Komunikasi Militer Ii~ Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi ~Iii~

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Komunikasi Militer Ii~ Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi ~Iii~ Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi ~i~ Komunikasi Militer ii~ Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi ~iii~ Komunikasi Militer Diterbitkan atas kerjasama: ASPIK M iv~ Mix Methodology dalam Penelitian Komunikasi KOMUNIKASI MILITER © Penulis Penulis: Tim Penulis Editor: Dr. Puji Lestari, M.Si., Agung Prabowo, M.Si., Aswad Ishak, M.Si., Fajar Junaedi, M. Si., Drs. Setio Budi HH, M. Si., Y. Widodo. M.A. Perancang sampul: Mapa Gambar Cover: Istimewa Penata Letak: Mapa Pertama kali diterbitkan oleh Bekerja sama dengan Hak cipta dilindungi oleh undang-undang All Rights Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit Cetakan Pertama, Juli 2012 xxviii+662 hlm.; 15.5x23.5cm ISBN: 978-602-7636-10-1 Dicetak Oleh: Mata Padi Pressindo 08179407446, 081227837806 [email protected], [email protected] KATA PENGANTAR KEMENTERIAN PERTAHANAN RI SEKRETARIAT JENDERAL Eris Herryanto, M.A. Marsekal Madya TNI Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di era globalisasi telah membawa implikasi munculnya tantangan baru dalam konteks ketahanan nasional. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, perang asimentris semakin mengemuka dalam percaturan global. Kita bisa melihat bagaimana, Amerika Serikat yang notabene merupakan satu-satunya negara adidaya, berhasil ditembus sistem pertahanannya oleh kelompok teroris Al Qaeda melalui aksi pembajakan pesawat yang diakhiri dengan menabrakan pesawat yang mereka bajak ke menara kembar gedung World Trade Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001. Selain serangan pada tanggal 11 September ini, kelompok Al Qaeda juga melakukan serangkaian aksi terror yang mereka tujukan pada fasilitas yang berhubungan dengan kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah, Afrika, dan Asia Tenggara. Kelompok teroris ini dalam aksi terror bersenjatanya memanfaatkan aplikasi internet, seperti google map dan google earth untuk menentukan sasaran yang hendak mereka serang. Sekitar satu dekade sebelumnya, justru Amerika Serikat bersama pasukan koalisi yang bergabung untuk mengusir Irak yang menginvasi Kuwait yang menggunakan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi untuk melumpuhkan kekuatan militer Irak, yang pada tahun awal dekade 1990-an menjadi salah satu kekuatan terbesar di Timur Komunikasi Militer ~ v Tengah. Pesawat-pesawat tempur Irak yang berjaya dalam Perang Irak – Iran menjadi lumpuh dalam Perang Teluk. Melalui Operasi Badai Gurun, militer Amerika Serikat berhasil melumpuhkan radar pasukan Irak dan sekaligus memutus akses informasi antar pasukan Irak yang menyebabkan konsolidasi kekuatan militer Irak menjadi kacau balau. Dalam perang yang bersifat simetris ini, pasukan Koalisi secara telak berhasil mengkonsolidasikan kekuatan militer yang berasal dari berbagai negara melalui sistem komunikasi yang terintegrasi dalam manajemen sistem informasi yang digarap dengan serius. Amerika Serikat bahkan tidak hanya berhenti dalam pengelolaan sistem komunikasi dan informasi di medan perang. Amerika Serikat membangun aktivitas public relations untuk membenarkan tindakan militer yang mereka lakukan di medan Perang Teluk. Melalui media televisi, Pentagon berkerja sama dengan industri penyiaran televisi menyiarkan supremasi militer Amerika Serikat dalam Perang Teluk. Berbagai stasiun televisi menyiarkan ulang, siaran yang dipancarluaskan oleh stasiun televisi Amerika Serikat terutama CNN (Cable News Network). Khalayak di seluruh dunia tiba-tiba mendapatkan suguhan menakjubkan pesawat-pesawat tempur pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat tatkala menggempur tentara Irak yang menduduki Kuwait. Pesawat-pesawat tempur Amerika Serikat yang tinggal landas dari kapal induk maupun pangkalan-pangkalan pasukan Koalisi di Timur Tengah menjadi gambar yang menakjubkan penonton, sebagaimana yang disuguhkan dalam film Top Gun. Pesawat F-16, F-18 dan F-15 menjadi varian pesawat tempur yang sangat akrab dengan penonton televisi. Yang membedakan adalah jika film Top Gun, sebuah film aksi yang meroketkan nama Tom Cruise, dibuat berdasarkan skenario maka apa yang disajikan dalam pemberitaan tentang Perang Teluk yang berisi aksi spektakuler pesawat tempur Amerika Serikat adalah realitas yang dikemas oleh kamera televisi. Perang Teluk adalah sebuah contoh menarik dari keberhasilan pengelolan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi. Pentagon benar-benar menyadari pentingnya teori agenda setting dalam membangun opini publik untuk mendukung aksi militer yang dilancarkan pasukan Koalisi. Dalam teori agenda setting diyakini bahwa ageda media mampu membangun agenda publik dan vi ~ Komunikasi Militer selanjutnya adalah agenda politik. Perkembangan internet, terutama dengan berkembangannya platform web 2.0 yang memungkinkan khalayak tidak lagi menjadi konsumen media, namun juga sekaligus berperan sebagai produsen media – yang biasanya disebut sebagai prosumer – adalah fenomena aktual yang harus diantisipasi. Sebagaimana Amerika Serikat dan pasukan Koalisi berhasil mengintegrasikan sistem komunikasi dan informasi yang mereka jalankan dalam Perang Teluk, maka sudah selayaknya bagi bangsa Indonesia untuk semakin peduli dengan aspek komunikasi dalam sistem pertahanan dan ketahanan nasional kita. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang cepat mengharuskan kita untuk cepat tanggap pada tantangan terbaru. Perkembangan teknologi web 2.0 yang memungkinkan semua warga negara berperan menjadi produsen informasi yang melintasi batas negara-bangsa adalah salah satu tantangan yang harus dikelola dengan bijaksana. Beberapa negara bahkan telah mengintegrasikan para hacker yang digunakan untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara mereka melalui dunia maya, sebuah tindakan yang bisa dilekatkan dengan konsep pertahanan keamanan rakyat semesta (hankamrata). Buku ini adalah sebuah langkah maju dalam mengembangkan kajian komunikasi militer dengan melihat berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini. Peran serta para akademisi yang menyumbangkan pemikirannya dalam buku ini harus diapresiasi setinggi-tingginya. Tentu buku ini bukan langkah terakhir. Perlu sinergis yang kuat dari semua pihak dalam mengembangkan pemikiran komunikasi militer sebagai bagian dari hankamrata. Pasti dengan sinergis yang kuat, bangsa Indonesia akan mampu duduk sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang berhasil mengembangkan integrasi komunikasi dalam pertahanan nasional. Jakarta, Juni 2012 Sekretaris Jenderal, Eris Herryanto, M.A. Marsekal Madya TNI Komunikasi Militer ~ vii viii ~ Komunikasi Militer KATA PENGANTAR GUBERNUR AKADEMI ANGKATAN UDARA Bambang Samoedro, S.Sos. Marsekal Muda TNI Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa bahwa generasi emas bangsa ini telah menyadari betapa pentingnya ketahanan nasional sebagai paradigma untuk membangun kembali kedaulatan dan kepentingan nasional. Hal ini terungkap dalam buku Komunikasi Militer dan Ketahanan Nasional, dimana digambarkan betapa dahsyatnya peran komunikasi dalam sebuah peperangan yang dalam istilah sekarang adalah peperangan informasi (Information Warfare). Untuk merebut keunggulan information comunication technology strategyc dalam rangka memenangkan perang baik konvensional maupun inkonvensional, diperlukan konsep penggunaan kekuatan dan kemampuan peperangan informasi yang harus lebih tangguh dan dapat membuat musuh menyerah sebelum bertempur. Kalau kita mencermati sejarah perang kemerdekaan Indonesia, terbukti bahwa kemenangan peperangan didukung penuh oleh keunggulan informasi yang mampu menembus Dewan Keamanan PBB. Demikian halnya Indonesia dalam operasi Trikora dan Timor Timur, salah satu strategi yang dilaksanakan adalah tindakan operasi informasi yang meyakinkan dunia Barat tentang pengakuan terhadap kedua wilayah tersebut sebagai bagian dari NKRI. Sebaliknya kegagalan dalam mempertahankan Timor Timur adalah akibat serangan perang informasi yang dilakukan oleh para pemimpinnya, Komunikasi Militer ~ ix yang dapat meluluhlantakan perjuangan bersenjata dari TNI, demikian halnya dengan lepasnya Pulau Sipadan serta Ligitan adalah sebagai bukti kegagalan dalam melaksanakan perang informasi. Paradigma peperangan informasi sangat penting sehingga beberapa negara telah menyusun strategi untuk menghadapinya. Sebagian kalangan perwira muda TNI sudah mengangkat persoalan tersebut dalam seminar- seminar yang diselenggarakan baik Kemenhan maupun TNI, namun karena terbentur oleh mahalnya peralatan peperangan informasi, menyebabkan terhambatnya penyelenggaraan operasi informasi secara komprehensif. Strategi peperangan informasi yang disiapkan oleh negara dalam menghadapi perang informasi ini masih bersifat parsial dan belum terintegrasi dengan sistem pertahanan nirmiliter, yang notabene menjadi domain Kementerian dan Lembaga Pemerintah di luar bidang pertahanan. Operasi informasi memerlukan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang digunakan sebagai senjata Ofensif dan Defensif serta dapat digelar setiap saat, namun pemanfaatan iptek oleh bangsa ini belum optimal dihadapkan pada ancaman perang informasi yang didominasi oleh kekuatan Soft Power dan Smart Power. Kemajuan pesat perkembangan iptek yang khusus digunakan dalam konsep operasi informasi, menjadi landasan penting bagi pengembangan strategi peperangan informasi saat ini dan di masa mendatang. Perkembangan lingkungan strategis menunjukkan bahwa Iptek mempengaruhi perubahan strategi yang sangat signifikan dan bersifat multidimensi yang dikenal sebagai revolusi militer, lazimnya disebut Revolution in Military Affairs (RMA) yang
Recommended publications
  • Concise Ancient History of Indonesia.Pdf
    CONCISE ANCIENT HISTORY OF INDONESIA CONCISE ANCIENT HISTORY O F INDONESIA BY SATYAWATI SULEIMAN THE ARCHAEOLOGICAL FOUNDATION JAKARTA Copyright by The Archaeological Foundation ]or The National Archaeological Institute 1974 Sponsored by The Ford Foundation Printed by Djambatan — Jakarta Percetakan Endang CONTENTS Preface • • VI I. The Prehistory of Indonesia 1 Early man ; The Foodgathering Stage or Palaeolithic ; The Developed Stage of Foodgathering or Epi-Palaeo- lithic ; The Foodproducing Stage or Neolithic ; The Stage of Craftsmanship or The Early Metal Stage. II. The first contacts with Hinduism and Buddhism 10 III. The first inscriptions 14 IV. Sumatra — The rise of Srivijaya 16 V. Sanjayas and Shailendras 19 VI. Shailendras in Sumatra • •.. 23 VII. Java from 860 A.D. to the 12th century • • 27 VIII. Singhasari • • 30 IX. Majapahit 33 X. The Nusantara : The other islands 38 West Java ; Bali ; Sumatra ; Kalimantan. Bibliography 52 V PREFACE This book is intended to serve as a framework for the ancient history of Indonesia in a concise form. Published for the first time more than a decade ago as a booklet in a modest cyclostyled shape by the Cultural Department of the Indonesian Embassy in India, it has been revised several times in Jakarta in the same form to keep up to date with new discoveries and current theories. Since it seemed to have filled a need felt by foreigners as well as Indonesians to obtain an elementary knowledge of Indonesia's past, it has been thought wise to publish it now in a printed form with the aim to reach a larger public than before.
    [Show full text]
  • Kakawin Ramayana
    KAKAWIN RAMAYANA Oleh I Ketut Nuarca PROGRAM STUDI SASTRA JAWA KUNO FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA APRIL 2017 Pengantar Peninggalan naskah-naskah lontar (manuscript) baik yang berbahasa Jawa Kuna maupun Bali yang ada di masyarakat Bali telah lama menjadi perhatian para peneliti baik peneliti nusantara maupun asing. Mereka utamanya peneliti asing bukan secara kebetulan tertarik pada naskah-naskah ini tetapi mereka sudah lama menjadikan naskah-naskah tersebut sebagai fokus garapan di beberapa pusat studi kawasan Asia Tenggara utamanya di eropa. Publikasi-publikasi yang ada selama ini telah membuktikan tingginya kepedulian mereka pada bidang yang satu ini. Hal ini berbeda keadaannya dibandingkan dengan di Indonesia. Luasnya garapan tentang bidang ini menuntut adanya komitmen pentingnya digagas upaya-upaya antisipasi untuk menghindari punahnya naskah-naskah dimaksud. Hal ini penting mengingat masyarakat khususnya di Bali sampai sekarang masih mempercayai bahwa naskah- naskah tersebut adalah sebagai bagian dari khasanah budaya bangsa yang di dalamnya mengandung nilai-nilai budaya yang adi luhung. Di Bali keberadaan naskah-naskah klasik ini sudah dianggap sebagai miliknya sendiri yang pelajari, ditekuni serta dihayati isinya baik secara perorangan maupun secara berkelompok seperti sering dilakukan melalui suatu tradisi sastra yang sangat luhur yang selama ini dikenal sebagai tradisi mabebasan. Dalam tradisi ini teks-teks klasik yang tergolong sastra Jawa Kuna dan Bali dibaca, ditafsirkan serta diberikan ulasan isinya sehingga terjadi diskusi budaya yang cukup menarik banyak kalangan. Tradisi seperti ini dapat dianggap sebagai salah satu upaya bagaimana masyarakat Bali melestarikan warisan kebudayaan nenek moyangnya, serta sedapat mungkin berusaha menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalam naskah-naskah tersebut. Dalam tradisi ini teks-teks sastra Jawa Kuna menempati posisi paling unggul yang paling banyak dijadikan bahan diskusi.
    [Show full text]
  • Pendampingan Kampung Pendidikan Sebagai Upaya Menciptakan Kampung Ramah Anak Di Banyu Urip Wetan Surabaya
    KREANOVA : Jurnal Kreativitas dan Inovasi PENDAMPINGAN KAMPUNG PENDIDIKAN SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KAMPUNG RAMAH ANAK DI BANYU URIP WETAN SURABAYA Tegowati Maswar Patuh Priyadi Budiyanto Siti Rokhmi Fuadati [email protected] Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT Banyu Urip Wetan Village (BUWET) is one of the target areas of the 2019 KP-KAS (Kampung Arek Suroboyo Educational Village) competition program held by the Surabaya city government and DP5A. The KP-KAS competition program was accompanied by DINPUS, NGOs and academics on the elements of the competition categories namely Kampung Kreatif, Asuh, Belajar, Aman, Sehat, Literasi, Penggerak Pemuda Literasi through socialization, training and mentoring. In the KP-KAS Competition, the Portfolio is obliged to prepare in accordance with the provisions stipulated by the Surabaya City Government. Banyu Urip Wetan Village, Sawahan Subdistrict, Surabaya City, is one of the villages that feels the need for assistance in preparing the 2019 KP-CAS Competition Portfolio. The KP-KAS Competition portfolio is in accordance with the provisions and on time and is able to reveal the potential and advantages possessed. The assistance method is to provide technical guidance on the preparation of the KP-KAS Portfolio which is carried out coordinatively by the STIESIA lecturer team in each competition category. The implementation of the KP-KAS competition program through coordination, mutual cooperation and collaboration between RT, RW, parents, children, community leaders and community participation of RW VI greatly helped the implementation of the KP-KAS program. It is recommended to maintain the village environment after the competition and the need to increase cooperation with various parties in protecting children.
    [Show full text]
  • Provisional Reel List
    Manuscripts of the National Library of Indonesia Reel no. Title MS call no. 1.01 Lokapala CS 1 1.02 Sajarah Pari Sawuli CS 2 1.03 Babad Tanah Jawi CS 3 2.01 Pratelan Warni-warni Bab Sajarah Tanah Jawa CS 4 2.02 Damarwulan CS 5 2.03 Menak Cina CS 6 3.01 Kakawin Bharatayuddha (Bratayuda Kawi) CS 7 3.02 Kakawin Bharatayuddha (Bratayuda Kawi) CS 9 3.03 Ambiya CS 10 4.01 Kakawin Bharatayuddha CS 11a 4.02 Menak Lare CS 13 4.03 Babad Tanah Jawi CS 14a 5.01 Babad Tanah Jawi CS 14b 5.02 Babad Tanah Jawi CS 14c 6.01 Babad Tanah Jawi CS 14d 6.02 Babad Tanah Jawi CS 14e 7.01 Kraton Surakarta, Deskripsi CS 17 7.02 Tedhak Dalem PB IX Dhateng Tegalganda CS 18 7.03 Serat Warni-warni CS 19 7.04 Babad Dipanagara lan Babad Nagari Purwareja KBG 5 8.01 Platuk Bawang, Serat CS 20 8.02 Wulang Reh CS 21 8.03 Cabolek, Serat CS 22 8.04 Kancil CS25 8.05 Carakabasa CS 27 8.06 Manuhara, Serat CS 29 8.07 Pawulang Ing Budi, Serat CS 30 8.08 Babad Dipanegara CS 31a 8.09 Dalil, Serat CS 28 9.01 Kraton Surakarta, Deskripsi CS 32 9.02 Primbon Matan Sitin CS 33 9.03 Harun ar-Rasyid, Cerita CS 34 9.04 Suluk Sukarsa CS 35 9.05 Murtasiyah CS 36 9.06 Salokantara CS 37 9.07 Panitipraja lsp CS 38 9.08 Babasan Saloka Paribasan CS 39 9.09 Babad Siliwangi CS 40 9.10 Dasanama Kawi Jarwa (Cirebonan) CS 42 9.11 Primbon Br 139 9.12 Pantitipraja lap KBG 343 10.01 Babad Dipanegara CS 31b 10.02 Babad Tanah Jawi (Adam - Jaka Tingkir) KBG 7a 11.01 Babad Tanah Jawi KBG 7c 11.02 Babad Tanah Jawi KBG 7d 11.03 Babad Tanah Jawi KBG 7e 11.04 Purwakanda Br 103a 12.01 Purwakanda Br 103b 12.02 Purwakandha Br 103c 12.03 Purwakandha Br 103d Reel no.
    [Show full text]
  • Understanding the Meaning of Wayang Kulit Performance Using Thick Description Approach
    Understanding the Meaning of Wayang Kulit Performance using Thick Description Approach Mario Nugroho Willyarto1, Krismarliyanti2 and Ulani Yunus3 1 Language Center, Primary Teacher Education Department, Faculty of Humanities, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480 2Independent Writer 3 Marketing Communication Program, Communication Department, Faculty of Economics & Communication, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480 Keywords: Wayang Kulit, Thick Description, Cultural Heritage Abstract: This paper described the meaning of Wayang Kulit in Javanese philosophy, a brief description of the figures represented by the puppets. Wayang is one of the cultural heritages of Java which is very deep understanding of the culture and character of the people of Indonesia. The meaning of symbols of wayang is the focus of this paper. The symbols are represented by character of Semar, Bagong, Petruk and Gareng. What is the role wayang in daily life, especially for Indonesian people, is becoming the main discussion as well. There are a lot of wayang performances that have a deep meaning of the life itself. Although there are some scholars who say that wayang is originally from India but it is not proved and, in the end, people accepted that wayang came from Java. Opinion about wayang originated from India was because the story in the puppet was adapted from the Mahabharata story originating from India. Using the concept of thick description by Clifford Geertz, the author tries to explain about the history and character of the puppet figures according to Javanese philosophy. Prominent figures such as Semar, Gareng, Petruk and Bagong were the reflection of the ideal human being depicted with an imperfect physical form.
    [Show full text]
  • The Role of Local Leadership in Village Governance
    3009 Talent Development & Excellence Vol.12, No.3s, 2020, 3009 – 3020 A Study of Leadership in the Management of Village Development Program: The Role of Local Leadership in Village Governance Kushandajani1,*, Teguh Yuwono2, Fitriyah2 1 Department of Politics and Government, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50271, Indonesia email: [email protected] 2 Department of Politics and Government, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Diponegoro, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah 50271, Indonesia Abstract: Policies regarding villages in Indonesia have a strong impact on village governance. Indonesian Law No. 6/2014 recognizes that the “Village has the rights of origin and traditional rights to regulate and manage the interests of the local community.” Through this authority, the village seeks to manage development programs that demand a prominent leadership role for the village leader. For that reason, the research sought to describe the expectations of the village head and measure the reality of their leadership role in managing the development programs in his village. Using a mixed method combining in-depth interview techniques and surveys of some 201 respondents, this research resulted in several important findings. First, Lurah as a village leader was able to formulate the plan very well through the involvement of all village actors. Second, Lurah maintained a strong level of leadership at the program implementation stage, through techniques that built mutual awareness of the importance of village development programs that had been jointly initiated. Keywords: local leadership, village governance, program management I. INTRODUCTION In the hierarchical system of government in Indonesia, the desa (village) is located below the kecamatan (district).
    [Show full text]
  • Of Manuscripts and Charters Which Are Mentioned In
    INDEX OF MANUSCRIPTS AND CHARTERS WHICH ARE MENTIONED IN TABLES A AND B 1 Page Page Adip. - Adiparwa . 94 Dj.pur. - Jayapural}.a . 106 Ag. - Agastyaparwa . 103 Dpt. - VangQang petak . 106 A.N. - Afiang Nilartha . 1(}3 A.P. - Arjuna Pralabda 103 E46 91 A.W. - Arjunawijaya 100 Gh. - Ghatotkaca.\;raya 97 Babi Ch. A . 94 G.O. - GeQangan Ch. 90 BarabuQur (inscription) 90 Gob1eg Ch. (Pura Batur) B . 95 Batuan Ch.. 94 Batunya Ch. A I . 93 H. - Hari\;raya Kakawin 106 Batur P. Abang Ch. A 94 Hr. - Hariwijaya 106 B.B. - Babad Bla-Batuh 103 Hrsw. - Kidung Har~awijaya . 107 Bebetin Ch. A I . 91 H.W. - Hariwang\;a 95 B.K. - Bhoma.lcawya . 104 J.D. - Mausalaparwa . 110 B.P. - Bhi~maparwa . 104 Br. I pp. 607 ff. 95 K.A. - Kembang Arum Ch. 92 pp. 613 ff.. 95 Kid. Adip. - Kidung Adiparwa 106 pp. 619 ff.. 95 K.K. - KufijarakarQ.a . 108 Br. II pp. 49 if. 95 K.O. I . 92 Brh. - Brahmal}.Qa-pural}.a . 105 II 90 Bs. - Bhimaswarga 104 V 94 B.T. - Bagus Turunan 104 VII . 93 Bulihan Ch.. 97 VIII 92 Buwahan Ch. A 93 XI 91 Buwahan Ch. E 97 XIV 91 B.Y. - Bharatayuddha 96 XV. 91 XVII 92 C. - Cupak 106 XXII 93 c.A. - Calon Arang 105 Kor. - Korawa\;rama . 108 Campaga Ch. A 97 Kr. - Krtabasa 108 Campaga Ch. C 99 Kr.B. - Chronicle of Bayu . 106 Catur. - Caturyuga 106 Krsn. - Kr~l}.iintaka 108 Charter Frankfurt N.S. K.S. - Kidung Sunda . 101 No.
    [Show full text]
  • Wayang Kulit in Bali and Wayang Listrik in America
    Wesleyan University The Honors College A Sense of Place: Wayang kulit in Bali and wayang listrik in America by Tessa Charlotte Prada Young Class of 2013 A thesis submitted to the faculty of Wesleyan University in partial fulfillment of the requirements for the Degree of Bachelor of Arts with Departmental Honors in Theater and the East Asian Studies Program Middletown, CT April, 2013 Young 2 TABLE OF CONTENTS LIST OF FIGURES …………………………………………………………………… 3 ACKNOWLEDGEMENTS ……………………………………………………………… 4 INTRODUCTION ……………………………………………………………………… 5 WAYANG KULIT IN BALI……………………………………………………………… 6 WAYANG KULIT AS A CHANGING RITUAL …………………………………………… 14 SHADOWLIGHT PRODUCTIONS ……………………………………………………… 19 DREAMSHADOWS…………………………………………………………… 22 IN XANADU ………………………………………………………………… 26 SIDHA KARYA ……………………………………………………………… 29 MAYADENAWA ……………………………………………………………… 32 ELECTRIC SHADOWS OF BALI: AMBROSIA OF IMMORTALITY ………………… 33 COYOTE’S JOURNEY AND AFTERWARD ……………………………………… 35 TRANSLATING RITUAL ACROSS CULTURAL BOUNDARIES ………………………… 38 CONCLUSION ……………………………………………………………………… 44 APPENDIX I: DEFINITIONS ………………………………………………………… 47 WORKS CITED ……………………………………………………………………… 49 Young 3 LIST OF FIGURES FIGURE 1. Balinese wayang of Arjuna ……………………………………………… 10 Balinese Puppet, Arjuna. N.d. Australian Museum, Sydney, Austrialia. Australian Museum. 28 July 2011. Web. 11 Apr. 2013. <http://australianmuseum.net.au/image/Balinese-Puppet-Arjuna-E79061>. FIGURE 2. Balinese wayang of Durasasana ………………………………………… 11 Wayang Kulit Figure, Representing Dursasana. Before 1933. Tropenmuseum,
    [Show full text]
  • World Bank Document
    FOR OFFICIAL USE ONLY Report No: PAD2539 Public Disclosure Authorized INTERNATIONAL BANK FOR RECONSTRUCTION AND DEVELOPMENT PROJECT APPRAISAL DOCUMENT ON A PROPOSED LOAN Public Disclosure Authorized IN THE AMOUNT OF $100 MILLION TO THE REPUBLIC OF INDONESIA Public Disclosure Authorized FOR A IMPROVEMENT OF SOLID WASTE MANAGEMENT TO SUPPORT REGIONAL AND METROPOLITAN CITIES November 7, 2019 Environment & Natural Resources Global Practice East Asia And Pacific Region Public Disclosure Authorized This document has a restricted distribution and may be used by recipients only in the performance of their official duties. Its contents may not otherwise be disclosed without World Bank authorization. CURRENCY EQUIVALENTS (Exchange Rate Effective October 31, 2019) Currency Unit = USD IDR 14,008 = US$1 FISCAL YEAR January 1 - December 31 Regional Vice President: Victoria Kwakwa Country Director: Rodrigo A. Chaves Senior Global Practice Director: Karin Erika Kemper Practice Manager: Ann Jeanette Glauber Task Team Leader(s): Frank Van Woerden ABBREVIATIONS AND ACRONYMS AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (environmental impact assessment) APBD Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (local government budget) APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (national government budget) BAPPEDA Municipal Development Planning Agency Bappenas Ministry of National Development Planning BLUD Badan Layanan Umum Daerah (public service unit) CDM Clean Development Mechanism CHS Complaint Handling System Coordinating Ministry of Maritime Affairs and Investment
    [Show full text]
  • Fungsi Pembinaan Lurah Terhadap Rukun Tetangga Dan Rukun Warga Di Kelurahan Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru Tahun 2013-2014
    FUNGSI PEMBINAAN LURAH TERHADAP RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DI KELURAHAN TANGKERANG TENGAH KECAMATAN MARPOYAN DAMAI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013-2014 Ichwann Hastona Email : [email protected] Pembimbing : Drs. H. Muhammad Ridwan Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Riau Kampus bina widya jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simp. Baru Pekanbaru 28293- Telp/Fax. 0761-63277 ABSTRACT The chief role is very important in a region, especially for the community, Based on Government Regulation Number 73 Year 2005 about Ward article 5 , one of the main tasks village that is doing construction of a society that is RW and RT. The existence of his neighbor community and Pillars of the (RW) have a strategic role, especially as a partner in the event district government affairs, development and community affairs. What about the function headman to the village of his neighbor and Pillars of residents in the village Tangkerang among sub-district Marpoyan Peace Pekanbaru in 2013-2014? Research method that is applied in this study is descriptive qualitative analysis method that is trying to present based on the phenomena that are and to all the facts related to problems that were discussed, namely to know the construction of the village of Pillars of neighbors and Pillars of residents in the village Tangkerang among sub-district Marpoyan Peace Pekanbaru in 2013- 2014. Results of the study showed fungsi construction of the village of Pillars of neighbors and Pillars of residents In the village Tangkerang among sub-district Marpoyan Peace Pekanbaru in 2013-2014 according to the writer is not optimal done with good, where construction of the village in the planning community institutional village RW and RT is in line with what was planned, however, RW on the development of organization and RT did not give administration report regularly to the chief, so that the chief did not carry out the supervision institutional village community RW and RT.
    [Show full text]
  • Chapter 4 Village Level Socio-Political Context
    Chapter 4 Village Level Socio-Political Context 4.1 Introduction The following general overview of the socio-political context in rural, coastal villages of central Maluku is based on the results of six case studies carried out on Saparua, Haruku and Ambon Islands. All study sites are Christian villages. Therefore some of the findings, especially the role of the church in society, do not pertain to the social structure in Muslim villages. Although a dominant force, the formal village government is only one of three key elements generally recognized in Maluku villages. These three key institutions are called the Tiga Tungku, or three hearthstones: the government, the church (or in Muslim villages, the mosque) and adat or traditional authorities. In some villages, teachers are also important and may displace adat leaders in the Tiga Tungku. 4.2 Traditional Village Government Structure Prior to the enactment of the local government law (Law No. 5, 1979), villages in Maluku were led by a hereditary chief or raja. Although now considered part of the “traditional” structure, the position of raja was in fact not part of the indigenous adat social structure, but a construction of the Dutch colonial leaders. When the Dutch consolidated their power in Maluku and forced the hill-dwelling people to settle in coastal villages, they appointed the village leader, i.e., the raja. Previous to this, the clan groups living in the hills were led by warrior chiefs (kapitan). The raja governed together with administrative and legislative councils (saniri) whose members were the clan leaders. The raja’s powers under this system were not absolute.
    [Show full text]
  • Legalization Instructions | the Netherlands
    Legalization instructions | the Netherlands As part of your immigration procedure for the Netherlands, your legal certificates need to be acknowledged by the Dutch authorities. Therefore, your legal certificates may need to be: • Re-issued; and/or • Translated to another language; and/or • Legalized Depending on the issuing country, the process to legalize certificates differs. On the next page, you can click on the country where the legal certificate originates from to find the legalization instructions. In case your certificate(s) originate from various countries, you will have to follow the relevant legalization instructions. At the bottom of each legalization instruction, you can click on ’back to top’ to return to the frontpage and thereafter scroll down to the index page to select another legalization instruction. We strongly advise you to start the legalization process as soon as possible, as it can be lengthy. Once the legalized certificates are available to you, share a scanned copy hereof with Deloitte so we can verify if the documents meet the conditions for use in the Netherlands. Certificate issuing countries Argentina Ireland Slovenia Australia Israel South Africa Austria Italy South Korea Belarus Japan Spain Belgium Jordan Sri Lanka Brazil Latvia Sweden Bulgaria Lebanon Switzerland Cambodia Lithuania Syria Canada Luxembourg Taiwan Chile Malaysia Thailand China Malta The Philippines Colombia Mexico Turkey Costa Rica Moldova Uganda Croatia Morocco Ukraine Cyprus Nepal United Kingdom Czech Republic New Zealand Uruguay Denmark Nigeria United States of America Dominican Republic Norway Uzbekistan Ecuador Pakistan Venezuela Egypt Panama Vietnam Estonia Paraguay Finland Peru France Poland Germany Portugal Greece Romania Hungary Russian Federation India Saudi Arabia Indonesia Serbia Iran Singapore Iraq Slovakia Reach out to your Deloitte immigration advisor if the issuing country of the certificate is not listed above.
    [Show full text]