37 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Kasus
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
37 BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Kasus Pembunuhan Empat Tahanan di Lapas Cebongan Kota Yogyakarta pada hari Sabtu, 23 Maret 2013 di Lapas Cebongan Sleman, Yogyakarta terjadi penembakan terhadap empat orang tahanan titipan Polda DIY. Berdasarkan kronologi di tempat kejadian perkara dapat diketahui bahwa Lapas Cebongan diserbu sekitar 17 orang yang berpenutup muka lengkap dengan senjata api laras panjang, meminta kepada petugas (sipir) Lapas Cebongan untuk ditunjukkan ruangan sel empat tersangka titipan dari Polda DIY. Pembunuhan di Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Sleman, Yogyakarta (Lapas Cebongan) yang menewaskan empat (4) tahanan tersebut dilakukan oleh sekelompok pria bersenjata tak dikenal. Dikarenakan permintaan tersebut ditolak, maka gerombolan tersebut melakukan penganiyaan terhadap para sipir serta merusak CCTV, diduga guna menghilangkan barang bukti. Akhirnya dengan dipandu oleh sipir maka gerombolan tersebut ditunjukkan tempat empat tahanan titipan Polda DIY tersebut berada. Setelah mengetahui keberadaan keempat tahanan yang menjadi sasarannya, gerombolan tersebut langsung menembaki keempat tahanan tersebut dari jarak yang sangat dekat (Kedaulatan Rakyat, “4 Tahanan Tewas” edisi 24 Maret 2013). Nama Lapas Cebongan yang sering disebut-sebut oleh masyarakat, sebenarnya adalah Lembaga Permasyarakat (Lapas) Kelas II B Sleman, 37 38 Yogyakarta. Masyarakat menyebut Lapas Cebongan karena letak Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Sleman berdekatan dengan wilayah Cebongan yaitu beralamatkan di Bedingin, Sumberadi, Kecamatan Mlati, Sleman, Yogyakarta. Hal tersebut dijelaskan oleh Kepala Oditurat Militer II-11 Yogyakarta, Letkol Budiharto, saat meluruskan nama Lembaga Pemasyarakat Klas IIB Sleman tidak ada nama Lapas Cebongan di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta. Akhirnya banyak pemberitaan di media massa menggunakan nama “Lapas Cebongan” untuk menjelaskan nama Lapas Kelas II B Sleman, Yogyakarta (Prabowo, 2013). Keempat tahanan titipan Polda DIY yang menjadi korban tewas dalam penyerangan tersebut adalah pelaku pengeroyokan yang terjadi di Hugo’s Cafe yang menewaskan Serka Santoso, seorang anggota Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan, Kartasura, Surakarta. Pada peristiwa tersebut, Serka Heru Santoso tewas karena dikeroyok di Hugo’s Cafe Yogyakarta. Sementara itu, diketahui bahwa keempat tahanan yang menjadi korban tewas dalam penyerangan tersebut adalah pelaku pengeroyokan yang menewaskan Serka Heru Santoso yang menyatakan bahwa adanya dorongan rasa ingin membela kehormatan satuan dan tidak rela bahwa rekannya menjadi korban tindak premanisme. Oleh sebab itu kemudian tersangka memutuskan untuk melakukan aksi penyerangan pada keempat preman di Lapas Cebongan. Penyerangan Lapas Cebongan terjadi pada tanggal 23 Maret 2013 sekitar pukul 00.15 WIB. Pelaku penyerangan diketahui merupakan 12 orang anggota Kopassus dengan seorang eksekutor yang menembak keempat korban. Tiga orang diantaranya merupakan prajurit yang sedang mengikuti latihan di Gunung Lawu, 39 termasuk satu orang prajurti yang merupakan eksekutor pada kasus tersebut. Setelah kejadian, maka tim dari pihak kepolisian melakukan identifikasi terhadap korban dan melakukan olah tempat kejadian perkara. Untuk mengusut kasus tersebut maka dibentuklah tim investigasi dari TNI untuk mengusut kasus tersebut dan untuk menemukan pelaku penyerangan tersebut. Dalam melakukan penyerangan, sebelas oknum tersebut menggunakan 6 senjata api yang terdiri dari 3 pucuk senjata laras panjang jenis AK-47 yang dibawa dari markas latihan Gunung Lawu, 2 pucuk AK-47 replika dan 1 pucuk pistol SIG Sauer replica. (Kedaulatan Rakyat,“Penyerang Lapas Siap Tanggung Jawab”, 5 April 2013). Setelah melalui proses penyelidikan dan sudah diketahui siapa pelakunya, maka diadakanlah persidangan untuk menangani kasus tersebut. Sidang kasus penyerbuan Lapas Cebongan, Sleman, dengan agenda dakwaan terhadap 12 anggota Kopassus Grup-2 Kandang Menjangan tersebut diadakan di Pengadilan Militer (Dilmil) II-11 Yogyakarta, mengingat pelaku adalah anggota Kopassus. Dalam persidangan Serda Ucok Tigor Simbolon dinyatakan sebagai terdakwa di berkas satu (1) dalam kasus ini, karena berperan sebagai eksekutor empat tahanan titipan Polda daerah Istimewa Yogyakarta (Tribun Jogja,“Senjata Ucok Sempat Macet”, 21 Juni 2013). Persidangan pun terus dilanjutkan sampai mendapatkan putusan dari Pengadilan Militer untuk eksekutor Serda Ucok Tigor Simbolon dan kesebelas penyerang lainnya. Tentunya, pada saat proses persidangan, berbagai media massa lokal maupun nasional meliputnya secara intensif dengan angle dan frame yang berbeda-beda, berdasarkan kepentingan dan pandangan masing-masing media. 40 Namun, keberagamaan angle dan frame media massa baik lokal maupun nasional tersebut menjadi permasalahan. Ditengah-tengah intensitas pemberitaan media, diberitakan bahwa ternyata sejumlah aktivis Koalisi Rakyat Pemantau Peradilan Militer (KPPRM) dan jurnalis diintimidasi. Para jurnalis peliput sidang kasus pembunuhan di Lapas kelas IIA, Sleman, Yogyakarta yang lebih dikenal Lapas Cebongan diberitakan mendapat tekanan atau intimidasi dari pihak kuasa hukum keduabelas terdakwa. Pihak kuasa hukum terdakwa Kopassus memanggil para jurnalis tersebut karena merasa keberatan dengan pemberitaan Kompas edisi 5 Juli 2013 berjudul “Tidak Terbukti Upaya Pemukulan terhadap Ucok” dan pemberitaan Tribun Jogja edisi 5 Juli 2013, yang berjudul "Edy Pras Kenali Wajah Ucok". Selain itu, pada 6 Juli 2013, Koordinator Masyarakat Pemantau Media (MPM) Lukas Ispandriarno saat memandu diskusi Interaktif dengan tema “Integritas Peradilan Militer dan Isu Premanisme” di RRI Pro 1 juga mendapat ancaman via SMS (Aco, 2013). Intimidasi tersebut juga disasarkan pada Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Jogja Setya Krisna Sumargo mendapat telepon dari Gilang yang mengaku staf penasihat hukum terdakwa pada Ahad, 7 Juli 2013. Penelepon meminta Krisna bertemu pimpinan penasihat hukum di Denpom Yogyakarta. Krisna kembali menerima panggilan telepon atas nama Gilang pada Senin, 8 Juli 2013. Jurnalis yang melaporkan adanya intimidasi ke Dewan PERS itu diantaranya berasal dari media Kompas, Tribun Jogja dan penyiar Pro 1 RRI (91,1 FM). Persidangan kasus Cebongan pun terus dilakukan dan wartawan dari media lokal maupun nasional juga terus intensif melakukan peliputan hingga 41 sidang putusan dilaksanakan untuk menentukan vonis hukuman kepada masing- masing 12 terdakwa dari anggota Kopassus Grup 2 Kandang Menjangan Grup yang sudah menewaskan empat tahann titipan Polda DIY. Akhirnya, Sidang Putusan Kasus Penyerangan Lapas Cebongan ini dilakukan pada tanggal 5 dan 6 September 2013. Hasilnya tiga terdakwa, pada sidang pertama tanggal 5 September 2013, Serda Ucok Tigor Simbolon divonis 11 tahun penjara, Serda Sugeng divonis 8 tahun penjara, dan Koptu Kodik divonis 6 tahun penjara, serta ketiga terdakwa mendapat hukuman tambahan, dipecat sebagai anggota TNI (Kedaulatan Rakyat, “Dikalungi Plintheng Pendukungnya”, 6 September 2013). Kemudian pada hari yang sama, namun di ruang yang berbeda, lima terdakwa yaitu Serda Tri Juwanto, Sertu Anjar Rahmanto, Sertu Martinus Robertus Paulus Banani, Sertu Suprapto dan Sertu Herman Siswoyo yang turut membantu aksi pembunuhan di Lapas Cebongan oleh ketiga terdakwa utama, diganjar pidana 1 tahun 9 bulan penjara potong masa tahanan dan tidak mendapat hukuman tambahan pemecatan (Tribun Jogja, “Serda Tri dkk Lolos Hukuman Pemecatan”, 6 September 2013). Berlanjut pada tanggal 6 September 2013, dilaksanakan sidang putusan yang hasilnya Serda Ikhmawan Suprapto divonis hukuman 15 bulan penjara, sedangkan Serma Rohmadi, Serma Muhammad Zainuri dan Serka Sutar divonis hukuman 4 bulan 20 hari, dan pada saat sidang berlangsung ketiga terdakwa tersebut langsung dapat bebas, karena pada tanggal 6 September 2013 tepat 4 bulan 20 hari masa tahanan ketiga terdakwa sudah habis. (Kedaulatan Rakyat, “Dikalungi Plinteng Pendukungnya”, 7 September 2013) 42 B. Surat Kabar Harian Tribun Jogja 1. Sejarah Tribun Jogja PT. Media Tribun Jogja merupakan salah satu anak perusahaan dari Kompas Gramedia (KG). Tribun Jogja merupakan salah satu surat kabar daerah di Yogyakarta yang dikelola oleh Kompas Gramedia. Kompas Gramedia adalah perusahaan besar dan terkemuka yang usahanya bergerak di bidang media massa. Perusahaan Kompas Gramedia (KG) sendiri didirikan oleh Petrus Kanisius Ojong dan Jakoeb Oetama pada tanggal 28 Juni 1965 (Yuda, 2013 : 33). Dengan seiring berkembangnya waktu, perusahaan ini mampu menghasilkan berbagai macam surat kabar. Kompas Gramedia mempunyai dua jenis surat kabar berdasarkan dari isi beritanya, yakni surat kabar Nasional dan surat kabar lokal. Surat kabar yang bersifat nasional adalah KOMPAS dan surat kabar yang berbasis lokal atau regional adalah Tribun Network dan Warta. Kompas Gramedia memiliki beberapa anak perusahaan, selain bergerak dibidang media cetak. Kompas Gramedia juga bergerak dibidang usaha lain antara lain seperti toko buku, percetakan, perhotelan, lembaga pendidikan, event organizer, radio, stasiun televisi hingga perguruan tinggi. Sebagai salah satu surat kabar daerah milik Kompas Gramedia, Tribun Jogja merupakan koran atau surat kabar yang terbitnya harian alias terbit setiap hari. Tribun juga termasuk dalam kelompok PERSDA meskipun termasuk anggota baru, karena sebelum Tribun, Kompas Gramedia telah banyak melahirkan koran daerah yang fokus di daerah- daerah tertentu. Surat kabar tersebut antara lain, Serambi Indonesia yang merupakan surat kabar untuk masyarakat Aceh, Pos Kupang untuk masyarakat 43 Kupang, Bernas Jogja untuk masyarakat