Journal of Indonesian History 8 (1) (2019)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Journal of Indonesian History 8 (1) (2019) Journal of Indonesian History 8 (1) (2019) Journal of Indonesian History http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jih Wartawan Tiga Zaman: Biografi Singkat Perjalanan dan Pemikiran Rosihan Anwar 1948 - 1983 Aditia Muara Padiatra Jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Jawa Barat Info Artikel Abstrak ________________ ___________________________________________________________________ Sejarah Artikel: Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita seringkali membaca majalah dan suratkabar, menonton Diterima Desember 2018 acara berita di televisi, atau hanya sekedar melakukan mengunduh berita dari media daring untuk Disetujui Desember 2018 mendapatkan informasi terbaru. Aktivitas ini sebenarnya membawa kita untuk bersentuhan dengan Dipublikasikan Juli 2019 jaringan informasi yang lazim kita sebut sebagai pers. Dalam manajemennya, pers mempunyai ________________ orang-orang dari berbagai latar belakang yang berbeda untuk behu-membahu bersama membangun Keywords: dan membesarkan perusahaannya, beberapa diantara juga merupakan figur dan peletak dasar Biography, Press, Rosihan daripada jurnalisme di Indonesia. Dalam konteks sejarah Indonesia, salah satu tokoh pers tersebut Anwar. adalah Rosihan Anwar, seorang jurnalis dan pemimpin surat kabar Pedoman yang hidup pada masa ____________________ Orde Lama dan awal Orde Baru.-Melalui metode sejarah, menarik untuk menyimak bagaimana sepakterjang dan pasang surut kehidupan daripada Rosihan Anwar, sebagai seorang jurnalis yang sering disebut-sebut sebagai wartawan tiga zaman dalam belantika sejarah pers di tanah air. Abstract ___________________________________________________________________ In everyday life, of course we have read magazines and newspapers, watched news on television, or just downloaded the latest news in online media to see the information available. These activities, actually brought us in touch with the information network commonly referred as the press. In its management, the press certainly has people from various backgrounds to work in it to enlarge the company, some of which are also figures and milestones of journalism in Indonesia. In the context of Indonesian history, one of the press figures was Rosihan Anwar, a journalist and leader of the Pedoman newspaper who lived during the Old Order and the New Order. Through the method of history, it is interesting to know how the twists and turns of the lives of Rosihan Anwar, as a journalist who are often lined up as journalists of the three epochs in the Indonesian press history. © 2019 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: ISSN 2252-6633 Ruang Jurnal Sejarah, Gedung C5 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: aditiamuara@gmail.com 1 Aditia Muara Padiatra / Journal of Indonesian History 8 (1) (2019); pg. 1-13 PENDAHULUAN “… Pers mempunyai peranan penting sebagai Merunut kepada definisinya, Kurniawan alat perubahan sosial dan pembaharu masyarakat. Pers atau surat kabar dapat Junaedhie (1991:206) berujar bahwa Pers berperan dalam menyampaikan kebijaksanaan merupakan sebutan bagi penerbit, perusahaan dan program pembangunan kepada atau kalangan yang berkaitan dengan media. masyarakat. Di samping itu masyarakat juga Dalam arti luas, pers ialah yang menyangkut dapat mengunakan pers sebagai penyalur semua media massa, seperti radio, televisi dan aspirasi dan pendapat serta kritik atau kontrol sosial. Ia berperan sebagai salah satu film yang berfungsi menyebarkan informasi, penghubung yang kreatif antara pemerintah berita, gagasan, pikiran atau perasaan seseorang dan masyarakat.” atau kelompok orang kepada orang lain. Dalam hal ini, pers merupakan hal yang penting dalam Pers, dalam hal ini dapat menjadi alat perikehidupan manusia belakangan ini. Sebagai yang berguna untuk dapat menyampaikan, manusia milenal yang membutuhkan asupan merekam, dan merekonstruksi suatu informasi informasi di setiap waktu, konsumsi surat kabar, untuk kemudian dituturkan secara jelas dan radio, ataupun sekedar melihat berita daring di terperinci. Melalui sarana pers, pendapat dan internet merupakan hal yang wajib dikerjakan kritik yang ada dapat diungkapkan secara lugas. dalam setiap aktivitas atau kegiatannya. Pers, Hal ini sendiri merupakan fungsi pers sebagai yang dalam hal ini merupakan pengistilahan dari penghubung komunikasi antara individu ataupun orde informasi yang makin lama makin terasa di khalayak yang ada di masyarakat. Melalui media berbagai macam segi kehidupan dalam hal ini pers pula, kita dapat melihat bagaimana kondisi menjadi primadona tema yang menarik untuk dan masyarakat yang ada pada saat itu (Bray, diteliti. 1965:5). Sebagai media cetak yang produk Sebagai wajah peradaban daripada suatu utamanya adalah berita, maka dalam negara bangsa, pers tentunya memiliki beberapa keberadaannya di dunia pers tentunya sangat peranan yang penting dalam perikehidupan dipengaruhi oleh tampilan berita yang masyarakat. Meruntut kepada pernyataan Jacob disajikannya. Oetama (2001: 430-431) dalam bukunya Pers Namun, pers tidak mutlak hanya Indonesia Berkomunikasi Dengan Masyarakat Tidak ditentukan oleh tampilan beritanya, terdapat Tulus, bahwasanya pers tidak hanya berperan faktor-faktor lain yang cukup menentukan, dalam memberikan informasi (to inform) bagi hal ini jika kita ingin melihat suatu media secara masyarakat umum, namun juga sebagai media utuh, maka tentunya kita perlu juga untuk komunikasi (to communicate), media pendidikan melihat siapa-siapa saja yang berada di (to educate) dan membentuk/mempengaruhi dalamnya, sebagai salah satu bagian yang tidak pendapat (opini) umum (to influence public opinion) terpisahkan dari media, suatu bentuk surat kabar terhadap kehidupan bermasyarakat dan tidak dapat dikatakan keseluruhan, apabila kita bernegara. alpa mencatat dan menelaah aktor-aktor yang Sejalan dengan pernyataan yang menjadi penggerak di dalam setiap naik terbitnya dituturkan oleh Jacob Oetama tersebut, F. tulisan di surat kabar tersebut. Hal ini Rachmadi (1990: 1) juga menilai bahwa pers dikarenakan tidak dapat dipungkiri peranan dari mempunyai peranan dalam memberikan personel media cetak tersebut sangat menentukan informasi kepada khalayak masyarakat. Karena keberhasilan dari koran atau majalah yang sebagaimana diketahui, pers adalah wadah dipimpinnya. komunikasi yang memiliki nilai-nilai sosio- Hal ini berlaku pula dalam menilai apakah kultural dan nilai-nilai politis. Yang mana dapat suatu media mempunyai kecenderungan tertentu kita gunakan dan manfaatkan dalam konteks terhadap suatu identitas ataupun ideologi, hal ini masyarakat yang sedang melakukan menjadi lebih lugas dikatakan karena tidak dapat pembangunan. Dalam bukunya tersebut, F. dipungkiri bahwa salah satu fungsi media adalah Rachmadi berpendapat bahwa: untuk membentuk/ mempengaruhi pendapat 2 Aditia Muara Padiatra / Journal of Indonesian History 8 (1) (2019); pg. 1-13 (opini) umum terhadap kehidupan kemudian mengajarkan banyak hal kepada bermasyarakat dan bernegara. Dalam tulisan ini Rosihan, yang salah satunya ialah ideologi kita akan mencoba mengupas biografi singkat Sosialisme. Van den Berg, menurut Rosihan dari salah satu dari tokoh surat kabar dalam otobiografinya Menulis Dalam Air, adalah berpengaruh, yakni Rosihan Anwar. Seorang guru sejarah yang pandai bercerita secara jurnalis senior yang dikenal sebagai wartawan menawan. Berg suka menyetensil uraiannya yang tiga zaman, yang telah banyak asam garam di kemudian Ia bagikan kepada murid-muridnya. dunia kewartawanan tanah air. Bagaimana Salah satu uraiannya yang menyita perhatian sketsa perjalanan dan pemikirannya, utamanya ialah tentang penulis sosialis Jerman, Karl Marx. ketika mengelola harian Pedoman yang terbit Rosihan juga acap kali membaca buku-buku pada dua masa, yakni pada Orde Lama serta mengenai Sosialisme milik Meneer Tjan, begitu awal Orde Baru, sebelum pada akhirnya dibredel Dr Tjan Tjoe Siem dipanggil. Berikut cabarannya oleh pemerintah karena dianggap turut serta mengenai kedua tokoh tersebut didalam dalam mematangkan peristiwa Malapetaka lima autobiografinya yang bertuliskan sebagai berikut: belas Januari (Malari) 1974. “ ... Terbayang lagi di mata semangat saya Kisah Hidup: Perkenalan dengan Sosialisme wajah seorang Belanda, guru sejarah, di kelas 3 AMS A Yogya. Namanya H.J van den Berg, Rosihan Anwar dilahirkan pada tanggal 10 mei dan kekhasannya ialah dia pandai bercerita 1922, di Kubang Nan Dua, Sumatera Barat. Oleh secara boeiend, menawan perhatian murid- ayahnya yang bernama Anwar gelar Maharadja murid, juga dia menyetensil uraiannya yang Soetan, seorang berpangkat Asisten Demang kemudian dibagi-bagikan kepada kami untuk yang merupakan pegawai pamongpraja Hindia disimpan dan dibaca lagi. Salah satu uraiannya ialah tentang Karl Marx, penulis Belanda, Ia diberi nama Rozehan Anwar. Kelak, Sosialis Jerman (1818-1883) yang dalam tahun nama tersebut akan berubah dan lebih dikenal 1848 bersama sahabatnya Frederich Engels dengan nama Rosihan Anwar. Selepas sekolah menulis Das kommunistische Manifest, menengah, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs di Manifesto Komunis. Karya utamanya Das Padang, Rosihan Anwar melanjutkan ke Kapital tidak sampai diselesaikannya ... Dalam bibliotik dr. Tjan Tjoe Siem, guru dan Algemeene Middelbare School Westers Klassieke bapak angkat saya, tempat saya in de kost di Afdeling (AMS A-II), Jurusan Sastra Klasik Barat Yogya, sudah barang tentu juga terdapat buku- di Yogyakarta. buku tentang sosialisme yang saya baca seberapa dapat dan saya pahami waktu itu “ ... Ketika bulan purnama raya, pada tanggal semampu saya
Recommended publications
  • Space and Myth in Surakarta Kasunanan Palace, Indonesia
    SPACE AND MYTH IN SURAKARTA KASUNANAN PALACE, INDONESIA A PRELIMINARY INVESTIGATION OF SPATIAL AND MYTHICAL QUALITIES OF THE PALACE AND HOW THEY RELATE TO THE POWER AND AUTHORITY OF THE K1NG/DOM By WAHYU DEWANTO (Architect) SUBMITTED IN FULFILMENT OF THE REQUIREMENTS FOR THE DEGREE OF DOCTOR OF PHILOSOPHY DEPARTMENT OF ARCHITECTURE & URBAN DESIGN UNIVERSITY OF TASMANIA LAUNCESTON U-S-T-R-A-L—I-A NOVEMBER 1997 STATEMENT OF AUTHENTICITY OF MATERIAL This dissertation contains no material which has been accepted for the award of any other degree or diploma in any institution and to the best of my knowledge and belief, the research contains no material previously published or written by another person, except where due reference has been made in the text of the dissertation. ahyu Dewanto Launceston, 21 November 1997 STATEMENT OF AUTHORITY OF ACCESS TO LOAN AND COPYING The University of Tasmania and its approved officers and representatives are authorised to loan or make limited copies of this dissertation for general dispersal in the interests of academic research, subject to the Copyright act 1968. Signed Wahyu Dewanto Launceston, 21 November 1997 111 abstract Surakarta Kasunanan palace, in central Java, is an important part of the heritage of the Indonesian nation. It is regarded as a centre of Javanese culture. The architecture of the palace represents the complexity of Indonesian culture, where local tradition and external social, cultural and religious influences are manifested in the form and structure. Surakarta Kasunanan palace as a whole is considered a sacred place, gives a religious impression and reflects the characteristics of the kingdom.
    [Show full text]
  • Download Download
    CREATIVE UNDERSTANDING DALAM PROGRESSIVISME PEMIKIRAN ISLAM POLITIK SYAFRUDDIN PRAWIRANEGARA (1911-1989): SEBUAH PENDEKATAN KOMUNIKASI HASAN MUSTAPA, M. ANWAR SYI’ARUDDIN UIN Sunan Gunung Djati Bandung, STAI Darul Arqam Garut kangmoez@uinsgd.ac.id, anwar_alghifari@ymail.com _________________________________________________________________ Abstrak Peran intelektual tokoh Masyumi cenderung terpinggirkan karena kelemahan posisi politik baik di masa rezim Orde Lama maupun Orde Baru. Kendati gagasan mereka sangat relevan dengan pengentasan problem umat. Beberapa di antaranya seperti Syafruddin Prawiranegara, merespons sikap politik penguasa dengan komunikasi politik yang santun nan progresif. Proses komunikasi politik intelektual Masyumi tersebut diurai melalui beberapa aspek seperti: creative understanding, identity values, aesthetic appeal, community agreement serta reform of society. Menghadapi strategi politik propaganda Soekarno dan Soeharto terhadap sikap politik yang berbeda, Syafrudin Prawiranegara merespons dinamika politik baik Orde Lama maupun Orde Baru lebih bersifat retorik di mana ia bertumpu pada argumentasi yang mengandalkan kekuatan logika serta pendekatan persuasi dan apresiasi yang berimbang dalam melihat peristiwa, tokoh, maupun pergulatan politik yang terjadi. Kata Kunci: Intelektual Progressif, Syafruddin Prawiranegara, Komunikasi Politik __________________________________________________________________ A. PENDAHULUAN Proses komunikasi seorang tokoh dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ideologi, kondisi sosial politik
    [Show full text]
  • Dissertation Information Service
    INFORMATION TO USERS This reproduction was made from a copy of a manuscript sent to us for publication and microfilming. While the most advanced technology has been used to pho­ tograph and reproduce this manuscript, the quality of the reproduction is heavily dependent upon the quality of the material submitted. Pages in any manuscript may have indistinct print. In all cases the best available copy has been filmed. The following explanation of techniques is provided to help clarify notations which may appear on this reproduction. 1. Manuscripts may not always be complete. When it is not possible to obtain missing pages, a note appears to indicate this. 2. When copyrighted materials are removed from the manuscript, a note ap­ pears to indicate this. 3. Oversize materials (maps, drawings, and charts) are photographed by sec­ tioning the original, beginning at the upper left hand comer and continu­ ing from left to right in equal sections with small overlaps. Each oversize page is also filmed as one exposure and is available, for an additional charge, as a standard 35mm slide or m black and white paper format.* 4. Most photographs reproduce acceptably on positive microfilm or micro­ fiche but lack clarity on xerographic copies made from the microfilm. For an additional charge, all photographs are available in black and white standard 35mm slide format.* *For more information about black and white slides or enlarged paper reproductions, please contact the Dissertations Customer Services Department. Dissertation Information Service University Microfilms International A Bell & Howell Information Company 300 N. Zeeb Road, Ann Arbor, Michigan 48106 t 8618844 Saleh, Abdul Aziz DETERMINANTS OF ACCESS TO HIGHER EDUCATION IN INDONESIA The Ohio State University Ph.D.
    [Show full text]
  • PEMIKIRAN SOEDJATMOKO TENTANG NASIONALISME Analisis Konten Dari Buku-Buku Karangan Soedjatmoko
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Repository Universitas Negeri Jakarta PEMIKIRAN SOEDJATMOKO TENTANG NASIONALISME Analisis Konten dari Buku-buku Karangan Soedjatmoko Ayu Rahayu 4115133797 Skripsi yang ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2018 2 ABSTRAK AYU RAHAYU, Pemikiran Soedjatmoko tentang Nasionalisme, Analisis Konten dari Buku-buku Karangan Soedjatmoko. Skripsi. Jakarta: Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta, Desember 2017. Penelitian ini meneliti rasa nasionalisme yang kerap digaungkan. Meski rasa nasionalisme hanya menjadi slogan semata. Orang-orang yang berbicara nasionalisme namun tidak tahu pasti arti, makna dan tindakan dari rasa Nasionalisme. Sebab, pengasahan nasionalisme dipisahkan dari sejarah bangsa. Nasionalisme tanpa melihat kembali konteks sejarah hanya menuai konflik. Untuk menghindari nasionalisme dangkal, diadakanlah penggalian gagasan dari Soedjatmoko. Penelitian ini diajukan untuk mengolah pemikiran Soedjatmoko tentang Nasionalisme. Penelitian menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik Analisis menggunakan analisis konten pada buku-buku karangan Soedjatmoko Tiga buku dipilih untuk memenuhi teknik analisis. Tiga buku karangan Soedjatmoko berjudul Kebudayaan Sosialis, Dilema Manusia dalam Pembangunan dan Pembangunan dan Kebebasan. Dari
    [Show full text]
  • Soft Religiosity Message for Indonesia from Soedjatmoko
    International Journal of Religious and Cultural Studies ISSN xxxx-xxxx Vol. 1, No. 1, April 2019, pp. 1-7 1 Soft Religiosity Message for Indonesia from Soedjatmoko Aji Dedi Mulawarman Universitas Brawijaya, MT Haryono 165 Malang, Indonesia ajidedim@gmail.com ARTICLE INFO ABSTRACT This article tackles the thought of Soedjatmoko as one of Indonesian Article history self-taught intellectuals. Through his writing “Human Dimension in Received 27 January 2019 Development”, “ Socialist Culture”, and “Asia in the Eyes of Revised 8 February 2019 Soedjatmoko”, an evolution of his thought from socialist' historical Accepted 1 April 2019 materialism towards soft religiousity could be portrayed. It is concluded that integrity and intellectual bravery are the strength of the Indonesian Keywords that are derived from faith and tawhid. The spirit that Islam carries Soft-Religiousity becomes the root of solution for poverty as well as applicable education Tawhid for many countries, especially in Asia. Society Intellectual Bravery This is an open access article under the CC–BY-SA license. 1. Introduction "A religion that does not speak to the basic moral problems of its time will face danger, it will gradually become irrelevant. But in the meantime it is also necessary to avoid dogmatism, because the way to translate moral judgments into wisdom is usually not one, but more than one. What might facilitate the role of religion in that is that it seems that the process of secularization has reached the final stages of the world, and that the debate over the implications of modernization is still not relevant, because in essence all countries and all nations and all cultures in the world are good those who are called modern or not, are equally unprepared to face the 21st century with all its new challenges.
    [Show full text]
  • Reproduksi Budaya Dalam Pentas Kesenian Tradisional Di Balai
    Artikel Reproduksi Budaya dalam Pentas Jurnal Analisa Sosiologi Kesenian Tradisional di Balai April 2017, 6(1): 42-54 Soedjatmoko Rosyid Nukha1 Abstract The aim of this research is to know about the culture reproduction process that happen ang to know the actor on the traditional art perfromances in Soedjatmoko Hall. This is a qualitative research with case study as its approach. The data collection done by interview, participatory observation ang documentation. The primary data collected by indepth interview and participatory observation. That data being analyzed using interactive model. The data validity done by source triangulation. the art performance reproduction is being analyzed by Pierre Bourdieu‘s theory. The research found that the actors in the culture reproduction on traditional art performances include keroncong art groups, kararwitan art groups, macapat art groups and Soedjatmoko Hall. Those actor have cultural capital, social capital, symbolic capital and economic capital that supported the reproduction process. Culture reproduction in the traditional art through Keroncong Bale, Macapat Soedjatmakan, dan Klenengan Selasa Legen art performance by perform again the traditonal art. Reproduction process happen through the use of pakem and the use of symbol, the delivery of meaning in the art performance, performance‘s procedures, the songs and the materials is adjusted to the pakem. Keywords: Soedjatmoko Hall, Culture Reproduction, Art Performance. 1 Program Studi Magister Sosiologi Universitas Sebelas Maret Email: rosyidnkha.mail@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses reproduksi budaya yang terjadi dan mengetahui aktor yang terlibat dalam pementasan kesenian tradisional di Balai Soedjatmoko. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan strategi studi kasus.
    [Show full text]
  • PART 2 Culture and the Nation
    PART 2 Culture and the nation Els Bogaerts - 9789004253513 Downloaded from Brill.com10/06/2021 10:22:01PM via free access Els Bogaerts - 9789004253513 Downloaded from Brill.com10/06/2021 10:22:01PM via free access 9 ‘Whither Indonesian culture?’ Rethinking ‘culture’ in Indonesia in a time of decolonization Els Bogaerts When Claire Holt returned to Indonesia in 1969 after an absence of twelve years,1 signs of ‘“cultural change,” “economic develop- ment or “modernization,”[...] could be seen and felt everywhere, not least in the sphere of the arts.’ The bitter debate between pro- ponents of nationalism and of internationalism was no longer rag- ing, she wrote. ‘If it continued simmering below the surface, signs of it were not discernible’ (Holt 1970:163). Recalling her observations of the world of the Indonesian arts in the 1950s and 1960s, Holt (1970:163) wrote: among individuals and groups consciously concerned with the cul- tivation of the arts [...], love of the past, awareness of the present, and aspirations for the future produced efforts in three different directions. There were those who strove to preserve traditional art forms in their classical purity, as in music, dance and dance drama; those who tried to meet the challenges of modern times by grafting new elements upon the solid body of tradition or even modifying some of its basic principles; and those who, turning away from tradi- tion entirely, were introducing new inventions or adapting borrow- ings from outside. (Sometimes all three of these directions were pursued by one individual or were the declared policy of one orga- nization.) This, as far as I could judge, remained true in the sixties, but the lines seemed more sharply drawn.
    [Show full text]
  • Jacob Oetama
    www.rajaebookgratis.com JACOB OETAMA Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dia adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, non-partisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan. Bulir air mata perlahan menetes di pipi tuanya yang mengeriput. Suaranya yang semula berat dan membahana di seisi ruangan, kontan berubah serak dan parau. Laki- laki tua yang siang itu berdiri di podium terhormat, tak lagi kuasa menahan rasa haru yang luar biasa. Dia menangis. Jakob Oetama, laki-laki tua itu, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya. Pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dalam pidato promosi untuk memperoleh gelar doktor honoris causa (HC) itu, ia mengemukakan bahwa pencarian makna berita serta penyajian makna berita semakin merupakan pekerjaan rumah dan tantangan media massa saat ini dan di masa depan. http://rajaebookgratis.wordpress.com 1 www.rajaebookgratis.com Jurnalisme dengan pemaknaan itulah yang diperlukan bangsa sebagai penunjuk jalan bagi penyelesaian persoalan-persoalan genting bangsa ini. Jakob Oetama adalah penerima doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM-setelah pekan lalu gelar yang sama dianugerahkan UGM kepada Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah. Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan.
    [Show full text]
  • Kemiskinan Struktural
    43 BANTUAN HUKUM SEBAGAI SARANA MENANGGULANGI MASALAH KEMISKINAN STRUKTURAL ________ OIeh: Abdurahman,SH. ________ Kiranya sudah cukup banyak kita "yang s~ap untuk tenggelam". Namun berbicara ten tang masalah kemiskinan demikian betapapun parahnya keadaan dengan segala aspeknya termasuk da­ dimana bencana kehancuran sewaktu­ lam kaitannya dengan pelaksanaan waktu ak.an datang menimpa mereka bantuan hukum. Tetapi dalam kesem­ akan tetapi mereka tidak sanggup patan ini a~a baiknya kita renungkan untuk keluar dari kemiskinan yang kembali ungkapan dari R.H. Tawney melilit hidupnya agar mereka dapat tentang kemiskinan di Negara Cina mengangkat dirinya dari bawah ke­ seperti diku tip oleh J emes C. Scott miskinan. Bukannya ia tidak beru­ dalam kata pendahuluan dari bukunya saha, usaha mati-matian sudah dija­ yang terkenal ten tang Moral Ekonomi lankan tetapi kondisinya memang Petani: "The district in which the sudah cukup parah sekali dan struktur • position of the rural population is sosial yang menghimpit mereka sema­ that. of a man standing permanently kin kuat. Keadaan semacam inilah up to the neck in water, so that yang akan menjadi sasaran dari paaa even a ripple is sUfficient to drown program bantuan hukum yang akan him ,,1) kit a laksanakan pada saat ini. Keber­ Yang artinya kurang lebih demikian, hasilan dari pada program ini adalah ada daerah-daerah dimana posisi pen­ tergantung pemahaman kita tentang duduk . pedesaan ibarat orang yang keadaan nyata dan mereka yang akan selamanya berdiri terendam dalam air kita layani. sampai keleher, sehingga om bak yang Masalah tentang kemiskinan sudah kecil sekali:pun cukup untuk meneng­ banyak dikaji orang. Dalam mengkaji gelamkannya.
    [Show full text]
  • Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11-Maret
    KISAH TIGA JENDERAL DALAM PUSARAN PERISTIWA 11‐MARET‐1966 Bagian (1) “Kenapa menghadap Soeharto lebih dulu dan bukan Soekarno ? “Saya pertama‐tama adalah seorang anggota TNI. Karena Men Pangad gugur, maka yang menjabat sebagai perwira paling senior tentu adalah Panglima Kostrad. Saya ikut standard operation procedure itu”, demikian alasan Jenderal M. Jusuf. Tapi terlepas dari itu, Jusuf memang dikenal sebagai seorang dengan ‘intuisi’ tajam. 2014 Dan tentunya, juga punya kemampuan yang tajam dalam analisa June dan pembacaan situasi, dan karenanya memiliki kemampuan 21 melakukan antisipasi yang akurat, sebagaimana yang telah dibuktikannya dalam berbagai pengalamannya. Kali ini, kembali ia Saturday, bertindak akurat”. saved: Last TIGA JENDERAL yang berperan dalam pusaran peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret Kb) 1966 –Super Semar– muncul dalam proses perubahan kekuasaan dari latar belakang situasi (89 yang khas dan dengan cara yang khas pula. Melalui celah peluang yang juga khas, dalam suatu wilayah yang abu‐abu. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, jalan pikiran dan 1966.docx ‐ karakter yang berbeda pula. Jenderal yang pertama adalah Mayor Jenderal Basuki Rachmat, dari Divisi Brawijaya Jawa Timur dan menjadi panglimanya saat itu. Berikutnya, yang kedua, Maret ‐ 11 Brigadir Jenderal Muhammad Jusuf, dari Divisi Hasanuddin Sulawesi Selatan dan pernah menjadi Panglima Kodam daerah kelahirannya itu sebelum menjabat sebagai menteri Peristiwa Perindustrian Ringan. Terakhir, yang ketiga, Brigadir Jenderal Amirmahmud, kelahiran Jawa Barat dan ketika itu menjadi Panglima Kodam Jaya. Pusaran Mereka semua mempunyai posisi khusus, terkait dengan Soekarno, dan kerapkali Dalam digolongkan sebagai de beste zonen van Soekarno, karena kedekatan mereka dengan tokoh puncak kekuasaan itu. Dan adalah karena kedekatan itu, tak terlalu sulit bagi mereka untuk Jenderal bisa bertemu Soekarno di Istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966.
    [Show full text]
  • Peran Media Massa Dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974
    PERAN MEDIA MASSA DALAM MENYUARAKAN KEBIJAKAN ORDE BARU: STUDI KASUS HARIAN SUARA KARYA 1971-1974 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S, Hum.) Oleh Dicky Prastya 11140220000033 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M ii PERAN MEDIA MASSA DALAM MENYUARAKAN KEBIJAKAN ORDE BARU: STUDI KASUS HARIAN SUARA KARYA 1971-1974 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S, Hum.) Oleh Dicky Prastya 11140220000033 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M iii iv LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dicky Prastya NIM : 11140220000033 Jurusan : Sejarah dan Peradaban Islam Judul Skripsi : Peran Media Massa dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974 Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Ciputat, 26 April 2019 Dicky Prastya v vi PERAN MEDIA MASSA DALAM MENYUARAKAN KEBIJAKAN ORDE BARU: STUDI KASUS HARIAN SUARA KARYA 1971-1974 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S, Hum.) Oleh Dicky Prastya 11140220000033 Pembimbing Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A.
    [Show full text]
  • Representing Colonial Indonesia in the Films of Saeroen Christopher Woodrich Chris Woodrich@Hotmail.Com
    2014 Working Paper Series Volume 1 Between the Village and the City: Representing Colonial Indonesia in the Films of Saeroen Christopher A. Woodrich Editors: David Price and Frank Dhont Recommended Citation: Woodrich, Christopher A. "Between the Village and the City: Representing Colonial Indonesia in the Films of Saeroen." International Indonesia Forum, 2014 Working Paper Series 1 (2014). Between the Village and the City: Representing Colonial Indonesia in the Films of Saeroen Christopher Woodrich chris_woodrich@hotmail.com Abstract: Following the Great Depression, colonial Indonesia was in a flux. The economic shift from a rural agrarian to an urban manufacturing economic base led to increasingly rapid urbanization and the accompanying societal woes. This shift in societal make-up influenced various forms of popular culture, which writers and other creative professionals used to express their opinions – both positive and negative – of the cultural shift. The reporter turned screenwriter Saeroen, a keen social observer who wrote under the name Kampret and was several times arrested for his writings, was no exception. Attached to four film production houses in his four-year screenwriting career (1937–41), Saeroen’s oeuvre included some of the biggest commercial successes of the period and often involved migration from the villages to the cities. Though the majority of Saeroen’s films are now thought lost, enough evidence survives in the form of film reviews, novelizations, and promotional material for a textual analysis of his works and the views contained within. As will be shown, Saeroen’s works, including Terang Boelan, Sorga Ka Toedjoe, Asmara Moerni, and Ajah Berdosa, represent a testament to the experience of abandoning the villages and embracing the cities.
    [Show full text]