Perpustakaan.Uns.Ac.Id Digilib.Uns.Ac.Id Commit to User

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Perpustakaan.Uns.Ac.Id Digilib.Uns.Ac.Id Commit to User perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II GAMBARAN UMUM SURAT KABAR A. Profil Surat Kabar Media Indonesia 1. Sejarah Berdirinya Surat Kabar Media Indonesia Media Indonesia merupakan media cetak yang menyampaikan informasiinformasi baik dalam mau pun luar negeri kepada masyarakat Indonesia, di awal perkembangannya Media Indonesia merupakan surat kabar umum yang baru bisa terbit 4 halaman dengan tiras yang terbatas. Pada tanggal 19 Januari 1970, Teuku Yousli Syah selaku penggagas berdirinya Media Indonesia memulai perjalanan Surat kabar ini di tengah masyarakat Indonesia. Bermodalkan tekad dan semangat untuk menginformasikan masyarakat saat itu, Media Indonesia terbit perdana (SIT) No. 0856/SK Dir-PK/SIT/1969, tanggal 6 Desember 1969, yang dikeluarkan Departemen Penerangan (www.mediaindonesia.com). Di awal perkembangannya, Media Indonesia justru tidak hadir dalam bentuk pemberitaan politik maupun bisnis seperti saat ini. Melainkan lebih banyak memberi informasi yang bentuknya hiburan seperti kehidupan artis, cerita sehari-hari, dan sebagainya. Sehingga saat itu Media Indonesia dikenal dengan sebutan koran kuning, yaitu koran yang penuh dengan cerita gosip. Barulah di tahun 1988 dengan kesadaran untuk terus berkarya di bidang jurnalis,Teuku Yousli Syah bergandengan tangan dengan Surya Paloh oleh karena perubahan dan perkembangan regulasi di bidang pers dan penerbitan yang terjadi. commit to user 43 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 44 Tentunya hal ini tidak membuat kinerja serta eksistensi Media Indonesia di tengah kepercayaan masyarakat jadi menurun, melainkan Media Indonesia berhasil menciptakan target pembacanya sendiri. Media Indonesia kini berkembang dari segi kualitas sumber daya manusia, banyak tenaga kerja professional muda yang turut bergabung. sehingga target pembaca turut berkembang menjadi target pasar. Hingga saat ini Media Indonesia menjaga konsistensinya untuk berkiprah dalam pemberitaan politik, ekonomi, gaya hidup, hobi, dan hiburan. Tepat di usia yang ke-40, pada 19 Januari 2010, bersamaan dengan diluncurkannya buku Editorial Media Indonesia, motto dari pada Media (www.mediaindonesia.com). 2. Visi dan Misi Perusahaan Media cetak yang sudah berdiri selama 42 tahun dalam menyajikan berita kepada pembaca Indonesia, tidak dapat dipandang sebelah mata. Banyak suka duka pengalaman telah dilalui Media Indonesia namun tidak menyurutkan semangat dan langkahnya menjadi motto kosong dan sia-sia, malahan menjadi spirit pegangan sampai kapan pun. Namun, sejak Media Indonesia ditangani oleh tim manajemen baru di bawah naungan PT. Citra Media Nusa Purnama, timbul pertanyaan tentang apa yang menjadi visi media cetak harian ini dalam industri dunia pers. Adapun visi Media Indonesia adalah Menjadi Surat Kabar Independen yang Inovatif, Lugas, Terpercaya, dan Paling commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 45 Berpengaruh. Visi yang ada menjadi arah dan tujuan kemana Media Indonesia akan dibawa. Seperti yang dikutip dari salah satu dokumen warna berubah, tetapi visi untuk membangun sebuah harian independen ialah uraian visi tersebut, yaitu (www.mediaindonesia.com) : a. Independen, yaitu menjaga sikap nonpartisipan; di mana karyawan tidak menjadi pengurus parta politik; menolak segala bentuk pemberian yang dapat mempengaruhi objektivitas; dan mempuyai keberanian bersikap beda. b. Inovatif, yaitu terus-menerus menyempurnakan dan mengembangkan kemampuan teknologi dan Sumber Daya Manusia; serta secara terus menerus mengembangkan rubrik, halaman dan penyempurnaan perwajahan. c. Lugas, yaitu menggunakan bahasa yang terang dan langsung. d. Terpercaya, yaitu selalu melakukan checkdan recheck; meliputi berita dari dua pihak dan seimbang; serta selalu melakukan investigasi dan pengalaman. e. Paling Berpengaruh, yaitu dibaca oleh para pengambil keputusan; memiliki kualitas editorial yang dapat mempengaruhi pengambil keputusan; mampu membangun kemampuan antisipatif; mampu membangun network narasumber; dan memiliki pemasaran/distributif yang handal. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 46 Visi yang jelas dan terencana tidaklah mungkin dicapai tanpa adanya misi yang akurat untuk dijalankan. Adapun misi yang dimiliki Media Indonesia adalah : a. Menyajikan informasi terpercaya secara nasional dan regional serta berpengaruh bagi pengambilan keputusan. b. Mempertajam isi yang relevan untuk pengembangan pasar. c. Membangun Sumber Daya Manusia dan Menajemen yang profesional dan unggul, mampu mengembangkan perusahaan penerbitan yang sehat dan menguntungkan B. Profil Surat Kabar Kompas 1. Sejarah Singkat Harian Kompas Kompas sebagai suatu perusahaan media massa yang besar dan prestisius ini merupakan sebuah perusahaan yang paling lama atau mempunyai umur yang lebih lama dari media yang lainnya. Harian yang bangkrutnya PT Kinta dengan terbitan majalah bulanan Intisari yang didirikan oleh (Alm.) Auwjong Peng Koen, atau lebih dikenal dengan nama Petrus Kanisius Ojong seorang pimpinan redaksi mingguan Star Weekly, berserta Jakob Oetama, wartawan mingguan Penabur milik gereja Katolik. Edisi perdana dari bulanan Inti Sari terbit pertama kali pada tanggal 7 Agustus 1963, dengan jumlah 128 halaman dengan terdiri dari 22 artikel (www.kompas.com). commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 47 Edisi perdana ini memuat karya terjemahan tentang bintang layar perak Marilyn Monroe, pengalaman perjalanan ke London Nugroho Notosusanto, seorang ahli sejarah dari Universitas Indonesia, dan kisah Usmar Ismail, sutradara film kenamaan, ketika pertama kali membuat film. Tahun 1964 Presiden Soekarno mendesak Partai Katolik untuk mendirikan koran, maka dari wartawan bulanan Intisari inilah sebagian wartawan Katolik direkrut. Selanjutnya, beberapa tokoh Katolik terkemuka seperti P.K. Ojong, Jakob Oetama, R.G. Doeriat, Frans Xaverius Seda, Policarpus Swantoro, R. Soekarsono,mengadakan pertemuan bersama beberapa wakil elemen hierarkis dari Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI): Partai Katolik, Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Pemuda Katolik dan Wanita Katolik. Mereka sepakat mendirikan Yayasan Bentara Rakyat. Susunan pengurus pertama dari Yayasan Bentara Rakyat adalah; ketua Ignatius Joseph Kasimo (ketua Partai Katolik), wakil ketua Frans Seda (Menteri Perkebunan dalam kabinet Soekarno), penulis I F.C. Palaunsuka, penulis II Jakob Oetama, dan bendahara P.K. Ojong. Dari Yayasan Bentara Rakyat inilah harian Kompas dilahirkan. Pada awal penerbitannya, Frans Seda yang pada waktu itu menjabat sebagai menteri perkebunan rakyat mengatakan Jenderal Ahmad Yani menyarankan bahwa supaya Kompas memberikan wacana untuk menandingi wacana PKI yang berkembang, pada saat itu. Namun secara pribadi Jacob Oetama dan beberapa pemuka agama Katolik seperti Monsignor Albertus Soegijapranata, Ignatius Joseph Kasimo tidak mau commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 48 menerima begitu saja mengingat kontekstual politik, ekonomi dan infrastruktur pada saat itu tidak mendukung. Tapi tekad Partai Katolik menerbitkan koran sudah final Ojong dan Oetama ditugaskan membangun perusahaan. Mulailah mereka bekerja mempersiapkan penerbitan koran baru, corong Partai Katolik. Tapi, suhu politik yang memanas saat itu, membuat pekerjaan ini tak mudah. Rencananya, koran ini diberi nama Bentara Rakyat. Menurut Frans Seda PKI tahu rencana itu, lantas dihadang, namun karena Bung Karno setuju jalan terus hingga izinnya keluar. Frans Seda mengacu pada Partai Komunis Indonesia adalah salah satu partai besar di Indonesia pada 1950- an dan 1960-an serta PKI memenangkan tempat keempat dalam pemilihan umum 1955. Izin sudah di tangan, tapi Bentara Rakyat tak kunjung terbit. Rupanya rintangan belum semuanya berlalu. Masih ada satu halangan yang harus dilewati, yakni izin dari Panglima Militer Jakarta, waktu itu dijabat oleh Letnan Kolonel Dachja. Dari markas militer Jakarta, diperoleh jawaban izin operasi keluar jika syarat 5.000 tanda tangan pelanggan terpenuhi. Akhirnya para wartawan pegi ke pulau Flores untuk mendapatkan tanda tangan tersebut, karena memang flores mayoritas adalah penduduk beragama katolik. Ketika akan menjelang terbit petama kalinya Frans Seda yang pada waktu itu menjabat menteri perkebunan melaporkan pada presiden Soekarno untuk melaporkan kesiapan terbitan perdana harian yang awalnya diberi- commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 49 berdasarkan kesepakatan redaksi pada saat itu, untuk menerima usulan dari Presiden Soekarno untuk mengubah nama harian Bentara Rakyat menjadi Kompas. Kompas edisi pertama dicetak oleh PN Eka Grafika, milik harian Abadi yang berafiliasi pada Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi).8 Tepat 28 Juni 1965, bayi Kompas lahir, dengan motto, Di halaman pertama pojok kiri atas, tertulis nama staf: Pemimpin Redaksi Jakob Oetama; Staf Redaksi J. Adisubrata, Lie Hwat Nio, Marcel Beding, Th. Susilastuti, Tan Soei Sing, J. Lambangdjaja, Tan Tik Hong, Th. Ponis Purba, Tinon Prabawa, dan Eduard Liem. Menurut Jakob Oetama, nama P. K. Ojong ketika itu tabu politik dan lagi pula figur Ojong tidak disukai Soekarno. Dalam kontekstual politik pada saat itu untung tak dapat diraih, malang tak bisa ditolak. Pagi hari 30 September 1965, tepat tiga bulan usia Kompas, sebagian besar warga Jakarta terlelap dalam tidur pulasnya, ketika sekelompok tentara bersenjata menangkap beberapa jenderal yang dituduh terlibat dalam Dewan Jenderal. Peristiwa ini mengubah jalannya republik. Sejarah mencatat sebagai upaya perebutan kekuasaan terhadap pemerintahan Soekarno. Seperti beberapa
Recommended publications
  • BAB II GAMBARAN UMUM A. SURAT KABAR TRIBUN JOGJA 1. Sejarah
    BAB II GAMBARAN UMUM A. SURAT KABAR TRIBUN JOGJA 1. Sejarah Tribun Jogja PT. Media Tribun Jogja merupakan salah satu anak perusahaan dari Group of Regional News Papper Kompas Gramedia (KG). Perusahaan Kompas Gramedia (KG) didirikan oleh Petrus Kanisius Ojong dan Jacob Oetama pada tanggal 20 Juni 1965. Tribun Jogja merupakan salah satu anggota dari Tribun Network. Tribun Network sendiri memiliki surat kabar yang tersebar luas di 18 propinsi di Indonesia, yaitu di Sumatra terdapat Serambi Indonesia (Aceh), Sriwijaya Pos (Palembang), Bangka Pos (Bangka Belitung), Tribun Batam (Batam), Tribun Pekan Baru (Riau), Tribun Jambi (Jambi), dan Tribun Lampung (Lampung). Di Pulau Jawa terdapat Tribun Jabar (Bandung), Harian Surya (Surabaya) dan Tribun Jogja (Yogykarta). Di Kalimantan terdapat Bnajarmasin Post (Kalimantan Selatan). Tribun Kaltim (Kalimantan Timur) dan Tribun Pontianak (Kalimantan Barat). Di Sulawesi yaitu Tribun Menado (Sulawesi Utara), dan yang terakhir adalah Nusa Tenggara Timur yaitu Pos Kupang (Kupang). PT. Media Tribun Jogja adalah koran ke 16 dari Group of Regional News Papper Kompas Gramedia. Koran ini hadir menyapa warga 39 Yogyakarta dan sekitarnya pertama kali pada tanggal 11 april 2011, dengan tampilan 20 halaman, yang terbagi dari dua sesi yang masing-masing sesi terdapat dua web. Sebelum terbit dalam tampilan media cetak, pada tahun 2010 telah hadir versi online yakni Tribun Jogja Online. Bagi Tribun Jogja masyarakat ditempatkan sebagai orang spesial di panggung kehormatan. Hal ini dikarenakan nama Tribun yang diartikan panggung kehormatan dan menjadi tempat untuk memberitahu, memperlihatkan dan menunjukan hal- hal speSial yang dilakukan oleh insan tersebut. Oleh karena itu nama Tribun Jogja dipakai karena koran ini ingin menempatkan pembaca sebagai orang yang terhormat dan menyajikan berita dengan lengkap.
    [Show full text]
  • BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi SKH
    BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi SKH Kompas Informasi media tempat penelitian ini dilaksanakan berguna untuk mengetahui latar belakang pemikiran pekerja media serta alur kerja yang terjadi di media tersebut. Data mengenai surat kabar harian Kompas peneliti dapatkan dalam company profile yang diperoleh pada pusat data Kompas, Lantai 4 Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Jakarta Selatan. Beberapa data juga didapat dari sumber buku St. Sularto. A.1. Sejarah Berdirinya SKH Kompas Harian Kompas diterbitkan pada tahun 1960 atas prakarsa dua orang yakni Petrus Kanisius Ojong (atau yang biasa disingkat PK Ojong) dan Jakob Oetama. Kedua orang ini memiliki kesamaan yakni pernah menjadi guru dan memiliki minat di bidang sejarah. PK Ojong adalam pemmpin redaksi Star Weekly dan Jakob Oetama pada saat itu adalah pemimpin redaksi majalah Penabur. Keduanya bertemu dan membahas mengenai kesulitan masyarakat Indonesia dalam membaca format media majalah terutama yang berasal dari luar negri. Keduanya memprakarsai berdirinya majalah Intisari yang menjadi tonggak awal berdirinya kerajaan Gramedia Majalah dan juga koran Kompas. 39 Kompas dalam sejarah pendiriannya juga melibatkan Presiden Soekarno. Pada saat itu Presiden meminta Jakob dan PK Ojong mendirikan sebuah surat kabar untuk menampung aspirasi masyarakat. Awal mula nama yang akan digunakan adalah “Bentara Budaya”, namun Presiden Soekarno lebih memilih “Kompas” karena berfilosofi sebagai penunjuk arah bagi masyarakat. Maka didirikanlah harian umum Kompas yang kala itu dicap sebagai medianya partai Katolik. Saat ini Kompas berada dalam satu struktur manajemen Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Inti dari bisnis perusahaan ini adalah media. Pertama adalah majalah kemudian merambah ke koran dan saat ini juga merambah pada media siaran dan internet.
    [Show full text]
  • 43 Bab Iii Gambaran Umum Harian Kompas Dan Data
    BAB III GAMBARAN UMUM HARIAN KOMPAS DAN DATA PEMBERITAAN 3.1. Gambaran Umum Harian Kompas 3.1.1. Sejarah Harian Kompas Harian Kompas lahir tanggal 28 Juni 1965, tiga bulan sebelum peristiwa politik G 30 S PKI meletus. Lahirnya Kompas tersebut diprakarsai oleh tokoh-tokoh Katholik dengan motto ‘Amanat Hati Nurani Rakyat.’ Hati nurani adalah wujud semangat hidup tidak pantang menyerah terhadap segala macam tekanan hidup, keesokan harinya barulah Kompas mulai dipasarkan (Kasman, 2010: 154- 155). Surat kabar Kompas dalam sejarah pers Indonesia menduduki tempat yang unik, karena Kompas hidup dalam tiga periode yang berlainan, yaitu masa Orde Lama, Orde Baru, dan era reformasi. Nama Kompas sering diplesetkan dengan banyak istilah seperti, ‘Komando Pastur,’ ‘Komando Pas Seda,’ ‘Komando Pasukan,’ dan ‘Komt Pas Morgen.’ Hal ini tentu ada dasarnya yakni ketika Kompas lahir, tiap-tiap surat kabar mempunyai afiliasi politik mengharuskan Kompas memiliki afiliasi politik juga. Harian Kompas pun berafiliasi dengan Partai Katholik, yang diketuai oleh Frans Seda. Para Jenderal, seperti A.H. Nasution dan Ahmad Yani mendukung 43 44 gagasan tersebut, mereka mengangkat Petrus Kanisius Ojong yang memilih Jacob Oetomo sebagai rekanya (Kasman, 2010: 146-147). Kehadiran surat kabar Kompas tidak lepas kaitanya dengan kelompok militer dan aktivis Katholik saat itu. Awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani selaku Menteri/Panglima TNI-AD menelepon rekanya yang sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani melemparkan ide menerbitkan koran untuk membangkitkan semangat republik bagi rakyat juga tentara untuk melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide tersebut dan membicarakannya dengan Ignatus Josef Kasimo sesama rekan di Partai Katholik dan dengan rekannya yang memimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetomo.
    [Show full text]
  • Islamic Hypnotherapy to Reduce Parent's Anxiety Towards the Future of Children with Autistic Spectrum Disorders
    Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol. 5, No. 1, January – June 2020, pp. 1 - 26, DOI: https://doi.org/10.22515/al-balagh.v5i1.1953 ISSN: 2527-5704 (P) ISSN: 2527-5682 (E) http://ejournal.iainsurakarta.ac.id/al-balagh ISLAMIC HYPNOTHERAPY TO REDUCE PARENT'S ANXIETY TOWARDS THE FUTURE OF CHILDREN WITH AUTISTIC SPECTRUM DISORDERS Tri Winarsih Zahro Varisna Rohmadani Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Abstract Keywords: Parents of children with autism spectrum disorder (ASD) have anxiety about anxiety about their children’s future. This anxiety affects the the child's future; Islamic psychological well-being of parents. Therefore, parents need hypnotherapy; advice to reduce their stress level. Hypnotherapy methods have parents with autistic children been proven that those are able to reduce anxiety in various cases. For this reason, this study aims to determine the effectiveness of Islamic hypnotherapy in overcoming the fear of parents with ASD children. This study employs a pre-experimental method consisting of one group which takes treatment with the Islamic hypnotherapy method. The measurement of anxiety about the child’s future was conducted by giving a scale of stress to child’s future, before and after providing an intervention.The results were tested by using SPSS with Wilcoxon Signed Rank Test Z = -2.251 and Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.024 (p<0.05), which mean that Islamic hypnotherapy can reduce the anxiety faced by parents who have autism children. Islamic hypnotherapy is capable of reducing stress because it teaches positive suggestions and and releases samples’ emotions. Correspondence: e-mail: [email protected] Al-Balagh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.
    [Show full text]
  • 37 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Kasus
    37 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Kasus Pembunuhan Empat Tahanan di Lapas Cebongan Kota Yogyakarta pada hari Sabtu, 23 Maret 2013 di Lapas Cebongan Sleman, Yogyakarta terjadi penembakan terhadap empat orang tahanan titipan Polda DIY. Berdasarkan kronologi di tempat kejadian perkara dapat diketahui bahwa Lapas Cebongan diserbu sekitar 17 orang yang berpenutup muka lengkap dengan senjata api laras panjang, meminta kepada petugas (sipir) Lapas Cebongan untuk ditunjukkan ruangan sel empat tersangka titipan dari Polda DIY. Pembunuhan di Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Sleman, Yogyakarta (Lapas Cebongan) yang menewaskan empat (4) tahanan tersebut dilakukan oleh sekelompok pria bersenjata tak dikenal. Dikarenakan permintaan tersebut ditolak, maka gerombolan tersebut melakukan penganiyaan terhadap para sipir serta merusak CCTV, diduga guna menghilangkan barang bukti. Akhirnya dengan dipandu oleh sipir maka gerombolan tersebut ditunjukkan tempat empat tahanan titipan Polda DIY tersebut berada. Setelah mengetahui keberadaan keempat tahanan yang menjadi sasarannya, gerombolan tersebut langsung menembaki keempat tahanan tersebut dari jarak yang sangat dekat (Kedaulatan Rakyat, “4 Tahanan Tewas” edisi 24 Maret 2013). Nama Lapas Cebongan yang sering disebut-sebut oleh masyarakat, sebenarnya adalah Lembaga Permasyarakat (Lapas) Kelas II B Sleman, 37 38 Yogyakarta. Masyarakat menyebut Lapas Cebongan karena letak Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Sleman berdekatan dengan wilayah Cebongan yaitu beralamatkan di Bedingin, Sumberadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Oditurat Militer II-11 Yogyakarta, Letkol Budiharto, saat meluruskan nama Lembaga Pemasyarakat Klas IIB Sleman tidak ada nama Lapas Cebongan di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta. Akhirnya banyak pemberitaan di media massa menggunakan nama “Lapas Cebongan” untuk menjelaskan nama Lapas Kelas II B Sleman, Yogyakarta (Prabowo, 2013).
    [Show full text]
  • Thesis Is Presented for the Degree of Doctor of Philosophy
    The Internet, Social Media, and Political Outsiders in Post Suharto Indonesia A Case Study of Basuki Tjahaja Purnama Ezmieralda Melissa (21411454) B.Comm.(Bus) (Bond University, Australia) M.A. (The University of Melbourne, Australia) This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy of The University of Western Australia School of Social Sciences Media and Communication 2019 THESIS DECLARATION I, Ezmieralda Melissa, certify that: This thesis has been substantially accomplished during enrolment in the degree. This thesis does not contain material which has been accepted for the award of any other degree or diploma in my name, in any university or other tertiary institution. No part of this work will, in the future, be used in a submission in my name, for any other degree or diploma in any university or other tertiary institution without the prior approval of The University of Western Australia and where applicable, any partner institution responsible for the joint-award of this degree. This thesis does not contain any material previously published or written by another person, except where due reference has been made in the text. The work(s) are not in any way a violation or infringement of any copyright, trademark, patent, or other rights whatsoever of any person. The research involving human data reported in this thesis was assessed and approved by The University of Western Australia Human Research Ethics Committee. Approval #: RA/4/1/7931. Third party editorial assistance was provided in preparation of the thesis by Mrs. Gail Harper. ii The work described in this thesis was funded by The Directorate General of Resources of Science, Technology, and Higher Education of the Republic of Indonesia.
    [Show full text]
  • Media and Religious Conflict: Commodification Analysis in Kompas.Com
    MEDIA AND RELIGIOUS CONFLICT: COMMODIFICATION ANALYSIS IN KOMPAS.COM Conceived as a condition of completing the Strata I Program Communication Studies Faculty of Communication and Information By: ISA NAUVAL ABIYOGO L100154013 COMMUNICATION SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF COMMUNICATION AND INFORMATION MUHAMMADIYAH UNIVERSITY SURAKARTA 2020 AGREEMENT PAGE 2 3 4 MEDIA AND RELIGIOUS CONFLICT: COMMODIFICATION ANALYSIS IN KOMPAS.COM (Commodification of Aceh Conflict in 2015 on Kompas.com) Abstrak Konflik menjadi komoditas bagi media. Pada 2015 tepatnya pada 13 Oktober, terjadi pembakaran gereja di Aceh Singkil yang dilakukan oleh Pemuda Peduli Islam (PPI). Akibat pembakaran ini umat Kristen dan Muslim di Aceh Singkil berseteruan. Insiden ini mengakibatkan satu korban jiwa dan beberapa orang terluka. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis menggunakan teori framing Entman. Model ini digunakan untuk menentukan bagaimana media massa membangun realitas dengan empat elemen: mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebabnya, membuat penilaian moral, dan rekomendasi solusi. Data analisis diambil dari situs Kompas.com dengan 17 berita dari 13-20 Oktober 2015. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komodifikasi isi yang dilakukan oleh Kompas.com saat terjadi konflik di Aceh Singkil. Hasil penelitian menunjukkan ada 2 komodifikasi yang dilakukan Kompas. Pertama adalah komodifikasi konten, dengan membuat judul yang menimbulkan rasa ingin tahu pembaca. Kedua, Kompas.com melakukan komodifikasi audiens dengan cara menyasar pembaca generasi milenial. Kata Kunci: Aceh Singkil, Komodifikasi, Framing, Kompas.com Abstract The conflict became a commodity for the media. In 2015 precisely on October 13, there was a church burning in Aceh Singkil carried out by Youth Islamic Care (PPI). As a result of this burning Christians and Muslims in Aceh Singkil became feuding.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasca Era Reformasi Di
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasca era reformasi di Indonesia, media dan arus informasi seakan menjadi barang yang bebas pakai dan mudah diakses oleh siapapun. Proses dalam membentuk opini, wacana, bahkan mengkontruksi suatu peristiwa dalam lingkup sosial, politik, dan ekonomi publik menjadi mudah dilakukan oleh media, karena kebebasannya dalam menyampaikan pemberitaan dengan jaminan konstitusi di Indonesia. Saat ini media, baik itu dari internet, televisi, maupun surat kabar, seolah menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat dalam mengakses informasi terkini mengenai peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, baik itu dalam bidang sosial, ekonomi, maupun politik. Bahkan, tidak jarang media menjadi aktor yang menghubungkan kepentingan dan komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat. Besarnya peran yang diemban media untuk menyampaikan informasi dan memberikan pemberitaan secara netral dan obyektif memang mutlak harus dilakukan dalam pemberitaan media, agar tidak membentuk perspektif yang salah dalam suatu peristiwa. Mengambil dari pandangan “Hutchins Commission”1 yang mewajibkan jurnalisme dalam pelaporan berita 1 The Hutchins Commission on Freedom of The Press merupakan sekelompok filsuf, ilmuwan, akademisi, tokoh budaya, agama, dan pendidikan. Pada tahun 1947 menghasilkan dokumen yang menggariskan kewajiban jurnalisme, memperingatkan adanya bahaya menerbitkan berita secara faktual benar, namun secara substansial salah. Kelompok ini juga menyerukan agar pers dibebani kewajiban-kewajiban sosial, seperti fair, responsible, accurate agar ada kejelasan fungsi, tugas, 1 yang benar dan akurat. Pertama, media harus memaparkan berita-berita yang akurat, lengkap dan cerdas dalam konteks yang memberikannya makna. Kedua, media harus berfungsi sebagai forum pertukaran pikiran masyarakat berkenaan isu-isu yang sedang berkembang. Ketiga, media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konsituen dalam masyarakat.
    [Show full text]
  • SBY Dalam Bingkai Media Kompas.Com Dan Detik.Com
    BAB IV PROFIL PERUSAHAAN KOMPAS.COM DAN DETIK.COM 4.1 Gambaran Umum Kompas.com 4.1.1 Sejarah Kompas.com secara umum Harian Kompas lahir tanggal 28 Juni 1965, tiga bulan sebelum peristiwa politik G 30 S PKI meletus. Lahirnya Kompas tersebut diprakarsai oleh tokoh-tokoh Katholik dengan motto „Amanat Hati Nurani Rakyat.‟ Hati nurani adalah wujud semangat hidup tidak pantang menyerah terhadap segala macam tekanan hidup, keesokan harinya barulah Kompas mulai dipasarkan (Kasman, 2010: 154- 155). Surat kabar Kompas dalam sejarah pers Indonesia menduduki tempat yang unik, karena Kompas hidup dalam tiga periode yang berlainan, yaitu masa Orde Lama, Orde Baru, dan era reformasi. Nama Kompas sering diplesetkan dengan banyak istilah seperti, „Komando Pastur,‟ „Komando Pas Seda,‟ „Komando Pasukan,‟ dan „Komt Pas Morgen.‟ Hal ini tentu ada dasarnya yakni ketika Kompas lahir, tiap-tiap surat kabar mempunyai afiliasi politik mengharuskan Kompas memiliki afiliasi politik juga. Harian Kompas pun berafiliasi dengan Partai Katholik, yang diketuai oleh Frans Seda. Para Jenderal, seperti A.H. Nasution dan Ahmad Yani mendukung gagasan tersebut, mereka mengangkat Petrus Kanisius Ojong yang memilih Jacob Oetomo sebagai rekannya (Kasman, 2010: 146-147). Kehadiran surat kabar Kompas tidak lepas kaitanya dengan kelompok militer dan aktivis Katholik saat itu. Awal tahun 1965, Letjen Ahmad Yani selaku Menteri/Panglima TNI-AD menelepon rekanya yang sekabinet, Drs. Frans Seda. Yani melemparkan ide menerbitkan koran untuk membangkitkan semangat republik bagi rakyat juga tentara untuk melawan pers komunis. Frans Seda menanggapi ide tersebut dan membicarakannya dengan Ignatus Josef Kasimo sesama rekan di Partai Katholik dan dengan rekannya yang 24 memimpin majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetomo.
    [Show full text]
  • Hak Cipta Dan Penggunaan Kembali: Lisensi Ini Mengizinkan Setiap
    Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli. Copyright and reuse: This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms. Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP BAB II Formatted: Font: 14 pt GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perussahaan Formatted: Indent: Hanging: 0,75 cm, Tab stops: Not at 6,07 cm Kompas Gramedia adalah perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang media Formatted: Bullets and Numbering massa. Perusahaan ini berawal dari Majalah Intisari yang diterbitkan pada 17 Formatted: Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm Agustus 1963. Intisari merupakan alternatif bacaan berbahasa Indonesia. Pendirinya adalah PK Ojong dan Jakob Oetama, bersama J.Adisoebrata dan Irawati SH. Pada tahun 1965, terbitlah harian KOMPAS untuk pertama kali. Harian KOMPAS merupakan surat kabar nasional yang berkantor pusat di Jakarta Selatan. Harian kompas memiliki beberapa rubik seperti Berita Utama, Bisnis & Keuangan, Opini, Politik & Hukum, Nusantara, dn Olahraga. Berita dalam Harian Kompas meliput peristiwa dan pengetahuan yang bersifat nasional. Melihat perkembangan usaha yang sangat baik dan dengan semangat Formatted: Indent: First line: 1,25 cm membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembukaan lapangan kerja baru, PK Ojong melakukan diversifikasi usaha. Ia mendirikan Toko Buku Gramedia untuk memperkuat penyebaran produk dan menjual buku-buku yang berasal dari luar negeri.
    [Show full text]
  • Political Journalism in Media Convergence Era
    Available online at http://www.journalijdr.com ISSN: 2230-9926 International Journal of Development Research Vol. 07, Issue, 08, pp.14808-14812, August, 2017 ORIGINAL RESEARCH ARTICLEORIGINAL RESEARCH ARTICLE OPEN ACCESS POLITICAL JOURNALISM IN MEDIA CONVERGENCE ERA 1Dudi Iskandar, 2Antar Venus, 2Herlina Agustin, and 2Aceng Abdullah 1Ph.D Candidate of Communication Science of Padjadjaran University, Bandung, West Java, Indonesia, and Lecturer of Faculty of Communication Science of Budi Luhur University, South Jakarta, Indonesia 2Lecturer of Communication Science of Padjadjaran University, Bandung, West Java, Indonesia ARTICLE INFO ABSTRACT Article History: Indonesia presidential election campaign, June 5-July 5 2014 was the most crucial period of the Received 19th May, 2017 practice of journalism and media organizations in Indonesia. Reports of three media groups Received in revised form (Kompas Group, Media Group, and MNC Group) during the 2014 presidential election campaign 18th June, 2017 is the focus of this study. This paper is the second stage of research results (discourse practice) of Accepted 05th July, 2017 three planned phases as critical discourse analysis of Norman Fairclough (text, discourse practice, th Published online 30 August, 2017 dan socio cultural levels). In the 2014 presidential campaign, Media Groups and MNC Group are very much in the interest of their owners. While the Kompas Group at the editorial level is not Keywords: visible even though they have historical connection with the ideology of a particular party. The Media convergence, coverage of Kompas Group on PDIP is not as massive as Media Group reporting on Nasdem News, Power, party or MNC Group about Hary Tanusoedibjo. Kompas Group is more viscous economic and Presidential election business interests than ideology and politics.
    [Show full text]
  • 1. Profil Harian Kompas Ide Awal Penerbitan Harian Ini Datang Dari
    BAB II PROFIL OBYEK PENELITIAN A. Profil Surat Kabar Harian: 1. Profil Harian Kompas Ide awal penerbitan harian ini datang dari Jenderal Ahmad Yani, yang mengutarakan keinginan kepada Frans Seda untuk menerbitkan surat kabar yang berimbang, kredibel, dan independen. Mulanya, harian ini diterbitkan dengan nama Bentara Rakyat. Salah satu alasannya, kata Frans Seda, nama Bentara sesuai dengan selera orang Flores. Lalu, atas usul Presiden Soekarno, namanya diubah menjadi Kompas, pemberi arah dan jalan mengarungi lautan dan hutan rimba (Hidayatullah, 2016 : 120). Surat kabar harian Kompas ini pertama kali terbit pada tanggal 28 juni 1965, didirikan oleh mendiang PK Ojong (Petrus Kanisius Ojong Peng Koen) dengan rekannya Jakob Oetama yang saat ini telah menjadi surat kabar ternama dengan lingkup Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Pada terbitan pertamanya, Kompas hanya terbit dengan empat halaman dan enam buah iklan, mulanya kantor redaksi Kompas masih menumpang di rumah Jakob Oetama, kemudian berpindah menumpang di kantor redaksi majalah Intisari (Hidayatullah 2016 : 120). Sepeninggal Ojong tahun 1980, Jakoeb Oetama menggantikan kedudukannya, Ojong dan Jakoeb bermitra serasi di Kompas selama 15 tahun, pasangan ini membimbing Kompas melewati 39 berbagai tindakan pemerintah yang keras. menjadikannya harian terbesar dan dihormati sementara memertahankan otonomi politik dari pemerintah. Ojong dan Jakob mempunyai latar belakang Katolik yang kuat. Oleh karenanya, Kompas mendapatkan slentingan yang menyatakan singkatan dari Komando Pastor atau Komando Pak Seda. Hal ini disebabkan ketika harian ini terbentuk pada tahun 1965, situasi mengharuskan tiap-tiap surat kabar untuk berafiliasi dengan politik. Maka dari itu, Kompas berafiliasi dengan Partai Katolik yang dipimpin oleh Frans Seda. Kompas menjadi media yang mengusung visi kemanusiaan transdental dan misi idealis amanat hati nurani rakyat yang kemudian ditumpahkan dalam mekanisme penulisan berita yang lekat dengan perasaan intuisi dan emosi manusia.
    [Show full text]