Quick viewing(Text Mode)

Analisis Wacana Taubat Dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu

Analisis Wacana Taubat Dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu

ANALISIS WACANA TAUBAT DALAM NOVEL BAIT SURAU KARYA RAKHA WAHYU

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh Winarni NIM: 1113051000005

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

ABSTRAK

Winarni/1113051000005

Analisis Wacana Taubat Dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu

Manusia adalah makhluk sempurna, lahir dalam keadaan fitrah. Di satu sisi, manusia memiliki akal yang dapat digunakan untuk memenuhi segala kebutuhahannya di dunia. Di sisi lain, manusia juga memiliki nafsu yang sering kali menjeruskan manusia melakukan dosa. Setiap manusia lahir memang dalam keadaan suci namun dalam kehidupannya tidak lepas dari dosa. Pada posisi inilah diperlukan taubat agar manusia kembali ke jalan yang lurus dan diridhai Allah SWT. Berdasarkan konteks di atas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi teks? Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi kognisi sosial? Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi konteks sosial? Taubat menurut bahasa adalah kembali. Taubat berarti meninggalkan perbuatan dosa karena mengetahui kehinaannya, menyesali perbuatannya, berkeinginan keras tidak akan mengulanginya di kemudian hari serta mengiringinya dengan amalan shaleh. Dalam kehidupan manusia, taubat senantiasa dibutuhkan agar manusia kembali kepada esensi dasarnya yaitu keadaan fitrah. Maka novel merupakan satu media yang dapat digunakan untuk menyebarkan wacana taubat dalam masyarakat. Teori yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model Van Dijk sering disebut kognisi sosial. Teori yang membongkar teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Menurut Van Djik, penelitian atas wacana tidak hanya dilihat dari teks saja, karena teks dihasilkan dari praktik produksi yang harus diamati. penelitian ini menggunakan paradigma kritis pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan Rakha wahyu menggambarkan taubat dalam novelnya melalui tanda-tanda taubat diantaranya yaitu menyadari letak kesalahan, menyesali perbuatan dosa serta memperbaiki diri dengan melakukan perbuatan shaleh. Selain itu, banyak pelajaran yang dapat diambil dalam Novel Bait Surau. Penulisan Novel Bait Surau berdasarkan realitas kehiduapan nyata. Masyarakat hendaknya mengambil pelajaran yang terdapat dalam Novel Bait Surau dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Pengarang hendaknya menambahkan tanda taubat yang lain yaitu tidak melakukan perbuatan dosa tersebut dikemudian hari sehingga tanda-tanda taubat yang terdapat dalam Novel Bait Surau lebih lengkap kata kunci: taubat, analisis wacana van dijk, bait surau, novel, dosa.

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta menuntun saya sehingga mampu menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kepada jalan kebenaran. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk meraih gelar S.Sos. Skripsi ini meneliti wacana taubat yang terdapat dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu dengan menggunakan teori Analisis wacana Teun A. Van Dijk. Penulis menyadari skripsi ini tentu masih terdapat kekurangan, proses penyelesaian skripsi ini juga melibatkan banyak pihak yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan sehingga dapat berjalan lancar. Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yaitu:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan dan Fita Fathurokhmah, M.Si

selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA selaku dosen pembimbing yang telah

sabar dan selalu siap memberikan arahan dalam proses penulisan skripsi.

ii 5. Nasichah, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

membantu memperlancar penggarapan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen, Karyawan, serta Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Wahyu Frayudha, ST alias Rakha Wahyu yang aktif dalam penulisan

buku-buku yang bermanfaat sehingga memberikan inspirasi kepada saya

untuk menjadikan salah satu tulisannya sebagai bahan analisis skripsi.

8. Ayah saya Nanang Saprudin dan Mama saya Suryamah. Orang tua

terhebat yang pernah saya miliki di dunia, semoga dapat berkumpul

kembali di Surga. Ayah yang kuat dan mama yang sabar menghadapi

lika-liku kehidupan, menjadi sumber inspirasi serta motivasi bagi saya

untuk tetap kuat dan sabar.

9. Kedua adik saya Danu Riksa dan Ines Suliana. Adik-adik yang cerdas

dan harapan keluarga.

10. Kakak saya Khamal Yunandas, yang telah memberikan banyak

pelajaran tentang pentingnya bersyukur, apapun yang terjadi atas

kehendak Allah SWT, semoga Aa lekas sembuh.

11. Kepala Staff Kepegawaian Sugianto, Pimpoksi Fasilitas Landasan

Suharno UPBU Tjilik Riwut serta orang-orang yang selalu dirindukan di

Palangkaraya Wahyuni, Fitrotin Istiqomah, Marwah Kahar, Anitia Sari.

12. Seluruh narasumber yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk

wawancara dengan hangat yakni Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MA,

iii Nunung Khairiyah, MA, Lena Suarni, Arrum Prabuningtias dan Ulfi

Nursa.

13. Teman-teman kosan Qonita Amalia, Shofia Khairunnisa dan Tiara

Nurhidayati yang telah sabar mendengar keluh kesah saya selama proses

penggarapan Skripsi. Teman-teman asrama putri UIN Jakarta 110 B

Nurkhasanah, Endah Safitri, Rahma Belani Oktaviani, Teman-teman

asrama putri UIN Jakarta 106 B Sarah Hajar Mahmudah,

Aminatuzuriah, dan Intan Rinjani Putri.

14. Teman-teman saya KPI 2013 khususnya Ibtisamah Nur Rosyidah dan

Farha Attaqia, HIMABO Jakarta, Bidikmisi 2013, dan KKN Developer

2016.

Demikian ucapan syukur dan terimakasih yang penulis berikan. Semoga

Allah senantiasa membalas semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Walaupun terdapat kekurangan dalam skripsi ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin

Jakarta, 4 Agustus 2017

Penulis

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL...... vi DAFTAR LAMPIRAN...... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 9 D. Metodologi Penelitian ...... 10 E. Tinjauan Pustaka ...... 13 F. Sistematika Penulisan ...... 16

BAB II KERANGKA TEORI ...... 18 A. Analisis Wacana ...... 18 B. Novel Sebagai Karya Fiksi ...... 29 C. Taubat ...... 34

BAB III GAMBARAN UMUM: RAKHA WAHYU DAN NOVEL BAIT SURAU ...... 40 A. Profil Rakha Wahyu ...... 40 B. Karya-Karya Rakha Wahyu...... 45 C. Sinopsis Novel Bait Surau ...... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ...... 52 A. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Teks ...... 52 B. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Kognisi Sosial ...... 81 C. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Konteks Sosial ...... 85

BAB V PENUTUP ...... 94 A. Kesimpulan ...... 94 B. Saran ...... 96

DAFTAR PUSTAKA ...... 97 LAMPIRAN ...... 99

v DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tinjauan Pustaka ...... 15 Tabel 2 Stuktur Teks Van Dijk ...... 21 Tabel 3 Elemen Wacana Van Dijk Dimensi Teks ...... 23 Tabel 4 Skema Atau Model Kognisi Sosial Van Dijk ...... 27

vi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Wahyu Frayudha, ST (Rakha Wahyu) Penulis Novel Bait Surau ...... 99 Lampiran 2 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA Guru Besar Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...... 130 Lampiran 3 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Hj. Nunung Khairiyah, MA Dosen Ilmu Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...... 153 Lampiran 4 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Lena Suarni Pembaca Novel Bait Surau ...... 161 Lampiran 5 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Arrum Prabuningtias Pembaca Novel Bait Surau ...... 164 Lampiran 6 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Ulfi Nursa Pembaca Novel Bait Surau ...... 168 Lampiran 7 Dokumentasi Wawancara ...... 172 Lampiran 8 Cover Novel Bait Surau ...... 174

vii BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk yang sempurna telah diciptakan oleh Allah

SWT di muka bumi ini dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-

masing. Manusia terlahir dalam keadaan fitrah atau suci. Namun tidak akan

terlepas dari dosa dan kecenderungan untuk berbuat maksiat, kafir, musrik,

sombong, kikir dan sifat serta perbuatan buruk lainnya. Maka saat manusia

telah melakukan dosa hendaknya memohon ampun atau bertaubat kepada

Allah SWT.

Menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahin Al-Hamd, taubat bukan

hanya sekedar merasa bersalah dan menyesali perbuatan maksiat yang pernah

dilakukan atau sedang dilakukan namun juga segera meninggalkan perbuataan

maksiat tersebut jika sedang dilakukan artinya, saat ingat bahwa hal tersebut

merupakan suatu perbuatan maksiat maka segara tinggalkan jangan

dilanjutkan. Setelah meninggalkan perbuatan maksiat tersebut, bertekad untuk

tidak mengulanginya lagi jika ada kesempataan diwaktu yang akan datang.1

Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa Allah akan menerima taubat

hambanya, sebagaimana yang dijelaskan dalam dalam Surah At-Tahrim/66: 8

berikut:

1 Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda, (Jakarta: Pustaka Iman As-Syafi’i,2012), h. 12.

1 2

            

           

           

          

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan Menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga- surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Pada ayat tersebut, menggambarkan berita yang amat baik bagi orang- orang yang bartaubat. Kata “asa” diartikan sebagai mudah-mudahan atau semoga. namun menurut ulama tafsir kata “asa” yang konteksnya tentang taubat berarti pasti. Artinya, taubat yang dilakukan oleh seseorang pasti diterima oleh Allah SWT bukan hanya sekedar doa atau harapan atau mudah- mudahan taubat tersebut diterima, ada jaminan bahwa taubat yang dilakukan oleh seseorang pasti diterima oleh Allah SWT jika taubat tersebut memang benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh. Keuntungan lainnya dari taubat yang sunguh-sungguh dilakukan adalah Allah pasti menghapus dosa yang pernah dilakukan. Dosa identik dengan keburukan, maka saat melakukan dosa berarti hidup kita penuh dengan keburukan, tetapi Allah akan menghapuskan keburukan-keburukan tersebut dengan kebaikan sehingga wajah akan senantiasa menjadi berseri karena iman yang terpancar. Itulah

3

keuntungan orang yang bertaubat saat di dunia, selain itu terdapat keuntungan

yang saat besar yaitu janji dimasukan ke dalam surga Allah sebagai balasan

atas perjuangannya bebas dari menahan nafsu yang dulu pernah dituruti.2

Pintu taubat selalu terbuka selama masih bernyawa. Kembali kepada

fitrah setelah melakukan kesalahan adalah hal yang seharusnya dilakukan

oleh setiap manusia. Unsur-unsur taubat seperti kesadaran dan pengakuan

dosa, memperbaiki diri dan berbuat kebaikan harusnya selalu diajarkan dan

disebarluaskan kepada masyarakat karena hal tersebut merupakan salah satu

hal terpenting dalam kehidupan ini. Hal itu terbukti dengan banyaknya ayat

Al-Qur’an dan Hadits yang membahas tentang taubat. Salah satunya adalah

hadits riwayat Bukhari “Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah,

sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan tertobat kepada-nya

lebih dari 70 kali dalam sehari”3 yang menunjukan betap pentingnya

memohon ampun atas dosa yang pernah diperbuat.

Taubat menurut Murtdha Muthari lebih dari sekedar ucapan, siapa saja

dapat mengatakan bahwa ia telah bertaubat. Namun taubat sebernarnya tidak

hanya sebatas ucapatan semata karena taubat menyertakan psikologis,

spiritual, perubahan pikiran. Taubat yang sungguh-sungguh akan mendekatkan

kita kepada Allah.4 Dengan bertaubat, akan muncul keinganan selalu berbuat

kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan sehingga akan semakin dekat kepada

2 Sudirman Tebba, Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat (Banten: Penerbit Pustaka irVan, 2007), h. 2. 3 Sudirman Tebba, Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat, h. 7 4 Murtadha Muthahhari,Wacana Spiritual (Jakarta: CV Firdaus, 1991) h. 112.

4

Allah SWT. Banyak orang yang telah bertaubat hidupnya semakin tentram dan damai karena semakin mengenal Allah SWT dan terus memperbaiki diri.

Menurut Sudirman Tebba, orang yang bertaubat adalah orang yang beruntung karena Allah melimpahkan rahmat yang besar yaitu membersihkan jiwa-jiwa orang tersebut. selain diampuni dosanya, juga diberikan kebaikan- kebaikan di dunia dan diakhirat.5

Taubat sangatlah penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia karena kembali ke jalan Allah SWT sangatlah diperlukan mengingat sejatinya manusia terlahir dalam keadaan suci dan tanpa dosa. Saat ini, di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, banyak pula masyarakat yang semakin jauh dari Allah SWT. Banyak masyarakat yang bergelimang dosa. Taubat memanglah tidak mudah, dibutuhkan kebulatan tekad sehingga dosa yang ditinggalkan, tidak diulang kembali. Banyak masyarakat yang hari ini bertaubat, namun tidak kuat menahan godaan untuk melakukan dosa dimasa lalu tersebut di kemudian hari. Masyarakat perlu disadarkan kembali pentingnya bertaubat. Maka penelitian ini juga relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini.

Menyebarkan tentang taubat juga merupakan sebuah panggilan atau wujud dakwah. Dakwah berarti menyeru kepada kebaikan. Salah satu seruan kebaikan adalah mengajak orang lain kembali kepada fitrahnya sehingga meninggalkan keburukan dan melakukan kebaikan. Agar hidup menjadi lebih terarah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Apalagi di tengah

5 Sudirman Tebba, Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat, h. 5.

5

perkembangan zaman yang semakin pesat, permasalahan kehidupan semakin kompleks, banyak pengaruh positif maupun negatif diterima oleh setiap manusia bisa saja membuatnya semakin jauh dari ajaran islam sehingga nilai- nilai islam khususnya taubat harus semakin gencar dilakukan. Berdakwah bukan hanya dilakukan oleh para ustad di masjid-masjid tetapi juga dapat dilakukan oleh siapa saja.

Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan pentingnya berdakwah beserta caranya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah an-Nahl/16: 125 berikut:

              

              

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Tafsir dari ayat tersebut menyatakan berdakwah atau menyeru kepada

Jalan Tuhan dapat menggunakan tiga cara yaitu dengan hikmah, mau’izhah, dan Jadilhum. Dalam kitab Al-Misbah, Hikmah berarti mengetahui hal yang utama dari segala sesuatu, baik perbuatan maupun pengetahuan. Sedangkan menurut Thabathaba’i, hikmah adalah pendapat yang tidak diragukan kebenarannya karena tidak mengandung keburukan. Mau’izhah berarti perkataan atau uraian yang baik serta dapat memberikan kebaikan bagi yang mengatakan maupun mendengarkan. Sedangkan jadilhum berasal dari kata jidal artinya diskusi. Dalam diskusi tersebut, dapat memberikan bukti-bukti

6

yang menguatkan pendapat sehingga dapat mematahkan argumen atau dalih

lawan diskusi.6

Firman Allah dalam An-Nahl ayat 125 menjelaskan cara-cara terbaik

dalam berdakwah. Cara-cara atau macam-macam dakwah bukan hanya

melalui perkataan secara langsung saja. Berdakwah banyak dilakukan pula

oleh para ulama besar melalui tulisan. Apalagi pada zaman kini di tengah

kesibukan masyarakat untuk menghadiri pengajian atau tausiah di masjid,

dakwah tetap harus berjalan. Nilai-nilai atau ajaran agama islam yang

universal juga dapat disosialisasikan lewat berbagai media apalagi dengan

perkembangan zaman yang semakin pesat. Nilai-nilai ajaran islam harus terus

disebarkan agar pembumian islam terus dapat dijalankan.

Media yang sering digunakan sebagai media dakwah adalah novel.

“Novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari

kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau

menentukan nasibnya.”7 Novel adalah media dakwah yang cukup efisien

karena melalui novel, penulis dapat menuangkan pemikirannya lewat alur

cerita dan tokoh-tokoh yang ada didalamnya. Pembaca dapat merasakan,

berfikir dan menafsirkan sesuatu agar menjadi tahu sesuatu. Menurut kamus

besar bahasa indonesia, novel adalah karangan proses yang panjang

mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang-orang disekelilingnya

dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Cet. IV Jilid 6, (Jakarta: LenteraHati, 2011), h. 775. 7 Ismail Kusmayadi, Think Smarts Bahasa Indonesia, (Bandung: Media Grafindo Pratama, 2006), h.45.

7

Salah satu novel yang menarik dan memuat nilai-nilai ajaran islam dan syarat akan pesan taubat adalah Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu.

Dalam novel tersebut diceritakan lika-liku kehidupan tokoh yang dramatis namun ringan untuk dibaca dan tidak terkesan menggurui. Lika-liku kehidupan tokoh tersebut syarat akan nilai-nilai keislaman dan pentingnya kembali kepada Allah. Karena sejatinya manusia memang memerlukan bimbingan, ketenangan hati dan bermanfaat bagi sesama. Novel Bait Surau mengajak para pembaca untuk kembali introspeksi diri, menyadari kesalahan, merenungkan apa tujuan hidup di dunia dan akhirnya kembali ke jalan yang diridhoi Allah sehingga hidup menjadi tenang.

Perjalanan menggapai ketenangan dan tujuan hidup yang dialami oleh tokoh utama yaitu Romi dan tokoh-tokoh yang lain, penuh dengan nilai-nilai keislaman. Romi yang dianugerahi kekayaan namun sombong dan arogan serta menyia-nyiakan istri yang begitu setia kepadanya melakukan perjalanan ke

Desa Samadikun. Kemudian tinggal bersama keluarga yang sederhana yaitu

Abah yang berprofesi sebagai penjual batu nisan, Ramdhan bekerja sebagai nelayan dan siti yang tuna wicara.

Tinggal bersama keluarga yang sederhana namun tentram dan taat beribadah tersebut membuat Romi pelan-pelan belajar agama hingga suatu saat menemukan surau yang sudah rapuh di desa tersebut. Romi akhirnya belajar mengaji dan berniat membangun surau tersebut. Walau pada akhirnya,

Romi belum sempat menggunakan surau tersebut karena kapal nelayannya terbalik dilautan, namun surau tersebut menjadi bukti titik balik Romi mengenal Tuhannya.

8

Masyarakat dapat mencontoh dan mengambil banyak pelajaran dari

novel tersebut. Novel karya Rakha Wahyu tersebut terbit pada tahun 2012.

Eksistensi dan popularitas novel tersebut di tengah-tengah masyakat semakin

menarik. Apalagi cerita tersebut juga diangkat menjadi sebuah film dan tayang

di bioskop-bioskop pada tanggal 20 Oktober 2015. Sehingga semakin banyak

masyarakat yang dapat menikmati dan mengambil pelajaran yang terkandung

di dalamnya. Berdasarkan konteks di atas, penulis akan meneliti “ANALISIS

WACANA TAUBAT DALAM NOVEL BAIT SURAU KARYA RAKHA

WAHYU”

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Peneliti akan memberikan fokus penelitian atau batasan masalah

pada wacana taubat yang terkandung dalam novel Bait Surat Karya Rakha

Wahyu yang terdiri dari 9 sub bab, yang diterbitkan oleh Two Synergy

Publisher tahun 2012.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis

merumuskan permasalahannya sebagai berikut:

a. Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau Karya Rakha

Wahyu dilihat dari dimensi teks?

b. Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau Karya Rakha

Wahyu dilihat dari dimensi kognisi sosial?

9

c. Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha

Wahyu dilihat dari dimensi konteks sosial?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau

karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi teks.

b. Untuk mengetahui bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau

karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi kognisi sosial.

c. Untuk mengetahui bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau

karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi konteks Sosial.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

positif bagi bidang keilmuan dalam mengkaji wacana taubat yang akan

disebarkan kepada masyarakat luas

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat meninspirasi dan memberikan

masukan serta menambah wawasan kepada mahasiswa, dan

masyarakat untuk berperan aktif dalam menyebarkan pesan-pesan

keislaman khususnya tentang taubat termasuk dalam bentuk novel.

10

D. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Bogdan dan Biklen adalah konsep atau prosisi

yang mengarahkan cara berfikir dari suatu penelitian.8 Paradigma disebut

juga dengan perspektif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

paradigma kritis. Paradigma kritis adalah paradigma yang lahir sebagai

kritik terhadap paradigma kontruktivisme yang dipandang kurang sensitif

pada proses produksi dan reproduksi makna secara historis maupun

intitusional. Pada teori kritis, tidak berpusat kepada keberanan struktuk

bahasa, simbol ataupun penafsiran.

Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipahami

sebagai studi bahasa semata. Bahasa tidak hanya dipandang dari aspek

kebahasaan tetapi juga dicurigai digunakan dengan tujuan dan praktik

tertentu. Termasuk praktik kekuasaan.9

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif dengan menggunakan analisis wacana sebagai pisau analisis.

Hasil dari metode kualitatif adalah deskriptif berupa teks maupun kata-kata

dan perilaku orang yang dapat diamati.10

8 Mohammad Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitif-Kualitatif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 37. 9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2001) h 7. 10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisis Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.

11

Pada metode kualitatif, yang digali dan ditekankan oleh peneliti

adalah pertanyaan bagaimana. Menurut Burhan Bungin “Pendekatan

kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang

mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam

masyarakat.”11

Dalam penelitian komunikasi, seharusnya mampu mengungkap

makna yang terkandung dalam suatu materi atau pesan komunikasi, salah

satunya menggunakan metode analisis wacana.

“Wacana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah percakapan, komunikasi verbal, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti buku ilmiah, laporan riset yang komunikatif, buku-buku pembahasan tertentu, artikel, naskah, ceritera, polemik, perdebatan, kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis, pertukaran ide secara verbal, kemampuan memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat, teks dan lain sebagainya.”12

Analisis wacana adalah alternatif dari analisis isi konvensional yang

pada umumnya hanya menggali muatan teks yang bersifat nyata. Analisis

wacana menggali pesan yang tersembunyi artinya yang menjadi perhatian

tidak sekedar teks melainkan makna. Jika dalam analisis isi yang terpenting

adalah apa yang dikatakan, maka dalam analisis wacana adalah bagaimana

dan dengan cara apa dikatakan.13 Sehingga analisis wacana biasa disebut

sebagai analisis tambahan dari analisis isi karena lebih lengkap dan

mendalam. Jika analisis isi biasa menggunakan metode kuantitatif, analisis

wacana menggunakan metode kualitatif.

11 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 23. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008). h. 1552. 13 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta:Rajawali Pers,2000) h.152.

12

Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan model analisis wacana

Teun A. Van Dijk. Model Van Dijk juga biasa disebut sebagai kognisi

sosial. Analisis wacana Teun A. Van Dijk menekankan pada tiga dimensi

yaitu wacana teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam dimensi teks,

diteliti bagaimana struktur teks. Dalam kognisi sosial, dipelajari bagaimana

proses teks yang melibatkan kognisi penulis terhadap hal yang digarapnya.

Dalam konteks sosial mempelajari bagaimana wacana tersebut berkembang

dalam suatu masyarakat. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak

cukup hanya pada teks, karena teks dihasilkan dari suatu praktik produksi

yang harus diamati.14 Sehingga dalam penelitian Van Dijk, diamati pula

latar belakang penulis atau wartawan yang menulis suatu teks berita.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Novel Bait Surau Karya Rakha

Wahyu. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah wacana taubat dari

segi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik

wawancara. Wawancara adalah salah satu metode untuk mengumpulkan

data dari orang selaku subjek yang meliliki hubungan yang sesuai dengan

masalah yang akan diteliti.15 Wawancara digunakan untuk memeroleh data

kognisi sosial dan konteks sosial. Penulis melakukan wawancara dengan:

1. Rakha Wahyu (penulis Novel Bait Surau).

14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar teks Media h. 221. 15 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif ( Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2007), h. 132.

13

2. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA (Guru Besar Tasawuf UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta)

3. Hj. Nunung Khairiyah, MA (Dosen Ilmu Dakwah Fakultas llmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).

4. Lena Suarni (pembaca Novel Bait Surau).

5. Arrum Prabuningtias (pembaca Novel Bait Surau).

6. Ulfi Nursa (pembaca Novel Bait Surau).

5. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis wacana Teun

A. Van Dijk yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks

sosial. Dalam analisis teks terbagi menjadi struktur makro, superstruktur

dan struktur mikro. Struktur makro adalah makna global atau umum dari

keseluruhan teks yang amati dalam suatu teks, elemennya tematik atau

topik. Superstuktur meliputi kerangka suatu teks. Struktur Mikro adalah

makna kecil atau lokal yang dapat diamati. Hal tersebut tentu dilihat dari

bagian kecil dalam teks seperti kata yang digunakan, kalimat serta gaya

tulisan.16

Kognisi sosial, menjelaskan bagaimana penulis mengetahui dan

memahami peristiwa yang sedang digarapnya. Kemudian, konteks sosial,

mengetahui bagaimana masyarakat memandang sebuah wacana tersebut.

E. Tinjauan Pustaka

16 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, h. 227.

14

Dalam melakukan penelitian, Peneliti menggunakan tinjauan Pustaka

sebagai berikut:

1. Skripsi Muhammad Sukamdi, 2010. Mahasiswa Bimbingan dan

penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri

Walisongo Semarang dengan judul “KONSEP TAUBAT MENURUT

HAMKA DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN MENTAL (ANALISIS

BKI)”17

2. Skripsi Agus Muzakki Yamani, 2014. Mahasiswa Komunikasi dan

Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam

Negeri Yogyakarta. Dengan judul “PESAN TAUBAT

PADA LIRIK LAGU NASYID EDCOUSTIK DALAM ALBUM

SEPOTONG EPISODE”18

3. Skripsi Ika Kurnia Utami, 2013. Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul “SEMIOTIKA

TAUBAT DALAM FILM “MAMA CAKE””19

17 Muhammad Sukamdi, “Konsep Taubat menurut dalam Perspektif Kesehatan Mental (Analisis BKI),” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2010), tersedia di http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl- muhamadsuk-4532-1-skripsi-p.pdf internet; diunduh pada 13 Februari 2017 18 Agus Muzzaki Yamani, “Pesan Taubat pada Lirik Lagu Nasyid Edcoustik dalam Album Sepotong Episode” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta, 2014) terdapat di http://digilib.uin- suka.ac.id/14949/1/10210026_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf internet; diunduh pada 13 Februari 2017 19 Ika Kurnia Utami, “Semiotika Taubat dalam film “Mama Cake””, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013) , tersedia di http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27715/1/IKA%20KURNIA%20UTAMI -FDK.PDF internet; diunduh pada 13 februari 2017

15

Tabel 1

Tinjauan Pustaka

Penelitian Judul Penulis/Tahun Metode/Te Temuan Terdahulu /Lembaga ori Konsep Taubat Muhammad Kualitatif/ Mengonsepkan Menurut Sukamdi/2010 Studi taubat menurut Hamka Dalam /Fakultas Ilmu Pustaka/ Hamka melalui Perspektif Dakwah, Conten data-data atau studi Kesehatan Institut Analisis pustaka. Mental Agama Islam (Analisis BKI) Negeri Walisongo Semarang Pesan Taubat Agus Kualitatif/ Menganalisis pesan Pada lirik Lagu Muzakki Semiotika taubat yang Nasyid Yamani/2014/ Model terdapat dalam tiga Edcustik Dalam Fakultas Ilmu Ferdinan lirik lagu nasyid Album Dakwah dan de dalam Album Sepotong Komunikasi, Saussure Sepotong Episode Episode UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Semiotika Ika Kurnia Kualitatif/ Menganalisis tanda Taubat Dalam Utami/2013 Semiotika dan petanda taubat Film “Mama Fakultas Ilmu model yang terdapat Cake” Dakwah dan Rolland dalam film Mama Komunikasi/ Barthes Cake. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian Analisis Winarni/2017/ Kualitatif/ Menganalisis Peneliti Wacana Taubat Fakultas Ilmu Analisis wacana taubat yang Dalam Novel Dakwah dan Wacana terdapat dalam Bait Surau Ilmu Model novel Bait Surau Karya Rakha Komunikasi Teun A. karya rakha Wahyu Wahyu UIN Syarif Van Dijk dilihat dari dimensi Hidayatullah teks, kognisi sosial Jakarta dan konteks sosial.

16

F. Sistematika Penulisan 1. Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian

(paradigma penelitian, metode penelitian, subjek dan objek penelitian,

teknik pengumpulan data dan teknik analisis data), tinjauan pustaka, serta

sistematika penulisan.

2. Bab II Kerangka Teori

Pada bab ini, penulis akan membahas seputar teori yang digunakan

sebagai pisau analisis. Bab ini berisikan tentang tinjauan umum

pengertian analisis wacana, teori analisis wacana Teun A. Van Dijk yang

membongkar isi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Membahas

tinjauan umum novel sebagai karya fiksi yaitu pengertian novel, unsur-

unsur instrinsik dan ekstrinsik novel, Membahas taubat yaitu pengertian

taubat, macam-macam taubat, tanda- tanda taubat dan klasifikasi dosa.

3. Bab III Gambaran Umum: Rakha Wahyu dan Novel Bait Surau

Pada bab III meliputi profil Rakha Wahyu, karya-karya Rakha

Wahyu dan sinopsis Novel Bait Surau.

4. Bab IV Temuan dan Analisis Data

Pada bab IV meliputi analisis wacana taubat dalam Novel Bait

Surau karya Rakha Wahyu menurut analisis wacana Teun A. Van Dijk

yang membongkar dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.

Struktur teks terbagi menjadi stuktur makro, superstruktur dan struktur

mikro. Sedangkan kognisi sosial menjelaskan bagaimana Rakha Wahyu

17

mengetahui dan memahami konsep taubat. Kemudian konteks sosial

menjelaskan bagaimana konsep taubat tersebut berkembang dan

dimaknai oleh masyarakat.

5. Bab V Penutup

Pada bab V meliputi kesimpulan yang menjawab pertanyaan yang

terdapat pada bab 1 serta saran dari penulis.

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana

Istilah wacana sering ditemui dalam lingkup komunikasi. Secara

etimologi, wacana berasal dari bahasa sansakerta yaitu wac, wak, vak

yang berarti berkata atau berucap. Kemudian diberi bentuk akhiran ana.

Sehingga wacana berarti perkataan atau tuturan.1

Wacana selalu dihubungkan dengan ucapan atau tulisan, seperti

nasihat, risalah dan sebagainya.2 Analisis wacana sebagai sebuah kajian

bahasa yang akan membongkar makna dalam suatu teks tidak dapat

terlepas dari kajian linguistik atau kebahasaan sendiri, maupun etnografi

atau kajian kehidupan dan kebudayaan serta latar belakang penulis teks

tersebut.

Analisis wacana atau discouse analysis adalah cara yang digunakan

untuk membongkar makna atau pesan komunikasi yang terdapat dalam

suatu teks baik secara tekstual maupun kontekstual. Sehingga makna yang

digali dari sebuah teks atau pesan komunikasi tidak hanya dilihat dari teks

yang sudah jelas tertulis semata tetapi lebih dari itu.3 Berbeda dengan

analisis isi atau conten analysis yang berfokus kepada tekstual, analisis

1 Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Pinsip-Prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3. 2 Munawar Syamsudin Aan, Resolusi Neo-Metode Riset Komunikasi Wacana (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 48. 3 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis, 2007), h. 170.

18 19

wacana tidak hanya meneliti yang makna yang tersurat dalam teks tetapi

juga yang tersirat. Sehingga membongkar makna yang terkandung dalam

pesan komunikasi secara tekstual maupun kontekstual.

Dalam sebuah wacana, tidak mengherankan jika makna yang

dibongkar dari suatu pesan yang terkandung dalam sebuah pesan

komunikasi tidak hanya dilihat dari teks yang tertulis maupun ucapan

langsung semata karena ada hal lain yang turut memengarui teks atau

ucapan tersebut. Sebuah kepercayaan, nilai dan kategori lain yang

mewakili pandangan organisasi atau berkaitan dengan pengalaman akan

memengaruhi komunikasi lisan maupun tulisan. Hal tersebutlah yang

disebut wacana menurut Roger Fowler.4

2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Model Van Dijk adalah model yang cukup menarik karena

menurut model yang sering disebut sebagai kognisi sosial ini, penelitian

mengenai wacana tidak hanya terbatas pada teks semata. Karena teks

yang ada merupakan hasil dari sebuah praktik produksi. Teks yang tertulis

adalah teks yang telah ditulis oleh pembuat teks sehingga pengetahuan

dari pembuat teks tersebut turut memengaruhi mengapa dapat tercipta teks

yang demikian. Maka proses dari pembuatan teks atau produksi teks

tersebut juga menarik untuk diteliti karena melibatkan proses yang

kompleks.5

4 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media (Yogyakarta: LKis, 2001), h. 2. 5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media h. 222. 20

Dalam suatu penelitian media, dapat ditemukan beberapa teks yang

menyingkirkan atau menangkat suatu kaum. Hal tersebut sebenarnya

menarik untuk diteliti mengapa teks tersebut dapat hadir. Apa alasan

mengapa teks tersebut dapat hadir. Misalnya saat teks dalam suatu berita

yang memarginalkan wanita, kognisi sosial berfungsi untuk menunjukan

bagaimana sebenarnya proses produksi atau penulisan teks tersebut oleh

wartawan dan bagaimana nilai-nilai yang umumnya berkembang dalam

masyarat mengenai kedudukan wanita dan laki-laki yang memengaruhi

pikiran dan pengetahuan wartawan tersebut dalam menulis.6

Model Van Dijk mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial

dan konteks sosial. maka ketiga dimensi tersebut saling berkaitan. Dalam

penelitian model Van Dijk, untuk membongkar dimensi teks maka teks

yang akan diteliti tersebutlah yang menjadi fokus penelitian. Setelah

diteliti dengan melihat bagaimana struktur teks dan stategi wacana dalam

teks tersebut maka dapat diliat tema atau topik tertentu yang ingin

disampaikan oleh pembuat teks. Pada dimensi kognisi sosial, dibongkar

bagaimana sebenarnya proses prosuksi teks tersebut hal ini akan

membuktikan bagaimana sebenarnya pikiran dan pengetahuan dari

pembuat teks. sedangkan dalam dimensi kognisi sosial melihat bagaimana

sebenarnya suatu wacana berkembang dalam masyarakat dan bagaimana

masyarakat menilai wacana tersebut.7

6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media h. 222. 7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 224. 21

3. Kerangka Analisis Wacana Teun A. Van Dijk

Teori Van Dijk terdiri atas elemen teks, kognisi sosial dan konteks

sosial yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan.

a. Teks

Tabel 2 Stuktur teks Van Dijk8 Stuktur Makro Makna global atau keseluruhan atau umum yang diamati dari teks hasilnya merupakan tema atau topik yang terdapat dalam teks tersebut. Superstuktur Kerangka suatu teks, biasanya terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Stuktur Mikro Makna lokal yang terdapat dalam diksi, kalimat atau gaya penulisan dalam suatu teks.

Menurut tabel diatas, dimensi teks menurut Van Dijk terbagi

menjadi tiga tingkatan yaitu:

1) Struktur Makro adalah makna global atau umum, atau keseluruhan

yang terdapat dalam suatu teks, makna tersebut didapat dari tema

besar yang dikedepankan atau ditegaskan atau paling sering di

tonjolkan dalam sutu teks berita.

2) Superstuktur berkaitan dengan kerangka atau stuktur yang

membangun suatu teks yang saling berhubungan menjadi bangunan

teks yang utuh.

8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 227 22

3) Stuktur mikro melihat lebih detail dan mengamati bagian-bagian

kecil yang terdapat dalam suatu teks misalnya kata, prosisi, anak

kalimat, parafrase, dan gambar.9

Menurut Van Dijk, elemen-elemen atau struktur teks yang

terdapat dalam dimensi teks tersebut saling berkaitan erat dan

merupakan satu kesatuan utuh yang dapat diamati. Bagian kecil atau

detail sekalipun harus diamati karena dapat membongkar bagian yang

lebih umum atau global. Maka pilihan kata atau diksi, kalimat dan

elemen lain dalam struktur mikro sebenarnya dapat menjawab tema

global yang struktur makro dalam suatu teks. saat mengamati suatu

teks, berarti bukan hanya melihat bagaimana suatu wacana atau

peristiwa diliput kemudian disebarkan oleh suatu media tetapi juga

melihat bagaimana kata-kata yang digunakan oleh media tersebut

dalam memuat berita. Bagaimana suatu media menyajikan suatu

peristiwa atau berita kepada masyarakat dengan pilihan kata dan gaya

bahasa tertentu. Pilihan kata yang dipilih oleh media atau si pembuat

berita adalah cara untuk memengaruhi pendapat umum atau opini

publik terhadap suatu peristiwa, dengan harapan menciptakan

dukungan masyarakat misalnya. Memperkuat kekuasaan atau bahwa

menyingkirkan lawan.10

9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h.226. 10 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h.226. 23

Tabel 3 Elemen wacana Van Dijk dimensi teks11

Stuktur Wacana Hal yang diamati Elemen Stuktur Makro Tematik Topik Tema/ Topik yang ditonjolkan dalam teks berita Superstruktur Skematik Skema Bagaimana kerangka atau skema suatu teks dibuat

Struktur Mikro Semantik Latar, Detail, Makna yang ingin ditonjolkan Maksud, dengan membuat detail Praanggapan, sehingga suatu topik tertentu Nominalisasi lebih terlihat lebih jelas (eksplisit) sedangkan yang lainnya tersirat (implisit) . atau memperbanyak suatu bagian dan menyingkirkan bagian lain

Stuktur Mikro Sintaksis Bentuk Kalimat, Bagaimana kalimat (bentuk, Koherensi, Kata susunan kalimat) yang dipilih ganti Stuktur Mikro Stilistik Leksikon Bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks berita Stuktur Mikro Retoris Grafis,Metafora,

11 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 228. 24

Bagaimana dan dengan cara Eekspresi penekanan dilakukan untuk menonjolkan bagian atau tema tertentu

Dimensi teks dalam teori Van Dijk terdiri dari tiga tingkatan

atau skruktur yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.

Struktur wacana makro berarti makna global sehingga elemen yang

diamati adalah tematik atau topik yang dikedapankan dalam sebuah

berita. Tematik berarti gambaran umum, gagasan inti yang utama dari

suatu teks berita. Topik menggambarkan apa yang ingin disampaikan

oleh wartawan dalam berita tersebut.12

Superstruktur mengamati skema atau kerangka yang

membentuk suatu teks mulai dari pendahuluan, isi, penutup

kesimpulan. Dalam penulisan skema yang membentuk sebuah alur

cerita yang berhubungan dan memiliki satu kesatuan arti. Dapat dilihat

mana bagian yang lebih banyak ditonjolkan dan mana bagian yang

sedikit dibahas. 13

Struktur Mikro berarti Makna lokal dari suatu teks yang dapat

diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu

teks. Struktur wacana mikro mengamati beberapa hal diantaranya

semantik yaitu makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks.

12 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 229. 13 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 234. 25

Elemen yang diamati dalam semantik yaitu latar, detail, maksud,

praanggapan, dan nominalisasi.

Latar merupakan hal yang penting untuk diamati karena dapat

mengungkapkan ke arah mana opini masayarakat akan dibawa

melalui teks yang gambarkan. Terkadang, Penulis teks tidak secara

langsung menuliskan maksud yang ingin ditonjolkan namun saat

melihat latar, maka akan terlihat ke arah mana teks tersebut dibawa

dan apa maksud sebenarnya yang diinginkan oleh pembuat teks.14

Elemen detail dan maksud berkaitan erat dengan mana topik

atau bagian yang lebih banyak ditonjolkan dan bagian mana yang

sedikit ditulis. Biasanya bagian yang menguntungkan pembuat teks

akan ditulis dengan jelas, banyak, dan berulang. Namun topik atau

bagian yang merugikan akan ditulis dengan porsi yang sedikit bahkan

menggunakan kata-kata yang berbelit-belit. Sedangkan bagian yang

mungkin saja merugikan pihak lain namun menguntungkan pembuat

teks akan ditulis lebih jelas, panjang dan frequensi kemunculannya

lebih banyak di setiap bagian.15

Struktur mikro juga mengamati sintaksis, melihat bagaimana

kalimat disusun dan dipilih. Elemen yang diamat dalam sintaksis

struktur wacana mikro yaitu bentuk kalimat, koheransi dan kata ganti.

Bentuk kalimat menunjukan apakah maksud suatu teks digambarkan

secara jelas atau tersembunyi. Dalam segi penulisan, bentuk kalimat

aktif maupun pasif atau bentuk deduktif maupun induktif adalah

14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 235. 15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 238. 26

benar. Namun jika diamati, bentuk kalimat akan berkaitan dengan

kesan apa yang ingin ditonjolkan oleh pembuat berita. Misalnya ada

sebuah kasus yang melibatkan A dan B. Apakah A yang menjelaskan

B. Ataukah B yang menjelaskan A.16

Elemen Koheransi pertalian atau hubungan antar kata yang

terdapat dalam teks. Kohenransi akan menjelaska apakah suatu

peristiwa yang terdapat dalam teks tersebut merupakan peristiwa

sebab akibat, saling terpisah atau berhubungan. Elemen kata ganti

untuk menciptakan kesan bahwa pendapat komunikator adalah

pendapat umum dan juga merupakan pendapat komunikan.

Selain itu, struktur Mikro juga mengamati stilistik yaitu

melihat bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.

Elemen yang diamatinya yaitu Leksikon. Leksikon dapat menunjukan

suatu ideologi atau sikap tertentu dari cara seseorang memilih suatu

kata dari kemungkinan kata yang lain. Dengan memilih satu kata

untuk menggambarkan satu peristiwa dapat memengaruhi masyarakat

untuk mengikuti ideologi atau sikap tertentu.17

Struktur Mikro juga mengamati Retoris, membongkor cara dan

bagaimana penekanan dilakukan dalam suatu teks berita. Elemennya

berupa grafis, metafora dan ekspresi.

Elemen grafis melihat suatu teks apakah ada teks yang berbeda

dari teks lainnya misalnya dengan tanda baca, jenis dan ukuran huruf

16 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 251. 17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 255. 27

yang berbeda seperti digaris bawahi, dicetak miring, huruf tebal atau

menggunakan gambar, grafik, tabel, diagram dan sebagainya.18

Elemen Metafora digunakan untuk memperkuat suatu berita

yang ditulis oleh seorang wartawan atau pembuat teks. lewat

metafora, wartawan mencari pembenaran lain yang dapat menguatkan

gagasannya dalam tulisan misalnya lewat ayat Al-Qur’an yang

menunjukan adanya kesesuaian dengan gagasan berita yang ditulisnya

atau lewat kiasan, ungkapan sehari-hari, pepatah, peribahasa, kata-

kata kuno yang berkembang dalam masyarakat.19

b. Kognisi Sosial

Agar dapat membongkar makna yang tersembunyi dalam suatu

teks, maka diperlukan pula kognisi sosial dan konteks sosial. karena

teks dihasilkan dari sebuah proses produksi atau pembuatan teks itu

sendiri. Teks dihasilkan lewat kesadaran mental, prasangka serta

pengetahuan penulis dan pembaca yang ikut memaknai peristiwa

hingga terciptanya sebuah teks yang bermakna sedemikian rupa.20

Tabel 4 Skema atau model Kognisi Sosial Van Dijk21 Skema Person (Person Schemas) yang menggambarkan seseorang menilai orang lain. Saat seseorang menilai orang lain yang berbeda dengannya baik dari segi agama, ras atau lainnya besar kemungkinan perbedaan tersebut memengaruhi tulisan yang dibuatnya. Skema diri (Self Schemas) yang berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami dan dinilai oleh orang lain.

18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 257. 19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 259. 20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 260. 21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 262.

28

Skema Peran (Role Schemas). Yang menggambarkan bagaimana seseorang menilai suatu peran atau peristiwa yang seharusnya terjadi dalam masyarakat. Misalnya bagaimana memandang atau menilai kedudukan perempuan seharusnya dalam masyarakat akan memengaruhi tulisan dalam berita Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian tertentu.

Menurut Van Djik, skema digunakan untuk memahami suatu

peristiwa. Skema sangat berkaitan erat dengan pengalaman dan

sosialisasi sehingga terciptanya struktur mental yang digunakan untuk

memandang manusia, peranan sosial dan peristiwa tertentu.22

Selain model atau skema, hal yang penting dalam kognisi

sosial menurut Van Dijk adalah memori. Memori biasa dikenal

dengan kata ingatan. Memori gunakan untuk berfikir tentang sesuatu

dan mengetahui tentang sesuatu. Memori terbagi menjadi yaitu

memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka

pendek digunakan untuk mengingat seseuatu. Memori jangka panjang

terbagi lagi menjadi dua yaitu memori episodik dan memori semantik.

Memori episodik berkaitan dengan pengalaman diri sendiri sedangkan

memori semantik berkaitan dengan pengetahuan tentang alam dunia

atau realitas kehidupan yang terjadi.23

22 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 261 23 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 265 29

c. Konteks Sosial

Konteks sosial merupakan dimensi ketiga dari analisis Van

Djik. Melihat wacana yang berkembang dan dibangun dalam

masyarakat dengan analisis intertual. Misalnya saat melihat wacana

tentang gender maka diamati bagaimana pemberitaan media

mengenai gender yang beredar dalam masyarakat. Bagaimana

point penting mengenai gender disepakati bersama. Konteks sosial

erat kaitannya dengan legitimasi atau kekuasaan alias kepemilikan

modal untuk menyebarkan berita tentang suatu isu. Erat pula

dengan kekuasaan dan kebebasan akses memperoleh dan

menyebarkan suatu isu kepada masyarakat.24

B. Novel Sebagai Karya Fiksi

1. Pengertian Novel

Novel secara etimologi berasal dari bahasa italia yaitu novella yang

berarti sebuah barang baru yang kecil yang kini diartikan sebagai prosa

yang tidak terlalu panjang maupun terlalu pendek alias sedang,

mencerminkan kehidupan nyata atau realistis, bahasanya puitis dan epik

atau mencerminkan riwayat perjuangan.25 kelebihan novel yang tidak

terlalu pendek dan tidak terlalu panjang adalah penulis novel dapat

mencurahkan isi fikirannya dengan leluasa, namun pembaca juga tidak

mudah bosan akibat cerita yang terlalu panjang atau terlalu tebal.

24 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 271 25 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 9. 30

Novel pertama kali berkembang pada abad ke 18 dikalngan kaum

Borjuis Inggris. Sedangkan di Indonesia berkembang pesat pada tahun

1970-an.26 Perkembangan novel di Indonesia cukup pesat apalagi di

wilayah minang, selain banyak bernuansa romantisme, novel dijadikan

pula sebagai wadah untuk menyalurkan nilai-nilai kebaikan kepada

masyarakat. Misalnya novel di bawah lindungan ka’bah karya Hamka.

2. Unsur-Unsur Instrinsik dan Ekstinsik Novel

Unsur instrinsi adalah unsur yang terdapat dalam karya sastra dan

membangun karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah

unsur yang terdapat di luar karya sastra namun memengaruhi penulisan

karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik novel diantaranya adalah keadaaan

pibadi atau subjektif dari pengarang karya sastra tersebut misalnya

pandangan hidup, psikologis saat menulis, sosial ekonomi, bahkan politik

yang sedang berkembang yang ikut memengaruhi tulisan.27

Unsur intrinsik novel diantaranya:

a. Tema

Tema adalah ide dasar yang membangun sebuah cerita yang

terus dikembangkan sehingga menjadi gagasan besar atau menjiwai

keseluruhan bagian cerita, tema biasanya dapat dilihat dari motif-motif

26 Jakob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977 (Bandung: Penerbit Alumi, 1999), h. 12. 27 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University press, 1995), h. 24. 31

atau jalan cerita yang menimbulkan suatu konflik, periwtiwa demi

peristiwa atau suatu tertentu dalam suatu karya.28 b. Alur (Plot)

Alur ataur plot adalah jalan cerita. Rangkaian peristiwa yang

yang saling berhubungan dan merupakan kejadian sebab-akibat.29 c. Tokoh

Tokoh menunjukan pelaku, aktor yang terdapat cerita. Layaknya

kehidupan manusia pada kisah nyata, melalui ekspresi atau tindakan

yang digambarkan dalam sebuah cerita, aktor memiliki kualitas moral

tertentu. Adapun tokoh dibedakan menjadi:

1) Tokoh utama dan tokoh tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak muncul atau

diceritakan. Tokoh tambahan lebih sedikit kemunculannya dalam

cerita.30

2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis

Tokoh Progonis adalah tokoh yang digambarkan memiliki

watak, perbuatan baik , ucapan baik dan sifat-sifat baik lainnya

yang sesuai norma-norma yang disukai pembaca. Tokoh antagonis

adalah tokoh yang memiliki watak buruk, ucapan serta

perbuatannya jauh dari norma-norma yang disukai pembaca dan

28 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.68. 29 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 113. 30 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 32

bertentangan dengan tokoh progagonis. Biasanya tokoh antagonis

menimbulkan konflik, kerusuhan dan sebagainya.31

3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat

Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu

watak atau karakter tertentu. Tokoh bulat adalah tokoh yang lebih

banyak diceritakan sehingga watak dan tingkah lakunya

kemungkinan tergambar lebih kompleks dan bermacam-macam.32

4) Tokoh statis dan tokoh berkembang

Tokoh statis adalah tokoh yang yang tidak mengalami

perubahan perwatakan. Dari awal cerita hingga akhir tokoh

tersebut hanya memiliki watak baik atau buruk saja. Tokoh

berkembang adalah tokoh yang wataknya berubah sesuai peristiwa

cerita atau kisah yang terjadi padanya.33 Misalnya saat awal cerita,

tokoh tersebut memuliki watak buruk, namun peristiwa demi

peristiwa yang terjadi akhirnya tokoh tersebut berubah menjadi

baik.

5) Tokoh tipikal dan tokoh netral

Tokoh tipikal lebih banyak ditambarkan sisi sosialnya

seperti bagaimana pekerjaannya atau kebangsaannya sedangkan

kehiduapan pribadinya tidak terlalu ditonjolkan. Tokoh netral

adalah khayalan yang hanya ada dalam dunia fiksi.34

31 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 32 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 33 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 34 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 33

d. Latar

Latar atau setting memberikan pijakan cerita secara konkrit dan

jelas berhubungan dengan tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.35 e. Sudut Pandang. 36

Sudut pandang kaitannya dengan siapa yang menceritakan dan

dari posisi mana cerita tersebut diceritakan. Adapun macam-macam

sudut pandang diantaranya:

1) Sudut pandang pesona ketiga “Dia”

Narator atau pengarang adalah orang yang berada diluar cerita

dan hanya menceritakan tokoh tokoh dalam cerita menggunakan

kata ganti dia, mereka atau orang posisi orang ketiga. Sudut

pandang “Dia” dibedakan menjadi:

a) “Dia mahatahu”

Narator menceritakan semua tentang dia atau tokoh-tokoh yang

ada. Narator tahu semua hal tentang dia.

b) “Dia terbatas”, “dia” sebagai pengamat

Narator tahu segala hal tentang satu tokoh saja.

2) Sudut pandang pesona “Aku”

Narator atau pengarang bertindak sebagai “Aku”. Narator

seolah-olah menceritakan kehidupan pribadinya sendiri seperti

sedang bercerita tentang dirinya terhadap apa yang dirasakan, serta

35 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.230, 36 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 256. 34

sikpanya terhadap tokoh lain dalam cerita. Sudut pandang pesona

pertama dibedakan menjadi:

a) “Aku” tokoh utama

b) “Aku” tokoh tambahan

3) Sudut pandang campuran

Penggunan sudut pandang campuran berarti pengarang

menceritakan peristiwa dalam novel atau karya sastra lewat

berbagai teknik37

f. Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca lewat karya sastranya.38 Melalui cerita, karakter dan

tingkah laku tokoh, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah

yang terkandung didalamnya.

g. Gaya Bahasa agar mengandung nilai lebih.

C. Taubat

1. Pengertian Taubat

Taubat secara etimologi berasal dari kata taaba menjadi tawaba

yang berarti pulang, kembali, dan penyesalan.39 Sedangkan taubat menurut

para ahli adalah:

37 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 256. 38 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 321. 39 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah (Jakarta: Pustaka Asy-Syafi’i, 2007), h. 9. 35

Menurut Abu Hamid al-Ghazali taubat adalah panasnya isi perut,

panasnya api yang menyala dalam hati karena perbuatan dosa. Taubat

dilihat dari makna meninggalkan berarti meninggalkan maksiat dan

melakukan ketaatan.40 Sedangkan menurut Ibnu Qayyaim, “taubat adalah

meninggalkan segala sesuatu yang dibenci Allah, menuju kepada sesuatu

yang di cintai-Nya baik secara lahir maupun batin.”41

Menurut Ibnu Hajar, taubat adalah berkaitan pula dengan perilaku

kepada sesama makhluk. Setelah mengetahui kehinaan perbuatan dosa

yang pernah dilakukan, maka segara ditinggalkan, menyesali perbuatan

dosa tersebut dan berkeinginan keras tidak mengulanginya lagi.

Sedangkan yang berkaitan dengan sesama makhluk, misalnya telah

mengambil barang yang bukan haknya, maka segera dikembalikan serta

meminta maaf telah mengambil barang tersebut.42

Taubat juga dapat diartikan meninggalkan perbuatan dosa karena

mengetahui kehinaannya, menyesal karena pernah melakukannya, dan

berkeinginan keras dalam hati untuk tidak mengulanginya andaipun

mampu untuk mengulanginya. Mengirinya dengan amalan baik yang dulu

diabaikan dan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang pernah

ditinggalkan karena ikhlas kepada Allah SWT, mengharapkan pahala-Nya,

40Abu Hamid al-Ghazali disebut dalam syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah, h. 11. 41 Ibnu Qayyim disebut dalam syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah, h. 12. 42 Ibnu Hajar disebut dalam syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah , h. 13. 36

dan takut terhadap siksaan-Nya. Semuanya dilakukan selama nyawa belum

sampai ditenggorokan dan matahari belum terbit dari arah barat.

2. Macam-Macam Taubat

Menurut Dzun Nun Al-Mihri, taubat ada dua macam yaitu taubat

awam dan taubat khawas. Orang awam bertaubat karena kalalaian. Orang

khawas atau orang yang telah menjadi sufi, taubat berarti pangkal tolak

peralihan dari hidup lama () yaitu terlena mengingat Tuhan ke

kehidupan baru secara sufi yang selalu ingat dan rasa dekat kepada Tuhan

sepadang masa dalam segala keadaan.43

3. Tanda-Tanda Taubat. 44

a. Menyadari letak kesalahannya

Seseorang yang akan bertaubat menyadari letak kesalahan tersebut

karena perbuatan dosa yang dilakukan akan menimbulkan kerugian.

b. Merasa menyesali perbuatan tersebut

Taubat bukan hanya sekedar ucapan semata bahwa seseorang telah

bertaubat. Namun juga benar-benar menyesali perbuatan dosa tersebut,

memiliki malu yang luar biasa kepada Allah karena telah melakukan

dosa tersebut. sehingga tertekad untuk tidak mengulanginya lagi

dikemudian hari. Orang yang benar-benar menyesali perbuatan dosa

bahkan tak kuasa menahan tangis saat kembali kepada Allah SWT.

c. Berusaha memperbaiki diri dan berjanji tidak mengulangi kesalahan

yang dilakukan.

43 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah, h.18 44 Dudung Abdul Rahman, Resep Hidup Bangkit dari Keterpurukan, (Bandung: Media Qalbu,2005) h. 115. 37

Setelah bertaubat, hendaknya mengiringinya dengan perbauatan

baik. Menutup kesalahan di masa lalu dengan kebaikan-kebaikan dan

amalan shaleh. Serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa

tersebut dikemudian hari. Menyibukan diri dengan aktifitas-aktifikas

yang bermanfaat untuk menepis godaan melakukan dosa tersebut jika

ada kesempatan.

d. Kesalahan yang dilakukan tidak diulang kembali

Menjaga diri agar tidak terjerumus kembali kepada maksiat dan dosa

yang pernah dilakukan.

4. Klasifikasi Dosa

Dosa dari segi tempatnya ada yang tampak seperti pada anggota

badan dan dosa yang tersembunyi seperti di dalam hati. Dosa dilihat dari

keterkaitannya ada yang berkaitan dengan Allah dan dosa yang berkaitan

dengan hak sesama makhluk. Menurut Ibnu Qayyaim tiap-tiap perbuatan

dosa memiliki tingkatan dan akibat kerusakan yang berbeda-beda maka

balasannya di dunia maupun di akhirat juga berbeda sesuai dengan

tingkatan dosa tersebut.45 berikut macam-macam dosa:

a. Dosa mulkiyyah atau rububiyyah

Dosa mulkiyyah atau rububiyyah adalah dosa besar. Membawa

kepada kehancuran dan kehinaan. Dosa ini besar dan tidak akan

diampuni oleh Allah SWT keculali dengan benar-benar bertaubat.

Dosa Rububiyyah adalah dosa menyekutukan Allah, sombong dengan

45 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah, h. 25. 38

menganggap diri sendiri hebat padahal tidak ada satu makluk pun yang

setara dengan Allah SWT. Sifat-sifat takabur, angkuh, sombong,

adalah pembinasa yang ampuh. 46 Sifat-sifat tersebut tak dapat

dipungkiri akan semakin membesar bahkan menyebut dirinya sebagai

Tuhan seperti yang pernah dilakukan oleh Fir’aun.

b. Dosa Syaithaniyyah

Ciri dari dosa Syaithaniyyah adalah memiliki sifat-sifat yang mirip

dengan perbuatan syaitan yaitu mengajak kepada kesesatan. Mengajak

berbuat maksit, bahkan melarang melakukan ibadah. Menganiaya,

berkhianat, menipu, dan sebagainya.47

c. Dosa Sabu’iyyah

Seseorang berperilaku seperti binatang buas yang tidak dapat

mengontrol dirinya untuk melakukan kekerasan, kemarahan, bahkan

pertumpahan darah, dan menganiaya yang lemah.48

d. Dosa Bahiimiyyah

Perbuatan dosa yang paling banyak dilakukan. Perbuatan manusia

yang mengikuti perilaku binatang yang tidak memiliki aturan. Dosa

bahiimiyyah dorongan untuk memuaskan nafsu duniawi seperti

memenuhi nafsu seksual yang tidak sesuai ajaran islam, mencuri untuk

memenuhi nafsu dunia, melakukan kejahatan, kebengisan yang pada

46 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah,h. 26. 47 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah,h. 27. 48 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah,h. 27. 39

akhirnya akan menimbulkan kegelisahan. Dosa bahimiyyah ini paling

sering dilakukan oleh umat manusia dan menyebabkan dosa-dosa

lainnya. Jika terus berulang, Masuk ke dalam dosa sabu’iyyah,

kemudian beranjak ke dosa syaithaniyyah dan menanjak ke tingkatan

dosa yang lebih tinggi lagi yaitu dosa rububiyyah.49

49 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah, h. 28.

BAB III

GAMBARAN UMUM: RAKHA WAHYU DAN NOVEL BAIT SURAU

A. Profil Rakha Wahyu

Wahyu Frayudha, ST lebih dikenal dengan nama Rakha Wahyu. Ia

lahir di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 10 Agustus 1976. Ia adalah anak

ke dua dari tujuh bersaudara.50 Ia tumbuh di lingkungan yang sederhana dan

islami. Hal ini yang membuat pribadi Rakha Wahyu menjadi sosok yang

selalu tampil sederhana dalam keadaan apapun. Kesederhaan itu juga

terpancar dari sikapnya yang ramah saat penulis melakukan wawancara guna

mengumpulkan data penelitian.

Kampung halamannya di Kuningan, Jawa Barat adalah desa yang

jauh dari perkotaan dan masih tertinggal. Saat itu, pendidikan formal masih

sulit dijangkau sehingga masih banyak anak-anak yang memilih untuk tidak

melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, banyak

tradisional sehingga selain menempuh pendidikan formal sejak SD, Rakha

Wahyu pun banyak belajar agama di pesantren sekitar rumahnya.51 Sehingga

ilmu agama tidak hanya didapat di sekolah formal namun juga dipesantren

tradisional sekitar rumahnya. Pendidikan agama sejak dini merupakan hal

yang penting, rasanya tak cukup bagi Rakha Wahyu jika hanya mengandalkan

pendidikan agama yang diajarkan di sekolah formal mengingat keterbatasan

waktu.

50 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu Penulis Novel Bait Surau pada 1 Juni 2017 pukul 18.30-20.40 WIB di Waroeng UpNormal Jl Buah Batu, Cijagra, Bandung. 51 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017

40 41

Orang tuanya yang sederhana mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan disiplin yang tinggi. Walau banyak anak-anak lain yang tidak melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, keluarganya tetap mendukung pendidikan Rakha

Wahyu. Apalagi sebagai anak lelaki yang paling tua di keluarganya, ia bertanggung jawab untuk membantu kehidupan keluarga menjadi lebih baik melalui pendidikan.

Kegemaran membaca dan menulisnya telah tumbuh sejak ia duduk dibangku SD. Pada saat itu, kelasnya di SD Ciwaru 3 Kuningan mewajibkan setiap bercerita di depan kelas setiap hari jum’at.52 Sejak saat itu, Rakha Wahyu mulai mengikuti beberapa perlombaan menulis cerita pendek tingkat ranting dan Kabupaten Kuningan. Tugas yang diwajibkan kepada setiap murid ini membuat kemampuan kreatifitas anak semakin bertambah. Jika setiap minggu anak diwajibkan untuk memiliki satu cerita baik fantasi maupun kisah nyata yang benar-benar dialami, maka secara perlahan kemampuan menulis dan berfikir anak akan semakin terlatih.

Setelah lulus sekolah dasar, Rakha Wahyu melanjutkan pendidikan di

SMPN Ciwaru 1 Kuningan, kemudian SMAN 1 Kuningan. setelah lulus dari

Sekolah Mengengah Atas, Rakha Wahyu merantau ke Jakarta.53 Ia mengikuti jejak teman-temannya yang lebih dulu merantau ke Jakarta. Ia membuka

Warkop (warung kopi). Ia banyak belajar bagaimana cara berdagang dari teman-temannya di Jakarta. Namun tujuannya datang ke Jakarta bukan hanya sekedar mencari materi semata. Dapat membeli barang-barang mewah untuk

52 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 53 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 42

keluarga di kampung halaman setelah merantau bukanlah tolak ukur sebuah kesuksesan baginya. Namun lebih dari itu, harus ada pencapaian-pencapaian yang lebih bermanfaat.

Rakha Wahyu miris melihat kehidupan teman-temannya yang hanya menjadi pegawai pabrik atau pekerja di warung kopi dengan gaji sekitar seratus lima puluh ribu rupiah setiap dua bulan.54 Hasil berjualan di warung kopi tersebut ia kumpulkan. Sehingga di tahun ke dua, ia berhasil memiliki empat warung kopi dan mengajak teman-temannya untuk mendirikan koperasi bersama agar mereka juga memiliki warung kopi sendiri, bukan hanya sekedar menjadi pekerja.

Selama merantau di Jakarta, Rakha Wahyu selalu mengirim surat kepada keluarganya dan membantu biaya pendidikan adik-adiknya di

Kuningan.55 Sebagai anak lelaki tertua dalam keluarga, ia merasa bertanggung jawab membantu orang tuanya dan biaya pendidikan adik-adiknya. Rakha

Wahyu mengaku bahwa ia tidak ingin melihat orang tuanya meneteskan air mata melihat dirinya gagal. Maka dalam setiap surat ia tulisnya bahwa kehidupannya di Jakarta semakin baik dan sukses. Dalam setiap balasan surat, sang Ibu selalu menuliskan pesan agar Rakha Wahyu tidak meninggalkan shalat dan tidak melupakan kampung halaman. Sedangkan sang Ayah berpesan jika ingin sukses maka selalu sederhana dalam hal apapun, dan seberapa lama ingin disebut orang. Rakha Wahyu awalnya tak mengerti maksud pesan terakhir yang selalu dituliskan Ayahnya. Dengan berjalannya

54 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 55 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 43

waktu ia baru paham. Pesan tersebutlah yang selalu diingatnya bahkan menjadi visi misinya. Rakha Wahyu selalu memikirkan kehidupan orang lain di sekitarnya dan percaya bahwa ketika kita membantu orang lain maka Allah akan mencukupkan kehidupan kita. Bahkan hingga saat ini, ia tak pernah khawatir berbagi ilmu kepada siapa saja termasuk dalam pekerjaan. Karena hal itu yang akan membuat namanya dikenang orang lain.

Tahun 1997, ia mulai melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, di

Gunadarma jurusan Manajemen Informatika.56 Hal ini membuktikan bahwa pendidikan baginya tetaplah penting. Walau setelah lulus SMA, ia harus merantau dan membuka warung kopi di Jakarta terlebih dahulu. Tidak ada kata terlambat, pendidikan di perguruan tinggi tetap harus dicapai walau sempat tertunda.

Rakha Wahyu pernah bekerja di GemaraCipta Advertisement bagian

Creative Director tahun 1996-1999. Saat kuliah, ia menjadi pemenang lomba film animasi yang diadakan oleh salah satu merk pasta gigi di Ancol. Setelah itu, ia mendirikan Matahati Animasi di Ciomas, Bogor, bersama para pemenang lomba film animasi tersebut. sejak Tahun 2005 Rakha wahyu berkarya di Bandung dan fokus menulis cerita. Karya-karyanya bahkan banyak diminati di .57 Selain aktif menulis, Rakha Wahyu juga aktif dalam beberapa komunitas film di Bandung.

Tahun 2007, ia mendirikan LinkArt Production Setelah itu ia mendirikan Rakkata Cinema. Menjabat sebagai ketua klinik kreatif Bandung

56 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 57 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 44

yang terdiri dari 15 komunitas keatif.58 Klinik kreatif akan menjadi

Lokomotif Kreatif dan membuat kampung film. Film adalah wadah terbaik untuk memasarkan kelima belas komunitas kreatif tersebut, karena film mencakup semua aspek seni. Rakha Wahyu juga aktif menjadi juri di berbagai perlombaan Film, lembaga sensor film dan Forum Film Bandung. Bahkan menjadi konsultan media Pemerintah daerah Bandung. Telah membuat beberapa film promosi pariwisata dan ekonomi di Bandung, bekerja dengan beberapa perusahan besar di Indonesia seperti Telkom Indonesia dan

Cevron Indonesia. kemampuannya dalam pembuatan film animasi sudah tidak diragukan lagi. Rakha wahyu telah meraih penghargaan sebagai Best

Animator 2002 dan Juara 1 festifal Film Animasi 2007.59

Rakha Wahyu menikah dengan Fuji Dwi Anggraini pada tahun 2007.

Saat ini telah dikarunianya dua orang anak bernama Muhammad Azaria Rakha dan Raynal Latief Amzari. Tinggal di Griya Bandung Indah Blok J No 12 A

Buah Batu Kabupaten Bandung.60 Pertemuannya dengan sang Istri berawal saat ia bertugas membuat film dokumenter di Jayapura, Papua. Sedangkan sang Istri saat bekerja di salah satu perusahaan distributor barang elektronik di

Jayapura. Beruntung ia memiliki keluarga yang mengerti sehingga ia dapat menjalankan berbagai macam kegiataan, namun tetap bertanggung jawab terhadap keluarga.

Rakha Wahyu seorang pemerhati pendidikan anak dan gemar menulis cerita anak. Bagi Rakha Wahyu, usia anak merupakan golden age butuh

58 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 59 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 60 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 45

referensi yang menghibur dan mendidik. Slogan menghibur dan mendidik tersebut juga menjadi tagline LinkArt Production selama ini. kegemarannya menulis cerita anak islami juga membuat keluarga kecilnya gemar membaca, khususnya buku-buku islami seperti karya-karya Kahlil Gibran.61

Berbeda dengan tulisannya yang lebih banyak ditujukan untuk anak,

Novel Bait Surau ditujukan untuk remaja dan dewasa. Proses penulisan novel tersebut kurang lebih sekitar satu bulan setengah. Pada Tahun Cetakan pertama, Novel Bait Surau dicetak sekitar 25000 ekslempar kemudian terjual sekitar 7000 ekslempar, sisanya dibagikan saat roadshow Film Bait Surau di 8 kota besar di Indonesia dan Brunai Darussalam. Menariknya lagi, 100 % keuntungan penjualan tiket film Bait Surau digunakan untuk pembangunan dan perbaikan surau-surau di wilayah Cirebon, dan Malimping.62 Novel ini bercerita tentang proses taubat seseorang, bukan hanya tentang taubat Rakha

Wahyu juga menyelipkan berbagai pesan moral lewat setiap tokoh yang dapat diambil pembaca.

B. Karya-Karya Rakha Wahyu. 63

1. Juz Amma For kids (Nusa Media: Bandung, 2001)

2. 10 Seri: Berkawan Itu Indah (Pustaka Latifah: Bandung, 2003)

3. 1001 Dongeng Anak (Nusa Media: Bandung, 2004)

4. 10 Dongeng Hikmah (Nusa Media: Bandung, 2005)

61 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 62 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 63 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 46

5. Dalam Al-Qur’an Kau Sebut Namaku (Pustaka Latifah: Bandung,

2005)

6. Cergam kejutan Bom Kue (Two Synergy Kids: Jakarta, 2011)

7. Cergam Waspada Gunung Berapi (Two Synergy Kids: Jakarta, 2011)

8. Cergam Berang-Berang Si Ahli Bendungan (Two Synergy Kids:

Jakarta, 2011)

9. Bait Surau (Two Synergy Publisher: Jakarta, 2012)

10. Sains For Kids (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)

11. Cergam Peringatan Tsunami (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)

12. Komik Berani Tapi Bodoh (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)

13. Cergam Lebah Penghasil Madu (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)

14. Asiknya Aku Bisa Salat & Wudhu : Panduan Belajar Salat Dan Wudhu

(Dian Rakyat: Jakarta, 2013)

C. Sinopsis Novel Bait Surau

Novel Bait surau adalah karya Rakha Wahyu yang disunting oleh Yus

R Ismail. 64 Novel Bait Surau sejak awal telah dipersiapkan untuk dijadikan skenario film dengan judul yang sama. Berbeda dengan novel pada umumnya yang banyak mengandung kata-kata puitis, Novel Bait Surau lebih ringan dibaca dan mengandung bahasa skenario atau bahasa visual. Novel Bait Surau diterbitkan oleh Two Synergy publisher pada tahun 2012, pada tahun yang sama film Bait Surau diproduksi oleh Two Synergy Pictures.

64 Rakha Wahyu, Bait Surau, (Jakarta: Two Synergy Publisher, 2012), h. cover dalam 47

Dalam launching film diberbagai kota, juga turut di bagikan Novel.

Novel dan film tersebut diangkat dari judul yang sama bahkan Novel Bait

Surau juga telah dilengkapi gambar pemeran serta proses syuting film tersebut.

Film Bait Surau di sutradarai oleh H. Kuswara Sastra Permana.

Dibintangi oleh aktor Rio Dewanto, Astri Nurdin, Cok Simbara, Tarore,

Nadia Vella, Tahta Perlawanan, Wiwing, Leo Nardi, Taufan Purbo, Wenny,

Melisa, Nurul, Muksin, Erwan, dan Cak Margo.65 Cerita Novel Bait Surau, merupakan kisah nyata teman Rakha Wahyu. Ceritanya banyak menggambarkan kehidupan yang benar-benar terjadi dalam masyarakat sehingga banyak pesan moral yang dapat diambil karena merupakan hasil riset yang benar-benar ada dalam masyarakat. Adapun sinopsis Novel Bait Surau yaitu:

Rommy adalah seorang anak manusia yang sedang melakukan perjalanan spiritual mencari ketenangan hati, menghilangkan kegelisahan dan rasa bersalah di masa lalu. Rommy memutuskan untuk pergi menemui

Ramdhan, salah seorang mantan pekerjanya dahulu. Ia ingin pergi sejenak, meninggalkan hiruk pikuk kehidupannya yang bergelimang harta di ibu kota

Jakarta ke Desa Samadikun, sebuah desa terpencil di pesisir pantai tempat tinggal Ramdhan. Saat mencari rumah Ramdhan, ransel Rommy tiba-tiba dijambret seseorang, Rommy terus berlari mengejar pencuri tersebut, akhirnya ia berhasil mendapatkan ranselnya kembali tepat di depan sebuah Surau. Saat

65 Rakha Wahyu, Bait Surau, (Jakarta: Two Synergy Publisher, 2012), h. 141-149 48

itu, Rommy masih kasar, kesal dan tidak mengerti tentang shalat bahkan tentang nilai-nilai keislaman sehingga ia berlalu begitu saja saat ada seorang lelaki tua menegurnya dan mengajak shalat magrib di Surau.

Rommy berhasil menemukan rumah Ramdhan, betapa kagetnya ia saat mengetahui bahwa lelaki tua yang bertemu dengannya di surau tadi ternyata orang tua Ramdhan.66 Ramdhan ternyata tinggal bersama Abah dan kakak perempuannya yang bernama Siti, seorang wanita cantik, sederhana, namun tuna wicara. Awalnya Ramdhan menolak kehadiran Rommy, ia ketakutan mengingat tingkah Rommy yang dahulu begitu kasar padanya.

Namun akhirnya ia mengizinkan Rommy tinggal bersamanya di desa tersebut. saat itulah kehidupan baru Rommy dimulai. Ia mulai banyak belajar tentang agama islam, ia semakin yakin untuk meninggalkan Jakarta dan tinggal bersama Ramdhan, Abah dan Siti. Keluarga sederhana namun damai.

Di Desa Samadikun, Rommy belajar banyak hal. Ia mengikuti kegiatan Ramdhan sebagai nelayan. Ramdhan dan teman-temannya biasa meminjam perahu H. Sodik untuk berlayar. H. Sodik adalah salah seorang tokoh masyarakat yang kaya raya dan disegani warga, namun sayang tabiat H.

Sodik tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman walau ia sudah beberapa kali pergi berhaji. H. Sodik pun sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat karena mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa Samadikun. Rommy semakin berbaur dengan masyarakat sekitar karena selalu mengikuti kegiatan

66 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 8. 49

Ramdhan. Rommy mendapat panggilan baru yang diberikan oleh Abah yaitu

Ghazali.

Tinggal dan mengikuti berbagai macam kegiatan baru di desa

Samadikun, tidak berarti membuat Rommy begitu saja melupakan masa lalunya. Ia selalu ingat masa lalunya, saat ia berbuat kasar terhadap istrinya,

Nadia. Padahal Nadia adalah istri yang begitu setia melayaninya walau

Rommy selalu menumpahkan amarahnya kepada Nadia bahkan tega selingkuh dengan wanita-wanita lain, minum-minuman keras, menyukai hiburan malam dan sebagainya. Ia sadar, ia telah begitu menyia-nyiakan Nadia. Namun penyesalannya tidak dapat membuat Nadia kembali, di suatu subuh, setelah mengingat kejadian masa lalunya, Rommy beranjak mengambil wudhu dan ingin shalat berjamaah bersama Ramdhan, Abah dan Siti. Saat itu, Rommy belum bisa wudhu dan shalat, ia mengikuti gerakan Ramdhan saat wudhu dan gerakan imam saat shalat. Ia mulai belajar wudhu dan shalat.

Suatu hari, Rommy menangis mengingat Nadia sambil memeluk batu nisan buatan Abah. Abah adalah penjual batu nisan. Rommy teringat kembali kejadian yang membuat Nadia pergi untuk selamanya. Suara tangisnya semakin terdengar. Rommy ingat malam itu dia sangat marah. Mobil SUV yang dikendarainya berjalan tidak benar. Berkali-kali dia menampar Nadia.

Semakin Nadia ketakutan, Rommy semakin puas. Tidak puas menampar,

Rommy bahkan meludahi Nadia. Masalah sebenarnya, Nadia memberi tahu bahwa ia sedang hamil dan Rommy akan segera menjadi ayah.67 Bagi

67 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 74 50

Rommy, pernikahan dengan Nadia adalah simbol pengekangan tentu saja

Rommy tidak mengharapkan kehamilan Nadia. Rommy menginjak gas mobil dengan kencang hingga Nadia ketakutan, Rommy malah senang melihat Nadia begitu ketakutan. Hingga akhirya mobil yang dikendarainya hilang kendali saat melewati rel kereta tanpa palang pintu. Mobil tersebut terseret ratusan meter oleh kereta.

Begitu sadar, Rommy sudah berada di rumah sakit, ditemani Ramdhan yang sedang membaca ayat suci AL-Qur’an. Perlahan kondisi Rommy mulai pulih, saat kembali ke rumah ditemani Ramdhan, sabahatnya Bram dan

Rachel, Rommy baru mengetahui bahwa Nadia sudah menginggal saat kecelakaan tersebut. Rommy sangat marah, Ramdhan dan sahabatnya menyembunyikan kabar tersebut darinya selama ia dirawat di rumah sakit.

Itulah mengapa hari-harinya dipenuhi penyesalahan. Rommy menyesal telah menyia-nyiakan Nadia.

Suatu hari, di Desa Samadikun setelah pulang dari dermaga, turun hujan. Rommy dan Ramdhan terpaksa berteduh di sebuah Surau kecil yang sangat sederhana. Atapnya genting campur daun rumbia. Kapur tempoknya memudar, berlubang dimana mana, berdebu. Tiang-tiangnya terlihat sudah tak kuat menahan beban.68

Melihat anak-anak kecil belajar membaca Al-Qur’an, Rommy pun ingin belajar membaca Al-Qur’an. Ia belajar kepada seorang ustadz bersama anak-anak kecil di Surau tersebut. Kondisi Surau tersebut begitu

68 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 92. 51

memprihatinkan. Atapnya bocor sehingga mengganggu aktifitas belajar- mengajar Al-Qur’an. Suatu ketika,anak-anak kaget melihat tubuh Rommy yang dipenuhi dengan tato saat Rommy membuka pakaian setelah membetulkan atap surau tersebut. kemudian bertanya apa hukumnya shalat orang yang bertato.69 Rommy terus belajar agama. Kadang tak kuasa menahan tangisnya saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur’an. Rommy bertekad akan memperbaiki surau tersebut.

Rommy kembali ke Jakarta, mengambil tabungannya untuk memperbaiki surau tempatnya belajar mengaji di Desa Samadikun. Setelah

Rommy kembali, warga bergotong royong memperpaiki surau tersebut. siapa sangka, H. Sodik yang diam-diam memperhatikan perilaku Rommy ikut tergerak hatinya. Merasa malu pada sikap Rommy, yang mau belajar agama sedangkan dirinya yang bergelar haji jauh dari nilai-nilai keislaman. H. Sodik diam-diam shalat taubat dan bertekad berubah. Renovasi surau tersebut hampir selesai, pemilihan kepada desa juga semakin dekat. Rommy, Ramdhan dan teman-temannya bertekad melaut mencari ikan untuk biaya syukuran

Surau tersebut walau cuaca buruk. Ternyata ombak semakin besar dan menenggelamkan perahu mereka. Surau tersebut menjadi saksi titik balik

Rommy mengenal Tuhannya, bahkan sebelum ia sempat menggunakan Surau yang telah direnovasi tersebut. Maka Surau tersebut diberi nama Ghazali, untuk mengenang Rommy.70

69 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.101. 70 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.128. BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA

Pada Bab ini, penulis akan memaparkan temuan dan analisis data mengenai taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu berdasarkan kerangka wacana Van Dijk yang membongkar tiga dimensi yaitu dimensi teks, dimensi kognisi sosial dan dimensi konteks sosial. Adapun novel yang penulis teliti yaitu Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu yang diterbitkan oleh Two

Synergy Publsiher cetakan pertama tahun 2012.

A. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Teks

Kerangka wacana Van Dijk dimensi teks terdiri dari tiga tingkatan yaitu

struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang dapat

diamati dengan melihat tema yang dikedepankan dalam suatu teks,

superstuktur yang merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan

kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun dalam berita

secara utuh, dan stuktur mikro dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yaitu

kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.1

Untuk memudahkan penelitian, penulis membatasi analisis teks dalam

Novel Bait Surau yang terdiri dari 9 sub judul yang akan diteliti yaitu Tamu

dari Jakarta, Keluarga Sederhana, Masa Lalu Milik Masa Kini, Calon Panutan,

Tragis, Bait Surau, Surau Harapan, Shalatlah Engkau Sebelum Dishalatkan,

dan Epilog.

1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001), h. 226.

52 53

1. Struktur Makro

a. Tematik

Tema ataupun topik dalam Novel Bait Surau karya Rakha

Wahyu yaitu taubat. Tema tersebut didukung Sub topik yang terdapat

di bagian sub judul dalam novel tersebut. Sub judul yang memuat ciri-

ciri atau tanda-tanda taubat diantaranya:

1) Tamu dari Jakarta

Sub judul Tamu dari Jakarta pada halaman 1 dalam novel

tersebut memuat topik memperbaiki diri. Dalam Sub judul tersebut

menceritakan perjalanan awal Rommy sebagai tokoh utama

menemui Ramdhan di Desa Samadikun untuk meminta maaf atas

sikapnya terdahulu, selain itu banyak teks yang menunjukan sikap

arogansi Rommy di awal cerita dan sikap yang mulia istrinya. Sub

judul tersebut, merupakan prolog atau awal cerita dari Novel Bait

Surau. Adapun teks yang menunjukan topik memperbaiki diri

diantaranya:

““Dhan...! Ramdhan... maafkan aku...! teriak Rommy.“ Ramdhan berlari keluar dari dalam rumah. Langkah Ramdhan baru terhenti setelah ia jatuh menabrak sepeda yang terparkir di depan Rumahnya. Brruuuukkkk ! Ramdhan terjatuh. Rommy datang membantunya. Abah yang sedari tadi bingung turut membangunkan Ramdhan.”2

Dalam teks tersebut digambarkan usaha Rommy untuk

meminta maaf kepada Ramdhan. Ramdhan berusaha menghindar

kemudian terjatuh. Rommy membantu Ramdhan begitu pula Abah

yang terlihat kebingunan. Dalam teks tersebut tersirat sebuah

2 Rakha Wahyu, Bait Surau (Jakarta: Two Synergy Publisher, 2012) h. 11. 54

permasalahan yang belum diungkapkan secara langsung. Rommy

meminta maaf, sedangkan Abah kebingungan melihat Ramdhan

menghindari Rommy.

Ada suatu kesalahan yang pernah dilakukan oleh Rommy

sehingga Rommy meminta maaf kepada Ramdhan. Kesalahan

tersebut mungkin membuat Ramdhan merasa ketakutakan kepada

Rommy sehingga ia menghindari Rommy yang hendak meminta

maaf. Permintaan maaf atas sebuah kesalahan merupakan suatu

wujud memperbaiki diri yaitu memperbaiki hubungan sesama

manusia. Teks lain yang menunjukan permintaan maaf sebagai

bentuk memperbaiki diri selanjutnya

““Dhan... maafkan saya,” kata Rommy Rasa sakit itu tidak seberapa buat Ramdhan. Dibanding tamparan dan caci mati Rommy saat itu. Malam itu Ramdhan baru saja usai shalat berjamaah bersama Bi Inah. Rommy dengan wajah garang memanggilnya. Ramdhan diam ketakutan. Rommy yang sudah kalap semakin marah. Marah yang tidak dimengerti Ramdhan. Juga Bi Inah. Berkali-kali wajah Ramhdan ditamparnya sampai kopeah hitamnya terpental ke lantai.”3

Dalam teks tersebut Rommy kembali meminta maaf kepada

Ramdhan. Hal ini menggambarkan bahwa Rommy benar-benar

bersungguh-sungguh meminta maaf kepada Ramdhan atas

kesalahannya karena permintaan maaf yang Rommy sampaikan

bukan hanya ditulis sekali oleh pengarang dalam novel tersebut.

setelah permintaan maaf tersebut, diceritakan bagaimana sikap

arogan Rommy dimasa lalu terhadap Ramdhan. cerita Rommy

3 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.11. 55

yang berulang kali meminta maaf terhadap Ramdhan kemudian

dituliskan mengapa Rommy meminta maaf merupakan teks yang

menggambarkan bahwa cerita tersebut memiliki alur mundur. Teks

lain yang menunjukan memperbaiki diri yaitu

“Rommy perlahan duduk di tepi dipan. Matanya masih memperhatikan sekeliling kamar. Sebuah kamar yang sangat sederhana. Kamar yang sangat jauh berbeda dengan kamarnya di Jakarta. Apa bisa betah tinggal di kamar seperti ini? Rommy tersenyum sendiri. Barangkali memang bisa. Karena yang membuat betah dan tidaknya seseorang bukanlah seluas apa rumahnya dan senyaman apa kamarnya. Ada yang lebih menentukan dibanding benda-benda. Tapi apakah itu? Rommy tidak tahu pasti. Yang jelas, dia meninggalkan Jakarta, meninggalkan segala kenyamanan rumah dan benda-benda kepunyaannya. Karena merasa tidak betah.”4

Dalam teks tersebut digambarkan Rommy meninggalkan

segala kenyamanan yang dimilikinya di Jakarta karena sebuah

keresahan. Kenyamanan berasal dari hati bukanlah dari barang-barang

yang miliki. Rommy meningalkan harta benda yang dimilikinya dan

memilih tinggal di sebuah kamar sederhana. Pergi ke suatu tempat

yang dinilai dapat membuat hidup menjadi tentram merupakan usaha

untuk memperbaiki diri dengan meninggalkan lingkungan lama. Hal

tersebut dapat dikatakan usaha menjemput . Dalam taubat,

usaha untuk menjemput hidayah juga diperlukan.

2) Keluarga Sederhana

Sub judul Keluarga Sederhana pada halaman 27 memuat

tema memperbaiki diri. Sub judul tersebut bercerita bagaimana

kehidupan baru Rommy yang mulai betah tinggal dan beraktifitas

4 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.14. 56

bersama warga Desa Samadikun. Adapun teks yang menunjukan

tema atau topik memperbaiki diri diantaranya:

“Semakin hari Rommy semakin kerasan tinggal di rumah Ramdhan. Hatinya semakin tenang. Tidak segelisah ketika pergi dari Jakarta. Barangkali ketenangan hidup memang tidak bisa ditentukan oleh materi. Di rumah keluarga sederhana ini Rommy mendapatkan ketenangan itu. semakin sering dia ikut dengan Ramdhan ke dermaga, melihat-lihat pelelangan ikan, membantu mendorong perahu ketika ada nelayan yang pulang melaut. Dengan Abah juga semakin dekat. Semakin sering mereka berbincang.”5

Dalam teks tersebut diceritakan kehidupan baru di Desa

bersama Ramdhan yang merasa semakin betah dan berusaha

untuk memperbaiki dirinya dengan cara bersosialisasi dengan

warga, memiliki kepekaan membantu mendorong perahu para

nelayan. Kehidupan Rommy semakin tenang, berbeda dengan

kehidupannya saat di Jakarta. Seperti pada sub judul sebelumnya,

teks ini juga menggambarkan pengarang mencoba menggiring

opini pembaca bahwa ketenangan hati bukan hanya didapatkan

lewat materi semata.

“Rommy memandang wajah Abah.Orang tua yang sederhana. Shaleh. Tampaknya ingin juga menumpahkan perasaannya. Rommy mengerti, selain dirinya yang ingin dimengerti orang lain, dia sendiri harus mencoba menjadi pendengar, mencoba mengerti perasaan orang lain.”6

Dalam teks tersebut digambarkan Rommy berusaha

memperbaiki diri dengan cara memiliki kepekaan sosial.

Mendengarkan dan mencoba memahami perasaan orang lain

5 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 33. 6 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 34. 57

merupakan suatu wujud perubahan dalam diri Rommy yang

semakin baik. Karena dalam cerita sebelumnya, Rommy

digambarkan memiliki sikap arogan dan tidak mau mendengarkan

nasihat ataupun perasaan orang lain. Memiliki kesadaran untuk

peka terhadap perasaan orang lain, tidak egois adalah upaya

berusaha memperbaiki diri.

3) Masa Lalu Milik Masa Kini

Tema atau topik yang terdapat dalam Sub judul Masa Lalu

Milik Masa Kini pada halaman 39 novel tersebut adalah

Menyadari letak Kesalahannya. Dalam Sub judul tersebut

diceritakan kegelisahan hati Rommy dan akhirnya tahu letak

kesalahannya selama ini. Adapun teks dalam novel tersebut yang

menunjukan megetahui letak kesalahannya diantaranya:

“Setiap Rommy menulis di buku hariannya, bayangan masa lalunya itu tidak bisa dilepaskan dari pikirannya. Barangkali memang selamanya tidak bisa lepas. Masa lalu, seburuk apapun itu adalah kepunyaan seseorang yang harus diterima dengan lapang dada dan ikhlas. Masa lalu adalah milik masa kini. Rommy tahu itu. Rommy menyadarinya. Tapi setiap menulis dibuku harian, tangannya terasa kelu, tidak bisa bergerak, ketika sampai kepada penyesalannya di masa lalu. Kalau sudah begitu, dia akan menyimpan penanya. Dia akan menghampiri dipan, membaringkan badannya, dan mencoba menutup kedua matanya. Tapi masa lalu memang tidak bisa lepas dari ingatannya. Rommy ingat ketika suatu pagi dia terbagun oleh dering handphone. Sebenarnya ia ingin memijit tombol off agar benda itu berhenti menjerit.” 7

Teks tersebut menggambarkan bahwa Rommy menyadari

letak kesalahannya di masa lalu. Teks tersebut juga

menggambarkan bahwa seburuk apapun masa lalu, harus diterima

7 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.42. 58

dengan lapang dada. Rommy memang tidak dapat melupakan

kesalahan di masa lalunya, setelah melihat benda yang memiliki

kenangan di masa lalu tersebut.

“Ah masa lalu yang menakutkan. Rommy sadar dia tidak bissa lari, dia harus ikhlas menerima masa lalu seperti itu. Tapi yang penting, yang lebih penting, bagaimana memperbaiki hidup sejak saat ini. Dan Rommy menemukan cahaya harapan itu bersinar di sini, di kampung kecil nelayan. Rommy diam-diam berdo‟a, hal yang bertahun-tahun hilang dari pikiran dan hatinya, semoga apa yang dibayangkan menjadi kenyataan. Melepas keterikatan dari masa lalu, menemukan lagi istana yang indah. Tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman yang sudah tak berharga.”8

Dalam teks tersebut pengarang kembali ingin

menggambarkan bahwa masa lalu tetaplah masa lalu yang harus

diterima dengan lapang. Menyadari letak kesalahan dan berusaha

untuk menemukan cahaya dan harapan baru. Rommy mulai berdoa,

hal yang sudah lama tak pernah ia lakukan. Teks yang menunjukan

menyadari letak kesalahannya yang lain yaitu

“Rommy mengangguk-angguk kecil. Tatapannya kosong, lepas ke keluasan lautan “bertahun-tahun aku hidup dalam kesenangan duniawi. Semua semu. Tidak ada yang mampu menjawab kekosongan hati ini, Dhan. Tidak ada... Aku kurang bersyukur.”9

Teks tersebut jelas menggambarkan bahwa Rommy

mengakui kesalahannya yaitu kurang bersyukur dan hidup dengan

penuh kesenangan duniawi, sehingga membuat hatinya terasa

kosong. Selain kurang bersyukur, Rommy juga menyadari letak

kesalahannya yang lain yaitu membenci Nadia seperti dalam teks:

8 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 47. 9 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.53. 59

“Rommy ingat sekali waktu dia membawa laras saat janjian bertemu dengan Bram dan Rachel di sebuah cafe. Dia fikir Bram dan Rachel sebagai sahabat, akan membela apa yang dilakukannya. Ternyata Rommy salah. Bram dan Rachel malah memojokannya. Rommy pikir Bram dan Rachel sudah disogok oleh istrinya. Karenanya Rommy semakin benci kepada Nadia. Apapun yang dilakukannya salah di mata Rommy. Saat Laras pamit ke toilet. Bram dan Rachel terus terang menegurnya.”10

Dalam teks tersebut, diceritakan Rommy menyadari letak

kesalahannya, mengingat perbuatan dosa di masa lalu yaitu

selingkuh dan semakin membenci Nadia, istrinya setelah Rachel

dan Bram menegurnya.

4) Calon Panutan

Sub judul Calon Panutan pada halaman 61 dalam novel

tersebut memuat Sub topik menyadari letak kesalahannya. Dalam

Sub topik tersebut diceritakan bagaimana sikap sombong H. Sodik

yang akan mencalonkan diri menjadi kepala Desa Samadikun. H.

Sodik datang ke rumah Abah untuk meminta dukungan dengan

mengiming-imingi jabatan bagi para pendukungnya. Namun Abah

tidak serta merta menerima tawaran tersebut.

H. Sodik merasa takjub dengan kecantikan Siti, dan

menyangka Rommy adalah calon suami Siti dari Jakarta tapi

miskin. Suatu hari H. Sodik tidak melaksanakan shalat Jum‟at dan

menggoda Siti, marah terhadap sikap Siti yang tidak membalas

salamnya. Namun akhirnya ia merasa bersalah setelah mengetahui

bahwa Siti bisu sehingga tidak dapat berbicara. Adapun teks yang

10 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 54 . 60

menunjukan topik menyadari letak kesalahannya tersebut

diantaranya:

““Jum‟atan dulu, Ji. Menghormati...,” jawab Koh Ahong sambil tersenyum. Kalung salibnya berayun-ayun. “menghormati sapa?” Haji Sodik heran. Haji Sodik menatap Ikun. Ikun malah balik menatap. Dan katanya pelan, “Haji ndak shalat tah?” Haji Sodik tersenyum kecut. “Belum mendi wajib, Kun!” Katanya. “Jadi ora shalat kita, Ji?” “Hus... Jangan berisik... gak enak sama yang lain.” “Haji Sodik mengajak anak buahnya segera naik mobil. Dan katanya kepada Badrun, „Ya Wis Drun... gas manis. Ga enak lah disini ora shalat! Gas.. Gas, Drun... Ayo...””11

Teks tersebut merupakan dialog antara H. Sodik, anak

buahnya, dan Koh Acong di Warung. Menceritakan toleransi

beragama non muslim yang menutup warungnya selama shalat

Jum‟at. Saat itu H. Sodik menyadari letak kesalahannya

meninggalkan shalat kewajiban shalat jum‟at kemudian pergi.

““Apa maning? Tak pateni orang kota itu... Grgghh....!” “Bukan Ji... Siti ku...” “Siti ku apa?” “Haji ndak tahu tah? Siti ndak bisa ngomong.” “Apa? Ndak bisa ngomong?” Haji Sodik kaget. “Iya Ji...” “Gagu tah? Gusti Allah... Dosa maning... Drun Tancap gas. Druuun..!” Haji Sodik merasa bersalah sudah emosi pada Siti dan Rommy. Mereka lalu pergi meninggalkan kampungnya, meninggalkan kewajiban shalat jum‟at.”12

Teks tersebut merupakan dialog antara H. Sodik dan anak

buahnya, saat pergi meninggalkan warung, H. Sodik marah karena

Siti tidak menjawab salamnnya saat bertemu di jalan kemudian

marah kepada Rommy yang diduga sebagai calon suami Siti.

11 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.68. 12 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.70. 61

Setelah mengetahui bahwa Siti tak dapat berbicara, H. Sodik

merasa bersalah dan menyadari letak kesahalannya.

5) Tragis

Sub judul Tragis pada halaman 73 dalam novel tersebut

memuat Sub topik menyesali Perbuatan Dosa. Dalam Sub judul

tersebut diceritakan bagaimana sebenarnya masa lalu Rommy yang

dzalim kepada istrinya, Nadia. Dalam Sub judul tersebut

diceritakan kisah yang sebenarnya terjadi yang akhirnya membuat

Rommy begitu menyesali masa lalunya dan perbuatan dosa yang

pernah ia lakukan kepada istrinya selama masih hidup. Adapun

teks yang menunjukan topik menyesali perbuatan dosa

diantaranya:

“Rommy semakin tidak kuat menahan perasahannya. Ia tahu, kesedihannya tak mungkin mengembalikan Nadia. Kesedihan tak mungkin memberikan kesempatan, kegundahan yang tak mungkin merubahnya menjadi terang, dan kegaluan yang tak mungkin menghidupkannya kembali. Karena memang Nadia sudah tidak ada lagi.”13

Teks tersebut menunjukan tanda taubat yaitu menyesali

perbuatan dosa. Kesedihan, kegalauan, hingga tidak dapat menahan

perasaannya merupakan bentuk penyesalan yang mendalam

terhadap perbuatan dosa di masa lalu. Menyesali perbuatan dosa

kembali digambarkan dalam teks:

“Suara tangisnya semakin terdengar. Rommy ingat malam itu dia sangat marah. Mobil SUV-nya yang dikendarainya berjalan tidak benar. Berkali-kali dia menampar Nadia. Semakin Nadia menangis ketakutan, Rommy semakin marah. Tidak puas

13Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 74 . 62

menampar, Rommy meludahi Nadia. Masalah sebenarnya, Nadia memberi tahu bahwa ia sedang hamil dan Rommy akan segera menjadi ayah. Bukannya senang, Rommy malah marah-marah. Wajah Rommy merah padam. Kebayang olehnya kesusahan semakin jelas tergambar. Pengekangan akan semakin mengikat kebebasan nafsunya. Pikir Rommy, selama ini Nadia telah merampas kebebasannya.”14

Teks tersebut menggambarkan penyesalan yang mendalam

saat Rommy ingat kejadian yang membuat istrinya meninggal

dunia. Sikap arogan dan dzalim terhadap istrinya ternyata berujung

pada kecelakaan maut, pengalaman tersebut membuat Rommy

merasa bersalah dan menyesali perbuatan dosanya.

“Rommy menangis. Menangis semakin keras karena ingat semua yang telah dilakukannya kepada Nadia. Bagian kecil dari hatinya itu sekarang menguasai Rommy. Bagian kecil yang selalu membela Nadia. Karena memang semua yang dilakukan dan dikatakan oleh Nadia adalah benar. Perilakunya setiap hari adalah perhatian kepada suami. Kata-katanya selalu santun dan sangat menghormati suami. Kenapa selama ini kemarahan yang diumbar yang menguasai hati dan pikirannya? Kemarahan yang membawanya selingkuh tanpa merasa berdosa. Kemarahan yang membuatnya menampar, meludahi, dan memperlakukan Nadia sangat kurang ajar, dan tanpa rasa berdosa.”15

Teks tersebut menggambarkan penyesalan yang mendalam,

menyesali perbuatan dosa. Pengarang menuliskan beberapa kali

Rommy menangis mengingat kejadian dan sikap buruknya

terhadap istrinya, Nadia. Menangis adalah bentuk penyesalan

yang mendalam.

“Rommy masih mengangis sambil memeluk nisan. Abah menghampirinya mengusap pundak Rommy. Rommy masih belum berhenti menangis

14Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 75. 15 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.79. 63

“Astagfirullahhaladzim.... Maafkan aku Nadia.... Maafkan aku... aku telah menyia-nyiakanmu.... Maafkan aku...!””16

Pengarang kembali menuliskan Rommy menangis. Kata

yang berulang-ulang dapat menjadi sebuah penekanan bahwa kata

tersebut ingin ditonjolkan dibanding kata yang lain. Maka teks

tersebut juga kembali menggambarkan menyesali perbuatan dosa.

Dalam teks tersebut, Rommy beristigfar, memohon ampun

kepada Allah dan meminta maaf kepada Nadia karena telah

menyia-nyiakan Nadia.

6) Bait Surau

Sub judul Bait Surau pada halaman 89 dalam novel tersebut

memuat tema memperbaiki diri. Pada Sub judul tersebut

diceritakan awal mula Rommy menemukan sebuah Surau yang

rapuh dan akhirnya ingin belajar mengaji di Surau tersebut.

Adapun teks yang menunjukan topik memperbaiki diri

diantaranya:

““Aku ingin bisa mengaji, Dhan,” kata Rommy pelan. Ramdhan tertawa mendengarnya. Layar yang sedang dipegang terguncang-guncang. “Tapi aku takut ditertawakan anak-anak kecil itu. Ya... kamu tahu sendiri, Dhan. Shalat saja, bacaanku terserah aku bisa. Tak beraturan.””17

Teks tersebut merupakan dialog Rommy kepada Ramdhan.

Rommy ingin belajar mengaji, hal tersebut merupakan wujud

memperbaiki diri sebagai salah satu tanda taubat.

16Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 87. 17 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.96. 64

“Rommy menyalami Pak Ustadz dan anak-anak. Sudah beberapa hari ini Rommy belajar mengaji bareng anak-anak. Sering kali Rommy menjadi bahan tertawaan anak-anak karena membacanya salah terus. Kalau begitu Pak Ustadz segera membentak anak-anak. pelajaran yang didapatkannya di surau malamnya diulang lagi di kamar Ramdhan. Rommy semangat sekali belajar. Ramdhan dan Siti kadang mengintipnya. Tapi Abah bila tahu sering melarangnya. Untuk ukuran orang tua seperti Rommy termasuk cepat bisa. Siti selalu tersenyum bila mengintipnya. Ada kebahagiaan tersendiri di hatinya melihat Rommy belajar mengaji. Bersemangat.”18

Teks tersebut merupakan wujud memperbaiki diri. Belajar

mengaji bukan hanya niat belaka namun benar-benar dilakukan

oleh Rommy walau sering ditertawakan oleh anak-anak. Rommy

juga semangat ketika belajar mengaji bahkan mengulang kembali

pelajaran yang didapatkan. Hal tersebut menggambarkan tekad

yang kuat dalam memperbaiki diri.

“Di hati Rommy semangat itu semakin menyala. Bukan sekedar ingin belajar, bukan sekedar ingin mengenal, tapi lebih dari itu. Rommy sadar akan kesempatan yang pernah hilang untuk berbuat baik. kadang Rommy tak kuasa menahan tangisnya saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur‟an. Inikah isyarat bahwa hatinya telah benar-benar luluh? Hanya Rommy yang tahu. Jawaban yang selama ini selalu tertunda, namun kini telah mendekat. Kesombongan yang telah menghempas kehinaan, perlahan menyeruak hilang berganti kerinduan, sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris para Nabi.”19

Teks tersebut menggambarkan semangat yang begitu besar

dalam memperbaiki diri bahkan membuat Rommy kadang

menangis ketika membaca Al-Qur‟an. Setelah bertaubat, sikap

Rommy yang selalu mementingkan kesenangan duniawi perlahan

berganti dengan kerinduan untuk terus memperbaiki diri dan taat

18 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.99. 19 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.100. 65

kepada Allah SWT. Ini merupakan sebuah nikmat mendapatkan

hidayah, selalu ingin dekat kepada Allah SWT.

““Kalau tidak membahayakan tubuh maka sebaiknya dihilangkan. Tapi, yang paling penting adalah bertobat, meminta ampunan, serta berusaha menutup bagian tubuh yang ditato.” Pak Ustadz menutup penjelasannya. Anak-anak kembali duduk dan tenang. Rommy mengelapkan kaos ke wajahnya. Kaos itu dipakainya lagi. Pak Ustadz tersenyum menatapnya. Dia senang dengan kehadiran Rommy di Surau ini. Surau kecil yang penuh arti bagi Rommy. Terutama bagi hatinya. Bait demi bait keimanan, Rommy dapatkan di surau sederhana ini. Syair-syair kebenaranNya terpercik pelan dan pasti. Mengkritik dan mencaci keangkuhan yang telah bersemayam cukup lama di relung jiwanya. Rommy semakin haus akan kritik dihatinya. Kata Pak Ustadz, Allah saja tak luput dari cacian dan sumpah serapah, meski Dia Dzat Yang Sempurna, Agung dan Indah.”20

Teks tersebut merupakan teks yang membahas tentang

hukum shalat orang yang bertato. Saat Rommy membetulkan

genting Surau yang bocor, tubuhnya terlihat bertato oleh anak-

anak. Kemudian anak-anak menanyakan hal tersebut. Jika telah

terlanjur mentato tubuh dan melakukan dosa lainnya hendaknya

kita bertaubat. Setelah taubat dan memperbaiki diri maka hati

akan semakin lembut, haus kritikan serta nasihat.

““Aku akan ke Jakarta besok,” kata Rommy kepada Ramdhan malam berikutnya. “besok?” Ramdhan terkejut. “Ya... aku akan mengurus uang tabunganku. Sisa uangku di bank.” Ramdhan masih duduk di tepian ranjang. “Surau itu sudah sangat parah. Aku harus bisa membangunnya. Setidaknya bisa menahan air kalau hujan. Biar anak-anak bisa belajar mengaji dengan tenang. Aku kasihan sama mereka.””21

20 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.102. 21 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.103. 66

Teks tersebut merupakan dialog antara Rommy dan

Ramdhan. Rommy memperbaiki diri, mempunyai kepekaan sosial

dan kepedulian melihat surau yang rusak sehingga berniat

membangun surau tersebut menggunakan uang tabungannya di

Jakarta.

Hal ini merupakan wujud taubatan nasuha. Selain

menyadari letak kesalahan dan menyesali perbuatan dosa di masa

lalu, namun juga dibuktikan dengan tekad yang kuat untuk

memperbaiki diri. Setelah belajar wudhu, shalat, dan mengaji,

Rommy juga memiliki niat membangun Surau dengan biaya

sendiri. Menggunakan harta untuk kepentingan agama merupakan

sedekah yang besar pahalanya. Ini adalah bukti tanda taubat yaitu

memperbaiki diri.

“Haji Sodik benar-benar terharu mengingat semua yang pernah dilakukannya. Makanya suatu malam, tanpa sepengetahuan istri dan anak-anaknya, apalagi anak buahnya, Haji Sodik selakukan sholat. Sholat taubat. Apalagi ketika suatu hari intel suruhannya melaporkan bahwa Rommy sedang pulang ke Jakarta, sedang mempersiapkan membangun surau dengan biaya sendiri. Haji Sodik takjub. Membangun surau untuk ibadah orang banyak dengan biaya dari sendiri? Emangnya sekaya apa Rommy itu? Tapi Haji Sodik mulai sadar, bukan masalah kekayaan untuk melakukan seperti itu. keinginan hatinya yang lebih menentukan. Haji Sodik diam-diam ingin mengenal Rommy lebih dekat lagi. Anak muda itu adalah parner untuk berbuat kebaikan.”22

Teks tersebut menceritakan pengalaman taubat H. Sodik.

Berbeda dengan pengalaman taubat Rommy dituliskan melalui

tanda-tanda taubat diantaranya menyadari letak kesalahannya,

22 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.109. 67

menyesali perbuatan dosa dan berusaha memperbaiki diri, tanpa

shalat taubat.

Dalam kisah H. Sodik, pengarang langsung menuliskan

bahwa ia melaksanakan shalat taubat setelah menyadari letak

kesalahannya selama ini yaitu orang yang diberi keperayaan rejeki

lebih, bergelar haji namun jauh dari nilai-nilai islam, suka

menyambung ayam, menggoda perempuan cantik, bahkan

meninggalkan kewajiban shalat.

Dalam teks tersebut pula digambarkan bahwa untuk

memperbaiki diri dengan bersedakah bukanlah diukur dari seberapa

besar harta yang dimiliki namun keinginan untuk berbuat baik.

7) Surau Harapan

Sub judul Surau Harapan memuat topik memperbaiki diri.

Kali ini, kisah memperbaiki diri ditonjolkan pada sosok H. Sodik

yang telah menyadari kesalahannya dan shalat taubat setelah

mendengar kabar bahwa Rommy datang ke desa tersebut untuk

belajar mengaji dan memperbaiki Surau dengan biaya sendiri.

H. Sodik akhirnya menyadari kesalahannya selama ini yang

telah bergelar haji dan diberikan rejeki yang melimpah namun

sikapnya jauh dari nilai-nilai islam. Adapun teks yang menunjukan

topik memperbaiki diri dalam Sub judul tersebut yaitu ““sungguh

Dhan... Ini amal aku... Ayo... ayo bantu keluarkan makanan di 68

mobil! Ini pahalaku juga Dhan...!””23 Teks tersebut

menggambarkan sikap H. Sodik yang memperbaiki diri dengan

memberikan sumbangan berupa makanan untuk warga yang

bergotong royong membangun Surau.

8) Shalatlah Engkau Sebelum Dishalatkan

Pada Sub judul Shalatlah engkau Sebelum Dishalatkan

halaman 119 pada novel tersebut memuat topik memperbaiki diri.

Dalam sub judul tersebut diceritakan Rommy, Ramdhan dan

teman-temannya melaut untuk kebutuhan keluarga dan syukuran

pembangunan Surau yang hampir selesai walau cuaca sedang

buruk.

Kapal milik H. Sodik yang digunakan oleh mereka ternyata

tenggelam di laut. Warga Desa Samadikun merasa sangat

kehilangan namun berusaha agar tetap tegar dan ikhlas menerima

cobaan karena tiada kata lain selain mengembalikan segala sesuatu

kepada Allah SWT. Adapu teks yang menunjukan topik

memperbaiki diri diantaranya:

““Yang penting anak-anak bisa nyaman, Dhan. Mudah- mudahan satu saat nanti Pak Ustadz muridnya tidak hanya enam orang. Kalau surau sudah bagus, aku yakin banyak yang akan shalat dan mengaji.””24

Teks tersebut merupakan harapan agar orang lain juga akan

shalat dan mengaji di Surau yang sedang dibangun. Memperbaiki

diri bukan hanya membuktikan bahwa diri sendiri sudah berusaha

23 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.115. 24 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.122. 69

menjadi lebih baik, namun juga berharap agar orang lain ikut

memperbaiki diri dengan mengaji dan shalat. Teks lain yang

menunjukan bukti telah memperbaiki diri lainnya yaitu

““Innalilahi wa innailaihi rojiun. Semua akan kembali kepadaNya. Tidak ada satu orang pun yang mampu berkuasa atas kehendaknya,” kata pak Ustadz. Anak-anak Ibnu yang masih kecil dan istrinya yang tengah hamil tua menangis disudut surau “Diantara rahmat Allah, kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit hati dan keburukan akhlak. Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.” Mata pak Ustads menyapu semua warga yang hadir. “kita mendoakan agar almarhumah bisa diterima Allah SWT. Alhamdulilah, almarhumah telah meniatkan membangun sura di hari akhirnya...” Pak Ustadz tidak bisa melanjutkn kata- katanya, kerongkorangannya terasa kering. Bagaimanapun pak Ustadz pun bersedih. “Meski almarhumah tidak pernah shalat dan mengaji di surau ini setelah selesai dibangun... tapi kita yakin mereka akan menjadi syahid. Semoga amal ibadahnya dapat di terima di sisi Allah SWT.””25

Teks tersebut menggambaran ikhlas dan bersabar menerima

musibah dari Allah SWT. Rommy telah memperbaiki diri namun

meninggal di laut bahkan belum sempat menggunakan Surau yang

ia bangun. Memperbaiki diri dengan bersedekah di jalan Allah

misalnya membangun Surau niscaya pahalanya akan terus

mengalir walau ia telah meninggal.

“Semua orang hanyut dalam kesedihan. Mereka bukan sedang menampik salah satu rahmat Allah. Melainkan kesadaran yang bertambah atas segala karniaNya. Baik dan buruk. Musibah dan bencana pasti akan tiba waktunya mendekap setiap diri manusia. Entah dalam bentuk kesenangan atau kesengsaraan. Tidak ada kata yang ajaib dalam menghadapinya selain kata “Iinna lilahi wa innailahi rajiun”. Maka, kembalilah segala kesuh kesah dalam menghadapi ujian dengan bersikap sabar. “Dan Dialah Allah, Tidak ada Tuhan (yag berhak disembah) melainkan Allah, bagi-Nyalah “Al Hamdu” di dunia dan di

25 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.127. 70

akhirat,” lanjut Pak Ustadz mengutif Al-Qur‟an surat Al-Qashas ayat 70.”26

Ikhlas dan sabar tersebut merupakan wujud manifestasi

taubat Rommy yang tergambar dari warga sekitar setelah

Rommy memperbaiki diri. Dalam cerita tersebut, semua warga

memang merasa sedih karena Rommy, Ramdhan dan teman-

temannya meninggal di laut, namun tetap sabar dan ikhlas

menerima segala ketetapan Allah SWT. Hendaknya kita lapang

dada menyikapi sebuah kehilangan.

9) Epilog

Sub judul Epilog halaman 129 pada novel tersebut memuat

topik memperbaiki diri. Dalam Sub judul tersebut diceritakan

kisah Siti yang mencoba untuk ikhlas setelah kematian Rommy

di Laut. Dalam epilog atau penutup ini, dikutip pula surat An-

Nisa ayat 69. Ikhlas dan kebaikan yang dicerminkan dalam

cerita tersebut merupakan manifestasi dari kisah taubat

seseorang yang kemudian tercermin dari orang-orang

sekitarnya. Adapun teks yang menunjukan topik memperbaiki

diri diantaranya:

“Begitulah cerita ini berakhir. Saya mencatat kegembiraan dan kesedihan di pantai ini. Meneruskan catatan harian yang sering dituliskan Rommy, laki-laki yang masih hidup di hati warga Desa Samadikun ini. Saya pun belajar menuliskan perasaan-perasaan yang berseliweran di pantai, dermaga, dinyanyikan lagu dangdut, dibawa para nelayan ke

26 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 128. 71

tengah laut, tersimpan di kekhawatiran anak dan istri yang ditinggalkan.”27

Teks tersebut menggambarkan Siti belajar meneruskan

kebiasaan Rommy. Walau Rommy telah meninggal, namun

ia tetap hidup di hati warga Desa Samadikun. Hal ini

memang akan terjadi jika selama hidup, kita melakukan

kebaikan, nama kita akan dikenang baik oleh orang-orang

di sekitar.

“Di lautan... keindahan dan bencana adalah dua hal yang sangat tipis batasnya. Dalam keindahan ada benih-benih bencana. Dalam bencana ada benih keindahan. Hidayah semacam ini tidak dapat dipaham kecuali oleh pemiliknya. Mereka itulah yang telah mendapat nikmat Allah atas mereka, dari pada Nabi, Shaddiqqin Syuhada dan Shalihin. Sesuai firman Allah, “Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama. Dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqqin, para Shalihin dan orang-orang yang mati syahid. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya.(An-Nisa: 69).”28

Teks tersebut menggambarkan bahwa selalu berbuat

kebaikan, taat kepada Allah dan Rasul akan termasuk

kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah SWT.

2. Superstruktur

a. Skematik

Skematik berkaitan dengan pendahuluan, isi, penutup dan

kesimpulan dari suatu teks. Dengan demikian struktur skema dari

wacana ini adalah:

27 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.131. 28 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.132. 72

1) Pendahuluan

Seperti pada novel lainnya, novel “Bait Surau” diawali

dengan cover depan, cover dalam, halaman pengantar penulis, dan

daftar isi. Cover depan Novel Bait Surau adalah gambar para

pemain film Bait Surau, himbauan menonton film Bait Surau,

penerbit, penulis serta pendapat sutradara film Bait Surau

mengenai novel dan film tersebut. Cover dalam berisi identitas

penerbit dan Tim penyusun Novel Bait Surau.

Pada halaman pengantar penulis, diterangkan kedudukan

ilmu dalam islam yang sangat istimewa dalam kehidupan manusia.

Penulis mengucapkan syukur karena dapat menyelesaikan novel

ini, alasannya menulis novel tersebut yaitu perlu

mendokumentasikan fenomena rasa dan cinta kepada Yang Maha

Kuasa. Terlebih karena nilai kerinduan dari seorang anak manusia.

Pendapat Editor mengenai novel tersebut, pendapat scenario Film

Bait Surau mengenai novel ini, uacapan terimakasih untuk orang-

orang yang telah membantu dalam pembuatan novel tersebut serta

ucapan maaf karena kesalahan dan kekurangan dalam penulisan

novel tersebut

2) Isi

a) Menyadari letak kesalahannya

Menyadari letak kesalahannya dijelaskan saat Rommy

mulai menyadari kepergihan Ramdhan dari rumahnya 73

membawa kesepian. Sepi yang membuat hatinya perlahan

merindukan suara Ramdhan mengaji. Sehingga ia perlu mencari

sosok Ramdhan dan meninggalkan Jakarta. Rommy ingin

semakin tahu kehidupan keluarga Ramdhan yang damai dan

penuh cinta. Setelah tinggal bersama Ramdhan, Rommy

menyadari bahwa ia kurang bersyukur.

Awal cerita, Rommy digambarkan memiliki sikap yang

arogan dan kasar, mendzalimi Nadia istrinya yang sangat setia

dan taat terhadap suami juga agamis. Nadia selalu sabar

menghadapi sikap Rommy walau Ully sahabatnya tahu bahwa

Nadia sangat sedih. Sementara Rommy tak pernah

mendengarkan nasihat dari Rachel dan Bram agar tidak

selingkuh lagi.

Menyesali letak kesahalannya juga pernah digambarkan

dalam cerita H. Sodik yang arogan, sombong, suka

menyambung ayam, menggoda wanta cantik, meninggalkan

kewajiban shalat walau ia telah bergealar haji. H. Sodik pernah

menyadari kesalahannya telah meninggalkan kewajiban shalat,

telah emosi kepada Siti dan Rommy setelah tahu bahwa Siti

bisu sehingga tidak dapat menjawab salamnya. b) Menyesali perbuatan dosa

Menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan

dijelaskan saat Rommy berkali-kali menangis saat mengenang 74

Nadia yang telah meninggal akibat kecelakaan. Rommy selalu

ingat kejadian-kejadian saat dia menyia-nyiakan Nadia saat

melihat beberapa barang yang menyimpan kenangan pahitnya.

Misalnya saat ia melihat handphone, ia ingat Nadia

menghubunginya saat ia berselingkuh dengan sekretarisnya. Ia

menangis memeluk nisan mengenang Nadia yang meninggal

dalam kecelakaan mobil yang dikendarainya dengan kecepatan

tinggi, saat itu ia marah Nadia memberitahu bahwa Nadia

sedang hamil. c) Memperbaiki diri

Dalam kisah yang dialami oleh tokoh utama yaitu Rommy

terdapat cerita selalu berusaha memperbaiki diri. Hal tersebut

tergambar dari cerita Rommy yang mulai belajar wudhu,

belajar shalat, belajar mengaji dan membangun Surau di Desa

Samadikun. dijelakan pula cara-cara berwudhu, keutamaan

shalat, hati yang bergetar saat mengaji, memperbaiki surau

yang bocor, hukum bertato dalam islam.

Perubahan sikap Rommy membuat H. Sodik diam-diam

bertaubat setelah melihat kebaikan yang telah dilakukan

Rommy. Kebaikan yang telah dilakukan oleh Rommy yang

telah bertaubat dan menyesali perbuatanya di masa lampau

ternyata dapat membuat orang lain sadar dan menyadari 75

kesalahan yang telah diperbuat sehingga menularkan semangat

untuk ikut memperbaiki diri.

Setelah Rommy memperbaiki diri dan meninggal saat

melaut untuk keperluan syukuran pembangunan surau yang

hampir selesai, Rommy tetap hidup di hati warga Desa

Samadikun. Warga pun merasa ikhlas menerima segala karunia

Allah. Tidak ada kata lain selain Innalilahi wa innailaihi rajiun.

Mengembalikan segala sesuatu kepada Allah dengan bersabar.

Selain itu pula dijelaskan dalam Epilog, menceritakan

Siti untuk ikhlas setelah kepergian Rommy. Mengutif Surat

An-Nisa ayat 69 yang menggambarkan bahwa orang-orang yag

mendapat hidayah untuk taat kepada Allah dan Rasulnya

adalah teman yang sebaik-baiknya dan mendapat nikmat dari

Allah, mereka adalah para Nabi, para Shaddiqqin, para

Shalihin, para Syuhada.

Dalam novel tersebut, Rakha Wahyu menggambarkan

bahwa kematian bisa datang kapan saja, namun setelah

bertaubat dapat dimasukan ke dalam orang-orang yang

mendapat nikmat Allah.

3) Penutup dan Kesimpulan

Penutup atau epilog dalam novel tersebut adalah masa

lalu adalah sejarah untuk bercermin, kita harus ikhlas 76

menerimanya. Hidayah akan didapat oleh orang-orang yang

menerima nikmat dari Allah SWT.

3. Struktur Mikro

a. Semantik

1) Latar

Latar berkaitan dengan kemana makna atau arah suatu teks

akan dibawa. Pada Novel Bait Surau terdapat dua latar yaitu

perkotaan dan pedesaan.

Latar masa lalu Rommy di perkotaan, Rakha Wahyu ingin

mengarahkan pembaca bahwa identik dengan hedonism,

bergelimang harta, megah, namun jauh dari kedamaian hati. Ini

terlihat saat Rommy berada di Jakarta ketika istrinya Nadia masih

hidup. Kehidupan Rommy saat itu selalu dekat dengan diskotik,

perselingkuhan, angkuh, kasar, sulit dinasehati oleh Nadia maupun

orang di sekelilingnya.

Latar pedesaan, Rakha Wahyu ingin mengarahkan pembaca

bahwa damai, sederhana, penuh cinta, tenang, lingkungan islami,

ramah. Walau keadaannya tidak mewah seperti di kota namun

Rommy mendapat ketenangan hati dan merasa betah tinggal di

desa.

2) Detail 77

Dalam Novel Bait Surau, Rakha Wahyu menampilkan

detail kandungan Al-Qur‟an yang berhubungan dengan cerita yang

dituliskan saat Rommy, Ramdhan dan teman-temannya tenggelam

di Lautan setelah membangun surau. Detail kandungan Al-Qur‟an

tersebut mengungtungkan dirinya karena mendukung

pernyataannya tentang ikhlas mengembalikan semuanya kepada

Allah SWT dan orang-orang yang taat akan beruntung, kelak akan

bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh

Allah.

Selain itu juga terdapat teks yang menunjukan hasil

penelitian dari jepang yang menunjukan bahwa air yang dibisiki

oleh kata-kata bagus seperti doa akan berenergi positif, teks

tersebut untuk mendukung keterangan mengapa air subuh yang

mengandung energi baik dapat membuat wajah seseorang menjadi

bercahaya saat pengarang menuliskan cerita Rommy ingin belajar

berwudhu.

3) Maksud

Dalam Novel tersebut, Rakha Wahyu menyampaikan isi

teksnya secara eksplisit dan terbuka sehingga ditemukan maksud

yang mudah dipahami. Hal ini dinyatakan oleh banyaknya teks

yang menunjukan mengetahui letak kesalahan, menyesali

perbuatan dosa, memperbaiki diri lewat perbuatan dan dituliskan

beberapa cara serta keutamaan suatu ibadah tertentu. 78

b. Sintaksis

1) Bentuk kalimat

Dalam Novel Bait Surau, terdapat banyak sekali bentuk

kalimat yang membedakan mana subjek (S), predikat (P), objek

(O) dan keterangan. Kalimat-kalimat tersebut juga merupakan

bentuk kalimat aktif. Contohnya:

Pada Sub judul “Tamu dari Jakarta” terdapat teks “Rommy (S)

menyimpan (P) ranselnya (O) di tanah (Keterangan tempat).”29

Pada Sub judul “Keluarga Sederhana” terdapat teks “Siti (S)

membawa (P) ember ikan besar (O).”30

Pada Sub judul “Masa Lalu Milik Masa Kini” terdapat teks

“Rommy (S) menyimpan (P) handuk (O) di tepian jamban

(keterangan tempat)”31

Pada Sub judul “Calon Panutan” terdapat teks “Haji Sodik (S)

mengambil (P) cangkir (O) dari meja (keterangan tempat).”32

Pada Sub judul “Tragis” terdapat teks “Abah (S) sedang

mengikatkan (P) nisan (O) di sebuah becak (Keterangan

tempat).”33

Pada Sub judul “Bait Surau” terdapat teks “Rommy dan

Ramdhan (S) berlari menyusuri (P) pantai (Keterangan

29 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 4. 30 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 29. 31 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 49. 32 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 65. 33 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.73. 79

tempat).”34 Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak sempurna

karena hanya terbentuk dari subjek, predikat dan keterangan

tempat.

Pada Sub judul “Surau Harapan” tedapat teks “Ibnu dan Nanang

(S) berlari (P) ke arah mobil (keterangan tempat) ikut

menurunkan (P) makanan (O).”35

Pada Sub judul “shalatlah engkau Sebelum Dishalatkan” terdapat

teks “Siti (S) menjatuhkan (P) piring (O) di tangannya

(keterangan tempat).”36

Pada Sub judul “Epilog” terdapat teks “Saya (S) mencatat (P)

kegembiraan dan kesedihan (O) di pantai ini (keterangan

tempat). ”37

2) Koheransi

Koheransi adalah pertalian kata atau jalinan antarkata untuk

melihat apakah suatu peristiwa dipandang terpisah, berhubungan

atau sebab akibat. Adapun teks dalam Novel Bait Surau yang

mengandung kata koheransi salah satunya adalah:

“Rommy mengambil handuk dan membuka pintu perlahan. Tapi di jamban masih ada orang berwudhu. Siti. Air dingin menyegarkan membasuh mukanya. Rommy pernah membaca di sebuah majalah, air subuh bisa membuat wajah tampak bercahaya. Karena air subuh masih mengandung energi baik, belum terpolusi oleh kotornya debu dan segala sampah. Malah kata peneliti dari Jepang, air yang dibisiki kata-kata yang bagus, misalnya do‟a, akan berenergi positif. Barangkali benar seperti itu adanya. Karena setiap memandang Siti, Rommy

34 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.91. 35 Ibid., h.115. 36 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.126. 37 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.131. 80

seperti menemukan ketenangan. Seorang gadis cantik. Cantik yang selama ini belum pernah dilihat dan dirasakannya dari perempuan lain.”38

Dalam teks tersebut, suatu peristiwa digambarkan saling

berhubungan, air subuh memiliki energi yang baik dapat membuat

wajah memancarkan ketenangan. Adapun konjungsi yang

digunakan dalam teks tersebut yaitu konjungsi koordinatif

penambahan (dan), konjungsi koordinatif pertentangan (tapi),

konjungsi subordinatif sebab (karena), konjungsi subordinatif

atribut (yang)

3) Kata Ganti

Dalam Novel Bait Surau, Rakha Wahyu menyebutkan nama

tokoh dalam menceritakan isi novel tersebut. menggunakan kata

ganti dia untuk menunjukan objek atau subjek lain. Sedangkan

dalam bagian epilog, menggunakan kata ganti Aku dalam

menuliskan kisah Siti.

c. Retoris

1) Grafis

Rakha Wahyu ingin menonjolkan cerita tokoh yang memiliki

kehidupan yang kelam dan memiliki sifat-sifat yang jauh dari nilai-

nilai agama namun akhirnya menyesali perbuatannya dan

memperbaiki diri. Selain itu juga memberikan pesan bahwa

38 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.48. 81

memperbaiki diri salah satunya adalah dengan menjalankan

kewajiban shalat. Pesan untuk menegakan shalat sebelum azal

menjemput terlihat pada halaman 122. “SHALATLAH ENGKAU

SEBELUM DISHALATKAN”. Selain berpesan agar mendirikan

shalat dimanapun dan dalam keadaan apapun. Tulisan tersebut

bahkan di tulis dengan huruf kapital, berbeda dengan kalimat

lainnya menunjukan kalimat tersebut diberi penekanan dibanding

kalimat lainnya.

2) Metafora

Dalam Novel Bait Surau, banyak terdapat ungkapan metofora

berupa ungkapan sehari-hari yang menjadi latar tempat cerita

tersebut. Banyak teks yang terdapat dalam cerita berlatar tempat

Desa Samadikun, banyak logat setempat yang diungkapkan dalam

bentuk dialog antartokoh.

B. Analisis Wacana Taubat Dari Dimensi Kognisi Sosial

Penulis menganalisis kognisi Rakha Wahyu dalam menyusun Novel

Bait Surau. Aspek kognisi sangat penting dalam pembentukan teks,

bagaimana pengarang memaknai dan memahami peristiwa tertentu kemudian

menuangkannya ke dalam tulisan. Analisis wacana tidak hanaya membatasi

perhatiannya pada teks saja melainkan juga pada bagaimana suatu teks

diproduksi. Kognisi sosial menurut Van Dijk, kognisi sosial menggambarkan

bagaimana wartawan atau pengarang mempresentasikan kepercayaan atau

prasangka dan pengetahuannya sebagai strategi pembentukan teks berita. 82

Analisis kognisi sosial menurut Van Dijk menggunanan model atau skema, memori dan strategi

1. Model

a. Skema Person

Dimulai dari pengalaman Rakha Wahyu memiliki seorang

teman yang jauh dari nilai-nilai agama, baginya agama hanyalah

hiasan belaka. Sejak kecil memang Ia beragama islam namun ia tidak

mempelajari apalagi mengamalkan nilai-nilai islam. Baginya

kesenangan duniawi adalah yang utama.

Setelah melakukan riset kehidupan modern, ternyata banyak

ditemukan dalam realitas kehidupan masyarakat sosok seperti tokoh-

tokoh yang digambarkan dalam novel tersebut. suka dengan

kebebasan, dunia malam, bertato, selingkuh dan menyakiti pasangan

memang menjadi sebuah hal biasa ditemui di masyarakat perkotaan

yang jauh dari nilai agama padahal ia dianugerahi harta yang

melimpah.

Novel dan film Bait Surau untuk menyadarkan masyarakat

yang masih terlena dengan hodonisme dan jauh dari nilai-nilai agama

untuk kembali ke jalan yang lurus menurut agamanya masing-masing

khususnya masyarakat Indonesia yang beragama islam. Adapun tokoh-

tokoh dalam novel tersebut memiliki simbol-simbol tersendiri yang

mewakili realitas masyarakat. 83

Rommy sosok yang arogan, simbol modernisasi. Nadia simbol

perempuan tradisional, Ramdhan simbol pengadi yang ikhlas, Abah

penjual batu nisan simbol mengingatkan pada kematian, Siti simbol

sesuatu yang tidak sempurna bukan berarti tidak sempurna, karena

hidup haruslah harmonis, H. Sodik simbol kekuasaan dan arogansi

tidak akan langgeng, teman-teman pelaut sebagai simbol kaum

termarginalkan. Tokoh-tokoh tersebut nyata adanya dalam realitas

masyarakat. Yang benar-benar taat, yang jauh dari agama, semuanya

mengingatkankan agar bertaubat harus dilakukan oleh siapapun.39

b. Skema Diri

Dalam masyarakat masih banyak dijumpai kemaksiatan

dilakukan tanpa adanya rasa penyesalan ataupun bersalah sedikitpun.

Memang manusia tidak lepas dari perbuatan dosa namun seharusnya

hidayah untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus harus segera

dijemput bukan hanya berdiam diri dan menikmatinya atau malah

bangga melakukan sebuah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Rakha Wahyu ingin menggambarkan bahwa memang bisa saja

sebuah trauma dapat membuat seseorang bertaubat. Namun haruslah

taubat yang sesungguhnya. Bukan hanya mengakui kesalahan, tetapi

juga berusaha untuk memperbaiki diri, memperbaiki hubungan dengan

manusia atau dari segi sosialnya.

39 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu Penulis Novel Bait Surau pada 1 Juni 2017 pukul 21.45 WIB Di Kafe Eksplora jl. Kliningan No. 1, Bandung. 84

Dan memperbaiki diri dari segi religinya dengan belajar dan

mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Jadi menurut Rakha

Wahyu, taubat harusnya taubatan nasuha. Tidak hanya sebatas

meninggalkan perbuatan dosa seperti mabuk-mabukan, selingkuh, dan

sebagainya namun juga harus belajar dan menegakan shalat, mengaji

dan lainnya.

c. Skema Peran

Dalam skema ini, Rakha Wahyu memandang dan

menggambarkan bahwa sebuah taubatan nasuha sangatlah penting bagi

setiap orang. Hidayah untuk bertaubat setiap orang memang berbeda-

beda jalannya namun sebelum terlambat alangkah baiknya kita

menjemput hidayah tersebut sendiri.

Sosok Rommy yang memiliki masa lalu yang kelam dalam

novel tersebut, setelah bertaubat justru dapat membuat tokoh lain

menjadi sadar kebaikan jika dilakukan dengan tulus dan ikhlas dapat

menjadi jalan bagi orang lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik

pula.

Dalam novel ini juga Rakha Wahyu ingin berpesan bahwa

perjalanan untuk bertaubat memanglah tidak mudah. Banyak halangan

yang akan dilalui maka dibutuhkan tekad yang kuat dan jangan

mendengarkan apa kata orang lain yang menganggap sebelah mata saat

kita berusaha mencari sebuah kebenaran.

2. Memori 85

Memori digunakan untuk berfikir tentang sesuatu dan memiliki

pengetahuan tentang sesuatu. Dalam memori ini, pengarang menggunakan

memori jangka panjang (long-term-memory). Memori jangka panjang

yang digunakan adalah memori episodik dan memori semantik bahwa

taubat adalah kembali kejalan yang ridhoi Allah dengan cara menyadari

letak kesalahannya, menyesali perbuatan dan memperbaiki diri. Taubat

harus sesuai dengan aturan agama yaitu taubatan nasuha.

C. Analisis Wacana Taubat Dari Dimensi Konteks Sosial

Konteks sosial berkaitan dengan bagaimana suatu wacana atau

peristiwa berkembang dalam masyarakat dan bagaimana masyarakat

memandang wacana tersebut. untuk mengetahui konteks sosial wacana

taubat, penulis menggunakan metode wawancara. Adapun hasil analisis

wacana taubat berdasarkan wawancara tersebut yaitu:

1. Lena Suarni (Pembaca Novel Bait Surau)

Menurut Lena Suarni, taubat adalah kembali, berserah diri kepada

Allah yang maha pengampun, maha penyayang, menyerahkan dirinya

secara utuh kepada Allah dengan memohon ampunan, menyesali

perbuatannya dengan bersungguh-sungguh, serta tidak akan mengulangi

perbuatan tersebut kembali, meninggalkan perkara-perkata yang menjadi

larangan Allah yang dapat menimbulkan dosa baik besar maupun kecil.

Lena sebagai pembaca Novel Bait Surau mengaku setuju dengan konsep

taubat dalam novel tersebut karena setiap orang memiliki cerita tersendiri 86

dalam mendapatkan hidayah untuk bertaubat, bisa saja melalui

pengalaman trauma dan penyesalan yang mendalam. Setelah membaca

novel tersebut, lena belajar tentang arti taubat dan ingin terus berubah

menjadi lebih baik.40

2. Arrum Prabuningtias (Pembaca Novel Bait Surau)

Menurut Arrum Prabuningtias, taubat adalah berubah menjadi

lebih baik dan meninggalkan perbuatan tidak baik di masa lalu. Arum

Prabuningtias mengaku setuju dengan konsep taubat dalam Novel Bait

Surau. Dalam masyarakat mungkin ada kisah serupa dalam novel tersebut

walau di sekitar Arum tidak ada. Namun setiap perjalanan seseorang

berbeda-beda dalam mendapatkan hidayah. Hidayah seharusnya dijemput.

Setelah membaca novel tersebut, Arum termotivasi untuk membaca novel

dan buku-buku sejenis untuk terus memotivasinya menjadi lebih baik.41

3. Ulfi Nursa (Pembaca Novel Bait Surau)

Menurut Ulfi Nursa, taubat adalah meninggalkan hal-hal buruk,

terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan tidak

mengulangi segala perbuatan maksiat ataupun perbuatan buruk yang

pernah dilakukan di masa lalu. Ulfi juga setuju dengan konsep taubat yang

ada dalam novel tersebut, menurutya walau di sekitar lingungannya tidak

ada yang sama dengan kisah dalam novel tersebut namun jika

40 Wawancara pribadi dengan Lena Suarni, Pembaca Novel Bait Surau/ Mahasiswa Fakultas Fisip Universitas Jakarta. Pada 13 Juni 2017 Pukul 21.00 WIB di Jl. Kertamukti No 80 C Ciputat, Tangerang selatan. 41 Wawancara Pibadi dengan Arum Prabuningtias, Pembaca Novel Bait Surau / Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yasri Pada 11 Juni 2017 Pukul 13.00 WIB di Jl. Benda Barat 8 Blok D 14 No. 1 Pamulang Tangerang Selatan. 87

diamati pasti banyak masyarakat yang pernah mengalami kisah tersebut.

Misalnya orang yang bertato, sering minum-minuma keras yang akhirnya

bertaubat. Setelah membaca novel tersebut, Ulfi tidak ingin terjerumus ke

dalam hal-hal negatif dan lebih mawas diri dalam bergaul.42

4. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

Menurut Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA taubat adalah

kembali kepada Allah. Kembali ke jalan orang yang di ridhoi Allah, yang

diyakini sebagai jalan yang lurus. Taubat juga berkaitan erat dengan

eksistensi manusia dalam pandangan Al-Qur‟an menurut Q.S Al-A‟raf

ayat 172 yang menunjukan kesaksian universal manusia mengakui bahwa

Allah sebagai Rabb. Kesaksian tersebut bersifat primordial dan

menggambarkan asal usul manusia yaitu asal manusia, asli manusia dan

akar manusia. Ketika manusia lahir, memiliki jalan yang berbeda karena

diberikan kebebasan yang harus dipertanggung jawabkan.

Taubat adalah mengembalikan manusia yag telah melenceng

kepada sifat primordial tersebut. bertaubat membutuhkan sebuah jihad

atau perjuangan yang sungguh-sungguh karena untuk mengalahkan nafsu

hedonisme yaitu pola hidup yang menekankan kepuasan, kelezatan,

kenikmatan, kepuasan secara fisik dan biologis sangat berat. Dalam Al-

Qur‟an pun dijelaskan agar manusia kembali ke jalan Allah dengan

42 Wawancara pribadi dengan Ulfi Nursa, Pembaca Novel Bait Surau/ Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarf Hidayatullah Jakarta, Pada 13 Juni 2017 Pukul 19.30 WIB di Kafe Ayam Sambal Lumpur Jl. Pesanggrahan No.43 Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. 88

taubatan nasuha menurut Q.S. At-tahrim ayat 8. Taubatan nasuha yaitu taubat yang murni, yang jelas, taubat yang terang.

Untuk mencapai taubatan nasuha diperlukan lima komponen diantaranya pertama, mencabut akar dosanya berarti seseorang terlebih dahulu harus mengetahui letak kesalahannya. Kedua diperlukan kebulatan tekad. Ketiga, diperlukan penyesalahan yang mendalam. Keempat, benar- benar mengganti pola hidup dengan yang baru. Kelima, segera membuktikan lewat perilaku dan perbuatan-perbuatan dengan sikap dan perilaku yang baik.

Novel Bait Surau cukup menggambarkan realitas kehidupan dalam masyarakat dan bermuatan nilai dakwah. Terdapat unsur teladan dan dapat menginspirasi orang yang perilakunya buruk menjadi lebih baik. Konsep taubat yang terdapat dalam Novel Bait Surau juga telah menggambarkan taubatan nasuha. Adapun hukum shalat orang mentato tubuh yang digambarkan dalam novel tersebut juga telah sesuai dengan ajaran islam yaitu memang dilarang berkaitan dengan hukum fiqih. Namun jika telah terlanjur mentato tubuh dan telah ada upaya untuk menghilangkannya maka hukumnya tetap sah karena yang penting adalah telah bertaubat sesuai pandangan tasawuf.

Cerita tokoh utama yang menangis saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur‟an setelah dia bertaubat dan belajar mengaji juga merupakan contoh setelah taubat nasuha maka saat dibacakan ayat Al-

Qur‟an dan disebut nama Allah akan bergetar hatinya dan bertambah 89

keimanannya sesuai dengan Q.S An-Anfal ayat 2. Adapun ayat yang

dicantumkan dalam Sub judul “Epilog” dalam Novel Bait Surau tersebut

Q.S. An-nisa ayat 69 menunjukan bahwa saat seseorang telah bertaubat

dan perjalannya terhenti oleh kematian setidaknya ia termasuk kedalam

orang-orang yang dianugerahi nikmat yaitu orang yang shaleh.43 Berbeda

dengan pandangan pengarang yang memasukannya ke dalam orang yang

Syahid seperti diceritakan dalam salah satu dialog pada sub judul

sebelumnya.

5. Hj. Nunung Khairiyah, MA

Taubat menurut Hj. Nunung Khairiyah, MA taubat secara

sederhana meningalkan kemaksiatan dan tidak mengulanginya lagi. Novel

Bait Surau telah mencerminkan taubatan nasuha jika merujuk pada cerita

dalam Riyadushalihin sebuah kisah pendurhaka yang telah membunuh 99

orang, kemudian membunuh seorang rahib yang mengatakan bahwa

taubatnya tak akan diterima.

Taubat pendurhaka tersebut diterima walau ia meninggal dunia

sebelum sampai ke suatu tempat yang disarankan rahib yang lain. Dalam

Novel Bait Surau, kisah tokoh yang berubah menjadi lebih baik dan

belajar agama telah menggambarkan taubat nasuha. Dalam masyarakat

mungkin ada kisah serupa. Dalam masyarakat juga masih banyak dijumpai

taubat yang sambel artinya menyesali perbuatan dosa namun

melakukannya kembali. Taubat yang demikian bukanlah taubatan nasuha.

43 Wawancara pribadi dengan Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA Guru Besar Tasawuf, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Minggu, 18 Juni 2017 Pukul 11.00 WIB di Komplek Pamulang Permai 1 Jl. Permai III Rt 03/09 Blok AX 13 No.13. Pamulang, Tangerang Selatan. 90

Terkait dengan hukum shalat orang yang bertato yang digambarkan

dalam novel tersebut, memang tetap sah jika namun dengan syarat

bersungguh-sungguh berupaya menghilangkannya jika tidak

membahayakan. Jika telah mentato tubuh maka yang penting adalah taubat

dan mengharap kemurahan Allah SWT. Terkait dengan surah An-Nisa

ayat 69 yang tercantum dalam novel tersebut, kisah Rommy, Ramdhan dan

teman-temannya yang tenggelam di lautan termasuk kedalam orang-orang

shaleh. Terkait dengan cerita Rommy menangis saat melafalkan huruf

demi huruf bacaan Al-Qur‟an saat ia belajar mengaji, memang hidayah

yang datang akan mudah membuat seseorang tenang saat membaca Al-

Qur‟an bahkan dapat mengingat kesahalan-kesalahan yang pernah

dilakukan.44

Berdasarkan uraian hasil wawancara, dapat diketahui bahwa

konteks sosial, taubat adalah kembali ke jalan Allah SWT. Berkaitan

dengan rasa penyesalan yang dalam terhadap perbuatan yang pernah

dilakukan di masa lampau, berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak

mengulanginya lagi di kemudian hari baik itu dosa kecil maupun besar.

Taubat memang berat dan membutuhkan kebulatan tekad.

Dalam masyarakat, kisah perjalanan taubat seseorang memang

beragam dan berbeda satu sama lain. Walaupun tidak pernah ditemukan

disekitar pembaca dan narasumber lain, tetapi kisah yang terdapat dalam

44 Wawancara pribadi dengan Hj. Nunung Khairiyah, MA Dosen Ilmu Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 21 Juni 2017, Pukul 13.00 WIB di Ruang Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 91

Novel Bait Surau bisa jadi benar-benar ada dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya di daerah lain. Maka novel tersebut dapat dikategorikan novel yang realistis menggambarkan perilaku kehidupan sosial yaitu perubahan perilaku jahat kepada perilaku baik. Memuat nilai- nilai teladan dan dapat dijadikan contoh bagi pembaca untuk berubah menjadi lebih baik. Walau demikian, hidayah harus tetap dicari oleh setiap orang untuk bertaubat.

Berkaitan dengan hukum shalat orang yang bertato yang digambarkan dalam novel Bait Surau, benar bahwa Islam melarang tato, hal itu berkaitan dengan hukum thaharah atau bersuci baik dari hadats kecil maupun besar. Jika sudah terlanjur mentato tubuh, maka sebaiknya ada upaya untuk menghilangkanya dengan tidak membahayakan tubuh kemudian bertaubat dan memohon kemurahan Allah. Berkaitan dengan cerita saat Rommy menangis membaca huruf demi huruf bacaan Al-

Qur‟an, jika sudah bertaubat maka keimanan akan bertambah saat disebut nama Allah dan bergetar hatinya saat membaca dan dibacakan Al-Qur‟an sesuai dengan surah Al-Anfal ayat 2. Membaca Al-Qur‟an juga akan membawa ketenangan hati menjadi lembut dan mudah mengingat perbuatan dosa yang pernah dilakukan.

Berkaitan dengan surah An-Nisa ayat 69 yang dikutif dalam novel tersebut, untuk menggambarkan bagian akhir cerita setelah Rommy meninggal. Setidaknya sosok Rommy termasuk kedalam orang shalih, bukanlah syahid seperti doa Pak Ustadz dalam novel tersebut yang 92

dituliskan pengarang pada sub judul sebelumnya. Karena perjalanan

Rommy selama hidupnya lebih menggambarkan orang shalih.

Unsur-unsur novel yang terdapat dalam Novel Bait Surau diantaranya unsur insitrinsik temanya yaitu taubat, alurnya maju-mundur, tokohnya selain tokoh utama juga terdapat tokoh tambahan. Tokoh utama adalah Rommy dan tokoh tambahan diantaranya sahabat-sahabat Nadia dan Rommy, teman-teman nelayan, H. Sodik, dan tokoh lain yang ikut terlibat dalam novel tersebut. Tokoh protagonis yaitu Nadia, Ully, Rachel,

Bram, Abah, Ramdhan, Siti, Pak Ustadz. Tokoh antagonis yaitu Rommy dan H. Sodik. Namun pada akhirnya Rommy dan H. Sodik menjadi tokoh protagonis. Rommy dan H. Sodik juga termasuk tokoh berkembang karena mengalami perubahan watak. Diawal cerita memiliki watak buruk, kemudian berubah menjadi memiliki watak baik.

Latarnya pedesaan yang damai dan asri sedangkan latar perkotaan digambarkan dengan penuh gemerlap, membuat Rommy senantiasa gelisah. Sudut pandang yang digunakan yaitu “Dia mahatahu”, pengarang menceritakan semua kejadian yang menyangkut tentang dia atau tokoh dalam novel tersebut. Amanat yang terdapat dalam novel tersebut yaitu agar kita senantiasa berbuat baik dan kembali kejalan yang diridhoi Allah

SWT. Bertaubat dengan taubatan nasuha. Gaya bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami karena Novel Bait Surau dirancang pula untuk skenario film yang sama, sehingga tiak banyak memuat gaya bahaya yang puitis seperti novel pada umumnya. 93

Dalam novel tersebut, taubat yang digambarkan adalah taubat orang awam yaitu perjalanan taubat karena kelalaian seseorang. Tokoh yang bertaubat bukanlah seorang sufi sehingga taubatnya bukan taubat khawas. Dalam novel tersebut tanda-tanda taubat hanya menyadari letak kesalahan, menyesali perbuatan dosa, serta memperbaiki diri dengan melakukan banyak kesalehan individu maupun sosial. Kurang lengkap karena alurnya tidak digambarkan apakah seseorang tersebut tidak melakukan kesalahan di kemudian hari. Padahal tanda-tanda taubat salah satunya adalah berniat berkeinginan keras dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut di kemudian hari.

Dosa-dosa yang digambrkan dalam Novel Bait Surau yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh yang bertaubat diantaranya adalah dosa mulkiyah atau rububiyah yaiti merasa agung, sombong, angkuh seperti tergambar dalam awal perjalanan Rommy dan H. Sodik. selain itu, tokoh

Rommy juga melakukan perbuatan dosa lainnya yaitu dosa sabuiyyah dengan menganiaya istrinya Nadia, dan Ramdhan saat mengetahui

Ramdhan menyembunyikan berita kematian istrinya. Rommy juga melalukan dosa Bahiimiyyah yaitu memenuhi nafsu seksualnya dengan selingkuh padahal ia telah memiliki seorang istri.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis wacana taubat

yang terdapat dalam Novel Bait Surau adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan Dimensi Teks

a. Struktur Makro

Mengenai tema dalam Novel Bait Surau adalah taubat. Tema

tersebt didukung oleh subtopik yang terdapat dalam 9 subjudul yang

terdapat dalam novel tersebut. Adapun subtopik yang terdapat dalam

novel tersebut adalah menyadari letak kesalahannya, menyesali

perbuatan dosa, dan memperbaiki diri. Topik tersebut adalah tanda-

tanda taubat.

b. Superstruktur

Mengenai skematik yang merupakan elemen yang diteliti

dalam supertruktur, Novel Bait Surau diawali dengan cover depan,

cover dalam, halaman pengantar penulis, daftar isi. Isinya secara

keseluran menggambarkan kisah perjalanan seseorang yang bertaubat

dengan tanda-tanda menyadari letak kesalahannya, menyesali

perbuatan dosa serta memperbaiki diri. Kesimpulannya adalah masa

lalu adalah sejarah untuk bercermin, kita harus ikhlas menerimanya.

Hidayah akan didapat oleh orang-orang yang menerima nikmat dari

Allah SWT.

94

95

c. Struktur Mikro

Berdasarkan semantik, sintaksis, dan retoris, ditemukan

beberapa pemaknaan kata yang menunjukkan bahwa Novel Bait Surau

merupakan novel yang membahas tentang taubat.

2. Berdasarkan Dimensi Kognisi Sosial

Pandangan pengarang terhadap taubat memang berdasarkan

pengalaman kisah nyata dan hasil riset yang telah dilakukan oleh

pengarang. Sehingga menggambarkan realitas kehidupan sosial.

Taubat menurut pengarang bukan hanya sebatas menyesali perbuatan,

namun juga harus disertai dengan memperbaiki diri. Pengarang

mengarahan opini pembaca untuk bertaubat secara menyeluruh sesuai

aturan agamanya khususnya dalam agama islam. Hal ini dilihat dari

cerita yang gambarkan memperbaiki diri adalah memperbaiki

hubungan dengan Allah dan dengan makhluk Allah yang ada

disekitarnya. Perjalanan mendapatkan hidayah bukanlah hal yang

mudah, tetapi tetap harus digapai walau mendapatkan halangan dan

cibiran dari orang lain.

3. Berdasarkan Konteks Sosial

Berdasarkan konteks sosial, taubat adalah kembali kepada jalan

yang diridhai Allah, menyesari perbuatan yang telah dilakukan dan

tidak mengulangi kesalahan atau dosa tersebut dikemudian hari. Jalan

mendapatkan hidayah memang berbeda-beda namun hidayah

sebaiknya dijemput. 96

B. Saran

1. Kepada Pengarang

Sebaiknya biografi pengarang lebih diperbanyak. Kata-katanya

lebih mengandung kata-kata puitis agar lebih menyentuh. Menambahkan

alur cerita yang menunjukan tanda taubat yang lain yaitu tidak melakukan

dosa tersebut dikemudian hari sehingga lebih mantap dan kompleks.

2. Kepada pembaca

Hendaknya pembaca benar-benar mengambil pelajaran dari novel

ini. Mengaplikasikannya agar hidup menjadi lebih baik khususnya dalam

taubatan nahusa.

DAFTAR PUSTAKA

Aan Syamsudin Munawar, Resolusi Neo-Metode Riset Komunikasi Wacana,Yogyakarta: Lkis, 2007.

Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada. 2003.

------. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2001.

Hamka, Prisip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1984

Kasiram, Muhammad. Metodologi Penelitian Kuantitif-Kualitatif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.

Kusmayadi, Ismail. Think Smarts Bahasa Indonesia, Bandung: Media Grafindo Pratama, 2006.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Mulyana, Dedy. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Pinsip-Prinsip Analisis Wacana: Yogyakarta, Tiara Wacana. 2005

Muthahhari, Murtadha. 1991. Wacana Spriritual, Jakarta: CV Firdaus

Nurgianto, Burhan. Teori Pengkaji Fiksi: Yogyakarta, Gajah ada University Press. 1995

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif , Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2007.

Quraish M Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta, Lentera Hahti. 2011

Rahman Abdul Dudung, Resep Hidup Bangkit dari Keterpurukan, (Bandung: Media Qalbu,2005.

Sukamdi, Muhammad. “Konsep Taubat menurut Hamka dalam Perspektif Kesehatan Mental (Analisis BKI).” Skripsi S1 Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2010.

97 98

Sumardjo, Jakob. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977: Bandung, Penerbit Alumni. 1999

Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda, Jakarta: Pustaka Iman As-Syafi’i, 2012.

------, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007.

Syamsudin M Aan, Resolusi Neo-Metode Riset Komunikasi Wacana, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013

Tebba, Sudirman. Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat, Banten: Penerbit Pustaka irVan, 2007.

Utami, Kurnia Ika “Semiotika Taubat dalam Film “Mama Cake”” Skipsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Wahyu, Rakha, Bait Surau, Jakarta: Two Synergy Publisher. 2012

Yamani Muzzaki Agus “Pesan Taubat pada Lirik Lagu Edcoustik dalam Album Sepotong Episode.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.

Transkip Wawancara Pribadi Bersama Wahyu Frayudha, ST (Rakha

Wahyu), Penulis Novel Bait Surau. Pada pukul 21.45 WIB, Di Kafe

Eksplora Jl Kliningan No.1, Bandung.

P : Pewawancara

N : Narasumber

P : Ini yang novel Bait Surau, tadi kan sempet disinggung kang ya? Novel

yang ngga sempurna, itu proses pengerjaannya beneran Cuma sebulan

doang?

N : Sebulan setengah.

P : Sebulan setengah. Itu dari.. gimana sih maksudnya bisa diceritain gak

awalnya kenapa bisa

N : Bait surau?

P : Iya kenapa bisa bait surau gitu?

N : Sebenarnya sih ini, si Bait Surau ini kan saya angkat dari sosok orang.

saya punya kawan. kawan itu, dia sedang dalam pencarian jati diri. Jadi si

orang ini basicnya itu dia pemabuk. Ya pokoknya mah kejahatan apapun

dia pernah ngerasain gitu ya. Tapi orang ini sebenarnya orang kreatif. Dia

orang seni dan tatonya dia itu dari ujung kuku sampai dengan tubuhnya itu

penuh dengan tato kecuali wajah ya. penuh semua. Saya pernah melihat

ketika dia sedang telanjang itu penuh dengan tato. Dia seniman yang

benar-benar seniman. Nah satu sisi, eee rejeki dia bagus. Maksudnya

secara finansial dia orang yang mampu dari kecil dia jauh dari agama, buat

99

100

dia itu agama hanya lipstik, hanya penghias saja. intinya bahwa yang

paling penting hidup itu banyak uang. Memang secara fisik, berkarya

bagus memang selalu menghasilkan uang. Nah tetapi ketika dia

berkeluarga, otomatis kan ada sosok lain yang hadir dalam hidup dia. Nah

Sosok ini kan bertolak belakang dengan apa yang dia inginkan. Contoh

misalnya ketika dia sedang ingin senang-senang, huraP : hura ada yang

ngingetin. A, tong kitu atuh, jangan mabuk atuh, bagimana nanti kamu jadi

kepala keluarga. Bagaimana kalau nanti punya anak. Itu kan sebuah

kehidupan yang menurut dia mengekang gitu loh.

P : Berarti sosok nadia juga benar-benar ada dalam kehidupan nyata?

N : Iya mengekang banget gitu loh. Dikit-dikit disadarin. Bang jangan ini

jangan itu kan. Sebenarnya si sosok wanita yang disebut nadia itu, da

bagaimanapun orang seburuk-buruknya ge kalau nikah mah dalam hati

mah pengen yang baik atuh. Pengen punya sitri yang baik ya. Begitupula

wanita taulah dirinya mantan apa tapi pasti punya mimpi mah punya suami

yang shaleh, penurut, penyayang kepada keluarga pasti itu manusiawi. Nah

tetapi ketika menyatu dengan sosok yang baru datang itu, mampu gak kira-

kira dia begitu. Dia bebas kemana gak ada yang ngelarang, gak ada yang

apa. Tapi ketika dia sudah menikah dan satu rumah otomatis kan ada yang

merhatiin kebebasan dia, terutama kehidupan liarnya begitu lah. Dan saya

kembangkan dalam cerita itu sebenarnya dalam kehidupan itu nyata

adanya bahwa satu manusia itu tetep butuh pendamping. Butuh orang lain.

Manusia itu butuh pendamping. Gak mungkin kita hidup sendirian. Hidup

sendirian Itu gak mungkin. Tetep harus ada yang merhatiin. Harus ada

101

yang mengingatkan. Apalagi kan dalam islam pernikahan itu kan sakinah mawwadah warrahmah sampai dengan rahmat Allah itu datang kepada keluarga itu. Nah untuk menuju yang terakhir aja sampai Rahmat Allah datang kedalam suatu keluarga, gak mungkin Allah memberi rahmat jika keluarga itu tidak mau karena Allah mah bagaimana yang umatnya ingin ia rasakan maka itu yang akan datang, kan adilnya Allah itu kenapa sih keorang jahat juga Allah baik, usahanya lancar, bisnisnya lancar. Allah tuh ngga memandang itu, gak memandang itu. Silahkan saja toh hidup itu ada dua pilihan. Endingnya ada dua pilihan. Surga neraka. Baik buruk. Nah dalam bait surau ini saya tetap cantumkan sebuah pesan seberapa lama orang menyebut kita. Karena itu akan terus menjadi visi misi saya.

Rommy adalah sosok yang mewakili orang yang gayanya transisi antara modern dan tradisional. Karena orang Indonesia itu sebenarnya transisi.

Modern ngga tradisional juga ngga. Jadi standart modern itu di kita mobil mewah, gaul, fashionable dan sebagainya padahal kalau takarannya seperti itu, itu jaman jahiliyah sebenarnya. Apa bedanya dengan pamannya Rasul yang dulu. Mereka juga sudah punya rumah bagus, sudah berpakaian bagus pada masanya. Nah menurut saya sosok Rommy ini mewakili cowo- cowo yang ingin tampil elegan, pengen tampil wah. Dia ngga sadar bahwa hidup itu harus berpasangan. Pengennya mah bebas. Yang kedua, bahwa dalam hidup ini kita harus siap menerima pasangan kita. Karena ketika kita pacaran itu, abu-abu sebenarnya bahkan saya bilang itu gelap sebenarnya.

Gelapnya gini kita taunya yang indah indah saja. misalnya mau ketemu pacar itu pasti dandan dulu. gak mungkin gak dandan dulu. Aduh saya mau

102

ketemu si Aa nih, yah dipilihkan fashion yang bagus,yang terbaik yang matching, kemudian kita akan mencari tahu tentang pasangan kita sampai hal-hal kecilpun kita lihat dari pasangan kita. Nah ketika sudah berumah tangga beneran akan kelihatan aslinya yang dulu kalau misalnya nih lagi pacaran kesandung aja, aduuh dielus-elus. Dan seratus persen orang aslinya akan kelihatan bagaimana dia yang sering teriakP : teriak gitu kan.

Bagaimana dia yang mudah tersinggung kalau diingatkan. Sangat susah untuk menerima kebaikan. Itu muncul disitu. Sosok Nadia itu menyampaikan kebenaran ya disampaikan saja walau dia digampar ke terserah lah pokonya nothing tulus aja bagi dia. Terus yang ketika dari sisi perempuannya nih ya katanya perempuan itu selalu menerima tapi di sisi lain, perempuan itu pemberontak. Pemberontak sebenarnya. Pemberontak dalam artian gini, perempuan itu selalu pengen pasangannya itu ferfect lah.

Misalnya dibawa ke keluarganya, oh ini suami saya, suami saya mah sukses. Dia belum tentu menerima ketika suaminya itu kalah gitu. Dia akan malu ketemu ibunya, ketemu papahnya. Nah sosok Nadia ini mewakili realistis kepada kehidupan rumah tangga yang sebenarnya gitu.

Ketika bagaimana wanita itu secara nalurinya ingin suaminya menjadi imam, pendamping, eh apa namanya, pengayom gitu. Nah tidak ditemukan ternyata dari sosok Rio ini si Rommy ini. Tetapi yasudahlah toh saja hanya punya kewajiban menginagtkan saja dengan apa yang ia bisa. Nah itu dari sisi realistis seorang perempuan. Pesan yang ingin saya sampaikan kepada pembaca atau penonton waktu itu. Karena dari awal memang disiapkan untuk film layar lebar si bait surau ini, jadi otomatis saya harus bikin cerita

103

itu lebih mudah, lebih ringkas gitu ya. Lebih mudah dibaca, lebih ringkas

dihayati karena ini akan menjadi visual. Beda dengan novel saya yang

Sang Pengibar benar-benar sebuah cerita yang dibuat novel walaupun udah

ada ini gambaran saya, mungkin ditahun berikutkan saya akan jadikan film

layar lebar gitu. Nah otomatis ketika saya menulis Bait Surau, saya berfikir

naskah itu harus sekaligus jadi skenario. Jadi pemaparannya juga engga

terlalu puitis. engga terlalu banyak eee apa namanya. Kan kalo di novel itu

banyak bahasa-bahasa puitis gitu ya. Ini saya hindari untuk apa? Karena

ini untuk film. Karena gini neng, film itu kan skenario ya. Ketika kita

bikin skenario gini pedomannya ya. Kita sedang bercerita dengan orang

lain, gitu aja. Jadi ketika kita bikin skenario, novel yang untuk skrenario

kita harus berfikir bahwa kita sedang becerita dengan orang lain, bukan

kita berbicara dengan diri sendiri gitu kan. Makanya si Bait Surau ini

secara Novel kurang sempurna karena memang pemaparannya tidak

seratus persen novel. Dia ada skenario disitu. Ada skenario film yang

sudah saya bentuk. Ini adalah skenario film, jadi apa namanya tidak terlalu

banyak eee apa namanya bahasa-bahasa puitis, bahasa-bahasa yang indah.

Langsung bahkan kebahasa action aja gitu kan ke bahasa visual. Nah itu

pesan wanita ya si Nadia itu dia memang seorang perempuan yang begitu

adanya tetapi dia punya sisi lain, dia pemberontak juga. Nah kemudian

saya sisipkan pesan lagi bagaimana kemudian orang menyikapi ketika

kehilangan. Orang itu gak sadar ketika bersama-sama.

P : Memiliki gitu ya?

104

N : Heeh. kita harus siap ketika tidak lagi bersama atau kehilangan. Nah

harusnya ketika kita kita pacaran atau berumah tangga, kita persiapkan

juga untuk kehilangan. Jadi anggap saja ketika kita pacaran itu, anggap

saja sedang memiliki padahal kita harus siap ketika tidak lagi bersama.

Nah harusnya ketika kita sedang berpacaran atau lainnya kita persiapkan

juga untuk kehilangan. Bagaimana ketika Rommy kehilangan Nadia.

Setelah dia setiap hari apa, berantem gitu ya. Tidak menerima pesan-pesan

kebaikan, lalu akhirnya apa. Kehilangan itulah yang akhirnya membuat ia

balik gitu kan.

P : Heeh sadar

N : Heeh Balik arah ketika dia yang, yang apa ya meun kata orang sunda mah

garihal tea ya. Kasar, arogan. Arogannya karena tadi, dia mewakili

seorang lelaki kotalah ya, modern gitu. Arogan dia. Jadi wanita seperti

Nadia itu dianggap wanita desa, wanita yang kuno ya, hanya ngomel aja

gitu kan. Nah ketika Allah menghilangkan sosok ini, berarti kan satu

simbol kehidupan yang tadi harus saling melengkapi itu hilang. Hilang.

Nah barulah disitu Rommy merasakan bagaimana sih kehilangan. Dan itu

realistis ketika berteman, akrab mungkin dianggapnya ah biasa saja.

P : Berarti itu bukan hanya dari pernikahan aja ya? Dalam hubungan apapun?

N : Betul. Dalam hubungan apapun. Kita lagi pacaran, kita sedang dalam

dunia pekerjaan misalnya saya atasan, ini bawahan kadang-kadang kalau

kita lagi bareng mah ditunjuk-tunjuk tuh bawahan, bodo sia mah tidak

berhasil lah ini lah. Dia hilang saja, dia baru inget oh ternyata jasa dia

banyak loh. Saya pengen menyisipkan ke penonton atau pembaca, hati-hati

105

ketika kita kehilangan gitu kan. Karena dalam kehilangan itu, kita akan merasakan baik dalam dampak psikologis maupun dalam hubungan manusia gitu ya. Hubungan harmoni antarmanusia. Nah itu dalam perjalan

Rommy ketika kehilangan Nadia. Tapi kan ketika kehilangan Nadia, itu kehilangan lagi. Selama ini ada sosok siapa pembantunya itu? Ee

Ramdhan. Sosok Ramdhan ini kan saya simbolkan sebagai sosok pengabdi yah. Nah kalau mengabdi itu tulus gitu ya. Apapun dia, apakah dialah. apakah dia pengabdi negara sebagai PNS gitu ya. Apakah dia pengabdi kecamatan misalnya, seorang camat. Saya sisipkan sederhana saja bahwa dia seorang pengabdi. Pengabdi rumah tangga ya dia seorang pembantu la ya, pembantu. Sebenernya kalau kita berfikir panjang saya ingin memberikan pesan bahwa siapapun kita sebenarnya mengabdi gitu.

Mengabdi semua orang itu. Mengabdi kepada atasan kita, yah istri dalam rumah tangga mengabdi kepada suami. Suamipun sama mengabdi kepada keluarga. Nah kalau sama-sama kita berfikir kita tuh pengabdi. Kita kan harus sinkron gitu ya sama-sama pengabdi ko. Kita ini bukan Tuhan ko.

Yang semau-maunya harus menurut dia. Pesan bahwa seorang pengabdi itu ketika dia ikhlas apapun jabatan dia, ikhas aja. Toh kalau kita menuntut lebih, misalnya Atuh kan urang teh euy geus gawe cape, dari pagi dicarekan wae pundung. Itu belum ikhlas mengabdinya. Rramdhan disini dia sosok yang mengabdi tulus gitu. Jadi dia sampaikan apa pekerjaan dia, bahkan dimarahin gitu ya. Ngaji saja ditempeleng gitu. Yasudah ikhlas saja. ikhlas saja. Tetapi balik lagi kepada sosok manusianya. Toh

Ramdhan juga manusia, ketika dia benar-benar diapa ya dianggap tidak

106

dibutuhkan, yasudahlah pergi. Itu pesannya. Nah sama tadi kehilangan, saya coba bermain psikologis disitu apakah Rommy ini akan menjadi sosok yang terus menerus seperti itu atau dia akan mencari kehilangan tadi. Nah itu pesannya. Karena setelah kita kehilangan berarti kan ada sosok yang dirindukan ya. Aduh ko aku rindu ya adanya Nadia.

Bagaimana dia tiap pagi menyuruh mandi, menyuruh shalat bahkan menyebut udahlah jangan sebut-sebut Allah, siapa Allah? Siapa Tuhan.

Udahlah jangan sebut-sebut orang lain. Itu kan bagi penonton ih kurang ajar banget nih orang nih. Orang yang memang udah buta dengan dunia gitu. Karena dia menganggap dunia itu Tuhan. Jadi apaun dunia saja. Yang lainnya ah da naon eta mah urusan kecil. Nah saya masukan lagi pesan

Rommy ini ternyata bagaimanapun punya hati lah, punya hati yang tetep kalo manusia itu kalo udah tersentuh hatinya bakal mencari kebenaran karena ketika hati misalnya emosi yang disentuh marah-marah gak karuan karena kalo hubungannya udah sama emosi hubungannya dengan iblis kan begitu kan. Kalo ada sentuhan kebenaran yang kita kejar, sudah pastiyang dikejar malaikat. Karena apa? Simple saja, ketika kiat berdoa “Ya Allah tolong bangkrutkan si A”, apakah malaikat mengaminkan? Mengaminkan tetapi ada ujungnya, Aamiin, kamu juga. Itu adab dalam berdoa. Jadi siapa doa itu gak boleh jelek? Boleh tapi akan kembali kepada kita. Nah balik lagi ke kitanya apakah cepat, apakah tidak. Nah saya pengen menyisipkan bahwa Rommy ini menerima doa dia yang jeleknya. Ketika tadi, jangan sebut-sebut orang lain itu kan malapetaka buat dia. Akhirnya kehilanganlah semuanya, Rommy ini kehilangan semuanya, kehilangan

107

jabatan, kehilangan kesuksesan, kehilangan ee dikasih juga peringatan

sama Allah tuh orang-orang yang deket sama lu hilang. Terserah lu mau

cari atau tetep teruskan sini. Akhirnya dia carilah kan?

P : Ramdhan?

N : Iya. Nah saya ingin sisipkan pesan bahwa ada realistis dalam kehidupan

hal kecil itu tidak penting. Saya sisipkan dalam beberapa tokoh contoh

dalam tokoh eee Siti. Siti itu punya peran walaupun dia gagu sebenarnya

dia adalah simbol. Buat saya itu adalah simbol bahwa ketika Tuhan

mencabut sebuah nikmat ya. Nikmat kita bisa mendengar, nikmat kita bisa

ngomong itu kan terbatas. Tetapi semua itu harus berkolaborasi karena

Allah itu selalu Harmoni. Selalu berpasangan. Ada yang sempurna ada

yang tidak sempurna gitu kan. Nah saya munculkan sosok Siti ini untuk

pesan kepada penonton dan pembaca bahwa eee kurang orang yang

dianggap punya kekurangan bukan berarti kurang. Jadi sosok Siti ini saya

ingin menyajikan kepada masyarakat bahwa apa yang selama ini Allah

pesankan kepada Makhluknya semua ini ada tujuan gitu. Ada tujuan, kalo

semuanya cantik, kalo semuanya ganteng ya gak harmonis. Gak harmonis.

Hutan aja kalo pohon besar semua gak harmonis. Musti ada rumput, mesti

juga ada ulat, mesti ada hewan, mesti ada pohon lagi. Pohon juga

bermacem-macem gak satu jenis aja kan. Nah itu konsep saya membuat

Bait surau ini saya sajikan juga di dalam masyarakat ketika orang-orang

yang punya kekurangan itu disisihkan gitu, selalu diabaikan tidak

dianggap. Padahal perannya itu penting sebenarnya. Perannya itu penting.

Bagaimana ia bisa menyarakan suara dia tetapi dengan perilakunya. Jadi

108

bagaimana Siti yang apa namanya yang lemah lembut, yang nothing tulus,

ya ngebantu ya ngebantu aja. Nolong ya nolong aja. Tetapi tetep da dia

juga manusia ya punya rasa cinta, punya rasa seneng gitu kan, punya

harapan gitu kan

P : Makanya dia sama Rommy? Dia suka sama Rommy?

N : Iya suka tapi tadi bagaimana dia mengungkapkannya karena dia sadarlah

dia mah punya kekurangan. Kemudian sosok Abah. Abah ini kan saya

sisipkan disitu dilema. Sosok yang dilema di situ. Satu sisi dia tokoh yang

religius, pengayom di keluarga, tetapi gini, kenapa si abah ini saya

sisipkan sebagai penjual batu nisan?

P : Iya pembuat dan penjual batu nisan

N : Betul. Nah saya ingin sisipkan kepada penonton dan pembaca bahwa

apapun kita punya peranan. Saya pengen menunjukan dilematis seorang

penjual batu nisan. Nisan itu saya ingin mengingatka pembaca atau

penonton bahwa akhir hidup kita disitu gitu. ko harus penjual nisan?. Saja

punya pesan kita ujungnya disitu, hanya di sebuah batu. Nah seberap lama

orang melihat nama kita distitu? contoh misalnya kita hidup dalam sosial

kita arogan, kita jahat, siapa sih mau nengok kuburan kita? Malah meureun

yah pas ada pengumuman di speker itu innalilahi wa innailaihi rojiun,yang

namanya Rommy meninggal bisa jadi orang malah alhamdulilah sepi

lembur teh euy aman. Siapa yang mau nyebut nama kita? Gak mau yah

tapi kalo kita baik diakhit hanyatpun kita disebut orang. Liat noh ada

nisannya Rommy, ya Allah mudah-mudahan orang yang soleh ini, karena

apa? Karena tahu kita harum namanya. Nah itu yang disebut panjang umur

109

disebut terus sama orang. Nah itu yang saya ingin sampaikan kenapa batu

nisan. saya pengen di sinkronkan ketika Rommy merasa kehilangan dan

dia mencari jati dirinya salah satunya pesan ke saya tuh hidup lu di situ, di

batu nisan. kenapa gak saya bikin aja si Abah ini tukang Surabi gitu ya

atau tukang eee ini lah ayam kaliwang. Saya pesan ini loh hidup kita disini

berakhir. Makanya dia berdoa. Berdoapun serba salah

P : Iyaa

N : Ya Allah rejeki saya banyak, berarti?

P : Banyak yang meninggal.

N : Berarti banyak yang meninggal. Ini kan dilema tapi toh kan Allah itu maha

tahu lah. Dan ketika kita bersungguh-sungguh mencari rejeki yang halal

yah dengan ridha Allah. Tong sieun lah. Da secara logika mah siapa sih

yang beli batu nisan? kadang kita ngeliat aja aaah geus hoream ningalina

oge ya. Serem ningali batu nisan berjejer. Pasti kamu neng, iiih gitu kan

P : Hehehe ingat mati

N : Iya itu pengingat bahwa terakhir kita di situ. Bahwa emang pencatat nama

kita disitu. Itu lah yang ingin saya pesankan kepada penonton bahwa

ingatlah mati. Ini loh ada orang yang arogan, ini loh ada orang yang baik.

Kenapa orang baik selalu meninggal? Bahas yang baik aja yang positifnya.

Datanglah Rommy ke desa. Ke sebuah desa yang ada Ramdhan di situ,

bagaimana sih perihnya kehidupan dia di desa. Selama dia di kota itu,

bagaimana sih dia mudahnya mencari uang, mencari teman, banyak teman.

Ketika dia udah kehilangan semuanya mana ada sih teman yang mau deket

gitu kan. Tapi ketika dia datang ke sebuah kehidupan yang belum pernah

110

ia alami, dan di situlah berbukalah mata hati dia. Oh ternyata Ramdhan

mah soleh ya pernah dicaci maki tapi tidak punya dendam. Saya pesan

disitu mah hanya mensinergikan saja bahwa ketika kita punya keikhlasan,

ketika kita punya nilai-nilai ikhlas, toh orang itu akan mengejar nilai ikhlas

kita. Jadi gak usah khawatirlah ketika kita jadi tukang nyapu di pinggir

jalan kita ikhlas. Orang akan tau dengan keikhlasan dia. Jadi sasapu teh

henteu ngutruk gitu kan, ikhlas saja, toh nanti reward nya nanti ada.

P : Jadi secara garis besar sebenarnya ada di pernikahan juga gitu ya, pesan

pernikahan terus kalo dia kehilangan apa yang dia harus disikapi begitu?

N : Betul

P : Terus kalau informasi seputar tema yang digunakan gitu dalam Bait Surau,

biasanya dapet dari mana?

N : Informasi? Maksudnya ide saya gitu?

P : Iya

N : Tadi yang pertama, saya dari kehidupan nyata. Saya sempet riset ya, riset

kehidupan sosial memang orang-orang yang bergaya modern. Itu yang

saya riset, seperti itu. Terus yang kedua saya riset bagaimana sih orang

menyikapi ketika orang bertato itu pengen beribadah. Walaupun memang

dalam Bait Surau itu ngga saya kupas tuntas gitu ya. Aslinya begini, si

orang yang bertato ini pengen beribadah, pengen merubah hidupnya tetapi

secara sosial dia terkekang gitu. Dia masuk ke masjid tatonya banyak,

ketika dia pakai baju koko saja orang lain masih gimana gitu. Bagaimana

dia mengabaikan sangkaan orang dan lebih besar lagi positifnya dia. Kalo

111

kita sudah niat udahlah abikan saja hal-hal yang kanan kiri ngomong.

Misalna eh gede-gede karak diajar shalat

P : Iya benar, kan situ ada ya kenapa udah besar tapi belom bisa shalat, belum

bisa ngaji gitu ya?

N : Nah itu, dalam kehidupan nyata itu ada

P : Berarti beneran di nyata tuh ada ya?

N : Banyak. ada banyak. Bukan hanya orang bertato saja. jadi sering kali saya

lihat di masjid orang tua tapi yang baru ngeh oh ternyata islam begini

padahal dari kecil dia islam

P : Kayak Rommy?

N : Iya dari kecil udah islam dia, tetapi bagaimana dia? Islam tuh hanya lisptik

saja. hanya lipstik saja. Nah di dalam realistis kehidupan itu banyak orang

yang mau mencari kebenaran tetapi kadang-kadang kalah oleh hasutan

orang. Padahal mah abaikan saja.

P : Malu gitu ya?

N : Malu, ngerasa risih gitu kan. Contoh ya temen saya yang waktu itu, dia

mau shalat Jum’at, dia sedih ketika ada ibu-bu yang bilang gini, wudhunya

aja gk akan diterima.

P : Karena dia bertato?

N : Iya karena dia bertato. Itu dia sangat sedih sangat menerima ucapan itu.

Sisi lain dia pengen sekali merasakan bagaiaman nikmatnya dia

mendapatkan hidayah tetapi sisi lain di sosial kan orang-orang sekeliling

teh aah gak semua respek gitu dong. Ada yang mencela menganggap aaah

naon? Gitu kan? Nah saya ingin pesan seberapa kuat sih ketika kita udah

112

menemukan kebenaran kita siap dengan eee apa ya kita siap dengan

cacian. Kiat siap dengan sanjungan. Kita siap juga dengan makian. Nah

sanjungan itu juga jangan salah loh sanjungan juga sebuah dilema juga.

Jangan berarti orang mencaci tuh berarti buruk. Justru sanjungan itu kita

harus hatI-hati dia menyanjung kita maunya ada nih. Kita sering terlena

dengan sanjungan justru. Kalau dengan cacian kita responnya cepet.

Misalnya ah wahyu teh naon sih? Ita responnya cepet. Emang bisa apa lo?

Tapi dengan sanjungan, waah wahyu mah hebat euy, naaahh di situ kita

langsung lupa padahal itulah sebenarnya eee ujian kita disitu. Ujian yang

sebenarnya adalah saat kita mendapat sanjungan atau ketika kita

mendapatkan sesuatu yang memang di luar ekspetasi kita. Itu sebenernya

ujian tuh. Contoh misalnya tadinya kita biasa-biasa saja tapi tiba-tiba kita

diangkat nih jadi sesuatu, itu siap-siap loh. Kalo kita niatnya melenceng

sedikit berarti kan kita gak amanah lagi. Menurut saya, pesan dalam bait

surau itu ya gitu pokonya ketika ketika kita menemukan kebenaran,

abaikan saja hal yang merusak kebenaran itu sendiri. Abaikan saja,

abaikan dalam arti bukan berarti kita lempeng-lempeng wae ngga.

Misalnya kita mendapat cacian toh kan yang mencaci itu kan manusia,

yasudahlah kita toh sedang mendekati kepada pemilik manusia yasudah

gitu saja positifnya gitu kan. Gak usah frontal lagi dilawan, gak usah gitu.

P : Berarti pesannya ketika kita akan bertaubat, gak semua jalan itu lurus gitu

ya?

N : Iya gak semua itu mulus gitu. Orang kita mau ngerampok aja, ya ada aja.

Yang baik juga sama ada aja ko padahal niatnya bener. Misalnya nih kita

113

mau shalat di masjid A ya sama walaupun niatnya bener eh ada aja

halangannya, di jalan ban bitu ke misalnya mau bensin habis di jalan. Itu

kan tapi bagaimana kita mensiasati yang tadi. Mensiasati agar niat kita

tetep lurus gitu. Nah kemudian di situ juga ada tokoh yang apa eee temen-

temennya pelaut itu si Ramdhan kan punya temen

P : Heeh Nanang ya?

N : Heeh si Nanang segala macem, itu sebenarnya simbol-simbol yang saya

selipkan dalam tokoh Rommy adalah orang-orang yang termarginalkan

lah. Orang-orang yang termarginalkan. Jadi sosok Rommy yang selama ini

dia glamour, harus diketemukan dengan sosok-sosok yang termarginalkan,

yang tersisihkan gitu. Yang tersisihkan. Kenapa yang tersisihkan? Kalau

kita bicara yang eee sama-sama ikhtiar ya, sama-sama ikhtiar buat

keluarga. Rommy itu sangat mewah, apapun dia bisa dialakukan tuk

istrinya, ya kan? Untuk anaknya nanti, bisa dia lakukan. Tapikan engga

dilakukan. Sementara di sini ada sosok yang..

P : Mati- matian..

N : Heeh mati - matian ampe anaknya mau lahir dia harus melaut gitu kan. Itu

eee sebenernya apa ya buat menyadarkan juga di sisi lain ini loh Rommy

kamu teh udah dikasih kesenangan. Udah dikasih fasilitas, di mudahkan

rejeki. Sementara ada orang yang pengen makan saja harus bertarung

dengan laut. Harus bertarung dengan nyawanya sendiri. Laut saya

gambarkan sebagai sebuah simbol ya. Laut itu adalah kekuatan. Kekuatan

yang maha dahsyat ya. Laut itu adalah simbolisasi, di situ ada kekuatan

114

Tuhan. Di situ ada berkah, kita kalo bicara laut sok bayangkeun, laut.

Pernah teu ada orang yang berbondong-bondong maraban laut? Gak ada

P : Ngambil doang hehehe

N : Hahah ngambil aja terus tiap hari, iya kan? Itu sebagai berkah dari Allah.

Saya gambarkan itu simbol bahwa laut itu memang maha dahsyat. Air itu

maha dashyat bagi orang. Air itu lembut ketika dia, kita gunakan untuk

hal-hal positif. Contoh kita mau bangun tembok, kalo gak ada air gak

mungkin deh. Gak mungkin. Karena ada air dulu yang meracik, jadi

bangunan. Kan gitu kan? Bagaimana di laut? Berapa juta galon air ya?

Allah di situ memberi berkah, memberi apa namanya luar biasa gitu ya.

Ya tadi contoh aja gak ada orang yang berbondongP : bondong maraban

lauk. Gak ada di laut tuh. Tapi Allah tuh sudah siapkan, taahh gitu kan.

Tetapi perlu pengorbanan, da Allah juga ngasih rejeki gak langsung jleg

langsung dari langit.

P : Iya hehehe

N : Iyaa tetep harus kita berjuang gitu. Karena satu lagi gitu di cerita anak-

anak pelaut ini menjemput rejeki itu tidak semudah kita berdoa gitu.

Logikanya gini, kenapa kita sebut tidak semudah berdoa misalnya dalam

berdoa mah saya bisa membahagiakan istri gitu ya mudah berdoa mah.

Tapi kadang kita suudzon pada Allah ko kieu sih ngadoa, dikabulkeun teu

sih.

P : Can kakabulkeun gitu ya?

N : Heeh. Itulah kenapa saya sajikan laut sebagai simbol kebesaran Tuhan.

Tinggal kita menggali saja. Tinggal keberanian saja, tinggal istiqomah

115

saja. itu lautnya mau dimanfaatkan atau mau terbuang sia-sia gitu saja.

Apalagi kalau kita berbicara kekayaan Indonesia, bagaimana itu kan

hampir berapa puluhh persen lah laut. Sangat bodoh sekali kalo kita ngga

kaya dari laut.

P : Heeh, mereka kayak ada yang pake logat daerah kan. Kayak ada yang

jawa. Itu kenapa menyisipkan yang jawa, maksudnya daerah-daerah

kenapa disisipkan?

N : Jawa cirebon ya?

P : Heeh.

N : Itu kan eee sebenernya syutingnya itu harusnya di Cirebon kemaren karena

kan emang kita bahasanya kan bahasa Cirebon. Cirebon-Kuningan itu kan

deketan, karena kan tipikal orang Cirebon, tipikal orang Cirebon gini satu

Cirebon itu sebenernya kota para wali sebenernya. Kota para wali yang

religius. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini justru Cirebon itu identik

dengan maksiat. Nah saya pengen aja sih sebenernya menyisipkan daerah

Cirebon karena memang unik orang-orang Cirebon itu. Di satu sisi

Cirebon itu punya histori kota para wali sebenernya, kan di Cirebon itu

banyak wali sebenernya. Sunan Kalijaga, kerajaan islam dulu di Cirebon

gitu kan. Peninggalan gitu juga masih ada lah sebenernya, keraton

Cirebon.

P : Tapi ada ini gak, psikologis deket sama kota kelahiran gitu? Makanya

pengennya Cirebon?

N : Iyaa betul. Jadi gini ada juga sih sisi lain yang kenapa Cirebon ya karena

ada lah karena deket sama kuningan. Motivasi saya pengenlah

116

memperkenalkan daerah sana. Mempromosikanlah daerah sendiri.

Sebenernya laut Cirebon juga bagus, ya ada sisi itu ya itu mah pastilah

penulis itu ya kembali pada hehehe

P : Hehehe backgroundnya?

N : Iya backgroundnya gitu kan. Tadinya justru malah mau Kuningan tapi kan

Kuningan ada di novel saya yang Sang Pengibar, itu kuningan semua.

P : Tapi itu kan background kalo dari yang kampung ada ya. Kalo dari segi

pendidikan ada gak background kang Rakha dari pendidikan dimasukin

kesitu? Belajar agamanya biasanya dari mana sih kang? Kenapa tulisan

akang selalu berbau agama?

N : Saya dulu di Kuningan mesantren tradisional gitu ya kalo pulang sekolah.

Sering baca buku islam juga seneng juga sama buku-buku kahlil Gibran

gitu. Kalo di Bait Surau kalo pesan pendidikannya sih lebih ke adab aja ya.

Sebenernya tadi saya ingin menyelipkan sebuah pesan agama tapi lebih

kepada adab. Jadi saya eee dari sisi lain educationnya itu adab saja. Adab

bagaimana Ramdhan sangat hormat sekali kepada Rommy, iya kan? Itu

kan adab bagaimana juga Rommy sangat santun sekali kepada Abah, itu

kan adab anak kepada orang tua. Dan sebaliknya, Abah itu mengajarkan

juga adab kepada anak muda, bagaimana Rommy yang kolontong sekali di

awal ya bentakP : bentak segala macem. Tapi kan Abah nothing tulus saja,

gak ada balik marah, gak ada. Yang shalat, iihh shalat deui shalat deui

orang lagi marah diajak shalat gitu kan. Tapi bagaimana sosok Abah ini

saya sisipkan sebagai sosok yang santai saja gitu. Itu adab disitu, karena

apa? Dia tahu nih anak gak tau gitu. Tapi bagaimana coba kalo orang tua

117

yang arogan? Ari sia teh, aing teh kolot, ngajak gelut? Kan ngga begitu.

Saya coba merepresentasikan adab itu harus seimbang. Antara yang muda

hormat kepada yang tua, begitupun yang tua jangan selalu penegn

dihormati bae. Ngga apa-apa sekali-kali dibentak-bentak anak muda. Kuat

gak dia heheheh nah disitu saya sisipkan psikologisnya di adabnya saja.

Adab bagaimana Rommy, bagaimana Ramdhan, bagaimana Siti kepada

orang tuanya gitu kan. Begitu juga sebaliknya. Di sisi mengajarkan pula

adab bagaimana si Rommy yang arogan ini melihat adab-adab orang

kampung, kesantunnya Ramdhan, sederhana ada di sosok Siti, itu aja. Kita

main adab di situ. Adab saling menghargai, bagaimana adab

memperlakukan tamu, bagaimana Rommy itu diperlakukan tamu di situ.

Dikasih kamar gitu. Karena islam mah mengajarkan tamu itu raja, iya kan.

P : Oya kang biasanya kan tertarik menulis buku-buku anak kecil itu ko Bait

Surau ini genrenya khusus dewasa?

N : Iya memang genre nya itu dewasa. Sebenarnya ada sisipan sedikit tentang

anak, saya sisipkan di saat Rommy itu belajar ngaji gitu kan.

P : Iya ada anak-anak kecilnya heheh

N : Ada disitu, saya coba tetep ada karena saya itu senengnya ke anak gitu.

Bagaimana menanggapi anak-anak itu sebagai sosok yang netral. Di situ

anak-anak netral kan? Jujur, netral gitu

P : Iya pas dia buka baju yang basah

N : Iya apa adanya aja ceplas ceplos gitu. Anak itu gak boleh disentil, toh anak

itu punya jawaban sendiri terserah orang dewasa si Rio eh Rommy nya itu

aduh saya ingetnya sama Rio Dewantonya ya aktornya. Si Rommy itu

118

keun we lah budak mah seuseurian kitu liat dia tatoan, belajar ngaji. Itu

adalah simbol memang anak-anak itu ya begitu. Jadi saya sisipkan di situ

simbol anak-anaknya yang memang anak ya tadi pertama itu apa ya,

natural, kemudian anak-anak itu eee apa ya netral tidak berpihak

kemanapun. Tidak memihak kepada kebenaran, kebaikan, ngga.

Tergantung kita sosok orang dewasa mengarahkan dia, dia selalu

berimbang. Berimbangnya begini, ketika dia mendapat informasi yang

tidak sesuai dengan yang orang dewasa, dia akan bertanya. Mah kenapa si

itu jahat? Itu dia berimbang. Ketika dia diajarin shaleh, diajarin tatakrama,

tibaP : tiba temennya tidak tatakrama, itu dia nanya mah itu kenapa. Dia

tidak akan melawan ke temennya, tidak. Tapi dia akan datang ke orang

tuanya, nanya mah ari si itu gak ngaji sih, ngga tata krama. Naahh barulah

si orang dewasa yang ngasih tuntunan. Nah itu lah simbol-simbol anak

P : Itu kan hasil riset yang kang. Emang di Indonesia banyak yang kayak gitu.

kalo saya mikirnya novel Bait Surau itu tentang taubat ya?

N : Iya betul taubat

P : Sejak kapan mulai tertarik menulis tentang taubat?

N : Jadi gini, sejak saya nulis buku anak itu kan saya selalu sisipkan nilai-nilai

agama ya. Misalkan Sains For Kids, kita memang bicara Sains gitu ya

tetapi selalu dihubungkan dengan Sang Pencipta. Bagaimana bunga bisa

indah, selain memang proses alam tetapi Allah itu menerjemahkan

kedalam bunga itu. Allah itu suka keindahan loh, dalam bukunya saya

tuliskan gitu.

P : Jadi ada nilai - nilai islamnya ya?

119

N : Iya tetep saya tuliskan yang ada nilai-nilai islam. Bunga itu memang

berproses secara alami tetapi sebenarnya Tuhan menitipkan pesan kedalam

bunga bahwa Tuhan itu senengnya yang indah-indah. Kemudian saya

menulis bagaimana ular dan ulat. Kenapa ulat dan ular saya bandingkan?

Ular ketika dia pengen mengubah kulitnya, dia berpuasa. Berpuasa dia

juga. Tapi tetep jadi ular kan? Tapi bagaimana dengan si ulat? Ulat itu

memang perusak dia. Daun dimakan, ranting dimakan, sampe gemes lah

gitu petani, iya kan. Tapi kan ini sains, ini pengetahuan. Kenapa sih ulat

makan daun? Kenapa ngga makan buahnya aja kee? Dia mah daunnya aja

dimakan, serakah. Kan makan teh ya daunnya, ya buahnya. Tapi kan

setelah dia bermertamorfosa menjadi yang indah. Ilang tuh masa-masa dia

caci maki makhluk lain.

P : Malah jadi pada suka ya

N : Iya pada suka, dipuja - puja malah ada kan yang ditempel dimana - mana.

Namanya juga berganti kan. Ular mah tetep ular, kalo ulat mah jadi kupu-

kupu, beda namanya juga. Naah dalam Sains For Kids itu saya pesankan

itu. Jadi dalam novel Bait Surau, anak - anaknya tetep ada tapi gak terlalu

banyak di eksplor karena memang segmentasinya ini segmentasi dewasa

dan harus drama. Saya segmentasinya religinya ada tapi ngga full. Harus

sederhana apalagi kan ini buat film juga sesuai durasi, beda sama novel.

Novel mah semaunya

P : Pantesan novelnya tipis juga sih. Emang permintaan dari orang atau

bagaimana ceritanya?

120

N : Iya jadi awalnya gini saya nulis itu awalnya full novel tapi ketika waktu itu

saya ketemu sama, ada kan di situ yang nulis skenarionya S. Richyana ya

P : Iya

N : S. Richyana kan penulis skenarionya, kang ini kan buat film jadi tolong

batasi gitu, sesuai durasi. Mun ceuk orang sunda mah teu ngayayay teuing

gitu kan. Jadi kan di sinu ada beberapa pesan yang tidak bisa serta merta

saya tuliskan semua disitu. Nah itu di Bait Surau, pengennya mah saya

sampe dua ratusan halaman gitu kan. Da ini kan hasil sortir akhirnya sama

Iyus. Yus R. Ismail itu udah lah kang kita ambil benang merahnya aja gitu.

Gak usah pesanP : pesan yang terlalu banyak toh intinya mah sama.

P : Oh jadi Yus. R Ismail itu sebagai penyunting?

N : Penyunting saja. sebenernya dia cuma penyunting saja yang gak ada

kaitanya sama penulisan, penjelasan gitu kan. Cuma sortir kosa kata yang

baik saja gitu

P : Tapi ini sebenernya ide cerita dari Kang Rakha sendiri ya?

N : Iya. Full gitu kan

P : Saya kira memang dari dua gitu kan

N : Ngga, ngga. Iyus memang ngga. Dia cuman, yeuh kang Iyus yeuh

pangeditkeun yeuh gitu. tolong ini buat film tidak full novel tolong

dipangkas. Dipangkas.

P : Soalnya memang apa di sini juga kan cuma Rakha Wahyu sih sebenarnya

N : Betul

P : Iya di perpustakaan RI nya kan juga cuman Rakha Wahyu

N : Iya, iya betul. Cuma tadi aja saya pengen dia muncul gitu hehehe

121

P : Oh pengen muncul di Covernya hehehe

P : Ini kalo proses, maksudnya kan ini ada tentang taubatnya juga ya?

N : Iya bener

P : Kalo menurut Kang Rakha sendiri, Taubat itu apa sih?

N : Jadi, kalo saya memandang taubat itu sederhana ya. Taubat itu hanya

sebagai metamorfosa saja sebenernya. Metamorfosa, dari kehidupan kita

yang dianggap apa ya kehidupan itu kan ada dua ya sisi religi sama sisi

sosial, itu taubat. Nah taubatnya Rommy itu sampe mana gitu kan. Kalau

dia hanya sebatas sisi sosial saja, saya tidak akan Rommy itu dibawa ke

belajar ngaji, belajar shalat, tidak. Cukup dia Rommy itu me,, apa? Setelah

kehilangan Nadia yasudah dia berbuat aja yang baik. Apakah dia berhenti

mabuknya, berhenti ke bar, fokus ke bisnisnya aja, ya selesai. Tetapi kan

ketika saya pegen bawa ke arah religinya itu tadi sisi religi dan sosial.

Sosialnya udah dapet, dia udah kehilangan Nadia dan dia udah

meninggalkan sisi gemerlapnya, nah tinggal dibawalah ke arah religinya.

Bahwa taubat yang sebenernya itu adalah taubat yang bener-bener

mendekati aturan Tuhan. Agama apa? Ya agamanya. Agamanya apa? Ya

islam. Di islam itu kan taubat itu ya ada aturan, tidak semata-mata taubat,

terus selasai. Belum selesai. Itu baru taubat di sosial saja. Misalnya tadinya

pemabok udah berenti, tapi tetep tidak ada shalat, tidak mau mencari

kebenaran yang benar-benar Tuhan ajarkan, belum, tidak baru taubat

secara sosial saja. udah ngga berdosa lagi saya mah udah baik, mau usaha

aja sama keluarga, tamat taubatnya. Nah menurut saya dalam Bait Surau

itu harus taubat secara sosial juga harus taubat secara agamanya. Gitu kan

122

secara religinya. Nah di sini religi mencari kebenarannya, dia belajar

wudhu, ngaji, nah kalo misalnya kita dibawa ke arah religi harus bener

taubatnya, harus dibawa ke keyakinannya kalo memang dia islam ya islam.

Kalo memang dia Nasrani ya Nasrani. Semua kan ada aturan gitu. ya di

islam kan aturannya ketika kita taubat itu, bener-bener taubatan nasuha

gitu kan. Bukan ampun yaudahlah saya mah gak akan ngedugem deui gitu

kan.

P : Hehehe

N : Itu kan baru sosialnya saja, iya kan. Baru sosialnya saja. Allah teh

nangguan, rek shalat moal gitu kan hehehe. Nah dibuatlah secara religinya.

Saya pengen menyampaikan di sini taubat harus bener-bener full, secara

sosial iya secara agama iya, Seperti itu.

P : Sampe dia pembangunan eee apa Surau?

N : Iya

P : Terus kenapa ujungnya Rommy harus meninggal?

N : Nah tadinya gini, Rommy itu ngga meninggal. Sama saya tuh ngga dibuat

meninggal. Cuma karena ini film ya, karena ini film akhirnya dari pihak

skenario sama produser itu minta dibuat kehilangan, bener-bener

kehilangan aja. Maksudnya siapa yang kehilangan? Siti. Jadi bagaimana

ketika Rommy sudah kehilangan Nadia, ada kehidupan baru yang

mengharapkan Rommy sebetulnya yaitu Siti. Siti itu sudah me apa,

sedikit-sedikit sudah mulai suka gitu sama Rommy. Berarti kan ada

kehidupan baru sebenernya yang mengharapkan kehadiran Rommy yang

sudah menjadi Ghazali. Kenapa Ghazali kan Abah mengidolakan sosok

123

Ghazali gitu. Ghazali kan bener-bener sosok yang islam yang kaffah gitu.

Berarti kan ada yang merindukan yang lain sosok Rommy. Siti juga harus

merasakan kehilangan. Sederhana aja seperti itu sebenernya. Ya saya fikir

yaudah lah saya bikin gitu aja. Tadinya saya pengen Rommy mendirikan

surau terus jadi bener-bener Ghazali

P : Yang kaffah?

N : Yang kaffah gitu. bisa melakukan itu, bisa membangun desa, bisa berumah

tangga yang bahagia, bahkan saya membayangkan si kampung itu menjadi

kampung yang mandiri gitu. Mandiri secara ekonomi karena sosok

Rommy yang datang ke situ. Ah tapi karena tadi, ada permintaan dari

poduser dan skenario film, ya kehilangan aja. Jadi disitu dramatiknya

Rommy harus meninggal gitu. itu pesan kepada penonton bahwa kita

berharap penonton merasakan bagaimana Rommy itu hilang beban. Tapi

ternyata kuasa Allah itu kan luar biasa ya. Bisa aja pesennya gini

sebernernya jadi nilai-nilai kebaikan yang kita bangun itu jangan harap

bener-bener terwujud. Jadi kan tolak ukur aja buat orang yang melihat, toh

kita sudah berbuat sesuatu yang baik. Tetapi si penonton juga jangan

sampe digurui, ini loh saya Rommy yang begini terus saya bangun mesjid

dan ngaji, udah stop, penonton jangan digurui sama Rommy. Biarkanlah

dia sendiri mencari kebenaran yang ingin disampaikan oleh Rommy.

Apakah setelah dia bangun masjid terus Rommynya gak ada apakah terus

begitu.

P : Tau gak seberapa banyak novel Bait Surau itu kejual berapa ekslempar?

N : Kalau ditahun pertama itu, kita nyetak kan 25.000 kan.

124

P : Tahun pertama? Itu di tahun 2012?

N : Iya, itu dari 25.000 ekslempar kalo ngga salah itu 7.000 ya. 7000an

ekslempar yang habis kemudian sisanya itu roadshow. Roadshow di

kampus-kampus, jadi itu untuk materi dan promosi ya.

P : Pernah sih ke UIN juga, UIN Jakarta

N : Oh pernah ya? Ke Muhammadiyah juga kali ya

P : Sekalian ini ya sekalian filmnya juga bukan? Soalnya kalo di UIN ada Rio

nya juga soalnya.

N : Oh itu udah mendekati ke filmnya ya, ini sebelumnya, sebelum

P : Oh di tahun pertama?

N : Iya di tahun pertama kan kita juga buat juga, buat media promosi juga. Ya

ada ke malang, ada ke Yogyakarta, ya 8 kota aja. 8 kota kita roadshow

dengan tadi, kita membagi-bagikan novel, terus ada juga kuis-kuis yang

eee waktu itu sih Ihsan sih ya. Ihsan yang nyanyi ya. Misalnya kan dia fans

itu banyak di Medan tuh, fansnya dia terus Brunei, karena apa? Kan

Filmnya juga tayangnya di Brunei filmnya, di Indonesia-Brunei. Ihsan itu

kalo manggung di Brunei itu seluruh Brunei kali yang dateng. Nah itu kita

bagi-bagi juga. Jadi misalnya eee kalo menonton Ihsan itu perlu tujuh ratus

ribu lah ya kalo rupiah, di sana kan ringgit. Jadi dapet satu novel gitu.

dapet satu novel yang ada tandatangan Rio, kadang tandatangannya saya,

kadang tandatangannya Ihsan gitu. jadi ini konsep marketing saja. jadi

25.000 itu, 7.000 disebar di Gramedia di seluruh Indonesia, habis. Terus di

tahun yang sama juga Roadshow kan jadi habis juga gitu. habis di

Roadshow aja.

125

P : Tapi setelah itu ada cetakan selanjutnya gak?

N : Nah karena waktu itu si Two Synergy juga berkomitmen kalo kita mau

film, si novelnya hentikan dulu. Jadi dihentikan. Jadi kita fokus ke filmnya

saja gitu. tadinya memang si film ini mau bikin square ya jadi ada lagi

cerita lain tapi tetep mengangkat tentang taubat juga. Jadi ada yang

keduanya sebenarnya. Jadi Two Synergy masih berfikir mau dilanjut apa

ngga.

P : Oke, itu kan kalo ngga salah 100 % penjualan tiket film digunakan untuk

pembangunan surau ya? itu karena apa?

N : Iya betul, nah jadi konsep two synergy itu ternyata klop dengan apa yang

saya inginkan. Dari novel juga sama, jadi setiap pembelian novel itu ada

10 % buat pembangunan masjid. Dia perusahaan yang istilahnya sudah

punya uang ya lah. Dia minimal pengen bangun masjid itu di Cirebon,

kemudian di apa? Pokonya desa-desa terpencil saja. Jadi awalnya ketika

saya riset di Bait Surau itu, kan kalo di Cirebon itu namanya ya

bukan Surau. Itu di kalangan-kalangan nelayan, di masyarakat-masyarakat

yang tadi, kaum marginal gitu boro-boro masjid gitu. Boro-boro masjid,

yang namanya Tajug aja yang apa ya. saya berfikirnya, si Two synergy

juga kan kang Koeswara bilang kang asa isin ya Tajug model kieu saya

berniatlah ketika Bait Surau ini menjadi film dan bagus, bagus tidak bagus

pejualannya saya pengen tetep bangun surau gitu.

P : Diberapa kota?

N : Waktu itu di Cirebon sama di Malimping. Malimping itu Serang Banten

karena kan syutingnya di Serang ngga di Cirebon. Tadinya nih pengen di

126

Cirebon tapi waktu itu ombaknya ngga terlalu bersahabat ya, tempatnya

juga di sana kurang bagus begitu.

P : Itu pembangunan atau renovasi aja?

N : Ada yang dibangun ada yang direnovasi

P : Totalnya kalo yang dibangun sama yang direnovasi ditotalin berapa?

N : Seinget saya sih ada 7 ya. ada 7 surau yang mereka bangun atau saya lupa

gak taulah mereka sekarang masih bangun atau ngga

P : Itu kan market mereka juga ya?

N : Heeh. Jadi waktu itu artisnya juga ada yang sama berkomitmen ketika

misalnya Rio digaji dari film ini sekian ratus juta, dia juga sama

menyisihkan. Jadi semua yang terlibat disitu juga ikut karena saya fikir

juga eee berkahlah filmnya gitu. kebetulan pak H. Koeswara ini juga kan

udah haji sampe sekarang pun dia masih berkomitmen gitu.

P : Oya kang kalo kendala atau kesulitan peulisan novel ini sendiri apa?

N : Nah tadi, kendalanya itu yang pertama sebagai penulis saya mestinya

bebas. Mestinya bebas menyampaikan mau 200 halaman, 300 halaman

gitu kan tapi ketika terbentur dengan permintaan sutradara, permintaan

produser, permintaan skenario, akhirnya kayak semacem keinginan saya

tuh ngga klimaks gitu, karena tadi, terbatas dengan durasi kan. Padahal

tadi, saya pengen udah di novelnya mah biasa aja gitu kan tapi producer

ngomong jangan kang nanti ko di novelnya mah begini ko di filmnya

begini, gitu.

P : Kadang emang suka ada yang dinovelnya mah kita sudah nangis-nangis

gitu ya bacanya pas liat novelnya perasaan gak gitu deh heheh

127

N : Hehehe nah memang betul karena pertama, kelemahan skenario. Ke dua

riset. Jadi kenapa di novel itu kesannya asik, bagus, kenapa di visualnya

ngga? Yang pertama tadi, yang pertama adalah skenario. Skenario itu

menentukan. Yang ke dua itu riset. Biasanya risetnya salah. Yang ke tiga

miss casting. Miss casting itu artinya ketika kita mencari pemain itu gak

sesuai, memaksakan. Yang misalnya yang jadi Rommy itu jangan Rio

Dewanto, misalnya. Ternyata dipilihlah Rio Dewanto, kenapa? Kalo untuk

visual, produser itu pertimbangannya apa? Peran top. Padahal peran top

itu, okelah dia top banyak fans boleh dia akan memancing penonton tetapi

cocok apa tidak sebagai peran itu. Itu yang membuat nanti si pembaca

ketika menonton film tidak sesuai dengan ekspetasinya. Itu aja sebenarnya

permasalahan ketika sebuah novel diangkat menjadi sebuat film. Empat

hal yang harus diperhatikan. Skenario, riset, casting ya, dan eee apa ya

biasanya pada tataran film itu biasanya ada yang disebut dengan

manajement produksi. Jadi manajement produksi itu konsepnya gini, buat

film itu kan waktunya panjang ya. bagaimana memanage dari mulai hal

besar sampai hal kecil itu selama rentang waktu yang panjang itu tetep

termanage. Artinya gini, misalnya kamu anggap saja artis terkenalnya ya

sebagai pemeran utama, dalam waktu 3 bulan syuting tetep sama gak. Nah

itulah manajement produksi. Peran itu tetep harus mood gak boleh beda,

gak bisa. Nah itu kita bagaimana memanage sebuah produksi agar semua

kru dari mulai kru teknis sampai dengan manajement itu ada manajement

produksinya. Jadi moodnya terjaga, kemudian kualitas juga terjaga,

128

skenarionya juga terjaga, itu harus terjaga. Yang tadi kadang di novelnya

bagus, di filmnya gak bagus karena manajement produksinya acak-acakan.

P : Berarti kalau mau dinovel dan filmnya bagus harus ada riset dulu?

N : Harus ada riset dulu, nah itu yang kadang di kita itu jarang dilakukan.

Mungkin karena biaya, kedua mungkin waktu. Padahal itu teh wajib.

Wajib itu mah hukumnya bukan sunah bukan bid’ah wajib we pokona

mah. Harus di riset, kayak tadi misalnya kehidupan nelayan itu gimana sih

harus diriset. Jangankan dia pergi bernelayan, cara dia melemparkan jaring

saja itu harus diriset. Itu kan visual ya bagaimana orang skenario itu

membuat visual melemparkannya saja dramatik.

P : Oke kang ada satu tokoh lagi yang belum dibahas kalau tokoh H. Sodik

yang telah bergelar haji tapi jauh dari nilai agama akhirnya bertaubat

karena melihat Rommy, sosok tersebut, simbol dan pesan apa yang ingin

kang Rakha sampaikan kepada pembaca?

N : Simbol kekuasaan manakala kita berada diatas dan punya kuasa disitulah

menusia lupa bahwa tidak semua bisa diintervensi. Boleh jadi sebagaian

orang mau ditekan dengan alasan takut kalo berani bersebrangan dengan

gagasan serta keinginannya. Tap bahwasanya ketika kita mendapat jabatan

atay kekayaan harsil arogan dan menekan pihak lain, itu semua tidak akan

lenggeng. Karena bisa jadi suatu ketika orang-orang yang kita tekan,

dinistakan dan dianggap remeh akan berbalik melawan manakala ada

kesempatan. Tinggal nunggu momentum. Sebaliknya kekuasaan, kekayaan

dan kehormatan yang didapat dari keikhlasan maka dia akan langgeng

sekalipun tidak berkuasan dan tak berdaya

130

Transkip Wawancara Pribadi Bersama Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

Guru Besar Tasawuf, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Minggu, 18

Juni 2017 Pukul 11.00 WIB di Komplek Pamulang Permai 1 Jl. Permai III

Rt 03/09 Blok AX 13 No.13. Pamulang, Tangerang Selatan.

P : Pewawancara

N : Narasumber

P : Baik begini pak, Saya meneliti tentang Bait Surau karya Rakha Wahyu,

novelnya ini 2012.

N : Mangga

P : Dalam novel ini sebenarnya secara garis besar eee menerangkan tentang

sebuah perjalanan hidup seseorang, yang di sini namanya Rommy pak, tokoh

utamanya Rommy. Dia memiliki istri bernama Nadia, nah kemudian Rommy

ini eee termasuk dzalim kepada Nadia ya Pak. Maksudnya itu dia hidupnya

gemerlap, suka minum-minuman keras, selingkuh, bertato, suka dengan dunia

malam, nah kemudian dalam suatu waktu Nadia eee ini mengabarkan bahwa

dirinya hamil begitu. Nah ketika eee mengetahui tersebut dia merasa bahwa

pernikahan dengan Nadia yang tidak dia inginkan akan menjadi sebuah

pengekangan begitu pak. Kemudian dia semakin dzalim kepada Nadia, dan

mengendarai mobil dengan begitu kencang, sehingga dia mengalami

kecelakaan. Nah Dalam kecelakaan tersebut istrinya ini Nadia meninggal

dunia. Setelah dia meninggal dunia barulah si Rommy ini kemudian sadar

begitu, merasa kehilangan sosok Nadia. Nah Dalam satu waktu dia mencari

131

sosok Ramdhan pak. Nah Ramdhan ini dulunya dia sebagai pekerja rumah tangga dari Rommy nah kemudian dia tinggallah bersama Ramdhan di pesisir pantai mendalami kehidupan di sana begtu ya sehingga dia, eee Ramdhan ini kan tinggal bersama Abah yang penjual batu nisan, kemudian kakaknya Siti yang bisu ya si Ramdhan ini. Nah kemudian dia merasa eee dalam hidup itu kan munggin harus ada yang berubah gitu ya pak, barulah belajar agama seperti baru belajar shalat, belajar wudhu kemudian dia kan ada tato kan ya dalam tubuhnya. Nah kemudian di novel ini juga dibahas tato tersebut walau tidak dikupas tuntas, bagaimana hukumnya gitu ya, apakah shalatnya orang yang bertato diterima atau tidak. Nah kemudian setelah dia menjadi lebih baik, dia belajar mengaji di sebuah surau, nah surau ini di Desa Samadikun ya pak, desa di pesisir pantai, di desanya Ramdhan ini memang sudah rapuh begitu ya pak ya. Kemudian dia kembali ke Jakarta mengambil tabungannya, nah kemudian tabungannya digunakan untuk pembuatan surau tersebut, untuk renovasi surau begitu. Nah ketika dia merenovasi surau dia pergi bernelayan gitu ya pak mengambil ikan di laut bersama Ramdhan dan kawan-kawannya.

Nah dalam eee, itu rencananya uangnya untuk digunakan sebagai syukuran surau tersebut. Tapi Allah berkata lain begitu, Rommy dan Ramdhan kemudian teman-temannya yang melaut tersebut kapalnya karam begitu pak sehingga meninggal dunia. Sebelum Rommy ini menggunakan atau sempat shalat, di surau yang telah dia perbaiki. Jadi langsung aja ke pertanyaan yang pertama ya pak. Di sini kan ada tentang konsep taubat. Kalo menurut bapak sendiri konsep taubat menurut bapak apa? Bagaimana konsep taubat menurut bapak?

132

N : Iya. Taubat itu harus pertama dipahami secara etimologi, secara asal usul

kata. Dalam bahasa arab, taubat itu artinya kembali. Maksudnya kembali

kepada Allah. Oleh sebab itu, taubat diasumsikan dengan satu sebuah

perjalanan. Ada garis yang yang lurus. ketika orang itu hidupnya kemudian

jauh dari agama, maka orang itu seakan-akan berada pada jalan yang

menyimpang. Ada garis yang lurus, ada garis yang menyimpang, ada garis

yang bengkok. taubat seperti mengembalikan orang dari garis yang bengkok

ke garis yang lurus gitu. Nah berdasarkan pengertian etimologi tersebut

taubat itu kembalinya orang ke jalan yang di ridhoi Allah. Yang diyakini

sebagai jalan yang lurus. Pengertian yang kedua, nah ini sangat mendalam

kaitannya dengan eksistensi manusia. Dalam pandangan Al- Qur’an, manusia

itu berTuhan. berTuhan, dekat dengan Allah. Nah ini disebutkan dalam Al-

Qur’an, surah Al-A’raf ayat 172. Dalam Al- A’raf ayat 172, Al- A’raf surat

ke 7 ayat 172, digambarkan eksistensi manusia itu ketika Allah

menghirupkan ruh dalam embrio usia 16 minggu, Allah tiupkan ruh, sejak itu

juga ada kehidupan. Kemudian Allah bertanya kepada ruh alastu birobbiku?

Apakah kalian menyadari aku ini adalah Rabb kalian? Pada saat itu seluruh

manusia menjawab Qaaluu balaa syahidnaa. Mereka menjawab benar ya

Allah kami menyaksikan Engkau sebagai Rabb. Ayat ini menyatakan bahwa

eksistensi manusia itu dekat dengan Allah, manusia itu mengakui Allah

sebagai Rabb. Dekat dengan Allah, dialog dengan Allah, mengakui Allah

sebagai Rabb, dan ini juga disebut sebagai kesaksian, tapi kesaksian ini,

bagaimana sifatnya kesaksian? kesaksian ini bersifat universal artinya terjadi

pada setiap orang. apapun agamanya, apapun keyakinanannya, apapun latar

133

belakang budaya dan kulturalnya, itu mengalami kesaksian ini. Dan ini juga

bersifat primordial. Primordial itu menggambarkan asal usul manusia yaitu 3

A. Asal manusia, asli manusia, itu eee asal manusia, asli dan akar. Jadi akar

manusia itu berTuhan. Akar kemanusian itu, asli kemanusian itu dekat

dengan Tuhan. Begitu lahir, semua pengalaman tadi berada di alam bawah

sadar, nah begitu lahir ada kebebasan. Ada kebebasan. Makanya manusia

memilih jalan yang berbeda pada saat lahir, ketika dewasa. Ada yang

beriman, ada yang kufur, ada yang beriman tetapi kemudian melakukan

penyimpangan-penyimpangan. Kenapa itu terjadi? Karena Allah memberikan

kebebasan, Allah memberikan pilihan. Tetapi kebebasan dan pilihan ini akan

berakhir pada pertanggungjawaban di hadapan Allah begitu.

P : Baik.

N : Nah Al-Qur’an turun untuk memberikan informasi pada saat memilih,

menggunakan kebebasan dengan benar. Maka taubat itu memilih kepada jati

dirinya yang asli. Nah sampai di sini taubat itu kembali kepada akar

primordalnya. 3 A, kepada akarnya, kepada aslinya, kepada asal usulnya, nah

taubat itu, yaitu kepada nurani. Sampai di sini taubat itu satu kembali kepada

Allah, dua, kembali kepada jalan yang lurus, dirinya yang asli. Cerita yang

panjang bapak tadi sebenarnya bisa diringkaskan pengertian dasar tentang

taubat. Satu kembali kepada Allah, dua kembali ke agama, ke jalan yang

lurus, tiga, kembali kepada jati dirinya yang primordial, yang merupakan

akar, yang merupakan keasliannya, yang merupakan asal usul menusianya

yang universal tadi. Begitu, itu taubat

P : Baik, itu taubat ya pak ya, berarti dia kembali, dia menyesali begitu pak?

134

N : Nah kalo soal menyesali, taubat itu dibutuhkan ada lima pendukung taubat.

Lima komponen yang mendukung taubat. Kenapa harus ada lima? Kembali,

untuk taubat itu berat. Karena sudah jauh dari Jalan yang lurus itu, harus

menarik kan. Itu berat. Sebab, kembali ke jalan Allah itu, seperti orang naik

perahu dari hilir ke hulu. Kalau mengikuti jalan hedonism, itu seperti naik

perahu dari ke hulu ke hilir. Mana yang berat?

P : Melawan arus ya pak ya?

N : Melawan arus. Arus hedonism, hedonisme itu pola hidup yang menekankan

kepuasan,kelezatan, kenikmatan, kepuasan secara fisik secara biologis itu.

P : Baik berarti dia harus meninggalkan hedonism begitu?

N : Nah untuk tadi, kembali kepada agama Allah, kembali kepada asli manusia

itu dibutuhkan jihad.

P : Dibutuhkan suatu jihad ya pak ya?

N : Jihad, perjuangan.

P : Itu termasuk kedalam lima komponen?

N : Belum.

P : Belum. Itu hanya untuk kembali kepada Allah saja ya?

N : Intinya untuk taubat dibutuhkan jihad

P : Jihad melawan hedonisme begitu? Melawan nafsu?

N: Iya namanya jihad bil nafsi. Jihad melawan nafsu, yaitu jihad melawan

hedonism tadi. Dibutuhkan jihad. Nah jihad yang dimaksud itu perjuangan

yang sungguh-sungguh untuk kembali pada tadi kembali kepada Allah,

kembali kepada agama Allah, kembali kepada jati diri yang murni. Nah taubat

yang ideal yang disebut taubat nasuha

135

P : Taubatan nasuha, baik.

P : Taubatan nasuha itu taubat yang tulus, ada tiga pengertian nasuha. Yang

pertama artinya murni, yang kedua artinya tulus, yang ketiga artinya adalah

jelas.

P : Murni, tulus, dan jelas?

N : Iya jelas atau terang. Taubatan nasuha artinya taubat yang murni, taubat yang

tulus, taubat yang benar-benar terang. Terang artinya gak ada bagian yang

disembunyikan, memang betul-betul dia. Untuk mencapai taubat nasuha

diperlukan lima langkah atau lima komponen yang tadi.

P : Baik, apa saja pak lima komponen itu?

P : Yang pertama itu harus mencabut akar dosanya. Bahasa arabnya al-iqla.

Mencabut sampai akarnya, nah dibaratkan dengan penyakit kulit atau panu

atau eee kalau ingin sembuh bukan menghilangkan pucuk atau daun. Kalo

yang dihilangkan pucuk atau daun nanti tumbuh lagi, tapi yang pertama harus

dibuang akarnya. Jadi taubat pertama dilakukan dengan jihad, satu dengan

mencabut akar dosa itu. Berarti kalau akar dosa cari penyebab akar dosanya,

cari eee itu yang pertama.

P : Iya, baik berarti untuk mencabut sampai akar dosa tersebut langkahnya juga

ada lagi yaitu

N : Ngga, ngga. Jadi yang pertama tadi taubat itu butuh jihad, butuh perjuangan,

nah taubat yang eee pesan yang dipesankan Al-Qur’an disebuh taubat nasuha

yaitu taubat yang sejatinya, taubat yang murni, taubat yang tulus, taubat yang

terang. Untuk mencapai taubat nasuha dibutuhkan lima komponen lima

langkah atau lima sikap. Yang pertama adalah mencabut akarnya. Yang

136

kedua setelah mencabut akar, yang kedua diperlukan kebulatan tekad.

Dibutuhkan kebulatan tekad. Yang ketiga diperlukan penyesalan yang mendalam terhadap kesalahan, kekeliruan di masa lalu. Yang keempat benar- benar mengganti atau mengubah pola hidup dengan yang baru. Pola hidup yang sesuai dengan perintah Allah, pola hidup yang sesuai dengan aturan

Allah. Pola hidup yang sesuai dengan agama Allah, pola hidup dengan nuraninya yang murni. Nah yang kelima segera membuktikan bahwa dirinya sudah melakukan perbuatan-perbuatan, persiapan-persiapan yang benar-benar sesuai dengan agama Allah. Yang kelima maksudnya mengubah paradigma dengan pembuktian-pembuktian baru. Bisa dengan sikap bisa dengan perilaku. Yang pertama bisa dengan sikap individual, sikap sosial. Kemudian perilaku yang individual, dan perilaku yang sosial. Jadi kalo gitu sikap ada sikap individu ada sikap sosial. Perilaku juga ada perilaku individu ada perlaku sosial. Nah sikap dan perilaku tersebut betul-betul mencerminkan kehidupan yang baru. Contoh tentang sikap sosial mungkin teman bergaulnya berubah, lingkungannya berubah, kebiasaannya berubah, wacananya berubah.

Semuanya yang baru. Apakah boleh bergaul dengan yang kondisi yang lama, ini ada dua pilihan. Kalau dia merasa pribadinya sudah menjadi pribadi yang kuat, pribadi yang mantap tidak apa-apa tetap bergaul dengan teman-teman yang lama tetapi jadilah dia seperti batu karang yang tidak akan tergoda, justru dia akan menjadi pribadi yang mengajak. Nah tapi kalo dia merasa orang itu masih mungkin bisa dipengaruhi, pribadinya belum menjadi pribadi yang militan, yang kokoh, betul-betul perilaku sosial pun harus diputuskan dari lingkungan, teman, dan kebiasaan-kebiasaan yang lama .

137

P : Berarti mencari teman baru gitu?

N : Betul lingkungan baru itu untuk penguatan

P : Yang mampu mengajak dia menjadi lebih baik?

N: Iya. Akan lebih baik kalo dia menciptakan teman baru, lingkungan baru.

Kebiasaan baru yang kondusif untuk mewujudkan taubat yang nasuha.

P : Baik itu ada lima komponen berarti ya pak ya. Kalau berarti ada beberapa

juga ya pak yang telah Saya sebutkan dalam sinopsis, seperti Rommy. Dia

mencari kehidupan yang baru, meninggalkan ibu kota pergi ke desa

samadikun ya untuk belajar agama berarti susuai

N : Itu di sikap yang tadi. Sikap dibagi menjadi dua. Ada sikap individu ada sikap

sosial. Perilaku juga ada dua, perilaku individu, perilaku sosial.

P : Baik, termasuk berarti kedalam ya pak ya kedalam lima komponen, yang tadi

diceritakan

N : Betul. Sikap individu itu bermasuk kedalam sikap kepada Allah, sikap sosial,

bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada kepada lingkungan hidup,

kepada alam.

P: Baik kalau perbedaan sikap dengan perilaku sendiri itu apa pak?

N : Kalau kaitannya dengan sikap itu mungkin sebelumnya dia sikap menunjukan

empati kepada kejahatan, itu sikap yang tidak lagi tertarik, tidak lagi

memberikan dukungan, tidak lagi menikmati, sikapnya dia sekarang tidak

menyukai, tidak nyaman, tidak mendukung, tidak mensupport perbuatan-

perbuatan yang sebut saja kemunkaran-kemunkaran yang sesuatu yang

dibenci.

138

P : Baik, kalau bapak sendiri setuju tidak pak konsep taubat menurut Rakha

Wahyu? Yang telah tadi Saya singgung ya dalam sinopsis novel tersebut. Dia

kan konsepnya taubat itu jadi katanya hidup itu ada dua pak. Rakha Wahyu

menganggap taubat sebagai metamorfosa. Taubat itu harus sosial dan religi.

Jadi tokoh utama ini tidak hanya meninggalkan dunia gemerlapnya, kalo

taubat secara sosial kan hanya tinggal meninggalkan dunia malam ini,

mabuk-mabukan dan sebagainya. Nah dia ingin menggiring si Rommy ini

juga secara agamanya, religinya begitu. Jadi dia, seperti membangun surau,

belajar agama, eee kemudian belajar shalat, belajar mengaji. Kalau bapak

sendiri apakah cerita dalam Novel Bait Surau ini karya Rakha Wahyu apakah

sudah menggambarkan taubatan nasuha begitu pak, menurut bapak?

N : Iya. Cuma dengan istilah yang berbeda. Kalau dia menggunakan istilah religi

dan sosial. Sebetulnya Al-Qur’an menyebutkan amalan solihah. Amalan

solihah itu adalah perilaku yang soleh, amalan itu disebut kesalehan. Kan

terbagi dua kesalehan itu. Ada kesalehan individu, ada kesalehan sosial.

Kesalahen individulah yag disebut penulis sebagai religi. Sebetulnya

mungkin istilah yang paling tepat dalam pandangan Al-Qur’an itu kesalehan

individu. Kesalehan individu itu diukur dengan ketaatan kepada Allah.

Tadinya dia berpaling harusnya kan menghadap, dia membelakangi. Seperti

yang bapak gambarkan primordial tadi. Begitu dia lahir, membelakangi. Nah

memutar arah dari membelakangi ke menghadap itu taubat. Ketika dia

menghadap kepada Allah, dia akan menjadi pribadi yang mendengar pesan

Allah, kemudian mentaatinya. Nah itu yang disebut penulis novel sebagai

religi. Nah sebetulnya yang paling tepat dalam pandangan islam itu disebut

139

kesalehan individual. Indikator kesalehan individual itulah ketaatan kepada

Allah. Yaitu mengubah posisi yang tadinya membelakangi kemudian menghadap. Nah setelah menghadp juga tidak berpaling lagi sedikit, itu tidak.

Nasuha itu menghadap total kepada Allah. Nah itu disebut kesalehan individual. Tetapi kesalehan individual itu harus melahirkan perubahan yang melahirkan kesalehan sosial. Kesahelan sosial dibagi dua. Kesalehan sosial itu yang pertama al’ishlah memperbaiki. Memperbaiki bagaimana hubungan dia dengan orang lain itu diwujudkan dengan sikap sosial dan perilaku sosial.

Yang tadinya kepada orang tidak mempunyai kepedulian, tidak punya kepekaan, sekarang dia menunjukan dirinya baik. Dirinya menjadi pribadi yang baik itu adalah sikap individu kemudian dia memperbaiki kehidupan, punya kepekaan, melihat mushola roboh dia tergerak untuk memperbaiaki, untuk merenovasi. Nah itu disebut dengan kesalehan sosial. Kesalehan sosial itu yang satu memperbaiki, yang kedua berbuat kebaikan kepada orang lan.

Memperbaiki, memperbaiki dirinya dalam konteks sosialnya. Yang tadinya ego, sekarang menjadi punya kepekaan. Yang tadinya hidupnya eee berpusat pada konsep diri sekarang bergeser kepada sosial. Yang tadinya hanya mementingkan kepentingan dirinya, sekarang dia juga bisa berbagi, bisa peduli, bisa memperkuat tanggung jawab sosial. Semua itu disebut dengan kesalehan sosial. Kemudian yang disebut dengan memperbaiki dirinya, memperbaiki hubungan dengan orang lain, sekarang juga konsep kesalehan sosial itu ada juga. Kalo berkaitan dengan konflik-konflik itu mengakhiri konflik dan membuat perdamaian. Mungkin dalam perilaku orang itu banayk musuhnya, banyak lawannya, kalu itu terjadi. Sekarang berusahan

140

menghentikan permusuhan lalu menciptakan perdamaian. Jadi kesalehan

sosial itu bisa jadi konsep baik dan memperbaiki, bisa kemudian dengan

permusuhan diganti dengan perdamaian itu.

P : Baik pak kalau menurut bapak sendiri cerita yang digambarkan dalam novel

Bait Surau yang telah Saya sebutkan sinopsisnya begitu ya, ada beberapa alur

ceritanya ataupun tokohnya apakah benar-benar ada pak dalam kehidupan

masyarakat di Indonesia?

N : Novel ini sebetulnya cukup realistis menggambarkan perilau kehidupan

masyarakat. Cerpen, novel atau karya sastra itu kan sebetulnya cermin, ada

unsur imajinasi tapi ada juga yang punya dimensi sosial. Jadi dimensi realistis

dari sebuah kehidupan. Nah kalau karya sastra yang meggambarkan ini

mungkin karya sastra yang punya muatan kemanusiaan, ada karya yang

menggambarkan kehidupan sosial. Hemat bapak kini karya sastra yang

mencarmnkan perilaku sosial. Yaitu perubahan dari perilaku yang jahat jadi

perilaku yang baik. Di sini ada unsur al-ibroh dalam bahasa arab. Ada unsur

telatan, ada unsur inspirasi. Jadi menginspirasi orang-orang yang eee sebut

saja ini karya sastra bukan kritik sosial apa gimana, cermin kehidupan yang

sosial bahwa agama itu bisa saja tumbuh setelah ada pengalaman traumatik

P : Baik, dalam kehidupan masyarakat Indonesia mungkin bisa saja ada ya pak

N : Iya itu jadi karya sastra yang berhubungan dengan realitas kehidupan sosial.

Ada karya sastra yang murni imaginatif, ada karya sastra yang memiliki

kontektualisasi. Itu disebut memiliki kontekstual dalam karya sastra

maksudnya apa? Cerita itu cermin saja dari kehidupan masyarakat. Dan

141

memang ingin mengedukasi masyarakat, ingin menyadarkan, ingin mendidik.

Di situ karya sastra bisa bernilai dakwah.

P : Baik, berarti ada unsur dakwahnya ya?

N : Iya. Dimana unsur dakwahnya? Yaitu menyampaikan pesan unsur

kemanusiaan kepada kelompok-kelompok sosial masyarakat yang sekarang

masih hedonism

P : Iya yang masih suka gemerlap malam, yang minum-minuman keras,

selingkuh dan sebaigainya begitu ya pak. Seperti kehidupan Rommy di masa

lampaunya begitu ya.

N : Iya

P : Kalau pendapat bapak tentang taubat yang ada di masyarakat pak, bagaimana

bapak melihat taubat yang ada di masyatrakat?

N : Taubat itu macem-macem, ada yang tinggkat kognitif yang tinggi berarti

memiliki pemahanan tentang agama, ada yang sedang mencapai untuk taubat

nasuha, ada yang baru pada tingkat wacana

P : Baru keinginan?

N : Keinginan. Belum sepenuhnya terlaksana, dia belum berhenti tapi juga tidak

mencabut akarnya.

P : Baik masih ada kemungkinan untuk mengulangi begitu?

N : Masih ada kemungkinan kembali, tidak punya kepribadian yang kuat, tidak

melahirkan kebulatan tekad begitu. Tidak bisa mengubah, tidak berupaya

melahirkan sikap baru yang tadi sikap sosial maupun perilaku sosial. Taubat

itu tadi, butuh kebulatan tekad, butuh perjuangan. Realitas kehidupan

masyarakat itu. Masyarakat itu, memang masyarakat harus dibimbing.

142

P : Baik harus ada begitu ya pak

N : Iya harus ada sekelompok orang yang punya kepribadian yang mengajak

yang disebut dengan dakwah. Dakwah itu dimensinya mengajak orang dan

membimbing. Yang jarang dilakukan itu membimbing. Biasanya hanya satu

dimensi yaitu menyampaikan. Mengajakpun tidak fokus, dan membimbing

pendekatannya harus intervensi indiviual, atau kelompok. Tidak bisa secara

kolosal atau massal gitu. bimbingan kolosal gitu tidak efektif.

P : Baik berarti kalau misalnya harus kepada individunya ya mendekati begitu?

N : Maksud bapak, seorang pembimbing, dai, ustad, tokoh agama mestinya

profesional melihat taubat itu juga intensif. Misalnya cermin dari sebuah

pertaubatan itu para napi. Narapidana itu ada narapidana kriminal, ada napi

yang karena melakukan tindak pidana korupsi, ada napi karena tindak

narkoba, maka seorang pembimbing harus bersama mereka, intensif, lebih

lama. Apakah setiap minggu,seminggu dua kali lalu melakukan bimbingan

yang intensif.

P : Didampingi begitu ya?

N : Naahh kalau begitu taubat itu bisa saja mengenal satu pranata sosial yang

barulah. Pendamping sosial, pendamping sosial itu bisa diwujudkan oleh

Anak-anak Kessos, ada pekerja sosial. Pendamping sosial bisa diwujudkan

oleh Anak-anak PMI. Kalau bagaimana melakukan bimbingan, di fakultas

dakwah ada prodi BPI. Bagaimana itu diliput menjadi sebuah eee gerakan

sosial itu Jurnalis. Jurnalis itu juga sangat penting untuk membuat gerakan

menjadi gerakan sosial untuk mempublikasikan itu KPI termasuk Jurnalis,

begitu.

143

P : Hehehe jadi kita saling punya tanggungjawab begitu ya pak?

N : Betul. Tapi tadi kembali ke soal taubat kan nanti berapa perubahannya,

perubahan sikap, perubahan perilaku seberapa besar. Taubat itu seharusnya

dibuat indikator.

P : Oh begitu ya pak ada indikatornya. Yang menilainya itu siapa pak? Apakah

pribadi atau orang lain yang berhak?

N : Tentu saja kalau pada tingkat kemandirian ya pribadi. Tapi pada saat

konteknya bimbingan, profesional itu juga punya indikator. Atau jangan-

jangan di BPI juga tidak dikuliahkan yang begitu. Bagaimana bimbingan

taubat dengan indikator-indokator. Bapak yakin tidak ada di kurikulim BPI di

Fakultas Dakwah hehehe

P : Baik, baik pak. Hehehe Oke. Pak, bagaimana pendapat bapak tentang taubat

yang merujuk pada Al- Qur’an dan hadits?

N : Iya yang tadi bapak gambarkan itu. Kan taubat itu ada acuan, ada kerangka

normatifnya. Nah semua acuan itu kembalikan kepada apa yang dikatakan Al-

Qur’an. Tadi taubat nasuha itu perintah Al-Qur’an dalam surat At-Tahrim

ayat 8. Ya ayyuhaladzina amanu tubu ilallahi taubatan nasuha. Hey orang-

orang yang beriman kembalilah kepada Allah dengan taubat nasuha. Taubat

nasuha itu yang tadi bapak udah uraikan di atas. Taubat yang sejatinya, taubat

yang murni, taubat yang bersih, taubat yang menggambarkan kehidupan yang

tulus, itu.

P : Baik. Dalam novel ini kan Rakha Wahyu menuliskan surat An-Nisa ayat 69

dalam eee di akhir novel tersebut. sebenarnya bukan cerita si Rommy ini.

ketika si Rommy ini telah meninggal dunia di laut kemudian ada sosok Siti.

144

Sebenarnya dia telah menyukai sosok Rommy yang baru begitu. Nah

kemudian di novel tersebut terakhir ada eee apa namanya ada arti dari surat

An-Nisa ayat 69. Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasulnya.

Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi nikat

oleh Allah yaitu Nabi-Nabi, para Shadiqqin, kemudian para Shalihin, dan

orang - orang yang mati syahid. Dan mereka itulah teman sebaik - baiknya.

kemudian ayat tersebut menunjukan cerita Rommy ya pak ya yang eee telah

taubat tapi sempat meninggal dunia bahkan sebelum menggunakan surau

tersebut. Bagaimana pendapat bapak tentang ayat yang dicantumkan oleh

Rakha Wahyu dalam novel tersebut?

N : Ya ayat itu menggambarkan pribadi yang kembali taubat nasuha. Konten

taubat nasuha itu taat kepada Allah, taat kepada Rasul. Tadi yang sudah

diuraikan di atas orang yang sudah punya kesalehan individual. Kalau orang

yang sudah kembali kepada Allah kemudian orang itu mati, maka akan

digabungkan dengan para Nabi, para Shadiqqin, para Syuhada, para Shalihin.

Setidak-tidaknya dia akan dimasukan kepada as-shalihin. Menjadi Nabi tidak

mungkin, bergabung dengan Nabi, itu kembalikan lagi pada pertimbangan

Allah. Bergabung dengan syuhada, syuhada itu selain mati syahid,

pengertiannya orang yang perilakunya selalu membuktikan eee

mencerminkan sebuah agama. Jadi kalau dia tahu tentang shalat benar-benar

tidak lagi meninggalkan shalat. Setidak-tidaknya kalau bapak memandang

orang yang taubat nasuha itu akan diberi gelar as-shalihin. pribadi yang

shaleh. Kesalehannya dia akan taat kepada Allah dan Rasul. Kesalehan

sosialnya, dia akan memperbaiki dirinya, memperbaiki hubungan sosialnya

145

dengan lainnya, berdamai dengan dirinya dan menciptakan perdamaian di

tengah-tengah komunitas sosialnya, itu.

P : Baik berarti menurut bapak juga setuju ya walaupun dia bertaubat ee dia kan

belum sempat merasakan surau tersebut

N : Oh ya. si Rommy ini kan dia satu sudah punya kebulatan tekad. Bahkan dari

tekad itu dia sudah membuktikan beberapa komponen pokok tadi untuk

taubat nasuha sudah dilakukan. Dia menarik diri dari linglungan yang buruk.

Nah berarti dia mengggambarkan sikap sosial yang berubah. Kemudian dia

juga menyesali perbuatan masa lalunya berarti dia mengambil sikap

individual yang pas. Lalu dia berpusat pada memperbaiki dirinya yaitu

dengan belajar shalat, belajar mengaji, memperbaiki. Kemudian juga dia

berusaha mentaati Allah dan Rasul. Nah kemudian dia juga meniptakan

teman baru, lingkungan yang baru. Bahwa semua cita-citanya belum terwujud

nah di dalam islam itu digambarkan innallaha amalu bil niat. Sebuah

perbuatan yang paling pokok adalah niat. Dan niat itu merupakan kebulatan

tekad. Unsur niat itu ada tiga. Yang pertama terkait dengan Allah. Saya ingin

taat kepada Allah, Saya ingin dekat dengan Allah, Saya ingin belajar agama.

Nah itu niat, terkait dengan Allah. Yang kedua dalam niat, ada dorogan yang

kuat. Yang ketiga dalam niat itu ada kebulatan tekad. Kemudian dalam niat

itu ada motivasi. Motivasinya internal, kalau motiasinya eksternal kan itu

karena orang lain di luar dirinya. Sedangkan dalam kasus si Rommy ada

motivasi yang muncul dari dalam dirinya. Berarti kalau gitu yang pokok

adalah berorientasi kepada Allah dengan dua penjelasan yaitu ingin

mendapatkan keridhaan Allah, ingin mendapatkan pengampunan dari Allah.

146

Kemudian ditopang dengan tiga, ada motivasi internal, kemudian ada

dorongan yang kuat, ada kebulatan tekad. Bahwa semua langkahnya belum

terlaksana, tapi dia sudah mengikuti prosesnya. Dia langkah-langkahnya

sudah kelihatan. Langkah pertama dia tinggalkan dunia gemerlap, dunia

hedonisme. Langkah ke dua dia memilih hijrah ke Desa. Langkah yang ketiga

dia berusaha untuk belajar agama. Langkah berikutnya, dia mencari teman

yang baru di desa. Langkah berikutnya dia berusaha punya kepedulian sosial,

memperbaiki mushala. Bahwa itu semua belum terwujud, tapi dia berusaha

mengambil kembali uang yang di miliki di jakarta. Tapi berakhir kematian,

semuanya memang belum final, belum sampai kepada tujuan. Tapi dia sudah

melangkah.

P : Baik pak ke pertanyaan yang lain, dalam novel Bait Surau halaman 102

terdapat cerita tadi kan Saya sempat singgung Rommy itu bertato begitu, dia

belajar shalat. Nah juga ada ketika dia belajar mengaji, ada kadang Rommy

tak kuasa menahan tangisnya, saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-

Qur’an. Inikah isyarat bahwa hatinya benar-benar telah luluh? Hanya Rommy

yang tahu. Jawaban yang selama ini selalu tertunda telah mendekat.

Kesombongan yang telah membawa kehinaan, perlahan menyeruak hilang

berganti kerinduan, sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris para Nabi.

Bagaimana pendapat bapak mengenai cerita tersebut? Apakah dalam Al-

Qur’an memang ada tanda-tanda ketika sudah bertaubat ketika mengaji begitu

ada getaran di hatinya?

N : Iya. Karena tadi semua lima komponen pokok ketika sudah ada pada diri

seseorang, maka ada getaran. Dalam Al-Qur’an, ketika nama Allah disebut

147

dengan kelembutan, kemudian dengan hati yang bersih, dengan jiwa yang

tulus, dengan kesadaran yang sejatinya tadi, maka terjadi geratan. Dalam

surah An-Anfal ayat 2 akan terjadi geratan, ketika nama Allah disebut akan

ada geratan, ketika Al-Qur’an dibacakan akan menambah keimanan.

Keimanannya bertambah, hatinya bergetar. Hatinya bersih begitu, sebab kalau

kotor tidak terjadi getaran. Dalam konten tasawuf, hati itu seperti kaca yang

bening. Hati itu mempunyai lima kualitas. Jadi hati yang ideal, hati yang

bercahaya. Cahaya itu bersifat pembawaan, hadiah dari Allah karena cahaya

itu

P : Tergambar dari wajah?

N : Bisa, tapi sebelum ke wajah, ke hati dulu. Setiap orang dalam pandangan Al-

Qur’an, itu hatinya bersih. Jadi islam memandang orang dengan positif, islam

tidak mengenal dosa warisan. Nah ini bersifat universal, ini primordial. Yang

kedua, apabila orang itu kemudian menghubungkan hatinya dengan Allah,

maka hatinya memiliki kualitas yang kedua, hatinya bercahaya. Kenapa

bercahaya? Karena terhubung dengan Allah, dengan iman tadi, dengan taubat,

dengan istigfar. Maka hatinya bercahaya. Yang ketiga, hati itu menerima

cahaya. Dia berusaha untuk, untuk belajar Al- Qur’an. Dengan ikhlas, belajar

shalat dengan ikhlas. Kemudian ingin dekat dengan Allah, itu akan menerima

pancaran cahaya. Yang keempat, memancarkan cahaya. Pertanyaan Ade tadi

di wajah itu yang ke empat. Memancarkan cahaya. Pancarannya itu bisa

tergambar melalui gerak badan, eee gestur, bisa tergambar pada eee bahasa

tubuh, wajah itu juru bicara dari hati. Yaa memancar itu, jadi pancaran itu

juga akan terlihat pada wajah. Baru sikap individu, sikap itu juga melahirkan

148

sikap baik juga kepada orang. jadi sikap sosial, kemudian dia berusaha dari

pancaran itu terus memperbaiki berarti adalah perilaku individu. Kemudian

ketika dia juga berbuat sesuatu yang bermakna pada orang lain, seperti

membangun mushola sudah bergeser pada perilaku sosial.

P : Kesalehan sosial begitu ya?

N : Persis begitu. Itu kerangkanya.

P : Baik pak pertanyaan terakhir dalam novel Bait Surau karya Rakha Wahyu

halaman 102

N : Tentang tato disebutkan ya? konsep tato

P : Oh iya ini tentang tato pak, kalo tadi kan yang membaca Al- Qur’an. Nah ini

yang terakhir tentang konsep tato. Eee halaman 102 itu tertulis mentato

tubuh, kan ketika dia eee hujan lebat ya pak ceritanya. Ketika hujan lebat,

Rommy membetulkan genting dan memeras bajunya yang basah. Nah ketika

dia membuka bajunya di hadapan anak- anak dia mengatakan bahwa surau ini

sudah tidak layak begitu. Anak-anak otomatis melihat tubuh dia yang bertato.

Kemudian kan ada rasa takut begitu dari anak- anak. Namanya sifat Anak-

anak kan eee langsung kadang eee

N : Spontan

P : Spontan. Anak-anak bertanya apakah yang bertato di seluruh badannya

diterima begitu shalatnya. Kemudian kata ustad yang mengajar mengaji di

surau tersebut kata-katanya mentato tubuh memang perbuatan dosa, yang

sangat dilarang dalam islam. Nabi Muhammad SAW sendiri melarangnya.

Rommy hanya diam mendengarkan perbincangan itu. Tidak marah atau

tersinggug. Rommy hanya sedikit canggung. Kemudian ustad menjelaskan

149

lagi, namun demikian, keberadaan tato tidak mempengaruhi keabsahan shalat.

Artinya wudhu dan shalat orang yang tubuhnya ditato tetap sah. sambung pak

ustad. Anak-anak mengangguk pelan. Rommy menarik napas lega. Pak ustad

menambahkan penjelasannya sambil menatap Anak-anak kalau tidak

membahayakan tubuh maka sebaiknya dihilangkan. Tapi yang paling penting

adalah taubat, meminta ampunan serta berusaha menutup bagian tubuh yang

ditato. Kemudian bagaimana pendapat bapak mengenai cerita tersebut?

apakah dalam ajaran islam sendiri seperti itu?

N : Oke ada dua pendekatan. Kalau islam itu kan tato ada pendekatan fiqih, ada

pendekatan tawasuf. Pendekatan fiqih itu pendekatan yang legal, formal, dan

hukum. Dalam konteks pendekatan fiqh, maka tato itu diharamkan. Karena

itu perbuatan dosa, dampaknya itu sangat berat. Dampak yang pertama

menghalangi konsep at-taharah, bersuci. Dalam taharah kan ada dua.

Taharah itu bisa dari hadas kecil bisa dari hadas besar. Dari hadas kecil itu

dengan berwudhu. Sedangkan hadas besar itu dengan mandi. Mandi junub.

Bagi laki- laki hadas besar itu terjadi setelah keluar sperma, yang kedua

setelah melakukan hubungan seksual suami-istri. Bagi perempuan hadas

besar itu terjadi setelah haid, setelah nipas melahirkan, dan juga setelah

hubungan suami-istri. Sedangkan wudhu terjadi dalam fiqh itu setelah ada

sesuatu yang membatalkan wudhu. BAB membatalkan wudhu, kemudian

buang angin membatalkan wudhu, bahkan ada yang berpendapat sentuhan

anatara laki- laki dan perempuan dewasa membatalkan wudhu. Bagaimana

bersuci dalam konsep fiqh? Kan itu harus menggunakan air, itu. Berwudhu

menggunakan air, kemudian mandi juag menggunakan air. Air itu dalam

150

anggota tubuh dalam wudhu ada empat. Wajah, tangan sampai sikut, kepala

kemudian eee kaki sampai mata kaki. Nah kalo ada tato maka air terhalang

menembus bagian dalam dari kulit. Heeh terhalang tato. Sedangkan wudhu

mungkin bisa dibatasi wajah, tangan sampai sikut, rambut dan kaki. Andai

kata tato itu ada di empat titik itu, maka wudhunya menjadi tidak sah. Kalo

tatonya di tempat lain, wudhunya sah. Bagaimana dengan mandi yang krusial.

Kalo mandi itu kan harus mengalirkan air keseluruh tubuh, maka tidak sah.

Tidak ada toleransi ketika mandi besar, junub. Ketika nanti dia keluar sperma,

ataupun habis hubungan suami-istri, harus mandi. Ini tidak bisa, kalo wudhu

kan bisa dipilih kan wudhu hanya empat. Tetapi mandi besar tidak. Dalam

konteks fiqih, maka mandi besarnya tidak sah. Kalau mandi besarnya tidak

sah, maka dia tidak memiliki kesucian maka itu shalatnya tidak diterima,

tidak sah, itu. Itu konteks fiqih. Oleh sebab itu jangan melakukan tato. Kedua,

seharusnya segera tato dihilangkan. Tentu saja dengan sebuah tekhnologi

kesehatan, eee apakah mengganggu kepada

P : Berarti asal tidak membahayakan?

N : Persis. Bapak setuju itu pendekatan fiqih tapi dalam islam ada pendekatan

yang kedua, pendekatan tasawuf. Nah pendekatan tasawuf itu menitik

beratkan kepada aspek qalbu. Bagaimana orang itu kemudian kesucian hati,

taubat. Selalu berbasis pada dimensi dalam. Jadi dimensi dalam itu adalah

bagaimana hatinya menjadi bersih, bagaimana orang kaitannya dengan niat

tadi, kaitannya dengan tekad. Niat merepresentasikan kepada Allah, niat itu

kan ditopang oleh tiga. Motivasinya yang internal, dorongan yang kuat,

kebulatan tekad. Orang yang sudah mengambil sikap yang berubah. Orang

151

sudah punya kebulatan tekad menjadi orang yang lebih baik. Orang yang

sudah punya niat taubat nasuha. Terhalang oleh tato, maka dalam pandangan

tasawuf mana yang lebih pokok. Tasawuf juga mengakui fiqih penting, tetapi

dalam tasawuf, mana yang lebih penting. Aspek dalamnya, yang paling

penting bagi tasawuf adalah kebulatan tekadnya.

P : Tidak masalah kalau dipandang dari tasawuf ya pak ya?

N : Pendekatannya tasawuf, bukan berarti tawasuf kemudian bertentangan

dengan fiqih. Diyakini bahwa secara fiqih, bersucinya tidak sah terhalang

oleh tato. Tapi Allah maha tahu, Allah maha pengampun, Allah maha

penyayang. Jadi orang tekadnya sudah tulus, sudah bulat. Biarlah hanya Allah

kan yang menerima Allah. Fiqih datangnya dari Allah, surah Al- Maidah ayat

6. Tasawuf juga datang dari Allah. Kembalikan saja kepada Allah. Jadi

tasawuf tidak berarti bertentangan dengan fiqih. Masing-masing punya cara

pandang. Tapi kita secara holistik bisa berfikir mungkin secara fiqh mandinya

tidak sah. Tapi melihat bahwa dia tulus kepada Allah dan yang punya

kewenangan menerima itu Allah. Allah maha pengampun, Allah maha

penyayang. Allah maha tahu tentang hatinya yang gelisah. Hatinya yang

resah yang merasa berdosa, hatinya yang tulus, maka biarkanlah kembalikan

kepada Allah. Bukan berarti tasawuf mengiyakan, bukan berarti tasawauf

mengesahkan toto, tidak.

P : Jadi karena sudah terlanjur saja ya pak begitu?

N : Betul. Mengembalikan semua persoalan kepada Allah.

P : Baik terimakasih pak.

N : Iya.

153

Transkip Wawancara Pribadi Bersama Hj. Nunung Khairiyah, MA Dosen

Ilmu Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Pada 21 Juni 2017, Pukul 13.00 WIB di Ruang

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

P : Pewawancara

N : Narasumber

P : Bagaimana Konsep Taubat menurut Ibu?

N : Taubat itu sebenarnya meninggalkan kemaksiatan dan tidak mengulanginya

lagi, simpelnya begitu. Umpamanya ada pembinaan di lapas segala macem,

orang nih misal teroris, bisa dikatakan taubat ketika berbaur lagi dengan

masyarakat, sudah tidak ada keinginan untuk melakukan perbuatan teror

lagi. Menyesali perbuatan yang sudah dilakukan. kedua kalau berkaitan

dengan orang lain, dengan manusia dia minta maaf, kalau berupa barang,

dia harus mengembalikan ya kan gitu kan.

P : Kalau di novel yang ingin saya teliti, kan saya meneliti novel Bait Surau

Karya Rakha Wahyu

N : Ini novelnya ada lagi? Ibu belum baca

P : Hanya satu bu, jadi sebenarnya secara garis besar di novel itu

menggambarkan kisah perjalanan seseorang kalau di covernya itu ada Rio

Dewanto ya bu, di situ namanya Rommy. Dia itu memiliki istri yang

bernama Nadia

154

N : Yang pakai jilbab?

P : Bukan bu, yang tidak berjilbab. Nah Rommy termasuk dzalim kepada

Nadia, minum-minuman keras, selingkuh, bertato, kemudian suka dunia

malam. Nah dalam satu waktu si Nadia ini menggambarkan bahwa dia

hamil. Merasa pernikahan yang tidak dia inginkan itu akan menjadi sebuah

pengekangan ya bu, semakin marahlah Rommy ini sampai dia mengendarai

mobil kencang kemudian mengalami sebuah kecelakaan. Sehingga Nadia

juga tewas begitu. Nah ketika Nadia tewas, baru si Rommy ini sadar begitu

kehilangan sosok Nadia. makanya dia pergi ke sebuah desa menemui sosok

kalau di cover itu ada Ihsan. Nah dia mantan pekerja rumah tangganya yang

dahulu. Nah baru di desa pesisir pantai ini dia belajar shalat, belajar ngaji,

belajar wudhu begitu nah dia memperbaiki surau di desa tersbeut begitu.

Nah sampai dia apa kan suraunya sudah rapuh begitu begitu bu ya, ketika

suraunya diperbaiki, hampir selesai kan dia pergi bernelayan, ada tragedi

sehingga mereka meninggal dunia begitu.

N : Oh begitu, kamu bisa nanti buka di kitab nama kitabnya itu Riyadushalihin.

Nah di situ ada cerita orang yang pendurhaka yang telah membunuh 99

orang. nanti ada kaitanya dengan ini maksudnya ada korelasinya. Nah ini

karena sampai pada satu titik dia merasa bersalah gitu kan. Nah si orang

yang melakukan 99 pembunuhan ini merasa galau, gelisah, batinnya

tersiksa. Datanglah dia kepada Rahib, pendeta pada zaman itu. Nah dia

mengadukan kegundahan batinnya, keinginan taubatnya, ketika dia

menanyakan kepada Rahib ini eee si Rahib ini menganggap bahwa

perbuatan si pelaku yang membunuh 99 orang ini sudah keterlaluan iya kan.

155

Sudah keterlaluan, dosanya sudah menggunung gitu ya sehingga

memberikan sinyal bahwa si pendurhaka itu tidak memiliki kesempatan

memperbaiki diri, taubat.

P : Tidak akan diampuni gitu ya bu?

N : Tidak akan diampuni. Akhirnya ketika di judge seperti itu, si pemuda

tersebut malah tidak insyaf justru dia malah tambah gelisah, menjadiP : jadi

karena dia ingin berubah di judge begitu akhirnya saking kesalnya

dibunuhlah tadi. si Rahib tadi yang telah memberikan stempel apa ya

P : Jadi genap 100?

N : Jadi genap 100. Datang lagi lah dia ke Rahib yang lain kan, dia disuruh

untuk meninggalkan tempat atau lingkungan dimana dia tinggal. Karena itu

tempat tidak kondusif lagi. Ketika dia dalam perjalanan pulang itu anh tiba-

tiba dia meninggal, belum sampai tuh ke kampung yang dituju. Tapi

diterima taubatnya karena ada niat. Nah apalagi cerita novel ini kan, dia

sudah belajar ngaji, nah keseriusan dia belajar ngaji adalah salah satu bentuk

dia ingin memperbaiki diri, meninggalkan kebodohan yang sudah-sudah. Itu

konsep taubatan nasuha sebenarnya

P : Baik. Berarti ibu setuju ya dengan konsep yang telah digambarkan oleh

penulis dalam novel ini termasuk ke dalam konsep taubatan nasuha begitu?

N : Iya setuju.

P : Kalau menurut cerita yang telah digambarkan bu ya. apakah memang benar-

benar ada di kehidupan masyarakat di Indonesia? Yang tadi, entah itu

tokohnya mungkin, kehidupannya atau jalan ceritanya?

156

N : Ya yang namanya orang kembali ke kehidupan yang benar pasti sudah

banyak ya. yang menyadari kesalahannya itu kan pasti ada. Mirip-mirip

pasti ada. Ada istilah taubat karena di realitasnya pasti ada orang yang

kembali ke jalan yang benar. Yang preman taubat juga ada gitu.

P : Kalau pendapat ibu sendiri, taubat yang ada di dalam masyarakat bagaimana

ibu menandangnya?

N : Nah kadang-kadang kita nih salah kaprah begini, makanya ada istilah kata

taubat sambel. Jadi dia namanya bukan taubatan nasuha ya. hari ini dia

berjanji tidak mengulangi, gak taunya masih ada lagi gitu perbuatan-

perbuatan yang sama yang terulang. Nah itu namanya bukan taubatan

nasuha. Makanya ada istilah taubatan nasuha karena ada taubat sambel gitu.

taubat yang main-main. Hari ini ya nyesel dilakukan tapi besok-besok

dilakukan lagi. Nah makanya itu, di sini konsep taubatan nasuha itu karena

memang ada yang orang-orang yang sebetulnya pengen kembali dan dia

istiqomah gitu.

P : Kalau pendapat ibu tentang taubat yang merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits

bagaimana?

N : Ya itu perintahnya ya kamu bisa lihat di Al-Qur’an kita disuruh taubat

nasuha.

P : Berarti dalam Al-Qur’an dan hadits juga disinggung konsep taubatan nasuha

begitu?

N : Iya ada

P : Berarti menurut Ibu taubat yang sebenarnya adalah taubat yang merujuk

pada Al-Qur’an dan hadits yaitu taubatan nasuha begitu?

157

N : Iya salah satunya kan dalam hadits itu adalah harus pertama menyesal iya

kan. Kedua tidak mengulangi gitu kan, ketiga itu melakukan banyak

kebaikan itaqolaha saitakuma, bertaqwalah kepada Allah dimana kamu

berada, watabuha ikutilah perbuatan jelek kamu dengan perbutan baik.

Tabuha itu bisa menghapus kesalahan-kesalahan. Jadi ditutup gitu.

P : Baik berarti selain tidak mengulangi, kita juga haru menutup dengan

perbuatan baik ya bu?

N : Iya. Iyakan mengganti, menyibukan diri dengan perbuatan baik. Kalau kita

dulu sibuk dengan perbuatan buruk pantas saja kita lupa dengan perbuatan

baik. Tetapi kita sibuk dengan perbuatan baik, pasti lupa melakukan

perbuatan buruk.

P : Baik bu, kan dalam novel ini Rakha Wahyu itu menuliskan arti dari surah

An-Nisa ayat 69. Jadi ketika si Rommy meninggal dunia di laut ketika dia

sudah membuat surau tersebut, kan belum rampung suraunya berarti dia

belum sempat menggunakan suaru itu, nah kemudian dia melaut, kapalnya

karam. Sebenarnya ada sosok Siti bu, yang menyukai Rommy yang baru ini.

sosok Siti kemudian bercerita begitu di epilog bu ya, di akhir. Arti surah

An-Nisa kata-katanya dalam novel tersebut Dan barang siapa yang mentaati

Allah dan Rasulnya maka mereka itu akan bersama-sama dengan

orangorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Yakni para Shadiqqin,

pada Syuhada, para Shalihin, dan mereka itu teman sebaik-baiknya. Ayat

tersbut menunjukan cerita Rommy yang meninggal bahkan sebelum

menggunakan surau tersebut. kalau menurut pendapat Ibu sendiri mengenai

158

ayat yang dicantumkan Rakha Wahyu dalam novel sesuai ceritanya apakah

sudah pas begitu?

N : Jadi sebenernya di satu sisi memang ada kan ceritanya si Rommy ini

berhijrah ke suatu desa dia bertemu dengan Ramdhan yang taat beragama.

Ada kaitannya, ada korelasinya karena apa? Karena di sini dikatakan bahwa

orang-orang yang sudah seharusnya kita berteman dengan orang-orang yang

Allah kasih nikmat. Orang-orang yang dikasih nikmat ini kan diantaranya

para Nabi, para Shadiqqin, para syuhada, para shalihin. Nah si Ramdhan ini

masuk kepada orang-orang yang shaleh yang memberikan warna kepada si

Rommy. Nah tadi memberikan warna kan, yaudah berarti pas.

P : Oke bu, dalam novel Bait surau halaman 100 terdapat cerita ketika si

Rommy dahulunya kan bertato ya nah ketika surau tersebut bocor, dia

membetulkan genting dia buka baju kemudian memerasnya di hadapan

anak-anak begitu. Namanya anak-anak kan suka spontan ya, ceplas ceplos.

Kemudian anak-anak bertanya kepada ustad apakah orang yang bertato itu

di terima shalatnya. Menurut kata-kata dalam novel ini, mentato tubuh

memang perbuatan dosa yang sangat dilarang dalam islam, Nabi

Muhammad SAW sendiri melarangnya. Namun keberadaan tato tidak

mempengaruhi keabsahan shalat, artinya wudhu dan shalat orang bertato

tetap sah. Apakah dalam islam sendiri seperti itu bu?

N : Harus ada upaya untuk semaksimal mungkin menghilangkan. Kalau

memang sudah semaksimal mungkin tetap tidak hilang begitu ya tetap kita

menanti kemurahan Allah SWT. Yang penting kita sudah maksimal. Karena

kenapa? Karena kalau kita berbuat taat itu sesuai kemampuan, sedangkan

159

meninggalkan yang ma’ruf itu harus maksimal. Artinya menghilangkan

sesuatu yang buruk di badan kita itu harus maksimal. Ketika sudah

maksimal, masih belum juga di situ kita berharap kemurahan Allah kalau

sudah maksimal yakin diterima.

P : Dihilangkan dulu begitu tapi tidak melukai tubuh begitu?

N : Iya. Kalau prof Asep sendiri bagaimana?

P : Iya, katanya ada dua konsep dalam islam. Ada secara fiqih dan tasawuf.

Kalau secara fiqih memang wudhu mungkin bisa karena hanya ada 4 titik

saja begitu ya.

N : Tapi nanti kalau hadast besar

P : Iya itu dia permasalahannya ketika mandi besar begitu. Tapi kembali lagi

kan di islam juga ada konsep tasawuf ya bu, kembali kepada niat,

dikembalikan lagi kepada Allah.

N : Iya seperti itu. Kalau wudhu tetep sah kalau tato itu tidak di anggota tubuh

wudhu kan. Cuma permasalahan kalau mandi hadast besar seperti itu.

P : Baik pertanyaan terakhir ibu, ketika Rommy belajar mengaji ada kata-kata

yang Rakha Wahyu tuliskan. Kadang Rommy tak kuasa menahan tangisnya

saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur’an. Inikah isyarat bahwa

hatinya benar-benar luluh? Jawaban yang selama ini tertunda namun kini

telah mendekat. Kesombongan yang membawa kehinaa perlahan menyeruak

berganti keriduan. Sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris Nabi. Nah

apakah memang kalau kita sudah bertaubat kemudian kita belajar agama,

mengaji, apakah memang ada getaran hati begitu bu?

161

Transkip Wawancara Pribadi Bersama Lena Suarni, Pembaca Novel Bait Surau/ Mahasiswa Fakultas Fisip Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pada 13 Juni 2017 Pukul 21.00 WIB di Jl. Kertamukti No 80 C Ciputat, Tangerang selatan.

P : Pewawancara N : Narasumber

P : Kenapa kamu tertarik baca novel Bait Surau?

N : Sebenernya dari awal belum ada ketertarikan secara pribadi ya buat baca novel itu cuma ada seorang temen yang ngasih novelnya karena dulu lagi booming banget kan. Waktu akhir 2015 ya kalo ngga salah ada bedah Bait Surau itu ada dimana-mana termasuk di kampus aku gitu di UMJ. Terus aku dikasih bukunya, disuruh baca gitu dan di situ biasanya kan kalo ngga tertarik engga bakalan dilanjutin dong. Tapi saya rasa cukup bagus ya novelnya makanya saya baca sampai akhir jadi saya ada ketertarikan gitu bacanya.

P : Pendapat kamu tentang novel tersebut? kenapa bisa tertarik?

N : Sebenarnya dari jalan ceritanya sendiri bagus ya. maksudnya itu miris gitu ketika kayak gitu. apalagi pemeran utamanya itu bener-bener menyesal yang luar bisa terhadap istrinya itu kan. Juga bikin apa ya istilahnya ngena di hati. Makanya saya melanjutkan membaca novel tersebut dan saya tertarik sama pemainnya. Kan saya suka sama Rio Dewanto yang memerankan Rommy kalo di filmnya.

P : Bagaimana konsep taubat menurut kamu?

N : Kamu menurut saya sendiri, taubat itu kembali ya. berserah diri kepada Allah yang maha pengampun, maha penyayang. Menyerahkan dirinya secara utuh kepada Allah dengan penyesalan-penyesalan yang sungguh- sungguh gitu. bercita-cita tidak mengulangi perkara-perkara yang menjadi larangan Allah. Meninggalkan perkata-perkata yang menimbulkan dosa

162

besar atau kecil sekalipun gitu. jadi yang namanya taubat ya kita berserah diri bener-bener kita ingin memohon ampunan kepada Allah SWT gitu.

P : Kamu setuju gak sama konsep taubat menurut Rakha Wahyu dalam novel tersebut?

N : Saya sih setuju aja ya sama konsep taubat menurut Rakha wahyu karena memang istilahnya taubat seseorang itu beda-beda ya. karena dapet hidayah dari Allah nya beda-beda gitu yang dia dapet suatu masalah, dia bertaubat. Begitupun dengan Rommy ini gitu loh dia bertaubat karena penyesalan yang buruk gitu. karena penyesalan-penyesalan di masa lampau. Jadi menurut saya konsep taubat itu berbeda-beda tapi saya setuju dengan konsep Rakha Wahyu ini dari awal cerita hingga akhir.

P : Kalo menurut kamu cerita atau tokoh dalam novel tersebut sesuai dengan realitas atau pengalaman pribadi gak? Maksudnya yang sama dengan salah satu tokoh ataupun cerita dalam novel ini?

N : Sebenernya untuk secara pribadi permasalahan yang seperti diceritain itu ya, saya sendiri tidak mengalaminya, Cuma di luaran sama mungkin ada. Kalau saya sendiri banyak ya kesalahannya namanya juga manusia, misalnya kita gak menutup aurat, dari segi penampilan kadang apa yang diperintahkan oleh Allah tidak sesuai dengan apa yang kita mau ya seperti itu.

P : Di luar sana mungkin ada? Berarti menurut kamu di masyarakat Indonesia mungkin ada ya yang sesuai dengan cerita atau tokoh dalam novel itu?

N : Iya pasti ada seperti itu.

P : Yang kamu rasakan setelah membaca novel tersebut, ada gak sih perubahan kognisi atau pengetahuan, afeksi atau emosional, psikomotorik atau sikap?

N : Sebenarnya dari novel ini saya juga belajar ya apa arti taubat sendiri gitu. Dan perubahan dari pengetahuannya pasti ada ya, ketika seseorang

164

Transkip Wawancara Pribadi Bersama Arrum Prabuningtias, Pembaca

Novel Bait Surau / Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yasri, Pada

11 Juni 2017 Pukul 13.00 WIB di Jl. Benda Barat 8 Blok D 14 No. 1

Pamulang Tangerang Selatan.

P : Pewawancara

N : Narasumber

P : Bisa diceritain gak kenapa kamu tertarik baca novel Bait Surau Karya

Rakha Wahyu?

N : Dulu kan itu emang hadiah dari temen, dia memberikan sinopsisnya dulu

dan waktu itu emang kayak aku lagi proses lah ya sampe sekarang juga

masih cuma dulu itu kan masih awal-awal gitu kan. Wah boleh juga nih

siapa tau aku lebih kuat juga baca ini gitu. karena kan intinya perubahan kan

dari yang gak baik

P : Oke berarti buat memotivasi ke arah lebih baik ya? terus kalau pendapat

kamu setelah baca novel ini gimana?

N : Apa ya kalo aku sih suka karena mengharukan aja. Kayak kisah cowo kan

apalagi kalo laki-laki kadang susah sedangkan ini dia ya di bantu sama

lingkungannya juga kan kayak anak-anak di Suraunya itu. maksudnya kalo

165

cewe lebih baik dalam menerima aja gitu kalo yang aku rasa ya. kalo laki-

laki kan dia biasanya susah gitu loh kalo dikasih tau, kalo diarahkan.

P : Jadi menurut kamu yang paling menarik dari novel ini ceritanya ya? cerita

tokoh utama yang bertaubat itu kan si Rommy karena kalau kamu liat

biasanya itu perempuan sedangkan kalo di sini laki-laki.

N : Iya

P : Kalo dari bahasanya gimana? Apakah gampang dipahami

N : Iya, sederhana ko. Aku langsung abis tuh baca novel ini.

P : Kalau konsep taubat menurut kamu apa?

N : Taubat itu ya berubah jadi lebih baik, meninggalkan yang lalu lah pokonya.

Meninggalkan masa lalu yang emang gak baik itu sih menurut aku.

P : Oke kamu kan udah baca novel ini, perjalanan Rommy yang dulu punya

masa lalu kelam sampai dia ketemu sama anak-anak yang di surau itu. kamu

setuju gak sama konsep taubat yang digambarkan penulis novel ini?

N : Menurutku iya sih setuju. Karena ya pas aja gitu dia kan dari kota kan terus

pindah ke desa ya emang sih kalo kita liat kayak yaelah sinetron banget sih

tapi kan bener itu kan bisa merubah karena lingkungan kan bisa

berpengaruh ya.

P : Kalau dari tokoh-tokohnya pelajaran yang bisa kamu ambil apa? Apa pesan

yang bisa diambil dari konsep taubat menurut Rakha wahyu?

166

N : Sebenernya sih tiap tokohnya itu menarik, ada pelajarannya masing-masing

tapi karena aku udah lama kan bacanya jadi agak lupa. tapi intinya sih

pesannya lebih baik terlambat daripada engga sama sekali. Rommy kan

udah gede baru belajar ngaji gitu

P : Cerita atau tokoh dalam novel ini sesuai dengan yang kamu alami gak?

Apakah di dalam kehidupan masyarakat juga ada?

N : Mungkin kalo sama aku sendiri beda ya, tapi intinya sama kita mau berubah

Cuma jalannya aja yang beda. Kalo di sini kan dia lebih kayak eee

dipengaruhi sama lingkungan kayak anak-anak, kayak abah, kayak temen-

temen ngelaut kan. Mungkin kalo aku sendiri lebih ke buku jadi

pengalamannya lebih ke buku-buku gitu. kalo di masyarakat mungkin ada

ya Cuma gak disekitar kita aja. Terus kalo di sekitar aku ya, sebenarnya sih

kita bisa mejemput hidayah tapi masih aduh nanti deh gitu. ya setiap orang

pasti ada momentnya untuk berubah, untuk dapet hidayah nah jalannya aja

yang beda.

P : Kalau pengalaman kamu sendiri gimana?

N : Ya pengen lebih belajar sih. Pertama emang karena baca buku terus kesini-

kesini diajak ngaji gitu sama tetangga lah ada.

P : Oya setelah baca novel ini, yang kamu rasakan apa? Ada gak penambahan

pengetahuan atau kognisi, mempengaruhi emosi atau sikap?

N : Itu pasti sih. Itu kan salah satu gambaran dari orang-orang yang mau

berubah kalo misalkan bisa berubah kenapa engga dan apalagi kan kalo

168

Transkip Wawancara Bersama Ulfi Nursa, Pembaca Novel Bait Surau /

Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Pada 13 Juni 2017 Pukul 19.30 WIB di Kafe Ayam

Sambal Lumpur Jl. Pesanggrahan No.43 Cempaka Putih, Ciputat Timur,

Tangerang Selatan.

P : Pewawancara

N : Narasumber

P : Bisa diceritain gak awalnya kenapa bisa tertarik baca novel Bait Surau

karya Rakha Wahyu?

N : Awalnya kan ditawarin sama temen. Nah temen tuh suka banget novel,

awalnya ditawarin Api Tauhid sama Bait Surau. Karena Api Tauhid itu

tebel banget makanya yaudah jadi milih baca Bait Surau duluan kan. Nah

pas udah baca ternyata banyak pesannya gak cuma cinta tapi juga agama.

P : Pendapat kamu tentang novel Bait surau gimana?

N : Novel Bait Surau ini bagus banget, ceritanya itu mengandung nilai-nilai

religius terus ada permasalahan sama penarikan konflik di novel ini tuh

ngena banget jadi pas kita baca tuh kita bisa merasakan tokoh yang ada di

novel ini. dan baca novelnya tuh kayak ngebayangin kayak sinetronnya

gitu. kayak kita lagi hidup sebagai dia gitu ka. Terus kan di filmin ya

sayangnya filmnya gak nonton.

169

P : Kalau dari kata-katanya sendiri gimana?

N : Kalau dari kata-katanya sendiri kan banyak pesan moral yang didapat

terutama nilai-nilai agamanya. Nah itu banyak banget yang bisa diambil

dari kisah Bait Surau ini yang pas Rommy lagi masa-masa dulukan

waktu sama istrinya sikapnya gak bener banget ya terus pas tinggal di

pantai itu kayak dapet hidayah kan.

P : Kalau konsep taubat menurut kamu gimana?

N : kalau kata aku, taubat itu meninggalkan hal-hal yang buruk, terus

memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi, segala perbuatan

maksiat atau perbuatan buruk yang kita udah lakukan selama hidup itu

jangan sampai kita ulang lagi.

P : Kalau kamu setuju gak sama konsep taubat menurut Rakha Wahyu dalam

novel ini, kan tadi si Rommy yang menganiaya si Nadia, kemudian

tinggal bersama Ramdhan, kan dia melalui fase-fase hidupnya ya. dan dia

menjalankan sesuatu yang menurut kita belajar agama segala macem,

kamu setuju dengan konsep taubat yang dituliskan dalam cerita ini?

N : Kalau menurut aku ya setuju soalnya kan orang itu hidup punya jalan

masing-masing ya ka. Pasti punya masalah yang melekat dalam

kehidupan seseorang. Nah ini satu masalah yang dialami sama si Rio

dewanto atau Rommy ini emang menarik banget. Sebelumnya kan emang

kayak udah ada ya kayak di sinetron-sinetron sampe dia kembali ke jalan

yang benar ya itu sih, setuju banget.

170

P : Kalau cerita atau tokoh dalam novel tersebut sesuai gak sama realitas

yang pernah kamu alami? Atau di dalam masyarakat Indonesia gitu?

N : Kalo di kehidupan pribadi aku sih gak ada ka, belum. Cuma aku liatnya

kayak di sinetron aja. Mungkin di Masyarakat Indonesia beberapa ada ya

kita kan gak tau ya. mungkin di lingkungan sekitar Ulfi yang udah pernah

Ulfi alamin itu belum ada sampe yang kayak gini. Cuma ada sih yang

seperti ini cuma gak mirip gitu. kalo yang kayak Rommy tertoto, suka

minum-minuman keras di sekitar kita banyak banget apalagi kalo kita

peka.

P : Kalo di dalam masyarakat kan ada mungkin yang seperti kehidupan si

Rommy ya walaupun dia gak harus tinggal dipesisir pantai dulu gitu

untuk mendapatkan hidayah gitu, tapi ada beberapa yang taubat seperti

Rommy?

N : Eee ada salah satunya di keluarga sendiri hehehe ada pengalaman maaf

ya namanya gak boleh disebutin, disamarkan aja ya dia ada selama

hidupnya itu si A lah ya selama hidupnya itu maaf ya bukannya

menghina apa gimana ya kurang baik. Dan akhirnya dia bisa bertaubat

gitu. karena dari keluarga juga udah disadarin tapi gitu-gitu terus pas dua

tahun berikutnya sebelumnya dia bermaksiat gitu sebelum menikah nah

setelah menikah dia baru sadar ka. Karena mungkin dia punya beban

keluarga, tanggung jawablah anak-anaknya. Udah gitu dia disadarin sama

ustad sih sering diceramahin.

172

LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA

Wawancara bersama Lena Suarni (Pembaca)

Wawancara bersama Arum Prabuningtias (Pembaca)

Wawancara bersama Ulfi Nursa (Pembaca) 173

Wawancara bersama Wahyu Frayudha, ST (Rakha Wahyu)

Wawancara bersama Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA

Wawancara bersama Hj. Nunung Khairiyah, MA

174

LAMPIRAN COVER NOVEL BAIT SURAU

Cover Depan Novel Bait Surau

Cover Belakang Novel Bait Surau