Editan Rung Rampung 18-3-2008.Pmd

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Editan Rung Rampung 18-3-2008.Pmd KATA PENGANTAR KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Naskah Akademik dan Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta MONOGRAPH on Politics and Government Vol. 2, No.1. 2008 (1-122) Naskah Akademik dan Rancangan Undang Undang Keistimewaan Yogyakarta 1 ISSN 1979-0244 KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Naskah Akademik dan Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta MONOGRAPH on Politics and Government Vol. 2, No.1. 2008 (1-122) KATA PENGANTAR Monograph on Politics and Government seri pertama tahun 2008 yang memuat naskah akademik beserta pasal-pasal dan penjelasan RUU keistimewaan DIY yang ada di hadapan para pembaca yang budiman adalah hasil kerja simultan para staf Jurusan Ilmu Pemerintahan (JIP) Fisipol UGM. Sebuah kerja melelahkan yang memakan waktu lebih dari 4 bulan. Naskah ini merupakan produk dari kerjasama segitiga antara JIP-Depdagri- Kemitraan guna menjawab salah satu kebutuhan dan persoalan mendesak mengenai status dan masa depan status keistimewaan DIY dalam kerangka ke-Indonesia-an. Sesuatu yang telah mendapatkan penerimaan publik dan politik sejak sangat lama, tapi memiliki dasar legalitas yang sangat rapuh dan kabur, dan karenanya mudah berkembang menjadi polemik politik berkepanjangan. Sebagaimana sebuah naskah akademik, ia tunduk pada kaidah-kaidah ilmiah yang diharuskan. Tetapi pada saat yang bersamaan, naskah yang ada juga adalah sebuah naskah politik yang menggambarkan preferensi tim perumus, sekaligus preferensi JIP UGM sebagai institusi atas isu yang diperdebatkan: keistimewaan Yogyakarta. Dalam status yang demikian, proses perumusan naskah ini tidaklah mudah. Di satu sisi, metodologi dan metode untuk menghasilkan naskah yang ada harus dapat dipertanggungjawabkan secara akademik, sementara di sisi lainnya, ia harus melewati tahapan negosiasi tak kenal lelah agar layak secara politik. Untuk menjembatani hal di atas, tim JIP sejak awal telah menempatkan pelibatan maksimum para pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai prinsip yang menuntun keseluruhan proses kerja tim. Para pemangku kepentingan, mengambil bagian dalam keseluruhan mata rantai kerja tim. Tidak kurang 200 orang yang mewakili segenap komponen masyarakat di DIY (ilmuwan politik, sejarawan, sosiolog, ahli hukum tata negara, ahli hukum pertanahan, kerabat Kasultanan dan Pakualaman, pengurus partai politik, politisi DPRD provinsi dan kota/kabupaten, berbagai kelompok kepentingan, dan juga masyarakat luas) terlibat dalam berbagai forum yang dipersiapkan untuk itu. Diterbitkan oleh Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol UGM dan Program S2 Politik Lokal dan Otonomi Daerah dalam rangka ekspose tema-tema riset untuk didiskusikan lebih lanjut 2 MONOGRAPH on Politics and Government Vol 2, No.1. 2008 (1-122) Variasi forum pun disediakan, mulai dari diskusi dengan narasumber, Focus Group Discussion (FGD), panel ahli, wawancara mendalam dengan kerabat Kasultanan, Pakualaman, dan birokrat senior DIY, serta diskusi mendalam dengan tim Depdagri sebagai pemangku kepentingan pemerintah nasional. Rangkaian forum untuk mengidentifikasi aspirasi sekaligus mendiskusikan kemungkinan Rancangan Undang-undang keistimewaan DIY tersebut, meliputi: diskusi pemetaan pemikiran dan alternatif (4 kali), diskusi penyusunan draft naskah akademik (3 kali), depth interview (6 kali), panel ahli (2 kali), pertemuan dengan DPRD DIY (2 kali), penyempurnaan naskah akademik (3 kali), dan legal drafting RUUK (10 kali). Forum-forum tersebut dirancang untuk membuka seluas mungkin ruang bagi kemungkinan kompilasi aspirasi dan pandangan elit atas isu keistimewaan DIY, sekaligus untuk melakukan pemetaan pemikiran dan perdebatan yang muncul mengenai isu tersebut. Forum lain yang dilakukan adalah diskusi yang melibatkan secara lebih luas para pemangku kepentingan keistimewaan yang tersebar di 4 kabupaten dan 1 kota di Provinsi DIY. Hal terakhir ini ditempuh, terutama untuk menjangkau ide-ide dari para pemangku kepentingan yang secara fisik tidak dapat berinteraksi dengan tim melalui aneka forum yang disediakan, tetapi terlampau berharga untuk diabaikan. Dua NGO berbasis di Yogyakarta, masing-masing Institute for Research and Empowerment (IRE) dan Center for Local Politics and Development Studies (CLPDS) terlibat secara langsung dalam mengorganisir aktivitas konsultasi publik melalui forum FGD yang diselenggarakan di lingkungan 4 kabupaten dan 1 kota serta tingkat provinsi di DIY. CLPDS bahkan melakukan pendokumentasian berupa film singkat yang merekam suara kawula alit Yogyakarta. Untuk menopang proses negosiasi dan dialog di atas, serangkaian studi kepustakaan dan komparasi yang sangat intensif dikerjakan oleh para asisten. Pengalaman sejumlah negara; Inggris, Thailand, Norwegia, Jepang, Malaysia, Spanyol, Italia dan bahkan perkembangan terakhir dari Nepal diakumulasi secara seksama untuk mendapatkan penggambaran komparatif mengenai isu monarki dalam konteks demokrasi dan model- model kebijakan assymetrical decentralization yang menjadi sudut pandang teoritik utama dalam kajian ini. Pengalaman panjang Yogyakarta sebagai sebuah jalan perlintasan sejarah, juga dikomparasikan dari waktu ke waktu untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam dan menyeluruh mengenai entitas sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat. Dan hasilnya, adalah kekayaan informasi yang sangat luar biasa. Akan tetapi, kekayaan informasi tersebut adalah satu hal. Hal lainnya adalah mengelola informasi yang tidak terhingga di atas, terutama karena wataknya yang saling berseberangan, untuk dapat dikonversi menjadi sebuah bangun argumen yang logis, konsisten, dan memenuhi bukan saja syarat-syarat akademik yang diharuskan, tapi juga nalar publik. Untuk itu, tim mendedikasikan tidak kurang dari 100 hari penuh untuk saling berdebat, saling membantah, saling memperkuat, melakukan kontemplasi dan berkontekstualiasi dengan tujuan yang tidak berubah: menghasilkan sebuah rumusan yang secara akademik absah, tapi secara politik bisa diterima dan fisibel untuk diwujudkan. Naskah ini disusun oleh tim yang dikenal sebagai tim JIP. Sejumlah media menyebutnya sebagai Tim 9. Penyebutan sebagai Tim 9, tidak merepresentasikan besaran anggota tim yang terlibat secara riil. Secara formal, anggota tim terdiri 7 orang; Cornelis Lay, Pratikno, Purwo Santoso, AAGN Ari Dwipayana, Bambang Purwoko, Haryanto, dan I Ketut Putra Erawan; komposisi yang menggambarkan keseluruhan generasi yang ada di Naskah Akademik dan Rancangan Undang Undang Keistimewaan Yogyakarta 3 lingkungan JIP. Tetapi, ini hanya benar jika dokumen resmi dijadikan sebagai satu-satunya patokan. Dalam realitasnya, proses menghasilkan dokumen ini melampaui apa yang dapat dikerjakan 7 anggota tim yang ada. Marcus Priyo Gunarto dan Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonra Lipu dari FH UGM menghabiskan energi mereka berbulan-bulan untuk merumuskan naskah akademik ke dalam pasal-pasal yang tersaji dalam dokumen ini. Wawan Mas’udi sekalipun resminya berfungsi sebagai koordinator manajemen, dan sesepuh kami, Josef Riwu Kaho yang secara resmi ‘hanya’ sebagai narasumber, dalam kenyataannya memainkan peranan sentral dalam keseluruhan proses perdebatan substantif. Para kolega kami; Ratnawati, Sri Djoharwinarlien, Nanang Indra Kurniawan, Miftah Adhi Ikhsanto, Sigit Pamungkas, Nur Azizah, dan bahkan Mada Sukmajati, Amalinda Savirani serta Abdul Gaffar Karim yang sedang melanjutkan studi masing- masing di Jerman, Belanda dan Australia adalah bagian inti dari keseluruhan proses yang memungkinkan naskah ini dapat diselesaikan. Lebih lagi para asisten: Longgina Novadona Bayo, Hasrul Hanif, Utan Parlindungan dan Bayu Dardias Kurniadi, serta staf yang direkrut khusus untuk membantu dimensi teknis dan administrasi kelancaran proses perumusan naskah: Lisa Damayanti, Ratna Egasari, Amiruddin, Arie Ruhyanto, Titik, Heny Wardatur Rohmah, Kasmanto, Indah, Sarjana, Totok, Megeng dan Sayadi, serta staf yang direkrut secara part-time: Umi lestari, Eko Wibisono, David, dan Ahmad Subhan, adalah bagian-bagian integral dari sebuah tim kerja JIP yang solid. Staf yang terlibat dalam keseluruhan proses ini memang sedemikian banyaknya. Tetapi secara umum, fungsi pokok yang dijalankan tim lebih sebagai fasilitator dan mediator untuk menjembatani berbagai pandangan yang tumbuh dalam masyarakat Yogya kontemporer serta yang tersebar dalam berbagai dokumen dan hasil-hasil riset panjang mengenai Yogyakarta, dan kepelbagaian yang melekat di dalam tim sendiri mengenai isu keistimewaan Yogyakarta. Kesimpulan-kesimpulan besar memang diambil tim sebagaimana tertuang dalam naskah yang ada. Tetapi jika ditelusuri lebih dalam, kesimpulan-kesimpulan yang ada lebih menggambarkan apa yang bisa disebutkan sebagai ‘public reasons’ atas isu keistimewaan Yogyakarta yang paralel dengan preferensi JIP, daripada sebagai kesimpulan yang dibangun di atas preferensi yang ditetapkan secara sepihak oleh tim berdasarkan idealisme tertentu. Naskah yang ada adalah titik damai di antara berbagai sengketa, di antara berbagai aspirasi dan gagasan. Karenanya, pada kesempatan ini tim ingin menyampaikan terimakasih yang mendalam kepada semua pihak yang telah mengungkapkan secara gamblang ke permukaan ‘public reasons’ yang terangkum dalam dokumen ini. Secara khusus terimakasih disampaikan pada Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Paduka Paku Alam IX yang telah berkenan menerima dan bahkan berdiskusi secara intensif dengan tim JIP terkait dengan substansi masa depan keistimewaan DIY. Terima kasih juga disampaikan kepada: 1. Kerabat Kasultanan Yogyakarta dan Pura Pakualaman : K.G.P.H. Joyokusumo, G.B.P.H. Prabukusumo, Anglingkusumo dan Wijoyokusumo serta para abdi dalem: Romo Tirun
Recommended publications
  • CHAPTER IV FINDING and ANALYSIS A. the Succession of the Governor in Yogyakarta Special Region 1. the Governor's Election Syste
    CHAPTER IV FINDING AND ANALYSIS A. The Succession of the Governor in Yogyakarta Special Region 1. The Governor's Election System in DIY According to the Indonesian Government system, the system of Indonesian Government consists of three levels, namely: central government, regional government consisting of provincial and district/ city, and village government.53 The regional government is the Head of Region and the Vice Head of Region as an element of the regional government which guarantees the implementation of the government affairs which is the authority of the autonomous region.54 Article 18 of 1945 Constitution determines that the territory of Indonesia is divided into provincial areas, and the provinces are divided into districts and cities. Each province, district, and city have local government as determined by Law. In regulating the form and structure of regional government, the state recognizes and respects to the special regional government units which will be regulated by Law.55 Before the amendment of 1945 Constitution or since the proclamation of independence on August 17th, 1945, there are at least some provinces 53 Suharizal, Muslim Chaniago, 2017, Hukum Pemerintahan Daerah Setelah Perubahan UUD 1945, Yogyakarta: Thafa Media, p. 52 54 Andi Pangerang Moenta, Syafa‟at Anugrah Pradana, 2018, Pokok-Pokok Hukum Pemerintahan Daerah, Depok: Rajawali Pers, p. 26. 55 Ibid., p. 50. 22 with special status or special region, namely: DIY, Nanggroe Aceh Darussalam, and Jakarta.56 The Governor, the Regent, the Mayor, and the regional apparatus are the element of local government administration. Each region is led by the Head of Government called the Head of Region.
    [Show full text]
  • Download Download
    Vol. 15, 2021 A new decade for social changes ISSN 2668-7798 www.techniumscience.com 9 772668 779000 Technium Social Sciences Journal Vol. 15, 602-610, January, 2021 ISSN: 2668-7798 www.techniumscience.com Jemparingan as a source of local wisdom in Mataram: the role of Indonesian traditional arrows in forming the character of nationality Aziz, Abd.1, Winarsih, Nining2 1The chancellor of university, Islamic University of Zainul Hasan, Indonesia, 2College of Social Education, Islamic University of Zainul Hasan, Indonesia [email protected] Abstract. This article aims to examine the role of natural nails VIII in the development of Indonesian archery sport. The method used is the historical research method which includes heuristic, criticism, interpretation and historiography stages. This study describes the philosophical aspects of the typical Mataram archery sport known as jemparingan. the role of Paku Alam VIII in thearrow sport jemparingan, as well as the character value of the jemparingan and its implementation for the younger generation. This paper will provide insight to the public to get to know more about the jemparingan and portrait of the struggle of natural nail VIII in historical studies in Indonesian history. Keywords. Jemparingan, archery sport, character value, history 1. Introduction Bows and arrows have a long history in the world (Okawa et al., 2013). Archery is the oldest weapon used by humans to protect themselves. Archaeologists estimate that from the cave paintings, arrows were used since 50,000 years ago(Zhang, 2018). Archery is a symbol of strength and power. Countries in the world that are known as reliable archers are from England and France who use a crosbow or crossbow during the war in Hasing and Roses(Alofs, 2014; Crombie, 2011; Ganter et al., 2010).
    [Show full text]
  • Edisi 6 / 2018 Buletin Pelestarian Warisan Budaya Dan Cagar Budaya MAYANGKARA Edisi 6 / 2018
    ISSN 2502-1567 Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya MAYANGKARA Edisi 6 / 2018 Buletin Pelestarian Warisan Budaya dan Cagar Budaya MAYANGKARA Edisi 6 / 2018 Sampul Depan: Gedhong Purwaretna, Pura Pakualaman Rubrik Uneg-uneg Redaktur KORI: rubrik pembuka berisi informasi mengenai sejarah dan penjelasan tema buletin edisi kali ini. SUSUNAN REDAKSI PENDHAPA: tajuk utama dalam buletin. PENANGGUNG JAWAB: Drs. Umar Priyono, M. Pd. PLATARAN: rubrik ringan yang berisi perjalanan ataupun informasi situs warisan budaya di berbagai tempat, khususnya Salam Budaya, di DIY. PEMIMPIN REDAKSI: Dian Lakshmi Pratiwi, S.S.,, M.A PRINGGITAN: rubrik berisi kajian maupun penelitian yang membahas mengenai tema Buletin Mayangkara edisi kali ini. Perkembangan pembangunan modern yang terjadi di Yogyakarta khususnya di Kawasan REDAKTUR: EMPU: rubrik wawancara interaktif dengan tokoh-tokoh yang Cagar Budaya Pakualaman membawa berbagai dampak salah satunya identitas kawasan yang Aris Wityanto, S.IP berpengaruh dalam pelestarian warisan budaya dan cagar tergerus. Oleh sebab itu, sebagai salah satu Kawasan Cagar Budaya yang diprioritaskan oleh budaya. pemerintah, perlu adanya langkah khusus dalam mempertahankan karakter Kawasan Cagar EDITOR: PAWARTOS: rubrik berisi berita-berita pelestarian warisan Joy Jatmiko Abdi, S.S. budaya dan cagar budaya. Budaya Pakualaman sebagai salah satu bentuk pelestarian kota heritage. Anglir Bawono, S.S. PAGELARAN: rubrik mengenai kegiatan masyarakat dalam Edisi ke 6 buletin Mayangkara akan membahas lebih dalam mengenai Pelestarian Warisan upaya pelestarian terhadap warisan budaya dan cagar budaya REPORTER: di Kotabaru. Budaya dan Cagar Budaya serta nilai-nilai penting yang terkandung di dalam Kawasan Cagar Ria Retno Wulansari, S.S Budaya Pakualaman. Pembaca akan menemukan rubrik-rubrik yang menambah wawasan SRAWUNG: rubrik berisi serba-serbi mengenai warisan budaya FOTOGRAFER: dan cagar budaya.
    [Show full text]
  • Religious Identification and Social Distance Between Religious Groups in Yogyakarta
    HUMANIORA VOLUME 27 No. 2 Juni 2015 Halaman 141-155 RELIGIOUS IDENTIFICATION AND SOCIAL DISTANCE BETWEEN RELIGIOUS GROUPS IN YOGYAKARTA Cahyo Pamungkas* ABSTRAK Artikel ini menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan politik, keagamaan, dan ekonomi di Yogyakarta berpengaruh terhadap proses pembentukan identitas agama dan penciptaaan jarak sosial antar kelompok umat beragama di daerah tersebut. Fenomena menguatnya identitas agama di daerah ini terjadi pada masa Perang Diponegoro (1825-1830) ketika isu agama digunakan dalam mobilisasi masa untuk melawan kekuasaan kolonial. Penyebaran agama Nasrani pada akhir abad ke- 19 telah menimbulkan ketegangan antara misionaris dengan sejumlah organisasi kemasyarakatan Islam, namun tidak berkembang menjadi konflik kekerasan. Walaupun kota Yogyakarta berkembang pesat sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi, hubungan antar kelompok agama atau suku di daerah ini relatif harmonis. Namun, sejak tahun 1980-an, identitas agama kembali menguat baik di kalangan perkotaan maupun perdesaan seiring dengan proses modernisasi kehidupan masyarakat. Lembaga-lembaga dakwah kampus menjadi penggerak kehidupan keagamaan di perkotaan. Reformasi 1998 justru menandai bangkitnya gerakan-gerakan fundamentalisme keagamaan yang pada tingkatan tertentu berkontribusi pada penciptaan jarak sosial antar umat beragama. Kata kunci: perubahan sosial, identitas agama dan suku, jarak sosial ABSTRACT This paper explains how political, religious, and economic changes in Yogyakarta affect the formation of religious identity and social distance between different religious groups. The strengthening of religious identity in this area took place in the period of the Diponegoro War (1825- 1830) when religious issues were used in the mobilization against the Dutch colonialist. Then, the spread of Christianity in Java at the end of 19th led to several tensions between missionaries and several Islamic organizations, but never developed into communal violence.
    [Show full text]
  • Asthabrata's Leadership Value in the Beksan Manggalatama
    International Journal of Humanities Social Sciences and Education (IJHSSE) Volume 8, Issue 7, July 2021, PP 258-266 ISSN 2349-0373 (Print) & ISSN 2349-0381 (Online) https://doi.org/10.20431/2349-0381.0807028 www.arcjournals.org Asthabrata’s Leadership Value in the Beksan Manggalatama Pakualaman Palace Damar Kasyiyadi1*, Hajar Pamadhi2 1,2Program Studi Magister Pendidikan Seni, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia *Corresponding Author: Damar Kasyiyadi, Program Studi Magister Pendidikan Seni, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia Abstract: This research was descriptive qualitative research; describe Beksan Manggalatama Pakualaman Palace using the semiotic approach of Charles Sanders Pierce. The subjects in this study were Beksan Manggalatama Pakualaman Palace. Material objects are in the form of presentation which includes; motion, accompaniment, make-up, fashion, props, and floor patterns. The formal object of this research was the meaning contained in the form of presentation, including motion, accompaniment, make-up, clothing, property, and floor patterns. Data obtained through the process of interpreting the meaning of motion documentation, accompaniment, make-up, clothing, property, and floor patterns. The results of the study found that: (1) The Teachings of the Asthabrata Leadership Pakualaman Palace are a depiction of the idealized king/leader character based on the eight divine characteristics; (2) The leadership teachings of Asthbarata in the form of eight divine attributes
    [Show full text]
  • JURNAL VOLUME 1 E-BOOK.Indd
    Volume 1 Nomor 1 Januari-April 2012 INTERAKSI HUKUM LOKAL DAN HUKUM NASIONAL DALAM URUSAN PERTANAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Interac on of Local Law and Na onal Law in Ma er of Land in Yogyakarta) Tyas Dian Anggraeni, S.H., M.H. Kepala Sub Bidang Peneli an Kebutuhan Hukum Bidang Substansi Hukum Pusat Peneli an dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional BPHN Abstrak Tanah dalam konsep budaya Jawa menjadi hal yang amat sakral dan pen ng. Bagi masyarakat Jawa, tanah memiliki nilai yang setara dengan harga diri manusia. Seper halnya di Daerah Is mewa Yogyakarta (DIY), tanah memiliki nilai tersendiri, termasuk juga sistem pengelolaannya. Bahkan Undang-undang Nasional dak mampu menembus sistem pengelolaan tanah di DIY. Tulisan ini akan mengkaji lebih jauh tentang sejarah keis mewaan urusan pertanahan di Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta dan realitasnya dalam menyikapi Rancangan Undang-Undang keis mewaan Yogyakarta. Dengan menggunakan metode yuridis norma f, sejarah penguasaan dan pemilikan tanah oleh raja atau Sultan Yogyakarta dan Paku Alam merupakan pelaksanaan kesepakatan dari perjanjian Giyan yang dikukuhkan kembali dalam amanat penggabungan diri Sultan dan Paku Alam ke dalam Pemerintahan Republik Indonesia. Dengan demikian Yogyakarta mempunyai sistem pengelolaan tanah yang khusus, ada yang mengiku hukum pertanahan nasional, dan ada pula yang masih diatur oleh Rijksblad Kasultanan dan Rijksblad Paku Alaman. Agar dak menimbulkan masalah atau polemik baru dalam dinamika poli k dan sejalan dengan sistem hukum nasional, masalah pertanahan di DIY perlu mendapat perha an khusus. Kata kunci: agraria, kesultanan Yogyakarta, keis mewaan daerah, poli k Abstract Land in the concept of Javanese culture into something that is sacred and important.
    [Show full text]
  • Patriotisme Paku Alam Viii Dalam Hidup Berbangsa Dan Bernegara (Bidang Politik, Sosial Budaya Dan Hankam)
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PATRIOTISME PAKU ALAM VIII DALAM HIDUP BERBANGSA DAN BERNEGARA (BIDANG POLITIK, SOSIAL BUDAYA DAN HANKAM) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Oscar Damarino Pradipta 131314013 PRORAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PATRIOTISME PAKU ALAM VIII DALAM HIDUP BERBANGSA DAN BERNEGARA (BIDANG POLITIK, SOSIAL BUDAYA DAN HANKAM) MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh: Oscar Damarino Pradipta 131314013 PRORAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2018 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Dengan segala puji syukur kepada Tuhan, Makalah ini ku persembahkan kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus 2. Kedua Orangtuaku 3. Pacarku 4. Sahabat-sahabatku iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO “Agar sukses, kemauanmu untuk berhasil harus lebih besar dari ketakutanmu akan kegagalan” (Bill Cosby) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK PATRIOTISME PAKU ALAM VIII DALAM HIDUP BERBANGSA DAN BERNEGARA (BIDANG POLITIK, SOSIAL
    [Show full text]
  • Mixed Review Regional Government Yogyakarta
    ISSN 2621-5357 Surakarta Law and Society Journal E-ISSN 2621-5365 FORM AND COMPOSITION OF LOCAL GOVERNMENT: MIXED REVIEW REGIONAL GOVERNMENT YOGYAKARTA Triwahyuningsih Ahmad Dahlan University Yogyakarta Email: [email protected] Abstract This study aims to analyze and explain shape and composition of government Special Region of Yogyakarta that is privileged, reviews mixed government. This study is a normative legal research. The results of the study that Yogyakarta Special region has a shape and structure of government is unique in nature. DIY Local Government consists of Local Government and DPRD DIY DIY. DIY Local Government headed by the Governor who once was a king who reigns as the lane, who held the position for five (5) years and are not bound to the provisions of 2 (two) times periodization tenure as stipulated in the law on local government. DIY DPRD have the status, composition, duties and authority as provided for in the legislation Regional Government, as applicable also to Parliament in another province. However, in addition to duty and authority as specified Local Government Act, DIY Parliament is authorized to determine governor and vice governor and shaping legislation and Perdais with the Governor. The combination of the Governor of Yogyakarta as the king who reigns in the Sultanate along with a DIY parliament democratically elected government raises mixture (mixed government) in the form of democratic monarchy. Keywords: Local Government; Mixed Government; Yogyakarta Special Region. INTRODUCTION existence of the Unitary Republic of The only area that since the Indonesia, but also symbolic and actual filling beginning of independence has been granted Indonesiaan vision more concrete.
    [Show full text]
  • KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Naskah Akademik Dan Rancangan Undang-Undangundang-Undang Keistimewaan Yogyakarta
    UniversitasUniversitas Gadjah Mada on KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Naskah Akademik dan Rancangan Undang-UndangUndang-undang Keistimewaan Yogyakarta Cornelis Lay Pratikno AAGN Ari Dwipayana Purwo Santoso Haryanto Wawan Mas’udi on Politics & Government MONOGRAPH Bambang Purwoko Josef Riwu Kaho MONOGRAPH Politics & Government I Ketut Putra Erawan Marcus Priyo Gunanto 11 Andi Sandi ATTL Vol.2,No.1Vol.2,No.1 Monograph on Politics & Government KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA Naskah Akademik dan Rancangan Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta MONOGRAPH, on Politics and Government Vol 2, No.1. 2008 (1-122) ISSN 1979-0244 MONOGRAPH on Politics & Government Vol.2, No.1. 2008 Diterbitkan pertama kali Maret 2007 ABSTRACT Yogyakarta Province of Indonesia has been recognized as a special province with the automaticization of Sultan Hamengku Buwono IX as the governor and Pakualam VIII as the vice governor. Following the passed of the two, the automaticization of following Sultan as the governor was questioned due to the absence of the legal basis of that. While waiting for the stipulation of new law of Special Province of Yogyakarta, governorial recruitment of this province in 1999 and 2003 were conducted based on regular local government law. The law on Special Province of Yogyakarta which was expected to be stipulated soon after the political chaos surrounding governorial election in 1999 has, in fact, not been proceeded yet. Although several law drafts have been proposed by the governor, the Provincial Assembly, academicians and NGOs to the national government and national parliament, there has been no legislation processes at the national parliament. In the mean time debates on what the substance of special autonomy of the region have been fragmenting social cleavages in Yogyakarta which are usually identified as between rural and urban, pro-monarchy and pro-democracy, and local interests and national interests.
    [Show full text]
  • Penetapan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Pandangan Partai Demokrat Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah
    PENETAPAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA MENURUT PANDANGAN PARTAI DEMOKRAT SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM OLEH : SHELLA MARCELINA NIM : 10370009 PEMBIMBING : Dr.SUBAIDI,S.Ag.,M.Si. SIYASAH FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 ABSTRAK Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan setingkat provinsi yang memiliki status istimewa yang mendasarkan pada hak-hak dan asal usul sebagaimana Pasal 18 (b) Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta telah tertuang dalam Undang-Undang Keistimewaan DIY dengan melalui mekanisme penetapan yang didasarkan pada aspek historis, sosiologis, dan yuridis. Peneliti mencoba mendalami bagaimana pandangan atau sikap politik Partai Demokrat Yogyakarta mengenai penetapan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah field research. Teknik pengumpulan data peneletian ini adalah berupa studi lapangan dan studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan, sedangkan penelitian lapangan dilakukan dengan teknik wawancara dengan sejumlah pengurus Partai Demokrat Yogyakarta, baik di DPD ataupun di DPC. Adapun penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menganalisa pandangan dan sikap politik Partai Demokrat Yogyakarta apakah sesuai dengan ajaran Islam dengan pendekatan normative yaitu berlandaskan Al-Quran. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, mengenai pandangan dan sikap politik Partai Demokrat terhadap penetapan Gubernur DIY didapat bahwa Partai Demokrat bukan berdiri di pemilihan atau penetapan. Namun, partai ini menginginkan untuk mendiskusikan bersama stakeholder, mana yang terbaik untuk Yogyakarta. Pemikiran dari partai ini yakni harus mempertimbangkan pada konteks sekarang atau masa depan, bukan hanya dengan sosok seorang Hamengkubuwono X atau landasan historis saja.
    [Show full text]
  • Praktik Deskripsi Dan Klasifikasi Khazanah Arsip Paku Alam V (1878-1900) Di Puro Pakualaman Yogyakarta
    DIPLOMATIKA: JURNAL KEARSIPAN TERAPAN 2020, VOL. 3, NO. 2, 110 - 125 Praktik Deskripsi dan Klasifikasi Khazanah Arsip Paku Alam V (1878-1900) di Puro Pakualaman Yogyakarta Iskarohma binti Nurhamidyah 1, Yofa Pradhani Nabillah 2, Lillyana Mulya3 123 Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada ABSTRACT Submitted: 09/06/2020 Received: 09/08/2020 Description and classification are the core of archives management activities. These two stages are often studied in order to understand archives in the context of their creation and to construct ideal retrieval *Correspondence: tools. However, the study of arrangement and description of local Iskarohma binti archives is still limited. For this reason, this paper intends to explain the Nurhamidyah arrangement and description of Paku Alam V archives in Puro Pakualaman. This research, which using qualitative descriptive methods, [email protected] analyzed the main data obtained from participatory observation in the process of organizing the Paku Alam V archive, especially the classification and description stages. The conclusion of this study, namely the KEYWORDS: classification and description of the Paku Alam V archives, shows that the classification Pakualaman government has two administrative structures which form the basis of archival grouping. In addition, archival descriptions written in description local languages indicate that access to this information is still limited to local researchers or those who understand Javanese source languages, as a language of the majority of Paku Alam V archives. Moreover, knowledge Archives of the classification system and description above can be a guide to read the archives in its history as a formal communication medium for the Paku Alam V zelfbestuur government in Yogyakarta.
    [Show full text]
  • Kajian Yuridis Pembentukan Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Istimewa 1 Yogyakarta Berdasarkan
    Christian Yulianto Kurniawan, et, al Kajian Yuridis Pembentukan Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Istimewa 1 Yogyakarta Berdasarkan...... Kajian Yuridis Pembentukan Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Legal Analysis Formation Of Local Adminstration Special Yogyakarta Administration Province According To Law Number 13 Year Of 2012 About Especiality Yogyakarta Administration Province Christian Yulianto Kurniawan, Antikowati, & Rosita Indrayati Jurusan Hukum Tata Negara, Fakultas Hukum, Universitas Jember Jl. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected] Abstrak Dalam penjelasan umum Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta disebutkan bahwa : Status istimewa yang melekat pada DIY merupakan bagian integral dalam sejarah pendirian negara- bangsa Indonesia. Pilihan dan keputusan Sultan Hamengku Buwono IX dan Adipati Paku Alam VIII untuk menjadi bagian dari Republik Indonesia, serta kontribusinya untuk melindungi simbol negara-bangsa pada masa awal kemerdekaan telah tercatat dalam sejarah Indonesia. Hal tersebut merupakan refleksi filosofis Kasultanan, Kadipaten, dan masyarakat Yogyakarta secara keseluruhan yang mengagungkan adanya kebhinnekaan dalam ketunggal-ikaan sebagaimana tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kewenangan istimewa meliputi tata cara pengisian jabatan, kedudukan, tugas, dan wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur, kelembagaan Pemerintah Daerah DIY, kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang. Dengan demikian, Pemerintahan Daerah DIY mempunyai kewenangan yang meliputi kewenangan istimewa berdasarkan Undang-Undang ini dan kewenangan berdasarkan undang-undang tentang pemerintahan daerah. Namun, kewenangan yang telah dimiliki oleh pemerintahan daerah kabupaten/kota di DIY tetap sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kata Kunci : Pembentukan, Pemerintah Daerah, Daerah Istimewa Yogyakarta Abstract In general explanation of the Law No.
    [Show full text]