MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Konflik Masyarakat dan Budaya dalam Koran Terbitan Hadrami 1929 – 1935

Fida Amatullah, Yon Machmudi Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas

E-mail: [email protected], [email protected]

Abstract

Growth of publishing newspapers and magazines on Hadrami Society is called Nahdah Al Hadramiyyah or ‘The Revival of Hadrami’. This Journal will be explained about conflict issues on Hadrami’s newspapers. This journal has written used to history method with documents from Hadrami newspaper’s articles like Al Jaum, Al Mahdjar, Hadramaut, Lembaga Baroe, and Pewarta Arab on 1929-1935. Conflict issues based on Hadrami’s newspapers occurred between Arab Immigrants with Indo-Arab descents also Indo Arabische Verbound (IAV) with Persatuan Arab Indonesia (PAI). Reasons to cause conflicts are cultural, social, politics, and economic matters. Fanatism and cultural difference are social conflict issues between Arabic Immigrants and Indo-Arab descents. Indonesian identities or Arabic identities choice is the matter about the cultural conflict between them. There are also political issues between Arabic immigrants with Indo-Arab descents and Indo Arabische Verbound (IAV) and Persatuan Arab Indonesia (PAI). Cultural difference, background, and concern are the reasons for conflict issues in Hadrami based on newspapers that published by Hadrami on 1929-1935.

Keywords: Conflict, Hadrami, Newspapers

PENDAHULUAN Mahdjar, dan Lembaga Baroe. Konflik Konflik masyarakat dalam koran dalam masyarakat Hadrami tidak hanya terbitan Hadrami di Indonesia sebelum terjadi antara imigran Arab (Arab totok) kemerdekaan menjadi latar belakang dengan peranakan Indo-Arab. Konflik penulisan jurnal ini. Masalah yang juga terjadi di antara dua organisasi memicu konflik masyarakat Hadrami peranakan Indo-Arab yaitu Indo Arabisch seperti masalah budaya, politik, dan Verbound (IAV) dan Persatuan Arab ekonomi. Koran yang memuat konflik Indonesia (PAI). Tujuan penulisan jurnal dalam masyarakat Hadrami yaitu Pewarta ini adalah untuk menjelaskan konflik Arab yang terbit di . Konflik masyarakat dalam koran terbitan Hadrami masyarakat Hadrami juga dibahas dalam sebelum kemerdekaan kepada pembaca. koran yang terbit di Surabaya seperti Tumbuhnya penerbitan koran dan Hadramaut (ḥaḍramaut), Al Jaum, Al majalah merupakan bagian dari Nahdah Al

67

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Hadramiyyah atau ‘Kebangkitan menuntut kesetiaan individu hingga Hadrami’. Kebangkitan Hadrami ditandai mencapai tingkat tertinggi kepada negara dengan tumbuhnya organisasi di tiga dan bangsa (Utomo, 1995). bidang yaitu bidang sosial (kegiatan sukarela atau Jam’iyyah), pendidikan METODE PENELITIAN (sekolah berbasis modern), dan media Metode penelitian dan penulisan informasi (majalah dan koran). Terdapat jurnal ini menggunakan metode sejarah 36 judul majalah dan koran yang dengan dokumen tertulis. Metode sejarah diperkirakan terbit selama 1914–1942 secara umum terdiri dari proses heuristik, dalam bahasa Arab dan Indonesia. Koran kritik atau verifikasi, interpretasi, dan dan majalah tersebut beredar di histiografi. Proses heuristik dalam masyarakat Hadrami setiap dua minggu, penulisan jurnal ini adalah pengumpulan sebulan, atau beberapa bulan sekali. koran terbitan Hadrami dalam bentuk (Kesheh, 1996). Koran dan majalah yang digital yang tersedia di Perpustakaan terbit oleh masyarakat Hadrami Nasional dalam bahasa Indonesia dan menimbulkan kesadaran bagi masyarakat bahasa Arab. Kritik dan verifikasi Hadrami yang tersebar di seluruh dunia dilakukan terhadap sumber dan abad ke-20 (Freitag, 2003). menemukan 13 artikel dari 5 koran yang Terdapat beberapa teori terkait terbit selama 1929–1935 sesuai dengan dengan rumusan masalah dalam jurnal ini. Teori pertama adalah ‘Teori Identitas’ rumusan masalah. Interpretasi dan analisis yang menjelaskan penyebab konflik dalam dilakukan terhadap hasil verfikasi dengan masyarakat. Konflik identitas adalah menentukan gagasan dalam artikel ancaman terhadap identitas yang tersebut. Proses historiografi dilakukan menyebabkan perasaan takut kehilangan dengan penulisan hasil interpretasi dan terhadap hal tersebut (Jamil, 2007). Teori analisis gagasan artikel koran berdasarkan selanjutnya adalah teori pengertian etnis rumusan masalah (Daliman, 2012). yaitu identitas yang merujuk kepada hal- Dokumen tertulis yang digunakan hal non biologis seperti kesamaan nenek dalam jurnal ini adalah koran terbitan moyang, budaya, sejarah, bahasa, Hadrami yang terbit selama 1929–1935. kebiasaan, dan kepercayaan (Newman, Koran yang digunakan antara lain koran Al 2012). Kemudian teori nasionalisme yang Jaum, Al Mahdjar, Hadramaut disebutkan oleh Hans Kohn (1976) yaitu (ḥaḍramaut), Lembaga Baroe, dan nasionalisme merupakan paham yang

68

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Pewarta Arab. Hadramaut dan Pewarta Oktober 1931, “Alam Arabia Indonesia” Arab merupakan koran yang memihak yang terbit 20 Oktober 1934, dan “PAI, Rabithah Al Alawiyyah yaitu organisasi keok” yang terbit 21 September 1935. masyarakat Hadrami keturunan Nabi Dokumen tertulis koran Al Jaum yang Muhammad saw di Indonesia. Al Jaum tersedia dari 18 Februari 1931, 4 Maret–31 merupakan koran mingguan terbitan Desember 1931, 4 Januari–10 Desember Arabische Verbound (AV) yang dipimpin 1933, 20 Agustus 1934–20 Oktober 1934, oleh M.B.A Almaudi. Al Mahdjar dan 20 Februari–18 September 1935. merupakan majalah yang dikelola oleh Al Mahdjar merupakan koran yang golongan Alawiyyin seperti Hasan Gulban terbit secara bulanan. Editor dari koran ini dan Husein Bafagieh (Kwartanada dan adalah Hoesin Bafagieh, S. Hoesin bin Suratmin, 2014). Lembaga Baroe Agil, S. Bahresj, A. Bamazrone, H. merupakan koran yang mendukung Koetban, A. bin Jahja (Kesheh N. M., organisasi Al Irsyad (Kesheh, 1996). 1996). Terdapat satu artikel yang menjadi Al Jaum merupakan koran yang sumber primer yaitu “Kalau maoe terbit di Surabaya sejak 18 Januari 1931 bersatoe” yang terbit edisi Februari 1929. dalam bahasa Indonesia. Koran ini Dokumen yang tersedia di Perpustakaan awalnya terbit satu minggu sekali dan Nasional antara lain edisi Juni–Desember kemudian menjadi satu minggu dua kali. 1928, edisi Januari–Mei 1929, dan Editor koran ini adalah B.A. Al-'Amudi, Agustus 1929. Salim bin 'Ali Maskati, dan Ar. Awad Koran Hadramaut (ḥaḍramaut) Baswedan yang berkontribusi selama satu merupakan koran yang terbit di Surabaya tahun pertama (Kesheh, 1996). Terdapat dalam bahasa Arab. Hadramaut awalnya lima artikel yang menjadi sumber primer terbit setiap minggu sampai tahun ke-10 yaitu ”Kalangan Kita: Di manakah Kita edisi 341 yang terbit 15 Agustus 1932 Berdiri??” yang terbit 18 Februari 1931, kemudian terbit dua minggu sekali. Editor “Apakah Tjoema Hadramaut Sadja Negeri koran ini bernama 'Aydrus Al-Mashhur, Arab?? Apakah Adat Hadramaut Sadja Muhammad bin Hashim yang bekerja Negeri Arab?? en sekarang Kita ada di hingga pertengahan tahun 1920-an mana??” yang terbit 24 Juni 1931, (Kesheh N. M., 1996). Terdapat satu “Bangsa Arab dengan Indonesia artikel yang menjadi sumber primer ini Keperloean Bersama” yang terbit 17 yaitu ” Ila Ayna Naḥnu Sāirūn?“ yang

69

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 terbit 22 Desember 1932 edisi 378. bersemi” 5 September edisi 1934, Dokumen tertulis koran Hadramaut yang “Persatoean Peranakan Arab” 3 Oktober tersedia di Perpustakaan Nasional dari 6 1934 edisi 49, dan “Persatoean Arab Desember 1923–22 Mei 1930 dan 31 Mei Indonesia” 17 Oktober 1934 edisi 51. 1930–27 Januari 1933. Dokumen tertulis koran Pewarta Arab Lembaga Baroe merupakan koran yang tersedia di Perpustakaan Nasional yang terbit di Surabaya sejak 1928 dalam yaitu edisi 16 Oktober 1933–10 Oktober bahasa Indonesia. Koran ini terbit setiap 1934. dua minggu sekali. Pendiri koran ini adalah Salim bin ‘Ali Maskati yang juga HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi editor. Editor koran Lembaga Konflik dalam Masyarakat Hadrami Baroe yang lain yaitu Abdurrahman Konflik masyarakat Hadrami tidak Baswedan yang bekerja sejak edisi 12/13 hanya terjadi antara peranakan Indo-Arab dengan nama pena Bin Auff Al ‘Asrie dengan imigran Arab. Konflik juga terjadi (Kesheh N. M., 1996). Terdapat satu di antara dua organisasi peranakan Indo- artikel yang menjadi sumber primer dalam Arab yaitu Indo Arabische Verbound jurnal ini berjudul “Moeda dan Toea, atau (IAV) dengan Persatuan Arab Indonesia Baharoe dan Koenoe” yang terbit 10 Mei (PAI). Penulis melakukan analisis gagasan 1929. Dokumen tertulis koran Lembaga dalam 13 artikel dari 5 koran terbitan Baroe yang tersedia dari Desember 1928– Hadrami yang terbit selama 1929–1935. 10 Mei 1929. Berikut ini merupakan tabel analisis Koran Pewarta Arab terbit di gagasan koran yang diterbitkan oleh Semarang dalam bahasa Indonesia dan masyarakat Hadrami. terbit setiap minggu. Editor koran Pewarta Tabel 1. Konflik dalam Koran Milik Arab adalah Nuh S. Al Kaff, A.M. Masyarakat Hadrami 1929-1935 Musawwa, dan R.S. Soerjoamidjodjo Nama Koran, Konflik dalam koran Judul, Penulis (Kesheh, 1996). Jurnal ini memuat lima Edisi/ Nomor Al Mahdjar Perbedaan pola pikir dan artikel yang terbit yaitu “Kita dan tanah Kalau maoe bersatoe, perilaku, fanatisme Al-Alawie golongan antara leloehoer kita,” terbit 11 Desember 1933 Februari 1929 peranakan Indo-Arab dengan imigran Arab edisi 13, “Pemoeda-Peranakan-Walaiti” 9 (sosial, politik). Al Jaum. Masalah status politik April 1934 edisi 24, “Bibit jang ditanam Kalangan Kita: Di (memihak Belanda atau manakah Kita Indonesia?) akibat sistem lama, sekarang moelai toemboeh dan Berdiri??/, anonim warga negara yang

70

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 18 Februari 1931 diberlakukan oleh Belanda Jong Arabier perubahan tatanan sosial (politik) masyarakat Hadrami Al Jaum. Dilema identitas antara antara peranakan Indo- Apakah Tjoema memilih Arab sebagai Arab dengan imigran Arab Hadramaut Sadja identitas keturunan atau (politik, sosial). Negeri Arab?? Indonesia sebagai negara Pewarta Arab Dilema identitas dan Apakah Adat tempat tinggal (budaya). Kita dan tanah adat-istiadat Indonesia Hadramaut Sadja Perpecahan akibat strata leloehoer kita, dan Hadramaut antara Negeri Arab?? en sosial antara peranakan Hadrami peranakan Indo-Arab sekarang Kita ada di Indo-Arab dengan 11 Desember 1933 dengan imigran Arab mana??, EM. imgran Arab (sosial). / 13 (budaya). 24 Juni 1931 Pewarta Arab Penolakan penyebutan Al Jaum. Pemisahan etnis Arab Pemoeda-Peranakan- ‘walaiti’ dalam Bangsa Arab dengan dari masyarakat lain oleh Walaiti, N. masyarakat Hadrami Indonesia Keperloean Belanda meskipun 9 April 1934 disamping penggunaan Bersama, anonim mempunyai ikatan / 24 kata pemuda dan 17 Oktober 1931 keluarga dengan peranakan antara imigran masyarakat Indonesia Arab dengan peranakan (sosial). Tuduhan Indo-Arab (sosial). mengumpulkan harta Pewarta Arab Pernyataan Indonesia demi kepentingan pribadi Bibit jang ditanam sebagai tanah air dan golongan (ekonomi). lama, sekarang (budaya). Konflik antara Keduanya antara moelai toemboeh dan peranakan Indo-Arab masyarakat Hadrami bersemi, anonim dengan imigran Arab. dengan peranakan Indo- 5 September 1934, Arab. Al Jaum. Meragukan tujuan, dan Pewarta Arab Pro dan kontra gagasan Alam Arabia menolak hasil Persatoean Peranakan reformasi dalam Indonesia, anonim konferensi; Arab, S.S masyarakat Hadrami 20 Oktober 1934 mempertanyakan dasar 3 Oktober 1934 (politik) pendirian PAI; menolak / 49 tuduhan kinerja buruk terhadap Indo Arabische Pewarta Arab Organisasi PAI dan Verbound (IAV) Persatoean Arab Indonesia sebagai (politik); Menolak Indonesia, tanah air (politik) perubahan makna kata Hoofdbestuur P.A.I ‘sayid’ (sosial dan 17 Oktober 1934 budaya). Keduanya / 51 terjadi di antara IAV dan PAI Al Jaum. IAV menyerang kebijakan Konflik dalam masyarakat Hadrami PAI, keok, anonim PAI (politik), menolakan 21 September 1935 melebur dengan dominan terjadi dalam bidang politik, masyarakat Indonesia (budaya). Konflik terjadi sosial, dan budaya. Masalah sosial yang antara PAI dengan IAV. terjadi adalah pertentangan antara Hadramaut Perbedaan kepentingan Ila Ayna Naḥnu antara imigran Arab peranakan Indo-Arab dengan imigran Arab. Sāirūn?,‘,sy,ṣūlū dengan peranakan Indo- 22 Desember 1932/ Arab dan propaganda Menurut koran Lembaga Baroe edisi 10 378 istilah ‘muwallad’ dengan ‘walaiti’ yang Mei 1929 “Moeda dan Toea, atau Baharoe menimbulkan perasaan tidak suka dalam kedua dan Koenoe”, peranakan Indo-Arab golongan (politik dan merupakan keturunan imigran Arab yang sosial). Moeda dan Toea, Fanatisme golongan dan lahir abad ke-20. Peranakan Indo-Arab atau Baharoe dan perbedaan pola pikir dan Koenoe/ perilaku, tuntutan digolongkan sebagai kaum muda dan

71

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 imigran Arab sebagai kaum tua. Peranakan Imigran Arab menuduh masyarakat Indo-Arab cenderung menerima ide Hadrami cenderung lebih menerapkan pembaharuan, namun imigran Arab kebudayaan Indonesia daripada mempertahankan fanatisme dan budaya kebudayaan dan norma Arab. Hal tersebut Hadramaut (Arabier, 1929). Hal yang menyebabkan identitas mereka sebagai menggambarkan fanatisme imigran Arab orang Arab terabaikan (Frederick, yaitu di antara mereka banyak yang Heidebrink, Post, & Sato, 2010). Salah satu mengirimkan keturunannya untuk penerapan budaya Indonesia dalam menempuh pendidikan ke Hadramaut. masyarakat Hadrami yaitu penggunaan kata Mereka ingin menanamkan kebudayaan ‘tuan’ dalam organisasi peranakan Indo- Hadramaut terhadap peranakan Indo-Arab Arab yaitu Indo Arabisch Verbound (IAV) dan mengurangi pengaruh kebudayaan (Freitag, 2003). Indonesia (den Berg,1989). Hal tersebut Pewarta Arab menerbitkan sebuah tertulis dalam Pewarta Arab yang terbit 11 artikel pada 9 April 1934 tentang konflik Desember 1933: sosial di masyarakat Hadrami: “Menilik hal itoe, maka itoelah “Tentang kalimat “pemoeda” sebab-sebabnja kalo sebagian soedah tentoe ada berbeda, sebab da(ri) kita masih djoega teritoeng djoega mereka jang memperhoeboengkan- boekan terlahir di tanah ini apalagi perhoe(boengkan) dengan dengan oentoek peranakan jang soedah tanah itoe, apa(lagi) (k)alo toea merasa tidak menjenangi menginget tjara-tjara (b)apak- keadaan begitoe, tetapi apabila bapak kita mendidik…semendjak diseboetkan “peranakan” maka ketjil jang…pada galibnja mereka tahoelah orang, bahwa mereka lebih oetamakan lebih mengirim soedah termasoek pada golongan anaknja ke Hadramaut dari… jang masih moeda atau toea serta seokkennja di salah satoe sekolah di lahirnja tertentoe di sini….Boeat sini, karena dalem anggepan pihak woealaiti, lebih baik kita mereka, kalo anaknja soedah dapet oendjoek sedikit keterangan tetapi sepoehan Hadramaut, baroelah ia memoeaskan, perkataan woelaiti bisa mendjadi manoesia betoel, ada dari bahasa ”Arab” kalau serta bisa mengtahwi adat diambil ma’nanja bearti djoega istiadatnja dan asal-oesoel “peranakan” tjoema sadja apabila koetoeroenannja, jang sedemikian di soeboet woelati beartilah mereka itoe memang ada benarnja, tetapi terlahir di tanah “Arab” dan orang ada djoega salahnja…. (Hadrami, poen tentoe djadi ma’loem pula. 1933, p. 2)” Serta oentoek hak di tanah ini tidak boeleh disamakan antara Berdasarkan artikel di atas, masalah peranakan sama woelaiti, ketjeoeali mereka boleh mengambil bagian di budaya juga merupakan penyebab konflik dalam djoeroesan imigran arab dengan peranakan Indo-Arab. sociaal...Kenapakah mareka (wolaiti) berasa tidak senang kalau

72

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 kita seboetkan mereka wolaiti ? (N, Dan perbedaan jang seterang- 1934 , p. 2)” terangnja, adalah bagi bapak-bapak kita, Hadramaut itoe, satoe tanah air Konflik budaya lain yang terjadi jang tertjinta, sed(a)ng oentoek kita antara peranakan Arab dan imigran Arab tjoema ada satu leloehoer belaka, karena jang sesoenggoehnja tanah air adalah identitas kebangsaan. Dalam artikel kita, dan tanah toempah darah kita, berjudul “Bibit jang ditanam lama, adalah si tjantik Indonesia ini, maka itoelah oleh bapak-bapak kita ini, sekarang moelai toemboeh dan bersemi” selaloe mereka mengenang- yang terbit 5 September 1934 ngenangkan merindoe-rindoekan tanah airnja Hadmaut dan djarang menyatakan,”..demikian poela soal diri kita medjles-medjlis mereka tersoenji dari sendiri telah menjatakan dengan teroes pada membitjarakan sesoeatu jang bersangkoet paoet dengan terangnja boekan terikat dengan sesoeatoe Hadramaut s(e)d(a)ng kita, kaoem dengan ikatan tanah bapak jaitoe tanah Indo-Arab, dalam medjils-medjlis kita, djarang kita meroendingkan Arab”. Mereka melanjutkan dengan soeal tanah leleohoer itoe, seolah2 pernyataan, “Menjebabkan kita terpaksa tidak kita mempoenjai seseoeatoe perhoeboengan dengan negeri itoe. telah menjatakan dengan tegasnja (Hadrami, 1933, p. 2).” perpisahan antara kita dengan totok jaitoe Konflik budaya dan sosial juga woelaiti”. Namun, mereka menegaskan terjadi di antara IAV (Indo Arabische bahwa sikap tersebut tidak mempengaruhi Verbound) dan PAI (Persatuan Arab hubungan mereka sebagai ayah dan anak. (- Indonesia). IAV menolak keputusan- , Bibit jang ditanam lama, sekarang moelai keputusan yang dihasilkan dalam toemboeh dan bersemi, 1934, p. 2). Konferensi Peranakan Indo-Arab 1934, Peranakan Indo-Arab juga seperti tidak mengakui gelar sayid sebagai menegaskan identitas keindonesiaan gelar bangsawan masyarakat Hadrami. mereka dalam artikel “Kita dan tanah Keputusan yang diputuskan dalam leloehoer kita” edisi 11 Desember 1933: konferensi tersebut dianggap dapat “Di sebelah atas kita telah katakan bahwa perhoeboengan- menambah konflik yang terjadi dalam perhoeboengan kita kaoem Indo-Arab masyarakat Hadrami (-, Alam Arabia jang berada di Indonesia ini dengan tanah leloehoer kita masih banjak Indonesia, 1934). IAV juga menolak djoega, oepamanja: perhoeboengan- gagasan identitas Indonesia dan perhoeboengan familie, warisan, dan lain-lainja, tetapi kendatipoen menyatakan identitas mereka tetap sebagai bagaimana perhoeboengan- orang Arab (Jaum, 1935). perhoeboengan itoe tida sebanjak dan serapat perhoeboengna- “....Indo Arab sekarang soedah tahoe perhoeboengan bapak-bapak kita akan dirinja, soedah mengerti akan kaoem Walaiti (totok), dalam hal itoe. kepentinganja ta’ maoe dileboer. Kita

73

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 maoe perkoeatkan Nasional kita. setelah Konferensi Peranakan Indo-Arab Indo Arab soeka koerban boekan 1934 (-, Alam Arabia Indonesia, 1934). sadja boeat kepentingan si Bapa tetapi poen goena si Iboe. boekan itoe IAV menganggap konferensi tersebut berarti kita toekar serban dan tidak menghasilkan persetujuan bersama, gamisch mendjadi kain batik dan oedeng. Kita teroes hormatkan segala “Sekali lagi dengan tegas kita mesti adat lembaga iboe sebagaimana kita bilang, hawa dalam itoe dalam itoe hormatkan bagian iboe. Tetapi sebagai anak jang sah dari bangsa conferentie tidak di dapat satoe Arab dus kita haroes mendjadi ”anak persetoedjloean” (-, Alam Arabia arab” dan tinggal teroes mendjadi Arab (Jaum, 1935, p. 1)” Indonesia, 1934, p. 1). IAV juga

menganggap Konferensi Peranakan Indo- Permasalahan politik yang terjadi Arab pada 4–6 Oktober di Semarang tidak antara peranakan Indo-Arab dengan mempunyai tujuan yang jelas: imigran Arab adalah perbedaan kepentingan di antara kedua golongan. “Besok tanggal 4 kemoedian 5 dan 6 soedah berdjalan kita perhatikan Propaganda penggunaan kata ’wulaiti’ dan itoe tanggal2 meskipoen soeara hati ’muwallad’ akibat perbedaan kepentingan kita soedah memikir jang ini conferentie tidak ada goeananja, membuat perpecahan di antara golongan sebab jang terkelihatan adalah itoe semakin meruncing ('A, 1932). Fanatisme seroean boeat astanah pedjambon jang terdengar njaring, sedang antar golongan juga merupakan toejoean dari itoe conferentie sama permasalahan politik yang terjadi di antara sekali tidak ternampak, kemana haloean dan toedjoeanna. (-, Alam golongan peranakan Indo-Arab dan Arabia Indonesia, 1934, p. 1).” imigran Arab (Al-Alawie, 1929). Masalah politik yang lain ditulis oleh Van Berg IAV juga mempertanyakan dasar (1886) berdasarkan hasil pengamatan pendirian PAI yang dibentuk saat Snouck Hurgronje tahun 1901. Peranakan Konferensi Peranakan Indo-Arab 1934 : Indo-Arab tidak dapat diangkat menjadi “Dan lebi adjaib lagi itoe perkoempoelan baroe jang mereka kapiten di Batavia karena posisinya soedah bangunkan, namanja yaitoe dianggap lemah dalam tatanan sosial PAI nama ringkas dari Persatoean Indo Arab Indonesia dan pon di masyarakat Hadrami (Kesheh,1996). njatakan bahwa Indonesia di akoei Permasalahan politik juga menjadi sebagai negrinja sendiri dan tanah Arab hanja mendjadi tanah latar belakang konflik antara dua leloehernja. Lain dari pada itoe ta’ organisasi peranakan Indo-Arab yaitu Indo terdengar apa2 lagi. Dimanakah toedjoean jang lebi jaoe? Arabische Verbound (IAV) dan Persatuan Kemanakah toedjoean politieknja Arab Indonesia (PAI). Konflik terjadi baik di dalam raden ataupon di loearnja? kiri? kanan? of kemana?

74

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Bagaimanakah toedjoean Onderwijs negeri djoega (-, Bangsa Arab apakah tinggal tetap mengakoei dengan Indonesia Keperloean Onderwijs jang ada atau tidak. Bersama, 1931, p. 2)” Apakah bangsa kita di leboer mendjadi Indonessier atau tidak. Pergerakan Peranakan Indo-Arab Haloean apakah jang dipake Seseorang dengan nama pena Al mendjadi dasar oentoek keroekoenan didalam partynja Alawie menulis artikel di koran Al Mahdjar adakah marekah soedah menetapkan berjudul “Kalau maoe bersatoe”. Dia itoe? Pendeknja sama sekali kita tidak mendengar soesoenan menyeru persatuan antara peranakan Indo- toedjoean dari ini party (PAI) (-, Arab dengan imigran Arab yang ditekankan Alam Arabia Indonesia, 1934, p. 1).” dalam awal berita, “Moeda dan Toea haroes Masalah ekonomi juga bergandeng” (Al-Alawie, 1929, p. 2). Salah menimbulkan konflik antara peranakan satu jalan untuk mencapai persatuan dengan Indo-Arab dengan imigran Arab. Peranakan membentuk organisasi yang netral untuk Indo-Arab menuduh dalam penyelidikan menyelesaikan perpecahan antara imigran mereka bahwa imigran Arab telah Arab dan peranakan Indo-Arab: melakukan eksploitasi ekonomi secara “Sementara itoe oentoek kejam terhadap masyarakat lokal. Hal itu menggaboengkan kadoea fihak tersebut, di sana mesti ada poela menyebabkan rusaknya reputasi satoe persarekatan jang besar, sekira masyarakat Hadrami di Indonesia. Mereka ija moenkin di masoeki oleh kedoea fihak masing-masing. Si toea bisa merujuk kepada praktik riba dalam usaha mendapat kedoedoekannja disana, yang dilakukan oleh imigran Arab. Hal poen si dengan sentausa tida diganggoe akan perasa’an tersebut menimbulkan gerakan anti riba kemoeda’annja (Al-Alawie, 1929, p. (anti-woekereijvereeniging) yang dibentuk 2).” oleh sebagian besar golongan peranakan Hal tersebut terealisasikan dengan Indo-Arab dan masyarakat muslim lainnya terbentuknya beberapa organisasi seperti tahun 1935 (Freitag, 2003). Indo Arabisch Verbound (IAV), dan Namun, Hadrami membantah Persatuan Arab Indonesia (PAI). Indo tuduhan eksploitasi tersebut dalam artikel Arabisch Verbound (IAV) merupakan Al Jaum edisi 17 Oktober 1931: organisasi pertama yang dibentuk tahun “Biarpoen bagaimana djoega orang 1930 oleh M.B.A Alamudi, peranakan maoe menjangkal atau tidak maoe mengerti, tapi toch terang Bangsa Indo-Arab yang berasal dari Ambon kita tidak mengompoelkan harta (Algadri, 1996). Dalam artikel yang oentoek dianja sendiri tetapipoen dengan djalan langsoeng oentok berjudul ”Kalangan Kita: Di manakah Kita familinja jang sah dari bangsa anak Berdiri??” yang terbit pada 18 Februari

75

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 1931 oleh Al Jaum, pembentukan IAV yang anggotanya terdiri dari golongan sayid bertujuan untuk menentukan pandangan dan non sayid. Mereka sepakat untuk politik masyarakat Hadrami di Indonesia. meleburkan perbedaan golongan demi Hal tersebut karena Indonesia merupakan Indonesia sebagai tanah air mereka negara di bawah jajahan Belanda. (Freitag, 2003). Pendirian PAI Masyarakat Arab dan Cina dalam ketentuan menunjukkan bahwa peranakan Indo-Arab hukum Belanda termasuk masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang sama golongan timur jauh atau ekspatriat dan dengan masyarakat Indonesia. PAI juga tidak masuk dalam golongan Belanda atau melepaskan diri dari identitas dan sistem Indonesia. Hal tersebut membuat sosial Hadramaut (Algadri, 1996). masyarakat Hadrami dituntut untuk PAI dicetuskan untuk memihak Belanda atau Indonesia (-, membebaskan peranakan Indo-Arab dari Dimana kita berdiri??, 1931). masalah sosial dan politik Hadramaut yang Setelah IAV bubar, kemudian dinilai mengganggu persatuan Hadrami muncul lagi organisasi bernama Indo (Kwartanada & Suratmin, 2014). Arabische Beweging (IAB) yang juga Pengakuan Indonesia sebagai identitas didirikan oleh Al Maudi (Algadri, 1996). peranakan Indo-Arab merupakan langkah Namun, pandangan IAB tentang awal berdirinya perkumpulan PAI (Algadri, nasionalisme sangat berbeda dengan PAI. 1996). PAI merupakan gerakan yang Hal tersebut tergambar dengan pidato mengaitkan mereka dengan gerakan M.B.A Al Maudi dalam rapat umum nasional lainnya di Indonesia (Algadri, pertama IAB bahwa nasionalisme adalah 1996). Salah satu pendiri PAI yaitu berbahaya dan gerakan nasionalisme adalah Baswedan menyatakan dalam pertemuan tidak sehat. Al Maudi juga menyanyikan dengan tokoh-tokoh Al Irsyad dan Ar lagu kolonial yang diketahui dengan mudah Rabithah sebelum konferensi di Semarang siapa penggubah lagu tersebut (Algadri, bahwa tujuan pendirian PAI hanya dapat 1996). dicapai oleh kaum peranakan. Hal tersebut Kemudian, Konferensi Peranakan karena permasalahan yang terbawa dari Indo-Arab di Semarang tahun 1934 Hadramaut sangat sulit untuk menemukan membentuk organisasi bernama Persatuan penyelesaiannya. Kaum peranakan akan Arab Indonesia (PAI). Persatuan Arab dapat berdiri sendiri setelah menyadari Indonesia (PAI) didirikan tahun 1934, 4 kepentingannya di tanah air tempat mereka tahun setelah berdirinya IAV. PAI lahir dan tinggal (Kwartanada dan merupakan gerakan peranakan Indo-Arab Suratmin, 2014).

76

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Dr.J.M. Pluvier (1953) mengomentari PAI peranakan Indo-Arab menyerukan dan IAV dalam bukunya berjudul persatuan untuk peranakan Indo-Arab di “Overitch van de Nationalistische seluruh Indonesia. Saat itu golongan Beweging in Indonesie”. Pluvier peranakan Indo-Arab terbagi menjadi dua mengatakan bahwa IAV dan PAI golongan, yaitu golongan pendukung merupakan organisasi yang bertujuan gagasan reformasi dan penolak gagasan untuk memperkuat persatuan ras baik reformasi. Mereka menegaskan bahwa internal dan eksternal partai. Pluvier juga reformasi akan tetap berjalan meskipun meanggap bahwa seorang keturunan Arab timbul penolakan dari banyak pihak. Pihak harus menjadi seorang Arab dan tinggal di penolak gagasan reformasi diharapkan Arab (Algadri H. , 1996). Pluvier juga akan berubah seiring dengan waktu (S.S, menulis sebagai berikut: 1934). Mereka juga menegaskan, “Jang “PAI adalah perkumpulan yang paling penting untuk menumbuhkan sehaloean kita adjak, jang tidak kita nasionalisme Indonesia dalam tinggal” (S.S, 1934, p. 1). perkumpulan Indo pada umumnya. PAI mengakui Indonesia sebagai Konferensi Peranakan Indo-Arab tanah air keturunan Arab yang menimbulkan banyak kewajiban dilaksanakan 4–6 Oktober 1934. Terdapat yang harus dipenuhi terhadap 40 anggota dari organisasi Al Irsyad dan tanah air dan masyarakat Indonesia. Pemenuhan kewajiban Ar Rabitah dari Surabaya, Semarang, tersebut adalah memperbaiki posisi Pekalongan, Solo, dan Jakarta. Konferensi peranakan Indo-Arab dari segi politik, sosial, dan ekonomi. tersebut dipengaruhi oleh semangat Kebudayaan keturunan Arab adalah kebudayaan Indonesia Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda selama tidak bertentangan dengan ke-2 di Jakarta pada 28 Oktober 1928 Islam. Rasa persaudaraan harus dibina secara baik dan harus saling (Kwartanada dan Suratmin, 2014). menghormati dan menjaga dari hal- Sumpah pemuda merupakan peristiwa hal yang dapat melukai persaudaraan tersebut. (Algadri H. penting dalam sejarah Indonesia. Peristiwa , 1996, p. 168).” tersebut merupakan deklarasi organisasi-

Konferensi Peranakan Indo-Arab dan organisasi pemuda di Jakarta bahwa Terbentuknya PAI pemuda Indonesia bersatu dalam kesatuan Peranakan Indo-Arab melakukan bahasa, tanah air, dan bangsa (Foulcher, musyawarah di Semarang berdasarkan 2008). Kongres Pemuda ke-2 saat itu artikel “Persatoean Peranakan Arab” yang menghasilkan keputusan sebagai berikut: terbit 3 Okober 1934. Sebelumnya, 1. Kami putera dan puteri Indonesia

77

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 mengaku bertumpah darah yang satu, a. Menetapkan dan mengakui tanah air tanah Indonesia. kaum peranakan Indo-Arab adalah 2. Kami putera dan puteri Indonesia Indonesia. mengaku berbangsa yang satu, bangsa b. Tanah Hadramaut diakui sebagai tanah Indonesia. leluhur. 3. Kami putera dan puteri Indonesia c. Bahasa Arab hendaklah dipakai dan dipergunakan sebagai bahasa Islam menjunjung bahasa persatuan, bahasa maka harus diutamakan juga Bahasa Indonesia. (Utomo, 1995, p. 144) Indonesia. Salah satu tokoh PAI, A.R d. Harus memenuhi kewajibannya Baswedan melakukan pertemuan dengan terhadap tanah air Indonesia dan tokoh-tokoh Al Irsyad dan Ar Rabithah masyarakatnya. yang mendukung persatuan Hadrami e. Mengingat sub. d maka supaya dapat sebelum Konferensi Peranakan Indo-Arab memenuhi kewajiban itu, hendaklah 1934. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Hasan peranakan Indo-Arab memperbaiki Arguibi yang merupakan kapiten Arab (Al kedudukannya dan nasibnya, dalam Irsyad), Abdurrahman Alaydrus (Ar urusan sosial, ekonomi, dan politik, dan Rabitah), Abdullah Bajreri (Al Irsyad), hukum dalam negeri. dan Husen Bamasymus di rumah Hasan f. Cultur (kesopanan) peranakan Indo- Arguibi (Kwartanada dan Suratmin, Arab ialah cultuur Indonesia sepanjang 2014). PAI adalah organisasi yang yang tidak berlawanan dengan Islam. dibentuk dari Konferensi Peranakan Indo- Untuk mencapai apa yang tersebut Arab 1934 pada 4–6 Oktober di Semarang di atas, maka perlu sekali diadakan satu berdasarkan maklumat terbuka yang badan persatuan yang sehat itu ialah: ditulis PAI berjudul “Persatoean Arab Mengambil keputusan tentang title dan Indonesia” dalam Pewarta Arab edisi 17 sebutan sayid seperti berikut: Oktober 1934. Konferensi tersebut a. Menerima baik dan mengambil apa menghasilkan susunan pengurus, asas, yang diputuskan oleh pemerintah tujuan, dan haluan yang digunakan oleh tentang title dan sebutan itu seperti apa PAI dan Islam ditetapkan sebagai asas yang telah diumumkan (jadi tidak PAI. (P.A.I., 1934). mencampuri lagi hal tersebut). PAI dalam maklumatnya menyatakan b. Menghidupkan perasaan persaudaraan bahwa masyarakat Hadrami: dan persamaan di antara kita dengan

78

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 menghormati satu sama lain dan bertujuan untuk mendorong persatuan menjauhi segala sesuatu yang boleh masyarakat Hadrami (Freitag, 2003). Hal tersebut terbukti dengan keberadaan PAI yang melukai perasaan itu. menyatukan masyarakat Hadrami yang c. Buat mencapai segala sesuatu tujuan terpecah ke dalam dua organisasi yaitu Ar dan maksud kita, perlu diadakan Rabitah dan Al Irsyad. Kedua anggota tersebut badan-badan propaganda (dengan meninggalkan organsasi mereka sebelumnya pembicaraan dan tulisan-tulisan). dan pindah ke PAI. Hal tersebut meredakan d. Persatuan kita tidak harus mencampuri pertentangan di antara kedua organisasi segala percekcokan dan perselisihan (Algadri H. , 1988). PAI juga merupakan keputusan diantara partij-partij bangsa kita peranakan Indo-Arab untuk meneruskan maupun bangsa lain, melainkan masa depan mereka di Indonesia dan tidak mengenai dan menyangkut atau terpaku dengan Hadramaut (Freitag, menghalangi tercapainya tujuan dan 2003). PAI juga mempunyai cita-cita yang maksud kita, dengan menimbang sama dengan masyarakat Indonesia. PAI untung dan ruginya bagi persatuan kita berpendapat bahwa masyarakat Indonesia (P.A.I., 1934) harus punya derajat yang sama dengan Masalah lain yang dibahas dalam masyarakat Belanda. Indonesia juga harus konferensi adalah gelar ’sayid’ diharapkan memperjuangkan cita-cita mereka yaitu tidak digunakan lagi karena menimbulkan mendapat hak untuk menentukan nasib pertentangan yang berlarut-larut. mereka sendiri dalam hubungan Alternatif lain dari penyelesaian masalah Rijksverband Nederland. PAI menegaskan tersebut adalah merubah makna dari gelar identitas mereka sebagai orang Islam dan menjadi ’tuan’ dalam bahasa Indonesia. orang Indonesia. (Algadri H. , 1996). Kata ’alakh’ juga dirujuk dalam arti bahasa Indonesia yaitu ‘saudara’ Konflik IAV dan PAI setelah Konferensi (Kwartanada dan Suratmin, 2014). Peranakan Indo-Arab 1934 Koferensi Peranakan Indo-Arab 1934 Organisasi Indo Arabische disebut sebagai ‘Sumpah Pemuda Verbound (IAV) dan Arabische Verbound Keturunan Arab’ (Freitag, 2003). (AV) awalnya disambut sangat baik oleh A.R Baswedan mencetuskan PAI masyarakat Hadrami. Kedua organisasi dengan prinsip, “Tanah air Indonesia bagi tersebut diharapkan dapat meredakan kaum Peranakan Arab” (Kwartanada dan pertentangan dalam masyarakat Hadrami Suratmin, 2014). Pembentukan PAI (Algadri, 1996). Salah satunya adalah

79

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 usaha penyelesaian perpecahan akibat Hadrami di rumah Hasan Arguibi gelar ‘sayid’ dan ‘non sayid’. Namun, menegaskan IAV dan AV tidak punya keberadaannya gagal memberikan hasil dasar politik yang jelas. Hal itu berbeda yang positif. Tujuan tersebut baru dicapai dengan PAI berdasarkan hasil oleh Persatuan Arab Indonesia (PAI) penyelidikan di masyarakat peranakan karena mendapat dukungan dari kedua khususnya di Semarang (Kwartanada dan pihak. PAI tidak hanya menimbulkan Suratmin, 2014). perdamaian dan persatuan, tetapi IAV menjawab pernyataan membebaskan masyarakat Hadrami dari ketidakpuasan masyarakat Hadrami kehidupan yang sebelumnya terisolasi kepada organisasi melalui artikel “Alam (Kwartanada dan Suratmin, 2014). Arabia Indonesia” sebagai berikut: Faktor gagalnya IAV dan AV “Kita ta’ perloe memeoedji sendiri dalam memenuhi harapan masyarakat bagaimana baiknja itoe azaz dari kedoea Organisatie jang terseboet Hadrami karena masih terpaku dengan di atas, tetapi rata2 soerat kabar sistem sosial yang berlaku di Hadramaut. dalam Indonesia sama setoedjoe dengan adanja itoe organisatie dan Hal tersebut bertentangan dengan realitas azaznja, begitoepoen dalam peranakan Indo-Arab yang telah membaur Koloniale Tydsch ryvt voor Nederlansche Ialah satoe dengan budaya Indonesia. Peranakan madjallah dari kaoem B.B dimana Indo-Arab juga sudah tidak menerapkan toean2 jang bertitle Mr. Dr. Ir. jang memimpin itoe soerat kabar, sistem sosial yang berlaku di Hadramaut. sedang penoelisnja terdiri dari Kedua organisasi juga terlalu boekan sadja kaoem intellectuen tetapipoen dari Autoritten hingga mengandalkan dukungan dari masyarakat Minister2 poen sama itoe Hadrami golongan kaya (Algadri, 1996). membantoe madjallah” (-, Alam Arabia Indonesia, 1934, p. 1). Faktor lain kegagalan IAV dan AV Beragam reaksi bermunculan adalah terungkapnya motif Al Maudi setelah Konferensi Peranakan Indo-Arab mendirikan kedua organisasi tersebut. Al 1934 di Semarang. Masyarakat Hadrami Maudi menjadikan kedua organisasi ada yang menentang, sebagian bersikap tersebut sebagai kendaraan politik pribadi untuk mendapatkan kursi di Volkskraad menunggu, dan sebagian yang lain (Kwartanada dan Suratmin, 2014). Hal bersimpati terhadap konferensi tersebut. tersebut menimbulkan rasa tidak puas dari Tokoh-tokoh imigran Arab anggota IAV, salah satunya adalah A.R mengkhawatirkan dan mempertanyakan Baswedan (Algadri, 1996). Baswedan Konferensi Peranakan Indo-Arab 1934. dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh Akibatnya timbul sikap pro-kontra dan

80

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 emosi yang berlebihan dalam masyarakat konferensi tersebut menjadi tidak jelas (-, Hadrami (Kwartanada & Suratmin, 2014). Alam Arabia Indonesia, 1934). IAV menolak kesepakatan yang Selanjutnya disebutkan bahwa dihasilkan oleh Konferensi Peranakan tanggal tujuh muncul telegram tentang Indo-Arab 1934 dan mempertanyakan penyelenggaraan konferensi yang dihadiri dasar pendirian organisasi PAI melalui oleh 30 peranakan Arab-Indonesia koran terbitannya yaitu Al Jaum. Al Jaum termasuk Salem Maskati dari Surabaya banyak menerbitkan serangan dan hasutan dan Moehamad bin Boebakar Al-Attas yang hebat terhadap PAI. Namun, PAI dari Surabaya. Keputusan-keputusan yang mendapat dukungan moril dengan dihasilkan adalah tidak mengakui gelar mendapat kesempatan untuk menulis sayid sebagai gelar bangsawan masyarakat kegiatan mereka dalam koran-koran di Hadrami dan pernyataan rasa tidak puas Indonesia. Kesempatan itu digunakan oleh terhadap organisasi IAV. Keputusan PAI untuk menerbitkan tulisan pembelaan pertama dianggap sangat keliru karena terhadap serangan dan kabar provokatif dapat menyebabkan konflik dengan terhadap PAI. (Kwartanada dan Suratmin, organisasi Ar Rabithah dan Al Irsyad 2014). semakin memburuk (-, Alam Arabia Artikel yang berjudul “Alam Arabia Indonesia, 1934). Indonesia” yang terbit oleh Al Jaum 20 Koran Al Jaum juga Oktober 1934 menyatakan tidak ada mempertanyakan dasar pembentukan PAI pemberitaan yang jelas tentang konferensi yang terbentuk dari konferensi tersebut. yang akan dilakukan oleh peranakan Indo- Tujuan pendirian, haluan politik, masalah Arab di Semarang. Al Jaum sebagai koran pendidikan, identitas, dan haluan yang menyiarkan kejadian penting di organisasi merupakan aspek yang masyarakat Hadrami saat itu hanya dianggap tidak dirumuskan dalam menerima kabar tentang konferensi yang pendirian PAI. Keputusan yang akan membahas masalah status sayid dan dirumuskan dalam konferensi tersebut non sayid. Namun, kabar tersebut juga dianggap dapat memperparah konflik tidak mendapat tanggapan serius dalam masyarakat Hadrami. Keberadaan khususnya mengenai hal-hal yang akan PAI yang membawa semangat dari didiskusikan dalam konferensi tersebut. gagasan persatuan dianggap mengancam Hal tersebut menyebabkan kabar persatuan dalam masyarakat Hadrami (-,

81

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Alam Arabia Indonesia, 1934). Perbedaan budaya, latar belakang, Dalam artikel “PAI, keok” edisi 21 dan kepentingan merupakan faktor September 1935, IAV menyebutkan terjadinya konflik di masyarakat Hadrami. alasan PAI tidak akan bertahan lama: Imigran Arab masih terpaku dengan kebudayaan Hadramaut sedangkan “Dari itoe PAI akan terkoeboer karena dasarnja. Pertama karena peranakan Indo-Arab sudah membaur meleboerkan bangsa Arab. Kedoea dalam budaya dan bahasa Indonesia dan oentoek membalas sakit hati dan kepingin mendapat waris dari Al daerah. Konflik sosial, budaya, dan politik Wahdah. Ketiga ta’ poenja semakin menguat setelah Konferensi toejoean jang dalam statuten, perlu apa itoe Partij didirikan. Peranakan Indo-Arab 1934 di Semarang. ”Well” jang njatalah itoelah ganti IAV menolak keputusan Konferensi cultuur alias toekar boeloe. Ke ampat, kelima, dan seteroesnja ta’ Peranakan Indo-Arab 1934, dapat dimoat kali ini karena Al mempertanyakan dasar PAI, dan menolak Jaum mesti isi djoega lain-lain isi kabar. (Jaum, 1935, p. 1)” pernyataan ketidakpuasan terhadap IAV melalui artikel-artikel yang menyerang PAI KESIMPULAN dalam koran Al Jaum. Hal tersebut menjadi Konflik masyarakat yang tercatat faktor konflik antara IAV dan PAI. dalam koran terbitan Hadrami terjadi antara peranakan Indo-Arab dengan imigran Arab DAFTAR PUSTAKA dan Indo Arabische Verbound (IAV) dan Buku Persatuan Arab Indonesia (PAI). Konflik Algadri, H. (1996). Islam dan Keturunan Arab dalam Pemberontakan Melawan terjadi dalam bidang sosial, politik, budaya, Belanda. Bandung: Mizan. dan ekonomi. Konflik sosial yang terjadi Algadri, H. (1988). Politik Belanda terhadap Islam dan Keturunan Arab di yaitu perbedaan pola pikir dan fanatisme Indonesia. Jakarta: Masagung. antara peranakan Indo-Arab dan imigran Algadri, H. (1999). Mengarungi Indonesia: Memoar Perintis Kemerdekaan Mr. Arab. Konflik politik yaitu benturan . (H. Basyaib, Penyunt.) kepentingan antara peranakan Indo-Arab Jakarta: Lentera. Berg, L. v. (1989). Hadramaut dan Koloni dengan imigran Arab dan PAI dan IAV. Arab di Nusantara. Jakarta: INIS. Konflik budaya yang terjadi adalah Daliman, A. (2012). Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Penerbit ombak. benturan identitas Indonesia sebagai tanah Foulcher, K. (Cetakan kedua: 2008). Sumpah air atau Arab sebagai tanah leluhur. Konflik Pemuda: Makna dan Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan ekonomi yaitu tuduhan bahwa masyarakat (Sumpah Pemuda: The Making and Hadrami mengumpulkan harta di Indonesia Meaning of a Symbol of Indonesia). Depok: Komunitas Bambu. demi kepentingan golongan.

82

MEIS______Jurnal Middle East and Islamic Studies, Volume 5 No. 1 Januari – Juni 2018 Freitag, U. (2003). Indian Ocean Migrants Santoso, B. (2000). Nasionalisme Keturunan and State Formation in Hadramaut. Arab di Indonesia: Studi Kasus Partai Leiden: Koninklijke Brill NV. Arab Indonesia (1934-1941). Jakarta: Frederick, W. H., Heidebrink, I., Post, P., & Universitas Indonesia. Sato, S. (2010). The Encyclopedia of Indonesia in the Pasific War in the Koran Institute for War -. (1931, Oktober 17). Bangsa Arab dengan Documentation. Leiden: Koninklijlke Indonesia Keperloean Bersama. Al Brill NV. Jaum. Jamil, M. (2007). Mengelola Konflik -. (1931, Februari 18). Dimana kita berdiri?? Membangun Damai. Semarang: Al-Jaum, p. 1. Walisongo Mediation Center. -. (1934, Oktober 20). Alam Arabia Kesheh, N. M. (1996). The Hadrami Indonesia. Al Jaum , hal. 1-2. Awakening: Community and Identity in -. (1934, September 5). Bibit jang ditanam The Netherlands East Indies, 1940- lama, sekarang moelai toemboeh dan 1942. New York: Southeast Asia bersemi. Pewarta Arab, hal. 2. Program Cornell University. 'A, s. (1932, Desember 22). Ila Ayna Naḥnu Kwartanada, D., & Suratmin. (2014). Sāirūn? Suara Hadramaut, hal. 2. Biografi A.R. Baswedan: Membangun Al-Alawie. (1929, Februari). Kalau maoe Bangsa, Merajut Keindonesiaan. bersatoe. Al Mahdjar, p. 1. Jakarta: Kompas. Arabier, J. (1929, Mei 10). Moeda dan Toea Newman, D. M. (Second Edition:2012). atau Baharoe dan Koenoe. Lembaga Identities and Inequalities : Exploring Baroe , hal. 1. the Intersection of Race, Class, Bangsa Arab dengan Indonesia Keperloean Gender, and Sexuality. . New York: Bersama. (1931, Oktober 17 ). Al Mc. Graw Hill. Jaum. Utomo, C. B. (1995). Dinamika Pergerakan EM. (1931, Juni 24). Apakah Tjoema Bangsa Indonesia: Dari Kebangsaan Hadramaut Sadja Negeri Arab?? hinga Kemerdekaan. Semarang: IKIP Apakah Adat Hadramaut Sadja Adat Semarang Press. Arab??en Sekarang Kita Ada di mana?? Al-Jaum, hal. 1. Jurnal Hadrami. (1933, Desember 11). Kita dan Amaruli, R. J., Maulany, N. N., Sulistiyono, tanah leloehoer kita. Pewarta Arab, & Tri, S. ( 2018). Sumpah Pemuda hal. 2. Arab,1934:Pergulatan Identitas Orang Jaum, A. (1935, September 21). PAI, keok. Arab-Hadrami Di Indonesia. Jurnal Al-Jaum, hal. 1. Sejarah Citra Lekha, Vol. 3 , No. 2,, N. (1934 , April 9 ). Pemoeda-Peranakan- 121-132. Walaiti. Pewarta Arab, hal. 2. Kesheh, N. M. (1996). The Arab Periodicals P.A.I., H. (. (1934, Oktober 12). Persatoean of the Netherlands East Indies, 1914- Arab Indonesia . Pewarta Arab, hal. 2. 1942. Bijdragen tot de Taal-, Land- en S.S. (1934, Oktober 3). Persatoean Volkenkunde, Deel 152, 2de Afl., 236- Peranakan Arab. Pewarta Arab, hal. 1. 256. Ramadhani, A. N. ( 2017 ). Pengaruh Pemuda terhadap Keturunan Arab di Indonesia. Surabaya: Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sunan Ampel.

83