Transformasi Budaya Perusahaan Kelompok Kompas Gramedia

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Transformasi Budaya Perusahaan Kelompok Kompas Gramedia Transformasi Budaya Perusahaan Kelompok Kompas Gramedia Ludwig Suparmo Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Interstudi, Jl. Wijaya II No. 82, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12160, Telp. (021) 726211, Fax : (021) 72798060 e-mail: [email protected] atau [email protected] Abstract Within a few decades the leading national daily Kompas, grew in becoming the number one daily in Indonesia. Aside keeping-up with the press advancement, modernizing through its information technology printing and its long distance production has helped its production. The daily-paper then forming several publishing companies, and extending of other media went on, while the bookstores also grew well. However, it then extended into the non core business lines, such as producing and marketing tissue paper and participating in the growing sector of the hotel business. Jakob Oetama, one of the founders was made aware that he would be losing the span of control and at the same time was still much interested in setting a stronger corporate culture based on the company’s ideals which among others are to enlighten the social life and participating in influencing on practicing good governing system. Jakob Oetama who takes the lead always trusted his young dynamic managers, several years ago then, appointed Agung Adiprasetyo as the CEO. The team then formulated the transformation of their corporate culture; not only by establishing a simple way to be easy followed by all the workers: Vision and Mission, that is stated together, but also adding the “5 Cs Values”: Caring, Credible, Competent, Competitive, Customer Delight. Key Words : Participative Culture, Goal Attainment Approach, System Approach, Principled Centered Leadership.. Abstrak Dalam beberapa dekade Harian Umum Kompas yang terbit secara nasional telah menjadi harian terkemuka di Indonesia. Selain mengikuti perkembangan jaman dalam dunia pers, bentuk terbitnnya secara cetakan teknologi informasi dan jarak jauh sangat membantu modernisasi produksinya. Harian ini berkembang dengan ekstensi terbitan lainnya dan mendirikan beberapa perusahaan penerbitan sedang toko buku yang dimilikinya juga ikut berkembang. Namun kemudian merambah ke bisnis yang bukan bisnis utamanya dengan mendirikikan dan memasarkan kertas tissue, juga bergerak ke bisnis yang marak, perhotelan. Jakob Oetama, salah satu pendiri, sadar bahwa dia akan kehilangan kemampuan mengkontrol, sedang masih penuh semangat untuk terus membina budaya perusahaan yang lebih kokoh berbasis pada idealism perusahaan diantaranya mencerdaskan kehidupan sosial bangsa, juga ingin ikut serta dalam melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik. Jakob Oetmaa sebagai pimpinan selalu mempercayai bakat para manajer muda-nya yang dinamis, beberapa tahun yang lalu telah mengangkat Agung Adiprasetyo sebagai CEO. Tim yang dibentuk kemudian melakukan transformasi budaya; tidak hanya melalui memprakarsai cara yang mudah diikuti para karyawan: Visi dan Misi yang dirangkum menjadi satu kesatuan, sekaligus menambahkan “5 Cs Values”: Caring, Credible, Competent, Competitive, Customer Delight. 1 Kata Kunci : Participative Culture, Goal Attainment Approach, System Approach, Principled Centered Leadership.. Pendahuluan kejujuran, kerja keras dan tidak hanya Setahun silam, 28 Juni, 2015, ngomong saja, semua terjadi berkat harian untuk umum Kompas dengan penyelenggaraan Allah, merupakan kata semboyannya “ Amanat Hati Nurani mutiara yang dilaksanakan dan ditulis dalam Rakyat” sesuai dinamika politik yang pada buku peringatan “50 Tahun Harian Kompas waktu itu, tahun 1965, sedang bergejolak, Memberi Makna”. merayakan ulang tahunnya ke lima puluh. Pengelola harian Kompas Meski sudah lima puluh tahun terbit mengupayakan dengan sungguh-sungguh semboyan itu tetap bermakna hingga tugas ideal harian Kompas ikut serta sekarang. Sedangkan budaya perusahaan mencerdaskan (mencerahkan) kehidupan dimana karyawannya berbakti telah masyarakat. Di tengah beragam cara ditransformasi menjadi lebih mantap dan masyarakat mendapatkan informasi – surat dapat dikuti oleh seluruh jajaran kabar hanya salah satunya – dalam dirinya pimpinannya serta tentu juga para karyawan melekat keyakinan yang jauh dari arogansi dari segala tingkatan. sebagai yang paling besar. Tidak hanya Gagasan pengusaha toko buku pemerintahan dan sistem sosial budaya (ketika itu masih berupa satu toko relatif masyarakat yang mempengaruhi bahkan kecil di kawasan Pasar Baru) dengan nama menentukan perkembangan surat kabar. Toko Buku Gramedia, Auwjong Peng Koen, Surat kabar bisa memberi pengaruh pada atau nama resminya Petrus Kanisius Ojong praksis pemerintahan dan sistem sosial kemudian lebih dikenal sebagai P.K.Ojong masyarakat dan bangsa Indonesia. Harian (1920-1980) bersama Jakob Oetama (1931 - Kompas telah membuktikannya lewat berita, ) merintis terbitnya harian Kompas. Mimpi tulisan, analisis, tajuk rencana, karikatur dan besar, cita-cita, perjuangan kedua perintis lainnya. Berita utama di halaman satu dan pendiri Kelompok Kompas Gramedia sedikit banyak menjadi barometer tercermin dalam harian Kompas pemerintah atas suatu fakta, termasuk mengemban amanat hati nurani rakyat, sebagai rujukan menyangkut topik tertentu, 2 dalam hal urusan kebijakan-kebijakan yang masyarakat menegah-kebawah khuus yang berskala publik. bertempat tinggal dan bekerja di DeJaBoTaBek yang selain mewartakan Perkembangan terbitnya harian berita nasional utama lebih banyak Kompas pernah juga mengalami masa sulit menyiarkan berita lokal, yang tetap menghadapi kebijakan pemerintahan di Orde dibutuhkan oleh golongan tertentu hingga Baru dengan pengendalian media dibawah kini. Kelompok Kompas Gramedia juga Kementerian Penerangan. Banyak kebijakan pernah berinovasi mencari celah pasar relatif intern yang digariskan sebagai strategi kecil dengan menerbitkan Tabloid Senior komunikasi dalam masa sulit itu, dan bagi kaum yang lebih tua yang secara berhasil mengatasi rintangan yang harus stastistik demografis, kaum manula dihadapi. Sementara itu Toko Buku diperkirakan bertambah terus; namun media Gramedia ikut berkembang, bahkan dengan sasaran khusus ini akhirnya tidak manajemen tentu memikirkan diteruskan. Kelompok Kompas Gramedia perkembangan percetakan menuju teknologi lebih sukses dalam menyasar pembaca dan digital, siap juga mencetakan berbagai buku penggemar olah raga, khususnya olah raga dari berbagai penerbitan. Penerbit Buku persepak-bolaan dengan menerbitkan tabloid Kompas, Elex Media Komputindo, Bola. Masih dalam sektor media Kelompok Grasindo, KPG dan ada beberapa lagi Kompas Gramedia mengikuti tren penerbit relatif kecil dibawah Kelompok perkembangan bisnis yang menunjukkan Kompas Gramedia; yang kemudian hari fenomena meningkatnya penggunaan didevistasi. Kompas Gramedia kemudian jaringan internet untuk mendapatkan menjadi suatu kelompok kerja (group) yang informasi. Maka Harian Kompas membuat terlebih dulu sudah memiliki Studio Radio versi online dari edisi cetak yang disebut Sonora dan menerbitkan majalah bulanan portal kompas.com. Intisari serta majalah anak - anak Bobo. Kompas Gramedia TV lahir di tahun Diversivikasi media yang lebih khusus bagi 2009 menjadi kendaraan perusahaan untuk manajemen keuangan dan perbankan maenjalankan bisnis di pertelivisian, diawali melahirkan tabloid Kontan. Harian Warta dengan Kompas Gramedia Production Kota merupakan terbitan Kelompok Kompas dengan tugas menghasilkan produksi value Gramedia yang menyasar pembaca added, sehingga program yang diproduksi 3 berisis nilai - nilai kemanusiaan, nilai sosial berhenti disini, Kelompok Kompas dan pendidikan. Dari sini lahirlah Kompas Gramedia menjalin kerja sama secara Gramedia TV network, Kompas Channel, internasional dengan menerbitkan majalah Kompas Gramedia Vision dan Kompas TV, kelolaan Walt Disney dan yang prestigious selanjutnya hadir pula TV berlangganan adalah terbitnya majalah bulanan dalam dengan brand K-Vision. bahasa Indonesia National Geogaphy sama Dengan faham kapitalisasi dan re- tepat seperti terbitan internasional National invistasi sebagai perusahaan yang dikelola Geography dalam bahasa dunia lainnya. dengan baik dengan manajemen keuangan yang rapi, Kompas Gramedia mengngambil Pokok Permasalahan alih beberapa koran daerah yang kesukaran Dengan berkembangnya Kelompok dalam permodalan, dari Banda Aceh, Kompas Gramedia sedemikian pesatnya, Palembang hingga Kupang, bermanifestasi juga “membengkak” di luar core business, menjadi koran daerah di di hampir seluruh yaitu industri media, dapat dimengerti propensi dengan nama Harian Tribun. bahwa pucuk pimpinan menghadapi Sementara itu Kelompok Kompas Gramedia problema span of control dan efektivitas juga berinvestasi ke industri kertas tissue kemimpinan. Nilai budaya perusahaan dengan merek Tessa. Sedang Gramedia Film tergerus dan tidak selalu sesuai dengan hasil telah lebih dulu didirikan. Perusahaan juga berbagai produk sektor industrinya. melakukan diversivikasi usaha diluar core Perlakuan hasil industri unit bisnis business media dengan membangun unit manufaktur kertas tissue Tessa harusnya bisnis perhotelan, dengan mendirikan PT beda perlakuannya dibandingkan industri Grahawita Santika, yang sekarang jasa perhotelan Santika yang seyogyanya mengelola sederatan hotel Santika di lebih mengikuti kaidah service excellence. beberpa kota besar di Indonesia. Kapitalisasi Demikian jelasnya pula bagi industri media berlanjut dengan pendirian Yayasan Media surat kabar dan tabloid yang tetap ingin Informasi yang membuka Universitas menyampaikan idealism mencerdaskan dan Multimedia Nusantara yang merupakan
Recommended publications
  • Gus Dur, As the President Is Usually Called
    Indonesia Briefing Jakarta/Brussels, 21 February 2001 INDONESIA'S PRESIDENTIAL CRISIS The Abdurrahman Wahid presidency was dealt a devastating blow by the Indonesian parliament (DPR) on 1 February 2001 when it voted 393 to 4 to begin proceedings that could end with the impeachment of the president.1 This followed the walk-out of 48 members of Abdurrahman's own National Awakening Party (PKB). Under Indonesia's presidential system, a parliamentary 'no-confidence' motion cannot bring down the government but the recent vote has begun a drawn-out process that could lead to the convening of a Special Session of the People's Consultative Assembly (MPR) - the body that has the constitutional authority both to elect the president and withdraw the presidential mandate. The most fundamental source of the president's political vulnerability arises from the fact that his party, PKB, won only 13 per cent of the votes in the 1999 national election and holds only 51 seats in the 500-member DPR and 58 in the 695-member MPR. The PKB is based on the Nahdlatul Ulama (NU), a traditionalist Muslim organisation that had previously been led by Gus Dur, as the president is usually called. Although the NU's membership is estimated at more than 30 million, the PKB's support is drawn mainly from the rural parts of Java, especially East Java, where it was the leading party in the general election. Gus Dur's election as president occurred in somewhat fortuitous circumstances. The front-runner in the presidential race was Megawati Soekarnoputri, whose secular- nationalist Indonesian Democratic Party of Struggle (PDI-P) won 34 per cent of the votes in the general election.
    [Show full text]
  • Transformational Communication and the 'New Asia'
    AMIC 22ND INTERNATIONAL CONFERENCE 4TH-7TH JULY, 2013 Melia Purosani Hotel, Yogyakarta, Indonesia in partnership with the Department of Communication, Faculty of Social and Political Sciences Universitas Gadjah Mada Transformational communication and the ‘New Asia’ CONFERENCE PROGRAMME Day 1 (Thursday) 4th July 2013 1200 Registration of Participants (tables outside Melia Ballroom) 1400 Inaugural Session, welcome remarks and keynote address Venue: Ballroom Chair: Assoc. Prof. Martin Hadlow Secretary-General, AMIC, Singapore Speakers: Dr. Ang Peng Hwa Chairman, AMIC, Singapore Welcome address Dr. Pratikno Rector, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Special Message Hon. Roy Suryo Notodiprodjo Minister of Youth and Sports, Indonesia Keynote Address Hon. Tifatul Sembiring Minister of Information and Communication, Indonesia 1500 – 1530 Coffee break 1530 – 1700 AMIC DISTINGUISHED FORUM Transformation of Indonesian media: challenges and opportunities Venue: Ballroom Chair: Dr. Ang Peng Hwa, Chairman, AMIC, Singapore Mr. Ishadi S.K., Founder and Commissioner, Trans TV Indonesia Ms. Rosarita Niken Widiastuti, President, Radio Republik Indonesia Mr. Jakob Oetama, President, Kompas Gramedia Group, Indonesia Mr. Edward Ying, Director of Planning & Transformation, PT Telkomsel Indonesia Dr. Kuskridho Ambardi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1900 – 2100 Gala Dinner and AMIC Asia Communication Awards 2013 Venue: Ballroom End of Day 1 Day 2 (Friday) 5th July 2013 0800-0900 Registration of Participants 0900-1030 UNESCO EMERITUS DIALOGUE Development
    [Show full text]
  • Who Owns the Broadcasting Television Network Business in Indonesia?
    Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) Rendra WIDYATAMA Károly Ihrig Doctoral School of Management and Business University of Debrecen, Hungary Communication Department University of Ahmad Dahlan, Indonesia Case WHO OWNS THE BROADCASTING Study TELEVISION NETWORK BUSINESS IN INDONESIA? Keywords Regulation, Parent TV Station, Private TV station, Business orientation, TV broadcasting network JEL Classification D22; L21; L51; L82 Abstract Broadcasting TV occupies a significant position in the community. Therefore, all the countries in the world give attention to TV broadcasting business. In Indonesia, the government requires TV stations to broadcast locally, except through networking. In this state, there are 763 private TV companies broadcasting free to air. Of these, some companies have many TV stations and build various broadcasting networks. In this article, the author reveals the substantial TV stations that control the market, based on literature studies. From the data analysis, there are 14 substantial free to network broadcast private TV broadcasters but owns by eight companies; these include the MNC Group, EMTEK, Viva Media Asia, CTCorp, Media Indonesia, Rajawali Corpora, and Indigo Multimedia. All TV stations are from Jakarta, which broadcasts in 22 to 32 Indonesian provinces. 11 Network Intelligence Studies Volume VI, Issue 11 (1/2018) METHODOLOGY INTRODUCTION The author uses the Broadcasting Act 32 of 2002 on In modern society, TV occupies a significant broadcasting and the Government Decree 50 of 2005 position. All shareholders have an interest in this on the implementation of free to air private TV as a medium. Governments have an interest in TV parameter of substantial TV network. According to because it has political effects (Sakr, 2012), while the regulation, the government requires local TV business people have an interest because they can stations to broadcast locally, except through the benefit from the TV business (Baumann and broadcasting network.
    [Show full text]
  • Hans Harmakaputra, Interfaith Relations in Contemporary Indonesia
    Key Issues in Religion and World Affairs Interfaith Relations in Contemporary Indonesia: Challenges and Progress Hans Abdiel Harmakaputra PhD Student in Comparative Theology, Boston College I. Introduction In February 2014 Christian Solidarity Worldwide (CSW) published a report concerning the rise of religious intolerance across Indonesia. Entitled Indonesia: Pluralism in Peril,1 this study portrays the problems plaguing interfaith relations in Indonesia, where many religious minorities suffer from persecution and injustice. The report lists five main factors contributing to the rise of religious intolerance: (1) the spread of extremist ideology through media channels, such as the internet, religious pamphlets, DVDs, and other means, funded from inside and outside the country; (2) the attitude of local, provincial, and national authorities; (3) the implementation of discriminatory laws and regulations; (4) weakness of law enforcement on the part of police and the judiciary in cases where religious minorities are victimized; and (5) the unwillingness of a “silent majority” to speak out against intolerance.2 This list of factors shows that the government bears considerable responsibility. Nevertheless, the hope for a better way to manage Indonesia’s diversity was one reason why Joko Widodo was elected president of the Republic of Indonesia in October 2014. Joko Widodo (popularly known as “Jokowi”) is a popular leader with a relatively positive governing record. He was the mayor of Surakarta (Solo) from 2005 to 2012, and then the governor of Jakarta from 2012 to 2014. People had great expectations for Jokowi’s administration, and there have been positive improvements during his term. However, Human Rights Watch (HRW) World Report 2016 presents negative data regarding his record on human rights in the year 2015, including those pertaining to interfaith relations.3 The document 1 The pdf version of the report can be downloaded freely from Christian Solidarity Worldwide, “Indonesia: Pluralism in Peril,” February 14, 2014.
    [Show full text]
  • BAB II GAMBARAN UMUM A. SURAT KABAR TRIBUN JOGJA 1. Sejarah
    BAB II GAMBARAN UMUM A. SURAT KABAR TRIBUN JOGJA 1. Sejarah Tribun Jogja PT. Media Tribun Jogja merupakan salah satu anak perusahaan dari Group of Regional News Papper Kompas Gramedia (KG). Perusahaan Kompas Gramedia (KG) didirikan oleh Petrus Kanisius Ojong dan Jacob Oetama pada tanggal 20 Juni 1965. Tribun Jogja merupakan salah satu anggota dari Tribun Network. Tribun Network sendiri memiliki surat kabar yang tersebar luas di 18 propinsi di Indonesia, yaitu di Sumatra terdapat Serambi Indonesia (Aceh), Sriwijaya Pos (Palembang), Bangka Pos (Bangka Belitung), Tribun Batam (Batam), Tribun Pekan Baru (Riau), Tribun Jambi (Jambi), dan Tribun Lampung (Lampung). Di Pulau Jawa terdapat Tribun Jabar (Bandung), Harian Surya (Surabaya) dan Tribun Jogja (Yogykarta). Di Kalimantan terdapat Bnajarmasin Post (Kalimantan Selatan). Tribun Kaltim (Kalimantan Timur) dan Tribun Pontianak (Kalimantan Barat). Di Sulawesi yaitu Tribun Menado (Sulawesi Utara), dan yang terakhir adalah Nusa Tenggara Timur yaitu Pos Kupang (Kupang). PT. Media Tribun Jogja adalah koran ke 16 dari Group of Regional News Papper Kompas Gramedia. Koran ini hadir menyapa warga 39 Yogyakarta dan sekitarnya pertama kali pada tanggal 11 april 2011, dengan tampilan 20 halaman, yang terbagi dari dua sesi yang masing-masing sesi terdapat dua web. Sebelum terbit dalam tampilan media cetak, pada tahun 2010 telah hadir versi online yakni Tribun Jogja Online. Bagi Tribun Jogja masyarakat ditempatkan sebagai orang spesial di panggung kehormatan. Hal ini dikarenakan nama Tribun yang diartikan panggung kehormatan dan menjadi tempat untuk memberitahu, memperlihatkan dan menunjukan hal- hal speSial yang dilakukan oleh insan tersebut. Oleh karena itu nama Tribun Jogja dipakai karena koran ini ingin menempatkan pembaca sebagai orang yang terhormat dan menyajikan berita dengan lengkap.
    [Show full text]
  • Fajar Historia Jurnal Ilmu Sejarah Dan Pendidikan Sejarah Pemikiran Kebangsaan Jakob Oetama Pada Surat Kabar Kompas 1970-2001
    Fajar Historia Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan https://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/fhs/index ISSN: 2549-5585 (online), Vol. 5 No. 1 Juni 2021, hal 89-102 Sejarah Pemikiran Kebangsaan Jakob Oetama Pada Surat Kabar Kompas 1970-2001 Annida Allim Nusaibah1*, Abrar2, Sri Martini3 1 Universitas Negeri Jakarta; [email protected] 2 Universitas Negeri Jakarta; [email protected] 3 Universitas Negeri Jakarta; [email protected] *Korespondensi Dikirim: 03-06-2021; Diterima: 16-07-2021; Diterbitkan: 19-07-2021 Abstract: Nationality is needed by every Indonesian as one of the efforts to continue maintaining the unity and integrity of the nation. One of the national press figures who seriously think about the issue of nationality is Jakob Oetama. One of the ways Jakob Oetama channeled national ideology was through the press media named the Kompas. The purpose of this study was to find out how Jakob Oetama ideology about nationality in Kompas newspaper. The period is from 1970 to 2001. The research method uses historical research methods consisting of four stages; heuristics, verification, interpretation and historiography. The results showed that Jakob Oetama's national ideology in the first Kompas daily newspaper was Bhinneka Tunggal Ika and national ideology, national integration and disintegration, religious issues, knowing the homeland, and the principle of transcendental humanism. Keyword: ideology; Jakob Oetama; nasionality Abstrak: Pemahaman kebangsaan sangat diperlukan oleh setiap rakyat Indonesia sebagai salah satu upaya untuk terus mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satu tokoh pers nasional yang serius memikirkan persoalan tentang kebangsaan adalah Jakob Oetama. Cara Jakob Oetama menyalurkan pemikiran kebangsaan salah satunya yaitu lewat media pers yang diberi nama surat kabar Kompas.
    [Show full text]
  • BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Dari Singasari
    BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Dari Singasari Sampai PIM Sejarah singkat berdirinya kerajaan Majapahit, penulis rangkum dari berbagai sumber. Kebanyakan dari literatur soal Majapahit adalah hasil tafsir, interpretasi dari orang per orang yang bisa jadi menimbulkan sanggahan di sana- sini. Itulah yang penulis temui pada forum obrolan di dunia maya seputar Majapahit. Masing-masing pihak merasa pemahamannyalah yang paling sempurna. Maka dari itu, penulis mencoba untuk merangkum dari berbagai sumber, memilih yang sekiranya sama pada setiap perbedaan pandangan yang ada. Keberadaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari kerajaan Singasari. Tidak hanya karena urutan waktu, tapi juga penguasa Majapahit adalah para penguasa kerajaan Singasari yang runtuh akibat serangan dari kerajaan Daha.1 Raden Wijaya yang merupakan panglima perang Singasari kemudian memutuskan untuk mengabdi pada Daha di bawah kepemimpinan Jayakatwang. Berkat pengabdiannya pada Daha, Raden Wijaya akhirnya mendapat kepercayaan penuh dari Jayakatwang. Bermodal kepercayaan itulah, pada tahun 1292 Raden Wijaya meminta izin kepada Jayakatwang untuk membuka hutan Tarik untuk dijadikan desa guna menjadi pertahanan terdepan yang melindungi Daha.2 Setelah mendapat izin Jayakatwang, Raden Wijaya kemudian membabat hutan Tarik itu, membangun desa yang kemudian diberi nama Majapahit. Nama 1 Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit (Jogjakarta: BukuBiru, 2010), hal. 7-14. 2 Ibid., hal. 16. 29 Majapahit konon diambil dari nama pohon buah maja yang rasa buahnya sangat pahit. Kemampuan Raden Wijaya sebagai panglima memang tidak diragukan. Sesaat setelah membuka hutan Tarik, tepatnya tahun 1293, ia menggulingkan Jayakatwang dan menjadi raja pertama Majapahit. Perjalanan Majapahit kemudian diwarnai dengan beragam pemberontakan yang dilakukan oleh para sahabatnya yang merasa tidak puas atas pembagian kekuasaannya. Sekali lagi Raden Wijaya membuktikan keampuhannya sebagai seorang pemimpin.
    [Show full text]
  • Bab Ii Deskripsi Pt. Sirkulasi Kompas Gramedia
    BAB II DESKRIPSI PT. SIRKULASI KOMPAS GRAMEDIA A. Sekilas Perkembangan Kompas Gramedia A.1. Kompas Gramedia Kompas Gramedia (KG) merupakan sebuah perusahaan inti yang membawahi sirkulasi kompas gramedia dan beberapa unit bisnis di Indonesia yang bekerja sama secara langsung dengan Kompas Gramedia. Beranjak dari sejarahnya, Kompas Gramedia sebagai salah satu perusahaan yang terkemuka di Indonesia memiliki peristiwa-peristiwa penting yang menjadi tonggak perjalanan dari sejak berdiri sampai perkembangannya saat ini. Pada tanggal 17 Agustus 1963 terbitlah majalah bulanan intisari oleh Petrus Kanisius dan Jakob Oetama bersama J. Adisubrata dan Irawati SH. Majalah bulanan intisari bertujuan memberikan bacaan untuk membuka cakrawala bagi masyarakat Indonesia. pada saat itu, intisari terbit dengan tampilan hitam putih, tanpa sampul berukuran 14 x 17,5 cm dengan tebal halaman 128 halaman dan majalah ini mendapat sambutan baik dari pembaca dan mencapai oplah 11.000 eksemplar. Pada perkembangan industri printing di masa kini yang bersaing dengan waktu dan teknologi, Kompas Gramedia siap menerima tuntutan dan tantangan dunia sebagai penyedia jasa informasi dengan menyediakan berbagai sarana media seperti surat kabar, majalah, tabloid, 46 buku, radio, media on-line, televisi, karingan toko buku, dan sarana pendidikan. Kompas Gramedia juga hadir di usaha lain seperti jaringan hotel, jaringan percetakan, tempat pameran, kegiatan kebudayaan, pelaksana acara, properti, dan manufaktur (pabrik tissue dan popok). Semua itu menyatu dalam sebuah jaringan media komunikasi terpadu yang pada saat ini sedang melakukan transformasi bisnis berdasarkan nilai-nilai yang diwariskan para pendirinya yang dimanifestasikan dalam KG Values, yaitu 5C : Caring, Credible, Competent, Competitive, Customer Delight untuk menggapai visi dan misi : “Menjadi perusahaan yang terbesar, terbaik, terpadu, dan tersebar di Asia Tenggara melalui usaha berbasis pengetahuan yang menciptakan masyarakat terdidik, tercerahkan, menghargai kebhinekaan dan adil sejahtera”.
    [Show full text]
  • BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi SKH
    BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi SKH Kompas Informasi media tempat penelitian ini dilaksanakan berguna untuk mengetahui latar belakang pemikiran pekerja media serta alur kerja yang terjadi di media tersebut. Data mengenai surat kabar harian Kompas peneliti dapatkan dalam company profile yang diperoleh pada pusat data Kompas, Lantai 4 Gedung Kompas Gramedia Jalan Palmerah Jakarta Selatan. Beberapa data juga didapat dari sumber buku St. Sularto. A.1. Sejarah Berdirinya SKH Kompas Harian Kompas diterbitkan pada tahun 1960 atas prakarsa dua orang yakni Petrus Kanisius Ojong (atau yang biasa disingkat PK Ojong) dan Jakob Oetama. Kedua orang ini memiliki kesamaan yakni pernah menjadi guru dan memiliki minat di bidang sejarah. PK Ojong adalam pemmpin redaksi Star Weekly dan Jakob Oetama pada saat itu adalah pemimpin redaksi majalah Penabur. Keduanya bertemu dan membahas mengenai kesulitan masyarakat Indonesia dalam membaca format media majalah terutama yang berasal dari luar negri. Keduanya memprakarsai berdirinya majalah Intisari yang menjadi tonggak awal berdirinya kerajaan Gramedia Majalah dan juga koran Kompas. 39 Kompas dalam sejarah pendiriannya juga melibatkan Presiden Soekarno. Pada saat itu Presiden meminta Jakob dan PK Ojong mendirikan sebuah surat kabar untuk menampung aspirasi masyarakat. Awal mula nama yang akan digunakan adalah “Bentara Budaya”, namun Presiden Soekarno lebih memilih “Kompas” karena berfilosofi sebagai penunjuk arah bagi masyarakat. Maka didirikanlah harian umum Kompas yang kala itu dicap sebagai medianya partai Katolik. Saat ini Kompas berada dalam satu struktur manajemen Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Inti dari bisnis perusahaan ini adalah media. Pertama adalah majalah kemudian merambah ke koran dan saat ini juga merambah pada media siaran dan internet.
    [Show full text]
  • City Architecture As the Production of Urban Culture: Semiotics Review for Cultural Studies
    HUMANIORA VOLUME 30 Number 3 October 2018 Page 248–262 City Architecture as the Production of Urban Culture: Semiotics Review for Cultural Studies Daniel Susilo; Mega Primatama Universitas dr. Soetomo, Indonesia; University College London, United Kingdom Corresponding Author: [email protected] ABSTRACT This article aims to describe the correlation between city’s architecture as urban culture and cultural studies, specifically in semiotics. This article starts with Chris Barker’s statement about city and urban as text in his phenomenal book, Cultural Studies, Theory and Practice. The city as a complex subject has been transformed into the representation of urban culture. In the post-modernism view, urban culture as cultural space and cultural studies’ sites have significantly pointed to became communications discourse and also part of the identity of Semiology. This article uses semiotics of Saussure for the research methods. Surabaya and Jakarta have been chosen for the objects of this article. The result of this article is describing the significant view of architecture science helps the semiotics in cultural studies. In another way, city’s architecture becomes the strong identity of urban culture in Jakarta and Surabaya. Architecture approaches the cultural studies to view urban culture, especially in symbol and identity in the post-modernism era. Keywords: city’s architecture; urban culture; semiotics; cultural studies INTRODUCTION Giddens (1993) in Lubis (2014:4) stated the society urbanization, a city that used to be not that big become is like a building who need reconstruction every day so large that has to prop up the need of its growing and human-created their reconstruction.
    [Show full text]
  • Soekarno's Political Thinking About Guided Democracy
    e-ISSN : 2528 - 2069 SOEKARNO’S POLITICAL THINKING ABOUT GUIDED DEMOCRACY Author : Gili Argenti and Dini Sri Istining Dias Government Science, State University of Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) Email : [email protected] and [email protected] ABSTRACT Soekarno is one of the leaders of the four founders of the Republic of Indonesia, his political thinking is very broad, one of his political thinking about democracy is guided democracy into controversy, in his youth Soekarno was known as a very revolutionary, humanist and progressive figure of political thinkers of his day. His thoughts on leading democracy put his figure as a leader judged authoritarian by his political opponents. This paper is a study of thought about Soekarno, especially his thinking about the concept of democracy which is considered as a political concept typical of Indonesian cultures. Key word: Soekarno, democracy PRELIMINARY Soekarno is one of the four founders of the Republic of Indonesia according to the version of Tempo Magazine, as political figures aligned with Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir and Tan Malaka. Soekarno's thought of national politics placed himself as a great thinker that Indonesian ever had. In the typology of political thought, his nationality has been placed as a radical nationalist thinker, since his youthful interest in politics has been enormous. As an active politician, Soekarno poured many of his thinkers into speeches, articles and books. One of Soekarno's highly controversial and inviting notions of polemic up to now is the political thought of guided democracy. Young Soekarno's thoughts were filled with revolutionary idealism and anti-oppression, but at the end of his reign, he became a repressive and anti-democratic thinker.
    [Show full text]
  • Jacob Oetama
    www.rajaebookgratis.com JACOB OETAMA Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dia adalah salah satu raksasa jurnalis di negeri ini yang menawarkan jurnalisme damai dan berhasil membuka horizon pers yang benar-benar modern, bertanggung jawab, non-partisan, dan memiliki perspektif jauh ke depan. Bulir air mata perlahan menetes di pipi tuanya yang mengeriput. Suaranya yang semula berat dan membahana di seisi ruangan, kontan berubah serak dan parau. Laki- laki tua yang siang itu berdiri di podium terhormat, tak lagi kuasa menahan rasa haru yang luar biasa. Dia menangis. Jakob Oetama, laki-laki tua itu, Pemimpin Umum Harian Kompas dan Chief Executive Kelompok Kompas-Gramedia, melampiaskan keharuannya. Pada saat Universitas Gadjah Mada, Kamis, 17 April 2003, secara resmi memberinya anugerah kehormatan berupa gelar Doktor Honoris Causa di bidang komunikasi. Dalam pidato promosi untuk memperoleh gelar doktor honoris causa (HC) itu, ia mengemukakan bahwa pencarian makna berita serta penyajian makna berita semakin merupakan pekerjaan rumah dan tantangan media massa saat ini dan di masa depan. http://rajaebookgratis.wordpress.com 1 www.rajaebookgratis.com Jurnalisme dengan pemaknaan itulah yang diperlukan bangsa sebagai penunjuk jalan bagi penyelesaian persoalan-persoalan genting bangsa ini. Jakob Oetama adalah penerima doktor honoris causa ke- 18-yang dianugerahkan UGM-setelah pekan lalu gelar yang sama dianugerahkan UGM kepada Kepala Negara Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah. Promotor Prof Dr Moeljarto Tjokrowinoto dalam penilaiannya menyatakan, jasa dan karya Jakob Oetama dalam bidang jurnalisme pada hakikatnya merefleksikan jasa dan karyanya yang luar biasa dalam bidang kemasyarakatan dan kebudayaan.
    [Show full text]