Bab Iii Istana Kepresidenan Bogor

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bab Iii Istana Kepresidenan Bogor BAB III ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR 3.1. Karakteristik Kawasan Istana Kepresidenan Bogor dan Sekitarnya. 3.1.1. Kebun Raya Bogor Gambar 3.1 Kebun Raya Bogor Sumber: Google Image,2012. Kebun Raya Bogor pada mulanya merupakan bagian dari 'samida' (hutan buatan atau taman buatan) yang paling tidak telah ada pada pemerintahan Sri Baduga Maharaja (Prabu Siliwangi, 1474-1513) dari Kerajaan Sunda, sebagaimana tertulis dalam prasasti Batutulis. Hutan buatan itu ditujukan untuk keperluan menjaga kelestarian lingkungan sebagai tempat memelihara benih benih kayu yang langka. Di samping samida itu dibuat pula samida yang serupa di perbatasan Cianjur dengan Bogor (Hutan Ciung Wanara). Hutan ini kemudian dibiarkan setelah Kerajaan Sunda takluk dari Kesultanan Banten, hingga Gubernur Jenderal van der Capellen membangun rumah peristirahatan di salah satu sudutnya pada pertengahan abad ke-18. Pada awal 1800-an Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffles, yang mendiami Istana Bogor dan memiliki minat besar dalam botani, tertarik mengembangkan halaman Istana Bogor menjadi sebuah kebun yang cantik. Dengan bantuan para ahli botani, W. Kent, yang ikut membangun Kew Garden di London, Raffles menyulap halaman istana menjadi taman bergaya Inggris klasik. Inilah awal mula Kebun Raya Bogor dalam bentuknya sekarang. Pendirian Kebun Raya Bogor bisa dikatakan mengawali perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Dari sini lahir beberapa institusi ilmu pengetahuan lain, lalu pada tanggal 30 Mei 1868 Kebun Raya Bogor secara resmi 37 terpisah pengurusannya dengan halaman Istana Bogor, agar masyarakat umum lebih leluasa untuk menikmati Istana Bogor ini. 16 3.1.2. Gereja Zebaoth Gambar 3.2 Gereja Zebaoth Sumber: Google Image,2012. Pada tahun 1802, di salah satu sudut halaman puri yang seluas 28 hektar itu didirikan sebuah gereja Protestan. Hingga sekarang gereja itu masih berfungsi, tetapi dipisahkan dari lahan Istana Bogor dengan pagar, agar bisa dimanfaatkan oleh masyarakat umum secara penuh. Bangunan asli gereja itu juga sudah diganti dengan yang baru pada awal abad ke-20. Gereja itu sekarang dikenal dengan nama Zebaoth.17 3.1.3. Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia a b Gambar 3.3 Rumah Sakit PMI Bogor a. Jaman Dahulu, b. Masa Sekarang. Sumber: Google Image,2012. Bersamaan dengan bangunan gereja zebaoth, dibangun pula dapur pembuatan roti dan kue, sebuah ruang untuk bermain, dan tempat minum kopi di 16 Kebun Raya Bogor, diunduh 24 Februari dari URL: http://id. Kebun Raya Bogor 17 Gereja Zebaoth, diunduh 24 Februari dari URL: http://Gereja_Zebaoth. 38 halaman. Sebuah rumah sakit juga didirikan di belakang kompleks Puri Buitenzorg. Rumah sakit itu sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Palang Merah Indonesia, terletak di Jalan Pajajaran. Pada masa lalu, lahan rumah sakit itu masih menjadi bagian dari halaman luas Puri Buitenzorg.18 3.1.4. Hotel Salak Gambar 3.4. Hotel Salak The Heritage, Bogor Sumber: Google Image,2012 Pada tahun 1856 berbarengan dengan dibangunnya kembali Istana Bogor, pemerintah Belanda membangun sebuah Hotel yang dibangun sebagai rumah kediaman tamu di Istana Bogor.Hotel ini dulunya dikenal dengan Binnenhof Hotel atau Bellevue Hotel, setelah Indonesia merdeka Hotel ini kemudian diserahkan ke pemerintah Indonesia dan diberi nama Hotel Salak The Heritage Bogor yang mengambil nama dari Gunung Salak sebagai gunung terbesar di Bogor. Hotel Salak The Heritage Bogor saat ini telah kelola secara profesional, seperti hotel hotel pada umumnya dengan fasilitas 120 kamar, 12 ruang rapat, 3 restoran, Kinanty Music Café, kolam renang, dan fasilitas lainnya. Hotel Salak The Heritage tetap dijaga kelestariannya oleh pemerintah sebagai salah satu saksi sejarah pendukung keberadaan Istana Kepresidenan Bogor pada khususnya dan sejarah panjang Kota Bogor pada umumnya.19 3.2. Sejarah Perkembangan Istana Kepresidenan Bogor 18 PMI Bogor, diunduh 24 Februari dari URL: http:// PMI_Bogor. 19 Hotel Salak, diunduh 24 Februari 2012, dari http://images.search.conduit.com/ hotel+salak 39 Gambar 3.5. Denah Istana Buitenzorg pada 1899. J.Staal (Intendant dari Gouvernements-hotels), koleksi KIT, Amsterdam,2012 Berawal dari keinginan orang - orang Belanda yang bekerja di Batavia ( kini Jakarta ) untuk mencari tempat peristirahatan. Karena mereka beranggapan bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai, sehingga mereka perlu mencari tempat - tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia. Gubernur Jendral Belanda bernama G.W. Baron van Imhoff, ikut melakukan pencarian itu dan berhasil menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung yang bernama Kampong Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744. Setahun kemudian, yaitu pada tahun 1745 Gubernur Jendral van Imhoff ( 1745 - 1750 ) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama Buitenzorg. Dia sendiri yang membuat sketsa bangunannya dengan mencontoh arsitektur Blenheim Palace, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Proses pembangunan gedung itu dilanjutkan oleh Gubernur Jendral yang memerintah selanjutnya yaitu Gubernur Jendral Jacob Mossel yang masa dinasnya 1750 – 1761. Dalam perjalanan sejarahnya, bangunan ini sempat mengalami rusak berat sebagai akibat serangan rakyat Banten yang anti Kompeni, di bawah pimpinan Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang, yang disebut Perang Banten 1750 - 1754. Pada masa Gubernur Jendral Willem Daendels ( 1808 - 1811 ), pesanggrahan tersebut diperluas dengan memberikan penambahan baik ke sebelah kiri gedung maupun sebelah kanannya. Gedung induknya dijadikan dua tingkat. Halamannya yang luas juga dipercantik dengan mendatangkan enam pasang rusa tutul dari perbatasan India dan Nepal. 40 Kemudian pada masa pemerintahan Gubernur Jendal Baron van der Capellen ( 1817 - 1826 ), dilakukan perubahan besar - besaran. Sebuah menara di tengah - tengah gedung induk didirikan sehingga istana semakin megah, Sedangkan lahan di sekeliling istana dijadikan Kebun Raya yang peresmiannya dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817. Gedung ini kembali mengalami kerusakan berat, ketika terjadi gempa bumi yang pada tanggal 10 oktober 1834. Pada masa pemerintahan Gubernur Jendral Albertus Yacob Duijmayer van Twist ( 1851 - 1856 ), bangunan lama sisa gempa dirubuhkan sama sekali. Kemudian dengan mengambil arsitektur eropa Abad IX, bangunan baru satu tingkat didirikan. Perubahan lainnya adalah dengan menambah dua buah jembatan penghubung Gedung Induk dan Gedung Sayap Kanan serta Sayap Kiri yang dibuat dari kayu berbentuk lengkung. Bangunan istana baru terwujud secara utuh pada masa kekuasaan Gubernur Jendral Charles Ferdinand Pahud de Montager ( 1856 - 1861 ). Dan pada pemerintahan, selanjutnya tepatnya tahun 1870, Istana Buitenzorg ditetapkan sebagai kediaman resmi para Gubernur Jendral Belanda. Akhir perang dunia II, Jepang menyerah kepada tentara Sekutu, kemudian Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Barisan Keamanan Rakyat ( BKR ) sempat menduduki Istana Buitenzorg untuk mengibarkan bendera merah putih. Istana Buitenzorg yang namanya kini menjadi Istana Kepresidenan Bogor diserahkan kembali kepada pemerintah republik ini pada akhir tahun 1949. Setelah masa kemerdekaan , Istana Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia pada bulan Januari 1950.20 20 Istana Buitenzorg, Diunduh 15 Februari 2012 dari http://masoye.multiply.com/photos 41 Buitenzorg (1780) Sebelum gempabumi (1834) Akibat gempabumi (1836) Dibangun kembali (1850-1856) Istana Buitenzorg (1872) Tambah kanopi (1880) 1900-an Istana Bogor_sekarang Gambar 3.6 Transformasi Istana Bogor dari dahulu sampai sekarang, Sumber: http://masoye.multiply.com/photos/album/70, 2012 42 3.3. ISTANA KEPRESIDENAN BOGOR. 3.3.1. Data Bangunan. Gambar 3.7. Istana Kepresidenan Bogor 2012 Nama Bangunan: Istana Kepresidenan Bogor. Alamat : Jl.Ir.H.Juanda No.1, Bogor Fungsi : Sejak tahun 1745 Fungsi utama Istana Kepresidenan Bogor pada masa penjajahan Belanda berfungsi sebagai tempat peristirahatan. Namun setelah jaman kemerdekaan mulai tahun 1950 berubah menjadi kantor kepresidenan dan kediaman resmi Presiden Republik Indonesia. Ruang utama : Bangunan Utama (pusat), Sayap Kanan, Sayap Kiri. Peristiwa Penting yang Pernah Terjadi: (a)Konferensi Lima Negara (28-29 Desember 1954) (b)Penandatanganan Surat Perintah Sebelas Maret 1966 lebih dikenal dengan Supersemar. (c)Pembahasan masalah konflik Kamboja yaitu Jakarta Informal Meeting (JIM) (d)Pertemuan Para Pemimpin APEC (15 November 1994).21 21 Istana Negara Indonesia, Diunduh 27 Februari 2012 dari http://istananegara- indonesia.blogspot.com/ 43 3.3.2. Lokasi, Pencapaian dan Sirkulasi Gedung Istana Kepresidenan Bogor. Gambar 3.8 Pencapaian dan Sirkulasi Luar Pada Istana Kepresidenan Bogor Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor,2012. Ket: Sirkulasi Pejalan Kaki Istana Bogor memiliki lokasi pencapaian yang mudah dilalui oleh pejalan kaki maupun kendaraan, hal tersebut didukung oleh jalan dan sistem lansekap Istana yang didesain mengikuti pola aktivitas manusia, hal tersebut cukup menguntungkan untuk pengunjung yang datang. Sirkulasi Kendaraan menyatu dengan sirkulasi pejalan kaki, namun hal tersebut tidak terlalu masalah dikarenakan setiap pejalan kaki maupun pengendara yang memasuki jalan dalam Istana sudah diperiksa keamanannya dan sirkulasi dalam tidak terlalu ramai. 44 3.3.3. Karakteristik Lingkungan Sekitar Istana Kepresidenan Bogor. Gambar 3.9 Rencana Tapak Seluruh Kompleks Istana Bogor Sumber: Bag. Teknik Istana Bogor. Gambar 3.10. Kawasan Istana Bogor Selain bangunan utama Kompleks Istana Kepresidenan Bogor memiliki paviliun-paviliun yang berfungsi untuk tempat tinggal sementara
Recommended publications
  • Digest of Other White House Announcements
    2414 Administration of William J. Clinton, 1994 Digest of Other In the evening, the President attended an White House Announcements APEC leaders dinner at the Jakarta Conven- tion Center. Following the dinner, he met with President Kim of South Korea and The following list includes the President's public Prime Minister Murayama of Japan. schedule and other items of general interest an- The President announced his intention to nounced by the Office of the Press Secretary and appoint Bonnie Prouty Castrey and Mary not included elsewhere in this issue. Jacksteit to the Federal Service Impasses Panel. 1 November 10 The President announced his intention to The President announced his intention to appoint Benjamin F. Montoya and Richard appoint David H. Swinton, Adele Simmons, H. Truly as members of the Board of Visitors Bobby Charles Simpson, and Chang-Lin of the U.S. Naval Academy. Tien to the National Commission for Em- ployment Policy. November 15 November 11 In the morning, the President went to In the morning, the President and Hillary Bogor, Indonesia, where he attended meet- Clinton traveled to Anchorage, AK. In the ings with APEC leaders at the Istana Bogor. evening, they traveled to Manila, Philippines. Following a luncheon in the afternoon, the November 12 President continued his meetings with APEC In the evening, the President and Hillary leaders at the Istana Bogor. Clinton arrived in Manila, Philippines. November 16 November 13 In the morning, the President met with In the morning, following an arrival cere- President Soeharto of Indonesia at the Istana mony at the Malacanang Palace, the Presi- Merdeka and then participated in a wreath- dent and Hillary Clinton participated in a laying ceremony at the Kalibata National He- wreath-laying ceremony at the Rizal Monu- roes Cemetery.
    [Show full text]
  • Ytoitia£(Ut\ Saptorini, MA KATA PENGANTAR
    LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN MUSEUM SONOBUDOYO MENUJU MUSEUM BERSTANDAR INTERNASIONAL CITRA SONOBUDOYO SEBAGAI MUSEUM YANG REKREATIF DIDUKUNG OLEH PENATAAN RUANG PAMER DALAM DAN LUAR BANGUNAN DEVELOPMENT OF SONOBUDOYO MUSEUM INTO AN INTERNATIONAL CLASS MUSEUM SONOBUDOYO'S IMAGE AS A RECREATIVE MUSEUM SUPPORTED BY ARRANGEMENT OF EXHIBITION SPACES INSIDE AND OUTSIDE Disusun oleh : ASA KENANGA (03512120) Yogyakarta, September 2007 Menyetujui, Dosen Pemblmbing, lr. Munichy B. Edrees, M.A Ketua Jurusan, Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan 10nhf^ttas Islam Indonesia mm Sj^it VmM>^iilliil: ?ytoitia£(ut\ Saptorini, MA KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan untuk Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir yang berjudul "PENGEMBANGAN MUSEUM SONOBUDOYO MENUJU MUSEUM BERSTANDAR INTERNASIONAL" dengan penekanan pada "Citra Sonobudoyo Sebagai Museum yang Rekreatif Didukung oleh Penataan Ruang Pamer Dalam Dan Luar Bangunan" yang merupakan desain alternatif dari proyek pemerintah yang bertujuan untuk mengangkat potensi pariwisata di Yogyakarta. Dimana belum optimalnya kualitas pengelolaan museum dengan standar internasional yaitu sebagai wadah pelestarian, penelitian, komunikasi, pendidikan dan rekreasi. Atas tersusunnya Tugas Akhir ini, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih, kepada : • Allah SWT. Sang pencipta yang selalu menemani disetiap langkah hidupku, dengan karunia, hidayah, serta segala keajaiban yang diberikan kepada ku. • Ibu Ir. Hastuti Saptorini, MA selaku Ketua Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia. • Bapak Ir. Munichy B. Edrees, M.Arch sebagai dosen pembimbing yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini. • Bapak Ir. Muhammad Iftironi, MLA selaku dosen penguji atas segala masukannya. • Pak Diah, bu Eni dan staf Museum Sonobudoyo yang telah membantu dalam pencarian data.
    [Show full text]
  • Daftar Lukisan Di Istana Merdeka
    142 Lampiran 1 DAFTAR LUKISAN DI ISTANA MERDEKA NO. JUDUL PELUKIS BAHAN PENEMPATAN 1 Gajah Mada Henk Ngantung C. Minyak-Kanvas Koridor 2 P. Diponegoro Memimpin Pertempuran Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Koridor 3 Imam Bonjol Harijadi S. C.Minyak-Kanvas Koridor 4 Jenderal Sudirman Gambir Anom C.Minyak-Kanvas Koridor Pemandangan Gunung & 5 Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara Memandikan Kerbau 6 Wanita Bali Menabur Bunga Rudolf Bonnet Pastel Ruang Jepara 7 Air Pasang Simonetti C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara 8 Penggilingan Padi Wakidi C.minyak Ruang Jepara 9 Membajak Sawah Maukade C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara 10 Pemandangan Candi Ceto Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas Ruang Jepara 11 Istana Negara Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara 12 Istana Merdeka Tahun 1888 Anonim Kertas R. Terima Tamu Ibu Negara 13 Bunga Mawar T. Massimo C.minyak-Harboard R. Terima Tamu Ibu Negara 14 Tari Betawi Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara 15 Pemandangan Gunung Yap Hian Tjay C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara 16 Upacara Melasti Hatta Hambali C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara 17 Pantai Bambang Suwarto C.Minyak-Kanvas R. Tunggu Tamu Ibu Negara 18 Bunga Kaca Piring Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara 19 Bunga Sepatu Sri Gumantyo C.Minyak-Kanvas R. Terima Tamu Ibu Negara 20 Teuku Cik Ditiro Dullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi 21 Gatutkaca Dengan Anak-Anak Arjuna, Basoeki Abdullah C.Minyak-Kanvas R. Resepsi id ii 22 Penangkapan Diponegoro Raden Saleh C.Minyak-Kanvas R.
    [Show full text]
  • Download Itinerary (PDF)
    Fascinating Bali: Extension Tours Make the Fascinating Bali Trip MORE EXCITING by adding AMAZING Extension Tours Add any of these extension trips to your Fascinating Bali trip and make your trip MORE EXCITING as you will MAXIMISE your travel in one trip. Further by adding these destinations in your flight itinerary, there is not much difference in flight cost compared to just going to Bali. Prices are per person and based on twin/double/triple sharing basis: Extension Tours (Click on the tour link Companion / Single Agent to reach directly to the tour details) Guest Supplement Glimpses of Bangkok - 5 days US$ 449 US$ 549 US$ 293 Delightful Singapore -– 4 days US$ 517 US$ 617 US$ 327 Kuala Lumpur –Getaway - 4 days US$ 416 US$ 516 US$ 217 *Above prices are nett and non-commissionable *Single supplement is the additional cost for having a single room. Glimpses of Bangkok – 5 days Bangkok1111 Glimpse of Bangkok – 5 days Day 1 Arrival Bangkok Upon arrival at the Bangkok airport and after the immigration formalities you’re met by our representative. Board a vehicle and transfer to the hotel. Check-in at the hotel and rest of the day is at leisure. Overnight is in Bangkok. Day 2 Bangkok/ Grand Palace and city temple tour Breakfast at the hotel; you proceed for a half day Grand Palace and city temple tour. See Bangkok’s Buddhist temples and the Grand Palace on a half-day tour of the city’s historic highlights. Visit the Temple of the Golden Buddha (WatTraimit) and Wat Pho (Temple of the Reclining Buddha) then explore the grounds that once housed the Royal Siamese court.
    [Show full text]
  • Kajian Struktur Ragam Hias Ukiran Tradisional Minangkabau Pada
    Versi online: JURNAL TITIK IMAJI http://journal.ubm.ac.id/index.php/titik-imaji/ Volume 1 Nomor 1: 54-67, Maret 2018 Hasil Penelitian p-ISSN: 2620-4940 KAJIAN STRUKTUR RAGAM HIAS UKIRAN TRADISIONAL MINANGKABAU PADA ISTANO BASA PAGARUYUNG [Study of traditional decoration structure of Minangkabau traditional carving on Istano Basa Pagaruyung] Khairuzzaky1* 1Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Bunda Mulia, Jl. Lodan Raya No. 2 Ancol, Jakarta Utara 14430, Indonesia Diterima: 15 Febuari 2018/Disetujui: 21 Maret 2018 ABSTRACT Preserving cultural heritage is a cultural fortress attempt against the negative external cultural influences that are so rapidly coming as a result of the current global communications flows that are engulfing the world. One form of material cultural heritage is the various "Minangkabau Traditional Decorative Variety" in Rumah Gadang in West Sumatra whose motifs reflect the noble values of the nation. One of the historical heritage buildings of Indonesia that uses Minangkabau traditional carving is Baso Pagaruyung Palace in Batusangkar, West Sumatra. With the process of making expensive carvings into one of the factors causing this culture has started many abandoned. So it needs to be made a study that discusses the variety of ornamental Minangkabau carving into a written scientific work in order to be known by the public to understand the meaning, structure and philosophy. Using descriptive qualitative research method with interactive analysis, consist of three component of analysis that is data reduction, data presentation and conclusion. The results of the study explain the structure of the compensation and symbolic meaning of each pattern of carving motifs used in the five sections within the Baso Pagaruyung Palace ie the roundabout, the door, the ventilation, the ceiling, and the palace foot.
    [Show full text]
  • The Hybrid Aesthetics of the Malay Vernacular: Reinventing Classifications Through the Classicality of South East Asia’S Palatial Forms
    International Journal of Recent Technology and Engineering (IJRTE) ISSN: 2277-3878, Volume-8 Issue-1S, May 2019 The Hybrid Aesthetics of the Malay Vernacular: Reinventing Classifications through the Classicality of South East Asia’s Palatial Forms Shireen Jahn Kassim ( PhD), Noorhanita Abdul Majid ( PhD), Harlina Mohd Shariff ( PhD), and Tengku Anis Qarihah construction capabilities. In South East Asian architectural Abstract: The paper attempts to re-enact the framework of the historiographies, stylistic evolvements dichotomise between ‘vernacular’ of Malay architecture while extending the the ‘indigenous’ and the ‘modern’ . Yet there is another face classifications of its vernacular to include a Classical style ; of the ‘vernacular’ which is less mapped but representing the defined as monumental vernacular expressions representing gradual stylistic changes and ‘hybrid’ constructions throughout degree of aesthetic tastes and predispositions of the local the early modernisation period of Malay history which coincides populations. Historians and ethnograsphers have also with its evolvement during the Colonial era. During this era, both remarked a certain silence in the historiographies on the structural, constructional and ornamental skills absorbed aristocrats of 1800s and early 1900s in once-colonised external influences without compromising its vernacular nations such as Malaysia. Yet during this era, it is the principles. Based on a group of case studies of palatial forms – modernization of these leaders of the community which i.e. palaces and aristocratic houses - from the late 19th and early 20th century, Gottfried Semper’s’ anthropological definitions of brought about stylistic trends within the region but expressed the essence of the vernacular is used to categorise combinations within the palatial-monumental typologies of their vernacular of masonry and timber IN these cases, seen as a manifestation architecture .
    [Show full text]
  • The Architecture in Comparison with Tugu Nasional 国家オベリスクと比較した建築
    日本建築学会技術報告集 第 25 巻 第 60 号,977-982,2019 年 6 月 AIJ J. Technol. Des. Vol. 25, No.60, 977-982, Jun., 2019 DOI https://doi.org/10.3130/aijt.25.977 国家オベリスクと比較した建築 THE ARCHITECTURE IN −ニューヨーク国際博覧会(1964)に COMPARISONTHE ARCHITECTURE WITH TUGU IN COMPAR NASIONALISON 国家オベリスクと比較した建築 −WITHIndonesian TUGU Pavilion NASIONAL in 1964 New York World’s おけるインドネシア館 その 2 − Fair Part 2 − ―ニューヨーク国際博覧会(1964)におけ --Indonesian Pavilion in 1964 New York るインドネシア館 その 2― World’s Fair Part 2-- Harry KURNIAWANーーーー * 1 ハリー クルニアワンーー* 1 Keywords: Indonesian pavilion in 1964 New York World Fair and Tugu Nasional Harry KURNIAWAN *1, 2 ハリー クルニアワン - * Indonesian Pavilion, Tugu Nasional, Monument, Architecture, (National Obelisk) were built in the same period of Nation-Building NationalismKeywords: ProjectsIndonesian through pavilion the insame 1964 collaboration New York Worldwork ofFair President and Tugu Sukarno Nasional (as Indonesian Pavilion, Tugu Nasional, monument, architecture, nationalism the(National patron) Obelisk) and Soedarsono were built (as inthe the architect). same period Both buildingsof Nation displayed-Building several similarities as the result of the nature of Sukarno and Soedarsono キーワード: Projects through the same collaboration work of President Sukarno (as キーワード: workthe patron method.) and The Soedarsono purpose of(as the the study, architect) through. Both the buildings comparison, displayed is to インドネシア館,国家オベリスク,記念碑,建築,ナショナリズム インドネシア館、国家オベリスク、記念碑、建築、ナショナリズム getseveral further similarities description as the about result the of thearchitecture nature of Sukarnoof Indonesian and Soedarsono pavilion. Itwork is identified method. The that purpose Indonesian of the study,Pavilion through was an the identical comparison, twin isof toTugu get Nasionalfurther description that created about to live the in architectureand for different of Indonesian environment.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    Indonesian Journal of Conservation Volume 07 (02), Tahun 2018 Indonesian Journal of Conservation http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ijc IDENTIFYING COLONIAL LANDSCAPE STYLES IN BOGOR BOTANICAL GARDEN THROUGH VISITORS’ GEO-TAGGED PHOTOS Akhmad Arifin Hadi1, Yusuke Mizuuchi2, Tsuyoshi Honjo3, Katsunori Furuya 4 1 Landscape Architecture Department, Bogor Agricultural University. 2 Graduate School of Agricultural and Life Sciences, The University of Tokyo, Japan 3,4 Graduate School of Horticulture, Chiba University, Japan Corresponding author : [email protected]* Info Artikel Abstract Diterima September 2018 The landscape of Bogor Botanical Garden (BBG) is influenced by Disetujui different eras, particularly Dutch Colonial and post-war Indonesia. Oktober 2018 The research investigates visitors’ perceptions related to Dipublikasikan Desember 2018 landscape of BBG based on visitors’ on-site experiences. The research involved 94 research participants, include local tourists Keywords and landscape architecture students. They were asked to take heritage; colonial; photo of landscape or elements they deemed colonial look Indonesia; landscape style using their own camera and send them online to landscape; photo; researcher by social media. Each respondent were handed a GPS logger to record the capture locations of each photo. The results revealed that the most photos of colonial look landscape style were consist of buildings and hardscapes as focused objects, where Presidential Palace and Lady Raffles monument were buildings that mostly appear in photos. The photos’ captured locations were also concentrated to those buildings indicated that landscape surround those buildings had strong characteristics of colonial landscape style. The study also showed the effectiveness of inviting participants with educational background in landscape architecture than normal visitors to show perception of colonial look landscape on BBG site.
    [Show full text]
  • Press Release Official Opening of the Istana Heritage Gallery President
    Press Release Official Opening of the Istana Heritage Gallery President Tony Tan Keng Yam officially opened the Istana Heritage Gallery on Friday, 7 October 2016. Located at the Istana Park along Orchard Road and opposite the Istana, the Istana Heritage Gallery offers visitors the opportunity to understand the history and heritage of the Istana. 2 Gazetted in 1992 as a National Monument along with Sri Temasek (formerly the Colonial Secretary’s house), the Istana mirrors the growth and development of Singapore from a colony to sovereign state. The Gallery explores the role and significance of the Istana, and captures the Istana’s transition from being the Colonial Governor’s House to its current role as the official Residence of the President. It also seeks to provide visitors with a glimpse into the Istana’s rich history through a specially curated range of heritage displays including state artefacts, artwork and state gifts received from foreign dignitaries by our past and present Presidents and Prime Ministers. 3 The state gifts are a highlight of the Gallery as this is the first time they are placed on permanent display for visitors to enjoy. They are lasting testimonies of Singapore’s friendship with other countries. The current display of 18 state gifts includes: A silver cigarette box, which is one of the earliest recorded gifts in the Istana’s collection. This was presented by His Excellency Raja Tun Uda Al-Haj bin Raja Muhammad, Governor of Penang, to Yang di-Pertuan Negara Encik Yusof bin Ishak in 1961; A bronze bust of an Induna, presented to President Ong Teng Cheong by His Excellency Nelson Mandela, President of the Republic of the South Africa, during his first state visit to Singapore in 1997; A pair of silver goblets which bears Singapore’s Coat of Arms and the Royal Cypher of Queen Elizabeth II – symbolising the longstanding friendship between these two countries.
    [Show full text]
  • Bab I Pendahuluan
    BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini interior ruang merupakan suatu yang terpenting dalam menunjangnya sebuah bangunan ataupun hunian. Karena sebagai individu , kita membutuhkan tempat berlindung yang nyaman. Bangunan ataupun hunian terdiri dari bangunan pribadi yang berfungsi sebagai rumah, dan bangunan publik yang berfungsi sebagai tempat usaha. Dengan perkembangan zaman , desain interior tidak hanya diperuntukan bagi sebuah hunian, tetapi juga untuk ruang publik seperti restoran, toko, perkantoran, rumah sakit , hingga gedung-gedung pemerintahan. Desain interior mempunyai peranan penting agar tercipta susunan ruang yang baik sesuai dengan fungsi , kebutuhan serta kenyaman tanpa meninggalkan segi estetikanya. 1 Dalam hal ini sebuah gedung pemerintahan pun harus di desain dengan memiliki kenyamanan dan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan serta memiliki sistem keamanan yang baik . Salah satunya adalah sebuah Istana Kepresidenan yang memiliki peranan penting dalam sebuah pemerintahan dan menjadi sebuah simbol kenegaraan. Di Indonesia telah memliki 6 Istana Negara yang tersebar di beberapa kota,seperti Bogor,Cipanas, Yogyakarta, Bali dan dua diantaranya terdapat di Jakarta,yaitu Istana Merdeka dan Istana Negara dan digunakan sehari-hari oleh Presiden Republik Indonesia. Sedang keempat lainnya difungsikan sebagai tempat peristirahatan ketika Presiden mengunjungi daerah tersebut. Bandung merupakan salah satu kota di Jawa Barat, yang memiliki nilai sejarah bagi bangsa Indonesia. Di sinilah Konfrensi Asia-Afrika diadakan, sehingga banyak sekali tamu Negara yang datang, serta Presiden Republik Indonesia. Dengan kedaan daerah yang baik, serta iklim yang sejuk , maka akan sangat bangga bagi warga Bandung, jika dibangun sebuah Istana Kepresidenan yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan tempat penerimaan tamu kenegaraan. Sebuah Istana Kepresidenan harus dapat menjadi simbol Negara dan menjadi kebanggan daerah.
    [Show full text]
  • Istana Maimun Sebagai Arsitektur Ikonik Di Kota Medan
    ISTANA MAIMUN SEBAGAI ARSITEKTUR IKONIK DI KOTA MEDAN Garry Cristofel Mahasiswa S1 Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Ir. Sudianto Aly, M.T. Staf Pengajar Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan Abstract Iconic building is term for building which functions as a representation of place where it is located and/or time when it was built. There are many buildings in Indonesia which are considered as an icon for its city, one of which is Maimoon Palace for Medan city. Maimoon Palace is seen as one of the icons that represents Medan city. This research is done in order to find the characteristic of Maimoon Palace that meets the criteria of iconic architecture in Medan city. The theories used in this research are the theories which spell out the criteria of iconic architecture. Those criteria include part of society’s memories, strategic location, contrast image among surrounding environment, and symbolic form. Part of society’s memories indicator includes historical event and society’s perception. Strategic location’s indicator includes position in the city and direction of building. Contrast image among surrounding environment’s indicator includes grand structure, unique and attractive form, and innovative technology. Symbolic form’s indicator includes architecture styles. These theories then are used to determine Maimoon Palace’s iconicity. From the observation and the data collection, data found tells Maimoon Palace’s history, its location in Medan city, and architectural data which shows three different architecture styles the palace has, which are Malay style, Moghul style, and Colonial style. These styles indirectly tell the aspects of Maimoon Palace, such as the culture, religion, and history.
    [Show full text]
  • The Original Documents Are Located in Box 20, Folder “11/29/75-12/8/75 - Indonesia (2)” of the Sheila Weidenfeld Files at the Gerald R
    The original documents are located in Box 20, folder “11/29/75-12/8/75 - Indonesia (2)” of the Sheila Weidenfeld Files at the Gerald R. Ford Presidential Library. Copyright Notice The copyright law of the United States (Title 17, United States Code) governs the making of photocopies or other reproductions of copyrighted material. Gerald Ford donated to the United States of America his copyrights in all of his unpublished writings in National Archives collections. Works prepared by U.S. Government employees as part of their official duties are in the public domain. The copyrights to materials written by other individuals or organizations are presumed to remain with them. If you think any of the information displayed in the PDF is subject to a valid copyright claim, please contact the Gerald R. Ford Presidential Library. O<i !O { Y\V'Y\(.11 ch""r y Vi rt -p--) r; rr Cf """ ..-<1:'. f61 s (:, ?nrrf:J ~~?t cl ~ 01?-<J ~~ .5~-> ) ~ y~ I~ -!"j4 °t <rYi_ ti ~~~& ~1/11 ~ ~ff f.r(J V'YJ-9 ~4 ~r'r"1r\1. 1""1\i-.Q- "'01l<J Of .J/q ~vri-r,.1...n cvrud ....uv Si:& NO.L8NIHS'v'M-- 3SnOH 3.LI HM 3H.L • Digitized from Box 20 of the Sheila Weidenfeld Files at the Gerald R. Ford Presidential Library 1 - -..r~ '-'/\ ~ ~fj- f '2 NO.L8N I HS'v'M 3SnOH 3.Ll HM 3H.L • '-6'V 'rf} 1f2cl~ ~ ~ "Vlt1> ~I h .._,,~I a-<l'Nv'V -...(,,J h ~ VV1 ~t-i ~ ..p~ ~ - ~~"}~ o?.:L ~ a..t- ~o·' n ~.J.
    [Show full text]