SARE, Vol. 57, Issue 1 | 2020
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Load more
Recommended publications
-
Studi Naskah Lontara Bugis Luwu Dan Hukum Islam)
NILAI-NILAI KESETARAAN GENDER DALAM NASKAH LAGALIGO (STUDI NASKAH LONTARA BUGIS LUWU DAN HUKUM ISLAM) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Oleh: Irda Handayani Hamka NIM: 10400111023 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمن الرحيم Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Kesetaraan Gender dalam Naskah La Galigo (Studi Naskah Lontara Bugis Luwu dan Hukum Islam). Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta seluruh keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Penyusun juga menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan apabila tanpa bantuan dan support dari berbagai pihak. Berkat pengorbanan, perhatian, serta motivasi merekalah, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih penyusun haturkan kepada: 1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si , selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Serta para Pembantu Rektor beserta seliruh staf dan karyawannya. 2. Prof. Dr. Darussalam Syamsyuddin, -
Bahasa Dalam Ritual Pengobatan Tradisional Kebudayaan Suku Talang Mamak Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau Kajian : Antropolinguistik
BAHASA DALAM RITUAL PENGOBATAN TRADISIONAL KEBUDAYAAN SUKU TALANG MAMAK KECAMATAN RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU KAJIAN : ANTROPOLINGUISTIK SKRIPSI RATU ENDAH FITRAH NIM : 150701070 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau yang dikenal masih sangat melekaty dengan kebudayaan khusus Suku Talang Mamak. Hal itu ditunjukkan dengan masih adanya mantra-mantra yang digunakan dalam kehidupan untuyk tujuan tertentu yang menunjukan bahwa kehidupan meraka masih perpegang pada Tuhan dan alam atas kepercayaan terhadap makhluk gaib. Sesuai dengan judul penelitian ini, masalah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) nilai budaya yang terdapat pada mantra pengobatan gtradisonal dalam kebudayaan Suku Talang Mamak (2) makna yang terdapat dalam bahasa mantra pengobatan tradisional pada kebudayaan Suku Talang Mamak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh data dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi partisipan, dan wawancara mendalam. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan traskripsi diikuti dengan terjemahan bebas, melakukan analisis berdasarkan -
Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah
BUNGA RAMPAI CERITA RAKYAT TAPANULI TENGAH THE ANTHOLOGY OF CENTRAL TAPANULI FOLKTALES TERJEMAHAN DALAM TIGA BAHASA Pesisir, Indonesia, dan Inggris TRANSLATED INTO THREE LANGUAGES Pesisir, Indonesian, and English KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA BALAI BAHASA SUMATERA UTARA 2016 i BUNGA RAMPAI CERITA RAKYAT TAPANULI TENGAH THE ANTHOLOGY OF CENTRAL TAPANULI FOLKTALES TERJEMAHAN DALAM TIGA BAHASA Pesisir, Indonesia, dan Inggris TRANSLATED INTO THREE LANGUAGES Pesisir, Indonesian, and English Penanggung Jawab: Tengku Syarfina Penyelia: Salbiyah Nurul Aini Penerjemah: Yolferi Medtolia Jurlianti Penyunting: Agus Mulia Juliana Yolferi Cetakan Pertama, 2016 ISBN 978-602-9172-24-9 Diterbitkan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara Jalan Kolam Ujung Nomor 7 Medan Estate, Medan Telepon/faksimile: (061) 73332076 Laman: https//balaibahasasumut.kemdikbud.go.id Posel: [email protected] ii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA SUMATERA UTARA Cerita rakyat merupakan karya sastra yang dimiliki oleh masing-masing suku bangsa. Tidak dapat dimungkiri, kehadirannya di tengah masyarakat memberi banyak manfaat. Selain menghibur, cerita rakyat juga hadir memberi pesan dan contoh positif dalam hubungan sosial masyarakat pemilik dan penikmatnya. Sastra mengajarkan banyak hal, ilmu pengetahuan, agama, budi pekerti, sejarah, persahabatan, adat kebiasaan, dan lain-lain. Melalui sastra, kita dapat mengenal suatu kelompok masyarakat. Dalam upaya memperkenalkan budaya ini, salah satu hal yang dilakukan adalah penerjemahan cerita rakyat Tapanuli Tengah ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini juga bertujuan agar pesan moral dan adat kebiasaan masyarakat pemilik cerita dapat dipahami oleh masyarakat penikmat sastra, baik di Indonesia maupun di dunia. Masyarakat Pesisir adalah masyarakat yang berada dalam ruang lingkup wilayah yang luas. Masing-masing bagiannya memiliki budaya dan cerita yang beragam pula. -
Indian Influences in the Supernatural Elements Found in the Malay Classic Films of Dewi Murni, Gul Bakawali and Selendang Delima
International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 2017, Vol. 7, No. 11 ISSN: 2222-6990 Indian Influences in the Supernatural Elements Found in the Malay Classic Films of Dewi Murni, Gul Bakawali and Selendang Delima Sumathi Maniam Raj Department of Performing Arts, Faculty of Music and Performing Arts, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Raja Morgan Veerappan Institut Pendidikan Guru Kampus Bahasa Antarabangsa, Malaysia DOI: 10.6007/IJARBSS/v7-i11/3502 URL: http://dx.doi.org/10.6007/IJARBSS/v7-i11/3502 Abstract The paper examines that the supernatural elements found in the Malay movies DewiMurni 1950 directed by B.S. Rajhans, SelendangDelima 1958 directed by K.M. Basker and Gul Bakawali 1963 directed by B. Narayanan Rao which are heavily embedded with Indian elements. Analysis into the films’ repertoires have shown striking parallels and significant differences between the Malay films and its Indian versions. Dewi Murni is derived from Kalidasa’s Shakuntala. Excerpts from the Brahmavaivarta Purana and Ramayana are used in the narration of Selendang Delima which is the story of a nymph’s offspring who is cursed and subjected to cruelty. GulBakawali is obtained from a Persian story and deciphered to Hindustani in 1702 by Niphal Chand (Zainal Abidin Ahmad, 1942: 144). Sheikh Mohd. Ali bin Ghulam Hussein Alhandi (an Indian Muslim) is reponsible for translating Gul Bakawali from an Urdu / Hindi text. Elements that have come to be accepted as the culture of the Malay world is the outcome of Indianisation in the region (Noor 2005: 32). One has to agree with Farish Noor when he states ‘that the Malay world has a number of lasting legacies’ (Noor 2005: 32). -
Brunei Malay Traditional Medicine: Persistence in the Face of Western
BRUNEI MALAY TRADITIONAL MEDICINE: PERSISTENCE IN THE FACE OF WESTERN MEDICINE AND ISLAMIC ORTHODOXY Virginie Roseberg Master of Anthropology from the University of Paris 1, Pantheon-Sorbonne, France. This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy of The University of Western Australia School of Social Sciences Anthropology and Sociology 2017 THESIS DECLARATION I, Virginie Roseberg, certify that: This thesis has been substantially accomplished during enrolment in the degree. This thesis does not contain material which has been accepted for the award of any other degree or diploma in my name, in any university or other tertiary institution. No part of this work will, in the future, be used in a submission in my name, for any other degree or diploma in any university or other tertiary institution without the prior approval of The University of Western Australia and where applicable, any partner institution responsible for the joint-award of this degree. This thesis does not contain any material previously published or written by another person, except where due reference has been made in the text. The work(s) are not in any way a violation or infringement of any copyright, trademark, patent, or other rights whatsoever of any person. The research involving human data reported in this thesis was assessed and approved by The University of Western Australia Human Research Ethics Committee. Approval no. RA/4/1/5585. The work described in this thesis was funded by an Australian Postgraduate Award and UWA Safety Net Top-up Scholarship. This thesis does not contain work that I have published, nor work under review for publication. -
The Belief in Hantu in the Malay Culture from the Perspective of Islam
THE BELIEF IN HANTU IN THE MALAY CULTURE FROM THE PERSPECTIVE OF ISLAM ______________________________________________________________________________________ Mohd Zohdi Amin, Ishak Suliaman, Husniyah Salaeh, Mohamed Akhiruddin Ibrahim & Azlina Mohamed Nor Abstract The belief in “hantu” is the result of animism and dynamism among Malays before the arrival of Hindu, Buddha and Islam. Hantu is portrayed as the incarnation of evil souls wishing to harm humans. This belief is related to the concept of soul existence or “semangat” (essence) in everything including the human body. This ancient belief is integrated into their new religions through adaptation process. After embracing Islam, the belief in hantu is not totally dispelled since its features are similar to that of jinn and shaitan, whose existence are acknowledged in Islam. The belief is also supported by the concept of human soul in the afterlife, where it is deemed as immortal. Hantu is portrayed as the soul of the dead, dwelling in certain places and harming the humans. Based on the analysis of the texts of the Quran and Sunnah, it is found that the soul of the dead could never become hantu, as opposed to the Malays’ belief. It is because the soul of the dead is in barzakh, the impassible barrier between the world and the Hereafter. It is a place where the soul is either rewarded or punished for his or her deeds in the past life. The souls cannot act independently by themselves as they are under the control of Allah. Based on this, the belief in hantu is against the Islamic teachings. This belief is capable in affecting a Muslim’s faith as it indirectly leads to the denial of rewards and punishments in the afterlife. -
Mitologi Tentang Makhluk Supernatural Dalam Kalangan Etnik- Etnik Di Daerah Pitas Sabah: Tinjauan Menurut Perspektif Islam
GJAT | JULY 2019 | VOLUME 9 ISSUE 1 | 113 ISSN : 2232-0474 | E-ISSN : 2232-0482 www.gjat.my Mitologi Tentang Makhluk Supernatural Dalam Kalangan Etnik- Etnik di Daerah Pitas Sabah: Tinjauan Menurut Perspektif Islam Khairulnazrin Nasir Ishak Suliaman Department of the Quran and al-Hadith, Academy of Islamic Studies, University of Malaya Tel: +60133242865, E-mail: [email protected] Abstrak world. A significant entity in mythology is supernatural beings. Ethnics and races in Mitologi adalah suatu domain yang wujud dan Malaysia also believe in supernatural beings menjadi kelaziman dalam mana-mana budaya, including native tribes in Pitas district, Sabah bangsa, etnik dan komuniti di seluruh dunia. who are Muslims. Therefore, this research was Skalanya menjangkau alam nyata, sehingga conducted to identify mythology of supernatural ke alam ghaib. Entiti signifikan dalam mitologi beings in their community. The data collection antaranya adalah makhluk supernatural. Etnik method used was interview. Seven respondents dan bangsa di negara ini turut memiliki mitologi were selected among the community leaders. tentang makhluk supernatural, termasuklah Findings showed that mythology of supernatural etnik-etnik peribumi yang beragama Islam beings was influenced by animism. As a result, di daerah Pitas, Sabah. Oleh yang demikian, some community members involve in shirk, kajian ini dijalankan untuk mengenal pasti superstition, worshipping rituals and black mitologi tentang makhluk supernatural yang magic. Thus, this issue should be taken into terdapat dalam kalangan mereka. Kaedah consideration by authorities especially Islamic pengumpulan data adalah menggunakan metode Religious Departments and preachers in order temu bual. Seramai tujuh orang informan telah to protect the aqidah among the society. dipilih, yang terdiri daripada kalangan tokoh- tokoh masyarakat tempatan. -
Freedom of Expression at the Jakarta Art Centre During Soeharto's New
Cultural Dynamics in a Globalized World – Budianta et al. (Eds) © 2018 Taylor & Francis Group, London, ISBN 978-1-138-62664-5 Freedom of expression at the Jakarta Art Centre during Soeharto’s New Order S.N. Kusumastuti Department of History, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia ABSTRACT: This paper discusses the self-imposed freedom of expression in art perform- ances during Soeharto’s New Order at the Jakarta Art Centre, which was established in 1968. It used a historical approach to collect and analyse data. The study shows that the transfor- mation of some traditional dances into contemporary ones, representing aesthetic values of the time, was possible by making the centre immune to political motives and refrain from criticising the New Order regime. The regime equipped the Jakarta Art Centre with sup- porting facilities for art performances, allowing the artists to develop their own talents and creativities. This relatively favourable condition led to significant changes in Indonesian tra- ditional arts for their survival at that time. Unlike the Old Order, which used arts—especially dance—as instruments for partly building the national political identity, the New Order saw arts as confined to their basic conviction: to entertain, not to be politicised. This study also finds that the smart strategy for freedom of expression adopted by the Jakarta Art Centre had helped develop contemporary creative arts during that period. 1 INTRODUCTION Several choreographers in Indonesia have strong traditional dance backgrounds. However, cur- rent developments have made them aware of the need to re-style traditional dances to create new choreographic techniques that may adapt to new situations. -
Suatu Kajian Karya Tari Kontemporer Di Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki 1968–1987
UNIVERSITAS INDONESIA PERKEMBANGAN KOREOGRAFI DI INDONESIA: SUATU KAJIAN KARYA TARI KONTEMPORER DI PUSAT KESENIAN JAKARTA-TAMAN ISMAIL MARZUKI 1968–1987 DISERTASI R.AJ. SITI NURCHAERANI KUSUMASTUTI NPM 1106126522 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH DEPOK 2016 ii Universitas Indonesia Perkembangan koreografi..., R Aj Siti Nurchaerani Kusumastuti, FIB UI, 2017. Perkembangan koreografi..., R Aj Siti Nurchaerani Kusumastuti, FIB UI, 2017. Perkembangan koreografi..., R Aj Siti Nurchaerani Kusumastuti, FIB UI, 2017. Perkembangan koreografi..., R Aj Siti Nurchaerani Kusumastuti, FIB UI, 2017. v UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur kepada-Mu, Ya Allah, penguasa semesta alam yang telah mengaruniai perlindungan, kemampuan dan kesehatan selama penulis menempuh studi dan kemudian mewujudkan disertasi ini. Berkat rahmat dan kasih sayang-Mu, semua kesulitan dan halangan bisa penulis lalui dengan baik. Penelitian untuk disertasi ini sempat memberikan keraguan dalam diri penulis karena kurang melimpahnya data sehingga seperti menghambat. Namun kemudian keraguan berubah menjadi tantangan bahkan harapan karena dalam proses penelitian tumbuh kesadaran bahwa pekerjaan ini tidak semestinya ditunda mengingat keberadaan data bisa semakin sulit dilacak bila diundur-undur. Sebuah proses yang tidak mudah, namun dengan penuh harapan dan tanggung jawab serta didukung banyak pihak di sekitar penulis, disertasi ini dapat tampil seperti adanya sekarang ini. Sepatutnya, dengan ketulusan hati, penulis haturkan terima kasih -
Bab Itu Janganlah Kamu Kafir”
Al – Mabhats Jurnal Penelitian Sosial Agama Vol. 4 No. 1 2019 SIHIR DAN HANTU DI KALANGAN MASYARAKAT ACEH (Studi Terhadap Masyarakat Nisam Aceh Utara) Safriadi IAIN LHOKSEUMAWE Email: [email protected] ABSTRACT This research is motivated by the existence of hostile communities to eliminate the lives of fellow members of the community by reason of magic. By some Acehnese people still pay great attention and belief in ghosts, magic practices and treatment procedures. This research is a field research (field research) that uses data collection methods of observation, interviews, and documentation. While the method of data analysis uses descriptive methods, and phenomenological methods. Descriptive method aims to describe the situation, and is used to determine the tradition of magic and understanding of ghosts carried out by the Nisam community. While the phenomenological method is an approach that studies the phenomena of society which are found from experience and reality in the field. The results of the analysis of this study indicate that most Nisam people in treating magic use two methods, namely the rukyah syar’iyah method and the magic method using the help of jinn. In a review of Islamic law, treatment of people affected by magic is carried out by the rukyah method in accordance with the advice of the Prophet. Very few Nisam people understand and do rukyah treatment methods, the majority still believe in treatment with the help of jinn. The term ghost in Islamic law is not mentioned. Ghost is another name for Jinn and Satan, Jinn and Satan are clearly mentioned in the Qur'an. -
Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis
LEKSIKON ‘HANTU’ DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN LINGUISTIK ANTROPOLOGIS Chyndy Febrindasari UIN Walisongo Semarang Surel: [email protected] Abstrack: Lexicon Of ‘Hantu’ In Bahasa Indonesia : A Study of Anthropological Linguistics. The aim of the study is to examine the various lexicon 'hantu' in Indonesian, as well as to determine the image of the 'hantu' in Indonesian society cognition. The image of „hantu‟ in Indonesian society is the image of the public mind about „hantu‟ of Indonesian. The image of „hantu‟ is different viewed between a religious perspective to the cultural perspective. Moreover, the image of „hantu‟ in Indonesian society can be seen through expressions that exist in the community and is used in reference to something else. All these expressions are used because it has a meaning similar or identical to the nature of „hantu‟. In addition, it is also known that there four function of „hantu‟ as a myth in society are namely: the function of the mystical, cosmological functions, pedagogical function, and social function. Keywords: Lexicon; Ghost; Indonesian. Abstrak: Leksikon ‘Hantu’ Dalam Bahasa Indonesia: Kajian Linguistik Antropologis. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui macam-macam leksikon hantu dalam bahasa Indonesia, serta untuk mengetahui citra hantu dalam kognisi masyarakat Indonesia. Citra hantu dalam masyarakat Indonesia adalah gambaran yang ada dalam pikiran masyarakat Indonesia mengenai hantu. Citra hantu dilihat dari perspektif agama berbeda dengan perspektif budaya. Selain itu, citra hantu dalam masyarakat Indonesia dapat dilihat melalui ungkapan-ungkapan yang ada di dalam masyarakat dan digunakan dalam merujuk kepada hal lain. Semua ungkapan tersebut digunakan karena memiliki makna yang mirip atau sama dengan sifat hantu. -
Orang Halus Dan Hantu Jembalang Chedet.Cc 23 December 2013 Tun Dr Mahathir Mohamad
Orang Halus dan Hantu Jembalang Chedet.cc 23 December 2013 Tun Dr Mahathir Mohamad 1. Filem dan T.V. cerita yang paling popular di kalangan orang Melayu ialah berkenaan dengan hantu, pelesit, orang halus dan berbagai-bagai makhluk ghaib. Mereka bukan sahaja suka lihat dan dengar cerita-cerita berkenaan makhluk ghaib ini tetapi mereka amat mempercayai adanya makhluk ini dan kuasa luar biasa mereka ke atas manusia. Mereka diberi kuasa yang kadang-kadang menyamai Tuhan yang mereka sembah. Mereka mencari jalan supaya dilindungi dari makhluk ghaib. Dalam usaha ini mereka kerap mengguna doa dari agama Islam yang mereka anuti. Walaupun mereka percaya Allah S.W.T. boleh melindungi mereka tetapi kepercayaan bahawa makhluk ini juga memiliki kuasa ke atas mereka bertentangan dengan ajaran Islam yang menekankan bahawa hanya Allah S.W.T sahaja yang berkuasa ke atas segala-gala yang ada di dunia dan akhirat. 2. Kerana percaya akan kuasa makhluk ghaib ini mereka sering mengadakan acara yang dicampur aduk dengan agama yang kononnya boleh melindungi mereka daripada diserang oleh hantu jembalang dan orang halus. 3. Dalam Al-Quran tidak ada disebut berkenaan hantu dan orang halus. Yang disebut dalam al-Quran ialah shaitan, iblis dan jin yang suka memesongkan orang Islam daripada membuat suruhan Allah S.W.T. Iblis dan shaitan boleh disangkal dengan membaca ayat-ayat tertentu yang boleh mengukuhkan semula iman dan pegangan kepada ajaran Islam. 4. Di masa-masa yang lampau ini kita dapati ramai yang berusaha untuk melindungi pejabat dan hospital Kerajaan dari hantu dan orang halus. Acara ini termasuklah menanam telor, menyimbah air dan membaca doa-doa tertentu yang telah dikenalpasti oleh bomoh-bomoh.