BAB II. LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Folklor Folklore Atau
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB II. LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Folklor Folklore atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan istilah folklor, merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengulas serta membahas mengenai kebudayaan. Folklor terdiri dari dua suku kata yaitu folk dan lore. Dundes menjelaskan (dalam Danandjaja, 1997) folk adalah sekumpulan manusia dengan ciri-ciri fisik, budaya serta sosial yang sama sehingga dapat kenali dari kelompok yang lain. Ciri-ciri pengenalan fisik yang disebutkan dapat berupa bahasa, mata pencaharian, warna kulit, bahasa atau logat, dan kepercayaan. Menurut Wulandari (2017) Pengertian suku adalah suatu kelompok manusia yang dapat mengenali dirinya dengan seksama berdasarkan garis keturunan dari para nenek moyangnya yang dianggap sama dan memiliki ciri khas seperti bangsa, bahasa, perilaku dan agama. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa folk dapat diartikan sebagai sebuah suku atau ras. Sedangkan pengertian dari lore adalah adat ataupun pengetahuan dari nenek moyang yang diwariskan secara turun temurun baik itu secara lisan (verbal), tingkah laku (non verbal) atau melalui bukti- bukti fisik yang ada seperti barang-barang peninggalan dari zaman dulu. Dari penjelasan diatas, folklor dapat diartikan sebagai sekelompok orang (suku) yang mempunyai tradisi yang diakui oleh bersama serta diwariskan ke setiap generasinya. Sehingga suatu folklor akan tetap ada walaupun perkembangan zaman terus berkembang. Menurut Brunvard (Danandjaja, 1997, h.21) folklor dikategorikan menjadi tiga jenis, yakni : • Folklor lisan (verbal folklore) Misal: dongeng, mite, anekdot, legenda, pantun, syair • Folklor sebagian lisan (partly verbal folklore) Misal: Biasanya dalam bentuk permainan • Folklor bukan lisan (non verbal folklore) Misal: pakaian, makanan dan minuman 6 II.1.1 Folklor Lisan Folklor lisan adalah sebuah tradisi yang disampaikan seutuhnya melalui lisan dari generasi ke generasi selanjutnya. Folklor lisan sering disebut juga dengan istilah tradisi lisan. Ciri yang sering ditemukan dalam folklor ini adalah, biasanya seorang pencerita (sumber) akan mengadakan suatu pertemuan langsung dengan pendengarnya, sehingga terjadilah sebuah bentuk pewarisan budaya yang bahkan terkadang diadakan juga pertukaran cerita dalam pertemuan tersebut. Menurut Danandjaja, (1991, h.17-20), foklor lisan atau tradisi lisan memliki beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakat, yakni: 1. Mengungkapkan norma-norma yang hidup di masyarakat. Misalnya, dalam masyarakat Sunda terdapat sebuah peribahasa “Aku aku angga” yang berarti seseorang yang mengakui barang milik orang lain sebagai milik pribadi dengan maksud ingin memiliknya sendiri. 2. Sebagai suatu ungkapan kritik atau dapat berupa protes sosial terhadap suatu kondisi kehidupan 3. Ungkapan pendapat masyarakat terhadap pemerintah 4. Mendidik dan mewarisi nilai-nilai, gagasan, ide dari sebuah generasi ke generasi lainnya. Jenis-jenis yang termasuk kedalam foklor lisan yakni: (1) bahasa rakyat (2) ungkapan tradisional (3) peranyaan tradisonal (4) sajak (5) cerita rakyat (6) nyanyian II.1.2 Folklor Sebagian Lisan Foklor sebagian lisan adalah sebuah tradisi yang memiliki perpaduan antara lisan dan unsur isyarat gerak. Isyarat gerak ini memiliki makna hubungan terhadap sesuatu yang bersifat gaib. Misalnya saja, sebuah batu yang dianggap memilki kekuatan kekebalan terhadap mereka yang memakainya. Sehingga foklor sebagian lisan dapat pula dikatakan sebagai adat kebiasaan. Bentuk-bentuk dari Foklor sebagian lisan ini diantaranya: • Kepercayaan rakyat • Permainan rakyat 7 • Adat istiadat • Upacara • Pesta rakyat • Dll II.1.3 Folklor Bukan Lisan Menurut Zaidan (2015) foklor bukan lisan adalah suatu tradisi turun temurun yang menggunakan material ataupun non material sebagai cara dalam pewarisannya. Bentuk-bentuk foklor yang termasuk ke dalam kategori material, yakni: 1. Arsitektur rakyat (bentuk asli rumah daerah ataupun bentuk lumbung padi) 2. Kerajinan tangan rakyat 3. Pakaian dan perhiasan tubuh adat 4. Makanan dan minuman adat 5. Obat-obatan tradisional Sedangkan yang termasuk ke dalam non-material, yakni: 1. Gerak isyarat tradisional 2. Bunyi isyarat sebagai komunikasi II.2 Cerita Rakyat Cerita rakyat termasuk ke dalam foklor lisan. Cerita rakyat merupakan cerita yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, Cerita rakyat termasuk kedalam kategori folklor lisan. Folklor lisan di wariskan melalui mulut ke mulut. Menurut William R. Bascom (dalam Danandjaya, 1984, h.50), cerita rakyat dibagi menjadi tiga yakni mite, legenda dan dongeng. Ciri-ciri cerita rakyat antara lain : • Cerita bersifat anonim, tidak diketahui siapa pembuatnya. • Sering mengalami perubahan, cerita rakyat termasuk ke dalam foklor lisan, dimana cara penyampainnya dilakukan dengan bercerita. Sehingga tak jarang seorang pencerita menambahkan atu mengurangi cerita yang ada di dalamnya. 8 • Dimiliki oleh sekelompok individu (tidak diakui oleh perseorangan). • Disampaikan secara turun temurun • Mengandung nilai-nilai dan norma dalam masyarakat II.3 Mite Mite atau mitos secara etimologi merupakan istilah dari bahasa Yunani mythos yang diartikan secara garis besar berarti sebuah cerita atau suatu hal yang diceritakan oleh seseorang namun makna yang lebih lebar mitos bisa dikatakan sebagai sebuah penyataan, selain itu mitos juga sering dikaitkan dengan mythology dalam bahasa inggris berarti ilmu yang mempelajari tentang mitos ataupun hal yang berkaitan dengan mitos itu sendiri. Mitos biasanya berupa kumpulan ceritayang dikisahkan secara turun temurun pada setiap generasi di suatu kebudayaan ataupun bangsa. (Wadiji, 2011, h. 10-11) Menurut Haviland (1997) Pada dasarnya mitos memiliki kepercayaan tentang ketuhanan dikarenakan dapat memberikan rasa kepercayaan padan praktek keagamaan. Biasanya masalah yang terkandung pada mitos merupakan masalah yang penting yang ada pada kehidupan manusia seperti, dari manakah manusia berasal dan semua yang ada pada dunia ini, mengapa manusia harus ada disini dan kemanakah akhir tujuan manusia. Fungsi mitos adalah untuk memberikan penerangan. Mitos memberikan penjelasan dan pemahaman tentang jagat raya, selain itu mitos pun memiliki beberapa fungsi tertentu, diantaranya : 1. Memberikan penyadaran tentang kekuatan alam ghaib Mitos bukanlah tempat untuk menginformasikan kekuatan ghaib namun tentang bagaimana cara kita untuk mempelajari dan berdampingan dengannya. 2. Memberikan jaminan tentang masa kini Mitos memberikan gambaran tentang berbagai peristiwa apa saja yang pernah terjadi dimasa lampau dan memberikan pengetahuan bagi masa kini. 3. Mitos memberikan pengetahuan tentang realita Mitos memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi di dunia, asal muasalnya, tetapi tidak seperti ilmu sejarah pada biasanya karena ruang dan 9 waktu pada cerita mitos biasanya sebuah cerita yang dikisahkan untuk memberikan gambaran tentang awalan dan akhiran atau tentang asal muasal serta tujuan sebuah kehidupan. (Fransiskus, 2006, h.45) Fungsi utama mitos bagi sebuah kebudayaan adalah untuk mengangkat, mengungkap, melindungi dan memberikan moralitas serta menuntun manusia menuju ke jalan yang lebih baik . (Roibin, 2007, h.193) Menurut Putra (2012) Mitos bukanlah cerita yang sepele karena mitos dapat mengandung banyak sekali pesan tersirat yang ada didalamnya. Pesan-pesan ini tidak hanya ada dalam sebuah mitos saja melainkan berada pada semua mitos karena semua yang ada didalamnya sangatlah bersinggungan. Dalam hal ini biasanya si pencerita pada dahulu kala lalu nenek moyang kita menerima mitos tersebut hingga akhirnya sampailah pada generasi sekarang. II.3.1 Mitos Dalam Kebudayaan Sunda Budaya adalah hasil dari pola pikir umat manusia. Budaya datang dari cipta rasa dan karsa manusia yang dibuat menjadi sebuah kebiasaan dihidupnya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka budaya sangatlah berpengaruh dalam kehidupan bersosialisasi pada manusia. Menurut Haviland (Sundajaya 2008, h.4) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan atau sekelompok manusia yang tinggal dan mendiami suatu tempat atau daerah dan memiliki sebuah atau lebih kebudayaan yang sama. Maka dapat disimpulkan bahwa sebuah masyarakat bisa dikatakan masyarakat jika secara utuh memiliki kebudayaan dan pola hidup yang sama. Setelah berbagai macam kebudayaan yang ada dan melekat pada masyarakat pada kurun waktu yang cukup lama maka terbentuklah pola-pola yang menjadi unsur bagi kebudayaan itu sendiri, salah satu bentuk dari hasil pemikiran budaya tersebut adalah folklore atau sering disebut juga folklor. Folklor merupakan salah satu hasil dari pemikiran budaya yang disampaikan menggunakan lisan. Folklor sendiri terbagi menjadi tiga jenis yaitu folklor non-lisan, setengah lisan dan folklor lisan. Folklor lisan sangatlah erat keberadaanya dengan budaya Sunda, hal ini karena 10 tradisi lisan ada terlebih dahulu dibandingkan tradisi tulis pada budaya di tanah Sunda. Budaya masyarakat Sunda terhadap tradisi lisan terbukti dengan berbagai macam karya yang ada pada sejarah Sunda seperti carita pantun, pupuh, pamali, dongeng dan sebagainya. (Widiastuti, 2015) selain beberapa karya peninggalan sejarah tersebut adapun folklor yang menceritakan tentang mitos yang sering diperbincangkan oleh masyarakat Sunda yaitu jurig. II.4 Jurig Berbicara mengenai mitos, bagi masyarakat Indonesia khususnya di daerah Sunda, sangat tidak mungkin untuk menghapuskan keberadaan dari mitos itu sendiri karena di Sunda pun banyak sekali mitos-mitos yang berkembang, salah satunya adalah mitos mengenai hantu atau sering disebut jurig. Hantu atau makhluk halus secara umum merujuk pada kehidupan setelah kematian,