HUMANISME DALAM PUISI-PUISI TAUFIQ ISMAIL Skripsi Diajukan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Strata Satu

Disusun Oleh MILA ASTUTI 1111033100021

PROGRAM STUDI AQIDAH & FALSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 iii

Abstrak

Mila Astuti (1111033100021) Humanisme dalam Puisi Taufiq Ismail

Taufiq Ismail seorang penyair yang sangat peka sejarah, karena semasa pengalaman hidupnya menunjukkan keterlibatan penuh di dalamnya. Setiap karya puisinya memiliki makna kritik sosial maupun pesan moral kepada pemerintah maupun masyarakat di negeri ini. Salah satunya adalah pesan kemanusiaan. Hal ini menjadi bukti bahwa tidak hanya pemikiran yang bersifat abstrak. Akan tetapi humanisme merupakan kajian falsafi dan dapat diimplementasikan pada ranah sosial. Salah satunya Taufiq Ismail membuat karya puisi yan bermuatan pesan memanusiakan manusia (humanisme).

Beberapa puisi menunjukkan nilai-nilai moral dan keadilan yang kembali pada dimensi kemanusiaan. Kedua unsur tersebut merupakan yang diajarkan pada falsafat Islam. Hal tersebut menunjukkan corak humanisme universal. Dengan demi kian humanisme bagi Taufiq Ismail merupakan pemikiran memanusiakan manusia melalui prinsip ajaran Islam.

Kata kunci : Taufiq Ismail, moral, keadilan.

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelsaikan skripsi ini. Salawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya.

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moral maupun materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Di samping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Drs. Nanang Tahqiq, MA, yang telah meluangkan waktun untuk

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Aqidah dan Falsafat Islam Ibu Dra.Tien Rohmatin, MA dan

Serketaris Jurusan Aqidah dan Falsafat Islam Bapak Dr. Abdul Hakim

Wahid, S.Ag. MA, beserta seluruh stafnya.

3. Dekan Fakultas Ushuluddin Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, serta

pembantu dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas ushuluddin yang telah memberikan ilmunya

kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan

Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat di kemudian

hari.

vi

5. Bapak pemimpin beserta staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas

Ushuluddin, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk

mendapatkan referensi yang mendukung penyelesain skripsi ini.

6. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada orang tua penulis yang tercinta,

Ayahanda Ahmad dan Ibunda Enong Ipah serta adik penulis, yang dengan segala

pengorbanan tak akan pernah penulis lupakan atas jasa-jasa mereka. Doa restu,

nasihat dan petunjuk dari mereka kiranya merupakan dorongan moral yang paling

efektif bagi kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

7. Kawan-kawan Mahasiswa UIN khususnya kawan-kawan seperjuangan Jurusan

Aqidah dan Falsafat Islam 2011, Ines, Meli, Angga dan Awam. Trio sekawan,

Ai, Tasya, Alfi. Kawan dekat, Aisyah, Titin, Neneng, Eka dan Okta, yang selalu

memberikan support kepada penulis.

8. Seseorang terdekat dan terkasih, suami dari penulis: Ace Haerudin, yang slalu

mendukung penyelesaian skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal a’llamin.

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERNYATAAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN PESERTA SIDANG ...... iv ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... viii PEDOMAN TRANSLITERASI ...... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ...... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 11 D. Kajian Pustaka ...... 12 E. Metodelogi Penelitian ...... 13

BAB II BIOGRAFI TAUFIQ ISMAIL A. Latar Belakang Keluarga ...... 16 B. Latar Belakang Intelektual ...... 18 C. Karya-Karya ...... 25

BAB III DIMENSI HUMANIS A. Pengertian Humanisme ...... 27 B. Humanisme dalam Falsafat ...... 30 C. Humanisme dalam Puisi ...... 36 D. Hubungan antara Humanisme dan Puisi ...... 37

BAB IV HUMANISME DALAM PUISI TAUFIQ ISMAIL A. Moral ...... 41 B. Keadilan ...... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...... 58 B. Saran-Saran ...... 59

DAFTAR PUSTAKA ...... 40 LAMPIRAN ...... 64

viii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Arab Inggris Arab Indonesia Inggris ṭ ṭ ط a a ا ẓ ẓ ظ b b ب ‘ ‘ ع t t ت gh gh غ ts th ث f f ف j j ج q q ق ḥ ḥ ح k k ك kh kh خ l l ل d d د m m م dz dh ذ n n ن r r ر w w و z z ز h h ه s s س ’ ’ ء sy sh ش y Y ي ḍ ḍ ص h H ة ṣ ṣ ض

Vokal Panjang

Arab Indonesia Inggris ā ā آ ī ī ٳى ū ū ٲو

ix

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di zaman saat ini persoalan kemanusiaan semakin banyak dan semakin kompleks. Ironisnya, ilmu pengetahuan dan teknologi, yang pada hakikatnya bertujuan untuk memberi solusi atas masalah hidup manusia, ternyata banyak memberi andil bagi munculnya persoalan-persoalan humanisme.1

Humanisme adalah istilah umum untuk berbagai jalan pikiran yang berbeda yang memfokuskan dirinya ke jalan keluar umum dalam masalah-masalah atau isu-isu yang berhubungan dengan manusia. Di dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia dikemukakan pengertian istilah humanisme sebagai berikut: (a) aliran yang bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik; (b) aliran yang menganggap manusia sebagai obyek studi yang terpenting; dan (c) aliran zaman Renaisans yang menjadikan sastra klasik

(dari bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar seluruh peradaban manusia.2

Lorens Bagus, di dalam Kamus Filsafat mengemukakan bahwa humanisme merupakan sebuah falsafat yang menganggap individu sebagai sumber nilai terakhir, dan mengabdi pada pemupukan perkembangan kreatif serta

1 Kasdin Sihotang, Filsafat Manusia: Upaya Membangkitkan Humanisme (Yogyakarta: Kanisius 2017),h.1. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:balai Pustaka, 1994), h.361.

1 2

perkembangan moral individu secara rasional dan berarti tanpa acuan pada konsep-konsep tentang yang adikodrati.3

Humanisme muncul pada saat kebangkitan Renaissaince, karena pada zaman tersebut lebih dikenal dengan zaman kebangkitan falsafat yang menggugat otoritas gereja. Pada masa tersebut, kelas gereja menguasai ilmu pengetahuan, sementara rakyat dibiarkan bodoh. Maka dengan Renaissaince, pemahaman ilmu secara falsafi mengubah kepemilikan ilmu dari semula hanya milik kaum tertentu, menjadi milik semua orang, siapa pun.4

Memahami pengertian humanisme tidak mudah, karena banyak tokoh yang mendefinisikan menurut pandangannya masing-masing. Namun dari banyak definisi di atas dapat diambil persamaan bahwasannya humanisme adalah gerakan yang menghargai kebebasan, martabat manusia serta kemampuannya untuk belajar mengembangkan seluruh kebudayaan.

Konten humanisme Barat menjelaskan humanisme yang lebih mengutamakan rasio/ akal yang menyakini dan menjadikan diri manusia sendiri sebagai pusat, dan segala sesuatu berpusat kepadanya dan tidak mengakui kekuatan lain selain kekuatan manusia itu sendiri. Namun humanisme dalam Barat juga terdapat berbagai perbedaan penafsiran, mulai dari humanisme Yunani, Abad Pertengahan dan Abad humanisme modern.

Pada masa Yunani klasik manusia dipandang sebagai semata-mata makhluk kodrati, maka pada Abad Pertengahan citra manusia tidak sebatas kodrati, melainkan juga makhluk adikodrati, imanen dan trasenden. Citra manusia yang

3 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, cet .3 ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.295. 4 Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, Filsafat Umum: Dari Metodelogi sampai Teosof (Bandung: Pustaka Setya,2008), h. 247. 3

pada awalnya sebagai faber mundi (pekerja atau penciptaan dunianya sendiri), lalu berkembang menjadi imago dei (the image of God, makhluk Ilahi, citra Tuhan).

Namun secara umum ia hanya berangkat dari pertimbangan kodrati manusia, seperti manusia haruslah menjadi manusia yang baik.

Humanisme Abad Pertengahan memaknai manusia sebagai makhluk yang kodrati dan adikodrati, sebab manusia tidak hanya harus baik di depan manusia saja, akan tetapi baik dalam pandangan agamanya. Berbeda dari humanisme

Yunani dan Abad Pertengahan, humanisme modern memaknai manusia sebagai manusia sepenuhnya. Tidak ada perbedaan memanusiakan manusia dengan alasan pintar, baik dan sebagainya.5

Humanisme dalam pandangan falsafat Islam, sebagaimana hal yang berlabel

“Islam”, berakar pada al-Qur’ān dan ḤadĪts. Sebagaimana ditegaskan oleh Seyyed

Hossein Nasr, bahwa falsafat Islam adalah (bersifat) Islam bukan hanya dibudidayakan di Dunia Islam dan dilakukan oleh kaum Muslim, melainkan karena falsafat Islam menjabarkan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari sumber-sumber wahyu Islam, serta menangani banyak permasalahan dengan sumber-sumber tersebut kendatipun ada klaim-klaim yang berlawan dari para penentangnya.6

Dari hal ini dipahami bahwa humanisme Islam berbeda dari humanisme modern di Barat yang terlepas dari aspek teologis dan transendental.Humanisme

Islam dipahami sebagai suatu konsep dasar kemanusiaan yang tidak berdiri dalam

5 Zulfan Taufik, Ilusi dan Harapan Pembacaan Humanisme Ali Shari’ati (Jakarta:Impressa Publishing, 2012), h. 29-30. 6 Seyyed Hossein Nasr.”Al-Qur’an dan Ḥadist sebagai Sumber dan Ispirasi Filsafat Islam”, dalam Ensiklopedi Filsafat Islam, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, terj. Tim Penerjemah Mizan (Bandung: Penerbit Mizan, 2003), vol 1, h. 36. 4

posisi bebas. Hal ini mengandung pengertian bahwa makna atau penjabaran arti

”memanusiakan manusia” harus selalu terkait secara teologis.

Secara keseluruhan humanisme Islam memuliakan manusia di atas “lima hak dasar” atau “lima prinsip umum” yang disebut al-kulliyat al-khams (lima hak-hak dasar). Lima prinsip ini merupakan tujuan utama beragama. Kelima prinsip ini adalah: (a) menjaga kebebasan beragama (ḥifẓ al-dῑn), (b) menjaga keselamatan jiwa (ḥifẓ al-nafs), (c) menjaga kebebasan berpikir (ḥifẓ al-‘aql), (d) menjaga kelestarian keturunan (ḥifẓ al-nasl), dan (e) menjaga keabsahan materi (ḥifẓal- māl).7

Dalam khasanah intelektual, humanisme sebagai istilah sering dipercakapkan dalam berbagai konteks, terutama konteks falsafat, pendidikan, dan kesusasteraan.8 Hal ini menjadi bukti bahwa para humanis memiliki hubungan cenderung erat dengan para pendahulu mereka di Abad Pertengahan yang disebut dengan dictatores. Melalui pengaruh humanisme, maka menjadi pengaruh studi humanistik sehingga membuka mata kuliah baru berupa puisi (poetry) di berbagai universitas Italia.9 Oleh karena bidang sejarah digolongkan ke dalam kategori prosa, maka bidang tersebut menjadi bagian dari studi retorika dalam puisi.

Berbicara mengenai masalah sastra atau karya sastra, acapkali akan berhadapan dengan kenyataan dan pengungkapan sebagai apresiasi. Hal itu disebabkan karya sastra adalah ungkapan seseorang yang sadar akan diri dan keadaan jamannya, bertolak dari kenyataan sekitarnya.10Sastra merupakan

7 Nur Kholis, Humanisme Islam, Jurnal Isti’dal Vol.1, 2014, h.1. 8 Davies, Tony. Humanism (London dan New York: Routledge, 1997), h.24 9 Ganang Dwi Kartika, Humanisme Dalam Konteks Filsafat. Jurnal Penelitian Humaniora, h.4

5

rekaman mengenai semua hal yang terjadi di dalam kehidupan. Sebagai ciptaan para pengarang, sastra merupakan ungkapan isi hati atau perasaan mereka mengenai situasi yang ada di lingkungan sekitar, misalkan kehidupan religius, keadaan ekonomi, sosial masyarakat, maupun kritikan terhadap politik yang berlaku di negara ini. Oleh karena itu, kita dapat menyebut bahwa sastra adalah rekaman pengalaman dan tingkah laku manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Menurut Soeratno, sastra dapat dipahami sebagai satu bentuk kegiatan

manusia yang tergolong pada karya seni yang menggunakan bahasa sebagai

bahan.11 Hal ini sangat jelas bahwa melalui media bahasa, baik menggunakan

bahasa keseharian maupun bahasa kiasan, karya sastra memiliki nilai estetika

tersendiri yang membedakannya dari tulisan yang lain.

Sastrawan memunyai cara tersendiri dalam menuangkan ide atau gagasan

kreatifnya, ada yang mengungkapkannya lewat puisi, drama, prosa cerita, atau

karya-karya sastra yang lain. Hal tersebut tergantung pada minat atau bakat yang

dimiliki sastrawan. Puisi adalah salah satu karya yang memiliki bentuk dan sifat

khas sehingga berbeda dari karya sastra yang lain. Unsur-unsur tersebut berupa

emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan panca indera, susunan kata,

kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur.12Dengan

kekhasannya, puisi dapat dianalisis dengan menautkan berbagai macam

pembentuk struktur puisi. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat

11Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra (Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia Yogyakarta, 2001), h.10. 12 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995), h.7. 6

memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa

puisi itu karya estetis yang bermakna, yang memunyai arti, bukan hanya sesuatu

yang kosong tanpa makna.13

Perkembangan perpuisian di Indonesia memiliki pengaruh besar. Hal tersebut terjadi karena Indonesia lahir dari sebuah puisi yang ditulis secara bersama-sama oleh kaum muda Indonesia, yakni Sumpah Pemuda.14 Berdasar pada Sumpah

Pemuda itulah para sastrawan dari berbagai wilayah Nusantara menulis karya sastra dalam Bahasa Indonesia.

Perjalanan perpuisian Indonesia dapat kita lihat dari perjalanan sejarahnya.Ada beberapa pokok-pokok perjalanan puisi yakni terdiri dari 2 bagian. Pertama perkembangan perpuisian Indonesia modern diawali dari

Angkatan Pujangga Baru, yang melibatkan juga Angkatan 45 dan era 60-an dapat dikatakan sebagai puisi realis yang berbicara tentang keindividualan, pemikiran- pemikiran pribadi untuk menyugesti pembaca, serta pandangan hidup si penyair terhadap realita yang tidak sesuai dengan apa yang dinginkannya. Kedua, perkembangan perpuisian Indonesia modern yang dirunut menurut perjalanannya adalah puisi surealis. Puisi surealis itu sendiri merupakan penggambaran alam bawah sadar. Dan dari titik inilah penempatan pengarang di dalam karya-karyanya sudah dapat dilepaskan.15

13 Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, h. 3. 14 Jamal D. Rahman dkk, 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), h.xvii 15Feni Efendi. “Perkembangan perpuisian Indonesia”, html:// www.Tanamanfeni.blogspot.com, artikel diakses pada hari Rabu, 26 Oktober 2016, pukul 13.00.

7

Pemaparan di atas menjelaskan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan karya sastra dalam sepanjang sejarah. Bahkan banyak tokoh sastra di

Indonesia yang memiliki pengaruh dan dampak cukup luas melalui karya sastra, gagasan, pemikiran, kiprah dan tindakannya dalam dinamika kehidupan sastra, dinamika kehidupan intelektual, sosial, politik, dan kebudayaan Indonesia. Salah satu tokoh sastra yang memiliki pengaruh tepatnya di periode 60- an adalah

Taufiq Ismail.

Taufiq Ismail seorang penyair yang dapat menghasilkan beragam karya puisi, mulai dari yang liris, simbolis, lugas, kontekstual, parodi, naratif, deskriptif, argumentatif sampai provokatif.16 Dalam bersastra, karya Taufiq memang tidak pernah lepas dari muatan politik.Bahkan Taufiq selalu membenturkan isu budaya, pendidikan, ekonomi dan sosial dengan hiruk-pikuk yang berbau politik.17

Puisi bagi Taufiq adalah nyanyian, di mana ia ingin bernyanyi sampai akhir hayatnya nanti. Puisi adalah cinta, yang keluasannya berbatas cakrawala. Puisi adalah tangisan, jika kesedihan tak tertahankan. Puisi adalah kutukan, ketika napas zaman sudah membusuk. Puisi adalah permohonan, yang senantiasa dipanjatkan kepada Tuhan. Berikut ini kutipan tentang puisi menurut Taufiq:

Dengan puisi aku menyanyi Sampai senja umurku nanti Dengan puisi aku bercinta Berbatas cakrawala Dengan puisi aku mengenang Keabadian yang akan datang Dengan puisi aku menangis Jarum waktu bila kejam mengiris

16 Jamal D. Rahman dkk, 33Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, h.379. 17Agung Irawan MN, Pesan Al-Qur’an untuk Sastrawan Esai-esai Budaya dan Agama (Yogyakarta:Jalasutra, 2013), h. 147. 8

Dengan puisi aku mengutuk Nafas zaman yang busuk Dengan puisi aku berdoa Perkenankanlah kiranya.

Dari kutipan puisi di atas, Taufiq mencurahkan rasa suka dan duka selama perjalanan hidupnya ke dalam puisi. Karya di atas merupakan sebagian dari karya puisi Taufiq. Dari karya tersebut terdapat puisi-puisinya bertema humanisme atau dapat disebut puisi humanisme.

Dalam konteks humanisme, terdapat beberapa kumpulan puisi Taufiq

Ismail yang memiliki unsur humanisme, yaitu humanisme dalam moral dan keadilan, tepatnya pada kumpulan puisi MAJOI “Malu (Aku) Jadi Orang

Indonesia”. Dari beberapa puisi yang terdapat di kumpulan puisi MAJOI penulis memilih beberapa puisi di antaranya adalah: Pertama, puisi berjudul “Malu (Aku)

Jadi Orang Indonesia”; kedua, puisi berjudul “12 Mei, 1998”; ketiga, puisi berjudul “Ketika Burung Merpati Melayang”; keempat, puisi berjudul,

“Kembalikan Indonesia Padaku”kelima; puisi berjudul “Padamu Negeri” dan keenam puisi berjudul “Yang Selalu Terapung di atas Gelombang”. Dari beberapa judul puisi tersebut terwakili beberapa karya puisi Taufiq Ismail lainnya yang berkenaan dengan humanisme.

Adapun alasan pemilihan beberapa puisi Taufik Ismail adalah pertama, puisi berjudul “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”, ditulis Taufiq pada tahun

1998. Puisi ini memiliki makna yang mewakili politik, ekonomi sosial dan budaya

Indonesia pada Orde Baru- Reformasi. Secara tersurat tema dari puisi ini adalah kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman Orde Baru-Reformasi. Hal ini 9

menjadi alasan penulis untuk memilih puisi yang berjudul MAJOI, “Malu (Aku)

Jadi Orang Indonesia”.

Taufiq pada bait pertama bagian kedua puisi tersebut, bercerita rasa kecewa mendalam. “Langit akhlak rubuh” pada kalimat ini seolah-olah sudah tidak ada lagi pondasi moral yang kuat, Indonesia pada saat itu pun seolah-olah bagaikan negeri tanpa pondasi, yang mana berdampak ketidakadilan pada rakyat, karena hukum yang tak tegak.

Kedua, puisi berjudul “12 Mei, 1998” bercerita tentang empat pemuda yang sedang berjuang menuntut sebuah keadilan, akan tetapi perjuangan empat syuhada sia-sia dengan prilaku keamanan yang tidak bermoral menghantarkan mereka ke tanah kubur. Pada puisi ini, Taufiq menunjukkan rasa simpati secara spesifik terhadap keempat mahasiswa Trisakti yang tertembak mati dalam kobaran api semangat juang demi mengharapkan kemerdekaan. Maka dari peristiwa tersebut menjadi alasan penulis memilih puisi berjudul “ 12 Mei, 1998”.

Ketiga, puisi berjudul “Ketika Burung Merpati Sore Melayang” menggambarkannya langit akhlak dan hukum. Langit akhlak kiasan metafora mengandung makna budi pekerti bangsa sudah banyak rusak. Kerusakan akhlak terutama pada pemimpin. Hal ini dapat ditafsirkan dari kiasan langit. Langit adalah tempat yang tinggi, pemimpin adalah orang yang punya jabatan tinggi.

Keempat, puisi berjudul “Kembalikan Indonesia Padaku” bercerita tentang sebuah kehidupan sosial bernegara. Puisi ini merupakan ungkapan naluri anak bangsa yang tergerak hatinya untuk menyuarakan kondisi negara kepada orang 10

lain. Puisi tersebut mengekspresikan kerisauan terhadap kondisi politik, ekonomi, sosial dan hukum yang penuh keprihatian.

Pada puisi ini, Taufiq menyampaikan harapan akan perubahan Indonesia di masa yang akan datang. Puisi ini mengamanatkan agar masyarakat Indonesia dengan semangat nasionalisme melakukan perubahan ke arah yang lebih baik dan pemerintah lebih peduli terhadap negara.

Kelima,“Padamu Negeri” menggambarkan sebuah peristiwa yang amat perih. Peristiwa tersebut merupakan pembelaan demi keadilan negeri ini. Puisi

“Padamu Negeri” mendeskripsikan realitas secara universal atau global mengenai peristiwa pada negeri ini, yaitu peristiwa para pejuang negeri ini yang telah dianiaya bertahun-tahun bahkan dihabisi berkali-kali.

Keenam, pada penggalan bait puisi “Yang Selalu Terapung di atas

Gelombang” di bait pertama sudah jelas seorang yang sebenarnya tidak bersalah tapi hukum tidak bertindak adil akan kenyataan. Dari karya Taufiq tersebut penulis dapat menilai bahwasannya terdapat nilai-nilai humanis, yang mana karya ini dapat disebut puisi humanisme.

Maka dari pemaparan di atas, penulis memandang bahwa penelitian mengenai humanisme, moral, keadilan dan karya puisi Taufiq menarik untuk diteliti, karena mengandung nilai baik untuk kenyataan manusia saat ini. Hal tersebut menjadi latar belakang penulisan skripsi yang berjudul “Humanisme dalam Puisi-Puisi Taufiq Ismail.

11

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Penelitian ini berkaitan dengan prinsip humanisme dalam moral dan keadilan.

Penulis membatasi karya puisi Taufiq Ismail dalam antologi puisi Malu (Aku)

Jadi Orang Indonesia, adapun puisi yang akan diteliti merupakan puisi bertema humanisme di tahun 1998 :

Tema-temaHumanisme

No Moral Keadilan

1. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Kembalikan Indonesia Padaku.

2. 12 Mei,1998. Padamu Negeri.

3. Ketika Burung Merpati sore Yang Selalu Terapung di Atas melayang. Gelombang.

Berawal dari pembatasan masalah tersebut ada beberapa hal yang dijadikan

rumusan masalah oleh penulis untuk mengangkat tema skripsi ini. Rumusan

masalah skripsi ini adalah bagaimana konsep dan prinsip humanisme menurut

Taufiq Ismail ?.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis adalah untuk memerkaya khazanah

intelektual khususnya dalam kajian falsafat, meskipun ada beberapa karya

akademik mengenai Taufiq Ismail telah banyak ditulis oleh para akademisi dan

kalangan lainnya namun penulis tidak menemukan tulisan lain yang membahas

mengenai humanisme dalam puisi-puisi Taufiq Ismail. 12

Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui dimensi humanisme dalam puisi Taufiq Ismail, yang membahas tentang moralitas dan keadilan. (2) merupakan tugas akhir dalam menyelesaikan perkuliahan di Strata

Satu (S1) Program Studi Aqidah dan Falsafat Islam, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Sedangkan manfaat penelitian ini tidak hanya untuk kepentingan teoritis yang merupakan keutamaan dalam penelitian ini, akan tetapi juga dapat diambil sebagai kegunaan praktis. Di bidang akademik teoritis, pada dasarnya penelitian ini untuk menyikapi tema-tema humanisme dalam puisi Taufiq Ismail, terutama tentang moralitas dan keadilan. Dengan kata lain, penelitian ini di antaranya ialah humanisme yang terdapat dalam beberapa puisi Taufiq Ismail sebagai salah satu solusi permasalahan-permasalahan kemanusiaan saat ini.

D. Tinjauan Pustaka

Sejauh yang penulis telusuri, belum ada skripsi, atau buku yang membahas mengenai tema humanisme dalam puisi-puisi Taufiq Ismail sebagaimana yang penulis lakukan dalam skiripsi ini. Memang, penelitian tentang Taufiq Ismail telah banyak dilakukan oleh akademis lainnya. Penulis jumpai beberapa skripsi yang membahas mengenai Taufiq Ismail, antara lain:

Pertama, karya akademik yang mengaji beberapa karya puisi Taufiq Ismail, yaitu karya yang ditulis oleh Syaiful Anwar. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012 yang berjudul “Analisis

Unsur Intristik dalam Kumpulan Puisi Tirani dan Benteng Karya Taufiq Ismail 13

karya ini menganalisis unsur intristik (diksi, gaya bahasa, aliterasi, asonasis, ritme dan rima) pada puisi Tirani dan Benteng karya Taufiq Ismail.

Kedua, terdapat karya akademik yang ditulis oleh Sri Widia Astuti mahasiswi

Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang berjudul

“Pemikiran Taufik Ismail tentang Kebebasan Kreativitas, Moralitas Pemimpin dan Sikap Cendekiawanan (1963-1970)”, membahas tentang sejarah pemikiran dan kreatifitas Taufiq Ismail.

Sedangkan dari karya akademik yang membahas tentang humanisme terdapat pada karya Dini Fitriani, mahasiswi Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah Falsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015 yang berjudul “Pemikiran

Humanisme Ahmad Syafii Ma’arif”, menjelaskan tentang humanisme, persaudaraan seiman dan persaudaraan universal.

Karya Awwam Nuryadin mahasiswa Fakultas Ushuluddin jurusan Aqidah

Falsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 yang berjudul “Humanisme dalam Lirik Lagu Rhoma Irama”, menjelaskan tentang humanisme dalam lirik lagu Rhoma Irama, kebangsaan, keislaman, gender dan keadilan.

Dengan membaca karya tersebut, penulis mendapatkan banyak informasi dan referensi untuk menambah data sekunder dari penelitian yang sedang dikaji.

Namun paparan pembahasan di atas memiliki perbedaan dari garapan penulis.

E. Metodelogi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research), dimulai dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan permasalahan yang dikaji, 14

baik berupa sumber primer ataupun sumber sekunder. Pencarian data dilakukan dengan cara membaca, menganalisis karya-karya primer Taufiq Ismail yakni,

Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda (1998), Horison Sastra

Indonesia, empat jilid meliputi Kitab Puisi (1), Kitab Cerita Pendek (2), Kitab

Nukilan Novel (3), dan Kitab Drama (4) (editor bersama Hamid Jabbar, Agus R.

Sarjono, Joni Ariadinata, Herry Dim, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2000-

2001, Horison-Kakilangit-Ford Foundation (2002), serta dilengkapi dengan data- data sekunder, yakni tulisan-tulisan yang membahasa pemikiran Taufiq Ismail.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi dan telaah terhadap buku, literatur, catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dikaji.

Kegiatan studi termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan menggunakan analisis.

Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif

2. Metodelogi Pembahasan

Metode pembahasan yang dipakai dalam penulisan penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang dikait dengan masalah yang diteliti, kemudian dideskripsikan dan dianalisis sehingga memberikan gambaran tentang permasalahan yang dikaji dengan jelas dan tepat.

3. Metodelogi Penulisan

Penulisan skripsi ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang disusun oleh Tim Penyusun 15

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh

CEQDA tahun 2007. Adapun transliterasi mengikuti transliterasi yang termuat dalam jurnal Ilmu Ushuluddin yang diterbitkan oleh HIPIUS (Himpunan Peminat

Ilmu-Ilmu Ushuluddin)

BAB II

BIOGRAFI TAUFIQ ISMAIL

A. Latar Belakang Keluarga

Taufiq Abdul Gaffar Ismail atau lebih dikenal dengan Taufiq Ismail lahir dari pasangan A. Gaffar Ismail dan Siti Nur Muhammad Nur, tepatnya di

Bukittinggi, 25 Juni 1935.1Ia merupakan budayawan dan sastrawan yang sangat populer. Taufiq lebih dikenal sebagai seorang sastrawan senior di Indonesia yang dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan wartawan.

Pada masa-masa kecil, ia tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan santri di Pekalongan. Ayahnya, Ustadz Ghaffar Ismail merupakan seorang ulama dan pendiri PERMI (Persatuan Muslim Indonesia). Namun pada saat itu ia menjadi seorang tahanan politik, diasingkan ke Jawa Tengah dan akhirnya menetap di

Pekalongan sebagai guru agama Islam. Bagi Taufiq, ayahnya merupakan inspirator hebat dalam kehidupannya, karena dari ayahnya ia banyak memelajari ilmu agama terutama dalam membaca dan memahami ayat-ayat suci al-Qur’ān.

Menjadi sastrawan merupakan cita-cita Taufiq sejak masa SMA, di

Pekalongan, Jawa Tengah. Hal tersebut terjadi karena kebudayaan membaca yang pekat di lingkungan keluarga, sehingga memengaruhi Taufiq kecil saat itu. Kala

1 Taufik Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia:Seratus Puisi Taufiq Ismail (Jakarta: Yayasan Ananda,1998), h.156.

16 17

itu, ia sudah memulai menulis sajak yang dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Kisah.2

Kegemaran membaca Taufiq bertambah, ketika ia menjadi seorang petugas perpustakaan PPI (Pelajar Islam Indonesia), Pekalongan. Ketika ia menjaga perpustakaan ia banyak membaca beberapa karya penyair legendaris

Indonesia, yaitu: , pujangga tetralogi Bumi Manusia Pramoedya

Ananta Toer, sampai William Saroyan dan Karl May. Namun tidak hanya sebatas membaca buku sastra, ia juga banyak memelajari sejarah, politik dan agama.

Setelah menjadi sarjana dan bekerja, ia menyunting gadis Padang, Esiyati

Yatim,seorang mahasisiwi aktifis organisasi IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dikaruniai seorang putra, Ibrahim Ismail, yang menyelesaikan sarjana managemen di sebuah universitas di Amerika Serikat sekaligus bekerja di sana.3

Taufiq Ismail seorang sastrawan nasional yang dianugerahi gelar Datuk

Panji Alam Khalifatullah. Hal ini merupakan suatu kehormatan yang amat besar bagi Taufiq. Gelar kehormatan dianugerahkan Pangulu nan Sapuluah dari Suku

Koto Sungai Gurah tepatnya di Rumah Gadang suku Koto, Jorong Baruah, Nagari

Padai Sikek, Kecamatan X Koto, Tanah Datar.

Menurut Taufiq, gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah mengandung makna dan amanah yang demikian mendalam. Khalifatullah merupakan “menjadi wali Allah di muka bumi guna menegakkan panji-panji kebenaran sesuai dengan tuntunan al-Qur’ān dan Sunnah.Khalifatullah bukan saja sebagai penghormatan, tetapi juga mengingatkan saya dan kita semua akan tugas yang diemban selaku hamba Allah, ucapnya.4

2TokohIndonesia.com,http://www.tokohindonesia.com/biografi/artikel/285esklopedia/201 5, malu aku jadi orang Indonesia. Diakses pada hari Sabtu, 30 Mei 2016, pukul 15:36. 3 Miftahul Ajri, https://miftahulajri.wordpress.com/2009/11/23/boigrafi_taufik_ismail/. Diakses pada hari Senin, 3 April 2017, pukul 15:45. 4 Musriadi Musanif, https://miftahulajri.wordpress.comTaufiq Ismail; Ketika Sastrawan menjadi Datuk. Diakses pada hari Selasa, 11 April 2017, pukul 23:00.

18

B. Latar Belakang Intelektual

Taufiq memulai masa-masa pendidikannya, pertama ia masuk sekolah rakyat di Solo, lalu pindah ke Semarang, Salatiga dan menamatkan sekolah rakyatnya di Yogyakarta. Ia melanjutkan SMP di Bukittinggi dan SMA di Bogor.

Selesai SMA, ia mendapatkan beasiswa American Field International School untuk bersekolah di Whitefish Bay High School di Milwaukee, , AS. Ia merupakan angkatan pertama dari Indonesia. Kemudian ia melanjutkan sekolah di

Fakultas Kedokteran Hewan dan Perternakan UI yang saat ini menjadi IPB.

Semasa mahasiswa, Taufiq Ismail aktif dalam berbagai kegiatan. Ketika di

Amerika, pada liburam musim semi, Taufiq Ismail pernah bekerja di ladang pertanian campuran, luasnya 100 hektar dengan 100 ekor sapi dan 10.000 ekor ayam. Hal inilah yang mendorong Taufiq untuk lebih mendalami ilmu peternakan.5

Semasa kuliah di Universitas Indonesia, ia juga terpilih menjadi Ketua

Senat Mahasiswa FKHP-UI (1960-1961) dan Wakil Ketua DMUI (Dewan

Mahasiswa Universitas Indonesia) (1960-1962).Taufiq, pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-1965),guru Ilmu Pengantar

Pertenakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan asisten dosen

Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan

IPB (1961-1964). Pada tahun 1964 ia akan di kirim untuk studi lanjutan ke

Universitas Kentucky dan Florida, akan tetapi hal itu tak terjadi karena ia

5 Miftahul ajri, https://miftahulajri.wordpress.com/2009/11/23/boigrafi_taufik_ismail/. Diakses pada hari Senin, 3 April 2017, pukul 15:45.

19

menandatangani Manifes Kebudayaan, yang mana hal itu dinyatakan terlarang oleh Presiden Soekarno. Bahkan pada tahun yang sama ia kemudian dipecat sebagai pegawai negeri.

Taufiq bersama , P. K. Oyong, Zaini dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia, kemudian melahirkan majalah sastra Horison sejak tahun 1966 sampai saat ini. Dan tidak hanya itu ia merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman Ismail Marzuki (TIM), dan

Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) di tahun (1968). Dalam ketiga lembaga tersebut ia mendapatkan posisi sebagai Sekertaris Pelaksana DKJ, Pj.

Direktur TIM, dan Rektor LPKJ (1968-1978). Pada tahun 1971-1972 dan 1991-

1992 ia mengikuti International Writing Program, University of Jowa, Iowa City,

Amerika Serikat. Ia juga belajar di Faculty of Languange and Literature,

American University in Cairo, Mesir. Namun karena pecah perang, maka ia pulang sebelum studinya selesai.6

Setelah berhenti dari tugas, Taufiq bekerja di perusahaan swasta, sebagai

Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990). Pada tahun 1993 ia diundang menjadi tamu di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia.

Sebagai seorang penyair yang baik ia telah membacakan puisinya di berbagai tempat, baik luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti peristiwa jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti dan peristiwa pengeboman Bali.

6 Jamal D. Rahman dkk, 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014), h.123.

20

Sejak tahun 1974, Taufiq memiliki kerja sama yang baik dengan musisi

Indonesia, terutama dengan Himpunan Musik Bimbo (Hardjakusumah bersaudara), , Ian Antono dan Ucok Harahap. Himpunan Musik Bimbo bersaudara, mengadaptasi sejumlah puisinya menjadi syair lagu dan dinyanyikan secara merdu. Kerja sama ini hingga tahun 2004 sudah berlangsung selama 30 tahun (dari sekitar 60-70 lirik puitis). Tidak hanya karya puisi, Taufiq pun menghasilkan karya sebanyak 75 lagu. Kiprah perpuisian Taufiq tidak hanya di

Indonesia, akan tetapi ia pernah mewakili Indonesia baca puisi dan festival sastra di 24 kota di Asia, Amerika, Australia, Eropa dan Afrika sejak 1970. Bahkan karya puisi Taufiq telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Sunda, Bali,

Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina. Pada tahun 1974-1976 ia terpilih sebagai anggota Dewan Penyantun Board of Trustees AFS International, New

York.7

Ada beberapa kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan oleh Taufiq di antaranya, Ketua Lembaga Kesenian Alam Minangkabau (1984-1986), Pendiri

Badan Pembina Yayasan Bina Antar budaya (1985). Ketua Lembaga Seni Budaya

Muhammadiyah 1998-1999. Tahun 1996 dan 2000 Taufiq Ismail diminta menjadi presenter di dalam No.1 Kilometer sebuah acara in depth news di RCTI. Taufiq

Ismail menyampaikannya dalam bentuk puisi. Dan sejak tahun 1985 menjadi

Ketua Yayasan Bina Antar Budaya sampai kini yang bekerja sama dengan badan beasiswa AFS.8

7 Biogra.com, “Biografi Taufiq Ismail”, www.biografi. Taufiq Ismail.com, diakses pada hari Senin, 13 Juli 2016, pukul 15.43. 8 Miftahul ajri, https://miftahulajri.wordpress.com/2009/11/23/boigrafi_taufik_ismail/. Diakses pada hari Senin, 3 April 2017, pukul 15:45.

21

Taufiq juga membantu LSM Geram (Gerakan Antimadat), pimpinan

Sofyan Ali. Dalam kampanye anti narkoba, ia menulis puisi dan lirik lagu

“Gerang Perang Melawan Narkoba”, “Himne Anak Muda Keluar dari Neraka” dan digubah Ian Antono. Dalam kegiatan tersebut, ia bersama empat tokoh masyarakat lain mendapatkan penghargaan dari Presiden Megawati (2002). Saat ini ia menjadi anggota Badan Pertimbangan Bahasa, Pusat Bahasa dan Konsultan

Balai Pustaka, di samping aktif sebagai redaktur senior majalah Horison.

Bersama dengan Ali Audah dan Goenawan Mohamad menerjemahkan The

Recontruction of Religious Thought in Islam (1964), salah satu karya penting

Mohammad Iqbal. Sedangkan bersama D.S. Muljanto, menyunting bunga rampai

Prahara Budaya (1994) yang merekam gejolak politik kebudayaan pada masa

Orde Lama. Bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar, Amri Yahya dan

Agus Dermawan T. menyunting bunga rampai puisi dan lukisan Ketika Kata

Ketika Warna (1995). Lalu bersama sejumlah sastrawan muda yang menjadi rekannya di majalah Horison, ia menyunting bunga rampai dari Fansuri ke

Handayani (2001), Horison Sastra Indonesia 1-4 (2002), dan Horison Esai

Indonesia 1-2 (2004).

Tahun 2008 tulisan-tulisannya berupa puisi, cerpen, lakon, esai makalah dan laporan jurnalistik diterbitkan dalam edisi lengkap yang diberi judul

Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit dan terdiri dari 4 jilid, di mana jilid 1-3 masing-masing tebalnya lebih dari 1000 halaman. Jilid terakhir ini berisi sajak- sajaknya yang telah dijadikan lirik lagu oleh Bimbo, God Bless, Chrisye dan

22

lain-lain.9 Sajak-sajak yang bertema relegius ini telah menambah popularitas

Taufiq Ismail sebagai penyair yang terampil dan serba bisa. Sajak-sajak ini memang khusus ditulis untuk lirik lagu dengan memerhitungkan segala pesan maupun aspek musikalnya. Tidak semua penyair mampu melakukan pekerjaan ini.

Taufik Ismail dikenal sebagai salah satu seorang penandatangan Manifes

Kebudayaan. Sajak-sajak perlawanan dan kritik sosial yang ditulisnya dalam suasana penuh ketegangan politik ketika itu telah memikat hati H.B. Jassin untuk mengukuhkan sebagai sastrawan Angkatan 66. Dalam pidato keseniannya berjudul “Sejarum Peniti, Sepunggung Gunung” yang disampaikan di TIM 1995,

Taufiq menjelaskan panjang lebar kenapa menulis sajak-sajak perlawanan dan kritik sosial, dan alasan memilih bentuk pengucapan yang prosaik atau naratif, yang menekankan pentingnya komunikasi dengan publik. Bagian dari pidato ini seakan ingin menjawab berbagai pandangan orang terhadap sajak-sajaknya selama ini:

Demikian saya ingin berkabar. Saya mau menyampaikan berita, mendalang dan berkisah lewat puisi saya, kepada pendengar dan pembaca saya. Ketika menuliskan buram pertama puisi saya, sudah terbayang oleh saya pendengar acara baca puisi yang akan berbagi nikmat menyimaknya. Puisi saya terbanyak ditulis dengan kesadaran akan hadirnya audiens. Saya menolak atau lebih tepatnya tidak menerima penuh bahwa puisi padat dan minimum kata tapi tak indah serta gagap berkomunikasi, saya memilih puisi banyak kata tapi cantik, menyentuh perasaan, laju mengalir dan komunikatif. Puisi saya wajib musikal. Kata-kata harus sedap didengar.Tentu saja kata- kata itu mengalami ketat seleksi.10

9 Jamal D. Rahman dkk, 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, h.395. 10 Jamal D. Rahman dkk, 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, h.396.

23

Demikian pidato Taufiq yang menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh para audiens.

Namun, tidak hanya sebatas itu latar belakang intelektual Taufiq. Setelah pensiun dari PT. Unilever Indonesia, tepatnya sepulang dari Kairo dan Kuala

Lumpur, Taufiq Ismail mendapatkan sedikit pencerahan batin untuk mengubah strategi perjuangan kebudayaan. Sudah lama ia merasa prihatin memikirkan merosotnya kualitas pendidikan dan apresiasi sastra di sekolah, yang tentunya sangat berdampak pada karakter serta kualitas anak-anak bangsa sekarang maupun masa yang akan datang. Ia juga merasa sangat prihatin kepada minat baca masyarakat yang terus menurun dari waktu ke waktu. Usulnya pada menteri pendidikan agar memisahkan antara pelajaran sastra dan bahasa serta memberikan porsi yang cukup dalam kurikulum tidak mendapat tanggapan berarti. Taufiq

Ismail merasa bahwa untuk melakukan perubahan di masyarkat tak cukup hanya menulis karya sastra saja, namun harus ada langkah-langkah konkret yang mendukung supaya karya-karya sastra tersebut memasyarakat.

Langkah awal yang diambil untuk mewujudkan gagasannya yang terbilang sederhana, tiba-tiba tergerak hatinya untuk kembali menangani majalah Horison secara langsung, yang sekian lama dipercayakan pada rekannya Hamsad

Rangkuti.11Setelah merekrut beberapa sastrawan muda sebagai tenaga segar dan terus menggodok gagasannya tersebut, akhirnya muncul konsep untuk memulai sebuah gerakan budaya dalam rangka meningkatkan apresiasi sastra. Terdiri 6 program dengan sasaran awal tertuju pada dunia pendidikan, yakni program untuk

11Taufiq Ismail, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit, jilid 1 (Jakarta: Horison, 2008), h. 50.

24

meningkatkan minat membaca buku, kemampuan mengarang dan apresiasi sastra, khususnya bagi siswa dan guru sekolah serta mahasiswa dari fakultas keguruan.

Berikut ini adalah daftar program tersebut:

 Sisipan Kaki langit  Pelatihan Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS)  Program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya (SBSB)  Program Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca (SBMM)  Lomba Mengulas Karya Sastra (LMKS) dan Lomba Menulis Cerita Pendek (LMCP)  Sanggar Sastra Siswa Indonesia (SSSI)12

Tahun 2009 Taufiq Ismail mendirikan Rumah Puisi di tanah kelahirannya, antara kota Padang panjang dan Bukittinggi, tempatnya di kampung

Aie Angek yang diapit gunung Singgalang dan Merapi. Rumah Puisi adalah obsesi lain dari penyair yang berdarah Minang ini untuk berbakti pada tanah kelahirannya.13 Salah satu program Rumah Puisi adalah mengundang sastrawan untuk berkarya untuk tinggal dan berkarya di sana. Setiap sastrawan diundang untuk tinggal satu bulan. Selain menulis dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mereka juga berkewajiban untuk meberikan ceramah dan diskusi mengenai sastra pada sejumlah guru, siswa, mahasiswa dari berbagai sekolah maupun perguruan tinggi. Perguruan residensi ini konon diilhami program penulisan kreatif di University of Iowa yang pernah diikutinya. Di antara sastrawan yang pernah diundang pada tahun pertama program ini adalah Ahmad

Tohari, D. Zawawi Imron, Joni Ariadinata dan Acep Zamzam Noor.

12 Suminto A Sayuti, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 78. 13 Suminto A Sayuti, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya, h. 60.

25

C. Karya-karya

Berikut ini beberapa karya Taufiq Ismail sejak tahun 60-an:

1. Tirani, Birpen KAMI Pusat, 1966. 2. Benteng, Litera, 1966. 3. Puisi-Puisi Sepi, 1971. 4. Kota, Pelabuhan, Ladang, Angin Dan Langit, 1971. 5. Buku Tamu Museum Perjuangan, 1972. 6. Sajak Ladang Jagung, Pustaka Jaya, 1974. 7. Kenalkan, Saya Hewan (Sajak Anak-Anak), Aries Lima, 1976. 8. Puisi-Puisi Langit, Yayasan Ananda, 1990. 9. Tirani dan Benteng, Yayasan Ananda, 1993. 10. Prahara Budaya, Mizan, 1995. 11. Ketika Kata Ketika Warna, Yayasan Ananda 1995. 12. Seulawah: Antologi Sastra Aceh, 1995. 13. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Yayasan Ananda, 1998. 14. Dari Fansuri ke Handayani, Horison-Kaki Langit-Ford Foundation, 2001. 15. Horison Sastra Indonesia, Horison-Kaki Langit-Ford Foundation, 2002. 16. Katrastopi Marxisma, Leninisma, Maoisme dan Narkoba, Yayasan Ananda, 2004.

 Karya terjemahan:

1. Banjour Tristesse ( novel karya Francoise Sagan, 1960). 2. Cerita tentang Atom (karya Mau Freeman, 1962). 3. Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad), Tintamas (1964).14

 Karya Bibliografi

1. Taufiq Ismail,Praha Budaya: kilas-balik ofensif Lekra/PKI dkk, kumpulan dokumen pegolakan sejarah. Bandung: Mizan, 1995. 2. Taufiq Ismail, Vernite Mne Indoneziyu (Kembalikan Indonesia Padaku), terj: Victor Pogadaev. Moskow:Klyuch-C, 2010.

 Anugerah Dan Penghargaan Sastra

1. Anugrah Seni dari Pemerintah RI (1970). 2. Cultural Visit Award dari Pemerintah Australia (1977). 3. South East Asia Write Award (SEA Write Award) dari Kerajaan Thailand (1994).

14 Biogra.com, “Biografi Taufiq Ismail”, www.biografi. Taufiq Ismail.com, diakses pada hari Senin, 13 Juli 2016, pukul 15.43.

26

4. Penulisan Karya Sastra Terbaik dari Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994). 5. Sastrawan Nusantara dari Negeri Johor, Malaysia (1999). 6. Doctor Honoris Causa dari Universitas Negeri Yogyakarta.

BAB III DIMENSI HUMANIS

A. Pengertian Humanisme

Humanisme adalah sebuah kata yang mengandung sejarah sangat kompleks dan mencangkup kemungkinan konteks serta makna yang luas. Oleh karena itu, makna kata tersebut perlu ditelusuri dari persfektif etimologis, terminologis, dan historis. Humanisme secara etimologis terdiri dari dua kata, human dan isme.

Kedua kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu humanus yang berarti manusia, dan ismus yang berarti faham atau aliran.1

Berawal dari makna etimologi humanisme di atas, di dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia dikemukakan pengertian istilah humanisme sebagai berikut: (a) aliran yang bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik; (b) aliran yang menganggap manusia sebagai obyek studi yang terpenting; dan (c) aliran zaman Renaisans yang menjadikan sastra klasik (dari bahasa Latin dan Yunani) sebagai dasar seluruh peradaban manusia.2 Lorens Bagus, di dalam Kamus Filsafat mengemukakan bahwa humanisme merupakan sebuah falsafat yang menganggap individu sebagai sumber nilai terakhir, dan mengabdi pada pemupukan perkembangan kreatif serta perkembanganmoral individu secara rasional dan berarti tanpa acuan pada konsep- konsep tentang adikodrati.3

1 Hasan Shadily,ed. “Humanisme”, dalam Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992), vol.3, 1350. 2 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 361. 3 Lorens Bagus, Kamus Filsafat, cet .3 ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 295.

27

28

Humanisme dalam pengertian Ethical Humanism adalah sebuah gerakan kemanusiaan yang secara luas memiliki perhatian khusus kepada perikemanusiaan, yang memerjuangkan kaum minoritas, sebagaimana uraian berikut:

Ethical Humanism is any kind of movement where the interses of humanity as such are preponderant. Thus, the Society for Ethical Culture, the variouse, pasifistic movements, which lead fights for minorities may all be called humanistic movements, considered from this point of view, al most all religious movements automatically contain humanistic elements.4

Humanisme etika adalah bagian dari pergerakan yang bersifat kepentingan kemanusiaan sebagai pengaruh besar. Maka dari itu, etika kebudayaan untuk masyarakat memiliki berbagai corak pergerakan pasif, dengan memerjuangkan kepemimpinan untuk kaum minoritas. Semua menyebutnya dengan pergerakan penganut paham humanisme, yang memertimbangkan beberapa pandangan sebagian besar dari pergerakan religius yang menjadi unsur-unsur isi penganut paham humanisme dengan sendirinya.

Memahami pengertian humanisme tidak mudah, karena banyak tokoh yang mendefinisikan menurut pandangannya masing-masing. Namun dari banyak definisi di atas dapat diambil persamaan bahwasannya humanisme adalah gerakan yang menghargai kebebasan, martabat manusia serta kemampuannya untuk belajar mengembangkan seluruh kebudayaan.

Secara istilah, hingga kini humanisme mengalami proses penafsiran sejak akhir abad keempat belas dan kelima belas. Terdapat tiga tahap penafsiran atasnya, yakni: pertama, kata humanismus diciptakan pada tahun 1808 oleh ahli pendidikan Jerman F. J. Niethammer yang dimaksudkan untuk menunjukkan tekanan pengajaran, yang lebih tertuju pada karya-karya klasik berbahasa Latin

4 Hauma, Humanism, The Word Univercity Encyclopedia Unbridge, vol.6 Publisher Company, Inc. Washington, t.th, h.125.

29

dan Yunani di sekolah-sekolah menengah yang dilawankan dengan tuntutan yang semakin meluas terhadap pendidikan yang lebih mengedepankan segi praktisnya dan berorientasi pada ilmu pengetahuan atau sains.5

Istilah humanismus itu sendiri diturunkan dari istilah humanista yang diciptakan pada puncak kejayaan zaman Renaissance untuk memberi predikat kepada para profesor humanisme di universitas-universitas Italia. Kata humanista sendiri diturunkan dari sebuah istilah yang lebih tua lagi, yakni humanities atau studia humanitatis yang digunakan untuk mengacu pendidikan liberal arts dengan menggunakan karya-karya pengarang-pengarang Romawi klasik seperti Cicero dan Gellius. Pada pertengahan abad kelima belas istilah studia humanitatis dipakai untuk menunjuk bidang-bidang studi yang berbeda-beda, meliputi tata bahasa, retorika, sejarah, puisi, dan falsafat moral. Studi dalam bidang-bidang ini biasanya dilakukan dengan membaca dan menafsirkan karya-karya pengarang- pengarang klasik yang cukup standar, terutama yang berbahasa Latin dan sedikit banyak dalam bahasa Yunani.6

Dengan penjelasan tersebut telihat bahwa pengertian humanisme begitu berkaitan dengan berbagai macam hal. Humanisme dalam kerangka Renaissance bukanlah sebuah sistem falsafat, meskipun gerakan tersebut memiliki berbagai paham falsafatnya sendiri, melainkan merupakan program budaya dan bercorak pendidikan. Jika kurikulum humanisme hanya mencakup satu bidang falsafat, yakni falsafat moral, itu disebabkan oleh adanya kecenderungan di masa

5 Bambang Sugiharto, Humanisme dan Humaniora: Relevansinya Bagi Pendidikan (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), h.2-5. 6 Ganang Dwi Kartika, “Humanisme dalam Konteks Filsafat”,Jurnal Filsafat, Vol. 1, No.1, 24 Maret 2013,h. 5.

30

Renaissance dahulu untuk memelajari falsafat sebagai ilmu yang sekunder dan pada umumnya terbatas pada bidang etika. Berbeda halnya dengan karya-karya para humanis di bidang terjemahan, komentar atas karya pengarang klasik, puisi, pidato, surat-surat serta karya-karya yang menyangkut sejarah, tata bahasa dan retorika mereka tulis dalam jumlah yang amat banyak.

B. Humanisme dalam Falsafat

Humanisme berada dalam setiap rentetan waktu dan pemikiran. Dari zaman klasik (Yunani), renaissance, modern hingga postmodern. Selain itu humanisme secara umum juga berada dalam falsafat Barat maupun Islam. Atas dasar ini penulis merumuskan dalam konteks falsafat Barat dan Islam, serta menuliskan secara historis perkembangan pemikiran humanisme.

Dalam konteks sejarah falsafah Barat, pemikiran Yunani dianggap sebagai cikal bakal segala pemikiran yang berkembang hingga saat ini. Oleh karena itu, di masa klasik failasuf Yunani telah mengangkat pembahasan humanisme. Pada masa Yunani Klasik, humanisme mewujudkan pada paideia, yaitu merupakan sebuah sistem pendidikan yang memiliki visi tentang manusia ideal, yakni manusia yang mengalami keselarasan jiwa dan raga pada masa Helenistik.7

Pada masa Yunani klasik manusia dipandang sebagai semata-mata makhluk kodrati, maka pada Abad Pertengahan citra manusia tidak sebatas kodrati, melainkan juga makhluk adikodrati, imanen dan transenden. Citra manusia yang pada awalnya sebagai faber mundi (pekerja atau penciptaan dunianya sendiri), lalu berkembang menjadi imago dei (the image of God, makhluk Ilahi, citra Tuhan).

7 Thomas Hidya Tjaya. Humanisme dan Skolastisisme: Sebuah Debat (Yogyakarta: Kanisius, 2004), h.6.

31

Namun secara umum humanisme hanya berangkat dari pertimbangan kodrati manusia, seperti manusia haruslah menjadi manusia yang baik.

Humanisme Abad Pertengahan memaknai manusia sebagai makhluk yang kodrati dan adikodrati, sebab manusia tidak hanya harus baik di depan manusia saja, akan tetapi baik dalam pandangan agamanya. Berbeda dari humanisme Yunani dan

Abad Pertengahan, humanisme modern memaknai manusia sebagai manusia sepenuhnya. Tidak ada perbedaan memanusiakan manusia dengan alasan pintar, baik dan sebagainya.8

Penulis menyimpulkan bahwa, humanisme konteks falsafah Barat memiliki perbedaan konsep. Humanisme Yunani Klasik yang bertumpu pada akal budi manusia, sebagai satu-satunya jalan bagi pengetahuan manusia dalam rangka hidupnya. Sedangkan sepanjang Abad Pertengahan humanisme konteks falsafat

Barat tertuju pada Allah dan kehidupan akhirat. Dalam pendapat Thomas

Aquinas:

Kehendak manusia memang mengalami kemerosotan tajam tetapi dalam segi intelektual tidak. Intelektual kemanusian tetap bersifat otonom. Hal tersebut terbukti dengan adanya teologi kodrati yang tidak seutuhnya bergantung pada persoalan pewahyuan Allah melalui Kitab suci.9

Dari sini dapat dipahami bahwa semua humanisme, dapat dipandang sebagai suatu upaya intelektual yang gigih untuk memaknai kemanusiaan dan keterlibatan manusia di dalam dunianya. Humanisme dapat berkarakter Kristen,

Yahudi, Muslim, Hindu, Buddha, atau juga agnostik bahkan ateis sekalipun.

Karena itu seseorang yang mengaku menganut salah satu dari itu, bisa saja jadi

8 Zulfan taufik. Ilusi dan Harapan, h. 29-30. 9 Bertrand Rusell. Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio –Politik Zaman Kuno hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt), h.154.

32

humanis atau antihumanis, tergantung pada bagaiman ia mengaitkan keimanannya dengan persoalan-persoalan kemanusian.

Masa perkembangan dan kemajuan Islam, melahirkan beberapa tokoh ternama yang sampai saat ini karya-karyanya masih dijadikan referensi dalam sebuah penelitian. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah, Abu Sulaiman al

Sijistani (w.983 M), seorang filosofi humanis islam, al-Rummani, al-Syaimari dan

Abu Hayyan al-Tauhidi.10 Abu Hayyan al-Tauhidi merupakan tokoh utama dalam dunia sastra yang terkenal dengan salah satu karya besarnya berjudul al-imta‟ wa al-Mu‟nisah. Abu Hayyan al-Tauhidi terkenal sebagai tokoh humanisme Islam klasik, gelar itu mengutip dan perkataan Abu Hayyan al-Tauhidi “al-insan asykala alahi al-insan” (sungguh, manusia sering membuat kesulitan bagi manusia lainnya).

Falsafat Islam sebagaimana hal lainnya yang berlabel “ Islam”, berakar pada al- Qur‟ān dan Hadῑts. Sebagaimana ditegaskan oleh Seyyed Hossein Nasr, bahwa falsafat Islam adalah (bersifat) Islam bukan hanya dibudidayakan di Dunia Islam dan dilakukan oleh kaum Muslim, melainkan karena falsafat Islam menjabarkan prinsip-prinsip dan menimba inspirasi dari sumber-sumber wahyu Islam, serta menangani banyak permasalahan dengan sumber-sumber tersebut kendatipun ada klaim-klaim yang berlawan dari para penentangnya.11

10 George Abraham Maksidi, Cita Humanisme Islam : Panorama Kebangkitan Intelektual Islam dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat ( Jakarta, Serambi: 2005), h.401.

11 Seyyed Hossein Nasr.”Al-Qur‟ān dan HadĪts sebagai Sumber dan Inspirasi Filsafat Islam”, dalam Ensiklopedi Filsafat Islam, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman, terj. Tim Penerjemah Mizan (Bandung: Penerbit Mizan, 2003), vol 1, h. 36.

33

Dari hal ini dipahami bahwa humanisme Islam berbeda dari humanimse modern di Barat yang terlepas dari aspek teologis dan transendental. Humanisme

Islam dipahami sebagai suatu konsep dasar kemanusiaan yang tidak berdiri dalam posisi bebas. Hal ini mengandung pengertian bahwa makna atau penjabaran arti

”memanusiakan manusia”, harus selalu terkait secara teologis.

Pandangan humanis membuat orang sadar kembali tentang harkat martabat, dan kemampuan manusia sebagai makhluk rohani. Islam memiliki pandangan yang unik dan komprehensif tentang humanisme. Pandangan Islam mengenai nilai-nilai kemanusiaan diawali dengan semangat pembebasan melalui konsep tauhid, yaitu pembebasan manusia dari segala sesuatu selain kepada Allah.

Menurut pendapat Nurcholish Madjid, Islam memiliki konsep dari pembebasan tauhid.12

Hal tersebut mengandung sebuah pengertian bahwa makna penjabaran memanusiakan manusia itu harus terkait secara teologis. Dalam konteks al-Qur‟ān memandang manusia sebagai wakil Allah di Bumi, untuk mengfungsikan kekhalifahannya. Allah telah melengkapkan manusia dengan intelektual dan spritual. Manusia memiliki kapasitas kemampuan dan pengetahuan untuk memilih, karena itu kebebasan merupakan pemberian Allah yang paling penting dalam upaya mewujudkan fungsi kekhalifahannya.

Marcel A. Boisard berpendapat bahwa Islam lebih dari sekedar ideologi, karena Islam merupakan humanisme transendental yang diciptakan masyarakat khusus dan melahirkan suatu tindakan moral yang sukar untuk ditempatkan dalam

12 Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan dan Kemoderenan (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina. Cet. Ke-3, 1995.), h.72.

34

rangka yang dibentuk oleh falsafat Barat. Humanisme tidak mengesampingkan monoteisme yang sebenarnya dan memungkinkan untuk memerkembangkan kebajikan.13

Secara keseluruhan, humanisme Islam memuliakan manusia di atas “lima hak dasar” atau “lima prinsip umum” yang disebut al-kulliyat al-khams (lima hak- hak dasar). Lima prinsip ini merupakan tujuan utama beragama. Kelima prinsip ini adalah: (a) menjaga kebebasan beragama(ḥifẓ al-dῑn),(b) menjaga keselamatan jiwa (ḥifẓ al-nafs), (c) menjaga kebebasan berpikir (ḥifẓal-‘aql), (d) menjaga kelestarian keturunan (ḥifẓ al-nasl), dan (e) menjaga keabsahan materi (ḥifẓal- māl).14

Dari Lima prinsip di atas terdapat beberapa kalangan humanis Islam lebih mengutamakan jiwa manusia. Sikap tersebut terlihat dari Hasan Hanafi dan

Abdurrahman Wahid sebagai berikut: Pertama, ḥifẓal-nafs, yaitu melindungi hak- hak dasar kemanusiaan bagi keselamatan jiwa dan raga. Kedua, ḥifẓ al –dῑn, yakni perlindungan kemanusiaan bagi keselamatan keyakinan. Seseorang tidak dapat dipaksa untuk mengikuti suatu keyakinan, tetapi boleh berkeyakinan menurut pilihannya sendiri dalam hal agama. Ketiga, ḥifẓ al-‘aql, yakni terjaminnya hak dasar berupa kebebasan dalam berpikir dan berpendapat, termasuk mengenai pemahaman keagamaan. Keempat, ḥifẓ al-nasl, yaitu perlindungan hak dasar dalam kesucian berketurunan dan keselamatan keluarga dan kelima, ḥifẓ al-mal, yaitu perlindungan terhadap hak dasar kepemilikan harta benda dan profesi.

13 Marcel A Boisard, Humanisme dalam Islam terj. H.M. Rasjidi (Jakarta: Bulan Bintang, 1982.) h. 151.

14 Nur Kholis, “Humanisme Islam”, Jurnal Isti’dal Vol.1, 2014,h.1.

35

Dengan kata lain, humanime Islam adalah perlindungan hidup, agama, rasio, keturunan, dan harta atas dasar-dasar ajaran Islam.15

Dalam kategorisasi seorang failasuf Islam modern, M. Arkoun berpendapat bahwa humanisme Islam terbagi dalam tiga bentuk. Pertama, humanisme literer.

Humanisme ini membangun pola pikir berdasarkan literatur atau teks, yang lazimnya juga didukung oleh kekuasaan beserta ideologinya. Konsekuensinya, karakter humanisme ini tidak mampu obyektif juga historis dan tidak kontekstual.

Rujukan hanya semata literer menjauhkan pemahaman dari latar historis dan personal ril keadaan manusia.

Kedua, humanisme religius. Humanisme ini merupakan sebuah konsepsi yang mengukur kesalehan seseorang dari parameter esoterik-mistik (tasauf) untuk melawan tradisi humanisme literer yang ortodoks. Humanisme religius lebih mengandalkan aspek intuitif secara subyektif dalam pengalaman keagamaan seseorang dari ketergantungan teks. Sistem birfānῑ menjadi basis epistemologis dalam mewujudkan akhlaq karimah dan meyakini sebuah kebenaran. Namun demikian, menurut Fazlur Rahman yang perlu menjadi catatan di sini adalah terabaikannya persoalan kemanusiaan karena humanisme religius lebih banyak bersifat eskapistik, yakni perlarian agamis dari permasalahan dunia dan massa yang tertindas.16

Ketiga, humanisme falsafi. Humanisme ini memberikan otonomi yang besar kepada manusia untuk mengoptimalkan kecerdasan akal. Berbeda dari humanisme literer yang terlalu tekstualis-literalis yang mengakibatkan sisi-sisi historis-

15 Nur Kholis, “Humanisme Islam”, Jurnal Isti’dal Vol.1, 2014, h.1 16 Fazlurrahman, Islam, terj.Ahsin Muhammad (Bandung: Penerbit Pusaka 1989), h. 376-378.

36

antropologis tersisihkan. Sedangkan humanisme religius yang meskipun telah mengoptimalkan spritualitas manusia namun seringkali mengabaikan sisi sosio- kulural-politis kehidupan ril manusia. Dengan demikian, humanisme falsafi dengan episteme burhānῑ terbagi menjadi tiga wilayah. Pertama, profanitas dunia yang sekuler, kedua, humanitas manusia antropologis-historis, dan ketiga Tuhan yang teologis.17

Ketiga kategori M. Arkoun tentang humanisme memiliki perbedaan yang jelas. Sebagaimana apa yang awal sebaiknya dalam wilayah mufakkar “yang terpikirkan, menurut pengikut madzhab tekstualis dianggap wilayah lā mufakkar fĪ“ yang tidak terpikirkan”. Wacana yang awalnya interpertable dan kontekstual menjadi wacana yang dogmatis-sakral dan semata-mata teologis serta harus diterima tanpa adanya cadangan. Hal ini yang disebut Arkoun sebagai taqdĪs al- afkār al-dĪniyyah (sakralisasi pemikiran keagamaan) yang dalam konteks ini menjadi tantangan humanisme.

C. Humanimse dalam Puisi

Dalam khasanah intelektual, humanisme sebagai istilah sering dipercakapkan dalam berbagai konteks, terutama konteks falsafat, pendidikan, dan kesusasteraan.18Berdasarkan data-data sejarah, para humanis pada umumnya adalah orang-orang profesional di sekolah dan di universitas, misalnya sebagai ketua jurusan tata bahasa dan retorika di masing-masing intitusi mereka.

Hal ini menjadi bukti bahwa para humanis memiliki hubungan cenderung erat dengan para pendahulu mereka di Abad Pertengahan yang disebut dengan

17 Tony Davies, Humanism (London: Routledge, 2008), h. 65-68. 18 Tony Davies, Humanism ( London dan New York: Routledge, 2008), h.24

37

dictatores. Melalui pengaruh humanisme, maka menjadi pengaruh studi humanistik sehingga membuka mata kuliah baru berupa puisi (poetry) di berbagai universitas Italia.19 Oleh karena bidang sejarah digolongan ke dalam kategori prosa, maka bidang tersebut menjadi bagian dari studi retorika dam puisi.

Pada awal abad ke-15 menjadi perkembangan baru dengan ditambahkannya falsafat moral di antara puisi dan retorika. Para humanis pun mengepalai bidang bahasa dan kesusasteraan Yunani yang dianggap sebagai inovasi abad ke -15. Ekspansi studi humanistik ke dalam bidang-bidang baru tersebut menandai bahwa lahirnya sebutan baru terhadap bidang studi yang makin luas tersebut dengan sebutan “studi kemanusiaan” the humane studies” atau studi- studi yang dianggap sebaiknya dilakukan oleh seorang manusia “study humaniora”.20Ini merupakan hal baru, pada dasarnya mencangkup bidang-bidang studi yang sudah ada sebelumnya, yakni: studi tata bahasa, retorika, puisi, sejarah dan falsafat moral.

D. Hubungan antara Humanisme dan Puisi

Berbicara mengenai masalah sastra atau karya sastra, acapkali akan berhadapan dengan kenyataan dan pengungkapan sebagai apresiasi. Hal itu disebabkan karya sastra adalah ungkapan seseorang yang sadar akan diri dan keadaan jamannya, bertolak dari kenyataan sekitarnya.21Di samping itu karya sastra mampu berbicara dengan bahasanya tatkala seluruh instrumen formal kenyataan dibungkam. Salah satu karya sastra yaitu terdapat pada puisi. Ruang

19 Ganang Dwi Kartika, “Humanisme Dalam Konteks Filsafat”. Jurnal Penelitian Humaniora, h.4 20 Ganang Dwi Kartika, “Humanisme dalam Konteks Filsafat”. Jurnal Penelitian Humaniora, h.5.

38

yang dimilikinya menghadirkan diri pengarang untuk berkecimpung menghasilkan produksi sejarah sekaligus menghidupkan karyanya ketika berhadapan dengan pasar. Dedikasi inilah yang kemudian melahirkan berbagai teori kesasteraan.

Pada Abad ke-15 merupakan gerbang awal bagi hubungan humanisme dan puisi. Karena ini menjadi pengaruh bagi studi humanitas dalam era Renaissance.

Kondisi tersebut disebabkan para pakar humanis di sekolah menengah kemudian melanjutkan studi profesional mereka di universitas. Hal ini pun akhirnya menghasilkan karya-karya falsafi dengan gaya humanis.

Pengaruh studia humanitatis dalam era Renaissance semakin berkembang luas hingga ke dalam studi sains. Kondisi demikian dimungkinkan karena di samping studi humanistik ini makin populer, juga disebabkan karena banyak pakar-pakar di sekolah menengah kemudian melanjutkan studi profesional mereka di universitas-universitas. Bertolak dari perkembangan baru tersebut, para humanis akhirnya menyadari bahwa studi falsafat secara mendalam perlu ditambahkan ke dalam studia humanitatis.22 Oleh karena itu, Nicolaus Cusanus

(1401-1464), Pico della Mirandola (1463-1494), di antaranya, menghasilkan karya-karya falsafi dengan gaya humanis. Salah satu pidato terkenal tentang

“Martabat Manusia” yang disampaikan oleh Pico della Mirandolla. Dalam bagian pendahuluan dari pidato mengenai martabat manusia, Pico mengutip seorang

Saracen:

22 Ganang Dwi Kartika, “Humanisme Dalam Konteks Filsafat”. Jurnal Penelitian Humaniora, h.5.

39

Bapak-bapak hadirin yang terhormat, saya telah membaca dalam berbagai karya orang Arab, bahwa ketika Abdullah si arab ditanya tentang apakah yang menakjubkan di atas panggung dunia, ia menjawab bahwa tidak ada sesuatu pun untuk dilihat yang lebih menakjubkan selain manusia (nibil spectari home admirabilus).23

Sebagian pendahuluan pidato Pico menggunakan nama Abullah tentu saja tidak cukup untuk mengenal muslim yang dikutip Pico. Namun dapat mengira- ngira bahwa yang ia maksudkan boleh jadi adalah Ibn Qutaybah (w.276 H/889

M), yang nama pertamanya adalah ´Abdullāh, seorang humanioris kondang yang karya-karyanya dipublikasikan secara luas di dunia Islam, baik di bagian Barat dan Timur.

Perkembangan baru itu mendorong pemahaman baru yang membingungkan banyak orang sehubungan dengan kemunculan klaim yang menyamakan humanisme dengan semua atau sebagian besar falsafat Renaissance. Studi atas karya-karya kesusasteraan klasik membawa dampak lain, yaitu studi atas falsafat- falsafat klasik, seperti Epikurianisme dan skeptisisme klasik, yang diadopsikan ke dalam ajaran Kristen.

Yang menjadi ciri khas temuan periode Renaissance adalah pemberian tekanan pada persoalan martabat manusia dan keberadaan yang istimewa manusia di tengah alam semesta sebagai hasil dari konsep dan program studia humanitatis. Semangat demikian itu ditemukan dalam karya-karya Petrarch dan

Giannozzo Manetti, di antaranya. Terhadap hasil yang demikian ini para humanis juga memeroleh pengaruh dari para Bapa Gereja. Kekhasan lain sebagai hasil dari

23 George Abraham Maksidi, Cita Humanisme Islam : Panorama Kebangkitan Intelektual Islam dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat ( Jakarta, Serambi: 2005), h.481.

40

studia humanitatis pada masa Renanissance adalah diungkapkannya keunikan konkret perasaan, pendapat dan pengalaman pribadi, yang oleh Burckhardt diistilahkan sebagai „individualisme.’

Mendekati akhir abad ke-15 perkembangan lain terjadi di Eropa Utara dalam bentuk masuk pengaruh humanisme melalui para pedagang, imam Katolik, para dosen dan mahasiswa universitas dalam hal tradisi oratori lisan. Sebelum hal itu terjadi, Eropa Utara tidak memiliki tradisi sebagaimana yang berlaku di Italia.

Dengan demikian, gagasan-gagasan humanistik pada umumnya menyebar luas dari Italia ke Eropa Utara. Meskipun pengaruh datang dari Utara melalui berbagai profesi, akan tetapi bukan berarti Eropa Utara sama sekali tidak tersentuh oleh humanisme. Terdapat pula sedikit humanis Eropa Utara yang menjadi humanis karena mereka, guru-gurunya, pernah studi di Italia dan kembali ke negara mereka dengan semangat untuk menyebarkan „pendidikan yang baik‟ (good learning) dari negara Eropa Selatan tersebut. Akibat dari penyebaran tersebut lahirlah humanis- humanis terkenal di Eropa Utara, seperti Robert Gaguin (1423-1501) di Prancis,

Conrad Celtis (1459-1508) di Jerman, dan Thomas Linacre (1460-1524) dan

William latimer (1460-1545) di Inggris, Desiderius Erasmus dari Rotterdam

(1467-1536) serta Antonio de Nebrija (1444-1522) di Spanyol.24 Mereka disebut para humanis Kristen sebab mereka memandang studi humanistik sebagai bagian esensial dari pembaruan religius dan memusatkan diri pada karya-karya “kafir”

24 Ganang Dwi Kartika, “Humanisme Dalam Konteks Filsafat”. Jurnal Penelitian Humaniora, h.5.

41

maupun Kristen kuno sebagai sumber inspirasi. Di antara para humanis tersebut di atas, Erasmus-lah yang paling terkenal.

Akhirnya, yang tak kalah penting untuk diungkapkan disini adalah ada pengaruh humanisme dalam reformasi program dan kurikulum di sekolah-sekolah menengah. Sebagai pendidik profesional atau guru sekolah, para humanis kelak menanamkan pengaruh humanisme kepada orang-orang yang paling terdidik dalam zaman renaissance. Ide-ide yang diperoleh dari guru-guru humanis tersebut untuk selanjutnya dibawa ke dalam lingkungan yang lebih luas, yakni kehidupan publik dan kehidupan sesuai dengan profesi mereka.

BAB IV

HUMANISME DALAM PUISI TAUFIQ ISMAIL

Humanisme menurut Taufiq Ismail merupakan aspek dasar kemanusiaan yang dapat dilihat dalam ruang kehidupan. Manusia menulis sastra, bagi Taufiq tak hanya menyusun untaian kata tapi mengungkapkan pikiran, yaitu terbaru dan menyampaikan realitas sosial melalui puisi. Taufiq Ismail menyatakan bahwa:

Puisi sarat nilai moral, inteligensi dan estetika. Puisi masuk dalam setiap ruang kehidupan.1

Pernyataan di atas secara tidak langsung menyatakan bahwa humanisme berbicara tentang nilai aspek dasar kemanusiaan. Dengan menjunjung tinggi nilai moral, inteligensi dan estetika dalam puisi, maka kita dapat mengetahui seberapa besar orang tersebut memahami arti humanisme. Oleh karena itu perlu menganalisis secara mendalam pandangan Taufiq Ismail tentang hakikat manusia.

Dalam bab III telah dijelaskan bahwa pendapat beberapa humanisme golongan falsafat Barat & Islam. Pada dasarnya di golongan falsafat Barat terdapat tiga konsep berberda di antaranya: Humanisme Yunani Klasik yang bertumpu pada akal budi manusia, sebagai satu-satunya jalan bagi pengetahuan manusia dalam rangka hidupnya. Humanisme pada abad pertengahan tertuju pada

Allah dan kehidupan akhirat. Humanisme modern memaknai manusia sebagai

1 https://Nasional.Tempo.co/read/870773/saat-sma-Taufik-Ismail-wajib-menulis-108- karangan-dalam -3-tahun, diakses pada hari Rabu, 28 Februari 2018, pukul: 13.00.

41

42

manusia sepenuhnya. Tidak ada perbedaan memanusiakan manusia dengan alasan pintar, baik dan sebagainya.

Golongan falsafat Islam berpendapat bahwa humanisme Islam memuliakan manusia di atas “lima hak dasar” atau “lima prinsip umum” yang disebut al-kulliyat al-khams (lima hak-hak dasar). Lima prinsip ini merupakan tujuan utama beragama. Kelima prinsip ini adalah: (a) menjaga kebebasan beragama (ḥifẓ al-din), (b) menjaga keselamatan jiwa (ḥifẓ al-nafs), (c) menjaga kebebasan berpikir (ḥifẓ al-„aql), (d) menjaga kelestarian keturunan (ḥifẓ al-nasl), dan (e) menjaga keabsahan materi (ḥifẓ al-„māl).2

Namun tidak hanya itu dalam katagori seorang failasuf Islam modern, M.

Arkoun berpendapat bahwa humanisme Islam terbagi menjadi tiga bentuk.Yaitu, humanisme literer, humanisme religius dan humanisme filosofis. Dalam pandangan epitisme burhānῑ terbagi menjadi tiga wilayah. Pertama, profanitas dunia yang sekuler, kedua, humanitas manusia antropologis-historis, dan ketiga

Tuhan yang teologis.3

Atas dasar penjelasan di atas penulis menglasifikasikan poin-poin humanisme dalam puisi Taufiq Ismail menjadi dua bagian, yaitu moral dan keadilan. Kedua tema tersebut merupakan aspek humanisme yang disesuaikan dengan puisi Taufiq Ismail yang dijadikan sampel untuk diteliti.

A. Moral

Pada dasarnya setiap puisi selalu berorentasi pada hal-hal yang bersifat membangun melalui pesan moral. Karena dalam puisi diyakini mengandung nilai-

2 Nur Kholis, “Humanisme Islam”, Jurnal Isti‟dal Vol.1, 2014, h.1. 3 Tony Davies, Humanism, (London: Routledge, 2008), h. 65-68.

43

nilai moralitas yang dapat dijadikan bahan perenungan sekaligus menjadikan kaidah pendamping dalam menjalankan kegiatan kehidupan. Tiap karya fiksi masing-masing mengandung dan menawarkan pesan moral, tentunya banyak sekali jenis dan wujud ajaran moral yang dipesankan.4

Kata moral selalu mengacu pada baik-buruk manusia sebagai manusia.

Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul- salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

Ciri sastra yang baik, setidaknya ada tiga macam norma atau nilai yang menjadi ciri, yaitu: norma estetika, sastra dan moral. Karya Sastra disebut memiliki nilai moral apabila menyajikan, mendukung dan menghargai nilai kehidupan yang berlaku.5Moral dalam puisi biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itu yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Moral dalam puisi dapat dipandang sebagai amanat. Dalam pendapat Herman J. Waluyo, ia mempertegas bahwa:

Tujuan atau amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptkan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang tersusun, juga di balik tema yang terungkapkan.6

4 Burhan Nurgiyantoro, Teori pengkajian fiksi (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995), h.324. 5 Depdiknas, Buku Praktis Bahasa Indonesia (Jakarta:Depdiknas, 2003), h.181. 6 Herman J. Waluyo, Teor dan apresiasi puisi (Jakarta: Erlangga, 1991), h. 64.

44

Di balik kegelisahan kolektif yang menjadi topik MAJOI karya Taufiq

Ismail, menyimbolkan banyak pengalaman hidup yang sangat berharga untuk membangun moral bangsa yang lebih baik. Hampir semua puisi Taufiq Ismail hakikatnya menekankan tentang moralitas.Menurut pendapat Kuntawijoyo di kata pengantar dalam buku MAJOI, puisi-puisi Taufiq Ismail adalah puisi hati nurani.7

Jadi dapat diyakini, dalam kumpulan puisi MAJOI, karya Taufiq Ismail kaya akan nilai-nilai moralitas yang sangat menarik untuk direnungkan. Nilai moral itu sendiri dapat mencakup masalah, yang boleh dikatakan bersifat tak terbatas. Ia dapat mencakup seluruh persoalan hidup dan kehidupan, seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Sebagai seorang sastrawan, Taufiq Ismail memiliki karya puisi bertema moral cukup banyak.

Wujud nilai moralitas diantaranya yaitu, nilai moralitas demokrasi, nilai moralitas cinta tanah air, nilai moralitas keagamaan dan religius, nilai moralitas sosial, dan nilai moralitas pendidikan.8

Penulis memilih tiga puisi berjudul “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”,

“12 Mei,1998” dan “Ketika Burung Merpati Sore Melayang”, sebagai simbol humanisme yang berorentasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Wujud nilai moralitas sosial yang diungkap dalam bait puisi “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia” adalah sebagai berikut:

Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Hukum tak tegak, doyong bederak-derak Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lembu Tun Rajak,

7 Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail (Jakarta, Yayasan Indonesia,1998), h. v. 8 http:// mashudismada. Wordpress.com/2009/04/04/ nilai moral dibalik simbol dalam Malu Aku Jadi Orang Indonesia, diakses pada hari Rabu, 28 Februari 2018, pukul: 13.40.

45

Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata Dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang Indonesia.

Puisi di atas merupakan bagian kedua dari penggalan puisi MAJOI. Akan tetapi puisi ini ditulis kembali oleh Taufiq pada bagian keempat. Wujud nilai moralitas sosial tepatnya diungkapkan pada kalimat “Langit akhlaq rubuh, di atas negeri berserak-serak, Hukum tak tegak, doyong berderak-derak”. Hal ini merupakan bagian yang ditekankan oleh Taufiq, yang mana dengan puisi di atas

Ia menyampaikan bahwa keadaan negeri ini yang penuh kecurangan.

Pada bagian III puisi MAJOI, Taufiq memertegas kembali simbol nilai moralitas sosial yaitu:

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,

Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang susah cari tandingan,

Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat Belanja modal raksasa,

Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah Ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang Saja sementara mereka kalah, kelak perencanaan dan Pebunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan Diinjak dan dilunyat lumat-lumat.9

Pada kalimat “Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah”. Mengingatkan kita pada masa Order Baru, yaitu Udin merupakan nama

9 Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail (Jakarta, Yayasan Indonesia,1998), h.19.

46

panggilan akrab seorang wartawan yang memiliki nama lengkap Fuad Muhammad

Syafruddin. Seorang wartawan Surat Kabar Harian Bernas terbit di Yogyakarta yang menjadi tumbal di rezim Orde Baru. Udin dihilangkan karena tulisannya mengusik penguasa kala itu Bupati Bantul Sri Roso Sudarmo, tentara berpangkat kolonel.10

Marsinah merupakan buruh wanita dibunuh pada tahun 1993. Ia tewas sangat mengenaskan. Marsianah memimpin aksi pekerja PT Catur Putra Surya untuk mendapatkan kenaikan gaji. Namun aksi itu membuat perusahaan panas. Gaji memang naik, namun akhirnya Marsinah dan teman-temannya harus berurusan dengan aparat kodim.11

Menurut paparan di atas telah membuktikan bahwa Taufiq berusaha mengungkapkan selama perjalanan karya di masa Orde Baru. Dalam buku

Foundations of the Metaphysics of Moral (1785) Kant menyatakan:

Bertindaklah sedemikian sehingga engkau memerlakukan kemanusiaan, entah dalam dirimu sendiri atau orang lain, sebagai tujuan dan bukan sebagai sarana.12

Dengan kata lain, dalam puisi MAJOI Taufiq berusaha untuk menggambarkan keadaan negeri saat itu sangat tidak ada unsur kemanusiaan.

Akan tetapi Taufiq berusaha untuk menegakkan nilai moralitas sosial seperti hal yang dinyatakan oleh Kant. Dengan puisi MAJOI Taufiq berusaha untuk memberikan gambaran kepada penikmat karyanya agar mengubah nilai-nilai kemanusiaan yang lebih baik.

10 http:// www. Merdeka.com /peristiwa/kisah-pembunuhan-wartawan-udin-17-tahun- masih-gelap.html, diakses pada hari Kamis, 24 Juli 2018, pukul. 10.26. 11 http:// www. Merdeka.com /peristiwa/ini-kronologi-hilangnya-marsinah-hingga- ditemukan –tewas.html., diakses pada hari Kamis, 24 Juli 2018, pukul. 11.00. 12 Jame Rachels, Filsafat Moral (Yogyakarta: KANSIUS, 2004), h. 235.

47

Namun tidak hanya demikian, Taufiq memertegas kembali wujud nilai moralitas dengan berpendapat bahwa:

Di negeri kita yang masih belum makmur-makmur juga, meriah dengan penyelenggaraan festival korupsi, berantakan dalam birokrasi, ada sebagian kecil anak-anak muda yang peduli keadilan sosial memang tak jemu-jemu dibina dan ditempa dalam bentuk hasutan dan penipuan halus oleh tokoh- tokoh gigih KGB (Komunis Gaya Baru).13

Pernyataan di atas merupakan secara tidak langsung sangat erat hubunganya dengan kritik sosial, perlawanan dan masalah kecurangan yang dilakukan oleh penguasa kala itu.

Puisi “MAJOI” didukung puisi dengan judul “12 Mei, 1998” melalui pendekatan historis menulusuri arti dan makna bahasa bagaimana yang ditulis penyair memiliki hubungan antara puisi yang bertema moral lainnya.

Relevansinya sebagai dokumen sosial. Adapun lebih jelasnya berikut kutipannya.

Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu-sedan

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu. Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonomi abad dua puluh satu,

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri,

13 Taufiq Ismail, Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI (Jakarta:Republika, 2015), h. 24.

48

Menurut pendapat Y.B. Mangunwijaya dalam karyanya:

Kehadiran unsur keagamaan dan religius dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius.14

Pada kalimat “Empat syuhada berangkat pada suatu malam”, yang berarti saksi kebenaran (dalam Islam), merupakan simbol pahlawan penegak kebenaran. Moralitas keagamaan dan religius yang harus dibangun adalah pentingnnya berjuang menegakkan kebenaran, ikhlas, hanya semata-mata karena

Allah.

Pada kalimat “Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan

Lesmana dan Hafidhin Royan”. Merupakan mengenang kembali sejarah dari

empat mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak peluru aparat

keamanan saat menggelar aksi unjuk rasa menuntut Soeharto mundur dari

jabatan presiden pada Mei 1998.15 Hal menunjukkan bahwa karya Taufiq

berusaha untuk menggambarkan peristiwa perjuangan para mahasiswa Trisakti

dalam gelar aksi. Dan ini menujjukan bahwa puisi Taufiq mengandung sisi nilai

moral sosial. Karena berusaha mengungkapkan sejarah pada masa tersebut.

Dilanjutkan dengan bait puisi berikiut:

Merah Putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang Matahari, tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan.

14 Burhan Nurgiyantoro, Teori pengkajian fiksi, h. 234. 15 https;//news.okezone.com/read/ detik-detik-elang-mulya-lesmana-sebelum-tewas- ditembak, diakses pada hari Kamis, 24 Juli 2018, pukul. 11.16.

49

“Peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan kalian”, menyimbolkan bahwa hidup dan mati adalah milik Allah. Peluruh logam sebenarnya hanya sebuah perantara, dan bukan penentu kematian. Moralitas agama dan religius adalah keputusan Allah, sehingga jangan takut berjuang untuk sesuatu yang benar, karena Allah senantiasa akan melindungi.

“……kita perlukan peta Tuhan “, menyimbolkan pentingnya mohon petunjuk kepada Tuhan, karena kebenaran menurut manusia belum tentu berarti kebenaran menurut Tuhan.

Dalam pendapat Taufiq menyatakan bahwa, moralitas abadi adalah yang merujuk agama.16

Pendapat ini menjadi bukti bahwa di antara karya-karya Taufiq yang memiliki nilai moralitas paling utama adalah nilai moralitas keagamaan dan religius.

Selanjutnya penulis mengambil puisi yang berjudul “Ketika Burung

Merpati Sore Melayang” yang menggambarkannya langit akhlak dan hukum.

Langit akhlak kiasan metafora mengandung makna budi pekerti bangsa sudah banyak rusak. Kerusakan akhlak terutama pada pemimpin. Hal ini dapat ditafsirkan dari kiasan langit. Langit adalah tempat yang tinggi, pemimpin adalah orang yang punya jabatan tinggi. Dalam pendapat Burhan Nurgiyanto bahwa:

Banyak karya sastra yang memperjuangkan nasib rakyat kecil yang menderita, nasib rakyat kecil yang memang perlu dibela, rakyat kecil yang seperti dipermainkan oleh tangan-tangan kekuasaan, kekuasaan yang kini lebih berupa kekuatan ekonomi.17

16 Taufiq Ismail, Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI, h. 29. 17 Burhan Nurgiyantoro, Teori pengkajian fiksi, h. 335.

50

Pendapat Burhan di atas mewakili karya Taufiq yang berjudul “Ketika

Burung Merpati Sore Melayang”. Salah satu karya yang memiliki wujud moralitas sosial, berikut di bawah ini penggalan bait puisi:

Langit akhlak telah roboh di atas negeri Karena akhlak roboh, hukum tak berdiri Karena hukum tak tegak, semua jadi begini

Pada kalimat “Langit akhlak telah roboh di atas negeri” merupakan metafora yang berarti akhlak pemimpin sudah tidak ada lagi ketika menjalankan roda pemerintah. Karena hukum akhlak sudah tidak ada, bahkan cermin nilai kemanusiaan pun hilang sehingga hukum pun sudah tidak digunakan lagi untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Hal ini menunjukkan bahwa Taufiq punya keterlibatan rasa yang dirasakan oleh rakyat kecil dan mewujudkan nilai moralitas yang tekandung dalam puisi.

Namun tidak hanya sekedar wujud nilai sosial, penggalan bait puisi

“Ketika Burung Merpati Sore Melayang” memiliki nilai moralitas cinta tanah air, berikut di bawah ini penggalan bait puisi:

Negeriku sesak adegan tipu-menipu Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku Bergerak ke depan, dengan penipu ketagor aku Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku18

Pada kalimat “Negeriku sesak adegan tipu-menipu” menggambarkan pejabat menjadi orang yang berkuasa. Menyimbolkan bahwa pentingnya menjaga keamanan negeri ini. Sebagai perwujudan cintah tanah air, maka moralitas yang

18Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail, h.7.

51

dibangun adalah pentingnya mengedepankan keselamatan bangsa dan tanah air secara luas daripada kepentingan individu atau golongan.

Nilai moral dalam puisi, karya sastra pada umumnya dapat berupa pesan yang berkaitan dengan hubungan antara sesama, hubungan sosial. Masalah- masalah yang berupa hubungan antar manusia itu dapat berwujud: kesetiaan, cinta kasih (keluarga, sesama maupun tanah air), dan lain-lain yang melibatkan interaksi antar manusia.19

B. Keadilan

Puisi memiliki peranan yang kuat membangung visi kehidupan manusia.

Karena disadari atau tidak, puisi berkaitan dengan atau tidak, puisi selalu berkaitan dengan bagaimana menghadapi masa dean dan menciptakan masa depan, sebagai hasil dari pendalaman terhadap realitas konterporer untuk merasakan realitas kehidupan dan mengetahui kemana arah tujuan.

Penyair yang hidup dalam kungkungan penjajahan, akan menggambarkan dan meneriakkan puisinya dengan tutur kata menggebu atau sebaliknya lemah dan putus asa. Penyair yang hidup pada masa pembangunan, akan bertutur tentang pembangunan, sebagaimana penyair yang berada dalam romantika kehidupan, maka ia akan membuat puisi-puisi romantik.20

Masalah keadilan dan kekuasaan selalu menjadi topik yang relevan untuk dibicarakan, jika terjadi kesenjangan yang semakin jauh antara lapisan atas dan bawah. Hal ini yang memotivasi manusia dan kelompoknya berusaha melawan

19 Burhan Nurgiyantoro, Teori pengkajian fiksi, h.326. 20 Muhammad Khoirul Ummam, “Representasi Kekuasaan Orde Baru Pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq” , NOSI, vol.5, 2017,h.3.

52

dengan berbagai cara. Keadilan merupakan unsur yang terkandung dalam humanisme. Keadilan pada dasarnya mencakup persoalan kebebasan, etika termasuk persoalan persamaan. Akan tetapi yang menjadi titik fokus keadilan adalah nilai-nilai kebebasan serta etika yang termuat dalam humanisme. Selain itu keadilan merupakan bentuk konsepsi abstrak dan harus direalisasikan dalam bentuk kasih sayang yang nyata. Dalam Islam keadilan merupakan motivasi keagamaan yang esensial dan alturisme sebagai pokok susunan sosial. Wujud konkritnya seperti persamaan antara praktik sosial dan lahirlah serta persamaan reaksi kemanusiaan yang spontan.

Taufiq Ismail membuat beberapa karya yang bertema keadilan. Setiap karyanya memiliki corak yang mengekspresikan bentuk kerisauan terhadap kondisi politik, ekonomi, sosial, dan hukum yang terjadi pada sistem kehidupan di

Indonesia. Penulis akan menjelaskan lebih detail mengenai konsep humanisme dalam pendekatan keadilan, penulis mengambil tiga puisi yang bertema

“Kembalikan Indonesia Padaku”, “Padamu Negeri” dan “ Yang Slalu Terapung di atas Gelombang”. Ketiga puisi tersebut dianggap memuat unsur humanisme keadilan yang lebih besar dibandingkan puisi lainnya.

Puisi pertama yang akan dianalisis adalah puisi yang bertema “Kembalikan

Indonesia Padaku” Puisi tersebut terdiri tiga bait dengan komposisi tiga bait memiliki empat baris. Secara mendetail, di bawah ini merupakan kutipan langsung puisi:

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagai warna putih dan sebagian hitam,

53

Yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam Karena serratus juta penduduknya,

Kembalikan Indonesai padaku21

Pada kalimat “Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam,

Karena serratus juta penduduknya, kembalikan Indonesia padaku”, terdapat pesan atau nasihat memiliki kesan yang tertangkap oleh penulis setelah membaca puisi tersebut. Bagi penulis pesan atau nasihat penyair ingin sampaikan adalah harapan akan perubahan Indonesia di masa yang akan datang. Puisi ini mengamanatkan agar masyarakat Indonesia dengan semangat nasionalisme melakukan perubahan kearah yang lebih baik dan pemerintah lebih bersikap peduli dan adil terhadap masyarakat dan negara ini. Taufiq berpendapat bahwa:

Kumpulan puisi Malu Aku Jadi Orang Indonesia mengungkap topik utang Indonesia , korupsi, suap, keserakahan penguasa indoktrinasi, kecurangan pemilu dan pengingkaran Undang-Undang Dasar.22

Pendapat di atas secara tidak langsung menceritakan bahwa karya Taufiq

Ismail pada umumnya merupakan puisi yang berisi kritikan sosial seperti halnya puisi “Kembalikan Indonesia Padaku”. Kritik sosial muncul sesuai dengan keadaan yang sedang berlangsung di Indonesia. Hal tersebut merupakan menuntut unsur humanisme keadilan.

Selanjutnya penulis mengambil puisi yang bertema “Padamu Negeri”.Puisi

tersebut menggambarkan sebuah peristiwa yang amat perih.Peristiwa tersebut

21 Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail, h. 87. 22 Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail, h. 23.

54

merupakan pembelaan demi keadilan negeri ini. Puisi “Padamu Negeri”

mendeskripsikan realitas secara universal atau global mengenai peristiwa pada

negeri ini, berikut kutipan puisi langsungnya:

Al-Fatihah untuk Amir Biki Dan semua yang masuk bumi Di ladang-ladang pembantaian Berserakan di negeri ini Aceh, Priok, Lampung, Nipah, Haur Koneng, Santa Cruz, Irian Jaya, Banyuangi dan mana lagi.

Puisi di atas menjelasakan bahwa bacaan “Al-fatihah” tertuju untuk para pejuang negeri ini yang telah dianiaya bertahun-tahun bahkan dihabisi berkali- kali.Hal ini menunjukkan untuk menutut suatu nilai keadilan demi negeri ini diawali dengan peristiwa perih yang terjadi di Aceh, Priok, Lampung, Nipah,

Haur Koneng, Santa Cruz, Irian Jaya, Banyuangi. Dengan demikian puisi memiliki konsep humanisme tentang keadilan. Pada bait kedua dibaris empat belas berbunyi sebagai berikut:

Jiwa raga cuma pada Tuhan kami beri Sesudah itu terserah Dia sendiri Apa akan dibagikanNya juga pada negeri23

Taufiq berpendapat disebuah kutipan wawancara via media online, sebagai berikut:

Taufiq mengatakan, jiwa raga adalah pemberian Allah sang Maha Pencipta dan karenanya patut dikembalikan kepada Allah, bukan yang lain.24

23 Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail, h. 35 24 http://kumparan.com/@kumparannews/Taufiq Ismail dan Padamu Negeri, diakses pada hari Rabu, 23 Mei 2018, pukul 02:01.

55

Kutipan di atas mendeskripsikan pengalaman yang dialami oleh Taufiq bahwa melalui puisi yang dimaksudkan persoalan pada negeri ini dan nilai keadilan universal. Dengan kata lain sebuah nilai keadilan seorang manusia pada jiwa raga adalah ketetapan yang diberikan oleh Allah bukan pada yang lain.

Pada puisi yang ketiga penulis mengambil tema “Yang Selalu Terapung di

Atas Gelombang”.Puisi ini menggambarkan suatu realita strata sosial antara masyarakat biasa dengan pemerintah. Puisi ini pula merupakan salah satu karya puisi narasi Taufiq.

Di suatu kesempatan Taufiq Ismail pernahmenyampaikan kata penutup pada buku MAJOI:

Puisi saya adalah puisi berkabar.Dalam merebut komunikasi, puisi saya harus ada subtansinya sebagai kabar, mesti cerdas dan musikal sedap didengar. Subtansi puisi saya adalah angan-angan, kenyataan, kepekaan, kepekakan, kekenyangan, kelaparan, nyeri, seri, cinta, keasyikan, penindasan, penyesalan, kecongkakan, kebebalan, tekad, ketidakpastian, kelahiran, maut, kefanaan, ke Yang Gaiban. Semua berbaur dibalik lensa luarbiasa lebar tempat kita bersama membaca panorama kehidupan masa kini dan sejarah masa lalu lewat sudut pandang berbeda.25

Penulis berpendapat bahwa disetiap karya puisi Taufiq terdapat nilai subtansi yang dalam dari segi tata bahasa. Puisi yang bertema “Yang Selalu

Terapung di Atas Gelombang” merupakan puisi narasi, berikut bagian bait puisi :

Seseorang dianggap tak bersalah, Sampai dia dibuktikan hukum bersalah. Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah. Kini simaklah sebuah kisah,

Seseorang pegawai tinggi, Gajinya sebulan satu setengah juta rupiah, Di garasinya ada Honda metalik, Volvo hitam, BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes

25Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail, h. 202.

56

Merah. Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah. Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoan dan Macam-macam rumah indah, Setiap semester ganjil, Isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura Setiap semester genap, Isteri gelap libuan di Eropa dan Afrika,

Pada kalimat “Seseorang dianggap tak bersalah, Sampai dia dibuktikan hukum bersalah”, ini amat jelas bahwa penyair ingin menunjukkan kepada pembaca “bagaimana penyair kala itu sebagai objek” (rakyat yang merasa tertindas). Sehingga hal ini menunjukkan wujud kritik sosial yang menuntut sebuah keadilan.

Dilanjutkan dengan bait berikutnya:

Seseorang, dianggap tak bersalah, sampai dia dibuktikan hukum bersalah. Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah. Bagaimana membuktikan bersalah, kalau kulit tak dapat dijamah. Menyentuh tak bisa dari jauh, memegang tak dapat dari dekat,26

Pada puisi di atas penyair memberikan kritikan kepada pemerintah yang kala itu hukum tebang pilih, yakni tajam ke bawah tumpul ke atas. Dalam kalimat

“kalau kulit tak dapat dijamah”, merujuk kepada penguasa yang kebal hukum.

Pada dasarnya kulit merupakan bagian dari anggota tubuh yang mudah luka.

Penyair dalam puisi ini menggambarkan bagaimana kondisi pada rezim

Orde Baru bertindak ortoriter, menindas dan mengintimidasi.27 Pada bait pertama dan terakhir kata yang selalu digunakan adalah “takut”. Kata takut ini sengaja

26 Taufiq Ismail, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Seratus Puisi Taufiq Ismail, h. 9-10. 27 Muhammad Khoirul Ummam, “Representasi Kekuasaan Orde Baru Pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq”, NOSI, vol.5, 2017, h.11.

57

digunakan penyair bertujuan sebagai bentuk kritikan maupun ungkapan jika pada masa itu keamanan tidak lagi menjadi prioritas pemerintah. Kelompok satu dengan lainnya saling menekan. Akan tetapi pada puncaknya kekuatan sejati tetap berada di tangan mahasiswa (rakyat). Terbukti tumbangnya rezim Orde Baru pada tahun 1998 yang kala itu dimotori oleh perlawanan dan gerakan mahasiswa.

Rasa tulus yang tercurahkan pada setiap karya puisi yang berharap ada suatu keadilan ditegakkan. Penyair menyatakan bahwa:

“Saya merindukan perdamaian total yang indah sedemikian. Saya ingin dua utas rantai yang merentang ke tanah air,….”28

.

28 Taufiq Ismail, Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI, h.60.

Bab V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taufiq Ismail merupakan salah satu sastrawan yang cinta akan dunia sastra.

Baginya menulis merupakan tak hanya menyusun untaian kata tapi mengungkapkan akan apa yang ada dalam pikiran. Sehingga dari sebuah pemikiran menjadi sebuah bait karya puisi.

Kumpulan puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, merupakan bukti karya

Taufiq yang mengungkap tentang nilai moralitas dan nilai keadilan yang merupakan bagian aspek dasar kemanusiaan “humanisme”. Konsep dasar Taufiq

Ismail memahami humanisme bahwa Tuhan merupakan pusat kebenaran manusia. Dalam pemikiran humanisme, pandangan tersebut sama dengan humanisme falsafi dalam wilayah Tuhan yang teologis.

Oleh karena itu melalui karya sastra, Taufiq Ismail menciptakan puisi yang memunyai nilai humanisme. Prinsip humanisme dalam puisi Taufiq Ismail menyuarakan nilai moral dan keadilan yang berdampak pada gerakan sosial.

B. Kritik dan Saran

Humanisme yang dijelaskan oleh Taufiq Ismail yang diajukan peneliti terdapat beberapa kekurangan. Dalam moral, puisi MAJOI dalam puisi ini berbentuk narasi panjang. Diawal puisi MAJOI merupakan suatu cerita yang berbeda pada karya sastrawan lain. Sehingga untuk menemukan sebuah makna puisi yang bermuatan humanisme terlihat minim.

58

59

Saran untuk peneliti selanjutnya adalah meninjau kembali mengenai impliksi dan signifikasi puisi Taufiq Ismail. Jika puisi Taufiq Ismail berperan secara signifikasi di masyarakat Indonesia, perlu diuji dan diuktikan secara konkrit dampak wilayah di masyarakat. Seperti apa gerakan masyarakat yang dilatarbelakangi oleh puisi-puisi Taufiq Ismai.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, George Maksidi, Cita Humanisme Islam : Panorama Kebangkitan Intelektual Islam dan Budaya Islam dan Pengaruhnya terhadap Renaisans Barat ( Jakarta, Serambi: 2005), h.481.

Boisard, Marcel A, Humanisme dalam Islam terj. H.M. Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang, 1982. Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, cet .3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1994.

Davies, Tony, Humanism. London dan New York: Routledge, 1997.

Hakim, Atang Abdul dan Saebani, Filsafat Umum: Dari Metodelogi sampai Teosop. Bandung: Pustaka Setya,2008.

Ismail, Taufiq, Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia: Seratus Puisi Taufiq Ismail, Jakarta: Yayasan Ananda,1998.

Ismail, Taufiq, Sajak Ladang Jagung, Jakarta: Pustaka Jaya, 1973.

Ismail, Taufiq, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit, jilid 1, Jakarta: Horison, 2008.

Ismail, Taufiq, Sesudah 50 Tahun Gagalnya Kudeta PKI, Jakarta: Republika:2015

Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra ,Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia Yogyakarta, Kasdin, Sihotang , Filsafat Manusia:Upaya Membangkitkan Humanisme. Yogyakarta: Kanisius 2017.

MN, Agung Irawan, Pesan Al-Qur’an untuk Sastrawan Esai-esai Budaya dan Agama, Yogyakarta: Jalasutra, 2013.

Madjid, Nurcholish, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah telaah kritis tentang masalah keimanan, kemanusiaan dan kemoderenan, Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina. Cet. Ke-3, 1995.

Nasr,Seyyed Hossein,”Al-Qur’an dan Ḥadist sebagai Sumber dan Ispirasi Filsafat Islam”, dalam Ensiklopedi Filsafat Islam, ed. Seyyed Hossein Nasr dan

60

61

Oliver Leaman, terj. Tim Penerjemah Mizan .Bandung: Penerbit Mizan, 2003.

Pradopo, Rachmat Djoko, Pengkajian Puisi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995.

Sayuti, Suminto A, Taufiq Ismail: Karya dan Dunianya, Jakarta: Grasindo, 2005.

Sugiharto, Bambang, Humanisme dan Humaniora: Relevansinya Bagi Pendidikan, Yogyakarta: Jalasutra, 2008.

Taufik, Zulfan, Ilusi dan Harapan Pembacaan Humanisme Ali Shari’ati. Jakarta:Impressa Publishing, 2001.

Tjaya, Thomas Hidya, Humanisme dan skolastisisme. Sebuah Debat, Yogyakarta: Kanisius, 2004. Rahman ,Jamal D. dkk, 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh, Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2014.

Rusell, Bertrand, Sejarah Filsafat Barat Kaitannya dengan Kondisi Sosio – Politik Zaman Kuno hingga Sekarang, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, tt. Rahman, Fazlur, Islam, terj.Ahsin Muhammad, Bandung:Penerbit Pusaka 1989.

Rachels, Jame, Filsafat Moral, Yogyakarta: KANSIUS, 2004.

Sumber dari Jurnal

Kholis, Nur, “Humanisme Islam”, Jurnal Isti’dal Vol.1, 2014. Kartika, Ganang Dwi, “Humanisme Dalam Konteks Filsafat”. Jurnal Penelitian Humaniora, Vol.01, Maret 2014.

Khoirul Ummam, Muhammad ,“Representasi Kekuasaan Orde Baru Pada Kumpulan Puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia Karya Taufiq” , NOSI, vol.5, 2017.

Shadily, Hasan ed, Humanisme”, dalam Ensiklopedi Indonesia, Jakarta;Ichtiar Baru Van Hoeve, 1992 vol.3, 1350.

Hauma, Humanism, The Word Univercity Encyclopedia Unbridge, vol.6 Publisher Company, Inc. Washington, t.th.

Nasr, Seyyed Hossein, “Al-Qur’an dan Hadis sebagai Sumber dan Ispirasi Filsafat Islam”, dalam Ensiklopedi Filsafat Islam, ed. Seyyed Hossein Nasr dan 62

Oliver Leaman, terj. Tim Penerjemah Mizan (Bandung: Penerbit Mizan, 2003), vol 1.

Sumber dari Internet

Feni Efendi, “Perkembangan perpuisian Indonesia”, html://www.Tanamanfeni.blogspot.com, artikel diakses pada hari Rabu, 26 Oktober 2016, pukul 13.00. TokohIndonesia.com,http://www.tokohindonesia.com/biografi/artikel/285esklope dia/ 2015, malu aku jadi orang Indonesia. Diakses pada hari Sabtu, 30 Mei 2016, pukul 15:36.

MiftahulAjri,https://miftahulajri.wordpress.com/2009/11/23/boigrafi_taufik_isma il/. Diakses pada hari Senin, 3 April 2017, pukul 15:45.

Musriadi Musanif, “Ketika Sastrawan menjadi Datuk”, https//miftahulajri.wordpress.comTaufiq Ismail, Diakses pada hari Selasa, 11 April 2017,pukul 23:00.

Biogra.com, “Biografi Taufiq Ismail”, www.biografi. Taufiq Ismail.com, diakses pada hari Senin, 13 Juli 2016, pukul 15.43. http://kumparan .com/@kumparannews/Taufiq Ismail dan Padamu Negeri, diakses pada hari Rabu, 23 Mei 2018, pukul 02:01. https://Nasional.Tempo.co/read/870773/saat-sma-Taufik-Ismail-wajib-menulis- 108-karangan-dalam -3-tahun, diakses pada hari Rabu, 28 Februari 2018, pukul: 13.00.

A. Lampiran 1 Puisi- puisi Taufiq Ismail (Puisi-puisi berdasarkan data list penulis)

1. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia 2. 12 Mei,1998 3. Ketika Burung Merpati Sore Melayang 4. Kembalikan Indonesia Padaku 5. Padamu Negeri 6. Yang Selalu Terapung di Atas Gelombang

1. MALU (AKU) JADI ORANG INDONESIA

Ketika di Pekalongan, SMA kelas tiga Ke Wisconsin aku dapat beasiswa Sembilan belas lima enam itulah tahunnya Aku gembira jadi anak revolusi Indonesia

Negeriku baru enam tahun terhormat diakui dunia Terasa hebat merebut merdeka dari Belanda Sahabatku sekelas, Thomas Stone namanya, Whitesfish Bay kampong asalnya Kagum dia pada revolusi Indonesia

Dia Mengarang tentang pertempuran Surabaya Jelas Bung Tomo sebagai tokoh utama Dan kecil-kecilan aku nara sumbernya Dadaku busung jadi anak Indonesia

Tom Stone akhirnya masuk West Point Academy Dan mendapat Ph.D. dari Rice Univercity Dia sudah pension perwira tingi dari U.S. Army Mengapa sering benar aku merunduk kini

II Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak Hukum tak tegak, doyong bederak-derak Berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lembu Tun Rajak, Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza Berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia Di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata Dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang Indonesia.

63

64

III Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,

Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi berterang-terang susah cari tandingan,

Di negeriku anak laki-laki dan perempuan, kemenakan, sepupu dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek secara hancur –hancuran seujung kuku tak perlu malu.

Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan, senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu, dan peyeum dipotong birokrasi lebih separuh masuk kantung jas safari,

Di kedutaan anak presiden, anak menteri, anak jendral, anak sekjen dan anak dirjen dilayai seperti presiden, mentri, jendral, sekjen dan dirjen sejati, agar orangtua mereka bersenang hati,

Di negeriku perhitungan suara pemilihan umum sangat- Sangat-sangat-sangat-sangat jelas penipuan besar- Besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,

Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan Sandiwara yang opininya bersilang tak habis dan tak Putus dilarang-larang,

Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata supaya berdiri pusat Belanja modal raksasa,

Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah Ciumlah harum aroma mereka punya jenazah, sekarang Saja sementara mereka kalah, kelak perencanaan dan Pebunuh itu di dasar neraka oleh satpam akhirat akan Diinjak dan dilunyat lumat-lumat,

Di negeriku keputusan secara agak rahasia dan tidak Rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli, kabarnya Dengan sepotong SK suatu hari akan Bursa Efek Jakarta secara resmi,

Di negeriku rasa aman taka da karena dua puluh pungutan, lima

65

Belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,

Di negeriku telpon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja, Fotokopi gossip dan fitnah bertebaran disebar-sebar,

Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat jadi pertunjukkan terror, Penonton antarkota Cuma karena sebagian kecil Bangsa kita tak pernah bersedia menerima skor Pertandingan yang disetujui bersama, Di negeriku rupa sudah diputuskan kita terlibat Piala Dunia demi keamanan antarbangsa, lagi pula Piala Dunia itu Cuma urusan negara-negara kecil karena Cina, India, Rusia dan kita tak turut serta, sehingga cukuplah Indonesia jadi penonton lewat satelit saja,

Di negeriku ada pembunuhan, penculikan dan penyiksaan rakyat terang-terangan di Aceh, Tanjung Priuk, Lampung, Haur Koneng, Nipah Santa Cruz, Irian dan Banyuwangi, ada pula pembantahan terang-terangan ang merupakan dusta terang-terangan di bawah cahaya surya terang-terangan, dan matahari tidak pernah dipanggil ke pengadilan sebagai saksi terang-terangan.

Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada, tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

IV Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak hukum tak tegak, doyong bederak-derak berjalan aku di Roxas Boulevard, Geylang Road, Lembu Tun Rajak, Berjalan aku di Sixth Avenue, Maydan Tahrir dan Ginza berjalan aku di Dam, Champs Elysees dan Mesopotamia di sela khalayak aku berlindung di belakang hitam kacamata dan kubenamkan topi baret di kepala Malu aku jadi orang Indonesia.

2. 12 MEI, 1998

Mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan

66

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan dan simaklah itu sedu-sedan.

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat- sahabatmu beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu. Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonomi abad dua puluh satu,

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan darah arteri sendiri,

Merah Putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang Matahari, tak mampu mengibarkan diri karena angin lama bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan.

3. KETIKA BURUNG MERPATI SORE MELAYANG

Langit akhlak telah roboh di atas negeri Karena akhlak roboh, hukum tak berdiri Karena hukum tak tegak, semua jadi begini

Negeriku sesak adegan tipu-menipu Bergerak ke kiri, dengan maling kebentur aku Bergerak ke kanan, dengan perampok ketabrak aku Bergerak ke belakang, dengan pencopet kesandung aku Bergerak ke depan, dengan penipu ketagor aku Bergerak ke atas, di kaki pemeras tergilas aku

Kapal laut bertenggelam, kapal udara berjatuhan Gempa bumi, banjir, tanah longsor dan orang kelaparan Kemarau panjang, kebakaran hutan berbulan-bulan Jutaan hektar jadi jerebu abu-abu berkepulan Bumiku demam berat, menggigilkan air lautan

67

Lalu berceceran darah, berkumpulan asap dan berkobaran api Empat syuhada melesat ke langit dari bumi Trisakti Gemuruh langkah, simaklah, diseluruh negeri Beribu bangunan roboh, dijarah dalam huru-hara ini Dengan jeritan berates orang berlarian dikunyah api Mereka hangus-arang, siapa dapat mengenal lagi Bumiku sakit berat, dengarlah angina menangis sendiri

4. KEMBALIKAN INDONESIA PADAKU

Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, sebagai warna putih dan sebagian hitam, Yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa, Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelam Karena serratus juta penduduknya,

Kembalikan Indonesai padaku Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang pelan-pelan tenggelam Lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya, Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga, dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat, sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian, Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang- renang sambal main pingpong di atas pulau Jawa yang tenggelam dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan,

Kembalikan Indonesia padaku

Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa,

68

Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat, Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian,

Kembalikan Indonesia padaku

5. PADAMU NEGERI

Al-Fatihah untuk Amir Biki Dan semua yang masuk bumi Di ladang-ladang pembantaian Berserakan di negeri ini Aceh, Priok, Lampung, Nipah, Haur Koneng, Santa Cruz, Irian Jaya, Banyuangi dan mana lagi

Kami dianiaya bertahun-tahunn berkali-kali Ramai dibunuh dan dihabisi Usai kami dibantai janda-janda kami disakiti Tak bisa melawan desa kami dibakari Panah mustahil tandingan senjata api Seperti rabies anjing dalam api demi Sebutlah seberapa nama kota lokasi propinsi Kubur di mana maklumat tak diberi Hidup kami berganti nyeri dan ngeri Mengenang satu malam ratusan ditembaki Mengingat bertahun ribuan dihabisi Jadi setiap menyanyikan lagu ini Tiba pada dua baris terakhir sekali Jiwa raga cuma pada Tuhan kami beri Sesudah itu terserah Dia sendiri Apa akan dibagikanNya juga pada negeri

6. YANG SELALU TERAPUNG DI ATAS GELOMBANG

Seseorang dianggap tak bersalah, Sampai dia dibuktikan hukum bersalah. Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah. Kini simaklah sebuah kisah,

Seseorang pegawai tinggi, Gajinya sebulan satu setengah juta rupiah, Di garasinya ada Honda metalik, Volvo hitam, BMW abu-abu, Porsche biru dan Mercedes Merah.

69

Anaknya sekolah di Leiden, Montpelier dan Savannah. Rumahnya bertebaran di Menteng, Kebayoan dan Macam-macam rumah indah, Setiap semester ganjil, Isteri terangnya belanja di Hongkong dan Singapura Setiap semester genap, Isteri gelap libuan di Eropa dan Afrika,

Anak-anaknya pegang dua pabrik, Tiga apotik dan empat biro jasa. Saudara sepupu dan kemenakannya Punya limatook onderdil, Enam biro iklan dan tujuh pusat belanja, Ketika rupiah anjlok terpelosok, Kepleset macet dan hancur jadi bubur, Dia ketawa terbahak-bahak Karena depositonya dalam dolar Amerika Semua. Sesudah matahari dua kali tenggelam di langit barat, Jumlah rupiahnya melesat sepuluh kali lipat,

Krisis semakin menjadi-jadi, di mana-mana orang Antri, Maka seratus kantong plastic hitam dia bagi-bagi Isinya masing-masing lima genggam beras, Empat cangkir minyak goreng dan tiga bungkus mie cepat-saji. Peristiwa murah hati ini diliputi dua menit di kotak televisi, Dan masuk berita koran Jakarta halaman lima pagi-pagi sekali,

Gelombang mau datang, datanglah gelombang, Setiap air bah pasang dia senantiasa Terapung di atas banjir bandang. Banyak orang tenggelam tak mampu timbul lagi, Lalu dia berkata begini, “Yah, masing-masing kita rejekinya kan sendiri-sendiri,”

Seperti bandul jam tua yang bergoyang kau Lihatlah: Kekayaan misterius mau diperiksa, Kekayaan tidak jadi diperiksa, Kekayaan mau diperiksa,

70

Kekayaan tidak diperiksa, Kekayaan harus diperiksa, Kekayaan tidak jadi diperiksa. Bandul jam tua Westminter, Tahun empat puluh satu diproduksi, Capek bergoyang begini, sampai dia berhenti Sendiri.

Kemudian ide baru datang lagi, isi formulir harta benda sendiri, harus terus terang tapi, dikirimkan pagi-pagi tertutup rapi, karena soal ini soal sangat pribadi,

Selepas itu suasana hening sepi lagi, cuma ada bunyi burung perkutut sekali-sekali,

Seseorang, dianggap tak bersalah, sampai dia dibuktikan hukum bersalah. Di negeri kami, ungkapan ini terdengar begitu indah. Bagaimana membuktikan bersalah, kalau kulit tak dapat dijamah. Menyentuh tak bisa dari jauh, memegang tak dapat dari dekat,

Karena ilmu kiat, orde datang dan orde berangkat, dia akan tetap saja selamat,

Kini lihat, di patio rumahnya dengan arsitektur Mediterania, seraya menghirup the nasgitel dia duduk menerima telpon dari istrinya yang sedang tur di Venezia sesudah menilai tiga proposal, dua diskusi panel dan sebuah rencana rapat kerja,

Sementara itu simaknya lagu favorit My Way, senandung lama Frank Sinatra yang kemarin baru meninggal dunia, ditingkah lagu burung perkutut sepuluh juta dari sangkar tergantung di atas sana dan tak habis-habisnya di layar kaca jinggel Piala Dunia,

Go, go, go, ale ale ale……..