RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN PENATAAN RUANG 3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selaludilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang CiptaKarya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan danKawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang BangunanGedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

A. UU No. 1 Tahun 2011 TentangPerumahandanPermukiman UU Perumahan dan Kawasan Permukiman membagi tugas dankewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan PemerintahKabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraanpermukiman mempunyai tugas: a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi. b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

3 - 1

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman. h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba. Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menjalankan tugasnya yaitu: a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR. f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

3 - 2

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman. h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota. Di samping mengatur tugas dan wewenang, UU ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat. UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

B. UU No. 28 Tahun 2002 TentangBangunanGedung Undang-Undang Bangunan Gedung menjelaskan bahwapenyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunanyang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi,serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiapbangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif danpersyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung.Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah,status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan.Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan danpersyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunanmeliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung,arsitektur bangunan

3 - 3

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 gedung, dan persyaratan pengendalian dampaklingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan danLingkungan (RTBL). Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagaiberikut a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedungdengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanyaruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang,serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistempenghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukandengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energidalam bangunan gedung (amanat green building). b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagaicagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undanganharus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan,pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunangedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidakmengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yangdikandungnya. c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat danlanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

C. UU No. 7 Tahun 2004 tentangSumberDaya Air UU Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumberdaya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalamhal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagikebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannyayang sehat, bersih, dan produktif. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tanggadilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimanaBadan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadipenyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan airdengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebihdahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiolog. Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem

3 - 4

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 penyediaan air minumdiselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dansarana sanitasi.

D. UU No. 18 Tahun 2008 TentangPengelolaanPersampahan UU No. 18 Tahun 2008 menyebutkan bahwa pengelolaan sampahbertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitaslingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya.Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumahtangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganansampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasantimbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembalisampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi: a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampahsesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah, b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahansampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementaraatau tempat pengolahan sampah terpadu, c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumberdan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir, d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik,komposisi, danjumlah sampah, e. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampahdan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungansecara aman. Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secaraterbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintahdaerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yangmenggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPAdengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill.

3 - 5

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

E. UU No. 20 Tahun 2011 tentangRumahSusun Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turutserta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan UUNo. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah susundidefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangundalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yangdistrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupunvertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapatdimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunianyang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanahbersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan,pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan,peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas danwewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan,dan peran masyarakat. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang wilayah negara. Penataan ruang wilayah nasional bertujuan untuk mewujudkan: 1. Ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 2. Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; 3. Keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota; 4. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi dalam kerangka negara kesatuan republik ; 5. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang; 6. Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; 7. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;

3 - 6

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

8. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor; dan 9. Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis serta integrasi nasional RTRWN menjadi pedoman untuk: 1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional 2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional 3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional 4. Pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor 5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi 6. Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

3.1.2 ARAHAN PENATAAN RUANG Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputikebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan polaruang.Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusatpertumbuhan ekonomi wilayah yang merata danberhierarki; dan b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringanprasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumberdaya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayahnasional. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan danpusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a. Menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antarakawasan perkotaan dan kawasan perdesaan, serta antarakawasan perkotaan dan wilayah di sekitarnya; b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yangbelum terlayani oleh pusat pertumbuhan; c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai; dan

3 - 7

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhanagar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembanganwilayah di sekitarnya. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauanpelayanan jaringan prasarana meliputi: a. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana danmewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat,laut, dan udara; b. Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasiterutama di kawasan terisolasi c. Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal sertamewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik d. Meningkatkan kualitas jaringan prasarana sertamewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air;dan e. Meningkatkan jaringan transmisi dan distribusi minyak dangas bumi, serta mewujudkan sistem jaringan pipa minyakdan gas bumi nasional yang optimal. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi: a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung; b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

A. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional Rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi: 1. Sistem Perkotaan Nasional Sistem perkotaan nasional terdiri atas PKN, PKW, dan PKL.PKN dan PKW tercantum dalam Lampiran II yang merupakanbagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.PKL ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang RencanaTata Ruang Wilayah Provinsi berdasarkan usulan pemerintahkabupaten/kota, setelah dikonsultasikan dengan Menteri. PKN, PKW, dan PKL dapat berupa:

3 - 8

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

a. Kawasan megapolitan; b. Kawasan metropolitan; c. Kawasan perkotaan besar; d. Kawasan perkotaan sedang; atau e. Kawasan perkotaan kecil.

Tabel 3.1 Sistem Perkotaan Nasional Provinsi Jawa Barat

Provinsi PKN PKW PKL Daerah Khusus Ibukota Kawasan Perkotaan - - - Jawa Jabodetabek Barat - Kawasan Perkotaan Sukabumi - Raya Cikampek - Cirebon Cikopo Jawa Barat Palabuhan ratu

Indramayu

Kadipaten

Tasikmalaya

Pangandaran

Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Sistem Jaringan Transportasi Nasional Sistem jaringan transportasi nasional terdiri atas: a. Sistem jaringan transportasi darat; b. Sistem jaringan transportasi laut; dan c. Sistem jaringan transportasi udara. 3. Sistem Jaringan Energi Nasional Sistem jaringan energi nasional terdiri atas: a. Jaringan pipa minyak dan gas bumi; b. Pembangkit tenaga listrik; dan c. Jaringan transmisi tenaga listrik.

3 - 9

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. B. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas: a. Kawasan lindung nasional; dan b. Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional 1. Kawasan Lindung Kawasan lindung nasional terdiri atas: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan\bawahannya; b. Kawasan perlindungan setempat; c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; d. Kawasan rawan bencana alam; e. Kawasan lindung geologi; dan f. Kawasan lindung lainnya.

Tabel 3.2 Kawasan Lindung Nasional Provinsi Jawa Barat

Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi Suaka Margasatwa Cikepuh Kabupaten Sukabumi Suaka Margasatwa Gunung Kabupaten Ciamis Sawal Cagar Alam Gunung Tangkuban Kabupaten Bandung Barat Perahu Cagar Alam Leuweung Sancang Kabupaten Garut Jawa Cagar Alam Gunung Tilu Kabupaten Bandung Barat Cagar Alam Gunung Papandayan Kabupaten Garut Kabupaten Subang dan Cagar Alam Gunung Burangrang Purwakarta Cagar Alam Kawah Kamojang Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung dan Cagar Alam Gunung Simpang Kabupaten Cianjur Taman Nasional Gunung Gede – Kabupaten Ciajur, Kabupaten

3 - 10

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Provinsi Kawasan Lindung Nasional Lokasi Pangrango Sukabumi dan Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor dan Taman Nasional Halimun – Salak Kabupaten Sukabumi Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan Taman Wisata Alam Gunung Kabupaten Sumedang Tampomas Taman Wisata Alam Laut Kabupaten Cijulang Kabupaten Bandung, Taman Buru Gunung Masigit Kabupaten Sumedang dan Kareumbi Kabupaten Garut Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

2. Kawasan Budidaya Yang Memiliki Nilai Strategis Kawasan budi daya terdiri atas: a. Kawasan peruntukan hutan produksi Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas: 1. Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas; 2. Kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan 3. Kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi. b. Kawasan peruntukan hutan rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan dengan criteria kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. c. Kawasan peruntukan pertanian Kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria: 1. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; 2. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi; 3. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau 4. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air. 5. Kawasan peruntukan perikanan;

3 - 11

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 d. Kawasan peruntukan perikanan ditetapkan dengan kriteria: 1. Wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau 2. Tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup. e. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan yang memiliki nilai strategis nasional terdiri atas pertambangan mineral dan batubara, pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi, serta air tanah. f. Kawasan peruntukan industri; Kawasan peruntukan industri ditetapkan dengan kriteria: 1. Berupa wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri; 2. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan/atau 3. Tidak mengubah lahan produktif. g. Kawasan peruntukan pariwisata; Kawasan peruntukan pariwisata ditetapkan dengan kriteria: 1. Memiliki objek dengan daya tarik wisata; dan/atau 2. Mendukung upaya pelestarian budaya, keindahan alam, dan lingkungan. h. Kawasan peruntukan permukiman; dan/atau Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria: 1. Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; 2. Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau 3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. i. Kawasan peruntukan lainnya Kawasan budi daya yang memiliki nilai strategis nasional ditetapkan sebagai kawasan andalan.Nilai strategis nasional meliputi kemampuan kawasan untuk memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong pemerataan perkembangan wilayah.

3 - 12

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Tabel 3.3 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat

Provinsi Kawasan Andalan Sektor Unggulan Kawasan Bogor-- Cianjur pertanian, pariwisata, (Bopunjur dan industri dan perikanan Sekitarnya) perikanan, pertanian, Kawasan Sukabumi dan pariwisata dan Sekitarnya perkebunan Kawasan Purwakarta, pertanian, industri, Subang, pariwisata dan perikanan Karawang (Purwasuka) Jawa Barat industri, pertanian, Kawasan Cekungan pariwisata dan Bandung perkebunan Kawasan Cirebon- Indramayu- pertanian, industri, Majalengka-Kuningan perikanan dan (Ciayumaja pertambangan Kuning) dan Sekitarnya pertanian, industri, Kawasan Priangan perkebunan, pariwisata Timur-Pangandaran dan perikanan Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

C. Penetapan Kawasan Strategis Nasional Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkankepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan; 2. Pertumbuhan ekonomi; 3. Sosial dan budaya; 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;dan/atau 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

3 - 13

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Tabel 3.4 Kawasan Strategis Nasional Provinsi Jawa Barat

Kawasan Strategis Provinsi Lokasi Nasional Kota Bandung, Kabupaten Kawasan Perkotaan Bandung, Kota Cimahi Cekungan Bandung dan Kabupaten Sumedang Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Kabupaten Garut Pamengpeuk Kawasan Stasiun Jawa Barat Pengamat Dirgantara Kabupaten Garut Pamengpeuk Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Kabupaten Sumedang Tanjung Sari Kawasan Stasiun Provinsi Jawa Barat Telecomand Kawasan Stasiun Bumi Provinsi Jawa Barat Penerima Satelit Mikro Sumber : PP No 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

3.2 RTRW PULAU JAWA – BALI PulauJawa-Baliadalahkesatuanfungsionalwilayahgeografisdan ekosistem yangmencakup wilayahdarat,laut,danudaratermasuk ruangdi dalambumiyangmeliputiseluruhwilayahProvinsiDKI Jakarta,Provinsi Banten,Provinsi JawaBarat,Provinsi JawaTengah, ProvinsiJawa Timur, ProvinsiDaerahIstimewa ,dan ProvinsiBalimenurutundang- undangpembentukannya. 1. PenataanruangpulauJawa-Balibertujuanuntukmewujudkan: 2. Lumbungpanganutamanasional; 3. Kawasan perkotaan nasional yang kompak berbasis mitigasi dan adaptasi bencana; 4. Pusatindustri yangberdayasaingdanramahlingkungan; 5. Pemanfaatanpotensisumberdayamineral,minyakdangasbumi,sertapanasbu misecaraberkelanjutan;

3 - 14

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

6. Pusatperdagangandanjasayangberskalainternasional; 7. Pusatpariwisataberdayasainginternasionalberbasiscagarbudaya dan ilmu pengetahuan, bahari, ekowisata, serta penyelenggaraan pertemuan,perjalananinsentif,konferensi,dan pameran(meeting,incentive,conventionandexhibition/mice); 8. Kapasitasdayadukungdandayatampinglingkunganhidupyang memadaiuntukpembangunan; 9. Pulau jawa bagian selatan dan pulau bali bagian utara yang berkembang dengan memperhatikan keberadaan kawasan lindung dankawasanrawanbencana;dan 10. Jaringan transportasi antarmodayang dapat meningkatkan daya saing.

A. Rencana Struktur Ruang  Strategi Operasionalisasi Perwujudan Struktur Ruang Dan Pola Ruang Pulau Jawa Bali Strategioperasionalisasi perwujudan strukturruangterdiriatas strategioperasionalisasiperwujudan 1. Sistemperkotaannasional; 2. Sistemjaringantransportasinasional 3. Sistemjaringanenergi nasional; 4. Sistemjaringantelekomunikasinasional;dan 5. Sistemjaringansumberdayaair.

 Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional 1. Pengendalianperkembanganfisik PKNdan PKWuntukmenjaga keutuhanlahanpertaniantanamanpangan dilakukan diPKN KawasanPerkotaanJakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Majalengka(Jabode- tabek).

3 - 15

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

2. PengembanganPKNdanPKWmelaluipeningkatanfungsiindustri pengolahandanindustryjasahasilpertanian tanaman pangan dilakukan diPKN KawasanPerkotaanJabodetabek. 3. PengembanganPKNdanPKW sebagai pusat penelitian dan pengembanganpertaniantanaman pangandilakukan di PKNKawasan Perkotaan Jabodetabek. 4. Pengendalian perkembangan PKN dan PKWmelaluioptimalisasi pemanfaatan ruangsecarakompakdanvertikal sesuaidengandaya dukungdandayatampinglingkunganhidupdilakukan diPKN KawasanPerkotaanJabodetabek. 5. PengendalianperkembanganPKNdanPKWyangberdekatandengan kawasanlindungdilakukan diPKNKawasanPerkotaanJabodetabek. 6. Pengendalian perkembangan PKN dan PKW dikawasanrawan bencana : a. GerakantanahatautanahlongsordiPKNKawasanPerkotaan Jabodetabek; b. Gelombang pasang di PKNKawasan Perkotaan Jabodetabek; c. LetusangunungberapidiPKNKawasanPerkotaan Jabodetabek; d. Gempa bumi di PKN Kawasan PerkotaanJabodetabek; e. AbrasidisepanjangwilayahpesisirPKNKawasan Perkotaan Jabodetabek. 7. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat kegiatan industri kreatif yang berdaya saing dan ramah lingkungan dilakukan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek. 8. Pengembangan PKN dan PKW melalui peningkatan fungsi industri pengolahan dan industri jasa hasil perikanan yang ramah lingkungan dilakukan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek. 9. Pengembangan PKNsebagaipusatperdagangan dan jasayang berskala internasional sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkunganhidup dilakukan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek. 10. Pengembangan PKN dan PKW sebagai pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan, bahari, serta penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan pameran dilakukan pada:

3 - 16

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

a. Pusat pariwisata cagar budaya dan ilmu pengetahuan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek b. Pusat pariwisata bahari di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek 11. Peningkatan keterkaitan antarPKN sebagai pusat pariwisata di Pulau Jawa-Bali dalam kesatuan tujuan pariwisata dilakukan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek. 12. Pengembangan PKN dan PKW dengan konsep kota hijau yang hemat energi, air, lahan, dan minim limbah dilakukan di PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek.

 Strategi Operasionalisasi Perwujudan Sumber Air 1. WSlintasprovinsiyangmeliputi: WS Cidanau–Ciujung–Cidurian–Cisadane–Ciliwung- Citarum(ProvinsiBanten-ProvinsiDKIJakarta-Provinsi JawaBarat) yangmelayaniPKN Cilegon,PKNSerang,PKN Kawasan Perkotaan Jabodetabek,PKNBandungRaya, PKW Pandeglang,PKW RangkasBitung, dan PKW Cikampek- Cikopo. 2. Pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan imbuhan air tanah dan pengendalian pendayagunaan sumber air tanah di kawasan pelepasan air tanah pada CAT, dilakukan pada CAT lintas provinsi meliputiCAT Jakartayang berada diKabupatenTangerang, Kota Tangerang,KotaTangerangSelatan,KotaJakartaPusat,Kota JakartaSelatan, KotaJakartaUtara,KotaJakartaTimur,Kota JakartaBarat,Kabupaten Bogor,Kabupaten Majalengka,KotaDepok, danKotaMajalengka.

 Strategi Operasionalisasi Perwujudan Prasarana Sumber Daya Air 1. Pengembangan danpemeliharaan bendungan besertawaduknyauntukmempertahankandayatampung airsehinggaberfungsi sebagai pemasok airbakubagikawasan perkotaan nasionaldankawasan

3 - 17

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

andalandilakukandi:WadukJuanda,WadukPongkor,danWadukSituKemang yang melayaniPKNKawasanPerkotaanJabodetabek danKawasan AndalanBopunjurdanSekitarnya 2. Peningkatanfungsi,pengembangan,danpemeliharaanjaringanirigasi teknispadaDIuntukmempertahankan danmeningkatkanluasan lahanpertanian pangandilakukandi:DI Selatan Jatiluhur–Majalengkauntuk yang melayani kawasan peruntukanpertaniandiKabupatenMajalengka B. Rencana Pola Ruang Strategioperasionalisasiperwujudanpolaruangterdiriatasstrategi operasionalisasiperwujudan: 1. Kawasanlindungnasional;dan 2. Kawasanbudidayayangmemilikinilaistrategisnasional.

 Strategi Operasionalisasi Kawasan Lindung Nasional 1. Strategioperasionalisasi perwujudan kawasanyang memberikan perlindunganterhadapkawasanbawahannya  Pemertahananfungsi kawasan resapan air dan pengendalianalih fungsilahankawasanresapanair,sertarehabilitasi kawasanresapan airyangterdegradasi denganmenggunakan teknologilingkungan dilakukan padakawasan resapan airdidaerahimbuhan airtanahpadaCAT Jakarta (KabupatenTangerang, KotaTangerang, KotaTangerang Selatan, Kota Jakarta Pusat, Kota JakartaSelatan, Kota Jakarta Utara,KotaJakartaTimur,KotaJakartaBarat,Kabupaten Bogor, KabupatenMajalengka, KotaDepok,danKotaMajalengka) 2. Kawasan perlindungan setempat  Pengendalianpemanfaatanruangpadasempadanpantai,sempadan sungai,dankawasan sekitardanauatauwadukyangberpotensi mengganggu dan/ataumerusakfungsisempadanpantai,sempadan sungai,dankawasansekitardanauatauwaduk denganmenggunakan teknologi lingkungan, serta pengembangan struktur alami berupa jenisdankerapatan tanamandan/ataustrukturbuatandisempadan

3 - 18

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

pantai,sempadan sungai,dankawasansekitardanauatauwaduk untukmencegahdayarusakairdilakukanpadasempadanpantai diKabupatenMajalengka, Kabupaten Karawang,KabupatenSubang,KabupatenIndramayu,Kabupaten Cirebon,KotaCirebon,KabupatenSukabumi,KabupatenCianjur,Kabu patenGarut,KabupatenTasikmalaya, KabupatenCiamis 3. Kawasan rawan bencana alam  Penetapan zona-zonarawan bencanaalambesertaketentuan mengenai standar bangunangedungyangsesuai dengan karakteristik,jenis,danancamanbencana,penyelenggaraan upaya mitigasidanadaptasibencanamelaluipenetapan lokasidanjalur evakuasibencanasertapembangunan saranapemantauanbencana, danpengendalianperkembangan kegiatanbudidayaterbangundi kawasanrawanbencanaalamdilakukanpada: kawasanrawangelombangpasangdisepanjangwilayahpesisir Kabupaten Majalengka,KabupatenKarawang,Kabupaten Subang, KabupatenIndramayu, Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon.  Kawasan rawan banjir diKabupaten Majalengka, Kota Majalengka,Kabupaten Bandung,Kabupaten BandungBarat,Kota Bandung, KabupatenCiamis, Kabupaten Cirebon,KabupatenIndramayu,Kabupaten Karawang,Kabupaten Banjar,KabupatenMajalengka,KabupatenPurwakarta,KabupatenSu bang, KabupatenSukabumi,KotaSukabumi,KabupatenSumedang. 4. Kawasan lindung geologi  Penetapanzona-zonarawanbencanaalamgeologibesertaketentuan mengenai standar bangunangedungyangsesuai dengan karakteristik,jenis, danancamanbencana,pengendalian perkembangankawasanbudidaya terbangunyang berpotensiterjadinyabencana, danpenyelenggaraanupayamitigasidanadaptasi bencanamelaluipenetapan lokasidanjalurevakuasibencanaserta

3 - 19

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

pembangunan saranapemantauanbencana dilakukanpadakawasanrawanabrasi di Kabupaten Majalengka,Kabupaten Karawang,KabupatenSubang,KabupatenIndramayu,Kabupaten Cirebon,Kabupaten Cianjur,Kabupaten Garut,Kabupaten Tasikmalaya, KabupatenCiamis,  Pengendalian perkembangan kegiatan budi dayaterbangun danrehabilitasikawasanimbuhanair tanah pada CAT. DilakukanpadaCAT Jakarta(KabupatenTangerang,KotaTangerang,KotaTangerangSelat an,KotaJakartaPusat,KotaJakartaSelatan, KotaJakartaUtara,KotaJakartaTimur,KotaJakartaBarat,Kabupaten Bogor, KabupatenMajalengka, KotaDepok,dan Kota Majalengka). 5. Kawasan Budi Daya yang Memiliki Nilai Strategis Nasional

 Strategi Operasionalisasi Perwujudan Kawasan Peruntukan Pertanian 1. Pemertahananluaslahanpertanianpanganberkelanjutan,pengendalian perkembangankegiatanbudidayapadakawasanpertanianpanganberke lanjutan terutamadisisikiridansisikanan jalan,pengendalian alihfungsiperuntukanlahanpertaniantanaman pangan,danpengembangan sentrapertaniantanamanpanganyangdidukungpeningkatanfungsiindu strypengolahandanindustrijasahasilpertaniantanamanpanganuntukke tahananpangannasionalKabupatenBogor,KabupatenSukabumi,Kabup aten Cianjur, Kabupaten Bandung,KabupatenBandungBarat,Kabupaten Garut,Kabupaten Tasikmalaya, KabupatenCiamis,Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon,KabupatenMajalengka,KabupatenSumedang,Kabupaten Indramayu, KabupatenSubang, KabupatenKarawang,KabupatenMajalengka.

3 - 20

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

2. Pengembangan sentraperkebunanberbasisbisnisyang didukung prasaranadansaranadenganmenggunakan teknologilingkungan, sertamemperhatikan dayadukungdandaya tamping lingkungan hidup, danrehabilitasi kawasan peruntukan pertanianuntuk kegiatanperkebunanyangterdegradasi dilakukandiKabupatenBogor, KabupatenMajalengka, Kabupaten Sukabumi,Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang,Kabupaten Karawang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Cirebon,Kabupaten Indramayu,Kabupaten Majalengka, KabupatenKuningan, KabupatenGarut, KabupatenTasikmalaya, Kabupaten Ciamis.

 Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan perikanan 1. Pengembangansentraperikanantangkapdanperikananbudidaya yang didukungpeningkatanfungsiindustri pengolahanhasil perikanan serta prasarana dan saranayangramahlingkungan dilakukanpadasentraperikananbudidayadiKabupaten Majalengka,KotaMajalengka,Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang,Kabupaten Indramayu,Kabupaten Cirebon, KotaCirebon,Kabupaten Sukabumi,KotaSukabumi,Kabupaten Cianjur,KabupatenPurwakarta,KabupatenBandung, Kabupaten BandungBarat,KotaCimahi,Kabupaten Sumedang,KabupatenMajalengka,KabupatenKuningan,KabupatenB anjar,KabupatenGarut,KabupatenTasikmalaya, KabupatenCiamis. 2. Rehabilitasikawasanperuntukanperikananbudidayauntukmenjaga ekosistemsekitarnyadilakukandiKabupatenMajalengka, Kabupaten Karawang, KabupatenSubang, KabupatenIndramayu, Kabupaten Cirebon.

3 - 21

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

3. Pengembangan kawasanminapolitan berbasis masyarakat dilakukandiKabupaten Bogor, KabupatenMajalengka, Kabupaten Karawang, KabupatenGarut, Kabupaten Cirebon,KotaCirebon,KabupatenSumedang,Kabupaten Indramayu,KabupatenSubang,KabupatenSukabumi,KabupatenTasi kmalaya. 4. Revitalisasiwilayahpenangkapanikanyangmengalamigejalatingkat penangkapan yangberlebih(overfishing)dilakukanpadaKabupatenMajalengka,Kab upaten Karawang, KabupatenSubang, KabupatenIndramayu, Kabupaten Cirebon. 5. Pengembangankawasanperuntukanpertambanganmineral,minyak dangasbumi,sertapanasbumiyangdidukung olehpeningkatan fungsiindustri pengolahanyangberdayasaingdanramahlingkungan berbasismitigasi danadaptasibencanasertapengendalian perkembangan kawasanperuntukanpertambanganmineral,minyak dangasbumi,sertapanasbumiyangberpotensi merusakfungsi kawasanlindungdanmengubahbentangalamdilakukanpadakawasan peruntukanpertambanganminyakdan gasbumidi KabupatenMajalengka,Kabupaten Karawang,Kabupaten Subang, Kabupaten Cirebon, KabupatenIndramayu. 6. Pengendalian perkembangan kawasanperuntukanpertambangan padakawasanperuntukanpermukimandilakukandiKabupaten Bogor,KabupatenMajalengka,KabupatenKarawang, Kabupaten Purwakarta, KabupatenSubang, Kabupaten Cirebon, KabupatenIndramayu, KabupatenTasikmalaya,KabupatenSukabumi, KabupatenCianjur, KabupatenGarut dan Kabupaten Bandung. 7. Pengembangankegiatanindustri di dalam kawasan peruntukan industri danmendorongrelokasikegiatanindustri menujuawasan industri, meningkatkankualitasprasarana dansaranapenunjang

3 - 22

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

kegiatanindustri,peningkatan penataanlokasikegiatanindustri di dalamkawasanindustri,danpeningkatan kegiatanindustri yang benilaitambahtinggidenganpenggunaanteknologitinggidanramahlin gkungandilakukandiKabupaten Bogor,KotaBogor,KotaDepok,Kabupaten Majalengka, KotaMajalengka,KabupatenPurwakarta, KabupatenSubang, Kabupaten Karawang,Kabupaten Bandung,KabupatenBandung Barat, KotaBandung,KabupatenSukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Cirebon,KotaCirebon,Kabupaten Indramayu,Kabupaten Majalengka,KabupatenTasikmalaya, KabupatenCiamis.

3.3 RTRW PROVINSI JAWA BARAT RTRWP merupakan matra spasial dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang berfungsi sebagai penyelaras kebijakan penataan ruang nasional, Daerah, dan Kabupaten/Kota serta sebagai acuan bagi instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Daerah. Kedudukan RTRWP adalah sebagai pedoman dalam : a. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan rencana sektoral lainnya; b. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; c. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah Kabupaten/Kota, serta keserasian antarsektor; d. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; e. Penataan ruang KSP; dan f. Penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota

A. Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Kebijakan dan strategi penataan ruang, meliputi : 1. Kebijakan dan Strategi Perencanaan Tata Ruang

3 - 23

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Kebijakan perencanaan tata ruangmeliputi : a. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif; b. Tindaklanjut RTRWP ke dalam rencana yang lebih terperinci; c. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan substansi RTRWP. Strategi perencanaan tata ruang meliputi : a. Peningkatan peran kelembagaan dan peranserta masyarakat dalam perencanaan tata ruang; b. Penyelarasan RTRW kabupaten/kota dengan RTRWP; c. Menjadikan RTRWP sebagai acuan bagi perencanaan sektoral dan wilayah; d. Penyusunan kesepakatan RTRWP dengan rtrw provinsi yang berbatasan; e. Penyusunanrencana tata ruang KSP 2. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Kebijakan dan strategi pemanfaatan ruangmeliputi : a. Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah; Kebijakan pengembangan wilayah diwujudkan melalui pembagian 6 (enam) WP serta keterkaitan fungsional antarwilayah dan antarpusat pengembangan.Penetapan WP dimaksudkan untuk meningkatkan efektivitas pengelolaan pembangunan.Penetapan WP merupakan penjabaran dari Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Andalan pada sistem nasional. Pembagian WP terdiri atas : a. WP Bodebekpunjur sebagai pengembangan kawasan perkotaan di wilayah Jawa Barat dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Jabodetabekpunjur serta antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Majalengka, Kabupaten Majalengka, Kota Depok dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur;

3 - 24

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 b. WP Purwasuka sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Purwasuka, meliputi Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Karawang; c. WP Ciayumajakuning sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Ciayumajakuning yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang; d. WP Priangan Timur-Pangandaran sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Priangan Timur-Pangandaran dengan kesetaraan fungsi dan peran kawasan di KSN Pacangsanak (Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan) yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Ciamis, dan Kota Banjar; e. WP Sukabumi dan sekitarnya sebagai penjabaran dari Kawasan Andalan Sukabumi yang antisipatif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan, meliputi Kota Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, dan sebagian wilayah di Kabupaten Cianjur; dan f. WP KK Cekungan Bandung, meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian wilayah di Kabupaten Sumedang.

Kebijakan pengembangan wilayah melalui keterkaitan fungsional antar WP, meliputi: a. Kawasan yang terletak di bagian utara provinsi, mencakup WP Bodebekpunjur dan sebagian WP Purwasuka, WP KK Cekungan Bandung dan WP Ciayumajakuning, menjadi kawasan yang dikendalikan perkembangannya;

3 - 25

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

b. Kawasan yang terletak di bagian timur provinsi, mencakup sebagian WP Ciayumajakuning, WP KK Cekungan Bandung dan WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan sebagai kawasan yang didorong perkembangannya; c. Kawasan yang terletak di bagian selatan provinsi, meliputi sebagian WP KK Cekungan Bandung, WP Sukabumi dan sekitarnya serta WP Priangan Timur-Pangandaran, ditetapkan menjadi kawasan yang dibatasi perkembangannya; d. Kawasan yang terletak di bagian barat provinsi, meliputi sebagian WP Bodebekpunjur, WP KK Cekungan Bandung dan WP Sukabumi dan sekitarnya, ditetapkan menjadi kawasan yang ditingkatkan perkembangannya.

Strategi pengembangan wilayah untuk kawasan dilakukan dengan :

a. Mengendalikan pengembangan wilayah, meliputi : 1. Memenuhi kebutuhan pelayanan umum perkotaan yang berdayasaing dan ramah lingkungan; 2. Membatasi kegiatan perkotaan yang membutuhkan lahan luas dan potensial menyebabkan alih fungsi kawasan lindung dan lahan sawah; 3. Menerapkan kebijakan yang ketat untuk kegiatan perkotaan yang menarik arus migrasi masuk tinggi; 4. Mengembangkan sistem transportasi massal; 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis das dan pemanfaatan sumberdaya alam. b. Mendorong pengembangan wilayah, meliputi:

3 - 26

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

1. Memprioritaskan investasi untuk mengembangkan kawasan sesuai dengan arahan RTRWP; 2. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri dan perdagangan/jasa; 3. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah; 4. Menjamin ketersediaan serta kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antarprovinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan. c. Membatasi pengembangan wilayah, meliputi: 1. Mempertahankan dan menjaga kelestarian kawasan lindung yang telah ditetapkan; 2. Meningkatkan produktivitas lahan dan aktivitas budidaya secara optimal dengan tetap memperhatikan fungsi lindung yang telah ditetapkan; 3. Meningkatkan akses menuju dan ke luar kawasan; 4. Meningkatkan sarana dan prasarana permukiman terutama di wilayah perbatasan; 5. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar provinsi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di ksn; dan 6. Mengembangkan mekanisme pembagian peran (role sharing) terutama dengan provinsi yang berbatasandalam pengelolaan kawasan lindung berbasis DAS. d. Meningkatkan pengembangan wilayah, meliputi: 1. Mendorong kegiatan ekonomi berbasis pertanian, kelautan dan perikanan, pariwisata, industri, dan perdagangan/jasa; 2. Memprioritaskan pengembangan infrastruktur wilayah; 3. Mengembangkan sistem transportasi massal;

3 - 27

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

4. Menjamin ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana permukiman yang memadai, terutama di wilayah perbatasan; dan 5. Meningkatkan koordinasi dalam mewujudkan kesetaraan peran dan fungsi di wilayah perbatasan. 3. Kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi: a. Pemantapan peran perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan, yaitu PKN, pknp, PKW, pkwp, dan PKL; b. Pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung dan dayatampung serta fungsi kegiatan dominannya; c. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara serta wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan; d. Pengendalian perkembangan sistem kotadi wilayah selatan dengan tidak melebihi dayadukung dan dayatampungnya; e. Penataan dan pengembangan infrastruktur wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk mewujudkan sistem kotadi Daerah; f. Mendorong terlaksananya peran WP sertaKSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk. Strategi pemantapan peran kawasan perkotaan di Daerah sesuai fungsi yang telah ditetapkan meliputi : a. Meningkatkan peran PKN sebagai pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi; b. Mengembangkan kegiatan ekonomi di bagian timur dengan orientasi pergerakan ke arah Cirebon; c. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian selatan menjadi PKNp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi;

3 - 28

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 d. Meningkatkan peran PKW sebagai penghubung pergerakan dari PKL ke PKN terdekat melalui pengembangan prasarana dan permukiman yang dapat memfasilitasi kegiatan ekonomi di wilayah sekitarnya; e. Meningkatkan peran kawasan perkotaan di bagian timur dan selatan menjadi PKWp yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; f. Meningkatkan peran PKL perkotaan sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan; dan g. Meningkatkan peran PKL perdesaan sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal yang menghubungkan desa sentra produksi dengan PKL perkotaan.

Strategi pengembangan sistem kota-desa yang sesuai dengan dayadukung lingkungan serta fungsi kegiatan dominannya meliputi: a. Mengendalikan mobilitas dan migrasi masukterutama ke wilayah pusat pertumbuhan; b. Mengendalikan pertumbuhan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di kawasan padat penduduk, antara lain di kawasan perkotaan Bodebek dan kawasan perkotaan Bandung Raya; c. Mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman skala besar dan mendorong pengembangan permukiman vertikal di Kawasan Pantura untuk mengurangi kecenderungan alih fungsi lahan sawah; dan d. Mengendalikan perkembangan kegiatan industri manufaktur dan kawasan permukiman skala besar di koridor Bodebek-Cikampek- Bandung.

Strategi pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah utara dan wilayah yang berada di antara wilayah utara dan selatan untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan meliputi :

3 - 29

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 a. MenetapkanWP Bodebekpunjur, WP Purwasuka, WP Ciayumajakuning, dan WP KK Cekungan Bandung ; b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi wilayah belakangnya (hinterland); dan c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal. Strategi pengendalian dan pengembangan sistem kota di wilayah selatan sesuai dengan dayadukungnya meliputi : a. MenetapkanWP Sukabumi dan sekitarnyaserta WP Priangan Timur- Pangandaran; b. Meningkatkan fungsi WP sebagai klaster pengembangan ekonomi; dan c. Memantapkan fungsi PKW, PKWp, dan PKL untuk mendukung klaster perekonomian di WP, melalui penyediaan prasarana dengan kuantitas dan kualitas sesuai standar pelayanan minimal.

Strategi penataan dan pengembangan sistem prasarana wilayah yang dapat menjadi pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan wilayah untuk terwujudnya sistem kota di Daerahmeliputi : a. Mengembangkan dan meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana wilayah untuk mendukung pergerakan di sepanjang koridor kawasan perkotaan Bandung Raya-Cirebon, dan kawasan perkotaanPangandaran ke arah Cirebon; b. Mengembangkan sistem angkutan umum massal di Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya dan Cirebon untuk mengurangi masalah transportasi perkotaan; c. Realisasi rencana pengembangan pelabuhan laut Internasional Cirebon dan Bandara Internasional Kertajati di Kabupaten Majalengka, untuk memantapkan peran kawasan perkotaan Cirebon dan

3 - 30

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

mengurangi intensitas kegiatan di Kawasan Perkotaan Bodebek dan Kawasan Perkotaan Bandung Raya; d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas pelayanan prasarana serta fasilitas pendukung kegiatan perkotaan dan perdesaan pada WP; e. Mengembangkan sistem energi dan kelistrikan yang dapat memantapkan fungsi PKW, PKWp, PKL perkotaan, dan PKL perdesaan; f. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana sumberdaya air berbasis DAS untuk menunjang kegiatan perkotaan dan pertanian; g. Mengembangkan sistem Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) regional sesuai dengan proyeksi pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan perkotaan dan ekonomi; h. Mengembangkan sistem telekomunikasi yang merata terutama untuk menunjang kegiatan ekonomi yang dikembangkan di PKL perkotaan, PKL perdesaan, PKW, dan PKWp; dan i. Meningkatkan pelayanan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan budaya, terutama di PKL perkotaan dan PKL perdesaan, untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk serta mengurangi mobilitas dan migrasi ke pusat kegiatan di PKNdan PKW.

Strategi pendorong terlaksananya peran WP dan KSP dalam mewujudkan pemerataan pertumbuhan wilayah dan sebaran penduduk meliputi : a. Menentukan fungsi setiap WPagar terjadi sinergitas pembangunan; b. Menentukan arah pengembangan wilayah sesuai potensi dan kendala di setiap WP; c. Optimalisasi fungsi PKW dan PKL dalam setiap WP; dan d. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas prasarana untuk mendukung mobilitas dan pemenuhan kebutuhan dasar di dalam WP.

4. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang. Kebijakan pengembangan pola ruang meliputi :

3 - 31

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

a. Pengembangan kawasan lindung; dan b. Pengembangan kawasan budidaya.

5. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang meliputi : a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; b. Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang; c. Pemberian izin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan kabupaten/kota, berpedoman pada RTRWP; d. Pemberian izin pemanfaatan ruang oleh kabupaten/kota yang berdampak besar dan/atau menyangkut kepentingan nasional dan/atau provinsi, dikoordinasikan dengan gubernur.

B. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Rencana tata ruang wilayah provinsi terdiri dari : 1. Rencana struktur ruang wilayah provinsi, meliputi :  Rencana pengembangan sistem perkotaan meliputi : 1. Sistem perkotaan di Daerah terdiri atas : a. Penetapan Kawasan Perkotaan Bodebek, Kawasan Perkotaan Bandung Raya, dan Cirebon sebagai PKN, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala internasional, nasional atau beberapa provinsi; b. Penetapan Pangandaran dan sebagai pknp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan internasional, nasional atau beberapa provinsi; c. Penetapan Kota Sukabumi, Palabuhanratu, Cikampek-Cikopo, Indramayu, Kadipaten, Tasikmalaya dan Pangandaran sebagai

3 - 32

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

PKW, dengan peran menjadi pusat koleksi dan distribusi skala nasional; d. Penetapan Kota Banjar dan Rancabuaya sebagai pkwp, yang mempunyai fungsi tertentu dengan skala pelayanan provinsi atau beberapa kabupaten/kota; e. Penetapan kawasan Cikarang, Cibinong, Cimanggis, Cibadak, Cianjur, Sindangbarang, Purwakarta, Karawang, , Padalarang, Sumedang, Pamanukan, Subang, Jalan Cagak, Jatibarang, Sumber, Majalengka, Kuningan, Garut, Pameungpeuk, Singaparna, Ciamis dan Banjarsari sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan;

f. Penetapan Jampang Kulon, Sagaranten, Jampang Tengah, Sukanagara, Wanayasa, Plered, Rengasdengklok, Cilamaya, Ciwidey, Banjaran, Majalaya, Ciparay, Cicalengka, Rancaekek, Cilengkrang, Cililin, Ngamprah, Cisarua, Lembang, Tanjungsari, Wado, Tomo, Conggeang, Ciasem, Pagaden, Kalijati, Pusakanagara, Karangampel, Kandanghaur, Patrol, Gantar, Arjawinangun, Palimanan, Lemahabang, Ciledug, Kertajati, Jatiwangi, Rajagaluh, Cikijing, Talaga, Cilimus, Ciawigebang, Luragung, Kadugede, Cikajang, Bungbulang, Karangnunggal, Kawali, Cijeungjing, Cikoneng, Rancah, Panjalu, Pamarican dan Cijulang sebagai PKL Perdesaan, dengan wilayah pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.

Tabel 3.5 Sistem Perkotaan Provinsi

PKL PKL NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PERKOTAAN PERDESAAN 1 Kota Bodebek Majalengka

3 - 33

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

PKL PKL NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PERKOTAAN PERDESAAN 2 Kab

Majalengka 3 Kota Bogor 4 Kab Bogor 5 Kota Depok 6 Kota Sukabumi Sukabumi 7 Jampang kulon Kab Sagaranten Palabuhanratu Palabuhanratu Cibadak Sukabumi Jampang tengah 8 Cianjur Kab Cianjur Sukanagara Sindangbarang 9 Kab Purwakarta Wanayasa

Purwakarta Cikopo- Plered 10 Kab Cikampek Rengasdengklok Karawang Karawang Cilamaya 11 Kota

Bandung 12 Kab

Bandung Kawasan 13 Kab Perkotaan Bandung Bandung Barat Raya 14 Kota Cimahi 15 Wado Kab Sumedang Tomo Sumedang Conggeang 16 Ciasem Pamanukan Pagaden Kab Subang Subang Kalijati Jalan Jagak Pusakanagara 17 Karangampel Kab Kandanghaur Indramayu Jatibarang Indramayu Patrol Gantar 18 Kota Cirebon Cirebon 19 Kab Cirebon 20 Kertajati Jatiwangi Kab Kadipaten Majalengka Rajagaluh Majalengka Cikijing Talaga 21 Cilimus Kab Ciawigebang Kuningan Kuningan Luragung Kadugede 22 Garut Cikajang Kab Garut Rancabuaya Pameungpeuk Bungbulang 23 Kota Tasikmalaya Tasikmalaya

3 - 34

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

PKL PKL NO KAB./KOTA PKN PKNp PKW PKWp PERKOTAAN PERDESAAN 24 Kab Singaparna Karangnunggal Tasikmalaya 25 Kawali Cijeungjing Ciamis Cikoneng Kab Ciamis Pangandaran Pangandaran Banjarsari Rancah Parigi Panjalu Pamarican Cijulang 26 Kota Banjar Banjar Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.6 Sistem Perkotaan PKN (Kawasan Perkotaan BODEBEK)

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Kota Majalengka Tarumajaya Cikarang Tambun Setu Kota Bogor Cileungsi Kawasan Jonggol Perkotaan Parung Bodebek Semplak Cibinong Rumpin

Parungpanjang Leuwiliang Jasinga Cigudeg Kota Depok Cimanggis Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.7 Sistem Perkotaan (Kawasan Perkotaan Bandung Raya)

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Kota Bandung Kawasan Ciwidey Perkotaan Banjaran Kabupaten Bandung Soreang Majalaya Bandung Raya Ciparay Cicalengka

3 - 35

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Rancaekek Cilengkrang Cililin Kabupaten Padalarang Ngamprah Bandung Barat Cisarua Lembang Kota Cimahi Kabupaten Tanjungsari Sumedang Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

Tabel 3.8 Sistem Perkotaan (PKN Cirebon)

PKN Kota Hirarkhi I Kota Hirarkhi II Kota Hirarkhi III Kota Cirebon Arjawinangun Cirebon Palimanan Kabupaten Cirebon Sumber Lemahabang Ciledug Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

 Rencana pengembangan infrastruktur wilayah. Rencana pengembangan infrastruktur wilayah di Daerah, meliputi : a. Pengembangan infrastruktur jalan dan perhubungan terdiri atas :  Pengembangan jaringan jalan primer yang melayani distribusi barang dan jasa yang menghubungkan PKN, pknp, PKW, pkwp dan PKL;  Pengembangan jaringan jalan tol dalam kota maupun antarkota sebagai penghubung antarpusatkegiatan utama;  Pengembangan jaringan kereta api yang berfungsi sebagai penghubung antar PKN serta antara PKN dengan pknp dan pkwp;  Pengembangan bandara dan pelabuhan nasional maupun internasional serta terminal guna memenuhi kebutuhan

3 - 36

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

pergerakan barang dan jasa dari dan ke Daerah dalam skala regional, nasional, maupun internasional; dan  Pengembangan sistem angkutan umum massal dalam rangka mendukung pengembangan pusat kegiatan utama. b. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi berbasis DAS terdiri atas :  WS Cidanau-Ciujung-Cidurian-Cisadane-Ciliwung-Citarum;  WS Cimanuk-Cisanggarung;  WS Citanduy;  WS Ciwulan-Cilaki; dan  WS Cisadea-Cibareno. c. Pengembangan infrastruktur energi dan kelistrikan terdiri atas :  Pengembangan instalasi dan jaringan distribusi listrik untuk meningkatkan pasokan listrik ke seluruh wilayah;  Pengembangan energi terbarukan meliputi panas bumi, energi potensial air, energi surya, energi angin dan bioenergi; dan  Pengembangan energi tak terbarukan meliputi bahan bakar minyak, gas, dan batubara untuk meningkatkan pasokan energi. d. Pengembangan infrastruktur telekomunikasi terdiri atas :  Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum terjangkau sinyal telepon;  Pengembangan telekomunikasi di Desa yang belum dilalui jaringan terestrial telekomunikasi; dan  Pengembangan Cyber Province. e. Pengembangan infrastruktur permukiman, terdiri atas :  Pengembangan hunian vertikal di perkotaan;  Pengembangan kawasan siap bangun atau lingkungan siap bangun di perkotaan;  Peningkatan pelayanan sistem air minum;  Pengelolaan air limbah dan drainase;

3 - 37

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

 Pengelolaan persampahan;  Peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh;  Pembangunan kawasan dan sarana olahraga;  Pembangunan pusat kebudayaan;  Pembangunan rumah sakit;  Pembangunan pasar induk regional;  Pengembangan/pembangunan homeindustry;  Peningkatan prasarana dasar permukiman perdesaan;  Peningkatan dan pembangunan pusatkegiatan belajar; dan  Pembangunan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas)pembantu.

2. Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi Rencana pola ruang wilayah provinsi, terdiri atas: a. Kawasan Lindung Provinsi Rencana pola ruang kawasan lindung provinsi meliputi : a. Menetapkan kawasan lindung provinsi sebesar 45% dari luas seluruh wilayah Daerah yang meliputi kawasan lindung berupa kawasanhutan dan kawasan lindung diluar kawasan hutan, yang ditargetkan untuk dicapai pada tahun 2018; b. Mempertahankan kawasan hutan minimal 30% dari luas Daerah Aliran Sungai (DAS); c. Mempertahankan kawasanresapan air atau kawasan yang berfungsi hidroorologis untuk menjamin ketersediaan sumberdaya air; dan d. Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan lindung yang berada di luar kawasan hutan sehingga tetap berfungsi lindung. Kawasan lindungterdiri dari: a. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : 1. Kawasan hutan lindung; 2. Kawasan resapan air;

3 - 38

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

b. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : 1. Sempadan pantai; 2. Sempadan sungai; 3. Kawasan sekitar waduk dan danau/situ; 4. Kawasan sekitar mata air; 5. RTH di kawasan perkotaan; c. Kawasan suaka alam, meliputi : 1. Kawasan cagar alam; 2. Kawasan suaka margasatwa; 3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; 4. Kawasan mangrove; d. Kawasan pelestarian alam, meliputi : 1. Taman nasional; 2. Taman hutan raya; 3. Taman wisata alam; e. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; f. Kawasan rawan bencana alam, meliputi : 1. Kawasan rawan tanah longsor; 2. Kawasan rawan gelombang pasang; 3. Kawasan rawan banjir; g. Kawasan lindung geologi, meliputi : 1. Kawasan cagar alam geologi dan kawasan kars; 2. Kawasan rawan bencana alam geologi; 3. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; h. Taman buru; i. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situ; j. Terumbu karang; k. Kawasan koridor bagi satwa atau biota laut yang dilindungi; dan l. Kawasan yang sesuai untuk hutan lindung.

3 - 39

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Tabel 3.9 Kawasan Lindung Provinsi Jawa Barat Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik 1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya Tereletak di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH): 1.1 Kawasan Hutan Bogor, Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Kawasan berfungsi lindung Hutan Lindung Hutan Bandung Utara, Kawasan Bandung Selatan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, Majalengka, Indramayu dan Kuningan. 1.2 Kawasan Non Hutan Tersebar di Jawa Barat resapan air 2. Kawasan Perlindungan Setempat Kab. Majalengka, Kab. Karawang, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. Subang, Kab. Garut, Kab. 2.1 Sempadan pantai Non Hutan Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Cirebon, Kab. Indramayu, Kota Cirebon 2.2 Sempadan sungai Non Hutan Terletak di seluruh Daerah Aliran Sungai (DAS)  Waduk Ir. H. Juanda-Jatiluhur, terletak di Kabupaten Purwakarta;  Waduk Cirata, terletak di Kabupaten Purwakarta – Cianjur - Bandung Barat;  Waduk Cileunca, Waduk Cipanunjang, dan Situ Sipatahunan, terletak di Kabupaten Bandung;  Waduk Saguling, Situ Ciburuy, dan Situ Lembang, terletak di Kabupaten Bandung Barat;  Situ Gede, Waduk Pongkor, Situ Kemang, Waduk Lido, Waduk Cikaret, terletak di Kabupaten Bogor;  Waduk Darma, Waduk Wulukut, Waduk Dadap Berendung, terletak di Kabupaten Kuningan; 2.3 Kawasan sekitar  Waduk Sedong dan Situ Patok, terletak di waduk dan Non Hutan Kabupaten Cirebon; danau/situ  Waduk Cipancuh dan Situ Bolang, terletak di Kabupaten Indramayu;  Waduk Sindang Pano, Waduk Sangyang, Situ Anggrarahan, Situ Rancabeureum, terletak di Kabupaten Majalengka;  Waduk Jatigede, terletak di Kabupaten Sumedang;  Waduk Cibeureum, terletak di Kabupaten Majalengka;  Situ Kamojing, terletak di Kabupaten Karawang;  Situ Bagendit, terletak di Kabupaten Garut;  Situ Gede, terletak di Kabupaten Tasikmalaya;  Situ Bojongsari, terletak di Kota Depok. 2.4 Kawasan sekitar Non Hutan Tersebar di Jawa Barat mata air 2.5 Ruang Terbuka Hutan dan Tersebar di Jawa Barat Hijau Kota Non Hutan 3. Kawasan Suaka Alam

3 - 40

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik  Cagar Alam Arca Domas, Cagar Alam Yan Lapa, dan Cagar Alam Dungus Iwul, terletak di 3.1 Kawasan Hutan Hutan Kabupaten Bogor; Cagar Alam Konservasi  Cagar Alam Talaga Warna, terletak di Kabupaten Bogor – Cianjur;  Cagar Alam Takokak, Cagar Alam Cadas , dan Cagar Alam Bojong Larang Jayanti, terletak di Kabupaten Cianjur;  Cagar Alam Gunung Simpang, terletak di Kabupaten Bandung - Cianjur;  Cagar Alam Telaga Patengan, Cagar Alam Gunung Malabar, Cagar Alam Cigenteng Cipanji I/II, Cagar Alam Yung Hun, dan Cagar Alam Gunung Tilu, terletak di Kabupaten Bandung;  Cagar Alam Papandayan (perluasan) dan Cagar Alam Kawah Kamajong, terletak di Kabupaten Bandung - Garut;  Cagar Alam Gunung Tangkubanparahu, terletak

di Kabupaten Bandung - Subang;  Cagar Alam Talaga Bodas dan Leuweung Sancang, terletak di Kabupaten Garut;  Cagar Alam Sukawayana, Cagar Alam Cibanteng, Cagar Alam Tangkuban Parahu (Palabuhanratu), terletak di Kabupaten Sukabumi;  Cagar Alam Burangrang, terletak di Kabupaten Purwakarta;  Cagar Alam Gunung Jagat, terletak di Kabupaten Sumedang;  Cagar Alam Pananjung Pangandaran dan Cagar Alam Panjalu/Koorders, terletak di Kabupaten Ciamis. . Suaka Margasatwa Cikepuh terletak di Kabupaten Sukabumi 3.2. Kawasan Hutan . Suaka Margasatwa Gunung Sawal terletak di suaka Hutan Konservasi Kabupaten Ciamis margasatwa . Suaka Margasatwa Sindangkerta, terletak di Kabupaten Tasikmalaya . Suaka Alam Laut Leuweung Sancang, terletak di 3.3 Kawasan suaka Hutan Kabupaten Garut alam laut dan Hutan Konservasi . Suaka Alam Laut Pangandaran, terletak di perairan lainnya Kabupaten Ciamis . Muara Gembong, terletak di Kabupaten Majalengka . Muara Bobos dan Blanakan, terletak di Kabupaten 3.4 Kawasan pantai Hutan Subang berhutan bakau/ Hutan Konservasi . Tanjung Sedari, terletak di Kabupaten. Karawang payau . Eretan, terletak di pantai Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon 4. Kawasan Pelestarian Alam . Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kabupaten Sukabumi, Bogor Hutan 4.1. Taman Nasional Hutan . Taman Nasional Gunung Halimun terletak di Konservasi Kabupaten Sukabumi dan Bogor . Taman Nasional Gunung Ciremai, terletak di

3 - 41

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka . Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda terletak Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Hutan Barat, Kota Bandung 4.2. Taman Hutan Hutan . Taman Hutan Raya Pancoran Mas terletak di Kota Raya Konservasi Depok

. Taman Hutan Raya Gunung Palasari dan Gunung Kunci di Kabupaten Sumedang . Taman Wisata Alam Gunung Salak Endah, Taman Wisata Alam Talaga Warna dan Taman Wisata Alam Gunung Pancar, terletak di Kabupaten Bogor; . Taman Wisata Alam Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Taman Wisata Alam Jember, terletak di Kabupaten Cianjur; . Taman Wisata Alam Telaga Patengan dan Taman Wisata Alam Cimanggu, terletak di Kabupaten Bandung; . Taman Wisata Alam Curug Dago, terletak di Kota Bandung; . Taman Wisata Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat - Subang; 4.3. Taman Wisata Hutan Hutan . Taman Wisata Alam Curug Santri, terletak di Alam Konservasi Kabupaten Karawang; . Taman Wisata Alam Kawah Kamojang terletak di Kabupaten Bandung - Garut; . Taman Wisata Alam Papandayan, Taman Wisata Alam Gunung Guntur dan Taman Wisata Alam Talaga Bodas, terletak di Kabupaten Garut; . Taman Wisata Alam Gunung Tampomas, terletak di Kabupaten Sumedang; . Taman Wisata Alam Linggarjati, terletak di Kabupaten Kuningan; . Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran, terletak di Kabupaten Ciamis; . Taman Wisata Alam lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota. . Istana Bogor, Batu Tulis, dan Gedung Negara BKPP Wilayah I terletak di Kota Bogor; . Istana Cipanas, Megalitikum Gunung Padang, dan Kawasan Makam Rd. Aria di Cikundul, terletak di Kabupaten Cianjur; . Kawasan Gedung Sate, terletak di Kota Bandung; . Candi Bojong Menje dan Kawasan Makam Syech 5. Kawasan Cagar Mahmud di Kabupaten Bandung Budaya dan Ilmu Non Hutan . Observatorium Bosscha dan Kampung Budaya Gua Pengetahuan Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat; . Makam Sunan Gunungjati, terletak di Kabupaten Cirebon; . Gua Sunyaragi, , Keraton Kanoman, Keraton Kacirebonan, dan Gedung Negara BKPP Wilayah III terletak di Kota Cirebon; . Museum Linggarjati, terletak di Kabupaten

3 - 42

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik Kuningan; . Kampung Naga dan Kawasan Makam Syech Sunan Rohmat Pamijahan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; . Gunung Kunci, Komplek Museum Prabu Geusan Ulun, Komplek Makam Dayeuh Luhur, terletak di Kabupaten Sumedang; . Candi , Kampung Dukuh, Kawasan Makam Syech Muhidin, dan Gedung Negara BKPP Wilayah IV, terletak di Kabupaten Garut; . Batu Tulis Ciaruteun, Kampung Budaya Sindangbarang, Kampung Adat Lemah Duhur, dan Gua Gudawang, terletak di Kabupaten Bogor; . Ciung Wanara Karang Kamulyan, Situ Lengkong Panjalu, dan Kampung , terletak di Kabupaten Ciamis; . Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; . Kampung Ciptagelar, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Kawasan Makam Syech Tb. Ahmad Bakri, dan Gedung Negara BKPP Wilayah II, terletak di Kabupaten Purwakarta; . Kawasan Situs Candi Jiwa dan Makam Syech Quro, terletak di Kabupaten Karawang; dan . Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan lainnya, tersebar di Kabupaten/Kota. 6. Kawasan Rawan Bencana Alam Kab. Bogor, Kab. Sukabumi, Kab. Cianjur, Kab. 6.1 Kawasan Rawan Bandung, Kab. Garut, Kab. Purwakarta, Kab. Non Hutan Tanah Longsor Sumedang, Kab.Tasikmalaya, Kab. Ciamis, Kab. Majalengka, Kab. Kuningan & Kab. Cirebon 6.2 Kawasan Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Gelombang Non Hutan Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, dan Pasang Kabupaten Majalengka Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Cirebon, 6.3 Kawasan Rawan Kota Cirebon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Non Hutan Banjir Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang dan Kabupaten Majalengka 7. Kawasan Lindung Geologi 1. Kawasan Cagar Alam Geologi, meliputi :  Kawasan Geologi Pasir Pawon dan Gua Pawon, terletak di Kabupaten Bandung Barat;  Kawasan Geologi Ciletuh, terletak di Kabupaten Sukabumi; 7.1 Kawasan  Kawasan Geologi Rancah, terletak di Konservasi Kabupaten Ciamis; dan Non Hutan Lingkungan  Kawasan Geologi Pasirgintung, terletak di Geologi Kabupaten Tasikmalaya. 2. Kawasan Kars, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Karawang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Garut,

3 - 43

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. 1. Kawasan rawan bencana gunung api, meliputi :  Kawasan Gunung Salak, terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi;  Kawasan Gunung Gede-Pangrango, terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi;  Kawasan Gunung Patuha, Kawasan Gunung Wayang Windu, dan Kawasan Gunung Talagabodas, terletak di Kabupaten Bandung;  Kawasan Gunung Ciremai, terletak di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Majalengka;  Kawasan Gunung Guntur, terletak di Kabupaten Garut;  Kawasan Gunung Tangkubanparahu, terletak di Kabupaten Bandung Barat dan KabupatenSubang;  Kawasan Gunung Papandayan, terletak di Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung; dan  Kawasan Gunung Galunggung, terletak di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Garut. 2. Kawasan rawan gempa bumi tektonik, tersebar di daerah rawan gempa bumi Bogor-Puncak-Cianjur, 7.2 Kawasan Rawan daerah rawan gempa bumi Sukabumi-Padalarang- Non Hutan Bencana Geologi Bandung, daerah rawan gempa bumi Purwakarta- Subang-Majalengka, dan daerah rawan gempa bumi Garut-Tasikmalaya-Ciamis; 3. Kawasan rawan gerakan tanah, tersebar di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis; 4. Kawasan yang terletak di zona sesar aktif, tersebar di Sesar Cimandiri (Palabuhanratu-Padalarang), Sesar Lembang (Bandung Barat), dan Sesar Baribis (Kuningan-Majalengka); 5. Kawasan rawan tsunami, tersebar di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Garut, Kabupaten Cianjur, dan Kabupaten Sukabumi; dan 6. Kawasan rawan abrasi, tersebar di pantai Kabupaten Majalengka, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kabupaten Ciamis. 7.3 Kawasan yang 1. Kawasan imbuhan air tanah, tersebar di Jawa memberikan Barat Non Hutan perlindungan 2. Kawasan sempadan mata air, tersebar di Jawa terhadap air tanah Barat.

3 - 44

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik

8. Kawasan Taman Hutan Taman Buru Gunung Masigit terletak di Kabupaten Hutan Buru Konservasi Bandung, Garut, dan Sumedang . Muara Gembong, terletak di Kabupaten Majalengka; . Kebun Raya Bogor, terletak di Kota Bogor; . Taman Safari Indonesia, Taman Buah Mekarsari, dan Gunung Salak Endah, terletak di Kabupaten Bogor; . Taman Bunga Nusantara, Kebun Raya Cibodas, dan Ciogong, terletak di Kabupaten Cianjur; . Pantai Pangumbahan dan Perairan Sukawayana, terletak di Kabupaten Sukabumi; . Jatiluhur/Sanggabuana, terletak di Kabupaten Purwakarta; . Kawah Putih dan Gunung Patuha, terletak di 9. Kawasan Kabupaten Bandung; perlindungan Non Hutan . Kebun Binatang Bandung, terletak di Kota plasma nutfah Bandung; . Cimapang/Rancabuaya, terletak di Kabupaten Garut; . Gunung Cakrabuana, Sirah Cimunjul dan Gunung Galunggung terletak di Kabupaten Tasikmalaya; . Majingklak, Karang Kamulyan, Panjalu dan , terletak di Kabupaten Ciamis; . Gunung Ageung, terletak di Kabupaten Majalengka; . Muara Cimanuk dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; dan . Kebun Raya Kuningan, terletak di Kabupaten Kuningan. . Pantai Cilamaya, terletak di Kabupaten Karawang; . Pantai Bobos, terletak di Kabupaten Subang; . Pantai Majakerta dan Pulau Biawak, terletak di Kabupaten Indramayu; . Pantai Karang Hawu, Cisolok, Citepus, Surade, Ciracap, dan Ciwaru, terletak di Kabupaten Sukabumi; 10. Terumbu Karang Non Hutan . Pantai Santolo, Cilauteureun sampai Cagar Alam Sancang, Cikelet, terletak di Kabupaten Garut; . Pantai Cipatujah sampai Karangtawulan, terletak di Kabupaten Tasikmalaya; dan . Pantai Krapyak, Pantai Timur dan Barat Cagar Alam Pananjung, Pantai Karang Jaladri, terletak di Kabupaten Ciamis. . Tempat bertelur penyu hijau, terdapat di Ciracap dan Ujung Genteng, terletak di Kabupaten 11. Koridor satwa dan Sukabumi, serta Pantai Keusik Luhur, terletak di biota laut yang Non Hutan Kabupaten Ciamis; dilindungi . Tempat bertelur penyu, terdapat di Pantai Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya. 12. Kawasan yang Tersebar di luar kawasan hutan negara, yang Non Hutan sesuai untuk memiliki skor > 175, dihasilkan dari analisis hutan

3 - 45

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Klasifikasi Fungsi Jenis/Tipe Lokasi (Kode) Fisik Hutan Lindung lindung kriteria SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980. Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat b. Arahan pengembangan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi.

Tabel 3.10 Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan . Pertanian Kawasan Bogor-Puncak-Cianjur . Pariwisata 1 (Bopunjur dan Sekitarnya) . Industri . Perikanan . Perikanan . Pertanian 2 Kawasan Sukabumi dan Sekitarnya . Pariwisata . Perkebunan . Pertanian Kawasan Purwakarta, Subang, . Industri 3 Karawang (Purwasuka) . Pariwisata . Perikanan . Industri . Pertanian 4 Kawasan Cekungan Bandung . Pariwisata . Perkebunan . Pertanian Kawasan Cirebon-Indramayu- . Industri 5 Majalengka-Kuningan) . Perikanan . Pertambangan . Pertanian . Industri Kawasan Priangan Timur- 6 . Perkebunan Pangandaran . Pariwisata . Perikanan Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

c. Rencana Wilayah Pengembangan (WP) 1. WP Bodebekpunjur 2. WP Purwasuka 3. WP Ciayumajakuning

3 - 46

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

4. WP Priangan Timur – Pangandaran 5. WP Sukabumi dan Sekitarnya 6. WP KK Cekungan Bandung

Tabel 3.11 Arahan Pengembangan WP Provinsi Jawa Barat

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah Melengkapi fasilitas  Kota Bogor, Kota Depok pendukung PKNp dan dan Kota Majalengka PKL diarahkan sebagai kota Mengembangkan terdepan ibukota Negara infrastruktur strategis yang merupakan bagian Mengembangkan dari pengembangan KSN perdagangan jasa, Jabodetabekpunjur untuk industri non polutan dan mendorong industri kreatif, pengembangan PKN pariwisata kawasan perkotaan Investasi padat modal yg Jabodetabek, menjadi efisien lahan, air baku, simpul pelayanan dan energi, teknologi tinggi, jasa perkotaan, serta non-polutif mengembangkan sektor Pengendalian perdagangan, jasa dan pemanfaatan lahan di industri padat tenaga kaw. konservasi, kerja; Pariwisata, pelibatan swasta &  Kabupaten Bogor dan industri masyarakat dalam Majalengka diarahkan manufaktur, Mengendalikan menjadi kawasan perikanan, WP kegiatan ekonomi, perkembangan penyangga dalam sistem perdagangan, Bodebekpunjur peningkatan SDM lokal fisik wilayah PKN kawasan perkotaan jasa, Jabodetabek, serta untuk pertambangan, mengembangkan sektor agribisnis dan industri ramah agrowisata lingkungan dan hemat penggunaan air tanah, serta kegiatan pertambangan mineral Peningkatan produksi logam dan non logam dan distribusi pangan untuk mendukung (padi, jagung, kedelai pembangunan di dan protein hewani) Bodebekpunjur;  Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor - Cianjur diarahkan pada kegiatan rehabilitasi dan revitalisasi kawasan lindung di KSN Jabodetabekpunjur.

3 - 47

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah Melengkapi fasilitas  PKW Cikampek-Cikopo pendukung PKW dan PKL diarahkan untuk memenuhi fungsinya Mengembangkan sebagai PKW dengan infrastruktur strategis melengkapi sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya;  Kabupaten Purwakarta diarahkan pada kegiatan industri non-polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, industri Pertanian, kreatif, pariwisata dan perkebunan, agroindustri, serta kehutanan, Mendorong kegiatan pertambangan Mengembangkan peternakan, pengembangan mineral logam dan non pertanian tanaman perikanan, bisnis kawasan dengan logam; WP Purwasuka pangan, agroindustri, kelautan, tetap  Kabupaten Subang industri manufaktur non industri mengendalikan diarahkan menjadi polutif dan non ekstraktif, pengolahan, sawah di Pantura simpul pendukung industri kreatif dan pariwisata, dan pengembangan PKN multimedia, bisnis pertambangan. Kawasan Perkotaan kelautan yang berdaya Bandung Raya, saing tinggi dan diarahkan pada kegiatan berorientasi ekspor pertanian lahan basah berkelanjutan, industri non-polutif dan non- ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air dan tidak mengakibatkan alih fungsi lahan sawah, bisnis kelautan, serta kegiatan pertambangan mineral non-logam.

 Kabupaten Karawang diarahkan menjadi simpul pendukung pengembangan PKN Kawasan Perkotaan Bodedek, untuk kegiatan pertanian lahan basah

berkelanjutan, bisnis kelautan, industri non- polutif dan non-ekstraktif atau tidak mengganggu irigasi dan cadangan air, serta agroindustri.

3 - 48

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah

Melengkapi fasilitas  Kota Cirebon diarahkan pendukung PKN, PKW sebagai kota inti dari dan PKL PKN dengan sarana dan Mengembangkan prasarana minimal PKN infrastruktur strategis yang terintegrasi dengan wilayah pengaruhnya, Pola ruang PKN dalam serta menjadi simpul bentuk ring (Ring 1: Jasa utama pelayanan jasa perdagangan dan dan perdagangan, dan transportasi, Ring 2: industri di Daerah bagian Industri berbasis lokal, timur, serta untuk Ring 3: Penyedia bahan kegiatan wisata budaya baku) dan religi; Mengembangkan wisata  Kabupaten Cirebon budaya, religi dan alam diarahkan sebagai Mendorong agribisnis bagian dari PKN dengan yang didukung sektor sarana dan prasarana industri, perikanan laut minimal yang dan darat, pertanian terintegrasi, dan Agribisnis, tanaman pangan, mengarahkan kegiatan Mendorong agroindustri, kehutanan, perkebunan utama pada sektor WP pengembangan perikanan, & peternakan di kawasan industri, bisnis kelautan Ciayumajakuning wilayah gerbang pertambangan, pinggiran dan pertanian, serta timur Jawa Barat periwisata kegiatan pertambangan Mendorong pengembangan hutan mineral; mangrove, rumput laut  Kabupaten Indramayu dan perikanan tambak diarahkan menjadi PKW dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta diarahkan kegiatan utama pada pertanian lahan basah berkelanjutan, bisnis Pengendalian perikanan perikanan dan kelautan, tangkap di kawasan industri, pertambangan pesisir terutama minyak dan gas;  Kabupaten Majalengka diarahkan menjadi lokasi Bandar udara Internasional Jawa Barat dan Aerocity di Kertajati,

3 - 49

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai, serta untuk kegiatan agrobisnis dan industri bahan bangunan, serta kegiatan pertambangan mineral, serta pengembangan sarana dan prasarana yang terintegrasi di PKW Kadipaten;  Kabupaten Kuningan diarahkan sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana pendukung minimal, serta diarahkan untuk menampung kegiatan sektor pertanian, wisata alam, agroindustri, dan daerah konservasi utama Taman Nasional Gunung Ciremai termasuk perlindungan sumberdaya air; dan

 Kabupaten Sumedang diarahkan sebagai PKL, dengan sarana dan prasarana minimal, serta untuk kegiatan utama agrobisnis dan industri, serta kegiatan pertambangan mineral. Pertanian,  Kota Tasikmalaya perkebunan, Melengkapi fasilitas diarahkan sebagai perikanan pendukung PKW dan PKL bagian dari PKW dengan tangkap, Mendorong sarana dan prasarana pariwisata, perkembangan Mengembangkan minimal PKW yang industri PKW Tasikmalaya infrastruktur strategis terintegrasi, serta pusat pengolahan, dan PKNp Mengembangkan pengembangan industri pertambangan Pangandaran, pariwisata Pangandaran kerajinan, perdagangan mineral WP Priatim - serta dan jasa; Pangandaran dsk pengembangan  Kabupaten Tasikmalaya secara terbatas diarahkan untuk kegiatan kawasan Daerah Mengembangkan sektor sektor pertanian dan dan komoditas unggulan bagian Selatan. agroindustri, perikanan dengan meningkatkan dan industri pengolahan akses sentra-sentra perikanan, pusat produksi pengembangan industri kerajinan, wisata alam,

3 - 50

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah dan kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam ;  Kabupaten Garut diarahkan untuk kegiatan pertanian dan industri pengolahan pertanian, perikanan dan industri pengolahan perikanan, wisata alam dan minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam;  Rancabuaya di Kabupaten Garut diarahkan sebagai PKWp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta kegiatan wisata minat khusus;  Kabupaten Ciamis diarahkan untuk kegiatan sektor pertanian, industri pengolahan hasil pertanian, wisata pantai, perikanan dan industri pengolahan perikanan, serta kegiatan pertambangan mineral non logam;  Pangandaran di Kabupaten Ciamis diarahkan sebagai PKW dan PKNp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi serta diarahkan sebagai daerah tujuan wisata nasional dan internasional;  Kota Banjar diarahkan sebagai PKWp dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta kegiatan sektor perdagangan, jasa, dan sebagai pintu gerbang Daerah berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.

3 - 51

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah Melengkapi fasilitas  Kota Sukabumi pendukung PKW dan PKL diarahkan untuk Mengembangkan pengembangan infrastruktur strategis agribisnis, pengembangan pusat Mengembangkan pengolahan hasil agribisnis, industri non- peternakan, wisata agro, polutif dan tidak industri non-polutif dan mengganggu resapan air, tidak mengganggu wisata pantai dan agro, resapan air, serta dan wisata minat khusus. perdagangan dan jasa yang mendukung fungsi PKW Sukabumi;  Kabupaten Sukabumi diarahkan untuk pengembangan agribisnis, pengembangan kawasan pengembalaan umum ternak ruminansia, Mendorong Pertanian, wisata pantai, wisata perkembangan perkebunan, agro, wisata minat koridor peternakan, khusus, industri non- Sukabumi-Cianjur perikanan polutif dan tidak dan PKNp tangkap, mengganggu resapan Palabuhanratu, pariwisata, WP Sukabumi air, perdagangan dan serta membatasi industri dsk jasa yang mendukung perkembangan di pengolahan, fungsi PKW bagian selatan bisnis kelautan, Pengembangan bisnis Palabuhanratu dan Kabupaten dan kelautan yang simpul layanan wilayah Sukabumi dan pertambangan berwawasan lingkungan sekitarnya, Kabupaten mineral. dengan memanfaatkan pengembangan wilayah Cianjur. modal investasi untuk pesisir selatan melalui menghasilkan daya saing pengembangan wisata global pantai dan wisata minat khusus serta perikanan tangkap, serta pertambangan mineral logam dan non logam;  Palabuhanratu di Kabupaten Sukabumi diarahkan pula sebagai PKNp, dengan sarana dan prasarana minimal yang terintegrasi, serta diarahkan untuk kegiatan bisnis kelautan skala nasional dan internasional; dan Kabupaten Cianjur diarahkan untuk pengembangan

3 - 52

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Sektor Wilayah Tema Unggulan dan Pengembangan Arah Pengembangan Fokus Pengembangan Pengembangan Potensial (WP) Wilayah agribisnis tanaman pangan, pengembangan kawasan pengembalaan umum ternak ruminansia, wisata agro, wisata alam, industri kreatif, pengembangan wilayah pesisir untuk perikanan tangkap, wisata minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam.

Melengkapi fasilitas  Kota Bandung diarahkan pendukung PKN, PKW sebagai kota inti dari dan PKL PKN dengan kegiatan Mengendalikan utama perdagangan dan jasa, industri kreatif dan pengembangan kegiatan Pertanian di kawasan perkotaan teknologi tinggi, hortikultura, pariwisata, dan Mengembangkan industri non- transportasi; kawasan pinggiran PKN polutif, industri  Kabupaten Bandung dengan tetap menjaga kreatif, diarahkan sebagai fungsi lindung kawasan perdagangan bagian dari PKN, dengan dan jasa, kegiatan utama industri pariwisata, non-polutif, wisata alam, perkebunan pertanian dan dengan perkebunan; Mengendalikan meningkatkan  Kabupaten Bandung pembangunan manajemen Barat diarahkan sebagai dengan pembangunan bagian dari PKN dengan WP KK Cekungan mengoptimalkan yang kegiatan utama industri Bandung fungsi berkarakter non-polutif, pertanian, pemerintahan di lintas industri kreatif, dan tingkat pusat dan Kabupaten/Kota teknologi tinggi; daerah yang secara  Kota Cimahi diarahkan Mengembangkan kolektif berbagi sebagai kota inti dari pembangunan dan peran PKN dengan kegiatan hunian vertikal membangun dan utama perdagangan dan percepatan jasa, industri kreatif dan perwujudan teknologi tinggi; dan

 Kabupaten Sumedang PKN diarahkan sebagai PKL, Metropolitan dilengkapi sarana dan Bandung Raya prasarana pendukung

minimal, serta pusat pendidikan tinggi di kawasan Jatinangor, agrobisnis dan industri.

Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

3 - 53

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

C. Kawasan Strategis Nasional Penetapan KSP dilaksanakan dengan memperhatikan KSN, yang meliputi: a. Kawasan Perkotaan Jabodetabek-Punjur; b. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung; c. Kawasan Fasilitas Uji Terbang Roket Pameungpeuk; d. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pameungpeuk; e. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjung Sari; f. Kawasan Stasiun Telecommand; g. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro; h. Kawasan Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan-Nusakambangan (Pacangsanak) i. Kawasan SKSD Palapa Klapanunggal. Kawasan StrategisProvinsi terdiri dari : 1. KSP Bandung Utara; 2. KSP Hulu Sungai Citarum; 3. KSP Bogor-Puncak-Cianjur; 4. KSP Jonggol; 5. KSP Pangandaran dan sekitarnya; 6. KSP Sukabumi bagian selatan dsk; 7. KSP koridor Majalengka-Cikampek; 8. KSP koridor Purwakarta-Padalarang; 9. KSP pertanian berlahan basah dan beririgasi teknisPantura Jawa Barat; 10. KSP Bandara Internasional Jawa Barat dan Kertajati Aerocity; 11. KSP koridor Bandung-Cirebon; 12. KSP Garut Selatan dsk; 13. KSP Observatorium Bosscha;

3 - 54

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

14. KSP pendidikan Jatinangor; 15. KSP perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah; 16. KSP Pulau Nusa Manuk-Tasikmalaya; 17. KSP pusat pemerintahan Gedung Sate; 18. KSP kilang minyak Balongan; 19. KSP pesisir Pantura; 20. KSP Panas Bumi Wayang Windu; 21. KSP Panas Bumi Kamojang-Darajat-Papandayan; 22. KSP Panas Bumi dan Pertambangan Mineral Bumi Gunung Salak- Pongkor; 23. KSP Panas Bumi Sangkanhurip; dan 24. KSP Panas Bumi Gunung Gede-Pangrango.

Tabel 3.12 Arahan Pengembangan Kawasan Strategis Provinsi

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan Kawasan pulau terluar  Penanganan kegiatan Pertahanan dan KSP Pulau 1 yang memiliki fungsi pengamanan dan Keamanan Manuk pertahanan keamanan konservasi pulau Kawasan yang potensial  Rehabilitasi dan revitalisasi menimbulkan masalah fungsi konservasi kawasan Lingkungan KSP Bandung yang bersifat lintas 2  Pembatasan dan hidup Utara kabupaten/kota, pengendalian pembangunan bersifat fisik

lingkungan dan kebencanaan Kawasan yang potensial menimbulkan masalah KSP Hulu  Rehabilitasi dan revitalisasi Lingkungan yang bersifat lintas 3 Sungai fungsi konservasi kawasan hidup kabupaten/kota, Citarum bersifat fisik lingkungan dan kebencanaan Kawasan yang  Rehabilitasi dan revitalisasi potensial kawasan Lingkungan KSP Bogor- 4 menimbulkan masalah  Pembatasan dan Hidup Puncak-Cianjur yang bersifat lintas pengendalian pembangunan kabupaten/kota,

3 - 55

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan bersifat fisik lingkungan dan kebencanaan  Pengendalian pemanfaatan SDA yang melebihi daya Kawasan daratan dukung lingkungan (kecamatan)  Rehabilitasi/revitalisasi sepanjang pesisir Lingkungan KSP Pesisir kawasan hutan Mangrove 5 pantai serta perairan Hidup Pantura  Pengembangan/ pantai sepanjang 12 peningkatan kegiatan mil laut dari pasang ekonomi pesisir tertinggi  Peningkatan kualitas pemukiman nelayan  Mengembangkan kegiatan Kawasan yang wisata pesisir dan minat diprioritaskan menjadi khusus KSP pengembangannya Ekonomi  Menjaga kelestarian 6 Pangandaran untuk mengurangi lingkungan pantai dan sekitarnya ketimpangan  Meningkatkan aksesibilitas perekonomian Jawa dan sarana penunjang Barat wisata  Mengembangkan kawasan Kawasan yang agromarine bisnis dan diprioritaskan menjadi wisata minat khusus KSP Sukabumi pengembangan untuk Ekonomi  Menjaga kelestarian 7 bagian selatan mengurangi lingkungan pantai dsk ketimpangan  Meningkatkan aksesibilitas perekonomian Jawa dan sarana penunjang Barat wisata  Kawasan yang  Berpotensi sebagai kawasan diprioritaskan ekonomi untuk persaingan menjadi kawasan di tingkat regional KSP koridor yang dapat  Perlu sinergitas infrastruktur Ekonomi 8 Majalengka- mendorong  Perlu sinergitas

Cikampek perekonomian Jawa pembangunan antar daerah Barat  Perlu dikendalikan agar  Penurunan kualitas tidak merambah kawasan lingkungan lahan basah  Mengembangkan kawasan  Kawasan yang wisata terpadu dan diprioritaskan agroindustri menjadi kawasan  Pengembangan Technopark yang dapat KSP koridor dan perkantoran Ekonomi mendorong 9 Padalarang-  Mengoptimalkan perekonomian Jawa Purwakarta pemanfaatan Waduk Barat Jatiluhur dan Cirata untuk  Penurunan kualitas kegiatan pariwisata & lingkungan kegiatan khusus sesuai

daya dukungnya

3 - 56

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan  Kawasan yang  Merupakan daerah lumbung potensial padi nasional menimbulkan  Mempertahankan luasan masalah yang lahan sawah KSP pertanian bersifat lintas Ekonomi  Meningkatkan pendapatan 10 lahan basah kabupaten/kota, petani dengan program Pantura bersifat fisik multiaktivitas agribisnis dan lingkungan dan perbaikan irigasi ekonomi  Memperkecil resiko banjir  Kawasan potensial dan kekeringan alih fungsi lahan  Mengembangkan bandara Kawasan yang &aerocity KSP Bandara diprioritaskan menjadi  Mengintegrasikan dengan Ekonomi Internasional kawasan yang dapat 11 pengembangan wilayah Jawa Barat mendorong disekitarnya Kertajati dsk perekonomian Jawa  Kerjasama dengan pihak Barat swasta Kawasan yang  Mengembangkan kawasan diprioritaskan menjadi agroindustri Ekonomi KSP Bandung- kawasan yang dapat  Memanfaatkan hasil 12 Cirebon mendorong pertanian sebagai bahan perekonomian Jawa olahan industri yang Barat dikembangkan Kawasan yang  Mengembangkan Kota potensial Garut Selatan secara menimbulkan masalah Lingkungan KSP Garut terbatas sesuai daya 13 yang bersifat lintas Hidup Selatan dsk dukung lingkungan kabupaten/kota,  Mengembangkan wisata bersifat fisik IPTEK lingkungan Kawasan yang terletak di perbatasan provinsi  Peningkatan infrastruktur dan memerlukan  Menyelarasan struktur dan Ekonomi KSP sinkronisasi penataan pola ruang, serta arah 14 Perbatasan ruang dan pengembangan wilayah Jabar-Jateng pengembangan agar terintegrasi dan saling wilayah dengan mendukung dengan kawasan yang kawasan tetangga berbatasan  Mengembangkan kawasan Kawasan yang agroindustri KSP Kilang diprioritaskan  Memanfaatkan hasil 15 Ekonomi Minyak mendorong pertanian sebagai bahan Balongan perekonomian Jawa olahan industri yang Barat dikembangkan

3 - 57

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan Kawasan yang  Revitalisasi kawasan diprioritaskan menjadi  Penataan lingkungan sekitar KSP Sosial dan kawasan yang dapat  Peningkatan aksesibilitas 16 Pendidikan budaya mendorong menuju kawasan Jatinangor perekonomian Jawa  Pengembangan Barat pembangunan vertikal KSP Pusat Sosial dan Pusat pemerintahan  Pelestarian cagar budaya 17 Pemerintahan budaya provinsi  Peningkatan citra kawasan Gedung Sate  Pengembangan perkotaan Alternatif pusat mandiri 18 Ekonomi KSP Jonggol pelayanan publik  Peningkatan pelayanan tingkat Nasional publik tingkat nasional  Rehabilitasi dan revitalisasi kawasan;  Mengendalikan pembangunan di Lembang dan Kawasan Bandung Pendayagunaan Utara; KSP Kawasan perlu SDA & teknologi  Melarang adanya kegiatan 19 Observatorium dikendalikan tinggi yang mengganggu Bosscha berfungsinya observatorium;  Mengendalikan kegiatan wisata terbatas di Lembang dan Kawasan Bandung Utara. Kawasan tempat lokasi sumber energi  Pemanfaatan SDA energi panas bumi berikut yang ramah lingkungan dan Pendayagunaan KSP panas fasilitas pengolahan berkelanjutan 20 SDA dan bumi Wayang energi serta kawasan  Sinergitas dengan teknologi tinggi Windu di sekitarnya yang pengembangan wilayah perlu dikelola dengan sekitar serasi Kawasan tempat  Pemanfaatan SDA energi lokasi sumber energi KSP panas yang ramah lingkungan dan panas bumi berikut Pendayagunaan bumi berkelanjutan fasilitas pengolahan 21 SDA dan Kamojang-  Sinergitas dengan energi serta kawasan teknologi tinggi Darajat- pengembangan wilayah di sekitarnya yang Papandayan sekitar perlu dikelola dengan

serasi KSP Panas Kawasan tempat  Pemanfaatan SDA energi Bumi dan lokasi sumber energi yang ramah lingkungan dan Pendayagunaan Pertambangan panas bumi berikut berkelanjutan 22 SDA dan Mineral fasilitas pengolahan  Sinergitas dengan teknologi tinggi Gunung Salak- energi serta kawasan pengembangan wilayah Pongkor di sekitarnya yang sekitar

3 - 58

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Penanganan KSP Kriteria Isu Penanganan perlu dikelola dengan serasi Kawasan tempat lokasi sumber energi  Pemanfaatan SDA energi panas bumi berikut yang ramah lingkungan dan Pendayagunaan KSP Panas fasilitas pengolahan berkelanjutan 23 SDA dan Bumi energi serta kawasan  Sinergitas dengan teknologi tinggi Sangkanhurip di sekitarnya yang pengembangan wilayah perlu dikelola dengan sekitar serasi Kawasan tempat lokasi sumber energi  Pemanfaatan SDA energi KSP Panas panas bumi berikut yang ramah lingkungan dan Pendayagunaan Bumi Gunung fasilitas pengolahan berkelanjutan 24 SDA dan Gede- energi serta kawasan  Sinergitas dengan teknologi tinggi Pangrango di sekitarnya yang pengembangan wilayah perlu dikelola dengan sekitar serasi Sumber : Perda No 22 Tahun 2010 Tentang RTRW Provinsi Jawa Barat

3.4 RTRWKABUPATENMAJALENGKA Berdasarkan Peraturan Pemerintah 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional Lampiran II Sistem Perkotaan Nasional, Kecamatan Kadipaten sebagai PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan berdasarkan RTRWP Jawa Barat, Kecamatan Majalengka difungsikan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) perkotaan. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) merupakan pusat kegiatan yang memiliki potensi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan. Kabupaten Majalengka, menurut RTRW Nasional termasuk kedalam salah satu kawasan andalan, yaitu Kawasan Cirebon-Indramayu dan sekitarnya yang lebih dikenal dengan Kawasan Andalan CIAYUMAJAKUNING. Secara indikatif selain Majalengka, Kawasan Ciayumajakuning ini terkait dengan Kabupaten lain seperti, Cirebon, Indramayu dan Kuningan. Sektor unggulan di Kawasan Andalan Ciayumajakuning adalah pertanian, industri, perikanan dan pertambangan.

Selain itu, Kabupaten Majalengka termasuk kedalam salah satu kawasan andalan, yaitu Kawasan Cirebon – Indramayu –Majalengka– Kuningan(Ciayumajakuning) dan sekitarnya yang mempunyai sektor unggulan

3 - 59

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 perikanan, pertambangan dan pariwisata. Kawasan Andalan ini merupakan kawasan terpadu, saling mengisi dengan potensi daerah masing-masing sejalan dengan rencana Pembangunan Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kertajati Kabupaten Majalengka dan rencana Pembangunan Pelabuhan Samudra di Kabupaten Cirebon.Kabupaten Majalengka merupakan daerah yang stategis dan tidak terpisahkan dari kawasan Andalan CIAYUMAJAKUNING.

A. Kebijakan Penataan Ruang Wilayah dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031

Tujuan penataan ruang Kabupaten Majalengka yaitu mewujudkan Kabupaten sebagai kawasan agribisnis.pariwisata dan industri yang produktif. berdaya saing. dan berkelanjutan. Tujuan penataan ruang merupakan arah pengembangan ruang yang akan dicapai selama kurun waktu perencanaan. Tujuan ini akan menjadi dasar penyusunan konsep dan strategi pemanfaatan ruang wilayah, yang selanjutnya akan diwujudkan dalam alokasi ruang pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang ruang berkelanjutan dan operasional.sertamengakomodasi paradigma baru dalam perencanaan.Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud di atas. makadisusun kebijakanpenataan ruang wilayahyang meliputi:

1. Pemantapan sistem Agribisnis untuk meningkatkan komoditi pertanian unggulan;

2. Pengembangan kegiatan perikanan;

3. Pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan budaya;

4. Pengembangan kegiatan industri yang sesuai dengan potensi alam dan sumber daya manusia;

5. Pengembangan pusat-pusat pelayanan secara bersinergis sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

3 - 60

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

6. Pendistribusian penduduk sesuai dengan pengembangan sistem perkotaan;dan

7. Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

Dalam rangka mewujudkan kebijakan penataan ruang, maka masing-masing kebijakan dapat dirumuskan kedalam strategi untuk pencapaian masing-masing kebijakan tersebut.Strategi untuk mewujudkan kebijakan penataan ruang wilayah di Kabupaten Majalengka, meliputi :

1. Strategi pemantapan sistem Agribisnis untuk meningkatkan komoditi pertanian unggulan, meliputi:

a. Meningkatkan akses jalan dari sentra Agribisnis ke pusat pemasaran;

b. Mengembangkan kawasan Agribisnis khususnya di sekitar Kecamatan Leumahsugih. Kecamatan Bantarujeg. Kecamatan Malausma. Kecamatan Cingambul. Kecamatan Cikijing. Kecamatan Talaga. Kecamatan Banjaran. Kecamatan Argapura. Kecamatan Maja. Kecamatan Majalengka. Kecamatan Panyingkiran. Kecamatan Sukahaji. Kecamatan Sindang. Rajagaluh. Kecamatan Sindangwangi. dan Kecamatan Dawuan. Kecamatan Ligung. Kecamatan Jatitujuh. dan Kecamatan Kertajati.

c. Mempertahankan luas pertanian tanaman pangan berkelanjutan sebagai sumber pangan dan basis perekonomian Kabupaten; dan

d. Memberikan kompensasi penggantian lahan yang sesuai bagi lahan pertanian yang terkena proyek pembangunan di lokasi lain agar ketersediaan pangan dapat terjamin.

2. Strategi pemantapan perikanan, meliputi:

a. Menetapkan kawasan minapolitan;

b. Mengembangkan kawasan minapolitan;

c. Mempertahankan luasan lahan perikanan darat yang ditetapkan sebagai kawasan minapolitan;

d. Mengembangkan sentra produksi dan usaha berbasis perikanan; dan

3 - 61

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

e. Mengembangkan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan.

3. Strategi pengembangan kegiatan wisata dengan memanfaatkan potensi alam yang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup dan budayameliputi:

a. Meningkatkan kompetensi produk dan tema wisata;

b. Mengembangkan objek unggulan;

c. Mengembangkan infrastruktur wisata;dan

d. Mengoptimalkan dan perluasan jaringan kepariwisataan.

4. Strategi pengembangan kegiatan industri yang sesuai dengan potensi alam dan sumber daya manusia, meliputi:

a. Mengembangkan zona kawasan industri terpadu di Kecamatan Kertajati;

b. Mengoptimalkan kawasan peruntukan industri;

c. Meningkatkan penataan kawasan peruntukan industri kecil dan menengah di setiap kecamatan; dan

d. Meningkatkan infrastruktur penunjang kegiatan industri.

5. Strategi pengembangan pusat pelayanan secara bersinergis sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan, meliputi:

a. Meningkatkan akses jaringan jalan;

b. Meningkatkan pengawasan terhadap bangunan;

c. Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan

d. Mengembangkan pola ruang sesuai fungsi pelayanan; dan e. Memantapkan keterkaitan fungsional antar pusat pelayanan.

6. Strategi pendistribusian penduduk sesuai dengan pengembangan sistem perkotaan meliputi:

a. Menetapkan distribusi kepadatan penduduk kawasan perkotaan; dan

b. Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan sesuai dengan daya dukung penduduk.

3 - 62

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

7. Strategi peningkatan fungsi kawasan kepentingan pertahanan dan keamanan negara meliputi:

a. Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan keamanan;

b. Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan khusus pertahanan dan keamanan;

c. Mengembangkan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan khusus pertahanan untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; dan

d. Menjaga dan memelihara aset – aset pertahanan dan keamanan negara/TNI.

B. Rencana Struktur dan Pola Ruang dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031

Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten adalah adalah rencana yang mencakup sistem perkotaan wilayah kabupaten yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah pelayanannya dan jaringan prasarana wilayah kabupaten yang dikembangkan untuk mengintegrasikan wilayah kabupaten selain untuk melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan kelistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah hulu bendungan atau waduk dari daerah aliran sungai, dan sistem jaringan prasarana lainnya.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi:

1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya yang berada dalam wilayah kabupaten; dan

3 - 63

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang menunjang keterkaitannya serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten, terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: a. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; b. Kebutuhan pengembangan dan pelayanan wilayah kabupaten dalam rangka mendukung kegiatan sosial ekonomi; c. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kabupaten; dan d. Ketentuan peraturan perundang-undangan.

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria:

1. Mengakomodasi rencana struktur ruang nasional, rencana struktur ruang wilayah provinsi, dan memperhatikan rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;

2. Jelas, realistis, dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan;

3. Pusat-pusat permukiman yang ditetapkan oleh pemerintah daerah kabupaten memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Terdiri atas pusat pelayanan kawasan (PPK), pusat pelayanan lingkungan (PPL), serta pusat kegiatan lain yang berhirarki lebih tinggi yang berada di wilayah kabupaten yang kewenangan penentuannya ada pada Pemerintah Pusat dan pemerintah provinsi;

b. Memuat penetapan pusat pelayanan kawasan (PPK) serta pusat pelayanan lingkungan (PPL); dan

c. Harus berhirarki dan tersebar secara proporsional di dalam ruang serta saling terkait menjadi satu kesatuan sistem wilayah kabupaten.

3 - 64

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

4. Dapat memuat pusat-pusat kegiatan selain sebagaimana dimaksud pada huruf c di atas dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Pusat kegiatan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL (dengan notasi PKLp); b. Pusat kegiatan yang dapat ditetapkan menjadi PKLp hanya pusat pelayanan kawasan (PPK); dan c. Pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) harus ditetapkan sebagai kawasan strategis kabupaten dan mengindikasikan program pembangunannya di dalam arahan pemanfataan ruangnya, agar pertumbuhannya dapat didorong untuk memenuhi kriteria PKL. 5. Sistem jaringan prasarana kabupaten dibentuk oleh sistem jaringan transportasi sebagai sistem jaringan prasarana utama dan dilengkapi dengan sistem jaringan prasarana lainnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

Pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Majalengka, dan juga mengacu pada RTRWN dan RTRW Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) merupakan pusat kegiatan jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten. Kondisi ini terjadi di Kecamatan Kadipaten yang terletak pada simpul perlintasan utama (regional) yang menghubungkan PKN Bandung dan PKN Cirebon, sehingga merupakan kawasan perkotaan dan atau pusat kecamatan dengan kemampuan pelayanan dan kelengkapan fasilitas dan utilitas paling tinggi dibandingkan dengan pusat kecamatan lainnya. 2. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) merupakan pusat kegiatan yang memiliki potensi sebagai pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang mempunyai pelayanan satu kabupaten atau beberapa kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) diharapkan dapat berfungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi lokal di setiap kabupaten dan/atau beberapa kecamatan terdekat. Untuk itu, setiap PKL akan dilengkapi dengan fasilitas minimum yang perlu ada untuk mendorong berfungsinya PKL. Dalam rangka mengembangkan

3 - 65

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

wilayah ibu kota Kabupaten Majalengka serta untuk mengantisipasi perkembangan yang akan datang, maka perlu adanya perluasan wilayah perkotaan yang mencakup Kecamatan Majalengka, Kecamatan Cigasong, dan Kecamatan Panyingkiran.Demikian pula untuk Kecamatan Majalengka, Kertajati, Jatiwangi, Talaga, Cikijing, dan Rajagaluh ditetapkan menjadi PKL sesuai dengan arahan RTRW Provinsi, tanpa nomenklatur pedesaan. 3. PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Adapun kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai PPK adalah Kecamatan Kasokandel, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Leuwimunding, Palasah, Maja, Bantarujeg, Banjaran, Sukahaji, Argapura, Sindangwangi dan Lemahsugih. 4. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Kecamatan yang ditetapkan sebagai PPL adalah Kecamatan Sindang, Cingambul, dan Malausma. Rencana struktur ruang berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011- 2031 akan dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 3.13 Rencana Pengembangan Pusat Kegiatan dan Fungsinya di Kabupaten Majalengka

No Struktur Ruang Kecamatan Fungsi

1 PKW Kadipaten Sebagai simpul transportasi regional, pusat komersial dan (perdagangan dan jasa), pusat pelayanan sosial, pendukung kegiatan industri 2 (Dawuan) Sebagai kawasan pengembangan perumahan, pelayanan sosial dan jasa, industri sedang, kawasan perdagangan, dan pertanian dan perikanan. 3 PKL Majalengka Fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan, pelayanan sosial, komersial (perdagangan dan jasa), pengembangan

3 - 66

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Struktur Ruang Kecamatan Fungsi

perumahan, pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan. 4 (Cigasong) Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pelayanan perdagangan & jasa, pengembangan pariwisata, terminal regional, pendukung kawasan perumahan, pertanian, perikanan dan peternakan. 5 (Panyingkiran) Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum serta pendukung kawasan komersial, perumahan, pertanian/perkebunan, perikanan dan peternakan. 6 Kertajati Sebagai kawasan komersial dan jasa, kaw industri terpadu (sedang-besar), kawasan BIJB, pengembangan kawasan perkotaan “aerocity”, pertanian dan perikanan. 7 Jatiwangi Sebagai kawasan pengembangan industri (termasuk industri kreatif), kawasan komersial (perdagangan dan jasa) , pelayanan sosial termasuk pengembangan perumahan, serta pertanian dan perikanan. 8 Talaga Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan) pengembangan kawasan perkotaan, komersial, pengembangan pariwisata dan terminal regional. 9 Cikijing Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian dan peternakan (agribisnis), komersial, pengembangan pariwisata, pengembangan kawasan perkotaan & terminal regional dan industri kecil. 10 Rajagaluh Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan kawasan perkotaan, komersial, pengembangan pariwisata dan terminal regional, serta

3 - 67

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Struktur Ruang Kecamatan Fungsi

pertanian, perikanan dan peternakan. 11 PPK Jatitujuh sebagai kawasan pengembangan perumahan, jasa, industri dan pendukung komersial, pertanian/peternakan dan perikanan. 12 Kasokandel Sebagai kawasan pengembangan perumahan, pelayanan sosial dan jasa, industri dan kawasan perdagangan, pertanian dan perikanan. 13 Ligung Sebagai kawasan pertahanan keamanan (Lanud S.Sukani), pengembangan industri dan pelayanan sosial, pertanian dan perikanan. 14 Sumberjaya Sebagai kawasan pengembangan industri, kawasan perdagangan dan pelayanan sosial, pertanian dan perikanan. 15 Leuwimunding Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan pertanian tanaman pangan, pengembangan kawasan perkotaan, industri serta pendukung kawasan perumahan, pertanian dan perikanan. 16 Palasah Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, pengembangan perkotaan, industri serta pendukung kawasan perumahan, pertanian dan perikanan. 17 Argapura Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan pariwisata. 18 Sukahaji Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan, pengembangan pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan. 19 Sindangwangi Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, dan pengembangan pariwisata, sarana pendukung

3 - 68

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Struktur Ruang Kecamatan Fungsi

pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan. 20 Bantarujeg Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan pariwisata dan terminal regional. 21 Lemahsugih Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan pariwisata. 22 Banjaran Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan pariwisata 23 Maja Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan pariwisata, pengembangan terminal regional 24 PPL Sindang Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pendukung kawasan perumahan dan pengembangan pariwisata, pertanian, perikanan dan peternakan. 25 Cingambul Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan pariwisata, pengembangan industri kecil. 26 Malausma Sebagai pusat pelayanan sosial dan umum, komersial, pengembangan

3 - 69

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

No Struktur Ruang Kecamatan Fungsi

pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan), pengembangan kawasan perbatasan.

Rencana pola ruang wilayah kabupaten pada dasarnya merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten berfungsi sebagai: 1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; 2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan 4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Berdasarkan Permen PU 16/2009, Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka, terdiri atas Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

A. KAWASAN LINDUNG Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung bertujuan untuk mewujudkan kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga keseimbangan ekosistem antar wilayah guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Barat, luas kawasan lindung di Provinsi Jawa Barat adalah 1.669.288 Ha (45%). Dalam rangka memenuhi kebijakan RTRW Provinsi Jawa Barat tersebut, maka proporsi kawasan lindung di Kabupaten Majalengka 39,19% dari total Kabupaten Majalengka yaitu 52.563 Ha, diupayakan dapat tercapai sesuai kebijakan tersebut dan juga dengan memperhatikan kondisi eksistingnya.

3 - 70

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

B. KAWASAN BUDIDAYA Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.Penetapan kawasan budidaya dimaksudkan untuk memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan termasuk penyediaan prasarana dan sarana maupun penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan budidaya. Pengembangan pemanfaatan ruang di kawasan budidaya bertujuan untuk menjaga kualitas daya dukung lingkungan Kabupaten Majalengka, menciptakan penyerapan lapangan pekerjaan, terciptanya keserasian dengan rencana struktur tata ruang serta konsep pengembangan wilayah yang dikembangkan dan telah disepakati melalui dialog-dialog stakehokders dan seminar.Sebagaimana terkait dengan tujuan pengembangan di atas, maka kriteria dan pertimbangan pemanfaatan ruang di kawasan budidaya adalah sebagai berikut :

1. Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan tingkat perkembangan (percepatan/perlambatan) setiap fungsi pemanfaatan ruang dengan prioritas (proporsi terbesar) pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dengan perkembangan tinggi.

2. Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan, yaitu kawasan budidaya dikembangkan pada kawasan dengan skor fungsi kawasan < 125

3. Pengembangan kawasan budidaya memperhatikan dominasi kegiatan setiap kecamatan dengan prioritas (proporsi terbesar) pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dengan dominasi tinggi.

4. Pengembangan kawasan budidaya didasarkan pada kajian optimasi pemanfaatan lahan, untuk tercapainya laju pertumbuhan ekonomi dan target pendapatan perkapita, serta penyerapan tenaga kerja yang seimbang hingga tahun 2031.

3 - 71

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

C. KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, serta pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi.Kebijakan dan strategi pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antarwilayah baik antar Kabupaten/Kota maupun antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Kawasan strategis kabupaten Majalengka adalah kawasan pada wilayah Kabupaten Majalengkayang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi.

Pengembangan kawasan strategis di Kabupaten Majalengka diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.Kawasan strategis tersebut diharapkan dapat dapat berperan sebagai “motor penggerak” pembangunan wilayah di sekitarnya demi keseimbangan pembangunan antara pusat-pusat distrik dengan kawasan perdesaan.

Untuk itu perlu dilakukan identifikasi kawasan-kawasan potensial yang akan dikembangkan secara terpadu sebagai wilayah strategis sesuai dengan potensi sumber daya alam yang akan dikembangkan. Pembangunan wilayah- wilayah strategis antara lain dilakukan melalui pengembangan potensi unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerjasama antarsektor, antarpemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan berinvestasi di daerah. Berdasarkan hal tersebut, maka direncanakan beberapa kawasan prioritas.Kawasan tersebut selanjutnya diharapkan mampu memberikan daya dorong yang lebih besar dengan rencana pengembangan Kabupaten Majalengka. Adapun kawasan strategis kabupaten (KSK) di Kabupaten Majalengka, adalah sebagai berikut :

3 - 72

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

1. Kawasan potensial tumbuh; Kawasan strategis potensial tumbuh meliputi : a. Sekitar jalan tembus Majalengka – Lemahsugih meliputi Majalengka, Maja, Bantarujeg dan Leumahsugih; dan b. Sekitar jalan lingkar luar Kota Majalengka meliputi kecamatan Panyingkiran, Cigasong, Majalengka 2. Kawasan Agropolitan; Kawasan agropolitan sebagaimana dimaksud adalah pengembangan kawasan Agropolitan di Kecamatan Ligung dan Kecamatan Leumahsugih. 3. Kawasan Wisata Sindangwangi; Kawasan strategis wisata Sindangwangi sebagaimana yang dimaksud diatas terdapat di Kecamatan Sindangwangi;

3 - 73

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Tabel 3.14 Rencana Proporsi Luasan Kawasan Lindung Setiap Kecamatan Berdasarkan Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031 Berdasarkan Luas Wilayah GIS

KAWASAN LINDUNG

KAWASAN KAWASAN KAWASAN KAWASAN KAWASAN KAWASAN RAWAN NO KECAMATAN PERLINDUNGAN KAWASAN GERAKAN JML (Ha) HUTAN SEMPADAN SEKITAR SEKITAR LETUSAN THDP KAW TNGC TANAH LINDUNG SUNGAI SITU/WADUK MATA AIR GUNUNG BAWAHANNYA API 1 Dawuan 638.00 54.51 - - - - - 692.51 2 Jatitujuh 2,623.70 91.39 15.07 - - - - 2,730.16 3 Jatiwangi 1,563.00 ------1,563.00 4 Kertajati 11.85 351.12 11.87 - - - - 374.84 5 Kadipaten 805.00 40.22 - - - - - 845.22 6 Ligung 1,839.00 68.26 - - - - - 1,907.26 7 Sumberjaya 642.65 - - - - - 642.65 8 Cigasong 1,337.00 - - - - - 1,337.00 9 Leuwimunding 238.00 46.12 7.00 - 236.00 - 527.12 10 Majalengka 939.72 1,507.73 - 25.00 - 787.00 - 3,259.45 11 Palasah 762.43 47.43 - - - - 809.86 12 Panyingkiran 861.00 80.93 7.00 - - - 948.93 13 Rajagaluh 563.92 - 0.50 7.50 665.00 415.00 1,033.31 2,685.23

3 - 74

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

KAWASAN LINDUNG

KAWASAN KAWASAN KAWASAN KAWASAN KAWASAN KAWASAN RAWAN NO KECAMATAN PERLINDUNGAN KAWASAN GERAKAN JML (Ha) HUTAN SEMPADAN SEKITAR SEKITAR LETUSAN THDP KAW TNGC TANAH LINDUNG SUNGAI SITU/WADUK MATA AIR GUNUNG BAWAHANNYA API

14 Sukahaji 215.90 14.29 0.50 6.50 - 1,178.04 - 1,415.23 15 Sindangwangi 612.74 - 1.00 - 786.00 206.12 - 1,605.86 16 Argapura 294.38 - 34.00 4,034.28 1,099.50 1,286.42 6,748.58 17 Banjaran 107.00 248.02 - 2.06 20.00 421.00 378.00 547.54 1,723.62 18 Bantarujeg 1,301.56 722.54 55.24 44.00 - 1,071.20 3,194.54 19 Cikijing 204.35 - - 230.00 152.00 307.55 893.90 20 Cingambul 939.84 - 18.00 - 646.20 1,604.04 21 Lemahsugih 1,737.06 34.71 48.00 - 2,946.12 4,765.89 22 Maja 3,054.09 421.90 43.64 - 720.00 170.91 4,410.54 23 Talaga 326.28 22.99 39.00 230.00 620.32 740.11 1,978.70 24 Kasokandel 1,595.12 54.52 - - - - 1,649.64 25 Sindang 110.12 14.29 1.00 - 434.00 873.00 544.71 1,977.12 26 Malausma 1,055.62 55.29 52.00 - 1,109.00 2,271.91 Jumlah 5,402.37 21,877.15 1,074.95 32.00 308.00 6,800.28 12,437.50 4,630.55 52,562.80 % terhadap kawasan lindung 10.28 41.62 2.05 0.06 0.59 12.94 23.66 8.81 100.00 % terhadap luas wilayah 4.03 16.31 0.80 0.02 0.23 5.07 9.27 3.45 39.19

3 - 75

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Catatan Sumber Data :

1. Peta Bakosurtanal Kabupaten Majalengka 2. RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 3. SK Menhut No.424/Menhut-II/2004 luas TNGC di Kabupaten Majalengka 6.800 Ha 4. Hasil Evaluasi Potensi Sumber daya Hutan Tahun 2010, KPH Majalengka 5. Skoring Kawasan Lindung (berdasarkan Kelas Lereng, Kelas Tanah dan Kelas Hujan) kriteria berdasarkan SK Mentan 837 /KPTS/UM/11/1980

Tabel 3.15 Rencana Proporsi Luasan Kawasan Budidaya di Setiap Kecamatan Berdasarkan Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031

KAWASAN BUDIDAYA

NO KECAMATAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 Dawuan - 1.706.00 18.50 38.76 10.72 10.00 3.00 32.00 35.86 321.61 82.48 94.56 - - 2.353.49

2 Jatitujuh 0.00 3.326.00 26.38 47.81 76.66 92.00 86.00 45.00 25.72 725.85 410.88 304.54 - - 5.166.84

3 Jatiwangi - 1.535.00 47.43 59.12 54.71 - 5.00 133.00 36.82 463.67 119.75 104.51 - - 2.559.00

4 Kertajati 10.583.00 1.980.00 52.29 57.92 54.00 - 83.00 27.00 199.24 738.23 97.61 229.87 3.200.00 1.800.00 500.00 19.602.16

5 Kadipaten 207.00 734.00 17.43 26.22 - - 78.00 10.00 25.69 624.32 119.45 105.67 - - 1.947.78

3 - 76

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

KAWASAN BUDIDAYA

NO KECAMATAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

6 Ligung - 3.936.00 20.86 45.12 49.21 33.00 30.00 73.00 38.43 443.89 133.78 128.95 - - 4.932.24

7 Sumberjaya - 1.918.00 23.43 24.18 35.65 4.00 4.00 64.00 39.20 675.23 224.00 148.66 - - 3.160.35

8 Cigasong - 745.00 27.86 62.22 75.70 15.00 19.00 87.00 18.61 377.00 120.00 95.61 - - 1.643.00

9 Leuwimunding 169.30 1.202.00 25.57 53.58 64.05 18.00 12.00 10.00 35.99 201.48 109.35 65.56 - - 1.966.88

10 Majalengka - 1.212.00 43.14 85.57 95.34 94.00 12.00 18.00 20.89 841.88 208.67 404.06 - - 3.035.55

11 Palasah 1.840.00 23.56 39.12 37.54 - 17.00 61.00 103.75 160.68 108.97 85.52 - - 2.477.14

12 Panyingkiran - 458.00 24.71 32.55 15.70 96.00 6.00 78.00 19.83 397.18 107.55 101.55 - - 1.337.07

13 Rajagaluh 32.00 918.00 19.43 65.66 42.44 23.00 35.00 5.00 17.46 586.87 208.33 173.58 - - 2.126.77

14 Sukahaji - 1.314.00 19.57 44.02 23.49 25.00 46.00 44.00 14.92 258.27 111.28 92.22 - - 1.992.77

15 Sindangwangi 301.00 520.00 15.29 33.00 23.37 16.00 21.00 34.00 11.46 104.15 60.34 20.54 - - 1.160.14

16 Argapura - 707.00 17.94 132.00 89.70 24.00 18.00 10.00 12.33 197.48 278.56 88.41 - - 1.575.42

17 Banjaran - 900.00 14.14 57.99 96.29 94.00 18.00 9.00 12.32 277.79 148.54 85.30 - - 1.713.38

3 - 77

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

KAWASAN BUDIDAYA

NO KECAMATAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

18 Bantarujeg 272.91 2.453.00 19.14 65.24 42.14 18.00 12.00 73.00 11.25 250.82 102.79 77.66 - - 3.397.96

19 Cikijing - 1.483.00 22.31 67.68 46.43 4.00 12.00 642.00 29.33 290.04 121.34 105.97 - - 2.824.10

20 Cingambul 489.87 1.310.00 21.43 54.88 37.46 21.00 11.00 - 15.51 225.37 105.70 74.74 - - 2.366.96

21 Lemahsugih 829.65 2.565.00 17.69 83.33 84.63 23.00 14.00 10.00 14.55 275.16 164.59 62.51 - - 4.144.11

22 Maja - 1.778.00 38.29 83.44 95.25 96.00 13.00 40.00 12.21 246.32 197.45 104.5 - - 2.704.46

23 Talaga 28.95 1.641.00 24.33 91.75 84.25 21.00 12.00 80.00 13.50 268.49 172.59 107.44 - - 2.545.30

24 Kasokandel - 1.050.00 12.14 28.46 19.98 23.00 6.00 104.00 34.57 238.32 127.87 102.52 - - 1.746.86

25 Sindang - 508.00 17.43 46.02 45.52 22.00 10.00 25.00 12.04 165.80 158.95 86.12 - - 1.096.88

26 Malausma - 1.451.00 15.71 39.36 56.58 12.00 15.00 10.00 12.52 124.63 174.54 73.75 - - 1.985.09

JUMLAH 12.913.68 39.190.00 626.00 1.465.00 1.356.80 784.00 598.00 1.724.00 824.00 9.480.53 3.975.36 3.124.32 3.200.00 1.800.00 500.00 81.561.69

% terhadap kawasan 15.83 48.05 0.77 1.80 1.66 0.96 0.73 2.11 1.01 11.62 4.87 3.83 3.92 2.21 0.61 100.00 budidaya

3 - 78

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

KAWASAN BUDIDAYA

NO KECAMATAN JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

% terhadap luas 9.63 29.22 0.47 1.09 1.01 0.58 0.45 1.29 0.61 7.07 2.96 2.33 2.39 1.34 0.37 60.81 wilayah

Keterangan:

1. Kawasan Hutan Produksi 2. Kawasan Pertanian Lahan Basah 3. Kawasan Pertanian Lahan Kering 4. Kawasan Hortikultura 5. Kawasan Perkebunan 6. Kawasan Peternakan 7. Kawasan Perikanan 8. Kawasan Pertambangan 9. Kawasan Industri 10. Kawasan Permukiman Perkotaan 11. Kawasan Permukiman Perdesaan 12. Kawasan Perdagangan dan Jasa, Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum 13. Kawasan Penunjang Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) 14. Kawasan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) 15. Rencana Kawasan Industri Terpadu

Sumber Data : RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031

3 - 79

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Majalengka

3 - 80

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Gambar 3.2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka

3 - 81

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

3.1.3 Arahan Pengembangan Wilayah Strategis Arahan Wilayah Pengembangan Strategis, berisikan arahan fungsi pengembangan wilayah dan indikasi program di 35 WPS.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah, telah menyiapkan 35 (tiga puluh lima) Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) sebagai basis perencanaan keterpaduan infrastruktur PUPR.WPS menstimuli pembangunan infrastruktur agar secara bersamaan cluster industrinya tumbuh, perkotaan tumbuh dan pelabuhan sebagai transportasi agar hasil ekspor dan dibawa dengan daya saing yang lebih tinggi.Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”, yang mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mendukung penyelenggaraan Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan. Untuk itu diperlukan Keterpaduan Perencanaan dan Kesinkronan Program (fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana) antara Infrastruktur dengan pengembangan berbagai kawasan strategis dalam WPS: baik perkotaan, industri, maritim/pelabuhan, pariwisata, dan hinterland perdesaan. Hal ini dimaksudkan agar wilayah tersebut dapat berkembang menjadi wilayah yang kawasan pertumbuhannya saling terhubungkan, sebagai strategi untuk meningkatkan/ menciptakan spesialisasi,komplementaritas (saling isi), sinergi dan skala ekonomi wilayah, serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar kawasan pertumbuhan/kota yang bertetangga dengan hinterland pedesaannya. Dengan demikian kita dapat menyiapkanwilayah dan kawasan yang ke depannya memiliki daya saing tinggi. Dukungan Infrastruktur PUPR dalam Pengembangan WPS : 1. Konektivitas, Menghubungkan antar cluster untuk meningkatkan pertumbuhan & mengurangi disparitas, memperlancar arus keluar barang dan jasa; 2. Perkotaan & Industri, Mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan;

3 - 82

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

3. Hinterland, Meningkatkan keterkaitan antara fungsi pengolahan, produksi, dan jasa; 4. Komunitas, Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman & penyediaan perumahan.

Gambar 3.3 Peta Sebaran Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)

KALIMA SULAWE NTAN SI 4 WPS 5 WPS PAPUA SUMA 4 WPS TERA 6 WPS MALUK U 2 WPS JAWA 8 WPS BALI – NUSA TENGGARA 5 WPS

“Wilayah PengembanganStrategis (WPS)” yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dankawasan maritim berdasarkan pada tema atau potensi per pulau, sebagai berikut: (1) Pulau Sumatera. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Sumatera adalah: Pintu Gerbang Perdagangan Internasional; Industri Berbasis Komoditas Kelapa Sawit, Karet, Timah, Bauksit, & Kaolin; Lumbung Energi Nasional, Termasuk Pengembangan Energi Terbarukan Biomassa; Hilirisasi Komoditas Batu Bara; dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Berbasis Maritim (Kelautan).

3 - 83

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

(2) Pulau Jawa. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Jawa adalah: Sebagai Lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia; Sebagai Pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan). (3) Pulau Papua. Tema besar pada Wilayah Pulau Papua adalah: Percepatan Pengembangan Industri Komoditas Lokal Perkebunan, Peternakan, Kehutanan; Percepatan Pengembangan Ekonomi Kemaritiman; Percepatan Pengembangan Hilirisasi Industri Pertambangan, Migas & Tembaga; Penguatan KapasitasKelembagaan Pemerintahan Daerah dan Masyarakat; Percepatan PengembanganPariwisata Budaya dan Alam; Peningkatan Kawasan Konservasi dan Daya DukungLingkungan; dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan Berbasis Wilayah Kampung Masyarakat Adat. (4) Pulau . Tema besar pada pengembangan Wilayah Kalimantan adalah: Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia; Salah satu lumbung pangan nasional; Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, dan karet; dan Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon & pasir kuarsa. (5) Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Tema Besar pada pengembangan Wilayah Bali adalah: Sebagai lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbangdestinasi wisata terbaik dunia; Sebagai pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan). Sedangkan tema besar pada pengembangan Wilayah Nusa Tenggara adalah: Pintu gerbang pariwisata ekologis; Pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; Pengembangan industri berbasis peternakan sapi dan perkebunan jagung; dan Pengembangan industri mangan, dan tembaga. (6) Kepulauan Maluku. Tema besar pada pengembangan Wilayah Maluku adalah: Produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional; Pengembangan

3 - 84

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

industri berbasis komoditas perikanan; Pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga; dan Pariwisata bahari. (7) Pulau . Tema besar pada pengembangan Wilayah Sulawesi adalah:Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi & gas bumi; Pintu gerbang perdagangan internasional & kawasan timur; Lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri kakao, padi, dan jagung; Pengembangan industri berbasis logistik; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan & pariwisata bahari. Pengembangan WPS tersebut berazaskan pada efisiensi yang berbasis daya dukung, daya tampung dan fungsi lingkungan fisik terbangun, manfaat dalam skala ekonomi (economic of scale) serta sinergitas dalam menyediakan infrastruktur transportasi untuk konektivitas dalam lingkup nasional maupun internasional, mengurangi kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan energi terbarukan untuk tenaga listrik, pemenuhan kebutuhan layanan dasar permukiman yang layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh, serta meningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan air dan pangan dengan mempertimbangkan Rencana TataRuang Wilayah Nasional (RTRWN) pada setiap WPS. Konsepsi pengembangan WPS diilustrasikan yaitu pembangunan infrastruktur wilayah PUPR pada setiap WPS diarahkan untuk mempercepat pembangunan fisik di pusatpusat pertumbuhan ekonomi kawasan sesuai dengan klusternya, terutama WPS di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatanefisiensi dalam penyediaan infrastruktur dalam kawasan, antar kawasan maupun antarWPS. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral, regionaldan makro ekonomi. Setiap WPS akan dikembangkan dengan mempertimbangkanpotensi dan keunggulannya, melalui pengembangan pusat-pusat pertumbuhan,industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan atau pariwisata.

3 - 85

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Ilustrasi arah pembangunan Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) seluruh pulau sebagaimana terlihat pada Gambar 3.3. Dalam hal ini, setiap wilayah pulau/kepulauan tersebut dipilah ke dalam35 (tiga puluh Lima) Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) yang dikelompokkan ke dalam 3 kelompok WPS,yaitu: 1. Kelompok WPS Pusat pertumbuhan terpadu; 2. Kelompok WPS Pusat pertumbuhan sedang berkembang; dan 3. Kelompok WPS Pertumbuhan baru.

Ketiga puluh lima(35) WPS tersebut tersebar di seluruh pulau dan kepulauan yaitu: Pulau Sumatera (6 WPS), Pulau Sulawesi (5 WPS), Pulau Kalimantan (4 WPS), Kepulauan Maluku (2 WPS), Pulau Bali - Nusa Tenggara (5 WPS), Pulau Papua (4 WPS), Pulau Jawa (8 WPS), dan Pulau-Pulau Kecil Terluar (1WPS). Selanjutnya untuk mengetahui keberhasilan dari wilayah pengembangan strategis tersebut, akan diukur aspek-aspek yang terkait dintaranya: pengurangan gap pertumbuhan antara kawasanyang sudah berkembang dengan yang belum berkembang, tingkat keterpaduan perencanaanpemrograman dengan pelaksanaan (deviasi), tingkat sinkronisasi program (waktu, fungsi,lokasi,besaran), disparitas kebutuhan dengan pemrograman, tingkat pemberian bimbingan teknis kepadapemerintah daerah.

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah 3.1.4.1 RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 merupakan tahap ketiga dari RencanaPembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu tahap memantapkanpembangunan secara menyeluruh dalam rangka penyiapan kemandirian masyarakatJawa Barat. Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan danpeluang serta isu-isu strategis yang terjadi di Jawa Barat, maka Visi Tahun 2013-2018yaitu:"Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua".

3 - 86

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut: Maju : adalah sikap dan kondisi masyarakat yang produktif, berdaya saingdan mandiri, terampil dan inovatif dengan tetap dapat menjagatatanan sosial masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptifterhadap dinamika perubahan namun tetap berpegang pada nilaibudaya serta kearifan lokal dan berdaulat secara pangan, ketahananekonomi dan sosial. Sejahtera : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahirdan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalanikehidupan. Untuk Semua : adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat dirasakan olehseluruh lapisan, elemen dan komponen masyarakat. Dalam rangka pencapaian visi yang telah ditetapkan dengan memperhatikankondisi dan permasalahan yang ada, tantangan ke depan, serta memperhitungkanpeluang yang dimiliki, maka ditetapkan 5 (lima) misi sebagai berikut: Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya saing. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Masyarakat Jawa Barat yang agamis, berakhlak mulia, sehat, cerdas, bermoral, berbudaya IPTEK, memiliki spirit juara dan siap berkompetisi. Misi Kedua,Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan.Hal ini untukmenciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Perekonomian Jawa Barat yang semakinmaju dan berdaya saing, bersinergi antar skala usaha, berbasis ekonomi pertanian dannon pertanian yang mampu menarik investasi dalam dan luar negeri, menyerap banyaktenaga kerja, serta memberikan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat. Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme Aparatur, danPerluasan Partisipasi Publik. Hal ini untuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaituPemerintahan Jawa Barat yang bermutu dan akuntabel, handal dan terpercaya dalampelayanan yang ditopang oleh aparatur profesional, sistem yang modern berbasisIPTEK menuju tatakelola pemerintahan yang baik (Good Governance) danpemerintahan yang bersih (Clean Government) serta menerapkan model manajemenpemerintahan hibrida

3 - 87

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 yang mengkombinasikan manajemen berbasis kabupaten/kotadengan manajemen lintas kabupaten/kota. Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan PembangunanInfrastruktur Strategis yang Berkelanjutan. Hal ini untuk menciptakan sosok JawaBarat 2018 yaitu Pembangunan Jawa Barat yang selaras dengan kondisi daya dukungdan daya tampung lingkungan, memiliki infrastruktur dasar yang memadai, serta didukung oleh tersedianya infrastruktur yang mampu meningkatkan konektivitas antarwilayah dan pertumbuhan ekonomi. Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya, Peran Pemuda danOlah Raga serta Pengembangan Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal. Hal iniuntuk menciptakan sosok Jawa Barat 2018 yaitu Kehidupan sosial kemasyarakatanyang kokoh dan berbudaya yang bercirikan tingginya pemanfaatan modal sosial dalampembangunan, meningkatnya ketahanan keluarga, menurunnya jumlah Penyandang. Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), tingginya peran pemuda dalam pembangunan,meningkatnya prestasi olah raga tingkat nasional dan internasional, terpeliharanya senidan warisan budaya dan industri pariwisata yang berdaya saing dalam bingkai kearifanlokal.

A. Kebijakan Umum 2013-2018 Untuk memantapkan tujuan dan sasaran Visi dan Misi pembangunan JawaBarat tahap ketiga perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan dalam merespon percepatanpelaksanaan prioritas pembangunan nasional dalam rangka implementasi Inpres No. 1Tahun 2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, sertaInpres no 3 tahun 2010 sebagai bagian dari program dunia untuk mencapai targetMillenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015. RPJMD 2013-2018 dalam RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 ditujukan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh, sebagai persiapanuntuk mencapai kemandirian masyarakat Jawa Barat dalam segala

3 - 88

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 bidang.Bidang-bidangunggulan yang melatarbelakangi kebijakan umum RPJMD 2013-2018merupakan upaya untuk mewujudkan visi Jawa Barat sebagai Provinsi Termaju diIndonesia pada Tahun 2025, yang ditandai oleh 7 (tujuh) karakter, yaitu: (1) Penyelenggara pemerintahan yang bermutu (beyond expectation), akuntabel, danberbasis ilmu pengetahuan; (2) Masyarakat yang cerdas, produktif dan berdaya saing tinggi; (3) Pengelolaan pertanian dan kelautan; (4) Energi baru dan terbarukan serta pengelolaan sumber daya air; (5) Industri manufaktur, industri jasa dan industri kreatif; (6) Infrastruktur yang handal dan pengelolaan lingkungan yang berimbang untukpembangunan berkelanjutan; (7) Pengembangan budaya lokal dan menjadi destinasi wisata dunia. Kebijakan umum Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada RPJMD 2013-2018 diarahkan untuk: (1) Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing dimaknai melaluikebijakan optimalisasi kualitas dan sebaran layanan pendidikan,kesehatandankesejahteraan sosial, serta peningkatan kapabilitas sumberdaya manusia JawaBarat; (2) Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilandimaknai melalui kebijakanpengembangan kemampuan dan daya saing ekonomi Jawa Barat berbasis potensilokal; (3) Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui profesionalisme tatakelola danperluasan partisipasi publik dimaknai melalui kebijakan penyelenggaraan goodgovernance yang bermutu, akuntabel, toleran dan berbasis ilmu pengetahuan danteknologi; (4) Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan infrastruktur strategisyang berkelanjutan dimaknai melalui kebijakan optimalisasi kuantitas, kualitas danpelayanan infrastruktur wilayah serta pengendalian tata ruang berbasis daya dukunglingkungan dan

3 - 89

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

mitigasi bencana serta peningkatan penciptaan dan pemanfaatanenergi baru terbarukan; (5) Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui peningkatan peranpemuda, olahraga, seni, budaya dan pariwisata dalam bingkai kearifan lokaldimaknai melalui kebijakan peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan yangberbasis potensi lokal.

B. Kebijakan Kewilayahan Fokus pembangunan Jawa Barat pada tahun 2013-2018 diarahkan padapengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)serta kawasan strategis dengan membagi peran strategis pembangunankewilayahan.Fokus tersebut memperhatikan kebutuhan kawasan yang secarafungsional dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan strategisdan kawasan sekitarnya. Secara umum, kebijakan pembangunan kewilayahan padaadalah: (1) Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang terencana,terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan tertuang dalam suaturencana tata ruang. Selanjutnya rencana tata ruang tersebut digunakan sebagaiacuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor agar pemanfaatanruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan; (2) Peningkatan percepatan pembangunan wilayah tertinggal agar dapat sejajardengan wilayah lainnya melalui pendekatan peningkatan sumber dayamanusiadan sarana prasarananya; (3) Peningkatan keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan melaluiketerkaitan kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. (4) Pembangunanperkotaan diarahkan agar dapat menjadi pusat koleksi dan distribusi hasilproduksi di wilayah perdesaan. Sedangkan pembangunan perdesaan diarahkanpada pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan yang akan menjadi pusatproduksi agroindustri/agropolitan dan sektor lainnya.

3 - 90

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

(5) Peningkatan kerjasama antar daerah khususnya di kawasan metropolitan danpengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan StrategisProvinsiuntuk menciptakan sinergitas dan integrasi wilayah, serta efektivitas danefisiensi dalam pengelolaannya. (6) Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan dengan arah kebijakanwilayah meliputi Wilayah Jabodetabekjur, Wilayah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah, Wilayah Perbatasan Jawa Barat-Banten. Skenario Pembangunan berbasis kewilayahan (tematik kewilayahan) yang berdasarkan kepada wilayah koordinasi pemerintahan danpembangunan, meliputi WKPP I (Wilayah Bogor ), WKPP II (Wilayah Purwakarta), WKPP III (Wilayah Cirebon), danWKPP IV (Wilayah Priangan).

C. Pembangunan Wilayah Pengembangan (WP) Kebijakan pembangunan kewilayahan di Jawa Barat tidak terlepas dari kebijakankewilayahan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan Peraturan PemerintahNomor 26 Tahun 2008, Pemerintah telah menetapkan kawasan strategis nasional diJawa Barat, yaitu : 1. Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur termasuk Kepulauan Seribu; 2. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung; 3. Kawasan Uji Coba Terbang Roket Pameungpeuk; 4. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pameungpeuk; 5. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjungsari; 6. Kawasan Stasiun Telecomand; 7. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro; 8. Kawasan Pangandaran – Kalipucang - Segara Anakan- Nusa Kambangan. Pemerintah juga telah menetapkan Pusat Kegiatan Nasional dan PusatKegiatan Wilayah sebagai berikut : (1) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), terdiri dari : a. PKN Jabodetabek, meliputi Provinsi Jabar, DKI dan Banten; b. PKN Bandung Raya; c. PKN Cirebon.

3 - 91

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

(2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), terdiri dari : a. PKW Sukabumi; b. PKW Palabuhanratu; c. PKW Cikampek - Cikopo; d. PKW Kadipaten; e. PKW Pangandaran; f. PKW Indramayu; g. PKW Tasikmalaya; Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat Tahun 2009- 2029 telah ditetapkan Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp) Palabuhanratudan Pangandaran serta kebijakan pembangunan kewilayahan berdasarkan Wilayah Pengembangan yang ditentukan berdasarkan: potensi wilayah, aglomerasi pusat- pusatpermukiman perkotaan dan kegiatan produksi serta perkembangan daerah sekitarnyatetap dipertahankan. Pembangunan Wilayah Pengembangan lebih ditekankan padapeningkatan kegiatan ekonomi yang diharapkan memberikan peningkatankesejahteraan rakyat, dengankebijakan sebagai berikut : 1. Wilayah Pengembangan Bodebekpunjur (Kabupaten dan Kota Bogor, Bekasi,Kota Depok, dan kawasan Puncak di Kabupaten Cianjur), difokuskan pada : a) Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; c) Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan proteinhewani); d) Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; e) Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramahlingkungan; f) Peningkatan fungsi kawasan lindung; g) Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan; h) Pengembangan energi baru terbarukan; i) Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; j) Peningkatan investasi padat karya;

3 - 92

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

k) Peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan; l) Pengendalian pencemaran air; m) Penataan daerah otonom.

2. Wilayah Pengembangan Sukabumi (Kabupaten dan Kota Sukabumi danKabupaten Cianjur), difokuskan pada : a) Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; c) Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi dan protein hewani); d) Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; e) Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan; f) Pengembangan energi baru terbarukan g) Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; h) Penataan daerah otonom. 3. Wilayah Pengembangan Ciayumajakuning (Kabupaten dan Kota Cirebon,Kabupaten Indramayu, Majalengka dan Kuningan), difokuskan pada : a) Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan c) Peningkatan investasi; d) Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan proteinhewani); e) Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; f) Peningkatan fungsi kawasan lindung; g) Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; h) Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan; i) Pengembangan energi baru terbarukan j) Pembangunan infrastruktur transportasi; k) Penataan daerah otonom.

3 - 93

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

4. Wilayah Pengembangan Bandung Raya (Kabupaten dan Kota Bandung,Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian Kabupaten Sumedang),difokuskan pada: a) Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; c) Pengendalian pencemaran (air, udara dan sampah); d) Pembangunan infrastruktur transportasi; e) Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi dan ramahlingkungan; f) Peningkatan mutu air baku; g) Pengendalian pencemaran air; h) Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; i) Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan; j) Pengembangan energi baru terbarukan; k) Pengembangan jasa dan perdagangan; l) Penataan daerah otonom. 5. Wilayah Pengembangan Priangan Timur - Pangandaran (Kabupaten dan KotaTasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Garut, danKabupaten Pangandaran), difokuskan pada : a) Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; c) Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan proteinhewani); d) Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; e) Peningkatan fungsi kawasan lindung; f) Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan; g) Pengembangan energi baru terbarukan; h) Pengembangan pariwisata berbasis biodiversity; i) Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; j) Penataan daerah otonom.

3 - 94

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

6. Wilayah Pengembangan Purwasuka (Kabupaten Purwakarta, KabupatenSubang dan Kabupaten Karawang), difokuskan pada : a) Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan; b) Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan; c) Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan proteinhewani); d) Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi; e) Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan; f) Pengembangan energi baru terbarukan; g) Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana; h) Penataan daerah otonom. Selain program pembangunan berbasis tematik kewilayahan, dalam keterkaitansebagai destinasi wisata, mendukung Jabar Green Provience 2025 berbasis lingkungandan dicirikan oleh penerapan dan penggalian ilmu pengetahuan serta teknologi, makadirencanakan pengembangan 3 (tiga) kawasan geopark Jawa Barat yaitu (a) GeoparkPalabuhan Ratu-Cileutuh-Cikaso; (b) Geopark Tangkuban Parahu-Citatah-Saguling; (c)Geopark Tasikmalaya Selatan-Pangandaran. Ketiga kawasan ini dipilih berdasarkan kepada tiga kriteria yaitu (1) keunggulangeologi (geodiversity dan geoheritage); (2) pariwisata (alami) yang telah berkembang;dan (3) ketersediaan infrastruktur yang ada.

D. Pengembangan Wilayah Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan (GrowthCenter) Pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi yang berlangsung cepat didaerah perkotaan memberikan peluang sekaligus tantangandalam melaksanakanpembangunan di Provinsi Jawa Barat. Nilai tambah ekonomi yang besar di perkotaanyang dihasilkan dari aglomerasi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat memberikanpeluang bagi upaya peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Namundemikian, pertumbuhan yang pesat ini memerlukan berbagai terobosan yang bersifatkreatif dan inovatif,khususnya dalammeningkatkan daya saing wilayah.

3 - 95

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Saat ini di Provinsi Jawa Barat terdapat 3 (tiga) Wilayah Metropolitan, meliputiMetropolitan Bogor Depok Bekasi Karawang Purwakarta (Bodebek Karpur) meliputiKotaBogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, KabupatenKarawang dan Kabupaten Purwakarta, Metropolitan Bandung Raya meliputi KotaBandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, danKabupaten Sumedang dan Metropolitan Cirebon Raya meliputi Kota Cirebon,Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Majalengka, dan KabupatenIndramayu.Selain itu terdapat 3 (tiga) Pusat Pertumbuhan (Growth Center) meliputi:Pusat Pertumbuhan Pangandaran, Palabuhanratu, dan Rancabuaya. Metropolitan Bodebek Karpur akan dikembangkan sebagai MetropolitanMandiri dengan sektor unggulan industri manufaktur, jasa, keuangan, sertaperdagangan, hotel dan restoran. Secara spesifik, upaya pengembangan MetropolitanBodebek Karpur sebagai Metropolitan Mandiri ini akan dilakukan dengan menggunakanpendekatan Twin Metropolitan Bodebek Karpur – DKI Jakarta. Dengan menggunakanpendekatan Twin Metropolitan ini, Wilayah Bodebek Karpur akan dikembangkansebagai 1st tier metropolitan, berdampingan dengan DKI Jakarta yang juga merupakan1st tier metropolitan. Sebagai mitra pembangunan yang sejajar dengan DKI Jakarta, diWilayah Bodebek Karpur nantinya juga akan dikembangkan cluster-cluster untuk kantorpusat perusahaan, perdagangan, perbankan, jasa pelayanan, asuransi, hukum,penelitian dan pemerintahan. Wilayah Metropolitan Bandung Raya akan dikembangkan sebagai MetropolitanModern, dengan sektor unggulan wisata perkotaan, industri kreatif dan pengembanganIpteks. Wilayah Metropolitan Cirebon Rayaakan dikembangkan sebagai MetropolitanBudaya dan Sejarah, dengan sektor unggulan wisata, industri, dan kerajinan. PusatPertumbuhan Pangandaran akan dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan berbasis pariwisata, Pusat Pertumbuhan Palabuhanratu akan dikembangkan sebagai pusatpertumbuhan berbasis sektor perikanan dan pariwisata, sedangkan Pusat PertumbuhanRancabuaya akan dikembangkan

3 - 96

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 sebagai pusat pertumbuhan wilayah berbasispariwisata.Pengembangan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan diharapkan dapatberfungsi sebagai penghela percepatan pembangunan ekonomi, kesejahteraan,modernisasi dan keberlanjutan di Jawa Barat. Selain itu, manajeman pengembanganmetropolitan akan dilakukan dengan model hibrida yaitu mengkombinasikan antaramanajemen berbasis daerah otonom kabupaten/kota dengan manajemen lintaskabupaten/kota berbasis Metropolitan.

E. Program Pembangunan Daerah 2013-2018 Program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan untuk mencapai misipembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 berjumlah 101 (seratus satu)program yang terbagi ke dalam 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan.

3.1.4.2 RPJMD Kabupaten Majalengka 2014-2018 Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025, bahwa RPJMD Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 merupakan tahapan ketiga pembangunan jangka panjang. Sehubungan dengan itu visi dan misi RPJMD harus mempunyai keterkaitan dengan Visi pada RPJPD, yaitu : “Kabupaten Majalengka Maju dan Sejahtera Berlandaskan Masyarakat Yang Beriman dan Bertaqwa”, dengan Misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, sehat, cerdas dan berkehidupan layak serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 2. Mewujudkan perekonomian daerah yang stabil, dengan bertumpu pada pembangunan agribisnis berbasis ekonomi kerakyatan. 3. Mewujudkan infrastruktur yang proporsional dan berkelanjutan. 4. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. 5. Mewujudkan kelestarian lingkungan hidup.

3 - 97

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

RPJMD Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018 merupakan tahapan ketiga dari RPJPD Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025, yaitu tahap pemantapan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing perekonomian dari sektor industri pengolahan berlandaskan keunggulan sumber daya manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu dan teknologi yang terus meningkat demi terwujudnya perekonomian daerah yang kuat dan merata. Berdasarkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan dan peluang serta isu-isu strategis yang terjadi di Kabupaten Majalengka, maka Visi Pemerintah Kabupaten Majalengka, yaitu : “MAJALENGKA MAKMUR”.

Makmur secara harfiah bermakna sejahtera, berkecukupan secara material dan agamis secara spriritual atau tatanan kehidupan yang rakyatnya mendapatkan kebahagian jasmani dan rohani sehubungan telah terpenuhi kebutuhannya. Adapun definisi operasional atau yang dimaksud dengan MAJALENGKA MAKMUR dalam Visi kami adalah : “Terwujudnya suatu tatanan masyarakat, pemerintahan, dan pembangunan Majalengka yang Maju, Aman, Kondusif, Mandiri, Unggul, dan Religius” dalam arti : Aman : Kondisi daerah yang bebas dari ancaman, gangguan, ketakutan, dan konflik sosial tanpa adanya diskriminasi terhadap golongan tertentu; Kondusif : Situasi yang mendukung untuk berinvestasi, nyaman, disertai kualitas pelayanan aparatur yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) agar tercipta pembangunan yang seimbang di berbagai sektor; Mandiri : Mampu meningkatkan kemampuan daerah untuk menyelenggarakan seluruh urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah dengan tidak sepenuhnya bergantung kepada bantuan pemerintah yang lebih atas;

3 - 98

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Unggul : Memiliki daya saing yang tinggi berfokus pada kepemilikan sumber daya alam berlimpah, sumber daya manusia berkualitas, dan inovatif. Religius : Seluruh aktivitas kehidupan masyarakat Kabupaten Majalengka dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, mampu menjalankan dan mengamalkan ajaran agama dengan didukung sarana dan prasarana keagamaan yang memadai.

Dalam rangka pencapaian Visi tersebut di atas, maka telah ditetapkan Misi sebagai berikut: (1) Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan; (2) Membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan aparatur; (3) Membangun iklim investasi yang kondusif dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mencapai pemerataan kesejahteraan masyarakat; (4) Meningkatkan daya saing daerah dengan berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan; (5) Mewujudkan Desa Mandiri; (6) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama disertai penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai. Misi yang diemban sebagaimana tersebut di atas, dengan penjelasan sebagai berikut : Misi Pertama, Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan.

3 - 99

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan dan sarana prasarana perekonomian merupakan tuntutan kebutuhan yang esensial untuk dipenuhi secara terus menerus dengan penekanan pada kualitas pelayanan. Kelima unsur tersebut memiliki saling keterkaitan yang kuat dalam mencapai tujuan peningkatan IPM. Hal tersebut didasari pemikiran bahwa pendidikan akan mampu menciptakan masyarakat yang sehat secara individu dan lingkungan, produktif dalam menghasilkan barang/jasa dan mampu meningkatkan kemampuan investasi sehingga diperlukan kuantitas dan kualitas infrastruktur yang baik dan penyediaan sarana prasarana perekonomian yang memadai. Kesemuanya itu memerlukan upaya pemerintah kabupaten untuk memberikan pelayanan yang berkualitas mengacu pada standar-standar pelayanan yang telah ditetapkan. Misi Kedua, Membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan aparatur. Tata kelola pemerintahan yang baik merupakan hal yang mutlak dilakukan oleh pemerintah kabupaten. Hal ini didasari bahwa penatakelolaan pemerintahan yang baik akan menghasilkan produk layanan publik yang baik pula dan seiring dengan itu pula akan tercipta tingkat kesejahteraan pegawai yang baik. Penciptaan pemerintahan yang baik dapat diawali salah satunya mewujudkan sosok birokrasi yang ideal dengan upaya membangun harmonisasi regulasi, penataan kelembagaan pembenahan struktur, pembentukan orentasi dan sistem nilai baru, penyederhanaan proses kerja dan pengembangan lingkungan politik yang sehat.

Misi Ketiga, Membangun iklim investasi yang kondusif dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mencapai pemerataan kesejahteraan masyarakat. Kondusivitas iklim investasi teramat penting untuk dibangun dan dijaga serta tidak semata dibangun dari tingkat stabilitas keamanan belaka, namun iklim investasi harus juga terbangun dari prakarsa daerah dan kemudahaan investasi

3 - 100

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 yang diberikan oleh daerah kepada berbagai pihak. Penumbuhkembangan investasi harus juga merupakan media bagi peningkatan pemberdayaan UMKM sehingga memiliki saling ketergantungan yang pada gilirannya akan mampu memberikan percepatan pertumbuhan perekonomian daerah yang tinggi. Misi Keempat, Meningkatkan daya saing daerah dengan berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan mengedepankan prinsip- prinsip pembangunan berkelanjutan. Daya saing daerah merupakan hal pokok dari substansi otonomi daerah, karena daya saing daerah akan memacu pertumbuhan daerah dari berbagai hal. Daya saing daerah akan tercermin dari kemampuan daerah dalam menghasilkan keunggulan daerah yang tercipta dari hasil optimalisasi pemanfaatan atas sumber daya alam, sumber daya manusia yang tercipta dari kemampuan inovasi daerah dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan beradaptasi dengan teknologi yang terkini. Misi Kelima, Mewujudkan Desa Mandiri. Kemandirian desa ditengah-tengah percepatan pembangunan daerah adalah hal mutlak yang harus diwujudkan karena kemandirian desa akan memberikan kontribusi besar terhadap capaian indikator kinerja daerah dalam berbagai sektor pembangunan. Kemandirian desa ini tidak semata pada penanaman nilai-nilai baru dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai akibat dari telah terbitnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, tetapi lebih dari itu yaitu menumbuhkembangkan otonomi desa melalui kapasitas dan kapabilitas desa dalam mengolah seluruh potensi kekayaan desa yang dimilikinya. Misi Keenam, Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama disertai penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai. Pemahaman ajaran agama dan penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai merupakan hal yang mendasar bagi masyarakat di Majalengka. Pemahaman ajaran agama yang baik dan benar dan didukung sarana prasarana

3 - 101

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 keagamaan yang memadai akan dapat menciptakan sosok masyarakat Majalengka yang berkeyakinan, berprilaku, bersikap sesuai dengan norma-norma agama yang dianutnya dan mampu menciptakan masyarakat yang maju dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan dan sasaran merupakan arahan bagi pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung pelaksanaan misi untuk mewujudkan visi pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun mendatang. Tujuan dan sasaran disusun dalam kerangka yang jelas di setiap misi, sehingga menggambarkan dampak keberhasilan pembangunan daerah.

Misi Pertama, Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan, dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. Terdapat 3 Tujuan dalam Misi Pertama, yaitu: (1) Meningkatkan pelayanan pendidikan, dan kesehatan yang lebih berkualitas dengan menjunjung tinggi profesionalitas layanan, dengan sasaran: a) Meningkatnya akses dan mutu sarana dan prasarana pendidikan terutama untuk penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun dan pelaksanaan wajib belajar 12 tahun; b) Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM pendidik dan tenaga kependidikan; c) Meningkatnya akses dan mutu sarana dan prasarana kesehatan pada seluruh wilayah Kabupaten Majalengka; d) Meningkatanya mutu layanan kesehatan tingkat dasar dan rujukan; e) Menurunnya AKI dan AKB; f) Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM kesehatan. (2) Mengembangkan dan memantapkan infrastruktur yang berkualitas, proporsional, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dengan sasaran: a) Meningkatnya kualitas dan pembangunan infrastruktur serta prasarana sosial dasar masyarakat;

3 - 102

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

b) Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan serta kualitas penanggulangan bencana. (3) Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana perekonomian dalam rangka mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (inclusive growth), dengan sasaran: a) Modernisasi pasar tradisional dalam rangka meningkatkan daya saing dengan pasar modern; b) Berkembangnya sektor-sektor ekonomi yang padat karya, termasuk sektor pertanian.

Misi Kedua, Membangun tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dengan berorientasi pada peningkatan kualitas pelayanan publik dan peningkatan kesejahteraan aparatur. Terdapat 3 Tujuan dalam Misi Kedua, yaitu: (1) Peningkatan tata kelola pemerintahan menuju pemerintah yang profesional, dengan sasaran meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan pemerintah; (2) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pemerintahan dalam rangka peningkatan layanan publik, dengan sasaran meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya aparatur pemerintah daerah; (3) Meningkatkan stabilitas keamanan daerah, dengan sasaran meningkatnya stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat serta kesadaran politik dan hukum.

Misi Ketiga, Membangun iklim investasi yang kondusif dan pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk mencapai pemerataan kesejahteraan masyarakat. Terdapat 2 Tujuan dalam Misi Ketiga, yaitu: (1) Meningkatkan daya saing daerah sebagai tujuan investasi, dengan sasaran : a) Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi b) Meningkatnya investasi PMA/PMDN dan Non PMA/PMDN terkait pengembangan UMKM

3 - 103

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

(2) Peningkatan daya saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM) berbasis potensi lokal, dengan sasaran meningkatnya pertumbuhan output sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), skala usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dan penyerapan tenaga kerja di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Misi Keempat, Meningkatkan daya saing daerah dengan berfokus pada pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, inovasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan mengedepankan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Terdapat 9 Tujuan dalam Misi Keempat, yaitu: (1) Memantapkan ketahanan pangan daerah, dengan sasaran meningkatnya kemudahan dan kemampuan masyarakat untuk mengakses pangan. (2) Meningkatnya destinasi wisata, dengan sasaran terwujudnya destinasi wisata unggulan. (3) Mengembangkan sektor-sektor ekonomi unggulan daerah berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, dengan sasaran meningkatnya pertumbuhan sektor-sektor ekonomi unggulan daerah yang pro-job, pro- poor, dan pro environment. (4) Meningkatkan kesetaraan gender dalam pembangunan, dengan sasaran meningkatnya peran gender dalam pembangunan. (5) Mengendalikan pertumbuhan penduduk, dengan sasaran terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga sejahtera. (6) Meningkatkan kemampuan masyarakat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dengan sasaran meningkatnya penanganan masalah kesejahteraan sosial. (7) Meningkatkan daya saing ketenagakerjaan, dengan sasaran: a) meningkatnya ketersediaan lapangan pekerjaan dan kualitas tenaga kerja terlatih; b) memberikan fasilitasi hubungan industrial bagi perusahaan dan pekerja, menjamin hak-hak pekerja dan melindungi tenaga kerja untuk meningkatkan kesejahteraan.

3 - 104

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

(8) Mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatnya prestasi olah raga dengan sasaran meningkatnya peran pemuda, organisasi kemasyarakatan dan prestasi olah raga. (9) Melestarikan seni dan budaya berbasis kearifan lokal dengan sasaran meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan seni dan budaya.

Misi Kelima, Mewujudkan Desa Mandiri. Tujuan Misi Kelima yaitu memperkuat pemerintahan desa dan memberdayakan masyarakat desa, dengan sasaran kuatnya pemerintah desa dan pemberdayaan masyarakat desa.

Misi Keenam, Meningkatkan pemahaman dan pengamalan ajaran agama disertai penyediaan sarana prasarana keagamaan yang memadai. Tujuan Misi Keenam yaitu mendorong peningkatan kualitas pendidikan agama dan keagamaan serta meningkatkan layanan kehidupan beragama, dengan sasaran meningkatnya kualitas kehidupan beragama dan kerukunan antar umat beragama. Hal lain yang akan dilaksanakan dalam periode 2014-2018 adalah janji-janji Bupati dan Wakil Bupati pada saat pilkada berupa: (1) Wajib belajar 12 tahun; (2) Peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan gratis di Puskesmas dan terbangunnya PONED di seluruh Puskesmas di Kabupaten Majalengka; (3) Penuntasan program RUTILAHU; (4) Peningkatan PUAP dan PKH ke dalam UKM, koperasi atau lembaga sejenis lainnya; (5) Peningkatan program TNI Manunggal Sindangkasih, Bhakti Siliwangi Manunggal Satata Sariksa dan TNI Manunggal Membangun Desa; (6) Pengembangan Sekolah Lapangan Pertanian atau sejenisnya untuk peningkatan produksi pangan; (7) Pemberdayaan ekonomi pondok pesantren dan majelis-majelis taklim;

3 - 105

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

(8) Penumbuhkembangan perdagangan dan industri di Kabupaten Majalengka; (9) Perwujudan desa mandiri. 3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Bagian ini berisikan rangkuman dari rencana masing-masing sektor di lingkup Cipta Karya, baik untuk sector pengembangan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, air minum, dan sanitasi. 3.2.1 RencanaKawasanPermukiman (RKP), berisikan: a) Visidanmisipengembangankawasanpermukiman Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP), mempunyai pemahaman dasar bahwa:  RP3KP merupakan Skenario penyelenggaraan pengelolaan bidang perumahan dan permukiman yang terkoordinasi dan terpadu secara lintas sektoral dan lintas wilayah administratif.  RP3KP merupakan Jabaran pengisian rencana pola ruang kawasan permukiman dalam RTRW. Sejalan dengan perkembangan wilayah, maka pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman harus sejalan dengan pembangunan sektor lain, supaya terjadi sinkronisasi dan harmonisasi dalam mewujudkan Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Majalengka Tahun 2014-2018. Untuk mengakomodasi kepentingan tersebut Pemerintah Daerah perlu memiliki „skenario umum‟ penyelenggaraan perumahan dan permukiman yang disebut sebagai Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP). Untuk mewujudkan visi pembangunan jangka menengah Kabupaten Majalengka Tahun 2014 - 2018, maka pemerintah daerah akan melaksanakannya melalui 6 (enam) misi yang telah disusun dan strategi-strategi pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun mendatang.Rencana Kawasan Permukiman (RKP) mengacu pada Misi Pertama yaitu, Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan, kesehatan, infrastruktur, lingkungan,

3 - 106

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 dan sarana prasarana perekonomian dalam rangka pencapaian pembangunan yang berkelanjutan. BerdasarkanStrategi dan Arah Kebijakan RPJMD Kabupaten MajalengkaTahun 2014-2018untukBidang Perumahan Rakyat Sasarannya yaitu meningkatnya kualitas dan pembangunan infrastruktur serta prasarana sosial dasar masyarakat. Strategi Pertama, Meningkatkan ketersediaan perumahan, dengan kebijakan penuntasan rehabilitasi rumah tidak layak huni bagi masyarakat miskin dan peningkatan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendahdan Strategi Kedua, meningkatkan ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana dasar permukiman, dengan arah kebijakan : (1) Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana, sarana dan utilitas umum (PSU); (2) pemeliharaan dan peningkatan kualitas sanitasi dasar perumahan dan permukiman melalui peran serta masyarakat. Bidang Perumahan Rakyat diantaranya meliputi : a. Program PengembanganPerumahan; b. Program Perbaikan Perumahan Akibat Bencana Alam/Sosial; c. Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan; d. Program peningkatan kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran. Sedangkan yang menjadi program unggulan Bupati dalam Bidang Perumahan Sebagai upaya Penuntasan program Rutilahu yaitu dengan Program Pengembangan Perumahan. Kebijakan pemeliharaan dan peningkatan kualitas sanitasi dasar perumahan dan permukiman melalui peran serta masyarakat, dilaksanakan melalui program: a) Pengembangan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah, dengan sasaran : 1) Prosentase Akses Air Minum Bagi Rumah Tangga; 2) Tersedianya prasarana dan sarana air limbah. b) Pembangunan Infrastruktur Perdesaan, dengan sasaran : Terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana perdesaan.

3 - 107

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Konsep Pengembangan Rumah Baru di Kabupaten Majalengka (RP3KP, 2015) A. Alokasi Ruang Untuk Perumahan Swadaya Konsepsi alokasi ruang untuk perumahan swadaya yang dibangun sendiri oleh masyarakat secara mandiri diarahkan tersebar di wilayah Kecamatan KabupatenMajalengka dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Sesuai pada lahan-lahan kosong yang masih mungkin dikembangkan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah KabupatenMajalengka; 2) Pembangunan pada lahan-lahan kosong dengan kategori kepadatan rendah dan sedang; 3) Lahan peruntukkan perumahan swadaya ini berasal dari lahan perorangan yang dibangun sendiri; 4) Pengembangan lokasi perumahan baru selalu memperhatikan rencana tata ruang (RTRW/RDTR) khusus alokasi kawasan perumahan, jaringan prasarana dan kawasan budidaya terutama kawasan pertanian beririgasi teknis yang ada maupun yang direncanakan agar perkembangannya tidak saling merugikan. B. Alokasi Ruang Untuk Perumahan Formal Konsepsi alokasi ruang untuk pembangunan perumahan yang diselenggarakan oleh pengembang swasta pada umumnya di wilayah-wilayah yang secara ekonomis menguntungkan dan wilayah tersebut sudah berkembang. Konsep alokasi ruang perumahan formal, yaitu sebagai berikut : 1) Tidak mengganggu fungsi kawasan lindung 2) Sesuai dengan Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) KabupatenMajalengka dan RDTR, terutama dengan arahan pusat-pusat pelayanan dan arahan kawasan permukiman perkotaan. 3) Pembangunan permukiman formal diarahkan pada lahan-lahan kosong di wilayah kecamatan yang sesuai dengan rencana tata ruang dan kesesuaian lahan serta dukungan sarana prasarana, infrastruktur sebagai penarik permukiman dari pusat kota yang sudah berkembang.

3 - 108

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

4) Kawasan sudah dilalui jaringan utilitas, infrastruktur, sarana dan prasarana permukiman. 5) Kepadatan rumah yang dibangun adalah dengan kategori kepadatan rendah dan sedang. 6) Lahan pengembangan untuk perumahan developer/pemerintah adalah berasal dari lahan milik pemerintah Kabupaten atau lahan hasil pembebasan dari masyarakat yang secara legal tidak bermasalah. 7) Pola Pengadaan yang dapat diterapkan adalah melaui pola Kasiba dan Lisiba. 8) Konsepsi alokasi ruang untuk pembangunan perumahan yang diselenggarakan oleh pengembang swasta, diantaranya tersebar pada kawasan perkotaan Majalengka. b) Rencanapembangunandanpengembangankawasanpermukimankab upaten/kota Arahan umum pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Majalengka didasarkan pada analisis implikasi kebijakan tata ruang terhadap pengembangan perumahan dan permukiman daerah, kebutuhan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang ada, analisis daya dukung dan daya tampung dan proyeksi kebutuhan pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman.

Kebijakan umum pada dasarnya berisikan arahan makro pembangunan dengan cara mengarahkan kawasan-kawasan yang membutuhkan program pembangunan dan pengembangan perumahan dan permukiman kepada lokasi yang sesuai berdasarkan hasil analisis daya dukung dan daya tampung wilayah bagi kawasan permukiman baru serta proyeksi kebutuhan.

Berdasarkan uraian diatas, kebijakan umum pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Majalengkayaitu :

3 - 109

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

1. Arahan pemanfaatan ruang untuk pengembangan kawasan perumahan dan permukiman tidak memanfaatkan atau mengarah ke kawasan lindung (negative list).

2. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman diprioritaskan diarahkan ke kawasan permukiman perkotaan disesuaikan dengan hirarki pusat-pusat pelayanan terutama di PKW dan PKL sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Majalengka.

3. Deliniasi alokasi pembangunan pada kawasan lahan-lahan kosong yang masih mungkin dikembangkan dengan kategori kepadatan tertentu sesuai dengan analisis daya dukung dan daya tampung wilayah dan struktur permukiman serta proyeksi kebutuhan penyediaan rumah baru.

4. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman tidak memanfaatkan kawasan pertanian produktif dan beririgasi teknis.

5. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman tidak memanfaatkan kawasan rawan bencana.

Umumnya arahan lokasi kawasan perumahan dan permukiman bisa dilakukan di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Majalengka dengan tetap memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan di atas dapat dilihat pada Gambar berikut.

A. Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Berdasarkan Struktur Permukiman Kabupaten Berdasarkan RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031, diarahkan bahwa Kawasan peruntukan permukiman terdiri atas permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Kawasan peruntukan permukiman seluas kurang lebih 17.837 (tujuh belas ribu delapan ratus tiga puluh tujuh) hektar meliputi: a) Permukiman perkotaan seluas kurang lebih 824,00 ha ha (delapan ratus dupuluh empat) hektar yang meliputi tersebar di PKW, PKL, PKLp, dan PPK. b) Permukiman perdesaan seluas kurang lebih 6.367,15 (enamribu tigaratus enampuluh tujuh) hektar yang.

3 - 110

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Rencana Penanganan Perumahan dan Kawasan Permukiman Secara umum, penanganan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di Kabupaten Majalengka terdiri dari 2 pola penanganan, yaitu Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Baru dan Perbaikan Kualitas Lingkungan Permukiman. a) Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Baru Rencana pembangunan baru maksudnya adalah pembangunan rumah untuk mengeliminir backlog dengan pola penanganan pembangunan swadaya, pembangunan perumahan formal oleh developer atau pemerintah dan pembangunan rumah pola vertical/rumah susun. 1. Pembangunan perumahan swadaya lebih diutamakan dikembangkan pada kawasan-kawasan padat seperti kawasan permukiman perkotaan. 2. Perumahan formal yang dibangun oleh developer atau pemerintah akan dikembangkan di pusat-pusat pelayanan wilayah sesuai dengan arahan rencana struktur tata ruang kabupaten, terutama di wilayah Tengah dan Utara (dibatasi dengan limitasi), terutama di kawasan pengembangan perkotaan baru dengan pola penyediaan perumahan skala besar (KASIBA)

3. Pembangunan rumah susun, yang akan didistribusikan pada kawasan- kawasan di perkotaan dengan demand rumah tinggi atau pada kawasan- kawasan yang diremajakan/direvitalisasi.

Rencana pembangunan perumahan baru oleh developer/ pemerintah Kabupaten Majalengkadiarahkan pada wilayah pengembangan baru Kabupaten Majalengka yang ditetapkan peruntukannya sebagai perumahan dan kawasan permukiman pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Majalengka. Dengan kriteria kawasan yang sesuai untuk pengembangan kawasan perumahan formal yaitu : 1. Deliniasi alokasi pembangunan pada kawasan Pembangunan perumahan formal dilakukan pada lahan-lahan kosong yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan baru di kabupaten sebagai penarik permukiman dari pusat

3 - 111

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

kabupaten yang sudah berkembang sesuai dengan analisis daya dukung dan daya tampung wilayah dan struktur permukiman serta proyeksi kebutuhan penyediaan rumah baru. 2. Kawasan sudah dilalui jaringan utilitas, sarana dan prasarana permukiman. 3. Pembangunan perumahan pada lahan-lahan dengan kemiringan <40% untuk menghemat biaya konstruksi. 4. Kepadatan rumah yang dibangun adalah dengan kategori kepadatan rendah dan sedang. 5. Lahan pengembangan untuk perumahan formal adalah berasal dari lahan milik pemerintah kabupaten atau lahan hasil pembebasan dari masyarakat. Berdasarkan hasil perhitungan, dengan berdasar kepada total kebutuhan perumahan di Kabupaten Majalengka, maka diperkiraan jumlah unit rumah yang akan dibangun oleh Pengembang/Pemerintah (perumahan formal) untuk memenuhi kebuhan rumah hingga tahun 2032 adalah sekitar 92.035 unit (4.602 unit pertahunnya) atau sekitar 40% dari backlog rumah di Kabupaten Majalengka. Penentuan kawasan pengembangan kawasan perumahan formal, mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : 1. Arahan RTRW Kab. Majalengka Tahun 2011-2031 tentang arahan pusat kegiatan wilayah (PKW) dan pusat kegiatan lokal (PKL); 2. Kawasan sudah dilayani infrastruktur perumahan dan permukiman 3. Kawasan termasuk dalam pengembangan kawasan permukiman dan perumahan 4. Merupakan Deliniasi alokasi pembangunan pada kawasan lahan-lahan kosong yang masih mungkin dikembangkan dengan kategori kepadatan tertentu sesuai dengan analisis daya dukung dan daya tampung wilayah dan struktur permukiman serta proyeksi kebutuhan penyediaan rumah baru. 5. Lahan peruntukan merupakan lahan perorangan. 6. Pengembangan lokasi perumahan memperhatikan sistem perumahan dan permukiman kabupaten, jaringan prasarana dan kawasan budidaya yang ada

3 - 112

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

maupun yang direncanakan agar perkembangannya dapat saling memperkuat. 7. Kawasan tidak termasuk kawasan negative list. Pembangunan perumahan pada kawasan perkotaan di Kabupaten Majalengka merupakan pembangunan dengan skala kecil pada lahan pengembangan perumahan-perumahan yang sudah ada. Untuk lebih jelasnya, lokasi dan estimasi pembangunan rumah oleh pengembang/developer (perumahan formal) untuk tahun 2015 sampai dengan 2035 bisa dilihat pada tabel dan gambar berikut ini. b) Rencana Perbaikan Kualitas Lingkungan Perbaikan kualitas lingkungan merupakan salah satu upaya penanganan perumahan dan permukiman yang tingkat kualitas lingkungannya dibawah standar atau terjadi penurunan sehingga mengarah kepada kondisi kawasan kumuh. Sifat penangannya adalah peningkatan kualitas lingkungan menuju pencapaian standar kualitas tertentu. Pemenuhan kebutuhan rumah tidak harus dilakukan dengan membangun rumah baru namun dapat meningkatkan nilai utilitasnya dengan upaya rehabilitasi dan peningkatan kondisi. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pendanaan serta juga lemahnya daya beli masyarakat lebih mendukung kebijakan yang lebih memperluas jumlah pemanfaatan melalui program rehabilitasi rumah.

Pendekatan penanganan dilakukan melalui peningkatan kualitas lingkungan atau peremajaan permukiman kumuh yang memadukan konsep TRIDAYA dalam pelaksanaannya. Pendekatan TRIDAYA akan mencakup :

1. Pemberdayaan sosial kemasyarakatan, yaitu suatu proses untuk menyiapkan masyarakat (individu maupun kelompok) dalam menyiapkan, melaksanakan dan mengelola serta memelihara program.

3 - 113

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Gambar 3.4 Peta Rencana Pengembangan Perumahan oleh Pengembang

3 - 114

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

2. Pemberdayaan kegiatan usaha ekonomi, yang berbasiskan ekonomi keluarga dan kelompok usaha bersama.

3. Pendayagunaan prasarana dan sarana lingkungan yang dilakukan secara optimal agar dapat mendukung pilihan yang dikehendaki oleh masyarakat.

Tujuan Penanganan Permukiman Lingkungan Padat dan Kumuh (sesuai dengan Inpres No.5 tahun 1990 tentang Pedoman Pelaksanaan Peremajaan Permukiman Kumuh DiAtas Tanah Negara):

1. Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat masyarakat penghuni pemukiman kumuh terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah dengan memperoleh perumahan yang layak dalam lingkungan pemukiman yang sehat dan teratur; 2. Mewujudkan kawasan permukiman perkotaan yang ditata secara lebih baik sesuai dengan fungsinya sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang yang bersangkutan; 3. Mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan pembangunan rumah susun, meningkatkan tertib bangunan, memudahkan penyediaan prasarana dan fasilitas lingkungan pemukiman yang diperlukan serta mengurangi kesenjangan kesejahteraan penghuni dari berbagai kawasan di daerah perkotaan. Penanganan Lingkungan Permukiman Kumuh dan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) 1. Prinsip dan Penjelasan Peningkatan kualitas lingkungan Permukiman Kumuh dan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) diarahkan dengan konsep : a. Peremajaan, (redevepment), definisi Pola pengembangan kawasan dengan tujuan peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dengan cara pembongkaran menyeluruh agar tercipta pembaharuan struktur fisik dan fungsi.

3 - 115

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

b. Pemugaran, yaitu penanganan kawasan permukiman kumuh yang dilakukan untuk perbaikan dan/atau pembangunan kembali, perumahan dan permukiman menjadi perumahan dan permukiman yang layak huni. c. Pemeliharaan dan perbaikan, dimaksudkan untuk menjaga fungsi perumahan dan kawasan permukiman yang dapat berfungsi secara baik dan berkelanjutan. dilakukan pada rumah serta prasarana, sarana, dan utilitas umum di perumahan, permukiman, lingkungan hunian dan kawasan permukiman. d. Pemukiman kembali , dilakukan dengan memindahkan masyarakat terdampak dari lokasi yang tidak mungkin dibangun kembali. 2. Indikator Masalah a. Ketidaktepatan penanganan masalah pada peningkatan kualitas lingkungan permukiman terutama di kawasan permukiman kumuh dan ilegal. b. Keterbatasan lahan yang berdampak pada tingginya pemukim di kawasan ilegal. c. Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR) cenderung membangun rumah pada kantong-kantong kumuh (slum) dan kawasan yang bukan diperuntukkan sebagai permukiman (squatters). d. Berkorelasi pada buruknya pelayanan sanitasi, prasarana yang tidak memadai. 3. Arahan Penanganan A. Prinsip Penanganan :  Optimalisasi pemanfaatan ruang di kawasan kumuh dengan prioritas penempatan kembali pemukim asal  Penegasan pemanfaatan ruang B. Pola Penanganan :  Restrukturisasi kawasan dengan pola Land Consolidation (LC) atau Land Sharing (LS)  Redefinisi kawasan pada lokasi kumuh dengan prioritas kawasan khusus  Kampoong Inprovement Project KIP/Pemugaran Kawasan

3 - 116

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

C. Bentuk Penanganan :  Pembangunan infrastruktur permukiman kumuh  Pengembangan bentuk permukiman yang bisa dilakukan:  landed houses  rumah susun.  Pengadaan lahan (pengalihan hak dari masyarakat ke pemda)  Peningkatan perekonomian yang disebabkan oleh tingkat perekonomian yang rendah (mata pencaharian masyarakat adalah buruh pendatang dan petani).  Redefinisi seluruh kawasan, termasuk kawasan kumuhmelalui pola KIP  Peningkatan kualitas perdagangan dengan bangunan/rumah yang dijadikan warung/toko Sumber : Rencana 2015 4. Prioritas Penanganan Penanganan penduduk pada kawasan kumuh di Kabupaten Majalengka adalah sekitar 460.375 Rumah/KK yang ditangani hingga pada tahun 2035. Sedangkan penanganan masyarakat dengan pola P2KP (Program Penanganan Kemiskinan Perkotaan) dan NUSSP (Neigborhood Urban Selter Strategy Program) adalah penanganan masyarakat yang tergolong pada masyarakat dibawah miskin, dimana setengah masyarakat dibawah miskin ditangani dengan program P2KP dan setengahnya lagi dengan program NUSSP. Sasaran pelaksanaan semua wilayah Kabupaten Majalengka (8.859unit perumahan kumuh dan RTLH; 28.787 unit rumah pada kawasan ilegal) yang didistribusikan dalam penanganan 20 tahun. 5. Program Terkait P2KP, PPS (Pengembangan Perumahan Swadaya), Peremajaan kawasan kumuh c) Penetapankawasanpermukimanprioritas Berdasarkan hasil survey lapangan dan informasi dari dinas terkait, di Kabupaten Majalengka memiliki kawasan permukiman prioritas, seperti :

3 - 117

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

1. Kawasan kumuh 2. Kawasan padat dan rawan bencana.

I. Penanganan Lingkungan Kawasan Kumuh Berdasarkan hasil pemutakhiran data kawasan permukiman kumuh yang dilakukan di Kabupaten Majalengka pada bulan Oktober - November 2014 tergambar bahwa kawasan permukiman kumuh berada di 8 Kecamatan Kabupaten Majalengka dengan jumlah 21 kawasan kumuh. Secara keseluruhan, dari 21 kawasan permukiman kumuh yang disurvai, karakteristik kawasannya adalah Kawasan Pertanian dan Kawasan Jasa Perdagangan. Hasil pengolahan data terhadap 21 kawasan permukiman kumuh yang disurvei, menunjukan hasil yaitu Kawasan dengan kategori Kumuh Tinggi sebanyak 21 kawasan dengan Luas 77,71 Ha.

Dalam rangka penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan Kabupaten Majalengka, hasil pemutakhiran data pada 21 Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan tersebut ditindak lanjuti dengan penerbitan/penetapan kawasan kumuh oleh SK Kepala Daerah dan menjadi program keterpaduan jangka menengah Pemda Kabupaten Majalengka, Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Dirjen Cipta Karya Kementerian PU serta masyarakat dalam penanganan 21 kawasan permukiman kumuh perkotaan Kabupaten Majalengka tersebut.

Sesuai dengan Undang Undang No. 1 Tahun 2011, lingkup penanganan kawasan permukiman kumuhmencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Pemugaran Secara konseptual, implementasi prinsip pemugaran meliputi: 1) Revitalisasi, 2)Rehabilitasi, 3) Renovasi, 4) Rekonstruksi dan 5) Preservasi. a. Revitalisasi adalah upaya menghidupkan kembali suatu kawasan mati, yangpada masa silam pernah hidup, atau mengendalikan dan mengembangkankawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki atau pernah dimilikiatau seharusnya dimiliki oleh sebuah kota.

3 - 118

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

b. Rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan kondisi komponen fisiklingkungan permukiman yang mengalami degradasi. c. Renovasi melakukan perubahan sebagian atau beberapa bagian dari komponenpembentukan lingkungan permukiman. d. Rekonstruksi merupakan upaya mengembalikan suatu lingkunganpermukiman sedekat mungkin dari asalnya yang diketahui, denganmenggunakan komponen-komponen baru maupun lama. e. Preservasi merupakan upaya mempertahankan suatu lingkungan permukimandari penurunan kualitas atau kerusakan. Penanganan ini bertujuan untukmemelihara komponen yang berfungsi baik dan mencegah dari prosespenyusutan dini (kerusakan), misalnya dengan menggunakan instrumen: IjinMendirikan Bangunan (IMB). Ketentuan atau pengaturan tentang: KoefesienLantai Bangunan, Koefesien Dasar Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, GarisSempadan Jalan, Garis Sempadan Sungai, dan lain sebagainya. 2. Peremajaan Peremajaan adalah upaya pembongkaran sebagian atau keseluruhan lingkunganperumahan dan permukiman dan kemudian di tempat yang sama dibangunprasarana dan sarana lingkungan perumahan dan permukiman baru yang lebih layakdan sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalahuntuk meningkatkan nilai pemanfaatan lahan yang optimal sesuai dengan potensilahannya. Di samping itu, diharapkan mampu memberikan nilai tambah secaraekonomis dan memberi vitalitas baru dari lahan permukiman yang diremajakan.Pada umumnya, peremajaan ini memberikan konsekuensi bentuk teknis penangananseperti halnya: land consolidation, land re-adjustmentdan land sharing.

3. Pengelolaan dan Permukiman Kembali

Pengelolaan adalah upaya-upaya untuk mempertahankan, mengendalikan ataumengurangi dampak negatif yang timbul, serta meningkatkan dampak positif yangtimbul terhadap lingkungan hunian. Sedangkan permukiman kembali

3 - 119

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019 dimaksudkanuntuk mewujudkan kondisi rumah, perumahan dan kawasan permukiman yang lebihbaik guna melindungi keselamatan dan keamanan masyarakat dengan memindahkanlokasi hunian sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.

Untuk penanganan kawasan kumuh dan rumah tidak layak hunidi Kab. Majalengka, maka pola penanganan yang sesuai yaitu pola penanganan pemugaran kawasan kumuh dengan kegiatan rehabilitasi terkait kondisi rumah, prasarana dan sarana lingkungan di kawasan kumuh dan renovasi terkait dengan kondisi bangunan yang tidak layak.

Adapun prioritas penanganan kawasan kumuh dan rumah tidak layak huni dijelaskan sebagai berikut : a) Prioritas Penanganan 1 (pertama) adalah wilayah-wilayah yang termasuk dalam kategori wilayah yang mempunyai tipologi kawasan kumuh segera tangani karena kondisi sebagai berikut :

 Wilayah tersebut termasuk atau dekat dengan pusat pertumbuhan/pusat pelayanan seperti dalam wilayah PKW dan PPK.  Wilayah tersebut dekat dengan pelayanan infrastruktur wilayah yang sudah ada.  Wilayah tersebut mempunyai kondisi kekumuhan yang relative tinggi, seperti teridentifikasi banyak bangunan dan kondisi prasarana yang kurang sedangkan jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut relative lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya.  Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan sudah ada namun kondisi prasarana dan sarana sudah mulai rusak atau kurang layak.

 Wilayah prioritas 1 mempunyai dukungan rencana tata ruangwilayah baik struktur dan pola ruang serta infrastruktur. b) Prioritas Penanganan 2(Kedua)adalah wilayah-wilayah yang termasuk dalam ketegori wilayah yang mempunyai tipologi kawasan kumuh dapat

3 - 120

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

ditangani pada tahap kedua setelah wilayah prioritas 1 sudah ditangani. Wilayah yang termasuk prioritas ke dua dengan tipologi sebagai berikut :

 Wilayah tersebut tidak termasuk atau tidak dekat dengan pusat pertumbuhan/pusat pelayanan seperti dalam wilayah PKW dan PPK atau termasuk dalam PKL.  Wilayah tersebut tidak mempunyai pelayanan infrastruktur wilayah.  Wilayah tersebut mempunyai kondisi kekumuhan yang relative tinggi, seperti teridentifikasi banyak bangunan dan kondisi prasarana yang kurang sedangkan jumlah penduduk yang mendiami wilayah tersebut relative lebih banyak dibandingkan wilayah lainnya.  Ketersediaan prasarana dan sarana lingkungan sudah ada namun kondisi prasarana dan sarana sudah mulai rusak atau kurang layak atau belum tersedia prasarana dan sarana lingkungan di wilayah tersebut.  Wilayah prioritas 2 kurang mempunyai dukungan rencana tata ruang wilayah baik struktur dan pola ruang serta infrastruktur.

Lebih jelasnya mengenai prioritas penanganan kawasan kumuh di Kab. Majalengka dapat dilihat pada gambar dan tabel dan gambar berikut.

II. Penentuan kriteria kawasan padat dan rawan bencana dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Kecamatan yang memiliki kawasan perumahan di rawan bencana 2. Kawasan bencana yang dimaksud adalah kawasan rawan bencana yang ditetapkan dalam RTRW Kabupaten Majalengka. Berdasarkan kriteria tersebut kecamatan yang berada pada kawasan rawan bencana terdiri dari : 1. Kecamatan rawan banjir, yaitu Kecamatan Jatitujuh 2. Kecamatan rawan bencana longsor, berada di Kecamatan Lemahsugih dan Rajagaluh dan di sebagian wilayah di beberapa kecamatan lain yaitu antara lain di Kecamatan Majalengka.

3 - 121

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Tabel 3.16 Sebaran Kawasan Kumuh dan Rekomendasi Penanganan di Kabupaten Majalengka

Rekomendasi Prioritas Kategori Kumuh Rekomendasi Pola Penanganan Permasalahan Utama Kawasan Luas Penanganan Kelurahan/ Kawasan Kawasan Jalan Desa Kumuh Kumuh Kumuh Pemukiman Fisik Kepadatan Kepadatan (Ha) Pemugaran Peremajaan Sanitasi Drainase Lingkungan Rendah Sedang Tinggi Ringan Sedang Berat Kembali Hunian Penduduk Bangunan / Setapak Banjaransari, Sintasari & 5,15 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Cikijing Kondangsari Cidulang, Babakan 5,49 √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Cikijing Cikijing, Kec. Ahad 5,17 √ √ √ √ √ √ √ √ Cikijing Kasturi, Kec. Palemsari & 3,51 √ √ √ √ √ √ √ Cikijing Pinangsari Baribis, Kec. Sukalayu 4,49 √ √ √ √ √ √ √ √ Cigasong Bojong RW 03 7,15 √ √ √ √ √ √ √ √ Cideres, Kec. Dawuan Dawuan, Kec. Pesantren & 3,98 √ √ √ √ √ √ √ √ Dawuan Dusun II Cisetu, Kec. Jum’at 1,42 √ √ √ √ √ √ √ √ Rajagaluh Rajagaluh Lor, Blok A & B 2,9 √ √ √ √ √ √ Rajagaluh Kadipaten, Cangkring 2,5 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Kadipaten Kadipaten, Mekarsari 1,5 √ √ √ Kec. Kadipaten

3 - 122

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Ciborelang, Jum’at 10,58 √ √ √ √ √ √ Kec. Jatiwangi Cicadas, Kec. Cangkuang 3,5 √ √ √ √ √ √ √ Jatiwangi Mekarsari, Pon 2,1 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. Jatiwangi Burujul Rw. 04 3,2 √ √ √ √ √ √ √ √ Kulon, Kec. Jatiwangi Burujul Ahad & Sabtu 6,2 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Wetan, Kec. Jatiwangi Prapatan, Lebe 1,64 √ √ √ √ √ √ Kec. Sumberjaya Panjalin Jum’at 3,9 √ √ √ √ √ √ √ √ Kidul, Kec. Sumberjaya Babakanjawa, Pancurendan 1,96 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kec. g Landeuh Majalengka Majalengka Rw. 04 1,37 √ √ √ √ √ √ √ √ √ Kulon, Kec. Majalengka

3 - 123

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

Gambar 3.5 Peta Kawasan Kumuh

3 - 124

RPIJM Kabupaten Majalengka 2015 - 2019

3 - 125