Analisis Wacana Taubat Dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ANALISIS WACANA TAUBAT DALAM NOVEL BAIT SURAU KARYA RAKHA WAHYU
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh Winarni NIM: 1113051000005
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
ABSTRAK
Winarni/1113051000005
Analisis Wacana Taubat Dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu
Manusia adalah makhluk sempurna, lahir dalam keadaan fitrah. Di satu sisi, manusia memiliki akal yang dapat digunakan untuk memenuhi segala kebutuhahannya di dunia. Di sisi lain, manusia juga memiliki nafsu yang sering kali menjeruskan manusia melakukan dosa. Setiap manusia lahir memang dalam keadaan suci namun dalam kehidupannya tidak lepas dari dosa. Pada posisi inilah diperlukan taubat agar manusia kembali ke jalan yang lurus dan diridhai Allah SWT. Berdasarkan konteks di atas, terdapat rumusan masalah yaitu bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi teks? Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi kognisi sosial? Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi konteks sosial? Taubat menurut bahasa adalah kembali. Taubat berarti meninggalkan perbuatan dosa karena mengetahui kehinaannya, menyesali perbuatannya, berkeinginan keras tidak akan mengulanginya di kemudian hari serta mengiringinya dengan amalan shaleh. Dalam kehidupan manusia, taubat senantiasa dibutuhkan agar manusia kembali kepada esensi dasarnya yaitu keadaan fitrah. Maka novel merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menyebarkan wacana taubat dalam masyarakat. Teori yang digunakan adalah analisis wacana Teun A. Van Dijk. Model Van Dijk sering disebut kognisi sosial. Teori yang membongkar teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Menurut Van Djik, penelitian atas wacana tidak hanya dilihat dari teks saja, karena teks dihasilkan dari praktik produksi yang harus diamati. penelitian ini menggunakan paradigma kritis pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan Rakha wahyu menggambarkan taubat dalam novelnya melalui tanda-tanda taubat diantaranya yaitu menyadari letak kesalahan, menyesali perbuatan dosa serta memperbaiki diri dengan melakukan perbuatan shaleh. Selain itu, banyak pelajaran yang dapat diambil dalam Novel Bait Surau. Penulisan Novel Bait Surau berdasarkan realitas kehiduapan nyata. Masyarakat hendaknya mengambil pelajaran yang terdapat dalam Novel Bait Surau dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Pengarang hendaknya menambahkan tanda taubat yang lain yaitu tidak melakukan perbuatan dosa tersebut dikemudian hari sehingga tanda-tanda taubat yang terdapat dalam Novel Bait Surau lebih lengkap kata kunci: taubat, analisis wacana van dijk, bait surau, novel, dosa.
i KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta menuntun saya sehingga mampu menyelesaikan tugas skripsi ini. Shalawat semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kepada jalan kebenaran. Penulisan skripsi ini dalam rangka memenuhi tugas akhir untuk meraih gelar S.Sos. Skripsi ini meneliti wacana taubat yang terdapat dalam Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu dengan menggunakan teori Analisis wacana Teun A. Van Dijk. Penulis menyadari skripsi ini tentu masih terdapat kekurangan, proses penyelesaian skripsi ini juga melibatkan banyak pihak yang senantiasa membantu dan memberikan dukungan sehingga dapat berjalan lancar. Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yaitu:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Masran, MA selaku Ketua Jurusan dan Fita Fathurokhmah, M.Si
selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
4. Prof. Dr. H. M. Yunan Yusuf, MA selaku dosen pembimbing yang telah
sabar dan selalu siap memberikan arahan dalam proses penulisan skripsi.
ii 5. Nasichah, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membantu memperlancar penggarapan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen, Karyawan, serta Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Wahyu Frayudha, ST alias Rakha Wahyu yang aktif dalam penulisan
buku-buku yang bermanfaat sehingga memberikan inspirasi kepada saya
untuk menjadikan salah satu tulisannya sebagai bahan analisis skripsi.
8. Ayah saya Nanang Saprudin dan Mama saya Suryamah. Orang tua
terhebat yang pernah saya miliki di dunia, semoga dapat berkumpul
kembali di Surga. Ayah yang kuat dan mama yang sabar menghadapi
lika-liku kehidupan, menjadi sumber inspirasi serta motivasi bagi saya
untuk tetap kuat dan sabar.
9. Kedua adik saya Danu Riksa dan Ines Suliana. Adik-adik yang cerdas
dan harapan keluarga.
10. Kakak saya Khamal Yunandas, yang telah memberikan banyak
pelajaran tentang pentingnya bersyukur, apapun yang terjadi atas
kehendak Allah SWT, semoga Aa lekas sembuh.
11. Kepala Staff Kepegawaian Sugianto, Pimpoksi Fasilitas Landasan
Suharno UPBU Tjilik Riwut serta orang-orang yang selalu dirindukan di
Palangkaraya Wahyuni, Fitrotin Istiqomah, Marwah Kahar, Anitia Sari.
12. Seluruh narasumber yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk
wawancara dengan hangat yakni Prof. Dr. Asep Usman Ismail, MA,
iii Nunung Khairiyah, MA, Lena Suarni, Arrum Prabuningtias dan Ulfi
Nursa.
13. Teman-teman kosan Qonita Amalia, Shofia Khairunnisa dan Tiara
Nurhidayati yang telah sabar mendengar keluh kesah saya selama proses
penggarapan Skripsi. Teman-teman asrama putri UIN Jakarta 110 B
Nurkhasanah, Endah Safitri, Rahma Belani Oktaviani, Teman-teman
asrama putri UIN Jakarta 106 B Sarah Hajar Mahmudah,
Aminatuzuriah, dan Intan Rinjani Putri.
14. Teman-teman saya KPI 2013 khususnya Ibtisamah Nur Rosyidah dan
Farha Attaqia, HIMABO Jakarta, Bidikmisi 2013, dan KKN Developer
2016.
Demikian ucapan syukur dan terimakasih yang penulis berikan. Semoga
Allah senantiasa membalas semua kebaikan serta menuntun kita ke jalan yang diridhoi-Nya. Walaupun terdapat kekurangan dalam skripsi ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Aamiin
Jakarta, 4 Agustus 2017
Penulis
iv DAFTAR ISI
ABSTRAK ...... i KATA PENGANTAR ...... ii DAFTAR ISI ...... v DAFTAR TABEL...... vi DAFTAR LAMPIRAN...... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 9 D. Metodologi Penelitian ...... 10 E. Tinjauan Pustaka ...... 13 F. Sistematika Penulisan ...... 16
BAB II KERANGKA TEORI ...... 18 A. Analisis Wacana ...... 18 B. Novel Sebagai Karya Fiksi ...... 29 C. Taubat ...... 34
BAB III GAMBARAN UMUM: RAKHA WAHYU DAN NOVEL BAIT SURAU ...... 40 A. Profil Rakha Wahyu ...... 40 B. Karya-Karya Rakha Wahyu...... 45 C. Sinopsis Novel Bait Surau ...... 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ...... 52 A. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Teks ...... 52 B. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Kognisi Sosial ...... 81 C. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Konteks Sosial ...... 85
BAB V PENUTUP ...... 94 A. Kesimpulan ...... 94 B. Saran ...... 96
DAFTAR PUSTAKA ...... 97 LAMPIRAN ...... 99
v DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tinjauan Pustaka ...... 15 Tabel 2 Stuktur Teks Van Dijk ...... 21 Tabel 3 Elemen Wacana Van Dijk Dimensi Teks ...... 23 Tabel 4 Skema Atau Model Kognisi Sosial Van Dijk ...... 27
vi DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Wahyu Frayudha, ST (Rakha Wahyu) Penulis Novel Bait Surau ...... 99 Lampiran 2 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA Guru Besar Tasawuf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...... 130 Lampiran 3 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Hj. Nunung Khairiyah, MA Dosen Ilmu Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ...... 153 Lampiran 4 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Lena Suarni Pembaca Novel Bait Surau ...... 161 Lampiran 5 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Arrum Prabuningtias Pembaca Novel Bait Surau ...... 164 Lampiran 6 Transkrip Wawancara Pribadi dengan Ulfi Nursa Pembaca Novel Bait Surau ...... 168 Lampiran 7 Dokumentasi Wawancara ...... 172 Lampiran 8 Cover Novel Bait Surau ...... 174
vii BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk yang sempurna telah diciptakan oleh Allah
SWT di muka bumi ini dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Manusia terlahir dalam keadaan fitrah atau suci. Namun tidak akan
terlepas dari dosa dan kecenderungan untuk berbuat maksiat, kafir, musrik,
sombong, kikir dan sifat serta perbuatan buruk lainnya. Maka saat manusia
telah melakukan dosa hendaknya memohon ampun atau bertaubat kepada
Allah SWT.
Menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahin Al-Hamd, taubat bukan
hanya sekedar merasa bersalah dan menyesali perbuatan maksiat yang pernah
dilakukan atau sedang dilakukan namun juga segera meninggalkan perbuataan
maksiat tersebut jika sedang dilakukan artinya, saat ingat bahwa hal tersebut
merupakan suatu perbuatan maksiat maka segara tinggalkan jangan
dilanjutkan. Setelah meninggalkan perbuatan maksiat tersebut, bertekad untuk
tidak mengulanginya lagi jika ada kesempataan diwaktu yang akan datang.1
Dalam Al-qur’an disebutkan bahwa Allah akan menerima taubat
hambanya, sebagaimana yang dijelaskan dalam dalam Surah At-Tahrim/66: 8
berikut:
1 Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda, (Jakarta: Pustaka Iman As-Syafi’i,2012), h. 12.
1 2
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan Menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga- surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Pada ayat tersebut, menggambarkan berita yang amat baik bagi orang- orang yang bartaubat. Kata “asa” diartikan sebagai mudah-mudahan atau semoga. namun menurut ulama tafsir kata “asa” yang konteksnya tentang taubat berarti pasti. Artinya, taubat yang dilakukan oleh seseorang pasti diterima oleh Allah SWT bukan hanya sekedar doa atau harapan atau mudah- mudahan taubat tersebut diterima, ada jaminan bahwa taubat yang dilakukan oleh seseorang pasti diterima oleh Allah SWT jika taubat tersebut memang benar-benar dilakukan dengan sungguh-sungguh. Keuntungan lainnya dari taubat yang sunguh-sungguh dilakukan adalah Allah pasti menghapus dosa yang pernah dilakukan. Dosa identik dengan keburukan, maka saat melakukan dosa berarti hidup kita penuh dengan keburukan, tetapi Allah akan menghapuskan keburukan-keburukan tersebut dengan kebaikan sehingga wajah akan senantiasa menjadi berseri karena iman yang terpancar. Itulah
3
keuntungan orang yang bertaubat saat di dunia, selain itu terdapat keuntungan
yang saat besar yaitu janji dimasukan ke dalam surga Allah sebagai balasan
atas perjuangannya bebas dari menahan nafsu yang dulu pernah dituruti.2
Pintu taubat selalu terbuka selama masih bernyawa. Kembali kepada
fitrah setelah melakukan kesalahan adalah hal yang seharusnya dilakukan
oleh setiap manusia. Unsur-unsur taubat seperti kesadaran dan pengakuan
dosa, memperbaiki diri dan berbuat kebaikan harusnya selalu diajarkan dan
disebarluaskan kepada masyarakat karena hal tersebut merupakan salah satu
hal terpenting dalam kehidupan ini. Hal itu terbukti dengan banyaknya ayat
Al-Qur’an dan Hadits yang membahas tentang taubat. Salah satunya adalah
hadits riwayat Bukhari “Rasulullah SAW bersabda: Demi Allah,
sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan tertobat kepada-nya
lebih dari 70 kali dalam sehari”3 yang menunjukan betap pentingnya
memohon ampun atas dosa yang pernah diperbuat.
Taubat menurut Murtdha Muthari lebih dari sekedar ucapan, siapa saja
dapat mengatakan bahwa ia telah bertaubat. Namun taubat sebernarnya tidak
hanya sebatas ucapatan semata karena taubat menyertakan psikologis,
spiritual, perubahan pikiran. Taubat yang sungguh-sungguh akan mendekatkan
kita kepada Allah.4 Dengan bertaubat, akan muncul keinganan selalu berbuat
kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan sehingga akan semakin dekat kepada
2 Sudirman Tebba, Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat (Banten: Penerbit Pustaka irVan, 2007), h. 2. 3 Sudirman Tebba, Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat, h. 7 4 Murtadha Muthahhari,Wacana Spiritual (Jakarta: CV Firdaus, 1991) h. 112.
4
Allah SWT. Banyak orang yang telah bertaubat hidupnya semakin tentram dan damai karena semakin mengenal Allah SWT dan terus memperbaiki diri.
Menurut Sudirman Tebba, orang yang bertaubat adalah orang yang beruntung karena Allah melimpahkan rahmat yang besar yaitu membersihkan jiwa-jiwa orang tersebut. selain diampuni dosanya, juga diberikan kebaikan- kebaikan di dunia dan diakhirat.5
Taubat sangatlah penting dan tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia karena kembali ke jalan Allah SWT sangatlah diperlukan mengingat sejatinya manusia terlahir dalam keadaan suci dan tanpa dosa. Saat ini, di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, banyak pula masyarakat yang semakin jauh dari Allah SWT. Banyak masyarakat yang bergelimang dosa. Taubat memanglah tidak mudah, dibutuhkan kebulatan tekad sehingga dosa yang ditinggalkan, tidak diulang kembali. Banyak masyarakat yang hari ini bertaubat, namun tidak kuat menahan godaan untuk melakukan dosa dimasa lalu tersebut di kemudian hari. Masyarakat perlu disadarkan kembali pentingnya bertaubat. Maka penelitian ini juga relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini.
Menyebarkan tentang taubat juga merupakan sebuah panggilan atau wujud dakwah. Dakwah berarti menyeru kepada kebaikan. Salah satu seruan kebaikan adalah mengajak orang lain kembali kepada fitrahnya sehingga meninggalkan keburukan dan melakukan kebaikan. Agar hidup menjadi lebih terarah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Apalagi di tengah
5 Sudirman Tebba, Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat, h. 5.
5
perkembangan zaman yang semakin pesat, permasalahan kehidupan semakin kompleks, banyak pengaruh positif maupun negatif diterima oleh setiap manusia bisa saja membuatnya semakin jauh dari ajaran islam sehingga nilai- nilai islam khususnya taubat harus semakin gencar dilakukan. Berdakwah bukan hanya dilakukan oleh para ustad di masjid-masjid tetapi juga dapat dilakukan oleh siapa saja.
Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan pentingnya berdakwah beserta caranya. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surah an-Nahl/16: 125 berikut:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Tafsir dari ayat tersebut menyatakan berdakwah atau menyeru kepada
Jalan Tuhan dapat menggunakan tiga cara yaitu dengan hikmah, mau’izhah, dan Jadilhum. Dalam kitab Al-Misbah, Hikmah berarti mengetahui hal yang utama dari segala sesuatu, baik perbuatan maupun pengetahuan. Sedangkan menurut Thabathaba’i, hikmah adalah pendapat yang tidak diragukan kebenarannya karena tidak mengandung keburukan. Mau’izhah berarti perkataan atau uraian yang baik serta dapat memberikan kebaikan bagi yang mengatakan maupun mendengarkan. Sedangkan jadilhum berasal dari kata jidal artinya diskusi. Dalam diskusi tersebut, dapat memberikan bukti-bukti
6
yang menguatkan pendapat sehingga dapat mematahkan argumen atau dalih
lawan diskusi.6
Firman Allah dalam An-Nahl ayat 125 menjelaskan cara-cara terbaik
dalam berdakwah. Cara-cara atau macam-macam dakwah bukan hanya
melalui perkataan secara langsung saja. Berdakwah banyak dilakukan pula
oleh para ulama besar melalui tulisan. Apalagi pada zaman kini di tengah
kesibukan masyarakat untuk menghadiri pengajian atau tausiah di masjid,
dakwah tetap harus berjalan. Nilai-nilai atau ajaran agama islam yang
universal juga dapat disosialisasikan lewat berbagai media apalagi dengan
perkembangan zaman yang semakin pesat. Nilai-nilai ajaran islam harus terus
disebarkan agar pembumian islam terus dapat dijalankan.
Media yang sering digunakan sebagai media dakwah adalah novel.
“Novel adalah cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari
kehidupan pelakunya yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau
menentukan nasibnya.”7 Novel adalah media dakwah yang cukup efisien
karena melalui novel, penulis dapat menuangkan pemikirannya lewat alur
cerita dan tokoh-tokoh yang ada didalamnya. Pembaca dapat merasakan,
berfikir dan menafsirkan sesuatu agar menjadi tahu sesuatu. Menurut kamus
besar bahasa indonesia, novel adalah karangan proses yang panjang
mengandung rangkaian cerita seseorang dengan orang-orang disekelilingnya
dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Cet. IV Jilid 6, (Jakarta: LenteraHati, 2011), h. 775. 7 Ismail Kusmayadi, Think Smarts Bahasa Indonesia, (Bandung: Media Grafindo Pratama, 2006), h.45.
7
Salah satu novel yang menarik dan memuat nilai-nilai ajaran islam dan syarat akan pesan taubat adalah Novel Bait Surau Karya Rakha Wahyu.
Dalam novel tersebut diceritakan lika-liku kehidupan tokoh yang dramatis namun ringan untuk dibaca dan tidak terkesan menggurui. Lika-liku kehidupan tokoh tersebut syarat akan nilai-nilai keislaman dan pentingnya kembali kepada Allah. Karena sejatinya manusia memang memerlukan bimbingan, ketenangan hati dan bermanfaat bagi sesama. Novel Bait Surau mengajak para pembaca untuk kembali introspeksi diri, menyadari kesalahan, merenungkan apa tujuan hidup di dunia dan akhirnya kembali ke jalan yang diridhoi Allah sehingga hidup menjadi tenang.
Perjalanan menggapai ketenangan dan tujuan hidup yang dialami oleh tokoh utama yaitu Romi dan tokoh-tokoh yang lain, penuh dengan nilai-nilai keislaman. Romi yang dianugerahi kekayaan namun sombong dan arogan serta menyia-nyiakan istri yang begitu setia kepadanya melakukan perjalanan ke
Desa Samadikun. Kemudian tinggal bersama keluarga yang sederhana yaitu
Abah yang berprofesi sebagai penjual batu nisan, Ramdhan bekerja sebagai nelayan dan siti yang tuna wicara.
Tinggal bersama keluarga yang sederhana namun tentram dan taat beribadah tersebut membuat Romi pelan-pelan belajar agama hingga suatu saat menemukan surau yang sudah rapuh di desa tersebut. Romi akhirnya belajar mengaji dan berniat membangun surau tersebut. Walau pada akhirnya,
Romi belum sempat menggunakan surau tersebut karena kapal nelayannya terbalik dilautan, namun surau tersebut menjadi bukti titik balik Romi mengenal Tuhannya.
8
Masyarakat dapat mencontoh dan mengambil banyak pelajaran dari
novel tersebut. Novel karya Rakha Wahyu tersebut terbit pada tahun 2012.
Eksistensi dan popularitas novel tersebut di tengah-tengah masyakat semakin
menarik. Apalagi cerita tersebut juga diangkat menjadi sebuah film dan tayang
di bioskop-bioskop pada tanggal 20 Oktober 2015. Sehingga semakin banyak
masyarakat yang dapat menikmati dan mengambil pelajaran yang terkandung
di dalamnya. Berdasarkan konteks di atas, penulis akan meneliti “ANALISIS
WACANA TAUBAT DALAM NOVEL BAIT SURAU KARYA RAKHA
WAHYU”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Peneliti akan memberikan fokus penelitian atau batasan masalah
pada wacana taubat yang terkandung dalam novel Bait Surat Karya Rakha
Wahyu yang terdiri dari 9 sub bab, yang diterbitkan oleh Two Synergy
Publisher tahun 2012.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis
merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
a. Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau Karya Rakha
Wahyu dilihat dari dimensi teks?
b. Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau Karya Rakha
Wahyu dilihat dari dimensi kognisi sosial?
9
c. Bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha
Wahyu dilihat dari dimensi konteks sosial?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau
karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi teks.
b. Untuk mengetahui bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau
karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi kognisi sosial.
c. Untuk mengetahui bagaimana wacana taubat dalam Novel Bait Surau
karya Rakha Wahyu dilihat dari dimensi konteks Sosial.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
positif bagi bidang keilmuan dalam mengkaji wacana taubat yang akan
disebarkan kepada masyarakat luas
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meninspirasi dan memberikan
masukan serta menambah wawasan kepada mahasiswa, dan
masyarakat untuk berperan aktif dalam menyebarkan pesan-pesan
keislaman khususnya tentang taubat termasuk dalam bentuk novel.
10
D. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma menurut Bogdan dan Biklen adalah konsep atau prosisi
yang mengarahkan cara berfikir dari suatu penelitian.8 Paradigma disebut
juga dengan perspektif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
paradigma kritis. Paradigma kritis adalah paradigma yang lahir sebagai
kritik terhadap paradigma kontruktivisme yang dipandang kurang sensitif
pada proses produksi dan reproduksi makna secara historis maupun
intitusional. Pada teori kritis, tidak berpusat kepada keberanan struktuk
bahasa, simbol ataupun penafsiran.
Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipahami
sebagai studi bahasa semata. Bahasa tidak hanya dipandang dari aspek
kebahasaan tetapi juga dicurigai digunakan dengan tujuan dan praktik
tertentu. Termasuk praktik kekuasaan.9
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan menggunakan analisis wacana sebagai pisau analisis.
Hasil dari metode kualitatif adalah deskriptif berupa teks maupun kata-kata
dan perilaku orang yang dapat diamati.10
8 Mohammad Kasiram, Metodologi Penelitian Kuantitif-Kualitatif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 37. 9 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2001) h 7. 10 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisis Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 3.
11
Pada metode kualitatif, yang digali dan ditekankan oleh peneliti
adalah pertanyaan bagaimana. Menurut Burhan Bungin “Pendekatan
kualitatif ini memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang
mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
masyarakat.”11
Dalam penelitian komunikasi, seharusnya mampu mengungkap
makna yang terkandung dalam suatu materi atau pesan komunikasi, salah
satunya menggunakan metode analisis wacana.
“Wacana menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah percakapan, komunikasi verbal, keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan, satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti buku ilmiah, laporan riset yang komunikatif, buku-buku pembahasan tertentu, artikel, naskah, ceritera, polemik, perdebatan, kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis, pertukaran ide secara verbal, kemampuan memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat, teks dan lain sebagainya.”12
Analisis wacana adalah alternatif dari analisis isi konvensional yang
pada umumnya hanya menggali muatan teks yang bersifat nyata. Analisis
wacana menggali pesan yang tersembunyi artinya yang menjadi perhatian
tidak sekedar teks melainkan makna. Jika dalam analisis isi yang terpenting
adalah apa yang dikatakan, maka dalam analisis wacana adalah bagaimana
dan dengan cara apa dikatakan.13 Sehingga analisis wacana biasa disebut
sebagai analisis tambahan dari analisis isi karena lebih lengkap dan
mendalam. Jika analisis isi biasa menggunakan metode kuantitatif, analisis
wacana menggunakan metode kualitatif.
11 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 23. 12 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008). h. 1552. 13 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta:Rajawali Pers,2000) h.152.
12
Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan model analisis wacana
Teun A. Van Dijk. Model Van Dijk juga biasa disebut sebagai kognisi
sosial. Analisis wacana Teun A. Van Dijk menekankan pada tiga dimensi
yaitu wacana teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Dalam dimensi teks,
diteliti bagaimana struktur teks. Dalam kognisi sosial, dipelajari bagaimana
proses teks yang melibatkan kognisi penulis terhadap hal yang digarapnya.
Dalam konteks sosial mempelajari bagaimana wacana tersebut berkembang
dalam suatu masyarakat. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak
cukup hanya pada teks, karena teks dihasilkan dari suatu praktik produksi
yang harus diamati.14 Sehingga dalam penelitian Van Dijk, diamati pula
latar belakang penulis atau wartawan yang menulis suatu teks berita.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Novel Bait Surau Karya Rakha
Wahyu. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah wacana taubat dari
segi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan teknik
wawancara. Wawancara adalah salah satu metode untuk mengumpulkan
data dari orang selaku subjek yang meliliki hubungan yang sesuai dengan
masalah yang akan diteliti.15 Wawancara digunakan untuk memeroleh data
kognisi sosial dan konteks sosial. Penulis melakukan wawancara dengan:
1. Rakha Wahyu (penulis Novel Bait Surau).
14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar teks Media h. 221. 15 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif ( Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2007), h. 132.
13
2. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA (Guru Besar Tasawuf UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta)
3. Hj. Nunung Khairiyah, MA (Dosen Ilmu Dakwah Fakultas llmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
4. Lena Suarni (pembaca Novel Bait Surau).
5. Arrum Prabuningtias (pembaca Novel Bait Surau).
6. Ulfi Nursa (pembaca Novel Bait Surau).
5. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis wacana Teun
A. Van Dijk yaitu meneliti dari analisis teks, kognisi sosial dan konteks
sosial. Dalam analisis teks terbagi menjadi struktur makro, superstruktur
dan struktur mikro. Struktur makro adalah makna global atau umum dari
keseluruhan teks yang amati dalam suatu teks, elemennya tematik atau
topik. Superstuktur meliputi kerangka suatu teks. Struktur Mikro adalah
makna kecil atau lokal yang dapat diamati. Hal tersebut tentu dilihat dari
bagian kecil dalam teks seperti kata yang digunakan, kalimat serta gaya
tulisan.16
Kognisi sosial, menjelaskan bagaimana penulis mengetahui dan
memahami peristiwa yang sedang digarapnya. Kemudian, konteks sosial,
mengetahui bagaimana masyarakat memandang sebuah wacana tersebut.
E. Tinjauan Pustaka
16 Eriyanto, Analisis Wacana:Pengantar Analisis Teks Media, h. 227.
14
Dalam melakukan penelitian, Peneliti menggunakan tinjauan Pustaka
sebagai berikut:
1. Skripsi Muhammad Sukamdi, 2010. Mahasiswa Bimbingan dan
penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang dengan judul “KONSEP TAUBAT MENURUT
HAMKA DALAM PERSPEKTIF KESEHATAN MENTAL (ANALISIS
BKI)”17
2. Skripsi Agus Muzakki Yamani, 2014. Mahasiswa Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan judul “PESAN TAUBAT
PADA LIRIK LAGU NASYID EDCOUSTIK DALAM ALBUM
SEPOTONG EPISODE”18
3. Skripsi Ika Kurnia Utami, 2013. Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan judul “SEMIOTIKA
TAUBAT DALAM FILM “MAMA CAKE””19
17 Muhammad Sukamdi, “Konsep Taubat menurut Hamka dalam Perspektif Kesehatan Mental (Analisis BKI),” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2010), tersedia di http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/91/jtptiain-gdl- muhamadsuk-4532-1-skripsi-p.pdf internet; diunduh pada 13 Februari 2017 18 Agus Muzzaki Yamani, “Pesan Taubat pada Lirik Lagu Nasyid Edcoustik dalam Album Sepotong Episode” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogjakarta, 2014) terdapat di http://digilib.uin- suka.ac.id/14949/1/10210026_bab-i_iv-atau-v_daftar-pustaka.pdf internet; diunduh pada 13 Februari 2017 19 Ika Kurnia Utami, “Semiotika Taubat dalam film “Mama Cake””, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013) , tersedia di http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27715/1/IKA%20KURNIA%20UTAMI -FDK.PDF internet; diunduh pada 13 februari 2017
15
Tabel 1
Tinjauan Pustaka
Penelitian Judul Penulis/Tahun Metode/Te Temuan Terdahulu /Lembaga ori Konsep Taubat Muhammad Kualitatif/ Mengonsepkan Menurut Sukamdi/2010 Studi taubat menurut Hamka Dalam /Fakultas Ilmu Pustaka/ Hamka melalui Perspektif Dakwah, Conten data-data atau studi Kesehatan Institut Analisis pustaka. Mental Agama Islam (Analisis BKI) Negeri Walisongo Semarang Pesan Taubat Agus Kualitatif/ Menganalisis pesan Pada lirik Lagu Muzakki Semiotika taubat yang Nasyid Yamani/2014/ Model terdapat dalam tiga Edcustik Dalam Fakultas Ilmu Ferdinan lirik lagu nasyid Album Dakwah dan de dalam Album Sepotong Komunikasi, Saussure Sepotong Episode Episode UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Semiotika Ika Kurnia Kualitatif/ Menganalisis tanda Taubat Dalam Utami/2013 Semiotika dan petanda taubat Film “Mama Fakultas Ilmu model yang terdapat Cake” Dakwah dan Rolland dalam film Mama Komunikasi/ Barthes Cake. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Penelitian Analisis Winarni/2017/ Kualitatif/ Menganalisis Peneliti Wacana Taubat Fakultas Ilmu Analisis wacana taubat yang Dalam Novel Dakwah dan Wacana terdapat dalam Bait Surau Ilmu Model novel Bait Surau Karya Rakha Komunikasi Teun A. karya rakha Wahyu Wahyu UIN Syarif Van Dijk dilihat dari dimensi Hidayatullah teks, kognisi sosial Jakarta dan konteks sosial.
16
F. Sistematika Penulisan 1. Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini, terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian
(paradigma penelitian, metode penelitian, subjek dan objek penelitian,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data), tinjauan pustaka, serta
sistematika penulisan.
2. Bab II Kerangka Teori
Pada bab ini, penulis akan membahas seputar teori yang digunakan
sebagai pisau analisis. Bab ini berisikan tentang tinjauan umum
pengertian analisis wacana, teori analisis wacana Teun A. Van Dijk yang
membongkar isi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Membahas
tinjauan umum novel sebagai karya fiksi yaitu pengertian novel, unsur-
unsur instrinsik dan ekstrinsik novel, Membahas taubat yaitu pengertian
taubat, macam-macam taubat, tanda- tanda taubat dan klasifikasi dosa.
3. Bab III Gambaran Umum: Rakha Wahyu dan Novel Bait Surau
Pada bab III meliputi profil Rakha Wahyu, karya-karya Rakha
Wahyu dan sinopsis Novel Bait Surau.
4. Bab IV Temuan dan Analisis Data
Pada bab IV meliputi analisis wacana taubat dalam Novel Bait
Surau karya Rakha Wahyu menurut analisis wacana Teun A. Van Dijk
yang membongkar dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial.
Struktur teks terbagi menjadi stuktur makro, superstruktur dan struktur
mikro. Sedangkan kognisi sosial menjelaskan bagaimana Rakha Wahyu
17
mengetahui dan memahami konsep taubat. Kemudian konteks sosial
menjelaskan bagaimana konsep taubat tersebut berkembang dan
dimaknai oleh masyarakat.
5. Bab V Penutup
Pada bab V meliputi kesimpulan yang menjawab pertanyaan yang
terdapat pada bab 1 serta saran dari penulis.
BAB II
KERANGKA TEORI
A. Analisis Wacana 1. Pengertian Analisis Wacana
Istilah wacana sering ditemui dalam lingkup komunikasi. Secara
etimologi, wacana berasal dari bahasa sansakerta yaitu wac, wak, vak
yang berarti berkata atau berucap. Kemudian diberi bentuk akhiran ana.
Sehingga wacana berarti perkataan atau tuturan.1
Wacana selalu dihubungkan dengan ucapan atau tulisan, seperti
nasihat, risalah dan sebagainya.2 Analisis wacana sebagai sebuah kajian
bahasa yang akan membongkar makna dalam suatu teks tidak dapat
terlepas dari kajian linguistik atau kebahasaan sendiri, maupun etnografi
atau kajian kehidupan dan kebudayaan serta latar belakang penulis teks
tersebut.
Analisis wacana atau discouse analysis adalah cara yang digunakan
untuk membongkar makna atau pesan komunikasi yang terdapat dalam
suatu teks baik secara tekstual maupun kontekstual. Sehingga makna yang
digali dari sebuah teks atau pesan komunikasi tidak hanya dilihat dari teks
yang sudah jelas tertulis semata tetapi lebih dari itu.3 Berbeda dengan
analisis isi atau conten analysis yang berfokus kepada tekstual, analisis
1 Dedy Mulyana, Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Pinsip-Prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h. 3. 2 Munawar Syamsudin Aan, Resolusi Neo-Metode Riset Komunikasi Wacana (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 48. 3 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: Lkis, 2007), h. 170.
18 19
wacana tidak hanya meneliti yang makna yang tersurat dalam teks tetapi
juga yang tersirat. Sehingga membongkar makna yang terkandung dalam
pesan komunikasi secara tekstual maupun kontekstual.
Dalam sebuah wacana, tidak mengherankan jika makna yang
dibongkar dari suatu pesan yang terkandung dalam sebuah pesan
komunikasi tidak hanya dilihat dari teks yang tertulis maupun ucapan
langsung semata karena ada hal lain yang turut memengarui teks atau
ucapan tersebut. Sebuah kepercayaan, nilai dan kategori lain yang
mewakili pandangan organisasi atau berkaitan dengan pengalaman akan
memengaruhi komunikasi lisan maupun tulisan. Hal tersebutlah yang
disebut wacana menurut Roger Fowler.4
2. Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Model Van Dijk adalah model yang cukup menarik karena
menurut model yang sering disebut sebagai kognisi sosial ini, penelitian
mengenai wacana tidak hanya terbatas pada teks semata. Karena teks
yang ada merupakan hasil dari sebuah praktik produksi. Teks yang tertulis
adalah teks yang telah ditulis oleh pembuat teks sehingga pengetahuan
dari pembuat teks tersebut turut memengaruhi mengapa dapat tercipta teks
yang demikian. Maka proses dari pembuatan teks atau produksi teks
tersebut juga menarik untuk diteliti karena melibatkan proses yang
kompleks.5
4 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media (Yogyakarta: LKis, 2001), h. 2. 5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media h. 222. 20
Dalam suatu penelitian media, dapat ditemukan beberapa teks yang
menyingkirkan atau menangkat suatu kaum. Hal tersebut sebenarnya
menarik untuk diteliti mengapa teks tersebut dapat hadir. Apa alasan
mengapa teks tersebut dapat hadir. Misalnya saat teks dalam suatu berita
yang memarginalkan wanita, kognisi sosial berfungsi untuk menunjukan
bagaimana sebenarnya proses produksi atau penulisan teks tersebut oleh
wartawan dan bagaimana nilai-nilai yang umumnya berkembang dalam
masyarat mengenai kedudukan wanita dan laki-laki yang memengaruhi
pikiran dan pengetahuan wartawan tersebut dalam menulis.6
Model Van Dijk mempunyai tiga dimensi yaitu teks, kognisi sosial
dan konteks sosial. maka ketiga dimensi tersebut saling berkaitan. Dalam
penelitian model Van Dijk, untuk membongkar dimensi teks maka teks
yang akan diteliti tersebutlah yang menjadi fokus penelitian. Setelah
diteliti dengan melihat bagaimana struktur teks dan stategi wacana dalam
teks tersebut maka dapat diliat tema atau topik tertentu yang ingin
disampaikan oleh pembuat teks. Pada dimensi kognisi sosial, dibongkar
bagaimana sebenarnya proses prosuksi teks tersebut hal ini akan
membuktikan bagaimana sebenarnya pikiran dan pengetahuan dari
pembuat teks. sedangkan dalam dimensi kognisi sosial melihat bagaimana
sebenarnya suatu wacana berkembang dalam masyarakat dan bagaimana
masyarakat menilai wacana tersebut.7
6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media h. 222. 7 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 224. 21
3. Kerangka Analisis Wacana Teun A. Van Dijk
Teori Van Dijk terdiri atas elemen teks, kognisi sosial dan konteks
sosial yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan.
a. Teks
Tabel 2 Stuktur teks Van Dijk8 Stuktur Makro Makna global atau keseluruhan atau umum yang diamati dari teks hasilnya merupakan tema atau topik yang terdapat dalam teks tersebut. Superstuktur Kerangka suatu teks, biasanya terdiri dari bagian pendahuluan, isi, penutup dan kesimpulan. Stuktur Mikro Makna lokal yang terdapat dalam diksi, kalimat atau gaya penulisan dalam suatu teks.
Menurut tabel diatas, dimensi teks menurut Van Dijk terbagi
menjadi tiga tingkatan yaitu:
1) Struktur Makro adalah makna global atau umum, atau keseluruhan
yang terdapat dalam suatu teks, makna tersebut didapat dari tema
besar yang dikedepankan atau ditegaskan atau paling sering di
tonjolkan dalam sutu teks berita.
2) Superstuktur berkaitan dengan kerangka atau stuktur yang
membangun suatu teks yang saling berhubungan menjadi bangunan
teks yang utuh.
8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 227 22
3) Stuktur mikro melihat lebih detail dan mengamati bagian-bagian
kecil yang terdapat dalam suatu teks misalnya kata, prosisi, anak
kalimat, parafrase, dan gambar.9
Menurut Van Dijk, elemen-elemen atau struktur teks yang
terdapat dalam dimensi teks tersebut saling berkaitan erat dan
merupakan satu kesatuan utuh yang dapat diamati. Bagian kecil atau
detail sekalipun harus diamati karena dapat membongkar bagian yang
lebih umum atau global. Maka pilihan kata atau diksi, kalimat dan
elemen lain dalam struktur mikro sebenarnya dapat menjawab tema
global yang struktur makro dalam suatu teks. saat mengamati suatu
teks, berarti bukan hanya melihat bagaimana suatu wacana atau
peristiwa diliput kemudian disebarkan oleh suatu media tetapi juga
melihat bagaimana kata-kata yang digunakan oleh media tersebut
dalam memuat berita. Bagaimana suatu media menyajikan suatu
peristiwa atau berita kepada masyarakat dengan pilihan kata dan gaya
bahasa tertentu. Pilihan kata yang dipilih oleh media atau si pembuat
berita adalah cara untuk memengaruhi pendapat umum atau opini
publik terhadap suatu peristiwa, dengan harapan menciptakan
dukungan masyarakat misalnya. Memperkuat kekuasaan atau bahwa
menyingkirkan lawan.10
9 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h.226. 10 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h.226. 23
Tabel 3 Elemen wacana Van Dijk dimensi teks11
Stuktur Wacana Hal yang diamati Elemen Stuktur Makro Tematik Topik Tema/ Topik yang ditonjolkan dalam teks berita Superstruktur Skematik Skema Bagaimana kerangka atau skema suatu teks dibuat
Struktur Mikro Semantik Latar, Detail, Makna yang ingin ditonjolkan Maksud, dengan membuat detail Praanggapan, sehingga suatu topik tertentu Nominalisasi lebih terlihat lebih jelas (eksplisit) sedangkan yang lainnya tersirat (implisit) . atau memperbanyak suatu bagian dan menyingkirkan bagian lain
Stuktur Mikro Sintaksis Bentuk Kalimat, Bagaimana kalimat (bentuk, Koherensi, Kata susunan kalimat) yang dipilih ganti Stuktur Mikro Stilistik Leksikon Bagaimana pilihan kata yang digunakan dalam teks berita Stuktur Mikro Retoris Grafis,Metafora,
11 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 228. 24
Bagaimana dan dengan cara Eekspresi penekanan dilakukan untuk menonjolkan bagian atau tema tertentu
Dimensi teks dalam teori Van Dijk terdiri dari tiga tingkatan
atau skruktur yaitu struktur makro, superstruktur dan struktur mikro.
Struktur wacana makro berarti makna global sehingga elemen yang
diamati adalah tematik atau topik yang dikedapankan dalam sebuah
berita. Tematik berarti gambaran umum, gagasan inti yang utama dari
suatu teks berita. Topik menggambarkan apa yang ingin disampaikan
oleh wartawan dalam berita tersebut.12
Superstruktur mengamati skema atau kerangka yang
membentuk suatu teks mulai dari pendahuluan, isi, penutup
kesimpulan. Dalam penulisan skema yang membentuk sebuah alur
cerita yang berhubungan dan memiliki satu kesatuan arti. Dapat dilihat
mana bagian yang lebih banyak ditonjolkan dan mana bagian yang
sedikit dibahas. 13
Struktur Mikro berarti Makna lokal dari suatu teks yang dapat
diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu
teks. Struktur wacana mikro mengamati beberapa hal diantaranya
semantik yaitu makna yang ingin ditekankan dalam suatu teks.
12 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 229. 13 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 234. 25
Elemen yang diamati dalam semantik yaitu latar, detail, maksud,
praanggapan, dan nominalisasi.
Latar merupakan hal yang penting untuk diamati karena dapat
mengungkapkan ke arah mana opini masayarakat akan dibawa
melalui teks yang gambarkan. Terkadang, Penulis teks tidak secara
langsung menuliskan maksud yang ingin ditonjolkan namun saat
melihat latar, maka akan terlihat ke arah mana teks tersebut dibawa
dan apa maksud sebenarnya yang diinginkan oleh pembuat teks.14
Elemen detail dan maksud berkaitan erat dengan mana topik
atau bagian yang lebih banyak ditonjolkan dan bagian mana yang
sedikit ditulis. Biasanya bagian yang menguntungkan pembuat teks
akan ditulis dengan jelas, banyak, dan berulang. Namun topik atau
bagian yang merugikan akan ditulis dengan porsi yang sedikit bahkan
menggunakan kata-kata yang berbelit-belit. Sedangkan bagian yang
mungkin saja merugikan pihak lain namun menguntungkan pembuat
teks akan ditulis lebih jelas, panjang dan frequensi kemunculannya
lebih banyak di setiap bagian.15
Struktur mikro juga mengamati sintaksis, melihat bagaimana
kalimat disusun dan dipilih. Elemen yang diamat dalam sintaksis
struktur wacana mikro yaitu bentuk kalimat, koheransi dan kata ganti.
Bentuk kalimat menunjukan apakah maksud suatu teks digambarkan
secara jelas atau tersembunyi. Dalam segi penulisan, bentuk kalimat
aktif maupun pasif atau bentuk deduktif maupun induktif adalah
14 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 235. 15 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 238. 26
benar. Namun jika diamati, bentuk kalimat akan berkaitan dengan
kesan apa yang ingin ditonjolkan oleh pembuat berita. Misalnya ada
sebuah kasus yang melibatkan A dan B. Apakah A yang menjelaskan
B. Ataukah B yang menjelaskan A.16
Elemen Koheransi pertalian atau hubungan antar kata yang
terdapat dalam teks. Kohenransi akan menjelaska apakah suatu
peristiwa yang terdapat dalam teks tersebut merupakan peristiwa
sebab akibat, saling terpisah atau berhubungan. Elemen kata ganti
untuk menciptakan kesan bahwa pendapat komunikator adalah
pendapat umum dan juga merupakan pendapat komunikan.
Selain itu, struktur Mikro juga mengamati stilistik yaitu
melihat bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita.
Elemen yang diamatinya yaitu Leksikon. Leksikon dapat menunjukan
suatu ideologi atau sikap tertentu dari cara seseorang memilih suatu
kata dari kemungkinan kata yang lain. Dengan memilih satu kata
untuk menggambarkan satu peristiwa dapat memengaruhi masyarakat
untuk mengikuti ideologi atau sikap tertentu.17
Struktur Mikro juga mengamati Retoris, membongkor cara dan
bagaimana penekanan dilakukan dalam suatu teks berita. Elemennya
berupa grafis, metafora dan ekspresi.
Elemen grafis melihat suatu teks apakah ada teks yang berbeda
dari teks lainnya misalnya dengan tanda baca, jenis dan ukuran huruf
16 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 251. 17 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media,h. 255. 27
yang berbeda seperti digaris bawahi, dicetak miring, huruf tebal atau
menggunakan gambar, grafik, tabel, diagram dan sebagainya.18
Elemen Metafora digunakan untuk memperkuat suatu berita
yang ditulis oleh seorang wartawan atau pembuat teks. lewat
metafora, wartawan mencari pembenaran lain yang dapat menguatkan
gagasannya dalam tulisan misalnya lewat ayat Al-Qur’an yang
menunjukan adanya kesesuaian dengan gagasan berita yang ditulisnya
atau lewat kiasan, ungkapan sehari-hari, pepatah, peribahasa, kata-
kata kuno yang berkembang dalam masyarakat.19
b. Kognisi Sosial
Agar dapat membongkar makna yang tersembunyi dalam suatu
teks, maka diperlukan pula kognisi sosial dan konteks sosial. karena
teks dihasilkan dari sebuah proses produksi atau pembuatan teks itu
sendiri. Teks dihasilkan lewat kesadaran mental, prasangka serta
pengetahuan penulis dan pembaca yang ikut memaknai peristiwa
hingga terciptanya sebuah teks yang bermakna sedemikian rupa.20
Tabel 4 Skema atau model Kognisi Sosial Van Dijk21 Skema Person (Person Schemas) yang menggambarkan seseorang menilai orang lain. Saat seseorang menilai orang lain yang berbeda dengannya baik dari segi agama, ras atau lainnya besar kemungkinan perbedaan tersebut memengaruhi tulisan yang dibuatnya. Skema diri (Self Schemas) yang berhubungan dengan bagaimana diri sendiri dipandang, dipahami dan dinilai oleh orang lain.
18 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 257. 19 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 259. 20 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 260. 21 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 262.
28
Skema Peran (Role Schemas). Yang menggambarkan bagaimana seseorang menilai suatu peran atau peristiwa yang seharusnya terjadi dalam masyarakat. Misalnya bagaimana memandang atau menilai kedudukan perempuan seharusnya dalam masyarakat akan memengaruhi tulisan dalam berita Skema Peristiwa (Event Schemas). Skema yang berkaitan dengan peristiwa atau kejadian tertentu.
Menurut Van Djik, skema digunakan untuk memahami suatu
peristiwa. Skema sangat berkaitan erat dengan pengalaman dan
sosialisasi sehingga terciptanya struktur mental yang digunakan untuk
memandang manusia, peranan sosial dan peristiwa tertentu.22
Selain model atau skema, hal yang penting dalam kognisi
sosial menurut Van Dijk adalah memori. Memori biasa dikenal
dengan kata ingatan. Memori gunakan untuk berfikir tentang sesuatu
dan mengetahui tentang sesuatu. Memori terbagi menjadi dua yaitu
memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka
pendek digunakan untuk mengingat seseuatu. Memori jangka panjang
terbagi lagi menjadi dua yaitu memori episodik dan memori semantik.
Memori episodik berkaitan dengan pengalaman diri sendiri sedangkan
memori semantik berkaitan dengan pengetahuan tentang alam dunia
atau realitas kehidupan yang terjadi.23
22 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 261 23 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 265 29
c. Konteks Sosial
Konteks sosial merupakan dimensi ketiga dari analisis Van
Djik. Melihat wacana yang berkembang dan dibangun dalam
masyarakat dengan analisis intertual. Misalnya saat melihat wacana
tentang gender maka diamati bagaimana pemberitaan media
mengenai gender yang beredar dalam masyarakat. Bagaimana
point penting mengenai gender disepakati bersama. Konteks sosial
erat kaitannya dengan legitimasi atau kekuasaan alias kepemilikan
modal untuk menyebarkan berita tentang suatu isu. Erat pula
dengan kekuasaan dan kebebasan akses memperoleh dan
menyebarkan suatu isu kepada masyarakat.24
B. Novel Sebagai Karya Fiksi
1. Pengertian Novel
Novel secara etimologi berasal dari bahasa italia yaitu novella yang
berarti sebuah barang baru yang kecil yang kini diartikan sebagai prosa
yang tidak terlalu panjang maupun terlalu pendek alias sedang,
mencerminkan kehidupan nyata atau realistis, bahasanya puitis dan epik
atau mencerminkan riwayat perjuangan.25 kelebihan novel yang tidak
terlalu pendek dan tidak terlalu panjang adalah penulis novel dapat
mencurahkan isi fikirannya dengan leluasa, namun pembaca juga tidak
mudah bosan akibat cerita yang terlalu panjang atau terlalu tebal.
24 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 271 25 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, h. 9. 30
Novel pertama kali berkembang pada abad ke 18 dikalngan kaum
Borjuis Inggris. Sedangkan di Indonesia berkembang pesat pada tahun
1970-an.26 Perkembangan novel di Indonesia cukup pesat apalagi di
wilayah minang, selain banyak bernuansa romantisme, novel dijadikan
pula sebagai wadah untuk menyalurkan nilai-nilai kebaikan kepada
masyarakat. Misalnya novel di bawah lindungan ka’bah karya Hamka.
2. Unsur-Unsur Instrinsik dan Ekstinsik Novel
Unsur instrinsi adalah unsur yang terdapat dalam karya sastra dan
membangun karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah
unsur yang terdapat di luar karya sastra namun memengaruhi penulisan
karya sastra tersebut. Unsur ekstrinsik novel diantaranya adalah keadaaan
pibadi atau subjektif dari pengarang karya sastra tersebut misalnya
pandangan hidup, psikologis saat menulis, sosial ekonomi, bahkan politik
yang sedang berkembang yang ikut memengaruhi tulisan.27
Unsur intrinsik novel diantaranya:
a. Tema
Tema adalah ide dasar yang membangun sebuah cerita yang
terus dikembangkan sehingga menjadi gagasan besar atau menjiwai
keseluruhan bagian cerita, tema biasanya dapat dilihat dari motif-motif
26 Jakob Sumardjo, Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977 (Bandung: Penerbit Alumi, 1999), h. 12. 27 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: Gajah Mada University press, 1995), h. 24. 31
atau jalan cerita yang menimbulkan suatu konflik, periwtiwa demi
peristiwa atau suatu tertentu dalam suatu karya.28 b. Alur (Plot)
Alur ataur plot adalah jalan cerita. Rangkaian peristiwa yang
yang saling berhubungan dan merupakan kejadian sebab-akibat.29 c. Tokoh
Tokoh menunjukan pelaku, aktor yang terdapat cerita. Layaknya
kehidupan manusia pada kisah nyata, melalui ekspresi atau tindakan
yang digambarkan dalam sebuah cerita, aktor memiliki kualitas moral
tertentu. Adapun tokoh dibedakan menjadi:
1) Tokoh utama dan tokoh tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak muncul atau
diceritakan. Tokoh tambahan lebih sedikit kemunculannya dalam
cerita.30
2) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Tokoh Progonis adalah tokoh yang digambarkan memiliki
watak, perbuatan baik , ucapan baik dan sifat-sifat baik lainnya
yang sesuai norma-norma yang disukai pembaca. Tokoh antagonis
adalah tokoh yang memiliki watak buruk, ucapan serta
perbuatannya jauh dari norma-norma yang disukai pembaca dan
28 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.68. 29 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 113. 30 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 32
bertentangan dengan tokoh progagonis. Biasanya tokoh antagonis
menimbulkan konflik, kerusuhan dan sebagainya.31
3) Tokoh sederhana dan tokoh bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu
watak atau karakter tertentu. Tokoh bulat adalah tokoh yang lebih
banyak diceritakan sehingga watak dan tingkah lakunya
kemungkinan tergambar lebih kompleks dan bermacam-macam.32
4) Tokoh statis dan tokoh berkembang
Tokoh statis adalah tokoh yang yang tidak mengalami
perubahan perwatakan. Dari awal cerita hingga akhir tokoh
tersebut hanya memiliki watak baik atau buruk saja. Tokoh
berkembang adalah tokoh yang wataknya berubah sesuai peristiwa
cerita atau kisah yang terjadi padanya.33 Misalnya saat awal cerita,
tokoh tersebut memuliki watak buruk, namun peristiwa demi
peristiwa yang terjadi akhirnya tokoh tersebut berubah menjadi
baik.
5) Tokoh tipikal dan tokoh netral
Tokoh tipikal lebih banyak ditambarkan sisi sosialnya
seperti bagaimana pekerjaannya atau kebangsaannya sedangkan
kehiduapan pribadinya tidak terlalu ditonjolkan. Tokoh netral
adalah khayalan yang hanya ada dalam dunia fiksi.34
31 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 32 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 33 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 34 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.164. 33
d. Latar
Latar atau setting memberikan pijakan cerita secara konkrit dan
jelas berhubungan dengan tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat
terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.35 e. Sudut Pandang. 36
Sudut pandang kaitannya dengan siapa yang menceritakan dan
dari posisi mana cerita tersebut diceritakan. Adapun macam-macam
sudut pandang diantaranya:
1) Sudut pandang pesona ketiga “Dia”
Narator atau pengarang adalah orang yang berada diluar cerita
dan hanya menceritakan tokoh tokoh dalam cerita menggunakan
kata ganti dia, mereka atau orang posisi orang ketiga. Sudut
pandang “Dia” dibedakan menjadi:
a) “Dia mahatahu”
Narator menceritakan semua tentang dia atau tokoh-tokoh yang
ada. Narator tahu semua hal tentang dia.
b) “Dia terbatas”, “dia” sebagai pengamat
Narator tahu segala hal tentang satu tokoh saja.
2) Sudut pandang pesona “Aku”
Narator atau pengarang bertindak sebagai “Aku”. Narator
seolah-olah menceritakan kehidupan pribadinya sendiri seperti
sedang bercerita tentang dirinya terhadap apa yang dirasakan, serta
35 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h.230, 36 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 256. 34
sikpanya terhadap tokoh lain dalam cerita. Sudut pandang pesona
pertama dibedakan menjadi:
a) “Aku” tokoh utama
b) “Aku” tokoh tambahan
3) Sudut pandang campuran
Penggunan sudut pandang campuran berarti pengarang
menceritakan peristiwa dalam novel atau karya sastra lewat
berbagai teknik37
f. Amanat
Amanat adalah pesan moral yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca lewat karya sastranya.38 Melalui cerita, karakter dan
tingkah laku tokoh, pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah
yang terkandung didalamnya.
g. Gaya Bahasa agar mengandung nilai lebih.
C. Taubat
1. Pengertian Taubat
Taubat secara etimologi berasal dari kata taaba menjadi tawaba
yang berarti pulang, kembali, dan penyesalan.39 Sedangkan taubat menurut
para ahli adalah:
37 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 256. 38 Burhan Nurgianto, Teori Pengkajian Fiksi, h. 321. 39 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007), h. 9. 35
Menurut Abu Hamid al-Ghazali taubat adalah panasnya isi perut,
panasnya api yang menyala dalam hati karena perbuatan dosa. Taubat
dilihat dari makna meninggalkan berarti meninggalkan maksiat dan
melakukan ketaatan.40 Sedangkan menurut Ibnu Qayyaim, “taubat adalah
meninggalkan segala sesuatu yang dibenci Allah, menuju kepada sesuatu
yang di cintai-Nya baik secara lahir maupun batin.”41
Menurut Ibnu Hajar, taubat adalah berkaitan pula dengan perilaku
kepada sesama makhluk. Setelah mengetahui kehinaan perbuatan dosa
yang pernah dilakukan, maka segara ditinggalkan, menyesali perbuatan
dosa tersebut dan berkeinginan keras tidak mengulanginya lagi.
Sedangkan yang berkaitan dengan sesama makhluk, misalnya telah
mengambil barang yang bukan haknya, maka segera dikembalikan serta
meminta maaf telah mengambil barang tersebut.42
Taubat juga dapat diartikan meninggalkan perbuatan dosa karena
mengetahui kehinaannya, menyesal karena pernah melakukannya, dan
berkeinginan keras dalam hati untuk tidak mengulanginya andaipun
mampu untuk mengulanginya. Mengirinya dengan amalan baik yang dulu
diabaikan dan melaksanakan kewajiban-kewajiban yang pernah
ditinggalkan karena ikhlas kepada Allah SWT, mengharapkan pahala-Nya,
40Abu Hamid al-Ghazali disebut dalam syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah, h. 11. 41 Ibnu Qayyim disebut dalam syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah, h. 12. 42 Ibnu Hajar disebut dalam syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah , h. 13. 36
dan takut terhadap siksaan-Nya. Semuanya dilakukan selama nyawa belum
sampai ditenggorokan dan matahari belum terbit dari arah barat.
2. Macam-Macam Taubat
Menurut Dzun Nun Al-Mihri, taubat ada dua macam yaitu taubat
awam dan taubat khawas. Orang awam bertaubat karena kalalaian. Orang
khawas atau orang yang telah menjadi sufi, taubat berarti pangkal tolak
peralihan dari hidup lama (ghaflah) yaitu terlena mengingat Tuhan ke
kehidupan baru secara sufi yang selalu ingat dan rasa dekat kepada Tuhan
sepadang masa dalam segala keadaan.43
3. Tanda-Tanda Taubat. 44
a. Menyadari letak kesalahannya
Seseorang yang akan bertaubat menyadari letak kesalahan tersebut
karena perbuatan dosa yang dilakukan akan menimbulkan kerugian.
b. Merasa menyesali perbuatan tersebut
Taubat bukan hanya sekedar ucapan semata bahwa seseorang telah
bertaubat. Namun juga benar-benar menyesali perbuatan dosa tersebut,
memiliki malu yang luar biasa kepada Allah karena telah melakukan
dosa tersebut. sehingga tertekad untuk tidak mengulanginya lagi
dikemudian hari. Orang yang benar-benar menyesali perbuatan dosa
bahkan tak kuasa menahan tangis saat kembali kepada Allah SWT.
c. Berusaha memperbaiki diri dan berjanji tidak mengulangi kesalahan
yang dilakukan.
43 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah, h.18 44 Dudung Abdul Rahman, Resep Hidup Bangkit dari Keterpurukan, (Bandung: Media Qalbu,2005) h. 115. 37
Setelah bertaubat, hendaknya mengiringinya dengan perbauatan
baik. Menutup kesalahan di masa lalu dengan kebaikan-kebaikan dan
amalan shaleh. Serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan dosa
tersebut dikemudian hari. Menyibukan diri dengan aktifitas-aktifikas
yang bermanfaat untuk menepis godaan melakukan dosa tersebut jika
ada kesempatan.
d. Kesalahan yang dilakukan tidak diulang kembali
Menjaga diri agar tidak terjerumus kembali kepada maksiat dan dosa
yang pernah dilakukan.
4. Klasifikasi Dosa
Dosa dari segi tempatnya ada yang tampak seperti pada anggota
badan dan dosa yang tersembunyi seperti di dalam hati. Dosa dilihat dari
keterkaitannya ada yang berkaitan dengan Allah dan dosa yang berkaitan
dengan hak sesama makhluk. Menurut Ibnu Qayyaim tiap-tiap perbuatan
dosa memiliki tingkatan dan akibat kerusakan yang berbeda-beda maka
balasannya di dunia maupun di akhirat juga berbeda sesuai dengan
tingkatan dosa tersebut.45 berikut macam-macam dosa:
a. Dosa mulkiyyah atau rububiyyah
Dosa mulkiyyah atau rububiyyah adalah dosa besar. Membawa
kepada kehancuran dan kehinaan. Dosa ini besar dan tidak akan
diampuni oleh Allah SWT keculali dengan benar-benar bertaubat.
Dosa Rububiyyah adalah dosa menyekutukan Allah, sombong dengan
45 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah, h. 25. 38
menganggap diri sendiri hebat padahal tidak ada satu makluk pun yang
setara dengan Allah SWT. Sifat-sifat takabur, angkuh, sombong,
adalah pembinasa yang ampuh. 46 Sifat-sifat tersebut tak dapat
dipungkiri akan semakin membesar bahkan menyebut dirinya sebagai
Tuhan seperti yang pernah dilakukan oleh Fir’aun.
b. Dosa Syaithaniyyah
Ciri dari dosa Syaithaniyyah adalah memiliki sifat-sifat yang mirip
dengan perbuatan syaitan yaitu mengajak kepada kesesatan. Mengajak
berbuat maksit, bahkan melarang melakukan ibadah. Menganiaya,
berkhianat, menipu, dan sebagainya.47
c. Dosa Sabu’iyyah
Seseorang berperilaku seperti binatang buas yang tidak dapat
mengontrol dirinya untuk melakukan kekerasan, kemarahan, bahkan
pertumpahan darah, dan menganiaya yang lemah.48
d. Dosa Bahiimiyyah
Perbuatan dosa yang paling banyak dilakukan. Perbuatan manusia
yang mengikuti perilaku binatang yang tidak memiliki aturan. Dosa
bahiimiyyah dorongan untuk memuaskan nafsu duniawi seperti
memenuhi nafsu seksual yang tidak sesuai ajaran islam, mencuri untuk
memenuhi nafsu dunia, melakukan kejahatan, kebengisan yang pada
46 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah,h. 26. 47 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah,h. 27. 48 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah,h. 27. 39
akhirnya akan menimbulkan kegelisahan. Dosa bahimiyyah ini paling
sering dilakukan oleh umat manusia dan menyebabkan dosa-dosa
lainnya. Jika terus berulang, Masuk ke dalam dosa sabu’iyyah,
kemudian beranjak ke dosa syaithaniyyah dan menanjak ke tingkatan
dosa yang lebih tinggi lagi yaitu dosa rububiyyah.49
49 Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Cara bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As- sunnah, h. 28.
BAB III
GAMBARAN UMUM: RAKHA WAHYU DAN NOVEL BAIT SURAU
A. Profil Rakha Wahyu
Wahyu Frayudha, ST lebih dikenal dengan nama Rakha Wahyu. Ia
lahir di Kuningan, Jawa Barat pada tanggal 10 Agustus 1976. Ia adalah anak
ke dua dari tujuh bersaudara.50 Ia tumbuh di lingkungan yang sederhana dan
islami. Hal ini yang membuat pribadi Rakha Wahyu menjadi sosok yang
selalu tampil sederhana dalam keadaan apapun. Kesederhaan itu juga
terpancar dari sikapnya yang ramah saat penulis melakukan wawancara guna
mengumpulkan data penelitian.
Kampung halamannya di Kuningan, Jawa Barat adalah desa yang
jauh dari perkotaan dan masih tertinggal. Saat itu, pendidikan formal masih
sulit dijangkau sehingga masih banyak anak-anak yang memilih untuk tidak
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, banyak pesantren
tradisional sehingga selain menempuh pendidikan formal sejak SD, Rakha
Wahyu pun banyak belajar agama di pesantren sekitar rumahnya.51 Sehingga
ilmu agama tidak hanya didapat di sekolah formal namun juga dipesantren
tradisional sekitar rumahnya. Pendidikan agama sejak dini merupakan hal
yang penting, rasanya tak cukup bagi Rakha Wahyu jika hanya mengandalkan
pendidikan agama yang diajarkan di sekolah formal mengingat keterbatasan
waktu.
50 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu Penulis Novel Bait Surau pada 1 Juni 2017 pukul 18.30-20.40 WIB di Waroeng UpNormal Jl Buah Batu, Cijagra, Bandung. 51 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017
40 41
Orang tuanya yang sederhana mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan disiplin yang tinggi. Walau banyak anak-anak lain yang tidak melanjutkan sekolah yang lebih tinggi, keluarganya tetap mendukung pendidikan Rakha
Wahyu. Apalagi sebagai anak lelaki yang paling tua di keluarganya, ia bertanggung jawab untuk membantu kehidupan keluarga menjadi lebih baik melalui pendidikan.
Kegemaran membaca dan menulisnya telah tumbuh sejak ia duduk dibangku SD. Pada saat itu, wali kelasnya di SD Ciwaru 3 Kuningan mewajibkan setiap murid bercerita di depan kelas setiap hari jum’at.52 Sejak saat itu, Rakha Wahyu mulai mengikuti beberapa perlombaan menulis cerita pendek tingkat ranting dan Kabupaten Kuningan. Tugas yang diwajibkan kepada setiap murid ini membuat kemampuan kreatifitas anak semakin bertambah. Jika setiap minggu anak diwajibkan untuk memiliki satu cerita baik fantasi maupun kisah nyata yang benar-benar dialami, maka secara perlahan kemampuan menulis dan berfikir anak akan semakin terlatih.
Setelah lulus sekolah dasar, Rakha Wahyu melanjutkan pendidikan di
SMPN Ciwaru 1 Kuningan, kemudian SMAN 1 Kuningan. setelah lulus dari
Sekolah Mengengah Atas, Rakha Wahyu merantau ke Jakarta.53 Ia mengikuti jejak teman-temannya yang lebih dulu merantau ke Jakarta. Ia membuka
Warkop (warung kopi). Ia banyak belajar bagaimana cara berdagang dari teman-temannya di Jakarta. Namun tujuannya datang ke Jakarta bukan hanya sekedar mencari materi semata. Dapat membeli barang-barang mewah untuk
52 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 53 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 42
keluarga di kampung halaman setelah merantau bukanlah tolak ukur sebuah kesuksesan baginya. Namun lebih dari itu, harus ada pencapaian-pencapaian yang lebih bermanfaat.
Rakha Wahyu miris melihat kehidupan teman-temannya yang hanya menjadi pegawai pabrik atau pekerja di warung kopi dengan gaji sekitar seratus lima puluh ribu rupiah setiap dua bulan.54 Hasil berjualan di warung kopi tersebut ia kumpulkan. Sehingga di tahun ke dua, ia berhasil memiliki empat warung kopi dan mengajak teman-temannya untuk mendirikan koperasi bersama agar mereka juga memiliki warung kopi sendiri, bukan hanya sekedar menjadi pekerja.
Selama merantau di Jakarta, Rakha Wahyu selalu mengirim surat kepada keluarganya dan membantu biaya pendidikan adik-adiknya di
Kuningan.55 Sebagai anak lelaki tertua dalam keluarga, ia merasa bertanggung jawab membantu orang tuanya dan biaya pendidikan adik-adiknya. Rakha
Wahyu mengaku bahwa ia tidak ingin melihat orang tuanya meneteskan air mata melihat dirinya gagal. Maka dalam setiap surat ia tulisnya bahwa kehidupannya di Jakarta semakin baik dan sukses. Dalam setiap balasan surat, sang Ibu selalu menuliskan pesan agar Rakha Wahyu tidak meninggalkan shalat dan tidak melupakan kampung halaman. Sedangkan sang Ayah berpesan jika ingin sukses maka selalu sederhana dalam hal apapun, dan seberapa lama ingin disebut orang. Rakha Wahyu awalnya tak mengerti maksud pesan terakhir yang selalu dituliskan Ayahnya. Dengan berjalannya
54 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 55 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 43
waktu ia baru paham. Pesan tersebutlah yang selalu diingatnya bahkan menjadi visi misinya. Rakha Wahyu selalu memikirkan kehidupan orang lain di sekitarnya dan percaya bahwa ketika kita membantu orang lain maka Allah akan mencukupkan kehidupan kita. Bahkan hingga saat ini, ia tak pernah khawatir berbagi ilmu kepada siapa saja termasuk dalam pekerjaan. Karena hal itu yang akan membuat namanya dikenang orang lain.
Tahun 1997, ia mulai melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, di
Gunadarma jurusan Manajemen Informatika.56 Hal ini membuktikan bahwa pendidikan baginya tetaplah penting. Walau setelah lulus SMA, ia harus merantau dan membuka warung kopi di Jakarta terlebih dahulu. Tidak ada kata terlambat, pendidikan di perguruan tinggi tetap harus dicapai walau sempat tertunda.
Rakha Wahyu pernah bekerja di GemaraCipta Advertisement bagian
Creative Director tahun 1996-1999. Saat kuliah, ia menjadi pemenang lomba film animasi yang diadakan oleh salah satu merk pasta gigi di Ancol. Setelah itu, ia mendirikan Matahati Animasi di Ciomas, Bogor, bersama para pemenang lomba film animasi tersebut. sejak Tahun 2005 Rakha wahyu berkarya di Bandung dan fokus menulis cerita. Karya-karyanya bahkan banyak diminati di Malaysia.57 Selain aktif menulis, Rakha Wahyu juga aktif dalam beberapa komunitas film di Bandung.
Tahun 2007, ia mendirikan LinkArt Production Setelah itu ia mendirikan Rakkata Cinema. Menjabat sebagai ketua klinik kreatif Bandung
56 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 57 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 44
yang terdiri dari 15 komunitas keatif.58 Klinik kreatif akan menjadi
Lokomotif Kreatif dan membuat kampung film. Film adalah wadah terbaik untuk memasarkan kelima belas komunitas kreatif tersebut, karena film mencakup semua aspek seni. Rakha Wahyu juga aktif menjadi juri di berbagai perlombaan Film, lembaga sensor film dan Forum Film Bandung. Bahkan menjadi konsultan media Pemerintah daerah Bandung. Telah membuat beberapa film promosi pariwisata dan ekonomi di Bandung, bekerja sama dengan beberapa perusahan besar di Indonesia seperti Telkom Indonesia dan
Cevron Indonesia. kemampuannya dalam pembuatan film animasi sudah tidak diragukan lagi. Rakha wahyu telah meraih penghargaan sebagai Best
Animator 2002 dan Juara 1 festifal Film Animasi 2007.59
Rakha Wahyu menikah dengan Fuji Dwi Anggraini pada tahun 2007.
Saat ini telah dikarunianya dua orang anak bernama Muhammad Azaria Rakha dan Raynal Latief Amzari. Tinggal di Griya Bandung Indah Blok J No 12 A
Buah Batu Kabupaten Bandung.60 Pertemuannya dengan sang Istri berawal saat ia bertugas membuat film dokumenter di Jayapura, Papua. Sedangkan sang Istri saat bekerja di salah satu perusahaan distributor barang elektronik di
Jayapura. Beruntung ia memiliki keluarga yang mengerti sehingga ia dapat menjalankan berbagai macam kegiataan, namun tetap bertanggung jawab terhadap keluarga.
Rakha Wahyu seorang pemerhati pendidikan anak dan gemar menulis cerita anak. Bagi Rakha Wahyu, usia anak merupakan golden age butuh
58 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 59 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 60 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 45
referensi yang menghibur dan mendidik. Slogan menghibur dan mendidik tersebut juga menjadi tagline LinkArt Production selama ini. kegemarannya menulis cerita anak islami juga membuat keluarga kecilnya gemar membaca, khususnya buku-buku islami seperti karya-karya Kahlil Gibran.61
Berbeda dengan tulisannya yang lebih banyak ditujukan untuk anak,
Novel Bait Surau ditujukan untuk remaja dan dewasa. Proses penulisan novel tersebut kurang lebih sekitar satu bulan setengah. Pada Tahun Cetakan pertama, Novel Bait Surau dicetak sekitar 25000 ekslempar kemudian terjual sekitar 7000 ekslempar, sisanya dibagikan saat roadshow Film Bait Surau di 8 kota besar di Indonesia dan Brunai Darussalam. Menariknya lagi, 100 % keuntungan penjualan tiket film Bait Surau digunakan untuk pembangunan dan perbaikan surau-surau di wilayah Cirebon, dan Malimping.62 Novel ini bercerita tentang proses taubat seseorang, bukan hanya tentang taubat Rakha
Wahyu juga menyelipkan berbagai pesan moral lewat setiap tokoh yang dapat diambil pembaca.
B. Karya-Karya Rakha Wahyu. 63
1. Juz Amma For kids (Nusa Media: Bandung, 2001)
2. 10 Seri: Berkawan Itu Indah (Pustaka Latifah: Bandung, 2003)
3. 1001 Dongeng Anak (Nusa Media: Bandung, 2004)
4. 10 Dongeng Hikmah (Nusa Media: Bandung, 2005)
61 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 62 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 63 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu pada 1 Juni 2017. 46
5. Dalam Al-Qur’an Kau Sebut Namaku (Pustaka Latifah: Bandung,
2005)
6. Cergam kejutan Bom Kue (Two Synergy Kids: Jakarta, 2011)
7. Cergam Waspada Gunung Berapi (Two Synergy Kids: Jakarta, 2011)
8. Cergam Berang-Berang Si Ahli Bendungan (Two Synergy Kids:
Jakarta, 2011)
9. Bait Surau (Two Synergy Publisher: Jakarta, 2012)
10. Sains For Kids (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)
11. Cergam Peringatan Tsunami (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)
12. Komik Berani Tapi Bodoh (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)
13. Cergam Lebah Penghasil Madu (Two Synergy Kids: Jakarta, 2012)
14. Asiknya Aku Bisa Salat & Wudhu : Panduan Belajar Salat Dan Wudhu
(Dian Rakyat: Jakarta, 2013)
C. Sinopsis Novel Bait Surau
Novel Bait surau adalah karya Rakha Wahyu yang disunting oleh Yus
R Ismail. 64 Novel Bait Surau sejak awal telah dipersiapkan untuk dijadikan skenario film dengan judul yang sama. Berbeda dengan novel pada umumnya yang banyak mengandung kata-kata puitis, Novel Bait Surau lebih ringan dibaca dan mengandung bahasa skenario atau bahasa visual. Novel Bait Surau diterbitkan oleh Two Synergy publisher pada tahun 2012, pada tahun yang sama film Bait Surau diproduksi oleh Two Synergy Pictures.
64 Rakha Wahyu, Bait Surau, (Jakarta: Two Synergy Publisher, 2012), h. cover dalam 47
Dalam launching film diberbagai kota, juga turut di bagikan Novel.
Novel dan film tersebut diangkat dari judul yang sama bahkan Novel Bait
Surau juga telah dilengkapi gambar pemeran serta proses syuting film tersebut.
Film Bait Surau di sutradarai oleh H. Kuswara Sastra Permana.
Dibintangi oleh aktor Rio Dewanto, Astri Nurdin, Cok Simbara, Ihsan Tarore,
Nadia Vella, Tahta Perlawanan, Wiwing, Leo Nardi, Taufan Purbo, Wenny,
Melisa, Nurul, Muksin, Erwan, dan Cak Margo.65 Cerita Novel Bait Surau, merupakan kisah nyata teman Rakha Wahyu. Ceritanya banyak menggambarkan kehidupan yang benar-benar terjadi dalam masyarakat sehingga banyak pesan moral yang dapat diambil karena merupakan hasil riset yang benar-benar ada dalam masyarakat. Adapun sinopsis Novel Bait Surau yaitu:
Rommy adalah seorang anak manusia yang sedang melakukan perjalanan spiritual mencari ketenangan hati, menghilangkan kegelisahan dan rasa bersalah di masa lalu. Rommy memutuskan untuk pergi menemui
Ramdhan, salah seorang mantan pekerjanya dahulu. Ia ingin pergi sejenak, meninggalkan hiruk pikuk kehidupannya yang bergelimang harta di ibu kota
Jakarta ke Desa Samadikun, sebuah desa terpencil di pesisir pantai tempat tinggal Ramdhan. Saat mencari rumah Ramdhan, ransel Rommy tiba-tiba dijambret seseorang, Rommy terus berlari mengejar pencuri tersebut, akhirnya ia berhasil mendapatkan ranselnya kembali tepat di depan sebuah Surau. Saat
65 Rakha Wahyu, Bait Surau, (Jakarta: Two Synergy Publisher, 2012), h. 141-149 48
itu, Rommy masih kasar, kesal dan tidak mengerti tentang shalat bahkan tentang nilai-nilai keislaman sehingga ia berlalu begitu saja saat ada seorang lelaki tua menegurnya dan mengajak shalat magrib di Surau.
Rommy berhasil menemukan rumah Ramdhan, betapa kagetnya ia saat mengetahui bahwa lelaki tua yang bertemu dengannya di surau tadi ternyata orang tua Ramdhan.66 Ramdhan ternyata tinggal bersama Abah dan kakak perempuannya yang bernama Siti, seorang wanita cantik, sederhana, namun tuna wicara. Awalnya Ramdhan menolak kehadiran Rommy, ia ketakutan mengingat tingkah Rommy yang dahulu begitu kasar padanya.
Namun akhirnya ia mengizinkan Rommy tinggal bersamanya di desa tersebut. saat itulah kehidupan baru Rommy dimulai. Ia mulai banyak belajar tentang agama islam, ia semakin yakin untuk meninggalkan Jakarta dan tinggal bersama Ramdhan, Abah dan Siti. Keluarga sederhana namun damai.
Di Desa Samadikun, Rommy belajar banyak hal. Ia mengikuti kegiatan Ramdhan sebagai nelayan. Ramdhan dan teman-temannya biasa meminjam perahu H. Sodik untuk berlayar. H. Sodik adalah salah seorang tokoh masyarakat yang kaya raya dan disegani warga, namun sayang tabiat H.
Sodik tidak mencerminkan nilai-nilai keislaman walau ia sudah beberapa kali pergi berhaji. H. Sodik pun sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat karena mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa Samadikun. Rommy semakin berbaur dengan masyarakat sekitar karena selalu mengikuti kegiatan
66 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 8. 49
Ramdhan. Rommy mendapat panggilan baru yang diberikan oleh Abah yaitu
Ghazali.
Tinggal dan mengikuti berbagai macam kegiatan baru di desa
Samadikun, tidak berarti membuat Rommy begitu saja melupakan masa lalunya. Ia selalu ingat masa lalunya, saat ia berbuat kasar terhadap istrinya,
Nadia. Padahal Nadia adalah istri yang begitu setia melayaninya walau
Rommy selalu menumpahkan amarahnya kepada Nadia bahkan tega selingkuh dengan wanita-wanita lain, minum-minuman keras, menyukai hiburan malam dan sebagainya. Ia sadar, ia telah begitu menyia-nyiakan Nadia. Namun penyesalannya tidak dapat membuat Nadia kembali, di suatu subuh, setelah mengingat kejadian masa lalunya, Rommy beranjak mengambil wudhu dan ingin shalat berjamaah bersama Ramdhan, Abah dan Siti. Saat itu, Rommy belum bisa wudhu dan shalat, ia mengikuti gerakan Ramdhan saat wudhu dan gerakan imam saat shalat. Ia mulai belajar wudhu dan shalat.
Suatu hari, Rommy menangis mengingat Nadia sambil memeluk batu nisan buatan Abah. Abah adalah penjual batu nisan. Rommy teringat kembali kejadian yang membuat Nadia pergi untuk selamanya. Suara tangisnya semakin terdengar. Rommy ingat malam itu dia sangat marah. Mobil SUV yang dikendarainya berjalan tidak benar. Berkali-kali dia menampar Nadia.
Semakin Nadia ketakutan, Rommy semakin puas. Tidak puas menampar,
Rommy bahkan meludahi Nadia. Masalah sebenarnya, Nadia memberi tahu bahwa ia sedang hamil dan Rommy akan segera menjadi ayah.67 Bagi
67 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 74 50
Rommy, pernikahan dengan Nadia adalah simbol pengekangan tentu saja
Rommy tidak mengharapkan kehamilan Nadia. Rommy menginjak gas mobil dengan kencang hingga Nadia ketakutan, Rommy malah senang melihat Nadia begitu ketakutan. Hingga akhirya mobil yang dikendarainya hilang kendali saat melewati rel kereta tanpa palang pintu. Mobil tersebut terseret ratusan meter oleh kereta.
Begitu sadar, Rommy sudah berada di rumah sakit, ditemani Ramdhan yang sedang membaca ayat suci AL-Qur’an. Perlahan kondisi Rommy mulai pulih, saat kembali ke rumah ditemani Ramdhan, sabahatnya Bram dan
Rachel, Rommy baru mengetahui bahwa Nadia sudah menginggal saat kecelakaan tersebut. Rommy sangat marah, Ramdhan dan sahabatnya menyembunyikan kabar tersebut darinya selama ia dirawat di rumah sakit.
Itulah mengapa hari-harinya dipenuhi penyesalahan. Rommy menyesal telah menyia-nyiakan Nadia.
Suatu hari, di Desa Samadikun setelah pulang dari dermaga, turun hujan. Rommy dan Ramdhan terpaksa berteduh di sebuah Surau kecil yang sangat sederhana. Atapnya genting campur daun rumbia. Kapur tempoknya memudar, berlubang dimana mana, berdebu. Tiang-tiangnya terlihat sudah tak kuat menahan beban.68
Melihat anak-anak kecil belajar membaca Al-Qur’an, Rommy pun ingin belajar membaca Al-Qur’an. Ia belajar kepada seorang ustadz bersama anak-anak kecil di Surau tersebut. Kondisi Surau tersebut begitu
68 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 92. 51
memprihatinkan. Atapnya bocor sehingga mengganggu aktifitas belajar- mengajar Al-Qur’an. Suatu ketika,anak-anak kaget melihat tubuh Rommy yang dipenuhi dengan tato saat Rommy membuka pakaian setelah membetulkan atap surau tersebut. kemudian bertanya apa hukumnya shalat orang yang bertato.69 Rommy terus belajar agama. Kadang tak kuasa menahan tangisnya saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur’an. Rommy bertekad akan memperbaiki surau tersebut.
Rommy kembali ke Jakarta, mengambil tabungannya untuk memperbaiki surau tempatnya belajar mengaji di Desa Samadikun. Setelah
Rommy kembali, warga bergotong royong memperpaiki surau tersebut. siapa sangka, H. Sodik yang diam-diam memperhatikan perilaku Rommy ikut tergerak hatinya. Merasa malu pada sikap Rommy, yang mau belajar agama sedangkan dirinya yang bergelar haji jauh dari nilai-nilai keislaman. H. Sodik diam-diam shalat taubat dan bertekad berubah. Renovasi surau tersebut hampir selesai, pemilihan kepada desa juga semakin dekat. Rommy, Ramdhan dan teman-temannya bertekad melaut mencari ikan untuk biaya syukuran
Surau tersebut walau cuaca buruk. Ternyata ombak semakin besar dan menenggelamkan perahu mereka. Surau tersebut menjadi saksi titik balik
Rommy mengenal Tuhannya, bahkan sebelum ia sempat menggunakan Surau yang telah direnovasi tersebut. Maka Surau tersebut diberi nama Ghazali, untuk mengenang Rommy.70
69 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.101. 70 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.128. BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Pada Bab ini, penulis akan memaparkan temuan dan analisis data mengenai taubat dalam Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu berdasarkan kerangka wacana Van Dijk yang membongkar tiga dimensi yaitu dimensi teks, dimensi kognisi sosial dan dimensi konteks sosial. Adapun novel yang penulis teliti yaitu Novel Bait Surau karya Rakha Wahyu yang diterbitkan oleh Two
Synergy Publsiher cetakan pertama tahun 2012.
A. Analisis Wacana Taubat dari Dimensi Teks
Kerangka wacana Van Dijk dimensi teks terdiri dari tiga tingkatan yaitu
struktur makro yang merupakan makna global dari suatu teks yang dapat
diamati dengan melihat tema yang dikedepankan dalam suatu teks,
superstuktur yang merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan
kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun dalam berita
secara utuh, dan stuktur mikro dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yaitu
kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.1
Untuk memudahkan penelitian, penulis membatasi analisis teks dalam
Novel Bait Surau yang terdiri dari 9 sub judul yang akan diteliti yaitu Tamu
dari Jakarta, Keluarga Sederhana, Masa Lalu Milik Masa Kini, Calon Panutan,
Tragis, Bait Surau, Surau Harapan, Shalatlah Engkau Sebelum Dishalatkan,
dan Epilog.
1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Teks Media, (Yogyakarta: LKis, 2001), h. 226.
52 53
1. Struktur Makro
a. Tematik
Tema ataupun topik dalam Novel Bait Surau karya Rakha
Wahyu yaitu taubat. Tema tersebut didukung Sub topik yang terdapat
di bagian sub judul dalam novel tersebut. Sub judul yang memuat ciri-
ciri atau tanda-tanda taubat diantaranya:
1) Tamu dari Jakarta
Sub judul Tamu dari Jakarta pada halaman 1 dalam novel
tersebut memuat topik memperbaiki diri. Dalam Sub judul tersebut
menceritakan perjalanan awal Rommy sebagai tokoh utama
menemui Ramdhan di Desa Samadikun untuk meminta maaf atas
sikapnya terdahulu, selain itu banyak teks yang menunjukan sikap
arogansi Rommy di awal cerita dan sikap yang mulia istrinya. Sub
judul tersebut, merupakan prolog atau awal cerita dari Novel Bait
Surau. Adapun teks yang menunjukan topik memperbaiki diri
diantaranya:
““Dhan...! Ramdhan... maafkan aku...! teriak Rommy.“ Ramdhan berlari keluar dari dalam rumah. Langkah Ramdhan baru terhenti setelah ia jatuh menabrak sepeda yang terparkir di depan Rumahnya. Brruuuukkkk ! Ramdhan terjatuh. Rommy datang membantunya. Abah yang sedari tadi bingung turut membangunkan Ramdhan.”2
Dalam teks tersebut digambarkan usaha Rommy untuk
meminta maaf kepada Ramdhan. Ramdhan berusaha menghindar
kemudian terjatuh. Rommy membantu Ramdhan begitu pula Abah
yang terlihat kebingunan. Dalam teks tersebut tersirat sebuah
2 Rakha Wahyu, Bait Surau (Jakarta: Two Synergy Publisher, 2012) h. 11. 54
permasalahan yang belum diungkapkan secara langsung. Rommy
meminta maaf, sedangkan Abah kebingungan melihat Ramdhan
menghindari Rommy.
Ada suatu kesalahan yang pernah dilakukan oleh Rommy
sehingga Rommy meminta maaf kepada Ramdhan. Kesalahan
tersebut mungkin membuat Ramdhan merasa ketakutakan kepada
Rommy sehingga ia menghindari Rommy yang hendak meminta
maaf. Permintaan maaf atas sebuah kesalahan merupakan suatu
wujud memperbaiki diri yaitu memperbaiki hubungan sesama
manusia. Teks lain yang menunjukan permintaan maaf sebagai
bentuk memperbaiki diri selanjutnya
““Dhan... maafkan saya,” kata Rommy Rasa sakit itu tidak seberapa buat Ramdhan. Dibanding tamparan dan caci mati Rommy saat itu. Malam itu Ramdhan baru saja usai shalat berjamaah bersama Bi Inah. Rommy dengan wajah garang memanggilnya. Ramdhan diam ketakutan. Rommy yang sudah kalap semakin marah. Marah yang tidak dimengerti Ramdhan. Juga Bi Inah. Berkali-kali wajah Ramhdan ditamparnya sampai kopeah hitamnya terpental ke lantai.”3
Dalam teks tersebut Rommy kembali meminta maaf kepada
Ramdhan. Hal ini menggambarkan bahwa Rommy benar-benar
bersungguh-sungguh meminta maaf kepada Ramdhan atas
kesalahannya karena permintaan maaf yang Rommy sampaikan
bukan hanya ditulis sekali oleh pengarang dalam novel tersebut.
setelah permintaan maaf tersebut, diceritakan bagaimana sikap
arogan Rommy dimasa lalu terhadap Ramdhan. cerita Rommy
3 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.11. 55
yang berulang kali meminta maaf terhadap Ramdhan kemudian
dituliskan mengapa Rommy meminta maaf merupakan teks yang
menggambarkan bahwa cerita tersebut memiliki alur mundur. Teks
lain yang menunjukan memperbaiki diri yaitu
“Rommy perlahan duduk di tepi dipan. Matanya masih memperhatikan sekeliling kamar. Sebuah kamar yang sangat sederhana. Kamar yang sangat jauh berbeda dengan kamarnya di Jakarta. Apa bisa betah tinggal di kamar seperti ini? Rommy tersenyum sendiri. Barangkali memang bisa. Karena yang membuat betah dan tidaknya seseorang bukanlah seluas apa rumahnya dan senyaman apa kamarnya. Ada yang lebih menentukan dibanding benda-benda. Tapi apakah itu? Rommy tidak tahu pasti. Yang jelas, dia meninggalkan Jakarta, meninggalkan segala kenyamanan rumah dan benda-benda kepunyaannya. Karena merasa tidak betah.”4
Dalam teks tersebut digambarkan Rommy meninggalkan
segala kenyamanan yang dimilikinya di Jakarta karena sebuah
keresahan. Kenyamanan berasal dari hati bukanlah dari barang-barang
yang miliki. Rommy meningalkan harta benda yang dimilikinya dan
memilih tinggal di sebuah kamar sederhana. Pergi ke suatu tempat
yang dinilai dapat membuat hidup menjadi tentram merupakan usaha
untuk memperbaiki diri dengan meninggalkan lingkungan lama. Hal
tersebut dapat dikatakan usaha menjemput hidayah. Dalam taubat,
usaha untuk menjemput hidayah juga diperlukan.
2) Keluarga Sederhana
Sub judul Keluarga Sederhana pada halaman 27 memuat
tema memperbaiki diri. Sub judul tersebut bercerita bagaimana
kehidupan baru Rommy yang mulai betah tinggal dan beraktifitas
4 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.14. 56
bersama warga Desa Samadikun. Adapun teks yang menunjukan
tema atau topik memperbaiki diri diantaranya:
“Semakin hari Rommy semakin kerasan tinggal di rumah Ramdhan. Hatinya semakin tenang. Tidak segelisah ketika pergi dari Jakarta. Barangkali ketenangan hidup memang tidak bisa ditentukan oleh materi. Di rumah keluarga sederhana ini Rommy mendapatkan ketenangan itu. semakin sering dia ikut dengan Ramdhan ke dermaga, melihat-lihat pelelangan ikan, membantu mendorong perahu ketika ada nelayan yang pulang melaut. Dengan Abah juga semakin dekat. Semakin sering mereka berbincang.”5
Dalam teks tersebut diceritakan kehidupan baru di Desa
bersama Ramdhan yang merasa semakin betah dan berusaha
untuk memperbaiki dirinya dengan cara bersosialisasi dengan
warga, memiliki kepekaan membantu mendorong perahu para
nelayan. Kehidupan Rommy semakin tenang, berbeda dengan
kehidupannya saat di Jakarta. Seperti pada sub judul sebelumnya,
teks ini juga menggambarkan pengarang mencoba menggiring
opini pembaca bahwa ketenangan hati bukan hanya didapatkan
lewat materi semata.
“Rommy memandang wajah Abah.Orang tua yang sederhana. Shaleh. Tampaknya ingin juga menumpahkan perasaannya. Rommy mengerti, selain dirinya yang ingin dimengerti orang lain, dia sendiri harus mencoba menjadi pendengar, mencoba mengerti perasaan orang lain.”6
Dalam teks tersebut digambarkan Rommy berusaha
memperbaiki diri dengan cara memiliki kepekaan sosial.
Mendengarkan dan mencoba memahami perasaan orang lain
5 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 33. 6 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 34. 57
merupakan suatu wujud perubahan dalam diri Rommy yang
semakin baik. Karena dalam cerita sebelumnya, Rommy
digambarkan memiliki sikap arogan dan tidak mau mendengarkan
nasihat ataupun perasaan orang lain. Memiliki kesadaran untuk
peka terhadap perasaan orang lain, tidak egois adalah upaya
berusaha memperbaiki diri.
3) Masa Lalu Milik Masa Kini
Tema atau topik yang terdapat dalam Sub judul Masa Lalu
Milik Masa Kini pada halaman 39 novel tersebut adalah
Menyadari letak Kesalahannya. Dalam Sub judul tersebut
diceritakan kegelisahan hati Rommy dan akhirnya tahu letak
kesalahannya selama ini. Adapun teks dalam novel tersebut yang
menunjukan megetahui letak kesalahannya diantaranya:
“Setiap Rommy menulis di buku hariannya, bayangan masa lalunya itu tidak bisa dilepaskan dari pikirannya. Barangkali memang selamanya tidak bisa lepas. Masa lalu, seburuk apapun itu adalah kepunyaan seseorang yang harus diterima dengan lapang dada dan ikhlas. Masa lalu adalah milik masa kini. Rommy tahu itu. Rommy menyadarinya. Tapi setiap menulis dibuku harian, tangannya terasa kelu, tidak bisa bergerak, ketika sampai kepada penyesalannya di masa lalu. Kalau sudah begitu, dia akan menyimpan penanya. Dia akan menghampiri dipan, membaringkan badannya, dan mencoba menutup kedua matanya. Tapi masa lalu memang tidak bisa lepas dari ingatannya. Rommy ingat ketika suatu pagi dia terbagun oleh dering handphone. Sebenarnya ia ingin memijit tombol off agar benda itu berhenti menjerit.” 7
Teks tersebut menggambarkan bahwa Rommy menyadari
letak kesalahannya di masa lalu. Teks tersebut juga
menggambarkan bahwa seburuk apapun masa lalu, harus diterima
7 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.42. 58
dengan lapang dada. Rommy memang tidak dapat melupakan
kesalahan di masa lalunya, setelah melihat benda yang memiliki
kenangan di masa lalu tersebut.
“Ah masa lalu yang menakutkan. Rommy sadar dia tidak bissa lari, dia harus ikhlas menerima masa lalu seperti itu. Tapi yang penting, yang lebih penting, bagaimana memperbaiki hidup sejak saat ini. Dan Rommy menemukan cahaya harapan itu bersinar di sini, di kampung kecil nelayan. Rommy diam-diam berdo‟a, hal yang bertahun-tahun hilang dari pikiran dan hatinya, semoga apa yang dibayangkan menjadi kenyataan. Melepas keterikatan dari masa lalu, menemukan lagi istana yang indah. Tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman yang sudah tak berharga.”8
Dalam teks tersebut pengarang kembali ingin
menggambarkan bahwa masa lalu tetaplah masa lalu yang harus
diterima dengan lapang. Menyadari letak kesalahan dan berusaha
untuk menemukan cahaya dan harapan baru. Rommy mulai berdoa,
hal yang sudah lama tak pernah ia lakukan. Teks yang menunjukan
menyadari letak kesalahannya yang lain yaitu
“Rommy mengangguk-angguk kecil. Tatapannya kosong, lepas ke keluasan lautan “bertahun-tahun aku hidup dalam kesenangan duniawi. Semua semu. Tidak ada yang mampu menjawab kekosongan hati ini, Dhan. Tidak ada... Aku kurang bersyukur.”9
Teks tersebut jelas menggambarkan bahwa Rommy
mengakui kesalahannya yaitu kurang bersyukur dan hidup dengan
penuh kesenangan duniawi, sehingga membuat hatinya terasa
kosong. Selain kurang bersyukur, Rommy juga menyadari letak
kesalahannya yang lain yaitu membenci Nadia seperti dalam teks:
8 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 47. 9 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.53. 59
“Rommy ingat sekali waktu dia membawa laras saat janjian bertemu dengan Bram dan Rachel di sebuah cafe. Dia fikir Bram dan Rachel sebagai sahabat, akan membela apa yang dilakukannya. Ternyata Rommy salah. Bram dan Rachel malah memojokannya. Rommy pikir Bram dan Rachel sudah disogok oleh istrinya. Karenanya Rommy semakin benci kepada Nadia. Apapun yang dilakukannya salah di mata Rommy. Saat Laras pamit ke toilet. Bram dan Rachel terus terang menegurnya.”10
Dalam teks tersebut, diceritakan Rommy menyadari letak
kesalahannya, mengingat perbuatan dosa di masa lalu yaitu
selingkuh dan semakin membenci Nadia, istrinya setelah Rachel
dan Bram menegurnya.
4) Calon Panutan
Sub judul Calon Panutan pada halaman 61 dalam novel
tersebut memuat Sub topik menyadari letak kesalahannya. Dalam
Sub topik tersebut diceritakan bagaimana sikap sombong H. Sodik
yang akan mencalonkan diri menjadi kepala Desa Samadikun. H.
Sodik datang ke rumah Abah untuk meminta dukungan dengan
mengiming-imingi jabatan bagi para pendukungnya. Namun Abah
tidak serta merta menerima tawaran tersebut.
H. Sodik merasa takjub dengan kecantikan Siti, dan
menyangka Rommy adalah calon suami Siti dari Jakarta tapi
miskin. Suatu hari H. Sodik tidak melaksanakan shalat Jum‟at dan
menggoda Siti, marah terhadap sikap Siti yang tidak membalas
salamnya. Namun akhirnya ia merasa bersalah setelah mengetahui
bahwa Siti bisu sehingga tidak dapat berbicara. Adapun teks yang
10 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 54 . 60
menunjukan topik menyadari letak kesalahannya tersebut
diantaranya:
““Jum‟atan dulu, Ji. Menghormati...,” jawab Koh Ahong sambil tersenyum. Kalung salibnya berayun-ayun. “menghormati sapa?” Haji Sodik heran. Haji Sodik menatap Ikun. Ikun malah balik menatap. Dan katanya pelan, “Haji ndak shalat tah?” Haji Sodik tersenyum kecut. “Belum mendi wajib, Kun!” Katanya. “Jadi ora shalat kita, Ji?” “Hus... Jangan berisik... gak enak sama yang lain.” “Haji Sodik mengajak anak buahnya segera naik mobil. Dan katanya kepada Badrun, „Ya Wis Drun... gas manis. Ga enak lah disini ora shalat! Gas.. Gas, Drun... Ayo...””11
Teks tersebut merupakan dialog antara H. Sodik, anak
buahnya, dan Koh Acong di Warung. Menceritakan toleransi
beragama non muslim yang menutup warungnya selama shalat
Jum‟at. Saat itu H. Sodik menyadari letak kesalahannya
meninggalkan shalat kewajiban shalat jum‟at kemudian pergi.
““Apa maning? Tak pateni orang kota itu... Grgghh....!” “Bukan Ji... Siti ku...” “Siti ku apa?” “Haji ndak tahu tah? Siti ndak bisa ngomong.” “Apa? Ndak bisa ngomong?” Haji Sodik kaget. “Iya Ji...” “Gagu tah? Gusti Allah... Dosa maning... Drun Tancap gas. Druuun..!” Haji Sodik merasa bersalah sudah emosi pada Siti dan Rommy. Mereka lalu pergi meninggalkan kampungnya, meninggalkan kewajiban shalat jum‟at.”12
Teks tersebut merupakan dialog antara H. Sodik dan anak
buahnya, saat pergi meninggalkan warung, H. Sodik marah karena
Siti tidak menjawab salamnnya saat bertemu di jalan kemudian
marah kepada Rommy yang diduga sebagai calon suami Siti.
11 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.68. 12 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.70. 61
Setelah mengetahui bahwa Siti tak dapat berbicara, H. Sodik
merasa bersalah dan menyadari letak kesahalannya.
5) Tragis
Sub judul Tragis pada halaman 73 dalam novel tersebut
memuat Sub topik menyesali Perbuatan Dosa. Dalam Sub judul
tersebut diceritakan bagaimana sebenarnya masa lalu Rommy yang
dzalim kepada istrinya, Nadia. Dalam Sub judul tersebut
diceritakan kisah yang sebenarnya terjadi yang akhirnya membuat
Rommy begitu menyesali masa lalunya dan perbuatan dosa yang
pernah ia lakukan kepada istrinya selama masih hidup. Adapun
teks yang menunjukan topik menyesali perbuatan dosa
diantaranya:
“Rommy semakin tidak kuat menahan perasahannya. Ia tahu, kesedihannya tak mungkin mengembalikan Nadia. Kesedihan tak mungkin memberikan kesempatan, kegundahan yang tak mungkin merubahnya menjadi terang, dan kegaluan yang tak mungkin menghidupkannya kembali. Karena memang Nadia sudah tidak ada lagi.”13
Teks tersebut menunjukan tanda taubat yaitu menyesali
perbuatan dosa. Kesedihan, kegalauan, hingga tidak dapat menahan
perasaannya merupakan bentuk penyesalan yang mendalam
terhadap perbuatan dosa di masa lalu. Menyesali perbuatan dosa
kembali digambarkan dalam teks:
“Suara tangisnya semakin terdengar. Rommy ingat malam itu dia sangat marah. Mobil SUV-nya yang dikendarainya berjalan tidak benar. Berkali-kali dia menampar Nadia. Semakin Nadia menangis ketakutan, Rommy semakin marah. Tidak puas
13Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 74 . 62
menampar, Rommy meludahi Nadia. Masalah sebenarnya, Nadia memberi tahu bahwa ia sedang hamil dan Rommy akan segera menjadi ayah. Bukannya senang, Rommy malah marah-marah. Wajah Rommy merah padam. Kebayang olehnya kesusahan semakin jelas tergambar. Pengekangan akan semakin mengikat kebebasan nafsunya. Pikir Rommy, selama ini Nadia telah merampas kebebasannya.”14
Teks tersebut menggambarkan penyesalan yang mendalam
saat Rommy ingat kejadian yang membuat istrinya meninggal
dunia. Sikap arogan dan dzalim terhadap istrinya ternyata berujung
pada kecelakaan maut, pengalaman tersebut membuat Rommy
merasa bersalah dan menyesali perbuatan dosanya.
“Rommy menangis. Menangis semakin keras karena ingat semua yang telah dilakukannya kepada Nadia. Bagian kecil dari hatinya itu sekarang menguasai Rommy. Bagian kecil yang selalu membela Nadia. Karena memang semua yang dilakukan dan dikatakan oleh Nadia adalah benar. Perilakunya setiap hari adalah perhatian kepada suami. Kata-katanya selalu santun dan sangat menghormati suami. Kenapa selama ini kemarahan yang diumbar yang menguasai hati dan pikirannya? Kemarahan yang membawanya selingkuh tanpa merasa berdosa. Kemarahan yang membuatnya menampar, meludahi, dan memperlakukan Nadia sangat kurang ajar, dan tanpa rasa berdosa.”15
Teks tersebut menggambarkan penyesalan yang mendalam,
menyesali perbuatan dosa. Pengarang menuliskan beberapa kali
Rommy menangis mengingat kejadian dan sikap buruknya
terhadap istrinya, Nadia. Menangis adalah bentuk penyesalan
yang mendalam.
“Rommy masih mengangis sambil memeluk nisan. Abah menghampirinya mengusap pundak Rommy. Rommy masih belum berhenti menangis
14Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 75. 15 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.79. 63
“Astagfirullahhaladzim.... Maafkan aku Nadia.... Maafkan aku... aku telah menyia-nyiakanmu.... Maafkan aku...!””16
Pengarang kembali menuliskan Rommy menangis. Kata
yang berulang-ulang dapat menjadi sebuah penekanan bahwa kata
tersebut ingin ditonjolkan dibanding kata yang lain. Maka teks
tersebut juga kembali menggambarkan menyesali perbuatan dosa.
Dalam teks tersebut, Rommy beristigfar, memohon ampun
kepada Allah dan meminta maaf kepada Nadia karena telah
menyia-nyiakan Nadia.
6) Bait Surau
Sub judul Bait Surau pada halaman 89 dalam novel tersebut
memuat tema memperbaiki diri. Pada Sub judul tersebut
diceritakan awal mula Rommy menemukan sebuah Surau yang
rapuh dan akhirnya ingin belajar mengaji di Surau tersebut.
Adapun teks yang menunjukan topik memperbaiki diri
diantaranya:
““Aku ingin bisa mengaji, Dhan,” kata Rommy pelan. Ramdhan tertawa mendengarnya. Layar yang sedang dipegang terguncang-guncang. “Tapi aku takut ditertawakan anak-anak kecil itu. Ya... kamu tahu sendiri, Dhan. Shalat saja, bacaanku terserah aku bisa. Tak beraturan.””17
Teks tersebut merupakan dialog Rommy kepada Ramdhan.
Rommy ingin belajar mengaji, hal tersebut merupakan wujud
memperbaiki diri sebagai salah satu tanda taubat.
16Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 87. 17 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.96. 64
“Rommy menyalami Pak Ustadz dan anak-anak. Sudah beberapa hari ini Rommy belajar mengaji bareng anak-anak. Sering kali Rommy menjadi bahan tertawaan anak-anak karena membacanya salah terus. Kalau begitu Pak Ustadz segera membentak anak-anak. pelajaran yang didapatkannya di surau malamnya diulang lagi di kamar Ramdhan. Rommy semangat sekali belajar. Ramdhan dan Siti kadang mengintipnya. Tapi Abah bila tahu sering melarangnya. Untuk ukuran orang tua seperti Rommy termasuk cepat bisa. Siti selalu tersenyum bila mengintipnya. Ada kebahagiaan tersendiri di hatinya melihat Rommy belajar mengaji. Bersemangat.”18
Teks tersebut merupakan wujud memperbaiki diri. Belajar
mengaji bukan hanya niat belaka namun benar-benar dilakukan
oleh Rommy walau sering ditertawakan oleh anak-anak. Rommy
juga semangat ketika belajar mengaji bahkan mengulang kembali
pelajaran yang didapatkan. Hal tersebut menggambarkan tekad
yang kuat dalam memperbaiki diri.
“Di hati Rommy semangat itu semakin menyala. Bukan sekedar ingin belajar, bukan sekedar ingin mengenal, tapi lebih dari itu. Rommy sadar akan kesempatan yang pernah hilang untuk berbuat baik. kadang Rommy tak kuasa menahan tangisnya saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur‟an. Inikah isyarat bahwa hatinya telah benar-benar luluh? Hanya Rommy yang tahu. Jawaban yang selama ini selalu tertunda, namun kini telah mendekat. Kesombongan yang telah menghempas kehinaan, perlahan menyeruak hilang berganti kerinduan, sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris para Nabi.”19
Teks tersebut menggambarkan semangat yang begitu besar
dalam memperbaiki diri bahkan membuat Rommy kadang
menangis ketika membaca Al-Qur‟an. Setelah bertaubat, sikap
Rommy yang selalu mementingkan kesenangan duniawi perlahan
berganti dengan kerinduan untuk terus memperbaiki diri dan taat
18 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.99. 19 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.100. 65
kepada Allah SWT. Ini merupakan sebuah nikmat mendapatkan
hidayah, selalu ingin dekat kepada Allah SWT.
““Kalau tidak membahayakan tubuh maka sebaiknya dihilangkan. Tapi, yang paling penting adalah bertobat, meminta ampunan, serta berusaha menutup bagian tubuh yang ditato.” Pak Ustadz menutup penjelasannya. Anak-anak kembali duduk dan tenang. Rommy mengelapkan kaos ke wajahnya. Kaos itu dipakainya lagi. Pak Ustadz tersenyum menatapnya. Dia senang dengan kehadiran Rommy di Surau ini. Surau kecil yang penuh arti bagi Rommy. Terutama bagi hatinya. Bait demi bait keimanan, Rommy dapatkan di surau sederhana ini. Syair-syair kebenaranNya terpercik pelan dan pasti. Mengkritik dan mencaci keangkuhan yang telah bersemayam cukup lama di relung jiwanya. Rommy semakin haus akan kritik dihatinya. Kata Pak Ustadz, Allah saja tak luput dari cacian dan sumpah serapah, meski Dia Dzat Yang Sempurna, Agung dan Indah.”20
Teks tersebut merupakan teks yang membahas tentang
hukum shalat orang yang bertato. Saat Rommy membetulkan
genting Surau yang bocor, tubuhnya terlihat bertato oleh anak-
anak. Kemudian anak-anak menanyakan hal tersebut. Jika telah
terlanjur mentato tubuh dan melakukan dosa lainnya hendaknya
kita bertaubat. Setelah taubat dan memperbaiki diri maka hati
akan semakin lembut, haus kritikan serta nasihat.
““Aku akan ke Jakarta besok,” kata Rommy kepada Ramdhan malam berikutnya. “besok?” Ramdhan terkejut. “Ya... aku akan mengurus uang tabunganku. Sisa uangku di bank.” Ramdhan masih duduk di tepian ranjang. “Surau itu sudah sangat parah. Aku harus bisa membangunnya. Setidaknya bisa menahan air kalau hujan. Biar anak-anak bisa belajar mengaji dengan tenang. Aku kasihan sama mereka.””21
20 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.102. 21 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.103. 66
Teks tersebut merupakan dialog antara Rommy dan
Ramdhan. Rommy memperbaiki diri, mempunyai kepekaan sosial
dan kepedulian melihat surau yang rusak sehingga berniat
membangun surau tersebut menggunakan uang tabungannya di
Jakarta.
Hal ini merupakan wujud taubatan nasuha. Selain
menyadari letak kesalahan dan menyesali perbuatan dosa di masa
lalu, namun juga dibuktikan dengan tekad yang kuat untuk
memperbaiki diri. Setelah belajar wudhu, shalat, dan mengaji,
Rommy juga memiliki niat membangun Surau dengan biaya
sendiri. Menggunakan harta untuk kepentingan agama merupakan
sedekah yang besar pahalanya. Ini adalah bukti tanda taubat yaitu
memperbaiki diri.
“Haji Sodik benar-benar terharu mengingat semua yang pernah dilakukannya. Makanya suatu malam, tanpa sepengetahuan istri dan anak-anaknya, apalagi anak buahnya, Haji Sodik selakukan sholat. Sholat taubat. Apalagi ketika suatu hari intel suruhannya melaporkan bahwa Rommy sedang pulang ke Jakarta, sedang mempersiapkan membangun surau dengan biaya sendiri. Haji Sodik takjub. Membangun surau untuk ibadah orang banyak dengan biaya dari sendiri? Emangnya sekaya apa Rommy itu? Tapi Haji Sodik mulai sadar, bukan masalah kekayaan untuk melakukan seperti itu. keinginan hatinya yang lebih menentukan. Haji Sodik diam-diam ingin mengenal Rommy lebih dekat lagi. Anak muda itu adalah parner untuk berbuat kebaikan.”22
Teks tersebut menceritakan pengalaman taubat H. Sodik.
Berbeda dengan pengalaman taubat Rommy dituliskan melalui
tanda-tanda taubat diantaranya menyadari letak kesalahannya,
22 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.109. 67
menyesali perbuatan dosa dan berusaha memperbaiki diri, tanpa
shalat taubat.
Dalam kisah H. Sodik, pengarang langsung menuliskan
bahwa ia melaksanakan shalat taubat setelah menyadari letak
kesalahannya selama ini yaitu orang yang diberi keperayaan rejeki
lebih, bergelar haji namun jauh dari nilai-nilai islam, suka
menyambung ayam, menggoda perempuan cantik, bahkan
meninggalkan kewajiban shalat.
Dalam teks tersebut pula digambarkan bahwa untuk
memperbaiki diri dengan bersedakah bukanlah diukur dari seberapa
besar harta yang dimiliki namun keinginan untuk berbuat baik.
7) Surau Harapan
Sub judul Surau Harapan memuat topik memperbaiki diri.
Kali ini, kisah memperbaiki diri ditonjolkan pada sosok H. Sodik
yang telah menyadari kesalahannya dan shalat taubat setelah
mendengar kabar bahwa Rommy datang ke desa tersebut untuk
belajar mengaji dan memperbaiki Surau dengan biaya sendiri.
H. Sodik akhirnya menyadari kesalahannya selama ini yang
telah bergelar haji dan diberikan rejeki yang melimpah namun
sikapnya jauh dari nilai-nilai islam. Adapun teks yang menunjukan
topik memperbaiki diri dalam Sub judul tersebut yaitu ““sungguh
Dhan... Ini amal aku... Ayo... ayo bantu keluarkan makanan di 68
mobil! Ini pahalaku juga Dhan...!””23 Teks tersebut
menggambarkan sikap H. Sodik yang memperbaiki diri dengan
memberikan sumbangan berupa makanan untuk warga yang
bergotong royong membangun Surau.
8) Shalatlah Engkau Sebelum Dishalatkan
Pada Sub judul Shalatlah engkau Sebelum Dishalatkan
halaman 119 pada novel tersebut memuat topik memperbaiki diri.
Dalam sub judul tersebut diceritakan Rommy, Ramdhan dan
teman-temannya melaut untuk kebutuhan keluarga dan syukuran
pembangunan Surau yang hampir selesai walau cuaca sedang
buruk.
Kapal milik H. Sodik yang digunakan oleh mereka ternyata
tenggelam di laut. Warga Desa Samadikun merasa sangat
kehilangan namun berusaha agar tetap tegar dan ikhlas menerima
cobaan karena tiada kata lain selain mengembalikan segala sesuatu
kepada Allah SWT. Adapu teks yang menunjukan topik
memperbaiki diri diantaranya:
““Yang penting anak-anak bisa nyaman, Dhan. Mudah- mudahan satu saat nanti Pak Ustadz muridnya tidak hanya enam orang. Kalau surau sudah bagus, aku yakin banyak yang akan shalat dan mengaji.””24
Teks tersebut merupakan harapan agar orang lain juga akan
shalat dan mengaji di Surau yang sedang dibangun. Memperbaiki
diri bukan hanya membuktikan bahwa diri sendiri sudah berusaha
23 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.115. 24 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.122. 69
menjadi lebih baik, namun juga berharap agar orang lain ikut
memperbaiki diri dengan mengaji dan shalat. Teks lain yang
menunjukan bukti telah memperbaiki diri lainnya yaitu
““Innalilahi wa innailaihi rojiun. Semua akan kembali kepadaNya. Tidak ada satu orang pun yang mampu berkuasa atas kehendaknya,” kata pak Ustadz. Anak-anak Ibnu yang masih kecil dan istrinya yang tengah hamil tua menangis disudut surau “Diantara rahmat Allah, kadang manusia tertimpa musibah yang menjadi pelindung baginya dari penyakit hati dan keburukan akhlak. Maha suci Allah yang merahmati manusia dengan musibah dan ujian.” Mata pak Ustads menyapu semua warga yang hadir. “kita mendoakan agar almarhumah bisa diterima Allah SWT. Alhamdulilah, almarhumah telah meniatkan membangun sura di hari akhirnya...” Pak Ustadz tidak bisa melanjutkn kata- katanya, kerongkorangannya terasa kering. Bagaimanapun pak Ustadz pun bersedih. “Meski almarhumah tidak pernah shalat dan mengaji di surau ini setelah selesai dibangun... tapi kita yakin mereka akan menjadi syahid. Semoga amal ibadahnya dapat di terima di sisi Allah SWT.””25
Teks tersebut menggambaran ikhlas dan bersabar menerima
musibah dari Allah SWT. Rommy telah memperbaiki diri namun
meninggal di laut bahkan belum sempat menggunakan Surau yang
ia bangun. Memperbaiki diri dengan bersedekah di jalan Allah
misalnya membangun Surau niscaya pahalanya akan terus
mengalir walau ia telah meninggal.
“Semua orang hanyut dalam kesedihan. Mereka bukan sedang menampik salah satu rahmat Allah. Melainkan kesadaran yang bertambah atas segala karniaNya. Baik dan buruk. Musibah dan bencana pasti akan tiba waktunya mendekap setiap diri manusia. Entah dalam bentuk kesenangan atau kesengsaraan. Tidak ada kata yang ajaib dalam menghadapinya selain kata “Iinna lilahi wa innailahi rajiun”. Maka, kembalilah segala kesuh kesah dalam menghadapi ujian dengan bersikap sabar. “Dan Dialah Allah, Tidak ada Tuhan (yag berhak disembah) melainkan Allah, bagi-Nyalah “Al Hamdu” di dunia dan di
25 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.127. 70
akhirat,” lanjut Pak Ustadz mengutif Al-Qur‟an surat Al-Qashas ayat 70.”26
Ikhlas dan sabar tersebut merupakan wujud manifestasi
taubat Rommy yang tergambar dari warga sekitar setelah
Rommy memperbaiki diri. Dalam cerita tersebut, semua warga
memang merasa sedih karena Rommy, Ramdhan dan teman-
temannya meninggal di laut, namun tetap sabar dan ikhlas
menerima segala ketetapan Allah SWT. Hendaknya kita lapang
dada menyikapi sebuah kehilangan.
9) Epilog
Sub judul Epilog halaman 129 pada novel tersebut memuat
topik memperbaiki diri. Dalam Sub judul tersebut diceritakan
kisah Siti yang mencoba untuk ikhlas setelah kematian Rommy
di Laut. Dalam epilog atau penutup ini, dikutip pula surat An-
Nisa ayat 69. Ikhlas dan kebaikan yang dicerminkan dalam
cerita tersebut merupakan manifestasi dari kisah taubat
seseorang yang kemudian tercermin dari orang-orang
sekitarnya. Adapun teks yang menunjukan topik memperbaiki
diri diantaranya:
“Begitulah cerita ini berakhir. Saya mencatat kegembiraan dan kesedihan di pantai ini. Meneruskan catatan harian yang sering dituliskan Rommy, laki-laki yang masih hidup di hati warga Desa Samadikun ini. Saya pun belajar menuliskan perasaan-perasaan yang berseliweran di pantai, dermaga, dinyanyikan lagu dangdut, dibawa para nelayan ke
26 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 128. 71
tengah laut, tersimpan di kekhawatiran anak dan istri yang ditinggalkan.”27
Teks tersebut menggambarkan Siti belajar meneruskan
kebiasaan Rommy. Walau Rommy telah meninggal, namun
ia tetap hidup di hati warga Desa Samadikun. Hal ini
memang akan terjadi jika selama hidup, kita melakukan
kebaikan, nama kita akan dikenang baik oleh orang-orang
di sekitar.
“Di lautan... keindahan dan bencana adalah dua hal yang sangat tipis batasnya. Dalam keindahan ada benih-benih bencana. Dalam bencana ada benih keindahan. Hidayah semacam ini tidak dapat dipaham kecuali oleh pemiliknya. Mereka itulah yang telah mendapat nikmat Allah atas mereka, dari pada Nabi, Shaddiqqin Syuhada dan Shalihin. Sesuai firman Allah, “Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama. Dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqqin, para Shalihin dan orang-orang yang mati syahid. Dan mereka itulah teman sebaik-baiknya.(An-Nisa: 69).”28
Teks tersebut menggambarkan bahwa selalu berbuat
kebaikan, taat kepada Allah dan Rasul akan termasuk
kepada orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah SWT.
2. Superstruktur
a. Skematik
Skematik berkaitan dengan pendahuluan, isi, penutup dan
kesimpulan dari suatu teks. Dengan demikian struktur skema dari
wacana ini adalah:
27 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.131. 28 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.132. 72
1) Pendahuluan
Seperti pada novel lainnya, novel “Bait Surau” diawali
dengan cover depan, cover dalam, halaman pengantar penulis, dan
daftar isi. Cover depan Novel Bait Surau adalah gambar para
pemain film Bait Surau, himbauan menonton film Bait Surau,
penerbit, penulis serta pendapat sutradara film Bait Surau
mengenai novel dan film tersebut. Cover dalam berisi identitas
penerbit dan Tim penyusun Novel Bait Surau.
Pada halaman pengantar penulis, diterangkan kedudukan
ilmu dalam islam yang sangat istimewa dalam kehidupan manusia.
Penulis mengucapkan syukur karena dapat menyelesaikan novel
ini, alasannya menulis novel tersebut yaitu perlu
mendokumentasikan fenomena rasa dan cinta kepada Yang Maha
Kuasa. Terlebih karena nilai kerinduan dari seorang anak manusia.
Pendapat Editor mengenai novel tersebut, pendapat scenario Film
Bait Surau mengenai novel ini, uacapan terimakasih untuk orang-
orang yang telah membantu dalam pembuatan novel tersebut serta
ucapan maaf karena kesalahan dan kekurangan dalam penulisan
novel tersebut
2) Isi
a) Menyadari letak kesalahannya
Menyadari letak kesalahannya dijelaskan saat Rommy
mulai menyadari kepergihan Ramdhan dari rumahnya 73
membawa kesepian. Sepi yang membuat hatinya perlahan
merindukan suara Ramdhan mengaji. Sehingga ia perlu mencari
sosok Ramdhan dan meninggalkan Jakarta. Rommy ingin
semakin tahu kehidupan keluarga Ramdhan yang damai dan
penuh cinta. Setelah tinggal bersama Ramdhan, Rommy
menyadari bahwa ia kurang bersyukur.
Awal cerita, Rommy digambarkan memiliki sikap yang
arogan dan kasar, mendzalimi Nadia istrinya yang sangat setia
dan taat terhadap suami juga agamis. Nadia selalu sabar
menghadapi sikap Rommy walau Ully sahabatnya tahu bahwa
Nadia sangat sedih. Sementara Rommy tak pernah
mendengarkan nasihat dari Rachel dan Bram agar tidak
selingkuh lagi.
Menyesali letak kesahalannya juga pernah digambarkan
dalam cerita H. Sodik yang arogan, sombong, suka
menyambung ayam, menggoda wanta cantik, meninggalkan
kewajiban shalat walau ia telah bergealar haji. H. Sodik pernah
menyadari kesalahannya telah meninggalkan kewajiban shalat,
telah emosi kepada Siti dan Rommy setelah tahu bahwa Siti
bisu sehingga tidak dapat menjawab salamnya. b) Menyesali perbuatan dosa
Menyesali perbuatan dosa yang pernah dilakukan
dijelaskan saat Rommy berkali-kali menangis saat mengenang 74
Nadia yang telah meninggal akibat kecelakaan. Rommy selalu
ingat kejadian-kejadian saat dia menyia-nyiakan Nadia saat
melihat beberapa barang yang menyimpan kenangan pahitnya.
Misalnya saat ia melihat handphone, ia ingat Nadia
menghubunginya saat ia berselingkuh dengan sekretarisnya. Ia
menangis memeluk nisan mengenang Nadia yang meninggal
dalam kecelakaan mobil yang dikendarainya dengan kecepatan
tinggi, saat itu ia marah Nadia memberitahu bahwa Nadia
sedang hamil. c) Memperbaiki diri
Dalam kisah yang dialami oleh tokoh utama yaitu Rommy
terdapat cerita selalu berusaha memperbaiki diri. Hal tersebut
tergambar dari cerita Rommy yang mulai belajar wudhu,
belajar shalat, belajar mengaji dan membangun Surau di Desa
Samadikun. dijelakan pula cara-cara berwudhu, keutamaan
shalat, hati yang bergetar saat mengaji, memperbaiki surau
yang bocor, hukum bertato dalam islam.
Perubahan sikap Rommy membuat H. Sodik diam-diam
bertaubat setelah melihat kebaikan yang telah dilakukan
Rommy. Kebaikan yang telah dilakukan oleh Rommy yang
telah bertaubat dan menyesali perbuatanya di masa lampau
ternyata dapat membuat orang lain sadar dan menyadari 75
kesalahan yang telah diperbuat sehingga menularkan semangat
untuk ikut memperbaiki diri.
Setelah Rommy memperbaiki diri dan meninggal saat
melaut untuk keperluan syukuran pembangunan surau yang
hampir selesai, Rommy tetap hidup di hati warga Desa
Samadikun. Warga pun merasa ikhlas menerima segala karunia
Allah. Tidak ada kata lain selain Innalilahi wa innailaihi rajiun.
Mengembalikan segala sesuatu kepada Allah dengan bersabar.
Selain itu pula dijelaskan dalam Epilog, menceritakan
Siti untuk ikhlas setelah kepergian Rommy. Mengutif Surat
An-Nisa ayat 69 yang menggambarkan bahwa orang-orang yag
mendapat hidayah untuk taat kepada Allah dan Rasulnya
adalah teman yang sebaik-baiknya dan mendapat nikmat dari
Allah, mereka adalah para Nabi, para Shaddiqqin, para
Shalihin, para Syuhada.
Dalam novel tersebut, Rakha Wahyu menggambarkan
bahwa kematian bisa datang kapan saja, namun setelah
bertaubat dapat dimasukan ke dalam orang-orang yang
mendapat nikmat Allah.
3) Penutup dan Kesimpulan
Penutup atau epilog dalam novel tersebut adalah masa
lalu adalah sejarah untuk bercermin, kita harus ikhlas 76
menerimanya. Hidayah akan didapat oleh orang-orang yang
menerima nikmat dari Allah SWT.
3. Struktur Mikro
a. Semantik
1) Latar
Latar berkaitan dengan kemana makna atau arah suatu teks
akan dibawa. Pada Novel Bait Surau terdapat dua latar yaitu
perkotaan dan pedesaan.
Latar masa lalu Rommy di perkotaan, Rakha Wahyu ingin
mengarahkan pembaca bahwa identik dengan hedonism,
bergelimang harta, megah, namun jauh dari kedamaian hati. Ini
terlihat saat Rommy berada di Jakarta ketika istrinya Nadia masih
hidup. Kehidupan Rommy saat itu selalu dekat dengan diskotik,
perselingkuhan, angkuh, kasar, sulit dinasehati oleh Nadia maupun
orang di sekelilingnya.
Latar pedesaan, Rakha Wahyu ingin mengarahkan pembaca
bahwa damai, sederhana, penuh cinta, tenang, lingkungan islami,
ramah. Walau keadaannya tidak mewah seperti di kota namun
Rommy mendapat ketenangan hati dan merasa betah tinggal di
desa.
2) Detail 77
Dalam Novel Bait Surau, Rakha Wahyu menampilkan
detail kandungan Al-Qur‟an yang berhubungan dengan cerita yang
dituliskan saat Rommy, Ramdhan dan teman-temannya tenggelam
di Lautan setelah membangun surau. Detail kandungan Al-Qur‟an
tersebut mengungtungkan dirinya karena mendukung
pernyataannya tentang ikhlas mengembalikan semuanya kepada
Allah SWT dan orang-orang yang taat akan beruntung, kelak akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh
Allah.
Selain itu juga terdapat teks yang menunjukan hasil
penelitian dari jepang yang menunjukan bahwa air yang dibisiki
oleh kata-kata bagus seperti doa akan berenergi positif, teks
tersebut untuk mendukung keterangan mengapa air subuh yang
mengandung energi baik dapat membuat wajah seseorang menjadi
bercahaya saat pengarang menuliskan cerita Rommy ingin belajar
berwudhu.
3) Maksud
Dalam Novel tersebut, Rakha Wahyu menyampaikan isi
teksnya secara eksplisit dan terbuka sehingga ditemukan maksud
yang mudah dipahami. Hal ini dinyatakan oleh banyaknya teks
yang menunjukan mengetahui letak kesalahan, menyesali
perbuatan dosa, memperbaiki diri lewat perbuatan dan dituliskan
beberapa cara serta keutamaan suatu ibadah tertentu. 78
b. Sintaksis
1) Bentuk kalimat
Dalam Novel Bait Surau, terdapat banyak sekali bentuk
kalimat yang membedakan mana subjek (S), predikat (P), objek
(O) dan keterangan. Kalimat-kalimat tersebut juga merupakan
bentuk kalimat aktif. Contohnya:
Pada Sub judul “Tamu dari Jakarta” terdapat teks “Rommy (S)
menyimpan (P) ranselnya (O) di tanah (Keterangan tempat).”29
Pada Sub judul “Keluarga Sederhana” terdapat teks “Siti (S)
membawa (P) ember ikan besar (O).”30
Pada Sub judul “Masa Lalu Milik Masa Kini” terdapat teks
“Rommy (S) menyimpan (P) handuk (O) di tepian jamban
(keterangan tempat)”31
Pada Sub judul “Calon Panutan” terdapat teks “Haji Sodik (S)
mengambil (P) cangkir (O) dari meja (keterangan tempat).”32
Pada Sub judul “Tragis” terdapat teks “Abah (S) sedang
mengikatkan (P) nisan (O) di sebuah becak (Keterangan
tempat).”33
Pada Sub judul “Bait Surau” terdapat teks “Rommy dan
Ramdhan (S) berlari menyusuri (P) pantai (Keterangan
29 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 4. 30 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 29. 31 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 49. 32 Rakha Wahyu, Bait Surau, h. 65. 33 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.73. 79
tempat).”34 Kalimat tersebut merupakan kalimat tidak sempurna
karena hanya terbentuk dari subjek, predikat dan keterangan
tempat.
Pada Sub judul “Surau Harapan” tedapat teks “Ibnu dan Nanang
(S) berlari (P) ke arah mobil (keterangan tempat) ikut
menurunkan (P) makanan (O).”35
Pada Sub judul “shalatlah engkau Sebelum Dishalatkan” terdapat
teks “Siti (S) menjatuhkan (P) piring (O) di tangannya
(keterangan tempat).”36
Pada Sub judul “Epilog” terdapat teks “Saya (S) mencatat (P)
kegembiraan dan kesedihan (O) di pantai ini (keterangan
tempat). ”37
2) Koheransi
Koheransi adalah pertalian kata atau jalinan antarkata untuk
melihat apakah suatu peristiwa dipandang terpisah, berhubungan
atau sebab akibat. Adapun teks dalam Novel Bait Surau yang
mengandung kata koheransi salah satunya adalah:
“Rommy mengambil handuk dan membuka pintu perlahan. Tapi di jamban masih ada orang berwudhu. Siti. Air dingin menyegarkan membasuh mukanya. Rommy pernah membaca di sebuah majalah, air subuh bisa membuat wajah tampak bercahaya. Karena air subuh masih mengandung energi baik, belum terpolusi oleh kotornya debu dan segala sampah. Malah kata peneliti dari Jepang, air yang dibisiki kata-kata yang bagus, misalnya do‟a, akan berenergi positif. Barangkali benar seperti itu adanya. Karena setiap memandang Siti, Rommy
34 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.91. 35 Ibid., h.115. 36 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.126. 37 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.131. 80
seperti menemukan ketenangan. Seorang gadis cantik. Cantik yang selama ini belum pernah dilihat dan dirasakannya dari perempuan lain.”38
Dalam teks tersebut, suatu peristiwa digambarkan saling
berhubungan, air subuh memiliki energi yang baik dapat membuat
wajah memancarkan ketenangan. Adapun konjungsi yang
digunakan dalam teks tersebut yaitu konjungsi koordinatif
penambahan (dan), konjungsi koordinatif pertentangan (tapi),
konjungsi subordinatif sebab (karena), konjungsi subordinatif
atribut (yang)
3) Kata Ganti
Dalam Novel Bait Surau, Rakha Wahyu menyebutkan nama
tokoh dalam menceritakan isi novel tersebut. menggunakan kata
ganti dia untuk menunjukan objek atau subjek lain. Sedangkan
dalam bagian epilog, menggunakan kata ganti Aku dalam
menuliskan kisah Siti.
c. Retoris
1) Grafis
Rakha Wahyu ingin menonjolkan cerita tokoh yang memiliki
kehidupan yang kelam dan memiliki sifat-sifat yang jauh dari nilai-
nilai agama namun akhirnya menyesali perbuatannya dan
memperbaiki diri. Selain itu juga memberikan pesan bahwa
38 Rakha Wahyu, Bait Surau, h.48. 81
memperbaiki diri salah satunya adalah dengan menjalankan
kewajiban shalat. Pesan untuk menegakan shalat sebelum azal
menjemput terlihat pada halaman 122. “SHALATLAH ENGKAU
SEBELUM DISHALATKAN”. Selain berpesan agar mendirikan
shalat dimanapun dan dalam keadaan apapun. Tulisan tersebut
bahkan di tulis dengan huruf kapital, berbeda dengan kalimat
lainnya menunjukan kalimat tersebut diberi penekanan dibanding
kalimat lainnya.
2) Metafora
Dalam Novel Bait Surau, banyak terdapat ungkapan metofora
berupa ungkapan sehari-hari yang menjadi latar tempat cerita
tersebut. Banyak teks yang terdapat dalam cerita berlatar tempat
Desa Samadikun, banyak logat setempat yang diungkapkan dalam
bentuk dialog antartokoh.
B. Analisis Wacana Taubat Dari Dimensi Kognisi Sosial
Penulis menganalisis kognisi Rakha Wahyu dalam menyusun Novel
Bait Surau. Aspek kognisi sangat penting dalam pembentukan teks,
bagaimana pengarang memaknai dan memahami peristiwa tertentu kemudian
menuangkannya ke dalam tulisan. Analisis wacana tidak hanaya membatasi
perhatiannya pada teks saja melainkan juga pada bagaimana suatu teks
diproduksi. Kognisi sosial menurut Van Dijk, kognisi sosial menggambarkan
bagaimana wartawan atau pengarang mempresentasikan kepercayaan atau
prasangka dan pengetahuannya sebagai strategi pembentukan teks berita. 82
Analisis kognisi sosial menurut Van Dijk menggunanan model atau skema, memori dan strategi
1. Model
a. Skema Person
Dimulai dari pengalaman Rakha Wahyu memiliki seorang
teman yang jauh dari nilai-nilai agama, baginya agama hanyalah
hiasan belaka. Sejak kecil memang Ia beragama islam namun ia tidak
mempelajari apalagi mengamalkan nilai-nilai islam. Baginya
kesenangan duniawi adalah yang utama.
Setelah melakukan riset kehidupan modern, ternyata banyak
ditemukan dalam realitas kehidupan masyarakat sosok seperti tokoh-
tokoh yang digambarkan dalam novel tersebut. suka dengan
kebebasan, dunia malam, bertato, selingkuh dan menyakiti pasangan
memang menjadi sebuah hal biasa ditemui di masyarakat perkotaan
yang jauh dari nilai agama padahal ia dianugerahi harta yang
melimpah.
Novel dan film Bait Surau untuk menyadarkan masyarakat
yang masih terlena dengan hodonisme dan jauh dari nilai-nilai agama
untuk kembali ke jalan yang lurus menurut agamanya masing-masing
khususnya masyarakat Indonesia yang beragama islam. Adapun tokoh-
tokoh dalam novel tersebut memiliki simbol-simbol tersendiri yang
mewakili realitas masyarakat. 83
Rommy sosok yang arogan, simbol modernisasi. Nadia simbol
perempuan tradisional, Ramdhan simbol pengadi yang ikhlas, Abah
penjual batu nisan simbol mengingatkan pada kematian, Siti simbol
sesuatu yang tidak sempurna bukan berarti tidak sempurna, karena
hidup haruslah harmonis, H. Sodik simbol kekuasaan dan arogansi
tidak akan langgeng, teman-teman pelaut sebagai simbol kaum
termarginalkan. Tokoh-tokoh tersebut nyata adanya dalam realitas
masyarakat. Yang benar-benar taat, yang jauh dari agama, semuanya
mengingatkankan agar bertaubat harus dilakukan oleh siapapun.39
b. Skema Diri
Dalam masyarakat masih banyak dijumpai kemaksiatan
dilakukan tanpa adanya rasa penyesalan ataupun bersalah sedikitpun.
Memang manusia tidak lepas dari perbuatan dosa namun seharusnya
hidayah untuk bertaubat dan kembali ke jalan yang lurus harus segera
dijemput bukan hanya berdiam diri dan menikmatinya atau malah
bangga melakukan sebuah perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
Rakha Wahyu ingin menggambarkan bahwa memang bisa saja
sebuah trauma dapat membuat seseorang bertaubat. Namun haruslah
taubat yang sesungguhnya. Bukan hanya mengakui kesalahan, tetapi
juga berusaha untuk memperbaiki diri, memperbaiki hubungan dengan
manusia atau dari segi sosialnya.
39 Wawancara pribadi dengan Rakha Wahyu Penulis Novel Bait Surau pada 1 Juni 2017 pukul 21.45 WIB Di Kafe Eksplora jl. Kliningan No. 1, Bandung. 84
Dan memperbaiki diri dari segi religinya dengan belajar dan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Jadi menurut Rakha
Wahyu, taubat harusnya taubatan nasuha. Tidak hanya sebatas
meninggalkan perbuatan dosa seperti mabuk-mabukan, selingkuh, dan
sebagainya namun juga harus belajar dan menegakan shalat, mengaji
dan lainnya.
c. Skema Peran
Dalam skema ini, Rakha Wahyu memandang dan
menggambarkan bahwa sebuah taubatan nasuha sangatlah penting bagi
setiap orang. Hidayah untuk bertaubat setiap orang memang berbeda-
beda jalannya namun sebelum terlambat alangkah baiknya kita
menjemput hidayah tersebut sendiri.
Sosok Rommy yang memiliki masa lalu yang kelam dalam
novel tersebut, setelah bertaubat justru dapat membuat tokoh lain
menjadi sadar kebaikan jika dilakukan dengan tulus dan ikhlas dapat
menjadi jalan bagi orang lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik
pula.
Dalam novel ini juga Rakha Wahyu ingin berpesan bahwa
perjalanan untuk bertaubat memanglah tidak mudah. Banyak halangan
yang akan dilalui maka dibutuhkan tekad yang kuat dan jangan
mendengarkan apa kata orang lain yang menganggap sebelah mata saat
kita berusaha mencari sebuah kebenaran.
2. Memori 85
Memori digunakan untuk berfikir tentang sesuatu dan memiliki
pengetahuan tentang sesuatu. Dalam memori ini, pengarang menggunakan
memori jangka panjang (long-term-memory). Memori jangka panjang
yang digunakan adalah memori episodik dan memori semantik bahwa
taubat adalah kembali kejalan yang ridhoi Allah dengan cara menyadari
letak kesalahannya, menyesali perbuatan dan memperbaiki diri. Taubat
harus sesuai dengan aturan agama yaitu taubatan nasuha.
C. Analisis Wacana Taubat Dari Dimensi Konteks Sosial
Konteks sosial berkaitan dengan bagaimana suatu wacana atau
peristiwa berkembang dalam masyarakat dan bagaimana masyarakat
memandang wacana tersebut. untuk mengetahui konteks sosial wacana
taubat, penulis menggunakan metode wawancara. Adapun hasil analisis
wacana taubat berdasarkan wawancara tersebut yaitu:
1. Lena Suarni (Pembaca Novel Bait Surau)
Menurut Lena Suarni, taubat adalah kembali, berserah diri kepada
Allah yang maha pengampun, maha penyayang, menyerahkan dirinya
secara utuh kepada Allah dengan memohon ampunan, menyesali
perbuatannya dengan bersungguh-sungguh, serta tidak akan mengulangi
perbuatan tersebut kembali, meninggalkan perkara-perkata yang menjadi
larangan Allah yang dapat menimbulkan dosa baik besar maupun kecil.
Lena sebagai pembaca Novel Bait Surau mengaku setuju dengan konsep
taubat dalam novel tersebut karena setiap orang memiliki cerita tersendiri 86
dalam mendapatkan hidayah untuk bertaubat, bisa saja melalui
pengalaman trauma dan penyesalan yang mendalam. Setelah membaca
novel tersebut, lena belajar tentang arti taubat dan ingin terus berubah
menjadi lebih baik.40
2. Arrum Prabuningtias (Pembaca Novel Bait Surau)
Menurut Arrum Prabuningtias, taubat adalah berubah menjadi
lebih baik dan meninggalkan perbuatan tidak baik di masa lalu. Arum
Prabuningtias mengaku setuju dengan konsep taubat dalam Novel Bait
Surau. Dalam masyarakat mungkin ada kisah serupa dalam novel tersebut
walau di sekitar Arum tidak ada. Namun setiap perjalanan seseorang
berbeda-beda dalam mendapatkan hidayah. Hidayah seharusnya dijemput.
Setelah membaca novel tersebut, Arum termotivasi untuk membaca novel
dan buku-buku sejenis untuk terus memotivasinya menjadi lebih baik.41
3. Ulfi Nursa (Pembaca Novel Bait Surau)
Menurut Ulfi Nursa, taubat adalah meninggalkan hal-hal buruk,
terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi, dan tidak
mengulangi segala perbuatan maksiat ataupun perbuatan buruk yang
pernah dilakukan di masa lalu. Ulfi juga setuju dengan konsep taubat yang
ada dalam novel tersebut, menurutya walau di sekitar lingungannya tidak
ada yang sama persis dengan kisah dalam novel tersebut namun jika
40 Wawancara pribadi dengan Lena Suarni, Pembaca Novel Bait Surau/ Mahasiswa Fakultas Fisip Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pada 13 Juni 2017 Pukul 21.00 WIB di Jl. Kertamukti No 80 C Ciputat, Tangerang selatan. 41 Wawancara Pibadi dengan Arum Prabuningtias, Pembaca Novel Bait Surau / Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yasri Pada 11 Juni 2017 Pukul 13.00 WIB di Jl. Benda Barat 8 Blok D 14 No. 1 Pamulang Tangerang Selatan. 87
diamati pasti banyak masyarakat yang pernah mengalami kisah tersebut.
Misalnya orang yang bertato, sering minum-minuma keras yang akhirnya
bertaubat. Setelah membaca novel tersebut, Ulfi tidak ingin terjerumus ke
dalam hal-hal negatif dan lebih mawas diri dalam bergaul.42
4. Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
Menurut Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA taubat adalah
kembali kepada Allah. Kembali ke jalan orang yang di ridhoi Allah, yang
diyakini sebagai jalan yang lurus. Taubat juga berkaitan erat dengan
eksistensi manusia dalam pandangan Al-Qur‟an menurut Q.S Al-A‟raf
ayat 172 yang menunjukan kesaksian universal manusia mengakui bahwa
Allah sebagai Rabb. Kesaksian tersebut bersifat primordial dan
menggambarkan asal usul manusia yaitu asal manusia, asli manusia dan
akar manusia. Ketika manusia lahir, memiliki jalan yang berbeda karena
diberikan kebebasan yang harus dipertanggung jawabkan.
Taubat adalah mengembalikan manusia yag telah melenceng
kepada sifat primordial tersebut. bertaubat membutuhkan sebuah jihad
atau perjuangan yang sungguh-sungguh karena untuk mengalahkan nafsu
hedonisme yaitu pola hidup yang menekankan kepuasan, kelezatan,
kenikmatan, kepuasan secara fisik dan biologis sangat berat. Dalam Al-
Qur‟an pun dijelaskan agar manusia kembali ke jalan Allah dengan
42 Wawancara pribadi dengan Ulfi Nursa, Pembaca Novel Bait Surau/ Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarf Hidayatullah Jakarta, Pada 13 Juni 2017 Pukul 19.30 WIB di Kafe Ayam Sambal Lumpur Jl. Pesanggrahan No.43 Cempaka Putih, Ciputat Timur, Tangerang Selatan. 88
taubatan nasuha menurut Q.S. At-tahrim ayat 8. Taubatan nasuha yaitu taubat yang murni, yang jelas, taubat yang terang.
Untuk mencapai taubatan nasuha diperlukan lima komponen diantaranya pertama, mencabut akar dosanya berarti seseorang terlebih dahulu harus mengetahui letak kesalahannya. Kedua diperlukan kebulatan tekad. Ketiga, diperlukan penyesalahan yang mendalam. Keempat, benar- benar mengganti pola hidup dengan yang baru. Kelima, segera membuktikan lewat perilaku dan perbuatan-perbuatan dengan sikap dan perilaku yang baik.
Novel Bait Surau cukup menggambarkan realitas kehidupan dalam masyarakat dan bermuatan nilai dakwah. Terdapat unsur teladan dan dapat menginspirasi orang yang perilakunya buruk menjadi lebih baik. Konsep taubat yang terdapat dalam Novel Bait Surau juga telah menggambarkan taubatan nasuha. Adapun hukum shalat orang mentato tubuh yang digambarkan dalam novel tersebut juga telah sesuai dengan ajaran islam yaitu memang dilarang berkaitan dengan hukum fiqih. Namun jika telah terlanjur mentato tubuh dan telah ada upaya untuk menghilangkannya maka hukumnya tetap sah karena yang penting adalah telah bertaubat sesuai pandangan tasawuf.
Cerita tokoh utama yang menangis saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur‟an setelah dia bertaubat dan belajar mengaji juga merupakan contoh setelah taubat nasuha maka saat dibacakan ayat Al-
Qur‟an dan disebut nama Allah akan bergetar hatinya dan bertambah 89
keimanannya sesuai dengan Q.S An-Anfal ayat 2. Adapun ayat yang
dicantumkan dalam Sub judul “Epilog” dalam Novel Bait Surau tersebut
Q.S. An-nisa ayat 69 menunjukan bahwa saat seseorang telah bertaubat
dan perjalannya terhenti oleh kematian setidaknya ia termasuk kedalam
orang-orang yang dianugerahi nikmat yaitu orang yang shaleh.43 Berbeda
dengan pandangan pengarang yang memasukannya ke dalam orang yang
Syahid seperti diceritakan dalam salah satu dialog pada sub judul
sebelumnya.
5. Hj. Nunung Khairiyah, MA
Taubat menurut Hj. Nunung Khairiyah, MA taubat secara
sederhana meningalkan kemaksiatan dan tidak mengulanginya lagi. Novel
Bait Surau telah mencerminkan taubatan nasuha jika merujuk pada cerita
dalam Riyadushalihin sebuah kisah pendurhaka yang telah membunuh 99
orang, kemudian membunuh seorang rahib yang mengatakan bahwa
taubatnya tak akan diterima.
Taubat pendurhaka tersebut diterima walau ia meninggal dunia
sebelum sampai ke suatu tempat yang disarankan rahib yang lain. Dalam
Novel Bait Surau, kisah tokoh yang berubah menjadi lebih baik dan
belajar agama telah menggambarkan taubat nasuha. Dalam masyarakat
mungkin ada kisah serupa. Dalam masyarakat juga masih banyak dijumpai
taubat yang sambel artinya menyesali perbuatan dosa namun
melakukannya kembali. Taubat yang demikian bukanlah taubatan nasuha.
43 Wawancara pribadi dengan Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA Guru Besar Tasawuf, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Minggu, 18 Juni 2017 Pukul 11.00 WIB di Komplek Pamulang Permai 1 Jl. Permai III Rt 03/09 Blok AX 13 No.13. Pamulang, Tangerang Selatan. 90
Terkait dengan hukum shalat orang yang bertato yang digambarkan
dalam novel tersebut, memang tetap sah jika namun dengan syarat
bersungguh-sungguh berupaya menghilangkannya jika tidak
membahayakan. Jika telah mentato tubuh maka yang penting adalah taubat
dan mengharap kemurahan Allah SWT. Terkait dengan surah An-Nisa
ayat 69 yang tercantum dalam novel tersebut, kisah Rommy, Ramdhan dan
teman-temannya yang tenggelam di lautan termasuk kedalam orang-orang
shaleh. Terkait dengan cerita Rommy menangis saat melafalkan huruf
demi huruf bacaan Al-Qur‟an saat ia belajar mengaji, memang hidayah
yang datang akan mudah membuat seseorang tenang saat membaca Al-
Qur‟an bahkan dapat mengingat kesahalan-kesalahan yang pernah
dilakukan.44
Berdasarkan uraian hasil wawancara, dapat diketahui bahwa
konteks sosial, taubat adalah kembali ke jalan Allah SWT. Berkaitan
dengan rasa penyesalan yang dalam terhadap perbuatan yang pernah
dilakukan di masa lampau, berusaha untuk memperbaiki diri dan tidak
mengulanginya lagi di kemudian hari baik itu dosa kecil maupun besar.
Taubat memang berat dan membutuhkan kebulatan tekad.
Dalam masyarakat, kisah perjalanan taubat seseorang memang
beragam dan berbeda satu sama lain. Walaupun tidak pernah ditemukan
disekitar pembaca dan narasumber lain, tetapi kisah yang terdapat dalam
44 Wawancara pribadi dengan Hj. Nunung Khairiyah, MA Dosen Ilmu Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada 21 Juni 2017, Pukul 13.00 WIB di Ruang Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 91
Novel Bait Surau bisa jadi benar-benar ada dalam kehidupan masyarakat yang sesungguhnya di daerah lain. Maka novel tersebut dapat dikategorikan novel yang realistis menggambarkan perilaku kehidupan sosial yaitu perubahan perilaku jahat kepada perilaku baik. Memuat nilai- nilai teladan dan dapat dijadikan contoh bagi pembaca untuk berubah menjadi lebih baik. Walau demikian, hidayah harus tetap dicari oleh setiap orang untuk bertaubat.
Berkaitan dengan hukum shalat orang yang bertato yang digambarkan dalam novel Bait Surau, benar bahwa Islam melarang tato, hal itu berkaitan dengan hukum thaharah atau bersuci baik dari hadats kecil maupun besar. Jika sudah terlanjur mentato tubuh, maka sebaiknya ada upaya untuk menghilangkanya dengan tidak membahayakan tubuh kemudian bertaubat dan memohon kemurahan Allah. Berkaitan dengan cerita saat Rommy menangis membaca huruf demi huruf bacaan Al-
Qur‟an, jika sudah bertaubat maka keimanan akan bertambah saat disebut nama Allah dan bergetar hatinya saat membaca dan dibacakan Al-Qur‟an sesuai dengan surah Al-Anfal ayat 2. Membaca Al-Qur‟an juga akan membawa ketenangan hati menjadi lembut dan mudah mengingat perbuatan dosa yang pernah dilakukan.
Berkaitan dengan surah An-Nisa ayat 69 yang dikutif dalam novel tersebut, untuk menggambarkan bagian akhir cerita setelah Rommy meninggal. Setidaknya sosok Rommy termasuk kedalam orang shalih, bukanlah syahid seperti doa Pak Ustadz dalam novel tersebut yang 92
dituliskan pengarang pada sub judul sebelumnya. Karena perjalanan
Rommy selama hidupnya lebih menggambarkan orang shalih.
Unsur-unsur novel yang terdapat dalam Novel Bait Surau diantaranya unsur insitrinsik temanya yaitu taubat, alurnya maju-mundur, tokohnya selain tokoh utama juga terdapat tokoh tambahan. Tokoh utama adalah Rommy dan tokoh tambahan diantaranya sahabat-sahabat Nadia dan Rommy, teman-teman nelayan, H. Sodik, dan tokoh lain yang ikut terlibat dalam novel tersebut. Tokoh protagonis yaitu Nadia, Ully, Rachel,
Bram, Abah, Ramdhan, Siti, Pak Ustadz. Tokoh antagonis yaitu Rommy dan H. Sodik. Namun pada akhirnya Rommy dan H. Sodik menjadi tokoh protagonis. Rommy dan H. Sodik juga termasuk tokoh berkembang karena mengalami perubahan watak. Diawal cerita memiliki watak buruk, kemudian berubah menjadi memiliki watak baik.
Latarnya pedesaan yang damai dan asri sedangkan latar perkotaan digambarkan dengan penuh gemerlap, membuat Rommy senantiasa gelisah. Sudut pandang yang digunakan yaitu “Dia mahatahu”, pengarang menceritakan semua kejadian yang menyangkut tentang dia atau tokoh dalam novel tersebut. Amanat yang terdapat dalam novel tersebut yaitu agar kita senantiasa berbuat baik dan kembali kejalan yang diridhoi Allah
SWT. Bertaubat dengan taubatan nasuha. Gaya bahasa yang digunakan lebih mudah dipahami karena Novel Bait Surau dirancang pula untuk skenario film yang sama, sehingga tiak banyak memuat gaya bahaya yang puitis seperti novel pada umumnya. 93
Dalam novel tersebut, taubat yang digambarkan adalah taubat orang awam yaitu perjalanan taubat karena kelalaian seseorang. Tokoh yang bertaubat bukanlah seorang sufi sehingga taubatnya bukan taubat khawas. Dalam novel tersebut tanda-tanda taubat hanya menyadari letak kesalahan, menyesali perbuatan dosa, serta memperbaiki diri dengan melakukan banyak kesalehan individu maupun sosial. Kurang lengkap karena alurnya tidak digambarkan apakah seseorang tersebut tidak melakukan kesalahan di kemudian hari. Padahal tanda-tanda taubat salah satunya adalah berniat berkeinginan keras dalam hati untuk tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut di kemudian hari.
Dosa-dosa yang digambrkan dalam Novel Bait Surau yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh yang bertaubat diantaranya adalah dosa mulkiyah atau rububiyah yaiti merasa agung, sombong, angkuh seperti tergambar dalam awal perjalanan Rommy dan H. Sodik. selain itu, tokoh
Rommy juga melakukan perbuatan dosa lainnya yaitu dosa sabuiyyah dengan menganiaya istrinya Nadia, dan Ramdhan saat mengetahui
Ramdhan menyembunyikan berita kematian istrinya. Rommy juga melalukan dosa Bahiimiyyah yaitu memenuhi nafsu seksualnya dengan selingkuh padahal ia telah memiliki seorang istri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisis wacana taubat
yang terdapat dalam Novel Bait Surau adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Dimensi Teks
a. Struktur Makro
Mengenai tema dalam Novel Bait Surau adalah taubat. Tema
tersebt didukung oleh subtopik yang terdapat dalam 9 subjudul yang
terdapat dalam novel tersebut. Adapun subtopik yang terdapat dalam
novel tersebut adalah menyadari letak kesalahannya, menyesali
perbuatan dosa, dan memperbaiki diri. Topik tersebut adalah tanda-
tanda taubat.
b. Superstruktur
Mengenai skematik yang merupakan elemen yang diteliti
dalam supertruktur, Novel Bait Surau diawali dengan cover depan,
cover dalam, halaman pengantar penulis, daftar isi. Isinya secara
keseluran menggambarkan kisah perjalanan seseorang yang bertaubat
dengan tanda-tanda menyadari letak kesalahannya, menyesali
perbuatan dosa serta memperbaiki diri. Kesimpulannya adalah masa
lalu adalah sejarah untuk bercermin, kita harus ikhlas menerimanya.
Hidayah akan didapat oleh orang-orang yang menerima nikmat dari
Allah SWT.
94
95
c. Struktur Mikro
Berdasarkan semantik, sintaksis, dan retoris, ditemukan
beberapa pemaknaan kata yang menunjukkan bahwa Novel Bait Surau
merupakan novel yang membahas tentang taubat.
2. Berdasarkan Dimensi Kognisi Sosial
Pandangan pengarang terhadap taubat memang berdasarkan
pengalaman kisah nyata dan hasil riset yang telah dilakukan oleh
pengarang. Sehingga menggambarkan realitas kehidupan sosial.
Taubat menurut pengarang bukan hanya sebatas menyesali perbuatan,
namun juga harus disertai dengan memperbaiki diri. Pengarang
mengarahan opini pembaca untuk bertaubat secara menyeluruh sesuai
aturan agamanya khususnya dalam agama islam. Hal ini dilihat dari
cerita yang gambarkan memperbaiki diri adalah memperbaiki
hubungan dengan Allah dan dengan makhluk Allah yang ada
disekitarnya. Perjalanan mendapatkan hidayah bukanlah hal yang
mudah, tetapi tetap harus digapai walau mendapatkan halangan dan
cibiran dari orang lain.
3. Berdasarkan Konteks Sosial
Berdasarkan konteks sosial, taubat adalah kembali kepada jalan
yang diridhai Allah, menyesari perbuatan yang telah dilakukan dan
tidak mengulangi kesalahan atau dosa tersebut dikemudian hari. Jalan
mendapatkan hidayah memang berbeda-beda namun hidayah
sebaiknya dijemput. 96
B. Saran
1. Kepada Pengarang
Sebaiknya biografi pengarang lebih diperbanyak. Kata-katanya
lebih mengandung kata-kata puitis agar lebih menyentuh. Menambahkan
alur cerita yang menunjukan tanda taubat yang lain yaitu tidak melakukan
dosa tersebut dikemudian hari sehingga lebih mantap dan kompleks.
2. Kepada pembaca
Hendaknya pembaca benar-benar mengambil pelajaran dari novel
ini. Mengaplikasikannya agar hidup menjadi lebih baik khususnya dalam
taubatan nahusa.
DAFTAR PUSTAKA
Aan Syamsudin Munawar, Resolusi Neo-Metode Riset Komunikasi Wacana,Yogyakarta: Lkis, 2007.
Bungin, Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada. 2003.
------. Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Kencana, 2007
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2001.
Hamka, Prisip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam. Jakarta: Pustaka Panjimas. 1984
Kasiram, Muhammad. Metodologi Penelitian Kuantitif-Kualitatif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Kusmayadi, Ismail. Think Smarts Bahasa Indonesia, Bandung: Media Grafindo Pratama, 2006.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.
Mulyana, Dedy. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Pinsip-Prinsip Analisis Wacana: Yogyakarta, Tiara Wacana. 2005
Muthahhari, Murtadha. 1991. Wacana Spriritual, Jakarta: CV Firdaus
Nurgianto, Burhan. Teori Pengkaji Fiksi: Yogyakarta, Gajah ada University Press. 1995
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif , Yogyakarta: Pelangi Aksara, 2007.
Quraish M Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta, Lentera Hahti. 2011
Rahman Abdul Dudung, Resep Hidup Bangkit dari Keterpurukan, (Bandung: Media Qalbu,2005.
Sukamdi, Muhammad. “Konsep Taubat menurut Hamka dalam Perspektif Kesehatan Mental (Analisis BKI).” Skripsi S1 Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, 2010.
97 98
Sumardjo, Jakob. Konteks Sosial Novel Indonesia 1920-1977: Bandung, Penerbit Alumni. 1999
Syaikh Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd, Taubat Surga Pertama Anda, Jakarta: Pustaka Iman As-Syafi’i, 2012.
------, Cara Bertaubat Menurut Al-Qur’an dan As-sunnah Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2007.
Syamsudin M Aan, Resolusi Neo-Metode Riset Komunikasi Wacana, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013
Tebba, Sudirman. Tafsir Al-Qur’an Nikmatnya Tobat, Banten: Penerbit Pustaka irVan, 2007.
Utami, Kurnia Ika “Semiotika Taubat dalam Film “Mama Cake”” Skipsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Wahyu, Rakha, Bait Surau, Jakarta: Two Synergy Publisher. 2012
Yamani Muzzaki Agus “Pesan Taubat pada Lirik Lagu Edcoustik dalam Album Sepotong Episode.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Transkip Wawancara Pribadi Bersama Wahyu Frayudha, ST (Rakha
Wahyu), Penulis Novel Bait Surau. Pada pukul 21.45 WIB, Di Kafe
Eksplora Jl Kliningan No.1, Bandung.
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Ini yang novel Bait Surau, tadi kan sempet disinggung kang ya? Novel
yang ngga sempurna, itu proses pengerjaannya beneran Cuma sebulan
doang?
N : Sebulan setengah.
P : Sebulan setengah. Itu dari.. gimana sih maksudnya bisa diceritain gak
awalnya kenapa bisa
N : Bait surau?
P : Iya kenapa bisa bait surau gitu?
N : Sebenarnya sih ini, si Bait Surau ini kan saya angkat dari sosok orang.
saya punya kawan. kawan itu, dia sedang dalam pencarian jati diri. Jadi si
orang ini basicnya itu dia pemabuk. Ya pokoknya mah kejahatan apapun
dia pernah ngerasain gitu ya. Tapi orang ini sebenarnya orang kreatif. Dia
orang seni dan tatonya dia itu dari ujung kuku sampai dengan tubuhnya itu
penuh dengan tato kecuali wajah ya. penuh semua. Saya pernah melihat
ketika dia sedang telanjang itu penuh dengan tato. Dia seniman yang
benar-benar seniman. Nah satu sisi, eee rejeki dia bagus. Maksudnya
secara finansial dia orang yang mampu dari kecil dia jauh dari agama, buat
99
100
dia itu agama hanya lipstik, hanya penghias saja. intinya bahwa yang
paling penting hidup itu banyak uang. Memang secara fisik, berkarya
bagus memang selalu menghasilkan uang. Nah tetapi ketika dia
berkeluarga, otomatis kan ada sosok lain yang hadir dalam hidup dia. Nah
Sosok ini kan bertolak belakang dengan apa yang dia inginkan. Contoh
misalnya ketika dia sedang ingin senang-senang, huraP : hura ada yang
ngingetin. A, tong kitu atuh, jangan mabuk atuh, bagimana nanti kamu jadi
kepala keluarga. Bagaimana kalau nanti punya anak. Itu kan sebuah
kehidupan yang menurut dia mengekang gitu loh.
P : Berarti sosok nadia juga benar-benar ada dalam kehidupan nyata?
N : Iya mengekang banget gitu loh. Dikit-dikit disadarin. Bang jangan ini
jangan itu kan. Sebenarnya si sosok wanita yang disebut nadia itu, da
bagaimanapun orang seburuk-buruknya ge kalau nikah mah dalam hati
mah pengen yang baik atuh. Pengen punya sitri yang baik ya. Begitupula
wanita taulah dirinya mantan apa tapi pasti punya mimpi mah punya suami
yang shaleh, penurut, penyayang kepada keluarga pasti itu manusiawi. Nah
tetapi ketika menyatu dengan sosok yang baru datang itu, mampu gak kira-
kira dia begitu. Dia bebas kemana gak ada yang ngelarang, gak ada yang
apa. Tapi ketika dia sudah menikah dan satu rumah otomatis kan ada yang
merhatiin kebebasan dia, terutama kehidupan liarnya begitu lah. Dan saya
kembangkan dalam cerita itu sebenarnya dalam kehidupan itu nyata
adanya bahwa satu manusia itu tetep butuh pendamping. Butuh orang lain.
Manusia itu butuh pendamping. Gak mungkin kita hidup sendirian. Hidup
sendirian Itu gak mungkin. Tetep harus ada yang merhatiin. Harus ada
101
yang mengingatkan. Apalagi kan dalam islam pernikahan itu kan sakinah mawwadah warrahmah sampai dengan rahmat Allah itu datang kepada keluarga itu. Nah untuk menuju yang terakhir aja sampai Rahmat Allah datang kedalam suatu keluarga, gak mungkin Allah memberi rahmat jika keluarga itu tidak mau karena Allah mah bagaimana yang umatnya ingin ia rasakan maka itu yang akan datang, kan adilnya Allah itu kenapa sih keorang jahat juga Allah baik, usahanya lancar, bisnisnya lancar. Allah tuh ngga memandang itu, gak memandang itu. Silahkan saja toh hidup itu ada dua pilihan. Endingnya ada dua pilihan. Surga neraka. Baik buruk. Nah dalam bait surau ini saya tetap cantumkan sebuah pesan seberapa lama orang menyebut kita. Karena itu akan terus menjadi visi misi saya.
Rommy adalah sosok yang mewakili orang yang gayanya transisi antara modern dan tradisional. Karena orang Indonesia itu sebenarnya transisi.
Modern ngga tradisional juga ngga. Jadi standart modern itu di kita mobil mewah, gaul, fashionable dan sebagainya padahal kalau takarannya seperti itu, itu jaman jahiliyah sebenarnya. Apa bedanya dengan pamannya Rasul yang dulu. Mereka juga sudah punya rumah bagus, sudah berpakaian bagus pada masanya. Nah menurut saya sosok Rommy ini mewakili cowo- cowo yang ingin tampil elegan, pengen tampil wah. Dia ngga sadar bahwa hidup itu harus berpasangan. Pengennya mah bebas. Yang kedua, bahwa dalam hidup ini kita harus siap menerima pasangan kita. Karena ketika kita pacaran itu, abu-abu sebenarnya bahkan saya bilang itu gelap sebenarnya.
Gelapnya gini kita taunya yang indah indah saja. misalnya mau ketemu pacar itu pasti dandan dulu. gak mungkin gak dandan dulu. Aduh saya mau
102
ketemu si Aa nih, yah dipilihkan fashion yang bagus,yang terbaik yang matching, kemudian kita akan mencari tahu tentang pasangan kita sampai hal-hal kecilpun kita lihat dari pasangan kita. Nah ketika sudah berumah tangga beneran akan kelihatan aslinya yang dulu kalau misalnya nih lagi pacaran kesandung aja, aduuh dielus-elus. Dan seratus persen orang aslinya akan kelihatan bagaimana dia yang sering teriakP : teriak gitu kan.
Bagaimana dia yang mudah tersinggung kalau diingatkan. Sangat susah untuk menerima kebaikan. Itu muncul disitu. Sosok Nadia itu menyampaikan kebenaran ya disampaikan saja walau dia digampar ke terserah lah pokonya nothing tulus aja bagi dia. Terus yang ketika dari sisi perempuannya nih ya katanya perempuan itu selalu menerima tapi di sisi lain, perempuan itu pemberontak. Pemberontak sebenarnya. Pemberontak dalam artian gini, perempuan itu selalu pengen pasangannya itu ferfect lah.
Misalnya dibawa ke keluarganya, oh ini suami saya, suami saya mah sukses. Dia belum tentu menerima ketika suaminya itu kalah gitu. Dia akan malu ketemu ibunya, ketemu papahnya. Nah sosok Nadia ini mewakili realistis kepada kehidupan rumah tangga yang sebenarnya gitu.
Ketika bagaimana wanita itu secara nalurinya ingin suaminya menjadi imam, pendamping, eh apa namanya, pengayom gitu. Nah tidak ditemukan ternyata dari sosok Rio ini si Rommy ini. Tetapi yasudahlah toh saja hanya punya kewajiban menginagtkan saja dengan apa yang ia bisa. Nah itu dari sisi realistis seorang perempuan. Pesan yang ingin saya sampaikan kepada pembaca atau penonton waktu itu. Karena dari awal memang disiapkan untuk film layar lebar si bait surau ini, jadi otomatis saya harus bikin cerita
103
itu lebih mudah, lebih ringkas gitu ya. Lebih mudah dibaca, lebih ringkas
dihayati karena ini akan menjadi visual. Beda dengan novel saya yang
Sang Pengibar benar-benar sebuah cerita yang dibuat novel walaupun udah
ada ini gambaran saya, mungkin ditahun berikutkan saya akan jadikan film
layar lebar gitu. Nah otomatis ketika saya menulis Bait Surau, saya berfikir
naskah itu harus sekaligus jadi skenario. Jadi pemaparannya juga engga
terlalu puitis. engga terlalu banyak eee apa namanya. Kan kalo di novel itu
banyak bahasa-bahasa puitis gitu ya. Ini saya hindari untuk apa? Karena
ini untuk film. Karena gini neng, film itu kan skenario ya. Ketika kita
bikin skenario gini pedomannya ya. Kita sedang bercerita dengan orang
lain, gitu aja. Jadi ketika kita bikin skenario, novel yang untuk skrenario
kita harus berfikir bahwa kita sedang becerita dengan orang lain, bukan
kita berbicara dengan diri sendiri gitu kan. Makanya si Bait Surau ini
secara Novel kurang sempurna karena memang pemaparannya tidak
seratus persen novel. Dia ada skenario disitu. Ada skenario film yang
sudah saya bentuk. Ini adalah skenario film, jadi apa namanya tidak terlalu
banyak eee apa namanya bahasa-bahasa puitis, bahasa-bahasa yang indah.
Langsung bahkan kebahasa action aja gitu kan ke bahasa visual. Nah itu
pesan wanita ya si Nadia itu dia memang seorang perempuan yang begitu
adanya tetapi dia punya sisi lain, dia pemberontak juga. Nah kemudian
saya sisipkan pesan lagi bagaimana kemudian orang menyikapi ketika
kehilangan. Orang itu gak sadar ketika bersama-sama.
P : Memiliki gitu ya?
104
N : Heeh. kita harus siap ketika tidak lagi bersama atau kehilangan. Nah
harusnya ketika kita kita pacaran atau berumah tangga, kita persiapkan
juga untuk kehilangan. Jadi anggap saja ketika kita pacaran itu, anggap
saja sedang memiliki padahal kita harus siap ketika tidak lagi bersama.
Nah harusnya ketika kita sedang berpacaran atau lainnya kita persiapkan
juga untuk kehilangan. Bagaimana ketika Rommy kehilangan Nadia.
Setelah dia setiap hari apa, berantem gitu ya. Tidak menerima pesan-pesan
kebaikan, lalu akhirnya apa. Kehilangan itulah yang akhirnya membuat ia
balik gitu kan.
P : Heeh sadar
N : Heeh Balik arah ketika dia yang, yang apa ya meun kata orang sunda mah
garihal tea ya. Kasar, arogan. Arogannya karena tadi, dia mewakili
seorang lelaki kotalah ya, modern gitu. Arogan dia. Jadi wanita seperti
Nadia itu dianggap wanita desa, wanita yang kuno ya, hanya ngomel aja
gitu kan. Nah ketika Allah menghilangkan sosok ini, berarti kan satu
simbol kehidupan yang tadi harus saling melengkapi itu hilang. Hilang.
Nah barulah disitu Rommy merasakan bagaimana sih kehilangan. Dan itu
realistis ketika berteman, akrab mungkin dianggapnya ah biasa saja.
P : Berarti itu bukan hanya dari pernikahan aja ya? Dalam hubungan apapun?
N : Betul. Dalam hubungan apapun. Kita lagi pacaran, kita sedang dalam
dunia pekerjaan misalnya saya atasan, ini bawahan kadang-kadang kalau
kita lagi bareng mah ditunjuk-tunjuk tuh bawahan, bodo sia mah tidak
berhasil lah ini lah. Dia hilang saja, dia baru inget oh ternyata jasa dia
banyak loh. Saya pengen menyisipkan ke penonton atau pembaca, hati-hati
105
ketika kita kehilangan gitu kan. Karena dalam kehilangan itu, kita akan merasakan baik dalam dampak psikologis maupun dalam hubungan manusia gitu ya. Hubungan harmoni antarmanusia. Nah itu dalam perjalan
Rommy ketika kehilangan Nadia. Tapi kan ketika kehilangan Nadia, itu kehilangan lagi. Selama ini ada sosok siapa pembantunya itu? Ee
Ramdhan. Sosok Ramdhan ini kan saya simbolkan sebagai sosok pengabdi yah. Nah kalau mengabdi itu tulus gitu ya. Apapun dia, apakah dialah. apakah dia pengabdi negara sebagai PNS gitu ya. Apakah dia pengabdi kecamatan misalnya, seorang camat. Saya sisipkan sederhana saja bahwa dia seorang pengabdi. Pengabdi rumah tangga ya dia seorang pembantu la ya, pembantu. Sebenernya kalau kita berfikir panjang saya ingin memberikan pesan bahwa siapapun kita sebenarnya mengabdi gitu.
Mengabdi semua orang itu. Mengabdi kepada atasan kita, yah istri dalam rumah tangga mengabdi kepada suami. Suamipun sama mengabdi kepada keluarga. Nah kalau sama-sama kita berfikir kita tuh pengabdi. Kita kan harus sinkron gitu ya sama-sama pengabdi ko. Kita ini bukan Tuhan ko.
Yang semau-maunya harus menurut dia. Pesan bahwa seorang pengabdi itu ketika dia ikhlas apapun jabatan dia, ikhas aja. Toh kalau kita menuntut lebih, misalnya Atuh kan urang teh euy geus gawe cape, dari pagi dicarekan wae pundung. Itu belum ikhlas mengabdinya. Rramdhan disini dia sosok yang mengabdi tulus gitu. Jadi dia sampaikan apa pekerjaan dia, bahkan dimarahin gitu ya. Ngaji saja ditempeleng gitu. Yasudah ikhlas saja. ikhlas saja. Tetapi balik lagi kepada sosok manusianya. Toh
Ramdhan juga manusia, ketika dia benar-benar diapa ya dianggap tidak
106
dibutuhkan, yasudahlah pergi. Itu pesannya. Nah sama tadi kehilangan, saya coba bermain psikologis disitu apakah Rommy ini akan menjadi sosok yang terus menerus seperti itu atau dia akan mencari kehilangan tadi. Nah itu pesannya. Karena setelah kita kehilangan berarti kan ada sosok yang dirindukan ya. Aduh ko aku rindu ya adanya Nadia.
Bagaimana dia tiap pagi menyuruh mandi, menyuruh shalat bahkan menyebut udahlah jangan sebut-sebut Allah, siapa Allah? Siapa Tuhan.
Udahlah jangan sebut-sebut orang lain. Itu kan bagi penonton ih kurang ajar banget nih orang nih. Orang yang memang udah buta dengan dunia gitu. Karena dia menganggap dunia itu Tuhan. Jadi apaun dunia saja. Yang lainnya ah da naon eta mah urusan kecil. Nah saya masukan lagi pesan
Rommy ini ternyata bagaimanapun punya hati lah, punya hati yang tetep kalo manusia itu kalo udah tersentuh hatinya bakal mencari kebenaran karena ketika hati misalnya emosi yang disentuh marah-marah gak karuan karena kalo hubungannya udah sama emosi hubungannya dengan iblis kan begitu kan. Kalo ada sentuhan kebenaran yang kita kejar, sudah pastiyang dikejar malaikat. Karena apa? Simple saja, ketika kiat berdoa “Ya Allah tolong bangkrutkan si A”, apakah malaikat mengaminkan? Mengaminkan tetapi ada ujungnya, Aamiin, kamu juga. Itu adab dalam berdoa. Jadi siapa doa itu gak boleh jelek? Boleh tapi akan kembali kepada kita. Nah balik lagi ke kitanya apakah cepat, apakah tidak. Nah saya pengen menyisipkan bahwa Rommy ini menerima doa dia yang jeleknya. Ketika tadi, jangan sebut-sebut orang lain itu kan malapetaka buat dia. Akhirnya kehilanganlah semuanya, Rommy ini kehilangan semuanya, kehilangan
107
jabatan, kehilangan kesuksesan, kehilangan ee dikasih juga peringatan
sama Allah tuh orang-orang yang deket sama lu hilang. Terserah lu mau
cari atau tetep teruskan sini. Akhirnya dia carilah kan?
P : Ramdhan?
N : Iya. Nah saya ingin sisipkan pesan bahwa ada realistis dalam kehidupan
hal kecil itu tidak penting. Saya sisipkan dalam beberapa tokoh contoh
dalam tokoh eee Siti. Siti itu punya peran walaupun dia gagu sebenarnya
dia adalah simbol. Buat saya itu adalah simbol bahwa ketika Tuhan
mencabut sebuah nikmat ya. Nikmat kita bisa mendengar, nikmat kita bisa
ngomong itu kan terbatas. Tetapi semua itu harus berkolaborasi karena
Allah itu selalu Harmoni. Selalu berpasangan. Ada yang sempurna ada
yang tidak sempurna gitu kan. Nah saya munculkan sosok Siti ini untuk
pesan kepada penonton dan pembaca bahwa eee kurang orang yang
dianggap punya kekurangan bukan berarti kurang. Jadi sosok Siti ini saya
ingin menyajikan kepada masyarakat bahwa apa yang selama ini Allah
pesankan kepada Makhluknya semua ini ada tujuan gitu. Ada tujuan, kalo
semuanya cantik, kalo semuanya ganteng ya gak harmonis. Gak harmonis.
Hutan aja kalo pohon besar semua gak harmonis. Musti ada rumput, mesti
juga ada ulat, mesti ada hewan, mesti ada pohon lagi. Pohon juga
bermacem-macem gak satu jenis aja kan. Nah itu konsep saya membuat
Bait surau ini saya sajikan juga di dalam masyarakat ketika orang-orang
yang punya kekurangan itu disisihkan gitu, selalu diabaikan tidak
dianggap. Padahal perannya itu penting sebenarnya. Perannya itu penting.
Bagaimana ia bisa menyarakan suara dia tetapi dengan perilakunya. Jadi
108
bagaimana Siti yang apa namanya yang lemah lembut, yang nothing tulus,
ya ngebantu ya ngebantu aja. Nolong ya nolong aja. Tetapi tetep da dia
juga manusia ya punya rasa cinta, punya rasa seneng gitu kan, punya
harapan gitu kan
P : Makanya dia sama Rommy? Dia suka sama Rommy?
N : Iya suka tapi tadi bagaimana dia mengungkapkannya karena dia sadarlah
dia mah punya kekurangan. Kemudian sosok Abah. Abah ini kan saya
sisipkan disitu dilema. Sosok yang dilema di situ. Satu sisi dia tokoh yang
religius, pengayom di keluarga, tetapi gini, kenapa si abah ini saya
sisipkan sebagai penjual batu nisan?
P : Iya pembuat dan penjual batu nisan
N : Betul. Nah saya ingin sisipkan kepada penonton dan pembaca bahwa
apapun kita punya peranan. Saya pengen menunjukan dilematis seorang
penjual batu nisan. Nisan itu saya ingin mengingatka pembaca atau
penonton bahwa akhir hidup kita disitu gitu. ko harus penjual nisan?. Saja
punya pesan kita ujungnya disitu, hanya di sebuah batu. Nah seberap lama
orang melihat nama kita distitu? contoh misalnya kita hidup dalam sosial
kita arogan, kita jahat, siapa sih mau nengok kuburan kita? Malah meureun
yah pas ada pengumuman di speker itu innalilahi wa innailaihi rojiun,yang
namanya Rommy meninggal bisa jadi orang malah alhamdulilah sepi
lembur teh euy aman. Siapa yang mau nyebut nama kita? Gak mau yah
tapi kalo kita baik diakhit hanyatpun kita disebut orang. Liat noh ada
nisannya Rommy, ya Allah mudah-mudahan orang yang soleh ini, karena
apa? Karena tahu kita harum namanya. Nah itu yang disebut panjang umur
109
disebut terus sama orang. Nah itu yang saya ingin sampaikan kenapa batu
nisan. saya pengen di sinkronkan ketika Rommy merasa kehilangan dan
dia mencari jati dirinya salah satunya pesan ke saya tuh hidup lu di situ, di
batu nisan. kenapa gak saya bikin aja si Abah ini tukang Surabi gitu ya
atau tukang eee ini lah ayam kaliwang. Saya pesan ini loh hidup kita disini
berakhir. Makanya dia berdoa. Berdoapun serba salah
P : Iyaa
N : Ya Allah rejeki saya banyak, berarti?
P : Banyak yang meninggal.
N : Berarti banyak yang meninggal. Ini kan dilema tapi toh kan Allah itu maha
tahu lah. Dan ketika kita bersungguh-sungguh mencari rejeki yang halal
yah dengan ridha Allah. Tong sieun lah. Da secara logika mah siapa sih
yang beli batu nisan? kadang kita ngeliat aja aaah geus hoream ningalina
oge ya. Serem ningali batu nisan berjejer. Pasti kamu neng, iiih gitu kan
P : Hehehe ingat mati
N : Iya itu pengingat bahwa terakhir kita di situ. Bahwa emang pencatat nama
kita disitu. Itu lah yang ingin saya pesankan kepada penonton bahwa
ingatlah mati. Ini loh ada orang yang arogan, ini loh ada orang yang baik.
Kenapa orang baik selalu meninggal? Bahas yang baik aja yang positifnya.
Datanglah Rommy ke desa. Ke sebuah desa yang ada Ramdhan di situ,
bagaimana sih perihnya kehidupan dia di desa. Selama dia di kota itu,
bagaimana sih dia mudahnya mencari uang, mencari teman, banyak teman.
Ketika dia udah kehilangan semuanya mana ada sih teman yang mau deket
gitu kan. Tapi ketika dia datang ke sebuah kehidupan yang belum pernah
110
ia alami, dan di situlah berbukalah mata hati dia. Oh ternyata Ramdhan
mah soleh ya pernah dicaci maki tapi tidak punya dendam. Saya pesan
disitu mah hanya mensinergikan saja bahwa ketika kita punya keikhlasan,
ketika kita punya nilai-nilai ikhlas, toh orang itu akan mengejar nilai ikhlas
kita. Jadi gak usah khawatirlah ketika kita jadi tukang nyapu di pinggir
jalan kita ikhlas. Orang akan tau dengan keikhlasan dia. Jadi sasapu teh
henteu ngutruk gitu kan, ikhlas saja, toh nanti reward nya nanti ada.
P : Jadi secara garis besar sebenarnya ada di pernikahan juga gitu ya, pesan
pernikahan terus kalo dia kehilangan apa yang dia harus disikapi begitu?
N : Betul
P : Terus kalau informasi seputar tema yang digunakan gitu dalam Bait Surau,
biasanya dapet dari mana?
N : Informasi? Maksudnya ide saya gitu?
P : Iya
N : Tadi yang pertama, saya dari kehidupan nyata. Saya sempet riset ya, riset
kehidupan sosial memang orang-orang yang bergaya modern. Itu yang
saya riset, seperti itu. Terus yang kedua saya riset bagaimana sih orang
menyikapi ketika orang bertato itu pengen beribadah. Walaupun memang
dalam Bait Surau itu ngga saya kupas tuntas gitu ya. Aslinya begini, si
orang yang bertato ini pengen beribadah, pengen merubah hidupnya tetapi
secara sosial dia terkekang gitu. Dia masuk ke masjid tatonya banyak,
ketika dia pakai baju koko saja orang lain masih gimana gitu. Bagaimana
dia mengabaikan sangkaan orang dan lebih besar lagi positifnya dia. Kalo
111
kita sudah niat udahlah abikan saja hal-hal yang kanan kiri ngomong.
Misalna eh gede-gede karak diajar shalat
P : Iya benar, kan situ ada ya kenapa udah besar tapi belom bisa shalat, belum
bisa ngaji gitu ya?
N : Nah itu, dalam kehidupan nyata itu ada
P : Berarti beneran di nyata tuh ada ya?
N : Banyak. ada banyak. Bukan hanya orang bertato saja. jadi sering kali saya
lihat di masjid orang tua tapi yang baru ngeh oh ternyata islam begini
padahal dari kecil dia islam
P : Kayak Rommy?
N : Iya dari kecil udah islam dia, tetapi bagaimana dia? Islam tuh hanya lisptik
saja. hanya lipstik saja. Nah di dalam realistis kehidupan itu banyak orang
yang mau mencari kebenaran tetapi kadang-kadang kalah oleh hasutan
orang. Padahal mah abaikan saja.
P : Malu gitu ya?
N : Malu, ngerasa risih gitu kan. Contoh ya temen saya yang waktu itu, dia
mau shalat Jum’at, dia sedih ketika ada ibu-bu yang bilang gini, wudhunya
aja gk akan diterima.
P : Karena dia bertato?
N : Iya karena dia bertato. Itu dia sangat sedih sangat menerima ucapan itu.
Sisi lain dia pengen sekali merasakan bagaiaman nikmatnya dia
mendapatkan hidayah tetapi sisi lain di sosial kan orang-orang sekeliling
teh aah gak semua respek gitu dong. Ada yang mencela menganggap aaah
naon? Gitu kan? Nah saya ingin pesan seberapa kuat sih ketika kita udah
112
menemukan kebenaran kita siap dengan eee apa ya kita siap dengan
cacian. Kiat siap dengan sanjungan. Kita siap juga dengan makian. Nah
sanjungan itu juga jangan salah loh sanjungan juga sebuah dilema juga.
Jangan berarti orang mencaci tuh berarti buruk. Justru sanjungan itu kita
harus hatI-hati dia menyanjung kita maunya ada nih. Kita sering terlena
dengan sanjungan justru. Kalau dengan cacian kita responnya cepet.
Misalnya ah wahyu teh naon sih? Ita responnya cepet. Emang bisa apa lo?
Tapi dengan sanjungan, waah wahyu mah hebat euy, naaahh di situ kita
langsung lupa padahal itulah sebenarnya eee ujian kita disitu. Ujian yang
sebenarnya adalah saat kita mendapat sanjungan atau ketika kita
mendapatkan sesuatu yang memang di luar ekspetasi kita. Itu sebenernya
ujian tuh. Contoh misalnya tadinya kita biasa-biasa saja tapi tiba-tiba kita
diangkat nih jadi sesuatu, itu siap-siap loh. Kalo kita niatnya melenceng
sedikit berarti kan kita gak amanah lagi. Menurut saya, pesan dalam bait
surau itu ya gitu pokonya ketika ketika kita menemukan kebenaran,
abaikan saja hal yang merusak kebenaran itu sendiri. Abaikan saja,
abaikan dalam arti bukan berarti kita lempeng-lempeng wae ngga.
Misalnya kita mendapat cacian toh kan yang mencaci itu kan manusia,
yasudahlah kita toh sedang mendekati kepada pemilik manusia yasudah
gitu saja positifnya gitu kan. Gak usah frontal lagi dilawan, gak usah gitu.
P : Berarti pesannya ketika kita akan bertaubat, gak semua jalan itu lurus gitu
ya?
N : Iya gak semua itu mulus gitu. Orang kita mau ngerampok aja, ya ada aja.
Yang baik juga sama ada aja ko padahal niatnya bener. Misalnya nih kita
113
mau shalat di masjid A ya sama walaupun niatnya bener eh ada aja
halangannya, di jalan ban bitu ke misalnya mau bensin habis di jalan. Itu
kan tapi bagaimana kita mensiasati yang tadi. Mensiasati agar niat kita
tetep lurus gitu. Nah kemudian di situ juga ada tokoh yang apa eee temen-
temennya pelaut itu si Ramdhan kan punya temen
P : Heeh Nanang ya?
N : Heeh si Nanang segala macem, itu sebenarnya simbol-simbol yang saya
selipkan dalam tokoh Rommy adalah orang-orang yang termarginalkan
lah. Orang-orang yang termarginalkan. Jadi sosok Rommy yang selama ini
dia glamour, harus diketemukan dengan sosok-sosok yang termarginalkan,
yang tersisihkan gitu. Yang tersisihkan. Kenapa yang tersisihkan? Kalau
kita bicara yang eee sama-sama ikhtiar ya, sama-sama ikhtiar buat
keluarga. Rommy itu sangat mewah, apapun dia bisa dialakukan tuk
istrinya, ya kan? Untuk anaknya nanti, bisa dia lakukan. Tapikan engga
dilakukan. Sementara di sini ada sosok yang..
P : Mati- matian..
N : Heeh mati - matian ampe anaknya mau lahir dia harus melaut gitu kan. Itu
eee sebenernya apa ya buat menyadarkan juga di sisi lain ini loh Rommy
kamu teh udah dikasih kesenangan. Udah dikasih fasilitas, di mudahkan
rejeki. Sementara ada orang yang pengen makan saja harus bertarung
dengan laut. Harus bertarung dengan nyawanya sendiri. Laut saya
gambarkan sebagai sebuah simbol ya. Laut itu adalah kekuatan. Kekuatan
yang maha dahsyat ya. Laut itu adalah simbolisasi, di situ ada kekuatan
114
Tuhan. Di situ ada berkah, kita kalo bicara laut sok bayangkeun, laut.
Pernah teu ada orang yang berbondong-bondong maraban laut? Gak ada
P : Ngambil doang hehehe
N : Hahah ngambil aja terus tiap hari, iya kan? Itu sebagai berkah dari Allah.
Saya gambarkan itu simbol bahwa laut itu memang maha dahsyat. Air itu
maha dashyat bagi orang. Air itu lembut ketika dia, kita gunakan untuk
hal-hal positif. Contoh kita mau bangun tembok, kalo gak ada air gak
mungkin deh. Gak mungkin. Karena ada air dulu yang meracik, jadi
bangunan. Kan gitu kan? Bagaimana di laut? Berapa juta galon air ya?
Allah di situ memberi berkah, memberi apa namanya luar biasa gitu ya.
Ya tadi contoh aja gak ada orang yang berbondongP : bondong maraban
lauk. Gak ada di laut tuh. Tapi Allah tuh sudah siapkan, taahh gitu kan.
Tetapi perlu pengorbanan, da Allah juga ngasih rejeki gak langsung jleg
langsung dari langit.
P : Iya hehehe
N : Iyaa tetep harus kita berjuang gitu. Karena satu lagi gitu di cerita anak-
anak pelaut ini menjemput rejeki itu tidak semudah kita berdoa gitu.
Logikanya gini, kenapa kita sebut tidak semudah berdoa misalnya dalam
berdoa mah saya bisa membahagiakan istri gitu ya mudah berdoa mah.
Tapi kadang kita suudzon pada Allah ko kieu sih ngadoa, dikabulkeun teu
sih.
P : Can kakabulkeun gitu ya?
N : Heeh. Itulah kenapa saya sajikan laut sebagai simbol kebesaran Tuhan.
Tinggal kita menggali saja. Tinggal keberanian saja, tinggal istiqomah
115
saja. itu lautnya mau dimanfaatkan atau mau terbuang sia-sia gitu saja.
Apalagi kalau kita berbicara kekayaan Indonesia, bagaimana itu kan
hampir berapa puluhh persen lah laut. Sangat bodoh sekali kalo kita ngga
kaya dari laut.
P : Heeh, mereka kayak ada yang pake logat daerah kan. Kayak ada yang
jawa. Itu kenapa menyisipkan yang jawa, maksudnya daerah-daerah
kenapa disisipkan?
N : Jawa cirebon ya?
P : Heeh.
N : Itu kan eee sebenernya syutingnya itu harusnya di Cirebon kemaren karena
kan emang kita bahasanya kan bahasa Cirebon. Cirebon-Kuningan itu kan
deketan, karena kan tipikal orang Cirebon, tipikal orang Cirebon gini satu
Cirebon itu sebenernya kota para wali sebenernya. Kota para wali yang
religius. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini justru Cirebon itu identik
dengan maksiat. Nah saya pengen aja sih sebenernya menyisipkan daerah
Cirebon karena memang unik orang-orang Cirebon itu. Di satu sisi
Cirebon itu punya histori kota para wali sebenernya, kan di Cirebon itu
banyak wali sebenernya. Sunan Kalijaga, kerajaan islam dulu di Cirebon
gitu kan. Peninggalan gitu juga masih ada lah sebenernya, keraton
Cirebon.
P : Tapi ada ini gak, psikologis deket sama kota kelahiran gitu? Makanya
pengennya Cirebon?
N : Iyaa betul. Jadi gini ada juga sih sisi lain yang kenapa Cirebon ya karena
ada lah karena deket sama kuningan. Motivasi saya pengenlah
116
memperkenalkan daerah sana. Mempromosikanlah daerah sendiri.
Sebenernya laut Cirebon juga bagus, ya ada sisi itu ya itu mah pastilah
penulis itu ya kembali pada hehehe
P : Hehehe backgroundnya?
N : Iya backgroundnya gitu kan. Tadinya justru malah mau Kuningan tapi kan
Kuningan ada di novel saya yang Sang Pengibar, itu kuningan semua.
P : Tapi itu kan background kalo dari yang kampung ada ya. Kalo dari segi
pendidikan ada gak background kang Rakha dari pendidikan dimasukin
kesitu? Belajar agamanya biasanya dari mana sih kang? Kenapa tulisan
akang selalu berbau agama?
N : Saya dulu di Kuningan mesantren tradisional gitu ya kalo pulang sekolah.
Sering baca buku islam juga seneng juga sama buku-buku kahlil Gibran
gitu. Kalo di Bait Surau kalo pesan pendidikannya sih lebih ke adab aja ya.
Sebenernya tadi saya ingin menyelipkan sebuah pesan agama tapi lebih
kepada adab. Jadi saya eee dari sisi lain educationnya itu adab saja. Adab
bagaimana Ramdhan sangat hormat sekali kepada Rommy, iya kan? Itu
kan adab bagaimana juga Rommy sangat santun sekali kepada Abah, itu
kan adab anak kepada orang tua. Dan sebaliknya, Abah itu mengajarkan
juga adab kepada anak muda, bagaimana Rommy yang kolontong sekali di
awal ya bentakP : bentak segala macem. Tapi kan Abah nothing tulus saja,
gak ada balik marah, gak ada. Yang shalat, iihh shalat deui shalat deui
orang lagi marah diajak shalat gitu kan. Tapi bagaimana sosok Abah ini
saya sisipkan sebagai sosok yang santai saja gitu. Itu adab disitu, karena
apa? Dia tahu nih anak gak tau gitu. Tapi bagaimana coba kalo orang tua
117
yang arogan? Ari sia teh, aing teh kolot, ngajak gelut? Kan ngga begitu.
Saya coba merepresentasikan adab itu harus seimbang. Antara yang muda
hormat kepada yang tua, begitupun yang tua jangan selalu penegn
dihormati bae. Ngga apa-apa sekali-kali dibentak-bentak anak muda. Kuat
gak dia heheheh nah disitu saya sisipkan psikologisnya di adabnya saja.
Adab bagaimana Rommy, bagaimana Ramdhan, bagaimana Siti kepada
orang tuanya gitu kan. Begitu juga sebaliknya. Di sisi mengajarkan pula
adab bagaimana si Rommy yang arogan ini melihat adab-adab orang
kampung, kesantunnya Ramdhan, sederhana ada di sosok Siti, itu aja. Kita
main adab di situ. Adab saling menghargai, bagaimana adab
memperlakukan tamu, bagaimana Rommy itu diperlakukan tamu di situ.
Dikasih kamar gitu. Karena islam mah mengajarkan tamu itu raja, iya kan.
P : Oya kang biasanya kan tertarik menulis buku-buku anak kecil itu ko Bait
Surau ini genrenya khusus dewasa?
N : Iya memang genre nya itu dewasa. Sebenarnya ada sisipan sedikit tentang
anak, saya sisipkan di saat Rommy itu belajar ngaji gitu kan.
P : Iya ada anak-anak kecilnya heheh
N : Ada disitu, saya coba tetep ada karena saya itu senengnya ke anak gitu.
Bagaimana menanggapi anak-anak itu sebagai sosok yang netral. Di situ
anak-anak netral kan? Jujur, netral gitu
P : Iya pas dia buka baju yang basah
N : Iya apa adanya aja ceplas ceplos gitu. Anak itu gak boleh disentil, toh anak
itu punya jawaban sendiri terserah orang dewasa si Rio eh Rommy nya itu
aduh saya ingetnya sama Rio Dewantonya ya aktornya. Si Rommy itu
118
keun we lah budak mah seuseurian kitu liat dia tatoan, belajar ngaji. Itu
adalah simbol memang anak-anak itu ya begitu. Jadi saya sisipkan di situ
simbol anak-anaknya yang memang anak ya tadi pertama itu apa ya,
natural, kemudian anak-anak itu eee apa ya netral tidak berpihak
kemanapun. Tidak memihak kepada kebenaran, kebaikan, ngga.
Tergantung kita sosok orang dewasa mengarahkan dia, dia selalu
berimbang. Berimbangnya begini, ketika dia mendapat informasi yang
tidak sesuai dengan yang orang dewasa, dia akan bertanya. Mah kenapa si
itu jahat? Itu dia berimbang. Ketika dia diajarin shaleh, diajarin tatakrama,
tibaP : tiba temennya tidak tatakrama, itu dia nanya mah itu kenapa. Dia
tidak akan melawan ke temennya, tidak. Tapi dia akan datang ke orang
tuanya, nanya mah ari si itu gak ngaji sih, ngga tata krama. Naahh barulah
si orang dewasa yang ngasih tuntunan. Nah itu lah simbol-simbol anak
P : Itu kan hasil riset yang kang. Emang di Indonesia banyak yang kayak gitu.
kalo saya mikirnya novel Bait Surau itu tentang taubat ya?
N : Iya betul taubat
P : Sejak kapan mulai tertarik menulis tentang taubat?
N : Jadi gini, sejak saya nulis buku anak itu kan saya selalu sisipkan nilai-nilai
agama ya. Misalkan Sains For Kids, kita memang bicara Sains gitu ya
tetapi selalu dihubungkan dengan Sang Pencipta. Bagaimana bunga bisa
indah, selain memang proses alam tetapi Allah itu menerjemahkan
kedalam bunga itu. Allah itu suka keindahan loh, dalam bukunya saya
tuliskan gitu.
P : Jadi ada nilai - nilai islamnya ya?
119
N : Iya tetep saya tuliskan yang ada nilai-nilai islam. Bunga itu memang
berproses secara alami tetapi sebenarnya Tuhan menitipkan pesan kedalam
bunga bahwa Tuhan itu senengnya yang indah-indah. Kemudian saya
menulis bagaimana ular dan ulat. Kenapa ulat dan ular saya bandingkan?
Ular ketika dia pengen mengubah kulitnya, dia berpuasa. Berpuasa dia
juga. Tapi tetep jadi ular kan? Tapi bagaimana dengan si ulat? Ulat itu
memang perusak dia. Daun dimakan, ranting dimakan, sampe gemes lah
gitu petani, iya kan. Tapi kan ini sains, ini pengetahuan. Kenapa sih ulat
makan daun? Kenapa ngga makan buahnya aja kee? Dia mah daunnya aja
dimakan, serakah. Kan makan teh ya daunnya, ya buahnya. Tapi kan
setelah dia bermertamorfosa menjadi yang indah. Ilang tuh masa-masa dia
caci maki makhluk lain.
P : Malah jadi pada suka ya
N : Iya pada suka, dipuja - puja malah ada kan yang ditempel dimana - mana.
Namanya juga berganti kan. Ular mah tetep ular, kalo ulat mah jadi kupu-
kupu, beda namanya juga. Naah dalam Sains For Kids itu saya pesankan
itu. Jadi dalam novel Bait Surau, anak - anaknya tetep ada tapi gak terlalu
banyak di eksplor karena memang segmentasinya ini segmentasi dewasa
dan harus drama. Saya segmentasinya religinya ada tapi ngga full. Harus
sederhana apalagi kan ini buat film juga sesuai durasi, beda sama novel.
Novel mah semaunya
P : Pantesan novelnya tipis juga sih. Emang permintaan dari orang atau
bagaimana ceritanya?
120
N : Iya jadi awalnya gini saya nulis itu awalnya full novel tapi ketika waktu itu
saya ketemu sama, ada kan di situ yang nulis skenarionya S. Richyana ya
P : Iya
N : S. Richyana kan penulis skenarionya, kang ini kan buat film jadi tolong
batasi gitu, sesuai durasi. Mun ceuk orang sunda mah teu ngayayay teuing
gitu kan. Jadi kan di sinu ada beberapa pesan yang tidak bisa serta merta
saya tuliskan semua disitu. Nah itu di Bait Surau, pengennya mah saya
sampe dua ratusan halaman gitu kan. Da ini kan hasil sortir akhirnya sama
Iyus. Yus R. Ismail itu udah lah kang kita ambil benang merahnya aja gitu.
Gak usah pesanP : pesan yang terlalu banyak toh intinya mah sama.
P : Oh jadi Yus. R Ismail itu sebagai penyunting?
N : Penyunting saja. sebenernya dia cuma penyunting saja yang gak ada
kaitanya sama penulisan, penjelasan gitu kan. Cuma sortir kosa kata yang
baik saja gitu
P : Tapi ini sebenernya ide cerita dari Kang Rakha sendiri ya?
N : Iya. Full gitu kan
P : Saya kira memang dari dua gitu kan
N : Ngga, ngga. Iyus memang ngga. Dia cuman, yeuh kang Iyus yeuh
pangeditkeun yeuh gitu. tolong ini buat film tidak full novel tolong
dipangkas. Dipangkas.
P : Soalnya memang apa di sini juga kan cuma Rakha Wahyu sih sebenarnya
N : Betul
P : Iya di perpustakaan RI nya kan juga cuman Rakha Wahyu
N : Iya, iya betul. Cuma tadi aja saya pengen dia muncul gitu hehehe
121
P : Oh pengen muncul di Covernya hehehe
P : Ini kalo proses, maksudnya kan ini ada tentang taubatnya juga ya?
N : Iya bener
P : Kalo menurut Kang Rakha sendiri, Taubat itu apa sih?
N : Jadi, kalo saya memandang taubat itu sederhana ya. Taubat itu hanya
sebagai metamorfosa saja sebenernya. Metamorfosa, dari kehidupan kita
yang dianggap apa ya kehidupan itu kan ada dua ya sisi religi sama sisi
sosial, itu taubat. Nah taubatnya Rommy itu sampe mana gitu kan. Kalau
dia hanya sebatas sisi sosial saja, saya tidak akan Rommy itu dibawa ke
belajar ngaji, belajar shalat, tidak. Cukup dia Rommy itu me,, apa? Setelah
kehilangan Nadia yasudah dia berbuat aja yang baik. Apakah dia berhenti
mabuknya, berhenti ke bar, fokus ke bisnisnya aja, ya selesai. Tetapi kan
ketika saya pegen bawa ke arah religinya itu tadi sisi religi dan sosial.
Sosialnya udah dapet, dia udah kehilangan Nadia dan dia udah
meninggalkan sisi gemerlapnya, nah tinggal dibawalah ke arah religinya.
Bahwa taubat yang sebenernya itu adalah taubat yang bener-bener
mendekati aturan Tuhan. Agama apa? Ya agamanya. Agamanya apa? Ya
islam. Di islam itu kan taubat itu ya ada aturan, tidak semata-mata taubat,
terus selasai. Belum selesai. Itu baru taubat di sosial saja. Misalnya tadinya
pemabok udah berenti, tapi tetep tidak ada shalat, tidak mau mencari
kebenaran yang benar-benar Tuhan ajarkan, belum, tidak baru taubat
secara sosial saja. udah ngga berdosa lagi saya mah udah baik, mau usaha
aja sama keluarga, tamat taubatnya. Nah menurut saya dalam Bait Surau
itu harus taubat secara sosial juga harus taubat secara agamanya. Gitu kan
122
secara religinya. Nah di sini religi mencari kebenarannya, dia belajar
wudhu, ngaji, nah kalo misalnya kita dibawa ke arah religi harus bener
taubatnya, harus dibawa ke keyakinannya kalo memang dia islam ya islam.
Kalo memang dia Nasrani ya Nasrani. Semua kan ada aturan gitu. ya di
islam kan aturannya ketika kita taubat itu, bener-bener taubatan nasuha
gitu kan. Bukan ampun yaudahlah saya mah gak akan ngedugem deui gitu
kan.
P : Hehehe
N : Itu kan baru sosialnya saja, iya kan. Baru sosialnya saja. Allah teh
nangguan, rek shalat moal gitu kan hehehe. Nah dibuatlah secara religinya.
Saya pengen menyampaikan di sini taubat harus bener-bener full, secara
sosial iya secara agama iya, Seperti itu.
P : Sampe dia pembangunan eee apa Surau?
N : Iya
P : Terus kenapa ujungnya Rommy harus meninggal?
N : Nah tadinya gini, Rommy itu ngga meninggal. Sama saya tuh ngga dibuat
meninggal. Cuma karena ini film ya, karena ini film akhirnya dari pihak
skenario sama produser itu minta dibuat kehilangan, bener-bener
kehilangan aja. Maksudnya siapa yang kehilangan? Siti. Jadi bagaimana
ketika Rommy sudah kehilangan Nadia, ada kehidupan baru yang
mengharapkan Rommy sebetulnya yaitu Siti. Siti itu sudah me apa,
sedikit-sedikit sudah mulai suka gitu sama Rommy. Berarti kan ada
kehidupan baru sebenernya yang mengharapkan kehadiran Rommy yang
sudah menjadi Ghazali. Kenapa Ghazali kan Abah mengidolakan sosok
123
Ghazali gitu. Ghazali kan bener-bener sosok yang islam yang kaffah gitu.
Berarti kan ada yang merindukan yang lain sosok Rommy. Siti juga harus
merasakan kehilangan. Sederhana aja seperti itu sebenernya. Ya saya fikir
yaudah lah saya bikin gitu aja. Tadinya saya pengen Rommy mendirikan
surau terus jadi bener-bener Ghazali
P : Yang kaffah?
N : Yang kaffah gitu. bisa melakukan itu, bisa membangun desa, bisa berumah
tangga yang bahagia, bahkan saya membayangkan si kampung itu menjadi
kampung yang mandiri gitu. Mandiri secara ekonomi karena sosok
Rommy yang datang ke situ. Ah tapi karena tadi, ada permintaan dari
poduser dan skenario film, ya kehilangan aja. Jadi disitu dramatiknya
Rommy harus meninggal gitu. itu pesan kepada penonton bahwa kita
berharap penonton merasakan bagaimana Rommy itu hilang beban. Tapi
ternyata kuasa Allah itu kan luar biasa ya. Bisa aja pesennya gini
sebernernya jadi nilai-nilai kebaikan yang kita bangun itu jangan harap
bener-bener terwujud. Jadi kan tolak ukur aja buat orang yang melihat, toh
kita sudah berbuat sesuatu yang baik. Tetapi si penonton juga jangan
sampe digurui, ini loh saya Rommy yang begini terus saya bangun mesjid
dan ngaji, udah stop, penonton jangan digurui sama Rommy. Biarkanlah
dia sendiri mencari kebenaran yang ingin disampaikan oleh Rommy.
Apakah setelah dia bangun masjid terus Rommynya gak ada apakah terus
begitu.
P : Tau gak seberapa banyak novel Bait Surau itu kejual berapa ekslempar?
N : Kalau ditahun pertama itu, kita nyetak kan 25.000 kan.
124
P : Tahun pertama? Itu di tahun 2012?
N : Iya, itu dari 25.000 ekslempar kalo ngga salah itu 7.000 ya. 7000an
ekslempar yang habis kemudian sisanya itu roadshow. Roadshow di
kampus-kampus, jadi itu untuk materi dan promosi ya.
P : Pernah sih ke UIN juga, UIN Jakarta
N : Oh pernah ya? Ke Muhammadiyah juga kali ya
P : Sekalian ini ya sekalian filmnya juga bukan? Soalnya kalo di UIN ada Rio
nya juga soalnya.
N : Oh itu udah mendekati ke filmnya ya, ini sebelumnya, sebelum
P : Oh di tahun pertama?
N : Iya di tahun pertama kan kita juga buat juga, buat media promosi juga. Ya
ada ke malang, ada ke Yogyakarta, ya 8 kota aja. 8 kota kita roadshow
dengan tadi, kita membagi-bagikan novel, terus ada juga kuis-kuis yang
eee waktu itu sih Ihsan sih ya. Ihsan yang nyanyi ya. Misalnya kan dia fans
itu banyak di Medan tuh, fansnya dia terus Brunei, karena apa? Kan
Filmnya juga tayangnya di Brunei filmnya, di Indonesia-Brunei. Ihsan itu
kalo manggung di Brunei itu seluruh Brunei kali yang dateng. Nah itu kita
bagi-bagi juga. Jadi misalnya eee kalo menonton Ihsan itu perlu tujuh ratus
ribu lah ya kalo rupiah, di sana kan ringgit. Jadi dapet satu novel gitu.
dapet satu novel yang ada tandatangan Rio, kadang tandatangannya saya,
kadang tandatangannya Ihsan gitu. jadi ini konsep marketing saja. jadi
25.000 itu, 7.000 disebar di Gramedia di seluruh Indonesia, habis. Terus di
tahun yang sama juga Roadshow kan jadi habis juga gitu. habis di
Roadshow aja.
125
P : Tapi setelah itu ada cetakan selanjutnya gak?
N : Nah karena waktu itu si Two Synergy juga berkomitmen kalo kita mau
film, si novelnya hentikan dulu. Jadi dihentikan. Jadi kita fokus ke filmnya
saja gitu. tadinya memang si film ini mau bikin square ya jadi ada lagi
cerita lain tapi tetep mengangkat tentang taubat juga. Jadi ada yang
keduanya sebenarnya. Jadi Two Synergy masih berfikir mau dilanjut apa
ngga.
P : Oke, itu kan kalo ngga salah 100 % penjualan tiket film digunakan untuk
pembangunan surau ya? itu karena apa?
N : Iya betul, nah jadi konsep two synergy itu ternyata klop dengan apa yang
saya inginkan. Dari novel juga sama, jadi setiap pembelian novel itu ada
10 % buat pembangunan masjid. Dia perusahaan yang istilahnya sudah
punya uang ya lah. Dia minimal pengen bangun masjid itu di Cirebon,
kemudian di apa? Pokonya desa-desa terpencil saja. Jadi awalnya ketika
saya riset di Bait Surau itu, kan kalo di Cirebon itu namanya Tajug ya
bukan Surau. Itu di kalangan-kalangan nelayan, di masyarakat-masyarakat
yang tadi, kaum marginal gitu boro-boro masjid gitu. Boro-boro masjid,
yang namanya Tajug aja yang apa ya. saya berfikirnya, si Two synergy
juga kan kang Koeswara bilang kang asa isin ya Tajug model kieu saya
berniatlah ketika Bait Surau ini menjadi film dan bagus, bagus tidak bagus
pejualannya saya pengen tetep bangun surau gitu.
P : Diberapa kota?
N : Waktu itu di Cirebon sama di Malimping. Malimping itu Serang Banten
karena kan syutingnya di Serang ngga di Cirebon. Tadinya nih pengen di
126
Cirebon tapi waktu itu ombaknya ngga terlalu bersahabat ya, tempatnya
juga di sana kurang bagus begitu.
P : Itu pembangunan atau renovasi aja?
N : Ada yang dibangun ada yang direnovasi
P : Totalnya kalo yang dibangun sama yang direnovasi ditotalin berapa?
N : Seinget saya sih ada 7 ya. ada 7 surau yang mereka bangun atau saya lupa
gak taulah mereka sekarang masih bangun atau ngga
P : Itu kan market mereka juga ya?
N : Heeh. Jadi waktu itu artisnya juga ada yang sama berkomitmen ketika
misalnya Rio digaji dari film ini sekian ratus juta, dia juga sama
menyisihkan. Jadi semua yang terlibat disitu juga ikut karena saya fikir
juga eee berkahlah filmnya gitu. kebetulan pak H. Koeswara ini juga kan
udah haji sampe sekarang pun dia masih berkomitmen gitu.
P : Oya kang kalo kendala atau kesulitan peulisan novel ini sendiri apa?
N : Nah tadi, kendalanya itu yang pertama sebagai penulis saya mestinya
bebas. Mestinya bebas menyampaikan mau 200 halaman, 300 halaman
gitu kan tapi ketika terbentur dengan permintaan sutradara, permintaan
produser, permintaan skenario, akhirnya kayak semacem keinginan saya
tuh ngga klimaks gitu, karena tadi, terbatas dengan durasi kan. Padahal
tadi, saya pengen udah di novelnya mah biasa aja gitu kan tapi producer
ngomong jangan kang nanti ko di novelnya mah begini ko di filmnya
begini, gitu.
P : Kadang emang suka ada yang dinovelnya mah kita sudah nangis-nangis
gitu ya bacanya pas liat novelnya perasaan gak gitu deh heheh
127
N : Hehehe nah memang betul karena pertama, kelemahan skenario. Ke dua
riset. Jadi kenapa di novel itu kesannya asik, bagus, kenapa di visualnya
ngga? Yang pertama tadi, yang pertama adalah skenario. Skenario itu
menentukan. Yang ke dua itu riset. Biasanya risetnya salah. Yang ke tiga
miss casting. Miss casting itu artinya ketika kita mencari pemain itu gak
sesuai, memaksakan. Yang misalnya yang jadi Rommy itu jangan Rio
Dewanto, misalnya. Ternyata dipilihlah Rio Dewanto, kenapa? Kalo untuk
visual, produser itu pertimbangannya apa? Peran top. Padahal peran top
itu, okelah dia top banyak fans boleh dia akan memancing penonton tetapi
cocok apa tidak sebagai peran itu. Itu yang membuat nanti si pembaca
ketika menonton film tidak sesuai dengan ekspetasinya. Itu aja sebenarnya
permasalahan ketika sebuah novel diangkat menjadi sebuat film. Empat
hal yang harus diperhatikan. Skenario, riset, casting ya, dan eee apa ya
biasanya pada tataran film itu biasanya ada yang disebut dengan
manajement produksi. Jadi manajement produksi itu konsepnya gini, buat
film itu kan waktunya panjang ya. bagaimana memanage dari mulai hal
besar sampai hal kecil itu selama rentang waktu yang panjang itu tetep
termanage. Artinya gini, misalnya kamu anggap saja artis terkenalnya ya
sebagai pemeran utama, dalam waktu 3 bulan syuting tetep sama gak. Nah
itulah manajement produksi. Peran itu tetep harus mood gak boleh beda,
gak bisa. Nah itu kita bagaimana memanage sebuah produksi agar semua
kru dari mulai kru teknis sampai dengan manajement itu ada manajement
produksinya. Jadi moodnya terjaga, kemudian kualitas juga terjaga,
128
skenarionya juga terjaga, itu harus terjaga. Yang tadi kadang di novelnya
bagus, di filmnya gak bagus karena manajement produksinya acak-acakan.
P : Berarti kalau mau dinovel dan filmnya bagus harus ada riset dulu?
N : Harus ada riset dulu, nah itu yang kadang di kita itu jarang dilakukan.
Mungkin karena biaya, kedua mungkin waktu. Padahal itu teh wajib.
Wajib itu mah hukumnya bukan sunah bukan bid’ah wajib we pokona
mah. Harus di riset, kayak tadi misalnya kehidupan nelayan itu gimana sih
harus diriset. Jangankan dia pergi bernelayan, cara dia melemparkan jaring
saja itu harus diriset. Itu kan visual ya bagaimana orang skenario itu
membuat visual melemparkannya saja dramatik.
P : Oke kang ada satu tokoh lagi yang belum dibahas kalau tokoh H. Sodik
yang telah bergelar haji tapi jauh dari nilai agama akhirnya bertaubat
karena melihat Rommy, sosok tersebut, simbol dan pesan apa yang ingin
kang Rakha sampaikan kepada pembaca?
N : Simbol kekuasaan manakala kita berada diatas dan punya kuasa disitulah
menusia lupa bahwa tidak semua bisa diintervensi. Boleh jadi sebagaian
orang mau ditekan dengan alasan takut kalo berani bersebrangan dengan
gagasan serta keinginannya. Tap bahwasanya ketika kita mendapat jabatan
atay kekayaan harsil arogan dan menekan pihak lain, itu semua tidak akan
lenggeng. Karena bisa jadi suatu ketika orang-orang yang kita tekan,
dinistakan dan dianggap remeh akan berbalik melawan manakala ada
kesempatan. Tinggal nunggu momentum. Sebaliknya kekuasaan, kekayaan
dan kehormatan yang didapat dari keikhlasan maka dia akan langgeng
sekalipun tidak berkuasan dan tak berdaya
130
Transkip Wawancara Pribadi Bersama Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
Guru Besar Tasawuf, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada Minggu, 18
Juni 2017 Pukul 11.00 WIB di Komplek Pamulang Permai 1 Jl. Permai III
Rt 03/09 Blok AX 13 No.13. Pamulang, Tangerang Selatan.
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Baik begini pak, Saya meneliti tentang Bait Surau karya Rakha Wahyu,
novelnya ini 2012.
N : Mangga
P : Dalam novel ini sebenarnya secara garis besar eee menerangkan tentang
sebuah perjalanan hidup seseorang, yang di sini namanya Rommy pak, tokoh
utamanya Rommy. Dia memiliki istri bernama Nadia, nah kemudian Rommy
ini eee termasuk dzalim kepada Nadia ya Pak. Maksudnya itu dia hidupnya
gemerlap, suka minum-minuman keras, selingkuh, bertato, suka dengan dunia
malam, nah kemudian dalam suatu waktu Nadia eee ini mengabarkan bahwa
dirinya hamil begitu. Nah ketika eee mengetahui tersebut dia merasa bahwa
pernikahan dengan Nadia yang tidak dia inginkan akan menjadi sebuah
pengekangan begitu pak. Kemudian dia semakin dzalim kepada Nadia, dan
mengendarai mobil dengan begitu kencang, sehingga dia mengalami
kecelakaan. Nah Dalam kecelakaan tersebut istrinya ini Nadia meninggal
dunia. Setelah dia meninggal dunia barulah si Rommy ini kemudian sadar
begitu, merasa kehilangan sosok Nadia. Nah Dalam satu waktu dia mencari
131
sosok Ramdhan pak. Nah Ramdhan ini dulunya dia sebagai pekerja rumah tangga dari Rommy nah kemudian dia tinggallah bersama Ramdhan di pesisir pantai mendalami kehidupan di sana begtu ya sehingga dia, eee Ramdhan ini kan tinggal bersama Abah yang penjual batu nisan, kemudian kakaknya Siti yang bisu ya si Ramdhan ini. Nah kemudian dia merasa eee dalam hidup itu kan munggin harus ada yang berubah gitu ya pak, barulah belajar agama seperti baru belajar shalat, belajar wudhu kemudian dia kan ada tato kan ya dalam tubuhnya. Nah kemudian di novel ini juga dibahas tato tersebut walau tidak dikupas tuntas, bagaimana hukumnya gitu ya, apakah shalatnya orang yang bertato diterima atau tidak. Nah kemudian setelah dia menjadi lebih baik, dia belajar mengaji di sebuah surau, nah surau ini di Desa Samadikun ya pak, desa di pesisir pantai, di desanya Ramdhan ini memang sudah rapuh begitu ya pak ya. Kemudian dia kembali ke Jakarta mengambil tabungannya, nah kemudian tabungannya digunakan untuk pembuatan surau tersebut, untuk renovasi surau begitu. Nah ketika dia merenovasi surau dia pergi bernelayan gitu ya pak mengambil ikan di laut bersama Ramdhan dan kawan-kawannya.
Nah dalam eee, itu rencananya uangnya untuk digunakan sebagai syukuran surau tersebut. Tapi Allah berkata lain begitu, Rommy dan Ramdhan kemudian teman-temannya yang melaut tersebut kapalnya karam begitu pak sehingga meninggal dunia. Sebelum Rommy ini menggunakan atau sempat shalat, di surau yang telah dia perbaiki. Jadi langsung aja ke pertanyaan yang pertama ya pak. Di sini kan ada tentang konsep taubat. Kalo menurut bapak sendiri konsep taubat menurut bapak apa? Bagaimana konsep taubat menurut bapak?
132
N : Iya. Taubat itu harus pertama dipahami secara etimologi, secara asal usul
kata. Dalam bahasa arab, taubat itu artinya kembali. Maksudnya kembali
kepada Allah. Oleh sebab itu, taubat diasumsikan dengan satu sebuah
perjalanan. Ada garis yang yang lurus. ketika orang itu hidupnya kemudian
jauh dari agama, maka orang itu seakan-akan berada pada jalan yang
menyimpang. Ada garis yang lurus, ada garis yang menyimpang, ada garis
yang bengkok. taubat seperti mengembalikan orang dari garis yang bengkok
ke garis yang lurus gitu. Nah berdasarkan pengertian etimologi tersebut
taubat itu kembalinya orang ke jalan yang di ridhoi Allah. Yang diyakini
sebagai jalan yang lurus. Pengertian yang kedua, nah ini sangat mendalam
kaitannya dengan eksistensi manusia. Dalam pandangan Al- Qur’an, manusia
itu berTuhan. berTuhan, dekat dengan Allah. Nah ini disebutkan dalam Al-
Qur’an, surah Al-A’raf ayat 172. Dalam Al- A’raf ayat 172, Al- A’raf surat
ke 7 ayat 172, digambarkan eksistensi manusia itu ketika Allah
menghirupkan ruh dalam embrio usia 16 minggu, Allah tiupkan ruh, sejak itu
juga ada kehidupan. Kemudian Allah bertanya kepada ruh alastu birobbiku?
Apakah kalian menyadari aku ini adalah Rabb kalian? Pada saat itu seluruh
manusia menjawab Qaaluu balaa syahidnaa. Mereka menjawab benar ya
Allah kami menyaksikan Engkau sebagai Rabb. Ayat ini menyatakan bahwa
eksistensi manusia itu dekat dengan Allah, manusia itu mengakui Allah
sebagai Rabb. Dekat dengan Allah, dialog dengan Allah, mengakui Allah
sebagai Rabb, dan ini juga disebut sebagai kesaksian, tapi kesaksian ini,
bagaimana sifatnya kesaksian? kesaksian ini bersifat universal artinya terjadi
pada setiap orang. apapun agamanya, apapun keyakinanannya, apapun latar
133
belakang budaya dan kulturalnya, itu mengalami kesaksian ini. Dan ini juga
bersifat primordial. Primordial itu menggambarkan asal usul manusia yaitu 3
A. Asal manusia, asli manusia, itu eee asal manusia, asli dan akar. Jadi akar
manusia itu berTuhan. Akar kemanusian itu, asli kemanusian itu dekat
dengan Tuhan. Begitu lahir, semua pengalaman tadi berada di alam bawah
sadar, nah begitu lahir ada kebebasan. Ada kebebasan. Makanya manusia
memilih jalan yang berbeda pada saat lahir, ketika dewasa. Ada yang
beriman, ada yang kufur, ada yang beriman tetapi kemudian melakukan
penyimpangan-penyimpangan. Kenapa itu terjadi? Karena Allah memberikan
kebebasan, Allah memberikan pilihan. Tetapi kebebasan dan pilihan ini akan
berakhir pada pertanggungjawaban di hadapan Allah begitu.
P : Baik.
N : Nah Al-Qur’an turun untuk memberikan informasi pada saat memilih,
menggunakan kebebasan dengan benar. Maka taubat itu memilih kepada jati
dirinya yang asli. Nah sampai di sini taubat itu kembali kepada akar
primordalnya. 3 A, kepada akarnya, kepada aslinya, kepada asal usulnya, nah
taubat itu, yaitu kepada nurani. Sampai di sini taubat itu satu kembali kepada
Allah, dua, kembali kepada jalan yang lurus, dirinya yang asli. Cerita yang
panjang bapak tadi sebenarnya bisa diringkaskan pengertian dasar tentang
taubat. Satu kembali kepada Allah, dua kembali ke agama, ke jalan yang
lurus, tiga, kembali kepada jati dirinya yang primordial, yang merupakan
akar, yang merupakan keasliannya, yang merupakan asal usul menusianya
yang universal tadi. Begitu, itu taubat
P : Baik, itu taubat ya pak ya, berarti dia kembali, dia menyesali begitu pak?
134
N : Nah kalo soal menyesali, taubat itu dibutuhkan ada lima pendukung taubat.
Lima komponen yang mendukung taubat. Kenapa harus ada lima? Kembali,
untuk taubat itu berat. Karena sudah jauh dari Jalan yang lurus itu, harus
menarik kan. Itu berat. Sebab, kembali ke jalan Allah itu, seperti orang naik
perahu dari hilir ke hulu. Kalau mengikuti jalan hedonism, itu seperti naik
perahu dari ke hulu ke hilir. Mana yang berat?
P : Melawan arus ya pak ya?
N : Melawan arus. Arus hedonism, hedonisme itu pola hidup yang menekankan
kepuasan,kelezatan, kenikmatan, kepuasan secara fisik secara biologis itu.
P : Baik berarti dia harus meninggalkan hedonism begitu?
N : Nah untuk tadi, kembali kepada agama Allah, kembali kepada asli manusia
itu dibutuhkan jihad.
P : Dibutuhkan suatu jihad ya pak ya?
N : Jihad, perjuangan.
P : Itu termasuk kedalam lima komponen?
N : Belum.
P : Belum. Itu hanya untuk kembali kepada Allah saja ya?
N : Intinya untuk taubat dibutuhkan jihad
P : Jihad melawan hedonisme begitu? Melawan nafsu?
N: Iya namanya jihad bil nafsi. Jihad melawan nafsu, yaitu jihad melawan
hedonism tadi. Dibutuhkan jihad. Nah jihad yang dimaksud itu perjuangan
yang sungguh-sungguh untuk kembali pada tadi kembali kepada Allah,
kembali kepada agama Allah, kembali kepada jati diri yang murni. Nah taubat
yang ideal yang disebut taubat nasuha
135
P : Taubatan nasuha, baik.
P : Taubatan nasuha itu taubat yang tulus, ada tiga pengertian nasuha. Yang
pertama artinya murni, yang kedua artinya tulus, yang ketiga artinya adalah
jelas.
P : Murni, tulus, dan jelas?
N : Iya jelas atau terang. Taubatan nasuha artinya taubat yang murni, taubat yang
tulus, taubat yang benar-benar terang. Terang artinya gak ada bagian yang
disembunyikan, memang betul-betul dia. Untuk mencapai taubat nasuha
diperlukan lima langkah atau lima komponen yang tadi.
P : Baik, apa saja pak lima komponen itu?
P : Yang pertama itu harus mencabut akar dosanya. Bahasa arabnya al-iqla.
Mencabut sampai akarnya, nah dibaratkan dengan penyakit kulit atau panu
atau eee kalau ingin sembuh bukan menghilangkan pucuk atau daun. Kalo
yang dihilangkan pucuk atau daun nanti tumbuh lagi, tapi yang pertama harus
dibuang akarnya. Jadi taubat pertama dilakukan dengan jihad, satu dengan
mencabut akar dosa itu. Berarti kalau akar dosa cari penyebab akar dosanya,
cari eee itu yang pertama.
P : Iya, baik berarti untuk mencabut sampai akar dosa tersebut langkahnya juga
ada lagi yaitu
N : Ngga, ngga. Jadi yang pertama tadi taubat itu butuh jihad, butuh perjuangan,
nah taubat yang eee pesan yang dipesankan Al-Qur’an disebuh taubat nasuha
yaitu taubat yang sejatinya, taubat yang murni, taubat yang tulus, taubat yang
terang. Untuk mencapai taubat nasuha dibutuhkan lima komponen lima
langkah atau lima sikap. Yang pertama adalah mencabut akarnya. Yang
136
kedua setelah mencabut akar, yang kedua diperlukan kebulatan tekad.
Dibutuhkan kebulatan tekad. Yang ketiga diperlukan penyesalan yang mendalam terhadap kesalahan, kekeliruan di masa lalu. Yang keempat benar- benar mengganti atau mengubah pola hidup dengan yang baru. Pola hidup yang sesuai dengan perintah Allah, pola hidup yang sesuai dengan aturan
Allah. Pola hidup yang sesuai dengan agama Allah, pola hidup dengan nuraninya yang murni. Nah yang kelima segera membuktikan bahwa dirinya sudah melakukan perbuatan-perbuatan, persiapan-persiapan yang benar-benar sesuai dengan agama Allah. Yang kelima maksudnya mengubah paradigma dengan pembuktian-pembuktian baru. Bisa dengan sikap bisa dengan perilaku. Yang pertama bisa dengan sikap individual, sikap sosial. Kemudian perilaku yang individual, dan perilaku yang sosial. Jadi kalo gitu sikap ada sikap individu ada sikap sosial. Perilaku juga ada perilaku individu ada perlaku sosial. Nah sikap dan perilaku tersebut betul-betul mencerminkan kehidupan yang baru. Contoh tentang sikap sosial mungkin teman bergaulnya berubah, lingkungannya berubah, kebiasaannya berubah, wacananya berubah.
Semuanya yang baru. Apakah boleh bergaul dengan yang kondisi yang lama, ini ada dua pilihan. Kalau dia merasa pribadinya sudah menjadi pribadi yang kuat, pribadi yang mantap tidak apa-apa tetap bergaul dengan teman-teman yang lama tetapi jadilah dia seperti batu karang yang tidak akan tergoda, justru dia akan menjadi pribadi yang mengajak. Nah tapi kalo dia merasa orang itu masih mungkin bisa dipengaruhi, pribadinya belum menjadi pribadi yang militan, yang kokoh, betul-betul perilaku sosial pun harus diputuskan dari lingkungan, teman, dan kebiasaan-kebiasaan yang lama .
137
P : Berarti mencari teman baru gitu?
N : Betul lingkungan baru itu untuk penguatan
P : Yang mampu mengajak dia menjadi lebih baik?
N: Iya. Akan lebih baik kalo dia menciptakan teman baru, lingkungan baru.
Kebiasaan baru yang kondusif untuk mewujudkan taubat yang nasuha.
P : Baik itu ada lima komponen berarti ya pak ya. Kalau berarti ada beberapa
juga ya pak yang telah Saya sebutkan dalam sinopsis, seperti Rommy. Dia
mencari kehidupan yang baru, meninggalkan ibu kota pergi ke desa
samadikun ya untuk belajar agama berarti susuai
N : Itu di sikap yang tadi. Sikap dibagi menjadi dua. Ada sikap individu ada sikap
sosial. Perilaku juga ada dua, perilaku individu, perilaku sosial.
P : Baik, termasuk berarti kedalam ya pak ya kedalam lima komponen, yang tadi
diceritakan
N : Betul. Sikap individu itu bermasuk kedalam sikap kepada Allah, sikap sosial,
bukan hanya kepada manusia, tapi juga kepada kepada lingkungan hidup,
kepada alam.
P: Baik kalau perbedaan sikap dengan perilaku sendiri itu apa pak?
N : Kalau kaitannya dengan sikap itu mungkin sebelumnya dia sikap menunjukan
empati kepada kejahatan, itu sikap yang tidak lagi tertarik, tidak lagi
memberikan dukungan, tidak lagi menikmati, sikapnya dia sekarang tidak
menyukai, tidak nyaman, tidak mendukung, tidak mensupport perbuatan-
perbuatan yang sebut saja kemunkaran-kemunkaran yang sesuatu yang
dibenci.
138
P : Baik, kalau bapak sendiri setuju tidak pak konsep taubat menurut Rakha
Wahyu? Yang telah tadi Saya singgung ya dalam sinopsis novel tersebut. Dia
kan konsepnya taubat itu jadi katanya hidup itu ada dua pak. Rakha Wahyu
menganggap taubat sebagai metamorfosa. Taubat itu harus sosial dan religi.
Jadi tokoh utama ini tidak hanya meninggalkan dunia gemerlapnya, kalo
taubat secara sosial kan hanya tinggal meninggalkan dunia malam ini,
mabuk-mabukan dan sebagainya. Nah dia ingin menggiring si Rommy ini
juga secara agamanya, religinya begitu. Jadi dia, seperti membangun surau,
belajar agama, eee kemudian belajar shalat, belajar mengaji. Kalau bapak
sendiri apakah cerita dalam Novel Bait Surau ini karya Rakha Wahyu apakah
sudah menggambarkan taubatan nasuha begitu pak, menurut bapak?
N : Iya. Cuma dengan istilah yang berbeda. Kalau dia menggunakan istilah religi
dan sosial. Sebetulnya Al-Qur’an menyebutkan amalan solihah. Amalan
solihah itu adalah perilaku yang soleh, amalan itu disebut kesalehan. Kan
terbagi dua kesalehan itu. Ada kesalehan individu, ada kesalehan sosial.
Kesalahen individulah yag disebut penulis sebagai religi. Sebetulnya
mungkin istilah yang paling tepat dalam pandangan Al-Qur’an itu kesalehan
individu. Kesalehan individu itu diukur dengan ketaatan kepada Allah.
Tadinya dia berpaling harusnya kan menghadap, dia membelakangi. Seperti
yang bapak gambarkan primordial tadi. Begitu dia lahir, membelakangi. Nah
memutar arah dari membelakangi ke menghadap itu taubat. Ketika dia
menghadap kepada Allah, dia akan menjadi pribadi yang mendengar pesan
Allah, kemudian mentaatinya. Nah itu yang disebut penulis novel sebagai
religi. Nah sebetulnya yang paling tepat dalam pandangan islam itu disebut
139
kesalehan individual. Indikator kesalehan individual itulah ketaatan kepada
Allah. Yaitu mengubah posisi yang tadinya membelakangi kemudian menghadap. Nah setelah menghadp juga tidak berpaling lagi sedikit, itu tidak.
Nasuha itu menghadap total kepada Allah. Nah itu disebut kesalehan individual. Tetapi kesalehan individual itu harus melahirkan perubahan yang melahirkan kesalehan sosial. Kesahelan sosial dibagi dua. Kesalehan sosial itu yang pertama al’ishlah memperbaiki. Memperbaiki bagaimana hubungan dia dengan orang lain itu diwujudkan dengan sikap sosial dan perilaku sosial.
Yang tadinya kepada orang tidak mempunyai kepedulian, tidak punya kepekaan, sekarang dia menunjukan dirinya baik. Dirinya menjadi pribadi yang baik itu adalah sikap individu kemudian dia memperbaiki kehidupan, punya kepekaan, melihat mushola roboh dia tergerak untuk memperbaiaki, untuk merenovasi. Nah itu disebut dengan kesalehan sosial. Kesalehan sosial itu yang satu memperbaiki, yang kedua berbuat kebaikan kepada orang lan.
Memperbaiki, memperbaiki dirinya dalam konteks sosialnya. Yang tadinya ego, sekarang menjadi punya kepekaan. Yang tadinya hidupnya eee berpusat pada konsep diri sekarang bergeser kepada sosial. Yang tadinya hanya mementingkan kepentingan dirinya, sekarang dia juga bisa berbagi, bisa peduli, bisa memperkuat tanggung jawab sosial. Semua itu disebut dengan kesalehan sosial. Kemudian yang disebut dengan memperbaiki dirinya, memperbaiki hubungan dengan orang lain, sekarang juga konsep kesalehan sosial itu ada juga. Kalo berkaitan dengan konflik-konflik itu mengakhiri konflik dan membuat perdamaian. Mungkin dalam perilaku orang itu banayk musuhnya, banyak lawannya, kalu itu terjadi. Sekarang berusahan
140
menghentikan permusuhan lalu menciptakan perdamaian. Jadi kesalehan
sosial itu bisa jadi konsep baik dan memperbaiki, bisa kemudian dengan
permusuhan diganti dengan perdamaian itu.
P : Baik pak kalau menurut bapak sendiri cerita yang digambarkan dalam novel
Bait Surau yang telah Saya sebutkan sinopsisnya begitu ya, ada beberapa alur
ceritanya ataupun tokohnya apakah benar-benar ada pak dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia?
N : Novel ini sebetulnya cukup realistis menggambarkan perilau kehidupan
masyarakat. Cerpen, novel atau karya sastra itu kan sebetulnya cermin, ada
unsur imajinasi tapi ada juga yang punya dimensi sosial. Jadi dimensi realistis
dari sebuah kehidupan. Nah kalau karya sastra yang meggambarkan ini
mungkin karya sastra yang punya muatan kemanusiaan, ada karya yang
menggambarkan kehidupan sosial. Hemat bapak kini karya sastra yang
mencarmnkan perilaku sosial. Yaitu perubahan dari perilaku yang jahat jadi
perilaku yang baik. Di sini ada unsur al-ibroh dalam bahasa arab. Ada unsur
telatan, ada unsur inspirasi. Jadi menginspirasi orang-orang yang eee sebut
saja ini karya sastra bukan kritik sosial apa gimana, cermin kehidupan yang
sosial bahwa agama itu bisa saja tumbuh setelah ada pengalaman traumatik
P : Baik, dalam kehidupan masyarakat Indonesia mungkin bisa saja ada ya pak
N : Iya itu jadi karya sastra yang berhubungan dengan realitas kehidupan sosial.
Ada karya sastra yang murni imaginatif, ada karya sastra yang memiliki
kontektualisasi. Itu disebut memiliki kontekstual dalam karya sastra
maksudnya apa? Cerita itu cermin saja dari kehidupan masyarakat. Dan
141
memang ingin mengedukasi masyarakat, ingin menyadarkan, ingin mendidik.
Di situ karya sastra bisa bernilai dakwah.
P : Baik, berarti ada unsur dakwahnya ya?
N : Iya. Dimana unsur dakwahnya? Yaitu menyampaikan pesan unsur
kemanusiaan kepada kelompok-kelompok sosial masyarakat yang sekarang
masih hedonism
P : Iya yang masih suka gemerlap malam, yang minum-minuman keras,
selingkuh dan sebaigainya begitu ya pak. Seperti kehidupan Rommy di masa
lampaunya begitu ya.
N : Iya
P : Kalau pendapat bapak tentang taubat yang ada di masyarakat pak, bagaimana
bapak melihat taubat yang ada di masyatrakat?
N : Taubat itu macem-macem, ada yang tinggkat kognitif yang tinggi berarti
memiliki pemahanan tentang agama, ada yang sedang mencapai untuk taubat
nasuha, ada yang baru pada tingkat wacana
P : Baru keinginan?
N : Keinginan. Belum sepenuhnya terlaksana, dia belum berhenti tapi juga tidak
mencabut akarnya.
P : Baik masih ada kemungkinan untuk mengulangi begitu?
N : Masih ada kemungkinan kembali, tidak punya kepribadian yang kuat, tidak
melahirkan kebulatan tekad begitu. Tidak bisa mengubah, tidak berupaya
melahirkan sikap baru yang tadi sikap sosial maupun perilaku sosial. Taubat
itu tadi, butuh kebulatan tekad, butuh perjuangan. Realitas kehidupan
masyarakat itu. Masyarakat itu, memang masyarakat harus dibimbing.
142
P : Baik harus ada begitu ya pak
N : Iya harus ada sekelompok orang yang punya kepribadian yang mengajak
yang disebut dengan dakwah. Dakwah itu dimensinya mengajak orang dan
membimbing. Yang jarang dilakukan itu membimbing. Biasanya hanya satu
dimensi yaitu menyampaikan. Mengajakpun tidak fokus, dan membimbing
pendekatannya harus intervensi indiviual, atau kelompok. Tidak bisa secara
kolosal atau massal gitu. bimbingan kolosal gitu tidak efektif.
P : Baik berarti kalau misalnya harus kepada individunya ya mendekati begitu?
N : Maksud bapak, seorang pembimbing, dai, ustad, tokoh agama mestinya
profesional melihat taubat itu juga intensif. Misalnya cermin dari sebuah
pertaubatan itu para napi. Narapidana itu ada narapidana kriminal, ada napi
yang karena melakukan tindak pidana korupsi, ada napi karena tindak
narkoba, maka seorang pembimbing harus bersama mereka, intensif, lebih
lama. Apakah setiap minggu,seminggu dua kali lalu melakukan bimbingan
yang intensif.
P : Didampingi begitu ya?
N : Naahh kalau begitu taubat itu bisa saja mengenal satu pranata sosial yang
barulah. Pendamping sosial, pendamping sosial itu bisa diwujudkan oleh
Anak-anak Kessos, ada pekerja sosial. Pendamping sosial bisa diwujudkan
oleh Anak-anak PMI. Kalau bagaimana melakukan bimbingan, di fakultas
dakwah ada prodi BPI. Bagaimana itu diliput menjadi sebuah eee gerakan
sosial itu Jurnalis. Jurnalis itu juga sangat penting untuk membuat gerakan
menjadi gerakan sosial untuk mempublikasikan itu KPI termasuk Jurnalis,
begitu.
143
P : Hehehe jadi kita saling punya tanggungjawab begitu ya pak?
N : Betul. Tapi tadi kembali ke soal taubat kan nanti berapa perubahannya,
perubahan sikap, perubahan perilaku seberapa besar. Taubat itu seharusnya
dibuat indikator.
P : Oh begitu ya pak ada indikatornya. Yang menilainya itu siapa pak? Apakah
pribadi atau orang lain yang berhak?
N : Tentu saja kalau pada tingkat kemandirian ya pribadi. Tapi pada saat
konteknya bimbingan, profesional itu juga punya indikator. Atau jangan-
jangan di BPI juga tidak dikuliahkan yang begitu. Bagaimana bimbingan
taubat dengan indikator-indokator. Bapak yakin tidak ada di kurikulim BPI di
Fakultas Dakwah hehehe
P : Baik, baik pak. Hehehe Oke. Pak, bagaimana pendapat bapak tentang taubat
yang merujuk pada Al- Qur’an dan hadits?
N : Iya yang tadi bapak gambarkan itu. Kan taubat itu ada acuan, ada kerangka
normatifnya. Nah semua acuan itu kembalikan kepada apa yang dikatakan Al-
Qur’an. Tadi taubat nasuha itu perintah Al-Qur’an dalam surat At-Tahrim
ayat 8. Ya ayyuhaladzina amanu tubu ilallahi taubatan nasuha. Hey orang-
orang yang beriman kembalilah kepada Allah dengan taubat nasuha. Taubat
nasuha itu yang tadi bapak udah uraikan di atas. Taubat yang sejatinya, taubat
yang murni, taubat yang bersih, taubat yang menggambarkan kehidupan yang
tulus, itu.
P : Baik. Dalam novel ini kan Rakha Wahyu menuliskan surat An-Nisa ayat 69
dalam eee di akhir novel tersebut. sebenarnya bukan cerita si Rommy ini.
ketika si Rommy ini telah meninggal dunia di laut kemudian ada sosok Siti.
144
Sebenarnya dia telah menyukai sosok Rommy yang baru begitu. Nah
kemudian di novel tersebut terakhir ada eee apa namanya ada arti dari surat
An-Nisa ayat 69. Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasulnya.
Mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang di anugerahi nikat
oleh Allah yaitu Nabi-Nabi, para Shadiqqin, kemudian para Shalihin, dan
orang - orang yang mati syahid. Dan mereka itulah teman sebaik - baiknya.
kemudian ayat tersebut menunjukan cerita Rommy ya pak ya yang eee telah
taubat tapi sempat meninggal dunia bahkan sebelum menggunakan surau
tersebut. Bagaimana pendapat bapak tentang ayat yang dicantumkan oleh
Rakha Wahyu dalam novel tersebut?
N : Ya ayat itu menggambarkan pribadi yang kembali taubat nasuha. Konten
taubat nasuha itu taat kepada Allah, taat kepada Rasul. Tadi yang sudah
diuraikan di atas orang yang sudah punya kesalehan individual. Kalau orang
yang sudah kembali kepada Allah kemudian orang itu mati, maka akan
digabungkan dengan para Nabi, para Shadiqqin, para Syuhada, para Shalihin.
Setidak-tidaknya dia akan dimasukan kepada as-shalihin. Menjadi Nabi tidak
mungkin, bergabung dengan Nabi, itu kembalikan lagi pada pertimbangan
Allah. Bergabung dengan syuhada, syuhada itu selain mati syahid,
pengertiannya orang yang perilakunya selalu membuktikan eee
mencerminkan sebuah agama. Jadi kalau dia tahu tentang shalat benar-benar
tidak lagi meninggalkan shalat. Setidak-tidaknya kalau bapak memandang
orang yang taubat nasuha itu akan diberi gelar as-shalihin. pribadi yang
shaleh. Kesalehannya dia akan taat kepada Allah dan Rasul. Kesalehan
sosialnya, dia akan memperbaiki dirinya, memperbaiki hubungan sosialnya
145
dengan lainnya, berdamai dengan dirinya dan menciptakan perdamaian di
tengah-tengah komunitas sosialnya, itu.
P : Baik berarti menurut bapak juga setuju ya walaupun dia bertaubat ee dia kan
belum sempat merasakan surau tersebut
N : Oh ya. si Rommy ini kan dia satu sudah punya kebulatan tekad. Bahkan dari
tekad itu dia sudah membuktikan beberapa komponen pokok tadi untuk
taubat nasuha sudah dilakukan. Dia menarik diri dari linglungan yang buruk.
Nah berarti dia mengggambarkan sikap sosial yang berubah. Kemudian dia
juga menyesali perbuatan masa lalunya berarti dia mengambil sikap
individual yang pas. Lalu dia berpusat pada memperbaiki dirinya yaitu
dengan belajar shalat, belajar mengaji, memperbaiki. Kemudian juga dia
berusaha mentaati Allah dan Rasul. Nah kemudian dia juga meniptakan
teman baru, lingkungan yang baru. Bahwa semua cita-citanya belum terwujud
nah di dalam islam itu digambarkan innallaha amalu bil niat. Sebuah
perbuatan yang paling pokok adalah niat. Dan niat itu merupakan kebulatan
tekad. Unsur niat itu ada tiga. Yang pertama terkait dengan Allah. Saya ingin
taat kepada Allah, Saya ingin dekat dengan Allah, Saya ingin belajar agama.
Nah itu niat, terkait dengan Allah. Yang kedua dalam niat, ada dorogan yang
kuat. Yang ketiga dalam niat itu ada kebulatan tekad. Kemudian dalam niat
itu ada motivasi. Motivasinya internal, kalau motiasinya eksternal kan itu
karena orang lain di luar dirinya. Sedangkan dalam kasus si Rommy ada
motivasi yang muncul dari dalam dirinya. Berarti kalau gitu yang pokok
adalah berorientasi kepada Allah dengan dua penjelasan yaitu ingin
mendapatkan keridhaan Allah, ingin mendapatkan pengampunan dari Allah.
146
Kemudian ditopang dengan tiga, ada motivasi internal, kemudian ada
dorongan yang kuat, ada kebulatan tekad. Bahwa semua langkahnya belum
terlaksana, tapi dia sudah mengikuti prosesnya. Dia langkah-langkahnya
sudah kelihatan. Langkah pertama dia tinggalkan dunia gemerlap, dunia
hedonisme. Langkah ke dua dia memilih hijrah ke Desa. Langkah yang ketiga
dia berusaha untuk belajar agama. Langkah berikutnya, dia mencari teman
yang baru di desa. Langkah berikutnya dia berusaha punya kepedulian sosial,
memperbaiki mushala. Bahwa itu semua belum terwujud, tapi dia berusaha
mengambil kembali uang yang di miliki di jakarta. Tapi berakhir kematian,
semuanya memang belum final, belum sampai kepada tujuan. Tapi dia sudah
melangkah.
P : Baik pak ke pertanyaan yang lain, dalam novel Bait Surau halaman 102
terdapat cerita tadi kan Saya sempat singgung Rommy itu bertato begitu, dia
belajar shalat. Nah juga ada ketika dia belajar mengaji, ada kadang Rommy
tak kuasa menahan tangisnya, saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-
Qur’an. Inikah isyarat bahwa hatinya benar-benar telah luluh? Hanya Rommy
yang tahu. Jawaban yang selama ini selalu tertunda telah mendekat.
Kesombongan yang telah membawa kehinaan, perlahan menyeruak hilang
berganti kerinduan, sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris para Nabi.
Bagaimana pendapat bapak mengenai cerita tersebut? Apakah dalam Al-
Qur’an memang ada tanda-tanda ketika sudah bertaubat ketika mengaji begitu
ada getaran di hatinya?
N : Iya. Karena tadi semua lima komponen pokok ketika sudah ada pada diri
seseorang, maka ada getaran. Dalam Al-Qur’an, ketika nama Allah disebut
147
dengan kelembutan, kemudian dengan hati yang bersih, dengan jiwa yang
tulus, dengan kesadaran yang sejatinya tadi, maka terjadi geratan. Dalam
surah An-Anfal ayat 2 akan terjadi geratan, ketika nama Allah disebut akan
ada geratan, ketika Al-Qur’an dibacakan akan menambah keimanan.
Keimanannya bertambah, hatinya bergetar. Hatinya bersih begitu, sebab kalau
kotor tidak terjadi getaran. Dalam konten tasawuf, hati itu seperti kaca yang
bening. Hati itu mempunyai lima kualitas. Jadi hati yang ideal, hati yang
bercahaya. Cahaya itu bersifat pembawaan, hadiah dari Allah karena cahaya
itu
P : Tergambar dari wajah?
N : Bisa, tapi sebelum ke wajah, ke hati dulu. Setiap orang dalam pandangan Al-
Qur’an, itu hatinya bersih. Jadi islam memandang orang dengan positif, islam
tidak mengenal dosa warisan. Nah ini bersifat universal, ini primordial. Yang
kedua, apabila orang itu kemudian menghubungkan hatinya dengan Allah,
maka hatinya memiliki kualitas yang kedua, hatinya bercahaya. Kenapa
bercahaya? Karena terhubung dengan Allah, dengan iman tadi, dengan taubat,
dengan istigfar. Maka hatinya bercahaya. Yang ketiga, hati itu menerima
cahaya. Dia berusaha untuk, untuk belajar Al- Qur’an. Dengan ikhlas, belajar
shalat dengan ikhlas. Kemudian ingin dekat dengan Allah, itu akan menerima
pancaran cahaya. Yang keempat, memancarkan cahaya. Pertanyaan Ade tadi
di wajah itu yang ke empat. Memancarkan cahaya. Pancarannya itu bisa
tergambar melalui gerak badan, eee gestur, bisa tergambar pada eee bahasa
tubuh, wajah itu juru bicara dari hati. Yaa memancar itu, jadi pancaran itu
juga akan terlihat pada wajah. Baru sikap individu, sikap itu juga melahirkan
148
sikap baik juga kepada orang. jadi sikap sosial, kemudian dia berusaha dari
pancaran itu terus memperbaiki berarti adalah perilaku individu. Kemudian
ketika dia juga berbuat sesuatu yang bermakna pada orang lain, seperti
membangun mushola sudah bergeser pada perilaku sosial.
P : Kesalehan sosial begitu ya?
N : Persis begitu. Itu kerangkanya.
P : Baik pak pertanyaan terakhir dalam novel Bait Surau karya Rakha Wahyu
halaman 102
N : Tentang tato disebutkan ya? konsep tato
P : Oh iya ini tentang tato pak, kalo tadi kan yang membaca Al- Qur’an. Nah ini
yang terakhir tentang konsep tato. Eee halaman 102 itu tertulis mentato
tubuh, kan ketika dia eee hujan lebat ya pak ceritanya. Ketika hujan lebat,
Rommy membetulkan genting dan memeras bajunya yang basah. Nah ketika
dia membuka bajunya di hadapan anak- anak dia mengatakan bahwa surau ini
sudah tidak layak begitu. Anak-anak otomatis melihat tubuh dia yang bertato.
Kemudian kan ada rasa takut begitu dari anak- anak. Namanya sifat Anak-
anak kan eee langsung kadang eee
N : Spontan
P : Spontan. Anak-anak bertanya apakah yang bertato di seluruh badannya
diterima begitu shalatnya. Kemudian kata ustad yang mengajar mengaji di
surau tersebut kata-katanya mentato tubuh memang perbuatan dosa, yang
sangat dilarang dalam islam. Nabi Muhammad SAW sendiri melarangnya.
Rommy hanya diam mendengarkan perbincangan itu. Tidak marah atau
tersinggug. Rommy hanya sedikit canggung. Kemudian ustad menjelaskan
149
lagi, namun demikian, keberadaan tato tidak mempengaruhi keabsahan shalat.
Artinya wudhu dan shalat orang yang tubuhnya ditato tetap sah. sambung pak
ustad. Anak-anak mengangguk pelan. Rommy menarik napas lega. Pak ustad
menambahkan penjelasannya sambil menatap Anak-anak kalau tidak
membahayakan tubuh maka sebaiknya dihilangkan. Tapi yang paling penting
adalah taubat, meminta ampunan serta berusaha menutup bagian tubuh yang
ditato. Kemudian bagaimana pendapat bapak mengenai cerita tersebut?
apakah dalam ajaran islam sendiri seperti itu?
N : Oke ada dua pendekatan. Kalau islam itu kan tato ada pendekatan fiqih, ada
pendekatan tawasuf. Pendekatan fiqih itu pendekatan yang legal, formal, dan
hukum. Dalam konteks pendekatan fiqh, maka tato itu diharamkan. Karena
itu perbuatan dosa, dampaknya itu sangat berat. Dampak yang pertama
menghalangi konsep at-taharah, bersuci. Dalam taharah kan ada dua.
Taharah itu bisa dari hadas kecil bisa dari hadas besar. Dari hadas kecil itu
dengan berwudhu. Sedangkan hadas besar itu dengan mandi. Mandi junub.
Bagi laki- laki hadas besar itu terjadi setelah keluar sperma, yang kedua
setelah melakukan hubungan seksual suami-istri. Bagi perempuan hadas
besar itu terjadi setelah haid, setelah nipas melahirkan, dan juga setelah
hubungan suami-istri. Sedangkan wudhu terjadi dalam fiqh itu setelah ada
sesuatu yang membatalkan wudhu. BAB membatalkan wudhu, kemudian
buang angin membatalkan wudhu, bahkan ada yang berpendapat sentuhan
anatara laki- laki dan perempuan dewasa membatalkan wudhu. Bagaimana
bersuci dalam konsep fiqh? Kan itu harus menggunakan air, itu. Berwudhu
menggunakan air, kemudian mandi juag menggunakan air. Air itu dalam
150
anggota tubuh dalam wudhu ada empat. Wajah, tangan sampai sikut, kepala
kemudian eee kaki sampai mata kaki. Nah kalo ada tato maka air terhalang
menembus bagian dalam dari kulit. Heeh terhalang tato. Sedangkan wudhu
mungkin bisa dibatasi wajah, tangan sampai sikut, rambut dan kaki. Andai
kata tato itu ada di empat titik itu, maka wudhunya menjadi tidak sah. Kalo
tatonya di tempat lain, wudhunya sah. Bagaimana dengan mandi yang krusial.
Kalo mandi itu kan harus mengalirkan air keseluruh tubuh, maka tidak sah.
Tidak ada toleransi ketika mandi besar, junub. Ketika nanti dia keluar sperma,
ataupun habis hubungan suami-istri, harus mandi. Ini tidak bisa, kalo wudhu
kan bisa dipilih kan wudhu hanya empat. Tetapi mandi besar tidak. Dalam
konteks fiqih, maka mandi besarnya tidak sah. Kalau mandi besarnya tidak
sah, maka dia tidak memiliki kesucian maka itu shalatnya tidak diterima,
tidak sah, itu. Itu konteks fiqih. Oleh sebab itu jangan melakukan tato. Kedua,
seharusnya segera tato dihilangkan. Tentu saja dengan sebuah tekhnologi
kesehatan, eee apakah mengganggu kepada
P : Berarti asal tidak membahayakan?
N : Persis. Bapak setuju itu pendekatan fiqih tapi dalam islam ada pendekatan
yang kedua, pendekatan tasawuf. Nah pendekatan tasawuf itu menitik
beratkan kepada aspek qalbu. Bagaimana orang itu kemudian kesucian hati,
taubat. Selalu berbasis pada dimensi dalam. Jadi dimensi dalam itu adalah
bagaimana hatinya menjadi bersih, bagaimana orang kaitannya dengan niat
tadi, kaitannya dengan tekad. Niat merepresentasikan kepada Allah, niat itu
kan ditopang oleh tiga. Motivasinya yang internal, dorongan yang kuat,
kebulatan tekad. Orang yang sudah mengambil sikap yang berubah. Orang
151
sudah punya kebulatan tekad menjadi orang yang lebih baik. Orang yang
sudah punya niat taubat nasuha. Terhalang oleh tato, maka dalam pandangan
tasawuf mana yang lebih pokok. Tasawuf juga mengakui fiqih penting, tetapi
dalam tasawuf, mana yang lebih penting. Aspek dalamnya, yang paling
penting bagi tasawuf adalah kebulatan tekadnya.
P : Tidak masalah kalau dipandang dari tasawuf ya pak ya?
N : Pendekatannya tasawuf, bukan berarti tawasuf kemudian bertentangan
dengan fiqih. Diyakini bahwa secara fiqih, bersucinya tidak sah terhalang
oleh tato. Tapi Allah maha tahu, Allah maha pengampun, Allah maha
penyayang. Jadi orang tekadnya sudah tulus, sudah bulat. Biarlah hanya Allah
kan yang menerima Allah. Fiqih datangnya dari Allah, surah Al- Maidah ayat
6. Tasawuf juga datang dari Allah. Kembalikan saja kepada Allah. Jadi
tasawuf tidak berarti bertentangan dengan fiqih. Masing-masing punya cara
pandang. Tapi kita secara holistik bisa berfikir mungkin secara fiqh mandinya
tidak sah. Tapi melihat bahwa dia tulus kepada Allah dan yang punya
kewenangan menerima itu Allah. Allah maha pengampun, Allah maha
penyayang. Allah maha tahu tentang hatinya yang gelisah. Hatinya yang
resah yang merasa berdosa, hatinya yang tulus, maka biarkanlah kembalikan
kepada Allah. Bukan berarti tasawuf mengiyakan, bukan berarti tasawauf
mengesahkan toto, tidak.
P : Jadi karena sudah terlanjur saja ya pak begitu?
N : Betul. Mengembalikan semua persoalan kepada Allah.
P : Baik terimakasih pak.
N : Iya.
153
Transkip Wawancara Pribadi Bersama Hj. Nunung Khairiyah, MA Dosen
Ilmu Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada 21 Juni 2017, Pukul 13.00 WIB di Ruang
Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bagaimana Konsep Taubat menurut Ibu?
N : Taubat itu sebenarnya meninggalkan kemaksiatan dan tidak mengulanginya
lagi, simpelnya begitu. Umpamanya ada pembinaan di lapas segala macem,
orang nih misal teroris, bisa dikatakan taubat ketika berbaur lagi dengan
masyarakat, sudah tidak ada keinginan untuk melakukan perbuatan teror
lagi. Menyesali perbuatan yang sudah dilakukan. kedua kalau berkaitan
dengan orang lain, dengan manusia dia minta maaf, kalau berupa barang,
dia harus mengembalikan ya kan gitu kan.
P : Kalau di novel yang ingin saya teliti, kan saya meneliti novel Bait Surau
Karya Rakha Wahyu
N : Ini novelnya ada lagi? Ibu belum baca
P : Hanya satu bu, jadi sebenarnya secara garis besar di novel itu
menggambarkan kisah perjalanan seseorang kalau di covernya itu ada Rio
Dewanto ya bu, di situ namanya Rommy. Dia itu memiliki istri yang
bernama Nadia
154
N : Yang pakai jilbab?
P : Bukan bu, yang tidak berjilbab. Nah Rommy termasuk dzalim kepada
Nadia, minum-minuman keras, selingkuh, bertato, kemudian suka dunia
malam. Nah dalam satu waktu si Nadia ini menggambarkan bahwa dia
hamil. Merasa pernikahan yang tidak dia inginkan itu akan menjadi sebuah
pengekangan ya bu, semakin marahlah Rommy ini sampai dia mengendarai
mobil kencang kemudian mengalami sebuah kecelakaan. Sehingga Nadia
juga tewas begitu. Nah ketika Nadia tewas, baru si Rommy ini sadar begitu
kehilangan sosok Nadia. makanya dia pergi ke sebuah desa menemui sosok
kalau di cover itu ada Ihsan. Nah dia mantan pekerja rumah tangganya yang
dahulu. Nah baru di desa pesisir pantai ini dia belajar shalat, belajar ngaji,
belajar wudhu begitu nah dia memperbaiki surau di desa tersbeut begitu.
Nah sampai dia apa kan suraunya sudah rapuh begitu begitu bu ya, ketika
suraunya diperbaiki, hampir selesai kan dia pergi bernelayan, ada tragedi
sehingga mereka meninggal dunia begitu.
N : Oh begitu, kamu bisa nanti buka di kitab nama kitabnya itu Riyadushalihin.
Nah di situ ada cerita orang yang pendurhaka yang telah membunuh 99
orang. nanti ada kaitanya dengan ini maksudnya ada korelasinya. Nah ini
karena sampai pada satu titik dia merasa bersalah gitu kan. Nah si orang
yang melakukan 99 pembunuhan ini merasa galau, gelisah, batinnya
tersiksa. Datanglah dia kepada Rahib, pendeta pada zaman itu. Nah dia
mengadukan kegundahan batinnya, keinginan taubatnya, ketika dia
menanyakan kepada Rahib ini eee si Rahib ini menganggap bahwa
perbuatan si pelaku yang membunuh 99 orang ini sudah keterlaluan iya kan.
155
Sudah keterlaluan, dosanya sudah menggunung gitu ya sehingga
memberikan sinyal bahwa si pendurhaka itu tidak memiliki kesempatan
memperbaiki diri, taubat.
P : Tidak akan diampuni gitu ya bu?
N : Tidak akan diampuni. Akhirnya ketika di judge seperti itu, si pemuda
tersebut malah tidak insyaf justru dia malah tambah gelisah, menjadiP : jadi
karena dia ingin berubah di judge begitu akhirnya saking kesalnya
dibunuhlah tadi. si Rahib tadi yang telah memberikan stempel apa ya
P : Jadi genap 100?
N : Jadi genap 100. Datang lagi lah dia ke Rahib yang lain kan, dia disuruh
untuk meninggalkan tempat atau lingkungan dimana dia tinggal. Karena itu
tempat tidak kondusif lagi. Ketika dia dalam perjalanan pulang itu anh tiba-
tiba dia meninggal, belum sampai tuh ke kampung yang dituju. Tapi
diterima taubatnya karena ada niat. Nah apalagi cerita novel ini kan, dia
sudah belajar ngaji, nah keseriusan dia belajar ngaji adalah salah satu bentuk
dia ingin memperbaiki diri, meninggalkan kebodohan yang sudah-sudah. Itu
konsep taubatan nasuha sebenarnya
P : Baik. Berarti ibu setuju ya dengan konsep yang telah digambarkan oleh
penulis dalam novel ini termasuk ke dalam konsep taubatan nasuha begitu?
N : Iya setuju.
P : Kalau menurut cerita yang telah digambarkan bu ya. apakah memang benar-
benar ada di kehidupan masyarakat di Indonesia? Yang tadi, entah itu
tokohnya mungkin, kehidupannya atau jalan ceritanya?
156
N : Ya yang namanya orang kembali ke kehidupan yang benar pasti sudah
banyak ya. yang menyadari kesalahannya itu kan pasti ada. Mirip-mirip
pasti ada. Ada istilah taubat karena di realitasnya pasti ada orang yang
kembali ke jalan yang benar. Yang preman taubat juga ada gitu.
P : Kalau pendapat ibu sendiri, taubat yang ada di dalam masyarakat bagaimana
ibu menandangnya?
N : Nah kadang-kadang kita nih salah kaprah begini, makanya ada istilah kata
taubat sambel. Jadi dia namanya bukan taubatan nasuha ya. hari ini dia
berjanji tidak mengulangi, gak taunya masih ada lagi gitu perbuatan-
perbuatan yang sama yang terulang. Nah itu namanya bukan taubatan
nasuha. Makanya ada istilah taubatan nasuha karena ada taubat sambel gitu.
taubat yang main-main. Hari ini ya nyesel dilakukan tapi besok-besok
dilakukan lagi. Nah makanya itu, di sini konsep taubatan nasuha itu karena
memang ada yang orang-orang yang sebetulnya pengen kembali dan dia
istiqomah gitu.
P : Kalau pendapat ibu tentang taubat yang merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits
bagaimana?
N : Ya itu perintahnya ya kamu bisa lihat di Al-Qur’an kita disuruh taubat
nasuha.
P : Berarti dalam Al-Qur’an dan hadits juga disinggung konsep taubatan nasuha
begitu?
N : Iya ada
P : Berarti menurut Ibu taubat yang sebenarnya adalah taubat yang merujuk
pada Al-Qur’an dan hadits yaitu taubatan nasuha begitu?
157
N : Iya salah satunya kan dalam hadits itu adalah harus pertama menyesal iya
kan. Kedua tidak mengulangi gitu kan, ketiga itu melakukan banyak
kebaikan itaqolaha saitakuma, bertaqwalah kepada Allah dimana kamu
berada, watabuha ikutilah perbuatan jelek kamu dengan perbutan baik.
Tabuha itu bisa menghapus kesalahan-kesalahan. Jadi ditutup gitu.
P : Baik berarti selain tidak mengulangi, kita juga haru menutup dengan
perbuatan baik ya bu?
N : Iya. Iyakan mengganti, menyibukan diri dengan perbuatan baik. Kalau kita
dulu sibuk dengan perbuatan buruk pantas saja kita lupa dengan perbuatan
baik. Tetapi kita sibuk dengan perbuatan baik, pasti lupa melakukan
perbuatan buruk.
P : Baik bu, kan dalam novel ini Rakha Wahyu itu menuliskan arti dari surah
An-Nisa ayat 69. Jadi ketika si Rommy meninggal dunia di laut ketika dia
sudah membuat surau tersebut, kan belum rampung suraunya berarti dia
belum sempat menggunakan suaru itu, nah kemudian dia melaut, kapalnya
karam. Sebenarnya ada sosok Siti bu, yang menyukai Rommy yang baru ini.
sosok Siti kemudian bercerita begitu di epilog bu ya, di akhir. Arti surah
An-Nisa kata-katanya dalam novel tersebut Dan barang siapa yang mentaati
Allah dan Rasulnya maka mereka itu akan bersama-sama dengan
orangorang yang dianugerahi nikmat oleh Allah. Yakni para Shadiqqin,
pada Syuhada, para Shalihin, dan mereka itu teman sebaik-baiknya. Ayat
tersbut menunjukan cerita Rommy yang meninggal bahkan sebelum
menggunakan surau tersebut. kalau menurut pendapat Ibu sendiri mengenai
158
ayat yang dicantumkan Rakha Wahyu dalam novel sesuai ceritanya apakah
sudah pas begitu?
N : Jadi sebenernya di satu sisi memang ada kan ceritanya si Rommy ini
berhijrah ke suatu desa dia bertemu dengan Ramdhan yang taat beragama.
Ada kaitannya, ada korelasinya karena apa? Karena di sini dikatakan bahwa
orang-orang yang sudah seharusnya kita berteman dengan orang-orang yang
Allah kasih nikmat. Orang-orang yang dikasih nikmat ini kan diantaranya
para Nabi, para Shadiqqin, para syuhada, para shalihin. Nah si Ramdhan ini
masuk kepada orang-orang yang shaleh yang memberikan warna kepada si
Rommy. Nah tadi memberikan warna kan, yaudah berarti pas.
P : Oke bu, dalam novel Bait surau halaman 100 terdapat cerita ketika si
Rommy dahulunya kan bertato ya nah ketika surau tersebut bocor, dia
membetulkan genting dia buka baju kemudian memerasnya di hadapan
anak-anak begitu. Namanya anak-anak kan suka spontan ya, ceplas ceplos.
Kemudian anak-anak bertanya kepada ustad apakah orang yang bertato itu
di terima shalatnya. Menurut kata-kata dalam novel ini, mentato tubuh
memang perbuatan dosa yang sangat dilarang dalam islam, Nabi
Muhammad SAW sendiri melarangnya. Namun keberadaan tato tidak
mempengaruhi keabsahan shalat, artinya wudhu dan shalat orang bertato
tetap sah. Apakah dalam islam sendiri seperti itu bu?
N : Harus ada upaya untuk semaksimal mungkin menghilangkan. Kalau
memang sudah semaksimal mungkin tetap tidak hilang begitu ya tetap kita
menanti kemurahan Allah SWT. Yang penting kita sudah maksimal. Karena
kenapa? Karena kalau kita berbuat taat itu sesuai kemampuan, sedangkan
159
meninggalkan yang ma’ruf itu harus maksimal. Artinya menghilangkan
sesuatu yang buruk di badan kita itu harus maksimal. Ketika sudah
maksimal, masih belum juga di situ kita berharap kemurahan Allah kalau
sudah maksimal yakin diterima.
P : Dihilangkan dulu begitu tapi tidak melukai tubuh begitu?
N : Iya. Kalau prof Asep sendiri bagaimana?
P : Iya, katanya ada dua konsep dalam islam. Ada secara fiqih dan tasawuf.
Kalau secara fiqih memang wudhu mungkin bisa karena hanya ada 4 titik
saja begitu ya.
N : Tapi nanti kalau hadast besar
P : Iya itu dia permasalahannya ketika mandi besar begitu. Tapi kembali lagi
kan di islam juga ada konsep tasawuf ya bu, kembali kepada niat,
dikembalikan lagi kepada Allah.
N : Iya seperti itu. Kalau wudhu tetep sah kalau tato itu tidak di anggota tubuh
wudhu kan. Cuma permasalahan kalau mandi hadast besar seperti itu.
P : Baik pertanyaan terakhir ibu, ketika Rommy belajar mengaji ada kata-kata
yang Rakha Wahyu tuliskan. Kadang Rommy tak kuasa menahan tangisnya
saat melafalkan huruf demi huruf bacaan Al-Qur’an. Inikah isyarat bahwa
hatinya benar-benar luluh? Jawaban yang selama ini tertunda namun kini
telah mendekat. Kesombongan yang membawa kehinaa perlahan menyeruak
berganti keriduan. Sebagaimana kerinduan orang-orang pewaris Nabi. Nah
apakah memang kalau kita sudah bertaubat kemudian kita belajar agama,
mengaji, apakah memang ada getaran hati begitu bu?
161
Transkip Wawancara Pribadi Bersama Lena Suarni, Pembaca Novel Bait Surau/ Mahasiswa Fakultas Fisip Universitas Muhammadiyah Jakarta. Pada 13 Juni 2017 Pukul 21.00 WIB di Jl. Kertamukti No 80 C Ciputat, Tangerang selatan.
P : Pewawancara N : Narasumber
P : Kenapa kamu tertarik baca novel Bait Surau?
N : Sebenernya dari awal belum ada ketertarikan secara pribadi ya buat baca novel itu cuma ada seorang temen yang ngasih novelnya karena dulu lagi booming banget kan. Waktu akhir 2015 ya kalo ngga salah ada bedah Bait Surau itu ada dimana-mana termasuk di kampus aku gitu di UMJ. Terus aku dikasih bukunya, disuruh baca gitu dan di situ biasanya kan kalo ngga tertarik engga bakalan dilanjutin dong. Tapi saya rasa cukup bagus ya novelnya makanya saya baca sampai akhir jadi saya ada ketertarikan gitu bacanya.
P : Pendapat kamu tentang novel tersebut? kenapa bisa tertarik?
N : Sebenarnya dari jalan ceritanya sendiri bagus ya. maksudnya itu miris gitu ketika kayak gitu. apalagi pemeran utamanya itu bener-bener menyesal yang luar bisa terhadap istrinya itu kan. Juga bikin apa ya istilahnya ngena di hati. Makanya saya melanjutkan membaca novel tersebut dan saya tertarik sama pemainnya. Kan saya suka sama Rio Dewanto yang memerankan Rommy kalo di filmnya.
P : Bagaimana konsep taubat menurut kamu?
N : Kamu menurut saya sendiri, taubat itu kembali ya. berserah diri kepada Allah yang maha pengampun, maha penyayang. Menyerahkan dirinya secara utuh kepada Allah dengan penyesalan-penyesalan yang sungguh- sungguh gitu. bercita-cita tidak mengulangi perkara-perkara yang menjadi larangan Allah. Meninggalkan perkata-perkata yang menimbulkan dosa
162
besar atau kecil sekalipun gitu. jadi yang namanya taubat ya kita berserah diri bener-bener kita ingin memohon ampunan kepada Allah SWT gitu.
P : Kamu setuju gak sama konsep taubat menurut Rakha Wahyu dalam novel tersebut?
N : Saya sih setuju aja ya sama konsep taubat menurut Rakha wahyu karena memang istilahnya taubat seseorang itu beda-beda ya. karena dapet hidayah dari Allah nya beda-beda gitu yang dia dapet suatu masalah, dia bertaubat. Begitupun dengan Rommy ini gitu loh dia bertaubat karena penyesalan yang buruk gitu. karena penyesalan-penyesalan di masa lampau. Jadi menurut saya konsep taubat itu berbeda-beda tapi saya setuju dengan konsep Rakha Wahyu ini dari awal cerita hingga akhir.
P : Kalo menurut kamu cerita atau tokoh dalam novel tersebut sesuai dengan realitas atau pengalaman pribadi gak? Maksudnya yang sama dengan salah satu tokoh ataupun cerita dalam novel ini?
N : Sebenernya untuk secara pribadi permasalahan yang seperti diceritain itu ya, saya sendiri tidak mengalaminya, Cuma di luaran sama mungkin ada. Kalau saya sendiri banyak ya kesalahannya namanya juga manusia, misalnya kita gak menutup aurat, dari segi penampilan kadang apa yang diperintahkan oleh Allah tidak sesuai dengan apa yang kita mau ya seperti itu.
P : Di luar sana mungkin ada? Berarti menurut kamu di masyarakat Indonesia mungkin ada ya yang sesuai dengan cerita atau tokoh dalam novel itu?
N : Iya pasti ada seperti itu.
P : Yang kamu rasakan setelah membaca novel tersebut, ada gak sih perubahan kognisi atau pengetahuan, afeksi atau emosional, psikomotorik atau sikap?
N : Sebenarnya dari novel ini saya juga belajar ya apa arti taubat sendiri gitu. Dan perubahan dari pengetahuannya pasti ada ya, ketika seseorang
164
Transkip Wawancara Pribadi Bersama Arrum Prabuningtias, Pembaca
Novel Bait Surau / Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Yasri, Pada
11 Juni 2017 Pukul 13.00 WIB di Jl. Benda Barat 8 Blok D 14 No. 1
Pamulang Tangerang Selatan.
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bisa diceritain gak kenapa kamu tertarik baca novel Bait Surau Karya
Rakha Wahyu?
N : Dulu kan itu emang hadiah dari temen, dia memberikan sinopsisnya dulu
dan waktu itu emang kayak aku lagi proses lah ya sampe sekarang juga
masih cuma dulu itu kan masih awal-awal gitu kan. Wah boleh juga nih
siapa tau aku lebih kuat juga baca ini gitu. karena kan intinya perubahan kan
dari yang gak baik
P : Oke berarti buat memotivasi ke arah lebih baik ya? terus kalau pendapat
kamu setelah baca novel ini gimana?
N : Apa ya kalo aku sih suka karena mengharukan aja. Kayak kisah cowo kan
apalagi kalo laki-laki kadang susah sedangkan ini dia ya di bantu sama
lingkungannya juga kan kayak anak-anak di Suraunya itu. maksudnya kalo
165
cewe lebih baik dalam menerima aja gitu kalo yang aku rasa ya. kalo laki-
laki kan dia biasanya susah gitu loh kalo dikasih tau, kalo diarahkan.
P : Jadi menurut kamu yang paling menarik dari novel ini ceritanya ya? cerita
tokoh utama yang bertaubat itu kan si Rommy karena kalau kamu liat
biasanya itu perempuan sedangkan kalo di sini laki-laki.
N : Iya
P : Kalo dari bahasanya gimana? Apakah gampang dipahami
N : Iya, sederhana ko. Aku langsung abis tuh baca novel ini.
P : Kalau konsep taubat menurut kamu apa?
N : Taubat itu ya berubah jadi lebih baik, meninggalkan yang lalu lah pokonya.
Meninggalkan masa lalu yang emang gak baik itu sih menurut aku.
P : Oke kamu kan udah baca novel ini, perjalanan Rommy yang dulu punya
masa lalu kelam sampai dia ketemu sama anak-anak yang di surau itu. kamu
setuju gak sama konsep taubat yang digambarkan penulis novel ini?
N : Menurutku iya sih setuju. Karena ya pas aja gitu dia kan dari kota kan terus
pindah ke desa ya emang sih kalo kita liat kayak yaelah sinetron banget sih
tapi kan bener itu kan bisa merubah karena lingkungan kan bisa
berpengaruh ya.
P : Kalau dari tokoh-tokohnya pelajaran yang bisa kamu ambil apa? Apa pesan
yang bisa diambil dari konsep taubat menurut Rakha wahyu?
166
N : Sebenernya sih tiap tokohnya itu menarik, ada pelajarannya masing-masing
tapi karena aku udah lama kan bacanya jadi agak lupa. tapi intinya sih
pesannya lebih baik terlambat daripada engga sama sekali. Rommy kan
udah gede baru belajar ngaji gitu
P : Cerita atau tokoh dalam novel ini sesuai dengan yang kamu alami gak?
Apakah di dalam kehidupan masyarakat juga ada?
N : Mungkin kalo sama aku sendiri beda ya, tapi intinya sama kita mau berubah
Cuma jalannya aja yang beda. Kalo di sini kan dia lebih kayak eee
dipengaruhi sama lingkungan kayak anak-anak, kayak abah, kayak temen-
temen ngelaut kan. Mungkin kalo aku sendiri lebih ke buku jadi
pengalamannya lebih ke buku-buku gitu. kalo di masyarakat mungkin ada
ya Cuma gak disekitar kita aja. Terus kalo di sekitar aku ya, sebenarnya sih
kita bisa mejemput hidayah tapi masih aduh nanti deh gitu. ya setiap orang
pasti ada momentnya untuk berubah, untuk dapet hidayah nah jalannya aja
yang beda.
P : Kalau pengalaman kamu sendiri gimana?
N : Ya pengen lebih belajar sih. Pertama emang karena baca buku terus kesini-
kesini diajak ngaji gitu sama tetangga lah ada.
P : Oya setelah baca novel ini, yang kamu rasakan apa? Ada gak penambahan
pengetahuan atau kognisi, mempengaruhi emosi atau sikap?
N : Itu pasti sih. Itu kan salah satu gambaran dari orang-orang yang mau
berubah kalo misalkan bisa berubah kenapa engga dan apalagi kan kalo
168
Transkip Wawancara Bersama Ulfi Nursa, Pembaca Novel Bait Surau /
Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Pada 13 Juni 2017 Pukul 19.30 WIB di Kafe Ayam
Sambal Lumpur Jl. Pesanggrahan No.43 Cempaka Putih, Ciputat Timur,
Tangerang Selatan.
P : Pewawancara
N : Narasumber
P : Bisa diceritain gak awalnya kenapa bisa tertarik baca novel Bait Surau
karya Rakha Wahyu?
N : Awalnya kan ditawarin sama temen. Nah temen tuh suka banget novel,
awalnya ditawarin Api Tauhid sama Bait Surau. Karena Api Tauhid itu
tebel banget makanya yaudah jadi milih baca Bait Surau duluan kan. Nah
pas udah baca ternyata banyak pesannya gak cuma cinta tapi juga agama.
P : Pendapat kamu tentang novel Bait surau gimana?
N : Novel Bait Surau ini bagus banget, ceritanya itu mengandung nilai-nilai
religius terus ada permasalahan sama penarikan konflik di novel ini tuh
ngena banget jadi pas kita baca tuh kita bisa merasakan tokoh yang ada di
novel ini. dan baca novelnya tuh kayak ngebayangin kayak sinetronnya
gitu. kayak kita lagi hidup sebagai dia gitu ka. Terus kan di filmin ya
sayangnya filmnya gak nonton.
169
P : Kalau dari kata-katanya sendiri gimana?
N : Kalau dari kata-katanya sendiri kan banyak pesan moral yang didapat
terutama nilai-nilai agamanya. Nah itu banyak banget yang bisa diambil
dari kisah Bait Surau ini yang pas Rommy lagi masa-masa dulukan
waktu sama istrinya sikapnya gak bener banget ya terus pas tinggal di
pantai itu kayak dapet hidayah kan.
P : Kalau konsep taubat menurut kamu gimana?
N : kalau kata aku, taubat itu meninggalkan hal-hal yang buruk, terus
memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi, segala perbuatan
maksiat atau perbuatan buruk yang kita udah lakukan selama hidup itu
jangan sampai kita ulang lagi.
P : Kalau kamu setuju gak sama konsep taubat menurut Rakha Wahyu dalam
novel ini, kan tadi si Rommy yang menganiaya si Nadia, kemudian
tinggal bersama Ramdhan, kan dia melalui fase-fase hidupnya ya. dan dia
menjalankan sesuatu yang menurut kita belajar agama segala macem,
kamu setuju dengan konsep taubat yang dituliskan dalam cerita ini?
N : Kalau menurut aku ya setuju soalnya kan orang itu hidup punya jalan
masing-masing ya ka. Pasti punya masalah yang melekat dalam
kehidupan seseorang. Nah ini satu masalah yang dialami sama si Rio
dewanto atau Rommy ini emang menarik banget. Sebelumnya kan emang
kayak udah ada ya kayak di sinetron-sinetron sampe dia kembali ke jalan
yang benar ya itu sih, setuju banget.
170
P : Kalau cerita atau tokoh dalam novel tersebut sesuai gak sama realitas
yang pernah kamu alami? Atau di dalam masyarakat Indonesia gitu?
N : Kalo di kehidupan pribadi aku sih gak ada ka, belum. Cuma aku liatnya
kayak di sinetron aja. Mungkin di Masyarakat Indonesia beberapa ada ya
kita kan gak tau ya. mungkin di lingkungan sekitar Ulfi yang udah pernah
Ulfi alamin itu belum ada sampe yang kayak gini. Cuma ada sih yang
seperti ini cuma gak mirip gitu. kalo yang kayak Rommy tertoto, suka
minum-minuman keras di sekitar kita banyak banget apalagi kalo kita
peka.
P : Kalo di dalam masyarakat kan ada mungkin yang seperti kehidupan si
Rommy ya walaupun dia gak harus tinggal dipesisir pantai dulu gitu
untuk mendapatkan hidayah gitu, tapi ada beberapa yang taubat seperti
Rommy?
N : Eee ada salah satunya di keluarga sendiri hehehe ada pengalaman maaf
ya namanya gak boleh disebutin, disamarkan aja ya dia ada selama
hidupnya itu si A lah ya selama hidupnya itu maaf ya bukannya
menghina apa gimana ya kurang baik. Dan akhirnya dia bisa bertaubat
gitu. karena dari keluarga juga udah disadarin tapi gitu-gitu terus pas dua
tahun berikutnya sebelumnya dia bermaksiat gitu sebelum menikah nah
setelah menikah dia baru sadar ka. Karena mungkin dia punya beban
keluarga, tanggung jawablah anak-anaknya. Udah gitu dia disadarin sama
ustad sih sering diceramahin.
172
LAMPIRAN DOKUMENTASI WAWANCARA
Wawancara bersama Lena Suarni (Pembaca)
Wawancara bersama Arum Prabuningtias (Pembaca)
Wawancara bersama Ulfi Nursa (Pembaca) 173
Wawancara bersama Wahyu Frayudha, ST (Rakha Wahyu)
Wawancara bersama Prof. Dr. H. Asep Usman Ismail, MA
Wawancara bersama Hj. Nunung Khairiyah, MA
174
LAMPIRAN COVER NOVEL BAIT SURAU
Cover Depan Novel Bait Surau
Cover Belakang Novel Bait Surau