KONSTRUKSI PEMBERITAAN JOKOWI DALAM SINDONEWS

(Analisis Framing Pemberitaan Kartu Kuning Jokowi Dalam Media Online Sindonews Pada Tanggal 2 Februari 2018 - 8 Februari 2018)

SKRIPSI

YOEL IMMANUELLA SIRAIT Public Relations 140904111

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Yoel Immanuella Sirait

NIM : 140904111

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul : Konstruksi Pemberitaan Jokowi Dalam Sindonews

(Analisis Framing Pemberitaan Kartu Kuning Jokowi Dalam Media Online Sindonews Pada Tanggal 2 Februari 2018 - 8 Februari 2018)

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, M.Si Drs. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph.D

196710021994031002 196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, M. Si

197409302005011002

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Segala puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas cinta kasih dan anugrah-Nya yang luar biasa yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini untuk melengkapi syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, peneliti menyadari banyaknya dukungan doa dan bantuan secara moril dan materil dari berbagai pihak, khususnya buat kedua orangtua terkasih, T. Sirait dan R. Hutagalung atas cinta kasih, doa, nasihat, didikan, perhatian dan semangat yang terus diberikan sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Peneliti juga mengucapkan terimakasih atas setiap dukungan dan semangat yang telah diberikan oleh abang dan adik terkasih, Michael Ehud Otniel Sirait dan Ariel Nicho Sirait, skripsi ini peneliti persembahkan untuk kalian. Dalam kesempatan kali ini peneliti juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Dewi Kurniawati, M.Si., Ph.D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Emilia Ramadhani, S.Sos., M.A selaku sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 4. Drs. Hendra Harahap, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan nasihat kepada saya serta bimbingan sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. 5. Teman-teman saya yang tergabung dalam grup Gambut Brotherhood atas setiap dorongan dan semangat yang diberikan kepada saya dalam penyelesaian skripsi ini. 6. Thirto Pardede dan Deni atas kebersamaan, kekompakan dan kerjasama yang sangat membawa dampak positif bagi saya sehingga saya tetap termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Seluruh jemaat-jemaat Tuhan di GPdI Pemulihan Tebing Tinggi dan GPdI Maranatha Medan yang telah mendoakan dan mendukung saya agar skripsi ini boleh diselesaikan dengan baik.

Universitas Sumatera Utara Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini belum mencapai kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikannya dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Peneliti

Yoel Immanuella Sirait

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Yoel Immanuella Sirait NIM : 140904111 Program Studi : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

KONSTRUKSI PEMBERITAAN JOKOWI DALAM SINDONEWS

(Analisis Framing Pemberitaan Kartu Kuning Jokowi Dalam Media Online Sindonews Pada Tanggal 2 Februari 2018 - 8 Februari 2018)

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-ekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada tanggal : 7 Agustus 2018 Yang menyatakan

Yoel Immanuella Sirait

Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkah sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Yoel Immanuella Sirait

NIM : 140904111

Tanda Tangan :

Tanggal : 7 Agustus 2018

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini menggunakan analisis framing, dengan judul “Konstruksi Pemberitaan Jokowi Dalam Sindonews”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Sindonews mengonstruksi berita mengenai kartu kuning Jokowi dan keberpihakan Sindonews dalam setiap berita terkait dengan kartu kuning Jokowi. Peneliti menggunakan beberapa teori yang dianggap relevan, seperti: Paradigma Konstruktivisme, Komunikasi Massa, Berita, Konstruksi Media Massa, dan Analisis Framing. Untuk mengetahui konstruksi pemberitaan mengenai kartu kuning Jokowi oleh Sindonews, peneliti menggunakan analisis framing model analisis Robert Entman, dengan berfokus kepada empat perangkat utama model analisis ini, yaitu defining problems, diagnose cause, make moral judgement/evaluation,dan treatment recommendation. Pengambilan data dan informasi diperoleh dari buku, jurnal dan internet. Subjek dari penelitian ini adalah media online Sindonews. Objek dari penelitian ini adalah berita terkait dengan kartu kuning Jokowi yang dimuat oleh Sindonews pada tanggal 2 Februari 2018 – 8 Februari 2018. Dari penelitian yang dilakukan menggunakan analisis framing model analisis Robert Entman, peneliti mengetahui bahwa Sindonews berusaha untuk mendefinisikan peristiwa yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa dengan meniup peluit dan mengancungkan buku kuning terhadap Jokowi adalah suatu bentuk kritikan terhadap pemerintah. Pihak yang menjadi sumber permasalahan dalam perspektif pemberitaan Sindonews adalah Jokowi. Sindonews memberikan solusi bahwa aksi Zaadit Taqwa tersebut tidak perlu dipidanakan dengan pasal penghinaan presiden.

Kata Kunci: Analisis Framing, Kartu Kuning Jokowi, Zaadit Taqwa.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... v HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...... vi ABSTRAK ...... vii DAFTAR ISI...... viii DAFTAR TABEL ...... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ...... 1 1.2 Fokus Penelitian ...... 6 1.3 Batasan Penelitian ...... 6 1.4 Tujuan Penelitian ...... 7 1.5 Manfaat Penelitian ...... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu ...... 8 2.2 Paradigma ...... 9 2.1.1 Paradigma Konstruktivis ...... 10 2.3 Komunikasi Massa ...... 15 2.2.1 Karakteristik Komunikasi Massa ...... 17 2.2.2 Komponen Komunikasi Massa ...... 23 2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa ...... 27 2.4 Berita ...... 34 2.3.1 Jenis Berita ...... 35 2.5 Konstruksi Media Massa...... 36 2.6 Analisis Framing ...... 40 2.6.1 Prinsip dan Karakteristik Analisis Framing ...... 42 2.6.2 Model Analisis Framing Robert Entman ...... 43 2.7 Kerangka Pemikiran...... 47

Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...... 48 3.2 Deskripsi Subjek Penelitian ...... 49 3.3 Objek Penelitian ...... 51 3.4 Teknik Pengumpulan Data ...... 51 3.5 Teknik Analisis Data ...... 51 BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Penelitian ...... 53 4.2 Analisis Frame Pemberitaan di Sindonews ...... 54 4.3 Analisis Framing ...... 58

BAB V PENUTUP 4.1 Kesimpulan ...... 69 4.4 Saran ...... 70

DAFTAR REFERENSI

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……………………………………………………. 8 2.2 Perbedaan Cara Melihat Pemberitaan dari Paradigma Positivis dan Paradigma Konstruktivis………………………………………………... 14 2.3 Aspek Analisis Framing Robert Entman……………………………….. 51 2.4 Model Analisis Framing Robert Entman……………………………….. 52 3.1 Contoh Tabel Berita yang Diteiliti……………………………………… 58 3.2 Contoh Tabel Paparan Singkat Narasumber Berita dan Isi Berita……… 58 3.3 Contoh Tabel Frame Isi Pemberitaan…………………………………... 58 4.1 Daftar Berita Sindonews Terkait Dengan Kartu Kuning 53 4.2 Paparan Singkat Berita dan Narasumber Dalam Berita………………… 55 4.3 Frame: Aksi Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa Adalah Suatu Kritik yang Membangun Bagi Pemerintahan Joko Widodo……………………….. 68

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah Jumat tanggal 2 Februari 2018 berlokasi di Balairung UI Depok, Universitas menggelar perayaan Dies Natalis ke-68. Dalam kegiatan tersebut, Presiden RI, Ir. Joko Widodo, turut diundang untuk meresmikan sebuah forum inisiatif UI dengan nama Forum Kebangsaan. Forum ini berfungsi sebagai wadah tempat para akademisi UI dari berbagai bidang keilmuan melakukan kolaborasi membahas isu-isu strategis bangsa (www.ui.ac.id). Jokowi tiba di lokasi pukul 08.45 WIB didampingi sejumlah Menteri Kabinet Kerja dan pemimpin lembaga tinggi negara tampak dalam rombongan Presiden RI, Menteri Koordinator bidang Pemberdayaan Manusia Dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Agraria Sofyan Djalil. Hadir Pula Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardoyo, Ketua DPD RI Oesman Sapta Odang dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) (nasional.sindonews.com).Presiden RI, Ir. Joko Widodo juga berkesempatan untuk menyampaikan orasi ilmiah. Dalam 1pemaparannya, presiden juga memaparkan pentingnya kolaborasi anak bangsa dalam memecahkan persoalan-persoalan negara. Presiden dalam hal ini, menekankan pada inovasi.Apa yang disampaikan presiden ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Rektor UI, Prof. Muhammad Anis dalam pidatonya di acara ini, yaitu UI sebagai sebuah universitas terus berusaha untuk menciptakan SDM yang kreatif, handal, tangguh, dan responsif yang sejalan perubahan era(www.ui.ac.id). Suatu peristiwa terjadi saat Presiden Joko Widodo (Jokowi)‎ menghadiri acara Dies Natalis ke-68 Universitas Indonesia (UI) dan Peresmian Forum Kebangsaan UI‎ tersebut. Usai menyampaikan pidato dan meresmikan Forum Kebangsaan UI, Kepala Negara diberikan 'kartu kuning' oleh seorang pria yang diduga merupakan mahasiwa yang terkenal dengan almamater berwarna kuningnya tersebut.Dengan menggunakan batik lengan panjang berwarna merah, pria itu ‎sempat meniupkan pluit sebelum beraksi dalam memberikan kartu kuning kepada Presiden Jokowi yang lokasinya tepat berada di depan Kepala Negara saat itu (news.okezone.com).Zaadit Taqwa merupakan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI.Zaadit memiliki nama lengkap M. Zaadit Taqwa berasal dan tinggal di Depok. Ia merupakan lulusan SDIT Ummul Quro Depok, MTsN 4 dan SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah. Ia merupakan mahasiswa prodi Fisika FMIPA angkatan 2014.Ia sempat

Universitas Sumatera Utara menjadi Ketua HMD Fisika UI 2016 dan menjabat sebagai Ketua BEM FMIPA UI 2017 (news.idntimes.com). Zaadit sebenarnya bukan memberikan kartu, tapi buku. Buku paduan suara milik UI. Namun, cover buku tersebut secara menyeluruh bewarna kuning. Sesaat setelah mengacungkan buku tersebut, Pasukan Pengawal Presiden bergegas. Salah satunya berusaha menghentikan Zaadit. Tapi Zaadit tak menggubris. Ia tetap berdiri dan mengacungkan kartu kuning. Namun, Paspampres tak tinggal diam. Ia menggandeng Zaadit untuk mundur. Caranya sopan, tidak mendesak paksa Zaadit untuk mundur (news.okezone.com). Zaadit mengatakan, kartu kuning itu diberikan kepada Jokowi sebagai bentuk peringatan atas berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri. Zaadit juga mengatakan, dalam tahun keempat pemerintahan Jokowi, ada sejumlah hal yang menjadi sorotan BEM UI. Masalah tersebut adalah isu gizi buruk di Asmat, isu penghidupan kembali dwifungsi Polri/TNI, dan penerapan peraturan baru organisasi mahasiswa. Isu gizi buruk di Asmat berdasarkan data Kemenkes menyebutkan, terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat. Selain itu, ditemukan pula 25 anak suspek campak serta empat anak yang terkena campak dan gizi buruk. BEM UI mempertanyakan mengapa gizi buruk masih terus terjadi meski Papua memiliki dana otonomi khusus (otsus) yang besar. Pada 2017, dana otsus untuk Papua mencapai Rp 11,67 triliun, yaitu Rp 8,2 triliun untuk Provinsi Papua dan Rp 3,47 triliun untuk Provinsi Papua Barat. Kondisi gizi buruk tersebut tidak sebanding dengan dana otonomi khusus yang pemerintah alokasikan untuk Papua. BEM UI juga menyoroti langkah pemerintah mengusulkan Asisten Operasi Kapolri Irjen Mochamad Iriawan sebagai penjabat gubernur Jabar dan Kadiv Propam Polri Irjen Martuani Sormin sebagai penjabat gubernur Sumut. Langkah ini dinilai memunculkan dwifungsi Polri/TNI. Lalu, pada isu terakhir, BEM UI juga menyoroti adanya draf peraturan baru organisasi mahasiswa (ormawa). Aturan baru itu dinilai mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa (nasional.kompas.com). Menanggapi hal itu, Jokowi ingin agar pengurus BEM UI ikut melihat dan menyaksikan kondisi yang ada di Kabupaten Asmat, Papua. Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa nantinya ia akan mengirim semua ketua dan anggota di BEM UI ke Asmat, Papua. Agar mereka melihat bagaimana medan yang ada di sana kemudian masalah- masalah besar yang pemerintah hadapi di daerah-daerah, terutama Papua (nasional.kompas.com).

Universitas Sumatera Utara Terkait dengan aksi Zaadit tersebut, Rektor Universitas Indonesia Muhammad Anis meminta maaf kepada Presiden Joko Widodo. Pimpinan UI pun menyayangkan peristiwa itu. Soalnya, penyampaian aspirasi mahasiswa sudah diagendakan dalam pertemuan langsung dengan presiden selepas acara. Menurut Anis, sidang terbuka Dies Natalis Universitas Indonesia seharusnya dihormati dan dijaga kekhidmatannya dan lebih lanjut Rektor UI tersebut menganjurkan agar penyampaian saran, kritik dan solusi konkret harus memperhatikan berbagai kondisi seperti waktu, tempat, dan situasi yang terjadi (www.pikiran-rakyat.com). Berita surat kabar merupakan suatu cara untuk menciptakan realitas yang diinginkan mengenai peristiwa atau (kelompok) orang yang dilaporkan. Oleh karena telah melewati proses seleksi dan reproduksi, berita surat kabar sebenarnya merupakan laporan peristiwa yang artifisial, tetapi dapat diklaim sebagai objektif oleh surat kabar itu untuk mencapai tujuan-tujuan ideologis (dan bisnis) surat kabar tersebut. Dengan kata lain, berita surat kabar bukan sekedar menyampaikan, melainkan juga menciptakan makna. Selama ini ada semacam imajinasi atau mitos yang kuat bahwa berita surat kabar itu bersifat objektif, alih-alih suatu konstruksi makna. Dalam ungkapan Dennis McQuail dalam Littlejohn (1996:324), media massa merupakan filter yang menyaring sebagian pengalaman dan menyoroti pengalaman lainnya dan sekaligus kendala yang menghalangi kebenaran. Maka, makna suatu peristiwa, yang diproduksi dan disebarluaskan oleh surat kabar, sebenarnya adalah suatu konstruksi makna yang temporer, rentan, dan terkadang muskil. Peristiwa-peristiwa yang dilaporkan surat kabar berita sekalipun, jelas bukan peristiwa sebenarnya (Eriyanto, 2012:xiii). Media bukanlah saluran yang bebas. Media bukanlah seperti yang digambarkan, memberitakan apa adanya, cermin dari realitas. Media seperti kita lihat, justru mengkonstruksi sedemikian rupa realitas. Semua kenyataan ini menyadarkan kita betapa subjektifnya media (Eriyanto, 2012:2). Perkembangan teknologi komunikasi memungkinkan penggunaan berbagai macam media untuk menyampaikan pesan. Salah satu media baru yang saat ini mulai banyak digunakan adalah internet. Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan jaringan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Internet merupakan suatu media yang sangat besar sekali manfaatnya, maka tidaklah terlalu dibesar-besarkan jika disebut sebagai cyberspace komunikasi baru dari masyarakat dunia (Kriyantono, 2006:333) . Pada saaat ini surat kabar sudah dapat diakses sebagai teks di internet dan sistem telepon juga mengantarkan konten media, terutama melalui internet. Beberapa aplikasi

Universitas Sumatera Utara internet, misalnya berita online, merupakan perluasan dari jurnalisme surat kabar, walaupun berita online itu sendiri juga semakin berkembang ke arah yang baru dengan kemampuan baru atas konten dan bentuk (misalnya di mana anggota masyarakat dapat berperan juga sebagai jurnalis) (McQuail, 2010:45). Saat ini, media interaktif internet telah menjadi fenomena mencengangkan karena pertumbuhan khalayaknya yang demikian pesat. Bermacam-macam media online bertumbuh di dalamnya, seperti detik.com, astaga.com, satunet.com, oke.com, kopitime.com, temponews.com, kompas.com dan lippostar.com. Media online menarik hati banyak orang karena teknologinya bersifat baru, interaktif, dan informasinya lebih aktual. Informasi yang aktual adalah kelebihan media online dibandingkan media cetak. Informasi di media online bisa diperbaharui setiap saat, sementara pada media cetak informasi baru bisa diperbaharui pada edisi selanjutnya di pagi harinya (Winarko, 2000:11). Saat ini kita hidup di eraketika kita ditantang oleh kebangkitan media baru yang sangat kuat yang begitu jelas telah mengubah cara kita bertahan hidup dan berhubungan dengan orang lain. Perspektif baru tersebut mentransformasi bagaimana kita memandang efek media. Sebagai contoh, gerakan teori framing dan keterampilan media menawarkan argumen yang sangat meyakinkan mengenai cara komunikasi massa memengaruhi individu dan memainkan peran penting dalam dunia sosial (Baran & Davis, 2009:47). Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Analisis Framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Ada hal penting dalam framing, ketika sesuatu diletakkan dalam frame, maka ada bagian yang terbuang ada bagian yang terlihat. Analisa framing menanyakan mengapa peristiwa X diberitakan? Mengapa peristiwa yang lain tidak diberitakan? Mengapa suatu tempat dan pihak yang terlibat berbeda meskipun peristiwanya sama? Mengapa realitas didefinisikan dengan cara tertentu? Mengapa sisi atau angle tertentu yang ditonjolkan dan bukan yang lain? Mengapa menampilkan sumber berita X dan mengapa bukan sumber berita yang lain diwawancarai? Jadi, analisis framing ini merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas (peristiwa, individu, kelompok, dan lain-lain) yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yang artinya realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan media untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media. Akibatnya, hanya bagian tertentu saja yang lebih

Universitas Sumatera Utara bermakna, lebih diperhatikan, dianggap penting, dan lebih mengena dalam pikiran khalayak (Kriyantono, 2006:255-256). Analisis framing cocok digunakan untuk melihat konteks sosial-budaya suatu wacana, khususnya hubungan antaraberita dan ideologi, yakni proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita membangun, mempertahankan, mereproduksi, mengubah, dan meruntuhkan ideologi. Analisis framing dapat digunakan untuk melihat siapa mengendalikan siapa dalam suatu struktur kekuasaan, pihak mana yang diuntungkan dan dirugikan, siapa si penindas dan si tertindas, tindakan politik mana yang konstitusional dan yang inkonstitusional, kebijakan publik mana yang harus didukung dan tidak boleh didukung (Eriyanto, 2012:xv). Gamson mendefinisikan frame sebagai organisasi gagasan sentral atau alur cerita yang mengarahkan makna peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan suatu isu. Frame merupakan inti sebuah unit besar wacana publik yang disebut package. Framing analysis yang dikembangkan Gamson dan Modigliani memahami wacana media sebagai satu gugusan perpektif interpretasi (interpretative package) saat mengkonstruksi dan memberi makna suatu isu(Sobur, 2004:177). Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua faktor ini dapat lebih mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya. Dibalik semua ini, pengambilan keputusan mengenai sisi mana yang ditonjolkan tentu melibatkan nilai dan ideologi para wartawan yang terlibat dalam proses produksi sebuah berita. Dalam praktinya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan pelbagai strategi wacana, seperti penempatan yang mencolok (menempatkan di headline, halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan. Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing analysis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer (atau komunikasi) informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungkapan, news report, atau novel. Framing, kata Entman, secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang

Universitas Sumatera Utara dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya (Sobur, 2004:163-165). Pada awalnya, Sindonews.com dibentuk pada tahun 2011 dan merupakan bagian dari Okezone.com. Kemudian terjadi perubahan, Sindonews.com bergabung dengan Sindo Media dibawah naungan manajemen Koran Sindo.Sindonews.com merupakan situs berita yang secara resmi berdiri pada 4 Juli 2012, di bawah manajemen Sindo Media, dan memiliki tagline "Sumber Informasi Terpercaya". Sindonews.com merupakan media terintegrasi dan melakukan sinergi pemberitaan dengan semua media milik , seperti media cetak (Koran Sindo, Sindo Weekly), media radio (MNC Trijaya FM), media online (Okezone.com), dan media televisi seperti (iNews, RCTI, MNCTV, GTV, dan MNC Channels). Sindonews.com menyampaikan informasi seputar berita nasional, metropolitan, daerah, ekonomi, bisnis, internasional, olahraga, sepak bola, otomotif, dan teknologi. Menjelang akhir 2014, terdapat kanal tambahan lifestyle. Juga disajikan berupa artikel, foto, dan video (id.wikipedia.org). Berdasarkan dengan uraian latar belakang yang telah peneliti paparkan, peneliti tertarik untuk meneliti pemberitaan yang dilakukan Sindonews terhadap peristiwa kartu kuning terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan bagaimana Sindonews melakukan framing berita mengenai peristiwa kartu kuning terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggunakan analisis framing model Robert Entman.

1.2 Fokus Masalah Dari paparan yang telah diuraikan diatas, maka fokus masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana Sindonews mengkonstruksi dan membingkai peristiwa dalam pemberitaan kartu kuning terhadapJokowi ?”.

1.3 Pembatasan Masalah Guna menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka peneliti melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif 2. Media yang akan diteliti adalah bentuk media online dalam hal ini adalah Sindonews. 3. Berita yang diteliti adalah seputar kartu kuning Jokowi.

Universitas Sumatera Utara 4. Penelitian ini hanya menggunakan analisis framing model analisis framing Robert Entman.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian menguraikan tentang maksud atau hal-hal yang ingin dicapai, serta sasaran-sasaran yang dituju oleh penelitian ini (Suwardi. 1997:95) Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana media online Sindonews mengonstruksi berita mengenai kartu kuning oleh Zaadit Taqwaterhadap Jokowi. 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberpihakan media online Sindonews dalam memberitakan kartu kuning oleh Zaadit Taqwaterhadap Jokowi.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berfungsi untuk menguraikan atau merumuskan lagi secara lebih tegas, sampai berapa jauh hasil penelitian bermanfaat bagi kegunaan praktis (gunalaksana), penelitian bermanfaat bagi kegunaan praktis, serta bagi pengembangan suatu ilmu sebagai landasan dasar pengembangan selanjutnya (Suwardi,1997:95). Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menambah dan memperluas khazanah penelitian komunikasi dan menjadi referensi tambahan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terkait analisis framing model analisis framing Robert Entman. 2. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini mampu memperluas pengetahuan peneliti mengenai Ilmu Komunikasi terutama bidang Public Relations, yakni teori analisis framing. 3. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan ilmu dan pengetahuan mengenai analisis framing kepada siapa saja yang tertarik untuk mengetahui dan menggunakan analisis framing model analisis framing Robert Entman.

Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukanpenelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis menemukan beberapa penelitian dengan judul yang berkaitan dengan judul penelitian penulis. Penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Analisis KaharAzwar Analisis Framing Rubrik Framing yang dilakukan oleh Tabloid Verbeek Marzuki, 2016. Laporan Utama Tabloid melalui pemberitaannya mengenai pertanian Verbeek adalah untuk kepentingan citra perusahaan (PT Vale). Ardiansyah D., Analisis Framing Berita Metrotvnews.com lebih menampilkan realitas 2017. Walk Out Partai berita yang ada sesuai dengan faktanya, Demokratpada Sidang walaupun ada beberapa artikel yang Paripurna Mengenai dikeluarkan metrotvnews.com yang membela Rancangan Undang- kepentingan tertentu.Sedangkan Undang Pemilihan Kepala Vivanews.com berita yang dimuat hanya Daerah di viva.co.id dan membentuk opini yang mempengaruhi, seperti metrotvnews.com Periode penulisan berita yang tidak memperhatikan 1 September-30 Oktober objektivitas dan membela kepentingan tertentu 2014 sehingga disadari atau tidak disadari rangkaian informasi yang disampaikan dapat mempengaruhi pola pikir pembacanya.

Universitas Sumatera Utara Agung Pemberitaan Sunny Define problem dari masing masing media Wibiyanto, Tanuwidjaja(Analisis mengutarakan bahwa Sunny Tanuwidjaja tidak 2017. Framing Media Online hanya teman Ahok biasa dan peranannya Terhadap Pemberitaan sebagai staf khusus sebagai “penghubung” Sunny Tanuwidjaja antara Ahok, politisi serta pengusaha sehingga di Tempo, Kompas, bisa dikatakan juga shadow of goverment. Merdeka, Tribun, Detik) Dilihat dari diagnose causes, mengutarakan nama Sunny dikait-kaitkan dalam permasalahan kasus suap raperda reklamasi setelah KPK mengeluarkan perintah larangan berpergian bagi Sunny ke luar negeri. Sedangkan make moral judgement dan treatment recomendation menonjolkan bahwa status Sunny seharusnya diperjelas supaya tidak menimbulkan image yang negatif bagi citra Ahok di mata publik. Rieka Mustika, Analisis Framing Perbedaan pembingkaian dalam berita yang 2017. Pemberitaan Media dimunculkan oleh Kompas.com dan Republika Online Mengenai Kasus Online yang paling sering terlihat adalah Pedofilia Di Akun terletak pada pemilihan narasumber. Republika Facebook Online sebagai media bernuansa Islam selalu memilih narasumber yang memiliki pemikiran Islam.

2.2 Paradigma Paradigma adalah acuan awal yang harus dilalui dalam setiap penelitian karena hal ini akan memberi warna tersendiri terhadap suatu bentuk penelitian. Thomas Kuhn dalam sebuah bukunya The Structure Of Scientific Revolution (1962) menjelaskan bahwa paradigma memiliki peran penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu ilmu pengetahuan. Ia merupakan world view terhadap dunia dan persoalan-persoalan di dalamnya. Paradigma berperan vital dalam melihat setiap kajian atau penelitian.Dilihat dari beberapa paradigma yang selama ini berkembang di Amerika Serikat. Hikam menjelaskan perjalanan paradigma dibagi menjadi tiga bagian.

Universitas Sumatera Utara Pertama, paradigma positivisme-empiris. Oleh penganut aliran ini, bahasa dipandang sebagai jembatan antara manusia dan objek di luar dirinya. Salah satu ciri dari paradigma ini adalah pemisahan antara pemikiran dan realitas. Dalam kaitannya dengan analisis wacana konsekuensi logis dari pemikiran ini adalah orang tidak perlu mengetahui makna-makna subjektif atau nilai yang mendasari penyataannya sebab yang terpenting adalah apakah penyataan itu dilontarkan secara benar menurut kaidah sintaksis dan semantik. Kedua adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma ini banyak dipengaruhi oleh pandangan fenomenologi. Aliran ini menolak pandangan empirisme yang memisahkan subjek dan objek bahasa. Dalam pandangan paradigma ini, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pernyataan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta hubungan-hubungan sosialnya. Paradigma ketiga adalah paradigma kritis. Paradigma ini hanya sebatas memenuhi kekurangan yang ada dalam paradigma konstruktivisme yang kurang sensitif pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun institusional. Seperti ditulis A.S. Hikam, paradigma konstruktivisme masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana yang pada gilirannya berperan sebagai pembentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku-perilakunya. Paradigma ini bersumber pada pemikiran Frankfurt School, yang berusaha mengkritisi pandangan konstruktivis (Nurani, 2016:164-165).

2.2.1 Paradigma Konstruktivisme Konsep mengenai konstruktivisme diperkenalkan oleh sosiolog interpretatif, Peter L. Berger. Bagi Berger, realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Dengan pemahaman semacam ini, realitas berwajah ganda/plural. Setiap orang bisa mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atas suatu realitas. Setiap orang yang mempunyai pengalaman, preferensi, pendidikan tertentu, dan lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu dengan konstruksinya masing-masing (Eriyanto, 2012:18). Konstruktivisme menolak pandangan positivisme yang memisahkan subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivisme justru menganggap subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan

Universitas Sumatera Utara komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Komunikasi dipahami diatur dan dihidupkan oleh pernyataan-pernyataan yang bertujuan. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri sang pembicara. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi(Elvinaro dan Bambang, 2007:151). Konstruktivisme menegaskan bahwa pengetahuan tidak lepas dari subjek yang sedang belajar mengerti. Von Glasersfeld dalam Bettencourt (1989) mengatakan bahwa konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Para konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman mereka (Elvinaro dan Bambang, 2007:154). Menurut Von Glaserfeld dan Kitchener (dalam Elvinaro dan Bambang, 2007:155), secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi dapat membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang.

Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Bagi kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi, sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai pandangan berbeda. Dalam konsep positivis diandaikan ada realitas yang bersifat “eksternal” yang ada dan hadir sebelum wartawan meliputnya. Jadi, ada realitas yang bersifat

Universitas Sumatera Utara objektif, yang harus diambil dan diliput oleh wartawan. Pandangan semacam ini sangat bertolak belakang dengan pandangan konstruksionis (Eriyanto, 2012:21-22). Fakta atau realitas bukanlah sesuatu yang tinggal ambil, ada, dan menjadi bahan dari berita. Fakta atau realitas pada dasarnya dikonstruksi. Manusia membentuk dunia mereka sendiri. Dalam kata-kata terkenal dari Carey, realitas bukanlah sesuatu yang terberi, seakan- akan ada, realitas sebaliknya diproduksi. Pertanyaan utama dalam pandangan konstruksionis adalah, fakta berupa kenyataan itu sendiri bukan sesuatu yang terberi, melainkan ada dalam benak kata, yang melihat fakta tersebut. Kitalah yang memberi definisi dan menentukan fakta tersebut sebagai kenyataan. Karena fakta itu diproduksi dan ditampilkan secara simbolik, maka realitas tergantung pada bagaimana ia dilihat dan bagaimana fakta tersebut dikonstruksi. Dalam kata-kata yang ekstrem, realitas atau fakta itu tergantung pada bagaimana ia dilihat. Pikiran dan konsepsi kitalah yang membentuk dan mengkreasikan fakta. Fakta yang sama bisa menghasilkan fakta yang berbeda-beda ketika ia dilihat dan dipahami dengan cara yang berbeda-beda.Manusia adalah mahluk yang aktif dalam mendefinisikan realitas. Fakta yang satu dengan fakta yang lain, yang tidak beraturan, dirangkai. Fakta tersebut juga dipahami sehingga mempunyai makna tertentu. Setiap tindakan pada dasarnya mempunyai makna tertentu yang bisa dijelaskan (Eriyanto, 2012:22,25). Pandangan konstruksionis mempunyai posisi yang berbeda dibandingkan positivis dalam menilai media. Dalam pandangan positivis, media dilihat sebagai saluran. Media adalah sarana bagaimana pesan disebarkan dari komunikator ke penerima (khalayak). Media disini dilihat murni sebagai saluran, tempat bagaimana transaksi pesan dari semua pihak yang terlibat dalam berita. Pandangan semacam ini, tentu saja melihat media bukan sebagi agen, melainkan hanya saluran. Media dilihat sebagai sarana yang netral. Kalau ada berita yang menyebutkan kelompok tertentu atau menggambarkan realitas dengan citra tertentu, gambaran semacam itu merupakan hasil dari sumber berita (komunikator) yang menggunakan media untuk mengemukakan pendapatnya. Pendeknya, media di sini tidak berperan dalam membentuk realitas. Apa yang tampil dalam pemberitaan itulah yang sebenarnya terjadi. Ia hanya saluran untuk menggambarkan realitas, menggambarkan peristiwa. Dalam pandangan konstruksionis, media dilihat sebaliknya. Media bukanlah sekadar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Pandangan semacam ini menolak argumen yang menyatakan media seolah-olah sebagai tempat saluran bebas. Berita yang kita baca bukan hanya

Universitas Sumatera Utara menggambarkan realitas, bukan hanya menunjukkan pendapat sumber berita, melainkan juga konstruksi dari media itu sendiri. Lewat berbagai instrumen yang dimilikinya, media ikut membentuk realitas yang tersaji dalam pemberitaan. Kalau ada demonstrasi mahasiswa selalu diberitakan dengan anarkisme, itu bukan menunjukkan realitas sebenarnya, tetapi juga menggambarkan bagaimana media ikut berperan dalam mengkonstruksi realitas. Apa yang tersaji dalam berita, dan kita baca tiap hari, adalah produk dari pembentukan realitas oleh media (Eriyanto, 2012:25-26). Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak. Media memilih, realitas mana yang diambil dan mana yang tidak diambil. Dalam peristiwa demonstrasi mahasiswa, bisa jadi (hanya) peristiwa bentrokan itu saja yang diberitakan, sementara peristiwa demonstrasi yang berlangsung damai, luput atau tidak mendapat tempat dalam pemberitaan. Media juga memilih (secara sadar atau tidak) aktor demonstrasi yang dijadikan sumber berita sehingga hanya sebagian saja dari sumber berita yang tampil dalam pemberitaan. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, melainkan juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa. Lewat bahasa yang dipakai, media dapat menyebutnya sebagai perusuh. Lewat pemberitaan pula, media dapat membingkai peristiwa demonstrasi dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak harus melihat dan memahami peristiwa dalam kaca mata tertentu (Eriyanto, 2012:26-27). Dalam pandangan positivis, berita adalah informasi. Ia dihadirkan kepada khalayak sebagai representasi dari kenyataan. Kenyataan itu ditulis kembali dan ditransformasikan lewat berita. Tetapi dalam pandangan konstruksionis, berita itu ibaratnya seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas, melainkan potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan dengan peristiwa. Seperti juga sebuah drama, tentu saja ada pihak yang didefinisikan sebagai pahlawan (hero), tetapi ada juga pihak yang didefinisikan sebagai musuh dan pecundang. Semua itu dibentuk layaknya sebuah drama yang dipertontonkan kepada publik. Dalam pandangan kaum positivis, berita adalah refleksi dan pencerminan dari realitas. Berita adalah mirror of reality, karenanya ia harus mencerminkan realitas yang hendak diberitakan. Pandangan ini ditolak oleh kaum konstruksionis. Menurut kaum konstruksionis, berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media. Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu sehingga mustahil berita merupakan

Universitas Sumatera Utara pencerminan dari realitas. Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada cara melihat yang berbeda. Perbedaan antara realitas yang sesungguhnya dan berita tidak dianggap salah, tetapi sebagai suatu kewajaran. Perbedaan antara pendekatan positivis dan konstruksionis dalam memahami berita, mengakibatkan perbedaan pula dalam hal bagaimana hasil kerja seorang wartawan seharusnya dinilai. Karena diandaikan ada realitas yang objektif, maka berita yang baik haruslah mencerminkan realitas tersebut. Hal yang berbeda dalam konsep konstruksionis. Berita bukanlah representasi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kaidah baku jurnalistik. Semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber, pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana realitas tersebut hadir di hadapan khalayak (Eriyanto, 2012:28-30).

Tabel 2.2 Perbedaan Cara Melihat Pemberitaan dari Paradigma Positivis dan Paradigma Konstruktivis (Eriyanto, 2012:19-84)

Positivisme Konstruktivisme

Fakta Ada fakta riil yang diatur oleh Fakta merupakan konstruksi atas kaidah-kaidah tertentu yang realitas.Kebenaran suatu fakta berlaku universal. bersifat relatif,berlaku dalam konteks tertentu.

Media Media sebagai saluran pesan. Media sebagai agen konstruksi pesan.

Berita Berita adalah cermin dan refleksi Berita tidak mungkin merupakan darikenyataan, Karena itu, berita cermin danrefleksi dari realitas haruslah samadan sebangun karena berita yang terbentuk dengan fakta yang hendakdiliput. merupakan konstruksi atas realitas.

Sifat berita Berita bersifat objektif: Berita bersifat subjektif: opini tidak menyingkirkan opinidan dapatdihilangkan karena ketika

Universitas Sumatera Utara pandangan subjektif pembuat meliput, wartawanmelihat dengan berita. perspektif dan pertimbangansubjektif.

Wartawan Wartawan sebagai pelapor. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keanekaragaman subjektivitas pelakusosial.

Nilai dan etika Nilai, etika, opini, dan pilihan Nilai, etika, atau keberpihakan dalam berita moral beradadi luar proses wartawantidak dapat dipisahkan peliputan berita. dari proses peliputandan pelaporan suatu berita.

Nilai dan etika Nilai, etika, dan pilihan moral Nilai, etika, dan pilihan moral dalam penelitian harus beradadi luar proses bagian takterpisahkan dari suatu penelitian. penelitian.

Pembuat berita dan Berita diterima sama dengan apa Khalayak mempunya penafsiran khalayak/audiens yangdimaksud oleh pembuat sendiri yangbisa jadi berbeda dari berita. pembuat berita.

2.3 Komunikasi Massa Komunikasi massa kita adopsi dari istilah bahasa Inggris, mass communication, kependekan dari mass media communication (komunikasi media massa). Artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang “mass mediated” (Wiryanto, 2000:2). Komunikasi massa adalah studi ilmiah tentang media massa beserta pesan yang dihasilkan, pembaca/pendengar/penonton yang akan coba diraihnya dan efeknya terhadap mereka(Nurudin, 2003:1). Merujuk kepada pendapat Tan dan Wright dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004), komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.

Universitas Sumatera Utara Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) yakni, komunikasi massa adalah pesan yang dikemukakan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:3). Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli yang lain, Gerbner. Menurut Gerbner dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societes”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri). Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:3-4). Definisi komunikasi massa oleh Meletzke dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) diartikan sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar. Istilah tersebar menunjukkan bahwa komunikan sebagai pihak penerima pesan tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar di berbagai tempat. Definisi komunikasi massa menurut Freidson, dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masyarakat (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:4).

Universitas Sumatera Utara Wright dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) mengemukakan definisinya sebagai berikut: “This new form can be distinguised from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitted publicly, often-times to reach most audience members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense”. Definisi komunikasi massa yang dikemukakan Wright ini nampaknya merupakan definisi yang lengkap, yang dapat menggambarkan karakteristik komunikasi massa secara jelas. Menurut Wright, bentuk baru komunikasi dapat dibedakan dari corak-corak yang lama karena memiliki karakteristik utama sebagai berikut: diarahkan pada khalayak yang relatif besar, heterogen dan anonim; pesan disampaikan secara terbuka, seringkali dapat mencapai kebanyakan khalayak secara serentak, bersifat sekilas; komunikator cenderung berada atau bergerak dalam organisasi yang komplek yang melibatkan biaya besar. Definisi Wright mengemukakan karakteristik komunikan secara khusus, yakni anonim dan heterogen. Ia juga menyebutkan pesan diterima komunikan secara serentak (simultan) pada waktu yang sama, serta sekilas (khusus untuk media elektronik, seperti radio siaran dan televisi).

2.3.1 Karakteristik Komunikasi Massa Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya, seperti komunikasi antarpersona dan komunikasi kelompok. Perbedaan itu meliputi komponen-komponen yang terlibat di dalamnya, juga proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Komunikasi massa mempunyai karakteristiksebagai berikut : 1. Komunikator Terlembagakan Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi (Cangara, 2000: 134). Komunikasi dalam komunikasi massa itu bukan satu orang, tetapi kumpulan orang- orang. Artinya, gabungan antar berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud disini menyerupai sebuah sistem. Sebagaimana kita ketahui, sistem itu adalah “sekelompok orang, pedoman dan media yang melakukan suatu kegiatan mengolah, menyimpan, menuangkan ide, gagasan, simbol, lambang menjadi pesan dalam membuat keputusan untuk mencapai satu kesepakatan dan saling pengertian satu sama lain dengan mengolah pesan itu menjadi sumber informasi.”

Universitas Sumatera Utara Di dalam sebuah sistem ada interdependensi, artinya komponen-komponen itu saling berkaitan, berinteraksi dan berinterdependensi secara keseluruhan. Tidak bekerjanya satu unsur akan mempengaruhi kinerja unsur-unsur yang lain. Eksistensi kesatuan (totalitas) itu dipengaruhi oleh komponen-komponennya, sebaliknya eksistensi masing-masing komponen itu dipengaruhi oleh kesatuannya. Dengan demikian, dalam sistem sebagai sebuah lembaga dalam komunikasi massa itu, ada beberapa unsur yang membentuk sesuatu itu akhirnya disebut sebagai lembaga. Sedang antara unsur dalam lembaga itu ada kerjasama satu sama lain. Tidak bekerjanya satu unsur akan menyebabkan tidak bekerjanya unsur yang lain. Oleh karena itu, berbagai unsur itu saling melengkapi, bekerjasama satu sama lain sehingga sempurnalah sesuatu itu dikatakan sebagai lembaga (Nurudin, 2003:16-17). Menurut pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks, mari kita bayangkan secara kronologis proses penyusunan pesan oleh komunikator sampai pesan itu diterima oleh komunikan. Apabila pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut: komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya, pesan tersebut diperiksa oleh penanggungjawab rubrik. Dari penanggungjawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu. Ketika sudah layak, pesan dibuat setting-nya, lalu diperiksa oleh korektor, disusun lay-out man agar komposisinya bagus, dibuat plate, kemudian masuk mesin cetak. Tahap akhir setelah dicetak merupakan tugas bagian distribusi untuk mendistribusikan surat kabar yang berisi pesan itu kepada pembacanya. Itu hanya gambaran satu pesan saja. Masih banyak pesan-pesan lainnya yang memenuhi rubrik surat kabar seperti tajuk rencana, karikatur, features, dan berbagai berita yang dibuat oleh reporter media massa yang bersangkutan. Jadi, berapa orang yang terlibat dalam proses komunikasi massa itu, berapa macam peralatan yang digunakan, dan berapa biaya yang diperlukan, sifatnya relatif. Namun yang pasti, komunikasi massa itu kompleks, tidak seperti komunikasi antarpersona yang begitu sederhana (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:7- 8).

2. Pesan Bersifat Umum

Universitas Sumatera Utara Pesan-pesan dalam komunikasi massa itu tidak ditujukan kepada satu orang atau satu kelompok masyarakat tertentu. Artinya, komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok tertentu. Pesan-pesannya ditujukan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan-pesan yang dikemukakannya pun tidak boleh bersifat khusus. Khusus disini, artinya pesan itu memang tidak disengaja untuk golongan tertentu. Oleh karenanya pesan komunikasi massa bersifat umum (Nurudin, 2003:21). Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan. Dengan demikian, kriteria pesan yang penting dan menarik itu mempunyai ukuran tersendiri, yakni bagi sebagian besar komunikan. Ada peristiwa yang mempunyai kategori penting, tetapi hanya penting bagi sekelompok orang. Peristiwa tersebut tentu saja tidak dapat disampaikan melalui media massa (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:8-9). Kita bisa melihat televisi misalnya. Karena televisiitu ditujukan dan untuk dinikmati oleh orang banyak, maka pesannya harus bersifat umum. Misalnya dalam pilihan kata- katanya, sebisa mungkin memakai kata-kata populer bukan kata-kata ilmiah. Sebab, kata ilmiah itu monopoli kelompok tertentu. Meskipun di dalam televisi itu dikhususkan untuk kalangan tertentu (misalnya program acaranya), tetapi televisi perlu menyediakan acara lain yang sifatnya lebih umum. Ini penting agar televisi tidak kehilangan ciri khasnya sebagai saluran komunikasi massa. Dalam surat kabar, artikel yang biasanya dikehendaki redaktur itu tidak ilmiah, tetapi ilmiah populer. Ini dilakukan karena koran itu untuk umum, maka pesannya juga harus bersifat umum. Umum di sini juga bisa berarti masalah rubrikasi. Artinya, sebuah koran tidak bisa hanya terdiri dari artikel atau iklan saja. Ia harus umum dalam arti ada banyak ragam yang dimunculkan dalam koran tersebut (misalnya teka-teki, gambar, karikatur, iklan, berita pengumuman, kolom). Masalahnya, koran itu tidak hanya dikhususkan pada mereka yang menyukai iklan saja. Tetapi, ia juga diminati karena yang lain. Oleh karena itu koran perlu memformat secara lebih umum apa yang ditampilkannya. Televisi pun tidak melulu terdiri dari musik saja. Televisi juga membutuhkan iklan, sinetron, film, acara berita, rohani atau macam acara yang lain. Tak lain karena televisi (sebagaimana media massa yang lain) punya ciri umum (Nurudin, 2003:21-22).

3. Komunikannya Anonim dan Heterogen

Universitas Sumatera Utara Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya, seperti: nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Di samping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:9). Herbert Blumer dalam Nurudin (2003) memberikan ciri tentang karakteristik audience/komunikan sebagai berikut: 1. Audience dalam komunikasi massa sangatlah heterogen. Artinya, ia mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan. Jikan ditinjau dari asalnya, mereka berasal dari berbagai kelompok dalam masyarakat. 2. Berisi individu-individu yang tidak tahu atau mengenal satu sama lain. Disamping itu, antar individu itu tidak berinteraksi satu sama lain secara langsung. 3. Mereka tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

Jadi semakin jelas sifat heterogen yang melekat pada diri komunikan. Dari karakteristik Blumer tersebut ada beberapa hal yang perlu dijelaskan. Misalnya kita bertanya, bagaimana mungkin antar keluarga yang berlainan kota, pada saat acara tertentu sama-sama melihat televisi tidak saling mengenal? Tidak mengenal disini tidak berarti diartikan secara khusus. Memang, satu atau dua kasus antar diri komunikan dalam komunikasi massa itu mengenal, tetapi secara umum mereka tidak mengenal. Jadi karakteristik ini harus dipahami secara luas bukan sempit. Antar komunikan itu tidak berinteraksi satu sama lain ini juga tidak harus diartikan secara khusus pula. Seorang anak mungkin bisa berinteraksi dengan orangtuanya disaat mereka menonton suatu acara di televisi. Tetapi komunikan acara itu sebenarnya tersebar di seluruh daerah di suatu negara bukan hanya pada keluarga tersebut. Tak terkecuali dengan ciri bahwa antar individu itu tidak ada organisasi formal yang melingkupinya. Anda punya kebebasan untuk menonton dan tidak menonton acara tertentu. Anda juga tidak membutuhkan pimpinan yang mengatur acara apa yang harus ditonton. Seseorang pun boleh tidak memakai pakaian dinas ketika menonton televisi, atau bahkan memakai celana pendek. Anda juga tidak harus menonton mulai dari awal sampai akhir. Ini jelas berbeda dengan di kantor yang mensyaratkan ada peraturan dalam berpakaian. Di kantor

Universitas Sumatera Utara karyawan harus masuk jam tertentu dan boleh keluar jam tertentu pula. Intinya, komunikan itu tidak mempunyai organisasi dan pemimpin formal (Nurudin, 2003:20-21).

4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan Komunikasi massa dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama (Cangara, 2000: 135). Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:10). Effendi dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah. Dalam contoh konkritnya seperti berita-berita yang memenuhi kolom surat kabar atau yang disiarkan radio siaran dan televisi secara serempak dapat diterima oleh pembaca dan pendengar atau pemirsa di berbagai tempat. Bayangkan bila berita tersebut tidak disampaikan melalui media massa, tetapi dilakukan secara antarpersona. Untuk mencapai jumlah komunikan yang banyak tentu akan membutuhkan waktu yang cukup lama dan diterima tidak bersamaan. Mungkin pada saat menyampaikan berita pertama, sudah muncul lagi berita- berita lainnya yang terbaru. Inilah salah satu ciri komunikasi massa yang sekaligus juga merupakan kelebihan komunikasi massa dari komunikasi antarpersona dan kelompok. Keserempakan ini sangat terasa kalau kita mengamati media komunikasi massa lain seperti internet. Melalui perantaraan media ini, pesan akan lebih cepat disiarkan (Nurudin, 2003:26).

5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya, pada komunikasi massa, yang penting adalah unsur isi. Pada komunikasi antarpersona, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu, misalnya dibagi-bagi menjadi pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan. Topik yang dibahas pun berbagai macam, tidak harus relevan antara satu dengan yang lainnya, perpindahan satu topik pada topik lainnya mengalir begitu saja dan fleksibel. Dalam

Universitas Sumatera Utara komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan(Elvinaro dan Erdiyana, 2004:10-11).

6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Walaupun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda (Cangara, 2000:134). Selain ada ciri yang merugikan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga ciri komunikasi massa yang merupakan kelemahannya. Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian, komunikasi massa itu bersifat satu arah(Elvinaro dan Erdiyana, 2004:11). Dalam media cetak seperti koran komunikasi hanya berjalan satu arah. Kita tidak bisa langsung memberikan respon kepada komunikatornya (media massa yang bersangkutan). Kalaupun bisa, sifatnya tertunda. Misalnya kita mengirimkan ketidaksetujuan pada berita itu melalui rubrik surat pembaca. Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah itu akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback). Dalam beberapa kasus ada acara televisi yang memberlakukan telepon interaktif kepada salah satu pemirsanya. Kasus yang terjadi diatas memang komunikasi dua arah, yakni antara penelepon dengan pihak pengasuh acara televisi. Tetapi, kasus ini tidak bisa dikatakan sebagai alasan bahwa dalam komunikasi massa itu juga bisa terjadi komunikasi dua arah. Komunikasi dua arah hanya belangsung antara orang yang menelepon dengan stasiun televisi dan tidak terjadi pada semua audience yang heterogen dan banyak itu. Penelepon sendiri tetap menjadi komunikan dalam komunikasi massa, tetapi ia juga sekaligus menjadi komunikan dalam komunikasi yang dilakukan lewat telepon (nir massa). Jadi, jika dalam komunikan massa ada komunikasi dua arah, maka sebisa mungkin komunikan tersebut harus terlibat dalam proses komunikasi dua arah itu. Oleh karena itu, ciri komunikasi dalam komunikasi massa tetap harus dikatakan berjalan satu arah saja. Peristiwa ini jelas sangat berbeda dengan komunikasi tatap muka. Dalam pola komunikasi tersebut antara mereka yang terlibat dalam proses komunikasi langsung bisa

Universitas Sumatera Utara mengadakan reaksi spontan dan saat itu juga. Itu artinya, komunikasinya berjalan dua arah. Dalam sebuah kelompok misalnya, ketika audience menganggap pesan yang disampaikan oleh komunikan tidak enak didengar atau kurang keras, saat itu juga mereka bisa mengadakan reaksi spontan juga. Entah dengan proses langsung atau hanya sekedar mengeluh. Intinya, ada umpan balik langsung baik melalui komunikasi verbal (lisan) atau nonverbal (gerak, isyarat, bahasa tubuh) (Nurudin, 2003:24-25).

7. Stimulasi Alat Indra Terbatas Ciri komunikasi massa lainnya yang dapat dianggap salah satu kelemahannya, adalah stimulasi alat indra yang terbatas. Pada komunikasi antarpersona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:12).

8. Umpan Balik Tertunda (Delayed) Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebut feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apa pun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan. Umpan balik sebagai respons mempunyai volume yang tidak terbatas pada komunikasi antarpersona. Apabila seseorang melakukan komunikasi secara tatap muka, maka orang tersebut akan memperhatikan bukan saja ucapan lawan bicaranya, tetapi juga kernyitan mata, gerak bibir, posisi tubuh, intonasi suara, dan gerakan lainnya yang dapat diartikan. Semua simbol tersebut merupakan umpan balik yang diterima lewat seluruh alat indra. Umpan balik ini bersifat segera (immediate feedback) (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:12-13).

2.3.2 Komponen Komunikasi Massa Everett M. Rogers mengatakan bahwa dalam kegiatan komunikasi ada empat elemen yang harus diperhatikan, yaitu source, message, channel, dan receiver. Kemudian komponen tersebut dirinci kembali menjadi lima bagian oleh Wilbur Schramm, yaitu: source (sumber), encoder (komunikator), signal (sinyal/tanda), decoder (komunikan), destination (tujuan). Kelima komponen tersebut sesuai dengan paradigma Harold D. Laswell yakni who-says what-in which channel-to whom-with what effect. Komponen-komponen tersebut merupakan

Universitas Sumatera Utara suatu syarat yang harus ada dalam suatu proses komunikasi, baik pada komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok maupun komunikasi massa. Komunikasi massa pada dasarnya merupakan proses komunikasi satu arah, artinya komunikasi berlangsung dari komunikator (sumber) melalui media kepada komunikan (khalayak). Dalam komunikasi antarpersona tidak demikian halnya, karena pesan mengalir dari komunikator kepada komunikan kemudian kembali lagi kepada komunikator. Walaupun komunikasi massa dalam prosesnya bersifat satu arah, namun dalam operasionalnya memerlukan komponen lain yang turut menentukan lancarnya proses komunikasi tersebut. Komponen dalam komunikasi massa ternyata tidak sesederhana komponen komunikasi yang lainnya. Proses komunikasi massa lebih kompleks karena setiap komponennya mempunyai karakteristik tertentu (Elvinaro dan Erdiyana, 2004:35-36). Dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) dipaparkan komponen komunikasi massa sebagai berikut : 1. Komunikator Dalam komunikasi massa produknya bukan merupakan karya langsung seseorang, tetapi dibuat melalui usaha-usaha yang terorganisasikan dari beberapa partisipan, diproduksi secara massal dan didistribusikan kepada massa. Untuk mencari atau menemukan komunikator dalam proses yang begitu komplek bukan masalah yang mudah, bahkan mungkin sangat sulit dan tidak bisa dilakukan sembarangan. Jeremy Tunshall mendefinisikan komunikator sebagai petugas nonadministratif (non clerical) di dalam organisasi-organisasi komunikasi, orang-orang yang bekerja dalam memilih, menyusun dan merencanakan program-program, cerita-cerita dan pesan-pesan lainnya untuk akhirnya disebarkan kepada khalayak. Definisi tersebut menunjukkan bahwa komunikator meliputi para jurnalis, para petugas perusahaan periklanan, produser siaran radio siaran dan televisi, serta para penyunting. Melihat uraian tadi, maka dapat dikatakan bahwa komunikator dalam komunikasi massa pada umumnya adalah suatu organisasi yang kompleks, yang dalam operasionalnya membutuhkan biaya yang sangat besar. Rakhmat, seperti dikutip Karlinah, dalam Elvinaro dan Erdiyana (2004) mengemukakan bahwa: “He doesn’t communicate what he says, he communicate what he is”. Komunikator tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Dalam hal ini, faktor “siapa” kadang-kadang lebih diperhatikan daripada faktor “apa”.

Universitas Sumatera Utara 2. Pesan Sesuai dengan karakteristik dari pesan komunikasi massa yaitu bersifat umum, maka pesan harus diketahui oleh setiap orang. Penataan pesan bergantung pada sifat media yang berbeda antara satu sama lainnya. Disini dimensi seni tampak sangat berperan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Severin dan Tankard (1992) bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan (skill), sebagian seni (art) dan sebagian ilmu (science). Tanpa dimensi seni menata pesan, tidak mungkin media surat kabar, majalah, radio siaran, televisi dan film dapat memikat perhatian khalayak, yang pada akhirnya pesan tersebut dapat mengubah sikap, pandangan, dan perilaku komunikan.

3. Media Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). Para sarjana sepakat bahwa jenis-jenis media yang digolongkan dalam media massa adalah pers, radio siaran, televisi dan film. Media massa inilah yang paling sering menimbulkan masalah dalam semua bidang kehidupan, yang semakin lama semakin kompleks karena perkembangan teknologi, sehingga senantiasa memerlukan pengkajian yang seksama. Sifat media yang akan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang akan diterpa.

4. Khalayak Khalayak yang dituju oleh komunikasi massa adalah massa atau sejumlah besar khalayak. Karena banyaknya jumlah khalayak serta sifatnya yang anonim dan heterogen, maka sangat penting bagi media untuk memperhatikan khalayak. Berdasarkan hal-hal tersebut, ada pesan-pesan media massa yang diminati oleh seluruh khalayak, ada pula yang hanya diminati oleh kelompok tertentu, misalnya kelompok usia (anak-anak, remaja, dewasa), kelompok agama, kelompok etnis dan sebagainya. Dengan demikian harus ditentukan strategi komunikasi dalam menyusun suatu acara atau rubrik tertentu untuk mencapai sasaran khalayak (target audience) atau sasaran kelompok (target groups). Dalam strategi komunikasi massa, diperlukan analisis yang seksama karena banyaknya dan kompleksnya khalayak yang dituju. Proses pembagian suatu khalayak, misalnya khalayak pemirsa televisi dapat dikategorikan ke dalam kelompok-kelompok kecil:

Universitas Sumatera Utara usia antara 6-10 tahun, kelompok ibu rumah tangga, usia 25-40 tahun atau remaja usia antara 13-18 tahun. Pembagian ini oleh para akademisi dinamakan demasifikasi, sedangkan oleh kalangan industri diberi nama segmentasi khalayak. Melalui demasifikasi, pengiklan dapat mengarahkan himbauan mereka kepada kelompok tertentu yang menjadi sasarannya.

5. Filter dan Regulator Komunikasi Massa Dalam komunikasi massa pesan yang disampaikan media pada umumnya ditujukan kepada massa (khalayak) yang heterogen. Khalayak yang heterogen ini akan menerima pesan melalui media sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, pendidikan, agama, usia, budaya dan sebagainya. Oleh karena itu, pesan tersebut akan di-filter (disaring) oleh khalayak yang menerimanya. Filter utama yang dimiliki oleh khalayak adalah indra yang dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu: 1. Budaya Pesan yang disampaikan oleh komunikator melalui media massa akan diberi arti yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang budaya khalayak. 2. Psikologikal Pesan yang disampaikan media akan diberi arti sesuai dengan frame of reference dan field of experience (ruang lingkup pandangan dan ruang lingkup pengalaman) khalayak. 3. Fisikal Kondisi fisik seseorang baik internal maupun eksternal akan memengaruhi khalayak dalam memersepsi pesan media massa. a. Kondisi fisik internal dimaksudkan sebagai keadaan kesehatan seseorang. b. Kondisi fisik eksternal yaitu keadaan lingkungan di sekitar komunikan ketika menerima pesan dari media massa.

Regulator adalah lembaga atau individu yang mewakili lembaga berwenang yang memberi perhatian atau tekanan berlebih terhadap poin-poin/kasus-kasus tertentu serta mengurangi perhatian pada hal-hal lainnya. Sebagai isi berita, bisa saja pesan telah berkurang dari yang semestinya (distorsi) atau bahkan berbeda dari berita aslinya. Berbeda dengan filter, regulator berada di luar lembaga. Di negara Uni Soviet terdapat lima regulator, yaitu

Universitas Sumatera Utara pemerintah, sumber berita, advertiser (pemasang iklan), profesi/ikatan profesi kewartawanan, dan konsumen yang mempunyai kode etik tertentu.

6. Gatekeeper (Penjaga Gawang) Dalam proses perjalanan sebuah pesan dari sumber media massa kepada penerimanya, gatekeepers ikut terlibat di dalamnya. Istilah gatekeepers pertama kali digunakan oleh Kurt Lewin dalam bukunya Human Relations (1974). Istilah ini mengacu pada proses: (1) suatu pesan berjalan melalui berbagai pintu, selain juga pada (2) orang atau kelompok yang memungkinkan pesan lewat (pada Joseph A. Devito, dalam Elvinaro dan Erdiyana, 2004). Gatekeepers dapat berupa seseorang atau satu kelompok yang dilalui suatu pesan dalam perjalanannya dari sumber kepada penerima. Fungsi utama gatekeeper adalah menyaring pesan yang diterima seseorang. Ketika menyampaikan pesan tersebut, gatekeeper mungkin memodifikasi dengan berbagai cara dan berbagai alasan, gatekeeper membatasi pesan yang diterima komunikan. Editor surat kabar, majalah, penerbitan juga dapat disebut sebagai gatekeeper. Mereka melewatkan sebagian informasi dan menahan yang lainnya. Seorang gatekeeper dapat memilih, mengubah, bahkan menolak pesan yang disampaikan kepada penerima.

2.3.3 Fungsi Komunikasi Massa Dalam membicarakan fungsi-fungsi komunikasi massa ini ada satu hal yang perlu disepakati terlebih dahulu. Ketika kita membicarakan fungsi komunikasi massa yang harus ada dalam benak kita adalah kita juga sedang membicarakan fungsi media massa. Karena komunikasi massa itu sendiri berarti komunikasi lewat media massa. Ini berarti, komunikasi massa tidak akan ditemukan maknanya tanpa menyertakan media massa sebagai elemen terpenting dalam komunikasi massa. Sebab, tak ada komunikasi massa tanpa ada media massa. Alasan inilah yang mendasari mengapa ketika kita memperbincangkan fungsi komunikasi massa sekaligus membicarakan fungsi media massa pula (Nurudin, 2003:61-62) Dalam Nurudin (2003:62-86) dijelaskan fungsi komunikasi massa sebagai berikut:

1. Informasi Fungsi informasi adalah fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal juga punya fungsi memberikan informasi disamping juga fungsi-fungsi yang lain. Fakta-fakta yang dicari oleh wartawan di lapangan

Universitas Sumatera Utara kemudian dituangkannya dalam tulisan juga tak terkecuali sebagai informasi. Fakta yang dimaksud adalah ada kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta itu biasa diringkas dalam istilah 5W + 1H (What, Where, Who, When, Why + How). Saat ini, konsep 5W + 1H atau straight news (berita singkat) sudah dikembangkan dengan peliputan jurnalisme investigasi (investigative jurnalism). Yakni suatu bentuk peliputan yang dilakukan secara mendalam. Jadi tidak saja sekedar menampilkan unsur berita 5W + 1H saja. Ada banyak data pendukung yang ada dalam berita tersebut. Data itu bisa angka-angka atau wawancara yang dilakukan pada beberapa sumber berita. Cara penulisan berita yang seperti ini juga menyajikan informasi. Faktanya tetap ada yakni 5W + 1H hanya dikupas secara mendalam. Bahkan sekarang, banyak media (terutama majalah) mengembangkan penulisan feature, sebuah gabungan penulisan antara kaidah sastra dengan kaidah jurnalistik. Kaidah sastra berhubungan dengan teknik penulisan. Artinya, agar tulisan itu menarik dan enak untuk dibaca. Sementara, kaidah jurnalistik mendukung dimunculkannya fakta-fakta yang didapat di lapangan. Penulisan feature tanpa kaidah sastra akan menghasilkan tulisan yang keras, kering dan tidak enak dibaca. Sementara tulisan yang hanya berlandaskan kaidah sastra hanya berupa khayalan yang dituang dalam sebuah tulisan dan tak ada fakta yang disajikan dalam tulisan. Maka feature menggabungkan keduanya. Disamping itu buku juga bisa memberikan informasi. Buku yang dimaksud tentu bukan sekedar buku fiksi tetapi buku yang memang ditulis berdasarkan fakta-fakta pula. Sebab, informasi yang dimaksud di sini adalah informasi yang berdasarkan fakta. Alasannya, informasi yang tidak berdasarkan fakta itu sama dengan isu, kabar bohong, atau desas- desus.Termasuk juga adalah film-film sejarah. Alasan mengapa film-film sejarah masuk dalam fungsi komunikasi juga adalah dikarenakan faktanya ada. Hanya proses pembuatannya dilakukan dengan prinsip-prinsip yang berlaku dalam pembuatan film.

2. Hiburan Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita memang masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu. Misalnya, suami dan istri kerja seharian, anak bersekolah. Karena dalam seharinya mereka capek dengan aktivitasnya masing-masing, maka ketika malam hari mereka berada di rumah punya kemungkinan besar menjadikan televisi sebagai media hiburan. Paling tidak untuk hiburan karena dalam aktivitas hariannya telah

Universitas Sumatera Utara membuatnya lelah. Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena mereka akan bisa melihat bersama-sama, bercanda, menonton acara televisi sambil menikmati makanan ringan. Media cetak biasanya tidak menempatkan hiburan pada posisi paling atas. Biasanya informasi. Tetapi, media cetak ini pun tetap harus memfungsikan hiburan, Gambar-gambar yang muncul di setiap halaman, adanya teka-teki, cerita bergambar (cergam) menjadi beberapa ciri di mana media cetak juga memberikan layanan hiburan. Itu pulalah kenapa, terbitan hari Minggu untuk harian sangat berbeda jauh dengan hari yang lain. Hari Minggu akan diisi rubrik-rubrik yang lebih menghibur. Pembaca surat kabar itu menikmati hari Minggu juga untuk rileks dan santai bersama keluarga. Jika koran Minggu itu sama saja dengan terbitan hari biasanya bisa jadi tidak laku. Membuat koran untuk hiburan pada hari Minggu menjadi bukti bahwa masyarakat kita memang menikmati hari Minggu itu untuk mencari hiburan. Helena Olii (2011) mengatakan bahwa dewasa ini media massa, terutama radio dan televisi, lebih menonjolkan aroma hiburan. Unsur hiburan menghiasi media massa, diselingi dengan berbagai pesan yang juga dikemas sebagai hiburan. Pemandu acara yang ditampilkan adalah mereka yang populer di kalangan penonton atau pendengar. Surat kabar saat ini dikemas agar banyak memberikan informasi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

3. Persuasi Fungsi persuasif dari komunikasi massa ini tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada tajuk rencana, artikel dan surat pembaca adalah contoh tulisan persuasif. Misalnya, iklan sampo di televisi yang mengatakan boleh keramas setiap hari. Tujuan iklan ini jelas, mempengaruhi penonton untuk mengikuti apa yang dikatakan iklan tersebut. Lebih khusus lagi adalah mempengaruhi agar penonton memakai sampo yang diiklankan tersebut dan tidak memakai sampo yang lain. Sebab, dengan memakai sampo itu penonton boleh keramas setiap hari. Banyak dari apa yang khalayak baca, dengar dan lihat penuh dengan kepentingan persuasif ini. Kampanye politik yang secara periodik menyita perhatian kita di media massa, hampir murni persuasif. Berita-berita yang berasal dari pemerintah pada semua tingkatan mempunyai basis dasar propaganda. Dan propaganda ini apalagi kalau bukan untuk mempengaruhi. Apa yang khalayak lihat, dengar dan baca di media didesain untuk

Universitas Sumatera Utara mempengaruhinya. Ratusan film dibuat di Amerika setiap tahun berhubungan dengan informasi dan khususnya persuasif. Bagi Joseph A Devito (1997) fungsi persuasi ini dianggap sebagai bentuk yang paling penting. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk; (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang, (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu, dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu. Media seringkali membuat atau mengukuhkan nilai-nilai yang sudah kita yakini sebelumnya. Orang religius punya kecenderungan mendengarkan acara-acara televisi yang berbau religius. Dalam posisi ini, media mampu mengukuhkan nilai yang diyakini seseorang itu. Seseorang yang tidak memihak pada suatu partai politik akan berubah aspirasi politiknya karena pengaruh pemberitaan di media massa. Perubahan cara berpakaian yang dialami mahasiswa sedikit banyak dipengaruhi oleh televisi. Dengan kata lain televisi mampu mengubah cara berpakaian. Media massa juga mampu dalam upaya menggerakkan seseorang untuk berbuat sesuatu hal dan tidak berbuat sesuatu yang lain. Misalnya dalam iklan. Iklan tujuan utamanya adalah menggerakkan konsumen untuk membeli barang yang diiklankan. Mengapa seseorang memilih barang “A” dan tidak memilih barang “B” dalam masyarakat industri sekarang sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan media.

4. Transmisi Budaya Transmisi budaya adalah salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit diperbincangkan. Transmisi budaya tak dapat dielakkan selalu hadir untuk berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Demikian juga, beberapa bentuk komunikasi menjadi, jika pernah sedikitnya, bagian dari pengalaman dan pengetahuan individu Melalui individu, komunikasi menjadi bagian dari pengalaman kolektif kelompok, publik, audience berbagai jenis dan individu bagian dari suatu massa. Ini adalah pengalaman kolektif yang direfleksikan kembali melalui bentuk komunikasi, tidak hanya melalui media massa, tetapi juga dalam seni, ilmu pengetahuan, masyarakat. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan; kontemporer dan historis. Dua tingkatan ini tidak dipisahkan dan terjalin secara konstan. Dan lagi, media massa adalah alat utama di dalam transmisi budaya pada kedua tingkatan itu. Di dalam tingkatan kontemporer, media memperkuat konsensus nilai masyarakat, dengan selalu memperkenalkan

Universitas Sumatera Utara bibit perubahan secara terus menerus. Ini adalah faktor yang memberi petunjuk teka-teki yang mengitari media massa; mereka secara serempak pengukuh status quo dan mesin perubahan. Televisi, sebagai contoh, tidak hanya cermin tetapi juga pencetak waktu. Sebagaimana program televisi atau film yang mempertontonkan tema-tema tabu seperti telanjang, dan seks, merefleksikan perubahan di dalam struktur sosial (perubahan di mana televisi bertanggungjawab terhadap semua sebab itu). Secara historis umat manusia telah dapat melewati atau menambahkan pengalaman baru dari sekarang untuk membimbingnya ke masa depan. Manusia tidak hanya dapat mengakumulasi pengalamannya, tetapi juga mereka telah membuktikan dapat menyortir dan menyaring diantara ingatan, membuang yang tidak dibutuhkannya, dan pemesanan istirahat untuk kesenangan dalam transmisi baik kepada teman sebaya atau anak cucu.

5. Mendorong Kohesi Sosial Kohesi yang dimaksud di sini adalah penyatuan. Artinya, media massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Media merangsang masyarakat untuk memikirkan dirinya bahwa bercerai berai itu bukan keadaan yang baik bagi kehidupan mereka. Media yang memberitakan akan arti pentingnya kerukunan hidup umat beragama, sama saja media itu mendorong kohesi sosial. Termasuk di sini media yang mampu meliput beritanya dengan teknik cover both sides (meliput dua sisi yang berbeda secara seimbang). Dalam posisi ini, media massa secara tidak langsung berperan dalam mewujudkan kohesi sosial. Dalam bahasa yang populer kohesi sosial ini bisa disamakan artinya dengan integrasi. Sebab, media yang tidak bisa menerapkan prinsip berita berimbang itu jelas tak bisa mendorong penyatuan masyarakat atau dengan kata lain, media massa hanya menciptakan disintegrasi sosial. Tetapi ketika media punya fungsi untuk menciptakan integrasi sosial, sebenarnya di sisi lain media juga punya peluang untuk menciptakan disintegrasi sosial. Jadi sebenarnya, peluang untuk menciptakan integrasi dan disintegrasi sama besarnya. Dengan kata lain, kalau kita membicarakan fungsi media sebagai penyatu masyarakat tak bisa dipungkiri kita juga perlu memperbincangkan peluang munculnya permusuhan, konflik di masyarakat akibat dari pemberitaan media. Lazarsfeld dan Merton pernah mengatakan bahwa media itu juga punya fungsi narcotising dysfunction (racun pembius). Meskipun istilah ini sangat ekstrim, tetapi tak bisa dipungkiri media massa yang tidak dikelola secara bijak atau bahkan hanya mengejar keuntungan materi bisa menjadi “racun” bagi masyarakat. Ia tidak bisa mengarahkan masyarakat untuk maju, bersatu, jujur tetapi justru sebaliknya menciptakan kemunduran

Universitas Sumatera Utara masyarakat, bercerai berai atau terus konflik dan mendorong kebohongan. Oleh karena itu media yang tidak dikelolasecara profesional, berdasarkan moral yang baik sangat berbahaya bagi masyarakat.

6. Pengawasan Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan. Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi pengawasan ini bisa dibagi menjadi dua yakni warningor beware surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental surveillance atau pengawasan instrumental. Suatu media yang misalnya memberitakan mengenai tentang aktivitas gunung berapi, maka sejatinya media tersebut sedang melaksanakan fungsi pengawasan peringatan. Fungsi pengawasan juga bisa dilihat dari pemberitaan tentang munculnya badai, topan, gelombang lautan yang mengganas, angin ribut disertai huan lebat dan sebagainya. Bahkan fungsi pengawasan peringatan ini juga termasuk informasi tentang suatu wabah penyakit yang mulai menyebar. Termasuk juga di sini tentang akan adanya serangan militer yang dilakukan negara lain. Sedangkan fungsi kedua dari fungsi pengawasan adalah pengawasan instrumental (instrumental surveillance). Aktualisasi dari fungsi ini adalah penyebaran informasi yang berguna bagi masyarakat. Harga kebutuhan sehari-hari adalah informasi penting yang sangat dibutuhkan masyarakat. Termasuk di sini adalah informasi tentang produk-produk baru yang ada di pasaran dan juga berita tentang jadwal acara televisi atau film-film yang diputar di gedung bioskop.

7. Korelasi Fungsi korelasi yang dimaksud disini adalah fungsi menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya. Fungsi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekspos penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah. Dalam menjalankan fungsi korelasi, media sering kali bisa menghalangi ancaman terhadap stabilitas sosial dan memonitor atau mengatur opini publik. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah peran media massa sebagai penghubung antar berbagai komponen masyarakat. Sebuah berita yang disajikan oleh seorang reporter akan menghubungkan nama sumber (salah satu unsur bagian masyarakat) dengan pembaca surat kabar (unsur bagian masyarakat yang lain).

Universitas Sumatera Utara Bahkan antar unsur dalam masyarakat ini bisa saling berkomunikasi satu sama lain melalui media massa. Misalnya, masyarakat mengiginkan agar pemerintah dijalankan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang benar. Banyak hal yang sudah dilakukan baik melalui pernyataan sikap, unjuk rasa dan demonstrasi. Fakta-fakta yang dilakukan masyarakat ini kemudian disiarkan lewat media massa untuk ditujukan kepada khalayak yang lebih luas. Kemudian, pemerintah membaca atau menonton aksi yang dilakukan masyarakat tersebut. Lalu pemerintah menanggapinya entah menanggapi bahwa selama ini pemerintah sudah melaksanakan prinsip-prinsip itu walaupun masih banyak kekurangan atau menanggapi dan berjanji akan melaksanakan apa yang diproteskan masyarakatnya. Dalam posisi ini media menjadi penghubung (korelasi) antara masyarakat dengan pemerintah. Tak terkecuali dengan iklan. Iklan akan menghubungkan antara pemasang iklan tersebut dengan sasaran dalam iklan itu. Misalnya, iklan kosmetik. Iklan dalam media massa ini akan menghubungkan antara produsen kosmetika, biro iklan dengan para ibu-ibu, remaja putri atau sasaran lainnya. Bagi Charles R. Wright fungsi korelasi termasuk juga menginterpretasikan pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian-kejadian.

8. Pewarisan Sosial Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informasi yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan nilai, norma, pranata, etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Dengan cara ini, media massa bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar pengalaman umum mereka. Suatu media cetak yang memberitakan tentang ulang tahun bung Hatta (proklamator RI) dengan ulasan disertai ide-ide brilian wakil presiden pertama RI itu, dalam posisi demikian media itu sedang berfungsi mewariskan ide dan gagasan bung Hatta kepada generasi selanjutnya. Misalnya ide atau gagasannya tentang koperasi yang saat ini sudah disalahgunakan untuk kepentingan politik. Media televisi yang selalu memberitakan sinetron yang tema ceritanya nyaris seragam misalnya hanya seputar konflik orang tua dengan anak atau hamil di luar nikah yang sering digambarkan dalam sinetron televisi di Indonesia secara tidak langsung sedang melaksanakan fungsi pewarisan pula. Kalau selama ini hamil di luar nikah masih dianggap tabu, sementara banyak kasus sinetron yang menceritakan hal serupa, maka dampaknya lambat atau cepat hamil di luar nikah akan dianggap hal biasa dan bukan tabu lagi. Masalahnya, sinetron adalah

Universitas Sumatera Utara cerminanrealitas sosial yang terjadi di masyarakat. Masyarakat akan menganggap apa yang ditampilkan sineton adalah cermin realitas masyarakat sebenarnya, meskipun sebenarnya tidak sesederhana itu. Media juga dikatakan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman budaya dan membantu meningkatkan masyarakat massa. Hal ini menandakan bahwa, karena media massa, kita cenderung membicarakan hal yang sama. Hal ini mendasarkan pada satu gagasan bahwa jutaan orang menerima model peran yang disajikan media akibat begitu besarnya tingkat penggunaan media. Bahkancara berpakaian yang sudah sedemikian berubah pada anak muda juga dampak dari apa yang dipertontonkan dalam televisi. Dengan demikian, media punya peran pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

2.4 Berita Prof. Mitchel V. Charnley dalam bukunya Reporting mendefinisikan berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat, penting, atau kedua-keduanya bagi sejumlah besar orang. Assegaff mendefinisikan berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang terkini, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena dia luar biasa, entah karena penting atau akibatnya, entah pula karena dia mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. Doug Newsom dan James A. Wollert dalam Media Writing: News for the Mass Media mendefinisikan berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang (masyarakat). Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa saja yang mereka butuhkan (Paryadi, 2008: 75-76). Freda Morris (1996) mengemukakan berita adalah sesuatu yang baru, penting yang dapat memberikan dampak dalam kehidupan manusia. Dari definisi ini, ada tiga unsur pada sebuah berita yakni baru, penting dan berguna bagi manusia. Definisi berita ini semakin memperluas khasanah kita tentang berita. Berita tidak hanya sekedar mengandung sesuatu yang aneh, tetapi juga baru, penting dan berguna bagi pemirsa. Eric C. Hepwood (1996) mengemukakan, berita adalah laporan pertama dari kejadian yang penting sehingga dapat menarik perhatian umum. Definisi ini mengungkapkan tiga unsur berita yakni aktual, penting dan menarik. J. B. Wahyudi mengemukakan, berita adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai penting, menarik bagi sebagian khalayak, masih baru dan dipublikasikan secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak akan menjadi berita

Universitas Sumatera Utara bila tidak dipublikasikan melalui media massa periodik. Dari definisi yang dikemukakan oleh J. B. Wahyudi tersebut dapat dipahami bahwa berita bukan hanya kejadian atau peristiwa, tetapi juga pendapat yang memiliki nilai penting, menarik dan aktual. Selain itu, dalam karya jurnalistik, peristiwa atau pendapat tersebut baru dapat dikatakan sebuah berita bila sudah dipublikasikan melalui media massa periodik, seperti surat kabar, majalah, radio dan TV. Jadi, kalau berita itu disajikan melalui papan pengumuman, selebaran, leaflet atau spanduk tentu pengertiannya bukan lagi berita. Itu adalah pengumuman atau pemberitahuan (Arifin, 2007:3-4).

2.4.1 Jenis Berita Dalam Morissan (2008:25-27) jenis berita dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news). 1. Berita keras Berita keras atau hard news itu adalah segala informasi penting dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran karena sifatnya yang harus segera ditayangkan agar dapat diketahui khalayak audien secepatnya.

2. Berita lunak Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun tidak bersifat harus segera ditayangkan. Berita yang masuk kategori ini ditayangkan pada satu program tersendiri di luar program berita. Program yang masuk ke dalam kategori berita lunak ini adalah: magazine, current affair, dokumenter dan talk show.

Sedangkan dalam Paryadi (2008:88-89), jenis berita berdasarkan isi materinya (contens), secara umum dapat dibedakan atas tiga, yaitu : 1. Berita berat (hard news) Berita berat yaitu yang bersifat “keras”, yang dapat menimbulkan dampak psikologis yang tidak mengenakkan bagi pembaca karena menguras emosi serta energi yang tinggi pada pembaca. Berita-berita yang bersifat keras misalnya berita tentang perampokan, pembunuhan, perkosaan, pemboman dan lain sebagainya.

2. Berita sedang (middle range news)

Universitas Sumatera Utara Berita sedang adalah berita yang tidak keras dan tidak juga ringan. Berita sedang, dapat memberikan dampak psikologis yang tidak sama antara pembaca yang satu dengan pembaca yang lainnya.

3. Berita ringan (soft news) Berita ringan adalah berita yang materi beritanya bernuansa ringan. Berita ringan bersifat menghibur dan ada unsur humornya. Misalnya, berita seorang presiden dari luar negeri yang datang ke Indonesia dan turun ke sawah untuk belajar menanam padi. Berita tentang kelahiran binatang langka, perlombaan burung berkicau, tentang tanaman langka dan lain sebagainya.

2.5 Konstruksi Sosial Media Massa Asal mula konstruksi sosial dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan- gagasan konstruktif kognitif. Menurut Von Glasersfeld, pengertian konstruktif kognitif muncul pada abad ini. Dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun apabila ditelusuri, sebenarnya gagasan-gagasan pokok konstruktivisme sebenarnya telah dimulai oleh Giambatissta Vico, seorang epistimolog dari Italia, ia adalah cikal bakal konstruktivisme. Gagasan awal dari teori konstruksi sosial media massa ini adalah untuk mengoreksi teori konstruksi sosial atas realitas yang dibangun oleh Berger dan Luckmann (1965). Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas sosial yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa (Bungin, 2008:287-288). Dalam Bungin (2006: 195-203) dijelaskan bahwa proses kelahiran konstruksi sosial media massa melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga hal, yaitu kedudukan (tahta), harta dan perempuan. Fokus pada kedudukan termasuk juga adalah persoalan jabatan, pejabat, dan kinerja birokrasi dan layanan publik. Sedangkan yang berhubungan dengan harta menyangkut persoalan kekayaan, kemewahan materi, termasuk juga adalah persoalan korupsi dan sebagainya. Masalah perempuan menyangkut aurat, wanita

Universitas Sumatera Utara cantik dan segala macam aktivitas mereka, terutama yang berhubungan dengan kekuasaan dan harta. Selain tiga hal itu ada juga fokus-fokus lain, seperti informasi yang sifatnya menyentuh perasaan banyak orang, yaitu persoalan-persoalan sensivitas, sensualitas, maupun kengerian. Sensivitas menyangkut persoalan-persoalan sensitif di masyarakat, seperti isu-isu yang meresahkan masyarakat atau agama tertentu. Sensualitas, yaitu yang berhubungan dengan seks, aurat, syahwat, maupun aktivitas yang berhubungan dengan objek-objek itu, sampai dengan masalah-masalah pornomedia. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu: 1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti, media massa digunakan oleh kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal. Dengan demikian, media massa tidak bedanya dengan supermarket, pabrik kertas, pabrik uranium, dan sebagainya. Semua elemen media massa, termasuk orang-orang media massa berpikir untuk melayani kapitalisnya, ideologi mereka adalah membuat media massa yang laku di masyarakat. 2. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung- ujungnya adalah juga untuk menjual berita dan menaikkan rating untuk kepentingan kapitalis. 3. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap media massa, namun akhir-akhir ini visi tersebut tak pernah menunjukkan jati dirinya, namun slogan- slogan tentang visi ini tetap terdengar.

Jadi dalam menyiapkan meteri konstruksi, media massa memosisikan diri pada tiga hal tersebut di atas, namun pada umumnya keberpihakan kepada kepentingan kapitalis menjadi sangat dominan mengingat media massa adalah mesin produksi kapitaslis yang mau ataupun tidak harus menghasilkan keuntungan. Dengan demikian, apabila keberpihakan media massa pada masyarakat, maka sudah tentu keberpihakan itu harus menghasilkan uang untuk kantung kapitalis pula. Tidak jarang dalam menyiapkan sebuah materi pemberitaan, terjadi pertukaran kepentingan di antara pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pihak-pihak yang

Universitas Sumatera Utara berpekentingan dengan sebuah pemberitaan, membeli halaman-halaman tertentu atau jam- jam siaran tertentu dengan imbalan pertukaran, bukan saja uang dan materi lain, akan tetapi bisa jadi sebuah blow up terhadap pencitraan terhadap pihak-pihak yang membeli pemberitaan itu.

2. Tahap Sebaran Konstruksi Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real-time. Media elektronik memiliki konsep real-time yang berbeda dengan media cetak. Karena sifat-sifatnya yang langsung (live), maka yang dimaksud dengan real-time oleh media elektronik adalah seketika disiarkan, seketika itu juga pemberitaan sampai ke pemirsa atau pendengar. Namun bagi varian-varian media cetak, yang dimaksud dengan real-time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau bulan, seperti terbitan harian, terbitan mingguan, atau terbitan beberapa mingguan atau bulanan. Walaupun media cetak memiliki konsep real-time yang sifatnya tertunda, namun konsep aktualitas menjadi pertimbangan utama sehingga pembaca merasa tepat waktu memperoleh berita tersebut. Pada umumnya, sebaran konstruksi sosial media massa menggunakan model satu arah, di mana media menyodorkan informasi sementara konsumen media tidak memiliki pilihan lain kecuali mengonsumsi informasi itu. Model satu arah ini terutama terjadi pada media cetak. Sedangkan media elektronik khususnya radio, bisa dilakukan dua arah, walaupun agenda setting konstruksi masih didominasi oleh media. Pilihan-pilihan wilayah sebaran adalah strategi lain dalam sebaran konstruksi media berdasarkan pada segmentasi. Jadi, informasi tentang profil olahragawan tinju yang akan bertanding minggu ini adalah milik segmentasi yang berbeda dengan informasi-informasi tentang kosmetika. Pilihan-pilihan sumber informasi juga dapat dipilih berdasarkan pemetaan kekuasaan sosial sumber informasi itu di masyarakatnya. Jadi, pilihan Gus Dur sebagai sumber informasi konflik di tubuh PKB adalah berdasarkan pemetaan kekuasaan sosial Gus Dur di PKB. Pilihan Menteri Pendidikan sebagai sumber informasi kenaikan gaji guru adalah berdasarkan wilayah kekuasaan Menteri Pendidikan dalam mengatur kesejahteraan guru dan sebagainya. Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada pemirsa atau pembaca secepatnya dan setepatnya berdasarkan pada agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca.

Universitas Sumatera Utara 3. Tahap Pembentukan Konstruksi Tahap berikut setelah sebaran konstruksi, di mana pemberitaan telah sampai pada pembaca dan pemirsanya, yaitu terjadi pembentukan konstruksi di masyarakat melalui tiga tahap yang berlangsung secara generik. Pertama, konstruksi realitas pembenaran dan kedua, kesediaan dikonstruksi oleh media massa, dan ketiga, sebagai pilihan konsumtif. Tahap pertama adalah konstruksi pembenaran sebagai suatu bentuk konstruksi media massa yang terbangun di masyarakat yang cenderung membenarkan apa saja yang ada (tersaji) di media massa sebagai sebuah realitas kebenaran. Dengan kata lain, informasi media massa sebagai otoritas sikap untuk membenarkan sebuah kejadian. Ini adalah pembentukan konstruksi tahap pertama. Tahap kedua adalah kesediaan dikonstruksi oleh media massa, yaitu sikap generik dari tahap yang pertama. Bahwa pilihan seseorang untuk menjadi pembaca dan pemirsa media massa adalah karena pilihannya untuk bersedia pikiran-pikirannya dikonstruksi oleh media massa. Tahap ketiga adalah menjadikan konsumsi media massa sebagai pilihan konsumtif, di mana seseorang secara habit tergantung pada media massa. Media massa adalah bagian kebiasaan hidup yang tak bisa dilepaskan. Tiada hari, tanpa menonton televisi, tiada hari tanpa membaca koran, tiada hari tanpa mendengar radio, dan sebagainya. Pada tingkat tertentu, seseorang merasa tak mampu beraktivitas apabila ia belum membaca koran atau menonton televisi pada hari itu.

4. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca dan pemirsa memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu sebagai bagian untuk memberi argumentasi terhadap alasan-alasannya konstruksi sosial. Sedangkan bagi pemirsa dan pembaca, tahapan ini juga sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir dalam proses konstruksi sosial. Alasan-alasan yang sering digunakan dalam konfirmasi ini adalah umpamanya; (a) kehidupan modern menghendaki pribadi yang selalu berubah dan menjadi bagian dari produksi media massa. Pribadi yang jauh dari media massa akan menjadi pribadi yang selalu kehilangan informasi, karena itu ia terlambat untuk merebut kesempatan dan terlambat berubah. (b) Kedekatan dengan media massa adalah life style orang modern, di mana orang modern sangat menyukai popularitas, terutama sebagai subjek media massa itu sendiri. (c)

Universitas Sumatera Utara Media massa walaupun memiliki kemampuan mengkonstruksi realitas media massa berdasarkan subjektivitas media, namun kehadiran media massa dalam kehidupan seseorang merupakan sumber pengetahuan tanpa batas yang sewaktu-waktu dapat diakses.

2.6 Analisis Framing Analisis framing adalah salah satu metode analisis media, seperti halnya analisis isi dan analisis semiotik. Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa (Kriyantono, 2006: 255). Dalam penelitian framing, yang menjadi titik persoalan adalah bagaimana realitas/peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih spesifik, bagaimana media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu. Sehingga yang menjadi titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media (Eriyanto, 2012:10-11). Analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan (Sobur, 2004:162). Framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Proses pembentukan dan konstruksi realitas itu, hasil akhirnya adalah adanya bagian tertentu dari realitas yang lebih menonjol dan lebih mudah dikenal. Akibatnya, khalayak lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan secara menonjol oleh media. Aspek-aspek yang tidak disajikan secara menonjol, bahkan tidak diberitakan, menjadi terlupakan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh khalayak. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Penyajian tersebut dilakukan dengan menekankan bagian tertentu, menonjolkan aspek tertentu, dan membesarkan cara

Universitas Sumatera Utara bercerita tertentu dari suatu realitas/peristiwa. Di sini media menyeleksi, menghubungkan, dan menonjolkan peristiwa sehingga makna dari peristiwa lebih mudah menyentuh dan diingat oleh khalayak. Karenanya seperti yang dikatakan Frank D. Durham, framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Bagi khalayak, penyajian realitas yang demikian, membuat realitas lebih bermakna dan dimengerti (Eriyanto, 2012:76-77). Dalam praktiknya, framing dijalankan oleh media dengan menyeleksi isu tertentu dan mengabaikan isu lain; serta menonjolkan aspek isu tersebut dengan menggunakan pelbagai strategi wacana, seperti penempatan yang mencolok (menempatkan di headline, halaman depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang atau peristiwa yang diberitakan. Pada dasarnya, pola penonjolan tersebut tidaklah dimaknai sebagai bias, tetapi secara ideologis sebagai strategi wacana: upaya menyuguhkan kepada publik tentang pandangan tertentu agar pandangannya lebih diterima. Kata penonjolan (salience) didefinisikan sebagai membuat sebuah informasi lebih diperhatikan, bermakna, dan berkesan. Suatu peningkatan dalam penonjolan mempertinggi probabilitas penerima akan lebih memahami informasi, melihat makna lebih tajam, lalu memprosesnya dan menyimpannya dalam ingatan. Bagian informasi dari teks dapat dibuat lebih menonjol dengan cara penempatannya atau pengulangan atau mengasosiasikan dengan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal. (Sobur, 2004:164). Ada dua aspek dalam framing. Pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan: apa yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Bagian mana yang ditekankan dalam realitas? Bagian mana dari realitas yang diberitakan dan bagian mana yang tidak diberitakan? Penekanan aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angle tertentu, memilih fakta tertentu, dan melupakan fakta yang lain, memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek lainnya. Intinya peristiwa dilihat dari sisi tertentu. Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi berbeda antara satu media dengan media lain. Media yang menekankan aspek tertentu, memilih fakta tertentu akan menghasilkan berita yang bisa jadi berbeda kalau media menekankan aspek atau peristiwa yang lain. Kedua, menulis fakta. Proses ini berhubungan dengan bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Gagasan itu diungkapkan dengan kata, kalimat dan proposisi

Universitas Sumatera Utara apa, dengan bantuan aksentuasi foto dan gambar apa, dan sebagainya. Bagaimana fakta yang sudah dipilih tersebut ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu: penempatan yang mencolok (menempatkan di headline depan, atau bagian belakang), pengulangan, pemakaian grafis untuk mendukung dan memperkuat penonjolan, pemakaian label tertentu ketika menggambarkan orang/peristiwa yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan pemakaian kata yang mencolok, gambar dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini berhubungan dengan penonjolan realitas. Pemakaian kata, kalimat atau foto itu merupakan implikasi dari memilih aspek tertentu dari realitas. Akibatnya, aspek tertentu yang ditonjolkan menjadi menonjol, lebih mendapatkan alokasi dan perhatian yang besar dibandingkan aspek lain. Semua aspek itu dipakai untuk membuat dimensi tertentu dari konstruksi berita menjadi bermakna dan diingat oleh khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol atau mencolok, mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas (Eriyanto, 2012:81-82).

2.6.1. Prinsip dan Karakteristik Analisis Framing Dalam ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi . Konsep tentang framing atau frame sendiri bukan murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang bagi implementasi konsep-konsep sosiologis, politik, dan kultural untuk menganalisis fenomena komunikasi, sehingga suatu fenomena dapat diapresiasi dan dianalisis berdasarkan konteks sosiologis, politis, atau kultural yang melingkupinya (Sudibyo, dalam Sobur, 2004:162). Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut. (Sobur, 2004:162) Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang

Universitas Sumatera Utara ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing, yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca (Eriyanto, 2012:11).

2.6.2. Model Analisis Framing Robert Entman Robert Entman adalah salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media. Konsep mengenai framing ditulis dalam sebuah artikel untuk Journal of Political Communication dan tulisan lain yang mempraktikkan konsep itu dalam suatu studi kasus pemberitaan media (Eriyanto, 2012:219). Entman dalam Sobur (2004:164) mengatakan bahwa Framing memiliki implikasi penting bagi komunikasi politik. Frames, menurutnya, menuntut perhatian terhadap beberapa aspek dari realitas dengan mengabaikan elemen-elemen lainnya yang memungkinkan khalayak memiliki reaksi berbeda. Politisi mencari dukungan dengan memaksakan kompetisi satu sama lain. Mereka bersama jurnalis membangun frame berita. Dalam konteks ini, lanjut Entman, framing memainkan peran utama dalam mendesakkan kekuasaan politik, dan frame dalam teks berita sungguh merupakan kekuasaan yang tercetak−ia menunjukkan identitas para aktor atau interest yang berkompetisi untuk mendominasi teks. Namun Entman menyayangkan, banyak teks berita dalam merefleksikan permainan kekuasaan dan batas wacana atas sebuah isu, memperlihat homogenitas framing pada satu tingkat analisis, dan belum mempersaingkannya dengan framing lainnya. Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing analysis dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran manusia yang didesak oleh transfer (atau komunikasi) informasi dari sebuah lokasi, seperti pidato, ucapan/ungkapan, news report, atau novel. Framing, kata Entman secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas, dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan penanganannya (Sobur, 2004:165) Framing, menurut Entman merupakan proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga

Universitas Sumatera Utara menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar dari pada sisi yang lain (Eriyanto, 2012:77). Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu (Eriyanto, 2012:187). Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan, tetapi ada juga berita yang dikeluarkan. Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu (Kriyantono, 2006: 257). Bagian mana yang akan diliput oleh wartawan dari suatu isu/peristiwa? Aspek memilih fakta tidak dapat dilepaskan dari bagaimana fakta itu dipahami oleh media. Ketika melihat suatu peristiwa, wartawan mau tidak mau memakai kerangka konsep dan abstraksi dalam menggambarkan realitas. Proses pemilihan fakta ini menimbulkan akibat yang jauh. Karena begitu fakta didefinisikan maka di sana selalu terjadi proses pemilihan-yang dalam arti tertentu dapat berupa penonjolan-dan mengakibatkan penghilangan atas bagian tertentu dari realitas. Proses pemilihan fakta ini, tidak dapat dipahami semata-mata sebagai bagian dari teknis jurnalistik, tetapi juga politik pemberitaan. Yakni, bagaimana dengan cara dan strategi tertentu media secara tidak langsung telah mendefinisikan realitas. Pertama, dengan memilih fakta tertentu dan membuang fakta yang lain, realitas hadir dengan cara “bentukan” tertentu kepada khalayak. Kedua, sebagai akibat lebih lanjut, terjadi proses legitimasi dan delegitimasi kelompok-kelompok yang terlibat dalam pertarungan wacana tersebut. (Eriyanto, 2012:233,235-236). Penonjolan aspek-aspek tertentu dari isu berkaitan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari suatu peristiwa dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis. Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak. Misalnya penempatan-penempatan yang mencolok (di headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian label tertentu untuk menggambarkan orang atau peristiwa asosiasi terhadap simbol budaya, generalisasi, simplifikasi, dan sebagainya (Kriyantono, 2006:257). Proses penulisan fakta ini mau tidak mau sangat berhubungan dengan pemakaian bahasa dalam menuliskan realitas untuk dibaca oleh khalayak. Pilihan kata-kata tertentu yang dipakai tidak sekadar teknis jurnalistik, tetapi sebagai politik bahasa. Bagaimana bahasa−yang dalam hal ini umumnya pilihan kata-kata yang dipilih−dapat menciptakan

Universitas Sumatera Utara realitas tertentu kepada khalayak. Kata-kata tertentu tidak hanya memfokuskan perhatian khalayak pada masalah tertentu, tetapi juga membatasi persepsi kita dalam mengarahkannya pada cara berpikir dan keyakinan tertentu. Dengan kata lain, kata-kata yang dipakai dapat membatasi seseorang melihat perspektif lain, menyediakan aspek tertentu dalam suatu peristiwa dan mengarahkan bagaimana khalayak harus memahami suatu peristiwa. Tetapi, yang lebih penting, bagaimana kata-kata sesungguhnya dapat mengarahkan logika tertentu untuk memahami suatu persoalan (Eriyanto, 2012:236).

Tabel 2.3 Aspek Analisis Framing Robert Entman (Eriyanto, 2012: 222) Seleksi isu Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu terkandung di dalamnya ada bagian berita yang dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang dikeluarkan (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari suatu isu.

Penonjolan aspek Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika aspek tertentu dari isu tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut telah dipilih, bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Dari pemikiran pada tabel 2.1, Entman merumuskannya ke dalam bentuk model framing sebagai berikut: 1. Definisi masalah (Defining Problems) Pendefinisian masalah adalah elemen yang pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa, bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan menyebabkan realitas bentukan yang berbeda.

2. Memperkirakan sumber masalah (Diagnose Causes)

Universitas Sumatera Utara Memperkirakan penyebab masalah merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.

3. Membuat keputusan moral (Make Moral Judgement) Membuat pilihan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan dan memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak.

4. Menekankan penyelesaian (Treatment Recommendation/Suggest Remedies) Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah.

Tabel 2.4 Model Analisis Framing Robert Entman (Eriyanto, 2012:223-224) Define problems Bagaimana suatu peristiwa dilihat? sebagai (Pendefinisian Masalah) apa? atau sebagai masalah apa? Diagnose causes Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? (Memperkirakan masalah atau sumber apa yang dianggap sebagai penyebab dari masalah) suatu masalah ? siapa aktor yang dianggap sebagai penyebab masalah? Make moral judgement Nilai moral apa yang disajikan untuk (Membuat keputusan moral) mejelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan? Treantment recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan media (Menekankan penyelesaian) untuk mengatasi masalah itu?

Universitas Sumatera Utara 2.7 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran ialah penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan. Kerang berfikir disusun berdasarkan tinjau pustaka dalam hasil penelitian yang relevan (Husaini Usman dan Purnomo Setiady, 2009: 34). Dalam pengertian ini, karangka pemikirannya adalah sebagai berikut:

Pemberitaan Joko Widodo Dalam Peristiwa Kartu Kuning Jokowi di Sindonews

Analisis Framing Model Robert Entman

Konstruksi Pemberitaan Joko Widodo Dalam Peristiwa Kartu Kuning Jokowi di Sindonews

Universitas Sumatera Utara BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi metodologi penelitan adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian (Usman & Akbar, 2009: 41). Berdasarkan paradigma yang digunakan pada penelitian ini yang berlandas pada paradigma konstruktivisme, maka kecenderungan penelitian ini akan bersifat kualitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaaan objek yang diselidiki (seseorang, lembaga, masyarakat, pabrik, dan lain-lain) sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta yang aktual pada saat sekarang (Nawawi, 1995:67). Peneliti akan menggunakan analisis framing dalam menganalisis data. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, analisis framing bertujuan untuk melihat bagaimana pembingkaian informasi, fakta, dan realitas yang terjadi dalam suatu teks atau berita. Oleh karena itu, penelitian ini akan bersifat subjektif. Subjektivitas akan mengandalkan kemampuan peneliti dalam menafsirkan makna teks berita dengan melihat koherensi antar teks dan koherensi teks dengan konteksnya. Model framing yang peneliti gunakan dalam menganalisis teks berita mengenai kartu kuning Jokowi adalah Model Robert Entman. Model Robert Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. Entman (dalam Eriyanto, 2012:221-227) mengkonsepsikan dua dimensi besar tersebut dalam sebuah perangkat framing, yaitu: 1. Defining Problems atau definisi masalah adalah elemen pertama kali dapat kita lihat dalam analisis framing. Elemen ini merupakan master frame atau bingkai paling utama. Di tahapan inilah awal berita dikonstruksi.

Universitas Sumatera Utara 2. Diagnose Causes atau memperkirakan sumber masalah adalah bagaimana sebuah media membungkus siapakah aktor atau pelaku yang menyebabkan sebuah masalah timbul. Di sini penyebab bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga aspek siapa (who). 3. Make Moral Judgement/Evaluation atau keputusan moral adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumen atas pendefinisian masalah yang telah dibuat, ketika masalah dan penyebab masalah telah ditentukan, maka dibutuhkan argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. 4. Treatment Recommendation atau menekankan penyelesaian merupakan elemen framing yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan.

3.2 Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan seseorang, benda atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian (Idrus, 2009:91). Sindonews merupakan situs berita online yang secara resmi berdiri pada 4 Juli 2012, di bawah manajemen PT. Media Nusantara Dinamis. Sindonews memiliki tagline "Sumber Informasi Terpercaya", menyajikan informasi yang selaras dengan Sindo Media dan melakukan sinergi pemberitaan dengan semua media di MNC Group, seperti Koran Sindo, Sindo TV, Sindo Trijaya FM, Sindo Weekly, Okezone, MNC TV, RCTI, Global TV, dan MNC Channel. Sindonews memberikan akses informasi secara mudah, cepat, akurat, dan berkualitas kepada masyarakat luas. Berita yang dikemas dalam portal berita ini lebih mengarah kepada khalayak yang ingin membaca berita secara cepat, akurat, dan efisien. Kategori pemberitaan berupa informasi seputar Nasional, Metronews, Daerah, Ekonomi dan Bisnis, International,Sports, Soccer, dan Autotekno. Sindonews juga menyajikan informasi berbentuk multimedia seperti Sindo Photo, Sindo Video, dan Live TV MNC Media (about.sindonews.com). Berita disajikan lebih singkat dan mudah bagi para pengunjung kapan saja dan dimana saja dengan situs web https://www.sindonews.com/. Situs ini juga terkait dengan beberapa situs Sindonews diberbagai media sosial seperti https://twitter.com/sindonews (Twitter), https://www.facebook.com/sindonews/(Facebook), https://www.instagram.com/sindonews/ (instagram). Melalui situs-situs ini Sindonews.com berusaha membombardir publik lewat pemberitaanter-updatenya.

Universitas Sumatera Utara 3.2.1 Visi: Visi Sindonews.com adalah menjadi media yang ideal di wilayah Indonesia meliputi informasi berita nasional, bisnis, olahraga, hiburan,dan edukatif.

3.2.2 Misi: Sedangkan misi dari sindonews.com adalah menjadi media online nomor satu yang dekat dengan pembacanya. Dengan akses mudah, dan berita yang disajikan singkat namun lebih komplit atau lengkap.

3.2.3 Logo Sindonews:

3.2.4 Struktur Organisasi Sindonews:

A. Jajaran Direksi

President Director : Sururi Alfaruq Chief Financial Officer : Guido Muhammad Santoso Anwar Chief Marketing Officer : Lia Marliana

B. Tim Redaksi Pemimpin Redaksi : Pung Purwanto Wakil Pemimpin Redaksi : Djaka Susila Redaktur Pelaksana : Andryanto W., Puguh H. Redaktur : Alviana Harmayani Masrifah, Dwinarto, Esnoe Faqih Wardhana, Muh Iqbal Marsyaf, Ratman Suratman, Shalahuddin Sekretaris & Adm. Redaksi : Rachel Gisella Maritza Asisten Redaktur : Abdul Malik, Adam Prawira, Anto Kurniawan, Bagusthira Evan Pratama, Berlianto, Dzikry Subhanie, Eidi Krina Jason Sembiring, Hasan Kurniawan, Izzudin, Mihardi, Mohammad Atik Fajardin, Mohammad Purwadi, Muhaimin.

Universitas Sumatera Utara 3.3 Objek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang merujuk pada masalah atau tema yang sedang diteliti (Idrus, 2009:91). Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah kumpulan berita tentang kartu kuning Jokowi yang ada di Sindonews sepanjang 2 Februari 2018 - 8 Februari 2018.

3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi dokumenter, yaitu data unit analisis dikumpulkan dengan cara mengumpulkan data dari bahan-bahan tertulis pada Sindonews yang memuat berita tentang kartu kuning Jokowi. Berita-berita terkait kemudian dikumpulkan dan selanjutnya dilakukan analis data. b. Studi kepustakaan (library research), yaitu penelitian dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3.5 Teknik Analisis Data Analisis data kualitafif menurut Bogdan dan Biklen (1982, dalam Moleong, 2006:248) merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pada penelitian ini data atau berita yang telah dikumpulkan, diuraikan dan diidentifikasikan dengan berpedoman pada model analisis framing yang dikembangkan oleh Robert Entman. Hasil identifikasi tersebut dianalisis untuk menemukan media package yang digunakan oleh media online Sindonews dalam mengkonstruksi fakta menjadi wacana media dengan menggunakan perangkat analisisframing Robert Entman. Mulanya data primer yang berupa dokumen-dokumen berita mengenai kartu kuning Jokowiakan dikumpul dengan lengkap dan disusun urutan judul, tanggal terbit serta rubriknya, yang akan dijelaskan pada tabel 3.1.

Universitas Sumatera Utara Selanjutnya objek penelitian akan diteliti satu per satu. Pertama, isi berita dan sumber berita akan dijelaskan pada tabel 3.2. Kedua, setiap berita akan diuraikan setiap frame-nya pada tabel 3.3 untuk melihat bagaimana kecenderungan konstruksi berita tersebut dengan acuan model analisis framingRobert Entman.

Tabel 3.1 Contoh Tabel Berita yang Diteliti Judul Berita Tanggal Terbit Rubrik

Tabel 3.2 Contoh Tabel Paparan Singkat Narasumber Berita dan Isi Berita Judul Berita Isi Berita Sumber Berita

Tabel 3.3 Contoh Tabel Frame Isi Pemberitaan

Defining Problems

(Pendefinisian masalah)

Diagnose Cause

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Make Moral Judgement/Evaluation

(Membuat keputusan moral)

Treatment Recommendation

(Menekankan penyelesaian)

Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Penelitian Pada proses penelitian ini peneliti, menggunakan referensi data melalui internet mengenai berita kartu kuning Jokowi. Peneliti terlebih dahulu mencari berita pada fitur pencarian yang tertera laman Sindonews dengan kata kunci “Kartu Kuning Jokowi”. Selanjutnya peneliti memilih setiap berita yang berkaitan dengan kata kunci Kartu Kuning Jokowi tersebut. Berita-berita yang berkaitan dengan Kartu Kuning Jokowidipublikasikan mulai tanggal 2 Februari 2018 bertepatan dengan tanggal peristiwa aksi Kartu Kuning oleh Zaadit Taqwa tersebut terjadi, sampai dengan tanggal8 Februari 2018. Selama 6 hari berturut-turut Sindonews selalu meng-update berita-berita mengenai Kartu Kuning Jokowi. Pada laman media online Sindonews, berita mengenai Kartu Kuning Jokowi terdapat sebanyak sepuluh berita. Keseluruhan berita tersebut dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.1 Daftar Berita sindonews terkait dengan Kartu Kuning Jokowi

Judul Berita Tanggal Terbit Rubrik

Alasan Ketua BEM UI Acungkan 'Kartu Jumat, 2 Februari 2018 Politik Kuning' ke Jokowi

Beri 'Kartu Kuning' ke Jokowi, Ketua BEM Jumat, 2 Februari 2018 Politik UI: Ini Momentum

Sikapi 'Kartu Kuning' untuk Jokowi, Sabtu, 3 Februari 2018 Politik Politikus PDIP Ingat Pesan Mega

Kartu Kuning Ketua BEM UI ke Jokowi Sabtu, 3 Februari 2018 Politik Bukan Bentuk Penghinaan

Universitas Sumatera Utara Kartu Kuning untuk Jokowi dan Gaya Kritik Sabtu, 3 Februari 2018 Politik Generasi Milenial

Kartu Kuning, Upaya Ingatkan Jokowi untuk Senin, 5 Februari 2018 Politik Selesaikan Persoalan

Aksi Kartu Kuning Mahasiswa Diharapkan Selasa, 6 Februari 2018 Politik Bukan Kepentingan Politik Praktis

Pengamat: Ada 4 Makna di Balik Kartu Selasa, 6 Februari 2018 Politik Kuning BEM UI ke Presiden Jokowi

DPR Nilai Kartu Kuning Ala Zaadit Taqwa Rabu, 7 Februari 2018 Politik Tak Bisa Dipidana

Kartu Kuning Jokowi Dianggap sebagai Kamis, 8 Februari 2018 Politik Kritik Membangun

4.2 Analisis Frame Pemberitaan di Sindonews

Sindonews pertama kali memuat berita mengenai Kartu Kuning Jokowi pada tanggal 2 Februari 2018 tepatnya pukul 15.44 WIB, sejak peristiwa pemberian kartu kuning oleh Ketua BEM UI terhadap Presiden Joko Widodo ini terjadi pada tanggal 2 Februari 2018. Sindonews kerap mengikuti kasus tersebut, dan mengangkat sebanyak sepuluh rilis pemberitaan selama bulan Februari 2018 terkait peristiwa Kartu Kuning Jokowi tersebut. Sindonews mencantumkan seluruh berita mengenai peristiwa Kartu Kuning Jokowi tersebut pada rubrik politik. Berikut adalah tingkat intensitas pemberitaan yang dilakukan oleh media online Sindonews terkait kartu kuning Jokowi, pada hari Jumat (2 Februari 2018), Sindonews merilis sebanyak 2 berita, pada hari Sabtu (3 Februari 2018), Sindonews merilis sebanyak 3 berita. Pada hari Senin (5 Februari 2018), Sindonews

Universitas Sumatera Utara merilis hanya 1 berita. Pada hari Selasa (6 Februari 2018), Sindonews merilis sebanyak 2 berita. Pada hari Rabu (7 Februari 2018) Sindonews merilis hanya 1 berita. Dan terakhir kalinya Sindonews merilis berita terkait dengan kartu kuning Jokowi yaitu pada hari Kamis (8 Februari 2018) sebanyak 1 berita.

Tabel 4.2 Paparan Singkat Berita dan Narasumber Dalam Berita

JUDUL ISI BERITA SUMBER BERITA

Alasan Ketua BEM UI Alfian mengatakan, aksi Alfian Tegar Prakasa, Acungkan 'Kartu Kuning' ke Zaadit merupakan bentuk Kepala Kajian dan Aksi Jokowi peringatan BEM UI kepada Strategis BEM UI Jokowi. Beri 'Kartu Kuning' ke Zaadit, mengingatkan agar Zaadit Taqwa, Ketua BEM Jokowi, Ketua BEM UI: Ini Presiden menyelesaikan UI Momentum berbagai persoalan. Ia mengatakan bahwa kedatangan Presiden ke UI merupakan sebuah momentum yang belum tentu akan terulang lagi. Sikapi 'Kartu Kuning' untuk Aksi Zaadit menjadi Eva K. Sundari politikus Jokowi, Politikus PDIP pembicaraan netizen, PDIP Ingat Pesan Mega politikus PDIP Eva K Sundari, teringat kepada pesan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri, bahwa para anggota FPDIP harus menghormati tata krama pada saat pidato Presiden SBY di acara MPR.

Universitas Sumatera Utara Kartu Kuning Ketua BEM Ray mengatakan bahwa di Ray Rangkuti, Direktur UI ke Jokowi Bukan Bentuk zaman demokrasi sekarang, Lingkaran Madani Indonesia Penghinaan apabila mengkritik Presiden, dikategorikanmenghina negara, lantas hal tersebut tidak ada bedanya dengan zaman feodal dulu. Kartu Kuning untuk Jokowi Pangi menilai, aksi "kartu Pangi Syarwi Chaniago, dan Gaya Kritik Generasi kuning" untuk Jokowi Direktur Voxpol Center Milenial sebagai bentuk kritik yang Research halus dan elegan terhadap pemerintah. Menurut Pangi cara Zaadit dalam melakukan kritik terhadap pemerintah secara kreatif dan membawa pesan mendalam. Kartu Kuning, Upaya Adi mengatakan bahwa Adi Prayitno, Pengamat Ingatkan Jokowi untuk protes tersebut tidak lebih Politik dari UIN Syarif Selesaikan Persoalan dari upaya mengingatkan Hidayatullah Jokowi bahwa persoalan Asmat harus segera ditangani hingga tuntas. Aksi Kartu Kuning Ridwan menilai, aksi kartu Ridwan Darmawan, Mahasiswa Diharapkan kuning tersebut bentuk Direktur Eksekutif Bhineka Bukan Kepentingan Politik keprihatinan Mahasiswa Institute Praktis zaman sekarang yang harus dihargai. Pengamat: Ada 4 Makna di Menurut Adi, ada empat hal Adi Prayitno, Direktur Balik Kartu Kuning BEM untuk mencermati aksi Eksekutif Parameter Politik UI ke Presiden Jokowi Zaadit tersebut. Pertama, Indonesia aksi kartu kuning untuk

Universitas Sumatera Utara Jokowi mesti dimaknai biasa-biasa saja karena objek kritikan mahasiswa soal gizi buruk di Asmat sedang dalam proses penanganan pemerintah. Kedua, aksi ini menjadi tidak sakral karena menyangkut etika dan kepantasan dalam menyampaikan protes di forum terhormat di UI. Ketiga, pelaku protes kartu kuning ini juga tidak perlu disanjung berlebihan sebagai pahlawan kaum aktivis. Keempat, kartu kuning mahasiswa UI bisa bermakna ganda, yaitu kritik terhadap pemerintah atau dukungan penuh terhadap Jokowi untuk dua periode. DPR Nilai Kartu Kuning Menurut Taufiq aksi yang Taufiqulhadi, Anggota Ala Zaadit Taqwa Tak Bisa dilakukan Zaadit adalah aksi Panitia Kerja Revisi KUHP Dipidana mengritik kebijakan di Asmat. Tindakan mengkritik tersebut tidak bisa diambil sikap. Taufiq mengatakan bahwa mengkritik dan menghina adalah dua hal berbeda.

Universitas Sumatera Utara Kartu Kuning Jokowi Yongki menjelaskan bahwa Yongki Jonacta Yani, Dianggap sebagai Kritik kartu kuning yang diberikan Pengurus Pusat Rumah Membangun terhadap Jokowi merupakan Jokowi hal yang wajar. Kritik tersebut menurutnya adalah sebuah kritik yang membangun. Namun, sebaiknya kritik tersebut dilakukan untuk saling mengisi dalam membangun Indonesia.

4.3 Analisis Framing Setelah diuraikan frame dari masing-masing berita dari media online Sindonews, kemudian selanjutnya adalah melihat bagaimana framing yang digunakan dalam mengonstruksi berita-berita seputar Kartu Kuning Jokowi. Dalam pembahasan ini, seluruh berita dianalisis dengan menggunakan analisis framing model Robert Entman. Berita yang akan dianalisis adalah sepuluh berita terkait kartu kuning Jokowi yang dipublikasikan pada tanggal 2 Februari - 8 Februari 2018. Analisis framing ini diharapkan dapat menggambarkan konstruksi berita-berita pada media online Sindonews terkait kartu kuning Ketua BEM UI Zaadit Taqwa terhadap Presiden Joko Widodo.Berikut merupakan pembahasan framing dari pemberitaan Jokowi dalam Kartu Kuning Ketua BEM UI Zaadit Taqwa terhadap Presiden Joko Widodo pada media online Sindonews.

DEFENISI MASALAH (DEFINING PROBLEM)

Aksi Kartu Kuning yang dilakukan oleh Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa terhadap Presiden Joko Widodo diidentifikasi oleh media online Sindonews sebagai suatu bentukkritik terhadap kinerja pemerintah, khususnyapada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.Di seluruh berita yang dipublikasikan oleh Sindonews dimulai dari tanggal 2 Februari 2018 - 8 Februari 2018, keseluruhannya menyatakan bahwa aksi kartu kuning oleh Zaadit Taqwa terhadap Jokowi adalah sebuah kritik. Seperti dikutip dalam berita berikut:

Universitas Sumatera Utara "Misalnya kalau mahasiswa kemarin itu mengritik kebijakan di Asmat. Itu tidak bisa diambil sikap.Itu masalah kritik," ujar Anggota Panitia Kerja Revisi KUHP Taufiqulhadi di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu 7 Februari 2018.

Sejatinya dalam dunia olahraga, khususnya dalam dunia sepak bola. Apabila seorang pemain diberikan kartu kuning oleh wasit, maka hal tersebut disebabkan salah satu pemain bola dari salah satu grup tersebut melakukan pelanggaran yang bersifat menciderai terhadap pemain lawan. Pada intinya kartu kuning dalam dunia olahraga sepak bola akan diberikan apabila terjadi sebuah pelanggaran yang serius.Terdapat satu hal yang menonjol dari beberapa berita yang dimuat oleh Sindonews. Media online Sindonews tidak pernah sedikitpun mendefinisikan atau menyebutkan dalam keseluruhan berita yang mereka muat dalam laman mereka yang terkait dengan kartu kuning Jokowi tersebut, bahwa tindakan yang dilakukan oleh Ketua BEM UI ini merupakan suatu tindakan yang melecehkan martabat seorang pemimpin negara. Sebab hal tersebut sebenarnya adalah suatu tindakan yang melanggar etika tata acara yang bersifat sakral tersebut, terlebih lagi suatu sesi diskusi dengan aktivis mahasiswa sebenarnya telah direncanakan oleh pihak Universitas Indonesia untuk diadakan setelah Forum Kebangsaan tersebut selesai dilaksanakan.Sangat perlu untuk diketahui bahwa Presiden Joko Widodo merupakan seorang undangan, tamu terhormat, yang selayaknya dan sepatutnya dihormati oleh para hadirin dalam acara tersebut. Meninjau kepada RUU KUHP pasal 265, aksi yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa dengan meniupkan peluit dan mengancungkan buku berwarna kuning kepada Presiden di depan para hadirin pada acara tersebut bisa saja dijerat dengan pasal penghinaan terhadap presiden. Apabila dipandang dari sisi etika dalam berperilaku, tindakan tersebut seperti suatu tindakan yang tidak menghormati jabatan atau posisi yang dimiliki seseorang, keberanian yang dimiliki oleh seorang Zaadit Taqwa untuk berdiri dan melancarkan aksi tersebut benar-benar suatu tindakan yang tindakan yang tidak menghormati, terlebih lagi aksi tersebut dilakukan di tengah-tengah acara formal yang disaksikan oleh para hadirin yang berada di dalam Balairung UI tersebut. Namun sebaliknya, Sindonews membingkai peristiwa ini sebagai suatu aksi yang sebenarnya hanyalah suatu cara dari seorang mahasiswa untuk beraspirasi atau menyampaikan kritiknya terhadap kinerja pemerintah. Pada umumnya apabila mendengar kata “kritik”, pastilah yang terlintas di dalam pikiran seseorang adalah mengenai sesuatu hal yang negatifterkait dirinya.Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa kritik itu juga berarti

Universitas Sumatera Utara kecaman.Akan tetapimedia online Sindonews menciptakan suatu frame yang berbeda mengenai kata “kritik”. Kritik dalam frame Sindonews didefinisikan sebagai suatu pengingat atau evaluasi yangbersifat membangun atau membawa dampak positif bagi pemerintah. Seakan-akan aksi yang dilancarkan oleh Ketua BEM UI tersebut bukanlah sebuahamunisi yang digunakan untuk menjatuhkan citra presiden dalam pandangan masyarakat.Kritik dalam definisi Sindonewsterkait dengan peristiwa kartu kuning oleh Ketua BEM UI ini lebih dianggap sebagai sesuatu yang positif.Hal tersebut ditunjukkan pada kutipan yang terdapat dalam berita, seperti yang dikutip berikut ini:

“Soal kartu kuning itu simbolis, seorang mahasiswa yang berdaya kritis itu yang wajar. Itu kritik yang membangun," jelas Yongki dalam peresmian kembali Rumah Jokowi di Bakmi Jawa, Penjernihan, Jakarta Pusat, Rabu 7 Februari 2018.

Terdapat satu hal yang terus dipertahankan oleh Sindonews secara konsisten pada kesepuluh berita yang berkaitan dengan kartu kuning Jokowi tersebut, bahwa Sindonewsselalu berusaha mempertahankan frame bahwa aksi yang dilakukan oleh Ketua BEM UI tersebut hanyalah suatu bentuk kritik dan tidak lebih atau tidak kurang dari hal tersebut. Dikarenakan Sindonews tidak pernah memuat suatu kalimat dalam beritanya bahwa aksi kartu kuning terhadap Presiden Joko Widodo ini ditunggangi oleh suatu motif politik atau aksi ini berdasarkan arahan suatu partai politik tertentu.Namun di beberapa media lainnya, disebutkan bahwa ada keterkaitan antara aksi Zaadit Taqwa ini dengan partai PKS, yang dilihat dari bukti cuitan akun media sosial Twitter Zaadit Taqwa pada tanggal 24 Maret 2014, dimana ia hendak mempromosikan partai PKS dalam suatu debat. Akan tetapi dalam seluruh berita yang terkait dengan kartu kuning Jokowi yang dimuat oleh media online Sindonews, tidak terdapat sedikit pun kalimat yang menyatakan bahwa aksi ini adalah arahan dari suatu partai politik atau motif politik.Sindonews lebih terlihat mengarahkan suatu opini bahwa aksi yang dilakukan oleh Ketua BEM UI ini bukanlah sesuatu yang didasarkan atas kepentingan politik praktis. Seperti yang dikutip dalam berita berikut ini:

"Saya kira (aktivis) mahasiswa harus seperti itu, independen dan tidak berpihak pada kepentingan politik praktis" ucap mantan aktivis 98 ini.

Universitas Sumatera Utara Terkait dengan dikeluarkannya Ketua BEM UI Zaadit Taqwa oleh Pasukan Pengamanan Presiden dari Balairung Universitas Indonesia, Sindonews tidak membahas secara panjang lebar mengenai peristiwa tersebut. Tidak ada sorotan khusus oleh media online Sindonews mengenai bagaimana cara Zaadit Taqwa dibawa keluar oleh Paspampres keluar Balairung UI, apakah dengan cara paksa atau dengan cara yang manusiawi, atau berapa jumlah personil Paspampres yang membawa Zaadit keluar dari Balairung UI tersebut atau apakah tindakan membawa keluar salah seorang audiensi diperbolehkan atau tidak atau dengan kata lain apakah hal tersebut melanggar etika atau tidak apabila seorang audiensi dibawa keluar pada saat Forum Kebangsaan yang bersifat sakral tersebut sedang berlangsung. Terlihat bahwa media online Sindonews sama sekali tidak membahas secara mendalam mengenai kejadian dikeluarkannya Ketua BEM UI Zaadit Taqwa oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Dan hal tersebut bukanlah sesuatu hal yang penting untuk ditonjolkan dalam perspektif Sindonews. Sehingga tidak ada pelabelan tertentu yang akan diterima oleh pihak Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) atau bahkan Presiden sendiri atas kejadian dikeluarkannya Ketua BEM UI Zaadit Taqwa dari Balairung UI tersebut. Dalam beberapa berita, Sindonews juga menyebutkan aksi yang dilakukan oleh Ketua BEM UI itu sebagai sebuah “peringatan”. Kata “peringatan” menjadi salah satu bentuk ungkapan atau kata lain yang dipilih oleh media online Sindonews dalam mendefinisikan kata “kritik”. Seakan-akan aksi mengancungkan buku kuning tersebut adalah sebuah tindakan yang baik adanya dan mewakili atau mendukung kepentingan seluruh rakyat sebagai suatu kontrol atau pengawasan, agar pemerintah dalam hal ini Presiden, selalu memperhatikan setiap pekerjaan-pekerjaannya agar dapat diselesaikan.Seperti dalam kutipan pernyataan Kepala Kajian dan Aksi Strategis BEM UI, Alfian Tegar Prakasa pada berita tersebut:

“Aksi simbolis itu adalah bentuk peringatan kepada Presiden Jokowi” kata Alfian saat dikonfirmasi.

Berita-berita pada media online Sindonews yang berkaitan dengan kartu kuning Jokowi selalu saja dibingkai dan didefinisikan oleh Sindonews sebagai suatu kritik atau peringatan terhadap kinerja pemerintah. Tidak ada sedikit pun Sindonews menyebutkan aksi ini sebagai suatu aksi yang menciderai citra atau nama baik sang presiden. Malah

Universitas Sumatera Utara sebaliknya Sindonews menggiring suatu opini bahwa tindakan Zaadit Taqwa tersebut adalah suatu kritik yang bersifat membangun.

MEMPERKIRAKAN SUMBER MASALAH (DIAGNOSE CAUSES)

Media online Sindonews dalam sepuluh berita yang berkaitan dengan kartu kuning Jokowi yang dimuat oleh media ini dalam lamannya, menganggap tokoh yang paling membawa masalah adalah Presiden Joko Widodo. Dapat disimpulkan bahwa penyebab utama Ketua BEM UI Zaadit Taqwa memberikan kartu kuning hanyalah semata-mata karena kehadiran Presiden Joko Widodo dalam Forum Kebangsaan yang digelar oleh pihak Universitas Indonesia tersebut. Sehingga para anggota BEM UI melakukan aksi simbolik yang disebut dengan aksi #kartukuningJokowi. Seperti yang dikutip pada berita berikut:

“Alfian mengatakan, pihaknya menggelar aksi #KartuKuningJokowi untuk menyambut kedatangan orang nomor satu di Indonesia itu ke kampus UI. Aksi simbolis digelar sejak pagi di stasiun UI dan di Balairung UI. "Aksi simbolis itu adalah bentuk peringatan kepada Presiden Jokowi," kata Alfian saat dikonfirmasi.”

Seperti yang dimuat oleh media online Sindonews dalam lamannya bahwa tujuan utama daripada para aktivis BEM UI tersebut melakukan aksi simbolik #KartuKuningJokowi dikarenakan untuk menyampaikan rasa ketidakpuasan mereka terhadap kinerja presiden di masa akhir jabatannya. Mereka mengatakan bahwa masih banyak hal yang perlu dievaluasi. Suatu penekanan khusus diberikan oleh pihak Sindonews dalam tulisan beritanya agar menciptakan suatu opini bahwa aksi kartu kuning terhadap Presiden Joko Widodo ini merupakan aksi yang dapat dikatakan suatu tindakan yang masuk akal untuk dibela atau sewajarnya dibela, berupa alasan-alasan mengapa aksi ini dilaksanakan oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa.Dimuat oleh media online Sindonews, bahwa para aktivis BEM UI sendiri memiliki tiga tuntutan utama dalam aksi simbolik tersebut, tuntutan tersebut antara lain agar persoalan gizi buruk di Asmat Papuasegera dituntaskan, menolak tegas rencana pengangkatan PLT gubernur dari kalangan Polri aktif, dan menolak draf Permendikti tentang Organisasi Mahasiswa yang dianggap membatasi pergerakan mahasiswa.Sindonews sendiri berani menuliskan bahwa kasus gizi buruk yang terjadi di Asmat Papua itu terjadi dalam jumlah yang “banyak”, sekalipun tanpa

Universitas Sumatera Utara mencantumkan data statistik dengan sumber yang valid. Seperti dikutip dalam berita berikut:

“Menurut dia, ada tiga hal yang ingin disampaikan kepada Presiden. Pertama, banyaknya kasus gizi buruk di Asmat di Papua.”

Hal ini sendiri mampu membentuk suatu opini yang dapat diterima secara instan dan utuh dalam benak khalayak massa, bahwa kasus gizi buruk yang terjadi di Asmat, Papua tersebut benar-benar terjadi dalam jumlah yang besar, seperti yang media tersebut katakan melalui beritanya. Dapat dilihat bahwa media online Sindonews, hendak menimbulkan suatu rasa keprihatinan dalam benak khalayak terhadap kinerja pemerintah terkait bidang kesehatan. Seakan-akan keadilan sosial itu belum terjadi secara merata pada seluruh daerah di Indonesia. Terkait dengan usaha untuk memperbaiki keadaan gizi buruk ini, pihak Sindonews tidak pernah menuliskan dalam beritanya, bagaimana upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pihak pemerintah dalam menangani masalah tersebut, apa saja yang menjadi penghalang dan rintangan sehingga masalah kasus gizi buruk yang terjadi di Asmat, Papua tersebut masih belum terselesaikan dengan tuntas. Suatu keberpihakan ditunjukkan oleh pihak Sindonews, yang dapat ditarik kesimpulan bahwa media ini sendiri menunjukkan sikap kontranya terhadap pemerintah. Kehadiran Presiden Joko Widodo pada Forum Kebangsaan yang digelar oleh Universitas Indonesia tersebut, merupakan suatu momentum yang paling tepat menurut anggapan para aktivis BEM UI, dikarenakan saat yang demikian merupakan peristiwa yang langka dan belum tentu akan terjadi kembali menurut persepsi mereka. Seperti yang dikutip pada berita berikut:

“… Aksi simbolik itu dilakukan agar suaranya didengar. "Ini momentum. Kita punya momentum Presiden datang ke UI dan belum tentu akan seperti ini lagi," ucapnya.”

Alasan demi alasan yang terdengar cukup logis dimuat oleh media online Sindonews dalam membenarkan aksi pemberian kartu kuning oleh Ketua BEM UI terhadap Jokowi tersebut. Dan pada akhirnya sisi waktu merupakan suatu alasan pembenaran oleh pihak Sindonews mengapa aksi yang sebenarnya cukup tidak beretika ini, dengan melakukan tindakan meniup peluit dan mengangkat buku kuning ditengah- tengah seluruh audiensi terhadap tamu undangan yang sangat dihormati dalam acara sakral

Universitas Sumatera Utara tersebut, sebenarnya adalah sesuatu yang layak untuk dibela bersama-sama. Mengapa bersama-sama, karena dalam penyampainan berita online ini bukanlah ditujukan untuk satu dua orang target komunikan saja melainkan untuk setiap pasang mata yang menambatkan pandangannya pada media online ini. Terlihat dengan jelas dalam seluruh berita yang dimuat oleh media online Sindonews terkait dengan kartu kuning Jokowi, bahwa sebenarnya pihak pemerintah terkhusus Presiden Joko Widodo adalah satu-satunya alasan mengapa aksi ini harus terjadi. Setiap berita yang terkait dengan kartu kuning Jokowi selalu menjadikan Presiden Joko Widodo sebagai akar permasalahan, dengan alasan-alasan yang selalu diperkokoh dalam setiap beritanya bahwa aksi ini hanyalah suatu kritikan yang membangun dan peringatan terhadap kinerja pemerintah.

MEMBUAT KEPUTUSAN MORAL (MAKE MORAL JUDGEMENT/EVALUATION)

Argumentasi-argumentasi yang menguatkan dipilih dan ditonjolkan oleh pihak media online Sindonews, untuk membenarkan bahwa kinerja pemerintahan Presiden Joko Widodo terlebih di masa akhir jabatannya ini masih jauh dari kata sempurna. Dan argumentasi dipilih oleh pihak Sindonews hanya dari pihak tertentu saja tanpa melakukan apa yang disebutdengan cover both side. Ketidaknetralan media terpampang jelas dalam setiap pemberitaan mengenai kartu kuning Jokowi. Sebab pihak pemerintah tidak diberikan ruang di dalam laman media online tersebut untuk menjelaskan apa saja yang menjadi hambatan dan rintangan yang menyebabkan ketimpangan sosial tersebut terjadi. Pernyataan-pernyataan yang membenarkan aksi pemberian kartu kuning terhadap Presiden Joko Widodo tersebut kerap kali dipertahankan dalam setiap berita-berita yang terkait dengan kartu kuning Jokowi yang dimuat oleh pihak Sindonews.Beberapa argumentasi yang selalu dipertahankan oleh pihak Sindonews dalam membenarkan aksi Zaadit Taqwa tersebut antara lain bahwa aksi memberikan kartu kuning tersebut hanya suatu cara menyampaikan aspirasi seorang mahasiswa terhadap kinerja pemerintah, kemudian aksi tersebut adalah suatu kritik yang membangun bagi pemerintah, dan yang terakhir bahwa aksi tersebut adalah suatu peringatan bagi pemerintah. Seperti yang dikutip pada berita berikut:

Universitas Sumatera Utara “Salah seorang netizen menganggap aksi Zaadit sebagai kritik, bukan untuk menjatuhkan pemerintah. "Kritikan bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk peringatan untuk tetap menyelesaikan tanggung jawab. #KartuKuningJokowi," tulis pemilik akun @afifabdulloh.”

Narasumber tertentu dipilih oleh pihak Sindonews untuk tetap mempertahankan argumentasi bahwa aksi meniup peluit dan mengancungkan buku kuning oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa di depan muka umum tersebut adalah sesuatu yang wajar untuk dilaksanakan oleh seorang mahasiswa. Hal tersebut bukanlah suatu masalah yang besar dalam pandangan tokoh-tokoh yang dijadikan narasumber oleh Sindonews dalam setiap berita terkait dengan kartu kuning Jokowi. Bahkan menurut Direktur Lingkaran Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkut, apabila aksi tersebut ditinjau dari sisi hukum sekalipun, aksi itu bukanlah suatu aksi yang dapat dipidanakan. Tidak ada unsur penghinaan terhadap Presiden melalui aksi tersebut. Seperti yang dikutip dalam berita berikut:

“Maka itu menurut dia, sikap Zaadit Taqwa memberikan kartu kuning tersebut tidak boleh diproses hukum hanya karena memberikan kartu kuning kepada Presiden Jokowi. "Ya, kalau Ketua BEM UI diproses karena itu, tidak benar," paparnya. Menurut dia, langkah pengusiran Zaadit Taqwa oleh Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) dari lokasi acara sudah cukup. "Tapi, kalau sampai dipidana, sangat tidak beralasan," ucapnya”

Pernyataan dari Pengamat Politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno juga dipilih oleh Sindonews untuk memperkokoh kelayakan aksi dari Zaadit Taqwa tersebut, bahwa aksi protes tersebut tidak terdapat muatan substansial. Syarif menyatakan bahwa protes tersebut tidak lebih dari upaya untuk mengingatkan Presiden Joko Widodo bahwa persoalan yang terjadi di Asmat, Papua harus segera ditangani hingga tuntas. Terlihat dalam kutipan berikut:

“Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno mengatakan, tidak ada muatan yang subtansial dalam protes yang disampaikan Zaadit terhadap Jokowi. Pasalnya kata Adi, Presiden telah melakukan langkah preventif untuk menghadapi persoalan gizi buruk di Asmat, Papua, yang menjadi salah satu poin yang dikritisi BEM UI. "Pak Jokowi sudah kirim menteri ke Asmat untuk tanggulangi gizi buruk. Protes itu

Universitas Sumatera Utara tak lebih dari upaya mengingatkan Jokowi bahwa persoalan Asmat harus segera ditangani hingga tuntas," kata Adi kepada SINDOnews, Senin 5 Februari 2018.”

Direktur Eksekutif Bhineka Institute, Ridwan Darmawan juga angkat bicara soal aksi yang dilakukan oleh Ketua BEM UI tersebut. Ia menilai bahwa aksi yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa tersebut tidak lebih dari bentuk keprihatinan mahasiswa saat ini, yang menurutnya harus dihargai. Seperti dikutip pada berita berikut:

“Direktur Eksekutif Bhineka Institute, Ridwan Darmawan menilai, aksi kartu kuning tersebut bentuk keprihatinan Mahasiswa zaman now yang mesti dihargai. "Ini bentuk peringatan bagi pemerintahan Jokowi untuk tidak terlena dan mesti bekerja keras lagi memberikan pelayanan serta memastikan program-program kesejahteraan rakyat berjalan semestinya," ujar Ridwan saat dihubungi Sindonews, Selasa 6 Februari 2018.”

Sindonews melalui argumentasi setiap tokoh-tokoh yang dipilihnya sangat terlihat secara jelas bahwa media tersebut sedang membentuk dan mempertahankan suatu opini bahwa aksi pemberian kartu kuning yang dilakukan oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa terhadap Presiden Joko Widodo adalah suatu langkah yang menunjukkan cara-cara yang demokratis dalam menyampaikan suatu kritik terhadap pemerintah. Tindakan tersebut cenderung lebih terlihat sebagai tindakan yang terpuji dan membangun dalam perspektif Sindonews. Pernyataan-pernyataan yang mendukung aksi tersebut kerap kali dicantumkan oleh media online Sindonews dalam seluruh berita-berita terkait kartu kuning Jokowi yang dimuat pada laman media online tersebut.

MENEKANKAN PENYELESAIAN (TREATMENT RECOMMENDATION)

Media online Sindonews kerap kali menyerukan melalui pemberitaannya bahwa tindakan meniup peliut dan mengancung buku kuning yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa terhadap Presiden Joko Widodo tersebut bukanlah suatu bentuk penghinaan terhadap presiden. Sindonews selalu bersikukuh bahwa aksi Ketua BEM UI Zaadit Taqwa tersebut hanyalah suatu kritik yang membangun terhadap pemerintah atau sebuah peringatan kepada pemerintah bahwa masih banyak masalah yang belum terselesaikan di masa akhir jabatan Presiden Republik Indonesia tersebut. Sehingga sebenarnya aksi tersebut tidak perlu dianggap sebagai hal yang serius.Direktur Voxpol Center Research and Consulting,

Universitas Sumatera Utara Pangi Syarwi Chaniagojuga berpendapat bahwa kritik tersebutjangan dianggap sebagai suatu musibah namun harus dianggap sebagai upaya untuk mengingatkan pemerintah, bahkan menurutnya pemerintah dalam hal ini seharusnya bersyukur karena sudah diingatkan oleh mahasiswa terkait dengan kinerjanya. Seperti dikutip pada berita berikut:

“Dia berharap pemerintah tidak menganggap kritik sebagai musibah. Justru, sambung dia, kritik harus dianggap sebagai upaya untuk mengingatkan pemerintah. Menurut dia, musibah terbesar justru apabila tidak ada lagi yang mengingatkan dan mengkritik pemerintah. Oleh karena itu, kata dia, Presiden mesti bersyukur sudah diingatkan dan dikasih "kartu kuning" oleh mahasiswa”

Melalui pengutipan pendapat beberapa tokoh media online Sindonews memberikan semacam solusi dalam hal menanggapi aksi yang dilakukan oleh Ketua BEM UI tersebut. Solusi tersebut terlihat seperti suatu cara oleh pihak Sindonews dalam melindungi Zaadit Taqwa atas aksi yang telah dilakukannya tersebut terhadap orang nomor satu di Indonesia. Yakni dengan memberikan sebuah pandangan bahwa aksi pemberian kartu kuning terhadap Jokowi tersebut tidak perlu sampai dibawa ke ranah hukum. Menurut pendapat mereka apabila peristiwa kartu kuning terhadap Jokowi tersebut sampai dibawa ke ranah hukum atau dipidana dengan pasal penghinaan terhadap presiden, maka mereka berpendapat bahwa sistem pemerintahan Indonesia bukanlah sistem demokrasi, melainkan telah mundur seperti pada zaman feodal.Dalam paham mereka, adalah suatu tindakan yang tidak beralasan apabila Zaadit Taqwa sampai dipidanakan. Pasal penghinaan terhadap presiden sendiri diatur dalam RUU KUHP Pasal 265, yang berisikan “Setiap orang yang di muka umum menghina Presiden atau Wakil Presiden, dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Kategori IV [sebesar Rp300 juta].” Sindonews melalui pernyataan Direktur Lingkaran Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkut, menyatakan bahwa langkah Paspampres untuk mengusir keluar Zaadit Taqwa dari lokasi acara itu sudah cukup. Dengan demikian Sindonews melalui beberapa berita- beritanya memberikan sebuah rekomendasi penyelesaian masalah bahwa aksi yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa dengan meniup peluit dan mengancungkan buku berwarna kuning terhadap Presiden Joko Widodo di depan umum tersebut tidak perlu dijerat dengan pasal penghinaan terhadap presiden.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 Frame: Aksi Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa adalah suatu kritik yang membangun bagi pemerintahan Joko Widodo

Defining Problems Seorang mahasiswa mengkritik kinerja pemerintahan presiden Joko Widodo. (Pendefinisian masalah)

Diagnose Cause Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.

(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)

Make Moral Judgement/Evaluation Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa melalui aksi

(Membuat keputusan moral) kartu kuning yang ia lakukan pada Forum Kebangsaan di Balairung Universitas Indonesia tersebut hanyalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang mahasiswa dalam mengkritik kinerja pemerintah, khususnya di masa akhir jabatan Presiden Joko Widodo, dimana masih banyak permasalahan dalam negeri yang belum diselesaikan.

Treatment Recommendation Aksi tersebut tidak selayaknya dibawa ke

(Menekankan penyelesaian) ranah hukum dan dijerat dengan pasal penghinaan presiden. Langkah mengeluarkan Zaadit Taqwa oleh Paspampres dari ruangan sudah merupakan suatu respon yang cukup untuk dilakukan.

Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang berisikan deskripsi dan interpretasi dari hasil penelitian serta kesimpulan dengan berdasarkan analisis framing model analisis Robert Entman pada pemberitaan mengenai kartu kuning Jokowi oleh media online Sindonews tanggal2 Februari – 8Februari 2018.

1. Analisis framing dengan menggunakan pendekatan model analisis framing Robert Entman, digunakan untuk melihat konstruksi berita mengenai kartu kuning Jokowi yang menghasilkan framemedia online Sindonews terhadap pemberitaannya. Dari pendekatan Entman inilah terlihat seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek tertentu pada seluruh berita. Isu yang diberitakan adalah aksi yang dilakukan oleh Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa saat berada di Forum Kebangsaan yang dilaksanakan di Balairung UI pada tanggal 2 Februari 2018 tersebut, hanyalah suatu bentuk atau cara seorang mahasiswa dalam mengkritik kinerja pemerintah. Sindonews membentuk suatu opini bahwa aksi yang dilakukan dengan cara meniup peluit dan mengancungkan buku berwarna kuning di muka tersebut hendaklah tidak dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap presiden Joko Widodo. Sebab apabila penghinaan itu tidak memiliki dasar, melainkan hanya karena rasa benci terhadap seseorang, namun aksi tersebut memiliki dasar yaitu 3 tuntutan yang diajukan oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa terhadap permasalahan yang belum selesai di masa akhir jabatan Presiden Republik Indonesia tersebut. Sindonews melalui setiap beritanya menyampaikan bahwa kritik yang disampaikan oleh Zaadit Taqwa tersebut, adalah salah satu gaya kritik milenial, yaitu suatu bentuk kritik yang halus dan elegan. Dimana kritik tersebut bukanlah suatu kritik yang bersifat menjatuhkan pemerintah, melainkan suatu kritik yang bersifat membangun, yang mengingatkan pemerintah terhadap kekurangan-kekurangan dalam hal kinerjanya. Dan dalam persepsi Sindonews, oleh karena aksi tersebut merupakan suatu kritik terhadap pemerintah, maka hendaknya pemerintah tidak merespon aksi tersebut dengan membawa Zaadit Taqwa ke ranah hukum dan menjeratnya dengan pasal penghinaan terhadap Presiden. Sebab apabila Zaadit Taqwa sampai dipidanakan

Universitas Sumatera Utara karena perbuatannya tersebut, makasistem pemerintahan demokrasi yang sekarang ini telah kembali lagi kepada zaman feodal dahulu.

2. Media online Sindonews melalui kesepuluh rilis berita terkait dengan kartu kuning Jokowi, selalu berusaha untuk terus melindungi Zaadit Taqwa melalui pembentukan opini-opini pada setiap beritanya dengan selalu menekankan bahwa tindakan atau aksi yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa tersebut hanyalah suatu bentuk kritik terhadap pemerintah, dan terlebih lagi bahwa kritik tersebut adalah suatu kritik yang membangun bagi pemerintah. Dengan mengutip pendapat dari 9 orang tokoh penting, Sindonews terus berusaha untuk menguatkan opini bentukan mereka, agar aksi kartu kuning yang dianggap sebagai kritik membangun terhadap pemerintah tersebut, dianggap sebagai suatu tindakan yang benar dan layak untuk diperjuangkan. Juga dukungan lain ditunjukkan oleh Sindonews kepada Ketua BEM UI tersebut dengan membentuk suatu opini bahwa aksi tersebut bukanlah suatu bentuk pelanggaran yang dapat dipidanakan dengan pasal penghinaan terhadap presiden.Upaya untuk melindungi Zaadit Taqwa tersebut diperkuat dengan menyampaikan beberapa dalih dan pandangan seperti sistem pemerintahan akan kembali ke zaman feodal apabila Zaadit Taqwa dikenakan pidana, penghinaan hanya didasarkan oleh rasa benci tetapi kritik memiliki dasar, aksi tersebut tidak menunjukkan caci maki (hate speech) atau anarkisme, protes dilakukan tanpa kekerasan dan tidak gaduh. Dibandingkan dengan banyaknya pujian dan dukungan yang diberikan terhadap Zaadit Taqwa melalui setiap pemberitaanya, Sindonews hanya satu kali memberikan pujian terhadap Jokowi dengan mengatakan salut dan apresiasi terhadap Presiden Jokowi atas responnya menanggapi aksi yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa tersebut, karena Presiden Jokowi tidak otoriter melainkansangat demokratis.

5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran diantaranya sebagai berikut: 1. Saran dalam kaitan akademis Pada era saat ini penggunaan media online merupakan suatu kebutuhan bagi beberapa kalangan tertentu. Kemudahan dalam mengakses informasi dan kecepatan

Universitas Sumatera Utara dalam memperbaharui informasi adalah alasan utama mengapa media online ini digunakan. Namun hal tersebut perlu diwaspadai, dikarenakan tidak sedikit pembaca menjadi terlena dengan kemudahan dan kecepatan yang didapatkan tersebut, denganmenerima informasi dari suatu media dan tidak mengkritisi kebenaran informasi tersebut. Oleh sebab itu peneliti sangat menyarankan agar sebagai pengguna media online,hendaklah memiliki pengetahuan dalam melakukan literasi media, agar pembaca media online menjadi seorang pembaca yang menerima informasi yang sehat yang berguna bagi pengetahuan pembaca bukan informasi-informasi yang bersifat hoax atau berita bohong. Dan juga apabila membaca suatu berita, pembaca hendaklah tidak hanya membaca judul suatu berita saja, melainkan memahami juga isi dari berita tersebut dikarenakan pada saat ini gencar sekali media-media untuk menerapkanclickbait pada beritanya, untuk menarik perhatian khalayak untuk membaca media tersebut hanya dengan membuat suatu judul yang terdengar sangat menarik atau mencantumkan foto yang terlihat sangat menarik, namun terkadang tidak sesuai dengan isi beritanya.

2. Saran dalam kaitan praktis Sindonews hendaknya melakukan apa yang disebut dengan cover both side, agar berita tidak terlihat timpang dan hanya mendukung suatu pihak saja. Pihak pemerintah hendaknya diberikan ruang untuk berpendapat pada laman media online tersebut, akan tetapi pada kenyataannya pemerintah terlihat mendapatkan sedikit ruang untuk mengklarifikasi atau memberikan respon terhadap aksi yang dilakukan oleh Zaadit Taqwa tersebut. Hal tersebut dapat mengakibatkan masyarakat bertanya-tanya dalam pikirannya dan membentuk opini sendiri baik berdasarkan kemampuan kognitifnya ataupun melalui perkataan orang disekitarnya,tentang bagaimana respon presiden terhadap aksi tersebut dan apa yang menjadi alasan Presiden Joko Widodo, seperti hambatan atau rintangan yang dihadapi sehingga beliau belum menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dituntut dalam aksi tersebut di masa akhir jabatannya.

Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFERENSI

Ardianto, E dan Lukiati Komala. (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. : Remaja Rosdakarya Offset.

Ardianto, E dan Bambang Q-Anees. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Baran, S. J. dan Dennis K. Davis. (2010). Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan, Edisi 5. Jakarta: Salemba Humanika.

Biagi, S. (2010). Media/Impact. Edisi 9: Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba Humanika.

Bulaeng, A. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. : Andi.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

______. (2001). Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. : Airlangga University Press.

______. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa, Iklan Televisi, Dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L. Berger & Thomas Luckmann. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Cangara, H. (2000). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Eriyanto. (2012). Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS.

Gamble, M. W. dan Teri Kwal Gamble. (2002). Introducing Mass Communication. Singapore: McGraw-Hill.

Harahap, A. S. (2007). Jurnalistik Televisi: Teknik Memburu dan Menulis Berita TV. Jakarta: Indeks.

Universitas Sumatera Utara Idrus, M. (2009). Metodologi Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.

Kriyantono, R. (2006). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kukla, A. (2003). Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Penerbit Jendela.

Lubis, S. (1997). Metodologi Penelitian Sosial. Medan: USU Press.

McQuail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa Mcquail, Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika.

Winarko, H. (2000). Mendeteksi Bias Berita: Panduan Untuk Pemula. Yogyakarta: Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat (KLIK)

Mulyana, D. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Morissan. (2008). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nurudin. (2003). Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Olii, H. dan Novi Erlita. (2011). Opini Publik, Edisi Kedua. Jakarta: Indeks.

Reddick, Randy, Elliot King. (1996). Internet Untuk Wartawan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Rivers, W. L., Jay W. Jensen dan Theodore Peterson. (2003). Media Massa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Prenada Media.

Severin, W. J. dan James W. Tankard. (2008). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sobur, A. (2004). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudarman, P. (2008). Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Usman. (2009). Ekonomi Media: Pengantar Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Universitas Sumatera Utara Usman, H. dan Purmono Setiady Akbar. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo.

Zamroni, M. (2009). Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ardiansyah. (2017). Analisis Framing Berita Walk Out Partai Demokratpada Sidang Paripurna Mengenai Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah Di Viva.Co.Id Dan Metrotvnews.Com Periode 1 September-30 Oktober 2014. Universitas Mulawarman.

Kahar, A. M. (2016). Analisis Framing Rubrik Laporan Utama Tabloid Verbeek. Universitas Hasanuddin.

Mustika, R. (2017). Analisis Framing Pemberitaan Media Online Mengenai Kasus Pedofilia Di Akun Facebook. Puslitbang Aptika IKP Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Wibiyanto, A. (2017). PEMBERITAAN SUNNY TANUWIDJAJA (Analisis Framing Media Online terhadap pemberitaan Sunny Tanuwidjaja di Tempo, Kompas, Merdeka, Tribun, Detik). Politeknik Indonusa Surakarta.

Apinino, Rio. (2018). “Pasal Penghinaan Presiden: Sah, Tapi Bermasalah”. www.tirto.id. Diakses. 25 Juli 2018.

Arifianto, Bambang. (2018). “Rektor Universitas Indonesia Akhirnya Minta Maaf”.www.pikiran-rakyat.com. Diakses. 8 Maret 2018.

Fakhri, Fakhrizal. (2018). “Mahasiswa Hadiahi Jokowi 'Kartu Kuning' saat Dies Natalis ke-68 UI”. news.okezone.com. Diakses. 8 Maret 2018.

Fazhry, Rachmat. (2018).“Ketika Jokowi Dihadiahi 'Kartu Kuning' di Dies Natalis Ke-68 UI“. news.okezone.com. Diakses. 8 Maret 2018.

Universitas Sumatera Utara Ihsanuddin. (2018). “Jokowi: Saya Akan Kirim BEM UI ke Asmat biar Lihat Medan di Sana”. nasional.kompas.com. Diakses. 9 Maret 2018.

Munir, Saiful. (2018). “Alasan Ketua BEM UI Acungkan Kartu Kuning ke Jokowi”. nasional.sindonews.com.Diakses. 8 Maret 2018.

______. (2018). “Jokowi dan Sejumlah Menteri Hadir di Dies Natalis ke-68 UI” nasional.sindonews.com. Diakses. 8 Maret 2018.

Purnama, R. Ratna. (2018). “Beri 'Kartu Kuning' ke Jokowi, Ketua BEM UI: Ini Momentum”. nasional.sindonews.com. Diakses. 8 Maret 2018.

Redaksi. (2018). “Dies Natalis ke-68 UI: Kolaborasi Membangun Negeri“.www.ui.ac.id. Diakses. 8 Maret 2018.

Triyani, Komang. (2018). “Inilah Profil Zaadit, Mahasiswa UI Pemberi Kartu Kuning Jokowi”news.idntimes.com. Diakses. 8 Maret 2018.

Wikipedia. (2018). “Sindonews.com”.id.wikipedia.org. Diakses. 19 Maret 2018.

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI

IDENTITAS PRIBADI Nama Lengkap : Yoel Immanuella Sirait NIM : 140904111 Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat/Tanggal Lahir : Tebing Tinggi, 2 Desember 1996 Agama : Kristen Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU Alamat : Jl. Sei Siput No. 17, Medan Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

ORANG TUA Ayah Nama :T. Sirait Tempat/Tanggal Lahir : Sipispis, 25 Mei 1963 Pekerjaan : Karyawan

Ibu Nama : R. Hutagalung Tempat/Tanggal Lahir : Parmulaan, 3 Juni 1966 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

PENDIDIKAN FORMAL 2002-2008 SD Negeri 163080 Tebing Tinggi 2008-2011 SMP Negeri 1 Tebing Tinggi 2011-2014 SMA Negeri 1 Tebing Tinggi 2014-2018 Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU

Universitas Sumatera Utara