Pemikiran Ki Enthus Susmono Tentang Tokoh Sengkuni Dalam Pewayangan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pemikiran Ki Enthus Susmono Tentang Tokoh Sengkuni Dalam Pewayangan PEMIKIRAN KI ENTHUS SUSMONO TENTANG TOKOH SENGKUNI DALAM PEWAYANGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Aqidah dan Filsafat Oleh: SELLY AULIA DEFRIANI NIM: 114111032 FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) WALISONGO SEMARANG 2015 i ii DEKLARASI KEASLIAN Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi sedikitpun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Semarang, 28Oktober 2015 Deklarasi, SELLY AULIA DEFRIANI NIM: 114111032 ii iii PEMIKIRAN KI ENTHUS SUSMONO TENTANG TOKOH SENGKUNI DALAM PEWAYANGAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Ilmu Ushuluddin dan Humaniora Jurusan Aqidah dan Filsafat Oleh: SELLY AULIA DEFRIANI NIM: (114111032) Semarang, 28 Oktober2015 Disetujui Oleh, Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Sudarto, M.Hum Widiastuti, M.Ag NIP. 19501025 197603 1 003 NIP. 197503192009012003 iii iv NOTA PEMBIMBING Lamp : - Hal : Persetujuan Naskah Skripsi Kepada Yth. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang di Semarang Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka saya menyatakan bahwa skripsi saudara: Nama : Selly Aulia Defriani Nim : 114111032 Jurusan : Aqidah dan Filsafat Judul skripsi : Pemikiran Ki Enthus Susmono Tentang Tokoh Sengkuni Dalam Pewayangan Dengan ini telah kami setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Semarang, 28 Oktober2015 Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Sudarto, M.Hum Widiastuti, M.Ag NIP. 195010251976031003 NIP. 197503192009012003 iv v PENGESAHAN Skripsi SaudariSelly Aulia DefrianiNo. Induk 114111032 telah di munaqasyahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, pada tanggal: 17 Desember 2015 dan telah diterima serta disahkan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Ushuluddin. Dekan Fakultas/ Ketua Sidang Moh Masrur, M.Ag NIP: 19720809 200003 1003 Pembimbing I Penguji I Drs. H. Sudarto, M.Hum Prof. Dr.Hj. Sri Suhanjati NIP. 195010251976031003 NIP: 195207 1719 8003 Pembimbing II Penguji II Widiastuti, M.Ag Dr. H. Syafii, M.Ag NIP. 197503192009012003 NIP: 19650506 199403 1002 Sekretaris Sidang Dra. Yusriyah, M.Ag NIP. 19640302 199303 2001 v vi MOTTO Artinya: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai- Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS. An-Nuur: 55) Kalau politik itu kotor, maka Seni yang akan membersihkannya (Ki Enthus Susmono) Hidup adalah perjuangan untuk menggapai kesuksesan (Selly Aulia Defriani) Man JaddaWaJadda” Barangsiapa yang bersungguh–sungguhakanmendapatkannya vi vii TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi kata-kata bahasa Arab yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1987. Pedoman tersebut adalah sebagai berikut: a. Kata Konsonan Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab Alif tidak Tidak dilambangkan ا dilambangkan Ba B be ب Ta T te ث Sa s| es (dengan titik ث diatas) Jim J je ج Ha h} ha (dengan titik ح dibawah) Kha Kh ka dan ha خ Dal D De د Zal z| zet (dengan titik ذ diatas) Ra R Er ر Zai Z Zet ز Sin S Es س Syin Sy es dan ye ش Sad s{ es (dengan titik ص dibawah) Dad d} de (dengan titik ض dibawah) Ta te (dengan titik ط t} dibawah) Za zet (dengan titik ظ z} dibawah) ain ...„ koma terbalik (di„ ع atas) vii Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab Gain G Ge غ Fa F Ef ف Qaf Q Ki ق Kaf K Ka ن Lam L El ل Mim M em و Nun N En ٌ Wau W We و Ha H Ha ه hamzah ...„ Apostrof ء Ya Y Ye ي b. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, yaitu terdiri dari vokal tunggal dan vokal rangkap. 1) Vokal Tunggal Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama Fathah A A َ Kasrah I I ِ Dhamah U U ُ Contoh: ahada - احد wahidun - وحد Ahsan - احسٍ 2) Vokal Rangkap Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: viii Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama fathah dan ya ai a dan i ي َ fathah dan wau au a dan u و َ Contoh: tawhid - تى حيد mujtahid - يجتهد c. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda sebagai berikut: Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama Fathah dan alif a a dan garis diatas ي َ ا َ atau ya Kasrah dan ya i I dan garis diatas ي ِ Dhamamah dan u u dan garis diatas و َ wau Contoh : qala - لَمَ rama - رَ يَي yaqulu - يَمُىْ لُ muannast - يىئنج d. Ta Marbutah Transliterasinya menggunakan: 1. Ta Marbutah hidup, transliterasinya adalah / t/ raudatu - رَ وْ ظَتُ 2. Ta Marbutah mati, transliterasinya adalah /h/ raudah - رَوْ ظَتْ karamah - كر ايت syahadah - شهداة ma‟rifah -يعرفت mahabbah -يحبت 3. Ta Marbutah yang diikuti kata sandang /al/ raudah al- atfal - رَوْ ضَتُ اَنْاَ طْفَمْ ix e. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid dalam transliterasi dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah. rabbana - رَ بَنَا :Contoh mutakalim - يتكهى ummah - ايو rububiyah -رببيت f. Kata Sandang Transliterasi kata sandang dibagi dua, yaitu: 1. Kata sandang samsiya, yaitu kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan huruf bunyinya: asy-syifa - ا نشفا ء : Contoh al-Asma - انسًا 2. Kata sandang qamariyah, yaitu kata sandang yang ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya huruf /l/ al- qalamu - انمهى : Contoh al-Husna - انحسنا al- ilm - انى al- haqq - انحك al-hanifiyyah - انحنيفيت al-ardha - اﻷرض g. Hamzah Dinyatakan di depan bahwa hamzah ditransliterasikan dengan apostrof, namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan diakhir kata. Bila hamzah itu terletak diawal kata, ia tidak di lambangkan karena dalam tulisan Arab berupa alif. h. Penulisan kata Pada dasarnya setiap kata, baik itu fi‟il, isim maupun huruf ditulis terpisah, hanya kata- kata tertentu yang penulisannya dengan tulisan arab sudah lazimnya dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. x Contoh: Wa innallaha lahuwa khair arraziqin و اٌ اهلل نهى خير ا نراز ليٍ ”Lailahaillah“ ﻻ إنو إﻻ ا هلل xi xii UCAPAN TERIMA KASIH Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, bahwa atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Pemikiran Ki Enthus Susmono Tentang Tokoh Sengkuni Dalam Pewayangan, disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag. 2. Dr. H. M. Muksin jamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang yang telah merestui pembahasan skripsi ini. 3. Dr. Zainul Adzfar, M.Ag dan Dra. Yusriyah, M.Agselaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Aqidah Filsafat yang telah memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Drs. H. Sudarto, M.Humdan Widiastuti, M.AgDosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan xii waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Tsuwaibah, M.Ag, selaku kepala perpustakaan fakultas Ushuluddin yang telah memberikan ijin dan pelayanan kepustakaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Para Dosen Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi. 7. Pak Enthus selaku Bupati Kabupaten Tegal, yang telah bersedia menjadi Narasumber dan menyumbangkan seluruh pemikirannya yang dituangkan ke dalam skripsi ini. 8. Pak Hari selaku Ajudan Bupati, karyawanstaf kantor Bupati, Karyawan kantor Bappeda Kabupaten Tegal dan Karyawan- karyawan Kantor Kesbangpol dan Linmas yang telahmembantu untuk membuatkan surat penghantar kepada Pak Enthus sehingga bisa bertatap muka langsung dan bertemu dengan Pak Enthus. 9. Bapak dan Ibu yang selalu ananda cinta, kasih sayang dan iringan doa dalam restumu membuat ananda semangat dalam melangkah untuk menggapai cita-cita, pengorbanan dan jerih payahmu baik dari segi moril dan materil telah tampak di depan mata. 10. Saudara-saudaraku
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Kakawin Ramayana
    KAKAWIN RAMAYANA Oleh I Ketut Nuarca PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA APRIL 2017 Pengantar Peninggalan naskah-naskah lontar (manuscript) baik yang berbahasa Jawa Kuna maupun Bali yang ada di masyarakat Bali telah lama menjadi perhatian para peneliti baik peneliti nusantara maupun asing. Mereka utamanya peneliti asing bukan secara kebetulan tertarik pada naskah-naskah ini tetapi mereka sudah lama menjadikan naskah-naskah tersebut sebagai fokus garapan di beberapa pusat studi kawasan Asia Tenggara utamanya di eropa. Publikasi-publikasi yang ada selama ini telah membuktikan tingginya kepedulian mereka pada bidang yang satu ini. Hal ini berbeda keadaannya dibandingkan dengan di Indonesia. Luasnya garapan tentang bidang ini menuntut adanya komitmen pentingnya digagas upaya-upaya antisipasi untuk menghindari punahnya naskah-naskah dimaksud. Hal ini penting mengingat masyarakat khususnya di Bali sampai sekarang masih mempercayai bahwa naskah- naskah tersebut adalah sebagai bagian dari khasanah budaya bangsa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya yang adi luhung. Di Bali keberadaan naskah-naskah klasik ini sudah dianggap sebagai miliknya sendiri yang pelajari, ditekuni serta dihayati isinya baik secara perorangan maupun secara berkelompok seperti sering dilakukan melalui suatu tradisi sastra yang sangat luhur yang selama ini dikenal sebagai tradisi mabebasan. Dalam tradisi ini teks-teks klasik yang tergolong sastra Jawa Kuna dan Bali dibaca, ditafsirkan serta diberikan ulasan isinya sehingga terjadi diskusi budaya yang cukup menarik banyak kalangan. Tradisi seperti ini dapat dianggap sebagai salah satu upaya bagaimana masyarakat Bali melestarikan warisan kebudayaan nenek moyangnya, serta sedapat mungkin berusaha menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah-naskah tersebut. Dalam tradisi ini teks-teks sastra Jawa Kuna menempati posisi paling unggul yang paling banyak dijadikan bahan diskusi.
    [Show full text]
  • Provisional Reel List
    Manuscripts of the National Library of Indonesia Reel no. Title MS call no. 1.01 Lokapala CS 1 1.02 Sajarah Pari Sawuli CS 2 1.03 Babad Tanah Jawi CS 3 2.01 Pratelan Warni-warni Bab Sajarah Tanah Jawa CS 4 2.02 Damarwulan CS 5 2.03 Menak Cina CS 6 3.01 Kakawin Bharatayuddha (Bratayuda Kawi) CS 7 3.02 Kakawin Bharatayuddha (Bratayuda Kawi) CS 9 3.03 Ambiya CS 10 4.01 Kakawin Bharatayuddha CS 11a 4.02 Menak Lare CS 13 4.03 Babad Tanah Jawi CS 14a 5.01 Babad Tanah Jawi CS 14b 5.02 Babad Tanah Jawi CS 14c 6.01 Babad Tanah Jawi CS 14d 6.02 Babad Tanah Jawi CS 14e 7.01 Kraton Surakarta, Deskripsi CS 17 7.02 Tedhak Dalem PB IX Dhateng Tegalganda CS 18 7.03 Serat Warni-warni CS 19 7.04 Babad Dipanagara lan Babad Nagari Purwareja KBG 5 8.01 Platuk Bawang, Serat CS 20 8.02 Wulang Reh CS 21 8.03 Cabolek, Serat CS 22 8.04 Kancil CS25 8.05 Carakabasa CS 27 8.06 Manuhara, Serat CS 29 8.07 Pawulang Ing Budi, Serat CS 30 8.08 Babad Dipanegara CS 31a 8.09 Dalil, Serat CS 28 9.01 Kraton Surakarta, Deskripsi CS 32 9.02 Primbon Matan Sitin CS 33 9.03 Harun ar-Rasyid, Cerita CS 34 9.04 Suluk Sukarsa CS 35 9.05 Murtasiyah CS 36 9.06 Salokantara CS 37 9.07 Panitipraja lsp CS 38 9.08 Babasan Saloka Paribasan CS 39 9.09 Babad Siliwangi CS 40 9.10 Dasanama Kawi Jarwa (Cirebonan) CS 42 9.11 Primbon Br 139 9.12 Pantitipraja lap KBG 343 10.01 Babad Dipanegara CS 31b 10.02 Babad Tanah Jawi (Adam - Jaka Tingkir) KBG 7a 11.01 Babad Tanah Jawi KBG 7c 11.02 Babad Tanah Jawi KBG 7d 11.03 Babad Tanah Jawi KBG 7e 11.04 Purwakanda Br 103a 12.01 Purwakanda Br 103b 12.02 Purwakandha Br 103c 12.03 Purwakandha Br 103d Reel no.
    [Show full text]
  • Understanding the Meaning of Wayang Kulit Performance Using Thick Description Approach
    Understanding the Meaning of Wayang Kulit Performance using Thick Description Approach Mario Nugroho Willyarto1, Krismarliyanti2 and Ulani Yunus3 1 Language Center, Primary Teacher Education Department, Faculty of Humanities, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480 2Independent Writer 3 Marketing Communication Program, Communication Department, Faculty of Economics & Communication, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480 Keywords: Wayang Kulit, Thick Description, Cultural Heritage Abstract: This paper described the meaning of Wayang Kulit in Javanese philosophy, a brief description of the figures represented by the puppets. Wayang is one of the cultural heritages of Java which is very deep understanding of the culture and character of the people of Indonesia. The meaning of symbols of wayang is the focus of this paper. The symbols are represented by character of Semar, Bagong, Petruk and Gareng. What is the role wayang in daily life, especially for Indonesian people, is becoming the main discussion as well. There are a lot of wayang performances that have a deep meaning of the life itself. Although there are some scholars who say that wayang is originally from India but it is not proved and, in the end, people accepted that wayang came from Java. Opinion about wayang originated from India was because the story in the puppet was adapted from the Mahabharata story originating from India. Using the concept of thick description by Clifford Geertz, the author tries to explain about the history and character of the puppet figures according to Javanese philosophy. Prominent figures such as Semar, Gareng, Petruk and Bagong were the reflection of the ideal human being depicted with an imperfect physical form.
    [Show full text]
  • Of Manuscripts and Charters Which Are Mentioned In
    INDEX OF MANUSCRIPTS AND CHARTERS WHICH ARE MENTIONED IN TABLES A AND B 1 Page Page Adip. - Adiparwa . 94 Dj.pur. - Jayapural}.a . 106 Ag. - Agastyaparwa . 103 Dpt. - VangQang petak . 106 A.N. - Afiang Nilartha . 1(}3 A.P. - Arjuna Pralabda 103 E46 91 A.W. - Arjunawijaya 100 Gh. - Ghatotkaca.\;raya 97 Babi Ch. A . 94 G.O. - GeQangan Ch. 90 BarabuQur (inscription) 90 Gob1eg Ch. (Pura Batur) B . 95 Batuan Ch.. 94 Batunya Ch. A I . 93 H. - Hari\;raya Kakawin 106 Batur P. Abang Ch. A 94 Hr. - Hariwijaya 106 B.B. - Babad Bla-Batuh 103 Hrsw. - Kidung Har~awijaya . 107 Bebetin Ch. A I . 91 H.W. - Hariwang\;a 95 B.K. - Bhoma.lcawya . 104 J.D. - Mausalaparwa . 110 B.P. - Bhi~maparwa . 104 Br. I pp. 607 ff. 95 K.A. - Kembang Arum Ch. 92 pp. 613 ff.. 95 Kid. Adip. - Kidung Adiparwa 106 pp. 619 ff.. 95 K.K. - KufijarakarQ.a . 108 Br. II pp. 49 if. 95 K.O. I . 92 Brh. - Brahmal}.Qa-pural}.a . 105 II 90 Bs. - Bhimaswarga 104 V 94 B.T. - Bagus Turunan 104 VII . 93 Bulihan Ch.. 97 VIII 92 Buwahan Ch. A 93 XI 91 Buwahan Ch. E 97 XIV 91 B.Y. - Bharatayuddha 96 XV. 91 XVII 92 C. - Cupak 106 XXII 93 c.A. - Calon Arang 105 Kor. - Korawa\;rama . 108 Campaga Ch. A 97 Kr. - Krtabasa 108 Campaga Ch. C 99 Kr.B. - Chronicle of Bayu . 106 Catur. - Caturyuga 106 Krsn. - Kr~l}.iintaka 108 Charter Frankfurt N.S. K.S. - Kidung Sunda . 101 No.
    [Show full text]
  • Wayang Kulit in Bali and Wayang Listrik in America
    Wesleyan University The Honors College A Sense of Place: Wayang kulit in Bali and wayang listrik in America by Tessa Charlotte Prada Young Class of 2013 A thesis submitted to the faculty of Wesleyan University in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Bachelor of Arts with Departmental Honors in Theater and the East Asian Studies Program Middletown, CT April, 2013 Young 2 TABLE OF CONTENTS LIST OF FIGURES …………………………………………………………………… 3 ACKNOWLEDGEMENTS ……………………………………………………………… 4 INTRODUCTION ……………………………………………………………………… 5 WAYANG KULIT IN BALI……………………………………………………………… 6 WAYANG KULIT AS A CHANGING RITUAL …………………………………………… 14 SHADOWLIGHT PRODUCTIONS ……………………………………………………… 19 DREAMSHADOWS…………………………………………………………… 22 IN XANADU ………………………………………………………………… 26 SIDHA KARYA ……………………………………………………………… 29 MAYADENAWA ……………………………………………………………… 32 ELECTRIC SHADOWS OF BALI: AMBROSIA OF IMMORTALITY ………………… 33 COYOTE’S JOURNEY AND AFTERWARD ……………………………………… 35 TRANSLATING RITUAL ACROSS CULTURAL BOUNDARIES ………………………… 38 CONCLUSION ……………………………………………………………………… 44 APPENDIX I: DEFINITIONS ………………………………………………………… 47 WORKS CITED ……………………………………………………………………… 49 Young 3 LIST OF FIGURES FIGURE 1. Balinese wayang of Arjuna ……………………………………………… 10 Balinese Puppet, Arjuna. N.d. Australian Museum, Sydney, Austrialia. Australian Museum. 28 July 2011. Web. 11 Apr. 2013. <http://australianmuseum.net.au/image/Balinese-Puppet-Arjuna-E79061>. FIGURE 2. Balinese wayang of Durasasana ………………………………………… 11 Wayang Kulit Figure, Representing Dursasana. Before 1933. Tropenmuseum,
    [Show full text]
  • H. Creese Ultimate Loyalties. the Self-Immolation of Women in Java and Bali
    H. Creese Ultimate loyalties. The self-immolation of women in Java and Bali In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Old Javanese texts and culture 157 (2001), no: 1, Leiden, 131-166 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl HELEN CREESE Ultimate Loyalties The Self-immolation of Women in Java and Bali Her deep sorrow became intolerable) and as there seemed nothing else to wait for, she. hurriedly prepared herself for death. She drew the dagger she had been holding all the while, which sparkled now taken from its sheath. She then threw herself fearlessly on it,.and her blood gushed forth like red mineral. (Bharatayuddha.45.1-45.2, Supomo 1993:242.1) With this, Satyawati, the wife of the hero Salya, cruelly slain in the battle between the Pandawas and Korawas, ends her life in the ultimate display of love and fidelity, choosing to follow her husband to the next world rather • than remain in this one without him. On hearing the news of Salya's death, Satyawati sets out to join him, firm in the knowledge that 'her life began to end the moment she fell asleep the night before', when &alya slipped from her bed and left her, and although she 'still had a body [...] it was just like a casket, for her spirit had gone when the king went into battle' {Bharatayuddha 42.4). Accompanied by her maid, Sugandhika, she wanders the battlefield, slip- ping in its 'river of blood' and stumbling over 'stinking corpses' as she search- es in vain for Salyas body.
    [Show full text]
  • The Wajang. There Are, in Particular, Collections of Short Resumes of Wajang Lakon, That Is, of Plots Or Scenarios of Wajang Perform­ Ances
    THE WAJANG AS A PHILOSOPHICAL THEME* P. J. Zoetmulder, S.J. There exist large numbers of modern Javanese texts relating to the wajang. There are, in particular, collections of short resumes of wajang lakon, that is, of plots or scenarios of wajang perform­ ances. These collections, called ipakem, are more or less manuals for dalang and may contain, apart from the stories themselves in bare outline, technical instructions concerning the music which is to accompany the various scenes, the chants sung by the dalang, etc. A good dalang would, however, consider it beneath his dignity to use these'pakem, as he is the bearer of a tradition transmitted orally from father to son or from guru to pupil. That is why there are so few "librettos" of these Javanese "operas" written down just as the dalang speaks them in his eight-to-nine-hour-long performance. Those that exist were written down in the nineteenth century for the benefit of those westerners whose interest in the wajang was aroused and who wanted to read and to study at their leisure what they had heard in those fleeting moments when the wajang was performed, or to study the peculiarities of the dalang's language. Indeed, these pakem (as manuals) can hardly be called literature at all. The complete lakon texts are only to be thought of as literature in a rather general way. But during the literary revival at the court of Surakarta in the early nineteenth century the wajang stories also became a source of inspiration for important works of considerable literary merit.
    [Show full text]
  • Downloaded From
    H. Creese Old Javanese studies; A review of the field In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, Old Javanese texts and culture 157 (2001), no: 1, Leiden, 3-33 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/27/2021 04:40:52AM via free access HELEN CREESE Old Javanese Studies A Review of the Field For nearly two hundred years the academic study of the languages and liter- atures of ancient Java has attracted the attention of scholars. Interest in Old Javanese had its genesis in the Orientalist traditions of early nineteenth-cen- tury European scholarship. Until the end of the colonial period, the study of Old Javanese was dominated by Dutch scholars whose main interest was philology. Not surprisingly, the number of researchers working in this field has never been large, but as the field has expanded from its original philo- logical focus to encompass research in a variety of disciplines, it has remain1 ed a small but viable research area in the wider field of Indonesian studies. As a number of recent review articles have shown (Andaya and Andaya 1995; Aung-Thwin 1995; McVey 1995; Reynolds 1995), in the field of South- east Asian studies as a whole, issues of modern state formation and devel- opment have dominated the interest of scholars and commentators. Within this academic framework, interest in the Indonesian archipelago in the period since independence has also focused largely on issues relating to the modern Indonesian state; This focus on national concerns has not lent itself well to a .rich ongoing scholarship on regional cultures, whether ancient or modern.
    [Show full text]
  • The Goddess Durga in the East-Javanese Period
    H a r ia n i Sa n t i k o Universitas Indonesia, Jakarta The Goddess Durga in the East-Javanese Period Abstract This article assesses the changing perceptions of the goddess Durga in Java in the tenth to the fifteenth centuries C.E. From an early perception of her as a beneficent goddess, slayer of the demon Mahisa and protector of welfare and fertility, we see later portrayals of her with a frightful countenance and a predilection for graveyards. This change is traced through the mythology to poorly understood Tantric practices that deteriorated into black magic and the coercion of the goddess’s power for evil purposes, causing her image in Java to become tarnished and turning her into an evil demon. Keywords: Durga— Mahisas"ura— Tantrism— Javanese mythology— antiquities Asian Folklore Studies, Volume 56,1997: 209—226 RCHAEOLOGICAL REMAINS in the form of statues of the goddess {bhatarl) Durga, Durga the destroyer of Mahisas'ura, are quite numer­ ous in Java. The oldest of these statues is estimated to date from around the eighth century C.E.,while the most recent is from about the fifteenth century. On the basis of their characteristics and of the area where they were found, these Durga MahisasuramardinI statues can be divided into two large groups: those from the Central Javanese era, dating to between the eighth century and the beginning of the tenth century, and those of the East Javanese period, which date between the middle of the tenth century and the fifteenth century C.E. The Central Javanese period is very rich in archaeological remains (especially from early Hindu-Buddhist times), though relatively lacking in written data.
    [Show full text]
  • A STUDY of the SUTASOMA KAKAWIN.Pdf (PDF, 8.03MB)
    l The University of Sydney Copyright in relation to this thesis* Under the Copyright Act 1968 (several provisions of which are referred to below), this thesis must be used only under the normal conditions of scholarly fa1r dealing for the purposes of research, criticism or review. In particular no results or conclusions should be extracted from it, nor should it be copied or closely paraphrased in whole or in part without the written consent of the author. Proper written acknowledgement should be made for any assistance obtained from this thesis. Under Section 35(2) of the Copyright Act 1968 'the author of a literary, dramatic, musical or artistic work is the owner of any copyright subsisting in the work·. By virtue of Section 32(1 ) copyright 1Subsists in an original literary, dramatic, musical or artistic work that is unpublished' and of which the author was an Australian citizen, an Australian protected person or a person resident in Australia. The Act, by Section 36(1) provides: 'Subject to this Act, the copyright in a literary, dramatic, musical or artistic work is infringed by a person who, not being the owner of the copyright and without the licence of the owner of the copyright, does in Australia, or authorises the doing in Australia of, any act comprised in the copyright'. Section 31 (1 )(a)(i) provides that copyright includes the exclusive right to 'reproduce the work in a material form'. Thus, copyright is infringed by a person who, not being the owner of the copyright and without the licence of the owner of the copyright, reproduces or authorises the reproduction of a work, or of more than a reasonable part of the v.
    [Show full text]
  • Komunikasi Militer Ii~ Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi ~Iii~
    Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi ~i~ Komunikasi Militer ii~ Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi ~iii~ Komunikasi Militer Diterbitkan atas kerjasama: ASPIK M iv~ Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi KOMUNIKASI MILITER © Penulis Penulis: Tim Penulis Editor: Dr. Puji Lestari, M.Si., Agung Prabowo, M.Si., Aswad Ishak, M.Si., Fajar Junaedi, M. Si., Drs. Setio Budi HH, M. Si., Y. Widodo. M.A. Perancang sampul: Mapa Gambar Cover: Istimewa Penata Letak: Mapa Pertama kali diterbitkan oleh Bekerja sama dengan Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Cetakan Pertama, Juli 2012 xxviii+662 hlm.; 15.5x23.5cm ISBN: 978-602-7636-10-1 Dicetak Oleh: Mata Padi Pressindo 08179407446, 081227837806 [email protected], [email protected] KATA PENGANTAR KEMENTERIAN PERTAHANAN RI SEKRETARIAT JENDERAL Eris Herryanto, M.A. Marsekal Madya TNI Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era globalisasi telah membawa implikasi munculnya tantangan baru dalam konteks ketahanan nasional. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, perang asimentris semakin mengemuka dalam percaturan global. Kita bisa melihat bagaimana, Amerika Serikat yang notabene merupakan satu-satunya negara adidaya, berhasil ditembus sistem pertahanannya oleh kelompok teroris Al Qaeda melalui aksi pembajakan pesawat yang diakhiri dengan menabrakan pesawat yang mereka bajak ke menara kembar gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Selain serangan pada tanggal 11 September ini, kelompok Al Qaeda juga melakukan serangkaian aksi terror yang mereka tujukan pada fasilitas yang berhubungan dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara.
    [Show full text]