Pemertahanan Tradisi Pernikahan Pada Keluarga Keturunan Arab Di Condet Jakarta Timur
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEMERTAHANAN TRADISI PERNIKAHAN PADA KELUARGA KETURUNAN ARAB DI CONDET JAKARTA TIMUR Ayu Triyana Mardiani Pembimbing : Dr. Apipudin, M.Hum Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok 16424 – Indonesia [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas pemertahanan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab di Condet Jakarta Timur. Skripsi ini membahas perbedaan dan persamaan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab dahulu dan sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan keturunan Arab di Condet mengacu pada ajaran dan tradisi Islam, juga salah satu bentuk dari asimilasi terhadap kebudayaan sekitar. Tradisi pernikahan yang dipertahankan yaitu perjodohan, malam pacar, akad nikah, resepsi pernikahan, dan ngunduh mantu. Hanya waktu, tempat dan prosesi pelaksanaannya saja yang membedakannya antara dahulu dan sekarang. Kata Kunci: Akad Nikah, Asimilasi, Budaya, Condet, Islam, Malam Pacar, Ngunduh Mantu, Tradisi, Perjodohan, Resepsi Pernikahan Retention Wedding Traditions in The Arab Descent Family in Condet East Jakarta Abstrack This focus of this study is discusses retention wedding traditions in Arab families in Condet East Jakarta. This study is discusses the differences and similarities of the wedding on the family tradition of Arab descent past and present. This study used qualitative methods through interviews and observation. The results show that the marriage of Arab descent in Condet refers to the teachings and traditions of Islam, is also a form of assimilation to the surrounding culture. Tradition maintained that marriage matchmaking, malam pacar, ceremony, wedding reception, and ngunduh mantu. Only time, any place and procession implementation distinguishes between past and present. Keywords: Assimilation, Ceremony, Culture, Condet, Islam, Malam Pacar, Marriage Matchmaking, Ngunduh Mantu, Tradition, Wedding Reception Pemertahanan tradisi…, Ayu Triyana Mardiani, FIB UI, 2013 Pendahuluan Pernikahan merupakan pengikatan janji nikah antara dua orang yang dilakukan secara hukum agama, hukum negara, maupun hukum adat. Pernikahan dilangsungkan dengan melakukan rangkaian upacara berdasarkan adat- istiadat yang berlaku di suatu wilayah. Upacara pernikahan itu sendiri memiliki berbagai variasi dan ragam adat yang terdapat di setiap bangsa dan biasanya disesuaikan dengan agama, budaya, maupun kelas sosial. Tujuan diadakannya upacara tersebut tidak lain adalah untuk mengenang peristiwa penting dalam kehidupan seseorang sehingga dirasa perlu disakralkan. Upacara pernikahan di Indonesia dilakukan dengan dua cara yaitu secara tradisional dan modern. Ada kalanya pengantin menggunakan kedua cara tersebut yang dilaksanakan dalam acara yang terpisah. Upacara tradisional merupakan upacara yang dilakukan menurut aturan-aturan adat setempat, sedangkan upacara modern dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan dari luar negeri.1 Di Indonesia terdapat bermacam-macam etnik, yaitu etnik yang berasal dari dalam Indonesia maupun yang berasal dari luar Indonesia. Masing-masing etnik tersebut memiliki tradisi pernikahan sendiri. Berbagai tradisi pernikahan yang dimiliki oleh etnik-etnik yang ada di Indonesia merupakan suatu bentuk budaya setempat yang diturunkan secara turun-temurun. Tradisi tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh budaya etnik setempat. Sehingga, walaupun mempunyai beragam tradisi, namun, pada dasarnya tradisi pernikahan yang mereka lakukan adalah sama. Perbedaannya hanya terdapat pada istilah, waktu, dan tata cara pelaksanaannya. Begitu juga berlaku pada tradisi pernikahan etnik yang berasal dari luar Indonesia. Mereka saling menyesuaikan dengan tradisi asli mereka dan tradisi dari etnik lain. Bangsa Arab, misalnya, sejak zaman dahulu telah banyak melakukan perdagangan di Indonesia. Selain berdagang, mereka juga menyebarkan agama Islam melalui perkawinan dengan penduduk setempat. Akhirnya, lahirlah etnik Arab-Indonesia. Tradisi yang diturunkan dari generasi ke generasi pun mengalami beberapa perubahan yang disesuaikan dengan budaya tempat tinggal mereka. Masyarakat Arab yang terbentuk di kampung-kampung Arab mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, politik, dan kultur. Kemudian berlanjut dan mengalami perubahan kelompok, komunitas, dan organisasinya sehingga terjadi interaksi dalam rangka adaptasi (penyesuaian). Perubahan seperti ini dipahami sebagai bentuk akulturasi (asimilasi kultural).2 Akulturasi yang sudah terjadi berabad-abad yang lalu membuat mereka sudah dianggap sebagai orang pribumi. Di kawasan DKI Jakarta dari zaman kolonial sampai sekarang terdapat berbagai macam etnik walaupun jumlahnya sedikit dibandingkan dengan jumlah pribumi di Jakarta. Salah satu di antaranya adalah etnik Arab. Kemudian etnik tersebut bermukim di daerah tersendiri atau di kampung-kampung yang ada di pinggiran. Biasanya mereka menetap di wilayah tersebut disesuaikan dengan pekerjaan dan status sosial ekonomi mereka.3 Condet merupakan salah satu kawasan perkampungan Arab terbesar di Jakarta selain Pekojan, Krukut, dan Tanah Abang. Condet memiliki tiga kelurahan yaitu Balekambang, Batu Ampar, dan Kampung Tengah. Komunitas etnik Arab mulai berdatangan ke Condet sejak tahun 1970-an. Dahulu Condet merupakan tempat pemukiman etnik Betawi. Bahkan Condet sempat dijadikan sebagai Cagar Budaya Betawi oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1976. Dikarenakan mayoritas etnik Betawi di Condet beragama Islam, orang keturunan Arab mudah berinteraksi dan melakukan kegiatan sosial ekonomi di wilayah tersebut. Selain itu, beberapa tradisi mereka berhubungan erat dengan agama Islam sehingga memudahkan mereka dalam berinteraksi seperti tradisi maulid dan haul. Di komunitas etnik Arab Condet terdapat beberapa tradisi atau kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kekhasan tradisi ini ditandai oleh manifestasi agama Islam dalam kehidupan kesehariannya. Misalnya, dalam melakukan kegiatan perdagangan, mereka umumnya lebih berorientasi pada peralatan ibadah agama Islam; komunikasi di antara mereka masih menggunakan bahasa Arab; serta kesenian mereka cenderung bernafaskan Islam seperti seni menulis kaligrafi, nasyid, dan seni baca Al-Qur’an. Selain itu di dalam pernikahan orang keturunan Arab juga terdapat tradisi tersendiri. Di dalam perkawinan inilah muncul tradisi khas dari komunitas etnik Arab Condet yang telah berasimilasi dengan etnik lain di wilayah tempat tinggal mereka. 1 Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, Jakarta: Lkis, 2007, hlm. 23. 2 Akulturasi adalah suatu bentuk perubahan budaya yang diakibatkan oleh terjadinya kontak antara kelompok-kelompok budaya, yang menekankan penerimaan pola-pola dan budaya baru dan ciri-ciri masyarakat pribumi oleh kelompok-kelompok minoritas. (Deddy Mulyana, Jalaluddin Rahmat, Komunikasi Antar Budaya (Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang Berbeda Budaya), Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 158-163) 3 Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Depok: Masup Jakarta, 2007, hlm. 76. Pemertahanan tradisi…, Ayu Triyana Mardiani, FIB UI, 2013 Di kawasan DKI Jakarta dari zaman kolonial sampai sekarang terdapat berbagai macam etnik walaupun jumlahnya sedikit dibandingkan dengan jumlah pribumi di Jakarta. Salah satu di antaranya adalah etnik Arab. Kemudian etnik tersebut bermukim di daerah tersendiri atau di kampung-kampung yang ada di pinggiran. Biasanya mereka menetap di wilayah tersebut disesuaikan dengan pekerjaan dan status sosial ekonomi mereka.4 Condet merupakan salah satu kawasan perkampungan Arab terbesar di Jakarta selain Pekojan, Krukut, dan Tanah Abang. Condet memiliki tiga kelurahan yaitu Balekambang, Batu Ampar, dan Kampung Tengah. Komunitas etnik Arab mulai berdatangan ke Condet sejak tahun 1970-an. Dahulu Condet merupakan tempat pemukiman etnik Betawi. Bahkan Condet sempat dijadikan sebagai Cagar Budaya Betawi oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada tahun 1976. Dikarenakan mayoritas etnik Betawi di Condet beragama Islam, orang keturunan Arab mudah berinteraksi dan melakukan kegiatan sosial ekonomi di wilayah tersebut. Selain itu, beberapa tradisi mereka berhubungan erat dengan agama Islam sehingga memudahkan mereka dalam berinteraksi seperti tradisi maulid dan haul. Di komunitas etnik Arab Condet terdapat beberapa tradisi atau kebiasaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kekhasan tradisi ini ditandai oleh manifestasi agama Islam dalam kehidupan kesehariannya. Misalnya, dalam melakukan kegiatan perdagangan, mereka umumnya lebih berorientasi pada peralatan ibadah agama Islam; komunikasi di antara mereka masih menggunakan bahasa Arab; serta kesenian mereka cenderung bernafaskan Islam seperti seni menulis kaligrafi, nasyid, dan seni baca Al-Qur’an. Selain itu di dalam pernikahan orang keturunan Arab juga terdapat tradisi tersendiri. Di dalam perkawinan inilah muncul tradisi khas dari komunitas etnik Arab Condet yang telah berasimilasi dengan etnik lain di wilayah tempat tinggal mereka. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas rumusan masalah yang akan peneliti bahas adalah bagaimana prosesi tradisi pernikahan masyarakat Arab di Condet dahulu dan sekarang dan apa perbedaan prosesi tradisi pernikahan masyarakat Arab di Condet dahulu dan sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tradisi pernikahan etnik keturunan Arab di Condet yang masih dipertahankan dan mengetahui perbedaan tradisi pernikahan etnik keturunan Arab di Condet dahulu dan sekarang. Tinjauan