Pemanfaatan Sastra Lokal Dalam Pengajaran Sastra
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010 PEMANFAATAN SASTRA LOKAL DALAM PENGAJARAN SASTRA Yudianti Herawati Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur Pusat Bahasa, Kementerian Pendidikan Nasional Abstract Teaching literature is deemed not achieve maximum results. Therefore, the teaching of literature needs to be done with the methods and strategies that encourage the achievement level of students' understanding and appreciation of literature adequately. Teaching literature does not only equip students for the knowledge of literature, but rather encourage students to have an understanding of literature in accordance with the function of literature. During this time, the teaching of literature in most schools only happen in the space sandwiched between the classroom walls. The result, the power of imagination and creativity of the students are less developed well. Most of the language and literature teachers at the school do not much introduce writers to the students of East Kalimantan. Therefore, the fair if most students do not know the writers of East Kalimantan. In fact, author and work of writers in East Kalimantan is a literary knowledge students should possess at every level of education in schools. Instead, teachers of language and literature not only introduces the literati of Java, Sumatra, or from other islands to the student. In addition, it is no less in the teaching of literature in this province, is the literature regarding the East Kalimantan region. Many teachers of language and literature are less offensive let alone East Kalimantan regional literature. Whereas the East Kalimantan regional literature should be taught once a sufficient proportion in all schools. province. Keywords: menyenangkan, manfaat, realitas, dan sastra lokal A. PENDAHULUAN sebagai sastra nasional. Sebaliknya, sastra Pembicaraan sastra dalam konteks ini Indonesia yang terbit di daerah (kabupaten, adalah sastra Indonesia. Dalam realitas kotamadya, dan provinsi) dikategorikan keberadaan karya sastra, sejak lama sebagai sastra lokal. Di samping itu, tidak masyarakat dan ahli sastra membuat jarang pendapat yang mengatakan bahwa klasifikasi sastra di Indonesia, yakni sastra sastra yang terbit di daerah dengan kualitas lokal dan sastra nasional. Secara kriteria, atau mutu yang bagus dan memiliki wilayah apakah yang sisebut sebagai sastra lokal dan baca lintas daerah dapat disebut sebagai sastra nasional? sastra nasional. Hal itu bisa terjadi karena Tidak mudah membuat definisi dan banyak pengarang ternama yang tinggal di pengertian sastra lokal dengan sastra daerah, misalnya Umar Khayam, Agus nasional. Selama ini banyak pihak menyebut Noor, Imam Budi Santosa, Emha Ainun bahwa sastra yang terbit di ibukota negera Najib, Mustafa Bisri, Zamawi Imran, Budi 197 Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010 Darma, Linus Suryadi A.G., Y.B. daerah yang digunakan oleh masyarakat Mangunwijaya. Dalam kaitan ini, contoh Kalimantan Timur. Suku Bugis banyak yang mudah dilihat karya-karya pengarang mendiami Kalimantan, Samarinda, Sangatta itu telah menjadi ikon sebagai sastra dan Bontang. Sedangkan suku Jawa banyak nasional. Dinyatakan sebagai sastra nasional mendiami Samarinda dan Balikpapan.Dalam karena memiliki wilayah apresiasi yang konstek kepentingan praktis, makalah ini melewati batas kewilayahan atau lokal. memberikakan batasan sastra lokal dalam Sudah pasti karya sastra yang digubahnya oposisinya dengan sastra nasional tidak lagi menjadi sastra lokal, tetapi masuk berdasarkan tingkat apresiasi. Apresiasi dalam kategori sastra nasional. dipahami secara luas, misalnya terkait Definisi yang bersifat oposisional antara dengan penerbit, pembaca, apresiasi sastra lokal versus sastra nasional memang masyarakat (termasuk apresiasi melalui sulit diukur dengan kriteria yang normatif. pengajaran sastra di sekolah dan dan di Jadi, dalam kapasitas apapun sangatlah sulit perguruan tinggi). mendefinisikan sastra lokal secara normatif Dilihat dari lokasi penerbitan sastra, berdasarkan subtansi yang mapan. Jika sastra lokal adalah sastra yang terbit di luar penyebutan sastra lokal hanya didasarkan ibukota negara (Jakarta). Hal itu dapat atas tempat penerbitan semata, jelas dilepaskan dari asal pengarang. Sebagai pengertian itu akan menyesatkan. Sementara misal, cerpen, puisi, novel, dan naskah itu, untuk menyebut sastra di daerah sebagai drama di Jogjakarta akan disebut sebagai sastra nasional juga perlu landasan yang sastra lokal Yogyakarta walaupun rinci (jika didasarkan oleh wilayah baca pengarangnya berasal dari Jawa Timur, lintas daerah). Makasar, Palembang, Samarinda, Semarang, Solo, dan sebagaainya. Dengan demikian, di B. TINJAUAN TEORI Indonesia dikenal sejumlah sastra lokal, 1. Sastra Lokal Kalimantan Timur dan misalnya sastra lokal Yogyakarta, Jawa Sastra Nasional Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur memiliki beberapa Sumatra Selatan, Sumatra Barat, Nusa macam suku bangsa. selama ini yang Tengga Barat, Papua, Maluku, Sulawesi dikenal oleh masyarakat luas, padahal selain Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dayak ada 1 suku yang juga memegang Kalimantan Tengah, dan Kalimantan peranan penting di Kaltim yaitu suku Kutai. Selatan. Suku Kutai merupakan suku melayu asli Jika nama sastra lokal itu dikaitkan Kalimantan Timur, yang awalnya mendiami dengan nama ibukota provinsi, masyarakat wilayah pesisir Kalimantan Timur. Lalu dapat menyebut sastra Indonesia dalam perkembangannya berdiri dua Yogyakarya, Semarang, Bandung, Surabaya, kerajaan Kutai, kerajaan Kutai Martadipura Palembang, Makassar, Menado, Mataram. yang berdiri lebih dulu dengan rajanya Riau, Aceh Darusalam, dan sebagainya. Mulawarman, lalu berdiri pula belakangan Bahkan, jika penyebutan sastra lokal itu kerajaan Kutai Kartanegara yang kemudian dipersempit atas dasar nama ibukota menaklukan Kerajaan Kutai Martadipura, kabupaten atau kotamadya, masyarakat akan dan lalu berubah nama menjadi kerajaan dapat menyebut sastra Indonesia Solo, Kutai Kartanegara Ing Martadipura.Di Malang, Samarinda, Balikpapan, Kebumen, Kalimantan Timur terdapat juga banyak Purwakerta, Tenggarong, Bontang, Berau, suku suku pendatang dari luar, seperti Sragen, Ngawi, dan sebagainya sesuai Bugis, Jawa dan Makassar. Bahasa Jawa dan dengan tempat karya sastra itu diterbitkan. Bahasa Bugis adalah dua dari banyak bahasa 198 Lingua Didaktika Volume 3 No 2, Juli 2010 2. Fungsi Sastra dan Pandangan Bagaimana keadaan dan kualitas terhadap Kondisi Pengajaran Sastra pengajaran sastra di dunia pendidikan? Mengapa perlu belajar sastra? Apakah Keberhasilan pembelajaran sastra sangat sastra memiliki fungsi dalam kehidupan ditentukan berbagai faktor pendukung, masyarakat? Pertanyaan itu menjadi seperti bahan pembelajaran, tenaga pengajar landasan pengambilan kebijakan perlunya (secara kuantitas dan kualitas), metode atau pengajaran sastra. strategi dan teknik mengajar, di samping Sastra adalah produk sosial budaya dari tentunya kurikulum yang memadai. sebuah masyarakat yang sering dinilai Terdapat berbagai pandangan terhadap mengandung realita kehidupan, baik realitas pengajaran sastra di Indonesia. Rosenblatt faktual (sudah dan sedang terjadi) maupun (1978) menyatakan bahwa pengajaran sastra realitas imajiner (prediksi realita masa yang baik (juga benar) adalah pengajaran depan). Sebagai ”realita” kehidupan yang sastra yang memiliki perspektif estetik dan mengindikasikan bahwa membaca atau memberikan penekanan atas perpektif mempelajari sastra dapat dimaknai sebagai tersebut (to teach literature correctly is to membaca atau mempelajari kehidupan. emphasize the aesthetic stance and to de- Dalam belajar, seseorang memiliki tujuan emphasize the efferen (dalam Rudy, 2008: secara umum untuk mendapatkan 3). pengetahuan yang bermanfaat bagi Dalam hubungan ini, Rudy (2003 dan peningkatan kompetensi kehidupannya. 2008) menyatakan bahwa pengajaran sastra Selama ini banyak para cendikia menilai dari pendidikan dasar hingga perguruan bahwa sastra berfungsi sebagai dulce at utile tinggi telah diperlakukan secara tidak adil. ’menyenangkan’ dan ’berguna’(Wellek dan Sejalan dengan itu, Zughoul (1986) Warren, 1976). Pengertian menyenangkan menyatakan bahwa pengajaran sastra Inggris terkait dengan fungsi sastra sebagai bacaan di jurusan bahasa Inggris sangat diabaikan. yang memberi kesenangan atau hiburan. Hal Pandangan yang sering juga diungkapankan itu sejalan dengan hakikat sastra sebagai berbagai pihak adalah pandangan Harras karya yang bersifat estetik. Adapun (2003) yang menyatakan bahwa pengajaran pengertian berguna terkait dengan manfaat sastra baru sedikit subtansinya dalam sastra dalam meningkatkan kompetensi pengajaran bahasa. Maka dari itu, perlu kehidupan (sastra memberikan pelajaran pemisahan pengajaran sastra dari pengajaran atau pengetahuan). Rachman (2008) bahasa. Pendapat itu secara tegas ditolak menyatakan bahwa berfungsi (a) rekreatif, oleh Alwasillah (2002) dengan mengatakan (b) didaktik, (c) estetik, (d) moralitas, dan tidak perlu membuat dikotomi antara (e) religius. Fungsi rekreatif dan estetik pengajaran sastra dan pengajaran bahasa. menurut Rachman (2008) dapat disejajarkan Pengajaran sastra telah berlangsung dengan fungsi menyenangkan menurut sejak lama. Namun, kualitas dan tujuan Wellek dan Warren (1976). Sementara itu, pengajaran sastra dinilai belum memadai. fungsi berguna menurut Wellek dan Warren Menurut Alwasilah (1994) terdapat banyak (1976) dapat disejajarkan atau mencakupi alasan yang mendorong kekurangberhasilan fungsi didaktik, moralitas, dan religius pengajaran sastra. Alwasilah (1994) menurut Rachman