PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PEMANFAATAN MUSEUM BENTENG VREDEBURG SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh: Febieta Ridha Evani NIM: 141314006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2019

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, skripsi ini aku persembahkan kepada kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan mendukungku, serta teman- teman dan sahabatku yang telah membantu dan memberikan dukungannya terhadap terselesainya skripsi ini.

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan, dan

saya percaya pada diri saya sendiri”

(Muhammad Ali)

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

PEMANFAATAN MUSEUM BENTENG VREDEBURG SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER

Febieta Ridha Evani 141314006

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg, (2) Koleksi yang ada di Museum Benteng Vredeburg, (3) Kegiatan edukasi yang ada di Museum Benteng Vredeburg, dan (4) Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, kuesioner, serta dokumen dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian adalah pengunjung dan pengelola Museum Benteng Vredeburg yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri atas pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Berdirinya Museum Benteng Vredeburg dilatarbelakangi oleh upaya menghidupkan kembali benteng bekas peninggalan Belanda sebagai tempat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai sejarah, (2) Koleksi yang terdapat di Museum Benteng Vredeburg beraneka ragam dan dapat di manfaatkan sebagai sumber belajar sejarah dan sarana pengembangan pendidikan karakter, (3) Museum memiliki banyak kegiatan edukasi yang diadakan baik di lingkungan museum maupun di luar museum, (4) Museum dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah dan menjadi alternatif bagi pembelajaran di luar kelas. Melalui kunjungan ke museum dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, nasionalisme, dan patriotisme dari pengunjung.

Kata Kunci: Museum Benteng Vredeburg, Sumber Belajar Sejarah, Pendidikan Karakter

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

UTILIZATION OF VREDEBURG FORT MUSEUM AS A SOURCE OF HISTORY LEARNING AND DEVELOPMENT CHARACTER EDUCATION

Febieta Ridha Evani 141314006

This study aims to describe: (1) the background of the establishment of the Fort Vredeburg Museum, (2) collections at the Vredeburg Fort Museum, (3) educational activities at the Benteng Vredeburg Museum, and (4) the use of the Vredeburg Fort Museum as a source of history learning and development of character education. This research uses qualitative method with case study. Data collection is done through observation, interview, questionnaire, as well as document and documentation. Subject in this research were visitors and manager of the Vredeburg Fort Museum selected using purposive sampling technique. Data analysis techniques used is Miles and Huberman model consisting of data collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of this study indicate that: (1) The establishment of the Vredeburg Fort Museum was motivated by the re-livelihood of the former Dutch fortress as a place to educate the public about history, (2) The collections found at the Vredeburg Fort Museum are various sources learning history and means of developing character education, (3) educational activities held by the Vredeburg Fort Museum are quite a lot both in the museum and outside the museum, (4) The Museum Benteng Vredeburg can be an alternative for outdoor learning through museum visits that can foster a sense of desire for knowledge, nationalism, and patriotism.

Keywords: Museum Benteng Vredeburg, Vredeburg Fort Museum, History Learning Resources, Character Education

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur atas karunia dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang senantiasa memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M. selaku Dosen Pembimbing Akademik

(DPA) yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis.

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan ilmu

dan didikan kepada penulis.

7. Pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah yang selalu memberikan

pelayanan administrasi kepada penulis.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...... vii ABSTRAK viii ABSTRACT ix KATA PENGANTAR x DAFTAR ISI xii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR GAMBAR xv DAFTAR LAMPIRAN xvi

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 7 C. Tujuan Penelitian 7 D. Manfaat Penelitian 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 A. Kajian Teori 9 1. Museum 9 2. Museum Benteng Vredeburg 14 3. Sumber Belajar 18 4. Sejarah 24 5. Pendidikan Karakter 26 B. Penelitian yang Relevan 35 C. Kerangka Berpikir 37

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 A. Tempat dan Waktu Penelitian 39 B. Pendekatan Penelitian 39 C. Sumber Data 41 D. Metode Pengumpulan Data 42 E. Instrumen Pengumpulan Data 46 F. Teknik Sampling 47 G. Validitas Data 48 H. Teknik Analisis Data 52 I. Sistematika Penulisan 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 57 A. Deskripsi Lokasi Penelitian 57 B. Deskripsi Hasil Penelitian 61 C. Pembahasan 98 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 109 A. Kesimpulan 109 B. Saran 111 DAFTAR PUSTAKA 113 LAMPIRAN 116

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian 39 Tabel 2. Interval Skor kuesioner 55 Tabel 3. Data Kuesioner pasa Aspek Pengetahuan ...... 84 Tabel 4. Kategori Hasil Kuesioner pasa Aspek Pengetahuan...... 85 Tabel 5. Data Kuesioner pasa Aspek Rasa Ingin Tahu ...... 88 Tabel 6. Kategori Hasil Kuesioner pasa Aspek Rasa Ingin Tahu...... 89 Tabel 7. Data Kuesioner pasa Aspek Nasionalisme ...... 91 Tabel 8. Kategori Hasil Kuesioner pasa Aspek Nasionalisme ...... 92 Tabel 9. Data Kuesioner pasa Aspek Patriotisme ...... 94 Tabel 10. Kategori Hasil Kuesioner pasa Aspek Patriotisme ...... 95

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Kerucut Pengalaman Edgar Dale 19 Gambar II. Alur Kerangka Berpikir 38 Gambar III. Komponen Analisis Data: Model Miles & Huberman 53 Gambar IV. Diagram Data pada Aspek Pengetahuan 86 Gambar V. Diagram Data pada Aspek Rasa Ingin Tahu 89 Gambar VI. Diagram Data pada Aspek Nasionalisme 92 Gambar VII. Diagram Data pada Aspek Patriotisme 95 Gambar VIII. Data Perbandingan Nilai Rata-Rata Rasa Ingin Tahu,

Nasionalisme, dan Patriotisme 97

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Observasi Museum 116 Lampiran 2. Lembar Pengamatan Dokumen 117 Lampiran 3. Data Dokumen 118 Lampiran 4. Kisi- Kisi Pertanyaan Wawancara 119 Lampiran 5. Lembar Wawancara Pengelola dan Pengunjung 120 Lampiran 6. Kisi- Kisi Kuesioner 122 Lampiran 7. Lembar Kuesioner 123 Lampiran 8. Daftar Narasumber 127 Lampiran 9. Catatan Lapangan 1 128 Lampiran 10. Catatan Lapangan 2 130 Lampiran 11. Catatan Lapangan 3 132 Lampiran 12. Catatan Lapangan 4 134 Lampiran 13. Catatan Lapangan 5 136 Lampiran 14. Catatan Lapangan 6 138 Lampiran 15. Catatan Lapangan 7 140 Lampiran 16. Catatan Lapangan 8 142 Lampiran 17. Dokumentasi Wawancara 144 Lampiran 18. Silabus 148 Lampiran 19. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 165 Lampiran 20. Surat Izin Penelitian 176

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Museum merupakan suatu lembaga yang mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang digunakan untuk memperkuat kepribadian dan jati diri bangsa serta meningkatkan kebanggaan nasional dan bukan hanya sebagai tempat atau lembaga yang mengumpulkan dan memamerkan benda-benda besejarah yang berkaitan dengan perkembangan aktivitas manusia dan lingkunganya. Museum harus dianggap oleh umum sebagai suatu bangunan yang membuat orang betah, dan orang dengan sikap yang menyenangkan untuk meninjaunya, melihat-lihat yang dipamerkan sangat memikat hati.1

Perlunya museum secara tidak langsung memiliki peranan dan makna yang cukup penting apalagi dalam dunia pendidikan. Pendidikan merupakan proses sosilaisasi yang dialami manusia sejak lahir, hidup bermasyarakat, dan berkebudayaan.2 Saat ini pendidikan oleh sebagian orang diartikan sebagai suatu pembelajaran seumur hidup dimana pendidikan bukan hanya pengajaran yang hanya diperoleh di sekolah. Museum memainkan peranan dalam pendidikan, museum bukan sekolah dan tidak akan menggantikan peran sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal.3 Museum dapat dijadikan sebagai sumber belajar

1 Schouten, Pengantar Didaktif Museum, Jakarta: Poyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, 1991, hlm 9 2 Amir Sutaarga, Studi Museologia, Jakarta; Poyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, 1990, hlm 63 3 Ibid, hlm 63

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

bagi masyarakat yang dapat dipelajari selain disekolah sebagai lembaga formal, namun sebagai sumber belajar dari lembaga non- formal.

Topik mengenai peranan museum dalam pendidikan, senantiasa aktual karena kedua komponen sosial budaya tersebut, yakni museum di satu pihak dan lembaga pendidikan di lain pihak, selama keduanya masih berfungsi ditengah- tengah masyarakat, maka peranannya akan tetap aktual dan terus diamati, dikaji, untuk kemudian dapat disempurnakan.4 Cara belajar di museum tentu berbeda dengan di sekolah walaupun keduanya sama-sama merupakan tempat untuk menambah ilmu dan pengetahuan. Sekolah memiliki seperangkat aturan dengan disiplin dan sanksi-sanksinya sedangkan di museum masyarakat bebas untuk mengunjungi dan memanfaatkanya.5 Belajar di museum dapat dilakukan melalui koleksi-koleksi yang ditampilkan, masyarakat atau pengunjung dapat belajar serta berimajinasi dan memiliki gambaran mengenai kejadian di masa lalu. Dengan begitu dalam dunia pendidikan, museum memiliki peranan sebagai sumber belajar baik dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan atas serta perguruan tinggi. Dengan mengunjungi museum, pengunjung akan mendapatkan informasi sejarah melalui diorama serta koleksi lainya dimuseum.

Kurangnya ketertarikan sebagian orang untuk berkunjung ke museum dikarenakan adanya anggapan bahwa museum itu kuno dan hanya sebagai monumen untuk mempercantik kota. Padahal dalam dunia pendidikan, museum merupakan sumber belajar yang dapat dilihat melalui pameran yang ditampilkan dan berbentuk tiga dimensi. Apabila masyarakat baik dari pendidikan dan umum

4 Ibid, hlm 63 5 Ibid, hlm 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

dapat melihat apa yang terkandung dalam setiap benda yang dipamerkan oleh museum maka tentu pengunjung akan mendapatkan nilai-nilai dan warisan budaya dari generasi lalu ke generasi sekarang yang tentunya berguna sebagai pembelajaran khusunya dalam belajar sejarah.

Pendidikan pada dasarnya adalah proses pembentukan karakter, dalam lingkup yang lebih kecil, pembelajaran sejarah adalah upaya pembentukan karakter melalui upaya pemahaman dan peneguhan kembali nilai-nilai unggul perjalanan sebuah bangsa.6 Belajar sejarah saat ini kurang diminati karena banyak dianggap kuno dan kurang menarik serta membosankan. Materi sejarah di

Indonesia sudah mulai diajarkan sejak memasuki sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dan tergolong dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sayangnya antusiasme dalam mempelajari sejarah masih tetap kurang maksimal yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut di antaranya kemungkinan kurangnya kemampuan guru untuk membuat peserta didik menyukai pelajaran sejarah seperti terlalu monoton dalam menyampaikan materi dan lain-lain serta kurang menariknya museum bagi sebagian orang. Dengan begitu akan lebih baik jika museum dapat menarik dan membuat orang yang datang menjadi nyaman dan memperbesar keingintahuanya agar apa yang terkandung dapat tersampaikan pada pengunjung.

Sebenarnya sudah banyak dilakukan pembelajaran dengan cara mengunjungi situs-situs bersejarah seperti museum, candi, dan lain sebagainya, namun cara ini masih kurang maksimal dan efektif. Banyak yang diantaranya

6Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah; isu, gagasan dan strategi Pembelajaran, 2014, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, hlm 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

hanya sekedar formalitas mengunjungi museum namun kurang mengetahui isi atau arti dari yang dikunjungi. Misalnya saja museum, banyak yang datang hanya untuk berfoto dan kewajiban mengikuti acara sekolah dll. Padahal dengan berkunjung ke situs-situs bersejarah ini sebenarnya akan lebih menarik daripada pembelajaran dalam kelas, peserta didik dapat melihat gambaran langsung kejadian yang terjadi di masa lalu melalui diorama yang ditampilkan dan museum juga dapat menjadi sarana yang tepat untuk mengembangkan imajinasi anak mengenai kejadian dimasa lampau.

Museum sebagai sumber belajar erat kaitanya dengan pengembangan pendidikan, dimana pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dianggap remeh dalam proses kemajuan suatu bangsa. Dalam pembelajaran sejarah, peran penting pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah.7 Selain sebagai sumber belajar dan pengembangan pendidikan, museum juga dapat digunakan sebagai pengembangan pendidikan, khususnya pendidikan karakter.

Pendidikan karakter sendiri dapat dikatakan sebagai hasil dari usaha manusia yang dapat dipahami yang dimana merupakan aksesoris bagi manusia dari hasil pengembangan dirinya.

Saat ini banyak pihak yang menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksaaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan terbetuk oleh banyaknya kasus kekerasan tindakan intoleransi, disintegrasi,

7 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah; isu, gagasan dan strategi Pembelajaran, 2014, Aswaja Pressindo, Yogyakarta hlm57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

merebaknya kasus korupsi dan menggejalanya ketidakjujuran dikalangan pemimpin adalah tema-tema berita yang acapkali menghiasi pemberitaan dihampir semua stasiun televise di negeri ini dan sering disebut-sebut sebagai indikasi menipisnya karakter bangsa.8 Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan bagi generasi muda diharapkan dapat meningkatkan perananya dalam pembentukan kepribadian dari peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.

Pembentukan Negara Republik Indonesia tidak terlepas dari usaha keras dan perjuangan seluruh para pendiri atau pahlawan bangsa. Oleh karena itu, semangat kebangsaan yang bersejarah menjadi wujud dari gerakan kebangkitan nasional.

Pembangunan karakter memiliki fungsi yang cukup penting dimana karakter merupakan hal pokok dan mendasar dalam berbangsa dan bernegara. Hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter berfungsi atau berperan sebagai kemudi serta kekuatan sehingga bangsa tidak mudah terombang-ambing dan mampu memiliki generasi yang kuat dan tidak mudah diadu domba. Karakter tidak dapat muncul dan datang secara tiba-tiba dengan sendirinya, tetapi harus dibentuk dan dibangun, serta dikembangkan agar menjadi bangsa yang bermartabat. Apalagi saat ini pendidikan karakter meskipun sudah sering digembar-gemborkan sebagai suatu kepentingan dalam pendidikan nampaknya tidak berjalan sesuai yang diharapkan dan perlahan makin hilang dan tampaknya kurang begitu mendapatkan perhatian terutama dari kalangan pendidik.

8 Ibid, hlm 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Pendidikan karakter lebih mengutamakan pertumbuhan moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan.9 Dalam mengembangkan karakter dapat melalui beberapa cara, yakni melalui pembelajaran disekolah, film, video, surat kabar atau media masa, dan salah satunya dengan berkunjung ke museum. Dalam mengembangkan pendidikan karakter melalui situs dan bangunan bersejarah sebagai sumber belajar maka penulis memilih salah satu situs yang ada di

Yogyakarta dan berada di pusat titik kota yaitu Benteng Vredeburg. Benteng

Vredeburg sendiri merupakan jejak dari perjuangan dan kejadian dimasa lampau yakni pada masa kolonial.

Benteng Vredeburg memiliki bangunan yang masih kokoh dan cukup indah setelah melakukan beberapa pemugaran yang terbagi menjadi beberapa periode.

Dengan berkunjung ke Benteng Vredeburg maka pengunjung akan mendapatkan informasi dan pembelajaran dari nilai-nilai perjuangan yang dilakukan para pahlawan bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di masa kolonial pada saat itu. Sehingga para pengunjung dan generasi muda khususnya dapat menghargai dan memiliki semangat kebangsaan dalam mengharumkan nama bangsa agar mernjadi bangsa yang lebih hebat lagi ke depannya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan pengembangan Pendidikan Karakter”.

Penulis berharap penelitian ini dapat menyumbang wawasan dan pengetahuan

9 Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta:PT Grasindo, 2007, hlm 135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

mengenai manfaat museum sebagai sumber belajar dan pengembangan pendidikan karakter.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg?

2. Apa saja koleksi yang ada di Museum Benteng Vredeburg?

3. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Museum Benteng Vredeburg?

4. Bagaimana pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah dan

pengembangan pendidikan karakter?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg.

2. Mendeskripsikan koleksi yang terdapat di Museum Benteng Vredeburg.

3. Mendeskripsikan kegiatan yang dilaksanakan di Museum Benteng

Vredeburg.

4. Mendeskripsikan pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah dan

pengembangan pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan dan kajian khususnya

mengenai museum sebagai sumber belajar dan pengembangan pendidikan

karakter.

2. Bagi Penulis

Untuk menambah pengalaman peneliti dalam menulis karya ilmiah, serta

menambah pengetahuan dan wawasan mengenai museum Benteng Vredeburg

sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan karakter.

3. Bagi pengelola Museum

Penelitian ini diharapkan dapat membantu pengelola museum untuk

mengembangkan museum menjadi sarana sumber belajar sejarah baik dari

pengunjung umum maupun dari sekolah sehingga lebih baik dan menarik

4. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kepada guru mengenai

pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah.

5. Bagi pembaca dan masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dari masyarakat untuk

berkunjung ke museum sebagai tempat untuk mengenal nilai dan budaya

bangsa serta nilai patriotis dari para pahlawan dalam sejarah perjuangan bangsa

Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Museum a. Pengertian Museum

Museum adalah gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap untuk benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu serta tempat untuk menyimpan barang kuno.10

Museum bukan hanya sebagai tempat untuk menyimpan benda bersejarah saja, namun juga memiliki nilai dalam sejarah, seni dan budaya bangsa.

Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembanganya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, mengkomunikasikan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, bukti-bukti material manusia dan lingkunganya.11 Jika dipandang sebagai suatu lembaga atau organisasi merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai elemen atau komponen yang dimana satu sama lainnya berhubungan, berinteraksi, karena setiap komponenya hidup dan bergerak karena berfungsi. Komponen tersebut meliputi personil, gedung, koleksi, publik, dan sarana serta fasilitas lainya. Komponen-komponen tersebut saling berkaitan satu sama lain.

10 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus besar Bahasa Indonesia pusat Bahasa ed iv. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm 942. 11 Moh Amir Sutaarga, Studi Museologia, Jakarta, Preoyek Pembinaan Permuseuman Jakarta, 1991, hlm 3

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

Kalau dikatakan bahwa ketenagaan museum dapat diberi khusus karena profesi dan ilmuserta keahlian sejenis, maka koleksi museum juga dapat diberi corak khusus karena terikat oleh kompleks segala cabang kesenian, ilmu dan teknologi, sebagai bukti-bukti material tentang kehadiran manusia dan lingkungannya.12 b. Koleksi Museum

Koleksi museum, mulai dari pengadaanya, pencatatanya, pengkajiannya, perawatan, dan pengawetanya sampai kepada penyajian dan pemanfaatannya adalah pusat kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan museum.13 Dari segi sistem, koleksi merupakan komponen utama dari sekian komponen yang terdapat dari jaringan tersebut. Komponen penggerak koleksi adalah kurator yang mengelola koleksi tersebut.14 Tidak setiap benda yang dapat dijadikan sebagai benda koleksi di museum. Benda tersebut harus memiliki nilai guna, fungsi, dan juga arti yang berkaitan dengan sesuatu atau konteks tertentu. Untuk menetapkan benda yang dijadikan koleksi museum maka diperlukan system penilaian, kaidah dan aturan yang terdapat pada kebijakan pengadaan koleksi.

Benda-benda koleksi museum melalui berbagai cara yakni dari kegiatan pengumpulan dalam rangka kegiatan riset lapangan, melalui pembelian, permberian atau hibah, wasiat, dan sebagai barang sitaan dari pengadilan serta ada juga yang sebagai pinjaman.

12 Ibid, hlm 3 13 Moh Amir Sutaarga, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1998, hlm 46 14 Ibid, hlm 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

c. Jenis Museum

Museum secara tipologis menunjukkan kesamaan perjenisan cabang-cabang seni dan ilmu yang dapat dibagi menjadi:

a) Museum ilmu hayat (museums of natural history) b) Museum ilmu dan teknologi (museums of science and technology) c) Museum arkeologi dan sejarah (museums of archaeology and history) d) Museum antropologi dan etnografi (museums of anthropology and ethnography) e) Museum kesenian (museums of art)15

Museum yang ada di Indonesia dibedakan menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:

1) Jenis museum berdasarkan koleksi yang dimiliki, yakni Museum Umum dan

Museum Khusus. Koleksi yang ada dalam museum umum terdiri dari

kumpulan bukti material manusia dalam lingkunganya yang berkaitan dengan

berbagai cabang seni, disiplin dan ilmu teknologi. Sedangkan koleksi dari

museum khusus merupakan kumpulan bukti material manusia dalam

lingkunganya yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang ilmu atau

cabang teknologi.

2) Jenis museum berdasarkan kedudukanya terdapat tiga jenis yaitu museum

nasional, museum provinsi, dan museum lokal. Dalam museum nasional,

koleksinya terdiri dari kumpulan benda yang berasal, mewakili atau

menggambarkan dan berkaitan dengan bukti manusia dalam lingkungannya

dari seluruh wilayah yang ada di Indonesia yang bernilai nasional. Dalam

museum provinsi, koleksinya terdiri dari dari kumpulan bukti material

manusia dan lingkunganya yang berasal, mewakili dan berkaitan dengan

15 Ibid, hlm 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

wilayah atau provinsi adanya museum tersebut. Sedangkan koleksi yang ada

dalam museum lokal adalah bukti material yang mewakili dan berkaitan dari

daerah tersebut seperti wilayah kota atau kabupaten dimana museum tersebut

berada. d. Fungsi Museum

Museum berfungsi untuk menyimpan, merawat, dan mengamankan serta memanfaatkan koleksi museum yang berupa benda cagar budaya atau benda bersejarah. Dengan begitu museum memiliki fungsi sebagai tempat pelestarian dan sebagai sumber informasi. Dalam melaksanakan tugas sebagai pelestari, maka museum harus melaksanakan beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi penyimpanan yang meliputi pengumpulan benda untuk menjadi koleks, pencatatan koleksi, penomoran, dan penataan koleksi.

Selain sebagai pelestari, museum juga bertugas untuk merawat benda-benda yang ada dimuseum yakni mencegah dan menanggulangi kerusakan koleksi yang ada di museum. Selain itu museum juga melakukan kegiatan pengamanan, dimana museum melakukan kegiatan perlindungan atau melindungi benda-benda koleksi museum serta menjaganya dari gangguan atau kerusakan koleksi dari gangguan atau kerusakan yang disebabkan oleh faktor alam maupun manusia.

Museum sebagai sumber informasi yakni harus melaksanakan tugasnya yang meliputi kegiatan pemanfaatan melalui penelitian dan penyajian. Penelitian perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengembangkan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sedangkan penyajian harus tetap memperhatikan aspek pelestarian dan pengamanannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

e. Pengunjung Museum

Pengunjung museum dibedakan menjadi tiga kategori, yakni: pengunjung pelaku studi, pengunjung bertujuan tertentu, dan pengunjung pelaku rekreasi.

1) Pengunjung Pelaku Studi

Pengunjung pelaku studi ialah mereka yang menguasai bidang studi

tertentu berkaitan dengan koleksi museum untuk menambah penalaranya,

melaksanakan pekerjaan verifikasi persoalan-persoalan tertentu dan

sebagainya.16 Pengunjung ini sering memanfaatkan perpustakaan museum

dan fasilitas lainya.

2) Pengunjung Bertujuan Tertentu

Pengunjung bertujuan tertentu adalah mereka yang datang ke museum

karena adanya suatu pembicaraan ataupun tujuan mengenai suatu pameran

yang sedang diselenggarakan oleh museum tersebut, atau karena urusan

dari sekolah atau universitas yang tertarik atau berminat akan suatu hal

atau suatu topik yang berkaitan dengan koleksi atau pameran di museum.

Pengunjung atau peserta didik yang datang ke museum karena adanya

acara tertentu masuk dalam kategori pengunjung kelompok ini. Kunjungan

yang dilakukan biasanya seperti bertujuan untuk pembelajaran atau

pariwisata dari sekolah dan lain- lain.

16 Schouten, Pengantar Didaktif Museum, Jakarta, Proyek Pembinaan Museum Jakarta,1991, hlm 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

3) Pengunjung Rekreatif

Pengunjung museum untuk tujuan rekreasi datang untuk menikmati waktu

senggang atau sekedar untuk melihat-lihat dan bersenang-senang.

Misalnya, beberapa kelompok sekolah yang biasanya cenderung

berperilaku sebagai pencari rekreasi daripada sebagai pengunjung yang

terarah. Pengunjung rekreatif ini datang untuk menikmati dan melihat-

lihat museum seperti bangunannya, koleksi pameran dan diorama serta

fasilitas museum untuk berfoto dan lain sebagainya.

2. Museum Benteng Vredeburg a. Latar Belakang Museum Benteng Vredeburg

Benteng merupakan bangunan tempat berlindung atau bertahan dari serangan musuh. Benteng adalah bangunan untuk keperluan militer yang dibuat untuk keperluan pertahanan sewaktu dalam peperangan. Benteng sendiri sudah dibangun oleh umat manusia sejak beberapa puluh tahun yang lalu dalam berbagai bentuk dan perkembangannya.

Museum Benteng Vredeburg merupakan salah satu dari banyaknya peninggalan bangunan dari zaman kolonial. Benteng Vredeburg dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai pendiri kerajaan Mataram atau

Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Museum Benteng Vredeburg terletak di kawasan kilometer nol pusat kota Yogyakarta yang menjadikannya mudah ditemukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Pembangunan Benteng Vredeburg memakan waktu yang cukup lama dari tahun 1765 sampai tahun 1788. Benteng Vredeburg pada awalnya bernama

Rustenburg. Benteng Vredeburg erat kaitanya dengan lahirnya kesultanan

Yogyakarta (Perjanjian Giyanti). Setelah proses perjanjian tersebut kasultanan

Yogyakarta yang pada saat itu dipimping oleh Sultan Hamengku Buwono I berkempang pesat.17 Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi pihak Belanda yang akhirnya meminta ijin sultan untuk membangun sebuah benteng bagi pasukan VOC di Yogyakarta.18 Selain itu, disamping Benteng Vredeburg juga dibangun beberapa bangunan yakni seperti gereja, sekolah, kantor pos, bank, kantor administrasi untuk menunjang kehidupan sosial disana.

Bangunan Benteng Vredeburg sendiri bangunan yang bergaya Eropa

(Yunani- Belanda) yang berbentuk bujur sangkar dan di ke empat sudutnya berupa seleka (bastion), yang dapat menampung kira kira 500 orang. Namun meskipun bangunanya bergaya eropa, namun ada juga unsur- unsur lokal. b. Museum Benteng Vredeburg dari masa ke masa

Dalam perkembangannya, Benteng Vredeburg dibagi menjadi beberapa periode dan mengalami beberapa fase antara lain:19

1) Antara tahun 1761 sampai dengan sekitar tahun 1830an, Benteng Vredeburg

berfungsi sebagai benteng pertahanan.

17 related:https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/27694/NTg1OTM=/Revitalisasi-dan- Pemanfaatan-Benteng-Vredeburg-di-Yogyakarta-Tahun-1976-2011-abstrak.pdf benteng vredeburg pdf 18 related:https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/27694/NTg1OTM=/Revitalisasi-dan- Pemanfaatan-Benteng-Vredeburg-di-Yogyakarta-Tahun-1976-2011-abstrak.pdf benteng vredeburg pdf 19 Gunawan Haji, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Direktorat Museum. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006 halaman 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

a) Fungsi parit sebagai rintangan paling luar terhadap serangan musuh

b) Anjungan berfungsi sebagai tempat untuk menembakan meriam, sehingga

konsentrasi meriam- meriam di tempatkan di ujung- ujung anjungan.

c) Open space berfungsi tempat persiapan pasukan, upacara- upacara bahkan

mungkin untuk latihan para prajurit

d) Zone tengah didirikan bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai fasilitas

tempat tinggal para prajurit dan perwiranya.

2) Antara tahun 1830- 1945

Dalam periode ini Benteng Vredeburg mengalami perubahan-perubahan karena

banyak faktor baik dari perkembangan politik, situasi keamanan, dan kemajuan

teknologi. Pada periode ini banyak dari fungsi dari Benteng Vredeburg yang

beralih fungsi.

3) Periode tahun 1945- 1977

Dalam periode ini tidak ada perubahan baik dari fisik dari Benteng Vredeburg.

4) Periode setelah tahun 1977.

Dalam periode ini dilakukan pembangunan di segalaa bidang baik dari segi

material dan non material. Benteng Vredeburg dimanfaatan sebagai salah satu

pusat informasi dan pembangunan budaya nusantara. Benteng Vredeburg

kemudian dipugar dan difungsikan sebagai museum, dimana dalam pemugaran

tersebut bentuk arsitektur luarnya tetap dan tidak menghilangkan ciri-ciri

khasnya sedangkan perubahan didalamnya disesuaikan dengan fungsinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Sebagai sebuah museum, bangunan kompleks Benteng Vredeburg dipugar dan dibangun sesuai sarana dan fasilitas yang diperlukan secara bertahap dan dilengkapi dengan ruang-ruang sebagai berikut:

a) Ruang pameran tetap b) Ruang pameran tidak tetap (temporer) c) Ruang perpustakaan dan ruang baca d) Ruang bimbingan dan audiovisual e) Ruang penyimpanan koleksi (storage) f) Ruang pengelola g) Ruang sarana penunjang dan pelayanan (toilet, penitipan barang, dll)20

Benteng Vredeburg yang memiliki arti benteng perdamaian saat ini memiliki beberapa koleksi yakni diorama peristiwa bersejarah, lukisan, dokumen- dokumen, bangunan, dan lain-lain. Bangunan-bangunan yang ada di Museum

Benteng Vredeburg saat ini masih terawat dengan baik dan cukup menarik untuk dikunjungi apalagi untuk belajar dan mengenalkan nilai-nilai perjuangan dari para pahwalan di masa kolonial.

Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan nomor

0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng

Yogyakarta. Seiring dengan perkembangan struktur organisasi di lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka dari waktu ke waktu perkembangan tersebut juga terjadi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Perkembangan terakhir berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor: 34 tahun 2015, tanggal 9 Oktober 2016, tentang Organsasi dan Tata Kerja (OTK) Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta disebutkan

20 Gunawan Haji, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Direktorat Museum. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2006 halaman 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3. Sumber Belajar a. Pengertian Sumber Belajar

Sesuatu dapat dikatakan sebagai sumber belajar apabila dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran.

Gagne dan Briggs berpendapat bahwa sumber belajar adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.21 Sumber belajar adalah bahan atau alat yang memuat pesan dalam kegiatan belajar-mengajar, dengan maksud agar proses komunikasi antara guru dan peserta didik dapat berlangsung dan berguna secara tepat. Sumber belajar sendiri mencakup segala sesuatu yang berkaitan dan diperlukan untuk belajar. Dengan menggunakan sumber belajar dapat memudahkan dalam memahami sesuatu yang sedang dikerjakan.

Sumber belajar sendiri merupakan bagian yang penting dalam kegiatan belajar dimana merupakan media untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, sikap, emosi, dan keyakinan, serta perasaan. Sumber belajar digunakan untuk mendukung seseorang dalam proses belajarnya.

Sumber belajar dapat dikelompokkan atas dasar berbagi sudut pandang.

Dilihat dari cara memeperoleh informasi, sumber belajar dapat dibagi menjadi jenis visual, audio, dan audiovisual. Disamping itu, dilihat dari tujuan pembuatanya, sumber belajar dapat dibagi ke dalam kelompok sumber belajar yang sengaja dirancang dan dibuat/ diproduksi khusus untuk keperluan belajar

21 Wasis D Dwiyogo, Pembelajaran Visioner, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016, hlm 82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

atau membelajarkan (by design).22 Contohnya adalah buku teks pelajaran, modul, laboraturium atau tempat praktik, video pembelajaran, dan perpustakaan. Selain itu ada juga kelompok sumber belajar yang bukan dirancang, dibuat/ diproduksi khusus untuk keperluan pembelajaran tetapi dapat dipergunakan untuk keperluan belajar atau membelajarkan (by utilization).23 Contohnya adalah museum yang dapat digunakan untuk mempelajari kebudayaan, antropologi, dan sejarah. b. Sumber Belajar Menurut Edgar Dale

Sumber belajar menurut Edgar Dale dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya proses belajar.24 Menurut Edgar Dale, pada tingkat yang konkrit orang memperoleh pengalaman (belajar) dari kenyataan yang diperoleh dalam kehidupan sedangkan untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman, akan meningkat menuju ke tingkat yang lebih tinggi, yang akhirnya tiba pada puncak kerucut dimana pengalaman itu diperoleh, walaupun hanya dalam bentuk simbol atau lambang-lambang kata.25

22 Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm 64 23 Ibid, hlm 64 24 Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm 18 25 Latuheru, John D, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1988, hlm 16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

lamban visual/g kata peta Gambar/ Foto Gambar tetap Gambar Hidup Televisi Pameran

Melalui Karyawisata Melalui Demonstrasi Melalui Dramatisasi Pengalaman melalui benda tiruan Pengalaman Langsung

Gambar I. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Sumber: Buku Pengembangan sumber belajar) a) Pengalaman Langsung

Pada tahap ini anak didik/warga belajar perlu berhubungan langsung dengan keadaan dan kejadian yang sebenarnya.26 Dengan begitu maka mereka dapat melihat, meraba, dan memegang, serta mengalami sendiri yang sedang mereka hadapi dengan tujuan agar mampu memecahkan masalah sendiri. b) Pengalaman melalui benda tiruan

Pada tahap ini, kejadian-kejadian atau peristiwa, atau benda-benda yang sebenarnya sulit diperoleh, mungkin juga terlampau besar untuk dibawa kedalam kelas, atau terlampau jauh, maka dapat dibuatkan benda tiruan yang rupanya sama dengan benda sebenarnya, hanya ukuranya mungkin tidak sama.27 Misalnya dengan menerangkan tentang “peredaran darah”, dimana jantung berfungsi sebagai pompa, maka dapat digunakan model jantung yang dapat dilepas dari

26 Ibid, hlm 17 27 Ibid, hlm 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

model manusia yang biasanya dimiliki sekolah (alat peraga). Dengan begitu maka dapat memberi kesan mendalam dan mempermudah peserta didik dalam menerima materi yang disajikan. c) Pengalaman melalui dramatisasi

Pada tahap ini materi yang disajikan dalam bentuk drama dimana dalam penyajian ini perlu diperhatikan mulai dari pakaian, mimik, suara, sampai pada sikap maupun sifat- sifat khas dari seseorang yang diperankan agar bisa menarik perhatian anak didik sehingga isi pelajaran yang didramatisasikan dapat diterima dengan baik dan dimengerti.28 d) Pengalaman melalui demonstrasi

Dalam hal ini materi pengajaran yang disajikan, pada tahap tertentu atau saat dimana bagian-bagian tertentu perlu didemonstrasikan, maka hendaknya dilakukan. Misalnya tentang bagaimana membuat tape yang manis, bagaimana memegang raket, dan menjelaskan mengenai cara duduk yang baik dan sopan dalam suatu acara resmi dll. e) Pengalaman melalui karyawisata

Pengalaman yang diperoleh peserta didik melalui karyawisata sangat berarti terutama dalam hal memperkaya dan memperluas pengalaman belajar bagi peserta didik. Peserta didik dapat mencatat, mengadakan observasi, tanya jawab, serta membuat laporan mengenai segala sesuatu yang dilihat dan dilakukan selama berkaryawisata.29

28 Ibid, hlm18 29 Ibid, hlm 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

f) Pengalaman melalui pameran

Dalam kegiatan ini anak didik atau pengunjung dapat memperlihatkan dan memamerkan kemampun serta kemajuan- kemajuan mereka secara individu, kelas, maupun secara kesatuan sekolah agar dapat dilihat oleh masyarakat yang dimana peserta didik dapat membandingkan tingkat kemajuan mereka dengan orang lain atau sekolah lain.30 Dengan begitu maka akan timbul motivasi dan hasrat bersaing dalam arti positif dan sehat bagi peserta didik. g) Pengalaman melalui televisi

Melalui televisi maka akan memperoleh informasi- informasi yang otentik, segera setelah perstiwa terjadi, bahkan saat peristiwa sedang terjadi. Televisi juga merupakan media yang dapat menarik minat peserta lebih baik dengan sajian yang disajikan. h) Pengalaman melalui gambar hidup

Melalui pengalaman gambar hidup peserta didik dapat memperoleh pengalaman melalui penyajian materi pengajaran dengan menggunakan gambar hidup (motion picture) atau film. Dengan adanya gambar-gambar yang diproyeksikan dengan kecepatan yang teratur dan secara kontinyu, maka gerakan normal dari manusia, hewan, maupun benda benda dapat dilihat oleh anak didik.31 i) Pengalaman melalui rekaman, gambar diam, radio

Pengalaman melalui rekaman, gambar, dan radio biasanya digunakan dalam pengajaran. Misalnya untuk pengajaran bahasa yang menggunakan kaset,

30 Ibid, hlm 19 31 Ibid, hlm 19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

recorder, dan radio dan bilamana dalam menyajikan suatu materi pengajaran tidak ada benda asli ataupun model, maka dapat menggunakan foto atau gambar diam. j) Pengalaman melalui gambar

Anak didik dapat memperoleh pengalaman belajar bila suatu materi pengajaran disajikan dengan memvisualisasikan benda-benda yang berdimensi dua, misalnya lukisan, sketsa, karikatur, dan sebagainya.32 k) Pengalaman melalui lambang visual

Pengalaman melalui lambang visual biasanya diperoleh peserta didik melalui materi pengajaran yang disajikan menggunakan grafik, poster, peta, maupun diagram. l) Pengalaman melalui lambang kata

Pada tahap ini anak didik sudah mampu memperoleh pengalaman belajar, atau sudah mampu memperoleh pengetahuan hanya melalui lambang kata, yang diperoleh dengan membaca buku, majalah, koran, bulletin dan sebagainya.33

Dari kerucut pengalaman Edgar Dale dapat diketahui bahwa museum sebagai sumber belajar masuk ke dalam pengalaman melalui karyawisata, pengalaman melalui pameran, pengalaman melalui gambar, dan pengalaman melalui rekaman, gambar diam, dan radio. Dari proses karyawisata atau berkunjung ke museum ini peserta didik dapat mencatat, melakukan observasi, tanya jawab, dan membuat laporan yang dapat mengembangkan imajinasi juga.

Dengan belajar melalui kunjungan museum maka akan manarik keingintahuan dan minat dari peserta didik untuk belajar karena berproses diluar ruangan kelas.

32 Ibid, hlm 20 33 Ibid, hlm 20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Peserta didik menjadi lebih aktif dalam menggali informasi serta dapat mengambil nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah bangsa melalui koleksi dan kegiatan yang diadakan oleh museum.

Pengalaman melalui pameran dapat diperoleh melalui kegiatan rutin atau pameran yang diadakan oleh Museum Benteng Vredeburg dalam hal menjadikan museum sebagai sumber belajar. Pengalaman melalui gambar maka pengunjung dapat belajar dengan koleksi benda-benda dua dimensi yang ditampilkan oleh museum yang berupa lukisan, foto, dokumen, dan lain-lain. Pengalaman melalui rekaman, gambar diam, dan radio ini dapat dilakukan dengan adanya ruangan audiovisual, dimana diruangan tersebut pengunjung dapat melihat pemutaran film mengenai sejarah perjuangan bangsa. Menggunakan film untuk mempelajari sejarah tentu sangat menyenangkan dan tidak membosankan sehingga para pengunjung lebih antusias dan mudah dipejari.

4. Sejarah

Sejarah dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Melayu yang menyerap kata syajarah dari bahasa Arab yang berarti pohon, keturunan, asal-usul, silsilah, riwayat. Kata ini masuk ke dalam Bahasa Melayu setelah akulturasi budaya pada sekitar abad ke-13. Akulturasi yang kedua yaitu ketika masuknya kebudayaan barat pada abad ke-15 yang membawa kata historie (Belanda) history (Inggris) berasal dari bahasa Yunani, istoria yang berarti ilmu.34

Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan, proses perubahan atau dinamika kehidupan

34 Dien Madjid, Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar, Jakarta, Prenada Media Grup, 2014, hlm 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

masyarakat dengan segala aspek kehidupanya yang terjadi dimasa lampau.35 Masa lampau berarti masa yang sudah terlewati atau berlalu. Sejarah memiliki keterkaitan antara sesuatu yang terjadi dimasa lampau dengan gambaran dimasa sekarang serta bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Perkembangan sejarah manusia juga merupakan unsur yang penting dalam sejarah yang berkaitan dengan rentang waktu, dimana waktu akan memberikan makna dalam kehidupan dunia dan kehidupan manusia pun tidak lepas dari waktu. perkembangan masyarakat masa kini dan masa mendatang pun tidak lepas dari pengaruh perkembangan sejarah manusia.

Sejarah merupakan ilmu yang unik, dimana setiap peristiwa tidak akan sama dengan peristiwa lainya walaupun pelakunya sama, tempatnya pun juga sama, namun kejadianya tidak mungkin sama persis karena sejarah itu dibatasi oleh waktu. waktu tidak dapat diputar atau diulang kembali ke belakang.

Hanya sebagian kecil informasi yang ditinggalkan dari suatu peristiwa sejarah. Peninggalan-peninggalan tidak akan pernah mampu mengungkap sebuah sejarah secara keseluruhan.36 Subjek penting dalam sejarah adalah manusia.

Tumbuhan dan hewan meskipun memiliki periodisasi perkembangan dari masa- kemasa tidak terkategorikan sebagai sejarah. Sejarah terbentuk dari manusia, ruang, dan waktu. sejarah juga merupakan memori yang dapat dikenang banyak orang karena sejarah berdampak pada besar dalam kehidupan manusia. Untuk itulah sejarah selalu menghadirkan sajian baru dan tidak akan pernah habis dari masa yang sudah terlewatkan.

35 Ibid, hlm 7 36 Ibid, hlm 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Mempelajari sejarah akan memupuk kebiasaan berpikir secara kontekstual sesuai ruang dan waktu dimana peristiwa itu terjadi tanpa hakikat perbahan yang terjadi dalam proses sosio-kultural, atau proses dimana aspek kemasyarakatan dan kebudayaan menjadi landasanya. Dengan mempelajari sejarah tidak akan mudah terjebak dengan opini karena terbiasa untuk berpikir kritis, analitis, dan rasional dengan dukungan fakta. Dengan mempelajari peristiwa masa lampau, kita akan menghormati dan senantiasa memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan serta sebagai pelajaran.

5. Pendidikan Karakter a. Pengertian Karakter dan Pendidikan Karakter

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.37 Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, adat istiadat, dan estetika.38 Karakter merupakan perilaku, sikap, dan kebiasaan yang tampak dalam kehidupan sehari- hari baik dalam bersikap maupun bertindak.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal

37 Muchlas Samani, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm 41 38 Ibid, hlm 41

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan

(freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati

(humility), kasih sayang (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan

(simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity). 39

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai- nilai karakter kepada seseorang maupun sekelompok orang yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan dalam melaksanakan nilai-nilai tersebut.

Tujuan dari pendidikan karakter sendiri dapat membentuk pribadi menjadi manusia yang lebih baik dari anak, warga atau masyarakat, dan warga negara yang baik. Oleh karena itu hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia merupakan pendidikan nilai, dimana pendidikan nilai- nilai luhur itu bersumber dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri dalam membina kepribadian generasi muda.

Pendidikann karakter menurut Scerenko, dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah dan boigrafi para bijak dan pemikir besar), serta paktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa yang diamati dan dipelajari).40 Dengan begitu pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, pendidikan moral, dan pendidikan watak.

39 Ibid hlm 42 40 Ibid, hlm45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

Pendidikan karakter merupakan bagian dari kinerja sebuah lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat berbagai macam keterlibatan individu dan tata aturan kelembagaan.41 Pendidikan karakter bertujuan untuk membina dan mengembangkan karakter dari warga negara sehingga mampu mewujudkan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila. Lingkup pendidikan merupakan wahana pembinaan yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan melalui mata pelajaran disekolah, budaya, kegiatan ekstrakulikuler, dan pembiasaan perilaku dalam kehidupan lingkungan satuan pendidikan. Pendidikan karakter dibangun melalui satuan pendidikan yang dilakukan mulai dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi. b. Faktor yang mempengaruhi Pendidikan Karakter

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pendidikan karakter, yakni dari keluarga, sekolah selaku lembaga pendidikan, dan lingkungan atau masyarakat.

1) Keluarga

Masalah krisis karakter sudah bersifat structural, maka pendidikan karakter harus dilakukan secara holistis dan kontekstual yang berarti membangun karakter bangsa dapat dimulai dari keluarga.42 Di dalam keluarga proses pendidikan karakter bermula, yakni keluarga adalah komunitas pertama manusia mengenai belajar konsep baik dan buruk , pantas dan tidak pantas, benar dan salah.

Pendidikan dikeluarga akan menentukan seberapa jauh seorang anak dalam berproses menjadi lebih dewasa dan memiliki komitmen terhadap nilai moral

41 Doni Koesoema A., Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta:PT Grasindo, 2007, hlm 124 42 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm 143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

tertentu seperti kejujuran, kesederhanaan dan caranya melihat dunia disekitarnya.

Dalam keluarga seseorang mengembangkan konsep awal mengenai keberhasilan dalam hidup atau pandangan mengenai apa yang dimaksud dengan hidup berhasil, dan wawasan mengenai masa depan.43 Dalam keluarga, peranan pendidikan terletak pada ayah dan ibu. Biasanya seorang anak akan belajar dari ayah dan ibunya. Pengaruh pola asuh orang tua merupakan hal yang penting dalam keberhasilan pendidikan karakter anak- anaknya dilingkungan keluarga.

2) Sekolah

Setelah keluarga, sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter.44 Agar pendidikan berkarakter dapat berjalan dengan baik memerlukan pemahaman yang cukup dan konsisten oleh seluruh personalia pendidikan. Para pendidik atau guru dalam konteks pendidikan karakter dapat menjalankan lima peran, diantaranya sebagai konservator

(pemelihara), innovator (pengembang) system nilai ilmu pengetahuan, transmit

(penerus) system-system nilai kepada peserta didik, transformator (penerjemah) system- system nilai melalui penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya dalam proses interaksi dengan sasaran didik, organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat dipertanggungjawabkan, baik formal maupun secara moral.45

Pembudayaan karakter dapat berupa kebijakan dan aturan beserta sanksinya, namun yang lebih harus melalui keteladanan perilaku sehari-hari. Pendidik merupakan teladan bagi pengunjung dan memiliki peran yang cukup besar dalam

43 Ibid, hlm 144 44 Ibid, hlm 162 45 Ibid, hlm 164

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

pembentukan karakter pengunjung. Prestasi pendidik dilihat dari keberhasilanya dalam membentu paa peserta didik mentransformasikan diri ke tingkat kualitas pribadi yang lebih baik. Pendidik sebagai agen transformasi pada tatanan individu atau peserta didik dan transformasi sebuah masyarakat atau bangsa. Artinya titik awal dalam transformasi pembentukan karakter bangsa adalah transformasi pendidikan.46

3) Masyarakat atau Lingkungan

Masyarakat bukanlah hanya sekedar suatu penjumlahan individu semata, melainkan suatu sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka, sehingga menampilkan suatu realita tertentu yang mempunyai ciri-cirinya sendiri. Menurut

Mac Iver dan Page, masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial, dan selalu berubah. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat adalah kesatuan hidup mahluk-mahluk menusia yang terikat oleh suatu sistem adat istiadat tertentu.

Dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.47

Masyarakat merupakan lembaga ketiga setelah keluarga dan sekolah yang dimana pendidikan dalam masyarakat dampaknya lebih luas. Masyarakat ini bukan termasuk keluarga namun lebih keberadaanya ada disetiap kagiatan manusia. Beberapa contoh perilaku yang dapat diterapkan oleh masyarakat meliputi kebiasaan gotong royong dilingkungan, membiasakan anak tidak

46 Ibid, hlm 165 47 http://semnastafis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/25.-NASIRUDIN.pdf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

membuang sampah sembarangan, merusak atau mencoret-coret fasilitas umum, menegur anak yang melakukan perbuatan yang tidak baik, dan lain sebagainya. c. Ciri-ciri pendidikan Karakter

Ciri-ciri pendidikan karakter menurut FW Foerster:48 Pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman terhadap norma tersebut. a) Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan

begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah

terombang-ambing serta tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. b) Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari

luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik

mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari

pihak luar. c) Keteguhan dan kesetiaan, adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa

yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar penghormatan atas

komitmen yang dipilih. d. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan untuk membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorentasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi untuk:

48 https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-karakter/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

a) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. b) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. c) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.49 e. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013

Dalam kurikulum 2013 terdapat 18 karakter yang dikembangkan yakni: 50

1) Religius, yakni ketaatan dan kepatuahan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan. 2) Jujur, yakni sikap dan perilaku yang menceminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui apa yang benar, mengatakan yang benar, dan melakukan yang benar) sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya. 3) Toleransi, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut. 4) Disiplin, yakni kebiasaan dan tindakan yang konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. 5) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh- sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya. 6) Kreatif, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. 7) Mandiri, yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerjasama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain. 8) Demokratis, yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

49 https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-karakter/ 50 Suyadi, Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013, hal 8-9.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

9) Rasa ingin tahu, yakni cara berpikir, sikap, dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam. 10) Semangat kebangsaan, yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. 11) Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri. 12) Menghargai prestasi, yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. 13) Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif, yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik. 14) Cinta damai, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu. 15) Gemar membaca, yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya, sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya. 16) Peduli lingkungan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. 17) Peduli sosial, yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya. 18) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Dari beberapa karakter yang dikembangkan dalam kurikulum 2013 di atas, penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan karakter rasa ingin tahu

(curiosity), semangat kebangsaan atau patriotisme, dan cinta tanah air atau nasionalisme dari pengunjung melalui kunjungannya di Museum Benteng

Vredeburg.

Rasa ingin tahu adalah suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

biasanya berkembang apabila melihat keadaan diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik.51 Rasa ingin tahu adalah sifat yang bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu telah membuat manusia ingin menjadi mengetahui suatu pengetahuan yang lebih jauh. Sikap ini menimbulkan keinginan untuk mencari sesuatu pengetahuannya sendiri dengan mencari informasi. Menurut Barrows, rasa ingin tahu memiliki ciri-ciri Antara lain; (1) Manusia selalu bertanya ada apa? (jika terjadi gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang atau gejala alam lainnya khususnya membuat mereka cemas) hal ini merupakan daya rangsang yang diteruskan pada daya pikir sehingga munculah pertanyaan ada apa? (2) Setelah tahu bahkan manusia terus bertanya lebih jauh lagi, manusia bertanya Bagaimana?

(3) Dan seterusnya manusia akan bertanya mengapa?52

Nasionalisme berasal dari kata nation (bangsa). Nasionalisme adalah suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara atas kesadaran keanggotaan/warga negara yang secara potensial bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsanya. Nasionalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan persatuan dan kebebasan bangsa. Nasionalisme juga memiliki beberapa prinsip yaitu: kesatuan, kebebasan, kesamaan, kepribadian, dan prestasi.53

Nasionalisme juga dapat diartikan sebagai perpaduan dari rasa kebangsaan dan

51https://translate.google.co.id/translate?hl=en&sl=id&u=http://repository.unpas.ac.id/6778/9/BAB %2520I.docx&prev=search 52https://translate.google.co.id/translate?hl=en&sl=id&u=http://repository.unpas.ac.id/6778/9/BAB %2520I.docx&prev=search

53 http://digilib.unila.ac.id/1844/8/BAB%20II.pdf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

paham kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan yang tinggi akan meminimalisir terjadinya ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Patriotisme merupakan suatu sikap yang berani, pantang menyerah dan juga rela berkorban demi bangsa dan juga negara. Suprapto dkk menyatakan bahwa patriotisme adalah semangat cinta tanah air atau sikap seseorang yang rela mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Patriotisme merupakan jiwa dan semangat cinta tanah air yang melengkapi eksistensi nasionalisme.54 Patriotisme meliputi sikap-sikap bangga akan pencapaian bangsa, bangga akan budaya bangsa, adanya keinginan untuk memelihara ciri-ciri bangsa dan latar belakang budaya bangsa. Rashid (2004: 5) menyebutkan beberapa nilai patriotisme, yaitu: kesetiaan, keberanian, rela berkorban, serta kecintaan pada bangsa dan negara.55

Melalui ketiga karakter diatas diharapkan pengunjung museum dapat mengembangkan potensi, perilaku, dan cara berpikir positif sekaligus menumbuhkan rasa ingin tahu, memperkuat rasa persatuan, menghargai jasa para pahlawan, dan mencintai negerinya.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini didukung beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Erza Setiana Sirait pada tahun

2017 dengan judul “Pemanfaatan Museum Misi Muntilan Sebagai Sumber Belajar

Sejarah”. hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kegiatan edukasi yang

54 http://eprints.uny.ac.id/9846/3/BAB2%20-%2005201244099.pdf 55 http://eprints.uny.ac.id/9846/3/BAB2%20-%2005201244099.pdf

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

diadakan museum dapat memudahkan pengunjung untuk menangkap informasi mengenai koleksi-koleksi yang memberikan rasa bangga pada generasi muda terhadap budaya dan warisan yang dimiliki. Museum juga dapat menjadi sarana pembelajaran alternatif diluar kelas yang dapat menambah wawasan melalui koleksi yang ditampilkan. Persamaan penelitian diatas dengan skripsi penulis yaitu mengkaji mengenai pemanfaatan museum sebagai sumber belajar terutama sejarah. Sedangkan perbedaannya yakni mengenai museum yang digunakan untuk penelitian. Penelitian diatas menggunakan Museum Misi Muntilan yang dimana sangat bernilai religius dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih ke nilai- nilai patriotis dan nasionalis yang diambil dari perjuangan para pahlawan terutama di masa kolonial. Selain penelitian yang dilakukan oleh Erza Setiana Sirait, terdapat penelitian lainya yakni penilitian yang dilakukan oleh Dian Sri Puspita pada tahun 2012 dengan judul “Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber

Belajar Sejarah di SMA”. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dian secara khusus dan mendalalam mengkaji mengenai sejauh mana Museum Benteng

Vredeburg dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah khusunya di SMA kelas

XI dan XII. Penelitian tersebut tentunya berbeda dengan yang dilakukan oleh peneliti dimana dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti selain sebagai sumber belajar sejarah bagi pengunjung yang notabenya dari berbagai kalangan bukan hanya anak SMA saja namun juga Museum Benteng Vredeburg sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter. Penelitian ini dapat menambah kajian mengenai pemanfaatan museum selain sebagai sumber belajar sejarah juga dapat dijadikan sarana pengembangan pendidikan karakter.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

C. Kerangka Berpikir

Museum merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan, merawat, dan menyampaikan benda-benda yang memiliki nilai tertentu baik sejarah, seni, dan budaya bangsa. Museum Benteng Vredeburg merupakan museum yang menekankan pengembangan dalam nilai-nilai perjuangan bangsa terutama masa kolonial.

Melalui koleksi dan kegiatan yang ada di Museum Benteng Vredeburg dapat digunakan sebagai media dalam pembelajaran termasuk dalam pengembangan pendidikan karakter. Dengan datang ke museum Benteng

Vredeburg pengunjung dapat mendapat informasi dan dijadikan sarana edukasi bagi para peserta didik. Benda-benda koleksi yang ditampilkan oleh museum dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat mengembangkan imajinasi dari peserta didik selain dari informasi yang diberikan oleh guru, buku-buku, internet, dan video dengan bentuk tiga dimensi yang lebih nyata.

Selain koleksi, kegiatan yang berlangsung dimuseum juga dapat menjadi sarana pembelajaran dan sumber belajar. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh museum juga dapat digunakan untuk memperkenalkan museum dan kegiatan edukasi bagi pengunjung baik dari kalangan pelajar dan masyarakat umum agar lebih tertarik berkunjung di museum. Belajar ke museum dapat menjadi alternatif bagi peserta didik maupun masyarakat umum agar tidak mudah bosan dalam pembelajaran dalam ruangan dan dapat melihat dan melalui gambaran koleksi yang ditampilkan oleh museum. Dengan mengunjungi museum maka peserta didik dapat mendapat pengalaman baru serta mengajarkan kepada peserta didik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

mengenai nilai- nilai yang diperoleh dari perjuangan para pahlawan yang serta dapat mengembangkan karakter yang dimiliki oleh pengunjung museum. Selain sebagai sumber belajar, museum juga dapat membantu pengunjung untuk menambah rasa ingin tahu mereka mengenai sejarah perjuangan bangsa dan warisan yang ditinggalkanya serta nilai-nilai yang didapat dari proses kemerdekaan bangsa seperti semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Sebagai sumber belajar dan pengembangan pendidikan karakter, maka mengunjungi museum akan memberikan wawasan dan pengetahuan pada peserta didik mengenai perjuangan dari para tokoh serta mencintai keanekaragaman sejarah dan budaya serta dapat mengenalkan warisan budaya yang dimiliki dan harus dijaga kepada generasi muda.

Museum Benteng Vredeburg

Koleksi Kegiatan

Sumber Belajar dan Pengembangan Pendidikan Karakter

Pengguna (Peserta Didik, Mahasiswa, pengunjung, dan Masyarakat Umum)

Gambar II. Alur Kerangka Pikir Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Museum Benteng Vredeburg yang beralamat di Jl. Margo Mulyo No.6, Ngupasan, Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Daerah

Istimewa Yogyakarta 55122.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2018 sampai dengan bulan Januari tahun 2019. Dengan jadwal penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Bulan

No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari

1 Penyusunan proposal √ √ 2 Perizinan √ 3 Pengumpulan data √ 4 Analisis data √ 5 Penulisan laporan √ √

B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatf dengan metode studi kasus.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.56

56 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 287

39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

Bogdan dan Tylor mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.57 Penelitian kualitatif menekankan pada analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.58

Penelitian kualitatif mengkaji perpektif partisipan dengan strategi- strategi yang bersifat interaktif dan fleksibel. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari susut pandang partisipan.59 Dengan begitu instrumen kunci dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri.

Penelitian kualitatif dilakukan dalam waktu dan tempat tertentu serta dalam kehidupan nyata dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena.

Tujuan utama penelitian kualitatif adalah membuat fakta mudah dipahami

(understandable) dan kalau memungkinkan (sesuai modelnya) dapat menghasilkan hipotesis baru.60

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program,

57 Idem, 58 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm 80 59 ibid, hlm 83 60 ibid, hlm 83

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

peristiwa, aktivitas, atau individu.61 Berdasarkan pendapat Yin (2009), Van

Wynsberghe & Khan (2007), dan Creswell (2009) secara lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus sebagai berikut.62

1. Menempatkan Objek penelitian sebagai Kasus 2. Memandang kasus sebagai fenomena yang besifat kontemporer 3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya 4. Menggunakan berbagai sumber data 5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian

C. Sumber Data

Data merupakan sumber informasi yang memberikan gambaran utama tentang ada-tidaknya masalah yang akan diteliti.63 Dengan begitu salah satu data yang dapat digunakan sebagai sumber informasi adalah dokumen sehingga penelitian kualitatif dapat menggunakan pendekatan dokumentatif.

Menurut Lofland dan Lofland sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.64 Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian merupakan asal darimana data tersebut diperoleh. Dalam hal ini peneliti menggunakan angket dan wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data tersebut adalah responden, yakni orang yang merespon atau menjawab pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Responden yang dimaksud adalah pengunjung museum dan pengelola museum di Museum Benteng Vredeburg. Sumber data

61 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm 291 62, Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm 125 63 Beni Ahmad Saebani, Pedoman aplikatif metode penelitian dalam penyusunan karya ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi, Bandung, CV Pustaka Setia,2017, hlm155 64 Moleong, Lexy J, Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2006, hlm 157

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dalam penelitian ini meliputi tempat dan lokasi penelitian, koleksi-koleksi museum, dokumen data pengunjung, literatur yang ada dan pengelola museum.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi (Pengamatan)

Hasil observasi dapat memperoleh beberapa informasi bagi peneliti yakni ruang (tempat), waktu, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan perngukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.65

Untuk memberikan data yang akurat dan bermanfaat, observasi sebagai metode ilmiah harus dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadai, serta mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.66 Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi Museum Benteng Vredebur sebagai tempat penelitian dengan menggunakan blangko pengamatan sebagai instrumen. selain itu peneliti juga melakukan observasi pengunjung yang datang ke Museum

Benteng Vredeburg. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi partisipatif. Dalam observasi partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.67 Observasi partisipatif digolongkan lagi menjadi empat yakni

65 Hamid Darmadi op.cit, hlm 291 66 Imam Gunawan, op.cit hlm 144 67 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm 310

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

partisipasi aktif, partisipasi moderat, partisipasi pasif, dan partisipasi lengkap.

Peneliti menggunakan partisipasi pasif dimana peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti menggunakan pedoman observasi untuk melakukan observasi mengenai lingkungan fisik dan sarana prasarana yang ada di Museum Benteng Vredeburg.

2. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.68

Intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti. Dalam pencarian informasi dalam wawancara tersebut, peneliti dapat memulai dengan pertanyaan yang mudah, kemudian mulai dengan informasi fakta, dan sebaiknya menghindari pertanyaan multiple dan hindari pertanyaan pribadi dan baiknya untuk mengulang kembali jawaban untuk klarifikasi agar memberikan kesan positif serta mengkontrol emosi negatif.

Wawancara sendiri memiliki beberapa bentuk, yakni wawancara terstruktur, wawancara semi-terstruktur, dan wawancara tidak terstruktur. Dalam penelitian

68 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm 291

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

ini peneliti menggunakan wawancara semi-terstruktur. Wawancara semi- terstruktur sendiri merupakan sebuah pertemuan antara pewanwancara dan informan dimana pewawancara tidak secara ketat mengikuti daftar pertanyaan yang telah dibuat atau diformalkan. Dalam penelitian ini peneliti dapat mengajukan pertanyaan lebih terbuka yang memungkinkan untuk berdiskusi dengan orang yang diwawancarai dengan orang yang diwawancarai daripada format pertanyaan dan jawaban langsung. Format wawancara semi terstruktur mendorong komunikasi dua arah baik dari pewawancara dan informan yang bersangkutan agar lebih nyaman. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan pengunjung dan pengelola Museum Benteng Vredeburg sebagai informan.

3. Dokumen dan Dokumentasi

Kata dokumen berasal dari Bahasa latin yaitu docere, berarti mengajar.

Pengertian dokumen menurut Gottschalk seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian.69 Pengertian yang pertama yakni merupakan sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan petilasan-petilasan arkeologis. Sedagkan pengertian yang kedua yakni berupa surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang- undang, hibah, konsesnsi, dan lainnya. Lebih lanjut,

Gottschalk menyatakan bahwa dokumen (dokumentasi) dalam pengertiannya

69 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm.175

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

yang lebih luas berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun baik itu yang bersifat lisan, gambaran, atau arkeologis.70

Kartodirdjo menyebutkan berbagai bahan, seperti otobiografi, surat pribadi, catatan harian, memorial, kliping, dokumen pemerintah dan swasta, cerita roman/ rakyat, foto, tape, microfilm, disc, compact disk, data di server atau flashdisk, data yang tersimpan di website, dan lainya71 berdasarkan hal tersebut dokumen dibagi menjadi beberapa jenis yakni menjadi dokumen resmi dan dokumen pribadi.

Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaanya72 dokumen pribadi dapat berupa buku harian, surat pribadi, dan otobiografi. Sedangkan dokumen resmi dapat dibagi menjadi dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, atau aturan dari suatu lembaga masyarakat tertentu yang digunakan dalam kalangan sendiri serta risalah atau laporan rapat, keputusan pemimpin kantor, dan semacamnya. Dokumen eksternal terkait dengan bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial misalnya majalah, bulletin, pernyataan dan berita yang disiarkan kepada media massa dan biasanya dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan lainnya. Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi data pengunjung, koleksi, foto- foto, gambar yang ada di museum dan literatur yang ada di Museum

Benteng Vredeburg.

70 Idem, 71 Ibid, hlm 178 72 Moleong, Lexy J, Op.cit hlm 217

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

4. Kuesioner

Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.73 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.74 Kuesioner dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan tertutup atau terbuka yang diberikan kepada responden secara langsung atau tidak langsung, yakni melewati pos atau internet. Dalam penelitian ini menggunakan prosedur angket langsung. Angket langsung yaitu angket yang dikirimkan kepada responden dan dijawab oleh responden.75 Dalam penelitian ini kuesioner atau angket akan ditujukan kepada para pengunjung Museum Benteng Vredeburg.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data disesuaikan dengan metode pengumpulan data. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen observasi, wawancara, dokumen dan dokumentasi, dan kuesioner atau angket.

1. Observasi

Instrumen observasi sebagai pedoman observasi yang digunakan untuk peneliti dalam melakukan observasi. Lembar observasi berupa lembar check list data dalam pengamatan langsung digunakan peneliti untuk mencatat hasil observasi. Check list atau daftar cek adalah pedoman observasi yang berisikan daftar dari semua aspek yang akan diobservasi, sehingga observer tinggal

73 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 76 74 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung, Alfabeta, 2012, hlm 192 75 Cholid Narbuko Op.cit, hlm 77

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

memberi tanda ada atau tidak adanya dengan tanda cek (√ ) tentang aspek yang diobservasi.76

2. Wawancara

Instrumen wawancara berupa daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman oleh peneliti dalam melakukan wawancara. Instrumen wawancara sebagai alat untuk menggali dan mendapatkan informasi dalam wawancara baik dari pengelola museum dan pengunjung museum yang di gunakan peneliti.

3. Dokumen dan dokumentasi

Instrumen dokumen dan dokumentasi yang digunakan peneliti dalam penelitian meliputi dokumen-dokumen berupa data pengunjung, data kegiatan museum, foto, gambar, video, literatur yang ada di museum, brosur, dan katalog.

Peneliti menggunakan instrumen yang berupa chek list untuk mengetahui kelengkapan dokumen yang terkumpul.

4. Kuesioner

Instrumen kuesioner merupakan pedoman yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data mengenai skala sikap nasionalisme dan patriotisme. Bentuk kuesioner yang peneliti gunakan untuk mengukur sikap pengunjung yaitu checklist atau tanda cek dengan empat (4) alternatif jawaban yaitu sangat setuju

(SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

F. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai

76 Prof. Dr H. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Prenada Media, 2016, hlm 81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

teknik sampling yang digunakan.77 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Purposive Sampling yang termasuk dalam teknik Nonprobability Sampling.

Purposive Sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.78 Purposive Sampling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengambil data sampai jenuh yang berarti jawaban yang didapatkan oleh peneliti dari informan rata-rata sama, dengan begitu data yang didapat dirasa cukup.

Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, peneliti memilih informan yang lebih mengetahui Museum Benteng Vredeburg. Informan yang dipilih oleh peneliti adalah pengunjung dan pengelola Museum Benteng

Vredeburg.

G. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif sesuatu dikatakan valid apabila instrumen data yang digunakan dapat mengukur sesuai dengan apa yang hendak diukur. Ada dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal.79

Validitas internal berkaitan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang akan dicapai, sedangkan validitas eksternal berkaitan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat diterapkan pada populasi dimana sampel tersebut diambil.

Reliabilitas adalah tingkatan pada suatu tes secara konsisten mengukur berapapun tes itu mengukur. Reliabilitas dinyatakan dengan angka-angka, biasanya sebagai suatu koefisien, koefisien yang tinggi menunjukkan reliabilitas

77 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung, Alfabeta, 2012, hlm 121 78 Ibid, hlm 126 79 Ibid, hlm 361

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

yang tinggi.80 Dalam penelitian kualitatif temuan data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung kontruksi manusia, dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan atau kredibilitas data dengan triangulasi, teknik ketekunan pengamatan, dan pengecekkan sejawat.

1. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai tenik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.81 Dalam pengumpulan data dengan triangulasi maka peneliti peneliti dapat mengumpulkan data serta menguji kredibilitas data, yakni dengan mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, triangulasi metode, triangulasi waktu, dan triangulasi teori. a. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber memperoleh data.82 Triangulasi sumber dapat diartikan dengan membandingkan atau mencek ulang informasi yang diperoleh melalui sumber

80 Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm 125 81 Sugiyono, op.cit, hlm 327 82 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm.219

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

yang berbeda, misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membadingkan yang dikatakan umum, dengan membandingkan apa yang dikatakan pribadi, serta membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada. Sumber acuan dalam penelitian ini meliputi pengunjung museum dan pengelola museum, serta dokumen. b. Triangulasi Metode

Triangulasi metode adalah usaha mengecek keabsahan data, atau mengecek keabsahan temuan penelitian.83 Triangulasi metode dilakukan dengan membandingkan informasi data dengan cara yang berbeda. Metode atau teknik yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan beberapa dokumen serta dokumentasi. c. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu merupakan triangulasi yang memperngaruhi data. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.84 Dalam rangka pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, kuesioner, dan dokumen dalam waktu dan situasi yang berbeda. Penelitian ini dilakukan dari pagi hingga sore hari sehingga akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Dalam penelitian ini waktu yang digunakan dalam penelitian adalah waktu kedatangan pengunjung. d. Triangulasi Teori

Triangulasi teori menurut Bachri mencakup penggunaaan berbagai perspektif professional untuk menerjemahkan satu, tunggal, atau sekumpulan

83 loc.cit. 84 Sugiyono, Op.cit, hlm 371

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

data/informasi.85 Triangulasi teori dapat meningkatkan pemahaman jika peneliti mampu menggali pengetahuan teoritik secara mendalam mengenai hasil analisis data yang telah diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teori mengenai Museum Benteng Vredeburg, sumber belajar, sejarah, serta teori mengenai pendidikan karakter.

2. Ketekunan Pengamatan

Meningkatkan ketekunan dapat dikatakan seperti melakukan pengamatan secra lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan itu maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data. Dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.86

Dalam penelitian ini, peneliti dalam meningkatkan ketekunan dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian- penelitian yang sejenis dan dokumentasi-dokumentasi terkait yang diteliti yakni Museum Benteng

Vredeburg.

3. Pengecekkan Sejawat

Pengecekan sejawat merupakan tindakan melakukan perbandingan meliputi pengecekan kebenaran dan kesesuaian data penelitian melalui diskusi dengan teman sejawat atau seprofesi dengan maksud dapat memberikan masukan, saran, kritik, dan tanggapan terhadap data-data penelitian yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan hal ini dengan teman-teman

85 Imam Gunawan Op.cit, hlm 221 86 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung, Alfabeta, 2012, hlm. 368

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

yang melakukan penelitian yang sama seperti yang peneliti lakukan. Selain itu peneliti juga melakukan diskusi dengan dosen.

H. Analisis Data

Bogdan & Biklen menyatakan bahwa analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan- bahan yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.87

Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkanya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa menyusun ke dalam pola, memilah mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.88

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah selesai dilapangan.89 Analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang digunakan untuk menentukan fokus penelitian.90 Analisis data sebelum di lapangan bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti peneliti masuk dalam lapangan. Dalam penelitian ini peneliti membuat proposal penelitian. Analisis data yang digunakan peneliti yakni menurut Miles & Huberman serta analisis data Kuesioner dengan teknik Penilaian

Acuan Pathokan (PAP)

87 Imam Gunawan, op.cit, 210 88 Sugiyono, Metode Ppenelitian Kombinasi (Mixed Methods), Bandung, Alfabeta, 2012, hlm 332 89 Ibid, hlm 333 90 Ibid, hlm 334

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

1. Analisis data Miles & Huberman

Miles & Huberman mengemukakan tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1) reduksi data( data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verifying).91 Analisis data kualitatif dilakukan secara bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung, artinya kegiatan- kegiatan tersebut dilakukan juga selama dan sesudah pengumpulan data.92

Pengumpulan Data

Data Display

Reduksi Data Penarikan/Verifikasi Kesimpulan

Gambar III. Komponen dalam analisis data model interaktif (Miles dan Huberman) (Sumber: Buku Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik) a. Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang ditentukan dengan melibatkan informan, aktivitas, latar tempat penelitian. Kata yang dikumpulkan berupa catatan lapangan, hasil observasi, deskripsi wawancara, catatan harian pribadi, foto, pengalaman pribadi, dan lainya.

91 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, hlm.210 92 Ibid, hlm 211

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Dalam penelitian ini, Peneliti mengumpulkan data dari observasi, wawancara, dan hasil dokumen & dokumentasi. b. Reduksi Data

Menurut Sugiyono, mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.93 Dengan begitu kata yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, dan memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data berikutnya serta mencari yang diperlukan. c. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sebagainya. dalam penelitian ini peneliti menyajikan data dalam teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data atau menyajikan data akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. d. Verifikasi dan Penarikan Data

Penarikan data atau verifikasi diperlukan karena kesimpulan awal yang masih bersifat sementara, dan dapat berubah seiring ditemukanya bukti yang lebih kuat dan mendukung untuk tahap pengumpulan data berikutnya. Penarikan simpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus penelitian berdasarkan hasil analisis data. Namun apabila kesimpulan dalam penarikan data atau verifikasi awal sudah didukung oleh bukti yang valid dan konsisten saat

93 loc.cit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

melakukan pengumpulan data lagi dilapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan dapat dikatakan merupakan kesimpulan valid.

2. Analisis Data Kuesioner

Dalam menganalisis data kuesioner, peneliti menggunakan teknik Penilaian

Acuan Patokan (PAP). Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensi yang tetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penilaian acuan patokan berskala lima. Penafsiran dengan pendekatan PAP menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:94 a. Mencari skor ideal, yaitu skor yang mungkin dicapai oleh peserta didik, jika

semua soal dapat dijawab betul. b. Mencari rata-rata ( ̅ ideal dengan rumus :

̅ =

c. Mencari simpangan baku (s) ideal dengan rumus:

S ideal = ̅

d. Menyusun pedoman konversi sesuai dengan kebutuhan

Menyusun pedoman konversi skala lima:

Tabel 2. Interval Skor Kuesioner

Interval Skor Kategori Keterangan ̅̅̅ ̅ A Sangat Tinggi ̅̅̅ ̅ B Tinggi ̅̅̅ ̅ C Cukup ̅̅̅ ̅ D Rendah ̅̅̅ ̅ E Sangat Rendah

94 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2009, hlm. 235-238

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

I. Sistematika Penulisan

Bab I Berupa pendahuluan yang berisi pokok bahasan utama yang menjadi latar

belakang penelitian dan mencakup latar belakang, rumusan masalah,

tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II Kajian pustaka berisi tentang kajian teori, penelitian yang relevan, dan

kerangka berpikir. Kajian teori mencakup museum, Museum Benteng

Vredeburg, sumber belajar, sejarah, dan pendidikan karakter.

Bab III Metodologi penelitian, berisi tentang jenis penelitian, tempat dan waktu

penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, instrument

pengumpulan data, teknik sampling, validitas data, analisis data, dan

sistematika penulisan

Bab IV Berisi hasil penelitian, mencakup deskripsi latar, hasil penelitian, dan

pembahasan

Bab V Berupa kesimpulan dan saran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Museum Benteng Vredeburg di Jl. Margo

Mulyo No.6, Ngupasan, Gondomanan, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa

Yogyakarta. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan sebuah museum khusus sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terletak di Yogyakarta.

Museum menempati sebuah bangunan bersejarah bekas benteng VOC di

Yogyakarta yang bernama Benteng Vredeburg. Keberadaan Benteng Vredeburg tersebut tidak dapat dipisahkan dengan sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merintis, mencapai, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan.

1. Visi dan Misi Museum Benteng Vredeburg a. Visi Museum Benteng Vredeburg

Adapun visi Museum Benteng Vredeburg adalah “Museum sebagai pusat pelestarian nilai sejarah dan perjuangan menuju terbentuknya masyarakat

Indonesia yang berkarakter” b. Misi Museum Benteng Vredeburg

Misi adalah rumusan-rumusan umum tentang upaya-upaya apa saja yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Adapun misi dari Museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta antara lain:95

1) Terwujudnya pelestarian benda dan nilai sejarah perjuangan bangsa Indonesia. 2) Terwujudnya museum sebagai pusat penelitian.

95 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 33

57

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

3) Terwujudnya pelayanan edukasi yang menyenangkan di museum.

2. Tujuan, Fungsi dan Wewenang Museum Benteng Vredeburg

Seiring dengan perkembangan struktur organisasi di lingkungan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, maka dari waktu ke waktu perkembangan tersebut juga terjadi di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Perkembangan terakhir berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor: 34 tahun 2015, tanggal 9 Oktober 2016, tentang Organsasi dan Tata Kerja (OTK) Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta disebutkan bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.96 Museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, pengumpulan, registrasi, perawatan, pengamanan, penyajian, publikasi, dan fasilitasi di bidang benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah

Yogyakarta.

Dari tugas tersebut, beberapa fungsi diselenggarakan oleh Museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta, antara lain:97

a. Pengkajian benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; b. Pengumpulan benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; c. Pelaksanaan registrasi dan dokumentasi benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; d. Perawatan benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; e. Pelaksanaan pengamanan benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; f. Pelaksanaan penyajian dan publikasi benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta;

96 LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017 97 Ibid, hlm 4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

g. Pelaksanaan layanan edukasi di bidang benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; h. Pelaksanaan kemitraan di bidang sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; i. Fasilitasi pengkajian, pengumpulan, perawatan, pengamanan, penyajian, dan layanan edukasi di bidang benda dan sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta; j. Pelaksanaan pengelolaan perpustakaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta; k. Dan pelaksanaan urusan ketatausahaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

Dari semua fungsi diselenggarakannya museum, sasaran yang ingin dicapai oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah:98

a. Terlaksananya pengelolaan permuseuman. b. Meningkatnya fungsi museum sebagai sarana edukasi dan rekreasi. c. Meningkatnya kajian pengembangan museum.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana merupakan salah satu faktor penting yang harus ada di museum untuk menunjang kenyamanan pengunjung. beberapa fasilitas yang dimiliki museum, antara lain:99

a. Bangunan permanen seperti: auditorium, laboratorium, konservasi, perpustakaan, bengkel, preparasi, dan ruang penyimpan koleksi. b. Bangunan penunjang seperti: lobby, tempat parkir, toilet dan keamanan c. Media komunikasi yang digunakan untuk menjelaskan nilai sejarah bangunan dan koleksi museum d. Memiliki cctv sebagai kamera pengawas dalam menunjang keamanan museum e. Museum memiliki pengatur suhu ruangan untuk menjaga koleksi museum f. Guest House, Guest House menempati gedung H. Tamu-tamu dinas museum dapat memanfaatkan gedung ini sebagai tempat beristirahat dalam rangka pelaksanaan tugas maupun kunjungan museum. g. Ruang Pengenalan, Ruang pengenalan menempati gedung C1. Digedung ini disajikan materi audio visual sebagai pengantar

98 Ibid, hlm 5. 99 Observasi peneliti pada tanggal 03 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

pengunjung museum sebelum menikmati sajian pemeran tetap museum dan fasilitas yang ada. Film-film yang disajikan dalam ruang ini antara lain film profil museum. h. Kafe Museum, Kafe museum dengan nama “Indische Koffe” menempati gedung D lantai bawah. Disamping menyajikan menu makanan yang khas, dikafe museum ini juga disajikan gambar-gambar Yogyakarta tempo dulu, sehingga kafe ini pengunjung dapat menerima paket informasi dan hiburan. i. Free Hotspot Area, Free Hotspot Area adalah salah satu bentuk pelayanan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta terhadap pengunjung museum, melalui layanan ini pengunjung dapat secara gratis melakukan kegiatan berbasis teknologi informasi (internet). j. Game Museum, Untuk mendukung fungsi kreatif museum, telah dipasang Game Museum. Media interaksi pengunjung ini dipasang di ruang diorama II (gedung M2). Melalui media ini pengunjung diharapakan dapat terhibur disela-sela kunjungannya menikmati sajian koleksi diorama peristiwa bersejarah di Yogyakarta. k. Taman Museum, Taman museum terletak dihalaman tengah museum. Di taman ini pengunjung dapat menikmati kesejukan museum di tengah kota, apalagi pada pagi hari. Di taman ini pula dapat digelar berbagai kegiatan pada malam hari antara lain pesta pernikahan, pameran outdoor, dan talkshow maupun jumpa tokoh. l. Photo Spot, Sarana pendukung fungsi rekreatif museum lainnya adalah photo spot. Melalui media ini pengunjung dapat secara animasi mengadakan photo bersama tokoh-tokoh nasional seperti R.A. , pangeran dan Ir. Soekarno. Diharapkan melalui media ini pengunjung dapat membuat kenangan yang tidak diperoleh ditempat lain m. Kursi Roda, Kursi roda disediakan oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta bagi pengunjung museum yang memiliki kebutuhan khusus (difable). Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa museum terbuka untuk umum tanpa kecuali, termasuk kaum difable. n. Ruang PPPK, Ruang PPPK menempati gedung L1. Di ruangan ini disediakan layanan kesehatan sederhana bagi pengunjung yang mendapat gangguan kesehatan. o. Toilet dan Mushola, Toilet dan mushola disediakan untuk masyarakat pengunjung museum. Bagi pengunjung museum yang baru saja menempuh perjalanan jauh dan harus menunaikan kewajiban sholat dapat memanfaatkan fasilitas ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Latar Belakang Berdirinya Museum Benteng Vredeburg

Melalui wawancara, kegiatan observasi di lapangan, dan kajian beberapa literatur, dan buku-buku penulis memperoleh data dan informasi mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg. Dari sumber-sumber data tersebut penulis paparkan waktu berdirinya Museum Benteng Vredeburg. Dari hasil wawancara dengan Pengelola Museum, latar belakang berdirinya Museum

Benteng Vredeburg merupakan perjalanan yang cukup panjang yakni ketika mengubah bangunan benteng markas Belanda menjadi museum. selain itu

Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan bersejarah yang dapat dijadikan renungan mengenai perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaanya.(CL 8)100

Benteng Vredeburg merupakan sebuah bangunan peninggalan masa kolonial

Belanda. Benteng tersebut telah berdiri sejak tahun 1760, dibangun atas permintaan Belanda dengan dalih untuk menjaga keselamatan Sultan Hamengku

Buwono I dan istananya. Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian, semula bernama Rustenburg yang berarti benteng peristirahatan.

Pada saat berlangsung pembangunan benteng, Cornelis Donkel (1755-1761) selaku residen pertama di Yogyakarta, mengadakan kesepakatan dengan Sultan

HB I, bahwa Sultan HB I akan meyediakan bantuan kayu dan tenaga kerja.

Sementara itu pihak VOC akan menggantinya dengan biaya yang disepakati bersama. Pembangunan benteng dimulai tahun 1756, empat tahun kemudian

100 Wawancara dengan Ibu Pipit pada tanggal 8 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

(1761) Nicolas Hartingh (gubernur pantai utara Jawa di ) melaporkan bahwa kondisi benteng masih sanggat sederhana. Bangunan- bangunan di dalamnya tersusun dari kayu dan bambu dan beratapkan daun ilalang yang mudah terbakar.

Melihat kondisi tersebut, Willem Hendrik Van Ossenberch (pengganti

Nicolas Hartingh) merasa tidak puas. Tahun 1765 mengajukan permohonan kepada Sultan HB I untuk menyempurnakan bangunan benteng. Dua tahun kemudian, proyek penyempurnaan benteng baru dapat dilaksanakan.

Pembangunan benteng tersebut berjalan di bawah pengawasan seorang ahli bangunan berkebangsaan Belanda yang bernama Ir. Frans Haag.

Meskipun empat tahun penyempurnaan benteng telah berjalan, Johannes

Vos (pengganti Willem Hendrik van Ossenberch) melaporkannya bahwa hingga tahun 1771 pembangunan benteng di Yogyakarta belum banyak mengalami kemajuan yang berarti. Menurut Residen Yogyakarta Van Rhijn, lambatnya pembangunan benteng di Yogyakarta ini disebabkan oleh adanya proyek-proyek

Sultan HB I dan Putra mahkotanya (Raden Mas Sundoro) yang menyita bahan dan tenaga yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan benteng.

Pada tahun 1781, menurut laporan Johannes Siberg, gubernur pantai utara

Jawa, bentuk bangunan benteng sudah mulai terwujud meski masih jauh untuk dikatakan sempurna karena rumah komandan belum selesai dan beberapa gedung masih belum diberi langit-langit. Oleh karena itu VOC memberikan pinjaman

10.000 real kepada Sultan HB I agar pembangunan benteng dapat dipercepat penyelesaiannya. Tahun 1785, kembali Johannes Siberg melaporkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

pembangunan benteng di Yogyakarta hampir selesai dan mutunya juga bagus.

Pada tahun itu pula Johannes Sieberg meresmikan keberadaan benteng VOC di

Yogyakarta. Selanjutnya VOC menamakannya Rustenburg yang berarti benteng peristirahatan. Benteng Rustenburg mampu menampung 100 orang pasukan yang berada dibawah pimpinan seorang kapten atau letnan. Bahkan pimpinan VOC di

Yogyakarta waktu itu yaitu Residen Van Rhijn tinggal di dalam benteng.

Meski demikian, hingga tahun 1787, Johannes Sieberg menganggap bahwa pembangunan benteng di Yogyakarta ini tidak sukses. Satu tahun kemudian

(1788), ketika Jan Greeve berkunjung kembali ke Yogyakarta, ia mendapatkan kondisi benteng dalam keadaan bersih dan sangat teratur. Selanjutnya benteng dimanfaatkan oleh VOC sebagai benteng pertahanan.

Ketika berlangsung pembangunan benteng VOC di Yogyakarta, setiap hari

Sultan Hamengku Buwono I selalu menengok. Setelah pembangunan benteng itu selesai tempat penjagaan yang berjumlah empat di tiap sudut benteng oleh Sultan masing-masing diberi nama. Jayawisesa untuk sebelah barat laut, Jayaprayitna untuk sebelah tenggara, Jayapurusa untuk sebelah timur laut dan

Jayaprakosaningprang di sebelah barat daya.

Tanggal 31 Desember 1799 VOC bubar. Selanjutnya kekuasaan berada di bawah Bataafsche Republiek (Republik Bataf) di bawah Gubernur Van Den Berg hingga tahun 1807. Dalam perkembangan selanjutnya tahun 1808-1811, benteng dikuasai oleh Koninklijk Holland (Kerajaan Belanda) di bawah Gubernur

Daendels. Pada masa pemerintahan Daendels ini, benteng yang waktu itu terbuat dari bahan dominan kayu diperkuat dengan batu sehingga lebih kuat. Ukuran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

bangunan dibuat lebih tinggi dan dindingnya dipertebal. Pada keempat sudutnya dibangun pos penjagaan dengan lubang menembak. Perkembangan benteng menjadi ancaman bagi kraton, karena meriam bisa diangkat ke tembok benteng dengan jangkauan tembak mencapai lingkungan dalam kraton. Nama benteng oleh

Deandels diganti dari Rustenburg menjadi Vredeburg, yang berarti benteng perdamaian. Mengenai perubahan nama tersebut, Suhardjo Hatmosuprobo menjelaskan terjadi setelah benteng dipugar dari kerusakan akibat gempa yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya pada tahun 1867.101

Dari kekuasaan Belanda, pemanfaatan Benteng Vredeburg pernah berpindah tangan kepada pasukan Inggris. Hal ini ditandai dengan menyerahnya Jan Willem

Janssens (pengganti Daendels) kepada pasukan Inggris di Tuntang pada tanggal

18 September 1811. Sejak itu Jawa, termasuk Benteng Vredeburg, berada di bawah penguasaan kolonial Inggris dengan Thomas Stamford Raffles sebagai letnan gubernur jenderal.

Kekuasaan Inggris di Jawa berlangsung sejak 1811 - 1816. Tahun 1815 di

Eropa diselenggarakan kongres WINA yang dihadiri oleh wakil semua negara yang terlibat dalam Perang Napoleon. Salah satu dari hasil kongres tersebut adalah memulihkan kondisi negara-negara yang terlibat dalam Perang Napoleon ke dalam kondisi sebelum 1795. Oleh karena itulah Inggris wajib mengembalikan

Jawa kepada Belanda. Pada tanggal 9 Agustus 1816, serah terima kekuasaan dari

Inggris kepada Belanda berlangsung. Sejak itulah Benteng Vredeburg kembali

101 Gunawan Haji & V. Agus Sulistiya, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

berada dibawah kekuasaan Belanda sampai dengan tahun 1942 ketika Jepang menggantikan Belanda sebagai penjajah Indonesia.

Tanggal 6 Maret 1942, Pasukan Jepang tiba di Yogyakarta. Mereka menempati bangunan-bangunan penting yang ada dan dimanfaatkan sebagai markas. Salah satu bangunan tersebut adalah Benteng Vredeburg. Pada masa ini benteng dimanfaatkan sebagai markas tentara Jepang (Kempeitei), penjara, dan gudang senjata. Kondisi ini berlangsung sampai dengan tahun 1945.

Tangggal 17 Agustus 1945 berkumandanglah proklamasi kemerdekaan. Di berbagai daerah segera diikuti dengan gerakan pelucutan senjata Jepang. Di

Yogyakarta meskipun harus dengan korban jiwa para pejuang, pelucutan senjata terhadap tentara Jepang berlangsung sukses. Setelah berhasil dirampas dari tentara

Jepang, Benteng Vredeburg pengelolaannya diserahkan pada pasukan APRI

(Angkatan Perang Republik Indonesia) dibawah batalyon Q yang menangani bidang perbekalan miliier. Waktu itu dibawah pimpinan Letnan Muda I Radio.

Pada masa awal kemerdekaan ini, Benteng Vredeburg pernah dipergunakan sebagai tempat tahanan politik mereka yang terlibat dalam peristiwa 3 Juli 1946.

Mereka antara lain , , dan R.P. Soedarsono.

Pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan Belanda berhasil menguasai

Yogyakarta melalui agresi militernya yang kedua. Disamping berhasil menangkap dan menahan para pemimpin RI, Benteng Vredeburg juga berhasil dikuasainya.

Selanjutnya benteng dimanfaatkan sebagai gudang senjata berat maupun ringan, asrama prajurit dan markas pasukan yang tergabung dalam IVG (informatie voor geheimen) yaitu semacam pasukan dinas rahasia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Setelah melalui perjuangan panjang yang melelahkan antara lain Serangan

Umum 1 Maret 1949 dan Perundingan Roem Royen yang berhasil disepakati tanggal 7 Mei 1949, maka Yogyakarta kembali di bawah kekuasaan pemerintah

RI. Selanjutnya pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi (MA) dan dimanfaatkan sebagai asrama dan tempat belajar pengunjung hingga tahun

1950. Pada bulan Agustus 1965 Benteng Vredeburg berada dalam pengawasan

HANKAM, yang kemudian berlanjut dengan pemanfaatan Benteng Vredeburg sebagai asrama Batalyon 403.

Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan nomor

0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng

Yogyakarta.

Sehubungan dengan hal tersebut, menurut pengelola Museum Benteng

Vredeburg didirikanya museum memiliki visi dan misi dimana anggapan bahwa

Museum bukan hanya sebagai tempat wisata namun lebih ke bagaimmana museum dapat mengumpulkan benda bersejajarah, menceritakan dan mengedukasi masyarakat mengenai perjuangan bangsa. (CL 8)102

Untuk meningkatkan fungsionalisasi museum ini maka mulai tanggal 5

September 1997 mendapat limpahan untuk mengelola Museum Perjuangan

Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta, dari Museum Negeri Provinsi DIY

Sonobudoyo. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata

Nomor KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng

102 Wawancara dengan Ibu Pipit pada tanggal 8 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Vredeburg Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala.

Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang

Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah perjuangan bangsa

Indonesia di wilayah Yogyakarta.

2. Koleksi Museum Benteng Vredeburg

Suatu museum tidak dapat dipisahkan dari koleksi-koleksinya, melalui koleksi-koleksi tersebut dapat menggambarkan inti dari museum itu sendiri.

Koleksi museum itu harus dapat disajikan sebagai salah satu bentuk komunikasi yang penting dalam upaya menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum. Dalam penyajian koleksi itu harus memperhatikan nilai estetika, artistik, edukatif, dan informatif. Informasi yang disampaikan melalui koleksi tersebut kepada pengunjung harus bersifat komunikatif dan edukatif. Berkaitan dengan hal tersebut pengelola museum mengatakan bahwa dalam pengkategorian dan menentukan benda koleksi Museum Benteng Vredeburg harus sesuai dengan story line museum yakni yang berkaitang dengan perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Yogyakarta. Sedangkan dalam kriteria atau pengelompokkan pemajangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

koleksi biasanya didekatkan dengan cerita yang disajikan. (CL 8)103 Melalui koleksi museum berusaha mencapai visi dan misinya. Menurut bentuknya, koleksi museum Benteng Vrederburg Yogyakarta terdiri dari:

a. Koleksi Bangunan

Koleksi bangunan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta meliputi bangunan keseluruhan yang terdapat di dalam kompleks Museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta dengan pendukungnya. Bangunan-bangunan tersebut antara lain:104

1) Jembatan dan parit (bangunan A1) 2) Gerbang utama sebelah barat (bangunan B1) 3) Pintu gerbang sebelah timur (bangunan B2) 4) Gedung pengapit selatan (bangunan C1) 5) Gedung pengapit utara (bangunan C2) 6) Gedung barak prajurit barat (gedung D) 7) Gedung barak prajurit utara (gedung E) 8) Gedung fasilitas umum (bangunan F) 9) Gedung societet militaire (bangunan G) 10) Gedung pavilion (gedung H) 11) Gedung gudang mesiu (bangunan I) 12) Gedung gudang perlengkapan non militer/logistic (bangunan J) 13) Gedung dapur utara (gedung K1) 14) Gedung dapur selatan (gedung K2) 15) Gedung rumah tahanan/sel (gedung L1) 16) Gedung kamar mandi timur (gedung L2) 17) Gedung kamar mandi selatan (gedung L3) 18) Gedung perumahan perwira utara I (gedung M1) 19) Gedung perumahan perwira utara II (gedung M2) 20) Gedung perumahan perwira selatan I (gedung M3) 21) Gedung perumahan perwira selatan II (bangunan M4) 22) Gedung gudang senjata ringan dan barak prajurit (gedung N1) 23) Gedung gudang senjata berat (gedung N2) 24) Gedung utama Benteng Vredeburg (dulu) (bangunan P) 25) Gedung garasi (bangunan Q) 26) Gedung istal (kandang kuda) (gedung R)

103 Wawancara dengan Ibu Pipit pada tanggal 8 Januari 2019 104 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 34

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

27) Sumur (bangunan S) 28) Anjungan (bangunan 01-03)

Dari hasil observasi dan pengamatan penulis bahwa bangunan yang berada dalam kompleks Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan bangunan yang bergaya indis, yaitu suatu gaya arsitektur yang memadukan gaya arsitektur barat (Belanda) dengan arsitektur lokal (Jawa). Dalam perkembangannya bangunan bangunan di dalam komplek museum, pernah mengalami pergantian pengelolaan. Hal itu sejalan dengan kondisi politik di Indonesia terkait dengan berlangsungnya praktek penjajahan oleh bangsa asing (Belanda, Inggris, dan

Jepang). Sekarang bangunan-bangunan tersebut dialihfungsikan sebagai ruang ruang yang mendukung tugas dan fungsi Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta. b. Diorama Peristiwa Bersejarah

Secara keseluruhan diorama yang disajikan di Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta menceritakan peristiwa-peristiwa bersejarah di Yogyakarta sejak meletusnya perang Diponegoro sampai dengan masa Orde Baru yang divisualkan dalam bentuk diorama pencanangan P4 (pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila) oleh Presiden Soeharto tahun 1974. Adegan tersebut diwujudkan dalam

55 buah diorama yang disajikan dalam 4 ruang pameran tetap.105

Ruang diorama I menempati gedung perumahan perwira selatan I (gedung

M3) berjumlah 11 buah, ruang diorama II menempati gedung perumahan perwira utara I dan II (atau gedung M1 dan gedung M2) sebanyak 19 buah, ruang diorama

105 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

III menempati gudang barak prajurit utara (atau gedung E) lantai I sebanyak 18 buah, dan ruang diorama IV menempati gedung societe militaire (gedung G) lantai bawah sebanyak 7 buah. 106

Dari hasil wawancara dengan pengelola Museum Benteng Vredeburg yakni

Ibu Pipit selaku edukator museum diketahui bahwa ruang pameran tetap Diorama

I menceritakan peristiwa yang terjadi di Yogyakarta sejak masa Perang

Diponegoro (1825-1830) sampai dengan masa Penjajahan Jepang (1942-1945). Di ruang ini dilengkapi dengan pojok informasi tokoh melalui perangkat LCD layar sentuh yaitu “Pojok Sultan HB IX” dan “Pojok .”

Selanjutnya beliau menyatakan bahwa ruang pameran tetap diorama I dan

II, telah dilakukan penataan ulang melalui kegiatan revitalisasi museum tahun

2011. Peralatan pendukung penyampaian Informasi melalui LCD layar sentuh telah tersedia di ruang ini. Hal itu untuk meningkatkan keterlibatan pengunjung museum terhadap materi yang disajikan. Beberapa koleksi realia maupun replika juga terpajang di ruang pameran ini untuk mendukung cerita peristiwa sejarah di

Yogyakarta yang divisualisasikan melalui media diorama. c. Lukisan

Lukisan yang menjadi koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta

tidak semata-mata dari segi keindahan namun lebih didominasi dari aspek nilai

kesejarahannya. Lukisan-lukisan tersebut mampu memberikan cerita (telling

story) tentang sebuah peristiwa sejarah dan nilai luhur kejuangannya. Adapun

106 Ibid, hlm 37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

judul dari lukisan-lukisan yang disimpan dan menjadi koleksi Museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta antara lain:107

1) Pembangunan kraton mataram di Kotagede 2) Penyerangan Sultan Agung Hanyakrakusuma ke Batavia 3) Pembangunan istana kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat 4) Perlawanan Pangeran Diponegoro terhadap Belanda 5) Raden Ajeng Kartini 6) Jenderal Soedirman 7) Ki Hadjar Dewantara 8) Pernyataan Negeri Ngayogyakarta 9) Pengibaran merah putih di gedung agung 10) Dapur umum di daerah gerilya 11) Serangan umum 1 maret 1949 12) Perjuangan dari agresi Belanda I sampai dengan perjanjian renville 13) Poster dari kedatangan bangsa barat sampai dengan masa orde baru 14) Lukisan tentara pelajar karya Frans Harsono d. Maket

Maket merupakan bentuk tiruan (gedung, kapal, pesawat terbang dsb) dalam tiga dimensi dan skala kecil, biasanya dibuat dari kayu, kertas, tanah liat, dan sebagainya. Maket yang menjadi koleksi Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta antara lain:108

1) Maket Balai Mataram Yogyakarta 2) Maket Senisono Yogyakarta 3) Maket Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta 4) Maket Gedung Pengapit Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta 5) Maket Museum Perjuangan Yogyakarta e. Peta

Peta bernilai sejarah yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta kebanyakan adalah peta interaktif, yang merupakan peta hasil

107 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 39 108 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

interpretasi dari sumber atau data literatur. Kebanyakan peta-peta tersebut dibuat dengan bahan fiberglass. Adapun peta-peta tersebut antara lain:

1) Peta wilayah kekuasan Sultan Agung 2) Peta penciutan wilayah Mataram 3) Peta route gerilya pangsar Jenderal Soedirman 4) Peta route konsolidasi pasukan Wehrkreise III 5) Peta pertempuran Ambarawa 6) Peta perlawanan pangeran Diponegoro 7) Peta monumen-monumen peristiwa bersejarah di Yogyakarta 8) Peta route perjuangan A. H. Nasution f. Miniatur

Miniatur adalah tiruan sesuatu dalam skala yang diperkecil. Miniatur yang menjadi koleksi museum Benteng Vredeburg Yogyakarta antara lain:109

1) Miniatur kapal dagang Belanda yang mendarat di Banten 2) Miniatur pesawat Cureng dan Guntei 3) Miniatur kepanduan (Pandu Hizbul Wathan, kepanduan bangsa Indonesia, pandu rakyat dan pramuka) g. Patung

Patung yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta dan dijadikan koleksi museum terdiri dari patung utuh (dari kepala hingga kaki) dan patung dada. Sedang bahannya ada yang terbuat dari kuningan, maupun fiberglass. Adapun patung-patung yang koleksi Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta antara lain:110

1) Komodor muda udara Adisucipto 2) KRT. Tirta Kusuma 3) 4) Nyi Ageng Serang 5) Ir. Soekarno 6) DRS. M. Hatta

109 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 42 110 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 43-44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

7) Letjen (ukuran life size) 8) Pansar Jenderal Soedirman (ukuran life size) 9) Kol Inf. Anumerta Sugiyono 10) Brigjen Anumerta Katamso 11) P. Diponegoro 12) Dr. Wahidin Sudirohusodo 13) Dr. 14) Ki Hadjar Dewantara 15) Nyi Hadjar Dewantara 16) Kyai Haji 17) R.A. Kartini 18) Jenderal 19) Letjen R. 20) Letjen S. Parman 21) Letjen Haryono MT 22) Letjen Soetojo Siswomiharjo 23) Mayjen D.I. Panjaitan 24) Kapten Piere Andreas Tendean 25) Brigadir Polisi Karel Sasuit Tubun 26) Drs. M. Hatta 27) Jenderal 28) Patung Polisi Jaman Jepang 29) Patung Polisi Jaman Belanda 30) Dr. Abdurahman Saleh 31) menjahit Bendera Merah Putih 32) Kadet penerbangan dan pengembom Ambarawa 33) Laskar bambu runcing 34) Laskar Hisbullah h. Benda-Benda Realia

Koleksi benda-benda relia adalah benda-benda asli (autentik) yang benar- benar menjadi saksi dan data peristiwa sejarah yang terjadi. Maksudnya ketika peristiwa sejarah yang melatarbelakangi terjadi. Benda-benda tersebut terdiri dari peralatan dapur, peralatan makan dan minum, pakaian, senjata serta perlengkapan lainnya, benda-benda realia yang dimiliki oleh Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta antara lain:111

111 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 45- 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

1) Tempat tidur yang dipakai oleh pangsar Jenderal Soedirman ketika beristirahat di piyungan dalam rangka perjalanan masuk kota Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949. 2) Meja kursi bagi instruktur dan pengunjung dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di Militer Akademi Yogyakarta di Christelijk MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) setingkat SMP di kotabaru Yogyakarta tahun 1945-1949. 3) Meja dan kursi kerja maupun meja dan kursi tamu yang pernah dipakai oleh kolonel T.B. Simatupang (wakil KSAP) di markas perjuangan banaran Banjarsari, Samigaluh, Kulon Progo tahun 1948- 1949. 4) Perlengkapan makan dan minum bagi para pejuang radio AURI dengan kode PC 2 dibawah pimpinan Budiharja di Krenen, Banaran, Playen, Gunung Kidul tahun 1949). 5) Meja dan kursi tamu yang dipergunakan oleh panglima besar Jenderal Soedirman beristirahat di Piyungan dalam rangka perjalanan masuk kota Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949. 6) Senjata Samuari clan anggota kesatuan kempeitei Jepang yang terkenal kejam dan keras. Dipakai oleh R. Soetrasno (anggota polisi) sebagai senjata dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. 7) Mata uang VOC yang beredar pada masa penjajahan Belanda pada awal abad 17 – abad 18. 8) Meja tamu, perlengkapan makan dan minum, yang pernah dipakai oleh kapten Widodo kompi dari SWK 102 Bantul ketika bermarkas di Jetis Bajang Gilangharjo Pandak Bantul tahun 1948-1949. 9) Mesin jahit, perlengkapan minum, dan gamelan yang pernah dipakai oleh kolonel T.B. Simatupang pada tahun 1948-1949 di markas perjuangan Banaran, Banjarsari, Samigaluh, Kulon Progo. 10) Baju dan celana panjang milik Sunarno seorang anggota TP Detasemen 3 Brigade 17 yang turut berjuang pada tahun 1948-1949. 11) Peralatan kesehatan dari RS. Santo Yusup Boro Banjar Sari Kalibawang Kulon Progo yang banyak berjasa membantu korban perang di daerah tersebut dan juga para pengungsi dari daerah lain seperti Cebongan dan Godean pada tahun 1948-1949. 12) Perlengkapan dapur yang dulu pernah dipergunakan untuk memasak nasi bagi anggota TGP (tentara genie pelajar) di dusun klaci Margoluwih, seyegan, sleman tahun 1948-1949. 13) Gogok dan poci yang berperan dalam perjuangan kesatuan dibawah pimpinan Zulkifi Lubis di Srunggo Selopamiro Imogiri Bantul tahun 1948-1949. Gogok untuk tempat candu yang merupakan komoditi untuk modal perjuangan. Sedangkan poci untuk minum. 14) Kendhil Dhalung yang pernah dipergunakan untuk merebus 3 butir telur ayam bagi pangsar Jenderal Sudirman ketika bermalam dirumah mbah Sayuk (Mertopawiro) pada tanggal 21 Desember 1948 dalam rangka perjalanan gerilya menghindari pengejaran oleh pasukan Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

15) Lampu gantung yang dipergunakan sebagai alat penerangan ketika proses pembuatan ORI berlangsung di dusun Kajor Selopamioro, Imogiri, Bantul tahun 1948-1949. 16) Perlengkapan milik anggota TP Bernama Soekimin berupa buku arsip surat-suratpenting Brigade XVII TP, buku harian, topi TP dan bendera Merah Putih. tahun 1947 masuk TP Yogyakarta, selanjutnya aktif berjuang sebagai komandan PHB pada tahun 1948 -1949. 17) Kemeja milik Sri Sultan HB X yang dikenakan oleh beliau ketika mengenangkan masa di Jl. Solo serta menyampaikan amanat dalam Pisowanan Ageng tahun 1998. 18) Perlengkapan pribadi milik Prof. Dr. Sarjito 19) Perlengkapan milik Fakultas Kedokteran UGM yang dipakai saat kegiatan perkuliahan pada masa-masa awal berdiringa Fakultas Kedokteran UGM. 20) Mata uang yang berhasil dikumpulkan di Museum Benteng Vredeburg, antara lain mata uang VOC, mata uang Jepang, dan mata uang Rupiah, baik dalam bentuk uang kertas maupun uang logam. Disamping itu juga terdapat klise mata uang pada masa revolusi. 21) Dokumen terkait dengan perjuangan dr. Soetomo. 22) Dokumen yang merupakan bukti fisik atas peran bapak Soebarkah pada saat menjadi anggota tentara pelajar. 23) Bendera Merah Putih milik Mbah Oerip Karto Admojo seorang anggota BPRI pada saat agresi Militer Belanda II sebagai persiapan kemerdekaan Indonesia. 24) Topi baja yang digunakan oleh milik Bapak Mulyo Sarjono, seorang anggota TRM (tentara rakyat mataram) dibawah pimpinan Bung Tarjo, pada saat mengikuti berbagai pertempuran di Yogyakarta dan sekitarnya. 25) Bayonet milik tentara Belanda yang ditemukan oleh Bapak Wiro Darsono, seorang pemuda yang menjadi pager desa. Selanjutnya Bayonet tersebut digunakan oleh Bapak Wiro Darsono sebagai senjata dalam menjalankan tugasnya. 26) Mata uang logam Spanyol yang merupakan bukti kedatangan bangsa Barat di Indonesia untuk berburu rempah-rempah yang merupakan komoditi perdagangan yang laris di Eropa. 27) Buku saku Laskar Hisbullah milik bapak Hadjid yang pernah menjadi anggota Laskar Hisbullah di Yogyakarta. Setiap anggota Laskar Hisbullah mendapatkan buku saku sebagai panduan dalam menjalankan tugas sebagai laskar Hisbullah. 28) Baju Bapak Soeharto (presiden RI kedua) yang dikenakan pada saat menjalankan tugas sebagai anggota TNI RI sebelum menjabat sebagai presiden. 29) Radio perjuangan sebagai alat penyebar informasi pada masa perjuangan. 30) Gramaphone, sebagai media pengobar perjuangan melalui kesenian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

31) Mobil Jeep Willys, buatan tahun 1944 sebagai visualisasi kendaraan pada masa revolusi di Indonesia. 32) Meriam yang ditemukan di kawasan keraton Solo yang diperkirakan sebagai alat pertahanan Benteng Vredeburg. i. Benda Replika

Benda replika adalah merupakan benda tiruan. Yaitu dengan ukuran sama

1:1 bisa dengan bahan sama maupun beda. Ada beberapa koleksi yang disimpan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, antara lain:112

1) Replika meriam hasil temuan ketika dilakukan ekskavasi di komplek bangunan Benteng Vredebug. 2) Replika senjata lantakan, granat gombyok, dan senjata VOC laras pendek. 3) Replika pakaian zaman perjuangan yang biasa dipakai pada masa mempertahankan kemerdekaan tahun 1945-1949. 4) Replika wayang Dipenogoro yang mengisahkan tentang perang Diponegoro tahun 1825-1830. 5) Replika lambang organisasi maupun kesatuan bersenjata. 6) Replika baju penjara yang digunakan Ki Hajar Dewantara pada saat dipenjara di Pekalongan. 7) Replika duaja Jong Java, Jong Islamieten Bond, Jong Sumatra Bond dan Jong Selebes, lambang organisasi pemuda yang masih bersifat kedaerahan. 8) Replika baju goni, baju khas rakyat Indonesia masa pendudukan Jepang. 9) Replika meja kursi, cangkir, gelas dan lampu yang digunakan pada saat Jenderal Soedirman dijemput Letkol Soeharto untuk masuk kota Yogyakarta. 10) Replika bandil dan senapan laras panjang senjata tradisional pada perang Diponegoro. 11) Replika alat minum yang digunakan oleh Soekarno pada saat diasingkan oleh kelompok pemuda di Rengasdengklok sebelum proklamasi kemerdekaan. 12) Replika tas yang digunkaan oleh Drs. Moh. Hatta untuk menghadiri perundingan dalam rangka perjuangan melalui dilpomasi.

112 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 48- 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

j. Foto

Koleksi foto mendominasi koleksi Museum Benteng Vredeburg

Yogyakarta. Dari foto-foto tersebut ada yang dibuat duratran, yaitu foto yang tembus cahaya yang dalam penyajiannya dibelakang gambar diberi lampu, dengan demikian gambar akan kelihatan bagus. Koleksi foto yang dimiliki oleh Museum

Benteng Vredeburg Yogyakarta antara lain:113

1) Foto-foto raja-raja Nusantara sekitar awal abad 18 2) Foto-foto masa pergerakan nasional 1908-1942 3) Foto-foto masa pendudukan Jepang 1942-1945 4) Foto-foto masa awal kemerdekaan 1945-1946 5) Foto-foto revolusi fisik 1947-1949 6) Foto-foto masa pergolakan di daerah 1950-1959 7) Foto-foto masa orde lama 1959-1966 8) Foto-foto masa orde baru 1967-1998 9) Foto-foto masa reformasi 1998-sekarang 10) Foto-foto nuasa lama Yogyakarta tempo dulu 11) Foto-foto lama Benteng Vredeburg dan sekitarnya. k. Film

Film yang menjadi koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah kebanyakan film-film dokumenter baik dalam bentuk kaset VHS, Betamax maupun DVD/VCD. Film-film tersebut antara lain:

1) Film Dokumenter yang berisi 7 peristiwa penting (UNCI on Duty in Indoneisa, Second Military action, Jounalist visit exiled Republic Leader, Republic Leaders return to Yogya, return of General Soedirman, End of Fasting Mount, Inter Indonesia Confernce) 2) Kaset video “The Bird Of Nation 1944-1949” 3) VCD (Film dokumenter Tokoh Nasional Ki Hadjar Dewantara) 4) VCD tentang perkembangan KNIL

Koleksi-koleksi tersebut tidak semuanya dipamerkan, melainkan ada pula yang disimpan di gudang koleksi (storage). Untuk menyajikan koleksi-koleksi

113 Gunawan, Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, 2017, hlm 50

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

tersebut Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan pameran temporer. Pameran temporer dilaksanakan baik didalam museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta maupun dilaksanakan dengan cara berkeliling, berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

3. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Museum Benteng Vredeburg

Menurut definisi-definisi tentang museum yang telah banyak dijumpai, dinyatakan bahwa keberadaan dan berbagai pelaksanaan tugas dan fungsinya adalah untuk kepentingan masyarakat. Menurut pengelola Museum ada beberapa kegiatan edukasi yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg, tujuan dari kegiatan tersebut yakni untuk mengajak pengunjung atau masyarakat agar dapat menikmati museum dengan berbagai cara. Kegiatan tersebut biasanya juga dapat bekerja sama dengan pemerintah, dinas, dan pihak lain yakni komunitas dsb.

(CL8)114

Berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh museum selalu berorientasi pada tugas pelayanan museum kepada masyarakat. Beberapa kegiatan Museum

Benteng Vredeburg, antara lain:115 a. Pameran

Dalam rangka meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum,

Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan pameran (pameran keliling maupun temporer). Pameran temporer dilaksanakan oleh museum dalam waktu tertentu dan dalam jangka waktu tertent. Mengenai tempat pelaksanaan

114 Wawancara dengan Ibu Pipit pada tanggal 8 Januari 2019 115 Haji dan Sulistya, Buku Panduan Museum Benteng Vredeurg. Kementrian pendidikan dan kebudayaan, 2017 Hal 52-61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

dapat dilaksanakan di museum maupun diluar museum. Selain pameran temporer ada pula pameran keliling, yaitu pameran yang dilaksanakan dengan mengambil tempat di luar museum yang dijalankan secara periodik dengan tema-tema tertentu.

Pameran yang dialaksanakan Museum Benteng Vredeburg meliputi pameran temporer misalnya dalam rangka memperingati peristiwa heroik

Serangan Umum satu Maret 1949 di Jogjakarta. Pameran dengan judul “Potret

Yogyakarta Kota Perjuangan” dan mengangkat tema “Menggali Semangat

Kejuangan Yogyakarta Untuk Menyongsong Masa depan Bangsa” tersebut dilaksanakan dengan menggandeng kerjasama yang baik antara Museum Benteng

Vredebrug Yogyakarta, paguyuban Wehrkreise III Yogyakarta, komunitas sahabat

Museum, LVRI Yogyakarta, dan Dinas Kebudayaan DIY.116 Jumlah pengunjung dalam kegiatan yang berlangsung pada tanggal 1- 5 Maret tahun 2017 dan berhasil dikunjungi oleh 7.000 orang, hal itu melebihi target yang diinginkan Museum yakni 4.000 orang. Kegiatan Pameran tersebut cukup mendapatkan simpati dari masyrakat karena mampu melibatkan banyak elemen masyarakat

Ada juga kegiatan pameran selain pameran temporer yakni pameran bersama di Jawa Tengah, pameran bersama di Aceh, pameran bersama di Ternate, pameran keliling Kabupaten/kota. Ada juga kegiatan museum Perjuangan Expo.

Museum Perjuangan Expo merupakan kegiatan rutin tahunan dari Museum

Benteng Vredebrug yang bertujuan untuk menjalin hubungan kemitraan antara

116LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017, hlm 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

museum dengan komunitas (mahapengunjung, pelajar, masyarakat). Kegiatan museum dilaksanakan hari selasa 16 mei 2017 pada puku 08.30 WIB. b. Seminar/Ceramah/Diskusi

Untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat terhadap museum, digelar pula kegiatan seminar dengan sasaran yang bervarisai tergantung tema yang akan diangkat. Melalui kegiatan ini, peserta kegiatan dapat memberikan sumbang saran sehingga secara tidak langsung telah menuang partisipasinya dalam pembahasan tema. Tema-tema yang diangkat dalam pembahasan adalah tema-tema sejarah, museum dan cagar budaya.

Selanjutnya untuk menggugah dan menginspirasi masyarakat, khususnya generasi muda, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta menyelenggarakan berbagai saresehan, seminar maupun ceramah-ceramah. Para pembicara terdiri dari pejabat, praktisi, pecinta museum, maupun pelaku sejarah. Kegiatan seminar yang dilakukan oleh Museum dengan tema “Strategi Pengelolahan Museum

Peduli Pengunjung”. Seminar tersebut dihadirioleh 150 orang yang terdiri dari pengelola museum, pemerhati museum, mahapengunjung, pelajar, dan masyarakat. Seminar dibuka oleh kepala museum Museum Benteng Vredebrug

Yogyakarta dengan menghadirkan 4 orang narasumber yaitu:117

1) Dr. Daud Aris Tanudirjo, M.A. (staf pengajar Departemen Arkeologi FIB UGM) dengan batasan tema “paradigm Museum dari masa kemasa” 2) Aryanto Yuniawan, S. Kom. (staf pengajar STIMIK AMIKOM Yogyakarta) 3) Lusy Laksita (praktisi Komunikasi) dengan batasan tema “Seni Membangun Komunikasi Massa di Museum”. 4) Dr. Maria Silvia Merry, M.Sc (runner up I Duta Museum 2014) dengan batasan tema “museum Salah Satu Aset Budaya Jogja”.

117 LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017, hlm 21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

c. Lomba/Festival

Lomba dilaksanakan untuk lebih meningkatkan keterlibatan masyarakat, khususnya generasi muda dengan museum. Ada berbagai lomba yang diadakan

Museum Benteng Vredebrug yakni meliputi lomba lukis dan mewarnai, Lomba marching band tingkat TK se DIY, lomba cerita sejarah tingkat SMP dan SMA.

Lomba cerita sejarah merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan oleh

Museum Benteng Vredebrug Yogyakarta. Dalam rangka menyambut hari kebangkitan Nasional dan menyemarakan bulan pendidikan. Lomba tersebut bertemakan “Majulah Indonesiaku”. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari yakni tanggal 17-18 mei 2017.118 Dan diikuti oleh pengunjung SMP dan SMA/SMK dari kabupaten/kota se DIY. Jumlah peserta terdiri dari 25 orang pelajar SMP dan

25 untuk pelajar SMA. d. Sosialisasi Museum

Kegiatan sosialisasi museum merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh

Museum Benteng Vredebrug Yogyakarta bekerjasama dengan tiga museum di

Jakarta yaitu Museum Sumpah Pemuda, Museum Perumusan Naskah Proklamasi,

Museum Basoeki Abdullah. Sasaran dari kegiatan ini adalah pengunjung SD,

SMP, dan SMA baik negeri maupun swasta.119 Sosialisasi meliputi sosialiasasi ke

Jawa Tengah dan sosialisasi ke Jawa Barat. e. Kemah Budaya

Kemah Budaya merupakan kegiatan bersama yang dilaksanakan secara bersinergis dengan instansi lain yaitu BPNB Yogyakarta, BPCB Yogyakarta,

Kwarda DIY, serta Dinas Kebudayaan DIY. Kegiatan ini sebagai media publikasi

118 LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017, hlm 19 119 LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017, hlm 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

museum dengan sasaran anggota pramuka. Yang dilaksanakan pada tahun 2017 dengan mentargetakan 300 orang peserta.120 f. Sepeda Jelajah Wisata Sejarah

Kegiatan Sepeda Jelajah Wisata Sejarah merupakan kegiatan sosialisasi museum kepada masyarakat. Sasaran kegiatan tersebut yaitu penggemar/hobi sepeda. Kegiatan tersebut terbuka untuk umum dan dilaksanakan pada tahun 2017 yang mentargetkan 150 orang peserta. g. Ngejam di Museum

Kegiatan ngejam di Museum ini dilaksanakan pada tanggal 9 februari dan 9

April 2017 di mulai pukul 09.00 sd 16.30 bertempat di Museum Benteng

Vredebrug Yogyakarta. Sasaran kegiatan ini yaitu Komunitas music di

Yogyakarta. Kegiatan berhasil melibatkan 265 orang pengunjung museum termasuk peserta ngejam. h. Bioskop Keliling

Kegiatan layanan bioskop keliling merupakan salah satu bentuk sosialisasi museum dengan menggunakan media film layar tancap yang dikelilingkan dari salah sati tempat lainnya. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tanggal 18 Maret,5

April, 29 April dan 9 mei 2017. Kegiatan itu diikuti 500 orang, atau sebesar 125% dari 400 orang yang ditargetkan. i. Kegiatan Museum Masuk Sekolah

Kegiatan museum masuk sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan generasi muda. Kegiatan ini dilaksanakan di SMA N 1 Seyegan di Tegal Getan,

Margoagung, Seyegan, Sleman dan berlangsung selama 3 hari pada tanggal 29-31 maret 2017. Kegiatan ini melibatkan sepuluh SMA/SMK, empat SMP dan tiga

SD.

120 LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017, hlm 31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

j. Vredebrug Fair

Vredebrug Fair merupakan kegiatan yang dilakukakn oleh Museum Benteng

Vredebrug Yogyakarta untuk mewadahi apreasi masyarakat terhadap museum. dalam kegiatan ini digelar pameran museum, kreasi komunitas sahabat museum, dan Panggung hiburan121.

Berdasarkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pihak Museum Benteng

Vredeburg di atas menunjukkan bahwa Museum Benteng Vredeburg memiliki kegiatan yang beragam. Dari berbagai kegiatan tersebut menunjukkan bahwa museum dapat merangkul berbagai kalangan dalam masyarakat dalam berbagai kegiatannya. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa museum dekat dengan masyarakat, hal itu juga sesuai dengan visi dan misi museum yang dikatakan oleh pengelola museum dalam wawancara dimana Museum Benteng Vredeburg ingin mengedukasi masyarakat dengan sejarah. (CL8)122

4. Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar

Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter

Dalam penelitian ini peneliti memilih 30 responden yang merupakan pengunjung Museum Benteng Vredeburg dan memilih 19 responden diantaranya sebagai informan untuk diwawancarai seputar pemanfaatan Museum Benteng

Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan karakter. Dalam penelitian ini peneliti membaginya menjadi: a. Museum Benteng Vrederburg sebagai sumber belajar sejarah

Proses belajar tidak hanya berlangsung dalam ruangan kelas di sekolah tetapi dapat juga berlangsung di lingkungan Masyarakat, sehingga Museum

121 LAKIP Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Semester Pertama Tahun 2017, hlm 27 122 Wawancara dengan Ibu Pipit pada tanggal 8 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

sebagai bagian dari masyarakat merupakan salah satu tempat yang dapat dipilih oleh guru untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas, karena koleksi pameran dan diorama Museum dapat membantu meningkatkan pemahaman pengunjung terhadap materi pelajaran yang diajarkan di dalam kelas, terutama materi yang berkaitan dengan sejarah perkembangan manusia dan lingkungannya.

Dalam pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah, terlebih dahulu peneliti menggali pemahaman informan mengenai museum secara umum. Saat peneliti menanyakan kepada pengunjung mengenai kunjungannya ke Museum, hampir rata-rata pengunjung sudah pernah datang meskipun baru satu kali. Sementara ketika peneliti menanyakan mengenai manfaat dan kesan yang didapat pengunjung saat datang ke Museum Benteng

Vredeburg, hampir semua informan menjawab dengan jawaban yang positif dimana menurut mereka berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg dapat membantu mereka berimajinasi mengenai peristiwa yang terjadi dimasa lampau dan dapat dijadikan sebagai pembelajaran untuk saat ini. Sebagian dari mereka hanya sedikit yang mngetahui mengenai latar belakang berdirinya Museum

Benteng Vredeburg. Selain melalui wawancara peneliti juga menggali pemahaman informan melalui Kuesioner yang dibagikan sebelum melakukan wawancara. Kuesioner tersebut menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Berikut adalah data hasil aspek afektif pengunjung:

Tabel.3 Data Kuesioner pada Aspek Pengetahuan

No. Nama Jumlah Skor Nilai Kategori 1 Rizkyani 62 77,5 A 2 Dwi Tyas 61 76,25 A 3 Zacky 58 72,5 B 4 Ikbal 57 71,25 B

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

5 Fahri 53 66,25 B 6 Isti Qomah 59 73,75 B 7 Riske Ayu 63 78,75 A 8 Restu 68 85 A 9 Eny Tri 63 78,73 A 10 Ridwan 58 72,5 B 11 Furqon 59 73,75 B 12 Kencot 63 78,73 A 13 Safitri 57 71,25 B 14 Tri Nurasih 68 85 A 15 Tumiyati 60 75 A 16 Isti Utami 56 70 B 17 Alfian 60 75 A 18 Isti 63 78,73 A 19 Jaka 63 78,73 A 20 Okta 59 73,75 B 21 Rizki 63 78,73 A 22 Nuri 68 85 A 23 Febri 63 78,73 A 24 Raldi 58 72,5 B 25 Adyatma 59 73,75 B 26 Adhessya 63 78,73 A 27 Shella 57 71,25 B 28 Ratih 68 85 A 29 Sully 60 75 A 30 Marta 60 75 A Jumlah 1829 710 Mak 68 85 Min 53 70 Mean 60,97 78,89

Tabel. 4 Kategori Hasil Kuesioner pada Aspek Pengetahuan

Kategori Keterangan Interval Skor ∑ A Sangat Tinggi X >74,99 18 B Tinggi 58,33 < X ≤ 74,99 12 C Cukup 41,67< X ≤ 58,33 0 D Rendah 25,01 < X ≤ 41,67 0 E Sangat Rendah X ≤ 25,01 0 Jumlah 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Pengetahuan

0% SANGAT TINGGI 40% TINGGI

60% CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH

Gambar IV. Diagram Data Aspek Pengetahuan

Tabel.3 di atas merupakan hasil pencapaian skor pengetahuan tentang museum sebagai sumber belajar dengan indikator pengetahuan yang didapat dari

20 pernyataan. Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai tertinggi 85 sedangkan nilai terendah 70 dan rata-rata nilainya adalah 79,89. Data tersebut dikategorikan ke dalam beberapa kriteria yaitu A (Sangat Tinggi), B (Tinggi), C (Cukup), D

(Rendah), E (Sangat Rendah). Kriteria tersebut menunjukan tingkat pengetahuan pengunjung. Dari data tersebut diperoleh sebanyak 60% pengunjung mendapat kategori yang sangat tinggi dan sebanyak 40% pengunjung mendapat kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam aspek Pengetahuan, rata- rata pengunjung berada dalam kategori yang sangat baik. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara pengunjung yang mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai Museum Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah. Sebagian besar dari pengunjung menyatakan bahwa dengan berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg dapat menambah pengetahuan mereka tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa yang lalu. Ketika peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

mengajukkan pertanyaan mengenai manfaat yang diperoleh saat berkunjung ke

Museum Benteng Vredeburg, Salah satu pengunjung mengatakan bahwa “jadi lebih tahu lah ya sejarah Indonesia Merdeka itu gimana, terus sejarahnya benteng juga”. (CL4)123

Selain itu pengunjung lainnya juga berpendapat bahwa museum dapat memberikan mereka manfaat sebagai sumber informasi dan belajar mengenai perjuangan para pahlawan dengan mengatakan bahwa saat berkunjung mereka

“mendapatkan informasi, mengetahui masa jaman dulu, dan bisa belajar juga”

(CL3)124

Setiap koleksi yang ada di museum tersebut memberikan manfaat tersendiri untuk pembelajaran. Pengunjung menyatakan bahwa koleksi yang ada di museum

Benteng Vrederburg dapat dijadikan sumber belajar sejarah dimana koleksi yang ada dapat diimplementasikan dalam pembelajaran dengan menghubungkan koleksi-koleksi yang ada untuk pembelajaran di sekolah. b. Museum Benteng Vrederburg sebagai sarana pengembangan karakter

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan peneliti dalam menilai museum Benteng Vrederburg sebagai sarana pengembangan karakter adalah, Rasa

Ingin Tahu, Nasionalisme, dan Patriotisme

1) Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu merupakan salah satu dari 18 karakter yang dikembangkan dalam kurikulum 2013. Dimana rasa ingin tahu juga terkandung dalam pendidikan karakter yang didalamnya terdapat pendidikan nilai budi pekerti atau pendidikan

123 Wawancara dengan pengunjung Eny Pada Tanggal 7 Januari 2019 124 Wawancara dengan Isti Qomah pada tanggal 6 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

moral yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara nilai-nilai yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Penilaian ini menggunakan kuesioner skala sikap dengan 10 butir pernyataan. Kuesioner tersebut menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Berikut adalah data hasil aspek afektif pengunjung Rasa Ingin Tahu:

Tabel. 5 Data Kuesioner pada Aspek Rasa Ingin Tahu

No. Nama Jumlah Skor Nilai Kategori 1 Rizkyani 35 87,5 A 2 Dwi Tyas 33 82,5 A 3 Zacky 28 70 B 4 Ikbal 31 77,5 A 5 Fahri 30 75 A 6 Isti Qomah 31 77,5 A 7 Riske Ayu 32 80 A 8 Restu 31 77,5 A 9 Eny Tri 28 70 B 10 Ridwan 31 77,5 A 11 Furqon 31 77,5 A 12 Kencot 29 72,5 B 13 Safitri 35 87,5 A 14 Tri Nurasih 31 77,5 A 15 Tumiyati 28 70 B 16 Isti Utami 31 77,5 A 17 Alfian 31 77,5 A 18 Isti 33 82,5 A 19 Jaka 32 80 A 20 Okta 31 77,5 A 21 Rizki 29 72,5 B 22 Nuri 35 87,5 A 23 Febri 31 77,5 A 24 Raldi 28 70 B 25 Adyatma 31 77,5 A 26 Adhessya 29 72,5 B 27 Shella 35 87,5 A 28 Ratih 31 77,5 A 29 Sully 28 70 B 30 Marta 31 77,5 A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Jumlah 930 585 Mak 35 80 Min 28 70 Mean 31,00 73,13

Tabel. 6 Kategori Aspek Rasa Ingin Tahu

Kategori Keterangan Interval Skor ∑ A Sangat Tinggi X >74,99 22 B Tinggi 58,33 < X ≤ 74,99 8 C Cukup 41,67< X ≤ 58,33 0 D Rendah 25,01 < X ≤ 41,67 0 E Sangat Rendah X ≤ 25,01 0 Jumlah 30

Rasa Ingin Tahu

0% SANGAT TINGGI 27% TINGGI CUKUP 73% RENDAH SANGAT RENDAH

Gambar V. Diagram Data pada Aspek Rasa Ingin Tahu

Tabel hasil pencapaian skor Museum Benteng Vredeburg sebagai sarana pengembangan karakter dengan indikator rasa ingin tahu diatas didapat dari 10 pernyataan. Berdasarkan Tabel.5 tersebut dari aspek rasa ingin tahu diperoleh nilai tertinggi 80 sedangkan nilai terendah 70 dan rata-rata nilai yaitu 73,13. Data tersebut dikategorikan ke dalam beberapa kriteria yaitu A (Sangat Tinggi), B

(Tinggi), C (Cukup), D (Rendah), E (Sangat Rendah). Kriteria tersebut menunjukan tingkat rasa ingin tahu pengunjung. Dari data di atas sebanyak 73% pengunjung mendapat kategori yang sangat tinggi dan sebanyak 27% pengunjung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

mendapat kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata pada aspek Rasa Ingin Tahu pengunjung berada dalam kategori yang baik.

Hal itu didukung dengan hasil wawancara dengan pengunjung yang mendapatkan keterangan bahwa rasa ingin tahu pengunjung terhadap peninggalan benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia sangat tinggi sekali, ini dibuktikan dengan kemauan mereka berkunjung ke Benteng Vrederburg ini. Sebagian besar dari mereka menyatakan bahwa dengan berkunjung ke Museum Benteng Vrederburg dapat menambah pengetahuan mereka tentang sejarah perjuangan bangsa

Indonesia di masa yang lalu. (CL3)125 Beberapa pengunjung menyatakan rasa ingin tahu pada koleksi benda-benda sejarah yang ditinggalkan oleh para pendahulu yang ada di museum tersebut. Selain itu salah seorang pengunjung juga mengungkapkan bahwa melalui berkunjung ke museum dapat mengajarkan kepada generasi muda mengenai peristiwa yang terjadi dimasa lampau dengan lebih menarik. (CL5)126 Selain itu menurut Alfian yang merupakan seoang

Mahasiswa berpendapat juga bahwa Rasa ingin juga dapat mengembangkan imajinasi dalam menggambarkan peristiwa yang terjadi dimasa lalu menggunakan koleksi yang ada di museum. (CL7)127 Dengan begitu, Rasa ingin tahu merupakan sesuatu yang berhubungan dengan sikap dan tindakan pengunjung yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar terhadap koleksi-koleksi yang ada di Museum

Menteng Vredeburg.

125 Wawancara dengan Isti Qomah pada tanggal 6 Januari 2019 126 Wawancara dengan Ridwan pada tanggal 8 Januari 2019 127 Wawancara dengan Alfian pada tanggal 9 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

2) Nasionalisme

Aspek-aspek yang ditanyakan dalam sikap nasionalisme adalah kecintaan tanah air salah satunya dengan berkunjung ke museum, penghargaan kepada pahlawan dan kebanggaan peninggalan sejarah yang dimiliki. Indikator

Nasionalisme tersebut dikembangkan menjadi pernyataan- pernyataan dalam kuesioner yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari terutama seputar museum.

Hal-hal yang ditanyakan antara lain mengenai apakah pengunjung bangga berkunjung ke museum, apakah pengunjung menghargai jasa para pahlawan, dan apakah pengunjung suka belajar sejarah menggunakan museum. Jumlah pernyataan dalam aspek nasionalisme ada 10 butir pernyataan. Kuesioner tersebut menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Berikut adalah data hasil aspek afektif pengunjung Nasionalisme:

Tabel. 7 Data pada Aspek Nasionalisme

No. Nama Jumlah Skor Nilai Kategori 1 Rizkyani 37 92,5 A 2 Dwi Tyas 31 77,5 A 3 Zacky 34 85 A 4 Ikbal 23 57,5 C 5 Fahri 28 70 B 6 Isti Qomah 29 72,5 B 7 Riske Ayu 31 77,5 A 8 Restu 28 70 B 9 Eny Tri 30 75 A 10 Ridwan 31 77,5 A 11 Furqon 36 90 A 12 Kencot 28 70 B 13 Safitri 30 75 A 14 Tri Nurasih 30 75 A 15 Tumiyati 29 72,5 B 16 Isti Utami 28 70 B 17 Alfian 30 75 A 18 Isti 32 80 A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

19 Jaka 29 72,5 B 20 Okta 37 92,5 A 21 Rizki 31 77,5 A 22 Nuri 34 85 A 23 Febri 23 57,5 C 24 Raldi 28 70 B 25 Adyatma 29 72,5 B 26 Adhessya 31 77,5 A 27 Shella 28 70 B 28 Ratih 30 75 A 29 Sully 31 77,5 A 30 Marta 36 90 A Jumlah 912 1225 Mak 37 90 Min 23 70 Mean 30.40 76,56

Tabel. 8 Kategori pada Aspek Nasionalisme

Kategori Keterangan Interval Skor ∑ A Sangat Tinggi X >74,99 18 B Tinggi 58,33 < X ≤ 74,99 10 C Cukup 41,67< X ≤ 58,33 2 D Rendah 25,01 < X ≤ 41,67 0 E Sangat Rendah X ≤ 25,01 0 Jumlah 30

Nasionalisme

0% SANGAT TINGGI 7% TINGGI 33% 0% CUKUP 60% RENDAH SANGAT RENDAH

Gambar VI. Diagram Data pada Aspek Nasionalisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Dari Tabel.7 di atas menunjukkan hasil kuesioner aspek nasionalisme dari pengunjung Museum Benteng Vredeburg dalam bentuk skor. Dari data tersebut, skor nilai tertinggi adalah 90, sedangkan terendah adalah 70 dan rata-ratanya adalah 76,56. Data tersebut dikategorikan ke dalam beberapa kriteria yaitu A

(Sangat Tinggi), B (Tinggi), C (Cukup), D (Rendah), E (Sangat Rendah). Kriteria tersebut menunjukkan tingkat nasionalisme pengunjung yang di dapat dari 10 butir pernyataan. Dari data di atas sebanyak 60 % mendapat kategori yang sangat tinggi, sebanyak 33% pengunjung mendapat kategori tinggi dan sebanyak 7% mendapat kategori cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai rata- rata pada aspek nasionalisme pengunjung berada dalam kategori sangat baik. Hal itu didukung dengan hasil wawancara dari pengunjung dengan dapat menangkap nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam setiap koleksi yang dipamerkan di

Museum Benteng Vrederburg itu sendiri.(CL1)128 Rata- rata dari pengunjung sangat suka berkunjung ke museum, pengunjung sangat menghargai jasa para pahlawan dan pengunjung merasa bangga terhadap peninggalan sejarah yang dimiliki dan dipamerkan di Musem Benteng Vrederburg. Sehubungan dengan sikap nasionalisme juga ditunjukkan oleh pengunjung yakni Riske, Ayu dan Restu yang mengatakan bahwa nasionalisme juga dapat dilakukan dengan berkunjung ke museum seperti yang mereka lakukan. (CL3)129 Selain Riske, pengunjung lain juga mengatakan bahwa dia sangat senang berkunjung ke museum karena dapat belajar sejarah mengenai jaman dulu dan dapat mengembangkan sikap nasionalismenya terhadap negara. (CL2).

128 Wawancara dengan Rizkiyani pada tanggal 5 Januari 2019 129 Wawancara dengan Isti pada tanggal 6 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

3) Patriotisme

Sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara itulah sifat patriotisme. Pertanyaan yang dikembangkan dari indikator tersebut diantaranya adalah mengenai kesediaan pengunjung untuk meluangkan waktu berkunjung ke museum, bangga dengan peninggalan sejarah dan perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Jumlah pernyataan dalam aspek patriotisme ada 6 butir soal. Kuesioner tersebut menggunakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Berikut adalah data hasil aspek afektif pengunjung Patriotisme:

Tabel. 9 Data pada Aspek Patriotisme

No. Nama Jumlah Skor Nilai Kategori 1 Rizkyani 21 87,5 A 2 Dwi Tyas 17 70,83 B 3 Zacky 18 75 A 4 Ikbal 13 54,16 C 5 Fahri 13 54,16 C 6 Isti Qomah 19 79,16 A 7 Riske Ayu 22 91,67 A 8 Restu 18 75 A 9 Eny Tri 18 75 A 10 Ridwan 18 75 A 11 Furqon 17 70,83 B 12 Kencot 16 66,67 B 13 Safitri 20 83,33 A 14 Tri Nurasih 19 79,16 A 15 Tumiyati 20 83,33 A 16 Isti Utami 19 79,16 A 17 Alfian 17 70,83 B 18 Isti 20 83,33 A 19 Jaka 20 83,33 A 20 Okta 18 75 A 21 Rizki 18 75 A 22 Nuri 19 79,16 A 23 Febi 16 66,67 B 24 Raldi 20 83,33 A

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

25 Adyatma 19 79,16 A 26 Adhessya 20 83,33 A 27 Shella 19 79,16 A 28 Ratih 17 70,83 B 29 Sully 20 83,33 A 30 Marta 20 83,33 A Jumlah 551 450 Mak 22 91,67 Min 13 54,15 Mean 18.37 75,00

Tabel. 10 Data pada Aspek Patriotisme

Kategori Keterangan Interval Skor ∑ A Sangat Tinggi X >74,99 22 B Tinggi 58,33 < X ≤ 74,99 6 C Cukup 41,67< X ≤ 58,33 2 D Rendah 25,01 < X ≤ 41,67 0 E Sangat Rendah X ≤ 25,01 0 Jumlah 30

Patriotisme

SANGAT TINGGI 7% 20% TINGGI CUKUP 73% RENDAH SANGAT RENDAH

Gambar VII. Diagram Data pada Aspek Patriotisme

Tabel.9 di atas menunjukkan hasil kuesioner pengunjung dalam bentuk nilai. Dari data tersebut, nilai tertinggi adalah 91,67 sedangkan nilai terendah adalah 54,15 dan nilai rata-ratanya adalah 75,00. Data tersebut dikategorikan ke dalam beberapa kriteria yaitu A (Sangat Tinggi), B (Tinggi), C (Cukup), D

(Rendah), E (Sangat Rendah). Kriteria tersebut menunjukkan tingkat patriotisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

pengunjung. Dari data di atas sebanyak 73% pengunjung mendapat kategori sangat tinggi dan sebanyak 20% pengunjung mendapat kategori tinggi dan sebanyak 7% pengunjung mendapat kategori cukup. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap patriotisme pengunjung berada dalam kategori sangat baik. Hal itu didukung dengan hasil wawancara pengunjung menyatakan bahwa patriotisme adalah sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara yang dimana sebagian besar dari pengunjung menyatakan bahwa senang dan bangga bisa berkunjung ke museum benteng Vrederburg, mereka senang meluangkan waktu untuk berkunjung ke museum, dan sebagian besar pengunjung merasa bangga dengan peninggalan sejarah dan perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan. (CL5)130 Sebagian besar dari pengunjung menyadari bahwa berkunjung ke museum dapat mengenang jasa dan semangat serta keberanian dari para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan yang dapat dijadikan contoh serta teladan bagi generasi muda.

(CL7)131

130 Wawancara dengan Ridwan pada tanggal 8 Januari 2019 131 Wawancara dengan Alfian pada tanggal 9 Januari 2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Perbandingan hasil kuesioner pada aspek rasa ingin tahu, nasionalisme, patriotisme sebagai berikut:

NILAI RATA- RATA 77 76 75

74 76,56 73 75 72 73,13 71 RASA INGIN TAHU NASIONALISME PATRIOTISME

Gambar.VIII Data Perbandingan Nilai Rata-rata pada aspek Rasa Ingin Tahu, Nasionalisme, Patriotisme

Dari Gambar.VIII diatas dapat disimpulkan bahwa aspek pengetahuan memiliki nilia Rata-Rata 78,89. Sedangkan aspek Rasa ingin tahu nilai rata- ratanya 73,13, dan Nasioalisme mempunyai nilai rata-rata 76,56 dan patriotisme mempunyai nilai rata-rata 75.

Pertama adalah aspek nasionalisme mempunyai nilai rata-rata yaitu 78,89.

Dari nilai rata-rata tersebut menyatakan bahwa pengunjung dapat menangkap nilai-nilai nasionalisme yang terkandung dalam setiap koleksi yang dipamerkan di

Museum Benteng Vredeburg, pengunjung sangat suka berkunjung ke museum, pengunjung sangat menghargai jasa para pahlawan dan pengunjung merasa bangga terhadap peninggalan sejarah.

Kedua adalah aspek patriotisme mempunyai nilai rata-rata 75. Dengan begitu maka diperoleh hasil bahwa pengunjung senang dan bangga bisa berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg, mereka senang meluangkan waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

untuk berkunjung ke museum, dan kebanyakan dari pengunjung merasa bangga dengan peninggalan sejarah dan perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Ketiga adalah aspek rasa ingin tahu yang mempunyai nilai rata-rata 73,13.

Nilai yang di dapat merupkan nilai terendah dari keempat aspek yang diteliti dalam penelitian ini. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa pengunjung belum banyak mengetahui benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang ada di museum. Namun Pengunjung percaya bahwa dengan berkunjung ke

Museum Benteng Vredeburg dapat menambah pengetahuan mereka tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa yang lalu.

C. Pembahasan

1. Latar Belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg

Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, menghubungkan dan memamerkan untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan hiburan suatu barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya. Selain itu museum juga dikatakan sebagai suatu badan yang memiliki tugas dan kegiatan untuk menerbitkan dan memamerkan hasil-hasil penelitian dan pengetahuan tentang benda-benda yang penting bagi kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Museum juga merupakan suatu sistem yang tersendiri atas berbagai bagian dan atau komponen yang saling berhubungan dan berinteraksi.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan serta teori di atas sesuai dengan pernyataan pengelola Museum Benteng Vredeburg yang mengatakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

bahwa latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredebug merupakan perjalanan panjang ketika mengubah bangunan benteng markas Belanda menjadi sebuah museum diharapkan masyarakat Indonesia tidak hanya terpana atau terpesona oleh bangunannya tapi ketika masuk harapannya pengunjung dapat mengenang bahwa bangunan ini merupakan saksi bisu tentang bagaismana

Indonesia itu merebut dan mempertahankan kemerdekaanya. Dengan begitu

Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan bersejarah yang berfungsi sebaagai tempat merenungkan, mempelajari, dan meneladani perjuangan bangsa

Indonesia dalam merebut kemerdekaannya.

Berdirinya Benteng Vredeburg tidak lepas dari lahirnya kesultanan

Yogyakarta. Setelah proses perjanjian Giyanti selesai dan Mataram dibagi menjadi dua wilayah, perkembangan keraton Yogyakarta yang dipimpin oleh

Sultan semakin berkembang pesat. Perkembangan ini lah yang membuat Belanda merasa khawatir. Kekhawatiran pihak Belanda inilah yang mendasari dibangunnya Benteng Vredeburg. Dengan dalih ingin menjaga keamanan Keraton. Sedangkan tujuan khusus berdirinya Museum Benteng

Vredeburg berkaitan erat dengan visi dan misi benteng tersebut seperti yang dikatakan oleh pengelola museum. Visi dan misi Museum Benteng Vredeburg menurut pengelola museum yakni mengenai bagaimana mengumpulkan benda bersejarah dan menceritakan sejarah, serta mengedukasi masyarakat dengan sejarah serta membuka mata masyarakat mengenai perjuangan bangsanya. Hal yang dinyatakan oleh Ibu Pipit selaku pengelola museum selaras dengan visi dan misi Museum Benteng Vredeburg itu sendiri. Visi sebuah lembaga atau institusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

adalah target yang akan dicapai oleh lembaga atau institusi tersebut. Adapun visi

Museum Benteng Vredeburg Visi Museum Benteng Vredeburg yakni museum sebagai Pusat pelestari nilai sejarah danperjuangan menuju terbentuknya masyarakat Indonesia yang berkarakter. Sedangkan misi Museum Benteng

Vredeburg 1) Terwujudnya pelestarian benda dan nilai sejarah perjuangan bangsa

Indonesia, 2) Terwujudnya peran museum sebagai pusat penelitian, dan 3) terwujudnya layanan edukasi yang menyenangkan di museum.

Tanggapan pengunjung menjadi salah satu faktor untuk menilai bagaimana latar belakang berdirinya Museum Benteng Vrederburg. Dalam hal ini,

Pengunjung yang dimaksud adalah masyarakat yang berkunjung ke Museum

Benteng Vredeburg. Pengunjung museum akan menjadi pihak yang menilai bagaimana latar belakang berdirinya Benteng Vredeburg. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh sebagian besar dari pengunjung yang datang ke

Museum Benteng Vredeburg belum mengetahui mengenai latar belakang berdirinya museum. Hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pihak museum mengingat visi dan misinya.

2. Koleksi yang ada di Museum Benteng Vredeburg

Dari hasil penelitian tentang koleksi yang ada di Museum Benteng

Vredeburg memiliki beberapa koleksi yang terdiri dari berbagai macam bentuk yakni: 1) Koleksi Bangunan, 2) Diorama Peristiwa Bersejarah, 3) Lukisan, 4)

Maket, 5) Peta, 6) Miniatur, 7) Patung, 8) Benda-benda Realia, 9) Benda Replika,

10) Foto, dan 11) Film. Sedangkan menurut pengelola Museum Benteng

Vredeburg Yogyakarta, cara mengumpulkan benda-benda agar menjadi koleksi di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Museum Benteng Vredeburg dapat dilakukan dengan berbagai macam dimana museum memiliki tim yakni edukator, kurator, konservator, dan bagian koleksi.

Untuk mencari koleksi ada tim yang melakukan riset, narasumber, mencari koleksi yang mendukung alur cerita dari museum. serta ada juga yang datang sendiri yakni menghibahkan benda koleksinya. Selain itu juga ada pengunjung yang bercerita tentang masalalu keluarganya yang kemudian dititipkan di museum. sedangkan riset biasanya dilakukan oleh kurator.

Sehubungan dengan yang dikatakan oleh pengelola tersebut sesuai dengan teori bahwa koleksi museum, mulai dari pengadaanya, pencatatanya, pengkajiannya, perawatan, dan pengawetanya sampai kepada penyajian dan pemanfaatannya adalah pusat kegiatan penyelenggaraan dan pengelolaan museum.132 Dari segi sistem, koleksi merupakan komponen utama dari sekian komponen yang terdapat dari jaringan tersebut. Komponen penggerak koleksi adalah kurator yang mengelola koleksi tersebut.133 Dimana tidak setiap benda yang dapat dijadikan sebagai benda koleksi di museum. Benda tersebut harus memiliki nilai guna, fungsi, dan juga arti yang berkaitan dengan sesuatu atau konteks tertentu. Dengan begiti untuk menetapkan benda yang dijadikan koleksi museum maka diperlukan system penilaian, kaidah dan aturan yang terdapat pada kebijakan pengadaan koleksi. Benda-benda koleksi museum juga melalui berbagai cara yakni dari kegiatan pengumpulan dalam rangka kegiatan riset lapangan, melalui pembelian, permberian atau hibah, wasiat, dan sebagai barang sitaan dari pengadilan serta ada juga yang sebagai pinjaman.

132 Moh Amir Sutaarga, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1998, hlm 46 133 Ibid, hlm 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Pengadaan koleksi merupakan upaya dalam bagian penyelamatan warisan sejarah alam, sejarah budaya dan sebagai bahan penyebarluasan informasi mengenai kekayaan warisan sejarah alam dan sejarah budaya melalui pameran museum baik pameran tetap, maupun temporer. Seperti yang disampaikan oleh

Ibu Pipit selaku pengelola Museum Benteng Vredeburg yaitu museum Benteng

Vredeburg merupakan museum khusus sejarah. Jadi koleksi yang ditampilkan harus ada dan mendukung dengan kriteria dari museum. Inti dari koleksi adalah bagaimana mendukung dari uang ingin disampaikan atau jenis museum yakni mengenai perjuangan skala nasional yang terjadi di Yogyakarta.

Sementara dari hasil wawancara dengan beberapa pengunjung mengenai manfaat dari kunjungannya ke Museum Benteng Vredeburg, sebagian besar menyatakan bahwa mereka mendapatkan manfaat baik sebagai sumber belajar yang baik dengan dapat berwisata sekaligus dengan mendapatkan banyak ilmu dan pengetahuan mengenai sejarah perjuangan bangsa yang terjadi di Yogyakarta.

Selain itu tanggapan dari sebagian besar pengunjung mengenai koleksi dari

Museum Benteng Vredeburg mereka berpendapat bahwa museum sangat bersih, koleksinya banyak dan tertata dengan rapi serta mendapatkan penjelasan yang cukup mengenai koleksi tersebut.

3. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Museum Benteng Vredeburg

Program Kegiatan di Museum Benteng Vredeburg dalam Meningkatkan

Wisatawan Pada saat ini secara perlahan namun pasti keberadaan museum sudah mendapatkan perhatian di kalangan masyarakat luas. Hal ini merupakan titik terang bagi pengelola museum untuk senantiasa menyajikan, memamerkan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

mengkomunikasikan, mempublikasikan mengenai eksistensi museum kepada masyarakat.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan ada beberapa cara publikasi yang dilakukan Museum Benteng Vredeburg yaitu dengan menyebarkan brosur, buku panduan ke sekolah-sekolah, promosi melalui internet, media cetak, promosi melalui media elektonik (TVRI Yogyakarta, Jogja TV). Selain itu Museum

Benteng Vredeburg juga mengadakan berbagai program-program yang bertujuan untuk mengenalkan museum kepada masyarakat luas agar tertarik mengunjungi museum. Seperti yang telah disampaikan oleh Ibu Pipit selaku Pengelola Benteng

Vredeburg yaitu publikasi melalui media sosial, pasang banner, kerjasama dengan komunitas, dinas terkait dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Menurut definisi-definisi tentang museum yang telah banyak dijumpai, dinyatakan bahwa keberadaan dan berbagai pelaksanaan tugas dan fungsinya adalah untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh museum selalu berorientasi pada tugas pelayanan museum kepada masyarakat.

Selain itu Museum Benteng Vredeburg juga melakukkan kegiatan edukasi dengan bekerjasama dari pemerintah, dinas, kerjasama dengan pihak lain dan banyak lagi dimana kita mengajak pengunjung dan masyarakat untuk menikmati museum tidak hanya datang ke museum namun memberikan cara baru menikmati museum yakni dengan penampilan musik, lomba- lomba dll. Dengan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh Museum Benteng Vredeburg menunjukkan bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

museum aktif dalam sosialisasi dengan masyarakat dalam setiap progam kegiatannya.

4. Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar

Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter a. Museum Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan kepada beberapa pengunjung yang ada di Museum Benteng Vredeburg diperoleh sebagian pengunjung setuju bahwa Museum Benteng Vredeburg merupakan sarana yang baik sebagai sumber belajar khususnya sejarah. hal tersebut didukung dengan data yang telah diperoleh dilapangan dalam aspek pengetahuan pengunjung mengenai Museum Benteng

Vredeburg. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan lebih dari setengah sampel pengunjung yang menyatakan hal tersebut.

Selain itu dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebagian pengunjung menyatakan bahwa museum dapat dijadikan sebagai tempat untuk belajar selain di dalam kelas karena lebih menarik dan dengan koleksi yang ditampilkan oleh museum membantunya untuk berimajinasi dan belajar mengenai peristiwa di masa lalu dalam memperjuangkan kemerdekaan. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Eny, Isti Qomah, dan Ibu Tri yang mengatakan bahwa mengunjungi museum dapat meningkatkan pemahaman mengenai sejarah peristiwa yang terjadi dimasa lalu serta mengembangkan imajinasi mengenai hal tersebut.

Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa sesuatu dapat dikatakan sebagai sumber belajar apabila dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dengan tujuan-tujuan pendidikan dan pembelajaran. Selain itu hal tersebut didukung dengan pendapat dari Gagne dan Briggs yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

berpendapat bahwa sumber belajar adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran yang salah satunya dapat ditemukan di museum.134 Sumber belajar sendiri merupakan bagian yang penting dalam kegiatan belajar dimana merupakan media untuk memperoleh pengetahuan, kemampuan, sikap, emosi, dan keyakinan, serta perasaan. Sumber belajar digunakan untuk mendukung seseorang dalam proses belajarnya.

Disamping itu sumber belajar menurut Edgar Dale dapat dirumuskan sebagai sesuatu yang dapat dipergunakan untuk mendukung dan memudahkan terjadinya proses belajar.135 Dari kerucut pengalaman Edgar Dale dapat diketahui bahwa museum sebagai sumber belajar masuk ke dalam pengalaman melalui karyawisata, pengalaman melalui pameran, pengalaman melalui gambar, dan pengalaman melalui rekaman, gambar diam, dan radio. Hal tersebut didukung dengan beberapa pengunjung yang mengunjungi museum dengan niat liburan atau karya wisata serta tidak banyak yang study tour serta masuk dalam ruang diorama- diorama yang ada di museum, serta menonton film yang diputar oleh museum. Dengan begitu maka rata- rata pengunjung telah memanfaatkan museum sebagai sarana pembelajaran dengan melihat koleksi yang ditampilkan dan mengikuti pemutaran film yang dilakukan oleh museum. Sebagai sumber belajar, museum dapat membantu pengungunjung mengembangkan imajinasinya mengenai peristiwa di masa lampau melalui koleksi- koleksinya agar belajar sejarah dapat lebih menyenangkan.

Belajar sejarah perjuangan bangsa tidak cukup hanya dengan membaca buku-buku sejarah. Mengunjungi museum yang menyimpan benda-benda dan dokumen-dokumen tentang perjuangan bangsa juga dapat menambah wawasan

134 Wasis D Dwiyogo, Pembelajaran Visioner, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016, hlm 82 135 Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2014, hlm 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

dan pengetahuan mengenai hal tersebut. Salah satu museum yang dapat dikunjungi untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perjuangan bangsa yang terjadi didaerah seperti Yogyakarta tersebut adalah berkunjung ke

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta. b. Museum Benteng Vrederburg sebagai sarana pengembangan karakter

Pendidikan pada dasarnya adalah proses pembentukan karakter, dalam lingkup yang lebih kecil, pembelajaran sejarah adalah upaya pembentukan karakter melalui upaya pemahaman dan peneguhan kembali nilai-nilai unggul perjalanan sebuah bangsa.136 Untuk belajar sejarah dapat dilakukan dengan beberapa cara salah satunya adalah mengunjungi bangunan bersejarah yakni saksi bisu perjuangan bangsa.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, selain sebagai sumber belajar sejarah, museum juga dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan karakter. Hal tersebut didukung dengan banyaknya pengunjung yang setuju mengenai museum sebagai sarana bagi pengembangan karakter yang diperoleh melalui hasil kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

Sebagai identitas atau jati diri suatu bangsa, karakter merupakan nilai dasar perilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. 137 Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia merupakan pendidikan nilai, dimana pendidikan nilai- nilai luhur itu bersumber dari budaya bangsa Indonesia itu sendiri dalam membina kepribadian generasi muda.

Dari 18 karakter yang dikembangkan melalui kurikulum 2013 terdapat 3 karakter yang diambil oleh peneliti dalam penelitian yakni Rasa Ingin Tahu,

136Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah; isu, gagasan dan strategi Pembelajaran,2014, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, hlm 29 137 Ibid hlm 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Nasionalisme dan Patriotisme. Rasa ingin tahu merupakan pendidikan karakter yang di dalamnya terdapat pendidikan nilai budi pekerti atau pendidikan moral yang tujuannya untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara nilai-nilai yang baik tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan tersebut diperoleh data bahwa rasa ingin tahu pengunjung terhadap peninggalan benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia sangat tinggi sekali, ini dibuktikan dengan kemauan mereka berkunjung ke Benteng Vredeburg yang bagi mereka dapat menambah pengetahuan tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia di masa yang lalu.

Pengunjung punya rasa ingin tahu pada koleksi benda-benda sejarah yang ditinggalkan oleh para pendahulu yang ada di museum tersebut. Rasa ingin tahu berhubungan dengan sikap dan tindakan pengunjung yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar terhadap koleksi-koleksi yang ada di Museum Benteng Vredeburg.

Dari hasil penelitian mengenai aspek nasionalisme diperoleh rata- rata pengunjung menyebutkan bahwa menghargai para pahlawan dan mencintai tanah air dapat dilakukan dengan berkunjung ke museum. Rata- rata pengunjung bangga berkunjung ke museum yang merupakan benuk menghargai jasa para pahlawan serta dapat belajar sejarah. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan yang menunjukkan bahwa aspek nasionalisme pengunjung sangat tinggi dan berada dalam kategori yang sangat baik. Selain itu sebagian besar pengunjung dapat menangkap nilai- nilai nasionalisme yang terkandung dalam setiap koleksi yang ditampilkan. Hal tersebut sesuai dengan teori mengenai sikap nasionalisme

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

yang terdapat dalam kurikulum 2013 yakni Cinta tanah air, yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekomoni, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri. 138

Dari hasil penelitian juga diperoleh mengenai sikap patriotisme dari pengunjung. Sikap yang berani, pantang menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara itulah sifat patriotisme. Hasilnya rata- rata atau sebagian besar dari pengunjung menyatakan bahwa mereka senang dan bangga bisa berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg, mereka senang meluangkan waktu untuk berkunjung ke museum, dan kebanyakan dari pengunjung merasa bangga dengan peninggalan sejarah dan perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Pengunjung mempunyai patriotisme yang sangat tinggi terhadap negaranya. Hal tersebut sesuai dengan teori mengenai sikap patriotisme atau semangat kebangsaan yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. 139

138 http://layanan-guru.blogspot.com/2013/05/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter.html 139 http://layanan-guru.blogspot.com/2013/05/18-nilai-dalam-pendidikan-karakter.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pemanfaatan Museum

Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan karakter maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan sebuah museum khusus

sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang terletak di Yogyakarta, tepatnya di

Jalan Jenderal A. Yani 6 Yogyakarta. Museum menempati sebuah bangunan

bersejarah bekas benteng VOC di Yogyakarta yang bernama Vredeburg.

Keberadaan benteng Vredeburg tidak dapat dipisahkan dengan sejarah

perjuangan bangsa Indonesia dalam merintis, mencapai, mempertahankan dan

mengisi kemerdekaan. Latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg

merupakan perjalanan panjang ketika mengubah bangunan bekas peninggalan

Belanda menjadi sebuah museum yang dapat digunakan sebagai tempat untuk

belajar dan merenungkan perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaannya.

Sebagai bangunan bersejarah, Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai BCB

(Benda Cagar Budaya). Hal itu berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan RI Nomor: 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981. Selain itu, sebagai

bangunan peninggalan sejarah yang sarat akan nilai-nilai luhur perjuangan

maka Benteng Vredeburg dilestarikan menjadi tempat pelestarian nilai-nilai

luhur sejarah dan perjuangan maka bangunan tesebut dimanfaatan sebagai

109

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Museum yang dikenal dengan Museum Benteng Vredeburg. Tujuan khusus

berdirinya Museum Benteng Vredeburg berkaitan erat dengan visi dan misinya

yakni mengedukasi masyarakat dengan sejarah. Dengan begitu museum dari

koleksi dan kegiatannya dapat menjadi sarana untuk mengedukasi dan

memberikan pengetauan serta wawasan kepada pengunjung sehingga

masyarakat dapat mengetahui sejarah, mencintai, dan bangga terhadap

perjuangan dan budaya bangsa.

2. Koleksi yang terdapat di Museum Benteng Vredeburg sangat beragam mulai

dari koleksi bangunan, diorama peristiwa bersejarah, lukisan, maket, peta,

miniatur, patung, benda-benda realia, benda replika, foto, dan film. Koleksi

yang ada di Museum Benteng Vredeburg diperoleh dengan melakukan riset,

dari narasumber, mencari koleksi yang mendukung, serta benda koleksi yang

dihibahkan oleh pemiliknya. Semua koleksi tersebut dapat digunakan sebagai

sumber belajar khususnya sejarah. Dengan berkunjung ke museum selain

mendapatkan pengetahuan juga dapat mengembangkan karakter pada peserta

didik maupun pengunjung karena melalui belajar sejarah pejuangan yang

dilakukan oleh para pahlawan pengunjung dapat meneladani serta

menjadikannya contoh yang baik sebagai generasi berikutnya. Koleksi- koleksi

yang ada di Museum Benteng Vredeburg merupakan wujud dari mengenang

dan menghargai jasa pahlawan yang memberikan rasa bangga kepada generasi

sekarang untuk menghargai warisan budaya yang dimiliki.

3. Kegiatan edukasi yang diadakan oleh Museum Benteng Vredeburg cukup

banyak antara lain: Pameran, Seminar/Ceramah/Diskusi, Lomba/Festival,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Sosialisasi Museum, Kemah Budaya, Sepeda Jelajah Wisata Sejarah, Ngejam

di Museum, Bioskop Keliling, Kegiatan Museum masuk Sekolah, Vredeburg

Fair. Dari banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh museum menunjukkan

bahwa Museum Benteng Vredeburg dekat dengan masyarakat dari berbagai

golongan. Museum Benteng Vredeburg dapat merangkul masyarakat serta

mengedukasi masyarakat sesuai dengan visi dan misinya.

4. Museum Benteng Vredeburg dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah

dan sarana pengembangan pendidikan karakter. Sebagai sumber belajar,

museum merupakan alternatif bagi pembelajaran di luar kelas. Pemanfaatan

museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan

karakter dapa dilakukan melalui berkunjung ke museum serta mengikuti

kegiatan edukasi yang dilaksanakan oleh museum. Dari setiap koleksi yang

diamati, pengunjung mendapat tambahan wawasan, pengetahuan, dan

pengemabangan keingintahuannya terhadap sejarah perjuangan bangsa

khususnya yang terjadi di Yogyakarta. Melalui berkunjung ke museum dapat

menimbulkan rasa nasionalisme, patriotisme, serta keingintahuan dari

pengunjung terhadap perjuangan bangsanya.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dibutuhkan kreatifitas dan inovasi dalam melakukan pendampingan terhadap

pengunjung hal tersebut untuk menghindari kebosanan pengunjung dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

mendengar penjelasan yang diberikan pengelola sehingga pengunjung

mendapat makna dari setiap koleksi yang dijelaskan.

2. Perlunya menambah lebih banyak koleksi- koleksi baru agar menarik

pengunjung untuk selalu berkunjung kesana untuk melihat hal- hal baru dari

koleksi museum.

3. Bagi pengunjung baik pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum diharapkan

dapat lebih antusias lagi untuk berkunjung dan mempelajari sejarah perjuangan

bangsa dan memanfaatkan museum sebagai sumber belajar. Dengan

berkunjung ke museum pengunjung dapat memperoleh inspirasi dari

perjuangan pahlawan sehingga dapat serta mengembangkan karakternya.

Selain itu melalui koleksi dan tokoh perjuangan yang ditampilkan di museum

dapat memambah rasa bangga dan kecintaannya terhadap budaya dan negara.

4. Perlunya melakukan kegiatan karyawisata ke museum bagi sekolah sebagai

sumber belajar serta pengembangan karakter pada peserta didik selain

pembelajaran di dalam kelas yang menarik minat untuk belajar khususnya

sejarah.

5. Bagi Guru dapat memanfaatkan museum sebagai tempat pembelajaran

alternatif yang menyenangkan serta dapat mengembangkan imajinasi peserta

didik mengenai sejarah perjuangan bangsa dalam memperoleh kemerdekaanya.

Selain itu guru juga dapat memanfaatkan museum sebagai sarana pembelajaran

sesuai dengan materi pelajaran yang ada di sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku: Amir Sutaarga. 1990. Studi Museologia. Jakarta: Poyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. Beni Ahmad Saebani. 2017. Pedoman aplikatif metode penelitian dalam penyusunan karya ilmiah, skripsi, tesis, dan disertasi. Bandung: CV Pustaka Setia. Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus besar Bahasa Indonesia pusat Bahasa ed iv. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Dien Madjid. 2014. Ilmu Sejarah Sebuah Pengantar. Jakarta: Prenada Media Grup. Doni Koesoema A. 2007. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT Grasindo. Gunawan. 2017. Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta, Yogyakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Gunawan Haji. 2006. Buku Panduan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta. Yogyakarta: Direktorat Museum. Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial: Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah; isu, gagasan dan strategi Pembelajaran. Yogyakarta. Aswaja Pressindo. Imam Gunawan. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. Latuheru, John D. 1998. Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

Moh Amir Sutaarga. 1998. Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi penelitian kualitatif edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Schouten. 1991. Pengantar Didaktif Museum. Jakarta: Poyek Pembinaan Permuseuman Jakarta. Sitepu. 2014. Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wasis D Dwiyogo. 2016. Pembelajaran Visioner. Jakarta: PT Bumi Aksara. Wina Sanjaya. 2016. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media. Zainal Arifin. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sumber Lain: Bahri.2016.(https://translate.google.co.id/translate?hl=en&sl=id&u=http://reposito ry.unpas.ac.id/6778/9/BAB%2520I.docx&prev=search). Diakses 25 Juli 2019 Dewey, John. (https://www.silabus.web.id/rpp-dan-silabus-sma-k-13/). Diakses 22 Mei 2019 http://eprints.uny.ac.id/9846/3/BAB2%20-%2005201244099.pdf). Diakses 25 Juli 2019 Legimin VY. 2014. (http://digilib.unila.ac.id/1844/8/BAB%20II.pdf). Diakses 31 Juli 2019 Nasirudin.2017.(http://semnastafis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/25.- NASIRUDIN.pdf). Diakses 15 November 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

Nur Azizah.2015.(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/pengertian- dan-tujuan-pendidikan-karakter/). Diakses 15 November 2018. Zaimul Azzah. 2017. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI MUSEUM

Nama Museum : Museum Benteng Vredeburg

Waktu Pelaksanaan : 22 Desember 2018

Hasil No. Obyek yang diamati Ya Tidak 1. Lokasi Museum Strategis √ 2. Museum memiliki bangunan pokok (permanen tetap, temporer, auditorium, kantor laboraturium, konservasi, √ perpustakaan, bengkel, preparasi, dan ruang penyimpanan koleksi) 3. Museum memiliki bangunan penunjang (lobby, tempat parkir, toilet, dan pos √ keamanan) 4. Koleksi museum memiliki nilai- nilai √ sejarah dan nilai- nilai ilmiah 5. Koleksi museum dijelaskan secara √ historis 6. Museum memiliki alat keamanan √ (CCTV) 7. Museum memiliki tingkat keamanan √ yang ketat terhadap koleksi 8. Kebersihan ruang penataan koleksi √ museum 9. Museum memiliki pengaturan suhu √ ruangan untuk menjaga koleksi 10. Pencahayaan ada di setiap ruang koleksi √ museum 11. Museum memiliki ruang penyimpanan √ koleksi yang luas 12. Museum memiliki daftar inventaris √ koleksi yang diperbaharui secara rutin 13. Museum memiliki Kurator √ 14. Museum memiliki tim edukasi √ 15. Museum memiliki tenaga administrasi √ 16. Museum memiliki sarana promosi (FB, Instagram, email, katolog, maupun √ brosur)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

Lampiran 2

LEMBAR PENGAMATAN DOKUMEN

Hasil No. Obyek yang diamati Ya Tidak 1. Dokumen data pengunjung √ 2. Museum Benteng Vredeburg memiliki buku pedoman √ mengenai museumnya yang mencakup: a. Sejarah Benteng Vredeburg √ b. Koleksi Museum √ c. Kegiatan Museum √ d. Gambar- gambar √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

Lampiran 3

DATA DOKUMEN

Dokumen Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Buku Pedoman Museum Benteng Vredeburg (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

Lampiran 4

KISI – KISI PERTANYAAN WAWANCARA

Kisi- Kisi Wawancara Pengunjung No. Butir- Butir Pertanyaan 1. Kunjungan ke Museum 2. Tujuan kunjungan 3. Kesan saat berkunjung ke museum 4. Pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan karakter 5. Kendala ang dihadapi dalam memanfaatkan Museum Bbenteng Vredeburg

Kisi- Kisi Wawancara Pengelola Museum No. Butir- Butir Pertanyaan 1. Latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg 2. Koleksi- koleksi yang ada di Museum Benteng Vredeburg 3. Kegiatan edukasi yang ada di Museum Benteng Vredeburg 4. Pemanfaatan museum Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah 5. Pemanfaatan museum Benteng Vredeburg sebagai pengembangan pendidikan karakter

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Lampiran 5 Lembar Wawancara Pengunjung, Guru, dan Pengelola Museum Benteng Vredeburg

A. Wawancara Terhadap Pengunjung

1. Apakah anda sering berkunjung ke museum? Museum mana saja yang sudah pernah anda kunjungi? 2. Apa yang sering anda lakukan saat berkunjung ke museum? 3. Bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di museum? 4. Apa yang membuat anda senang atau berkeinginan datang ke museum? 5. Dalam acara apa anda berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg? Tugas, sekolah, atau rekreasi? 6. Apakah menurut anda Museum dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang baik? 7. Apakan Museum Benteng Vredeburg cocok digunakan sebagi sumber belajar khusunya belajar sejarah? 8. Manfaat apa yang anda dapat ketika berkunjung ke museum? 9. Apakah menurut anda Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya dalam belajar, mengapa? 10. Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar sejarah? 11. Apa yang anda dapatkan saat berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg? 12. Apakah menurut anda museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan karakter? 13. Apa yang anda dapat pelajari dari perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? 14. Adakah nilai yang dapat anda petik dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? 15. Menurut anda, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati dan diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? 16. Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter?

B. Wawancara Terhadap Pengelola Museum

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? 2. Mengapa Museum Benteng Vredeburg dibangun dipusat kota Yogyakarta? 3. Adakah tujuan khusus dibangunnya Museum Benteng Vredeburg? 4. Adakah kendala yang dihadapi dalam pembangunan Museum Benteng Vredeburg pada saat itu? 5. Bagaimana cara melakukan pengumpulan benda- benda agar menjadi koleksi di Museum Benteng Vredeburg? 6. Adakah pengkategorian dalam menentukan benda- benda koleksi di Museum Benteng Vredeburg? 7. Berapa jumlah koleksi awal yang ada di Museum Benteng Vredeburg?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

8. Adakah kriteria ataupun kelompokan dalam pemajangan koleksi- koleksi yang ada di Museum Benteng Vvredeburg? 9. Adakah makna dari pembagian setiap ruang yang ada di museum? 10. Koleksi mana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah? 11. Adakah kegiatan edukasi yang dilakukan oleh pihak Museum Benteng Vredeburg? 12. Apa sajakah kegaitan tersebut yang dilakukan? 13. Kegiatan apa sajakah yang ada di Museum Benteng Vredeburg yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar terutama sejarah dan pengembangan pendidikan karakter? 14. Adakah kegiatan yang menjadi favorit yang ada di Museum Benteng Vredeburg? 15. Siapakah yang terlibat dalam kegiatan edukasi yang dilakukan oleh pihak Museum Benteng Vredeburg? 16. Kendala apa yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan tersebut? 17. Kegiatan apa saja yang ada di Museum Benteng Vredeburg yang dapat dijadikan sumber belajar sejarah dan pengembangan pendidikan karakter? 18. Siapa sajakah pengunjung yang datang di Museum Benteng Vredeburg? 19. Bagaimana cara memanfaatkan Museum Benteng Vredeburg sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan pendiidikan karakter? 20. Adakah kegiatan yang dilakukan yang berhubungan dengan sejarah dan pengembangan pendidikan karakter? 21. Apakah Museum Benteng Vredeburg cocok digunakan sebagai sumber belajar sejarah dan pengembnagan pendidikan karakter?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Lampiran 6

KISI - KISI KUESIONER PENELITIAN

Indikator Nomor Butir No. Variabel Pernyataan 1. Museum sebagai sumber belajar Pengetahuan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20

2. Museum sebagai sarana Rasa Ingin Tahu 21, 22, 23, 24, 25, pengembangan pendidikan 26, 27, 28, 29, 30, karakter

Nasionalisme 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40

Patriotisme 41, 42, 43, 44, 45, 46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

Lampiran 7

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Identitas Responden Nama : Usia dan jenis kelamin : Status/ pekerjaan :

Petunjuk: Bacalah dengan cermat setiap pernyataan di bawah ini. Kemudian, berikanlah jawaban dengan cara memberi tanda cek ( √ ) pada salah satu pilihan jawaban yang paling sesuai dengan tingkat persetujuan anda, dengan pilihan jawaban sebagai berikut:

S = SETUJU TS = TIDAK SETUJU SS = SANGAT SETUJU STS =SANGAT TIDAK SETUJU *MBV = Museum Benteng Vredeburg Contoh pengerjaan: No. Pernyataan SS S TS STS Keberadaan museum membuat saya 1. √ bangga

Butir- butir pernyataan: No. Pernyataan SS S TS STS 1. Museum Benteng Vredeburg merupakan tempat yang menyenangkan untuk dikunjungi 2. Saya mendapat banyak manfaat dan pembelajaran saat berkunjung ke museum

3. Museum Benteng Vredeburg memiliki fasilitas yang cukup sebagai sarana pembelajaran khususnya sejarah 4. Museum Benteng Vredeburg tidak menyenangkan dan terkesan membosankan untuk di datangi 5. Berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg memudahkan saya untuk belajar mengenai perjuangan para pahlawan 6. Berkunkung ke Museum hanya membuang- buang waktu dan tidak berguna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

7. Museum Benteng Vredeburg tidak memiliki fasilitas yang cukup sebagai sarana pembelajaran khususnya sejarah 8. Berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg sangat membosankan dan tidak cocok sebagai sarana pembelajaran 9. Belajar Sejarah di museum lebih menyenangkan daripada pembelajaran dalam kelas 10. Berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg dapat meningkatkan imajinasi saya mengenai peristiwa di masa lampau 11. Saya tidak suka dengan generasi muda yang melupakan sejarah perjuangan bangsanya 12. saya tidak tertarik belajar di Museum saya lebih suka belajar sejarah didalam kelas oleh guru 13. Sebelum berkunjung saya sudah mengetahui sejarah berdirinya MBV 14. Berkunjung ke museum tidak harus tahu sejarahnya 15. Saya tidak tahu dengan kegiatan yang ada di museum 16. Museum tidak membuat saya semangat dalam belajar atau mempelajari sejarah 17. Menurut saya, koleksi yang ditampilkan di MBV kurang lengkap dan menarik 18. Koleksi diorama yang ada di MBV lengkap dan menarik dijadikan sebagai sumber belajar khususnya sejarah perjuangan bangsa

19. MBV memiliki kegiatan edukasi yang di adakan oleh pengelola museum 20. Menurut saya, koleksi yang ditampilkan di MBV kurang lengkap dan menarik 21. Karakter generasi muda merupakan masa depan bangsa 22. Selain sebagai sumber belajar, MBV dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan karakter 23. Belajar di museum menambah keingintahuan saya mengenai sejarah perjuangan bangsa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

24. Karaker tidak perlu ditanamkan pada generasi muda, yang terpenting adalah nilai prestasi yang tinggi untuk menggapai cita- cita 25. MBV dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah saja bukan pengembangan karakter

26. Rasa ingin tahu mengenai peristiwa sejarah tidak saya dapatkan dari berkunjung ke museum 27. Belajar di museum tidak meningkatkan keingintahuan saya mengenai peristiwa masa lampau 28. Belajar di museum menambah wawasan dan pengetahuan saya mengenai peristiwa masa lampau 29. Koleksi MBV kurang menarik dan tidak membantu saya dalam belajar mengenai peristiwa masa lampau 30. MBV membuat saya tahu banyak hal mengenai sejarah dan peristiwa masa lampau

31. Saya cenderung lebih suka jalan- jalan di mall daripada belajar di museum 32. Sebagai generai muda kita harus menghargai jasa para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia salah satunya dengan belajar di museum 33. Sebagai generasi muda saya tidak suka belajar mengenai masa lalu termasuk mengenang perjuangan pahlawan 34. Saya lebih senang berkunjung ke tempat- tempat bersejarah daripada ke mall 35. Saya bersedia meluangkan waktu untuk mengunjungi tempat bersejarah salah satunya museum di tengah waktu luang yang saya miliki 36. Saya terlalu sibuk hingga jika punya waktu luang saya lebih baik tidur daripada menyempatkan waktu ke museum 37. Saya senang mengunjungi situs- situs bersejarah 38. Saya kurang suka dengan situs bersejarah karena kuno dan membosankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

39. Berkunjung ke museum tidak menambah kebanggaan saya terhadap perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia 40. Saya merasa bangga jika saya dapat belajar dari museum yang saya kunjungi 41. Saya biasa- biasa saja saat berkunjung ke museum dan tidak belajar darinya karena saya hanya senang menjadikanya objek foto

42. Saya akan mempromosikan kepada teman- teman saya untuk berkunjung ke MBV sebagai tempat belajar perjuangan bangsa

43. Saya tidak perlu datang ke museum hanya untuk belajar mengenai perjuangan para pahlawan 44. Berkunjung ke museum menambah kebanggaan saya terhadap perjuangan para pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia 45. Saya tidak akan merekomendasikan MBV sebagai karena kurang menarik sebagai sarana belajar 46. Mencintai tanah air salah satunya dapat dilakukan dengan berkunjung ke museum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

Lampiran 8

DAFTAR NARASUMBER

Pengelola Museum

1. Ibu Pipit selaku Tim Edukator Museum Benteng Vredeburg

Pengunjung

1. RizkiyaniAliffiyah (Mahasiswi Asal Surabaya) 2. Dwi Tyas F.N (Mahasiswi Asal Surabaya) 3. Mochamad Zacky P (Pelajar SMP dari Jawa Barat) 4. Ikbal Fahrezi (Pelajar SMP dari Jawa Barat) 5. Fahri Anugrah (Pelajar SMP dari Jawa Barat) 6. Isti Qomah (Pelajar SMA di Yogyakarta) 7. Riske Ayu Yunita (Pelajar SMA di Yogyakarta) 8. Restu (Pelajar SMA di Yogyakarta) 9. Eny Triwahyuni (Mahasiswa UNY) 10. Ridwan Rustamaji (Mahasiswa UGM) 11. Furqon Alrifka (Mahasiswa UNY) 12. Kencot (Mahasiswa UGM) 13. Safitri (Ibu Rumah Tangga) 14. Tri Nurasih (Ibu Rumah Tangga) 15. Tumiyati (Ibu Rumah Tangga) 16. Isti Utami (Ibu Rumah Tangga) 17. Alfian Dhika (Mahasiswa UMY) 18. Isti Muryani (Wiraswasta) 19. Jaka Triyanto (PNS) 20. Oktaviana Candra S (Pelajar SMA) 21. Muhammad Rizki (Pelajar SMA di Yogyakarta) 22. Nuri Rahmawati (Karyawan) 23. Febri Gunawan (Pelajar SMA di Yogyakarta) 24. Rainaldi (Pelajar SMA di Yogyakarta) 25. David Adyatma (Pelajar SMA di Yogyakarta) 26. Adhessya P (Pelajar SMA di Yogyakarta) 27. Shella (Pelajar SMA di Yogyakarta) 28. Ratih Putri V (Pelajar SMA) 29. W Sully (Pelajar SMA) 30. Marta R. A (Pelajar SMA)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Lampiran 9 (CL1)

CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Rizkyani Aliffiyah (21 Tahun) dan Dwi Tyas FN (20 Thn) Status/ pekerjaan : Mahasiswa asal Surabaya Waktu : 5 januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg (atau pertama kalinya)? Museum mana saja yang sudah pernah anda kunjungi sebelumnya? I: Baru pertama kali, Museum Majapahit, Museum Empu Tantular, Museum Kota Tua di Jakarta P: Apa yang kalian lakukan saat di Museum? I: Ya jalan - jalan P: Manfaat apa yang anda dapatkan melalui kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg serta bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Seneng bisa bayangin gitu kalo jaman dulu itu kayak gimana, terus bangunanya kan keren kuno- kuno gitu P: Dalam acara apa anda berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg? Tugas, sekolah, atau rekreasi? I: Jalan- jalan liburan P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? I: Belum tahu P: Apakah menurut kalian Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah, mengapa? I: Menarik karena rapi, bagus. P: Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar khususnya sejarah? I: Ada karena kan lewat koleksi- koleksinya P: Apakah menurut anda museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

I: Ya P: Tahukah anda mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Nggak tahu P: Adakah nilai- nilai yang dapat anda petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Cinta tanah air dan semangat P: Apakah dalam koleksi dan kegiatan yang ada di museum juga dapat mengembangkan pendidikan karakter? I: Bisa mungkin P: Menurut anda, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? I: Kalau menurut saya diadakan kegiatan tertentu P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? I: Mungkin bosan ya kalau gitu- gitu aja kalaua ada teater mungkin lebih bagus ya, fasilitasnya, mungkin perkenalan museum ke publiknya P: Kenapa tertarik ke Museum Benteng Vredeburg? Darimana kalian tahu tentang Museum Benteng Vredeburg? I: Letaknya strategis, terus menarik, bersih juga. Dari internet gitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

Lampiran 10 (CL2)

CATATAN LAPANGAN

WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : M Zacky Putra, Ikbal Fahrezi, Fahri Anugrah Status/ Pekerjaan : Pelajar SMP (14 tahun) Waktu : 5 Januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg (atau pertama kalinya)? Museum mana saja yang sudah pernah anda kunjungi sebelumnya? I: Baru pertama kali kesini, pernah Museum di Bandung P: Apa yang kalian lakukan saat di Museum khususnya Museum Benteng Vredeburg ini? I: Lihat- lihat aja ya P: Manfaat apa yang anda dapatkan melalui kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg serta bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Jadi tahu tentang perjuangan pahlawan P: Dalam acara apa anda berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg? Tugas, sekolah, atau rekreasi? I: Study Tour dari SMP di Tasikmalaya P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? Udah ke ruang bioskop belum? I: Udah, gak tau tadi cuma lihat sebentar P: Apakah menurut anda Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah, mengapa? I: Menarik kak P: Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar khususnya sejarah serta pengembangn pendidikan karakter? I: Bisa P: Tahukah anda mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Kurang tahu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

P: Adakah nilai- nilai yang dapat anda petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Aduh gak tahu kak P: Menurut anda, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? I: Promosi mungkin kak P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? I: Kurang tahu kak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

Lampiran 11 (CL3) CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebsgsi Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Isti Qomah, Riske Ayu, Restu Status/ pekerjaan : Pelajar SMA di Bantul Waktu : 6 Januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Dalam rangka apa kunjungan anda ke jogja? I: Liburan sekolah P: Apakah kalian sering berkunjung ke Museum? I: Baru sekali di Benteng Vredeburg, pernah juga di museum dirgantara P: Apa yang dilakukan saat di museum I: Melihat- lihat sambal belajar sedikit dan foto- foto P: Manfaat apa yang didapatkan saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Mendapatkan informasi, mengetahui masa jaman dulu dan bisa belajar P: Apa lagi? I: Gak tau P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? Sedikit saja I: Setahu saya dibangun di jaman belanda P: Udah nonton di bioskop museum belum? Yang ada di sebelah kiri setelah pintu masuk? Nonton apa disana? I: Sudah, ada tentang Kraton Yogyakarta dan berdirinya Benteng Vredeburg P: Apakah menurut anda Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah? sumber belajar kan banyak nih, ada dari buku, film, museum, bisa disekolah dsb I: Menarik, siswa bisa belajar sejarah, P: Apa yang membuat menarik I: Pameran- pamerannya, terus koleksi yang dipamerin juga bagus P: Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar khususnya sejarah?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

I: Ada, kan jaman dulu sama sekarang kan belum tentu ada, kayak baju jaman dulu dan peralatan jaman dulu juga, untuk membayangkan jaman dulu, terus belajar juga P: Apakah menurut anda museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter? I: Bisa mungkin P: Contohnya? I: Percaya diri, pantang menyerah, nasionalisme P: Tahukah anda mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Nggak tahu P: Adakah nilai- nilai yang dapat anda petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Bisa memcontoh perjuangan pahlawan P: Menurut anda, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? I: Dibuat tempat yang menyenangkan, fasilitas juga ditambah, kebersihan museum, adanya game edukasi yang lebih banyak P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? I: Jauh, males, panas, terlalu banyak bacaannya di koleksinya P: Lebih suka belajar pake buku apa audiovisual di museum? I: Audiovisual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

Lampiran 12 (CL4)

CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Eny Tri Status/ pekerjaan : Mahasiswi asal Jogja Waktu : 7 Januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg (atau pertama kalinya)? Museum mana saja yang sudah pernah anda kunjungi sebelumnya? I: Baru beberapa kali, di Museum Sono Budaya, biasanya lihat- koleksinya ada apa aja P: Manfaat apa yang anda dapatkan melalui kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg serta bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Jadi lebih tahu lah ya sejarahnya Indonesia Merdeka itu gimana, terus sejarahnya Benteng juga P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? I: Kalau dulunya sih benteng buat perang ya terus kaya uda ga berfngsi dan sayang ga dipakai terus dijadikan museum kayaknya P: Apakah menurut anda Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah, mengapa? I: Ya bisa, jadi kita datang terus belajar pas lihat di ruang diorama lewat koleksi, jadi tahu gitu lho tentang gimana dulunya dan sejarahnya P: Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar khususnya sejarah? I: Iya sih, karena kita kan bisa bayangin dulunya gimana perjuangannya, terus barang- barangnya buat perang gitu P: Apakah menurut anda museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter? Kenapa? I: Bisa, kan kita bisa mengambil contoh dari pantang menyerahnya pahlawan- pahlawan dalam perjuanganya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

P: Tahukah anda mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Kurang tahu sih kalau itu P: Adakah nilai- nilai yang dapat anda petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Apa ya, ya perjuangan gitu sih kalau yang saya tahu P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? Dan agar diminati gimana? I: Menurut saya, kendalanya sih karena bangunanya kuno gitu terus malah lebih suka buat foto- foto gitu, terus untuk pengembangan pendidikan karakternya mungkin diadain lebih banyak lagi acara atau kegiatan edukasinya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

Lampiran 13 (CL5) CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Ridwan, Furqon, Kencot Status/ pekerjaan : Mahasiswa Waktu : 8 Juni 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Apakah anda sering berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg (atau pertama kalinya)? Museum mana saja yang sudah pernah anda kunjungi sebelumnya? I: Kalau saya sudah beberapa kali tapi tidak masuk namun ke titik nol, Museum Sono Budaya, Museum Ulen Sentalu P: Biasanya apa yang kalian lakukan kalau berkunjung ke Museum? bagaimana dengan kunjungan ke Museum Benteng Vredeburg? I: Jalan- jalan, lihat koleksinya lah ya, foto- foto P: Manfaat apa yang anda dapatkan melalui kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg serta bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Tahu sejarah tentang penjajahan pas Belanda disisni, P: Dalam acara apa anda berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg? Tugas, sekolah, atau rekreasi? I: Kami cuma jalan- jalan saja P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? I: Nggak Tahu, awalnya berdirinya ini setelah perjanjian Giyanti, terus Sultan ke berapa itu punya inisiatif buat membangun bangunan sederhana dimana setiap pojoknya memiliki symbol, setelah itu pihak Belanda punya politik to minta persetujuan dari pihak Kraton untuk dibaguskan gitu, terus dulunya Rustenburg sekarang Vredeburg gitu P: Apakah menurut anda Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah, mengapa? I: Ya menariklah, mungkin ini untuk genarasi selanjutnya lah untuk generasi muda dapat belajar dari sini P: Lebih suka belajar di mana? Sekolah apa di lapangan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

I: Tentu saja dilapangan mbak P: Apakah menurut kalian museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter? Kenapa? I: Bisa, koleksi- koleksinya itu ada sikap- sikap pemberaninya, terus bisa pantang menyerah, terus bagi yang mau mengetahui bisa tahu kelicikan Belanda mengenai politik, kita bisa mempelajari kepribadian orang luar P: Tahukah kalian mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Mungkin ada namun belum tahu, mungkin sejenis pameran P: Adakah nilai- nilai yang dapat kalian petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Nilai sejarahnya, nilai simbol bangunannya, nilai perjuangan, nilai nasionalisme nya atau cinta tanah air lah. Terus ada JASMERAH Soekarno itu lho P: Menurut kalian, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? I: Mungkin dengan kegiatan- kegiatan edukasi aja P: Disini juga ada lho kegiatan edukasi I: Kurang aja publikasinya soalnya infonya nggak sampai Kulon Progo karna saya nggah tahu P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? I: Mungkin palangnya yang menunjukan ruang diorama kurang jelas jadi pada bingung, selain itu untuk kurator kok nggak ada, kalau untuk pengunjung biasa, terus kurator itu bayar atau nggaknya juga tidak tahu mbak gitu, kurang jelas lah ya bagi yang baru pertama datang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Lampiran 14 (CL6) CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Safitri (34), Tri Nurasih (34), Tumiyati (37), Isti Utami (34) Waktu : 9 Januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Dalam rangka apa nih buk datang ke Museum Benteng Vredeburg? I: Ngantar anak- anak dalam acara tugas dari sekolah SD Tulasan P: Sebagai wali murid apa yang dilakukan oleh ibu- ibu dalam kunjungan ke Museum ini? I: Kita ikut masuk mengawal anak- anak, ngasih bimbingan juga ke anak- anak ini tentang apa, jadi kami ikut masuk P: Udah masuk ruang mana aja buk kalau boleh tahu? Ada apa saja? I: Diorama 1, Diorama2, Diorama 3. Ada baju goni, peralatan dapur, ada senjata juga P: Dari semua itu Manfaat apa yang anda dapatkan melalui kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg serta bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Yang pasti kita jadi tahu sejarah kita dulu ya, tentang semangat para pahlawan gitu. Ya bagus museumnya P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? I: Kalau latar belakang sudah dijelaskan ya dulu tapi baru pertama kunjungan ke museum. kalau museum Vredebur mungkin bangunan peninggalan belanda P: Apakah menurut anda Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah, mengapa? I: Menarik, ada filmnya, disamping ada tulisan yg ada di gambar, mungkin anak- anak lebih jelas juga dengan melihat miniaturnya, P: Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar khususnya sejarah? I: Ya bisa, kalau anak – anak gak dilatih belajar di museum nanti akan lupa tentang sejarah perjuangan bangsa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

P: Apakah menurut anda museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter? I: Mungkin kalau karakter mungkin semangat ya, semangat untuk belajar serta semangat dari para pahlawan P: Tahukah anda mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Kegiatannya kurang tahu P: Adakah nilai- nilai yang dapat anda petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Nilai nilai sejarah, semangat P: Apakah dalam koleksi dan kegiatan yang ada di museum juga dapat mengembangkan pendidikan karakter? I: Ya tentu, tadi bisa belajar semangat perjuangan P: Menurut anda, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? I: Mungkin kalau museum iini kurang ya, mungkin lebih meningkatkan publikasi dan promosinya, kalau anak sekolah lebih menarik kalau ada arenanya juga untuk bermain P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? I: Dari fasilitasnya, cara mempublikasikanya juga, mungkin terlalu bosen ya kalau anak anak juga. Kalau anak- anak kan lebih sukanya lebih ke bermain dan game aja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Lampiran 15 (CL7) CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGUNJUNG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Alfian dhika, Isti M, Jaka T Waktu : 9 Januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Dalam acara apa anda berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg? Tugas, sekolah, atau rekreasi? I: Rekreasi aja P: Apakah anda sering berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg (atau pertama kalinya)? Museum mana saja yang sudah pernah anda kunjungi sebelumnya? I: Baru dua kali, biasanya di museum Sono Budaya, Museum Kraton P: Yang dilakuin biasanya apa? I: Lihat- lihat koleksi, ya sekalian belajar juga, foto- foto, tambah pengetahuan P: Manfaat apa yang anda dapatkan melalui kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg serta bagaimana kesan yang didapat saat berkunjung di Museum Benteng Vredeburg? I: Paling tidak kita tergugah jiwa kepemimpinan dari pahlawan, dapat pengalaman baru juga P: Apakah yang anda ketahui mengenai latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? I: Penasaranya dulu disini ada koleksinya tentang perjuangan di Yogya P: Apakah menurut bapak- ibuk Museum Benteng Vredeburg ini menarik bagi anda? Khususnya sebagai sumber belajar sejarah, mengapa? I: Banyak miniatur, banyak lah yang kita tahu P: Apakah koleksi yang ada di museum dapat memberikan manfaat sebagai sumber belajar khususnya sejarah? I: Ya ini kan dibuat memang untuk belajarlah untuk anak- anak, terus imajinasi si anak juga dapat berkembang juga. P: Apakah menurut anda museum dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan pendidikan karakter? I: Ya kita dapat mencontoh dan meneladani dari karakter- karakter para pahlawan kita dapat sedikitlah meniru gitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

P: Tahukah anda mengenai kegiatan yang ada di Museum? apa saja? Bagaimana pendapatmu mengenai hal tersebut? I: Kalau kegiatan sih saya tidak tahu P: Adakah nilai- nilai yang dapat anda petik melalui koleksi dan kegiatan dari kunjungan anda ke Museum Benteng Vredeburg? Apa saja? I: Ya nilai- nilai tulus gitu dari pahlawan dalam memperjuangkan kemerdekaan P: Menurut anda, bagaimana cara Museum Benteng Vredeburg agar diminati sebagai sumber belajar dan pengembangan karakter? I: Yang penting tempatnya sendiri nyaman, tambah fasilitas anak untuk anak biar senang, dan miniatur nya lebih diperbanyak agar lebih menarik dan memberi wawasan lagi P: Menurut anda kendala apa yang dihadapi untuk menjadikan museum sebagai sumber belajar sejarah dan pengembangan karakter? I: Dana mungkin, mungkin juga dapat mengundang sekolah- sekolah terdekat untuk acara- acara disini, tambah lagi publikasinya terus perlu disosialisasikan di sekolah biar lebih tertarik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Lampiran 16 (CL8)

CATATAN LAPANGAN WAWANCARA PENGELOLA MUSEUM BENTENG VREDEBURG

Topik/ Judul : Pemanfaatan Museum Benteng Vredeburg sebagai Sumber Belajar Sejarah dan Pengembangan Pendidikan Karakter Peneliti : Febieta Ridha Evani Informan : Ibu Pipit (Edukator Museum Benteng Vredeburg) Waktu : 8 Januari 2019

Keterangan : P: Peneliti

I: Informan

P: Bagaimana latar belakang berdirinya Museum Benteng Vredeburg? I: Jadi ini perjalanan panjang ketika spririt yang diambil ketika mengubah bangunan benteng markas Belanda menjadi Museum diharapkan ketika orang Indonesia datang ke Benteng tidak hanya terpana atau terpesona oleh bangunannya tapi ketika masuk harapannya pengunjung dapat mengenang bahwa bangunan ini merupakan saksi bisu tentang bagaimana Indonesia itu merebut dan mempertahankan kemerdekaanya. Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan bersejarah dimana kita dapat merenungkan perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. P: Adakah tujuan khusus didirikanya Museum Benteng Vredeburg? I: Kita memiliki visi dan misi yang dimana banyak orang yang menganggap Museum Benteng Vredeburg ini merupakan tempat wisata padahal visi misi kita yang utama yakni bagaimana kita mengumpulkan benda bersejarah dan menceritakan sejarah kepada masyarakat dan bagaimana mengedukasi masyarakat dan membuka mata masyarakat mengenai perjuangan bangsa Indonesia. P: Bagaimana cara mengumpulkan benda- benda agar menjadi Koleksi di Museum Benteng Vredeburg? I: Itu caranya banyak, dimana kita memiliki tim yang bukan hanya bagian edukator, namun ada kurator, konservator, ada bagian koleksi. Untuk mencari koleksi itu ada tim dimana kita melakukan riset, narasumber, mencari koleksi yang mendukung alur cerita dari museum. ada juga yang datang sendiri yakni menghibahkan benda koleksinya. Pernah juga ada pengunjung yang bercerita tentang masalalu keluarganya yang kemudian dititipkan di museum. Jadi gak stagnan harus mencari dan gak harus didatangi. Riset biasanya dilakukan oleh kurator. P: Adakah pengkategorian dalam menentukan benda- benda koleksi di Museum Benteng Vredeburg?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

I: Museum Benteng Vredeburg merupakan museum khusus sejarah jadi kita memiliki story line. Jadi koleksi harus ada dan mendukung sory line kami. Inti dari koleksi adalah bagaimana mendukung story line dari Museum yakni mengenai perjuangan skala nasional yang terjadi di Yogyakarta. P: Berapa jumlah koleksi awal Museum Benteng Vredeburg? I: Saya gak bisa jawab kalo itu, mungkin bisa tanya langsung ke orang koleksi atau kurator karena saya kurang menguasai koleksi. P: Adakah kriteria atau kelompok dalam pemajangan untuk koleksi yang ada di Museum Benteng Vredeburg? serta makna dari pembagian tersebut. I: Penyajian koleksi biasanya didekatkan dengan cerita yang disajikan. Karena dom bias membantu untuk menvisualisasikan cerita P: Dari sekian koleksi, koleksi mana yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah? I: Semuanya P: Adakah kegiatan edukasi yang dilakukan oleh pihak museum? apa saja kegaiatan tersebut? I: Ada, kita rutin mengadakan pameran, ada serangan umum 1 maret, pameran keliling kota, kita sebagai museum memiliki banyak kegiatan, dalam satu bulan bisa dua sampai tiga kali kegiatan dan bentuknya macam- macam. Kita mencoba berkreasi yakni adanya jelajah sepeda, jelajahin tempat bersejarah di Yogya, kuis, dll. Peserta edukasi macam- macam yakni dari kerjasama dari pemerintah, dinas, kerjasama dengan pihak lain dan banyak lagi dimana kita mengajak pengunjung dan masyarakat untuk menikmati museum tidak hanya datang ke museum namun memberikan cara baru menikmati museum yakni dengan penampilan musik, lomba- lomba dll. P: Cara memperkenalkan kegiatan yang ada di Museum? I: Publikasi melalui media sosial, pasang banner, kerjasama dengan komunitas, dinas P: Bagaimana dengan kegiatan yang berkaitan dengan sejarah dan pengembangan pendidikan karakter? I: Sebenarnya untuk pendidikan karakter itu hampir semua ya, karena kami membuat kegiatan senafas dengan visi misi yakni mengedukasi masyarakat dengan sejarah, jadi otomatis pasti ada pendidikan sejarahnya, dan pendidikan sejarah itu nyambung dengan karakter bangsa karena apa yang diajarkan oleh muatan sejarah itu sesuatu yang dapat diajarkan dan ditiru oleh anak sekarang, jadi kegiatan kami tu berkaitan dengan pendidikan sejarah yang ujung- ujungnya ya pendidikan karakter. P: Adakah kegiatan yang menjadi favorit yang sering dilakukan? I: Yang rutin ya pasti pameran, museum masuk sekolah, jemput bola yakni kita datang ke desa- desa kita kesana dan bikin pameran disana P: Siapa saja yang terlibat dalam kegiatan edukasi? I: Pelajar dan mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

Lampiran 17

DOKUMENTASI WAWANCARA

A. Dokumentasi Wawancara Pengelola Museum Benteng Vredeburg

Wawancara dengan Ibu Pipit pada tanggal 8 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

B. Dokumentasi Wawancara dan Kuesioner pengunjung Museum Benteng Vredeburg

Wawancara dengan Rizkiyani dan Dwi Tyas pada tanggal 5 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

Wawancara dengan Mochamad Zacky, Ikbal Fahrezi, Fahri Anugrah pada tanggal 5 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Wawancara dengan Isti Qomah, Riske Ayu, dan Restu pada tanggal 6 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

Wawancara dengan Eny T pada tanggal 7 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Wawancara dengan Ridwan, Furqon, dan Kencot pada tanggal 8 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

Wawancara dengan Ibu Safitri, Ibu Tri, Ibu Tumiyati, dan Ibu Isti Utami pada tanggal 9 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Wawancara dengan Bapak Joko, Ibu Isti, dan Alfian pada tanggal 9 Januari 2019 (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

Lampiran 18

SILABUS MATA PELAJARAN SEJARAH KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL Satuan Pendidikan : SMA Kelas : XI Kompetensi Inti : 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Alokasi Sumber Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Waktu Belajar 1.1 Menghayati nilai-nilai peradaban dunia yang menghargai perbedaan sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

2.1 Mengembangkan sikap jujur, rasa ingin tahu, tanggung jawab, peduli, santun, cinta damai dalam mempelajari peristiwa sejarah sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2.2 Menunjukan sikap cinta tanah air, nilai-nilai rela berkorban dan kerja sama yang dicontohkan para pemimpin pada masa pergerakan nasional, meraih dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 3.1 Menganalisis sistem Kerajaan- Mengamati: Tugas: 4 mg x 4 jp  Buku pemerintahan, sosial, Kerajaan Besar  Membaca buku teks tentang Membuat laporan Paket ekonomi, dan kebudayaan Indonesia pada sistem pemerintahan, sosial, tertulis hasil analisis Sejarah masyarakat Indonesia pada Masa Kekuasaan ekonomi, dan kebudayaan mengenai sistem kelas XI masa kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha masyarakat Indonesia pada pemerintahan, sosial,  Buku- besar Hindu-Buddha yang dan Islam masa kerajaan-kerajaan ekonomi, dan buku berpengaruh pada  Sistem besar Hindu-Buddha dan kebudayaan lainya kehidupan masyarakat pemerintahan, Islam yang berpengaruh masyarakat Indonesia  Sumber Indonesia masa kini. sosial, ekonomi, pada kehidupan masyarakat pada masa kerajaan- lain yang dan kebudayaan Indonesia masa kini. kerajaan besar Hindu- tersedia masyarakat Buddha dan Islam 3.2 Menganalisis sistem Indonesia pada yang berpengaruh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

pemerintahan, sosial, masa kerajaan- Menanya: pada kehidupan ekonomi, dan kebudayaan kerajaan besar  Menanya dan berdiskusi masyarakat Indonesia masyarakat Indonesia pada Hindu-Buddha untuk mendapatkan masa kini. masa kerajaan-kerajaan yang klarifikasi, penjelasan dan Observasi: besar Islam di Indonesia berpengaruh perluasan bahan analisis Mengamati kegiatan yang berpengaruh pada pada kehidupan mengenai sistem peserta didik dalam kehidupan masyarakat masyarakat pemerintahan, sosial, proses mengumpulkan Indonesia masa kini. Indonesia masa ekonomi, dan kebudayaan data, analisis data dan kini. masyarakat Indonesia pada pembuatan laporan. 4.1 Menyajikan warisan sistem  Sistem masa kerajaan-kerajaan Tes: pemerintahan, sosial, pemerintahan, besar Hindu-Buddha dan Menilai kemampuan ekonomi, dan kebudayaan sosial, ekonomi, Islam yang berpengaruh peserta didik dalam masyarakat Indonesia pada dan kebudayaan pada kehidupan masyarakat menganalisis sistem masa kerajaan-kerajaan masyarakat Indonesia masa kini. pemerintahan, sosial, besar Hindu-Buddha yang Indonesia pada Mengeksplorasikan: ekonomi, dan berpengaruh pada masa kerajaan-  Mengumpulkan data dan kebudayaan kehidupan masyarakat kerajaan besar informasi lanjutan terkait masyarakat Indonesia Indonesia masa kini, dalam Islam di dengan pertanyaan mengenai pada masa kerajaan- bentuk tulisan dan media Indonesia yang sistem pemerintahan, sosial, kerajaan besar Hindu- lain. berpengaruh ekonomi, dan kebudayaan Buddha dan Islam pada kehidupan masyarakat Indonesia pada yang berpengaruh 4.2 Menyajikan hasil masyarakat masa kerajaan-kerajaan pada kehidupan identifikasi warisan sistem Indonesia masa besar Hindu-Buddha dan masyarakat Indonesia pemerintahan, sosial, kini. Islam yang berpengaruh masa kini. ekonomi, dan kebudayaan pada kehidupan masyarakat masyarakat Indonesia pada Indonesia masa kini, melalui masa kerajaan-kerajaan bacaan dan sumber lain yang besar Islam di Indonesia tersedia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151 yang berpengaruh pada Mengasosiasikan: kehidupan masyarakat  Menganalisis informasi dan Indonesia masa kini, dalam data yang di dapat dari bentuk tulisan dan media bacaan dan sumber lain yang lain. terkait mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini Mengomunikasikan:  Membuat laporan hasil analisis dalam bentuk tulisan dan atau media lain mengenai sistem pemerintahan, sosial, ekonomi, dan kebudayaan masyarakat Indonesia pada masa kerajaan-kerajaan besar Hindu-Buddha dan Islam yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

3.3 Menganalisis keterkaitan Peristiwa di Eropa Mengamati: Tugas: 4 mg x 4 jp  Buku antara pemikiran dan Yang  Membaca buku teks tentang Membuat karya tulis Paket peristiwa-peristiwa penting Berpengaruh pemikiran dan peristiwa- tentang pemikiran dan Sejarah di Eropa antara lain: terhadap peristiwa penting di Eropa peristiwa-peristiwa kelas XI Merkantilisme, Kehidupan antara lain: Merkantilisme, penting di Eropa  Buku- Renaissance, Reformasi Ummat Manusia Renaissance, Reformasi antara lain: buku Gereja, Revolusi Industri  Pemikiran dan Gereja, Revolusi Industri Merkantilisme, lainya dan pengaruhnya bagi peristiwa- dan pengaruhnya bagi Renaissance,  Sumber/ kehidupan bangsa Indonesia peristiwa kehidupan bangsa Indonesia Reformasi Gereja, media dan bangsa lain di dunia penting di Eropa dan bangsa lain di dunia Revolusi Industri dan lain yang pada masa itu dan masa antara lain: pada masa itu dan masa kini. pengaruhnya bagi tersedia kini. Merkantilisme, Menanya: kehidupan bangsa Renaissance,  Menanya dan berdiskusi Indonesia dan bangsa 4.3Membuat karya tulis tentang Reformasi untuk mendapatkan lain di dunia pada pemikiran dan peristiwa- Gereja, Revolusi klarifikasi dan pendalaman masa itu dan masa peristiwa penting di Eropa Industri dan pemahaman tentang kini. antara lain: Merkantilisme, pengaruhnya pemikiran dan peristiwa- Observasi: Renaissance, Reformasi bagi kehidupan peristiwa penting di Eropa Mengamati kegiatan Gereja, Revolusi Industri bangsa antara lain: Merkantilisme, peserta didik dalam yang berpengaruh bagi Indonesia dan Renaissance, Reformasi proses mengumpulkan Indonesia dan dunia. bangsa lain di Gereja, Revolusi Industri data, analisis data dan dunia pada masa dan pengaruhnya bagi pembuatan laporan. itu dan masa kehidupan bangsa Indonesia Tes: kini. dan bangsa lain di dunia Menilai kemampuan pada masa itu dan masa kini. peserta didik dalam Mengeksplorasikan: menganalisis tentang  Mengumpulkan data dan pemikiran dan informasi lanjutan terkait peristiwa-peristiwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

dengan pertanyaan dan penting di Eropa materi tentang pemikiran antara lain: dan peristiwa-peristiwa Merkantilisme, penting di Eropa antara lain: Renaissance, Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Reformasi Gereja, Revolusi Revolusi Industri dan Industri dan pengaruhnya pengaruhnya bagi bagi kehidupan bangsa kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di Indonesia dan bangsa dunia pada masa itu dan lain di dunia pada masa kini, melalui bacaan masa itu dan masa dan sumber-sumber lainya kini. yang terkait Mengasosiasikan:  Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait mengenai pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

Mengomunikasikan:  Membuat karya tulis mengenai pemikiran dan peristiwa-peristiwa penting di Eropa antara lain: Merkantilisme, Renaissance, Reformasi Gereja, Revolusi Industri dan pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia dan bangsa lain di dunia pada masa itu dan masa kini.

3.4 Menganalisis keterkaitan Revolusi Besar Mengamati: Tugas: 5 mg x 4 jp  Buku antara revolusi-revolusi Dunia dan  Membaca buku teks Membuat tulisan dan Paket besar dunia (Perancis, Pengaruhnya mengenai keterkaitan antara atau media lain Sejarah Amerika, Cina, Rusia dan Terhadap Ummat revolusi-revolusi besar dunia mengenai keterkaitan kelas XI Indonesia) dan kehidupan Manusia (Perancis, Amerika, Cina, antara revolusi-  Buku- umat manusia pada masa itu  Revolusi- Rusia dan Indonesia) dan revolusi besar dunia buku lai dan masa kini. revolusi besar kehidupan umat manusia (Perancis, Amerika, nnya 4.4 Menyajikan hasil analisis dunia (Perancis, pada masa itu dan masa kini. Cina, Rusia dan  Gambar tentang revolusi-revolusi Amerika, Cina, Menanya: Indonesia) dan Revolusi besar dunia (Perancis, Rusia dan  Menanya dan berdiskusi kehidupan umat -revolusi Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan untuk mendapatkan manusia pada masa itu besar Indonesia) serta kehidupan umat klarifikasi dan pendalaman dan masa kini. dunia pengaruhnya terhadap manusia pada pemahaman mengenai Observasi: kehidupan umat manusia masa itu dan keterkaitan antara revolusi- Mengamati kegiatan dalam bentuk tulisan dan masa kini. revolusi besar dunia peserta didik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155 media lain. (Perancis, Amerika, Cina, proses mengumpulkan Rusia dan Indonesia) dan data, analisis data dan kehidupan umat manusia pembuatan laporan. pada masa itu dan masa kini. Tes: Mengeksplorasikan: Menilai kemampuan  Mengumpulkan data dan peserta didik dalam informasi lanjutan terkait menganalisis dengan pertanyaan dan keterkaitan antara materi mengenai keterkaitan revolusi-revolusi besar antara revolusi-revolusi dunia (Perancis, besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia Amerika, Cina, Rusia dan dan Indonesia) dan Indonesia) dan kehidupan kehidupan umat umat manusia pada masa itu manusia pada masa itu dan masa kini, melalui dan masa kini. bacaan dan sumber-sumber lainnya yang terkait. Mengasosiasikan:  Menganalisis informasi dan data yang di dapat dari bacaan dan sumber lain yang terkait mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini, melalui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

bacaan dan sumber-sumber lainnya yang terkait. Mengomunikasikan:  Membuat laporan dalam bentuk tulisan dan media lain mengenai keterkaitan antara revolusi-revolusi besar dunia (Perancis, Amerika, Cina, Rusia dan Indonesia) dan kehidupan umat manusia pada masa itu dan masa kini, melalui bacaan dan sumber-sumber lainnya yang terkait.

3.5 Menganalisis hubungan Ideologi, Perang Mengamati: Tugas: 3 mg x 4 jp  Buku perkembangan faham- Dunia dan  Membaca buku teks Membuat tulisan dan Paket faham besar seperti Pengaruhnya mengenai hubungan atau media lain Sejarah nasionalisme, liberalisme, terhadap Gerakan perkembangan faham-faham mengenai hubungan kelas XI sosialisme, demokrasi, Pan Kemerdekaan di besar seperti nasionalisme, perkembangan faham-  Buku- Islamisme dengan gerakan Asia dan Afrika. liberalisme, sosialisme, faham besar seperti: buku nasionalisme di Asia-Afrika  Perkembangan demokrasi, Pan Islamisme nasionalisme, lainya pada masa itu dan masa faham-faham dengan gerakan liberalisme,  Sumber kini. besar seperti nasionalisme di Asia-Afrika sosialisme, lain yang nasionalisme, pada masa itu dan masa kini. demokrasi, tersedia liberalisme, Menanya: Pan Islamisme dengan sosialisme,  Menanya dan berdiskusi gerakan nasionalisme demokrasi, Pan untuk mendapatkan di Asia-Afrika pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

4.5 Menyajikan hasil analisis Islamisme klarifikasi dan pendalaman masa itu dan masa tentang hubungan dengan gerakan pemahaman mengenai kini. perkembangan faham- nasionalisme di hubungan perkembangan Observasi: faham besar seperti Asia-Afrika faham-faham besar seperti Mengamati kegiatan nasionalisme, liberalisme, pada masa itu nasionalisme, liberalisme, peserta didik dalam sosialisme, demokrasi, Pan dan masa kini. sosialisme, demokrasi, Pan proses mengumpulkan Islamisme dengan gerakan Islamisme dengan gerakan data, analisis data dan nasionalisme di Asia-Afrika nasionalisme di Asia-Afrika pembuatan laporan. dalam bentuk tulisan dan pada masa itu dan masa kini. Portofolio: media lain. Mengeksplorasikan: Menilai tulisan dan  Mengumpulkan data dan atau media lain informasi lanjutan terkait mengenai hubungan dengan pertanyaan dan perkembangan faham- materi mengenai hubungan faham besar seperti perkembangan faham-faham nasionalisme, besar seperti nasionalisme, liberalisme, liberalisme, sosialisme, sosialisme, demokrasi, demokrasi, Pan Islamisme Pan Islamisme dengan dengan gerakan gerakan nasionalisme nasionalisme di Asia-Afrika di Asia-Afrika pada pada masa itu dan masa kini. masa itu dan masa Mengasosiasikan: kini.  Menganalisis informasi dan Tes: data yang di dapat dari Menilai kemampuan bacaan dan sumber lain yang peserta didik dalam terkait mengenai hubungan menganalisis perkembangan faham-faham hubungan besar seperti nasionalisme, perkembangan faham-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

liberalisme, sosialisme, faham besar seperti demokrasi, Pan Islamisme nasionalisme, dengan gerakan liberalisme, nasionalisme di Asia-Afrika sosialisme, demokrasi, pada masa itu dan masa kini. Pan Islamisme dengan Mengomunikasikan: gerakan nasionalisme  Membuat laporan dalam di Asia-Afrika pada bentuk tulisan dan atau masa itu dan masa media lain mengenai kini. hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini.

3.6 Menganalisis pengaruh PD Perang Dunia dan Mengamati: Tugas: 3 mg x 4 jp  Buku I dan PD II terhadap Kelembagaan  Membaca buku teks Membuat tulisan dan Paket kehidupan politik, sosial- Dunia mengenai pengaruh PD I dan atau media lain Sejarah ekonomi dan hubungan  Pengaruh PD I PD II terhadap kehidupan mengenai pengaruh kelas XI internasional (LBB, PBB), dan PD II politik, sosial-ekonomi dan PD I dan PD II  Buku- pergerakan nasional dan terhadap hubungan internasional terhadap kehidupan buku regional. kehidupan (LBB, PBB), pergerakan politik, sosial- lainya politik, sosial- nasional dan regional. ekonomi dan  Sumber/ 4.6 Menyajikan hasil analisis ekonomi dan Menanya: hubungan media tentang pengaruh PD I dan hubungan  Menanya dan berdiskusi internasional (LBB, lain yang PD II terhadap kehidupan internasional untuk mendapatkan PBB), pergerakan tersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159 politik, sosial-ekonomi dan (LBB, PBB), klarifikasi dan pendalaman nasional dan regional. hubungan internasional pergerakan pemahaman mengenai penga Observasi: (LBB, PBB), pergerakan nasional dan ruh PD I dan PD II terhadap Mengamati kegiatan nasional dan regional dalam regional. kehidupan politik, sosial- peserta didik dalam bentuk tulisan dan media ekonomi dan hubungan proses mengumpulkan lain. internasional (LBB, PBB), data, analisis data dan pergerakan nasional dan pembuatan laporan. regional. Portofolio: Menilai tulisan dan Mengeksplorasikan: atau media lain  Mengumpulkan informasi mengenai pengaruh lanjutan terkait dengan PD I dan PD II pertanyaan dan materi terhadap kehidupan mengenai pengaruh PD I dan politik, sosial- PD II terhadap kehidupan ekonomi dan politik, sosial-ekonomi dan hubungan hubungan internasional internasional (LBB, (LBB, PBB), pergerakan PBB), pergerakan nasional dan regional, nasional dan regional. melalui bacaan dan sumber- Tes: sumber lain yang terkait. Menilai kemampuan Mengasosiasikan: peserta didik dalam  Menganalisis informasi dan menganalisis data yang di dapat dari pengaruh PD I dan PD bacaan dan sumber lain yang II terhadap kehidupan terkait untuk menyimpulkan politik, sosial- keterkaitan pengaruh PD I ekonomi dan dan PD II terhadap hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

kehidupan politik, sosial- internasional (LBB, ekonomi dan hubungan PBB), pergerakan internasional (LBB, PBB), nasional dan regional. pergerakan nasional dan regional. Mengomunikasikan:  Menyajikan dalam bentuk tulisan dan atau media lain mengenai pengaruh PD I dan PD II terhadap kehidupan politik, sosial-ekonomi dan hubungan internasional (LBB, PBB). 3.7 Menganalisis pengaruh Kebangkitan Mengamati: Tugas: 6 mg x 4 jp  Buku imperialisme dan Heroisme dan  Membaca buku teks dan Membuat tulisan dan Paket kolonialisme Barat di Kesadaran mengamati sumber lain atau media lain Sejarah Indonesia dalam bidang Kebangsaan mengenai Imperialisme dan mengenai kelas XI politik, ekonomi, sosial-  Pengaruh kolonialisme Barat, Sumpah Imperialisme dan  Buku- budaya, pendidikan dan imperialisme Pemuda, pendudukan militer kolonialisme Barat, buku agama serta perlawanan dan kolonialisme Jepang dan akar-akar Sumpah Pemuda, lainya kerajaan Indonesia terhadap Barat di nasionalisme. pendudukan militer  Sumber/ imperialisme dan Indonesia Menanya: Jepang dan akar-akar media kolonialisme Barat.  Sumpah Pemuda  Menanya dan berdiskusi nasionalisme. lain yang 3.8 Menganalisis peran Sumpah  Pendudukan untuk mendapatkan Observasi: tersedia Pemuda bagi kehidupan meliter Jepang klarifikasi dan pendalaman Mengamati kegiatan kebangsaan di Indonesia di Indonesia. pemahaman mengenai peserta didik dalam pada masa itu dan masa  Akar-akar Imperialisme dan proses mengumpulkan kini. nasionalisme kolonialisme Bartat, Sumpah data, analisis data dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

3.9 Menganalisis kehidupan yang terkandung Pemuda, pendudukan militer pembuatan laporan. sosial, ekonomi, budaya, dalam Sarekat Jepang dan akar-akar Portofolio: militer dan pendidikan di Islam, Indische nasionalisme. Menilai tulisan dan Indonesia pada zaman Partij, dan Budi Mengeksplorasikan: atau media lain pendudukan Jepang. Oetomo  Mengumpulkan mengenai 3.10 Menganalisis akar-akar data/inormasi lanjutan Imperialisme dan nasionalisme Indonesia melalui bacaan dan sumber- kolonialisme Barat, pada masa kelahirannya dan sumber lain yang terkait Sumpah Pemuda, pengaruhnya bagi masa mengenai Imperialisme dan pendudukan militer kini. kolonialisme Barat, Sumpah Jepang dan akar-akar 4.7 Menyajikan hasil evaluasi Pemuda, pendudukan militer nasionalisme. tentang pengaruh Jepang dan akar-akar Tes: imperialisme dan nasionalisme. Menilai kemampuan kolonialisme Barat di Mengasosiasikan: peserta didik dalam Indonesia dalam bidang  Menganalisis dan menganalisis politik, ekonomi, sosial- menyimpulkan pengaruh mengenai budaya, pendidikan dan imperialisme dan Imperialisme dan agama serta perlawanan kolonialisme Barat di kolonialisme Barat, kerajaan Indonesia dalam Indonesia, peran Sumpah Sumpah Pemuda, bentuk tulisan dan media Pemuda bagi kehidupan pendudukan militer lain. kebangsaan di Indonesia, Jepang dan akar-akar 4.8 Menyajikan hasil evaluasi kehidupan sosial, ekonomi, nasionalisme. penerapan semangat budaya, militer dan Sumpah Pemuda dalam pendidikan di Indonesia kehidupan generasi muda pada zaman pendudukan Indonesia dan dalam Jepang, serta akar-akar kehidupan bernegara bangsa nasionalisme Indonesia Indonesia masa kini, dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

bentuk tulisan atau media Mengomunikasikan: lain.  Menyajikan dalam bentuk 4.9 Membuat kliping tentang tulisan dan atau media lain kehidupan sosial, ekonomi, tentang imperialisme dan budaya, militer dan kolonialisme Barat, Sumpah pendidikan di Indonesia Pemuda, pendudukan militer pada zaman pendudukan Jepang dan akar-akar Jepang. nasionalisme. 4.10 Menyajikan berbagai peristiwa yang menunjukkan akar-akar nasionalisme Indonesia seperti Sarekat Islam, Indische Partij, Budi Utomo, dalam bentuk tulisan dan media lain. 3.11 Menganalisis peristiwa- Proklamasi Mengamati: Tugas: 8 mg x 4 jp  Buku peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan  Membaca buku teks dan Membuat media Paket 17 Agustus 1945 dan sebagai mengamati sumber lain gambar mengenai Sejarah artinya bagi kehidupan Penegakan Hak mengenai peristiwa- peristiwa-peristiwa kelas XI berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia peristiwa sekitar Proklamasi sekitar Proklamasi  Buku- pada masa itu dan masa  Peristiwa- 17 Agustus 1945 dan artinya 17 Agustus 1945 dan buku kini. peristiwa sekitar bagi kehidupan berbangsa artinya bagi lainya 4.11 Menyajikan gambaran Proklamasi dan bernegara pada masa itu kehidupan berbangsa  Internet peristiwa-peristiwa sekitar 17 Agustus 1945 dan masa kini. dan bernegara pada (jika Proklamasi 17 Agustus dan artinya bagi Menanya: masa itu dan masa tersedia) 1945 dan artinya bagi kehidupan  Menanya dan berdiskusi kini.  Gambar- kehidupan berbangsa dan berbangsa dan untuk mendapatkan gambar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163 bernegara dalam bentuk bernegara pada klarifikasi dan pendalaman Observasi: peristiwa media visual. masa itu dan pemahaman mengenai Mengamati kegiatan proklam masa kini. peristiwa-peristiwa sekitar peserta didik dalam asi Proklamasi 17 Agustus 1945 proses mengumpulkan kemerde dan artinya bagi kehidupan data, analisis data dan kaan RI berbangsa dan bernegara pembuatan laporan. 17 pada masa itu dan masa kini. Portofolio: Agustus Mengeksplorasikan: Menilai media gambar 1945.  Mengumpulkan data dan karya peserta didik ifnormasi lanjutan melalui tentang peristiwa- bacaan dan sumber-sumber peristiwa sekitar lain yang terkait Proklamasi mengenai peristiwa- 17 Agustus 1945 dan peristiwa sekitar Proklamasi artinya bagi 17 Agustus 1945 dan artinya kehidupan berbangsa bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada dan bernegara pada masa itu masa itu dan masa dan masa kini. kini. Mengasosiasikan: Tes:  Menganalisis dan Menilai kemampuan menyimpulkan mengenai peserta didik dalam peristiwa-peristiwa sekitar menganalisis materi proklamasi 17 Agustus 1945 peristiwa-peristiwa dan artinya bagi kehidupan sekitar Proklamasi berbangsa dan bernegara 17 Agustus 1945 dan pada masa itu dan masa kini. artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

Mengomunikasikan: masa itu dan masa  Menyajikan dalam bentuk kini. media gambar peristiwa- peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan artinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara pada masa itu dan masa kini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

Lampiran 19

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Sejarah (Wajib) Kelas/Semester : XI / Genap Materi Pokok : Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Barat di Indonesia Alokasi Waktu : 2 x 45 Menit (90 Menit)

A. Kompetensi Inti 1.1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 2.2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin,tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3.3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah 4.4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) 3.7 Menganalisis pengaruh Imperialisme dan 3.7.1 Menjelaskan masuknya Kolonialisme Kolonialisme Barat di Indonesia dalam dan Imperialisme Barat di Indonesia bidang politik, ekonomi, sosial- budaya, 3.7.2 Menganalisis pengaruh Kolonialisme pendidikan, dan agama serta perlawanan dan Imperialisme Barat di Indonesia kerajaan Indonesia terhadap Imperialisme 3.7.3 Menjelaskan perkembangan kekuasaan dan Kolonialisme Barat bangsa barat di Indonesia

4.7 Menyajikan hasil evaluasi tentang 4.7.1 Membuat karya tulis berupa laporan pengaruh Imperialisme dan Kolonialisme Barat hasil karyawisata ke Museum di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, Benteng Vredeburg mengenai sosial- budaya, pendidikan dan agama serta perjuangan para pahlawan dalam perlawanan kerajaan Indonesia dalam bentuk memperoleh kemerdekaan yang tulisan dan media lain terjadi di Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

C. Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran Cooperative Learning, siswa dapat menjelaskan, memdeskripsikan dan membuat karya tulis mengenai pengaruh dan masuknya kolonialisme dan imperialisme barat di Indonesia. Selain itu, dengan menggunakan pembelajaran aktif, kreatif, menyenangkan, dan bermakna siswa juga dapat memiliki sikap toleransi, bertanggung jawab dan percaya diri. D. Materi Pembelajaran Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme di Indonesia 1. Lahirnya kolonialisme-Imperialisme Barat 2. Masuknya Kolonialisme-Imperialisme Barat di Indonesia 3. Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) (1602-1799) 4. Indonesia Pasca VOC: Masuknya Pengaruh Prancis dan Pendudukan Inggris 5. Masa Kekuasaan Belanda Kedua (1816-1942)

E. Metode Pembelajaran Model : Cooperative Learning Pembelajaran Metode : Tanya Jawab, Presentasi, Karyawisata

F. Media Pembelajaran Alat: 1. Laptop 2. LCD

Bahan:  Video dan foto mengenai kolonialisme dan imperialisme bangsa barat di Indonesia  Powerpoint  Lembar Kerja Siswa

G. Sumber Belajar a. Hapsari, Ratna. 2013. Sejarah Indonesia 2 untuk SMA/ MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga. b. Zamroni, Akhmad.2016. Sejarah (Peminatan Ilmu- ilmu Sosial) kelas XI SMA/MA Semester 2 (Kurikulum 2013 Edisi Revisi). Sukoharjo: CV. Graha Printama Selaras. c. Hermawan. 2017. Sejarah SMA Kelas XI Peminatan IPS K13 Revisi. Yogyakarta. Penerbit Yudhistira. d. Museum Benteng Vredeburg e. Internet

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

H. Langkah-Langkah Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)

Guru: Orientasi  Guru mengecek kesiapan fisik kelas sebelum belajar, jika ada sampah atau kotoran bisa dibersihkan terlebih dahulu  Membuka pelajaran dengan salam pembuka (religius)  Menyanyikan lagu Kebangsaan (nasionalisme)  Mendata kehadiran peserta didik (disiplin)  Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan (komitmen) Apersepsi  Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik  Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan materi yang akan disampaikan Motivasi

 Menyampaikan tujuan pembelajaran (tanggung jawab) Kegiatan Inti (60 Menit)

Sintak Model Kegiatan Pembelajaran Pembelajaran Stimulation KEGIATAN LITERASI (stimulasi/pemberian rangsangan) Peserta didik diberi rangsangan atau motivasi untuk memusatkan perhatian pada topik perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme bangsa barat di Indonesia:  Mengamati  Menayangkan video tentang kolonialisme dan imperialisme bangsa barat di Indonesiayang terjadi di Yogyakarta (mandiri)  Peserta didik mengamati nan mercermati video yang diputarkan (Rasa Ingin Tahu)  Menyimak  Penjelasan sedikit dari guru mengenai video yang disampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

Problem Statement CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS) (identifikasi masalah) Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin pertanyaan berkaitan dengan video yang disajikan, contohnya:  Mengajukan pertanyaan tentang materi: Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme bangsa barat di Indonesia yang tidak dipahami dari apa yang diamati untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis.

Data Collection KEGIATAN LITERASI (pengumpulan data) Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyaan melalui kegiatan:  Membaca sumber lain selain buku teks Peserta didik melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan membaca berbagai referensi dari berbagai sumber yang sesuai dengan materi

Data Processing (pengolahan CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS) data)  Mengumpulkan informasi Mencatat semua informasi tentang materi perkembangan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat di Indonesia yang telah diperoleh dari hasil menonton video maupun kegiatan literasi dari berbagai sumber yang relevan dan kemudian dibuat dalam bentuk resume sejarah. CREATIVITY (KREATIFITAS)  Guru memberikan peserta didik tugas untuk membuat resume video.

Verification (pembuktian) COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI) Peserta didik mempresentasikan hasil yang telah dibuat di depan kelas.

Generalization (menarik COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI) kesimpulan)  Guru memberi penegasan pada materi yang telah dipresentasikan peserta didik.  Peserta didik dan guru bersama-sama menyimpulkan materi yang telah dibahas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

Catatan: Selama pembelajaran berlangsung, guru mengamati sikap peserta didik dalam pembelajaran yang meliputi sikap: disiplin, jujur, kritis, mandiri, toleran, dan bertanggung jawab

Kegiatan Penutup (15 Menit)

Peserta didik:

 Membuat catatan mengenai poin-poin penting yang telah dipelajari sesuai dengan materi Perkembangan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat di Indonesia Guru:

 Guru bersama peserta didik melakukan refleksi dari materi yang sedang dibahas.  Menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. I. Penilaian

Penilaian Teknik Rubrik Instrumen Remedial Pengayaan Penilaian Penilaia Penilaian (<75) (>75) n

Sikap : Observasi 1) Pembelajaran 1) Belajar mandiri ulang dan membuat Pengetahu- : Tes Tertulis 2) Pemberian analisis an (Essay) bimbingan mengenai secara khusus perkembangan Terlampir Keterampil- : Penugasan 3) Mengerjakan kolonialisme an (Laporan) kembali soal dan uji kompetensi imperialisme bangsa barat di Indonesia

J. Lampiran Pendukung RPP  Lampiran Penilaian Yogyakarta, 3 Juli 2019 Peneliti

Febieta Ridha Evani (141314006)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

EVALUASI PEMBELAJARAN Lembar Jurnal Guru Mata Pelajaran Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran : 2018/2019 Kelas/Semester : XI/Genap Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan) Teknik Penilaian : Observasi Bentuk Instrumen : Lembar Observasi

1. PENILAIAN NON TES a. LEMBAR PENILAIAN SIKAP DISKUSI DAN PRESENTASI KELOMPOK Petunjuk: Lembar ini dinilai oleh Guru. Berilah skor 1-4 pada kolom yang sesuai sesuai dengan hasil observasi Guru.

Jumlah Mengkomunikasikan Berargumentasi Berkontribusi No Nama Mendengarkan Skor Peserta Didik 1

2

3

4 dst.

Keterangan: Masing-masing kolom diisi dengan kriteria: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Nilai = Jumlah Perolehan skor X 100 Skor maksimum

Kriteria Nilai: 76 - 100 = A : Sangat Baik 51 - 75 = B : Baik 26 - 50 = C : Cukup < 25 = D : Kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

2. LEMBAR PENILAIAN PENGETAHUAN (TES)  Kisi-kisi tes tertulis (ESSAY)  Materi Pokok: Perkembangan Kolonialisme dan Imperialisme Bangsa Barat di Indonesia

Bentuk Kompetensi Dasar Indikator Soal Nomor Soal

3.7 Menganalisis pengaruh 3.7.1Menjelaskan Imperialisme dan masuknya Kolonialisme Barat di Kolonialisme dan 1 ESSAY Indonesia dalam Imperialisme Barat di bidang politik, Indonesia ekonomi, sosial- 3.7.2Menjelaskan budaya, pendidikan, mengenai pengaruh dan agama serta Kolonialisme dan 2 ESSAY perlawanan kerajaan Imperialisme Barat di Indonesia terhadap Indonesia Imperialisme dan 3.7.3 Menjelaskan Kolonialisme Barat perkembangan 3 ESSAY kekuasaan bangsa barat di Indonesia

Soal Tes Uji Kompetensi

1. Jelaskan secara singkat mengenai lahirnya kolonialisme dan imperialisme Barat di Indonesia! 2. Jelaskan pengaruh dari Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Barat di Indonesia dalam bidang sosial, pendidikan, ekonomi, budaya, dan politik/ pemerintahan! 3. Jelaskan sepak terjang dan tindak- tanduk VOC di Indonesia!

Kunci Jawaban 1. Masuknya Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia pada awalnya bertujuan untuk berdagang, mereka membeli rempah- rempah yang merupakan sumber barang langka di Eropa dan ditukar dengan pakaian. Dalam perkembangannya kemudian bangsa barat mulai ingin menguasai wilayah- wilayah yang didudukinya secara politik dan militer yang dimaksudkan untuk mengamankan kegiatan berdagang yang mereka terapkan yakni monopoli. Untuk mengamankan kegiatan dagang tersebut maka mereka perlu mengendalikan penguasa- penguasa pribumi secara politik dan militer karena dalam praktiknya kegiatan monopoli mendapat perlawanan dari rakyat maupun penguasa yang merasa di eksploitasi dan diperlakukan sewenang- wenang. 2. Pengaruh Kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh bangsa barat di Indonesia antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

a. Pengaruh Dalam bidang sosial, pemerintah kolonial membentuk Indische Staatsregeling (IS) yang mengatur adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat indonesia. Penduduk indonesia di bedakan menjadi beberapa golongan, yaitu a) Golongan Eropa, merupakan golongan atas walaupun jumlahnya sedikit, namun mendominasi berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat indonesia. Golongan eropa, seperti orang-orang belanda, portugis, dan spanyol b) Golongan indo dan timur asing, merupakan orang Indo (peranakan) merupakan hasil pencampuran antara peranakan antara orang-orang eropa dengan pribumi. Sementara timur asing merupakan orang-orang asia yang berdagang di Indonesia, seperti orang cina dan orang arab dan yang c) Golongan pribumi (Bumiputera), merupakan orang-orang asli Indonesia (pribumi), seperti tukang kayu, buruh tani, dan pekerja rendahan lainnya. b. Pengaruh dalam bidang Pendidikan Diskriminasi juga dilakukan di bidang pendidikan. Pemerintah kolonial sengaja menerapkan prinsip dualisme dalam sistem pendidikan di tanah jajahan. Warisan pendidikan kolonial yang masih digunakan di Indonesia, antara lain pembagian jenjang pendidikan, dan pengenalan macam- macam ilmu pengetahuan (ilmu alam, ilmu bumi, astronomi, filsafat dan hukum). c. Pengaruh dalam bidang Ekonomi Pemerintah kolonial belanda sengaja mewariskan sistem perekonomian dengan menggunakan uang, yang sebelumnya belum digunakan masyarakat Indonesia. Sistem tersebut semakin memacu masyarakat untuk bersaing menciptakan produk-produk baru. Meskipun pada kenyataanya produk-produk tersebut kalah bersaing dengan produk impor. d. Pengaruh dalam bidang Budaya Pengaruh praktek kolonialisme di Indonesia juga terlihat dalam bidang kebudayaan. hal ini dapat kita lihat dalam seni bangunan, seni musik, seni sastra, seni tari dan adat istiadat. e. Pengaruh dalam bidang Politik/Pemerintahan Belanda selalu menggunakan politik devide at impera (politik adu domba), yaitu dengan menghasut dan mencampuri urusan-urusan internal kerajaan-kerajaan sehingga kerajaan tersebut menjadi terpecah belah dan dengan mudah dikuasai belanda. Dalam bidang hukum dan pemerintahan, belanda meninggalkan warisan yang sampai sekarang masih digunakan di Indonesia. contohnya, burgerlijk wetboek (kitab undang-undang hukum perdata). Sistem pemerintahan belanda mengacu pada paham yang dibuat oleh montesquieu (1689-1755). Paham tersebut membagi negara dalam tiga tingkatan, yaitu badan legislatif (pembuat undang-undang), eksekutif (pelaksana undang-undang) dan yudikatif (pengawas pelaksana undang-undang).

3. Vereenigde Oostindische Compagnie atau lebih dikenal dengan VOC merupakan perusahaan dagang Belanda. VOC didirikan pada 20 Maret 1602 oleh Johan van Oldenbarnevelt. Tujuan pembentukan VOC adalah:(1) menghindari persaingan sesama pedagang Belanda (2) Memperkuat Belanda dalam persaingan dengan Bangsa Eropa lain (3) Memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.

Keberadaan VOC tidak hanya sebagai kongsi dagang, namun juga menjadi kekuatan politik. VOC memiliki hak octrooi, yaitu monopoli perdagangan, mencetak mata uang sendiri, mengadakan perjanjian, menyatakan perang dengan negara lain, menjalankan kekuasaan kehakiman, memungut pajak, memiliki angkatan perang, dan mendirikan benteng. VOC juga memiliki beberapa kebijakan, yaitu: (1) Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC (2) Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah ditentukan VOC.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram (3) Ekstirpasi: menebang kelebihan jumlah tanaman agar produksinya tidak berlebihan sehingga harga dapat dipertahankan (4) Pelayaran hongi: Pelayaran dengan perahu kora-kora untuk memantau penanaman dan perdagangan rempah-rempah oleh petani. Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi, menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Perancis.

Setiap soal memiliki bobot yang sama = 50

Skor Maksimal = 150

Nilai = Jumlah Perolehan skor X 100 Skor maksimum

Keterangan Nilai

90 -100 = A : Sudah melampaui kompetensi 80 - 89 = B : Sudah melampaui kompetensi 70 - 79 = C : Sudah mencapai kompetensi 60- 69 = D : Kurang mencapai kompetensi < 60 = E : Belum mencapai Kompetensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

LEMBAR PENILAIAN PENUGASAN

Nama Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Tahun Pelajaran : 2018/2019 Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan) Petunjuk : Lembar Penilaian Penugasan ini diisi oleh guru Bentuk Tugas : Laporan Karyawisata Kelas/Semester : XI/Genap Tanggal Penilaian : ______A. Kompetensi Dasar : 4.7 Menyajikan hasil evaluasi tentang pengaruh Imperialisme dan Kolonialisme Barat di Indonesia dalam bidang politik, ekonomi, sosial- budaya, pendidikan dan agama serta perlawanan kerajaan Indonesia dalam bentuk tulisan dan media lain

B. Deskripsi Tugas : Buatlah karya tulis berupa laporan dari karyawisata ke Museum Benteng Vredeburg mengenai perjuangan para pahlawan dalam memperoleh kemerdekaan Indonesia yang terjadi di Yogyakarta. 1) Bentuk Tugas : Membuat Laporan Karyawisata 2) Tempat/Waktu : Museum Benteng Vredeburg/ 2 jam pelajaran 3) Bentuk Laporan : Tertulis 4) Rubrik Penilaian : Indikator Jumlah No. Peserta didik Relevansi Kelengkapan Pembahasan Ketepatan skor (1-4) (1-4) (1-4) waktu (1-4) 1 2 3 4 dst. Petunjuk: Lembar ini dinilai oleh Guru. Berilah skor 1-4 pada kolom yang sesuai sesuai dengan hasil observasi Guru Keterangan: Masing-masing kolom diisi dengan kriteria: 4 = Sangat Baik 3 = Baik 2 = Cukup 1 = Kurang

Nilai = Jumlah Perolehan skor X 100 Skor maksimum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

Kriteria Nilai: 76 - 100 = A : Sangat Baik 51 - 75 = B : Baik 26 - 50 = C : Cukup < 25 = D : Kurang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176