Download Sample

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Download Sample Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruhnya isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Isi di luar tanggung jawab percetakan. Ketentuan pidana Pasal 72 UU No. 19 tahun 2002 Harry Panca Harry Panca BUNIAN Penyunting: Indie Publishing Desain: Indie Publishing Perum. Depok Maharaja Blok P14 No.4 Pancoran Mas, Depok – Indonesia 021-77880581 [email protected] www. Indie-Publishing.com Cetakan Pertama, Agustus 2015 ISBN: 978-602-281-130-5 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Seri Kisah Bunian: Harry Panca; —Depok: Indie Publishing, 2015; x+ 289 hlm; 14 x 21 cm I. Judul II. Panca, Harry Setiap yang tertulis semuanya bermakna, sisi cover depan juga demikian. Dapat diuraikan makna dari cover novel Seri Kisah Bunian. 1. Lautan yang tenang. Segala sesuatu yang bersifat negatif akan hilang jika dilarung ke lautan dan tetap tenang. 2. Gerbang Kerajaan Padang12. Perjalanan hidup manusia mencari kebenaran dalam hidup dan mencari jalan kembali kepada Sang Maha Kuasa yang ditandai dengan sebuah gerbang 3. Ka’bah. Tempat suci, merupakan pusat/poros bumi yang sesungguhnya. Dimana manusia mengelilingi Ka’bah (ber-tawaf) dengan membersihkan dirinya kembali suci dan menselaraskan energi manusia dengan Pencipta bumi, langit dan seisi jagad raya. Bunian |v 1. SKB = Seri Kisah Bunian 2. MBK= Manusia Bunian Kebenaran 3. MBL= Manusia Bunian Limunan 4. MG = Makhluk Gaib 5. TE = Transfer Energi 6. WMBK = Wakil Manusia Bunian Kebenaran Email SOS SKB: [email protected] Diperuntukkan bagi yang membutuhkan bantuan dalam hal pengobatan Non Medis tanpa dipungut biaya Blog SKB : portalpurba.blogspot.com Group SKB : Seri Kisah Bunian (Facebook) Bagi mereka yang ingin berinteraksi dengan AbuAbu Bunian dan Teman-Temannya di persilahkan untuk bergabung di Group ini. vi | Harry Panca “Hanya seseorang… Dengan hati dan pikiran yang bersih yang mampu menembus alam kami, Nak…” JANUR KUNING, ~ DRGB ~ LURUS….LERES….LARAS…. dan BIJAKSANA SEKUNTUM MELATI, ~ KRLS ~ Bunian |vii "INGAT..INGAT..dan INGAT… Jadikan diri kita seperti padi, semakin berisi padi itu akan semakin menunduk ke bawah.. Artinya, jangan pernah sombong dengan kelebihan yang kita dapat. Dan janganlah beranggapan bahwa dengan adanya indera ke-enam atau sixth sense ini membuat diri merasa lebih hebat, berkuasa dan kuat. Karena tidak ada apapun yang bisa mengalahkan kehebatan, kekuasaan dan kekuatan TUHAN." SEBULIR PADI, ~ RASYIDI ~ Jaya sempurna Jaya di Dunia Sempurna di Akhirat SECAWAN AIR, (FALSAFAH MANUSIA BUNIAN KEBENARAN) P. ABU KESUMO ALAYDRUS ~(ABU ABU BUNIAN)~ viii | Harry Panca Puji Syukur ke Hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam atas segala Nikmat Karunia serta Izin-NYA kepada saya untuk dapat berbagi kisah melalui tulisan dengan semata-mata bertujuan hanya untuk Lantunan Puja-Puji Pada Sang Maha Pencipta. Shalawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Arwahul Muqaddasah Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam dan Keluarga Suci- Nya. Dengan Takzim, Ucapan Terimakasih juga dihaturkan kepada Guru Terkasih yang sangat saya hormati, Para Sesepuh, Para Leluhur, Kedua Orangtua, Para Sahabat yang telah memberikan ceritanya maupun sumbang sarannya selama proses penulisan sehingga buku yang ada di tangan Para Pembaca ini bisa selesai. Semoga buku ini dapat menjadikan wacana baru ataupun referensi sebagian dari kisah sejarah yang tidak jelas, dan menulis kisah ini merupakan suatu perjuangan yang cukup berat karena akan banyak bersinggungan dengan apa yang masih di“tabu”kan di masyarakat umum jika diceritakan. Kekhawatiran dari berbagai kalangan sangat beralasan, karena sejak sekian lama kisah ini sudah menjadi rahasia, namun ALLAH SWT. Menghendaki kisah ini diungkap sehingga akhirnya buku ini ada di tangan para pembaca. Slaam, Harry Panca Bunian |ix BAB I NEGERI BUNIAN, DI MANAKAH GERANGAN? ..................... 1 BAB II TAK KENAL MAKA TAK SAYANG ...................................... 7 BAB III UNTAIAN KISAH PADA SEBUAH NAMA .......................... 11 Rasyidi .............................................................................. 11 Ardo ................................................................................. 22 Ardi .................................................................................. 26 Abu Abu ........................................................................... 45 Asri .................................................................................. 72 Ardo ................................................................................. 76 Ardi .................................................................................. 82 Rasyidi dan Panggilan S.O.S .............................................. 96 Mentari ............................................................................ 106 Sax .................................................................................. 118 Hulk ................................................................................. 125 Abu Abu dan Panggilan S.O.S ............................................ 132 Datuk Raden Guru Besar ................................................... 140 Abu ABu dan Sebuah Hikayat ............................................ 142 Kanjeng Ratu Laut Selatan ................................................ 147 BAB IV INVASI MANUSIA BUNIAN KEBENARAN KE SELURUH PENJURU BUMI ......................................................................... 181 IV.1. INVASI NASIONAL ..................................................... 186 IV.2. INVASI INTERNASIONAL ........................................... 239 Sekilas Tentang Penulis ............................................................ 289 x | Harry Panca BAB I NEGERI BUNIAN, DI MANAKAH GERANGAN? Bayangkanlah sebuah kota besar yang di dalamnya terdapat gedung-gedung yang sangat megah, spektakuler dan tertata rapi bagaikan di Dubai, United Arab Emirates (UAE) di mana kebersihan kota selalu terjaga dengan lalu lintas di atas jalan layang yang berlapis-lapis semi futuristic yang dipenuhi oleh kendaraan roda 4 sekelas Lamborghini, Ferrari, Maserati, Rolls Royces dan sebagainya dengan mayoritas kendaraan berwarna putih, kemudian untuk transportasi udara, penduduknya biasa menggunakan pesawat Jumbo Jet. Yang laki-laki rata-rata gagah dan tampan lalu yang wanita cantik menawan, siapakah mereka? Mereka sesungguhnya adalah Manusia (sama seperti para pembaca juga) dan pada setiap wilayah negeri yang masih mempertahankan sistem Monarki (Kerajaan) itu berada di bawah Daulat Pengayoman Kepemimpinan Seorang Raja atau Seorang Ratu yang Bijaksana, memimpin negara dan rakyatnya dari sebuah Istana megah yang gerbang dan pintunya saja bertaburan intan berlian, dijaga oleh para pengawal dan pasukan khusus, dengan lebih dari 1000 ruangan di dalamnya, di mana setiap ruangan memiliki karakteristiknya masing-masing, dinding-dindingnya berlapis emas permata dan lampu lampu gantung kristal yang lebih indah dari kristal bohemian sebagai penerangannya, tiang-tiang kokoh penyangga Istana yang menjulang tinggi dipahat dengan ukiran yang amat sangat detail yang melambangkan hal-hal yang khas dari kerajaan yang bersangkutan, sementara lantainya yang terbuat dari batu pualam yang berkualitas tinggi ditutup dengan hamparan permadani Bunian |1 kashmir dan persia yang sangat mewah dengan gradasi warna yang menarik, serta tirai tirai sutera berwarna putih dan kuning keemasan yang menjuntai pada beberapa sudut ruangan istana, benar-benar membuat takjub bagi siapa saja yang melihatnya, Hanya saja sistem kehidupan mereka berbeda dari kita di dimensi/alam kasat mata ini atau lebih tepatnya di sebut Beda Dimensi. Pada Alam Bunian (di beberapa tempat ada yang menyebutnya dengan Halimunan, Kebenaran dan lainnya) benar benar sangat ditabukan yang bukan hak untuk dimiliki. Bahkan jika ada seutas tali tergeletak di jalan pun jika bukan milik mereka tidak akan berani untuk mengambilnya. Karena hal itulah mereka, saudara-saudara kita sesama ciptaan Tuhan Yang Maha Esa disebut dengan Manusia Bunian Kebenaran. Jika ada yang melakukan pelanggaran berat maka mereka akan dikeluarkan dari Komunitas Kebenaran dan dibuang. Untuk mereka yang nakal dan terbuang mereka juga bersosialisasi/ bermasyarakat seperti layaknya Orang kebenaran, dan mereka dikenal dengan sebutan Orang limunan atau Manusia Bunian Limunan. Manusia Bunian sebagaimana halnya dengan kita, mereka juga ada dan tersebar di seluruh dunia ini, menggunakan Bahasa yang sama dengan Bahasa wilayah di tempat mereka masing-masing berasal. Namun karena keterbatasan mata kita memandangnya sehingga kita tidak tahu kalau ada orang lain di lingkungan kita sendiri. Terkadang juga Masyarakat Bunian untuk sebuah urusan tertentu mewujudkan dirinya secara nyata di hadapan Masyarakat Manusia pada umumnya dan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Kepercayaan dan Keyakinan Masyarakat Bunian Terhadap Tuhan Yang Maha Esa juga beragam seperti halnya kita Masyarakat Manusia, ada yang beragama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, Kepercayaan dan lain sebagainya. 2 | Harry Panca Di dalam buku ini, Penulis dengan izin/restu yang telah diperoleh dari Para Sesepuh yang Berwenang, akan menceritakan tentang sebuah Interaksi antara Masyarakat Manusia di Kota Ketapang dengan Masyarakat Manusia Bunian Kebenaran (MBK) dari wilayah Kerajaan Bunian yang terletak di Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang, Kalimantan Barat dan dikenal dengan nama: Kerajaan Padang12, Serta interaksi mereka (Para MBK) dengan MBK lainnya dari seluruh alam semesta pada Invasi bersama ke seluruh penjuru
Recommended publications
  • Studi Naskah Lontara Bugis Luwu Dan Hukum Islam)
    NILAI-NILAI KESETARAAN GENDER DALAM NASKAH LAGALIGO (STUDI NASKAH LONTARA BUGIS LUWU DAN HUKUM ISLAM) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum Islam Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Oleh: Irda Handayani Hamka NIM: 10400111023 FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR بسم هللا الرحمن الرحيم Assalamu’alaikum Wr.Wb. Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kenikmatan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Kesetaraan Gender dalam Naskah La Galigo (Studi Naskah Lontara Bugis Luwu dan Hukum Islam). Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta seluruh keluarganya, sahabat dan para pengikutnya. Penyusun juga menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin bisa terselesaikan apabila tanpa bantuan dan support dari berbagai pihak. Berkat pengorbanan, perhatian, serta motivasi merekalah, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Selesainya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih penyusun haturkan kepada: 1. Prof. Dr. Musafir Pababbari, M.Si , selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Serta para Pembantu Rektor beserta seliruh staf dan karyawannya. 2. Prof. Dr. Darussalam Syamsyuddin,
    [Show full text]
  • Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR Storytale Studios, Point-And-Click Horror, ID 2018
    Kathrin Trattner Game Review PAMALI: INDONESIAN FOLKLORE HORROR StoryTale Studios, Point-and-Click Horror, ID 2018 In indie and mainstream popular culture alike, Asian horror has been gaining world- wide recognition for quite some time. The most widely known digital cultural goods are produced in Japan and South Korea. However, as a Google search demon- strates, the global popularity of Indonesian horror narratives has also seen a sharp increase despite their being less broadly disseminated. For example, the number of Indonesian horror titles on Netflix is striking. Interestingly, the majority of those sto- ries draw on and incorporate the country’s rich folk traditions. Thus, tradition in its plural meaning is absolutely key here: with its diverse ethnic groups, languages, and religious traditions, Indonesia is anything but culturally homogenous. This cultural plurality is often depicted in Indonesian horror tales just as they are deeply embed- ded in Indonesian everyday life and its practices. In fact, the remarkable proximity of horror and the seemingly mundane is the basic premise of Pamali, an Indonesian folklore horror game. The first-person point-and-click horror game was (and is still being) developed by StoryTale Studios, a small indie studio based in Bandung, Indo- nesia.1 As Mira Wardhaningsih, co-creator of Pamali, explains in an interview, one of the intentions in creating the game was to introduce international audiences to a distinctively Indonesian approach to horror. As she elaborates: We believe that every culture has a different perception towards horror. […] In Indonesia, it’s not a big, catastrophic, one-time phenomenon that is terrifying; it is something else, something closer.
    [Show full text]
  • Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7: Indonesia Daiam Centa Rakyat Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia
    e REPUBL ESA Sen Bahan D p ama Kebahasaan Pendu ng Pem _ laJaran Bahasa Indonesia bagl Penutur Asmg BIPA) Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7: Indonesia daiam Centa Rakyat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Seri Bahan Diplomasi Kebahasaan Pendukung Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) SAHABATKU INDONESIA Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7: Indonesia dalam Cerita Rakyat Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa 2018 Seri Bahan Diplomasi Kebahasaan Pendukung Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Sahabatku Indonesia Memahami Indonesia Melalui Sastra Buku 7; Indonesia dalam Cerita Rakyat Pengarah Penyuntmg Dadang Sunendar Eri Setyowati Emma L.M. Nababan Penanggung Jav/ab Emi Emilia Redaksi Andi Maytendri Matutu Penyelia Larasati Deny Setiawan Apip R. Sudradjat Penyusun Naskah Desain dan Ilustrasi Sampul Maman S. Mahayana Evelyn Ghozalli Dewi Mindasari Penelaah Suminto A. Sayuti Ilustrasi Isi Dendy Sugono Noviyanti Wijaya Hak Cipta © 2018 Dilindungi Undang-Undang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Katalog dalam Terbitan PB 899.218 4 Mahayana, Maman 8. MAH Sahabatku Indonesia: Memahami Indonesia melalui Sastra. Buku 7: s Indonesia dalam Cerita Rakyat/ Maman S. Mahayana; Eri Setyowati,Emma L.M. Nababan (penyunting). Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,2018.7 jil.; 21 cm. ISBN 978-602-437-572-0 (jil.7) KESUSASTRAAN INDONESIA - KEMAMPUAN SASTRA KESUSASTRAAN INDONESIA
    [Show full text]
  • Reappropiation and Contestation of Post-Colonial Space in Rizal
    Proceeding of the 6th International Conference on Arts and Humanities, Vol. 6, 2019, pp. 1-7 Copyright © 2019 TIIKM ISSN 2357 – 2744 online DOI: https://doi.org/10.17501/23572744.2019.6101 Reappropriation and Contestation of Post-Colonial Space in Rizal Mantovani’s Kuntilanak Anton Sutandio Maranatha Christian University, Indonesia Abstract: This paper examines a contemporary Indonesian horror film titled Kuntilanak (2006) in the light of how the film attempts to reappropriate and contest the post-colonial space as an arena of decolonization. The post-colonial space here refers to historical buildings of the Dutch colonial legacy that can be found all over Indonesia, especially Java island. Those unfixed and fluid spaces have been re-appropriated, reconstructed, reproduced, negotiated, neglected, and destroyed during the post-colonial period as ongoing attempts to (re)define national identity. The analysis will focus on a single building that serves as the film set which possesses the characteristic of colonial architecture that represents the former Dutch colonial power. Horror genre is chosen as it is considered the most appropriate genre to talk about the past in the present and how they are related to each other, as allegorized by the old building and the monster in the film. The analysis focuses on several aspects of film studies that include mise-en-scene, the narrative, and the film stars which are later related to the politics of space and post-colonial theory. The findings show that there are intertwined modern and local values that the film offers which lead to hybrid identity. Keywords: post-colonial space, reappropriation, contestation, decolonization Introduction "The past is never dead.
    [Show full text]
  • Bahasa Dalam Ritual Pengobatan Tradisional Kebudayaan Suku Talang Mamak Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau Kajian : Antropolinguistik
    BAHASA DALAM RITUAL PENGOBATAN TRADISIONAL KEBUDAYAAN SUKU TALANG MAMAK KECAMATAN RENGAT KABUPATEN INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU KAJIAN : ANTROPOLINGUISTIK SKRIPSI RATU ENDAH FITRAH NIM : 150701070 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau yang dikenal masih sangat melekaty dengan kebudayaan khusus Suku Talang Mamak. Hal itu ditunjukkan dengan masih adanya mantra-mantra yang digunakan dalam kehidupan untuyk tujuan tertentu yang menunjukan bahwa kehidupan meraka masih perpegang pada Tuhan dan alam atas kepercayaan terhadap makhluk gaib. Sesuai dengan judul penelitian ini, masalah yang dikaji dalam penelitian ini meliputi (1) nilai budaya yang terdapat pada mantra pengobatan gtradisonal dalam kebudayaan Suku Talang Mamak (2) makna yang terdapat dalam bahasa mantra pengobatan tradisional pada kebudayaan Suku Talang Mamak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh data dengan mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi partisipan, dan wawancara mendalam. Teknik analisis data dimulai dengan mengumpulkan data, melakukan traskripsi diikuti dengan terjemahan bebas, melakukan analisis berdasarkan
    [Show full text]
  • A Hyperreality Study on the Game Pamali: the White Lady (2018) Dessy Dwi Annisa Setyawati*,Trie Hartiti Retnowati, Warid Moga Nugraha
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 552 Proceedings of the 4th International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2020) A Hyperreality Study on the Game Pamali: The White Lady (2018) Dessy Dwi Annisa Setyawati*,Trie Hartiti Retnowati, Warid Moga Nugraha Faculty of Languages and Arts, Yogyakarta State University, Yogyakarta, Indonesia *Corresponding Author. Email: [email protected] ABSTRACT Due to the current development of technology, video game can actively construct imaginative ideas beyond reality through impressions of signs and images. The media digitalization process supports the simulation process directed toward forms of hyperreality for game aficionados, including the game Pamali: The White Lady (2018), which is a horror simulation game which combines myths and taboos (pamali) in Indonesia. The game is centered around the main character Jaka who experiences various mythical experiences and meets supernatural creatures, including his dead sister who has turned into the ghost kuntilanak when he visits his childhood home to sell it. The combination between myths, taboos, and video game becomes very interesting to study. The current research employs the cultural study method using Jean Bauldrillard’s hyperreality theory. The sign analysis in the game Pamali: The White Lady (2018) challenges the boundaries between reality and nonreality through the Unreal Engine 4 advanced technology, which allows the user to manipulate space, time, and character in the game. The game presents reality in the form of supernatural experience by allowing the user to see and feel the presence of the spirits, which most people may not have access to in reality. Through this game, anyone can experience the horror as real as possible in the hyperreality world.
    [Show full text]
  • BAB II. LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Folklor Folklore Atau
    BAB II. LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Folklor Folklore atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan istilah folklor, merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengulas serta membahas mengenai kebudayaan. Folklor terdiri dari dua suku kata yaitu folk dan lore. Dundes menjelaskan (dalam Danandjaja, 1997) folk adalah sekumpulan manusia dengan ciri-ciri fisik, budaya serta sosial yang sama sehingga dapat kenali dari kelompok yang lain. Ciri-ciri pengenalan fisik yang disebutkan dapat berupa bahasa, mata pencaharian, warna kulit, bahasa atau logat, dan kepercayaan. Menurut Wulandari (2017) Pengertian suku adalah suatu kelompok manusia yang dapat mengenali dirinya dengan seksama berdasarkan garis keturunan dari para nenek moyangnya yang dianggap sama dan memiliki ciri khas seperti bangsa, bahasa, perilaku dan agama. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa folk dapat diartikan sebagai sebuah suku atau ras. Sedangkan pengertian dari lore adalah adat ataupun pengetahuan dari nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun baik itu secara lisan (verbal), tingkah laku (non verbal) atau melalui bukti- bukti fisik yang ada seperti barang-barang peninggalan dari zaman dulu. Dari penjelasan diatas, folklor dapat diartikan sebagai sekelompok orang (suku) yang mempunyai tradisi yang diakui oleh bersama serta diwariskan ke setiap generasinya. Sehingga suatu folklor akan tetap ada walaupun perkembangan zaman terus berkembang. Menurut Brunvard (Danandjaja, 1997, h.21) folklor dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni : • Folklor lisan (verbal folklore) Misal: dongeng, mite, anekdot, legenda, pantun, syair • Folklor sebagian lisan (partly verbal folklore) Misal: Biasanya dalam bentuk permainan • Folklor bukan lisan (non verbal folklore) Misal: pakaian, makanan dan minuman 6 II.1.1 Folklor Lisan Folklor lisan adalah sebuah tradisi yang disampaikan seutuhnya melalui lisan dari generasi ke generasi selanjutnya.
    [Show full text]
  • Visualisasi Karakter Pocong, Kuntilanak, Dan Tuyul Pada Film Animasi Keluarga Hantu Indonesia
    Vol.7, No.1, September-Desember 2019, pp. 1-11 p-ISSN: 2339-0107, e-ISSN: 2339-0115 http://dx.doi.org/10.30998/jurnaldesain.v7i1.5468 VISUALISASI KARAKTER POCONG, KUNTILANAK, DAN TUYUL PADA FILM ANIMASI KELUARGA HANTU INDONESIA Aji Dwi Saputra1), Edo Galasro Limbong2) Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Indraprasta PGRI Jl. Nangka No. 58. Tanjung Barat, Jakarta Selatan. 12530 Abstrak. Hantu merupakan bagian dari sebuah legenda menurut sebagian masyarakat. Dikatakan sebagai legenda karena berbentuk kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi legenda semacam ini adalah untuk meneguhkan kebenaran ”takhayul” atau kepercayaan masyarakat. Contoh legenda ini yaitu adanya kepercayan terhadap hantu, seperti pocong, kuntilanak, dan tuyul. Bagi orang-orang tertentu, hantu justru dianggap sebagai tantangan hidup (memedi) dan bagi sebagian lain hantu justru akan dapat mendatangkan sebuah keuntungan. Bagi yang takut, jangankan meneliti mendengar saja membuat. Walau begitu, cerita dan wujud hantu bisa menjadi daya tarik dalam dunia hiburan, baik dibuat menjadi film bergenre horor, animasi atau bahkan dibuatkan wahana rumah hantu. Hal ini merupakan kelebihan dari objek hantu jika diangkat menjadi sebuah hasil karya. Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan untuk melakukan riset ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur dari jurnal dan beberapa website resmi. Adapun tujuan dari penulisan ini, peneliti ingin merancang visual karakter pocong, kuntilanak, dan tuyul pada cerita “Keluarga Hantu Indonesia” yang diambil dari penggambaran mitos hantu yang berkembang di masyarakat. Kata Kunci: Hantu, Animasi, Karakter Abstract. Ghosts are part of a legend according to some people. It is said as a legend because it is in the form of a story that is considered truly happened and has been experienced by someone.
    [Show full text]
  • Bunga Rampai Cerita Rakyat Tapanuli Tengah
    BUNGA RAMPAI CERITA RAKYAT TAPANULI TENGAH THE ANTHOLOGY OF CENTRAL TAPANULI FOLKTALES TERJEMAHAN DALAM TIGA BAHASA Pesisir, Indonesia, dan Inggris TRANSLATED INTO THREE LANGUAGES Pesisir, Indonesian, and English KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA BALAI BAHASA SUMATERA UTARA 2016 i BUNGA RAMPAI CERITA RAKYAT TAPANULI TENGAH THE ANTHOLOGY OF CENTRAL TAPANULI FOLKTALES TERJEMAHAN DALAM TIGA BAHASA Pesisir, Indonesia, dan Inggris TRANSLATED INTO THREE LANGUAGES Pesisir, Indonesian, and English Penanggung Jawab: Tengku Syarfina Penyelia: Salbiyah Nurul Aini Penerjemah: Yolferi Medtolia Jurlianti Penyunting: Agus Mulia Juliana Yolferi Cetakan Pertama, 2016 ISBN 978-602-9172-24-9 Diterbitkan oleh Balai Bahasa Sumatera Utara Jalan Kolam Ujung Nomor 7 Medan Estate, Medan Telepon/faksimile: (061) 73332076 Laman: https//balaibahasasumut.kemdikbud.go.id Posel: [email protected] ii KATA PENGANTAR KEPALA BALAI BAHASA SUMATERA UTARA Cerita rakyat merupakan karya sastra yang dimiliki oleh masing-masing suku bangsa. Tidak dapat dimungkiri, kehadirannya di tengah masyarakat memberi banyak manfaat. Selain menghibur, cerita rakyat juga hadir memberi pesan dan contoh positif dalam hubungan sosial masyarakat pemilik dan penikmatnya. Sastra mengajarkan banyak hal, ilmu pengetahuan, agama, budi pekerti, sejarah, persahabatan, adat kebiasaan, dan lain-lain. Melalui sastra, kita dapat mengenal suatu kelompok masyarakat. Dalam upaya memperkenalkan budaya ini, salah satu hal yang dilakukan adalah penerjemahan cerita rakyat Tapanuli Tengah ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini juga bertujuan agar pesan moral dan adat kebiasaan masyarakat pemilik cerita dapat dipahami oleh masyarakat penikmat sastra, baik di Indonesia maupun di dunia. Masyarakat Pesisir adalah masyarakat yang berada dalam ruang lingkup wilayah yang luas. Masing-masing bagiannya memiliki budaya dan cerita yang beragam pula.
    [Show full text]
  • Indian Influences in the Supernatural Elements Found in the Malay Classic Films of Dewi Murni, Gul Bakawali and Selendang Delima
    International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 2017, Vol. 7, No. 11 ISSN: 2222-6990 Indian Influences in the Supernatural Elements Found in the Malay Classic Films of Dewi Murni, Gul Bakawali and Selendang Delima Sumathi Maniam Raj Department of Performing Arts, Faculty of Music and Performing Arts, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia Raja Morgan Veerappan Institut Pendidikan Guru Kampus Bahasa Antarabangsa, Malaysia DOI: 10.6007/IJARBSS/v7-i11/3502 URL: http://dx.doi.org/10.6007/IJARBSS/v7-i11/3502 Abstract The paper examines that the supernatural elements found in the Malay movies DewiMurni 1950 directed by B.S. Rajhans, SelendangDelima 1958 directed by K.M. Basker and Gul Bakawali 1963 directed by B. Narayanan Rao which are heavily embedded with Indian elements. Analysis into the films’ repertoires have shown striking parallels and significant differences between the Malay films and its Indian versions. Dewi Murni is derived from Kalidasa’s Shakuntala. Excerpts from the Brahmavaivarta Purana and Ramayana are used in the narration of Selendang Delima which is the story of a nymph’s offspring who is cursed and subjected to cruelty. GulBakawali is obtained from a Persian story and deciphered to Hindustani in 1702 by Niphal Chand (Zainal Abidin Ahmad, 1942: 144). Sheikh Mohd. Ali bin Ghulam Hussein Alhandi (an Indian Muslim) is reponsible for translating Gul Bakawali from an Urdu / Hindi text. Elements that have come to be accepted as the culture of the Malay world is the outcome of Indianisation in the region (Noor 2005: 32). One has to agree with Farish Noor when he states ‘that the Malay world has a number of lasting legacies’ (Noor 2005: 32).
    [Show full text]
  • Brunei Malay Traditional Medicine: Persistence in the Face of Western
    BRUNEI MALAY TRADITIONAL MEDICINE: PERSISTENCE IN THE FACE OF WESTERN MEDICINE AND ISLAMIC ORTHODOXY Virginie Roseberg Master of Anthropology from the University of Paris 1, Pantheon-Sorbonne, France. This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy of The University of Western Australia School of Social Sciences Anthropology and Sociology 2017 THESIS DECLARATION I, Virginie Roseberg, certify that: This thesis has been substantially accomplished during enrolment in the degree. This thesis does not contain material which has been accepted for the award of any other degree or diploma in my name, in any university or other tertiary institution. No part of this work will, in the future, be used in a submission in my name, for any other degree or diploma in any university or other tertiary institution without the prior approval of The University of Western Australia and where applicable, any partner institution responsible for the joint-award of this degree. This thesis does not contain any material previously published or written by another person, except where due reference has been made in the text. The work(s) are not in any way a violation or infringement of any copyright, trademark, patent, or other rights whatsoever of any person. The research involving human data reported in this thesis was assessed and approved by The University of Western Australia Human Research Ethics Committee. Approval no. RA/4/1/5585. The work described in this thesis was funded by an Australian Postgraduate Award and UWA Safety Net Top-up Scholarship. This thesis does not contain work that I have published, nor work under review for publication.
    [Show full text]
  • We Choose What to Fear in Indonesian Horror Cinema
    Communicare : Journal of Communication Studies Volume 8 No. 1, June 2019, p 62 - 75 P-ISSN: 2089-5739, E-ISSN: 2502-2091 DOI : https://doi.org/10.37535/101008120215 http://journal.lspr.edu/index.php/communicare We Choose What to Fear in Indonesian Horror Cinema Achmad Ridwan Noer Universitas Indonesia, Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia ABSTRACT Horror movies in Indonesian cinemas have seen a recent surge of viewers despite KEYWORDS being associated with exploiting sensualism under the blanket of horror. Meanwhile, horror; the top ten viewed Indonesian horror movies in recent years managed to somewhat movie; acquire the trust of Indonesians to come back to watch more horror movies in their trailer; favourite cinemas. This paper employs the qualitative content analysis method to Indonesia; better grasp what movie trailer elements are employed by the top 10 viewed marketing Indonesian horror movies and see what are the similarities and differences in the elements of horror they present. Ultimately, as the market demands it, a natural selection for the kinds of horrors Indonesians watch is currently on going. Keywords: horror; movie; trailer; indonesia; marketing INTRODUCTION The Indonesian horror movie trailers have been a remarkable tool to seduce the eyes and minds of the population to return to the cinemas. Despite having a rather negative view in the eyes of the usual moviegoers (Downes, 2014), there are ten Indonesian horror movies in 2017 and 2018 which are expected to restore the nation’s thrust in the genre. As a marketing an effective marketing tool, the trailers of these movies played a role to terror millions of people in the theatre.
    [Show full text]