Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

PEMANFAATAN SASTRA LOKAL DALAM PENGAJARAN SASTRA

Yudianti Herawati

Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional

Abstract

Teaching literature is deemed not achieve maximum results. Therefore, the teaching of literature needs to be done with the methods and strategies that encourage the achievement level of students' understanding and appreciation of literature adequately. Teaching literature does not only equip students for the knowledge of literature, but rather encourage students to have an understanding of literature in accordance with the function of literature. During this time, the teaching of literature in most schools only happen in the space sandwiched between the classroom walls. The result, the power of imagination and creativity of the students are less developed well. Most of the language and literature teachers at the school do not much introduce writers to the students of . Therefore, the fair if most students do not know the writers of East Kalimantan. In fact, author and work of writers in East Kalimantan is a literary knowledge students should possess at every level of education in schools. Instead, teachers of language and literature not only introduces the literati of Java, Sumatra, or from other islands to the student. In addition, it is no less in the teaching of literature in this province, is the literature regarding the East Kalimantan region. Many teachers of language and literature are less offensive let alone East Kalimantan regional literature. Whereas the East Kalimantan regional literature should be taught once a sufficient proportion in all schools. province.

Keywords: menyenangkan, manfaat, realitas, dan sastra lokal

A. PENDAHULUAN sebagai sastra nasional. Sebaliknya, sastra Pembicaraan sastra dalam konteks ini Indonesia yang terbit di daerah (kabupaten, adalah sastra Indonesia. Dalam realitas kotamadya, dan provinsi) dikategorikan keberadaan karya sastra, sejak lama sebagai sastra lokal. Di samping itu, tidak masyarakat dan ahli sastra membuat jarang pendapat yang mengatakan bahwa klasifikasi sastra di Indonesia, yakni sastra sastra yang terbit di daerah dengan kualitas lokal dan sastra nasional. Secara kriteria, atau mutu yang bagus dan memiliki wilayah apakah yang sisebut sebagai sastra lokal dan baca lintas daerah dapat disebut sebagai sastra nasional? sastra nasional. Hal itu bisa terjadi karena Tidak mudah membuat definisi dan banyak pengarang ternama yang tinggal di pengertian sastra lokal dengan sastra daerah, misalnya Umar Khayam, Agus nasional. Selama ini banyak pihak menyebut Noor, Imam Budi Santosa, Emha Ainun bahwa sastra yang terbit di ibukota negera Najib, Mustafa Bisri, Zamawi Imran, Budi 197

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

Darma, Linus Suryadi A.G., Y.B. daerah yang digunakan oleh masyarakat Mangunwijaya. Dalam kaitan ini, contoh Kalimantan Timur. Suku Bugis banyak yang mudah dilihat karya-karya pengarang mendiami Kalimantan, , Sangatta itu telah menjadi ikon sebagai sastra dan Bontang. Sedangkan suku Jawa banyak nasional. Dinyatakan sebagai sastra nasional mendiami Samarinda dan Balikpapan.Dalam karena memiliki wilayah apresiasi yang konstek kepentingan praktis, makalah ini melewati batas kewilayahan atau lokal. memberikakan batasan sastra lokal dalam Sudah pasti karya sastra yang digubahnya oposisinya dengan sastra nasional tidak lagi menjadi sastra lokal, tetapi masuk berdasarkan tingkat apresiasi. Apresiasi dalam kategori sastra nasional. dipahami secara luas, misalnya terkait Definisi yang bersifat oposisional antara dengan penerbit, pembaca, apresiasi sastra lokal versus sastra nasional memang masyarakat (termasuk apresiasi melalui sulit diukur dengan kriteria yang normatif. pengajaran sastra di sekolah dan dan di Jadi, dalam kapasitas apapun sangatlah sulit perguruan tinggi). mendefinisikan sastra lokal secara normatif Dilihat dari lokasi penerbitan sastra, berdasarkan subtansi yang mapan. Jika sastra lokal adalah sastra yang terbit di luar penyebutan sastra lokal hanya didasarkan ibukota negara (). Hal itu dapat atas tempat penerbitan semata, jelas dilepaskan dari asal pengarang. Sebagai pengertian itu akan menyesatkan. Sementara misal, cerpen, puisi, novel, dan naskah itu, untuk menyebut sastra di daerah sebagai drama di Jogjakarta akan disebut sebagai sastra nasional juga perlu landasan yang sastra lokal walaupun rinci (jika didasarkan oleh wilayah baca pengarangnya berasal dari Jawa Timur, lintas daerah). Makasar, Palembang, Samarinda, Semarang, Solo, dan sebagaainya. Dengan demikian, di B. TINJAUAN TEORI Indonesia dikenal sejumlah sastra lokal, 1. Sastra Lokal Kalimantan Timur dan misalnya sastra lokal Yogyakarta, Jawa Sastra Nasional Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur memiliki beberapa Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Nusa macam suku bangsa. selama ini yang Tengga Barat, Papua, Maluku, Sulawesi dikenal oleh masyarakat luas, padahal selain Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dayak ada 1 suku yang juga memegang Kalimantan Tengah, dan Kalimantan peranan penting di Kaltim yaitu suku Kutai. Selatan. Suku Kutai merupakan suku melayu asli Jika nama sastra lokal itu dikaitkan Kalimantan Timur, yang awalnya mendiami dengan nama ibukota provinsi, masyarakat wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dapat menyebut sastra Indonesia dalam perkembangannya berdiri dua Yogyakarya, Semarang, Bandung, Surabaya, kerajaan Kutai, kerajaan Kutai Martadipura Palembang, Makassar, Menado, Mataram. yang berdiri lebih dulu dengan rajanya Riau, Aceh Darusalam, dan sebagainya. Mulawarman, lalu berdiri pula belakangan Bahkan, jika penyebutan sastra lokal itu kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian dipersempit atas dasar nama ibukota menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura, kabupaten atau kotamadya, masyarakat akan dan lalu berubah nama menjadi kerajaan dapat menyebut sastra Indonesia Solo, Kutai Kartanegara Ing Martadipura.Di Malang, Samarinda, Balikpapan, Kebumen, Kalimantan Timur terdapat juga banyak Purwakerta, Tenggarong, Bontang, Berau, suku suku pendatang dari luar, seperti Sragen, Ngawi, dan sebagainya sesuai Bugis, Jawa dan Makassar. Bahasa Jawa dan dengan tempat karya sastra itu diterbitkan. Bahasa Bugis adalah dua dari banyak bahasa 198

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

2. Fungsi Sastra dan Pandangan Bagaimana keadaan dan kualitas terhadap Kondisi Pengajaran Sastra pengajaran sastra di dunia pendidikan? Mengapa perlu belajar sastra? Apakah Keberhasilan pembelajaran sastra sangat sastra memiliki fungsi dalam kehidupan ditentukan berbagai faktor pendukung, masyarakat? Pertanyaan itu menjadi seperti bahan pembelajaran, tenaga pengajar landasan pengambilan kebijakan perlunya (secara kuantitas dan kualitas), metode atau pengajaran sastra. strategi dan teknik mengajar, di samping Sastra adalah produk sosial budaya dari tentunya kurikulum yang memadai. sebuah masyarakat yang sering dinilai Terdapat berbagai pandangan terhadap mengandung realita kehidupan, baik realitas pengajaran sastra di Indonesia. Rosenblatt faktual (sudah dan sedang terjadi) maupun (1978) menyatakan bahwa pengajaran sastra realitas imajiner (prediksi realita masa yang baik (juga benar) adalah pengajaran depan). Sebagai ”realita” kehidupan yang sastra yang memiliki perspektif estetik dan mengindikasikan bahwa membaca atau memberikan penekanan atas perpektif mempelajari sastra dapat dimaknai sebagai tersebut (to teach literature correctly is to membaca atau mempelajari kehidupan. emphasize the aesthetic stance and to de- Dalam belajar, seseorang memiliki tujuan emphasize the efferen (dalam Rudy, 2008: secara umum untuk mendapatkan 3). pengetahuan yang bermanfaat bagi Dalam hubungan ini, Rudy (2003 dan peningkatan kompetensi kehidupannya. 2008) menyatakan bahwa pengajaran sastra Selama ini banyak para cendikia menilai dari pendidikan dasar hingga perguruan bahwa sastra berfungsi sebagai dulce at utile tinggi telah diperlakukan secara tidak adil. ’menyenangkan’ dan ’berguna’(Wellek dan Sejalan dengan itu, Zughoul (1986) Warren, 1976). Pengertian menyenangkan menyatakan bahwa pengajaran sastra Inggris terkait dengan fungsi sastra sebagai bacaan di jurusan bahasa Inggris sangat diabaikan. yang memberi kesenangan atau hiburan. Hal Pandangan yang sering juga diungkapankan itu sejalan dengan hakikat sastra sebagai berbagai pihak adalah pandangan Harras karya yang bersifat estetik. Adapun (2003) yang menyatakan bahwa pengajaran pengertian berguna terkait dengan manfaat sastra baru sedikit subtansinya dalam sastra dalam meningkatkan kompetensi pengajaran bahasa. Maka dari itu, perlu kehidupan (sastra memberikan pelajaran pemisahan pengajaran sastra dari pengajaran atau pengetahuan). Rachman (2008) bahasa. Pendapat itu secara tegas ditolak menyatakan bahwa berfungsi (a) rekreatif, oleh Alwasillah (2002) dengan mengatakan (b) didaktik, (c) estetik, (d) moralitas, dan tidak perlu membuat dikotomi antara (e) religius. Fungsi rekreatif dan estetik pengajaran sastra dan pengajaran bahasa. menurut Rachman (2008) dapat disejajarkan Pengajaran sastra telah berlangsung dengan fungsi menyenangkan menurut sejak lama. Namun, kualitas dan tujuan Wellek dan Warren (1976). Sementara itu, pengajaran sastra dinilai belum memadai. fungsi berguna menurut Wellek dan Warren Menurut Alwasilah (1994) terdapat banyak (1976) dapat disejajarkan atau mencakupi alasan yang mendorong kekurangberhasilan fungsi didaktik, moralitas, dan religius pengajaran sastra. Alwasilah (1994) menurut Rachman (2008). Melihat menyatakan bahwa (a) pengetahuan guru fungsinya tersebut, sastra memiliki peluang tentang sastra terbatas (tentunya secara untuk dipelajari sejajar dengan pembelajaran umum), (b) sastra diajarkan oleh guru yang sejarah, sosiologi, psikologi, dan ilmu tidak profesional, (c) guru tidak mengetahui lainnya. cara atau teknik mengajarkan sastra secara baik (Wei, 1999), (d) faktu guru dan strategi 199

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010 menjadi penyebab rendahnya mutu Akibatnya, Belanda memanfaatkan pengajaran sastra (Mansour, 1999), metode karya sastra sebagai media hegemoni dan pengajaran sastra tidak efisien (Ismail, 2002 dominasi terhadap rakyat pribumi. dalam hal ini Rudy (2008) mengajukan Klasifikasi identitas rakyat pada zaman pengajaran sastra dengan pendekatan respon kolonial Belandapun mencerminkan pembaca dan simbol visual), dan pengajaran keinginan Belanda untuk membangun sastra di Indonesia masih memprihatinkan perselisihan antar etinis secara terselubung, (Rosidi, 1983). Ismail (2002) menyatakan termasuk melalui sastra (baca: Maemunah, bahwa kondisi pengajaran sastra di sekolah 2008) yang membahas Pieter Elberveld lanjutan (a) siswa membaca 0 karya sastra, karya Tio Le Soei (1924). Dominasi untuk (b) keterampilan menulis siswa paling membangun kelanggengan kekuasaan rendah di Asia, dan (c) kaum intelektual kolonial itu tampak juga dalam novel Balai rendah mutunya dalam menulis. Pustaka dalam beberapa bahasa daerah. C. PEMBAHASAN Dalam bahasa Jawa, karya yang bersifat 1. Realita Materi Pengajaran Sastra hegemonis kekuasaan itu dapat disebutkan, Masa Kini antara lain, adalah Wisaning Agesang Pengajaran sastra masa kini masih ’Racun Kehidupan’, Pepisahan Pitulikur berkiblat terhadap sastra pusat. Artinya, Taun ’Perpisahan Dua Puluh Tujuh Tahun’, pengajaran sastra masih terpaku dalam Saking Papa dumugi Mulya ’Dari Menderita konteks sastra pusat atau sastra nasional hingga Bahagia’, Gawaning Wewatekan secara verbal. Maksudnya, dikatakan sastra ’Watak Bawaan’, Gambar Mbabar nasional secara verbal adalah sastra Wewados ’Gambar Menyingkap Rahasia’, dinyatakan sebagai sastra Indonesia yang Katresnan ’Cinta Kasih’, Sukaca ’Sukaca’, menasional ketika karya sastra itu lahir atau dan Tri Jaka Mulya ’Tiga Pemuda Bahagia’ terbit di ibukota negara, yakni Jakarta. Oleh (Pardi, 1999). karena itu, yang dijadikan materi Dalam kajian sastra dan pemilihan pembelajaran sastra selam ini adalah sastra materi pengajaran sastra pun, pandangan ibukota, Jakarta. Kondisi ini telah terjadi untuk menempatkan sastra pusat sangat sejak zaman prakemerdekaan. tampak. Kajian sastra dan pemilihan bahan Pada masa sebelum kemerdekaan, karya ajar sastra masih didominasi oleh kehadiran sastra yang diajarkan di sekolah adalah novel, cerpen, dan puisi karya Jakarta. Jika sastra—cerpen dan novel atau roman, yang ada beberapa karya pengarang di daerah, diterbitkan oleh Kolonial Belanda melalui pastilah karya itu diakui sebagai sastra badan penerbir Balai Pustaka. Sudah pasti, Indonesia atau sastra nasional sewaktu terbit karena sastrawan ketika itu didominasi oleh di ibukota Jakarta, misalnya karya Ahmad sastrawan di Sumatra, materi pembelajaran Tohari, Linus Suryadi A.G., , sastra ketika itu diambil dari karya-karya Budi Darma, Zamawi Imran, Korri Layun berlatar belakang budaya Melayu-Eropa. Rampan, Emha Ainun Najib, dan Pada waktu itu bacaan sastra yang wajib sejenisnya. Hal itu tidak mustahil dan tidak adalah novel Siti Nurbaya, Salah Pilih, terlepas dari sistem dominasi pendidikan Salah Asuhan, Merak Kena Jebak, Katak oleh budaya kota atau Jakarta. Sangat Hendak Jadi Lembu, dan sebagainya. Hal itu dimungkinkan sistem pengadaan buku yang tidak aneh karena keindonesiaan sebagai terpusat atau sentralisasi di Jakarta landasan nasionalis masih dalam wacana menyebabkan bahan-bahan pengajaran politik di tengah dominasi penjajah Belanda kurang kontekstual dengan kehidupan siswa yang tetap ingin menjajah. di tempat tinggalnya.

200

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

Satu hal yang sangat mencolok adalah apresiasi terkait dengan terbitnya bukua masuknya materi pelajaran bahasa dan sastra Secuil Bulan Di Atas Mahakam (1999), yang mengangkat keberadaan dan budaya Menyambut Fajar (2002), Samarinda Kota kereta api. Materi itu dapat diterima oleh Tercinta (2008), Balikpapan Kota Tercinta siswa di Jawa dan Sumatra, tetapi sulit (2008), Mata Kekasih (2008), Harga Diri dibayangkan oleh siswa di Kalimantan, (2007), Hantu Sungai Wain (2009), dan Sulawesi, Maluku dan Papua yang tidak ada sejumlah buku sastra di Kalimantan Timur). jalur kereta apinya. Memang, pemilihan Kondisi keterasingan sastra dengan materi itu tidak seratus persen tidak konteks sosial budaya yang melatarbelakngi bermanfaat. Setidaknya, hal itu bermanfaat kelahirannya itu juga dialami oleh wilayah bagi siswa untuk memasuki pergaulan lain. Kota besar sebagai kantong-kantong modern yang lebih luas, yakni pergaulan sastra—misalnya Jogjakarta, Bandung, lintas wilayah sebagai dampak dari Surabaya, Palembang, Makasar, Semarang, kemajuan teknologi komunikasi dan Denpasar, Banjarmasin, dan Medan—perlu informasi. Namun, alangkah bijaksananya mendorong pihak berwenang—pemerintah jika materi untuk wilayah-wilayah tertentu melalui lembaga kebudayaan di wilayah-- itu mengangkat transportasi laut atau sungai untuk dilibatkan dalam pemasyarakatan yang menjadi budaya masyarakat tradisional sastra lokalnya. Hal itu dapat dilakukan di Kalimantan, Maluku, dan Papua. Ketika dalam bentuk pengajaran sastra Indonesia kondisi beranjak ke kehidupan modern yang mengambil sebagain materi mereka dapat diajak berorientasi terhadap pembelajaran sastra itu dari sastra lokal. transportasi darat yang mulai dikembangkan Konsep pembelajaran sastra lokal tersebut di wilayah-wilayah tersebut. juga cocok diterapkan bagi mata pelajaran Karya puisi yang dipilih sebagai materi yang lainnya, misalnya pengajaran ilmu pelajaran juga lebih banyak puisi karya pengetahuan sosial (lebih khusus lagi bidang penyair Jakarta. Sebagai misal, banyak buku sejarah). Dengan demikian, siswa dari pelajaran sastra sejak sekolah dasar hingga semua tingkatan mampu menyebutkan nama perguruan tinggi mengangkat puisi karya pahlawan nasional yang berasal dari penyair pusat, misalnya karya Chairil wilayahnya. Anwar, W.S. Rendra, Sutarji Galzoum Dengan mengetahui latar sejarah Bachri, Abdul Hadi W.M., Amir Hamzah, F. bangsanya, para generasi muda dapat Rahardi, Sapardi Djoko Damono, Putu memahami semangat kebangsaan yang Wijaya, Subagio Sastrowardoyo, Achdiat diperankan oleh pendahulunya di Kartamiharja, Aoh K. Hadimaja, Arifin C. wilayahnya. Sebagai misal, penyampaian Noer, Darmanto Jatman, Gunawan mata pelajaran sejarah di Kalimantan Timur Mohamad, Hartoyo Andangjaya, M. Balfas, menyebabkan siswa mampu mengenal sosok Toha Muhtar, Trisno Sumarjo, dan pahlawan dari Kalimantan Timur. Bahkan, sebagainya. Bahkan, pada masa sekarang pengajaran sejarah itu dapat dipadukan pun karya yang lahir di Jakarta mendapat dengan pengajaran sastra dalam rangka apresiasi lebih besar dibandingkan dengan menjadikan keduanya sebagai media karya yang lain di daerah. Dalam hal ini, pendidikan nasionalisme. Tidak sedikit tanggapan terhadap novel Saman dan Ayat- sastra Indonesia lokal yang dapat Ayat Cinta sangat ramai. Namun, beberapa dimanfaatkan untuk membangun semangat terbitan sastra lokal di beberapa daerah tiada kebangsaan dalam arti luas. mendapat sambutan apresiasi yang memadai, baik secara nasional atau wilayah tempat karya itu dimasyarakatkan (lihat 201

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

2. Pemanfaatan Sastra Lokal dalam jumlahnya. Kondisi itu semakin Pengajaran Sastra menggembirakan jika ditambah dengan Kalimantan Timur memiliki banyak sastra ciber yang tumbuh dan karya sastra lokal yang menyodorkan nilai- dimasyarakatkan melalui media elektronik nilai nasionalisme yang dapat memperkaya atau internet. pengajaran bahasa dan sastra Indonesia. Peran sejumlah lembaga dalam Sebagai contoh beberapa judul dapat meningkatkan apresiasi masyarakat, baik disebutkan yakni ”Sanga-Sanga 1912” siswa, mahasiswa, guru, maupun masyarakat (karya drama), Senopati Awang Long (karya umum, perlu juga dihargai semestinya. novel), dan sejumlah puisi Indonesia yang Dalam kaitan ini dapat disebut sejumlah lahir sejak awal kemerdekaan hingga lembaga yang berperan dalam dewasa ini. pemasyarakatan sastra, misalnya Kantor Namun, beberapa terbitan sastra lokal di Bahasa Kalimantan Timur, Universitas beberapa daerah tiada mendapat sambutan Mulawarman (khususnya program studi apresiasi yang memadai, baik secara pendidikan bahasa dan sastra Indonesia), nasional atau di wilayah tempat karya itu RRI Samarinda dan sejumlah radio swasta dimasyarakatkan oleh pengarang. di Kalimantan Timur, dewan kesenian Kalimantan Timur tergolong kaya terbitan provinsi, kabupaten/kota di Kalimantan karya sastra sejak dahulu hingga kini. Timur, dan sebagainya. Sejumlah buku yang memuat karya sastra Pemilihan bahan pengajaran sastra adalah Seorang Lelaki di Terminal Hidup disesuaikan dengan tema atau bahasan (1976), 3 yang Tidak Masuk Hitungan pelajaran sastra. Jadi, topik pembelajaran (1976), Secuil Bulan Di Atas Mahakam memengaruhi materi karya sastra yang (1999), Menyambut Fajar (2002), dipilih oleh pengajar. Bahkan, satu topik Samarinda Kota Tercinta (2008), pelajaran dapat mengambil lebih dari satu Balikpapan Kota Tercinta (2008), Mata genre karya sastra. Misalnya, untuk Kekasih (2008), Harga Diri (2007), Hantu membangun perilaku siswa dalam Sungai Wain (2009), Balikpapan dalam menghargai lingkungan dapat menggunakan Sastra Indonesia (2008), Bingkisan Petir media pelajaran puisi, cerpen, novel, atau (kumpulan cerita pendek), Seteguk drama. Untuk mengajarkan nilai Mahakam (kumpulan puisi penyair nasionalisme, guru dan siswa dapat Tenggarong), Getar-Getar Aorta (kumpulan memanfaatkan puisi, cerpen, drama, dan puisi karya Karno Wahid), Sanga-Sanga novel. Pemanfaatan bahan secara variatif 1912 (karya drama), Senopati Awang Long dapat menarik minat siswa sehingga mereka dan Pejuang-Pejuang Pers (karya novel), semakin menyenangi karya sastra. Berikut dan sejumlah buku sastra di Kalimantan contoh puisi yang dapat dijadikan media Timur). Sementara itu, karya sastra, baik perenungan oleh masyarakat yang memiliki puisi dan cerita pendek yang terbit di surat kepedulian terhadap nasib bangsanya. kabar atau majalah cukup banyak .

PANGGILAN PERJUANGAN Karya Sekar Buana

Ingat tanah air Berdesir darah mengalir Ingat pusaka moyang Berkumandang semangat juang 202

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

Berdetik jantung, berbisik Sadarlah kaum remaja Nasibnya nusa dan bangsa Di tanganmu di tanganmu pemuda!

Tersentak aku, berbalik Mendengar seruan masa Mengajak aku berjihad

Kucoba melawan gelombang Biarpun mati menanti Namun aku terus berjuang (Masyarakat Baru, November 1949)

SEDIA DIRIKU BERJIHAT Karya Mansyah Usman

Demi malam sendu merindu dijalin sutera dewangga alam membumbung tinggi cinta hatiku setelah menderita luka nan dalam

Alhamdulillah .... dengan derita daku mengenal cinta dengan derita daku mengenal nusa dan dengan derita daku hendak merdeka merdeka diri merdeka bangsa

Untuk dikau wahai kekasihku sedia diriku berjihat kepadamu sekalipun darahku yang kau pinta untuk tinta yang menghiasai sejarahmu 1947 (Antologi Seorang Lelaki di Terminal Hidup, 1976: 43)

PERSAKSIAN II Karya Hajah Maryati

Anak-anak Negeri tak bisa sekolah lagi Anak-anak Negeri susah makan nasi Anak-anak Negeri korban politisi

203

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

Anak-anak Negeri bertelanjang dada Anak-anak Negeri tak lagi ceria Anak-anak Negeri bernafas dalam ruang hampa Anak-anak Negeri tak bisa berkuasa Anak-anak Negeri susah mencari kerja Anak-anak Negeri menjadi mainan penguasa

Anak-anak Negeri tersenyum kelam Anak-anak Negeri tercekam Anak-anak Negeri terdiam-diam Anak-anak Negeri hanya mampu di riam-riam

(Antologi Seteguk Mahakam, 2006: 75)

NUSANTARA MEMBARA Karya Nanang Rijono

Bara menyelusup di sudut hati dingin 32 tahun terpenjara.

Bara di mana-mana Bara di kelam bangsa.

Mendidihkan darah. Membakar amarah. Amuk meraja. Nusantara membara. Anak negeri berduka. Ibu Pertiwi berurai air mata. Bara menyelusup di sudut hati dingin 32 tahun terpenjara.

Bara di mana-mana Bara di kelam bangsa.

Menghanguskan sumpah. Meremukkan ramah. Amuk meraja. Nusantara membara. Anak cucu menderita. Ibu Pertiwi tercela.

(Antologi Secuil Bulan di Atas Mahakam, 1999:77) 204

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

OH, GURU Karya H. Masdari Ahmad

Alangkah hebat dan mulia engkau Guru pahlawan tanpa tanda jasa realitanya nyaris tanpa harga lahirkan murid teladan tanya orang, siapa orangtuanya, ya? muridmu yang bodoh, tak naik kelas tanya orang, siapa gurunya, ya?

Oh, guru kau digugu dan ditiru larut malam koreksi pekerjaan murid usai sholat subuh kantuk berat, kau terlelap keburu bangun nyaris terlambat ngacir ke sekolah takut telat sarapan pagi tak sempat perut melilit mah-nya kumat beras habis tanggal sudah lewat

Oh, guru, maaf tanggal 35 gajian anda terlambat Awal Mei 1984

GURU Karya Ayu Sundari

Guru tidak banyak yang tau akan pengabdianmu Tidak banyak yang tau akan jasa-jasamu Tidak banyak yang tau akan pengorbananmu Dan tidak banyak yang tau apa arti perjuanganmu

205

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

Guru …. Pengabdianmu tulus untuk bangsamu Engkau berkorban tanpa cela Kau bangkitkan kami yang tak tau apa-apa Engkau ingin kami jadi yang berguna ……… hari ini kau adalah guruku esok lusa kau tetap guruku jika nanti hidup gemilang dalam gegamanku aku ingin tetap mengingatmu guruku

Sumber dokumentasi sastra lokal itu semakin merata (berada di semua kabupaten tidak sulit untuk didapatkan oleh pengajar atau kota). Selama ini kantong-kantong sastra. Bahkan, karya sastra lokal dapat sastra di Kalimantan Timur adalah diperoleh di pasaran. Pengajaran itu dapat Samarinda, Balikpapan, Tenggarong, dan dikaitkan dengan lingkungannya jika akhir-akhir ini Bontang. Jika pengajaran mampu memanfaatkan potensi lokal. sastra kontekstual sejalan dengan kurikulum Pemanfaatan potensi sastra lokal dalam tingkat satuan pelajaran, sastra lokal perlu lintas pengajaran mata pelajaran dapat dipertimbangkan masuk dalam pembelajaran memberikan dampak ganda. Pertama, siswa sastra Indonesia. Maka dari itu, pada masa mendapatkan informasi kehidupan dan yang akan datang, kantong-kantong sastra di budaya masyarakat di wilayahnya. Kedua, Kalimantan Timur dapat berada di Sangata siswa merasa turut memiliki hasil budaya (Kabupaten Kutai Timur), Tanjung Redeb lokal di wilayahnya. Selanjutnya, dirinya (Kabupaten Berau), Tanah Grogot akan terdorong untuk berkarya dalam bidang (Kabupaten Paser), Tarakan (Kota Tarakan), apapun agar mendapatkan penghargaan dari Nunukan (Kabupaten Nunukan), Bulungan masyarakatnya. Semua orang tentunya (Kabupaten Bulungan), Malinau (Kabupaten merasa terhormat jika karyanya diakui Malinau), Tanah Tidung (Kabupaten Tana (dalam arti dihargai) oleh orang lain. Tidung), dan Sendawar (Kabupaten Kutai Pengarang akan merasa tersanjung jika Barat). Kondisi itu dapat mendorong karya gubahannya diapresiasi oleh komunikasi pekerja seni (pengarang sastra) masyarakatnya. Seorang tokoh sejarah dan lintas wilayah. Sementara itu, komunikasi keluarganya merasa dihargai jika peran dapat dilakukan lewat berbagai media sertanya dalam pengabdian kepada negara (pertemuan, media elektronik, dan media mendapatkan pengakuan atau penghargaan karya sastra). dari masyarakatnya (baik pengakuan dari masyarakat maupun pemerintah). Ketiga, C. PENUTUP kebijakan itu akan mendorong wilayah lain Kehidupan dan keberadaan sastra untuk bersaing secara positif dengan nasional selalu ditopang oleh sastra lokal. wilayah lain. Dengan demikian, akan terjadi Bahkan, keberadaan sastra lokal kemunculan kantong-kantong sastra baru membuktikan kemajuan apresiasi dan di wilayah lain, misalnya di Solo, Kendari, penciptaan sastra yang merata di berbagai Menado, Pekanbaru, Lombok, Jayapura, wilayah Indonesia. Di samping itu, Gorontalo, Padang, Aceh, dan sebagainya. pengertian sastra lokal tidak dapat hanya Sementara itu, untuk wilayah Kalimantan didasarkan tempat terbitnya di daerah atau Timur pusat-pusat produksi sastra itu akan wilayah (selain Jakarta). Artinya, sastra 206

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010 nasional harus dipahami sebagai sastra yang DAFTAR PUSTAKA memiliki kualitas dan daya apresiasi lintas wilayah (lintas provinsi di Indonesia), bukan Balham, Johansyah. 2002. Kumpulan Puisi karya sastra yang hanya didasarkan atas dan Cerita Rakyat Kalimantan tempat terbit di Jakarta sebagai pusat Timur. Samarinda: Tanpa Penerbit. pemerintahan. Tidak jarang karya sastra yang ditulis oleh pengarang lokal memiliki Dahlan, Ahmad dkk. 1974. 3 yang Tidak kualitas dan daya apresiasi secara nasional. Masuk Hitungan. Samarinda: Tempo dahulu semua yang bertujuan me- Penerbit Budaya. nasional harus datang dan berkarya di Jakarta. Dengan teknologi modern yang Dahlan, Ahmad dkk. 1976. Seorang Lelaki lintas batas seperti sekarang ini, untuk di Terminal Hidup. Samarinda: menjadi nasional tidak harus berada di Penerbit Budaya. Jakarta. Karya sastra dari pengarang lokal Hasibuan, Abdul Rahim. 2008. Pejuang- yang berkualitas bagus dalam menembus Pejuang Pers. Samarinda: Biro ranah nasional. Di samping itu, banyak Humas Provinsi Kalimantan Timur. pengarang nasional yang tidak berada di Jakarta. Mereka berada di daerah dan Herawati, Yudianti dkk. 2008. Ikhtisar karyanya diterbitkan di daerah. Namun, Sastra Indonesia Kalimantan Timur. karya itu diapresiasi oleh masyarakat Samarinda: Kantor Bahasa Provinsi nasional (lintas lokal). Hal itu ditunjukkan Kalimantan Timur. oleh pengarang nasional yang berdomisili di daerah, antara lain, adalah Linus Suryadi, Herfanda, Ahmadun Yosi dkk. 2003. Sastra Umar Khayam, Budi Darma, Mustafa Bisri, Kota: Bunga Rampai Esai Temu Zamawi Imran, Arwan Tuty Arta, Imam Sastra Jakarta. Yogyakarta: Penerbit Budi Santosa, Korrie Layun Rampan, dan Bentang. Ahmad Noor (karyanya di apresiasi oleh H.B. Yassin). Maemunah. 2008. ”Perlawanan Politik Dari paparan di atas, dapat ditarik Identitas dalam Pieter Elberveld”. suatu kesimpulan bahwa selama ini Dalam Jurnal Atavisme. Volume 11. pengajaran sastra dipandang belum Edisi Juli—Desember 2008. mencapai hasil yang maksimal. Oleh sebab Surabaya: Pusat Bahasa. itu, pengajaran sastra perlu dilakukan dengan metode dan strategi yang mendorong Murtadhlo, Ahmad dkk. “Puisi Indonesia di dicapainya tingkat pemahaman dan apresiasi Kalimantan Timur”. Samarinda: siswa terhadap sastra secara memadai. Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Pengajaran sastra tidak hanya membekali Timur. siswa atas pengetahuan sastra, melainkan mendorong siswa untuk memiliki Pardi. 2007. Drama Indonesia di pemahaman sastra sesuai dengan fungsi Kalimantan Timur. Samarinda: sastra (rekreatif, estetik, didaktik, moralitas, Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan dan religius. Untuk mencapai tujuan Timur. tersebut, bisa dengan menggunakan sastra lokal sebagai media pengajaran sastra. Pardi. 2008. ”Sastra, Refleksi Kehidupan, dan Citra Bangsa”. Samarinda: Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur. 207

Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010

Pernyata, Syafruddin dkk. (Editor). 1999. Indonesia”. Jakarta: Pusat Bahasa, Secuil Bulan di Atas Mahakam. Depdiknas. Samarinda: Komite Sastra Dewan Kesenian Daerah Kaltim. Suratno, Pardi. 2003. “Reformasi dalam Geguritan” dalam Majalah Pernyata, Syafruddin dkk. (Editor). 2002. Sempulur. Yogyakarta: Dinas Antologi Menyambut Fajar. Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Samarinda: Komite Sastra Dewan Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesenian Kalimantan Timur. Suratno, Pardi. 2008. ”Penerbitan Antologi Pernyata, Syafruddin. 2007. Harga Diri. Sastra Balikpapan Kota Tercinta dan Samarinda: Penerbit Spirit. Balikpapan dalam Sastra Indonesia” dalam Jurnal Loa. Samarinda: Rachman, Arief. 2008. ”Pendidikan Bahasa Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan dan Sastra dalam Mewujudkan Timur. Lulusan Generasi Muda yang Beretika dan Berestetika”. Jakarta: Suroso dan Puji Santosa. 2009. Estetika: Pusat Bahasa, Depdiknas. Sastra, Sastrawan & Negara. Yogyakarta: Penerbit Pararaton. Rampan, Korrie Layun. 2008. Mata Kekasih. Jakarta: Penerbit Buku Pop. Wellek, Rene and Austin Warren. 1976. Theory of Literature. Rampan, Korrie Layun (Editor). 2008. Harmondsworth, Middlesex, Balikpapan Kota Tercinta. England: Penguin Books. Yogyakarta: Penerbit Araska dan Jaringan Seniman Independen Indonesia.

Rampan, Korrie Layun (Editor). 2009. Hantu Sungai Wain: Kumpulan Puisi dan Cerpen Penulis Balikpapan. Yogyakarta: Penerbit Araska dan Jaring Seniman Independen Indonesia.

Rampan, Korrie Layun (Editor).. 2008. Balikpapan dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Araska dan Jaring Seniman Independen Indonesia.

Rampan, Korrie Layun (Editor).. 2007. Samarinda Kota Tercinta. Yogyakarta: Penerbit Araska.

Rudy, Rita Inderawati. 2008. ”Paradigma Baru pengajaran Apresiasi Sastra

208