pande Kecamatan Kutaraja Banda Aceh Provinsi Aceh)”. Aceh: Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. Vol. 8. No 1:58-71 Wijaya. 2016. “Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya Di Kota Malang” http://www.e-jurnal.com/2016/04/ (diakses pada Kamis, 13 April 2017) Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pelestarian Cagar Budaya. Bondowoso, Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta, Kementerian Negara Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

53

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PENGEMASAN PAKET WISATA PERDESAAN DI KABUPATEN BONDOWOSO

Ni Wayan Diasputri SJ 1) , I Gst. Putu Bgs. Sasrawan Mananda 2) , I Putu Sudana 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai banyak potensi pariwisata. Letak geografis di Kabupaten Bondowoso tidak strategis, sehingga sektor pariwisata sulit untuk berkembang. Daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso 36% terdapat di keindahan alamnya, selanjutnya dari budaya yang juga 36%, kemudian wisata buatan manusia sebesar 28% dengan total 26 daya tarik wisata dan tiga di antaranya merupakan wisata perdesaan yang sedang berkembang. Potensi wisata di tiga desa wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso terdapat di Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Rawa Indah Almour, dan Desa Wisata Dewi Rengganis. Pengemasan paket wisata perdesaan yang inovatif diperlukan bagi ketiga desa tersebut agar dapat berkembang dengan baik. Metode penelitian dalam laporan ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mewawancarai tujuh narasumber. Dengan adanya pengemasan paket wisata perdesaan ini, maka desa-desa wisata yang terdapat di kabupaten Bondowoso akan berkembang secara signifikan.

Kata kunci : berkembang, wisata perdesaan, paket wisata, potensi wisata, atraksi wisata.

Abstract Bondowoso Regency is one of the regencies in East Java Province that has a lot of tourism potency. Bondowoso Regency geographical location is not strategic, therefore the tourism sector is hard to be developed. The tourist attraction in Bondowoso Regency is 36% in it’s natural beauty, then from the culture which is also 36%, and human-made tourism is 28% with total 26 tourist attractions and three of them are developing rural tourism. Tourism potential in three tourist villages in Bondowoso Regency is Lombok Kulon Tourism Village, Rawa Indah Almour Tourism Village, and Dewi Rengganis Tourism Village. Innovative packaging of rural tourism packages is needed for the three villages to develop well. Research methods in this report using a qualitative method that is by interviewing seven resources. With the packaging of this rural tour package, then the tourist villages in Bondowoso Regency will grow significantly.

Keywords : develop, rural tourism, tourism packages, tourism potential, tourist attractions.

1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan manusia. Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Dari 34 provinsi di Indonesia, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang menyediakan pemandangan alam yang menarik untuk para wisatawan. Pariwisata Jawa Timur menyumbang pendapatan asli daerah cukup tinggi, yakni sebesar 6.18 persen. (Dinas Pariwisata, 2017) Meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke Desa Lombok Kulon, Alas Sumur, dan Glingseran ini dapat menunjang sektor pariwisata. Seiring dengan pengembangan desa wisata tersebut banyak pula biro perjalanan yang mulai bermunculan guna melengkapi suatu sektor pariwisata tersebut. Biro perjalanan umum, tour operator , dan agen perjalanan berusaha merancang pengemasan paket wisata sesuai dengan kekhasan dan karakteristik potensi masing-masing dari ketiga desa tersebut dengan penawaran harga yang dapat dijangkau oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Namun, sampai saat ini masih belum ada pengelola atau pelaku desa wisata yang memperhatikan dan merancang secara khusus paket wisata yang ada pada ketiga desa di atas.

54

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui rancangan “Pengemasan paket wisata pendesaan di Kabupaten Bondowoso”.

2. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara dengan 8 informan yaitu Bagong Suprihadi, Ema Erlinda, Badhowi, Muzamin, Muhammad Abdahu, Desi Fatmawati, Icuk Candra dan Totok.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan luas 1.560,10 km 2. Kabupaten Bondowoso berada pada daerah yang memiliki suhu udara cukup sejuk berkisar 15,40 ºC – 25,10 ºC, karena berada di antara Gunung Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso selama lima tahun terakhir akan dijelaskan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Bondowoso Tahun Wisman Wisnus Total Pertumbuhan (orang) (orang) (orang) (%) 2012 2.233 25.731 27.964 25,17 % 2013 18.244 24.979 43.223 35,30 % 2014 28.645 29.296 57.941 25,40 % 2015 34.693 87.990 122.683 52,77 % 2016 31.930 132.719 164.649 25, 49 % Sumber: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso 2017

Berdasarkan tabel tersebut, kenaikan wisatawan secara signifikan terjadi setiap tahunnya. Daya tarik wisata di Bondowoso 36% terdapat di keindahan alamnya, selanjutnya dari budaya yang juga 36%, kemudian wisata buatan manusia sebesar 28% dengan total 26 daya tarik wisata dan tiga di antaranya merupakan wisata perdesaan yang sedang berkembang, yaitu Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Rawa Indah Almour, dan Desa Wisata Dewi Rengganis. (Dinas Pariwisata Kabupaten Bondowoso, 2017). Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah di laksanakan di Desa Wisata Lombok Kulon, maka dapat diperoleh kegiatan-kegiatan yang digabungkan menjadi satu paket wisata, dan paket tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.2: Tabel 4.2 One Fine Day in Lombok Kulon Waktu Kegiatan 07.30 -09.00 Membuat pupuk organik di Desa Lombok Kulon 09.00-10.30 Menanam padi di sawah 10.30-11.00 Menanam dan memetik sayuran organik di rumah penduduk 11.00 -13.00 Cooking class dengan bahan organik di Desa Lombok Kulon 13.00-14.00 Makan siang hasil dari cooking class di Desa Lombok Kulon 14.00-15.00 Membuat kerajinan tangan dari pelepah pisang di Desa Lombok Kulon 15.00 -15.30 Melakukan persiapan tubing di Desa Lombok Kulon 15.30-17.30 Tubing di sungai 17.30 -18.00 Kembali ke Desa Lombok Kulon untuk persiapan pulang Sumber: Hasil Penelitian Lapangan I, 2017

55

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Pengemasan paket wisata pada Desa Wisata Rawa Indah Almour yang sudah penulis kemas dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3 Fun Day Tour at Rawa Indah Almour Waktu Kegiatan 12.30 - 13.00 Bermain Flying Fox 13.10 - 14.00 Memancing 14.10 - 15.00 Bermain bebek gayuh bisa sembari memancing 15.10 - 16.30 Mencari keong mas dilanjutka n dengan cooking class 16.35 – 17.30 Memakan hasil dari cooking class Sumber: Hasil Penelitian Lapangan I, 2017

Pengemasan paket wisata pada Desa Wisata Dewi Rengganis yang sudah penulis kemas dapat dilihat pada Tabel 4.4: Tabel 4.4 Happy Half Day Tour At Dewi Rengganis Waktu Kegiatan 09.00-09.15 Melakukan penyewaan capil dan mendengarkan arahan guide untuk melakukan kegiatan di Dewi Rengganis 09.15-10.40 Flying Fox 10.40-11.40 Istirahat makan siang di pelataran 11.40-11.50 Menuju Tancak Sulaiman 11.50-12.15 Pengarahan dan persiapan melakukan penanaman padi di area persawahan Dewi Rengganis 11.50-12.15 Pengarahan dan persiapan melakukan penanaman padi di area persawahan Dewi Rengganis 12.15-14.30 Melakukan penanaman padi 14.00-selesai Persiapan balik ke hotel Sumber: Hasil Penelitian Lapangan I, 2017

4. SIMPULAN DAN SARAN Desa Wisata Lombok Kulon yang berada di Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso memiliki banyak potensi alam yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif kunjungan wisata bersama keluarga ataupun teman. Di Desa Lombok Kulon ini pengunjung akan disuguhkan sebuah paket wisata yang akan mereka nikmati selama berada di desa tersebut. Paket yang disediakan dikemas dengan biaya sebesar Rp140.000/orang . Kegiatan yang bisa dilakukan di Desa Lombok Kulon seperti membuat pupuk organik, menanam padi, belajar menanam dan memetik sayuran organik, serta membuat kerajinan tangan dari pelepah pisang, dan tubing . Biaya kegiatan “Fun Day Tour at Rawa Indah Almour” di Desa Wisata Rawa Indah Almour, Desa Alas Sumur, Kecamatan Pujer yaitu Rp60.000/orang. Desa Wisata Rengganis yang berada di Desa Glingseran, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso ini menjadi desa wisata sampai saat ini. Jika ingin mengunjungi Desa Wisata Rengganis sudah tersedia paket wisata yang hanya memerlukan biaya sebesar Rp45.000/orang di mana pengunjung akan diajak menikmati atraksi-atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Rengganis. Wisata perdesaan di Kabupaten Bondowoso sudah dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi dan menikmati kegiatan yang ada di desa-desa tersebut. Menurut penulis, potensi seperti atraksi wisata yang ada pada ketiga desa tersebut masih kurang memadai untuk dijadikan desa wisata yang menarik. Sebaiknya sarana dan prasarana lebih diperhatikan untuk mempermudah wisatawan yang berkunjung, terutama dalam hal keamanan dan akses menuju ke desa wisata tersebut agar mudah dijangkau. Pemerintah Kabupaten Bondowoso diharapkan dapat memberikan arahan dan petunjuk kepada kepala desa dan pengelola dalam menata desa wisata ini agar dapat berkontribusi dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Bondowoso.

56

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Diperlukan pula pengemasan paket wisata yang inovatif pada setiap desa wisata untuk mempromosikan atraksi wisata di sana dengan melakukan sosialisasi agar lebih banyak penduduk yang mengetahui keberadaan desa wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso lalu berkunjung ke desa wisata tersebut. Sosialisasi ini bisa dalam bentuk brosur, pamflet, atau internet, karena selama ini desa wisata hanya memberitahukan atraksi yang ada di desa-desa wisata tersebut secara lisan tanpa melakukan promosi dengan menggunakan paket wisata. Sebaiknya pihak pengelola melakukan kerja sama dengan pihak biro perjalanan wisata untuk mempromosikan paket wisata yang telah dibuat. Penulis juga menyarankan agar disediakan home stay untuk pengunjung yang datang ke desa wisata tersebut, karena dengan adanya home stay maka pengemasan paket wisata perdesaan dapat diinovasikan lebih luas lagi.

5. DAFTAR PUSTAKA Atmojo, Manu. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Wonosari. Bondowoso: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. Aufa, Jazaul. 2014. Efektivitas Website Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat . Bogor: Bagian Penerbitan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bayu, Made. 2012. Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Sebagai Pariwisata Bali Berkelanjutan . Denpasar: Bagian Penerbitan Bali Poems, Poetry, and History. Bhirawa, Danu. 2016. Pengelola Desa Wisata Harus Kemas Produk Paket Wisata Berdaya Saing dan Layak Jual . http://harianbhirawa.com/2016/05/pengelola-desa-wisata-harus-kemas- produk-paket-wisata-berdaya-saing-dan-layak-jual/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2017) Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif . Jakarta: Prenada Media Group. Cresswell, Jhon. 2009. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Insani, Nailul, I Komang Astina dan Purwanto. 2011. SWOT Analysis For The Development of Tasnan Pool Tourism Object Grujugan Subdistrict Bondowoso Regency . Malang: Bagian Penerbitan Geografi Universitas Malang. Patriantono, Harry. 2017. Standar Usaha Pariwisata. Bondowoso: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso. Pitana, I Gde dkk. 2005. Sosiologi Pariwisata . Yogyakarta: Andi Offset. Pitana, I Gde dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset. Purnomo, Hari. 2012. Perencanaan Kepariwisataan di Kabupaten Bondowoso . Jember: Bagian Penerbitan Ilmu Administrasi Universitas Jember. Riyadi, Tari. 2013. Strategi Komunikasi Pemasaran Disbudpar dalam Mempromosikan Kota Surakarta Sebagai Kota Budaya dan Pariwisata . Surakarta: Bagian Penerbitan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D . Bandung: Alfabeta. Susanti. 2012. Kemasan Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karangasem. Karangasem: Bagian Penerbitan Industri Perjalanan Pariwisata Universitas Udayana.

57

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

SARANA DAN PRASARANA YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN RAWA INDAH ALMOUR DI KABUPATEN BONDOWOSO

Ferdinand Simbolon 1) , I Wayan Darsana 2) , I Ketut Suwena 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Email : [email protected]

Abstrak Sarana dan prasarana adalah hal yang paling penting dalam pembangunan suatu atraksi wisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apa sarana dan prasarana yang diketahui dalam manajemen Desa Wisata. Teory A4 yaitu 4 konsep pariwisata antara lain : 1) Aksesibilitas, 2)Atraksi, 3) Aminitis, 4) ancillary ( Medlik 1980), Sebagai refrensi dasar yang digunakan dalam penelitian kami. Data kualitatif adalah data yang kami sajikan dalam penelitian ini, melalui wawancara,observasi dan dokumentasi. Dalam teknik pengumpulan data peneliti mengungkapkan apa saja sarana dan prasarana yang mendukung dan dibutuhkan dalam pengembangan Rawah Indah Almour yang berlokasi di desa Alam Sumur Kabupaten Bondowoso. Manajemen desa wisata tersebut dikelola oleh kepala Desa dan Pokdarwis.

Kata kunci : infrastruktur, pembangunan, pariwisata, manajemen.

Abstract The facilities and infrastructure are a very important part in the development of a tourist attraction, the study’s goal is to identify what facilities and infrastructure, as well as to know about village tourism management. The theory of 4’A’ the Tourism concept namely: 1.Accessibility 2.Attractions 3.Amenities 4.Ancillary (Medlik, 1980) as basic reference was used in our research. The Qualitative data is the type of data we present in this research by interviews, observations, and documentation in the research data collection techniques. Research finding reveal that facilities and infrastructure was supported and need to be development of Rawa Indah Almour that located in Alas Sumur village in Bondowoso Regency. The management of this village tourism is handling by Village Chief(Kepala Desa) and Pokdarwis.

Keywords : infrastructure,development, tourism, management.

1. PENDAHULUAN Kegiatan Pariwisata tidak terlepas dari keberadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan baik kegiatan aktraksi wisata maupun instrument pendukung dalam suatu objek wisata. Sarana dan prasarana sering menjadi kendala serius dalam pengembangan suatu objek wisata. Masalah modal finansial ataupun ketenagakerjaan menjadi masalah yg serius dalam pengelolaan sarana dan prasarana suatu objek wisata,khususnya yang jauh dari jangkauan investor maupun pemerintah. Dewasa ini kompetisi atau persaingan industri pariwisata sangat berkembang pesat. Salah satunya,Kabupaten Bondowoso yang terletak di Jawa Timur merupakan daerah tujuan wisata yang baru berkembang dan memiliki banyak objek wisata yang dapat menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Potensi besar yang dimiliki Kab.Bondowoso diantara nya,Kawah Ijen,Perkebunan Jempit,Air Terjun Polo Agung,dan terdapat empat(4) Desa wisata,salah satunya Desa wisata Alas Sumur dengan objek wisatanya Rawa Indah Almour. Keberadaan Rawa Indah Almour memang sudah sangat dikenal di daerah Bondowoso, dengan kegiatan yang baru 2 Tahun berjalan tetapi objek wisata ini mampu bersaing dengan desa wisata lainnya. Kendala yang ditemukan di Rawa Indah Almour merupakan masalah klasik dalam pengembangan suatu destinasi wisata. Keterbatasan Sarana dan prasarana merupakan masalah utama dalam pengelolaan Rawa Indah Almour. Masalah ini dipicu oleh terbatasnya kemampuan pengelola dalam memenuhi standar sarana dan prasarana yang diperlukan wisatawan selama berkunjung.

58

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Alas Sumur, Kabupaten Bondowoso,sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur,terletak di sebelah Timur Pulau Jawa dan dikenal dengan sebutan Daerah Tapal Kuda, Ibukotanya adalah Bondowoso.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Observasi merupakan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian Pengumpulan dan penentuan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, mencari informan pangkal dan informan kunci.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil SARANA 1. Wahana Permainan dan wahana adrenalin di Desa Wisata Alas Sumur bisa dicoba bagi wisatawan yang datang mengunjungi tempat wisata tersebut dan ingin merasakan wahana-wahana yang ada disana. Beberapa permainan yang ada seperti kolam renang khusus dewasa (saat ini sedang proses pembangunan), kolam renang untuk anak kecil, waterboom mini, sepeda bebek, fliying fox, dan kolam pancing ikan juga ada di desa wisata tersebut. Harga setiap wahana permainan pun berbeda-beda, ada yang hanya Rp 5000,- dan ada juga sampai Rp 15.000,- yaitu fliying fox. 2. Gazebo tempat beristirahat yang tersedia disana jika wisatawan hanya menikmati susasana atau hanya sekedar duduk-duduk dan berkumpul bersama keluarga. Gazebo pun sudah layak dan nyaman untuk ditempati sehingga wisatawan betah untuk beristirahat di tempat tersebut. 3. Toilet di Rawa Indah Almour ini hanya tersedia dua toilet untuk wisatawan, dan dikenakan biaya Rp 1000,- untuk setiap pemakaian toilet tersebut. Ke depan akan ada proses pengembangan dengan menambahkan toilet di desa wisata alas sumur, untuk mengantisipasi wisatawan yang banyak berkunjung dan wisatawan tidak susah lagi untuk mencari toilet terdekat di tempat itu. 4. Tempat Ibadah Untuk tempat persembahyangan masih berbentuk seadanya dan sekedarnya dan tidak layak untuk dijadikan tempat persembahyangan. Untuk sementara ini, musholla tersebut masih bisa digunakan wisatawan yang ingin melaksanakan ibadah persembahyangan sholat. Ke depannya musholla tersebut akan direnovasi dan dikembangkan demi kenyamanan dan memfasilitasi wisatawan yang berkunjung di Rawa Indah Almour. 5. Tempat Parkir tersendiri sangat luas, tetapi masih dalam proses pembangunan lagi karena tetap perlu adanya perkembangan-perkembangan di Rawa Indah Almour. Kepala Desa Alas Sumur pun sudah mempunyai rencana untuk mengembangkan area parkir disana. 6. Warung Makan Di desa wisata Alas Sumur sudah tersedia beberapa tempat makan, tempat makan disana itu hanya menyediakan menu: bakso, lalapan, nasi goreng dll. Adapun rencana dari pengelola ke depannya membuka ciri khas makanan disana yaitu sate kakul. Para wisatawan bisa langsung mencari kakul sendiri di area persawahan serta langsung dimasak di tempat tersebut, sambil menikmati suasana di desa wisata Alas Sumur. 3.2. Pembahasan Sejarah Desa Alas Sumur Dahulu Desa Alas Sumur sebelum menjadi desa hanya hutan lebat. Konon dahulu kala ada penguasa hutan yang sangat sakti,yaitu seekor macam putih. Banyak pria pemberani yang datang ke hutan itu ingin menguji kekuatannya tapi belum ada yang berhasil, hingga suatu hari datanglah dua pemuda dari Madura bernama Pujuk Mampa dan Pujuk Kebon yang mampu mengalahkan macan putih itu. Melihat keberhasilan mereka banyak masyarakat yang datang ingin berguru padanya yang kemudian kedua guru tersebut membangun sebuah Padepokan. Suatu hari terjadi perkelahian dua orang pemuda di hutan tersebut yang kemudian ditemukannya jasad salah satu dari mereka.Disana ada sebuah paham yang mengharuskan tidak mengubur jasad orang yang meninggal karena perkelahian tetapi tidak ada keluarga yang merasa mempunyai jasad orang tersebut maka jasad itu dibiarkan membusuk ditempat, apabila ada yang berani mengubur jasad itu, orang yang mengubur jasad itu akan mendapat musibah hingga tujuh keturunannya. Kemudian datanglah seorang tokoh agama bernama Ki Abdul Rohim karena menurut beliau manusia harus dikuburkan dengan baik dan layak tetapi beliau mendapat tantangan yang keras dari

59

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 masyarakat yang fanatik akan paham tersebut. Suatu hari ada pertarungan antarpemuda dari Padepokan Pujuk Mampa dan Pujuk Kebon dengan pemuda dari luar desa. Peraturangan ini dimenangkan oleh pemuda dari Padepokan Pujuk Mampa dan Pujuk Kebon, karena pemuda dari luar desa itu kalah dan sekarat dia melarikan diri, karena kelelahan pemuda itu minum air dari sumur di tengah hutan dan akhirnya pemuda itu meninggal disamping sumur itu. Kemudian Ki Abdul Rohim inilah yang mengubur jasad pemuda tersebut dan hingga beberapa tahun sejak kejadian tersebut Ki Abdul Rohim ini masih tetap hidup tanpa terkena musibah, Akhirnya banyak pemuda dari Padepokan yang beralih berguru pada Ki Abdul Rohim ini, kemudian membentuk perguruan dengan jumlah pengikutnya sangat banyak. Berita ini terdengar oleh Belanda yang saat itu sedang menjajah didesa sebelah, karena takut kepada murid Ki Abdul Rohim ini memiliki ilmu sakti, kemudian mereka diberi hadiah berupa desa agar bisa patuh dengan Belanda. Akhirnya Desa yang dihadiahkan tersebut diberi nama ALAS SUMUR. atau dalam bahasa Indonesia Hutan Sumur(sumber mata air). Kisah yang di percaya oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Dan hal ini pulalah yang yang mereka yakini mengapa sebuah rawa ataupun waduk kecil yang berada di tengan hutan desa mereka tidak pernah kering. Dan potensi inilah yang sedang di kembangkan oleh pengelola Rawa Indah Almour sebagai daya tarik wisata. Desa wisata Almour (Alas Sumur) terletak di Desa Alas Sumur, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso. Dari kantor camat Pujer ke desa Alas Sumur jaraknya kira- kira 5 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Wisata Almour yaitu sebelah Utaranya adalah Desa/Kelurahan Mengok dan Pengarang, sebelah Selatannya adalah Desa/Kelurahan Sumber Jeruk, kemudian di sebelah Timurnya adalah Desa/Kecamatan Sukokerto, dan di sebelah Baratnya adalah Desa/Kecamatan Jambeanom. Desa Wisata Almour merupakan salah satu desa wisata yang masih akan berkembang di Kabupaten Bondowoso. Daya tarik wisata Almour yang ditonjolkan yaitu Rawa Indahnya. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan di Desa Wisata Almour diantaranya; memancing ikan, menikmati sensasi flying fox, wisata kuliner, hunting foto dengan pemandangan nuansa pedesaan, waterboom mini dan masih banyak lagi yang lainya. Untuk dapat liburan ke Desa Wisata Almour ini Anda tidak perlu membayar mahal, untuk memancing ikan nila, harganya sebesar Rp. 15.000/kg. Sedangkan untuk flying fox cukup membayar dengan harga Rp.5000. Awal mula dibentuknya wisata Rawa Indah Almour bermula dari sebuah fenomena alam, fenomena ini adalah munculnya air di Desa Alas Sumur yang semakin lama semakin luas dan membentuk rawa, kemudian di Rawa Indah juga terdapat banyak ikan sehingga warga sekitar menjadikan Rawa Indah sebagai tempat bersantai sambil memancing ikan. Namun lama-kelamaan pengunjung kian ramai bahkan dari luar daerah. Melihat kondisi ini Kepala Desa Alas Sumur Bapak Totok, SH yang dibantu beberapa pihak lainya berinisiatif mengembangkan Rawa Indah sebagai salah satu destinasi wisata dan menjadi sumber pemasukan desa dan warga lokal.

Sarana dan Prasarana Desa wisata Alas sumur merupakan sebuah desa wisata yang baru diresmikan pada tanggal 5 Juli 2015 dimana objek desa wisatanya disebut Rawa Indah Almour. Ide awal terbentuknya desa wisata Alas sumur adalah ide kepala desa, membentuk komunitas pemuda yang ada disana agar para pemuda desa tidak perlu bekerja keluar daerah. Dengan memanfaatkan potensi sebuah Rawa seperti waduk kecil di tengah-tengah desa yang kemudian dikelola menjadi objek wisata alam, tempat berkumpul dan menikmati berbagai wahana hiburan bagi pengunjung. Rawa Indah Alas Sumur diresmikan pada tanggal 5 Februari 2017 oleh Bupati Bondowoso, Bapak Amin Said Husni. Apabila dibandingkan dengan daya tarik wisata yang ada di Bondowoso lainnya, Rawa Indah Alas Sumur merupakan daya tarik wisata yang perkembangannya sangat cepat. Sarana dan prasarana cukup tersedia seperti listrik, sumber air, akses jalan, rumah ibadah (Musholla), café atau warung sederhana, wahana air, gazebo, flying fox, area parkir yang luas. Dibidang kesehatan, Desa wisata Alas Sumur memiliki klinik desa yang siap melayani 24 jam yang dibantu oleh tenaga kerja dari Puskesmas jadi bisa dibilang pelayannya sudah baik tetapi untuk fasilitas masih kurang, contohnya seperti : alat cek darah dan thermometer yang perlu ditambahkan karena alat-alat tersebut harus ada didalam sebuah klinik untuk menangani pasien yang membutuhkan kesehatan.

60

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tetapi masih terdapat beberapa masalah terkait kondisi sarana dan prasarana yang menghambat kegiatan pengelolaan Rawa Indah Alas Sumur tersebut. Akses jalan menuju Rawa Indah Alas Sumur belum baik dan kurang layak untuk digunakan. Fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, tempat parker juga belum layak dan tidak tertata dengan baik. Café atau warung belum sepenuhnya tersedia bagi pengunjung, layanan komunikasi seperti jaringan internet juga belum dapat diakses di lokasi objek wisata, bahkan penginapan atau homestay bagi wisatawan luar daerah belum tersedia. Di Rawa Indah Alas Sumur ini banyak kendala yang mempengaruhi sarana dan prasarana mulai dari perawatannya yang belum baik karena wahana air yang kotor, belum dibersihkan, contoh pada waterboom mini dan kolam renang, Musholla juga bisa dikatakan belum baik untuk dipakai umat muslim. Oleh sebab itu, diperlukan perbaikan lagi pada beberapa sarana dan prasarana di Rawa Indah Alas Sumur agar menjadi lebih baik. saat ini memang sedang ada proyek renovasi pada beberapa wahana agar dapat difungsikan kembali.Beberapa akses jalan sedang diperbaiki karena akan ada sebuah festival di Rawa Indah Alas Sumur setelah Ramadhan. Wisatawan yang datang ke Rawa Indah Alas Sumur kebanyakan adalah wisatawan yang berasal dari sekitar Jawa Timur seperti Banyuwangi, Situbondo, dan Malang. Mereka datang menggunakan transportasi seperti: sepeda motor dan mobil Elf atau mini bus. Untuk bus besar tidak dapat memasuki kawasan Rawa Indah Alas Sumur karena terkendala akses jalannya yang kecil. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rawa Indah Almour ini adalah suatu daya tarik wisata yang baru berkembang dan baru berjalan menjadi daya tarik wisata selama 1 tahun 5 bulan. Sistem pengelolaannya dikelola oleh Kepala Desa dan Kelompok Sadar Wisata dan sekaligus bertanggung jawab atas Rawa Indah Almour ini. Pak Totok sebagai Kepala Desa Alas Sumur ini yang pertama kali membentuk dan menjadikan Alas Sumur ini sebagai tujuan wisata. Menurut Pak Totok selaku Kepala Desa , banyak potensi yang dimiliki desa ini bisa dijadikan tujuan wisata. Awal mulai dibentuknya Rawa Indah Almour sudah ada beberapa event yang diadakan baik dari pengelola maupun pemerintah. Selama satu tahun ini hasil pemasukan perekonomian di Alas Sumur itu kurang lebih sudah mencapai 100 juta, dan dana 100 juta ini lah yang digunakan untuk menambah dan mengembangkan fasilitias-fasilitas yang diperlukan di Rawa Indah Almour tersebut. Saat ini sudah ada beberapa pengembangan sarana dan prasarana yang dibangun ataupun yang sedang direnovasi oleh pengelola Rawa Indah Almour. Wahana permainan anak, café atau warung, akses jalan, tangga, dan flying fox. A. SARANA 1. Wahana Permainandan wahana adrenalin di Desa Wisata Alas Sumur bisa dicoba bagi wisatawan yang datang mengunjungi tempat wisata tersebut dan ingin merasakan wahana-wahana yang ada disana. Beberapa permainan yang ada seperti kolam renang khusus dewasa (saat ini sedang proses pembangunan), kolam renang untuk anak kecil, waterboom mini, sepeda bebek, fliying fox, dan kolam pancing ikan juga ada di desa wisata tersebut. Harga setiap wahana permainan pun berbeda-beda, ada yang hanya Rp 5000,- dan ada juga sampai Rp 15.000,- yaitu fliying fox.

Gambar 1. Gambar 1. Flying fox

61

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

2. Gazebotempat beristirahat yang tersedia disana jika wisatawan hanya menikmati susasana atau hanya sekedar duduk-duduk dan berkumpul bersama keluarga. Gazebo pun sudah layak dan nyaman untuk ditempati sehingga wisatawan betah untuk beristirahat di tempat tersebut.

Gambar 2. Gambar 2. Gazebo 3. Toilet di Rawa Indah Almour ini hanya tersedia dua toilet untuk wisatawan, dan dikenakan biaya Rp 1000,- untuk setiap pemakaian toilet tersebut. Kedepanakan ada proses pengembangan dengan menambahkan toilet di desa wisata alas sumur, untuk mengantisipasi wisatawan yang banyak berkunjung dan wisatawan tidak susah lagi untuk mencari toilet terdekat di tempat itu.

Gambar 3. Gambar 3.Toilet 4. Tempat IbadahUntuk tempat persembahyangan masih berbentuk seadanya dan sekedarnya dan tidak layak untuk dijadikan tempat persembahyangan. Untuk sementara ini, musholla tersebut masih bisa digunakan wisatawan yang ingin melaksanakan ibadah persembahyangan sholat. Kedepannya musholla tersebut akan direnovasi dan dikembangkan demi kenyamanan dan memfasilitasi wisatawan yang berkunjung di Rawa Indah Almour.

Gambar 4. Gambar 4. Musholla 5. Tempat Parkirtersendiri sangat luas, tetapi masih dalam proses pembangunan lagi karena tetap perlu adanya perkembangan-perkembangan di Rawa Indah Almour. Kepala Desa Alas Sumur pun sudah mempunyai rencana untuk mengembangkan area parkir disana.

62

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Gambar 5. Gambar 5. Tempat parkir 6. Warung MakanDi desa wisata Alas Sumur sudah tersedia beberapa tempat makan,tempat makan disana itu hanya menyediakan menu: bakso, lalapan, nasi goreng dll. Adapun rencana dari pengelola kedepannya membuka ciri khas makanan disana yaitu sate kakul. Para wisatawan bisa langsung mencari kakul sendiri di area persawahan serta langsung dimasak di tempat tersebut, sambil menikmati suasana di desa wisata Alas Sumur.

PRASARANA 1. AksesbilitasUntuk jalan menuju desa Alas Sumur ini bisa dikatakan sangat tidak layak.Adanya beberapa faktor seperti jalan masih rusak dan sangat kecil sehingga wisatawan rombongan menggunakan bus tidak bisa masuk terkecuali kendaran pribadi dan paling maximal nya lagi adalah menggunakan Elf. Untuk proses pengembangan jalan ini belum adanya perhatian dari pemerintah sehingga aksesbilitas untuk menuju desa wisata Alas Sumur itu belum bisa diperbaiki.

Gambar 6. Gambar 6. jalan menuju Desa Alas Sumur.

2. Jembatan alas sumur yaitu jembatan menuju alas sumur sudah ada. Kalau dulu hanya sekedar jembatan kayu dan bambu untuk menyeberang saja. Sekarang sudah adanya peningkatan. Bisa juga digunakan untuk tempat berfoto-foto bagi para wisatawan yang berkunjung ke Rawa Indah Almour tersebut. Kepala Desa masih mempunyai rencana pengembangan lagi untuk jembatan tersebut agar lebih bagus lagi. Rawa Indah Almour merupakan objek wisata baru sehingga sarana dan prasarana yang tersedia tingkat kelayakan masih sangat kurang. Semua sarana dan prasarana yang ada di Rawa Indah Almour itu masih proses tahap pengembangan , karena juga desa wisata ini masih baru berkembang 1 tahun 5 bulan dibentuknya desa wisata alas sumur ini. Akan tetapi Kepala Desa dan pengelola Rawa Indah Almour sudah mempunyai target target pengembangan sarana dan prasarana di tempat tersebut agar wisatawan merasa nyaman dan mempunyai kesan tersendiri bilaberkunjung ke desa wisata Alas Sumur. Ditargetkan kurang lebihnya duatahun lagi desa wisata Alas Sumur

63

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 sudah mulai benar-benar menjadi suatu daya tarik wisata yang baik mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung ke Rawa Indah Almour itu. Masalah pengembangan sarana dan prasarana memang terkendala dana tapi masih ada bantuan dari desa dan hasil dari pemasukan wisatawan yang dapat digunakan untuk merenovasi dan menambah fasilitas-fasilitas yang ada di desa wisata Alas Sumur, contohnya: penambahan Wifi dibeberapa area di desa wisata Alas Sumur, Akses jalan yang harus diperbaiki agar mudah dilalui wisatawan, dan juga homestay atau penginapan agar wisatawan dapat menginap beberapa hari di Rawa Indah Almour. Sudah ada 17 rumah penduduk yang nantinya siap dijadikan homestay atau penginapan. Hal tersebut selain untuk memberi kenyamanan pada wisatawan bisa juga menahan wisatawan untuk berlama-lama di Rawa Indah Almour. Pada pertengahan bulan tahun ini, akan ada beberapa proyek yang akan dilakukan terutama pada akses jalannya.

4. Kesimpulan Daya tarik wisata Rawa Indah Almour telah memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan pariwisata yang di perlukan pengunjung. 1. Sarana yang tersedia diantaranya listrik, sumber air, rumah ibadah (Musholla), cafe atau warung sederhana, wahana air, toilet,gazebo, flying fox, area parkir yang luas tetapi masih terdapat kekurangan, mulai dari kondisi yang kurang layak, perawatannya yang belum baik. 2. Prasarana yang tersedia seperti akses jalan kecil, jembatan, dan terdapat pula kekurangan lainnya, seperti sulitnya jaringan komunikasi telepon ataupun internet. Sehingga mengurangi antusiasme pengunjung untuk berlama lama di Rawa Indah Almour

Ucapan Terimakasih Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kesempatan menyelesaikan prosiding ini dengan penuh kemudahan. Tanpa kehendak-Nya mungkin penulis tidak dapat menyelesaikannya dengan baik, terimakasih juga kepada teman-teman yang telah banyak membantu sehingga prosiding ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

5. DAFTAR PUSTAKA ANS.2014 .Contoh Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. https://tesisdisertasi.blogspot.co.id/2014/11/contoh-teknik-pengumpulan- data.html,(diakses tanggal 30 Mei 2017). Adikampana,IMade.2012.Analisis Pariwisata.Denpasar.Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Ardika.2003. Pembangunan pariwisata di Indonesia. Arikunto.1992.Analisis Deskriptif Kualitatif . Butler.1980. Teori Tourism Area Life Cycle. Darma, Putra I Nyoman dan I Gede Pitana.2010.Pariwisata Pro- Rakyat.Jakarta.KementerianKebudayaan dan Pariwisata. Ebmal.2012. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Pada Penelitian Kualitatif , http://rosintaunesa.blogspot.co.id/2012/01/instrumen-dan-teknik-pengumpulan-data.html, (diakses tanggal 30 Mei 2017). Leiper.1990.Teori Sistem Pariwisata. Medlik.1980. Empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Mussadun,Syarifah Dina Fajriah.2014.Pengembangan Sarana dan Prasarana Untuk Mendukung Pariwisata Pantai yang Berkelanjutan. Pitana,I Gededan I Ketut Surya Diarta.2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta.C.V Andi Offset. Poerwadarminta.2001.Teori Pengembangan Kepariwisataan. Rahardjo,Sahid.2013.Pengumpulan Data Dengan Dokumentasi,http://www.konsistensi.com/2013/04/pengumpulan-data-penelitian- dengan.html , (diakses tanggal 6 Juni 2017). Robert,Christie Mill.2012.The Tourism System.Dubuque.KendallHunt. Suchaina.2014. Penelitian sebelumnya yang berjudul “ Pengaruh Kualitas Fasilitas Sarana Dan Prasarana. 64

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Suwena,I Ketut dan I Gst Ngr Widyatmaja.2010. Pengetahuan Dasar IlmuPariwisata.Denpasar.Udayana University Press. Yoeti.1996.Konsep Pariwisata. Redaksi Sinar Grafika.2010.Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.Jakarta.Sinar Grafika.

65

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PENERAPAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN BONDOWOSO SEBAGAI DAYA TARIK WISATA

Susana Shanti Jaimun 1) , I Nyoman Sudiarta 2) , Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Kabupaten Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan sector pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Banyaknya pesaing mengharuskan tersedianya variasi produk yang membedakannya dengan kawasan wisata pesaingnya agar bisa lebih menarik banyak perhatian wisatawan. Oleh karena itu, pariwisata di daerah Bondowoso ini harus segera disikapi dengan model pemarasan produk wisata. Penerapan strategi bauran pemasaran kepada pariwisata Bondowoso diharapkan bisa berpengaruh dalam peningkatan pendapatan daerah dari sector pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui penerapan Strategi Bauran pemasaran di Bondowoso, mengetahui kekuatan serta kelemahan Kabupaten Bondowoso sebagai daya tarik wisata, dan mengetahui peran pemerintah serta masyarakat dalam pemasaran pariwisata di Kabupaten Bondowoso. Dengan mengunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi serta teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Pada akhir penelitian ini telah didapat hasil tentang strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh Kabupaten Bondowoso serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Bondowoso dan peran pemerintah dan juga masyarakat dalam membantu pemasaran pariwisata.

Kata kunci : bauran pemasaran, produk wisata, bondowoso.

Abstract Bondowoso Regency located in East Java Province is one of the regions that are developing the tourism sector to increase the income of the region. The number of competitors requires the availability of product variations that distinguish it from the competitor's tourist area in order to attract more tourists attention. Therefore, tourism in Bondowoso area should be addressed immediately with the model of tourism product. The application of marketing mix strategy to Bondowoso tourism is expected to be influential in increasing the regional income from tourism sector. This study aims to determine the application of Marketing Mix Strategy in Bondowoso, knowing the strengths and weaknesses of Bondowoso Regency as a tourist attraction, and to know the role of government and society in tourism marketing in Bondowoso regency. By using data collection techniques of interviews, observation, and documentation as well as quantitative descriptive data analysis techniques. At the end of this research has obtained the results of marketing mix strategy implemented by Bondowoso Regency and the strengths and weaknesses of Bondowoso Regency and the role of government and society in helping tourism marketing

Keywords : marketing mix strategy, tourism product , bondowoso.

66

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah dan dapat memberikan dampak positif dalam upaya memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional, di samping sebagai sumber perolehan devisa juga banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya. Di antaranya menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan lain sebagainya (Karyono, 1997). Salah satu indikator industry pariwisata dapat dikatakan berhasil adalah dengan meningkatnya jumlah pengunjjng dari tahun ke tahun, oleh Karena itu pengelola objek wisata harus mampu menerapkan strategi jasa yang tepat untuk konsumen agara konsumen tertarik dan melakukan keputusan mengunjungi objek wisata tersebut. Menurut pendapat Assael (dalam Puspa, 2008) disebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, salah satunya adalah stimuli pemasaran yang berupa strategi pemasaran dalam hal ini pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli pemasaran agar konsumen bersedia memilih produk yang ditawarkan. Unsur strategi yang digunakan dalam sektor jasa pariwisata adalah bauran pemasaran jasa. Bauran pemasaran jasa merupakan alat pemasaran jasa yang digunakan untuk mempengaruhi pembeli ( Booms dan Bitner) dalam Kotler,2008. Bauran pemasaran terdiri dari 7P yaitu ; produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik. Kabupaten Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan sector pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Banyaknya pesaing mengharuskan tersedianya variasi produk yang membedakannya dengan kawasan wisata pesaingnya agar bisa lebih menarik banyak perhatian wisatawan. Oleh karena itu, pariwisata di daerah Bondowoso ini harus segera disikapi dengan model pemarasan produk wisata. Penerapan strategi bauran pemasaran kepada pariwisata Bondowoso diharapkan bisa berpengaruh dalam peningkatan pendapatan daerah dari sector pariwisata. Tujuan penelitian adalah untuk Mengetahui Kekuatan dan Kelemahan Bondowoso sebagai Daya Tarik Wisata, Mengetahui penerapan Strategi Bauran pemasaran di Bondowoso serta Mengetahui peran Pemerintah serta Masyarakat dalam pemasaran Bondowoso sebagai daya tarik wisata.

2. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur yaitu ; di Dinas Pemuda Dan Olahraga Bondowoso dan Travel Agent. Waktu penelitian adalah 21 Mei samapi dengan 24 Mei 2017. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan beberapa metode yaitu ; 1) Observasi, yakni pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. 2) Interview, melakukan wawancara langsung dengan Kepala bidang Pariwisata Bondowoso dan Pihak Travel Agent. 3) Dokumentasi, yakni pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi kegiatan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL Penerapan Strategi Bauran Pemasaran Pariwisata Bondowoso oleh Dinas Pariwisata dan Praktisi Pariwisata Bondowoso dengan 7P, antara lain : 1) Product, produk yang dihasilkan di Bondowoso adalah Wisata alam (Kawah Ijen, Kawah Wurung,Bosamba Rafting, Air Terjun Tancak Kembar, Desa Wisata Lombok Kulon Wonosari dan Desa Wisata Rawah Indah Almour ), Wisata Budaya (Tari Remo sutina, Seni Ojung, Topeng Konah ,Ronteg Singo Ulung), Wisata Sejarah ( Monumen Gerbang Maut, Museum Kereta Api Bondowoso, Situs Megalitikum Glingseran (Wringin), Pekauman (Grujugan) Dawuhan Sucolor (Maesan) dan Btu susun Solor)

67

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

2) Price Kebijakan harga produk Wisata yang dihasilkan ditentukan oleh Pemerintah Dinas Pariwisata Bondowoso berdasarkan kesepakatan Bersama dan peraturan yang telah ditetapkan. 3) Promotion, promosi yang dilakukan Pariwisata Bondowoso memalui beberapa media seperti International Exhibition, National Exhibition dan Media cetak dan Website 4) place Lokasi Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi oleh daerah Pegunungan yang cocok untuk wisata petualang ini merupakan keunggulan paiwisata Bondowoso dari segi tempat. 5) people kesediaan masyarakat yang melayani wisatawan yang berkunjung dengan memberi informasi, serta hospitality dari karyawan hotel dan restaurant membuat wisatawan merasa nyaman dan dipentingkan. 6) Physical Evidece Bukti fisik yang mencerminkan pariwisata Bondowoso adalah souvenir yang menggunakan lambang Singo Ulung, Batik tulis dengan corak daun singkong, seragam yang digunakan oleh pemandu lokal yang menggunakan logo Kawah ijen. 7) Process Penyampain informasi pada pariwisata Bondowoso melalui pihak Travel Agent ,dan Masyarakat Bondowoso sendiri

3.2. PEMBAHASAN Bondowoso, adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah laut (terkurung daratan ) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan. Ini yang menyebabkan Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Sebagai daerah yang terkurung daratan,andalan wisata Bondowoso adalah wisata alam pegunungan, selain itu juga wisata Budaya,sejarah dan kuliner. Kuliner, urusan makanan khas, sangat mudah dicari di Bondowoso. Salah satu kuliner paling khas adalah tape. Olahan tape yang bervariasi seperti dodol tape, pia tape dan bronis tape membuat pencinta wisata kuliner bisa menikmati olahan tape dibeberapa tempat yang ada di Bondowoso. Selain itu ,bisa mampir ke festival kopi yang diselenggrakan dua kali dalam satu minggu di alun-alun kota Bondowoso Penelitian ini, meneliti pariwisata Bondowoso dengan beberapa destinasi wisata yang menjadi objek penelitian. Adapun destinasi yang ada di Bondowoso sebagai berikut ;

1 Air Terjun Tancak Kembar Air terjun tancak kembar ini berada di Lereng gunung Argopuro yang penuh dengan cerita mistis. Ari terjun ini memiliki ketinggian 1100 mdpl, Untuk mencapai lokasi, wisatawan harus berjalan kaki kurang lebih 1 jam, dari desa terakhir. Keindahan panorama alam yang ditawarkan, air terjun ini tidak pernah sepih oleh penngunjung terutama saat hari libur. Meskipun akses jalan yang kurang mendukung dan medan yang cukup menantang, namun antusiasi wisatawan tidak berkurang sedikitpun. Biaya masuk ke objek wisata ini cukup murah hanya dengan Rp 3.000/orang,Rp 2.000/motor, Rp. 5.000/mobil. 2 Blawan Air terjun Blawan terletak di desa Kalianyar, kecamatan Sempol, Bondowoso. Jalan menuju air terjun Blawan sangat menantang dengan jalan naik turun tangga di antara dua tebing. Biaya untuk memasuki kawasan wisata air terjun ini hanya Rp.5000/ orang.

68

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

3 Kawah Ijen Kawah ijen ini terletak diperbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabuaten Bondowoso Jawa Timur.gunung ini memiliki ketnggian 2443 mdpl dan terletak berdampingan dengan gunung berapi. Gunung inen terakhir Meletus pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkrnal dai Gunung Ijen adalah Kawah yang terleta dipuncak. Untuk mendaki ke Gunung ini bisa berangkat dari Bnayuwangi ataupun Bondowoso.

4 Kawah Wurung Kawah Wurung terletak di Desa Jampit, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso. Kawah ini letaknya cukup dekat dari Kawah ijen hanya sekitar 20-30 menit. Untuk memasuki ke kawasan Kawah Wurung hanya dipungut biaya Rp. 3000/ orang sudah termasuk biaya parkir

5 Bosamba Rafting Arung jeram Bosamba terletak di desa Taman Krocok, Kecamatan Wonosari atau berjarak 12 km dari kota Bondowoso. Aktivitas arung jeram ini berdiri seja 2008. Biaya untuk kegiatan bosomba ini berkisar Rp.175.000/ paket ,dimana satu paketnya terdiri daei 6 orang.

6 Desa Wisata Lombok Kulon Desa wisata Lombok Kulon terletak di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Biaya untuk memasuki kawasan wisata ini adalah hanya Rp. 5000/ orang. Penerapan Strategi Bauran Pemasaran Pariwisata Bondowoso oleh Dinas Pariwisata dan Praktisi Pariwisata Bondowoso dengan 7P, antara lain :1) Product , produk yang dihasilkan di Bondowoso adalah Wisata alam (Kawah Ijen, Kawah Wurung,Bosamba Rafting, Air Terjun Tancak Kembar, Desa Wisata Lombok Kulon Wonosari dan Desa Wisata Rawah Indah Almour ), Wisata Budaya (Tari Remo sutina, Seni Ojung, Topeng Konah ,Ronteg Singo Ulung), Wisata Sejarah ( Monumen Gerbang Maut, Museum Kereta Api Bondowoso, Situs Megalitikum Glingseran (Wringin), Pekauman (Grujugan) Dawuhan Sucolor (Maesan) dan Btu susun Solor) .2) Price, Kebijakan harga produk Wisata yang dihasilkan ditentukan oleh Pemerintah Dinas Pariwisata Bondowoso berdasarkan kesepakatan Bersama dan peraturan yang telah ditetapkan. 3) Promotion, promosi yang dilakukan Pariwisata Bondowoso memalui beberapa media seperti International Exhibition, National Exhibition dan Media cetak dan Website 4) place, Lokasi Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi oleh daerah Pegunungan yang cocok untuk wisata petualang ini merupakan keunggulan paiwisata Bondowoso dari segi tempat. 5) people , kesediaan masyarakat yang melayani wisatawan yang berkunjung dengan memberi informasi, serta hospitality dari karyawan hotel dan restaurant membuat wisatawan merasa nyaman dan dipentingkan. 6) Physical Evidece , Bukti fisik yang mencerminkan pariwisata Bondowoso adalah souvenir yang menggunakan lambang Singo Ulung, Batik tulis dengan corak daun singkong, seragam yang digunakan oleh pemandu lokal yang menggunakan logo Kawah ijen. 7) Process, Penyampain informasi pada pariwisata Bondowoso melalui pihak Travel Agent ,dan Masyarakat Bondowoso sendiri. Dari penerapan 7P diatas, dapat diketahui kekuatan yang dimiliki Bondowoso yang menjadikanya suatu destinasi wisata. Strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Bondowoso, Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur. Dengan citra baru yang diusung oleh Kabupaten Bondowoso, peran promosi disini berguna untuk menyebarluaskan nama tersebut dan membantu menarik khalayak public untuk pergi ke Bondowoso. Strategi yang dilakuan adalah melakukan pemasaran produk wisata melalui (a) Travel agent , (b) Individual , (c) Masyarakat, (d) Kantor Pemerintah. 69

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Adapun bentuk promosi yang sudah dilakukan Bondowoso diantaranya 1. Nasional Exhibition Dalam memperomosi produk wisata yang dihasilkan, Pihak pariwista Bondowoso melakukan kerjasama dengan beberapa kota dalam negri seperti : Jakarta,Bandung,Jogja,Surabaya,Semarang dan Bali untuk megelar pameran produk wisata tersebut. 2. Internasional Exhibition . Selain menjalankan kerjasama tingkat Nasional Bondowoso juga sudah melaksanakan kerjasama ditingkat Iternasional yaitu dengan mengelar Pameran Internasional dengan beberapa negara, diantaranya ; Australia, Prancis dan Jepang. Promosi yang sudah dilakukan tersebut bertempat Nusa Dua Fiesta Bali. 3. Media Cetak Media Promosi yang digunakan Bondowoso sejauh ini sudah cukup bervariasi. Berdasarakan hasil penelitian, beberapa contoh media yang sudah digunakan adalah; Web (www.disparporahubbondowoso.com ), media social, majalah, Brosur dan booklet untuk mempromosikan destinasi-destinasi yang ada. Salah satu destinasi yang menjadi andalan kabupaten Bondowoso adalah wisata alam Kawah Wurung. Peranan Dinas Pariwisata dalam Pemasaran Produk Wisata Bondowoso Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan Kabuapaten Bondowoso terus berusaha menawarkan berbagai cara untuk menarik minat wisatawan dan investor ke Bondowoso dengan program-program yang sudah bentuk. Program-program tersebut adalah: a) Membuat Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Bondowoso sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan untuk menjadi rujukan pengembangan dan pengelolaan objek daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso. a) Melakukan kerjasama dengan investor dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas objek daya tarik wisata di Bondowoso. b) Melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal dalam meningkatkan kualitas produk wisata dan mengembangkan wisata dengan melakukan penyuluhan tentang pentingnya pariwisata untuk perekonomian masyarakat. d.) Melakukan promosi dan pemasaran pariwisata melalui kegiatan pencetakan dan penyebaran Booklet dan Lefleat Wisata, Website Wisata (www.disparporahubbondowoso.com ), pementasan secara rutin baik di tingkat lokal, regional maupun nasional untuk mengenalkan potensi seni tradisi, budaya dan pariwisata Bondowoso. Selain itu, mereka juga membuat calender of event, majalah pariwisata Kabupaten Bondowoso dan booklet wisata. Majalah Pariwisata dibuat setiap tahunnya. Calender of event dibuat tiap tahunnya untuk memudahkan wisatawan dan juga masyarakat lokal mengerti kapan saja event-event yang akan diselenggarakan sepanjang tahun oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso itu berlangsung. e.) Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031, mengenai rencana pegelolaan kawasan budidaya yang memiliki jenis pemanfaatan pariwisata, dan f.) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional. Peranan Masyarakat dalam Pemasaran Produk Wisata Bondowoso 1. Peranan masyarakat dalam informasi dan promosi Dengan sulitnya akses dan kurangnya informasi tentang beberapa destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso, masyarakat sekitar tidak segan membantu dan memberikan arahan atau informasi tentang destinasi pariwisata yang ada disana. Jasa guide

70

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

local yang mengetahui seluk beluk suatu destinasi di Bondowosopun telah tersedia di kota dan beberapa destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso. Karena kurangnya informasi tentang beberapa destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso, masyarakat yang ada di Bondowoso khususnya anak-anak muda, mereka mulai mengeksplore daya tarik wisata di daerah mereka sendiri dan membantu memberikan informasi dan memasarkannya lewat media social seperti face book, twitter, dan Instagram. 2. Peranan masyarakat dalam penyedia produk dan pengelola wisata Masyarakat Bondowoso yang sadar akan potensi dari sector pariwisata yang sedang berkembang mulai membuat dan membangun produk dan destinasi pariwisata. Peran masyarakat local disini khususnya yang berada di destinasi mencoba untuk membantu dengan menyediakan produk-produk sampingan seperti kerajinan tangan, pembuatan makanan khas, dan lain lain. Sehingga masyarakat di sekitar destinasi ikut berperan dalam perkembangan destinasi tersebut. Salah satu destinasi yang dikelola oleh masyarakat sendiri adalah desa wisata Lombok kulon. Desa wisata yang berbasis agro tourism ini menawarkan beberapa paket wisata dan salah satu yang terkenal adalah tubing di sungai dan beberapa kegiatan yang lain seperti menanam padi organik, membuat pupuk organic, pengolahan hasil budi daya ikan dan lain lain. Kelompok masyarakat yang sadar akan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso membentuk sebuah komunitas Sadar Wisata (DARWIS). Komunitas yang dibentuk pada tahun 2010 ini membantu masyarkat Kabupaten Bondowoso dengan memberi penyuluhan tentang pariwisata sehingga masyarakatpun ikut tergerak untuk mengembangkan pariwisata di Daerah Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya komunitas ini masyarakat juga berperan aktif dalam memasarkan produk wisata yang dihasilkan dengan Program Ekonomi kreatif.

4. KESIMPULAN Kabupaten Bondowoso, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bondowoso. Ibu kota kabupaten Bondowoso berada di persimpangan jalur dari Besuki dan Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah laut ( terkurung daratan ) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur.Di daerah Bondowoso sendiri memiliki banyak destinasi pariwisat yang dapat menarik wisatawan yang datang berkunjung ke Bondowoso. Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ada di kabupaten Bondowoso, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Berbagai promosi pariwisata yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, ternyata belum mampu menonjolkan potensi wisata yang ada kepada para calon wisatawan lokal maupun mancanegara, itu dibuktikan dengan hasil observasi penelitian yang telah dilakukan dimana kurangnya wisatawan mancanegara yang berkunjung disana, masih kurangnya jumlah sumber daya manusia di beberapa tempat wisata yang berguna untuk memelihara tempat wisata yang ada di Bondowoso dan juga kurangnya investor yang ikut membangun pariwisata modal di Bondowoso. Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari bantuan dan dukungan masyarakat sekitar, dan di Kabupaten Bondowoso sendiri masyarakat sadar akan potensi pariwisata di daerahnya sendiri. Mereka mengeksplore daya tarik wisata di daerah mereka sendiri dan membantu memasarkannya lewat media social. masyarakat mulai terlibat dan mulai mencari dan menggali destinasi pariwisata di tempat mereka tinggal. Kelompok masyarakat yang sadar akan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso membentuk sebuah komunitas Sadar Wisata (DARWIS). Komunitas yang dibentuk pada tahun 2010 ini membantu masyarkat Kabupaten Bondowoso dengan memberi penyuluhan tentang pariwisata sehingga masyarakatpun ikut tergerak untuk mengembangkan pariwisata di Daerah Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya komunitas ini

71

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 masyarakat juga berperan aktif dalam memasarkan produk wisata yang dihasilkan dengan Program Ekonomi kreatif.

Ucapan Terimakasih Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Prosiding ini tepat pada waktunya. Penulis juga menyadari d bahwa dengan selesainya prosiding ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing 1 dan dosen Pembimbing 2 serta teman-teman kelompok 5B yang sudah banyak berpartisipasi dan membantu dalam penyempurnaan prosiding ini.

5. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, M Latief. (2016). Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Minat Berkunjung Kembali Di Objek Wisata Pantai Kabupaten Gunungkidul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Edo Riski. (2010). Strategi Format Acara Oz Bali Dalam Mempromo sikan Pariwisata Bali . Denpasar: Universitas Udayana. Fakhriyan, Sefti Adhaghassani. (2016). Strategi Bauran Pemasaran (Maketing Mix) 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Process,Physical Evidenvce) di Cherryka Bakery. Yogyakarta: Pendidikan Teknik Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Hantah, Balfas. (2010). Analisis Strategis Bauran Pemasaran SPEEDY pada PT. Teknologi Komunikasi (Telkom) Indonesia di Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ika, Pratiwi. (2010). Strategi Pemasaran Pada Klenteng Sam Poo Kong Sebagai Daya Tarik Wisata Ziarah di Kota Semarang. Denpasar: Universitas Udayana. Marta, Raya Anoro Johar. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Pada Aldila Resto di Semarang. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro. Setiyaningsih, Yuliana. (2007). Manajemen Strategi Bauran Pemasaran untuk Perusahaan Jasa . Surabaya: Universitas Brawijaya Sudiarta, I Nyoman dan Suardana I Wayan. (2015). Usaha Pemasaran Pariwista (Model Destinasi Pariwisata) . Denpasar: Konstribusi Riset Pariwisata. Sukma, Yulita Enda. (2011). Analisis Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan yang Berlibur di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.

72

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

EKONOMI KREATIF SEBAGAI SALAH SATU POTENSI PARIWISATA PADA KABUPATEN BONDOWOSO

Fitri Amalia Rhamadani1) , Ni Putu Eka Mahadewi 2) , Ni Made Sofia Wijaya 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Ekonomi kreatif adalah kreativitas dalam pengembangan suatu unit usaha. Produk unggulan yang diminati konsumen dan kendala dalam produksi, dibutuhkan keterlibatan pemerintah dalam perencanaan, pelatihan, permodalan, pendampingan, dan evaluasi. Potensi ekonomi kreatif sebagai salah satu potensi pariwisata pada Kabupaten Bondowoso dari segi produk unggulan, yaitu tape, batik, dan kopi. Hasil dari penelitian adalah produk unggulan yang dianalisa dengan SWOT dimulai dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. SWOT terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Sangat diperlukan promosi secara berkelanjutan bagi ketiga produk unggulan yaitu kopi, tape dan batik agar lebih di kenal masyarakat, pengunjung, dan wisatawan domestik maupun mancanegara.

Kata kunci : ekonomi kreatif, produk lokal, potensi pariwisata.

Abstract The creative economy is creativity in the development of a business unit. Featured products that consumers demand and the constraints in producing it,it takes the involvement of government in planning, training, capital, mentoring and evaluation. The potential of creative economy as one of potential tourism in Bondowoso in terms of featured products, namely tape, batik dan coffee. The results of the study are featured products are analyzed into two categories, namely the internal environment and the external environment.Indispensable promotion in a sustainable manner for the three flagship products, namely tape, batik, and coffeeto be more known to the public, guest, and domestics and foreign tourist.

Keywords : economy creative, local product, the potential of tourism.

1. PENDAHULUAN Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang penopang utamanya adalah informasi dan kreativititas dimana ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Perkembangan tersebut boleh dikatakan sebagai dampak dari struktur perekonomian dunia yang tengah mengalami gelombang transformasi teknologi dengan laju yang cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) diikuti menjadi berbasis Sumber Daya Manusia (SDM), dari era genetik dan ekstraktif ke era manufaktur dan jasa informasi serta perkembangan terakhir masuk ke era ekonomi kreatif. Pada hakikatnya, hampir sebagian besar kota/kabupaten di Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata.Keberadaan perusahaan industri ini diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Yang perlu diperhatikan adalah pengembangan managerial bagi pelaku usaha maupun pengembangan skill (keterampilan) bagi tenaga kerja. Industri di Kabupaten Bondowoso terdiri dari industri menengah dan industri kecil/kerajinan rumah tangga. Sampai dengan tahun 2013 industri menengah berjumlah 25 buah unit usaha dengan nilai produksi Rp. 486.276.557,00. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga terbagi menjadi industri kecil formal dan non formal. Selengkapnya dapat dilihat :

73

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 1 Pembangunan Sektor Industri Tahun 2003 URAIAN JUMLAH Industri Menengah • Unit Usaha 25 • Tenaga Kerja 4.008 • Nilai Produksi 192.150.00 0 • Nilai Investasi 43.577.680 Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga 1. Formal • Unit Usaha 565 • Tenaga Kerja 10.210 • Nilai Produksi 854.630.00 0 • Nilai Investasi 38.211.320 2. Non Formal • Unit Usaha 18.841 • Tenaga Kerja 47.745 • Nilai Produksi 632.050.00 0 • Nilai Investasi 26.640.000

Fasilitas perdagangan yang terdapat di Kabupaten Bondowoso pada umumnya merupakan sarana perdagangan dengan skala local. Salah satunya ditandai dengan tidak terdapatnya mall atau plaza. Fasilitas perdagangan yang ada meliputi pasar tradisional, kios, toko, ruko dan swalayan/mini market yang tersebar di wilayah kabupaten. Terdapat pula penambahan swalayan berupa indomaret dan alfamart serta mini market milik masyarakat di beberapa tempat dan pembangunan ruko baru, namun demikian pertumbuhannya tetap dikendalikan agar pasar tradisional tetap berkembang. Pemkab Bondowoso berupaya melakukan standarisasi produk local dengan memberikan fasilitas agar diperoleh standar nasional industry (SNI) sehingga dapat terjamin mutunya. Seperti Batik, Tape, Kopi, dsb. Kelompok kami mengangkat 3 sektor yaitu Batik, Tape, dan Kopi sebagai Product Unggulan Bondowoso yang berpotensi untuk meningkatkan Pariwisata di Kabupaten Bondowoso.

2. METODE Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian.

74

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Batik Bondowoso Pada awal usaha Ibu Sofi dan pemilik usaha batik lain menggunakan corak daun singkong namun karena terjadi sengketa dengan Madura dan Madura telah memiliki hak paten atas corak tersebut, pemerintah mengusulkan untuk mengganti corang menjadi biji kopi. Dan sekarang sedang dalam proses pembuatan. Dari pengamatan Ibu Sofi masyakat lokal lebih memilih warna terang sedangkan wisatawan asing lebih memilih warna alam. Dalam proses pewarnaan Ibu Sofi memakai pewarna sintetis karena dirasa lebih tahan lama dari pewarna alami dan juga proses nya lebih cepat. Pembuatan kain batik di lakukan setiap hari. 1 kain batik yang berukuran 2 meter x 1.5 meter membutuhkan minimal 1 minggu pembuatan nya, dan hal ini membuat batik tulis menjadi lebih mahal. Yang menjadi hambatan dalam usaha batik adalah cuaca yang terkadang tidak mendukung, seperti panas matahari yang tidak maksimal membuat warna kecil pudar dan bahkan menghilang. Tidak ada usaha yang tidak memiliki resiko begitu pula usaha yang dimiliki Ibu Sofi, seperti penipuan yang pernah di alami Ibu Sofi, kerugian mencapai 15.6 juta rupiah. Dari pengalaman tersebut. Ibu Sofi menerapkan kebijakan Dp 50% ke pelanggan nya. Modal awal yang Ibu Sofi keluarkan adalah 30 juta dari hasil penjualan sawah orang tua. Dan sekarang telah terlihat hasil nya dari omzet perbulan sekitar 40 – 50 juta. Pangsa pasar Perusahaan batik Lumbung ini adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke Kawah Ijen, dan juga dari menerima pesanan dari pemerintah berupa seragam PNS. Tidak hanya itu perusahaan ini telah mengeksport ke Malaysia dan Fillipina dan juga promosi online. Suatu saat nanti Ibu Sofi ingin mengembangkan usaha nya lebih lebar lagi, yaitu memiliki toko sendiri di daerah kawah ijen agar usaha beliau lebih dikenal.Harapan Ibu Sofi kepada pemerintah adalah pelatihan kepada pembatik bondowoso agar lebih berkembang dan juga merangkul para pengusaha ke pameran – pameran untuk bertukar cerita. Dalam penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam unit usaha yang memberikan pengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasar maupun konsumen dari unit usaha tersebut. Adapun variable yang digunakan dapat diidentifikasi dan dianalisis dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal meliputi :

Tabel 2 Variabel dan Indikator Lingkungan Internal dari Sektor Tape Variabel Indikator Strengths Inovasi dalam pengolahan tape Weaknesses Tape dan Keju harus diaduk terus menerus saat dimasak agar mau mengembang Opportunities Bondowoso adalah lokasi yang tepat untuk penanaman singkong Threats Saat musim hujan membuat singkong menjadi berair

75

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 3 Variabel dan Indikator Lingkungan dari Eksternal Sektor Tape Variabel Indikator Strengths Bondowoso memiliki lokasi yang tepat untuk menanam singkong Weaknesses Banyaknya daerah yang menjadikan tape sebagai khas daerah lain Opportunities Bondowoso adalah lokasi yang tepat untuk penanaman singkong Threats Penipuan dari oknum yang tidak bertanggung jawab

Tape Bondowoso Perusahaan ini telah melebarkan usaha ke berbagai daerah bahkan luar negeri seperti Hong Kong dan Singapura. Walaupun demikian banyak hambatan yang dialami oleh Ibu Nindy seperti sudah banyak nya pengusaha lain, yang tentu saja menjadi saingan, harga pasar yang tidak menentu, cuaca seperti hujan membuat kandungan air dalam singkong meningkat dan juga resiko penipuan. Namun Ibu Nindy memiliki ide untuk menginovasikan tape yang sederhana menjadi berbagai kuliner yang lain, seperti; Pia Tape, Bolu Tape dan Brownies Tape. Ini membuat perusahaan Tape (31) tidak ketinggalan zaman. Hal lain yang disampaikan oleh Ibu Nindy adalah harapan beliau kepada pemerintah agar lebih memperhatikan pengusaha tape, dan lebih baik nya untuk menciptakan komunitas untuk mewadahi para pengusaha serta penyuluhan dan bantuan alat agar produksi yang dilakukan lebih maksimal.

Dalam penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam unit usaha yang memberikan pengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasar maupun konsumen dari unit usaha tersebut. Adapun variable yang digunakan dapat diidentifikasi dan dianalisis dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal meliputi :

Tabel 4 Variabel dan Indikator Lingkungan Internal dari Sektor Batik Variabel Indikator Strengths Daun Singkong dan Kopi menjadi motif khas asli Bondowoso Weakness Motif daun Singkong masih menjadi bahan perdebatan hak paten antara Bondowoso dan Jember Opportuni Karena Singkong dan Kopi menjadi sektor SDA untuk Bondowoso Threats Jika tidak segera dipatenkan ciri khas yang dimiliki Bondowoso maka motif Daun Singkong dan Kopi bisa saja suatu saat akan diambil alih oleh daerah lain

76

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 5 Variabel dan Indikator Lingkungan Eksternal Batik Variabel Indikator Strengths Bondowoso dikenal dengan tape dan kopinya motif diambil dari dua sektor tersebut Weaknesses Kurangnya kecepatan pemerintah dalam menghak patenkan motif batik daun singkong Opportunities Pemerintah membantu dalam promosi batik Threats Kesamaan motif daun singkong dengan motif batik jember

Kopi Bondowoso Coffee shop dibuat dengan kenyamanan dan didesain dengan konsep menarik yang membuat pengunjung tak hanya menikmati kopi tetapi juga melebur dalam suasana yang melingkupinya. Tapi tak banyak yang tahu, jauh sebelum kedai kopi nyaman yang tak lepas dari WiFi dan mesin espresso paling canggih, kedai kopi mengalami evolusi dari zaman ke zaman. Sejarah kedai kopi telah ada sejak zaman dahulu. Melebar dan melebur menjadi budaya dan ritual manusia dalam cangkir-cangkir kopi

1.Kedai Koe Berdasarkan wawancara dari salah satu narasumber bernama Anto pemilik usaha Kedai Kopi yang bernama “Kedai Koe” yang dimulainya sejak 5 bulan lalu yang bertujuan untuk meneruskan hobinya di dunia Kopi atas motivasi dari keluarga Pak Anto memulai usahanya . Usaha yang ini Buka dari jam 17.00 WIB dan tutup pada pukul 23.00 WIB, dari pemerintah sudah ada penyuluhan tentang Kopi di Bondowoso dan Pemerintah ikut berperan penting dalam mengangkat nama Kopi di Bondowoso agar lebih banyak peminatnya, Ujar Pak Anto.

Aspek Ekonomi pada awal pembuatan Kedai Koe ini Modal utamanya saya memakai modal sendiri dari pembelian alatnya seharga 17 juta rupiah dan bahan dasar yaitu kopi yang mencapai 3 juta rupiah, dan pendapatan perhari yang di dapatkan oleh Pak Anto dari usaha Kopi pada awal buka sekitar 500.000 rupiah per hari dan sekarang bisa mencapai 1.000.000 rupiah per hari. Hambatan yang dalam usaha kopi ini adalah Omset yang menurun, Kurangnya kestabilan Pasar terutama harga Kopi yang tidak pasti.

Kendala dalam usaha ini tidak ada akan tetapi persaingan didunia kopi mulai banyak dan bisa lebih memotivasi diri agar menciptakan rasa-rasa kopi yang berfariasi, dan dari pemerintah sudah adanya perhatian khusus mengenai kopi di Bondowoso seperti pemerintah sudah member bantuan seperti alat produksi Kopi agar Kopi di Bondowoso bisa masuk kepasaran yang lebih luas.

2. Kedai Kopi DK (DK COFFEE) Usaha kedai kopi ini buka 24 jam di kedai miliknya dan di alun-alun kota Bondowoso buka setiap bulan di minggu pertama, menurut Ciko pemerintah sudah sangat berpartisipasi dalam melestarikan dan mempromosikan kopi yang ada diBondowoso ini agar lebih terkenal di masyarakat Bondowoso dan masyarakat luar Bondowoso. Modal utama yang dikeluarkan oleh Ciko adalah sekitar 25 juta rupiah dan modal tersebut adalah modal sendiri dan modal pinjaman, pendapatan perhari yang Ciko dapat dari usahanya ini kurang lebih sekitar 1.000.000 rupiah. Hambatan yang dihadapi dalam usaha kopi ini antaralain adalah biji kopi yang jika musim hujan akan jauh menurun kualitasnya, tetapi Ciko mempunyai inisiatif agar usaha kedai kopi 77

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 miliknya terus berjalan, iyalah dengan cara menyetok biji kopi yang berkualitas dari tahun sebelumnya agar stok kopi ditahun ini bisa terjaga dan tidak mengalami kekurangan atau kehabisan dalam stok biji kopi yang berkualitas.

3. Kedai Kopi Growbuck Usaha ini memerlukan modal utama sekitar 9,8 juta rupiah yang dia keluarkan sendiri untuk usaha ini, Doni sudah memiliki 3 cabang di bondowoso yang mampu menambah pendapatanya perhari yakni sekitar 5,5 juta rupiah, terdapat beberapa hambatan yang Doni dapat dalam usaha Kopi ini antaralain Sumber Daya Manusia (SDM) dan Alat. Dan Doni memiliki pesan untuk pemerintah dan untuk pencinta kopi lainnya agar bisa membuat banyak ivent yang dimana semua pencinta kopi maupun semua pengusaha kedai kopi ikut didalam nya agar lebih bisa mengenalkan kopi asli Bondowoso di mata para wisatawan. Dan impian dari Doni adalah memiliki lebih banyak cabang dan usaha di Bondowoso dan diluar Bondowoso.

4. Legato coffee Berdasarkan hasil wawancara kami dengan salah satu sumber yang bernama Amahaly yang bernama kedai kopi LEGATO COFFEE yang dibangunya sejak tahun 2016 ini buka setiap hari di kedai miliknya, dan di alun-alun Kota Bondowoso kedai ini buka setiap Bulan di minggu kedua, sebelum menekuni usaha kopi ini Amahaly adalah seorang pedagang kerupuk dan dia mencoba terjun didunia Kopi ini dengan modal utama yang dimilikinya yaitu 3 juta rupiah untuk bahan dasar yaitu Kopi dan 79.5 juta rupiah untuk alatnya. Amahaly mendapatkan keuntungan dari penjualan kopi ini adalah sekitar 400-500 ribu rupiah perhari, system penjualan kopi dikedai LEGATO ini menggunakan system per Kilogrramnya dan perkilo dijual sekitar 40 ribu rupiah. Adapun hambatan yang di dapatkan oleh Amahaly adalah adanya kesalahan teknis dalam pemrosesan yang kurang tepat dalam meracik kopi, dan terdapat juga hambatan pada dana modal untuk kedai ini. Amahaly pernah mendapat suatu musibah yakni ditipu oleh pembeli yang memesan kopi miliknya kurang lebih kerugian yang di dapat oleh Amahaly sekitar 20 juta rupiah dan Amahaly tidak mau lebih memikirkan cobaan tersebut dan dia lebih memotivasi diri agar lebih teliti dan lebih waspada dalam usaha. Hambatan dan Harapan yang dimiliki Amahaly adalah hambatanya omset yang menurun dikarenakan persaingan yang mulai membanyak, kurangnya kestabilan harga bahan pokok kopi di pasaran, dan fasilitas yang pemerintah sediakan. Hambatan ini tidak membuat Amahaly putus asa dia lebih memilih menciptakan rasa baru dari kopi yang dia produksi agar memiliki rasa yang khas. Dalam penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam unit usaha yang memberikan pengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasar maupun konsumen dari unit usaha tersebut. Adapun variable yang digunakan dapat diidentifikasi dan dianalisis dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal meliputi : Tabel 6 Variabel dan Indikator Lingkungan Internal dari Sektor Kopi Variabel Indikator Strengths - Komoditas andalan Bondowoso Weaknesses - Saat musim penghujan maka Kopi akan susah dipanen Opportunitie - Pemkab Bondowoso s menggandeng beberapa instansi untuk membuat klaster kopi. Threats - Banyak daerah-daerah penghasil kopi yang bisa saja membuat Kopi khas Bondowoso kehilangan pelanggannya.

78

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 7 Variabel dan Indikator Lingkungan Eksternal Kopi Variabel Indikator Strengths Banyaknya petani kopi Weaknesses Banyaknya daerah yang memajukan kopi khas daerahnya Opportunities Dukungan dari pemerintah untuk menjadi klaster kopi Threats Cuaca yang tidak menentu membuat panen kopi terhenti

4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konsep pengembangan usaha-usaha lokal yaitu bertahap, selaras dan terpadu Bertahap ( jangka pendek , menengah dan panjang ) berdasarkan master plan yang telah dibuat sebelumnya sehingga hasilnya terarah dan terukur. Pengembangan jenis usaha kerajinan diselaraskan dengan kompetensi inti industri daerah Kabupaten Bondowoso yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengembangan usaha dilakukan secara terpadu diantara berbagai pihak, yaitu antar instansi di Kabupaten Bondowoso maupun instansi-instansi pemerintahan di tingkat provinsi, perguruan- perguruan tinggi, serta elemen-elemen masyarakat. Upaya pengembangan ini juga harus diintegrasikan dengan berbagai bidang kajian lain, misalnya bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, bidang usaha kecil menengah, hingga bidang sarana dan prasarana umum.

Saran Implementasi strategi dan rekomendasi konsep pengembangan tentang usaha kerajinan maupun kuliner yang berpotensi menjadi ekonomi kreatif di Kabupaten Bondowoso masih perlu kontribusi banyak dari pemerintah maupun dari pelaku usaha itu sendiri. Untuk sektor usaha di bidang Kopi, pelatihan-pelatihan sudah cukup diadakan pemerintah, tetapi pelaku usaha masih memiliki kendala berupa bantuan modal untuk menunjang dan memulai usahanya. Kemudian pada sektor usaha Batik dan Tape, dibutuhkan bantuan pemerintah berupa dibentuknya Paguyuban antar pelaku usaha. Paguyuban antar pelaku usaha ini sangat berguna seperti dapat mengendalikan harga pasar, mengumpulkan pelaku-pelaku usaha untuk bertukar pendapat dan informasi. Tetapi kendalanya disini masih kurangnya kesadaran parapelaku usaha akan manfaat dari adanya paguyuban antar pelaku usaha ini. Kurangnya kesadarandan kontribusi orang-orang akan pembuatan komunitas ini karena pelaku usaha takut jika ikut berkontribusi karena takut ide atau inovasi diambil oleh pelaku usaha lain.

5. DAFTAR PUSTAKA Arismayanti Ni Ketut,dkk.2016. Panduan Akademik tahun Akademik 2016/2017 Fakultas Pariwisata Universitas Udayana .Denpasar:Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Dinas Pariwisata dan Olahraga Bondowoso.2017. Lovely Bondowoso .Bondowoso:Dinas Pariwisata dan Olahraga Bondowoso Gunawan Imam. 2012. Metode Penelitian Kualitatif .Jakarta:Bumi Aksara Irawan Andri. 2012.Ekonomi Kreatif sebagai solusi mensejahterakan masyarakat dalam meningkatkan tingkat Perekonomian.Skripsi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Ma’ruf Abdullah.2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif .Yogyakarta:Aswaja Pressindo Nurkhayani Dewi. 2016.Partisipasi Masyarakat lokal dalam perkembangan Pariwisata di Desa Wisata Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.Skripsi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana

79

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Polnaya Ghalib Agfa, Darwanto. 2013.Pengembangan Ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah.Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Rini Puspa,Czafani Siti.2014.Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasis Kearifan Lokal oleh Pemuda dalam rangka menjawab tantangan Ekonomi Global.Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

80

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

MOTIVASI DAN PERSEPSI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE DESA KEMIREN, BANYUWANGI JAWA TIMUR

Yogiswara Darmanda Pandit 1) , I Wayan Suardana 2) , Ni Made Sofia Wijaya 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui motivasi dan persepsi pelancong yang berkunjung ke Desa Kemiren. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Quota Sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis skala likert dengan menggunakan kuesioner yang diukur dengan skor yang telah ditentukan, kemudian data yang telah didapatkan diolah menggunakan metode analasis data tabel frekuensi. Hasil dari penelitian ini adalah motivasi pelancong yang mengunjungi Desa Kemiren dengan presentase 29% yaitu Motivasi fisik seperti melakukan relaksasi, mencari kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau kegiatan yang bersifat santai. Persepsi pelancong terhadap atraksi (attraction ) dengan skor 489 dikarenakan Desa Kemiren menyediakan keindahan alam seperti sawah dan tumbuh-tumbuhan yang tertata rapi serta cinderamata yang menjadi faktor yang paling menunjang terhadap kegiatan pariwisata di Desa Kemiren. Sedangkan faktor yang paling tidak menunjang kegiatan pariwisata di Desa Kemiren adalah fasilitas pendukung ( ancillary ) dengan skor 372 karena kurangnya fasilitas pariwisata dan kurangnya pengelolaan oleh lembaga lokal. Selain itu hasil dari persepsi pelancong terhadap fasilitas dan pelayanan ( amenities ) yang terdapat di Desa Kemiren memiliki skor 429, sedangkan untuk persepsi pelancong terhadap aksesibilitas ( accessibility ) yang disediakan di Desa Kemiren memiliki total skor sebesar 460.

Kata kunci : motivasi, persepsi, pelancong.

Abstract The aims of research to determine the motivation and perception of excursionist who visited Kemiren Village. The method used is Quota Sampling. The research using Likert-scale analysis techniques by using questionnaires to be measured with scores that have been specified, then the data that have been obtained by using data analysis method of frequency table. The result of this research is motivation of excursionist who visited Kemiren Village with 29% percentage of physical motivation such as relaxation, comfort seeking, participating in sport activities or leisure activities. The perception of excursionist to the attraction with a score of 489 because Kemiren Village provides natural beauty such as rice fields and plants are neatly arranged and souvenirs that become the most support factor for tourism activities in Kemiren Village. While the factors that most not support tourism activities in Kemiren Village is supporting facilities (ancillary) with a score of 372 because lack of tourist facilities and management by local intitutions. In addition, the results of excursionist perceptions of facilities and services (amenities) in Desa Kemiren had a total score of 429, while for excursionist perceptions of accessibility provided in Desa Kemiren had a total score of 460.

Keywords : motivation, perception, excursionist.

1. PENDAHULUAN Indonesia memiliki daerah – daerah tujuan wisata dengan berbagai karakternya masing – masing, mulai dari wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata belanja, dan wisata spiritual. Dewasa ini pemerintah telah menempatkan sektor pariwisata sebagai industri yang perlu diperhatikan karena telah memberi banyak kontribusi bagi perkembangan ekonomi di Indonesia dengan memanfaatkan potensi daerah masing – masing. Salah satu pulau atau daerah yang dikenal sebagai destinasi wisata adalah Pulau Jawa khususnya daerah Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa yaitu di Provinsi Jawa Timur. Di sebelah utara, Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Saat ini Banyuwangi sedang dalam proses pengembangan kegiatan pariwisatanya. Banyak bermunculan destinasi dan

81

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 objek wisata baru. Sehingga pengunjung atau wisatawan yang mengunjungi Banyuwangi mengalami peningkatan, berikut adalah tabel jumlah kunjungan wisatawan ke banyuwangi:

Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Banyuwangi

Jumlah Presentase No Bulan Pengunjung Total WISNUS WISMAN (%) 1 Januari 302.820 1.499 304.319 7% 2 Februari 155.937 1.560 157.497 4% 3 Maret 158.844 1.861 160.705 4% 4 April 142.454 3.018 145.472 3% 5 Mei 238.887 5.246 244.133 6% 6 Juni 92.176 5.007 97.183 2% 7 Juli 632.564 8.182 640.746 16% 8 Agustus 168.001 25.094 193.095 5% 9 September 160.425 16.014 176.439 4% 10 Oktober 198.598 6.615 205.213 5% 11 November 185.070 1.603 186.673 5% 12 Desember 1.586.673 1.675 1.588.348 39% Total 4.022.449 77.374 4.099.823 100% Sumber: Disparda Kabupaten Banyuwangi, 2016 Berdasarkan Tabel 1. persentase jumlah pengunjung tertinggi yaitu pada bulan Desember dengan jumlah 39%, sedangkan persentase jumlah pengunjung terendah yaitu pada bulan Juni dengan 2%. Pada bulan Januari menuju bulan April mengalami penurunan, kemudian pada bulan Mei mengalami peningkatan dan mengalami penurunan drastis pada bulan Juni. Selanjutnya mengalamai peningkatan pada bulan Juli kemudian mengalami penurunan kembali pada bulan September dan mengalami peningkatan kembali pada bulan Oktober sampai Desember. Salah satu destinasi wisata di Banyuwangi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Desa Kemiren. Kemiren adalah nama sebuah desa di Banyuwangi, dimana desa ini dijadikan Desa Adat Wisata Osing oleh pemerintah Banyuwangi. Dijadikannya desa adat wisata karena kemiren memiliki berbagai keunikan mulai dari adat, tradisi, kesenian, kuliner serta pola hidup masyarakatnya masih menjaga tradisi yang ada sejak dulu. Dengan berkembangnya Desa Kemiren banyak pula wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Kemiren. Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti apa saja motivasi dan bagaimana persepsi pelancong terhadap Desa Kemiren.

2. METODE PENELITIAN Variabel yang ada dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Variabel Motivasi dan Variabel Persepsi. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu ada dua antara lain jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini yang diperoleh secara langsung dari narasumber di lokasi penelitian berupa hasil penyebaran kuesioner kepada wisatawan serta foto-foto dokumentasi penelitian serta data sekunder merupakan data yang tidak dikumpulkan sendiri melainkan diperoleh dari instansi yang terkait di lokasi penelitian yang sesuai dengan penelitian ini. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah pelancong yang berkunjung ke Desa Kemiren. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Quota Sampling, yaitu dengan menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Kuota yang ditentukan dalam penelitian ini sebanyak 20 responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif, dengan menggunakan skala likert yaitu menghitung hasil tanggapan responden dengan skor yang telah ditentukan sebagai berikut:

5 = Sangat Setuju 2 = Tidak Setuju 4 = Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju 3 = Netral

82

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 kemudian menggunakan metode analisis data Tabel Frekuensi yaitu menentukan kelas atau variabel terlebih dahulu, kemudian menghitung frekuensi setiap kelas dengan cara menghitung hasil tanggapan responden setiap variabel setelah itu dikalikan dengan bobot skor setiap jawaban dari responden, dan selanjutnya menentukan presentase per variabel/per kelas dengan cara :

100 %

Keterangan: f : Frekuensi Setiap Variabel n: Nilai Total Frekuensi Setiap Variabel

Setelah mendapatkan hasilnya secara presentase akan dapat diketahui motivasi pelancong mengunjungi Desa Kemiren dan persepsi pelancong terhadap atraksi, aksesibilitas, fasilitas dan fasilitas pendukung yang berada di Desa Kemiren.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Motivasi Pelancong ke Desa Kemiren

Pelancong mengunjungi Desa Kemiren tentu memiliki berberapa tujuan atau motivasi yang dibagi menjadi 4 yaitu Motivasi Fisik, Motivasi Budaya, Motivasi Interpersonal dan Motivasi Mempertahankan Harga Diri Mac Intosh (1977). Berikut adalah hasil penelitian terhadap Motivasi Pelancong yang mengunjungi Desa Kemiren:

Tabel 9. Hasil Analisis Motivasi Pelancong

Kelas ( Variabel ) Jumlah Skor Presentase Motivasi Fisik 300 29% ( Physical Motivation ) Motivasi Budaya 283 28% ( Cultural Motivation ) Motivasi Interpersonal 246 24% ( Interpersonal Motivation ) Motivasi untuk Mempertahankan Harga Diri 193 19% ( Prestige Motivation ) Total 1.022 100% Sumber: Hasil Penelitian, 2017. Berdasarkan hasil analisis data terhadap Motivasi Pelancong, motivasi terbesar pelancong mengunjungi Desa Kemiren adalah Motivasi Fisik yaitu sebesar 29% dari keseluruhan responden memiliki Motivasi Fisik, yaitu dengan cara melakukan relaksasi, mencari kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau kegiatan yang bersifat santai. Sedangkan untuk motivasi pelancong mengunjungi Desa Kemiren yang memiliki skor terendah yaitu motivasi untuk mempertahankan diri ( prestige motivation ) yaitu dengan jumlah skor sebesar 193 dan memiliki presentase yaitu 19%, kemudian motivasi-motivasi lainnya yaitu motivasi budaya ( cultural motivation ) memiliki skor sebesar 283 dan presentase yaitu 28%, dan untuk motivasi interpersonal (interpersonal motivation ) memiliki skor sebesar 246 dan presentase yaitu 24%.

3.2 Persepsi Pelancong Terhadap Desa Kemiren Persepsi pelancong terhadap sesuatu memiliki klasifikasinya masing-masing, dalam penelitian ini pelancong mempersepsikan persepsinya terhadap attraction (atraksi), amenities (fasilitas), accessibility (aksesibilitas), ancillary service (fasilitas dan pelayanan pendukung) Cooper (1998) yang ada atau yang dinikmatinya di Desa Wisata. Berikut adalah hasil penelitian persepsi pelancong terhadap attraction (atraksi) yang ada di Desa Kemiren:

83

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 10. Hasil Analisis Persepsi Pelancong terhadap Attraction (Atraksi) Desa Kemiren Jumlah Skor Presentase NO Pernyataan (Frekuensi) (%) Kondisi keseluruhan daya tarik wisata di 1 Desa Kemiren bersih dan terstruktur dengan 94 19,5% rapi. Keaslian daya tarik wisata di Desa Kemiren 2 membuat pelancong memiliki ketertarikan 95 19,5% tersendiri Kebudayaan dan seni yang disuguhkan di 3 99 20% Desa Kemiren berinovasi dan beragam.

Pelancong merasa nyaman dan aman selama 4 mengunjungi daya tarik wisata di Desa 98 20% Kemiren. Keindahan alam dan cinderamata 5 merupakan atraksi pendukung di Desa 103 21% Kemiren Total 489 100% Sumber: Hasil Penelitian, 2017. Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat faktor keindahan alam dan cinderamata memiliki skor yang tinggi yaitu sebesar 103 dan presentase yang tinggi yaitu sebesar 21%, dikarenakan Desa Kemiren menyediakan keindahaan alam seperti sawah dan tumbuh-tumbuhan yang tertata rapi serta cinderamata yang menjadi atraksi lain yang disediakan oleh Desa Kemiren kepada pelancong. Sedangkan untuk kebersihan dan keaslian dari daya tarik wisata yang ada di Desa Kemiren memiliki skor yang rendah yaitu sebesar 94 dan presentase yang rendah yaitu sebesar 19,5% dikarenakan kebersihan di sekitar daya tarik wisata di Desa Kemiren kurang tertata dengan baik dan keaslian dari daya tarik wisata yang ada di Desa Kemiren masih kurang menurut pelancong. Sedangkan untuk persepsi terhadap faktor lainnya yaitu faktor kebudayaan dan seni yang disuguhkan di Desa Kemiren berinovasi dan beragam memiliki presentase yang sama dengan faktor pelancong merasa nyaman dan aman selama mengunjungi daya tarik wisata di Desa Kemiren yaitu sebesar 20%. Berikut adalah hasil penelitian persepsi pelancong terhadap amenities (fasilitas) yang ada di Desa Kemiren:

Tabel 11 . Hasil Analisis Persepsi Pelancong terhadap Amenities (Fasilitas) Desa Kemiren

Jumlah Skor Presentase NO Pernyataan (Frekuensi) (%) Fasilitas Rumah Makan/Restoran di Desa 1 Kemiren lengkap dan memadai. 87 20% Desa Kemiren memiliki toko cinderamata 2 82 19% yang lengkap dan dan luas. Tempat ibadah di Desa Kemiren luas dan 3 89 21% lokasinya strategis. Terdapat jaringan Wi-fi di sekitar Desa 4 Kemiren yang berfungsi dengan baik. 86 20% Kondisi fasilitas umum secara keseluruhan 5 di Desa Kemiren berfungsi dengan baik. 85 20% Total 429 100% Sumber: Hasil Penelitian, 2017. Berdasarkan Tabel 11. dapat dilihat bahwa faktor tempat ibadah memiliki skor yang tinggi yaitu sebesar 89 dan presentase yang tinggi yaitu sebesar 21%, dikarenakan Desa Kemiren menyediakan tempat beribadah atau secara khususnya Masjid yang terletak strategis yaitu di pinggir jalan utama desa dan tepat di seberang Kantor Kepala Desa Kemiren. Sedangkan untuk faktor toko cinderamata yang lengkap dan luas memiliki skor yang rendah yaitu sebesar 82 dan presentase yang rendah yaitu sebesar 19%, karena toko cinderamata yang ada di Desa Kemiren kurang tertata dan kurang memiliki fasilitas yang lengkap serta tempat yang disediakan sempit dan terbatas. Berikut adalah hasil persepsi pelancong terhadap accessibility (aksesibilitas) yang ada di Desa Kemiren:

84

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 12. Hasil Analisis Persepsi Pelancong terhadap Accessibility (Aksesibilitas) Desa Kemiren

Jumlah Skor Presentase NO Pernyataan (Frekuensi) (%) Lokasi Desa Kemiren mudah di capai dan 1 98 21,5% strategis. Kondisi jalan menuju dan sekitar Desa Kemiren 2 97 21% baik dan mudah dilalui kendaraan. Terdapat rambu-rambu lalu lintas yang jelas 3 menuju Desa Kemiren. 86 19% Terdapat tempat parkir yang luas dan dekat 4 94 20% dengan Desa Kemiren Saat di Desa Kemiren anda tidak kesulitan 5 85 18,5% mendapatkan sinyal HP. Total 460 100% Sumber: Hasil Penelitian, 2017. Berdasarkan dari Tabel 12. dapat dilihat faktor lokasi Desa Kemiren mudah dicapai dan strategis memiliki skor yang tinggi yaitu sebesar 97 dan presentase yang tinggi yaitu sebesar 21,5%, dikarenakan akses menuju Desa Kemiren sangat mudah dicapai dan strategis karena jarak antara Kota Banyuwangi dengan Desa Kemiren tidak jauh. Sedangkan untuk faktor tidak kesulitan mendapatkan sinyal HP saat berada di Desa Kemiren memiliki skor yang rendah yaitu sebesar 85 dan presentase yang rendah yaitu sebesar 18,5% karena saat pelancong berada di Desa Kemiren mereka sangat kesulitan mendapatkan sinyal HP kalaupun ada itu hanya beberapa operator dan itu dialami oleh beberapa pelancong saja. Sedangkan untuk persepsi terhadap faktor lainnya yaitu kondisi jalan menuju dan sekitar Desa Kemiren mudah dilalui kendaraan memiliki skor sebesar 97 dan memiliki presentase sebesar 21%, untuk faktor terdapat rambu-rambu lalu lintas yang jelas menuju Desa Kemiren memiliki skor sebesar 86 dan memiliki presentase sebesar 19%, sedangkan untuk terdapat tempat parkir yang luas dan dekat dengan Desa Kemiren memiliki skor sebesar 94 dan memiliki presentase sebesar 20%. Berikut adalah hasil persepsi pelancong terhadap ancillary service (fasilitas dan pelayanan pendukung):

Tabel 13. Hasil Analisis Persepsi Pelancong terhadap Ancillary Service (fasilitas dan pelayanan pendukung) Desa Kemiren Jumlah Skor Presentase NO Pernyataan (Frekuensi) (%) Terdapat Pusat Informasi Wisatawan yang 1 96 25% dikelola pemerintah setempat di Desa Kemiren. Terdapat pemandu wisata lokal yang 2 profesional dalam memandu pelancong 84 23% berwisata di Desa Kemiren. Tempat sampah di Desa Kemiren memadai dan 3 90 24% tersebar rata di sekitaran desa. Masyarakat sekitar Desa Kemiren ramah dan 4 102 27% menyambut baik kedatangan pelancong. Total 372 100% Sumber: Hasil Penelitian, 2017. Berdasarkan Tabel 13. dapat dilihat faktor masyarakat sekitar Desa Kemiren ramah dan menyambut baik kedatangan pelancong memiliki skor yang tinggi yaitu sebesar 102 dan memiliki presentase yang tinggi yaitu sebesar 27%, dikarenakan masyarakat sekitar Desa Kemiren sangat mudah berbaur dan memiliki tingkat keramahan yang cukup tinggi terbukti dengan beberapa masyarakat mau memberikan penjelasan tentang keunikan atau daya tarik dari Desa Kemiren itu sendiri. Sedangkan untuk faktor pemandu wisata lokal yang profesional dalam memandu memiliki skor yang rendah yaitu sebesar 84 dan memiliki presentase yang rendah yaitu sebesar 23% karena dalam memandu pelancong untuk berwisata mereka kurang menguasai materi tentang keunikan dan daya tarik wisata mereka dan mereka masih terlihat kaku. Sedangkan untuk faktor lainnya yaitu terdapat pusat informasi wisatawan yang dikelola pemerintah setempat di Desa Kemiren memiliki skor sebesar 96 dan memiliki presentase sebesar 25%, sedangkan untuk faktor tempat sampah di Desa Kemiren memadai dan tersebar rata di sekitaran desa memiliki skor sebesar 90 dan memiliki presentase sebesar 24%.

85

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Dari seluruh hasil rekapitulasi atau jumlah skor dari masing-masing persepsi pelancong, yang memiliki jumlah skor yang paling tinggi adalah persepsi pelancong terhadap attraction (atraksi) yaitu dengan jumlah skor sebesar 489 dikarenakan Desa Kemiren menyediakan keindahaan alam seperti sawah dan tumbuh-tumbuhan yang tertata rapi serta cinderamata yang menjadi atraksi lain yang disediakan oleh Desa Kemiren kepada pelancong yang mengunjungi Desa Kemiren. Sedangkan nilai paling rendah dari 4 persepsi yang ada adalah persepsi pelancong terhadap ancillary service (fasilitas dan pelayanan pendukung) yaitu dengan jumlah skor sebanyak 372, itu karena fasilitas-fasilitas pendukung dan pengelolaan lembaga di Desa Kemiren belum baik dan masih kurang itu menyebabkan persepsi pelancong terhadap ancillary service (fasilitas dan pelayanan pendukung) di Desa Kemiren rendah.

4. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil dan pembahasan yang dipaparkan maka dapat dihasilkan kesimpulan adalah sebagai berikut: Motivasi pelancong mengunjungi sebuah destinasi atau daya tarik wisata terdiri dari beberapa kategori yaitu: 1. Motivasi Fisik adalah motivasi wisatawan untuk melakukan relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga, dan kegiatan yang bersifat santai. 2. Motivasi Budaya adalah motivasi wisatawan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian dari daerah lain, termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek peninggalan bersejarah di daerah tersebut. 3. Motivasi yang bersifat Interpersonal adalah motivasi wisatawan untuk mengunjungi teman atau saudara, menemui mitra kerja, dan pelarian dari situasi-situasi yang membosankan. 4. Motivasi karena untuk mempertahankan diri adalah motivasi wisatawan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri dan membangun harga diri mereka, pada kategori ini perjalanan yang dimaksud adalah perjalanan untuk bisnis, konvensi, belajar dan memenuhi hobi dan menuntut ilmu.

Motivasi terbesar pelancong mengunjungi Desa Kemiren adalah Motivasi Fisik yaitu sebesar 29% dari keseluruhan responden memiliki Motivasi Fisik, yaitu dengan cara melakukan relaksasi, mencari kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau kegiatan yang bersifat santai. Dalam hal ini wisatawan mempersepsikan persepsinya terhadap 4 hal atau 4A yaitu terdiri dari: 1. Attraction (Atraksi) yang ada di Desa Kemiren adalah sesuatu yang disuguhkan atau dipertontonkan kepada wisatawan yang ada di Desa Kemiren seperti keberishan sebuah daya tarik wisata, keaslian daya tarik wisata, kebudayaan dan seni yang disguhkan berinovasi dan beragam. Hasil dari penelitian terhadap kategori atraksi memiliki skor yaitu sebesar 489. 2. Amenities (Fasilitas) yang ada di Desa Kemiren adalah fasilitas-fasilitas yang disediakan berupa rumah makan yang lengkap, took cinderamata yang lengkap dan luas, tempat ibadah yang luas dan strategis. Hasil dari penelitian terhadap kategori failitas memiliki skor yaitu sebesar 429. 3. Accessibility (Aksesibilitas) yang terdapat di Desa Kemiren adalah akses menuju Desa Kemiren berupa lokasi Desa Kemiren yang mudah di capai dan strategis, kondisi jalan menuju Desa Kemiren baik dan mudah dilalui kendaraan, terdapat rambu-rambu lalu lintas yang jelas menuju Desa Kemiren. Hasil penelitian terhadap kategori aksesibilitas memiliki skor sebesar 460. 4. Ancillary (Fasilitas Pendukung) yang ada di Desa Kemiren berupa pusat informasi wisatawan yang dikelola pemerintah setempat di Desa Kemiren, pemandu wisata lokal yang professional dalam memandu pelancong berwisata di Desa Kemiren. Hasil dari penelitian terhadap kategori fasilitas pendukung memiliki skor sebesar 372. Persepsi pelancong yang memiliki jumlah skor yang paling tinggi adalah persepsi pelancong terhadap attraction (atraksi) yaitu dengan jumlah skor sebesar 489 dikarenakan Desa Kemiren menyediakan keindahaan alam seperti sawah dan tumbuh-tumbuhan yang tertata rapi serta

86

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 cinderamata yang menjadi atraksi lain yang disediakan oleh Desa Kemiren kepada pelancong yang mengunjungi Desa Kemiren.

Ucapan Terimakasih: Terimakasih kepada pihak – pihak yang telah turut mendukung kami dalam menyelesaikan penulisan ini, antara lain: 1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana 2. Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. selaku Ketua Program Studi S1. Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata 3. Dr. I Wayan Suardana, SST.Par.,M.Par. selaku pembimbing Penelitian Lapangan II kami 4. Ni Md. Sofia Wijaya,SST.Par.,M.Par.,Ph.D. selaku penguji Penelitian Lapangan II kami 5. Serta tentunya kawan – kawan kelompok I yang sudah berusaha dengan keras untuk menyelesaikan penulisan ini dengan baik

5. DAFTAR PUSTAKA Baird, Lisa. 2013. “Perception and Motivation for Travel to California’s Central Coast ”, A Senior Project Presented to The Faculty of the Recreation, Parks, & Tourism Administration Department California Polytechnic State University, San Luis Obispo. June 2013. Khuong, Mai Ngoc and Ha, Huynh Thi Thu. 2014. “The Influences of Push and Pull Factors on the International Leisure Tourists’ Return Intention to Ho Chi Minh City, Vietnam — A Mediation Analysis of Destination Satisfaction”. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 5, No. 6 , December 2014. McIntosh, RW and Goeldner, Charles R. 1986. Tourism: Principles, Practise, Philosophie. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Muka, Majlinda and Necila Cinaj. 2015 . “ Motivation, Perception and Expectaion of Visitors in Heritage Sites, Cases: Bunk’ Art”. Academic Journal of Interdisciplinary Studies, Vol. 4, Number 3, December 2015. 697-705. Nieamah, Kartika F. 2014. “Persepsi Pelancong Mancanegara Terhadap Fasilitas Dan Pelayaan Di Candi Prambanan”. Jurnal Nasional Pariwisata, ISSN 1411-9862, Vol. 6, No.1, April 2014. Pia Adiati, Maria dan Anwar Basalamah. 2014. “Kondisi Pariwisata Berkelanjutan Di Bidang Sosial Budaya Berdasar Pengalaman Dan Harapan Pengunjung Di Pantai Tanjung Papuma, Jember”. Binus Business Review, Vol. 5 No. 1, Mei 2014. 80-90. Pitana, I Gde dan Putu G, Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata . Yogyakarta: Penerbit Andi. Pratama, Axel Christine. 2016. “Karakteristik, Motivasi dan Aktivitas Pelancong Asia di Kelurahan Ubud”. Sekripsi. Denpasar. Fakultas Pariwisata Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana. Siri, Raktida, Lisa Kennon, Bharath Josiam dan Daniel Spears. 2012. “Exploring Indian Tourist Motivation and Peceptions of Bangkok”. Journal of Tourismos: An International Multidisciplinary, Vol. 7, No. 1, Spring Summer 2012. 61-79. Sayangbatti, Dilla Pratiyudha dan M, Baiquni. 2013. “Motivasi dan Persepsi Pelancong tentang Daya Tarik Destinasi terhadap Minat Kunjungan Kembali di Kota Wisata Batu”. Jurnal Nasional Pariwisata, Vol. 5, No. 2, Agustus 2013. 126 - 136. Seebaluck, Naidoo, Ramseook-Munhurrun .2013.” An analysis of the push and pull motives for choosing Mauritius as the wedding destination”. Procedia - Social and Behavioral Sciences , 175. 201 – 209. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development / R and D ). Bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. 2013. “Konstruksi Sosial Remaja Osing Terhadap Esoterisme Religio Magis Dalam Pembentukan Jatidiri”. Disertasi . Bandung. Program Pendidikan IPS Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

87

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Vuuren, C, Van dan Slabbert, Elmarie. 2011. “Travel Motivations and Behaviour of Tourists to a South African Resort’, Book of proceedings Vol. I – International Conference on Tourism & Management Studies . Algarve 2011. Wiratna, V, Sujarweni. 2014. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. http://www.statsdata.my.id/2014/04/penyajian-data-statistik.html ‘Diakses Tanggal 24 Mei 2017 Pukul 12.00 WITA

88

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ADAT OSING, KEMIREN

Dewa Ayu Putu Putri Krisnadevi 1) , Ni Made Oka Karini 2) , Yohanes Kristianto 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]

Abstrak Desa Wisata Adat Osing merupakan desa wisata yang telah ditetapkan pada tahun 1995 yang berada di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Budaya dan kebiasaan suku Osing tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat yang tinggal di Desa Kemiren yang dimana masyarakat yang tinggal di Desa Kemiren tersebut adalah keturunan asli suku Osing. Maka dengan itu dalam segala pengembangan Desa Kemiren tentu berbasis masyarakat lokal. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing dan apa saja bentuk partisipasi masyarakat lokal Desa Kemiren dalam pengembangan Desa Wisata Adat Osing. Penelitian ini menggunakan teknik analisi data deskriptif kualiatatif dengan memperoleh data dari teknik observasi studi kepustakaan, wawancara dengan teknik purposive sampling dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh adalah pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing kurang stabil dilihat dari angka kunjungan wisatawan yang naik turun, namun meskipun kurang stabil potensi- ptensi wisata yang ada di Desa Wisata Adat Osing ini cukup menarik untuk meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung, hanya saja pengelola harus memiliki kemampuan yang lebih untuk menghandle wisatawan. Kemudian bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing adalah Bentuk- bentuk partisipasi masyarakat Kemiren dalam mengembangkan pariwisata Desa Wisata Adat Osing adalah berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, Partisipasi dalam keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan operasional pariwisata, Partisipasi masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan hasil – hasil pembangunan pariwisata, dan Partisipasi masyarakat dalam menilai dan mengawasi kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing.

Kata kunci : pengembangan pariwisata, bentuk partisipasi masyarakat, desa wisata adat osing.

Abstract Desa Wisata Adat Osing is a tourist village that has been established in 1995 located in Kemiren Village, Glagah District, Banyuwangi Regency, East Java Province. Osing culture and customs can not be abandoned by the people who live in Kemiren village where the people who live in Kemiren Village are the original descendants of the Osing tribe. So with that in all Kemiren Village development is certainly based on local communities. The article aims to find out the development of tourism in the Desa Wisata Adat Osing and the forms of participation of local communities in the development of Desa Wisata Adat Osing. This research used descriptive qualitative with data analysis technique by obtaining data from observation, interview with purposive sampling technique and documentation. The results obtained is the development of tourism in the Desa Wisata Adat Osing less stable seen from the number of tourist arrivals looks up and down, but although less stable tourism potentials in the Desa Wisata Adat Osing is quite interesting to increase the interest of tourists to visit. Then the form of local community participation in tourism development in Desa Wisata Adat Osing is the forms of Kemiren community participation in developing tourism of Desa Wisata Adat Osing is participation in decision making, Participation in community participation in tourism operational activities, Participation of the community in enjoying the results of tourism development, and participation in evaluation of tourism activities in the Desa Wisata Adat Osing.

Keywords : development of tourism, participation of local communities, traditional osing tourist village.

89

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. PENDAHULUAN Di Indonesia, ada banyak sekali daerah yang memliki destinasi wisata yang mengembangkan potensi lokal, salah satunya adalah Desa Kemiren di Banyuwangi. Desa Kemiren ini lahir pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1830-an. Awalnya, desa ini hanyalah hamparan sawah hijau dan hutan milik para penduduk Desa Cungking yang konon menjadi cikal-bakal masyarakat Osing di Banyuwangi, Hutan ini banyak ditumbuhi pohon kemiri dan durian. Maka dari itulah desa ini dinamakan Kemiren. Desa Kemiren secara administratif termasuk, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur dan secara historis geneologis-sosiologis masih memperlihatkan tata kehidupan sosio-kultural yang mempunyai kekuatan nilai tradisional Osing. (sumber: http://www.asliindonesia.net ) Keberadaan Desa Kemiren yang telah ditetapkan sebagai Desa Wisata Adat Osing ini juga sekaligus dijadikan cagar budaya untuk melestarikan keosingannya. Area wisata budaya yang terletak di tengah desa itu juga memiliki cirri khas tersendiri yang lebih menegaskan bahwa desa ini berwajah Osing dan diproyeksikan sebagai cagar budaya Osing. Banyak keistemewaan yang dimiliki oleh desa ini diantaranya adalah rumah adat yang masih berbentuk bangunan rumah yang tradisional dan masyarakatnya yang masih memperggunakan bahasa yang khas yaitu bahasa Osing. Budaya dan kebiasaan suku Osing tidak bisa ditinggalkan oleh masyarakat yang tinggal di Desa Kemiren yang dimana masyarakat yang tinggal di Desa Kemiren tersebut adalah keturunan asli suku Osing. Maka dengan itu dalam segala pengembangan Desa Kemiren tentu berbasis masyarakat lokal. Dalam penerapan Community Based Tourism (CBT) menurut Garrod (2001) bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi yang mulai mengembangkan Desa Wisata Adat Osing dimana seluruh warganya merupakan keturunan asli suku Osing memanfaatkan masyarakatnya untuk terlibat dalam pariwisata di Desa Kemiren. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan potensi pariwisata di Desa Wisata Adat Osing dan apa saja bentuk partisipasi masyarakat lokal Desa Kemiren dalam pengembangan Desa Wisata Adat Osing.

2. METODE PENELITIAN Dalam penulisan artikel penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yang merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang- orang yang diamati menurut (Bogdan dan Taylor, 1992) yang didapat dari proses wawancara, dan data kuantitatif yang didapat dari tabel kunjungan wisatawan. Data yang diperoleh dalam artikel penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan teknik analisi data deskriptif kualiatatif yang bertujuan untuk memberikan paparan yang jelas tentang partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan Desa Wisata Adat Osing, Kemiren. Untuk memperoleh hasil yang terperinci dalam pengumpulan data dilakukan teknik observasi yaitu dengan cara studi kepustakaan, wawancara dengan menggunakan teknik purposive sampling dan mendokumentasikan hal- hal yang terkait dalam penelitian ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan Pariwisata di Desa Wisata Adat Osing Desa Wisata Adat Osing yang berlokasi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi merupakan desa yang masih dalam tahap perkembangan di bidang pariwisata. Adapun sejarah terbentuknya desa kemiren sendiri yaitu desa ini dulunya merupakan bekas lahan hutan kemiri dan durian/duren. Desa Wisata Adat Osing diresmikan sebagai Desa Wisata Adat semenjak tahun 1995. Dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing ini terdapat beberapa potensi wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Desa Wisata Adat Osing yaitu terdapat atraksi wisata seperti Tumpeng Sewu, Mepe Kasur, Tari , Tari Jaran Goyang, Kemiren, Angklung Paglak, Gedhogan atau musik yang berasal dari suara lesung yang 90

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 dimainkan oleh ibu- ibu masyarakat Desa Kemiren, Wisata Kuliner khas Desa Kemiren, Sanggar Sapu Jagad,dan terdapat Rumah Adat Osing yang sangat unik. Namun meskipun telah ada berbagai potensi wisata yang ada di Desa Kemiren ini, jumlah kunjungan wisatawan masih kurang stabil dilihat dari data kunjungan wisatawan yang terdata di Dinas Pariwisata Daerah Banyuwangi.

Tabel 1 . Jumlah Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Mancanegara ke Desa Wisata Adat Osing Tahun 2011-2016

Jumlah Wisatawan (Orang) Total Tahun Wisatawan Wisatawan Wisatawan Nusantara Mancanegara (Orang) 2011 66.780 5 66.785 2012 95.176 0 95.176 2013 48.692 0 48.692 2014 54.199 0 54.199 2015 68.500 0 68.500 2016 55.527 0 55.527 Rata-rata 56.479 0.84 56.480 Sumber: Dinas Pariwisata Daerah Banyuwangi, 2017. Bentuk partisipasi masyarakat lokal Desa Kemiren dalam pengembangan Desa Wisata Adat Osing Pariwisata di desa wisata adat osing kemiren juga tidak luput dari partisipasi dari Desa,karang taruna,BUMDES dan masyarakat sekitar. Adapun bentuk partisipasi masyarakat lokal terhadap perkembangan pariwisata desa wisata adat osing dari beberapa pihak yaitu :

A. Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan kebijakan organisasi pada pariwisata di Desa Wisata Adat Osing Pada saat masyarakat dan organisasi adat ingin membuat atau mengambil keputusan dan kebijakan untuk keberlangsungan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing maka akan di adakan rapat terlebih dahulu guna untuk mencapai musyawarah dan mufakat terkait dengan pengambilan keputusan dan kebijakan yang akan dibuat, oleh karena itu masyarakat desa selalu di ajak dan dilibatkan dalam setiap rapat yang diselenggarakan oleh Kepala Desa di Kantor Desa Kemiren untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan yang akan di gunakan untuk keberlangsungan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing hanya saja penentuan waktu rapatnya tidak di jadwalkan atau masih bersifat tentative. ( Wawancara Guide Lokal Desa Kemiren, 2017). B. Partisipasi dalam keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan operasional pariwisata di Desa Wisata Adat Osing berdasarkan program yang telah di tetapkan Bentuk nyata keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan operasional pariwisata di Desa Wisata Adat Osing adalah sebagai : a. Sanggar seni pertunjukan Di sanggar ini terdapat berbagai macam benda seni yang merupakan ciri khas dari desa kemiren seperti : Barong, alat musik rindik, angklung dan masih banyak lagi selain gamelan desa kemiren juga mempunyai tarian khas yaitu Tarian Jaran Goyang. Dengan adanya sanggar seni ini dapat menjadi wadah masyarakat Desa Kemiren untuk berpartisipasi menjadi penari Tari Gandrung, Tari Jaran Goyang dan Barong Kemiren, dan pemain alat musik tradisional. (Wawancara Guide Lokal Desa Kemiren, 2017)

91

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

b. Penyedia Akomodasi Desa Wisata Adat Osing memiliki 55 buah akomodasi untuk wisatawan berupa homestay yang tersebar di Desa Wisata Adat Osing dan homestay tersebut merupakan rumah – rumah adat dari masyarakat setempat yang memang disewakan bagi para wisatawan yang ingin menginap di desa kemiren. (Wawancara Guide Lokal Desa Kemiren, 2017) Gambar 1.

Rumah Adat Suku Osing Sumber: Dokumentasi Penelitian

c. Restoran Di Desa Wisata Adat Osing terdapat banyak restoran atau warung makan millik masyarakat lokal Desa Kemiren yang menyediakan makanan khas Desa Kemiren yaitu Tumpeng Pecel Pitik dan Uyah Asem, salah satunya adalah Restoran Pesantogan Kemangi. ( Wawancara Guide Lokal Desa Kemiren, 2017) d. Hiburan seni khas Desa Kemiren Sebagai hiburan untuk wisatawan yang datang berkunjung dan menginap, para pemuda desa banyak diikutsertakan untuk menjadi seniman di Desa Wisata Adat Osing dengan membawakan tarian tradisional yang memiliki nilai sejarah dan sangat unik seperti Tari Gandrung, Tari Jaran Goyang, dan menjadi pemain alat musik Angklung Paglak serta rindik. (Wawancara Guide Lokal) e. Guide Lokal Pemuda Desa Kemiren yang menjadi anggota Karang Taruna ditugaskan untuk ikut berpartisipasi dalam paket wisata yang dibuat oleh BUMDes Ijen Lestari yang merupakan Badan Usaha Milik Desa Kemiren untuk menjadi Guide Lokal yang akan mengarahkan dan memberikan informasi terkait wisata di Desa Wisata Adat Osing kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Adat Osing tersebut. (Wawancara Guide Lokal)

f. Partisipasi masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan hasil – hasil pembangunan pariwisata yang dicapai dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing.

Dalam menikmati hasil pariwisata yang dikelola oleh masyarakat adalah dengan berupa uang karena keikutsertaan masyarakat itu sendiri dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing, sebagai penyedia homestay, sebagai guide atau pemandu lokal, penyedia makanan( restoran). Selain itu, pemerintah Banyuwangi juga memberikan bantuan dana yang digunakan untuk renovasi rumah yang mulanya bergaya modern menjadi bergaya adat osing agar kelestarian budaya tetap terjaga, selain itu upaya diselaraskannya model rumah penduduk di Desa Kemiren menjadi Rumah Adat Suku Osing juga diharapkan dapat meningkatkan minat wisatawan untuk menghabiskan waktu luangnya untuk berlibur dan lebih mengetahui serta memahami keunikan adat dan tradisi

92

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Suku Osingyang merupakan suku asli dari Banyuwangi di Desa Wisata Adat Osing ini yang letaknya di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi. g. Partisipasi masyarakat dalam menilai dan mengawasi kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing Partisipasi masyarakat dalam menilai dan mengawasi kegiataan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing adalah dengan memberikan penilaian dalam bentuk kritik, saran atau usulan mengenai kegiatan pariwisata yang sudah terselenggara maupun yang akan diadakan di Desa Wisata Adat Osing disetiap diadakan sebuah pertemuan atau rapat Kepala Desa, BUMDes dan Karang Taruna di Kantor Desa Kemirenyang waktu nya tidak tentu atau tentative. ( Wawancara Guide Lokal Desa Kemiren, 2017)

4. KESIMPULAN Desa Wisata Adat Osing yang berlokasi di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi merupakan desa yang masih dalam tahap perkembangan di bidang pariwisata. Desa Kemiren dulunya merupakan bekas lahan hutan kemiri dan durian/duren yang kemudian diresmikan sebagai Desa Wisata Adat Osing di tahun 1995 karena memiliki keunikan yang dapat menjadi faktor pendorong wisatawan untuk berkunjung ke desa ini. Hal ini bisa dilihat dari besar jumlah kunjungan wisatawan ke Desa Wisata Adat Osing di Kemiren di tiap tahunnya tidak stabil. Bentuk- bentuk partisipasi masyarakat Kemiren dalam mengembangkan pariwisata Desa Wisata Adat Osing adalah berpartisipasi dalam pembuatan keputusan dan kebijakan Organisasi pada pariwisata di Desa Wisata Adat Osing yang dibuktikan dilibatkannya masyarakat dalam setiap rapat untuk pengambilan keputusan dan pembuatan kebijakan dalam suatu rapat di Kantor Kepala Desa Kemiren yang akan di gunakan untuk keberlangsungan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing, Partisipasi dalam keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan operasional pariwisata di Desa Wisata Adat Osing berdasarkan program yang telah di tetapkan adalah terlibatnya masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing sebagai guide lokal, penyedia akomodasi atau homestay, penyedia restoran, dan sebagai pemain musik tradisional serta penari di setiap event pariwisata yang ada, Partisipasi masyarakat dalam menikmati atau memanfaatkan hasil – hasil pembangunan pariwisata yang dicapai dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing, dan Partisipasi masyarakat dalam menilai dan mengawasi kegiatan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing. Disarankan kepada pemerinta Desa Kemiren, Banyuwangi untuk melaksanakan pelatihan yang lebih untuk masyarakat lokal, terkait pengelolaan pariwisata dan pelayanan wisatawan kepada seluruh masyarakat agar masyarakat yang berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing memiliki kesiapan dalam meghandle wisatawan dan mengelola paket wisata yang ada sehingga dapat memaksimalkan pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing, Kemiren. Kemudian untuk membangkitkan minat masyarakat lokal lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata di Desa Wisata Adat Osing pemerintah seharusnya mengadakan sosialisasi terkait kegiatan pariwisata yang akan memberikan keuntungan bagi desa dan masyarakatnya sendiri.

Ucapan Terimakasih Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Bapak Drs. I Made Sendra M.Si selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Kemudian ucapan terimakasih kepada Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M.Par selaku Ketua Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Selanjutnya ucapan terimakasih kepada Ibu Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par dan Bapak DR. Yohanes Kristianto, S.Pd., M.Hum selaku Pembimbing dan Penguji Penelitian Lapangan II serta selaku Pembimbing I dan II dalam Penulisan Artikel Jurnal yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama penyelesaian laporan penelitian lapangan II dan penulisan artikel ini. Ucapan terimakasih yang sebesar- besarnya juga disampaikan kepada Ibu Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi., M.Par selaku Ketua Dewan Penyunting e-Journal PS. S1

93

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

IPW, serta ucapan terimakasih pula kepada Ibu Ni Made Sofia Wijaya, SST.Par., M.Par., PhD selaku dosen pengampu mata kuliah Penelitian Lapangan II.

5. DAFTAR PUSTAKA Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Cohen,John and Uphoff, Norman T. 1997. Rural Development Paticipation : Concept and Measures for Project Design Implementation and Evaluation. New York: Cornell University Press. Garrod, Brian. 2001. Local Participation in the Planning and Management of Ecotourism: A Revised Model Approach Bristol. England: University of The West of England Swarbrooke, John. 1996. Development and Mangement og Visitor Attractions. Oxford:Buttherworth- Heinemann http://www.asliindonesia.net (Accessed: 2017 June 01).

94

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PERSEPSI WISATAWAN DAN DAMPAK PENGEMBANGAN PANTAI BANGSRING SEBAGAI WISATA BAHARI DI BANYUWANGI

Intan Permatasari Liyanti 1) , Drs. I Ketut Suwena 2) , Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi wisatawan dan dampak pengembangan Pantai Bangsring sebagai wisata bahari di Banyuwangi. Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi pustaka. Pada penelitian ini, teknik penentuan sample yang digunakan yaitu Purposive Sampling dengan teknik pengambilan secara accidental. Sedangkan Teknik penentuan informan menggunakan informan kunci yaitu pihak pengelola Pantai Bangsring. Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif kuantitatif dengan metode pengolahan data kuesioner menggunakan analisis skala likert. Hasil penelitian menunjukan bahwa persepsi wisatawan terhadap Pantai Bangsring adalah baik dengan rata-rata skor likert 3,6. Sedangkan dampak pengembangan terbagi dua yaitu dampak positif dari segi ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan serta dampak negatif dari segi sosial dan lingkungan.

Kata kunci : persepsi wisatawan, dampak, pengembangan, wisata bahari, pantai bangsring.

Abstract The iamof this research is to analize tourist perspective and the impact of Marine tourism development inBangsring beach, Banyuwangi. Data collection used in this research are observation, interview, dissemination of questionnaires, documentation and literature study.. This research is using qualitative quantitative descriptive method and using Likert-scale analysis for processing the questionnaire data. The result show that the tourist perceptive of Bangsring Beach is good with 3.6 as theavarage of Likert score. Meanwhile for Bangsring Beach development, there are positive impact on economic, social, culture and environment but also the negative impacts.

Keywords : tourist perspective, impact, development, marine tourism, Bangsring beach.

1. PENDAHULUAN Banyuwangi memiliki 10 desa wisata yang berkembang. Salah satunya yaitu Desa BangsringWongsorejo yang mengembangkan wisata Bangsring UnderWater . Bangsring Underwater merupakan destinasi wisata berbasis konservasi terumbu karang yang dibangun oleh para nelayan Banyuwangi. Menurut Pengelola Rumah Apung, pada mulanya perairan Bangsring menjadi lokasi penangkapan ikan dengan menggunakan bom ikan yang menyebabkan kerusakan terumbu karang dan menurunnya populasi ikan. Akan tetapi, ada kesadaran beberapa nelayan untuk melalukan sosialisasi penangkapan ikan dengan cara ramah lingkungan. Berkat upaya konservasi yang dilakukan para nelayan, sehingga pada tahun 2014, Kelompok Nelayan mendapatkan bantuan Rumah Apung dari Kementrian Kelautan dan Perikanan.

95

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Pantai Bangsring dikembangkan sebagai wisata bahari dengan atraksi wisata yaitu snorkeling, diving , banana boot , perahu, dan rumah apung, Berdasarkan data dari Website pemerintah Banyuwangi bahwa setiap bulannya jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 30 - -70 ribu orang. Akan tetapi, pengembangan produk tidak terlepas dari adanya dampak yang ditimbulkan baik positif maupun negatif terutama di kawasan pantai Bangsring. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas persepsi dan dampak pengembangan wisata bahari Pantai Bangsring. Penelitian ini penting dilakukan karena mengingat Pantai Bangsring ini baru dikembangkan sehingga dengan menjelaskan persepsi wisatawan dan dampak terhadap pengembangan pihak masyarakat maupun pemerintah dapat melaksanakan pengembangan dan meminimalkan dampak negatif.

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif kuantitatif. Pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, penyebaran kuesioner, dokumentasi dan studi pustaka. Informan pengelola pantai Bangsring, masyarakat, dan nelayan dengan jumlah tujuh orang informan. kuesioner disebarkan kepada wisatawan menggunakan purposive sampling dan teknik pengambilan secara accidental dimana hasil dari kuesioner diolah menggunakan skala likert dengan 5 kata ganti.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pantai Bangsring terletak di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur atau berjarak sekitar 20 km dari kota Banyuwangi. Pantai Bangsring dapat dicapai dari kota Banyuwangi menggunakan angkutan umum dan kendaraan pribadi. Sejak tahun '60-an hingga '70-an, para nelayan terbiasa menangkap ikan dengan potasium dan bom ikan yang mengakibatkan kerusakan terumbu karang. Akhirnya tahun 2008 dibentuk kelompok nelayan BangsringSamudera Bakti dan memberikan sosialisasi kepada nelayan lain agar tidak menangkap ikan dengan potasium atau bom ikan. Setelah menjadi daerah konservasi, kelompok nelayan Samudera Bakti melakukan kegiatan penanaman vegetasi pantai, transpalantasi terumbu karang dan pengawasan aktivitas nelayan lain agar menjaga laut dari terjadinya kerusakan. Pada awalnya dilakukan budidaya ikan konsumsi tetapi tidak berhasil. Setelah itu dicoba budidaya ikan hiu.Akhirnya dimanfaatkan keramva sebagai budidaya ikan hiu. Dengan dikembangkannya Banyuwangi sebagai daerah pariwisata maka potensi – potensi wisata yang ada dikembangkan. Awalnya kelompok nelayan menolak Pantai Bangsring dikembangkan sebagai destinasi wisata karena dikhawatirkan akan merusakan terumbu karang dan ekosistem yang sudah tumbuh itu. Akan tetapi dengan diperkenalkannya eco-tourism maka nelayan Samudera Bakti akhirnya mau membuka kawasan konservasi itu menjadi destinasi wisata yang berbasis konservasi mulai tahun 2014. Pantai Bangsring dikenal sebagai Bangsring Underwater merupakan destinasi wisata berbasis konservasi dengan perairan yang jernih dan terdapat terumbu karang alami dan buatan. Selain itu pula rumah apung, kerambah untuk berenang dengan hiu, kano dan banana boat sebagai atraksi wisata. Selain itu tersedia jasa guide untuk diving dan penyewaan banana boat , kano, alat snorkeling , alat diving dan jasa pengantaran dari pantai ke Pulau Tabuhan, Pulau Menjangan serta ke rumah apung. Fasilitas umum yang disediakan adalah toilet umum angkringan, tempat duduk dan tempat parkir. Mengembangkan suatu destinasi dan produk wisata perlu memperhatikan karakteristik dan persepsi wisatawan agar , meminimalkan dampak negatif dan menarik wisatawan agar mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Peneliitian ini memiliki 30 responden dengan karakteristik sebagai berikut.

96

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Karakteristik Wisatawan yang Berkunjung ke Pantai Bangsring Karakteristik wisatawan yang mengunjungi Pantai Bangsring dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Karakteristik Wisatawan yang Berkunjung ke Pantai Bangsring Jumlah No Karakteristik Responden Orang Persentase (%) Berdasarkan Jenis Kelamin 1 Laki-Laki 14 46.7 2 Perempuan 16 53.3 Jumlah 30 100 Berdasarkan Umur (tahun) 1 <20 4 13.3 2 20-30 19 63.3 3 31-40 6 20 4 >40 1 3.3 Jumlah 30 100 Berdasarkan Pekerjaan 1 Pelajar 9 30 2 Ibu rumah tangga 4 13.3 3 Kepemerintahan 1 3.3 4 Pengusaha/Pedagang 3 10 5 Karyawan Swasta 9 30 6 Lainnya 4 13.3 Jumlah 30 100 Berdasarkan Sumber Informasi 1 Pameran Wisata 6 20 2 Media Sosial 15 50 3 Brosur 1 3.3 4 Orang lain (teman,saudara) 8 26.7 5 Lainnya - - Jumlah 30 100 Berdasarkan Frekuensi kunjungan 1 Pertama kali 22 73.3 2 Bukan pertama kali 8 26.7 Jumlah 30 100 Sumber: Hasil Penelitian tahun 2017

Berdasarkan tabe 1. di atas dapat dilihat karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bangsring berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, sumber informasi dan frekuensi kunjungan. Karakteristik wisatawan menurut jenis kelamin lebih banyak perempuan dengan persentase 53.3 % karena banyak ditemukan ibu-ibu yang berkunjung ke pantai Bangsring membawa keluarga dan anaknya. Karakteristik wisatawan berdasarkan umur terbanyak yaitu dari umur 20-30 tahun dengan persentase 63.3% karena usia ini merupakan usia muda yang paling cocok untuk melakukan kegiatan wisata bahari yang dapat dilihat di Pantai Bangsring. Karakteristik wisatawan berdasarkan pekerjaan terbanyak yaitu pelajar dan karyawan swasta dengan jumlah persentase yang sama yaitu 30% karena kegiatan wisata bahari menarik karyawan untuk berwisata dan pelajar untuk mencoba kegiatan wisata seperti snorkeling dengan hiu. Karakteristik wisatawan berdasarkan sumber informasi terbanyak yaitu media sosial dengan persentase 50% karena banyak wisatawan yang mengunggah foto saat berwisata di Pantai Bangsring sehingga informasi destinasi wisata Pantai Bangsring lebih cepat dan mudah didapatkan. Karakteristik wisatawan berdasarkan frekuensi kunjungan terbanyak yaitu pertama kali karena destinasi wisata Pantai Bangsring ini merupakan destinasi yang baru dikembangkan pada tahun 2014 sehingga masih bannyak wisatawan yang baru pertama kali mengunjungi Pantai Bangsring.

97

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Persepsi Wisatawan terhadap Pantai Bangsring Persepsi wisatawan pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui persepsi wisatawan terhadap pengembangan Pantai Bangsring sebagai destinasi wisata bahari. Dengan kajian persepsi , akan dapat terlihat jelas apsbila pengembangan destinasi wisata Pantai Bangsring sudah sesuai dengan keinginan wisatawan. Hasil persepsi ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan atas perkembangan pariwisata di Pantai Bangsring dan hasil wawancara mengenai dampak pengembangan Pantai Bangsring sebagai destinasi wisata.

Tabel 2. Persepsi Wisatawan secara keseluruhan terhadap Pantai Bangsring Sub Skor Likert Total Skor Rata-rata Skala / Variabel Indikator Kate-gori STB TB C B SB Sikap Persepsi Objek 0 0 12 68 45 125 4.17 Baik Wisata- wisata wan Kegiatan 0 0 12 88 20 120 4 Baik wisata Pelayanan 0 0 30 68 15 113 3.77 Baik Keamanan 0 0 21 92 0 113 3.77 Baik Fasilitas 0 0 39 56 15 110 3.77 Baik Kebersihan 0 14 42 36 0 92 3.07 Cukup Aksesbilitas 2 14 27 44 5 92 3.07 Cukup Interaksi masyarakat 0 0 33 56 25 114 3.8 Baik dan pengunjung Akomodasi 0 2 48 48 5 103 3.4 Baik Rata-rata 3.6 Baik Sumber: Hasil Pengolahan data tahun 2017 Berdasarkan tabel 2 persepsi wisatawan yang mengunjungi Pantai Bangsring di peroleh skor likert untuk persepsi wisatawan terhadap Pantai Bangsring adalah baik dengan rata – rata 3.6.Kesembilan indikator tersebut, indikator kebersihan dan aksesbilitas mendapat kategori sikap cukup, sedangkan indikator objek wisata, kegiatan wisata, pelayanan, keamanan, fasilitas, interaksi masyarakat dengan pengunjung dan akomodasi mendapat kategori baik.cukup karena kebersihan di pantai tersebut terdapat lahan kosong yang kotor dan tidak di rawat oleh pengelola dan karena aksesibilitasnya di nyatakan cukup karena jalannya sangat rusak dan sempit yang mengakibatkan bus besar tidak dapat memasuki pantai tersebut.

Tabel 3. Dampak positif dan negatif secara indikator indikator terhadap perkembangan pantai bangsring sebagai wisata bahari di banyuwangi

Dampak Pengembangan Pantai Dampak Positif Dampak Negatif Bangsring Dampak Ekonomi 1. Pendapatan nelayan yang tidak tetap 1. Lingkungan desa belum mendapat menjadi lebih stabil setelah nelayan beralih kontribusi dari pengembangan pariwisata di profesi Pantai Bangsring. 2. Kesempatan usaha bagi masyarakat sekitar Pantai seperti homestay dan usaha makanan 3. Harga barang masih stabil walaupun terdapat kegiatan pariwisata di Pantai Bangsring Dampak Sosial 1) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk 1) Terjadi kesenjangan dengan masyarakat menjaga lingkungan dimana Pantai Bangsring hanya dikelola oleh 2) Pemberian marine edukasi secara gratis Kelompok Nelayan Samudera Bakti sehingga kepada nelayan dan wisatawan yang di luar itu masyarakat harus memenuhi kriteria mengunjungi untuk dapat terlibat sebagai pekerja 3) Terjalin komunikasi dan interaksi antara 2) Perebutan lahan parkir sehingga masyarakat dan wisatawan dengan baik menimbulkan damp ak buruk ke masyarakat 4) Hubungan antarpekerja semakin erat 5) Kesejahteraan nelayan yang meningkat setelah datangnya pariwisata

98

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Dampak Budaya 1) Masih terjaganya budaya gotong royong - para nelayan yang menjadi pekerja di pantai Bangsring 2) Masih dilakukan kegiatan keagamaan untuk menjaga keselamatan pantai Bangsring 3) Diadakan event budaya perayaan di Pantai Bangsring seperti event pelepasan lampion pada malam tahun baru menarik wisatawan untuk berkunjung ke Pantai Bangsring Dampak Lingkungan 1) Lingkungan yang semakin dirawat dan 1. Sulitnya mengelola limbah yang datang dijaga kebersihannya dari pantai Dilakukan kegiatan peduli lingkungan dan laut seperti penjagaan terumbu karang yang bisa dilakukan oleh wisatawan dengan transplan karang,dll Sumber: Hasil Pengolahan data tahun 2017

Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Pantai Bangsring sebagai Wisata Bahari di Banyuwangi Pantai Bangsring berkembang sebagai wisata bahari di Banyuwangi akan memberikan dampak yang sangat besar baik kepada pemerintah maupun kepada masyarakat. Dampak kepada masyarakat dapat dibagi menjadi empat dampak yaitu dampak ekonomi, dampak social, dampak budaya, dan dampak lingkungan. Masing – masing dampak tersebut adalah sebagai berikut.

Dampak Positif dan Negatif secara indikator - indikator terhadap Perkembangan Pantai Bangsring sebagai Wisata Bahari di Banyuwangi

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa rata-rata pengembangan Pantai Bangsring memberi dampak positif dari segi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan sedangkan dampak negatif terdapat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan.

4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bangsring dari segi jenis kelamin perempuan yang mendominasi (53.3%), segi usia antara 20-30 tahun (63.3%), dari segi pekerjaan adalah pelajar dan karyawan dengan jumlah (30%), segi sumber informasi yaitu dari media sosial (50%), dan segi frekuensi kunjungan pertama kali (73,3%). 2. Persepsi wisatawan terhadap pengembangan sebagai wisata Pantai Bangsring baik dengan skor 3.6. 3. Pengembangan Pantai Bangsring sebagai wisata bahari memberikan dampak positif positif pada aspek ekonomi masyarakat sosial , budaya dan lingkungan.

Saran Atas hasil penelitian ini, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Meningkatkan aksesbilitas dan pendukung lain seperti jalan setapak . dan meningkatkan perhatian dan kepedulian , terhadap lahan parkir dan membuat peraturan seperti rouling parkir supaya tidak adanya perebutan parkir kembali. 2. Meningkatkan kebersihan dan membuat fasilitas pendukung seperti ember lebih banyak lagi supaya tidak adanya orang membuang sampah sembarangan , dan membuat peraturan – peraturan di setiap sudut pantai bangsring agar kesadaran masyarakat semakin terjaga. 3. Berdasarkan pada karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Pantai Bangsring yang di dominasi keluarga sehingga dinilai perlu untu membuatsarana penunjang seperti membuat angkul-angkul lebih banyak lagi di tengah pantai Bangsring sebagai tempat beristirahat dan menikmati keindahan pantai serta fasilitas bermain sehingga membuat wisatawan yang berkunjung lebih lama menghabiskan waktu di pantai bangsring.

99

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

5. DAFTAR PUSTAKA Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Faizun, Moh. 2009. Dampak Perkembangan Kawasan Wisata Pantai Kartini Terhadap Masyarakat Setempat Di Kabupaten Jepara. Tesis Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro. Hafif, Andi. 2009. Analisis Obyek Wisata Air Terjun Kalipancur Desa Nogosaren dengan Pendekatan Co-Management dan Analytical Hierarchy Process (AHP). Skripsi. Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro Kuntjoro, Wibowo dan NurulSafitri 2009. Analisis Strategi Bersaing Dalam Persaingan Usaha Penerbangan Komersial. Bisnis& Birokrasi, jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi, Jan- Apr 2009, hlm 45-52 ISSN 0854-3844. Salma, Irma Afia dan Indah Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Objek Wisata Alam CurugSewu, Kabupaten Kendal dengan Pendekatan Travel Cost. Jurnal Dinamika Pembangunan,Vol 1 No. 2/Des 2004. Syahadat, Epi (2011). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Di Taman Nasional Gede Pangrango, Jurnal Pariwisata Indonesia, Vol. 3 No.1 : 13-34,Maret 2008 Suwena I Ketut, dan I Gst. Ngurah Widyatmaja. 2010. Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata , Udayana University Press : Universitas Udayana Website (2017) Pengembangan Pariwisata Banyuwangi.Diakses pada tanggal 21 April 2016.Pukul 15.20 wita.http://www.banyuwangikab.go.id/berita-daerah/banyuwangi-bikin-perda- percepat-pengembangan-desa-wisata.html Website (2017) Pengembangan Wisata Bahari di Pantai Bangsring.Diakses pada tanggal 21 April 2016.Pukul 15.37 wita.http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/bangsring-underwater-area- konservasi-laut-yang-dipelopori-oleh-nelayan.html Website (2017) Konservasi terumbu karang di Pantai Bangsring.Diakses pada 21 April 2016.Pukul 16.03 wita.https://news.detik.com/berita/d-3207426/bangsring-underwater-destinasi-wisata- berbasis-konservasi-terumbu-karang Yoeti, O.A. 2008. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, cetakan kedua. Jakarta: PT Pradaya Paramita.

100

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

KARAKTERISTIK, PERSEPSI, DAN KEPUASAN WISATAWAN NUSANTARA DI PANTAI BANGSRING (Berdasarkan Indikator Sapta Pesona)

Kiki Savira 1) , I Nyoman Sudiarta 2) , I Made Sendra 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Pantai Bangsring merupakan salah satu destinasi wisata di Banyuwangi yang banyak dikunjungi wisatawan nusantara. Wisatawan memiliki latar belakang dan karakteristik yang beragam, yang berpengaruh terhadap sikap wisatawan dalam mengunjungi suatu destinasi wisata. Mengetahui karakteristik dan persepsi wisatawan menjadi faktor pendorong untuk pertumbuhan industri pariwisata dan juga mempertahankan loyalitas wisatawan. Persepsi wisatawan mengenai Sapta Pesona akan mempengaruhi kepuasan dan loyalitas wisatawan. Sapta Pesona merupakan konsep sadar wisata yang memiliki tujuh unsur, yaitu: aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan. Dengan mengetahui persepsi wisatawan mengenai Sapta Pesona di Pantai Bangsring maka pihak pengelola akan mengetahui kekurangan dari wisata Pantai Bangsring, sehingga kekurangan tersebut dapat dibenahi dan loyalitas wisatawan tetap terjaga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) sebagian besar wisatawan merupakan anak-anak dan remaja yang berasal dari daerah sekitar Kabupaten Banyuwangi, dan (b) kebanyakan dari wisatawan nusantara menilai unsur Sapta Pesona yang ada di Pantai Bangsring adalah baik.

Kata kunci : karakteristik, persepsi, loyalitas, wisatawan nusantara, sapta pesona.

Abstract Bangsring Beach is one of tourist destination in Banyuwangi, East Java. These tourists have diverse backgrounds and characteristics, which these characteristics may affect the attitude of tourists in visiting a tourist destination. If the stakeholders of tourism understand the characteristics of the tourists, then this research may help the growth of the tourism industry and also maintain the loyalty of tourists. While Sapta Pesona is a concept of a sustainable tourism which has seven elements including: safety, orderliness, cleanliness, coolness, hospitality, and memories. By knowing the perception of tourists about the Sapta Pesona concept, the owner of Bangsring Beach will know the shortcomings and will be able to revise it so the tourism in Bangsring beach still continues. From the results of this research using mixed methodology between quota sampling and accidental sampling, most of the tourists are teenagers who come from any areas around Banyuwangi district. And most of the tourists gave a good score about Sapta Pesona in each elements.

Keywords : characteristics, perception, loyalty, domestic tourists, sapta pesona.

1. PENDAHULUAN Kegiatan pariwisata terjadi karena adanya wisatawan yang mengunjungi suatu destinasi. Seorang wisatawan pasti mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik tersebut dapat mempengaruhi wisatawan dalam mengunjungi suatu destinasi wisata. Selain karakteristik, persepsi wisatawan terhadap suatu destinasi juga mempengaruhi wisatawan dalam mengunjungi destinasi. Dari karakteristik dan persepsi wisatawan menghasilkan motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu destinasi wisata dan apa yang ingin dilakukan di destinasi tersebut. Banyuwangi salah satu kota yang berada di Indonesia. Pantai Bangsring yang terletak di Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu destinasi wisata yang sedang berkembang. Pantai Bangsring merupakan spot terbaik untuk snorkeling . Selain snorkeling, Pantai Bangsring juga memiliki wahana bermain air yang dapat memanjakan para wisatawan sehingga mengakibatkan Pantai Bangsring menarik untuk dikunjungi. Setiap wisatawan yang mengunjungi Pantai Bangsring

101

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 memiliki karakteristik dan persepsi berbeda-beda. Oleh sebab itu, peneliti ingin melakukan penelitian tentang karakteristik dan persepsi wisatawan.

2. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Pantai Bangsring yang terletak di Dusun Krajan, Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitiatif. Sumber data dalam penelitian ini ada data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, kuesioner, wawancara, dan studi kepustakaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode campuran ( mix-mthod ) antara quota sampling dan accidental sampling . Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif dan kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Karakteristik wisatawan berdasarkan umur, berdasarkan sumber hasil penelitian lapangan tahun 2017, wisatawan dengan rentang umur kurang dari 10 tahun sampai dengan 19 tahun merupakan wisatawan yang paling banyak berwisata ke Pantai Bangsring, sedangkan yang paling sedikit adalah wisatawan yang berusia 60 tahun ke atas. Hal ini disebabkan banyaknya sekolah di Jawa Timur yang mengadakan perjalanan wisata ke Banyuwangi, termasuk Pantai Bangsring.

Tabel 1. Tabel Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Daerah Asal No Asal Wisatawan Jumlah Wisatawan Persentase (%) 1 Jember 30 42.86 2 Banyuwangi 16 22.86 3 Jombang 9 12.86 4 Denpasar 3 4.29 5 Malang 2 2.86 6 Bekasi 2 2.86 7 Bandung 1 1.43 8 Manado 1 1.43 9 Magelang 1 1.43 10 Sidoarjo 1 1.43 11 Jawa Tengah 1 1.43 12 Situbondo 1 1.43 13 Tuban 1 1.43 14 Lumajang 1 1.43 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan sumber hasil penelitian lapangan tahun 2017, dari 70 responden terdapat 30 responden (42.86%) berasal dari Kabupaten Jember. Pada urutan kedua terbanyak adalah wisatawan dari Kabupaten Banyuwangi berjumlah 16 responden (22.86%). Hal ini disebabkan Banyuwangi merupakan destinasi wisata luar kota yang paling dekat dari Kabupaten Jember. Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Jenis Kelamin, berdasarkan hasil penelitian, wisatawan yang paling banyak berwisata ke Pantai Bangsring adalah wisatawan dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 43 responden dari 70 responden.

102

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 2. Tabel Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir No. Tingkat Pendidikan Jumlah Wisatawan Persentase(%) 1 SD 4 5.71 2 SMP 19 27.14 3 SMA 37 52.86 4 Diploma 0 - 5 Sarjana 10 14.29 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan hasil penelitan, wisatawan dengan pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah wisatawan yang paling banyak berwisata ke Pantai Bangsring, sedangkan yang paling sedikit adalah wisatawan dengan tingkat pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD). Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Frekuensi Kunjungan dari 70 responden, 46 wisatawan menyatakan bahwa wisatawan baru pertama kali mengunjungi Pantai Bangsring, sedangkan sisanya 24 responden menyatakan sudah pernah mengunjungi Pantai Bangsring.

Tabel 3. Tabel Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Sumber Informasi Persentase No. Sumber Informasi Destinasi Jumlah Wisatawan (%) 1 Teman 43 61.43 2 Media Sosial 11 15.71 3 Internet 5 7.14 4 Travel 5 7.14 5 TV 0 - 6 Sekolah 6 8.57 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan hasil penelitian, wisatawan mendapatkan informasi mengenai Pantai Bangsring paling banyak berasal dari teman sesama wisatawan dan tidak ada wisatawan yang mendapatkan informasi dari televise, sedangkan jumlah wisatawan yang mendapatkan informasi dari travel dan internet adalah sama yaitu masing-masing 5 responden.

Tabel 4. Tabel Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Cara Berkunjung

No. Cara Berkunjung Jumlah Wisatawan Persentase (%) 1 Instansi 28 40.00 2 Keluarga 20 28.57 3 Pasangan 5 7.14 4 Teman 15 21.43 5 Sendiri 2 2.86 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Wisatawan di Pantai Bangsring paling banyak berwisata adalah dengan instansi, misalnya sekolah di sekitar Kabupaten Banyuwangi memilih Pantai Bangsring sebagai salah satu destinasi perjalanan wisatanya. Pada urutan kedua, wisatawan memilih berwisata bersama keluarga karena di Pantai Bangsring wisatawan dapat bermain di pesisir pantai.

103

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 5. Tabel Karakteristik Wisatawan Nusantara Berdasarkan Jenis Transportasi

No. Moda Transportasi Jumlah Wisatawan Persentase (%) 1 Bus Antarkota 22 31.43 2 Taxi 5 7.14 3 Kendaraan Pribadi 21 30.00 4 Angkot 16 22.86 5 Bus Pariwisata 2 2.86 6 Elf 4 5.71 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan hasil penelitian, 22 dari 70 responden memilih untuk menggunakan transportasi umum dan langsung seperti bus antarkota untuk mencapai destinasi wisata, sedangkan 21 dari 70 responden memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi.

Tabel 6. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Keamanan di Pantai Bangsring No. Penilaian Terhadap Keamanan Jumlah Responden Persentase (%) 1 Sangat Baik 8 11.43 2 Baik 32 45.71 3 Cukup 28 40.00 4 Buruk 2 2.86 5 Sangat Buruk 0 - Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan hasil penelitian, persepsi wisatawan nusantara terhadap keamanan di Pantai Bangsring baik. Hal ini terlihat pada tabel 6 bahwa 32 dari 70 responden menilai baik, 8 responden menilai sangat baik, 28 responden menilai cukup baik dan hanya 2 responden yang memberikan penilaian buruk.

Tabel 7. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Ketertiban di Pantai Bangsring Penilaian Terhadap No. Jumlah Responden Persentase (%) Ketertiban 1 Sangat Baik 6 8.57 2 Baik 40 57.14 3 Cukup 20 28.57 4 Buruk 3 4.29 5 Sangat Buruk 1 1.43 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan hasil penelitian, wisatawan menilai bahwa unsur ketertiban di Pantai Bangsring baik, seperti terlihat pada Tabel 7. Sebagian wisatawan yaitu sebanyak 57.14% dari 100% responden yang menilai baik, namun terdapat 3 wisatawan yang menilai buruk dan 1 wisatawan menilai sangat buruk.

104

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 8. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Kebersihan di Pantai Bangsring Penilaian Terhadap No. Jumlah Responden Persentase (%) Kebersihan 1 Sangat Baik 10 14.29 2 Baik 28 40.00 3 Cukup 24 34.29 4 Buruk 6 8.57 5 Sangat Buruk 2 2.86 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Dapat dilihat pada Tabel 8 menunjukkan bahwa 28 wisatawan menilai kebersihan di Pantai Bangsring baik, 10 wisatawan menilai sangat baik, dan sebanyak 24 wisatawan menilai cukup baik. Terdapat 6 wisatawan yang menilai buruk, dan 2 wisatawan menilai sangat buruk.

Tabel 9. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Kesejukan Pantai Bangsring Penilaian Terhadap No. Jumlah Responden Persentase(%) Kesejukan 1 Sangat Baik 25 36.23 2 Baik 28 40.00 3 Cukup 14 20.29 4 Buruk 2 2.90 5 Sangat Buruk 1 1.45 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017) Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 28 wisatawan memberikan penilaian baik. Hal ini membuktikan bahwa unsur kesejukan di Pantai Bangsring sudah memenuhi standar keinginan wisatawan.

Tabel 10. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Keindahan Alam Pantai Bangsring No. Penilaian Terhadap Keindahan Jumlah Responden Persentase(%) 1 Sangat Baik 19 27.14 2 Baik 33 47.14 3 Cukup 14 20.00 4 Buruk 3 4.29 5 Sangat Buruk 1 1.43 Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa penilaian wisatawan mengenai keindahan alam di Pantai Bangsring adalah baik. Hal ini terbukti sebanyak 33 wisatawan menilai baik, dan 19 wisatawan menilai sangat baik.

105

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 11. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Keramahtamahan yang Diterima di Pantai Bangsring Penilaian Terhadap Keramah- Persentase No. Jumlah Responden tamahan (%) 1 Sangat Baik 16 23.19 2 Baik 36 51.42 3 Cukup 16 23.19 4 Buruk 2 2.90 5 Sangat Buruk 0 - Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017) Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 36 wisatawan menyatakan unsur keramah-tamahan di Pantai Bangsring baik. Hal ini menguatkan pernyataan bahwa Pantai Bangsring sudah memenuhi standar pelayanan dan keramah-tamahan berdasarkan persepsi wisatawan.

Tabel 12. Tabel Persepsi Wisatawan Nusantara Terhadap Kenangan yang Diterima dari Pantai Bangsring No. Eksistensi Toko Souvenir Jumlah Responden Persentase (%) 1 Sangat Baik 11 15.71 2 Baik 23 32.86 3 Cukup 30 42.86 4 Buruk 6 8.57 5 Sangat Buruk 0 - Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017) Untuk penilaian indikator kenangan pada Sapta Pesona, dibuktikan dengan adanya toko suvenir yang menjual kenang-kenangan kepada wisatawan. Sebanyak 30 wisatawan menilai bahwa ketersediaan toko suvenir cukup baik dan 23 wisatawan menilai sangat baik. Adapun sebanyak 11 wisatawan menilai sangat baik, namun terdapat 6 wisatawan menilai buruk.

Tabel 13. Tabel Kepuasan Wisatawan No. Tingkat Kepuasan Wisatawan Jumlah Responden Persentase (%) 1 Sangat Puas 21 30.00 2 Puas 35 50.00 3 Cukup Puas 13 18.57 4 Tidak Puas 1 1.43 5 Sangat Tidak Puas 0 - Jumlah 70 100.00 *Sumber: Data hasil penelitian (2017)

Berdasarkan data tabel 13 diatas, sebagian dari wisatawan menyatakan puas dengan destinasi wisata, 21 wisatawan menyatakan sangat puas, 13 wisatawan menyatakan cukup puas, dan hanya 1 wisatawan yang menyatakan tidak puas. Keinginan Wisatawan untuk Kunjungan Kembali, dari 70 responden, sebanyak 65 responden (92.86%) dari 100% wisatawan menyatakan ingin melakukan kunjungan ulang ke Pantai Bangsring. Hal ini mencerminkan sikap loyalitas wisatawan terhadap destinasi wisata Pantai Bangsring. Keinginan Wisatawan untuk Merekomendasikan Destinasi Wisata, sebanyak 65 dari 70 wisatawan menyatakan akan merekomendasikan Pantai Bangsring sebagai salah satu destinasi wisata yang patut untuk dikunjungi kepada wisatawan lainnya.

106

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

3.2. Pembahasan Wisatawan yang paling banyak berkunjung ke Pantai Bangsring rata-rata berusia kurang dari 10 sampai dengan 19 tahun berjenis kelamin perempuan berasal dari Jember serta memiliki tingkat pendidikan terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA). Wisatawan paling banyak merupakan first time tourist yang mendapatkan informasi melalui teman sesama wisatawan. Lebih banyak wisatawan yang berwisata bersama instansi dan keluarga dibandingkan wisatawan yang berwisata sendiri. Jenis transportasi yang paling banyak digunakan oleh wisatawan adalah bus antarkota. Persepsi wisatawan terhadap unsur-unsur Sapta Pesona di Pantai Bangsring rata-rata adalah Baik. Sangat sedikit wisatawan yang menilai buruk ataupun sangat buruk. Rata-rata wisatawan juga puas dengan pengalaman berwisata ke Pantai Bangsring sehingga banyak wisatawan yang berencana untuk melakukan kunjungan ulang dan menyatakan akan merekomendasikan Pantai Bangsring kepada wisatawan lainnya.

4. KESIMPULAN Karakteristik wisatawan nusantara yang berwisata ke Pantai Bangsring memiliki banyak persamaan antara wisatawan yang satu dengan lainnya, baik asal daerah maupun frekuensi kunjungan. Hasil penelitian mengenai persepsi wisatawan nusantara tentang Sapta Pesona Pantai Bangsring memberikan penilaian yang positif. Oleh karena itu, wisatawan ingin berkunjung kembali dan merekomendasikan Pantai Bangsring kepada wisatawan lain.

Ucapan Terimakasih Pada penyusunan Laporan Penelitian Lapangan II ini tidak sedikit kesulitan yang kami temui. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, Laporan Penelitian I ini dapat terselesaikan dengan baik. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut : 1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. 2. Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M. Par. Selaku Ketua Program Studi Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. 3. Ibu Ni Made Sofia Wijaya SST.Par., M.Par., Ph.D., dan Bapak Putu Agus Wikanatha Sagita, S.ST.Par., M.Par., Selaku Koordinator Penelitian Lapangan II tahun 2017. 4. Bapak Dr. I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par, selaku Pembimbing Kelompok kami. 5. Kepala dan staff Desa Bangsring yang juga telah memberikan infromasi guna penyusunan Laporan Penelitian Lapangan ini. 6. Kepala Dusun Krajan yang sedianya telah memberikan informasi guna menyusun Laporan Penelitian Lapangan II ini. 7. Rekan-rekan sekelas Program Studi Indutri Perjalanan Wisata angkatan 2015. 8. Serta semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyusunan Laporan Penelitian Lapangan ini. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan- kekurangan, sehingga kami mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan Laporan Penelitian Lapangan ini. Akhir kata kami berharap semoga Laporan Penelitian Lapangan II ini bermanfaat bagi kita semua.

5. DAFTAR PUSTAKA Pradana, Frenky. 2014. Persepsi Wisatawan Terhadap Sapta Pesona Wisata Telaga Sarangan Ditinjau dari Kondisi Geografis . Skripsi S1 . Program Studi Pendidikan Geografi. Fakultas Ilmu Sosial. Malang: Universitas Negeri Malang. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Utama, I Gusti Bagus Rai dan Ni Made Eka Mahadewi. 2012. Metodologi Penelitian Pariwisata dan Perhotelan. Yogyakarta: Andi Offset.

107

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

DAMPAK PENGEMBANGAN HUTAN PINUS SONGGON SEBAGAI EKOWISATA

Cening Suprani Gama 1) , I Made Sendra 2) , Ni Made Oka Karini 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Saat ini Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengeksplorasi segala potensi budaya dan bentang alam yang ada menjadi daya tarik wisata. Bentang alam tersebut meliputi hutan, gunung, lautan, sungai dan lain-lain. Salah satu jenis wisata alam yaitu ekowisata, yang merupakan wisata alternatif dan lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Meskipun dikatakan wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, tetap ada perubahan-perubahan atau dampak yang terjadi, baik positif maupun negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan konsep ekowisata dan dampak yang terjadi dari segi sosial- ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan di Hutan Pinus Songgon. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskrpitif kualitatif. Data kualitatif berupa hasil wawancara. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa Wisata Pinus Songgon dapat dikembangkan sebagai ekowisata, karena memiliki potensi wisata ditinjau dari 4A ( Attraction, Accessibility, Amenities, and Ancillary ) dan juga telah menerapkan prinsip-prinsip ekowisata. Dalam pengembangannya, Wisata Pinus Songgon berdampak positif terhadap 2 (dua) aspek yaitu aspek sosial-ekonomi yang ditinjau dari peningkatan pendapatan masyarakat dan aspek sosial-budaya yang ditinjau dari hubungan interpersonal masyarakat yang tetap terjaga. Pengembangan Wisata Pinus Songgon tidak hanya berdampak positif tetapi juga berdampak negatif terhadap aspek lingkungan yang ditinjau dari penurunan kualitas kondisi fisik lingkungan.

Kata kunci : dampak, pengembangan, ekowisata.

Abstract Currently tourism in Banyuwangi began to explore all the cultural potential and the existing landscape to be a tourist attraction. The landscape includes forests, mountains, oceans, rivers and others. One type of nature tourism is ecotourism, which is an alternative natural tourism and more responsible and give priority to environmental awareness. Although it is said that tourism is responsible for the environment, but still there are changes or impacts that occur, both positive and negative. This study aims to determine the application of ecotourism in Songgon Pine Forest and the impact that occurs with the development of the Songgon Pine Forest as ecotourism in terms of socioeconomic, socio- cultural, and environment. Data analysis method used in this research is descriptive qualitative analysis method. Qualitative data in the form of interview result. Based on research results stated that Songgon Pines Ecotour can be developed as ecotourism, because it has tourism potential in terms of 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, and Ancillary) and also had applied the principles of ecotourism. In its development, Songgon Pines Ecotour has positive impact on 2 (two) aspects such as socio-economic aspect which is viewed from the increasing of people's income and socio-cultural aspect which is viewed from the maintained interpersonal relationships of society. The development of Songgon Pines Ecotour has not only positive impact but also negative impact in term of environmental aspect which is viewed from the decreasing of physical environment quality.

Keywords : impact, development, ecotourism.

108

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. PENDAHULUAN Pemerintah Kabupaten Banyuwangi termasuk Desa Sumberbulu Kecamatan Songgon telah menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimilikinya. Kabupaten Banyuwangi memiliki kawasan Segitiga Berlian ( The Diamond Triangle ) dengan potensi alam yang unik dan potensi Hutan Pinus Songgon untuk dikembangkan sebagai Ekowisata. Hutan Pinus Songgon terletak 34,1 km dari kota Banyuwangi. Pengelolaan Hutan Pinus Songgon seluas 7 Ha dengan konsep Ekowisata. Lokasinya yang berada di lereng Gunung Raung, membuat Hutan Pinus Songgon menjadi destinasi wisata yang berhawa sejuk. Tempat ini juga semakin eksotik karena berada di sepanjang aliran Sungai Badeng yang arusnya cukup menantang untuk aktivitas arung jeram. Sebelum dikembangkan menjadi daya tarik wisata, Hutan Pinus Songgon ini merupakan hutan yang dijadikan lahan untuk bertani secara tumpang sari oleh warga setempat. Selain mengambil getah pinus, dibawah pohon ditanami berbagai komoditas seperti cabai, jahe, dan jagung. Akan tetapi setelah pohon pinus semakin besar, warga sudah tidak bisa bertani secara tumpang sari lagi. Jadi para warga hanya bisa memanfaatkan getah pohon pinus tersebut. Dengan adanya pengembangan hutan pinus tersebut menjadi daya tarik ekowisata, akan berdampak positif maupun negatif terhadap lingkungan maupun kehidupan sosial-budaya masyarakat setempat. Hutan Pinus Songgon baru dikembangkan sebagai ekowisata tahun 2016 dan belum ada penelitian mengenai dampak pengembangannya. Berdasarkan alasan tersebut penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak pengembangan Hutan Pinus Songgon sebagai ekowisata.

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Hutan Pinus Songgon, Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Wisata di Hutan Pinus Songgon Jika dilihat dari Aspek 4A menurut Cooper dkk (1995: 81), potensi yang dimiliki oleh Wisata Pinus Songgon antara lain : 1) Attraction (atraksi) utama yang dimiliki oleh Wisata Pinus Songgon ini adalah pemandangan alam. Seiring berjalannya waktu telah dibuatkan atraksi buatan ( manmade attraction ) oleh pengelola, seperti Outbound , Safari Berkuda dan Safari Jeep, River Rafting and Tubing , serta Camping Ground . 2) Accessibilities ( aksesibilitas) sudah tersedia, seperti jalan Swadaya Desa namun belum maksimal karena kondisi jalan sempit dan belum aspal. 3) Amenities ( kenyamanan) tersedianya akomodasi dan tempat makan berupa café & restoran, warung dan akomodasi “rumah semut” dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan yang datang ke Wisata Pinus Songgon. Selain itu, tersedia fasilitas pendukung seperti toilet, mushola, area parkir.

Penerapan Prinsip-prinsp Pengembangan Ekowisata di Hutan Pinus Songgon Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hariyanto selaku Kepala Divisi Outbound & Camping Ground , Wisata Pinus Songgon telah menerapkan 8 (delapan) prinsip-prinsip ekowisata sesuai dengan konsep The Ecotourism Society. (Chafid Fandeli, 2000) , yang dijabarkan sebagai berikut : 1) Pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak aktivitas wisatawan di Wisata Pinus Songgon dilakukan dengan membuat tata tertib bagi wisatawan yang datang berkunjung. 2) Pendidikan konservasi lingkungan kepada wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya konservasi. Hal ini dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada para karyawan pengelola Wisata Pinus Songgon mengenai konservasi lingkungan. Pelatihan ( training ) yang 109

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

diberikan tentang tanaman hutan dan pemanfaatannya. 3) Pengelolaan Hutan Pinus Songgon sebagai destinasi wisata dapat memberikan dampak langsung bagi kawasan hutan pinus berupa intensitas perawatan yang teratur yang dibiayai dari hasil penjualan tiket masuk wisatawan. 4) Dalam proses perencanaan Hutan Pinus Songgon sebagai ekowisata, masyarakat sudah dilibatkan secara langsung dalam perencanaan dan pengelolaan. Masyarakat yang dimaksud dalam hal ini adalah generasi muda dari desa Sumberbulu yang menggagas, merencanakan sekaligus mengelola Wisata Pinus Songgon. 5) Peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan Wisata Pinus Songgon secara nyata dapat dirasakan dari kegiatan ekowisata, sehingga mendorong masyarakat untuk menjaga kelestarian kawasan alam. 6) Semua upaya pengembangan termasuk pengembangan fasilitas dan utilitas di Wisata Pinus Songgon tetap menjaga keharmonisan dengan alam. Berbagai fasilitas wisata berupa akomodasi, gazebo, cafe and restaurant , toilet dan fasilitas lainnya dibuat dengan konsep ramah lingkungan. 7) Hutan Pinus Songgon memiliki luas area 97 ha, dan hanya seluas 7 ha dimanfaatkan sebagai ekowisata yang sudah cukup untuk menerima kunjungan wisatawan. 8) Sebelum dimanfaatkan sebagai destinasi wisata, Hutan Pinus Songgon merupakan hutan produksi yang diambil dan dimanfaatkan getahnya, sehingga sumber penghasilan didapat dari hasil penjualan getah pinus. Namun setelah dikembangkan sebagai ekowisata, terdapat penambahan penghasilan dari sektor wisata.

Dampak Pengembangan Hutan Pinus Songgon sebagai Ekowisata Dampak Sosial-Ekonomi Pengembangan Wisata Pinus Songgon sebagai pemanfaatan dari lahan hutan produksi menghasilkan dampak ekonomi terhadap kehidupan masyarakatnya. Menurut Hariyanto selaku Kepala Divisi Outbond and Camping Ground di Wisata Pinus Songgon mengatakan bahwa dengan adanya Wisata Pinus Songgon masyarakat dapat mengangkat perekonomian keluarga, dan juga menjadi penghasilan tambahan bagi warga yang menjadikan pekerjaan di Wisata Pinus Songgon sebagai pekerjaan tambahan ( sidejob) . Berikut beberapa uraian dampak ekonomi dari dikembangkannya Wisata Pinus Songgon berdasarkan hasil wawancara dengan pengelola : a. Berkembangnya ekowisata di Hutan Pinus Songgon menyebabkan meningkatnya permintaan akan fasilitas wisata seperti kios dagang, toilet, koneksi internet, cafe & restoran, akomodasi rumah semut, serta transportasi wisata seperti mobil Jeep dan kuda. b. Pendapatan tambahan untuk usaha lokal masyarakat, seperti adanya kios dagang, toko cinderamata, produksi madu, serta aroma terapi. Pendapatan masyarakat juga bertambah dengan adanya kesempatan kerja di Wisata Pinus Songgon sebagai pekerjaan sampingan, seperti petugas parkir dan petugas kebersihan. Tabel di bawah ini membuktikan bahwa kegiatan wisata di Wisata Pinus Songgon memberikan dampak secara langsung terhadap ekonomi masyarakat. Berikut adalah rincian upah dari pekerja harian di Wisata Pinus Songgon, antara lain : Tabel 1 Rincian Upah Pekerja Harian di Wisata Pinus Songgon

Jabatan Upah Per Jam Harian Pekerja Rp 5,000 Rp 40,000 Harian

(Sumber : Kepala Pengelola Wisata Pinus Songgon)

110

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

c. Selain mendapatkan penghasilan tambahan, Masyarakat juga mendapatkan penghasilan tetap dengan bekerja sebagai karyawan di Wisata Pinus Songgon. Sebelumnya penghasilan masyarakat tidak menentu karena hasil sadap getah pinus tidak sama setiap bulannya. Berikut adalah rincian gaji karyawan di Wisata Pinus Songgon :

Tabel 2 Rincian Gaji Karyawan di Wisata Pinus Songgon

Upah Per Jabatan Bulanan Jam Kepala Rp 8,000 Rp 1,664,000 Divisi

Kepala Rp 7,500 Rp 1,560,000 Pengamanan Staff Rp 6,500 Rp 1,352,000 Administrasi

Karyawan Rp 5,000 Rp 1,040,000 Biasa

(Sumber : Kepala Pengelola Wisata Pinus Songgon) Keterangan : • Belum termasuk tunjangan menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pegawai • 1 hari libur dalam 1 minggu d. Meningkatkan pasar produk lokal masyarakat, seperti produksi madu Songgon dan aromaterapi yang berbahan baku getah pinus. e. Sebagian hasil dari retribusi tiket masuk dijadikan sebagai sumber pendanaan untuk perlindungan dan pemeliharaan Hutan Pinus Songgon. Hal tersebut membuktikan bahwa dengan dikembangkannya Hutan Pinus Songgon sebagai ekowisata menimbulkan dampak positif bagi perekonomian masyarakat.

Dampak Sosial-Budaya Dengan adanya pengembangan Hutan Pinus Songgon sebagai ekowisata, memberikan dampak terhadap masyarakat setempat dari segi sosial budaya. Berikut adalah beberapa dampak sosial-budaya dengan dikembangkannya Hutan Pinus Songgon sebagai ekowisata, antara lain : a. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan Hutan Pinus Songgon sebagai ekowisata berupa partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan serta pemanfaatan. b. Hubungan interpersonal antara masyarakat, seperti rasa kesadaran masyarakat dalam bergotong royong tetap terjaga sampai saat ini. Hal tersebut terjadi karena adanya toleransi dalam bekerja, menghargai dan memaklumi ketika ada warga yang memiliki kepentingan gotong royong bersama atau hal-hal penting yang tidak bisa diwakilkan. c. Terbentuknya lembaga masyarakat yang mengelola Wisata Pinus Songgon yaitu Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata). d. Mobilitas sosial antar wilayah, sebelum adanya Wisata Pinus Songgon, banyak masyarakat khususnya para pemuda yang melakukan urbanisasi ke Bali untuk mencari nafkah di bidang 111

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

pariwisata. Namun setelah pengembangan terhadap sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi mulai marak digencarkan, terlebih dengan adanya Wisata Pinus Songgon, masyarakat yang dahulunya bermigrasi ke Bali, kini mulai kembali ke daerah asalnya di Banyuwangi dan mereka ingin mengembangkan seluruh potensi pariwisata yang ada di Banyuwangi khususnya di Kecamatan Songgon. e. Bupati Banyuwangi telah memfasilitasi setiap daya tarik wisata dengan koneksi internet (WiFi) termasuk di Wisata Pinus Songgon, sehingga masyarakat dan wisatawan dapat dengan mudah mengakses internet dan melakukan komunikasi serta berinteraksi di jejaring sosial. Hal tersebut mempengaruhi ritme kehidupan sosial masyarakat menjadi lebih modern. f. Pola pembagian kerja sesuai dengan kemampuan atau keahlian masing-masing individu dalam bentuk struktur organisasi perusahaan terbagi menjadi beberapa divisi, sehingga dapat menjalankan job description secara maksimal. g. Berkurangnya intensitas penyimpangan perilaku sosial dan kriminal seperti yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Sebelum dikembangankan sebagai ekowisata, Hutan Pinus dijadikan sebagai tempat perilaku asusila yang dilakukan oleh para remaja. Dan pencurian kayu yang dilakukan oleh masyarakat lokal karena kurangnya pengawasan. Namun setelah dikembangkannya Wisata Pinus Songgon penyimpangan perilaku sosial dan criminal tersebut dapat diatasi dengan adanya pengawasan oleh pihak pengelola wisata. h. Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak budaya yang berpotensi untuk dijadikan atraksi wisata, namun di Wisata Pinus Songgon belum menampilkan kesenian atau budaya lokal sebagai atraksi budaya dikarenakan pembangunan Wisata Hutan Pinus Songgon ini masih terbilang baru dalam kurun waktu 7 bulan.

Hal-hal tersebut diatas membuktikan bahwa dengan dikembangkannya Hutan Pinus Songgon menjadi ekowisata memberikan dampak positif terhadap aspek sosial budaya.

Dampak Lingkungan Sebelum surat permohonan Hutan Pinus dikembangkan sebagai ekowisata disetujui oleh pihak Perhutani selaku pemilik lahan, Wisata Pinus Songgon sudah dikaji oleh pihak Perhutani secara AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan dinyatakan layak untuk dikembangkan sebagai ekowisata. Berikut ini adalah dampak fisik pariwisata terhadap lingkungan di Wisata Pinus Songgon berdasarkan area of effect yaitu, biodiversitas, erosi dan kerusakan fisik, polusi, permasalahan sumber daya, dan perubahan atau kerusakan visual atau struktural. Berikut ini adalah dampak fisik terhadap lingkungan di Wisata Pinus Songgon : a. Biodiversitas • Timbulnya kesadaran masyarakat akan adanya potensi dan keindahan alam Hutan Pinus Songgon. • Masyarakat sadar akan adanya area konservasi sebagai potensi ekowisata. • Timbulnya kesadaran masyarakat untuk merawat alam di area Wisata Pinus Songgon. b. Erosi dan Kerusakan • Pendapatan Wisata Pinus Songgon digunakan untuk merestorasi tanah dan meningkatkan kualitasnya. • Pembangunan infrastruktur menandakan adanya tourist demand . • Kerusakan pada tanah akibat digunakan sebagai lahan parkir. c. Polusi • Polusi udara dan suara terjadi karena adanya kegiatan Safari Jeep serta lahan parkir berada di dalam kawasan hutan. • Polusi udara juga terjadi karena pemusnahan sampah plastik dilakukan dengan cara dibakar. d. Sumber Daya dan Energi • Sumber bahan baku bangunan merupakan sumber lokal, yaitu dengan menggunakan kayu dari Hutan Pinus Songgon yang diambil dari pohon yang ditebang karena jarak yang berdekatan serta pohon tumbang.

112

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Pihak pengelola ekowisata memiliki ketentuan untuk mencegah terjadinya dampak negatif terhadap lingkungan, seperti larangan bagi pedagang untuk menjual barang dagangan yang menggunakan kemasan berbahan stereofoam (gabus) karena tidak bisa didaur ulang serta penyediaan tempat sampah yang memadai. Dampak positif yang terjadi setelah pengembangan hutan pinus sebagai ekowisata berupa intensitas perawatan terhadap tanaman menjadi lebih teratur.

4. KESIMPULAN Wisata Pinus Songgon dapat dikembangkan sebagai ekowisata karena memiliki potensi wisata ditinjau dari 4A ( Attraction, Accessibility, Amenities, and Ancillary ) dan juga telah menerapkan prinsip-prinsip ekowisata. Dalam pengembangannya, Wisata Pinus Songgon berdampak pada 3 (tiga) aspek yaitu, aspek sosial-ekonomi, aspek sosial-budaya, dan aspek lingkungan. Dari aspek sosial-ekonomi, dapat meningkatkan permintaan akan fasilitas, memberikan penghasilan tambahan, serta mengangkat bisnis lokal milik masyarakat Desa Sumberbulu. Dilihat dari aspek sosial-budaya, Wisata Pinus Songgon memberikan dampak berupa daya tarik bagi masyarakat Desa Sumberbulu yang bekerja di luar kota untuk kembali ke desa (ruralisasi) dan ikut mengembangkan Wisata Pinus Songgon dan rasa gotong royong tetap terjaga dengan adanya toleransi kerja dari pengelola. Dampak positif terhadap lingkungan berupa timbulnya kesadaran masyarakat untuk merawat dan melindungi alam di area Wisata Pinus Songgon, dan dampak negatif berupa polusi udara dan suara terjadi karena adanya kegiatan Safari Jeep serta lahan parkir yang berada di dalam kawasan hutan.

Ucapan Terimakasih Tim Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian laporan hingga pembuatan jurnal Penelitian Lapangan II yakni Bapak. I Made Sendra selaku pembimbing, Ibu Ni Made Oka Karini selaku penguji, pihak pengelola Kawasan Wisata Pinus Songgon, Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, Koordinator Penelitian Lapangan II Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata dan teman-teman peserta Penelitian Lapangan II.

5. DAFTAR PUSTAKA Arjana, Bagus dan Gusti. 2015. Geografi Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif . Jakarta : PT. Rajagafindo Persada. Aryunda, Hanny. 2011. “Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata Kepulauan Seribu: Studi Kasus Kepulauan Seribu” Dalam. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No.1, April 2011, hlm. 1– 16. Bandung: Magister Rancang Kota Institut Teknologi Bandung. Cohen M, John and Peterson B, Stephen. 1999. Administrative Decentralization Strategies for Developing Countries. USA : Kumarian Press. Fandeli, Chafid. 2000. Pengusaha Ekowisata. Yogyakarta :Pustaka Pelajar. Laksono, Aksanul Ni’amdan Mussadun. 2014. “Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Karimunjawa Berdasarkan Persepsi Masyarakat: Studi Kasus Pulau Karimunjawa”. Dalam Jurnal Teknik PWK Vol. 3 No. 2, 2014, hlm. 1 – 12 . Semarang: Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Pendit, Nyoman S. 1999. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana . Jakarta :Pradya Paramita. Pitana, I Gde dan Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata . Yogyakarta : CV Andi Offset. Putri, Veronika Joan dan Morian Saspriatnadi. 2014. “Analisis Dampak Fisik Pariwisata dan Ekowisata dengan Environmental Impact Assessment: Studi kasus Wana Wisata Kawah Putih”. Dalam Jurnal Arsitektur Lanskap, Institut Teknologi Bandung Vol. PK 5202 . Bandung: Institut Teknologi Bandung. Skoog and Douglas A., dkk. 1996. Principles of Analysis. Rochester: Saunders College Publishing. Sujali. 1996. “Peranan Kepariwisataan Dalam Pengembangan Daerah (Kasus Daerah Klaten).” Dalam Forum Geografi Jurnal Fakultas Geografi. UMS No 18 Th. X / Juli 1996 Halaman 74 – 84. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukarsa, I Made. 1999. Pengantar Pariwisata. Denpasar : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Indonesia Timur. 113

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Wetzels, Martin. 1998. “Marketing Service Relationships: The Role of Commitment”. Journal of Bussiness and Industrial Marketing. Maastricht: Faculty of Economic and Business Administration, Maastricht University. Wibowo. 2007. Dampak Pengembangan Ekowisata Kawasan Wisata Gunung Merapi-Merbabu Terhadap Perubahan Struktur Masyarakat . Skripsi S1. Surakarta: Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Yekti, Nunik Wibowo. 2001. Potensi Ekoturisme Untuk Pengembangan Ekoturisme Yang Berwawasan Lingkungan di Kecamatan Tawangmangu . Skripsi S1.Yogyakarta: Fak Geografi UGM Yoeti, Oka A. 1997. Perencaaandan Pengembangan Pariwisata . Jakarta :Pradnyana Paramita . 2004. Strategi Pemasaran Hotel . Jakarta :Gramedia Pustaka Utama . 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi. Jakarta : Penerbit Kompas

114

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI DAYA TARIK WISATA HUTAN PINUS SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI

I Made Cahya Narayana 1) , Putu Agus Wikanatha Sagita 2) , I Nyoman Sudiartha 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh daya tarik wisata Hutan Pinus Songgon dengan menganalisi tingkat kinerja pegawai dan hasil dari perbandingan tingkat kinerja dan kepentingan ini digunakan untuk menentukan prioritas dan tingkat perbaikan pelayanan kepuasan wisatawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yang mana mengkalikan dengan 5 sampai 10, 12 idikator yang digunakan untuk mendapatkan 60 orang responden. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan dianalisis menggunakan skala likert dan diagram kartesius untuk menentukan posisi dan masing-masing indikator. Rata-rata tingkat kinerja adalah 3,43 dan rata-rata dari tingkat kepentingan adalah 4,20 dengan 81,40 % tingkat kesesuaian yang menunjukan wisatawan sangat puas dengan pelayanan yang diberikan daya tarik wisata Hutan Pinus Songgon

Kata kunci : pariwisata, kualitas pelayanan, dan kepuasan wisatawan.

Abstract The purpose of this study was to determine the level of tourist satisfaction with service quality provided by Hutan Pinus Songgon tourist attraction by analyzing the performance of employees and the result that the comparison of performance and the importance of the suitability to be used to determine priorities and scale repair services tourist satisfaction. The method used in this study was accidental sampling which multiply 5 to 10 of the 12 indicators in order to get 60 respondents. The analysis technique used is quantitative descriptive analysis assisted by Likert scale with Cartesian diagram to determine the position of an indicator. The average data processing performance that is equal to 3,42 and the average of importance rate of 4,20 with 81,40 % of conformity was confirmed that tourist feel quite satisfied with the services provided by Hutan Pinus Songgon tourist attraction.

Keywords : tourism, service quality and tourist satisfaction.

1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan sektor non migas yang menjadi unggulan untuk mendapatkan devisa yang besar. Pariwisata dengan berbagai aspek positifnya, dipandang sebagai passport to development, new kind of sugar, tool for regional development, invisible export, non polluting industry dan sebagainya (Pitana 2002). Sektor pariwisata apabila dikembangkan secara maksimal akan menghadirkan multiplier effect terhadap perkembangan sektor lainnya. Oleh karena itu banyak daerah yang mulai menggarap secara serius keberadaan sektor pariwisata tersebut, salah satunya Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi wisata yang beragam. Kabupaten yang memiliki luas 5.782,50 Km 2 memiliki bentang alam yang lengkap, adat dan budaya, serta atraksi wisata buatan. Ditahun 2016, Kabupaten dengan tagline pariwisata The Sunrise of Java ini mendapat penghargaan UNWTO Awards for Excellence and Innovation in Tourism dalam ajang 12 th UNWTO Awards Forum . Hal ini menjadikan Banyuwangi sebagai kawasan wisata yang memiliki inovasi dan menarik untuk dikunjungi wisatawan. Hal tersebut juga dapat dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke

115

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Kabupaten Banyuwangi ditahun 2016 yang melampaui target. Jumlah wisatawan nusantara mencapai 2.7 juta dari target 2.3 juta dan 75 ribu wisatawan asing dari target 45 ribu wisatawan asing (detikNews.com). Secara lebih rinci, peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 1. Pertumbuhan Jumlah Kunjungan Wisatawan Ke Banyuwangi NO TAHUN JUMLAH PERTUMBUHAN 1 2011 802.478 0 2 2012 886.333 10,4% 3 2013 1.068.414 20,5% 4 2104 1.495.629 39,9% Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi 2015

Salah satu daya tarik wisata yang sedang popular saat ini adalah Hutan Pinus Songgon yang terletak di Desa Sumberbulu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Hutan Pinus Songgon merupakan salah satu kawasan wisata baru yang terdapat di banyuwangi. Hutan wisata ini merupakan kawasan pertanian tumpang sari yang kawasannya sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Kawasan wisata hutan pinus songgon dikelola secara swadaya oleh masyarakat disana. Pada awal kemunculannya, masyarakat pengembang pada dasarnya belum siap untuk membuka kawasan ini. Namun dengan maraknya postingan dimedia sosial membuat kawasan ini ramai dikunjungi wisatawan. Pada akhirnya banyak sarana dan prasarana wisata yang belum layak untuk dinikmati wisatawan. Pada hari libur, lahan parkir akan membludak serta jasa toilet akan kurang maksimal. (kompas.travel, 2016). Terlepas dari permasalahan diatas, yang perlu diperhatikan adalah kualitas pelayanan yang ditawarkan di daya tarik wisata Hutan Pinus Songgon. Perlu juga diketahui harapan wisatawan mengenai pelayanan pariwisata, apakah masih menyukai pelayanan yang ada atau mengharapkan pelayanan yang lebih. Menurut Parasuraman (dalam Tjiptono tahun 2001 hal.70), service quality atau kualitas pelayanan adalah ukuran seberapa baik suatu pelayanan menemui kecocokan dengan harapan pelanggan. Penyelenggara kualitas pelayanan berarti melakukan kompromi dengan harapan pelanggan dengan tata cara yang konsisten. Ada lima dimensi yang dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan yakni, tangibles, reliability, Responsiveness, Assurance, Emphaty. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis mengenai kepuasan wisatawan terhadap kualitas pelayanan untuk bisa meningkatkan pelayanan dikawasan wisata hutan pinus songgon.

2. METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner pada wisatawan domestik yang datang berkunjung, wawancara pada informan, observasi dan studi kepustakaan. Sumber data diperoleh dari 2 jenis sumber data yakni data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari wisatawan yang berkunjung ke Hutan Pinus Songgon sebagai responden. Serta data sekunder yakni data yang diperoleh dari pengelola Hutan Pinus Songgon seperti jumlah kunjungan wisatawan dan fasilitas kawasan Hutan Pinus Songgon. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling atau pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan model analisi kinerja dan kepentingan yaitu mengkalikan indikator pertanyaan dengan 5 sampai 10. Dengan demikian didapatkan jumlah sampel yakni 60 responden dari 12 indikator. Sedangkan teknik penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling . Teknik ini merupakan teknik dengan pengambilan informan secara sengaja sesuai dengan persyaratan informan yang diperlukan. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis IPA (Importance Perfomace Analysis) atau analisis tingkat kepentingan atau harapan dan kinerja atau kepuasan wisatawan dengan teknik statistik

116

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 karena data yang diambil peneliti merupakan data kuantitatif. Jasa akan menjadi sesuatu yang bermanfaat apabila didasarkan pada kepentingan pelanggan dan kinerjanya pada perusahaan. Artinya perusahaan seharusnya mencurahkan perhatiannya pada hal-hal yang memang dianggap penting oleh para pelanggan atau wisatawan. . Untuk mengukur tingkat kepuasan wisatawan dalam angket yang disebar menggunakan pengukuran skala likert. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Skala yang digunakan untuk mengukur tingkat penilaian kepuasan wisatawan terhadap kualitas pelayanan di daya tarik wisata hutan pinus songgon berupa metode scoring data menurut Likert yang berupa skala ordinal, menyangkut skala 1 sampai dengan 5 yaitu: a. Sangat Baik = 5 b. Baik = 4 c. Cukup Baik = 3 d. Tidak Baik = 2 e. Sangat tidak Baik = 1 Sedangkan untuk mengetahui tingkat kepentingannya digunakan skala likert yang sama yakni : a. Sangat Penting = 5 b. Penting = 4 c. Cukup Penting = 3 d. Tidak Penting= 2 e. Sangat Tidak Penting = 1

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, dianalisa 12 indikator atau atribut kualitas pelayanan. Kemudian ada 2 variabel yakni X merupakan kinerja dari karyawan pada daya tarik wisata Hutan Pinnus Songgon dan Y adalah tingkat kepentingan pelayanan pada Hutan Pinus Songgon bagi wisatawan. Hingga nantinya dihitung dengan rumus IPA ( importance-performance analysis ) dan diperoleh tingkat kesesuaian yang akan memperlihatkan persentasi kepuasan wisatawan pada pelayanan jasa pada daya tarik wisata Hutan Pinus Songgon. Berikut ini hasil analisisnya :

Tabel 1. Hasil Penelitian No Atribut X Y

1 Kebersihan 218 254 3,63 4,2 fisik karyawan 3

2 Seragam 212 250 3,53 4,1 karyawam 6

3 Tanda 195 244 3,25 4,0 Pengenal 6 karyawan 4 Penerapan 186 252 3,1 4,2 SOP

5 Kemampuan 203 250 3,38 4,1 karyawan 6 menyelesaikan

117

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

permasalahan 6 Kecepatan 222 258 3.7 4,3 karyawan 7 Ketanggapan 204 251 2,4 4,1 Karyawan 8 8 Pengetahuan 211 257 3,51 4,2 Karyawan 8 Tentag produk 9 Kemampuan 222 272 3,7 4,5 Memberikan 1 rasa aman 10 Keinginan 205 262 3,41 4,3 untuk 6 membantu 11 Senyum 202 238 3,36 2,9 6 12 Ucapan Salam 190 246 3,16 4,1 Sumber : Hasil Pengolahan Data 2017

Berikut ini merupakan tingkat kesesuaian masing-masing indikator yang merupakan hasil dari perbandingan skor kinerja dan skor kepentingan yang digunakan untuk menentukan skala prioritas layanan dan perbaikan untuk mencapai kepuasan wisatawan :

Tabel 2. Tingkat Kesesuaian Indikator yang Mempengaruhi Kepuasan Wisatawan No Atribut TKI (%) KET 1 Kebersihan fisik 85,82 % SP karyawan 2 Seragam 84,8% SP karyawan 3 Tanda pengenal 79,91 % P karyawan 4 Penerapan SOP 73,80% P 5 Kemampuan 81,2% SP karyawan menyelesaikan permasalahan 6 Kecepatan 86,04 % SP karyawan 7 Ketanggapan 81,27 % SP Karyawan 8 Pengetahuan 82,10 % SP Karyawan tentang produk 9 Kemampuan 81,61 % SP memberikan rasa aman 10 Keinginan untuk 78,24 % P membantu 11 Senyum 84,87 % SP 12 Ucapan salam 77,23 % P Rata -rata 81,40 % SP Sumber : Hasil Pengolahan Data 2017

118

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Melalui tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata tingkat kesesuaian adalah 81,40 % yang berarti wisatawan secara keseluruhan sangat puas dengan pelayanan di Hutan Pinus Songgon, Banyuwangi. Semakin rendah tingkat kesesuaian yang diperoleh maka semakin tinggi prioritas dari indikator kualitas pelayanan untuk dapat ditingkatkan. Dan dapat diketahui urutan prioritas perbaikan kualitas pelayanan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3. Prioritas Perbaikan Atribut Prioritas Atribut TKI I Penerapan SOP 73,80 % II Ucapan Salam 77,23 % III Keinginan untuk 78,24 % Membantu IV Tanda Pengenal 79,91 % Karyawan V Kemampuan 81,2 % Karyawan menyelesaikan masalah VI Ketanggapan 81,27 % Karyawan VII Kemampuan 81,61 memberikan rasa aman VIII Pengetahuan 82,10 Karyawan tentang produk IX Seragam Karyawan 84,8 % X Senyum 84,87 % XI Kebersihan Fisik 85,82% Karyawan XII Kecepatan Karyawan 86,04%

Selanjutan data disajikan dalam diagram kartesius untuk mengetahui posisi dari masing- masin atribut. Gambar 1. Diagram Kartesius dari Atribut-Atribut Penelitian untuk Mengetahui Posisi Perbaikan Atribut Kualitas Pelayanan

5

KUADRAN KUADRAN 4,8

4,6 11 4,4 9 8 6 1 4,2 4 7 12 35 2 4 10 KUADRAN KUADRA 3,8

3,6 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 Sumber : Pengolahan Data 2017

119

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Keterangan : Dalam diagram kartesius diatas dapat dilihat bahwa letak dari unsur-unsur pelaksanaan indikator- indikator atau atribut yang mempengaruhi kepuasan wisatawan di daya tarik wisata Hutan Pinus Songgon terbagi menjadi empat bagian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :

1. Kuadran A Menunjukan atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan wisatawan. Atribut-atribut dalam kuadran ini perlu diprioritaskan pelaksanaanya karena dianggap penting oleh wisatawan tetapi kinerjanya belum memuaskan. Adapun atribut yang termasuk dalam kuadran A adalah : a. Penerapan Standar Operasional Prosedur di DTW Hutan Pinus Songgon. (indikator nomor 4)

2. Kuadran B Menunjukan unsur pelayanan yang telah berhasil dilaksanakan perusahaan, untuk itu harus dipertahankan. Dianggap sangat penting dan memuaskan wisatawan. Adapun yang termasuk dalam Kuadran B adalah : a. Kemampuan karyawan untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan (indikator no 9) b. Kecepatan karyawan memberikan pelayanan kepada wisatawan (indikator nomor 6) c. Kebersihan fisik karyawan (indikator nomor 1) d. Pengetahuan karyawan tentang produk yang ditawarkan di Hutan Pinus Songgon (indikator nomor 8) e. Keinginan untuk membantu pada saat wisatawan mengalami kesulitan (indikator nomor 10) 3. Kuadran C Menunjukan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi wisatawan, pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Adapun yang termasuk dalam kuadran C adalah sebagai berikut : a. Ucapan salam yang diberikan karyawan kepada wisatawan (indikator nomor 12) b. Tanda pengenal karyawan Hutan Pinus Songgon (indikator nomor 3) c. Senyum yang diberikan kepada wisatawan (indikator nomor 11) d. Kemampuan karyawan dalam menyelesaikan masalah dalam kegiatan wisata (indikator nomor 5) 4. Kuadran D Menunjukkan faktor yang mempengaruhi wisatawan yang dinilai kurang penting namun pelaksanaannya sangat memuaskan. Adapun indikator yang termasuk adalah : a. Seragam karyawan Hutan Pinus Songgon (indikator nomor 4) b. Ketanggapan karyawan dalam mengantisipasi kemungkinan masalah yang terjadi (indikator nomor 7)

4. KESIMPULAN Hutan Pinus Songgon merupakan salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Sebagai daya tarik wisata baru secara umum berdasarkan hasil penelitian kualitas pelayanan yang diberikan kepada wisatawan telah baik hal ini diketahui melalui rata-rata tingkat kesesuaian yang mencapai 81,40 % yang berarti sudah sangat memuaskan. Dan berdasarkan diagaram kartesius hanya ada satu indikator yang belum memuasakan yakni penerapan standar oprasional prosedur di Daya Tarik Hutan Pinus Songgon (Indikator nomor 4) dalam kuadran A yang mana harus di tingkatkan lagi. Ada 5 indikator dalam kuadran B yang tingkat kinerjanya sudah memuaskan dan dianggap penting oleh wisatawan yakni indikator 8, 9, 10, 1 dan 6 yang tetap harus dipertahankan Sedangkan yang kurang penting pengaruhnya bagi wisatawan, pelaksanaan oleh perusahaan biasa-biasa saja yakni ada 4 indikator dalam kuadran C yakni indikator 11, 12, 3 dan 5. Dan indikator D yang telah sangat memuaskan namun tingkat kepentingannya rendah adalah indikator 4 dan 7 . Dalam tabel tingkat kesesuaian juga diketahui bahwa urutan prioritas perbaikan

120

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 pelayanan di daya tarik wisata Hutan Pinus Songgon adalah penerapan SOP, Ucapan Salam, Keinginan untuk membantu, Tanda pengenal karyawan, Kemampuan karyawan menyelesaikan masalah, Ketanggapan karyawan, Kemampuan memberikan rasa aman, Pengetahuan karyawan tentang produk, Seragam karyawan, Senyum, Kebersihan fisik karyawan dan Kecepatan Karyawan.

Ucapan Terima kasih Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian laporan hingga jurnal penelitian lapangan II yakni bapak Putu Agus Wikanatha Sagita selaku pembimbing dalam penelitian lapangan II ini, Bapak I Nyoman Sudiartha selaku penguji, pihak pengelola kawasan Hutan Pinus Songgon, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Dosen Program Studi S1 IPW dan teman-teman peserta Penelitian Lapangan II.

5. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Undang-undang No 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Novita Rifaul Kirom, Sudarmiatin, I Wayan Jamin Adi Putra. 2016. Faktor-Faktor Penentu Daya Tarik Wisata Budaya dan Pengaruhnya terhadap Kepuasan Wisatawan. Vol.1 No. 3 Maret 2016 Hal: 536—546. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian dan Pengembangan. Rosita, Sri Marhanah, Woro Hanoum Wahadi. 2016. Pengaruh Fasilitas Wisata dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengunjung di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Vol.13, No.1, April 2016. Jurnal Manajemen Resort dan Leisure. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Tjiptono, F. 2001. Strategi Pemasaran.Edisi Pertama. Yogyakarta: Andi Ofset.

121

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

STRATEGI PEMASARAN BANGSRING UNDERWATER SEBAGAI DESTINASI WISATA DI BANYUWANGI

Ni Luh Putri Utari Cahyani 1) , I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda 2) , I Ketut Suwena 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Pemasaran objek wisata di Kabupaten Banyuwangi belum mampu menarik minat wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Banyuwangi. Banyuwangi yang secara geografis dekat dengan Pulau Bali dan mempunyai aksesibilitas yang mudah antara kedua wilayah, dan Banyuwangi seharusnya mampu menjadi alternatif daerah tujuan wisata selain Bali. Strategi pemasaran pariwisata Banyuwangi dapat ditinjau dari persepsi wisatawan terhadap lingkungan eksternal dan internal dari produk yang ditawarkan agar dapat mengembangkan objek wisata dan memasarkannya secara tepat. Dalam lingkungan internal, ada beberapa variabel yang dianalisis dari bauran pemasaran. Sedangkan variabel eksternal meliputi lingkungan demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik dan budaya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi wisatawan dan strategi pemasaran Bangsring Underwater sebagai destinasi wisata di Banyuwangi. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, kuisioner, dan studi pustaka. Sampel pada penelitian ini adalah 50 responden dengan analisis data SWOT dan skala likert. Berdasarkan hasil analisis, strategi yang efektif diterapkan untuk pemasaran di Bangsring Underwater adalah strategi penciptaan dan pengembangan produk wisata, strategi peningkatan sumber daya manusia, pengembangan segmentasi pasar, dan strategi pertahanan kualitas produk dan jasa.

Kata kunci : strategi pemasaran, persepsi wisatawan, bauran pemasaran.

Abstract The marketing of tourist attraction in Banyuwangi Regency has not been able to attract the domestic and foreign tourists to come to visit Banyuwangi, with geographical proximity to Bali Island and have easy accessibility between the two areas, Banyuwangi should be able to become an alternative tourist destination other than Bali. Marketing strategy can be viewed from the perception of tourists visiting Banyuwangi to the external and internal environment of the products offered to be develop as a tourist attraction and market it appropriately. In the internal environment there are several variables that are further analyzed from the variables of the marketing mix and the external variables of demographic, economic, natural, technological, political and cultural environments. The purpose of this study is to determine the perception of tourists and marketing strategy of Bangsring Underwater as tourist destination in Banyuwangi. Sample on this research is 50 respondents with using technical analysis of SWOT data by using Likert scale. Based on the results of the analysis, an effective strategy to be implemented in Bangsring Underwater is a marketing strategy and program that can be applied in marketing tourism product in Bangsring Underwater is tourism product development and development strategy, human resource improvement strategy, market segmentation development and product and service quality improvement strategy.

Keywords: marketing strategy, tourist perception, marketing mix.

1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim terbesar di dunia. Berdasarkan publikasi, ada 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang 95.181 km. Selain itu, Indonesia memiliki wilayah laut dengan luas 5.8 juta km² dan menjadi yang terbesar di dunia. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009, pariwisata bahari adalah berbagai macam kegiatan wisata yang dilakukan di wilayah perairan dengan dukungan fasilitas dan layanan dari masyarakat sekitar, pengusaha pariwisata dan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (Gahawisri, 2009). Jadi, pariwisata bahari adalah berbagai macam kegiatan wisata yang dilakukan di wilayah perairan dengan dukungan fasilitas dan layanan dari masyarakat sekitar, pengusaha pariwisata dan

122

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Di Indonesia, pariwisata bahari sendiri diperkirakan menyumbang 25-30% devisa pariwisata sebesar USD 6,3 milyar (BPS 2009; Gahawisri 2009) dan akan meningkat hingga 50% selama 10 tahun ke depan (Gahawisri, 2009). Dari data tersebut terbukti bahwa di Indonesia memiliki banyak daerah-daerah destinasi pariwisata bahari unggulan dari ujung timur hingga ujung barat Indonesia. Daya tarik wisata pantai yang sedang berkembang di Banyuwangi saat ini adalah wisata bawah laut (underwater) dengan bentuk geomorfologi pantai Selat Bali yang memiliki banyak terumbu karang, menjadikan daerah selat Bali khususnya di bangsring cocok dijadikan konservasi terumbu karang. Bangsring Underwater (Bunder) merupakan wisata alam bawah air yang berada di utara Kota Banyuwangi yang tepatnya berada di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo. Meskipun tergolong baru, tetapi wisata alam ini sudah dikenal oleh masyarakat di luar kota Banyuwangi. Bangsring Underwater memiliki kawasan konservasi laut seluas 5 hektar yang dikembangkan oleh para nelayan. Selain untuk kepentingan konservasi, nelayan Bangsring juga mampu mengemas area itu menjadi tujuan wisata menarik. Strategi pemasaran sangat penting agar berkembangnya daya tarik wisata. Berdasarkan hal tersebut, masalah pokok yang menjadi penelitian adalah strategi pemasaran Bangsring Underwater sebagai destinasi wisata di Banyuwangi. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah persepsi wisatawan dan strategi pemasaran dari Bangsring Underwater terhadap wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa teknik pengumpulan data seperti observasi, dokumentasi, kuisioner, dan wawancara terstruktur.

Tinjauan Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Bauran pemasaran merupakan salah satu konsep utama dalam pemasaran modern. Kotler (1989) menyatakan bahwa bauran pemasaran adalah perangkat variabel – variabel pemasaran terkontrol yang perusahaan gabungan untuk menghasilkan tanggapan yang diinginkannya dalam pasar sasaran. McCarthy (1996) menyatakan bahwa bauran pemasaran merupakan sejumlah variabel yang dapat dikendalikan yang digabungkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kelompok target didalam mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar tertentu yang dituju perusahaan. Lingkungan pemasaran terdiri atas lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah pelaku – pelaku yang ada dalam perusahaan serta memberikan pengaruh terhadap pelayanan pasar maupun konsumen dari perusahaan tersebut. Dalam lingkungan internal ada beberapa variabel yang diidentifikasi dan dianalisis dari bauran pemasaran meliputi : 1. Produk ( Product ) Produk yang dimaksudkan disini adalah mengenai produk yang dimiliki dan disediakan oleh perusahaan. 2. Harga ( Price ) Price adalah penetapan harga untuk pembelian paket wisata yang, dimiliki oleh perusahaan. 3. Saluran distribusi ( Place ) Saluran distribusi yang dimaksudkan disini adalah lokasi perusahaan, apakah strategis atau tidak serta saluran pemasaran dan saluran penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. 4. Promosi ( Promotion ) Promosi disini adalah bagaimana kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan. 5. Personal (People) Personal yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu keahlian sumber daya manusia (SDM) yang sudah mempunyai pengalaman. 6. Bentuk fisik ( Physical Evidence ) Bentuk fisik adalah lingkungan intemal perusahaan dan suatu bukti nyata yang dapat dilihat oleh wisatawan dalam perusahaan tersebut. Seperti lingkungan perusahaan yang selalu bersih dan nyaman. Serta penampilan karyawan dan cara karyawan melayani wisatawan dan pemasok (hotel, restoran, daya tarik wisata). 7. Proses ( Process ) 123

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Proses yaitu bagaimana wisatawan dapat mendapatkan pelayanan proses masuk dalam kegiatan operasional. Menurut Amstrong (2002 : 82) lingkungan eksternal dipengaruhi oleh : 1. Lingkungan Demografis Demografis adalah ilmu tentang populasi manusia dalam hal ukuran kepadatan penduduk, lokasi, umur, jenis kelamin, mata pencarian dan statistik lainnya. Lingkungan demografis adalah kepentingan utama bagi pemasaran karena lingkungan ini melibatkan orang – orang yang membentuk pasar. 2. Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor - faktor yang terpengaruhi daya beli dan pola membeli konsumen. Pemasar harus memberikan perhatian yang intens terhadap tren utama dan pola pengeluaran konsumen. 3. Lingkungan Alam Lingkungan alam melibatkan sumberdaya alam yang dibutuhkan sebagai input oleh pemasar atau yang dipengaruhi kegiatan pemasar. 4. Lingkungan Teknologi Lingkungan teknologi adalah kekuatan yang menciptakan teknologi baru, menciptakan produk, dan peluang pasar yang baru. 5. Lingkungan Politik Lingkungan politik terdiri dari hukum, agen pemerintah, dan kelompok – kelompok yang mempengaruhi dan membatasi organisasi dan individu yang bermacam – macam pada sebuah masyarakat. 6. Lingkungan Budaya Lingkungan budaya dibentuk oleh lembaga - lembaga yang mempengaruhi nilai - nilai dasar, persepsi, prefrensi, dan prilaku masyarakat. Karateristik budaya yang mempengaruhi pengambilan keputusan pemasaran adalah keteguhan pada nilai - nilai budaya dan perubahan dalam nilai budaya sekunder. Berdasarkan konsep diatas maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan pemasaran mempengaruhi kemampuan manajamen pemasaran untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang berhasil dengan pelanggan atau sasaran. Perusahaan harus terus melakukan pengamatan secara terus menerus dan beradaptasi dengan lingkungan yang bersifat kompleks dan terus berubah – ubah. Dengan mempelajari lingkungan, perusahaan dapat menyesuaikan strategi perusahaan untuk memenuhi tantangan dan peluang pasar baru.

2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Bangsring Underwater Desa Bangsring Kecamatan Wongsorejo. Terletak di utara Banyuwangi sekitar 27 km dari pusat kota, tempat ini bisa ditempuh dalam waktu kira-kira 42 menit. Bangsring Underwater merupakan area konservasi terumbu karang dan sekaligus destinasi bawah laut yang dapat kalian nikmati. Area konservasi memiliki luas sekitar 15 hektar, banyak spot yang dapat kalian temukan di area ini untuk snorkeling.Penelitian ini terfokus kepada wisatawan yang berkunjung ke Bangsring Underwater. Penelitian ini terdiri atas variabel internal dan eksternal. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yaitu data primer dan sekunder. Penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling . Dalam evaluasi lingkungan internal ada beberapa variabel yang diidentifikasi dan dianalisis lebih lanjut adalah variabel – variabel dari bauran pemasaran (marketing mix) 7P, yang meliputi :

product, price, place, promotion, people, physical evidence , dan process. Sedangkan lingkungan eksternal ada beberapa variabel yang diidentifikasi lebih lanjut yaitu diambil dari konsep Kotler dan Amstrong (2002) yang terdiri atas variabel lingkungan demografis, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik, dan lingkungan budaya. Jumlah sampel mengacu pada model penentuan sampel dari Slovin untuk tingkat kesalahan 10% (Prasetyo, 2006).

124

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

n = () n = Besaran sampel N = Besaran populasi E = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel) yaitu sebesar 10% dengan tingkat kepercayaan 90% n = (.) n = = 50 (.) Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka diperoleh ukuran sampel sebesar 50 orang yang berkunjung daya tarik wisata Bangsring Underwater.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Persepsi Wisatawan terhadap Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal Bangsring Underwater Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi atau perusahaan. Untuk menilai lingkungan internal Bangsring Underwater, dalam penelitian ini menggunakan variabel dan indikator dari bauran pemasaran.

Tabel 1. Hasil Penilaian Responden terhadap Pengaruh Lingkungan Internal Bangsring Underwater Faktor internal No. Kekuatan (strengths) Rata – Kategori rata 1. Fasilitas yang ditawarkan oleh Bangsring Underwater 3,84 Baik 2. Tarif jasa pelayanan di Bangsring Underwater 4,5 Sangat baik 3. Saluran pemasaran dari Bangsring Underwater 3,62 Baik 4. Promosi Bangsring Underwater 3,72 Baik 5. Pelayanan dari pegawai Bangsring Underwater 4,02 Baik 6. Peralatan keamanan yang digunakan di Bangsring 3,92 Baik Underwater 7. Kebersihan di kawasan Bangsring Underwater 3,72 Baik 8. Proses pemesanan tiket di Bangsring Underwater 3,72 Baik 9. Kemudahan dalam proses pemesanan tiket di Bangsring 3,74 Baik Underwater No. Kelemahan (weakness) Rata – Kategori rata 1. Lokasi dari Bangsring Underwater 3,6 Baik *Sumber : Hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan persepsi wisatawan terhadap lingkungan internal Bangsring Underwater didapatkan rata – rata nilai variabelnya. Pada kategori fasilitas rata – rata persepsi baik, kategori tarif jasa pelayanan sangat baik dan kategori internal yang lain adalah baik. Sedangkan untuk kategori lokasi dari Bangsring Underwater memiliki nilai rata – rata paling rendah masuk dalam kelemahan (weakness ). Sedangkan kategori yang lainnya masuk dalam kekuatan (strengths). Lingkungan eksternal adalah semua kejadian diluar perusahaan yang memiliki potensi sebagai peluang maupun ancaman bagi Bangsring Underwater. Variabel lingkungan eksternal adalah demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik dan budaya.

125

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 2. Hasil Penilaian Responden terhadap Pengaruh Lingkungan Eksternal Bangsring Underwater Faktor eksternal No. Peluang (Opportunity) Rata – Kategori rata 1. Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin 3,4 Baik meningkat pertahunnya 2. Harga tiket masuk Bangsring Underwater 3,46 Baik 3. Iklim di Banyuwangi 3,44 Baik 4. Sumber daya alam yang dimiliki Banyuwangi 4,04 Baik 5. Kemajuan teknologi informasi dalam memasarkan jasa 4,04 Baik 6. Kemajuan transportasi 3,94 Baik 7. Kemajuan prasarana di Banyuwangi 3,86 Baik 8. Kondusifnya keamanan di Banyuwangi 3,96 Baik 9. Budaya masyarakat Banyuwangi yang mendukung kegiatan 4,20 Baik pariwisata 10. Budaya yang dimiliki Banyuwangi (festival budaya, 4.36 Sangat baik kesenian daerah, dewa wisata) 11. Destinasi buatan 3,84 Baik No. Ancaman (threats) Rata – Kategori rata 1. Krisis ekonomi global 3,02 Cukup baik 2. Nilai tukar rupiah yang melemah 3,10 Cukup baik 3. Tingkat belanja masyarakat 2,84 Cukup baik 4. Inflasi terhadap produk - produk yang ada 2,96 Cukup baik 5. Tingkat bencana alam yang ada di Indonesia 2,82 Cukup baik *Sumber : Hasil penelitian tahun 2017

Berdasarkan persepsi wisatawan terhadap lingkungan eksternal Bangsring Underwater didapatkan rata – rata disetiap variabelnya, rata – rata tersebut didapat dari hasil pembagian antara jumlah nilai responden terhadap variabel dengan total jumlah responden. Adapun rata – rata tersebut dikategorikan dalam skala likert yang menghasilkan kriteria persepsi. Kriteria persepsi baik dan sangat baik termasuk sebagai peluang (opportunity ) sedangkan cukup baik, tidak baik dan sangat tidak baik termasuk dalam ancaman ( threats ). Pada peluang (opportunity) adalah kategori budaya yang dimiliki banyuwangi yang memiliki rata – rata nilai sangat baik dan kategori yang lainnya memiliki rata – rata baik. Sedangkan untuk kategori krisis ekonomi global, nilai tukar rupiah yang melemah, tingkat belanja masyarakat, inflasi terhadap produk – produk yang ada, dan tingkat bencana alam yang ada di Indonesia masuk dalam ancaman ( threats ).

3.2 Pembahasan Analisis SWOT Strategi Pemasaran Bangsring Underwater Analisis SWOT adalah suatu metode untuk menganalisis kondisi maupun lingkungan dari Bangsring Underwater yang berdasarkan kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunities ) dan ancaman ( Threats ) yang dirniliki perusahaan. Aspek - aspek yang dianalisis berasal dari aspek lingkungan internal Bangsring Underwater dan pengaruh dari lingkungan eksternal. Berdasarkan analisis SWOT maka dapat disusun strategi dan program pemasaran untuk Bangsring Underwater. Strategi dan program pemasaran ini didapat dari hasil analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Beberapa strategi serta program pemasaran yang dapat diterapkan dalam memasarkan produk wisata Bangsring Underwater adalah sebagai berikut :

126

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

1. Strategi streght opportunities (SO) adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan atas peluang yang sudah diindentifikasi. Strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan paket wisata pada Bangsring Underwater adalah strategi penciptaan dan pengembangan produk wisata. 2. Strategi weakness opportunities (WO) adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dengan berusaha memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam memasarkan produk wisata pada Bangsring Underwater adalah strategi peningkatan sumber daya manusia. Strategi strenght treaths (ST) adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi ancaman. Strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan produk wisata oleh Bangsring Underwater adalah pengembangan segmentasi pasar. 3. Strategi weakness treaths (WT) adalah strategi yang meningkatkan kekuatan dengan meminimalisir kelemahan dengan menghidari ancaman strategi yang dapat diterapkan dalam memasarkan produk wisata oleh Bangsring Underwater adalah strategi pertahanan kualitas produk dan jasa. Strategi yang dapat diterapkan di Bangsring Underwater : 1. Strategi penciptaan dan pengembangan produk wisata a) Menciptakan produk wisata yang belum ada sebelumnya atau produk wisata yang inovatif. Penciptaan produk wisata yang inovatif ini dilakukan dengan membuat aktivitas yang unik untuk memberikan sesuatu yang baru kepada wisatawan. b) Membuat kemasan produk wisata dengan harga yang murah dan menarik. Dengan harga yang murah wisatawan lebih tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan 2. Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia. a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan pada karyawan untuk meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan. Selain itu juga rnemberikan briefing kepada local guide yang akan memandu wisatawan. b) Melakukan rapat secara berkala dengan membahas kinerja perusahaan agar bisa memperbaiki kesalahan didalam perusahaan maupun dilapangan. c) Membuat acara rekreasi bersama semua staf yang ada pada perusahaan setahun sekali seperti kegiatan outbound di salah satu daya tarik wisata. Adanya hal tersebut akan membuat hubungan para staf menjadi lebih baik. 3. Strategi pengembangan segmentasi pasar. a) Menambah pangsa pasar kepada wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan agar Bangsring Underwater mampu menjangkau pasar yang lebih luas. b) Melakukan segmentasi pasar dalam negeri dengan membuat kemasan produk wisata khusus yang diminati oleh wisatawan. c) Pemasaran yang lebih interaktif melalui media cetak dan media elektronik untuk mampu menjangkau pasar yang skalanya lebih luas. 4. Strategi peningkatan kualitas produk dan jasa a) Meningkatkan kualitas produk selama berwisata. Diharapkan hal tersebut dapat menghindari complain dari wisatawan yang akan merugikan perusahaan. b) Memberikan harga yang terjangkau dan sesuai dengan produk wisata yang ditawarkan. Selain itu dapat memberikan potongan harga sehingga memotivasi wisatawan untuk membeli produk wisata dengan lebih banyak.

4. KESIMPULAN Kesimpulan Persepsi dari wisatawan yang berkunjung adalah Bangsring Underwater telah menyediakan fasilitas tergolong baik dalam memenuhi kebutuhan dari wisatawan yang berkunjung dan harga produk wisata yang ditawarkan cukup terjangkau oleh wisatawan karena sesuai dengan produk wisata yang ditawarkan. Lokasi dari Bangsring Underwater relatif mudah oleh wisatawan dan Bangsring Underwater juga mampu melakukan promosi melalui beberapa saluran pemasaran yang disediakan sehingga memberikan ketertarikan dari wisatawan untuk berkunjung. Sedangkan pelayanan yang diberikan oleh pihak Bangsring Underwater tergolong baik dan dengan standar 127

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 keamanan yang diberikan oleh pihak pengelola sudah tergolong baik sehingga mampu memberikan rasa aman terhadap wisatawan. Bangsring Underwater memiliki kebersihan yang tergolong baik dan setiap pegawai selalu menjaga kebersihan area Bangsring Underwater. Dalam proses pemesanan tiket dilakukan dengan baik sehingga tidak menyebabkan antrian panjang dari wisatawan. Kemudahan dalam pemesanan tiket dari Bangsring Underwater difasilitasi dengan website resmi dari Bangsring Underwater dan online travel web. Hal ini dikarenakan wisatawan dapat melakukan pemesanan tiket dengan mudah tanpa harus melakukan pemesanan langsung secara terlebih dahulu. Strategi yang dapat diterapkan di Bangsring Underwater yaitu : strategi penciptaan dan pengembangan produk wisata dengan menciptakan produk wisata yang belum ada sebelumnya atau produk wisata yang inovatif dan membuat kemasan produk wisata dengan harga yang murah dan menarik sehingga wisatawan lebih tertarik untuk membeli produk yang ditawarkan. Strategi peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan pelatihan pada karyawan untuk meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan, melakukan rapat secara berkala dengan membahas kinerja perusahaan agar bisa memperbaiki kesalahan didalam perusahaan maupun di lapangan, dan membuat acara rekreasi bersama semua staf yang ada pada perusahaan setahun sekali seperti kegiatan outbound disalah satu daya tarik wisata,untuk menghilangkan rasa penat dan bosan selama melakukan pekerjaan, dengan hal tersebut akan membuat hubungan para staf menjadi lebih baik. Strategi pengembangan segmentasi pasar dengan menambah pangsa pasar kepada wisatawan mancanegara, melakukan segmentasi pasar dalam negeri dengan membuat kemasan produk wisata khusus yang diminati oleh wisatawan, pemasaran yang lebih interaktif melalui media cetak dan media elektronik untuk mampu menjangkau pasar yang skalanya lebih luas. Strategi peningkatan kualitas produk dan jasa dengan meningkatkan kualitas produk selama berwisata, dan memberikan harga yang terjangkau dan sesuai dengan produk wisata yang ditawarkan.

Ucapan Terinakasih Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian laporan hingga jurnal penelitian lapangan II yakni Bapak I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda selaku pembimbing dalam penelitian lapangan II ini, Bapak I Ketut Suwena selaku penguji, dan Seluruh staff Bangsring Underwater yang mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di Bangsring Underwater tersebut sekaligus memberikan informasi dalam penelitian ini.

5. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Michael. (2003). The Art of Managing People . A Hanbook of Remuneration Strategy and Pratice. Buku Pertama. Ali bahasa: Ramelan Dwi Prabaningtyas. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Amstrong, Michael. (2003). The Art of Managing People . A Hanbook of Remuneration Strategy and Pratice. Buku Pertama. Ali bahasa: Ramelan Dwi Prabaningtyas. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Bittel, L.R and Newsrom, J.W, 1996.Pedoman Penyelia, Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo. Buchari Alma. 2007, Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa. Bandung: CV. Alfabeta. Dessler, G. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Prenhallindo. Dharmamesta. 1993. Manajemen Pemasaran Modern , edisi kedua. Yogyakarta : Liberty. Freddy, Rangkuti. 2007. Manajemen Persediaan Aplikasi di Bidang Bisnis . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Gibson, Ivancevich. 2005. Organisasi dan Manajemen Perilaku dan Struktur Proses. Jakarta : Erlangga. Gomes, F. C. . 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Hadi, Sutrisno, 1993. Metodologi Penelitian Research I. Yogyakarta: Andi Offset. James F. Engel, dkk. 1994, Perilaku Konsumen , Jakarta: Bina Rupa Aksara Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lave. 2008. Marketing Manajement (Benyamin Molan, Terjemahan). Jakarta:Indeks 128

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Kotler P. (1995), Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, edisi kedelapan. Jakarta : Salemba Empat. Kotler, Philip. (2000). Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jilid I. (Ancella Anitawati, Terjemahan). Jakarta : Salemba Empat. Mangkunegara, A.P., 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh (terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga. Oka A Yoeti. 2007, Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa Bandung. Robbins, S. P. 2006. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia. Sugiyono, (2008). Metodologi penelitian bisnis . Bandung : CV. Alfabeta. Tjiptono, Fandy, 2001. Manajemen Pemasaran , Edisi Kedua. Jakarta :Andi Offset. Umar, Husein (2002), Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

129

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI WISATAWAN DI PANTAI BANGSRING

Daniel Tri Wardian 1) , Ni Putu Eka Mahadewi 2) , I Made Kusuma Negara 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]

Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap persepsi wisatawan di pantai Bangsring Kabupaten Banyuwangi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: adakah pengaruh kualitas pelayanan terhadap persepsi wisatawan di pantai Bangsring. Metode yang digunakan adalah teknik Non-Probability Sampling Convenience Sampling . Responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang datang ke pantai Bangsring. Jumlah sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini sebanyak 73 orang. Hasil menunjukan bahwa dari lima variabel yang diteliti variabel tangibles adalah yang paling dominan mempengaruhi persepsi wisatawan. persepsi wisatawan terhadap pantai Bangsring menyatakan fasilitas sarana dan prasarana, akurasi pelayanan, komunikasi pemberi jasa, keamanan produk serta pelayanan yang nyaman sudah baik. Dalam penelitian ini juga diketahui bahwa berdasarkan analisis inferensial menunjukan seluruh varaiabel bebas memilik pengaruh yang positif terhadap persepsi wisatawan di pantai Bangsring. Saran bagi pengelola pantai Bangsring untuk meningkatkan setiap indikator dari seluruh variabel karena jumlah prosentase untuk indikator sangat tidak baik dan tidak baik masih menunjukan jumlah yang cukup besar.

Kata kunci: kualitas pelayanan, pantai Bangsring, persepsi, tangibles.

Abstract The aim of this research is to find out of the influence of service quality to the perception of tourist at Bangsring beach, Banyuwangi. Formulation of the problem in this study is: is there any fluence of service quality on the perception of tourist in Bangsring beach, Banyuwangi. The method use is Non-Probability Sampling Convenience Sampling. Respondents in this study was the tourist who come at Bangsring beach. Total sample in this study is 73 persons. The result show that from five variables studies, Tangibles is the most dominant variabel affecting the perception of tourist. Tourist perception to Bangsring beach show that facilities and infrastructure, service insurance, communication service providers, product security and good service is good. In this study also know that based of inferensial analysis shows all independent variables have a positive influence on the perception of tourist at Bangsring beach. Suggestions for Bangsring beach manager to inprove each indicator of all variables because the percentage amount for indicators not good and bad – is still showing a large enough amount.

Keywords: bangsring beach, perception, service quality, tangibles.

1. PENDAHULUAN Perkembangan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan tersebut diliat dari jumlah wisatawan mancanegara yang mengunjungi Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Sektor pariwisata di Indonesia telah menjadi salah satu program prioritas pemerintah yang harus ditingkatkan karena pariwisata akan membawa dampak yang signifikan terhadap perekonomian. Begitupun dengan Kabupaten Banyuwangi yang berada di ujung timur pulau Jawa ini dalam beberapa tahun terakhir terus memacu pengembangan pariwisata karena sektor tersebut dapat mendorong kemajuan dari berbagai sektor di masyarakat, mulai dari ekonomi hingga pendidikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat pendapatan perkapita Kabupaten Banyuwangi melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp37,53 juta (2015). Kabupaten Banyuwangi tengah mengembangkan tiga destinasi wisata baru untuk lebih banyak lagi menarik kunjungan wisatawan. dari ketiga destinasi tersebut salah satunya adalah pantai Bangsring yang sedang ramai diperbincangkan. Pantai Bangsring sendiri terletak di desa Bangsring, Wongsorejo. Pantai ini menjadi salah satu jalur penyebrangan menuju pulau Tabuhan. Pemerintah mengembangkan pantai

130

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Bangsring sebagai wisata bawah laut. Disebut bahwa pemandangan bawah laut pantai Bangsring tidak kalah indah dengan wisata laut Wakatobi. Disini wisatawan bisa melihat keindahan terumbu karang yang masih natural. Mengingat pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok meninggalkan daerah asal menuju daerah tujuan. Dalam melakukan perjalanan seseorang atau kelompok pasti membutuhkan yang namanya pelayanan (service ), baik pelayanan saat perjalanan, daerah transit hingga di daerah tujuan. Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang penjual kepada pembeli atau konsumennya demi memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen. Pelayanan bertujuan untuk tercapainya kepuasan pelanggan itu sendiri. Kualitas pelayanan ( service quality ) diartikan sebagai tingkat kepuasan tamu dan konsumen. Sedangkan tingkat kepuasan tersebut dapat diperoleh dari perbandingan atas jenis pelayanan yang diharapkan oleh konsumen. Jenis kualitas pelayanan yang baik adalah jenis pelayanan yang memuaskan dan sesuai dengan jenis pelayanan yang diharapkan konsumen. Sedangkan jenis kualitas pelayanan yang buruk adalah jenis pelayanan yang berada jauh di bawah standar atau tidak sesuai ekspetasi pelayanan yang diharapkan oleh konsumen. Kualitas pelayanan ini menjadi penting karena dapat berdampak pada suatu citra perusahaan secara langsung. Kualitas pelayanan yang baik akan menjadisebuah keuntungan bagi perusahaan. Apabila suatu perusahaan memberikan kualitas pelayanan yang baik maka perusahaan tersebut akan mendapat nilai positif dimata konsumen dan mendapatkan feedback yang baik dari konsumen, serta kemungkinan besar konsumen akan menjadi pelanggan tetap atau repeat buyer . Adapun jenis-jenis kualitas pelayanan yang dapat diberikan kepada wisatawan menurut teori Parasuraman (1998) berupa, Tangibles (bukti fisik) yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi) serta penampilan pegawainya. Reliability (kehandalan) meliputi ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan dengan penyampaian informasi yang jelas. Assurance (jaminan dari kepastian) yang meliputi komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan sopan santun. Emphaty (empati) suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik serta memiliki waktu untuk pengoprasian yang nyaman dari pelanggan. ditunjukan melalui sikap dan tindakan langsung kepada konsumen. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan yang berkualitas akan menimbulkan persepsi yang positif dari konsumen. Menurut Robbinas (1998, p.64) persepsi adalah “proses dimana seseorang mengorganisir dan menginterprestasikan kesan dari panca indra dalam tujuan untuk memberikan arti bagi lingkungan mereka”. Persepsi juga dapat diartikan sebagai pandangan terhadap pelayanan yang telah diterima oleh konsumen. Sangat memungkinkan bahwa persepsi konsumen tentang pelayanan menjadi berbeda dari kenyataan karena konsumen tidak mengetahui semua fakta yang ada, atau telah salah dalam menginterpretasikan fakta tersebut. persepsi sering kali berbicara lebih kuat daripada fakta, sehingga menimbulkan kesan bahwa persepsi konsumen terlihat lebih bermanfaat dari pada menunjukan fakta yang belum tentu dapat diterima oleh konsumen. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti kualitas pelayanan yang diberikan pemberi jasa ( host ) kepada wisatawan di pantai Bangsring. Penelitian ini berfokus untuk melihat bagaimana pengelola memberikan kualitas pelayanan kepada wisatawan yang akan berdampak pada persepsi wisatawan akan pelayanan itu sendiri. Sehingga dapat diketahui pengaruh kualitas Pelayanan di pantai Bangsring terhadap persepsi wisatawan pantai Bangsring itu sendiri.

2. METODE Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang terdiri dari data primer dimana data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama ditempat penelitian. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil survey dengan pengisian kuisioner untuk mengetahui kualitas pelayanan wisatawan di pantai Bangsring yang mempengaruhi persepsi. Selain data primer dalam penelitian ini juga menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh diluar pihak pertama. Penelitian ini juga menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi, penyebaran kuisioner kepada wisatawan, wawancara dengan pihak pengelola serta dengan melakukan studi pustaka. Penelitian ini menggunakan metode analisi data dengan pengujian validitas, reliabilitas, regresi berdanda dan uji parsial (Uji T) serta uji simultan (Uji F) dengan penggunaan SPSS ( Statistical Program for Social Sciences ) versi 23. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan pantai Bangsring. Jumlah sampel yang akan menjadi responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 73 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel dengan No Probability Sampling Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan 131

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 pertimbangan kemudahan atau sampelnya diambil secara acak (r random )dengan tingkat kesalahan sebesar 0,05 atau 5%. Adapun devinisi oprasional variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 1. Devinisi Operasional Variabel Variabel Indikator 1. Fasilitas sarana prasarana 2. Fasilitas akomodasi Tangibles (bukti fisik) 3. Fasilitas restoran 4. Fasilitas pemberian informasi 5. Penampilan pemberi jasa 1. Akuransi pelayanan Reliability (keandalan) 2. Pelayanan yang cepat, tanggap, dan tepat 1. Komunikasi pemberi jasa Responsiveness (ketanggapan) 2. Kredibilitas pemberi jasa Assurance (jaminan dari 1. Keamanan produk kepastian) 2. Kompetensi dan sopan satun pemberi jasa 1. Pengertian terhadap pelanggan Empathy (empati) 2. Pelayanan yang nyaman

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Karakteristik responden berdasarkan usia dalam penelitian ini yang mendominasi adalah responden yang berusia lebih dari 30 tahun dan disusul dengan responden dengan rentang usia 16 hingga 20 tahun. Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin dari 73 responden terdapat 38 responden berjenis kelamin laki-laki dan 35 responden bersjenis kelamin perempuan. Sedangkan jika dilihat dari karakteristik reponden berdasarkan pekerjaan menunjukan bahwa pengunjung pantai Bangsring didominasi oleh pelajar dan mahasiswa sejumlah 33 responden dilanjutkan dengan pekerja PNS sejumlah 16 responden, pegawai swasta 11 responden, wirausaha 9 responden serta 4 orang responden yang memiliki pekerjaan lain yang tidak termasuk kedalam kategori seperti ibu rumah tangga, guide dan driver . Berdasarkan uji validitas seluruh indikator dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah valid, pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS ( Statistical Program for Social Sciences ) versi 23. Uji validitas sendiri merupakan pengujian yang digunakan untuk menghitung korelasi antar masing-masing pernyataan dengan skor total dengan rumus korelasi product moment (Singarimbun dan Effendi, 1989, p.137). Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Uji validitas dihitung dengan nilai r hitung ( correlated item – total correlation ) dengan nilai r tabel. Jika r hitung > dari r tabel (pada taraf signifikansi 5%) maka pernyataan tersebut dikatakan valid (Ghozali,2005). Dan berdasarkan pengujian reliabilitas dengan menggunakan analisis yang dikembangkan oleh Alpha Cronbach seluruh variabel dalam penelitian ini adalah reliabel. Uji reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Suatu kuisioner dinyatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2001). Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat hasil perhitungan nilai cronbach alpha (α). suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha (α) > 0,6, yaitu bila dilakukan penelitian ulang dengan waktu dan dimensi yang berbeda akan menghasilkan kesimpulan yang sama Berdasarkan pengujian dengan metode analisis regresi berganda yang digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel bebas yang terdiri dari Tangibles (X1), Reliability (X2), Responsiveness (X3), Assurance (X4) dan Emphaty (X5) terhadap variabel terikat yaitu persepsi wisatawan (Y) dengan persamaan regresi bergandanya adalah Y = 0,026 + 2,411 X1 + 0,140 X2 + 0,090 X3 + 0,155 X4 + 0,202 X5 Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, koefisien regresi dari semua variabel bebas menunjukan nilai yang positif. Hal ini bahwa semua variabel mempunyai hubungan yang searah/positif terhadap variabel terikatnya. Dan dari kelima variabel bebas yang digunakan yang memberikan pengaruh yang paling dominan adalah variabel Tangibles dengan koefisien regresinya 2,411. Berdasarkan nilai korelasi dan determinasi dalam penelitian ini menunjukan bahwa besarnya koefisien korelasi (R= 0,919) artinya bahwa variabel bebas yang diamati mempunyai hubungan

132

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

yang sangat kuat dengan variabel terikat sedangkan koefisien determinasi (R square) sebesar 0,844 yang berarti 84,4% variabel bebas mampu menjelaskan terhadap variabel terikatnya sedangakan 15,6% dipengaruhi variabel independen lainnya yang tidak termasuk dalam penelitia ini. Berdasarkan uji parsial (Uji T) dalam penelitian ini menunjukan bahwa kulitas pelayanan yang dilihat dari lima dimensi yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty hanya tiga dimensi yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi wisatawan pantai Bangsring yaitu variabel Tangibles, Reliability dan Emphaty untuk variabel Responsiveness dan Assurance tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi wisatawan di pantai Bangsring, dari kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut yang memberilan pengaruh yang paling dominan adalag variabel Tangibles . Uji parsial ini sendiri dilakukan untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2005 dalam Rusniasari, 2008). Sedangkan berdasarkan uji simultan (Uji F) bahwa kualitas pelayanan yang tersiri dari lima dimensi yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty memiliki pengaruh yang signifikan terhadap persepsi wisatawan pantai Bangsring. Uji simultan dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap veriabel terikat.

3.2 Pembahasan

133

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Analisis Jawaban Responden Berdasarkan tabel 2, terdapat lima variabel yang dijadikan dasar dalam penentuan indikator pertanyaan pada kuisioner yang disebar kepada 73 responden di pantai Bangsring. Analisis jawaban responden adalah sebagai berikut: - Variabel tangibles : responden menilai bahwa fasilitas sarana dan prasarana di pantai bangsring cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan jumlah responden sebanyak 37 orang, sedangkan 8 orang menilai tidak baik dan satu orang menilai bahwa fasilitas saranan dan prasarana di pantai Bangsring sangat tidak baik. Jawaban responden mengenai fasilitas akomodasi menunjukkan bahwa responden menilai fasilitas akomodasi di pantai Bangsring sudah baik ditunjukkan dengan 28 responden menilai hal ini baik, sementara untuk fasilitas yang lain seperti restoran, pemberian informasi serta penampilan pemberi jasa responden menilai hal tesebut cukup baik, ditunjukkan dengan jumlah jawaban responden masing-masing 38, 27 dan 34 orang. - Variabel reliability : Responden menilai bahwa akuransi pelayanan serta kecepatan, ketepatan, dan ketanggapan penyedia layanan di pantai bangsring sudah baik, hal ini ditunjukkan dengan jumlah responen yang menjawab sebanyak masing-masing 28 dan 27 orang. Akan tetapi responden yang menilai tidak baik juga cukup banyak yaitu masing-masing 13 dan 14 orang responden. Dapat disimpulkan bahwa responden merasa puas dengan akuransi pelayanan dan juga kecepatan dan ketanggapan pemberi jasa, akan tetapi tidak sedikit juga responden yang merasa hal itu perlu ditingkatkan lagi. - Variabel responsiveness : dalam hal komunikasi dan kredibilitas pemberi jasa, responden menilai baik sebanyak 29 orang masing-masing. Tidak terlalu banyak responden yang menlai tidak baik dalam hal ini. Dapat disimpulkan bahwa responden sudah merasa puas dengan komunikasi dan juga kredibilitas pemberi jasa di pantai Bangsring. - Variabel assurance : untuk keamanan produk, responden telah menilai baikdengan ditunjukkan jumlah responden yang dominan yakni 35 orang responden menilai baik, sementara untuk sopan santun dan kompetensi pemberi jasa responden telah menilai cukup baik dengan jumlah responden yang menjawab sebanyak 28 orang. Disisi lain, responden juga menilai keamanan produk serta kompetensi dan sopan santun pemberi jasa tidak baik, jumlah responden yang menilai sebanyak masing-masing 9 dan 12 orang. Serta hanya satu orang responden yang menilai sangat tidak baik. hal ini dapat disimpulkan bahwa responden sudah merasa puas dengan kompetensi pemberi jasa di pantai Bangsring dan responden juga merasa cukup puas dengan sopan santu dan kredibilitas mereka. - Variabel empathy : pengertian terhadap pelanggan dapat dirasakan cukup baik oleh responden dengan dibuktikan jumlah respondne yang menilai cukup baik sebanyak 29 orang, selain itu pelayanan yang nyaman dirasakan oleh responden dengan baik yang ditunjukkan oleh angka 29 orang yang menilai hal ini. Jumlah responden yang menilai tidak baik pun juga tergolong kecil yakni 8 dan 6 orang masing-masing. Hal ini membuktikan bahwa pengertian pemberi jasa terhadap kebutuhan wisatawan di pantai Bangsring sudah cukup baik serta pelayanan yang diberikan oleh mereka kepada wisatwan pun dinilai baik.

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Persepsi Wisatawan Pantai Bangsring Jika dilihat dari penelitian sebelumnya berdasarkan jurnal Mahrawati (2016) yang berjudul “Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Konsumen di Bandara” menunjukan hasil bahwa kelima dimensi kualitas pelayanan berdasarkan teori Parasuraman yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen Bandara Cilik Riwut Palangka Raya dan dari kelima deimensi tersebut dimensi yang paling dominan mempengaruhi kepuasan konsumen adalah dimensi Tangibles (dimesi bukti fisik). Begitu pula dalam jurnal Gini Windiasari dan Pati M T Sitorus (2012) yang berjudul “Analisis Persepsi Konsumen Tentang Kualitas Jasa di Bandar Udara Internasional Husein Sastranegara Bandung” juga menggunakan lima dimensi kualitas pelayanan dari Parasuraman untuk mengetahui persepsi konsumen di Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari kelima variabel terhadap persepsi

134

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

konsumen. Sedangkan jurnal dari Abror, Gesit Tabrani dan Riyeni Dwi Elfani (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Pemgaruh Kualitas Layanan Kawasan Wisata Pantai Carocok Painan Terhadap Kepuasan Wisatawan” membahas hubungan dari lima dimensi kualitas pelayanan pariwisata (teori Parasuraman) dengan kepuasan wisatawan. Dimana dimensi keragaman produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wisatawan, dimensi reliabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wisatawan, dimensi responsivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wisatawan, dimensi kompetensi juga memiliki pengaruh yang positif dan signifikat terhadap kepuasan wisatawan sedangkan dimensi empati tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepuasan wisatawan. Berdasarkan hasil dari ketiga jurnal tersebut penelitian ini memiliki persamaan yaitu berdasarkan uji regresi berganda dan uji simultan (uji F) dalam penelitian ini seluruh variabel bebas menunjukan nilai positif yang berarti semua variabel bebas memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel terikatnya (persepsi wisatawan) sama dengan hasil jurnal dari Gini Windiasari dan Pati M T Sitorus (2012) yang variabel bebasnya sama-sama memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Penelitian ini juga sama dengan hasil jurnal Mahrawati (2016) yang menyatakan bahwa dari kelima dimensi yang dikembangkan oleh Parasuraman tersebut dimensi Tangibles lah yang paling dominan dan berpengaruh terhadap variabel terikatnya ini mungkin dikarnakan karena dimensi Tangibles atau dimensi bukti fisik adalah hal utama yang dilihat dan dirasakan oleh setiap konsumen/wisatawan setiap membeli suatu produk atau jasa wisata. Sedangkan berdasarkan uji parsial (uji T) dalam penelitian ini menunjukan bahwa dari kelima dimensi kualitas pelayanan yaitu Tangibles, Reliability, Responsiveness, Assurance dan Emphaty hanya tiga dimensi yang memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya (persepsi wisatawan) yaitu variabel Tangibles, Reliability dan Emphaty ini mungkin dikarenakan seluruh indikator dari variabel Tangibles, Reliability dan Emphaty telah dijalankan dengan baik oleh pengelola pantai Bangsring sehingga wisatawan dapat merasakan pengaruh yang sesungguhnya dari variabel-variabel tersebut. Sedangkan untuk variabel Responsiveness dan Assurance tidak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan mungkin dikarenakan indikator dari variabel Responsiveness dan Assurance belum dapat dirasakan dengan baik keberadaannya oleh wisatawan pantai Bangsring sehingga pengelola pantai Bangsring harus lebih meningkatkan kembali kedua variabel tersebut. Hal ini sama dengan jurnal dari Abror, Gesit Tabrani dan Riyeni Dwi Elfani (2013) yang menyatakan bahwa hanya empat dimensi dari variabel bebas yang memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya sedangkan satu dimensi yaitu dimensi empati berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Ini mungkin karena dimensi empati belum begitu dapat dirasakan oleh wisatawan di pantai Carokcok Painan.

4. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan, bahwa, kualitas pelayanan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty) berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wisatawan di pantai Bangsring. Dimana variabel tangibles menjadi variabel yang memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap persepsi. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas sarana dan prasarana serta akomodasi dan juga restoran menjadi hal yang penting dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap persepsi wisatawan di pantai Bangsring. Berdasarkan hasil uji T, terdapat 2 dimensi yang tidak berpengaruh positif dan signifikan yaitu variabel responsiveness dan assurance . Meski responden sudah menilai komunikasi dan kredibilitas pemberi jasa dengan baik, akan tetapi hal ini masih belum mempengaruhi persepsi wisatawan di pantai Bangsring secara signifikan. Hal yang sama juga terjadi pada keamanan produk serta kompetensi dan sopan satun pemberi jasa di pantai Bangsring, responden telah menilai kedua hal tersebut baik akan tetapi masih belum mempengaruhi persepsi wisatawan secara signifikan.

5. UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar, baik nikman iman, kesehatan dan kekuatan didalam penyusunan laporan penelitian ini.

135

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Ibu Ni Made Sofia Wijaya, SST.Par., M.Par., Ph.D. dan kepada Bapak Putu Agus Wikanatha Sagita, S.ST.Par., M.Par. serta Ibu Ni Putu Eka Mahadewi, SE.Ak., M.Par selaku dosen pembimbing, disela-sela rutinitasnya namun masih meluangkan waktunya untuk memberikan petunjuk, dorongan, saran dan arahan sejak rencana penelitian hingga selesainya penulisan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikana kepada: 1. Drs. I Made Sendra, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Periwisata 2. I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. Selaku ketua Perogram Studi S1 Industri Perjalanan Wisata 3. Seluruh staf dosen dan karyawan dilingkungan Fakultas Pariwisata 4. Seluruh teman-teman S1 Industri Perjalanan Wisata Angkatan 2015 Fakultas Pariwisata yang juga menjalankan penelitian ini bersama-sama.

6. DAFTAR PUSTAKA Budiono Jimanto, Riswanto. dan Sondang Kunto, Yohanes, S.Si.,M.Sc. 2014. Pengaruh Service Quality Terhadap Loyalitas Pelanggan Dengan Customer Statifaction Sebagai Variabel Intervening Pada Ritel Bioskop The Premiere Surabaya . Jurnal Manajemen Pemasaran Petra. Vol. 2, No. 1, hlmn. 1-7. Davidoff, D.M. 1994. CONTACT: Customer Service in The Hospitality dan Tourism Industry . New York:Prentice Hall. Gesit Tabrani, Abror. dan Dwi Elfani, Riyeni. 2013. Pengaruh Kualitas Layanan Kawasan Wisata Pantai Carocok Painan Terhadap Kepuasan Wisatawan. Jurnal Kajian Manajemen Bisnis . Vol. 2, No. 2, hlmn. 19-37, Kotler, Philip. 1997.Marketing Management Analysis, Planning, Implementation and Control, 9th Edition.New Jersey: Prentice-Hall. Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane. 2009. Marketing Management (13th ed). Upper Saddle River: NewJersey. Lewis, R.C. and Boom, B. H. 1983. TheMarketing Aspects of Service Quality .(in:Berry, L., Shostack, G., Upah, G. Ed., Emerging Perspectives on Services Marketing). American Marketing, Chicago,IL, pp. 99-107. Mahrawati. 2016. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Konsumen Di Bandara . Jurnal Al Ulum Sosial dan Humaniora. Vol.2, No.3. Manullang, Ida. 2008. Tesis: Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Jasa Penerbangan PT. Garuda Indonesia Airlines di Bandara Polonia Medan . Medan: Universitas Sumatera Utara. Sangkaeng, Stela. dan Mananeke Lisbeth. 2015 . Pengaruh Citra, Promosi dan Kualitas Pelayanan Objek Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan di Objek Wisata Taman Laut Bunaken Sulawesi Utara . Jurnal EMBA. Vol. 3, No. 3, hal. 1089-1100. Tjiptono. 2002 . Strategi Pemasaran. Andi, Yogyakarta. Parasuraman, A., Zeithaml, V. A, & Berry, L., L (1988). SERVQUAL: A multiple- item scale for measuring customer perceptions of service quality. Journal of Retailing, 64, 12-40. Thio, Sienny. 2001. Membangun Service Quality untuk Mencapai Kepuasan Konsumen di Industri Hospitality . Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. Vol. 3, No. 1, hlmn. 61-71. Zeithaml, Bitner. 2000. (Diterjemahkanoleh Purwoko) The Concept of Customer Satisfaction. USA: The McGraw-Hill Companies. Inc.

136

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

KUALITAS PELAYANAN DI PANTAI GRAND WATU DODOL KABUPATEN BANYUWANGI

Putu Yolanda Yuniari 1) , W. Citra Juwitasari 2) , Luh Gede Leli Kusuma Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]

Abstrak Penulisan ini berfokus pada kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola pantai Grand Watu Dodol kepada wisatawan yang mengunjunginya. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola di daya tarik wisata Grand Watu Dodol, Kabupaten Banyuwangi. Grand Watu Dodol merupakan salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Banyuwangi khususnya di Kecamatan Wongserejo, dimana Grand Watu Dodol merupakan daerah wisata yang baru saja dibuka beberapa tahun yang lalu serta memiliki berbagai macam atraksi didalamnya. Metode penelitian dalam penetuan informan dilakukan menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara sengaja kepada orang yang yang dianggap berkompeten dalam menjawab pertanyaan diajukan, sedangkan penyebaran sample menggunakan accidental sampling dengan menyebar 50 kuesioner kepada wisatawan yang sedang melakukan kunjungan ke Pantai Grand Watu Dodol dan dengan 17 indikator. Dalam analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara mendalam, studi kepustakaan dan kuesioner. Hasil akhir dalam penelitian menunjukkan bahwa dari lima (5) variable kualitas pelayanan TERRA antara lain hasil tertinggi pada variable tangible dengan pernyataan mengenai tempat parkir yang memadai dengan presentase nilai mencapai 74%. Sedangkan indikator pernyataan terendah yaitu ketersediaan information center dengan presentase 58%, fasilitas pembatas laut dengan presentase 55%, serta pernyataan tentang kebersihan lingkungan pantai dengan presentase 49%. Ketiga indikator terendah ini perlu mendapatkan perhatian khususnya dari masyarakat sebagai pengelola agar kualitas pelayanan di Pantai Grand Watu Dodol dapat meningkat.

Kata kunci : kualitas pelayanan.

Abstract The writing is focused on the quality of service provided by the person who manages the beach Grand Watu Dodol to tourists who visit it. Writing aims to find out how the quality of service provided by the organizer in the tourist attraction Grand Watu Dodol, Banyuwangi Regency. Grand Watu Dodol is one of the tourist attraction in Banyuwangi Regency especially in district Wongserejo, where Grand Watu Dodol is a tourist area that just opened a few years ago and has a variety of attractions in it. Determination research methods in informant conducted using purposive sampling technique, namely sampling intentionally to the person who is considered competent in answering the question posed, while spreading the sample using accidental sampling with a spread of 50 questionnaires to travellers who are conducting a visit to the beach of Grand Watu Dodol and with 17 indicators. In data analysis using quantitative descriptive analysis with data collection techniques using observation, in-depth interviews, the study of librarianship and the questionnaire. The end result in research shows that of the five (5) variable service quality TERRA among others, the highest results on tangible variables with statements regarding adequate parking lot with percentage value reached 74%. While the lowest statement viz indicators availability information center with percentage 58%, limiting sea facilities with percentage 55%, as well as a statement about the environment clean beach with percentage 49%. The third lowest indicators of this need to get attention especially from society as a manager so that the quality of service at Grand Watu Dodol may increase.

Keywords: service quality.

137

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 1. PENDAHULUAN Pariwisata menjadi sebuah elemen penting yang harus dikembangkan oleh pemerintah saat ini. Tingkat perekonomian yang semakin meningkat menjadikan pelaku bisnis mencari alternatif untuk mengembangkan dirinya. Hal tersebut menjadikan sektor pariwisata semakin berkembang sejalan dengan tingginya kemajuan dan perubahan teknologi informasi, dengan kata lain pariwisata saat ini sangat berkembang khususnya di Indonesia. Dengan adanya daya tarik wisata yang mumpuni, suatu destinasi yang bagus harus mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pengunjung untuk memberikan kemudahan dan memenuhi kebutuhan mereka selama berkunjung. Seperti yang terjadi di Banyuwangi, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah menyadari potensi wisata yang dimiliki. Secara geografis, Banyuwangi terletak pada koordinat 7’45’15’ Bujur Barat – 80’43’2’ Bujur Timur. Di sebelah utara, Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Posisi tersebut membuat Banyuwangi memiliki keragaman pemandangan alam, kekayaan seni dan budaya, serta tradisi. Semua potensi ini pun kemudian di kembangkan menjadi daya tarik wisata guna menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi. Selain memiliki bandar udara, kawasan industri dan pelabuhan, Banyuwangi juga memiliki daya tarik wisata yang menarik untuk dikunjungi. Seperti yang diketahui, Banyuwangi adalah kabupaten yang berada di ujung paling timur Provinsi Jawa Timur dan letaknya dekat dengan pulau Bali. Oleh karena itu pengembangan daya tarik wisata di kabupaten Banyuwangi di harapkan dapat menarik wisatawan yang hendak pergi berwisata ke Bali maupun telah selesai berwisata di Bali untuk singgah sebentar berkunjung ke beberapa destinasi di kabupaten Banyuwangi. Salah satu daya tarik wisata yang telah di buka dan sedang dikembangkan oleh masyarakat adalah daya tarik wisata Pantai Grand Watu Dodol. Pantai Grand Watu Dodol yang baru di buka pada tahun 2015 ini terletak di kecamatan Wongsorejo kabupaten Banyuwangi. Disana menawarkan banyak keindahan-keindahan baik dari segi pantainya, taman bawah laut dengan macam-macam jenis koral dan ikannya, dan juga keindahan hangatnya sunrise di pagi hari. Pantai Grand Watu Dodol merupakan destinasi anyar dalam bentuk rest area terintegrasi yang sedang dibangun oleh Pemerintah kabupaten Banyuwangi. Grand Watu Dodol ini di kelola oleh kelompok masyarakat setempat yang terbagi menjadi dua kelompok masyarakat yaitu kelompok masyarakat yang bertanggung jawab di bagian konservasi laut (pokmaswas pesona bahari) dan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Terletak tak jauh dari jalur penyeberangan yang menghubungkan Banyuwangi dan Bali, Grand Watu Dodol diharapkan untuk mencegat wisatawan yang hendak ke Bali melalui jalur penyeberangan Banyuwangi.

Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara di Grand Watu Dodol No Bulan Jumlah

1. April 2016 839 2. Mei 2016 5.480 3. Juni 2016 1.128 4. Juli 2016 13.570 5. Agustus 2016 2.148 6. September 2016 2.563 7. Oktober 2016 3.039 8. November 2016 3.520 9. Desember 2016 10.996 Total 43.283 10. Januari 2017 2.977 11. Februari 2017 2.322 12. Maret 2017 5.566 13. April 2017 7.406 Total 18.271 Sumber: Arsip Pengelola Grand Watu Dodol 2016-2017

138

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 Dari penjelasan di atas dapat di ketahui bahwa kunjungan wisatawan terbanyak terjadi pada bulan Juli dan Desember dimana pada bulan tersebut merupakan liburan hari raya lebaran dan liburan akhir tahun,dimana banyak wisatawan menggunakannya untuk berekreasi di destinasi Grand Watu Dodol. Karena destinasi wisata ini masih baru,banyak hal yang perlu ditingkatkan salah satunya kualitas pelayanan. Penelitian ini mengetahui bagaimana kualitas pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola di pantai Grand Watu Dodol selama ini.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan oleh pengelola di daya tarik wisata Pantai Grand Watu Dodol, Kabupaten Banyuwangi.

2. METODE PENELITIAN Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari narasumber dilokasi penelitian seperi data yang diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan pihak pengelola Grand Watu Dodol yaitu Bapak Ajiz selaku kepala pengelola swadaya masyarkat di Grand Watu Dodol dan data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terstruktur kepada wisatawan domestic yang dating ke Grand Watu Dodol. Untuk jenis kuisioner, digunakan skala Likert menurut Sugiyono (2014:168) yaitu skala yang akan mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyatan atau pertanyaan. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan dengan maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.Pada penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah buku – buku serta situs diinternet yang berkenaan dengan penelitian yang dilakukan. Pada penelitian ini yang akan dijadikan sampel adalah wisatawan yang secara kebetulan mengunjungi Pantai Grand Watu Dodol. Pengambilan sampel dilakukan untuk memberikan penilaian wisatawan terhadap kualitas pelayanan dari pengelola.Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 wisatawan dengan menggunakan rumus Slovin (1960). Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriftif kuantitatif yaitu merupakan teknik analisis yang mentabulasi data, mendeskripsikan keadaan kemudian diolah sesuai dengan fungsinya. Dalam penelitian ini hasil kuesioner dengan tabulasi dimana setiap pernyataan yang ada dalam kuesioner dengan 5 skala jawaban dengan memberikan skor pada setiap jawaban yaitu: 1. Jawaban sangat setuju (SS) dengan skor 5 2. Jawaban setuju (S) dengan skor 4 3. Jawaban netral (N) dengan skor 3 4. Jawaban tidak setuju (TS) dengan skor 2 5. Jabawan sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1 (Kusmayadi dan Endar,2000:49).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dari 50 responden kemudian dianalisis menggunakan Skala Likert dan dari daftar pernyataan dapat dijabarkan hasilnya sebagai berikut: 1. Bukti Langsung ( Tangible) a. Grand Watu Dodol memiliki information center yang memadai. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 58% yang artinya Grand Watu Dodol memiliki informasi center yang dirasa cukup/netral oleh wisatawan. b. Grand Watu Dodol memiliki tempat parkir yang memadai. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 74% dengan hasil analisis setuju yang artinya Grand Watu Dodol memiliki tempat parkir yang memadai.

139

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 c. Grand Watu Dodol memiliki fasilitas pembatas di laut yang memadai. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 55% yang artinya Grand Watu Dodol memiliki fasilitas pembatas laut yang dirasa cukup/netral oleh wisatawan. d. Kebersihan lingkungan tempat wisata di Grand Watu dodol terjaga dengan baik. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 49% yang artinya kebersihan lingkungan tempat wisata di Grand Watu dodol terjaga dengan cukup/netral oleh wisatawan. e. Pemberian karcis/retribusi masuk di Grand Watu Dodol sudah terkoordinir dengan baik. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 66% dengan hasil analisis setuju yang artinya pemberian karcis/retribusi masuk di Grand Watu Dodol sudah terkoordinir dengan baik f. Tersedianya fasilitas pendukung seperti kursi dan payung pantai yang sudah memadai. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 66% dengan hasil analisis setuju yang artinya Grand Watu Dodol memiliki fasilitas pendukung seperti kursi dan payung pantai yang sudah memadai. 2. Kehandalan ( Reliability) a. Durasi pelayanan dalam pemberian retribusi masuk sudah diatur dengan baik. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 68% dengan hasil analisis setuju yang artinya durasi pelayanan dalam pemberian retribusi masuk sudah diatur dengan baik. b. Memberikan perhatian yang serius terhadap pengunjung yang mendapat masalah di Grand Watu Dodol. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 63,6% dengan hasil analisis setuju yang artinya pengelola atau karyawan memberikan perhatian yang serius terhadap pengunjung yang mendapat masalah di Grand Watu Dodol. c. Memberikan akses yang mudah dari lokasi pantai ke tempat makan. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 63,9% dengan hasil analisis setuju yang artinya pengelola memberikan akses yang mudah dari lokasi pantai ke tempat makan. 3. Daya Tanggap ( Responsiveness) a. Pengaturan lahan parkir yang dilakukan oleh pengelola sudah dilakukan dengan baik. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 69,2% dengan hasil analisis setuju yang artinya pengaturan lahan parkir yang dilakukan oleh pengelola sudah dilakukan dengan baik. b. Pemberian informasi dari pihak Grand Watu Dodol kepada pengunjung sudah secara lengkap dan jelas. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 62,8% dengan hasil analisis setuju yang artinya pemberian informasi dari pihak Grand Watu Dodol kepada pengunjung sudah secara lengkap dan jelas. c. Karyawan cepat tanggap terhadap kesulitan – kesulitan pengunjung. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 62% dengan hasil analisis setuju yang artinya karyawan cepat tanggap terhadap kesulitan – kesulitan yang dialami oleh pengunjung. 4. Jaminan ( Assurance) a. Pengelola Grand Watu Dodol memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dalam memberikan pelayanan. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 65% dengan hasil analisis setuju yang artinya pengelola Grand Watu Dodol memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dalam memberikan pelayanan. b. Karyawan di Grand Watu Dodol bersikap ramah dan sopan kepada pengunjung. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 68% dengan hasil analisis setuju yang artinya karyawan di Grand Watu Dodol bersikap ramah dan sopan kepada pengunjung. c. Tingkat keamanan yang terjaga dengan baik. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 68% dengan hasil analisis setuju yang artinya tingkat keamanan di Grand Watu Dodol yang terjaga dengan baik. 5. Empati ( Emphaty) a. Setiap pertanyaan dengan pengunjung, karyawan selalu menjawab dengan senyuman. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 63,6% dengan hasil analisis setuju yang artinya setiap pengunjungmengajukan pertanyaan, karyawan selalu menjawab dengan senyuman. b. Pihak Grand Watu Dodol memberikan perhatian terhadap segala keluhan pengunjung. Hasil yang diperoleh yaitu indeks nilai sebanyak 63,6% dengan hasil analisis setuju 140

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 yang artinya pihak Grand Watu Dodol memberikan perhatian terhadap segala keluhan yang diajukan oleh pengunjung.

3.2 Pembahasan Dari ke 17 pernyataan diatas didapatkan hasil tertinggi di variabel tangible yakni pernyataan no 2 tentang tempat parkir yang memadai dengan presentasi nilai mencapai 74 % dan di variabel yang sama pula terdapat hasil terendah yakni di pernyataan no 1 tentang ketersediaan information center dengan presentase 58%,pernyataan no 3 tentang fasilitas pembatas lautdengan presentase 55% dan pernyataan no 4 tentang kebersihan lingkungan pantai dengan presentase 49%. Ketiga indikator terendah ini perlu mendapatkan perhatian khusus dari pengelola agar kualitas pelayanan di pantai Grand Watu Dodol bisa meningkat. Maka dari ke 17 pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa hanya ada 3 pernyataan saja yang menyatakan cukup/netral terhadap kualitas pelayanan yang ada di Grand Watu Dodol dan sisanya responden menyatakan setuju. Dilihat dari rata rata respon wisatawan terhadap kualitas pelayanan di Grand Watu Dodol mencapai 64%,sesuai dengan tabel tingkat kesesuaian (Kusmayadi dan Endar, 2000). Nilai presentase tersebut menyatakan setuju terhadap kualitas pelayanan yang ada di Grand Watu Dodol sesuai dengan penyataan yang ada di variabel kualitas pelayanan.Bisa disimpulkan bahwa secara keseluruhan kualitas pelayanan di Grand Watu Dodol bisa dikatakan baik.

4. KESIMPULAN Destinasi Grand Watu Dodol ini di kelola oleh kelompok masyarakat setempat yang terbagi menjadi dua kelompok masyarakat yaitu kelompok masyarakat yang bertanggung jawab di bagian konservasi laut (pokmaswas pesona bahari) dan kelompok sadar wisata (pokdarwis). Kedua kelompok masyarakat ini di ketuai oleh bapak Ajiz. Wisatawan yang berkunjung ke grand watudodol ini pada umumnya adalah wisatawan nusantara dan juga sesekali di kunjungi oleh beberapa wisatawan asing. Destinasi ini langsung menghadap ke laut dengan arsitektur unik lengkap dengan fasilitas kafe, area pantai, area bermain, dan gerai produk kreatif dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Banyuwangi. Dari ke 17 pernyataan tentang kualitas pelayanan menyatakan bahwa rata rata yang didapatkan untuk mengukur kualitas pelayanan mencapai 64% dimana nilai tersebut jika dilihat dalam tabel tingkat kesesuaian maka persentase tersebut menyatakan setuju terhadap kualitas pelayanan sesuai dengan penyataan yang ada di variabel kualitas pelayanan di Grand Watu Dodol.Walaupun rata rata responden menyatakan setuju terhadap kualitas pelayanan namun ada beberapa pernyataan yang masih harus diperhatikan seperti penyedian information center yang memadai,fasilitas pembatas laut dan kebersihan lingkungan di Grand Watu Dodol.Bisa disimpulkan secara keseluruhan bahwa kualitas pelayanan yang ada di Grand Watu Dodol bisa dikatakan baik.

Ucapan Terimakasih Terimakasih kepada pihak – pihak yang telah turut mendukung kami dalam menyelesaikan penulisan ini, antara lain: 1. Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pariwisata UNUD 2. Bapak I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. selaku Ketua Program Studi S1. Industri Perjalanan Wisata 3. Ibu W. Citra Juwitasari, SH., M.Par. selaku pembimbing Penelitian Lapangan 2 kami 4. Ibu Luh Gede Leli Kususma Dewi, S.Psi., M.Par. selaku penguji Penelitian Lapangan 2 kami 5. Serta tentunya kawan – kawan kelompok XI yang sudah berusaha dengan keras untuk menyelesaikan penulisan ini dengan baik.

141

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 5. DAFTAR PUSTAKA Choizes. 2017. Pengertian Skala Likert dan Contoh Cara Hitung Kuesionernya. https://www.diedit.com/skala-likert/ [Diakses tanggal 3 juni 2017 jam 16:19]. Griffin, Jill. (2002). Customer Loyality: Menumbuhkan dan Mepertahannkan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta: Erlangga. Hurriyati, Ratih. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung: Alfabeta. Khairani. 2012. Analisis variable yang Berpengaruh Terhadap Pembentukan daerah tujuan Wisata: Studi Kasus Wisatawan Nusantara Yang Berwisata Ke Yogyakarta Periode 2007-2009. Skripsi. Universitas Indonesia. Martilla, John.A; James, John.C, 1977, “ Importance-Performance Analysis”, Journal of Marketing (pre-1986), 41, 1 Masruri Muhammad, 2004, Membangun Kepuasan Pelanggan Melalui Kualitas Pelayanan di Metrodata, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.2. No.1. Maret : 53-68, Yogyakarta. Mohammad Nasir, 1999, Metodelogi Penelitian, Penerbit LP3ES, Jakarta. Nur Nasution. 2002. Penelitian Tingkat Kepuasan Pelanggan Sebagai Prediktor Terhadap Tingkat Kesetiaan Pelanggan Provider Handphone, Jurnal Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol. 2, No. 1. page 48 – 67. Parasuraman, A, Valarile A. Zeithaml, dan Leonard L, Berry, 1985. A Conceptual Model of Service Quality and Its Implication for Future Research,Journal of Marketing Volume 49 (Fall). Rambat Lupiyoadi, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik, Salemba Embang Patria, Jakarta. Rangkuti, Freddy, 2006, Measuring Customer Satisfication , Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Schmitt, B. (1999). Experiential Marketing: How to Get Your Customers to Sense, Feel, Think, Act, Relate to Your Company and Branda . New York: FreePass. Soekadijo, R.G. (2000). Anatomi Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suwantoro, Gamal. (2004). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi.

142

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

MOTIVASI DAN PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA GRAND WATUDODOL

Ni Putu Eka Citra Saraswati 1) , I Putu Sudana 2) , Yohanes Kristianto 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]

Abstrak Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak potensi wisata baru yang dikenalkan kepada masyarakat. Namun, wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi masih terfokus pada daya tarik wisata alam seperti Kawah Ijen, dan Grand Watudodol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) motivasi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Grand Watudodol; (2) persepsi wisatawan terhadap 4A ( Attraction, Amenities, Accessibilities, Ancilliary ) dan citra obyek wisata Grand Watudodol. Peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dan skala likert dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, kuesioner, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menyatakan bahwa sebagian besar motivasi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Grand Watudodol adalah relaksasi, sedangkan persepsi wisatawan terhadap 4A, dan citra obyek wisata Grand Watudodol sebagian besar dinilai cukup baik.

Kata kunci : daya tarik wisata, motivasi wisatawan, persepsi wisatawan.

Abstract Banyuwangi Regency has a lot of tourism potential which was introduced to the community. However, tourists that visiting Banyuwangi still focused on natural attractions such as the Ijen Crater, and Grand Watudodol. The research aims to understand: (1) motivation of tourists to visit Grand Watudodol Beach; (2) perception of tourists towards 4A (Attraction, Amenities, Accessibilities, Ancilliary), and tourist destination image in Grand Watudodol Beach. The researchers used a qualitative descriptive method and likert scale method with data collection techniques through observation, questionnaires, interviews, and the study of librarianship. Results of the research stated that motivation of tourists to visit the Grand Watudodol Beach is mostly relaxation, while perception of tourists towards 4A, and tourist destination image in Grand Watudodol Beach is mostly good enough.

Keywords : tourist attractions, motivation of tourist, perception of tourists.

1. PENDAHULUAN Wisata merupakan salah satu dari tiga keunggulan Kabupaten Banyuwangi selain perikanan dan UMKM. Oleh karena itu, Kabupaten Banyuwangi tengah gencar membangun daerahnya sebagai destinasi wisata. Perkembangan pembangunan pariwisata Kabupaten Banyuwangi bila ditinjau berdasarkan jumlah obyek wisata serta akomodasi penunjangnya, dapat dikategorikan daerah tujuan wisata yang sedang berkembang. Salah satu objek wisata Kabupaten Banyuwangi, yaitu Pantai Grand Watudodol telah dikenal oleh masyarakat lokal karena keindahan sunrise dan terumbu karangnya, serta atraksi wisata watersport yang cocok bagi para pecinta petualangan. Tidak hanya pantai, destinasi wisata di Kabupaten Banyuwangi memang sangat variatif mulai dari pantai, pegunungan, bahkan perkebunan dan desa wisata. Menurut data Bappeda, Banyuwangi bahkan memiliki lebih dari 50 objek wisata yang terbagi dalam tiga wilayah. Tidak hanya itu, budaya khas Banyuwangi yang beraneka ragam juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung ke Banyuwangi. Sebagai kabupaten yang memiliki cukup banyak objek wisata, pemerintah setempat sadar akan besarnya potensi pengembangan pariwisatanya. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pariwisata Banyuwangi mengalami perkembangan yang signifikan. Banyak potensi wisata baru yang dikenalkan kepada masyarakat. Hal itu tidak lepas dari ide kreatif Abdullah Azwar Annas selaku Bupati Banyuwangi untuk memanfaatkan secara maksimal potensi wisata yang dimiliki Banyuwangi yang tentunya akan bisa menambah pendapatan asli daerah dan mengubah citra negatif dari Kabupaten Banyuwangi itu sendiri. Banyaknya potensi wisata yang ditawarkan Banyuwangi berdampak pada meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke

143

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 tahun. Adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi ternyata tidak diiringi dengan meratanya kunjungan wisatawan ke daya tarik wisata yang ada. Peningkatan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan hanya terjadi di beberapa daya tarik wisata alam yang sudah terkenal di Banyuwangi. Wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi masih terfokus pada daya tarik wisata alam seperti Kawah Ijen, Pantai Plengkung, Pulau Merah, dan Pantai Watudodol. Menyikapi permasalahan pariwisata yang dihadapai oleh Kabupaten Banyuwangi, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui motivasi wisatawan yang berkunjung ke Pantai Grand Watudodol; dan persepsi wisatawan terhadap 4A ( Attraction, Amenities, Accessibilities, Ancilliary ) serta citra obyek wisata Grand Watudodol, sehingga dengan memahami motivasi dan persepsi wisatawan terkait objek daya tarik wisata yang dikunjunginya, diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan dan pengembangan pariwisata di Banyuwangi.

2. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada keseluruhan obyek daya tarik wisata Pantai Grand Watudodol di Kabupaten Banyuwangi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan skala likert. Hasil analisis data penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan dipaparkan secara naratif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3 Faktor Pendorong Wisatawan yang Berkunjung di Grand Watudodol

No Indikator Jumlah Presentase (%) (orang) 1. Penyegaran/ relaxation 42 56% 2. Watersport 12 16% 3. Romantis 21 28%

Jumlah 75 100

Berd asarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendorong motivasi wisatawan untuk berkunjung ke Grand Watudodol dengan dengan indikator penyegaran/ relaxation adalah sebanyak 42 responden dengan presentase 56%. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang berwisata ke Grand Watudodol sebagian besar didominasi oleh motivasi penyegaran/ relaxation . Sedangkan sebanyak 21 responden dengan presentase 28% memilih romantis sebagai motivasi berwisata mereka. Selanjutnya peneliti memilih indikator “menikmati watersport ” untuk dianalisis berdasarkan data kuesioner yang telah terisi, dan hasilnya, sebanyak 12 orang dengan presentase 16% memilih menikmati watersport sebagai motivasi mereka dalam melakukan perjalanan wisata ke Grand Watudodol. Hal ini menunjukkan bahwa peminat watersport terbilang rendah dan berada di peringkat paling rendah diantara seluruh indikator, dikarenakan fasilitas watersport di Grand Watudodol baru dibangun dan belum banyak wisatawan yang mengetahui keberadaan wahana watersport yang ada di Grand Watudodol ini.

Tabel 4 Faktor Penarik Wisatawan untuk Mengunjungi Grand Watudodol. No Indikator Jumlah (orang) Presentase (%) 1. Perbedaan iklim 8 10,7% 2. Liburan yang alami 34 45,3% 3. Menikmati atraksi wisata 20 26,7% alam, budaya, dan buatan 4. Adanya kegiatan promosi 13 17,3% Jumlah 75 100

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, terdapat 34 responden dengan presentase 45,3% yang memilih indikator “liburan yang alami” sebagai motivasi berwisata mereka. Hal

144

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 ini menunjukkan bahwa indikator ini menempati peringkat tertinggi diantara indikator faktor penarik lainnya. Sedangkan 20 orang dengan presentase 26,7% memilih menikmati atraksi wisata alam, budaya, dan buatan sebagai faktor penariknya. Selanjutnya diketahui sebanyak 13 responden dengan presentase 17,3% yang memilih “adanya kegiatan promosi” sebagai motivasi perjalanan wisata mereka, Grand Watudodol merupakan salah satu destinasi wisata yang baru berkembang dan pengelola Grand Watudodol berusaha untuk mengembangkan Grand Watudodol sebagai tujuan utama destinasi wisata di Banyuwangi dengan mempromosikan potensi- potensi wisata yang ada di Grand Watudodol. Contoh kegiatan promosi yang dapat diselenggarakan antara lain, kegiatan promosi paket wisata yang diselenggarakan oleh Biro Perjalanan Wisata, dan kegiatan promosi paket watersport seperti scuba diving , snorkeling , banana boat , sea walker , dan masih banyak lagi. Faktor penarik yang berada di peringkat paling rendah adalah “perubahan iklim” yaitu dengan jumlah responden 8 orang dan memiliki presentase 10,7%. Pada saat sesi wawancara kepada responden yang mengisi kuesioner, peneliti mendapat informasi bahwa kebanyakan wisatawan yang berkunjung ke Grand Watudodol adalah wisatawan Banyuwangi, Situbondo, Jember dan Surabaya. Perbedaan cuaca di Grand Watudodol menjadi faktor penarik terendah karena cuaca di daerah-daerah asal mereka hampir sama.

Tabel 5 Persepsi Wisatawan yang Berkunjung ke Grand Watudodol Skala Likert Tanggapan Responden Kriteria Persepsi Skor Skala Interval Sangat Baik 5 4,21 - 5,100 Baik 4 3.41 - 4,20 Cukup Baik 3 2,61 - 3,40 Buruk 2 1,81 - 2,60 Sangat Buruk 1 1,00 - 1,80

Tabel 6 Hasil Analisis Data Atraksi Wisata di Grand Watudodol Komponen Indikator Frekuensi (%) Jumlah Rata Kriteria Pariwisata Responden -rata Penilaian 5 4 3 2 1

Atraksi Pemandanga 17,6 36,5 36,5 6,8 2,7 74 3,6 Baik Wisata n alam di Alam sekitar pantai Keindahan 16 40 40 0 4 50 3,6 Baik sunrise Atraksi Aneka 13,3 13,3 58,3 13,3 1,7 60 3,2 Cukup Wisata kuliner yang Baik Budaya tersedia Atraksi Watersport / 16,7 29,6 44,4 9,6 0 54 3,5 Baik Wisata olahraga air Buatan

Berdasarkan hasil analisis data persepsi wisatawan, diketahui bahwa komponen atraksi wisata alam memiliki penilaian yang “baik”. Atraksi wisata alam dibagi menjadi 2 indikator antara lain: pemandangan alam di sekitar pantai dan keindahan sunrise . Komponen selanjutnya adalah atraksi wisata budaya yang tergolong dalam penilaian “cukup baik” dengan indikator aneka kuliner yang tersedia. Sedangkan wisatawan memiliki persepsi yang “baik” terhadap komponen atraksi wisata buatan dengan indikator watersport /olahra ga.

145

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Tabel 7 Hasil Analisis Data Fasilitas yang Tersedia di Grand Watudodol Komponen Indikator Frekuensi (%) Jumlah Rata Kriteria Pariwisata Responden -rata Penilaian 5 4 3 2 1 Fasilitas Luas lahan 29,3 34,7 29,3 5,3 1,6 75 3,9 Baik parkir Kondisi toilet 6,3 23,8 58,7 11,1 0 63 3,3 Cukup Baik Sarana ibadah 15 13,3 56,7 11,7 3,3 60 3,3 Cukup yang tersedia Baik

Berdasarkan hasil analisis data persepsi wisatawan terhadap amenitas di sekitar obyek wisata Grand Watudodol, diketahui bahwa luas lahan parkir di Grand Watudodol memiliki penilaian yang “baik”. Sedangkan kondisi toilet; dan sarana ibadah yang tesedia di sekitar obyek wisata memiliki penilaian yang “cukup baik”.

Tabel 8 Hasil Analisis Data Aksesibilitas di Grand Watudodol Komponen Indikator Frekuensi (%) Jumlah Rata Kriteria Pariwisata Responden -rata Penilaian

5 4 3 2 1

Kualitas jalan menuju 25 39,7 26,5 7,35 1,47 68 3,8 Baik lokasi obyek wisata Transportasi umum 14,2 27 44,4 6,34 7,94 63 3,4 Cukup sepanjang Baik obyek wisata yang tersedia

Berdasarkan hasil analisis data persepsi wisatawan, diketahui bahwa komponen aksesibilitas memiliki penilaian yang “baik” yaitu terdapat pada indikator kualitas jalan menuju lokasi obyek wisata. Komponen selanjutnya adalah aksesibilitas yang tergolong dalam penilaian “cukup baik” dengan indikator transportasi umum sepanjang obyek wisata yang tersedia.

Tabel 9 Hasil Analisis Data Layanan Tambahan di Grand Watudodol Komponen Indikator Frekuensi(%) Jumlah Rata Kriteria Pariwisata Responden -rata Penilaian 5 4 3 2 1 Petunjuk jalan Ancilliary sepanjang 12,5 44,6 35,7 1,8 5,4 56 3,6 Baik Services / obyek wisata Layanan yang tersedia Tambahan Mesin ATM dari suatu yang tersedia 8,9 16,1 37,5 25 12, 56 2,8 Cukup Lembaga di sekitar 5 Baik obyek wisata

146

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Berdasarkan hasil analisis mengenai komponen layanan tambahan dari lembaga, diketahui bahwa indikator petunjuk jalan sepanjang obyek wisata yang tersedia tergolong dalam penilaian “baik”. Sedangkan indikator lainnya yaitu: mesin ATM yang tersedia di sekitar obyek wisata tergolong dalam penilaian “cukup baik.

Tabel 10 Hasil Analisis Data dari Citra Obyek Wisata Grand Watudodol Komponen Indikator Frekuensi (%) Jumlah Rata- Penilaian Pariwisata Responden rata 5 4 3 2 1

Citra Kebersihan 20 25,3 33,3 12 9,3 75 2,9 Cukup Obyek pantai Baik Wisata Kebersihan 11,4 12,9 57,1 17,1 1,4 70 3,3 Cukup toilet Baik

Keamanan di 15,7 24,3 45,7 10 4,3 70 3,4 Baik obyek wisata

Berdasarkan hasil analisis mengenai komponen citra obyek wisata, diketahui bahwa indikator keamanan di obyek wisata tergolong dalam penilaian “baik”. Sedangkan indikator lainnya yaitu: Kebersihan pantai; dan kebersihan toilet tergolong dalam penilaian “cukup baik”.

4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis faktor pendorong wisatawan yang berkunjung ke Pantai Grand Watudodol, secara berurutan didominasi oleh relaksasi (56%), romantis (28%) dan watersport (16%). Sedangkan faktor penarik secara berurutan, antara lain liburan yang alami (45,3%), menikmati atraksi wisata alam, budaya dan buatan (26,7%), adanya kegiatan promosi (17,3%) dan perbedaan iklim (10,7%). Wisatawan yang berwisata di Grand Watudodol memiliki persepsi yang “baik” terhadap atraksi wisata alam; dan persepsi yang “cukup baik” terhadap atraksi wisata budaya. Sedangkan atraksi wisata buatan di Grand Watudodol memiliki kriteria persepsi yang “baik”. Persepsi wisatawan terhadap amenitas yaitu luas lahan parkir di Grand Watudodol adalah “baik”. Sedangkan kondisi toilet; sarana ibadah yang tesedia dinilai “cukup baik”. Persepsi wisatawan terhadap aksesibilitas seperti transportasi umum sepanjang obyek wisata adalah “cukup baik”, sedangkan kualitas jalan menuju obyek wisata dinilai “baik”. Wisatawan memiliki persepsi yang “baik” terhadap layanan tambahan dari lembaga mengenai petunjuk jalan sepanjang obyek wisata; persepsi yang “cukup baik” terhadap mesin ATM. Persepsi yang “baik” terhadap citra obyek wisata antara lain keamanan di obyek wisata, sedangkan persepsi yang “cukup baik” terdapat pada indikator kebersihan pantai dan toilet. Saran 1. Sebaiknya pengelola dan masyarakat memperbanyak kedai kuliner. 2. Seharusnya pengelola dan masyarakat meningkatkan kebersihan pantai dan toilet. 3. Pemerintah Daerah hendaknya membangun fasilitas mesin ATM di sekitar obyek wisata dikarenakan fasilitas mesin ATM dirasa cukup jauh dari lokasi Grand Watudodol. Menurut persepsi wisatawan di atas yang relatif “cukup baik” terhadap komponen- komponen obyek daya tarik wisata Grand Watudodol, tidak hanya perlu terus dipelihara, tetapi juga ditingkatkan dengan cara menyusun standar mutu produk wisata terhadap atraksi, aksesibilitas, amenitas, dan layanan tambahan dari suatu lembaga yang didasarkan pada kriteria- kriteria keunikan, keaslian, keindahan, keamanan, kenyamanan, kenangan, keramah-tamahan, dan kebersihan.

147

Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4

Penyusunan standar mutu pariwisata dirasakan sangat penting guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia pariwisata, mengembangkan produk-produk wisata, dan memenuhi tuntutan- tuntutan baru atas kualitas layanan wisata yang semakin tinggi.

5. DAFTAR PUSTAKA Bappeda Banyuwangi. 2012. Taman Nasional Meru Betiri . Banyuwangi: Arsip Kelembagaan. Cooper, Fletcher, J., Gilbert, D.,Shepherd, R., Wanhill, S. 1998. Tourism Principles and Practice . 90 Tottenham Court Road, London. Hasan, Husein; Asdar, Muhammad dan Jusni. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Wisatawan Dalam Melakukan Kunjungan Wisata di Kota Tidore Kepulauan . Tidore: Jurnal Penelitian. Hermansyah, Danu dan Waluya, Bagja. 2012. Analisis Faktor-Faktor Pendorong Motivasi Wisatawan Nusantara Terhadap Keputusan Berkunjung Ke Kebun Raya Bogor . Bogor: Jurnal Penelitian. Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Yogyakarta: Graha Ilmu. Mill, Robert C and Morrison Alastair M. 1985. The Tourism System, An Introductory Text . New Jersey: Prentice Hall Inc. Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian Sosiologis terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak-dampak Pariwisata . Yogyakarta: Andi Offset. Sayangbatti, Dilla Pratiyudha dan Baiquni, M. 2013. Motivasi dan Persepsi Wisatawan tentang Daya Tarik Destinasi terhadap Minat Kunjungan Kembali di Kota Wisata Batu . Malang: Jurnal Penelitian. Winardi, J. 2002. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen . Jakarta: Raja Persada Grafindo. Witt ,Stephen F. and Luiz Mountinho. 1994. Tourism Maketing and Management Second Edition . Prentice Hall International. www.beritajatim.com (Diakses pada tanggal 20 Mei 2017) http://pesona.indonesia.travel/ (Diakses pada tanggal 17 Mei 2017) http://www.jejakwisata.com/tourism-studies/tourism-in-general/213-4a-yang-wajib-dimilki-oleh- sebuah-destinasi-wisata.html (Diakses pada tanggal 20 Mei 2017) https://www.bangsaonline.com/berita/28686/keindahan-terumbu-karang-pantai-grand-watudodol- banyuwangi-pikat-wisatawan-domestik (Diakses pada tanggal 20 Mei 2017)

148