(OVOP) Studi Kasus: Kalua Di Ciwidey Gina Apryani Nurunnisha, S.Mb., MBA
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Jurnal Logistik Bisnis, Vol. 7, No.1, Mei 2017 Integrated Marketing Communication sebagai Pengembangan One Village One Product (OVOP) Studi Kasus: Kalua di Ciwidey Gina Apryani Nurunnisha, S.Mb., MBA. Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama, Bandung, Indonesia [email protected] Abstract - One Village One Product (OVOP) is a community-based program development, with a market- based approach to economic development, firstly initiated by Dr. Morihiko Hiramatsu. In terms of marketing, it can be regarded as a brand with leveraging the existing brand equity approach. Ciwidey is a tourist area, such as Kawah Putih, Situ Patengan, Hot Spring Water Walini, and Rancaupas Campgrounds in South Bandung, which has a huge potential. Development is being encouraged to help the development of this area by leaps and bounds. The existence of Kalua as one of typical food of Ciwidey increases tremendous business opportunities in this area. Although Kalua has been on the market for 15 years, tourists are still not familiar with Kalua, and it has not been regarded as a product associated with Ciwidey. Another issue is that Kalua is not seen as an interesting product. This research was conducted in one company, namely Kalua Jeruk Ponyo as a model, in order to be more focused in analyzing marketing mix, internal company, customers, and suppliers. This research was done by analyzing the marketing mix product, analyzing the situation with 5C analysis, as well as corporate demand calculation in order to determine the root causes that lead to business issues described previously. This study was conducted on potential customers who visited Kawah Putih and consumers shopping in Kalua Jeruk Ponyo, by conducting in-depth interviews, questionnaires, and food testing. From the result study, based on the analysis of potential consumers and their consumption patterns, it is known that their product awareness was low and they were not interested in the product due to the absence of segmentation, targeting and positioning, lack of product innovation, the absence of marketing communication and SOP for production. Finally, this study generated a form of draft business solution segmentation, targeting, and positioning. The new product proposal was based on the results of food testing, and business-to-customer (B2C) integrated marketing communication strategy was applied to build relationships with other business partners. The main objective of the proposed business solution is to increase awareness and ultimately the market share. Moreover, the collaboration with government to make this OVOP program succeed is very important in order to solve the problem, namely increasing the market share of Kalua. Together with historical review of the growth of the OVOP movement led by Oita Prefecture, this paper attempted to identify the unique characteristics of the movement as well as its limitations, and proposed how Japan’s experience with the movement may be applied in Ciwidey. As Ciwidey OVOP is already known as a nearly- born movement, this study did not only focus on the comparison Hal-54 Jurnal Logistik Bisnis, Vol. 7, No.1, Mei 2017 between two areas; but also learnt a good lesson from Japan, and discovered suitable practical application in order to apply them to the Indonesian context. Keywords - Awareness, food testing, integrated marketing communication, kalua, One Village One Product, product innovation 1. PENDAHULUAN benefiting from the awareness of the One Village One Product (OVOP) original brand.” (1999: 3) adalah pengembangan program Hingga saat ini, skema OVOP dari berbasis masyarakat, dengan Jepang telah diperkenalkan dan pendekatan berbasis pasar terhadap diterapkan di berbagai negara. Selain pembangunan ekonomi, yang itu, program OVOP juga telah pertama kali diprakarsai oleh Dr. digelar di Indonesia sejak 2008, dan Morihiko Hiramatsu, Gubernur telah berhasil di beberapa kota. Prefektur Oita di Jepang pada tahun Ciwidey merupakan salah satu 1970an. One Village One Product daerah wisata potensial dengan (OVOP) adalah sebuah pendekatan tujuan wisata pertumbuhan yang dalam pengembangan potensi sangat baik di Bandung Selatan. kawasan di wilayah ini untuk Lokasinya tak jauh dari pusat kota menghasilkan produk pengetahuan Bandung, hanya 30 km jauhnya, lokal, dengan produk khas kelas membuat Ciwidey menjadi salah satu global di kawasan ini dengan tujuan wisata yang harus dikunjungi memanfaatkan sumber daya lokal. oleh wisatawan baik lokal maupun Kekhususan pendekatan ini adalah mancanegara. pencapaian pembangunan ekonomi Pembukaan penerbangan langsung daerah melalui peningkatan produk dari Malaysia dan Singapura ke bernilai tambah dengan Bandung sangat mempengaruhi menggunakan sumber daya lokal tumbuhnya jumlah kunjungan yang tersedia melalui pengolahan, wisman ke Ciwidey. Dan tentu saja, pengendalian mutu dan pemasaran. kemajuan teknologi yang semakin Dalam hal pemasaran, pendekatan canggih dan pengguna media sosial OVOP dapat dianggap sebagai merek juga sangat membantu untuk dengan pendekatan untuk mempromosikan kawasan wisata di memanfaatkan ekuitas merek yang Ciwidey, seperti Walini Hot Water ada, seperti yang dinyatakan oleh Spring, Ranca Upas Camping & Joanna Barrett, Ashley Lye & P. Outbound, Danau Patenggang, dan Venkateswarlu sebagai berikut: Kawah Putih. “Leveraging existing brand equity Dampak positif tidak hanya into new product categories dirasakan oleh manajemen tujuan attempts to avoid the risk associated wisata, tapi juga oleh perajin Kalua. with establishing a new brand, Kehadiran Kalua sebagai makanan through convincing consumers that khas atau cinderamata dari Ciwidey, the positive attributes associated menjadikan Kalua sebagai salah satu with the original brand are relevant souvenir favorit bagi wisatawan. to the new product and/or simply Kalua terbuat dari kulit kasar grapefruit. Kulit jeruk mentah Hal-55 Jurnal Logistik Bisnis, Vol. 7, No.1, Mei 2017 diproses dengan perendaman kulit Saat ini, setidaknya ada 5 UKM yang jeruk dengan air jeruk nipis untuk memiliki toko suvenir khas Ciwidey menghilangkan rasa pahit dari kulit sebagai tempat penjualan Kalua, jeruk, lalu dimasak dengan gula atau dengan tingkat penjualan dan gula merah dan dibumbui dengan pendapatan yang berbeda (lihat esensi buah. Gambar 1). Gambar 1. Kalua Penjualan 5 UKM di 2014-2015 (Data internal, 2016) Berdasarkan bagan di atas, dapat Sayangnya, setelah melakukan survei dilihat bahwa penjualan produk dengan menggunakan pengukuran berbeda setiap bulan atau musiman. Top of Mind yang dilakukan pada Puncak bulan atau musim tinggi awal penelitian hingga 49 adalah pada bulan April, Mei, Juni, pengunjung Kawah Putih pada bulan Agustus, dan Desember. Itu karena Januari 2016, ada kesadaran rendah bulan-bulan ini adalah liburan masyarakat. Ketika ditanya tentang sekolah musim panas dan liburan makanan khas atau hadiah dari akhir tahun. Apalagi di bulan Bandung, ada sedikit kesadaran akan Agustus, ada pesta Idul Fitri bagi Kalua itu sendiri, seperti yang umat Islam, dimana tradisi mudik terlihat dari Tabel 1. masih sangat melekat pada masyarakat Indonesia. Tabel 1 Produk Top Mind Mind Potensial dari Bandung Produk Skor Kesadaran Produk Brownis 28,57% Molen 24,49% Peuyeum 10,20% Batagor 10,20% Bandrek 8,16% Permen Susu 8,16% Kalua 6,12% Sumber: Hasil Analisis, 2016 Hal-56 Jurnal Logistik Bisnis, Vol. 7, No.1, Mei 2017 Berdasarkan pengukuran TOM, terlihat bahwa Kalua berada pada Melihat keberhasilan OVOP sebagai posisi kedelapan dengan nilai 4,08%. sebuah program dan kurangnya Posisi ini jauh di bawah pesaing lain program OVOP di Ciwidey, penulis dari souvenir makanan di Bandung. melihat peluang yang bisa Hal lain yang menyebabkan masalah menguntungkan bagi bisnis Kalua di yang diuraikan sebelumnya adalah Ciwidey. Keberadaannya sebagai kesan buruk Kalua itu sendiri. makanan khas atau suvenir dari Berdasarkan survei tahap awal, Ciwidey saat digerakkan dengan terlihat bahwa sebagian besar program OVOP akan memberikan responden (76%) mengatakan bahwa efek yang besar dan positif terhadap Kalua tidak menarik minat mereka, penjualan produk ini. dari rasa, bentuk, warna, kemasan, harga, dll. (Lihat Gambar 2) 2. METODE PENELITIAN Gambar 2. Kesan Pelanggan 2.1. Penelitian Terdahulu Potensial tentang Kalua Berikut adalah 3 (tiga) penelitian terdahulu yang memiliki topik serupa tentang One Village One Product (OVOP) di Indonesia: (Data internal, 2016) Hermuningsih, Sri, Dewi Kusuma Wardani. (2016). "Pendekatan Ovop (Satu Desa Satu Produk) Menjadi Program Pengembangan Dan Kebijakan Ikm Dan Umkm Dengan Keunggulan Daerah", UST Jurnal Akademik. "Salah satu peluang pengembangan SMI dan UKM adalah melalui program pengembangan komoditas daerah. Pasalnya, masing-masing daerah memiliki keunikan tersendiri yang membuat keunggulan komparatif. Konsep kawasan komoditi tersebut benar-benar mereplikasi kesuksesan masyarakat dan pemerintah Jepang dan Thailand yang membuktikan keandalan model One Village One Product (OVOP) yang dibangun dengan keunggulan komparatif. Untuk mendukung program ini, langkah pertama adalah memetakan dan mengidentifikasi produk unggulan, memilih koperasi potensial, dan mengamati kesesuaian potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan, etos kerja, semangat kerja sama. Dibutuhkan konsistensi kebijakan dan program, jika perlu, menyiapkan proyek laboratorium sosial yang menjadi acuan semua pihak mulai 2011 sampai 2016, Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia memperluas produk terbaik OVOP di 100 titik di 33 provinsi berdasarkan peningkatan