Teungku Muhammad Daud Beureueh Dan Jasa-Jasa Dari Masyarakat Aceh Ketika Bereaksi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia, VolumeVolume 4(1), 3(2), February August 20182019 BAMBANG SATRIYA, ANDI SUWIRTA & AYI BUDI SANTOSA Volume 3(2), August 2018 Print ISSN 2443-2776 Ulama Pejuang dari Serambi Mekkah: Contents Teungku Muhammad Daud Beureueh Sambutan. [ii] dan Peranannya dalam Revolusi Indonesia HILAL WANI & SAKINA KHAZIR, Critical Analysis on Islamophobia,di Aceh, Politics of 1945-1950Misunderstanding, and Religious Fundamentalism. [99-116] ABSTRAKSI: Penelitian ini – dengan menggunakan pendekatan kualitatif, metode sejarah, dan studi pustaka – mengkaji sosok Teungku EDIMuhammad SUHARDI Daud Beureueh, EKADJATI sebagai ulama, pejuang, yang memiliki pengaruh besar pada masa revolusi Indonesia di Aceh, 1945-1950. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi politik dan sosial-ekonomi di Aceh pasca kemerdekaan Indonesia tidak stabil. Kemudian, FatahillahTeungku Muhammad sebagai Daud Tokoh Beureueh Historis: berperan penting dalam peristiwa Cumbok, dengan memberikan penyadaran terhadap Pemerintah SamaDaerah atau agar memperhatikan Bedakah dengan konflik horizontal Sunan yang Gunung sedang terjadi Djati? dan menginstruksikan[117-124] untuk memobilisasi pasukan guna menyerang kaum Uleebalang (bangsawan) di Pidie, Aceh. Ia pun mampu menghentikan gerakan TPR (Tentara Perjuangan Rakyat) pimpinan Husin al-Mujahid. Ketika menjabat sebagai Gubernur Militer Aceh, Langkat, dan Tanah Karo, Teungku Muhammad Daud Beureueh mampu HAJImeleburkan AWANG berbagai laskarASBOL perjuangan BIN ke dalam HAJI tubuh MAIL TNI (Tentara, Nasional Indonesia); dan menjadi salah satu inisiator pengumpulan dana untuk pembelian pesawat terbang Indonesia. Sikap yang diambil oleh Teungku Muhammad Daud Beureueh adalah menolak ketika YayasanAceh hendak Sultan digabungkan Haji ke Hassanaldalam Provinsi Bolkiah, Sumatera Utara, 1992-2012: sehingga hal ini membuatnya kecewa kepada Pemerintah Pusat di Jakarta, Sejarah,khususnya Perumahan,kepada Presiden Soekarno. dan Melayu Islam Beraja. [125-144] KATA KUNCI: Teungku Muhammad Daud Beureueh; Ulama Aceh; Peranan; Revolusi Indonesia. SONDANGABSTRACT: “Warrior SENINTA Cleric from theDEBORA Porch of Mecca: SITUMORANG Teungku Muhammad Daud, Beureueh and His Role in the Indonesian Revolution Experiencesin Aceh, 1945-1950”. Learning This Strategyresearch – using for qualitativethe Development approaches, historical of Religious methods, and Teen literature. [145-160] studies – examines the figure of Teungku Muhammad Daud Beureueh, as a warrior cleric, who had a great influence during the Indonesian revolutionary period in Aceh, 1945-1950. The results showed that the political and socio-economic conditions in Aceh after Indonesia’s independence were unstable. Then, ANDITeungku SUWIRTA Muhammad Daud, Beureueh played an important role in the Cumbok incident, by giving awareness to the Regional Government to pay attention to the horizontal conflict that was happening and instructed to mobilize troops to attack the “Uleebalang” (Aristocrats) in PersPidie, dan Aceh. Kritik He was alsoSosial able topada stop the Masa TPR (People’s Orde Struggle Baru: Army) Kasus movement BAPINDO led by Husin Tahunal-Mujahid. 1994 While serving as the Military dalamGovernor Sorotan of Aceh, Langkat, Surat and Kabar Tanah RepublikaKaro, Teungku Muhammaddi Jakarta Daud. [161-186] Beureueh was able to fuse various paramilitary troops into the Indonesian Armed Forces; and became one of the initiators of the collection of funds for the purchase of Indonesian airplanes. The attitude taken by Teungku Muhammad Daud Beureueh was to refuse when Aceh was about to be integrated into the Province of North Sumatra, so Info-insancita-edutainmentthis made him disappointed in the Central Government. [187-198] in Jakarta, especially to President Soekarno. KEY WORD: Teungku Muhammad Daud Beureueh; Acehnese Ulema; Role; Indonesian Revolution. INSANCITA: Journal of Islamic Studies in Indonesia and Southeast Asia will provide a peer-reviewed forum for the publication of thought-leadershipAbout the Authors: articles, Bambang briefings, Satriya, discussion, S.Pd. adalahapplied Alumniresearch, Departemencase and comparative Pendidikan studies, Sejarah expert FPIPS comment UPI and(Fakultas analysis Pendidikan on the key Ilmuissues Pengetahuan surrounding theSosial, Islamic Universitas studies in Pendidikan general, not Indonesia) only in Indonesia di Bandung. but also Andi in Southeast Suwirta, Asia M.Hum. and around dan Ayithe world,Budi Santosa,and its various M.Si. adalahaspects. Dosen Analysis Senior will bedi practicalDepartemen and rigorousPendidikan in nature. Sejarah The FPIPS INSANCITA UPI di Bandung, journal, Jawawith printBarat, ISSN Indonesia. 2443-2776, Untuk was kepentingan firstly published aka- demik,on February penulis 5, bisa 2016, dihubungi in the context melalui to alamat commemorate emel: [email protected] the Dies Natalies of HMI dan (Himpunan [email protected] Mahasiswa Islam or Islamic Students Association)Suggested in Citation:Indonesia. Satriya, The INSANCITA Bambang, Andijournal Suwirta has been & Ayiorganized Budi Santosa.by the Alumni (2019). of “UlamaHMI who Pejuang work asdari Lecturers Serambi at Mekkah:the HEIs Teungku(Higher EducationMuhammad Institutions) Daud Beureueh in Indonesia; dan Peranannya and published dalam by Minda Revolusi Masagi Indonesia Press as di a Aceh, publisher 1945-1950” owned by inASPENSI INSANCITA: (the Association Journal of Islamicof Indonesian Studies Scholarsin Indonesia of History and Southeast Education) Asia in, VolumeBandung, 4(1), West February, Java, Indonesia. pp.35-54. The Bandung, INSANCITA West journalJava, Indonesia: is published Minda twice Masagi a year Pressi.e. every owned February by ASPENSI, and August. with All ISSN articles 2443-1776 full text (print)in PDF and are ISSNfree to 2657-0491be accessed and(online). down load from the website at: www.journals. mindamas.com/index.php/insancitaArticle Timeline: Accepted (October 28, 2018); Revised (December 27, 2018); and Published (February 28, 2019). © 20182019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia 35i p-ISSN 2443-2776, e-ISSNISSN 2657-04912443-2776, and www.journals.mindamas.com/index.php/insancita BAMBANG SATRIYA, ANDI SUWIRTA & AYI BUDI SANTOSA, Ulama Pejuang dari Serambi Mekkah PENDAHULUAN revolusi berlangsung di Aceh (Roring, Masa revolusi di Indonesia tidak hanya 2000; Ibrahimy, 2001; Fajar, 2015; Gade terjadi di pusat pemerintahan, seperti & Don, 2018; dan Siregar, 2018). Jakarta dan Yogyakarta, melainkan terjadi Di Aceh pernah terjadi peristiwa hampir di seluruh wilayah Indonesia, penting, yakni perang saudara yang tidak terkecuali wilayah Aceh (Reid, melibatkan masyarakat sipil melawan 1974; Drooglever, 1999; and Vickers, masyarakat sipil. Perang ini sering 2005). Wilayah yang disebutkan terakhir dinamakan sebagai “Peristiwa Cumbok”. ini memiliki dinamika dan kekhasan Seperti diketahui bahwa di Aceh terdapat tersendiri, ketika masa mempertahankan dua buah kekuatan besar, yakni kaum kemerdekaan berlangsung. Hal ini terbukti ulama yang sering disebut Teungku; bahwa Aceh tidak mengalami pendudukan dan kaum adat atau bangsawan dengan kembali oleh Belanda. Meskipun Belanda sebutan Teuku, yang biasa disebut juga sudah mencoba memaksa masuk, namun sebagai kaum Uleebalang (Daud, 2006; mereka merasa kesulitan dan hanya Heryati, 2015; dan Satriya, Suwirta & mampu berada di wilayah terluar Aceh Santosa, 2018). (Kahin, 1995; Ricklefs, 2007; dan Satriya, Beberapa hal yang membuat Peristiwa Suwirta & Santosa, 2018). Cumbok ini terjadi adalah adanya Mungkin Belanda telah belajar dari perbedaan kepentingan antara kedua Perang Aceh, 1879-1908, bahwa rakyat kelompok besar di Aceh tersebut. Aceh sulit untuk ditaklukkan, sehingga Kalangan Uleebalang tidak seluruhnya mereka mengurungkan niat untuk kembali mendukung proklamasi kemerdekaan menguasai Aceh. Oleh karena itu, dapat Indonesia. Mereka menginginkan Belanda dikatakan bahwa Belanda tidak mampu untuk memerintah kembali di Indonesia. menguasai Aceh secara keseluruhan Hal ini juga ditengarai bahwa telah lama selama masa revolusi Indonesia, 1945- sebetulnya ada hubungan yang tidak 1950 (Zentgraaf, 1983; Veer, 1987; dan harmonis antara kaum ulama dan kaum Ricklefs, 2007). pamong praja di Aceh. Kalangan ulama Pada masa yang terkenal akan gejolak menuding bahwa Uleebalang hanya menjadi sosial dan politik ini, banyak peristiwa boneka penjajah Belanda (Daud, 2006; yang mewarnai perjalanan sejarah Aceh. Dewanto ed., 2011:8; dan Heryati, 2015). Di samping itu, banyak bermunculan pula Selama Peristiwa Cumbok, Teungku tokoh-tokoh pada masa berkenaan. Tokoh- Muhammad Daud Beureueh memiliki tokoh tersebut tidak hanya muncul, peranan yang penting. Setelah Peristiwa melainkan memiliki peranan yang Cumbok, posisi ulama mengalami menonjol selama masa revolusi Indonesia perubahan dalam kancah perpolitikan di Aceh. Tokoh-tokoh yang bermunculan di Aceh. Keadaan tersebut diperkuat pada masa itu, antara lain, Teuku Nyak dengan adanya gerakan TPR (Tentara Arif, Mr. Teuku Mohammad Hasan, Perjuangan Rakyat), yang menginginkan Mr. S.M. Amin, Ali Hasjmy, dan tidak semua Uleebalang turun dari jabatan terkecuali Teungku Muhammad Daud pada pemerintah lokal di Aceh. Gerakan Beureueh, yang menjadi salah satu tokoh yang dipimpin oleh Husin al-Mujahid ini dengan peranan penting selama masa menganggap jika mereka, para Uleebalang, 36 © 2019 Minda Masagi Press owned by ASPENSI in Bandung, West Java, Indonesia p-ISSN 2443-2776, e-ISSN 2657-0491, and www.journals.mindamas.com/index.php/insancita