Inter Komunika: Jurnal Komunikasi | Vol 4, No 1, Th 2019, 27-43 | P-ISSN: 25483749 E-ISSN: 26154420

Soeharto dan Gerakan 30 September (G30s) dalam Narasi Memori Media Berita Daring

Muhammad Aswan Zanynu Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Bumi Tridharma, Kendari, Sulawesi Tenggara 93232 [email protected]

Diterima: Mei, 2019 Direview: Mei 2019 Diterbitkan: Juni, 2019

Abstrak. Gerakan 30 September (G30S) merupakan salah satu momen penting dalam sejarah modern Indonesia. Soeharto sebagai tokoh yang memainkan sejumlah peran strategis di tahun 1965 penting untuk menjadi objek kajian mengingat peristiwa itu yang membawanya selama lebih dari tiga puluh tahun berada di tampuk kekuasaan Indonesia, menggantikan Presiden . Selama kurun waktu itu juga, G30S telah menjadi alat propaganda negara. Setelah dua dekade Soeharto tidak berkuasa lagi dan peristiwa ini telah memasuki usia setengah abad, di tahun 2015 sejumlah media berita daring (online) Indonesia mengisahkan kembali peristiwa tersebut. Studi ini berangkat dari premis bahwa besarnya kapasitas ruang di internet dan dukungan pranala (hypertext) pada web, termasuk banyaknya referensi terkait Peristiwa G30S dan pasca-G30S, memungkinkan situs berita menyajikan memori yang lebih lengkap dan beragam. Penelitian ini mendiskusikan media berita daring Indonesia menarasikan pewarisan memori atas peran Soeharto dan G30S setelah setengah abad berlalu. Dengan menggunakan konsep memori media dari Motti Neiger dkk serta teori Paradigma Naratif Fisher, studi ini menggunakan metode framing dari Pan dan Kosicki untuk menganalisis 27 artikel yang tersebar di enam situs berita Indonesia. Ditemukan bahwa Soeharto ditampilkan dalam dua narasi utama. Pertama, Soeharto sebagai tokoh militer ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan rencana makar. Kedua, Soeharto sebagai ‘avonturir’ yang mengetahui rencana makar tersebut dan melakukan segala tindakan untuk menggagalkan serta mengambil keuntungan atasnya. Kedua narasi memori media ini memenuhi kriteria konsistensi internal (dalam teks). Kelemahannya terdapat pada kurangnya ketepatan eksternal saat dikonfirmasi antarteks. Studi ini menemukan bahwa internet dengan ruang yang nyaris tak terbatas, bukanlah jaminan bagi munculnya narasi memori yang lengkap dan beragam. Kata Kunci: memori media; Soeharto; Gerakan 30 September (G30S)

Abstract. September 30 Movement (G30S) was a watershed in Indonesia's modern history. Soeharto, as a figure who played a number of strategic actions in 1965, was important to become the object of study, considering that the event which took him over thirty years was in the top of Indonesian power, replacing President Sukarno. During that period, the G30S had become a state propaganda tool. After two decades Soeharto was no longer in power and this event entered the age of half a century, in 2015 a number of Indonesian online news made special reporting to remembering that time. This study based on the premise that the amount of space capacity on the internet and the support of links (hypertext) on the web, including the many references related to the G30S and post-G30S events, enables online news to offer more complete and diverse information. How has Indonesian online news narrated the memory of Soeharto's role and the September 30 Movement after half a century passed? Using the concept of media memory from Motti Neiger et al. and Fisher's Narrative Paradigm theory, this study used the framing method from Pan and Kosicki to analyze 27 articles spread across six Indonesian news sites. It was found that Soeharto was featured in two main narratives. First, Soeharto as a military figure as a 'savior' who managed to stop the plot of the coup. Secondly, Soeharto as 'adventurer' who knew the plot and took all actions to derail and take advantage of it. Both of these narratives meet internal coherence criteria (in text). The weakness is in the lack of fidelity (external accuracy) when confirmed between the texts. This study found that although the internet has almost unlimited space is no guarantee for an emergence of a complete and varied memory.

27

Suharto dan Gerakan … | 28

Keywords: media memory; Soeharto; September 30 Movement

1. Pendahuluan Media berita daring dipilih karena Berhentinya Soeharto sebagai internet memiliki penetrasi informasi relatif Presiden di tahun 1998 tidak hanya lebih luas, lebih murah, serta lebih praktis mengubah politik Indonesia, tetapi juga dibandingkan dengan media cetak, radio, pembacaan atas sejarah dan pewarisan atau televisi. Hasil survei APJII (Asosiasi memori yang diberikan pada generasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) dan selanjutnya. Selama tiga dekade sejarah Pusat Kajian Komunikasi Universitas digunakan oleh Orde Baru sebagai alat Indonesia tahun 2015 merilis data yang untuk mengukuhkan kekuasaannya. menunjukkan bahwa kecenderungan Salah satu yang mencolok adalah penggunaan internet terus meningkat. penyajian narasi terkait perististiwa Akhir tahun 2014 mencapai 88,1 juta Gerakan 30 September (atau G30S). Tiga pengguna dengan mayoritas pengguna dekade pemerintahan Soeharto, hanya berdomisili di pulau Jawa (52 juta) dan ada satu narasi tentang G30S yang Sumatera (18,6 juta). Dapat dikatakan menyebutkan bahwa Partai Komunis bahwa segmen pengguna internet di Indonesia (PKI) adalah dalang G30S. Indonesia adalah mereka yang termasuk ke Sementara menurut Sulistyo (2011: 55- dalam kategori digital natives atau Generasi 67) sedikitnya ada lima versi skenario Z. Data tahun 2015 menyebutkan bahwa terkait siapa yang berada di balik G30S mayoritas pengguna internet di Indonesia yakni: PKI, Angkatan Darat, Soekarno, berusia 18-25 tahun yaitu sebesar 49 Soeharto, serta jaringan intelijen dan CIA persen, menyusul mereka yang berusia 26- (Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat). 35 tahun sebesar 33,8 persen. Pemilihan Sejarawan Asvi Warwan Adam media berita daring (online) ini sekaligus (2015) menyebut turunnya Soeharto tahun bermaksud untuk mengetahui ragam 1998 ikut berimplikasi bergantinya narasi memori seperti apa yang berpotensi tunggal yang selama kurun waktu tersebut menerpa mereka. mendominasi. Dia mendasarkan Selain jumlah penggunanya yang penilaiannya pada mulai bersuaranya para terus meningkat, situs berita juga mudah pelaku dan penyintas (korban yang berhasil diakses dari berbagai piranti, terkhusus bertahan hidup). Khusus untuk pelaku, piranti bergarak atau gawai (gadget) karena Adam menyebut film berjudul “Jagal” (The mendukung segala platform pesan: teks, Act of Killing) di tahun 2012 dan “Senyap” foto, audio, bahkan audio visual. Data (The Look of Silence) pada tahun 2014 survei 2015 tadi menunjukkan bahwa 85 karya Joshua Oppenheimer sebagai persen pengguna mengakses internet penanda era baru tersebut. Untuk melalui telepon seluler. Dua dari lima hal memeriksa penilaian Adam tadi, menjadi utama yang dilakukan para pengguna saat penting untuk mengetahui cara media mengakses internet adalah membaca berita massa, khususnya media berita daring serta mencari informasi yang mereka (internet) Indonesia, mengenang kembali butuhkan —selebihnya mengakses untuk dan mewariskan memori terkait Soeharto pesan singkat, media sosial, dan menonton dan G30S setelah setengah abad berlalu. video. Seperti yang dilansir Alexa.com (2016), situs berita berada di posisi sepuluh

29 | Muhammad Aswan Zanynu

besar situs yang tinggi tingkat penggunaan secara sistematis masa lalu kunjungannya di Indonesia. Khusus untuk yang sifatnya kolektif: dinarasikan oleh layanan situs berita, salah satu karakter media, disebarluaskan dengan teknologi web yang menjadi kelebihan dari menggunakan media, dan mengkaji tentang media baru adalah pranala atau hipertaut cara media melakukan hal tersebut. Memori (hypertext) yang memungkinkan pembaca media dilihat sebagai bentuk memori mendapat beberapa versi ragam artikel di kolektif yang termediasi. Salah satu hal halaman lain yang setema atau memiliki yang menjadi perhatian mereka adalah relevansi dengan teks yang sedang dibaca peran media sebagai agen memori. Menurut dalam suatu halaman web. Sistem Neiger dkk (2011: 10-14), peran ini pengarsipan digital dan mudah diakses ini meliputi tiga hal. Pertama, otoritas yang memberi keleluasaan publik untuk digunakan media dalam menarasikan masa mengoptimalkan pencarian informasi yang lalu karena di satu sisi mereka mereka butuhkan. memposisikan diri sebagai arena tampat Kembali ke momen setengah abad bertemunya beragam agen memori — G30S, Soeharto dan peristiwa di sekitar seperti akademisi atau aktivis politik, tetapi tahun 1965 menjadi penting untuk dikaji di sisi lain mereka juga berperan sebagai karena beberapa alasan. Pertama, karena agen memori yang menyajikan pembacaan dalam salah satu versi skenario menyebut mereka atas masa lalu. Kedua, cara media bahwa Soeharto berada di balik G30S itu sendiri dalam membatasi apa yang (Sulistyo, 2011: 62-64). Penting untuk dimaksud sebagai kolektivitas suatu mengetahui bagaimana situs berita memori. Media massa hanya akan menyajikan versi tersebut setelah Soeharto menyajikan sesuatu yang dinilai sebagai tidak berkuasa lagi. Kedua, sebagai pihak “milik bersama”. Di sini terlihat cara media yang memperoleh keuntungan dari G30S menentukan apa saja yang merupakan dan peristiwa tahun 1965, Soeharto berada memori bersama. Ketiga, media dalam posisi yang dapat diduga melakukan memposisikan diri sebagai penjaga serangkaian manipulasi dan dalih untuk konsensus dengan terus menjaga apa yang melegitimasi segala tindakannya untuk tadi didefinisikan sebagai memori bersama, memperoleh kekuasaan menggantikan atau menawarkan versi lain dari memori Presiden Soekarno seperti yang dipaparkan yang sudah ada. John Roosa (2008). Penelitian ini Tersampaikan secara naratif mengajukan pertanyaan: Bagaimana media adalah salah satu premis dari memori berita daring Indonesia menarasikan kolektif, yang juga merupakan premis dari pewarisan memori atas peran Soeharto dan memori media (Neiger et al., 2011: 5). Oleh G30S setelah setengah abad berlalu? karena itu peneliti tertarik untuk menjadikan aspek teks sebagai fokus 2. Kajian Literatur kajian. Dalam konteks media massa pun, Pewarisan masa lalu yang dilakukan melihat berita dalam perspektif naratif media massa adalah bentuk kajian dari sudah menjadi salah satu aliran dalam memori media (media memory). (Neiger, kajian pesan (McQuail, 2010). Bahkan Meyers, & Zandberg, 2011) Fulton dan kawan-kawan dalam Narrative menggambarkan memori media sebagai and Media mendeskripsikan secara detail

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 30

keterkaitan yang erat antara media dan dengan keputusan yang dibuat, (3) narasi. Jurnalis atau para pekerja media konsekuensi dari mengikuti nilai-nilai tersebut, (4) dapat dicocokkan dengan pada dasarnya mengadopsi cara tradisional pandangan dunia audiens, dan (5) kesesuaian manusia saat bercerita. Perbedaanya dengan apa yang diyakini oleh audiens terletak pada format pesan yang mereka sebagai dasar ideal untuk berperilaku. buat karena harus menyesuakan diri dengan (Griffin, 2012: 314) karakteristik medium yang digunakan. Ternarasikan adalah ciri dari Dalam bentuk kata kunci, Fisher (1987: memori kolektif. Narasi tersebut makin 109) menyebut kelima aspek ini terkait terstruktur saat disebarluaskan melalui dengan fakta, relevansi, konsekuensi, media (memori media). Walter Fisher konsistensi, dan isu transendental. Oleh (1987: 58) mendefinisikan narasi sebagai karena paradigma ini melihat manusia tindakan simbolik berupa kata dan/atau sebagai makhluk rasionl, narasi yang tindakan yang memiliki rangkaian dan disampaikan pun harus memenuhi kriteria makna bagi mereka yang menyampaikan, rasionalitas naratif yang ditentukan oleh menciptakan, atau menginterpretasikannya. koherensi dan ketepatan pesan yang Ada lima asumsi dari teori Paradigma disampaikan. Koherensi naratif merujuk Naratif Fisher yang disarikan oleh Griffin: pada konsistensi internal atas satu informasi 1. Manusia pada dasarnya adalah penutur dengan informasi lain dalam narasi. kisah (storytellers). Sementer yang ia maksud sebagai ketepatan 2. Manusia membuat keputusan berdasar naratif adalah kesesuaian antara nilai-nilai pada beragam penalaran yang baik yang tertanam dalam sebuah pesan dan apa (good reasons) yang bergantung pada yang dianggap sebagai suatu kebenaran. situasi komunikasi, media, dan genre Narasi berita sebagai hasil dari (filosofis, teknis, retoris, atau artistik). tindakan simbolik jurnalis memiliki 3. Sejarah, biografi, budaya, dan karakter relevansi dengan asumsi-asumsi Fisher ini. ditentukan oleh apa yang kita rujukkan Sebagai manusia, jurnalis pada dasarnya sebagai penalaran yang baik. adalah seorang penutur kisah. Agar 4. Rasionalitas naratif ditentukan oleh argumentatif, berita yang mereka buat koherensi (coherence) dan ketepatan sedapat mungkin dikemas agar dapat (fidelity) dari kisah. memenuhi kriteria rasionalitas naratif tadi. 5. Dunia adalah seperangkat kisah yang Hal ini penting karena berita — dipilih oleh manusia dan terus menerus sebagaimana layaknya pesan komunikasi membentuk kembali kehidupan yang lain— akan digunakan untuk mereka. (Griffin, 2012: 312) pengambilan keputusan. McQuail (2010) Konsep “penalaran yang baik” yang mengemukakan, diskusi Cappella dan dikemukakannya dalam asumsi teori ini Jamieson yang mengindikasikan bahwa memandang manusia sebagai makhluk narasi yang menyediakan seluruh informasi yang rasional. Dengan demikian struktur kunci dalam satu halaman web, lebih narasi sedapat mungkin memenuhi kriteria menggiring publik untuk berpikir dengan rasionalitas narasi. menggunakan rute sentral (secara kritis) … penalaran yang baik berpusat pada lima isu dibandingkan yang menyediakan informasi yang terkait … (1) nilai-nilai yang tertanam tersebut di halaman web yang berbeda. dalam pesan, (2) relevansi nilai-nilai tersebut Sebaliknya, publik cenderung

31 | Muhammad Aswan Zanynu

menggunakan rute tepi (berpikir ringkas) karakter tetap dan dapat dipahami karena ketika informasi atau fakta yang dibutuhkan realistis. Narasi membantu memberikan tidak tersedia di dalam satu halaman web. logika dari motif manusia yang memaknai Data tersebut bisa jadi tersimpan di pengalaman tersebut secara terpisah. halaman lain yang mungkin terhubung atau Secara garis besar, Schudson tidak dengan pranala. Narasi seperti ini (2005: 126) mengutip pendapat James berpeluang dalam mempengaruhi publik Carey yang menunjukkan cara tertentu melalui framing dan priming. Dengan kata yang digunakan untuk menjelaskan atau lain, narasi yang tidak menyediakan menambahkan penjelasan atas suatu informasi kunci, atau meminjam istilah peristiwa. Pertama, dengan mengemukakan Fisher, tidak memenuhi kriteria rasionalitas motif. Setiap tindakan pasti memiliki agen. naratif. Setiap agen pasti memiliki tujuan. Tujuan Menurut Bell dan Garrett (dalam tersebut yang kemudian digunakan untuk Fulton et al, 2005: 227–228), jurnalis pada menjelaskan tindakan. Saat mengangkat dasarnya tidak membuat tulisan (articles), topik seperti politik, cara ini jamak mereka menulis kisah (stories) dengan ditemukan dalam berita. Jika teknik struktur, urutan, sudut pandang dan nilai- menjelaskan seperti ini tampak kurang nilai tertentu. Darnton (berpendapat bahwa cukup memberi penjelasan atas suatu berita dihasilkan melalui cara lama tindakan atau kejadian, jurnalis dapat menuturkan kisah. Laporan berita biasanya menggunakan cara kedua yaitu melihat dari ditampilkan dalam bentuk narasi dengan sudut pandang penyebab yang secara sosial aktor utama dan sampingan, urut-urutan atau institusional menjadi kekuatan yang yang saling berhubungan, pahlawan dan memaksa suatu peristiwa hingga dapat penjahat, babakan awal-tengah-akhir. Itu terjadi. Sudah menjadi sebuah konsensus semua menandakan kejadian dramatis dan yang tidak terucapkan bahwa jurnalis dapat bersandar pada alur cerita yang familiar menggunakan otoritasnya untuk (McQuail, 2010). menjelaskan suatu motif, namun jika Michael Schudson (2005: 121) mereka menggunakan pendekatan berpendapat bahwa berita juga merupakan penyebab, jurnalis harus menemukan ahli sebuah kisah, meski dalam kesempatan yang dapat mengurai suatu kasus. yang bersamaan juga adalah sebuah laporan Praktik menyajikan berita secara peristiwa. Oleh karena itu, publik narasi oleh Bird dan Dardenne dinilai dapat mengharapakan berita memiliki awal, berimplikasi pada penerimaan berita itu tengah, dan bagian akhir dan berjalan sendiri menjadi sebentuk mitos. Mitos ini menurut suatu standar prosa naratif. Bagi yang menjadi rujukan nilai, mendefinisikan Bird dan Dardenne, berita sebagai narasi baik dan buruk. Berita menjadi sumber membantu untuk memaknai pelaporan informasi utama atas kontur normatif pengalaman jurnalis (McQuail, 2010). masyarakat. Menyajikan parameter tentang Baik itu dalam bentuk (1) apa yang selayanya dihindari, termasuk menghubungkan tindakan dan peristiwa tentang asumsi perbuatan apa yang dalam cara yang logis, berurutan serta tergolong buruk. Berita menjadi semacam timbal balik, atau (2) dengan menyediakan galeri di mana pahlawan dan orang suci elemen orang dan tempat yang memiliki dapat berdampingan dengan penjahat dan

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 32

pelaku tindak tercela lainnya. Tidak tentang mempersoalkan kebenaran atau kepalsuan rujukan nilai saja, tetapi dengan lebih rinci dari mitos yang ada tapi lebih pada mengutip hasil studi sejumlah ilmuwan, mempertimbangkan atau menganggap mereka mengemukakan: mitos sebagai sesuatu yang dapat diterima Berita menawarkan lebih dari fakta — dan mungkin juga diperlukan oleh semua berita menawarkan ketentraman hati dan masyarakat (Segal, 2004). Pandangan keakraban dalam berbagi pengalaman pertama lebih bersifat kritis, sementara bersama di masyarakat... berita memberikan jawaban yang kredibel untuk yang kedua lebih bersifat fungsional. pertanyaan yang membingungkan dan Kembali dalam kaitan antara menyiapkan penjelasan untuk fenomena berita dan mitos, meski telah didefinisikan yang kompleks ... Karena melalui ritual dalam banyak bentuk, definisi-definisi berkisah (termasuk berita), mitos tentang mitos selalu mengarah pada diperankan, ditransformasaikan, dan diciptakan kembali dalam “proses ritual”. fungsinya dalam menyediakan narasi yang Sebagai sistem simbolis, mitos dan berita kuat untuk membentuk kesadaran kontinum bertindak baik sebagai model dari dan atas tatanan dunia, terlepas dari apakah untuk budaya ... (Bird & Dardenne, 1997) narasi tersebut menggambarkan sesuatu yang sifatnya fiksi atau nyata. Berita Dalam konteks memori media, ulasan Bird menjalankan fungsi sebagai mitos. Ia dan Dardenne menunjukkan bahwa berita menyampaikan kisah yang menjelaskan dapat menyajikan memori kolektif menjadi suatu fenomena dan menyediakan jawaban mitos karena jurnalis tidak saja yang dapat diterima untuk itu. Mitos tidak menarasikan sesuatu “seperti apa adanya”, dibutuhkan sebagai bentuk refleksi atas tetapi menyajikannya menjadi “seperti apa suatu realitas obyektif, tetapi membangun maknanya”. Interpretasi selalu hadir di penjelasan sendiri atas dunia yang setiap narasi. digambarkannya. Fungsi dari mitos adalah Berita dapat disebut sebagai mitos menjelaskan apa saja yang tidak mudah karena mengangkat “kisah dari sesuatu untuk dijelaskan, terkhusus yang sifatnya yang signifikan” (Segal, 2004: 5). Berita abstark (tidak terukur) seperti moralitas, dibangun oleh asumsi bahwa apa saja yang kepantasan, atau kejujuran. Mitos memiliki diwartakan adalah sesuatu yang penting. kemiripan dengan berita yaitu dengan gaya Anggapan bahwa mitos sebagai sesuatu naratif memenuhi kebutuhan manusia yang yang benar atau salah tidak menjadi tidak mudah toleran atas hal yang sifatnya perhatian para ilmuwan yang menggeluti acak dan tidak dapat diprediksi, sulit topik ini. Tidak jarang, mitos yang diyakini dipahami, penuh ketidakpastian dan kesalahannya pun tetap dipegang dengan ambiguitas. Berita sama seperti mitos, erat. Bahkan bisa jadi, mitos yang salah memberi kenyamanan dengan penjelasan- tersebut dianut lebih kuat daripada penjelasan serta memberi ruang kendali kebenaran yang lain. Ada dua pandangan atas apa yang ada disekitar kita (Bird & atas mitos —yang dapat digunakan dalam Dardenne, 2009). konteks studi memori media. Pertama, pandangan yang ingin membongkar 3. Metode Penelitian kepalsuan dari mitos jika penjelasan yang Teks dan konteks, sebagaimana diberikan tidak sesuai dengan ilmu dikemukakan tadi pada prinsipnya juga pengetahuan. Kedua, pandangan yang tidak menjadi bagian dari riset memori media.

33 | Muhammad Aswan Zanynu

Baik konteks yang pertama maupun yang khusus dikelompokkan dalam satu kategori kedua, keberadaannya dapat dilacak berita dengan tema “50 Tahun G30S” atau melalui teks yang dipublikasikan media. “Setengah Abad G30S”, ada pula yang Khusus untuk pola hubungan dari satu atau tidak. Terdapat enam situs berita yang lebih teks, secara teknis dapat dilacak menjadi sumber artikel yaitu: Tempo.co (13 melalui pranala yang tersedia di situs berita. artikel), Merdeka.com (4 artikel), Keberadaan pranala, selain menyediakan Gatra.com (3 artikel), CNN Indonesia (3 ruang informasi untuk kelengkapan dari artikel), BBC Indonesia (2 artikel), dan setiap narasi, ia juga menuntukan Kompas.com (2 artikel). Penelitian ini keterhubungan tematik antara satu teks hanya memusatkan perhatian pada teks dengan teks lainnya. Penelitian ini yang ditampilkan oleh seluruh situs berita memusatkan perhatian pada narasi tentang tersebut. Identitas media bukan menjadi Soeharto dan peristiwa tahun 1965 yang titik tekan karena pengguna internet terpublikasikan setengah abad setelah mengkonsumsi media daring tidak peristiwa tersebut berlalu. Sampel yang berdasarkan pada penyedia layanan menjadi obyek dipilih memiliki dua beritanya, tapi pada isu yang mereka minati kriteria. Pertama, mengangkat tema tentang dan umumnya direkomendasikan oleh G30S dan Peristiwa 1965 dengan kriteria ‘mesin’ jurnalisme daring (Flew, 2014). (1) Soeharto sebagai tokoh utama Imam Wahyudi dalam diskusi “Media dan penuturan, (2) menyebutkan Soeharto Opini Publik” di Universitas Indonesia dalam latar kisah (setting), atau (3) tokoh (Depok, 30 November 2018) juga lain termasuk peristiwa yang disebutkan menyatakan, studi yang dilakukan oleh memiliki kaitan dengan Soeharto dalam Dewan Pers mengindikasikan bahwa alur kisah (plot). Semua pranala yang menjadi tidak relevan lagi saat ini ketika tersedia dalam setiap halaman web, memperhadapkan antara media daring ditelusuri jalur dan substansinya. Hanya besar dan kecil, media massa dan media yang sesuai dengan dua kriteria sampel sosial. Sebuah isu yang diangkat media yang juga akan digunakan sebagai obyek daring besar justru berawal dari media penelitian. Kriteria kedua, adalah artikel daring kecil dan bermula dari publikasi di tersebut terpublikasikan pada momen media sosial. Intinya terletak pada isu, Setengah Abah G30S di situs-situs berita bukan pada medianya. Indonesia selama kurun waktu September – Internet bekerja menurut algoritme November 2015. Perpanjangan waktu dengan cara merekomendasikan sejumlah hingga November 2015 dilakukan dengan berita yang paling banyak dibaca. Peneliti pertimbangan bahwa di awal bulan tersebut media dari Universitas Queensland, Dan digelar International People’s Tribunal di Angus dalam sebuah kuliah umum di Den Haag (Belanda) yang mengugat para Universitas Indonesia (12 Juli 2017) pihak yang dianggap bertanggung jawab menjelaskan untuk kasus berita, 40 persen atas Peristiwa 1965. artikel yang dikonsumsi oleh pengguna Selama kurun waktu tersebut, internet adalah hasil rekomendasi dari ditemukan 27 artikel narasi. Artikel yang Google. Selebihnya diambil alih oleh berbahasa Indonesia ini tersebar di aplikasi penyedia ragam berita (news sejumlah situs berita. Ada yang secara aggregator). Dalam sebuah diskusi

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 34

kelompok terfokus di bulan Mei 2017 yang Peking atau Republik Rakyat Tiongkok di dilakukan peneliti atas beberapa pembaca balik skenario kudeta PKI. berita daring (online) di rentang usia 18-25 Fragmen keenam yang menyiratkan tahun ditemukan bahwa aplikasi penyedia Soeharto menjadi bagian dari skenario ragam berita (seperti Baca Berita atau Line) G30S adalah ketika ia dikatakan dinilai lebih praktis dan memiliki ragam bersekongkol dengan Sukarno yang pilihan informasi. Mereka bahkan tidak dituding sebagai inspirator utama G30S. mengetahui dari situs mana berita tersebut Meskipun pada akhirnya ia disebutkan berasal. Para pengguna lebih terfokus pada mengkhianati Sukarno. Tidak terkecuali isu yang menarik perhatian atau yang menentang keputusan Presiden Sukarno dianggap penting. terkait penunjukkan Mayjen Pranoto sebagai Pelaksana Harian Pimpinan AD. 4. Hasil dan Diskusi Ketujuh, fragmen yang memuat kesaksian Memori dalam narasi media berita Omar Dani menyebutkan bahwa G30S daring Indonesia dapat dikelompokkan ke adalah sebuah rekayasa yang melibatkan dalam beberapa fragmen topik yang Soeharto, Nasution, dan CIA. Fragmen berkaitan dengan Soeharto, G30S dan kedelapan dapat dikatakan sebagai bagian Peristiwa 1965. Pertama, Soeharto hadir yang mempertegas pernyataan fragmen dalam gambaran umum G30S yang sebelumnya. Sebelum G30S, Soeharto disebutkan memimpin serangan balasan disebutkan mengetahui Untung terlibat yang cepat dan efisien, serta menumpas dalam Peristiwa Madiun 1948 dan para perencana aksi dalam waktu 24 jam. menempatkan Untung di Tjakrabirawa. Ia Kedua, dalam liputan media asing, juga mengetahui rencana G30S yang Soeharto disebutkan sebagai orang kuat dipimpin Untung dan membantu Untung antikomunis dari kubu kontra G30S atau saat G30S dengan mengirim pasukan. antikomunis. Ketiga, artikel bersudut Secara personal, Soeharto juga dikatakan pandang Inggris dan Amerika Serikat dekat dengan Untung baik di dalam menyebutkan Soeharto mampu maupun di luar lingkungan militer sebelum menggagalkan upaya kudeta yang G30S. Ini yang menjadi peneguh bahwa kemudian dimanfaatkan oleh kedua negara Soeharto ada dalam skenario G30S. tersebut. Ia pada akhirnya mampu Fragmen kesebilan yang mengaitkan menggantikan Presiden Sukarno. Keempat, Soeharto dengan persekusi pasca-G30S dalam artikel yang berkaitan dengan terindikasi dari: 1) ia menangkap dan dokumen CIA, Soeharto disebutkan menahan Pranoto dengan tuduhan terlibat memiliki kecenderungan yang pro Barat G30S; 2) tersirat bahwa Soeharto yang dan menuding Angkatan Udara ikut terlibat memerintahkan penangkapan Gubernur G30S. Ia juga mendapat bantuan dari Dubes Bali Sutedhja meski Presiden Sukarno AS, Marshall Green dan menjadi aktor sudah menegaskan bahwa Sutedhja tidak dalam menggulingkan Presiden Sukarno. tahu dan tidak terlibat G30S; 3) Fragmen berikutnya atau yang kelima pembunuhan massal baru terjadi setelah adalah yang berkaitan dengan Tiongkok. kedatangan satuan khusus militer, dikirim Soeharto disebutkan memimpin ke desa-desa oleh Soeharto; dan 4) propaganda antikomunis di tubuh Angkatan Soeharto tidak terbukti berhasil mencegah Darat (AD) yang menuding peran besar

35 | Muhammad Aswan Zanynu

pembunuhan massal sebagaimana yang ia Sumber: Olahan Data Primer (2018) laporkan kepada Presiden Sukarno. Keterangan: Meski berupaya menempatkan —⎯ : media menyatakan secara eksplisit Soeharto pada pusat narasi G30S, artikel - - - - : media menyatakan secara implisit yang ditampilkan situs berita dalam mengenang “Setengah Abad G30S” seolah Media berita daring menggambarkan membagi narasi pada PKI dan keterlibatan bahwa sejak memimpin Divisi Diponegoro badan intelijen Amerika Serikat (CIA) dan di Semarang (Jawa Tengah), Soeharto Inggris (MI6). Uraian keterlibatan Presiden memiliki hubungan dengan aktor lapangan Sukarno yang justru tersaji lebih rinci G30S yaitu Untung dan Latief. Kehadiran namun hanya dimuat dalam satu artikel. divisi ini juga yang secara implisit Sementara skenario tentang G30S sebagai mengaitkan Soeharto dengan skenario masalah internal AD sama sekali tidak G30S sebagai pertarungan internal AD. muncul. Skenario tentang Soeharto Meski demikian, skenario G30S dan memang tampil, tetapi dalam potongan- pertarungan internal AD ini benar-benar tak potongan informasi yang tidak tegas di pernah dipaparkan secara gamblang oleh sedikitnya lima artikel. Boleh jadi karena situs berita. Soeharto tampil sebagai ‘pemenang’ dalam Sedikitnya ada lima tokoh kunci pertarungan kekuasaan tahun 1965-1966, ia G30S yang ditangkap: Syam, Supono, kemudian terlihat masuk akal ketika Untung, Latief, dan Sujono. Satu-satunya digiring masuk pusat narasi sebab dapat pemimpin kunci G30S yang tidak dihukum beririsan dengan empat skenario yang mati adalah Latief ⎯ namun media berita lainnya (seperti yang tampak dalam daring tidak tertarik menggalinya. Di sisi Gambar 1). lain, Latief adalah simpul yang juga Gambar 1 membangun teori keterlibatan Soeharto Soeharto dalam Irisan Skenario G30S di dalam G30S. Menurut (Roosa, 2008), Situs-situs Berita Indonesia (September- Latief menolak menjelaskan G30S secara November 2015) rinci. Dia juga tidak menggunakan kesempatan di depan pengadilan pada 1978 untuk menjelaskan cara mereka

PKI via mengorganisasi G30S. Pidato Untung & pembelaannya menjadi terkenal dan Sukarno Latief tersebar luas karena satu pernyataannya dan Analisis yang mengejutkan bahwa ia telah memberi Soeharto Reznikov tahu Suharto tentang gerakan itu CIA via sebelumnya. Roosa juga menilai bahwa AD via Marshall sebagian besar pidato pembelaannya Divisi Green tercurah pada cekcok yang relatif tidak Diponego penting tentang keterangan para saksi, atau ro pada penjelasan riwayat hidupnya untuk membuktikan diri sebagai prajurit yang patriotik. Sesudah 1978, Latief tidak pernah menyimpang dari pembelaannya dan juga

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 36

tidak pernah mengurai lebih lanjut ingin mengatakan bahwa jejak tangan pernyataan-pernyataannya. Bahkan juga Soeharto dapat ditelusuri melalui Syam sesudah dibebaskan dari penjara pada 1998, Kamaruzaman. Dalam sebuah artikel yang Latief tidak memberikan keterangan baru diangkat Tempo.co (2015a) berjudul G30S satu patah kata pun. 1965: Lelaki Lima Alias di Operasi Alih-alih mengulas Latief, sorotan Penculikan, digambarkan Syam sejak muda media berita daring lebih tertuju pada sudah bersimpati pada gerakan Kiri, hubungan antara Untung dan Soeharto. bergaul rapat dengan kelompok pemuda Meski (Tempo, 2015) mengakui bahwa Pathuk yang rata-rata beraliran sosialis di kedekatan keduanya adalah sebuah , serta aktif dalam perang spekulasi yang jarang diulas, jalinan melawan Belanda dan Jepang. Di sisi lain, tersebut dibangun oleh media sedikitnya kelompok pemuda Pathuk ini pula yang melalui lima argumentasi. Pertama, kemudian disebut-sebut sebagai awal mula pernyataan Soebandrio yang menuturkan kedekatan Soeharto dan Syam. Saat kembali kisah Untung kepadanya saat menulis tentang Siapa Sebenarnya ditahan bersama pasca-G30S. Kedua, Soeharto: Fakta dan Kesaksian Para informasi dari Letkol CPM (Purnawirawan) Pelaku Sejarah G30S/PKI, Eros Djarot dan Suhardi, sahabat masa kecil Untung di Solo kawan-kawan menyebutkan bahwa dan bekas anggota Tjakrabirawa, yang keduanya pernah bertemu dalam forum menyebut Soeharto adalah atasan Untung orang-orang Kiri yang kemudian saat masuk masuk Korem Surakarta. dinamakan “Kelompok Pathuk”, di Ketiga, penilaian Kolonel Purnawirawan Yogyakarta. Pada 1968 dikabarkan Syam Maulwi Saelan (mantan Wakil Komandan ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Tapi Tjakrabirawa, atasan Untung), Untung pada awal 1980, dia tampak keluar-masuk adalah anak kesayangan Yani dan Soeharto di berbagai instansi militer. Menurut setelah sukses dalam penumpasan seorang mantan perwira Kopkamtib, Syam pemberontakan PRRI/Permesta dan memang dipakai sebagai informan militer. Operasi Mandala. Keempat, informasi dari Latief bahkan mengakui, pada tahun 1990 Letkol CPM (Purnawirawan) Suhardi yang ia berjumpa dengan Syam di Cipinang. menyebut Soeharto yang Padahal Syam telah dieksekusi mati pada merekomendasikan Untung untuk masuk September 1986. (Djarot, 2006) Tjakrabirawa. Kelima, hadirnya Soeharto Seorang aktivis Pathuk pernah dalam pesta pernikahan Untung yang menyatakan bahwa perkenalan antara Syam diungkapkan oleh Syukur, tetangga istri dan Soeharto sebatas perkenalan biasa dan Untung. tidak intensif. Itu terjadi ketika para Menurut Hermawan Sulistyo, pemuda Pathuk berhasil mencuri senapan skenario Soeharto berada di balik G30S darai tangsi militer Jepang sebulan setelah dikemukan oleh WF Wertheim. Dalam setelah Proklamasi Kemerdekaan. tulisannya berjudul Soeharto and the Banyaknya senapan yang yang disita Untung Coup, Wertheim menyatakan akhirnya mereka bekerja sama dengan bahwa Syam lebih mungkin sebagai agen Letnan Kolonel Soeharto yang saat itu Soeharto yang menyusup ke dalam tubuh menjabat sebagai Komandan Resimen di PKI, ketimbang orang PKI yang menjadi Yogyakarta (Tempo, 2008h). Menurut informan AD. Dengan kata lain, Wertheim Anton Ngenget, Soeharto masuk kelompok

37 | Muhammad Aswan Zanynu

Pathuk. Ia seangkatan dengan Syam Soeharto baru saja kembali dari Kamaruzaman. Untung juga direkrut, tapi setelah keluar dari dinas KNIL (Koninklijk klasifikasinya di bawah Soeharto, sebab dia Nederlandsche Indie Leger). Menurut Des bukan perwira (Djarot, 2006). Kelompok Alwi, “Peran Soeharto muda dalam Pathuk itu adalah kelompok pemuda yang perjuangan kemerdekaan di Yogyakarta mengadakan pertemuan di jalan sangat menonjol. Kami pernah bersama- Purwanggan Yogyakarta, tempat kos waktu sama ketika mencuri senjata untuk sekolah di Sekolah Menengah Teknik keperluan perjuangan. Kami berangkat ke (SMT) Kota Baru. Embrionya telah ada , namun tampaknya ia tibak begitu sewaktu zaman Jepang tahun 1943. Mula- menyukai suasara perjuangan di sana, maka mula terdiri dari empat orang, yaitu kami pun kembali ke Yogyakarta. Sempat Kusurno Sunjoyo, Perrnadi Joy (SMT), pula saya ke sejumlah kota di Jawa Tengah, Nyoto (SMT), dan Dayno. Anggotanya Jawa Barat, dan Jakarta untuk membeli terdiri dari orang-orang yang sudah bekerja, senjata yang dibutuhkan pasukan Soeharto” tamatan SMT, masyarakat yang sekolah (Alwi, 2011: 55-56). Dia tidak atau tidak sekolah, termasuk sopir bahkan menyinggung soal aktivitas politik preman. Menurut Dayno, kelompok ini Soeharto dan kelompok Kiri yang ada di sebenarnya hanya memberikan pengertian Pathuk. Des Alwi berkisah bahwa politik berkenaan dengan persiapan pertemuan selanjutnya dengan Soeharto kemerdekaan setelah pengambilalihan saat menjalin hubungan diplomatik dalam kekuasaan dari Jepang. Soeharto baru normalisasi hubungan dengan bergabung dengan kelompok Pathuk nanti pasca Peristiwa 1965. setelah kemerdekaan. Tidak sampai Kembali ke kaitan antara Soeharto setahun, hanya bulanan. Boleh dikata dan tokoh-tokoh G30S, WF Wertheim juga Soeharto tidak terlibat di Pathuk. Hubungan mengemukakan bahwa Soeharto memiliki dengan Syam didasarkan dengan hubugan dengan semua perwira penting AD perkenalan Syam sebagai orang Pathuk. yang terlibat dalam G30S yaitu: Untung, Bukan hubungan politik. Hubungan Syam Latief, dan Soepardjo. Namun tulis Sulistyo dengan Soeharto sama dengan —dengan mengutip Harold Crouch, bukti hubungannya terhadap sesama anggota seperti ini tidak cukup untuk mendukung kelompok Pathuk (Djarot, 2006). pendapat bahwa Soeharto terlibat dalam Tentang kelompok Pathuk ini, Des persekongkolan para perwira tersebut. Alwi juga memberi kesaksian. Pathuk Spekulasi mengenai peran Soeharto adalah tempat berkumpulnya para pemuda dalam rencana dan pelaksanaan Peristiwa Gestapu muncul ketika ia pergerakan kemerdekaan yang ada di membuat cerita yang tidak konsisten Yogyakarta. Di sana Des Alwi bertemu mengenai perjumpaannya dengan Latief. Soeharto. Sosok yang digambarkannya Akan tetapi, tidak ada bukti lain yang sebagai orang yang tak banyak bicara, mendukung versi ini selain perjumpanan cerdas, kalem, tapi dengan wajah yang singkat Soeharto dengan Latief di rumah sakit dan hubungan masa lalunya tampan ia sangat mudah menarik perhatian dengan beberapa “perwira progresif” orang-orang di sekitarnya. Des Alwi dari Jawa Tengah (Sulistyo, 2011). bertemu Soeharto di Pathuk tak lama Kesimpulan serupa juga dikemukakan oleh setelah Proklamasi Kemerdekaan. Kala itu (Roosa, 2013) yang menyatakan bahwa

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 38

“Bagaimanapun juga tidak ada bukti bahwa menghentikan rencana makar. Kedua, ia Soeharto adalah dalang dari gerakan ini. dicitrakan sebagai ‘avonturir’ yang Justru, bukti yang ada menunjukkan bahwa mengetahui rencana makar tersebut sambil dia bukan dalangnya”. Jadi dapat dipahami mempersipkan diri untuk menggagallkan mengapa situs berita kesulitan dalam dan mengambil keuntungan atasnya. mengkonstruksi hubungan antaran Keterlibatannya dalam penangkapan orang- Soeharto dan G30S. Pertama, media tidak orang yang dituduh terlibat G30S dan mejadikan WF. Wertheim sebagai sumber pembunuhan massal anggota PKI dan utama. Kedua, historiografi yang tersedia organisasi yang berafiliasi dengannya, tidak mencukupi untuk menarik dapat dilihat dari dua perspektif ini. kesimpulan tersebut dengan tegas antara Kedua ‘wajah’ ini ditampilkan keduanya. Judul yang secara langsung bergantung pada sumber yang digunakan menyebutkan nama Soeharto tidak begitu oleh media. Mereka yang pro-Soeharto saja akan menunjukkan bahwa narasinya mendudukkan tindakan Soeharto sebagai akan berkisah tentang Soeharto apalagi aksi patriotik, penangkapan dan menjawab pertanyaan atau asumsi yang pembunuhan massal dilihat sebagai tersirat dari judul tersebut. Dalam artikel konsekuensi yang tak terelakkan. berjudul Omar Dani: CIA Terlibat G30S Sementara mereka yang kontra-Soeharto, 1965 dan Soeharto yang Dipakai (Tempo, mencurigai tindakan tersebut sebagai aksi 2015d), tidak ada satu kalimat pun yang ambil untung yang menghalalkan segala dapat dimaknai sebagai penjelas apa yang cara untuk menggulingkan Presiden telah disebutkan dalam judul. Narasi yang Sukarno —meski harus dengan termuat dalam artikel hanya berkisah menumpahkan darah orang yang dituduh tentang keheranan Omar Dani atas mereka terlibat G30S dan berideologi komunis. yang menjadi targer penculikan. Sebagai contoh, informasi yang bersumber Narasi Soeharto dan G30S, secara dari dokumen CIA akan menggambarkan keseluruhan artikel di situs berita seolah Soeharto sebagai pahlawan. Sementara berhenti pada isu pembunuhan massal. pernyataan yang dikemukakan tokoh yang Media tidak memberikan tawaran dituduh terlibat G30S (seperti Soebandrio perspektif bahwa G30S adalah sebuah dan Omar Dani) berisi perspektif anti- pertarungan politik antara Soeharto dan Soeharto. Tidak semua narasumber Presiden Sukarno. Termasuk perspektif lain bersikap hitam-putih, sebab ada pula yang sudah lebih dulu ditawarkan oleh John sejumlah narasumber yang oleh media lebih Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal: dibutuhkan pernyataan informatif dari Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto mereka, seperti dari John Roosa atau Adam menyebutkan bahwa G30S adalah alasan Hughes Henry. yang digunakan untuk ‘membersihkan’ Mereka ini adalah agen memori. komunis dari Indonesia. Peristiwa ini Sumber yang digunakan media adalah para semata-mata dilihat sebagai aksi kudeta dan pihak yang mengkonstruksi dan memilih kontra kudeta. Di sini Soeharto ditampilkan memori yang disampaikan. Jurnalis adalah sebagai aktor yang memainkan dua peran pihak yang utama dalam merangkai sebuah sekaligus: protagonis dan antagonis. artikel menjadi satu kesatuan narasi. Para Pertama, Soeharto ditampilkan sebagai jurnalis ini yang kemudian memilih tokoh militer ‘penyelamat’ yang berhasil sejumlah sumber yang akan mereka kutip

39 | Muhammad Aswan Zanynu

atau gunakan pernyataannya. Ada yang tautan tersebut di satu sisi memang dalam bentuk wawancara langsung dengan mengungkung wawasan pembaca, tetapi di para saksi mata, ada pula yang sisi lain dapat menjadi peneguh menggunakan sumber sekunder seperti argumentasi yang sedang dibangun oleh buku atau artikel jurnal yang telah ditulis suatu narasi. Media lebih menitik beratkan oleh sumber tersebut. Nama sejarawan perhatiannya pada konsistensi internal seperti Asvi Warman Adam atau John karena aspek ini mudah terlacak jika Roosa muncul lebih dari dua kali sebagai terdapat ketidak sesuaiannya ide, fakta, atau rujukan agen memori. Beberapa nama lain interpretasi. Publik yang memiliki juga disebutkan seperti Baskara T. keterlibatan tinggi atas Peristiwa 1965 Wardaya dan Petrik Matanasi, kemudian memiliki sejumlah pengetahuan awal yang Benedict Anderson, Ruth McVey, Antonie dapat mengkritisi atau mengkonfirmasi Dake, atau Victor Miroslav Fic serta Tim data, fakta, atau interpretasi atasnya. Proses Weiner. Dua sumber yang juga muncul dan ini tidak akan terjadi bagi mereka yang menjadi bagian dari Peristiwa 1965 adalah memiliki tingkat keterlibatan yang rendah. Omar Dani, Soebandrio, dan Soeharto. Narasi yang saling terpisah (tidak Meski demikian, terdapat kecenderungan terhubung dengan pranala satu sama lain) yang menunjukkan bahwa jurnalis makin menggiring publik pada perspektif mengambil peran sebagai agen memori yang sempit saat melakukan pembacaan. dengan memasukkan pengatahuannya atas suatu topik. Mereka hanya menjadikan 5. Simpulan pendapat sumber sebagai pelengkap atas Secara ringkas dapat digambarkan apa yang mereka tidak ketahui. bahwa dalam konteks G30S dan Peristiwa Walau terlihat memiliki alur 1965 media berita daring Indonesia bingkai yang sinkron, tidak demikian menarasikan Soeharto sebagai aktor yang adanya dengan kualitas narasi yang memainkan dua peran sekaligus: protagonis ditampilkan oleh media terkait memori atas dan antagonis. Pertama, Soeharto Soeharto dalam konteks 1965, khususnya ditampilkan sebagai tokoh militer G30S. Jika ditilik dengan menggunakan ‘penyelamat’ yang berhasil menghentikan pendekatan rasionalitas naratif, ada dua rencana makar. Kedua, ia dicitrakan elemen yang tidak sepenuhunya dipenuhi sebagai ‘avonturir’ yang mengetahui oleh artikel-artikel tesebut. Pertama, rencana makar tersebut sambil konsistensi internal (koherensi) dari pesan mempersipkan diri untuk menggagallkan yang dapat dicek melalui kesesuaiannya dan mengambil keuntungan atasnya. secara intrateks. Kedua, ketepatan atau Keterlibatannya dalam penangkapan orang- akurasi pesan jika dilihat secara antarteks. orang yang dituduh terlibat G30S dan Lemahnya konsistensi antarteks pembunuhan massal anggota PKI dan menunjukkan bahwa setiap narasi hanya organisasi yang berafiliasi dengannya, kokoh secara argumentasi jika dibaca dapat dilihat dari dua perspektif ini. Kedua secara terpisah. Ini juga yang dapat menjadi ‘wajah’ ini ditampilkan bergantung pada penjelas kurangnya pranala antarteks yang sumber yang digunakan oleh media. dapat menghubungkan pembaca dari satu Mereka yang pro-Soeharto mendudukkan narasi ke narasi lain. Tidak tersedianya tindakan Soeharto sebagai aksi patriotik,

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 40

penangkapan dan pembunuhan massal CIA, namun secara umum narasi yang dilihat sebagai konsekuensi yang tak mengemukan tetap mengaitkan G30S terelakkan. Sementara mereka yang kontra- dengan PKI. Walau berupaya Soeharto, mencurigai tindakan tersebut mengakomodasi beberapa versi alternatif, sebagai aksi ambil untung yang kekuatan narasinya tidak mendukung. menghalalkan segala cara untuk Latief tidak dianggat sebagai sumber oleh menggulingkan Presiden Soekarno - meski media dan ini menjadi salah satu hal yang harus dengan menumpahkan darah orang melemahkan argumentasi keterkaitan yang dituduh terlibat G30S dan berideologi antara Soeharto dan G30S. Dialah yang komunis. sebenarnya menjadi simpul penting. Soeharto dibingkai dalam lima Keberadaan Latief ini juga yang digunakan kategori besar. Pertama, situs berita oleh WF Wertheim sebagai salah satu dalil menampilkan posisi Soeharto dalam tentang keterlibatan Soeharto. Lemahnya Peristiwa G30S, khususnya para tokoh kualitas informasi yang disajikan oleh yang ada dalam lingkar peristiwa tersebut. media menyebabkan kerap ditemukan Kedua, analisis yang seorang Direktur ketidaktepatan informasi ketika dilakukan Pusat ASEAN di Universitas MGIMO pemeriksaan antarteks. Narasi seperti ini Moskow tentang Soeharto yang digunakan tidak memenuhi kriteris rasionalitas naratif oleh Soekarno dalam G30S. Artikel ini dari Fisher. meyakini bahwa Soeharto memiliki Dengan mendefinisikan Soeharto kesepakan dengan Presiden Soekarno sebagai tokoh baik dan buruk, media sebagai aktor intelektual G30S. Ketiga, memainkan peran berita sebagai mitos. situs berita menampilkan publikasi yang Jurnalis tidak saja menarasikan sesuatu bersumber dari dokumen CIA (agen “seperti apa adanya”, tetapi menyajikannya intelijen Amerika Sertikat) dan ulasan yang menjadi “seperti apa maknanya”. Selain itu, menjelaskan keterkaitan CIA dan dengan lemahnya ketepatan naratif, memori dukungannya kepada Soeharto. Keempat, yang disajikan tentang Soeharto lebih analisis tentang kegagalan G30S. Terakhir merupakan upaya untuk mempertahankan atau yang kelima adalah topik yang salah satu versi dalang dari G30S. Berita mengangkat pembunuhan massal pasca- tidak lagi menyediakan fakta dan membuat G30S yang menempatkan Soeharto sebagai sebuah relasi kausal yang argumentatif. pihak yang paling bertanggung jawab. Berita sekadar hadir untuk Meski meletakkan Soeharto dalam lima mempertahankan suatu kesadaran bingkai tersebut, alih-alih membeberkan kontinum atas tatanan dunia, terlepas dari berbagai versi historiografis tentang G30S, apakah hal tersebut didukung oleh media berita daring lebih tertarik pada informasi yang kuat atau tidak. Jurnalis mempertahankan ‘konsensus’ bahwa PKI cukup menjadi agen memori yang sebagai dalang aksi tersebut. menyediakan jawaban yang “dapat Historiografi yang menyebutkan diterima” atau yang “tampak masuk akal” G30S sebagai bentuk konflik internal atas suatu peristiwa. Angkatan Darat bahkan tidak muncul sama sekali. Versi ini hanya dapat terbaca secara Daftar Pustaka implisit. Meski mencoba mengangkat juga Adam, Asvi Warman. 2015. “50 Tahun Studi versi tentang Soeharto, Soekarno, serta G30S 1965.” Kompas.com. September

41 | Muhammad Aswan Zanynu

30, 2015. Letkol Untung.” Tempo.co. October 7, http://nasional.kompas.com/read/2015/0 2015. 9/30/15000011/50.Tahun.Studi.G30S.19 https://nasional.tempo.co/read/707180/g 65?page=all. 30s-1965-rupanya-soeharto-yang- Affan, Heyder. 2015. “Malam Jahanam Di tempatkan-letkol-untung. Hutan Jati Jeglong.” BBC Indonesia. Manan, Abdul, Maria Hasugian, and Pito September 29, 2015. Agustin Rudiana. 2015. “G30S 1965: http://www.bbc.com/indonesia/berita_in Inggris Sudah Lama Ingin Singkirkan donesia/2015/09/150922_indonesia_lap Soekarno.” Tempo.co. October 7, 2015. sus_melacakkuburanmassal. https://nasional.tempo.co/read/707196/g Djarot, Eros dkk. (2006). Siapa Sebenarnya 30s-1965-inggris-sudah-lama-ingin- Soeharto: Fakta Dan Kesaksian Para singkirkan-soekarno. Pelaku Sejarah G30S/PKI. Jakarta: Manuputty, Cavin R. 2015. “Membuka Tabir Mediakita. G30S: Hari-Hari Indonesia Di Mata Fadillah, Ramadhian. 2015. “Saat Soeharto CIA.” Gatra.com. October 5, 2015. Marah Tak Dijadikan Pimpinan TNI AD https://www.gatra.com/rubrik/fokus- Oleh Soekarno.” Merdeka.com. berita/167899-membuka-tabir-g30s- September 23, 2015. hari-hari-indonesia-di-mata-cia. https://www.merdeka.com/peristiwa/saa McQuail, D. (2010). Mass Communication t-soeharto-marah-tak-dijadikan- Theory. 6th ed. London: Sage pimpinan-tni-ad-oleh-soekarno.html. Publications. Fauzi, Gilang. 2015. “Jati Diri Masyarakat Mohamad, Ardyan. 2015a. “CIA Akhirnya Indonesia Berubah Sejak Peristiwa Membuka Arsip G30S 1965, Siapa 1965.” CNN Indonesia. November 12, Gulingkan Soekarno?” Merdeka.com. 2015. September 20, 2015. https://www.cnnindonesia.com/nasional https://www.merdeka.com/dunia/cia- /20151112072200-12-91139/jati-diri- akhirnya-membuka-arsip-g30s-1965- masyarakat-indonesia-berubah-sejak- siapa-gulingkan-soekarno-splitnews- peristiwa-1965. 2.html. Fisher, W. R. (1987). Human Communication Mohamad, Ardyan. 2015b. “Jaksa Sidang as Narration: Toward a Philosophy of Rakyat 1965 Dakwa Pemerintah RI Atas Reason, Value, and Action. Columbia: 9 Pelanggaran HAM.” Merdeka.com. University of South Carolina Press. November 11, 2015. Fulton, H., Huisman, R., Murphet, J., & Dunn, https://www.merdeka.com/dunia/jaksa- A. (2005). Narrative and Media. sidang-rakyat-1965-dakwa-pemerintah- Cambridge: Cambridge University Press. ri-atas-9-pelanggaran-ham.html. Griffin, E. A. (2012). A First Look at Ningtyas, Ika. 2015a. “G30S 1965 Dan Communication Theory. 8th ed. New Pasukan Sipil Serba Hitam Membasmi York: McGraw-Hill. PKI.” Tempo.co. October 2, 2015. Head, Jonathan. 2015. “Berburu Dengan Waktu https://nasional.tempo.co/read/705938/g Mengungkap G30S.” BBC Indonesia. 30s-1965-dan-pasukan-sipil-serba- September 30, 2015. hitam-membasmi-pki. http://www.bbc.com/indonesia/berita_in Ningtyas, Ika. 2015b. “G30S 1965, Lolos donesia/2015/09/150930_indonesia_wa Eksekusi Mati Ditolong Tokoh ktu_g30s. Muhammadiyah.” Tempo.co. October 2, Koesoemah, Evan. 2015. “G30S 1965: 2015. Rupanya Soeharto Yang Tempatkan https://nasional.tempo.co/read/705694/g

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi Suharto dan Gerakan … | 42

30s-1965-lolos-eksekusi-mati-ditolong- Roosa, J. (2008). Dalih Pembunuhan Massal: tokoh-muhammadiyah. Gerakan 30 September dan Kudeta Pratama, Sandy Indra. 2015a. “Cerita Soal Suharto. Jakarta: Institut Sejarah Soekarno, Soeharto Dan Penilaian CIA.” Nasional Indonesia dan Hasta Mitra. CNN Indonesia. September 20, 2015. Santosa, Iwan. 2015. “Peristiwa 30 September https://www.cnnindonesia.com/nasional Di Mata Media Asing.” Kompas.com. /20150920032647-20-79789/cerita-soal- September 30, 2015. soekarno-soeharto-dan-penilaian-cia--3- http://nasional.kompas.com/read/2015/0 . 9/30/16000021/Peristiwa.30.September. Pratama, Sandy Indra. 2015b. “Nama Kolonel di.Mata.Media.Asing?page=all. Untung, Peristiwa 65 Dalam Dokumen Schudson, M. (2005). “News as Stories.” In E. CIA.” CNN Indonesia. September 20, W. Rothenbuhler & M. Coman (Eds.), 2015. Media Anthropology (pp. 121–128). https://www.cnnindonesia.com/nasional London: Sage Publication. /20150920032224-20-79787/nama- Segal, R. A. (2004). Myth: A Very Short kolonel-untung-peristiwa-65-dalam- Introduction. Oxford: Oxford University dokumen-cia--2-/. Press. Pratama, Sandy Indra. 2015c. “Peristiwa 65 Sulistiyo, Bambang, and Hayati Nupus. 2015. Dalam Rekaman Dokumen Intelijen “Membuka Tabir: China Dalam Pusaran CIA.” CNN Indonesia. September 20, G30S.” Gatra.com. October 5, 2015. 2015. https://www.gatra.com/rubrik/fokus- https://www.cnnindonesia.com/nasional berita/167915-china-dalam-pusaran- /20150920031549-20-79786/peristiwa- g30s. 65-dalam-rekaman-dokumen-intelijen- Sulistyo, H. (2011). Palu Arit Di Ladang Tebu: cia--1-/. Sejarah Pembantaian Massal Yang Pratomo, Yulistyo. 2015a. “Ini Pengakuan CIA Terlupakan (Jombang-Kediri 1965- Atas Tragedi 30 September Di 1966). Jakarta: Pensil-324. Indonesia.” Merdeka.com. September 22, 2015. https://www.merdeka.com/peristiwa/ini- Sumsky, Victor. 2015. “Membuka Tabir G30S pengakuan-cia-atas-tragedi-30- Dari Dokumen KGB.” Gatra.com. september-di-indonesia.html. October 5, 2015. Pratomo, Sulistyo. 2015b. “Kenapa https://www.gatra.com/rubrik/fokus- Pembunuhan Massal Usai G30S Paling berita/167884-membuka-tabir-g30s- Banyak Terjadi Di Bali?” Merdeka.com. dari-dokumen-kgb. October 3, 2015. Tempo. 2015a. “Eksklusif G30S 1965: Lelaki https://www.merdeka.com/peristiwa/ken Lima Alias Di Operasi Penculikan.” apa-pembunuhan-massal-usai-g30s- Tempo.co. October 1, 2015. paling-banyak-terjadi-di-bali.html. https://nasional.tempo.co/read/705414/e Rastika, Icha. 2015. “Kisah Tujuh Gubernur ksklusif-g30s-1965-lelaki-lima-alias-di- Yang Dituduh Terlibat Gerakan PKI operasi-penculikan. Dibukukan.” Kompas.com. October 1, Tempo. 2015b. “G30S, Omar Dani: Harto Tak 2015. Mau Ke Bung Karno, Itu Tak Aneh.” http://nasional.kompas.com/read/2015/1 Tempo.co. October 1, 2015. 0/01/12254261/Kisah.Tujuh.Gubernur.y https://nasional.tempo.co/read/705593/g ang.Dituduh.Terlibat.Gerakan.PKI.Dibu 30s-omar-dani-harto-tak-mau-ke-bung- kukan?page=all. karno-itu-tak-aneh.

43 | Muhammad Aswan Zanynu

Tempo. 2015c. “G30S, Omar Dani: Pesta Di Lubang Buaya Itu Isapan Jempol.” Tempo.co. October 1, 2015. https://nasional.tempo.co/read/705599/g 30s-omar-dani-pesta-di-lubang-buaya- itu-isapan-jempol. Tempo. 2015d. “Omar Dani: CIA Terlibat G30S 1965 Dan Soeharto Yang Dipakai.” Tempo.co. October 1, 2015. https://nasional.tempo.co/read/705258/o mar-dani-cia-terlibat-g30s-1965-dan- soeharto-yang-dipakai. Tempo. 2015e. “G30S 1965: Ini Penyebab Di Jawa Barat Tak Ada Pembantaian.” Tempo.co. October 4, 2015. https://pemilu.tempo.co/read/news/2015 /10/04/078706213/G30S-1965-Ini- Penyebab-di-Jawa-Barat-Tak-Ada- Pembantaian/0. Tempo. 2015f. “G30S: Kisah Diplomat AS Yang Bikin Daftar Nama Target Di- Dor!” Tempo.co. October 5, 2015. https://nasional.tempo.co/read/706409/g 30skisah-diplomat-as-yang-bikin-daftar- nama-target-di-dor. Tempo. 2015g. “G30S 1965: Misteri Letkol Untung, Masih Hidupkah Dia?” Tempo.co. October 7, 2015. https://nasional.tempo.co/read/707154/g 30s-1965-misteri-letkol-untung-masih- hidupkah-dia. Tempo. 2015h. “G30S 1965: Terungkap, Kedekatan Soeharto Dan Letkol Untung.” Tempo.co. October 7, 2015. https://nasional.tempo.co/read/707142/g 30s-1965-terungkap-kedekatan- soeharto-dan-letkol-untung. Wasono, Hari Tri. 2015. “Kisah Apel Akbar 5 Oktober 1965 Dan Pengganyang PKI.” Tempo.co. October 4, 2015. https://pemilu.tempo.co/read/news/2015 /10/04/078706335/Kisah-Apel-Akbar-5- Oktober-1965-dan-Pengganyang-PKI/0.

Inter Komunika: Jurnal Komunikasi