Pekerja Migran Indonesia Opini

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pekerja Migran Indonesia Opini Daftar Isi EDISI NO.11/TH.XII/NOVEMBER 2018 39 SELINGAN 78 Profil Taman Makam Pahlawan Agun Gunandjar 10 BERITA UTAMA Pengantar Redaksi ...................................................... 04 Pekerja Migran Indonesia Opini ................................................................................... 06 Persoalan pekerja migran sesungguhnya adalah persoalan Kolom ................................................................................... 08 serius. Banyaknya persoalan yang dihadapi pekerja migran Indonesia menunjukkan ketidakseriusan dan ketidakmampuan Bicara Buku ...................................................................... 38 negara memberikan perlindungan kepada pekerja migran. Aspirasi Masyarakat ..................................................... 47 Debat Majelis ............................................................... 48 Varia MPR ......................................................................... 71 Wawancara ..................................................... 72 Figur .................................................................................... 74 Ragam ................................................................................ 76 Catatan Tepi .................................................................... 82 18 Nasional Press Gathering Wartawan Parlemen: Kita Perlu Demokrasi Ala Indonesia COVER 54 Sosialisasi Zulkifli Hasan : Berpesan Agar Tetap Menjaga Persatuan Edisi No.11/TH.XII/November 2018 Kreatif: Jonni Yasrul - Foto: Istimewa EDISI NO.11/TH.XII/NOVEMBER 2018 3 PENASEHAT Pimpinan MPR-RI PENANGGUNG JAWAB Ma’ruf Cahyono Selfi Zaini PEMIMPIN REDAKSI Budi Muliawan Siti Fauziah Koordinator Reportase DEWAN REDAKSI Yana Indrawan, M. Rizal, Suryani, Tugiyana, Heri Herawan, Negara Harus Maifrizal REDAKTUR PELAKSANA Melindungi Pekerja Migran Muhamad Jaya UTI Tursilawati, pekerja migran Indonesia negeri sepanjang tahun 2017 mencapai KOORDINATOR REPORTASE (PMI) secara diam-diam telah menjalani 261.820 orang. Data dari Badan Nasional Budi Muliawan Teksekusi hukuman mati di Arab Saudi. Penempatan Perlindungan Tenaga Kerja Indo- REDAKTUR FOTO Perempuan asal Majalengka, Jawa Barat, itu nesia (BNP2TKI) mencatat Arab Saudi masuk Sucipto, Supriyanto, dihukum pancung di Kota Tha’if pada Senin (29/ dalam 10 besar negara tujuan para pekerja Euis Karmilah 10/2018) pukul 09.00 waktu setempat. Pelak- migran Indonesia dengan jumlah penempatan REPORTER sanaan eksekusi mati itu dilakukan tanpa pemberi- sebanyak 6.471 orang sepanjang 2017. Ana Suzana, Mery S. Magdalena, tahuan terlebih dulu kepada perwakilan negara Indonesia sendiri sebenarnya memiliki aturan Yenita Revi, Sugeng Cahyono Indonesia. Pemerintah Indonesia pun melayangkan perlindungan pekerja migran, yakni Undang- FOTOGRAFER surat protes ke pemerintah Arab Saudi. Menteri Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Ahmad Suryana, Frinda, Luar Negeri Indonesia juga sudah meminta kete- Perlindungan Pekerja Migran Indonesia. UU ini rangan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia. menggantikan UU Nomor 39 Tahun 2004 tentang Restu, Suprianto, Sugeng, Wira, Sebelumnya, pada Maret 2018, pekerja Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja In- A. Ariyana, Agus Darto migran asal Madura, Zaini Misrin, juga dihukum donesia di Luar Negeri (PPTKILN). UU pekerja PENANGGUNG JAWAB pancung di Arab Saudi tanpa notifikasi kepada migran yang baru ini memiliki sanksi yang lebih DISTRIBUSI pemerintah Indonesia. Hal yang sama dialami berat ketimbang UU lama bagi pelanggarnya. Elen Magdalena dua pekerja migran Indonesia lainnya, yaitu Siti Selain itu, para pekerja migran Indonesia juga KOORDINATOR DISTRIBUSI Zaenab dan Karni, yang dihukum mati pada 2015. menerima jaminan sosial sebagai bentuk Cucu Riwayati Sejak eksekusi hukuman mati kepada warga perlindungan. Hanya saja, UU ini belum berlaku STAF DISTRIBUSI negara Indonesia (WNI) pertama kali pada 2011, efektif karena belum ada satu pun aturan Ati Oktafia, Amiruddin, pemerintah Arab Saudi memang tak pernah turunannya. Tidak adanya peraturan-peraturan Anggun Permana, Kiki Tri Murjono, menyampaikan notifikasi sebelumnya kepada turunan UU itu menjadi salah satu penghambat Armansyah, Dhita Fitasari pemerintah Indonesia. untuk implementasi dari UU Nomor 18 Tahun 2017. Junaid Kasus Tuti Tursilawati bukanlah kasus Persoalan pekerja migran Indonesia adalah SEKRETARIS REDAKSI pertama yang dialami pekerja migran Indonesia persoalan serius. Selama ini pekerja migran Djarot Widiarto di luar negeri. Kerapkali, hukuman mati yang seolah-olah dibiarkan begitu saja bekerja dan dijatuhkan kepada tenaga kerja perempuan In- mengabdi di negeri orang tanpa adanya jaminan TIM AHLI donesia didasarkan pada kasus pembunuhan perlindungan dari negara. Kasus buruh migran Syahril Chili, Jonni Yasrul, terhadap majikan. Namun, di balik tindakan itu, terancam hukuman mati dan juga kasus buruh Ardi Winangun, Budi Sucahyo, alasan mereka sebenarnya adalah untuk migran disiksa majikannya memperlihatkan Derry Irawan, M. Budiono membela diri dari tindak kekerasan dan negara belum mengambil peran melindungi pelecehan seksual yang sering dilakukan warga negaranya. Pahlawan devisa negara majikan mereka. itu masih kerap mendapatkan perlakuan tidak ALAMAT REDAKSI Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mencatat semestinya di negara tempat mereka bekerja. Bagian Pemberitaan dan Layanan ada 103 WNI yang terancam hukuman mati di Melihat nasib pekerja migran Indonesia, Informasi, Biro Humas, Arab Saudi pada 2011 – 2018. Sebanyak 85 seperti Tuti Tursilawati, apakah kita masih Sekretariat Jenderal MPR-RI WNI di antaranya berhasil lolos dari hukuman berdiam diri dan terus mengirim pekerja migran Gedung Nusantara III, Lt. 5 itu. Lima orang WNI sudah menjalani hukuman ke sana? Masih belum cukupkah tragedi yang mati. Saat ini masih ada 13 WNI yang terancam dialami pekerja migran kita di luar negeri? Jl. Jend. Gatot Subroto No. 6, hukuman mati di Arab Saudi. Apakah ini memang sudah menjadi nasib pekerja Senayan, Jakarta 10270. Tentu saja, eksekusi mati menimpa pekerja migran Indonesia di luar negeri? Entahlah. Tapi, Telp. (021) 57895237, 57895238 migran Indonedia, Tuti Tursilawati, ini menjadi yang jelas, tragedi yang menimpa Tuti besar Fax.: (021) 57895237 ironi bagi pekerja migran Indonesia. Jumlah kemungkinan akan dialami pekerja migran Email: [email protected] penempatan tenaga kerja Indonesia di luar lainnya. ❏ 4 EDISI NO.11/TH.XII/NOVEMBER 2018 ILUSTRASI: SUSTHANTO EDISI NO.11/TH.XII/NOVEMBER 2018 5 Kaget, Tuti Tursilawati Dieksekusi Mati di Arab Saudi ISTIMEWA ABAR ini cukup mengejutkan. Seorang pekerja migran Indone penghentian pengiriman pekerja migran, khususnya PRT, ke-21 sia asal Desa Cikeusik, Majalengka, Jawa Barat, dieksekusi negara di Timur Tengah. Kmati di Arab Saudi. Namanya Tuti Tursilawati telah dieksekusi Nah, sehubungan dengan kasus menimpa Tuti ini maka muncul mati pada 29 Oktober 2018 di Kota Ta’if. Ia divonis mati oleh suara-suara yang menghendaki agar moratorium itu tidak dicabut, pengadilan di Arab Saudi pada Juni 2011 karena terbukti bersalah atau kalau perlu dipermanenkan. Termasuk yang berpendapat membunuh majikannya. demikian adalah Wakil Ketua MPR Dr. Mahyudin, ST., MM. Menurut Persoalannya sekarang kenapa pelaksanaan hukuman mati Mahyudin, moratorium pengiriman pekerja migran di sektor non for- dilaksanakan tanpa memberi tahu pemerintah Indonesia. Kenapa mal, khususnya asisten rumah tangga, sebaiknya dipermanenkan pula perwakilan pemerintah Indonesia di Arab Saudi bisa kecolongan saja. Selanjutnya, pengiriman tenaga kerja ke luar negeri sebaiknya kalau ada pekerja migran Indonesia dieksekusi mati. Itulah persoalan hanya diberikan kepada pekerja migran yang memiliki keahlian atau yang mungkin perlu dicari jawabannya. Tapi, kabarnya, pihak skill. Pemerintah Arab Saudi telah memberi tahu pihak keluarga Tuti Pendapat senada juga disampaikan oleh anggota Komisi I dari Tursilawati mengenai pelaksanaan eksekusi mati ini. Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Sukamta. “Kasus Tuti ini Terlepas dari persoalan itu, yang jelas, kasus Tuti ini menambah semakin menguatkan alasan agar pemerintah tidak mencabut mora- panjang daftar pekerja migran yang dieksekusi mati di luar negeri. torium pengiriman pekerja migran ke Timur Tengah, termasuk ke Berkaca dari kasus teranyar ini mengingatkan kembali tentang Arab Saudi. Apalagi beberapa saat lalu ada rencana pengiriman 30 perlunya moratorium pengiriman pekerja migran. Tidak hanya ribu pekerja migran ke Timur Tengah,” katanya, dalam pers rilis yang sementara, melainkan muncul usulan agar dilakukan secara dikeluarkannya pada Rabu (31/10/2018). permanen. Khususnya, untuk pekerja migran yang bekerja di sektor Selanjutnya, ungkap Sukamta, pemerintah mesti menjamin non formal, seperti asisten rumah tangga – kata lain dari pembantu. terpenuhinya parameter pengiriman pekerja migran seperti diatur Pada 2009, karena berbagai kasus menimpa pekerja migran Indo- dalam Pasal 31 Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang nesia di Malaysia, Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Perlindungan Tenaga Migran. Pasal tersebut menyebutkan, negara moratorium penempatan pekerja migran Indonesia – sebelumnya tujuan pengiriman pekerja migran harus memenuhi beberapa syarat, bernama Tenaga Kerja Indonesia (TKI) – untuk tujuan Malaysia. yakni: memiliki hukum yang melindungi tenaga kerja asing, memiliki Berikutnya, pada 2015, moratorium juga diberlakukan untuk tujuan perjanjian bilateral tertulis, dan memiliki sistem jaminan sosial. Arab Saudi. Dan, 2015, melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Nah, sekarang
Recommended publications
  • Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta CERAMAH
    Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta CERAMAH UMUM PELATIHAN INTERNALISASI KEISTIMEWAAN DIY TAHUN 2019 Yogyakarta, 23 Agustus 2019 ------------------------------------------------------------------ Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera Bagi Kita Semua, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan Yang Kami hormati: Kepala Bandiklat DIY; Peserta Pelatihan Internalisasi Keistimewaan; Tamu Undangan dan Hadirin sekalian. 1 “ARUMING PRAJA LUHUR ING PANGABEKTI” Kemulyaan negara dapat dicapai dengan dukungan, kerja keras dan darma bakti aparatnya. Candrasengkala Aruming Praja Luhur ing Pangabekti menjadi simbol bahwa tahun 2019 dapat dijadikan momentum membangun Keistimewaan Yogyakarta Tiada terasa, sewindu sudah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY (UUK) disahkan. Banyak dinamika dalam upaya mewarnai dan memberdayakan UUK agar implementasinya dapat dirasakan dan bermanfaat bagi masyarakat serta komunitas-komunitas yang ada di dalamnya. UUK meneguhkan bahwa Yogyakarta istimewa karena budaya. Urat nadi dan syaraf pemerintahan haruslah mencerminkan budaya, khususnya budaya yang lahir, berkembang dan bersemi di masyarakat DIY. 2 Hakekat budaya adalah hasil cipta, karsa dan rasa, yang diyakini masyarakat sebagai sesuatu yang benar dan bermanfaat. Demikian pula budaya Jawa, yang diyakini oleh masyarakat DIY sebagai salah satu acuan dalam hidup bermasyarakat, baik ke dalam maupun ke luar. Ini berarti bahwa budaya tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat gemah ripah loh jinawi, ayom, ayem, tata,
    [Show full text]
  • INDONESIA's FOREIGN POLICY and BANTAN NUGROHO Dalhousie
    INDONESIA'S FOREIGN POLICY AND ASEAN BANTAN NUGROHO Submitted in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts Dalhousie University Halifax, Nova Scotia September, 1996 O Copyright by Bantan Nugroho, 1996 of Canada du Canada Acquisitions and Acquisitions et Bibbgraphic Services services bibliographiques 395 Wellington Street 395, rue Wellington Ottawa ON K1A ON4 Ottawa ON K1A ON4 Canada Canada The author has granted a non- L'auteur a accordé une licence non exclusive licence allowing the exclusive permettant a la National Lïbraiy of Canada to Bibliothèque nationale du Canada de reproduce, loan, distribute or sell reproduire, prêter, distn'buer ou copies of this thesis in microfom, vendre des copies de cette thèse sous papa or electronic formats. la forme de microfiche/fïim, de reproduction sur papier ou sur format électronique. The author retains ownership of the L'auteur conserve la propriété du copyright in this thesis. Neither the droit d'auteur qui protège cette thèse. thesis nor substautid extracts fiom it Ni la thèse ni des extraits substantiels may be printed or otherwise de celle-ci ne doivent être imprimés reproduced without the author's ou autrement reproduits sans son permission. autorisation. DEDICATION To my beloved Parents, my dear fie, Amiza, and my Son, Panji Bharata, who came into this world in the winter of '96. They have been my source of strength ail through the year of my studies. May aii this intellectual experience have meaning for hem in the friture. TABLE OF CONTENTS Table of Contents v List of Illustrations vi Abstract vii List of Abbreviations viii Acknowledgments xi Chapter One : Introduction Chapter Two : indonesian Foreign Policy A.
    [Show full text]
  • The Role of Arabs in the Trade and Economic Life in Society Surakarta
    PROCEEDINGS ICTESS UNISRI 2017 ISSN: 2549-094X Vol 1, Number 1, January 2017 The role of Arabs in the Trade and Economic Life in Society Surakarta Retna Murtiningsih Sebelas Maret University Post Graduate Program of History Education Abstract: The role of the Arab / Encik in the world economy has been felt since decades ago. This is closely related to the identity of an entrepreneur in the field of economy . In addition, the context of socio-cultural and political interactions participate cultivate an Arab identity/ Encik in Surakarta . It thus may be either positive or negative for a particular community. As an example application on ethnic interaction in Surakarta , completes this contextual thinking . Projections for overcoming the task together cover all aspects of the nation's economy between people and government . Keywords : trade , economic activities , market. Arab/Encik, Indigenous , globalization . A. INTRODUCTION live in the archipelago mostly from Said Hamka (1961 ) that the Hadramaut , and some were from Arabs were the pioneers of Islam , they Maskat , the edge of the Persian Gulf , have come to the Malay states in the Yemen , Hijaz , Egypt or from the east VII century AD, or the first year of coast of Africa . They become Islam . Thus , the history of Islam to middlemen , small traders , Indonesia , especially the history of its shopkeepers , market penetration and development is inseparable from the menyediaka goods and services that history of the influx of Arab are not carried immigrants from immigrants in Indonesia . These data Europe , also conducted lend money . also reinforce the notion that Islam in The Arab nomads began to Indonesia is not organized by a State or come en masse to the archipelago in official body of the country .
    [Show full text]
  • Daftar Inventaris Rekaman Suara Yang Sudah Dialih Mediakan Ke Bentuk Digital Mp3
    DAFTAR INVENTARIS REKAMAN SUARA YANG SUDAH DIALIH MEDIAKAN KE BENTUK DIGITAL MP3 NO TAHUN PENGKISAH FILE 1 1950 Maria Ulfah Ibu Maria Ulfah (1950) 03 Maria Ulfah Ibu Maria Ulfah (1950) 04 Maria Ulfah Ibu Maria Ulfah (1950) 05 Maria Ulfah Ibu Maria Ulfah (1950) 06 2 1973 Tadashi Maeda Tadashi Maeda (1973) 01 Tadashi Maeda (1973) 02 Tadashi Maeda (1973) 03 3 1974 Abdurrahman Baswedan A-Baswedan (1974) 01 A-Baswedan (1974) 02 A-Baswedan (1974) 03 A-Baswedan (1974) 04 A-Baswedan (1974) 04-05 A-Baswedan (1974) 05-06 A-Baswedan (1974) 05-07 A-Baswedan (1974) 06 L A-Baswedan (1974) 08 A-Baswedan (1974) 09-10 A-Baswedan (1974) 11-12 A-Baswedan (1974) 13-14 A-Baswedan (1974) 15-16 A-Baswedan (1974) 17-18 A-Baswedan (1974) 19-20 A-Baswedan (1974) 21-22 A-Baswedan (1974) 23-24 A-Baswedan (1974) 25-26 A-Baswedan (1974) 27-28 4 Amold Monomutu Amold Monomutu (1974) 01 Amold Monomutu (1974) 02 Amold Monomutu (1974) 03 Amold Monomutu (1974) 04 Amold Monomutu (1974) 05 Amold Monomutu (1974) 06 Amold Monomutu (1974) 07 Amold Monomutu (1974) 08 5 Ibu Abdurrahman Baswedan Ibu Abdurrahman Baswedan (1974) 6 Johanes Leimena DR J Leimena (1974) 01 DR J Leimena (1974) 03 DR J Leimena (1974) 04 DR J Leimena (1974) 06 DR J Leimena (1974) 07 DR J Leimena (1974) 08 7 KRT Sudarisman KRT Sudarisman (1974) 01 KRT Sudarisman (1974) 03 KRT Sudarisman (1974) 04 8 L.N.Palar LN Palar (1974) 01 LN Palar (1974) 02 LN Palar (1974) 03 LN Palar (1974) 04 9 Mohammad Hatta Mohammad Hatta (1974) 01 Mohammad Hatta (1974) 02 Mohammad Hatta (1974) 03 Mohammad Hatta (1974) 04 Mohammad
    [Show full text]
  • Arabs and "Indo-Arabs" in Indonesia: Historical Dynamics, Social Relations and Contemporary Changes
    IJAPS, Vol. 13, No. 2, 45–72, 2017 ARABS AND "INDO-ARABS" IN INDONESIA: HISTORICAL DYNAMICS, SOCIAL RELATIONS AND CONTEMPORARY CHANGES Sumanto Al Qurtuby* Department of General Studies, King Fahd University of Petroleum and Minerals, KFUPM Box 201 Dhahran 31261, Saudi Arabia email: [email protected] Published online: 15 July 2017 To cite this article: Al Qurtuby, S. 2017. Arabs and "Indo-Arabs" in Indonesia: Historical dynamics, social relations and contemporary changes. International Journal of Asia Pacific Studies 13 (2): 45–72, https://doi.org/10.21315/ijaps2017.13.2.3 To link to this article: https://doi.org/10.21315/ijaps2017.13.2.3 ABSTRACT This article outlines the origins, development and historical dynamics of Arabs in Indonesia and discusses responses of Indonesians, particularly Muslims, towards this group. It sketches a variety of Indonesia's Arabs—sadah and non-sadah alike— and their contributions to the shape of Indonesian Islam, Islamic cultures and Muslim politics. It also traces the roots of—and depicts the historical dynamics and changes—social relations and interactions between Arabs and local populations. The relations between Arabs and non-Arabs in the country have always been marked with conflict and tensions on the one hand, and peace and cooperation on the other. Some Muslims in the country "have admired" and built a strong relationship with the Arabs and "Indo-Arabs" while others have denounced them as the destroyers of Indonesia's local traditions, civic pluralism, social stability and interreligious tolerance. This article tries to portray this paradox, discuss factors contributing to the damaging image of Arabs in contemporary Indonesia, and explain the rationales behind it.
    [Show full text]
  • “Working Together” for Peace and Prosperity of Southeast Asia, 1945 – 1968: the Birth of the Asean Way
    “WORKING TOGETHER” FOR PEACE AND PROSPERITY OF SOUTHEAST ASIA, 1945 – 1968: THE BIRTH OF THE ASEAN WAY Kazuhisa Shimada Thesis submitted for the degree of Doctor of Philosophy Discipline of Politics School of History and Politics University of Adelaide January 2010 TABLE OF CONTENTS ABSTRACT iv THESIS DECLARATION vi ACKNOWLEDGEMENTS vii ABBREVIATIONS viii FIGURES ix INTRODUCTION 1 The history of international relations in Southeast Asia 2 The thesis 5 The structure of the thesis 7 1 THE ASEAN WAY – HOW HAS IT BEEN IDENTIFIED? 10 The ASEAN Way 10 Scholarly discussion of the ASEAN Way 13 (i) The principle of non-interference 14 (ii) Face-saving behaviour 18 (iii) Consultations 20 (iv) Informality 22 (v) The spirit of working together 23 The influence of Southeast Asian cultures on the ASEAN Way 24 ASEAN and its precursors: The origin of the ASEAN Way 26 Concluding remarks 29 2 AN AWAKENING OF REGIONAL CONSCIOUSNESS 31 Southeast Asia after the Japanese surrender 31 The advent of the Cold War 32 Towards self-reliance 41 The birth of regional consciousness 47 ii The political situation in Indonesia 49 The development of the plan 54 The significance of the establishment of the ASA 56 Concluding remarks 59 3 THE ATTEMPT TO FIND A REGIONAL SOLUTION TO A REGIONAL PROBLEM 60 The declaration of the Malaysia plan 60 The regional situation in a broader context 66 The reaction from potential claimants 67 Starting the verbal war 75 Seeking peaceful coexistence 83 The beginning of discord 97 The significance of the Manila agreements and Maphilindo 107
    [Show full text]
  • Pemertahanan Tradisi Pernikahan Pada Keluarga Keturunan Arab Di Condet Jakarta Timur
    PEMERTAHANAN TRADISI PERNIKAHAN PADA KELUARGA KETURUNAN ARAB DI CONDET JAKARTA TIMUR Ayu Triyana Mardiani Pembimbing : Dr. Apipudin, M.Hum Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok 16424 – Indonesia [email protected] Abstrak Skripsi ini membahas pemertahanan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab di Condet Jakarta Timur. Skripsi ini membahas perbedaan dan persamaan tradisi pernikahan pada keluarga keturunan Arab dahulu dan sekarang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu melalui wawancara dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan keturunan Arab di Condet mengacu pada ajaran dan tradisi Islam, juga salah satu bentuk dari asimilasi terhadap kebudayaan sekitar. Tradisi pernikahan yang dipertahankan yaitu perjodohan, malam pacar, akad nikah, resepsi pernikahan, dan ngunduh mantu. Hanya waktu, tempat dan prosesi pelaksanaannya saja yang membedakannya antara dahulu dan sekarang. Kata Kunci: Akad Nikah, Asimilasi, Budaya, Condet, Islam, Malam Pacar, Ngunduh Mantu, Tradisi, Perjodohan, Resepsi Pernikahan Retention Wedding Traditions in The Arab Descent Family in Condet East Jakarta Abstrack This focus of this study is discusses retention wedding traditions in Arab families in Condet East Jakarta. This study is discusses the differences and similarities of the wedding on the family tradition of Arab descent past and present. This study used qualitative methods through interviews and observation. The results show that the marriage of Arab descent in Condet refers to
    [Show full text]
  • Australian/Indonesian Foreign Relations
    Library resources WithOnePlanet Citizenship reference material > Page: 1 of 2 Australian/Indonesian foreign relations Source: Clinton Fernandes, Associate Professor, International and Political Studies Program, UNSW Australia | February 2015 Australia supported Indonesia’s independence after January 1978, followed by de jure recognition with World War II despite the objections of the Dutch the opening of negotiations on the seabed boundary and the displeasure of the British and the United in the Timor Gap in February 1979. States governments. When the Dutch used force against the independence movement, the Australian When the ALP was re-elected in 1983 and Bob Hawke government eventually referred the matter to the became Prime Minister of Australia, he continued the United Nations Security Council as a “breach of Fraser government’s negotiations with Indonesia on the peace” under Article 39 of the UN Charter. So the seabed boundary in the Timor Gap, eventually deeply did the Indonesian nationalists appreciate signing the Timor Gap Treaty in December 1989. this support that they nominated Australia as Hawke’s successor, Paul Keating (Prime Minister their representative on the United Nations Good from 1991-1996), continued in this vein, pursuing Offices Committee. Indonesia’s foreign minister, Dr closer ties with the Indonesian military. Keating Subandrio, described Australia as the “mid-wife” of the and his foreign minister Gareth Evans accelerated Indonesian Republic. Australia’s links with the Suharto regime on the basis of maintaining “order” and “stability.” Under their Australian governments consistently supported stewardship, Australia carried out more military the Indonesian occupation of East Timor. Foreign exercises with Indonesia than with any other country.
    [Show full text]
  • Bab Iv Dialog Antara Soekarno Dengan Tokoh Islam Di
    BAB IV DIALOG ANTARA SOEKARNO DENGAN TOKOH ISLAM DI INDONESIA MENGENAI PEMIKIRAN SOEKARNO TENTANG ISLAM DI INDONESIA A. Soekarno Vs Ahmad Hassan Soekarno dan Ahmad Hassan merupakan dua orang yang memiliki hubungan murid dan guru serta teman yang sangat dekat. Berawal dari pertemuan mereka di Bandung yaitu ketika keduanya sama-sama bertemu di percetakan Drukerij Economy milik orang Cina. Ketika itu, Soekarnosedangmencetaksuratkabar propaganda politiknya dengan judul FikiranRakjat. Sementara itu, Ahmad Hassan seorang tokoh Persatuan Islam (PERSIS) sedang mencetakmajalah-majalahdanbuku-buku yang iacetak di sana. Dalam setiap pertemuan tersebut, antara keduanya sering terjadi dialog berbagai masalah mulai dari politik hingga agama. Dari percakapan ini, ada sebuah kesan bahwa Soekarno yang tadinya tidak banyak mengerti masalah agama Islam, kini dari percakapan itu Soekarno pemikirannya menjadi luas. Dalam keadaan inilah Ahmad Hassan melihat Soekarno tak ubahnya sebagai Mustafa Kamal yang menjadikan Turki sebagai negara sekuler dan menyia- nyiakan agama yang diyakini oleh penduduknya. Oleh karena itu, Ahmad Hassan dan muridnya yang bernama Moh. Mohammad Natsir dalam majalah pembela Islam yang berisi penuh tentang pembelaan terhadap ajaran agama Islam dan kritikan terjadap golongan nasionalis sekuler yang meremehkan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 64 ajaran Islam. Akan tetapi keadaan ini tidak membuat hubungan Soekarno dan Ahmad Hassan tidak pernah renggang. Kemudian percakapan atau Soekarno dan Ahmad Hassan ini berlanjut pada saat Soekarno di asingkan di Ende dan ia selalu mengadakan surat menyurat dengan Ahmad Hassan. Surat-surat tersebut diberi nama surat-surat Islam dari Ende.
    [Show full text]
  • Skripsi Dwi Joko Santoso
    PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMIMPIN ISLAM DALAM PILKADA DKI JAKARTA PERIODE 2017-2022. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Psikologi Dan Ilmu Social Budaya Univeritas Islam Indonesia Oleh: DWI JOKO SANTOSO 13321125 PROGRAM ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNVERSITAS ISLAM INDONESIA 2020 Skripsi Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemimpin Islam Di Pilkada Dki Jakarta Periode 2017-2022 Dalam Video Debat. Disusun oleh: DWI JOKO SANTOSO 13321125 Telah disetujui dosen pembimbing skripsi untuk diujikan dan dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi. Tanggal: 1 April 2020 Dosen Pembimbing Skripsi, Ida Nurani Dewi K.N, S.Ikom.,M.A. NIDN 0523098701 Skripsi PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP PEMIMPIN ISLAM DI PILKADA DKI JAKARTA PERIODE 2017-2022 DALAM VIDEO DEBAT. Disusun oleh DWI JOKO SANTOSO 13321125 Telah dipertahankan dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Tanggal : 16 Mei 2020 Dewan Penguji: 1. Holy Rafika Dhona, S.Ikom., M.A NIDN 0512048302 (……………………………….) 2. Ida Nurani Dewi K.N, S.Ikom.,M.A. NIDN 0523098701 (……………………………….) Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Puji Hariyanti, S.Sos.,M.I.Kom NIDN 0529098201 HALAMAN PERSEMBAHAN Segala puji dan syukur pada Zat yang Maha Kuasa Allah Subhanahu wa taala Atas segala rahmat, hidayah, nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam selalu mengiringi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, sahabat dan para kerabat lainnya. Skripsi ini penulis persembahkan kepada Bapak dan Ibu tercinta Bapak Suwoto dan Ibu Lasini Atas cinta dan kasih sayang, dukungan, baik materi maupun moril dalam bentuk apapun.
    [Show full text]
  • A Book About East Timor Jabs Indonesia's Conscience
    A Book About East Timor Jabs Indonesia‟s Conscience Charles Dharapak/Associated Press On Aug. 30, 1999, citizens near Dili, East Timor, waved registration papers before a vote on independence. By JANE PERLEZ Published: August 17, 2006 JAKARTA, Indonesia, Aug. 14 — For more than two decades, the brutal military occupation of East Timor, a distant, impoverished territory, brought Indonesia little but disdain and dishonor on the world stage. Kemal Jufri/Imaji, for The New York Times Ali Alatas, a former Indonesian diplomat, has written an insider‟s account of the diplomacy related to East Timor‟s path to independence. The New York Times Decisions made in Jakarta often wreaked havoc in East Timor. The ending, a bloody rampage by Indonesian-backed militias after a vote for independence in 1999, further curdled the nation‟s reputation and left a bitter mood at home, where the loss of East Timor was treated as a subject best left untouched. The seemingly closed chapter was reopened this month with a new book by Ali Alatas, the former longtime foreign minister and ambassador to the United Nations. It is the first account by an Indonesian insider who tried to steer some of the events — which at critical moments involved the United States, the United Nations and, at all times, the heavy hand of the Indonesian Army. Mr. Alatas, always amicable, always accessible, was respected in New York as a quintessential diplomat handed the tricky task of representing his country during the rule of a secretive and authoritarian leader, President Suharto. In “The Pebble in the Shoe: The Diplomatic Struggle for East Timor,” Mr.
    [Show full text]
  • The Role of Indonesia in Creating Peace in Cambodia: 1979-1992
    Journal of Critical Reviews ISSN- 2394-5125 Vol 7, Issue 2, 2020 Review Article THE ROLE OF INDONESIA IN CREATING PEACE IN CAMBODIA: 1979-1992 1Ajat Sudrajat, 2Danar Widiyanta, 3H.Y. Agus Murdiyastomo, 4Dyah Ayu Anggraheni Ikaningtiyas, 5Miftachul Huda, 6Jimaain Safar 1Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 2Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 3Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 4Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia 5Universiti Pendidikan Sultan Idris Malaysia 6Universiti Teknologi Malaysia Received: 05.11.2019 Revised: 25.12.2019 Accepted: 07.01.2020 Abstract The 1979-1992 conflicts were a thorn in the flesh for the peace in the Indochina area, and the Southeast Asia area. Because Indonesia is part of the countries in Southeast Asia, it is reasonable if Indonesia contributes to creating peace in Cambodia. Therefore, this study tried to find out the beginning of the conflict in Cambodia, to know the role of Indonesia in realizing peace in Cambodia in 1979-1992, and to understand how the impact of Cambodia peace for Indonesia in particular and Southeast Asia in general. The conflict in Cambodia caused political uncertainty in Southeast Asia. Southeast Asia countries attempted either independently or within the framework of ASEAN to resolve the conflict. Indonesia’s extraordinary contribution assisted in the peace in Cambodia, both through ASEAN and the United Nations. Indonesia as the representative of ASEAN, has successfully held several important meetings as a solution to solving Cambodia's problems. Successive is Ho Chi Minh City Understanding (1987), and Jakarta Informal Meeting (JIM) I and II (1988-1989). In the United Nations Framework, the Indonesian Foreign Minister and the French Foreign Minister were appointed Chairman, at the 1989 Paris International Conference on Cambodia (PICC-Paris International Conference on Cambodia).
    [Show full text]