14 BAB , PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan Islam Di
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Kerajaan-kerajaan dan derah-daerah yang didatangi pedagang belum mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaanya pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka sudah mulai dikunjungi pedagang-pedagang muslim perlayaranya ke negeri-negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdsarkan berita Cina zaman Dinasti T’ang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat muslim telah ada, baik di Kanfu (Kanton) maupun daerah Sumatra sendiri. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Banu Umayyah di bagian barat maupun kerajaan Cina zaman Dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara (Poesponegoro. 2008:1). Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut tidak hanya sebatas pada bidang mental spiritual, tetapi juga dalam wujud budaya yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu pengaruh ditandai dengan adanya bangunan masjid. Bangunan masjid merupakan salah satu wujud penampilan budaya Islam. Agama Islam telah memberikan corak tersendiri dalam perkembangan seni dan budaya Indonesia pada masa madya, terutama dalam seni bangunan Islam telah berhasil memadukan bangunan seni 14 Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019 tradisional dengan budaya Islam sehingga menghasilkan bentuk seni yang berbeda dari negeri Islam lainya (Daliman, 2012: 60-62) . Bahkan bukan hanya seni dan budaya, begitu juga dengan masjid sebagai bentuk penampilan budaya Islam, letak bangunan tersebut biasanya di sebelah barat alun-alun dan tidak terpisahkan dari komposisi tata kota inti di mana terdapat keraton. Dengan adanya masjid yang letaknya di sebelah barat alun-alun pusat kota itu, tidak berarti bahwa dalam sebuah kota hanya didirikan sebuah masjid. Berdasarkan data sejarah, ternyata dalam sebuah kota pusat kerajaan terdapat sebuah masjid. Kecuali bangunan yang disebut masjid di beberapa bagian kota terdapat pula surau, tajug, langgar, atau meunasah (Aceh) yang juga dipakai sebagai tempat peribadatan umum. Pendirian masjid, surau, tajug lebih dari satu dalam suatu masyarakat sudah tentu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang makin lama makin berkembang. Dilihat dari Arsitektur, Masjid kuno di Indonesia menujukan kekhasan yang membedakanya dengan arsitektur masjid di negeri Islam lainya. Mengenai asal pengaruh yang terdapat pada masjid yang mempunyai corak atau gaya Indonesia itu ada dua pendapat. Pertama, pendapat yang menyatakan adanya pengaruh gaya masjid dari India, dari daerah Malabar, seperti dikemukakan oleh H.J de Graaf. Kedua, pendapat bahwa gaya masjid dengan atap bertingkat berasal dari Indonesia sendiri, yaitu merupakan tradisi seni bangunan candi yang telah dikenal pada zaman Indonesia-Hindu. Gaya khas masjid kuno Indonesia itu sesuai dengan gaya bangunan keraton dan bagian-bagian lainya (Poesponegoro. 2008:321-323). 15 Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019 Ditinjau lebih spesifik dari beberapa gaya bangunan masjid, karakter penduduk dan daerah di masing-masing wilayah yang ada di Indonesia, khususnya daerah Brebes, secara geografis, Kabupaten Brebes berbatasan dengan Kabupaten Tegal (timur), bekas Krasidenan Banyumas (selatan), bekas Karesidenan Cirebon (barat), dan laut jawa (utara). Pada abad ke-17, Wilayah ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram yang menyebut daerah ini dengan nama daerah Pesisir kulon. Penduduk Kabupaten Brebes mempunyai dua Bahasa yang digunakan dalam keseharianya, yaitu bahasa jawa di bagian utara dan timur, serta berbahasa Sunda di bagian barat dan selatan. Tetapi di luar keluarga, mereka bisa menggunakan Bahasa Indonesia. Masyarakat Brebes tidak hanya terdiri dari dua Etnis Jawa dan Sunda saja, melainkan multietnis yakni juga terdiri dari orang Manado, Ambon, Indo-Belanda, Arab dan Tionghoa, yang dominan tinggal didaerah perkotaan. Kebanyakan penduduk Kabupaten Brebes beragama Islam. Agama ini besar pengaruhnya bagi kehidupan masyarakat setempat, baik dalam segi budaya maupun adat istiadat. Agama lainya yang dianut sebagian kecil penduduk adalah Kristen dan Buddha. Kerukunan beragama di antara penduduk Kabupaten Brebes terjalin dengan baik (Aman.2015:34-35). Di dalam catatan pengurus Masjid Agung Brebes (Suduri.2008) di Kabupaten Brebes hanya ada Pendopo Kabupaten, Masjid dan alun-alun di sebelah timur pendopo dibangun bangunan penjara atau lembaga pemasyarakatan. Hal ini mengandung falsafah yang tinggi bagi umat Islam di Jawa. Peraturan kehidupan masyarakat (kehidupan dunia) dilambangkan pendopo kabupaten sebagai pusat pemerintahan. Masjid menunjukkan peran 16 Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019 sebagai tempat Ibadah, dakwah dan pembentukan akhlaq masyarakat khususnya di Brebes. Masjid Agung Brebes yang berdiri sejak 1836 telah terjadi pemugaran, pemugaran yang terakhir pada tahun 2006 dan pemugaran ini diawali dari kunjungan kerja kepala kantor Wilayah Departemen Agama Jawa Tengah ke kantor Agama Kabupaten Brebes meninjau Masjid Agung Brebes dengan memperhatikan seluruh ruang sudut ruangan masjid, Kemudian Masjid Agung Brebes mulai direhab karena masjid tersebut telalu kecil dibanding dengan masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah, atas saran dari kantor Wilayah Departemen Agama Jawa Tengah direspon oleh pengurus Masjid Agung Brebes sehingga dibentuk panitia rehab Masjid Agung Brebes, yang disahkan oleh Pemerintah Daerah mengeluarkan Surat Keputusan No.45/35/II/2006. Dengan keluarnya surat keputusan tersebut pemerintah daerah mengeluarkan dana sebesar Rp.1.000.000.000,- dan dibantu Masyarakat baik perorangan maupun Organisasi, Jamaah Mushola dan Karyawan Se Kabupaten Brebes. Rehab yang pertama, Masjid Agung Brebes dilakukan oleh Bupati Tremenggoeng Soetirso Pringgahadirto pada tahun 1932 bangunan Masjid berbentuk joglo masih tetap dipertahankan, Bangunan peninggalan yang masih ada berupa mimbar, mihrab sampai ke atas mastaka tetap dipertahankan seperti bentuk semula, hanya bangunan samping kiri dan kanan yang ditinggikan 1 meter. Untuk Arsitektur Masjid Agung Brebes ini merupakan paduan arsitektur Persia dan Lokal Brebes dan material seperti granit didatangkan dari Italia. Granit yang digunakan untuk pintu masuk, lantai dan lapisan pilar menggunakan marmer dari Ujung pandang makassar dan Tulung Agung Jawa Timur (Suduri.2008:11). Pengaruh, Peran dan Dakwah masjid 17 Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019 dan berkembangnya masjid serta arsitektur semakin dinamis dari 2006 pembentukan panitia renovasi dan dimulai 2007 renovasi ketiga di Masjid Agung Brebes, Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik meneliti tentang “PERKEMBANGAN MASJID AGUNG BREBES DAN PERANANNYA DALAM DAKWAH ISLAM DI KAMPUNG KAUMAN (2006-2018)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, terdapat beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Sejarah berdirinya Masjid Agung Brebes? 2. Bagaimana Kepungurusan dan Arsitektur Masjid Agung Brebes? 3. Bagaiamana peran dakwah Masjid Agung Brebes bagi Masyarakat dan Sekitarnya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk dapat menemukan, mengungkapkan dan mendokumentasikan sejarah berdirinya sampai peran masjid dan dakwah masjid yang cukup menonjol bagi masyarakat sekitar dan khususnya masyarakat Kampung Kauman dan letak Masjid Agung Brebes lebih tepatnya disebelah Alun-alun dan Pendopo Kabupaten Brebes. Oleh karena itu, penelitian ini diprioritaskan untuk menjawab secara seksama permasalahan yang telah dirumuskan. 18 Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019 1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Masjid Agung Brebes hingga pada tahap Renovasi sampai selesai renovasi 2. Untuk mengetahui Pengurus dan Arsitektur Masjid Agung Brebes 3. Untuk mengetahui peran dakwah Masjid Agung Brebes bagi Masyarakat dan Sekitarnya D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini secara teoritis diharapakan dapat menambah referensi pustaka kepada pihak-pihak yang ingin mengadakan penelitian serupa sehingga memberikan manfaat bagi dunia pendidikan dan dapat memberikan motivasi sebagai langkah awal penelitian yang berkaitan dengan Sejarah Perkembangan Masjid Agung Brebes dan Peranananya dalam dakwah Islam di kampung Kauman serta dapat memberikan manfaat bagi peneliti. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang peranan Masjid terhadap masyarakat sekitar dan khususnya masyarakat kampung kauman yang nantinya akan direalisasikan untuk kalangan kantor, keluarga dan masyarakat. b. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi pihak pengurus masjid Agung Brebes untuk selalu 19 Perkembangan Masjid Agung…, Irin Maulana Bahtiar, FKIP UMP, 2019 menyebarkan dan mengembangkan dakwah islamiyah dimasyarakat sekitar dan khususnya masyarakat kampung kauman. c. Bagi Institusi Hasil penelitian ini mudah-mudahan bermanfaat bagi institusi untuk menambah informasi dan untuk rekan-rekan khususnya untuk jurusan pendidikan sejarah untuk dijadikan bahan referensi. E. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Masjid Tempat shalat umat Islam disebut masjid, tidak disebut marka (tempat ruku’) atau kata lain semisal