Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih: Pandangan Seorang Jurnalis

Ignatius Haryanto

Pengantar tantangan menghadang kaum profesional untuk meretas jalan menuju pemerintahan Kaum profesional sering disebut se- yang bersih. Tulisan ini sekedar bercerita bagai baglan dari kelas menengah atas bidang yang penulis geiuti, yaitu dunia yang.diharapkan untuk menjadi agen jurnaiistik, dimana di daiamnya juga terjadi perubahan. Pertanyaanya lalu ber- tarik-menarik antara para jurnalis (yang bunyl, apakah betui demikian? Lantas juga mungkin masuk sebagai kaum profesional) perlu dipertanyakan, perubahan terhadap dengan pemerintahan atau birokrasi yang apa? Mungkin terutama perubahan terha diandaikan tidakbersih. dap pemerintahan yang korup, sentralistis, pandai menggunakan kekerasan, serta Sepintas tentang Jurnalis pada masa mengabaikan aspirasi masyarakat luas. Awal Kemerdekaan Pendeknya dalam ikiim yang tidak demo- kratls, peran kaum profesional banyak dl- Mengapa seorang akhir- harapkan bisa membuka kebekuan yang nya memilih dirinya untuk menjadi seorang ditimbulkan oleh sistem politik yang tidak wartawan, adaiah karena bujuk rayunya dari terbuka. Contoh yang sering disebut untuk senior wartawan kawak yang kemudian konteks Asia misalnya apa yang terjadi di menjadi saiah satu wakil presiden, Adam Korea Selatan. Malik. Waktu itu Adam Malik yang memim- Apakah tema in! hanya sekedar ha- pin kantor berita Antara, mengatakan sudah rapan belaka, ataukah sudah terlihat ada banyak orang yang berjuang untuk mem- gejala yang dapat disimpulkan sebagai mu- bela negeri ini dengan mengangkat bambu lai tumbuhnya kekuatan para profesional runcing tapi belum banyak orang yang ber- untuk menjadi kelompok penekan (pressure pikir bahwa pena pun menjadi senjata yang group) yang efektif kepada kekuasaan, agar tak kaiah ampuh dengan bambu runcing. kekuasaan mulai membuka dirinya dan Dari situ Mochtar Lubis pun akhirnya me- menjadi lebih popular di mata masyarakat- mutuskan untuk menjadi seorang wartawan nya. (Atmakusumah, 1992, 60). Tulisan ini tidak berpretensi iimiah un Mungkin ini kisah romantis yang digali tuk membahas di mana peiuang itu terbuka dari sejumiah generasi awai. Tokoh seperti untuk kaiangan profesional dan di mana Mochtar Lubis, BM DIah, Rosihan Anwar

18 UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto ataupun angkatan sebelumnya seperti Adi- memimpin Pikiran Rakyat dan Hatta me negoro, Parada Harahap, Tirtoadhisoerjo, mimpin Merdeka di Belanda), dan Iain-Iain, turut mewamai sejarah jumalis masih melihat surat kabar sebagai salah di negeri inidengan segala pahit manisnya. satu komponen penting untuk mengisi infor- Menjadi wartawan adalah turut menjadi masi kepada masyarakat baru tersebut. pembela negeri, adalah idealisme yang Tak berlebihan jika suatu saat Mochtar dikobarkan oleh para jurnalis masa itu. Lubis pernah bercerita bahwa para jurnalis Boleh dikatakan juga bahwa sejumlah saat itu sangat dekat dengan presiden. Wa politikus Indonesia sejak awal abad 20, tak lau sudah menulis hal-hal yang kritis ten- lain dan tak bukan adalah seorang jurnalis, tang atau kebljakan Sukarno atau atau setidaknya mereka memimpin suatu kebijakan Sukarno, presiden pertama Rl surat kabar ketika berjuang menuju Indo initak pernah lupa untuk mengundang war nesia merdeka. Bahwa sejumiah mahasis- tawan menghabiskan akhir minggu di istana wa sekolah kedokteran (Stovia) di awal 20 Bogor. Mochtar bahkan bercerita kalau me Itu juga dikenal sebagal jurnalis. Sebutlah reka amat mudah bertemu dengan presiden seperti Tjipto Mangunkuesoemo, TirtoAdhi- atau para menteri. Tidak perlu berhadapan soerjo dan Iain-Iain. dengan para ajudan atau sekretaris yang Posisi surat kabar itu memang me- akan menghalangi bila bertemu dengan mlliki peran penting yang tak dapat diting- para menteri tersebut. gaikan begitu saja pada tahun-tahun perta- Pengalaman tarik-menarik antara pers ma kemerdekaan. Sejumlah koran didirikan dengan birokrasi riegara baru terjadi pada setelah kepergian Jepang untuk menyuara- tahun 50-an, saat berlangsungnya masa kan kemerdekaan bangsa dan blasanya demokrasi konstitusionai. Sebenamya yang pendirinya adalah seorang politikus. saat itu terjadi adalah Imbas politik ideo- Posisi wartawan mendapat tempat logis yang juga terjadi dalam tubuh pers. yang tinggi di mata pemerintahan saat itu. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Pemerintahan republik yang masih muda pada masa tersebut, banyak pers mengam- usia, berharap agar para jurnalis ini bisa bil suatu partal politik sebagai afiliasinya, memberitakan bagaimana kemerdekaan dan kabinet yang berjalan pada tahun 50- mau dicapai dan dipertahankan dengan pro- an tersebut adalah kabinet yang banyak gram-program yang telah disiapkan sebe berganti tergantung dari dinamika politik lumnya. Tarik-menarik antara perang fisik yang terjadi. Satu kali kabinet dikuasai oleh dl satu sisi dan perlawanan yang dilakukan Partal Nasional Indonesia, kali lain dikuasai lewat diplomasi dl luar negeri dilakukan oleh Masyumi atau kabinet koalisi. De- dengan mengundang partisipasi penuh dari mikian jugalah pers yang mengkritik perne- para wartawan pada masa itu. Tiap kali rintahan saat itu pun berganti-ganti. Saat terjadi perundingan ke luar negeri, hingga Masyumi memimpin, koran dari Partal akhir tahun 1949, para jumalis awal menjadi Nasional Indonesia akan banyak mengkritik saksi sejarah terjadinya tarik menarik pihak kebijakan kabinet tersebut. Begitupun sekutu dengan para pemuda Indonesia un sebaliknya, jika PNI yang berkuasa. tuk merribuktikan bahwa para perriuda ini Namun pada masa Demokrasi Ter- sanggup untuk mendirikan suatu negara pimpin para jurnalis pun beroleh peng republik. alaman yang tidak cukup mengenakkan Sukarno Hattapun walau tidak lagi me dengan adanya sejumlah pembredeilan mimpin surat kabar sendiri (Sukarno duiu atau penutupan surat kabar yang mereka

UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 19 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto alami sejak tahun 1957, saat Indonesia muncul, yaitu Jend Soeharto yang memulai diumumkan dalam keadan darurat perang karirnya sebagai panglima Kostrad lalu (Lihat pada Smith 1989). Puluhan surat ka- pemegang Supersemar, sekaligus kepala bar terkena tindakan represi dari pemerin Kopkamtib, dan akhirnya sebagai Presiden tahan ketika DemokrasI Konstitusional ber- dalam Sidang Umum tahun 1969, maka henti berjalan dan dianggap tidak pantas muncul harapan bahwa masa yang baru untuk diteruskan, dan diambil alih oleh Su akan lebih baik daripada masa sebelumnya. karno dan ABRI. Indonesiapun masuk da Banyak orang yang belum apa-apa lam era Demokrasi Terpimpin. Kekuasaan sudah memberikan dukungan moral yang terpusat pada presiden diberlakukan, kem- demikian hebat kepeda pemerintahan yang bali pada UUD 45 itulah artinya, presiden muda usia, dan masih belum diuji dalam adalah penguasatertinggi perang, Panglima saat mengatasi krisis ekonomi dn politik Besar Revolusi dan berbagai sebutan lain- saat itu. Orang seperti Mochtar Lubis yang nya. dibebaskan dari penjara tahun 1968 (setelah 10 tahun mendekam di dalamnya) misalnya dalam edisi pertama koran Indonesia Raya Konstruksi Hubungan Pers dan Pe- periode kedua masa hidupnya menulis ta- merintah pada Masa Orde Baru juk rencana yang demikian menyokong pe Pada masa peralihan kekuasaan pada merintahan yang baru; tahun 1965-66 jugaditandai dengan kela- Harian ini memberikan dukungannya pa hiran sejumlah pers generasi baru, baik ko- da pemerintah dan akan mem ran yang dibentuksebelum terjadi peralihan berikan sumbangan sebesar murigkin kekuasaan seperti Kompas, Sinar Harapan- menciptakan ikiim yang sehat dan kons- maupun Angkatan Bersenjata atau Berita truktif di negeri kita, agar program-pro- Yudha. Dan sejumlah koran yang dulunya gram pembangunan ekonominya untuk sempat ditutup pada masa Demokrasi Ter kemakmuran rakyat yang merata dan adil pimpin, akhirnya kembaii terbit. Bisa di- mendapat sukses sebesar mungkin. sebut di sini adalah koran seperti Indone Akan tetapi kami juga akan memberikan kritik-kritikdimana dan apabila kami ang- sia Raya, Pedoman dll. Sejumlah koran gap perlu dengan tujuan senantiasa su- mahasiswa pun tampil ke permukaan, se paya pemerintah kita yang sekarang, perti mingguan Mahasiswa Indonesia di pimpinan nasional kita yang baru, ber- Bandung, Harian KAMI di dan be- hasil dalam tugas berat mereka memper- berapa pemilik kampus masing-masing. baiki kehancuran dan kerusakan di se- Beberapa orang masih percaya bahwa gala bidang penghidupan bangsa kita yang disebut antara tahun 1966-74 adalah yang telah ditimbulkan oleh bekas regim masa bulan madu antara pers dan peme Sukarno. rintahan Orde Baru. Saya menilainya agak Kami akan bekerja menyadarkan penda- lain. Buat saya konstruksinya saat itu ada pat umum rakyat kita pada kenyataan lah pers dan kekuasaan yang baru memiiiki bahwa pekerjaan yang berat itu akan me- minta waktu yang cukup lama, akan me- kepentingan yang sama pada masa per minta disiplin nasional yang tinggi, rasa alihan kekuasaan tersebut. Sejumlah eks- tanggung jawab sosial dan nasional yang ponen pers juga turut dalam aktivltas politik sebesar-besarnya, kerja keras dan peng- menentang pengaruh komunis yang lebih abdian yang seluhur-Iuhurnya dari setiap besar ataupun kebencian yang ditujukan kita, pemimpin atau rakyat umum. Keha- kepada Sukarno. Ketika penguasa baru diran Indonesia Raya adalah juga per-

20 UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 Topiki'Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto

nyataan kepercayaan dan keyakinan di titik yang sama, itu adalah representasi kami pada pimpinan nasional bangsa kita dari kepentingan sesaatyang memang se- yang baru, serta kepercayaan dan keya jalan. Tapi titik temu tidak seialu bisa dite- kinan kami pada mungklnnya seluruh ruskan, karena masing-masing institusi me keadaan dl negeri (inl) diperbaiki dan miliki corak dan karakter yang membeda- dimajukan. kan satu dengan yang lainnya. Demikianlah Kami mengulurkan tangan persahabat- pemerintahan baru yang merupakan allansi an dan persaudaraan pada setiap go- Icngan dl negeri kita yang sama-sama dari kekuatan teknokrat. militer dan so- bercita-cita untuk membina masyarakat kongan mahasiswa, menemui titik dimana yang adil dan makmur merata dan yang pers harus melepaskan diri dari bayang- menjamin hak-hak asasi manusia. Tiada bayang kekuasaan. Fungsi informasi yang seorang pembesar, seorang Jendral, se- dilakukan oleh Pers, menuntut adanya ke- orang pemimpin politik, seorang menteri terbukaan, transparansi, cukup jelas untuk harus merasa khawatir atau takut dengan dicema untuk masyarakat kebanyakan, dan munculnya kami ke tengah gelanggang. inisemua artinya pers menekankan fungsi Kami akan menyokong dan memberi pu- sosial kontrol yang dilakukanya. Tapi lalu jian pada mereka selama mereka mela- persoalanya, apakah kekuasaan yang baru kukan tugas dan kewajiban mereka untuk kepentingan rakyat dan bangsa. Kamiakan sungguh mau dikontrol atau tidak? menjadi pembela mereka untuk kepen Logikanya begini, bahwa kekuatan ba tingan rakyat dan bangsa. Kami akan men ru dalam kekuasaan saat itu masih sibuk jadi pembela mereka yang paling gigih mengkonsolidaslkan dirinya untuk, mem- selama mereka berjaian daiam kebenaran bentuk suatu pemerintahan yang kuat, de dan keadilan (Tajuk Rencana Indonesia ngan program pembangunan yang mereka Raya tanggal 30 Oktober 1968). utamakan, dan untuk itu seperti trilogi pem Kalau hendak dikatakan, dari teks di bangunan yang dijadikan prasyarat (stabili- atas terlihat betapa muncul rasa terimaka- tas nasional, pertumbuhan ekonomi dan sih yang diucapkan oleh Mochtar Lubis pemerataan ekonomi) untuk pemerintahan karena la telah dikeluarkan dari penjara baru berjaian. Llnsur dari kelompok lama, oleh pemerintahan yang baru, tapi kemu- golongan komunis, golongan PNI dan se- dian pertanyaanya adalah, seberapa lama gala organisasi yang berada di bawah kepentingan antara jurnalis dan kekuasaan naunganya, diberesi terlebih dahulu. Mulai yang baru akan terus be'riringah? Apakah dari MPRS, kabinet, gurbenur-gurbenur, mereka akan terus memiliki kepentingan panglima-panglima daerah, hingga ke ting- yang sama? Dan inisebenamya pertanyaan katyang paling mikro, iurah, camat, kepala pokoknya-apa sesungguhnya alasan keber- desa, bahkan sampai tingkat massa. Maka adaan {rasion d'etre) dari suatu penerbitan inilah penjelasan yang diberikan kepada pers, dan pemerintahan dari suatu negara. pertanyaan mengapa terjadi pembantaian Apakah dan bagaimanakah fungsi maslng- yang demikian meluas pada awal Orde Baru masing yang dijalankan untuk itu? tersebut (Lihat pada disertasi yang baru Dalam perjalanan sejarah pertanyaan saja diselesaikan oleh Hermawan Sulistyo; tadi dijawab bahwa kepentingan antar ke- The Forgetten Years; The Missing History duanya tidak seialu seiring, bahkan ada of Mass Sianghter 1965-66; In Kediri, suatu titik di mana keduanya sadar bahwa Jombang, tesis Doktor dari Arizona State kepentingan mereka berbeda sambil meng- University, 1997). ingat bahwa memang dulu ketika bertemu

UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 21 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto

Bangunan yang barupun disiapkan. Ada ngadu domba diantara kepentingan nasio konsensus nasional, ada depolitisasi ma- nal. syarakat, ada penyerdehanaan partai-partai, BetuI atau tidak tuduhan itu. bukan soal ada pembentukan Wno-klnodi bawah Golkar, yang mau dibahas, tapi momen ini men- ada konsep Monoioyalitas, ada paket UU jelaskan bahwa titik perpisahan sudah dite- Politik yang disodorkan, siapapun yang me- mukan. Fungsi pers, fungsl informasi, fungsi nyodorkan konsep demikian. Yang jelas kontrol sosial bukanlah kepentingan yang adalah kekuasaaan yang baru mencoba sejalan dengan kekuasaan yang sedang menata ulang konstruksi kehidupan masya- menancapkan pengaruh ataupun mem- rakat yang mereka sebut sebagai era pem- perluas wilayah kekuasaanya, apalagi bangunan. kalau kekuasaan itu dimotori oleh kalangan Namun dalam saat benah-benah peme militer. Jadi jelaslah adagium yang popular; rintahan yang baru ini, apakah kekuasaan Dalam politik, tidak ada musuh atau kawan juga membuka diri atas kontrol, atas kritik sejati, yang ada adalah kepentingan sejati. dari masyarakat atau lewat pers? Rupanya Sejauh kepentingan bisa berjalan, kita inllah yang tidak dianggap sebagai input akan bergandengan tangan, namun jika ke yang mendukung pembangunan. Memper- pentingan sudah mulaibert)eda, mungkin kita besar pendukung kekuasaan yang baru, akan menggandeng pihak yang lain iagi. itulah yang lebih didahulukan sebagai Parajurnalis yang mencoba membuka jaminan untuk melangsungkan program-pro ruang kebebasan pers yang lebih, beroleh gram politik pembangunan yang sudah ganjaran dengan penutupan sejumlah koran dirancang. pada tahun 1974, penutupan sementara 7 Dengan penjelasan ini maka kepen- buah koran pada tahun 1978 dan beberapa tingan antara pers di satu sisi dengan ke- kasus penutupan media cetak lainnya pada pentingan kekuasaan di sisi lain, mulai tam- dekade 80-90-an. pak berpotensi untuk berpisah.Dan demi- kianlah halnya yang terjadi. Pada tahun 1974, Pers industri dan Fenomena Wartawan suatu pembredeilan massal dilakukan ter- Amplop hadap 14 koran dan majalah selepas terjadi- nya peristiwa 15 Januari 1974. Peristiwa Pergeseran nilai yang dianut dalam Itu sendiri merupakan kerusuhan yang terja pers Indonesia terjadi dalam cara yang cu- di di Jakarta dan di beberapa kota lain kup drastis. Pers yang tadlnya agen kul- berupa pengrusakan sejumlah toko, pem- tural, yang lebih dekat dengan nuansa per- bakaran dan perampokan. Kelompok maha- juangan atau keterlibatan dalam masalah siswa dituding sebagai pelaksana keru .demokrasi pelan-pelan berubah menjadi suhan tersebut, walaupun tuduhan de agen kapital, saat industri pers merebak mikian disangkal oleh mahasiswa dan baiik dan sejumlah pemodal besar masuk dalam menuduh bahwa ada kelompok lain yang industri yang memang cukup menguntung- ingin menjelekan citra protes mahasiswa. kan ini. Inilah fenomena pers pada dekade Pemberitaan pers tentang peristiwa 80-90-an. kerusuhan dan pemberitaan tentang protes Adalah saiah satu sisi gelap yang ja- mahasiswa sebelumnya, dianggap oleh pe- rang sekali mau dibuka oleh para jurnalis nguasa sebagai tindakan yang memanas- sebagai bagian lain dari kemunculan pers manasi situasi (tuduhan klise yang selalu industri ini, adalah menyangkut masalah diulang untuk tiap momen serupa) dan me- amplop. Wartawan amplop ataupun juma-

22 UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto llsme amplop yang dimaksud adalah jurna- nyodorkan nomor rekening di Bank yang lisme yang dibangun atas dasar amplop- ia miiiki, untuk tiap buiannya disetori oleh amplop (berisikan uang) yang diberikan oleh perusahaan atau instansi tertentu untuk sejumlah nara sumber untuk menjaga ke- menjamin amanya berita yang dikeluarkan pentingan mereka. Yang mereka inginkan media tersebut. Bagaimanapun ia tahu ada adalah, agar wartawan tidak menulis yang kebobrokan di dalam suatu instansi, iatetap negatif tentang si pengusaha ataupun ins- diam saja karena ia mengkreasi pemberita- tansi yang mereka pimpin. an yang memuat hal positif saja. Atau bisa Adalah ritus biasa setelah terjadi kon- juga karena skenarionya lebih canggih, si frensi pers, parawartawan dikumpulkan untuk wartawan justru dipakai untuk memukul diberi amplop. Seballknya para wartawan saingan suatu perusahaan, dengan mem- pun banyak yang memang mengejar am buat berita-berita negatif yang pada akhir- plop. Jadi hubungannya memang reslprokal. nya akan membuat harga saham sahamnya Tak dapat dikatakan mana yang lebih dulu makin merosot. menawarkan amplop tersebut. Fenomena terakhir ini adalah fenomena Persoalan wartawan amplop in! bukan yang makIn kompleks yang akan dihadapi soal moral, apakah balk atau tidak mene- oleh pers Indonesia. Kesadaran sebagai rima amplop. Persoalanya tidak semudah agen kultural pelan-pelan sudah ditinggal- itu Saya melihatnya sebagai persoalan kan, dan kesadaran yang tinggal adalah yang lebih struktural sifatnya. Tak sedikit kesadaran sebagai agen kapitai. Belum cerita bahwa seorang wartawan diberi banyak orang sadar soal ini maupun mema- penghasilan yang sangat minim, di bawah hami soal lebih rumit daripada yang diba- standard UMR atau cuma dibekali kartu yangkan selama ini. Permainan citra berita PWI. Bagaimana cara ia mencukupi peng- ataupun bias-bias yang sengaja ditonjolkan hasilannya, itu diserahkan pada 'kebijakan' mau tak mau menyertakan pers sebagai dan 'kreativitas' si wartawan untuk menu- salah satu pelakunnya (ilustrasi yang 'bru tup! yang tak cukup itu. Jadilah'wartawan tal' untuk soal ini bisa dilihat dari novel seperti ini mereka yang mengejar acara- terjemahan Gramedia Pustaka Utama, 1997, acara konfrensi pers, karena biasanya kon- Almghty dan The Fourth Estate yang ditulis frensi pers selalu diikuti dengan pembagian Irving Wallace dan Jeffrey Acher. Disertasi amplop. soal Pers yang paling akhir pun, Daniel Namun salah seorang rekan wartawan Dhakidae, belum menyentuh fenomena ini, mengkritik cara pandang saya yang se- ia hanya menjelaskan pergeseran dari pers mata-mata melihat soal wartawan amplop politik ke pers industri. Tapi bagaimana dikaitkan dengan kurangnya jaminan ke- sesungguhnya operas! yang terjadi dalam sejahteraan dari perusahaan dimana ia dunia pers kontemporer sebagai konse- bekerja. Rekan ini mengatakan ada jenis kuensi logis menjadi agen kapitai tadi, be wartawan amplop yang lain yang justru lum banyak ditunjukkan. Beberapa penulis membutuhkan amplop tersebut karena sifat luar yang menulis soal ini misalnya Gra keserakahanya. la ingin mendapatkan yang ham Murdock ataupun Ben Bagdikian). lebih banyak materi yang didapatnya se- Sadar atau tidak, langsung atau tidak, cara resmi. Jenis yang beiakangari ini tentu kemunculan wartawan amplop ini adalah saja bekerja dengan cara yang amat cang- salah satu cacat dalam profesi jurnalistik. gih dan tidak dengan terang-terang meminta Di mana banyak wartawan masuk dalam secara fisik amplopnya, tapi mungkin me- golongan ini dan cuman penerbitan yang

UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 23 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto cukup besar dan mampu menggaji karya- para anggota eksekutif pun masih memiliki wanya secara layak, akan memberlakukan semangat pengabdian kepada bangsa dan peraturan yang ketat untuk soal amplop negara yang tinggi. Maka mereka pun sa ini. Bila salah seorang wartawan mereka ngat dekat dan menganggap wartawan ada diketahui menerima amplop,-biasanya tak iah posisi yang sejajar dengan mereka Tapi ada ampun, si wartawan akan dikeluarkan cerita seperti itu mungkin sulit berulang, dari penerbitan tersebut. karena 30 tahun pengalaman masa Orde Sebenarnya peran dari organisasi pro- Baru, menunjukkan peran wartawan se- fesi dan kebijakan negara dalam mengha- makin terpuruk adanya. silkan situasi yang kondusif untuk memun- Wartawan boro-boro bisa bertemu muka culkan golongan wartawan amplop patut dan berwawancara dengan presiden (mung disebutkan juga. Organisasi profesi seperti kin hanya pernah dilakukan pada masa PWI cenderung menutup mata atas per- awal Orde Baru, dan salah satu misalnya soalan ini, dan menganggap itu tebih meru- diwawancaral oleh wartawan Kompas yang pakan persoalan intern dari masing-masing berpangkalan di New York, almarhumah penerbitan. Bahwa ada citra yang terlunturi Thres Nio) untuk bertemu muka dengan dengan persoalan amplop ini tak terlampau para menteri pun dianggap sulit. Apalagi dipeduiikanoleh mereka. Bahkan yang pa dengan adanya kompleksitas dalam biro ling mengejutkan adaiah ketua PW! sendiri krasi saat sekarang, biasanya wartawan pernah berkata bahwa amplop bukanlah hanya akan berjumpa dengan petugas atau suatu yang haram. Sedangkan pemerintah kepala Humas, atau tingkat Dirjen misalnya. sendiri juga punya kontribusi atas kemun- Mengapa hal Ini bisa terjadi, mungkin culan masalah amplop ini.selain sebagai karena dalam 30 tahun, tak banyak yang salah satu pelaku yang-memunculkan ke- berubah dalam komposisi birokrasi Orde tergantungan macam ini. secara makro, Baru, sedangkan perkembangan yang dalam urusan policy menerbitkan SlUPP cukup pesat terjadi dalam profesi jurnalis. bagi penerbitan-penerbitan baru tidak per Tiap tahun selalu ada wartawan baru, ada nah memikirkan soal ini. juga penerbitan baru yang langsung tak Soal wartawan amplop dikemukakan langsung memunculkan generasi-generasi untuk mengatakan bahwa kaum profesional baru dalam profesi jurnalistik, tidak lagi inipun memiliki cacat dalam praksisnya seperti Rosihan Anwar dkk, tapi sudah mereka bukan yang paling berslh dan bisa beralih pada generasi pers industri seperti berteriak bahwa mereka yang paling berhak Kompas, Republika, Tempo, Jawa Pos dan untuk mengumandangkan soal clean go- Iain-Iain. verment. Secara demografi saja usia dari Biro krasi makin tua, dan pemimpin birokrasi itu sendiri sudah 30 tahun lebih beri

24 UNISIA NO. 36/XXI/1V/1998 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto

Koran model konvensiona! tak lagi laku, rente, militaryauthotarian state, model pe karena yang dibutuhkan saat in) adalah merintahan kolonial Belanda, ataupun mo penerbitan yang bercorak industri, dengan del pemerintahan kolonial Jepang dll, punya semangat penguasaan soal tekhnologi dan sejarah setidaknya dalam 30 tahun terakhir tingkat persaingan yang tinggi. Penerbitan ini tak pernah memberi ruang yang cukup macam begin) lebih memperhatlkan soal bebas bag! pers. pasar atau pembaca, dan juga cenderung Pers yang mencoba kritis kepada pe- membuka dialog kepada masyarakat. Te- merintah, menampilkan pemberitaan yang levisi yang menjamursejak beberapatahun memihak masyarakat, menyoroti kebobo-. terakhir ini dan menimbulkan persaingan rokan birokrasi, mempromosikan pemerin yang lebih tajam antara dua macam media tahan yang bersih, akan beroleh ganjaran massa ini. Belum lagi saluran bebas sensor dengan penghukuman-penghukuman yang (tap) tidak bebas dalam pelacakan alamat- dideretkan bagai suatu litani dari masa ke nya) yaitu internet. masa. Dalam dimensi yang lain, tiap penerbit Koran Indonesia Raya pada tahun 70- baru muncul, maka usia pemimpin redaksi- an misalnya, banyak mengangkat ketidak- nya menunjukkan kecenderungan yang beresan pengelolaan uang dalam Pertami- semakin muda ketimbang generasi sebe- na (lihat Haryanto, dan kumpulan Tajuk lumnya. Terjadi regenerasi yang sebenar- Rencana Indonesia Raya) lalu juga efek nya hal alamiah yang terjadi dalam suatu negatif dari masuknya modal Jepang ke institusi yang dinamls. Indonesia, memperoleh ganjaran dengan Hubungan profesi jurnalistik dengan penutupan koran tersebut pada tahun 1974. kehidupan masyarakat lebih dekat karena- Empattahun kemudian pola ini kerhbali nya.Bagaimana suatu media dicintai ma terjadi. Para mahasiswa DI dan ITB juga syarakat atau tidak, langsung terasa dalam menyuarakan ketidak-puasan mereka terha- bentuk opiag ataupun respon atas pembe- dap pengelolaan pemerintahan yang cen ritaan oleh media yang bersangkutan. Se- derung menghasilkan kesenjangan sosial kali terjadi, suatu media gagal memperta- yang besar, pemerintahan yang korup, dan hankan kredibilitasnya di depan masyara tidak transparan. Militer saat itu memiliki kat, maka penerbitan itu ibaratnya sudah peran yang demikian besar, apalagi masih tidak memiliki jiwa atau rohnya. la tinggal adanya kelembagaan ekstra konstitusional survive untuk terus bisa bertahan hidup. yang bisa menangkap, memeriksa bahkan Masyarakat adalah hakim yang adil untuk menahan orang tanpa lewat'prosedur resmi, profesi jurnalis. Dan dalam ikiim dimana seperti Kopkamtib. kebebasan pers tidak cukup dibuka, maka Aksi protes mahasiswa ini dilaporkan penerbitan yang kritis, atau penerbitan yang sejumlah media di Jakarta, dan momen menawarkan gagasan yang lebih masuk seteiah tetjadinya Pemilu kedua pada masa akal di mata masyarakat dan memberikan Orde Baruditanggapidengan sikap maha kepuasan atau keingintahuan pembaca, siswa yang sangattegas, bahkan meminta maka penerbitan tersebut akan lebihdipilih agar Jendral Soeharto tak lagi dijadikan oleh masyarakat; pemimpin nasional. Namun mahasiswa pun Namun tak demikian halnya posisi pers dipukul karena sikapnya, demikian puia di mata birokrasi. Birokrasi negara seperti para media yang banyak memberitakan Orde Baru sekarang, dengan segala ju- aksiprotes tersebut. Kekayaan pejabatjuga lukannya, mulai dari Beamstaadt, birokrasi mulai dipersoalkan pada masa itu. Tujuh

UNISIA NO. 36/XXI/1V/1998 25 Topik; Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto

penerbltan harus berhenti sementara, se- untuk mengontrol pemerintahan yang ber belum akhirnya diljinkan kembali setelah sih. Regulasi yang kelihatanya sepeie justru menandatangani sejumlah kesepakatan un- bias menjadi bumerang yang mematikan. tuk menghindari pemberltaan-pemberitaan Soal-soal tekhnis administratif kini dominan yang dianggap tabu. ' dilakukan untuk menggeser periakuan yang Jadilah suatu jDoia baku dalam pe- sangat drastis berupa penutupan atau pem- nanganan masaiah keamanan di negeri ini; bredelan. Rupanya reaksi masyarakat luas berangus dulu pers, kendalikan massa, dl Indonesia atas pembredeilan Tempo dan bungkam mahasiswa di kampus, kalau juga dibawanya kasus ini ke peradilan (dan perlu ajukan ke pengadilan, acuhkan wakll menang dua kali di tingkat PTUN dan rakyat di DPR. Itu semua mengatasnama- PTTUN namun dikalahkan di tingkat MA) kan keamanan negri dan berlanjutnya .membuat pemerintah jadi waspada untuk pembangunan nasional. Cita-cita untuk pe mengulangi pola represi yang demikian. merintahan yang bersih yang juga diidam- Represi pun dialihkan untuk menyoal kan oleh Pers akan beroieh tamparan-tam- soal-soal seperti rekomendasi pemred dari paran seperti itu. PWI, persoalan keanggotaan PWI diantara Periakuan pemerintah kepada pers penerbitan yang ada, bahkan persoalan yang membatasi kebebasanya, terus ber- miss! penerbitan yang ada dalam SlUPP. lanjut memasuki tahun 80-an. Koran-koran Dan.untuk itu korbannya sudah banyak dan kritisseperti SinarHarapan', Prioritas yang segera inipun ditangkap sebagai mekanis giliran mendapat ganjaran ini ketika mem- me kontrol dalam bentuk baru. beritakan suatu, rancangan APBN sebelum Rupanya pemerintahan yang tidak mau waktunya dan juga masaiah hutang iuar dikontrol menyiratkan adanya ketidakber- hegeri Indonesia. Pada tahun 90-an, pem- sihan dalam pengelolaan pemerintahan. bredelan atas 3 buah mingguan, Tempo, Tidak mau dikontrol jika memang peme- Detik dan Editor, juga karena kekritisan rintahannya bersih, bukanlah suatu logika pemberitaan mereka kepada birokrasi. yang bisa diterima, karena pemerintahan Tempo ditutup gara-gara, memberltakan yang bersih, dalam arti menggunakan ke- pemberedeilan kapal perang bekas Jerman kuasaan pada batas kewenanganya, adalah timur yang menimbulkan polemik antara prinsip yang menyiratkan adanya demo- Menteri Keuangan Marie Muhamad dan krasi, adanya keterbukaan dan adanya Menteri Negara Riset dan Tekhnologi, BJ transparansi. Dan pemerintahan seperti ini, Habibie. Dan Detik yang sebenarnya berarti terbuka terbuka untuk dikritik, untuk berusia 2 tahun, ditutup karena akumulasi dievaluasi dan diberi masukan. Dan dalam pemberitaan yang dianggap tidak mengun- kalangan birokrasi sendiri banyak dikenal .tungkan posisi perherintah. Edisi sebelum para pekerja yang ulet, bersih dan jujur. mereka ditutup misalnya menulis seal calon Namun jenis seperti ini ibarat mencari-bi- • presiden baru. natang langka di belantara hutan kita. Atau, Periakuan yang kasat mata. Lebih mu- si pejabat jujur ini tidak banyak bicara ke dah dilihat dan dirasakan, namun bagaima- pada pers, cederung menutup diri atau pe na dengan periakuan birokrasi yang tidak jabat ini paling hanya bertahan dalam wak- mudah dilihat dan dirasakan oleh masya- tu yang tidak lama. •• rakat banyak. Rupanya ada mekanisme Harus disebut disini jenis pejabat lurus tersendiri untuk menghalangi berbagai pe- seperti Marie Muhamad, mantan menteri ran yang dibawakan oleh media massa keuangan yang dikenal pandai memilih wak-

26 UNISIA NO. 36/XX1/IV/1998 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto tu kapan harus bicara pada pers, dan ka- & Poor's Corp, Transparancy International pan hal itu tidak dilakukanya. Marie adalah ataupun PEf?C yang seiaiu menggambar- seorang yang sangat disiplin menjaga rapat kan Indonesia sebagai negara korup, eko- mulutnya jika ada problem besar yang diha- nomi berbiaya tinggi dan memiiiki ketidak- dapinya sebagai menteri keuangan. Namun pastian daiam pengelolaan keuangan. Se ketika la harus membuka suara kepada bagai jurnalis yang mencoba mencover pers, la akan mengemukakan hal secara side, maka jurnalis akan bertanya komentar terbuka, walau tak seiuruhnya disampaikan. dari para pejabat pemerintah atas pemering- Walau lebih dikenal pelit, tapi orang seperti katan semacam itu. Dan jawaban standar Marie Muhamad justru oleh para wartawan sudah ada di kepaia jurnalis sebelum ia dianggap sebagai pahlawan atau tokoh baik menanyakan soal itu; "Tendensius, mis daiam kisah-kisah roman. Bisa diingat leading, tidak benar aiat ukurnya, salah reaksi yang disampaikan oieh para peketja metodoioginya atupun niiai-nilai kita tidak media saat perpisahan diiakukan dengan bisa disamakan dengan nilai-nilai Barat, Marie Muhamad. Marie tersenyum lebar kita memiiiki hiiai tersendirl'. mengakhiri masa tugasnya, dan sudah la ma mungkin ia sadar bahwa pejabat seperti Organisasi Profesi dan Kukungan dirinya-yang iurus, tegas namun banyak menyimpan beban berat dari pimpinan dan Birokrasi Negara lingkungan iain di sekitamya-tidak akan ber- Pelbagai organisasi kita temui saat ini, tahan lama. namun beberapa di antara mereka yang Dapatlah dikatakan di sini bahwa se- betui-betui independen dan bisa menyuara- gala diskusi publik ataupun opini yang sa- kan kepentingan anggotahya, yaitu kaum ling bersiiweran di masyarakat tentang pe profesional, yang juga punya kepentingan merintahan yang bersih, boleh tampii daiam untuk terbentuknya pemerintahan yang haiaman-halaman muka surat kabar. Tapi bersih. Demikian juga yang terjadi dengan jika ada media yang mulai berani untuk organisasi profesi seperti PWI. Komparte- menampilkan suatu kasus nyata yang ma- mensi atau kooptasi negara atas keiompok suk kategori mehyimpang dari pemerin profesi sudah dimulai sejak awa! Orde Ba- tahan yang bersih, tutup pintu rapat-rapat, ru, ketika sejumiah organisasi kemasyara- kunci mulut erat-erat, dan yang diterima katan di taruh di bawah kelembagaan tung- oleh pers tidak lain, tidak bukan (dan kaum gai dan dipayungi pemerintahan Orde Baru. pers pun seialu makium dengan respon Para Guru harus menjadi anggota PGRi, ini) peryataan "no comment" ataupun se- pegawai negeri harus menjadi anggota gaia bentuk penyangkaian atas pembe- KORPRi, para petani harus menjadi ang ritaan tersebut. Betapapun jelas fakta yang gota HKTI para nelayan harus menjadi ang muncul di depan mata. Kasus kekayaan gota HNSI, istri pegawal negeri harus men menteri perhubungan Haryanto Dhanutirto, jadi anggota Dharma Wanita, jDara pemuda kasus Jamsostek Abdul Latief, Menteri harus bernaung di bawah KNPi, atau para Pertambangan IB Sudjana dil. buruh harusiah menjadi anggota SPSI. Tiap tahun puia, pers biasanya men- Model-model penyeragaman seperti itu dapat laporan-laporan dari kelembagaan in- perlahan-lahan meredusir kemampuan orga dependen dari iuar negeri yang memberi nisasi masyarakat menjadi model atau wa- peringkat atas perfoma Indonesia di dunia dah tunggal sebagaimana yang telah di- keuangan. Kelembagaan seperti Standard sodorkan kepada masayarakat. Namun pe-

UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 27 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto nyeragaman macam begin! tak selalu ber- nasional. Apapun menjadi korban yang ha jalan dengan mulus, selalu ada tantangan rus direlakan atas nama pembangunan. dari masyarakat, yang menunjukkan ada- Bahkan dalam jurnaiistik pun dikenal istilah nya peningkatan kesadaran masyarakat dan pers Pancasila yang sebenarnya tak per juga model penyeragaman sudah terbukti nah jelas apa rumusanya. Jangan-jafigan kuno, usang, tidak efektif dan tidak ber- ini cuma silat lidah dari penguasa untuk makna apa-apa selain daripada mobilisasi memberi nama agar tidak sama dengan massa dan monopoli organisas! profesi di sis! negatif dari sitem pers liberal dan sisi bawah kekuatan pendukung Orde Baru. negatif dari pers komunis. Bahkan sebagai Kalau dalam bahasayang lebih lugas, un- konsep pun istilah pers Pancasila tak cukup tuk menyebut tentang organisasi wartawan, bisa bersaing dengan ideoiogi-ideologi Soedjati Djowandono, mengatakan bahwa lainnya. PWI ibarat jalan menuju kekuasaan {road Jangan-jangan sebenarnya sistem pers topowei) dari para anggotanya untuk naik yang mau diciptakan secara baru oleh pe kelas kekuasaan yang lebih tinggi. merintah Orde Baru ini tak lain dan tak bu Artinya organisasi profesi tak iebih dari kan darisistem pers biasa saja,,tanpa muatan sekedar batu loncatan {stepping stone) ideologi besar apapun, namun dikelola de untuk meraih kekuasaan yang lebih besar, ngan sentrallsasi kekuasaan di tangan ne- dan bukan berfungsi sebagai wadah kaum gara dan pemodal. Dan pemodal inlpun profesional untuk makin meningkatkan mu- adaiah pemodal yang direstui kehadirannya tu profesi, menjawab aspirasi ainggotanya oleh negara. dan mendesakkan kepentingan yang melin- Karena untuk menjawab operasiona- dungi kepentingan anggota. PWI tak per- lisasi dari istilah Pers Pancasila, apakah nah bereaksi keras atas pembredeilan se- Pers yang bisa membredel penerbitan yang jumlah penerbitan. tak disukai pemerintah, ataukah Pers Pan ApakaH kehadiran seorang bekas ang casila jugakah yang memungkinkan sejum gota profesi menjadi pejabat pemerintah lah wartawan kritis tak lagi boleh bekerja merupakan suatu hal yang membanggakan sebagai wartawandan cenderung dimatikan dan mengangkat martabat dari organisasi hak-hak sipilnya? Apakah pers Pancasila profesi tersebut? Belum tentu, kita harus jugakah namanyajika dilakukan pendiktean llhatdulu, siapa orangnya dan kepentingan atas urusan redaksi oleh aparat keamanan apa yang lebih ia dukung sesungguhnya. dan birokrasi negara serla pemodal. Apakah Jangan-jangan justru karena ia berasal dari Pers Pancasila jugakah namanya jika te- suatu kelompok organisasi profesi la justru rus-menerus himbauan, ancaman, budaya sedang dikooptasi tanpa sadar untuk meng- telepon, pemanggllan, intimidasi bahkan khlanati raison d'etre organisasi profesi pembunuhan terhadap para wartawan saat tersebut. Apa yang bisa dikatakan tentang menjalankan tugas mereka? Dan marl kita seorang mantan wartawan kemudian men dengar apa saja yang pernah dilakukan jadi pejabat dan menutup sejumlah pener organisasi profesi seperti PWI atas se bitan, bahkan tempat dulu ia pernah beker- jumlahsoal di atas. Bagaimana PWI mem- ]a? perhatikan karyawan pers yang dIPHK pada In! memang strategl besar dari politik masa krisis moneter ini? Bagaimana PWI Orde Baru yang mendepolitlsasi masyara memperhatikan kesejahteraan karyawan kat dan menlupkan ideologi pembangunan Pers, kalau PWI ingin meningkatkan citra- dengan penekanan pada logos stabilitas nya bukan sekedar kumpulan para warta-

28 UNISIA NO. 36/XXI/IV/1998 Topik: Kaum Profesional dan Pemerintahan yang Bersih, Ignatius Haryanto wan amplop? tiadakan, karena pada dasatya menging- kari hakikat bahwa kebebasan untuk ber- organisasi dijamin oleh Undang-Undang Penutup Dasar, dan hakikat kemanusiaan belaka, Pemerintahan bersih pada akhimya bu- bahwa organisasi akan muncul dan bertum- kanlah suatu yang given sifatnya. Perhe- buh sesuai dengan jamannya. Jika orga rintahan yang bersih adaiah konsep yang nisasi yang ada tidak bisa mengadopsi selaiu didesakkan kepentingan oieh ma- berbagai perkembangan yang ada maka ia syarakat untuk lebih diperhatikan, karena hanya akan menjadi organisasi yang lapuk pemerintahan macam begini adaiah pe dan kuno, yang hanya tinggai sebentuk merintahan yang mau dikontroi masyara- bangunan kuno berdebu namun tak me- katnya, mau dengan jujur memberikan ke- miliki roh apapun di daiamnya. sempatan kelembagaan forma! seperti Kalau syarat minimal ini harus di- DPR, Partai Politik, Organisasi Massa, Ma- usahakan terus-menerus, mungkin kita baru hasiswa dan Lembaga Swadaya Masya- bisa berharap kaiangan profesional juga rakat, untuk berfungsi secara lebih opti punya kontribusi untuk mendesakkan mun- mal dan lebih memperkuat posisi masya- culnya pemerintahan yang bersih. Semoga. rakat di mata kekuasaan negara. Tak bisa kita sekedar menunggu goodwill dari peme- rintah untuk bisa merubah dirinya. Ke- Bahan Bacaan Terpilih kuatan memaksa ini ada pada organisasi Hen Bagdiklan, Media Monopoly, [2nd ed], profesi yang mandiri, daiam konteks ini. Boston, Beacon Press, 1987. Dari kata kunci dari ini semua adaiah Graham Murdock. 'The New Mogul Em organisasi, pengorganisasian. Harus ada pires Media Concentration and Con kerja sama lintas profesi, iintas bidang, trol in The Age of Convergence", lintas horisontal, bahkan iintas batas kelas. Media Development 4,1994. Dengan kekuatan yang menggumpal se- Daniel Dhakidae The State, The Rise of demikian rupa, maka kekuasaan akan me- Capital and The Fall of Political rasa bahwa kontrol adaiah suatu keharusan Journalism; PoIlticalEconomy of untuk berlanjutnya pemerintahan. Tanpa Indonesian News Industry, tesis suatu kontroi, tak ada jaminan berapa lama Doktordari Cornelli University, 1991. kekuasaan seperti ini akan bertahan, dan Edward C Smith, Sejarah Pemberedeian tiap kali kebijakan dilakukan tak lebih dari Pers di Indonesia, ter]Jakarta Grafiti strategi tambal suiam yang tak banyak Pers, 1989. manfaatnya. Atmakusumah [ed] Mochtar Lubis; Warta- Agenda yang jelas untuk dunia jurnalls- wan Jihad, Jakrata Kompas 1992 tik atau pers adaiah penghapusan kelem Ignatius Haryanto. Pembredeian Pers di bagaan ijin balk untuk media cetak mau- Indonesia: Kasus Koran Indone pun media eiektronok. Ijinadaiah mekanis- sia Raya, Jakarta, Lembaga StudI me pertama untuk melakukan sensor, dan Pers dan Pembangunan, 1996. berbagai jenis kooptasi lainnya. Setelah Omi intan Naomi, Anjing Penjaga; Pers itu maka UU dan peraturan lain pun harus Pada Masa Orde Baru, Jakarta; ditlnjau yang melanggar UUdi atasnya. Dan Gorong-Gorong Budaya, 1996. monopoli organisasi profesi haruslah di- • • •

UNISIA NO. 36/XXl/IV/1998.^ 29