ii
PROSIDING PENELITIAN LAPANGAN
PENULIS : DOSEN DAN MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA
PROGRAM STUDI S1 INDUSTRI PERJALANAN WISATA FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA 2017
PROSIDING PENELITIAN LAPANGAN
Penulis : Dosen dan Mahasiswa Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata
Editor : Putu Agus Wikanatha Sagita, S.ST.Par., M.Par. Ni Made Sofia Wijaya,SST.Par,,M.Par.,PhD W. Citra JuwitaSari,S.H.,M.Par. Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par.,M.Par.
Penyunting : I Made Kusuma Negara, S.E., M.Par. Luh Gede Leli Kusuma Dewi, S.Psi., M.Par.
Desain sampul dan Tata letak Putu Agus Wikanatha Sagita, S.ST.Par., M.Par.
Penerbit : Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Redaksi : Jl. DR.R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Tel/Fax +62361 223798 Email : [email protected]
Distributor Tunggal : Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
Cetakan pertama, Desember 2017
Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana dapat menerbitkan Prosiding Penelitian Lapangan Tahun 2017.
Buku Prosiding Penelitian Lapangan Tahun 2017 memuat sejumlah artikel penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata Universitas Udayana bersama-sama Bapak/Ibu dosen. Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada : 1. Rektor Universitas Udayana, Ibu Prof. Dr. dr. AA. Raka Sudewi, Sp.S (K). 2. Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana, Bapak Drs. I Made Sendra, M.Si. 3. Bapak/Ibu dosen dan mahasiswa penyumbang artikel hasil penelitian lapangan dalam kegiatan ini.
Semoga buku prosiding ini dapat memberi manfaat bagi civitas akademika untuk pengembangan ilmu kepariwisataan serta sebagai referensi bagi upaya pengembangan kepariwisataan nasional. Kami menyadari buku prosiding ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun kami buka untuk khalayak pembaca demi kesempurnaan buku prosiding ini.
Denpasar, 24 November 2017 Ketua,
I Made Kusuma Negara NIP. 19780529 200312 1 001
iii
DAFTAR ISI
MOTIVASI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE KABUPATEN BONDOWOSO (STUDI KASUS DESA WISATA GLINGSERAN DAN ALAS SUMUR DI KABUPATEN BONDOWOSO) Harun Arrasyid, Ni Made Oka Karini, Luh Gede Leli Kusuma Dewi ...... 1-6
POLA PERJALANAN WISATAWAN KE TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, BONDOWOSO, JAWA TIMUR I Gusti Agung Ayu Wrecika Vishnuputri, I Ketut Suwena, I Nyoman Sudiarta ...... 7-14
UPAYA PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS DI DESA WISATA LOMBOK KULON, KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN BONDOWOSO Daniella Daniel, Putu Agus Wikanatha Sagita, I Made Kusuma Negara ...... 15-20
MODA TRANSPORTASI WISATA DI KABUPATEN BONDOWOSO BESERTA PELAYANANNYA Monika Sarah Panjaitan, Luh Gede Leli Kusuma Dewi, Ni Made Sofia Wijaya ...... 21-25
PARTISIPASI MASARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ORGANIK LOMBOK KULON, KABUPATEN BONDOWOSO Ni Kadek Devi Somiari, I Made Sendra, Ni Gusti Ayu Susrami Dewi...... 26-33
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI OLEH DINAS KEPARIWISATAAN KABUPATEN BONDOWOSO DALAM MEMPROMOSIKAN DAYA TARIK WISATA Priscilla Nivili, I Wayan Suardana, I Made Sendra ...... 34-40
KEBERADAAN PRAMUWISATA LOKAL DI KABUPATEN BONDOWOSO .... Resta Indah Inayah, Yohanes Kristianto, W. Citra Juwita Sari ...... 41-47
KEBIJAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DI DESA GLINGSERANG KECAMATAN WRINGIN BONDOWOSO Fina Indana Zulfa, W. Citra Juwitasari, I Made Kusuma Negara ...... 48-53
PENGEMASAN PAKET WISATA PERDESAAN DI KABUPATEN BONDOWOSO Ni Wayan Diasputri SJ, I Gst. Putu Bgs. Sasrawan Mananda, I Putu Sudana ...... 54-57
iv
SARANA DAN PRASARANA YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN RAWA INDAH ALMOUR DI KABUPATEN BONDOWOSO Ferdinand Simbolon, I Wayan Darsana, I Ketut Suwena ...... 58-65
PENERAPAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN BONDOWOSO SEBAGAI DAYA TARIK WISATA Susana Shanti Jaimun, I Nyoman Sudiarta, Ni Gusti Ayu Susrami Dewi ...... 66-72
EKONOMI KREATIF SEBAGAI SALAH SATU POTENSI PARIWISATA PADA KABUPATEN BONDOWOSO Fitri Amalia Rhamadani, Ni Putu Eka Mahadewi, Ni Made Sofia Wijaya ...... 73-80
MOTIVASI DAN PERSEPSI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE DESA KEMIREN, BANYUWANGI JAWA TIMUR Yogiswara Darmanda Pandit, I Wayan Suardana, Ni Made Sofia Wijaya ...... 81-88
PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ADAT OSING, KEMIREN Dewa Ayu Putu Putri Krisnadevi, Ni Made Oka Karini, Yohanes Kristianto ...... 89-94
PERSEPSI WISATAWAN DAN DAMPAK PENGEMBANGAN PANTAI BANGSRING SEBAGAI WISATA BAHARI DI BANYUWANGI Intan Permatasari Liyanti, I Ketut Suwena, Gusti Ayu Susrami Dewi ...... 95-100
KARAKTERISTIK, PERSEPSI, DAN KEPUASAN WISATAWAN NUSANTARA DI PANTAI BANGSRING (BERDASARKAN INDIKATOR SAPTA PESONA) Kiki Savira, I Nyoman Sudiarta, I Made Sendra ...... 101-107
DAMPAK PENGEMBANGAN HUTAN PINUS SONGGON SEBAGAI EKOWISATA Cening Suprani Gama, I Made Sendra, Ni Made Oka Karini ...... 108-114
ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI DAYA TARIK WISATA HUTAN PINUS SONGGON KABUPATEN BANYUWANGI I Made Cahya Narayana, Putu Agus Wikanatha Sagita, I Nyoman Sudiartha ...... 115-121
STRATEGI PEMASARAN BANGSRING UNDERWATER SEBAGAI DESTINASI WISATA DI BANYUWANGI Ni Luh Putri Utari Cahyani, IGPB Sasrawan Mananda, I Ketut Suwena ...... 122-129
v
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PERSEPSI WISATAWAN DI PANTAI BANGSRING Daniel Tri Wardian, Ni Putu Eka Mahadewi, I Made Kusuma Negara ...... 130-136
KUALITAS PELAYANAN DI PANTAI GRAND WATU DODOL KABUPATEN BANYUWANGI Putu Yolanda Yuniari, W. Citra Juwitasari, Luh Gede Leli Kusuma Dewi ...... 137-142
MOTIVASI DAN PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA GRAND WATUDODOL Ni Putu Eka Citra Saraswati, I Putu Sudana, Yohanes Kristianto ...... 143-148
vi
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
MOTIVASI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE KABUPATEN BONDOWOSO (Studi kasus Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso)
Harun Arrasyid1) , Ni Made Oka Karini 2) , Luh Gede Leli Kusuma Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]
Abstrak Mengetahui motivasi Pelancong untuk datang ke Bondowoso terutama ke Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Semua data dikumpulkan melalui metode observasi, kuesioner, studi kepustakaan dan beberapa dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa para pelancong yang datang ke Bondowoso di desa wisata Glingseran berdasarkan usia yang paling banyak adalah orang dewasa, dan sebagian besar jenis kelaminnya adalah perempuan. Berdasarlan pekerjaan, sebagian besar pelancong adalah siswa dengan tingkat pendidikan adalah SMA, mereka mendapatkan informasi tentang desa wisata Glingseran dari teman mereka dan mereka datang ke desa wisata Glingseran dengan datang sendiri. Kebanyakan dari mereka adalah pengunjung pertama dan transportasi yang digunakan saat para wisatawan berada di desa wisata Glingseran adalah sepeda motor. Motivasi pelancong yang datang ke desa wisata Glingseran paling banyak adalah pelancong dengan motivasi fisik atau fisiologis dengan detil untuk relaksasi yang paling banyak. Sementara di desa wisata Alas Sumur para pelancongi yang datang berdasarkan usia yang paling banyak adalah pelancong dengan usia dewasa, dan berdasarkan jenis kelamin, pelancong pria dan wanita mempunyai jumlah yang sama. Berdasarkan pekerjaan, sebagian besar pelancong adalah siswa dengan tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas, mereka mendapatkan informasi tentang desa wisata Alas Sumur dari teman mereka dan para pelancong datang ke desa wisata Alas Sumur bersama keluarga mereka. Kebanyakan dari mereka adalah pengunjung pertama dan transportasi yang digunakan saat para wisatawan berada di desa wisata Alas Sumur adalah motor. Motivasi pelancong yang datang ke desa wisata Alas Sumur yang paling banyak adalah pelancong dengan Motivasi fisik atau fisiologis dengan rincian untuk relaksasi adalah yang paling banyak.
Kata kunci : pelancong, desa wisata, relaksasi.
Abstract The objectives of this research is to find out what is Excursionists motivations to came to Bondowoso especially to Glingseran and Alas Sumur as tourist villages. The types of the data are used in this research are primary data and secondary data. All data are collected through an observation method, questionnaires, literature study and some documentations. Analysis technique that is used in this research is quantitative descriptive analysis. This research result showed that the excursionists who came to Bondowoso in Glingseran tourist villages according to the age the most is excursionists is an adult, and most of the gender are female. According to the occupation, most of the excursionists are student with level educations is senior high school, they got the information about Glingseran tourist villages from their friends and they came to Glingseran tourist villages with him/her self or came alone. Most of them are the first time visitors and Mode of transportation which is used when the tourists are in Glingseran tourist villages is motorcycle. The motivation of the excursionist who came to Glingseran tourist villages the most is excursionists with the Physical or physiological motivation with details for relaxation is the most. Meanwhile in Alas Sumur tourist villages the excursionists who came according to the age the most is excursionist is an adult, and most of the gender is same between male and female. According to the occupation, most of the excursionists are student with level educations is senior high school, they got the information about Alas Sumur tourist villages from their friends and they came to Alas Sumur tourist villages with their family. Most of them are the not first time visitors and Mode of transportation which is used when the tourists are in Alas Sumur tourist villages is motorcycle. The motivation of the excursionists who came to Alas Sumur tourist villages the most is excursionist with the Physical or physiological motivation with details for relaxation is the most.
Keywords : excursionists, tourist villages, relaxation.
1
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
1. PENDAHULUAN Pariwisata adalah suatu perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang dilakukan untuk liburan, bersenang-senang ataupun dengan tujuan lain yang bersifat sementara untuk menikmati suatu objek dan daya tarik wisata. S Bondowoso merupakan salah satu Kabupaten di Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Salah satu yang menarik dari kabupaten ini adalah mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan. Salah satu potensi tersebut adalah potensi pariwisata. pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan Pariwisata (Undang-undang Nomor 10 tahun 2009). Dengan potensi pariwisata yang dimiliki, Bondowoso bisa menjadi salah satu kabupaten yang maju di Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan dengan salah satu destinasi Kabupaten Bondowoso yang sudah mendunia yaitu, Kawah Ijen. Potensi wisata yang dimiliki bondowoso bukan hanya bergantung pada Kawah Ijen semata. Potensi potensi yang dimililiki Kabupaten Bondowoso sangat beragam seperti, wisata kuliner yaitu Tape Bondowoso, wisata sejarah situs megalithikum dan salah satunya desa wisata. Menurut Priasukmana & Mulyadin (2001), Desa Wisata merupakan suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan kebutuhan wisata lainnya. Salah satu desa wisata di Bondowoso adalah Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur. Kedua Desa Wisata memiliki atraksi yang berbeda-beda untuk menarik pelancong untuk berkunjung ke Bondowoso. Keberadaan desa wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso membuat daya tarik wisata menjadi semakin beragam. Keberagaman daya tarik wisata bisa menyebabkan kunjungan wisatawan atau pelancong semakin banyak. Tentunya dalam hal ini excursionist memiliki motivasi yang beragam dalam mengunjungi Kabupaten Bondowoso. Motivasi merupakan sebuah dorongan yang muncul dari dalam diri atau dari luar (lingkungan) yang menjadi faktor penggerak ke arah tujuan yang ingin dicapai. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), motivasi adalah keadaan tertekan karena dorongan kebutuhan yang “membantu” individu melakukan perilaku yang menurut anggapannya akan memuaskan kebutuhan dan mengurangi ketegangan. Motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Sementara Excursionists, yaitu pelancong sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjungi, termasuk di dalamnya penumpang kapal pesiar/penyebrangan. Sementara itu Motivasi merupakan sebuah dorongan yang muncul dari dalam diri atau dari luar (lingkungan) yang menjadi faktor penggerak ke arah tujuan yang ingin dicapai. Menurut Schiffman dan Kanuk (2007). Salah satu teori tentang motivasi yang dikemukakan oleh McIntosh (1977) dan Murphy (1985) adalah motivasi terbagi menjadi empat yaitu; Physical or physiological motivation, (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), Cultural motivation,Social motivation or interpersonal motivation (motivasi yang bersifat sosial), Fantasy motivation. Oleh karena itu, peneliti ingin tentang motivasi mengetahui pelancong yang berkunjung ke Bondowoso khususnya ke Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur.
2. METODE Dilakaukan di kabuaten Bondowoso tepatnya di dua desa yaitu Desa Wisata Glingseran dan Alas Sumur. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Sementara sumber data adalah data primer dan data skunder. Teknik pengambilan data adalah observasi, kuisioner, studi kepustakaan dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel secara acak atau accidental sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kuantitstif.
2
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelancong yang berkunjung ke Desa wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenjang usia Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarkan jenjang usia adalah Pelancong yang berusia dewasa sebanyak 66,66 % dan usia remaja berada di urutan kedua dengan kunjungan Pelancong sebanyak 33,33 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa WisataGlingserandi Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis kelamin Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan jenis kelamin adalah Pelancong berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowso berdasarkan pekerjaan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan pekerjaan adalah Pelancong yang masih berstatus sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan tingkat pendidikan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan tingkat pendidikan adalah Pelancong yang hanya menyelesaikan pendidikannya hingga SMA sebanyak 3 orang dengan presentase 100%.
Pelancong yang berkunjung keDesa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan informasi mengenai destinasi wisata Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan informasi mengenai destinasi wisata ialah didapat dari teman sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %. Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan kunjungan pertama Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan kunjungan pertama yang mengatakan ya sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan transportasi yang digunakan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan transportasi yang digunakan adalah motor sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Kabupaten Bondowoso berdasarkan teman kunjungan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang paling banyak berdasarakan teman kunjungan adalah sendiri sebanyak 3 orang dengan presentase 100 %
3
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Motivasi Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Bondowoso
Tabel 1.1 Motivasi Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Glingseran di Bondowoso
Motivasi Kunjungan Jumlah Persentase (%)
Fisik/Fisiologis 2 66,66
Sosial 1 33,33
Budaya 0 0
Fantasi 0 0
Total 3 100
Sumber; penelitian yang dilakukan di Desa Wisata Glingseran
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivasi Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Glingseran yang ada di bondowoso paling adalah motivasi fisik atau Fisiologis. Motivasi ini mendominasi jumlah 66,66 % sedangkan motivasi sosial berada di urutan kedua dengan persentase 33,33 % semetara motivasi sosial.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowso berdasarkan jenjang usia Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan usia yang paling banyak adalah Pelancong dengan usia remaja yaitu sebanyak 7 orang dengan persentase 70 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis kelamin Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis lelamin masing masing sebanyak 5 orang dengan persentase 50%. Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowso berdasarkan pekerjaan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah Pelancong dengan jenis pekerjaan yaitu Pelajar/Mahasiswa yaitu sebanyak 9 orang atau persentasenya sebanyak 90 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan tingkat pendidikan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan pekerjaan yang paling banyak adalah Pelancong dengan jenis pekerjaan Mahasiswsa atau pelajar yaitu sebanyak 9 orang dengan jumlah 90 %.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan informasi mengenai destinasi wisata Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan informasi mengenai destinasi wisata yang paling banyak adalah Pelancong dengan informasi mengenai destinasi dari teman yaitu sebanyak 9 orang dan brosur di ututan kedua dengan informasi mengenai destiasi dari brosur sebanyak 1 orang dengan persentase masening masing 90 dan 10 %.
4
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel1.2 Motivasi Pelancong yang berkunjung Desa Wisata Alas Sumur Motivasi Kunjungan Jumlah Persentase (%) Fisik/Fisiologis 6 60 Sosial 2 30 Budaya 1 10 Fantasi 1 10
Total 10 100
Sumber; penelitian yang dilakukan di Desa Wisata Alas Sumur
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan kunjungan pertama Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan kunjungan pertama yang paling banyak adalah Pelancong yang memang merupakan kunjungan pertama mereka yaitu sejumlah 8 orang atau persentasenya sebanyak 80% sementara sisanya adalah bukan merupkan kunjungan pertama yaitu sebanyak 20 % atau 2 orang.
Pelancong yang berkunjung ke Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan transportasi yang digunakan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan jenis transportasi yang paling banyak adalah Pelancong dengan jenis trasnportasi yaitu motor dengan persentase sebanyak 70 % atau 7 orang. Sementara mobil pribadi adalah jenis transportasi paling banyak kedua setelah motor dengan persentase sebanyak 20 % atau 2 orang.
Pelancong yang berkunjung ke Desa wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso berdasarkan teman kunjungan Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Kabupaten Bondowoso
berdasarkan teman kunjungan yang paling banyak adalah Pelancong dengan teman kunjungan yaitu keluarga dengan total sebanyak 9 orang atau persesentasenya sebanyak 90 %.
Motivasi Pelancong yang berkunjung Desa Wisata Alas Sumur Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa motivasi Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur yang ada di bondowoso paling banyak adalah motivasi fisik atau Fisiologis. Motivasi ini mendominasi jumlah 60 % sedangkan motivasi sosial berada di urutan kedua dengan persentase 20 % semetara motivasi budaya dan fantasi sama sama memiliki persentase sebanyak 10 %. Motivasi Fisik atau Fisiologis Dalam hal motivasi fisik atau Fisiologis Pelancong paling banyak memilih untuk relaksasi sebagai faktor untuk mengunjungi Desa Wisata di Bondowoso dengan persentase 66,66 %. Sedangkan faktor kenyamanan menjadi faktor kedua untuk mengunjungi Desa Wisata dengan persentase sebanyak 33,33 %. Motivasi Sosial Dalam hal motivasi sosial, 20% faktor mengunjungi teman atau kerabat menjadi faktor terbanyak Pelancong dalam mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur yang ada di Bondowoso. Sementara sisanya adalah pelarian dari situasi membosankan dengan persentase 10 %. Bondowoso kurang banyak. Hal ini dapat dilihat pada tabel diatas dari 10 orang pengunjung, hanya 1 orang yang memilih motivasi budaya. yaitu untuk mempelajari adat istiadat dan kesenian daerh setempat.
5
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Motivasi Budaya Dalam hal motivasi budaya, Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Motivasi Fantasi Dalam hal motivasi fantasi, Pelancong yang mengunjungi Desa Wisata Alas Sumur di Bondowoso juga kurang banyak. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas dari 10 orang pengunjung, hanya 1 orang yang memilih motivasi fantasi.
4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Wisatawan yang melakukan kunjungan ke desa wisata alas sumur dan Gelingseran memiliki motivasi yang berbeda-beda. Berdasarkan usia, wisatawan yang mengunjungi kedua desa tersebut didominasi oleh orang dewasa yang berjenis kelamin perempuan dengan pekerjaan rata rata pelajar dan tingkat pendidikan yaitu SMA. Wisatawan yang mengunjungi dua desa tersebut rata rata pengunjung pertama, dengan sumber informasi mengenai destinasi adalah melalui teman serta transportasi yang digunakan adalah mobil pribadi. Sementara itu, untuk teman kunjungan, wisatawan yang mengunjungi desa wisata Alas sumur dan Gelingseran adalah yang paling banyak adalah sendiri. Sedangkan motivasi kunjungan wisatawan di dominasi oleh motivasi fisik atau fisiologi dengan rincian untuk relaksasi sebagai pilihan utama. Saran Bondowoso merupakan salah satu Kabupaten yang potensi wisatanya sangat bagus. Oleh sebab itu Stakeholder pengembangan pariwisata di Bondowoso harus bekerja sama dalam hal pengembangan pariwisata khususnya pengembangan desa wisata. Pengembangan pariwisata yang baik harus sesui dengan konsep kearifan lokal desa setempat. Dalam hal pengembangan pariwisata, khususnya desa wisata. Aksesibilitas menjadi sorotan penting dalam pengembangan desa wisata Glingseran dan Alas Sumur. Selanjutnya, promosi desa wisata harus lebih digencarkan lagi. Promo yang harus dilakukan dengan cara yang terstruktur dan massiv. Selanjutnya pelibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata harus lebih digencarkan lagi.
5. DAFTAR PUSTAKA Diarta, I Ketut Surya dan Pitana I Gde. 2009 . Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: ANDI. Pratama, Axel Christine I G.P.B Sasrawan Mananda, I Nyoman Sudiarta, “Karakteristik, Motivasi dan Aktifitas Wisatawan Asia di Kelurahan Ubud” tahun 2016. Schiffman dan Kanuk. 2007. Perilaku Konsumen. Edisi kedua. Jakarta: Pt. Indeks gramedia.
6
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
POLA PERJALANAN WISATAWAN KE TAMAN WISATA ALAM KAWAH IJEN, BONDOWOSO, JAWA TIMUR
I Gusti Agung Ayu Wrecika Vishnuputri 1) , I Ketut Suwena 2) , I Nyoman Sudiarta 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21-24 Mei 2017. Daerah Taman Wisata Kawah Ijen dipilih sebagai lokasi penelitian dikarenakan besar peluangnya untuk mendapatkan data tentang wisatawan yang berkunjung ke Kawah Ijen. Penelitian ini dilaksanakan guna mengetahui pola perjalanan wisatawan ke Kawah Ijen dan bertujuan untuk mengetahui pola perjalanan wisatawan ke Kawah Ijen. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif. Untuk sumber data, penulis menggunakan data primer melalui wisatawan itu sendiri. Teknik pengumpulan data yang dipilih, yaitu melalui penyebaran kuisioner. Pola perjalanan yang dimaksud disini ialah,tujuan utama seseorang melakukan perjalanan wisata, pengorganisasian perjalanan, lama waktu kunjungan wisatawan, lama waktu yang ditempuh wisatawan untuk mencapai di destinasi, jarak yang ditempuh wisatawan, sumber informasi destinasi, dan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan selama melakukan perjalanan wisata.
Kata kunci : pola perjalanan, wisatawan, kawah ijen.
Abstract The research was conducted on 21-24 May 2017. The area of Taman Wisata Kawah ljen was chosen as the research location due to the great opportunity to get the data from the tourists who visit the ljen Crater. This research was conducted to know the pattern of tourist travel to Ijen Crater and the purpose is to determine the pattern of tourist travel to the Ijen Crater. This study uses quantitative data types. For data source, the writer using primary data through the tourists themselves. The data collection technique chosen is through questionnaire distribution. The travel pattern in question here is, the main purpose of a person to travel, organize travel, duration of tourist visits, the length of time taken by tourists to reach the destination, the distance traveled by tourists, destination information sources, and the amount of expenditure incurred by tourists during the trip tours.
Keywords : trip descriptor, tourists, ijen crater.
1. PENDAHULUAN Pariwisata juga dapat diartikan sebagai salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan pekerjaan, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Kegiatan pariwisata pada saat ini telah berkembang menjadi salah satu sektor industri yang memiliki dampak signifikan bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan regional serta menjadi sebuah prioritas bagi pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Indonesia merupakan salah satu wilayah di dunia yang memiliki keunikan dan keunggulan potensi alam, budaya serta adat-istiadat. Saat ini sadar bahwa sektor pariwisata merupakan salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi wilayah. Kabupaten Bondowoso adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Bondowoso. Ibu Kota Bondowoso berada di persimpangan jalur dari Besuki dan Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah laut (terkurung daratan) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso. Puncak Ijen memiliki ketinggian 2.443 mdpl dan memiliki fenomena alam yang
7
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 paling terkenal yaitu kawah Ijen dan Api Biru yang hanya ada di dua tempat di dunia. Ijen menjadi daya tarik utama wisatawan yang mengunjungi Bondowoso.
Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Taman Wisata Alam Ijen
Tahun Jumlah Persentase Wisatawan (%) 2012 6.148 - 2013 24.402 74.80% 2014 90.068 72.90% 2015 169.445 46.84% 2016 194.203 12.74% Total 484.266 100% Rata- 329.103,6 - rata Sumber: Statistik Balai Besar KSDA Jatim 2016
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa dari lima tahun kebelakang, kunjungan wisatawan ke Ijen semakin meningkat. Data yang dihimpun tahun 2016 menjadi tahun teramai dalam kunjungan wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Jumlah Rata-rata wisatawan yang melakukan kunjungan ke kawah Ijen adalah sebanyak 329.103,6 wisatawan. Oleh sebab itu, Taman Wisata Alam Kawah Ijen merupakan tujuan utama wisatawan di Kabupaten Bondowoso. Selain itu, kunjungan wisatawan yang meningkat membuat penulis tertarik untuk meneliti mengenai pola perjalanan wisatawan di Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Mengacu pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu: (1) Bagaimana pola perjalanan wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso?
2. METODE Untuk mendapatkan data dalam penelitian lapangan I di Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kabupaten Bondowoso ini, digunakan beberapa teknik pengumpulan data. Adapun teknik tersebut antara lain: 1 Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung dan mencatat seluruh hal yang terkait dengan apa yang diteliti. Dalam hal ini pengambilan gambar (dokumentasi) juga merupakan metode observasi; 2 Studi Kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data dari buku, literatur, dan jurnal yang masih ada hubungannya dengan pola perjalanan wisatawan yang akan diteliti; 3 Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data menggunakan angket berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada wisatawan terhadap pola perjalanan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso; 4 Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung kepada wisatawan mengenai pola perjalanannya ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso.
Metode penentuan informan ini adalah metode Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu sebuah cara penentuan sampel yang didasarkan oleh tujuan tertentu. Sampel diambil secara disengaja kepada orang/wisatawan yang dianggap mewakili dan memiliki kedalaman informasi ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, kecamatan Ijen, kecamatan Ijen, kabupaten Bondowoso. Teknik Pengambilan informan menggunakan teknik aksidental sampling. Teknik aksidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila sesuai sebagai sumber data.
8
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Sebelum mengetahui pola perjalanan wisatawan, terlebih dahulu penulis akan mengkaji gambaran mengenai wisatawan menggunakan perbandingan karakteristik perjalanannya (trip descriptor) dan karakteristik wisatawannya (tourist descriptor) (Seaton dan Bennet, 1996). 1 Trip Descriptor; wisatawan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan jenis perjalanan yang dilakukannya. Secara umum jenis perjalanan dibedakan menjadi tiga (3), yaitu: 1. Mengunjungi teman atau keluarga, 2. Perjalanan bisnis dan 3. Kelompok perjalanan lainnya (Seaton dan Bennet, 1996). serta mampu dan berkompeten dalam menjawab pertanyaan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini adalah wisatwan yang berkunjung Kesehatan dan keagamaan juga termasuk jenis perjalanan yang berada diluar kelompok (Smith, 1995). Jenis-jenis perjalanan ini juga dapat dibedakan lagi bedasarkan lama perjalanan, jarak yang ditempuh, waktu melakukan perjalanan, jenis akomodasi/transportasi yang digunakan dalam perjalanan, pengorganisasian perjalanan, besar pengeluaran dan lain-lain. 2 Tourist Descriptor; memfokuskan segala sesuatu terhadap wisatawan. Biasanya digambarkan dengan unsur 5W 1 H (Who, Wants, What, Why, When, dan How). Untuk menjelaskan hal-hal tersebut digunakan beberapa karakteristik, yaitu karakteristik Sosio- demografis, Karakteristik geografis, dan karakteristik psikografis.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola perjalanan wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Kecamatan Ijen, Kabupaten Bondowoso disajikan dalam dua tabel utama. Pada tabel pertama, penulis akan menyajikan beberapa tabel mengenai karakteristik wisatawan (Tourist Descriptor). Sedangkan pada tabel kedua penulis akan menyajikan beberapa tabel mengenai pola perjalanan wisatawan (Trip Descriptor). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing karakteristiknya. I. Karakteristik Wisatawan Berikut adalah karakteristik wisatawan berdasarkan jenis kelaminnya. Karakteristik Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen Berdasarkan Jenis Kelaminnya
33% Laki-laki 67% Perempuan
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Berdasarkan Diagram di atas, karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen berdasarkan jenis kelaminnya didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 67%. Sedangkan wisatawan perempuan yang berkunjung sebanyak 33%. Beratnya medan yang harus dilalui untuk mencapai puncak Kawah Ijen menjadi faktor utama lebih banyaknya wisatawan laki- laki dibandingkan dengan wisatawan perempuan. Berikut adalah karakteristik wisatawan berdasarkan usianya. Karakteristik ini dapat dilihat pada Diagram 4.2 berikut. Karakteristik Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen Berdasarkan Usianya 5% 9% 0% 15-20 Tahun 21-25 Tahun 43% 24% 26-30 Tahun 19% 31-35 Tahun 35-40 Tahun
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017 9
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Berdasarkan data Diagram di atas, jumlah wisatawan yang menjadi responden adalah terbanyak berusia 15 sampai 20 tahun yaitu sebanyak 9 orang atau %. Disusul dengan wisatawan yang berusia 26 sampai 30 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau %, usia 21 sampai 25 tahun sebanyak 4 orang atau %, serta usia 35 sampai 40 tahun yaitu 1 orang atau % Ini berarti bahwa usia 15 sampai 20 tahun merupakan usia yang tergolong produktif atau masih mampu secara fisik untuk berwisata ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Untuk mengetahui karakteristik wisatawan mancanegara dan domestik ke Taman Wisata Alam Ijen dapat dilihat pada Diagram 4.3 berikut ini: Karakteristik Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen Berdasarkan Asalnya
48% Mancanegara 52% Domestik
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Berdasarkan 11 responden dari mancanegara, dapat dilihat pada Tabel di atas bahwa wisatawan yang berasal dari eropa adalah wisatawan yang paling banyak melakukan kunjungan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Wisatawan asal Prancis merupakan wisatawan yang paling banyak yaitu sebanyak 4 orang atau 37%. Disusul oleh wisatawan asal Italia dan Belanda yaitu masing-masing sebanyak 2 orang atau 18%. Serta wisatawan yang berasal dari India, Inggris, dan Belgia sebanyak masing-masing 1 orang atau 9%. Pada Diagram diatas, wisatawan asal Banyuwangi merupakan wisatawan terbanyak dengan jumlah wisatawan sebanyak 5 orang atau 50%. Kemudian ada wisatawan yang berasal dari Jakarta sebanyak 2 orang atau 20%, wisatawan asal Jember sebanyak 2 orang atau 20%, dan wisatawan asal Bali yaitu 1 orang atau 10%.
II. Pola Perjalanan Wisatawan Organisasi perjalanan adalah bagaimana cara wisatawan mengatur agar bisa sampai ke daerah tujuan wisatanya. Pada Diagram 4.4, disajikan data mengenai pola perjalanan wisatawan berdasarkan organiasi perjalanan sebagai berikut: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Organisasi Perjalanan
Travel
48% 52% Mengatur Sendiri
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Berdasarkan Diagram diatas, organisasi perjalanan menggunakan travel menjadi pilihan utama yaitu sebanyak 52% atau 11 orang. Sedangkan wisatawan yang mengatur perjalanannya sendiri sebanyak 48% atau 10 orang. Kurangnya informasi mengenai perjalanan di kabupaten Bondowoso dan kawasan Ijen menjadi penyebab banyaknya wisatawan yang memilih mengorganisasikan perjalanannya melalui travel. Waktu melakukan perjalanan adalah sebuah pola perjalanan yang dimana berapa lama waktu yang diperlukan oleh wisatawan tersebut melakukan perjalanan dari tempat ia
10
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
menginap sementara menuju destinasi wisata yang ia hendak kunjungi. Berikut adalah data mengenai pola perjalanan wisata berdasarkan waktu melakukan perjalanan: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Waktu Melakukan Perjalanan
1 Jam 48% 52% 2,5 Jam
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Pada Diagram 4.5 diatas, dijelaskan bahwa wisatawan yang memerlukan waktu satu jam untuk melakukan perjalanan sebanyak 11 orang atau 52%. Sedangkan jumlah wisatawan yang memerlukan waktu 2,5 jam untuk melakukan perjalanan adalah sebanyak 10 orang atau 48%.
Jarak yang ditempuh adalah bagian dari pola perjalanan yang membahas mengenai jangkauan wisatawan untuk mencapai destinasi tersebut. Disajikan data mengenai pola perjalanan wisatawan berdasarkan jarak yang ditempuh pada Diagram 4.6 sebagai berikut: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Jarak yang Ditempuh 0% 0-50 km 100% 51-100 km
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Berdasarkan Diagram 4.6, seluruh wisatawan yang menjadi responden menempuh perjalanan sejauh 51 sampai 100 kilometer Tujuan perjalanan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan di destinasi yang ia tuju. Pada Diagram 4.7, dijelaskan bagaimana pola perjalanan wisatawan berdasarkan tujuan perjalanannya. Adapun data yang dimaksud adalah sebagai berikut: Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Tujuan Perjalanan
0%0% Kunjungan Keluarga Bisnis
Rekreasi 100% Lainnya
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Pada Diagram di atas, dijelaskan bahwa seluruh wisatawan melakukan perjalanan dengan tujuan rekerasi. Besaran pengeluaran merupakan jumlah pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan selama ia berada di destinasi tersebut. Besaran pengeluaran ini termasuk salah satu pola
11
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
perjalanan. Untuk mengetahui besar biaya yang dikeluarkan wisatawan selama melakukan perjalanan ke Taman Wisata Alam Ijen, berikut ini ditampilkan data mengenai pola perjalanan wisatawan berdasarkan besaran biaya yang dikeluarkan pada Diagram 4.8 berikut. Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Besaran Pengeluaran Biaya
0% 0% <1 Juta
43% 1-2 Juta 57% 3-4 Juta >5 Juta
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Pada Diagram 4.9, sebanyak 12 orang atau 57% wisatawan mengeluarkan biaya antara satu sampai dua juta rupiah. Sedangkan 43% atau 9 orang wisatawan mengeluarkan biaya sebanyak kurang dari satu juta rupiah.
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang memberikan informasi kepada wisatawan mengenai destinasi yang hendak mereka tuju. Pada Diagram 4.10 berikut ini dijelaskan tabel mengenai pola perjalanan wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen berdasarkan sumber informasi. Hal ini dapat dilihat pada Diagram 4.9. Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Sumber Informasi
10% Media Sosial Media 38% Cetak Media 52% Massa 0% 0% Teman
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Pada Diagram di atas, wisatawan mengetahui destinasi atas rekomendasi teman sebanyak 11 orang atau 52%. Sebanyak 8 orang atau 38% mengetahui Taman Wisata Alam Kawah Ijen melalui media sosial. Sedangkan sebanyak dua atau 10% wisatawan menjawab lainnya. Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang daru satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Pada Diagram di bawah ini dijelaskan dengan alat transportasi apa wisatawan menuju Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Berikut adalah data yang diperoleh:
12
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Pola Perjalanan Wisatawan Berdasarkan Alat Transportasi yang Digunakan 0% Kendaraan Pribadi 48% Travel 52% Kendaraan Umum
Sumber: Data diolah dari hasil penelitian tahun 2017
Berdasarkan Diagram 4.10 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 11 orang atau 52% wisatawan menggunakan kendaraan yang dimiliki oleh travel. Sedangkan 10 orang atau 48% wisatawan menggunakan kendaraan pribadi.
4. SIMPULAN DAN UCAPAN TERIMAKASIH Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan karakteristik wisatawan, mayoritas wisatawan yang berkunjung adalah berjenis kelamain laki-laki sebanyak 14 orang (67%). Usianya, mayoritas berusia 15 sampai 20 tahun sebanyak 9 orang (43%). Wisatawan asal Prancis merupakan terbanyak yaitu 4 orang (37%). Sedangkan wisatawan domestik asal Banyuwangi terbanyak yaitu sebanyak 5 orang (50%). Pola perjalanan yang dilakukan untuk berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen dengan menggunakan travel menjadi organisasi perjalanan terbanyak yaitu 11 orang (52%). Berdasarkan lama waktu melakukan perjalanannya, sebanyak 11 orang (52%) melakukan perjalanan selama satu jam. Dilihat dari jarak, wisatawan menempuh perjalanan sejauh 51 sampai 100 kilometer. Berdasarkan tujuannya, wisatawan melakukan perjalanan untuk rekreasi. Sebanyak 12 orang (57%). Wisatawan menghabiskan biaya sebesar satu sampai dua juta rupiah. Wisatawan mengetahui destinasi melalui rekomendasi teman ada sebanyak 11 orang (52%). Berdasarkan transportasinya, wisatawan menggunakan kendaraan dari travel sebanyak 11 orang (52%)
Ucapan Terimakasih Puji syukur peneliti panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan hasil prosiding yang berjudul “Pola Perjalanan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen, Bondowoso, Jawa Timur” ini dengan baik dan tepat waktu. Hasil prosidng ini berisi hasil penelitian kami mengenai pola perjanan yang dilakukan saat berkunjung ke Taman Wisata Alam Kawah Ijen. Peneliti menyadari bahwa hasil prosiding ini tidak mungkin terselesaikan dengan baik tanpa dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan laporan ini berlangsung. Pada kesempatan ini tim peneliti hendak menyampaikan terima kasih kepada: 1. Drs. I Made Sendra, M. Si. selaku Dekan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana; 2. I Made Kusuma Negara, S. E., M. Par., selaku ketua program studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana; 3. Drs. I Ketut Suwena, M. Hum., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta bimbingan penulis dari awal sampai akhir; 4. Dr. I Nyoman Sudiarta, S. E., M. Par., selaku dosen penguji laporan Penelitian Lapangan I yang telah memberikan nasehat serta ilmu; 5. Ni Gusti Ayu Susrami Dewi, SST. Par., M.Par. dan W. Citra Juwita Sari, S. H., M. Par., selaku coordinator Penelitian Lapangan I
13
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
6. Jajaran Dosen beserta Pegawai yang berada di lingkungan Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana; 7. Segenap keluarga atas nasehat, doa dan semangat yang diberikan selama proses pengerjaan laporan penelitian lapangan I; 8. Serta rekan-rekan kelompok 2A “Pola Perjalanan Wisatawan”.
5. DAFTAR PUSTAKA ______. 2000. Tingkat dan Pola Perjalanan Wisata Berdasarkan Karakteristik Sosial dan Demografi Penduduk (Studi Kasus: Bandung) . Bandung. ______. 2009. Undang-undang Nomer 10 Kepariwisataan . Jakarta. Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dwiputra, Roby. 2014. Prefensi Wisatawan Terhadap Sarana Wisata di Kawasan Wisata Alam Erupsi Merapi . Yogyakarta. Ernita, Yulia. 2001. Karakteristik Pola Perjalanan Wisata di Obyek-obyek Wisata Tawangmangu . Karanganyar. Hidayat, Syahrul dkk. 2016. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Wisata di Kawasan Wisata Gili Trawangan . Denpasar. Iskandar Alam, Widya. 2009. Identifikasi Persepsi dan Prefensi Pengunjung tentang Objek dan Daya Tarik Wisata Situ Bagendit Kabupaten Garut . Bandung. Sadirman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Bandung: Rajawali Pers. Seaton dan Bennet. 1996. The Marketing of Tourism Product . London: International Thomson Business Press. Sumber Internet: ______. 2015. Pengertian Pariwisata . http://karyatulisilmiah.com/pengertian-pariwisata/. Badan Pusat Statistik. 2013. Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Bondowoso 2013 . https://bondowosokab.bps.go.id/index.php/linkTabelStatis/42.
14
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
UPAYA PENGEMBANGAN AKSESIBILITAS DI DESA WISATA LOMBOK KULON, KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN BONDOWOSO
Daniella Daniel 1) , Putu Agus Wikanatha Sagita 2) , I Made Kusuma Negara 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail: [email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa Wisata Lombok Kulon banyak menarik wisatawan dengan wisata organik yang dibangun oleh warga setempat, menjadikan Desa Wisata Lombok Kulon banyak dilirik oleh wisatawan untuk dapat dikunjungi. Upaya-upaya untuk lebih mempermudah akses di Desa Wisata Lombok Kulon sangat dibutuhkan baik dari pemerintah serta dari pihak pengelola, seperti bagaimana membangun suatu aksesibilitas yang baik untuk menghubungkan wisatawan dengan destinasi wisata, ketersediaan papan petunjuk jalan, kondisi jalan menuju ke desa wisata dan lain-lain. Adapun penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui upaya pengembanan aksesilitas di Desa Wisata Lombok Kulon, (2) Mengetahui kendala dalam upaya pengembangan aksesbilitas di Desa Wisata Lombok Kulon. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun teknik penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bagaimana kendala seperti akses jalan, penerangan desa, merubah pola pikir masyarakat untuk ikut membangun desa (jalan desa, gapura desa dan lain-lain) serta upaya yang dilakukan seperti pelebaran jalan, membeli lahan warga dll yang dalam hal ini dilakukan oleh dinas terkait dan masyarakat yang juga berperan sebagai pihak pengelola di Desa Wisata Lombok Kulon. Saran dalam penelitian ini adalah sebaiknya perhatian khusus seperti perbaikan dan perawatan jalan desa diberikan kepada Desa Wisata Lombok Kulon dan meningkatkan kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat Desa Wisata Lombok Kulon dalam pengembangan aksesbilitas di Desa Wisata Lombok Kulon.
Kata kunci : desa wisata, aksesibilitas, upaya pengembangan, kendala.
Abstract This research was conducted in Lombok Kulon Tourism Village, Wonosari District, Bondowoso District. Lombok Kulon Tourism Village attracts many tourists with organic tours built by local residents, making the Tourism Village Lombok Kulon much ogled by tourists to be visited. Efforts to better access the Lombok Kulon Tourism Village are urgently needed both from the government and from the manager, as to what creates a good accessibility for tourist links with tourist destinations, street signboards, roads to tourist villages and others. The research aims to: (1) Knowing the effort of development of accessibility in Lombok Kulon Tourism Village, (2) Knowing the savings in the development of accessibility in Lombok Kulon Tourism Village. Data technique used is interview technique, observation and documentation. The technique of determining the informant using purposive sampling technique. Data analysis used is descriptive qualitative data analysis. The results of this study show how to build roads, lighting village, change the mindset of the community to follow-up village (village road, village gate and others) as well as efforts undertaken such as widening the road, buy land residents etc in this case done by the Office Related and the people who also act as the manager in Lombok Kulon Tourism Village. Suggestions in this research are special attention such as repair and maintenance of village road given to Lombok Kulon Tourism Village and increase cooperation between government and Lombok Kulon Tourism community in development of accessibility in Lombok Kulon Tourism Village.
Keywords : village tourism, accessibility, development efforts, constraints.
15
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
1. PENDAHULUAN Pariwisata Indonesia saat ini sedang berfokus dalam membangun destinasi wisata yang nyaman bagi wisatawan. Destinasi wisata sebagai citra atau image yang membangun suatu daerah harus dibangun dengan pemikiran yang matang sebelum destinasi wisata tersebut diperkenalkan atau dijual. Ada 4 aspek utama (4A) yang diperlukan suatu destinasi wisata menurut The World Tourism Organization (UNWTO) yaitu attraction, accessibility, amenity, ancilliary. Aksesibilitas atau accessibility adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi wisata. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tidak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Aksesibilitas sangat penting bagi wisatawan, tanpa aksesibilitas wisatawan tidak dapat mengujungi suatu destinasi atau atraksi wisata, oleh sebab itu aksesibilitas harus diberikan perhatian khusus, baik dari masyarakatnya sendiri maupun dari pemerintah. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas publik. Hal ini tidak lepas juga dengan aksesibilitas yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa Wisata Lombok Kulon adalah sebuah desa wisata yang terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa ini menerapkan sistem landcare dimana seluruh elemen masyarakat desa ini melakukan pertanian organik. Seluruh lapisan masyarakat sangat berperan penting dalam mewujudkan pertanian organik. Pertanian yang diterapkan adalah pertanian secara luas, yakni perikanan, budidaya tanaman pangan dan kehutanan. Kini, petani Lombok Kulon adalah satu-satunya petani organik murni di Kabupaten Bondowoso, hingga dijadikan salah satu desa percontohan. Desa Wisata Lombok Kulon banyak menarik wisatawan dengan wisata organik yang dibangun oleh warga setempat, menjadikan Desa Wisata Lombok Kulon banyak dilirik oleh wisatawan untuk dapat dikunjungi. Aksesibilitas yang bagus dan nyaman merupakan salah satu indikator yang penting bagi Desa Wisata Lombok Kulon, pihak pemerintah maupun pengelola telah melakukan beberapa upaya pengembangan aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon, seperti melakukan pavingsasi yang dilakukan dari pihak pemerintah Kabupaten Bondowoso dan melakukan cor jalan yang dilakukan oleh pihak pengelola desa setempat. Namun, hal tersebut belum cukup memadai.Maka dari itu, upaya-upaya untuk lebih mempermudah akses di Desa Wisata Lombok Kulon sangat dibutuhkan baik dari pemerintah serta dari pihak pengelola, seperti bagaimana membangun suatu aksesibilitas yang baik untuk menghubungkan wisatawan dengan destinasi wisata,
2. METODE PENELITIAN Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif kualitatif. Analisis deskriftif kualitatif yaitu dengan memberikan ulasan atau interpretasi terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi sehingga menjadi lebih jelas dan bermakna dibandingkan dengan sekedar angka-angka. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini menjelaskan kendala dan upaya yang terjadi di Desa Wisata Lombok Kulon, sedangkan data Kuantitatif dalam penelitian ini menjelaskan tentang grafik dari jumlah masyarakat di Desa Wisata Lombok Kulon, data jenis pekerjaan, data pengelompokan usia, dan lain-lain. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi lansung ke Desa Wisata Lombok Kulon, wawancara Pengelola Desa Wisata Lombok Kulon dan dokumentasi keadaan sekitar Desa Wisata Lombok Kulon.
16
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Accessibility atau aksesibilitas adalah sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi. Akses jalan raya, ketersediaan sarana transportasi dan rambu-rambu penunjuk jalan merupakan aspek penting bagi sebuah destinasi. Banyak sekali wilayah di Indonesia yang mempunyai keindahan alam dan budaya yang layak untuk dijual kepada wisatawan, tetapi tidak mempunyai aksesibilitas yang baik, sehingga ketika diperkenalkan dan dijual, tak banyak wisatawan yang tertarik untuk mengunjunginya. Perlu juga diperhatikan bahwa akses jalan yang baik saja tidak cukup tanpa diiringi dengan ketersediaan sarana transportasi. Bagi individual tourist, transportasi umum sangat penting karena kebanyakan mereka mengatur perjalanannya sendiri tanpa bantuan travel agent, sehingga sangat bergantung kepada sarana dan fasilitas public Aksesibilitas Desa Wisata Lombok Kulon berdasarkan hasil observasi di lapangan dibagi menjadi beberapa kondisi jalan, yaitu kondisi jalan poros desa dan kondisi jalan pemukiman. 1) Kondisi Jalan Poros Desa Jalan utama atau jalan poros yang diharapkan sangat membantu terhadap kelancaran kegiatan masyarakat yaitu jalan poros desa. Jalan poros desa ini bisa dikatakan sangat baik, meskipun tidak selebar jalan poros yang berada di kota, tetapi jalan poros ini mampu menjadi penghubung menuju ke beberapa tempat atau lokasi warga untuk beraktivitas. 2) Kondisi Jalan Pemukiman Adapun kondisi jalan pemukiman masyarakat Desa Wisata Lombok Kulon dulunya mengalami kerusakan sehingga mengganggu aktivitas warga desa yang melintasi jalan tersebut. Selain itu akses jalannya berdebu karena tanah atau pasir dari jalan. Sekitar tahun 2010 pelebaran jalan dilakukan di desa wisata ini, dengan melakukan cor jalan selebar 1,2 meter. “kondisi jalan desa baru ada pembangunan sekitar tahun 2010 yaitu kami pengelola melakukan pengecoran jalan selebar 1,2 meter, padahal pengecoran jalan setidaknya minimal 1,8 meter” ungkap salah satu pemuda pengurus desa – Muzamil. (Hasil Wawancara, 2017). 1. Upaya Pengembangan Aksesibilitas Desa Wisata Lombok Kulon Upaya pengembangan aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon dibagi menjadi 2 (dua) jenis upaya, yaitu upaya dari pemerintah dan upaya dari pengelola desa wisata. Berikut ini upaya dari kedua pihak tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Upaya Pemerintah Pemerintah kabupaten Bondowoso dalam hal ini oleh dinas terkait yaitu Dinas Pariwisata, Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) telah bekerja sama dalam membangun aksesibilitas di kabupaten Bondowoso terutama di Desa Wisata Lombok Kulon yang berada di kecamatan Wonosari, kabupaten Bondowoso. Berikut beberapa upaya dari ketiga dinas terkait yaitu: 1. Penambahan Penerangan di Desa Wisata Lombok Kulon Pemerintah Kabupaten Bondowoso berencana ingin menambah penerangan yang ada di kecamatan Wonosari, khususnya menuju ke Desa Wisata Lombok Kulon. Selama ini telah ada penerangan atau lampu yang membantu masyarakat atau wisatawan di malam hari, namun dianggap masih kurang cukup untuk membantu warga atau wisatawan di malam hari. 2. Pelebaran Jalan. Pelebaran jalan Desa Wisata Lombok Kulon yang baru dalam tahap perencanaan pemerintah. Pemerintah memperhatikan kondisi jalan di Desa Wisata Lombok Kulon yang bisa dikatakan tidak terlalu lebar, hal ini karena akses jalan yang sangat dekat atau bersampihan dengan lahan warga desa, sehingga ketika ingin melakukan pelebaran jalan, lahan warga harus dipakai, oleh sebab itu pemerintah membutuhkan persetujuan dari warga desa agar lahannya dapat dibeli dan dibuatkan jalan. Selain itu pemerintah juga ingin memperbaiki jalanan desa yang telah diberi paving agar lebih baik lagi, karena beberapa bagian jalan yang diberipaving telah mengalami sedikit kerusakan. Seperti batu paving yang terlepas, patah ataupun retak. “Rencananya itu kalau untuk aksesbilitas yaitu dari PU pelebaran jalannya memang sudah diproses dan akan memperbaiki jalan paving yang sedikit rusak”. Ungkap Bu Intan - Dinas Pariwisata (Hasil Wawancara, 22 Mei 2017). 3. Penambahan Petunjuk Arah.
17
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Penambahan penunjuk arah jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon yang selama ini hanya ada di Kecamatan Wonosari tempat dimana desa wisata tersebut berada. Pemerintah dalam hal ini oleh Dinas Perhubungan telah membuat papan penunjuk jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon di kecamatan Wonosari namun pemerintah akan menambah juga papan penunjuk jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon di kota Bondowoso, agar memudahkan pengunjung atau wisatawan mengunjungi Desa Wisata Lombok Kulon. 4. Pavingsasi. Pemerintah selama ini telah memberikan bantuan kepada Desa Wisata Lombok Kulom terhadap akses jalan berupa bantuan paving block sebanyak 750 buah yang telah terpasang di jalan desa. Pemasangan paving untuk jalan ini diharapkan dapat mempermudah akses jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon, sehingga nantinya pengunjung atau wisatawan yang datang ke desa wisata ini menjadi lebih nyaman dan tidak mengalami kesulitan saat ingin berwisata ke Desa Wisata Lombok Kulon ini.
2) Upaya Pengelola Beberapa upaya dari pihak pengelola, seperti ketua Desa Bapak Baidhowi serta masyarakat Desa Wisata Lombok Kulon ikut membantu pembangunan di Desa Wisata Lombok Kulon. Berikut ini adalah beberapa upaya dari pihak pengelola yaitu: 1. Merubah Pola Pikir Masyarakat untuk Ikut Membangun Desa Wisata Lombok Kulon. Awalnya masyarakat atau warga desa tidak begitu tertarik untuk mengembangkan dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan desa, setelah melihat ada hasil dari desa wisata organik ini, warga satu per satu baru sadar dan mau ikut terlibat dalam kegiatan yang ada dalam pembangunan desa. 2. Membeli Lahan Warga untuk Dijadikan Akses Jalan Menuju Desa Wisata. Awalnya jalan yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon ini sangat kecil dan tidak memugkinkan untuk dilewati oleh warga desa ataupun pengunjung. Kendaraan seperti motor pun kesulitan untuk melewati jalan desa. Pihak pengelola akhirnya memutuskan untuk membeli lahan warga yaitu persawahan untuk dibangun dan dijadikan jalan, adapun dana yang digunakan dalam membeli lahan warga adalah dana atau hasil dari Desa Wisata Lombok Kulon dalam menjual paket wisata serta beberapa produk organik, seperti beras organik, sayuran organik, ikan dan gurami dan lain-lain. Setelah itu, warga desa bersama-sama membangun jalan di Desa Wisata Lombok Kulon, khususnya para pemuda desa yang bergotong royong membangun jalan dengan bantuan paving block yang telah diberikan oleh pihak pemerintah. 3. Melibatkan Masyarakat Dalam Pemasangan Paving. Setelah pemerintah memberikan bantuan pavingblock sebanyak 750 buah, warga kemudian bergotong royong untuk membangun jalan di Desa Wisata Lombok Kulon, mengingat pembangunan jalan di desa wisata mulai dilakukan tahun 2010 oleh Bapak Baidhowi dan warga yaitu pelebaran jalan dengan cor kurang lebih selebar 1 meter dan tahun 2014 dilakukan pelebaran jalan lagi dan juga membangun jalan di Desa Wisata Lombok Kulon dengan bantuan paving block yang ada.
2. Kendala Pengembangan Aksesibilitas Desa Wisata Lombok Kulon Berdasarkan upaya pengembangan di atas, maka kendala yang ditemui dalam pengembangan aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon ini juga terbagi menjadi 2 (dua) jenis kendala, yaitu kendala dari pihak pemerintah dan kendala dari pihak pengelola 1) Kendala Pemerintah Kendala-kendala yang menjadi penghambat jalannya proses pengembangan aksesibilitas adalah kurangnya dana pendapatan daerah di Kabupaten Bondowoso, dan masih ada beberapa prioritas- prioritas lain yang harus memakai dana. 2) Kendala Pengelola
18
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Adapun kendala-kendala yang dialami oleh pihak pengelola secara rinci yaitu: 1. Kendala Dalam Merubah Pola Pikir. Susahnya merubah pola pikir warga desa untuk maju bersama dalam pengembangan Desa Wisata Lombok Kulon, Hal ini dialami oleh pak Baidhowi (ketua pengelola Desa Wisata Lombok Kulon) dan rekan-rekan kerja di Desa Wisata Lombok Kulon. Bagaimana cara untuk memberdayakan warga desa dengan segala potensi yang dimiliki oleh Desa Wisata Lombok Kulon? Awalnya warga desa tidak ingin dilibatkan dan bersikap acuh dengan adanya pemberdayaan di desa mereka, bahkan gapura yang pernah didirikan oleh pengelola desa dirubuhkan warga desa karena tidak setuju dengan adanya desa wisata ini, namun akhirnya pihak pengelola berusaha keras dan tidak patah semangat untuk bisa melibatkan masyarakat desa dalam pemberdayaan desa dengan cara mendatangi rumah warga satu per satu dan memberikan mereka motivasi dan penjelesan tentang pembangunan desa wisata. 2. Akses Jalan yang Sempit Menuju Desa Wisata Lombok Kulon. Kendala dalam akses jalan yang sempit menyulitkan pihak pengelola, bukan hanya pihak pengelola tetapi juga warga serta wisatawan yang datang berkunjung. Sebelum ada pembangunan jalan yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) dengan paving block, kondisi jalan menuju Desa Wisata Lombok Kulon ini masih berbatu-batu dan banyak pasir serta tanah sehingga menimbulkan banyak debu. 3. Penerangan Desa yang Masih Kurang atau Minim. Penerangan yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon ini masih tergolong sedikit, jumlah lampu jalan yang terdapat disepanjang jalan menuju pusat Desa Wisata Lombok Kulon masih sangat minim. hal itu menyebabkan susahnya akses menuju pusat Desa Wisata Lombok Kulon pada saat malam hari. Ada beberapa daerah yang belum mendapatkan penerangan menurut pengelola setempat.
4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Desa Wisata Lombok Kulon memanfaatkan kekayaan sumber daya alam, sebagai potensi yang dimiliki oleh desa ini yaitu dari segi pertanian dan perikanan organik. Upaya-upaya dalam pengembangan aksesbilitas Desa Wisata Lombok Kulon dibagi menjadi 2 (dua) yaitu upaya dari pemerintah dan upaya dari pengelola desa. Adapun upaya dari pemerintah untuk aksesibilitas di Desa Wisata Lombok Kulon adalah menambah penerangan di desa wisata, melakukan pelebaran jalan lagi di desa wisata, menambah papan penunjuk arah di kota Bondowoso serta upaya memberikan bantuan perbaikan akses jalan desa berupa paving block di Desa Wisata Lombok Kulon. Sedangkan kendala-kendala dalam pembangunan desa wisata juga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu kendala dari pemerintah dan kendala dari pengelola. Kendala yang dialami pemerintah adalah terbatasnya dana pendapatan daerah untuk membangun desa wisata mengingat ada beberapa prioritas dari pemerintah kabupaten dalam pembangunan yang lain, sedangkan kendala dari pengelola yaitu susahnya merubah pola wikir warga desa untuk bisa ikut terlibat dan berpartisipasi dalam pemberdayaan yang ada di Desa Wisata Lombok Kulon, susahnya akses jalan menuju ke Wisata Lombok Kulon, namun saat ini telah mengalami perkembangan dan memiliki akses jalan yang baik. Selain itu minimnya penerangan yang ada di desa juga menyulitkan warga maupun wisatawan yang berkunjung di Desa Wisata Lombok Kulon. Saran 1. Perhatian khusus harus ditingkatkan terhadap aksesibilitas kawasan daerah wisata khususnya Desa Lombok Kulon di Bondowoso. Dengan cara Pemerintah memberikan masukan seperti anggaran atau ajaran kepada pengelolah Desa Wisata Lombok Kulon.Dikarenakan jika aksesibilitas dalam mencapai daerah kawasan wisata saja kurang memadai maka kegiatan pariwisata pun akan terhambat, dan wisatawan yang akan berkunjung ke desa wisata tersebut akan berkurang dan merasa tidak nyaman. Informasi yang diberikan dan dipaparkan dalam hal aksesibilitas sangat berpengaruh dalam kunjungan wisatawan. Hal ini tidak hanya berpengaruh
19
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
pada kunjungan wisatawan, akan tetapi terhadap penyediaan sarana akomodasi yang ada pada daerah kawasan wisata tersebut. 2. Perlu meningkatkan kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso, pihak pengelola, dankawasan daerah wisata beserta masyarakat desa sangat dibutuhkan. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika koordinasi dari pihak-pihak yang bersangkutan tidak relevan. Perlu adanya kesadaran dari masing-masing pihak yang bersangkutan dalam mewujudkan, mengembangkan, serta meningkatkan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso khususnya Desa Wisata Lombok Kulon. 3. Menyediakan transportasi berupa andong atau bentor (becak motor) yang digunakan untuk menuju lokasi utama Desa Wisata Lombok Kulon dari jalan poros desa. 4. Papan penunjuk arah diperbanyak lagu khusunya di Kota Bondowoso mengingat saat ini papan hanya ada di kecamatan Wonosari, tempat Desa Wisata Lombok Kulon berada. 5. Promosi terhadap Desa Wisata Lombok Kulon lebih ditingkatkan lagi baik dari pihak pemerintah maupun pihak pengelola desa tersebut, mengingat Desa Wisata Lombok Kulon cukup berkembang dalam wisata organik dan mampu menarik banyak pengunjung atau wisatawan dari dalam negeri mapun luar negeri.
UCAPAN TERIMAKASIH Adapun penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Dosent Pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dalam penulisan artikel ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada orangtua dan rekan – rekan sekelompok dalam hal Penelitian Lapangan I. Serta, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada UNUD yang telah banyak berkontribusi dalam hal Penelitian Lapangan I ini.
5. DAFTAR PUSTAKA A.Hari Karyono. 1997. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo. Ali, Mohammad. (2010). Metodelogi dan Aplikasi. Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendekia Utama Cooper, John Fketcher, David Gilbert and Stephen Wanhill. (1995). Tourism, Principles and Practice. London: Logman. Halden, D., 2000, Using accessibility measures to integrate land use and transport policy in Edinburgh and Lothians’, Transport Policy, Vol.9, pp 313-324. Kemendikbud. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Upaya. Jakarta. Diakses Pada 20 Mei 2017 Magribi, La Ode Muhamad dan Aj. Suharjo. (2004). Aksesibilitas dan Pengaruhnya Terhadap Pembangunan di Perdesaan: Konsep Model Sustainable Accessibility Pada Kawasan Perdesaan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Dalam Jurnal Transportasi. Vol 4 No 2 19 Halaman Jakarta: P. N. Balai Pustaka. Satori, Djam'an dan Komariah, Aan. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Utara. Jurnal Ilmiah Pariwisata. Vol 13 No 3 Spillane, James J. (2003). Pariwisata dan Wisata Budaya, CV. Rajawali. Rochman Natawijaya dalam Sutriyanto (2009: 7),Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).Bandung: Alfabeta. Sumaatmaja, N. (1998). Manusia Dalam Konteks Budaya dan Lingkungan Hidup. Bandung: CV Alfabeta Sumarabawa, I Gede Arya. Dkk. 2013. Ketersediaan Aksesibilitas Serta Sarana dan Prasarana Pendukung Bagi Wisatawan di Daerah Wisata Pantai Pasir Putih, Desa Prasi, Kecamatan Karangasem. Bali: Undiksha Singaraja.
20
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
MODA TRANSPORTASI WISATA DI KABUPATEN BONDOWOSO BESERTA PELAYANANNYA
Monika Sarah Panjaitan 1) , Luh Gede Leli Kusuma Dewi 2) , Ni Made Sofia Wijaya 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Pariwisata di Kabupaten Bondowoso saat ini masih dalam tahap perkembangan. Salah satu elemen penting yang dibutuhkan dalam pengembangan adalah transportasi. Namun, transportasi wisata di Kabupaten Bondowoso masih menjadi perhatian khusus. Terbatasnya moda transportasi wisata, rute pelayanan yang terbatas, dan minimnya informasi mengenai rute perjalanan dan kondisi perjalanan selama kegiatan wisata menjadikan wisatawan atau pengunjung harus menghadapi beberapa kendala dalam melakukan kegiatan wisata di Kabupaten Bondowoso. Adapun permasalahan yang diangkat antara lain: moda transportasi wisata yang terdapat di Kabupaten Bondowoso beserta pelayanannya. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dengan teknik deskriptif kualitatif. Hasil ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi yang berarti mengenai moda transportasi wisata di Kabupaten Bondowoso beserta pelayanannya.
Kata kunci : transportasi wisata, pariwisata, pelayanan transportasi.
Abstract Tourism in Bondowoso Regency is still in the development stage. One of the important elements in development is transportation. However, tourist transportation in Bondowoso Regency is still a special concern. Limited transportation modes, limited service routes, and lack of information about travel routes and travel conditions during tourism activities make tourists or visitors have to face some obstacles in doing tourism activities in Bondowoso. The issues raised include: the mode of transportation of tourism contained in Bondowoso District and its services. The method that used is qualitative descriptive technique. This results are expected to contribute meaningful information about the mode of tourism transportation in Bondowoso regency and its services.
Keywords : tourism transportation, tourism, transportation services.
1. PENDAHULUAN Kegiatan pariwisata yang ada di Bondowoso saat ini masih dalam tahap perkembangan. Hal ini dapat dillihat dari promosi – promosi produk pariwista yang sedang ditingkatkan, baik itu dalam bentuk elektronik maupun non – elektronik. Brand pariwisata yang sedang dipromosikan adalah The Highland Paradise. Brand ini menunjukkan bahwa produk wisata yang ditawarkan oleh Kabupaten Bondowoso tidak hanya pada sektor alam saja, melainkan makanan khas asal Bondowoso, yakni tape. Aktivitas kepariwisataan yang berlangsung di Kabupaten Bondowoso, banyak tergantung pada sarana transportasi. Keberadaan transportasi wisata sangat mendukung dari adanya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bondowoso. Faktor jarak dan waktu sangat mempengaruhi keinginan orang untuk melakukan perjalanan wisata. Hal ini tentunya juga akan berpengaruh pada kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso. Tidak hanya pada ketersediaan sarana transportasi yang ada di Kabupaten Bondowoso, melainkan keberagaman dari transportasi wisata juga dapat meningkatkan kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso, khususnya ke Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Keunikan dari masing – masing jenis transportasi wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso juga akan menjadi suatu motivasi dari kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso.
21
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
2. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Adapun teori yang berkaitan dengan penelitian ini adalah Konsep Moda Transportasi. Dalam kepariwisataan, seseorang yang ingin melakukan perjalanan wisata membutuhkan sarana pengangkut atau transportasi menuju destinasi wisata tujuan. Menurut Salim (2000) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Kegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya menyebabkan mereka perlu bergerak dan saling berhubungan dalam hal ini transportasi menjadi bagian integral dari suatu fungsi masyarakat yang menunjukan hubungan yang sangat erat dengan gaya hidup, jangkauan dan lokasi dari kegiatan yang produktif, barang-barang, dan pelayanan yang tersedia untuk dikonsumsi (Morlok, 1991) . Ada beberapa unsur dari transportasi yakni : 1. Adanya muatan yang diangkut 2. Tersedianya alat untuk mengangkut 3. Adanya jalan yang dapat dilalui 4. Adanya terminal asal dan terminal tujuan 5. Sumber Daya Manusia dan organisasi dan manajemen yang menggerakan organisasi tersebut.
Fungsi utama dari transportasi dalam kepariwisataan adalah accessibility, yang berarti frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak yang jauh seolah-olah menjadi dekat. Hal tersebut tentu akan memudahkan wisatawan untuk menuju ke destinasi wisata tujuan. Moda transportasi wisata dapat diartikan sebagai sarana transportasi yang digunakan wisatawan selama kegiatan berwisatanya. Dalam kepariwisataan ada 3 moda transportasi wisata yang biasa digunakan wisatawan yaitu : 1. Moda transportasi udara ( International flight, Domestic flight ) 2. Moda transportasi laut ( Regular lines, Charter line cruiser, Fast boat, Ferry ) 3. Moda transportasi darat ( Sepeda, Dokar, Cidomo, Sepeda Motor, Mobil, Bus, Kereta Api ) Dalam pemakaian transportasi dalam pariwisata, jarang yang menggunakan hanya satu jenis moda transportasi wisata saja. Jadi banyak yang merupakan kombinasi tergantung dari jarak dan kondisi tempat tujuan wisata. Pengaruh transportasi pariwisata sangatlah penting. Faktor jarak dan waktu mempengaruhi keinginan wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata. Semakin terkonsepnya moda transportasi wisata sesuai dengan arah pengembangan pariwisata di suatu destinasi wisata, mendorong kemajuan kepariwisataan serta ekspansi yang terjadi dalam industri pariwisata dapat menciptakan permintaan akan transportasi yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan. Tinjauan penelitian sebelumnya dilakukan terhadap beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan keanekaragaman jenis – jenis transportasi wisata. Penelitian pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Yesser Priono dan Elis Sri Rahayu (2014) dalam jurnal Perspektif Arsitektur Vol. 9 No. 1. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah pentingnya transportasi wisata, seperti kelotok menuju kawasan wisata Taman Nasional Tanjung Puting, maka dari itu transportasi tersebut perlu mendapat perhatian, penanganan, dan pengembangan agar aksesibilitas menuju kawasan wisata menjadi lebih mudah dan nyaman. Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Yuliana Trisnawati dan Broto Sunaryo (2014) dalam Jurnal Teknik PWK Vol. 3 No. 4. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan teknik penentuan sampel menggunakan snowball sampling dan accidental sampling. Hasil penelitian ini adalah keberadaan moda transportasi tidak bermotor di kawasan Malioboro didukung oleh kegiatan pariwisata. Keberadaan andhong dan becak masih dipertahankan, karena merupakan bagian dari askesibilitas pariwisata. Maka dari itu, kualtitas, kemampuan, kenyamanan, keamanan, dan juga kelayakannya harus ditingkatkan.
3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskripsi kualitatif dengan metode wawancara. Lokasi penelitian terletak di Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Penelitian ini diawali dengan membuat konsep tentang moda transportasi wisata. Langkah – langkah selanjutnya adalah menyusun pedoman wawancara. Pengumpulan data secara keseluruhan ditempuh dengan
22
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun transportasi wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso adalah : 1. Becak ( Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) Keadaan becak di Kabupaten Bondowoso dapat dilihat di setiap sudut Kabupaten Bondowoso. Seperti contohnya di Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Jalur yang ditawarkan oleh becak sendiri ditentukan oleh permintaan penumpangnya. Harga yang dipatok oleh becak sendiri bervariatif, yakni menurut permintaan penumpang. Dan harga tersebut masih dikatakan terjangkau.
2. Mobil gowes (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) Ada yang menyebutnya becak gowes dan becak galau. Kendaraan ini sejenis sepeda tandem, tapi beratap seperti becak. Dihiasi lampu – lampu kerlap –kerlip dan terdapat audio yang bagus. Awalnya, hanya 1 sampai 2 becak, lalu semakin ramai peminat, semakin banyak pula penyewaan mobil gowes di seputaran Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Fenomena mobil gowes di kota kota lain sebenarnya sudah lebih dulu ada, tetapi di Kabupaten Bondowoso baru saat ini berkembang dan dapat menjadi hiburan alternatif selain naik delman wisata.
3. Bendi Wisata (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) Bendi adalah kendaraan tradisional yang banyak digunakan pada masa lampau, dengan kuda sebagai penarik utamanya. Di jaman sekarang kendaraan serupa bisa ditemukan pada dokar atau delman yang biasa di gunakan beberapa tempat di pulau Jawa. Sebagai salah satu warisan budaya, Bondowoso masih melestarikan kendaraan ini sebagai daya tarik pariwisatanya dengan mengemasnya sebagai tur menggunakan Bendi. Bendi dapat di temui di Alun-Alun Kota Bondowoso, di dekat destinasi wisata, dan juga dekat desa wisata untuk mempermudah perjalanan karena tidak semua destinasi wisata yang ada dapat di jangkau menggunakan kendaraan besar.
4. Sepur (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) Sepur di Kabupaten Bondowoso baru berkembang saat ini. Sepur sendiri mirip seperti kereta wisata yang dapat ditumpangi sekitar 5 sampai 10 orang. Sepur sendiri muncul akibat dari permintaan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso, khususnya di Alun – Alun Kabupaten Bondowoso. Harga yang ditawarkan juga masih dikatakan terjangkau untuk wisatawan. 5. Bus / Mobil ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, Desa Wisata Rengganis) Mobil yang terdapat di Kabupaten Bondowoso kebanyakan merupakan mobil pribadi dari penduduk lokal dan wisatawan. Jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tidak menimbulkan kemacetan. Tidak semua jalur dapat dilalui oleh mobil, dikarenakan akses yang ingin dilalui masih sangat buruk. Sehingga penggunaan mobil hanya terfokus pada kota – kota di Kabupaten Bondowoso. Seperti di Desa Lombok Kulon itu type mobil yang bisa digunakan hanya mobil – mobil tertentu saja seperti Agya , Avanza , dan mobil – mobil kecil lainnya dikarenakan akses yang masih tidak mencukupi untuk masuknya mobil berukuran besar . Akses yang tersedia di Desa Lombok Kulon itu merupakan jalan paving oleh pemerintah yang pembangunannya pun menggunakan lahan pertanian masyarakat setempat .
6. Sepeda gunung ( Desa Wisata Lombok Kulon ) Sepeda Gunung adalah jenis transportasi yang biasa digunakan di medan berat . Ciri- cirinya adalah ringan, bentuk kerangka yang terbuat dari baja, aluminium dan yang terbaru menggunakan bahan komposit serat karbon (carbon fiber reinforced plastic) dan menggunakan shock breaker (peredam goncangan) . Desa Lombok Kulon menyediakan 15 sepeda gunung yang dapat disewa oleh wisatawan , tiap wisatawan dikenakan tarif Rp.5000,- per sekali perjalanan tanpa batasan jam . Kelebihannya yaitu kita mendapatkan tour gouide pribadi yang akan mengajak kita berkeliling desa.
23
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
7. Sepeda Motor ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, dan Desa Wisata Rengganis) Moda transportasi yang banyak digunakan di Kabupaten Bondowoso. Dikarenakan sepeda motor dapat menjangkau seluruh kawasan di Kabupaten Bondowoso, termasuk desa – desa terpencil yang ada di Kabupaten Bondowoso. Dan sepeda motor menjadi transportasi andalan bagi masyarakat. Hal ini dikarenakan anggaran pemerintah terhadap transportasi umum yang mengakses daerah – daerah di Kabupaten Bondowoso masih kurang. Seperti , di Desa Lombok Kulon sepeda motor menjadi sarana transportasi yang sangat banyak digunakan oleh masyarakat dikarenakan akses yang mencukupi dan gampang digunakan .
Adapun pelayanan yang diberikan dalam setiap penggunaan transportasi wisata adalah : 1. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Kota Bondowoso Sarana transportasi yang ada di Kota Bondowoso terdiri dari; bus/mobil, sepeda motor, becak, mobil gowes, sepur, bendi, dll. Sarana transportasi tersebut dapat ditemukan di sekitaran Alun-Alun Kabupaten Bondowoso. Hal ini dikarenakan belum meratanya penyebaran sarana transportasi ke seluruh daerah di Kota Bondowoso. Adapun pelayanan yang diberikan kepada wisatawan selama menggunakan transportasi wisata tersebut tidak terlalu banyak. Hal ini dikarenakan pengetahuan masyarakat setempat mengenai kepariwisataan masih belum memadai. Sehingga pelayanan yang diberikan masyarakat lokal terhadap wisatawan hanya sekedar penawaran jasa saja, baik itu dalam hal informasi mengenai Kota Bondowoso atau hal – hal lain mengenai Kota Bondowoso, khususnya pariwisata yang ada di Kota Bondowoso selama menggunakan transportasi wisata tersebut.
2. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Desa Wisata Rengganis Sarana transportasi yang dapat diakses di Desa Wisata Rengganis yaitu; bus, mobil dan sepeda motor. Sarana transportasi tersebut hanya dapat menjangkau pintu gerbang dari Desa Wisata Rengganis. Untuk mengakses Desa Wisata Rengganis, wisatawan hanya dapat berjalan kaki. Hal ini dikarenakan akses menuju Desa Wisata Rengganis masih berupa jalan setapak. Adapun pelayanan yang diberikan kepada wisatawan oleh masyarakat setempat hanya sekedar pemberian informasi mengenai Desa Wisata Rengganis, serta pelayanan berupa pemberian makanan dan minuman selama menggunakan transportasi tersebut. Jika menggunakan bus atau mobil, wisatawan dapat memilih kriteria dari mobil atau bus yang akan digunakan.
3. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Desa Wisata Alas Sumur Sarana transportasi yang dapat diakses di Desa Wisata Alas Sumur yaitu; minibus, mobil, sepeda motor, sepeda. Tetapi untuk menuju dan menikmati tempat wisata yang ada di Desa Wisata Alas Sumur tidak dapat dilalui oleh bus/mobil, dan sepeda motor, tetapi hanya dapat diakses dengan jalan kaki. Dikarenakan akses jalan menuju tempat wisata Desa Wisata Alas Sumur hanya berupa jalan setapak. Adapun pelayanan yang diberikan kepada wisatawan adalah pemberian makanan dan minuman selama menggunakan trasnportasi wisata tersebut dan wisatawan dapat memilih kriteria dari bus atau mobil yang akan digunakan untuk menuju Desa Wisata Alas Sumur.
4. Pelayanan dalam Penggunaan Sarana Transportasi di Desa Wisata Lombok Kulon Sarana transportasi yang terdapat di Desa Wisata Lombok Kulon yaitu sepeda gunung, sepeda motor, dan mobil . Jika kita mengunakan transportasi tersebut maka kita dapat mengakses sampai ke desa wisata langsung. Namun bila menggunakan bus atau mini bus dan semacamnya, wisatawan harus berjalan kaki menuju desa wisata tersebut yang jaraknya tidak terlalu jauh, dikarenakan akses yang ada hanya merupakan jalan paving yang lebarnya terbatas. Adapun pelayanan yang diberikan oleh wisatawan dalam menggunakan sepeda gunung adalah penerimaan jasa tour guide yang menemani wisatawan mengelilingi Desa Wisata Lombok Kulon yang memberikan informasi mengenai Desa Wisata Lombok Kulon. Wisatawan jugak dapat memilih kriteria dari bus atau mobil yang akan digunakan menuju Desa Wisata Lomnok Kulon.
24
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
5. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : Transportasi wisata yang terdapat di Kabupaten Bondowoso adalah : 1. Becak ( Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) 2. Mobil gowes (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) 3. Bendi Wisata (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso) 4. Sepur (Alun – Alun Kabupaten Bondowoso ) 5. Bus / Mobil ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, Desa Wisata Rengganis) 6. Sepeda gunung ( Desa Wisata Lombok Kulon ) 7. Sepeda Motor ( Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Alas Sumur, dan Desa Wisata Rengganis) Sedangkan saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Perlu adanya peningkatan dan penambahan jumlah jenis – jenis transportaswi wisata darat yang ada di Kabupaten Bondowoso. Dikarenakan hal ini akan sangat membantu wisatawan dalam mengkases daerah – daerah destinasi wisata yang ada di Kabupaten Bondwoso.
2. Perhatian penuh pada aksesibililtas terhadap kawasan daerah wisata sangat diperlukan. Dikarenakan jika aksesibilitas dalam mencapai daerah kawasan wisata saja sudah tidak mendukung kegiatan pariwisata, maka motivasi wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah wisata tersebut akan semakin berkurang. Informasi yang diberikan dan diapaparkan dalam hal aksesiblitas sangat berpengaruh dalam kunjungan wisatawan. Hal ini tidak hanya berpengaruh pada kunjungan wisatawan, akan tetapi terhadap penyediaan sarana akomodasi yang ada pada daerah kawasan wisata tersebut.
3. Kerjasama antara pemerintah daerah Kabupaten Bondowoso, Kepala Desa, staf dan pengelola kawasan daerah wisata beserta masyarakat sangat dibutuhkan. Hal ini tidak akan dapat terwujud jika koordinasi dari pihak – pihak yang bersangkutan tidak relevan. Perlu adanya kesadaran dari masing – masing pihak yang bersangkutan dalam mewujudakan, mengembangkan, serta meningkatkan kegiatan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso menuju brand wisata The Highland Paradise tersebut.
Ucapan Terimakasih Adapun penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Dosent Pembimbing I dan II yang telah membimbing penulis dalam penulisan artikel ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada orangtua dan rekan – rekan sekelompok dalam hal Penelitian Lapangan I. Serta, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada UNUD yang telah banyak berkontribusi dalam hal Penelitian Lapangan I ini.
6. DAFTAR PUSTAKA Dewi, Ni Luh Kartika Sutra, Aditya Maulana Pratama, Cipta Mulyana, I Made Cahya Narayana, dan Selly Patricia Suoth. 2017. Analisi Deskriptif Jenis dan Peran Moda Transportasi Wisata di Gili Trawangan . Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana. Priono ,Yesser ,dan Elis Sri Rahayu. 2014 . Transportasi Berkelanjutan Kawasan Wisata Taman Nasional Tanjung Puting ( TNTP) Kabupaten Kota Waringin Barat, Kalimantan Tengah. Jurnal Perspektif Arsitektur Vol. 9 No. 1, Juli 2014. Trisnawati ,Yuliana, dan Broto Sunaryo. 2014. Keberadaan Moda Transportasi Umum Tidak Bermotor dalam Mendukung Aktivitas Pariwisata di Kawasan Malioboro, Yogyakarta . Jurnal Teknik PWK Vol. 3 No. 4, 2014.
25
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
PARTISIPASI MASARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN DESA WISATA ORGANIK LOMBOK KULON, KABUPATEN BONDOWOSO
Ni Kadek Devi Somiari 1) , I Made Sendra 2) , Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Email : [email protected]
Abstrak Desa wisata organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Pengembangan desa wisata di suatu daerah membutuhkan adanya partisipasi masyarakat lokal didalamnya, disamping adanya campur tangan dari pihak pemerintah pusat sebagai fasilitator. Dalam konteks pembangunan desa wisata, dalam proses perencanaan harus sejak awal melibatkan masyarakat lokal. Tingkat partisipasi masyarakat lokal dalam pembangunan desa wisata dapat dilihat dari segi mata pencaharian masyarakat lokal apakah sudah mengarah pada kegiatan industri pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan desa wisata serta bentuk partisipasinya. Penelitian dalam tulisan ini dilakukan di desa wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bodowoso. Penelitian data dilakukan dengan wawancara mendalam sebagai data primer dan studi kepustakaan mengenai penelitian sebelumnya sebagai data sekunder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Deskriptif Kualitatif dengan fokus penelitian mengenai bentuk-bentuk partisipasi dan kendala-kendala yang dihadapi untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan desa wisata Lombok Kulon sudah mulai melibatkan masyarakat didalamnya. Keterlibatan masyarakat dalam hal ini yaitu dengan didirikannya beberapa kelompok kerja (POKJA) yang merupakan bentuk partisipasi langsung dari masyarakat seta sebagian masyarakat yang berprofesi sebagi petani yang merupakan bentuk partisipasi tidak langsung dari masyaarkat lokal desa wisata Lombok Kulon tersebut.
Kata kunci : pariwisata berbasis masyarakat, desa wisata.
Abstract Lombok Kulon Organic Tourism Village, Wonosari District, Bondowoso Regency is built by community based tourism concept. The research aims to know the forms of community participation and also the obstacles in engaging the community to participate in the development of the tourism village. It used qualitative and quantitative data types with primary and secondary data sources that obtained through observation, interview and documentation. Informants selected based on the principle of the subject. The analysis methode that used is descriptive qualitative methode. The result showed that there are Agriculture Working Group, Fishserie Working Group, Culinary Working Group, Human Resources Working Group, Tourist Attraction Working Group, Handicraft Working Group, and Homestay’s Manager as the direct participation and farmer as the indirect participation. The internal obstacle is the mind set of the community that think tourism give an negative impact to the community and the external obstacle are the rules that inhibit them to build the tourism village and the lack funds wich allocated for the development of the tourisim village by the government.
Keywords : community based tourism, tourism village.
26
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
1. PENDAHULUAN Bondowoso merupakan sebuah kabupaten yang memiliki beragam potensi daerah. Salah satu potensi daerah yang menjadi keunggulan Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur ini adalah pertanian. Potensi daerah Kabupaten Bondowoso dalam sektor pertanian menggerakan pemerintah Kabupaten Bondowoso mencanangkan program Bondowoso Pertanian Organik (Botanik). Salah satu desa di Kabupaten Bondowoso yang memiliki lahan organik adalah Desa Lombok Kulon. Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari memiliki 10,3 hektar lahan murni organik yang telah mendapatkan sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloleman (LeSOS). Dan 25 hektar lahan juga dalam tahap konversi untuk menjadi lahan yang murni organik. Berdasarkan potensi yang dimiliki, Desa Lombok Kulon dikembangkan sebagai desa wisata organik. Bupati Kabupaten Bondowoso, Amin Said Husni dalam Kalia (2014) mengatakan pengembangan desa wisata organik ini merupakan inisiatif dari masyarakat sekitar. Wisata organik ini menawarkan semua hal mulai dari padi, sayuran, hingga ikan organik yang siap konsumsi. Melihat keberadaan Desa Wisata Organik Lombok Kulon yang menerapkan pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) dalam pengembangannya, yaitu dengan adanya partisipasi masyarakat lokal yang mendominasi baik dalam pengembangan maupun pengelolaannya, maka dari itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso”. Penelitian ini bertujuan untuk mengenali bentuk-bentuk partisipasi masyarakat lokal dan kendala yang dihadapi untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon.
2. METODE PENELITIAN Penelitian diadakan di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonsoari, Kabupaten Bondowoso. Data dikumpulkan dengan teknik observasi yaitu melakukan pengamatan langsung di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. 2) Interview, melakukan wawancara langsung dengan ketua pengembang Desa Wisata Organik Lombok Kulon dan PNS Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Bondowoso. 3) Dokumentasi, yakni pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi kegiatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL Data yang diperoleh menunjukan adanya partisipasi langsung dan tidak langsung masyarakat lokal dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Adapun yang merupakan partisipasi langsung dapat dilihat dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari : a. Pokja Pertanian. Masyarakat lokal yang merupakan Pokja Pertanian bertugas untuk memberikan informasi dan mengajarkan para pengunjung mengenai tata cara penanaman padi maupun sayuran dengan metode organik, pembuatan pupuk organik dengan bahan yang berasal dari alam sekitar hingga pengemasan beras hasil pertanian organik. b. Pokja Perikanan merupakan pokja yang bertugas mengurus kolam-kolam ikan yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Baik mulai dari pembenihan maupun panen. Ikan-ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele dan gurame. Hasil budidaya dapat dikonsumsi yang terlebih dahulu akan diolah oleh pokja kuliner. Selain itu Pokja Perikanan bertugas untuk memberikan informasi dan pelatihan mengenai cara budidaya ikan dengan metode organik. c. Pokja kuliner merupakan pokja yang bertugas mengolah hasil pertanian maupun perikanan yang dihasilkan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon sehingga pengunjung dapat menikmati hasil pertanian dan perikanan organik. Pengunjung dapat memesan langsung makanan pada Pokja Kuliner yang ada di basecamp Desa Wisata Organik. Tersedia nasi beras merah, beras putih, beras hitam maupun nasi beras jagung. Pokja Kuliner juga dapat menyediakan hidangan secara prasmanan maupun per porsi.
27
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 d. Pokja SDM merupakan pokja yang bertugas menerima kunjungan-kunjungan wisatawan yang melakukan penelitian dan memberikan informasi mengenai Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Selain itu Pokja SDM juga bergerak dalam bidang peningkatan Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Lombok Kulon, yang dalam hal ini merupakan masyarakat lokal dengan memberikan pelatihan-pelatihan, salah satunya adalah pelatihan Bahasa Inggris dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima kunjungan wisatawan asing. e. Pokja Atraksi merupakan pokja yang bertugas untuk memandu pengunjung yang ingin menikmati atraksi wisata dan bertanggung jawab atas pengunjung selama kegiatan wisata berlangsung. Atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon adalah tubing. f. Pokja Kerajinan merupakan pokja yang bertugas dalam memberikan pelatihan bagi para pengunjung yang ingin berlatih untuk membuat kerjaninan dengan bahan dasar pelepah pisang dan kayu. Hasil kerajinan dapat langsung dibawa oleh pengunjung yang membuat kerajinan tersebut. Pokja Kerajinan dapat ditemukan di homestay Desa Wisata Lombok Kulon. Untuk dapat mengikuti pelatihan ini diperlukan pemesanan paket terlebih dahulu sehingga poka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. g. Pengelola Homestay Terdapat sebuah homestay yang khusus disediakan untuk wisatawan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon yang dikelola oleh masyarakat lokal. Di mana masyarakat selain menerima namun juga melayani wisatawan yang menginap di sana. Wisatawan dapat merasakan berinteraksi dengan kebiasaan masyarakat lokal secara langsung. Adapun Partisipasi Tidak Langsung dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon yaitu: a. Petani, Petani secara tidak langsung berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon melalui tata cara tanam yang dilakukan secara organik yaitu menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri. Selain itu keberadaan petani tentu penting adanya untuk melestarikan keberadaan sawah dan tata cara tanam yang organik sehingga desa wisata yang ada di Desa Lombok Kulon dapat menjadi desa wisata yang mengunggulkan pertanian organik secara berkelanjutan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menggalang masyarakat untuk berpartisipasi yaitu: a. Kendala internal yaitu pola pikir masyarakat yang negatif terhadap pariwisata. b. Kendala eksternal meliputi adanya banyak peraturan yang harus disesuaikan dengan PTPN Perhutani yang menghambat Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso untuk mengembangkan Desa Wisata Organik Lombok Kulon serta kurangnya dana yang dialokasikan untuk pembangunan Desa Wisata Organik Lombok Kulon.
3.2. PEMBAHASAN Desa Lombok Kulon merupakan desa yang terletak di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Desa Lombok Kulon memiliki wilayah seluas 293.57 ha. Desa lombok Kulon memilki potensi sumber daya alam berupa budidaya pertanian sawah seluas 224 ha dengan sumber air yang cukup serta kawasan pekarangan produktif seluas 19,5 ha. Lahan tersebut mulai dikembangkan menjadi pertanian organik. Sebagai desa yang mengembangkan pertanian organik, Desa Lombok Kulon diarahkan menjadi desa wisata organik. Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso mulai dikembangkan pada tahun 2012 yang dimula oleh Bapak Arif dan Ibu Intan serta Bapak Baidhowi yang saat ini merupakan ketua pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso. Adanya pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon ini diawali dengan adanya pengembangan Kelompok Tani pada tahun 2008. Pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon terjadi atas prakarsa masyarakat yang selanjutnya didukung oleh pemerintah dengan kata lain terjadi secara bottom-up . Desa Wisata Organik Lombok Kulon sebagai destinasi wisata masih dalam tahap eksplorasi penemuan ( exploration ) yang dimana Desa Wisata Organik Lombok Kulon masih dikunjungi secara terbatas. Kunjungan yang ramai di Desa Lombok Kulon selama beberapa bulan terakhir merupakan kunjungan yang dilakukan oleh mahasiswa dan siswa taman kanak- kanak, Sekolah Dasar (SD) maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP). Selain itu fasilitas khusus 28
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 untuk wisatawan yang disediakan oleh masyarakat masih kurang keberadaanya. Sehingga dampak sosial-budaya maupun sosial-ekonomi dari adanya pengembangan desa wisata ini belum dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Desa Lombok Kulon secara merata. Pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon diarahkan untuk menanggulangi kemiskinan dan pengangguran kalangan produktif di Desa Lombok Kulon. Dalam pengembangan Desa Lombok Kulon sebagai desa wisata diterapkan konsep pariwisata berbasis masyarakat (community based tourism) yang ditunjukan dengan adanya usaha-usaha untuk menggalang partisipasi masyarakat dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon dalam melatih dan mempersiapkan SDM untuk menghadapi pariwisata. Data yang diperoleh menunjukan adanya partisipasi langsung dan tidak langsung masyarakat lokal dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Adapun yang merupakan partisipasi langsung dapat dilihat dengan adanya pembentukan kelompok-kelompok kerja (pokja) yang terdiri dari : 1. Pokja Pertanian
Gambar 1. Gambar 1. Kelompok Tani di Desa Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Partisipasi masyarakat melalui pokja pertanian dikatakan sebagai partisipasi langsung karena adanya interaksi langsung antara wisatawan dengan masyarakat yang merupakan Kelompok Kerja (Pokja) Pertanian dalam kegiatan pariwisata di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Masyarakat lokal yang merupakan Pokja Pertanian bertugas untuk memberikan informasi dan mengajarkan para pengunjung mengenai tata cara penanaman padi maupun sayuran dengan metode organik, pembuatan pupuk organik dengan bahan yang berasal dari alam sekitar hingga pengemasan beras hasil pertanian organik. 2. Pokja Perikanan
Gambar 2. Gambar 2. Pokja Perikanan di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Pokja Perikanan merupakan pokja yang bertugas mengurus kolam-kolam ikan yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Baik mulai dari pembenihan maupun panen. Ikan-ikan yang dibudidayakan adalah ikan lele dan gurame. Hasil budidaya dapat dikonsumsi yang terlebih dahulu akan diolah oleh pokja kuliner. Selain itu Pokja Perikanan bertugas untuk memberikan informasi dan pelatihan mengenai cara budidaya ikan dengan metode organik.
29
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
3. Pokja Kuliner
Gambar 3. Gambar 3. Pokja Kuliner di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Pokja kuliner merupakan pokja yang bertugas mengolah hasil pertanian maupun perikanan yang dihasilkan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon sehingga pengunjung dapat menikmati hasil pertanian dan perikanan organik. Pengunjung dapat memesan langsung makanan pada Pokja Kuliner yang ada di basecamp Desa Wisata Organik. Tersedia nasi beras merah, beras putih, beras hitam maupun nasi beras jagung. Pokja Kuliner juga dapat menyediakan hidangan secara prasmanan maupun per porsi. 4. Pokja SDM
Gambar 4. Gambar 4. Pokja SDM di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Pokja SDM merupakan pokja yang bertugas menerima kunjungan-kunjungan wisatawan yang melakukan penelitian dan memberikan informasi mengenai Desa Wisata Organik Lombok Kulon. Selain itu Pokja SDM juga bergerak dalam bidang peningkatan Sumber Daya Manusia yang ada di Desa Lombok Kulon, yang dalam hal ini merupakan masyarakat lokal dengan memberikan pelatihan-pelatihan, salah satunya adalah pelatihan Bahasa Inggris dalam rangka mempersiapkan diri untuk menerima kunjungan wisatawan asing.
5. Pokja Atraksi Gambar 5. Gambar 5. Pokja Atraksi di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017
30
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 Pokja Atraksi merupakan pokja yang bertugas untuk memandu pengunjung yang ingin menikmati atraksi wisata dan bertanggung jawab atas pengunjung selama kegiatan wisata berlangsung. Atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Organik Lombok Kulon adalah tubing. Tubing adalah kegiatan meluncur bebas di aliran sungai yang berjeram dengan menggunakan ban. Pokja Atraksi memberi pengarahan mulai dari penggunaan pelampung, penggunaan helm dan tata cara penempatan diri dalam ban sebelum tubing dimulai. Kegiatan wisata tubing berlangsung selama 1 jam di mana Pokja Atraksi disebar di beberapa titik untuk mengawasi, menjaga dan mengambil dokumentasi pengunjung yang melakukan tubing.
6. Pokja Kerajinan
Gambar 6. Pokja Kerajinan Gambar 6. Pokja Kerajinan di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Pnelitian Lapangan I, 2017 Pokja Kerajinan merupakan pokja yang bertugas dalam memberikan pelatihan bagi para pengunjung yang ingin berlatih untuk membuat kerjaninan dengan bahan dasar pelepah pisang dan kayu. Hasil kerajinan dapat langsung dibawa oleh pengunjung yang membuat kerajinan tersebut. Pokja Kerajinan dapat ditemukan di homestay Desa Wisata Lombok Kulon. Untuk dapat mengikuti pelatihan ini diperlukan pemesanan paket terlebih dahulu sehingga poka mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. 7. Pengelola Homestay
gambar 7. Gambar 7. Pokja Homestay di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Terdapat sebuah homestay yang khusus disediakan untuk wisatawan oleh Desa Wisata Organik Lombok Kulon yang dikelola oleh masyarakat lokal. Di mana masyarakat selain menerima namun juga melayani wisatawan yang menginap di sana. Wisatawan dapat merasakan berinteraksi dengan kebiasaan masyarakat lokal secara langsung. Selain homestay yang disediakan khusus untuk wisatawan, ketika jumlah wisatawan mlebihi kapasitas homestay tersebut, rumah- rumah masyarakat lokal Desa Lombok Kulon khususnya rumah yang tidak lagi ditinggali oleh pemiliknya karena pemiliknya telah tinggal di luar kota digunakan pula sebagai homestay dengan syarat seperti memiliki kamar mandi dan tempat tidur, serta adanya masyarakat lokal yang memberikan pelayanan bagi wisatawan yang menginap.
31
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 Adapun Partisipasi Tidak Langsung dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon yaitu: 8. Petani
Gambar 8. Gambar 8. Petani di Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso Sumber: Penelitian Lapangan I, 2017 Petani secara tidak langsung berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon melalui tata cara tanam yang dilakukan secara organik yaitu menggunakan pupuk organik yang diproduksi sendiri. Selain itu keberadaan petani tentu penting adanya untuk melestarikan keberadaan sawah dan tata cara tanam yang organik sehingga desa wisata yang ada di Desa Lombok Kulon dapat menjadi desa wisata yang mengunggulkan pertanian organik secara berkelanjutan. Dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, terdapat kendala-kendala yang dihadapi dalam menggalang masyarakat untuk berpartisipas. Kendala-kendala tersebut terdiri dari kendala internal dan kendala eksternal. Adapun yang merupakan kendala internal adalah pola pikir masyarakat yang negatif terhadap pariwisata. Kendala eksternal meliputi adanya banyak peraturan yang harus disesuaikan dengan PTPN Perhutani yang menghambat Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso untuk mengembangkan Desa Wisata Organik Lombok Kulon serta kurangnya dana yang dialokasikan untuk pembangunan Desa Wisata Organik Lombok Kulon.
4. KESIMPULAN Dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso terdapat partisipasi masyarakat yang dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu partisipasi langsung yang terdiri dari kelompok kerja pertanian, kelompok kerja perikanan, kelompok kerja kuliner, kelompok kerja sdm, kelompok kerja atraksi, kelompok kerja kerajinan serta pengelola homestay . Dan partisipasi tidak langsung yaitu petani. Adapun kendala yang dihadapi dalam menggalang masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata Organik Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Bondowoso terdiri dari kendala internal berupa pola pikir masyarakat, dan kendala eksternal berupa hambatan pengembangan akibat adanya banyak peraturan yang harus disesuaikan dan kurangnya dana untuk pengembangan desa wisata.
Ucapan Terimakasih Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Prosiding ini tepat pada waktunya. Penulis juga menyadari bahwa dengan selesainya prosiding ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing 1 dan dosen Pembimbing 2 serta teman-teman dari kelompok yang sudah banyak berpartisipasi dan membantu dalam penyempurnaan prosiding ini
32
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 5. DAFTAR PUSTAKA Muntu, Adrianus Waranei. 2017. Partisipasi Komunitas Lokal Dalam Pengembangan Atraksi Wisata di Kota Tua Jakarta. Skripsi. Bali: Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Nurkhayani, Dewi. 2016. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Perkembangan Pariwisata di Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Skripsi. Bali: Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana. Priasukmana, Soetarso dan R. Mohamad Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa Wisata : Pelaksanaan Undang-Undang Otonomi Daerah. Jurnal Informasi Sosial dan Ekonomi, Vol. 2. Raharjana, Destha Titi.2012. Membangun Pariwisata Bersama Rakyat:Kajian Partisiapas Lokal dalam Membangun Desa Wisata di Dieng Plateu.Jurnal Kawistara, Vol. 2. No 3. Safitri, Ni Putu Yessy Apriana dan Made Sukana. 2013. Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Kegiatan Kepariwisataan di Desa Jatiluwih, Kabupaten Tabanan. Kalia, Friska. 2014. Bondowoso Lirik Potensi Pertanian Organik. http://kbr.id/nusantara/04- 2014/bondowoso_lirik_potensi_pertanian_organik/57454.html. Diakses tanggal 15 Maret 2017. Situs Resmi Kabupaten Bondowoso. Pertanian. http://bondowosokab.go.id/potensi- daerah/pertanian. Diakses tanggal 14 Maret 2017.
33
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI OLEH DINAS KEPARIWISATAAN KABUPATEN BONDOWOSO DALAM MEMPROMOSIKAN DAYA TARIK WISATA
Priscilla Nivili 1) , I Wayan Suardana 2) , I Made Sendra 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstract Bondowoso merupakan salah satu daerah wisata yang sedang berkembang. Daerah kabupaten yang terletak di Jawa Timur ini memiliki cukup banyak potensi yang dapat dikembangkan sebagai objek wisata. Sebagai daerah pariwisata, Bondowoso tidak bisa melewatkan peranan pariwisata sebagai industri yang kemudian berpengaruh kepada usaha wisata. Dalam perkembangannya, usaha wisata sebagai salah satu komponen kegiatan pariwisata tidak bisa menutup diri dari perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi dalam kepariwisataan dapat diterapkan dalam berbagai hal salah satunya sebagai penyedia layanan informasi. Keberadaan informasi dalam kegiatan pariwisata sangat penting. Informasi dalam pariwisata dibutuhkan oleh berbagai pihak. Wisatawan membutuhkan informasi untuk membantu dalam perencanaan perjalanan contohnya seperti menentukan akomodasi, menentukan moda transportasi, menentukan objek yang akan dituju, ataupun menentukan paket wisata apa yang akan diambil. Selain wisatawan, informasi juga dibutuhkan oleh stakeholder pariwisata yaitu pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. Dalam hal ini informasi tersebut dapat berupa data kunjungan wisatawan, kecenderungan pasar, dan lain sebagainya. Penggabungan antra layanan informasi dan teknologi inilah yang menciptakan suatu konsep yang dinamakan E-Tourism.
Kata kunci : teknologi, informasi, usaha wisata, e-tourism.
Abstract Bondowoso is one of the developing tourist areas. The district area located in East Java has quite a lot of potential that can be developed as a tourist attraction. As a tourism area, Bondowoso can not miss the role of tourism as an industry that then affect the tourism business. In its development, tourism business as one component of tourism activities can not be closed from the development of technology. The development of technology in tourism can be applied in many ways one of them as information service provider. The existence of information in tourism activities is very important. Information in tourism is needed by various parties. Tourists need information to assist in planning trips such as determining accommodation, determining the mode of transportation, determining the object to go, or determining what tour package will be taken. In addition to tourists, information is also needed by tourism stakeholders namely the government and tourism business actors. In this case the information can be data of tourist visits, market trends, and so forth. Merging between information services and technology is what creates a concept called E-Tourism.
Keywords : technology, information, tourism business, e-tourism.
1. PENDAHULUAN Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabilla seorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998). Pariwisata sudah menjadi hak dasar pemenuhan kebutuhan masyarakat yang diatur dalam Kode Etik Kepariwisataan Dunia. Pariwisata memberikan manfaat dalam bidang sosial, budaya, serta ekonomi untuk daerah wisata, oleh karena itu masyarakat harus menyadari manfaat dari kegiatan pariwisata untuk individu maupun daerah itu sendiri. Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo di timur, Kabupaten Jember di selatan, Kabupaten
34
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Situbondo di utara, serta Kabupaten Probolinggo dan Situbondo di barat. Bondowoso dikenal sebagai “Kota Tape” dan “Republik Kopi” dengan produk kopi “Java Ijen Raung”. Dalam pariwisatanya Bondowoso mengandalkan wisata alam dan wisata petualangan seperti trekking dan rafting . Pesona alam yang terbentang dari puncak gunung sampai ke lembah-lembah menjadikan Bondowoso dikenal sebagai surga di atas ketinggian, “The Highland Paradise”. Bondowoso merupakan daerah yang mulai gencar mengembangkan pariwisatanya. Pengembangan ini tidak bisa lepas dari peran suatu lembaga. Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Bondowoso yang membidangi pariwisata kian gencar mempromosikan daya tarik wisata melalui berbagai media salah satunya media digital. Penggunaan media digital tidak bila lepas dari pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dan juga kendalanya yang kerap dihadapi oleh pengelola. Berdasarkan permasalahan ini penulis melakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam halnya mempromosikan daya tarik wisata oleh dinas pariwisata di Kabupaten Bondowoso.
2. LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Teknologi, Informasi, dan Komunikasi 1. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yangstrategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. 2. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pariwisata TIK, sangat menunjang perkembangan pariwisata, dengan TIK maka informasi dan komunikasi dapat dilakukan dengan sangat cepat, efisien dan akurat yang mampu mengurangi human error. Dengan menggunakan software informasi mengenai kepastian pemesanan kamar, kepastian rekening tamu, informasi tamu yang akan datang ke hotel, tamu yang sedang tinggal di hotel dan tamu yang akan meninggalkan hotel. Informasi yang cepat, tepat dan akurat tersebut akan membuat tamu puas dan senang tinggal di hotel. Teknologi Informasi juga dapat memudahkan suatu daerah untuk memperkenalkan objek– objek wisata yang ada di daerahnya ini. Dalam dunia pariwisata perkembangan teknologi informasi mulai dirasakan dampak positifnya karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pariwisata mulai memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Banyak hal yang terasa berbeda dan berubah dibandingkan dengan cara yang berkembang sebelumnya. Karena para wisatawan sangat mudah untuk menentukan objek wisata yang akan ingin dikunjunginya. 2.2 Konsep E-Commerce E-Commerce atau disebut juga perdagangan elektronik merupakan aktivitas yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, pemasaran barang ataupun jasa dengan memanfaatkan sistim elektronik seperti internet ataupun jaringan komputer. E-commerce juga melibatkan aktivitas yang berhubungan dengan proses transaksi elektronik seperti transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistim pengolahan data inventori yang dilakukan dengan sistim komputer ataupun jaringan komputer dan lain sebagainya. Dalam teknologi informasi e-commerce dapat dikategorikan sebagai bagian dari e-business dimana e-business memiliki cakupan yang lebih luas baik dari segi aktivitas ataupun jenis jenis kegiatan yang dilakukannya. 2.3 Konsep Promosi Promosi adalah upaya untuk memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor mengharapkan kenaikannya angka penjualan.
35
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
2.4 Konsep Hambatan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 385) hambatan adalah halangan atau rintangan. Hambatan memiliki arti yang sangat penting dalam setiap melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan. Suatu tugas atau pekerjaan tidak akan terlaksana apabila ada suatu hambatan yang mengganggu pekerjaan tersebut. Hambatan merupakan keadaan yang dapat menyebabkan pelaksanaan terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Setiap manusia selalu mempunyai hambatan dalam kehidupan sehari-hari, baik dari diri manusia itu sendiri ataupun dari luar manusia. Hambatan cenderung bersifat negatif, yaitu memperlambat laju suatu hal yang dikerjakan oleh seseorang. Dalam melakukan kegiatan seringkali ada beberapa hal yang menjadi penghambat tercapainya tujuan, baik itu hambatan dalam pelaksanaan program maupun dalam hal pengembangannya METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan metode wawancara. Lokasi penelitian terletak di Dinas Pariwisata Kabupaten Bondowoso (DISPAPORA). Penelitian ini diawali dengan membuat konsep tentang pemanfaatan E-Tourism oleh DISPAPORA. Langkah – langkah selanjutnya adalah menyusun pedoman wawancara. Pengumpulan data secara keseluruhan ditempuh dengan wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Media Promosi yang Digunakan dalam Memasarkan Pariwisata Bondowoso Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Bondowoso melakukan promosi untuk daya tarik wisata dengan berbagai cara. Promosi dilakukan dengan cara mengadakan pameran, roadshow yang menargetkan siswa dan mahasiswa, trip bersama para stakeholder pariwisata dan travel agent, pengadaan event berskala internasional seperti “ Ijen Trail Running 2017” , festival, dan lain sebagainya. Event-event tersebut kemudian disosialisasikan dan disiarkan melalui berbagai media. Media-media yang digunakan dalam mempromosikan pariwisata oleh DISPARPORA yaitu: 1) Media cetak : booklet “Bondowoso the Highland Paradise”, majalah “Lovely Bondowoso” dan artikel yang disiarkan melalui surat kabar seperti Jawa Pos. 2) Media elektronik : tv lokal 3) Media digital : website dan sosial media 3.2 Pemanfaatan TIK dalam Meningkatkan Pariwisata Bondowoso Dalam pemanfaatan TIK, DISPARPORA menggunakan media digital online untuk mempromosikan daya tarik wisata beserta event-event yang tengah berlangsung. Pemanfaatan media digital ini sudah dimulai dari tahun 2014 dan baru mulai aktif di tahun 2015. Ini menandakan bahwa usaha pengembangan pariwisata Bondowoso belum lama dilakukan. Media digital yang digunakan oleh DISPARPORA yaitu: 1) Website DISPARPORA memiliki website resmi http://disparpora.bondowosokab.go.id . Website ini berisikan informasi mengenai atraksi dan daya tarik wisata di Bondowoso secara umum. Tampilan website cukup baik dengan desain yang rapi dan warna yang sederhana serta informasi yang diberikan sudah cukup jelas dan objektif. Pembaruan berita pada website tidak memiliki jarak waktu yang pasti. Walau begitu, pembaruan berita pada website cukup up to date sehingga tidak ada informasi yang terlalu tertinggal untuk diikuti. Berikut adalah tabel riwayat pembaruan berita pada website DISPARPORA Bondowoso.
36
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel 1 Riwayat Pembaruan Berita Website DISPARPORA Tanggal Judul Berita 1. 28 Peserta Pemuda Pelopor Kab. April Bondowoso Melaksanakan 2017 Unjian Tulis dan Presentasi 2. 2 Mei Kepala DISPARPORA 2017 Bondowoso Kembali Menjenguk Bapak Sundari/Bapak Roqi 3. 2 Mei Singo Ulung Membuat 2017 Heboh Pengunjung Bandar Udara Juanda 4. 4 Mei Pemuda Pelopor Kabupaten 2017 Bondowoso Telah Dinobatkan 5. 9 Mei Masih Dalam Rangkaian 2017 Pekan Pemuda, DISPARPORA Kab. Bondowoso Melaksanakan Lomba Tari Ojug 6. 9 Mei Kegiata Lomba Desain 2017 Dalam Rangkaian Acara Pekan Pemuda Menyambut Kreatifitas Pemuda Bondowoso Dalam Bidang Membatik 7. 31 Mei Bazar Ramadhan dan Wisata 2017 Kuliner Bondowoso 2017 Sumber: http://disparpora.bondowosokab.go.id/blog. Diakses tanggal 5 Juni 2017.
2) Media Sosial Media sosial yang dipakai untuk mempromosikan pariwisata Bondowoso ada dua yaitu Facebook dan Instagram. a. Facebook Facebook merupakan salah satu media sosial dengan pengguna terbanyak di dunia. DISPARPORA memiliki akun Facebook untuk mempromosikan pariwisata dengan nama akun Pariwisata Bondowoso. Akun ini sudah diikuti oleh 3.446 pengikut (per tanggal 5 Juni 2017). Sama seperti website, Facebook Pariwisata Bondowoso cukup sering mengunggah kiriman di timeline nya. Berikut adalah riwayat pengunggahan kiriman akun Facebook Pariwisata Bondowoso
37
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel 2 Riwayat Pengunggahan Kiriman Facebook Pariwisata Bondowoso No. Tanggal Keterangan 1. 8 Mei Pukul 17:40 WIB, 2017 mengunggah foto kegiatan: lomba desain 2. 8 Mei Pukul 19:42 WIB, 2017 membagikan berita dari radarbesuki.com 3. 10 Mei Pukul 19:39 WIB, 2017 membagikan berita dari timesindonesia.co.id : Ijen Trail Running 4. 10 Mei Pukul 19:40 WIB, 2017 membagikan berita dari bondowosoline.com 5. 29 Mei Pukul 16.00 WIB, 2017 membagikan kiriman dari pengikut 6. 29 Mei Pukul 16:10 WIB, 2017 mengunggah foto kegiatan: festival kuliner Bondowoso 7. 29 Mei Pukul 16:47 WIB, 2017 mengunggah video pariwisata Bondowoso Sumber: https://web.facebook.com/disparpora. Diakses Tanggal 5 Juni 2017.
b. Instagram Instagram adalah media sosial yang digunakan untuk membagikan foto dan video singkat sebagai kontennya. DISPARPORA Kabupaten Bondowoso memiliki akun Instagram dengan nama pengguna @pariwisata_bondowoso yang memiliki jumlah/ followers pengikut sebanyak 1.620 followers dengan jumlah kiriman/ posts 150 posts (per tanggal 5 Juni 2017). Foto pertama diunggah pada tahun 2015. Dibandingkan dengan Facebook, Instagram memiliki frekuensi lebih sering dalam meng upload kiriman. Berikut adalah riwayat kiriman akun Instagram Pariwisata Bondowoso. Tabel 3 Riwayat Kiriman Akun Instagram Pariwisata Bondowoso No. Tanggal Keterangan Foto 1. Repost 2. 29 Mei 2017 Festival kuliner 3. Desa wisata Rengganis 4. 1 Juni 2017 Hari jadi Pancasila 5. 2 Juni 2017 Repost 6. Repost 7. 5 Juni 2017 Kacong Jebbing Bondowoso Sumber: instagram.com/pariwisata_bondowoso. Diakses Tanggal 5 Juni 2017. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh DISPARPORA Kabupaten Bondowoso dalam mempromosikan dan memasarkan daya tarik serta atraksi wisata ikut berperan dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso. Ditinjau
38
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
dari tahun 2010 – 2016, jumlah kunjungan wisata di kabupaten Bondowoso meningkat secara signifikan. Tabel 4 Jumlah Kunjungan Wisata Bondowoso Tahun 2010 – 2016
Dari tabel 4. dapat dilihat bahwa kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso meningkat secara signifikan dilihat dari tahun 2014 – 2015 dengan selisih 64.742 kunjungan. Jumlah kunjungan tentu meningkat tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Melihat kembali bahwa pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh DISPARPORA dimulai dari tahun 2014 dan mulai optimal di tahun 2015. Dengan demikian pemanfaatan TIK dalam promosi dan pemasaran daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso berperan serta dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso. Grafik 1 Jumlah Kunjungan Wisata Kabupaten Bondowoso Tahun 2010 - 2016 Jumlah Kunjungan Wisata Kabupaten Bondowoso Tahun … 200000 0 2010201120122013201420152016
Jumlah Kunjungan Wisata
3.3 Kendala yang Dihadapi dalam Pemanfaatan TIK untuk Mempromosikan Pariwisata Bondowoso Dari hasil wawancara kepada narasumber, diperoleh informasi bahwa dalam pemanfaatan TIK dalam mempromosikan pariwisata masih terdapat berbagai kendala. Kendala-kendala yang dihadapi oleh DISPARPORA Kabupaten Bondowoso dalam menggunakan media digital yaitu: 1) Kurangnya tenaga kerja dalam mengoperasikan berbagai media digital yang ada. Untuk sosial media Facebook dan Instagram, hanya memiliki satu administrator yaitu salah satu Staff Seksi Promosi Wisata dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, Reza Samsu Pramuditya, S.S. Kurangnya tenaga kerja membuat info-info mengenai kegiatan menjadi terlambat untuk di update . 2) Kurangnya tenaga kreatif yang menghasilkan ide dan menciptakan konten-konten baru sebagai materi untuk mempromosikan daya tarik wisata Kabupaten Bondowoso. 3) Seksi Promosi Wisata dan Pengembangan Ekonomi Kreatif merangkap juga sebagai humas/ public relation. ini mempengaruhi optimalnya kegiatan promosi. Karena masih tergolong dinas kecil ., seksi yang ada hanya terbatas di bidang DTW, Atraksi Wisata, dan Promosi. 4) Website masih belum optimal, kunjungan website masih minim dan website masih berisi informasi-informasi umum.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. DISPARPORA Kabupaten Bondowoso melakukan promosi daya tarik dan atraksi wisata melalui pameran, roadshow, trip bersama para stakeholder pariwisata dan travel agent, pengadaan event berskala internasional seperti “ Ijen Trail Running 2017” , festival, dan lain
39
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
sebagainya. Event-event tersebut kemudian disosialisasikan dan disiarkan melalui berbagai media yaitu media cetak, elektronik, dan media digital. 2. Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi, DISPARPORA khususnya seksi promosi memanfaatkan website dan media sosial sebagai media untuk mempromosikan pariwisata Bondwoso. Diketahui dari tabel riwayat unggahan dan kiriman, operator dari website dan media sosial cukup sering mengupdate berita dan kiriman mengenai aktifitas kepariwisataan di Kabupaten Bondowoso. Pemanfaatan TIK dalam promosi dan pemasaran daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso berperan serta dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bondowoso hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dari tahun 2010 – 2016. 3. Kendala yang menghambat DISPARPORA dalam mempromosikan pariwisata melalui media digital adalah kurangnya tenaga kerja, kurangnya tenaga kreatif, dan belum optimalnya pengoperasian website pariwisata sehingga harus terus dievaluasi dan ditingkatkan. Sedangkan saran yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Menurut kelompok penulis, sebaiknya Bagian Pariwisata DISPARPORA Kabupaten Bondowoso bekerja sama dengan komunitas-komunitas pemuda untuk menciptakan event- event yang banyak diminati oleh para kaum muda dan content creator sehingga dapat dilihat potensi-potensi muda yang dapat dijadikan sebagai tenaga kreatif untuk menciptakan konten- konten baru yang segar sebagai materi promosi. 2. Menurut kelompok penulis, sebaiknya penggunaan media sosial dan media digital lainnya dioptimalkan lagi dengan sebaik mungkin. Penggunaan fitur-fitur yang disediakan oleh media sosial dengan maksimal dapat meningkatkan jangkauan promosi. Salah satu fitur yang dapat dimanfaatkan adalah Boost Post yang disediakan oleh Facebook. Ucapan Terimakasih Adapun penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penulisan artikel ini. Tak lupa juga penulis mengucapkan terimkasih kepada orangtua dan rekan – rekan sekelompok dalam hal Penelitian Lapangan I. Serta, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada UNUD yang telah banyak berkontribusi dalam hal Penelitian Lapangan I ini.
5. DAFTAR PUSTAKA Arsul. 2015. E-Tourism Kabupaten Pulau Morotai . Manado: E-Journal Elektro dan Komputer Liey, Yesica. 2012. Perancangan dan Implementasi E-Tourism Kawasan Pariwisata Kota Tomohon . Salatiga: Program Studi Sistem Informasi FTI-UKSW Putera, Prakoso Bhairawa. 2010. Perbandingan Pencapaian Jejaring Informasi Pariwisata Terpadu Berbasis Web (Electronic Tourism) Dalam Mendukung Visit Indonesia Year 2010 Studi Kasus: Visit Aceh, Visit Bangka Belitung, dan Visit Baatam 2010 . Jakarta: LIPI Putra, Christia. 2011. Perancangan dan Implementasi E-Tourism pada Sistem Informasi Pariwisata Salatiga . Salatiga: Jurnal Teknologi Informasi-Aiti https://bondowosokab.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kabupaten-Bondowoso- 2015.pdf http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/11228/Hari%20Purnomo_1.pdf?sequence= 1
40
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
KEBERADAAN PRAMUWISATA LOKAL DI KABUPATEN BONDOWOSO
Resta Indah Inayah 1) , Yohanes Kristianto 2) , W. Citra Juwita Sari 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Email: [email protected]
Abstrak Keberadaan pramuwisata lokal di suatu destinasi sangat diperlukan. Untuk itu keberadaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Bertujuan untuk mengetahui keberadaan pramuwisata lokal dan kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso dapat dikatakan sedikit. Saat ini keberadaan pramuwisata di Bondowoso jumlahnya sangat minim karena hanya terdapat 10 anggota yang masih aktif dari jumlah anggota sebelumnya yaitu 25 orang anggota. Hal ini dikarenakan pekerjaan dalam bidang pariwisata belum dapat menjanjikan sehingga sebagian dari mereka beralih profesi untuk kelangsungan hidupnya. Dalam kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso terdapat struktur pengurus, diantaranya adanya pelindung yaitu Bupati Bondowoso, dan meliliki pembina dalam kepengurusan yang dibina oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bondowoso, terdiri dari tiga dewan yaitu Dewan Pertimbangan, Dewan Penasehat, dan Dewan Etik, serta memiliki pengurus harian yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakil bendahara, dan di dalam pengurus harian terdapat lima seksi yaitu seksi organisasi, seksi pendidikan dan pelatihan, seksi humas dan lingkungan hidup, seksi kesejahterahan dan seksi hukum.
Kata kunci : kepemanduan wisata, pramuwisata.
Abstract The existence of local guides in a destination is very necessary. For that, the existence of local guides in Bondowoso Regency becomes an interesting thing to be studied. The aim is to know the existence of local guides and local institutional tour guides in Bondowoso Regency. The results of this research is to indicate the presence of local guides in Bondowoso Regency. Currently, the existence of tour guides in Bondowoso is very a little. There are only 10 members who are still active from the previous member of 25 members. It happens because of the work in the field of tourism has not been able promising, so some of them switched their professions for their survival. In the institutional of local guides in the Bondowoso Regency, there is a board structure consists of management, also the protective namely Regent of Bondowoso, and has a supervisor in the stewardship supervised by Head of Department of Tourism Youth and Sports of Bondowoso Regency. Consists of three councils, there are Advisory Council, the Advisory Board, and the Ethics Council, and has a daily board consisting of the chairman, vice chairman, secretary, deputy secretary, treasurer, treasurer, and on the daily board there are five sections of the organization, Education, and training, public relations and environment section, section of welfare and legal section.
Keywords : tour guide, guides.
41
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
PENDAHULUAN
Gambar 1. Peta Kabupaten Bondowoso Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang tidak memiliki wilayah laut (terkurung daratan). Kabupaten Bondowoso secara geografis berada di wilayah bagian timur Propinsi Jawa Timur dengan jarak sekitar 200 km dari ibu kota Propinsi Jawa Timur, Surabaya. Kabupaten Bondowoso terletak pada posisi 7”50’10” sampai 7”56’41” Lintang Selatan dan 113”48’10” sampai 113”48’26” Bujur Timur. Wilayah Kabupaten Bondowoso sebelah barat dan utara berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi, sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Jember. Berdasarkan data yang didapat melalui Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso, pada tahun 2012 hingga 2016 wisatawan yang datang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso mengalami peningkatan. Hal tersebut mencerminkan bahwa Bondowoso semakin dikenal.
Tabel 1. Data Kunjungan Wisatawan Kabupaten Bondowoso Wisatawan Wisatawan Tahun Total Nusantara Mancanegara 2010 20787 6110 26897 2011 19487 1439 20926 2012 25731 2233 27964 2013 24979 18244 43223 2014 29296 28645 57941 2015 87990 34693 122683 2016 132719 31930 164649 Sumber: DISPARPORA Bondowoso
Seiring berjalannya waktu untuk membangun pariwisata yang baik di Kabupaten Bondowoso, maka pemerintah membutuhkan bantuan pramuwisata lokal untuk menangani wisatawan yang sedang berkunjung terkait dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso dari tahun ke tahun. Menyadari pentingnya keberadaan pramuwisata lokal, maka penulis tertarik untuk mengetahui keberadaan pramuwisata lokal dan kelembagaannya di Kabupaten Bondowoso.
1. METODE PENELITIAN Adapun lokasi penelitian terdapat tiga tempat yaitu Alun-alun Bondowoso, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (DISPARPORA) Bondowoso, dan Desa Wisata Almour Bondowoso. Ruang lingkup penelitian yang dibahas terdiri atas keberadaan pramuwisata lokal dan kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso. Jenis data yang digunakan yakni data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data yang digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni observasi, wawancara, dan studi pustaka. Teknik penentuan sampel secara purposive
42
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 sampling . Kriteria dari sampel yang diambil ialah orang-orang yang mengetahui tentang keberadaan pramuwisata di Kabupaten Bondowoso. Teknis analisis data yang digunakan yakni deskriptif kualitatif.
2. HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah terbentuknya pramuwisata di Kabupaten Bondowoso dimulai pada tahun 2008 namun tidak diakui oleh DPD HPI Jawa Timur dikarenakan tidak sesuai prosedur. Pada awalnya, pendaftar berjumlah 60 orang setelah diseleksi melalui tes tertulis dan wawancara tersisa 25 orang lolos dan dapat mengikuti pelatihan. Kemudian, dari 25 orang tersebut diseleksi melalui materi praktek guiding sehingga tersisa menjadi 15 orang lulus berlisensi. Pada saat itu profesi pramuwisata masih dianggap belum menjanjikan. Salah satu syarat pembentukan DPC HPI yaitu harus memiliki minimal 20 orang pemandu wisata yang berlisensi. Karena tidak melampaui jumlah minimal tersebut maka HPI Bondowoso tidak diakui. Pada tahun 2010, pemandu wisata
Bondowoso mulai menjalin komunikasi dengan pemandu wisata yang ada di Jawa Timur. Akhirnya, lambat laun pemandu wisata Bondowoso mendapatkan saran dari para pemandu wisata di Jawa Timur untuk membentuk HPI Bondowoso yang resmi. Profesi pramuwisata di Bondowoso pada tahun 2009 dianggap masih belum menjanjikan sehingga hanya tersisa 10 orang yang bertahan hingga pelatihan ke-2 pada tahun 2015. Mayoritas orang yang mengikuti pelatihan pertama beranggapan bahwa masih kurangnya pekerjaan di bidang pramuwisata. Pada pelatihan kedua pada tahun 2015 terdapat 22 orang, jumlah ini mengalami peningkatan yang artinya mulai banyak yang memandang profesi pramuwisata sebagai profesi yang menjanjikan karena seringnya melihat pramuwisata bersama turis mancanegara. Pada saat ini, anggota HPI berjumlah 25 orang tetapi yang aktif hanya berjumlah 10 orang. Padahal saat ini peluang menjadi pramuwisata masih banyak diperlukan baik dari travel agent maupun wisatawan yang berkunjung. Oleh karena itu, dalam usaha menambah tenaga kerja sekaligus memperbaiki kualitas pramuwisata lokal, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso berencana rutin memberikan pelatihan secara gratis kepada generasi muda yang ingin menambah ilmu di bidang pramuwisata pelatihan setiap tahunnya mulai tahun 2015 lalu sesuai dengan ketersediaan anggaran yang ada. Pramuwisata lokal Bondowoso memiliki ciri khas yaitu seragam dan memiliki identitas guide legal yang berlisensi. Dalam menjalankan tugasnya, pramuwisata lokal Bondowoso memiliki tata tertib dalam berperilaku sebagai guide diantaranya ialah berpakaian rapi yaitu menggunakan seragam resmi, selalu membawa identitas atau lisensi, tidak membawa tamu yang melanggar aturan di Indonesia, dan tidak boleh memberikan kartu nama kepada tamu ketika membawa tamu travel agency . Adapun hak yang diperoleh pramuwisata lokal Bondowoso yaitu mendapatkan fee , tip, serta fasilitas sebagai anggota HPI Bondowoso dan kewajiban yang harus dilakukan yaitu mentaati tata tertib yang ada serta memberikan informasi sebanyak - banyaknya tentang daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso ketika guiding . Tahun 2017 ini mulai gencar promosi wisata Bondowoso namun tetap ada beberapa kendala seperti sarana dan prasarana yang belum maksimal. DPC HPI Bondowoso terus mengupayakan dan menyampaikan kepada Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga untuk membangun sarana dan prasarana untuk menunjang perkembangan pariwisata Bondowoso. Untuk itu dalam memaksimalkan kinerja dalam mengembangkan pariwisata, Pemerintah Kabupaten Bondowoso bersama Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Bondowoso menyusun kelembagaan atau organisasi profesi. Kelembagaan atau organisasi profesi yang ada di Kabupaten Bondowoso adalah DPC HPI Bondowoso yang pada tanggal 18 Juni 2015 telah disahkan oleh DPD HPI Jawa Timur. Dalam kelembagaan pramuwisata lokal di Kabupaten Bondowoso terdapat struktur pengurus, diantaranya:
43
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Bagan 1. Struktur Pengurus DPC HPI Bondowoso
Sumber: DISPARPORA Bondowoso A. Pelindung: Bupati Bondowoso Berfungsi untuk mengayomi organisasi sebagai keluarga besar tempat berkumpulnya individu – individu berprofesi pemandu wisata yang sah. B. Pembina: Kepala DISPARPORA Kabupaten Bondowoso Berfungsi untuk memberikan pembinaan melalui pemberian pendidikan dan pelatihan dengan penganggaran pemerintah untuk pemutahiran ilmu anggota serta memberi bimbingan, pertimbangan dan pandangan keorganisasian kepada para pengurus. C. Dewan Pertimbangan: Sunaryadi Adapun fungsi dari Dewan Pertimbangan yaitu: 1. Memberikan pertimbangan kepada Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya dan ditetapkan dalam Musyawarah Tertinggi. 2. Memberi saran baik diminta maupun tidak kepada Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatannya. 3. Apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan AD/ART oleh Dewan Pimpinan sesuai dengan tingkatanya, Dewan Pertimbangan berhak memberikan rekomendasi kepada seluruh anggota HPI untuk menindaklanjuti. D. Dewan Penasehat: Arif Setyo Raharjo Berfungsi untuk mengawasi kinerja para pengurus, agar sesuai dengan AD, ART dan PO organisasi, menegur dan menasehati para pengurus apabila ditemukan penyimpangan. E. Dewan Etik: Iswahyudi Berfungsi untuk menangani masalah masalah pelanggaran kode etik profesi baik yang dilakukan oleh pengurus maupun anggota memberi rekomendasi kepada ketua tentang keputusan dan atau sanksi yang akan diambil. F. Pengurus Harian 1. Ketua: Slamet Riyadi Fungsi dari ketua yaitu: a. Mengkoordinir anggotanya dalam melaksanakan tugas. b. Melaksanakan tugas - tugas keorganisasian sesuai bidangnya. c. Melaporkan hasil kegiatan kepada sekretaris dan ketua. 2. Wakil Ketua: Samsul Arifin Fungsi dari wakil ketua yaitu: a. Mewakili ketua dalam melaksanakan tugas organisasi apabila ketua berhalangan. b. Memimpin rapat-rapat atas kesepakatan ketua, serta meminta masukan kepada ketua sebelum mengambil keputusan. c. Mengoordinir dan mensinergikan ketua-ketua Biro/Seksi dalam melaksanakan kegiatan lintas sektor.
44
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
d. Dalam keadaan darurat wakil ketua berhak untuk mengambil kebijakan yang selayaknya. e. Menggantikan ketua apabila ketua keluar daerah atau berhalangan hadir berdasarkan surat mandat kerja yang diberikan oleh ketua kepada wakil ketua. 3. Sekretaris: Daniel Steven Fungsi dari sekretaris yaitu: a. Memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan kesekretariatan, pengarsipan, dokumentasi surat dan inventarisasi kekayaan. b. Mengantarkan acara sidang/rapat yang diadakan organisasi. c. Membantu ketua dalam pembuatan laporan dan surat menyurat serta pengarsipan. d. Membuat pengarsipan notulen dan daftar hadir rapat. e. Bekerjasama dengan Ketua Bidang/Biro/Seksi dalam pembuatan surat-surat dokumen. f. Mengumpulkan dan mengarsipkan semua peraturan yang berhubungan dengan kepariwisataan dan organisasi. g. Bekerja sama dengan Kabid/Karo/Kasi Organisasi untuk meng-update data base anggota. h. Menerima dan membuat file laporan kegiatan dari Ketua Bidang/Biro/Seksi. 4. Wakil Sekretaris: Joni Susanto Adapun fungsi dari wakil sekretaris yaitu: a. Mewakili sekretaris dalam melaksanakan tugas apabila sekretaris berhalangan. b. Berkoordinasi dan membantu sekretaris untuk memaksimalkan perannya. 5. Bendahara: Rini Setyawati Fungsi dari bendahara yaitu: a. Memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan keuangan. b. Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan. c. Mencatat serta mengelola harta kekayaan organisasi di tingkatnya. d. Mengatur administrasi keuangan, melakukan pembayaran dan penagihan. e. Pembukaan rekening bank atas nama organisasi. f. Mencatat semua transaksi keuangan, penyimpanan, pemeriksaan dan pencarian sumber dana yang dituangkan dalam buku kas. g. Membuat rekapitulasi dan melaporkan kondisi keuangan secara berkala kepada ketua. h. Bertanggung jawab penuh terhadap pengaturan keuangan organisasi, penerimaan dan pengeluaran sesuai kebutuhan. 6. Wakil Bendahara: Elif Elia Hasan Fungsi dari wakil bendahara yaitu: a. Membantu semua kerja-kerja kebendaharaan. b. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan arahan bendahara. 7. Seksi – Seksi 1. Seksi Organisasi: Safrawi, Fathurrahman, Yanuar H. Pratama Fungsi dari seksi organisasi yaitu: a. Mengumpulkan, mengolah dan merumuskan bahan kebijakan teknis di bidang organisasi HPI Bondowoso. b. Menyusunan program kerja. c. Melaksanaan koordinasi dan membagi fasilitas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di bidang organisasi. d. Melaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang organisasi. e. Melaksanaan monitoring , evaluasi dan laporan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang organisasi. 2. Seksi Pendidikan dan Pelatihan: Ahmad Sofyan, Michael Denny, Ali Mansur Fungsi dari seksi pendidikan dan pelatihan yaitu: a. Menyusun rencana dan program kerja. b. Mengoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran. c. Melaksanakan kebijakan umum dan teknis program pendidikan dan pelatihan bagi anggota baru HPI Bondowoso. d. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota baru HPI Bondowoso. e. Melakukan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan. 45
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
f. Menyiapkan bahan dan menyusun laporan akuntabilitas kinerja. g. Melaksanakan analisis, evaluasi serta saran menngenai pelaksanaan kegiatan. 3. Seksi Humas dan Lingkungan Hidup: Fathurrasi, Yulis Rahmatullah, Minarsih Fungsi dari seksi humas dan lingkungan hidup yaitu: a. Menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan lingkungan yang ada di sekitar organisasi HPI Bondowoso. b. Mencari sumber dana dari luar (donator) serta menandatangani surat kerjasama. c. Mengusahakan tempat pelaksanaan kegiatan pendidikan, pelatihan, pertemuan anggota maupun kegiatan lain. d. Bekerja sama atau berkoordinasi dengan bidang publikasi dan informasi terutama mengenai hal–hal informasi yang ingin disampaikan kepada publik. e. Menyampaikan informasi kepada publik bila diperlukan. 4. Seksi Kesejahteraan: Heru Setiowibowo, Imam Fery S., Edy Sukarnadi Fungsi dari seksi kesejahteraan yaitu: a. Melaksanakan koordinasi teknis dengan pejabat dan atau satuan kerja lainnya di dalam maupun di luar lingkungan HPI Bondowoso. b. Memantau dan mengoordinasikan pelaksanaan pembinaan bagi anggota HPI Bondowoso. c. Membina partisipasi masyarakat dalam bidang sosial. 5. Seksi Hukum: Okta Kurniawan, Hendrik Cornelis Sebo, Mulyadi Widodo Fungsi dari seksi hukum yaitu: a. Memberikan pelayanan bantuan hukum kepada anggota HPI Bondowoso. b. Memberikan pendapat dan saran hukum.
3. KESIMPULAN Keberadaan pramuwisata lokal Bondowoso saat ini masih dikatakan sedikit. Pada awal didirikannya HPI Bondowoso tahun 2008 terdapat 60 anggota yang lambat laun menyusut menjadi 15 orang hasil dari seleksi yag telah dilakukan dan pada saat itu profesi pramuwisata masih dianggap belum menjanjikan. Pada tahun 2015 profesi pramuwisata mulai dilirik karena dianggap menjanjikan. Dan pada tahun 2015 pula diadakannya reaktivasi DPC HPI Bondowoso yang pada tanggal 18 Juni 2015 telah disahkan oleh DPD HPI Jawa Timur. Hingga saat ini anggota HPI berjumlah 25 orang namun yang aktif hanya 10 orang. Ini merupakan tugas DPC HPI Bondowoso untuk merekrut anggota-anggota baru dari generasi muda yang ada di Kabupaten Bondowoso. Di Kabupaten Bondowoso terdapat kelembagaan pramuwisata lokal yang memiliki struktur pengurus, diantaranya adanya pelindung yaitu Bupati Bondowoso, dan meliliki pembina dalam kepengurusan yang dibina oleh Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Bondowoso, terdiri dari tiga dewan yaitu Dewan Pertimbangan, Dewan Penasehat, dan Dewan Etik, serta memiliki pengurus harian yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris, bendahara, wakli bendarhara, dan di dalam pengurus harian terdapat lima seksi yaitu seksi organisasi, seksi pendidikan dan pelatihan, seksi humas dan lingkungan hidup, seksi kesejahteraan dan seksi hukum.
Ucapan Terimakasih Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Lapangan I yang berjudul “Keberadaan Pramuwisata Lokal di Kabupaten Bondowoso” tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih tak lupa penulis sampaikan kepada Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah senantiasa membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini. Tidak hanya itu, penulis sampaikan terimakasih kepada kedua orang tua beserta pihak-pihak yang telah mendukung penelitian ini sampai selesai.
4. DAFTAR PUSTAKA Anggaran Rumah Tangga Himpunan Pramuwisata Indonesia 2011 Anggaran Rumah Tangga Himpunan Pramuwisata Indonesia 2016 Debora, Vera. 2009. “Pengaruh Pelayanan Pramuwisata terhadap Kunjungan Wisatawan ke Istana Maimoon”. Medan: Repository Usu. 46
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya . Jakarta: Ghalia Indonesia. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta: PT Raya Grafindo Persada. Muhadjir, Noeng. 1996. Metode Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Rake Sarasin Sampelan, Shinta N. 2015. Pramuwisata di Kota Manado. Manado: Jurnal Holistik. Suari, Gusti Ayu Putu Putri Indra. 2016. Eksistensi dan Motivasi Pramuwisata Lokal Perempuan di Daya Tarik Wisata Alas Kedaton . Skripsi. Denpasar: Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) . Bandung : Alfabeta SKKNI 2009 Sektor Pariwisata Bidang Kepemanduan Wisata ______. 2016. Statistik Daerah Kabupaten Bondowoso 2016 . Bondowoso: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso ______. 2017. Bondowoso The Highland Paradise. Bondowoso: DISPARPORA ______. 2017. Lovely Bondowoso. Bondowoso: DISPARPORA
47
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
KEBIJAKAN TERHADAP PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DI DESA GLINGSERANG KECAMATAN WRINGIN BONDOWOSO
Fina Indana Zulfa 1) , W. Citra Juwitasari 2) , I Made Kusuma Negara 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Cagar budaya adalah warisan budaya yang harus dilindungi agar tidak rusak, musnah, ataupun hilang. Cagar budaya yang ada di Bondowoso merupakan benda cagar budaya peninggalan Zaman Megalitikum. Cagar budaya ini tersebar hampir diseluruh daerah di Bondowoso. Salah satu desa yag memiliki banyak situs cagar budaya adalah Desa Glingseran Kecamatan Wringin Bondowoso. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cagar budaya di Desa Glingseran dan kebijakan terhadap perlindungannya . Analisis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Teknik dalam pengumpulan informasi dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara kepada juru pelihara cagar budaya, dan dokumentasi. Cagar budaya yang ada di Glingseran terdiri dari sarkofagus, menhir dan batu kenong . Sedangkan untuk pelindungan terhadap cagar budaya di Desa Glingseran ada lima tahap, yaitu penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran. Perlindungan yang dilakukan di Glingseran kepada cagar budaya masih belum sepenuhnya dilakukan dengaan benar, karena terbatas dengan; pengetahuan juru pelihara mengenai cagar budaya, kurangnya kepedulian dari masyarakat, dan kurangnya dana dari pemerintah Bondowoso.
Kata kunci : kebijakan, perlindungan, cagar budaya.
Abstract Cultural heritage is a heritage that must be protected from being damaged, destroyed, or lost. The Cultural Heritage in Bondowoso is a cultural heritage object from the Megalithic era. The Cultural heritage is spread almost throughout the region of Bondowoso. One of the villages that have many cultural heritage sites is in Glingseran Village, the sub-district of Wringin Bondowoso . This study aims to know culture heritage in Glingseran Village and the policy on the protection of cultural heritage . This research analysis uses qualitative descriptive . The techniques for gathering information are done by observation, interviews to the interpreter of cultural preservation, and documentation. Culture Heritage in Glingseran is sarcophagus, menhir, and kenong stone. Whereas to the protection of cultural heritage in Glingseran Village, there are five ways, namely rescue, security, zoning, maintenance, and restoration . The protection that is done in Glingseran to the cultural heritage is still not fully carried out properly, as it limited to; Knowledge maintenance of cultural heritage, lack of concern from the community, and lack of funding from the Bondowoso government.
Keywords : policy, protection, cultural heritage.
1. PENDAHULUAN Cagar budaya adalah warisan budaya yang penting sebagai bukti dari terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan. Definisi dari Cagar Budaya di atur dalam bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, yaitu bahwa Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/ atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dengan peraturan mengenai cagar budaya, sudah jelas bahwa Indonesia memiliki situs cagar budaya yang menarik untuk dipelajari. Salah satu daerah yang terkenal memiliki situs cagar budaya adalah Bondowoso. Situs-situs arkeologi yang menyebar di Bondowoso berupa batu besar peninggalan zaman megalitikum. Benda-benda peninggalan zaman megalitikum tersebut 48
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 merupakan benda cagar budaya yang perlu dilindungi agar tetap lestari dan aman. Untuk melindungi benda cagar budaya yang tersebar banyak di Bondowoso, Pemerintah Bondowoso mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pelestarian Cagar Budaya. Ahli sejarah dan arkeologi yang pernah meneliti wilayah ini, menemukan benda-benda bersejarah itu tersebar di lima desa dan kecamatan. Antara lain di desa-desa di Kecamatan Tlogosari, Desa Pakauman (Kecamatan Grujugan), Desa Mas Kuning Lor (Kecamatan Pujer), Desa Pakisan (Kecamatan Wonosari), dan Desa Glingseran (Kecamatan Wringin). Berdasarkan penyebaran situs megalitikum di Bondowoso, Desa Glingseran (Kecamatan Wringin) merupakan salah satu desa yang memiliki benda cagar alam dengan situs cagar budaya yang cukup banyak dengan terdapat lebih dari 50 benda megalitikum. Maka hal ini menarik untuk dikaji mengenai kebijakan terhadap perlindungan cagar budaya yang berada di Desa Glingseran.
2. METODE Lokasi Penelitian ini dilakukan di Desa Glingseran yang terletak di sebelah barat laut dari pusat Kabupaten Bondowoso. Jarak dari Desa Glingseran ke daerah Kecamatan Wringin sekitar dua kilometer. Dan jarak Desa Dlingserang ke Kabupaten Bondowoso sendiri adalah 16 Km. Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif, yaitu data yang dapat mencakup hampir semua data non-numerik. Fokus dari penelitian ini adalah benda-benda cagar budaya yang ada di Glingseran dan kebijakan terhadap perlindungannya. Situs dari penelitian ini adalah kawasan cagar budaya yang di Desa Glingseran, Dinas Pariwisata Bondowoso, dan Dinas Arkeologi Bondowoso. Sumber informasi dari penelitian ini adalah juru peliharan yang ada di Glingseran dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Arkeologi. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari empat tahap, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Sumber data dari penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh peneliti secara langsung dari hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Nara sumber yang berperan dalam penelitian ini adalah pemelihara situs cagar budaya Kepala Dinas Kebudayaan dan Arkeologi. Data sekunder diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data sekunder yang di disini berupa profil Desa Glingseran. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui cagar budaya yang ada di Glingseran dan kebijakan terhadap perlindungan cagar budaya disana. Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Cagar Budaya yang Ada di Desa Glingseran Cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan. Cagar budaya memiliki kriteria umur 50 tahun atau lebih. Salah satu peninggalan yang sudah berumur lebih dari 50 tahun adalah peninggalan pada zaman megalitikum peninggalan megalitikum merupakan bagian dari cagar budaya yang patut untuk dilindungi. Megalit adalah batu besar yang digunakan untuk membangun struktur atau monumen. Sedangkan megalitik adalah struktur yang dibuat oleh batu besar. Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Berdasarkan beberapa situs megalitikum yang ada di Indonesia, di Glingseran terdapat: tiga benda cagar budaya, yakni sarkofagus, menhir, dan batu kenong; dan dua kawasan cagar budaya, yakni kawasan sarkofagus dan kawasan menhir. Sarkofagus adalah kubur batu yang mempunyai tutup pada atasnya, ukuran antara bagian bawah atau wadah dengan bagian atas atau tutup biasanya sama besarnya. Sarkofagus yang ada di Glingseran letaknya berada di tengah lahan pertanian milik warga disana. Jumlahnya sekitar 50 lebih. Sedangkan untuk umur sarkofagus masih belum diketahui, karena Pak Madris selaku juru 49
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 pelihara masih belum mengetahui tentang penentuan umur sarkofagus. Sebagai situs yang harus dilindungi dibawah pengawasan pemerintah, maka pemerintah memberikan pajak kepada masyarakat yang lahannya terdapat sarkofagus. Di daerah situs sarkofagus ditemukan tengkorang besar pada tahun 1980 dan kemudian dibawa ke museum di Mojokerto sebagai upaya perlindungan. Selain itu disana juga pernah ditemukan pakaian raja dan pakaian tersebut sudah dipindahkan ke museum. Menhir adalah Menhir adalah sebuah tugu atau batu yang tegak, mempunyai fungsi sebagai media untuk menghormati orang-orang yang sudah meninggal yang di tempatkan di suatu tempat. Menhir yang ditemukan di Desa Glingseran terdapat di tengan hutan dan pinggiran sawah masyarakat. Menhir yang ditemukan masih dalam keadaan tidak baik dan tidak terawat. Hal tersebut dikarenakan masih adanya kendala sengketa tanah antara pemerintah desa dengan pemilik tanah. Jumlah menhir sendiri masih belum pasti. Dan untuk penentuan umur, Pak Munir selaku juru pelihara di situs menhir masih belum mengetahui tentang umur dari situs menhir. Batu kenong di Desa Glingseran ditemukan di sekitar rumah Kepala Desa Glingseran. Jumlah batu kenong yang ada di Desa Glingseran adalah dua. Ada dua penjelasan mengenai makna dari batu kenong. Pak Herry Kusdyanto selaku Kepala Dinas Arkeolog Bondowoso, menjelaskan bahwa makna dari batu kenong adalah sebagai tanda kesuburan. Pendapat lain yang berasal dari ketua komunitas Pokdarwis (Pak Abdahu) mengatakan bahwa batu kenong adalah penunjuk arah barang-barang harta karun. Berdasarkan dua pendapat tersebut, peneliti tidak bisa menyimpulkan apa sebenarnya makna batu kenong yang terdapat di Desa Glingseran.
3.2 Kebijakan Terhadap Perlindungan Cagar Budaya yang Berada Di Desa Glingseran Berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 tahun 2011, dijelaskan mengenai pelindungan cagar budaya dapat dilakukan dengan: 1. Penyelamatan Penyelamatan cagar budaya terdapat pada Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 tahun 2011, penyelamatan Cagar Budaya dilakukan untuk mencegah kerusakan karena faktor manusia atau alam. Jika teradapat cagar budaya yang rusak, maka haruslah dilakukan pemindahan supaya cagar budaya tersebut tidak bertambah rusak. Pemindahan Cagar Budaya dilakukan dengan tata cara yang menjamin keutuhan dan keselamatannya di bawah koodinasi Tenaga Ahli Pelestarian. Penyelamatan sarkofagus dan batu kenong dilakukan pemerintah Bondowoso dengan menunjuk juru pelihara untuk mengurus dan mengawas cagar budaya agar tidak dicuri ataupun dirusak. Sedangkan Penyelamatan terhadap menhir masih belum dilakukan oleh pemerintah karena adanya masalah tempat menhir berada, yaitu sengketa tanah antara pemilik tanah dengan pengurus desa. Berdasarkan pernyataan dari Pak Herry Kusdyanto mengatakan bahwa penyelamatan terhadap cagar budaya berada dibawah komunitas pelestarian cagar budaya yang berada di Desa Glingseran. Salah satu komunitas tersebut adalah Pokdarwis, yang secara langsung turun atas perintah pemerintah Dinas Pariwisata Bondowoso. 2. Pengamanan Pengamanan terhadap cagar budaya yang ada di Bondowoso diatur dalam Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011, bahwa Pengamanan dilakukan untuk menjaga dan mencegah Cagar Budaya agar tidak hilang, rusak, hancur, atau musnah. Sedangkan orang-orang yang dapat melakukan pengamanan, yaitu pemilik atau yang menguasainya, juru pelihara atau polisi khusus, dan Masyarakat dapat berperan serta melakukan Pengamanan Cagar Budaya. Diatur juga bahwa eseorang atau sekelompok dilarang melakukan tindak merusak, mencuri, memindahkan, dan memisahkan cagar budaya. Pengamanan berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 di Glingseran terhadap sarkofagus, menhir, dan batu kenong dilakukan dengan pengawasan secara berkala dari Pokdarwis dan juru pelihara yang ditunjuk pemerintah untuk menjaga kemananan dari situs cagar budaya. Selain itu pengamanan yang dilakukan terhadap sarkofagus, yakni membuat batasan antara tanah yang dipijaki sarkofagus dengan lahan milik masyarakat dengan batu-batu
50
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
yang disusun secara horizontal dengan membentuk persegi. Hal itu dilakukan agar mengetahui bahwa batu yang berada ditengah tersebut adalah sarkofagus. Menurut Bapak Darwis, pengamanan terhadap cagar budaya disana akan menggunakan pagar yang terbuat dari semen setinggi dada manusia. Hal itu telah diajukan dana kepada Pemerintah Bondowoso, hanya saja sampai saat itu masih belum ada tanggapan yang pasti dari Pemerintah Kabupaten Bondowoso. Sehingga menghambat pengamanan terhadap situs cagar budaya agar terjaga keamananya dengan pasti. 3. Zonasi Berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 201, Zonasi terhadap cagar budaya dilakukan dengan menetapkan batas-batas keluasannya dan pemanfaatan ruang melalui sistem Zonasi. Sedangkan orang yang dapat menetapkan zonasi terhadap cagar budaya adalah Bupati dengan mengutamakan peluang peningkatan kesejahteraan rakyat yang berada di sekitar cagar budaya. Desa Glingseran terdapat 3Ha untuk cagar budaya sendiri, tetapi lahan seluas itu tidak semua aktif digunakan untuk perlindungan situs cagar budaya. Hanya beberapa lahan cagar budaya yang aktif untuk dilindungi. Seperti yang dilakukan pemerintah dalam melindungi sarkofagus yang berada dilahan masyarakat dengan memberikan pajak kepada pemilik lahan agar cagar budaya tetap aman di tempat asalnya. Sedangkan menhir terletak jauh di dalam hutan dan di tengah sawah masyarakat. Dan batu kenong sendiri berada di depan rumah kepala desa. Berdasarakan pernyataan Pak Munir dan Pak Madris selaku juru pelihara situs megalitikum, mengatakan bahwa belum ada zonasi yang jelas dari pemerintah mengani batas-batas cagar budaya yang ada di Desa Glingseran. Hal tersebut karena baru adanya kesadaran dari pemerintah untuk melindungi situs megalitikum di Desa Glingseran. 4. Pemeliharaan Berdasarkan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 setiap orang wajib melakukan pemeliharaan pada cagar budaya yang dimiliki atau dikuasainya. Pemeliharaan yang dapat dilakukan terhadap cagar budaya dilakukan dengan cara merawat Cagar Budaya untuk mencegah dan menanggulangi kerusakan akibat pengaruh alam atau perbuatan manusia. Dan cara yang dapat digukanan untuk memelihara cagar budaya dilakukan dengan pembersihan, pengawetan, dan perbaikan atas kerusakan d terhadap cagar budaya dengan memperhatikan keaslian bentuk, tata letak, gaya, dan bahan. Dan pemeliharaan yang terpenting adalah dengan menempatkan juru pelihara untuk melakukan perawatan CagarBudaya.” Perawatan cagar budaya yang ada di Glingseran dilakukan oleh juru pelihara situs cagar budaya. Perawatan untuk situs cagar budaya disini tidak dilakukan berdasarakan umur atau ukuran besar kecilnya, semuanya dilakukan dengan cara yang sama tanpa pengecualian. Sarkofagus dan batu kenong di bersihkan dengan menggunakan sikat besar dan sekitar sarkofagus dibersihkan dengan sapu lidi agar tidak kotor dan tidak ditumbuhi rumpur liar. Menhir sendiri masih belum ada perawatan khusus dari juru pelihara karena masalah sengketa tanah yang belum selesai. Sehingga untuk menhir sendiri masih sebatas pengawasan agar tidak rusak. 5. Pemugaran Pemugaran terhadap cagar budaya diatur dalam Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 bahwa pemugaran terhadap cagar budaya yang rusak dilakukan untuk mengembalikan kondisi fisik dengan cara memperbaiki, memperkuat, atau mengawetkannya. Pemugaran yang dilakukan haruslah memperhatikan hal-hal yang tidak akan merusak cagar budaya. Dan pemugaran yang dilakukan haruslah mendapat izin dari pihak yang berwenang. Pemugaran yang dilakukan terhadap situs cagar budaya sarkofagus, menhir, dan batu kenong dilakukan secara tidak menentu. Maksudnya, pemugaran yang dilakukan untuk situs cagar budaya tersebut langsung dilakukan jika terdapat kerusakan dan jika sudah terlihat berbeda dari biasanya. Orang yang melakukan tindak kejahatan terhada cagar budaya seperti yang diatur dalam pasal 47 dan 48 Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 akan mendapatkan sanksi. Hal itu sudah diatur dalam pasal 105-112 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya dengan pidana penjara paling singkat 1 51
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
(satu) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda palingsedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Perlindungan yang dilakukan di Desa Glingseran masih belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan Perda Kabupaten Bondowoso No. 04 Tahun 2011 dikarenakan dana yang diajukan kepada pemerintah pemerintah masih belum dicairkan dan juga beberapa pengajuan dari desa tidak mendapatkan respon dari pemerintah Bondowoso. Di lain sisi, juru pelihara yang ditunjuk oleh Pemerintah Bondowoso masih belum paham tentang situs megalitikum yang di lindungi. Karena mendasar kepada pernyataan mereka mengenai situs cagar budaya masih secara umum. Berdasarkan apa yang didapatkan peneliti saat terjun kelapangan, di Desa Glingseran masih terjadi kesalahpahaman , dimana masyarakat tidak mengetahui tentang upaya perlindungan terhadap cagar budaya yang akan dijadikan sebagai daya tarik wisata sejarah. Selain itu, pendidikan masyarakat yang relatif rendah membuat mereka lebih merasa nyaman dengan keadaan sebagai petani tanpa harus mengetahui tentang upaya pelestarian terhadap cagar budaya. Padahal peran serta masyarakat dalam menggarap objek-objek wisata sangat diperlukan.
4. KESIMPULAN 1. Situs cagar budaya yang ditemukan di Desa Glingseran, yaitu sarkofagus, menhir, dan batu kenong. Ketiga situs tersebut merupakan benda cagar budaya dan situs cagar budaya untuk dilindungi. Selain itu terdapat dua kawasan cagar budaya, yaitu kawasan cagar budaya sarkofagus dan kawasan cagar budaya menhir. 2. Kebijakan mengenai perlindungan cagar budaya sudah ada di Bondowoso. Perlindungan itu terdiri dari penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran. Perlindungan terhadap situs cagar budaya di Desa Glingseran masih berlandaskan kenapa Perda Kabupaten Bondowoso No 04 Tahun 2010. Implementasi terhadap perlindungan tersebut masih belum terlaksana secara keseluruhan berdasar kepada kebijakan yang ada, penyebabnya adalah juru pelihara yang ditunjuk oleh pemerintah masih sebatas mengetahui infomasi secara umum mengenai situs cagar budaya yang ada di Desa Glingseran. Selain itu, pengajuan dana yang belum dicairkan oleh pemerintah Bodowoso memperlambat pemeliharaan secara khusus terhadap situs megalitikum.
Ucapan Terimakasih Tim penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam membuat laporan, antara lain; Ibu Gusti Ayu Susrami Dewi, SST.Par., M.Par. dan Ibu W. Citra Juwitasari, SH., M.Par. selaku Dosen mata kuliah Penelitian Lapangan; Ibu W. Citra Juwitasari, SH., M.Par. selaku pembimbing kami selama penelitian lapangan satu; dan teman- teman tim penyusun yang telah menyempatkan diri untuk menyusun laporan ini. Tidak lupa penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan berupa materi maupun ide dan gagasannya.
5. DAFTAR PUSTAKA _____. 2015. Format Isian Data Potensi Desa Dan Kelurahan Desa Glingseran Kecamatan Wringin. Bondowoso, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bondowoso. _____. 2015. Format Isian Data Tingkat Perkembangan Desa Glingseran Kecamatan Wringin. Bondowoso, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Bondowoso. Akbar. 2013. “Pengertian Cagar Budaya” http://www.e-jurnal.com/2013/11 (diakses pada Sabtu, 18 Maret 2017) Hadiyanta. 2014. “Penegakan Hukum Cagar Budaya : Sebuah Tantangan”. Jurnal Widya Prabha. Listiani, Dwi Ari. 2009. Sejarah Untk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Koestoro. “Situs dan Aktivitas Arkeologis bagi Pengembangan Wisata Minat Khusus”. Balai Arkeologi Medan. https://hurahura.wordpress.com (diakses pada Rabu, 14 Juni 2017) 52
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Pradana. “Pelaksanaan Perlindungan Hukum Kawasan Cagar Budaya Situs Majapahit Di Trowulan Oleh Pemerintah Kabupaten Mojokerto” http://www.e-jurnal.com/2016/04/ (diakses pada Kamis, 13 April 2017) Rosyadi, Rozikin, dan Trisnawati. “Analisis Pengelolaan dan Pelestarian Cagar Budaya Sebagai Wujud Penyelenggaraan Urusan Wajib Pemerintahan Daerah (Studi Pada Pengelolaan Dan Pelestarian Situs Majapahit Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto)”. Malang: Jurnal Administrasi Publik (JAP). Vol. 2, No. 5:830-836 Syaifulloh, dan Basuki Wibowo. 2016. “Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Sebagai Potensi Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Bagi Masyarakat Sekitar Di Kota Pontianak Kalimantan Barat”. Pontianak: Sejarah Dan Budaya, Tahun Kesepuluh, Nomor2. Wardaya. 2009. Cakrawala Sejarah Untuk SMA/MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional Wibowo. 2014. “Strategi Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Berbasis Masyarakat (Kasus Pelestarian Benda/Situs Cagar Budaya Gampong Pande Kecamatan Kutaraja Banda Aceh Provinsi Aceh)”. Aceh: Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. Vol. 8. No 1:58-71 Wijaya. 2016. “Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya Di Kota Malang” http://www.e-jurnal.com/2016/04/ (diakses pada Kamis, 13 April 2017) Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pelestarian Cagar Budaya. Bondowoso, Pemerintah Daerah Kabupaten Bondowoso Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 Tentang Cagar Budaya. Jakarta, Kementerian Negara Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
53
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
PENGEMASAN PAKET WISATA PERDESAAN DI KABUPATEN BONDOWOSO
Ni Wayan Diasputri SJ 1) , I Gst. Putu Bgs. Sasrawan Mananda 2) , I Putu Sudana 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang mempunyai banyak potensi pariwisata. Letak geografis di Kabupaten Bondowoso tidak strategis, sehingga sektor pariwisata sulit untuk berkembang. Daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso 36% terdapat di keindahan alamnya, selanjutnya dari budaya yang juga 36%, kemudian wisata buatan manusia sebesar 28% dengan total 26 daya tarik wisata dan tiga di antaranya merupakan wisata perdesaan yang sedang berkembang. Potensi wisata di tiga desa wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso terdapat di Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Rawa Indah Almour, dan Desa Wisata Dewi Rengganis. Pengemasan paket wisata perdesaan yang inovatif diperlukan bagi ketiga desa tersebut agar dapat berkembang dengan baik. Metode penelitian dalam laporan ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan mewawancarai tujuh narasumber. Dengan adanya pengemasan paket wisata perdesaan ini, maka desa-desa wisata yang terdapat di kabupaten Bondowoso akan berkembang secara signifikan.
Kata kunci : berkembang, wisata perdesaan, paket wisata, potensi wisata, atraksi wisata.
Abstract Bondowoso Regency is one of the regencies in East Java Province that has a lot of tourism potency. Bondowoso Regency geographical location is not strategic, therefore the tourism sector is hard to be developed. The tourist attraction in Bondowoso Regency is 36% in it’s natural beauty, then from the culture which is also 36%, and human-made tourism is 28% with total 26 tourist attractions and three of them are developing rural tourism. Tourism potential in three tourist villages in Bondowoso Regency is Lombok Kulon Tourism Village, Rawa Indah Almour Tourism Village, and Dewi Rengganis Tourism Village. Innovative packaging of rural tourism packages is needed for the three villages to develop well. Research methods in this report using a qualitative method that is by interviewing seven resources. With the packaging of this rural tour package, then the tourist villages in Bondowoso Regency will grow significantly.
Keywords : develop, rural tourism, tourism packages, tourism potential, tourist attractions.
1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang telah menjadi kebutuhan manusia. Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Dari 34 provinsi di Indonesia, Jawa Timur menjadi salah satu provinsi yang menyediakan pemandangan alam yang menarik untuk para wisatawan. Pariwisata Jawa Timur menyumbang pendapatan asli daerah cukup tinggi, yakni sebesar 6.18 persen. (Dinas Pariwisata, 2017) Meningkatnya wisatawan yang berkunjung ke Desa Lombok Kulon, Alas Sumur, dan Glingseran ini dapat menunjang sektor pariwisata. Seiring dengan pengembangan desa wisata tersebut banyak pula biro perjalanan yang mulai bermunculan guna melengkapi suatu sektor pariwisata tersebut. Biro perjalanan umum, tour operator , dan agen perjalanan berusaha merancang pengemasan paket wisata sesuai dengan kekhasan dan karakteristik potensi masing-masing dari ketiga desa tersebut dengan penawaran harga yang dapat dijangkau oleh wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Namun, sampai saat ini masih belum ada pengelola atau pelaku desa wisata yang memperhatikan dan merancang secara khusus paket wisata yang ada pada ketiga desa di atas.
54
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mengetahui rancangan “Pengemasan paket wisata pendesaan di Kabupaten Bondowoso”.
2. METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara dengan 8 informan yaitu Bagong Suprihadi, Ema Erlinda, Badhowi, Muzamin, Muhammad Abdahu, Desi Fatmawati, Icuk Candra dan Totok.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan luas 1.560,10 km 2. Kabupaten Bondowoso berada pada daerah yang memiliki suhu udara cukup sejuk berkisar 15,40 ºC – 25,10 ºC, karena berada di antara Gunung Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Bondowoso selama lima tahun terakhir akan dijelaskan dalam Tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Bondowoso Tahun Wisman Wisnus Total Pertumbuhan (orang) (orang) (orang) (%) 2012 2.233 25.731 27.964 25,17 % 2013 18.244 24.979 43.223 35,30 % 2014 28.645 29.296 57.941 25,40 % 2015 34.693 87.990 122.683 52,77 % 2016 31.930 132.719 164.649 25, 49 % Sumber: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso 2017
Berdasarkan tabel tersebut, kenaikan wisatawan secara signifikan terjadi setiap tahunnya. Daya tarik wisata di Bondowoso 36% terdapat di keindahan alamnya, selanjutnya dari budaya yang juga 36%, kemudian wisata buatan manusia sebesar 28% dengan total 26 daya tarik wisata dan tiga di antaranya merupakan wisata perdesaan yang sedang berkembang, yaitu Desa Wisata Lombok Kulon, Desa Wisata Rawa Indah Almour, dan Desa Wisata Dewi Rengganis. (Dinas Pariwisata Kabupaten Bondowoso, 2017). Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah di laksanakan di Desa Wisata Lombok Kulon, maka dapat diperoleh kegiatan-kegiatan yang digabungkan menjadi satu paket wisata, dan paket tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.2: Tabel 4.2 One Fine Day in Lombok Kulon Waktu Kegiatan 07.30 -09.00 Membuat pupuk organik di Desa Lombok Kulon 09.00-10.30 Menanam padi di sawah 10.30-11.00 Menanam dan memetik sayuran organik di rumah penduduk 11.00 -13.00 Cooking class dengan bahan organik di Desa Lombok Kulon 13.00-14.00 Makan siang hasil dari cooking class di Desa Lombok Kulon 14.00-15.00 Membuat kerajinan tangan dari pelepah pisang di Desa Lombok Kulon 15.00 -15.30 Melakukan persiapan tubing di Desa Lombok Kulon 15.30-17.30 Tubing di sungai 17.30 -18.00 Kembali ke Desa Lombok Kulon untuk persiapan pulang Sumber: Hasil Penelitian Lapangan I, 2017
55
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Pengemasan paket wisata pada Desa Wisata Rawa Indah Almour yang sudah penulis kemas dapat dilihat pada Tabel 4.3: Tabel 4.3 Fun Day Tour at Rawa Indah Almour Waktu Kegiatan 12.30 - 13.00 Bermain Flying Fox 13.10 - 14.00 Memancing 14.10 - 15.00 Bermain bebek gayuh bisa sembari memancing 15.10 - 16.30 Mencari keong mas dilanjutka n dengan cooking class 16.35 – 17.30 Memakan hasil dari cooking class Sumber: Hasil Penelitian Lapangan I, 2017
Pengemasan paket wisata pada Desa Wisata Dewi Rengganis yang sudah penulis kemas dapat dilihat pada Tabel 4.4: Tabel 4.4 Happy Half Day Tour At Dewi Rengganis Waktu Kegiatan 09.00-09.15 Melakukan penyewaan capil dan mendengarkan arahan guide untuk melakukan kegiatan di Dewi Rengganis 09.15-10.40 Flying Fox 10.40-11.40 Istirahat makan siang di pelataran 11.40-11.50 Menuju Tancak Sulaiman 11.50-12.15 Pengarahan dan persiapan melakukan penanaman padi di area persawahan Dewi Rengganis 11.50-12.15 Pengarahan dan persiapan melakukan penanaman padi di area persawahan Dewi Rengganis 12.15-14.30 Melakukan penanaman padi 14.00-selesai Persiapan balik ke hotel Sumber: Hasil Penelitian Lapangan I, 2017
4. SIMPULAN DAN SARAN Desa Wisata Lombok Kulon yang berada di Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso memiliki banyak potensi alam yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif kunjungan wisata bersama keluarga ataupun teman. Di Desa Lombok Kulon ini pengunjung akan disuguhkan sebuah paket wisata yang akan mereka nikmati selama berada di desa tersebut. Paket yang disediakan dikemas dengan biaya sebesar Rp140.000/orang . Kegiatan yang bisa dilakukan di Desa Lombok Kulon seperti membuat pupuk organik, menanam padi, belajar menanam dan memetik sayuran organik, serta membuat kerajinan tangan dari pelepah pisang, dan tubing . Biaya kegiatan “Fun Day Tour at Rawa Indah Almour” di Desa Wisata Rawa Indah Almour, Desa Alas Sumur, Kecamatan Pujer yaitu Rp60.000/orang. Desa Wisata Rengganis yang berada di Desa Glingseran, Kecamatan Wringin, Kabupaten Bondowoso ini menjadi desa wisata sampai saat ini. Jika ingin mengunjungi Desa Wisata Rengganis sudah tersedia paket wisata yang hanya memerlukan biaya sebesar Rp45.000/orang di mana pengunjung akan diajak menikmati atraksi-atraksi wisata yang ada di Desa Wisata Rengganis. Wisata perdesaan di Kabupaten Bondowoso sudah dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjungi dan menikmati kegiatan yang ada di desa-desa tersebut. Menurut penulis, potensi seperti atraksi wisata yang ada pada ketiga desa tersebut masih kurang memadai untuk dijadikan desa wisata yang menarik. Sebaiknya sarana dan prasarana lebih diperhatikan untuk mempermudah wisatawan yang berkunjung, terutama dalam hal keamanan dan akses menuju ke desa wisata tersebut agar mudah dijangkau. Pemerintah Kabupaten Bondowoso diharapkan dapat memberikan arahan dan petunjuk kepada kepala desa dan pengelola dalam menata desa wisata ini agar dapat berkontribusi dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Bondowoso.
56
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Diperlukan pula pengemasan paket wisata yang inovatif pada setiap desa wisata untuk mempromosikan atraksi wisata di sana dengan melakukan sosialisasi agar lebih banyak penduduk yang mengetahui keberadaan desa wisata yang ada di Kabupaten Bondowoso lalu berkunjung ke desa wisata tersebut. Sosialisasi ini bisa dalam bentuk brosur, pamflet, atau internet, karena selama ini desa wisata hanya memberitahukan atraksi yang ada di desa-desa wisata tersebut secara lisan tanpa melakukan promosi dengan menggunakan paket wisata. Sebaiknya pihak pengelola melakukan kerja sama dengan pihak biro perjalanan wisata untuk mempromosikan paket wisata yang telah dibuat. Penulis juga menyarankan agar disediakan home stay untuk pengunjung yang datang ke desa wisata tersebut, karena dengan adanya home stay maka pengemasan paket wisata perdesaan dapat diinovasikan lebih luas lagi.
5. DAFTAR PUSTAKA Atmojo, Manu. 2015. Statistik Daerah Kecamatan Wonosari. Bondowoso: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bondowoso. Aufa, Jazaul. 2014. Efektivitas Website Sebagai Media Komunikasi Pemasaran Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat . Bogor: Bagian Penerbitan Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bayu, Made. 2012. Model Pengembangan Pariwisata Perdesaan Sebagai Pariwisata Bali Berkelanjutan . Denpasar: Bagian Penerbitan Bali Poems, Poetry, and History. Bhirawa, Danu. 2016. Pengelola Desa Wisata Harus Kemas Produk Paket Wisata Berdaya Saing dan Layak Jual . http://harianbhirawa.com/2016/05/pengelola-desa-wisata-harus-kemas- produk-paket-wisata-berdaya-saing-dan-layak-jual/ (diakses pada tanggal 1 Mei 2017) Bungin, Burham. 2007. Penelitian Kualitatif . Jakarta: Prenada Media Group. Cresswell, Jhon. 2009. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Insani, Nailul, I Komang Astina dan Purwanto. 2011. SWOT Analysis For The Development of Tasnan Pool Tourism Object Grujugan Subdistrict Bondowoso Regency . Malang: Bagian Penerbitan Geografi Universitas Malang. Patriantono, Harry. 2017. Standar Usaha Pariwisata. Bondowoso: Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bondowoso. Pitana, I Gde dkk. 2005. Sosiologi Pariwisata . Yogyakarta: Andi Offset. Pitana, I Gde dkk. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset. Purnomo, Hari. 2012. Perencanaan Kepariwisataan di Kabupaten Bondowoso . Jember: Bagian Penerbitan Ilmu Administrasi Universitas Jember. Riyadi, Tari. 2013. Strategi Komunikasi Pemasaran Disbudpar dalam Mempromosikan Kota Surakarta Sebagai Kota Budaya dan Pariwisata . Surakarta: Bagian Penerbitan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D . Bandung: Alfabeta. Susanti. 2012. Kemasan Wisata Minat Khusus di Kabupaten Karangasem. Karangasem: Bagian Penerbitan Industri Perjalanan Pariwisata Universitas Udayana.
57
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
SARANA DAN PRASARANA YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN RAWA INDAH ALMOUR DI KABUPATEN BONDOWOSO
Ferdinand Simbolon 1) , I Wayan Darsana 2) , I Ketut Suwena 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali Email : [email protected]
Abstrak Sarana dan prasarana adalah hal yang paling penting dalam pembangunan suatu atraksi wisata. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi apa sarana dan prasarana yang diketahui dalam manajemen Desa Wisata. Teory A4 yaitu 4 konsep pariwisata antara lain : 1) Aksesibilitas, 2)Atraksi, 3) Aminitis, 4) ancillary ( Medlik 1980), Sebagai refrensi dasar yang digunakan dalam penelitian kami. Data kualitatif adalah data yang kami sajikan dalam penelitian ini, melalui wawancara,observasi dan dokumentasi. Dalam teknik pengumpulan data peneliti mengungkapkan apa saja sarana dan prasarana yang mendukung dan dibutuhkan dalam pengembangan Rawah Indah Almour yang berlokasi di desa Alam Sumur Kabupaten Bondowoso. Manajemen desa wisata tersebut dikelola oleh kepala Desa dan Pokdarwis.
Kata kunci : infrastruktur, pembangunan, pariwisata, manajemen.
Abstract The facilities and infrastructure are a very important part in the development of a tourist attraction, the study’s goal is to identify what facilities and infrastructure, as well as to know about village tourism management. The theory of 4’A’ the Tourism concept namely: 1.Accessibility 2.Attractions 3.Amenities 4.Ancillary (Medlik, 1980) as basic reference was used in our research. The Qualitative data is the type of data we present in this research by interviews, observations, and documentation in the research data collection techniques. Research finding reveal that facilities and infrastructure was supported and need to be development of Rawa Indah Almour that located in Alas Sumur village in Bondowoso Regency. The management of this village tourism is handling by Village Chief(Kepala Desa) and Pokdarwis.
Keywords : infrastructure,development, tourism, management.
1. PENDAHULUAN Kegiatan Pariwisata tidak terlepas dari keberadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan baik kegiatan aktraksi wisata maupun instrument pendukung dalam suatu objek wisata. Sarana dan prasarana sering menjadi kendala serius dalam pengembangan suatu objek wisata. Masalah modal finansial ataupun ketenagakerjaan menjadi masalah yg serius dalam pengelolaan sarana dan prasarana suatu objek wisata,khususnya yang jauh dari jangkauan investor maupun pemerintah. Dewasa ini kompetisi atau persaingan industri pariwisata sangat berkembang pesat. Salah satunya,Kabupaten Bondowoso yang terletak di Jawa Timur merupakan daerah tujuan wisata yang baru berkembang dan memiliki banyak objek wisata yang dapat menarik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Potensi besar yang dimiliki Kab.Bondowoso diantara nya,Kawah Ijen,Perkebunan Jempit,Air Terjun Polo Agung,dan terdapat empat(4) Desa wisata,salah satunya Desa wisata Alas Sumur dengan objek wisatanya Rawa Indah Almour. Keberadaan Rawa Indah Almour memang sudah sangat dikenal di daerah Bondowoso, dengan kegiatan yang baru 2 Tahun berjalan tetapi objek wisata ini mampu bersaing dengan desa wisata lainnya. Kendala yang ditemukan di Rawa Indah Almour merupakan masalah klasik dalam pengembangan suatu destinasi wisata. Keterbatasan Sarana dan prasarana merupakan masalah utama dalam pengelolaan Rawa Indah Almour. Masalah ini dipicu oleh terbatasnya kemampuan pengelola dalam memenuhi standar sarana dan prasarana yang diperlukan wisatawan selama berkunjung.
58
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Wisata Alas Sumur, Kabupaten Bondowoso,sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur,terletak di sebelah Timur Pulau Jawa dan dikenal dengan sebutan Daerah Tapal Kuda, Ibukotanya adalah Bondowoso.Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. Observasi merupakan pengamatan secara langsung pada obyek penelitian Pengumpulan dan penentuan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling, mencari informan pangkal dan informan kunci.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil SARANA 1. Wahana Permainan dan wahana adrenalin di Desa Wisata Alas Sumur bisa dicoba bagi wisatawan yang datang mengunjungi tempat wisata tersebut dan ingin merasakan wahana-wahana yang ada disana. Beberapa permainan yang ada seperti kolam renang khusus dewasa (saat ini sedang proses pembangunan), kolam renang untuk anak kecil, waterboom mini, sepeda bebek, fliying fox, dan kolam pancing ikan juga ada di desa wisata tersebut. Harga setiap wahana permainan pun berbeda-beda, ada yang hanya Rp 5000,- dan ada juga sampai Rp 15.000,- yaitu fliying fox. 2. Gazebo tempat beristirahat yang tersedia disana jika wisatawan hanya menikmati susasana atau hanya sekedar duduk-duduk dan berkumpul bersama keluarga. Gazebo pun sudah layak dan nyaman untuk ditempati sehingga wisatawan betah untuk beristirahat di tempat tersebut. 3. Toilet di Rawa Indah Almour ini hanya tersedia dua toilet untuk wisatawan, dan dikenakan biaya Rp 1000,- untuk setiap pemakaian toilet tersebut. Ke depan akan ada proses pengembangan dengan menambahkan toilet di desa wisata alas sumur, untuk mengantisipasi wisatawan yang banyak berkunjung dan wisatawan tidak susah lagi untuk mencari toilet terdekat di tempat itu. 4. Tempat Ibadah Untuk tempat persembahyangan masih berbentuk seadanya dan sekedarnya dan tidak layak untuk dijadikan tempat persembahyangan. Untuk sementara ini, musholla tersebut masih bisa digunakan wisatawan yang ingin melaksanakan ibadah persembahyangan sholat. Ke depannya musholla tersebut akan direnovasi dan dikembangkan demi kenyamanan dan memfasilitasi wisatawan yang berkunjung di Rawa Indah Almour. 5. Tempat Parkir tersendiri sangat luas, tetapi masih dalam proses pembangunan lagi karena tetap perlu adanya perkembangan-perkembangan di Rawa Indah Almour. Kepala Desa Alas Sumur pun sudah mempunyai rencana untuk mengembangkan area parkir disana. 6. Warung Makan Di desa wisata Alas Sumur sudah tersedia beberapa tempat makan, tempat makan disana itu hanya menyediakan menu: bakso, lalapan, nasi goreng dll. Adapun rencana dari pengelola ke depannya membuka ciri khas makanan disana yaitu sate kakul. Para wisatawan bisa langsung mencari kakul sendiri di area persawahan serta langsung dimasak di tempat tersebut, sambil menikmati suasana di desa wisata Alas Sumur. 3.2. Pembahasan Sejarah Desa Alas Sumur Dahulu Desa Alas Sumur sebelum menjadi desa hanya hutan lebat. Konon dahulu kala ada penguasa hutan yang sangat sakti,yaitu seekor macam putih. Banyak pria pemberani yang datang ke hutan itu ingin menguji kekuatannya tapi belum ada yang berhasil, hingga suatu hari datanglah dua pemuda dari Madura bernama Pujuk Mampa dan Pujuk Kebon yang mampu mengalahkan macan putih itu. Melihat keberhasilan mereka banyak masyarakat yang datang ingin berguru padanya yang kemudian kedua guru tersebut membangun sebuah Padepokan. Suatu hari terjadi perkelahian dua orang pemuda di hutan tersebut yang kemudian ditemukannya jasad salah satu dari mereka.Disana ada sebuah paham yang mengharuskan tidak mengubur jasad orang yang meninggal karena perkelahian tetapi tidak ada keluarga yang merasa mempunyai jasad orang tersebut maka jasad itu dibiarkan membusuk ditempat, apabila ada yang berani mengubur jasad itu, orang yang mengubur jasad itu akan mendapat musibah hingga tujuh keturunannya. Kemudian datanglah seorang tokoh agama bernama Ki Abdul Rohim karena menurut beliau manusia harus dikuburkan dengan baik dan layak tetapi beliau mendapat tantangan yang keras dari
59
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 masyarakat yang fanatik akan paham tersebut. Suatu hari ada pertarungan antarpemuda dari Padepokan Pujuk Mampa dan Pujuk Kebon dengan pemuda dari luar desa. Peraturangan ini dimenangkan oleh pemuda dari Padepokan Pujuk Mampa dan Pujuk Kebon, karena pemuda dari luar desa itu kalah dan sekarat dia melarikan diri, karena kelelahan pemuda itu minum air dari sumur di tengah hutan dan akhirnya pemuda itu meninggal disamping sumur itu. Kemudian Ki Abdul Rohim inilah yang mengubur jasad pemuda tersebut dan hingga beberapa tahun sejak kejadian tersebut Ki Abdul Rohim ini masih tetap hidup tanpa terkena musibah, Akhirnya banyak pemuda dari Padepokan yang beralih berguru pada Ki Abdul Rohim ini, kemudian membentuk perguruan dengan jumlah pengikutnya sangat banyak. Berita ini terdengar oleh Belanda yang saat itu sedang menjajah didesa sebelah, karena takut kepada murid Ki Abdul Rohim ini memiliki ilmu sakti, kemudian mereka diberi hadiah berupa desa agar bisa patuh dengan Belanda. Akhirnya Desa yang dihadiahkan tersebut diberi nama ALAS SUMUR. atau dalam bahasa Indonesia Hutan Sumur(sumber mata air). Kisah yang di percaya oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Dan hal ini pulalah yang yang mereka yakini mengapa sebuah rawa ataupun waduk kecil yang berada di tengan hutan desa mereka tidak pernah kering. Dan potensi inilah yang sedang di kembangkan oleh pengelola Rawa Indah Almour sebagai daya tarik wisata. Desa wisata Almour (Alas Sumur) terletak di Desa Alas Sumur, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowoso. Dari kantor camat Pujer ke desa Alas Sumur jaraknya kira- kira 5 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Wisata Almour yaitu sebelah Utaranya adalah Desa/Kelurahan Mengok dan Pengarang, sebelah Selatannya adalah Desa/Kelurahan Sumber Jeruk, kemudian di sebelah Timurnya adalah Desa/Kecamatan Sukokerto, dan di sebelah Baratnya adalah Desa/Kecamatan Jambeanom. Desa Wisata Almour merupakan salah satu desa wisata yang masih akan berkembang di Kabupaten Bondowoso. Daya tarik wisata Almour yang ditonjolkan yaitu Rawa Indahnya. Adapun aktivitas yang dapat dilakukan di Desa Wisata Almour diantaranya; memancing ikan, menikmati sensasi flying fox, wisata kuliner, hunting foto dengan pemandangan nuansa pedesaan, waterboom mini dan masih banyak lagi yang lainya. Untuk dapat liburan ke Desa Wisata Almour ini Anda tidak perlu membayar mahal, untuk memancing ikan nila, harganya sebesar Rp. 15.000/kg. Sedangkan untuk flying fox cukup membayar dengan harga Rp.5000. Awal mula dibentuknya wisata Rawa Indah Almour bermula dari sebuah fenomena alam, fenomena ini adalah munculnya air di Desa Alas Sumur yang semakin lama semakin luas dan membentuk rawa, kemudian di Rawa Indah juga terdapat banyak ikan sehingga warga sekitar menjadikan Rawa Indah sebagai tempat bersantai sambil memancing ikan. Namun lama-kelamaan pengunjung kian ramai bahkan dari luar daerah. Melihat kondisi ini Kepala Desa Alas Sumur Bapak Totok, SH yang dibantu beberapa pihak lainya berinisiatif mengembangkan Rawa Indah sebagai salah satu destinasi wisata dan menjadi sumber pemasukan desa dan warga lokal.
Sarana dan Prasarana Desa wisata Alas sumur merupakan sebuah desa wisata yang baru diresmikan pada tanggal 5 Juli 2015 dimana objek desa wisatanya disebut Rawa Indah Almour. Ide awal terbentuknya desa wisata Alas sumur adalah ide kepala desa, membentuk komunitas pemuda yang ada disana agar para pemuda desa tidak perlu bekerja keluar daerah. Dengan memanfaatkan potensi sebuah Rawa seperti waduk kecil di tengah-tengah desa yang kemudian dikelola menjadi objek wisata alam, tempat berkumpul dan menikmati berbagai wahana hiburan bagi pengunjung. Rawa Indah Alas Sumur diresmikan pada tanggal 5 Februari 2017 oleh Bupati Bondowoso, Bapak Amin Said Husni. Apabila dibandingkan dengan daya tarik wisata yang ada di Bondowoso lainnya, Rawa Indah Alas Sumur merupakan daya tarik wisata yang perkembangannya sangat cepat. Sarana dan prasarana cukup tersedia seperti listrik, sumber air, akses jalan, rumah ibadah (Musholla), café atau warung sederhana, wahana air, gazebo, flying fox, area parkir yang luas. Dibidang kesehatan, Desa wisata Alas Sumur memiliki klinik desa yang siap melayani 24 jam yang dibantu oleh tenaga kerja dari Puskesmas jadi bisa dibilang pelayannya sudah baik tetapi untuk fasilitas masih kurang, contohnya seperti : alat cek darah dan thermometer yang perlu ditambahkan karena alat-alat tersebut harus ada didalam sebuah klinik untuk menangani pasien yang membutuhkan kesehatan.
60
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tetapi masih terdapat beberapa masalah terkait kondisi sarana dan prasarana yang menghambat kegiatan pengelolaan Rawa Indah Alas Sumur tersebut. Akses jalan menuju Rawa Indah Alas Sumur belum baik dan kurang layak untuk digunakan. Fasilitas-fasilitas umum seperti toilet, tempat parker juga belum layak dan tidak tertata dengan baik. Café atau warung belum sepenuhnya tersedia bagi pengunjung, layanan komunikasi seperti jaringan internet juga belum dapat diakses di lokasi objek wisata, bahkan penginapan atau homestay bagi wisatawan luar daerah belum tersedia. Di Rawa Indah Alas Sumur ini banyak kendala yang mempengaruhi sarana dan prasarana mulai dari perawatannya yang belum baik karena wahana air yang kotor, belum dibersihkan, contoh pada waterboom mini dan kolam renang, Musholla juga bisa dikatakan belum baik untuk dipakai umat muslim. Oleh sebab itu, diperlukan perbaikan lagi pada beberapa sarana dan prasarana di Rawa Indah Alas Sumur agar menjadi lebih baik. saat ini memang sedang ada proyek renovasi pada beberapa wahana agar dapat difungsikan kembali.Beberapa akses jalan sedang diperbaiki karena akan ada sebuah festival di Rawa Indah Alas Sumur setelah Ramadhan. Wisatawan yang datang ke Rawa Indah Alas Sumur kebanyakan adalah wisatawan yang berasal dari sekitar Jawa Timur seperti Banyuwangi, Situbondo, dan Malang. Mereka datang menggunakan transportasi seperti: sepeda motor dan mobil Elf atau mini bus. Untuk bus besar tidak dapat memasuki kawasan Rawa Indah Alas Sumur karena terkendala akses jalannya yang kecil. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Rawa Indah Almour ini adalah suatu daya tarik wisata yang baru berkembang dan baru berjalan menjadi daya tarik wisata selama 1 tahun 5 bulan. Sistem pengelolaannya dikelola oleh Kepala Desa dan Kelompok Sadar Wisata dan sekaligus bertanggung jawab atas Rawa Indah Almour ini. Pak Totok sebagai Kepala Desa Alas Sumur ini yang pertama kali membentuk dan menjadikan Alas Sumur ini sebagai tujuan wisata. Menurut Pak Totok selaku Kepala Desa , banyak potensi yang dimiliki desa ini bisa dijadikan tujuan wisata. Awal mulai dibentuknya Rawa Indah Almour sudah ada beberapa event yang diadakan baik dari pengelola maupun pemerintah. Selama satu tahun ini hasil pemasukan perekonomian di Alas Sumur itu kurang lebih sudah mencapai 100 juta, dan dana 100 juta ini lah yang digunakan untuk menambah dan mengembangkan fasilitias-fasilitas yang diperlukan di Rawa Indah Almour tersebut. Saat ini sudah ada beberapa pengembangan sarana dan prasarana yang dibangun ataupun yang sedang direnovasi oleh pengelola Rawa Indah Almour. Wahana permainan anak, café atau warung, akses jalan, tangga, dan flying fox. A. SARANA 1. Wahana Permainandan wahana adrenalin di Desa Wisata Alas Sumur bisa dicoba bagi wisatawan yang datang mengunjungi tempat wisata tersebut dan ingin merasakan wahana-wahana yang ada disana. Beberapa permainan yang ada seperti kolam renang khusus dewasa (saat ini sedang proses pembangunan), kolam renang untuk anak kecil, waterboom mini, sepeda bebek, fliying fox, dan kolam pancing ikan juga ada di desa wisata tersebut. Harga setiap wahana permainan pun berbeda-beda, ada yang hanya Rp 5000,- dan ada juga sampai Rp 15.000,- yaitu fliying fox.
Gambar 1. Gambar 1. Flying fox
61
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
2. Gazebotempat beristirahat yang tersedia disana jika wisatawan hanya menikmati susasana atau hanya sekedar duduk-duduk dan berkumpul bersama keluarga. Gazebo pun sudah layak dan nyaman untuk ditempati sehingga wisatawan betah untuk beristirahat di tempat tersebut.
Gambar 2. Gambar 2. Gazebo 3. Toilet di Rawa Indah Almour ini hanya tersedia dua toilet untuk wisatawan, dan dikenakan biaya Rp 1000,- untuk setiap pemakaian toilet tersebut. Kedepanakan ada proses pengembangan dengan menambahkan toilet di desa wisata alas sumur, untuk mengantisipasi wisatawan yang banyak berkunjung dan wisatawan tidak susah lagi untuk mencari toilet terdekat di tempat itu.
Gambar 3. Gambar 3.Toilet 4. Tempat IbadahUntuk tempat persembahyangan masih berbentuk seadanya dan sekedarnya dan tidak layak untuk dijadikan tempat persembahyangan. Untuk sementara ini, musholla tersebut masih bisa digunakan wisatawan yang ingin melaksanakan ibadah persembahyangan sholat. Kedepannya musholla tersebut akan direnovasi dan dikembangkan demi kenyamanan dan memfasilitasi wisatawan yang berkunjung di Rawa Indah Almour.
Gambar 4. Gambar 4. Musholla 5. Tempat Parkirtersendiri sangat luas, tetapi masih dalam proses pembangunan lagi karena tetap perlu adanya perkembangan-perkembangan di Rawa Indah Almour. Kepala Desa Alas Sumur pun sudah mempunyai rencana untuk mengembangkan area parkir disana.
62
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Gambar 5. Gambar 5. Tempat parkir 6. Warung MakanDi desa wisata Alas Sumur sudah tersedia beberapa tempat makan,tempat makan disana itu hanya menyediakan menu: bakso, lalapan, nasi goreng dll. Adapun rencana dari pengelola kedepannya membuka ciri khas makanan disana yaitu sate kakul. Para wisatawan bisa langsung mencari kakul sendiri di area persawahan serta langsung dimasak di tempat tersebut, sambil menikmati suasana di desa wisata Alas Sumur.
PRASARANA 1. AksesbilitasUntuk jalan menuju desa Alas Sumur ini bisa dikatakan sangat tidak layak.Adanya beberapa faktor seperti jalan masih rusak dan sangat kecil sehingga wisatawan rombongan menggunakan bus tidak bisa masuk terkecuali kendaran pribadi dan paling maximal nya lagi adalah menggunakan Elf. Untuk proses pengembangan jalan ini belum adanya perhatian dari pemerintah sehingga aksesbilitas untuk menuju desa wisata Alas Sumur itu belum bisa diperbaiki.
Gambar 6. Gambar 6. jalan menuju Desa Alas Sumur.
2. Jembatan alas sumur yaitu jembatan menuju alas sumur sudah ada. Kalau dulu hanya sekedar jembatan kayu dan bambu untuk menyeberang saja. Sekarang sudah adanya peningkatan. Bisa juga digunakan untuk tempat berfoto-foto bagi para wisatawan yang berkunjung ke Rawa Indah Almour tersebut. Kepala Desa masih mempunyai rencana pengembangan lagi untuk jembatan tersebut agar lebih bagus lagi. Rawa Indah Almour merupakan objek wisata baru sehingga sarana dan prasarana yang tersedia tingkat kelayakan masih sangat kurang. Semua sarana dan prasarana yang ada di Rawa Indah Almour itu masih proses tahap pengembangan , karena juga desa wisata ini masih baru berkembang 1 tahun 5 bulan dibentuknya desa wisata alas sumur ini. Akan tetapi Kepala Desa dan pengelola Rawa Indah Almour sudah mempunyai target target pengembangan sarana dan prasarana di tempat tersebut agar wisatawan merasa nyaman dan mempunyai kesan tersendiri bilaberkunjung ke desa wisata Alas Sumur. Ditargetkan kurang lebihnya duatahun lagi desa wisata Alas Sumur
63
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 sudah mulai benar-benar menjadi suatu daya tarik wisata yang baik mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara berkunjung ke Rawa Indah Almour itu. Masalah pengembangan sarana dan prasarana memang terkendala dana tapi masih ada bantuan dari desa dan hasil dari pemasukan wisatawan yang dapat digunakan untuk merenovasi dan menambah fasilitas-fasilitas yang ada di desa wisata Alas Sumur, contohnya: penambahan Wifi dibeberapa area di desa wisata Alas Sumur, Akses jalan yang harus diperbaiki agar mudah dilalui wisatawan, dan juga homestay atau penginapan agar wisatawan dapat menginap beberapa hari di Rawa Indah Almour. Sudah ada 17 rumah penduduk yang nantinya siap dijadikan homestay atau penginapan. Hal tersebut selain untuk memberi kenyamanan pada wisatawan bisa juga menahan wisatawan untuk berlama-lama di Rawa Indah Almour. Pada pertengahan bulan tahun ini, akan ada beberapa proyek yang akan dilakukan terutama pada akses jalannya.
4. Kesimpulan Daya tarik wisata Rawa Indah Almour telah memiliki sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan pariwisata yang di perlukan pengunjung. 1. Sarana yang tersedia diantaranya listrik, sumber air, rumah ibadah (Musholla), cafe atau warung sederhana, wahana air, toilet,gazebo, flying fox, area parkir yang luas tetapi masih terdapat kekurangan, mulai dari kondisi yang kurang layak, perawatannya yang belum baik. 2. Prasarana yang tersedia seperti akses jalan kecil, jembatan, dan terdapat pula kekurangan lainnya, seperti sulitnya jaringan komunikasi telepon ataupun internet. Sehingga mengurangi antusiasme pengunjung untuk berlama lama di Rawa Indah Almour
Ucapan Terimakasih Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kesempatan menyelesaikan prosiding ini dengan penuh kemudahan. Tanpa kehendak-Nya mungkin penulis tidak dapat menyelesaikannya dengan baik, terimakasih juga kepada teman-teman yang telah banyak membantu sehingga prosiding ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
5. DAFTAR PUSTAKA ANS.2014 .Contoh Teknik Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif. https://tesisdisertasi.blogspot.co.id/2014/11/contoh-teknik-pengumpulan- data.html,(diakses tanggal 30 Mei 2017). Adikampana,IMade.2012.Analisis Pariwisata.Denpasar.Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Ardika.2003. Pembangunan pariwisata di Indonesia. Arikunto.1992.Analisis Deskriptif Kualitatif . Butler.1980. Teori Tourism Area Life Cycle. Darma, Putra I Nyoman dan I Gede Pitana.2010.Pariwisata Pro- Rakyat.Jakarta.KementerianKebudayaan dan Pariwisata. Ebmal.2012. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Pada Penelitian Kualitatif , http://rosintaunesa.blogspot.co.id/2012/01/instrumen-dan-teknik-pengumpulan-data.html, (diakses tanggal 30 Mei 2017). Leiper.1990.Teori Sistem Pariwisata. Medlik.1980. Empat aspek (4A) yang harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata. Mussadun,Syarifah Dina Fajriah.2014.Pengembangan Sarana dan Prasarana Untuk Mendukung Pariwisata Pantai yang Berkelanjutan. Pitana,I Gededan I Ketut Surya Diarta.2009.Pengantar Ilmu Pariwisata.Yogyakarta.C.V Andi Offset. Poerwadarminta.2001.Teori Pengembangan Kepariwisataan. Rahardjo,Sahid.2013.Pengumpulan Data Dengan Dokumentasi,http://www.konsistensi.com/2013/04/pengumpulan-data-penelitian- dengan.html , (diakses tanggal 6 Juni 2017). Robert,Christie Mill.2012.The Tourism System.Dubuque.KendallHunt. Suchaina.2014. Penelitian sebelumnya yang berjudul “ Pengaruh Kualitas Fasilitas Sarana Dan Prasarana. 64
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Suwena,I Ketut dan I Gst Ngr Widyatmaja.2010. Pengetahuan Dasar IlmuPariwisata.Denpasar.Udayana University Press. Yoeti.1996.Konsep Pariwisata. Redaksi Sinar Grafika.2010.Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.Jakarta.Sinar Grafika.
65
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
PENERAPAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN BONDOWOSO SEBAGAI DAYA TARIK WISATA
Susana Shanti Jaimun 1) , I Nyoman Sudiarta 2) , Ni Gusti Ayu Susrami Dewi 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Kabupaten Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan sector pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Banyaknya pesaing mengharuskan tersedianya variasi produk yang membedakannya dengan kawasan wisata pesaingnya agar bisa lebih menarik banyak perhatian wisatawan. Oleh karena itu, pariwisata di daerah Bondowoso ini harus segera disikapi dengan model pemarasan produk wisata. Penerapan strategi bauran pemasaran kepada pariwisata Bondowoso diharapkan bisa berpengaruh dalam peningkatan pendapatan daerah dari sector pariwisata. Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui penerapan Strategi Bauran pemasaran di Bondowoso, mengetahui kekuatan serta kelemahan Kabupaten Bondowoso sebagai daya tarik wisata, dan mengetahui peran pemerintah serta masyarakat dalam pemasaran pariwisata di Kabupaten Bondowoso. Dengan mengunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi, dan dokumentasi serta teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Pada akhir penelitian ini telah didapat hasil tentang strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh Kabupaten Bondowoso serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Kabupaten Bondowoso dan peran pemerintah dan juga masyarakat dalam membantu pemasaran pariwisata.
Kata kunci : bauran pemasaran, produk wisata, bondowoso.
Abstract Bondowoso Regency located in East Java Province is one of the regions that are developing the tourism sector to increase the income of the region. The number of competitors requires the availability of product variations that distinguish it from the competitor's tourist area in order to attract more tourists attention. Therefore, tourism in Bondowoso area should be addressed immediately with the model of tourism product. The application of marketing mix strategy to Bondowoso tourism is expected to be influential in increasing the regional income from tourism sector. This study aims to determine the application of Marketing Mix Strategy in Bondowoso, knowing the strengths and weaknesses of Bondowoso Regency as a tourist attraction, and to know the role of government and society in tourism marketing in Bondowoso regency. By using data collection techniques of interviews, observation, and documentation as well as quantitative descriptive data analysis techniques. At the end of this research has obtained the results of marketing mix strategy implemented by Bondowoso Regency and the strengths and weaknesses of Bondowoso Regency and the role of government and society in helping tourism marketing
Keywords : marketing mix strategy, tourism product , bondowoso.
66
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah dan dapat memberikan dampak positif dalam upaya memperoleh devisa dari penghasilan non migas. Peranan pariwisata dalam pembangunan nasional, di samping sebagai sumber perolehan devisa juga banyak memberikan sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya. Di antaranya menciptakan dan memperluas lapangan usaha, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dan lain sebagainya (Karyono, 1997). Salah satu indikator industry pariwisata dapat dikatakan berhasil adalah dengan meningkatnya jumlah pengunjjng dari tahun ke tahun, oleh Karena itu pengelola objek wisata harus mampu menerapkan strategi jasa yang tepat untuk konsumen agara konsumen tertarik dan melakukan keputusan mengunjungi objek wisata tersebut. Menurut pendapat Assael (dalam Puspa, 2008) disebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen, salah satunya adalah stimuli pemasaran yang berupa strategi pemasaran dalam hal ini pemasar berusaha mempengaruhi konsumen dengan menggunakan stimuli pemasaran agar konsumen bersedia memilih produk yang ditawarkan. Unsur strategi yang digunakan dalam sektor jasa pariwisata adalah bauran pemasaran jasa. Bauran pemasaran jasa merupakan alat pemasaran jasa yang digunakan untuk mempengaruhi pembeli ( Booms dan Bitner) dalam Kotler,2008. Bauran pemasaran terdiri dari 7P yaitu ; produk, harga, promosi, tempat, orang, proses dan bukti fisik. Kabupaten Bondowoso yang terletak di Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu daerah yang sedang mengembangkan sector pariwisata untuk meningkatkan pendapatan daerahnya. Banyaknya pesaing mengharuskan tersedianya variasi produk yang membedakannya dengan kawasan wisata pesaingnya agar bisa lebih menarik banyak perhatian wisatawan. Oleh karena itu, pariwisata di daerah Bondowoso ini harus segera disikapi dengan model pemarasan produk wisata. Penerapan strategi bauran pemasaran kepada pariwisata Bondowoso diharapkan bisa berpengaruh dalam peningkatan pendapatan daerah dari sector pariwisata. Tujuan penelitian adalah untuk Mengetahui Kekuatan dan Kelemahan Bondowoso sebagai Daya Tarik Wisata, Mengetahui penerapan Strategi Bauran pemasaran di Bondowoso serta Mengetahui peran Pemerintah serta Masyarakat dalam pemasaran Bondowoso sebagai daya tarik wisata.
2. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah di Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur yaitu ; di Dinas Pemuda Dan Olahraga Bondowoso dan Travel Agent. Waktu penelitian adalah 21 Mei samapi dengan 24 Mei 2017. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini mengunakan beberapa metode yaitu ; 1) Observasi, yakni pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian. 2) Interview, melakukan wawancara langsung dengan Kepala bidang Pariwisata Bondowoso dan Pihak Travel Agent. 3) Dokumentasi, yakni pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi kegiatan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. HASIL Penerapan Strategi Bauran Pemasaran Pariwisata Bondowoso oleh Dinas Pariwisata dan Praktisi Pariwisata Bondowoso dengan 7P, antara lain : 1) Product, produk yang dihasilkan di Bondowoso adalah Wisata alam (Kawah Ijen, Kawah Wurung,Bosamba Rafting, Air Terjun Tancak Kembar, Desa Wisata Lombok Kulon Wonosari dan Desa Wisata Rawah Indah Almour ), Wisata Budaya (Tari Remo sutina, Seni Ojung, Topeng Konah ,Ronteg Singo Ulung), Wisata Sejarah ( Monumen Gerbang Maut, Museum Kereta Api Bondowoso, Situs Megalitikum Glingseran (Wringin), Pekauman (Grujugan) Dawuhan Sucolor (Maesan) dan Btu susun Solor)
67
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
2) Price Kebijakan harga produk Wisata yang dihasilkan ditentukan oleh Pemerintah Dinas Pariwisata Bondowoso berdasarkan kesepakatan Bersama dan peraturan yang telah ditetapkan. 3) Promotion, promosi yang dilakukan Pariwisata Bondowoso memalui beberapa media seperti International Exhibition, National Exhibition dan Media cetak dan Website 4) place Lokasi Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi oleh daerah Pegunungan yang cocok untuk wisata petualang ini merupakan keunggulan paiwisata Bondowoso dari segi tempat. 5) people kesediaan masyarakat yang melayani wisatawan yang berkunjung dengan memberi informasi, serta hospitality dari karyawan hotel dan restaurant membuat wisatawan merasa nyaman dan dipentingkan. 6) Physical Evidece Bukti fisik yang mencerminkan pariwisata Bondowoso adalah souvenir yang menggunakan lambang Singo Ulung, Batik tulis dengan corak daun singkong, seragam yang digunakan oleh pemandu lokal yang menggunakan logo Kawah ijen. 7) Process Penyampain informasi pada pariwisata Bondowoso melalui pihak Travel Agent ,dan Masyarakat Bondowoso sendiri
3.2. PEMBAHASAN Bondowoso, adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah laut (terkurung daratan ) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan. Ini yang menyebabkan Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Sebagai daerah yang terkurung daratan,andalan wisata Bondowoso adalah wisata alam pegunungan, selain itu juga wisata Budaya,sejarah dan kuliner. Kuliner, urusan makanan khas, sangat mudah dicari di Bondowoso. Salah satu kuliner paling khas adalah tape. Olahan tape yang bervariasi seperti dodol tape, pia tape dan bronis tape membuat pencinta wisata kuliner bisa menikmati olahan tape dibeberapa tempat yang ada di Bondowoso. Selain itu ,bisa mampir ke festival kopi yang diselenggrakan dua kali dalam satu minggu di alun-alun kota Bondowoso Penelitian ini, meneliti pariwisata Bondowoso dengan beberapa destinasi wisata yang menjadi objek penelitian. Adapun destinasi yang ada di Bondowoso sebagai berikut ;
1 Air Terjun Tancak Kembar Air terjun tancak kembar ini berada di Lereng gunung Argopuro yang penuh dengan cerita mistis. Ari terjun ini memiliki ketinggian 1100 mdpl, Untuk mencapai lokasi, wisatawan harus berjalan kaki kurang lebih 1 jam, dari desa terakhir. Keindahan panorama alam yang ditawarkan, air terjun ini tidak pernah sepih oleh penngunjung terutama saat hari libur. Meskipun akses jalan yang kurang mendukung dan medan yang cukup menantang, namun antusiasi wisatawan tidak berkurang sedikitpun. Biaya masuk ke objek wisata ini cukup murah hanya dengan Rp 3.000/orang,Rp 2.000/motor, Rp. 5.000/mobil. 2 Blawan Air terjun Blawan terletak di desa Kalianyar, kecamatan Sempol, Bondowoso. Jalan menuju air terjun Blawan sangat menantang dengan jalan naik turun tangga di antara dua tebing. Biaya untuk memasuki kawasan wisata air terjun ini hanya Rp.5000/ orang.
68
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
3 Kawah Ijen Kawah ijen ini terletak diperbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabuaten Bondowoso Jawa Timur.gunung ini memiliki ketnggian 2443 mdpl dan terletak berdampingan dengan gunung berapi. Gunung inen terakhir Meletus pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkrnal dai Gunung Ijen adalah Kawah yang terleta dipuncak. Untuk mendaki ke Gunung ini bisa berangkat dari Bnayuwangi ataupun Bondowoso.
4 Kawah Wurung Kawah Wurung terletak di Desa Jampit, Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso. Kawah ini letaknya cukup dekat dari Kawah ijen hanya sekitar 20-30 menit. Untuk memasuki ke kawasan Kawah Wurung hanya dipungut biaya Rp. 3000/ orang sudah termasuk biaya parkir
5 Bosamba Rafting Arung jeram Bosamba terletak di desa Taman Krocok, Kecamatan Wonosari atau berjarak 12 km dari kota Bondowoso. Aktivitas arung jeram ini berdiri seja 2008. Biaya untuk kegiatan bosomba ini berkisar Rp.175.000/ paket ,dimana satu paketnya terdiri daei 6 orang.
6 Desa Wisata Lombok Kulon Desa wisata Lombok Kulon terletak di Desa Lombok Kulon, Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso. Biaya untuk memasuki kawasan wisata ini adalah hanya Rp. 5000/ orang. Penerapan Strategi Bauran Pemasaran Pariwisata Bondowoso oleh Dinas Pariwisata dan Praktisi Pariwisata Bondowoso dengan 7P, antara lain :1) Product , produk yang dihasilkan di Bondowoso adalah Wisata alam (Kawah Ijen, Kawah Wurung,Bosamba Rafting, Air Terjun Tancak Kembar, Desa Wisata Lombok Kulon Wonosari dan Desa Wisata Rawah Indah Almour ), Wisata Budaya (Tari Remo sutina, Seni Ojung, Topeng Konah ,Ronteg Singo Ulung), Wisata Sejarah ( Monumen Gerbang Maut, Museum Kereta Api Bondowoso, Situs Megalitikum Glingseran (Wringin), Pekauman (Grujugan) Dawuhan Sucolor (Maesan) dan Btu susun Solor) .2) Price, Kebijakan harga produk Wisata yang dihasilkan ditentukan oleh Pemerintah Dinas Pariwisata Bondowoso berdasarkan kesepakatan Bersama dan peraturan yang telah ditetapkan. 3) Promotion, promosi yang dilakukan Pariwisata Bondowoso memalui beberapa media seperti International Exhibition, National Exhibition dan Media cetak dan Website 4) place, Lokasi Kabupaten Bondowoso yang dikelilingi oleh daerah Pegunungan yang cocok untuk wisata petualang ini merupakan keunggulan paiwisata Bondowoso dari segi tempat. 5) people , kesediaan masyarakat yang melayani wisatawan yang berkunjung dengan memberi informasi, serta hospitality dari karyawan hotel dan restaurant membuat wisatawan merasa nyaman dan dipentingkan. 6) Physical Evidece , Bukti fisik yang mencerminkan pariwisata Bondowoso adalah souvenir yang menggunakan lambang Singo Ulung, Batik tulis dengan corak daun singkong, seragam yang digunakan oleh pemandu lokal yang menggunakan logo Kawah ijen. 7) Process, Penyampain informasi pada pariwisata Bondowoso melalui pihak Travel Agent ,dan Masyarakat Bondowoso sendiri. Dari penerapan 7P diatas, dapat diketahui kekuatan yang dimiliki Bondowoso yang menjadikanya suatu destinasi wisata. Strategi bauran pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Bondowoso, Kabupaten Bondowoso Provinsi Jawa Timur. Dengan citra baru yang diusung oleh Kabupaten Bondowoso, peran promosi disini berguna untuk menyebarluaskan nama tersebut dan membantu menarik khalayak public untuk pergi ke Bondowoso. Strategi yang dilakuan adalah melakukan pemasaran produk wisata melalui (a) Travel agent , (b) Individual , (c) Masyarakat, (d) Kantor Pemerintah. 69
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Adapun bentuk promosi yang sudah dilakukan Bondowoso diantaranya 1. Nasional Exhibition Dalam memperomosi produk wisata yang dihasilkan, Pihak pariwista Bondowoso melakukan kerjasama dengan beberapa kota dalam negri seperti : Jakarta,Bandung,Jogja,Surabaya,Semarang dan Bali untuk megelar pameran produk wisata tersebut. 2. Internasional Exhibition . Selain menjalankan kerjasama tingkat Nasional Bondowoso juga sudah melaksanakan kerjasama ditingkat Iternasional yaitu dengan mengelar Pameran Internasional dengan beberapa negara, diantaranya ; Australia, Prancis dan Jepang. Promosi yang sudah dilakukan tersebut bertempat Nusa Dua Fiesta Bali. 3. Media Cetak Media Promosi yang digunakan Bondowoso sejauh ini sudah cukup bervariasi. Berdasarakan hasil penelitian, beberapa contoh media yang sudah digunakan adalah; Web (www.disparporahubbondowoso.com ), media social, majalah, Brosur dan booklet untuk mempromosikan destinasi-destinasi yang ada. Salah satu destinasi yang menjadi andalan kabupaten Bondowoso adalah wisata alam Kawah Wurung. Peranan Dinas Pariwisata dalam Pemasaran Produk Wisata Bondowoso Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan Kabuapaten Bondowoso terus berusaha menawarkan berbagai cara untuk menarik minat wisatawan dan investor ke Bondowoso dengan program-program yang sudah bentuk. Program-program tersebut adalah: a) Membuat Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Bondowoso sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan untuk menjadi rujukan pengembangan dan pengelolaan objek daya tarik wisata di Kabupaten Bondowoso. a) Melakukan kerjasama dengan investor dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas objek daya tarik wisata di Bondowoso. b) Melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal dalam meningkatkan kualitas produk wisata dan mengembangkan wisata dengan melakukan penyuluhan tentang pentingnya pariwisata untuk perekonomian masyarakat. d.) Melakukan promosi dan pemasaran pariwisata melalui kegiatan pencetakan dan penyebaran Booklet dan Lefleat Wisata, Website Wisata (www.disparporahubbondowoso.com ), pementasan secara rutin baik di tingkat lokal, regional maupun nasional untuk mengenalkan potensi seni tradisi, budaya dan pariwisata Bondowoso. Selain itu, mereka juga membuat calender of event, majalah pariwisata Kabupaten Bondowoso dan booklet wisata. Majalah Pariwisata dibuat setiap tahunnya. Calender of event dibuat tiap tahunnya untuk memudahkan wisatawan dan juga masyarakat lokal mengerti kapan saja event-event yang akan diselenggarakan sepanjang tahun oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso itu berlangsung. e.) Peraturan Daerah Kabupaten Bondowoso Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bondowoso Tahun 2011-2031, mengenai rencana pegelolaan kawasan budidaya yang memiliki jenis pemanfaatan pariwisata, dan f.) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Nasional. Peranan Masyarakat dalam Pemasaran Produk Wisata Bondowoso 1. Peranan masyarakat dalam informasi dan promosi Dengan sulitnya akses dan kurangnya informasi tentang beberapa destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso, masyarakat sekitar tidak segan membantu dan memberikan arahan atau informasi tentang destinasi pariwisata yang ada disana. Jasa guide
70
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
local yang mengetahui seluk beluk suatu destinasi di Bondowosopun telah tersedia di kota dan beberapa destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso. Karena kurangnya informasi tentang beberapa destinasi pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso, masyarakat yang ada di Bondowoso khususnya anak-anak muda, mereka mulai mengeksplore daya tarik wisata di daerah mereka sendiri dan membantu memberikan informasi dan memasarkannya lewat media social seperti face book, twitter, dan Instagram. 2. Peranan masyarakat dalam penyedia produk dan pengelola wisata Masyarakat Bondowoso yang sadar akan potensi dari sector pariwisata yang sedang berkembang mulai membuat dan membangun produk dan destinasi pariwisata. Peran masyarakat local disini khususnya yang berada di destinasi mencoba untuk membantu dengan menyediakan produk-produk sampingan seperti kerajinan tangan, pembuatan makanan khas, dan lain lain. Sehingga masyarakat di sekitar destinasi ikut berperan dalam perkembangan destinasi tersebut. Salah satu destinasi yang dikelola oleh masyarakat sendiri adalah desa wisata Lombok kulon. Desa wisata yang berbasis agro tourism ini menawarkan beberapa paket wisata dan salah satu yang terkenal adalah tubing di sungai dan beberapa kegiatan yang lain seperti menanam padi organik, membuat pupuk organic, pengolahan hasil budi daya ikan dan lain lain. Kelompok masyarakat yang sadar akan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso membentuk sebuah komunitas Sadar Wisata (DARWIS). Komunitas yang dibentuk pada tahun 2010 ini membantu masyarkat Kabupaten Bondowoso dengan memberi penyuluhan tentang pariwisata sehingga masyarakatpun ikut tergerak untuk mengembangkan pariwisata di Daerah Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya komunitas ini masyarakat juga berperan aktif dalam memasarkan produk wisata yang dihasilkan dengan Program Ekonomi kreatif.
4. KESIMPULAN Kabupaten Bondowoso, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bondowoso. Ibu kota kabupaten Bondowoso berada di persimpangan jalur dari Besuki dan Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah laut ( terkurung daratan ) di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur.Di daerah Bondowoso sendiri memiliki banyak destinasi pariwisat yang dapat menarik wisatawan yang datang berkunjung ke Bondowoso. Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang ada di kabupaten Bondowoso, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Berbagai promosi pariwisata yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, ternyata belum mampu menonjolkan potensi wisata yang ada kepada para calon wisatawan lokal maupun mancanegara, itu dibuktikan dengan hasil observasi penelitian yang telah dilakukan dimana kurangnya wisatawan mancanegara yang berkunjung disana, masih kurangnya jumlah sumber daya manusia di beberapa tempat wisata yang berguna untuk memelihara tempat wisata yang ada di Bondowoso dan juga kurangnya investor yang ikut membangun pariwisata modal di Bondowoso. Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari bantuan dan dukungan masyarakat sekitar, dan di Kabupaten Bondowoso sendiri masyarakat sadar akan potensi pariwisata di daerahnya sendiri. Mereka mengeksplore daya tarik wisata di daerah mereka sendiri dan membantu memasarkannya lewat media social. masyarakat mulai terlibat dan mulai mencari dan menggali destinasi pariwisata di tempat mereka tinggal. Kelompok masyarakat yang sadar akan pariwisata yang ada di Kabupaten Bondowoso membentuk sebuah komunitas Sadar Wisata (DARWIS). Komunitas yang dibentuk pada tahun 2010 ini membantu masyarkat Kabupaten Bondowoso dengan memberi penyuluhan tentang pariwisata sehingga masyarakatpun ikut tergerak untuk mengembangkan pariwisata di Daerah Kabupaten Bondowoso. Dengan adanya komunitas ini
71
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 masyarakat juga berperan aktif dalam memasarkan produk wisata yang dihasilkan dengan Program Ekonomi kreatif.
Ucapan Terimakasih Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Prosiding ini tepat pada waktunya. Penulis juga menyadari d bahwa dengan selesainya prosiding ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pembimbing 1 dan dosen Pembimbing 2 serta teman-teman kelompok 5B yang sudah banyak berpartisipasi dan membantu dalam penyempurnaan prosiding ini.
5. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, M Latief. (2016). Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran Terhadap Minat Berkunjung Kembali Di Objek Wisata Pantai Kabupaten Gunungkidul. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Edo Riski. (2010). Strategi Format Acara Oz Bali Dalam Mempromo sikan Pariwisata Bali . Denpasar: Universitas Udayana. Fakhriyan, Sefti Adhaghassani. (2016). Strategi Bauran Pemasaran (Maketing Mix) 7P (Product, Price, Place, Promotion, People, Process,Physical Evidenvce) di Cherryka Bakery. Yogyakarta: Pendidikan Teknik Boga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta. Hantah, Balfas. (2010). Analisis Strategis Bauran Pemasaran SPEEDY pada PT. Teknologi Komunikasi (Telkom) Indonesia di Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Ika, Pratiwi. (2010). Strategi Pemasaran Pada Klenteng Sam Poo Kong Sebagai Daya Tarik Wisata Ziarah di Kota Semarang. Denpasar: Universitas Udayana. Marta, Raya Anoro Johar. Pengaruh Marketing Mix Terhadap Keputusan Pembelian Pada Aldila Resto di Semarang. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro. Setiyaningsih, Yuliana. (2007). Manajemen Strategi Bauran Pemasaran untuk Perusahaan Jasa . Surabaya: Universitas Brawijaya Sudiarta, I Nyoman dan Suardana I Wayan. (2015). Usaha Pemasaran Pariwista (Model Destinasi Pariwisata) . Denpasar: Konstribusi Riset Pariwisata. Sukma, Yulita Enda. (2011). Analisis Bauran Pemasaran Terhadap Keputusan Wisatawan yang Berlibur di Kota Semarang. Semarang: Universitas Diponegoro.
72
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
EKONOMI KREATIF SEBAGAI SALAH SATU POTENSI PARIWISATA PADA KABUPATEN BONDOWOSO
Fitri Amalia Rhamadani1) , Ni Putu Eka Mahadewi 2) , Ni Made Sofia Wijaya 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Ekonomi kreatif adalah kreativitas dalam pengembangan suatu unit usaha. Produk unggulan yang diminati konsumen dan kendala dalam produksi, dibutuhkan keterlibatan pemerintah dalam perencanaan, pelatihan, permodalan, pendampingan, dan evaluasi. Potensi ekonomi kreatif sebagai salah satu potensi pariwisata pada Kabupaten Bondowoso dari segi produk unggulan, yaitu tape, batik, dan kopi. Hasil dari penelitian adalah produk unggulan yang dianalisa dengan SWOT dimulai dari aspek kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. SWOT terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Sangat diperlukan promosi secara berkelanjutan bagi ketiga produk unggulan yaitu kopi, tape dan batik agar lebih di kenal masyarakat, pengunjung, dan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Kata kunci : ekonomi kreatif, produk lokal, potensi pariwisata.
Abstract The creative economy is creativity in the development of a business unit. Featured products that consumers demand and the constraints in producing it,it takes the involvement of government in planning, training, capital, mentoring and evaluation. The potential of creative economy as one of potential tourism in Bondowoso in terms of featured products, namely tape, batik dan coffee. The results of the study are featured products are analyzed into two categories, namely the internal environment and the external environment.Indispensable promotion in a sustainable manner for the three flagship products, namely tape, batik, and coffeeto be more known to the public, guest, and domestics and foreign tourist.
Keywords : economy creative, local product, the potential of tourism.
1. PENDAHULUAN Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang penopang utamanya adalah informasi dan kreativititas dimana ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Perkembangan tersebut boleh dikatakan sebagai dampak dari struktur perekonomian dunia yang tengah mengalami gelombang transformasi teknologi dengan laju yang cepat seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis Sumber Daya Alam (SDA) diikuti menjadi berbasis Sumber Daya Manusia (SDM), dari era genetik dan ekstraktif ke era manufaktur dan jasa informasi serta perkembangan terakhir masuk ke era ekonomi kreatif. Pada hakikatnya, hampir sebagian besar kota/kabupaten di Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata.Keberadaan perusahaan industri ini diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja. Yang perlu diperhatikan adalah pengembangan managerial bagi pelaku usaha maupun pengembangan skill (keterampilan) bagi tenaga kerja. Industri di Kabupaten Bondowoso terdiri dari industri menengah dan industri kecil/kerajinan rumah tangga. Sampai dengan tahun 2013 industri menengah berjumlah 25 buah unit usaha dengan nilai produksi Rp. 486.276.557,00. Industri kecil dan kerajinan rumah tangga terbagi menjadi industri kecil formal dan non formal. Selengkapnya dapat dilihat :
73
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel 1 Pembangunan Sektor Industri Tahun 2003 URAIAN JUMLAH Industri Menengah • Unit Usaha 25 • Tenaga Kerja 4.008 • Nilai Produksi 192.150.00 0 • Nilai Investasi 43.577.680 Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga 1. Formal • Unit Usaha 565 • Tenaga Kerja 10.210 • Nilai Produksi 854.630.00 0 • Nilai Investasi 38.211.320 2. Non Formal • Unit Usaha 18.841 • Tenaga Kerja 47.745 • Nilai Produksi 632.050.00 0 • Nilai Investasi 26.640.000
Fasilitas perdagangan yang terdapat di Kabupaten Bondowoso pada umumnya merupakan sarana perdagangan dengan skala local. Salah satunya ditandai dengan tidak terdapatnya mall atau plaza. Fasilitas perdagangan yang ada meliputi pasar tradisional, kios, toko, ruko dan swalayan/mini market yang tersebar di wilayah kabupaten. Terdapat pula penambahan swalayan berupa indomaret dan alfamart serta mini market milik masyarakat di beberapa tempat dan pembangunan ruko baru, namun demikian pertumbuhannya tetap dikendalikan agar pasar tradisional tetap berkembang. Pemkab Bondowoso berupaya melakukan standarisasi produk local dengan memberikan fasilitas agar diperoleh standar nasional industry (SNI) sehingga dapat terjamin mutunya. Seperti Batik, Tape, Kopi, dsb. Kelompok kami mengangkat 3 sektor yaitu Batik, Tape, dan Kopi sebagai Product Unggulan Bondowoso yang berpotensi untuk meningkatkan Pariwisata di Kabupaten Bondowoso.
2. METODE Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Teknik analisis data deskriptif yang digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian.
74
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Batik Bondowoso Pada awal usaha Ibu Sofi dan pemilik usaha batik lain menggunakan corak daun singkong namun karena terjadi sengketa dengan Madura dan Madura telah memiliki hak paten atas corak tersebut, pemerintah mengusulkan untuk mengganti corang menjadi biji kopi. Dan sekarang sedang dalam proses pembuatan. Dari pengamatan Ibu Sofi masyakat lokal lebih memilih warna terang sedangkan wisatawan asing lebih memilih warna alam. Dalam proses pewarnaan Ibu Sofi memakai pewarna sintetis karena dirasa lebih tahan lama dari pewarna alami dan juga proses nya lebih cepat. Pembuatan kain batik di lakukan setiap hari. 1 kain batik yang berukuran 2 meter x 1.5 meter membutuhkan minimal 1 minggu pembuatan nya, dan hal ini membuat batik tulis menjadi lebih mahal. Yang menjadi hambatan dalam usaha batik adalah cuaca yang terkadang tidak mendukung, seperti panas matahari yang tidak maksimal membuat warna kecil pudar dan bahkan menghilang. Tidak ada usaha yang tidak memiliki resiko begitu pula usaha yang dimiliki Ibu Sofi, seperti penipuan yang pernah di alami Ibu Sofi, kerugian mencapai 15.6 juta rupiah. Dari pengalaman tersebut. Ibu Sofi menerapkan kebijakan Dp 50% ke pelanggan nya. Modal awal yang Ibu Sofi keluarkan adalah 30 juta dari hasil penjualan sawah orang tua. Dan sekarang telah terlihat hasil nya dari omzet perbulan sekitar 40 – 50 juta. Pangsa pasar Perusahaan batik Lumbung ini adalah wisatawan yang melakukan perjalanan ke Kawah Ijen, dan juga dari menerima pesanan dari pemerintah berupa seragam PNS. Tidak hanya itu perusahaan ini telah mengeksport ke Malaysia dan Fillipina dan juga promosi online. Suatu saat nanti Ibu Sofi ingin mengembangkan usaha nya lebih lebar lagi, yaitu memiliki toko sendiri di daerah kawah ijen agar usaha beliau lebih dikenal.Harapan Ibu Sofi kepada pemerintah adalah pelatihan kepada pembatik bondowoso agar lebih berkembang dan juga merangkul para pengusaha ke pameran – pameran untuk bertukar cerita. Dalam penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam unit usaha yang memberikan pengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasar maupun konsumen dari unit usaha tersebut. Adapun variable yang digunakan dapat diidentifikasi dan dianalisis dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal meliputi :
Tabel 2 Variabel dan Indikator Lingkungan Internal dari Sektor Tape Variabel Indikator Strengths Inovasi dalam pengolahan tape Weaknesses Tape dan Keju harus diaduk terus menerus saat dimasak agar mau mengembang Opportunities Bondowoso adalah lokasi yang tepat untuk penanaman singkong Threats Saat musim hujan membuat singkong menjadi berair
75
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel 3 Variabel dan Indikator Lingkungan dari Eksternal Sektor Tape Variabel Indikator Strengths Bondowoso memiliki lokasi yang tepat untuk menanam singkong Weaknesses Banyaknya daerah yang menjadikan tape sebagai khas daerah lain Opportunities Bondowoso adalah lokasi yang tepat untuk penanaman singkong Threats Penipuan dari oknum yang tidak bertanggung jawab
Tape Bondowoso Perusahaan ini telah melebarkan usaha ke berbagai daerah bahkan luar negeri seperti Hong Kong dan Singapura. Walaupun demikian banyak hambatan yang dialami oleh Ibu Nindy seperti sudah banyak nya pengusaha lain, yang tentu saja menjadi saingan, harga pasar yang tidak menentu, cuaca seperti hujan membuat kandungan air dalam singkong meningkat dan juga resiko penipuan. Namun Ibu Nindy memiliki ide untuk menginovasikan tape yang sederhana menjadi berbagai kuliner yang lain, seperti; Pia Tape, Bolu Tape dan Brownies Tape. Ini membuat perusahaan Tape (31) tidak ketinggalan zaman. Hal lain yang disampaikan oleh Ibu Nindy adalah harapan beliau kepada pemerintah agar lebih memperhatikan pengusaha tape, dan lebih baik nya untuk menciptakan komunitas untuk mewadahi para pengusaha serta penyuluhan dan bantuan alat agar produksi yang dilakukan lebih maksimal.
Dalam penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam unit usaha yang memberikan pengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasar maupun konsumen dari unit usaha tersebut. Adapun variable yang digunakan dapat diidentifikasi dan dianalisis dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal meliputi :
Tabel 4 Variabel dan Indikator Lingkungan Internal dari Sektor Batik Variabel Indikator Strengths Daun Singkong dan Kopi menjadi motif khas asli Bondowoso Weakness Motif daun Singkong masih menjadi bahan perdebatan hak paten antara Bondowoso dan Jember Opportuni Karena Singkong dan Kopi menjadi sektor SDA untuk Bondowoso Threats Jika tidak segera dipatenkan ciri khas yang dimiliki Bondowoso maka motif Daun Singkong dan Kopi bisa saja suatu saat akan diambil alih oleh daerah lain
76
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel 5 Variabel dan Indikator Lingkungan Eksternal Batik Variabel Indikator Strengths Bondowoso dikenal dengan tape dan kopinya motif diambil dari dua sektor tersebut Weaknesses Kurangnya kecepatan pemerintah dalam menghak patenkan motif batik daun singkong Opportunities Pemerintah membantu dalam promosi batik Threats Kesamaan motif daun singkong dengan motif batik jember
Kopi Bondowoso Coffee shop dibuat dengan kenyamanan dan didesain dengan konsep menarik yang membuat pengunjung tak hanya menikmati kopi tetapi juga melebur dalam suasana yang melingkupinya. Tapi tak banyak yang tahu, jauh sebelum kedai kopi nyaman yang tak lepas dari WiFi dan mesin espresso paling canggih, kedai kopi mengalami evolusi dari zaman ke zaman. Sejarah kedai kopi telah ada sejak zaman dahulu. Melebar dan melebur menjadi budaya dan ritual manusia dalam cangkir-cangkir kopi
1.Kedai Koe Berdasarkan wawancara dari salah satu narasumber bernama Anto pemilik usaha Kedai Kopi yang bernama “Kedai Koe” yang dimulainya sejak 5 bulan lalu yang bertujuan untuk meneruskan hobinya di dunia Kopi atas motivasi dari keluarga Pak Anto memulai usahanya . Usaha yang ini Buka dari jam 17.00 WIB dan tutup pada pukul 23.00 WIB, dari pemerintah sudah ada penyuluhan tentang Kopi di Bondowoso dan Pemerintah ikut berperan penting dalam mengangkat nama Kopi di Bondowoso agar lebih banyak peminatnya, Ujar Pak Anto.
Aspek Ekonomi pada awal pembuatan Kedai Koe ini Modal utamanya saya memakai modal sendiri dari pembelian alatnya seharga 17 juta rupiah dan bahan dasar yaitu kopi yang mencapai 3 juta rupiah, dan pendapatan perhari yang di dapatkan oleh Pak Anto dari usaha Kopi pada awal buka sekitar 500.000 rupiah per hari dan sekarang bisa mencapai 1.000.000 rupiah per hari. Hambatan yang dalam usaha kopi ini adalah Omset yang menurun, Kurangnya kestabilan Pasar terutama harga Kopi yang tidak pasti.
Kendala dalam usaha ini tidak ada akan tetapi persaingan didunia kopi mulai banyak dan bisa lebih memotivasi diri agar menciptakan rasa-rasa kopi yang berfariasi, dan dari pemerintah sudah adanya perhatian khusus mengenai kopi di Bondowoso seperti pemerintah sudah member bantuan seperti alat produksi Kopi agar Kopi di Bondowoso bisa masuk kepasaran yang lebih luas.
2. Kedai Kopi DK (DK COFFEE) Usaha kedai kopi ini buka 24 jam di kedai miliknya dan di alun-alun kota Bondowoso buka setiap bulan di minggu pertama, menurut Ciko pemerintah sudah sangat berpartisipasi dalam melestarikan dan mempromosikan kopi yang ada diBondowoso ini agar lebih terkenal di masyarakat Bondowoso dan masyarakat luar Bondowoso. Modal utama yang dikeluarkan oleh Ciko adalah sekitar 25 juta rupiah dan modal tersebut adalah modal sendiri dan modal pinjaman, pendapatan perhari yang Ciko dapat dari usahanya ini kurang lebih sekitar 1.000.000 rupiah. Hambatan yang dihadapi dalam usaha kopi ini antaralain adalah biji kopi yang jika musim hujan akan jauh menurun kualitasnya, tetapi Ciko mempunyai inisiatif agar usaha kedai kopi 77
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 miliknya terus berjalan, iyalah dengan cara menyetok biji kopi yang berkualitas dari tahun sebelumnya agar stok kopi ditahun ini bisa terjaga dan tidak mengalami kekurangan atau kehabisan dalam stok biji kopi yang berkualitas.
3. Kedai Kopi Growbuck Usaha ini memerlukan modal utama sekitar 9,8 juta rupiah yang dia keluarkan sendiri untuk usaha ini, Doni sudah memiliki 3 cabang di bondowoso yang mampu menambah pendapatanya perhari yakni sekitar 5,5 juta rupiah, terdapat beberapa hambatan yang Doni dapat dalam usaha Kopi ini antaralain Sumber Daya Manusia (SDM) dan Alat. Dan Doni memiliki pesan untuk pemerintah dan untuk pencinta kopi lainnya agar bisa membuat banyak ivent yang dimana semua pencinta kopi maupun semua pengusaha kedai kopi ikut didalam nya agar lebih bisa mengenalkan kopi asli Bondowoso di mata para wisatawan. Dan impian dari Doni adalah memiliki lebih banyak cabang dan usaha di Bondowoso dan diluar Bondowoso.
4. Legato coffee Berdasarkan hasil wawancara kami dengan salah satu sumber yang bernama Amahaly yang bernama kedai kopi LEGATO COFFEE yang dibangunya sejak tahun 2016 ini buka setiap hari di kedai miliknya, dan di alun-alun Kota Bondowoso kedai ini buka setiap Bulan di minggu kedua, sebelum menekuni usaha kopi ini Amahaly adalah seorang pedagang kerupuk dan dia mencoba terjun didunia Kopi ini dengan modal utama yang dimilikinya yaitu 3 juta rupiah untuk bahan dasar yaitu Kopi dan 79.5 juta rupiah untuk alatnya. Amahaly mendapatkan keuntungan dari penjualan kopi ini adalah sekitar 400-500 ribu rupiah perhari, system penjualan kopi dikedai LEGATO ini menggunakan system per Kilogrramnya dan perkilo dijual sekitar 40 ribu rupiah. Adapun hambatan yang di dapatkan oleh Amahaly adalah adanya kesalahan teknis dalam pemrosesan yang kurang tepat dalam meracik kopi, dan terdapat juga hambatan pada dana modal untuk kedai ini. Amahaly pernah mendapat suatu musibah yakni ditipu oleh pembeli yang memesan kopi miliknya kurang lebih kerugian yang di dapat oleh Amahaly sekitar 20 juta rupiah dan Amahaly tidak mau lebih memikirkan cobaan tersebut dan dia lebih memotivasi diri agar lebih teliti dan lebih waspada dalam usaha. Hambatan dan Harapan yang dimiliki Amahaly adalah hambatanya omset yang menurun dikarenakan persaingan yang mulai membanyak, kurangnya kestabilan harga bahan pokok kopi di pasaran, dan fasilitas yang pemerintah sediakan. Hambatan ini tidak membuat Amahaly putus asa dia lebih memilih menciptakan rasa baru dari kopi yang dia produksi agar memiliki rasa yang khas. Dalam penelitian adalah pelaku yang terlibat dalam unit usaha yang memberikan pengaruh terhadap pelayanan yang diberikan kepada pasar maupun konsumen dari unit usaha tersebut. Adapun variable yang digunakan dapat diidentifikasi dan dianalisis dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal meliputi : Tabel 6 Variabel dan Indikator Lingkungan Internal dari Sektor Kopi Variabel Indikator Strengths - Komoditas andalan Bondowoso Weaknesses - Saat musim penghujan maka Kopi akan susah dipanen Opportunitie - Pemkab Bondowoso s menggandeng beberapa instansi untuk membuat klaster kopi. Threats - Banyak daerah-daerah penghasil kopi yang bisa saja membuat Kopi khas Bondowoso kehilangan pelanggannya.
78
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Tabel 7 Variabel dan Indikator Lingkungan Eksternal Kopi Variabel Indikator Strengths Banyaknya petani kopi Weaknesses Banyaknya daerah yang memajukan kopi khas daerahnya Opportunities Dukungan dari pemerintah untuk menjadi klaster kopi Threats Cuaca yang tidak menentu membuat panen kopi terhenti
4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Konsep pengembangan usaha-usaha lokal yaitu bertahap, selaras dan terpadu Bertahap ( jangka pendek , menengah dan panjang ) berdasarkan master plan yang telah dibuat sebelumnya sehingga hasilnya terarah dan terukur. Pengembangan jenis usaha kerajinan diselaraskan dengan kompetensi inti industri daerah Kabupaten Bondowoso yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengembangan usaha dilakukan secara terpadu diantara berbagai pihak, yaitu antar instansi di Kabupaten Bondowoso maupun instansi-instansi pemerintahan di tingkat provinsi, perguruan- perguruan tinggi, serta elemen-elemen masyarakat. Upaya pengembangan ini juga harus diintegrasikan dengan berbagai bidang kajian lain, misalnya bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, bidang usaha kecil menengah, hingga bidang sarana dan prasarana umum.
Saran Implementasi strategi dan rekomendasi konsep pengembangan tentang usaha kerajinan maupun kuliner yang berpotensi menjadi ekonomi kreatif di Kabupaten Bondowoso masih perlu kontribusi banyak dari pemerintah maupun dari pelaku usaha itu sendiri. Untuk sektor usaha di bidang Kopi, pelatihan-pelatihan sudah cukup diadakan pemerintah, tetapi pelaku usaha masih memiliki kendala berupa bantuan modal untuk menunjang dan memulai usahanya. Kemudian pada sektor usaha Batik dan Tape, dibutuhkan bantuan pemerintah berupa dibentuknya Paguyuban antar pelaku usaha. Paguyuban antar pelaku usaha ini sangat berguna seperti dapat mengendalikan harga pasar, mengumpulkan pelaku-pelaku usaha untuk bertukar pendapat dan informasi. Tetapi kendalanya disini masih kurangnya kesadaran parapelaku usaha akan manfaat dari adanya paguyuban antar pelaku usaha ini. Kurangnya kesadarandan kontribusi orang-orang akan pembuatan komunitas ini karena pelaku usaha takut jika ikut berkontribusi karena takut ide atau inovasi diambil oleh pelaku usaha lain.
5. DAFTAR PUSTAKA Arismayanti Ni Ketut,dkk.2016. Panduan Akademik tahun Akademik 2016/2017 Fakultas Pariwisata Universitas Udayana .Denpasar:Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Dinas Pariwisata dan Olahraga Bondowoso.2017. Lovely Bondowoso .Bondowoso:Dinas Pariwisata dan Olahraga Bondowoso Gunawan Imam. 2012. Metode Penelitian Kualitatif .Jakarta:Bumi Aksara Irawan Andri. 2012.Ekonomi Kreatif sebagai solusi mensejahterakan masyarakat dalam meningkatkan tingkat Perekonomian.Skripsi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Ma’ruf Abdullah.2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif .Yogyakarta:Aswaja Pressindo Nurkhayani Dewi. 2016.Partisipasi Masyarakat lokal dalam perkembangan Pariwisata di Desa Wisata Samiran Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.Skripsi Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
79
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
Polnaya Ghalib Agfa, Darwanto. 2013.Pengembangan Ekonomi lokal untuk meningkatkan daya saing pada UKM Ekonomi Kreatif Batik Bakaran di Pati Jawa Tengah.Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Rini Puspa,Czafani Siti.2014.Pengembangan Ekonomi Kreatif berbasis Kearifan Lokal oleh Pemuda dalam rangka menjawab tantangan Ekonomi Global.Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
80
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4
MOTIVASI DAN PERSEPSI PELANCONG YANG BERKUNJUNG KE DESA KEMIREN, BANYUWANGI JAWA TIMUR
Yogiswara Darmanda Pandit 1) , I Wayan Suardana 2) , Ni Made Sofia Wijaya 3) 1,2,3 Program Studi S1 Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana JL. DR. R. Goris No. 7 Denpasar, Bali E-mail : [email protected]
Abstrak Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui motivasi dan persepsi pelancong yang berkunjung ke Desa Kemiren. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Quota Sampling. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis skala likert dengan menggunakan kuesioner yang diukur dengan skor yang telah ditentukan, kemudian data yang telah didapatkan diolah menggunakan metode analasis data tabel frekuensi. Hasil dari penelitian ini adalah motivasi pelancong yang mengunjungi Desa Kemiren dengan presentase 29% yaitu Motivasi fisik seperti melakukan relaksasi, mencari kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olahraga atau kegiatan yang bersifat santai. Persepsi pelancong terhadap atraksi (attraction ) dengan skor 489 dikarenakan Desa Kemiren menyediakan keindahan alam seperti sawah dan tumbuh-tumbuhan yang tertata rapi serta cinderamata yang menjadi faktor yang paling menunjang terhadap kegiatan pariwisata di Desa Kemiren. Sedangkan faktor yang paling tidak menunjang kegiatan pariwisata di Desa Kemiren adalah fasilitas pendukung ( ancillary ) dengan skor 372 karena kurangnya fasilitas pariwisata dan kurangnya pengelolaan oleh lembaga lokal. Selain itu hasil dari persepsi pelancong terhadap fasilitas dan pelayanan ( amenities ) yang terdapat di Desa Kemiren memiliki skor 429, sedangkan untuk persepsi pelancong terhadap aksesibilitas ( accessibility ) yang disediakan di Desa Kemiren memiliki total skor sebesar 460.
Kata kunci : motivasi, persepsi, pelancong.
Abstract The aims of research to determine the motivation and perception of excursionist who visited Kemiren Village. The method used is Quota Sampling. The research using Likert-scale analysis techniques by using questionnaires to be measured with scores that have been specified, then the data that have been obtained by using data analysis method of frequency table. The result of this research is motivation of excursionist who visited Kemiren Village with 29% percentage of physical motivation such as relaxation, comfort seeking, participating in sport activities or leisure activities. The perception of excursionist to the attraction with a score of 489 because Kemiren Village provides natural beauty such as rice fields and plants are neatly arranged and souvenirs that become the most support factor for tourism activities in Kemiren Village. While the factors that most not support tourism activities in Kemiren Village is supporting facilities (ancillary) with a score of 372 because lack of tourist facilities and management by local intitutions. In addition, the results of excursionist perceptions of facilities and services (amenities) in Desa Kemiren had a total score of 429, while for excursionist perceptions of accessibility provided in Desa Kemiren had a total score of 460.
Keywords : motivation, perception, excursionist.
1. PENDAHULUAN Indonesia memiliki daerah – daerah tujuan wisata dengan berbagai karakternya masing – masing, mulai dari wisata alam, wisata bahari, wisata budaya, wisata belanja, dan wisata spiritual. Dewasa ini pemerintah telah menempatkan sektor pariwisata sebagai industri yang perlu diperhatikan karena telah memberi banyak kontribusi bagi perkembangan ekonomi di Indonesia dengan memanfaatkan potensi daerah masing – masing. Salah satu pulau atau daerah yang dikenal sebagai destinasi wisata adalah Pulau Jawa khususnya daerah Banyuwangi yang berada di ujung timur Pulau Jawa yaitu di Provinsi Jawa Timur. Di sebelah utara, Banyuwangi berbatasan dengan Kabupaten Situbondo. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali. Saat ini Banyuwangi sedang dalam proses pengembangan kegiatan pariwisatanya. Banyak bermunculan destinasi dan
81
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 objek wisata baru. Sehingga pengunjung atau wisatawan yang mengunjungi Banyuwangi mengalami peningkatan, berikut adalah tabel jumlah kunjungan wisatawan ke banyuwangi:
Tabel 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Banyuwangi
Jumlah Presentase No Bulan Pengunjung Total WISNUS WISMAN (%) 1 Januari 302.820 1.499 304.319 7% 2 Februari 155.937 1.560 157.497 4% 3 Maret 158.844 1.861 160.705 4% 4 April 142.454 3.018 145.472 3% 5 Mei 238.887 5.246 244.133 6% 6 Juni 92.176 5.007 97.183 2% 7 Juli 632.564 8.182 640.746 16% 8 Agustus 168.001 25.094 193.095 5% 9 September 160.425 16.014 176.439 4% 10 Oktober 198.598 6.615 205.213 5% 11 November 185.070 1.603 186.673 5% 12 Desember 1.586.673 1.675 1.588.348 39% Total 4.022.449 77.374 4.099.823 100% Sumber: Disparda Kabupaten Banyuwangi, 2016 Berdasarkan Tabel 1. persentase jumlah pengunjung tertinggi yaitu pada bulan Desember dengan jumlah 39%, sedangkan persentase jumlah pengunjung terendah yaitu pada bulan Juni dengan 2%. Pada bulan Januari menuju bulan April mengalami penurunan, kemudian pada bulan Mei mengalami peningkatan dan mengalami penurunan drastis pada bulan Juni. Selanjutnya mengalamai peningkatan pada bulan Juli kemudian mengalami penurunan kembali pada bulan September dan mengalami peningkatan kembali pada bulan Oktober sampai Desember. Salah satu destinasi wisata di Banyuwangi yang banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Desa Kemiren. Kemiren adalah nama sebuah desa di Banyuwangi, dimana desa ini dijadikan Desa Adat Wisata Osing oleh pemerintah Banyuwangi. Dijadikannya desa adat wisata karena kemiren memiliki berbagai keunikan mulai dari adat, tradisi, kesenian, kuliner serta pola hidup masyarakatnya masih menjaga tradisi yang ada sejak dulu. Dengan berkembangnya Desa Kemiren banyak pula wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Kemiren. Maka dari itu dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti apa saja motivasi dan bagaimana persepsi pelancong terhadap Desa Kemiren.
2. METODE PENELITIAN Variabel yang ada dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Variabel Motivasi dan Variabel Persepsi. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu ada dua antara lain jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data primer dalam penelitian ini yang diperoleh secara langsung dari narasumber di lokasi penelitian berupa hasil penyebaran kuesioner kepada wisatawan serta foto-foto dokumentasi penelitian serta data sekunder merupakan data yang tidak dikumpulkan sendiri melainkan diperoleh dari instansi yang terkait di lokasi penelitian yang sesuai dengan penelitian ini. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah pelancong yang berkunjung ke Desa Kemiren. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Quota Sampling, yaitu dengan menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Kuota yang ditentukan dalam penelitian ini sebanyak 20 responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif, dengan menggunakan skala likert yaitu menghitung hasil tanggapan responden dengan skor yang telah ditentukan sebagai berikut:
5 = Sangat Setuju 2 = Tidak Setuju 4 = Setuju 1 = Sangat Tidak Setuju 3 = Netral
82
Prosiding Penelitian Lapangan ISBN : 978-602-294-263-4 kemudian menggunakan metode analisis data Tabel Frekuensi yaitu menentukan kelas atau variabel terlebih dahulu, kemudian menghitung frekuensi setiap kelas dengan cara menghitung hasil tanggapan responden setiap variabel setelah itu dikalikan dengan bobot skor setiap jawaban dari responden, dan selanjutnya menentukan presentase per variabel/per kelas dengan cara :