Peran Media Massa Dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Peran Media Massa Dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974 PERAN MEDIA MASSA DALAM MENYUARAKAN KEBIJAKAN ORDE BARU: STUDI KASUS HARIAN SUARA KARYA 1971-1974 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S, Hum.) Oleh Dicky Prastya 11140220000033 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M ii PERAN MEDIA MASSA DALAM MENYUARAKAN KEBIJAKAN ORDE BARU: STUDI KASUS HARIAN SUARA KARYA 1971-1974 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S, Hum.) Oleh Dicky Prastya 11140220000033 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M iii iv LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dicky Prastya NIM : 11140220000033 Jurusan : Sejarah dan Peradaban Islam Judul Skripsi : Peran Media Massa dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974 Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain. Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggung jawab saya. Ciputat, 26 April 2019 Dicky Prastya v vi PERAN MEDIA MASSA DALAM MENYUARAKAN KEBIJAKAN ORDE BARU: STUDI KASUS HARIAN SUARA KARYA 1971-1974 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S, Hum.) Oleh Dicky Prastya 11140220000033 Pembimbing Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A. NIP. 19670119 199403 1 001 JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H / 2019 M vii viii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul Peran Media Massa dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 27 Mei 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S. Hum) pada Program Studi Sejarah dan Peradaban Islam. Ciputat, 27 Mei 2019 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota H. Nurhasan, M.A. Sholikatus Sa’diyah, M.Pd. NIP: 19690724 199703 1 001 NIP: 19750417 200501 2 007 Anggota Penguji I Penguji II Prof. Budi Sulistiono, M.Hum. Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag. NIP: 19541010 198803 1 001 NIP: 19590115 199403 1 002 Pembimbing Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A. NIP. 19670119 199403 1 001 ix x ABSTRAK DICKY PRASTYA. Peran Media Massa dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974 Penelitian ini membahas tentang peran Suara Karya dalam pusaran politik era Presiden Soeharto. Suara Karya terbit pertama kali pada tanggal 11 Maret 1971 yang juga bertepatan dengan perayaan Surat Perintah 11 Maret 1966 (Supersemar). Tujuan diterbitkannya media ini didasari untuk menaikkan elektabilitas Golongan Karya (Golkar) selaku kendaraan politik Soeharto dalam memenangkan Pemilihan Umum 1971. Kehadiran Suara Karya mampu menjadikan Golkar sebagai pemenang dengan raihan suara 62,8%. Usai pemilu, Suara Karya kemudian berperan sebagai surat kabar yang berfungsi sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat. Melalui rubrik Tajuk Rencana, Suara Karya menyuarakan berbagai kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan yang juga menjadi jargon Orde Baru, mulai dari kebijakan politik dan ekonomi. Selain itu, media ini juga menjawab kritikan yang beredar di masyarakat melalui rubrik Tajuk Rencana. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana dari Tajuk Rencana Suara Karya dari Agustus 1971 hingga Januari 1974. Dari Tajuk Rencana ini kemudian membentuk sebuah narasi yang menganalisis tentang sikap Suara Karya dalam menanggapi kebijakan Orde Baru. Melalui narasi ini, ditemukan kesimpulan bahwa Suara Karya termasuk ke dalam kategori media partisan karena sikapnya cenderung membela pemerintah. Pembahasan penelitian ini dibatasi hingga terjadinya peristiwa Malapetaka 15 Januari 1974 (Malari) yang sekaligus menjadi akhir dari masa Rancangan Pembangunan Lima Tahun (Repelita) Jilid I. Kata Kunci: Suara Karya, Pers, Pembangunan, Golkar, Soeharto, Orde Baru. xi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pujian kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat yang turut memberikan pengaruh besar kepada umat Islam di seluruh penjuru dunia. Skripsi yang telah hadir di depan pembaca sekalian, merupakan hasil karya penulis yang merupakan kebanggaan besar. Sejak November 2018 silam, penulis telah menyempatkan waktu untuk mengerjakan sebuah maha karya yang menjadi sebuah hasil dialektika di bangku perkuliahan. Dengan lika-liku kehidupan yang tiada akhir, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Media Massa dalam Menyuarakan Kebijakan Orde Baru: Studi Kasus Harian Suara Karya 1971-1974. Penyelesaian skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Banyak nasihat dan masukkan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya ke para kalangan, terutama: 1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini, Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A dan Rektor sebelumnya, Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. 2. Dekan Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) saat ini, Saiful Umam, M.A., Ph.D. dan Dekan sebelumnya, Prof. Dr. Syukron Kamil, MA. 3. Ketua Jurusan (Kajur) Sejarah dan Peradaban Islam (SPI) saat ini, Dr. Awalia Rahma, MA. dan Sekretaris Jurusan (Sekjur) Dr. Imas Emalia, M.Hum. dan Kajur SPI periode sebelumnya, xiii Nurhasan, MA dan Sekjur SPI, Sholikatus Sa’diyah M,Pd. Terima kasih telah memberikan pelayanan akademik selama saya berkuliah di jurusan ini. 4. Seluruh Dosen Jurusan SPI yang tak mampu disebut namanya satu per satu. Terima kasih saya ucapkan kepada mereka yang telah membentuk penulis sebagai akademisi SPI di bangku perkuliahan. 5. Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Akademik penulis. Tanpa arahan dan masukkan beliau, mungkin sampai sekarang saya masih terlena dengan status mahasiswa. 6. Kedua Dosen Penguji Skripsi, Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M.Hum. dan Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag. Terima kasih telah memandu penulis dalam untuk menjadikan skripsi lebih baik lagi. 7. Seluruh Staf FAH dan Universitas. Terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan administrasi di UIN Jakarta. 8. Pihak Perpustakaan, baik itu tingkat universitas maupun fakultas. Terima kasih telah membantu penulis dalam menemukan wawasan baru melalui aset buku perpustakaan. 9. Kedua orang tua penulis, Bapak Warto dan Ibu Umiyati, yang telah mengizinkan penulis untuk mengenyam pendidikan di bangku kuliah. Semoga mereka tetap sehat dan sabar dalam mendidik penulis yang selalu berusaha untuk menjadi manusia. 10. Seluruh mahasiswa SPI angkatan 2014, terutama kelas A dan kelas C. Mereka adalah teman-teman saya dalam menciptakan xiv nalar kritis di bangku perkuliahan. Terima kasih telah mau duduk dan berdiskusi dengan saya. 11. Keluarga Besar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Institut UIN Jakarta, baik itu dari senior maupun adik-adik junior. Dari sinilah saya dididik sebagai akademisi yang juga organisatoris. Terima kasih telah memberikan amanah kepada saya untuk memimpin lembaga ini pada periode 2017 lalu. Tanpa lembaga ini, bakat kepenulisan dan nalar kritis saya mungkin tak akan terbentuk. 12. 14 Ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang tergabung dalam Forum UKM 2017. Terima kasih telah menciptakan pola pikir kritis terhadap kebijakan kampus. 13. Kawan-kawan Forum Pers Mahasiswa Jakarta (FPMJ). Terima kasih telah mau duduk dan diskusi tentang kebijakan pers kampus, sekaligus isu-isu nasional yang membangkitkan gairah penulis. 14. Dua kawan jurusan, Abdurrahman Heriza dan Tri Raharjo. Terima kasih telah menjadikan penulis sebagai manusia yang beretika. Semoga ke depan masih bisa kumpul dan berdiskusi mengenai masalah kehidupan. 15. Erik Syarifuddin, teman jurusan di kelas C. Terima kasih telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 16. Aisyah Nursyamsi, Eko Ramdani, Eli Murtiana, Jannah Arijah, Lya Syam Arif, Yayang Zulkarnaen, dan Zainuddin. Terima kasih telah sudi menerima penulis sebagai bagian dari keluarga di LPM Institut angkatan 2015. Terkhusus Yayang dan Zain, terima kasih telah menjadi teman dalam bertukar pikiran di dalam satu atap indekos. xv 17. Dua teman masa SMA saya, Irsyad Mohammad dan Wahyu Dwi Apriyanto. Terima kasih kepada Irsyad sebagai inspirasirator penulis dari masa SMA hingga perkuliahan. Terima kasih kepada Wahyu yang mau menjadi pendengar saya dalam menanggapi isu-isu kehidupan. Semoga kita masih bisa silaturahmi ke depannya. 18. Terima kasih kepada pihak Mokuton Coffee & Co. Berkat listrik dan fasilitas lain, penulis berhasil menyelesaikan dua bab skripsi di sana. Sering-seringlah kasih diskon biar bisa jadi decacorn. Hanya itu yang bisa penulis sampaikan kepada para pihak yang sudah membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak di atas. Semoga Allah swt membalas semua kebaikan yang kepada
Recommended publications
  • Pseudo Nationalism of the Commercial Companies on The
    Advances in Historical Studies, 2014, 3, 155-169 Published Online June 2014 in SciRes. http://www.scirp.org/journal/ahs http://dx.doi.org/10.4236/ahs.2014.33014 Pseudo Nationalism of the Commercial Companies on the Commemoration of Indonesian National Holidays through Non-Commercial Advertising in Print Media in the Years of 1980 to 2008* Zeffry Alkatiri Department of History, Faculty of Humanities, University of Indonesia, Depok, Indonesia Email: [email protected] Received 11 April 2014; revised 19 May 2014; accepted 1 June 2014 Copyright © 2014 by author and Scientific Research Publishing Inc. This work is licensed under the Creative Commons Attribution International License (CC BY). http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ Abstract This study examines the advertising messages of various commercial enterprises that utilize the Indonesian Independence Day by participating in the event through non-commercial advertise- ments in print media from 1980-2008. The matter in this study is related to the issue of Indone- sian nationalism, which since its formation until the Reformation era continues to encounter various obstacles. The questions that arise in this study are what kinds of nationalism-themed advertisements were produced and the reason behind their production, and by what companies, as well as on what basis were the ads produced? This research uses discourse analysis method from the perspective of history in order to see the relation between the advertisers and the media owner. This research examines data from various advertisements taken from a number of media from 1980 to 2008. The hypothesis of this research is that companies exploit the situation and condition of the National Independence Day, as well as to promote their interests.
    [Show full text]
  • Olygopoli, Kepemilikan Media Dan Kebijakan Negara
    OLYGOPOLI, KEPEMILIKAN MEDIA DAN KEBIJAKAN NEGARA Oleh: Arsam Dosen Tetap STAIN Purwokerto Abstrak Salah satu dari ciri ciri persaingan pasar oligopoly adalah hanya ada beberapa pengusaha yang membuat barang atau jasa yang pada dasarnya hampir sama, kemudian para pengusaha yang hanya sedikit itu sangat tergantung antara satu dengan yang lain jika yang satu terlalu maju, yang lain akan tergeser. Inilah yang terjadi di Indonesia dimana media massa hanya dikuasai oleh empat kelompok besar yaitui PT. Bimantara Citra Tbk, Kompas Gramedia Group, Media Group dan Jawa Pos Group, sehingga pemerintah Indonesia mengambil keputusan dengan membuat peraturan berkaitan dengan kepemilikan media, yakni pemerintah membatasi kepemilikan media serta membatasi kepemilikannya terhadap media massa, agar media tidak dikuasai oleh segelintir orang saja. Sejak era Reformasi meluncur di Indonesia, media bermunculan secara amat tinggi. Namun demikian, media massa tetap dikuasai oleh segelintir orang saja seperti PT. Bimantara Citra Tbk, Kompas Gramedia Group, Media Group dan Jawa Pos Group. Kata Kunci : Kepemilikan, Oligopoly, dan Negara A. Pendahuluan. Kepemilikan media massa di Indonesia cendrung kerah pada praktik oligopoly dan monopoli. Salah satu indikasi bahwa praktik oligopoly dan monopoli terhadap media massa di Indonesia dapat dilihat dari kepemilikan media yang hanya dimiliki oleh mereka yang memiliki banyak modal dan dikuasai oleh segelintir orang, serta mereka yang memiliki media lebih dari satu atau dua keatas. AT-TABSYIR, Jurnal Komunikasi Penyiaran Islam 149 Arsam Indikasi lainnya adalah bahwa dengan munculnya satu surat kabar yang kuat di suatu kota, kemudian surat kabar tersebut menerbitkan lagi surat kabar-surat kabar lainnya dikota yang sama, baik harian maupun mingguan. Kasus seperti ini terjadi misalnya di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung pandang.
    [Show full text]
  • The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance
    Policy Studies 23 The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance Marcus Mietzner East-West Center Washington East-West Center The East-West Center is an internationally recognized education and research organization established by the U.S. Congress in 1960 to strengthen understanding and relations between the United States and the countries of the Asia Pacific. Through its programs of cooperative study, training, seminars, and research, the Center works to promote a stable, peaceful, and prosperous Asia Pacific community in which the United States is a leading and valued partner. Funding for the Center comes from the U.S. government, private foundations, individuals, cor- porations, and a number of Asia Pacific governments. East-West Center Washington Established on September 1, 2001, the primary function of the East- West Center Washington is to further the East-West Center mission and the institutional objective of building a peaceful and prosperous Asia Pacific community through substantive programming activities focused on the theme of conflict reduction, political change in the direction of open, accountable, and participatory politics, and American understanding of and engagement in Asia Pacific affairs. The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance Policy Studies 23 ___________ The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance _____________________ Marcus Mietzner Copyright © 2006 by the East-West Center Washington The Politics of Military Reform in Post-Suharto Indonesia: Elite Conflict, Nationalism, and Institutional Resistance by Marcus Mietzner ISBN 978-1-932728-45-3 (online version) ISSN 1547-1330 (online version) Online at: www.eastwestcenterwashington.org/publications East-West Center Washington 1819 L Street, NW, Suite 200 Washington, D.C.
    [Show full text]
  • PART 2 Culture and the Nation
    PART 2 Culture and the nation Els Bogaerts - 9789004253513 Downloaded from Brill.com10/06/2021 10:22:01PM via free access Els Bogaerts - 9789004253513 Downloaded from Brill.com10/06/2021 10:22:01PM via free access 9 ‘Whither Indonesian culture?’ Rethinking ‘culture’ in Indonesia in a time of decolonization Els Bogaerts When Claire Holt returned to Indonesia in 1969 after an absence of twelve years,1 signs of ‘“cultural change,” “economic develop- ment or “modernization,”[...] could be seen and felt everywhere, not least in the sphere of the arts.’ The bitter debate between pro- ponents of nationalism and of internationalism was no longer rag- ing, she wrote. ‘If it continued simmering below the surface, signs of it were not discernible’ (Holt 1970:163). Recalling her observations of the world of the Indonesian arts in the 1950s and 1960s, Holt (1970:163) wrote: among individuals and groups consciously concerned with the cul- tivation of the arts [...], love of the past, awareness of the present, and aspirations for the future produced efforts in three different directions. There were those who strove to preserve traditional art forms in their classical purity, as in music, dance and dance drama; those who tried to meet the challenges of modern times by grafting new elements upon the solid body of tradition or even modifying some of its basic principles; and those who, turning away from tradi- tion entirely, were introducing new inventions or adapting borrow- ings from outside. (Sometimes all three of these directions were pursued by one individual or were the declared policy of one orga- nization.) This, as far as I could judge, remained true in the sixties, but the lines seemed more sharply drawn.
    [Show full text]
  • Jacob Oetama
    www.rajaebookgratis.com JACOB OETAMA Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dia adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, non-partisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan. Bulir air mata perlahan menetes di pipi tuanya yang mengeriput. Suaranya yang semula berat dan membahana di seisi ruangan, kontan berubah serak dan parau. Laki- laki tua yang siang itu berdiri di podium terhormat, tak lagi kuasa menahan rasa haru yang luar biasa. Dia menangis. Jakob Oetama, laki-laki tua itu, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya. Pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dalam pidato promosi untuk memperoleh gelar doktor honoris causa (HC) itu, ia mengemukakan bahwa pencarian makna berita serta penyajian makna berita semakin merupakan pekerjaan rumah dan tantangan media massa saat ini dan di masa depan. http://rajaebookgratis.wordpress.com 1 www.rajaebookgratis.com Jurnalisme dengan pemaknaan itulah yang diperlukan bangsa sebagai penunjuk jalan bagi penyelesaian persoalan-persoalan genting bangsa ini. Jakob Oetama adalah penerima doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM-setelah pekan lalu gelar yang sama dianugerahkan UGM kepada Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah. Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan.
    [Show full text]
  • Bibliography
    Bibliography Abidin, Djamalul 2003 ‘LSF, waspadai musang berbulu ayam’, Republika, 26 January. Abu-Lughod, Lila 1993 ‘Finding a place for Islam; Egyptian television serials and the national interest’, Public Culture 5:493-513. 2002 ‘Egyptian melodrama: Technology of the modern subject?’, in: Faye D. Ginsberg, Lila Abu-Lughod and Brian Larkin (eds), Media worlds; Anthropology on new terrain, pp. 115-33. Berkeley, CA: University of California Press. Adityawarman, Enison Sinaro 2007 ‘Pernyataan sikap dan pendapat KFT-Asosiasi Sineas Indonesia (KFT-ASI) terhadap kondisi perfilman Indo- nesia masa kini’, Masyarakat Film Indonesia. http:// masyarakatfilmindonesia.wordpress.com/2007/01/ (accessed 19-12-2011). Adityo 1996 ‘Program Perfiki tinggal kenangan’, Suara Karya, 1 Sep- tember. 1997 ‘Persaingan layar tancap makin tak sehat’, Suara Karya, 7 September. Adjidarma, Seno Gumira 2000 Layar kata; Menengok 20 skenario Indonesia pemenang Citra fes- tival film Indonesia 1973-1992. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. Agustin, Ucu 2002 ‘Sihir Jelangkung’, Pantau II-22:8-9. Ali, Muhamad 2006 ‘Power struggle being waged over public morality’, The Jakarta Post, 1 April. Anderson, Benedict 1983 Imagined communities; Reflections on the origin and spread of nationalism. London: Verso. © Katinka van Heeren, 2012 | DOI 10.1163/9789004253476_011 This is an open access chapter distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-Noncommercial-NonDerivative 3.0 Unported (CC-BY-NC-ND 3.0) License. Katinka van Heeren - 9789004253476 Downloaded from Brill.com09/30/2021 03:40:01AM via free access | Bibliography 1990 ‘Old state, new society; Indonesia’s New Order in com- parative historical perspective’, in: Benedict R.O’G. Anderson, Language and power; Exploring political cultures in Indonesia, 94-120.
    [Show full text]
  • Kisah Tiga Jenderal Dalam Pusaran Peristiwa 11-Maret
    KISAH TIGA JENDERAL DALAM PUSARAN PERISTIWA 11‐MARET‐1966 Bagian (1) “Kenapa menghadap Soeharto lebih dulu dan bukan Soekarno ? “Saya pertama‐tama adalah seorang anggota TNI. Karena Men Pangad gugur, maka yang menjabat sebagai perwira paling senior tentu adalah Panglima Kostrad. Saya ikut standard operation procedure itu”, demikian alasan Jenderal M. Jusuf. Tapi terlepas dari itu, Jusuf memang dikenal sebagai seorang dengan ‘intuisi’ tajam. 2014 Dan tentunya, juga punya kemampuan yang tajam dalam analisa June dan pembacaan situasi, dan karenanya memiliki kemampuan 21 melakukan antisipasi yang akurat, sebagaimana yang telah dibuktikannya dalam berbagai pengalamannya. Kali ini, kembali ia Saturday, bertindak akurat”. saved: Last TIGA JENDERAL yang berperan dalam pusaran peristiwa lahirnya Surat Perintah 11 Maret Kb) 1966 –Super Semar– muncul dalam proses perubahan kekuasaan dari latar belakang situasi (89 yang khas dan dengan cara yang khas pula. Melalui celah peluang yang juga khas, dalam suatu wilayah yang abu‐abu. Mereka berasal dari latar belakang berbeda, jalan pikiran dan 1966.docx ‐ karakter yang berbeda pula. Jenderal yang pertama adalah Mayor Jenderal Basuki Rachmat, dari Divisi Brawijaya Jawa Timur dan menjadi panglimanya saat itu. Berikutnya, yang kedua, Maret ‐ 11 Brigadir Jenderal Muhammad Jusuf, dari Divisi Hasanuddin Sulawesi Selatan dan pernah menjadi Panglima Kodam daerah kelahirannya itu sebelum menjabat sebagai menteri Peristiwa Perindustrian Ringan. Terakhir, yang ketiga, Brigadir Jenderal Amirmahmud, kelahiran Jawa Barat dan ketika itu menjadi Panglima Kodam Jaya. Pusaran Mereka semua mempunyai posisi khusus, terkait dengan Soekarno, dan kerapkali Dalam digolongkan sebagai de beste zonen van Soekarno, karena kedekatan mereka dengan tokoh puncak kekuasaan itu. Dan adalah karena kedekatan itu, tak terlalu sulit bagi mereka untuk Jenderal bisa bertemu Soekarno di Istana Bogor pada tanggal 11 Maret 1966.
    [Show full text]
  • MEMAHAMI PENULISAN ARTIKEL DI HARIAN KEDAULATAN RAKYAT A. Pendahuluan
    MEMAHAMI PENULISAN ARTIKEL DI HARIAN KEDAULATAN RAKYAT Hamdan Daulay Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta A. Pendahuluan Menulis artikel di media massa adalah merupakan profesi yang menarik dan sekaligus penuh dengan tantangan. Menjadi seorang penulis artikel di media massa dituntut keahlian tersendiri. Mereka yang menjadi penulis tentu harus memiliki wawasan yang luas terkait dengan bidang keahlin yang ia tekuni, sehingga tidak bisa tidak, seorang penulis adalah sekaligus seorang pembaca yang rajin.1 Demikian pula halnya dengan menulis naskah keagamaan di media massa, dituntut memiliki keahlian dalam bidang tersebut, sehingga informasi yang disampaikan lebih menarik dan mudah dipahami oleh pembaca. 1 Mochtar Lubis, Pers dan Wartawan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1985), hlm. 173 Jurnal Dakwah, Vol. XI, No. 1 Tahun 2011 53 Hamdan Daulay: Memahami Penulisan Artikel di Kedaulatan Rakyat Dewasa ini artikel-artikel keagamaan di media massa mendapat tempat yang cukup layak. Di tengah krisis moral yang semakin memprihatinkan saat ini, masyarakat membutuhkan artikel- artikel keagmaan yang diharapkan bisa menjadi pencerahan bagi mereka. Ketika media massa saat ini didominasi dengan pemberitaan yang kurang baik, mulai dari berita yang kurang jujur, fitnah, gosif hingga publikasi foto yang kurang beretika, maka kehadiran artikel- artikel kegamaan bisa menjadi penyejuk yang diharapkan bisa menjadi benteng moralitas bagi masyarakat. 2 Masyarakat dewasa ini juga mendapat banyak pilihan pada publikasi media massa, seiring dengan semakin banyaknya media massa. Dari sekian banyak media massa tersebut tentu tidak semua memiliki komitmen pada keagamaan dan pembinaan moral masyarakat. Ada media massa yang semata-mata mempunyai target komersial dengan tujuan mencari keuntungan yang sebanyak- banyak.
    [Show full text]
  • A FRAMING ANALYSIS of 212 MUNAJAT NIGHT NEWS in the JAKARTA POST SKRIPSI Submitted in Partial of the Requirements for the Degree
    A FRAMING ANALYSIS OF 212 MUNAJAT NIGHT NEWS IN THE JAKARTA POST SKRIPSI Submitted in Partial of the Requirements For the Degree of Sarjana Pendidikan (S.Pd) English Education Program By : HALIZAH HAFAZ HUTASUHUT NPM : 1502050156 FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA MEDAN 2019 ABSTRACT Hutasuhut, Halizah Hafaz. NPM. 1502050156. A Framing Analysis of 212 Munajat Night News in the Jakarta Post. Skripsi. English Education Program of Faculty of Teacher Training and Education, University of Muhammadiyah Sumatera Utara.Medan.2019 This study deals with framing analysis of 212 Munajat Night News in the Jakarta Post. The objectives of the study were to explain the categories classifications of framing devices in 212 Munajat Night News in the Jakarta Post article, to find out the processes of framing in packaging 212 Munajat Night News in the Jakarta Post article. This study was conducted by using qualitative research. There were four categories classification of framing devices ; syntactical structure, script structure, thematic structure and rhetorical structure. The data was taken from the Jakarta Post published on 28th February 2019. The findings of this study showed that all of the categories classifications of framing devices are used in the article. First is syntactical structure that involved headline, lead, and background of information, quote, source, statement and closing. Second is script structure that involved 5W1H (What, Where, When, Who, Why, and How). Third is thematic structure that involved paragraph only. And last is rhetoric structure that involved metaphor. The processes of framing in packaging the news, first is syntactical structure (headline, lead, and background of information, quote, source, statement and closing) that used to help the reader in understanding the article without seeing the whole paragraphs.
    [Show full text]
  • Then There Were Languages: Bahasa Indonesia Was One Among Many
    Then There were Languages 43 Downloaded from <arielheryanto.wordpress.com> A World with No Language Theorists of the incipience of nations have corrunonly g iven serious Chapter 2 attention to the role of language in the global construction of nations. Not many among them, however, perceive the relationship between natiolland Then There were Languages: Bahasa language as dialectical and mutually constitutive. Instead they see languages largely as a property of changing commwuties that facilitated Indonesia was One Among Many the transformation of these communities from older forms of aHinity into nations. In what follows we will examine how the historical construction of Bahasa Indonesia as a bahasa, 'language', was both similar and integral to ARIEL HERY ANTO the process of constructing Indonesia as a barlgsa, 'nation' - as well as her national Pembangunan, 'Development'. , Once a prevailing and highly ideo­ Having lost its naive objectivism, universalism has been unfashionable logical term in many parts of the world, Development has started to appear among many in the humanities. One consequence of this is illustrated in the obsolete. The logic that gave it its earlier power, however, and the material discourses on the concept of 'culture'. In the last 50 years or so, culture has interests of those who benefited from its past hegemony survive well under been severely deconstructed, demystified and pluralised. One culmination different names ('globalisation' is one of the most popular) with various of such awareness finds articulation in the work of Joel S. Kahn, who argues forms of adjustment to contemporary contexts. that, despite its inclusive claims and pretensions, 'universalism always has The word bahasa has a long history, wi th Sanskrit origin, that spread well its others and this is unavoidable ..
    [Show full text]
  • 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori
    BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori Pada bagian ini akan disajikan kerangka dan konsep yang nantinya sebagai tolak ukur dalam penelitian. Kerangka teoritis memuat teori dengan tujuan untuk memudahkan dalam menjawab secara teori. Teori merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan tertentu yang dapat dihubungkan secara logis atau dengan lainnya dengan data dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati. Teori tersusun dari asumsi, proposisi, dan aksioma dasar yang saling berkaitan, dan atau teorema (generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris). 24 Kajian teori adalah gambaran terhadap seperangkat kumpulan konsep, definisi dan proposisi yang terkait secara sistematis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena/gejala.25 1. Bahasa Jurnalistik a. Pengertian Bahasa Jurnalistik Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Perancis journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan setiap hari. 26 Dalam kamus jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan, mengedit dan menulis untuk surat kabar, majalah. Jadi jurnalistik adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, 24 Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 107. 25 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 65 26 AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2014), h, 2. 9 10 menyunting, dan menyebarkan berita dan karangan untuk surat kabar, majalah dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.27 Istilah journalism berasal dari kata journal yang artinya catatan harian atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Dan journalisme adalah setiap orang yang pekerjaannya mengumpulkan, mengolah, dan kemudian menyiarkan catatan-catatan harian.
    [Show full text]
  • Indonesian Politics in Crisis
    Indonesian Politics in Crisis NORDIC INSTITUTE OF ASIAN STUDIES Recent and forthcoming studies of contemporary Asia Børge Bakken (ed.): Migration in China Sven Cederroth: Basket Case or Poverty Alleviation? Bangladesh Approaches the Twenty-First Century Dang Phong and Melanie Beresford: Authority Relations and Economic Decision-Making in Vietnam Mason C. Hoadley (ed.): Southeast Asian-Centred Economies or Economics? Ruth McVey (ed.): Money and Power in Provincial Thailand Cecilia Milwertz: Beijing Women Organizing for Change Elisabeth Özdalga: The Veiling Issue, Official Secularism and Popular Islam in Modern Turkey Erik Paul: Australia in Southeast Asia. Regionalisation and Democracy Ian Reader: A Poisonous Cocktail? Aum Shinrikyo’s Path to Violence Robert Thörlind: Development, Decentralization and Democracy. Exploring Social Capital and Politicization in the Bengal Region INDONESIAN POLITICS IN CRISIS The Long Fall of Suharto 1996–98 Stefan Eklöf NIAS Nordic Institute of Asian Studies Studies in Contemporary Asia series, no. 1 (series editor: Robert Cribb, University of Queensland) First published 1999 by NIAS Publishing Nordic Institute of Asian Studies (NIAS) Leifsgade 33, 2300 Copenhagen S, Denmark Tel: (+45) 3254 8844 • Fax: (+45) 3296 2530 E-mail: [email protected] Online: http://nias.ku.dk/books/ Typesetting by the Nordic Institute of Asian Studies Printed and bound in Great Britain by TJ International Limited, Padstow, Cornwall © Stefan Eklöf 1999 British Library Catalogue in Publication Data Eklof, Stefan Indonesian politics
    [Show full text]