<<

BAB III KEPRESIDENAN

3.1. Karakteristik Kawasan Istana Kepresidenan Bogor dan Sekitarnya. 3.1.1. Kebun Raya Bogor

Gambar 3.1 Kebun Raya Bogor Sumber: Google Image,2012.

Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18. Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang.

Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di . Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, lalu pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi

37 terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor, agar masyarakat umum lebih leluasa untuk menikmati Istana Bogor ini. 16

3.1.2. Gereja Zebaoth

Gambar 3.2 Gereja Zebaoth Sumber: Google Image,2012. Pada tahun 1802, di salah satu sudut halaman puri yang seluas 28 hektar itu didirikan sebuah gereja Protestan. Hingga sekarang gereja itu masih berfungsi, tetapi dipisahkan dari lahan Istana Bogor dengan pagar, agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum secara penuh. Bangunan asli gereja itu juga sudah diganti dengan yang baru pada awal abad ke-20. Gereja itu sekarang dikenal dengan nama Zebaoth.17 3.1.3. Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia a b

Gambar 3.3 Rumah Sakit PMI Bogor a. Jaman Dahulu, b. Masa Sekarang. Sumber: Google Image,2012. Bersamaan dengan bangunan gereja zebaoth, dibangun pula dapur pembuatan roti dan kue, sebuah ruang untuk bermain, dan tempat minum kopi di

16 Kebun Raya Bogor, diunduh 24 Februari dari URL: http://id. Kebun Raya Bogor

17 Gereja Zebaoth, diunduh 24 Februari dari URL: http://Gereja_Zebaoth.

38

halaman. Sebuah rumah sakit juga didirikan di belakang kompleks Puri Buitenzorg. Rumah sakit itu sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia, terletak di Jalan Pajajaran. Pada masa lalu, lahan rumah sakit itu masih menjadi bagian dari halaman luas Puri Buitenzorg.18 3.1.4. Hotel Salak

Gambar 3.4. Hotel Salak The Heritage, Bogor Sumber: Google Image,2012 Pada tahun 1856 berbarengan dengan dibangunnya kembali Istana Bogor, pemerintah Belanda membangun sebuah Hotel yang dibangun sebagai rumah kediaman tamu di Istana Bogor.Hotel ini dulunya dikenal dengan Binnenhof Hotel atau Bellevue Hotel, setelah Indonesia merdeka Hotel ini kemudian diserahkan ke pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak The Heritage Bogor yang mengambil nama dari Gunung Salak sebagai gunung terbesar di Bogor. Hotel Salak The Heritage Bogor saat ini telah kelola secara profesional, seperti hotel hotel pada umumnya dengan fasilitas 120 kamar, 12 ruang rapat, 3 restoran, Kinanty Music Café, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Hotel Salak The Heritage tetap dijaga kelestariannya oleh pemerintah sebagai salah satu saksi sejarah pendukung keberadaan Istana Kepresidenan Bogor pada khususnya dan sejarah panjang Kota Bogor pada umumnya.19

3.2. Sejarah Perkembangan Istana Kepresidenan Bogor

18 PMI Bogor, diunduh 24 Februari dari URL: http:// PMI_Bogor.

19 Hotel Salak, diunduh 24 Februari 2012, dari http://images.search.conduit.com/ hotel+salak

39

Gambar 3.5. Denah Istana Buitenzorg pada 1899. J.Staal (Intendant dari Gouvernements-hotels), koleksi KIT, Amsterdam,2012

Berawal dari keinginan orang - orang Belanda yang bekerja di Batavia ( kini ) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat - tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia.

Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744.

Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff ( 1745 - 1750 ) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg. Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim , kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 – 1761.

Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754.

Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 - 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal.

40

Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 - 1826 ), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah - tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817. Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi yang pada tanggal 10 oktober 1834.

Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 - 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 - 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda.

Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzorg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.20

20 Istana Buitenzorg, Diunduh 15 Februari 2012 dari http://masoye.multiply.com/photos

41

Buitenzorg (1780) Sebelum gempabumi (1834)

Akibat gempabumi (1836) Dibangun kembali (1850-1856)

Istana Buitenzorg (1872) Tambah kanopi (1880)

1900-an Istana Bogor_sekarang

Gambar 3.6 Transformasi Istana Bogor dari dahulu sampai sekarang, Sumber: http://masoye.multiply.com/photos/album/70, 2012

42

3.3. ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR.

3.3.1. Data Bangunan.

Gambar 3.7. Istana Kepresidenan Bogor 2012 Nama Bangunan: Istana Kepresidenan Bogor.

Alamat : Jl.Ir.H.Juanda No.1, Bogor

Fungsi : Sejak tahun 1745 Fungsi utama Istana Kepresidenan Bogor pada masa penjajahan Belanda berfungsi sebagai tempat peristirahatan. Namun setelah jaman kemerdekaan mulai tahun 1950 berubah menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia.

Ruang utama : Bangunan Utama (pusat), Sayap Kanan, Sayap Kiri.

Peristiwa Penting yang Pernah Terjadi:

(a)Konferensi Lima Negara (28-29 Desember 1954) (b)Penandatanganan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 lebih dikenal dengan Supersemar. (c)Pembahasan masalah konflik Kamboja yaitu Jakarta Informal Meeting (JIM) (d)Pertemuan Para Pemimpin APEC (15 November 1994).21

21 Indonesia, Diunduh 27 Februari 2012 dari http://istananegara- indonesia.blogspot.com/

43

3.3.2. Lokasi, Pencapaian dan Sirkulasi Gedung Istana Kepresidenan Bogor.

Gambar 3.8 Pencapaian dan Sirkulasi Luar Pada Istana Kepresidenan Bogor Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor,2012. Ket: Sirkulasi Pejalan Kaki Istana Bogor memiliki lokasi pencapaian yang mudah dilalui oleh pejalan kaki maupun kendaraan, hal tersebut didukung oleh jalan dan sistem lansekap Istana yang didesain mengikuti pola aktivitas manusia, hal tersebut cukup menguntungkan untuk pengunjung yang datang.

Sirkulasi Kendaraan menyatu dengan sirkulasi pejalan kaki, namun hal tersebut tidak terlalu masalah dikarenakan setiap pejalan kaki maupun pengendara yang memasuki jalan dalam Istana sudah diperiksa keamanannya dan sirkulasi dalam tidak terlalu ramai.

44

3.3.3. Karakteristik Lingkungan Sekitar Istana Kepresidenan Bogor.

Gambar 3.9

Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Bogor Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor.

Gambar 3.10. Kawasan Istana Bogor Selain bangunan utama Kompleks Istana Kepresidenan Bogor memiliki paviliun-paviliun yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara menteri-menteri maupun pejabat setempat yang berwenang, pavilliun Dyah-Bayurini sebagai tempat menginap keluarga presiden, ada juga pos-pos keamanan untuk penjagaan Istana, masjid untuk tempat ibadah, museum untuk menyimpan benda seni-seni, foto-foto, ataupun dokumen sejarah berharga istana, gedung serbaguna, kantor dan gudang, serta ruang pegawai dan pengawal, dan ruang pompa.

45

3.4.4. Bentuk Massa pada Bangunan

Gambar 3.11. 3d Istana Bogor Dari Belakang

Gambar 3.12. Isometri Istana Bogor

Pada kompleks bangunan Istana Bogor, terdiri dari 3 massa utama, yaitu bangunan utama (tengah), sayap kanan dan sayap kiri dengan selasar penghubung di antar sayap. Bangunan utama , sayap kanan dan kiri menggunakan atap perisai kombinasi sedangkan area penghubung menggunakan dak beton. Pada setiap sayap memiliki teras dan serambi depan untuk kenyamanan sirkulasi penghuni maupun pengunjung dan sebagai filter agar sinar matahari tidak langsung masuk ke bangunan.Selain itu setiap massa sayap maupun bangunan utama memiliki tangga eksterior masing-masing untuk kemudahan akses masuk masing-masing sayap, sehingga penghuni dan pengunjung bisa langsung memasuki masa bangunan yang dituju tanpa harus melewati masa bangunan yang lain.

46