Program Studi Pengkajian Islam Konsentrasi Sejarah Dan Peradaban Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
AKULTURASI BUDAYA TIONGHOA DAN CIREBON DI KESULTANAN CIREBON Disertasi Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Doktor dalam Bidang Sejarah dan Peradaban Islam Oleh: Mukhoyyaroh (31171200000017) Promotor: Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A. Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si Program Studi Pengkajian Islam Konsentrasi Sejarah dan Peradaban Islam Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2021 M/1442 H Abstrak Penelitian ini bertujuan mengungkap dan menganalisis aktivitas sosial-budaya, dan relasi sosial budaya, serta makna simbolik dan filosofis dari wujud budaya Tionghoa dan budaya Cirebon di Kesultanan Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan termasuk ke dalam jenis penelitian kepustakaan dan lapangan, sedangkan prosedur pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan pencatatan, serta dokumentasi. Sementara pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan historis, antropologis dan semiotik. Adapun sumber yang digunakan adalah sumber primer dan sekunder yang terdiri dari sumber tulisan berupa buku, artikel jurnal, dan arsip, serta sumber non-tulisan berupa hasil wawancara dan bukti arkeologis. Temuan penting penelitian ini, yaitu: Pertama, kontak sosial-budaya etnis Tionghoa dengan masyarakat Cirebon terjadi melalui tiga gelombang, yaitu dimulai sejak abad ke-15, yang ditandai dengan kedatangan Cheng Ho dan para pasukannya; Gelombang kedua terjadi pada akhir abad ke-15, yang ditandai dengan kedatangan Puteri Tiongkok bernama Ong Tien Nio dengan seluruh barang bawaannya; Gelombang ketiga terjadi di abad ke-18, ditandai dengan masuknya orang-orang Tionghoa sebagai orang-orang pelarian dari Batavia. Kedua, relasi sosial-budaya etnis Tionghoa dan masyarakat Cirebon yang kemudian menghasilkan akulturasi budaya. Budaya Cirebon dan budaya Tionghoa yang telah terakulturasi dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh agama Islam. Ketiga, berbagai bukti arkeologis seperti Gapura Siti Inggil, Makam Astana Gunung Jati dan Guha Sunyaragi serta Kereta Kencana Singa Barong dan Batik, semuanya mendapat pengaruh dari Hindu, Tiongkok dan Belanda, serta memiliki makna simbolik dan filosofis yang berbeda-beda. Lewat arsitektur dan simbol-simbol yang ada menunjukkan betapa Kesultanan Cirebon sarat dengan nilai-nilai ketauhidan yang ditemukan pada dua puluh tiang Mande Malang Semirang. Kesultanan Cirebon sekalipun merupakan Kesultanan Islam, tetapi sangat inklusif terhadap dinamika masyarakat dan ragam budaya yang datang dari luar, serta berdiri di atas keberagaman budaya dan meletakkan penghormatan yang tinggi terhadap keyakinan orang lain. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya akulturasi, khususnya antara kebudayaan Tionghoa dan budaya Cirebon di Kesultanan Cirebon. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya Tionghoa dan budaya Cirebon di Kesultanan Cirebon menyatu dalam bentuk akulturasi, bukan asimilasi ataupun difusi. Kata kunci: Akulturasi, budaya Tionghoa, budaya Cirebon, Kesultanan Cirebon ii ملخص رٙذف ٘زٖ اٌذساعخ إٌٝ اٌىشف ٚاٌزس١ًٍ ٌٍٕشبط اﻻخزّبٟػ اٌثمبفٚ ،ٟاٌفىشح اٌثمبف١خ، ٚإٝؼٌّ اٌشِضٚ ٞاٌفٍغفٟ ِٓ اٌثمبفخ اٌص١ٕ١خ ٚاٌثمبفخ اٌزش١ش٠ج١ٔٛخ فٟ عٍطٕخ اٌزش١ش٠جْٛ. اعزخذِذ اٌجبزثخ إٌّٙح اٌى١فٚ ٟ٘زٖ اٌذساعخ ِٓ اٌذساعبد اٌّىزج١خ ا١ٌّذا١ٔخ. ثبٌٕغجخ ٌطش٠مخ خّغ اٌج١بٔبد، لبِذ اٌجبزثخ ثبٌّﻻزظخ، ٚاٌسٛاس، ٚاٌزغد١ً، ٚاٌزٛث١ك. ٚثبٌٕغجخ ٌٍّمبسثخ، اعزخذِذ اٌجبزثخ اٌّمبسثخ اٌزبس٠خ١خ ٚاﻷٔزشٚثٌٛٛخ١خ، ٚاٌغٌٛٛ١ّ١خ١خ. ثبٌٕغجخ ٌٍّصذس، ف١ٕمغُ إٌٝ اٌّصذس اﻷعبعٟ ٚاٌثب٠ٚ ٞٛٔزىْٛ ِٓ وزت ٚدٚس٠بد ٚٚثبئك، ِٚصبدس غ١ش وزبث١خ ِثً اٌسٛاس ٚا٢ثبس اٌزبس٠خ١خ. ِٓ إٌزبئح اٌٙبِخ ٌٙزٖ اٌذساعخ ِب ٍٟ٠: أوﻻ- إْ اﻻرصبي اﻻخزّبٚ ٟػاٌثمبفٟ ث١ٓ اٌص١١ٕ١ٓ ٚاٌّدزّغ اٌزش١ش٠جٟٔٛ زصً فٟ ثﻻس ِٛخبد، ثذأ ِٓ اٌمشْ اٌخبِظ ػشش، ثّد١ئ رش١ٕح ٚ )Cheng Ho( ٛ٘خ١شٗ. ٚاٌّٛخخ اٌثب١ٔخ ٚلؼذ فٟ اخشاٌمشْ اٌخبِظ ػشش ثّد١ئ أ١ِشح ص١ٕ١خ ادػذ أٚٔح ر١ٓ Ong Tien Nio( ٛ١ٔ( ِغ وً ِب زٍّزٙب ِٓ اﻷش١بء. ٚاٌّٛخخ اٌثبٌثخ زصٍذ فٟ اٌمشْ اٌثبِٓ ػشش، ثّد١ئ اٌص١١ٕ١ٓ اٌﻻخئ١ٓ ِٓ ثبربف١ب )Batavia(. ثانيا- إْ اؼٌﻻلخ اﻻخزّب١ػخ اٌثمبف١خ اٌص١ٕ١خ اٌزش١ش٠ج١ٔٛخ رٕزح ش١ئب ِٓ اٌزثبلف. إْ اٌثمبفخ اٌزش١ش٠ج١ٔٛخ ٚاٌص١ٕ١خ اٌزٟ رثبلفذ فٟ رطٛس٘ب رأثشد وث١شا ثبٌذ٠ٓ اﻹعﻻِٟ. ثالثا- إْ اؼٌذ٠ذ ِٓ اٌجشا١٘ٓ اﻷثش٠خ اٌزبس٠خ١خ ِثً ثٛاثخ ع١زٟ إٔد١ً )ٚ ،)Gapura Siti Inggilضش٠ر أعزبٔب خٛٔٛٔح خبرٚ ،)Makam Astana Gunung Jati( ٟخٛ٘ب ع١ٔٛبساخػٚ )Guha Sunyaragi( ٟشثخ ٍِى١خ ع١ٕدب ثبسٚٔح )ٚ ،)singa barongثبر١ه )فٓ سعّٟ رم١ٍذٍٝػ ٞ اٌمّبػ(، وٍٙب رأثشد ثب١ٌٕٙذٚع١خ، ٚاٌٛٙﻻٔذ٠خ، ٚاٌص١ٕ١خ، ٚفٙ١ب ؼِبٟٔ سِض٠خ فٍغف١خ ِخزٍفخ. ِٓ خﻻي إٌٙذعخ اؼٌّّبس٠خ ٚاٌشِٛص، ٚخذٔب اﻹشبساد إٌٝ أْ عٍطٕخ اٌزش١ش٠جٌٙ ْٛب صجغخ ل١ُ اٌزٛز١ذ ل٠ٛخ، ٚخذٔب٘ب فػ ٟشش٠ٓ ّٛػدا ع١ّذ ثأػّذح ِبٔذٞ ِبﻻٔح ع١ّ١شأح ) Mande Malang Semirang(. إْ عٍطٕخ رش١ش٠جْٛ ثبٌشغُ ِٓ أٙٔب إعﻻ١ِخ، إﻻ أٙٔب ِشزشوخ فٟ اٌزغ١١شاد اﻻخزّب١ػخ رأثشد ثّخزٍف اٌثمبفبد اٌزٟ خبءد ِٓ اٌخبسج، ٚلبِذ ٍٝػ رٕٛع اٌثمبفبد ِٕٚسذ اٌغٍطٕخ رمذ٠شا ػب١ٌب ؼٌّزمبد إٌبط. أدٜ رٌه إٌٝ اٌزثبلف، ٚثٛخٗ اٌزسذ٠ذ ث١ٓ اٌثمبفخ اٌص١ٕ١خ ٚاٌثمبفخ اٌزش١ش٠ج٠ٛخ فٟ عٍطٕخ اٌزش١ش٠جٚ .ْٛثٙزا، رمٛي ٘زٖ اٌذساعخ إْ اٌثمبفخ اٌص١ٕ١خ ٚاٌثمبفخ اٌزش١ش٠ج١ٔٛخ فٟ عٍطٕخ رش١ش٠جْٛ ارسذد فٟ شىً اٌزثبلف ١ٌٚظ اﻻعزؼ١بة )ٚ ،)asimilasiﻻ اٌزؼش٠ف )difusi(. الكلمات المفتاحية: اٌزثبلف، اٌثمبفخ اٌص١ٕ١خ، اٌثمبفخ اٌزش١ش٠ج١ٔٛخ، اٌغٍطٕخ اٌزش١ش٠ج١ٔٛخ iii Abstract This study aims to reveal and analyse the socio-cultural activities, cultural concepts, as well as symbolic and philosophical meanings on the forms of Tionghoa culture and Cirebon culture in the Cirebon Sultanate. The research method applied is the qualitative and belongs to the type of literature and field research, while the data collection procedure is carried out through observation, interviews, and recording, and documentation. Meanwhile, the research approaches used are historical, anthropological and semiotic approaches. The sources used are primary and secondary sources consisting of written sources in the form of books, journal articles and archives, as well as non-written sources in the form of interviews and archaeological evidence. The essential findings of this research are: First, the socio-cultural contact of the Tionghoa ethnics with the Cirebon people occurred through three waves, starting in the 15th century, which was marked by the arrival of Cheng Ho and his troops; The second wave happened in the end of the 15th century, which was marked by the arrival of a Tiongkok princess named Ong Tien Nio with all her belongings; The third wave occurred in the 18th century, marked by the entry of Tiongkok people as refugees from Batavia. Second, the socio-cultural relations of the Chinese ethnics and the Cirebon people which later resulted in cultural acculturation. Furthermore, Cirebon culture and Tionghoa culture which have been acculturated in their development are strongly influenced by Islam. Third, various archaeological evidences, such as the Siti Inggil Gate, the Tomb of Astana Gunung Jati and Guha Sunyaragi as well as the Singa Barong Golden Chariot and Batik, all of which were influenced by Hinduism, the Netherlands and Tiongkok, had different symbolic and philosophical meanings. Moreover, the architecture and symbols show how the Cirebon Sultanate is full of monotheistic values found on the twenty Mande Malang Semirang pillars. Even though the Sultanate of Cirebon is an Islamic Sultanate, it implemented very inclusive on the dynamics of society and various cultures that came from outside, and stood on cultural diversity, as well as placed high respect on the beliefs of others. This resulted in acculturation, especially between Tionghoa culture and Cirebon culture in the Cirebon Sultanate. Thus, this study concludes that Tionghoa culture and Cirebon culture in the Cirebon Sultanate are united in the form of acculturation, instead of assimilation or diffusion. Keywords: Acculturation, Tionghoa culture, Cirebon culture, Cirebon Sultanate iv PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Konsonan ف = f ص = z ة = b ق = q ط = s د = t ن = sh = ػ k س = th ي = l ص = {s ج = j َ = m ض = {d ذ = }h ْ = n ط = {t ش = kh w = ٚ ظ = z د = d ٖ = h ع = „ ر = dz g = ؽ y = ٞ س = r B. Vocal 1. Vocal Tunggal Tanda Nama Huruf Nama Latin Fathah a A َ Kasrah i I َ Dhammah u U ُ 2. Vocal Rangkap Tanda Nama Gabungan Nama Huruf ٞ Fathah a A ٚ Kasrah i I Contoh: H{aul : زٛي H{usain : زغ١ٓ C. Ta’ Marbut}ah Transliterasi ta‟ marbut}ah ditulis dengan “ha”, baik dirangkai dengan v (ِذسعخ) madrasah ,(ِشأح) kata sesudahnya maupun tidak, contoh Contoh: al-Madi>nah al-Munawwarah :اٌّذ٠ٕخ إٌّٛسح D. Shadda>h Shaddah atau tashdid ditransliterasi, dilambangkan dengan huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah tersebut. Contoh: <Rabbana : سثٕب Nazzala : ٔضي E. Kata Sandang dilambangkan berdasar huruf yang mengikutinya, jika ”اي“ Kata sandang diikuti huruf syamsiyah maka ditulis sesuai huruf yang bersangkutan, dan ditulis ”اي“ ditulis “al” jika diikuti dengan huruf qamariyah. Selanjutnya (اٌمّش) lengkap baik menghadapi al-Qamariyah contoh kata al-Qamar .(اٌشخً) maupun al-Syamsiyah seperti kata al-Rajulu Contoh: al-Qalam : اٌمٍُ al-Syams : اٌشّظ F. Pengecualian Transliterasi Pengecualian transliterasi adalah kata-kata bahasa Arab yang telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian dalam bahasa Asmaul Husna dan Ibn, kecuali ,هللا Indonesia, seperti lafal menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan pertimbangan konsistensi dalam penulis. vi KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan