Jam'iyyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Jam'iyyah Al-Irsyad Al-Islamiyyah JAM’IYYAH AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH (Napak Tilas Sejarah Pergulatan Identitas Kebangsaan Kaum Hadrami di Indonesia) Tesis Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister dalam bidang Sejarah dan Peradaban Islam pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Oleh: Adam Malik NIM: 80100213202 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2019 JAM’IYYAH AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH (Napak Tilas Sejarah Pergulatan Identitas Kebangsaan Kaum Hadrami di Indonesia) Tesis Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister dalam bidang Sejarah dan Peradaban Islam pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar Promotor: Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang, M.A. Dr. Abdullah Renre, M.Ag. Oleh: Adam Malik NIM: 80100213202 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR 2019 ii iii iv KATA PENGANTAR Alḫamdulilláh, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat kepada nabiyyullah Muhammad saw beserta kerabat dan sahabat-sahabatnya. Tesis yang berjudul “Jam’iyyah al-Irsyad al-Islamiyyah: Napak Tilas Sejarah Pergulatan Identitas Kebangsaan Kaum Hadrami di Indonesia” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister dalam bidang Sejarah dan Peradaban Islam. Terwujudnya tesis ini, tentu tidak lepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada; 1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta seluruh Wakil Rektor UIN Alauddin Makassar. 2. Prof. Dr. Sabri Samin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar dan segenap Wakil Direktur Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. 3. Dr. Hamzah Hasan, M.Hi., selaku Ketua Konsentrasi Dirasah Islamiyyah/Sejarah dan Peradaban Islam serta seluruh staf Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian studi. v 4. Prof. Dr. H. Ahmad M. Sewang dan Dr. Abdullah Renre, M.Ag. selaku Promotor dan Kopromotor yang telah meluangkan waktu dan tenaga demi membimbing penulis dalam menyelesaikan studi. 5. Prof. Dr. Hj. Syamsudduha, M.Ag. dan Dr, H. Hasaruddin, M.Ag. Masing-masing sebagai Penguji 1 dan 2 yang telah memberikan bimbingan berupa kritik, motivasi serta tambahan wawasan dan pengetahuan dalam proses penyelesaian karya tulis ini. 6. Para Guru Besar serta seluruh dosen dan pegawai Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. 7. DPP al-Irsyad al-Islamiyyah, Jakarta. Teristemewa kepada Bapak Mansyur Alkatiri, Zeyd Amar dan Abdullah Batarfie yang telah meluangkan waktu untuk sekedar memberi bimbingan dan arahan serta bantuan referensi yang sangat membantu dalam penyelesaian studi ini. 8. Segenap pengurus DPW al-Irsyad al-Islamiyyah Sulawesi Selatan. 9. Segenap pengurus Pimpinan Cabang al-Irsyad al-Islamiyyah Kabupaten Sidrap. 10. Segenap civitas akademika Pascasarjana UIN Alauddin Makassar. teristimewa untuk para dream chasers, teman-teman mahasiswa Pascasarjana UIN Alauddin Makassar angkatan 2014, Program Non-Reguler Konsentrasi Sejarah dan Peradaban Islam. vi Besar harapan penulis bahwa semua pihak yang terlibat -baik yang telah disebutkan maupun yang belum disebutkan- dalam penyelesaian studi ini mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dari Allah swt. Makassar, 2019 Penulis, Adam Malik vii viii ix x xi xii xiii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ......................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN TESIS ............................................................. iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ....................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv ABSTRAK .................................................................................................... xvi BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 18 C. Pengertian Judul dan Ruang Lingkup Penelitian ................. 18 D. Kajian Pustaka ...................................................................... 22 E. Kerangka Teoretis ................................................................ 30 F. Metodoogi Penelitian ........................................................... 41 G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ......................................... 47 BAB II : AL-NAHDHAH AL-HADHRAMIYYAH: DINAMIKA AWAL GERAKAN AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH ............. 48 A. Diaspora Prdagangan: Migrasi Kaum Hadrami ke Nusantara.............................................................................. 48 B. Konteks Sosial-Politik Kebangkitan Hadrami ..................... 56 C. Awal Kebangkitan Hadrami ................................................. 60 D. Ahmad Syurkati dan Lahirnya al-Irsyad al-Islamiyyah ....... 68 BAB III : AL-IRSYAD ANTARA SEMANGAT PATRIOTISME TERITORIAL DAN INTEGRASI KEBANGSAAN KAUM HADRAMI ............................................................ 86 A. Al-Irsyad sebagai Organisasi Eksklusif ............................... 86 xiv B. Integrasi Kebangsaan Kaum Hadrami ................................. 93 C. Kiprah al-Irsyad dari Awal Kemerdekaan hingga Akhir Masa Orde Baru ................................................................... 104 BAB IV : IDENTITAS HADRAMI PASCA REFORMASI .................... 122 A. Hadrami dan Gerakan Islam Radikal di Indonesia .............. 122 B. Dualisme Organisasi al-Irsyad al-Islamiyyah ...................... 134 BAB V : PENUTUP ..................................................................................... 161 A. Kesimpulan .......................................................................... 161 B. Implikasi .............................................................................. 165 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 167 xv ABSTRAK Nama : Adam Malik NIM : 80100213202 Konsentrasi : Sejarah dan Peradaban Islam Judul : Jam’iyyah al-Irsyad al-Islamiyyah : Napak Tilas Sejarah Pergulatan Identitas Kebangsaan Kaum Hadrami di Indonesia Andai nasionalisme, sejak awal, tidak diletakkan dalam porsi besar oleh tokoh Islam, khususnya di masa pergerakan dulu, boleh jadi Indonesia tak merdeka saat itu, entah sampai kapan. Namun, faktanya adalah bahwa Islam ‒ bukan Islamisme‒ diletakkan sebagai salah satu pondasi utama nasionalisme. Oleh karena itu, Islam menjadi pegas bagi ribuan upaya jihad kemerdekaan. Islam juga ikut meneguhkan Pancasila sebagai ideologi nasional, kendati tak terintegrasi secara formal, namun ia inherent secara moral-paradigmatik. Sebab, sejak awal tokoh Muslim negeri ini memang menghendaki Indonesia sebagai dár al-salám (negeri damai), bukan dár al-Islám (negara Islam). Ijtima’ ulama nusantara yang termanifestasikan dalam konsep dár al-‘ahdi wa al-syahádah itu, kini ‒pasca- reformasi‒ tampak harus berhadap-hadapan dengan infiltrasi ideologi Islam transnasional yang menyimpang dari semangat kebangsaan. Merebaknya organisasi-organisasi hizbiyyah, gerakan-gerakan Islam tasfiyyah dan tarbiyyah, serta maraknya narasi dakwah khilafah yang dikampanyekan di berbagai halaqah dan daurah –serta sosial media– harus selalu diimbangi dengan syi’ar kebangsaan yang tegas. Menariknya, gerakan serta organisasi yang dimaksud banyak yang secara struktural diimami oleh warga negara keturunan Arab (Hadrami). Kendati tak representatif, tapi kehadiran mereka cukup meresahkan. Oleh karena itu, penting untuk membuka kembali lembar sejarah sebagai public- awareness tentang kiprah serta kontribusi aktif Hadrami dalam memperjuangkan serta mengisi kemerdekaan. Berbanding terbalik dengan wajah radikal yang ditampilkan beberapa tokoh Hadrami pasca-reformasi, Hadrami dalam sejarah nasional merupakan rupa moderat yang terintegrasi secara unik dalam rasa keindonesiaan. Penelitian ini mengulik sejarah pergulatan identitas kebangsaan komunitas Hadrami di Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah, –yang meliputi; heuristik, analisis serta kritik sumber data, dan historiografi– penelitian menemukan bahwa, (1) Konstruksi identitas Hadrami di Indonesia disusun oleh elemen-elemen berikut; (a) Perkembangan dunia Islam internasional. (b) Negara (kolonial dan modern). (c) Komunitas Hadrami. (d) Masyarakat lokal. (2) Proses integrasi kebangsaan kaum Hadrami didorong oleh beberapa faktor, yaitu; (a) Konflik wullayti-muwallad. (b) Adanya agent of change. (c) Tekanan politik nasional. (5) Garis koordinasi organisasi yang tidak solid adalah penyebab utama munculnya dualisme salah satu organisasi Hadrami pasca-reformasi, al-Irsyad al-Islamiyyah. Kendati secara spesifik berbicara tentang komunitas Hadrami, target pembaca penelitian ini justru diharapkan mampu menyentuh khalayak yang lebih umum. Di tengah semakin menguatnya isu politik identitas dan tampilnya xvi beberapa tokoh Hadrami sebagai mobilisator aksi –unjuk rasa berjilid-jilid– yang cenderung mengarah pada upaya politisasi agama, masyarakat umum perlu dibekali pemahaman yang utuh dan tidak distortif tentang sejarah pergulatan identitas kebangsaan kaum Hadrami di Indonesia. Budaya
Recommended publications
  • Sumpah Pemuda Arab, 1934)
    Rabith Jihan Amaruli, Nazala Noor Maulany, Singgih Tri Sulistiyono (Sumpah Pemuda Arab, 1934) SUMPAH PEMUDA ARAB, 1934: PERGULATAN IDENTITAS ORANG ARAB-HADRAMI DI INDONESIA Rabith Jihan Amaruli, Nazala Noor Maulany, Singgih Tri Sulistiyono Departemen Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang-Indonesia Alamat korespondensi: [email protected] Diterima/ Received: 2 Agustus 2018; Disetujui/ Accepted: 31 Agustus 2018 Abstract This article discusses the Sumpah Pemuda Arab (Arab Youth Pledge) in 1934 which became the forerunner of the formation of the first Arab-Hadrami nationalist organization, the Arab Association of Indonesia (PAI) which later became the Arab Party of Indonesia (PAI). This article conducted by using the historical method. Sumpah Pemuda Arab 1934 is the answer to the struggle of Arab-Hadrami identity and nationalism to fulfill its right as part of Indonesian citizen (WNI). This historical study is important in view of the fact that the phenomenon of the Arabism movement which is now emerging through the involvement of symbols and the identity of the oneness tends to place Arab-Hadrami as opposed to the direction and commitment of the nation. Keywords: Arab-Hadrami; Identity; Nationalism. Abstrak Artikel ini membahas mengenai Sumpah Pemuda Arab pada 1934 yang menjadi cikal bakal pembentukan organisasi Arab-Hadrami nasionalis pertama, Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang di kemudian hari berubah menjadi Partai Arab Indonesia (PAI). Artikel ini disusun dengan menggunakan metode sejarah. Sumpah Pemuda Arab 1934 adalah jawaban dari pergulatan identitas dan nasionalisme orang Arab-Hadrami untuk menunaikan haknya sebagai bagian dari warga bangsa Indonesia. Kajian historis mengenai hal ini penting mengingat fenomena gerakan Arabisme yang saat ini mengemuka melalui pelibatan simbol-simbol dan identitas kearaban cenderung menempatkan orang Arab-Hadrami seolah berseberangan dengan arah dan komitmen kebangsaan.
    [Show full text]
  • Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta CERAMAH
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta CERAMAH UMUM PELATIHAN INTERNALISASI KEISTIMEWAAN DIY TAHUN 2019 Yogyakarta, 23 Agustus 2019 ------------------------------------------------------------------ Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera Bagi Kita Semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan Yang Kami hormati: Kepala Bandiklat DIY; Peserta Pelatihan Internalisasi Keistimewaan; Tamu Undangan dan Hadirin sekalian. 1 “ARUMING PRAJA LUHUR ING PANGABEKTI” Kemulyaan negara dapat dicapai dengan dukungan, kerja keras dan darma bakti aparatnya. Candrasengkala Aruming Praja Luhur ing Pangabekti menjadi simbol bahwa tahun 2019 dapat dijadikan momentum membangun Keistimewaan Yogyakarta Tiada terasa, sewindu sudah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY (UUK) disahkan. Banyak dinamika dalam upaya mewarnai dan memberdayakan UUK agar implementasinya dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat serta komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. UUK meneguhkan bahwa Yogyakarta istimewa karena budaya. Urat nadi dan syaraf pemerintahan haruslah mencerminkan budaya, khususnya budaya yang lahir, berkembang dan bersemi di masyarakat DIY. 2 Hakekat budaya adalah hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang benar dan bermanfaat. Demikian pula budaya Jawa, yang diyakini oleh masyarakat DIY sebagai salah satu acuan dalam hidup bermasyarakat, baik ke dalam maupun ke luar. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat gemah ripah loh jinawi, ayom, ayem, tata,
    [Show full text]
  • The Role of Arabs in the Trade and Economic Life in Society Surakarta
    PROCEEDINGS ICTESS UNISRI 2017 ISSN: 2549-094X Vol 1, Number 1, January 2017 The role of Arabs in the Trade and Economic Life in Society Surakarta Retna Murtiningsih Sebelas Maret University Post Graduate Program of History Education Abstract: The role of the Arab / Encik in the world economy has been felt since decades ago. This is closely related to the identity of an entrepreneur in the field of economy . In addition, the context of socio-cultural and political interactions participate cultivate an Arab identity/ Encik in Surakarta . It thus may be either positive or negative for a particular community. As an example application on ethnic interaction in Surakarta , completes this contextual thinking . Projections for overcoming the task together cover all aspects of the nation's economy between people and government . Keywords : trade , economic activities , market. Arab/Encik, Indigenous , globalization . A. INTRODUCTION live in the archipelago mostly from Said Hamka (1961 ) that the Hadramaut , and some were from Arabs were the pioneers of Islam , they Maskat , the edge of the Persian Gulf , have come to the Malay states in the Yemen , Hijaz , Egypt or from the east VII century AD, or the first year of coast of Africa . They become Islam . Thus , the history of Islam to middlemen , small traders , Indonesia , especially the history of its shopkeepers , market penetration and development is inseparable from the menyediaka goods and services that history of the influx of Arab are not carried immigrants from immigrants in Indonesia . These data Europe , also conducted lend money . also reinforce the notion that Islam in The Arab nomads began to Indonesia is not organized by a State or come en masse to the archipelago in official body of the country .
    [Show full text]
  • Pekerja Migran Indonesia Opini
    Daftar Isi EDISI NO.11/TH.XII/NOVEMBER 2018 39 SELINGAN 78 Profil Taman Makam Pahlawan Agun Gunandjar 10 BERITA UTAMA Pengantar Redaksi ...................................................... 04 Pekerja Migran Indonesia Opini ................................................................................... 06 Persoalan pekerja migran sesungguhnya adalah persoalan Kolom ................................................................................... 08 serius. Banyaknya persoalan yang dihadapi pekerja migran Indonesia menunjukkan ketidakseriusan dan ketidakmampuan Bicara Buku ...................................................................... 38 negara memberikan perlindungan kepada pekerja migran. Aspirasi Masyarakat ..................................................... 47 Debat Majelis ............................................................... 48 Varia MPR ......................................................................... 71 Wawancara ..................................................... 72 Figur .................................................................................... 74 Ragam ................................................................................ 76 Catatan Tepi .................................................................... 82 18 Nasional Press Gathering Wartawan Parlemen: Kita Perlu Demokrasi Ala Indonesia COVER 54 Sosialisasi Zulkifli Hasan : Berpesan Agar Tetap Menjaga Persatuan Edisi No.11/TH.XII/November 2018 Kreatif: Jonni Yasrul - Foto: Istimewa EDISI NO.11/TH.XII/NOVEMBER 2018 3
    [Show full text]
  • THE ULAMA in INDONESIA: Between Religious Authority and Symbolic Power
    MIQOT Vol. XXXVII No. 1 Januari-Juni 2013 THE ULAMA IN INDONESIA: Between Religious Authority and Symbolic Power Zulkifli Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat, Jakarta, 15419 e-mail: [email protected] Abstrak: Ulama di Indonesia: Antara Otoritas Keagamaan dan Kekuatan Simbolik. Artikel ini berupaya menguji hubungan antara peranan ulama, otoritas keagamaan, dan kekuatan simbolik dalam masyarakat Muslim Indonesia dengan meneliti sejumlah literatur penting. Dalam studi ini penulis menggunakan kerangka teoretis ahli sosiologi Prancis Pierre Bourdieu, yakni teori praksis yang hampir tidak pernah digunakan dalam kajian agama di Indonesia. Studi ini mengungkapkan bahwa ulama memegang peranan yang strategis dalam masyarakat Indonesia dan peranannya tetap penting dalam konteks perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang cepat. Tetapi otoritas keagamaan ulama telah terfragmentasi sejak lama dan media global dan teknologi informasi telah membuat otoritas tersebut semakin plural. Dalam konteks ini otoritas keagamaan merupakan arena yang kompetitif di mana kelompok tradisionalis, reformis, radikalis, dan pendatang baru berkompetisi untuk mencapai pengakuan. Studi ini juga menegaskan bahwa otoritas keagamaan dan pengakuan berjalan hanya dengan adanya kekuatan simbolik. Abstract: This article attempts to examine the relationship between the role of ulama, religious authority, and symbolic power in Indonesian Muslim society by scrutinizing famous literature of ulama in Indonesia. In the study I utilize French sociologist Pierre Bourdieu’s theoretical framework known as theory of practice, hardly ever used in the study of religion (Islam) in Indonesia. The study reveals that the ulama have played a strategic role in the Indonesian society and their role continues to be important in the context of rapid social, political, and economic changes.
    [Show full text]
  • Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Islam Dan Pluralitas
    PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID TENTANG ISLAM DAN PLURALITAS Zainal Abidin Jurusan Psikologi, Faculty of Humanities, BINUS University Jln. Kemanggisan Ilir III No. 45, Kemanggisan - Palmerah, Jakarta Barat 11480 ABSTRACT This article clarifies a research that concerned with Wahid’s thoughts and actions that saw Islam from its basic value, not merely as a symbol. Therefore, Wahid presented Islam from democratic and cultural sides. To present the phylosophical analysis of Wahid’s thoughts, the research applies hermeneutics approach and library research, especially reading Wahid’s books as the primary sources, and others’ books related to Wahid’s thoughts as the secondary sources. It can be concluded that Islam presented by Wahid is the Islam that relates to softness, adoring loves, defending the weakness and minority, sustaining to lead the justice, having faith and honesty, tolerance, inclusive, and showing plualities. Keywords: Islam, Islam basic value, plurality ABSTRAK Artikel ini menjelaskan penelitian tentang pemikiran dan tindakan Wahid yang lebih menekankan keislaman pada nilai dasar Islam, bukan pada simbol belaka. Karena itu, Wahid menampilkan Islam pada wajah demokrasi dan kebudayaan. Sebagai suatu analisis filosofis terhadap pemikiran Wahid, secara metodologis, penelitian ini menggunakan pendekatan hermeneutik (hermeneutics approach) dan dalam pencarian data menggunakan penelitian kepustakaan (library research) dengan cara membaca buku karya Wahid sebagai data primer, dan buku karya pengarang lain yang berhubungan dengan telaah ini sebagai data sekunder. Disimpulkan bahwa Islam yang ditampilkan oleh Wahid adalah Islam yang penuh dengan kelembutan, Islam yang diliputi oleh cinta-kasih, Islam yang membela kaum yang lemah dan minoritas, Islam yang senantiasa menegakan keadilan, Islam yang setia pada kejujuran, dan Islam yang toleran, inklusif dan pluralis.
    [Show full text]
  • Studi Kritis Terhadap Pemikiran Haji Muhammad Sarni Alabio Tentang Zakat Dalam Kitab Maba’Id Ilmu Fikih
    AL-BANJARI, hlm. 31-54 Vol. 19, No.1, Januari-Juni 2020 ISSN (Print) 1412-9507 ISSN (Online) 2527-6778 STUDI KRITIS TERHADAP PEMIKIRAN HAJI MUHAMMAD SARNI ALABIO TENTANG ZAKAT DALAM KITAB MABA’ID ILMU FIKIH Firqah Annajiyah Mansyuroh Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin [email protected] Diterima 22-03-2020 │Direview 15-05-2020 │Diterbitkan 22-06-2020 Abstract: This title of this article is An Analysis of Critical Thought Haji Muhammad Sarni Alabio Concerning Zakat in Maba‟id of Jurisprudence (Maba‟id Ilmu Fikih). The purpose of this article was to assess the Haji Muhammad Sarni Alabio thinking about the establishment of zakat, legal istinbath methods used, the reason of his thought, as well as the relevance of thought Sarni the context of zakat in Melayu world and Indonesia. The results of the article showed that there are three important thoughts about zakat that are explained in the Maba‟id of Jurisprudence which we can critically analyze as a criticism the extent to which the fiqh of zakat is relevant as applied science both past and present. First, the book only mentions zakat for plants and fruits by only mention the 10% without the 5%. Second, only plants that produce staples, dates and dried grapes, gold and silver are required to pay zakat. Third, the unclear nisab of gold and silver. Law istinbath method used is based on Mazhab Syafi‟i but without a clear nash mention on the book Maba‟id of Jurisprudence. The Maba‟id of Jurisprudence is a work of Malay Jurisprudence that needs to be appreciated.
    [Show full text]
  • Sultans, Shamans, and Saints: Islam and Muslims in Southeast Asia. by Howard M
    BOOK REVIEWS Downloaded from https://academic.oup.com/jaar/article/78/1/290/759120 by guest on 27 September 2021 Sultans, Shamans, and Saints: Islam and Muslims in Southeast Asia. By Howard M. Federspiel. University of Hawai’i Press, 2007. 297 pages. $57.00. To my knowledge, four of Howard M. Federspiel’s works have been pub- lished so far, three in English and one in the Indonesian national language. His earliest work entitled Persatuan Islam: Islamic Reform in the Twentieth Century Indonesia was published in 1970 in the Monograph Series, Modern Indonesian Project, Southeast Asia Program, Cornell University, Ithaca, New York. The Indonesian name Persatuan Islam (Islamic Association) was a small Indonesian Muslim association promoting Islamic modernism among the Muslims in Indonesia from 1923 to 1957. Islamic modernism in Indonesia and Malaya during those years had its origins in Islamic modernism of Muhammad Abduh (d. 1905) in Egypt. Federspiel’s second work, Islam and Ideology in the Emerging Indonesian State: The Persatuan Islam (Persis) 1923 to 1957, was published by Brill Academic Press in 2001 and spans 365 pages. This work is clearly an enlarge- ment, addition, or extension to his earlier work. The same work was published later in the Indonesian language in Jakarta in 2004 and it has 479 pages with the Indonesian title Labiran Ideologi Muslim: Pencarian dan Pergulatan Persis di Era Kemunculan Negara Indonesia (1923–1957). In 2006, the Institute of Southeast Asian Studies in Singapore published his small book of sixty-six pages entitled Indonesian Muslim Intellectuals of the Twentieth Century. His latest work, Sultans, Shamans, and Saints: Islam and Muslims in Southeast Asia, is about Islam and Muslims in Southeast Asia.
    [Show full text]
  • The Borderlands of Southeast Asia Southeast of Borderlands the That Comforting Ambiguity Has Disappeared
    Edited by James Clad, Sean M. McDonald, and Bruce Vaughn s an academic field in its own right, the topic of border studies is experiencing a revival in university geography courses as well as in wider political commentary. Until recently, border studies in con- Atemporary Southeast Asia appeared as an afterthought at best to the politics of interstate rivalry and national consolidation. The maps set out all agreed postcolonial lines. Meanwhile, the physical demarcation of these boundar- ies lagged. Large slices of territory, on land and at sea, eluded definition or delineation. The Borderlands of Southeast Asia That comforting ambiguity has disappeared. Both evolving technologies and price levels enable rapid resource extraction in places, and in volumes, once scarcely imaginable. The beginning of the 21st century’s second decade is witnessing an intensifying diplomacy, both state-to-state and commercial, over offshore petroleum. In particular, the South China Sea has moved from being a rather arcane area of conflict studies to the status of a bellwether issue. Along with other contested areas in the western Pacific and south Asia, the problem increasingly defines China’s regional relationships in Asia—and with powers outside the region, especially the United States. Yet intraregional territorial differences also hobble multilateral diplomacy to counter Chinese claims, and daily management of borders remains burdened by a lot of retrospective baggage. The contributors to this book emphasize this mix of heritage and history as the primary leitmotif for contemporary border rivalries and dynamics. Whether the region’s 11 states want it or not, their bordered identity is falling into ever sharper definition—if only because of pressure from extraregional states.
    [Show full text]
  • Analisis Ulil Amri Dalam Konteks Penetapan Awal Ramadhan Dan ‘Īdaini (Idul Fitri Dan Adha) Dalam Perspektif Persatuan Islam (Persis) Skripsi
    ANALISIS ULIL AMRI DALAM KONTEKS PENETAPAN AWAL RAMADHAN DAN ‘ĪDAINI (IDUL FITRI DAN ADHA) DALAM PERSPEKTIF PERSATUAN ISLAM (PERSIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 dalam Ilmu Syari’ah dan Hukum Oleh : LINA RAHMAWATI NIM 132611035 JURUSAN ILMU FALAK FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 ii iii iv MOTTO . . “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”1 (QS. An-Nisa: 59) 1 Kemenag, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Fokus Media, tt, hal. 87 v PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan untuk: Ibu dan Bapak (Aniyah dan Darsono) Sang Motivator terbesar dalam hidupku. Terimakasih untuk semua kasih sayang, nasihat, semangat serta do’a yang tiada henti. Kakak-kakakku (Bad’us Sangidah, Zaen Zaid, Idham Maulidi), Adikku (Alfani Yudha P), dan Keponakanku (Husnia Yasmin Humaira dan Charisa Euro Nur latifa) yang selalu memberikan do’a, dukungan serta semangat. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendo’akan setiap langkah penulis. Sahabatku (Almh. Amalia Nur Restiana) atas semua motivasi, nasihat dan do’a yang diberikan. Semoga kau mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. vi vii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN1 A. Konsonan q = ق z = ز koma) ‘ = ء terbalik) k = ك s = س b = ب l = ل sy = ش t = ت m = م sh = ص ts = ث n = ن dl = ض j = ج w = و th = ط h = ح h = ه zh = ظ kh = خ y = ي (apostrop) , = ع d = د gh = غ dz = ذ f = ف r = ر 1 Tim Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, Pedoman Penulisan Skripsi, Semarang: BASSCOM Multimedia Grafika, 2012, hal.61- 62 viii B.
    [Show full text]
  • Islam and Nationalism
    ISLAM AND NATIONALISM (An annotated translation of and commentary on Islam dan Kebangsaan, a religious-political pamphlet published by Al-Lisaan in the Netherlands East Indies in 1941.) Howard M. Federspiel Islam dan Kebangsaan (Islam and Nationalism), published in early 1942, deals with the relationship of Islam to the Indonesian nationalist movement. It was written in an era when Indonesia was a colony of the Netherlands and the major concern among Indonesians was how to win independence, even though open expression of that idea was forbidden. There was little consensus on a nationalist philosophy, but rather a wide range of philosophical, ideological, and mystical statements that competed with one another for attention. Pantja Sila, Sukarno’s encap­ sulation of national ideals which is now the official philosophy of the Indonesian state, was still over four years in the future. The follow­ ing work, like pamphlets of groups representing other views, advocated a specific outlook, hoping that it would convince concerned Indonesians and provide the philosophic substance of a successful movement to gain national independence. The pamphlet has considerable historical value because it explains the viewpoint of one political faction on the eve of Indonesian inde­ pendence and outlines its points of contention with competing groups. It sums up the arguments of one group of Muslims, later known as "radi­ cal" Muslims, who wanted a clear commitment to certain Islamic ideals as the ideology of Indonesians. The arguments of this group had appeared repeatedly and in considerable detail throughout the 1930s in a series of publications- -Pembela Islam, Al-Fatwaa, and Al-Lisaan.' Those views had been an integral part of a wide-ranging dispute between the community favoring Islamic principles and the several groups re­ flecting indigenous value systems, particularly that of non-Muslim Java.
    [Show full text]
  • 6 X 10.Long New.P65
    Cambridge University Press 978-0-521-12108-8 - The Idea of Indonesia: A History R. E. Elson Index More information Index Abduh, Muhammad 9, 156 air force 231 Abdulgani, Ruslan xvi, 176, 219 army (Dutch colonial – KNIL) 32, 126, Abdulkadir Besar 244, 249, 257 152, 153 Abdullah, Baginda Dahlan 23 army (Indonesian TKR, TNI, APRIS) Abendanon, J. H. 8, 22, 26, 29, 42 (see also Peta) xviii, xix, xxii, 126–8, Abikusno Cokrosuyoso 105 135, 136, 141, 147, 149, 150, 151, Aceh(nese) xvi, 5, 7, 9, 82, 99, 117, 124, 152, 153, 160, 163, 164, 167, 168, 132, 137, 143, 144, 147, 163, 164, 169, 170, 175, 179–80, 183–5, 186, 166, 206, 240, 266–9, 282, 284–6, 191, 196, 197, 199, 201, 203–4, 210, 287, 292, 304, 312, 319 211, 213, 215, 216, 217, 219, 220, Act of Free Choice 269, 287 223, 225, 226, 231, 232, 235, 239, Afghanistan 293 240, 244, 245, 251, 257–9, 260, 263, Afro-Asian conference 159 268, 269, 272, 274, 275, 282, 284, Agung, Anak Agung Gde 146 285, 286, 287, 288, 289, 292, 295, Aidit, D. N. xvi, 159, 166, 202, 223, 232, 234 301, 303, 304, 305, 312, 317, 320 Ajie, Ibrahim 236 dual function 220, 236, 237, 258, 304 Al-Azhar University 9, 44, 46 middle way 171, 203 al-Imam 10 Staff and Command College (SSKAD/ al-Islam Congress 80 Seskoad) 204, 236 Alisyahbana, Takdir 72 Assaat 65, 122, 175 Allies 102, 103, 110, 117–18, 122, 123, associationism xvii, xix, 10, 22, 27, 42, 129, 131 59, 77 All-Indies Congress 39, 44, 68 Attamimi, A.
    [Show full text]