Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta PENELUSURAN SEJARAH PERADABAN JAKARTA Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2018 Pemerintah DKI Jakarta Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta Kata Sambutan Menelusuri peradaban kota Jakarta merupakan hal yang penting sekaligus tidak mudah. Dikatakan penting karena penyelusuran peradaban Jakarta dipandang sebagai informasi kesejarahan yang dapat membangun karakter dan identitas kultural masyarakat Jakarta. Dikatakan tidak mudah karena diperlukan suatu penyusunan sejarah yang komprehensif dan memiliki kebaruan tentunya diperlukan pemikiran yang harus memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang dapat dipertang- gungjawabkan. Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas Parawisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta berinisiatif mengumpulkan para pakar dan peminat bidang kese- jarahan guna menyelusuri sejarah peradaban Jakarta, yang kemudian akan diterbitkan dalam sebuah buku. Pengumpulan pemikiran ini dilakukan dengan penye- lenggaraan 4 (kali) focus discussion group (FGD) dan 2 (dua) kali seminar. Seminar pertama adalah untuk menjaring materi penulisan, dan seminar kedua untuk mengkritisi hasil penulisan inal. Semua acara tersebut dalam rangka public hearing serta menyerap pendapat dan saran banyak pihak untuk memperkaya materi buku. Memperhatikan buku ini, saya menilai buku ini telah Kata Sambutan iii Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta cukup komprehensif dalam menyelusuri sejarah peradaban Kata Pengantar Jakarta dari aspek kependudukan, pemerintahan, bahasa dan sastra, seni pertunjukkan serta arkeologi. Nilai-nilai peradaban budaya Jakarta, khususnya masyarakat lokal Betawi, dapat tergambarkan di sini. Diharapkan untuk selanjutnya buku ini dapat dijadikan pula muatan lokal (mulok) di sekolah sebagai bahan untuk melestarikan budaya Betawi. Peradaban kota Jakarta bila dirujuk dari hasil Demikianlah, puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat ekskavasi (penggalian arkeologi) ahli kepurbakalaan Tuhan yang Maha Kuasa atas terbitnya buku ini. sudah terwujud paling sedi- kit lima ribu tahun Penghargaan yang besar saya sampaikan kepada para penulis sebelum masehi, dibuktikan dengan temuan arkeologi dan pihak-pihak lainnya dalam proses penyusunan dan berupa artefak yang tersimpan di Museum Nasional penerbitannya. Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat dan dan Museum Sejarah Jakarta. Namun siapa dan apakah pemangku kepentingan bidang kesejarahan. yang dimaksud dengan peradaban Jakarta? Hal ini harus dikaitkan de ngan manusia yang mendiami kawasan yang disebut Betawi yang kemudian dinama- Jakarta, Desember 2018 kan Jakarta, dengan berbagai macam karya budayanya. Plt. Kepala Dinas Pariwisata dan Pengaruh Kebudayaan Melayu cukup kuat pada Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta masyarakat penduduk pesisir dan tengah, pengaruh kebudayaan Sunda cukup kental pada kebudayaan masyarakat pinggiran, namun perbedaan tersebut Asiantoro diikat dalam bahasa yang sama yaitu bahasa Melayu. Tidak ada sumber tertulis yang cukup memadai yang menggambarkan sosok dan peradaban masyarakat NIP 196209011996031002 Jakarta (Betawi) secara utuh untuk mengetahui masyarakat Betawi dari aspek sosial, ekonomi, budaya dan ilosoinya. Kita hanya mendapat gambaran dari pengamatan sesaat di mana lambat laun akan hilang bila tidak ditelusuri, digali dan didokumentasikan secara baik. Sehubungan dengan hal tersebut, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta berupaya iv Kata Sambutan Kata Pengantar v Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta DAFTAR ISI mencari pemecahan masalah agar dapat menggali sejarah peradaban masyarakat Jakarta dengan menyelenggarakan kegiatan “Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta”. KATA SAMBUTAN ..................................................................... iii Untuk itu, kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk penulisan buku mengenai hal tersebut. Semoga buku ini bermanfaat bagi KATA PENGANTAR ................................................................... v pengembangan sejarah peradaban Jakarta. DAFTAR ISI .................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN (Kilas Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta) Jakarta, Desember 2018 Prof. Dr. Susanto Zuhdi ............................................................................. 1 BAB II PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DI JAKARTA Prof. Dr. Yasmine Zaki Shahab ............................................................... 23 BAB III PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN DI JAKARTA Prof. Dr. Susanto Zuhri dan Andi Sopandi, MSi ............................. 83 BAB IV SEJARAH PERADABAN JAKARTA SEBELUM JAYAKARTA (± 3.000 Sebelum Masehi sampai 1527 Masehi) Dr. Hasan Djafar ........................................................................................... 129 BAB V JEJAK PERADABAN BAHASA DAN SASTRA MELAYU DIALEK BETAWI DI JAKARTA Siti Gomo Attas ............................................................................................. 225 vi Kata Pengantar Daftar Isi vii Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta BAB VI BAB I MENELISIK SEJARAH PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN BETAWI PENDAHULUAN Yahya Andi Saputra ..................................................................................... 283 (Kilas Penelusuran Sejarah BAB VII Peradaban Jakarta) DINAMIKA SOSIAL EKONOMI Mohammad Iskandar ................................................................................. 309 Prof. Dr. Susanto Zuhdi PENUTUP ..................................................................................... 355 BIOGRAFI TIM PENULIS ............................................................ 359 Sejarah manusia adalah sejarah peradaban itu sendiri. Demikianlah bahwa indikator kunci untuk melihat perkembangan manusia adalah melalui peradabannya yang di dalam sejarah telah banyak dieksplorasikan oleh para sejarawan, sosiolog, dan antropolog seperti antara lain Max Weber, Emile Durkheim, Oswald Spengler, A.L. Kroeber, Fernand Braudel, dan Emmanuel Wallerstein. Meskipun mereka berbeda perspektif, metodologi, fokus dan konsep yang digunakan tetapi pada prinsipnya membicarakan hal yang sama yakni hakikat, identitas, 1 dan dinamika dari masing-masing peradaban. Dalam konteks itu peradaban pertama-tama perlu diletakkan di dalam pengertian singular (tunggal) dan plural (majemuk). Peradaban dikembangkan di Prancis pada abad ke-18 sebagai konsep yang dihadapkan 1. Samuel P. Huntington, 2002. Benturan Antarperadaban dan Masa Depan Politik Dunia. (terjemahan). Yogyakarta: Penerbit Qalam, hlm 37-38. viii Daftar Isi Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta Penelusuran Sejarah Peradaban Jakarta dengan “barbarisme”. Masyarakat yang telah berperadaban kerajaan atau kesultanan masa itu. Kutipan di bawah ini dibedakan dari masyarakat ‘primitif’, adalah mereka yang telah memperjelaskan apa yang dimaksud Khaldun: berkehidupan secara menetap dan pembelajar sering disebut “Karena itu Anda lihat kota-kota yang berada di bersifat . Dengan demikian, terdapat karakter perkotaan urban wilayah terpencil, meskipun pembangunannya jika membicarakan peradaban. Konsep peradaban menjadi memadai, namun akan tetap menonjol hal-hal “tolok ukur” sebagai penilaian terhadap pelbagai dinamika badawah dan jauh dari peradaban dalam semua aspek-aspeknya. Berbeda dengan kota-kota kehidupan dalam abad ke-19 Eropa yang banyak melakukan menengah di wilayah yang merupakan pusat kegiatan intelektual, diplomasi, dan politik dalam mengelaborasi dan dan tempat menetap kerajaan. Hal itu tidak kriteria yang diterapkan pada masyarakat non-Eropa mereka lain karena mereka berdampingan dengan anggap “telah berperadaban”. Pada saat yang sama orang mulai sultan dan mendapat limpahan kekayaannya, sebagai air yang selalu mengalir kepada tempat membicarakan konteks plural, sebagai penolakan terhadap suatu yang dekat dirinya, lalu yang dekat dari bumi, peradaban yang dirumuskan sebagai sebuah pandangan hidup, lalu berakhir ke tempat-tempat kering karena 3 atau suatu yang lebih dari itu”, sehingga hanya ada satu tolok jauhnya”. ukur tunggal, atau dengan kata-kata Braudel “sebuah Berbicara mengenai peradaban sebagaimana dikemukakan Ibnu keistimewaan dari sekelompok orang atau ‘elite’ tertentu.2 Khaldun adalah puncak-puncak pencapaian manusia dalam membangun untuk mewujudkan kemakmuran, dalam arti Pakar sosiologi sekaligus sejarawan Arab terkemuka sebagai puncak dari badawah, yang dijalankan melalui abad ke-14, Ibn Khaldun, sesungguhnya telah meletakkan dasar kekuasaan dan kerajaan (baca: negara), suatu bentuk yang pengertian mengenai peradaban dan penerapannya. Karakter merupakan puncak dari ashabiyah. Konsep ini merupakan salah urban dikaitkan dengan konsep peradaban, telah lama satu sumbangan terminologi Khaldun untuk menjelaskan dikemukakan Khaldun, bahwa di kota-kota (ibukota) itulah pembentukan suatu kerajaan atau negara karena adanya peradaban berkembang karena terdapat kondisi yang melebihi ashabiyah, yakni karakter solidaritas yang justru berasal dari dari yang pokok (dhururi) dari pembangunan. Kota merupakan praktik kehidupan di desa (rural). Dalam kehidupan suku-suku tempat kediaman berbagai golongan yang dengan di Jazirah Arab itulah teori kenegaraan Khaldun dirumuskan. keterampilannya menjadi pelaku-pelkau yang mahir (Khaldun Menurut Ibnu Khaldun suatu suku (bangsa) dapat membentuk menyebut sebagai para pengrajin). Justru di ibukota karena dan memelihara suatu negara apabila suku itu memiliki melimpahnya pembangunan dan menghasilkan kemakmuran. sejumlah karakteristik sosial-politik tertentu, yang disebut Dalam contoh yang diberikan Khaldun tentu konteksnya masa
Recommended publications
  • PDF Van Tekst
    Dietsche Warande. Nieuwe reeks. Deel 3 bron Dietsche Warande. Nieuwe reeks. Deel 3. C.L. van Langenhuysen, Amsterdam 1881 Zie voor verantwoording: http://www.dbnl.org/tekst/_die003188101_01/colofon.php © 2012 dbnl i.s.m. V Inhoud. Blz. BILDERDIJK, door P.F.TH. VAN HOOGSTRATEN (VI, VII) 1, 440 VONDEL IN ZIJN ‘BESPIEGELINGEN’, door P.F.J.V. DE GROOT, (Slot) 23 DE ILIAS VAN HOMEROS, door P.F.TH. VAN HOOGSTRATEN 44 DE HEEREN VAN HALEWIJN, Markiezen van Peene, eene genealogische bijdrage 53 van A.B.J. STERCK ADRIAAN WILLEM BARON VAN RENESSE, voorlaatste abt van Sinte Geertruide te 81, Leuven, door ED. VAN EVEN 168 EENE WANHOPIGE ‘LEVENSBESCHOUWING’. Lilith, Gedicht in drie zangen, van 97 MARCELLUS EMANTS, door A.TH. REINIER CRAEYVANGER, door A.TH. 125 HET HOLLANDSCH BLOED VAN ALBERT GRAAF DE MUN, door H.J. ALLARD 129 ANTIEKE BEELDEN. ‘Frauengestalten’ van Mevr. Schneider, door A.TH. 142 ONUITGEGEVEN VAERZEN van MR. W. BILDERDIJK 147 e MONUMENTALE SCHILDERKUNST, Makarts ‘Intocht van Karel den V ’, door A.TH. 187 r EENIGE TREKKEN UIT DE GESCHIEDENIS DER BESCHAVING VAN BELGIË door Prof. D 201 P.P.M. ALBERDINGK THIJM. ONUITGEGEVEN DICHTSTUK [van Dirck Rz. Camphuysen?] medegedeeld door J.F. 220 VAN SOMEREN JOANNES MURMELLIUS, een Nederlandsch Humanist, door W. WESSELS 223 PIAE MEMORIAE G.W. VREEDE, door J.W SPIN 289 GESLACHTLIJST DER FAMILIE HOOFT, door J.A.ALB.TH. 252 Dietsche Warande. Nieuwe reeks. Deel 3 VI Blz. EEN LETTERKUNDIG EEUWFEEST, 16 Maart 1581-16 Maart 313 1881, door Dr. JAN TEN BRINK SUSANNE BARTELOTTI, Komedie, in twee Bedrijven, door 327 J.A.A.TH.
    [Show full text]
  • Jakarta Heritage, Kampung Tugu Drs Dirk Teeuwen Msc
    Jakarta heritage, Kampung Tugu drs Dirk Teeuwen MSc 1. Front of Tugu Church, 2006 Kampung Tugu is located south from Tanjung Priok Port in the Dustrict of Cilincing Jakarta, formerly Batavia. The Dutch founded modern Jakarta in 1619, named it Batavia on March 13th , 1619. Tugu Village is a community of Portuguese descendents. Because they were, or became, of mixed blood, the Dutch called them “Black-Portuguese”. These Portuguese were taken prisoner of war in India, Malaysia and Ceylon, now Sri Lanka, during the seventeenth and eighteenth century. At first they were kept as slaves by the Dutch. But - after accepting the Christian protestant faith and after expressing their loyalty to the Dutch government - they could become free citizens. Dirk Teeuwen, Holland 1 Like I said, after doing so they got their merdeka, which means freedom. Because of that those Black Portuguese were also called “Mardijkers”, free people. A corruption of this Bahasa Indonesia word “merdeka”. The Mardijkers were not the only prisoners of war category in those days in and around Batavia. The Dutch took prisoner “black Spaniards” from the Philipines, from districts north from Manilla. They served mostly as soldiers, so-called Papangers, in the army of the Dutch East-Indian Company and specially as soldiers, encamped in the Company’s Batavia Castle (demolished about 1800, the castle I mean). After 1800, until 1907, Papangers served as ceremonial military guards in front of the Amsterdam Gate. This gate was only castle gate left from the olden days. Papangers merged more with the Batavian population than Mardijkers did. 2.
    [Show full text]
  • Hoge Regering Inventaris Van Het Archief Van De Gouverneur-Generaal En Raden Van Indië
    Nummer Toegang: Hoge Regering Inventaris van het archief van de gouverneur-generaal en raden van Indië (Hoge Regering) van de Verenigde Oostindische Compagnie en taakopvolgers, 1612-1812 Louisa Balk en Frans van Dijk, medewerkenden: mw. Dra. Dwi Mudalsih, mw. Dwi Nurmaningsih, mw. Dra. Esti Kartikaningsih, mw. Dra. Euis Shariasih, mw. Isye Djumenar, mw. Iyos Rosidah, mw. Dra. Kris Hapsari, hr. Drs. Langgeng Solistyo Budi, mw. Mira Puspita Rini, mw. Drs. Risma Manurung, mw. Sutiasni, mw. Triana Widyaningrum, hr. Drs. Sunarto, hr. Syarif Usman en mw. Dra. Widiyanti Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta (c) 2002 This finding aid is written in Dutch. Hoge Regering 3 INHOUDSOPGAVE BESCHRIJVING VAN HET ARCHIEF INHOUD EN STRUCTUUR VAN HET ARCHIEF ................ 7 Aanwijzingen voor de gebruiker ............................................................................. 9 Openbaarheidsbeperkingen ...................................................................................9 Beperkingen aan het gebruik .................................................................................9 Materiële beperkingen ..........................................................................................9 Aanvraaginstructie ...............................................................................................9 Citeerinstructie ....................................................................................................9 Archiefvorming ...................................................................................................
    [Show full text]
  • Gouverneur-Generaals Van Nederlands-Indië in Beeld
    JIM VAN DER MEER MOHR Gouverneur-generaals van Nederlands-Indië in beeld In dit artikel worden de penningen beschreven die de afgelo- pen eeuwen zijn geproduceerd over de gouverneur-generaals van Nederlands-Indië. Maar liefs acht penningen zijn er geslagen over Bij het samenstellen van het overzicht heb ik de nu zo verguisde gouverneur-generaal (GG) voor de volledigheid een lijst gemaakt van alle Jan Pieterszoon Coen. In zijn tijd kreeg hij geen GG’s en daarin aangegeven met wie er penningen erepenning of eremedaille, maar wel zes in de in relatie gebracht kunnen worden. Het zijn vorige eeuw en al in 1893 werd er een penning uiteindelijk 24 van de 67 GG’s (niet meegeteld zijn uitgegeven ter gelegenheid van de onthulling van de luitenant-generaals uit de Engelse tijd), die in het standbeeld in Hoorn. In hetzelfde jaar prijkte hun tijd of ervoor of erna met één of meerdere zijn beeltenis op de keerzijde van een prijspen- penningen zijn geëerd. Bij de samenstelling van ning die is geslagen voor schietwedstrijden in dit overzicht heb ik ervoor gekozen ook pennin- Den Haag. Hoe kan het beeld dat wij van iemand gen op te nemen waarin GG’s worden genoemd, hebben kantelen. Maar tegelijkertijd is het goed zoals overlijdenspenningen van echtgenotes en erbij stil te staan dat er in andere tijden anders penningen die ter gelegenheid van een andere naar personen en functionarissen werd gekeken. functie of gelegenheid dan het GG-schap zijn Ik wil hier geen oordeel uitspreken over het al dan geslagen, zoals die over Dirck Fock. In dit artikel niet juiste perspectief dat iedere tijd op een voor- zal ik aan de hand van het overzicht stilstaan bij val of iemand kan hebben.
    [Show full text]
  • Western Civilization in Javanese Vernacular
    WESTERN CIVILIZATION IN JAVANESE VERNACULAR Colonial education policy Java 1800-1867 Sebastiaan Coops Sebastiaan Coops Student number: 1472720 Supervisor: Prof. Dr. J.J.L. Gommans Preface The picture on the cover is a Javanese civil servant, employed by the Dutch colonial government as a teacher - mantri goeroe. He is seated together with a pupil on the left and a servant on the right. The servant and the sirih-box for betel nuts imply his high social status. Both the title and this picture refer to Dutch colonial education policy where western and Javanese normative culture created an amalgamation from which the Inlandsche school developed. 2 Table of Contents INTRODUCTION 5 CHAPTER I: EDUCATION IN THE ENLIGHTENMENT ERA 15 CHAPTER INTRODUCTION 15 THE ENLIGHTENMENT IN THE METROPOLIS 16 THE ENLIGHTENMENT IN THE COLONY 21 JAVANESE EDUCATION TRADITION 26 CHAPTER CONCLUSION 32 CHAPTER II: EDUCATION POLICY IN THE NETHERLANDS-INDIES 33 CHAPTER INTRODUCTION 33 BEFORE 1830 34 1830-1852 42 1852-1867 48 CHAPTER CONCLUSION 64 CHAPTER III: BRITISH-INDIA AND COLONIAL EDUCATION POLICY IN THE NETHERLANDS INDIES 67 CHAPTER INTRODUCTION 67 BEFORE 1835 67 1835-1854 68 1854-1867 70 CHAPTER CONCLUSION 73 CONCLUSION 75 BIBLIOGRAPHY 78 3 4 Introduction No! It is our sacred duty, our calling, to give that poor brother, who had lived in the wastelands of misery and poverty, the means with which he, the sooner the better, could share in our happier fate completely equal to us!1 The Age of Enlightenment and revolution had shaken the world at the end of the 18th century to its core.
    [Show full text]
  • De Tijgersgracht Te Batavia
    DE TIJGERSGRACHT TE BATAVIA. DOOR S. KALFF. Thans moet men ze zoeken, de voornaamste, de deftigste gracht van het oude Batavia, maar in de dagen van de loffelijke Compagnie was zij een slagader van het verkeer, de wijk der notabelen bij uitnemendheid, door dichters bezongen en door schilders, althans door teekenaars „affgeconterfeit." 't Was geenszins toeval dat de hoofdgrachten der stad meerendeels gedoopt waren met namen, aan de tropische dierwereld ontleend. Er was een Kaaimans-, een Leeuwinne-, een Rhinocer-, een Tijgersgracht, met nog een Buffelsrivier, Plattegrond van Batavia met het kasteel. verbonden door ettelijke dwarsgrachten. Batavia was eene stad naar vader- landsch model aangelegd en de rivier waaraan zij gelegen was, de Groote Rivier, maakte zelve, tusschen gemetselde beschoeiingen ingeklemd, de voor- naamste gracht uit. Uit deze van de Blauwe Bergen afstroomende Tjiliwong had de waterver- deeling plaats in het net van zestien grachten, waarmede het college van heemraden de hoofdstad in den loop der jaren begiftigd had. In later dagen zou Batavia, wat den plattegrond en de bouworde harer huizen betreft, wel eens een tweede uitgaaf van Amsterdam genoemd worden, doch de slingerende DE TIJGERSGRACHT TË BATAVIA. 445 stroomlijn der Amsterdamsche grachten werd hier gemist. De Bataviaasche, met uitzondering van de Ringgracht om het Kasteel, sneden elkander recht- hoekig en verdeelden over 't geheel de stad in paralellogrammen, die waarlijk wel den tooi der boomenreien langs hunne zoomen behoefden om het oog eenigszins tevreden te stellen. De stad was gebouwd op een alluviaal en moerassig terrein, en, eenmaal die plaats gekozen, was het natuurlijk dat men door een samenstel van grachten en vaarten den weeken grond trachtte te draineeren en tevens in het verkeer te water te voorzien.
    [Show full text]
  • Sugar, Steam and Steel: the Industrial Project in Colonial Java, 1830-1850
    Welcome to the electronic edition of Sugar, Steam and Steel: The Industrial Project in Colonial Java, 1830-1885. The book opens with the bookmark panel and you will see the contents page. Click on this anytime to return to the contents. You can also add your own bookmarks. Each chapter heading in the contents table is clickable and will take you direct to the chapter. Return using the contents link in the bookmarks. The whole document is fully searchable. Enjoy. G Roger Knight Born in deeply rural Shropshire (UK), G Roger Knight has been living and teaching in Adelaide since the late 1960s. He gained his PhD from London University's School of Oriental and African Studies, where his mentors included John Bastin and CD Cowan. He is an internationally recognised authority on the sugar industry of colonial Indonesia, with many publications to his name. Among the latest is Commodities and Colonialism: The Story of Big Sugar in Indonesia, 1880-1940, published by Brill in Leiden and Boston in 2013. He is currently working on a 'business biography' — based on scores of his newly discovered letters back home — of Gillian Maclaine, a young Scot who was active as a planter and merchant in colonial Java during the 1820s and 1830s. For a change, it has almost nothing to do with sugar. The high-quality paperback edition of this book is available for purchase online: https://shop.adelaide.edu.au/ Sugar, Steam and Steel: The Industrial Project in Colonial Java, 1830-18 by G Roger Knight School of History and Politics The University of Adelaide Published in Adelaide by University of Adelaide Press The University of Adelaide Level 14, 115 Grenfell Street South Australia 5005 [email protected] www.adelaide.edu.au/press The University of Adelaide Press publishes externally refereed scholarly books by staff of the University of Adelaide.
    [Show full text]
  • Jan Van Riebeeck, De Stichter Van GODEE MOLSBERGEN Hollands Zuid-Afrika
    Vaderlandsche cuituurgeschiedenis PATRIA in monografieen onder redactie van Dr. J. H. Kernkamp Er is nagenoeg geen Nederlander, die niet op een of andere wijze door zijn levensonderhoud verbonden is met ons koloniaal rijk overzee, en die niet belang- stelling zou hebben voor de mannen, die dit rijk hielpen stichten. Dr. E. C. Een deter is Jan van Riebeeck, de Stichter van GODEE MOLSBERGEN Hollands Zuid-Afrika. Het zeventiende-eeuwse avontuurlijke leven ter zee en te land, onder Javanen, Japanners, Chinezen, Tonkinners, Hotten- Jan van Riebeeck totten, de koloniale tijdgenoten, hun voortreffelijke daden vol moed en doorzicht, hun woelen en trappen en zijn tijd oxn eer en geld, het zeemans lief en leed, dat alles Een stuk zeventiende-eeuws Oost-Indie maakte hij mee. Zijn volharding in het tot stand brengen van wat van grote waarde voor ons yolk is, is spannend om te volgen. De zeventiende-eeuwer en onze koloniale gewesten komen door dit boek ons nader door de avonturen. van de man, die blijft voortleven eeuwen na zijn dood in zijn Stichting. P. N. VAN KAMPEN & LOON N.V. AMSTERDAM MCMXXXVII PAT M A JAN VAN RIEBEECK EN ZIJN TIJD PATRIA VADERLANDSCHE CULTUURGESCHIEDENIS IN MONOGRAFIEEN ONDER REDACTIE VAN Dr. J. H. KERNKAMP III Dr. E. C. GODEE MOLSBERGEN JAN VAN RIEBEECK EN ZIJN TIJD Een stuk zeventiende-eeuws Oost-Indie 1937 AMSTERDAM P. N. VAN KAMPEN & ZOON N.V. INHOUD I. Jeugd en Opvoeding. Reis naar Indio • • . 7 II. Atjeh 14 III. In Japan en Tai Wan (= Formosa) .. .. 21 IV. In Tonkin 28 V. De Thuisreis 41 VI. Huwelijk en Zeereizen 48 VII.
    [Show full text]
  • Land- ​ En Volkenkunde
    Music of the Baduy People of Western Java Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal- , Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (kitlv, Leiden) Henk Schulte Nordholt (kitlv, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeton University) Adrian Vickers (The University of Sydney) Anna Tsing (University of California Santa Cruz) volume 313 The titles published in this series are listed at brill.com/ vki Music of the Baduy People of Western Java Singing is a Medicine By Wim van Zanten LEIDEN | BOSTON This is an open access title distributed under the terms of the CC BY- NC- ND 4.0 license, which permits any non- commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided no alterations are made and the original author(s) and source are credited. Further information and the complete license text can be found at https:// creativecommons.org/ licenses/ by- nc- nd/ 4.0/ The terms of the CC license apply only to the original material. The use of material from other sources (indicated by a reference) such as diagrams, illustrations, photos and text samples may require further permission from the respective copyright holder. Cover illustration: Front: angklung players in Kadujangkung, Kanékés village, 15 October 1992. Back: players of gongs and xylophone in keromong ensemble at circumcision festivities in Cicakal Leuwi Buleud, Kanékés, 5 July 2016. Translations from Indonesian, Sundanese, Dutch, French and German were made by the author, unless stated otherwise. The Library of Congress Cataloging-in-Publication Data is available online at http://catalog.loc.gov LC record available at http://lccn.loc.gov/2020045251 Typeface for the Latin, Greek, and Cyrillic scripts: “Brill”.
    [Show full text]
  • * Omslag Dutch Ships in Tropical:DEF 18-08-09 13:30 Pagina 1
    * omslag Dutch Ships in Tropical:DEF 18-08-09 13:30 Pagina 1 dutch ships in tropical waters robert parthesius The end of the 16th century saw Dutch expansion in Asia, as the Dutch East India Company (the VOC) was fast becoming an Asian power, both political and economic. By 1669, the VOC was the richest private company the world had ever seen. This landmark study looks at perhaps the most important tool in the Company’ trading – its ships. In order to reconstruct the complete shipping activities of the VOC, the author created a unique database of the ships’ movements, including frigates and other, hitherto ignored, smaller vessels. Parthesius’s research into the routes and the types of ships in the service of the VOC proves that it was precisely the wide range of types and sizes of vessels that gave the Company the ability to sail – and continue its profitable trade – the year round. Furthermore, it appears that the VOC commanded at least twice the number of ships than earlier historians have ascertained. Combining the best of maritime and social history, this book will change our understanding of the commercial dynamics of the most successful economic organization of the period. robert parthesius Robert Parthesius is a naval historian and director of the Centre for International Heritage Activities in Leiden. dutch ships in amsterdam tropical waters studies in the dutch golden age The Development of 978 90 5356 517 9 the Dutch East India Company (voc) Amsterdam University Press Shipping Network in Asia www.aup.nl dissertation 1595-1660 Amsterdam University Press Dutch Ships in Tropical Waters Dutch Ships in Tropical Waters The development of the Dutch East India Company (VOC) shipping network in Asia - Robert Parthesius Founded in as part of the Faculty of Humanities of the University of Amsterdam (UvA), the Amsterdam Centre for the Study of the Golden Age (Amsterdams Centrum voor de Studie van de Gouden Eeuw) aims to promote the history and culture of the Dutch Republic during the ‘long’ seventeenth century (c.
    [Show full text]
  • Appendix Appendix
    APPENDIX APPENDIX DYNASTIC LISTS, WITH GOVERNORS AND GOVERNORS-GENERAL Burma and Arakan: A. Rulers of Pagan before 1044 B. The Pagan dynasty, 1044-1287 C. Myinsaing and Pinya, 1298-1364 D. Sagaing, 1315-64 E. Ava, 1364-1555 F. The Toungoo dynasty, 1486-1752 G. The Alaungpaya or Konbaung dynasty, 1752- 1885 H. Mon rulers of Hanthawaddy (Pegu) I. Arakan Cambodia: A. Funan B. Chenla C. The Angkor monarchy D. The post-Angkor period Champa: A. Linyi B. Champa Indonesia and Malaya: A. Java, Pre-Muslim period B. Java, Muslim period C. Malacca D. Acheh (Achin) E. Governors-General of the Netherlands East Indies Tai Dynasties: A. Sukhot'ai B. Ayut'ia C. Bangkok D. Muong Swa E. Lang Chang F. Vien Chang (Vientiane) G. Luang Prabang 954 APPENDIX 955 Vietnam: A. The Hong-Bang, 2879-258 B.c. B. The Thuc, 257-208 B.C. C. The Trieu, 207-I I I B.C. D. The Earlier Li, A.D. 544-602 E. The Ngo, 939-54 F. The Dinh, 968-79 G. The Earlier Le, 980-I009 H. The Later Li, I009-I225 I. The Tran, 1225-I400 J. The Ho, I400-I407 K. The restored Tran, I407-I8 L. The Later Le, I4I8-I8o4 M. The Mac, I527-I677 N. The Trinh, I539-I787 0. The Tay-Son, I778-I8o2 P. The Nguyen Q. Governors and governors-general of French Indo­ China APPENDIX DYNASTIC LISTS BURMA AND ARAKAN A. RULERS OF PAGAN BEFORE IOH (According to the Burmese chronicles) dat~ of accusion 1. Pyusawti 167 2. Timinyi, son of I 242 3· Yimminpaik, son of 2 299 4· Paikthili, son of 3 .
    [Show full text]
  • Sugar, Steam and Steel: the Industrial Project in Colonial Java, 1830-1885
    Welcome to the electronic edition of Sugar, Steam and Steel: The Industrial Project in Colonial Java, 1830-1885. The book opens with the bookmark panel and you will see the contents page. Click on this anytime to return to the contents. You can also add your own bookmarks. Each chapter heading in the contents table is clickable and will take you direct to the chapter. Return using the contents link in the bookmarks. The whole document is fully searchable. Enjoy. G Roger Knight Born in deeply rural Shropshire (UK), G Roger Knight has been living and teaching in Adelaide since the late 1960s. He gained his PhD from London University's School of Oriental and African Studies, where his mentors included John Bastin and CD Cowan. He is an internationally recognised authority on the sugar industry of colonial Indonesia, with many publications to his name. Among the latest is Commodities and Colonialism: The Story of Big Sugar in Indonesia, 1880-1940, published by Brill in Leiden and Boston in 2013. He is currently working on a 'business biography' — based on scores of his newly discovered letters back home — of Gillian Maclaine, a young Scot who was active as a planter and merchant in colonial Java during the 1820s and 1830s. For a change, it has almost nothing to do with sugar. The high-quality paperback edition of this book is available for purchase online: https://shop.adelaide.edu.au/ Sugar, Steam and Steel: The Industrial Project in Colonial Java, 1830-18 Published in Adelaide by University of Adelaide Press The University of Adelaide Level 14, 115 Grenfell Street South Australia 5005 [email protected] www.adelaide.edu.au/press The University of Adelaide Press publishes externally refereed scholarly books by staff of the University of Adelaide.
    [Show full text]