perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG SEBAGAI SUMBER
IDE PERANCANGAN TEKSTIL UNTUK HIASAN DINDING
PENGANTAR KARYA TUGAS AKHIR
Disusun Guna Melengkapi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar Sarjana Seni Jurusan Kriya Seni / Tekstil
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Oleh:
RM. Kusuma Bayu Aji
C0904032
Kriya seni/tekstil
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG SEBAGAI SUMBER
IDE PERANCANGAN TEKSTIL UNTUK HIASAN DINDING
Disusun oleh
RM. KUSUMA BAYU AJI
C0904032
Telah disetujui oleh pembimbing
Pembimbing
Drs. F. Ari Dartono, M.Sn.
NIP. 195811201987031002
Mengetahui
Ketua Jurusan Kriya Tekstil
Dra. Tiwi Bina affanti, M.Sn.
NIP. 197610112003122001
commit to user
ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG SEBAGAI SUMBER
IDE PERANCANGAN TEKSTIL UNTUK HIASAN DINDING
Disusun oleh
RM. KUSUMA BAYU AJI C0904032
Telah disetujui oleh Tim Penguji Tugas Akhir
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal …………………......
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua ……………… NIP.
Sekretaris ……………… NIP.
Penguji I ……………… NIP.
Penguji II ……………… NIP.
Mengetahui
Dekan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Drs. Riyadi Santosa, M.Ed.
NIP. 196003281986011001
commit to user
iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN
Nama : RM. Kusuma Bayu Aji
NIM : C 0904032
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN TEKSTIL UNTUK HIASAN DINDING adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat, dan Tugas Akhir ini tidak berisi materi yang ditulis oleh orang lain, kecuali bagian-bagian tertentu yang penulis ambil sebagai acuan dengan mengikuti tata cara dan etika penulisan ilmiah yang lazim. Hal-hal tersebut dalam karya ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.
Surakarta,
Yang membuat peryataan,
RM. Kusuma bayu aji
commit to user
iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MOTTO
Kesuksesan dapat diraih saat bertemunya kesempatan dan niat untuk menggapainya.
commit to user
v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Pesembahan atas terselesaikannya Tugas Akhir ini adalah untuk:
Tom hardi
Suryani
Bapak Abdul Asngadi
Almamaterku
commit to user
vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan berkat dan
rahmat-Nya, sehingga Tugas Akhir yang berjudul, CERITA RAKYAT MALIN
KUNDANG SEBAGAI SUMBER IDE PERANCANGAN TEKSTIL UNTUK
HIASAN DINDING untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh
gelar sarjana dapat terselesaikan.
Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari beberapa
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dra. Tiwi Bina Affanti, M.Sn., selaku ketua jurusan Kriya Seni/Tekstil
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. F. Ari Dartono, M.Sn., selaku Pembimbing yang selalu membimbing
dengan penuh kesabaran, memberikan dorongan semangat dan doanya sampai
terselesaikannya Tugas akhir ini.
4. Dewan penguji TA, dan segenap Dosen di Jurusan Kriya Seni Tekstil.
5. Bapak dan Ibu, Kakakku, serta segenap keluarga yang dengan tulus ikhlas
telah memberikan bantuan material dan spiritual dengan doa-doanya yang
tidak pernah ada putusnya.
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, sampai terselesaikannya Tugas Akhir ini.
commit to user
vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Penulis berharap semoga hasil tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi
banyak pihak khususnya jurusan kriya seni/tekstil dan masyarakat pada umumnya
Surakarta, 2011
Penulis
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
tulis yang tidak sekedar sebagai motif, tetapi mempunyai sebuah CERITA RAKYAT MALIN KUNDANG SEBAGAI SUMBER makna lebih. (2) Hasil perancangan yang ekslusif menjadikan IDE PERANCANGAN TEKSTIL UNTUK HIASAN produk hiasan dinding ini sangat cocok untuk masyarakat kota, DINDING terutama pada kelas ekonomi atas.
RM. Kusuma Bayu Aji1 Drs. F .Ari Dartono,M.Sn2
ABSTRAK
2011. Cerita Rakyat Malin Kundang Sebagai Sumber Ide Perancangan Tekstil Untuk Hiasan Dinding . Tugas Akhir: Jurusan kriya seni/tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Fokus yang diangkat dalam Tugas Akhir ini, yaitu (1) Bagaimana menampilkan makna dari Cerita Rakyat Malin Kundang kedalam sebuah karya tekstil? (2) bagaimana menampilkan nuansa batik tulis untuk dapat bercerita mengenai makna dari cerita rakyat Malin Kundang? (3) Bagaimana menciptakan produk yang memiliki nilai tinggi secara ekslusif? (4) Faktor-Faktor pendukung apa saja dalam menciptakan sebuah produk desain tekstil? Tujuan yang ingin dicapai adalah (1) Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mengenai karya tekstil sebagai hiasan dalam ruangan (2). Ingin melestarikan dan menggembangkan teknik batik tulis yang sudah ada sekarang (3). Mampu menuangkan ide gagasan cerita rakyat Malin Kundang ke dalam sebuah motif perancangan tekstil. (4) Dapat mewujudkan perancangan sesuai konsep.
Metode yang digunakan dalam perancangan Tugas Akhir ini adalah (1) Menganalisa permasalahan. (2) Menentukan strategi atau langkah-langkah untuk memecahkan permasalahan yang diangkat. (3) Mengumpulkan data -data dengan mengadakan observasi dan studi proses produksi. (4) mengadakan percobaan- percobaan. (5) Proses penciptaan karya Kesimpulan yang dapat diambil yaitu bahwa : (1) Pada akhirnya cerita rakyat Malin Kundang dapat menjadi sebuah motif batik
1 Mahasiswa Jurusan Kriya Seni/Tekstil dengan NIM C 0904032 2 Dosen Pembimbing
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...... 0 i
Halaman Persetujuan Pembimbing ...... 0 ii
Halaman Pengesahan ...... iii
Halaman Peryataan ...... iv
Halaman Motto ...... v
Halaman Persembahan ...... vi
Kata Pengantar ...... vii
Daftar Isi ...... ix
Abstrak ...... x
BAB I PENDAHULUAN ...... 001
A. Latar Belakang ...... 01
B. Studi Pustaka ...... 005
1. Cerita Rakyat ...... 005
2. Cerita Rakyat Malin Kundang ...... 009
3. Kebudayaan Sumatera Barat ...... 011
4. batik ...... 012
5. Kesedihan dan Kemarahan......
C. Fokus Permasalahan...... 014
BAB II METODE DESAIN ...... 015
A. Analisis Permasalahan ...... 015
B. Pemecahan Masalah ...... 016
C. Hasil Pengumpulan Data ...... 018
D. Eksperimen ...... 030
E. Alternatif Gagasan ...... 032 commit to user
ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III PROSES PERANCANGAN ...... 034
A. Bagan Pemecahan Masalah ...... 034
B. Konsep Desain ...... 035
1. Aspek Estetis ...... 035
2. Aspek Bahan ...... 039
3. Aspek Teknik ...... 040
4. Aspek Fungsi ...... 041
C. Kriteria Desain ...... 041
D. Pemecahan Desain ...... 042
BAB IV VISUALISASI ...... 045
A. Uraian Deskriptif ...... 045
B. Hasil Desain… ...... 47
1. Desain 1 ...... 047
2. Desain 2 ...... 051
3. Desain 3 ...... 054
4. Desain 4 ...... 057
5. Desain 5 ...... 060
6. Desain 6 ...... 063
BAB V KESIMPULAN ...... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cerita rakyat merupakan media penyampaian pesan atau informasi
yang diceritakan secara lisan. Penyampaian pesan tersebut lebih mudah
menyebar secara lisan daripada secara tertulis, karena pada jaman dahulu
penyampaian informasi masih sederhana yaitu dari mulut kemulut, dan
menjadi sebuah cerita yang mudah diingat dan diceritakan lagi pada
generasi berikutnya. Arti dari cerita rakyat dapat pula berupa bentuk
penuturan cerita yang pada dasarnya tersebar secara lisan, diwariskan
turun temurun dikalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional
(Tashadi,1980:61). Cerita rakyat mempunyai ciri khusus yang terletak
pada sifatnya yang tradisional dari seseorang kepada orang lain secara
berturut turut tanpa penekanan tuntutan akan sumber aslinya, cerita ini
disampaikan secara lisan dan akan selalu tersimpan dalam ingatan
manusia. Ada kemungkinan perubahan dalam cerita rakyat tersebut
disebabkan penuturnya tidak mampu mengingat seluruh cerita tersebut
secara urut dan lengkap.
Banyak cerita rakyat yang berkembang di Indonesia, karena Indonesia
merupakan Negara yang mempunyai keanekaragaman suku bangsa dan
budaya. Suku bangsa tersebut mempunyai sejarah dan perkembangan
sendiri dalam merintis hasil kebudayaannya. Cerita rakyat di Indonesia
commit to user 1 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
pada umumnya banyak bercerita tentang sesuatu yang benar – benar
terjadi. Cerita tersebut ada yang disakralkan oleh pendukung ada pula yang
tidak dan hanya sebuah cerita saja, ada pula cerita yang tidak dianggap
benar – benar terjadi dan hanya menjadi sebuah cerita sebagai
pembelajaran saja.
Penulis mengambil sebuah cerita rakyat yang berasal dari Sumatera
Barat yaitu cerita rakyat Malin Kundang. Cerita rakyat Malin Kundang
dapat menjadi inspirasi bagi setiap orang, karena didalam cerita tersebut
terdapat pesan agar dalam kehidupan ini seorang anak harus patuh kepada
orang tua terlebih pada ibu kandung sendiri, bukan sebaliknya tidak
menganggap ibu sendiri setelah meraih kesuksesan dan terlepas dari kasih
sayang ibu, bagaimanapun juga manusia tidak akan berada di dunia ini
tanpa jasa seorang ibu yang melahirkan dan merawat. Banyak kejadian di
masyarakat saat ini berkaitan dengan menurunnya akhlak dan budi pekerti
manusia tentang rasa hormat terhadap orang tua khususnya ibu.
Pembelajaran budi pekerti, sikap menyayangi dan menghormati ibu dapat
diajarkan melalui pemahaman cerita rakyat Malin Kundang. Cerita rakyat
Malin Kundang merupakan cerita rakyat yang benar – benar terjadi dan
diyakini oleh banyak masyarakat akan kebenarannya, tetapi cerita tersebut
tidak diyakini oleh masyarakat sebagai suatu cerita yang sakral. Sehingga
cerita rakyat Malin Kundang ini dapat disebut sebagai legenda, karena
sesuai dengan ciri – ciri tersebut. (Tashadi,1980:61)
Melalui media cerita rakyat Malin Kundang, penulis mengambil pesan
yang disampaikan melalui cerita tersebut. Dalam kaitannya dikehidupan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
masyarakat, pembelajaran tentang kedurhakaan seorang anak dan seorang
ibu yang memberikan sumpah kepada anaknya ini masih sangat
dibutuhkan. Karena ikatan batin dan kasih sayang seorang ibu terhadap
anaknya, begitupun sebaliknya akan selalu terjadi dan berkelanjutan
dikehidupan ini. Melalui pemahaman penulis, cerita rakyat Malin
Kundang akan disampaikan sebagaimana penggambaran tokoh dan
suasana yang ada dalam cerita tersebut kedalam sebuah karya.
Permasalahan yang akan diambil oleh penulis dari cerita Malin Kundang
adalah, pesan dari cerita rakyat Malin Kundang sehingga dapat menjadi
inspirasi bagi kita sebagai media pembelajaran tentang budi pekerti.
Pembelajaran tentang budi pekerti akan terus menerus tersampaikan
sampai kegenerasi manusia selanjutnya. Maksud penulis membuat karya
ini adalah sebagai media pesan tentang penanaman budi pekerti yang
dewasa ini mengalami kemunduran, melalui karya ini pesan moral dan
pembelajaran menghargai orang tua khususnya ibu dapat tersalurkan
melalui media perancangan tekstil berupa batik tulis.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
STUDY PUSTAKA
1. Cerita Rakyat
Definisi tentang cerita rakyat adalah bentuk penuturan cerita yang
pada dasarnya tersebar secara lisan, diwariskan turun temurun
dikalangan masyarakat pendukungnya secara tradisional. Cerita rakyat
yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah “folktale” adalah
sangat inklusif secara singkat dikatakan, bahwa setiap jenis cerita yang
hidup di kalangan masyarakat, yang ditularkan dari mulut ke mulut,
adalah cerita rakyat. (Tashadi.1980:61)
Cerita rakyat yang timbul di dalam dunia merupakan suatu dunia
impian atau dunia angan-angan orang kebanyakan yang dikontraskan
dengan dunia terpelajar yang pada masa lalu didominasi oleh
kelompok bangsawan. Dengan demikian, pemahaman terhadap cerita
rakyat merupakan penyingkapan dunia simbol yang mengandung nilai-
nilai yang dipahami, bukan hanya melalui strukturnya, melainkan
dengan mencari lebih jauh untuk mencapai kedalaman yang tak kasat
mata.
Seperti yang telah dikemukakan, cerita rakyat memuat prototipe
ideologi sekelompok manusia. Didalam penjabaran fungsinya, cerita
rakyat mengungkapkan nilai=nilai sosial budaya yang dianut oleh
suatu kolektif. (Sitonggang.1995:3)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
Cerita rakyat meliputi:
a. Mite, ialah cerita yang dianggap benar – benar terjadi dan dianggap
sakral oleh pendukungnya. Mite mengandung tokoh – tokoh dewa
atau mahluk setengah dewa. Tempat terjadinya didunia lain, dan
masa terjadinya sudah jauh di jaman purba.
b. Legenda: ialah cerita yang mengandung ciri-ciri mirip dengan
mite, yaitu dianggap benar – benar terjadi, tetapi tidak dianggap
sakral. Tokoh legenda adalah manusia biasa yang memiliki sifat
luar biasa, sering dibantu oleh mahluk gaib. Tempat terjadinya
didunia kita ini. Waktu terjadinya dijaman purba, tetapi tidak setua
mite.
c. Dongeng, adalah cerita yang dianggap tidak benar – benar terjadi,
baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya. Dongeng tidak
terikat oleh ketentuan tentang pelaku, waktu dan tempat, artinya:
tokohnya boleh siapa saja, dewa, hantu, manusia, binatang dan
sebagainya, waktu terjadinya dapat kapan saja, dan tempat
terjadinya dapat kapan saja.
Ciri – ciri cerita rakyat
Menurut Stith Thompson, ciri khusus cerita rakyat terletak pada
sifatnya yang tradisional. Cerita rakyat ditularkan dari seseorang
kepada orang lain secara berturut – turut, tanpa penekanan tuntutan
akan sumber aslinya. Cerita rakyat benar – benar oral, artinya disebar
luaskan dari mulut kemulut. Dalam proses penyebarannya, cerita
rakyat dituturkan oleh seseorang dan didengar oleh orang lain. Orang
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
lain mengulang menuturkan kepada orang lain lagi sejauh dia dapat
mengingat urutan isinya, dengan atau tanpa tambahan yang dibuat oleh
penuturnya yang baru itu. (Tashadi.1980.62)
Karena cerita rakyat pada dasarnya tersimpan didalam memori
tradisional, yaitu didalam ingatan manusia, atau dalam tradisi lisan,
maka cerita rakyat itu tidak pernah memiliki bentuk yang tetap. Cerita
rakyat senantiasa mengalami perubahan dari masa kemasa lain, bahkan
dari penuturan yang satu kepenuturan yang lain dalam saat yang
berbeda, meski dalam kelompok atau individu yang sama.
Adapun kemungkinan perubahan – perubahan yang dialami oleh
cerita rakyat didalam proses penyebarannya itu, disebabkan oleh
penuturnya tidak mampu mengingat seluruh isi cerita secara urut dan
lengkap, atau tidak mampu menuturkannya secara tepat seperti yang
didengarnya dari penutur yang memberi cerita kepadanya. Karena lupa
bagian – bagian cerita yang dituturkannya itu, lalu diganti atau
diubahnya dengan bagian dari hasil rekamannya sendiri. Kecuali itu,
ada kalanya juga disebabkan karena adanya tuntutan untuk
menyelaraskan penuturan cerita itu dengan selera pendengarnya,
mungkin pula dipengaruhi oleh cetusan rasa si penutur, yang tidak
mustahil dibumbui dengan daya khayal dan daya kreasinya.
Menurut James Danadjaja, cerita rakyat mempunyai beberapa ciri
pengenal yang membedakan dari kesusteraan tertulis, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
a. Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yaitu
disebarkan atau diwariskan melalui kata – kata dari mulut kemulut,
dari satu generasi ke generasi berikutnya.
b. Cerita rakyat adalah tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk
yang standart. Disebarkan diantara kolektif tertentu, dalam waktu
yang cukup lama (paling sedikit dua generasi).
c. Cerita rakyat ada dalam versi yang berbeda. Hal ini diakibatkan
oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), dan bukan
melalui tulisan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa dari
manusia, dengan mudah data mengalami perubahan. Walaupan
demikian perbedaannya pada umumnya hanya terletak pada bagian
luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya data tetap bertahan.
d. Cerita rakyat bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak
diketahui orang lain.
e. Cerita rakyat biasanya mempunyai bentuk, berumus atau berpola,
yakni selalu mengunakan kata – kata klise, ungkapan – ungkapan
tradisionil, ulangan – ulangan, dan mempunyai kalimat – kalimat
atau kata pembukaan dan penutup yang baku.
f. Cerita rakyat mempunyai kegunaan (fungsi) dalam kehidupan
kolektifnya. Cerita rakyat antara lain mempunyai kegunaan sebagai
alat pendidik, pelipur lara protes sosial, proyeksi, dll.
g. Cerita rakyat bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri,
yang tidak sesuai dengan logika Aristotelean.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
h. Cerita rakyat menjadi milik bersama dari kolektif tertentu. Hal ini
sudah tentu disebabkan karena penciptanya yang pertama sudah
tidak diketahui lagi oleh orang, sehingga setiap anggota kolektif
merasa memilkinya.
i. Cerita rakyat pada umumnya bersifat polos dan lugu.
Sebagai folklore lisan, cerita rakyat mempunyai empat fungsi, yang
menurut William R. Bascon dirumuskan sebagai berikut:
a. Fungsi sebagi sistem proyeksi, yakni mencerminkan angan – angan
kelompok.
b. Fungsi sebagai alat pengesahan pranata – pranata dan lembaga
kebudayaa.
c. Fungsi sebagai alat pendidikan.
d. Fungsi sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma – norma
masyarakat dipatuhi.
(Tashadi.1980.63)
Berbicara tentang pendidikan dan pengendalian ketegangan sosial,
Koentjaraningrat mengemukakan pendapatnya, bahwa pendidikan dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk mempertebal keyakinan kepada warga
masyarakat akan kebaikan adat istiadat kelompoknya. Selanjutnya, cara yang lain
untuk mempertebal keyakinan anggota masyarakat akan kebaikan adat istiadat
kelompoknya itu, ialah dengan apa yang disebut sugesti sosial. Dalam hal ini
kebaikan adat istiadat ditunjukkan kepada warga masyarakatnya melalui cerita –
cerita rakyat, dongeng – dongeng, cerita tentang karya orang – orang besar, cerita
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
tentang pahlawan – pahlawan, yang dikisahkan dapat berhasil meraih kebesaran
dan keberhasilan berkat kepatuhannya terhadap adat istiadat.
Dikatakan oleh Koentjaraningrat, bahwa cara semacam ini memang lazim
dalam hampir semua masyarakat didunia, dan memnyebabkan bahwa suatu
kompleks dongeng tentang tokoh – tokoh besar dan pahlawan – pahlawan terkenal
merupakan suatu kebutuhan universal didalam kehidupan masyarakat diseluruh
dunia. (Tashadi.1980. risalah sejarah dan budaya: 61-64)
2. Cerita rakyat malin kundang
Cerita Malin Kundang berasal dari Padang Sumatera Barat, tepatnya di
perkampungan pantai air manis. penulis akan menceritakan sebagian dari inti
cerita yang akan menjadi topik bahasan dalam pembuatan karya ini.
Pada mulanya ada seorang wanita yang bernama Mande Rubayah, dia
hidup bersama suaminya di pedalaman. Karena selalu hidup dalam kekurangan
akhirnya mereka pindah ke kampung nelayan untuk mencari kehidupan yang lebih
layak. Saat tinggal di kampung nelayan tersebut mereka dikaruniai seorang anak
laki laki yang diberi nama Malin Kundang, ia anak yang cerdas, mempunyai
kemauan yang keras dan pandai bergaul. Saat ayah Malin Kundang melaut
mencari ikan ternyata ia tidak kembali, Mande Rubayah sangat sedih karena
kehilangan suaminya. Semenjak itu mereka hanya hidup berdua, kehidupan
mereka berdua sederhana hanya cukup untuk bertahan hidup. Ibu Malin Kundang
sangat menyayangi anaknya, begitupun si Malin Kundang. Mande Rubayah
berjualan kue ke kampung – kampung untuk mencukupi kebutuhannya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
Setelah Malin Kundang tumbuh menjadi dewasa ia tidak puas akan
keadaannya, ia ingin hidup kaya dan dapat membahagiakan ibunya. Maka ia
memutuskan untuk pergi merantau di negeri sebrang. Kemudian Malin Kundang
mendapatkan pekerjaan di pelabuhan, saat itu ia bekerja membersihkan geladak
kapal, karena keuletan dan kebaikannya akhirnya Malin Kundang diangkat anak
oleh nahkoda kapal. Malin Kundang telah menjadi saudagar kaya dan menikah
dengan puteri saudagar kaya, kehidupan Malin Kundang mapan dan bahagia.
Sementara itu, setelah bertahun tahun ibunya yang hidup di tanah Padang terus
memimpikan anaknya untuk pulang, ia sudah tua dimakan usia dan berjalan mulai
terbungkuk-bungkuk. Tetapi Mande Rubayah selalu mendoakan Malin Kundang
untuk segera pulang dalam keadaan selamat.
Harapan Mande Rubayah terkabul, akhirnya Malin kundang menaiki
kapalnya yang megah berlayar menuju pantai. Mande Rubayah dengan tertatih
tatih dengan pakaian compang camping menuju kepantai. Setelah bertemu Mande
Rubayah langsung memeluk Malin Kundang dan berkata bahwa Malin Kundang
adalah anak kandungnya yang telah ditunggu tunggu selama bertahun tahun.
Karena Malin Kundang malu kepada istrinya maka ia menolak ibunya sendiri, dan
tidak mau menganggap Mande Rubayah sebagai ibunya. Malin kundang merasa
sudah kaya dan mempunyai istri cantik dan kaya dan malu dilihat oleh banyak
orang dan istrinya sendiri bahwa mempunyai ibu yang miskin. Ibu Malin
Kundang sedih dan menangis, seketika itu juga Mande Rubayah menangis dan
dapat berdiri dengan tegak sambil mendoakan Malin Kundang agar Tuhan
menghukumnya. Setelah Malin Kundang pergi menaiki kapalnya, terjadi badai di
laut, kapal Malin Kundang hancur, ia sadar dan menyesal untuk tidak mengakui
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
Mande Rubayah adalah ibu kandungnya. Kapal Malin Kundang hancur, istri
Malin Kundang terlempar kelaut begitupun juga dengan Malin Kundang mereka
berdua tewas, kejadian tersebut berada di teluk air manis.
Ketika matahari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki
bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu, itulah kapal Malin
Kundang. Tak jauh dari tempat itu Nampak sebongkah batu yang menyerupai
tubuh manusia. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang telah kena
kutuk ibunya menjadi batu. Disela sela batu itru berenang renang ikan teri, ikan
belanak dan ikan tengiri, konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri
yang terus mencari Malin Kundang. Demikian sampai sekarang, jika ada ombak
besar menghantam batu-batu itu terdengar seperti lolongan jerit manusia konon itu
suara Malin Kundang.
(Uddin syamsudin.1996)
3. Kesedihan dan Kemarahan
Dalam cerita Malin Kundang seorang tokoh Mande Rubayah digambarkan
sebagai seorang ibu yang lemah lembut dan sangat menyayangi anaknya. Ia
merupakan seorang wanita yang giat bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup
dan membesarkan anaknya. Saat Malin Kundang pergi untuk bekerja dan
meninggalkan ibunya, ibunya merasa sedih, terlebih saat Malin Kundang merasa
bahwa dia sudah berhasil dengan hidupnya, ia tidak mengakui Mande Rubayah
sebagai ibu kandungnya sendiri. Kesedihan seorang ibu tercipta karena kehilangan
sesuatu miliknya yang berharga. Kesedihan adalah salah satu emosi yang bias
bertahan lama. Setelah masa penderitaan yang memprotes, biasanya akan ada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
masa kesedihan yang berpasrah diri, yang orangnya merasa sama sekali tak
berdaya; kemudian, protes penderitaan itu akan muncul kembali sebagai usaha
untuk mengatasi kehilangan, diikuti oleh kesedihan, kemudian penderitaan yang
dalam, demikian berulang – ulang. (Paul Ekman.2007:152)
Kemarahan ditunjukkan oleh Malin Kundang kepada ibunya saat dia
merasa dipermalukan didepan orang banyak untuk mengakui Mande Rubayah
seorang wanita tua miskin untuk menjadi ibu kandungnya, yang sangat bertolak
belakang dengan keadaan Malin Kundang seorang saudagar yang kaya.
Kemarahan Malin Kundang merupakan akibat dari rasa malunya demi menjaga
martabatnya. Kemarahan juga di perlihatkan oleh Mande Rubayah setelah dia
merasa sedih bahwa anaknya Malin Kundang tidak mengakui dia sebagai ibu
kandungnya. Ia sangat marah kepada Malin Kundang karena sesuatu yang dia
sayangi dan banggakan lari dan hilang dari keinginannya, bahkan Malin Kundang
bersifat kasar untuk tidak mengakui Mande Rubayah sebagai ibu kandungnya.
Kekecewaan terhadap perbuatan orang lain juga dapat menyebabkan kita marah,
khususnya apabila orang tersebut orang yang kita perdulikan. Mungkin terkesan
aneh bahwa kita bias menjadi paling marah kepada orang yang paling kita cintai ,
tetapi orang ini adalah orang yang bias menyakiti dan mengecewakan kita paling
berat. Salah satu kemarahan yang paling berbahaya adalah kemarahan yang
mendatangkan kemarahan, dan siklusnya dapat meningkat dengan cepat. Jadi
kemarahan orang lain dapat diamggap sebagai penyebab lain kemarahan.(Paul
Ekman.2007:196-197)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13
4. KEBUDAYAAN SUMATERA BARAT
1. Sejarah
Menurut Tambo Minangkabau, orang Minangkabau berasal dari keturunan
Izkandar Zulkarnain yang pernah berkuasa sampai ke India (abad ketiga sebelum
masehi). Mereka datang dengan perahu dan kandas di gunung merapi disatu
tempat yang disebut Pariangan. Dari sana mereka berkembang, menyebar ke
daerah yang sekarang dikenal dengan Tanah Datar, Agam dan Lima Puluh Kota.
Daerah ini disebut pada waktu dahulu Luhak, yang sekarang menjadi kabupaten-
kabupaten. Dari sana penduduk menyebar kedaerah lain, sepeti Solok, Pasaman,
Pesisir Selatan, Padang Pariaman dan Sawahlunto Sijunjung.
Menurut penelitian, orang Minangkabau termasuk suku bangsa Melayu
(melayu muda) yang datang ke Sumatera barat dari Indo China sekitar abad
kelima dan pertama sebelum masehi. Masa pra protosejarah Sumatera Barat
berlangsung lama sekali. Bukti-bukti prasejarah terlihat dari ditemukannya sisa
kebudayaan megalith dibeberapa daerah seperti Guguk, Suliki dan Puar Datar
(Lima Puluh Kota) dan pecahan tembikar di Gua Kamang (Kabupaten Agam)
yang berdekatan dengan Puar Datar. Disamping itu terdapat pula piagam lempeng
emas di Candi Tanjung Medan dan sebuah arca di Padang Nunang, Rao, keduanya
dikabupaten Pasaman Utara.
Pada akhir abad ketiga belas, daerah ini diberitakan lagi dengan adanya
ekspedisi Pamalayu oleh Kartanegara pada tahun 1275 M. pada abad keempat
belas muncul pula prasasti dari Adityawarman disekitar Batusangkar. Dengan ini
bolehlah dikatakan Sumatera Barat memulai zaman sejarahnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
2. Sistem Kekerabatan
Masyarakat Minangkabau terbagi atas suku-suku. Suku utama adalah
Bodi, Caniago, Koto, Piliang. Suku-suku ini terpecah-pecah lagi atas suku-suku
lain-lain: yang jumlahnya lebih kurang 96 suku. Kelompok hidup yang paling
kecil adalah rumah tango ‘rumah tangga’ yang pada mulanya tidak jelas
batasannya. Ini disebabkan pada mulanya si istri dan suaminya tidak dipisahkan
makan minumnya dari orang tua si istri. Kemudian ketika mereka mulai berpisah
makan minum dari keluarga asal mereka masih tetap tinggal bersama keluarga
asal di rumah asal yang disebut rumah gadang. Pada rumah gadang terdapat
rumah tangga sebanyak anak perempuan yang telah bersuami ditambah dengan
keluarga asal. Kecuali kalau hanya ada seorang anak perempuan maka biasanya
pemisahan tidak terjadi.
Bentuk keluarga Batih yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak tidak
popular, walaupun sebenarnya keluarga ini ada. Ini disebabkan sesudah kawin si
istri tetap pada keluarga asalnya dan suami menginap dirumah asal istrinya.
Masing-masing masih erat terlibat dengan keluarga asalnya. Seoarang istri lebih
erat tersangkut pada ibunya bersama-sama dengan anak-anaknya. Demikian pula
suami tidak dapat melepaskan aktivitas dirumah ibunya sendiri sebagai mamak.
Barulah pada waktu belakangan ini terdapat bentuk-bentuk pemisahan sehingga
membentuk compound yakni keluarga batih yang membuat rumah baru disekitar
rumah asal si istri. Dengan demikian kelihatan rumah asal dikelilingi olah rumah
baru yang amat dekat hubungannya dengan rumah asal. Dahulu rumah-rumah
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
yang berbentuk rumah gadang bergonjong dan rumah baru juga bergonjong, tetapi
sekarang rumah-rumah baru ini berbentuk rumah gedung.
Pada masyarakat Minangkabau, keluarga luas lebih popular. Keluarga ini
terdiri dari nenek ditambah dengan anak-amak dan cucu-cucunya. Mereka tinggal
dalam satu rumah gadang. Anak laki-laki dewasa yang belum kawin tinggal di
surau bersama laki-laki lain sekampung. Anak-anak perempuan yang telah kawin
tinggal pada kamar-kamar rumah gadang bersama suaminya. Anak-anak yang
dewasa tidur diruang tengah bersama-sama saudara mereka dari saudara ibu. Ayah
dan istri mamak berada diluar lingkungan keluarga luas.
Pekerjaan atau aktivitas kehidupan dilakukan secara bersama dalam rumah
tangga luas dalam koordinasi mamak tungganai yang betindak sebagai pemimpin
dalam rumah tangga tersebut. Yang menjadi mamak tungganai ialah anggota
keluarga laki-laki tertua. Oleh karena itu mamak tungganai mungkin saja saudara
laki-laki nenek atau saudara laki-laki ibu. Gabungan dari keluarga luas ini akan
membentuk klen kecil yang disebut paruik atau kaum yang terikat oleh prinsip
matrilineal. Gabungan dari kaum membentuk klen besar yang disebut
kampung/paying. Seterusnya keatas gabungan paying yang dikelompokkan dalam
suku hingga orang beranggapan bahwa anggota suku pada waktu dahulu berasal
dari turunan yang sama.
Prinsip keturunan diatur menurut garis ibu. Setiap individu akan melihat
dirinya sebagai turunan dari ibunya dan nenek perempuannya keatas. Hal ini akan
menjadi jelas kalau kita melihat kembali prinsip keluarga dari suku ke kampung
ke paruik kemudian rumah. Garis perempuan ini mempunyai arti untuk penerusan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
harta warisan yang setiap orang akan menerima warisan dari keluarga ibunya.
Walaupun pada hakekatnya anak laki-laki mendapat bagiannya, tetapi dia tidak
dapat mewariskannya pada anaknya, sehingga kalau meninggal harta itu akan
kembali pada turunan menurut garis ibunya yakni kemenakannya. Prinsip
matrilinial ini juga menentukan bahwa pewarisan sako yakni gelar. Seorang laki-
laki akan menerima gelar dari garis ibunya, dan khusus gelar Datuk (penghulu)
tidak dapat diberikan pada anaknya. Hanya di pariaman gelar Sidi, Bagindo dan
Sutan yang menunjukkan gelar kebangsawanan dan bukan gelar adat diturunkan
menurut garis ayah sedangkan gelar adat tetap menurut garis ibu. (Ahmad
Yunus.1986:7-10)
3. Stratifikasi Sosial
Menurut ilmu masyarakat, pelapisan masyarakat atau stratifikasi sosial
dapat berlaku secara horizontal atau mendatar dan vertical atau menegak. Di
Minangkabau pelapisan sosial ini kurang tajam.
Berpedoman lepada pepatah nan baiak iolah nan indah iolah baso (yang
baik ialah budi dan yang indah ialah basa/sopan santun), maka setiap orang dapat
mencapai martabat tertentu. Demikian pula pepatah barajo ka mufakat
menunjukkan bahwa raja itu adalah mufakat dari semua orang, karena itu mereka
mempunyai kedudukan yang sederajat. Walaupun tidak begitu tajam kelasnya,
secara menegak, masyarakat dapat digolongkan atas golongan kemenakan dan
golongan mamak. Maka ini digolongkan kepada golongan ninik mamak, yakni
semua mamak-mamak rumah yang bergelar datuk dan bertugas sebagai penghulu commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
dalam negari. Sebagai penghulu mereka memegang kuasa mengatur anak
kemenakannya dalam nagari. Sebagai penghulu, mereka memegang kuasa
mengatur anak kemenakannya dalam nagari. Didalam nagari para penghulu
bermusyawarah dengan penghulu dari suku lain yang akan menentukan peraturan
dalam nagari. Mereka menjadi anggota Kerapatan Adat Negari. Salah seorang dari
mereka dipilih menjadi Kepala Negari (sekarang tidak ada). (Ahmad
Yunus.1985:11)
Disamping apa yang disebutkan diatas adapula istilah yungku tigo
sajarangan dalam masyarakat, menunjukkan pelapisan horizontal. Yang
dimaksud ialah golongan ninik mamak, cerdik pandai dan alim ulama. Mereka
sederajat tetapi mempunyai posisi yang berbeda dalam masyarakat. Golongan
mimik mamak adalah orang yang mengatur urusan adat istiadat, golongan cerdik
pandai tempat bertanya dalam masalah umum, sedangkan golongan ulama
mengatur hal-hal yang menyangkut agama.
Adanya pelapisan berdasarkan kekayaan tidak kentara karena sebenarnya
yang dianggap kekayan itu dahulu adalah tanah. Karena tanah adalah milik suku
atau keluarga luas, maka sebenarnya orang tidak mempunyai kekayaan pribadi.
Perluasan tanah ladang atau sawah sebenarnya dilakukan atas tanah ulayat atau
tanah suku dan karena itu tetap milik suku.
4. Sistem Religi
Dari sisa-sisa kepercayaan yang tertinggal dapat diperkirakan bahwa pada
masa dahulu sebelum masuknya agama Islam, orang Minangkabau mengenal
kepercayaan yang disebut dengan animisme dan dinamisme. Kepercayaan akan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
dinamisme terlihat pada kepercayaan sebagian masyarakat terhadap tempat-
tempat yang sakti. Apabila orang melanggar tempat yang sakti dia akan terkena
malapetaka misalnya akan mati dengan tiba-tiba atau mendapat penyakit.
Bergabung dengan animisme yakni kepercayaan akan hantu, kuntilanak atau
penyakit yang disebabkan seperti ditampar malapari, palasit atau sijundai dan si
hantu.
Diantara benda-benda yang dianggap mempunyai kekuatan sakti seperti
batang beringin, tempat-tempat yang sunyi, sumur-sumur alam yang disebut lubuk
da lain-lain. Oleh karena dianggap sakti maka orang berusaha menghindarinya
agar tidak mendapat malaptaka. Dengan adanya agama Islam maka kepercayaan
masyarakat brubah menjadi monoteis, yakni kepercayaan akan Tuhan Yang Satu.
Walaupun begitu pencampuran antara agama monotheisme dan kepercayaan
hindu terlihat dalam upacara menujuh dan menyeratus hari sesudah kematian,
datang kekuburan untuk meminta berkat dan lain-lain. Sekarang upacara-upacara
keagamaan yang ada ialah yang ada hubungannya dengan agama Islam,
sedangkan kepercayaan asli boleh dikatakan tinggal bekas-bekasnya saja. (Ahmad
Yunus.1985:13)
5. Batik
Teknik membuat batik adalah proses-proses pekerjaan dari permulaan
yaitu dari mori batik sampai menjadi kain batik.
Pekerjaan dari mori batik menjadi kain batik proses dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
A. persiapan, yaitu macam-macam pekerjaan pada mori sehingga menjadi kain
yang siap untuk dibuat batik. Pekerjaan persiapan ini antara lain meliputi:
1. nggirah (mencuci) atau ngetel
2.nganji (menganji)
3.ngemplong (setrika, kalander)
B. Membuat batik, yaitu macam-macam pekerjaan dalam pembuatan batik yang
sebenarnya, dan pekerjaan ini meliputi 3 macam pekerjaan utama, yaitu:
1. Pelekatan lilin pada kain untuk membuat motif batik yang dikehendaki.
Pelekatan lilin batik ini ada beberapa cara, dengan ditulis dengan canting tulis,
dengan dicapkan dengan canting cap atau dilukiskan dengan kuas atau jegul.
Fungsi dari lilin batik ini ialah untuk resid (menolak) terhadap warna yang
diberikan pada kain pada pengerjaan warna berikutnya.
Yang dimaksud dengan lilin batik adalah campuran dari unsur-unsur lilin batik,
pada umumnya terdiri dari gondorukem, matakucing, paraffin atau microwax,
lemak atau minyak nabati dan kadang-kadang ditambahkan dengan lilin dari
tawon atau dari lancing.
2. Pewarnaan batik, pekerjaan pewarnaan ini dapat berupa mencelup,
dapat secara coletan atau lukisan (painting). Pewarnaan dilakukan secara dingin
(tanpa pemanasan) dan zat warna yang dipakai tidak hilang warnanya pada saat
pengerjaan menghilangkan lilin atau tahap penutupan lilin.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
3. Menghilangkan lilin, yaitu menghilangkan lilin batik yang telah melekat
pada permukaan kain. Menghilangkan lilin batik ini berupa penghilangan
sebagian pada tempat-tempat tertentu dengan cara ngerok (ngerik) atau
menghilangkan lilin batik secara keseluruhan, dan pengerjaan ini disebut
“melorod” (disebut pula: nglorod, ngebyok, mbabar)
Dengan tiga macam proses utama tersebut orang dapat membuat batik
dengan beberapa macam cara pembuatan batik, yang disebut “teknik pembuatan
batik” atau “proses pembuatan batik”
Macam-macam teknik pembuatan batik yaitu:
1. proses kerokan
2. proses lorodan
3. proses bedesan
4. proses radioan (Sewan S, 1980: 5)
Batik modern
Yang dimaksud dengan “batik modern” dalam uraian ini ialah semua
macam jenis batik yang motif dan gayanya tidak seperti batik tradisionil. Pada
batik tradisionil susunan motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu dan dengan
isen-isen tertentu. Bila menyimpang dari ikatan yang sudah menjadi tradisi itu
dikatakan menyimpang dari batik, maksudnya menyimpang dari batik tradisionil.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
Mulai tahun 1967 mulailah ada usaha perubahan dan pembaruan dalam
motif batik dan gaya motif batik, dan ternyata ada tahun 1970 usaha ini yang
mendapat sambutan dari beberapa seniman dapat berhasil dan dapat diterima oleh
masyarakat. Pada tahun-tahun berikutnya para tokoh batik yang dinamis dan
beberapa seniman turut serta mengambil bagian dalam pengembangan batik bukan
tradisionil atau batik modern ini. Maka timbulah beberapa jenis dalam batik
modern ini antara lain:
1. Gaya abstrak dinamis, misalnya menggambarkan burung terbang, ayam
tarung, garuda melayang, ledakan senjata, loncatan panah, rangkaian
bunga dan sebagainya.
2. Gaya gabungan, yaitu pengolahan ornament dari berbagai daerah
menjadi suatu rangkaian yang indah
3. Gaya lukisan, ini penggambaran yang serupa lukisan, seperti
pemandangan, bentuk bangunan dan sebagainya. Diisi dengan isen yang
diatur rapi sehingga menghasilkan suatu hasil seni yang indah.
4. Gaya khusus dari cerita lama, misalnya diambil dari Ramayana atau
Maha Bharata. Gaya ini kadang-kadang seperti campuran antara nyata
dan abstrak.
Demikian bila gaya atau corak batik modern yang ada pada saat ini kita
beda-bedakan. Dan mungkin banyak gaya yang lain lagi. Semua itu tergantung
daripada para pelukis dan seniman yang mengembangkan. Pada uraian ini tidak
menguraikan bentuk-bentuk lukisan itu sendiri, melainkan akan mencoba
menguraikan beberapa macam penyelesaian batik modern untuk mengadakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
pembedaan standar proses. Pada batik biasanya sudah dapat dibedakan beberapa
standar proses, seperti: batik kerokan, batik lorodan, batik jemblok, batik bedesan
dan batik radion. Pada batik modern ini dicoba mencari berbagai proses yang
dapat dijadikan standar proses seperti halnya pada batik klasik.
(Sewan.S.1980:15 )
6. Desain
Desain merupakan istilah yang mengacu kepada proses yang tertuju pada
hasil yang berwujud bentuk, struktur, atau proses dalam fenomena buatan
manusia. Desain mempunyai ruang lingkup yang luas dan mencangkup berbagai
disiplin ilmu.
Proses desain dilandasi oleh tiga faktor utama, yaitu:
1. Landasan normatif, yaitu berupa landasan norma (kaidah) baik yang alami
maupun buatan manusia.
2. Landasan fungsional, yaitu landasan kegunaan dan kemanfaatan (fungsi)
3. Landasan fisik, yaitu menyangkut sumber daya atau benda asal serta penyertaan
fisik dan produk desain yang diharapkan.
Desain berperan dalam memajukan kerajina tangan dan indutri, prinsipnya
adalah semakin besar fungsi psikologis sebuah produk, semakin besar
pertimbangan estetika yang dibutuhkan. Estetika merupakan suatu pencarian
kreativitas dalam mencari solusi yang paling indah dalam arti sebenarnya.
Pembuatan sebuah produk perlu pertimbangan kriteria dalam perancangannya,
sebagai pegembangan maupun evaluasi produk. Beberapa yang perlu diperhatikan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
dalam proses desain agar dapat diterima dengan kriteria dan menurut
perkembangannya:
1. Bentuk: harus dapat mengekspresikan peranan fungsi produk sekaligus sebagai
kesatuan dari bagian-bagian yang terdapat dalam produk tersebut.
2. Warna, harus dapat mengesankan keselarasan (harmoni) antar bagian dan
karakteristik produk.
3. Detail, harus mencerminkan kesan perfect, teliti dan serius dalan proses
penyelesaiannya.
4. Ukuran, berkaitan dengan kenyamanan dalam pemakaian sekaligus
keamanan.dalam hal ini proporsi estetis dapat berperan memberikan nilai-nilai
yang dapat membantu tercapainya maksud tersebut.
5. Daya pikat/ kesan, daya pikat atau kesan perlu digali supaya perwajahan dapat
hadir dan berperan dengan baik.untuk itu diperlukan kreativitas dan
kedalaman pengamatan terhadap kajian bentuk, warna, ukuran, detail, dan
sebagainya. (R.Nanang.2006:20)
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
C. Fokus Permasalahan
Permasalahan yang diangkat pada pembuatan karya ini adalah:
- Bagaimana memvisualisasikan pesan cerita rakyat Malin Kundang
sebagai media pembelajaran budi pekerti?
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
BAB II
Analisa permasalahan
Analisa permasalahan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan harus dipecahkan pada proses penggarapan karya tersebut. Pada
cerita rakyat Malin Kundang terdapat inti cerita, yaitu seorang anak yang durhaka
kepada ibunya dan seorang ibu yang memberikan kutukan kematian kepada
anaknya setelah ia durhaka terhadap ibu kandungnya. Penggambaran Malin
Kundang yang jahat dan durhaka sehingga dengan kasar menolak kasih sayang
ibunya sendiri, bahkan tidak mau mengakui bahwa Mande Rubayah adalah ibu
kandungnya sendiri. Dalam penggambaran ini, Malin Kundang digambarkan
sebagai sosok yang jahat, keras, sombong dan angkuh. Ia melawan pengakuan
dari ibunya sendiri dan berlaku kasar terhadap ibunya. Kemudian penggambaran
seorang Mande Rubayah digambarkan sebagai sosok wanita yang sedih, pasrah,
marah dan berdoa memberikan kutukan. Hal ini dia lakukan karena perlakuan
Malin Kundang terhadap dirinya.
Pada pembuatan karya ini, permasalahan yang diangkat adalah
menampilkan visual karya agar penyampaian pesan dalam gambar tersebut dapat
diterima oleh orang lain, penulis harus menampilkannya dengan jelas motif pada
permukaan kain tersebut, sehingga penyampaian pesan tentang kedurhakaan
Malin Kundang dan kutukan Mande Rubayah dapat terlihat dengan jelas.
Penyampaian pesan melalui media tekstil ini dapat sebagai contoh dan
commit to user
25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
pembelajaran kita tentang begitu pentingnya penanaman budi pekerti menghargai
dan menghormati orang tua khususnya ibu.
Langkah Pemecahan Masalah
Sehubungan dengan berbagai masalah diatas, setelah dianalisa yang
menjadi inti permasalahan dari pembuatan karya ini adalah bagaimana cara
menyampaikan dengan baik pesan cerita rakyat Malin Kundang, kedalam
selembar kain dengan menggunakan teknik batik. Dari inti cerita Malin Kundang,
adalah seorang anak yaitu Malin Kundang yang digambarkan dalam cerita
tersebut seseorang yang jahat, kasar, sombong dan angkuh. Dalam perancangan
karya ini, penulis ingin menggambarkan sosok Malin Kundang divisualisasikan
dengan bentuk yang ganas, keras dan menggunakan warna-warna yang
memunculkan sifat kemarahan seperti merah dan hitam. Dalam kaitannya
pembuatan karya yang mengacu pada bentuk batik yang dekoratif, penulis juga
dapat menggunakan bentuk yang dapat mewakilkan dari penggambaran tokoh
yang dikehendaki. Malin Kundang di gambarkan dapat berupa bentuk-bentuk
yang runcing dan seakan ingin menyerang dengan menampilkan warna yang
gelap.
Penggambaran tokoh Mande Rubayah didalam cerita rakyat Malin
Kundang digambarkan sebagai tokoh yang pasrah, sedih karena sikap Malin
Kundang sehingga dia memunculkan sifat marah dan akhirnya melakukan
kutukan yang dapat membunuh anaknya dengan sebuah doa. Bentuk visual
seorang wanita dapat digambarkan dengan bentuk bunga, bentuk-bentuk garis commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
yang lembut dan pemakaian warna yang cenderung lembut. Dengan menggunakan
simbol-simbol wanita yang berupa bunga, bangau atau bentuk yang lain.
Penggambaran tokoh raksasa perempuan dirasa penulis cocok untuk mewakili
sifat-sifat dari tokoh tersebut. Pengambilan beberapa bagian tubuh raksasa
tersebut dirasa sudah cukup mewakili dan menggambarkan apa yang menjadi
karakter dari tokoh yang diinginkan.
Semua itu dapat digambarkan dan diceritakan pada sebuah permukaan
kain dengan teknik pembuatannya menggunakan batik tulis. Karya yang akan
ditampilkan penulis pada penggarapan ini adalah berupa hiasan dinding, dengan
maksud bentuk visual dari kedua inti cerita tersebut data dipahami dengan mudah
oleh orang lain jika kain yang ditampilkan datar dan luruh membentang. Sehingga
penulis ingin membuat sebuah wall hanging atau hiasan dinding dengan
menampilkan kain batik yang dibentang dengan bentuk dan warna yang
dikehendaki sehingga pesan yang diampilkan dapak tersalurkan kepada orang
lain.
Pengumpulan Data
Jenis sumber data yang dikumpulkan adalah sesuai dengan rumusan
permasalahan yang dibahas. Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini data-data yang
dikumpulkan adalah hasil observasi, wawancara dan perekaman atau pemotretan
yang dilakukan pada tempat pengrajin batik tulis, berikut ini adalah hasil
pengumpulan data antara lain:
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
1. Observasi
Teknik pengumpulan data observasi digunakan dalam mengkaji sumber
data berupa peristiwa, tempat, benda serta rekaman gambar. Observasi dilakukan
pada pengrajin batik tulis Nindy Wijaya desa kliwonan, Masaran Sragen.
Hasil pengamatan proses pembuatan batik tulis di pengrajin batik Nindy
Wijaya adalah dimulai dari pembuatan pola motif batik pada selembar kain.
Pembuatan pola dikerjakan oleh satu ibu pekerja khusus (tukang pola) yang
berasal dari penduduk sekitar. Biaya pola satu lembar kain umumnya berkisar 15-
30 ribu rupiah. Proses selanjutnya adalah pencantingan, proses ini dikerjakan oleh
beberapa ibu-ibu dari penduduk sekitar. Jumlah pekerja pencantingan pada
pengrajin batik Nindi wijaya sekitar 4-8 orang, tergantung dari banyaknya
pesanan. Proses selanjutnya adalah proses pewarnaan, proses pewarnaan
dilakukan oleh pemilik dan dibantu satu orang pekerja, hal ini dilakukan agar
proses pewarnaan yang dilakukan pengrajin ini tidak diketahui oleh orang lain.
Menurut pemilik, proses pewarnaan pada Nindy Wijaya lebih bagus jika
dibandingkan dengan pengrajin batik di sekitarnya. Pengrajin ini juga sering
mengikuti pameran batik dan berjualan pada stand yang disediakan di kota Solo,
Yogyakarta dan Semarang. Daerah pemasaran adalah Solo, Yogyakarta dan
Semarang.
a. Proses Produksi
Studi proses produksi dilakukan pada perusahaan batik tulis Nindy
Wijaya. Proses produksi yang dilakukan pada berbagai perusahaan batik tulis
relatif hampir sama, dari pemilihan zat warna, bahan yang digunakan berupa kain commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
mori, kain katun, kain santung dan kain sutera. Proses yang dilakukan pengrajin
batik Nindi Wijaya dimulai dengan penghilangan kanji pada selembar kain
dengan merebus kain tersebut. Kemudian proses pola motif pada kain yang
dilakukan oleh satu orang pekerja. Proses pemolaan kadang dilakukan di tempat
pengrajin Nindy Wijaya, kadang diambil pekerjanya dan dikerjakan dirumah.
Kemudian proses pencantingan, proses ini dilakukan di tempat batik Nindy
Wijaya, jika ramai pesanan jumlah pekerja adalah 8-10 orang. Proses selanjutnya
adalah pewarnaan yang dilakukan oleh pemilik sendiri, proses pelorodan atau
menghilangkan malam batik juga dikerjakan oleh pemilik sendiri dengan alasan
mempertahankan kualitas.
Menghilangkan kanji pada kain pencantingan
“Lorodan” menghilangkan malam batik commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
b. Percobaan
Langkah pertama adalah proses pola pada kain. Proses ini adalah
menggambar motif yang akan dibatik pada kain menggunakan pensil.
Proses pola pada kain
Proses pola pada kain
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
Langkah kedua adalah pencantingan malam batik pada permukaan kain
yang telah dipola tersebut. Proses pencantingan dilakukan oleh perusahaan batik
Nindy Wijaya. Hal ini dilakukan penulis dengan tujuan untuk meningkatkan
kerapian dan memperindah dalam segi estetis. Proses pencantingan harus
dilakukan oleh orang yang sudah menguasai teknik mencanting, karena tidaklah
mudah menggariskan malam batik pada permukaan kain tanpa pengalaman dan
kemahiran tertentu.
Kain setelah dicanting menurut pola yang digambar
Langkah yang ketiga adalah proses pewarnaan, proses ini dilakukan
setelah kain telah dicanting menurut desain yang dikehendaki. Sebelum proses
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
pewarnaan, malam yang telah di gambarkan pada kain diteliti terlebih dahulu,
apakah sudah menutup pada polanya ataukah belum. Hal ini dilakukan agar
pewarnaan tidak merembes dan bocor sehingga warna saling bercampur dan tidak
sesuai dengan desain yang di kehendaki.
Bahan pewarna yang digunakan adalah pigmen, dikarenakan bahan
tersebut tidak terlalu encer, sehingga saat di coletkan pada kain bahan pewarna
tidak mudah menyebar. Hal ini dilakukan perancang berdasarkan pengalaman,
bila menggunakan bahan pewarna yang tidak kental saat dilakukan pencoletan
warna akan merembes melewati batas lilin batik. Untuk menghindari hal tersebut
perlu dilakukan pencantingan ulang atau yang disebut nembok’i.
Percobaan ini menggunakan pewarna sebagian besar adalah pigmen yang
dicampur dengan bahan binder dan silikon sebagai pengental dan sekaligus
sebagai pengunci agar warna tidak mudah luntur saat dicuci. Selain pigmen,
perancang juga menggunakan zat pewarna rapid, zat pewarna rapid tergolong zat
pewarna yang encer, saat dicoletkan akan langsung menyebar, sehingga harus
lebih berhati-hati di bandngkan menggunakan zat pewarna pigmen. Sebagai zat
pengunci rapid adalah kostik, sebelum mencampur zat pewarna rapid dengan
kostik, pengikat kostik dilarutkan terlebih dahulu beberapa jam agar bereaksi
setelah dicampurkan pada zat pewarna rapid agar warna yang dihasilkan data
sempurna. Dalam perancangan ini hanya menggunakan satu warna dari zat rapid,
yaitu warna merah.
Selain menggunakan zat pewarna pigmen dan rapid, perancang juga
menggunakan zat pewarna remasol. Zat pewarna remasol juga tergolong zat
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
pewarna yang encer, jadi harus hati-hati saat melakukan proses pencoletan. Bahan
pengunci pewarna remasol adalah waterglass. Pencoletan yang dilakukan oleh
dilakukan di permukaan datar, jadi kain tidak di kelantang pada bingkai. Kain
diletakkan pada permukaan datar dengan beralaskan kain, hal ini dilakukan
dengan tujuan pewarna saat dicoletkan akan langsung teresap pada alas kain jadi
tidak perlu khawatir akan terlalu banyak volume pewarna yang dicoletkan yang
mengakibatkan saling bercampurnya pewarna yang satu dengan yang lain.
Proses pencoletan pada kain dengan menggunakan kuas
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
Proses pewarnaan pada kain dengan menggunakan kuas
Langkah yang keempat adalah proses pelorotan malam batik, proses ini
untuk menghilangkan penyekat warna berupa malam batik menggunakan air
mendidih. Kain yang telah diwarna direbus untuk menghilangkan malam
batiknya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
Kain yang telah selesai diwarna direbus untuk menghilangkan malam batik
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
Proses menghilangkan malam batik
Proses menghilangkan malam batik
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Mengamati malam batik yang masih tertempel
Setelah malam batik menjadi cair dan larut kedalam air mendidih,kain
kemudian dicuci menggunakan air dingin. Jika masih terdapat malam yang
menempel pada kain dapat dihilangkan dengan waterglass dengan cara digosok
pada kain yang masih tertempel malam batik.
Mencuci kain setelah dilorot dengan menggunakan air dingin
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
Membersihkan sisa malam batik dengan waterglass
b. Eksperimen
Penulis melakukan eksperimen untuk mengetahui kekurangan hasil yang
dicapai untuk kemudian dibenahi agar mencapai hasil yang lebih baik. Proses
pertama adalah menghilangkan kanji pada kain dan dikeringkan, kemudian
membuat motif pola yang telah disetujui pada kain tersebut. Proses pula dilakukan
sendiri dengan alasan agar gambar yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan
dibandingkan bila dikerjakan oleh orang lain. Kenudian proses pencantingan,
proses ini dikerjakan oleh pengrajin batik Nindy Wijaya agar hasilnya lebih bagus
dibandingkan bila dikerjakan sendiri. Proses pewarnaan dilakukan sendiri dengan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
bantuan pengrajin. Pada kain katun, menggunakan zat pewarna pigmen dengan
pengunci binder, dan zar pewarna rapid dengan pengunci kostik soda. Zat
pewarna tersebut setelah dilakukan pewarnaan pada kain ternyata warna-warna
yang dihasilkan cukup cerah dan setelah dicuci warna pada permukaan kain zat
warna yang terbuang relatif sedikit. Tetapi kain setelah diwarna menjadi sedikit
kaku dan keras.
Pencucian hasil eksperimen
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
Eksperimen kain setelah dicuci
c. Alternatif Gagasan
Latar belakang munculnya sebuah ide pada cerita rakyat Malin Kundang
adalah, bahwa cerita tersebut dirasa penulis dapat menjadi inspirasi bagi setiap
orang dalam kehidupan di dunia ini. Sikap menghormati orang tua perlu
ditanamkan dalam hati setiap manusia, karena hal ini akan berlangsung secara
terus menerus selama perkembangan manusia. Saat manusia lahir di dunia ini
harus menghormati orang tua, khususnya seorang ibu. Menurut penulis dirasa saat
ini penanaman budi pekerti pada manusia sejak dini dirasa masih kurang, terlebih commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
banyak kejadian bahwa seorang anak berani terhadap orang tua kandung sendiri
bahkan rela membunuh karena tidak sesuai atas apa yang dia inginkan. Padahal
manusia tersebut dapat ada dan lahir didalam dunia ini lewat kasih sayang seorang
ibu yang selalu merawat dan membesarkan anak. kita hendaknya berterima kasih
dan menghormati orang tua khususnya seorang ibu, tanpanya kita tidak mungkin
ada di dunia ini. Sehingga dengan penyampaian maksud dari cerita Rakyat Malin
Kundang ini dapat menjadi media pembelajaran agar masyarakat mempunyai budi
pekerti yang lebih baik dalam hal sikap menghormati orang tua. Dalam
pembuatan karya ini juga dapat menjadikan media pesan pembelajaran terhadap
orang tua agar lebih mengasihi buah hati atau anaknya walaupun anak tersebut
mempunyai kesalahan, karena tugas orang tua adalah mendidik anaknya menjadi
dewasa dan lebih baik.
Saat melakukan proses pengerjaan pada produk tekstil karya ini, penulis
menggunakan teknik batik tulis dengan pewarnaan colet. Hal ini dilakukan penulis
mungkin cerita rakyat Malin Kundang merupakan cerita klasik yang terus
menerus selalu kita ingat, kita sampaikan secara berkesinambungan terhadap
setiap manusia yang lahir didunia ini begitu juga batik, merupakan teknik
pengerjaan pada permukaan kain yang telah ada sejak lama dan terus selalu ada
dan berkembang hingga saat ini. Jadi alasan penulis menggunakan batik pada
proses pengerjannya adalah menyesuaikan antara teknik klasik pada pengerjaan
tektil pada selembar kain dengan cerita rakyat Malin Kundang yang telah
melegenda dan selalu ada dalam kehidupan manusia.
Proses penggarapan karya batik tulis ini yang berfungsi sebagai hiasan
dinding atau wall hanging, alasan penulis membuat hiasan dinding pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
pengerjaan produk tekstil ini adalah bahwa ingin dapat menampilkan dengan jelas
apa yang menjadi pesan dan pembelajaran kita pada sebuah cerita rakyat Malin
Kundang. Visual sebuah wall hanging atau hiasan dinding dapat menampilkan
motif pada kain tersebut dengan bidang yang datar dan luas sehingga mudah
dilihat dan dipahami penyampaian pesan dari perancang kepada orang lain.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
BAB III
PROSES PERANCANGAN
a. Bagan pemecahan masalah
Sumber Ide Cerita Rakyat Malin Kundang
Penyampaian Pesan inti cerita
Kemarahan, kesedihan, kedurhakaan dan kutukan.
Karakter Visual
Perancangan motif kesedihan, kemarahan, kedurhakaan dan kutukan Kedalam ragam hias batik sebagai hiasan dinding
Permasalahan
Penyampaian pesan Konsep perancangan Visual batik pada karya
Perancangan Desain
Pelaksanaan produksi
Hiasan Dinding sebagai penyampaian makna kesedihan dan kutukan Karena kesombongan dan kedurhakaan
commit to user
43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
b. Konsep Desain
Perancangan tekstil yang bersumber pada cerita rakyat Malin
Kundang memerlukan adanya konsep desain yang perlu diperhatikan
antara lain sebagai berikut:
1. Aspek Estetis
Aspek estetis adalah pertimbangan antara gagasan atau sumber ide
mengambil cerita rakyat Malin Kundang dengan penggarapan melalui
teknik batik dan mementingkan unsur keindahan ada motifnya. Hal yang
perlu diperhatikan adalah proporsi, komposisi dan teknis penampilan
desainnya. Bentuk dari estetika adalah totalitas setiap elemen garis,
bidang, ukuran dan warna harus saling mendukung menjadi produk
terkomposisi, sehingga unsur keindahan melalui gabungan elemen-
elemen tersebut dapat tercipta. Dalam kaitannya penyampaian pesan pada
cerita rakyat Malin Kundang aspek estetis mempunyai peran dalam
memvisualkan inti cerita, sehingga bentuk penggambaran inti cerita
tersebut tidak hanya menyalurkan pesan tetapi dapat membuat
ketertarikan bagi orang yang menikmati karya ini.
a. Motif
Perancangan hiasan dinding dengan mengambil sumber ide cerita
rakyat Malin Kundang ini adalah pengolahan ragam hias yang disesuaikan
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
dengan motif, pola dan bentuk batik yang cenderung lebih terkesan
sederhana. Dalam perncangan ini mengambil motif-motif yang berciri
khas batik yang bersifat dekoratif dan menampilkan unsur keindahan. Pada
bagian bentuk-bentuk visualnya yang sederhana perlu ditambahkan isen-
isen agar terlihat berisi dan mempunyai ciri khas batik dan data
mendukung aspek estetis pada karya ini.
Perancangan visual karya ini mengambil bentuk yang terbentuk
dari garis dan titik, bentuk visualnya berupa dua dimensi, sehingga sangat
sesuai untuk perancangan motif batik dengan penambahan isen-isen pada
bagian dalam bentuknya. Bentuk visual dari tokoh dalam cerita rakyat
Malin Kundang dapat digambarkan dengan bentuk-bentuk yang berkaitan
dengan batik. Tokoh Malin Kundang digambarkan sebagai tokoh yang
keras dan kaku, dapat digambarkan dengan garis-garis yang lurus dan
kaku. Sifat sombong, angkuh, pemarah dan menuju kedurhakaan juga
dapat digambarkan sebagai api yang panas menyerang dan menekan
kelembutan yang digambarkan simbol seorang ibu. Seorang Mande
Rubayah juga dapat digambarkan sebagai simbol wanita berupa bunga dan
hewan angsa.
b. Warna
Pemilihan warna merupakan hal yang penting dalam
penggambaran tokoh dan penyampaian maksud cerita dalam karya ini.
Warna yang dipilih disesuaikan dengan tokoh dan maksud cerita yang
ditampilkan. Dalam perancangan ini perancang akan memilih
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
menggunakan warna-warna yang medukung cerita mengingat tema yang
ditampilkan adalah tentang kesedihan, kemarahan, kutukan dan
kedurhakaan. Hal ini dilakukan perancang karena inti cerita rakyat Malin
kundang adalah tentang cerita kesedihan penyelesaian akhir pada cerita
tersebut adalah menceritakan kesedihan dan mempunyai makna dan pesan
yang dalam untuk pembelajaran kita semua. Sehingga warna yang
ditampilkan tidak harus memili warna-warna gelap yang cenderung
mengungkapkan kesedihan. Pemilihan warna terang untuk menghidupkan
suasana dan dengan alasan estetis, tetapi tidak terlepas dari maksud
menceritakan makna dari cerita rakyat tersebut.warna-warna yang
digunakan dalam karya ini adalah:
1. Merah dapat menggambarkan situasi yang hangat, aktif dan
bersemangat, dan dapat memberikan kesan kemarahan pada
penggambaran maksud karya ini.
2. Hitam dapat memberikan kesan yang menakutkan dan dapat
menceritakan suasana dalam kesunyian.
3. Biru tidak dapat lepas dari elemen air dan udara, memberikan kesan
lapang, pemakaian warna biru dapat menimbulkan rasa tenang dan
dingin.
4. Hijau memberikan suasana sejuk dan umumnya digunakan untuk
pewarnaan tumbuhan dan dedaunan.
5. Kuning membangkitkan energi dan lebih cerah menggambarkan situasi
disekelilingnya, dapat juga digambarkan sebagai sumber cahaya.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
6. Oranye mempunyai karakter yang mirip dengan merah, penggunaan
warna oranye dapat menggambarkan situasi yang hangat, dapat
menimbulkan keceriaan disekelilingnya.
7. Ungu sangat dekat dengan suasana spiritual yang magis, mistis dan
mampu menarik perhatian. Ungu juga dapat menggambarkan suasana
keheningan dan kesedihan.
c. Komposisi
Komposisi yang dinamis merupakan wujud penggabungan yang
saling berhubungan antara warna, garis, bidang dan unsur
pendukungnya. Pengolahan motif untuk mencapai susunan yang
dinamis agar tercapai proporsi yang menarik serta estetis. Pada
perancangan batik yang bersumber pada cerita rakyat Malin Kundang
menggunakan teknik batik tulis. Hal ini dapat menunjang dari segi
estetis pada karya, karena pada batik tulis pengolahan motif dapat
dengan mudah untuk menambahkan isen-isen atau dengan
menambahkan bagian tertentu pada produk tersebut. Penambahan isen-
isen pada bentuk desain dapat memberikan komposisi yang indah,
mengingat motif batik cenderung mengacu pada desain yang dekoratif
yang penuh dengan hiasan isen-isen. Kekuatan keindahan dari sebuah
batik tidak hanya pada pembuatan sebuah bentuk bidang tetapi lebih
pada penggunaan isen-isen yang tepat didalam bentuk bidang tersebut.
Semua pernambahan bidang dan isen-isen harus sesuai dan
mendukung komposisi yang menarik, yaitu bentuk desain yang saling commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
berkaitan satu sama lain sehingga dalam satu kesatuan menampilkan
unsur estetis penceritaan maksud dari cerita rakyat Malin Kundang.
2. Aspek Bahan
Pertimbangan pemilihan bahan dalam suatu rancangan perlu
memperhatikan sifat atau karaktristik dan kemungkinan
penggunaannya. Masing-masing bahan mempunyai karakteristik
sehingga harus difungsikan sebagaimana mestinya. Dalam
perancangan hiasan dinding batik tulis dengan mengambil sumber ide
cerita rakyat Malin Kundang tidak terlalu mempertimbangkan bahan
kain yang akan digunakan. Karena karya ini hanya berfungsi sebagai
hiasan dinding, maka pemilihan kain yang digunakan tidak
memikirkan dari segi kenyamanan kain. Bahan kain yang digunakan
hanya mementingkan baik dan tidaknya bahan tersebut untuk dapat
diwarna dengan baik. Karena kain hanya akan direntangkan
menggunakan frame maka memilih kain yang kuat. Bahan kain yang
digunakan dalam perancangan hiasan dinding ini adalah kain cotton
atau kain katun. Bahan ini cukup kuat untuk direntangkan dan sangat
mudah untuk proses batik dan pewarnaan colet. Kain katun biasa
digunakan para perusahaan batik untuk membuat batik arena dari segi
harga lebih murah dan cocok untuk proses batik dan pewarnaan batik.
Bahan pewarna yang digunakan dalam perancangan ini
adalah pewarna pigmen, rapid dan remasol. Ketiga perwarna ini
mempunyai proses yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya. Pewarna
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
yang dominan dipakai adalah pigmen, karena bahan pewarna ini cukup
kental dan mudah untuk proses colet, sehingga pewarna tidak mudah
menyebar kebagian lain yang sudah dibatasi degan malam batik.
Pigmen menggunakan binder dan silikon sebagai pengental dan
sebagai pengunci warnanya. Sehingga bahan pewarna ini sedikit
praktis dan mudah dalam proses pencoletan. Bahan pewarna yang
kedua adalah rapid, dalam proses pewarnaan ini hanya menggunakan
satu warna rapid saja yaitu warna merah. Karena warna merah dari
rapid digunakan untuk menunjang segi estetis. Warna merah yang
dihasilkan rapid lebih bagus dibandingkan dengan bahan lain. Bahan
pewarna rapid ini lebih encer sehingga harus hati-hati dalam proses
pewarnaannya. Bahan ini menggunakan kostik sebagai penguncinya,
untuk hasil yang baik, kostik dilarutkan terlebih dahulu sehari sebelum
dicampurkan pada bahan pewarna rapid. Bahan pewarna yang ketiga
adalah remasol. Bahan pewarna ini sering digunakan oleh berbagai
pengusaha batik sebagai proses pewarnaannya, karena bahan ini
mudah sekali menyebar saat dilakukan pencoletan pada kain. Tapi
menurut perancang, bahan remasol terlalu encer ntuk pembuatan karya
ini untuk mencegah adanya rembesan pewarna melewati batas
penyekat lilin batik, perancang hanya menggunakan satu bahan
pewarna remasol dalam pembuatan karya ini, yaitu warna hitam.
Bahan pewarna remasol menggunakan waterglass sebagai pengunci
pada pewarna pada kain. Waterglass dioleskan pada kain yang telah
diwarnai dengan remasol, kemudian didiamkan selama satu jam,
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
sebelum proses pelorotan dan pencucian. Hal ini dilakukan karena
malam batik jika terkena waterglass terlalu lama akan mengelupas, jadi
pengolesan waterglass pada kain harus sesaat sebelum proses pelorotan
malam batik.
3. Aspek teknik
Perwujudan visualisasi desain yang unik dan menarik dapat ditempuh
melalui berbagai cara agar terwujud suatu produk tekstil yang baik.
Melalui aspek teknik yang meliputi proses persiapan awal desain yaitu
pembuatan sketsa motif, pemindahan motif, pembatikan, pewarnaan
hingga menjadi suatu produk yang mempunyai nilai artistik dan estetis.
Teknik batik tulis akan memberikan kesan unik dan menarik dalam
perwujudan sumber ide cerita rakyat Malin Kundang. Karena
penggunakan teknik batik tulis lebih terlihat unsur pekerjaan tangan
yang tidak rapi namun indah, dan lebih mudah menambahkan bagian-
bagian dan penambahan isen-isen dalam satu proses pengerjaan
melalui canting. Memang dengan teknik batik tulis cukup lama, namun
jika dilakukan oleh seseorang yang sudah memahami proses batik tulis
akan lebih cepat jika dibandingkan dengan proses batik cap dan
printing. Proses pembuatan cap akan memakan waktu yang lama juga,
walapun proses pencapan malam batik jauh lebih cepat jika
dibandingkan batik tulis. Tetapi harus disesuaikan juga dengan
pembuatan karya ini yang dilakukan bukan sebagai produk masal.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Sehinga teknik batik tulis dirasa cocok dalam proses pembuatan karya
ini.
4. Aspek fungsi
Perancangan desain batik dengan tema cerita rakyat Malin
Kundang ini akan difungsikan sebagai hiasan dinding. Hiasan dinding
ini diharapkan mampu menambah kesan estetis pada ruangan,
sekaligus juga dapat menampilkan maksud dari cerita rakyat Malin
Kundang.
C. Kriteria Desain/ Pertimbangan/ Argumen
Certa rakyat Malin Kundang merupakan sumber ide dalam
penciptaan desain pada hiasan dinding ini melalui teknik batik tulis pada
pengerjaan desain di pemukaan kain. Dalam proses pengerjaan karya ini
dalam kaitannya dengan ke empat aspek, yaitu aspek estetis, aspek bahan,
aspek teknik dan aspek fungsi. Karya tekstil cerita rakyat Malin Kundang
tidak hanya sebagai media pesan dalam penyampaian maksud inti cerita
tetapi juga memunculkan keindahan, sehingga penikmat karya ini tidak
hanya mendapatkan pesan pembelajaran tetapi juga mendapatkan
keindahan saat melihat karya ini. Pada proses pembuatan karya yang
mengarah pada aspek bahan, pemilihan bahan lebih mengacu pada
pemilihan kain yang mempunyai nilai ketahanan dan kekuatan terlepas
dari segi kenyamanan kain. Pemilihan bahan juga harus disesuaikan
dengan bahan pewarna yang digunakan. Sehingga dalam pengerjaannya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
dapat memperoleh hasil yang maksimal. Pada proses penggarapan karya
yang mengarah pada aspek teknik, teknik yang digunakan adalah batik
tulis. Alasan menggunakan batik tulis adalah memberikan kesan unik dan
menarik sehingga dapat memunculkan kesan bentuk-bentuk yang
dekoratif. Pada pengerjaan karya ini dengan menampilkan nilai estetis,
pemilhan bahan yang kuat dan menggunakan teknik batik tulis adalah
sebagai perwujudan pembuatan karya yang berfungsi sebagai hiasan
dinding, sebagai media pesan pembelajaran pada inti cerita rakyat Malin
Kundang.
D. Pemecahan Desain
Melalui pemecahan desain dapat ditentukan teknik dan visualisasi
karya secara keseluruhan. Bentuk visual dari karya ini adalah
memvisualisasikan dua inti cerita pada cerita rakyat Malin Kundang yaitu,
seorang anak yang mempunyai karakter jahat, keras, angkuh dan
menumbuhkan sikap kedurhakaan kepada ibunya. Bentuk visual Malin
Kundang yang akan ditampilkan pada karya ini adalah dengan
mengungkapkan karakter tokoh tersebut kedalam selembar kain dengan
melalui simbol yang dapat mewakili karakternya. Pada karya ini, tokoh
Malin Kundang disimbolkan sebagai api yang panas yang berarti sebuah
kemarahan dengan warna merah menyala yang menunjukkan sifat
kesombongan. Tokoh Malin Kundang juga digambarkan sebagai wujud commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
seorang raksasa yang terbentuk dari garis-garis kaku dan berbentuk tajam,
yang menunjukkan penggambaran tokoh jahat.
Penggambaran tokoh Mande Rubayah dapat digambarkan sebagai
wanita yang berada dalam ketidak berdayaan dan berada dalam kesedihan,
dengan menunjukkan kemarahan dalam hati yang sangat dalam, sehingga
menimbulkan sakit hati yang dalam. Karena hati sudah tidak dapat
membendung kesedihan, maka Mande Rubayah melakukan sebuah doa
kemudian mengutuk anaknya. Simbol wanita dapat berupa bunga-bunga
dengan warna yang terang dan indah, dalam karya ini simbol Mande
Rubayah digambarkan dengan sebuah angsa yang berada dalam kesedihan,
seekor angsa dapat merupakan simbol wanita.
Sehingga bentuk visual pada karya yang akan dirancang nantinya
adalah berupa penggambaran tokoh-tokoh tersebut kedalam sebuah simbol
yang dapat mewakili karakter pada cerita Malin Kundang. Dalam
perancangan karya ini diharapkan simbol-simbol tersebut dapat bercerita,
sehingga maksud dari pembuatan karya ini dapat tersalurkan melalui
visual yang ada.
Perancangan pada karya ini menggunakan teknik batik tulis dengan
pencoletan debagai proses pewarnaannya. Penggunaan teknik batik tulis
diharapkan dapat menunjang desain yang cenderung mempunyai bentuk-
bentuk dekoratif yang mementingkan unsur keindahan pada visualnya.
Penambahan isen-isen pada desain yang sederhana selain dapat menambah
unsur estetis juga dapat menambah komposisi yang seimbang, sehingga
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
tidak terlalu banyak ruang kosong. Pewarnaan pada karya ini
menggunakan teknik colet, akan mempermudah dalam mengisi bagian-
bagian desain setelah dibatasi dengan malam batik.
Sehingga dalam pemecahan desain karya hiasan dinding dengan
tema cerita rakyat Malin Kundang ini, menggunakan bentuk desain yang
sederhana namun dapat menyampaikan maksud dari penggambaran
karakter dan penceritaan maksud kedua nti cerita. Menggunakan teknik
batik tulis dan pewarnaan colet sebagai pendukung estetis pada pembuatan
karya ini.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI / VISUAL PRODUK
A. Uraian Deskriptif
Perancangan karya berupa hiasan dinding dengan mengambil
sumber ide cerita rakyat Malin Kundang, dengan penggarapan visual
menggunakan teknik batik tulis dan proses pewarnaan menggunakan colet.
Akan divisualisasikan secara unik dan menarik dengan penambahan isen-
isen batik tulis. Penggunaan warna-warna primer seperti merah kuning dan
biru akan selalu digunakan, dan warna-warna sekunder seperti oranye,
hijau dan ungu juga selalu digunakan agar pada penampilan karya ini
terkesan penuh dan sebagai penunjang komposisi warna yang menarik.
Perwujudan keenam karya ini semuanya menggunakan teknik yang
sama, yaitu menggunakan teknik batik tulis dan proses pewarnaan colet.
Warna-warna yang digunakan tidak seperti warna batik pada umumnya,
seperti cokelat hitam dan soga. Tetapi lebih kepada penggunaan berbagai
macam warna, sehingga dalam karya ini terkesan lebih ramai dan lebih
menarik.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses pengerjaan batik
tidak terlepas dari beberapa proses yang rumit. Hambatan tersebut antara
lain dalam hal pemalaman, tidak semua bahan kain dapat dengan mudah
untuk dibatik. Lebih kepada penggunaan kain yang berbahan serat alam
untuk memudahkan proses pemalaman. Bahan kain dari serat alam
mempunyai daya resap yang cukup baik, sehingga malam batik dapat commit to user
55 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
menutupi hingga tembus kebagian sisi kain dibaliknya. Kendala lain
terletak pada proses pewarnaan kain. Pemilihan bahan pewarna harus
disesuaikan dengan teknik mencolet. Penggunaan pewarna yang terlalu
encer, seperti bahan pewarna remasol saat melakukan proses colet
memang mudah untuk menyebar dan meresap pada kain. Tetapi juga
sangat mudah untuk menyebar melewati pembatas malam yang telah
dibatik. Bahan pewarna yang encer biasanya digunakan untuk proses
pencelupan, sehingga kurang cocok untuk proses pencoletan. Kendala-
kendala dalam proses tersebut tidak menjadi hambatan utama dalam proses
pengerjaan karya. Karena telah melakukan beberapa eksperimen sehingga
kesalahan dalam pemilihan bahan kain ataupun proses pewarnaan dapat
diminimalkan. Sehingga dalam pembuatan hiasan dinding dengan tema
cerita rakyat Malin Kundang melalui proses batik ini dapat dikerjakan
dengan lancar.
B. Hasil Desain
Desain hiasan dinding dengan tema cerita rakyat Malin Kundang
ini menampilkan beberapa macam kejadian dari dua inti cerita tersebut,
tetapi masih dalam satu konsep perancangan yang sama. Perancangan
desain motif dalam karya ini masih kepada konsep kesedihan, kemarahan,
kedurhakaan dan menuju kepada kutukan, sehingga tidak terlepas pada inti
dan makna penyampaian pesan pada cerita rakyat tersebut.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
1. Desain I : Gelombang Doa Dalam Kesedihan
Desain I mengambil cerita dari doa seorang wanita yaitu ibu Malin
Kundang yang bernama Mande Rubayah, yang berada dalam kesedihan
yang bercampur dengan kemarahan. Empat tangan Dewi Arimbi sebagai
tokoh raksasa wanita dalam tokoh pewayangan memutar pada satu titik
pusat, dengan tujuan posisi tersebut adalah posisi tangan saat bedoa. Doa
dalam maksud pada desain ini adalah doa yang berasal dari orang yang
jahat yaitu Dewi Arimbi yang diselimuti dengan kemarahan karena pada
saat berdoa terdapat nyala api yang menunjukkan sifat kemarahan, seorang
wanita ini merasa tertekan oleh seseorang yaitu Malin Kundang saat dia
tidak diakui sebagai ibu kandungnya sendiri. Seorang wanita ini yang
disimbolkan sebagai tangan Dewi Arimbi merubah kesedihan dalam
hatinya menjadi sebuah kemarahan, kemudian dari ketidak mampuan dia
dalam menjalani kesedihan dan kemarahan itu dia melakukan sebuah doa,
tetapi doa yang dia lakukan adalah doa yang diselimuti kemarahan
sehingga mengarah kepada kutukan bagi orang yang dibencinya.
Perpaduan warna yang harmonis dari pusat lingkaran gelombang
yang dominan berwana merah menyala kemudian berwarna kuning yang
menunjukkan sinar dari api tersebut. Semakin menjauh padi lingkaran
warna akan semakin gelap dan berakhir pada hitam, ini menggambarkan
gelombang dari sebuah tangan yang berdoa dalam kemarahan. Perjalanan
gradasi warna dalam gelombang ini tidak menggunakan batasan penyekat
malam sehingga dibiarkan saja warna itu menyampur. Karena
menggunakan pewarna pigmen yang kental maka gradasi ini hanya sedikit commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
bercampur antara warna yang satu dengan yang lain, sehingga akan
menimbulkan garis dari pencampuran warna tersebut.
Bentuk Visual
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
Karya hiasan dinding dari desan I
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
2. Desain II: Deras Air Kesedihan Wanita
Desain kedua mengungkapkan kesedihan dari seorang wanita yang
digambarkan dengan tangisan. Dalam desain ini beberapa mata yang
mengambil bagian mata Dewi Arimbi dengan warna merah menunjukkan
sifat kemarahan. kemarahan yang ditampilkan ini tidak dapat
membendung rasa kesedihan yang mendalam, sehingga kemarahan pada
mata ini berakhir dengan tangisan yang mengalir deras kebawah.
Bentuk visual
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Hiasan dinding dari desan II
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
3. Desain III: Kedurhakaan Malin Kundang
Desain ketiga menggambarkan sikap malin kundang yang
disimbolkan berupa tangan-tangan rasaksa atau buto dalam tokoh
pewayangan. Tangan-tangan ini melakukan kesombongan kepada seorang
perempuan dalam ketidak berdayaan, dan melakukan penindasan dengan
mengungkapkan sikap angkuh dan keras. Komposisi tangan dari atas
menunjuk dengan kaku sesuatu yang berada dibawahnya, menunjukkan
seorang Malin Kundang yang berada diatas berada dalam kejayaan dengan
menunjukkan kesombongan kepada ibunya yang berada dibawahnya. Dan
seorang ibu yang digambarkan berupa tangan Dewi Arimbi sedang
melakukan posisi berdoa melawan penindasan tersebut dengan sebuah doa.
Gelombang sebuah doa ini terpancarkan layaknya sebuah cahaya kuning
melawan kegelapan yang berada diatasnya, yaitu kesombongan seorang
Malin Kundang.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
Bentuk visual
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
Hiasan dinding dari desain III
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
4. Desain IV: Kedurhakaan Menyerang Kesedihan Hati
Desain keempat menggambarkan suasana hati seorang wanita yaitu
Mande Rubayah yang digambarkan menjadi seekor angsa, merupakan
sosok hewan sebagai simbol wanita. Dalam desain ini seekor angsa
mengalami kesedihan, menunduk sedih dalam kesepian. Ia tidak kuat
mengalami penindasan dan penyerangan Malin Kundang yang
digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan. Pada penggambaran
situasi ini, Malin Kundang seakan tega memakan dan menghilangkan
kebahagiaan yang dimiliki oleh ibunya, dengan cara tidak mengakui ibu
kandungnya sendiri, kesombongannya menjadikan dia durhaka.
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
Bentuk Visual
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
67
Hiasan dinding dari Desain IV
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
5. Desain V: Doa Kutukan seorang Wanita
Desain kelima menggambarkan seorang wanita yang sedang
melakukan sebuah doa. Wanita dalam penggambaran ini disimbolkan
sebagai bunga dan tumbuh-tumbuhan. Bentuk dan komposisi tumbuhan
dan bunga ini diatur sehingga membentuk seorang wanita yang sedang
bersimpuh, ia membuka tangannya keatas memohon kepada Tuhan untuk
mengabulkan doanya. Sosok wanita ini sedang berdoa dengan
bersungguh-sungguh sehingga terpancar sinar dalam doanya. Susunan
warna pada sinar dari terang ke gelap, memunculkan warna ungu sebagai
warna kesedihan dan memunculkan sifat mistis, kemudian berakhir dengan
hitam
Visual Desain
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
Hiasan dinding dari desain V
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
6. Desain VI : Tetesan Kesedihan
Desain keenam menggambarkan kesedihan seorang wanita yang
disimbolkan dengan motif bunga. Pada rangkaian bunga ini yang menjadi
inti adalah sebuah mata Dewi Arimbi. Komposisi dan bentuk yang diatur
dalam desain ini menjadikan mata tersebut menjadi sebuah rangkaian
bunga. Maksud dari desain ini adalah rangkaian bunga dan mata yang
menyimbolkan seorang wanita dalam kesedihan yang mendalam, jadi
ingin menunjukkan visual seakan bunga ini menangis. Rangkaian bunga
ini meneteskan air mata karena adanya api yang menyala dibawahnya,
unsur api ini menunjukkan sikap kemarahan dan kedurhakaan yang
ditunjukkan oleh Malin Kundang.
Visual Desain
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
Hiasan dinding dari desain ke VI
commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari proses awal sampai terwujudnya
sebuah karya perancangan cerita rakyat Malin Kundang sebagai ide
perancangan tekstil untuk hiasan dinding adalah:
Setelah terciptanya karya tekstil hiasan dinding dengan cerita
rakyat Malin Kundang ini, ternyata dapat menjadikan sesuatu
pembelajaran bagi kita, akan pentingnya sebuah pendidikan budi pekerti.
Melalui karya ini setiap orang khususnya anak dapat mengetahui dan
belajar tentang betapa pentingnya menghormati orang tua, terlebih adalah
ibu kandung sendiri. Dewasa ini banyak anak-anak yang kurang
memahami hal tersebut, bahkan banyak anak berani terhadap orang tua
yang melahirkannya di dunia ini. Melalui karya ini diharapkan tidak hanya
mampu memperoleh keindahan ruang tetapi juga sebagai media
pembelajaran budi pekerti melalui situasi dan penggambaran didalam
karya tersebut.
Secara keseluruhan motif cerita rakyat Malin Kundang pada
perancangan karya ini adalah sebagai pelestarian budaya Indonesia, batik
merupakan jati diri dan tradisi yang terus hidup melewati masa modern
saat ini. Batik tulis diciptakan oleh ketrampilan manusia dalam
menggambar maupun mencoret diatas kain, sehingga batik merupakan
karya yang indah, terlebih adanya pesan yang ingin disampaikan melalui commit to user
72 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
penggambaran cerita rakyat Malin Kundang sebagai media pembelajaran
budi pekerti bagi kita semua.
commit to user